Journal of Architecture and Urbanism Research
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JAUR, 1 (1) Oktober 2017 ISSN 2085-6601 (Print) ISSN 2502-4590 (Online) JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research) Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur Konservasi Bangunan Tjong A Fie dalam Usaha Keberlanjutan Mempertahankan Bangunan Bersejarah Kota Medan Conservation of Tjong A Fie Building in Sustainability Business Maintains Historic Buildings of Medan City Denny Meisandy Hutauruk, Yunita Syafitri Rambe Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Medan Area, Indonesia *Corresponding author: E-mail : [email protected] Abstrak Secara estetika, bangunan tersebut pada umumnya merupakan paduan gaya, desain, dan arsitektur Melayu, Belanda, India, Inggris, dan Cina, sebagai akumulasi dan kristalisasi sejarah Kota Medan sendiri. Dalam dua dasawarsa terakhir, Kota Medan mengalami pembangunanisme dengan menyatunya kekuatan pemerintah dan pengusaha (pemilik bangunan bersejarah) dalam proses modernisasi dan globalisasi kapital. Sebagai akibatnya, banyak bangunan bersejarah dihancurkan dan diganti oleh berbagai bentuk pusat perbelanjaan.Penghancuran tersebut tidak saja menghilangkan sejarah dan identitas Kota Medan serta kebanggan masyarakat tetapi juga mengabaikan upaya-upaya pengembangan pariwisata berbasis estetika bangunan bersejarah yang sangat potensial bagi emansipasi masyarakat setempat. Penelitian ini akan dilakukan dengan pengambilan data yang akan diolah dan dianalisa bentuk kerusakan yang selanjutnya akan dilakukan cara bagaimana melakukan konservasi pada bangunan tersebut. Konservasi adalah upaya-upaya pelestarian akan tetapi tetap memperhatikan manfaat yang bisa didapatkan pada saat itu dengan cara tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen-konponen untuk pemanfaatan di masa yang akan datang. Kata Kunci : Bangunan bersejarah, Tjong A Fie, Konservasi Abstract Aesthetically, the building is generally a blend of Malay, Dutch, Indian, English, and Chinese styles, designs and architecture, as the accumulation and crystallization of the history of Medan itself In the last two decades, the city of Medan experiencing of development with the unity of government and entrepreneurs (owners of historic buildings) in the process of modernization and globalization of capital. As a result, many historic buildings were destroyed and replaced by various forms of shopping centers. The destruction not only eliminated the history and identity of Medan City as well as the pride of the people but also neglected the efforts of aesthetic-based tourism development based on the potential for the emancipation of the local community. This research will be done by taking the data to be processed and analyzed the form of damage which will be done how to do the conservation of the building. Conservation is a conservation effort but keep in mind the benefits that can be obtained at that time by maintaining the existence of any components for future utilization. Keywords: Historic building, Tjong A Fie, Conservation How to Cite : Hutauruk D.M. Rambe, Y.S. (2017) Konservasi Bangunan Tjong A Fie dalam Usaha Keberlanjutan Mempertahankan Bangunan Bersejarah Kota Medan, Journal of Architecture and Urbanism Research, 1 (1) : Hal 37-44. 37 Denny Meisandy Hutahuruk, Yunita Syafitri Rambe, Konservasi Bangunan Tjong A Fie dalam Usaha Keberlanjutan PENDAHULUAN sejarah panjang. Benda yang memiliki nilai Pola kehidupan plural sejak pra sejarah ini dianggap harus disingkirkan Indonesia seperti itu tercermin juga dalam serta diganti oleh benda lain yang lebih up kebudayaan fisik kotanya melalui ratusan to date. bangunan bersejarah peninggalan kolonial Sementara itu Kecamatan Medan yang sangat menarik, yang saat ini dapat Barat merupakan salah satu kawasan yang disaksikan terutama dalam berbagai fungsi mempunyai nilai sejarah yang tinggi. baru seperti rumah tinggal, kantor, hotel, Banyaknya peninggalan bangunan – rumah toko, tempat peribadatan, rumah bangunan tua bersejarah yang masih sakit, dan sekolah. Secara estetika, berdiri diantaranya yaitu Kantor Pos Besar bangunan tersebut pada umumnya Medan, Gedung London Sumatera, Rumah merupakan paduan gaya, desain, dan Tjong A Fie, Deretan Ruko – Ruko sekitar arsitektur Melayu, Belanda, India, Inggris, jalan Kesawan, Balai Kota Medan, Gedung dan Cina, sebagai akumulasi dan Bank Indonesia. Sehingga Kecamatan kristalisasi sejarah Kota Medan sendiri, Medan Barat menjadi salah satu kawasan yang dapat ditelusuri sejak era penanaman konservasi bagi pemerintah. tembakau Deli di Sumatera Timur pada Penelitian ini menggunakan metode tahun 1863. pengumpulan data langsung di lapangan Dominasi konstruksi peninggalan melalui pengamatan dan pemotretan Belanda yang menjadi ciri bangunan terhadap obyek pengamatan dengan bersejarah hanya akan menjadi cerita dan panduan kuesioner yang ada. Hasil kenangan yang indah dan tidak akan bisa pengamatan dan pemotretan didata untuk disaksikan lagi oleh generasi-generasi kemudian hasilnya ditabulasikan. Hasil yang akan datang. Sejalan dengan itu, pendataan dibandingkan dengan foto perubahan bangunan bersejarah untuk dianalisa. Adapun tahapan bertentangan dengan pelestarian budaya penelitian yaitu : dan upaya industrialisasi pariwisata a) Survey awal (survey lokasi), dilakukan berbasis bangunan bersejarah yang akhir- untuk memetakan lokasi yang akan akhir ini mulai digalakkan, yang berarti dijadikan objek penelitian. secara sistematis mematikan semangat b) Survey Lanjutan, berupa pengarahan kewirausahaan sektor-sektor kecil- bagi responden di lokasi pengamatan informal terkait pariwisata dan, dengan melakukan pengamatan. sebaliknya, mendukung kapitalisme kota c) Pengumpulan data primer, melakukan melalui pembangunan supermarket dan pengamatan dan pemotretan terhadap sejenisnya yang berskala besar dan hanya objek penelitian dalam waktu terbatas. menguntungkan pemodalnya secara d) Mendata hasil pengamatan yang telah sepihak tetapi bukan masyarakat dilakukan sesuai dengan petunjuk yang kebanyakan. ada pada hasil diskusi yang dilakukan. Preservasi dan konservasi bangunan Analisa hasil didapat dari data-data dan benda bersejarah merupakan kata- yang dikumpukan, sehingga permasalahan kata yang akhir-akhir ini sering yang ada dalam penelitian tersebut dapat diperdengarkan ke wacana publik, dipecahkan dan disimpulkan hasilnya. Dari terutama di kota-kota yang memiliki 38 Journal of Architecture and Urbanism Research, 1 (1) (2017): 37-44 hasil analisa akan kesimpulan dari Jalan Diponegoro, Jalan Imam Bonjol, dan penelitian ini. sekitarnya, Kawasan VII Kawasan Jalan Kapten Maulana Lubis dan sekitarnya, PEMBAHASAN Jalan Pengadilan, Jalan Listrik, dan Jalan S. Keberadaan bangunan bersejarah Parman, Kawasan VIII Kawasan Jalan Prof. dalam jumlah yang cukup banyak di Kota Moh. Yamin dan Jalan Sena. Medan yang berkaitan dengan era Kenyataan adanya begitu banyak penanaman tembakau Deli di Sumatera bangunan bersejarah menunjukkan Timur tersebut dipelopori oleh J. kerelevanan Kota Medan dijadikan sebuah Nienhuyis, Van Der Falk, dan Elliot. kota kawasan wisata berbasis bangunan Keuntungan besar yang diperoleh dari bersejarah sekaligus dalam rangka perkebunan ini. Pada tahun 1874 sudah melestarikan warisan budaya bernilai dibuka 22 buah perkebunan membuat sejarah dan estetika tinggi, terutama pemerintah kolonial Belanda dengan mengedepankan city tour (tur memindahkan ibukota Residensi Sumatera keliling kota) berupa kunjungan di setiap Timur dari Bengkalis ke Medan pada gedung kuno yang masih tersisa. tanggal 1 Maret 1887. Pada saat itulah, Estetika memiliki pengertian yang pembangunan infrastruktur dimulai dan sangat kompleks dan terus berubah-ubah arsitektur Eropa mulai mengisi wajah Kota dari masa ke masa sejalan perubahan Medan di mana, dapat dikatakan, pada saat zaman. Pengertian yang umum digunakan itu sebagian besar Kota Medan terdiri atas adalah, hasil pencerapan, komunikasi, dan rawa-rawa dan transportasi antar kota kontak rasa (indah dan seni) yang dapat dilakukan melalui sungai. Arsitektur yang merangsang serta membangkitkan diperkenalkan mulai dari arsitektur klasik pengalaman atau kenikmatan yang bersifat sampai arsitektur art deco yang dalam kontemplatif dan transendental. aplikasinya berusaha bersahabat dengan Dalam kaitannya dengan bangunan alam tropis. bersejarah di Kota Medan, secara Di bawah ini adalah penggambaran konseptual, harus dibedakan antara art by seluruh kawasan pariwisata di Kota Medan destination dan art by metamorphosis dan beberapa bangunan bersejarah sebagaimana yang dilakukan oleh Maquet terpenting yang menjadi bagiannya yaitu (1986). Secara umum, Kota Medan dari Kawasan I Gedung Balai Kota, Gedung segi estetikanya pada masa kini adalah art Bank Indonesia, Gedung Dharma Deli, by metamorphosis. Jadi, membahas Kantor Pos Besar, Stasiun Kereta Titi “keindahan wajah” Kota Medan adalah Gantung, dan Taman Merdeka, Kawasan II membahas art by metamorphosis karena Kawasan perdagangan di Jalan Ahmad Yani pada waktu pendiriannya dahulu tentu dan sekitarnya (Kesawan Square), bukan berkategori “bangunan bersejarah” Kawasan III Gedung AVROS, Gedung PT. yang memiliki keindahan arsitektural Wahid, Room Katolik, Kawasan IV Istana tetapi bangunan fungsional biasa. Predikat Maimoon, Mesjid Raya Al Mansun, Taman “bersejarah” baru diberikan belakangan Sri Deli, Kawasan V Kawasan sekitar Jalan ini. Namun, bangunan bersejarah di Kota Jenderal Sudirman, Jalan Letjen Suprapto, Medan sebagai dirinya sendiri tetap Jalan Ir. H Juanda, Kawasan VI Kawasan merupakan art by destination. Istana 39 Denny Meisandy Hutahuruk, Yunita Syafitri Rambe, Konservasi Bangunan Tjong A