Biocelebes, Agustus, 2019 Volume 13 Nomor 2

NILAI PENTING HUTAN PANTAI (PENGARUH JARAK PESISIR PANTAI TERHADAP STATUS KONSERVASI JENIS DI AIPIRI MANOKWARI)

IMPORTANT VALUE OF COASTAL FOREST (INFLUENCE OF COASTAL DISTANCE TO CONSERVATION AT AIPIRI MANOKWARI)

Slamet Arif Susanto1*, Simeon Abdi Putra2, Heru Joko Budirianto3

1 Alumni Jurusan Biologi FMIPA Universitas Papua, Manokwari Papua Barat 2 Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas Papua Jln. Gunung Salju Amban Manokwari Papua Barat kode pos 98314 3 Staf Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Papua, Jln. Gunung Salju Amban Manokwari Papua Barat kode pos 98314 *koresponden author: [email protected]

Abstract The conservation status of vegetation in coastal forest needs to be explored, because coastal forests are an area of development in the future. This study aims to compare coastal forest vegetation (A areas) with vegetation in habitats 600 meters from the shoreline (B areas) referring to the International Union for Conservation of Nature Resources (IUCN) conservation status. The method used the analysis of vegetation technique for determining the important value index (IVI), then each component of the IVI data is compared through the one way ANOVA test followed low significantly different test (LSD) at the P<0.05. The result showed that IVI components of vegetation in A areas belonging to the IUCN category were higher then vegetation in B areas. The vegetation in A areas categorized as IUCN was: Pongamia pinnata (L.) Pierre., Celtis philippensis Blanco., (Colebr.) Kuntze., Polyscias nodosa (Blume.) Seem., and inophyllum L., while in the types B areas in the IUCN category were dominated by javensis Blume., (Gaertn.) Warb., and Myristica fatua subsp. fatua. Vegetation of coastal forest needs to be prioritized as a conservation area, because species belonging to the IUCN category have high IVI. Key words: coastal forest, IUCN, analysis of vegetation, Aipiri

PENDAHULUAN Vegetasi memiliki peran yang melaporkan bahwa karakteristik lahan penting dalam menyusun basal ekosistem. suksesi di tiga ekosistem berbeda di Bremi Phillips (1959) menyatakan vegetasi Manokwari Utara menunjukkan tipe tanah merupakan sebuah ciri khas ekosistem memengaruhi kahadiran vegetasi dari yang dapat berubah berdasarkan suksesi jenis tertentu. Jenis dominan di daerah ekologi. Paijmans (1976) menunjukkan lahan bera pegunungan dengan bahwa vegetasi di Papua tersusun didominasi oleh , berdasarkan karakteristik suatu area Pterygota horsfieldii, dan tertentu, sebagai contoh jenis Pometia Teijsmanniodendron bogoriense, di pinnata selalu hadir pada daerah dataran daerah dataran rendah didominasi oleh rendah Papua, dan Diospyros maritima Semecarpus papuanus, Premna merupakan ciri hutan di pesisir pantai. corymbosa, dan Macaranga mappa, di Budirianto dan Ratnawati (2018) daerah pesisir pantai dicirikan oleh jenis

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 98

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

Macaranga aleuritoides, Barringtonia menunjukkan bahwa vegetasi dominan asiatica, Terminalia catappa, dan Hibiscus seperti Thespesia populnea, Cocos tiliaceus. Ekosistem lahan bera di hutan nucifera, Calophyllum spp., dan Casuarina pantai memiliki jumlah jenis dan individu spp., memiliki kontribusi dalam yang lebih sedikit dibanding dua menyimpan stok karbon di bagian barat ekosistem lainnya, sehingga eksplorasi Kepulauan Seribu. Keberadaan hutan lanjut mengenai ekosistem hutan pantai pantai memiliki peran ekologis yang perlu dilakukan. penting, namun status konservasi Istilah hutan pantai telah dikenalkan vegetasinya belum banyak tereksplorasi. sejak tahun 1911 (Goltenboth et al., 2006). Tidak tersedia data komposisi Ciri khas dari hutan pantai adalah memiliki vegetasi di hutan pantai Papua Barat, strata vegetasi yang dipengaruhi oleh khususnya jenis yang termasuk dalam kadar salinitas, sehingga keragaman pada kategori International Union for hutan pantai rendah, namun tingkat Conservation of Nature Resources toleransi salinitas tinggi mengakibatkan (IUCN), meskipun daerah pesisir akan tingginya jenis unik dan endemik menjadi pusat-pusat pembangunan di (Tuheteru dan Mahfudz, 2012). Beberapa masa mendatang. Penelitian ini berupaya penelitian di berbagai daerah hutan pantai membandingkan karakteristik dua area Indonesia telah menunjukkan bahwa sampling yakni hutan pantai dan 600 vegetasi hutan pantai memiliki ciri khas meter dari pesisir pantai di Kampung Aipiri yang mirip, misalnya jenis Calophyllum Manokwari Papua Barat ditinjau dari nilai inophyllum, Pongamia spp., Terminalia konservasi IUCN, sebagai upaya untuk catappa, dan Hibiscus tiliaceus (Talipariti membuktikan pentingnya ekosistem hutan tiliaceum) selalu hadir di hutan pantai pantai. Indonesia (Samin et al., 2016; Rohmah et METODE PENELITIAN al., 2018). Hikmatyar et al., (2015) Lokasi Penelitian (selanjutnya disebut area A), lokasi Penelitian dilaksanakan di hutan sampling daerah A dicirikan dengan pantai Aipiri Manokwari pada bulan hadirnya jenis Barringtonia asiatica November 2017, pemilihan lokasi (Tuheteru dan Mahfudz, 2012). Area B sampling vegetasi dilakukan secara visual merupakan 600 meter dari bibir pantai dengan memperhatikan kerapatan pada ketinggian 20–30 mdpl. Tipe tanah vegetasi. Dua sampel ekosistem lokasi pada area A didominasi oleh pasir, penelitian yang dibandingkan adalah sedangkan tanah pada area B didominasi daerah hutan pantai menuju 100 meter ke oleh tanah karang (karst) dengan arah daratan dengan ketinggian 0–5 mdpl kedalaman top soil kurang dari 10 cm.

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 99

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

Peralatan dan Prosedur Penelitian (iucnredlist.org/search) untuk diketahui Penelitian ini menggunakan metode status konservasinya (Amber et al., 2019). analisis vegetasi dengan teknik continuous Pada tahapan ini dilakukan check cross strip sampling (Lekitoo dan Khayati, 2019), nama jenis yang disepakati dan author peralatan yang digunakan meliputi GPS, masing-masing jenis. kompas, rol meter, tali tambang, parang, Analisis Data dan tally sheet. Pengukuran dan Data jumlah vegetasi diolah pencacahan jenis vegetasi pohon menggunakan persamaan analisis menggunakan metode sensus secara vegetasi untuk menentukan nilai penting langsung di lapangan dengan acuan jenis (indeks nilai penting/INP) (Susanto et transek yang memotong kontur (Lekitoo et al., 2018; Lekitoo dan Khayati, 2019) yang al., 2005). Daerah bibir pantai yang telah ditekankan pada jenis yang termasuk melawati komunitas Ipomoea pes-capre dalam kategori IUCN. Persamaan yang merupakan titik awal (base line) digunakan adalah: (Goltenboth et al., 2006), sehingga pembuatan transek pada penelitian ini INP=KR+FR (untuk fase semai dan dimulai dari vegetasi pohon setelah pancang) komunitas Ipomoea pes-capre hingga menuju 100 meter ke arah daratan. INP=KR+FR+DR (untuk fase tiang dan Gambar 1 menunjukkan sketsa lokasi pohon) sampling di hutan pantai Aipiri Manokwari. Keterangan: KR=kepadatan relatif Analisis vegetasi membagi vegetasi didapatkan dari pembagian jumlah individu menjadi empat fase yakni semai, pancang, suatu jenis dengan jumlah individu seluruh tiang, dan pohon berdasarkan ukuran jenis dikalikan 100; FR=frekuensi relatif diameter batang (Folega et al., 2011). yang merupakan frekuensi suatu jenis Ukuran petak sampling untuk fase semai dalam area sampling dibagi frekuensi adalah 2 x 2 meter, pancang 5 x 5 meter, seluruh jenis; DR=dominasi relatif dihitung tiang 10 x 10 meter, dan pohon 20 x 20 dengan persamaan dominasi suatu jenis meter (Hadiah et al., 2019). Total area dibagi total dominasi seluruh jenis. sampling penelitian ini adalah 0.64 hektar Perhitungan nilai dominasi berdasarkan yang terdiri dari 8 petak sampling (20 x 20 ukuran diameter batang setinggi dada meter) di area A dan 8 petak sampling di dalam satuan meter. area B. Selain INP, indeks keanekaragaman Jenis yang telah diidentifikasi juga dihitung melalui persamaan indeks kemudian dikonfirmasi secara online keanekaragaman Shannon-Weiner (Hʹ) melalui website IUCN dengan persamaan:

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 100

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

Hʹ= -∑ pi ln pi keanekaragamannya dibandingkan antara Keterangan: pi=jumlah individu jenis ke i lokasi sampling area A dan area B (ni) dibagi total jumlah individu seluruh menggunakan uji one way ANOVA pada jenis (N). Komponen INP masing-masing fase taraf P<0.05 menggunakan program pertumbuhan vegetasi yang termasuk ke Microsoft Office Excel 2007. dalam daftar IUCN dan indeks

Gambar 1. Sketsa lokasi penelitian di pesisir pantai Aipiri Manokwari (gambar disketsa tanpa skala)

HASIL DAN PEMBAHASAN Area A memiliki nilai konservasi merata, sehingga meningkatkan INP jenis yang lebih tinggi dibanding daerah (Tabel 3). Dominasi Talipariti tiliaceum sampling B (Tabel 1). Seluruh komponen (waru) pada fase tiang (Tabel 2) penyusun INP yang terkategori dalam menyebabkan perubahan pada iklim mikro IUCN kecuali pada fase tiang area A, sehingga menyebabkan tidak menunjukkan nilai konservasi hutan pantai hadirnya jenis lainnya. Susanto et al., (area A) lebih tinggi dibanding area B (2018) menemukan jenis Lansium (Tabel 1). Secara gradual hutan pantai domesticum pada fase tiang memengaruhi memiliki jenis terkategori IUCN lebih dominasi jenis lainnya di lahan Bera banyak dengan penyebaran yang lebih Womnowi Sidey Manokwari. ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 101

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

Tabel 1. Perbandingan komponen INP terkategori IUCN dua area sampling akibat jarak terhadap bibir pantai di Aipiri Manokwari Area JJ JI Hʹ KR1 KR2 KR3 sampling A 33a 150a 2.08a 31.83b 52.50b 0.00a B 48b 261b 2.54a 20.18a 43.28a 30.00b Area KR4 FR1 FR2 FR3 FR4 DR3 sampling A 40.73b 34.79b 47.85b 0.00a 38.89b 0.00a B 29.99a 28.94a 39.97a 25.00b 29.18a 33.87b Area DR4 INP1 INP2 INP3 INP4 sampling A 44.63b 66.59b 100.35b 0.00a 124.26b B 21.08a 49.12a 83.30a 88.87b 80.24a Keterangan: JJ=jumlah jenis; JI=jumlah individu; Hʹ=indeks keanekaragaman; 1=semai; 2=pancang; 3=tiang; 4=pohon. Huruf berbeda di belakang angka menunjukkan perbedaan signifikan pada taraf P<0.05 (BNT=5.72).

Tabel 2. INP (%) dari vegetasi dominan di dua area sampling Aipiri Manokwari Fase Area A (hutan pantai) Area B pertumbuhan Semai 1. Cerbera manghas L. (31.42) 1. amboinicum Hassk. (50.00) 2. Terminalia catappa L. (31.03) 2. Blume. (23.68) Pancang 1. Polyscias nodosa (Blume.) Seem. 1. Spathiostemon javensis Blume. (21.20) (23.16) 2. Celtis philippensis Blanco. 2. Lunasia amara Blanco. (18.88) (21.20) Tiang 1. Talipariti tiliaceum (L.) Fryxell. 1. Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. (195.72) (31.44) 2. Diospyros maritima Blume. 2. Spathiostemon javensis Blume. (30.69) (30.33) Pohon 1. Talipariti tiliaceum (L.) Fryxell. 1. (65.86) Hassk. (54.11) 2. Celtis philippensis Blanco. 2. Spathiostemon javensis Blume. (45.75) (48.57)

Vegetasi dominan di area A berbeda dengan Lillo et al., (2019) di hutan pantai dengan area B (Tabel 2). Ciri khas hutan Diganat Island Philippines terdapat dua pantai terlihat pada tingginya INP fase jenis ciri khas pantai tropis yakni T. tiang dan pohon dari Talipariti tiliaceum tiliaceum dan Terminalia catappa yang (waru). Terdapat dua adaptasi yang juga ditemukan di hutan Pantai Aipiri memungkinkan T. tiliaceum merupakan Manokwari. T. catappa memiliki daya jenis dominan di hutan pantai tropis yakni adaptasi biji yang tahan terhadap salinitas, adaptasi biji yang tahan salinitas serta memiliki kutikula yang tebal untuk (Goltenboth et al., 2006) dan reproduksi mengakumulasi garam (Goltenboth et al., secara vegetatif. Jika dibandingkan 2006).

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 102

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

Tabel 3. INP jenis (%) yang terkategori dalam IUCN (2019) di area A dan B Aipiri Manokwari No Nama Jenis Se* Pa* Ti* Po* Se^ Pa^ Ti^ Po^ SK 1 Aglaia cucullata 5.86 11.85 0 0 0 0 0 0 DD (Roxb.) Pellegr. 2 Aglaia odorata 0 0 0 0 0 0 0 8.55 NT Lour. 3 Aglaia 5.86 0 0 0 0 6.51 0 12.49 LC spectabilis (Miq.) Jain & Bennet. 4 Aleurites 0 0 0 11.07 0 0 0 0 LC moluccanus (L.) Willd. 5 Barringtonia 0 6.85 0 0 0 6.35 0 0 LC asiatica (L.) Kurz 6 Calophyllum 0 16.20 0 0 3.51 5.32 0 0 LC inophyllum L. 7 Celtis 13.44 21.20 0 45.75 0 9.44 0 0 LC philippensis Blanco. 8 Gnetum gnemon 0 6.85 0 0 0 3.25 0 0 LC L. 9 Horsfieldia irya 0 0 0 0 0 6.51 31.44 0 LC (Gaertn.) Warb. 10 Intsia bijuga 11.92 0 0 25.44 0 0 0 0 V (Colebr.) Kuntze. 11 Lepiniopsis 0 0 0 0 0 3.25 0 0 LC ternatensis Valeton. 12 Maasia 0 0 0 0 3.51 3.25 0 0 LC sumatrana (Miq.) et Mols. 13 Mangifera indica 7.38 0 0 0 0 0 0 0 DD L. 14 Medusanthera 0 0 0 0 0 3.25 0 0 LC laxiflora (Miers.) R.A. Howard. 15 Myristica fatua 0 0 0 0 11.40 6.51 27.10 0 LC subsp. Fatua 16 Polyscias 0 21.20 0 0 0 3.25 0 0 LC nodosa (Blume.) Seem. 17 Pongamia 22.13 6.85 0 42.00 0 0 0 0 LC pinnata (L.) Pierre 18 Pterocarpus 0 0 0 0 0 3.25 0 0 EN indicus Willd. 19 Spathiostemon 0 0 0 0 23.68 23.16 30.33 48.57 LC javensis Blume. 20 Sterculia 0 9.35 0 0 0 0 0 10.63 LC shillinglawii F.Muell. Total INP 66.60 100.33 0 124.26 42.11 83.30 88.87 80.24 Keterangan: SK=status konservasi berdasarkan IUCN (2019). DD=data deficient/kekurangan informasi mengenai jenis tersebut; LC=least concern/kurang diperhatikan atau memiliki resiko rendah terhadap kepunahan; NT=near threatened/dekat dengan ancaman; V=vulnerable/rentan; EN=endangered/dibahayakan (IUCN, 2019). Se=semai; Pa=pancang; Ti=tiang; Po=pohon. *area sampling A; ^area sampling B. ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 103

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

Area B memiliki ciri khas jenis (Tabel 3). Jenis-jenis yang tergolong LC Spathiostemon javensis dan memiliki resiko rendah terhadap Pimelodendron amboinicum. S. javensis kepunahan (IUCN, 2019), namun memiliki merupakan vegetasi ciri khas tanah manfaat yang penting bagi ekosistem dan karang, jenis tersebut juga dominan di dunia kesehatan. Pongamia pinnata lahan Bera Ayambori (Budirianto et al., sedikitnya memiliki sembilan manfaat bagi 2018), dan Sirami et al., (2019) kesehatan, dan bijinya berpotensi sebagai menunjukkan jenis S. javensis ditemukan biofuel (Groom, 2012), minyak di Taman Wisata Alam Gunung Meja Calophyllum inophyllum bermanfaat Manokwari pada karakteristik tanah sebagai antibakteri dan mengobati lempung berpasir yang memiliki berbagai penyakit kulit (Léguillier et al., kedalaman permukaan tanah kurang dari 2015), seluruh bagian dari Barringtonia 50 cm. P. amboinicum merupakan jenis asiatica memiliki kandungan methanolic yang dominan di TWA Gunung Meja sebagai antibakteri dan anti jamur (Khan (Sirami et al., 2019), jenis tersebut juga dan Omoloso, 2002), dan kayu dari Celtis termasuk sepuluh INP tertinggi di tanah philippensis bermanfaat dalam banyak alluvial di lahan bera Womnowi Sidey bidang furniture (Barstow, 2018). Jika Manokwari pada fase semai, pancang, tidak diketahui statusnya di alam dan dan pohon (Susanto et al., 2018). pemanfaatan dlakukan secara massif, Budirianto dan Ratnawati (2018) maka akan terjadi penurunan populasi. menemukan jenis tersebut dominan pada Penelitian ini memberikan gambaran lahan bera dataran tinggi di Bremi potensi hutan pantai di Aipiri Manokwari Manokwari Utara. Jenis P. amboinicum selain dari aspek ekologi. juga mendominasi fase pohon di area Jumlah jenis, jumlah individu, dan Koridor Cagar Alam Tamrau dan Suaka nilai keanekaragaman (Hʹ) (Tabel 1) Margasatwa Jamursba-Medi, serta menunjukkan trend yang sejalan dengan penyusun jenis dominan di Kawasan pendapat Tuheteru dan Mahfudz (2012), Pengelolaan Hutan Lindung Sorong semakin jauh dari area pesisir pantai (Lekitoo et al., 2005; Lekitoo dan Khayati, keanekaragaman jenis meningkat akibat 2019). Berdasarkan informasi tersebut, dengan peningkatan jumlah jenis dan dinyatakan jenis P. amboinicum lebih individu. Jumlah jenis dan individu pada dominan pada tanah berkarang, namun dua area sampling (A dan B) menunjukkan distribusinya cukup luas baik di hutan perbedaan yang signifikan, namun indeks primer maupun hutan sekunder. keanekaragaman tidak berbeda signifikan. Kategori konservasi LC Salah satu penyebab tidak berbeda mendominasi dua area sampling berbeda signifikan indeks keanekaragaman adalah

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 104

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

sempitnya area sampling. Meskipun luas (Budirianto dan Ratnawati, 2018). Tipe area sampling sempit, area sampling hutan menjadi alasan presensi jenis dinyatakan cukup mewakili dalam tersebut, dimana hutan pantai Aipiri penelitian ini yang terlihat pada komponen Manokwari adalah tipe hutan primer, INP (Tabel 1) dan perbedaan jenis sedangkan di Bremi Manokwari adalah terkategori IUCN yang hadir dikedua area hutan suksesi. sampling A dan B (Tabel 3). Lillo et al., Meskipun area sampling A (hutan (2019) mendapatkan nilai Hʹ pada hutan pantai) memiliki komponen INP yang pantai Diganat Island Philippines (ukuran berbeda signifikan dengan area sampling petak sampling lebih luas dari penelitian B, terdapat satu jenis yang terkategori EN ini) adalah 1.45 akibat jenis yang hadir di area B yakni (Tabel hanya 16 jenis. Penelitian ini 3). Jenis tersebut memiliki potensi sebagai mendapatkan 33 jenis, namun yang obat penyakit kulit dan memiliki terkategori dalam IUCN adalah 13 jenis penyebaran di hutan primer tanah alluvial, (Tabel 3), menunjukkan bahwa hutan kaki bukit, dan dataran rendah kurang dari pantai di Aipiri Manokwari sangat kaya 1000 mdpl di Papua (Paijmans, 1976). jumlah jenis. Hadirnya jenis P. indicus di area B Jenis terkategori IUCN: Pongamia mengindikasikan bahwa area sampling B pinnata dan Intsia bijuga tidak hadir pada juga tergolong hutan primer. Vegetasi area B (Tabel 3) menunjukkan kedua jenis dominan di area A menunjukkan hutan tersebut memiliki adaptasi tersendiri dan primer diperkuat dengan tidak ciri khas vegetasi hutan pantai Aipiri ditemukannya jenis Macaranga Manokwari. Goltenboth et al., (2006) aleuritoides seperti pada lahan suksesi di menyatakan kedua jenis tersebut pesisir pantai Bremi Manokwari Utara teradaptasi terhadap tingginya salinitas (Budirianto dan Ratnawati, 2018). Ciri dan memiliki kemampuan mengikat khas vegetasi dominan sedikit berbeda nitrogen bebas. Selain itu jenis dengan penelitian Samin et al., (2016) dan Calophyllum inophyllum dan Barringtonia Rohmah et al., (2018), dimana jenis asiatica yang merupakan ciri khas hutan Calophyllum inophyllum tidak dominan di pantai ditemukan di area B, menunjukkan area A Aipiri Manokwari, namun jenis kedua jenis tersebut memiliki Celtis philippensis menjadi dominan. dayaadaptasi yang luas. C. inophyllum Alasan perbedaan ini adalah jenis-jenis juga ditemukan oleh Sirami et al., (2019) yang hadir di hutan pantai Aipiri di TWA Gunung Meja, namun jenis Manokwari bukan merupakan hasil tersebut tidak hadir pada lahan suksesi penanaman masyarakat lokal (non- pesisir pantai di Bremi Manokwari

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 105

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

cultivated ), sehingga semua jenis bantuannya sebagai pengenal jenis di berkompetisi secara alami. lapangan. SIMPULAN Area sampling hutan pantai dicirikan oleh DAFTAR PUSTAKA jenis Cerbera manghas, Talipariti. Amber, K., Khan, K. R., Shah, A. H., Farooq, M., Lodhi, M. H., & Shah, G. tiliaceum, Polyscias nodosa, Celtis M. 2019. A comprehensive survey of philippensis, dan Diospyros maritima, floristic diversity evaluating the role of institutional gardening in sedangkan area sampling 600 meter dari conservation of plant biodiversity. bibir pantai dicirkan jenis Spathiostemon International Journal of Biosciences, 14(3): 325–339. javensis dan Pimelodendron amboinicum.

Jenis dominan termasuk dalam kategori Barstow, M. 2018. Celtis philippensis. The IUCN Red List of Threatened IUCN pada hutan pantai adalah P. Species 2018: nodosa, C. philippensis, Intsia bijuga, dan e.T61988008A61988013.http://dx.do i.org/10.2305/IUCN.UK.2018.1.RLTS Pongamia pinnata, sedangkan pada area .T61988008A61988013.en. [diunduh sampling 600 meter dari bibir pantai 5 Mei 2019]. adalah S. javensis dan Horsfieldia irya. Budirianto, H. J., & Ratnawati, S. 2018. Meskipun area sampling cukup Struktur vegetasi lahan bera Kampung Bremi Pantai Utara terbatas, kami menyimpulkan terlihat Kabupaten Manokwari. In Prosiding gambaran perbedaan struktur vegetasi Seminar Nasional MIPA UNIPA (Vol. 3, pp. 115–126). hutan pantai dan area sampling 600 meter dari bibir pantai. Hasil uji statistik Budirianto, H.J., Sianipar, F.R., & Arobaya, M. 2018. Identifikasi jenis menunjukkan hutan pantai memiliki vegetasi dominan di areal bekas komponen penyusun INP yang tergolong kebun dan kebun di Kampung Ayambori Manokwari. Natural, 14(1): IUCN lebih tinggi dibanding area sampling 14–28. 600 meter dari bibir pantai, sehingga Folega, F., Zhang, C. Y., Samake, G., mendukung beberapa teori sebelumnya Kperkouma, W., Batawila, K., Zhao, bahwa area hutan pantai perlu prioritas X. H., & Koffi, A. 2011. Evaluation of agroforestry species in potential untuk dikonservasi. fallows of areas gazetted as UCAPAN TERIMA KASIH protected areas in North-Togo. African Journal Agriculture Penelitian ini adalah bagian dari Research, 6(12): 2828–2834. kegiatan praktikum lapangan perkuliahan Goltenboth, F., Timotius, K. H., Milan, P. Ekofisiologi Tumbuhan, oleh karena itu P., & Margraf, J. 2006. Ecology of Kami mengucapkan terima kasih kepada insular Southeast Asia: the Indonesian Archipelago. Elsevier. pp Jurusan Biologi Universitas Papua atas 280–288. izin yang diberikan. Terima kasih kepada Groom, A. 2012. Pongamia pinnata. The Kemal Dokumalamo, S.Hut atas IUCN Red List of Threatened ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 106

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

Species2012:e.T168724A20129906. City, West Papua. In Prosiding http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2 Seminar Nasional Masyarakat 012.RLTS.T168724A20129906.en Biodiversitas Indonesia (Vol. 5, pp. [diunduh 5 Mei 2019]. 294–298).

Hadiah, J.T., Yuzammi, Y., & Purnomo, D. Lekitoo, K., Nugroho, J. D., & Metalmety, W. 2019. Kajian habitat dan populasi R. C. H. 2005. Analisis vegetasi pasak bumi (Eurycoma longifolia pada hutan koridor Cagar Alam Jack.) di blok barat kawasan hutan Pegunungan Tamrau Utara dan konservasi PT Sabhantara Rawi Suaka Marga Satwa Jamursba-Medi Santosa, Kutai Timur, Sorong. Jurnal Penelitian Hutan Dan Timur. Buletin Kebun Raya, 22(1): Konservasi Alam, 2(4): 303–317. 31–46. Lillo, E.P., Fernando, E.S., & Lillo, M.J.R. Hikmatyar, M. F., Ishak, T. M., 2019. Plant diversity and structure of Pamungkas, A. P., Soffie, S., & forest habitat on Diganat Island, Rijaludin, A. 2015. Estimasi karbon Philippines. Jurnal of Asia-Pacific tersimpan pada tegakan pohon di Biodiversity, 12(1): 83–105. [article hutan pantai Pulau Kotok Besar, in press]. Bagian Barat, Kepulauan Seribu. Al- Kauniyah: Jurnal Biologi, 8(1), 40– Paijmans, K. 1976. 45. Vegetation. (K. Paijmans, Ed.) (1st ed.). Canberra: Canberra, ACT: [IUCN] International Union for Common Wealth Scientific and Conservation of Nature Resources. Industrial Research Organization. 2019. The IUCN red list of pp. 49–51. threatened species accessed from http://www.iucnredlist.org/search Phillips, E.A. 1959. Methods of Vegetation [diunduh dan diakses 5 Mei 2019]. Study. A Holt- Dryden Book. Henry Holt & Co. Khan, M.R., & Omoloso, A.D. 2002. Antibacterial, antifungal activity of Rohmah, A., Setiyawati, E., Lasmawati, F., Barringtonia asiatica. Fitoterapia, Herawati, D., & Kurniasih, S. 2018. 73(3): 255–260. Analisis vegetasi hutan pantai di titik barat Pulau Peucang Taman Léguillier T., Lecsö-Bornet M., Lémus C., Nasional Ujung Kulon. In Prosiding Rousseau-Rolliard D., Lebouvier N., Seminar Nasional SIMBIOSIS (Vol. Hnawia E., Nour, M., Aalbersberg, 3, pp. 126–135). W., Ghazi, K., and Raharivelomanana, P. 2015. The Samin, A. N., Chairul, C., & Mukhtar, E. wound healing and antibacterial 2016. Analisis vegetasi tumbuhan activity of five ethnomedical pantai pada Kawasan Wisata Pasir Calophyllum inophyllum oils: an Jambak, Kota Padang. Biocelebes, alternative therapeutic strategy to 10(2): 32–42. treat infected wounds. PLos ONE 10,(9): e0138602., Sirami, E. V., Marsono, D., Sadono, R., & doi:10.1371/journal.pone.0138602 Imron, M. A. 2019. Typology of [diakses 19 Mei 2019]. native species as the shade tree for merbau (Intsia bijuga) plantations in Lekitoo, K., & Khayati, L. 2019. Woody Papua, Indonesia based on diversity plant and non-timber forest ecological species group. products potential in protected forest Biodiversitas Journal of Biological area of protected forest Diversity, 20(1), 43–53. management unit model in Sorong ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 107

Susanto, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 98-108

Susanto, S. A., Budirianto, H. J., & Maturbongs, A. C. 2018. Komposisi Tuheteru, F. D., & Mahfudz, M. 2012. jenis tumbuhan di tanah alluvial Ekologi, Manfaat & Rehabilitasi lahan bera diperkaya Womnowi, Hutan Pantai Indonesia. In Balai Distrik Sidey Manokwari. In Penelitian Kehutanan Manado. Prosiding Seminar Nasional MIPA Manado (Vol 1. pp. 23–54). UNIPA (Vol. 3, pp. 22–32).

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 108