BELUM DIKOREKSI

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 10 TENTANG KEPABEANAN DAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 11 TENTANG CUKAI

Tahun Sidang : 2005 - 2006 Masa Persidangan : IV Jenis Rapat : Rapat Kerja Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Rabu, 5 Juli 2006 W a k t u : Pukul 10.05 WIB Dengan : Menteri Keuangan Republik T e m p a t : Ruang Rapat Komisi VI DPR RI Gedung Nusantara I Ketua Rapat : H. Irmadi Lubis Sekertaris Rapat : Drs. Helmizar / Kabag Set. Komisi VI DPR RI A c a r a : Pembahasan DIM Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Atas UU Nomor 10 Tentang Kepabeanan Dan RUU Tentang Perubahan Atas UU Nomor 11 Tentang Cukai. Anggota Hadir : 35 dari 50 orang anggota Pansus RUU Kepabeanan dan RUU Cukai 15 orang izin.

PIMPINAN PANSUS RUU KEPABEANAN DAN RUU CUKAI 1. IRMADI LUBIS (F.PDIP / KETUA) 2. DRS. H. DARUL SISKA (F.PG / WK. KETUA) 3. H. SOFYAN USMAN (F.PPP / WK. KETUA) 4. H. TRI YULIANTO, SH (F.PD / WK. KETUA) 5. ANNA MU’AWANAH, SE (FKB / WK. KETUA)

F-PG F-PAN 6. DRS. MADE SUWANDHA 25. ASMAN ABNUR, SE, Msi 7. DR. H. M. AZWIR DAINYTARA, MBA 26. NASRIL BAHAR, SE 8. DRS. ADE KOMARUDIN 27. DR. MARWOTO MITROHARDJONO, SE, MM 9. BOBBY SH. SUHARDIMAN 10. DRS. H.A. MUDJIB ROCHMAT F-KB 11. GDE SUMARJAYA LINGGIH, SE 28. DRS. H. ALI MASYKUR MUSA, Msi 12. MELCHIAS MARKUS MEKENG/F-PG 29. CHOIRUL SALEH RASYID, SE 13. DRS. SIMON PATRICE MORIN 30. H. BACHRUDDIN NASORI, Ssi, MM 31. DRA. Hj. KHOFIFAH INDARPARAWANSA F-PDIP 14. GUNAWAN WIROSAROJO F-PKS 15. OLLY DONDOKAMBEY, SE 32. FAHRI HAMZAH, SE 16. NUSYIRWAN SOEJONO 33. ANDI RAHMAT 17. IR. BAMBANG WURYANTO, MBA 34. TAMSIL LINRUNG 18. IR. HASTO KRISTIYANTO, MM 19. TJAHJO KUMOLO, SH F-PKS 35 WALMAN SIAHAAN, SH, SE, MM

1 F-PPP 20. H. URAY FAISAL HAMID, SH 21. H. EFIYARDI ASDA

F-PD 22. ALBERT YAPUTRA 23. H. SUNARTO MUNTAKO 24. HASANUDIN SAID, Ak

ANGGOTA YANG IJIN HADIR:

1. DRS. T.M. NURLIF 2. MOHAMAD S. HIDAYAT 3. DRS. SETYA NOVANTO/FPG 4 DRS. EFFENDY M.S. SIMBOLON /FPDIP 5 E.A. DAROJAT / FPDIP 6 MANGGARA SIAHAAN / FPDIP 7. MUSA ICHWANSYAH/F-PPP 8. KH. ISMAIL MUZAKKI/F-PPP 9. SYARIEF HASAN, SE, MM, MBA/F-PD 10. IR. TAUFIK KURNIAWAN, MM/F-PAN 11. MULFACHRI HARAHAP, SH/F-PAN 12. DRS. H. ALI MASYKUR MUSA, Msi / FPKB 13. RAMA PRATAMA, SE. Ak / FPKS 14. H. ARDHY MUHAMMAD, MBA / FBPD 15. INYA BAY, SE, MM / FBPD

2 KETUA RAPAT (H. IRMADI LUBIS):

Ibu Menteri, bisa kita mulai?

Bismillahirrahmaanirrahiim, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

Anggota Pansus yang saya hormati; Saudara Menteri Keuangan beserta jajaran yang kami hormati,

Menurut laporan dari Sekretariat Pansus, hari ini telah dihadiri oleh 22 orang Anggota dan 5 orang Anggota izin, jadi ada 27 orang dari 50 orang Anggota. Oleh karena itu, sesuai dengan Tata Tertib DPR-RI, rapat ini telah memenuhi kuorum. Dengan mengucapkan Bismillahirrahmaanirrahiim, rapat ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 10.05 WIB)

Rekan-rekan Anggota Pansus dan Ibu Menteri beserta jajarannya,

Kemarin kita sudah sampai pada DIM 660. Sekarang kita masuk ke DIM 661, yaitu mengenai paragraf pemeriksaan bangunan dan tempat lain. Jadi kemarin kita sepakat bahwa kalau tetap langsung kita masukkan ke Timus. Oleh karena itu, DIM 661 itu langsung ke Timus. Apakah dapat disetujui, Ibu Menteri?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 662 juga ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 663 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 664 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 665 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 666 juga ke Timus. Dari Fraksi PDIP ada kata keseluruhan. Kesepakatan kita kemarin bahwa ini kepada DIM lain, nanti di Tim Perumus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 667 juga ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 668 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 669 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 670 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

3 DIM 671 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 672 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 673 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 674 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 675 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 676 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 677 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Interupsi, Pimpinan. Untuk DIM 674 itu karena menyangkut sanksi, maka kemarin kita sepakat harus dipanjakan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Maaf, terima kasih Pak Marwoto. DIM 674 itu ke Panja, walaupun semuanya tetap. Saya ulangi, DIM 674 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 677 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 678 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 679 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 680 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 681 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 682 ke Timus. 4

(RAPAT:SETUJU)

DIM 683 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 684 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 685 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 686 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 687 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 688 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 689 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 690 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 691 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 692 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 693 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Interupsi, Pimpinan. Saya kira terlalu cepat. Untuk semua yang mengandung angka-angka sanksi itu ke Panja. Jadi DIM 680 dan 684 itu ke mana?

KETUA RAPAT:

Tadi DIM 684 itu ke Panja. DIM 693 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 694 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) 5

DIM 695 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 696, dari Fraksi Partai ada kata dan kekeliruan dalam penerapan tertentu. Tolong DIM 696 dijelaskan.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Terima kasih, Pimpinan.

Ibu Menteri beserta seluruh jajaran yang saya hormati,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Usul perubahan kata dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu sebaiknya dihapus, karena berpotensi untuk diselewengkan. Setelah perubahan:

“a. Membetulkan surat penetapan tagihan kekurangan pembayaran bea masuk yang dalam penerbitan terdapat kesalahan tulis dan kesalahan hitung dalam peraturan perundangan ini”.

Kita minta dipanjakan.

KETUA RAPAT:

DIM 697, dari Fraksi Partai Golkar saya kira sama dengan yang tadi. Kemudian silahkan dari Fraksi Partai Demokrat.

F-PD (H. SUNARTO MUNTAKO):

Terima kasih, Pimpinan.

Ibu Menteri beserta jajarannya,

Untuk DIM 697 ini, karena di sini ada penghapusan sanksi administratif berupa denda, ini kita usulkan masuk ke Panja saja.

KETUA RAPAT:

DIM 697 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 698 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 699 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 700 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU DIM 701 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 702 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 703, silahkan dari Fraksi Partai Golkar.

6 F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Terima kasih, Pimpinan. Usul perubahan, kata penetapan sebaiknya diganti dengan keputusan, karena Pengadilan Pajak hanya memeriksa sengketa atas keputusan keberatan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Jangka waktu 60 hari terlalu lama. Setelah perubahan:

“Orang yang berkeberatan terhadap keputusan bea dan cukai mengenai tarif dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk dapat mengajukan keberatan secara tertulis hanya kepada Direktur Jenderal dalam waktu 30 hari sejak tanggal keputusan dengan menyerahkan jaminan sebesar tagihan yang harus dibayar.”

Kami usulkan dipanjakan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Fraksi PAN, apakah ada perubahan? Tidak ada perubahan? Kemudian Fraksi Kebangkitan Bangsa, substansi 60 hari berubah menjadi 30 hari. Apakah kita langsung ke Panja atau masih ada keterangan lain?

F-KB (CHOIRUL SHOLEH RASYID, SE.):

Seperti yang sebelumnya, masuk ke Panja saja.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Kemudian DIM 703 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 704 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 705, dari Fraksi Partai Golkar mengenai jangka waktu, PDIP juga mengenai jangka waktu, Fraksi Kebangkitan Bangsa juga mengenai jangka waktu. Apakah kita bisa langsung ke Panja?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 706, dari Fraksi Partai Golkar ada perubahan substansi. Silahkan.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Usul perubahan:

“Apabila keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak dan oleh Direktur Jenderal jaminan dicairkan untuk membayar bea masuk dan/atau sanksi berupa denda sebesar penetapan bea masuk yang ditetapkan sebelumnya, dan apabila keberatan dikabulkan jaminan dikembalikan sepenuhnya”.

Kami usulkan ke Panja.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Dari Fraksi PAN?

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Kami juga mengusulkan Panja, karena menyangkut waktu. 7 Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Jadi DIM 706 itu ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 707 juga sama, materinya hanya jangka waktu. Dapat langsung ke Panja?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 708 juga waktu. Ini ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 709, ini mengenai Peraturan Menteri. Kita langsung ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 710 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 711, dari Fraksi Partai Golkar mengusulkan supaya penetapan menjadi keputusan, sama seperti yang tadi dan hanya jangka waktu. Demikian pula dari PDIP. Dapat ke Panja?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 712 langsung ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 713 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 714 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

Tidak perlu kita putar lagi, karena ini jangka waktu. Jadi kita langsung ke Panja. DIM 715 juga ke Panja, karena dari Fraksi Kebangkitan Bangsa ada 60 hari. Saya kira di ayat (5) ini tidak ada jangka waktunya. Saya kira ini bisa langsung ke Timus.

F-PAN (NASRIL BAHAR, SE.):

Saya rasa ini ke Panja, karena ini menyangkut ayat (1).

KETUA RAPAT:

Otomatis dari 1, di sini ada mengatur jangka waktu. Jadi ke Panja atau ke Timus? Jadi ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

Kemudian DIM 716, ini juga sama, kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 717 juga otomatis harus ke Panja, karena ada jangka waktunya. Ini ke Panja.

(RAPAT:SETUJU) 8

DIM 718 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 719 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 720 ada perubahan materi jangka waktu. Dapat disetujui kalau kita ke Panja?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 721 juga mengenai jangka waktu. Ini ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 722, ini tidak ada mengatur jangka waktu. Kita dapat langsung ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 723 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 724 juga ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 725 juga ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 726 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 727, ada perubahan jangka waktu dari Fraksi Partai Golkar dan Fraksi PDIP. Apakah kita langsung ke Panja?

F-PDIP (IR. HASTO KRISTIYANTO, MM.):

Interupsi, Pimpinan. Terima kasih. Berkaitan dengan perubahan-perubahan waktu, sebenarnya kami juga sepakat itu dibahas di Panja. Namun demikian, kami juga mengharapkan pada saat di Panja nanti juga dapat dipresentasikan, sehingga didesain dengan penguatan dari Direktorat Jenderal Bea Cukai. Karena kalau kita lihat substansi seperti yang diajukan oleh Fraksi PDI Perjuangan, ketika kewenangan itu dipergunakan dan ada suatu implikasi terhadap kesalahan atas penggunaan kewenangan itu, maka diberikan kesempatan waktu yang lebih longgar bagi pihak-pihak yang mungkin dirugikan untuk bisa mempersoalkan dalam waktu yang lebih lama. Tetapi kemudian kita mengharapkan ketika respon balik dari Direktorat Jenderal, maka itu yang kita harapkan waktunya lebih singkat, karena dengan suatu asumsi bahwa dibalik pembahasan Undang-Undang ini kita mengharapkan ada suatu penguatan terhadap Bea Cukai, termasuk di dalamnya bagaimana infrastruktur termasuk fasilitas dari IT itu juga bisa diperkuat oleh Bea Cukai itu sendiri. Nanti kami mengharapkan agar dalam Panja itu dari Bea Cukai juga dapat mempersiapkan suatu desain ke depan untuk upaya-upaya perbaikan Bea Cukai itu sendiri. Itu sebagai catatan tambahan saja. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Pak Hasto. Mungkin dalam Panja sudah bisa diklasifikasikan yang mana yang 60 hari dan yang mana yang 30 hari. 9 Kemudian DIM 728, ada penambahan baru dari Fraksi Partai Amanat Nasional. Silahkan, Pak.

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Karena ini ada kaitannya dengan Pasal 727, saya kira ini dipanjakan saja. Ini menyangkut masalah banding ke Pengadilan Pajak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Pak Marwoto. Bagaimana, ini kita panjakan?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 729 juga sama. Saya kira mengenai pengadilan langsung ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 730, dari Fraksi PAN juga ada penambahan. Kita langsung ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 731, dari Fraksi Partai Golkar mengacu Undang-Undang Pengadilan Pajak. Ini ke Panja.

(RAPAT:SETUJU) DIM 732 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 733 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 734 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 735 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 736 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 737 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Interupsi, Pimpinan. Untuk DIM 735 disebutkan putusan Badan Peradilan Pajak merupakan putusan akhir dan bersifat tetap. Sekarang tidak bisa seperti itu, karena masih ada Mahkamah Agung. Jadi ini masih bisa di PK. Saya kira ini perlu dipanjakan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi di sini ini belum mengikat, masih bersifat tetap.

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.): 10

Di sini dikatakan bahwa ini merupakan putusan yang bersifat tetap. Kami mengusulkan agar ini dipanjakan, karena kalau ditimuskan berarti sampai di peradilan pajak saja. Seharusnya bisa sampai ke Mahkamah Agung. Kalau nanti Bea Cukai dikalahkan, maka Bea Cukai masih berhak melakukan PK ke Mahkamah Agung. Terima kasih, Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Kita tukar pikiran, boleh kita panjakan. Tapi kalau bersifat tetap, itu masih membuka ruang untuk melakukan ini, hanya incracht eksekusi bisa dijalankan. Tapi dia masih membuka banding.

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Saya kira tidak bisa, Pimpinan. Kalau belum ada kekuatan hukum tetap saya kira tidak bisa dilaksanakan.

KETUA RAPAT:

Baik, kita panjakan saja? DIM 735 kita panjakan.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 736 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 737 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 738 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 739 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 740 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 741 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 742 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 743 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

Dim 744 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 745 ke Timus.

11 (RAPAT:SETUJU)

DIM 746 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 747 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 748 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 749 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 750 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 751 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 752 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 753 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 754 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 755 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 756 ke Panja, karena menyangkut denda.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 757 ada perubahan redaksional, juga menyangkut substansi dari Fraksi Partai Golkar. Silahkan, Pak Azwir. Ingin dikomentari atau langsung ke Panja?

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Kita ke Panja saja.

KETUA RAPAT:

DIM 757 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 758, dari Fraksi Partai Golkar juga..., saya kira ini tidak ada perubahan. Saya kira ini ke Timus.

12 (RAPAT:SETUJU)

DIM 759, ini juga tidak ada perubahan, sama. Ini ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

Dari Fraksi Partai Demokrat ada perubahan.

F-PD (H. SUNARTO MUNTAKO):

Dari Fraksi Partai Demokrat ini masuk ke Panja saja.

KETUA RAPAT:

DIM 759 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 760, saya kira ini ke Timus, ini sama.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 761, hanya ada keterangan dari Fraksi Partai Demokrat. Ini ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 762, ini ada dari Fraksi Partai Golkar. Ini ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 763, saya kira ini juga tidak ada perubahan. Ini ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 764 otomatis ke Panja, karena ada denda.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 765 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 766, ini lebih dirinci oleh Fraksi Partai Golkar, kata-kata setiap orang. Apakah ini ke Panja? DIM 766 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 767, ini merupakan catatan saja dari Fraksi Partai Demokrat. Bagaimana, ke Timus?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 768, ini sama, sebetulnya tidak ada perubahan. DIM 768 itu ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 769 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 770 juga ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 771, ini kenapa tidak ada perubahan. Dari 771 ini ke Panja.

13 (RAPAT:SETUJU)

DIM 772 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 773 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 774 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 775 itu ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 776 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 777 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 778 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 780 itu ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 781 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 782 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 783 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 784 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 785 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 786 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 787 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 788 ke Timus. 14

(RAPAT:SETUJU)

DIM 789 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 790 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 791 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 792 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 793 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 794 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 795 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 796 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 797 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 798 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 799 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 800 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 801, itu ada dari Fraksi Partai Golkar, langsung ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 802 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 803 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 804 ke Timus. 15

(RAPAT:SETUJU)

DIM 805 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 806 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 807 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 808, dari Fraksi Partai Golkar ini ada perubahan redaksional, apa kita ke Timus atau ke Panja? 808 itu ke Timus dengan catatan dari Fraksi Partai Golkar.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 809 ini pidana, apakah kita ke Timus atau ke Panja, ke Panja ya pidananya.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 810 itu ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 811 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 812 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 813 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Interupsi, Pimpinan. Untuk DIM 810 itu menyangkut kadaluwarsa ini. Kadaluwarsa ini 10 tahun, apakah ini sebaiknya perlu dipanjakan?

KETUA RAPAT:

Bu Menteri mungkin ada Undang-Undang lain yang mengatur mengenai kadaluwarsa ini?

MENTERI KEUANGAN:

Undang-Undang Pajak sekarang 10 tahun Pak, dan setiap fraksi tidak ada yang mau.

KETUA RAPAT:

Kita ke Timus ya, tetap.

(RAPAT:SETUJU) 16

DIM 814 itu kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 815 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 816 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 817 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 818 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 819 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 820 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 821 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 822 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 823 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 824 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 825 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 826 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 827 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 828 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 829 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 830 ke Timus. 17

(RAPAT:SETUJU)

DIM 831, ada dari Fraksi Partai Golkar, ditambahkan kalimat dibawah pengawasan dan koordinasi Polisi Republik Indonesia sebagaimana yang diatur dari KUHP 701. Apakah ini kita panjakan? DIM 831 itu kita panjakan.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 832 itu ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 833 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 834, ada dari PKS. Ini ada catatan Pak Andi, ada tambahan dari PKS diselipkan kalimat sepanjang tidak merupakan tindak pidana dapat. DIM 834 itu ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 835 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 836 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 837 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 838 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 839 itu langsung ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 840 dari Fraksi Partai Golkar ada kata “peraturan” dihapus, saya kira kita sudah sepakat ini di Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 841, ini ada dari Fraksi PDI Perjuangan silahkan Pak Hasto. Atau mungkin dari Fraksi Partai Demokrat? Apa langsung kita panjakan? Baik, 841 ke panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 842 ada dari PDI Perjuangan dan PAN, apa perlu kita komentari atau kita langsung ke Panja? 842 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 843 dari Fraksi PAN ada rumusan alternatif, bagaimana ke Panja Pak Marwoto?

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Karena ini menyangkut, kami mohon ini dipanjakan saja.

KETUA RAPAT: 18

DIM 843 ke Panja. (RAPAT:SETUJU)

DIM 844 ini dari Fraksi Partai Golkar juga ada ini dan dari Fraksi PDIP juga banyak sekali, ini apa kita putar atau kita langsung ke Panja? 844 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU) DIM 845 dari Fraksi PDI Perjuangan ini ada tambahan bagaimana Pak Hasto, apakah mau langsung ke Panja?

F-PDIP (IR. HASTO KRISTIYANTO, MM):

Kita langsung ke Panja saja.

KETUA RAPAT:

DIM 846 ini sama seperti tadi ini Peraturan Menteri kita langsung ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 847 itu ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 848 itu kita ke Panja karena ada angka-angka presentase, bagaimana Pak Marwoto? Kita langsung ke Panja saja ya?

(RAPAT:SETUJU)

Kemudian DIM 849 ini ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 850 ini dari Fraksi PAN juga pertanyaannya sama yaitu Peraturan Menteri kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Interupsi Pimpinan. Mohon kembali ke 847, bahwa orang yang berjasa dalam menangani pelanggaran kepabean berhak memperoleh premi, karena premi itu menyangkut uang, besarannya berapa dan sebagainya apakah tidak perlu dipanjakan itu?

KETUA RAPAT:

Besarannya kita panjakan tadi, jadi 847 kita panjakan sekaligus. 848 kita sudah ke Panja sekaligus 847nya? 847 kita ke Panja. Sekarang kita ke 852 itu kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 853 itu tidak ada perubahan, apakah kita ke Panja karena disini sudah Peraturan Pemerintah, memang sudah selayaknya.

Saya kira ini langsung ke Timus pak, karena ini sudah Peraturan Pemerintah. Saya kira ini kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 854 itu dari Fraksi PAN ada penambahan kata-kata “paling lama 3 (tiga) bulan” kita bisa masuk ke Panja. 19

(RAPAT:SETUJU)

DIM 855 itu tidak ada perubahan.

(RAPAT:SETUJU) DIM 856 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 857 dari Fraksi Partai Golkar ada mengenai convention.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Saya kira perlu penjelasan dari Pemerintah.

KETUA RAPAT:

Silahkan Bu Menteri atau bisa diwakilkan ke Dirjen, 857?

DIRJEN BEA CUKAI (ANWAR SUPRIYADI):

Terima kasih Bapak Pimpinan seizin Ibu Menteri. Apa yang disampaikan oleh Fraksi Golkar sebetulnya rumusan yang diusulkan dalam amandemen ini tidak bertentangan dengan Refise Kyoto Convention yang berbunyi sebagai berikut “yang dimaksud kawasan bebas adalah kawasan didalam daerah pabean yang sepanjang menyangkut bea masuk dan pajak pada umumnya dianggap berada diluar daerah pabean. Dengan demikian pabean berwenang untuk melakukan pengawasan di kawasan bebas tersebut”. Mudah-mudahan dengan penjelasan ini Pak Azwir bisa memahami. Terima kasih.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Saya kira dibawa ke Panja pak. Ini perlu penjelasan lebih mendalam.

KETUA RAPAT:

Baik. DIM 857 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 858 itu kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 859 ini dari Fraksi Partai Golkar ada mengenai kata “tertentu”, dari PKS dapat disisipkan kata-kata “dapat”. Kita bahas disini atau di panja kita bahas? Saya kira 859 kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 860 kita ke panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 861 dari Fraksi Partai Golkar dan Fraksi PPP ada perlu pada pasal ini, bagaimana Pak Efiyardi? Kita langsung ke Panja? Kita langsung ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 862 kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

20 DIM 863 ini kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 864 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 865 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 866 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 867 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 868 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 869 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 870 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 871 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 872 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 873 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 874 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 875 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 876 saya kira ini ke Timus, ini hanya mengatur mengenai kata peralihan, apakah kita mau ke Panja atau ke Timus? Kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 877 itu dari Fraksi Partai Golkar ada kata “setiap orang” dihapus, bagaimana itu dipanjakan? (RAPAT:SETUJU)

DIM 878 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

21 DIM 879 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 880 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 881 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 882 ke Timus karena itu saya kira mengenai DIM Pabean ini kita sudah selesai. Dimana kita mulai ke DIM Cukai...... :

Interupsi Pimpinan. Berhubung suasana kita habis nonton bola itu ngantuk terus terang saja. Jadi untuk Cukai agar kita bisa lebih mendalami bagaimana kalau minggu depan. Itu usul kami, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Kita pelan-pelan sampai setengah hari ini.

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Kami mengusulkan kalau sepakat semua tunda saja minggu depan karena substansinya lain, ini Undang-Undang Cukai sudah berbeda dengan Kepabeanan. Terima kasih.

...... :

Pimpinan. Kita teruskan saja kira-kira sampai jam 11.00 WIB.

F-PDIP (IR. HASTO KRISTIYANTO, MM.):

Minimal dibuka dulu begitu Pimpinan.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Kita buka saja Pak Pimpinan, sayang waktunya Ibu Menteri.

F-PDIP (IR. HASTO KRISTIYANTO, MM.):

Pimpinan, karena untuk mengakomodir dari Golkar menyatakan sampai jam 11 sedangkan dari PAN Pak Marwoto katanya ditutup, sebaiknya kita buka saja dulu dan berikutnya nanti tinggal melanjutkan. Dibuka dulu baru kita tutup atau ada hal-hal lain yang mau dibicarakan. Dibuka saja dulu lalu diskors sampai minggu depan.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Pimpinan, kita buka sampai jam 11, masih ada 20 menit lagi.

KETUA RAPAT:

Sekarang kita masuk ke RUU perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai kita mulai DIM Nomor 1. DIM 1 kita langsung ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 2 kita ke Timus.

22 (RAPAT:SETUJU)

DIM 3 kita ada Fraksi PAN ada konsideran baru. Kita langsung ke Panja Pak?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 4 kita ke Panja, otomatis DIM 4 itu kita Panja juga lalu ada penambahan baru. (RAPAT:SETUJU)

DIM 5 PDIP ada penggantian substansi, PAN juga ada. DIM 5 kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 6 kita juga ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 7 kita ke Timus. DIM 8 kita ke Timus. DIM 9 kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 10 kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 11 dari Fraksi PPP ada pertanyaan apakah Undang-Undang yang akan diubah dijadikan dasar hukum. Silahkan dari F-PPP.

F-PPP (EFIYARDI ASDA):

Ini merupakan pertanyaan kami mohon penjelasan dari Pemerintah dulu.

KETUA RAPAT:

Mungkin ada yang mau dijelaskan, silahkan Bu.

DIRJEN BEA CUKAI:

Pak Ketua, melalu Ibu Menteri Keuangan ingin kami jelaskan bahwa sebetulnya amandemen Perubahan Undang-Undang Cukai ini adalah tidak bersifat mencabut atau membatalkan tetapi dia adalah satu pembaharuan atau perubahan. Jadi menurut interpretasi hukumnya masih bisa dijadikan sebagai konsideran menimbang.

KETUA RAPAT:

Saya kira ini perlu ke Timus karena sinkronisasi, karena ini perubahan Undang-Undang tetap apakah memperhatikan Undang-Undang yang sama. Nanti kita Timuskan saja dan kita lihat apa ahli hukum atau ke Panja.

F-PPP (EFIYARDI ASDA):

Saya masih ragu karena penjelasan Pemerintah kurang memuaskan. Jadi kalau begitu kita Panja kan saja.

KETUA RAPAT:

Oke, kita ke Panja ya?

(RAPAT:SETUJU) DIM 12 kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

23 DIM 13 itu ada kata-kata perlu ditambahkan Undang-Undang Pengadilan Pajak. Apakah nanti kita ke Timus dengan catatan apakah ke Panja. Saya kira ke Timus dengan catatan ini. Kalau begitu DIM 13 kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 14 kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 15 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 16 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 17 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 18 apakah mengacu Undang-Undang yang Nomor 10 tadi. Pak Hasto, apakah kata- kata frase keseluruhan itu kita ke Timus?

F-PDIP (IR. HASTO KRISTIYANTO, MM.):

Ya, setuju. KETUA RAPAT:

DIM 18 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 19 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 20 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 21, F-PAN menambahkan serta peralatan sehingga merubah substansi. Jadi apakah kita ke Panja Pak Marwoto? Ke Panja ya?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 22 dari F-PAN butir 3 itu ada orang atau orang pribadi dan atau badan hukum. Apakah ini kita ke Panja?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 23 kita ke Panja. (RAPAT:SETUJU)

DIM 24 ke Panja. Apakah dapat disetujui kalau ada beberapa catatan yang redaksional tidak kita putar tapi kita ke Panjakan saja?

(RAPAT:SETUJU)

Terima kasih. Kalau begitu DIM 24 kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

24 DIM 25 kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 26 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 27 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 28 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU) DIM 29 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 30 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 31 ke Timus sebenarnya, ke Timus ya?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 32 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 33 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 34 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 35 ini juga ke Timus dan Tim Sinkronisasi supaya lebih disesuaikan dengan Undang- Undang Kepabeanan ya?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 36 ini ada kata-kata penambahan, ini saya kira ke Panja.

F-PDIP (IR. HASTO KRISTIYANTO, MM.):

Interupsi Pimpinan. Untuk yang DIM 36 sebenarnya substansinya adalah pemerintah mengusulkan dihapus sementara kami mempertanyakan substansi dari penghapusan itu. Sehingga sebelum masuk ke Panja barangkali Pemerintah bisa memberikan penjelasan terhadap urgensi penghapusan DIM 36 itu. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya kira ada kesalahan ini. Silahkan Bu.

MENTERI KEUANGAN:

Kita setuju untuk dihidupkan kembali kalau itu memang bisa dipanjakan. KETUA RAPAT: 25

Saya kira itu dipanjakan ya?

(RAPAT:SETUJU) DIM 37 itu tetap ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 38 kata penyalur diganti distributor atau badan hukum itu ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 39 dari F-PG ditambahkan kata “dan atau mengelola kegiatan”, ini kita Panjakan atau ke Timus. Saya kira BPD juga ditambahkan kata mengelola. Saya kira kita Panjakan ya oleh karena konsekuensinya nanti.

(RAPAT:SETUJU) DIM 40 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU) DIM 41 ini ada pertanyaan siapa yang menetapkan surat tagihan tersebut perlu ditegaskan untuk menetapkan surat tersebut. Apakah memerlukan penjelasan dari Pemerintah? Saya kira DIM 41 kita Panjakan.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 42 kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 43 ini karena karakteristik pertanyaan dari PPP apa mau dijawab sekarang atau dipanjakan. Saya kira dipanjakan.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 44 ini ada pertanyaan contoh barang dan konsumsinya perlu dikendalikan. Dan juga PAN perlu ditambahkan kata “dan produksinya”. Kita Panjakan ya?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 45 ini peredaran barang perlu diawasi. Kita panjakan.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 46, Fraksi Golkar kata produksi dan pemakaian. Kita Panjakan.

(RAPAT:SETUJU) DIM 47 ada double … dari F-PPP contoh-contoh barang, kita Panjakan sekaligus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 48 ada dari F-PG ditambahkan kata “dapat”. Saya kira ini bisa di Timus mengenai masalah kata-kata dan bahasa ini. Hanya ditambahkan kata “dapat”. Itu kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 49 itu ada dari F-PG Pasal 2 dihapus karena sudah termaktub jadi nanti kita Panjakan.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 50 juga kita Panjakan.

(RAPAT:SETUJU)

26 DIM 51 kita Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 52 kita Panja.

(RAPAT:SETUJU)

Kalau begitu seluruh Pita Cukai ini secara komprehensif kita Panjakan. Saya kira semua yang berhubungan dengan Pita Cukai kita Panjakan.

DIM 53 kita Panjakan.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 54 ke Timus karena umum.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 55 itu ada perubahan substansi harus diubah kata “pengusaha pajak”, untuk definsikan. Pajak dan pabrik.

Kemudian dari F-PG apa kita Panjakan?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 56 juga ada kata “pemenuhan” dihapuskan diganti kata “pelaksanaan”. Apa tidak di Tim Perumus atau di Panja penggantian kata-kata ini?

Kita Panjakan ya.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 57 itu di Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 58 itu di Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 59 masuk Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 60 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 61 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 62 ke Timus. (RAPAT:SETUJU)

DIM 63 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 64 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

27 DIM 65 ini ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 66 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 67 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU) DIM 68 ini saya kira ke Timus karena ini sudah sesuai peraturan pemerintah. Ke Timus ya?

(RAPAT:SETUJU)

DIM 69 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 70 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 71 ada perubahan redaksional sehingga berubah menjadi substansi, kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 72 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 73 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 74 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 75 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 76 kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 77 kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 78 otomatis kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 79 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 80 ke Timus. (RAPAT:SETUJU)

DIM 81 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) 28 DIM 82 dari F-PG, ini ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 83 itu ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 84 itu ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 85 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 86 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 87 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

F-PDIP (IR. HASTO KRISTIYANTO, MM.):

Interupsi Pimpinan. Kembali pada pembahasan di Bab 2 kami hanya sedikit memberikan catatan karena Bab 2 tentang karakteristik dan sifat barang-barang yang nanti kena cukai sebagai pungutan dari negara nanti pada saat di Panja kami hanya meminta kepada Pemerintah agar bersiap-siap dalam konteks paradigma terhadap barang-barang yang kena cukai karena ini juga sangat- sangat penting. Karena tren yang ada kecenderungan ini dijadikan semacam pajak juga. Padahal cukai inikan pungutan negara yang memiliki sifat dan karakter tertentu yang diatur dengan Undang-Undang ini yang juga penerapannya nanti akan sangat ditentukan oleh paradigma terhadap industri yang di dalamnya juga barang-barang yang kena cukai. Di mana kami sangat konsen terhadap beberapa industri yang sebenarnya basis dari aspek local contain-nya cukup besar, dari aspek nasional capability juga cukup besar, sehingga paradigma ini cukup penting untuk kita ketahui bersama agar kita tidak semata-mata terjebak pada kata penerapan setinggi-tinggi itu. Hanya karena suatu bantuan sifat karakter atau berdasarkan suatu regulasi yang sifatnya internasional. Ini hanya satu catatan tambahan saja agar ketika kita membahas bagian pertama barang kena cukai yang juga menjadi bagian yang kedua berkaitan dengan implikasi terhadap besaran yang harus diterapkan terhadap cukai itu kita cukup hati-hati melihat secara intergratif. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Mungkin kita langsung ke DIM 88 karena substansi ini ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 89 ini ada tambahan penjelasan pemerintah sekarang atau bagaimana? Dari F-PG ada pertanyaan minta penjelasan tentang tambahan butir c.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Kami mohon penjelasan dari Pemerintah.

MENTERI KEUANGAN:

Dalam penjelasan yang kami cantumkan bentuk tanda pelunasan cukai yang lain dapat berupa bar code, risk and rack, dan chip. Untuk memberi kejelasan dari RUU Cukai Pemerintah berpendapat agar contoh ini dimasukan di dalam penjelasan dengan formulasi sebagai berikut. Pada ayat (3) penjelasannya adalah pelunasan cukai dengan cara pembubuhan tanda pelunasan dan lain-lainnya dilakukan dengan cara membutuhkan tanda pelunasan cukai lainnya yang seharusnya dan dibubuhkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku seperti bar code dan hologram. Untuk barang kena cukai yang dibuat di Indonesia pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya harus dilakukan sebelum barang kena cukai dikeluarkan oleh pabrik. 29 Untuk barang kena cukai yang diimport pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya harus dilakukan sebelum barang kena cukai diimport untuk dipakai. Pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya dimaksud dapat dilakukan di tempat penimbunan sementara atau tempat penimbunan berikat atau di tempat pembuatan barang kena cukai di luar negeri. Jadi ini merupakan suatu elaborasi terhadap bentuk cukai yang mungkin selama ini dikenal. Ada bentuk- bentuk baru dan kita ingin memasukan secara eksplisit.

KETUA RAPAT:

Bagaimana F-PG?

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Terima kasih Pimpinan, cukup jelas. Tapi kita ingin perdalam di Panja.

KETUA RAPAT:

Ini ke Panja ya?

(RAPAT:SETUJU)

Kemudian DIM 90 ini juga ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 91 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 92 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 93 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 94 kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 95 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM ke 96 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 97 kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 98 kita ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 99 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 100 ada penggantian dari F-KB dimana “pabrik” diganti dengan “barang kena cukai”.

30 F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Interupsi Pimpinan. Untuk DIM 97 itu kita konsisten kalau peraturan menteri itukan harus diganti, jadi harus dipanjakan.

KETUA RAPAT:

Iya, maaf DIM 97 itu di Panja.

(RAPAT:SETUJU)

Tadi itu DIM 100 dari F-KB ada penjelasan. Silahkan.

F-KB (CHOIRUL SOLEH RASYID, SE):

Substansi dari usulan PKB ini diganti dengan barang kena cukai. Saya usulkan untuk dibawa ke Panja Pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Bagaimana Ibu Menteri, kita bawa ke Panja? DIM 100 kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 101 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 102 ini ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 103 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 104 mengenai jangka waktu kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 105 dari Fraksi Partai Demokrat ini kita ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 106 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 107 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU) DIM 108 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 109 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

31 DIM 110 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 111 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 112 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 113 ini ada penambahan dari F-PG.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Ke Panja Pimpinan.

KETUA RAPAT:

DIM 113 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 114 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 115 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 116 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 117 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 118 itu F-PG ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 119 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 120 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 121 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 122 ke Panja.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 123 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 124 ke Timus. 32

(RAPAT:SETUJU) DIM 125 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 126 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 127 dari F-PD terjadi pengulangan. Ini kita bawa ke Timus dan Timsin. Dari F-KB ada ilmu pengetahuan kata laboratorium. Saya kira jadi ke Panja karena ada penambahan substansi. Ini kita ke Panja ya.

(RAPAT:SETUJU) DIM 128 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 129 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU) DIM 130 ke Timus.

(RAPAT:SETUJU)

DIM 131 ini ada dari Fraksi PAN “dan pengembangan industri kecil”. Kita Panjakan ya?

(RAPAT:SETUJU) DIM 132 ke Timus.

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Interupsi Pimpinan. Mengingatkan sudah jam 11. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi sebelum kita tutup saya jelaskan juga bahwa kita menerima juga dari F-KB untuk ada perubahan DIM. Oleh karena itu saya minta juga persetujuan dari seluruh Anggota Pansus dan Pemerintah kita membuka kepada fraksi-fraksi untuk mengajukan kalau ada perubahan DIM sebelum Rapat Kerja nanti kita akhiri.

F-PDIP (TJAHJO KUMOLO, SH):

Interupsi Ketua. Saya pikir saya ajukan kepada Pemerintah sebagai bahan pertimbangan. Kemarin mengenai kawasan ekonomi khusus sudah ada MOU antara Presiden dengan Singapura. Itu mungkin perlu ada hal-hal yang perlu dimasukan di sini, saya kira ini belum clear kemarin. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Tjahjo. Saya kira di dalam minggu depan kita sudah bisa menerima DIM dari F-KB yaitu perubahan beberapa DIM dan di minggu depan itu kita harapkan ada fraksi-fraksi menyerahkan DIM. Dan sehubungan dengan usul Pak Tjahjo tadi perlu juga kami laporkan kepada Anggota dalam bincang-bincang dengan Ibu Menteri dari sebelum kita rapat, kita telah meminta kepada Ibu Menteri atau pemerintah mengeluarkan suatu produk hukum mengenai pembentukan kelembagaan kawasan ekonomi khusus ini.

F-PPP (EFIYARDI ASDA):

Interupsi Pimpinan.

33 Sebelum kita minta tanggapan dari fraksi-fraksi, kita mohon penjelasan dulu dari Pemerintah apa yang terjadi sebenarnya supaya Anggota ini semuanya tahu kawasan ekonomi khusus yang dibicarakan dengan Presiden dan dengan Singapura itu apa sebenarnya. Jadi kami mohon penjelasan dulu sebelum kami membuat usulan fraksi-fraksi. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silahkan.

F-PG (GDE SUMARJAYA LINGGIH, SE):

Interupsi DIM 113 itu Timus apa Panja? Panja ya. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya kira Pak Efiyardi, Pemerintah juga sudah mengkonsulidasi apa sebenarnya membuat suatu produk hukum. Saya kira saya persilahkan kepada Ibu Menteri.

MENTERI KEUANGAN:

Mengenai kawasan ekonomi khusus sebetulnya di dalam Pemerintah kita sudah membuat satu tim di bawah Menko dan memang Bapak Presiden menugaskan Bapak Wapres untuk mengkoordinasikan mengenai bagaimana penentuan dari kawasan ekonomi khusus berdasarkan definisinya. Dan tentu saja lokasi dan berdasarkan strategi seluruh kebijakan nasional. Pada saat ini sedang diintensifkan pembahasan mengenai tim kawasan ekonomi khusus termasuk tadi yang disebutkan oleh Pimpinan yaitu suatu produk hukum yang bisa mewadahi status dan tanggung jawab serta scope kerja dari tim yang membuat kawasan ekonomi khusus ini terutama dikaitkan dengan kebutuhan apabila memang nanti kawasan ekonomi khusus akan didefinisikan dan ditetapkan pada daerah-daerah tertentu dan mereka itu akan mendapatkan perlakuan yang berbeda terutama dari sisi perpajakan kepabeanan dan cukai, maka pemikirannya memang pada saat yang sama pada saat kita sedang membahas RUU Perubahan Undang-Undang Kepabeanan Cukai dan nanti juga pajak memang dipikirkan ada semacam DIM tambahan untuk menampung kebutuhan tersebut. Hal ini tentu dikaitkan dengan fakta bahwa kawasan di seluruh Asia Timur dan Asia Tenggara banyak yang meningkatkan kegiatan ekonominya melalui pembentukan sebuah kawasan ekonomi khusus yang diperlakukan berbeda dengan kawasan lain di daerah tersebut di negara tersebut. Oleh karena itu membutuhkan suatu perhatian khusus. Kami telah melakukan beberapa kali rapat di Pemerintahan dan memang sudah berkonsultasi secara formal maupun informal dengan seluruh fraksi maupun Pimpinan Pansus di sini untuk membicarakan sesuatu yang sekarang ini tengah berkembang dan kita harapkan bisa segera direalisir. Mengenai MOU antara pemerintahan Indonesia dengan Singapura untuk Batam, Bintan, dan Karimun ini merupakan suatu penegasan dari komitmen kerja sama antar pemerintah Indonesia dan Singapura untuk mengembangkan ketiga kepulauan tersebut. Sampai hari ini belum ada satu katakanlah treatment dari yang disepakati selama ini. Namun tidak menutup kemungkinan apabila nanti di dalam RUU Kepabenan Cukai dan Pajak akan dimasukan ayat atau pasal yang menyangkup kawasan ekonomi khusus dimana treatment atau perlakuan mengenai perpajakan, kepabeanan dan cukai akan secara eksplisit diperbolehkan atau diberikan maka mungkin kita akan bisa mengembangkan lebih lanjut tapi untuk kawasan Batan, Bintan, dan Karimun kita tetap menggunakan asas-asas yang sudah disepakati. Hanya memang kita ingin mengefektifkan kerja sama itu karena dirasakan adanya semacam penurunan kinerja dari kawasan tersebut terutama dikaitkan kinerja dari sisi Indonesia di dalam memberikan fasilitasi percepatan di dalam jasa-jasa maupun dalam hal ini masalah perpajakan dan kepabeanan yang saat ini kami juga sedang menanganinya. Demikian yang bisa kami sampaikan. Tentu kalau boleh saya tambahkan, memang sedang dipikirkan karena selama ini Pemerintah telah menyampaikan RUU dalam sebuah Ampres yang dalam hal ini menteri yang dalam hal ini kami yang ditunjuk oleh Bapak Presiden. Memang selalu saja ada kemungkinan bahwa sesudah Pemerintah menyampaikan RUU dengan Ampresnya ada pemikiran yang berkembang dan itu terjadi seperti RUU Perpajakan yang kemudian kami merevisi sendiri RUU sebelum DIM itu dilakukan. Untuk pajak dan cukai ini karena sudah ada DIM dan kita sudah membentuk Pansus dan membahas sementara dirasakan adanya kebutuhan untuk menambahkan pasal-pasal yang akan diharapkan bisa menampung untuk memberikan ruang bagi kemungkinan untuk treatment atau perlakuan bagi kawasan ekonomi khusus. Maka jalur yang dipikirkan secara konstitusional maupun secara, saya tidak tahu hukum tapi sedang belajar 34 yaitu yurisprudensi kalau diperbolehkan barangkali, apakah DIM itu akan disampaikan oleh fraksi- fraksi tentu saja di dalam DPR atau melalui pemerintah secara resmi. Kami akan berkonsultasi dengan seluruh fraksi dan Pimpinan dalam Pansus ini untuk bisa menampung kebutuhan yang sekarang sedang berkembang.

KETUA RAPAT:

Silahkan Pak Azwir.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA):

Tadi artinya definisi KEKI (kleni-kleni Khusus Indonesia) asal jangan kita buat KEKI dengan Singapura saja. Saya belum melihat struktur atau bentuknya, kalau FTZ jelas ada pemerintah pusat, ada dewan pengurus harian, ada peranan gubernur, dan Pemda daerah. Di sini bentuk strukturnya apa. Saya khawatirkan kalau pengelolaan 100% oleh asing khususnya Singapura itu akan susah untuk pemerintah kita melakukan kontrol tapi kalau bentuk FTZ saya kira itu kita bisa mengontrol lintas kegiatan di sini. Kedua, dari yang saya baca di koran-koran itu karena lebih banyak menguntungkan pihak luar daripada kita sendiri. Keuntungan kita nilai tambahnya apa. Apa bedanya FTZ dengan KEKI ini, jadi supaya jelas supaya kita bisa menyampaikan kepada Anggota-anggota kita pengertian KEKI ini jelas. Kepentingannya ke depan apa, nilai tambahnya apa. Karena juga apakah KEKI ini juga nilainya lebih besar daripada kawasan-kawasan yang ada di Jabeka dan segala macam. Saya mohon penjelasan Ibu Menteri termasuk struktur dari KEKI itu sendiri kalau sudah ada bentuknya.

F-PG (SIMON PATRICE MORIN):

Interupsi. Terima kasih. Saya melanjutkan apa yang disampaikan Bapak tadi bahwa kita butuh satu perangkat. Jadi jangan sampai KEKI ini kita cantolkan di Undang-Undang Bea Cukai tapi kita ingin suatu aturan yang mengatur badan ini secara lebih menyeluruh sehingga ada dasar untuk pengembangan ke depan. Sebab kita pernah membentuk yang namanya KAPED. Kemudian KAPED itu hilang begitu saja karena tidak ada dasar untuk memberikan dukungan sehingga dari segi anggaran atau segi apa membuat kawasan yang kita bentuk itu kemudian hilang begitu saja. Jadi saya kira ini harus ada suatu perangkat hukum untuk mengatur sehingga menjadi jelas. Jadi kita mau membawa kawasan itu kemana itu jelas. Sebab Batam sendiri pernah kita kunjungan DPR juga dan mereka selalu mengeluh bahwa Batam ini tidak jelas arahnya kemana. Cina datang belajar studi banding di situ, Cina sudah lebih maju dari kita. Tetapi Batam begitu- begitu saja. bagaimana sikap terhadap Batam apakah setengah hati dan sebagainya waktu kita kunjungan. Mudah-mudahan sudah berubah dengan KEKI. Tapi saya kira KEKI ini harus ada satu perangkat hukum yang jelas sehingga tidak sekedar suatu coba-coba tapi betul- betul kita sudah pahami dan mungkin juga kita sudah belajar dari Cina dan negara-negara lain yang mengembangkan kawasan seperti itu. Terima kasih.

F-PAN (DR.MARWOTO MITROHARDJONO, SE., MM.):

Terima kasih. Saya kira sudah kita rapatkan intern minggu lalu bahwa yang menyangkut kawasan ekonomi khusus ini kita klasifikasikan sebagai perubahan RUU bukan DIM. Jadi kalau itu menyangkut perubahan RUU sesuai dengan Tatib maka pihak pengusul pemerintah harus melalui presiden menarik dulu RUU ini, tidak bisa kita langsung dijadikan perubahan DIM. Oleh karena itu saya minta kalau bisa mengenai masalah ini kita bicarakan internal dulu oleh Pansus. Terima kasih.

F-PPP (EFIYARDI ASDA):

Hampir sama dengan Pak Marwoto, karena prosedur untuk membuat Undang-Undang itukan RUU dari Pemerintah sudah ada di kita tetapi kita ingat juga bahwa untuk melakukan perubahan itu fraksi-fraksi boleh melakukan perubahan. Cuma yang kita sayangkan kami dari PPP merasa tidak masalah kalau itu berguna bagi masyarakat. Saya mendengar dari penjelasan Ibu Menteri bahwa ini lebih difokuskan kepada kawasan Batam, Bintan, dan Karimun. Saya melihat bahwa kita di DPR kemarin ini walaupun saya belum Anggota DPR telah mengeluarkan Undang-Undang yang namanya FTZ. Tetapi saat ini Pemerintah tidak mengakui Undang-Undang 35 itu. Jadi maksud saya FTZ itu mana yang lebih bagus apakah FTZ atau KEKI ini. Buat apa kita membuat Undang-Undang sedangkan ini hanya tambahan tetapi yang sudah ada dibuat DPR saja itu tidak diakui oleh Pemerintah. Waktu kita kunjungan ke Batam kemarin kita lihat di Komisi VI khusus kita selalu membicarakan dengan Menteri Perdagangan dan kita ngotot untuk mempertahankan FTZ yang telah dibuat oleh DPR tetapi Pemerintah tidak mengakui. Sekarang ada lagi usulan untuk KEKI dan ini sepertinya mendadak. Apakah sudah dipikirkan benar-benar oleh Pemerintah manfaat dari KEKI ini. Jadi memang walaupun sesuai dengan prosedurnya untuk Undang-Undang ini usulan RUU dari Pemerintah dan kita boleh menambah dari fraksi-fraksi tetapi perlu pemahaman lebih mendalam lagi supaya kita jangan dibawa ke Mahkamah Konstitusi. Karena payung hukumnya itu belum jelas. Lebih jelasnya memang kita perlu pemahaman lebih jauh lagi antara Pemerintah dan kita demikian Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silahkan Pak.

F-PDIP (NUSYIRMAN SOEDJONO) :

Melanjutkan rekan-rekan Bapak-bapak dari Pansus yang berkaitan dengan kawasan ekonomi khusus ini Ibu Menteri, tentunya kita tidak ingin sebuah knsep untuk perekonomian nasional dengan cara-cara parsial artinya sepotong-sepotong begitu. Nanti masa tertentu kita menggunakan istilah kapet, setelah itu ganti menjadi kawasan ekonomi khusus, besok apalagi sehingga tidak terintegrasi, tidak terkonfrehensif satu rangkaian konsep yang menyeluruh begitu. Untuk itu mungkin apakah tidak sebaiknya ini berkaitan juga dengan kapet yang dahulu ada, kemudian sekarang ada kawasan ekonomi khusus. Ada sebuah gambaran yang secara lebih jelas dengan konsep jangka panjang, jangka menengah dan sebagainya. Sehingga ini kalau ingin dikaitkan dengan undang-undang kita mempunyai arah yang terukur, lebih konfrenhensip. Saya melihat ini sifatnya sangat parsial-parsial begitu. Mungkin kita lebih memperoleh kejelasannya. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Silahkan Pak.

F-PDIP (MANGARA M. SIAHAAN):

Kesepakatan kita minggu lalu mendukung usulnya Pak Marwoto. Dari penjelasan Ibu Menteri, saya melihat ini usulan baru saya tetap berpendapat kalau ini usulan baru ditarik dulu semuanya. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Mungkin ini menjadi masukan Ibu Menteri. Kalau saya boleh menambah masukan, jangan sampai kata pepatah mengharapkan burung dilangit balem ditangan dilepaskan. Karena hal ini dengan adanya keki kawasan berikat FTZ menjadi tidak menarik dan menjadi suatu yang tidak ada apa-apanya. Bagaimana nasib kawasan-kawasan berikat bounded zoon yang sudah ada sekarang ini. Hal itu juga harus menjadi bahan pemikiran karena kawasan ekonomi khusus ini dapat melakukan perdagangan barang tertentu dengan persyaratan tertentu kedalam daerah pabean Indonesia lainnya dengan fasilitas pembebasan pumungutan import. Jadi harus juga dipikirkan sudah ada yang exeiting jangan menjadi mati karena keadaan begini. Terima kasih Ibu, saya kira dengan mengucapkan Alhamdulillahirrobbil Alamin.

F-PDIP (TJAHJO KUMOLO) :

Sebagai bahan saja pada Pemerintah, pengalaman pembahasan undang-undang bea cukai dulu itu DPR merasa kesulitan karena ada egoisme sektoral dalam Pemerintah. Pengalaman dulu tersebut saya kira Ibu Menteri cermati bahwa setiap keputusan dalam sikap pemrintah mengenai undang-undang bea cukai yang baru ini, kita hanya mohonkan ada kesepakatan utuh dari pemrintah.

36 Khususnya sejumlah instansi yang punya kepentingan besar terhadap bea cukai ini. Saya ingat dulu itu sampai hal-hal yang kecil harus diputuska oleh Pak Harto di Cendana. Saya kira perlu satu hal yang harus baik kedepan sehingga undang-undang ini perlu untuk masa yang cukup panjang. Itu saja, terima kasih.

F-PPP (EFIYARDI ASDA) :

Saya mengulang tadi bahwa RUU ini hak inisiatif dari Pemerintah, setelah diajukan ke kita, kita telah membentuk DIM. Tetapi tidak terlepas kemungkinan tidak perlu ditarik balik oleh Pemerintah hal ini, hanya kalau menginginkan perobahan dari fraksi, kita berhak untuk melakukan perobahan dan kita internalkan. Tetapi seperti yang saya bilang tadi kita mohon penjelasan yang lebih rinci dari Pemerintah apakah usulan ini benar-benar bermanfaat atau tidak ?. Kalau masalah prosedurnya hukumnya saya rasa tidak masalah bagi kita. Kalau memang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan tidak hanya bersifat parsial itu memang kita perhatikan. Kalau memang bermanfaat untuk Batam kenapa tidak ?, karena kita sudah sama- sama ke Batam kita melihat bagaimana Batam itu terpuruk . Yang dulunya istilah Batam bila anda tiba anda menyesal, bila anda tabah anda menang. Tetapi kenyataannya sekarang tidak ada menang-menangnya orang . Dengan demikian kita minta Pemerintah didalam mengusulkan suatu RUU betul-betul diperhatikan melalui riset dan penelitian yang jelas supaya jangan dibuat Undang-Undang tidak ada gunanya. Begitu Pimpinan. Saya dari PPP tidak menolak kalau seandainya diinginkan oleh Pemerintah kita mengusulkan untuk melakukan perobahan tetapi kita perlu penjelasan lebih lanjut dari Pemerintah apakah itu betul-betul berguna untuk negara yang kita cintai ini. Itu usulan saya Pimpinan. Terima kasih

KETUA RAPAT:

Apakah masih ada lagi ?, Silahkan Ibu Khofifah.

F-PKB (KHOFIFAH INDAR PARAWANSA):

Terima kasih. Yang pertama, saya rasa kita tidak bisa memasukkan sesuatu secara ujuk-ujuk (tiba- tiba) payungnya harus clear. Ketika misalnya DPR membahas soal free trade zone lalu kemudian Pemerintah tidak clear waktu itu ada yang pro and claf ada yang pro whole and Island. Maka kemudian apa yang sudah disetujui oleh DPR, kita urut dahulu ya Pak kemudian Pemerintah tidak bisa menyetujui, maka ini tidak bisa dilaksanakan draf RUU ini yang mestinya sudah pada pembicaraan tingkat akhir. Kemudian saya ingin meriview Ibu Menteri, bahwa komitmen di Raker 3 kali Menteri Perdagangan berjanji akan menindaklanjuti rumusan RUU tentang Free Trade Zone, tiba-tiba keluarlah Surat Keputusan Menteri Keuangan dan tidak ada lagi ceritera soal kemungkinan diajukan RUU tentang Free Trade Zone. Kemudian kita mendengar bahwa Presiden dan Presiden Singapura membuat MoU tentang Special Economic Zone. Artinya barang-barang ini mesti clear dulu, selanjutnya posisi dari Special Economic Zone. Kemudian apa yang dahulu dipikiran Pemerintah Whole and Island dan Clove tidak clear, dimana posisi masing-masing substansi ini. Kalau ini belum clear kita mestinya pending dulu tidak membahas clausul ini, setelah a,b, c, d clear kita bahas tidak ada masalah, tetapi hal ini harus clear dulu. Terima kasih.

F-PD (H. SUNARTO MUNTAKO):

Terima kasih Pimpinan. Ada usul yang ingin saya tanyakan. Yang pertama, masalah ekonomi khusus. Saya kira tidak semua yang hadir disini mengerti apa itu ekonomi khusus. Terlebih-lebih apa yang akan diberikan didalam undang-undang ini untuk menentukan bahwa itu kriterian khusus. Jangan sampai KEKI ini hanya berlaku didaerah-daerah tertentu saja. Padahal daerah-daerah lain tidak masuk dalam kriteria ekonomi khusus itu. Yang kedua, tentang perubahan substansi. Kalau ini diperbolehkan melalui DIM saya rasa kita harus bicarakan lebih mendalam. Terima kasih.

37 KETUA RAPAT:

Saya kira hal itu nanti kita bicarakan di intern, tetapi kita minta Pemerintah juga menentukan jangan seperti kucing dalam karung , kita tidak tahu apakah belang tiga, apakah kucing Persia atau Angora, jangan-jangan kucing kampung. Saya minta kepada Pemerintah keluarkan kucingnya apakah kucing kampung atau kucing Angora yang bisa mendunia. Terima kasih.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Saya mengingatkan ke Bu Menteri, walaupun ada FTZ, KEKI dan segala macam, tidak ada gunanya sebelum Indonesia dan Singapura menandatangani perjanjian sekstradisi. Karena Ibu tahu persis berapa obligor yang sudah mendadi warga negara Singapura, dia berbuat satu lagi lari ke Singapura. Jadi kita terus dibikin keki oleh Singapura. Saya dan Ibu Khififah apa yang dikhawatirkan selama ini FTZ tidak disetujui oleh Pemerintah sekarang terbukti. Rupanya ada konsep lain yang sudah lama disimpan sekarang muncul. Saya mohon Ibu Menteri sebaiknya diperdalan dulu ekstradisi penting, kalau hal ini sudah clear kalau ada maling menangkap ketempat orang lain kita bisa aman begitu. Sekarang dia masuk dan sudah menjadi warga negara Singapura terus bagaimana obligor-obligor yang senga Ibu permasalahkan sekarang ?. Payung hukumnya harus kuat, tidak bisa melihat secara parsial. Dari mana masuknya nanti apakah ditarik atau melalui fraksi-fraksi itu persoalan kedua menurut saya. Tetapi secara konfrenhensif KEKI ini harus jelas supaya tidak jadi korban lagi konsep KEKI, CARPET dan lain- lain. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya kira masukan-masukan tidak perlu lagi dijawab oleh Ibu Menteri atau menjadi bahan masukan.

F-PG (SIMON PATRICE MORIN):

Bapak Ketua. Saya kira ini menjadi bahan masukan kalau memanga diperlukan suatu pertemuan khusus dimana Pemerintah secara konfrenhensif menjelaskan konsep ini. Kita paham bahwa ini berguna seperti China sudah sangat berkembang dengan konsep ini walaupun kita terlambat. Saya kira ini konsep bagus cuma Pemerintah harus menjelaskan sehingga kita tadi dikatakan jangan sampai seperit kucing dalam karung tapi betul-betula satu konsep yang semua daerah bisa memanfaatkan konsep ini.

F-PG (DR.H.M.AZWIR DAINY TARA, MBA.):

Pimpinan, saya usul lebih konkrit karena ini juga mendasar, sebaiknya Menko Perekonomian dengan menteri-menteri terkaist perlu menjelaskan secara dalam. Karena saya melihat Pemerintah tidak satu bahasa. Menteri Perekonomian mempunyai kepentingan lain, demikian pula dengan menteri-menteri yang lain. Menteri Keuangan juga mempunyai konsep lain. Saya harapkan penjelasan terhadap konsep ini, sebaiknya disampaikan oleh Menteri Perekonomian bersama menteri-menteri terkait supaya clear semua persoalanh dan tidak ada lagi konsep secara parsial. Ini kan negara bukan warung. Terima kasih.

F-PDIP (TJAHJO KUMOLO):

Ketua, menghargai apa yang disampaikan oleh teman saya dari Golkar, saya kira dalam konteks RUU bea cukai ini cukup saja Menteri Keuangan tidak usah dengan Menko. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Menanggapi Pak Morin tadi memanga kita menganut prinsip guru, guru itu baru dikatakan hebat kalau muridnya lebih maju dan hebat dari dia. Malaysia belajar pendidikan ke kita, sekarang Malaysia lebih maju berarti yang hebat kita bukan dia, karena kita bisa menjadikan dia lebih heba dari kita. 38

F-PPP (EFIYARDI ASDA):

Saya mengusulkan lebih konkrit saja , kita tidak menolak kalau seandainya itu berguna bagi negara yang kita cintai, tetapi kita perlu penjelasan lebih lanjut dari Pemerintah supaya apa yangkita lakukan ini tidak sia-sia. Karena itulah penjelasan yang khusus dari Pemrintah kepada kita, kalau kita tolak dari awal memang ini berguna, kalau kita terima lebih cepat tidak tahunya tidak ada gunanya leabih mubazir, begitu Ibu. Terima kasih.

F-PD (H. SUNARTO MUNTAKO):

Pimpinan, lebih konkrit lagi kalau bisa minggu depan Pemerintah saja datang kesini memberikan penjelasan mengenai KEKI, dipimpin oleh Menteri Keuangan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya dalam berbincang-bincang kemaren dengan beberapa pejabat Pemerintahan saya tanyakan ini makin tidak jelas, yang tidak jelas KEKI itulah (ada yang menjawab begitu). Silahkan Ibu apakah bisa minggu depan atau bagaimana ?

MENTERI KEUANGAN:

Bapak Pimpinan. Terima kasih atas masukan dan berbagai pandangan itu, saya menangkap ada 3 hal yang memang perlu untuk kami sampaikan tentu forumnya saya serahkan kepada Bapak Pimpinan dan sesluruh anggota Pansus.

Mengenai ini ada 3 hal yang memang perlu kita jelaskan :

1. Konsepnya sendiri KEKI tentu versus dan konsep-konsep lain yang pernah ada seperti FTZ, PONDIT, KAPET dan bahkan berbagai ide yang pernah muncul ada yang sudah tertuangkan didalam perundang-undangan yang sudah formal, ada yang masih didalam keputusan-keputusan yang barangkali lebih rendah dari undang-undang, tapi mungkin sudah ada dan pernah dinisiatifi sebelumnya. 2. Yang ingin kejelasan adalah manfaat Cosf benefit or edfentif, dis effentif dari adanya konsep tersebut, apa namanya KEKI ataukah nama yang lain nanti kita bisa saja jelaskan. Dan ini tentu akan sangat tergantung dari definisi dan konsep yang pertama tadi. Nanti kami bisa sampaikan. 3. Mengenai bagaimana kalau memang itu dirasakan penting dan relevan untuk kita sebagai bangsa, tentu ini saya tidak ahanya membawa dari fisi kepentingan satu departemen apakah itu Departemen Keuangan ataukah Perdagangan, atau Perindustrian tapi dalam hal ini Pemerintah menganggap bahwa konsep tersebut memang relevan dan penting dan strategis bagi pengembangan kepentingan nasional sesuai yang tadi kita sampaikan didalalm konsep dan manfaat maupun kemungkinan eksesnya.

Nanti saya sampaikan, tentu saja saya akan minta bantuan juga dari teman-teman di Pemerintahan yang lain. Tetapi kami sampaikan sesua dengan yang disampaikan Bapak Tjahjo Kumolo tadi ya Amanat Presiden yang sekarang untuk RUU Pabean dan Cukai memang kepada Menteri Keuangan. Dan apabila Pemerintah diminta untuk memberikan penjelasan tentu dikoordinasikan untuk hal ini apabila akan dimasukkan didalam undang-undang ini tentu melalui Menteri Keuangan. Apabila memang KEKI selama ini seperti saya sebutkan tadi di Pemerintah dikoordinasikan melalui Menko meskipun Bapak Presiden meminta Bapak Wapres untuk beberapa kali melakukan koordinasi ditingkat yang bahkan lebih luas dari Menku Jadi nanti kita akan konsultasi diantara Pemerintah ssendiri untuk menyampaikan apa format yang terbaik. Saya tentu saja bersedia apabila memang di skedulkan oleh pimpinan apakah dalam bentuk format seperti ini ataukah informal tentu semua tergantung dari pimpinan diseluruh jajaran Pansus RUU ini. Dan seperti saya katakan tadi saya juga berkonsultasi dengan ahli tata negara, mengenai sekuens dan bagaimana mekanisme untuk penyampaian antara inisiatif Pemerintah versus DPR maupun kemungkinan masuk dalam DIM atau bahkan dalam hal ini untuk memasukkan revisi RUU apakah perlu ditarik. Semuanya banyak interpretasi yang saya juga sedang belajar dan saya juga paham. Moga-moga saya tidak melanggar mekanisme konstitusional yang selama ini kita coba selalu pegang. 39 Jadi kami akan coba Pak, kalau memang diacarakan oleh Bapak Pimpinan saya akan coba untuk menyiapkan ke 3 hal yang disampaikan oleh seluruh anggota. Kemudian mekanisme diantara Pemerintah juga akan kami konsultasikan dengan Presiden, Wapres dan menteri- menteri yang terkait dengan policy ini dan tentu saja nanti kita akan lihat apakah untuk kita tentu saja nampaknya kita tidak ingin supaya jadwal RUU ini terhambat, karena adanya suatu ide baru. Tentu plus minusnya nanti kita juga akan bahas diantara Pemerintah dan tentu akan kita komunikasikan secara intensif dengan seluruh Anggota Pansus, Pimpinan . Demikian Bapak. Saya rasa itu yang perlu saya sampaikan.

F-PDIP (NURSYIRWAN SOEJONO):

Interupsi sedikit Ketua. Mohon nanti pada saat Pemerintah membahas berkaitan dengan kawasan ekonomi khusus, ini sifatnya jangan hanya membahas persoalan ini saja. Coba dimasukkan dengan produk-produk yang dahulu sudah dikeluarkan oleh Pemerintah. Ada kawasan-kawasan lain seperti Kapet dan sebagainya. Jadi kalau pembahasannya hanya untuk memperdalam persoalan kawasan ekonomi khusus, saya melihat itu tidak tepat. Akhirnya kita memecahkannya yang tadi saya istilahkan dengan parsial. Terima kasih.

F-PDIP (TJAHJO KUMOLO):

Interupsi Ketua. Saya kira kami sepakat dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Menteri mengenai 3 hal tadi. Hanya mungkin sebagai pengetahuan saya saja, konsultasi kepada Presiden, Wapres dan kepada Menko ini cukup menarik. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Saya kira semua masukan kita tadi menjadi bahan masukan oleh Ibu Menteri, dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbilalamin, wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat siang dan rapat ini saya tutup.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 11.35 WIB)

Jakarta, 5 Juli 2006

a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT,

DRS. HELMIZAR NIP. 210001447

40