PELABUHAN PAREPARE DI BAWAH KUASA GOWA DAN BONE THE PORT OF PAREPARE UNDER THE POWER OF GOWA AND BONE

Syahrir Kila Balai Pelestarian Nilai Budaya Selatan Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km. 7 , 90221 Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166 Pos-el: syahrir.kila01gmail.com Diterima: 6 Juli 2017; Direvisi: 12 September 2017; Disetujui: 24 November 2017

ABSTRACT This study aims to see the existence of Bacukiki Port and Suppa Port until the establishment of Parepare Port under the power of Gowa Kingdom and Bone Kingdom by using historical methodology. This study proves that the two ports, namely Bacukiki and Suppa, are great ports of the time. The both ports are more advanced than Somba Opu Port, so when Somba Opu Port wants tobe advancedinto transit port by the Gowa Kingdom, the role of these two ports must be faded down at first. When the roles of the two ports faded, Somba Opu Port began to grow because all loading of goods and services from both ports was diverted to Somba Opu Port. At that moment, Parepare Port began ogled by the traders who come from . By the time, the Kingdom of Gowa-Tallo collapsed, and then its management was controlled by Bone. The condition of the port at that time has not developed well because the rules are very tight. When the territory of the Dutch East Indies was submitted to England, Parepare Port was contracted to Addatuang Sidenreng. Keywords: Bacukiki, Suppa, Parepare, and ports.

ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk melihat eksistensi Pelabuhan Bacukiki dan Pelabuhan Suppa hingga terbentuknya Pelabuhan Parepare di bawah kuasa Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone dengan menggunakan metode sejarah. Kajian ini membuktikan bahwa kedua pelabuhan yang dimaksud, yaitu Bacukiki dan Suppa adalah suatu pelabuhan besar pada masanya. Bukan hanya itu, kedua pelabuhan itu lebih maju dibanding Pelabuhan Somba Opu. Itulah sebabnya ketika Pelabuhan Somba Opu ingin dimajukan menjadi pelabuhan transito oleh Kerajaan Gowa, kedua pelabuhan ini harus dimatikan perannya terlebih dahulu.Ketika peran pelabuhan ini sudah memudar, maka Pelabuhan Somba Opu mulai berkembang karena semua bongkar muat barang dan jasa dari kedua pelabuhan itu, dialihkan ke Somba Opu. Ketika itulah Pelabuhan Parepare mulai dilirik oleh para pedagang yang berasal dari Ajatappareng. Pada saat Kerajaan Gowa-Tallo runtuh, pengelolaannya dikuasai oleh Bone. Kondisi pelabuhan ketika itu belum berkembang dengan baik sebab aturan sangat ketat. Ketika wilayah Hindia Belanda diserahkan ke Inggris, PelabuhanParepare dikontrakkan kepada Addatuang Sidenreng. Kata Kunci: Bacukiki, Suppa, Parepare dan pelabuhan.

PENDAHULUAN versi dalam hal pembentukannya; yang pertama Berdasarkan sejarah Kota Parepare yang menyatakan bahwa persekutuan ini lahir dari sejak masa kerajaan adalah merupakan kota inisiatif addatuang Sawitto yang bernama pelabuhan dari kerajaan-kerajaan yang ada di Lapaleteang (1523-1564). Sedang sumber lain wilayah Ajatappareng atau kerajaan LimaE menyebutkan bahwa Konfederasi Ajatappareng Ajatappareng (Suppa, Sawitto, Sidenreng, dicetuskan oleh Datu Suppa yang bernama Rappang, dan Alitta). Persekutuan ini mulai Lamakkarawie. Nama yang terakhir ini juga eksis sebagai suatu persekutuan pada abad ke- disebutkan bahwa ia telah menerima agama 16, dan berdasarkan tradisi lisan, terdapat dua Kristen dan kerajaan Bugis pertama yang

PB 205 WALASUJI Volume 8, No. 2, Desember 2017: 205—218 dikunjungi missionari Portugis adalah Kerajaan Soreang hingga Bacukiki dan Mallusetasi, ia Suppa (Latif,2012:5).1 sangat terkesan dengan pemandangan alam Secara geografi, kedudukan Ajatappareng yang begitu indah, walaupun pesisir pantainya terletak di bagian tengah Sulawesi Selatan. dipenuhi oleh semak belukar (para) yang rimbun. Sawitto yang terletak di ujung barat menghadap Kawasan yang ditumbuhi semak belukar itu, ke Selat Makassar, juga dihubungkan dengan oleh masyarakat setempat disebutnya sebagai Sungai Saddang yang mengalir dari Tana Toraja, paraparae. Raja Gowa sangat terkesan sehingga Enrekang dan Rappang. Rappang terlertak di berniat membuat pemukiman di sepanjang pantai timur berbatasan dengan Maiwa di utaranya yang ditumbuhi semak belukar itu, lalu berkata dan Wajo di timurnya. Di Sidenreng terdapat ”bajiki ni pare” yang arti baik untuk dibuat atau Danau Sidenreng yang terhubung dengan dijadikan sebagai tempat pemukiman (Rahman, Danau Tempe, sehingga akhir abad ke-18 para dkk.2009:5). pedagang yang ingin berdagang ke Wajo ataupun Di tempat yang dipenuhi belukar itu atau Sidenreng dapat melayari danau ini. Sedangkan para’ ini pula berdiri sebuah pemukiman yang wilayah Alitta terletak di tengah antara Sawitto dinamakan Soreang yang memiliki sebuah dan Rappang yang berbatasan dengan Suppa di pelabuhan yang letaknya juga sangat strategis. selatannya. Sementara Suppa terletak di bagian Pelabuhan ini terletak di sebuah teluk dengan tenggaranya yang memiliki pelabuhan di daerah tepian yang sangat dalam, ombaknya tidak Soreang, Parepare, dan sekarang pelabuhan ini begitu besar sebab pada pintu masuknya terdapat menjadi pelabuhan rakyat antarpulau.Sekarang sebuah pulau yang seakan-akan menjadi pintu di kawasan ini terdapat juga sebuah pelabuhan penghalang bagi ombak. Di Soreang berdiri kontainer yang cukup besar. Ke arah selatan, istana raja dengan megahnya yang dikenal terdapat lagi sebuah pelabuhan besar yang dengan nama Sao Raja MattanruE. Dari nama bernama Pelabuhan Nusantara Parepare yang paraparae itu kemudian mengalami perubahan secara khusus melayani angkutan penumpang ke nama menjadi parepare yang sekaligus menjadi jurusan timur. Pelabuhan inilah yang kemudian nama kota ini hingga sekarang. (Pemkot, 2005:4). disebut sebagai Pelabuhan Nusantara Parepare, Pelabuhan ini semakin berkembang terletak di jantung Kota Parepare. seiring dengan berkembangnya masyarakat Pemberian nama Parepare beragam sumber yang serba konfleks. Bahkan demikian yang menyebutnya. Salah satu menyatakan pesatnya perkembangan wilayah ini, termasuk bahwa daerah ini berdiri dan berkembang diawali perkembangan Soreang, sehingg pusat kerajaan dari suatu kunjungan yang dilakukan oleh dan pemerintahannya dipindahkan ke tempat Raja Gowa I Manrigau Daeng Bonto Karaeng yang baru. Pada tempat ini lalu didirikan sebuah Tunipallangga Ulaweng berangkat ke Soreang. istana sebagai simbol aktifitas ke pelabuhan Kunjungan itu dimaksudkan untuk mempererat yang sangat ramai. Selain itu, dibuat pula sebuah hubungan persahabatan antara kerajaan-kerajaan simbol yang kemudian dijadikan sebagai merek Bugis dengan Kerajaan Gowa. Suatu pagi ketika dagang yang diikat atau digantung ditanduk beliau berjalan-jalan di sepanjang pantai dari rumah kerajaan yang disebut paraparae. Seperti apa bentuk simbol ini, tidak diketahui 1Berdasarkan pada catatan Portugis itu, ada kemungkinan bahwa Konfederasi Ajatappareng lahir dengan pasti. Hiasan yang disebut paraparae pada masa kekuasaan Lamakkarawie di Suppa. Ini itu lalu berubah menjadi nama Parepare yang berdasarkan pada kenyataan bahwa Kerajaan Suppa pada disesuaikan dengan pengucapan lidah orang abad ke-16 atau abad sebelumnya, Kerajaan Suppa sudah Bugis. (Pemkot, 2005:5). mempunyai peranan penting dalam dinamika politik dan Kota Parepare adalah merupakan kota ekonomi di Sulawesi Selatan. Bahkan dalam mitologi Lagaligo telah diceritakan bahwa Kerajaan Suppa adalah terbesar kedua di Sulawesi Selatan setelah Kota sebuah kerajaan besar dan sangat penting di pantai barat Makassar yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.

206 207 Pelabuhan Parepare di Bawah ... Syahrir Kila

Sulawesi Selatan. Dari sisi geografi, letaknya Sidenreng? Persoalan itu dianalisis dengan kurang lebih 155 km. ke arah utara dan dapat melihat konteksnya. ditempu lewat jalan darat selama kurang lebih 3-4 jam. Posisinya tepat di pesisir Selat Makassar METODE yang memisahkan Pulau Sulawesi dan Pulau Studi ini dilakukan di Kota Parepare, Kalimantan sehingga arus lalulintas antar pulau Provinsi Sulawesi Selatan yang dimulai pada menjadi salah satu pelayanan yang tersedia di masa eksisnya Pelabuhan Bacukiki dan Pelabuhan leberan pelabuhannya. Secara administrasi, kota Suppa hingga terbentuknya Pelabuhan Parepare. ini berbatasan dengan Kabupaten Pinrang di Rentang waktu itu terlalu panjang sehingga sebelah utara, Kabupaten Sidenreng Rappang kajiannya terpotong-potong antara satu masa dan di sebelah timur, Kabupaten Barru di sebelah masa berikutnya di mana ada data dan sumber selatan serta Selat Makassar di sebelah barat dan yang ditemukan. Studi ini lebih merupakan suatu Ujung Lero. babakan waktu tentang Pelabuhan Parepare dan Wilayah ini juga dikaruniai bentangan tidak membicarakan tentang angka-angka dalam alam dan pemandangan laut yang begitu indah. kemajuan dan kemunduran Pelabuhan Parepare. Topografi Kota Parepare umumnya berbukit Oleh karena itu, metode yang dipergunakan yang menjadikannya justru sebuah kelebihan dalam mengumpulkan data dan keterangan tersendiri. Daerah perbukitan yang menjadi adalah metode sejarah. pemisah antara wilayah permukiman bagian Metode itu meliputi empat langkah secara bawah yang disebut kota bawah sedang wilayah sistematis yang diawali dengan melakukan permukiman yang letaknya di atas perbukitan pengumpulan data dan keterangan (heuristik) mereka sebut kota atas. Kedua sebutan pada beberapa perpustakaan. Di antaranya adalah; tersebut sangat cocok dijadikan kawasan home Perpustakaan Kota Parepare, Perpustakaan dan stay pariwisata kawasan, baik mereka yang Arsip Provinsi Sulawesi Selatan, Perpustakaan hanya sekedar ingin menikmati sunset atau Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan pemandangan laut yang indah maupun bagi dan Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Pinrang. mereka yang ingin mengunjungi tempat-tempat Dalam pengumpulan data dan keterangan wisata di daerah tetangga, terutama ke Kabupaten diperoleh dua jenis, yaitu data tertulis dan Sidrap, Soppeng dan Tanah Toraja. keterangan lisan yang diperoleh melalui suatu Kota Parepare yang letaknya strategis, wawancara bebas mendalam. Wawancara itu juga mempunyai pelabuhan yang berkapasitas dilakukan terhadap GM. Pelabuhan Parepare cukup besar, merupakan pelabuhan terbesar yang membawahi tiga pelabuhan, serta beberapa kedua setelah Pelabuhan Makassar. Pelabuhan tokoh masyarakat setempat. Dari informan Parepare membawahi tiga buah pelabuhan tersebut, mereka tidak ingin dicantumkan yang sampai sekarang masih eksis. Pelabuhan namanya di dalam laporan secara terbuka.Itulah yang ada itu, dua di antaranya adalah pelabuhan sebabnya sehingga dalam kajian ini seakan- penumpang, yaitu Pelabuhan Nusantara dan akan hasil wawancara tidak ditemukan kecuali Pelabuhan Cappa Ujung. Salah satunya adalah rujukan buku dan sejenisnya. merupakan pelabuhan kontainer (Pelabuhan Sumber yang berhasil dikumpulkan Lontangnge) yang akan dipermanenkan untuk tersebut, kemudian dianalisis melalui tahapan menunjang Pelabuhan Makassar yang dari waktu kritik yang terdiri atas kritik intern dan ke waktu semakin ramai arus bongkar muatnya. ekstern. Kritik sumber hanya dipakai kritik Studi ini berusaha untuk menjelaskan intern yang berkaitan dengan konten isi yang menyangkut; di mana letak Pelabuhan Bacukiki mempertanyakan apakah isi atau informasi dan Pelabuhan Suppa? Mengapa Pelabuhan yang terkandung dari sumber sejarah tersebut Parepare dikuasai Kerajaan Bone dan Kerajaan benar dan dapat dipercaya, kredibel dan realibel.

206 207 WALASUJI Volume 8, No. 2, Desember 2017: 205—218 Tahap selanjutnya adalah interpretasi sumber ada ketika masa kerajaan, tak terkecuali yang ada yaitu menetapkan makna dan saling hubungan di Suppa (salah satu anggota persekutuan Lima antara fakta-fakta yang telah diperoleh. Tahapan Ajatappareng) juga berada di muara sungai terakhir adalah historiografi, yaitu proses yang cukup besar dan dalam. Oleh sebab itu menyusun secara tertulis hasil temuan-temuan terbentuknya Pelabuhan Parepare diperkirakan yang diperoleh dalam penelitian sejarah menjadi ketika Pelabuhan Suppa, Pelabuhan Bacukiki suatu ceritera sejarah. dan pelabuhan lainnya yang pernah eksis pada saat itu telah hilang. PEMBAHASAN Pelabuhan Suppa terletak di muara Letak Pelabuhan Suppa dan Pelabuhan Sungai Marauleng yang bermuara di Teluk Bacukiki Parepare (Amir,2013:88). Sedang Pelabuhan Pelabuhan-pelabuhan yang kita kenal pada Bacukiki terletak di muara Sungai Karajae masa kerajaan umumnya terletak pada sebuah yang juga bermuara ke Teluk Parepare. sungai yang besar dan, tidak seperti sekarang Sementara Pelabuhan Soreang yang juga bahwa pelabuhan pada umumnya berada di pernah eksis terletak di pinggir pantai Teluk pinggir laut dalam. Bangunan penunjangnya Parepare. Kerajaan Suppa adalah salah satu pun tidak semegah sekarang, sebab teknologi anggota persekutuan Lima Ajatappareng yang tidak secanggih sekarang. Kondisi itu sejalan diperkirakan berdiri pada akhir abad ke-15, dan dengan sebuah sumber yang menyatakan diperkirakan pada abad ke-16, sudah menjadi bahwa: Tempat yang paling baik untuk berlabuh salah satu kerajaan yang mempunyai peranan adalah pada sebuah sungai, agak jauh ke dalam. penting dalam percaturan politik dan ekonomi Namun dalam hal ini lebar sungai membatasi di Sulawesi Selatan (Latif, 2012:54). Bahkan perkembangan pelabuhan bersangkutan. Oleh dalam mitologi Lagaligo telah diceriterakan sebab itu, banyak pelabuhan terletak di muara bahwa Suppa adalah sebuah kerajaan besar dan yang agak terbuka, atau-meskipun kurang sangat penting di pantai barat Selat Makassar. terlindung di dalam sebuah teluk (Lapian, Kalau kita memperhatikan wilayah Kerajaan 2008:95). Suppa dengan wilayah takluknya, memang Dalam jaringan lalulintas di sebuah negeri memungkinkan menjadi kerajaan terpenting kepulauan seperti , fungsi pelabuhan pada masanya. ialah sebagai penghubung jalan maritim Pada sumber lain juga disebutkan lebih dan jalan darat. Pada jaman kerajaan, ketika rinci tentang peranan Kerajaan Suppa yang komunikasi dengan daerah pedalaman lebih begitu penting pada abad ke-16. Salah satu banyak menggunakan sungai. Pelabuhan yang penyebabnya karena posisinya yang sangat menggunakan sungai memungkinkan penduduk strategis, yaitu terletaknya pada sebuah selat pedalaman dapat mengangkut hasil sawah dan antara Teluk Bone dan Selat Makassar yang kebunnya ke pantai tanpa memerlukan tenaga memungkinkan orang berlayar dari Cina ke banyak. Tetapi lambat laun pelabuhan yang Suppa. Tampaknya, di muara Sungai Cenrana, terdapat di muara sungai atau jauh ke dalam, yang kini berupa delta, dahulu terdapat muara lambat laun akan mengalami kesulitan oleh sebab lebar yang jika orang berlayar dari Teluk Bone terjadinya pendangkalan oleh endapan tanah ke barat menyempit menjadi satu jalur ke Solo’, yang di bawah oleh air dari daerah pegunungan. kemudian melebar lagi menjadi danau luas Konsep pelabuhan seperti yang dijelaskan tempat air mengalir dari Danau Tempe melalui oleh Lapian itu, tidak jauh berbeda dengan kedua selat kecil, sehingga menciptakan pusaran air pelabuhan yang pernah ada atau terbentuk di berbahaya. Dari perbukitan yang membentang ke wilayah Parepare. Pelabuhan-pelabuhan yang selatan dan tenggara mulai dari tempat yang saat ini diketahui bernama Pammana menuju Cina-

208 209 Pelabuhan Parepare di Bawah ... Syahrir Kila

Wilayah Cina (versi Lagaligo) hampir seluruhnya Jepu, Botto, Bulu Cenrana, Bilulang, dan Bila, terletak di Kabupaten Wajo, walau sebagian kecil serta daerah Pitu ri Ase yang meliputi; Barukku, Cina Timur masuk wilayah Kabupaten Bone. Di Batu, Benoa, Kalompang, Paraja, Lamarang, dan perbukitan sebelah utara terdapat Paccing yang Barangmamase (Amir, 2013:61-62). Dengan kemudian dikenal Singkang dan Tempe. Ke demikian, kerajaan ini semakin menjadi kuat barat lagi, pada tempat yang dewasa ini dipenuhi sebab adanya dukungan dari wilayah-wilayah persawahan yang terbentang mengelilingi daerah yang disebutkan tadi. Perluasan wilayah dan tangkapan Danau Tempe dan Sidenreng, sebuah pengembangan pertanian di sebelah barat, utara, “laut air tawar” menutupi semua daratan sampai dan timur Danau Sidenreng dan Danau Tempe Soppeng di sebelah selatan, di sebelah barat tersebut, menyebabkan Sidenreng menjadi sampai barisan pegunungan tinggi yang sejajar kerajaan yang kaya dan menjadi pengekspor dengan pantai barat. Dari sini air mengalir ke beras yang utama di wilayah Ajatappareng pada lembah yang dewasa ini dilalui Sungai Saddang abad ke-15. yang kemudian bermuara di pantai barat dekat Konflik antar kerajaan pada abad ke15-16, Suppa (Pelras, 2006:72). yang melahirkan berbagai perjanjian perdamaian Letak seperti itu memungkinkan daerah atau persahabatan antarkerajaan, termasuk ini mampu mengembangkan pelabuhannya, perjanjian persekutuan Lima Ajatappareng. apalagi ditunjang oleh wilayah-wilayah yang ada Tetapi yang sangat penting adalah meningkatnya di sekitarnya yang terkenal sebagai penghasil pengaruh kekuasaan Kerajaan Gowa di sepanjang utama beras di wilayah Sulawesi Selatan. pantai barat jazirah selatan Sulawesi pada awal Wilayah-wilayah itu dikenal dengan nama abad ke-16. Perluasan itu mulai dilakukan ketika Ajatappareng yang meliputi lima wilayah yaitu Kerajaan Gowa diperintah oleh raja ke-9 yang Suppa, Sawitto, Sidenreng, Rappang dan Alitta. bernama Tumapparisi Kallonna (1510-1546), Kelima wilayah itu sangat subur tanahnya untuk termasuk beliaulah yang memindahkan pusat bidang pertanian. Bahkan pada 1523 kelima pemerintahan Kerajaan Gowa yang sebelumnya wilayah yang dimaksud itu, bersatu membentuk berada di Bukit Tamalate ke muara Sungai suatu persekutuan yang dikenal dengan sebutan Je’neberang (Poelinggomang,dkk., 2005:54-61). Lima Ajatappareng (Pabbicara, 2006:121). Sementara itu, peranan penting Pelabuhan Salah satu faktor yang mempengaruhi Suppa, bukan saja disebutkan pada beberapa terbentuknya persekutuan Lima Ajatappareng, sumber lokal seperti tersebut di atas, tetapi juga adalah karena terjadinya penurunan ekspor dari ada sumber lain menyebutkan hal yang sama. Sidenreng setelah kerajaan itu ditaklukkan oleh Misalnya; Edward, (2004:15) menyatakan bahwa Kerajaan Luwu dan Wajo, sementara ada gejala untuk memajukan Pelabuhan Somba Opu, maka peningkatan permintaan luar atas barang-barang pelabuhan-pelabuhan yang aktif melakukan dari Sulawesi Selatan pada abad ke-16. Ketika perdagangan maritim harus ditaklukkan. Untuk itu, Sidenreng merupakan kerajaan yang ada di memenuhi maksud tersebut, maka tidak ada wilayah Ajatappareng yang telah melakukan jalan lain kecuali harus ditaklukkan, misalnya pembangunan pemukiman dan intensifikasi melakukan penalukan terhadap Kerajaan pertanian sejak abad ke-14. Perluasan wilayah Suppa, Bacukiki (Mattulada, 1998:96), Garassi kekuasaan Sidenreng yang semula hanya dan pelabuhan-pelabuhan lain yang sudah meliputi delapan wanua (Watang Sidenreng, berkembang. Bukan sekedar ditaklukkan, tetapi Lise, Guru, Teteaji, Massepe, Allekkuang, penduduknya juga ikut diangkut ke Gowa dan Aratang, dan Aliwuwu) ditambah daerah-daerah ditempatkan pada suatu wilayah tertentu. sekitarnya seperti Amparita, Corawali, Wanio, Akibat penaklukan yang dilakukan WetteE, dan Bilokka. Kemudian dilanjutkan ke terhadap Kerajaan Suppa, Sawitto dan Bacukiki, daerah Pitu Ri Awa yang meliputi: Otting,Ugi, secara otomatis Pelabuhan Suppa, Bacukiki

208 209 WALASUJI Volume 8, No. 2, Desember 2017: 205—218 dan lainnya yang ada di sekitarnya menjadi Berbeda dengan sumber lain yang kuasa Kerajaan Gowa. Namun penaklukan yang mengartikan kata bajiki nipare dalam bahasa dilakukan itu, bukan untuk memajukan Kerajaan Makassar artinya baik untuk dibuat, maksudnya Suppa dan sekutunya, tetapi malah sebaliknya pantai sepanjang antara Bacukiki hingga yang terjadi. Kerajaan Suppa yang sudah berjaya Soreang dan Suppa baik untuk dijadikan jauh sebelumnya, begitu juga pelabuhannya sebagai pemukiman (Katoe, 2006:118). malah dimatikan perannya. Sebab memang Sedang penamaan tentang soreang itu muncul tujuan penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan bersamaan dengan terbentuknya Pelabuhan yang memiliki pelabuhan besar itu adalah untuk Soreang sehingga nama kerajaan yang ada di memudarkan peranannya. Semua bongkar muat sekitar pelabuhan itu juga diberi nama Kerajaan barang yang sebelumnya dilakukan di Pelabuhan Soreang. Sedang arti kata Soreang dalam Bahasa Suppa dan Bacukiki harus dialihkan ke Somba Bugis “sore” berarti berlabuh atau tempat perahu Opu, Gowa. berlabuh. Letak Pelabuhan Soreang hingga kini Pasca ditaklukkannya Kerajaan Suppa, masih dapat ditelusuri bekas-bekasnya. Kerajaan Bacukiki dan yang lainnya, praktis Jika dicermati pernyataan Karlina pelabuhan yang dimiliki kerajaan itu, juga itu, tampaknya bertolak belakang dengan diambil alih pengelolaannya. Dengan demikian kenyataan yang sebenarnya, kalau Raja peran penting pelabuhan-pelabuhan tersebut, Gowa Tunipalangga Ulaweng yang disebut secara pasti akan mengalami penurunan memprakarsai terbentuknya Pelabuhan Parepare. sebab memang itulah tujuan Kerajaan Gowa Alasannya, ketika penaklukan wilayah tersebut menaklukkannya. Atas kekalahan itu, wilayah- oleh Kerajaan Gowa, tujuannya bukan untuk wilayah di Ajatappareng yang selama ini memajukan wilayah itu, tapi justru mematikan menjadikan Pelabuhan Suppa dan Pelabuhan perkembangannya. Pelabuhan-pelabuhan yang Bacukiki sebagai pelabuhan utama untuk diduduki itu secara nyata dialihkan kegiatan mengapalkan hasil-hasil produksi yang ada bongkar muatnya ke Pelabuhan Somba Opu, di daerahnya, dipaksa untuk mengalihkan ke Makassar. Ketika itu, bongkar muat secara resmi Pelabuhan Somba Opu. hampir tidak ada sehingga terjadi penyelundupan besar-besaran dari berbagai komoditas melalui Pelabuhan Bacukiki dan Pelabuhan Suppa pelabuhan-pelabuhan tersebut. Pengalihan bongkar muat arus barang dari Pelabuhan Kerajaan Suppa yang terletak Pelabuhan Suppa dan Bacukiki ke Pelabuhan di muara Sungai Marauleng, pada masanya Somba Opu, secara otomatis mematikan kegiatan memang sangat strategis sebab kapal-kapal kedua pelabuhan tersebut dan pelabuhan- yang berlabuh di tempat itu sangat aman karena pelabuhan lain yang ada di sekitarnya. Kondisi terlindung oleh Selat Parepare. Bahkan kapal- ini berlangsung terutama pada masa awal jabatan kapal yang berlabuh di pelabuhan Suppa dapat Tunipallangga Ulaweng (1546-1565). Suatu berlabuh sekitar satu kilometer ke dalam atau kajian menjelaskan bahwa; ke hulu. Kapal-kapal yang dapat bersandar “Suatu ketika Raja Gowa Tunipalangga berukuran cukup besar dengan daya angkut Ulaweng mengadakan kunjungan ke Bacukiki barang antara 50-150 ton (Druce, 2009:129). dan pada pagi harinya beliau berjalan-jalan di Sampai tahun 1960an, pelabuhan ini masih eksis sepanjang pantai Bacukiki hingga Soreang, ia dilayari oleh kapal-kapal berukuran sedang yang melihat pantai yang dilewatinya sangat indah memuat berbagai macam barang dagangan. Tapi dan cocok untuk dijadikan sebagai tempat kini, jejak pelabuhan ini sudah berubah dan berlabuh perahu. Tiba-tiba ia berkata kepada diganti oleh areal tambak ikan. rombongannya”bajiki nipare”, maksudnya baik Pelabuhan Bacukiki sebagai pelabuhan untuk dijadikan pelabuhan” (Karlina,2015:20-21). kerajaan pada abad ke-15-16 terletak di muara

210 211 Pelabuhan Parepare di Bawah ... Syahrir Kila

Sungai Karajae. Pelabuhan ini adalah sebuah maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang pelabuhan besar pada masanya, dan mulai dimaksud sebagai Pelabuhan Parepare adalah berkembang pada abad ke-15 dan terletak di pelabuhan yang dibangun berdekatan dengan bagian utara Kerajaan Siang, Pangkajene.Posisi bekas Pelabuhan Suppa dan Bacukiki yang dan letak dua pelabuhan ini, yaitu Suppa dan tersohor pada masanya. Dengan demikian dapat Bacukki sangat strategis letaknya sehingga para diduga bahwa pembangunan Pelabuhan Parepare pedagang berdatangan untuk melakukan kontak dilakukan pada masa pemerintahan VOC- dagang dengan penduduk lokal. Namun, ketika Belanda di Sulawesi Selatan pada pertengahan Kerajaan Gowa melakukan perluasan wilayah, abad ke-17. daerah Bacukiki, Suppa dan Sawitto menjadi Berdasarkan uraian itu, dapat disimpulkan sasaran penaklukan. Salah satu alasan penaklukan bahwa Pelabuhan Parepare yang kita kenal itu karena kerajaan-kerajaan tersebut masih sekarang adalah pelabuhan baru yang mulai melakukan pengembangan bandar niaganya yang dibangun pada awal abad ke17. Letaknya antara secara langsung akan menghambat kemajuan Pelabuhan Bacukiki dan Pelabuhan Suppa. perniagaan Pelabuhan Somba Opu yang ketika Penguasaan pelabuhan ini silih berganti sesuai itu juga sedang dikembangkan (Poelinggomang, dengan kerajaan yang menguasainya. Awalnya 2002: 25). pelabuhan ini dikuasai oleh Kerajaan Gowa, tapi Jejak Pelabuhan Bacukiki masih dapat setelah Kerajaan Gowa dikalahkan oleh Kerajaan ditelusuri keberadaannya sebab Sungai Karajae Bone, selanjutnya menjadi kuasa Kerajaan Bone yang menjadi pangkalan tempat berlabuhnya di bawah pemerintahan Arung Palakka. Ketika kapal-kapal ketika itu masih dapat dilihat hingga pemerintah Inggris berkuasa di Sulawesi Selatan, kini. Namun begitu, pada muara sungai tersebut, pengelolaan Pelabuhan Parepare diserahkan kini mengalami pendangkalan sehingga kapal- kepada Addatuang Sidenreng karena telah kapal atau perahu nelayan yang berukuran berjasa membantu Inggris dalam mengambil alih besar tidak dapat lagi sandar jauh ke dalam kekuasaan di Sulawesi Selatan. aliran sungai. Apalagi di atas bentangan sungai Kerajaan Gowa mencapai puncak ke- tersebut, terdapat jembatan panjang sebagai jalur jayaanya dimulai pada masa pemerintahan raja penghubung utama Makassar menuju Provinsi ke-9 yang bernama Daeng Matanre Karaeng Sulawesi Barat. Pada sisi kanan sungai, juga Manguntungi Tumapparisi Kallonna. Ia mulai telah dibangun taman kota terapung sebagai memperluas daerah kekuasaannya ke berbagai salah satu icon Kota Parepare. wilayah di Sulawesi Selatan. Ia juga membuat Sementara itu, Pelabuhan Parepare undang-undang dan peraturan tentang perang. yang kita kenal sekarang, letaknya di tengah Selain itu, beliau juga mengangkat pejabat- kota antara bekas Pelabuhan Bacukiki dan pejabat dalam daerahnya serta mengadakan Pelabuhan Suppa serta bekas pelabuhan pungutan-pungutan bea untuk keperluan Soreang. Sekarang ini, Pelabuhan Parepare, perbelanjaan kerajaan. Untuk lebih tertibnya menaungi tiga buah pelabuhan, yaitu Pelabuhan pungutan bea di pelabuhan, beliau mengangkat Nusantara Parepare, Pelabuhan Lontangnge seorang syahbandar di Pelabuhan Somba Opu dan Pelabuhan Cappa Ujung. Ketiga pelabuhan yang bernama Daeng Pamatte. Atas perintah raja yang dimaksud itu, sekarang ini terletak antara Gowa, Daeng Pamatte lalu menciptakan sebuah bekas Pelabuhan Suppa dan Pelabuhan Bacukiki lontarak dikenal dengan sebutan Lontarak dulu. Persoalannya adalah yang mana dari ketiga Bilang Raja Gowa dan Tallo atau lebih dikenal pelabuhan itu yang terlebih dahulu dibangun. sebagai buku harian dari raja-raja Gowa dan Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus Tallo (Patunru,1969:12). mencermati isi tradisi lisan yang telah diuraikan Pada masa inilah Makassar baru muncul sebelumnya. Jika merujuk pada tradisi lisan itu sebagai salah satu kerajaan yang berorientasi

210 211 WALASUJI Volume 8, No. 2, Desember 2017: 205—218 ke laut melalui jaringan niaga. Dugaan itu ke Kerajaan Gowa. Mereka itu adalah yang diperkuat karena sebelum Tumapparisi berpengalaman dan memiliki keahlian khusus Kallonna memerintah, pusat pemerintahan pada pusat-pusat perdagangan asal mereka kerajaan berpusat di bukit Tammalate yang sepeti yang berasal dari Siang, Suppa, Bacukiki letaknya jauh dari wilayah pantai. Ini dapat dan Sidenreng, dengan tujuan untuk memajukan ditafsirkan bahwa ketika itu Kerajaan Gowa bandar niaga kerajaannya. Kenyataan itu dapat hanya berorientasi ke bidang agraris. Kondisi dibayangkan bagaimana kondisi kerajaan yang itu terbalik ketika Tumapparisi Kallonna yang telah ditaklukkan itu tidak lagi memiliki tenaga memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan terampil dalam bidang niaga. Tetapi kalau Gowa dari bukit Tammalate ke Benteng Somba ditelusuri dan dicermati dengan baik tujuan dari Opu yang dibangun di pesisir dekat muara Sungai penaklukkan itu, tidak lain untuk mematikan Je’neberang (Poelinggomang,dkk., 2004:53). segala aspek perekonomi kerajaan yang Perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan ditaklukkan. Gowa dari bukit Tamalate ke muara Sungai Menurunnya peran pelabuhan-pelabuhan Je’neberang menandakan bahwa raja Gowa yang telah ditaklukkan itu sebab para pedagang- ingin mengalihkan kerajaannya dari agraris pedagang yang dulu menggunakan pelabuhan ke niaga. Oleh sebab itu, untuk memperkuat yang berada di jazirah selatan itu dipaksa dukungan itu maka harus diperkuat peran untuk mengalihkan barang-barang produksi dari Pelabuhan Somba Opu. Sangat menarik dari daerahnya ke bandar niaga Somba Opu. bahwa mengapa Kerajaan Gowa mengalihkan Seperti; pedagang dan pelaut dari Mandar, Wajo perhatiannya pada dunia niaga. Tetapi jika kita dan Bugis (mungkin yang dimaksud adalah perhatikan latarbelakang perkembangan niaga Ajatappareng), Makassar, Selayar, Melayu, di wilayah ini, dapat diperkirakan terdorong Inggris, Denmar, Spanyol, Cina dan Portugis, oleh keuntungan ekonomi dalam dunia niaga. melakukan perniagaan dengan menjadikan Perkiraan itu didorong oleh kenyataan bahwa Makassar sebagai bandar singgah dan pasar akhir abad ke-15 wilayah ini telah ramai produksi mereka. Oleh sebab itu pada akhirnya dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari daerah Makassar menjadi bandar utama mereka dalam luar kerajaan. hubungan niaga dengan daerah produksi yang Untuk menjadikan Pelabuhan Somba berada di bagian timur. Opu sebagai pelabuhan terbuka dan transit, Penguasaan Pelabuhan Suppa dan Bacukiki beberapa kendala harus diselesaikan terlebih oleh Kerajaan Gowa pada masa pemerintahan dahulu. Di antaranya adalah eksistensi beberapa Tunipalangga Ulaweng sebenarnya hanya pelabuhan yang cukup maju dan berkembang bertujuan menguasai wilayahnya dan mematikan pada saat yang sama harus dimatikan perannya. peran pelabuhan itu. Kenapa peran pelabuhan Oleh sebab itulah sehingga Tunipallangga itu dimatikan, sebab untuk menjadikan Ulaweng menaklukkan kerajaan-kerajaan yang Pelabuhan Somba Opu sebagai pelabuhan utama dimaksud itu. Penaklukan itu meliputi; Kerajaan di Sulawesi Selatan. Sekiranya pelabuhan- Siang (Pangkajene), Kerajaan Bacukiki, pelabuhan yang ada di pesisir selatan itu tetap Kerajaan Suppa, dan Sidenreng. Termasuk dibiarkan melakukan bongkar muat barang, yang ditaklukkan adalah Bajeng, Lengkese, niscaya Pelabuhan Somba Opu tidak akan Polombangkeng, Lamuru, Soppeng, Lamatti, menjadi pelabuhan bebas dan transito ketika itu. Wajo, Duri, Panaikang, Bulukumba, dan Akibat nyata dari penguasaan pelabuhan berbagai kerajaan kecil di sekitar Kerajaan Bone itu, ialah barang-barang hasil produksi yang (Poelinggomang,dkk., 2004:55). berasal dari wilayah Ajatappareng tidak dapat Kekalahan kerajaan-kerajaan itu lagi dikapalkan lewat Pelabuhan Suppa dan mengakibatkan rakyatnya banyak yang diangkut Bacukiki. Mereka diharuskan mengirim barang

212 213 Pelabuhan Parepare di Bawah ... Syahrir Kila

niaganya melalui Pelabuhan Somba Opu. Bone dan Gowa adalah penghapusan perbudakan Dengan demikian pengeluaran para pedagang di Kerajaan Bone yang dimotori oleh raja harus bertambah lebih banyak dari biasanya. Bone Lamaddaremmeng yang ditentang oleh Itulah sebabnya banyak di antara mereka (para ibundanya dan beberapa bangsawan. pedagang) lebih memilih Pelabuhan BajoE Setelah bertahun-tahun Arung Palakka sebab letaknya yang lebih dekat dibanding harus hidup dalam pengasingan bersama keluarganya, ke Pelabuhan Somba Opu, Makassar. Akibat ia banyak melihat kejadian yang sangat lainnya adalah terjadinya penyelundupan besar- memilukan hati atas perbuatan pihak Kerajaan besar melalui pelabuhan-pelabuhan itu. Gowa terhadap para tawanan Bone-Soppeng yang dipekerjakan secara paksa membuat parit Pelabuhan Parepare Dikuasai Bone dan di Somba Opu. Pemimpin para tawanan itu, Sidenreng sekaligus sebagai Jennang di Bone yaitu Tobala Konflik yang terjadi antaraKerajaan Gowa memberanikan diri untuk menggerakkan para dan Kerajaan Bone pada abad ke17 mengantarkan pekerja itu untuk melarikan diri dari Somba keduanya dalam perang yang berkepanjangan. Opu, Gowa kembali ke Bone. Mereka berhasil Periode ini, kedua kerajaan masing-masing dengan baik melarikan diri tanpa diketahui diperintah oleh Sultan Malikussaid untuk Gowa, oleh pihak Kerajaan Gowa. Pelarian mereka ke dan La Maddaremmeng di Bone. Perang antara Bone cukup melelahkan karena perjalanannya keduanya berakhir di Passempe dengan kekalahan ditempuh kurang lebih empat hari empat malam pihak Kerajaan Bone. Kekalahan itulah yang (Poelinggomang,dkk.2004:112). berdasarkan sumber-sumber lokal Makassar Setelah sampai di Bone, Arung Palakka disebut bunduka ri Passempe atau Perang di bersama Tobala menyusun kekuatan untuk Passempe. Kekalahan inilah yang menyebabkan melakukan pemberontakan besar-besaran atas Kerajaan Bone menjadi budak Kerajaan Gowa Kerajaan Gowa berkaitan dengan perlakuan selama tujuh belas tahun lamanya atau istilah yang tidak manusiawi terhadap orang-orang lokalnya disebut ripoatana Bone Seppulo pitu Bone. Pasukan yang dipersiapkan cukup besar taung ittana (Patunru,1969:32). Dalam sumber yang berasal dari Bone dan Soppeng. Rencama lain, disebutkan bahwa status Bone usai perang pemberontakan besar-besaran itu, dengan cepat itu berubah dari kerajaan bawahan (palili) diketahui Kerajaan Gowa sehingga dengan menjadi taklukan yang kemudian diistilakan segera mengirimkan pasukan ke Bone di bawah naata Bone ri Gowa, artinya Bone adalah budak pimpinan Karaeng Sumana untuk menumpasnya. dari Gowa (Jumadi, 2010:15). Pemberontakan antara keduanya selalu terjadi, Akibat nyata dari kekalahan Bone itu, sehingga sepanjang peperangan yang terjadi adalah diangkutnya beberapa orang bangsawan antara keduanya, pihak Arung Palakka selalu Bone ke Gowa sebagai tawanan perang, mengalami kekalahan. Itulah sebabnya ruang termasuk kedua orang tua Arung Palakka dan gerak Arung Palakka semakin terjepit sebab di Arung Palakka sendiri yang baru berusia 13 mana-mana pihak musuh mencarinya. tahun (Poetra, 2015:24). Dua bulan kemudian, Kekalahan bertubi-tubi yang dialami oleh yaitu juli 1646 barulah Arung Palakka sekeluarga Arung Palakka dari Kerajaan Gowa, memaksanya tiba di Gowa. Mereka diserahkan pada Karaeng mencari jalan keselamatan. Akhirnya beliau Pattingalloang yang ketika itu menjabat sebagai menetapkan untuk meninggalkan tanah Bone Tumabbicara Buta Kerajaan Gowa. Sedang para dan berlayar menyeberang menuju Kerajaan tawanan yang berasal dari Soppeng dijadikan Buton. Rencana itu direalisasikan pada 25 sebagai abdi bagi para bangsawan Gowa dan Desember 1660 yang ditemani oleh orang-orang Tallo, dengan begitu perbudakan di tanah Bone kepercayaannya seperti; Arung Bila, Datu Pattojo, juga semakin besar. Padahal perseteruan antara dan Arung Apanang bersama pengikutnya yang

212 213 WALASUJI Volume 8, No. 2, Desember 2017: 205—218 berjumlah 400 orang. Kurang lebih tiga tahun Sumana telah meninggal dunia. Selain itu lamanya mendapat perlindungan dari Sultan diberitakan juga bahwa lebih sebulan yang lalu Buton sebelum berangkat meninggalkan Buton pasukan Kerajaan Gowa telah dikirim ke Buton dengan menumpang kapal VOC ke Batavia. dengan kekuatan 450 kapal yang membawa Sampai di Batavia, ia mendapat sambutan hangat 25.000 orang pasukan (Poetra, 2015:98-99).Pada dari gubernur VOC. Beliau bersama pengikutnya akhirnya, Kerajaan Gowa kalah dalam perang lalu diberi tempat tinggal sementara di Kampung Makassar 1667, praktis kekuasaan yang dimiliki Angke bersama pengikutnya (Andaya, 2013:83). atas sejumlah besar kerajaan yang menjadi Di Batavia, Arung Palakka memulai takluknya harus dilepaskan. Hal ini tentu saja petualangannya dengan membantu pihak VOC berpengaruh besar terhadap kelangsungan dan menaklukkan pemberontak Minangkabau, di kiprah politiknya di Sulawesi Selatan sebagai pantai barat Sumatera dengan hasil yang gemilang. penguasa tunggal. Dalam pertempuran itu, Arung Palakka bersama Atas kemenangan itu, Arung Palakka pasukan bugisnya yang dikenal dengan pasukan mencoba membangun Sulawesi Selatan Angke-nya, tampil di depan memperlihatkan yang dimulai dengan melakukan perbaikan keliahaian dan kehebatannya. Mereka menang irigasi untuk pertanian di daerah Bone, Gowa atas pertempuran itu sehingga Arung Palakka dan Sidenreng Rappang.Usaha ini ternyata mulai dipercaya oleh VOC, dan ini merupakan membuahkan hasil yang dapat mensejahterakan modal awal untuk kerjasama yang lebih panjang. penduduk setempat. Keberhasilan itu ternyata Dalam serangan itu, VOC-Belanda tidak disertai kesempatan secara bebas untuk sangat yakin bahwa pasukan Arung Palakka memasarkan hasil buminya. Mereka yang adalah aset yang tak boleh diabaikan. Oleh berkecimpung dalam dunia perdagangan sebab itu, kerjasama ke depan harus terus maritim harus mendapatkan izin terlebih dahulu dibina. Sebaliknya, Arung Palakka dan pasukan dari Belanda untuk melakukan aktifitasnya. Angkenya harus memperbaiki diri agar penilaian Untuk mendapatkan izin berlayar, itupun sangat VOC terhadapnya tidak berubah pasca serangan sulit diperoleh dan pelayarannya pun dibatasi di ke Sumatera. Sekembalinya dari Sumatera, pesisir dan tidak boleh antarpulau. Arung Palakka dihadiahi anugerah bintang emas Kondisi itu mendapatkan protes tanda jasa keberanian dan kecerdasan dalam dari penduduk setempat sebab dirasakan pertempuran Pariaman (Jumadi, 2010:81). diskriminatif. Orang asing yang melakukan Pasca serangan ke Sumatera, Arung Palakka perdagangan maritim di wilayah ini tidak sangat berharap agar Kompeni dapat bersama- mempunyai izin dari Belanda namun mereka sama ke timur menghadapi musuh tiga kerajaan leluasa keluar masuk pelabuhan melakukan yakni; Bone/Soppeng, Ternate dan Buton untuk bongkar muat barang dagangannya. Kenyataan menyerang Kerajaan Gowa. itu lalu dilaporkan kepada Arung Palakka dan Arung Palakka dan pasukannya kembali selanjutnya beliau mengajukan protes kepada ke Sulawesi Selatan bersama sekutunya VOC- pemerintah Belanda di Makassar. Protes itu Belanda pada 24 November 1666. Arung tidak dapat diputuskan di Makassar sebab hal itu Palakka meninggalkan Batavia bersama merupakan kewenangan pemerintah Belanda di Speelman dengan kekuatan 21 kapal perang, Batavia. Selain itu, Belanda juga menganggap 818 orang kelasi, serdadu Belanda sebanyak 578 bahwa para pedagang maritim di daerah ini, juga orang, di bawah pimpinan raja Manipa sebanyak melakukan perompakan terhadap kapal-kapal 379 orang. Laksamana Speelman satu kapal Kompeni. Padahal kegiatan terakhir itu hanya dengan Arung Palakka, Arung Kaju, dan Arung dilakukan oleh kelompok bajak laut dari Sulu Bila. Mereka tiba di Pulau Tanakekeh pada 15 (Pilipina Selatan), yaitu orang Ilanun, Balangingi Desember 1666, Arung Palakka lalu naik ke dan Mindanao (Hamid,dkk., 2007:172). daratan dan memperoleh berita bahwa Karaeng

214 215 Pelabuhan Parepare di Bawah ... Syahrir Kila

Dampak lain jatuhnya Makassar adalah atau bongkar muat barang-barang yang berasal perubahan pola pelayaran dan perantauan orang- dari daerah Ajatappareng, dan juga dari daerah- orang Sulawesi Selatan. Sejumlah bangsawan daerah yang ada di wilayah sekitarnya. Meski Makasasar berangkat ke Jawa untuk bergabung begitu ancaman dari pihak Belanda yang tetap melawan Belanda, berjuang bersama Pangeran menginginkan agar setiap pedagang maritim Trunajaya dari Madura di Jawa Timur dan Tengah harus mendapatkan pas jalan dari Belanda. (1674-1678) atau dengan Sultan Ageng Tirtayasa Pada saat Arung Palakka memegang dari Banten (1682-1684) di Jawa Barat. Orang kendali politik di Sulawesi Selatan, Pelabuhan Makassar lainnya merantau ke Sumatera hingga Parepare yang selama ini dikuasai oleh Kerajaan Thailan. Di kota Makassar, peran komunitas Gowa beralih di bawah kuasanya. Selama Bugis, tidak hanya Wajo, tapi juga Bone yang dikuasai Gowa, praktis Pelabuhan Parepare pemimpinnya waktu itu bermukim di Kampung tidak dapat berkembang karena semua aktifitas Bontoala, kian menonjol. Makassar menjadi ke pelabuhanan sengaja dimatikan sebab pada titik pemberangkatan utama bukan hanya bagi saat yang bersamaan, Kerajaan Gowa juga armadanya sendiri tetapi juga untuk armada sedang mengembangkan Pelabuhan Somba Bugis dan perantau Bugis yang berangkat Opu untuk dijadikan sebagai pelabuhan transit mencari kekayaan dan kejayaan ke wilayah barat dan pelabuhan bebas. Tujuan itu tidak dapat Nusantara, karena akses ke wilayah timur sudah berkembang bilamana masih ada pelabuhan lain ditutup oleh Belanda (Pelras, 2006:166-167). yang sedang eksis di wilayah kekuasaannya. Akibat kebijakan politik Belanda di Aktifitas bongkar muatPelabuhan Parepare bidang perdagangan maritim itu, diprotes ketika dikuasai Gowa praktis tidak ada, kecuali oleh Arung Palakka namun tidak mendapat dilakukan secara diam-diam (penyelundupan). tanggapan. Meski demikian para pelaku Semua hasil bumi dan sebagainya dari wilayah perdagangan maritim menganggapnya bahwa Ajatappareng dialihkan ke Somba Opu. hal itu telah melapangkan mereka untuk Mengingat jarak dari Ajatappareng dengan kembali bergiat. Itulah sebabnya raja Sidenreng Somba Opu (Makassar) sangat jauh sehingga mulai menggunakan Bandar Suppa (mungkin banyak pedagang tidak ke Somba Opu, yang dimaksud adalah Pelabuhan Parepare), melainkan dialihkan ke Pelabuhan BajoE, Bone. sebagai pusat kegiatan perdagangannya dengan Itulah sebabnya bongkar muat Pelabuhan BajoE Banjarmasin, Palembang dan dunia Melayu. pada waktu yang bersamaan juga cukup sibuk. Beberapa wilayah juga melakukan hal yang Meskipun demikian, kemajuan yang dialami sama, namun dalam beraktifitas, mereka Pelabuhan Somba Opu belum dapat tertandingi. harus menghindari pusat-pusat perdagangan Pelabuhan Parepare di bawah kuasa yang mendapat pengawasan dari Kompeni Kerajaan Bone, secara pasti mulai bergeliat (Hamid,dkk., 2007:172-173). sebab fungsinya yang telah dimatikan Persekutuan Lima Ajatappareng yang oleh Kerajaan Gowa mulai dikembalikan. terkenal sebagai penghasil beras terbesar di Masyarakat di wilayah Lima Ajatappareng Sulawesi Selatan dapat mensuplai hampir mulai menggunakan pelabuhan ini sebagai seluruh wilayah di Nusantara. Bukan hanya padi, pelabuhan untuk mengantarpulaukan barang- tapi hampir semua hasil bumi yang dihasilkan barang hasil buminya. Kalau selama ini mereka wilayah Ajatappareng dikirim ke berbagai menggunakan Pelabuhan BajoE di Bone untuk daerah. Pengiriman hasil-hasil bumi yang mengantarpulaukan hasil-hasil buminya, kini dimaksud, tidak menyulitkan bagi Ajatappareng mulai dialihkan ke Pelabuhan Parepare meskipun sebab adanya satu pelabuhan besar setelah masih tertutup. Pengalihan ini dilakukan Makassar, yaitu Pelabuhan Parepare yang mulai mengingat jarak antara Pelabuhan Parepare dan dikembangkan ketika Kerajaan Gowa telah jatuh. Lima Ajatappareng cukup dekat. Pelabuhan inilah yang menjadi pusat pengiriman

214 215 WALASUJI Volume 8, No. 2, Desember 2017: 205—218 Pada saat kerajaan-kerajaan Lima muat barang dan jasa melalui pelabuhan itu Ajatappareng di bawah kuasa Todani Arung tidak mengalami perubahan yang signifikan. Bakke, Pelabuhan Parepare mengalami Bahkan pada periode-periode itu, dinyatakan perkembangan yang sangat baik. Perkembangan banyak pedagang maritim, terutaman pedagang- itu menjadi salah satu penyebab sehingga pedagang asal Wajo yang menghindari Todani Arung Bakke memiliki harta kekayaan Pelabuhan Parepare karena kemungkinan yang melebihi harta Raja Bone, Arung aturan-aturan yang tidak disukai para pedagang Palakka. Penyebabnya adalah Pelabuhan (Poelinggomang,dkk., 2004:200). Parepare menjadi salah satu pemasuk kas Kerajaan Bone yang telah dipaksa kerajaan. Meskipun harta yang dimiliki kedua oleh pemerintah Inggris untuk melepaskan orang raja itu tidak memiliki angka pasti, kekuasaannya terhadap Pelabuhan Parepare, namun diperkirakan bahwa salah satu sumber berusaha membangun persahabatan dengan persengketaan antara keduanya adalah karena kerajaan-kerajaan lokal lainnya, khususnya harta benda. Sekedar perbandingan bahwa Arung Matoa Wajo, dan raja-raja lokal di ketika keduanya melepaskan nazar setelah Bulukumba. Tujuannya adalah untuk menguasai mengalahkan Kerajaan Gowa dan sekutunya, pelabuhan di Bulukumba, dengan demikian penyelenggaraan pesta yang dilaksanakan oleh Bone akan aman menggunakan pelabuhan Arung Bakke jauh lebih meriah dibandingkan itu, antaranya; Pelabuhan Mangara Bombang, pesta yang diselenggarakan oleh Arung Palakka Pallime, BajoE, Siwa dan pelabuhan lainnya di Bone (Kila,2014:89). yang ada di Teluk Bone. Selama kekuasaan pemerintah Kompeni Mengapa orang Wajo yang harus Belanda ke pemerintah Hindia Belanda di mendapat perhatian dari pemerintah Inggris? Sulawesi Selatan, Pelabuhan Parepare telah Hal ini terkait dengan dukungan Wajo terhadap mengalami beberapa kali pasang surut hingga Kerajaan Bone, sementara Kerajaan Bone tidak akhirnya dikuasai oleh pemerintah Inggris 1812- setuju dengan pengambilalihan wilayah koloni 1816. Pada masa pemerintah kompeni Belanda, Hindia Belanda oleh Inggris.Sedangkan orang Pelabuhan Parepare lebih banyak mengalami Wajo dikenal sebagai pedagang antarpulau yang kemunduran dibanding kemajuannya. Pada cekatan pada masa itu sehingga pemerintah pertengahan abad ke-17, bahkan pelabuhan ini Inggris harus memaksa para pedagang dari sengaja dimatikan perannya sebab Pelabuhan daerah itu untuk memakai Pelabuhan Parepare Makassar ingin dikembangkan oleh pemerintah dan Pelabuhan Makassar. Meskipun demikian, Belanda sebagai pelabuhan transito.Konsekuaensi pedagang-pedagang dari Wajo tidak mungkin pengembangan itu, maka semua pelabuhan yang untuk menggunakan Pelabuhan Parepare yang ada di sekitarnya harus dimatikan perannya dan telah disewakan kepada Kerajaan Sidenreng semua pedagang diwajibkan melakukan bongkar sebab hubungan antara keduanya terputus. muat di Pelabuhan Makassar. Sedang untuk menggunakan Pelabuhan Sementara pada masa pemerintahan Makassar juga riskan sebab jaraknya terlalu Inggris di Sulawesi Selatan, pelabuhan ini jauh sehingga pengeluaran akan membengkak. diserahkan atau dikontrakkan kepada Addatuang Selain itu, penggunaan Pelabuhan Makassar Sidenreng Lawawo. Perihal pengalihan itu sangat mustahil dilakukan oleh pedagang- terjadi sebab Kerajaan Sidenreng dianggap telah pedagang Wajo sebab Kerajaan Wajo tidak berjasa kepada pemerintah Inggris yang telah mau tunduk kepada pemerintah Inggris di ikut membantu dalam mengambilalih kekuasaan Sulawesi Selatan. Satu-satunya jalan yang pemerintahan di Sulawesi Selatan dari tangan harus ditempuh oleh pedagang-pedagang Wajo pemerintah Hindia Belanda (Patunru, 2004:77). adalah menggunakan pelabuhan-pelabuhan Pengambilalihan itu menyebabkan bongkar yang ada di Teluk Bone yang keseluruhannya

216 217 Pelabuhan Parepare di Bawah ... Syahrir Kila

di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Bone. oleh saudara iparnya yang bernama Todani Kondisi itu berlangsung hingga akhirnya Inggris Arung Bakke. Pada masa ini, bea Pelabuhan menyerahkan kembali wilayah Hindia Belanda Parepare menjadi salah satu pemasukan untuk kepada Belanda pada 25 September 1816 (Latif, kas kerajaan yang kemudian menjadikan 2012:199; Poelinggomang, 2002:57). penguasa kerajaan Lima Ajatappareng makmur dan sejahtera. Hal ini kemudian menjadikan PENUTUP salah penyebab retaknya hubungan antara Arung Pelabuhan Parepare dibangun atas Palakka dengan saudara iparnya, yaitu Todani inisiatif Kerajaan Gowa di bawah pemerintahan Arung Bakkke sebagai raja di kerajaan Limae Tunipalannga Ulaweng. Pelabuhan ini Ajatappareng. sebenarnya bukanlah pelabuhan pertama Kurun waktu antara 1812-1816, yang dibangun di daerah ini, sebab ada dua Pelabuhan Parepare dipersewakan kepada pelabuhan yang telah eksis jauh sebelumnya Kerajaan Sidenreng oleh pemerintah Inggris yaitu Pelabuhan Suppa yang letaknya di muara setelah terlebih dahulu menyerang Suppa Sungai Marauleng dan Pelabuhan Bacukiki yang dan Sawitto yang dibantu oleh addatuang letaknya di muara Sungai KarajaE. Keduanya Sidenreng bernama Lawawo. Ketika kuasa agak menjorok ke dalam yang dilindungi oleh atas pelabuhan ini dipegang oleh Lawawo, sebuah teluk sehingga aman dari terjangan banyak pedagang Bugis, terutama pedagang ombak besar. Tetapi lambat laun Pelabuhan dari Wajo menghindarinya. Penyebabnya adalah Suppa kalah bersaing ketika Pelabuhan Parepare kemungkinan aturan atau bea masuk untuk sudah dibangun. Penyebabnya adalah pelabuhan bongkar muat barang dan jasa terlalu besar ini letaknya agak ke dalam dibanding Pelabuhan sehingga para pedagang mengalihkan tujuannya Parepare sehingga pedagang yang akan pada pelabuhan lain, terutama yang terletak di melakukan transaksi dagang melalui pelabuhan Teluk Bone yang menjadi kuasa Kerajaan Bone. ini, lebih memilih Pelabuhan Parepare yang Kondisi ini berlangsung hingga kekuasaan letaknya lebih dekat. Inggris di Sulawesi Selatan diserahkan kembali Bukan hanya Pelabuhan Suppa yang kepada Belanda. menurun kapasitas bongkar muatnya karena adanya Pelabuhan Parepare, tetapi juga DAFTAR PUTAKA Pelabuhan Bacukiki yang pada abad ke-15-16 Amir, Muhammad. 2013. Konfederasi terkenal sebagai pelabuhan terbesar di kawasan Ajatappareng; Kajian Sejarah Persekutuan Ajattappareng, juga mengalami kemunduran. Anrtar Kerajaan di Sulawesi Selatan Abad Pelabuhan yang disebutkan terakhir itu, memang ke16. Makassar: De La Macca. pedagang sudah kurang berminat untuk berlabuh Andaya.Y, Andaya. 2013. Warisan Arung sebab letaknya jauh ke dalam aliran Sungai Palakka; Sejarah Sulawesi Selatan Abad Karajae. Kenyataan itu mengakibatkan secara ke-17. Makassar: Ininnawa. perlahan juga mengalami kemunduran bahkan Druce, Stephen,C. 2009. The Lands West Of beberapa tahun kemudian sama sekali tidak The Lakes: A History of the Ajatappareng lagi disinggahi pedagang antarpulau, kecuali kingdoms ofd 1200 to 1600 pedagang lokal. CE. Leiden: KITLV Press. Pelabuhan Parepare mulai dikembangkan Hamid, Abu dkk. 2007. Sejarah Bone. Watampone: dengan baik setelah kekalahan Kerajaan Gowa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. dari Belanda dan Bone pada 1667-1669. Ketika Karlina. 2015. Komunitas Tionghoa di Parepare Arung Palakka mulai berkuasa di Sulawesi 1906-1959. Skripsi Sarjana Jurusan Selatan pada 1672, pelabuhan ini menjadi Sejarah Fakultas Sastra Universitas kuasanya, namun pengelolaannya diambilalih Hasanuddin.

216 217 WALASUJI Volume 8, No. 2, Desember 2017: 205—218 Katoe. 2006. Nalar Lokal Pembangunan Pabbicara, Burhanuddin. 2006. Persekutuan Berkelanjutan. Parepare: Yappermi. LimaE Ajatappareng Abad XIV.Makassar: Kila, Syahrir. 2014. Ironi Sang Pembebas: Tesis Univerdsitas Negeri Makassar. Todani Arung Bakke vs Arung Palakka. Pelras. 2006. Manusia Bugis. Jakarta: Nalar. Makassar: Arus Timur. Pemerintah Kota Parepare. 2005. Informasi Jumadi. 2010. Sosok Pejuang Tanah Bugis. Pariwisata Kota Parepare. Parepare: Dinas Makassar: Rayhan Intermedia. Pariwisata. Lapian, Adrian,B. 2008. Pelayaran dan Poelinggomang, Edward L. 2002. Makassar Perniagaan Nusantara Abad Kew-16 dan Abad XIX: Studi Tentang Kebijakan 17.Jakarta: Komunitas Bambu. Perdagangan Maritim. Jakarta: Latif. 2012. “Konpederasi Ajatappareng 1812- Kepustakaan Populer Gramedia. 1906; Sejarah Sosiopolitik Orang Bugis di Poelinggomang, Edward L. dkk. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan”. Malaysia: Fakulti Sains Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar: Badan Sosial, Universitas Kebangsaan Malaysia, Penelitian dan Pengembangan Daerah Bangi. Sulawesi Selatan. Latif. 2014. Para Penguasa Ajatappareng. Poelinggomang, Edward L. 2005. Sejarah Jokyakarta: Ombak. Tanete: Dari Agangnionjo Hingga Mattulada. 1998. Sejarah, Masyarakat, dan Kabupaten Barru. Kabupaten Barru: Kebudayaan Sulawesi Selatan. Makassar: Laporan Penelitian. Penerbit Hasanuddin University Press. Poetra, Juma Dharma. 2014. Biografi Arung Patunru.1969. Sejarah Gowa. Ujung Pandang: Palakka; Jejak Perjuangan dan Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan Kepahlawanan dari Tanah Bugis. dan Tenggara. Makassar: Arus Timur. Patunru. 2004. Bingkisan Patunru: Sejarah Rahman, Arwah dkk. 2009. Merangkai Asa Lokal Sulawesi Selatan. Makassar: Pusat Menggapai Harapan. Parepare: Bagian Kajian Indonesia Timur bekerjasama Humas Setdako. dengan Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin.

218 219