PAMERAN SENI KOLEKSI ISTANA KEPRESIDENAN REPUBLIK 4 5

DAFTAR ISI | CONTENT

SAMBUTAN MENTERI 5 SEKRETARIS NEGARA | FOREWORD FROM MINISTRY OF THE STATE SECRETARY

KURATORIAL | CURATORIAL 8

KARYA | ARTWORK 17

PERUPA | ARTIST 94 4 5

SAMBUTAN

Assalamu’alakum warahmatullahi lukis, patung dan seni kriya, keunggulan budaya Nusantara wabarakatuh, buah karya dari 34 perupa sekaligus memberikan semangat Salam Sejahtera bagi kita semua. Indonesia dan mancanegara. kepada masyarakat untuk terus berkreasi dan berinovasi. Dengan ucapan puji dan syukur Berbeda dengan dua pameran kepada Tuhan YME, kami bangga terdahulu, penyelenggaraan Saya ucapkan terima kasih dan dapat menghadirkan kembali pameran kali ini akan penghargaan yang tinggi pameran seni koleksi Istana menampilkan beragam karya kepada semua pihak yang telah Kepresidenan Republik Indonesia seni, tidak hanya lukisan namun berpartisipasi dalam pameran ini. yang ketiga sebagai bagian beberapa koleksi seni patung Semoga pameran ketiga ini dapat dari rangkaian peringatan HUT dan seni kriya karya para terlaksana dengan lancar dan Kemerdekaan RI yang ke-73. maestro dunia. sukses, serta mendapat apresiasi yang lebih baik dari masyarakat Pameran ketiga ini Pameran koleksi seni Istana luas. Terima kasih. diselenggarakan dalam rangka Kepresidenan ini diharapkan dapat menyambut perhelatan besar memberikan pemahaman yang Wassalammu alaikum Asian Games ke- 18 pada 18 lebih luas tidak sebatas pada nilai warahmatullahi wabarakatuh. Agustus 2018 di mana Indonesia keindahan dan pemaknaan karya, dipercaya kembali menjadi tuan namun yang lebih dalam adalah rumah penyelenggara. menumbuhkan rasa bangga atas persahabatan dan kerja sama Dengan mengusung tema budaya antarbangsa yang telah “Indonesia Semangat Dunia”, dilakukan selama ini. , Agustus 2018 pameran ini diharapkan Menteri Sekretaris Negara dapat menghidupkan dan Karya seni yang dipamerkan ini menggelorakan semangat diharapkan dapat menyajikan berkebangsaan, kreativitas, karya seni terbaik dari koleksi seni sportivitas dan kerja sama Istana Kepresidenan RI, sebagai melalui penyajian 45 karya seni upaya untuk memperkenalkan PROF. DR. PRATIKNO M.SOC.SC 6 7 6 7

FOREWORD

Assalamu’alakum warahmatullahi This exhibition differs from the I would like to express my gratitude wabarakatuh, previous two events for it shows a and my highest appreciation to May peace and grace be upon us. diverse collection of artwork that all parties that are involved in this encompasses not only paintings, but exhibition. May this third event be With praise and gratitude to the also several sculptures and crafts successful and received a good God almighty, we are proud to from world's masters. appreciation from the public. present the third exhibition of the Thank you. Indonesian Presidential Palace We hope that this exhibition can collection to commemorate 73 foster a deeper understanding that Wassalammu'alaikum years of Indonesian independence. extends beyond appreciating the warahmatullahi wabarakatuh. aesthetic value and meanings of the This third exhibition is held in artwork. We hope that it can convey conjunction with the 18th Asian our pride in the international Games that we proudly host, which friendship and cooperation that we opens on 18 August 2018. have achieved.

With the theme, "Indonesia, The We hope to present the best Spirit of the World," we hope that works from the Presidential Jakarta, Agustus 2018 the presentation of 45 works Palace collection in the interest of Minister of the State Secretary of art from 34 Indonesian and introducing the excellence of our international artists will evoke and cultural products and encouraging invigorate the spirit of nationalism, the people to create and innovate. creativity, sportsmanship, and cooperation. PROF. DR. PRATIKNO M.SOC.SC 8 9

KURATORIAL dalam pameran Senandung memperkaya pengalaman kepahlawanan saja yang bisa Ibu Pertiwi 2017. Pameran masyarakat Indonesia maupun menunjukkan semangat sebuah tersebut dibagi menjadi empat tamu yang hadir di Jakarta bangsa. Semangat perjuangan Indonesia subtema: keragaman alam, sepanjang Agustus 2018 ini. dapat juga diekspresikan melalui dinamika keseharian, tradisi metafora, mitologi, legenda, Semangat dan identitas, serta mitologi Lukisan-lukisan terpenting bahkan fabel. Selain itu, semangat dan religi. Keempat aspek suatu negara seringkali bangsa juga tidak terbatas pada Dunia tersebut ditampilkan melalui menggambarkan kisah- aspek perjuangan saja. Banyak beragam karya seni. Banyak di kisah perjuangan yang semangat-semangat lain yang antaranya adalah lukisan yang mengekspresikan semangat pada masa ini sangat penting menggambarkan keindahan suatu bangsa itu. Hal itu dapat untuk dimiliki demi majunya alam Indonesia yang kerap dilihat dalam lukisan-lukisan sebuah bangsa dan negara. digolongkan sebagai lukisan sejarah pada abad ke-19, seperti Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Makna koleksi seni rupa Istana Mooi Indie. Namun pameran La Liberté guidant le peuple (Dewi Kepresidenan kali ini menampilkan Kepresidenan bisa ditilik dari tersebut juga menampilkan Liberte [Kemerdekaan] Memimpin beberapa aspek semangat di berbagai macam sudut pandang, mazhab-mazhab seni rupa yang Rakyat), yang dilukis pelukis antaranya: semangat perjuangan/ sebagaimana sudah kita lihat lain, termasuk karya-karya Romantik termasyur Eugène kemerdekaan, keragaman, kerja dalam pameran-pameran yang abstrak dan realisme sosial yang Delacroix pada 1830. Lukisan sama, kreativitas, globalisasi, dan telah diselenggarakan dalam tiga muncul dan berkembang dalam ini mengingatkan pemirsanya masa depan. tahun ini. sejarah seni rupa Indonesia. akan semangat Revolusi Prancis 1789 yang menggelorakan Pameran pertama yang Pameran ketiga diadakan perjuangan kemerdekaan rakyat diselenggarakan pada 2016, pada 2018 bersamaan dengan dalam semangat persaudaraan Goresan Juang Kemerdekaan, penyelenggaraan Asian Games dan kesetaraan. Selain itu, ada menampilkan karya-karya yang ke-18. Aspek-aspek usaha keras pula lukisan berjudul Washington sebagian besar memperlihatkan serta kerja sama dan kooperasi Crossing the Delaware yang tema perjuangan dan juga karya- yang baik, juga persaingan menggambarkan penyeberangan karya ikonik yang lain. Memang, yang sehat dan sportivitas, Jenderal George Washington pada awalnya, karya-karya seni merupakan pokok-pokok utama melintas sungai Delaware dengan tema perjuangan menjadi dalam perhelatan olahraga yang dengan tentara Kontinental menarik untuk membentuk menginspirasi tema “semangat” pada hari Natal, 25 Desember koleksi republik yang baru untuk pameran kali ini. Beberapa 1776. Jenderal Washington meraih kemerdekaannya melalui karya seni koleksi Istana memimpin pasukannya dalam perjuangan fisik. Kepresidenan selaras dengan serangan mendadak menumpas tema “semangat” yang ingin tentara bayaran Hessian Jerman Bumi pertiwi dan aspek- dibangun. Jika Asian Games ke-18 yang dikontrak Inggris untuk aspek kehidupan berkaitan merupakan perhelatan olahraga, melawan Amerika Serikat di dengan tanah air, yang banyak Pameran Seni Rupa Koleksi Trenton, New Jersey. menjadi subyek karya-karya Istana Kepresidenan Republik seni rupa dalam koleksi Istana Indonesia menjadi perhelatan Namun tentunya bukan Kepresidenan, ditampilkan olah rasa yang diharapkan dapat lukisan-lukisan bertemakan 8 9

ranging from those conveying the fraternity, and equality. Another beautiful nature of Indonesia known painting, Washington Crossing the as Mooi Indie ("Beautiful Indies") to Delaware, illustrates the crossing CURATORIAL works in other approaches from the of the Continental Army across history of Indonesian art, including the Delaware river led by George Indonesia, abstract and social realism. Washington on Christmas day Spirit of in 1776. General Washington led The 2018 exhibition is held in his army in a sudden attack to The World conjunction with the 18th Asian eradicate Britian’s Hessian German Games. Aspects of hard work, contract soldiers who fought the collaboration and cooperation, Americans in Trenton, New Jersey. as well as competition and sportsmanship are the main ideas Indeed, paintings of heroic We can perceive the meanings of behind the celebration of sports acts are not the only ones that the Presidential Palace collection that has inspired us to use “spirit” as demonstrate the spirit of a nation, through various lenses as can be the central theme in the exhibition. as this spirit can be suggested seen in previous exhibitions of the Several works in the collection through metaphors, mythology, collection in the past three years. of the Indonesian Presidential legends, and fables. In addition, Palace are consistent with the the spirit of a nation is not limited The first exhibition in 2016, theme. If the 18th Asian Games to a form attained by physical Goresan Juang Kemerdekaan is the celebration of sports, the struggle, for a nation that aspires presented works that show the exhibition of the Presidential Palace to progress further, must possess theme of struggle and other iconic collection will be the performance spirit in different forms as well. works. These works are significant of aesthetics that enriches the This exhibition shows different as they shaped the national experiences of both Indonesian forms of spirit, such as: the spirit collection of the new republic that people as well as foreign guests in of resistance/independence, achieved its independence through Jakarta this August. diversity, cooperation, creativity, physical resistance. globalization, and the future. The most important artworks of The second exhibition, Senandung a country often depict narratives Ibu Pertiwi, was held in 2017 and of struggle that express the spirit brought forward the works in the of that nation. For example, this Palace’s collection depicting topics spirit is shown in historical painting related to mother earth and the from the nineteenth century, such motherland. The exhibition was as Eugène Delacroix’s 1830 La structured around four sub-themes: Liberté guidant le people (Liberty nature’s diversity, dynamics of Guiding the People). This painting everyday lives, tradition and reminds its audience of the spirit identity, as well as mythology and of the French Revolution in 1789 religion. The four aspects were that ignited people’s struggle represented by various works, in order to achieve freedom, 10 11

Perjuangan Ketiga dipindahkan ke mulai merebut dan mempertahankan Kami poetra dan pada 1946 akibat perang, seniman- kemerdekaan memungkinkan Bangsa yang poetri Indonesia seniman Indonesia banyak memulai warganya untuk dapat dengan Bersatu Dalam mendjoendjoeng bahasa melukis potret-potret pejuang dari bebas melanjutkan perjuangan persatoean, bahasa berbagai daerah sebagai upaya untuk pribadinya, mencapai sasaran Keragaman Indonesia. membentuk sejarah pergerakan cita-cita mereka masing-masing. nasional di Indonesia. Pameran ini Hal ini digambarkan oleh karya Tiga butir keputusan itu kemudian menghadirkan tiga di antaranya: Sang Penombak (1958) dari dikenal sebagai Sumpah Pemuda, Dr. Tjipto Mangunkusumo karya pematung Argentina, Roberto sebuah pernyataan bahwa pemuda Soerono, Muhammad Husni Thamrin Juan Capurro, dan lukisan dari berbagai daerah berikrar karya Sudarso, dan Tuanku Imam Memanah (1944) karya Henk untuk bersatu sebagai bangsa Bonjol karya Harijadi Sumadidjaja. Ngantung. Keragaman yang Indonesia yang menganggap tanah Potret para tokoh dan pejuang bersatu melahirkan bangsa yang Kemerdekaan Republik Indonesia airnya sebagai negara Indonesia dari berbagai daerah dihadirkan merdeka, lalu kemerdekaan yang diproklamasikan pada 17 dan menggunakan bahasa di dalam pameran ini di antara memberi rakyat ruang dan Agustus 1945 merupakan bagian pemersatu yaitu bahasa Indonesia. lukisan anggota masyarakat dari peluang mengembangkan daya. dari perjalanan sejarah yang cukup Perjuangan kemerdekaan kelompok etnis dan lapisan sosial panjang. Pendirian organisasi Indonesia tidak dapat dipisahkan yang beragam: ada lukisan pemuda Boedi Oetomo, 20 Mei 1908, dari keberagaman bangsa kita, Lampung dan petani Toraja serta menandai dimulainya pergerakan yang terdiri dari lebih dari tiga potret-potret perempuan dari nasionalis yang kemudian dikenal ratus kelompok etnis yang berbagai kalangan. sebagai “Hari Kebangkitan tinggal di sekitar delapan ribu Nasional.” Dua puluh tahun setelah dari lebih dari tiga belas ribu Mitos dan legenda terkadang juga itu, Kongres Pemuda Kedua pada pulau Nusantara ini. Persatuan digunakan untuk mengekspresikan 28 Oktober 1928 memutuskan: dalam keberagaman itulah yang perjuangan kemerdekaan, merupakan makna dari Bhinneka sebagaimana dapat dilihat dalam Pertama Tunggal Ika, semboyan negara kita. dua kisah penculikan Sinta Kami poetra dan poetri oleh Rahwana yang menjadi Indonesia, mengakoe Perjuangan kemerdekaan perlambang kolonialisme bertoempah darah Indonesia seringkali dilukiskan oleh para penjajah. Walaupun jang satoe, tanah dalam lukisan sejarah yang banyak muncul interpretasi Indonesia. menggambarkan kisah perjuangan bahwa binatang-binatang yang pada masa Perang Revolusi (1945- digambarkan Raden Saleh Kedoea 1949), seperti yang dapat dilihat dimaksudkan sebagai pernyataan Kami poetra dan poetri pada lukisan Tak Seorang Berniat patriotisme nasionalnya, namun Indonesia mengakoe Pulang, Walau Maut Menanti (1963) perjuangan lelaki Badawi dalam berbangsa jang satoe, karya Rustamadji, serta potret Perkelahian dengan Singa (1870) bangsa Indonesia. Jenderal Sudirman karya Joes sepertinya lebih memperlihatkan Soepadyo (1954), dan Pejuang semangat perjuangan pribadinya (1949) karya Trubus Soedarsono. mempertahankan hidup. Ketika ibu kota Republik Indonesia Perjuangan suatu bangsa untuk 10 11

This declaration later came to be this exhibition alongside paintings known as the Youth Pledge; it is depicting people from various a statement that unites all youth ethnic groups and social classes, A Nation’s from all over Indonesia who speak such as the painting of a youth Struggle the unifying Bahasa Indonesia and from Lampung, a farmer from United in binds them into one nation. We Toraja, and portraits of women Diversity cannot separate the Indonesian from different social backgrounds. struggle for independence from the diversity of our nation that consists Artists also often use myths and of more than three hundred ethnic legends to express the struggle groups living in more than eight for independence. This can be of thirteen thousand islands in this seen in the paintings depicting archipelago. This notion of unity in the scene where Sinta is taken The Indonesian independence was diversity is the essence of nation’s by Rahwana, which functions as proclaimed on 17 August 1945, and motto, Bhinneka Tunggal Ika. a representation of colonialism. this is one episode of a long history. Despite various efforts to The founding of Boedi Oetomo on The Indonesian struggle for interpret Raden Saleh’s paintings 20 May 1908 marked the beginning independence is often portrayed of wild animals as expressions of the nationalist movement, which in history paintings depicting the of his nationalist patriotism, the came to be known as “National narrative of struggle during the painting Fight with Lion (1870) Awakening Day.” Twenty years later, War of Revolution (1945-1949), as seems to represent his personal the Second Youth Congress held on shown in the painting No One Intends struggle for survival. 28 October 1928 declared: to Come Home Even Though Death Awaits Us Here (1963) by Rustamadji, The struggle of a nation to seize First the portrait of General Sudirman by and defend its independence We, the sons and Joes Soepadyo (1954), and Trubus enables its people to freely daughters of Indonesia, Soedarsono’s Fighter (1949). When continue their own struggles in acknowledge one the capital of Indonesia moved to order to achieve their dreams. motherland, Indonesia. Yogyakarta in 1946 because of the This is shown in the works The war, many artists began to paint Harpooner (1958) by Argentinian Second portraits of the fighters as part of sculptor Roberto Juan Capurro, We, the sons and the effort to shape the history of and Shooting an Arrow (1944) daughters of Indonesia, the Indonesian national movement. by Henk Ngantung. Unity acknowledge one nation, This exhibition presents three in diversity gives birth to an Indonesia. portraits of national fighters: Dr. independent nation and freedom Tjipto Mangunkusumo by Soerono, gives people the necessary Third Muhammad Husni Thamrin by space and opportunities to We, the sons and daughters Sudarso, dan Tuanku Imam Bonjol develop their potential. of Indonesia, uphold the by Harijadi Soemadidjaja. These language of unity, the portraits of fighters from various Indonesian language. parts of the country are presented in 12 13

Bergotong Royong, keyakinan pada Tuhan Yang yang merdeka, Wage Rudolf Maha Esa, gotong royong Supratman mulai menggubah Bersama Bercipta memiliki makna sangat penting lagu Indonesia Raya pada 1924. Karya dalam kehidupan masyarakat menulis pemikiran- kita. Bahkan, Sukarno sempat pemikirannya tentang perempuan menyebutnya sebagai Ekasila, dan hubungannya dengan intisari dari Pancasila.2 perjuangan bangsa Indonesia dalam buku Sarinah yang terbit Dengan menggunakan tahun 1960-an.3 pendekatan estetis yang berbeda-beda, para perupa Di dunia modern, karya cipta melukiskan dinamika keseharian memang seringkali merupakan dari para nelayan dan petani buah tangan individual. Namun, Tradisi kehidupan bermasyarakat yang bergotong royong demi kesuksesan produksi dan di Indonesia tidak lepas dari kebutuhan dan kebahagiaan distribusi tentunya ditentukan semangat yang dikenal dengan bersama. Hasil karya mereka seberapa baik upaya kerja sama gotong royong. Di seluruh senantiasa mengingatkan kita pihak-pihak yang dibutuhkan Indonesia, rakyat bekerja betapa pentingnya kerja sama untuk ikut terlibat di dalamnya. bergotong royong, bahu bahu-membahu itu. Kita menjunjung hak cipta, membahu untuk membuahkan namun gotong royong dan kerja hasil yang lebih besar Dalam kehidupan bermasyarakat, sama tetap diperlukan untuk dibandingkan bekerja secara kemerdekaan seorang mendukung keberhasilan cipta 1 Sukarno, Lahirnja Pantja-Sila: individu tanpa ada kerja sama warga tidak terpisahkan dari karya yang sebaik-baiknya. Bung Karno menggembleng Dasar- dasar Negara (Yogyakarta: Oesaha satu sama lain. ketergantungannya dengan Penerbitan Goentoer, 1949), hal. 45. warga yang lain. Tiap warga 2 Ibid. 3 Sukarno, Sarinah: Kewajiban Wanita Sukarno mendefinisikannya: punya peran masing-masing, Dalam Perdjoangan Indonesia, dan kerja sama mereka dapat (Jakarta: Panitya Penerbit Buku-Buku "Gotong rojong adalah membuahkan hasil yang tidak Karangan Presiden Sukarno, 1963) pembantingan-tulang bersama, mungkin tercapai jika tidak pemerasan-keringat bersama, dipikirkan, direncanakan, dan perdjoangan bantu-binantu dikerjakan secara bersama- bersama. Amal semua buat sama. Pertunjukan tari Saman- kepentingan semua, keringat Seudati, pergelaran wayang semua buat kebahagiaan semua. kulit, ataupun tarian Pakarena, Ho-lopis-kuntul-baris buat hanya bisa terlaksana jika semua kepentingan bersama! Itulah pemerannya bekerja sama dan Gotong Royong! 1 " berkoordinasi sehingga hasilnya terharmonisasi dengan baik. Sebagai intisari dari sikap persatuan kebangsaan, pandangan Terinspirasi suatu aspirasi kesejahteraan bersama, serta terbentuknya suatu bangsa 12 13

Using various artistic approaches, artists paint the daily lives of fishermen and farmers working Mutual Cooperation, together to achieve prosperity and Creating Together happiness. Their artwork continues to remind us of the importance of working together.

In a society, the freedom of one citizen cannot be separated from her or his dependence on another citizen. Everyone has to play their role so that their combined efforts can The lives and traditions of the yield a result that is impossible to Indonesian people cannot be achieve without thinking, planning, separated from the notion and cooperating together. A dance of gotong royong, or mutual performance of Saman-Seudati, a cooperation. People across wayang shadow puppet play, or the Indonesia work together to Pakarena dance, can only be performed produce greater outcomes if each individual works together and than what could be achieved coordinates harmoniously. by working individually without cooperating. Inspired by the aspiration to create a free nation, Wage Rudolf Supratman Sukarno defines gotong royong: began to compose the national "Gotong royong is to work our anthem Indonesia Raya in 1924. fingers to the bones together, Sukarno wrote about his ideas of to sweat together, and to strive women and their roles in attaining together. The benefit of our works independence in his book Sarinah that is for all of us, the result of our was published in the 1960s.3 sweat is for our happiness. Ho- lopis kuntul-baris for our interest! Even if in the modern world, works That is Gotong Royong!1" of art are made by individuals, their successes in production and Gotong royong has an important distribution are determined by the meaning in our society as the degree of collaboration among essence of the unity of our the involved parties. We uphold nationhood, of equal prosperity, the importance of copyrights, but and of our belief in God. Sukarno collaboration and gotong royong are even referred to it as the Ekasila still required to support the success or the essence of Pancasila.2 of creative work. 14 15

Menjadi Di masa damai perupa hadiah Presiden Filipina Elpidio EPILOG bereksplorasi lebih jauh Quirino pada 1951, sedang Pameran Indonesia Semangat Warga Dunia lagi melampaui batasan patung Sang Penombak (1958) Dunia menampilkan 45 karya seni Menyongsong kebangsaannya. Karya perupa karya Roberto Juan Capurro buah tangan 34 perupa. Karya- Shinsui Itō dalam koleksi Istana merupakan kenang-kenangan karya seni yang merupakan koleksi Masa Depan Kepresidenan, menggambarkan dari Presiden Argentina Dr. Istana Kepresidenan Republik wanita penari Bali, berbeda dari Arturo Frondizi pada 1959. Indonesia ini merupakan cerminan karya-karyanya yang lain. Perupa Dalam kunjungannya ke Hongaria dari suatu negara dengan yang pernah ditempatkan di pada 1960 dan 1961, Presiden semangat perjuangan, semangat Indonesia semasa pendudukan Sukarno mengunjungi studio kemerdekaan, semangat Jepang ini rupanya diminta Zsigmond Kisfaludi Stróbl dan keragaman, dan semangat gotong untuk kembali mengunjungi memesan patung Pemanah serta royong. Semangat mendunia ini Indonesia untuk berkarya. belasan patung lainnya.2 Karena melampaui nasionalisme yang Suatu bangsa dan negara tidak Sebaliknya, perupa Basoeki apresiasi yang ditunjukkan patriotik dan sempit karena dapat lagi mengisolasikan Abdullah melukiskan perempuan- oleh Sukarno, pada 1963 sang menjunjung tinggi kemanusiaan, dirinya atau merasa dirinya lebih perempuan dari berbagai negara. pematung membuat patung menyeluruh dan maju, serta hebat dari negara-negara lain Demikianlah semangat para Perempuan Indonesia (Indonéz memandang ke masa depan yang di dunia. Mau tidak mau suatu perupa menyongsong masa depan nő). Tokoh-tokoh yang terlibat damai dan cerah. Itulah semangat bangsa harus melihat dirinya dengan internasionalisme, menuju dalam upaya diplomasi budaya Indonesia; Indonesia adalah sebagai bagian yang tidak kesetaraan, persaudaraan, dan itu telah lama meninggalkan kita, semangat dunia. terpisahkan dari dunia global. perdamaian dunia. tapi karya-karya seninya masih “Tanah air kita Indonesia hanya terus menjadi peringatan atas satu bahagian kecil saja dari Banyak dari karya yang menjadi persahabatan antarbangsa itu. pada dunia! Ingatlah akan hal koleksi Istana Kepresidenan Terbukti, vita brevis, ars longa ini!” seru Sukarno. Beliau juga merupakan bagian dari upaya (“hidup itu singkat, sedang seni mengingatkan bahwa Gandhi diplomasi budaya, baik dari itu langgeng”)! menyatakan, ”kebangsaan saya negara sahabat kepada Indonesia adalah perikemanusiaan” (“My maupun sebaliknya. Karya- nationalism is humanity“).1 karya seni ciptaan perupa mancanegara yang ditampilkan Dalam seni rupa, batasan dalam pameran ini ada yang kebangsaan digantikan merupakan pemberian kepala oleh nilai-nilai kemanusiaan negara atau kepala pemerintahan 4 “For me patriotism is the same as yang universal. Hal ini jelas negara sahabat kepada Presiden humanity,.” ditulis Gandhi dalam artikelnya di Young India, 16 Maret 1921, dalam The terlihat pada patung Pejuang Sukarno, dan ada pula yang Collected Works of Mahatma Gandhi, vol. Soviet, Sang Pembebas kaya diketahui dipesan oleh Presiden 19 hal. 427. 5 Yevgeny Vuchetich yang Sukarno sebagai apresiasinya Terima kasih kepada Duta Besar Hongaria Judit Pach danSekretaris Pertama memperlihatkan seorang kepada karya seni perupa Kedutaan Besar Hongaria Katalin perwira Soviet menyelamatkan negara sahabat itu. Lukisan Böszörményi-Nagy atas informasi tentang pematung Zsigmond Kisfaludi Strobl. anak perempuan Jerman dari Menanam Padi (1951) karya Presiden Sukarno mengunjungi studio kekuasaan Nazi. Fernando Amorsolo merupakan Strobl pada 15 April 1960 dan 30 Mei 1961. 14 15

occupation, he was asked to revisit were part of the country’s cultural EPILOGUE Indonesia to create more artwork diplomacy are long gone, but their The exhibition Indonesia, the Spirit because of his fascination with the artworks continue to remind us of of the World presents 45 artworks Becoming a country. Similar to Itō, Indonesian the friendship between nations. The by 34 artists. These works that World Citizen painter Basoeki Abdullah liked words Vita brevis, ars longa (“life is are in the collection of the to Welcome to paint women from various short, but art lives long”) are proper Indonesian Presidential Palace are the Future countries. These examples show to illustrate this situation! reflections of a nation with a spirit how artists welcome the future of resistance, freedom, diversity, with internationalism, equality, and gotong royong. The spirit fraternity, and world peace. to become part of the world is beyond the notion of chauvinistic Many of the works collected in nationalism, for it upholds the Presidential Palace represent humanity; it is holistic and A nation cannot afford to isolate acts of cultural diplomacy, given progressive; and it looks forward itself or to perceive itself as more by countries allied to Indonesia. to a peaceful and brighter future. superior than other nations. It has Several artworks from international That is the spirit of Indonesia; to be an inseparable part of the artists shown in the exhibition Indonesia is the Spirit of the World. global world. Sukarno proclaimed, are gifts from presidents and “Our motherland is only a head of states of allied countries small part of the world! Always to President Sukarno. There are remember this!”1 Sukarno also also works that were acquired by reminded us of Gandhi’s words, Sukarno, who appreciated the “My nationalism is humanity.”2 artistic qualities of the artists. Rice Planting (1951) by Fernando The limits of nationalism in art Amorsolo was gifted by the are replaced by the principle of President of the Philippines, Elpidio universal humanity. This is clearly Quirino, in 1951, while the sculpture shown in the sculpture Soviet of Roberto Juan Capurro, The Warrior, The Liberator by Yevgeny Harpooner (1958), was given as a Vuchetich that portrays the heroic present in 1959 from the President act of a soviet soldier saving a of Argentina, Dr. Arturo Frondizi. young German girl from Nazis. In his state visits to Hungary in 1960 and 1961, Sukarno bought During peaceful times, artists the sculpture titled Archer by explore beyond the limits of their Zsigmond Kisfaludi Stróbl as well nationalities. The work of Shinsui as several of other works from Itō in the Palace collection paints Stróbl’s studio.3 Because of the a picture of a female Balinese appreciation shown by Sukarno, dancer is distinct from his other Stróbl made a sculpture inspired by paintings. Having been stationed Indonesia titled Indonesian Woman in Indonesia during the Japanese (Indonéz nő). These artists that

KARYA PERJUANGAN BANGSA YANG BERSATU DALAM KERAGAMAN

ARTWORK A NATION’S STRUGGLE THAT UNITED IN DIVERSITY 18 19

Roberto Ketika Presiden Sukarno and my ancestors, as far as my berkunjung ke Argentina pada family remembers, were all people Juan Capurro 1959, beliau rupanya melihat of the sea.”1 Capurro created his patung Sang Penombak di sculpture The Harpooner2 (El Ar- Museum Seni La Boca dan ponero) in 1958, and it is one of his menyatakan kekagumannya many works that depict the lives of pada karya itu.3 Mengetahui hal people who live close to the sea. tersebut, Presiden Argentina Dr. Arturo Frondizi menawarkan Another edition of Capurro’s sculp- sebuah edisi patung itu sebagai ture is owned by the La Boca Art Roberto Capurro (1903-1971), kenangan atas kunjungan Museum in Argentina, and another adalah seorang perupa yang Sukarno.4 Presiden Sukarno is installed at the city park in Mo- berasal dari daerah La Boca di tentunya menerima tawaran bile, Alabama, United States.3 Buenos Aires, Argentina. La tersebut dan mengatakan bahwa Boca yang dalam bahasa Spanyol patung itu akan dipamerkan di President Sukarno declared his secara harafiah artinya mulut, taman Istana Kepresidenan di awe over the sculpture when he mengacu pada tempat di mana mana terpajang patung-patung visited the La Boca Art Muse- sungai La Plata bermuara ke Laut dari perupa terkenal dunia. um as part of his official visit to Atlantik Selatan. Argentina in 1959.4 The President Bagi Sukarno sosok penombak of Argentina, Dr. Arturo Frondizi, "Saya lahir di La Boca del yang digambarkan Capurro was aware of Sukarno’s fascination Riachuelo, di antara tongkang, sangat sesuai dengan semangat and offered an edition of the same 1 Karya ini masuk dalam album Koleksi kapal dan tiang. Air adalah elemen perjuangan yang ingin sculpture to him as a memento of Lukisan dan Patung Koleksi Presiden 5 Sukarno Dari Republik Indonesia saya, keluarga dan leluhur saya disampaikan kepada masyarakat Sukarno’s visit. Sukarno accepted (susunan Lee Man Fong, 1964), sejauh yang kami ingat, semua Indonesia yang sebenarnya juga the gift and said that the sculpture Volume V pl.10, namun dengan orang laut," kata Capurro, yang merupakan bangsa pelaut. would be exhibited in the court- kekeliruan judul karya. Inskripsi “fundicion ATENAS bs aires” yang memang dikenal sebagai "sang yard of the Presidential Palace merupakan stempel dari nama pematung dari laut."1 Patung along with other sculptures from pengecoran perunggu tempat Sang Penombak2 (El arponero) world famous artists. patung ini diproduksi, rupanya salah diinterpretasikan sebagai judul karya diciptakannya tahun 1958 dan Atenas Dewa Perang. merupakan satu diantara banyak Roberto Capurro (1903-1971) is an For Sukarno, the figure of the 2 Melgarejo Paola, “Benito Quinquela Martín Y El Sueño De Una Colección: karyanya yang bertema kehidupan artist from La Boca, Buenos Aires, harpooner depicted by Capurro Esculturas En El Museo De Bellas masyarakat di daerahnya yang Argentina. In Spanish, La Boca means represents a spirit similar to one Artes De La Boca” in Las Colecciones dekat sekali dengan alam laut. “mouth,” as it refers to the place that Indonesians should possess as del Museo Benito Quinquela Martin: Esculturas, (Ciudad Autonoma de where the La Plata River flows to- maritime people. Buenos Aires: Foundation OSDE, Edisi dari karya R.J. Capurro wards the South Atlantic Ocean. 2015), p. 30–31. 3 ini berada di Museum Seni La Terima kasih kepada Duta Besar Capurro, who is known as the Argentina Ricardo Luis Bocalandro Boca di Argentina dan juga di “sculptor from the sea,” states, "I dan Wakil Duta Besar Leandro taman kota Mobile di Alabama, was born in La Boca del Riachuelo, Waisman atas perhatian dan bantuan 2 mereka sehingga kami mendapatkan Amerika Serikat. between barges, boats and masts. banyak informasi tentang patung ini Water is my element, so to speak, 4 “Obsequio Presidencial”, La Nacion, 10 November 1959. Museum Seni La Boca kini dikenal sebagai Museo Benito Quinquela Martín, sebagai penghormatan kepada perupa terkenal yang banyak menyumbangkan karya seni pada museum itu. 5 Ibid. 18 19

Foto yang terbit di harian La Nacion 10 November 1959 memperlihatkan Capurro berbincang dengan Tengku Malmun Habijah, Chargé d’Affaires ad- interim Kedutaan Indonesia, di depan patung El arponero di Kementerian Luar Negeri Argentina. (Foto atas perkenan Kedutaan Argentina di Indonesia)

A photograph in La Nacion 10 November 1959 shows Capurro chatting with the ad-interim Chargé d’Affaires of Indonesia Mr. Tengku Malmun Habijah in front of his sculpture El arponero at the Ministry of Foreign Affairs. (Photo courtesy of The Embassy of Argentina in Indonesia)

Roberto Juan Capurro Penombak | El Arponero | The Harpooner 1959 perunggu | bronze 85 cm 20 21 20 21

Henk Ngantung Soebardjo, Menteri Sosial Iwa kemudian diikutkan dalam pameran Koesoemasumantri, Menteri Keimin Bunka Sidhoso (Lembaga Kehakiman Soepomo, Menteri Kebudayaan Jepang) di Jakarta Penerangan Amir Sjarifoedin, pada 1944.”3 Sekretaris Negara Abdoel Gaffar Pringgodigdo, dan Bung Karno rupanya menonton Menteri Negara A. A. Maramis. pameran tersebut, dan terkesan pada lukisan Ngantung. Menurut Lukisan Henk Ngantung memang Agus Dermawan T., memesona, dan terekam dalam Tak lama setelah kemerdekaan, gambar Tony Rafty, seniman/ Bung Karno sangat menyukai beberapa dari anggota Kabinet karikaturis zaman perang dari lukisan ini lantaran bertema orang Presidensial (kabinet pertama Australia, yang juga hadir pada memanah. Dalam pemahamannya, Republik Indonesia) mengadakan peristiwa itu. memanah adalah lambang kesatriaan suatu pertemuan di kediaman dan keterampilan yang mengkristal Bung Karno, Jl Pegangsaan Lukisan Memanah sudah ada dalam kebudayaan Jawa serta Timur 56, yang ramai diliput di beranda kediaman Bung kosmologi wayang. Panah dianggap pewarta asing. Dalam cuplikan Karno ketika Republik Indonesia representasi dari senjata utama yang diberitakan televisi pada diproklamasikan tanggal 17 bangsa Timur dan Selatan, seperti 1945 tampak bahwa pertemuan Agustus 1945 sehingga dapat halnya senapan bagi bangsa Barat.4 itu terjadi di depan lukisan dikatakan bahwa lukisan itu Memanah karya Henk Ngantung menjadi saksi Proklamasi Beliau kemudian mendatangi yang terpajang di beranda Kemerdekaan Indonesia yang rumah Ngantung, dan menyatakan rumah Bung Karno. terjadi di depan beranda rumah niatnya membeli lukisan itu. Namun, Bung Karno. beliau mengkritisi karya tersebut Peristiwa itu terjadi pada 3 dengan menunjukkan beberapa Oktober 1945, ketika Sukarno Menurut Henk Ngantung, kelemahan pada penggambaran dan kabinetnya menyatakan lukisan itu mulai dikerjakan pada lengan figur dalam lukisan. Bung dengan tegas menolak akhir 1943. Konon, Ngantung Karno lantas memperagakan lengan untuk bertemu dengan Dr. menjadikan rekannya, penulis orang memanah. Sang pelukis pun Van Der Plas atau wakil Marius Ramis Dajoh, sebagai memperhatikan, kemudian membuat Pemerintah Belanda yang lain model tokoh utama dalam sketsa-sketsa. Setelah itu, Ngantung untuk membahas masalah lukisannya. Namun ada pula memperbaiki postur sang pemanah Kemerdekaan, sebagaimana pendapat bahwa sang pelukis dalam lukisannya, sesuai pose diberitakan beberapa pers melukiskan sosoknya sendiri.2 Bung Karno. Pada lukisan tertera Australia.1 Dalam pertemuan “7-IX-’04” yaitu 7 September 1944,5 itu tampak Presiden Sukarno, Agus Dermawan T. mencatat, menandai tanggal rampungnya Wakil Presiden Mohammad “Karena keterbatasan kanvas, lukisan Memanah. Hatta, Menteri Dalam Negeri ia membuatnya di atas landasan Lukisan itu kemudian dibawa R.A.A. Wiranatakusuma, tripleks berukuran 152 x 152 ke kediaman Bung Karno, Jl. Menteri Luar Negeri Ahmad cm. Lukisan cat minyak ini Pegangsaan Timur 56,6 dan

Hendrik “Henk” Hermanus Joel Ngantung Memanah | Shooting an Arrow 1944 cat minyak pada papan | oil on board 152 x 152 cm 22 23

dipasang di beranda rumah, with Dr. Van de Plas or other menyambut setiap orang yang representatives of the Dutch datang berkunjung. Memang, colonial government to discuss seperti dikatakan Sitor issues of independence.1 Joining Situmorang, lukisan itu menjadi Sukarno in the meeting were the “... simbol fajar kemerdekaan Vice President Mohammad Hatta, menyingsing.”7 the Minister of Interior R.A.A. Wiranatakusuma, the Minister of Pencerapan mendalam Bung Karno Foreign Affair Ahmad Soebardjo, atas orang memanah ini pada the Minister of Social Affair Iwa kurun berikutnya tergambar dari Koesoemasumantri, the Minister sejumlah koleksi monumentalnya, of Justice Soepomo, the Minister seperti patung karya Strobl yang of Information Amir Sjarifoedin, ditempatkan di halaman Istana the Secretary of State Abdoel Negara, serta patung Rama Gaffar Pringgodiggo, and the State Memanah di halaman Gelanggang Minister A.A. Maramis. Olah Raga Senayan. The allure of Ngantung’s painting was captured in a drawing by an Australian war caricaturist, Tony

Rafty, who attended the meeting. nla.obj-135836141. Australia, of Library © National Not long after independence, several members of the Presidential Shooting an Arrow was already Tony Rafty, Sketsa Sukarno dan anggota kabinet di rumahnya, Cabinet (the first cabinet of the hanging in Sukarno’s home when the di depan lukisan Memanah karya Henk Ngantung. Republic of Indonesia) held a Republic of Indonesia was declared Tony Rafty, Sketch of Sukarno and his cabinet members at his meeting in Sukarno’s home at Jl. on 17 August 1945. It witnessed the home, in front of Henk Ngantung’s Shooting an Arrow. Pegangsaan Timur 56. The meeting proclamation of independence that was covered widely by foreign took place in front of the veranda in journalists. Some footages from Sukarno’s home. TV news broadcast in 1945 shows that the meeting occurred in Ngantung mentions that he started front of Henk Ngantung’s painting to work on the painting at the end Shooting an Arrow, which was hung of 1943. He purportedly asked his in Sukarno’s home. friend, writer Marius Ramis Dajoh, to pose as the model. However, As reported by several some argue that Ngantung painted Australian news outlets, the himself.2 meeting occurred on 3 October Agus Dermawan T. notes, “Due to 1945 and resulted in a strong the limited supply of canvas, he statement, with the members (Ngantung) painted on a 152 x 152 of the meeting refusing to meet cm hardboard. In 1944, this painting 22 23

was exhibited in an exhibition at who visited. As stated by Sitor Keimin Bunka Shidoso (Japanese Situmorang, the painting became Cultural Center) in Jakarta.”3 “… the symbol of the rising sun of independence.”7 Sukarno attended the exhibition and was immediately affected by Sukarno’s deep understanding of the painting. Agus Dermawan T. shooting an arrow is subsequently further notes: manifested in his monumental collection, including in the Bung Karno loved this painting as sculpture by K. Strobl placed in the it depicts someone shooting an Presidential Palace courtyard, and arrow. In his perception, shooting in the statue of Rama Memanah an arrow bears the crystallized (Rama Shooting an Arrow) installed notion of valor and artistry in at Senayan Sport Complex. Javanese culture and shadow

puppet cosmology. An arrow is Images © Getty considered to represent the main weapon of people of the East and Pertemuan Sukarno, Hatta, dan kabinetnya the South, similar to a rifle for bersama media di rumah Pegangsaan Timur. Western people.4 Sukarno, Hatta, and his cabinet held a meeting with the media at his house at Sukarno proceeded to pay a visit to Pegangsaan Timur. Ngantung’s house and expressed his interest in buying the painting. However, Sukarno criticized the work and pointed out a few 1 “Indonesian Trouble”, Barrier Daily 1945, hal. 5, “Sukarno Will Not Meet Jepang, yaitu cara penghitungan weaknesses in the depiction of the Truth (Broken Hill, NSW.), Thu 4 Dutch”, Queensland Times (Ipswich) tahun di Jepang berdasarkan tahun Oct 1945, hal. 1, “Sukarno Cabinet (Qld. : 1909 - 1954) Thursday 4 Kaisar Jimmu [神武天皇] (711 SM - 585 shooter’s arm. Sukarno then posed Decline Invitation To Conference October 1945, hal. 1. SM) naik tahta pada tahun 660 SM. his arm while Ngantung studied it Independence Indonesia” Morning 2 Menurut Kamang Ngantung, putra Mengikuti hitungan Tahun Jepang, and made sketches. He fixed the Bulletin (Rockhampton, Qld.) sang pelukis, figur dalam lukisan tahun 1944 Masehi adalah 2604. Thursday 4 October 1945, hal. 1, itu adalah ayahnya sendiri. Lihat 6 Menurut Agus Dermawan, lukisan arm of the shooter according to “Java Unrest. Independence Move. “Pameran Koleksi Istana Bikin Bangga itu diboyong oleh Bung Karno ke Sukarno’s pose. Shooting an Arrow Republicans Obdurate. Refuse To Keluarga Pelukis”, Lensa Indonesia, rumahnya setelah selesai. Lihat was finished on 7 September 1944 Meet Dutch”, The West Australian edisi 151, 26 Agustus 2016, hal. 8. Agus Dermawan, op.cit. Sedangkan, (Perth, WA) Thursday 4 October 3 Agus Dermawan T, “Nasib menurut Sitor Situmorang pada as indicated by the writing “7-IX- 1945, hal. 7, “Sukarno Refuses To Buruk Lukisan Sejarah”, dalam tulisannya, Bung Karno ingin ‘04” on the canvas.5 Confer With Dutch”, Advocate Agus Dermawan T., Sihir Rumah langsung membawa lukisan itu (Burnie, Tas.), Thursday 4 October Ibu: Menyidik Sosial Politik ketika itu juga, karena sedang ada 1945, hal. 1, “Sukarno Declines dengan Kacamata Budaya, tamu menunggunya. Lihat Sitor The painting was then brought to Offer To Confer”, Townsville Daily (Jakarta:Kepustakaan Populer Situmorang, “Bung Karno dan Sukarno’s home at Jl. Pegangsaan Bulletin (Qld.) Thursday 4 October Gramedia, 2015), hal. 92-93. Seniman” dalam katalog pameran 1945, hal. 1, “No Hearing For 4 ibid. Bung Karno & Seni (Jakarta: Yayasan 6 Timur 56, and displayed on the Dutch Government”, Northern Star 5 Pada masa pendudukan Jepang, di Bung Karno, 1979), hal. 26. veranda to greet every guest (Lismore, NSW) Thursday 4 October Indonesia juga diberlakukan Tahun 7 Sitor Situmorang, ibid., hal. 27. 24 25

Pelukisan Perang Revolusi 1945–49 dan Tokoh Tokohnya

Perang Revolusi (1945–1949) Depiction of the War of merupakan puncak dari Revolution (1945-1949) and perjuangan mempertahankan Its Figures kemerdekaan dari pasukan Belanda yang datang kembali The Revolutionary War (1945– untuk menguasai Indonesia. 1949) was the height of the Walau dalam suasana perang, struggle to defend Indonesian pelukis tetap aktif melukis. independence from the Dutch Mereka banyak melukiskan who returned to re-conquer kehidupan sehari-hari selain Indonesia. Even in the midst juga sempat membuat sketsa of war, artists continued to mendokumentasikan suasana paint. They depicted people’s ketika pecahnya peperangan, daily lives, sketched the atau pun pada saat perundingan atmosphere when the war penting dilaksanakan. Karena started, and documented merupakan perlambang important negotiations. Due to perjuangan kemerdekaan, Perang its significance in the struggle for Revolusi dan tokoh-tokoh yang independence, the Revolutionary berperan di dalamnya menjadi War and its heroic figures tema yang terus ditinjau kembali remained an important theme dan dilukis bahkan jauh setelah to be explored and painted by perang usai. artists even after the war ended.

Trubus Soedarsono Pejuang | Fighter 1949 cat minyak pada kain | oil on cloth 95,5 x 77,5 cm 24 25

Trubus Soedarsono ini adalah seorang perwira The Fighter by Trubus Soedarsono his kris on his front side emerging Brigade X Mataram.1 Tanda that is dated 8 September 1949 from the inside of his coat. This pangkat pada pundaknya, depicts an officer of the Indonesian depiction of an officer in the yang menyerupai bintang Army sitting on a car. He wears Brigade X Mataram wearing a kris ditempatkan pada bidang a shirt and khaki pants, as well shows that despite his duty to dengan warna bahan yang as a gun and a kris holstered on defend his country as part of the berbeda, menunjukkan his leather belt. A red and white Indonesian National Army, he still pangkatnya adalah Mayor. scarf is wrapped around his upholds Javanese traditions and Layak diperkirakan bahwa neck, covered by the collar of his they remain an important part of perwira ini punya peran cukup shirt. The military insignias that his life. Lukisan Pejuang karya Trubus penting dalam Serangan decorate his shoulders show a pair Soedarsono yang bertanggal 8 Umum 1 Maret 1949. Apakah of crossed riffles forming an X on September 1949 ini melukiskan mungkin yang dilukis itu top, and a star that sits on a green seorang perwira Tentara Republik adalah Mayor Sardjono yang rectangle on the bottom. Attached Indonesia sedang duduk di atas pada serangan bersejarah itu to his left arm is a round red sebuah mobil. Ia mengenakan memimpin pasukan dari arah emblem with an “X” in the middle. stelan baju dan celana panjang selatan kota Yogyakarta? He also wears a black cap with berwarna khaki, dengan sabuk another emblem on it. pinggang kulit di mana sarung Dalam acara-acara ritual pistolnya dipasang dan kerisnya tradisi Jawa, keris umumnya The red emblem on his left arm diselipkan. Setangan leher merah dikenakan di bagian belakang forming an "acts" suggests the putih dibalut di lehernya, di (di punggung), Pemakaian keris figure in this painting was an officer bagian dalam dari kerah bajunya. di bagian depan menunjukkan in the Brigade X Mataram.1 The star Tanda pangkatnya pada kedua kewaspadaan dan sikap siap insignia on his shoulder indicates his pundaknya memperlihatkan siaga. Beberapa foto dan juga rank as a Major. It is possible that sepasang pistol bersilang lukisan Joes Soepadyo dalam this officer played an important role membentuk huruf X pada bagian pameran ini memperlihatkan in the General Offensive of 1 March atas, dan di bawahnya terdapat bahwa Jenderal Sudirman 1949. Might this painting perhaps sebuah bintang pada bidang bujur mengenakan kerisnya di bagian depict Major Sardjono, who led his sangkar berwarna hijau. Pada depan tubuhnya, menyembul troops towards the southern part of lengan kiri perwira itu terpasang dari balik mantelnya. Yogyakarta in this historic attack? sebuah lencana bulat berwarna Pelukisan perwira Brigade merah dengan tanda “X” di X Mataram mengenakan In many Javanese rituals, the kris tengahnya. Ia juga memakai peci keris mengisyaratkan bahwa is often worn on the man’s back.

hitam dengan sebuah lencana di dirinya adalah seorang yang Wearing kris on the front side of 1 Terima kasih kepada Mahandis bagian depannya. dalam kesiapannya bertugas one’s body often signifies vigilance Yoanata Thamrin yang telah membela negara sebagai and readiness. Several photographs memberikan informasi ini, juga kepada rekan¬rekan lain yang sudah Dari lencana bulat berwarna Tentara Nasional Indonesia, as well as the portrait of General membantu mengidentifikasi lambang merah dengan tanda “X” yang juga tetap menjunjung tinggi Sudirman by Soepadyo that are lencana dan pangkat yang tampak presented in this exhibition show dalam lukisan ini, terutama Iwan Ong dikenakannya, bisa diperkirakan tradisi Jawa yang merupakan Santosa, Adrian Vickers, dan Joko bahwa tokoh yang dilukis Trubus bagian penting dari hidupnya. how General Sudirman often wore Apridinoto. 26 27

Rustamadji

Suasana pada masa Perang Revolusi Before the war ended in 1949, pernah dilukiskan Sudjojono Sudjojono had painted the dalam lukisan Seko yang dilukisnya atmosphere of the War of sebelum perang usai pada 1949. Revolution in his painting Seko. Namun tema perang sering The theme remained powerful as diangkat kembali, misalnya dalam it was explored by Sudjojono in his lukisan Mengungsi karya Sudjojono work, Mengungsi (Taking Refuge), tahun 1952 dan Pengantin Revolusi in 1952, and by Hendra Gunawan karya Hendra Gunawan tahun 1955. in his 1955 painting titled Sudjojono terus mengeksplorasi Pengantin Revolusi (Revolutionary tema itu di tahun 1960an dan Bridegroom). Sudjojono continued bahkan hingga 1983. to render the same theme in the 1960s and even as late as 1983. Sebagai seorang yang pada usia muda belajar melukis di dalam As someone who studied painting Seniman Indonesia Muda yang during his youth in Seniman didirikan di Madiun1, Rustamadji Indonesia Muda (SIM, Young pun rupanya terinspirasi oleh Indonesian Artists) founded in Sudjojono dan beberapa kali Madiun,1 Rustamadji was inspired by melukis tema perang yang Sudjojono. He painted paintings of menjadi perlambang semangat war that represent the spirit of the perjuangan bagi banyak seniman. struggle for many artists. Regarding Pada karya yang menjadi this particular work that was koleksi Istana Kepresidenan ini, collected by the Presidential Palace, Rustamadji menuliskan: “tak Rustamadji wrote: “No one intends seorang pun berniat pulang walau to come home even though death maut menanti” yang seakan awaits us here.” Rustamadji seems menandakan sebuah pesan bagi to have written this note for himself dirinya sendiri atau siapa pun and for everyone appreciating this yang melihat karya ini agar terus work, urging everyone to keep the memelihara semangat perjuangan. spirit of the struggle alive.

Rustamadji Tak Seorang Berniat Pulang Walau Maut Menanti | 1 Biografi singkat Rustamadji dalam No One Intends to Return Home Even Though Death Awaits Us Here katalog Gelar Akbar Pelukis Jatim 1963 1990, hal. 39. cat minyak pada kanvas | oil on canvas 137 x 296 cm 26 27 28 29

Joes Soepadyo

Potret Jenderal Sudirman karya This portrait of Sudirman by Joes Soepadyo merupakan salah Joes Soepadyo is one of the satu lukisan yang sering terekam paintings that is often featured dalam berbagai dokumentasi in reports of activities that kegiatan Istana Kepresidenan take place in the Indonesian Republik Indonesia. Namun, Presidential Palace. However, informasi tentang Joes Soepadyo little information about the hampir tidak ditemui dalam artist can be found in Indonesian sejarah seni rupa Indonesia. Dalam art history resources. When she catatan tentang kunjungannya ke interviewed Sukarno in 1957, Istana Kepresidenan Jakarta dan Claire Holt mentioned the wawancaranya dengan Presiden existence of the painting with Sukarno pada 1957, Claire Holt a side note about the artist: menyebutkan keberadaan lukisan “of whom I never heard before.”1 tersebut dengan catatan tentang pelukisnya: “yang namanya tak The image of General Sudirman pernah kudengar sebelumnya.”1 saluting and wearing a thick coat with a kris on his chest is Citraan Jenderal Sudirman frequently seen in photographs Panglima Besar Jenderal Sudirman didampingi Kolonel Soeharto tiba di Alun- mengenakan mantel tebal dengan documenting his return to Alun Yogyakarta pada Juli 1949. keris di bagian dada busananya Yogyakarta in July 1949 from his sambil memperlihatkan gerakan guerrilla mission in East Java. Comander of Sudirman accompanied memberi hormat, sering by Colonel Soeharto arrived at the ditemukan dalam foto-foto Alun-Alun Town Square of Yogyakarta on July 1949 penyambutan kembalinya Jenderal Sudirman ke Yogyakarta pada Juli 1949 dari misi bergerilya hingga ke Jawa Timur.

1 Holt, Claire. 1957. Catatan wawancara dengan Presiden Sukarno, 5, 9 & 10 Februari 1957, hal. 2. 28 29

Joes Soepadyo Jendral Sudirman | General Sudirman 1954 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 77 x 58,5 cm 30 31

Trubus Soedarsono

Suasana yang tergambar dalam bahwa yang menjadi model The setting portrayed in this the painting in their house in the lukisan ini terkesan agak asing, untuk lukisan Gadis Depan painting seems to be rather village of Purwodadi, Pakem, in terutama karena perempuan Jendela itu adalah Samsiah, foreign as it depicts a young Kaliurang where the painting was muda dalam lukisan memakai ibunya sendiri. Trubus menikah woman wearing a thick sweater made. The village was known to sweater tebal dan di hadapannya dengan Samsiah sekitar tahun sitting in front of European have a rather cold weather at the terdapat patung-patung Eropa. 1950.2 Mereka memang sculptures. Is it possible that this time. Therefore, it was common to Karena Trubus pernah tinggal di memiliki patung yang ada painting was painted when Trubus find people wearing thick sweaters Cekoslowakia selama satu bulan dalam lukisan tersebut. Karya was in Czechoslovakia for one there. An art historian, Claire tahun 1954, muncul pertanyaan, ini dilukis di rumah mereka di month in 1954? In his visitation Holt, once noted that she crossed apakah mungkin ini adalah desa Purwodadi, Kaliurang, report that was published in path with Trubus in the end of karya yang dilukisnya di sana? yang pada masa itu masih dingin Madjalah Budaya in 1955, Trubus 1955 in front of the office of D.I. Dalam laporannya yang terbit di udaranya. Oleh karenanya did not mention that he ever Yogyakarta Craft Division in Djetis. Madjalah Budaja Februari 1955, adalah hal yang sangat lumrah created any paintings there.1 In Holt wondered why Trubus brought Trubus tidak menyebut sama untuk mengenakan sweater addition, the figure of a young a thick wool overcoat. She later sekali sempat berkarya di sana.1 yang cukup tebal di sana. woman in the painting also invites realized that Trubus lived on the Siapa sosok perempuan muda Sejarawan seni Claire Holt a curiosity since Trubus mentioned hillside of Mount Merapi in Pakem.3 dalam lukisan juga menjadi tanda sempat mencatat bahwa ia that he visited Czechoslovakia with tanya karena dalam laporannya pernah berpapasan dengan a male colleague. He also never hanya menyebutkan bahwa ia Trubus di depan kantor mentioned any interactions with pergi bersama seorang sastrawan Djawatan Keradjinan Tangan Indonesian women living there. 1 Trubus Soedarsono, “Sebulan ke laki-laki ke Cekoslowakia. Ia D.I. Yogyakarta di Djetis pada Czechoslovakia,” Madjalah Budaja, juga tidak pernah menceritakan akhir 1955. Holt sempat heran Trubus’s daughter, Monica Sri February 1955, p. 77-83. 2 interaksinya dengan perempuan dengan Trubus yang membawa Daryati, clarifies that the young Monica Sri Daryati, personal communication, 24-27 May 2018. Indonesia yang ada di sana. overcoat dari wol sebelum ia woman depicted in the painting 3 Claire Holt, field notes 21 Desember kemudian menyadari bahwa was her mother, Samsiah, who 1955, Claire Holt Papers 1927-1970, 2 Division of Rare and Manuscript Monica Sri Daryati, anak Trubus tinggal di lereng Gunung married Trubus in 1950. They had Collections, Cornell University perempuan Trubus, menyatakan Merapi di Pakem.3 the sculptures that are featured in Library.

Trubus Soedarsono Gadis Depan Jendela | Girl Sitting by The Window 1953 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 104 x 97 cm 30 31 32 33

Henk Ngantung Dullah

Hendrik “Henk” Hermanus Joel Ngantung Dua Gadis Memakai Caping | Two Girls in Bamboo Hats 1957 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 148 x 94 cm 32 33

Dullah Pemuda Lampung Berpakaian Adat | A Lampung Youth in His Native Costume 1952 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 120 x 59,5 cm 34 35

Yevgeny Viktorovich Vuchetich Е. ВУЧЕТИЧ

Patung Pejuang Soviet, Sang di Treptower Park, sebuah taman a young German girl who lost Pembebas1 merupakan karya peringatan dan pemakaman her mother in a battle in Berlin pematung Soviet Yevgeny untuk para pejuang Soviet yang in April 1945.2 Vuchetich used Vuchetich; seniman di balik gugur dalam pertempuran di another Soviet soldier, Ivan patung monumen tokoh- Berlin, Jerman, yang diresmikan Ordachenko, as the model for tokoh penting yang menghiasi pada 1949.3 this sculpture.3 berbagai tempat di negerinya. Patung ini menggambarkan Salah satu edisi dari prototipe A monumental thirteen-meter- 1 Karya ini masuk dalam album Koleksi Lukisan dan Patung Koleksi Presiden seorang pejuang Soviet yang patung ini dihadiahkan Angkatan high sculpture standing on Sukarno Dari Republik Indonesia berdiri dengan pedang di atas Bersenjata Uni Soviet kepada twelve-meter pedestal is the (susunan Lee Man Fong, 1964), Volume Swastika yang telah hancur, Presiden Sukarno pada 11 main element of the Soviet War V pl..., namun dengan kekeliruan nama perupa. Tanda tangan perupa pada 4 sambil menggendong seorang September 1956. Karya seni Memorial at the Treptower Park karya yang menggunakan aksara Rusia anak Jerman di lengan kirinya. ini mengusung semangat in Berlin. Inaugurated in 1949, tidak diterjemahkan tapi dipadankan the Treptower Park is a memorial ke dalam aksara Latin, sehingga pada Patung ini dibuat berdasarkan kemerdekaan sekaligus album ini nama perupa tertera sebagai aksi heroik Sersan Nikolai semangat kemanusiaan. and a cemetery ground for Soviet Eby Letur. Menggunakan fitur tulisan Masalov yang mempertaruhkan soldiers who died in the battle.4 tangan dari Google Translate, diketahui bahwa nama perupa yang sebenarnya nyawanya untuk menyelamatkan adalah Е. Вучетич atau Y. Vuchetich. seorang anak perempuan Jerman One of the editions of this 2 Sanders, Ian J. The Ghosts of Berlin: yang kehilangan ibunya dalam sculpture’s prototype was Images of a Divided City, p.24 3 Nazarov, Oleg. “Feat of a Soldier, 1 pertempuran di Berlin April 1945. The sculpture Soviet Warrior, The given to President Sukarno as a Immortalized in Bronze” Center for Dalam pembuatannya, Vuchetich Liberator1 is the work of Yevgeny gift by the Soviet Union Army Strategic Assessment and Forecasts, Vuchetich, an artist who produced on 11 September 1956.5 This https://goo.gl/GVA2vU menjadikan tentara Soviet lain 4 Kondratyev, Maksim “Mystery of bernama Ivan Odarchenko several monuments of important work carries both the spirit of Soviet Warrior the Liberator Still sebagai model.2 figures that were installed across his independence as well as the Remains Unveiled”. Pravda Report. https://goo.gl/6W94sv country. This work depicts a Soviet spirit of humanity. 5 Muraviev, Alexey and Brown, Colin. Dalam skala monumental, warrior standing tall with his sword “Strategic Realignment or Déjà vu? seukuran tinggi tigabelas meter on top of a fractured swastika while RussiaIndonesia Defence Cooperation in the TwentyFirst Century”, Strategic dan berdiri di atas pedestal holding a German child in his left & Defence Studies Centre Working setinggi dua belas meter, patung arm. The sculpture was inspired by Paper no. 411, December 2008, p.3. the heroic act of Sergeant Nikolai Rupanya kunjungan Sukarno ke Uni ini menjadi elemen utama dari Soviet pada Agustus-September 1956 Tugu Peringatan Perang Soviet Masalov who risked his life to save merupakan kunjungan pertamanya. 34 35

Yevgeny Viktorovich Vuchetich (Е. Вучетич) Pejuang Soviet Sang Pembebas | Soviet Warrior the Liberator perunggu | bronze t. 82 cm 36 37

Harijadi para seniman ketika melukis Namun Imam Bonjol ditangkap on a sketch by Hubert de Stuers potret pahlawan nasional tersebut, oleh Belanda pada 1837 ketika (1788-1861) made in 1826.2 De Sumadidjaja termasuk Harijadi Sumadidjaja. ia diundang untuk melakukan Stuers depicted Imam Bonjol with Sumadidjaja adalah seniman realis gencatan senjata. Ia kemudian a wide forehead and a long black otodidak asal Kutoardjo, Jawa dibawa ke Bukittinggi dan beard, wearing a white turban and a Tengah, yang aktif berkarya di Padang, sebelum diasingkan shirt, looking just as an authoritative masa awal Republik Indonesia. selama 27 tahun ke Cianjur, cleric should look. This sketch Ambon, dan terakhir ke Manado. shows how familiar de Stuers was Oleh karena tersedotnya kekuatan Tuanku Imam Bonjol wafat pada with Imam Bonjol and his drawing militer Belanda pada Perang usia 93 tahun. Berkat usahanya became a reference for other artists Pahlawan yang kini kita kenal Diponegoro di Jawa, mereka menyatukan masyarakat Minang to draw the national hero, including sebagai Tuanku Imam Bonjol mengupayakan perdamaian untuk melawan penjajahan Harijadi Sumadidjaja. Sumadidjaja (1772-1864) lahir dengan nama dengan Kaum Padri pimpinan Imam Belanda, Imam Bonjol was a self-taught realist painter from Muhammad Syahab. Sebagai ulama Bonjol. Pada masa inilah de Stuers dianugerahi gelar pahlawan Kutoardjo, Central Java, who actively setempat beliau diberi gelar Peto yang merupakan Residen Padang nasional pada 6 November 1973.4 worked in the early period of the Syarif Ibnu Pandito Buyanudin. (1824-1829) menjalin hubungan Indonesian Republic. Kemudian beliau ditunjuk sebagai baik dengan Imam Bonjol. Selepas Bersama dengan karya Sudjojono imam dan pemimpin Kaum Padri tugasnya di Sumatra Barat, de tahun 1947, potret Tuanku Because of the Java War (1825- di daerah Bonjol, sehingga dikenal Stuers diangkat menjadi Komandan Imam Bonjol karya Sumadidjaja 1830) that was draining Dutch sebagai Tuanku Imam Bonjol. KNIL dari 1831-1838. tahun 1951 ini adalah dua potret resources, the colonial government Istilah “Tuanku” sendiri adalah pahlawan Perang Padri yang sejak chose to forge peace with the panggilan yang ditujukan terhadap Tuanku Imam Bonjol menyadari lama sudah berada di koleksi Padri under Tuanku Imam Bonjol. pemuka agama, setara dengan dan menyesali terjadinya Istana Kepresidenan. It was during this period that de “Kyai” di Jawa.1 perang antarsesama masyarakat Stuers who served as the resident Minang yang diwakili oleh Kaum in Padang (1824-1829), established Citra dari Tuanku Imam Bonjol Adat dan Kaum Padri yang a relationship with Imam Bonjol. yang kini kita kenal adalah menguntungkan pihak Belanda After his tenure in West Sumatra, gambaran yang didasarkan pada dalam upaya mereka menguasai Tuanku Imam Bonjol (1772-1864) de Stuers was appointed as KNIL deskripsi dalam naskah-naskah negeri Minangkabau. Oleh was born as Muhammad Syahab. As Commandant from 1831-1838. Belanda serta sketsa karya karena itu, beliau memutuskan a local cleric, he was bestowed with Hubert de Stuers (1788-1861) untuk berdamai dengan Kaum the title Peto Syarif Ibnu Pandito Tuanku Imam Bonjol regretted yang dibuat pada 1826.2 Sketsa Adat dan menyatukan kekuatan Buyanudin. He was later known the Minang civil war between the de Stuers menggambarkan Imam untuk bersama melawan Belanda. as Tuanku Imam Bonjol when he Padri and the Adat that benefited Bonjol dengan dahi lebar dan Bersatunya Kaum Padri dan was appointed as the leader of the the Dutch and their effort to jenggot hitam panjang, memakai Kaum Adat yang terjadi pada Padri in Bonjol. The title “Tuanku” conquer Minangkabau. Therefore, sorban dan baju putih selayaknya 1833 ini ditandai dengan Plakat is an honorific for religious leaders he decided to make peace with seorang ulama yang tenang Puncak Pato di Tabek Patah, yang similar to the term “Kyai” in Java.1 the Adat and to join forces to fight dan berwibawa. Sketsa yang berbunyi “Adat basandi syarak, against the Dutch. The coalition memperlihatkan bahwa de Stuers syarak basandi kitabullah” (Adat The current image of Tuanku Imam between the two previously warring mengenal baik pribadi Imam berdasar Agama, Agama berdasar Bonjol is based on descriptions in sides occurred in 1833 with the Bonjol kemudian menjadi rujukan kitab Allah).3 Dutch manuscripts, and in particular, signing of Plakat Puncak Pato at 36 37

Tabek Patah that reads, “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” (the customary law is based on the religion, and the religion is based on the Quran).3

Tuanku Imam Bonjol was captured by the Dutch in 1837 under a false invitation for a truce negotiation. He was then transported to Bukittinggi and Padang, before he was exiled for 27 years to Cirebon, Ambon, and Manado. He died when he was 93 years old. He was awarded the title Nationaal Museum van Wereldculturen. Coll.no. TM-3728-312 Coll.no. Wereldculturen. van Museum Nationaal

of national hero on 6 November ©  1973 for his effort in uniting Sketsa Imam Bonjol oleh the Minang to resist the Dutch De Steurs ca. 1826. occupation in West Sumatra.4 Sketch of Imam Bonjol by The 1947 painting by Sudjojono and De Steurs ca. 1826. Sumadidjaja’s rendition of Tuanku Imam Bonjol from 1951 are the two portraits depicting the heroes of the Padri War that are in the collection of the Presidential Palace.

¹ F Ruspandi, Perang Padri (Depok: Be Champion, 2011), hal. 6 ² Iswara Raditya, “Hubert de Stuers, Komandan Belanda Pengagum Imam Bonjol”, Tirto.id, Jumat 13 April 2018. Harijadi Sumadidjaja https://tirto.id/hubert-de-stuers- komandan-belanda-pengagum-imam- Imam Bonjol bonjol-cHGc. 1951 ³ Joko Darmawan, Sejarah Nasional cat minyak pada kanvas | oil on canvas “Ketika Nusantara Berbicara” 120 x 90,5 cm (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hal. 58. ⁴ “Daftar Nama Pahlawan Nasional”, K2KS Kementerian Sosial Republik Indonesia, Jumat 13 April 2018. http:// k2ks.kemsos.go.id/wp-content/ uploads/2015/01/Daftar-Nama- Pahlawan-Nasional.pdf. 38

Soerono Hendronoto Sudarso

Soerono Hendronoto Dr. Cipto Mangunkusumo 1946 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 103 x 83 cm 39

Sudarso Husni Thamrin 1947 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 103 x 85 cm 40 41

Ragam Potret sifat dan kepribadian Rochani, also Sukarno’s close friend. She perempuan yang namanya is sitting and wearing a kebaya Perempuan menjadi judul lukisan. and a cloth while holding a flower bouquet. Her face expresses joy, Perempuan Duduk Berselendang which makes the whole painting dilukis Batara Lubis dengan look pleasant. pendekatan dekorativisme yang khas dari para pelukis Known for his naïve and expres- Yogyakarta. Banyak terpengaruh sive style, Otto Djaya painted a pelukis Soedibio dan Kartono woman covered with a headscarf Banyak karya seni bersubyek Yudhokusumo, pengikut using a strong brushstroke and a perempuan ada dalam Koleksi pendekatan dekorativisme ini unique pallete of colors. Perhaps Istana-Istana Kepresidenan. sering menggunakan bentuk- Djaya aims to capture the traits Lukisan potret beragam bentuk yang terpola dan proporsi and personality of Rochani, the perempuan yang dilukis oleh yang terdistorsi, serta dihiasi woman whose name is the title of para perupa Indonesia ini digarap oleh ragam hias dan motif-motif the painting. dengan aliran artistik yang tradisional. Bahkan, pada lukisan beragam pula. ini tanda tangan pelukisnya Seated Woman with a Scarf shows disertakan dalam bentuk aksara the decorative tendencies of Potret Ny. Tjio1 dilukis Trubus Batak sehingga tampak sebagai Batara Lubis and several other Soedarsono dengan teknik bagian dari unsur penghias artists from Yogyakarta. The realis-impresionistis yang lukisan tersebut. proponents of decorativism, who menjadi pendekatan andalannya. are influenced by the style of Istri dari Tjio Tek Djien, Soedibio and Kartono Yudhoku- patron sang pelukis yang juga sumo, often employ patterns, sahabat Presiden Sukarno distorted proportion, and various dilukiskan duduk bersimpuh Various Portraits ornaments and traditional motifs. mengenakan kebaya dan kain of Women In this painting, Lubis even signed sambil memegang karangan his name in Batak script, making bunga. Raut muka dan ekspresi Numerous artworks depicting it look like a part of the painting’s wajahnya tampak gembira, women can be found in the decorative forms. 1 This painting is titled Portrait of Ny. T in Lee Man Fong et al., Lukisan2 lukisannya secara keseluruhan Presidential Palace collection. dan Patung2 Koleksi Presiden Sukarno terlihat menyenangkan. These portraits of women are dari Republik Indonesia, Volume IV produced by artists who possess (Djakarta: Panitia Penerbit Lukisan- lukisan dan Patung-patung Koleksi Dikenal dengan gaya lukisnya various artistic style. Presiden Sukarno, 1964), pl. 16. While yang naif dan ekspresif, Otto in another edition of the Presidential Djaya melukis seorang perempuan A portrait titled Ny. Tjio1 is Palace collection edited by Dullah, this painting is titled Nj. Tjio. See berkerudung dengan sapuan painted by Trubus Soedarono in Dullah et al., Lukisan-lukisan Koleksi yang kuat dan palet warna yang his realist-impressionistic style. Ir. Dr. Sukarno Presiden Republik Indonesia, Vol. II (Republik Rakjat keras dan berkarakter. Mungkin Trubus painted the wife of Tjio Tiongkok: Pustaka Kesenian Rakjat Djaya bermaksud mengemukakan Tek Djien, who was his patron and Peking, ,1956), pl. 31. 40 41

Trubus Soedarsono

Trubus Soedarsono Ny. Tjio 1955 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 86 x 65 cm 42 43

Otto Djayasuntara Rochani 1949 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 81 x 60 cm 42 43

Otto Djayasuntara Batara Lubis

Batara Lubis Wanita Duduk Berselendang | Seated Woman with a Scarf cat minyak pada kanvas | oil on canvas 98 x 78 cm 44 45

Nasjah Djamin Sebab putus hubungan, jadi the photo also suggests that the categorized as they are today. Thus, tidak mendapat kiriman dari painting was bought by President many poets did paint, and many Sumatra,” tuturnya.2 Penyair Sukarno in 1960 for six thousand painters crossed over to work with Motinggo Boesje mencatat: rupiah. Sukarno was drawn to literature and theater. “Nasjah meminta saya untuk this painting when he saw it in an memboncengkan penyair Lastri exhibition in 1959. Fardani ke sanggarnya yang jauh di selatan Yogyakarta, untuk dijadikan Born in 1942, Lastri Fardani Sukarton sebagai model lukisannya.”3 was sixteen years old when the painting was created in 1958. She Lukisan Lastri Fardani1 karya Beberapa penulis dan penyair played a young village girl in a Nasjah Djamin menggambarkan asal Sumatra yang merantau ke theatre production written by Nasjah seorang perempuan muda yang Yogyakarta untuk bersekolah dan Djamin, Sekelumit Nyanyian Sunda mengenakan kardigan, rok merah, bekerja, seperti Daoed Joesoef, (A Fragment of Sundanese Songs). dan kemeja putih. Ternyata Nasjah Djamin, dan Motinggo Sukarton reminisced, “The only dalam sebuah album foto milik Boesje, sering melukis untuk proper clothing I had at that time © Studio Nasjah Djamin Nasjah © Studio keluarga pelukis, terdapat sebuah mencari tambahan penghasilan. was that one, Sir. Lian Sahar even foto yang disertai tulisan tangan Ada pula pelukis yang merambah bought me new clothes. I was painted Foto yang disertai tulisan tangan Nasjah Nasjah Djamin sendiri: “Lestari dunia teater seperti pelukis after school so that they (the artists) Djamin: Lestari Fardani, 1958 dengan keterangan tambahan bahwa karya itu Fardani 1958” dengan keterangan Lian Sahar dari Aceh yang ikut would have money to pay me. They dibeli Presiden Sukarno tahun 1960, tambahan bahwa karya itu memainkan peran dalam drama could not contact their family to send seharga enam ribu rupiah. dibeli Presiden Sukarno pada Sekelumit Nyanyian Sunda sebagai them money from Sumatra.”2 Poet 1960, seharga enam ribu rupiah. tentara. Pada masa itu kesenian Motinggo Boesje also noted, “Nasjah Photo with Nasjah Djamin's Sukarno tertarik pada lukisan ini memang lebih cair dan tidak asked me to bring Lastri Fardani on handwriting: Lestari Fardani, 1958 with ketika melihatnya dalam sebuah terkotak-kotak seperti sekarang. my bike to his studio in the southern additional information that the work pameran pada 1959. Ada sastrawan yang melukis dan part of Yogyakarta so that he could was purchased by President Sukarno ada pula pelukis yang aktif di paint her.”3 in 1960, for six thousand rupiah. Lastri Fardani Sukarton yang dunia sastra dan teater. lahir pada 1942, adalah seorang Several writers and poets from 1 Dalam katalog Pameran Seni Rupa perempuan muda berumur 16 Sumatra who migrated to dan Sastra Retrospeksi Nasjah Djamin tahun ketika lukisan ini dibuat Yogyakarta to study and work, (Jakarta: Galeri Nasional Indonesia, such as Daoed Joesoef, Nasjah 2017), hal. 23, dan buku Retrospeksi pada 1958. Lastri ikut memainkan Nasjah Djamin (Laila Tifah, editor, peran sebagai gadis desa dalam This painting1 by Nasjah Djamin Djamin and Motinggo Boesje, often Yogyakarta: Penerbit Nyala dan Studio drama Sekelumit Nyanyian Sunda depicts a young woman wearing a painted to earn more money. Some Nasjah Djamin, 2017) hal. 94, karya ini diberi judul “Lestari Baju Merah”, yang naskahnya ditulis oleh cardigan, a red skirt, and a white painters also explored the world kemungkinkan berdasarkan catatan Nasjah Djamin. blouse. A photograph in the artist’s of theater such as Lian Sahar from Nasjah Djamin “Lestari Fardani, 1958” “Waktu itu satu-satunya bajuku family album has Djamin’s own Aceh who also played the role of a yang tertera pada lembaran album foto milik keluarga pelukis. yang pantas ya cuma satu itu, handwriting on it, and it reads, soldier in Sekelumit Nyanyian Sunda. 2 Lastri Fardani Sukarton, komunikasi Pak. Sampai dibelikan baju oleh “Lestari Fardani 1958,” which might The border between different art pribadi melalui Whatsapp, 24 Mei 2018. 3 practices were indeed more fluid Motinggo Boesje, “Nasjah Djamin: Lian Sahar. Saya dilukis sepulang suggest the identity of the woman Si Baik Hati Telah Pergi” (Obituari), sekolah agar mereka ada uang. in the painting. The information on at that time and not as strictly Gatra, 13 September 1997, hal. 132. 44 45

Lastri Fardani memainkan peran sebagai SI Gadis dalam pementasan lakon drama Sekelumit Nyanyian Sunda karya Nasjah Djamin, tahun 1958. (Foto: Bagian Kesenian PPK (Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan))

Lastri Fardani playing the role of SI Gadis at the performance of Nasjah Djamin’s Sekelumit Nyanyian Sunda in 1958. (Photo: Art Division, Ministry of Education and Culture)

Nasjah Djamin Lastri Fardani 1958 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 86,8 x 60 cm 46 47

Lukisan-Lukisan Tentang Penyelamatan Sinta

Kisah asli tentang perkelahian sahabat ayahnya itu, dan sangat Sinta dilukiskan tak sadarkan diri, Jatayu dengan Rahwana untuk menghormati Jatayu. Kisah namun menggenggam erat pita menyelamatkan Sinta tertulis penculikan Sinta oleh Rahwana merah putih. Dilukis pada 1961, dalam Aranyakanda, kitab sering menjadi metafora lukisan ini dapat dikaitkan dengan ketiga dari tujuh kitab yang tentang penguasaan yang tidak penggambaran pembebasan Irian merangkai epos Ramayana. sah, dan perjuangan untuk Barat (kini Papua), yang ketika itu Jatayu, keponakan Garuda merebutnya kembali. masih menjadi jajahan Belanda. yang juga berwujud serupa burung elang yang besar dan Pada bagian atas kanvas lukisan Pelukis memiliki cara khas masing- perkasa, pada masa tuanya karya Basoeki Abdullah, pelukis masing dalam mengekspresikan menjadi pertapa di hutan yang yang sering mengangkat kisah perjuangan demi kemerdekaan. sama tempat Rama menjalani mitologi,1 hadir sosok Jatayu, Ada yang melakukannya dengan pengasingan bersama Sinta Rahwana dan Sinta di antara cukup menggunakan metafora istrinya dan adiknya, Laksmana. sekelompok awan. Adegan ini sederhana, ada pula yang Ketika Rahwana memperdaya digambarkan secara realistis menambahkan simbolisme untuk Sinta lalu terbang menculiknya, tanpa tambahan simbol-simbol memancing daya asosiasi pemirsa Jatayu melihat dan mengenali lain sehingga tampak seperti untuk menemukan pesan yang Sinta yang merupakan menantu sebuah adegan nyata dari kisah lebih spesifik. dari Dasarata, sahabatnya. asli Ramayana. Karena itu, ia pun langsung mengejar Rahwana untuk Sedikit berbeda dari pendekatan merebut Sinta kembali, Basoeki Abdullah, karya namun usianya yang sepuh Sekar Gunung tidak hanya Paintings Depicting the Salvation membuatnya kalah dan jatuh ke menampilkan Jatayu yang of Sinta bumi. Sebelum menghembuskan berusaha melawan Rahwana, nafas terakhirnya, Jatayu tapi juga menampilkan seekor The original story of the battle sempat memberitahu bahwa burung Cendrawasih yang between Jatayu and Rahwana to Rahwana menculik Sinta dan berupaya mencengkeram muka save Sinta is written in the book mengarahkan Rama untuk Rahwana. Di bagian bawah Aranyakanda, the third volume of mencarinya ke Alengka. Rama lukisan, tampak siluet sosok yang the seven books that narrate the amat terharu pada pengorbanan memegang tombak dan tameng. epic of the Ramayana. Nephew of 46 47

Garuda, Jatayu takes the form of a scene from the original story of gallant eagle. He spends his later the Ramayana. years as a hermit in the same forest where Rama, his wife Sinta, and his In a slight contrast to Basoeki brother Laksmana undertook their Abdullah’s work, Sekar Gunung’s exile. When Rahwana tricks Sinta painting depicts not only Jatayu’s and kidnaps her, Jatayu sees and struggle to fight Rahwana, but recognizes Sinta as the daughter- also a bird of paradise striving to in-law of his best friend, Dasarata. scratch Rahwana’s face. On the He tries to chase Rahwana and to bottom of the painting, a figure get Sinta back, but his old age fails in silhouette holds a spear and him, and he falls to the ground. a shield. Even though Sinta is

Before he breathes his final breath, depicted while losing conscious- Abdullah Basoeki Museum ©  he tells Rama that Sinta was taken ness, she tightly grips a red and by Rahwana to Alengka. Rama has white ribbon. Painted in 1961, we Kunjungan Presiden Sukarno the utmost respect towards Jatayu can perhaps associate this painting di studio seniman Basoeki and he is touched by the sacrifice with the liberation of West Irian Abdullah di Jakarta pada 1954. of his father’s best friend. The (now Papua), which was still under President Sukarno visited story of Sinta taken by Rahwana is Dutch occupation at the time. Basoeki Abdullah's Studio at often understood as a metaphor Jakarta, 1954 of the struggle to fight against Artists possess their own unique wrongful domination. ways of expressing the struggle for independence. Some do it Basoeki Abdullah is a painter through simple metaphors, while who often uses mythology in his the others add symbolism to trig- works.1 On top of his canvas, the ger associations in the audience’s 1 Museum Basoeki Abdullah, Fakta figures of Jatayu, Rahwana, and minds in order to convey more dan Fiksi (Jakarta, Indonesia: Sinta are painted in the mist amid specific messages. Museum Basoeki Abdullah, 2012). clouds. This scene is rendered re- alistically without added symbols, making it looks as if it is a real 48 49

Sekar Gunung (Ki Heru Wiryono) Basoeki Abdullah

Sekar Gunung (Ki Heru Wirjono) Penyelamatan Sinta | The Rescue of Sinta 1961 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 114 x 43 cm 48 49

Basoeki Abdullah Perkelahian Antara Rahwana dan Jatayu Memperebutkan Sinta | Jatayu Fights Rahwana for Princess Sinta cat minyak pada kanvas | oil on canvas 157 x 120 cm 50 51

Raden Saleh Awal ketertarikan Raden yaitu Penunggang Kuda dari Arab mempertahankan hidup ini Saleh pada binatang terjadi Diterkam Singa.5 Berbeda dari beberapa kali diangkat sang saat ia menetap di Den Haag pendapat beberapa orang, Raden perupa dalam lukisan-lukisannya. dan mendapat kesempatan Saleh mungkin pernah bertemu Raden Saleh wafat sepuluh mempelajari singa, harimau, Delacroix, namun mereka tidak tahun setelah menyelesaikan ular, dan banyak binatang buas saling mengenal. Raden Saleh lukisan ini, pada 23 April 1880, lain dalam koleksi binatang milik juga dipastikan tidak pernah di Bogor. Pierre Henri Martin, pawang mengunjungi Afrika. hewan terkenal. Saleh terutama Bersama lukisan Berburu Banteng tertarik pada singa yang sama Raden Saleh kembali melukis II, lukisan ini dihadiahkan Raden Saleh Sjarif Bustaman1 sekali asing bagi dirinya, karena dengan tema yang digarap Ratu Belanda, Juliana, kepada adalah seorang Jawa keturunan binatang itu tidak ada di Jawa.2 sebelumnya ketika di Eropa Pemerintah Indonesia pada Arab yang lahir di Terboyo Saking terpesonanya pada singa, setelah kembali ke Hindia Belanda 1970,seabad setelah karya ini dekat Semarang, 1811. Ia diasuh Saleh melukis potret Henri Martin pada 1852. Tahun 1870, ia melukis rampung dilukis Saleh.6 di kediaman pamannya, Bupati sebagai tanda terima kasih sudah sebuah lukisan berukuran sangat Semarang, seorang yang diperbolehkan menggambar besar dengan subjek seekor kuda terpelajar yang banyak berperan singa-singanya.3 Baru beberapa hitam berguling di tanah dengan membantunya mendapatkan tahun setelah itu Saleh mulai sorot mata panik dan ngeri. pendidikan yang jauh lebih baik menjadikan binatang sebagai Otot-ototnya tampak menegang Raden Saleh Sjarif Bustaman1 is dari orang Jawa pada umumnya. obyek lukisan ciri khas karyanya. karena punggungnya diterkam of Arab descent and was born in Bakatnya yang sudah menonjol Hal ini berlandaskan rasa tidak seekor singa. Penunggangnya, Terboyo, near Semarang, in 1811. dari kecil dan keluwesannya percaya dirinya dalam melukis seorang Badawi ikut terjatuh, He grew up with his uncle who bergaul dengan orang Belanda tema historis yang sudah menjadi namun berusaha melawan served as the regent of Semarang membuatnya dipercaya tradisi pelukis Eropa, namun yakin dengan menembakkan senjata and was an educated elite who membantu A. A. J. Payen, bahwa sebagai orang Asia ia akan api dari jarak dekat ke arah sang played an important role in getting pelukis Belgia yang didatangkan lebih unggul dalam melukiskan hewan buas. Sementara itu, Saleh a better education than most dari Belanda untuk melukis emosi. Pada awalnya ia memilih seorang berkulit gelap yang Javanese. Saleh showed promising pemandangan di Hindia Belanda. tema perburuan, yang melibatkan tampaknya adalah pembantu sang talent since he was young, and his Pada 1929 Raden Saleh dikirim sekelompok manusia di atas kuda penunggang kuda jatuh terkapar, sociable nature enabled him to ke Eropa untuk belajar seni lukis menangkap hewan liar. Lalu, mungkin mati. befriend the Dutch. He gained their pada beberapa pelukis yang pada 1842 Raden Saleh mulai trust and was able to assist A.A.J. membantunya mengembangkan mengeksplorasi komposisi baru: Kemungkinan-kemungkinan Payen, a Belgian painter assigned kemampuan artistiknya dan seekor kuda, dengan penunggang antara hidup dan mati yang by the colonial government to memengaruhinya dalam proses di punggungnya, yang diterkam tercipta dari adegan dramatis document the landscapes of berkarya. Kemudian ia mulai singa. Komposisi ini terinspirasi dalam lukisan inilah yang Netherlands-Indies. In 1929, Saleh menemukan gayanya sendiri yang lukisan Horace Vernet berjudul menjadikan karya Raden was sent to Europe where he dilatarbelakangi pengalaman Mazeppa (and the Wolves) (1826)4 Saleh istimewa. Lukisan yang studied painting from several Dutch emosionalnya sebagai orang Jawa dan A Lion Attacking a Horse diberi berjudul Perkelahian painters who helped him develop yang hidup di bawah bayang- (1765) karya George Stubbs. Dari dengan Singa ini juga dikenal his artistic skills. He then discovered bayang penjajah. hasil eksplorasinya pada tema dengan julukan “Antara Hidup his own style by attending to ini ia membuahkan karya baru dan Mati.” Tema perjuangan his emotional experiences as a 50 51

Javanese man who lived under the otherwise, Saleh may have met shadow of his colonizer. Eugéne Delacroix but there is no indication that they knew Saleh became interested in each other. Saleh also never animals when he lived in Den visited Africa. Haag. Here he had an opportunity to study lions, tigers, snakes, and When Saleh returned to the other wild beasts in the circus Netherlands-Indies in 1852, he owned by Pierre Henri Martin. painted the same themes he Saleh was particularly intrigued by explored in Europe. In 1870, he lions, which he found completely painted a dark horse struggling strange, as there are no lions on the ground with a terrified in Java.2 In order to show his expression on a sizeable canvas. gratitude to Martin for letting Its muscles are tense because it is him study the lion, he painted the being attacked by a lion from the portrait of Martin and gifted it back. Its Bedouin rider falls to the to him.3 A few years later, Saleh ground while struggling to fight began to paint animals as the back by shooting the lion with his main subjects in his paintings. He pistol. Meanwhile, another rider chose to paint them because as with darker skin who is perhaps an Asian, he felt that he could a servant, falls dead on his back. capture emotion better, rather Saleh’s dramatic painting shows than working on European history possibilities between life and paintings to which he had no death, and this quality makes connection. In the beginning his paintings extraordinary. This of his career, he chose to paint painting is titled Fight with Lion, hunting scenes that show groups and it is often also known as of men riding horses hunting wild “Between Life and Death.” The animals. In 1842, Saleh started struggle to survive is a prominent to explore a new theme: a horse theme in Saleh’s works that he with a rider on its back who is often reworked in his paintings. 1 Terima kasih kepada Marie-Odette being attacked by a lion. The Saleh passed away on 23 April Scalliet yang banyak membantu memberikan masukan-masukan composition was informed by 1880 in Bogor, ten years after he dalam penulisan naskah tulisan ini. Horace Vernet’s Mazeppa (and finished this painting. Werner Kraus & Irina Vogelslang, ² Raden Saleh: The Beginning of Modern 4 the Wolves) (1826) and another Indonesian Painting (Jakarta: Goethe work titled A Lion Attacking a Along with Banteng Hunt II, Institut - Indonesia, 2012), hal. 39. Horse (1765) by George Stubbs. this painting was gifted by ³ ibid., hal. 39-40. ⁴ ibid., hal. 276-9. His exploration on this theme the Dutch Queen Juliana to ⁵ ibid., hal. 278-9. produced a painting titled Arab the Indonesian government in ⁶ “Soeharto nodigt koningin uit”, Dag- 5 blad voor Nederland, 4 September Horseman Attacked by a Lion. 1970, a hundred years after its 1970. Terima kasih kepada Remco Although some scholars stipulate completion.6 Vermeulen atas informasi ini. 52 53 52 53

Raden Saleh Syarif Bustaman Perkelahian dengan Singa | Fighting with a Lion 1870 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 194 x 271 cm 54 55 54 55

KARYA BERGOTONG ROYONG, BERSAMA BERCIPTA KARYA

ARTWORK MUTUAL COOPERATION, CREATING TOGETHER 56 57

Kemerdekaan politik mengadakan kongres, bahwa nasib perempuan lagu Indonesia Raya selalu berada di tangannya sendiri. Memicu dan dinyanyikan sebagai perwujudan Ia berpendapat bahwa Memacu Daya Cipta rasa persatuan dan kehendak pergerakan perempuan yang untuk merdeka. berjalan dengan kolektif dan kolaboratif dapat menjadi Lukisan potret Wage Rudolf kekuatan yang maha besar dalam Supratman ini dilukis perupa sebuah bangsa. Ia juga turut Surabaya Karyono Js. pada 1951, menyerukan ajakan bagi para tiga belas tahun setelah pencipta perempuan untuk turut berperan Merdeka menjadi aspirasi banyak lagu Indonesia Raya itu wafat. aktif dalam memperjuangkan warga, termasuk Wage Rudolf Potret tokoh-tokoh sejarah kemerdekaan Indonesia serta Supratman. Ketika ia tinggal di memang seringkali dilukis secara ikut pula dalam usaha menyusun dan bekerja sebagai post-humous (setelah tokoh itu masyarakat yang berkeadilan wartawan pada harian Kaoem wafat), berdasarkan foto-foto dan berkesejahteraan sosial. Moeda dan Kaoem Kita, ia mulai dan informasi lain yang didapat tertarik pada pergerakan nasional. pelukis tentang tokoh tersebut. Refleksi dari pemikiran Sukarno Tertantang oleh sebuah tulisan terhadap peranan perempuan dalam majalah Timbul, Supratman Di dalam lukisan ini, W.R. tersebut dilukiskan oleh Wiwiek mulai menggubah lagu-lagu Supratman dilukiskan sedang Soemitro dalam karyanya kebangsaan termasuk Indonesia bersama biolanya berdiri di yang berjudul sama. Sarinah Raya yang mulai digubahnya depan pemandangan alam, menggambarkan seorang wanita, pada 1924. Tiga tahun setelahnya, mengarah ke sebuah teluk berkebaya dan bersanggul, gubahan asli Indonesia Raya dengan pantai dan gunung. sedang menggenggam sebuah direkam dan bahkan dibuat Pelukis Karyono Js. seolah ingin buku, yang diidentifikasi dari dalam versi populernya dengan menggambarkan pencipta lagu sampulnya, merupakan cetakan gaya keroncong. Hasil rekaman Indonesia Raya ini dekat dengan awal dari buah pemikiran piringan hitam versi keroncong alam negeri yang dicintainya. Sukarno tersebut. Peranan tersebut pun dikirim ke Inggris Wiwiek Soemitro sendiri sebagai untuk diperbanyak dan dijual. Penciptaan lagu Indonesia seorang pelukis wanita dalam Raya dilandasi oleh cita-cita dunia seni rupa yang didominasi Pada malam penutupan Kongres kemerdekaan dalam konteks oleh pria juga dapat kita lihat Pemuda ke-2 tanggal 28 bangsa. Akan tetapi, kemerdekaan sebagai perwujudan dari Oktober 1928, lagu Indonesia sendiri dapat dilihat dari berbagai semangat kesetaraan tersebut, Raya dikumandangkan dengan sudut pandang, antara lain dalam yang merdeka serta tak alunan biola W.R. Supratman jiwa yang tertuang dalam Sarinah. mengenal batas dalam berkarya untuk pertama kalinya di depan dan berdaya cipta. umum, memukau semua yang Dalam bukunya, Sarinah, yang hadir. Dengan cepat lagu itu namanya terinspirasi dari 1 Sukarno, Sarinah: Kewajiban Wanita 1 Dalam Perdjoangan Indonesia, terkenal di kalangan pergerakan pengasuhnya semasa kecil , (Jakarta: Panitya Penerbit Buku-Buku nasional. Apabila partai-partai Presiden Sukarno menulis Karangan Presiden Sukarno, 1963). 56 57

Freedom Sparks and In this painting, W.R. Supratman Spurs Creativity is painted standing with his violin in front of a landscape of a bay To become free is the aspiration of and a mountain. It seems that the the people, including Wage Rudolf painter, Karyono Js., wanted to Supratman. He became involved in depict the writer and composer the national movement after moving of Indonesia Raya close to his to Bandung to work as a journalist beloved motherland. for newspapers Kaoem Moeda and Kaoem Kita. He was challenged by The creation of Indonesia Raya an article in the magazine Timbul is determined by a vision to and began to compose and write achieve independence as a nation. national anthems including Indonesia Freedom itself, however, can be Raya which he composed in 1924. seen from various angles, as shown Three years later, the original in the book Sarinah. composition of Indonesia Raya was recorded and made into a krontjong In his book Sarinah,1 Sukarno version. The records of this popular writes that the fate of women version were sent to England to be is in the hands of the women. multiplied and sold. He argues that a collective and collaborative women movement On the final night of the Second could become a powerful resource Indonesian Youth Congress on 28 for a nation. He calls for women to October 1928, W.R. Supratman play an active role in the struggle Piringan hitam lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman, yang dimainkan Populair Orchestra, hasil for independence and in building a played Indonesia Raya with his violin rekaman Yo Kim Tjan, yang diproduksi di Inggris. for the first time in public. The just and prosperous society. anthem enchanted all the attendees. A vinyl record of Indonesia Raya by Wage Rudolf When political parties held a The reflection of Sukarno’s Supratman, music performed by Populair Orchestra, recorded by Yo Kim Tjan, produced in England. congress, the song Indonesia Raya thoughts is represented by

was always sung as the embodiment Wiwiek Soemitro in her work that © Udaya Halim, Museum Benteng Heritage of unity and the will to freedom. bears the same title as Sukarno’s book. Sarinah depicts a woman The portrait of Wage Rudolf with kebaya and sanggul holding Supratman was painted by Karyono what seems to be an early print Js., a painter from Surabaya, thirteen of Sukarno’s book. The role of years after the writer and composer Wiwiek Soemitro as an artist in of the national anthem passed away. a male dominated artworld is Portraits of historical figures are a manifestation of the spirit of often painted posthumously based on equality and freedom that break photographs and other information the creative limitations. accessible to the painter. 58 59

Karyono Js. Wage Rudolf Supratman 1951 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 150 x 100 cm 58 59

Karyono Js. Wiwiek Soemitro

Wiwiek Soemitro Sarinah 1965 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 109 x 70 60 61

Wage Rudolf Ketertarikan Supratman pada umum untuk pertama kalinya pergerakan nasional tumbuh pada tanggal 28 Oktober 1928 Supratman dan ketika ia pindah ke Bandung di Jakarta, bertepatan dengan Indonesia Raya dan bekerja sebagai wartawan penutupan Kongres Pemuda di harian Kaoem Moeda dan II yang melahirkan Sumpah Kaoem Kita dan kemudian di Pemuda. Berkaitan dengan majalah Sin Po di Jakarta, di kondisi dan situasi pada waktu itu,

mana ia banyak bergaul dengan atas saran Sugondo Djojopuspito 1 Keterangan pada Geboorteakte tokoh-tokoh pergerakan. Sampai lagu itu hanya dibawakan secara (Akta Kelahiran) Wage Supratman pada suatu sore, sebuah tulisan instrumental dengan biola. menyebutkan tempat kelahirannya sebagai Meester Cornelis, Batavia, Wage Rudolf Supratman, dalam majalah Timbul yang Walaupun demikian semua yang mungkin sesuai dengan tempat pengarang lagu kebangsaan menantang pemuda Indonesia hadir terpukau mendengarnya. tugas ayahnya, sebagaimana sudah Indonesia Indonesia Raya, untuk menciptakan sebuah lagu Dengan cepat lagu itu terkenal menjadi kebiasaan di antara anggota KNIL asal Jawa Tengah. Tanggal dilahirkan di Purworejo, Jawa kebangsaan menggerakkannya di kalangan pergerakan nasional, kelahirannya juga ditulis 9 Maret Tengah, 19 Maret 1903.1 untuk mulai menggubah lagu- menjadikannya lagu yang tak lupa 1903, namun hal ini diralat dengan ketetapan pengadilan. Lihat Bambang Ia adalah anak ke-9 dari lagu kebangsaan. Lagu Indonesia dinyanyikan pada setiap kongres Sularto, Wage Rudolf Supratman, pasangan Djoemeno Senen Raya pun diciptakan Supratman partai-partai politik. (Jakarta: Kementerian Pendidikan Sastrosoehardjo, seorang pada 1924. dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan tentara KNIL (Koninklijk Pada 10 November 1928, Nilai Budaya, 2012), hal. 11. Nederlandsch-Indische Leger Sekitar akhir 1927 W.R. Majalah Sin Po menerbitkan 2 Udaya Halim Yo Kim Tjan Penjaga – Tentara Kerajaan Hindia- Supratman meminta Yo Kim partitur berikut lirik lagu yang Lagu Indonesia Raya, Indonesiaone. org, 2016. http://indonesiaone.org/ Belanda) dan Siti Senen. Tjan, pemilik toko rekaman NV menggugah para hadirin Kongres yo-kim-tjan-penjaga-lagu-indonesia- Minatnya pada musik, terutama Populair serta Bioskop Roxy Pemuda II tersebut dengan judul raya/ 3 Karena rekaman asli ini hingga kini alat musik biola, sudah tampak dan Lido, untuk merekam lagu Indonesia sebagai “salah-satoe belum juga ditemukan, sulit untuk sejak usia 11 tahun, saat ia Indonesia Raya2. Yo berinisiatif lagoe kebangsahan Indonesia memastikan apakah dalam rekaman mendengar kakak iparnya dari untuk sekaligus membuat versi jang telah dinjanjiken dalem itu lagu Indonesia Raya dibawakan secara instrumental dengan biola saja, Belanda mengalunkan biola keroncongnya, agar orang bisa Rapat dari pamoeda-pamoeda atau juga dengan liriknya dinyanyikan. bersenandung bagi anaknya yang lebih menikmatinya sebagai lagu Indonesia tanggal 28 October Dapat dibayangkan betapa sulitnya masih bayi dalam perjalanan sehari-hari, sehingga akan lebih j.l. di Indonesisch Clubgebouw seorang memainkan biola sambil menyanyikan lagu, dan pada masa itu 4 mereka merantau ke Makassar. mudah terbiasa dengan iramanya. di Kramat (Weltevreden).” perekaman multitrack belum dapat Dari kakak iparnya pula ia belajar Hasil rekaman dalam rupa Sebagaimana jelas tertera dalam dilakukan. 4 Sin Po, Indonesia hal 512 . bermain gitar dan biola, dan piringan hitam versi keroncong terbitan itu, bagian refrain lagu 5 Perubahan lirik itu baru ditetapkan mendapat biola pertamanya lagu itu dikirim ke Inggris untuk itu masih mengunakan “Indones’, pada 1944 oleh suatu sidang yang pada ulang tahun ke-17. Pada diperbanyak, kemudian dijual. Indones’”, diikuti kata-kata dipimpin Sukarno dengan anggota Ki Hajar Dewantara, Achiar, Soedibjo, tahun itu juga, ia dan kakak Sedangkan master rekaman dari “moelia, moelia,” dan belum Darmawidjaja, Koesbini, Mohammad iparnya membentuk kelompok lagu itu, yang dibawakan solo oleh menggunakan “Indonesia Raja, Yamin, M Mansjur, Sanusi Pane, musik bergaya jazz yang mereka W.R. Supratman3, disimpannya merdeka, merdeka”.5 Simandjuntak, Achmad Soebardjo, Mr. Oetojo, dan Mr Sastromoeljono, beri nama Black & White. Mereka baik-baik. sebagaimana dilaporkan Cornila tampil mengisi musik untuk Desyana dalam artikel Lagu Indonesia Raya dan Kontroversinya dalam pesta pernikahan dan ulang Lagu Indonesia Raya Tempo.co, Minggu, 28 Oktober 2012 tahun di Makassar. dikumandangkan di depan 14:52 WIB 60 61

magazine Timbul that challenged On 10 November 1928, Sin Po the Indonesian youth to compose magazine published the anthem’s the national anthem encouraged score and lyric with the title Wage Rudolf Supratman him to start composing national Indonesia. Sin Po also wrote and Indonesia Raya anthems. Supratman wrote and that the song, “… is one of the composed Indonesia Raya in 1924. Indonesian national anthems that The writer and composer of was sung in the Indonesian youth Indonesia Raya, Wage Rudolf In the end of 1927, W.R. conference on 28 October at Supratman, was born in Purworejo, Supratman asked Yo Kim Tjan, Indonesisch Clubgebouw in Kramat East Java, on 19 March 1903.1 He the owner of a recording studio (Weltevreden).”4 As clearly stated in was the ninth child of Djoemeno NV Populair as well as Roxy and the article, the original refrain of the Senen Sastrosoehardjo, a KNIL Lido movie theaters, to record song Indonesia still sang “Indones’, soldier (Koninklijk Nederlandsch- his first rendition of Indonesia Indones’,” followed by, “moelia, Indische Leger – Royal Netherlands- Raya.2 Yo decided to make the moelia,” instead of “Indonesia Raja, Indies Army), and his wife Siti krontjong version of the song so merdeka, merdeka.”5 Senen. His passion for music, that people could enjoy it and in particular for playing the become familiar with the tune. violin, arose since he was eleven The records were then sent to Partitur lagu Indonesia years old when he watched his England to be multiplied and sold. Raya sebagaimana terbit Dutch brother-in-law played the However, Yo Kim Tjan kept the dalam majalah Sin Po (新報), instrument to soothe his new master recording of the song that Wekelijksche-Editie no. 293, 10 born during their journey by ship was sung by Supratman.3 November 1928, hal. 512. to Makassar. Supratman studied The scoresheet of Indonesia guitar and violin with his brother- Supratman played Indonesia Raya when it was first in-law, and he received his first Raya for the first time in public published in Sin Po (新報), violin for his seventeenth birthday. on the final night of the Second Wekelijksche-Editie no. 293, 10 In that same year, Supratman Indonesian Youth Congress on November 1928, p. 512. and his brother-in-law formed a October 1928 in Jakarta, which jazz band named Black & White. gave birth to Sumpah Pemuda They performed at weddings and (Youth Pledge). Because of the birthday parties in Makassar. political situation at the time, Sugondo Djojopuspito suggested Supratman became interested in that the anthem be played the national movement when he instrumentally using the violin. moved to Bandung and worked as Nevertheless, the anthem did a journalist for newspapers Kaoem not fail to affect the attendees. Moeda and Kaoem Kita. When he The song soon became popular worked for Sin Po magazine in among members of the national Jakarta, he became acquainted movement, and now the anthem is with members of the national always sung in every congress held movement. An article in the by political parties in Indonesia. 62 63

Walter Spies dibayangkan, terutama karena ia Javanese Court Lives in the Age of only approve the initial production perlu melakukan riset yang panjang Borobudur was the first painting of six posters. If the six were dan melakukan banyak kunjungan ke created for a project to make proven to be successful, they would Jawa.2 Dalam proses pembuatannya, a series of posters. To support consider producing the rest.5 For Spies perlu memastikan bahwa history teaching in schools in those reasons, Spies finally dropped detail-detail busana, perhiasan, dan the Netherlands-Indies, by W.F. the project. arsitektur digambarkan secara tepat Stutterheim, an archaeologist and dan taat pada sejarah. Ia kemudian a historian of Java and Bali from The three finished paintings were membutuhkan persetujuan the University of Leiden.1 Walter still produced by the publisher J.B. pemesan, sebelum ia melukiskan Spies was initially tasked to make Wolters in the Netherlands for Kehidupan Keraton Jawa pada karya finalnya.3 Oleh karenanya, twelve paintings about lives in Java lesson posters6 and books7 about Zaman Borobudur merupakan Spies merasa proyek ini sangat from the year 800 to 1800. Spies the ancient history of Java and Bali. karya pertama dari satu seri mengekang kebebasan artistiknya accepted the job hoping that he The paintings were then acquired lukisan untuk proyek pembuatan sebagai pelukis. Selain itu, proses could use his earnings to fund the by the Embassy of Indonesia in the poster berseri. Poster ini penggarapan lukisan-lukisan yang construction of his new house at Federal Republic of Germany in dibuat atas permintaan W. F. telah dirampungkannya sempat Campuhan, Ubud, Bali. He finished 1964 after they were exhibited. The Stutterheim, seorang ahli terkendala beberapa hal teknis, three paintings in the same year: embassy presented the paintings to arkeologi dan sejarah Jawa dan dari kertas yang berkerut akibat Javanese Court Live in the Age of President Sukarno during one of his Bali kuno dari Universitas Leiden, penggunaan air yang berlebihan Borobudur, Village Life a Thousand state visits to the country. untuk mendukung pembelajaran sampai perusakan karya oleh kera Years Ago, and A Hermitage of the sejarah Jawa di sekolah-sekolah.1 peliharaannya sehingga pekerjaannya Eleventh Century. Awalnya, Walter Spies ditugaskan harus diulang dari awal.4 Ada pula untuk membuat dua belas buah kabar bahwa Departemen Pendidikan Spies discovered, however, that painting historical scenes was not ¹ John Stowell, Walter Spies, a Life in Art lukisan tentang kehidupan di hanya menyetujui pembuatan enam (Jakarta: Afterhours, 2011), p. 131. Jawa dari tahun 800 hingga 1800 poster, dengan kemungkinan proyek as easy as he imagined because of ² Ibid., p. 124 sesudah Masehi. Karena berharap itu dilanjutkan jika terbukti berhasil.5 the long research and numerous ³ ibid., p. 125. ⁴ Ibid., p. 125, 131. uang honor dari pekerjaan itu bisa Oleh karena itu, akhirnya Spies tidak surveys in Java that the project ⁵ Ibid., p. 128 digunakannya untuk mendanai melanjutkan penggarapan lukisan required.2 He also needed to ensure ⁶ Tiga poster tersebut terangkum pembangunan rumah barunya di yang lain. the historical validity of the depicted dalam publikasi yang disusun oleh Stutterheim. Lihat W.F. Campuhan, Ubud, Bali, ia menerima attire, adornment, and architectural Stutterheim, Schoolplaten voor pekerjaan itu, dan berhasil Tiga lukisan yang sudah elements. He also had to receive de Javaansche cultuurgeschiedenis approval from his client before : (naar olieverfschilderijen door menyelesaikan tiga lukisan. dirampungkannya, tetap diproduksi Walter Spies) (Groningen & Batavia: Selain Kehidupan Keraton Jawa menjadi poster pembelajaran6 dan painting them.3 Therefore, Spies felt J.B. Wolters, 1932, 3rd ed. 1935). pada Zaman Borobudur, ia juga buku7 tentang sejarah Jawa dan Bali that this project limited his creative Lihat juga image lukisan Spies dalam publikasi yang sama secara menyelesaikan Kehidupan di Desa kuno oleh penerbit J.B. Wolters di freedom as an artist. In addition, virtual melalui tautan http://www. Seribu Tahun yang Lampau dan Belanda. Setelah pameran, ketiga he also experienced numerous collectiontrade.nl/cms/index. Pertapaan Abad ke-11 pada tahun lukisan karya Walter Spies itu technical issues that required him php?page=shop.browse&category_ id=1792&option=com_ yang sama. dibeli Kedutaan Besar Indonesia di to restart his work, such as wrinkled virtuemart&Itemid=35, diakses Republik Federasi Jerman pada 1964 papers from using too much water Jumat, 13 Juli 2018, 12:49 WIB. and damaged works caused by his ⁷ Lihat W.F. Stutterheim, Leerboek Namun, Spies menyadari bahwa untuk kemudian dipersembahkan der Indische cultuurgeschiedenis voor ternyata melukis adegan-adegan kepada Presiden Sukarno dalam monkey.4 He received news that the middelbare scholen (Groningen; sejarah tak semudah yang salah satu kunjungannya. Department of Education would Batavia: J.B. Wolters, 1932, 3rd ed. 1935). Buku ini diterbitkan ulang dengan judul Cultuurgeschiedenis van Indonesie pada 1951 dan 1952 oleh penerbit yang sama. Lihat W.F. Stutterheim, Cultuurgeschiedenis van Indonesie (Groningen; Batavia: J.B. Wolters,1951, 3rd ed. 1952). 62 63

Walter Spies Kehidupan Keraton Jawa pada Zaman Borobudur | Javanese Court Life in the Age of Borobudur 1930 cat minyak pada kanvas terpasang pada papan kayu | oil on canvas mounted on board 65 x 80 cm 64 65

Nyoman Gunarsa

Nyoman Gunarsa Dalang Bali | Balinese Shadow Puppet Master cat minyak pada kanvas | oil on canvas 143 x 143 cm 64 65

Basoeki Abdullah Agus Djayasuminta

Basoeki Abdullah Agus Djayasuminta Perempuan Berbusana Wayang Tiongkok | Legong Wiranata | Legong Wiranata Dance Woman in Chinese Opera Dress 1946 1947 cat minyak pada kayu | oil on wood cat minyak pada kanvas | oil on canvas 103 x 83 cm 115 x 94 cm 66 67

Hendra Gunawan

Hendra Gunawan Menjunjung Topeng Rangda Menuju Pesucian | Bringing Rangda Masks to a Cleansing Ceremony ca. 1957 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 135 x 200 cm 66 67 68 69

Kosnan Barli Sasmitawinata Itji Tarmizi

Kosnan Kesibukan Petani | Farmers' Activity circa 1962 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 80 x 251 cm

Barli Sasmitawinata Milir Mudik | Back and Forth cat minyak pada kanvas | oil on canvas 85 x 100 cm

Itji Tarmizi Menjemur Ikan | Fish Drying 1959 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 90 x 200 cm 68 69 70 71 70 71

KARYA MENJADI WARGA DUNIA MENYONGSONG MASA DEPAN

ARTWORK BECOMING A WORLD CITIZEN TO WELCOME THE FUTURE 72 73

Zsigmond Kisfaludi Stróbl Pemanah | Archer 1919 perunggu | bronze t. 225 cm 72 73

Strobl Presiden Sukarno mengunjungi artistically influenced by a French studio Stróbl dan memesan sculptor, Antoine Bourdelle (1861- belasan patung,1 termasuk 1929), who made a slightly smaller patung Pemanah, yang dalam archer sculpture titled Hercules pengertian Sukarno, merupakan the Archer in 1906-9. Archer by lambang kesatriaan bangsa Stróbl is one of many statues and Timur dan Selatan. Patung monuments that he produced tersebut kemudian dibawa ke during the turbulent times. Indonesia dan diletakkan di Istana Kepresidenan Jakarta, One of the editions of Archer was Patung Pemanah karya pematung sebelum sempat berpindah ke installed in front of the well- Budapest, 15 April 1960. Presiden Hongaria Zsigmond Kisfaludi Bogor dan akhirnya kembali ke known Ice Skating Városligeti Republik Indonesia, Sukarno, mengunjungi pematung Kisfaludi Stróbl (Alsórajk 1884 - Budapest building in the center of Budapest. Jakarta. Karena apresiasi yang Stróbl di studionya. (Foto atas 1975) yang telah mendunia pada ditunjukkan oleh Sukarno, pada Sukarno saw this edition during perkenan Dinas Dukungan Media eranya, pertama kali dibuat pada 1963 sang pematung membuat his state visits in 1960 and 1961. dan Dana Manajemen Aset 1919. Ketika itu, pada masa Perang karya berjudul Perempuan Sukarno then took time to visit Hongaria (MTVA)) Dunia I, Stróbl ikut berperan serta Indonesia (Indonéz nő). Stróbl’s studio and acquired Budapest, 15 April 1960. 1 sebagai tentara. Masa perang several sculptures, including President Sukarno of the Republic itu rupanya menginspirasinya Kini, patung Pemanah karya Archer. For Sukarno, an archer is of Indonesia visits sculptor untuk membuat patung yang Stróbl dengan gagah menghiasi a representation of valor of the Kisfaludi Stróbl at his studio. ekspresif dalam mengobarkan halaman depan Istana Negara people of the East and the South. (Photo courtesy of Hungarian Media Service Support and Asset semangat perjuangan. Gaya The sculpture was then transported yang menghadap Jalan Management Fund (MTVA)) artistiknya terpengaruh oleh Veteran, Jakarta. Patung ini to Indonesia and installed at the pematung Prancis Antoine selalu mengingatkan kita akan Presidential Palace in Jakarta, Bourdelle (1861-1929), yang juga semangat perjuangan yang before it was moved to Bogor and pernah menciptakan patung mempertemukan Stróbl dan eventually returned back to Jakarta. pemanah berjudul Hercules the Sukarno, serta menginspirasi kita Because of Sukarno’s appreciation, Archer, pada 1906-1909. Pemanah sebagai bangsa Indonesia. Stróbl made a sculpture titled karya Stróbl merupakan satu Indonesian Woman (Indonéz nő). dari sekian banyak karya patung dan monumen perjuangan yang Nowadays Stróbl’s Archer stands dibuatnya pada zaman penuh valiantly in front of the Istana gejolak politik tersebut. Archer, a work by the world- Negara Presidential Palace in renowned Hungarian sculptor Jakarta. This work reminds us to Salah satu edisi patung Pemanah Zsigmond Kisfaludi Stróbl (Alsórajk always keep the spirit that brought karya Stróbl dipasang di depan 1884 - Budapest 1975) was first Stróbl and Sukarno together and Gedung Taman Ice Skating made in 1919. Stróbl fought the inspired us as a nation. Városligeti yang terkenal war as a soldier during World War dan populer di tengah kota I. The period inspired him to make Budapest. Dalam kunjungannya an expressive statue to encourage ke Hungaria pada 1960 dan 1961, the spirit of resistance. Stróbl was 74 75

Dialog Budaya dengan media bodycolor (gouache) Lukisan Shinsui Itō dan Basoeki bodycolor (gouache) technique on pada kertas dalam menciptakan Abdullah memperlihatkan paper and it departs from Itō’s other Melalui Karya Seni karya Penari Bali yang ada dalam semangat para perupa yang works that mainly employ printing koleksi Istana Kepresidenan . berupaya menuju persaudaraan techniques.2 This work is one of Karya itu merupakan salah satu dan perdamaian dunia melalui several that depicts Indonesia, karyanya yang bertemakan persilangan dan pertukaran in addition to sketches that he Indonesia, di samping sketsa- budaya, walau masih akibat produced when he was stationed sketsa yang dibuatnya saat sempat tersihir eksotisisme. in the country during the Pacific ditempatkan di negeri ini semasa War.3 Even though the painting takes Perang Pasifik.3 Walau karya ini Indonesia as its main theme, Itō still Eksotisme negeri seberang bertemakan Indonesia, Itō tetap uses his characteristic subjects of seringkali menjadi tema dan berpaut pada subjek “bijin” atau “bijin” or “beautiful womn.”4 Due sumber inspirasi bagi para “wanita cantik” yang juga menjadi Cultural Dialog to his fame for making paintings perupa. Karya seni berperan ciri khasnya.4 Karena kiprahnya through Artworks inspired by Indonesia, President sebagai sebuah medium dalam menghasilkan karya-karya Sukarno invited Itō to visit Indonesia akulturasi dan enkulturasi yang terinspirasi dari Indonesia, The exoticism of a foreign land often again to create more works. budaya, di mana pendekatan dan Itō diminta Presiden Sukarno becomes a theme and a source of interpretasi seorang seniman untuk kembali mengunjugi inspiration for artists. Art functions While Itō, a Japanese artist terhadap sebuah subjek asing Indonesia dan berkarya. as a medium of cultural acculturation preferred painting Indonesian tersebut berpengaruh dalam as well as enculturation, where woman, the Indonesian painter menciptakan sentuhan tersendiri Jika Itō sebagai perupa Jepang the artist’s own approaches and Basoeki Abdullah was keen on pada sebuah karya. memilih melukiskan perempuan interpretations play a significant role painting women from many parts Indonesia, perupa Indonesia in contributing to her or his style. of the world. As a portrait painter, Perupa Shinsui Itō (Kōtō, Tokyo, Basoeki Abdullah gemar Abdullah had ample opportunities Jepang, 1898 - Tokyo, Jepang, melukiskan perempuan-perempuan Shinsui Itō (Kōtō, Tokyo, Japan, 1898 to paint women. One of them was 1972) adalah sosok penting dalam dari berbagai negara. Sebagai - Tokyo, Japan, 1972) is an important Naoko Nemoto, a Japanese woman gerakan seni shin-hanga, yang seorang pelukis potret, ia banyak figure in the development of the who became known as Ratna Sari berupaya memberikan kehidupan berkesempatan melukis sosok shin-hanga movement, which Dewi after she married President baru bagi seni cetak cukilan kayu perempuan. Salah satunya adalah sought to breathe new life into Sukarno. The painting depicting her ukiyo-e Jepang, seni tradisional Naoko Nemoto, perempuan asal the art of Japanese ukiyo-e, a wrapped in an Indian sari is one of yang mulai tergerus seiring Jepang yang setelah menikah traditional art form that began five portraits painted of her. Three berkembangnya fotografi. Itō dan dengan Presiden Sukarno dikenal to lose its prominence due to the of them show Ratna Sari Dewi in rekan-rekannya menggabungkan dengan nama Ratna Sari Dewi. development of photography. Itō attire from different parts of the metode dan teknik ukiyo-e dengan Lukisan yang menampilkan sang and his colleagues incorporated world,5 including one in which she pemikiran dan struktur seni lukis model dalam balutan sari khas India ukiyo-e methods and techniques wears a Japanese kimono. Barat, namun tanpa meninggalkan merupakan salah satu dari lima with those of Western painting Even though both Itō’s and estetika dan filosofi Jepang.1 lukisan potretnya. Tiga di antaranya without losing Japanese aesthetics Abdullah’s paintings are heavy with menampilkan Ratna Sari Dewi and philosophies.1 exoticism, they show the spirit of Berbeda dari karya-karyanya pada dalam busana mancanegara yang The work Balinese Dancer in the the artists who wished to pursue umumnya yang menggunakan berbeda,5 termasuk dalam pakaian Presidential Palace collection world peace and friendship through teknik cetak,2 Itō bereksplorasi kimono Jepang. demonstrates Itō’s exploration with cross-cultural exchange. 74 75

Shinsui Itō 伊東 深水

Shinsui Itō 伊東 深水 Penari Bali | Dancing Girl in Bali 1964 bodycolor (gouache) pada kertas | bodycolor (gouache) on paper 154,5 x 91 cm

1 Dari teks kuratorial pameran Itō Shinsui Tradició i modernitat, Fundació Joan Miró, Barcelona, Spanyol, 1 Maret - 22 Juli 2018 2 Ito Shinsui: Biographical Details, The British Museum. https://goo.gl/ kQzwdE 3 Helen Merritt & Nanako Yamada, Guide to Japanese Modern Woodblock Prints: 1900 - 1975 (Honolulu: University of Hawaii Press, 1995), p. 47 4 Lee Jay Walker, “Ito Shinsui and Japanese Art: Landscapes, Bijinga and Shin Hanga,” Modern Tokyo News, https://goo.gl/4bd21u 5 Dikutip dari katalog pameran Basoeki Abdullah, 21-30 September 2015. Lihat Mikke Susanto & Bambang Asrini Wijanarko, Rayuan: 100 Tahun Basoeki Abdullah, (Jakarta: Museum Nasional, 2015). 76 77

Basoeki Abdullah Dalam Sinar Bulan | In the Moonlight cat minyak pada kanvas | oil on canvas 120 x 80 cm 76 77

Basoeki Abdullah Lee Man Fong 李曼峯

Lee Man Fong 李曼峯 Gadis Tibet | A Tibetan Girl 1956 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 66 x 47 cm 78 79

Kristal Steuben di R.M. Boediman, I Made Djata, Museum of Art di kota New Oesman Effendi, Ida Bagus Made York, lalu di 29 kota di 16 negara Koleksi Istana Pugug, I Radjeg, Sesangka, dan S. Asia, dan akhirnya di Maison Kepresidenan¹ Sutiksna (lihat Daftar I).6 l’Unesco, Paris, Prancis, di akhir 1958. Rangkaian pameran itu Gambar-gambar itu kemudian diperkirakan dikunjungi sekitar

dikirimkan kembali melalui pos 500.000 orang, sehingga 1 Karya-karya seni yang diproduksi ke New York untuk diseleksi dianggap salah satu prototipe Steuben diketahui berada dalam Steuben. Tiga desainer kaca pameran blockbuster.11 koleksi Istana Kepresidenan secara tidak sengaja karena pada 2015, The Amerika Serikat kemudian Annenberg Retreat di Sunnylands Pada pertengahan 1950-an, bertugas untuk mengembangkan Setelah dipamerkan, benda- California menyiapkan pameran tentang koleksi Asian Artists in perusahaan kaca Steuben bentuk benda kristal yang sesuai benda kristal dari koleksi itu Crystal yang mereka miliki. Dalam melibatkan perupa dari enam dengan nuansa gambar-gambar diserahkan untuk menjadi bagian koleksi itu terdapat tiga karya perupa belas negara Asia termasuk tersebut dan memproduksinya.7 dari koleksi negara-negara yang Indonesia dan ternyata kristal-kristal dari pameran awal koleksi itu masih Indonesia dalam program kerja George Thompson menggarap terlibat. Koleksi tiga kristal tersimpan dengan baik di Istana sama budaya menciptakan koleksi rancangan bentuk kristal untuk Indonesia diserahkan oleh Duta Bogor. Terima kasih kepada Frank kristal eksklusif yang dinamakan Bhima dan Ular karya Basoeki Besar Amerika untuk Republik Lopez, juru pustaka dan arsip The Annenberg Retreat di Sunnylands, Asian Artists in Crystal. Di antara Abdullah dan Tarian Pura karya Indonesia, Howard Jones, yang telah banyak membantu kami tiga puluh enam kristal dalam Agus Djaya.8 kepada Presiden Sukarno di dalam mendapatkan informasi tentang proyek ini. program tersebut, terdapat tiga Istana Cipanas pada 1 Agustus 2 Steuben Glass, Asian Artists in Crystal: karya perupa Indonesia, yaitu Sementara Lloyd Atkins 1959, ketika Presiden Sukarno Steuben Glass at Sunnylands (Rancho Bhima and the Snake (Bima dan menggarap rancangan untuk memperkenalkan kabinetnya Mirage, California: The Annenberg Foundation Trust at Sunnylands, 2015) 2 9 12 Ular) karya Basoeki Abdullah, The Ngaben karya Made Djata. kepada korps diplomatik. hal. 35. Temple Dance (Tarian Pura)3 karya Terinspirasi menara Bade yang 3 Ibid., hal. 36. 4 Agus Djaya, dan Balinese Funeral merupakan pusat perhatian Dalam sambutannya pada Ibid., hal. 35. 5 Steuben Glass, Asian Artists 4 5 (Ngaben) karya Made Djata, pada gambar Djata, Atkins pembukaan pameran di National in Crystal, Crystal Designs by mengembangkan sebuah penutup Gallery of Art di Washington, Contemporary Artists of the Far and Near East Engraved in Steuben Crystal, New York Public Library bertingkat sebagai “... suatu evolusi D.C., Secretary of State (Menteri (Washington: National Gallery of (Perpustakaan Umum New York) alami dalam proses perancangan. Luar Negeri) Amerika Serikat Art dan New York: The Metropolitan menugaskan Kepala Bagian Bentuk sulur-sulur yang menghiasi John Foster Dulles mengatakan, Museum of Art, 1956) hal. 24-29. 6 The Miriam and Ira D. Wallach Division Seni dan Arsitektur dari Koleksi tutup itu mirip dengan bentuk “Makna simbolis dari apa yang kita of Art, Prints and Photographs, Prints Spencer lembaganya, Karl Kup, yang digunakan oleh orang Bali lihat di sini, akan berdampak dan & Photographs Online Catalog. 7 untuk membantu Steuben dalam pada pura-pura mereka dan karya- akan menyebarkan pengaruhnya The Story of Asian Artists in Crystal, hal. 2 10 13 program tersebut, dengan karya seni lainnya." ke seluruh dunia.” Ketiga kristal 8 Steuben Glass, Asian Artists in Crystal, mengadakan rangkaian kunjungan tersebut merupakan bukti dari Steuben Glass At Sunnylands, (Rancho Mirage, California: The Annenberg ke Asia untuk memilih perupa Karya seni kristal Asian Artists diplomasi budaya Amerika Serikat Foundation Trust at Sunnylands, 2015) yang karyanya cocok untuk in Crystal secara keseluruhan di awal era Perang Dingin. Kendati hal. 34-36. digrafir pada kaca. Di Indonesia kemudian dipamerkan mulai demikian, kristal-kristal itu juga 9 Ibid. 10 Op.cit., hal. xiii. Kup memesan lima belas gambar di National Gallery of Art, memperlihatkan semangat para 11 The Story of Asian Artists in Crystal, kepada sembilan perupa yaitu Washington, D.C., di awal perupa Indonesia untuk menjadi hal. 14. 12 Agus Djaya, Basoeki Abdullah, 1956, kemudian Metropolitan bagian dari upaya mendunia. Ibid., hal. 25. 13 Ibid. 78 79

Agus Djayasuminta Tarian Pura | The Temple Dance vas kristal tergrafir | etched crystal vase t. 29,21 cm Desain kristal oleh George Thompson (Amerika Serikat) Crystal design by George Thompson (U.S.A)

Made Djata Ngaben | Balinese Funeral vas tergrafir bertutup | etched crystal vase with lid t. 48,26 cm Desain kristal oleh Lloyd Atkins (Amerika Serikat) Crystal design by Lloyd Atkins (U.S.A) 80 81

Story of Steuben Crystal in the George Thompson developed Presidential Palace Collection1 the design for Basoeki Abdullah’s Bhima and Snakes and Agus Djaya’s In the mid-1950s, the Steuben Tarian Pura.8 While Llyod Atkins Glass Company invited artists worked on Made Djata’s Balinese from sixteen Asian countries, Funeral.9 Inspired by the form of including Indonesia, to participate the Balinese Bade burial tower in a cultural collaboration program that dominates Djata’s work, to create an exclusive crystal Atkins created a tiered lid for collection titled Asian Artists in the crystal vase as a, “… natural Crystal. Works by three Indonesian evolution in the design process. Ibu Sanjoto and Bapak Djoko Sanjoto, atase kebudayaan Indonesia, artists are part of the collection: Atkins designed a composition pada pembukaan pameran National Gallery of Art berjudul Asian Basoeki Abdullah’s Bhima and of vines that are akin to Balinese Artists in Crystal menampilkan karya Steuben Glass, 17 Januari 1956.14 Snake,2 The Temple Dance3 by Agus ornamental vines on their temples Djaya, and Balinese Funeral4 by and other forms of art.”10 Mrs Sanjoto and Mr. Djoko Sanjoto, the Indonesian cultural attache, at the opening for National Gallery of Art exhibition Asian Artists in Crystal from Made Djata, are among the thirty- Steuben Glass, January 17, 1956. 14 six works in the collection.5 The works in the collection of Asian Artists in Crystal were The New York Public Library exhibited at the National Gallery assigned the Head of the Art of Art, Washington D.C. in the in Cipanas, West Java, on 1 August Division and Architecture of the beginning of 1956, and then at 1959 on the occasion of the Spencer Collection, Karl Kup, to the Metropolitan Museum of Art President’s introduction of his assist Steuben with the program in New York City, before they cabinet to the diplomatic corps.12 by sending him on series of visits toured 29 cities in 16 countries in to Asia with the mission of finding Asia. The exhibition concluded at The US Secretary of State, artists whose artwork could be Maison l’Unesco in Paris, France, John Foster Dulles, stated in his properly engraved on glass. Kup at the end of 1958. Around opening speech for the exhibition acquired fifteen images from 500,000 people were estimated at the National Gallery of Art nine artists: Agus Djaya, Basoeki to have visited the whole series in Washington, “The symbolic Abdullah, R.M. Boediman, I Made of exhibitions, making it one of meaning of what we see here Djata, Oesman Effendi, Ida Bagus the prototypes of a blockbuster will have an impact and will Made Pugug, I Radjeg, Sesangka, exhibition.11 disseminate its influence on and S. Sutiksna (see list I).6 the whole world.”13 These three After the exhibition, the crystals crystals made by Indonesian The images were subsequently were given to each of the artists are evidence of the “Pameran Asian Artists in Crystal akan mailed to New York for further participating countries. The successful US diplomatic effort dibuka 18 Januari 1956 di National Gallery selection by the Steuben Company. ambassador of the United States in the beginning of the Cold War of Art, Amerika Serikat,” rilis pers NGA tertanggal 15 Januari 1956.15 Three designers from the United to Indonesia, Howard Jones, period. But more importantly, States were responsible for handed the three crystals made these crystals show the spirit of “Asian Artists in Crystal exhibition to open developing the images into glass by Indonesian artists to President Indonesian artists who desire to January 18th at the National Gallery of designs and producing them.7 Sukarno at the Presidential Palace be part of the global world. Art,” press release dated January 15, 1956.15

14 National Gallery of Art, Washington, 15 National Gallery of Art, Washington, D.C.Gallery Archives (Arsip Galeri). D.C. RG14A3. Berkas milik Office of 26B4_66_017 Public Information (Kantor Informasi Publik), rilis-rilis pers, 1939-2016 80 81

Basoeki Abdullah Bima dan Ular | Bhima and the Snake circa 1955 piring kristal tergrafir | etched crystal plate Ø 39,37 cm Desain kristal oleh George Thompson (Amerika Serikat) Crystal design by George Thompson (U.S.A) 82 83 82 83

Gustavo Montoya

Gustavo Montoya Anak Laki-laki Memegang Harpa | Boy with Harp cat minyak pada kanvas | oil on canvas 57 x 47 cm

Anak Perempuan Sedang Minum Teh | A Little Girl Drinking Tea cat minyak pada kanvas | oil on canvas 57 x 47 cm

Anak Perempuan Memegang Mainan | A Little Girl Holding a Toy cat minyak pada kanvas | oil on canvas 57 x 47 cm 84 85 84 85

Basoeki Abdullah Jean-Daniel Guerry

Basoeki Abdullah Jean-Daniel Guerry Gadis Burma dengan Payung | Burmese La tête d’une femme | Kepala Perempuan | Girl and Her Umbrella Woman's Head cat minyak pada kanvas | oil on canvas 1963 69,5 x 88,5 cm perunggu | bronze t. 48 cm 86 87

Fernando Manila, pada 30 Januari 1951.3 Fernando Amorsolo y Cueto is essential to the people of the Selama hidupnya beliau mendapat (1892-1972) was a prominent artist Philippines. This strong bond is Amorsolo gelar Honoris Causa dari dua from the Philippines who often reflected in the various words in puluh enam lembaga pendidikan painted the culture and daily lives Tagalog that describe every detail tinggi di dalam dan luar negeri. of the people. His portraits and of rice cultivation and the eating landscapes show realist depiction culture of “kanin at ulam” (“rice Lukisan Menanam Padi of subject matter with bright and side dish”) in the daily lives of menggambarkan harmoni colors. In the eyes of his beholders, the people.5 antara alam dan manusia melalui Amorsolo’s works are “… reflections kegiatan para petani di sawah and representations of the Known as an artist who specializes Fernando Amorsolo y Cueto berlatar belakang pemandangan Philippine’s soul.”1 in painting “rice”, Fernando (1892 - 1972) adalah seorang Gunung Mayon, gunung berapi Amorsolo was the first recipient pelukis kenamaan Filipina yang yang terletak di provinsi Albay. Rice Planting was presented to of the honorary title of “National banyak mengangkat budaya dan Dalam lukisan ini, terlihat bahwa President Sukarno by the President Artist” from the government of kehidupan sehari-hari masyarakat pekerjaan bertani tidak hanya of the Philippines, Elpidio Quirino, the Philippines not long after he negerinya. Ia banyak melukis dilakukan oleh pria namun juga at the Palace of Malacanang at the passed away in 1972.6 potret dan pemandangan desa melibatkan wanita, yang pada end of his visit to the country from dengan proporsi yang akurat umumnya memegang tanggung 27 January to 3 February 1951.2 As serta warna dan pencahayaan jawab dalam proses menanam, indicated by the artist’s signature on yang cerah. Di mata para memanen, menampi, hingga the canvas, the painting was finished pecintanya, karya-karyanya menjual dan mengolahnya.4 the day before it was presented. merupakan “refleksi dan Sebagai sumber makanan representasi jiwa Filipina.”1 pokok dan penggerak ekonomi Sukarno received his first Honoris negara, padi merupakan bagian Causa from the Far Eastern Lukisan Menanam Padi ini penting dari masyarakat Filipina. University, Manila, on 30 January dipersembahkan Presiden Ikatan yang kuat tersebut juga 1951.3 In his lifetime, Sukarno 1 Emma Basco, “The Masterpieces of Fernando Amorsolo: Socio-cultural Filipina Elpidio Quirino tercermin dalam bahasa Filipina received Honoris Causa from 26 Images of the Filipinos”, International kepada Presiden Sukarno di yang memiliki ragam kata institutions of higher education Conference on Language, Education, Istana Malacanang pada akhir yang luas untuk setiap proses from Indonesia and abroad. Humanities and Innovation (Manila, 22-23 April 2017), hal. 52 kunjungannya ke Filipina selama pengolahannya dan budaya 2 “Sukarno zal Manila bezoeken,” seminggu dari 27 Januari hingga makan “kanin at ulam” (“nasi Rice Planting depicts a harmonious Algemeen Handelsblad, 23 Januari 2 1951, hal. 1. 3 Februari 1951. Dari tanda dan lauk”) dalam keseharian relationship between humans and 3 "Sukarno doctorhonoris-causa Van tangan pelukis yang tertera masyarakatnya.5 nature represented by the farmers de Universiteit te Manilla,” De Tijd: pada lukisan ini, diketahui bahwa in front of the landscape of Mount godsdienstig-staatkundig dagblad, hal. 2. lukisan ini baru dirampungkan Pelukis Fernando Amorsolo, Mayon, a volcanic mountain located 4 Fernando Amorsolo & Santiago sehari sebelumnya. dikenal dengan karya-karyanya in Albay province. This painting Albano Pilar, Fernando Amorsolo yang mengusung tema “padi,” shows that farming involves not seven-museum exhibition (Marikina: CRIBS Foundation, 2008). Dalam kunjungan inilah Presiden menjadi penerima pertama only men but also women to plant, 5 Ibid. Sukarno untuk pertama kalinya gelar “Seniman Nasional” dari harvest, winnow, sell, and cultivate.4 6 “List of Filipino National Artists”, Pilipinas.org, Jumat, 13 Juli 2018, 15:35 memperoleh gelar Honoris Causa pemerintah Filipina tak lama As the main source of food that WIB. http://pilipinas.org/list-of- dari Far Eastern University, setelah ia meninggal pada 1972.6 drives the country’s economy, rice filipino-national-artists/ 86 87

Fernando Armosolo Menanam Padi | Planting Rice 1951 cat minyak pada kanvas | oil on canvas 120 x 178 cm

Plakat Istana Malacanang yang menyatakan penghadiahan lukisan Menanam Padi karya Fernando Amorsolo kepada Presiden Sukarno oleh Presiden Filipina, Elpidio Quirino, tanggal 3 Februari 1951.

The placard at Malacanang Palace that states the granting of Fernando Amorsolo’s painting, Rice Planting, to President Sukarno by the president of the Philippines, Elpidio Quirino, on 3 February 1951. 88 89 88 89

Shiavax Chavda

Nhek Dim ញឹក ឌឹម

Shiavax Chavda Nhek Dim ញឹក ឌឹម Wanita Naga | Woman of Naga Ta Phrong cat minyak pada kanvas | oil on canvas 1963 49,5 x 44,5 cm cat minyak pada kanvas | oil on canvas 67 x 95 cm 90 91

Raden Saleh diketahui menggambarkan binatang yang digunakan dalam Pemerintah Indonesia hampir perburuan banteng. lambang-lambang kerajaan seratus dua puluh tahun kemudian mereka, sedangkan kerbau atau ketika Presiden Soeharto berkunjung Lukisan-lukisan Raden Saleh yang banteng —yang merupakan ke Belanda pada 1970.6 bertema pemandangan padang binatang yang lebih dekat dengan rumput di dataran Bandung,1 di bumi— dianggap melambangkan Pada saat ini, diketahui ada lima mana sang pelukis tinggal dari rakyat. Jika perlambangan itu karya dengan tema perburuan akhir 1821 sampai awal 1826. Ia berlaku untuk karya ini, maka kita banteng yang dilukis Raden Saleh. kemudian pindah ke Cianjur dan juga bisa melihatnya dari sudut Tiga dari karya itu dibubuhi tahun selanjutnya berangkat ke Eropa pandang yang patriotik, sehingga karya itu dibuat yaitu, 1842, 1851, Lukisan Berburu Banteng adalah pada 1829. Pada masa itu, bupati- sesuai dengan pendapat mereka dan 1855. Dua karya yang lain salah satu dari beberapa lukisan bupati daerah tersebut sering yang percaya bahwa Raden tidak dibubuhi keterangan tahun, tentang perburuan karya mengadakan pesta perburuan Saleh seorang yang memupuk sehingga tidak diketahui dengan Raden Saleh Syarif Bustaman. dan mengundang pejabat serta pandangan anti-kolonialis. pasti kapan pembuatannya. Lukisan-lukisan perburuan orang-orang penting untuk karya Eugène Delacroix (Saint- berkunjung ke sana, termasuk Kita juga dapat melihat lukisan ini Maurice, Perancis, 1798 - Paris, orang-orang Eropa yang sedang secara sederhana sebagai suatu Prancis, 1863) menginspirasinya, bertamu. Cukup sering Raden kerja sama anggota pasukan tapi pelukis yang secara Saleh membuat lukisan yang berkuda menangkap seekor Banteng Hunt II is one of the langsung mendorong dan terinspirasi pengalamannya banteng, atau secara lebih filosofis compositions from the hunting memengaruhinya untuk melihat perburuan pada masa sebagai suatu perenungan tentang series by Raden Saleh Syarif mendalami tema ini adalah itu. Namun, sebagaimana lazim nafsu manusia yang terus-menerus Bustaman. Although he was inspired Horace Vernet (Paris, Prancis, digarap pelukis abad ke-19, ingin mengusik dan menguasai by the works of Eugène Delacroix, 1789 - 1863). Walaupun Raden lukisan perburuan ini hanyalah makhluk lain.3 Namun, tanpa ada we know that it is the works of Saleh juga dikenal sebagai komposisi fiktif yang digubah catatan atau bukti tertulis apa pun Horace Vernet who encouraged pelukis pemandangan dan sang pelukis di studionya untuk dari sang pelukis sendiri tentang and influenced him to work on potret, lukisannya tentang menampilkan suatu pemandangan hal itu, interpretasi tersebut this subject. While Raden Saleh is binatang dan perburuanlah yang dramatis dan berkesan.2 semuanya hanyalah sebatas well known for his landscape and yang memperlihatkan kekuatan Juga perlu diingat bahwa lukisan telaahan yang spekulatif.4 portrait paintings, his wild animal karakter artistiknya. ini dibuat pada akhir masa Raden and hunting scenes show the Saleh tinggal di Eropa, 22 tahun Karya ini menjadi suatu contoh dari strength of his artistic character. Berburu Banteng setelah ia meninggalkan Jawa. diplomasi budaya antara Indonesia menggambarkan sekelompok dan Belanda yang menarik. Lukisan Banteng Hunt depicts a group of pemburu berkuda bersenjatakan Lukisan ini dapat diinterpretasi Berburu Banteng II ini dibuat mounted hunters equipped with tombak dan klewang dengan dari beberapa sudut pandang. sebagai hadiah kenang-kenangan spears and klewang swords, working semangat membara bekerja Beberapa pengamat percaya Raden Saleh kepada Raja Willem III together to conquer a bull in the sama menaklukkan seekor bahwa jenis-jenis binatang buas sebelum sang pelukis pulang ke grassland. To date, this work is one of banteng di suatu padang merupakan bentuk perlambangan. Jawa pada 1851.5 Bersama lukisan only known five works of Saleh that rumput. Hingga kini, karya ini Misalnya, singa digunakan Saleh yang berjudul Perkelahian depict banteng hunt as a subject. merupakan satu dari hanya sebagai perlambangan bangsa dengan Singa, lukisan ini dihadiahkan Saleh’s Javanese hunting scenes lima karya Raden Saleh yang kolonialis Eropa sesuai dengan Ratu Belanda, Juliana, kepada take place in the Bandung plains 90 91

where Saleh lived from late 1821 between the hunters in capturing DARI ATAS KE BAWAH | until early1826.1 He then moved to the attacking banteng, or perhaps TOP TO BOTTOM Cianjur until he left for Europe in more philosophically, as reflection Berburu Banteng | Bull 1829. Native regents in Bandung of human’s desire to disturb Hunting 3 Koleksi Istana Kepresidenan often organize hunting parties and conquer other creatures. Republik Indonesia (Tampak Siring) and invited various officials and In the absence of a recorded Collection of the Indonesian Presidential Palace (Tampak Siring) important figures to visit, including opinion from the painter himself, visitors from Europe. Saleh’s all interpretations are merely Perburuan Banteng di Jawa | 4 paintings might be inspired by his speculative. Bull Hunt on Java experience attending to these 1842 hunting parties. This work is a remarkable example 85 x 140 cm of cultural diplomacy. Saleh © bpk/Museum der bildenden Künste, Leipzig However, this highly realistic work painted Banteng Hunt as a gift is in fact a fictional composition to the King Willem III before he Perburuan Banteng | 5 created by the painter in his studio returned to Java in 1851. Along Banteng Hunt to depict a dramatic and spectacular with another Saleh’s painting, Fight 1855 scene.2 It is also important to note with Lion, this painting was given by Foto atas perkenan Jacques-Philippe Ruellen Maison de ventes aux enchères. that this painting was made in the Dutch Queen, Juliana, to the Photo courtesy of Jacques-Philippe Saleh’s final years in Europe, twenty- Indonesian nation nearly 120 years Ruellen Maison de ventes aux enchères. two years after he left Java. later during President Soeharto’s state visit to the country in 1970.6 We can interpret this painting from several angles. Some scholars argue As far as we know today, there that wild animals depicted in the are five banteng hunt scenes paintings represent symbols. A lion, painted by Raden Saleh. Three of for example, might represent the them are dated 1842, 1851, and colonial Europe as it is used in their 1855. The two others are undated empire’s insignia, while a banteng so it is not known exactly when or a buffalo – animals that are more they were painted. associated with the earth – might represent the people. If we use this system of interpretation, we could perceive this work through HAL. BERIKUT | NEXT PAGE a patriotic viewpoint which would 1 Komunikasi melalui e-mail dengan 4 Komunikasi melalui e-mail dengan Raden Saleh be in line with the interpretation Marie-Odette Scalliet, 10 Mei 2018. Marie-Odette Scalliet, 22 Juni 2018. Syarief Bustaman often proposed by scholars whose 2 Demikian diingatkan oleh Ma- 5 Werner Kraus & Irina Vogelslang, Berburu Banteng II | intention is to prove that Saleh rie-Odette Scalliet, komunikasi Raden Saleh: The Beginning of Modern melalui e-mail, 30 Juni 2018. Indonesian Painting (Jakarta: Goethe Bull Hunting II nurtured anti-colonial feelings. 3 Desca Lidya Natalia, “Mengenal Istana Institut - Indonesia, 2012), hal. 270. 1851 Kepresidenan - Lukisan perjuangan di 6 “Soeharto nodigt koningin uit”, cat minyak pada kanvas | Istana Yogyakarta,” AntaraNews.com, Dagblad voor Nederland, 4 September We could also look at this painting oil on canvas Minggu, 5 November 2017 https:// 1970. Terima kasih kepada Remco as a narrative of cooperation goo.gl/nMJjrt Vermeulen atas informasi ini. 120 x 95 cm 92 93 92 93 94 95 Agus Djayasuminta, Barli Sasmitawinata, Basoeki Abdullah, Batara Lubis, Dullah, Fernando Armosolo Y Cueto, Gustavo Montoya, Harijadi Sumadidjaja, Hendra Gunawan, Hendrik “Henk” Hermanus Joel Ngantung, Itji Tarmizi, Jean-Daniel Guerry, Joes Soepadyo, Karyono Js., Kosnan, Lee Man Fong (李曼峯), Made Djata, Nasjah Djamin, Nhek Dim (ញឹក ឌឹម), Nyoman Gunarsa, Otto Djayasuntara, Raden Saleh Syarif Bustaman, Roberto Juan Capurro, Rustamadji, Sekar Gunung (Ki Heru Wirjono), Shiavax Chavda, Shinsui Itō (伊東 深水), Soerono Hendronoto, Sudarso, Trubus Soedarsono, Walter Spies, Wiwiek Soemitro, Yevgeny Viktorovich Vuchetich (Е. Вучетич), Zsigmond Kisfaludi Stróbl. 94 95 Agus Djayasuminta, Barli Sasmitawinata, Basoeki Abdullah, Batara Lubis, Dullah, Fernando Armosolo Y Cueto, Gustavo Montoya, Harijadi Sumadidjaja, Hendra Gunawan, Hendrik “Henk” Hermanus Joel Ngantung, Itji Tarmizi, Jean-Daniel Guerry, Joes Soepadyo, Karyono Js., Kosnan, Lee Man Fong (李曼峯), Made Djata, Nasjah Djamin, Nhek Dim (ញឹក ឌឹម), Nyoman Gunarsa, Otto Djayasuntara, Raden Saleh Syarif Bustaman, Roberto Juan Capurro, Rustamadji, Sekar Gunung (Ki Heru Wirjono), Shiavax Chavda, Shinsui Itō (伊東 深水), Soerono Hendronoto, Sudarso, Trubus Soedarsono, Walter Spies, Wiwiek Soemitro, Yevgeny Viktorovich Vuchetich (Е. Вучетич), Zsigmond Kisfaludi Stróbl. 96 97

BIODATA PERUPA | ARTIST BIODATA

1. Agus Djayasuminta 2. Barli Sasmitawinata also contributed to the establishment Sukarno’s period. He is famous for (Banten, 1913–Jakarta, 1994) (Bandung, 1921–2007) of the Department of Fine Art at his portraits of important figures. His Agus Djayasuminta, kakak dari Barli mulai melukis pada 1935 saat IKIP, Bandung. During his lifetime, works have been shown in Indonesia, Otto Djayasuntara, ikut mendirikan dia belajar melukis realis dari pelukis he founded several studios, including Thailand, Malaysia, Japan, the PERSAGI bersama S. Sudjojono dan Belgia, Jos Pluimentz, dan seniman Sanggar Seni Rupa Jiva Mukti (1948) Netherlands, Britain, and Portugal. menjabat ketua perkumpulan itu. Pada Italia, Luigi Nobili. Pada periode that came to be known as Gelanggang masa pendudukan Jepang, ia menjadi ini, ia membentuk Kelompok Lima Karya, Studio Rangga Gempol (1958), 4. Batara Lubis kepala bagian kesenian Keimin Bunka Bandung bersama dengan Affandi, and Bale Seni Barli. In 1992, he opened (Huta Godang, 1927–Yogyakarta, 1986) Shidoso. Pada masa revolusi, ia beralih Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahdi his private museum in Bandung. He Batara Lubis hijrah dari ke menjadi seorang kolonel dalam Sumanta. Pada 1950, ia meneruskan held two solo exhibitions in 1996 and Yogyakarta pada awal 1950-an dan angkatan perang Indonesia. Bersama pendidikannya di Académie de la 2003. He received a government menempuh pendidikan di ASRI adiknya, ia dikirim ke Belanda di Grande Chaumière di Paris, Prancis, award, Satyalencana Kebudayaan, in Yogyakarta tahun 1952. Ia kemudian mana ia menyempatkan belajar di dan Rijksakademie voor Beeldende 2003. His works were exhibited in belajar pada Affandi, Hendra Gunawan, Akademi Seni Rupa Amsterdam. Pada Kunsten di Amsterdam, Belanda, group exhibitions in Indonesia, Europe, Sudarso, dan Trubus Soedarsono. Ia 1947, mereka berpameran berdua di 1951. Saat kembali ke Indonesia, United States, and Australia. merupakan generasi sanggar Pelukis Museum Stedelijk di Amsterdam dan ia mengajar di Institut Teknologi Rakyat terakhir bersama Martian Museum Gemeente di Den Haag. Bandung, Universitas Padjadjaran, 3. Basoeki Abdullah Sagara, Permadi Lyosta, Sjawal Mereka juga sempat mengadakan dan Universitas Andalas. Ia juga (Solo, 1915–Jakarta, 1993) Sutrisno, A. Rahmad (Samson), dan sejumlah pameran seni di Belgia ikut mendirikan Departemen Seni Basoeki Abdullah lahir dari keluarga Itji Tarmizi. Batara Lubis mengadakan dan Prancis, sebelum kembali ke Rupa di IKIP Bandung. Sepanjang seniman. Ayahnya, Abdullah pameran tunggalnya pada 1956 di Indonesia. Pada 1954, mereka hidupnya, Barli mendirikan beberapa Soerjosoebroto, dan kakaknya, beberapa kota seperti Yogyakarta, berpameran di Biennale Sao Paolo di studio, termasuk Sanggar Seni Rupa Sudjono Abdullah, merupakan Medan, dan Jakarta. Ia pernah Brazil. Agus Djaya kemudian menetap Jiva Mukti yang kemudian dikenal pelukis lanskap terkemuka di Hindia turut serta berpameran keliling di untuk berkarya di Bali. Ia menerima dengan nama Gelanggang Karya Belanda dan Indonesia. Ia menempuh Cekoslowakia, Berlin, dan Austria. Hadiah Seni dari Pemerintah RI (1948), Studio Rangga Gempol (1958), pendidikan di Koninklijke Academie Tahun 1970–1980-an, Batara Lubis sebelum akhir hayatnya. dan Bale Seni Barli. Pada 1992, ia voor Beeldende Kunsten di Den Haag turut serta dalam pameran Biennale (Banten, 1913–Bogor, 1994) mendirikan museum pribadinya di pada 1933, dan sempat berkunjung Indonesia dan secara konsisten Agus Djayasuminta, the brother of Bandung. Barli berpameran solo ke Paris dan Roma. Sekembalinya menggunakan pendekatan dekoratifis Otto Djayasuntara, founded PERSAGI di Jakarta pada 1996 dan 2003. Ia ke Indonesia, ia belajar di bawah dalam karyanya. with S. Sudjojono and became the menerima penghargaan Satyalencana bimbingan pelukis Schumacher. Ia (Huta Godang, 1927–Yogyakarta, 1986) chairman of the organization. During Kebudayaan dari pemerintah sering diminta melukis untuk Istana Batara Lubis migrated from Medan the Japanese occupation period, he Indonesia pada 2003. Karya-karyanya Kepresidenan pada masa jabatan to Yogyakarta in the early 1950s to served as the head of the art division telah dipamerkan dalam sejumlah Presiden Sukarno. Ia terkenal continue his study at ASRI Yogyakarta at Keimin Bunka Shidoso. He then pameran kelompok di Indonesia, dengan karya-karya potretnya yang in 1952. He studied under Affandi, served as a colonel in the Indonesian Eropa, Amerika, Asia, dan Australia. menampilkan figur-figur terkenal. Hendra Gunawan, Sudarso, and Army during the revolution. He (Bandung, 1921-2007) Karya-karyanya pernah dipamerkan di Trubus Soedarsono. He was the last was sent to the Netherlands with Barli started painting in 1935 when Indonesia, Thailand, Malaysia, Jepang, generation of sanggar (studio) painters his brother where he studied at the he studied realism under Belgian Belanda, Inggris, dan Portugal. along with Martian Sagara, Permadi Academy of Fine Art in Amsterdam. and Italian artists, Joz Pluiments and (Solo, 1915 - Jakarta, 1993)Basoeki Lyosta, Sjawal Sutrisno, A. Rahmat In 1947, they exhibited together at Luigi Nobili. During this period, Barli Abdullah was born in a family of artists. (Samson), and Itji Tarmizi. Lubis held Stedelijk Museum in Amsterdam established Kelompok Lima Bandung His father, Abdullah Soerjosoebroto, his solo exhibitions in several cities, and at the Gemeente Museum with Affandi, Hendra Gunawan, and his brother, Sudjono Abdullah, including Yogyakarta, Medan, and in Den Haag. They held several Sudarso, and Wahdi Sumanta. He were well-known landscape painters in Jakarta. He participated in a touring exhibitions in Belgium and France continued his education in 1950 at the Dutch East Indies and Indonesia. exhibition in Czechoslovakia, Berlin, before they returned to Indonesia. Académie de la Grande Chaumière in He studied art at Koninkliijke and Austria. He took part in Indonesia Afterwards, they participated in Paris, France, and Rijksakademie voor Academie voor Beeldende Kunsten Biennale in in 1970-1980s and Sao Paolo Biennale in Brazil in 1954. Beeldende Kunsten in Amsterdam, the in Den Haag in 1933. During that consistently worked with decorativism Djaya stayed in Bali for the rest of Netherlands in 1951. When he returned time, he visited Paris and Rome. He in his paintings. his career. He received an Art Award to Indonesia, he taught at several continued to study painting under from the Indonesian government institutions, including at Bandung a Dutch painter, Schumacher. He 5. Dullah before he passed away in 1994. Institute of Technology, Padjadjaran often received commissioned works (Solo, 1919–Yogyakarta, 1996) University, and Andalas University. He from the Presidential Palace during Dullah mulai melukis bersama 96 97

Affandi dan Sudjojono. Pada akhir 6. Fernando Amorsolo y Cueto images that he was known for, the sekutu dan menjadi bagian dari dekade 1940-an, ia mendokumentasi (Manila, Filipina, 1892–Quezon City, rural landscape of the Philippines with Brigade 17 Tentara Pelajar Indonesia. sejarah revolusi dan perjuangan Filipina 1972) bright colors. He was awarded the Ia kemudian bergabung dengan menuju kemerdekaan melalui Amorsolo menempuh pendidikan First National Artist of the Republic of organisasi Seniman Masyarakat lukisan-lukisannya. Saat Yogyakarta formalnya di School of Fine Arts, the Philippines from the government di Yogyakarta pada 1946 bersama diambil alih Belanda pada 1949, ia University of the Philippines. Saat in 1972. Hendra Gunawan, Rusli, dan Affandi. memimpin muridnya untuk melukis mendapatkan kesempatan mengajar Kelompok tersebut kemudian kejadian-kejadian dalam perjuangan di Academia de San Fernando, 7. Gustavo Montoya berganti nama menjadi Seniman kemerdekaan. Dullah dikenal Madrid, ia mempelajari karya-karya (Mexico City 1905–2003) Indonesia Muda (SIM). Ia pernah sebagai pelukis potret. Ia merupakan Diego Velasquez dan Joaquin Sorolla. Gustavo Montoya merupakan berpameran tunggal di Balai Budaya pelukis Istana sejak 1950-an yang Setelah kepulangannya dari Madrid, seniman yang erat terkait dengan pada 1956. Ia mendirikan Sanggar menyusun buku lukisan-lukisan kekhasannya memadukan cahaya Mexican School of Painting. Ia Seniman Selabinangun pada 1958. koleksi Istana Presiden Sukarno rural khas Filipina dan gaya lukisan pernah memperoleh beasiswa Tahun 1965, Harijadi berangkat yang diterbitkan pertama kali pada barat menarik minat pembeli lukisan dari pemerintah Meksiko untuk ke Meksiko untuk mempelajari 1956. Dullah merupakan salah satu dari kalangan tentara dan pebisnis mempelajari seni avant-garde di permuseuman dan lukisan mural pendiri Himpunan Budaya Surakarta. Amerika Serikat. Pecahnya Perang Swiss, Italia, dan Inggris. Setelah serta menjadi anggota kelompok Ia juga sempat memimpin kelompok Dunia II dan okupasi Jepang di Filipina berpameran di New York, Montoya Organisacion International de seniman Sanggar Pejeng di Bali. Ia membawa pengaruh kepada lukisan kembali ke Meksiko pada 1942. Muralistos del Mundo di Amerika berpameran di Indonesia dan di luar Amorsolo. Ia mulai menyertakan Ia kemudian mengeksplorasi Selatan. Ia juga banyak menghasilkan negeri, termasuk pameran tunggal tragedi dan gambaran penderitaan pendekatan neo-realisme dan teknik karya di ruang publik seperti relief di Melbourne, Australia pada 1977. manusia akibat peperangan dalam lukis mural yang saat itu sedang tren batu di Samudra Beach Hotel, Jawa Pada 1988, ia membuka museum lukisannya. Setelah perang, Amorsolo di Meksiko. Ia merupakan salah satu Barat; relief Untung Rugi di Lereng pribadinya di Solo yang masih secara konsisten menggarap pendiri Salon de la Plastica Mexicana Merapi; relief di Ambarukmo Palace berdiri hingga hari ini. kekhasannya menggambarkan lanskap (Aula Seni Rupa Meksiko) dan Liga de Hotel; dan relief beton Bandung (Solo, 1919–Yogyakarta, 1996) rural Filipina dengan pencahayaan Escritores y Artistas Revolucionarios Bondowoso di Bandara Adisucipto. Dullah began painting with Affandi cerah. Ia dianugerahi gelar First yang merupakan kelompok seniman Karya muralnya yang paling dikenal and Sudjojono. At the end of the National Artist of the Republic of the dan penulis revolusioner. adalah lukisan suasana kota Jakarta 1940s, he documented the history Philippines dari pemerintah Filipina (Mexico City 1905–2003) yang belum sempat diselesaikan yang of the Indonesian revolution in pada 1972. Gustavo Montoya was associated sekarang berada di ruang Museum his paintings. When Yogyakarta (Manila, Phillipines, 1892–Quezon City, with the Mexican School of Painting. Sejarah Jakarta. was seized by the Dutch in 1949, Phillipines, 1972) He received a scholarship from (Kutoardjo, 1919–Yogyakarta, 1997) he and his students painted Amorsolo finished his formal the Mexican government to study Harijadi Sumadidjaja began to study important events during the education at the School of Fine Arts, avant-garde art in Switzerland, Italy, painting and sculpture on his own struggle to maintain the Indonesian University of the Philippines. He and England. After his exhibition since he was 17 years old. During independence. Dullah is known as studied the works of Diego Velasquez in New York, Montoya returned to the World War II, he served as a a portrait painter. He served as a and Joaquin Sorolla when he was Mexico in 1942. He experimented meteorologist for the allied forces. palace painter since the 1950s and teaching at the Academia de San with neo-realism and mural painting He also joined the Brigade 17 of the he edited the book of paintings in Fernando in Madrid. Works that he technique, which dominated Mexican Indonesian Student Army. In 1946, the Presidential Palace collection produced after he returned to the artworld at the time. He was one of he joined Hendra Gunawan, Rusli, that was published for the first Philippines combine the lightings the founders of Salon de la Plastica and Affandi in Seniman Masyarakat, time in 1956. He was one of the of rural Philippines with the style of Mexicana (The Hall of Mexican which changed its name into Seniman founding members of Himpunan Western painting that attracted the Fine Art) and Liga de Escritores y Indonesian Muda (SIM – Indonesian Budaya Surakarta (Surakarta interests of buyers from the armies Artistas Revolucionarios, a group of Young Artists). He held a solo Cultural Association). He served and businessmen from the United revolutionary writers and artists. exhibition at Balai Budaya in 1956. as the chairman of Sanggar Pejeng States. The beginning of World War Two years later, he established an artists’ studio in Bali. He exhibited II and the Japanese occupation in the 8. Harijadi Sumadidjaja artists studio, Sanggar Seniman both in Indonesia and abroad, Philippines influenced Amorsolo’s (Kutoardjo, 1919–Yogyakarta, 1997) Selabinangun. Sumadidjaja went to including a solo exhibition in artistic decision to incorporate Harijadi Sumadidjaja mulai belajar Mexico in 1965 to do museum studies Melbourne, Australia, in 1977. He themes of tragedies and human melukis dan mematung secara and learn mural paintings. During opened his own private museum in sufferings in his paintings from the otodidak sejak usia 17 tahun. Pada this period, he became a member Solo in 1988. period. After the war, Amorsolo masa Perang Dunia II, ia menjadi of the Organisacion International continued to consistently paint seorang meteorolog untuk pasukan de Muralistos del Mundo in South 98 99

America. He also produced several Rakyat, he held his solo show in 1957 bersama Hendra Gunawan, Affandi, perunggu yang dikenal aktif di public works, such as a stone relief at that was officiated by President Sudjojono, Trubus Soedarsono, Jenewa hingga 1985. Samudra Beach Hotel in West Java; a Sukarno. He became a political Permadi Lyosta, dan Tatang Ganar. (1911–1971) relief titled Untung Rugi at hillside of prisoner from 1965 until 1979. After Itji Tarmizi merupakan anggota Jean Daniel-Guerry is well-known Mt. Merapi; a relief at Ambarukmo he was released, he held another solo sanggar Bumi Tarung Yogyakarta yang for the use of simple lines in his Palace Hotel; and a relief made of exhibition in 1979. He decided to dikaitkan dengan LEKRA (Lembaga sculptures of women. His works concrete titled Bandung Bondowoso move to Bali and lived there until his Kebudayaan Rakyat). Karya-karyanya adore several public spaces in at Adisucipto airport. His most well- death in 1983. To commemoratWe a mulai dikoleksi oleh Presiden Sukarno Geneva, Switzerland. His works have known mural is an unfinished painting hundred years of Hendra Gunawan, sejak awal 1950-an. Ia memilih untuk been well-known in Paris, France, of Jakarta, which is now displayed at Agus Dermawan T. wrote and bersembunyi setelah terjadinya since the 1950s. He produced his the History Museum of Jakarta. published Gunawan’s biography titled peristiwa 1965, dan baru kembali ke works at a metal-casting workshop Surga Kemelut Pelukis Hendra in 2018. kampungnya pada 1973. Ia pindah named M. Pastorri in Geneva that 9. Hendra Gunawan ke Jakarta pada 1993 dan menetap was known for their mastery in (Bandung, 1918–Denpasar, 1983) 10. Hendrik “Henk” Hermanus Joel di Bumi Serpong Damai sejak 1997 bronze-casting until 1985. Hendra Gunawan belajar melukis Ngantung hingga akhir hayatnya. kepada Wahdi Sumanta dan Affandi. (Bogor, 1921–Jakarta, 1991) (Lintau, West Sumatra, 1939– 13. Joes Soepadyo Ia pernah bergabung dengan Henk Ngantung mulai melukis Jakarta, 2001) Informasi tentang Joes Soepadyo Seniman Indonesia Muda (SIM) di pada 1934. Ia berguru pada pelukis The works of Itji Tarmizi often masih belum banyak ditemui dalam Yogyakarta dan Solo. Tahun 1949, Bossardt dan Rudolf Wengkart depict the daily lives of the people dokumentasi sejarah seni rupa ia mendirikan kelompok Pelukis dari 1937 hingga 1941. Ia kemudian and lean towards social-realism. Indonesia. Meskipun demikian, Rakyat. Pada masa revolusi, ia pindah ke Jakarta pada 1940-an dan He studied painting by himself potret Jenderal Sudirman karya bergabung dengan Pelukis Front dan bergabung dengan Poetera (Poesat until 1953. He joined Pelukis Rakyat Joes Soepadyo merupakan salah melukiskan suasana perang bersama Tenaga Rakjat) dan Keimin Bunka (People’s Painters) with Hendra satu lukisan yang sering terekam Barli Sasmitawinata, Abedy, Sudjana Shidoso. Pada dekade 1950-1960, ia Gunawan, Affandi, Sudjojono, Trubus dalam berbagai dokumentasi Kerton, dan Turkandi. Setelah secara bergabung dengan LEKRA (Lembaga Soedarsono, Permadi Leosta, and kegiatan Istana Kepresidenan aktif menggelar pameran bersama Kebudayaan Rakyat). Pada 1964, Tatang Ganar. Tarmizi also joined Republik Indonesia. Pada catatan Pelukis Rakyat, Hendra menggelar Ngantung diangkat oleh Presiden the group Sanggar Bumi Tarung in kunjungannya ke Istana Merdeka pameran tunggal yang dibuka oleh Sukarno menjadi Gubernur Jakarta. Yogyakarta that was often associated untuk mewawancarai Presiden Presiden Sukarno pada 1957. Ia (Bogor, 1921–Jakarta, 1994) with Lembaga Kebudayaan Rakyat Sukarno pada 1957, Claire Holt menjadi tahanan politik di Bandung Henk Ngantung began painting in (LEKRA – Institute for People’s menyebut namanya, dan mencatat dari 1965 sampai 1978. Setelah 1934. He studied under Bossardt and Culture). He was famous in the bahwa nama itu tidak dikenalnya. bebas, Hendra sempat berpameran Rudolf Wengkart from 1937 to 1941. 1950s and his works were collected There is little information about Joes tunggal di Jakarta pada 1979. Ia He moved to Jakarta in the 1940s to by President Sukarno. Tarmizi Soepadyo in the history of Indonesian pindah dan bermukim di Bali sampai join Poesat Tenaga Rakjat (POETERA – disappeared in the aftermath of the art. Even so, Soepadyo’s rendition ia wafat pada 1983. Buku biografinya Center of People’s Power) and Keimin 1965 before he finally returned to his of General Sudirman is one of the yang ditulis oleh Agus Dermawan Bunka Shidoso. In the decade of 1950- village in 1973. He moved to Jakarta paintings in the Presidential Palace T, Surga Kemelut Pelukis Hendra, 1960, he joined Lembaga Kebudayaan in 1993 and lived in Bumi Serpong collection that is often recorded in diluncurkan pada 2018 dalam rangka Rakyat (LEKRA – Institute for Damai from 1997 until his death in documentations of events occurred 100 tahun Hendra Gunawan. People’s Culture). He was appointed 2001. in the palace. Claire Holt’s notes from (Bandung, 1918–Denpasar, 1983) as the Governor of Jakarta in 1964 by her visit to the Presidential Palace and Hendra Gunawan studied painting President Sukarno. 12. Jean-Daniel Guerry her interview with President Sukarno under Wahdi Sumanta and Affandi. (1911–1971) in 1957, mention his name as an artist He was a member of Seniman 11. Itji Tarmizi Jean Daniel-Guerry dikenal dengan that she did not recognize. Indonesia Muda (SIM —Indonesian (Lintau, Sumatra Barat, 1939–Jakarta, patung-patung perempuan yang Young Artists) in both Yogyakarta 2001) dibuat dengan garis yang sederhana. 14. Karyono Js. and Solo. He established another Karya-karya Itji Tarmizi Karyanya dapat ditemui di beberapa (Singasari, 1919–1972) sanggar, Pelukis Rakyat, in 1949. menggambarkan keseharian ruang publik di Kota Jenewa, Swiss. Karyono mulai melukis secara During the revolution, he joined kehidupan rakyat dan cenderung Pada 1950-an karya-karyanya juga otodidak sejak 1940. Di samping Barli Sasmitawinata, Abedy, Sudjana mengarah pada realisme sosial. Ia telah dikenal di kota Paris, Prancis. melukis, ia juga menjabat sebagai Kerton, and Turkandi in Painters’ belajar melukis secara otodidak Karya-karyanya diproduksi oleh guru, dan kemudian Kepala Bidang Front and painted the war. After hingga 1953, dan kemudian pengecoran logam M.Pastorri, Kesenian pada Jawatan Kebudayaan holding many exhibitions with Pelukis bergabung di sanggar Pelukis Rakyat sebuah lokasi produksi karya patung Surabaya pada 1953–1964. Selain 98 99

itu, ia juga pernah aktif sebagai kemungkinan Kosnan aktif di Surabaya (Guangzhou, 1913–Jakarta, 1988) the Ramayana and Mahabharata anggota DPRGR. Pada masa dan mulai mendapat perhatian pecinta Lee Man Fong is Chinese-born using black as the dominant color. In pendudukan Jepang di Indonesia, seni lokal. Hal ini ditandai dengan Indonesian painter. He began to addition, he also painted daily lives Karyono merupakan anggota diberikannya lukisan Kosnan kepada study painting and how to paint with of the people with a realistic yet Keimin Bunka Shidoso Surabaya Presiden Sukarno sebagai hadiah oleh oil when he moved to Singapore imaginative style. yang membawahi bagian seni rupa Gubernur Akademi Angkatan laut under a painter named Lingnan dan sastra. Ia dicatatkan pernah Kol. Pel. R.S. Subijakto. Meski sedikit and another teacher. He moved to 18. Nasjah Djamin mengikuti pameran Keimin Bunka informasi yang dimiliki mengenai Jakarta when he was 19 years old (Perbaungan, Sumatra Utara 1924– Shidoso yang berlangsung di Gedung praktik kesenian Kosnan, terdapat and established the art organization Yogyakarta, 1997) Pertunjukan Surabaya Syu. Karyono setidaknya empat lukisan karyanya Yin Hua. He was arrested by the Nasjah Djamin mulai belajar Js. merupakan ketua Sanggar dalam koleksi istana kepresidenan RI. Japanese after the Indonesian melukis pada 1946 di Yogyakarta Prabangkara-Surabaya yang didirikan Kosnan is presumed to be active in the independence. Afterwards, he setelah terinspirasi oleh karya- pada 1950-an. Kelompok ini dilihat 1950-1960s. He painted in cubistic received the Indonesian government karya Sudjojono, Affandi, dan sebagai kelanjutan dari masa-masa style that predominated Bandung scholarship to continue his education Kartono Yudhokusumo. Ia ikut kesanggaran dalam sejarah seni rupa art scene at the time. Based on the in the Netherlands. He stayed dalam kelompok Pasukan Obor modern di Indonesia. Karyono Js. writings found in the Presidential there for 12 years. He gained Art Studio dan bergabung dengan kemudian menjadi perumus sekaligus Palace collection, Kosnan might have Indonesian citizenship in 1962 and Seniman Indonesia Muda (SIM) ketua Dewan kesenian Surabaya yang been active in Surabaya and might was appointed as the palace painter. pada 1946. Karena menganggap resmi didirikan pada 1972. attract the attention of local art During his tenure, he compiled and Pelukis Rakyat sudah terpolitisasi, (Singasari, 1919–1972) patrons. This is proven by the fact that edited the five-volume albums of ia bersama Bagong Kussudiardja, Karyono Js. had been painting on his his paintings were given to President Sukarno’s paintings collection. In Kusnadi, Sumitro, Saptoto, Sholihin, own since 1940. He also worked as Sukarno by the Navy Governor, Kol. 1966, he moved to Singapore and Rubai, dan Sumaryo L.E. mendirikan a teacher, as well as the Head of the Pel. R.S. Subijakto, from Surabaya. lived there for a long time due to perkumpulan baru Pelukis Indonesia Art Division in the Department of Even though little is known about the political instability in Indonesia. pada 1950. Tidak hanya melukis, Culture in Surabaya in 1953-1964. He Kosnan, there are at least four of his He is sometimes perceived as a ] Djamin juga pernah menjadi was an active member of DPRGR. works in the palace collection. Singaporean painter. ilustrator buku di Balai Pustaka, Karyono Js. was a member of Keimin bekerja Departemen Pendidikan Bunka Shidoso in Surabaya during 16. Lee Man Fong 李曼峯 17. Made Djata dan Kesenian di Yogyakarta (sejak the Japanese occupation period who (Guangzhou, 1913–Jakarta, 1988) (1910–2001) 1952), dan sempat menjadi redaktur supervised the divisions of fine art Lee Man Fong adalah seorang pelukis Made Djata lahir di Banjar majalah kebudayaan BUDAYA. and literature. He participated in an Indonesia yang dilahirkan di Tiongkok. Pekandelan, Batuan, Bali, 1910. Pengalaman berpamerannya di exhibition organized by Keimin Bunka Ia mulai belajar melukis saat pindah Ia mengawali kariernya dengan tahun 1950-an mencakup berbagai Shidoso at the Surabaya Syu Theater. ke Singapura kepada seorang pelukis mempelajari kesenian wayang pameran lukisan di Sao Paulo (Brazil), Karyono Js. was also active as the Lingnan dan seorang guru yang kulit sebelum mulai melukis. Di Meksiko, dan India. Setelah pameran leader of Prabangkara-Surabaya mengajarkannya cat minyak. Ia pindah kemudian hari, ia bergabung dengan tunggalnya pada 1960 di Taman artists group that was established in ke Jakarta saat berusia 19 tahun dan kelompok Pita Maha, di mana ia Ismail Marzuki, ia turut serta dalam the 1950s. This group is considered mendirikan organisasi seni Yin Hua. Ia sempat mendapat bimbingan dari Pameran Besar Seni Lukis Indonesia to be the continuation of the sanggar sempat ditawan oleh Jepang. Setelah Walter Spies. Lukisannya seringkali DKJ 1972, 1974,1976, dan mendapat tradition in the history of Indonesian Indonesia merdeka, ia memperoleh merupakan reinterpretasi adegan kesempatan berpameran tunggal di modern art. Karyono Js. was also beasiswa pemerintah Belanda untuk Ramayana dan Mahabharata dengan DKJ pada 1978. Nasjah Djamin juga the architect behind the founding of belajar melukis. Ia tinggal di Belanda warna hitam yang dominan. Ia juga merupakan seorang penulis, penyair, Dewan Kesenian Surabaya (Surabaya selama 12 tahun. Ia menjadi warga sering mengangkat kehidupan novelis dan penulis buku anak serta Arts Council) in 1972. He served as its negara Indonesia pada 1962 dan sehari-hari dengan perpaduan seorang ahli dalam desain dekorasi first director. menjadi pelukis istana untuk presiden realisme dan imajinasi. panggung untuk produksi teater, Sukarno. Pada periode tersebut ia (1910–2001) film, dan televisi. 15. Kosnan menyusun buku koleksi lukisan-lukisan Made Djata was born in 1910 at (Perbaungan, North Sumatra 1924– Kosnan diperkirakan aktif pada presiden Sukarno berjumlah lima Banjar Pekandelan, Batuan, Bali. Yogyakarta, 1997) 1950–60an. Ia cenderung melukis jilid. Namun pada 1966, Lee pindah Before painting, he studied the arts Nasjah Djamin began to study dengan gaya kubistik yang dominan ke Singapura dan lama menetap di of shadow puppet. He joined Pita painting in Yogyakarta in 1946 after di lingkungan seni rupa Bandung sana karena kekacauan politik di Maha where he studied under Walter he was inspired by the works of pada masa itu. Berdasarkan tulisan Indonesia. Ia terkadang dianggap Spies. His paintings often depict Sudjojono, Affandi, and Kartono yang terdapat di koleksi Istana, besar sebagai pelukis Singapura. his reinterpretation of the epics of Yudhokusumo. He joined Pasukan 100 101

Obor Art Studio and Seniman Indonesia politik Kamboja di era 1970-an yang Museum Seni Lukis Klasik Nyoman sempat berpameran tunggal di Muda (SIM – Indonesian Young diperkirakan menghapus hingga 90% Gunarsa (1994) di Klungkung-Bali. beberapa institusi ternama di Jakarta Artists) in 1946. He considered Pelukis komunitas seni dan intelektual. (Klungkung, Bali, 1944–Bali, 2017) seperti Taman Ismail Marzuki, Rakyat to be too politicized, hence (Pea Reang, Cambodia, 1934–1978) Nyoman Gunarsa finished his Erasmus Huis, dan Galeri Nasional he established a new art association Nhek Dim finished his art education education at STSRI-ASRI, an art Indonesia. named Pelukis Indonesia (Indonesian at the School of Cambodian Art institution where he later taught at. (Pandeglang, Banten, 1916–2002) Painter) with Bagong Kussudiardja, in Phnom Penh in 1949 where he He founded Sanggar Dewata Indonesia Otto Djaya was a member PERSAGI Kusnadi, Sumitro, Saptoto, Sholihin, studied painting under Cambodian (Indonesia Dewata Studio) in 1970. along with his brother Agus Djaya Rubai, and Sumaryo L.E. Besides and Japanese artists. He was sent to He is known for his expressionistic who served as the director of the painting, Djamin worked several the Philippines in 1957 to work and paintings, which later developed into aforementioned artists’ organization. jobs, such as a book illustrator at to publish a book with other artists a synthesis of cubism and abstraction During the war of revolution, he Balai Pustaka, an employee at the from Asia. He exhibited at Khmer of daily subject matters in Bali, such joined the army with the rank of Department of Education and Art in Sport Center in 1961. His works as dancers, offerings, and shadow major. After the independence, Otto Yogyakarta (from 1952), and an editor depict the landscapes of Cambodian puppets. Gunarsa exhibited actively Djaya resigned from the army to live for a cultural magazine BUDAYA. village with a modern touch. Not in Indonesia and abroad, including in as an artist. He and his brother had He exhibited in Sao Paulo (Brazil), many Cambodian artists did so at Jakarta, Kuala Lumpur, Washington, the opportunity to continue their Mexico, and India in the 1950s. After the time. In 1963, Dim went to the Australia, and Den Haag. He received art education and hold an exhibition his solo exhibition at Taman Ismail United States to study the making several accolades: Pratisara Affandi titled Twee Indonesische Schilders, Marzuki (TIM) in 1960, he took part of cartoon films. He was also known Adhi Karya (1976), Best Work in Agus en Otto Djaya (Two Indonesian in Pameran Besar Seni Lukis Indonesia in the palace circle in Cambodia. He Jakarta Biennale III and IV (1978 and Artists, Agus and Otto Djaya) in the held by Jakarta Arts Council in 1972, created illustrations for songs written 1980), Lempad Prize (1980, and a Netherlands in 1947. He returned to 1974, and 1976. He then exhibited and composed by King Sihanouk. Silver Medal at Yogyakarta Painting Indonesia in 1950 and decided to work solo at Jakarta Arts Council in 1978. Nhek Dim was one of many artists Biennale I (1988). He founded several in a printing company. He held several Djamin is also knows as a writer of and intellectuals that fell victims to museums, such as Museum Seni solo exhibitions at Taman Ismail fiction and children books, poet, as the political instability in Cambodia in Lukis Kontemporer Nyoman Gunarsa Marzuki, Erasmus Huis, and Indonesia well as a stage designer for theatre, the 1970s. (Nyoman Gunarsa Contemporary National Gallery. film, and television. Painting Museum) in Yogyakarta in 20. Nyoman Gunarsa 1989 and Museum Seni Lukis Klasik 22. Raden Saleh Syarif Bustaman 19. Nhek Dim ញឹក ឌឹម (Klungkung, 1944–Denpasar, 2017) Nyoman Gunarsa (Nyoman Gunarsa (Terboyo, Semarang, 1811–Bogor, 1880) (Pea Reang, Kamboja, 1934–1978) Nyoman Gunarsa belajar di Classical Painting Museum) in 1994 in Raden Saleh Syarif Bustaman lahir Nhek Dim menempuh pendidikan STSRI-ASRI Yogyakarta, di mana ia Klungkung, Bali. dari keluarga berpengaruh. Ia pernah di School of Cambodian Art di kemudian mengajar. Pada 1970, ia berguru kepada A.A.J. Payen, Phnom Penh pada 1949 dan belajar ikut mendirikan Sanggar Dewata 21. Otto Djayasuntara seorang pelukis Belgia. Pada 1829, melukis dari seniman asal Kamboja Indonesia. Ia dikenal melalui lukisan (Pandeglang, Banten, 1916–Bogor, 2002) Saleh pindah ke Eropa untuk belajar dan Jepang. Tahun 1957, ia pernah bergaya ekspresionis yang kemudian Otto Djayasuntara merupakan melukis dari Cornelius Kruseman dan dikirim ke Filipina untuk menggambar berkembang menuju sintesa abstraksi anggota PERSAGI bersama kakaknya Andreas Schelfhout. Dari Kruseman, dan menerbitkan buku bersama dan deformasi berbagai subjek Agus Djaya yang merupakan ketua ia mempelajari keahliannya sebagai seniman-seniman asal Asia. Pada keseharian Bali seperti penari, sesaji, dari kelompok tersebut. Ia pernah seniman potret dan dari Schelfhout 1961, ia berpameran di Khmer Sport dan wayang. Nyoman Gunarsa aktif menjadi tentara berpangkat mayor ia mempelajari keterampilan menjadi Center. Karya-karyanya melukiskan berpameran di dalam dan luar negeri, dalam angkatan perang Indonesia. seniman lukis lanskap. Setelah tinggal pemandangan pedesaan Kamboja di antaranya di Jakarta, Kuala Lumpur, Setelah kemerdekaan Indonesia, di Eropa selama 20 tahun, ia kembali dengan pendekatan modern, suatu Washington, Australia, dan Den Haag. Otto Djaya memutuskan menjadi ke Indonesia pada 1851 dan menikah pendekatan yang belum lazim ditemui Penghargaan yang pernah diraihnya rakyat sipil dan berkesenian. Ia dan dengan keluarga berpengaruh pada saat itu. Tahun 1963, Nhek Dim antara lain: Pratisara Affandi Adhi kakaknya mendapatkan kesempatan dari Kesultanan Yogyakarta. Ia berangkat ke Amerika Serikat untuk Karya (1976), Karya Terbaik Biennale bersekolah dan berpameran bersama meneruskan pekerjaannya melukis, mempelajari pembuatan film kartun. III dan IV Jakarta (1978 dan 1980), di Belanda pada 1947. Pamerannya serta memproduksi potret aristokrat Nhek Dim juga dikenal di kalangan Lempad Prize (1980), dan Medali berjudul Twee Indonesische schilders: Jawa dan lukisan lanskap. Tiga tahun istana Kamboja. Ia sempat membuat Perak Biennale I Seni Lukis Yogyakarta Agus en Otto Djaya (Dua Pelukis setelah kematiannya pada 1880, ilustrasi dari lagu-lagu yang diciptakan (1988). Ia kemudian mendirikan Indonesia, Agus dan Otto Djaya). karya agungnya dipertunjukan Raja Sihanouk. Nhek Dim merupakan beberapa museum seperti Museum Setelah kembali ke Indonesia pada di pameran dunia di Amsterdam, satu dari seniman dan intelektual Seni Lukis Kontemporer Nyoman tahun 1950, Otto Djaya memilih dengan paviliun spesial yang yang menjadi korban pergolakan Gunarsa di Yogyakarta (1989) dan bekerja di sebuah percetakan. Ia didedikasi untuk lukisannya. 100 101

(Terbaya, Semarang, 1807–Bogor, Jenderal St. Martin di Lezama He exhibited both in Indonesia and chose to quit to become an artist. 1880) Park. Karyanya menjadi bagian dari abroad before he passed away in He retained his Javanese heritage Raden Saleh Syarif Bustaman was koleksi di berbagai negara, antara Surabaya in 1990. even though he lived in diaspora. born into an elite family. He studied lain Amerika Serikat, Italia, Spanyol, He shared his knowledge to his under a Belgian painter, A.A.J. Payen. Yugoslavia, dan Indonesia. 25. Sekar Gunung [Ki Heru Wiryono] students through his Sanggar Sekar In 1829, Saleh went to Europe to (Buenos Aires, Argentina, 1903 - 1971) (Gunung Kidul, 1934–Medan, 2014) Gunung. Reins Asmara was one of his study more under Cornelis Kruseman Capurro finished his study at the Ki Heru Wiryono lahir di Gunung students. Until his death in 2014, he and Andreas Schelfhout. He learned National School of Fine Arts and Kidul, 1934. Selain dengan panggilan was active as an artist and received how to paint portraits from Kruseman graduated with a title National "Pak Wir," ia juga dikenal dengan several commissioned works to make and landscapes from Schelfhout. Professor of Drawing in 1921. nama Sekar Gunung. Konon, nama monuments in Medan. After living in Europe for 20 years, He began to submit his works to itu sebenarnya adalah judul salah he returned to Indonesia in 1851 Municipal and Provincial Hall in satu karyanya, namun lama- 26. Shiavax Chavda and married into an elite family Argentina as well as other countries, kelamaan orang mengaitkannya (Navsari, Gujarat 1914–1990) associated with the Sultanate of such as Brazil, Bolivia, and Italy. dengan panggilan yang berarti Lukisan Chavda identik dengan Yogyakarta. He continued to paint He won several competitions: 3rd "bunga gunung" tersebut. Sejak gerak. Lukisannya cukup banyak and produced portrait paintings of position, National Prize (1926); 2nd usia 18 tahun, Sekar Gunung menggambarkan manusia yang members of Javanese aristocracy as position Municipal Prize (1929 and berguru pada Ki Hajar Dewantara menari dalam berbagai komunitas, well as landscapes. Three days after 1933). He won the 1st position of the di Taman Siswa selama tiga tahun. gaya, dan negara. Ia terinspirasi his death in 1880, his masterpieces National Prize competition in 1940 Semangat yang ditularkan sang perjalanannya di India dan Asia were exhibited in a special pavilion with his work Song of the Sea that guru mendorongnya supaya hijrah Tenggara, khususnya Indonesia. dedicated to his paintings at the was well received in the 1940s. He ke Medan untuk menjadi guru seni. Chavda merupakan sedikit seniman colonial exhibition in Amsterdam. was nicknamed “sculptor from the Setelah beberapa tahun mengajar yang dapat belajar kesenian sea” by the artworld in Argentina. di sejumlah sekolah negeri, ia ke berbagai negara sebelum 23. Roberto Juan Capurro He held a solo exhibition in 1943 at memutuskan untuk total menjadi kemerdekaan negaranya. Ia (Buenos Aires, Argentina, 1903–1971) Modern Gallery of Buenos Aires. seniman. Walaupun menetap di menempuh pendidikan di Slade Capurro menempuh pendidikan He also taught as a professor at the perantauan, Sekar Gunung terkenal School of Fine Art (London), St. di National School of Fine Arts School of Fine Arts, University of amat mempertahankan budaya Martin School of Art (London), dan lulus dengan gelar National La Plata. He made several public Jawa, bahkan membagikan ilmunya dan Académie de la Grande Professor of Drawing pada 1921. sculptures: a figure sculpture at the melalui Sanggar Sekar Gunung Chaumière (Paris). Karyanya pernah Ia mulai menyertakan karyanya Legislative Building in Buenos Aires, asuhannya. Salah satu muridnya dipamerkan di berbagai galeri dan di tahun 1920-an di Municipal Paracelsus Healing Medicine at the adalah perupa Reins Asmara. Sampai museum, di antaranya Kunsthaus dan Provincial Hall di Argentina Faculty of Medicine, and General St. akhir hayatnya pada 2014, ia masih Graz dan Universalmuseum dan di negara lain seperti Brazil, Martin monument at Lezama Park. berkarya dan dipercaya untuk Joanneum di Austria. Bolivia, dan Italia. Kompetisi yang His works are collected worldwide, membuat beberapa tugu serta (Navsari, Gujarat 1914–1990) dimenangkannya antara lain: Juara including in the United States, Italy, monumen lainnya yang tersebar di Chavda’s paintings are about Tiga National Prize (1926), dan Juara Spain, Yugoslavia, and Indonesia. beberapa tempat di Kota Medan. movement. They depict human Dua Municipal Prize (1929 dan 1933). (Gunung Kidul, 1934– Medan, 2014) dancing in different communities, Tahun 1940, Ia meraih Juara Satu 24. Rustamadji Ki Heru Wiryono was born in Gunung styles, and countries. He was National Prize melalui karyanya Song (Surabaya, 1932–1990) Kidul, Yogyakarta, in 1934. He was inspired by his journeys in India and of the Sea yang mendapat kajian Saat berusia 14 tahun, ia belajar known both by the names “Pak Wir” Southeast Asia, especially Indonesia. kritik yang baik di tahun 1940an. Ia melukis di bawah S. Sudjojono di and Sekar Gunung. Sekar Gunung, Chavda was one of a few artists dijuluki “pematung laut” oleh dunia Seniman Indonesia Muda (SIM) di which means “the flower of a who had the opportunity to study kesenian di generasinya. Tahun Madiun. Semasa hidupnya, ia sempat mountain,” was the title of one of art in various countries before his 1943, ia berpameran tunggal di berpameran di dalam maupun luar his works, but people gradually used nation gained its independence. Modern Gallery of Buenos Aires negeri, sebelum meninggal di kota the name to refer to the artist. He He studied at Slade School of Fine dan kemudian mengajar di School kelahirannya pada 1990. studied under Ki Hajar Dewantara Art (London), St. Martin School of of Fine Arts, University of La Plata. (Surabaya, 1932–1990) for three years since he was 18 years Art (London), and the Académie de Beberapa patung publik yang pernah Rustamadji was born in Surabaya, East old at Taman Siswa. He decided to la Grande Chaumière (Paris). His dibuatnya antara lain: patung figur Java, in 1932. He began painting at move to Medan to teach art in order works were exhibited in galleries di Gedung Legislatif Buenos Aires, Seniman Indonesia Muda (SIM – Young to continue the spirit of Ki Hajar and museums, including Kunsthaus patung Paracelsus Healing Medicine di Indonesian Artists) in Madiun when he Dewantara. After teaching for a few Graz and Universalmuseum Fakultas Kedokteran, dan Monumen was 14 years old under S. Sudjojono. years at several state schools, he Joanneum in Austria. 102 103

27. Shinsui Itō 伊東 深水 and Indonesia during the Pacific War refused the request of Adam Malik, 30. Trubus Soedarsono (Tokyo, Jepang 1898–1972) to support Japanese government’s a president’s aide, to buy one of his (Yogyakarta 1924–1966) Shinsui Itō yang bernama asli propaganda. His artistic talent paintings. During the revolution, Trubus mulai belajar melukis Hajime Itō, memulai karier seninya was recognized as an “intangible he designed the image for Oeang dengan menjadi pembantu pelukis di departemen gambar sebuah cultural property” by the Japanese Repoeblik Indonesia (Indonesian Sudarso. Ia kemudian belajar pada percetakan di Tokyo saat berusia government in 1952. A few years currency). He received an honor S.Sudjojono dan Affandi pada 1942– 12 tahun. Saat berguru dengan after, he became a member of Japan from the Ministry of Finance in 1985. 1945. Tahun 1947, Trubus keluar dari Kaburaki Kiyokata, seorang pelukis Art Academy and received an award After suffering from a stroke in 1980, Seniman Indonesia Muda (SIM) dan Nihonga (seni lukis Jepang), ia of the Order of the Rising Sun. After he painted with his left hand until his masuk ke sanggar Pelukis Rakyat. Ia diajak berkolaborasi oleh Watanabe he died in 1972, two of his works were death in 2000. sempat dipenjara oleh Belanda pada Shozaburo, seorang penerbit yang made into special editions of stamps 1948 akibat memproduksi poster anti mengorbitkannya dan membantu in Japan in 1974 and 1983. 29. Sudarso Belanda. Setelah bebas, ia mengajar mengekspor karya-karyanya. (Purwokerto, 1914–Purwakarta, 2006) di ASRI Yogyakarta (1950–1960). Ia Kolaborasi tersebut menjadikannya 28. Soerono Hendronoto Sudarso bin Roeswandi bekerja sempat berkunjung ke Cekoslowakia dikenal sebagai pelukis bijin-ga (Cilacap, 1914–2000) sebagai pengantar susu sebelum dalam misi kebudayaan. Beberapa (“lukisan wanita cantik”) yang juga Raden Mas Soerono Hendronoto bertemu dan belajar melukis dari karyanya dikoleksi oleh presiden melukis lanskap. Kemudian hari Itō lahir di dalam keluarga berdarah Affandi. Tahun 1935, ia ikut melukis Sukarno. Ia merupakan anggota menjadi sosok penting dalam gerakan seni. Saudara-saudara kandungnya, bersama Affandi, Hendra Gunawan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah shin-hanga yang merevitalisasi Sapto Hoedoyo, Doekoet Wahdi, Barli Sasmitawinata, dan Koos D.I. Yogyakarta dari fraksi PKI. kesenian tradisional ukiyo-e. Hendronoto, Sumitro, dan Hendroso (pelukis Belanda) di Gg. Wangsareja, Tahun 1966, Trubus menghilang Semasa Perang Pasifik, ia sempat adalah seniman, sedangkan kakaknya Bandung. Konon pada pameran reuni akibat pergolakan politik pasca- ditempatkan di kepulauan Pasifik dan Winarno adalah seorang jurnalis. di Taman Ismail Marzuki, pelukis Barli peristiwa 1965. Indonesia untuk mendukung gerakan Karya-karyanya pada masa revolusi menjuluki lima pelukis Indonesia (Yogyakarta, 1924–1966) propaganda seni dari pemerintah banyak disimpan di Museum Joang dalam grup itu sebagai Kelompok Soedarsono began painting Jepang. Tahun 1952, bakat artistiknya di Jakarta. Sebagai seorang pelukis Lima Bandung. Pada 1951, Sudarso by becoming an apprentice diakui oleh pemerintah Jepang yang idealis, Soerono diketahui mulai mengajar di ASRI Yogyakarta. of Sudarso. From 1942-1945, sebagai “intangible cultural property.” pernah menolak permintaan Beliau sempat menggelar pameran Soedarsono studied painting Beberapa tahun setelahnya, ia ajudan Presiden, Adam Malik, tunggal di kedutaan besar Argentina under S. Sudjojono and Affandi. menjadi anggota dari Japan Art untuk membeli lukisannya karena (1960), pameran tunggal di Balai Soedarsono decided to withdraw Academy dan mendapat penghargaan tidak setuju dengan komersialisasi Budaya (1969), dan beberapa pameran from SIM and joined Pelukis Rakyat Order of the Rising Sun. Setelah ia lukisan. Selain dikenal sebagai di dalam dan luar negeri. (People’s Painters) in 1947. He meninggal pada 1972, dua karyanya seorang pelukis, ia juga dipercaya (Purwokerto, 1914–Purwakarta, 2006) was arrested by the Dutch for diabadikan menjadi perangko edisi untuk mendesain gambar Oeang Sudarso bin Roeswandi worked producing anti-Dutch posters in istimewa pada 1974 dan 1983. Repoeblik Indonesia yang digunakan as a milk delivery man before 1948. After he was released, he (Tokyo, Japan 1898–1972) pada masa revolusi. Ia mendapat studying painting under Affandi. taught at ASRI Yogyakarta (1950- Shinsui Itō was born with the name penghargaan dari Kementerian In 1935, he painted together with 1960). He visited Czechoslovakia Hajime Itō. He started his career Keuangan pada 1985. Setelah Affandi, Hendra Gunawan, Wahdi, for a cultural mission. Some of his as an artist working in a drawing mengalami stroke pada 1980, ia Barli Sasmitawinata, and Koos works were collected by President department of a printing company mulai melukis menggunakan tangan (a Dutch painter) in Bandung. Sukarno. He was a member of in Tokyo when he was 12 years old. kirinya sebelum wafat pada 2000. Barli purportedly stated in their Dewan Perwakilan Rakyat Daerah When he was studying under a (Cilacap, 1914–2000) reunion exhibition at Taman Ismail (DPRD – Regional People’s Nihonga painter, Kaburaki Kiyokata, Raden Mas Soerono Hendronoto Marzuki that the group was known Representative Council) from the he collaborated with Watanabe was born in an artistic family. His as Kelompok Lima Bandung (The Indonesian Communist Party (PKI). Shozaburo, a publisher who later siblings: Sapto Hoedoyo, Doekoet Bandung Five). Sudarso worked He disappeared in 1966 because promoted Itō’s works and distributed Hendronoto, Sumitro, and Hendroso as a lecturer at Akademi Seni Rupa of the political situation after the them. Itō was then known as a bijin-ga worked as artists, while his brother, Indonesia (ASRI – Indonesian Art 1965 event. (beautiful woman) painter who also Winarno, was a journalist. His works Academy) in Yogyakarta in 1951. painted landscapes. He became an that were produced during the He held a solo exhibition at the 31. Walter Spies important figure in the development revolution are kept in Museum Joang Argentinian Embassy (1960), (Moskow, 1895–Kapal “Von Imhoff”, of shin-hanga, a movement aimed to in Jakarta. Soerono was known as an another solo at Balai Budaya, Selat Makassar, 1942) revitalize the traditional art of ukiyo-e. idealist painter who disagreed with and several other exhibitions in Spies merupakan seniman He was stationed in the Pacific Islands commodification of paintings. He Indonesia and abroad. multitalenta: penari, fotografer, 102 103

pelukis, musisi, musikolog, dan 32. Wiwiek Sumitro 33. Yevgeny Viktorovich Vuchetich patung-patung perunggu, plakat, dan ahli bahasa. Ia lahir dari keluarga (Pacikri, 1929–Surabaya, ca. 2010) Е. Вучетич monumen, antara lain War Memorial terpandang di Jerman dan Wiwiek Soemitro merupakan istri (Dnipro, Ukraina 1908–Moskow, di Nagykanizsa dan Prince St. Emeric menamatkan pendidikannya di dari alm. Marsekal Muda Soemitro. Rusia 1974) di Budapest. Ia juga membuat Dresden. Selama Perang Dunia I, Ia belajar melukis sejak SMP di Yevgeny Victorovich Vuchetich beragam patung yang kemudian ia pernah membantu tentara Rusia Gedung Kesenian Pasar Legi, Solo. merupakan seniman Ukraina yang menghiasi tempat-tempat penting di yang terluka sehingga kemudian Kemahirannya melukis potret telah menciptakan berbagai karya Hongaria, seperti gedung parlemen dipenjara pada 1915. Tahun 1917, ia membuat karyanya diminati di patung monumental. Bakat Vuchetich dan Millenium Memorial. Ia tetap bekerja dengan Hedwig Jaenischen kalangan ABRI. Ia bahkan pernah berkembang saat ia bersekolah di produktif hingga usianya melebihi Woermann dan mulai mengenal berpameran bersama Himpunan Rostov Art School. Ia melanjutkan 80 tahun. Karya-karya Stróbl juga lingkungan ekspresionis Jerman. Peminat Seni Rupa Angkatan pendidikannya di The Institute of dapat ditemukan pada koleksi Galeri Tahun 1923, ia tiba di Hindia- Perang RI (1955). Ia pernah Proletarian Art. Sejak periode ini, Nasional Hongaria, Göcsej Museum, Belanda melalui Bandung, kemudian mengikuti Pameran Kasih Sayang karyanya banyak menunjukkan The British Museum, The Hermitage, pindah ke Yogyakarta, di mana ia di Gedung Depdikbud, Jakarta nilai-nilai patriotik. Salah satu dan Pushkin State Museum of Fine menjadi konduktor orkestra Sultan dan pameran bersama istri teknisi karya terkenalnya adalah Memorial Arts di Moskow. Hamengkubuwono VIII. Ia kemudian dan veteran setiap Hari Kartini Volgograd yang digarapnya lebih (Alsórajk, Hungary, 1884–Budapest, pindah ke Bali pada 1927. Bersama R. di Gedung Pola. Ia selanjutnya dari 15 tahun. Tahun 1949, Vuchetich Hungary, 1975) Bonnet dan teman-teman sejawatnya, bergabung dan menjadi pengurus membangun patung pejuang Soviet Stróbl studied under Lajos Mátrai ia mendirikan kelompok pelukis Ikatan Pelukis Wanita Indonesia yang sekarang terdapat di Treptower and Antal Lóránfi at the School of muda Bali Pita Maha pada 1936. (IPWI) yang secara konsisten Park, Berlin. Applied Arts in Hungary for four Tahun 1942, penduduk Jerman di mengadakan pameran kelompok, (Dnipro, Ukraine 1908–Moscow, Russia years. He studied while working at Indonesia dipenjara termasuk Spies. antara lain di Jakarta, Bandung, 1974) Alajos Stróbl’s sculpture studio. He Ia diperkirakan wafat saat kapal Kapal Surabaya, Medan, dan Palembang. Yevgeny Victorovich Vuchetich is received a scholarship to continue his “Von Imhoff” yang membawanya ke (Pacikri, 1929–Surabaya, ca. 2010) a Ukrainian artist who produced education in Vienna. His career took Ceylon dibom oleh Jepang. Wiwiek Soemitro was born in numerous monumental sculptures. off during the period between the (Moscow, Russia, 1895–Makassar 1929. She was the wife of the late Vuchetich developed his artistic two World Wars where he produced Strait, 1942) Young Marshall Soemitro. She talent when he studied at Rostov Art numerous bronze sculptures, Spies was a multitalented artist. studied painting since she was in School. He continued his study at The placards, and monuments. His well- He was a dancer, photographer, junior high school at Pasar Legi Institute of Proletarian Art. Since this known monuments include the War painter, musician, musicologist, Art Center in Solo. Her portrait period, Vuchetich produced more Memorial at Nagykanizsa and Prince and a linguist. He was born into an paintings were looked-for by the patriotic works. One of his famous St. Emeric in Budapest. He also made elite family in Germany and finished people within the circle of the works is the Volgograd Memorial several sculptures that adore several his education in Dresden. He was Indonesian Army. She exhibited that he worked on for more than 15 public spaces in Hungary, such as the arrested in 1915 during World War with artists from Himpunan Peminat years. Vuchetich was also the artist parliamentary building and Millenium I for helping a wounded Russian Seni Rupa Angkatan Perang RI behind the sculpture of Soviet warrior Memorial. He worked until he was soldier. He worked with Hedwig (Indonesian Army Association of installed at the Treptower Park in more than 80 years old. Stróbl’s Jaenischen Woermann in 1917 and Art Enthusiasts) in 1955. She also Berlin in 1949. works are collected by Hungarian became a part of the expressionist participated in Pameran Kasih National Gallery, Göcsej Museum, circle in Germany. He arrived in the Sayang (Exhibition of Love) at 34. Zsigmond Kisfaludi Stróbl The British Museum, The Hermitage, Dutch East Indies in 1923 through Gedung Depdikbud in Jakarta. In (Alsórajk, Hungaria, 1884–Budapest, and Pushkin State Museum of Fine Bandung and moved to Yogyakarta addition, she also exhibited with Hungaria, 1975) Arts in Moscow. where he worked as a conductor for the wives of army technicians Stróbl memulai perjalanan seninya the Sultan Hamengkubuwono VIII’s and veterans for the annual dengan berguru pada Lajos Mátrai orchestra. He then moved to Bali in commemoration of Kartini Day dan Antal Lóránfi di School of 1927. He founded the art association at Gedung Pola. She was an active Applied Arts di Hongaria selama Pita Maha in Bali in 1936 with R. member of Ikatan Pelukis Wanita empat tahun. Ia belajar sambil Bonnet and his other colleagues. He Indonesia (IPWI – Association of bekerja di studio milik Alajos Stróbl, was imprisoned in 1942 when Japan Indonesian Women Artists). The seorang pematung. Ia kemudian occupied Indonesia. He was assumed organization consistently held mendapat beasiswa untuk belajar di to be deceased when the ship, “Von group exhibitions in Jakarta, Vienna. Kariernya memuncak pada Imhoff,” that brought him to Ceylon Bandung, Surabaya, Medan, masa-masa di antara dua perang was bombed by the Japanese. and Palembang. dunia, di mana ia produktif membuat 104 105

KURATOR

Amir Sidharta Upon his return to Indonesia he Depdikbud. Watie Moerany memiliki Wood & Good, a contemporary exhibi- Amir Sidharta mendapatkan pendidikan became the curator of the Museum pengalaman kerja yang cukup tion of woodworking in Jakarta (2015); sejarah seni rupa di Oberlin College Universitas Pelita Harapan, an art panjang, di antaranya pernah menjadi and the photo exhibition for Indonesian pada 1982, namun melanjutkannya research center at Lippo Village, Kepala Galeri Nasional pertama pada President Cup in Jakarta. dalam bidang arsitektur di University Karawaci, Tangerang, as well as a 1998; Direktur Pengembangan Seni of Michigan. Dengan hibah Fulbright, lecturer in architecture at Universitas Rupa, Kementerian Pariwisata dan Periset | Reasearcher tahun 1992-1993 ia belajar museologi Pelita Harapan. In 2015, he completed Ekonomi Kreatif tahun 2013; dan di George Washington University. the Executive MBA program from Asisten Deputi Strategi Pemasaran, Sally Texania Sekembalinya ke Indonesia, ia menjadi Peking University and hold a Master Kementerian Pariwisata Nusantara. Sally Texania adalah kurator kurator Museum Universitas Pelita of Management degree in Global Beberapa proyek kerja kuratorial Independen di Jakarta, Indonesia. Ia Harapan, pusat penelitian seni rupa di Strategic from Universitas Pelita terakhirnya mencakup: Geo-Etnik, pernah mengikuti pertukaran pelajar di Lippo Village, Karawaci, Tangerang, Harapan. Currently, he is actively Biennale Desain dan Kriya Indonesia Insitute de la Vierge Fidele, Brussels- sekaligus menjadi pengajar di bidang leading Sidharta Auctioneer, an (2013); Horizon of Strength di Belgia dan melanjutkan pendidikan arsitektur di Universitas Pelita Harapan. auction house specializing in fine arts Kunstkring Art Paleis, Jakarta S1 di Studio Seni Lukis FSRD ITB. Ia Di tahun 2015, ia menyelesaikan that he founded in 2005. In 2016, he (2013); Pameran Biennale Desain menyelesaikan program magister program Executive MBA dari Peking co-founded the Yayasan Mitra Museum Kriya Indonesia di Jakarta (2014); Hubungan Internasional, Fakultas University dan mendapat gelar Jakarta and is trusted to be the Wood & Good, pameran kriya kayu Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Magister Manajemen di bidang Chairman. Amir also active in writing. kontemporer di Jakarta (2015); Indonesia, 2015. Ia mengikuti pelatihan Strategi Global dari Universitas Pelita Some of his published books include pameran hasil lomba foto Indonesia metoda baru pendidikan seni di Karin Harapan. Saat ini ia aktif memimpin Erica Arts Most Playful Child, Vibrant Piala Presiden RI di Jakarta. Rottman-Cologne Museum Educational Sidharta Auctioneer, balai lelang yang Arie Smit, Amrus Natalsya: China Town, Service dan program Sepake Angiama berspesialisasi di bidang seni rupa yang 25 Tropical Houses in Indonesia, and S. Watie Moerany finished her bachelor - Documenta 14 pada 2016. Sally didirikannya pada 2005. Tahun 2016 Sudjojono: Visible Souls. In addition, education at Institut Seni Indonesia (ISI - Texania pernah menjadi asisten dosen ia bersama-sama mendirikan Yayasan his writings and works of photograph Indonesia Arts Institute) in Yogyakarta untuk mata kuliah estetika di Institut Mitra Museum Jakarta dan dipercaya are widely published in both print and obtained her master degree in His- Teknologi Bandung dan Program menjabat sebagai Ketua Harian. Amir and online media. His most recent tory at the Faculty of Cultural Studies, Manager Selasar Sunaryo Art Space juga aktif menulis. Beberapa buku curatorial works are Senandung Ibu University of Indonesia. She received a (2008). Selain itu, ia juga pernah karangannya yang telah diterbitkan Pertiwi painting exhibition from the fellowship to study Cultural Conser- menjabat sebagai Head of Museum antara lain Erica Arts Most Playful Child, collection of Indonesian Presidential vation and Preservation at Oeno Uni- Ciputra Artpreneur (2014–2016). Vibrant Arie Smit, Amrus Natalsya: China Palace in 2017 and Voyage to Indonesia, versity in Tokyo, Japan, as well as a fel- Pengalaman kuratorialnya meliputi: Town, 25 Tropical Houses in Indonesia, an Indonesian art exhibition on the lowship from the Japan Foundation to Pameran Bandung New Emergence #5 di dan S. Sudjojono: Visible Souls. Selain occasion of IMF – World Bank Group study art management at Queensland Selasar Sunaryo Art Space tahun 2014; itu, karya tulis serta karya fotonya Spring Meeting 2018 at Washington University of Technology in Brisbane, Ideologism dynamics and Nationhood: banyak dipublikasikan baik di media D.C., USA. Australia. She participated in several Ir. Ciputra Private Collection, Ciputra cetak maupun online. Karya kuratorial curatorial workshops in Indonesia and Artpreneur, 2014; dan Jati Diri, terbarunya adalah Pameran Lukisan Watie Moerany in Japan sponsored by the Directorate Museum Seni Rupa dan Keramik, 2016. Koleksi Istana Kepresidenan RI 2017, Watie Moerany menamatkan General of Culture, Department of Ia mengikuti beberapa forum: Forum Senandung Ibu Pertiwi, di Galeri Nasional pendidikan S1 di Institut Seni Education and Culture. Watie Moerany Kurator Muda, Cemeti Arthouse, Indonesia serta Voyage to Indonesia, Indonesia, Yogyakarta, sebelum has an extensive working experience. 2013; dan anggota curatorial board sebuah pameran seni Indonesia yang melanjutkan S2 di jurusan Sejarah, She served as the first director of the CuratorsLAB - Goethe Institut, sebuah dilaksanakan dalam rangka pertemuan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia National Gallery in 1998 and proyek dengan fokus praktik kuratorial IMF – World Bank Group Spring Indonesia. Ia menerima beasiswa the director of Art Development at the terkini di Asia Tenggara. Ia juga terpilih Meeting di Washington D.C., USA. studi Pelestarian Budaya untuk Ministry of Tourism and Creative Econ- dalam program International Research Konservasi dan Preservasi di omy in 2013. Currently, she is working Fellows of National Museum of Modern Amir Sidharta studied art history at Universitas Oeno Tokyo Jepang as a Deputy Assistant for Marketing and Contemporary Art (MMCA) di Korea Oberlin College, Ohio and graduated dan beasiswa studi Manajemen Strategy at the Ministry of Nusantara Selatan, 2018. from the University of Michigan, Ann Seni di Queensland University of Tourism. Her latest curatorial projects Arbor, with a bachelor's degree in Technology (QUT) Brisbane Australia. include: Geo-Etnik, Indonesian Design Sally Texania (b.Dallas, 1985), is an Architecture in 1987. He continued Ia juga pernah mengikuti beberapa and Crafts Biennale (2013); Horizon Indonesian independent curator. his studies in Museology at George pelatihan kuratorial di Indonesia of Strength at Kunstkring Art Paleis in Texania received a BFA (cum laude) Washington University, Washington dan di beberapa kota di Jepang atas Jakarta (2013); Biennale of Indonesian from the Faculty of Art and Design, D.C., 1992-93 on a Fulbright Grant. sponsor dari Ditjen Kebudayaan, Designs and Crafts in Jakarta (2014); Bandung Institute of Technology 104 105

UCAPAN TERIMA KASIH | ACKNOWLEDGMENTS

in 2009, and went on to study Para kurator dan anggota tim riset pameran Indonesia international relations at University Semangat Dunia mengucapkan terima kasih kepada semua of Indonesia, Jakarta, where she yang telah membantu terutama dalam mendapatkan received a master’s degree in 2012 informasi sejarah tentang karya-karya yang ditampilkan: with thesis on cultural diplomacy effect to Modern Art in the Cold War Curators and members of the Indonesia Spirit of the World's period. Texania was program manager research team thanks all those who have helped especially in at Selasar Sunaryo Art Space in obtaining historical information about the works displayed: 2008. She later served as the head of museum-curator of Museum Marie-Odette Scalliet (Indonesia Visual Art Archive) Ciputra from 2014 to 2016. She has Bambang Eryudhawan Pauljac Verhoeven (Museum curated numerous exhibitions for art Bronbeek, Arnhem) spaces and institutions in Indonesia, Adrian Vickers dan Siobhan Campbell including Jati Diri, Museum Seni Rupa (University of New South Wales) Kerstin Winking dan Keramik, Jakarta (2016); Bandung Soedarmadji Damais Pim Westerkamp dan Ingeborg New Emergence #5, Selasar Sunaryo Mahandis Yoanata Thamrin Eggink (Stichting Nationaal Museum Art Space, Bandung (2014); and van Wereldculturen) Iwan Ong Santosa Ideologism Dynamics and Nationhood, Frank Lopez (The Annenberg Retreat Joko Apridinoto an exhibition of Ir. Ciputra private at Sunnylands) collection, Ciputra Artpreneur, Duta Besar Hongaria Judit Pach dan Inge dan Hans Holst Jakarta, (2014). In 2017, Texania Sekretaris Pertama (bidang budaya, curated Senandung Ibu Pertiwi: the pendidikan dan pers) Katalin Nagy Delphine Kahl (Jack-Philippe Ruellan Painting Exhibition from the Collection Böszörményi Commissaire-Priseur, Vannes) of the Presidential Palaces of the Duta Besar Argentina Ricardo Kurt Helfrich (National Gallery of Republic of Indonesia at the National Bocalandro dan Wakil Duta Besar Art, Washington, D.C) Gallery of Indonesia together Leandro Waisman Kepala Istana Jakarta, Bogor, with Asikin Hasan, Amir Sidharta Agus Dermawan T. Cipanas, Yogyakarta dan and Mikke Susanto. In 2016, she Tampaksiring beserta stafnya was selected as Goethe Institute’s Siont Tedja Halomoan dan Gina Batara Lubis CuratorsLAB member, an education Aminudin T.H. Siregar Laila Tifah program focusing on young curators Antariksa in Southeast Asia. In 2018, she was Sudarwoto Sudarso Bonnie Triyana granted to be International Research Monica Sri Daryati Fellow of National Museum of Mikke Susanto Duddy Djaya Modern and Contemporary Art Remco Vermeulen (Dutch Culture, (MMCA), South Korea. Amsterdam) Emile Tobing Harm Stevens dan Martine Gosselink Dwi Asih Setyawati (Rijksmuseum, Amsterdam) Ipung Surati Sigit Lingga dan Guruh F. Cynthia Octavianty Soekarnoputra (Yayasan Bung Karno) Indonesia Visual Art Archive (IVAA) Hilmar Farid Andri Wibowo Ulin Yusron Reynaldo De Archellie, S.Hum., M.Si. Andri Wibowo Museum Basoeki Abdullah Udaya Halim dan Museum Benteng Heritage Reynaldo De Archellie, S.Hum., M.Si. 106 107

SUSUNAN PANITIA PENYELENGGARA PAMERAN SENI KOLEKSI ISTANA KEPRESIDENAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 Keputusan Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia Selaku Ketua Panitia Negara Perayaan Hari-Hari Nasional Dan Penerimaan Kepala Negara/Pemerintah Asing/Pimpinan Organisasi Internasional Nomor 143 Tahun 2018 Tentang Pembentukan Panitia Penyelenggara Pameran Seni Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia Tahun 2018

PENGARAH KETUA PENYELENGGARA KETUA BIDANG KOORDINATOR BIDANG I Pratikno Rika Kiswardani KESEKRETARIATAN DAN (BIDANG PROTOKOL, Menteri Sekretaris Negara Deputi Bidang Administrasi dan ADMINISTRASI KURATORIAL UNDANGAN DAN ACARA, Pengelolaan Istana, Sekretariat PUBLIKASI, TEKNOLOGI Muhadjir Effendy Erwin Wicaksono INFORMASI, DAN PELIPUTAN, Menteri Pendidikan dan Presiden Kepala Bagian Tata Usaha, Biro SERTA DESAIN) Kebudayaan Administrasi, Deputi Bidang Administrasi dan Pengelolaan Bey Triadi Machmudin Arief Yahya WAKIL KETUA PENYELENGGARA Istana, Sekretariat Presiden Deputi Bidang Protokol, Pers, Menteri Pariwisata dan Media, Sekretariat Presiden Darmastuti Nugroho Triawan Munaf Kepala Biro Pengelolaan Istana, WAKIL KETUA BIDANG Kepala Badan Ekonomi Kreatif Deputi Bidang Administrasi dan KESEKRETARIATAN KETUA BIDANG PROTOKOL, Kartika Wirjoatmodjo Pengelolaan Istana, Sekretariat Zainal Abidin Siregar UNDANGAN DAN ACARA Direktur Utama Bank Mandiri Presiden Kepala Bagian Perencanaan , Yayat Hidayat Biro Administrasi, Deputi Bidang Plt. Kepala Biro Protokol, PENANGGUNG JAWAB SEKRETARIS Administrasi dan Pengelolaan Deputi Bidang Protokol, Pers, Istana, Sekretariat Presiden dan Media, Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono Ucu Kepala Sekretariat Presiden Kepala Biro Administrasi, Deputi Bidang Administrasi dan WAKIL KETUA BIDANG WAKIL KETUA BIDANG Pengelolaan Istana, Sekretariat ADMINISTRASI KURATORIAL PROTOKOL DAN UNDANGAN WAKIL PENANGGUNG JAWAB Presiden Sally Texiana Sri Mujiarko Setya Utama Profesional Seni Kepala Bagian Undangan dan Sekretaris Kementerian WAKIL SEKRETARIS Administrasi Protokol, Biro Sekretariat Negara Sari Harjanti KOORDINATOR Protokol, Sekretariat Presiden Trisno Hendradi Kepala Biro Tata Usaha, KURATOR PAMERAN Sekretaris Militer Presiden Sekretariat Kementerian Watie Moerany WAKIL KETUA BIDANG ACARA Ukus Kuswara Sekretariat Negara Profesional Seni Zamrud Setya Negara Sekretaris Kementerian Pariwisata Kepala Seksi Pameran dan Hilmar Farid KURATOR PAMERAN Kemitraan Direktur Jenderal Amir Sidharta Galeri Nasional Indonesia Kebudayaan,Kementerian Profesional Seni Pendidikan dan Kebudayaan Endah Wahyu Sulistianti Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Badan Ekonomi Kreatif Indonesia 106 107

KETUA BIDANG PUBLIKASI, WAKIL KETUA BIDANG DESAIN KETUA BIDANG DUKUNGAN KETUA BIDANG PENGAMANAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN Guntur Santoso SARANA DAN PRASARANA DAN PENGELOLAAN PELIPUTAN Direktur Red & White Publishing Pustanto PERPARKIRAN Sinta Puspitasari Kepala Galeri Nasional Indonesia Sumarno Plt. Kepala Biro Pers, Media, KOORDINATOR BIDANG II Kepala Bagian Operasi dan Informasi, Deputi Bidang (BIDANG PEMERAN SERTA / WAKIL KETUA BIDANG Pengamanan, Sekretariat Protokol, Pers, dan Media SPONSORSHIP, DUKUNGAN DUKUNGAN Militer Presiden, Kementerian Sekretariat Presiden SARANA DAN PRASARANA, SARANA DAN PRASARANA Sekretariat Negara KONSUMSI, DEKORASI DAN Aloysius Putut Pitoyo WAKIL KETUA BIDANG KESENIAN, PENGAMANAN Kepala Bagian Bangunan, WAKIL KETUA BIDANG PUBLIKASI DAN PENGELOLAAN Biro Umum, Deputi Bidang PENGAMANAN DAN Guntur Sakti PERPARKIRAN ) Administrasi dan Pengelolaan PENGELOLAAN PERPARKIRAN Kepala Biro Komunikasi Publik, Yudhi Wijayanto Istana, Sekretariat Presiden Wawan Setiawan Kementerian Pariwisata Kepala Biro Umum, Deputi Bidang Kepala Bagian Ketertiban dan Administrasi dan Pengelolaan KETUA BIDANG KONSUMSI, Keamanan Dalam, Biro Umum, WAKIL KETUA BIDANG Istana, Sekretariat Presiden DEKORASI Deputi Bidang Administrasi dan TEKNOLOGI INFORMASI DAN KESENIAN Pengelolaan Istana, Sekretariat Presiden M. Neil El Himam KETUA BIDANG PEMERAN Sri Endah Wartuti Direktur Fasilitasi Infrastruktur TIK, SERTA / SPONSORSHIP Kepala Bagian Pengelolaan Seni Badan Ekonomi Kreatif Rohan Hafas dan Budaya dan Tata Graha, Biro Sekretaris Perusahaan PT Bank Pengelolaan Istana, Deputi Bidang WAKIL KETUA BIDANG Mandiri Tbk. Administrasi dan Pengelolaan PELIPUTAN Istana, Sekretariat Presiden Hariyanto WAKIL KETUA BIDANG Asdep Strategi dan Komunikasi PEMERAN SERTA / WAKIL KETUA BIDANG Pemasaran I, Kementerian Pariwisata SPONSORSHIP KONSUMSI, DEKORASI DAN Sumarni KESENIAN KETUA BIDANG DESAIN Asisten Deputi Pemasaran Jajat Sudrajat I Regional II, Kementerian Kepala Bagian Jamuan, Biro Kemal Arsjad Pariwisata Pengelolaan Istana, Deputi Bidang Staf Khusus Kepala Badan Administrasi dan Pengelolaan Ekonomi Kreatif Istana, Sekretariat Presiden © 2018 Istana Kepresidenan Republik Indonesia Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, Sekretariat Presiden

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak, menyebarluaskan, mengutip sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis pemilik hak cipta. Segala usaha telah dilakukan untuk menjamin ketelitian informasi dalam buku ini selama proses pencetakan. Penerbit tidak bertanggung­ jawab atas segala ketidakabsahan dan kesalahan. Pembaca disarankan untuk meng­hubungi institusi terkait bila diperlukan untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci.

All rights reserved. No part of this publication or the information herein may be reproduced, stored in a retrieved system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, by photocopying, recording or otherwise, without written prior permission from the publisher. Publisher is not responsible for any invalidity and error. Readers are advised to contact the relevant institution when necessary to obtain a more detailed explanation.

KURATOR curator Amir Sidharta, Watie Moerany PERISET researcher Sally Texania ASISTEN RISET researcher assistant Sabila Duhita, Gadis Fitriana P. PENERJEMAH translator Annisa Rahadi DESAIN design Red and White Publishing, Jakarta

Kertas bersertifikat FSC | FSC Certified paper www.fsc.org