Journal of Architecture and Urbanism Research

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Journal of Architecture and Urbanism Research JAUR, 1 (1) Oktober 2017 ISSN 2085-6601 (Print) ISSN 2502-4590 (Online) JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research) Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur Konservasi Bangunan Tjong A Fie dalam Usaha Keberlanjutan Mempertahankan Bangunan Bersejarah Kota Medan Conservation of Tjong A Fie Building in Sustainability Business Maintains Historic Buildings of Medan City Denny Meisandy Hutauruk, Yunita Syafitri Rambe Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Medan Area, Indonesia *Corresponding author: E-mail : [email protected] Abstrak Secara estetika, bangunan tersebut pada umumnya merupakan paduan gaya, desain, dan arsitektur Melayu, Belanda, India, Inggris, dan Cina, sebagai akumulasi dan kristalisasi sejarah Kota Medan sendiri. Dalam dua dasawarsa terakhir, Kota Medan mengalami pembangunanisme dengan menyatunya kekuatan pemerintah dan pengusaha (pemilik bangunan bersejarah) dalam proses modernisasi dan globalisasi kapital. Sebagai akibatnya, banyak bangunan bersejarah dihancurkan dan diganti oleh berbagai bentuk pusat perbelanjaan.Penghancuran tersebut tidak saja menghilangkan sejarah dan identitas Kota Medan serta kebanggan masyarakat tetapi juga mengabaikan upaya-upaya pengembangan pariwisata berbasis estetika bangunan bersejarah yang sangat potensial bagi emansipasi masyarakat setempat. Penelitian ini akan dilakukan dengan pengambilan data yang akan diolah dan dianalisa bentuk kerusakan yang selanjutnya akan dilakukan cara bagaimana melakukan konservasi pada bangunan tersebut. Konservasi adalah upaya-upaya pelestarian akan tetapi tetap memperhatikan manfaat yang bisa didapatkan pada saat itu dengan cara tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen-konponen untuk pemanfaatan di masa yang akan datang. Kata Kunci : Bangunan bersejarah, Tjong A Fie, Konservasi Abstract Aesthetically, the building is generally a blend of Malay, Dutch, Indian, English, and Chinese styles, designs and architecture, as the accumulation and crystallization of the history of Medan itself In the last two decades, the city of Medan experiencing of development with the unity of government and entrepreneurs (owners of historic buildings) in the process of modernization and globalization of capital. As a result, many historic buildings were destroyed and replaced by various forms of shopping centers. The destruction not only eliminated the history and identity of Medan City as well as the pride of the people but also neglected the efforts of aesthetic-based tourism development based on the potential for the emancipation of the local community. This research will be done by taking the data to be processed and analyzed the form of damage which will be done how to do the conservation of the building. Conservation is a conservation effort but keep in mind the benefits that can be obtained at that time by maintaining the existence of any components for future utilization. Keywords: Historic building, Tjong A Fie, Conservation How to Cite : Hutauruk D.M. Rambe, Y.S. (2017) Konservasi Bangunan Tjong A Fie dalam Usaha Keberlanjutan Mempertahankan Bangunan Bersejarah Kota Medan, Journal of Architecture and Urbanism Research, 1 (1) : Hal 37-44. 37 Denny Meisandy Hutahuruk, Yunita Syafitri Rambe, Konservasi Bangunan Tjong A Fie dalam Usaha Keberlanjutan PENDAHULUAN sejarah panjang. Benda yang memiliki nilai Pola kehidupan plural sejak pra sejarah ini dianggap harus disingkirkan Indonesia seperti itu tercermin juga dalam serta diganti oleh benda lain yang lebih up kebudayaan fisik kotanya melalui ratusan to date. bangunan bersejarah peninggalan kolonial Sementara itu Kecamatan Medan yang sangat menarik, yang saat ini dapat Barat merupakan salah satu kawasan yang disaksikan terutama dalam berbagai fungsi mempunyai nilai sejarah yang tinggi. baru seperti rumah tinggal, kantor, hotel, Banyaknya peninggalan bangunan – rumah toko, tempat peribadatan, rumah bangunan tua bersejarah yang masih sakit, dan sekolah. Secara estetika, berdiri diantaranya yaitu Kantor Pos Besar bangunan tersebut pada umumnya Medan, Gedung London Sumatera, Rumah merupakan paduan gaya, desain, dan Tjong A Fie, Deretan Ruko – Ruko sekitar arsitektur Melayu, Belanda, India, Inggris, jalan Kesawan, Balai Kota Medan, Gedung dan Cina, sebagai akumulasi dan Bank Indonesia. Sehingga Kecamatan kristalisasi sejarah Kota Medan sendiri, Medan Barat menjadi salah satu kawasan yang dapat ditelusuri sejak era penanaman konservasi bagi pemerintah. tembakau Deli di Sumatera Timur pada Penelitian ini menggunakan metode tahun 1863. pengumpulan data langsung di lapangan Dominasi konstruksi peninggalan melalui pengamatan dan pemotretan Belanda yang menjadi ciri bangunan terhadap obyek pengamatan dengan bersejarah hanya akan menjadi cerita dan panduan kuesioner yang ada. Hasil kenangan yang indah dan tidak akan bisa pengamatan dan pemotretan didata untuk disaksikan lagi oleh generasi-generasi kemudian hasilnya ditabulasikan. Hasil yang akan datang. Sejalan dengan itu, pendataan dibandingkan dengan foto perubahan bangunan bersejarah untuk dianalisa. Adapun tahapan bertentangan dengan pelestarian budaya penelitian yaitu : dan upaya industrialisasi pariwisata a) Survey awal (survey lokasi), dilakukan berbasis bangunan bersejarah yang akhir- untuk memetakan lokasi yang akan akhir ini mulai digalakkan, yang berarti dijadikan objek penelitian. secara sistematis mematikan semangat b) Survey Lanjutan, berupa pengarahan kewirausahaan sektor-sektor kecil- bagi responden di lokasi pengamatan informal terkait pariwisata dan, dengan melakukan pengamatan. sebaliknya, mendukung kapitalisme kota c) Pengumpulan data primer, melakukan melalui pembangunan supermarket dan pengamatan dan pemotretan terhadap sejenisnya yang berskala besar dan hanya objek penelitian dalam waktu terbatas. menguntungkan pemodalnya secara d) Mendata hasil pengamatan yang telah sepihak tetapi bukan masyarakat dilakukan sesuai dengan petunjuk yang kebanyakan. ada pada hasil diskusi yang dilakukan. Preservasi dan konservasi bangunan Analisa hasil didapat dari data-data dan benda bersejarah merupakan kata- yang dikumpukan, sehingga permasalahan kata yang akhir-akhir ini sering yang ada dalam penelitian tersebut dapat diperdengarkan ke wacana publik, dipecahkan dan disimpulkan hasilnya. Dari terutama di kota-kota yang memiliki 38 Journal of Architecture and Urbanism Research, 1 (1) (2017): 37-44 hasil analisa akan kesimpulan dari Jalan Diponegoro, Jalan Imam Bonjol, dan penelitian ini. sekitarnya, Kawasan VII Kawasan Jalan Kapten Maulana Lubis dan sekitarnya, PEMBAHASAN Jalan Pengadilan, Jalan Listrik, dan Jalan S. Keberadaan bangunan bersejarah Parman, Kawasan VIII Kawasan Jalan Prof. dalam jumlah yang cukup banyak di Kota Moh. Yamin dan Jalan Sena. Medan yang berkaitan dengan era Kenyataan adanya begitu banyak penanaman tembakau Deli di Sumatera bangunan bersejarah menunjukkan Timur tersebut dipelopori oleh J. kerelevanan Kota Medan dijadikan sebuah Nienhuyis, Van Der Falk, dan Elliot. kota kawasan wisata berbasis bangunan Keuntungan besar yang diperoleh dari bersejarah sekaligus dalam rangka perkebunan ini. Pada tahun 1874 sudah melestarikan warisan budaya bernilai dibuka 22 buah perkebunan membuat sejarah dan estetika tinggi, terutama pemerintah kolonial Belanda dengan mengedepankan city tour (tur memindahkan ibukota Residensi Sumatera keliling kota) berupa kunjungan di setiap Timur dari Bengkalis ke Medan pada gedung kuno yang masih tersisa. tanggal 1 Maret 1887. Pada saat itulah, Estetika memiliki pengertian yang pembangunan infrastruktur dimulai dan sangat kompleks dan terus berubah-ubah arsitektur Eropa mulai mengisi wajah Kota dari masa ke masa sejalan perubahan Medan di mana, dapat dikatakan, pada saat zaman. Pengertian yang umum digunakan itu sebagian besar Kota Medan terdiri atas adalah, hasil pencerapan, komunikasi, dan rawa-rawa dan transportasi antar kota kontak rasa (indah dan seni) yang dapat dilakukan melalui sungai. Arsitektur yang merangsang serta membangkitkan diperkenalkan mulai dari arsitektur klasik pengalaman atau kenikmatan yang bersifat sampai arsitektur art deco yang dalam kontemplatif dan transendental. aplikasinya berusaha bersahabat dengan Dalam kaitannya dengan bangunan alam tropis. bersejarah di Kota Medan, secara Di bawah ini adalah penggambaran konseptual, harus dibedakan antara art by seluruh kawasan pariwisata di Kota Medan destination dan art by metamorphosis dan beberapa bangunan bersejarah sebagaimana yang dilakukan oleh Maquet terpenting yang menjadi bagiannya yaitu (1986). Secara umum, Kota Medan dari Kawasan I Gedung Balai Kota, Gedung segi estetikanya pada masa kini adalah art Bank Indonesia, Gedung Dharma Deli, by metamorphosis. Jadi, membahas Kantor Pos Besar, Stasiun Kereta Titi “keindahan wajah” Kota Medan adalah Gantung, dan Taman Merdeka, Kawasan II membahas art by metamorphosis karena Kawasan perdagangan di Jalan Ahmad Yani pada waktu pendiriannya dahulu tentu dan sekitarnya (Kesawan Square), bukan berkategori “bangunan bersejarah” Kawasan III Gedung AVROS, Gedung PT. yang memiliki keindahan arsitektural Wahid, Room Katolik, Kawasan IV Istana tetapi bangunan fungsional biasa. Predikat Maimoon, Mesjid Raya Al Mansun, Taman “bersejarah” baru diberikan belakangan Sri Deli, Kawasan V Kawasan sekitar Jalan ini. Namun, bangunan bersejarah di Kota Jenderal Sudirman, Jalan Letjen Suprapto, Medan sebagai dirinya sendiri tetap Jalan Ir. H Juanda, Kawasan VI Kawasan merupakan art by destination. Istana 39 Denny Meisandy Hutahuruk, Yunita Syafitri Rambe, Konservasi Bangunan Tjong A
Recommended publications
  • Unsur Akulturasi Budaya Pada Rumah Tjong a Fie Di Kota Medan
    Unsur Akulturasi Budaya pada Rumah Tjong A Fie di Kota Medan Rudiansyah, Gugun Gunardi, Widyo Nugrahanto Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jalan Ir. Soekarno Km. 21 Jatinangor - Sumedang 45363 ABSTRACT That the Chinese began to immigrate to Indonesia, especially in Medan city was in the early 12nd century. In the meantime they also introduced their religion, art and culture to the local people. ‘The acculturation refl ected on Tjong A Fie’s Residence’ is selected as the title of the thesis with the purpose of assessing and understanding the acculturation that was discovered on the buildings with Chinese style in Medan City. This research was focused on the objects of Tjong A Fie’s residence.This research used John W. Berry’s acculturation theory; while the method that is used is the qualitative descriptive method. An acculturation is a prosess that happens when one group of people with some kind of culture confronts the elements of some other culture. From this comes into being the change of the original cultures, yet these two cultures have not lost the elements of their own cultures. The acculturation can be seen on part of Tjong A Fie’s residence like the gold color that was used dominatedly, the pictures on the cloth and the melaysian special window shapes. The elements of European culture can be seen on the strut, the decorative lamp, the table and the sculptures of the ceiling of Tjong A Fie’s residence. The elements of Chinese culture can be found on the strut of the front gate, the sculptures of lion, the sculptures on the wall, the entrance door as well as the shape of the curving roof that stands for the special structures of house in China.
    [Show full text]
  • Archipel, 100 | 2020 [En Ligne], Mis En Ligne Le 30 Novembre 2020, Consulté Le 21 Janvier 2021
    Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 100 | 2020 Varia Édition électronique URL : http://journals.openedition.org/archipel/2011 DOI : 10.4000/archipel.2011 ISSN : 2104-3655 Éditeur Association Archipel Édition imprimée Date de publication : 15 décembre 2020 ISBN : 978-2-910513-84-9 ISSN : 0044-8613 Référence électronique Archipel, 100 | 2020 [En ligne], mis en ligne le 30 novembre 2020, consulté le 21 janvier 2021. URL : http://journals.openedition.org/archipel/2011 ; DOI : https://doi.org/10.4000/archipel.2011 Ce document a été généré automatiquement le 21 janvier 2021. Association Archipel 1 SOMMAIRE In Memoriam Alexander Ogloblin (1939-2020) Victor Pogadaev Archipel a 50 ans La fabrique d’Archipel (1971-1982) Pierre Labrousse An Appreciation of Archipel 1971-2020, from a Distant Fan Anthony Reid Echos de la Recherche Colloque « Martial Arts, Religion and Spirituality (MARS) », 15 et 16 juillet 2020, Institut de Recherches Asiatiques (IRASIA, Université d’Aix-Marseille) Jean-Marc de Grave Archéologie et épigraphie à Sumatra Recent Archaeological Surveys in the Northern Half of Sumatra Daniel Perret , Heddy Surachman et Repelita Wahyu Oetomo Inscriptions of Sumatra, IV: An Epitaph from Pananggahan (Barus, North Sumatra) and a Poem from Lubuk Layang (Pasaman, West Sumatra) Arlo Griffiths La mer dans la littérature javanaise The Sea and Seacoast in Old Javanese Court Poetry: Fishermen, Ports, Ships, and Shipwrecks in the Literary Imagination Jiří Jákl Autour de Bali et du grand Est indonésien Śaivistic Sāṁkhya-Yoga:
    [Show full text]
  • Prominent Chinese During the Rise of a Colonial City Medan 1890-1942
    PROMINENT CHINESE DURING THE RISE OF A COLONIAL CITY MEDAN 1890-1942 ISBN: 978-94-6375-447-7 Lay-out & Printing: Ridderprint B.V. © 2019 D.A. Buiskool All rights reserved. No part of this thesis may be reproduced,stored in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means without prior written permission of the author. Cover photo: Chinese festive gate in Kesawan, Medan 1923, on the occasion of the 25th coronation jubilee of Queen Wilhelmina of the Netherlands. Photo collection D.A. Buiskool PROMINENT CHINESE DURING THE RISE OF A COLONIAL CITY MEDAN 1890-1942 PROMINENTE CHINEZEN TIJDENS DE OPKOMST VAN EEN KOLONIALE STAD MEDAN 1890-1942 (met een samenvatting in het Nederlands) Proefschrift ter verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit Utrecht op gezag van de rector magnificus, prof. dr. H.R.B.M. Kummeling, ingevolge het besluit van het college voor promoties in het openbaar te verdedigen op maandag 11 november 2019 des middags te 4.15 uur door Dirk Aedsge Buiskool geboren op 8 februari 1957 te Hoogezand Sappemeer 3 Promotor: Prof. Dr. G.J. Knaap 4 Believe me, it is so. The beginning, and not the middle, is the right starting point. ’T is with a kopeck, and with a kopeck only, that a man must begin.1 1 Gogol, Nikol ai Dead Souls Translated by C. J. Hogarth, University of Adelaide: 2014: Chapter III. 5 6 TABLE OF CONTENTS ACKNOWLEDGMENTS 13 INTRODUCTION 15 CHAPTER 1 EAST SUMATRA. THE FORMATION OF A PLANTATION ECONOMY. 29 1. East Sumatra: Historical Overview 32 1.1 East Sumatra until circa 1870 32 1.2 From Tobacco to Oil and Rubber 34 1.3 Migrant workers 38 1.4 Frontier society 43 1.5 Labour conditions on the plantations 44 1.6 Van den Brand’s manifesto 47 1.7 Labour inspection 48 Summary 50 CHAPTER 2 THE CITY OF MEDAN.
    [Show full text]
  • Studi Kasus Perusahaan Keluarga Tjong Yong Hian)
    PERANAN BISNIS KELUARGA TERHADAP PEMBANGUNAN (STUDI KASUS PERUSAHAAN KELUARGA TJONG YONG HIAN) DISERTASI Pin Pin 138122003 PROGRAM DOKTOR (S3) STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara PERANAN BISNIS KELUARGA TERHADAP PEMBANGUNAN (STUDI KASUS PERUSAHAAN KELUARGA TJONG YONG HIAN) DISERTASI UntukMemperoleh Gelar Doktor dalam Program Doktor Studi Pembangunan padaFakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik Universitas Sumatera Utara Oleh Pin Pin 138122003 PROGRAM DOKTOR (S3) STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara PERANAN BISNIS KELUARGA TERHADAP PEMBANGUNAN (STUDI KASUS PERUSAHAAN KELUARGA TJONG YONG HIAN) ABSTRAK Penelitian ini fokuspada peranan Perusahaan KeluargaTjong Yong Hian yang sangat berhasil dan mempunyai kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota Medan. Penelitian ini meneliti bagaimana Budihardjo Chandra, generasi keempat dari Perusahaan Keluarga Tjong Yong Hian berhasil bangkit kembali setelah kemunduran di generasi kedua sampai generasi ketiga, dengan sukses menjadi pemilik saham mayoritas PT. Industri Pembungkus Indonesia/IPI, bagaimana peranan Perusahaan TjongYong Hian terhadap PT. Industri Pembungkus Indonesia, dan bagaimana peranan Perusahaan Keluarga PT. Industri Pembungkus Indonesia terhadap pembangunan di Indonesia khususnya kota Medan.Metode penelitian dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan
    [Show full text]
  • Chinese Indentured Migration to Sumatra's East Coast, 1865-1911
    Yale University EliScholar – A Digital Platform for Scholarly Publishing at Yale Student Work Council on East Asian Studies 5-27-2021 Imperial Crossings: Chinese Indentured Migration to Sumatra's East Coast, 1865-1911 Gregory Jany Yale University Follow this and additional works at: https://elischolar.library.yale.edu/ceas_student_work Part of the Asian History Commons, Asian Studies Commons, Chinese Studies Commons, Cultural History Commons, History of the Pacific Islands Commons, Intellectual History Commons, Political History Commons, and the Social History Commons Recommended Citation Jany, Gregory, "Imperial Crossings: Chinese Indentured Migration to Sumatra's East Coast, 1865-1911" (2021). Student Work. 12. https://elischolar.library.yale.edu/ceas_student_work/12 This Article is brought to you for free and open access by the Council on East Asian Studies at EliScholar – A Digital Platform for Scholarly Publishing at Yale. It has been accepted for inclusion in Student Work by an authorized administrator of EliScholar – A Digital Platform for Scholarly Publishing at Yale. For more information, please contact [email protected]. Imperial Crossings: Chinese Indentured Migration to Sumatra’s East Coast, 1865-1911 Gregory Jany Department of History Yale University April 29, 2021 Abstract Tracing the lives of Chinese migrants through multi-lingual archives in Taiwan, Singapore, Netherlands, and Indonesia, Imperial Crossings is a trans-imperial history of Chinese indentured migration to Sumatra in the Netherlands Indies. Between 1881 to 1900, more than 121,000 Chinese migrants left southern China, stopping in the port-cities of Singapore and Penang in the British Straits Settlements before leaving again to labor in the tobacco plantations of Dutch Sumatra.
    [Show full text]
  • The Contribution of Tong a Fie in Creating Religious Harmony in North Sumatera, Medan, Indonesia
    IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Volume 23, Issue 6, Ver. 4 (June. 2018) PP 76-81 e-ISSN: 2279-0837, p-ISSN: 2279-0845. www.iosrjournals.org The Contribution of Tong A Fie in Creating Religious Harmony in North Sumatera, Medan, Indonesia Syahrin Harahap1, Amroeni Drajat1, Hasna Nasution2 1State Islamic University of North Sumatra (UINSU), Medan, Indonesia 2Ph.D Student in State Islamic University of North Sumatra (UINSU), Medan, Indonesia Corresponding Author: Syahrin Harahap Abstract: Religion is the basic need of every human being who has a tendency to submit and obey God in his life.In Medan TjongA Fie socializes widely and is known as a merciful and very generous trader, he maintains good relationship with many religions. He gave many contribution to some people with many religions by helping to build the places of worship such as mosque; church; Buddhist temple in term of money, land, building railway station, etc.The kindness of A Fie is famous until the whole of North Sumatra without distinguishing tribe, religion and race. Keywords: religion; harmony; society; worship ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------- Date of Submission: 29-05-2018 Date of acceptance: 12-06-2018 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------- I. INTRODUCTION In religious life, the Province of North Sumatra embraces a variety of religions. The religious composition of the people of North Sumatra is Islam 65.45%, Protestant Christian 26.62%, Catholic 4.78%, Hindu 0.19%, Buddhist 2.82% and others 0.14%. The number of Islamic houses of worship, Mosque and Mushalla 21,933, Protestant Christian temples 12,209, 1,848 Catholic temples, 61 Hindu houses of worship, 323 Buddhist temples and 11 Confucian temples.
    [Show full text]
  • 6 the Chinese Commercial Elite of Medan, 1890–1942: the Penang Connection
    JMBRAS, VOL. 82, Part 2 (2009), pp. 113–129 6 The Chinese Commercial Elite of Medan, 1890–1942: The Penang Connection DIRK A. BUISKOOL From 1870 on, Medan developed rapidly due to the burgeoning plantation industry in East Sumatra, becoming the financial and administrative centre of plantation crops (tobacco, rubber, and palm oil). Workers were imported from India, China, and Java with Chinese traders starting retail and intermediate businesses. The Chinese commercial elite had several features in common—an orientation towards Singapore, Penang and China, Chinese networks, and activities in social and educational projects. The Penang connection was especially clear in education, language, and trade. Introduction The city of Medan on Sumatra’s east coast was the centre of a booming plantation industry from the 1870s onwards. Although it seemed to be a European-dominated plantation city, the commercial elite proved to be, besides Dutch trading houses, a limited number of Chinese businessmen, China-born (totok) newcomers, who via their cooperation with the Netherlands Indies Government, the plantation industry, FIG 1 Aerial view of Medan, c.1930. 113 PART 2, 2009 and their international Chinese networks, put their mark on this last phase of the colonial era which ended in 1942 with the Japanese invasion. The most famous of the Chinese entrepreneurs were the brothers Tjong Yong Hian and Tjong A Fie. The Chinese commercial elite in Medan had several features in common. These include an orientation towards Singapore and Penang, Chinese networks, and activi- ties in social and educational projects. The Tjong brothers had their international links as they worked together with business partners from Penang, Singapore, Batavia, and Amoy.
    [Show full text]
  • Wujud Ragam Gaya Arsitektur Pada Bangunan Tjong a Fie Mansion Di Medan
    SKRIPSI 45 WUJUD RAGAM GAYA ARSITEKTUR PADA BANGUNAN TJONG A FIE MANSION DI MEDAN. NAMA : FELIX LAYANDY NPM : 2014420159 PEMBIMBING : DR. IR. BACHTIAR FAUZY , MT. UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR Akreditasi Institusi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No: 4339/SK/BAN- PT/Akred/PT/XI/2017 dan Akreditasi Program Studi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No: 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 BANDUNG 2018 SKRIPSI 45 WUJUD RAGAM GAYA ARSITEKTUR PADA BANGUNAN TJONG A FIE MANSION DI MEDAN. NAMA : FELIX LAYANDY NPM : 2014420159 PEMBIMBING: DR. IR. BACHTIAR FAUZY , MT. PENGUJI : DR. IR. PURNAMA SALURA, MMT., MT. RONI SUGIARTO, ST., MT UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR Akreditasi Institusi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No: 4339/SK/BAN- PT/Akred/PT/XI/2017 dan Akreditasi Program Studi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No: 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 BANDUNG 2018 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN SKRIPSI (Declaration of Authorship) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Felix Layandy NPM : 2014420159 Alamat : Jl. Kapten Sumarsono No.384 , Medan Judul Skripsi : Wujud Ragam Gaya Arsitektur pada bangunan Tjong A Fie Mansion di Medan. Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa : 1. Skripsi ini sepenuhnya adalah hasil karya saya pribadi dan di dalam proses penyusunannya telah tunduk dan menjunjung Kode Etik Penelitian yang berlaku secara umum maupun yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik Parahyangan. 2. Jika dikemudian hari ditemukan dan terbukti bahwa isi di dalam skripsi ini, baik sebagian maupun keseluruhan terdapat penyimpangan-penyimpangan dari Kode Etik Penelitian antara lain seperti tindakan merekayasa atau memalsukan data atau tindakan sejenisnya, tindakan plagiarisme atau autoplagiarisme, maka saya bersedia menerima seluruh konsekuensi hukum sesuai ketentuan yang berlaku.
    [Show full text]
  • Dirk Aedsge Buiskool, Prominent Chinese During the Rise of a Colonial City: Medan 1890-1942
    Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 100 | 2020 Varia Dirk Aedsge Buiskool, Prominent Chinese During the Rise of a Colonial City: Medan 1890-1942. Dissertation, University of Utrecht, 2019, 376 pages, illus. ISBN: 978-94-6375-447-7 Mary Somers Heidhues Édition électronique URL : http://journals.openedition.org/archipel/2222 DOI : 10.4000/archipel.2222 ISSN : 2104-3655 Éditeur Association Archipel Édition imprimée Date de publication : 15 décembre 2020 Pagination : 240-243 ISBN : 978-2-910513-84-9 ISSN : 0044-8613 Référence électronique Mary Somers Heidhues, « Dirk Aedsge Buiskool, Prominent Chinese During the Rise of a Colonial City: Medan 1890-1942. Dissertation, University of Utrecht, 2019, 376 pages, illus. ISBN: 978-94-6375-447-7 », Archipel [En ligne], 100 | 2020, mis en ligne le 28 novembre 2020, consulté le 04 décembre 2020. URL : http://journals.openedition.org/archipel/2222 ; DOI : https://doi.org/10.4000/archipel.2222 Association Archipel 240 Comptes rendus code of Muslim ethics, the text launches a scathing cultural critique narrated in familiar religious, cultural and textual terms. Finally, Ronit Ricci uncovers fragments and traces of Javanese writing from colonial Ceylon (modern Sri Lanka), which the Dutch authorities used as a place of exile for dissidents and rebels. Ricci discusses echoes of Javanese textuality that reflect Javanese religious life in a number of works, composed mainly in Malay by descendants of the exiles, soldiers and servants of the Dutch and later British colonial era. These texts include the Kidung rumeksa ning wengi (Song Guarding the night), incorporated into a Malay compendium compiled between 1803-1831 and attributed to Sunan Kalijaga, talismanic doa texts, the Hikayat Tuan Gusti, a biography of Sunan Giri, another Javanese wali and his role in the story of the conversion of Java to Islam.
    [Show full text]
  • 9789814751575 (.Pdf)
    QUEENY CHANG QUEENY For Review only Memories of a Memories The late Queeny Chang led an extraordinary life. Her NONYA autobiography, fi rst rst published published in 1981, introduces readers to a time when ladies led a gegenteel way of life. In this book, QueeQueeny Chang presents a vision of a way of life that has long since vanished. Her tender memoir opopens the windows of time and allows the images of the old world charm of the of a early 1900s to be sseen again. She paints ccolourful portraits of her family, NONYA relativesrelatives, and many friends, particularly of her strong-minded but fastidious and fl amb amboyant mother. What she had to say about her life with her famous fathfather, the late Mr. Tjong A Fie (a pprominent businessman and leadleader of the Chinese community in MMedan, Indonesia) is both fascifascinating and touching. Here is a story of a gentle woman, very real, warm and sincere. Marshall Cavendish BIOGRAPHY Editions ISBN 978-981-4751-57-51-57-5 ,!7IJ8B4-hfbfhf! QUEENY CHANG memories of a nonya cover options final.indd 1 30/5/16 8:53 am For Review only Memories of a NOA NY For Review only Memories of a NONYA Queeny Chang For Review only Cover design by Adithi Khandadai Shankar On the cover: Miniature portrait of the author painted in 1917 by Eva Ward. © 2016 Marshall Cavendish International (Asia) Private Limited Text © Queeny Chang This book was first published in 1981. This edition is based on the 1982 edition published by Eastern Universites Press. This edition published by Marshall Cavendish Editions An imprint of Marshall Cavendish International To the memory of my father 1 New Industrial Road, Singapore 536196 All rights reserved No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted, in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, without the prior permission of the copyright owner.
    [Show full text]
  • Rumah Tinggal Tjong a Fie: Akulturasi Dalam Arsitektur Bangunan Pada Akhir Abad Ke-19 Di Kota Medan
    RUMAH TINGGAL TJONG A FIE: AKULTURASI DALAM ARSITEKTUR BANGUNAN PADA AKHIR ABAD KE-19 DI KOTA MEDAN Eny Christyawaty Balai Arkeologi Medan Jl. Seroja Raya Gang Arkeologi no. 1, Medan [email protected] Abstract Tjong A Fie’s residence is one of the monument of the Colonial buildings are situated on Jl. Ahmad Yani, no. 105, Kesawan, Medan, North Sumatera. The building was built in 1885 to 1900. This paper aims to examine architectural styles that affect Tjong A Fie’s house. Scope of the study include: the pattern layout, layout, construction, decorative ornaments used in. The approach used is qualitative descriptive research. Data collection using direct observation in the field, but it also carried an interview. To deepen the analysis is conducted literature study which related to the topic under study. Sources of data used in this study is artifact and textual. Architectural style Tjong A Fie's house is the result of acculturation of Chinese architecture, Colonial and Malay. Keywords : aculturasi, chinese architecture, colonial, Malay, Tjong A Fie I. Pendahuluan Masyarakat Kota Medan adalah masyarakat multikultur yang terdiri dari berbagai etnis, seperti Melayu, Batak, Jawa, Minangkabau, Cina, dan sebagainya. Kota Medan dikarakteristikkan dengan interaksi multikultur sejak tahun 1880-an ketika masyarakatnya mulai tinggal dalam permukiman dengan sistem kuarter (the quarter system), dimana penduduknya tinggal berkelompok menurut etnisnya berdampingan dengan kelompok etnis lainnya secara damai. Pada saat itu terdapat beberapa kuarter (kelompok), seperti kuarter etnis lokal (penduduk setempat), Cina, India, dan Eropa. (Buiskool, 2005: 278). Salah satu etnis yang berperan dalam pembangunan Kota Medan adalah etnis Cina. Etnis ini tinggal secara berkelompok di suatu kawasan (kuarter) pecinan, yaitu di Kesawan, sisi selatan dari esplanade1 (Buiskool, 2005: 278).
    [Show full text]
  • Analysis of Chinese Calligraphy at the Tjong a Fie Mansion Museum DOI: | Julina1* | Intan Erwani2 | Rudiansyah3 |
    Randwick International of Social Science (RISS) Journal RISS Vol. 1, No. 3, October 2020 | Page: 443-450 Journal ISSN Online: 2722-5674 - ISSN Print: 2722-5666 http://www.randwickresearch.com/index.php/rissj Philological Studies: Analysis of Chinese Calligraphy at the Tjong A Fie Mansion Museum DOI: https://doi.org/10.47175/rissj.v1i3.98 | Julina1* | Intan Erwani2 | Rudiansyah3 | 1,2,3 University of Sumatera ABSTRACT Utara, Medan, Indonesia This article discussed the study of Chinese calligraphy texts/characters at the Tjong A Fie Mansion museum as covered in [email protected] philological scholarship. The notion of philology in this paper is not [email protected] limited to the root words but is broader along with the [email protected] development of this science from time to time, in studying the cultural treasures of the past from the object of study which is called a manuscript. The research method was paradigmatic in order to create a form of research report that has been done. Presented starting from the descriptive, analytical and comparative stages. Utilizing the theory of philological explanation from Henri Chambert-Loir. The results of this study were the reconstruction of text/characters as the content of the manuscript which was abstract and essential, to be precise the calligraphy characters found at the main entrance, front door and back of the left-wing of the Tjong A Fie Mansion museum building. KEYWORDS Tjong A Fie; Philology; Chinese Calligraphy; Museum; Medan city. INTRODUCTION The moved of the Deli Maatschappij office to Deli land or the city of Medan at this time was the beginning of the development of the Deli land area into a city.
    [Show full text]