Bab Iv. Profil Kabupaten Indragiri Hilir
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Laporan Final RPI2-JM KABUPATEN INHIL (2015-2019) BAB IV. PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 4.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF WILAYAH Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian Timur pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai dengan tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak posisi Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten ini dapat dikategorikan sebagai daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir adalah 339.5 Km dan luas perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari luas wilayah. Kabupaten Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau, memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha, dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau. Secara geografis terletak pada posisi 00 36’LU ―10 07’ LS dan 1040 10’ ― 1020 32’ BT. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebagai berikut : ❖ Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan; ❖ Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi) ❖ Sebelah barat berbatsan dengan Kabupaten Indragiri Hulu; dan ❖ Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga (Provinsi Kepulauan Riau). Berdasarkan letak dan posisinya yang startegis, keberadaan Kabupaten Indragiri Hilir di Pantai Timur Sumatera memiliki prospek yang cukup tinggi bagi pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi, karena posisinya yang berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan seperti Batam dan Karimun, serta berada di wilayah perairan yang mampu mengakses berbagai wilayah dalam maupun luar negeri. Hal ini merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadikan Kabupaten Indragiri Hilir sebagai “Pintu gerbang Timur Sumatera “ dalam berbagai aktifitas pembangunan. Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah pantai dan rawa pasang surut dengan penyebaran sungai hampir di seluruh kecamatan. Disamping sungai, selat dan terusan juga terdapat parit-parit untuk mengendalikan arus air pada saat pasang surut, kondisi ini menggambarkan karakteristik wilayah ini yang juga lebih dikenal dengan sebutan “Negeri Seribu Parit”. Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) 28 | P a g e Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019 Laporan Final RPI2-JM KABUPATEN INHIL (2015-2019) Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) 29 | P a g e Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019 Laporan Final RPI2-JM KABUPATEN INHIL (2015-2019) Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan presentase wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel IV-1. Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2011 No. Kecamatan Luas (Has) Persentase (%) 1. Keritang 94.642 6,92 2. Reteh 53.183 3,89 3. Enok 44.941 3,29 4. Tanah Merah 47.660 3,49 5. Kuala Indragiri 71.495 5,23 6. Tembilahan 15.164 1,11 7. Tempuling 75.287 5,51 8. Batang Tuaka 39.118 2,86 9. Gaung Anak Serka 64.995 4,75 10. Gaung 207.617 15,18 11. Mandah 174.273 12,74 12. Kateman 48.781 3,57 13. Kemuning 104.984 7,68 14. Tembilahan Hulu 13.899 1,02 15. Pulau Burung 58.050 4,24 16. Pelangiran 85.396 6,24 17. Teluk Balengkong 42.774 3,13 18. Concong 26.348 1,93 19. Kempas 58.453 4,27 20. Sungai Batang 40.489 2,96 Jumlah 1.367.551 100,00 Sumber : Draft RTRW INHIL 2011-2031 4.2. KONDISI TOPOGRAFI Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau (mangrove). Selain itu, wilayahnya juga terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0 – 3 Meter di atas permukaan laut. Daerah yang landai ini sebagian besar terletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya 6.69 % berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6 - 35 meter dari permukaan laut yang terdapat dibagian selatan Sungai Reteh, Kecamatan Keritang. Daerah ini termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) 30 | P a g e Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019 Laporan Final RPI2-JM KABUPATEN INHIL (2015-2019) Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) 31 | P a g e Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019 Laporan Final RPI2-JM KABUPATEN INHIL (2015-2019) Secara fisiografinya, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terbelah-belah oleh beberapa sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kemiringan lereng wilayah Kabupaten Indragiri Hilir di dominasi oleh kemiringan 0 – 2 %, seluas 1.298.763 Ha (94.97 %), kemiringan 3 - 5 % seluas 9.710 Ha (0.71 %), kemiringan 16 - 40% seluas 21.197 Ha (1.55 %) dan kemiringan di atas 40 % seluas 37.744 Ha (2.76 %). Sedangkan khusus kondisi topografi untuk Kawasan Kuala Enok didominasi oleh lahan dengan kemiringan 0 – 8 %. 4.3. KONDISI GEOHIDROLOGI Pada umumnya keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir ditentukan oleh perbedaan topografi terutama antara perbukitan, dataran maupun perairan. Keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir pada dasarnya mempunyai potensi perairan yang cukup luas serta daratan yang dapat dikembangkan usaha budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk menanamkan investasi baik di bidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan dibidang budidaya perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang Anadara dan kolam). Disamping sungai-sungai dan selat, di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat parit-parit baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia, sehingga Kabupaten Indragiri Hilir disamping terkenal dengan julukan Negeri Sri Gemilang, juga di kenal sebagai Negeri Seribu Parit. Untuk sumberdaya air di wilayah kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan meliputi air rawa, air sungai dan parit. Air tanah terdiri dari air tanah bebas/unconfined ground water dan air tanah agak tertekan / semiconfined groundwater. Penentuan potensi ditentukan berdasarkan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas sumberdaya air terutama ditentukan berdasarkan pengamatan lapangan di samping dari data yang terhimpun dari penelitian terdahulu. Di Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) dari pesisir Selatan ke arah Utara, yaitu DAS Reteh Gangsal, DAS Indragiri Tuaka, DAS Gaung Anak Serka, DAS Batangtumu, dan DAS Guntung Kateman. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran kondisi hidrologi Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada peta dibawah ini. Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) 32 | P a g e Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019 Laporan Final RPI2-JM KABUPATEN INHIL (2015-2019) Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) 33 | P a g e Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019 Laporan Final RPI2-JM KABUPATEN INHIL (2015-2019) 4.4. KONDISI GEOLOGI Berdasarkan sejarah geologi, wilayah kabupaten Indragiri Hilir merupakan jalur cekungan sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan tektonik bumi yang menyebar luas dan berbentuk morfologi pendataran. Morfologi pendataran ini biasanya memiliki bentuk sungai berbelok-belok dan membawa pasokan material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimen-sedimen tersebut akhirnya terperangkap bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut ditumbuhi oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan hutan dataran rendah. Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati di atasnya tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya gaya-gaya tektonik dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang terus memasoknya dan kejadian ini berulang terus hingga sekarang. Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda akhirnya membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini terus berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut sebagai batubara muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan batubara. Endapan batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala geologi sampai suatu saat berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai sumber minyak bumi yang mengalami pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut akhirnya terjebak dalam suatu batuan perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi tersebut disebut sebagai bahan bakar energi fosil karena asalnya berasal dari sumberdaya hayati yang telah terjebak menjadi fosil-fosil. Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan dalam geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika, batuan, tanah, struktur, bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan tersebut sangat mempengaruhi sistem sungai-sungai besar dan kecil, yang selanjutnya berdampak terhadap bentuk formasi pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air sungai dan laut, penyebaran kenekaragaman hayati, dan pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh manusia. Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) 34 | P a g e Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019 Laporan Final RPI2-JM KABUPATEN INHIL (2015-2019) Wilayah kabupaten Indragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium Sumatera Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang terbentuk sebagai akibat kenaikan muka