Unsur Akulturasi Budaya pada Rumah Tjong A Fie di Kota

Rudiansyah, Gugun Gunardi, Widyo Nugrahanto Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jalan Ir. Soekarno Km. 21 Jatinangor - Sumedang 45363

ABSTRACT

That the Chinese began to immigrate to , especially in Medan city was in the early 12nd century. In the meantime they also introduced their religion, art and culture to the local people. ‘The acculturation refl ected on Tjong A Fie’s Residence’ is selected as the title of the thesis with the purpose of assessing and understanding the acculturation that was discovered on the buildings with Chinese style in Medan City. This research was focused on the objects of Tjong A Fie’s residence.This research used John W. Berry’s acculturation theory; while the method that is used is the qualitative descriptive method. An acculturation is a prosess that happens when one group of people with some kind of culture confronts the elements of some other culture. From this comes into being the change of the original cultures, yet these two cultures have not lost the elements of their own cultures. The acculturation can be seen on part of Tjong A Fie’s residence like the gold color that was used dominatedly, the pictures on the cloth and the melaysian special window shapes. The elements of European culture can be seen on the strut, the decorative lamp, the table and the sculptures of the ceiling of Tjong A Fie’s residence. The elements of Chinese culture can be found on the strut of the front gate, the sculptures of lion, the sculptures on the wall, the entrance door as well as the shape of the curving roof that stands for the special structures of house in China.

Keywords: acculturation, Chinese house, Tjong A Fie

PENDAHULUAN Indonesia dengan kondisi alamnya yang subur, kaya akan rempah-rempah, ditun- Dalam pergulatan ilmu budaya, ter- jang dengan letaknya yang strategis dalam jadi berbagai macam ragam pendapat dunia pelayaran, membuat pedagang Ti- dalam menentukan awal mula keberadaan ongkok berkeinginan untuk menetap di Pecinan (tang ren jie)1 di Indonesia. Berbagai Indonesia. Tujuan bangsa Tiongkok datang bukti dan catatan sejarah membuktikan ke- ke Indonesia, sebelum Belanda datang beradaan komunitas warga Tiongkok pada adalah untuk berdagang, mereka mencari masa prakolonial. Kedatangan orang Ti- rempah-rempah dari penduduk pribumi ongkok ke Asia Tenggara disebabkan oleh untuk dibeli atau ditukar dengan barang- berbagai faktor, antara lain karena bencana barang yang mereka bawa, terutama kain kelaparan, situasi politik dan karena ada- sutera dan kemudian dikirim ke Kanton, nya peluang untuk membuka usaha. Fak- Hongkong dan Malaka. Melalui ekspedisi tor-faktor tersebut saling memperkuat satu yang dilakukan, mereka kemudian menge- sama lain yang kemudian mendorong seba- nal kepulauan Indonesia. Pada awalnya gian orang Tiongkok untuk meninggalkan bangsa Tiongkok banyak menetap di Pulau negara asalnya. Semakin dikenalnya nama Sumatera, Pulau Kalimantan, dan akhirnya

44 - Pantun Vol. 2 No. 1 Juni 2017 - sampai di Pulau Jawa (Suryanto, 1996:52). seringkali diikuti dengan adanya pergan- Untuk bisa melihat arsitektur Tiongkok tian kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang di suatu kota, biasanya harus melihat di dikeluarkan turut mempengaruhi bentuk daerah Pecinannya. Namun, untuk menen- bangunan dari suatu daerah atau kawasan. tukan tempat bekas daerah Pecinan pada Kota-kota yang ada sekarang ini adalah suatu kota tidaklah mudah. Hal ini selain produk sejarahnya masing-masing dan karena perkembangan kota yang sangat merupakan superimposisi lapisan zaman, cepat, juga karena biasanya daerah Pecinan cerminan berbagai kekuatan (budaya, poli- tidak terdokumentasi dengan baik. Daerah tik, ekonomi, dan sebagainya) sepanjang Pecinan beserta peraturannya sudah diha- proses pembentukannya (Vasanti, 1990:34). pus sejak tahun 1900-an, meskipun peng- Berbicara tentang Pecinan, Sumatera hapusan peraturan secara resmi baru di- Utara juga menyimpan banyak peninggal- lakukan pada tahun 1920 (Tigor, 2004:43). an yang tidak terlepas dari aspek historis- Hampir seluruh kota di Indonesia memiliki nya yang merujuk pada kawasan situs Kota kawasan Pecinan yang memiliki fungsi se- Tiongkok yakni Kesawan Kota Medan yang bagai kawasan sentral perdagangan dan ramai dikunjungi pada permulaan abad permukiman bagi orang-orang Tiongkok. ke-12 hingga awal abad ke-14. Pada masa Pengamatan juga diperkuat dengan adanya itu, berdasarkan bukti-bukti arkeologisnya rumah tinggal, klenteng/vihara, sekolah (archeological evidence) diketahui cenderung dan peninggalan lainnya di daerah terse- merujuk pada era Dinasti Sung, Yuan dan but, yang tidak hanya berfungsi sebagai Ming di Tiongkok. Demikian pula temuan- tempat ibadah saja tetapi juga memiliki pe- temuan tersebut menunjukkan bahwa ko- ran yang besar dalam kehidupan komunitas munitas pedagang yang berasal dari man- Tiongkok di masa lampau. Hal ini sesuai canegara seperti Tiongkok, Johor, Jawa, dengan yang diungkapkan Tigor, (2004:48) Burma, Thailand pernah singgah di Suma- bahwa, “sebuah wilayah pada masa kolo- tra Utara (Mo, Xiao, 2013:66). nial ditinjau dari tata ruang dan bangunan- Situs kawasan Pecinan di daerah Kesa- nya terdiri atas alun-alun, tempat ibadah, wan merupakan cikal bakal terbentuknya kantor pemerintahan, rumah, penjara, dan Kota Medan sekarang yang berasal dari per- kampung Tiongkok”. Sampai saat ini di mulaan abad ke-12. Hal ini ditunjukkan oleh kawasan Pecinan masih berdiri bangunan- banyaknya peninggalan atau bukti arke- bangunan dengan aplikasi budaya Tiong- ologis (archeological evidence) yang tertuju kok maupun akulturasi budaya Tiongkok pada satu era yakni sejak abad ke-12 hingga dengan budaya sekitar. awal abad ke-14, seperti eartenware fragmen Setiap daerah atau kawasan memiliki (tembikar), porcelain fragmen (keramik), coin keunikan tersendiri, yang terbentuk kare- (mata uang), glass fragmen (gelas), brickstone na adanya kekhasan budaya masyarakat, fragmen (batubata berfragmen candi), statue kondisi iklim yang berbeda, karakteristik (archa), tulang belulang, atau bahkan sisa- tapak, pengaruh nilai-nilai spiritual yang sisa perahu tua (ships ruins). dianut serta kondisi politik atau keamanan Adanya perbedaan budaya antara ma- dari suatu kota atau daerah. Keunikan pada syarakat setempat dengan masyarakat suatu daerah atau kawasan bersifat tem- pendatang, memungkinkan terwujud- porer, yaitu berubah seiring dengan per- nya perpaduan budaya keduanya (Cul- jalanan waktu. Dalam satu rentang waktu ture Aculturation). Perbedaan kebudayaan yang panjang, suatu kota atau daerah akan masyarakat setempat dengan masyarakat mengalami pergantian penguasa yang pendatang membuat rumah tinggal orang

45 - Rudiansyah, Gunardi, Nugrahanto: Unsur Akulturasi Budaya pada Rumah Tjong A Fie -

Tionghoa memiliki ciri khas tertentu. Ber- motif khas dari budaya melayu dan Eropa bagai elemen dan komponen rumah tinggal yang terdapat pada rumah Tjong A Fie di yang di bangun melambangkan akulturasi Kota Medan. budaya serta dapat memberi cerita kehi- dupan pada masa itu. Selanjutnya dipahami Kajian Teoritis bahwa unsur akulturasi pada bangunan Landasan Teori tersebut mempunyai arti yang lebih luas, Teori merupakan suatu alat penting dimana rumah tinggal orang Tionghoa dari sebuah penelitian. Tanpa teori hanya tersebut menjadi perwakilan dari kosmos, ada pengetahuan tentang serangkaian masyarakat, atau tubuh manusia (Perkins, fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pe- 1999:132). ngetahuan. Teori adalah landasan dasar Salah satu keunikan dan keistimewaan keilmuan untuk menganalisis berbagai bangunan bergaya Tiongkok sebagai Pusa- fenomena. Teori merupakan rujukan utama ka Indonesia yang masih terlihat dan dapat dalam memecahkan masalah penelitian di- dinikmati sampai saat ini yaitu bangunan dalam ilmu pengetahuan (Koentjaraning- rumah Tjong A Fie, bangunan ini memiliki rat, 1982:23). ciri khas dengan kawasan Pecinan yang Teori adalah serangkaian asumsi, kon- ada di daerah lain. Unsur akulturasi pada sep, konstrak, defi nisi dan proposisi untuk bangunan rumah Tjong A Fie di daerah menerangkan fenomena sosial secara siste- Kesawan Kota Medan merupakan hasil matis dengan cara merumuskan hubungan perpaduan antara budaya Tiongkok ber- antar variabel. Berdasarkan pada penger- campur dengan budaya Melayu dan juga tian tersebut, defi nisi teori mengandung Eropa. Perpaduan budaya tersebut terlihat tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian pada arsitektur bangunan berupa rumah proposisi antar konsep-konsep yang sa- deret, rumah toko maupun rumah tinggal ling berhubungan. Kedua, teori menerang- dimana bentuk atapnya memiliki arsitektur kan secara sistematis atau fenomena sosial Tiongkok tetapi pada detail-detail fasade dengan cara menentukan hubungan antar terdapat keberagaman budaya yang mem- konsep. Ketiga, teori menerangkan fenome- pengaruhinya, misalnya beberapa bangun- na-fenomena tertentu dengan cara menen- an yang terdapat di Gang Tengah dan Gang tukan konsep mana yang berhubungan de- Besen fasadenya mendapat pengaruh dari ngan konsep lainnya dan bagaimana bentuk arsitektur budaya Melayu dan Eropa yang hubungannya (Aminuddin, 2001:36). dapat di jumpai di daerah Kesawan Kota Sebagai pedomaan dalam menyelesai- Medan. kan tulisan ini penulis menggunakan teori Arsitektur bangunan Tjong A Fie juga yang berhubungan dengan pokok-pokok tidak terlepas dari pengaruh kehidupan permasalahan yang akan dibahas dalam tu- sosial-budaya yang merupakan hasil per- lisan ini. Pembahasan yang akan dilakukan paduan dari berbagai kebudayaan yaitu dalam penelitian ini adalah mengenai un- budaya Tiongkok yang kemudian berpadu sur akulturasi budaya pada rumah Tjong A dengan budaya Melayu dan budaya Eropa. Fie di Kota Medan melalui teori akulturasi. Hal ini membuktikan bahwa bangunan Penulis memilih teori akulturasi, karena rumah Tjong A Fie menampilkan perpadu- dengan teori ini penulis dapat mengetahui an budaya (Aculturation) antara masyarakat unsur akulturasi budaya yang terkandung Tiongkok, Melayu dan Eropa. Kekhasan ini pada bangunan rumah Tjong A Fie. Ada- diperkuat pula dengan adanya desain serta pun teori yang penulis pergunakan yaitu sebagai berikut :

46 - Pantun Vol. 2 No. 1 Juni 2017 -

Teori Akulturasi sehingga mengakibatkan perubahan-pe- Dalam mengkaji mengenai unsur akul- rubahan pada pola budayanya yang asli. turasi budaya pada rumah Tjong A Fie se- Kedua, konsep akulturasi pada level indi- cara mendetail, maka pada tinjauan teoritis vidu melibatkan perubahan dalam perilaku ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai seseorang (Berry, 2005:699). teori yang melandasi penelitian. Teori akul- Pada level individu, seseorang harus turasi budaya yang digunakan merupakan mempertimbangkan perubahan psikologis teori dari John Widdup Berry, yaitu me- dalam diri seorang individu dan pengaruh ngenai penelusurannya di dalam aspek bu- adaptasinya pada situasi yang baru. Dalam daya. mengidentifi kasi perubahan tersebut dibu- John Widdup Berry merupakan seorang tuhkan contoh dari suatu populasi dan Profesor Emeritus pada Fakultas Psikologi juga perlu mempelajari individu-individu Universitas Queen’s Kingston, Kanada. yang terlibat dalam akulturasi. Perubahan- Pada tahun 1963 menyelesaikan gelar Ba- perubahan tersebut dapat menjadi satu chelor (B.A) nya pada Sir George Williams rangkaian perubahan yang dengan mudah University, dan pada tahun 1966 beliau dapat diselesaikan (seperti: cara berbicara, meraih gelar Ph.D., di University of Edin- cara berpakaian ataupun cara makan), teta- burgh. Minat utamanya adalah mengenai pi dapat juga menjadi suatu pola rangkaian Cross Cultural Psychology and Interculture yang problematik sifatnya yang menghasil- Relations. kan stress-akulturatif sebagaimana tampak Berry menjelaskan akulturasi sebagai dalam bentuk ketidakpastian, kecemasan proses perubahan budaya yang terjadi se- dan depresi. Proses adaptasi yang terjadi bagai akibat kontak antara dua atau lebih dapat berbentuk adaptasi internal atau kelompok budaya dan anggota masing- psikologis, tetapi dapat juga berbentuk masing kelompok etnik. Ketika mengkaji adaptasi sosiokultural (Berry, 2005:699). masalah akulturasi, Berry mengambil lang- Kedua pembedaan tersebut di atas akan kah-langkah sebagai berikut: Pertama, ia terkait erat dengan strategi akulturasi. Se- mencoba untuk melihat kembali semua re- tiap individu atau kelompok terlibat dalam ferensi yang terkait dengan masalah akul- akulturasi, strategi mana yang akan digu- turasi dan kemudian menarik beberapa nakan dalam akulturasi tersebut sangat kesimpulan pokok terkait dengan masah tergantung pada variasi dari faktor-faktor tersebut; kedua, dengan menggunakan yang ada sebelumnya (budaya) dan varia- konsep tentang strategi akulturasi, ia men- bel-variabel yang merupakan konsekuensi coba untuk menggali perbedaan individu dari strategi berbeda yang sudah dipilih- dalam berakulturasi; ketiga ia mencoba nya. menggali konsekuensi-konsekuensi yang Penelitian ini menyebutkan bahwa akan dialami oleh seseorang ketika memi- penting terjadinya kontak antar masyara- lih salah satu strategi dalam berakulturasi kat untuk menentukan perbedaan antara (Berry, 2005:698). kelompok yang berada dalam proses akul- Terdapat dua pemahaman penting ter- turasi. Karakteristik budaya tersebut digu- kait dengan konsep akulturasi. Pertama, nakan sebagai dasar tolak ukur pada unsur konsep akulturasi yang mencoba mema- budaya tersebut. Melalui konsep akultur- hami berbagai fenomena yang dihasilkan asi, maka dihasilkan penemuan empiris oleh kelompok individu yang memiliki yang memungkinkan terlahirnya unsur budaya berbeda manakala kelompok in- budaya baru terkait dengan unsur budaya dividu tersebut memasuki budaya baru, pada rumah Tjong A Fie di Kota Medan.

47 - Rudiansyah, Gunardi, Nugrahanto: Unsur Akulturasi Budaya pada Rumah Tjong A Fie -

HASIL DAN PEMBAHASAN tudes: their relationship with psychological well being”, bahwa yang pertama apa yang pa- Pembahasan yang akan dilakukan da- ling banyak dilakukan individu yang ber- lam penelitian ini adalah tentang unsur akulturasi untukmempertahankan budaya akulturasi budaya pada rumah Tjong A asli dan identitasnya. Kedua, apa yang Fie di Kota Medan melalui teori akulturasi paling banyak diharapkan individu untuk oleh John W. Berry. Penulis memilih teori berinteraksi dengan individu lain dari ke- akulturasi, karena dengan teori ini penulis lompok etnik yang berbeda dan bergabung dapat membedah dan mengetahui unsur dengan masyarakat asli (Arends-toth dan akulturasi budaya yang terkandung pada Vijver, 2006:144). bangunan rumah Tjong A Fie. Berdasarkan kedua hal tersebut maka Berry mendefi nisikan empat macam Akulturasi Budaya strategi dalam akulturasi. Strategi yang di- Akulturasi budaya merupakan perpa- pilih kelompok etnik yang tidak dominan duan antara dua budaya atau lebih akibat tersebut merupakan upaya mereka untuk interaksi yang terjadi antara sekelompok menghadapi perbedaan. Dalam melakukan masyarakat yang memiliki kebudayaan ter- upaya ini mereka dipengaruhi oleh bebera- tentu, dengan kelompok masyarakat lain pa faktor antara lain siapa yang merantau, yang memililiki kebudayaan berbeda, dari sejak kapan merantau, alasan merantau, sanalah terjadi perubahan pola kebudaya- dukungan dari keluarga, apa yang menjadi an yang original (Suryanto, 1996:117). harapan dan motivasi bagi perantau untuk Strategi akulturasi yang dijelaskan merantau, gender perantau, karakteristik oleh Berry terdiri dari dua komponen, masyarakat di daerah rantauan dan hu- yaitu: a itudes, yaitu kecenderungan in- bungan antara kelompok yang berakultur- dividu dalam mengenai bagaimana cara asi. Faktor-faktor tersebut akan mempenga- melakukan akulturasi) dan behavior, yaitu ruhi bagaimana strategi yang dipilih dalam aktivitas nyata yang ditunjukkan individu menghadapi perbedaan tersebut, juga yang (Berry, 2005:704). Terdapat dua orientasi memberikan keterangan mengenai pilihan dalam akulturasi, yaitu memilih untuk yang dipilih masing-masing kelompok etnik memelihara budaya asli dan memilih un- mengenai suka atau tidak suka dengan akul- tuk memelihara budaya yang dominan, turasi yang dialaminya (Berry, 2011:706). yang mana merupakan harapan pendatang Strategi memiliki nama yang berbeda- untuk melakukan kontak dengan kelom- pok dominan dan berpartisipasi pada bu- beda, tergantung pada kelompok etnokul- daya yang lebih dominan. Hasil akulturasi turalnya, yaitu apakah kelompok etnokul- merupakan derajat keberhasilan dari pro- turalnya dominan atau tidak dominan. ses akulturasi yang telah dilewati misalnya Berikut ditinjau dari sudut pandang ke- psychological well being ataupun pencapaian lompok yang tidak dominan: dalam pekerjaan dan pendidikan (Arends- a. Asimilation strategy, terjadi manaka- toth dan Vijver, 2006:143). la seseorang tidak berkeinginan memeli- Dalam acculturation a itudes, Berry hara identitas kultural mereka dan mencari mengajukan struktur bidimensional. Ada interaksi harian dengan budaya lain. dua kemungkinan dalam akulturasi yaitu, b. Separation strategy, terjadi manakala memelihara budaya asli atau mengadopsi seseorang menghidupi nilai-nilai yang ada budaya dominan. Struktur multidimen- pada budaya aslinya dan pada waktu yang sional memiliki arti dalam jurnal “Varia- bersamaan menghindari berinteraksi de- tions in the assessment of acculturation a i- ngan yang lain.

48 - Pantun Vol. 2 No. 1 Juni 2017 -

c. Integration strategy, terwujud ke- psikologis yang dipersyaratkan, seperti hal- tika seseorang memiliki ketertarikan untuk nya: tingkat penerimaan yang besar, taraf memelihara budaya aslinya selama mem- prasangka yang rendah, berpikiran positif bangun interaksi harian dengan kelompok terhadap kelompok etnokultural lain, dan lain. Menurut Berry, integritas kultural memiliki kedekatan pada kelompok sosial yang telah terwujud memiliki beberapa yang lebih besar. kualitas (kualitasnya tidak sama). Orang Perpaduan budaya ini dapat dilihat dari yang berbeda pada strategi ini mencoba rumah Tjong A Fie sepertiwarna kuning untuk mencari (sebagai anggota dari suatu menyala yang menjadi warna dominan dan kelompok etnokultural tertentu) dan juga bentuk jendela yang khas melayu. Unsur mencoba untuk berpartisipasi sebagai ba- kebudayaan Tionghoa tampak pada ukir- gian integral dari jaringan kelompok sosial an kayu pada dinding, pintu masuk dan yang lebih besar. rancangan atau bentuk atap yang khas ba- d. Marginalization strategy, terjadi ngunan rumah di Tiongkok daratan. ketika kemungkinan untuk memelihara Akulturasi kebudayaan merupakan budaya aslinya dan kemungkinan untuk perpaduaan antara dua kebuyaan atau berinteraksi dengan kelompok lain sangat lebih akibat interaksi yang terjadi antara kecil. Menurut Berry, strategi marginal- sekelompok masyarakat yang memiliki ke- isasi bisa terjadi karena hal itu merupakan budayaan tertentu, dengan kelompok ma- pilihan yang secara sadar dibuat oleh sese- syarakat lain yang memililiki kebudayaan orang, dan hal itu juga bisa terjadi sebagai berbeda, dari sanalah terjadi perubahan akibat dari kegagalannya mencoba strategi pola kebudayaan yang original. Namun ti- asimilasi. dak menyebabkan hilangnya unsur kedua Semua strategi yang dijabarkan oleh kebudayaan tersebut. Jonh W. Berry tersebut memiliki beberapa Penyebab akulturasi dapat beraneka ra- asumsi. Asumsi pertama adalah kelompok gam, antara lain yaitu: yang tidak dominan dan anggota-anggota- 1. Bertambahnya dan berkurangnya jumlah nya memiliki kebebasan untuk memilih penduduk yamg ada di setiap negara. cara berakulturasi. Integrasi terjadi jika 2. Adanya revolusi yang terlalu cepat. ada pilihan bebas atau bisa juga terjadi jika 3. Masalah yang timbul antar masyarakat kelompok yang dominan memiliki keter- 4. Adanya perubahan alam atau siklus. bukaan dan orientasi inklusif pada kera- 5. Adanya peperangan. gaman budaya sedemikian rupa sehingga 6. Adanya pengaruh budaya dari kebu- kelompok yang tidak dominan dapat ber- dayaan asing. peran. Asumsi yang kedua adalah kelom- Bangunan hunian manusia (dwelling) pok yang tidak dominan melakukan adop- adalah perwujudan dari budaya material si nilai-nilai dasar yang ada pada kelompok yang dimaknai oleh manusia pengguna- sosial yang lebih besar, dan pada waktu nya. Berangkat dari kebutuhan atau fungsi, yang bersamaan kelompok yang dominan elemen-elemen yang terwujud pada ba- melakukan adaptasi atas institusi internal- ngunan memiliki makna sebagai cerminan nya sehingga dapat memenuhi kebutuhan keadaan penghuninya, misalnya bangunan semua anggota kelompoknya yang seka- rumah Tjong A Fie yang merupakan salah rang hidup dalam situasi masyarakat yang satu bentuk perwujudan kebutuhan terha- plural. Dengan kata lain, semua strategi dap para imigran Tiongkok yang datang ke tersebut terjadi jika suatu masyarakat bersi- daerah-daerah di Pulau Sumatera. fat multikultur dan memiliki prakondisi Tjong A Fie adalah seorang milioner asal

49 - Rudiansyah, Gunardi, Nugrahanto: Unsur Akulturasi Budaya pada Rumah Tjong A Fie -

Guangdong, China, yang dikenal sebagai • Tionghoa: Ukiran kayu pada din- dermawan yang mendonasi pembangunan ding, pintu masuk dan rancangan atau gedung-gedung penting di Kota Medan, bentuk atap yang khas bangunan rumah di termasuk Istana Maimun, Istana Kesultan- Tiongkok daratan. an Deli, yang menetap di Medan pada awal • Melayu: Warna kuning menyala abad ke-20. Kawasan Kesawan merupakan yang menjadi warna dominan pada rumah lokasi rumah Tjong A Fie, sejak awal abad serta bentuk jendela yang khas melayu. ke-20 dikenal sebagai pusat perdagangan. • Eropa: Tiang penyangga, lampu Di sini berderet beragam kantor mulai dari hias, meja makan, serta ukiran langit-langit perbankan, penerbitan, hingga Perkebunan pada rumah Tjong A Fie. London Sumatera yang menempati ba- Di antara ketiga kebudayaan tersebut, ngunan modern pertama di Kota Medan. yang paling kental adalah budaya Tiong- Bangunan ini berdiri di atas areal tanah se- hoa, kemungkinan besar karena pemi- luas 6.000 meter persegi, berlantai dua se- liknya adalah orang Tionghoa asli, kemu- luas 5.000 meter persegi serta memiliki 40 dian karena bangunan ini terletak di Kota ruang. Rumah yang kini dijadikan museum Medan yang penduduknya mayoritas pen- dan kafe ini masih tampak megah dan te- duduknya masih kental dengan budaya rawat baik. Melayu serta adanya hubungan baik an- tara Tjong A Fie dengan bangsa Eropa yang juga berada di Kota Medan pada masa itu, maka dimasukkanlah budaya Melayu dan Eropa ke dalam bangunan rumah tinggal Tjong A Fie.

Gambar 1: Unsur Budaya Tiongkok pada rumah Tjong A Fie Sumber: Rudiansyah, 2015

Gambar 2: Unsur Budaya Melayu Gambar 3: Unsur Budaya Eropa pada rumah Tjong A Fie pada rumah Tjong A Fie Sumber: Rudiansyah, 2015 Sumber: Rudiansyah, 2015

50 - Pantun Vol. 2 No. 1 Juni 2017 -

itu, Tjong A Fie juga berbaur dan banyak Alam menjalin kerjasama dengan masyarakat Eropa sehingga unsur budaya Eropa juga berpadu dan terlihat pada tiang penyangga,

Sistem Religi lampu hias, meja makan, serta ukiran langit- Taoisme langit pada rumah Tjong A Fie.

Konfusianisme Peran pemerintah dan masyarakat Kota

Buddhisme Medan sangat di butuhkan demi tercipta-

nya semangat solidaritas dan jiwa mandiri yang tinggi, sehingga hal ini diharapkan dapat memotivasi generasi muda untuk te- Tipologi Ruko Tipologi Rumah Tinggal Tipologi Rumah Ibadah rus berkarya dalam mengangkat nilai-nilai sejarah yang ada dikawasan tersebut serta memperkenalkannya pada masyarakat luas. Rumah Tjong A Fie Catatan akhir 1Pecinan adalah istilah dalam bahasa In- Tradisional Tiongkok Tiongkok-Eropa donesia yang pengertiannya merujuk kepada kawasan permukiman orang-orang Tionghoa. Biasanya adalah orang Tionghoa yang tinggal Tiongkok-Melayu di daerah perkotaan. Dalam bahasa Inggris isti- lah ini disebut dengan China Town, seperti yang terdapat di Las vegas, Washington, D.C., dan Bagan 1 : lainnya. Dalam bahasa Mandarin Pecinan dise- Unsur Akulturasi Budaya but juga dengan tang ren jie. Secara etimologis pada Rumah Tjong A Fie tang artinya sekumpulan atau populasi, ren arti- nya orang atau masyarakat dan jie artinya jalan. Pada umumnya, pola permukiman orang-orang Tionghoa di kota-kota seluruh dunia adalah mengelompok berdasarkan populasi atau suku SIMPULAN mereka, serta tidak menyebar dan berbaur de- ngan masyarakat setempat (Takari, 1997:8). Aspek yang berpengaruh terhadap un- sur budaya pada bangunan rumah Tjong A Fie di Kota Medan secara umum memben- Daftar Pustaka tuk sebuah identitas yang khas terhadap se- buah bangunan di kawasan tersebut. Dasar Aminuddin. 2001. Semantik “Pengantar Stu- unsur budaya pada bangunan dilandasi di Tentang Makna.” Bandung: Sinar oleh gagasan kuno bahwa manusia harus Baru Algesindo. hidup selaras dengan kosmos dan menye- jajarkan aturan-aturan yang menentukan Bagus, Ida. 2000. Teori Tentang Simbol. Den- terjaganya harmoni-harmoni kosmos. pasar: Widya Dharma. Elemen non fi sik jugameliputi budaya Tiongkok, dalam kehidupan sosial budaya Barthes, Roland. 2012. Elemen-elemen Semio- hal ini dapat digunakan sebagai komponen logi. Yogyakarta: Diva Press. penunjang. Masyarakat di Kota Medan pada umumnya adalah suku Melayu, pada ba- Berry, John W. 2011. Variations in the assess- ngunan rumah Tjong A Fie ciri khas dari bu- ment of acculturation a itudes: their daya melayu terlihat pada warna kuning me- relationship with psychological well be- nyala yang menjadi warna dominan, lebah ing. Inggris: Cambridge University bergantung dan bentuk jendela. Pada masa Press.

51 - Rudiansyah, Gunardi, Nugrahanto: Unsur Akulturasi Budaya pada Rumah Tjong A Fie -

Burne Taylor, Edward. 1969. Primitif Cul- H. Hoed, Benny. 2011. Semiotik dan Dinamika ture. Inggris: Fried Press. Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas Bambu. Chandra, Rebecca. 2011. Tjong Yong Hian: Warisan Seorang Pemimpin Sejati. Me- Koentjaraningrat. 2000. Manusia dan Kebuda- dan: Budihardjo Chandra and Family. yaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Darwis, Aimee. 2010. Orang Indonesia Tiong------. 1982. Kebudayaan, Mentalitet, dan hoa Mencari Identitas. Jakarta: Grame- Pembangunan. Jakarta: Gramedia. dia Pustaka Utama. Kwek. J.S. 2006. Mitologi China dan Kisah Al- Davonar, Agnes. 2013. Kisah Hidup Queeny kitab. Yogyakarta: Graha Ilmu. Chang Putri Orang Terkaya di Indone- sia Asal Medan. Medan: Intibook Lasiyo. 1995. Ajaran Konfusianisme, Tinjau- Publisher. an Sejarah dan Filsafat. Lasiyo (Edi- tor), dalam Konfusianisme di Indone- Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln sia: Pergulatan Mencari Jati Diri. Yog- (eds.). 1995. Handbook of Qualitative yakarta: Interfi dei. Research. Thousand Oaks, London, dan New Delhi: Sage Publications. Liao, Sabrina. 2010. Chinese Astrology. Jakar- ta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fiske, John. 1982. Cultural and Communica- tion Studies Sebuah Pengantar Paling Malinowski, Brownislaw. 1944. “Teori Fung- Komprehensif. Bandung: Jalasutra. sional dan Struktural,” dalam Teori Antroplologi I Koentjaraningrat (ed.), Gin Djin Su. 1964. Chinese Architecture: Last 1987. Jakarta: Universitas Indonesia and Contemporer. Hongkong: The Press. Sinpoh Amalgamated ltd. ------. 1955. Cultural Anthropology. (An Hadari dan Martini. 1994. Metode Penelitian. abridged revision of) Man and His Works, Jakarta: Gramedia. 1948. New York: Knopf.

Hall, Stuart. 1997. The Local and the Global: ------. 1967. A Functional Theory of Globalization adn Ethnicity. A. D. Culture. Belanda: Belanda of History. King (Editor.), dalam Cultural, Glo- balization and the World System: Con- Mo, Xiao dan Bron, RB. 2013. Traditional temporary Condition for the Represen- Chinese Architecture. Beijing: minis- tation of Identity. Minneapolis: Uni- tery of Culture of the People’s Re- versity of Minnesota Press. public of China.

Hernandez, Sigfrado A. Dkk. 2005. Hispanic Mudana, I Gede. 2003. Pemahaman Budaya acculturation conceptual and modeling di Tengah Perubahan. Bali: Udayana issue. United States: Rider Universi- Press. ty Press. Ngurah Bagus, I Gusti. 1997. Masalah Buda- H. Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Antropologi ya dan Pariwisata dalam Pembangun- Sosial Budaya. Jakarta: Rhineka Cipta. an. Bali: Udayanan Press.

52 - Pantun Vol. 2 No. 1 Juni 2017 -

Nugroho, Marwati. 1993. Sejarah Tiongkok. Takari, Muhammad. 1997. Struktur Musik Yogyakarta: Diva Press. Tua Pi Ciu yang Dipergunakan oleh Masyarakat Tionghoa di Kota Medan Perkins, Dorothy. 1999. Enyclopedia of China. pada Upacara Tiau Sang. Laporan Chicago: Fi roy Dearborn. Penelitian. Jakarta: Yayasan Ilmu- ilmu Sosial. Poerwadarminta (ed.). 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pus- Tigor, Sandi. 2004. ArsitekturTiongkok. Ja- taka. karta: GramediaPustaka.

Salmon, Claudine. 2002. Chinese Epgraphic Vasanti, Puspa. 1990. “Kebudayaan Orang Materials in Indonesia. Singapore: Tionghoa di Indonesia,” dalam Ma- EPEO and Archipel. syarakat dan Kebudayaan di Indonesia. Koentjaraningrat (ed.). Jakarta: Pe- Sinar, Tengku Luckman. 1988. Sejarah Deli nerbit Jambatan. Serdang. Lubuk Pakam: Badan Pe- nerbit Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang.

53