33 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481

AHLU AL-SUNNAH WA AL-JAMAAH DALAM PERSPEKTIF SAID AQIL SIRADJ

Muhammad Endy Fadlullah Dosen Institut Agama Islam Ibrahimy Banyuwangi [email protected]

Abstract

The discourse about Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah is still very interesting among academics. This term becomes an idol for every stream and is raised within the scope affirming its status as a surviving stream of the world and the hereafter (firqah al-Najiah). Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah became fertile because it is supported by the hadith of the Prophet who indeed came from 73 groups of Islam only one who survived the Ahlu al- Sunnah wa al-Jamaah group. Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah by Said Aqil as People who have a method of religious thinking that covers all aspects of life based on the foundations of moderation, maintaining balance and tolerance. Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah is a school that will become a Manhaj al-Fikr, as it is only an attempt to find a middle ground between the various streams. Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah there is no limitations and provisions that should be the same as Imam Abu Hasan al-Asy'ari or al-Maturidi but the pillars of Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah understand this must-have differences and opinions in interpreting the source of religion not become the gulf as long as still holding pillars (rukn) Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah namely the divinity (uluhiyah), apostles (Nubuwah) and the end (al-Ma'd).

Keywords: Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah, Said Aqil Siradj Geliat para pemikir muslim untuk A. PENDAHULUAN merekonstruksi konsep Ahlu al-Sunnah wa al- Diskursus tentang Ahlu al-Sunnah wa al- Jamaah di era modern juga menggugah Ketua Jamaah (Aswaja) masih sangat menarik Umum Pengurus Besar Nandlatul Ulama diperbincangkan di kalangan akademisi. (PBNU) periode 2015-2020 Said Aqil Siradj. Istilah ini diperebutkan setiap aliran dan Konsepsi Ahlu al Sunnah wa al-Jamaah yang dimunculkan di permukaan dalam rangka diprakarsai oleh pendiri meneguhkan statusnya sebagai aliran yang (NU) Hasyim Asy’ari dan dipegang teguh selamat dunia dan akhirat (firqah al-najiah). selama ini direkonstruksi ulang. Konsep yang Perdebatan dan perebutan istilah Ahlu al- selama ini disakralkan oleh mayoritas warga Sunnah wa al-Jamaah menjadi subur karena Nahdliyin dianggap perlu dirubah dan didukung oleh hadits Nabi yang menegaskan disesuaikan dengan tuntutan zaman modern. bahwa dari 73 golongan Islam hanya satu Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah mestinya tidak yang selamat yaitu golongan Ahlu al-Sunnah dipahami secara tekstual dan terbatas namun wa al-Jamaah. Term ini menjadi topik yang harus dipahami secara kontekstual dan menarik karena (1) Aswaja menjadi sebuah berkemajuan. Secara historis munculnya identitas teologis yang diperebutkan oleh istilah ini disebabkan merebaknya sekte yang berbagai aliran maupun organisasi Islam, (2) mengklaim bahwa mereka lebih baik substansi Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah dibanding sekte atau oraganisasi yang lain. masih menjadi pemahaman yang Maka Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah muncul kontroversial di kalangan pemikir-pemikir sebagai sebuah jawaban atas perpecahan yang muslim; dan (3) pemahaman Ahlu al-Sunnah terjadi di kalangan umat Islam di masa itu. wa al-Jamaah ternyata belum tuntas di Sebagai sebuah solusi atas pertikaian dan kalangan umat Islam. perdebatan ini Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah mestinya muncul untuk memberikan ruang

Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

34 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 seluas-luasnya bagi berbagai aliran dan Ummu al-Qura jurusan Perbandingan pemahaman yang beragam untuk bersatu Agama.2 dalam bingkai Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. Intelektualitas Said terlihat saat puncak Sebab secara historis munculnya Ahlu al- studi doktoralnya, disertasinya yang berjudul Sunnah wa al-Jamaah ditandai dengan Shillatu Bi Al Kalam Fi Al Tasawuf Al Falsafi tampilnya banyak tokoh yang bersikap (Relasi Tuhan Dengan Alam Kosmos: moderat dan netral atas segala konflik Perspektif Tasawuf Falsafi) sempat menjadi teologis dan politis yang terjadi waktu itu. kontroversi di kalangan intelektual Ummu al- Hasan Basri, Fudhail Ibnu Iyadh, Ibnu Sirrin, Qura yang notabene mengharamkan diskursus Malik Ibnu Dinar, abdul Wahid Ibnu Zaid, tasawuf falsafi, meski demikian Said mampu Sufyan al tsauri lain-lainnya. Itulah cikal mempertahankan disertasinya yang bakal dari madzhab Ahlu al-Sunnah wa al- dilengkapi dengan seribu lebih literatur ilmiah Jamaah. Mereka bersikap netral dan tidak dengan predikat cumlaude. memihak salah satu partai yang ada dan Setelah menyelesaikan studi doktoralnya mereka juga lebih moderat, berorientasi pada Said kembali ke dan langsung kegiatan ilmiah dan jauh dari kegiatan politik diangkat menjadi wakil Katib Am Syuriah di prakstis pada waktu itu. PBNU, salah satu Ormas Islam terbesar di Indonesia. Selama dalam kepengurusan, Said B. HASIL DAN PEMBAHASAN kerap memunculkan pendapat dan wacana- Biografi Said Aqil Siradj wacana kontroversial. Pernyataan- Said Aqil Siradj lahir pada 3 Juli 1953 dari pernyataannya dalam wacana teologi, pasangan Aqil Siradj dan Afifah Harun. Said madzhab, dan tasawuf cenderung dianggap tumbuh dari keluarga religius berkultur berani dan keluar dari pakem ortodoksi bagi . Ayahnya adalah seorang yang kalangan Nahdliyin yang mayoritas bercorak cukup disegani, pengasuh pondok pesantren konservatif. Orasinya seputar latar belakang Tarbiyatul Mubtadiin di daerah Kempek lahirnya ahlus sunnah wal jamaah mendapat Palimanan Jawa Barat. Sejak kecil kritikan tajam dari berbagai pihak, sampai Said sudah dididik dengan sistem pendidikan muncul pengkafiran dirinya dari 12 kiyai NU pesantren, pendidikan selalu menjadi prioritas kala itu. Akan tetapi saat diadakan forum keluarganya.1 tabayyun oleh para kiyai-kiyai NU, justru Pendidikan Said diawali di pesantren disitulah tampak kecerdasan dan keluasan ayahnya sendiri dengan pola tradisional khas referensi keilmuan Said dalam memahami pesantren (salafiyah), dia juga berlajar secara Islam. Sehingga Pengurus Besar Nahdlatul formal di Sekolah Rakyat (SR). Said Ulama (PBNU) merasa perlu menggelar kemudian melanjutkan studi ke pondok halaqah khusus untuk merekonstruksi pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo pemahaman ahlus sunnah wal jamaah, suatu Kediri asuhan KH. Mahrus Ali, mulai dari doktrin yang selama ini cenderung Madrasah Tasanawiyah (MTs) hingga disakralkan.3 menyelesaikan tingkat menegah atas (SLTA) Epistimologi Ahlu al-Sunnah wa al- pada rentang tahun 1965-1970. Said Jamaah kemudian melanjutkan pendidikannya di Sebelum Rasulullah SAW meninggal Pesantren al-Munawwir Krapyak Jogjakarta dunia, beliau pernah bersabda bahwa umat asuhan KH. Ali Ma’sum di pondok pesantren Islam akan berpecah-belah sebanyak 73 Krapyak tahun 1972-1975. Setelah menimba golongan, di sekian banyak itu hanya ilmu di Jogjakarta Said menempuh satu golongan yang dianggap benar dan pendidikan di Universitas King Abdul Aziz dijamin bebas dari siksa api neraka, yaitu cabang Makkah bidang pendidikan usuluddin golongan yang disebut Ahlu al-Sunnah wa al- dan dakwah, setelah lulus pada tahun 1982, Jamaah. Sedang lainnya akan dimasukkan ke Said melanjutkan ke jenjang magister (lulus dalam api neraka sebagaimana hadis berikut: 1987) dan doktoral (lulus 1994) di Universitas

2 Said Aqil Sirad, Islam Kebangsaan Fiqh 1 Mohammad Dawam Sukardi, NU Sejak Lahir Demokratik Kaum , (Jakarta: Pustaka (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado Buat Kyai Ciganjur, 1999), iv. Said), (Jakarta: SAS Center, 2010), 12. 3 Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh...., iv. Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

35 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 Perpecahan yang terjadi di kalangan umat َع ْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر ُسو ُل هَّللاِ -صلى َّللا عليه وسلم- » Islam yang diterangkan di hadits ini menurut ا ْفتَ َرقَ ِت ا ْليَه ُو ُد َعلَى إِ ْح َدى أَ ْو ثِ ْنتَ ْي ِن َو َس ْب ِعي َن فِ ْرقَةً َوتَفَ هرقَ ِت ُ Syaikh al-Bagdadi dalam kitabnya al farqu النه َصا َرى َعلَى إِ ْح َدى أَ ْو ثِ ْنتَ ْي ِن َو َس ْب ِعي َن فِ ْرقَةً َوتَ ْفتَ ِر ُق أ همتِى baina al firaq, sebagaimana dikutip Nur َعلَى ثَالَ ٍث َو َس ْب ِعي َن فِ ْرقَةً. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW Sayyid Santoso, sebenarnya tidak bersabda; kaum Yahudi telah terpecah menunjukkan arti bilangan sesungguhnya menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tetapi betapa banyaknya perpecahan itu tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum terjadi, sehingga menimbulkan golongan- Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh golongan yang sulit dihitung satu persatu. satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, Kemudian satu dari 73 golongan tersebut dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh ialah golongan yang selamat dari siksaan api puluh tiga (73) golongan (HR. Abu Dawud). neraka yakni yang disebut ahlu al-Sunnah wa al-jamaah4. Pemahaman Jumlah satu َع ْن أَنَ ِس ْب ِن َمالِ ٍك قَالَقَا َل َر ُسو ُل هَّللاِ َصلهى هَّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم إِ هن golongan yang selamat ini juga masih بَنِي إِ ْس َرائِي َل ا ْفتَ َرقَ ْت ُ menjadi perdebatan, sebagian memahami َعلَى إِ ْح َدى َو َس ْب ِعي َن فِ ْرقَةً َوإِ هن أ همتِي َستَ ْفتَ ِر ُق َعلَى ثِ ْنتَ ْي ِن siapapun akan selamat selama memegang َو َس ْب ِعي َن فِ ْرقَةً ُك ُّلهَا فِي النها ِر teguh Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah, yakni إِ هَّل َوا ِح َدةً َو ِه َي ا ْل َج َما َعة ُ. Dari Anas bin Malik RA berkata: kelompok yang mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah SAW bersabda; sesungguhnya Nabi dan sahabatnya sebagaimana dijelaskan bani Israil telah berpecah belah menjadi 71 dalam hadis di atas. golongan dan umatku akan berpecah belah Ahlu al-Sunnah wal al-Jamaah berasal dari menjadi 72 golongan. Semuanya akan akan tiga kata yakni ahlu, sunnah, dan jamaah. masuk neraka kecuali satu golongan saja Secara bahasa Ahlun artinya keluarga, famili yang selamat, yaitu golongan al-Jamaah atau kerabat.5 Menurut Fairuzabadi ahlu dapat (HR. Ibnu Majah). berarti pemeluk aliran atau pengikut mazhab jika dikaitkan dengan aliran atau madzhab.6 َع ْن َع ْب ِد هَّللاِ ْب ِن َع ْم ٍرو قَالَقَا َل َر ُسو ُل هَّللاِ َصلهى هَّللاُ َعلَ ْي ِه Sedangkan menurut Ahmad Amin kata ahlu َو َســـــله َم لَيَأْتِيَ هن َعلَى أُ همتِي َما أَتَى merupakan badal al nisbah sehingga jika َعلَى بَنِي إِ ْس َرائِي َل َح ْذ َو النه ْع ِل ب ِالنه ْع ِل َحتهى إِ ْن َكا َن ِم ْنهُ ْم َم ْن kaitkan dengan al sunnah mengandung arti أَتَى أُ همهُ َع َالنِيَةً لَ َكا َن فِي أُ همتِي orang yang mempunyai paham Sunni.7 َم ْن يَ ْصنَ ُع َذلِ َك َوإِ هن بَنِي إِ ْس َرائِيـــ َل تَ َف هرقَ ْت َعلَى ثِ ْنتَ ْي ِن ُ Sunnah secara bahasa berarti peri َو َس ْب ِعي َن ِمــــلهةً َوتَ ْفتَ ِر ُق أ همتِي َعلَى ثَ َال ٍث kehidupan dan perilaku8. Sunnah juga َو َس ْبـــــ ِعي َن ِمـــــــلهةً ُكــــ ُّلهُ ْم فِي النهـــــــــا ِر إِ هَّل ِمـــــــلهةً mempunyi arti al-thariqah (jalan dan َوا ِحــــــــ َدةً قَــــــالُوا َو َم ْن ِه َي يَــــــــــا َر ُســـو َل هَّللاِ perilaku) baik jalan dan perilaku tersebut قَــــــــــــــــا َل benar atau keliru9. Secara terminologis َمـــــــــــــــا أَنَا َعلَ ْيـــــــــــــ ِه َوأَ ْص َحـــــــــــــــابِي. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr RA, ia berkata; Hasyim Asy’ari mendefinisikan sunnah Rasulullah SAW bersabda; Sungguh akan sebagai berikut: اِ ْس ٌم لِلطه ِر ْيقَ ِة ا ْل َم ْر ِضيه ِة ا ْل َم ْسلُ ْو َك ِة فِي ال ِّد ْي ِن َسلَ َكهَا َر ُس ْو ُل َّللاِ terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi أَ ْو َغ ْي ُرهُ ِم هم ْن هُ َو َعلَ ٌمفِي ال ِّد ْي ِن ,pada ummat bani Israil sedikit demi sedikit sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil) yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada 4 Nur sayyid santoso, sejarah teologi islam dan pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan akar pemikiran ahlus sunnah wal jamaah (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 82. sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi 5 tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap (Surabaya: Pustaka kecuali satu millah saja dan ummatku akan Progresif, 2012), 46. terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, 6 Al-Fairuzabadi, 1987, al-Qamus al-Muhith, yang semuanya di Neraka kecuali satu millah. (Beirut: Muassasah al-Risalah), 1245. (para Shahabat) bertanya, ‘Siapa mereka 7 Ahmad Amin, Duhr al-Islam Juz Iv (Beirut: wahai Rasulullah? Beliau Shallallahu alaihi Darul Kitab Al Arabi, 1953), 96. wa sallam menjawab, Apa yang aku dan para 8 Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir Shahabatku berada di atasnya” (HR. Ibnu Indonesia...... , 669. Majah). 9 Idrus Ramli, Madzhab As’ari Benarkah Ahlus Sunnah Wal Jamaah? Jawaban Terhadap Aliran Salafi. (Surabaya: Khalista, 2009), 176. Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

36 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 Sunnah wa al-Jamaah adalah para penganut َكال هص َحابَ ِة ، لِقَ ْولِ ِه: َعلَ ْي ُك ْم بِ ُسنهتِ ْي َو ُسنه ِة ا ْل ُخلَفَا ِء ال هرا ِش ِد ْي َن ِم ْن .al-Asy’ari dan al-Maturidi بَ ْع ِد ْي Sebuah jalan yang diridlai (Allah) yang Said Aqil Siradj menilai bahwa term Ahlu ditempuh dalam agama, yaitu yang ditempuh al-Sunnah wa al-Jamaah di masa Ashabu al- oleh Rasulullah SAW dan yang lainnya, yang Asy’ari hanya klaim belaka karena diakui atau faham terhadap agama dari kalangan para tidak definisi terminologis yang baku tentang sahabat, berdasarkan sabda Nabi ikutilah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah masih belum sunnahku dan sunnah khaulafaur rasyidin terformulasikan secara utuh dan holistik. sesudahku.10 Landasan tentang definisi Ahlu al-Sunnah wa Kata terakhir jamaah mengandung arti al-Jamaah adalah hadits Nabi ma ana alaihi sekelompok, kumpulan dan sekawan.11 Al- wa ashabi. Tentu ini bukan definisi karena Jama’ah adalah sekumpulan orang yang cakupannya bisa ditarik oleh semua mazhab memiliki tujuan. Jika dikaitkan dengan dan aliran Islam yang ada di dunia Islam.15 madzhab mempunyai arti sekumpulan orang Oleh sebab itu Ahlu al-Sunnah wa al- yang berpegang teguh pada salah satu imam Jamaah oleh Said Aqil didefinisikan sebagai madzhab dengan tujuan mendapatkan orang-orang yang memiliki metode berfikir keselamatan dunia dan akhirat.12 keagamaan yang mencakup semua aspek Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah merupakan kehidupan yang berlandaskan atas dasar-dasar aliran kalam yang memiliki komitmen moderasi, menjaga keseimbangan dan berpegang teguh pada hadits-hadits Nabi toleransi. Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah sebagai reaksi terhadap aliran Mu’tazilah bukanlah sebuah mazhab akan tetapi sebuah yang kurang kuat berpegang teguh Manhaj al-Fikr, sebab ia hanya sebuah upaya pada hadits Nabi, dan merupakan mayoritas mencari jalan tengah antara berbagai aliran kaum Muslimin (‘Ammah al-Muslimin). yang ada.16 Aliran ini dibangun Abu Hasan al-Asy’ari dan Sikap moderat Ahlu al-Sunnah wa al- Abu Mansur al-Maturidi. Kedua tokoh ini, Jamaah tercermin dari metode pengambilan terutama al-Asy’ari banyak mewarnai aliran hukum (Istinbath) yang tidak semata-mata ini mulai isi (content) maupun doktrin- menggunakan nash, namun juga doktrinnya.13 memperhatikan posisi akal. Begitu pula dalam Istilah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah wacana berpikir yang konsisten sebagai sebuah aliran dalam Islam baru menjembembatani antara wahyu dengan akal. nampak pada periodesasi Ashab al-Asy’ari Metode (manhaj) seperti ini yang yang seperti al-Baqilani (w. 403 H.), al Baghdadi diimplementasikan Imam Madzhab empat (w. 429 H.) dll. Meskipun demikian mereka serta generasi berikutnya dalam menghasilkan secara tidak tegas membawa bendera Ahlu al- hukum-hukum hukum. Sifat netral (tawazun) Sunnah wa al-Jamaah.14 Pernyataan tegas berkaitan dengan sikap mereka dalam politik. tentang istilah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah tidak terlalu baru dijumpai pada pendapat al-Zabidi (w. membenarkan aliran keras (ekstrim). Namun 1205 H.) dalam karya nya Ithafu al-Sadah al- jika dihadapkan dengan penguasa yang lalim, Muttaqin yang menjelaskan bahwa Ahlu al- mereka tidak segan-segan mengambil jarak dan mengadakan aliansi. Artinya Ahlu al- Sunnah wa al-Jamaah lebih fleksibel dan akomodatif meskipun masih dalam batas 10 Hasyim Asyari, Risalah Ahlu Sunnah Wal tawazun. Keseimbangan (ta’adul) Ahlu al- Jamaah (Jakarta: LTN PBNU, 2011), 3. Sunnah wa al-Jamaah terefleksi pada kiprah 11 Ahmad Wason Munawir, Kamus Al mereka dalam kehidupan sosial, cara mereka Munawwir....., 209. 12 Said Aqil Siradj, Ahlussunnah Wal Jama’ah; bergaul serta kondisi sosial budaya mereka. Sebuah Kritik Historis, (Jakarta: Pustaka Cendikia Begitu pula sikap toleransi Ahlu al-Sunnah Muda, 2008), 5. 13 Mujamil Qomar, Implementasi Aswaja dalam 15 Said Aqil Siradj, Ahlus Sunnah Wal Jamaah Perspektif NU Di Tengah Kehidupan Masyarakat. Dalam Lintas Sejarah (Yogyakarta: LKPSM, Kontemplasi, Volume 02 Nomor 01, Agustus 1997), 20. 2014., 165. 16 Mastuki Hs, Kiai Menggugat Mengadili 14 Said Aqil Siradj, Ahlussunnah Wal Jama’ah; Pemikiran Kang Said, (Jakarta: Fatma Press, Sebuah Kritik....., 19. 1999), 2. Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

37 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 wa al-Jamaah tercermin dalam dalam ideologis. Kondisi internal politik umat Islam kehidupan sosial dengan sesama muslim yang tersebut yang menjadi sebab suburnya yang tidak mengkafirkan ahlu qiblat serta perbedaan, terutama dalam masalah teologis. senantiasa bersikap toleransi pada sesama Pengaruh internal sperti Yahudi, Nashrani dan muslim dan umat manusia pada umumnya.17 filsafat Yunani juga menjadi faktor pemicu Definisi ini memberikan ruang yang semakin luasnya perbedaan dalam tubuh sangat luas bagi aliran-aliran lain untuk bisa Islam. Faksi-afaksi itu di antaranya: Syiah, berfusi dalam konsepsi Ahlu al-Sunnah wa al- Khawarij, Jabariyah, Qadariyah dan Murjiah. Jamaah. Konsekuensi logisnya maka aliran Di tengah maraknya pertikaian antar fraksi Syiah (Imamiyah) dan Mutazilah bisa politik (firqah) yang dibungkus dengan dikategorikan Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. sampul , muncullah pemikiran Kenapa demikian karena keduanya masih sebagian tabiin yang sejuk, moderat dan tidak termasuk sekte agama Islam dan memiliki terlalu ekstrim. Kelompok terakhir inilah kesamaan dalam keyakinan kepada tuhan yang tidak mau terseret terlampau jauh dalam (Ilahiat), kenabian (nubuwat) dan hari aktifitas politik praktis. Mereka juga tidak kebangkitan (ma’d). Langkah Said Aqil ini mudah menuduh orang lain kafir. Aktifitasnya bisa dimaknai sebagai upaya untuk lebih bersifat kultural, ilmiah dan berusaha mengakomodir aliran-aliran lain untuk mencari jalan kebenaran secara jernih. bersatu dalam bingkai aliran-aliran Islam Komunitas ini dipelopori oleh Hasan Basri yang memiliki landasan ajaran tauhid, serta para tabiin yang lain. Sikap Hasan Basri mengimani kenabian, keyakinan akan hari inilah sebenarnya yang direduksi sebagai kebangkitan, serta bersikap moderat dan pemikiran Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. netral. Sehingga, tidak benar jika Ahlu al-Sunnah wa Sejarah Munculnya Ahlu Al Sunnah wa al-Jamaah baru muncul pada masa Abu Hasan Al Jamaah al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi20. Istilah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah tidak Dari sikap dan pemikiran Hasan Basri inilah dikenal di zaman Nabi Muhammad SAW kemudian diteruskan kepada muridnya maupun di masa pemerintahan Al-Khulafa Al kemudian sampailah kepada Abu Hasan al- Rasyidin, bahkan tidak dikenal di zaman Asy’ari. pemerintahan Bani Umayah (41-133 H /611- Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah muncul 750 M). Term Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah sebagai sebuah jawaban atas munculnya sekte sebetulnya merupakan diksi baru, atau dalam Islam yang melakukan deviasi dan sekurang-kurangnya tidak pernah digunakan monopoli dalam interpretasi sumber ajaran sebelumnya di masa Nabi dan pada periode Islam. Munculnya Ahlu al-Sunnah wa al- Sahabat.18 Jamaah sebagai upaya dalam mencari jalan Kemunculan Ahlu al-Sunnah wa al- tengah atas konflik yang terjadi di masa itu.21 Jamaah merupakan reaksi atas perpecahan Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah di masa kini yang terjadi di kalangan umat Islam. Setelah bisa dimaknai sebagai sebuah manhaj alfikr terjadinya arbritrase (tahkim) antara yang memadukan antara wahyu dan akal serta pendukung Ali ibnu Abi Thalib dengan memberikan ruang bagi aliran-aliran yang Muawiyah Ibnu Abu Sufyan umat Islam muncul di akhir zaman. tercerai berai dalam banyak firqah (faksi Landasan Akidah Ahlu al-Sunnah wa al- politik). Pada mulanya berupa gerakan politik Jamaah murni kemudian dalam perkembangannya Dasar keyakinan akidah ahlu al-Sunnah telah melewati batas-batas politik dan wa al-Jamaah harus dilandasi oleh dalil dan memasuki ranah teologis.19 argumentasi yang definitif (qath’i) dari al- Faksi-faksi itu yang awalnya berupa Quran, hadits, ijmak dan argumentasi akal gerakan politik akhirnya menjadi gerakan yang sehat. Berikut ini rincian dalil-dalil tersebut: 17 Said Aqil Siradj, Ahlus Sunnah Wal Jamaah Dalam Lintas...... , 2. 18 Said Aqil Siradj, Ahlussunnah Wal Jama’ah; 20 Said Aqil Siradj, Ahlus Sunnah Wal Jamaah Sebuah Kritik....., 6. Dalam Lintas....., 65. 19 Said Aqil Siradj, Ahlus Sunnah Wal Jamaah 21 Mastuki Hs, Kiai Menggugat Mengadili Dalam Lintas....., 44. Pemikiran....., 2. Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

38 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 1) Al-Quran agar dapat mengantarkan kepada keyakinan Al-Quran adalah pokok dari semua tentang kekuasaan Allah.23 argumentasi dan dalil. Al-Quran adalah dalil Pandangan Said Aqil Siradj tentang Ahlu yang membuktikan kebenaran risalah Nabi al-Sunnah wa al-Jamaah Muhammad SAW. Al-Quran juga merupakan Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah dalam kitab terakhir yang menegaskan pesan-pesan perspektif NU sebagaimana ditegaskan dalam kitab samawi sebelumnya22. Allah secara Anggaran Dasarnya, bahwa Nahdlatul Ulama tegas memerintahkan umat muslim untuk sebagai Jam’iyah Diniyah Islamiyah mengembalikan persoalan yang berakidah Islam menurut paham Ahlu al- diperselisihkan kepada Allah dan rasul-Nya: Sunnah wa al-Jamaah dan mengikuti salah satu mazhab empat: Hanafi , Syafii dan فَإِ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ إِلَى هَّللاِ َوال هر ُسو ِل Kemudian jika kamu berlainan pendapat Hanbali.24 Pernyataan ini dijabarkan lebih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia rinci lagi dengan tambahan aspek tasawuf kepada Allah (al-Quran) dan rasul (al-hadits) sebagai berikut: Pertama, dalam bidang (QS. Al-Nisa: 59). akidah, Nahdlatul Ulama mengikuti paham Mengembalikan persoalan kepada Allah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah yang berarti mengembalikannya kepada al-Quran. dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari Sedangkan mengembalikan persoalan kepada dan Imam Abu Mansur al-Maturidi; Kedua, Rasul berati mengembalikannya kepada dalam bidang fiqih, Nahdlatul Ulama hadits Nabi yang sahih. mengikuti jalan pendekatan (al-) 2) Al Hadits salah satu dari mazhab Abu Hanifah al- Hadits adalah dasar kedua dalam Nu’man, Imam Malik Ibn Anas, Imam penetapan akidah-akidah dalam Islam. Tetapi Muhammad Ibn Idris al-Syafii, dan Ahmad tidak semua hadits dapat dijadikan dasar Ibn Hanbal. Ketiga, dalam bidang tasawuf dalam menetapkan akidah. Hadits yang dapat mengikuti antara lain Imam al-Junaid al- dijadikan dasar dalam menetapkan akidah Baghdadi, Imam al-Ghazali serta imam-imam adalah hadits yang perawinya masih yang lain.25 dipercaya oleh ulama. Sehingga hadits yang 1. Bidang Akidah perawinya masih diperselisihkan oleh ulama Diskursus akidah dalam paham Ahlu al- maka tidak dapat dijadikan dasar dalam Sunnah wa al-Jamaah sudah berlangsung menetapkan akidah. Hadits yag dapat sejak lama bahkan jauh sebelum Abu Hasan dijadikan dasar dalam menetapkan akidah al-Asy’ari (w. 324 H.) maupun Abu Mansur adalah hadits mutawatir, yaitu hadits yang al-Maturidi (w.332 H.), sehingga tidak terlalu mencapai peringkat tertinggi dalam salah seandainya pemikiran akidah Ahlu al- kesahihan. Di bawah hadits mutawatir ada Sunnah wa al-Jamaah tidak hadits masyhur sedangkan hadits yang sebagaimana pendapat-pendapat al-Asy’ari peringkatnya di bawah hadits masyhur tidak dan al-Maturidi.26 dapat dijadikan dasar argumentasi dalam Abdul Qahir al-Baghdadi al-Isfirany menetapkan sifat-sifat Allah. secara tegas menjelaskan bahwa semua umat 3) Ijmak Islam yang menyepakati (Ijmak) terhadap Ijmak ulama yang mengikuti ajaran ahlu kebaruan (huduts) alam, mentauhidkan al-haq dapat dijadikan argumentasi dalam pencipta alam, mempercayai kenabian menetapkan akidah. Dalam hal ini seperti Muhammad SAW beserta risalah yang dasar yang melandasi penetapan bahwa sifat- diembannya, meyakini al-Quran sebagai sifat Allah itu tidak ada permulaannya sumber hukum (Manba’ al-Ahkam al- (Qadim) adalah ijmak ulama yang qath’i. 4) Akal 23 Idrus Ramli, Madzhab As’ari Benarkah....., 188. Dalam ayat-ayat al-Quran Allah SWT 24 Anggaran Dasar...... , 7. telah mendorong hamba-hamba-Nya agar 25 Tim Perumus Konsep Sosialisasi Khittah merenungkan semua yang ada di alam raya, Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Timur, Wawasan Dasar Nahdlatul Ulama, (Surabaya: Tim Perumus Konsep Sosialisasi Khittah Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Timur, 1994), 16-17 22 Idrus Ramli, Madzhab As’ari Benarkah Ahlus 26 Said Aqil Siradj, Ahlus Sunnah Wal Jamaah Sunnah Wal Jamaah....., 184. Dalam Lintas....., 65. Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

39 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 Syariah) serta Ka’bah sebagai kiblat Pilar ketiga adalah al-Ma’d yaitu shalatnya, mereka semua tergolong Ahlu al- keyakinan bahwa Allah akan membangkitkan Sunnah wa al-Jamaah.27 manusia dari kubur, lalu memasuki hari Cakupan Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah kiamat. Pada hari itu, semua manusia akan sangat luas dan tidak bisa dibatasi hanya menerima pembalasan atas semua amal pendapat al-Asy’ari karena sebelumnya telah perbuatannya (Yaum al-Jaza).Mereka yang banyak pemikiran yang masuk dalam cakupan perhitungan (Hisab) amalnya baik akan Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah misalnya, masuk surga sedangkan yang buruk akan pemikiran yang dikembangkan oleh Harits masuk neraka.30 Ibnu Asad al-Muhasisbi (w. 241 H.), Ibnu Tiga pilar inilah yang menjadi ukuran Kullab (w. 204 H.), Imam Syafii (w. 204 H.), dalam menentukan orang, golongan atau Imam Malik Ibnu Anas (w.191 H.) Imam Abu partai dikategorikan sebagai Ahlu al-Sunnah Hanifah (w. 150 H.) para tabiit tabiin, para wa al-Jamaah apa tidak, jika masih ada tiga tabiin, para sahabat bahkan sejak zaman rukun ini dalam keyakinannya maka siapapun Rasulullah SAW.28 bisa dikategorikan sebagai Ahlu al-Sunnah Oleh sebab itu dalam Ahlu al-Sunnah wa wa al-Jamaah. al-Jamaah tidak ada batasan dan ketentuan 2. Bidang Sosial Politik harus persis seperti Imam Abu Hasan al- Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah tidak Asy’ari ataupun al-Maturidi namun pilar-pilar memiliki patokan yang baku tentang bentuk paham Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah ini yang negara. Negara diberikan kebebasan harus dipertahankan dengan demikian menentukan bentuk pemerintahannya, bisa perbedaan pendapat dan pandangan dalam demokrasi, kerajaan, teokrasi ataupun bentuk menginterpretasikan sumber agama tidak lainnya. Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah hanya menjadi jurang pemisah selama masih memberikan kriteria (syarat-syarat) yang memegang pilar-pilar (rukun) Ahlu al-Sunnah harus dipenuhi oleh suatu negara. Persyaratan wa al-Jamaah. yang harus dipenuhi oleh suatu negara Pilar pertama adalah ketuhanan (uluhiyah) tersebut adalah: mengupas tentang eksistensi Allah SWT di a. Prinsip Syura (musyawarah) alam semesta. Selama orang masih memiliki Prinsip ini didasarkan pada firman Allah jiwa tauhid yang murni kepada Allah dengan QS. 42: 36-39. Menurut ayat di atas, syura membuang semua bentuk kemusyrikan dan atau musyawarah merupakan ajaran yang berpegang teguh kepada nash al-Quran dan setara dengan iman kepada Allah, tawakkal, al-Sunnah, maka orang tersebut masih menghindari dosa besar, memberi maaf tergolong Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. setelah marah, memenuhi titah ilahi, Sikap ini berangkat dari prinsip dasar bahwa mendirikan shalat, memberikan shadaqah dan Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah selalu mencari lain sebagainya. Sekan-akan musyawarah jalan tengah (tawasuth), moderat dan merupakan suatu bagian integral dari hakikat tawazun.29 iman dan Islam. Pilar kedua adalah kenabian (Nubuwah) b. Prinsip al-Adl (keadilan) menjelaskan bahwa Allah SWT telah Menegakkan keadilan merupakan suatu menurunkan wahyu kepada para Nabi dan keharusan dalam Islam terutama bagi para Rasul sebagai utusan. Wahyu tersebut penguasa dan para pemimpin pemerintahan merupakan acuan jalan hidup umat manusia terhadap rakyat dan umat yang dipimpin. Dan yang dapat menyelamatkan kehidupan mereka ini didasarkan pada QS. 4: 58. di dunia maupun di akhirat, menuju c. Prinsip al-Hurriyah (kebebasan) kabahagiaan lahir dan batin yang hakiki dan Kebebasan dimaksudkan sebagai suatu abadi. jaminan bagi rakyat agar dapat melaksanakan hak-ha mereka. Hak-hak tersebut dalam 27 Abdul Qahir, Ibnu Muhammad al-Baghdadi al- syariat dikemas dalam al-Ushul al-Khams Isfirany al-Tamimi, al-Farqu Baina Alfiraq (lima prinsip pokok) yang menjadi kebutuhan (Beirut: Dar al-Marifat, Tt), 13. primer bagi setiap insan. Kelima prinsip 28 Said Aqil Siradj, Ahlus Sunnah Wal Jamaah Dalam Lintas....., 65. 29 Said Aqil Siradj, Ahlussunnah wal Jama’ah 30 Said Aqil Siradj, Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam Lintas...... , 72. Dalam Lintas....., 73. Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

40 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 tersebut adalah: a) hifdzu al-nafs (menjaga dengan sistem syarah (penjelasan), khasiyah kehidupan) b) hifdzu al-din (menjaga agama) (catatan kaki). Kemudian muncul pula tahqiq c) hifdzu al-mal (menjaga harta benda) d) (penelitian), dan ta’liq (komentar). hifdu al-nasl (menjaga keturunan) e) hifdzu Dari keterangan di atas, sangtlah efektif al-irdh (menjaga kehormatan). keputusan Munas Nahdlatul Ulama di d. Prinsip al-Musawah (kesetaraan derajat) Lampung 1992 tentang bermadzhab secara Semua warga negara haruslah qauli, jika masih memungkinkan penetapan mendapatkan perlakuan yang sama. Semua masalah-maslah aktual. Kemudian, jika tidak warga negara memiliki kewajiban dan hak dimungkinkan mengambil langkah dengan yang sama pula. Sistem kasta atau pemihakan bermadzhab secara manhaji, maka metode terhadap golongan, ras, jenis kelamin atau istinbath jama’i (kolektif) merupakan pemeluk agama tertentu tidaklah dibenarkan. terobosan yang brilian bagi kelangsungan 3. Bidang Istinbath al-Hukm (penggalian sistem istinbath hukum dalam lingkungan hukum) Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. Dalam deretan sekte-sekte Islam (al- 4. Bidang Tasawuf Madzahib al-Islamiyah) terutama dalam Tasawuf dibagi menjadi dua yaitu tasawuf lingkup fiqih (Syariah) tidak ditemukan sunni (amali) dan tasawuf falsafi. Tasawuf kontroversi yang disebakan oleh polemik sunni adalah tasawuf yang memilki karakter mutakallimin. Tetapi yang terjadi justru dinamis karena selalu mendahulukan syari’at. sebaliknya. Para mutakallimin, baik dari Seseorang tidak akan mecapai hakikat bila Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturudiyah maupun tidak melalui syari’at sedangkan proses Salafiyin tersebar dalam berbagai madzhab pencapaian hakikat harus melalui maqomat fiqih. Hanya Syi’ah sebagi suatu madzab (terminal-terminal). dalam telogis yang sekaligus memiliki Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang madzhab fiqih tersendiri yang berasal dari konteksnya sudah memamsuki wilayah para Imam mereka bahkan secara tegas Syi’ah ontologi yakni berhubungan dengan Allah mengikuti Imam Jafar al-Shadiq dalam SWT dengan alam semesta (kosmologi) bidang fiqih.31 sehingga jika jenis tasawuf ini bebicara Pemahaman Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah emanasi, inkarnasi, persatuan ruh Tuhan dan sebagai metode fikir (Manhaj al-Fikr) bukan ruh manusia, keesaan dan seterusnya. Seorang mazhab harus menjadi titik awal kerangka sufi sebenarnya sangat memberikan motivasi berfikir dalam menggali hukum. Metode untuk selalu dinamis. Kehidupan tasawuf tersebut bersifat tawasuth, tawazaun, tasamuh merupakan suatu revolusi rohani, sehingga dan selalu mencari jalan tengah (moderat) jika seseorang benar-benar berjalan pada yang diterima oleh sebagian besar golongan kehidupan tasawuf yang lurus maka profesi (Sawad al-A’dzam). Jika berpegang pada dan karirnya tidak akan terlambat. Namun, paradigma ini, maka keberagaman mazhab sangat disayangkan tipologi para tokoh sufi dalam fiqih akan mudah terwadai. tersebut saat ini semakin memudar. Hal ini Sebenarnya, tidaklah ditemukan pendapat disebabkan karena pemahaman tasawuf (qaul) ulama yang secra tegas menutup semenjak abad ke 5/6 H. sudah mulai otoritas ijtihad. Pintu ijtihad tertutup dengan bergeser ke arah ritual. Titik tekan tasawuf sendirinya setelah muncul persyaratan bagi hanya pada aspek-aspek formal, seperti wirid seorang mujtahid yaitu harus memiliki dzahir sebanyak-banyaknya, pemakaian kapabilitas keilmuan yang sempurna. simbol-simbol sufi dengan hudurnya hati. Perkembangan selanjutnya pemikiran kajian Analisis Konsep Ahlu al-Sunnah wa al- hukum Islam dikembangkan para ulama Jamaah Said Aqil Siradj madzhab hal ini bukan berarti semangat Said Aqil Siradj memberikan batasan- kajian generasi ini mundur namun mereka batasan dalam mengkategorikan aliran-aliran tetap reflektif, krits, analitis, argumentatif dan atau seseorang masuk dalam kategori Ahlu al- sistematis. Implementasi pemikiran mereka Sunnah wa al-Jamaah atau tidak. Konsep terefleksikan pada karyanya yaitu kitab-kitab yang ditawarkan oleh Said Aqil Siradj bahwa Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah bukanlah madzhab tapi sebuah Manhaj al-Fikr tentu 31 Said Aqil Siradj, Ahlus Sunnah Wal Jamaah menimbulkan polemik di tubuh internal NU Dalam Lintas....., 80. Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

41 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 maupun di luar NU. Karena konsep ini wa al-Jamaah. Sejarah mencatat berkat menggugat konsep al-Sunnah wa al-Jamaah kebebasan berfikir dan keterbukaan terhadap yang telah disakralkan oleh mayoritas warga ilmu pengetahuan inilah umat Islam berada NU. Hasyim Asy’ari selaku pendiri di puncak tertinggi peradaban Islam (golden menegaskan bahwa dalam aspek keyakinan age) di masa lalu. Namun secara akidah (akidah) Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah Mu’tazilah dianggap masih masuk dalam mengikuti paham yang dikembangakan oleh bingkai Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah karena al-Asy’ari dan al-Maturidi. Konsepsi Ahlu al- memiliki dasar yang sama di lima dasar Sunnah wa al-Jamaah Hasyim Asy’ari (Ushul Khamsah): ketuhanan (tauhid), mengatakan jika keluar dari pemahaman al- kenabian (nubuwat), tempat di antara dua Asy’ari dan al-Maturidi maka sudah keluar tempat (manzilatun baina manzilataini), dari Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. Hal ini keadilan (al-Adlu) dan hari akhir (al-ma’d) ditegaskan oleh Imam Murtadho al-Zabidi di sama halnya Syi’ah. Menelisik lebih jauh, dalam kitabnya Ithafu Saadah al-Muttaqin Pemahaman ahlus sunnah yang luas ini bahwa sejak zaman dulu kelompok yang sedikit banyak mengadopsi konsep Ahlu al- disebut Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah adalah Sunnah wa al-Jamaah Abdul Qahir al- pengikut al-Asy’ari dan al-Maturidi. Baghdadi al-Isfirany yang secara tegas Menurut hemat kami konsep ini memiliki menjelaskan bahwa semua umat Islam yang sisi negatif yang membuka ruang bagi aliran menyepakati (Ijmak) terhadap kebaruan lain untuk mengkaim dirinya sebagai Ahlu al- (Huduts) alam, mentauhidkan pencipta alam, Sunnah wa al-Jamaah. Batasan bahwa Ahlu mempercayai kenabian Muhammad SAW al-Sunnah wa al-Jamaah disematkan kepada beserta risalah yang diembannya, meyakini aliran dalam koridor masih meyakini bahwa al-Quran sebagai sumber hukum (Manba’ al- ketuhanan, kenabian dan hari akhir Ahkam al-Syariah) serta Ka’bah sebagai menimbulkan polemik baru. Pertama, Syi’ah kiblat shalatnya, mereka semua tergolong Imamiyah sebagai sebuah aliran memiliki Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah.32 kesamaan dalam hal ini. Lima dasar (Ushul Ketiga, dari segi metodologi konsep ini Khamsah) Syi’ah Imamiyah atau biasa tidak konsisten dan cenderung dipaksakan. disebut rukun iman Syi’ah berisi: ketuhanan Terhadap dua aliran tadi (Mutazilah dan (tauhid), kenabian (nubuwat), kepemimpinan Syi’ah Imamiyah) ia tegas memasukkan (imamah), keadilan (al-adlu) dan hari akhir keduanya dalam manhaj Ahlu al-Sunnah wa (al-ma’d). Dengan demikian Said Aqil al-Jamaah namun menolak secara tegas salafi berpendapat bahwa Syiah Imamiyah masih bagian dari Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. dalam kategori Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. Said aqil secara tegas menolak paham Salafi- Tentu ini menimbulkan polemik baru di Wahabi yang menurutnya tidak sesuai dengan kalangan nahdliyin atau di luar mereka. nilai-nilai Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah yang Sebab, Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah dengan mengedepankan sikap moderat dan selalu Syi’ah selama ini dipahami sebagai dua kutub berada di tengah. Salafi lebih tepat yang berbeda. Satu sama lain tidak pernah dikategorikan sebagai neo Khawarij yang menyatakan bisa disematkan istilah Ahlu al- paham dan perilakunya sangat keras serta Sunnah wa al-Jamaah. Bahkan selama ini jauh dari ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi dikonotasikan bahwa definisi negatif Syi’ah Muhammad SAW. Jika perilaku keras Salafi adalah Ahlus al-Sunnah dan sebaliknya terhadap kelompok lain seperti melempar definisi negatifnya Ahlu al-Sunnh adalah tuduhan sesat, bid’ah dan khurafat Syi’ah. dikategorikan bukan Ahlu al-Sunnah wa al- Kedua, Mu’tazilah sebagai aliran yang Jamaahbagaimana jika dibandingkan dengan sempat menjadi sorotan dalam sejarah Islam Mu’tazilah yang memaksakan kehendaknya berkat pencapaiannya dalam pembangunan menjadi madzhab wajib negara? Bukankah peradaban Islam dibidang ilmu pengetahuan Mu’tazilah juga melakukan tindak kekerasan juga dikategorikan sebagai Ahlu al-Sunnah dan intimidasi kepada umat Islam dalam wa al-Jamaah. Kontribusi yang besar di tragedi mihnah Al Quran? Imam Ahmad Ibnu bidang ilmu pengetahuan inilah mungkin yang menjadikan Said Aqil memasukkan 32 Mu’tazilah sebagai golongan Ahlu al-Sunnah Abdul Qahir, Ibnu Muhammad al-Baghdadi al- Isfirany al-Tamimi, al-Farqu Baina...... , 13. Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

42 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 Hanbal salah seorang Imam madzhab fiqih menjaga keseimbangan dan toleransi. menjadi saksi kekejaman khalifah al-Watsiq, Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah bukanlah al-Mutashim dan al-Watsiq yang berpaham sebuah mazhab akan tetapi sebuah Mu’tazilah. Karena jika mengacu pada aspek Manhaj al-Fikr, sebab ia hanya sebuah teologis aliran Salafi masih bisa dikategorikan upaya mencari jalan tengah antara Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah yang berbagai aliran yang ada. berlandaskan pada tiga pilar yakni ilahiyat, nubuwat dan ma’d. Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah tidak Keempat, istilah Ahlu al-Sunnah wa al- ada batasan dan ketentuan harus persis Jamaah sebenarnya sudah dimunculkan sejak seperti Imam Abu Hasan al-Asy’ari masa akhir sahabat (Sigharu al-Sahabah) ini ataupun al-Maturidi namun pilar-pilar anti tesis dari konsep Said Aqil yang paham Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah ini menjelaskan istilah ini tidak muncul sampai yang harus dipertahankan dengan akhir masa daulah Bani Umayyah. Sahabat demikian perbedaan pendapat dan Ibnu Abbas ketika melakukan tafsiran pandangan dalam menginterpretasikan terhadap surat Ali Imran: 106 menjelaskan sumber agama tidak menjadi jurang bahwa orang-orang yang wajahnya esok di pemisah selama masih memegang pilar- hari kiamat putih bersih merekalah golongan pilar (Rukun) Ahlu al-Sunnah wa al- Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah dan orang- orang yang berilmu. Sedangkan orang-orang Jamaah yaitu ketuhanan (Uluhiyah), yang wajahnya hitam merekalah golongan Kenabian (Nubuwah) dan hari akhir (Al ahlu bid’ah wa al-Dhalalah33. Hal ini Ma’d). menagaskan bahwa walaupun sebagai sebuah mahzab dan manhaj Ahlu al-Sunnah wa al- Jamaah belum terumuskan secara definitif namun sebagai sebuah nama dan istilah term ini sudah muncul di generasi akhir sahabat sebelum munculnya generasi tabiin dan tabiit tabiit tabiin seperti Hasan Basri dll. Langkah dan upaya Said Aqil Siradj dalam merekonstruksi konsep Ahlu al-Sunnah wa al- Jamaah perlu diacungi jempol mengingat semangat dari upaya ini adalah dalam rangka merumuskan kembali Ahlu al-Sunnah wa al- Jamaah yang kontekstual, mampu mengakomodir seluruh sekte, aliran dan organisasi dalam bingkai Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah yang berlandasakan pada pilar- pilar (rukun) Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah yaitu ketuhanan (Uluhiyah), Kenabian (Nubuwah) dan hari akhir (Al Ma’d). C. KESIMPULAN Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah oleh Said Aqil Siradj didefinisikan sebagai orang-orang yang memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar-dasar moderasi,

33 Hibbatullah Ibnu Hasan Ibnu Manshur al-Lalkai Abu Qasim, Syarhu Ushulu I'tiqad Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah Juz 2 (Riyadh: Daru al-Thaibah, 1980), 92. Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah

43 Nidhomul Haq Vol 3 No: 1 Maret 2018 ISSN 2503-1481 DAFTAR PUSTAKA

Al-Fairuzabadi. 1987. Al-Qamus al-Muhith. Beirut: Muassasah al-Risalah Amin, Ahmad. 1953. Duhr al-Islam Juz Iv. Beirut: Darul Kitab al-Arabi Asyari, Hasyim. 2011. Risalah Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Jakarta: LTM PBNU Hibbatullah Ibnu Hasan Ibnu Manshur al-Lalkai Abu Qasim, Syarhu Ushulu I'tiqad Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah Juz 2 (Riyadh: Daru al-Thaibah, 1980). Hs, Mastuki. 1999. Kiai Menggugat Mengadili Pemikiran Kang Said. Jakarta: Fatma Press. Ibnu Muhammad al-Baghdadi al-Isfirany al-Tamimi, Abdul Qahir. tt. Al-Farqu Baina al- firaq. Beirut: Dar al-Marifat Munawir, Ahmad Warson. 2012. Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap Surabaya: Pustaka Progresif. Qomar, Mujamil. Implementasi Aswaja dalam Perspektif NU di Tengah Kehidupan Masyarakat. Kontemplasi,Volume 02 Nomor 01, Agustus 2014. Ramli, Idrus. 2009. Madzhab As’ari Benarkah Ahlus Sunnah Wal Jamaah? Jawaban Terhadap Aliran Salafi. Surabaya: Khalista. Santoso, Nur sayyid. Sejarah teologi islam dan akar pemikiran ahlus sunnah wal jamaah (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2014). Siradj, Said Aqil. 1997. Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam Lintas Sejarah. Yogyakarta: LKPSM ______. 2008. Ahlussunnah Wal Jama’ah; Sebuah Kritik Historis. Jakarta: Pustaka Cendikia Muda. ______. Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999). Sukardi, Mohammad Dawam. NU Sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado Buat Kyai Said), (Jakarta: SAS Center, 2010). Tim Perumus Konsep Sosialisasi Khittah Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Timur, Wawasan Dasar Nahdlatul Ulama, (Surabaya: Tim Perumus Konsep Sosialisasi Khittah Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Timur, 1994).

Muhammad Endy Fadlullah/Ahlussunnah wal Jamaah