Bersumpah Bagi Rakyat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Bersumpah bagi Rakyat Sebanyak 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terpilih dalam Pemilihan Umum 2009 mulai bekerja, Kamis (1/10). Mereka mengucapkan sumpah dan janji di Ruang Rapat Paripurna Gedung Nusantara dipandu Ketua Mahkamah Agung Harifin A Tumpa. ”Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua DPR dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara 1945; bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan; bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).” Demikian sumpah dan janji anggota DPR. Sidang dipimpin pimpinan sementara DPR, Marzuki Alie dari Partai Demokrat dan Priyo Budi Santoso dari Partai Golkar. Sidang juga dihadiri Wakil Presiden M Jusuf Kalla. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak hadir. Dalam Sidang Paripurna, Kamis, terbentuk pimpinan DPR dan pimpinan fraksi. Ketua DPR terpilih Marzuki Alie. Wakil Ketua DPR adalah Priyo Budi Santoso, Pramono Anung (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan/PDI-P), Anis Matta (Partai Keadilan Sejahtera/PKS), dan Marwono Mitrohardjono dari Partai Amanat Nasional (PAN). Pimpinan fraksi terdiri dari Anas Urbaningrum (Demokrat), Priyo Budi Santoso (Golkar), Tjahjo Kumolo (PDI-P), Mustafa Kamal (PKS), Hasrul Azwar (Partai Persatuan Pembangunan), Marwan Ja’far (Partai Kebangkitan Bangsa), Widjono Harjanto (Partai Gerakan Indonesia Raya), dan Fauzi Achmad (Partai Hati Nurani Rakyat). Jangan terjebak oligarki Direktur Indonesia Budget Center Arif Nur Alam mengingatkan pimpinan DPR dan pimpinan fraksi agar tidak terjebak pada oligarki partai yang selama ini banyak disoroti publik dan merusak citra DPR. ”Pimpinan DPR dan fraksi ditentukan partai tanpa ada penilaian publik. Oligarki bisa kian kuat,” ujarnya. Apabila oligarki semakin kuat, DPR bisa semakin menjadi stempel pemerintah. Anggaran negara pun akhirnya lebih tersedot digunakan untuk memfasilitasi para elite dibandingkan rakyat. Pimpinan DPR dan fraksi harus mengambil langkah politik yang mendasar, yaitu membangun transparansi, akuntabilitas parlemen di seluruh alat kelengkapan DPR ataupun di internal fraksi masing-masing, dan membuka akses dokumen, termasuk anggaran. ”Setiap tiga sampai enam bulan seharusnya ada akuntabilitas kinerja ke publik,” tegas Arif. Pimpinan fraksi juga harus berani mengevaluasi kinerja anggotanya dengan membangun mekanisme partisipasi penilaian publik. Harapan fraksi Fraksi-fraksi dalam pandangan umumnya di Rapat Paripurna, Kamis malam, berharap pimpinan DPR ke depan mampu memperbaiki citra DPR menjadi lebih baik. Tjahjo Kumolo selaku Ketua F-PDIP, misalnya, berharap pimpinan DPR ke depan mampu mendorong DPR menjadi lembaga yang antikorupsi serta memerangi kebodohan dan kemiskinan. Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Mustafa Kamal juga meminta agar pimpinan DPR bisa menjadi teladan bagi anggota DPR. Pimpinan DPR juga diharapkan bisa mandiri, termasuk pada Dewan Pembina di partainya. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan melalui juru bicaranya, Okky Asokawati, mengharapkan pimpinan DPR terpilih bisa menjadi juru bicara DPR yang bermutu Sumber : cetak.kompas.com .