Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

TINGKAT DAN TIPE ASOSIASI ENAM JENIS PAKU EPIFIT DENGAN POHON INANG DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI (Levels and Type of Association Among Six Epiphytes Fern Species and Host in Gunung Meja Natural Tourism Park of Manokwari)

Elieser Y. I. V. Sirami Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua Manokwari Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari-Papua Barat E-mail:[email protected] Diterima: 27 April 2015|Disetujui: 3 Juni 2015

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan tingkat asosiasi antara enam jenis paku epifit dengan pohon inang di TWA Gunung Meja Manokwari. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik survei sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah pengambilang contoh sistematik. Data yang dikumpulkan adalah jumlah individu enam jenis paku epifit, dan jenis dan jumlah individu pada pohon inang. Tingkat asosiasi ditentukan berdasarkan indeks Jaccard dan indeks Dice. Sedangkan tipe asosiasi ditentukan menggunakan tabel kontingensi 2 x 2 melalui perbandingan nilai harapan dan nilai pengamatan. Hasil penelitian menunjukkann bahwa tingkat asosiasi antara paku epifit dan pohon inang bervariasi dari rendah sampai tinggi, dan sekitar 81,40% terjadi asosiasi positif dan 18,60% negatif. Asosia tertinggi terjadi antara Asplenium nidus L., dan Pometia coreacea, eiPometia acuminata. Pyrrosia numularifolia dengan Cerbera floribunda, Decaspermum fruticosum dan Dracontomelum dao. Psilotum complanatum Sw., dengan javensis. Faktor-faktor yang menentukan terjadinya asosiasi adalah distribusi pohon inang, tekstur batang, kekuatan batang dan alelopati. Kata kunci: Tingkat Asosiasi, Tipe Asosiasi, Jenis Paku Epifit, Pohon Inang, TWA. Gunung Meja Abstract Purpose of this study is to know the levels and types of association among six epiphytes fern species and their host in Gunung Meja Natural Tourism Park of Manokwari. Method used was literature study based on the thesis by Yunita A. Y. Raubaba 2005 about association of climber fern species and epiphytes fern Species with some forest in Gunung Meja Natural Tourism Park of Manokwari by. Data collected were individuals of six epiphytes fern species, presence-absence frequency of ferns in the host, and number of host species. The association levels were identified using Jaccard index and Dice Index, while association type was identified using contingensi tables by compared observation value (a) toward expectation value E(a). Research indicate that association levels of epiphytes fern with host were variously from low to hight. About 81,40% association was positively and 18,60% was negative. Highest association among Asplenium nidu L., and Pometia coreacea, Pometia acuminata. Pyrrosia numularifolia with Cerbera floribuda, Decaspermum fruticosum and Dracontomelum dao. Psilotum complanatum Sw., with Spathiostemon javensis. Factors affected the association are abudance and distribution of tree host, bark texture, bark hardness and alelopaty. Keywords: Association Levels, Association Types, Epiphytes Ferns Species, Gunung Meja.

18 @ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia dan Fakultas Kehutanan Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

PENDAHULUAN disebut asosiasi positif, sedangkan jika suatu jenis tumbuhan tidak hadir secara Salah satu kelompok tumbuhan yang bersamaan disebut asosiasi negatif membentuk masyarakat tumbuh-tumbuhan (McNaughton dan Wolf, 1992 dalam dalam sebuah kawasan hutan adalah jenis- Kurniawan et al., 2008). jenis Paku epifit. Paku epifit adalah Mempelajari asosiasi antar jenis Paku sekumpulan jenis Paku yang tumbuh epifit dengan pohon inang dalam hutan dengan cara menempel pada tumbuhan lain tropis, perlu memperhatikan tiga hal utama sebagai inang namun tidak berefek negatif yaitu tipe dan tingkat asosiasi, karateristik pada inangnya, sehingga sangat rentan jenis Paku epifit dan karakteristik tumbuhan kerusakan. Agar dapat tumbuh dan inang. Karakteristik jenis Paku meliputi berkembang sangat ditentukan oleh bagaimana cara menyebar, bagaimana seberapa lama jenis inangnya tumbuh organ penyebarannya, apa vektornya sampai kembali terdekomposisi menjadi adakah faktor biokimia berperan di sana tanah. atau faktor-faktor lainnya. Sedangkan Sepertiga dari jenis Paku di dunia parameter penting yang mudah diketahui digolongkan sebagai epifit (Benzing, 1990). dari tumbuhan inang adalah ada tidaknya Genera Paku (paku-pakuan) yang bersifat unsur biokimia seperti alelopati, tekstur dan epifit adalah Asplenium, Colysis, Crypsinus, kekerasan kulit, tinggi dan diameter atau Davallia, Dictymia, Drynaria, Humata, keliling batang, bentuk tajuk dan pada strata Lemmaphyllum, Lepisorus, Microgramma, mana pohon inang berada. Microsorum, Nephrolepis, Niphidium, Dalam kaitannya dengan fungsi Phymatodes, Platycerium, Pleopeltis, kawasan TWA Gunung Meja, maka studi Polypodium, Pyrrosia, Selliguea (Hietzh, asosiasi jenis Paku epifit dan pohon inang 2010). Pemanfaatan kekayaan tumbuhan dapat menjadi sebuah atraksi ekowisata epifit sangat terbatas karena manfaatnya potensial bagi pengembangan fungsi belum banyak diungkap melalui hasil-hasil rekreasi dan fungsi pendidikan di kawasan penelitian. Keanekaragaman tumbuhan tersebut. Di sisi lain hasil studi asosiasi epifit termasuk kelompok paku-pakuan dapat pula dijadikan dorongan bagi pada tegakan pohon, dipengaruhi banyak peningkatan pengamanan kawasan, dan faktor di antaranya mikroklimat dan ciri-ciri salah satu bahan evaluasi keadaan struktur canopi setiap pohon inang (Setyawan, vegetasi. 2000). Beberapa hasil penelitian terdahulu Di hutan tropis basah, jenis-jenis mengungkapkan bahwa kelompok Paku Paku epifit biasanya dijumpai tumbuh pada epifit umumnya ditemukan dalam jumlah tajuk hutan yang rapat dan sejuk. Berada jenis yang lebih sedikit bila dibandingkan dalam komunitas hutan yang padat dengan jenis Paku teristrial. Mambrasar memudahkan asosiasi dengan tumbuhan (2004) menjelaskan bahwa terdapat 13 lain mudah terjadi dan merupakan cara Paku epifit di Pulau Yoopmios dalam hidup utama jenis-jenis Paku epifit. kawasan Taman Nasional Teluk Bagi jenis-jenis Paku epifit, asosiasi Cenderawasih. Raubaba (2005) melaporkan dengan tumbuhan inang adalah keharusan bahwa terdapat enam jenis Paku epifit di agar dapat bertahan hidup dan berkembang. TWA Gunung meja. Di Arboretum Anggori Fenomena ini menunjukan bahwa asosiasi terdapat delapan jenis yaitu Platycerium adalah fungsi dari media untuk tumbuh bifurcatum, Pyrrosia sp., Microsorium sama dengan tanah bagi jenis-jenis Paku diversifolium, Microsorum superficiale, teristris. Asosiasi adalah suatu tipe Merynthosorus sp., Drynaria sp., komunitas yang khas, ditemukan dengan Asplenium nidus, Nephrolepis acutifolia kondisi yang sama dan berulang di (Ayer, 2009). Di hutan tanaman wanariset beberapa lokasi. Jika suatu jenis tumbuhan Anggresi ditemukan tujuh jenis yaitu hadir secara bersamaan dengan jenis Asplenium nidus, Asplenium musifolium, tumbuhan lainnya dan tidak akan terbentuk Drynaria sp., Microsorium sp1., tanpa adanya jenis tumbuhan lainnya 19 @ Fakultas Kehutanan Unipa dan Asosiasi Peneliti Biodiversity Papuasia Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

Microsorium sp2., Microsorium sp3., dan Meja merupakan masalah yang akan Pyrosia sp. (Sawasemariay, 2011). dijawab dalam kajian ini. Penelitian ini Epifit merupakan kelompok dilakukan untuk mengetahui tingkat dan tumbuhan yang mengakomodasi sejumlah tipe asosiasi antar enam jenis Paku epifit jenis fauna dan diduga sebagian besar atau dengan pohon inang di Hutan Wisata Alam kurang lebih 30.000.000 jenis serangga di Gunung Meja. Hasil Penelitian ini seluruh dunia dapat dikaitkan dalam ukuran diharapkan menjadi masukan penting bagi yang signifikan terhadap tempat tinggal dan penelitian ekologi tumbuhan epifit dan makanan yang disediakan oleh komunitas pelestarian jenis-jenis Paku epifit di TWA epifit (Erwin, 1983 dalam Benzing, 1990). Gunung Meja Manokwari. Menurut Andama et al., (2003), Paku epifit Penelitian bertujuan untuk berfungsi sebagai filter ekologis untuk mengetahui tingkat dan tipe asosiasi enam membentuk kerapatan, struktur dan jenis paku epifit dengan pohon inang di komposisi jenis serta mempengaruhi Hutan Wisata Alam Gunung Meja. Hasil distribusi spasial permudaan jenis lain. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan Paku juga berfungsi menghilangkan logam penting bagi penelitian ekologi tumbuhan berat seperti arsenik dari tanah dan epifit dan pelestarian jenis-jenis paku epifit menstabilkan tanah. Memiliki simbiosis di TWA Gunung Meja Manokwari. dengan bakteri yang mengubah nitrogen dari atmosfer menjadi senyawa yang BAHAN DAN METODE berguna bagi tumbuhan terutama famili rumput-rumputan serta menyediakan Penelitian dilaksanakan di Taman habitat bagi spesies lain. Wisata Alam Gunung Meja Manokwari, Paku epifit menampung massa pada bulan Mei 2005. Metode yang humus, menjadi tempat bersarang dari digunakan dalam penelitian ini adalah banyak spesies semut arboreal dan metode deskriptif dengan teknik survei invertebrata lainnya. Paku epifit sangat lapangan. Teknik pengumpulan data yang sensitif terhadap kelembaban dan sinar digunakan adalah Systematic Line matahari langsung. Perubahan iklim mikro Sampling. Jalur utama dibuat sejajar jalan di bawah tajuk hutan akibat perubahan dalam TWA Gunung Meja, sepanjang 2 tutupan kanopi karena penebangan atau Km. Anak jalur dibuat tegak lurus jalur kesehatan pohon yang buruk cenderung utama dengan lebar 20 m ke arah Utara. mempengaruhi distribusi Paku epifit pada Panjang anak jalur disesuaikan dengan pohon. Kepekaan tersebut menyebabkan bentuk tepi kawasan sehingga tidak semua kelompok Paku epifit sangat potensial anak jalur jaraknya sama. Jumlah anak jalur sebagai indikator awal yang bisa 100, intensitas sampling 10% sehingga jalur mengingatkan para konservatoris hutan yang terpilih untuk diamati berjumlah 10 untuk mengambil tindakan. Ursula et al., jalur dengan jarak antar jalur 180. Data-data (1995) menjelaskan bahwa bahan kimia yang dikumpulkan meliputi jenis-jenis paku terlarut dalam air hujan terperangkap oleh epifit dan jumlah individu tiap jenis, jenis, akar epifit dan mengalir ke bawah kulit jumlah individu, dan bagian pohon pohon inang. Akar epifit menghambat ditumbuhi paku epifit, tekstur kulit batang aliran sehingga mengurangi erosivitas air pohon inang. Variabel yang diamati adalah dan dengan demikian memungkinkan tingkat asosiasi dan tipe asosiasi jenis-jenis akumulasi jumlah reruntuhan ranting dan paku epifit dengan pohon inang. daun kering jumlah yang cukup besar. Hasil Penentuan tingkat asosiasi antar penelitian Kono et al., (2012) menyebutkan jenis-jenis Paku epifit dan pohon inang bahwa A. nidus L. dapat menjadi menggunakan Jaccard Index dan Dice bioindikator potensial untuk mendekteksi Indeks. Perhitungan diawali menggunakan kandungan mercuri di udara. data binari yaitu ada (presence) jenis Paku Bagaimana tingkat dan tipe asosiasi ke-i pada unit sampling ke-n dinyatakan enam jenis Paku epifit dengan pohon inang dengan 1 dan bila tidak ada (absence) di habitat alam di Taman Wisata Gunung dinyatakan dengan 0. Parameter 20 @ Fakultas Kehutanan Unipa dan Asosiasi Peneliti Biodiversity Papuasia Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

perhitungan (Soegianto, 1994), namun dimodifikasi sesuai tipe unit sampling yang IAtertinggi-IAterendah digunakan yaitu pohon inang. Ik = 3 Indeks Dice (DI) dan Indeks Jaccard (JI): Ik : Interval kelas asosiasi 2a a DI = JI = Asosiasi rendah jika IA < (IA + Ik) terendah 2a+b+c a+b+c Asosiasi sedang jika (IA + Ik) ≤ IA ≤ (IA + 2Ik) terendah terendah a = Frekwensi Paku epifit jenis ke-i tumbuh pada Asosiasi tinggi jika IA > (IA + 2Ik) pohon inang jenis ke-j terendah b = Frekwensi Paku epifit jenis ke-i tumbuh pada pohon inang bukan jenis ke-j Penentuan tipe asosiasi antar jenis c = Frekwensi Paku epifit bukan jenis ke-i tumbuh Paku epifit dan jenis pohon inang pada pohon inang jenis ke-j menggunakan data binari. Bila ada Bila nilai DI dan JI sama dengan 0, (presence) Paku epifit jenis Paku ke-i dalam maka tidak ada asosiasi antara Paku epifit unit sampling ke-n dinyatakan dengan 1 dan jenis ke-i dengan pohon inang jenis ke-j. bila tidak ada (absen) dinyatakan dengan 0. Bila nilai DI dan JI sama dengan 1 asosiasi Setiap pasangan disusun dalam tabel maksimal, sebab itu dibuat interval kelas kontingensi 2 x 2 menurut penjelasan tingkat asosiasi yaitu rendah, sedang dan Soegianto (1994), namun dimodifikasi tinggi. Cara penentuan interval kelas sesuai tipe unit sampling yang digunakan asosiasi dimodifikasi dari penentuan indeks yaitu pohon inang. dominansi (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974).

Pohon inang jenis ke-j Ada Tidak Ada Jumlah Ada a b a + b = m Paku epifit jenis ke-i Tidak ada c d c + d = n Jumlah a+c=r b+d=s a+b+c+d=N a = Frekwensi Paku epifit jenis ke-i tumbuh pada pohon inang jenis ke-j b = Frekwensi Paku epifit jenis ke-i tumbuh pada pohon inang bukan jenis ke-j c = Frekwensi Paku epifit bukan jenis ke-i tumbuh pada pohon inang jenis ke-j d = Frekwensi Paku epifit bukan jenis ke-i tumbuh pada pohon inang bukan jenis ke-j

Nilai harapan E (a) terdapatnya Paku epifit HASIL DAN PEMBASAHAN jenis ke-i pada pohon inang jenis ke-j: r x m Pohon Inang dan Jenis Paku Epifit E (a) = Sebanyak 104 tegakan pohon dari 23 N jenis, ditemukan sebagai inang dari enam Jika nilai observasi a > nilai harapan jenis Paku epifit TWA Gunung Meja. E (a) maka tipe asosiasinya positif, yang Namun dari 23 jenis yang dimaksud, tidak artinya Paku epifit jenis ke-i lebih sering semuanya memiliki keeratan hubungan atau tumbuh pada pohon inang jenis ke-j. Bila asosiasi dengan setiap jenis Paku epifit. nilai observasi a < nilai harapan E (a) maka Masing-masing jenis Paku epifit tipe asosiasinya negatif, artinya Paku epifit menunjukan tingkat keeratan dan preferensi jenis ke-i dan pohon inang jenis ke-j lebih yang berbeda-beda terhadap jenis-jenis sering tumbuh sendiri-sendiri. pohon inang. Kenyataan yang ditemui bahwa sekalipun beberapa pohon dari jenis yang berbeda tumbuh saling berdekatan tidak semuanya menjadi inang dari Paku epifit.

21 @ Fakultas Kehutanan Unipa dan Asosiasi Peneliti Biodiversity Papuasia Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

Jenis-jenis pohon inang yang jumlah individu hanya 43 dari 104 tegakan dimaksud adalah Spathiostemon javensis, yang ditumbuhi Paku epifit. Jenis paling Pometia coreacea, Pometia acuminata, banyak dijadikan inang adalah Pometia Palaquium amboinensis, Elaeocarpus coreacea, Palaquium amboinensis dan spaericus, Aglaia spectabilis, Dyospiros Aglaia spectabilis dijadikan pohon inang ebacarpa, , Dysoxyllum oleh empat jenis Paku epifit. Elaeocarpus molesimum, , spaericus, Pometia acuminata dan Decaspermum fruticosum, Garcinia Spathiostemon javensis, dijadikan inang pycrorhyza, Alstonia spectabilis, Cerbera oleh tiga jenis Paku epifit. Decaspermum floribunda, Dracontumelum dao, Ficus sp. fruticosum, Dyospiros ebecarpa, Garcinia Haplolobus sp. , Inocarpus pycrorhyza, dan Knema tomentola vagifer, Knema tomentela, Myristica fatua, dijadikan inang oleh dua jenis Paku epifit. Octomeles sumatrana dan Zysygium Jenis pohon yang hanya dijadikan inang malacense. oleh satu jenis Paku epifit adalah Alstonia Enam jenis Paku epifit yang spectabilis, Cerbera floribunda, ditemukan di lokasi penelitian adalah yaitu Dracontomelum dao, Dysoxyllum Asplenium nidus L., Drynaria sparsisora mollesimum, Ficus sp., Haplolobus sp., Moore., Microsorium sp., Psilotum Horsfieldia irya, Inocarpuas vagifer, Intsia complanatum Sw., Platycerium bifurcatum bijuga, Myristica fatua dan Octomeles C. Chr., dan Pyrrosia numularifolia (Sw.) sumatrana. Ching., (Raubaba, 2005). Jenis pohon inang yang mempunyai tipe asosiasi berbeda dengan lebih dari satu Tipe Asosiasi Paku Epifit dengan Pohon jenis Paku epifit adalah Elaeocarpus Inang spaericus. Jenis ini berasosiasi positif Tipe asosiasi antara jenis Paku epifit dengan Psilotum complanatum Sw., dengan setiap pohon inang berbeda-beda. Drynaria sparsisora Moore., namun Tidak semua jenis pohon dari 23 jenis yang berasosiasi negatif dengan Asplenium nidus dijumpai dijadikan sebagai pohon oleh jenis L. Pimelodendron amboinicum berasosiasi paku epifit pada kawasan hutan TWA negatif dengan Aplenium nidus L., tetapi Gunung Meja (Tabel 1). berasosiasi positif dengan Drynaria Paku Asplenium nidus L. memiliki 14 sparsisora Moore., Platycerium bifurcatum pohon sebagai inang, namun empat jenis C. Chr., dan Microsorium sp.. berasosiasi negatif dan 10 jenis berasosiasi Spathiostemon javensis berasosiasi positif positif. 11 jenis pohon dijadikan dijadikan dengan Drynaria sparsisora Moore., dan inang diantaranya oleh Drynaria sparsisora Psilotum complanatum Sw., namun Moore., namun hanya delapan jenis asosiasinya negatif dengan Asplenium nidus berasosiasi positif dan tiga jenis lain tipe L.. Palaquium amboinensis, berasosiasi asosiasinya negatif. Microsorium sp., negatif dengan Asplenium nidus L., dan tumbuh pada 7 (tujuh) jenis pohon, namun Drynaria sparsisora Moore., namun hanya enam jenis yang memiliki tipe berasosiasi positif dengan Platycerium asosiasi positif, sedangkan satu jenis bifurcatum C. Chr. dan Microsorium sp.. berasosiasi negatif. Platycerium bifurcatum Pometia coreacea berasosiasi negatif C. Chr. ditemukan hanya tumbuh pada dengan Drynaria sparsisora Moore., dan empat jenis pohon inang dan asosiasinya Microsorium sp., tetapi asosiasinya positif positif. Psilotum complanatum Sw. dengan Asplenium nidus L. dan Psilotum berasosiasi positif dengan empat jenis complanatum Sw. Pometia acuminata pohon inang dari 23 jenis yang ditemukan berasosiasi negatif dengan Drynaria dalam plot-plot pengamatan. Pyrrosia sparsisora Moore., tetapi asosiasinya numularifolia (Sw.) Ching., hanya positif dengan Asplenium nidus L., dan berasosiasi dengan tiga jenis pohon yang Platycerium bifurcatum C. Chr. seluruhnya berasosiasi positif. Karakteristik asosiasi yang Hanya dijumpai 22 jenis pohon yang ditemukan adalah 18,60% terjadi asosiasi dijadikan pohon inang Paku epifit. Menurut negatif dan 81,40% adalah positif. Terdapat 22 @ Fakultas Kehutanan Unipa dan Asosiasi Peneliti Biodiversity Papuasia Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

enam jenis pohon inang mempunyai dua pohon masih basah. Namun ada tipe asosiasi yaitu positif dan negatif kemungkinan faktor biokimia seperti sedangkan 16 jenis yang lain hanya alelopati dapat menyebabkan mudah berasosiasi positif dengan Paku epifit. tidaknya spora untuk berkembang menjadi permudaaan. Ciri morfologi batang seperti Tingkat Asosiasi Paku Epifit dengan tekstur dan kekerasan kulit sangat karena Pohon Inang menentukan lama tidaknya suatu jenis Paku Sekalipun ditemukan terdapat jenis epifit dapat bertahan pada batang pohon Paku epifit tumbuh pada salah satu jenis inang . Umumnya Paku epifit menyukai pohon inang, namun hasil analisis batang yang kasar agar mudah menunjukan tingkat asosiasi yang rendah, menancapkan akar serabutnya. Ewusie karena tidak semuanya pohon dijadikan (1990) menjelaskan bahwa epifit tumbuh inang oleh keenam jenis Paku epifit (Tabel dengan subur pada kulit pohon inang yang 2). mempunyai alur dan celah, tetapi akan sulit Berdasarkan indeks Jaccard asosiasi untuk melekat dan tumbuh pada pohon Asplenium nidus L. tertinggi terjadi dengan inang dengan kulit agak licin. Parameter Pometia coreacea dan Pometia acuminata, lain dari kulit batang yang terpenting adalah asosiasi sedang dengan Spathiostemon kekerasan kulit, Shalihah (2010) javensis dan asosiasi rendah dengan 11 menjelaskan bahwa 86% Paku epifit di jenis yang lain. Sesuai indeks Dice, asosiasi taman hutan raya Ronggo Soeryo Cangar tertinggi dengan Pometia acuminata, tumbuh pada pohon inang dengan kulit asosiasi sedang dengan Pometia coreacea yang keras karena lebih mampu dan stabil dan Intsia bijuga. Keadaan berbeda menahan berat Paku epifit. ditunjukan oleh Drynaria sparsisora Keadaan di bawah tajuk pun sangat Moore. dengan indeks Jaccard dan indeks menentukan pertumbuhan Paku epifit untuk Dice asosiasi yang terjadi rendah sampai berkembang. Jika tajuk hutan memiliki sedang. Microsorium sp., memiliki indeks iklim yang stabil dan sejuk maka asosiasi yang digolongkan rendah. perkembangan Paku epifit akan mudah Platycerium bifurcatum C. Chr. indeks terjadi, terutama ketika spora baru mulai asosiasinya rendah sampai sedang. Psilotum menunjukan bakal tumbuhan baru. Namun complanatum Sw. memiliki indeks asosiasi sampai sejauh ini jastifikasi mengenai tinggi hanya jenis Spathiostemon javensis, faktor yang mempengaruhi sebaran maupun asosiasi sedang dengan Elaeocarpus asosiasi Paku epifit pada pohon inang spaericus dan Aglaia spectabilis dan belum banyak terungkap karena setiap jenis asosiasinya rendah dengan Pometia mempunyai kepekaan ekologis dan genetik coreacea. Pyrrosia numularifolia (Sw.) dalam memilih jenis inang. Misalnya Zhang Ching., hanya berasosiasi dengan tiga jenis et al., (2010) menjelaskan bahwa pohon namun asosiasinya tinggi. penyebaran Asplenium nidus L. di hutan dataran rendah semenanjung Malaysia lebih Faktor–faktor yang Mempengaruhi banyak menyebar di bawah tajuk, pada Tingkat dan Tipe Asosiasi inang yang memiliki berbatang halus, dan Beberapa alasan ekologis yang percabangan yang relatif datar, namun mungkin dapat menjelaskan fenomena faktor jenis dan ukuran diameter lebih asosiasi adalah sifat epifitik jenis-jenis berpengaruh besar. Dalam skala spasial Paku, ciri morfologi dan faktor biokimia, Asplenium nidus L., berasosiasi positif distribusi pohon inang serta faktor dengan kawasan berawa dan negatif dengan ketidakteraturan hubungan dalam kawasan berbukit. Tewaril et al., ( 2009), komunitas tumbuhan. menjelaskan bahwa secara umum Distribusi pohon inang yang merata kandungan air dalam kulit batang pohon dalam kawasan hutan memudahkan jenis inang sangat pendukung petumbuhan Paku inang tertentu dapat tumbuh dekat dengan epifit. Dengan demikian kemungkinan ada jangkauan penyebaran spora oleh angin, korelasi antar rawa dan suplai air pada terutama ketika selesai hujan dan batang 23 @ Fakultas Kehutanan Unipa dan Asosiasi Peneliti Biodiversity Papuasia Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

batang bertekstur licin yang akhirnya Benzing D. H., 1990. Vascular Epiphytes: mempengaruhi pertumbuhan Paku epifit. Genaral Biology and Related Biota. Cambridge University Press. New KESIMPULAN York. Ewusie, J. Y., 1990. Pengantar Ekologi Tipe assosiasi antara paku epifit Tropika: Membicarakan Alam dengan pohon inang di kawasan TWA Tropika Afrika, Asia, Pasifik, dan Gunung Meja 81,40% adalah positif dan Dunia Baru. (Terj: Usman 18,60% adalah negatif. Tingkat asosiasi Tanuwidjaja). Penerbit ITB Bandung. antara paku epifit berkisar antara rendah Hietzh T., 2010. Fern Adaptations to Xeric sampai tinggi. Artinya bahwa terdapat Environments In. Mehltreter K., epifit yang berasosiasi dengan lebih dari Walker L. R., Sharpe J. M. (Editors). satu pohon inang tetapi ada juga jenis paku Fern Ecology. Cambridge University epifit hanya berasosiasi dengan satu jenis Press. New York. pohon inang. Asosiasi tertinggi terjadi Kono, Y., Rahajoe J. S., Hidyati N. antara Asplenium nidus L., dengan Pometia Kodamatani, H. and T. Tomiyasu. coreacea dan Pometia acuminata, antara 2012. Using Native Epiphytic Ferns Pyrrosia numularifolia dengan Cerbera to Estimate The Atmospheric floribuda, Decaspermum fruticosum dan Mercury Levels In A Small-Scale Dracontomelum dao, Psilotum Gold Mining Area Of West , complanatum Sw., dengan Spathiostemon Indonesia. Chemisphere, 89 (3): 241– javensis. Faktor ekologis yang diduga 248. mempengaruhi tipe dan tingkat assosiasi Kurniawan A., Undaharta NK. E dan Pendit adalah kerapatan dan distribusi jenis pohon IM. R. P., 2008. Asosiasi Jenis-jenis inang, ciri tekstur dan kekerasan kulit Pohon Dominan di Hutan Dataran batang serta faktor biokimia seperti Rendah Cagar Alam Tangkoko, alelopati yang tidak bersifat inhibitor. Bitung, Utara. Jurnal Biodiversitas 9 (3): 199-203. UCAPAN TERIMA KASIH Mambrasar R., 2004. Eksplorasi Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta) di Pulau Terima kasih yang sebesar-besarnya Yoopmios pada Kawasan Taman disampaikan kepada saudari Yunita Nasional Teluk Cenderawasih Distrik Raubaba atas izin menggunakan sebagian Windesi Kabupaten Teluk Wondama. data mentah yang dikumpulkan dalam Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan rangka penelitian skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Kehutanan di lokasi TWA Gunung Meja. Negeri Papua Manokwari. Mueller-Dombois, D. and Ellenberg H., DAFTAR PUSTAKA 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley & Andama E. E., Michira C. M., and Luilo G. Sons. New York. B., 2003. Studies on Epiphytic Ferns Raubaba N. A. Y., 2005. Asosiasi Jenis as Potential Indicators of Forest Tumbuhan Paku Pemanjat dan Paku Disturbances. A paper submitted to Epifit dengan Beberapa Tumbuhan The XII World Forestry Congress, Hutan di Taman Wisata Alam Cuebec City Canada. Gunung Meja Manokwari. Skripsi. Ayer, R. K., 2009. Tingkat Asosiasi Jurusan Budidaya Hutan Fakultas Tumbuhan Paku-pakuan Kehutanan Universitas Negeri Papua (Pteridophyta) Epifitik pada Manokwari. Berbagai Jenis Pohon di Kawasan Sawasemariay F. B. W., 2011. Jenis Paku- Arboretum Anggori. Skripsi. Jurusan pakuan (pteridophyta) di Hutan Manajemen Hutan Fakultas Tanaman Wanariset Anggresi Distrik Kehutanan Universitas Negeri Papua Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari. 24 @ Fakultas Kehutanan Unipa dan Asosiasi Peneliti Biodiversity Papuasia Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

manokwari. Skripsi. Jurusan Tewari, L. M., Tewari G., Naiwal T., and Manajemen Hutan Fakultas Y.P.S. Pangtey, 2009. Bark Factors Kehutanan Universitas Negeri Papua Affecting the Distribution of Manokwari. Epiphytic Ferns Communities. Setyawan A. D., 2000. Tumbuhan Epifit Nature and Science. 7(5): 76-81. pada Tegakan Pohon Schima Ursula, H., Peter H., and Sergio G., 1995. wallichii (D.C.) Korth. di Gunung Epiphyte vegetation and diversity on Lawu. Jurnal Biodiversitas 1 (1): 14-20. remnant trees after forest clearance in Shalihah M., 2010. Studi Tipe Morfologi Southern Veracruz, Mexico. Kulit Pohon Inang dan Jenis Paku Biological Conservation, 75: 103- Epifit dalam Upaya Menunjang 111. Konservasi Paku Epifit yang Zhang L., Nurvianto S. and Harrison R., Terdapat di Taman Hutan Raya 2010. Factors Affecting the Ronggo Soeryo Cangar. Skripsi. Distribution and Abundance of Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Asplenium nidus L. in a Tropical Teknologi Universitas Islam Negeri Lowland Rain Forest in Peninsular Maulana Malik Ibrahim Malang. Malaysia. Biotropica. 42 (4): 146- 149.

25 @ Fakultas Kehutanan Unipa dan Asosiasi Peneliti Biodiversity Papuasia Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

Lampiran 1. Tabel 1. Tipe asosiasi enam jenis Paku epifit dengan pohon inang di TWA Gunung Meja No. Pasangan Jenis a E (a) Tipe Asosiasi 1. Asplenium nidus L.>< Elaeocarpus spaericus 1 2.2 Negatif 2. A. nidus L.>< Pimelodendron amboinicum 1 1.3 Negatif 3. A. nidus L.>< Spathiostemon javensis 3 5.19 Negatif 4. A. nidus L.>< Palaquium amboinensis 3 3.84 Negatif 5. A. nidus L.>< Ficus sp. 1 0.86 Positif 6. A. nidus L.>< Horsfieldia irya 1 0.86 Positif 7. A. nidus L.>< Knema tomentola 1 0.86 Positif 8. A. nidus L.>< Myristica fatua 1 0.86 Positif 9. A. nidus L.>< Octomeles sumatrana 1 0.86 Positif 10. A. nidus L.>< Garcinia pycrorhyza 1 0.86 Positif 11. A. nidus L.>< Alstonia spectabilis 1 0.43 Positif 12. A. nidus L.>< Intsia bijuga 4 1.73 Positif 13. A. nidus L.>< Pometia coreacea 7 3.78 Positif 14. A. nidus L.>< Pometia acuminata 8 4.32 Positif 15. Drynaria sparsisora Moore. >< Pometia coreacea 1 3.41 Negatif 16. D. sparsisora Moore. >< Pometia acuminata 1 2.84 Negatif 17. D. sparsisora Moore. >< Palaquium amboinensis 1 2.56 Negatif 18. D. sparsisora Moore. >< Spathiostemon javensis 4 3.58 Positif 19. D. sparsisora Moore. >< Elaeocarpus spaericus 3 1.48 Positif 20. D. sparsisora Moore. >< Dyospiros ebecarpa 3 1.19 Positif 21. D. sparsisora Moore. >< Aglaia spectabilis 2 1.14 Positif 22. D. sparsisora Moore. >< Pimelodendron amboinicum 1 0.85 Positif 23. D. sparsisora Moore. >< Dysoxyllum molesimum 3 0.85 Positif 24. D. sparsisora Moore. >< Decaspermum fruticosum 1 0.57 Positif 25. D. sparsisora Moore. >< Garcinia pycrorhyza 1 0.57 Positif 26. Microsorium sp. >< Pometia coreacea 1 1.22 Negatif 27. Microsorium sp. >< Palaquium amboinensis 2 1 Positif 28. Microsorium sp. >< Aglaia spectabilis 1 0.44 Positif 29. Microsorium sp. >< Dyospiros ebecarpa 1 0.44 Positif 30. Microsorium sp. >< Haplolobus sp. 1 0.25 Positif 31. Microsorium sp. >< Inocarpus vagifer 1 0.25 Positif 32. Microsorium sp. >< Knema tomentola 1 0.25 Positif 33. Psilotum complanatum Sw. >< Pometia coreacea 1 0.68 Positif 34. P. complanatum Sw. >< Spathiostemon javensis 4 0.74 Positif 35. P. complanatum Sw. >< Elaeocarpus spaericus 1 0.31 Positif 36. P. complanatum Sw. >< Aglaia spectabilis 1 0.25 Positif 37. Pyrrosia numularifolia (Sw.) Ching. >< Cerbera floribunda 1 0.04 Positif 38. P. numularifolia (Sw.) Ching. >< Decaspermum fruticosum 1 0.07 Positif 39. P. numularifolia (Sw.) Ching. >< Dracontomelum dao 1 0.04 Positif 40. Platycerium bifurcatum C. Chr. >< Pometia acuminata 1 0.56 Positif 41. P. bifurcatum C. Chr. >< Aglaia spectabilis 1 0.25 Positif 42. P. bifurcatum C. Chr. >< Pimelodendron amboinicum 1 0.19 Positif 43. P. bifurcatum C. Chr. >< Palaquium amboinensis 2 0.56 Positif Sumber: Data primer, 2014. Keterangan: a = Frekwensi observasi Paku epifit jenis ke-i tumbuh pada inang ke-j, E (a) = nilai harapan Paku epifit jenis ke-i tumbuh pada inang ke-j

26 @ Fakultas Kehutanan Unipa dan Asosiasi Peneliti Biodiversity Papuasia Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):18-27 (2015) Sirami

Lampiran 2. Tabel 2. Tingkat asosiasi enam jenis Paku epifit dengan pohon inang Tingkat Asosiasi No. Pasangan Jenis Indeks Jaccard Indeks Dice 1. Asplenium nidus L.>< Spathiostemon javensis 0.04 Sedang 0.13 Rendah 2. A. nidus L.>< Pometia coreacea 0.09 Tinggi 0.33 Sedang 3. A. nidus L.>< Pometia acuminata 0.11 Tinggi 0.36 Tinggi 4. A. nidus L.>< Palaquium amboinensis 0.04 Sedang 0.14 Rendah 5. A. nidus L.>< Elaeocarpus spaericus 0.01 Rendah 0.05 Rendah 6. A. nidus L.>< Ficus sp. 0.01 Rendah 0.05 Rendah 7. A. nidus L.>< Horsfieldia irya 0.01 Rendah 0.05 Rendah 8. A. nidus L.>< Knema tomentola 0.01 Rendah 0.05 Rendah 9. A. nidus L.>< Myristica fatua 0.01 Rendah 0.05 Rendah 10. A. nidus L.>< Octomeles sumatrana 0.01 Rendah 0.05 Rendah 11. A. nidus L.>< Intsia bijuga 0.05 Sedang 0.21 Sedang 12. A. nidus L.>< Pimelodendron amboinicum 0.01 Rendah 0.05 Rendah 13. A. nidus L.>< Garcinia pycrorhyza 0.01 Rendah 0.05 Rendah 14. A. nidus L.>< Alstonia spectabilis 0.01 Rendah 0.06 Rendah 15. Drynaria sparsisora Moore. >< Spathiostemon javensis 0.07 Sedang 0.29 Sedang 16. D. sparsisora Moore. >< Pometia coreacea 0.01 Rendah 0.06 Rendah 17. D. sparsisora Moore. >< Pometia acuminata 0.01 Rendah 0.06 Rendah 18. D. sparsisora Moore. >< Palaquium amboinensis 0.01 Rendah 0.06 Rendah 19. D. sparsisora Moore. >< Elaeocarpus spaericus 0.04 Sedang 0.21 Sedang 20. D. sparsisora Moore. >< Dyospiros ebecarpa 0.04 Sedang 0.21 Sedang 21. D. sparsisora Moore. >< Aglaia spectabilis 0.03 Rendah 0.15 Rendah 22. D. sparsisora Moore. >< Pimelodendron amboinicum 0.01 Rendah 0.08 Rendah 23. D. sparsisora Moore. >< Dysoxyllum molesimum 0.04 Sedang 0.23 Sedang 24. D. sparsisora Moore. >< Decaspermum fruticosum 0.01 Rendah 0.08 Rendah 25. D. sparsisora Moore. >< Garcinia pycrorhyza 0.01 Rendah 0.08 Rendah 26. Microsorium sp. >< Pometia coreacea 0.01 Rendah 0.1 Rendah 27. Microsorium sp. >< Palaquium amboinensis 0.03 Rendah 0.22 Sedang 28. Microsorium sp. >< Aglaia spectabilis 0.01 Rendah 0.15 Rendah 29. Microsorium sp. >< Dyospiros ebecarpa 0.01 Rendah 0.15 Rendah 30. Microsorium sp. >< Haplolobus sp. 0.01 Rendah 0.17 Rendah 31. Microsorium sp. >< Inocarpus vagifer 0.01 Rendah 0.17 Rendah 32. Microsorium sp. >< Knema tomentola 0.01 Rendah 0.17 Rendah 33. Platycerium bifurcatum C. Chr. >< Pometia acuminata 0.01 Rendah 0.14 Rendah 34. P. bifurcatum C. Chr. >< Palaquium amboinensis 0.03 Rendah 0.29 Sedang 35. P. bifurcatum C. Chr. >< Aglaia spectabilis 0.01 Rendah 0.22 Sedang 36. P. bifurcatum C. Chr. >< Pimelodendron amboinicum 0.01 Rendah 0.25 Sedang 37. Psilotum complanatum Sw. >< Spathiostemon javensis 0.05 Sedang 0.47 Tinggi 38. P. complanatum Sw. >< Pometia coreacea 0.01 Rendah 0.13 Rendah 39. P. complanatum Sw. >< Elaeocarpus spaericus 0.01 Rendah 0.2 Sedang 40. P. complanatum Sw. >< Aglaia spectabilis 0.01 Rendah 0.22 Sedang Pyrrosia numularifolia (Sw.) Ching.>< Cerbera 41. floribunda 0.01 Rendah 0.5 Tinggi P. numularifolia (Sw.) Ching. >< Decaspermum 42. fruticosum 0.01 Rendah 0.4 Tinggi 43. P. numularifolia (Sw.) Ching. >< Dracontomelum dao 0.01 Rendah 0.5 Tinggi

27 @ Fakultas Kehutanan Unipa dan Asosiasi Peneliti Biodiversity Papuasia