RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB III – ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya. Terdapat beberapa arahan pembangunan Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang yang termuat didalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.

3.1.1.1. RPJMN 2015-2019 RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan

III - 1

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

III - 2

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

 Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;  Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;  Optimalisasi penyediaan layanan air minum;  Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;  Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;  Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;  Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.

Tabel 3.1 Sasaran dan Kebijakan Pembangunan dalam Nawa Cita No Pembangunan Sasaran 2019 Arahan Kebijakan 1 Pembangunan Kawasan 5 Kawasan Pusat investasi dan penggerak Metropolitan baru di luar Perkotaan pertumbuhan ekonomi bagi wilayah Pulau Jawa – Bali Metropolitan sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa 2 Peningkatan peran dan 7 Kawasan Pusat kegiatan berskala global fungsi sekaligus perbaikan Perkotaan guna meningkatkan daya saing dan manajemen pembangunan di Metropolitan kontribusi ekonomi Kawasan Perkotaan yang sudah Metropolitan yang sudah ada ada 3 Optimalisasi kota otonom 20 Kota Pengendali (buffer) arus urbanisasi berukuran sedang di Luar Otonom ke Pulau Jawa yang diarahkan Jawa sebagai PKN/PKW dan Sedang sebagai pusat pertumbuhan penyangga urbanisasi di ekonomi bagi wilayah sekitarnya Luar Jawa serta menjadi percontohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan 4 Pembangunan 10 Kota Baru 10 Kota Baru Kota mandiri dan terpadu di sekitar Publik Publik kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa – Bali yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa-Bali 5 Memperkuat pusat-pusat 39 pusat peningkatan keterkaitan perkotaan pertumbuhan sebagai Pusat pertumbuhan dan perdesaan bertujuan Kegiatan Wilayah (PKW) diperkuat menghubungkan keterkaitan atau Pusat Kegiatan Lokal perannya fungsional antara pasar dan

III - 3

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

No Pembangunan Sasaran 2019 Arahan Kebijakan (PKL) kawasan produksi.

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019

3.1.1.2. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang selanjutnya disebut Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah dokumen perencanaan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 yang disusun melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019 yang telah disusun sebagai dokumen perencanaan dan acuan penganggaran untuk periode lima tahun mendatang.

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi: a) perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; b) pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,

III - 4

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; e) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; f) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program- program pemberdayaan masyarakat.

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan

III - 5

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

(Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

III - 6

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.2 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya Pendekatan Strategi Pelaksanaan Membangun Sistem a. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional) b. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar) c. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan Fasilitasi Pemda a. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb. b. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL). c. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan lingkungan. Pemberdayaan a. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt Masyarakat melalui kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP. b. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015- 2019 Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPIJM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah. Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5

III - 7

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30- 35% dari porsi pendanaan tersebut. Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 15% terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16,09% menjadi 10% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100. Tabel 3.3 Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019

Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015- 2019

III - 8

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3.1.2. Arahan Penataan Ruang. Antara lain berisikan arahan penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Kawasan Strategis Nasional (KSN) pada kabupaten/kota sesuai dengan amanat PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Bagian ini juga berisikan arahan spasial untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

3.1.3. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk: a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional, c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindak lanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut: a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria: i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensisebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skalanasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

III - 9

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria: i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yangmelayani skala provinsi atau beberapa kabupaten,dan/atau iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skalaprovinsi atau beberapa kabupaten. c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria: i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga, ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengannegara tetangga, iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayahsekitarnya, dan/atau iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorongperkembangan kawasan di sekitarnya. d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: i. Pertahanan dan keamanan, a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkangeostrategi nasional, b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi,daerah uji coba sistem persenjataan, dan/ataukawasan industri sistem pertahanan, atau c) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yangberbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

III - 10

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

ii. Pertumbuhan ekonomi, a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, c) memiliki potensi ekspor, d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, f) berfungsi untuk mempertahankan tingkatproduksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, g) berfungsi untuk mempertahankan tingkatproduksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. iii. Sosial dan budaya a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budayanasional, b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa, c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,pengembangan antariksa, serta tenaga atomdan nuklir c. memiliki sumber daya alam strategis nasional d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

III - 11

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, floradan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungidan/atau dilestarikan, c. memberikan perlindungan keseimbangan tataguna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara, d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup f. rawan bencana alam nasional g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

3.1.4 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah: a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruangyang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang: a) Arahan pengembangan kawasan lindung danbudidaya b) Arahan pengembangan pola ruang terkaitbidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkaitkeciptakaryaan seperti pengembangan prasaranasarana air minum, air limbah, persampahan, dandrainase b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Kebijakan struktur ruang wilayah dalam RTRW Provinsi yang berlaku untuk Kabupaten Kepulauan Meranti adalah : a) Sebagai antisipasi terhadap proses globalisasi yang terus berlangsung, struktur ruang wilayah kabupaten/kota di Propinsi pada saat ini maupun ke depan secara bertahap harus terbuka dan bersifat orientasi keluar (outward looking). Namun, orientasi ke luar ini tidak boleh sampai menyebabkan terputusnya basis perekonomian setempat pada proses perekonomian global dan tercerabutnya akar sosial-budaya lokal;

III - 12

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

b) Orientasi ke luar, dimana struktur ruang wilayah Riau perlu ditunjang dengan pusat-pusat permukiman perkotaan jenjang PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), serta dilengkapi dengan simpul-simpul jaringan transportasi internasional berupa pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, dan bandar udara, yang tidak hanya handal dalam pelayanan tetapi juga mampu bersaing dengan prasarana serupa di daerah dan Negara lain; c) PKW perlu dilengkapi fasilitas pelabuhan laut dengan kelas fungsi “Pelabuhan Internasional” atau minimal “Pelabuhan Nasional” (tergantung pada kondisi perairan pelabuhan) dan bandar udara dengan kelas fungsi “Pusat Penyebaran Sekunder”. Seperti PKN, pada PKW juga dapat dilengkapi dengan pelabuhan laut kelas fungsi lebih bawah dan pelabuhan penyeberangan; d) Untuk PKL yang berlokasi di pesisir dapat dilengkapi fasilitas pelabuhan laut kelas fungsi Pelabuhan Regional dan pelabuhan penyeberangan, sedangkan untuk PKL yang berlokasi di tepi sungai dapat dikembangkan pelabuhan sungai dengan kelas fungsi disesuaikan kapasitas alur sungai; e) Selatpanjang sebagai Ibukota Kabupaten Pemekaran baru dipromosikan menjadi PKWp; f) Dalam rangka menyongsong era pasar bebas (khususnya AFTA di lingkungan ASEAN), permukiman perkotaan jenjang fungsi PKN dan PKW yang sudah ditetapkan yaitu Selatpanjang perlu terus didorong perkembangannya untuk lebih meningkatkan daya tarik dan daya saing kawasan.

Rencana struktur ruang ini disusun dengan mempertimbangkan hasil analisis terdahulu, Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Riau (2007-2026) dan sekaligus untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi wilayah, melalui pembentukan Poros Ekonomi Timur - Barat dan Poros Ekonomi Utara - Selatan, dengan menempatkan Kawasan Perkotaan Selatpanjang sebagai pusat orientasi, melalui : a. Peningkatan fungsi pelayanan pusat-pusat permukiman Alai - Selatpanjang – Bantar - Tanjung Kedabu dalam rangka membentuk poros ekonomi Timur –

III - 13

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Barat yang diorientasikan keluar (outward looking), yaitu ke Malaka dan Batu Pahat. Selatpanjang dan Alai perlu juga diorientasikan kedalam (inward looking), yaitu ke Mengkapan Buton. Rencana ini menempatkan pusat - pusat pengembangan dipesisir Sumatera sebagai wilayah belakang Kepulauan Meranti; b. Peningkatan fungsi pelayanan pusat - pusat permukiman Teluk Belitung - Selatpanjang - Tanjung Samak, yang ditujukan untuk mendorong perkembangan pembangunan poros ekonomi Utara - Selatan. Pengembangan poros ekonomi ini perlu juga diorientasikan ke - , Karimun dan Sungai Guntung/Tembilahan dan .

Pembentukan poros kegiatan ekonomi di atas, tentunya perlu didukung oleh pengembangan sistem pusat - pusat perkotaan secara berjenjang dan pelayanan sarana dan prasarana wilayah yang terpadu dan terintegrasi, sesuai dengan kondisi geografis sebagai wilayah Kepulauan.

3.1.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana TataRuang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan: i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi iii. Lingkungan hidup iv. Sosial budaya v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: 1. Arahan pengembangan pola ruang: a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

III - 14

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. 2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan. c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana. d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

A. Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis Kabupaten Kepulauan Meranti yang akan dituju pada masa mendatang ditetapkan dengan mempertimbangkan ketentuan dan kriteria penetapan kawasan strategis kabupaten, hasil rencana struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti, rencana kawasan strategis Provinsi Riau, ketersedian potensi sumberdaya alam, adanya sektor-sektor strategis yang dapat menjadi triger perkembangan pembangunan ekonomi wilayah kabupaten Kepulauan Meranti, kemudahan pelaksanaan pembangunan kawasan strategis, dan posisi geografis wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang berhadapan dengan pusat- pusat pertumbuhan di pesisir Barat Malaysia, Singapura dan sekaligus terletak pada posisi sentral dari Riau Daratan (Mengkapan Buton), Dumai, Bengkalis, Karimun, Batam dan Guntung. Kebijakan kawasan strategis Kabupaten Kepulauan Meranti, bertumpu pada pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya. Perwujudan kawasan strategis Kabupaten Kepulauan Meranti meliputi penyediaan sarana dan prasana penunjang; dan pengembangan kegiatan ekonomi skala regional. Perwujudan kawasan strategis Kabupaten Kepulauan Meranti sosial budaya berupa kawasan pariwisata. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka pengembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti (2011-2031), ditetapkan 2 (dua) kawasan strategis kabupaten. Pengembangan kawasan strategis ini diwujudkan dalam satu kesatuan kawasan pengembangan dan satu rangkaian kepulauan yang terpadu dan terintegrasi serta

III - 15

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI berorientasi lokal, regional (kawasan Riau Daratan dan Kawasan Ekonomi Khusus Karimun, Batam, Bintan) dan global (Malaysia).

B. Kawasan Strategis untuk Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi 1. Kawasan Strategis Kawasan strategis ini berperan sebagai Kawasan Strategis Provinsi Riau sekaligus sebagai kawasan strategis kabupaten Kepulauan Meranti. Kewenangan provinsi lebih fokus pada pembangunan pelabuhan pengumpan regional dan penyediaan prasarana wilayah penghubung antar Kabupaten. Kawasan strategis Selat Panjang, mencakup, kawasan perkotaan Selat Panjang, Alai dan Kuala Merbau. Kawasan ini memiliki nilai strategis, sebagai pusat niaga dengan skala regional, Pusat pemasaran produk sagu sebagai komoditi unggulan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti, wisata kuliner, pusat pendidikan pertanian dan perikanan, Lokasi pengembangan Kawasan Industri berbasis pertanian (sagu) di Kecamatan Tebing Tinggi, pusat pemerintahan kabupaten di Pulau Merbau (Kuala Merbau), permukiman di kawasan perkotaan Alai dan serta pusat produksi pertanian (sagu dan karet). Kawasan strategis Selat Panjang diharapkan mampu mendorong percepatan pembangunan ekonomi wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Pengembangan Kawasan Strategis tersebut diorientasikan keluar (outward looking), khususnya ke pusat - pusat pertumbuhan yang tersebar di pesisir barat Malaysia (Batu Pahat, Johor, Muar dan Malaka) dan diorientasikan kedalam (inward looking) yaitu: ke Kawasan Ekonomi Khusus Batam, Bintan dan Karimun, ke Buruk bakul, Duri (Bengkalis) serta ke Buton dan Dumai sebagai bagian dari cluster ekonomi/industri Kawasan Koridor Pembangunan Ekonomi Nasional. Upaya pengembangan kawasan strategis Selat Panjang pada masa mendatang perlu didukung oleh beberapa kegiatan strategis yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi Riau yaitu: pengembangan kegiatan pelabuhan ekspor dengan meningkatkan pelayanan pelabuhan eksisting, pengembangan pelabuhan penumpang internasional di Kawasan Dorak, pengembangan Bandar udara perintis di Kecamatan Tebing Tinggi Barat, pengembangan sentra-sentra pertanian dan diwilayah hinterlandnya (pulau-pulau disekitarnya), dukungan prasarana energi/listrik, air bersih dan telekomunikasi. Kewenangan pemerintah

III - 16

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Kabupaten Kepulauan Meranti lebih fokus dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam skala pelayanan lokal.

2. Kawasan Strategis Tanjung Samak Kawasan Strategis Tanjung Samak di Kecamatan memiliki nilai strategis ekonomi berbasis pertanian dalam arti luas, perikanan dan tambang. Kawasan Strategis Tanjung Samak mencakup kawasan perkotaan Tanjung Samak, Tanjung Medang, Tanjung Sari, Pulau Topang dan Burung. Kawasan strategis ini direncanakan sebagai sentra industri pengolahan/home industri berbasis tanaman kelapa, sagu dan sentra perikanan. Pengembangan kegiatan industri pengolahan tersebut sangat potensial untuk meningkatkan nilai tambah produk komoditi kelapa. Jenis produk kegiatan industri yang prospektif dikembangkan, adalah: minyak kelapa, nata de coco, arang batok kelapa, alas kaki/keset dari sabut kelapa, bahan peredam dan interior gedung dengan memanfaatkan kayu batang kelapa. Kegiatan ekonomi lainnya adalah kegiatan wisata alam (ekowisata) Tasik dan kegiatan tambang timah disekitar Pulau Burung dan atau diperairan yang berbatasan dengan Kabupaten Karimun. Kondisi saat ini telah dilakukan kegiatan penambangan timah telah dilakukan secara ilegal. Pengembangan kawasan strategis Tanjung Samak diorientasikan ke Selat Panjang, Karimun sebagai bagian dari kawasan ekonomi khusus (Karimun, Batam dan Bintan) dan ke pusat-pusat pertumbuhan di pesisir Barat Malaysia (Batu Pahat, Johor, Muar, Malaka) dan Singapura. Upaya mewujudkan pembangunan kawasan strategis Tanjung Samak pada masa mendatang, perlu didukung beberapa kegiatan strategis, yaitu: Peningkatan kondisi dan pelayanan pelabuhan penumpang dan barang serta pelabuhan perikanan Tanjung Samak. Peningkatan kondisi pelabuhan rakyat/local Tanjung Medang, Pembangunan pelabuhan pengumpan regional dan nasional Tanjung Sari, pengembangan jalan Kolektor Primer (KP3), peningkatan kondisi jalan lokal primer yang menghubungkan ke pusat-pusat permukiman disekitarnya, penyediaan fasilitas pendukung kegiatan ekowisata dan kegiatan industri pengolahan, penataan lingkungan permukiman eksisting, memanfaatkan kawasan permukiman sebagai lokasi kegiatan industri pengolahan dengan konsep home industri, peningkatan pelayanan prasarana energi/listrik, air bersih dan

III - 17

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI telekomunikasi, peningkatan kondisi jalan lokal primer, penyediaan prasarana energy listrik, telekomunikasi dan air bersih yang cukup.

3. Kawasan Strategis Sosial Budaya Rencana pengembangan kawasan strategis sosial budaya di Kabupaten Meranti berupa kawasan pariwisata. Kawasan pariwisata berupa kawasan prioritas pengembangan pariwisata meliputi: a. Kawasan Strategis Selat Panjang 1) kawasan wisata alam berada di Kecamatan Tebing Tinggi Barat berada di kompleks Objek Wisata Tasik Nambus; 2) kawasan wisata budaya meliputi Kecamatan Tebing Tinggi yang terdiri dari situs Cwe Lak, Reog dan di desa Wisata meliputi desa Lalang Tanjung. b. Kawasan Strategis Tanjung Samak Kawasan wisata religi, meliputi: 1. kawasan Sokop berada di Kecamatan Rangsang; 2. kawasan Teluk Kepau berada di Kecamatan Tebing Tinggi Timur.

3.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang Bidang Terkait Cipta Karya Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang cipta karya adalah arahan mengenai rencana peruntukan Kawasan Permukiman dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

3.2.1. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman ini mencakup permukiman perkotaan dan perdesaan yang direncanakan dengan luas 16.710 Ha, sebagai berikut: 1) Permukiman perkotaan Permukiman perkotaan diwilayah kabupaten Kepulauan Meranti memiliki karakteristis sebagai kawasan permukiman pesisir dan permukiman wilayah daratan setiap pulau, yaitu kawasan perkotaan Selatpanjang, Tanjung Samak, Alai, Teluk Belitung, Tanjung Sari, Peranggas, Tanjung Padang, dan Kuala Merbau. Upaya-upaya yang akan dilakukan dalam pengembangan kawasan permukiman ini, yaitu : a. Mempersiapkan areal perluasan kawasan permukiman

III - 18

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

b. Mempertahankan kawasan permukiman perkotaan sebagai kawasan yang berciri perkampungan melayu c. Melakukan rehabilitasi dan penataan kawasan permukiman pesisir yang terkesan kumuh, melalui upaya merubah orientasi bangunan menghadap keperairan. Perairan sebagai halaman rumah d. Meningkatkan kondisi drainase dan sanitasi lingkungan e. Melakukan penataan bangunan dan lingkungan f. Merelokasi bangunan-bangunan yang terletak pada kawasan abrasi

2) Permukiman perdesaan Kawasan permukiman perdesaan di arahkan pada Dakal, Bandul, Meranti Bunting, Lukit, Teluk Ketapang,Tanjung Peranap, Sungai Tohor, Topang, Segomeng, Tanjung Medang, Sidomulyo, dan Anak Penyagun yang berciri perkampungan melayu umumnya tersebar linier disisi jaringan jalan dan menyatu dengan kawasan pertanian dan perkebunan. Upaya- upaya yang akan dilakukan dalam pengembangan kawasan permukiman ini, yaitu : a) Membatasi perkembangan permukiman dikawasan pesisir yang rawan abrasi b) Membatasi pembangunan jalan local dengan dimensi ROW lebih dari 4 meter c) Mempersiapkan fasilitas social dan pelayanan umum sesuai kebutuhan penduduk perdesaan d) Merelokasi bangunan perumahan yang berada pada kawasan rawan abrasi e) Membatasi perkembangan pembangunan kawasan permukiman dalam kawasan hutan, melalui upaya pembatasan pelayanan sarana dan prasarana wilayah.

Kawasan ruang terbuka hijau ditetapkan untuk kawasan perkotaan dan non perkotaan sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Selanjutnya untuk kawasan perkotaan, penyediaan kawasan

III - 19

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ruang terbuka hijau dimaksudkan untuk mengurangi polusi udara yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor, penyediaan fasilitas umum untuk masyarakat, dan mengurangi panasnya suhu udara kawasan perkotaan. Ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan ditetapkan minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan yang bersangkutan, terdiri dari ruang terbuka hijau publik minimal 20% (dua puluh persen) dan ruang terbuka hijau privat minimal 10% (sepuluh persen). Ruang terbuka hijau perkotaan diantaranya berupa hutan kota, taman kota, dan jalur hijau yang ditanam di sepanjang jaringan jalan. Selanjutnya untuk kawasan non perkotaan, ruang terbuka hijau ditetapkan berupa hutan dengan luas minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS). Penetapan proporsi luas kawasan hutan terhadap luas daerah aliran sungai (DAS) dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan tata air. Distribusi luas kawasan hutan disesuaikan dengan kondisi daerah aliran sungai antara lain, morfologi, jenis batuan, serta bentuk pengaliran sungai dan anak- anak sungai. Dengan demikian kawasan hutan tidak harus terdistribusi secara merata pada setiap wilayah administrasi yang ada di daerah aliran sungai.

3.2.2. Arahan Struktur Ruang Terkait Bidang Cipta Karya 3.2.2.1. Pengembangan Prasarana Sarana Air Minum Untuk rencana pengembangan SPAM untuk Kabupaten Kepulauan Meranti untuk 20 tahun kedepan, maka perlu dilakukan skenario rencana daerah pengembangan dan tingkat pelayanan masyarakat berdasarkan cakupan pelayanan terhadap sistem yang akan diterapkan yaitu sebagai berikut : 1) SPAM perpipaan, pelayanan yang dikembangkan sama dengan yang ada saat ini yaitu berupa sambungan rumah (SR, HU, KU). Adapun cakupan pelayanan di Ibu Kota Kabupaten Selat panjang (kecamatan Tebing Tinggi dan Tebing Tinggi Barat), IKK Rangsang, IKK Rangsang Barat, IKK Merbau, dan IKK Putri Puyu. 2) SPAM non perpipaan dengan mobil tanki. Cakupan pelayanan di kelurahan yang tak terjangkau dengan jaringan pipa di wilayah Ibu Kota Kabupaten dan kecamatan Tebing Tinggi Barat.

III - 20

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3) SPAM non perpipaan komunal berupa pengembangan pelayanan pada Penampung air hujan (PAH). Cakupan pelayanan meliputi wilayah kelurahan yang tidak terjangkau dengan SPAM perpipaan dan mobil tanki dengan kondisi daerah sulitdengan pembuatan sumur gali terlindungi (daerah rawan air). 4) SPAM non perpipaan individu berupa pengembangan pada sumur gali tidak terlindungi yang ada saat ini dikembangkan menjadi sumur gali terlindungi. Cakupan wilayah diseluruh Kabupaten Kepulauan Meranti yang masyarakatnya menggunakan sumur gali untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

3.2.2.2. Pengembangan Prasarana Air Limbah Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit, seperti: diare, thypus, kolera dll. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu:  Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system);  Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).

Secara umum kondisi pengelolaan Air limbah domestik Kabupaten Meranti masih belum memadai. Sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Meranti belum berjalan efektif sebagaimana diharapkan dan itupun hanya diprakarsai oleh pemerintah, belum dilakukan oleh dunia usaha ataupun masyarakat. Kabupaten Meranti pada saat ini pengelolaan black water (air limbah yang berasal dari jamban atau WC) masih sebatas pengumpulan dan penampungan, sedangkan unit pengolahan pengangkutan dan pengolahan akhir lumpur tinja atau Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) masih belum ada. Sementara itu Sistem pengolahan air limbah domestik masih dikelola secara on-site system (setempat).

III - 21

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Sistem pengolahan air limbah secara onsite sistem pun masih belum memadai. Faktor utama adalah masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah. Sistem pengolahan air limbah domestik yang terdiri atas black water yang berasal dari tinja, urine, air pembersih dan air penggelontor. Masyarakat umumnya menggunakan jamban leher angsa dengan kontruksi penampungan dan pengumpulan berupa tangki septik, pipa sewer dan cubluk. Pada umumnya sistem pembuangan limbah non tinja ini dialirkan melalui lubang resapan yang disalurkan melalui saluran terbuka yang dialirkan ke sistem drainase atau ke sungai. Strategi untuk mencapai visi sanitasi dan melaksanakan misi sanitasi, dirumuskan berdasarkan kondisi terkini dari pengelolaan air limbah domestik dimana strategi yang digunakan adalah mengatasi kelemahan untuk meraih peluang. Adapun strategi yang telah dirumuskan adalah : 1) Menyusun Masterlan Air Limbah / Outline SPAL 2) Mengoptimalkan dan inovasi program stimulus kepemilikan jamban keluarga sehat 3) Memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan jamban agar terjadi peningkatan sarana dan prasarana air limbah 4) Mendayagunakan pihak swasta untuk pengadaan truk tinja 5) Mengoptimalkan anggaran baik APBD maupun APBN untuk Sanitasi terutama Pembangunan IPLT dan IPAL Komunal/Tangki septik komunal 6) Membuat dan melaksanakan sosialisasi perda tentang air limbah yang spesifik 7) Meningkatkan dana APBP Prov dan APBN untuk menunjang pendanaan sektor sanitasi dan memanfaatkan fasilitas APBN terkait kelembagaan 8) Mengefektifkan media untuk diajak kerjasama dalam mensosialisasikan pengelolaan air limbah yang berkelanjutan

3.2.2.3. Pengembangan Prasarana Persampahan Dalam proses pelaksanaannya, pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah, beberapa mitra potensial turut berperan dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti. Pada Subbab pengelolaan

III - 22

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI persampahan ini, berikut akan dipaparkan kondisi eksisting pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan meranti, mulai dari kelembagaan, sistem dan cakupan pelayanan, kesadaran masyarakat dan PMHSJK, pemetaan media, partisipasi dunia usaha, pendanaan dan pembiayaan serta permasalahan mendesak dan isu strategis. Sistem persampahan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini belum terkelola secara terpadu, pemerintah daerah menyediakan Tempat Pembuangan Sementara (TPS), yang nantinya akan diangkut menggunakan kendaraan pengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tetapi secara keseluruhan belum semua kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti mendapatkan pelayanaan persampahan. Karena cakupan pelayanan sampah yang masih rendah oleh pemerintah jadi penanganan sampah dengan cara membakar secara terbuka (open burning) masih menjadi pilihan yang dilakukan masyarakat. Padahal dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Juknis SPM Bidang Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa selain kegiatan transportasi dan industri, kegiatan pembakaran terbuka dan kawasan permukiman juga memiliki pengaruh terhadap kualitas udara. Sebagian masyarakat menganggap pembakaran sampah bukanlah sesuatu yang dapat menghawatirkan, terlebih karena Barru dengan luasan lahan yang masih sangat memadai, penggunaan bahan dan materi yang dominan masih alami, dianggap tidak memberikan intervensi terhadap kualitas udara. Arahan strategi untuk pengelolaan persampahan diantaranya : 1) Menyusun masterplan persampahan dengan skala kabupaten 2) Meningkatkan jumlah cakupan layanan sampah dan kualitas sarana dan prasarana untuk mengurangi volume sampah 3) Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana pengelolaan persampahan serta meningkatkan perluasan TPA atau pemindahan TPA ke lokasi yang baru 4) Mengadakan pembangunan TPS 3R untuk merubah perilaku masyarakat sehingga masyarakat membuang sampah ke TPA 5) Melakukan sosialisasi perda Persampahan serta sosialiasasi sampah tentang pengelolaan sampah ke sumbernya

III - 23

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

6) Memaksimalkan penganggaran yang relatif meningkat sehingga dapat mengurangi volume sampah serta mengusahakan pendanaan swasta dalam pengelolaan sampah

3.2.2.4. Pengembangan Prasarana Drainase Dalam hal sektor drainase, hingga saat ini Kabupaten Kepulawan Mereanti baru memiliki Masterplane Skala Kota yaitu Masterplane Kota Selat Panjang sehingga masih banyak jaringan drainase yang belum terintegrasi dengan baik. Untuk jaringan drainase tersier/jaringan drainase permukiman saat ini belum terinvetarisir. Keberadaan drainase permukiman yang terstruktur pada umumnya terdapat di permukiman yang dibangun oleh pengembang serta di sepanjang jaringan jalan. Meskipun demikian jaringan belum terintegrasi, pada beberapa kantong permukiman yang padat bahkan kondisi drainase tidak memenuhi standar. Pada beberapa kasus, drainase ini kondisinya tidak terawat dan mengalami pendangkalan akibat timbunan sampah dan lumpur. Kondisi drainase yang ada mengakibatkan rentan terjadinya bencana banjir di musim penghujan, terutama di daerah-daerah yang memiliki kontur lebih rendah dengan guna lahan terbangun yang padat. Berikut ini adalah beberapa strategi terkait dengan jaringan drainase di Kabupaten Kepulauan Meranti, diantaranya: 1) Menyiapkan rencana induk (masterplane) skala kabupaten yang terpadu antara sistem drainase dan pengolahan sungai. 2) Mendayagunakan SDM untuk membangun sistem drainase didaerah gambut dan dataran rendah 3) Membangun teknologi sistem untuk sarana dan prasarana drainase terutama di daerah pasang surut 4) Menyusun Perda tentang Drainase 5) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya fungsi drainase 6) Memaksimalkan anggaran APBN untuk pembangunan drainase serta mengoptimalkan peran swasta untuk partisipasi dalam pendanan pembangunan drainase

III - 24

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3.2.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategi

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

Tabel 3.4 Daftar 35 WPS Kelompok WPS WPS WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang- Tanjung Api-Api; Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-; Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang; Malang-Surabaya Bangkalan; Yogyakarta-Solo-Semarang; Balikpapan-Samarinda-Maloy; Manado-Bitung-Amurang; Makassar-Pare Pare- Mamuju WPS Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman Ternate-Sofifi-Morotai; Ambon-Seram WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam-Bintan-Karimun; Kemaritiman -Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang) WPS Konektivitas Keseimbangan Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi; Pertumbuhan Terpadu Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Sibolga-Padang-Bengkulu; Berkembang Yogyakarta-Prigi-Blitar-Malang; Banjarmasin- Batulicin-Palangkaraya; Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas; Gorontalo- Bolaang Mongondow; Palu-Banggai; Sorong-Manokwari; Manokwari-Bintuni WPS Konektivitas dan Pusat Denpasar-Padang Bay Pertumbuhan Wisata WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Sabang-Banda Aceh-Langsa Berkembang dan Hinterland WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Jayapura-Merauke Hinterland dan Perbatasan WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan Pulau Lombok Hinterland

III - 25

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Kelompok WPS WPS WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan Kupang-Atambua WPS Pertumbuhan Baru Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap; Mamuju-Mammasa-Toraja-Kendari WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Labuan Bajo-Ende Wisata WPS Pertumbuhan Wisata dan Pulau Sumbawa Hinterland WPS Perbatasan Temajuk-Sebatik WPS Aksesibilitan Baru Nabire-Enarotali-(Ilaga-Timika)-Wamena WPS Pulau Kecil Terluar Pulau Pulau Kecil Terluar (tersebar) Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

Berdasarkan 35 WPS yang telah ditetapkan, Kabupaten Kepulauan Meranti tidak termasuk dalam WPS. 3.2.4. Arahan Rencana Pembangunan Daerah. 1. RPJMD Provinsi Riau RPJMD Provinsi Riau masih dalam proses review 2. RPJMD Kabupaten Kepulauan Meranti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah dalam hal ini Bupati Kepulauan Meranti yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti dengan memperhatikan RPJM Nasional, yang memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Dalam waktu lima tahun kedepan strategi umum yang diharapkan akan memacu percepatan pembangunan Kepulauan Meranti yaitu dengan visi “Menjadikan Kepulauan Meranti Sebagai Kawasan Niaga yang Maju dan Unggul dalam Tatanan Masyarakat Madani”.

Arahan pengembangan dalam RPJMD Kabupaten Kepulauan Meranti yang menyangkut bidang Cipta Karya :

III - 26

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

1) Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antar moda dan antar pulau yang terintegrasi sesuai dengan sistem karakateristik wilayah 2) Peningkatan sistem jaringan jalan yang menunjang kawasan strategis potensial 3) Mendukung pencapaian target SDG's terutama dalam penyediaan air baku untuk air bersih melalui kegiatan Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku 4) Mendorong partisipasi swasta, dan masyarakat dalam pelayanan dan penyelenggaraan sarana dan prasarana

3.3. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Bagian ini berisikan rangkuman dari rencana masing-masing sektor di lingkup Cipta Karya, baik untuk sektor pengembangan kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, air minum, dan sanitasi.

3.3.1. Rencana Kawasan Permukiman (RKP) Pada saat ini di Kabupaten Kepulauan Meranti belum memiliki dokumen perencanaan terkait pengembangan kawasan kumuh.

3.3.2. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM) A. Rencana sistem pelayanan Secara umum, pengembangan sumber air bersih untuk Kabupaten Kepulauan Meranti meliputi revitalisasi terhadap sumber eksisting, pembangunan baru dan pengembangan terhadap sumber-sumber air baku air bersih yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti. Sumber-sumber air baku air bersih yang potensial cukup banyak dari segi Kuantitas dan dari segi Kontinyunitasnya tetapi dari segi kualitas kurang. Penyusunan rencana induk sistem penyediaan air minum ini disusun haruslah memperhatikan aspek- aspek rencana pengelolaan sumber daya air, rencana tata ruang wilayah, kebijakan dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum, kondisi sosial ekonomi, budaya, dan ekonomi masyarakat di daerah setempat dan sekitarnya serta aspek yang sangat penting yaitu aspek kondisi kota dan rencana pengembangannya. Dasar-dasar pertimbangan strategi pengembangan sarana-prasarana air minum di masa datang dengan memenuhi target sebagai berikut :

III - 27

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

 mampu memberikan pelayanan air bersih secara kontinyu (24 jam) dengan mempertimbangkan kuantitas dan kualitas yang memenuhi standar air minum.  Memiliki manejemen sistem pengelolaan sumber yang tepat dan bijaksana sehingga kelestarian sumber tetap terjaga. pemanfaatan secara efektif dan optimal tanpa menimbulkan konflik kepentingan  Mengoptimalkan sistem jaringan eksisting sehingga dapat meningkatkan tingkat Pelayanan baik secara kualitas maupun kuantitas  Meminimalkan tingkat kebocoran dan kehilangan air mencapai maksimal 20 %  Sistem yang ekonomis sehingga harga operasional tidak terlalu tinggi dan harga air terjangkau oleh masyarakat. Mingkatkan tingkat Pelayanan terutama pada Wilayah Prioritas

Berdasarkan dengan target tersebut diatas perlu dibuat suatu strategi pengembangan sesuai dengan kondisi, permasalahan dan potensi sarana prasarana air minum saat ini di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti seperti:  Meningkatkan Kinerja lembaga pengelola yang ada  Meningkatkan koordinasi antar sektor/lembaga dalam pengaturan dan pemanfaatan sumber daya air, dari berbagai kepentingan secara bijaksana  Mengkampanyekan penghematan pemakain air terutama daerah-daerah perkotaan  Evaluasi Sistem dan Meningkatan Kinerja sistem jaringan pelayanan dengan sarana prasarana yang ada, secara optimum dan ekonomis  Mengembangkan sumber baru atau sistem baru dengan pemanfaatan air permukaan, untuk daerah yang belum di layani atau belum mencapai target pelayanan diatas 70 % untuk daerah perdesaan dan 90 % untuk daerah perkotaan dan kualitas air menjadi air siap minum.  Prioritas Pengembangan untuk daerah yang memiliki tingkat pelayanan yang paling minimum, derajat kesehatan lingkungan rendah, daerah potensial/komersil, dan lainnya.

III - 28

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

B. Rencana Daerah Pelayanan

Kajian Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Kepulauan Meranti meliputi kajian terhadap perencanaan masing masing unit. unit air baku yang meliputi kajian sumber air baku, penyadapan air baku (intake), sistem aliran air baku ke unit produksi dengan sistem pompa, dan pipa transmisi yang membawa air dari sumber air baku sampai dengan bak pengolahan. Unit produksi yang meliputi instalasi pengolahan air, pembubuhan bahan kimia dan bak tampungan air olahan (reservoar). Unit distribusi yang meliputi pompa distribusi, ME, jaringan pipa distribusi utama, sekunder dan tersier. Unit pelayanan yang terdiri dari sambungan rumah, dan mobil tangki.

C. Permasalahan Sistem Perpipaan Saat ini, sistem penyediaan air minum Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami berbagai permasalahan baik dalam hal teknis maupun maupun non teknis. Di antara permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Aset dari PDAM Bengkalis tidak operasional lagi. 2) Tingkat pelayanan sistem perpipaan untuk seluruh Kabupaten Kepulauan Meranti belum ada. 3) Banyak aset SPAM yang rusak dan hilang, sehingga harus dilakukan revitalisasi, terutama bagian intake dan IPA. 4) Diperlukan bantuan teknis untuk pengelolaan air minum di Kabupaten Kepulauan Meranti. 5) Kelembagaan yang menangani SPAM kabupaten Kepulauan Meranti berupa UPT, di bawah Dinas Pekerjaan Umum.

D. Permasalahan Pengelolaan Air Minum Non Perpipaan Saat ini, pelayanan air bersih di Kabupaten Kepulauan Meranti belum optomal, sistem non perpipaan umumnya dikelola sendiri oleh masyarakat. Adapun permasalahan yang ada pada sistem non perpipaan ini adalah : 1) Kualitas air tanah yang kurang bagus; 2) Banyak masyarakat yang belum melindungi sumur gali dengan baik;

III - 29

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3) Belum ada pengolahan tersendiri untuk kualitas air tanah dangkal yang kualitas kurang bagus; 4) Kedalaman sumur umumnya dangkal (12 – 16 meter);

Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti terdapat beberapa rencana pengembangan kawasan yang terkait dengan kebuhan prasarana air minum diantaranya :  kawasan sebagai tempat permukiman (perkotaan dan perdesaan)  kawasan sebagai tempat pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,  kawasan sebagai tempat pelayanan sosial  kawasan sebagai tempat kegiatan ekonomi. Rencana daerah pelayanan pada masing-masing kawasan peruntukan memiliki aktivitas yang berbeda dan tentunya kebutuhan air minum akan berbeda juga. PDAM Cabang Selat Panjang melayani air bersih masyarakat dengan sistem perpipaan. Komponen sistem penyediaan air bersih terdiri dari unit intake, unit transmisi air baku, unit pengolahan air, unit pipa transmisi air bersih, unit booster pump dan unit distribusi. Pelayanan air bersih kepada masyarakat diberikan dengan sistem perpipaan menggunakan jenis sambungan langsung ke rumah-rumah atau bangunan milik pelanggan yang dilengkapi dengan meter air dan sebagian kecil dengan hidran umum. Setiap kubikasi pemakaian air berdasarkan pencatatan meter air, akan dikenai biaya pemakaian sesuai dengan tarif yang berlaku. Pelanggan dikelompokkan berdasarkan fungsi bangunan terutama untuk tujuan pengenaan sistem tarif yang diberlakukan. Selain itu, pengelompokkan pelanggan bisa juga ditujukan untuk pemberian diameter pipa sambungan dimana untuk pelanggan yang mengkonsumsi air banyak akan menggunakan pipa sambungan dengan diameter yang lebih besar. Klasifikasi pelanggan di PDAM Cabang Selat Panjang terdiri dari :  Pelanggan Non Niaga; yaitu pelanggan rumah tangga  Pelanggan Niaga; yaitu pelanggan bangunan komersil seperti pertokoan

III - 30

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

 Pelanggan Sosial; yaitu pelanggan bangunan sosial seperti mesjid, sekolah,  Pelanggan Industri; yaitu pelanggan yang memakai jumlah air yang besar seperti hotel, pelabuhan,  Pelanggan HU/KU  pabrik, dll.

Tingkat pelayanan air bersih oleh PDAM adalah jumlah penduduk yang telah dilayani air bersih dibandingkan dengan jumlah total penduduk di daerah pelayanan dikali 100%. Berdasarkan data jumlah pelanggan yang dilayani pada Mei 2006 yaitu 458 sambungan dan dengan mengasumsikan jumlah setiap sambungan adalah 5 orang, maka jumlah penduduk yang telah dilayani air bersih PDAM Cabang Selat Panjang adalah 2.290 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada kota Selat Panjang pada Juni 2006 sebesar 65.885 jiwa, maka tingkat pelayanan air bersih saat itu baru mencapai 3,5%. Secara umum, daerah pelayanan air bersih saat ini baru meliputi Kelurahan Selat Panjang Kota, kelurahan Selat Panjang Barat, kelurahan Selat Panjang Selatan dan kelurahan Selat Panjang Timur. Sedangkan desa – desa lainnya belum dilayani. Pengembangan penyediaan air minum dalam meningkatkan pelayanan secara bertahap sesuai dengan kemampuan daerah dan PDAM Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai pengelola penyediaan air bersih. Adapun strategi pengembangan sistem penyediaan air minum adalah sebagai berikut :  Revitalisasi sistem penyediaan air minum saat ini.  Rehabilitasi sistem penyediaan air minum saat ini  Pembangunan baru system penyediaan air minum saat ini dengan peningkatan kapasitas produksi

E. Rencana penurunan kebocoran air minum

Upaya penurunan tingkat kebocoran akan terus di upayakan se optimal mungkin hingga mencapai tingkat kehilangan air sebesar 20%,

III - 31

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

melalui beberapa upaya tindak lanjut baik dari aspek teknis maupun non teknis.

3.3.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK) A. Kerangka kerja pembangunan sanitasi 1. Limbah Domestik Dalam menentukan wilayah pengembangan air limbah domestik yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat desa/kelurahan, maka disusun prioritas pengembangan sistem air limbah domestik. Penentuan zona wilayah dan sistem sanitasi air limbah berdasarkan 5 (lima) kriteria, yaitu Kepadatan penduduk, tata guna lahan (Perdagangan, jasa maupun permukiman) saat ini dan yang akan datang berdasarkan RTRW, kondisi ekstrim yg didefinisikan sebagai genangan yg diakibatkan oleh pengaruh pasang surut air laut, tingkat resiko kesehatan dan kondisi tanah. Berdasarkan analisis penentuan zona dan sistem sanitasi air limbah di Kabupaten Kepulauan Meranti sistem sanitasi sub-sektor air limbah domestik terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Kepulauan Meranti, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system).

III - 32

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.6 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Meranti

Sumber : SSK Kabupaten Kepulauan Meranti

Tabel 3.6 menjelaskan bahwa kondisi sanitasi saat ini, 22,2 % masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABs) dan 48,4 % masyarakat Kepulauan Meranti masih terdapat sistem pembuangan limbah rumah tangga dengan model cubluk dan sejenisnya, maka perlu perhatian khusus dalam penanganan kondisi saat ini. Dengan demikian, ditetapkan target cakupan layanan sanitasi dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang dengan sistem yang berbasis lingkungan sehingga tidak mencemari air dan tanah serta tidak menimbulkan berbagai penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan yang tidak sehat. Adapun target pengembangan air

III - 33

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI limbah domestik di Kabupaten Kepulauan Meranti perlu menggunakan berbagai sistem yaitu menggunakan sistem setempat (onsite). Dilihat dari kondisi dan komitmen penganggaran dalam bidang sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti maka persentase tahap pengembangan dilakukan dalam berbagai tahap. Tahap pertama yaitu tahap jangka pendek yaitu sampai tahun 2016, 38% rumah tangga yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti sudah terlayani dengan sistem setempat atau tangki septik individual, 0,60% terlayani menggunakan MCK++, 0,5 % menggunakan IPAL komunal dan 0,2% menggunakan sistem tangki septik komunal. Tahap kedua yaitu tahap jangka menengah yaitu sampai tahun 2019, 67% rumah tangga di Kabupaten Kepulauan Meranti sudah terlayani dengan sistem on- site yaitu dengan tangki septik individual, dan dengan sistem komunal, 1,10 % dengan MCK ++, 1,1 % IPAL komunal dan 0,8% tangki septik komunal. Tahap ketiga yaitu tahap pengembangan air limbah domestik jangka panjang atau sampai pada tahun 2030, 83% rumah tangga di Kabupaten Kepulauan Meranti sudah terlayani dengan sistem on-site yaitu dengan tangki septik individual, sedangkan sistem komunal, 1,50% dengan MCK ++, 2,00% IPAL Komunal dan 2% tangki septik komunal.

2. Persampahan Sistem persampahan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini belum terkelola secara terpadu, pemerintah daerah menyediakan Tempat Pembuangan Sementara (TPS), yang nantinya akan diangkut menggunakan kendaraan pengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tetapi secara keseluruhan belum semua kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti mendapatkan pelayanaan persampahan. Kecamatan yang di layani pemerintah kabupaten Kepulauan Meranti adalah Kecamatan Tebing tinggi. Oleh karena itu melalui Strategi Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti merencanakan tahapan pengembangan persampahan mulai dari jangka pendek, jangka menengah sampai jangka panjang yang terintergrasi dengan hasil studi EHRA Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2014 yang merupakan gambaran kondisi real sanitasi kabupaten.

III - 34

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.7 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Kepulauan Meranti

Sumber : SSK Kabupaten Kepualauan Meranti

Tabel 3.7 menjelaskan bahwa sistem dan cakupan layanan persampahan pada saat ini (eksisting) di Kabupaten Kepulauan Meranti wilayah perkotaan dan pedesaan terdiri dari 2% dan 0% sampah terangkut oleh petugas kebersihan yang terdiri dari 1% dilakukan dengan penanganan secara langsung(direct) dan 1% dilakukan dengan penanganan tidak langsung (indirect), sementara yang dikelola mandiri oleh masyarakat (dibuang, dibakar, dikubur,dll) atau yang belum terlayani oleh petugas kebersihan adalah sebanyak 98%. Berawal dari hal tersebut maka perlu penangan yang konkrit dan khusus terhadap permasalahan persampahan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti. Dengan demikian pemerintah kabupaten melakukan target pencapaian dalam tahap pengembangan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Kepulauan

III - 35

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Meranti yang terdiri dari target jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Dalam target jangka pendek yaitu sampai tahun 2017, Kabupaten Kepulauan Meranti menargetkan sebesa 20% dan 5% sampah terangkut oleh petugas kebersihan pada tahun 2017 dan 80% sampah yang masih dikelola mandiri oleh masyarakat atau yang belum terlayani oleh petugas kebersihan, sedangkan di wilayah pedesaan masih 100% dikelola oleh masyarakat. Dalam target jangka menengah yaitu sampai tahun 2019, Kabupaten Kepulauan Meranti menargetkan 50% sampah terangkut oleh petugas kebersihan pada tahun 2019 dan 50% sampah yang masih dikelola mandiri oleh masyarakat atau yang belum terlayani oleh petugas kebersihan.

3. Drainase Untuk tahap pengembangan drainase di Kabupaten Kepulauan Meranti akan difokuskan pada seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kecamatan Rangsang, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kecamatan Rangsang Barat, Kecamatan Merbau, Kecamatan Pulau Merbau, Kecamatan Putri Puyu. Kondisi topografi sangat memengaruhi pilihan sistem yang ada. Jika daerah aliran drainase ini bahkan menjadi bagian dari kota di dekatnya, maka sistem drainase yang dibuat harus terintegrasi dan bisa saja langsung dikelola pusat dan menjadi bagian dari satu daerah aliran sungai (DAS). Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masingmasing wilayah di tingkat kelurahan/desa, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah genangan air hujan, serta tingkat resiko kesehatan. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan drainase di Kabupaten Kepulauan Meranti tergambar dalam peta tahapan pengembangan drainase.

III - 36

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.8 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Kepulauan Meranti

Sumber : SSK Kabupaten Kepualauan Meranti

Tabel 3.8 menjelaskan bahwa luas genangan yang terjadi saat ini (eksisting) tahun 2014 di Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu 31189 Ha, maka dalam tahap pengembangannya perlu penanganan secara berkelanjutan. Pada tahapan penanganan jangka pendek yaitu sampai tahun 2017, luas genangan yang akan ditangani akan menjadi 29,390 Ha. Pada tahapan penanganan jangka menengah yaitu sampai dengan tahun 2020 genangan yang akan ditangani akan menjadi 19,390 Ha. Sedangkan pada tahapan penanganan jangka panjang atau sampai dengan tahun 2030 luas genangan 4,700 Ha.

III - 37

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

B. Tujuan, sasaran dan strategi sanitasi 1. Limbah Domestik

Tabel 3.9 Tujuan, Sasaran dan Strategi Limbah Domestik

III - 38

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Sumber : SSK Kabupaten Kepualauan Meranti

2. Persampahan

Tabel 3.10 Tujuan, Sasaran dan Strategi Persampahan

Sumber : SSK Kabupaten Kepualauan Meranti

III - 39

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

3. Drainase

Tabel 3.11 Tujuan, Sasaran dan Strategi Drainase

Sumber : SSK Kabupaten Kepualauan Meranti

3.3.4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Adapun program bangunan dan lingkungan di Kawasan Kota Selatpanjang terdiri dari : 1) Peruntukan Lahan untuk RTH Taman Skala Kota/ SWK (Th-1)

III - 40

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Bertujuan menyediakan ruang-ruang terbuka bagi publik untuk kegiatan rekreasi aktif maupun pasif dengan dominasi taman dan ada yang dilengkapi dengan tempat bermain. Taman skala kota/SWK minimal memiliki luas 5.000m2 2) Taman Skala Sub SWK (Th-2) Lingkup pelayanannya taman skala SWK, minimal 30.000 jiwa (setara dengan taman skala kelurahan/desa) dengan luas minimal 1.250 m2 3) Taman Lingkungan (Th-3) - Taman Skala lingkungan/RT dengan pelayanan minimal 250 jiwa, dengan luas minimal 250 m2 - Taman Skala RW dengan pelayanan minimal 2.500 jiwa dengan luas minimal 250 m2 4) TPU (Th-4) 5) Sempadan Infrastruktur (Th-5) RTH Infrastruktur bertujuan menyediakan ruang-ruang terbuka bagi publik yang sebagian besar lahannya ditutupi oleh vegetasi alami dan bersifat outdoor. - Jalur Hijau Jalan (Th-5.1) - Jalur Hijau Instalasi Berbahaya (Th-5.2)

A. Rencana umum dan panduan rancangan

Peruntukan Lahan Makro, yaitu rencana alokasi penggunaan dan pemanfaatan lahan di kawasan pusat Kota Selatpanjang tertentu yang juga disebut dengan tata guna lahan. Peruntukan ini bersifat mutlak karena telah diatur pada ketentuan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Meranti, dan yang telah diterjemahkan kedalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pusat Kota Selatpanjang, dan Masterplan Kota Selatpanjang.

Prinsip-prinsip penataan Struktur Peruntukan Lahan pada kawasan Pusat Kota Selatpanjang, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Secara Fungsional

Secara Fungsional Prinsip-prinsip penataan Struktur Peruntukan Lahan pada kawasan Pusat Kota Selatpanjangmeliputi : Keragaman tata guna yang seimbang, saling menunjang (compatible) dan terintegrasi. Penetapan dalam kaitannya secara fungsional antar berbagai jenis peruntukan lahan, adalah untuk mendukung prinsip

III - 41

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI keragaman yang seimbang dan saling menguntungkan, namun tidak memberikan dampak penting terhadap fungsi utama lingkungan. Penetapan besaran komponen tata bangunan yang diterapkan pada kawasan pusat Kota Selatpanjang ini dapat mengadaptasi dan mengadopsi kebutuhan keragaman fungsi/peruntukan lahan dalam blok/kaveling/ bangunannya.

Didalam penetapan peruntukan lahan kawasan pusat kota Selatpanjang perlu mengantisipasi aktivitas interaksi sosial yang direncanakan, dengan tetap mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Selatpanjangdan Masterplan pusat kota Selatpanjang.

Didalam penetapan kualitas ruang di arahkan untuk menyediakanlingkungan yang aman, nyaman, sehat danmenarik, berwawasan ekologis, serta tanggapterhadap tuntutan ekonomi dan sosial.

Pada penetapan pola distribusi jenis peruntukan di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini di arahkanagar dapat mendorong terciptanya interaksi aktivitas. Sehingga penyebaran distribusi jenis peruntukan lahan mikro yang diatur secara keruangan, di arahkan untuk membentuk ruang-ruang kota yang hidup, layak huni, serta menciptakan kualitas taraf hidup yang lebih baik. Pembentukan kualitas lingkungan yang optimal di kawasan pusat Kota Selatpanjang, terutama mempertimbangkan dengan adanya interaksi antara aktivitas pejalan kaki di muka bangunan dan aktivitas di lantai dasar bangunan.

Pada prinsipnya penataan struktur peruntukan lahan di kawasan Pusat Kota Selatpanjang ini perlu di sertai dengan pengaturan pengelolaan area peruntukanpada pengaturan pengelolaan area peruntukan, makan penetapan distribusi persentase jenis peruntukan lahanmikro yang harus dikelola dan dikendalikan olehpemerintah daerah, di antaranya Ruang Terbuka Hijau,Ruang Milik Jalan (Rumija), dan fasilitas umum.

Dalam hal pengaturan kepadatan pengembangan kawasan pusat Kota Selatpanjang ini adalah dengan pertimbangan berdasarkanDaya dukung dan karakter kawasan pusat Kota Selatpanjang tersebut. Untuk pengaturan kepadatan pengembangan kawasan tersebut, maka perlu mempertimbangkan Variasi/pencampuran peruntukan lahannya.

III - 42

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

2) Secara Fisik

meliputi : Estetika, karakter, dan citra kawasan Penetapan pengendalian peruntukan yang mendukung karakter khas kawasan yang telah ada atau pun yang ingin dibentuk, Penetapan pengaruh ideologi, nilai-nilai sosial budaya setempat, misalnya bangunan masjid dengan peruntukan fasilitas umum diorientasikan pada pusat lingkungan/kawasan.

Skala ruang yang manusiawi dan berorientasi pada pejalan kaki serta aktivitas yang diwadahi : Penciptaan keseimbangan tata guna lahan yang berorientasi pada pemakai bangunan dan ramah pejalan kaki, Penetapan alokasi untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ditempatkan sebagai pusat lingkungan yang dapat dijangkau pejalan kaki, Penetapan peruntukan lahan yang tidak saja melibatkan pertimbangan fisik, tetapi juga sosial-budaya dan perilaku pemakai/aktivitas lingkungan yang dikehendaki.

Dari sisi Lingkungan meliputi :

Keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar Penciptaan karakter lingkungan yang tanggap dan integral dengan karakter peruntukan

Eksisting lingkungan sekitar Keseimbangan peruntukan lahan dengan daya dukung lingkungan Penetapan peruntukan lahan yang mempertimbangkan daya dukung lingkungan, namun tetap dapat memperkuat karakter kawasan tersebut, Pengaturan peruntukan lahan secara ketat dan detail pada kawasan khusus konservasi hijau.

Kelestarian ekologis kawasan Penetapan peruntukan lahan yang tanggap terhadaptopografi dan kepentingan kelestarian lingkungandengan meminimalkan penyebaran area terbangun danperkerasan serta beradaptasi dengan tatanan konturyang ada.

RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti (Tahun 2011 – 2031)

Sesuai dengan amanah UU Penataan ruang No 26 tahun 2007, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus menafaatkan potensi yang dimiliki, serta mendukung terwujudnya strategi dan kebijakan pembangunan kabupaten untuk 20

III - 43

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI tahun mendatang. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang dirumuskan adalah:

“ Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai wilayah investasi yang maju, sejahtera dan unggul di ASEAN dalam bidang perdagangan dan jasa, industry perikanan dan maritime, pertanian, peternakan dan perkebunan serta migas melalui pengembangan sumber daya yang tersedia dengan basis konservasi”.

3.4. Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Pada masing-masing sektor dibidang Cipta Karya terdapat beberapa rencana strategis yang dimuat didalam masing-masing dokumen perencanaan. Namun untuk perencanaan kawasan kumuh tidak bisa dimunculkan dikarenakan di Kabupaten Kepulauan Meranti belum memiliki dokumen terkait dengan perencanaan kawasan kumuh.

III - 44

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Tabel 3.12 Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

PRODUK STATUS INDIKASI PROGRAM/ NO ARAHAN PEMBANGUNAN LOKASI RENCANA (ADA/TDK) KEGIATAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. RKP Tidak 2. RISPAM Ada a. SPAM perpipaan, pelayanan yang dikembangkan sama dengan 1. Revitalisasi IKK Tanjung Kabupaten Kepulauan yang ada saat ini yaitu berupa sambungan rumah (SR, HU, KU). Samak Meranti Adapun cakupan pelayanan di Ibu Kota Kabupaten Selat panjang 2. Revitalisasi IKK Teluk (kecamatan Tebing Tinggi dan Tebing Tinggi Barat), IKK Belitung Rangsang, IKK Rangsang Barat, IKK Merbau, dan IKK Putri 3. Revitalisasi IKK Bantar Puyu. 4. Pembangunan SPAM IKK b. SPAM non perpipaan dengan mobil tanki. Cakupan pelayanan di Putri Puyu kelurahan yang tak terjangkau dengan jaringan pipa di wilayah 5. Pembangunan SPAM Ibu Ibu Kota Kabupaten dan kecamatan Tebing Tinggi Barat. Kota Kabupaten c. SPAM non perpipaan komunal berupa pengembangan pelayanan 6. Pengembangan IKK Tanjung pada Penampung air hujan (PAH). Cakupan pelayanan meliputi samak wilayah kelurahan yang tidak terjangkau dengan SPAM 7. Pengembangan IKK Telu perpipaan dan mobil tanki dengan kondisi daerah sulitdengan Belitung pembuatan sumur gali terlindungi (daerah rawan air). 8. Pengembangan IKK Bantar d. SPAM non perpipaan individu berupa pengembangan pada sumur gali tidak terlindungi yang ada saat ini dikembangkan menjadi sumur gali terlindungi. Cakupan wilayah diseluruh Kabupaten Kepulauan Meranti yang masyarakatnya menggunakan sumur gali untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

3. SSK Ada a. Limbah Domestik Limbah : Kabupaten Kepulauan Tahap pertama yaitu tahap jangka pendek yaitu sampai tahun 2016, 1. Perencanaan Umum Meranti 38% rumah tangga yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti 2. Infrastruktur air limbah sudah terlayani dengan sistem setempat atau tangki septik sistem setempat dan individual, 0,60% terlayani menggunakan MCK++, 0,5 % komunal menggunakan IPAL komunal dan 0,2% menggunakan sistem tangki 3. WC Keliling septik komunal. 4. Pembangunan IPLT Tahap kedua yaitu tahap jangka menengah yaitu sampai tahun 5. Program promosi kesehatan

III - 47

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PRODUK STATUS INDIKASI PROGRAM/ NO ARAHAN PEMBANGUNAN LOKASI RENCANA (ADA/TDK) KEGIATAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2019, 67% rumah tangga di Kabupaten Kepulauan Meranti sudah dan pemberdayaan terlayani dengan sistem on-site yaitu dengan tangki septik individual, masyarakat dan dengan sistem komunal, 1,10 % dengan MCK ++, 1,1 % IPAL komunal dan 0,8% tangki septik komunal. Persampahan : Tahap ketiga yaitu tahap pengembangan air limbah domestik jangka 1. Perencanaan Umum panjang atau sampai pada tahun 2030, 83% rumah tangga di 2. Pengelolaan sampah dari Kabupaten Kepulauan Meranti sudah terlayani dengan sistem on- sumbernya site yaitu dengan tangki septik individual, sedangkan sistem 3. Pembangunan TPS komunal, 1,50% dengan MCK ++, 2,00% IPAL Komunal dan 2% 4. Pengelolaan sampah dari tangki septik komunal. stasiun antara sampai TPA 5. Perluasan bangunan TPA a. Persampahan 6. Pengaturan dan Dalam target jangka pendek yaitu sampai tahun 2017, Kabupaten kelembagaan Kepulauan Meranti menargetkan sebesa 20% dan 5% sampah terangkut oleh petugas kebersihan pada tahun 2017 dan 80% Drainase : sampah yang masih dikelola mandiri oleh masyarakat atau yang 1. Perencanaan Umum belum terlayani oleh petugas kebersihan, sedangkan di wilayah 2. Program peningkatan pedesaan masih 100% dikelola oleh masyarakat. drainase Dalam target jangka menengah yaitu sampai tahun 2019, 3. Pengaturan dan Kabupaten Kepulauan Meranti menargetkan 50% sampah terangkut Kelembagaan oleh petugas kebersihan pada tahun 2019 dan 50% sampah yang masih dikelola mandiri oleh masyarakat atau yang belum terlayani oleh petugas kebersihan.

b. Drainase Pada tahapan penanganan jangka pendek yaitu sampai tahun 2017, luas genangan yang akan ditangani akan menjadi 29,390 Ha. Pada tahapan penanganan jangka menengah yaitu sampai dengan tahun 2020 genangan yang akan ditangani akan menjadi 19,390 Ha. Sedangkan pada tahapan penanganan jangka panjang atau sampai dengan tahun 2030 luas genangan 4,700 Ha.

4 RTBL Kawasan Ada Kecamatan Tebing Kota 1) Penetapan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Tinggi

III - 48

RPIJM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PRODUK STATUS INDIKASI PROGRAM/ NO ARAHAN PEMBANGUNAN LOKASI RENCANA (ADA/TDK) KEGIATAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Selatpanjang Kawasan Pusat Kota Selatpanjang dan indikasi program pelaksanaan pembangunan Kawasan Pusat Kota Selatpanjang dan pengendalian pelaksanaan Kawasan Pusat Kota Selatpanjang, termasuk kesepakatan wewenang dan kelembagaan. 2) Penetapan paket kegiatan pelaksanaan pembangunan Kawasan Pusat Kota Selatpanjang dan pengendalian jangka menengah. 3) Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk setiap pemangku kepentingan. 4) Identifikasi dan penyesuaian aspek fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kepentingan dan tanggung jawab para pemangku kepentingan. 5) Penetapan persyaratan teknis masing-masing aspek (fisik, sosial dan ekonomi), perencanaan pelaksanaan, dan pengendalian kawasan Pusat Kota Selatpanjang di lapangan.

III - 49