KERAGAAN DAN ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN UMUM BERDASARKAN ZONA AGROEKOLOGI DI KABUPATEN , SULAWESI TENGAH

T.P. Rumayar, Agustinus N. Kairupan, Lintje Hutahaean, Femmi N.F, dan Syafruddin

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Raya Laroso No. 62, Biromaru Sulawesi Tengah

ABSTRAC

The purpose of this research is giving data of information potency, biophysic condition, and social economy. To specify the pre-eminent commodity of fishery in Buol regency, based on agro ecology zone. Verification arrangement of agro ecology zone derived from expert system concept which is developed by Center of Research of Land and Agro Climate. The implementation of agro ecology zone is divided into four activities such as : preparation, data interpretation into expert system, overlay between administrating and land resource map, and verification on farm. The analysis result shows agro ecology zone for fishery development is zone VI (covers 25.083 ha or 6,32%) from the total of Buol regency spread out in every subdistrict. The pre-eminent commodity of fishery is shrimp pond located in Momunu sub district.

Key words : fisheries development, resource management, ponds, Central Sulawesi

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk memberikan data dan informasi tentang potensi, kondisi biofisik dan sosial ekonomi serta menetapkan komoditas unggulan perikanan Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan zona agroekologi. Penyusunan keragaaan zona agroekologi mengacu pada konsep Sistem Pakar (Expert System), yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pelaksanaan penyusunan peta zona agroekologi terbagi atas empat tahapan kegiatan yaitu : persiapan, interpretasi data ke dalam sistem pakar, tumpang tepat (overlay) antar peta administrasi dan peta sumberdaya lahan serta verifikasi lapang. Dari hasil analisis terlihat bahwa zonasi agroekologi yang berpotensi untuk pengembangan komoditas perikanan berada pada zona VI dengan luas wilayah 25.083 ha (6,32%) dari total luas seluruh wilayah Kabupaten Buol yang tersebar di tiap kecamatan. Komoditas unggulan perikanan yaitu tambak udang, berada di wilayah Kecamatan Momunu.

Kata kunci : pembangunan perikanan, manajemen sumberdaya, tambak, Sulawesi Tengah

PENDAHULUAN Kabupaten Buol dengan luas 4.043,57 2 km atau sekitar 5,94 persen dari luas Provinsi Sulawesi Tengah, terbagi atas lima wilayah keca- Pembangunan perikanan pada umumnya matan yaitu, Biau, Momunu, Bokat, Bunobogu diarahkan pada peningkatan kontribusi dalam dan Paleleh. Dengan topografi berada pada ke- menunjang terciptanya perikanan yang maju dan tinggian 100 - 500 dpl dengan derajat kemiringan tangguh, dalam rangka mewujudkan struktur eko- lebih dari 15-40 persen. Keadaan iklim dipenga- nomi yang seimbang. Pembangunan perikanan ruhi dua musim secara tetap yaitu, musim barat diarahkan dalam bentuk serangkaian upaya pe- basah dan musim timur kering. manfaatan potensi sumberdaya perikanan seopti- mal mungkin dengan meningkatkan produksi gu- Untuk pengembangan komoditas per- na memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. ikanan, diperlukan suatu strategi yang didasarkan

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No. 3, Nopember 2005 : 460-466

460 atas kemampuan lahan suatu wilayah dalam Tujuan pengkajian ini untuk memberikan mengembangkan suatu komoditas tertentu, se- data dan informasi tentang potensi, kondisi bio- hingga diharapkan suatu hasil komoditas yang fisik dan sosial ekonomi serta menetapkan komo- dapat diandalkan berdasarkan kemampuan lahan ditas unggulan perikanan Kabupaten Buol, Pro- daerah tersebut. Dalam mengembangkan strategi vinsi Sulawesi Tengah berdasarkan zona agro- pewilayahan komoditas sangat dibutuhkan data ekologi. dan peta mengenai struktur wilayah dan sumber- daya lahan. Dengan adanya pewilayahan lahan ke dalam satuan-satuan poligon dalam peta zona METODE PENELITIAN agroekologi yang berdasarkan pada keadaan ta- nah, hidrologi dan iklim, perencanaan pemba- Penyusunan keragaaan zona agroekologi ngunan perikanan akan lebih mudah. mengacu pada konsep Sistem Pakar (Expert Pengembangan suatu komoditas di dae- System), yang dikembangkan oleh Pusat Peneli- rah yang sesuai dengan kondisi lahan dan ber- tian Tanah dan Agroklimat (Amien, 1986). Prin- skala luas dapat meningkatkan efisiensi usaha- sip metode didasarkan pada pendekatan penco- tani, menjaga kelestarian sumberdaya lahan dan cokan (matching) antara karakteristik iklim dan meningkatkan aktivitas perdagangan antarpulau sumberdaya lahan dengan persyaratan tumbuh ta- dan daerah sehingga dapat meningkatkan penda- naman atau kelompok tanaman dan daya adaptasi patan petani dan nelayan. Agar hal ini dapat ber- hewan. jalan dengan baik diperlukan penetapan kawasan pengembangan dan komoditas unggulan yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi Persiapan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani. Pene- Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini tapan komoditas unggulan berdasarkan pada ana- adalah pengumpul (kompilasi) data sumberdaya lisis ketersediaan sumberdaya dan hasil analisis lahan meliputi : kelayakan usahatani dengan mengacu pada R/C - Data/informasi sumberdaya lahan berupa dan LQ serta dukungan pemerintah setempat. peta tanah (land unit) skala 1 : 100.000 dan Masalah yang sering dihadapi dalam pe- land system report skala 1 : 250.000 nyusunan dan perencanaan pembangunan per- - Data iklim yang meliputi data curah hujan ikanan adalah tidak tersedianya informasi sum- dan temperatur dari beberapa stasiun pena- berdaya lahan pada suatu daerah. Untuk keperlu- kar iklim dan cuaca selama 10 tahun ter- an alih teknologi yang dihasilkan oleh pusat- akhir pusat penelitian komoditas ke daerah pertum- - Data/informasi yang berkaitan dengan pe- buhan baru diperlukan data lahan dan lingkungan nyusunan peta ZAE, yaitu peta JOG (Joint dari daerah yang menjadi sasaran pengembangan Operational Geographic) yang digunakan (Amien, 1986). sebagai peta dasar dan data sosial ekonomi. Pendekatan yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan merumuskan program penelitian dan pengembangan perikanan Interpretasi Data ke dalam Sistem Pakar berdasarkan zona agroekologi, yaitu pengelom- Interpretasi data iklim dan sumberdaya pokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lahan ke dalam sistem pakar untuk mendapatkan lingkungan yang hampir sama. Oleh karena itu Zona Agroekologi dan alternatif kelompok ko- dalam proses pembangunan perikanan diperlukan moditas (group of crops) dan jenis komoditasnya karakterisasi wilayah yang ditinjau dari potensi (Amin, 1992). Menurut sistem pakar pembagian sumberdaya fisik dan sosial ekonomi. Zonasi Agro Ekologi dibedakan berdasarkan per-

Keragaan dan Analisis Komoditas Unggulan Perikanan Umum Berdasarkan Zona Agroekologi di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah (T.P. Rumayar, Agustinus N. Kairupan, Lintje Hutahaean, Femmi N.F., dan Syafruddin)

461 bedaan rejim iklim dan relief (kisaran lereng). 1. Jika LQ > 1, maka suatu komoditas me- Rejim iklim yang digunakan ialah rejim kelem- rupakan basis disuatu daerah, hal ini baban dan rejim suhu. berarti bahwa komoditas tersebut mem- berikan peluang usaha dan berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Pengumpulan Data Sosial Ekonomi 2. Jika LQ = 1, maka suatu komoditas Pengumpulan data sekunder diperoleh merupakan basis disuatu daerah, hal ini dari BPS dan instansi terkait, yang meliputi: po- berarti bahwa komoditas tersebut mem- tensi sumberdaya manusia dan sumberdaya la- berikan pengaruh yang tetap. han. Untuk pengumpulan data primer dilakukan dengan metode (1) survai dengan menggunakan 3. Jika LQ < 1, maka suatu komoditas me- kuesioner berstruktur/kuantitatif dan (2) RRA/ rupakan basis disuatu daerah, hal ini kualitatif (Hutahaean dan Anasiru, 2001). berarti bahwa komoditas tersebut tidak memberikan peluang usaha.

Untuk mengetahui kelayakan usaha Analisis Penentuan Komoditas Unggulan komoditas perikanan digunakan analisis finansial Metode yang digunakan untuk menentu- berdasarkan kriteria Net Present Value( NPV), kan kelayakan komoditas secara sosial dengan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit metode Location Quotient (LQ), yaitu metode Cost Ratio (Gross B/C), dan Internal Rate of yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu Return (IRR) (Gittinger, 1986). sektor merupakan sektor basis atau nonbasis atau Net Present Value (NPV) merupakan suatu sektor memiliki keunggulan komparatif nilai sekarang dari selisih antara manfaat dengan atau tidak. Nilai LQ sektor i di suatu wilayah di- biaya pada discount rate tertentu. hitung berdasarkan peubah produksi dengan per- timbangan bahwa produksi sudah mengakomoda- Cara perhitungan sebagai berikut : si luas areal panen dan produktivitas (Hutahaean Bt - Ct ƒ n dan Anasiru, 2001). Secara matematis formula NPV = t=0 1( + I) t LQ dinyatakan sebagai berikut : pi / pt Keterangan : LQ = Pi / Pt Bt = Penerimaan, sehubungan dengan ada- nya kegiatan usaha dalam tahun t Keterangan : Ct = Biaya dari kegiatan usaha pada tahun t pi = Jumlah produksi kegiatan i di daerah t = Umur ekonomis atau jumlah tahun yang diselidiki I = Discount rate pt = Jumlah produksi seluruh kegiatan di daerah yang diselidiki Perhitungan akan diterima bilamana NPV > 0, semakin besar nilai NPV, maka usaha tersebut Pi = Jumlah produksi kegiatan di daerah dikatakan semakin menguntungkan atau layak. yang lebih atas/luas Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah Pt = Jumlah produksi seluruh kegiatan di perbandingan antara jumlah NPV positif dengan daerah yang lebih atas/luas di mana jumlah NPV negatif. Apabila Net B/C > 1, maka daerah yang diselidiki menjadi ba- suatu komoditas layak untuk diusahakan. giannya. Cara perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut: Nilai LQ mempunyai makna sebagai berikut:

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No. 3, Nopember 2005 : 460-466

462 NPV +)( zona VI adalah 25.083 ha atau 6,32 persen dari Net B/C = -)( luas wilayah dan tersebar di Kecamatan Mo- NPV munu, Bokat, Bonubugu dan Paleleh. Hal ini menggambarkan bahwa Kabupaten Buol mempu- Apabila Net B / C > 1, maka suatu komoditas nyai potensi yang cukup besar untuk pengem- layak untuk diusahakan. bangan perikanan budidaya udang dan bandeng. Internal Rate of Return (IRR) adalah sua- Berdasarkan pengamatan di lapangan menun- tu tingkat pengembalian modal yang dinyatakan jukkan bahwa sekitar 70 persen dari luas zona VI dengan nilai bunga (i) dalam persen pada saat dapat dimanfaatkan untuk budidaya, selebihnya NPV = 0. Cara pehitungan IRR sebagai berikut : untuk kawasan konservasi dan hutan mangrove. Untuk skala operasional masih perlu dilakukan NPV +)( penelitian pada tingkat yang lebih detail agar IRR = i + (i -i ) 1 +)( -)( 2 1 data-data yang diperoleh dapat memberikan in- NPV - NPV formasi yang lebih akurat. Keterangan :

i1 = Discount Factor pertama di mana Identifikasi Komoditas Unggulan diperoleh NPV positif Hasil deliniasi Zona Agroekologi (ZAE), menunjukkan bahwa zona untuk pengembangan i2 = Discount Factor kedua di mana diperoleh NPV negatif komoditas Perikanan terdapat ditiap Kecamatan. Tabel 2, memperlihatkan bahwa untuk pengem- Apabila IRR lebih besar dari tingkat bunga (i) bangan komoditas perikanan khusus untuk budi- yang berlaku, maka suatu komoditas layak untuk daya di tambak terdapat pada zona VI. diusahakan. Hasil analisis penentuan komoditas ung- gulan perikanan menunjukkan bahwa udang ada- lah komoditas unggulan di Kecamatan Momunu HASIL DAN PEMBAHASAN dengan nilai LQ sebesar 1,37, nilai R/C 1,59, NPV positif dan IRR > discount rate. Hal ini berarti bahwa usaha tambak udang secara fisik Potensi Lahan Pengembangan dapat dibudidayakan pada zona VI, secara sosial Hasil deliniasi peta Zona Agroekologi dapat memberikan peluang berusaha dimana LQ (ZAE) skala 1 : 250.000, Kabupaten Buol mem- > 1, yang berarti udang merupakan komoditas punyai tujuh zona utama arahan pengembangan yang banyak diusahakan (basis) dengan luasan komoditas pertanian (Syafruddin et al., 1999). 3.024 ha, hal ini berdampak pada terbukanya Pada Tabel 1 dan Gambar 1, menunjukan bahwa peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja. Se- untuk pengembangan komoditas perikanan ter- cara ekonomi budidaya udang di daerah ini layak dapat pada zona VI. untuk dikembangkan yang ditunjukkan dengan nilai R/C >1.

Masalah yang dihadapi di lapangan Deskripsi Zona VI dalam usaha tambak udang yaitu kurangnya mo- Zona VI berada pada fisiografi datar de- dal, benur masih tergantung pada benur alam, ngan kelerengan < 3 persen, namun dipengaruhi perolehan pakan saprodi susah didapatkan dan air laut, sehingga pengembangan pada zona ini aspek pemasaran yang belum begitu lancar. sangat terbatas pada budidaya tambak (udang, bandeng) dan kehutanan (mangrove, nipa). Luas

Keragaan dan Analisis Komoditas Unggulan Perikanan Umum Berdasarkan Zona Agroekologi di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah (T.P. Rumayar, Agustinus N. Kairupan, Lintje Hutahaean, Femmi N.F., dan Syafruddin)

463

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No. 3, Nopember 2005 : 460-466

464

Keragaan dan Analisis Komoditas Unggulan Perikanan Umum Berdasarkan Zona Agroekologi di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah (T.P. Rumayar, Agustinus N. Kairupan, Lintje Hutahaean, Femmi N.F., dan Syafruddin)

465 Tabel 2. Komoditas Unggulan Perikanan di Kabupaten Buol, 2000

Alternatif pengembangan Komoditas unggulan perikanan komoditas perikanan Kecamatan Kriteria Luas Zona Komoditas Unggulan LQ Net NPV 25% IRR (ha) R/C Biau VI 607 Budidaya - - - - - tambak Momunu VI 3.204 Budidaya Rp. udang 1,37 1,59 32,6 % tambak 9.835.800 Bokat VI 726 Budidaya - - - - - tambak Bunobogu VI 653 Budidaya - - - - - tambak Paleleh VI 2.103 Budidaya - - - - - tambak Sumber : Peta ZAE Kabupaten Buo Toli-Toli dan Data primer, 2000

KESIMPULAN Amin, I.L., 1992. Sistem Pakar dan Alternatif Pe- ngembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan

Agroklimat Badan Litbang Pertanian.

1. Pemetaan Zona Agroekologi Kabupaten Buol BPS Kabupaten Buol. 1999. Kabupaten Buol Dalam Skala 1 : 250.000, menunjukkan bahwa wila- Angka Tahun 2000. BPS. Sulawesi Tengah. yah yang berpotensi untuk pengembangan ko- Gittinger, J.P. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Per- moditas perikanan berada pada zona VI tanian. Terjemahan oleh Slamet Sutomo dan dengan luas wilayah 25.083 ha (6,32%) dari Komet Manairi. UI Press, Jakarta. total luas wilayah Kabupaten Buol yang Hutahaean L dan R.H. Anasiru, 2001. Sistem Perta- tersebar di tiap kecamatan. nian dan Komoditas Pertanian berdasarkan 2. Komoditas unggulan dari subsektor perikanan Zona Agroekologi Kabupaten Buol Sulawesi yang paling berpeluang dan layak untuk Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Perta- dikembangkan adalah budidaya tambak udang nian Sulawesi Tengah. di wilayah Kecamatan Momunu, di mana LQ Hutahean. L., R.H. Anasiru , J. Limbongan, D. Bulo, > 1, nilai B/C 1,59, NPV positif dan IRR > Hartono, M. Rusdi, I.K. Suwitra, C. discount rate. Manoppo, A. Habie, dan D. Mamesah. 2000. Analisis Komoditas Unggulan berdasarkan Zona Agroekologi (ZAE) Provinsi Sulawesi DAFTAR PUSTAKA Tengah. Balai Pengkajiam Teknologi Perta- nian Biromaru. . Syafruddin, T. Rumajar, J.G. Kindangen, R. Aksono, Amien. 1986. Expert System for Crops Suitainability A. Negara, D. Bulo, dan J. Limbongan. 1999. and Agricultura System in the Tropic. IARDJ Analisis Zona Agroekologi (ZAE) Provinsi 8 (3 & 4): 72 œ75 Sulawesi Tengah (Bio-Fisik). Balai Peng- kajian Teknologi Pertanian Biromaru.

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8, No. 3, Nopember 2005 : 460-466

466

Tabel 1. Luasan Zona Agroekologi Kabupaten Buol, 2000

Zona agroekologi Zonasi pengembangan pertanian dan kehutanan Luas Lereng Zona Fisiografi Sistem Komoditas Ha % (%) Pegunungan Kehutanan Vegetasi alami > 60 (Hutan lindung)

Perbukitan Kehutanan Meranti, Kruing, Kapuk, damar, I 245.577 70,74 (Hutan produksi) Rotan, dan Ramin 40 - 60 Pegunungan Eucaliptus, Pinus, Casuariana,

Lauracea, Quecius, Notofagus, Rapanea, Leptosneum Perbukitan Kopi robusta, Kakao, Kelapa, Kelapa Perkebunan Dataran Sawit, Rambutan, Nangka, Manggis, II 15 - 40 (Budidaya tanaman 1.287 0,37 Durian, Duku Tahunan) Perbukutan Chicona, Cinnamon, Kelengkeng, Leci, Jambu dan Cirus, sp Dataran Kelapa sawit, kelapa, kacang tanah, kedelei, jagung, terong, kacang Wanatani panjang, wortel, cabe, kentang, kubis, tomat, dan pakan ternak III 8 - 15 26.909,6 8,06 Perbukitan (Agro forestry) Chicona, Cinnamon, Kelengkeng, Leci, Jambu dan Cirus, sp (wortel, cabe, kentang, kubis, tomat) IV Alluvial Padi sawah, kangkung 48.498 13,97 ax1 Pertanian lahan basah IV < 8 Intensifikasi padi sawah axli IV Dataran Padi gogo, jagung, kedelei, kacang tanah, cabe Pertanian lahan kering 22.669 6,53 ax2 Dataran, berbatu Kehutanan/padang Vegetasi alami/ternak V < 3 1.257 0,36 dan pasir kuarsa Penggembalaan Marine, Kehutanan Vegetasi alami/budidaya tambak VI < 3 1.379 0,40 mangrove (hutan lindung) Gambut, alluvial Kehutanan/budidaya Vegetasi alami/kelapa, kelapa sawit, karet, cabe, tomat, padi, VII < 3 184 0,05 muda Tanaman keras dan pangan kedelai dan sagu. JUMLAH 347.166 100,00

Gambar 1. Peta Komoditas Unggulan Perikanan Umum Kabupaten Buol, 2000