BAB II PROFIL KABUPATEN

2.1. Wilayah Administrasi

Kabupaten Buol adalah salah satu daerah otonomi baru di Provinsi Sulawesi Tengah merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Morowali yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol Di Provinsi Sulawesi Tengah, Ibu Kotanya berkedudukan di Buol, memiliki 11 kecamatan, 108 desa dan 7 (tujuh) kelurahan. Secara geografis Kabupaten Buol terletak antara 01O31’12” Lintang Selatan dan 03O46’48” Lintang Selatan serta antara 121O02’24” Bujur Timur dan 123O15’36” Bujur Timur, memiliki luas wilayah daratan 10.018,12 Km2 dan wilayah Lautan seluas 8.344,27 Km² sehingga total luas wilayah Kabupaten Buol adalah 18.362,39 Km². Berdasarkan luas wilayah daratan tersebut maka Kabupaten Buol merupakan 1 (satu) dari 13 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki luas wilayah daratan terbesar yakni sekitar 14,72 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan data luas kecamatan dari 11 kecamatan di Kabupaten Buol, Kecamatan terluas adalah Kecamatan Tiloan seluas 1.437,70 Km² atau 35,5 persen dari luas Kabupaten Buol, sedangkan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Karamat Barat seluas 153,10 Km² atau sebesar 3,79 persen dari luas Kabupaten Buol. Untuk lebih jelasnya data luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Buol dapat dilihat pada tabel berikut:

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 1

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Buol Menurut Kecamatan, Tahun 2015

Ibukota Luas Persentase No. Kecamatan Kecamatan (Km) (Persen) 1 Paleleh Paleleh 2 Paleleh Barat Timbulon 3 Gadung Bulagidun 4 Bunobogu Bunobogu 5 Bokat Bokat 6 Bukal Unone 7 Tiloan Air Terang 8 Momunu Lamadong 9 Biau Biau 10 Karamat Busak 11 Lakea Lakea Sumber : Profil Kabupaten Buol, 2016

[[[[[

Pembagian wilayah administrasi desa dalam Kecamatan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2.2 Luas Wilayah Daratan Menurut Kecamatan, Kelurahan/Desa Kabupaten Buol, Tahun 2015 Luas Luas Kecamatan/ Kecamatan/ No. Wilayah (%) No. Wilayah (%) Kelurahan/Desa Kelurahan/Desa (Km²) (Km²) (01) (02) (03) (04) (01) (02) (03) (04) 01 MAMOSALATO 1.480,00 100,00 01.01 Kolo Atas 131,95 8,92 01.08 Tambale 108,99 7,36 01.02 Kolo Bawah 29,50 1,99 01.09 Winangabino 201,12 13,59 01.03 Momo 70,30 4,75 01.10 Sea 138,50 9,36 01.04 Tananagaya 18,75 1,27 01.11 Uepakatu 85,59 5,78 01.05 Giri Mulya 5,25 0,35 01.12 Parangisi 128,74 8,70 01.06 Tana Sumpu 20,00 1,35 01.13 Lijo 267,31 18,06 01.07 Pandauke 125,03 8,45 01.14 Menyoe 148,97 10,07

02. UTARA 2.406,79 100,00 02.12 Kalombang 43,19 1,79 02.01 Tokonanaka 30,22 1,26 02.13 Tirongan Bawah 32,20 1,34 02.02 Matube 539,39 22,41 02.14 Tanaku Raya 6,95 0,29 02.03 Posangke 284,92 11,84 02.15 Opo 118,41 4,92 02.04 Tokala Atas 177,03 7,36 02.16 Siliti 30,77 1,28

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 2

(01) (02) (03) (04) (01) (02) (03) (04) 02.05 Uewajo 3,71 0,15 02.17 Ueruru 15,08 0,63 02.06 Baturube 78,95 3,28 02.18 Lemo 42,35 1,76 02.07 Woomparigi 22,38 0,93 02.19 Boba 31,59 1,31 02.08 Tambarabone 7,86 0,33 02.20 Salubiro 117,94 4,90 02.09 Taronggo 580,51 24,12 02.21 Pokeang 17,00 0,71 02.10 Uemasi 116,34 4,83 02.22 Uempanapa 21,00 0,87 02.11 Tirongan Atas 59,00 2,45 02.23 Lemowaliya 30,00 1,25 03. SOYOJAYA 605,51 100,00 03.01 Tamainusi 127,75 21,10 03.06 Bau 68,53 11,32 03.02 Tambayoli 114,42 18,90 03.07 Malino Jaya 15,00 2,48 03.03 Lembah Sumara 50,00 8,26 03.08 Malino 121,45 20,06 03.04 Tandayondo 66,36 10,96 03.09 Sumara Jaya 25,00 4,13 Toddopuli 03.05 Panca Makmur 17,00 2,81 03.10 ….. ….. Uebangke (G) 04. PETASIA 646,34 100,00 04.01. Koromatantu 69,00 10,68 04.06 Kel. Buol 30,57 4,73 04.02 Korololama 45,28 7,01 04.07 Kel. Bahontula 68,69 10,63 04.03 Korolaki 35,48 5,49 04.08 Kel. Bahoue 45,46 7,03 04.04 Gililana 107,40 16,62 04.09 Ganda-Ganda 161,18 24,94 04.05 Koya 65,28 10,10 04.10 Tanuge 18,00 2,78

05. PETASIA BARAT 465,29 100,00 05.01 Onepute 55,00 11,82 05.06 Tiu 41,30 8,88 05.02 Sampalowo 65,57 14,09 05.07 Togomulya 8,00 1,72 05.03 Moleono 65,31 14,04 05.08 Tontowea 101,06 21,72 05.04 Mondowe 40,51 8,71 05.09 Tadaku Jaya 15,02 3,23 05.05 Maralee 45,52 9,78 05.10 Ululaa 28,00 50,91

06. PETASIA TIMUR 523,61 100,00 06.01 Masara 3,40 0,65 06.07 Tompira 65,00 12,41 06.02 Molores 60,00 11,46 06.08 Bunta 69,14 13,20 06.03 Mohoni 68,54 13,09 06.09 Keuno 27,00 5,16 06.04 Molino 24,00 4,58 06.10 Polewali 6,35 1,21

06.05 Towara 104,60 19,98 06.11 Towara Pantai (G) ….. ….. 06.06 Bungintimbe 95,58 18,25 06.12 Peboa (G) ….. …..

07. LEMBO 675,23 100,00 07.01 Lembobaru 12,45 1,84 07.08 Beteleme 21,71 3,22 07.02 Korobonde 10,04 1,49 07.08 Tinompo 28,85 4,27 07.03 Wawopada 143,02 21,18 07.10 Korowalelo 64,62 9,57

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 3

(01) (02) (03) (4) (01) (02) (03) (4) 07.04 Waraa 12,13 1,80 07.11 Kumpi 16,29 2,41 07.05 Tingkeao 40,23 5,96 07.12 Korompeli 72,40 10,72 07.06 Mora 34,48 5,11 07.13 Lemboroma 88,11 13,05 07.07 Uluanso 31,29 4,63 07.14 Korowou 99,61 14,75

08. LEMBO RAYA 657,61 100,00 08.01 Dolupo Karya 169,90 25,84 08.06 Pontangoa 43,00 6,54 08.02 Poona 40,00 6,08 08.07 Bintangor Mukti 73,04 11,11 08.03 Mandula 60,00 9,12 08.08 Jamor Jaya 60,29 9,17 08.04 Petumbea 48,00 7,30 08.09 Paawaru 60,17 9,15 08.05 Ronta 40,00 6,08 08.10 Lembobelala 63,21 9,61 09. MORI ATAS 1.508,81 100,00 09.01 Gontara 98,91 6,56 09.08 Taende 194,28 12,88 09.02 Kasingoli 83,75 5,55 09.09 Ensa 189,78 12,58 09.03 Lee 100,85 6,68 09.10 Peonea 97,17 6,44 09.04 Saemba 123,54 8,19 09.11 Kolaka 271,12 17,97 09.05 Tomui Karya 12,00 0,80 09.12 Lanumor 120,99 8,02 09.06 Tomata 92,71 6,14 09.13 Saemba Walati 17,90 1,19 09.07 Londi 90,81 6,02 09.14 Pambarea 15,00 0,99

10. MORI UTARA 1.048,93 100,00 10.01 Era 198,88 18,96 10.05 Tiwaa 91,28 8,70 10.02 Peleru 111,61 10,64 10.06 Lembontonara 189,50 18,07 10.03 Wawondula 108,98 10,39 10.07 Mayumba 103,62 9,88 10.04 Tabarano 125,38 11,95 10.08 Tamonjengi 119,68 11,41 Sumber: Profil Kabupaten Buol, data diolah kembali, Tahun 2016 (G): Data Bergabung dengan Desa Induk

Data detail tentang profil singkat Kecamatan-Kecamatan di wilayah Kabupaten Buol sebagai berikut. Mamosalato : Luas wilayah 1.480,00 Km2 atau sebesar 14,77 persen dari total luas wilayah Kabupaten Buol, berjarak 50 Mil dari Ibukota Kabupaten Buol, yang hanya dapat ditempuh dengan kendaraan Laut dengan Ibukota Kecamatan Tanasumpu. Bungku Utara : Memiliki jarak 45 Mil dari Ibukota Kabupaten Buol ditempuh dengan kendaraan Laut, dengan luas wilayah 2.406,79 Km2 atau sebesar 24,02 persen dari total

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 4

wilayah Kabupaten Buol dan merupakan yang terluas di Kabupaten Buol dengan Ibukota Kecamatan di Baturube; Soyo Jaya : Luas wilayah 605,51 km2 atau 6,04 persen dari total luas wilayah Kabupaten Buol Ibukota Kecamatan Soyo Jaya berkedudukan di Lembah Sumara dengan jarak 35 Mil yang hanya dapat ditempuh dengan kendaraan Laut; Petasia : Adalah ibukota Kabupaten Buol dengan Luas wilayah sebesar 646,34 Km2 atau dengan Persentase luas wilayah sebesar 6,45 persen dari total wilayah Kabupaten Buol dengan ibukota Kecamatan kelurahan Kali; Petasia Barat : Merupakan Kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil di Kabupaten Buol dengan ibukota Kecamatan di Tiu, memiliki luas wilayah 465,29 Km2 atau 1,90 persen dari total luas wilayah Kabupaten Buol berjarak 20 Km dari Ibukota Kabupaten; Petasia Timur : Ibukota Kecamatan Petasia Timur di Bungintimbe dengan Luas wilayah sebesar 523,61 Km2 atau 5,23 persen dari total luas wilayah Kabupaten Buol dan berjarak 34 Km dari Ibukota Kabupaten ditempuh dengan kendaraan darat; Lembo : Berjarak 34 Km dari Ibukota Kabupaten Buol, memiliki Luas wilayah 675,23 Km2 atau 6,74 persen dari total wilayah Kabupaten Buol dengan Ibukota Kecamatan di Beteleme; Lembo Raya : Luas wilayah Kecamatan Lembo Raya seluas 657,61 Km2, berjarak kurang lebih 44 Km dari Ibukota Kabupaten Buol, dengan Ibukota Kecamatan di Petumbea; Mori Atas : Luas wilayah 1.508.81 Km2 atau 15,06 persen dari total wilayah Kabupaten Buol berjarak 85 Km dari Ibukota Kabupaten Buol dengan Ibukota Kecamatan desa Tomata;

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 5

Mori Utara : Luas wilayah 1.048,93 Km2 atau 10,47 persen dari total luas wilayah Kabupaten Buol dan berjarak 90 Km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Mayumba.

Batas wilayah Kabupaten Buol di Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Buyuntaripa, Desa Korondoda, Desa Bugi Kecamatan Tojo dan Desa Rompi Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-Una. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rata, Desa Gunung Kramat, Desa Matawa, Desa Mangkapa Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai dan Laut Banda; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Solonsa Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali dan Desa Nuha, Desa Matano, dan Desa Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan; dan Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Uelene, Desa Mayasari Kecamatan Pamona Selatan dan Desa Pancasila, Desa Kamba, Desa Matialemba, Desa Kancu’u dan Desa Masewe Kecamatan Pamona Timur Kabupaten . Sebagaimana dijelaskan di atas, Kabupaten Buol merupakan salah satu dari 13 (tigabelas) Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah dan merupakan Kabupaten/Kota yang memiliki luas wilayah terbesar di Sulawesi Tengah dengan luas wilayah kurang lebih 10.018,12 Km2 atau sekitar 14,72 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tengah dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara • Kabupaten Tojo Unauna

• Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan dan Sebelah Selatan Kabupaten Morowali

Sebelah Barat • Kabupaten Poso

Sebelah Timur • Kabupaten Banggai dan Teluk Tolo

Posisi Kabupaten Buol dilihat dari permukaan bumi terletak di sekitar Teluk Tolo, Teluk Tomori sampai pada daerah pedalaman yang berbentuk lembah, perbukitan, dan pegunungan.

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 6

Sumber: Profil Kabupaten .., data diolah kembali, Tahun 2016 Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Buol

Saat dibentuk pertama kalinya, Kabupaten Morowali beribukota di Buol (ibukota Buol sekarang). Ibukota definitif Kabupaten Morowali sekarang, yakni di Bungku (Bungku Tengah), sesuai dengan undang-undang dan telah difungsikan sejak 2 Mei 2006. Sedangkan Buol telah menjadi ibukota Kabupaten Buol. Kondisi georafis Kabupaten Buol dengan ibukota Kabupaten yang berkedudukan di Buol berbatasan dengan laut (Perairan Teluk Tolo) sehingga dapat dicapai melalui laut, darat atau kombinasi keduanya sesuai dengan kondisi geografis wilayah lainnya.

Tabel 2.3 Letak Geografis Kecamatan Menurut Desa Kabupaten Buol, Tahun 2015 Lereng/ Lembah/ Kecamatan Pantai Punggung Dataran Jumlah DAS Bukit Mamosalato 6 4 2 2 14 Bungku Utara 7 0 3 13 23 Soyo Jaya 3 1 6 0 10 Petasia 6 0 0 4 10 Petasia Barat 0 4 0 6 10 Lembo 0 3 0 11 14 Lembo Raya 0 0 7 3 10 Petasia Timur 6 0 3 3 12

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 7

Lereng/ Lembah/ Kecamatan Pantai Punggung Dataran Jumlah DAS Bukit Mori Atas 0 2 5 7 14 Mori Utara 0 0 2 6 8 Buol 28 14 28 55 125 Sumber: Profil Kabupaten Buol, data diolah kembali, Tahun 2016

2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Buol 1. Pertanian Potensi pengembangan pertanian untuk tanaman pangan di Kabupaten Buol seluas 32,458.88 ha, dan masih dapat diperluas dengan memanfaatkan kawasan hutan konversi seluas 19,035 ha.. Pengembangan Potensi Pertanian dibagi atas dua bagian, yaitu: (1) Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB); (2) Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK). Untuk lahan basah; pengembangan kawasan pertanian diarahkan pada kawasan yang sesuai untuk penanaman tanaman lahan pangan lahan basah dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun secara teknis dan didukung sistem atau potensi pengembangan prasarana pengairan dengan mempertimbangkan faktor-faktor; Ketinggian kawasan di bawah 1000 m, kelerengan kawasan dibawah 3 % dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas 50 cm. Untuk Lahan Kering; lebih diarahkan pada pengembangan padi gogo, palawija dan hortikultura dengan mempertimbangkan faktor-faktor; Ketinggian kawasan di bawah 1000 m, kelerengan kawasan dibawah 8 % dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas 60 cm. Adapun luas kawasan pertanian untuk tanaman pangan di Kabupaten Buol dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Luas Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Menurut Kecamatan di Kabupaten Buol

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 8

Luas (Ha) No. Kecamatan Kawasan Persentase Wilayah Pertanian (Persen) Kecamatan Tanaman Pangan 1. Bungku Utara 150.881 1.454,69 0,96 2. Lembo 67.523 318,66 0,47 3. Lembo Raya 65.761 2.421,69 3,68 4. Mamosalato 52.361 6.682,96 12,76 5. Mori Atas 64.634 701,58 1,09 6. Mori Utara 48.030 550,40 1,15 7. Petasia 104.893 887,27 0,85 8. Petasia Barat 60.551 6.507,78 10,75 9. Petasia Timur 240.679 12.568,04 5,22 10. Soyo Jaya 146.499 365,81 0,25 Buol 1.001.812 32.458,88 3,24 Sumber: Profil Kabupaten Buol, tahun 2015

Jika dicermati Luas Panen Padi di Kabupaten Buol Tahun 2014 sebesar 8.593 hektar dengan total produksi padi sebesar 37.886,54 ton. Rata-rata total produktivitas sebesar 4,36 ton/hektar. Secara keseluruhan baik luas maupun produksi tanaman padi di Kabupaten Buol mengalami peningkatan jika dibanding dengan capaian tahun sebelumnya yaitu tahun 2013. Data perkembangan luas panen dan Produksi Tanaman Padi tahun 2013-2014 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.5 Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten BuolTahun 2013-2014 Luas Panen Produksi Jenis (Ha) (Ton) Tanaman 2013 2014 2013 2014 Padi Sawah 7.817 8.593 26.135,55 37.886,54 Padi 851 378 3.024,58 1.197 Ladang Padi 8.668 8.971 29.160,13 39.083,54 Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali)

Seperti yang terlihat pada tabel di atas, baik luas panen tanaman padi di Kabupaten Buol mengalami peningkatan sebesar 3,38 persen dari tahun sebelumnya, demikian pula halnya yang terjadi terhadap produksi yang

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 9

meningkat sebesar 31,01 persen jika dibanding produksi tahun 2013. Peningkatan yang mendasar baik luas panen maupun produksi dipengaruhi karena meningkatnya luas panen dan produksi pada jenis tanaman padi sawah meskipun pada jenis tanaman padi ladang sedikit mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya mengenai produktivitas tanaman padi di Kabupaten Buol tahun 2013-2014 dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali) Gambar 2.2 Produktivitas Tanaman Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten BuolTahun 2013-2014

Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, produktivitas tanaman padi sawah sebesar 4,41 ton/hektar pada tahun 2014. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 24,26 persen jika dibanding produtivitas tanaman padi sawah pada tahun 2013 yang hanya sebesar 3,34 ton/hektar. Sementara untuk produktivitas tanaman padi ladang sedikit mengalami penurunan pada tahun 2014. Meski demikian tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi secara keseluruhan mengalami peningkatan. Untuk jenis tanaman pangan lokal lainnya yang termasuk dalam kelompok tanaman palawija seperti Jagung, Ubi Kayu, Ubi jalar, Kacang Tanah, Kacang Kedelai, dan Kacang Hijau, secara keseluruhan mengalami penurunan produksi, kecuali untuk jenis tanaman Ubi Kayu dan Ibu Jalar yang mengalami peningkatan produksi sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Tanaman Palawija Kabupaten Buol Tahun 2013-2014

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 10

Luas Panen Produksi (Ton) Jenis (Ha) Selisih Selisih Tanaman (Ha) Ton) 2013 2014 2013 2014 Jagung 709 452 -257 3,575.62 1,912.86 -1,662.76 Ubi Kayu 73 96 23 1,347.13 1,930.18 583.05 Ubi Jalar 57 50 (7) 570.04 615.05 45.01 Kacang Hijau 20 8 (12) 16.00 7.04 -8.96 Kacang Kedelai 101 107 6 114.24 113.63 -0.61 Kacang Tanah 109 124 15 205.72 186.74 -18.98 Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali)

Dari tabel di atas, terlihat bahwa luas panen tanaman jagung di Kabupaten Buol pada tahun 2014 sebesar 452 Hektar sedangkan produksinya mencapai 1.912,86,62 ton dengan rata-rata per hektarnya sebesar 4,23 ton. Untuk luas panen tanaman Ubi Jalar tahun 2014 seluas 50 hektar, memiliki produksi sebesar 615,05 ton dengan capaian rata-rata produktivitas sebesar 12,30 ton/hektar. Sementara luas tanaman kacang hijau di Kabupaten Buol pada tahun 2014 memiliki luas panen sebesar 8 hektar dengan hasil produksi sebesar 7,04 ton/hektar dengan capaian produtivitas sebesar 0,88 ton/hektar. Selain kacang hijau tanaman lainnya yang mengalami penurunan baik luas panen maupun produksinya yaitu tanaman kacang kedelai dan kacang tanah. Data perkembangan produktivitas tanaman palawija di Kabupaten Buol tahun 2013-2014 dapat dilihat pada gambar berikut;

Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali) Gambar 2.3 Perkembangan Produktivitas Palawija Kabupaten BuolTahun 2013-2014

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 11

2. Perkebunan Kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Buol dengan luas sebesar 86,645.09 Ha. Komoditas utama perkebunan dan sebarannya terdiri atas: o Kakao, terdapat di Kecamatan Mamosalato, Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan Petasia. o Cengkeh, terdapat di Kecamatan Lembo, dan Kecamatan Bungku Utara. o Kelapa, terdapat di Kecamatan Bungku Utara o Jambu mete, terdapat di Kecamatan Bungku Utara; o Vanili, terdapat di Kecamatan Soyo Jaya; o Sagu, terdapat di Kecamatan Petasia dan Kecamatan Soyo Jaya; o Karet, terdapat di Kecamatan Lembo; o Sawit, terdapat di Kecamatan Mori Atas, Kecamatan Mori Utara, Kecamatan Lembo, Kecamatan Lembo Raya, Kecamatan Petasia, Kecamatan Petasia Barat, Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Mamosalato. Uraian luas kawasan perkebunan beserta sebarannya di Kabupaten Buol dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.7 Luas Kawasan Perkebunan Menurut Kecamatan di Kabupaten Buol Luas (Ha) Persentase No. Kecamatan Wilayah Kawasan (Persen) Kecamatan Perkebunan 1. Bungku Utara 150.881 15.205,72 10,08 2. Lembo 67.523 8.619,74 12,77 3. Lembo Raya 65.761 7.664,93 11,66 4. Mamosalato 52.361 11.546,26 22,05 5. Mori Atas 64.634 18.186,15 28,14 6. Mori Utara 48.030 5.877,00 12,24 7. Petasia 104.893 8.940,40 8,52 8. Petasia Barat 60.551 3.992,43 6,59 9. Petasia Timur 240.679 2.378,01 0,99

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 12

Luas (Ha) Persentase No. Kecamatan Wilayah Kawasan (Persen) Kecamatan Perkebunan 10. Soyo Jaya 146.499 4.234,44 2,89 Buol 1.001.812 86.645,08 8,65 Sumber: Profil Kabupaten Buol, tahun 2015

Komoditi tanaman perkebunan sebagai tanaman perdagangan di Kabupaten Buol memiliki peranan yang sangat penting tidak saja merupakan sumber penghasilan devisa tetapi juga dapat menciptakan lapangan kerja yang banyak menyerap tenaga kerja bagi masyarakat. Luas areal perkebunan pada tahun 2014 dan hasil produksi tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Buol selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Luas Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Kabupaten Buol Tahun 2010-2014 Luas Produksi Jenis Tanaman (Ha) (Ton) Perkebunan 2013 2014 2013 2014 Kelapa 587 778 563 418,60 Kopi 562 31,20 144,70 9,10 Cengkeh 570 268,50 24,90 16,06 Kelapa Sawit 31.055 4.628 36.278 4.393,38 Kakao 4.324 15.152 3.223 7.395,97 Pala 140 246 - 2,00 Lada 134 53,30 104 10,17 Karet 5.233 5.576 5.673 2.243,42 Jambu Mente 454 20 220 3,10 Vanili 94 - 21 - Sagu - 237 - 184,55 Aren - - - - Kemiri - 55 - 3,83 Sumber: Profil Kabupaten Buol tahun 2015 (diolah kembali)

Pada tabel di atas terlihat pada sub sektor perkebunan, komoditi kakao menempati urutan pertama dalan hal produksi. Angka produksi kakao selama tahun 2014 sebesar 7,395,97 ton, produksi tersebut mengalami peningkatan

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 13

sebesar 56,42 persen, jika dibanding dengan produksi kakao pada tahun sebelumnya tahun 2013 sebesar 3.223 ton. Disusul produksi kelapa sawit yang produksinya mencapai 4.393,38 ton kemudian produksi karet mencapai 2.243,42 ton. Selanjutnya ada kelapa dan sagu yang masing-masing produksinya sebesar 418,60 dan 184,55 ton.

3. Peternakan Kegiatan peternakan tidak mengalokasikan pada suatu kawasan tertentu, namun dapat saja dilakukan pada kawasan sekitar pertanian tanaman pangan, kawasan perkebunan dan atau pada sekitar kawasan hortikultura. Adapun komoditas peternakan yang cukup dominan di Kabupaten Buol adalah seperti: Ternak besar berupa: ▪ Sapi, terdapat di Kecamatan Mori Atas, Kecamatan Lembo, Kecamatan Petasia, Kecamatan Soyo Jaya, dan Kecamatan Bungku Utara; ▪ Kerbau terdapat di Kecamatan Petasia Barat dan Kecamatan Soyo Jaya;

Ternak sedang berupa: ▪ Babi, terdapat di Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Lembo dan Kecamatan Mori Atas; ▪ Kambing, terdapat di Kecamatan Lembo, Kecamatan Petasia, dan Kecamatan Bungku Utara;

Unggas berupa: ▪ Ayam kampung, terdapat di Kecamatan Mori atas, Kecamatan Lembo, Kecamatan Petasia, dan Kecamatan Bungku Utara; ▪ Itik, terdapat di Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Petasia, dan Kecamatan Lembo.

Jenis-jenis ternak yang diusahakan di Kabupaten Buol tahun 2014 di klasifikasikan kedalam tiga bagian yaitu; a) Ternak besar yang meliputi: Sapi dan kerbau b) Ternak kecil antara lain: Kambing dan babi; dan c) Ternak unggas yang meliputi: Ayam kampung, ayam ras dan itik. Jenis Sapi merupakan jenis ternak besar yang mendominasi di Kabupaten Buol, dengan jumlah ternak sebanyak 16.347 ekor pada tahun 2014 dan ternak Kerbau sebanyak 426 ekor. Populasi ternak kecil (kambing dan babi) di Kabupaten Buol cenderung mengalami penurunan, Untuk lebih jelasnya mengenai data populasi ternak

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 14

besar di Kabupaten Buol terlihat pada gambar berikut;

Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2014 (diolah kembali) Gambar 2.4 Populasi Ternak Besar dan Ternak Kecil Kabupaten Buol, Tahun 2013-2014

Seperti yang terlihat pada gambar di atas, populasi ternak sapi sebanyak 16.347 ekor tahun 2014. Jumlah tersebut meningkat sebesar 9,48 persen jika dibanding jumlah populasi ternak sapi pada tahun 2013 sebanyak 14.797 ekor. Populasi ternak kecil seperti babi mengalami penurunan sebesar 18,27 persen yang mana jumlah populasinya sebanyak 12.224 ekor tahun 2013 menurun menjadi 10.352 ekor tahun 2014. Sementara populasi ternak kecil jenis kambing tahun 2013 sebanyak 12.244 ekor juga mengalami penurunan sebesar 2,94 persen dari total populasi tahun 2013 sebesar 4.542 ekor sedangkan dan tahun 2014 hanya sebanyak 4.412 ekor. Populasi unggas yang diternak masyarakat Kabupaten Buol terdiri dari; Ayam Buras, Ayam Pedaging, Ayam Petelur dan Itik. Dari 4(empat) jenis unggas yang di ternak masyarakat di Kabupaten Buol dalam 2(dua) tahun terakhir didominasi unggas ayam kampung. Data populasi unggas di Kabupaten Buolpada tahun 2013-2014 disajikan pada gambar berikut;.

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 15

Sumber: ProfilKabupaten Buol tahun 2015 (diolah kembali) Gambar 2.5 Jumlah Unggas Menurut Jenisnya Kabupaten BuolTahun 2013-2014

Dari gambar di atas, jumlah populasi ternak unggas jenis ayam kampung di Kabupaten Buol pada tahun 2013 sebanyak 93.588 ekor, kemudian meningkat pada tahun 2014 menjadi sebanyak 96.062 ekor. Untuk populasi ternak unggas ayam pedaging tahun 2013 sebanyak 10.790 ekor mengalami penurunan populasi pada tahun 2014 menjadi 652 ekor. Sementara populasi ternak itik tahun 2013 sebanyak 6.520 ekor meningkat menjadi 11.043 ekeor pada tahun 2014 dan populasi ayam petelur pada tahun 2014 sebanyak 2.440 ekor.

4. Perikanan Kawasan peruntukkan perikanan di Kabupaten Buol terdiri atas: 1) Perikanan Tangkap Kawasan peruntukan perikanan tangkap di Kabupaten Buol tersebar pada perairan laut Kabupaten Buol. 2) Perikanan Budidaya Kawasan peruntukan perikanan budidaya di Kabupaten Buol, terdiri atas : o Kawasan budidaya laut terdapat di Kecamatan Bungku Utara. o Kawasan budidaya Tambak, Kolam, Empang terdapat di Kecamatan Petasia Timur;

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 16

o Kawasan budidaya perikanan darat terdapat di Kecamatan Lembo; Kecamatan Lembo Raya; Kecamatan Mori Atas; Kecamatan Mori Utara; dan Kecamatan Bungku Utara. 3) Kawasan Minapolitan Rencana Kawasan Minapolitan di Kabupaten Buol adalah Desa Bungintimbe Kecamatan Petasia Timur dan Kawasan Minapolitan Bahoue Kecamatan Petasia. 4) Kawasan Pengolahan Ikan dan rumput laut Pengolahan hasil produksi perikanan di Kabupaten Buol direncanakan pada Kecamatan Petasia, Petasia Timur, Soyo Jaya, Bungku Utara, dan Mamosalato.

Untuk sektor perikanan, Pemerintah Daerah Kabupaten Buol telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Upaya tersebut ditempuh melalui penangkapan maupun budidaya perikanan darat guna meningkatkan pendapatan masyarakat di Sub-sektor Perikanan. Data perkembangan produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Kabupaten Buol dari tahun 2013 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Profil Kabupaten Buol, tahun 2015 (diolah kembali)

Gambar 2.6 Produksi Perikanan Kabupaten Buol Tahun 2010-2014 (Ton)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 17

Pada gambar di atas, total Produksi Perikanan di Kabupaten Buol tahun 2014 tercatat sebesar 18.491,09 ton, capaian tersebut mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 74,96 persen jika dibanding produksi perikanan pada tahun 2013 yang hanya sebesar 4.630,15 ton. Peningkatan yang signifikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya produksi perikanan tangkap yang meningkat sebesar 96,39 persen dan produksi perikanan budidaya sebesar 6,90 persen pada periode yang sama. Sub sektor perikanan sangat potensial dan perlu mendapat perhatian serius dan fokus untuk dikembangkan di daerah setempat.

5. Pertambangan Kabupaten Buol memiliki potensi sumberdaya bahan galian yang sangat variatif dan potensial untuk dikembangkan, potensi sumberdaya yang ada dapat dikelompokkan kedalam jenis bahan galian strategis (golongan A) yaitu; Minyak bumi dan gas, batubara dan nikel, bahan galian vital (bahan galian golongan B) yaitu; Chromit serta bahan galian non strategis dan vital yaitu; lempung, marmer, onyx dan kaolin, dengan sebaran wilayah pertambangan sebagai berikut: 1). Kawasan Pertambangan Strategis: a. Minyak Bumi dan Gas terdapat di wilayah Kecamatan Bungku Utara dengan luas area kurang lebih 47.500 Ha, Kecamatan Mamosalato, dan Perairan Teluk Tolo; b. Batubara terdapat di wilayah Kecamatan Mori Atas dengan luas area kurang lebih 300 Ha dan Kecamatan Bungku Utara; c. Nikel terdapat di wilayah Kecamatan Mamosalato, Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Petasia Timur, Kecamatan Petasia Barat, Kecamatan Lembo, Mamosalato, Kecamatan Petasia dengan luas area sebesar 15.355 Ha dan Kecamatan Soyo Jaya dengan luas area 4.494 Ha;

2). Kawasan Pertambangan Vital (Golongan B): a. Chromit di wilayah Kecamatan Mamosalato, Kecamatan Bungku Utara, dan Kecamatan Soyo Jaya. b. Emas di wilayah Kecamatan Mamosalato dan Kecamatan Bungku Utara; dan c. Batu mulia di wilayah Kecamatan Mamosalato dan Bungku Utara.

3). Kawasan Pertambangan non Strategis dan Vital (Golongan C):

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 18

a. Lempung terdapat di wilayah Kecamatan Petasia dan Mori Atas b. Marmer terdapat di wilayah Kecamatan Lembo, Petasia dan Kecamatan Mori Atas c. Onyx terdapat di wilayah Kecamatan Petasia, Petasi Timur, dan Lembo; d. Kaolin terdapat di wilayah Kecamatan Mori Atas

Tabel 2.9 Luas Kawasan Pertambangan yang Dominan Menurut Kecamatan di Kabupaten Buol

Jenis Pertambangan Kecamatan Batubara Marmer 1 Nikel 1 Nikel 3 C Nikel 3b Bungku Utara - - - - 15,442.30 Lembo - - 10,986.74 - - Lembo Raya - - 5,523.97 - - Mamosalato - - - - 13,866.78 Mori Atas 4,369.04 30.40 - - - Mori Utara 5.04 2.06 - - - Petasia - 8,359.12 1,128.16 5,156.15 - Petasia Barat - 2,172.71 72.54 749.08 - Petasia Timur - 208.42 11,506.49 - - Soyo Jaya - - - - - Jumlah 4,374.08 10,772.71 29,217.89 5,905.23 29,309.09 Sumber: RTRW Kabupaten Buol

6. Industri Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Buol lebih diarahkan berlokasi mendekati sumber bahan baku (raw material oriented) yang terdiri atas: 1). Kawasan peruntukan industri besar. a. Kawasan peruntukan industry besar berbasis bahan baku pertanian terdapat di desa Bungintimbe Kecamatan Petasia Timur; Desa Beteleme Kecamatan Lembo; dan Desa Tomata Kecamatan Mori Atas. b. Kawasan peruntukan industri berbasis bahan baku perikanan dan hasil laut terdapat di Kecamatan Petasia Timur

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 19

c. Kawasan peruntukan industri besar berbasis bahan baku pertambangan terdapat di Kecamatan Petasia, Kecamatan Petasia Timur, dan Kecamatan Petasia Barat. 2). Kawasan peruntukan industri rumah tangga yang tersebar di seluruh Kecamatan. Khusus untuk pengembangan industri, pada tahun 2015 telah dibangun pabrik pengolahan nikel (smelter) oleh PT. COR Industri Indonesia di Desa Ganda-Ganda Kecamatan Petasia dengan kapasitas produksi 300.000 ton nickel Pick Iron (NPI) per tahun yang pembangunannya selama 3 (tiga) tahap. Pembangunan tahap pertama telah dirampungkan pada akhir tahun 2016 dengan kapasitas produksi 100.000 ton NPI.

7. Pariwisata Kawasan yang peruntukan pariwisata di Kabupaten Buol terdiri atas: 1). Kawasan peruntukan pariwisata budaya yaitu: a. Situs Rumah Raja Mori, Kecamatan Petasia Barat; b. Rumah Suku Wana di Kecamatan Bungku Utara. c. Makam Raja Mori Kecamatan Petasia. d. Kubur Keramat Desa Tokala terdapat di Kecamatan Bungku Utara. 2). Kawasan peruntukan pariwisata alam yaitu: a. Taman wisata Laut Teluk Tomori terdapat di Kecamatan Petasia; b. Wisata Sungai/Arung Jeram, Permandian Air Panas, Permandian Panapa, Permandian Korowalelo di Kecamatan Lembo; c. Permandian Gontara di Kecamatan Mori Atas; d. Batu Payung di Kecamatan Petasia; e. Pasir putih, Pantai Siliti, Air Terjun Waranpadoa Kecamatan Bungku Utara; 3). Kawasan peruntukan pariwisata cagar alam yaitu: a. Cagar Alam Buol terdapat di Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Soyo Jaya; dan b. Taman Buru Landasa Tomata terdapat di Kecamatan Mori Atas. 4). Kawasan yang peruntukan pariwisata buatan (pertanian/agriwisata) yaitu: a. Wisata Agro Perkebunan Kelapa terdapat di Kecamatan Mori Atas. 5). Kawasan yang peruntukan pariwisata buatan (pertanian/agriwisata) yaitu : a. Makam Raja Mori terdapat di Kecamatan Petasia; dan

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 20

b. Kubur Keramat Desa Tokala terdapat di Kecamatan Bungku Utara.

2.3 Demografi dan Urbanisasi 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan data dari BPS diketahui jumlah penduduk Kabupaten Buol selama Tahun 2014 mencapai sebanyak 114.982 jiwa, dengan rata-rata pertumbuhan penduduk pada Tahun 2014 sebesar 1,6 persen. Data tren pertumbuhan penduduk Kabupaten Buol tahun 2010-2014 tersaji pada Tabel berikut.

Tabel 2.10 Tren Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Buol, Tahun 2010-2014

Tahun Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 Mori Atas 10,418 10,611 10,810 11,039 11,226 Lembo 20,300 13,043 13,288 13,727 14,013 Lembo Raya - 7,632 7,776 7,811 7,901 Petasia Timur - 12,559 12,795 13,644 14,072 Petasia 33,705 21,769 22,179 16,193 16,773 Petasia Barat - - - 7,523 7,708 Mori Utara 6,819 6,945 7,076 7,133 7,225 Soyo Jaya 7,884 8,030 8,181 8,805 9,107 Bungku Utara 14,699 14,971 15,252 15,467 15,694 Mamosalato 10,269 10,459 10,656 11,030 11,263 Buol 104,094 106,019 108,013 112,372 114,982 Sumber: Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2011-2015 (diolah kembali)

Dari data tersebut, Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Petasia pada tahun 2014 berjumlah 16.773 jiwa, diikuti Kecamatan Bungku Utara sebanyak 15.694 jiwa, Kecamatan Petasia Timur sebesar 14.072 jiwa, dan Kecamatan Lembo sebanyak 14.013 jiwa, serta Kecamatan Mamosalato sebanyak 11.263 jiwa. Kecamatan yang paling sedikit penduduk di Mori Utara sebanyak 7.708 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk merupakan gambaram perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Buol yang bervariasi antar

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 21

Kecamatan. Rata-rata pertumbuhan penduduk periode Tahun 2014 sekitar 1,6 persen.

2. Jumlah Penduduk Miskin Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Namun, negara-negara miskin menghadapi masalah yang lebih besar. Indikator kemiskinan umumnya menggunakan kriteria garis kemiskinan (poverty line) untuk mengukur kemiskinan absolut. Perhitungan garis kemiskinan berbeda-beda disetiap wilayah. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. BPS menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari, sedang pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa. Secara umum gambaran kemiskinan dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi pengeluaran makanan dan bukan makanan, tingkat kebutuhan permintaan/permintaan (demand) terhadap pengeluaran tersebut pada dasarnya berbeda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, terdapat kecendrungan untuk mendahulukan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatan mereka digunakan untuk mengkonsumsi makanan. Batas garis kemiskinan untuk Provinsi Sulawesi Tengah pada September tahun 2014 sebesar Rp328.063 per kapita sebulan. Artinya setiap penduduk yang memiliki total pengeluaran perbulan (makanan + non makanan) kurang dari Rp328.063 dimasukan ke dalam penduduk miskin. Data persentase masyarakat miskin di Kabupaten Buol disajikan pada gambar berikut.

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 22

Sumber: Statistik Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali)

Gambar 2.7 Persentase Masyarakat Miskin Kabupaten Buol Sulawesi Tengah dan Nasional, Tahun 2013-2014

Jumlah penduduk miskin Sulawesi Tengah pada tahun 2014 mencapai 387.060 jiwa atau sekitar 13,61 persen dari total penduduk Sulawesi Tengah dan Kabupaten Buol sekitar 15,09 persen penduduk miskin dari total penduduk Kabupaten Buol yang ada. Angka kemiskinan dari tahun ke tahun kecenderungan mengalami penurunan, dimana tahun lalu yang mencapai 15,52 persen. Pada tahun 2014, penurunan angka kemiskinan tidak terjadi secara signifikan, hal ini dikarenakan terjadi penurunan kondisi ekonomi di wilayah Kabupaten Buol ditahun 2014.

Tabel 2.11. Kondisi Kemiskinan Kabupaten Buol dengan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2014

Jumlah No Kabupaten/Kota % (000) 1 Banggai Kepualauan 28,24 15,45 2 Banggai 32,45 9,27 3 Morowali 16,61 14,97 4 Buol 17,35 15,09 5 Poso 39,65 17,09 6 Donggala 47,56 16,3 7 Toli-Toli 29,46 13,14 8 Buol 20,82 14,18

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 23

Jumlah No Kabupaten/Kota % (000) 9 Parigi Moutong 74,96 16,6 10 Tojo Una-Una 27,73 18,95 11 Sigi 26,49 11,63 12 25,66 7,05 Sulawesi Tengah 387,06 13,61 Sumber: Badan Pusat Statistik, Tahun 2015

Penduduk miskin di Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah masih tergolong tinggi. Kabupaten Tojo Una-Una memiliki persentase penduduk miskin terbanyak yakni sebesar 18,95 persen, selanjutnya Poso sebesar 17,09 persen, dan tertinggi ketiga yakni kabupaten Parigi Moutong sebesar 16,6 persen. Kabupaten Buol jika diperbandingkan dengan kabupaten/kota di Sulawesi tengah tertinggi keenam dengan persentase penduduk miskin sebesar 15,09 persen. Persentase penduduk miskin terendah yakni Kota palu sebesar 7,05 persen.

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan 2.4.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Potensi Ekonomi Kemajuan perekonomian Kabupaten Buol dapat dilihat dari kinerja ekonomi makro daerah ini. Dimana, laju perkembangan pembangunan Kabupaten Buol dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB Perkapita. PDRB merupakan suatu dasar pengukuran atas nilai tambah (value added) yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi penduduk dalam suatu wilayah/regional dalam kurun waktu satu tahun. PDRB dapat menggambarkan kemampuan perekonomian suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Gambaran perekonomian Kabupaten Buol ditinjau dari PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku Kabupaten Buol Tahun 2014 sebesar Rp4.105.305 juta mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 2,86 persen bila dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar Rp3.990.986 juta. Data PDRB ADH Berlaku Kabupaten Buol tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut.

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 24

Tabel 2.12 Jumlah PDRB ADH Berlaku 2010 Kabupaten Buol Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) 2011-2015

Lapangan Kategori 2011 2012 2013 2014 2015 Usaha Pertanian, A Kehutanan 1.363.890 1.538.386 1.762.191 2.183.337,00 2.871.370,00 dan Perikanan Pertambangan B dan 1.928.376 2.742.875 3.489.399 3.097.495,00 1.453.334,00 Pengalihan Industri C 48.121 53.569 60.501 71.510,00 81.178,00 Pengolahan Pengadaan D Listrik dan 602 651 727 798,00 739,00 Gas Pengadaan Air, Pengelolaan E 2.320 2.579 2.881 3.312,00 3.755,00 Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 92.494 109.711 131.364 205.056,00 2.192.857,00 Perdagangan Besar dan eceran; G 264.854 307.192 343.447 424.130,00 498.130,00 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi H dan 12.712 14.251 16.311 19.736,00 24.698,00 Pergudangan Penyediaan Akomodasi I 10.346 11.850 13.662 15.906,00 18.776,00 dan Makan Minum Informasi dan J 90.940 102.681 113.291 136.709,00 150.735,00 Komunikasi Jasa K Keuangan dan 15.529 18.049 21.361 23.372,00 27.169,00 Asuransi L Real Estate 70.413 79.457 88.694 116.261,00 139.907,00 Jasa M, N 669 750 856 970,00 1.087,00 Perusahaan Administrasi Pemerintahan, O Pertahanan 94.092 103.254 117.475 135.920,00 158.374,00 dan Jaminan Sosial Wajib Jasa P 62.098 69.699 78.112 93.200,00 110.087,00 Pendidikan Jasa Kesehatan Q 35.235 39.880 45.784 52.595,00 60.711,00 dan Kegiatan Sosial

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 25

R, S, T, Jasa Lainnya 25.366 28.822 31.063 37.693,00 43.966,00 U PDRB Migas 4.118.507 5.223.657 6.317.121 6.618.002,00 7.837.098,00 PDRB Tanpa 2.471.755 4.520.366 5.697.353 5.995.429,00 7.225.237,00 Migas Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

Merujuk pada tabel di atas, kondisi perekonomian Kabupaten Buol dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Dimana, jumlah PDRB ADH Berlaku dengan Migas tahun 2011 sebesar Rp. 2.350.004 juta mengalami peningkatan sebesar 2,43 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir menjadi Rp. 7.837.098,00 juta pada tahun 2015. Berdasarkan perhitungan PDRB ADH Berlaku dengan Migas Kabupaten Buol hingga tahun 2015 terlihat didominasi tiga sektor unggulan yang memberikan kontribusi terbesar yaitu Sektor Pertanian sebesar Rp2.871.370 juta; Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp. 1.453.334 juta; dan Sektor Konstruksi Rp. 2.192.857juta. Dimana kontribusi ketiga sektor tersebut pada tahun 2015 mencapai sebesar Rp. 6.517.561 juta. Sementara itu, PDRB ADH Konstan 2010 mencapai sebesar Rp5.897.228 juta tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun 2011 yang hanya mencapai Rp3.871.375 juta. Sedangkan, capaian pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol tahun 2014 sebesar 7,76 persen meningkat dibanding tahun sebelumnya 2,86 persen. Data perkembangan PDRB ADH Konstan 2010 Kabupaten Buol tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.13 Jumlah PDRB ADH Konstan 2010 Kabupaten Buol Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) 2011-2015

Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan A 1.267.660,00 1.332.976 1.427.249 1.662.279 2.139.600 dan Perikanan B Pertambangan dan 1.836.982,00 2.430.817 3.118.185 2.734.531 1.223.197 Pengalihan C Industri Pengolahan 45.881,00 49,567 53,992 60,586 65,972 D Pengadaan Listrik dan

Gas E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 2.145,00 2.300 2.440 2,622 2,851 Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 85.166,00 92,454 101,492 151,277 1.532.460

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 26

G Perdagangan Besar dan eceran; Reparasi 24.444,00 267,608 292,543 340.600 1.532.457 Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan 11.684,00 12,713 13,613 15,657 19,109 Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan 9.545,00 10,238 11,082 12,028 13,091 Makan Minum J Informasi dan 86,85 95,245 104,694 124,867 133,202 Komunikasi K Jasa Keuangan dan 15.068,00 16.705 18,172 18,993 20,775 Asuransi L Real Estate 64.469,00 69,656 75,504 92,385 104,303 M, N Jasa Perusahaan 635,00 660 700 769 832 O Administrasi Pemerintahan, 86,93 92,494 99,284 113,116 121,961 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 56,80 60,549 65,296 71,66 78,382 Q Jasa Kesehatan dan 33,00 34,417 25,681 29,923 32,386 Kegiatan Sosial R, S, T, Jasa Lainnya 23.513,00 24,745 25,681 29,923 32,386 U PDRB Migas 3.871.375,00 4.593.790 5.447.597 5.472.512 5.897.228 PDRB Tanpa Migas 3.315.996,00 4.049.443 4.977.141 5.001.273 5.407.139 Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

Mengutip tabel di atas, kurun waktu 2011-2015, terdapat empat sektor dominan dalam menggerakan roda perekonomian Kabupaten Buol yaitu; Sektor Pertanian; Sektor Pertambangan dan Penggalian; Sektor Konstruksi; dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Keempat sektor utama tersebut memberikan kontribusi yang cukup tinggi pada PDRB ADH Konstan 2010 Kabupaten Buol. Keempat sektor tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, meski beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran sektor dominan dalam membentuk PDRB ADH Konstan Kabupaten Buol. Seiring dengan mulai dikelolanya JOB Pertamina Medco-Expan Tomori di Kecamatan Mamosalato, dan juga meningkatnya ekspor nikel hasil produksi perusahaan pertambangan yang tersebar di Kecamatan Petasia, Petasia Timur, dan Petasia Barat.

2.4.1.1 Kontribusi Sektor PDRB

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 27

Perkembangan beberapa sektor ekonomi selama tahun 2015 menunjukkan kondisi lebih rendah dari capaian tahun sebelumnya. Berdasarkan data distribusi seri 2010 menunjukan Sektor Pertambangan dan Penggalian menjadi satu sektor dominan dalam menggerakan roda perekonomian Buol. Sektor Pertambangan dan Penggalian tersebut antara lain minyak bumi, dan pertambangan nikel. Data distribusi persentase PDRB sektoral yang memperlihatkan sektor-sektor yang mendominasi perekonomian dan menjadi leading sectors Buol dalam pembentukan PDRB periode 2011-2015 sebagai berikut.

Tabel 2.14 Kontribusi PDRB Seri 2010 Kabupaten Buol Menurut Lapangan Usaha (Persen) Tahun 2011-2015 Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan A 33,12 29,45 27,90 32,99 36,64 dan Perikanan Pertambangan dan B 46,83 52,51 55,24 46,80 18,54 Pengalihan C Industri Pengolahan 1,17 1,03 0,96 1,08 1,04 Pengadaan Listrik dan D 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Gas Pengadaan Air, E Pengelolaan Sampah, 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 2,25 2,10 2,08 3,10 27,98 Perdagangan Besar dan G eceran; Reparasi Mobil 6,43 5,88 5,44 6,41 6,36 dan Sepeda Motor Transportasi dan H 0,31 0,27 0,26 0,30 0,32 Pergudangan Penyediaan Akomodasi I 0,25 0,23 0,22 0,24 0,24 dan Makan Minum Informasi dan J 2,21 1,97 1,79 2,07 1,92 Komunikasi Jasa Keuangan dan K 0,38 0,35 0,34 0,35 0,35 Asuransi L Real Estate 1,71 1,52 1,40 1,76 1,79 M, N Jasa Perusahaan 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 28

Administrasi Pemerintahan, O 2,28 1,98 1,86 2,05 2,02 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 1,51 1,33 1,24 1,41 1,40 Jasa Kesehatan dan Q 0,86 0,76 0,72 0,79 0,77 Kegiatan Sosial R, S, T, U Jasa Lainnya 0,62 0,55 0,49 0,57 0,56 PDRB Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Tanpa Migas 84,31 86,54 90,19 90,59 92,19 Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

Ekspor mineral nikel dari hasil pertambangan di wilayah tersebut melalui jalur di Pelabuhan laut Buol menurun tajam, semenjak adanya regulasi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara untuk pelarangan ekspor nikel dan mengharuskan melalui proses pengolahan smelter. Kontribusi Sektor Penggalian dan Pertambangan tahun 2015 menurun tajam, dimana sebesar 46,80 persen kontribusi pada tahun 2014 turun menjadi sebesar 18,54 persen tahun 2015. Sektor Pertanian juga merupakan yang besar peranannya terhadap perekonomian Kabupaten Buol pada tahun 2015 sebesar 36,64 persen atau mengalami pertumbuhan sebesar 9,61 persen dari sebelumnya. Sumber utama pertumbuhan berasal dari hasil perkebunan kelapa, kelapa sawit, kakao, dan komoditi perkebunan lainnya. Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan pertumbuhan dari 46,83 persen pada tahun 2011 menjadi 18,54 persen pada tahun 2015. Kondisi tersebut sebagai dampak langsung dari kebijakan penerapan regulasi Undang-Undang Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Sektor Konstruksi sebagai sektor dominan lainnya menjadi sektor yang paling tinggi kontribusinya yakni mencapai 27,98 persen pada tahun 2015.

2.4.1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Sektor PDRB Perkembangan ekonomi nasional secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap ekonomi di tingkat regional (provinsi maupun Kabupaten). Artinya, perkembangan ekonomi secara nasional yang baik juga akan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah. Laju pertumbuhan

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 29

PDRB seri 2010 dengan Migas Kabupaten Buol tahun 2015 mencapai 7,76 persen. Artinya penambahan nilai PDRB dengan Migas tahun 2015 meningkat sebesar 7,76 persen dibanding tahun sebelumnya.

Tabel 2.15 Laju Pertumbuhan PDRB Seri 2010 Kabupaten Buol Menurut Lapangan Usaha (Persen) Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan A 4,03 5,15 7,08 16,46 28,71 dan Perikanan Pertambangan dan B 44,26 32,33 28,28 -12,3 -55,27 Pengalihan C Industri Pengolahan 6,73 8,03 8,93 12,21 8,89 Pengadaan Listrik dan D 6,79 7,22 11,63 9,76 8,23 Gas Pengadaan Air, E Pengelolaan Sampah, 6,23 7,22 6,12 7,43 8,76 Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 6,95 8,56 9,78 49,05 913,01 Perdagangan Besar dan G eceran; Reparasi Mobil 4,31 9,48 9,32 16,43 6,91 dan Sepeda Motor Transportasi dan H 8,04 8,81 7,08 15,02 22,05 Pergudangan Penyediaan Akomodasi I 6,57 7,26 8,24 8,54 8,84 dan Makan Minum Informasi dan J 9,32 9,66 9,92 19,27 6,68 Komunikasi Jasa Keuangan dan K 16,61 10,89 8,78 4,52 9,38 Asuransi L Real Estate 7,68 8,05 8,39 22,36 12,9 M, N Jasa Perusahaan 2,88 4,00 6,03 9,87 8,23 Administrasi Pemerintahan, O 5,58 6,40 7,34 13,93 7,82 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 6,36 6,60 7,84 9,75 9,38 Jasa Kesehatan dan Q 7,18 4,3 7,07 9,71 9,12 Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa Lainnya 5,34 5,24 3,79 16,52 8,23 PDRB Migas 20,49 18,66 18,59 0,46 7,76 PDRB Tanpa Migas 23,29 22,12 22,91 0,48 8,12 Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

Perekonomian Kabupaten Buol selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol sebesar 20,49 persen; tahun 2012 tumbuh sebesar 18,66

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 30

persen. Namun, tahun 2013 menurun menjadi 18,59 persen, dan kembali turun menjadi sebesar 0,46 persen pada tahun 2014. Selanjutnya, pada tahun 2015 kembali naik tajam menjadi sebesar 7,76 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol tahun 2015 sebesar 7,76 persen mulai meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 0.46 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut disumbang antara lain oleh pertumbuhan Sektor Konstruksi yang sangat tinggi sebesar 913,01 persen dan Sektor Pertanian 28,71 persen. Peningkatan nilai tambah (value added) secara sektoral tersebut dari agregasi pertumbuhan subsektor-subsektor dalam sektor tersebut. Perkembangan masing-masing subsektor juga berasal dari komoditi-komoditi unggulan dalam subsektor tersebut. Misalnya, pertumbuhan Sektor Pertanian bersumber dari peningkatan produksi perikanan serta padi dan hotikultura. Peningkatan salah satu sektor ekonomi juga memberikan daya dorong pergerakan ekonomi pada sektor yang lainnya (multiplier effect). Semakin beragamnya produk hasil industri terutama industri makanan menjadi pendorong pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan. PDRB menjadi satu gambaran hasil perkembangan dan keberhasilan ekonomi suatau daerah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol periode tahun 2013-2014 mengalami penurunan drastis. Dimana, pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol sebesar 18,64%--posisi kedua pertumbuhan ekonomi tertinggi setelah Kabupaten Morowali sebesar 23,86% di antara kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Namun, pada tahun 2014 terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol hanya sebesar 0,45 persen. Dimana, pertumbuhan ekonomi terendah dibandingkan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Penurunan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol pada tahun 2014, sebagai implikasi langsung dari regulasi larangan ekspor bahan mentah (raw material) sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Data laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada gambar berikut.

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 31

Sumber: BPS, 2015 (Diolah Kembali) Gambar 2.8 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buol Dengan Kabupaten/Kota se-Sulteng Tahun 2013 – 2014

2.4.1.2 PDRB per Kapita PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang diperoleh oleh masing-masing penduduk, akibat adanya aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi. PDRB per kapita dapat menjadi salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Namun, tentu saja PDRB Per Kapita tidak dapat menunjukkan secara langsung manfaat atau kesejahteraan yang diterima oleh masing-masing penduduk dalam satu wilayah tertentu. Pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung berpengaruh terhadap PDRB per kapita Buol. Pada tahun 2013, perkembangan PDRB per kapita Buol sebesar 17,12 persen dengan perkembangan jumlah penduduk tahun 2013- 2014 sebesar 1,66 persen. Kondisi PDRB Per kapita Buol 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.16 Perkembangan PDRB Per kapita Kabupaten Buol Dan Sulawesi Tengah, Tahun 2011-2015 Tahun Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 Buol PDRB (Jutaan Rupiah) 4.118.05 5.223.65 6.317.12 6.618.00 7.837.09 - PDRB ADH Berlaku 7 7 1 2 8

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 32

Tahun Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 3.871.37 4.593.79 5.447.59 5.472.51 5.897.22 - PDRB ADH Konstan 5 0 7 2 8 PDRB Perkapita (Ribuan Rupiah) - PDRB Perkapita 38.405 47.583 56.216 57.557 66.980 ADH Berlaku - PDRB Perkapita 36.104 41.845 48.478 47.595 50.124 ADH Konstan Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

PDRB Per Kapita ADH Berlaku seri 2010 dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terus mengalami peningkatan pada tahun 2011 mencapai 4.118.057 Juta rupiah meningkat menjadi 5.223.657 juta rupiah tahun 2012; sebesar 6.317.121 juta rupiah pada tahun 2013, serta tahun 2014 menjadi 6.618.002 juta rupiah, dan sebesar 7.837.098rupiah tahun 2015. Sementara itu, PDRB per kapita ADH Konstan seri 2010 pada tahun 2011 mencapai 3.871.375 juta rupiah meningkat menjadi 4.593.790 juta rupiah tahun 2012, dan sebesar 5.447.597 juta rupiah pada tahun 2013, serta tahun 2014 menjadi sebesar 5.472.512 juta rupiah dan sebesar 5.897.228 juta rupiah tahun 2015. Peningkatan PDRB Per Kapita Kabupaten Buol tersebut seiring dengan PDRB perkapita 2000 Provinsi Sulawesi Tengah, dimana pada tahun 2014 sebesar Rp37.469.466 menunjukan peningkatan sebesar 17,54 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp28.655.796. Berdasarkan metode perhitungan terbaru perbandingan PDRB Per Kapita sebagai perbandingan Kabupaten Buol dengan Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada gambar sebagai berikut.

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 33

Sumber: BPS, 2015 (Diolah Kembali). Gambar 2.9 Capaian PDRB Nominal Perkapita Kabupaten Buol Dengan Kabupaten/Kota se-Sulteng Tahun 2013 – 2014

Berdasarkan data pada gambar di atas, capaian PDRB tertinggi adalah Kabupaten Morowali dengan PDRB Per Kapita sebesar Rp 68.027.477, sedangkan Kabupaten Buol berada pada posisi kedua dengan PDRB Perkapita sebesar Rp 57.559.647 pada tahun 2014. Kota Palu menempati PDRB Perkapita tertinggi ketiga sebesar Rp 41.853.1010. Sedangkan, PDRB Per Kapita terendah yakni kabupaten Banggai Kepulauan sebesar Rp 21.751.133.

2.4.2. Data Kondisi Lingkungan Strategis 2.4.2.1. Topografi Berdasarkan pemutakhiran data BPS Kabupaten Morowali Tahun 2015, wilayah Kabupaten Buol memiliki topografi yang terdiri dari dataran, perbukitan dan pegunungan. Posisi desa-desa yang ada di wilayah ini tersebar pada ketiga bentang lahan tersebut dengan dataran sebagai daerah terbesar yang menjadi permukiman masyarakat. Ketinggian masing-masing wilayah administrasi desa berkisar antara 2 meter di atas permukaan laut (dpl) terletak di Desa Tokonanaka, Kecamatan Bungku Utara sampai dengan 248 meter di atas permukaan laut terletak Desa Uepakatu, di Kecamatan Mamosalato. Sebaran Persentase Bentuk Permukaan Tanah beserta elevasinya pada tabel berikut.

Tabel 2.17 Persentase Bentuk Permukaan Tanah dan Elevasi Menurut Desa

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 34

Kabupaten Buol, Tahun 2015 Persentase Bentuk Permukaan Lahan Kecamatan/ Elevasi No. Tanah Kelurahan/Desa (Dpl) Dataran Perbukitan Pegunungan 01 MAMOSALATO 01.01 Kolo Atas 2.00 83.00 15.00 2 01.02 Kolo Bawah 30.00 55.00 15.00 2 01.03 Momo 80.00 15.00 5.00 3 01.04 Tananagaya 100 0 - 4 01.05 Giri Mulya 100 - - 5 01.06 Tana Sumpu 78.00 11.00 11.00 4 01.07 Pandauke 20.00 30.00 50.00 2 01.08 Tambale 20.00 50.00 30.00 390 01.09 Winangabino 47.00 22.00 31.00 547 01.10 Sea 20.00 50.00 30.00 503 01.11 Uepakatu 25.00 60.00 15.00 748 01.12 Parangisi 25.00 60.00 15.00 747 01.13 Lijo 35.00 25.00 40.00 385 01.14 Menyoe 100 - - 5

02. BUNGKU UTARA 02.01 Tokonanaka 18.00 85.00 - 1 02.02 Matube 100 - - 2 02.03 Posangke 95.00 - 5.00 4 02.04 Tokala Atas 100 - - 4 02.05 Uewajo 100 - - 2 02.06 Baturube 100 - - 2 02.07 Woomparigi 100 - - 3 02.08 Tambarabone 100 - - 6 02.09 Taronggo 78.00 17.00 15.00 6 02.10 Uemasi 70.00 - 30.00 6 02.11 Tirongan Atas 85.00 - 15.00 4 02.12 Kalombang 75.00 10.00 25.00 3 02.13 Tirongan Bawah 100 - - 2 02.14 Tanaku Raya 90.00 - 10.00 3 02.15 Opo 65.00 20.00 15.00 3

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 35

Persentase Bentuk Permukaan Lahan Kecamatan/ Elevasi No. Tanah Kelurahan/Desa (Dpl) Dataran Perbukitan Pegunungan 02.16 Siliti 48.00 25.00 27.00 2 02.17 Ueruru 35.00 15.00 50.00 2 02.18 Lemo 30.00 25.00 45.00 23 02.19 Boba 30.00 10.00 60.00 4 02.20 Salubiro 20.00 30.00 50.00 553 02.21 Pokeang 60.00 30.00 10.00 3 02.22 Uempanapa 30.00 40.00 30.00 23 02.23 Lemowaliya 30.00 30.00 40.00 553

03. SOYOJAYA 03.01 Tamainusi 5.00 15.00 80.00 2 03.02 Tambayoli 40.00 10.00 50.00 11 03.03 Lembah Sumara 95.00 2.00 3.00 11 03.04 Tandayondo 40.00 5.00 55.00 4 03.05 Panca Makmur 80.00 15.00 5.00 428 03.06 Bau 20.00 30.00 50.00 581 03.07 Malino Jaya 10.00 40.00 50.00 657 03.08 Malino 30.00 20.00 50.00 617 03.09 Sumara Jaya 30.00 30.00 40.00 28 03.10 Toddopuli …. ….. …. …. Uebangke (G)

04. PETASIA 04.01 Koromatantu 20.00 30.00 50.00 20 04.02 Korololama 40.00 20.00 40.00 5 04.03 Korolaki 2.00 8.00 90.00 15 04.04 Gililana 1.00 5.00 94.00 5 04.05 Koya 1.00 9.00 90.00 3 04.06 Kel. Buol 15.00 - 85.00 5 04.07 Kel. Bahontula 10.00 10.00 80.00 5 04.08 Kel. Bahoue 5.00 15.00 80.00 5 04.09 Ganda-Ganda 3.00 20.00 77.00 5 04.10 Tanuge 3.00 7.00 90.00 2

05. PETASIA BARAT

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 36

Persentase Bentuk Permukaan Lahan Kecamatan/ Elevasi No. Tanah Kelurahan/Desa (Dpl) Dataran Perbukitan Pegunungan 05.01 Onepute 30.00 5.00 65.00 10 05.02 Sampalowo 90.00 - 10.00 10 05.03 Moleono 70.00 - 30.00 10 05.04 Mondowe 50.00 5.00 45.00 10 05.05 Maralee 50.00 10.00 40.00 10 05.06 Tiu 60.00 20.00 20.00 10 05.07 Togomulya 90.00 10.00 - 5 05.08 Tontowea 20.00 40.00 40.00 25 05.09 Tadaku Jaya 25.00 55.00 20.00 10 05.10 Ululaa (G) …. …. …. ….

06. PETASIA TIMUR 06.01 Masara - 20.00 80.00 15 06.02 Molores 1.00 30.00 69.00 8 06.03 Mohoni 70.00 10.00 20.00 5 06.04 Molino 25.00 25.00 50.00 8 06.05 Towara 80.00 5.00 15.00 6 06.06 Bungintimbe 75.00 5.00 15.00 6 06.07 Tompira 80.00 - 20.00 5 06.08 Bunta 75.00 - 25.00 10 06.09 Keuno 80.00 20.00 - 4 06.10 Polewali 100 - - 3 06.11 Towara Pantai 100 - - 3 (G) 06.12 Peboa (G) 60.00 30.00 10.00 5

07. LEMBO 07.01 Lembobaru 10.00 90.00 - 360 07.02 Korobonde 100 - - 334 07.03 Wawopada 20.00 10.00 70.00 371 07.04 Waraa 90.00 - 10.00 337 07.05 Tingkeao 80.00 - 20.00 311 07.06 Mora 100 - - 300 07.07 Uluanso 40.00 - 60.00 300

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 37

Persentase Bentuk Permukaan Lahan Kecamatan/ Elevasi No. Tanah Kelurahan/Desa (Dpl) Dataran Perbukitan Pegunungan 07.08 Beteleme 90.00 10.00 - 180 07.08 Tinompo 70.00 - 30.00 286 07.10 Korowalelo 10.00 - 90.00 297 07.11 Kumpi 30.00 50.00 20.00 256 07.12 Korompeli 90.00 10.00 - 256 07.13 Lemboroma - 90.00 10.00 180 07.14 Korowou 80.00 - 20.00 175

08. LEMBO RAYA 08.01 Dolupo Karya - 75.00 25.00 500 08.02 Poona 90.00 - 10.00 415 08.03 Mandula 100 - - 542 08.04 Petumbea 20.00 80.00 - 287 08.05 Ronta 20.00 80.00 - 287 08.06 Pontangoa 80.00 20.00 - 287 08.07 Bintangor Mukti - 30.00 70.00 316 08.08 Jamor Jaya 25.00 75.00 - 321 08.09 Paawaru 40.00 60.00 - 315 08.10 Lembobelala - 30.00 70.00 490

09. MORI ATAS 09.01 Gontara - 100 - 427 09.02 Kasingoli 100 - - 436 09.03 Lee 100 - - 440 09.04 Saemba 100 - - 436 09.05 Tomui Karya 100 - - 436 09.06 Tomata - 100 - 317 09.07 Londi - 100 - 317 09.08 Taende - 100 - 309 09.09 Ensa - 100 - 312 09.10 Peonea 100 - - 320 09.11 Kolaka - 100 - 312 09.12 Lanumor - 100 - 299 09.13 Saemba Walati 100 - - 436

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 38

Persentase Bentuk Permukaan Lahan Kecamatan/ Elevasi No. Tanah Kelurahan/Desa (Dpl) Dataran Perbukitan Pegunungan 09.14 Pambarea - 100 - 317

10. MORI UTARA 10.01 Era 100 - - 340 10.02 Peleru 100 - - 334 10.03 Wawondula 100 - - 311 10.04 Tabarano 100 - - 311 10.05 Tiwaa 100 - - 326 10.06 Lembontonara 100 - - 326 10.07 Mayumba - 100 - 326 10.08 Tamonjengi - 100 - 326 Sumber: Statistik Kabupaten Buol, data diolah kembali, Tahun 2016

Berdasarkan elevasi, wilayah Kabupaten Buol sebesar 52,74 persen berada pada ketinggian antara 100-200 meter dpl, sebesar 33,74 persen berada pada ketinggian antara 200-500 meter dpl, dan sebesar 13,52 persen berada pada ketinggian di bawah 1000 meter dpl. Menurut tingkat kelerengan wilayah ini sebesar 52,30 persen memiliki kemiringan topografi lebih besar dari 40 persen (curam-sangat curam), sebesar 11,70 persen memiliki kemiringan di bawah 2 persen (datar agak landai), sebesar 12,56 persen memiliki kemiringan antara 3 persen -15 persen dan 23,30 persen luas wilayah memiliki kemiringan antara 16 persen-40 persen (miring agak curam) dan danau seluas 0,14 persen. Akibat curah hujan yang tinggi, struktur geologi yang dipengaruhi oleh dua sesar utama, serta topografi dengan dominasi kemiringan curam, maka wilayah ini memiliki pula kawasan-kawasan yang rawan bencana, khususnya bencana banjir, longsor maupun rawan gempa.

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 39

Sumber: RTRW Buol, Tahun 2016

Gambar 2.10 Peta Topografi Kabupaten Buol

2.4.2.2. Geologi Wilayah Kabupaten Buol tersusun atas beberapa jenis batuan antara lain, batuan Mollase, batuan Kapur, batuan Skiss, batuan Basik, Ultra basik dan Sedimen. Dari sisi geomorfologi, wilayah ini tersusun atas beberapa bentuk lahan (landform), yaitu bentuk lahan Aluvial (A), Marine (M), Volkanik (V), Tektonik dan Struktural (T).

Sumber: RTRW Buol, Tahun 2016

Gambar 2.11 Peta Geologi Kabupaten Buol

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 40

Bentuk lahan aluvial terbentuk dari proses fluvial yang umumnya tersebar di dataran rendah dengan kemiringan antara 0-3 persen, dan banyak dijumpai di sekitar sungai-sungai besar. Bentuk lahan marine tersebar pada wilayah datar agak cekung di sepanjang pantai. Bentuk lahan tektonik dan vulkanik tersebar pada relief yang bergelombang sampai bergunung. Akibat bentuk lahan yang bervariasi tersebut, maka wilayah Kabupaten Buol memiliki topografi yang bervariasi.

2.4.2.3. Hidrologi Kabupaten Buol memiliki banyak sungai dan Kecamatan yang memiliki sungai adalah Kecamatan Mori Atas (7 sungai) Kecamatan Bungku Utara (15 sungai) dan Kecamatan Mamosalato (12 sungai). Sungai terpanjang adalah sungai Laa yang melintasi 5 (lima) Kecamatan, yaitu 1). Kecamatan Mori Atas, 2). Kecamatan Petasia Timur, 3). Kecamatan Petasia, 4). Kecamatan Petasia Barat, 5). Kecamatan Mori Utara. Sungai Bongka sebagai sungai terpanjang kedua melintasi Kecamatan Mamosalato. Sungai terpanjang ketiga melintasi Kecamatan Bungku Utara yaitu Sungai Tiworo. Sungai terpanjang keempat adalah Sungai Sumara yang melintasi Kecamatan Soyo Jaya. Data dan informasi mengenai nama-nama dan ukuran di Kabupaten Buol terdapat pada Tabel berikut.

Tabel 2.18 Sebaran Sungai di Kabupaten Buol Panjang Sungai No. Kecamatan/Desa Nama Sungai (Km) 1. Mamosalato S. Pangkape 3,00 S. Kaia 2,00 S. Kapali 2,00 S. Manandar 15,00 S. Uekauru 15,00 S. Uefayau 4,00 S. Tamarando 6,00 S. Tomba 5,00 S. Uekawoa 5,00 S. Uewine 15,00 S. Mumungi 5,00 S. Bongka 60,00

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 41

Panjang Sungai No. Kecamatan/Desa Nama Sungai (Km) 2. Bungku Utara S. Kafuyu 22,00 S. Lamuru 8,00 S. Paididi 5,10 S. Bongka 38,00 S. Solato 29,00 S. Siombo 18,00 S. Tirongan 43,00 S. Morowangu 9,00 S. Morowali 37,00 S. Ula 47,00 S. Tiworo 53,00 S. Nua-Nua 21,00 S. Tofu 19,00 S. Uemanu 22,00 S. Samara 23,00 3. Petasia S. Laa 117,00 4. Petasia Barat S. Laa 117,00 5. Petasia Timur S. Laa 117,00 6. Lembo S. Tambalako … S. Puawu … 7. Lembo Raya S. Tambalako … S. Sokita … S. Tambalako 105,00 8. Mori Atas S. Ensa 17,00 S. Kadata 15,00 S. Kolaka 25,00 S. Kuse 27,00 S. Laa 37,00 S. Talolae 20,00 S. Yaintu 23,00

S. Koromboyo ....

S. Towerio ....

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 42

Panjang Sungai No. Kecamatan/Desa Nama Sungai (Km) 9. Mori Utara Koro Njaya 22,00 Koro Mayumba 24,00 Koro Sampa 7,00 S. Kuse 27,00 Korontiwa 8,00 S. Laa 37,00 S. Korompalia 10,00

S. Karuru 15,00 Koro Era 20,00 S. Yaintu 23,00 Koro Dolo 15,00 10. Soyo Jaya S. Busanga 20,00 S. Sumara 45,00 Sumber: Statistik Kabupaten Buol, Tahun 2016

2.4.2.4. Klimatologi

Iklim wilayah Kabupaten Buol dipengaruhi sirkulasi sistem global, munson, dan lokal. Secara tahunan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau umumnya terjadi Juni-Oktober, dan musim hujan terjadi Desember-Mei. Curah hujan tahunan bervariasi yakni terendah (2.273 mm) tercatat di Stasiun Beteleme, dan tertinggi (3.435 mm) di Buol Bulan terbasah terjadi pada April (336 mm) dan bulan terkering (91 mm) terjadi pada September. Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson, Wilayah Kabupaten Buol, tergolong iklim A atau sangat basah dengan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara (26,5°C) sampai (27,4°C).

Tabel 2.19 Banyaknya Curah Hujan per Bulan Kabupaten Buol, Tahun 2015 Hari Hujan Curah Hujan Bulan (hh) (mm) 01. Januari 16,00 317,50 02. Pebruari 17,00 83,80 03. Maret 21,00 243,50 04. April 26,00 478,80 05. Mei 22,00 269,40

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 43

Hari Hujan Curah Hujan Bulan (hh) (mm) 06. Juni 16,00 204,90 07. Juli 23,00 350,50 08. Agustus 17,00 243,20 09. September 13,00 137,00 10. Oktober 14,00 200,90 11. November 14,00 188,70 12. Desember 15,00 102,50 Sumber: Profil Kabupaten Buol, Data diolah kembali, Tahun 2016

Kabupaten Buol memiliki iklim yang sangat basah dan memiliki sungai yang banyak sebagai sumberdaya air yang potensial untuk dimanfaatkan untuk pengairan. Namun, curah hujan tinggi juga berpotensi menimbulkan bahaya banjir dan tanah longsor. Sungai utama di Buol adalah Sungai Laa dengan panjang 96,30 Km, dan Sungai Tambalako dengan panjang 83,7 Km. Akibat curah hujan yang tinggi, struktur geologi yang dipengaruhi oleh dua sesar utama, serta topografi dengan dominasi kemiringan curam maka wilayah ini memiliki pula kawasan-kawasan yang rawan bencana.

Sumber: RTRW Buol, Tahun 2016

Gambar 2.12 Peta Curah Hujan Kabupaten Buol 2.4.2.5. Tanah Klasifikasi tanah di Kabupaten Buol berdasarkan Soil Taxonomy, terdiri dari beberapa ordo tanah, yaitu Alfisols, Entisols, Ultisols, Inoptisols, Inceptisols,

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 44

Histosol, Endisols, Oxisols, Vertisols, dan Mellisols, dengan kedalaman efektif tanah sebagian besar cukup dalam. Tanah dengan kedalaman 0-30 cm hanya 3,03 persen dan 31-60 Cm seluas 18,02 persen, selebihnya seluas 45,44 persen memiliki kedalaman 60-90 Cm dan kedalaman di atas 90 Cm seluas 35,94 persen. Sebagian besar tanah di wilayah ini tergolong subur yakni sebesar 45,44 persen bertekstur sedang, sebesar 43,87 persen bertekstur halus dan hanya sebesar 10,55 persen bertekstur kasar.

Wilayah Rawan Bencana Wilayah Kabupaten Buol termasuk kategori wilayah rawan bencana antara lain : 1). Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Petasia, Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Mamosalato. 2). Kawasan Rawan Gelombang Pasang Kriteria Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami adalah kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari. Kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten Buol terdapat di Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Mamosalato. Pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi. Kawasan rawan abrasi terdapat di Kecamatan Bungku Utara. 3). Kawasan Rawan Banjir Kriteria Kawasan rawan banjir adalah; kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Buol terdapat di Kecamatan Petasia, Kecamatan Soyo Jaya, dan Kecamatan Bungku Utara. 4). Kawasan Rawan Gempa Bumi

Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI). Kawasan rawan gempa bumi di Kabupaten Buol terdapat di Kecamatan Mori Atas. Sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif. Sedangkan Pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami.

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 45

Sumber: RTRW Kabupaten Buol Gambar 2.13 Peta Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Buol

Khusus untuk Penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation), di daerah Kabupaten Buol yaitu di daerah eks tambang yang tidak di reklamasi, sehingga menimbulkan ancaman bahaya tanah longsor dan banjir (khususnya pada musim penghujan) daerah rawan bencana tersebut dapat di masukkan ke dalam daerah lahan kritis, maupun ditetapkan menjadi daerah rawan bencana.

2.4.3. Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infratruktur Bidang Cipta Karya Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Buol dan masyarakat di masa datang. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka menengah, mendesak, bersifat kelembagaan/keorganisasian dan menentukan tujuan organisasi/institusi di masa yang akan datang. Dengan demikian, kondisi penting tersebut apabila tidak diantisipasi maka akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, apabila tidak dimanfaatkan maka menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka menengah. Isu strategis dalam jangka menengah sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional maupun daerah; 2. Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah;

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 46

3. Memiliki dampak yang ditimbulkan terhadap daerah dan masyarakat; 4. Memiliki daya ungkit yang signifikan pembangunan daerah; dan 5. Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani.

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dan analisis terhadap isu- isu strategis yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya di Kabupaten Buol berdasarkan capaian pelayanan dan kondisi kualitas ketersediaan sarana dan prasarana diantaranya pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, penataan air limbah dan persampahan serta penyediaan air minum bagi masyarakat, maka dapat disimpulkan beberapa isu-isu strategis sebagai berikut : 1. Ketersediaan prasarana dan sarana permukiman penduduk (perumahan dan sanitasi yang tidak layak/kumuh) masih banyak terdapat di daerah perkotaan maupun perdesaan. 2. Belum optimalnya penataan kawasan permukiman Ibukota Kabupaten (Buol) dan kecamatan lainnya 3. Belum adanya perencanaan dan data dasar bidang perumahan 4. Rendahnya pengendalian dan pengawasan bangunan di Kabupaten Buol 5. Pemenuhan penanganan air limbah dan persampahan belum terkelola dengan baik 6. Belum tersedianya sarana pengeloaan sampah khususnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 7. Kondisi infrastruktur untuk Pemenuhan akses air minum di Ibu Kota Kabupaten, Ibu Kota Kecamatan sampai di tingkat desa belum memadai.

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 47