PENYIARAN DIGITAL : TANTANGAN MASA DEPAN TELEVISI LOKAL

C. Suprapti Dwi Takariani Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI Bandung) Jl. Pajajaran No. 88 – Bandung - 40173, Fax. (022) 6021740 , HP. 08122179515 Email: [email protected]

DIGITAL BROADCASTING : LOCAL TELEVISION FUTURE CHALLENGES

Abstract

Television is an information and communication technology products that had been developed over time. In the area, a local television station also grown rapidly, especially since the legalization of UU No. 32 Tahun 2002 on Broadcasting, which also became a legal protection. Along with the development of information and communication technology has also changed the face of broadcasting in , from analog broadcasting to digital broadcasting. Some digital broadcasting regulations have been issued, to oversee the migration. Digital broadcasting turns out to be a challenge for local television, because of the limitations in terms of financial and human resources. Required creativity of local television managers to package local contents so that the audience felt a closeness and will not leave local television as a medium that can provide education, information, and entertainment at the same time.

Keywords : digital broadcasting, challenges, local television.

Abstrak

Televisi merupakan produk teknologi informasi dan komunikasi yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Di daerah, stasiun televisi lokal juga tumbuh pesat terutama sejak disahkannya UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, yang sekaligus menjadi payung hukumnya. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga telah mengubah wajah penyiaran di Indonesia, dari siaran analog ke siaran digital. Beberapa regulasi penyiaran digital telah dikeluarkan, untuk mengawal migrasi tersebut. Penyiaran secara digital ternyata menjadi tantangan bagi televisi lokal, karena keterbatasan dari sisi finansial dan sumber daya manusianya. Diperlukan kreativitas dari pengelola televisi lokal untuk mengemas konten-konten lokal agar penonton merasa memiliki kedekatan dan tidak akan meninggalkan televisi lokal sebagai media yang mampu memberikan pendidikan, informasi, dan sekaligus hiburan.

Kata kunci : penyiaran digital, tantangan, televisi lokal.

29 Penyiaran Digital : Tantangan Masa Depan Televisi Lokal C. Suprapti Dwi Takariani PENDAHULUAN Kepemilikan televisi juga tidak terlepas dari kesadaran manusia yang Perkembangan teknologi di bidang telah menempatkan informasi sebagai penyiaran dewasa ini menjadikan media bagian penting dalam kehidupannya. komunikasi menjadi kebutuhan yang tidak Penggunaan televisi bermula dari bisa dilepaskan dari kehidupan ditemukannya pesawat televisi oleh Paul masyarakat sehari-hari, terutama dalam Nipkov yang berkebangsaan Jerman pada berkomunikasi dan mendapatkan informasi. tahun 1883-1884. Pada tahun 1939 siaran Penyiaran dapat diartikan sebagai proses televisi mulai dinikmati oleh publik Amerika, pengiriman sinyal ke berbagai lokasi yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di secara bersamaan baik melalui satelit, New York (Kuswandi, 1996). Televisi terus radio, televisi, maupun komunikasi data berkembang seiring dengan perkembang- pada jaringan. Dengan layanan server ke an teknologi komunikasi dan informasi. client sekaligus dengan cara paralel Tidak hanya dari sisi teknologi, televisi dengan akses yang cukup cepat dari mengalami perkembangan. Dari sisi sumber video maupun audio, sedangkan penyiarannyapun saat ini telah mengalami televisi merupakan media komunikasi yang perkembangan yang cukup signifikan. menyediakan berbagai informasi yang up Siaran televisi telah beralih dari penyiaran to date, dan menyebarkannya kepada dengan sistem analog ke penyiaran digital. khalayak umum. Televisi sendiri merupakan Siaran televisi juga tidak hanya dimonopoli produk teknologi tinggi (hi-tech) yang bisa oleh siaran sentral dari (Pusat), menyampaikan pesan dalam bentuk namun saat ini telah muncul televisi-televisi audiovisual gerak (Baksin, 2006 dalam lokal di berbagai daerah di Indonesia, anonim, 2011). yang menyiarkan konten-konten lokal. Dewasa ini, televisi tampaknya bukan Perkembangan televisi lokal di tanah lagi menjadi barang mewah. Televisi telah air sendiri, sebenarnya tidak terlepas dari menjadi bagian hidup sehari-hari desentralisasi penyiaran, yakni dengan masyarakat Indonesia. Fidler (2003) diundangkannya UU No. 32 Tahun 2002 mengatakan, televisi saat ini telah tentang Penyiaran. Pasal 6 ayat 2 menye- menembus hampir semua lapisan sosial dan butkan bahwa dalam sistem penyiaran ekonomi, dan telah menyebar dari ruang nasional terdapat lembaga penyiaran dan duduk ke ruang makan, dapur, kamar tidur, pola jaringan yang adil dan terpadu yang dan bahkan kamar mandi di sebagian dikembangkan dengan membentuk stasiun rumah. Apalagi dengan perkembangan jaringan dan stasiun lokal. Bunyi pasal teknologi terkini, peralatan elektronik yang tersebut jelas memberikan ruang bagi semakin kecil telah meningkatkan mobilitas televisi lokal untuk berkembang di pesawat radio dan televisi. Tayangan Indonesia dan undang-undang tersebut televisi tidak harus dinikmati di dalam sekaligus menjadi payung bagi berdirinya rumah lagi, tetapi bisa juga di mobil, televisi lokal. Sejak saat itu dari sisi komputer, maupun handphone. kuantitas televisi lokal berkembang cukup pesat, dengan berkembangnya televisi

30 Prosiding Tahun 2013 lokal di Indonesia, tentunya akan banyak bersamaan oleh beberapa pengguna, pilihan atau variasi bagi masyarakat untuk khususnya televisi lokal. Penggunaan mendapatkan informasi dan menikmati frekuensi secara berbarengan, tentunya hiburan serta pendidikan yang sifatnya menjadi permasalahan tersendiri dalam lokal, karena sebelumnya penonton hanya dunia penyiaran, karena akan berdampak menikmati siaran yang tersentral dari pada kualitas gambar. Migrasi penyiaran Jakarta (Pusat). Widodo (2007), dari sistem penyiaran analog ke penyiaran mengatakan, lewat televisi lokal dan digital merupakan salah satu solusi untuk televisi berjaringan, pemirsa tidak hanya mengatasi permasalahan tersebut. dijejali informasi, budaya, dan gaya hidup Digitalisasi penyiaran saat ini ala Jakarta dan ala Barat. Pemirsa akan menjadi permasalahan penting dan lebih banyak menyaksikan berbagai banyak dibicarakan tidak hanya di peristiwa dan dinamika di daerah dan Indonesia tapi juga di negara-negara lain. lingkungannya. Digitalisasi merupakan konsekuensi dari Berdasarkan data dari ATVLI, hingga pertumbuhan konvergensi media. Berkaitan tahun 2007, tercatat ada sekitar 100 dengan hal tersebut, Kementerian (seratus) televisi lokal yang tersebar di Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) penjuru tanah air. Seperti Cahaya TV mengeluarkan regulasi di bidang Banten, Jak TV, O-Channel, Space Toon penyiaran yang dikenal dengan digital Jakarta, CBC TV , Bandung TV, broadcasting, melalui Permen Kominfo No. Gorontalo TV, Deli TV, PAL TV, Aceh TV, 22/PER/M.KOMINFO/11/2011 tentang Terang Abadi TV Solo, TV, Ambon Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital TV, dan masih banyak lagi yang lainnya. Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Hampir di tiap provinsi saat ini telah hadir Berbayar (Free-To-Air), kemudian Permen televisi lokal, bahkan di beberapa provinsi Kominfo No. 5/PER/M.KOMINFO/2/2012 seperti Jawa Barat, memiliki lebih dari 7 tentang Standar Penyiaran Televisi Digital (tujuh) stasiun televisi lokal dalam satu Terestrial Penerimaan Tetap Tidak provinsi. Televisi lokal tersebar dari mulai Berbayar (Free-To-Air). Kemkominfo ibukota provinsi hingga ke tingkat daerah menegaskan, bahwa migrasi sistem siaran setingkat kabupaten/kota lainnya dalam dari analog ke digital sangat bermanfaat provinsi tersebut (anonim, 2008). Jumlah ini bagi industri penyiaran di Indonesia, sebab akan terus berkembang mengingat masih akan membuka peluang usaha lembaga terbukanya izin untuk membuka stasiun penyiaran baru di samping lembaga penyiaran lokal di berbagai daerah di penyiaran yang sudah ada. Selain itu, Indonesia. siaran televisi digital (TV digital) juga Konsekuensi dari perkembangan bermanfaat untuk menghemat frekuensi. televisi lokal adalah penggunaan frekuensi Kemkominfo sendiri telah menetapkan yang tentunya bertambah banyak. tahun 2018 sebagai target “digital Sementara frekuensi spektrum radio yang Indonesia” tahun tersebut merupakan tahun ada sangat terbatas jumlahnya, terbukti yang akan menandai dimulainya dengan penggunaan satu frekuensi secara digitalisasi secara penuh di bidang

31 Penyiaran Digital : Tantangan Masa Depan Televisi Lokal C. Suprapti Dwi Takariani penyiaran dan teknologi analog yang dari berbagai pihak, karena berbagai selama ini dipakai akan ditinggalkan. manfaat yang bisa diambil, khususnya bagi Namun, keputusan tersebut mendapat masyarakat yang menonton televisi, penolakan dari ATVLI, dan penolakan lembaga penyiaran, industri kreatif, industri tersebut telah mendapatkan keputusan perangkat, serta pemerintah. Beberapa hukum berkekuatan tetap dari MA No. 1 manfaat yang bisa dinikmati berkaitan Tahun 2011. Meskipun demikian, dengan penyiaran digital terlihat pada digitalisasi di bidang penyiaran akan tetap tabel 1. dilaksanakan sambil menunggu kesiapan

Tabel 1 Manfaat Penyiaran Digital

Bagi masyarakat/pemirsa Siaran yang lebih baik; Pilihan program siaran yang semakin banyak; added value: layanan interaktif, EPG, HDTV, EWS. Bagi lembaga penyiaran Efisiensi infrastruktur dan biaya operasional. Bagi industri kreatif menumbuhkan industri konten kreatif dan inovatif Bagi industri perangkat Peluang industri manukfaktur nasional untuk memproduksi Set Top Box lokal. Bagi Pemerintah Efisiensi penggunaan spektrum frekuensi radio digital devident.

Sumber : Kemkominfo (2012). ICT White paper bahasa Indonesia. Jakarta : Badan Litbang SDM Kominfo.

Melihat begitu besar manfaat yang manusianya. akan diperoleh jika penyiaran secara Berdasarkan uraian tersebut di atas, analog bermigrasi ke siaran secara digital, maka penulis akan melakukan kajian sudah sepantasnya jika seluruh elemen tentang bagaimana tantangan televisi lokal masyarakat mendukung program untuk tetap bertahan di era penyiaran pemerintah tersebut. Namun, di sisi lain digital? Kajian ini dilakukan melalui studi migrasi tersebut akan berdampak bagi literatur, yakni dengan menganalisis perkembangan televisi-televisi lokal yang fenomena yang terjadi berdasarkan saat ini secara perlahan mulai menunjukkan pengamatan penulis. Untuk melengkapi persaingannya dengan televisi nasional, kajian ini, penulis terlebih dahulu akan meskipun masih banyak pula televisi-televisi melengkapi dengan menguraikan konsep- lokal yang masih berharap-harap cemas konsep yang relevan seperti melacak dengan banyaknya persaingan baik antara perkembangan televisi di Indonesia, televisi televisi lokal dengan televisi lokal maupun lokal: sebuah sejarah singkat dan perkem- televisi lokal dengan televisi nasional. Hal bangannya di Jawa Barat, digitalisasi ini terjadi karena terbatasnya sumber- penyiaran dan tantangan masa depan sumber untuk kelangsungan hidup televisi televisi lokal. lokal dan juga terbatasnya sumber daya

32 Prosiding Tahun 2013

Melacak Perkembangan Televisi di ke-IV di Stadion Utama Senayan Jakarta, Indonesia dengan memanfaatkan satelit Palapa, Sebagaimana radio siaran, siaran televisi telah menjangkau seluruh penemuan televisi telah melalui berbagai provinsi di Indonesia (Istanto, 2004). eksperimen yang dilakukan oleh para Dunia pertelevisian di Indonesia saat ilmuwan akhir abad 19, dengan dasar ini telah mengalami perkembangan yang penelitian yang dilakukan oleh James Clark sangat pesat baik dari sisi teknologi Maxwell dan Heinrich Hertz, serta maupun dari sektor media. Setelah hampir penemuan Marconi pada tahun 1890. Paul 30 tahun dunia pertelevisian dimonopoli Nipkow dan William Jenkins melalui oleh siaran tunggal yakni TVRI. Monopoli eksperimennya menemukan metode tersebut diakhiri dengan lahirnya stasiun pengiriman gambar melalui kabel (Heibert, televisi swasta (Kuswandi, 1996). Saat ini Ungrait, Bohn, 1975: 283, dalam Ardianto, ada sepuluh televisi swasta yang bersiaran dkk, 2007). secara nasional di Indonesia dan satu Tahun 1939 merupakan tahun stasiun televisi publik yakni TVRI. Diawali penting dalam dunia pertelevisian, yakni dengan lahirnya stasiun televisi swasta baru dengan adanya perubahan dari televisi yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia eksperimen ke televisi komersial di (RCTI) pada tahun 1989 dan bersifat Amerika. Secara komersial siaran televisi komersial. Secara berturut-turut kemudian dimulai pada 1 September 1940 di berdiri stasiun televisi Surya Citra Televisi Amerika, sejak saat itu televisi berkembang (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), dan dikenal di berbagai belahan bumi, Andalas Televisi (), , TV7, termasuk Indonesia. LATV, Metro TV, Trans TV, Global TV. Sementara itu siaran televisi pertama Seiring dengan berjalannya waktu, kali ditayangkan di Indonesia pada TVRI mengalami banyak masalah internal tanggal 17 Agustus 1962, bertepatan yang membuat perkembangannya dengan peringatan Hari Kemerdekaan RI tertinggal dibandingkan stasiun televisi lain. yang ke 17. Siaran tersebut berlangsung Sepuluh televisi swasta yang ada, di sisi mulai pukul 07.30 sampai pukul 11.00 lain, berusaha untuk mempertahankan dan WIB, yakni pada peliputan upacara mengembangkan bisnis mereka dengan peringatan hari Proklamasi di Istana menciptakan kanal-kanal baru serta Negara. TVRI baru melaksanakan mengadopsi teknologi-teknologi baru. siarannya secara kontinyu pada tanggal Sepuluh stasiun televisi yang tergabung 24 Agustus 1962. Liputan perdananya dalam sejumlah kelompok diperlihatkan adalah upacara pembukaan Asian Games pada tabel berikut:

33 Penyiaran Digital : Tantangan Masa Depan Televisi Lokal C. Suprapti Dwi Takariani

Tabel 2 Kelompok Televisi Nasional Free to Air

No. Televisi Grup Keterangan 1. RCTI MNC Grup MNC TV sebelumnya bernama TPI & berubah namanya menjadi MNC TV pada 20 Oktober 2012. 2. MNC TV MNC Grup

3. Global TV MNC Grup

4. SCTV EMTEK

5. Indosiar Visual Mandiri EMTEK EMTEK, perusahaan induk SCTV mengakuisisi Indosiar secara resmi pada bulan Juli 2011. 6. Trans TV CT Grup

7. Trans 7 CT Grup Pada bulan September 2011 CT grup juga membeli detik.com, perusahaan media audio 8. ANTV Visi Media Asia terbesar di Indonesia.

9. TV One Visi Media Asia Visi media Asia meluncurkan IPD secara resmi pada November 2011. 10. Metro TV Media Grup

Sumber : Nugroho,Y, Putri, DA, Laksmi, S. (2012). Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia).

Setelah UU Penyiaran disahkan pada Hingga Juli 2002, jumlah masyarakat yang tahun 2002, jumlah stasiun televisi baru di memiliki pesawat televisi di Indonesia Indonesia diperkirakan akan terus mencapai 25 juta orang (Morissan, 2009). bermunculan, khususnya di daerah. UU Dengan banyaknya stasiun televisi yang Penyiaran tersebut menyantumkan empat didirikan, maka penonton televisi di kategori siaran televisi, yakni televisi Indonesia memiliki banyak pilihan untuk publik, televisi swasta, televisi menikmati berbagai program yang berlangganan, dan televisi komunitas. ditayangkan televisi. Terutama televisi- Pesatnya perkembangan pertelevisian di televisi lokal yang diharapkan mampu Indonesia juga dipengaruhi oleh kebutuhan menyajikan siaran yang berbeda dengan masyarakat akan informasi dan hiburan. Di stasiun nasional, karena lebih samping itu, daya tarik media televisi yang mengedepankan konten-konten lokal. sedemikian besar mampu menyajikan berbagai informasi, pendidikan, dan sekaligus hiburan kepada pemirasanya. Selain stasiun televisi yang terus bertambah, jumlah masyarakat yang memiliki televisipun semakin meningkat.

34 Prosiding Tahun 2013

Televisi Lokal: Sebuah Sejarah Singkat mengusung masalah kelokalan. dan Perkembangannya di Jawa Barat Paket tayangan yang bermaterikan Tahun 1998 yang merupakan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan tonggak dari Orde Reformasi, menimbulkan unsur kedaerahan lainnya tentunya menjadi suasana dan kondisi baru dalam dunia suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan pertelevisian. Saat itu telah terbuka masyarakat tersebut, demi optimalisasi peluang untuk mendirikan stasiun televisi pembangunan setempat. Termasuk di- swasta. Sementara di daerah, muncul antaranya harapan atas peluang pem- berbagai gerakan untuk mendirikan stasiun bukaan lapangan pekerjaan baru bagi televisi lokal. Reformasi 1998 juga menjadi daerah (Dewan Pengurus ATVLI, 2005). titik tolak bagi berkembangnya industri Televisi lokal sendiri menurut Yudha, penyiaran di daerah, isu desentralisasi, MQ TV adalah lembaga pemberitaan otonomi daerah, frekuensi sebagai ranah televisi komersial, yang mengemban dua publik, dan demokratisasi ranah penyiaran misi utama. Pertama, visi idealisme untuk menimbulkan berkembangnya televisi lokal menunjang mutu pemberitaan, dan visi di daerah (Fardiah, 2012). komersialisme untuk menopang kehidupan Di susul kemudian dengan institusi. Kedua visi itu sama-sama membu- disahkannya UU No. 32 Tahun 2002 tuhkan loyalitas penonton sebagai sasaran tentang Penyiaran yang menjadi payung utama informasi. Untuk memperoleh dan hukum bagi televisi lokal lebih mengukuh- mempertahankan loyalitas pemirsa, perlu kan keberadaan televisi lokal. Televisi lokal menyajikan suatu berita dan layanan semakin mendapat tempat ketika ATVLI informasi yang akurat, dapat dipercaya, berdiri pada 26 Juli 2003 di Bali. ATVLI objektif, dan dapat diandalkan. Semakin merupakan wadah bagi televisi-televisi baik dan konsisten kualitas laporan dan lokal yang sama-sama menginginkan legiti- berita, semakin ada kemungkinan untuk masi akan keberadaan mereka (Sudibyo, mengembangkan sekelompok pendukung 2004). Televisi lokal yang hadir dengan yang loyal yang dibutuhkan institusi, baik spirit otonomi daerah, sangat dirasakan untuk misi idealismenya maupun misi komer- dampak kehadirannya sebagai warna baru sialismenya. dunia penyiaran di Indonesia. Potensi yang Sementara itu dalam UU No. 32 ada di berbagai daerah selama ini telah Tahun 2002 tentang Penyiaran dalam disadari belum optimal diangkat dalam pasal 14 ayat (3), disebutkan bahwa tele- wujud audiovisual, sehingga kehadiran tele- visi lokal adalah stasiun televisi dengan visi lokal menjadi solusi penting. Isi siaran jangkauan terbatas di suatu daerah. Ke- yang sangat kental bernuansa lokal dan beradaannya dimungkinkan berdasarkan selalu berupaya memberikan siaran yang amanat Undang-undang Penyiaran Nomor terbaik bagi masyarakat dengan kearifan 32 tahun 2002, bahwa di daerah provinsi, lokal yang berbeda-beda menjadi daya kabupaten, atau kota dapat didirikan Lem- tarik tersendiri televisi lokal, karena ke- baga Penyiaran Publik Lokal. Stasiun tele- jenuhan pemirsa dengan isi siaran yang visi lokal tersebut sesuai dengan namanya, berkiblat pada Jakarta dan sedikit dalam siarannya akan banyak menyiarkan

35 Penyiaran Digital : Tantangan Masa Depan Televisi Lokal C. Suprapti Dwi Takariani konten-konten lokal sesuai dengan menjadi daya tarik sendiri. daerahnya masing-masing. Hal tersebut Para pemiliki modal tentunya mem- tercantum dalam Permen Kominfo No. 43 punyai alasan berbeda-beda ketika Tahun 2009 tentang Sistem Stasiun mereka terjun ke dunia industri penyiaran/ Jaringan (SSJ), di mana dalam pasal 9 pertelevisian, selain mengejar keuntungan dijelaskan tentang maksud siaran lokal. ekonomis, juga secara ideal berusaha me- Siaran lokal adalah siaran dengan muatan nanamkan pengaruh pada khalayak/ lokal pada daerah setempat yang kriteria- pemirsanya. Televisi dianggap sebuah pi- nya ditentukan lebih lanjut oleh Komisi ranti modern yang masih sangat ampuh Penyiaran Indonesia. Dalam peraturan Ko- mewujudkan impian tersebut (Priyowidodo, misi Penyiaran Indonesia (KPI) No. 2008). 02/P/KPI/12/2009 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) pasal 1 (12) yang dimaksud dengan program siaran lokal Penyiaran Digital : Inovasi Baru di adalah program siaran dengan muatan Bidang Penyiaran lokal, baik program faktual maupun non Penyiaran digital merupakan sebuah faktual, yang mencakup peristiwa isu-isu, teknologi baru di dunia penyiaran dan latar belakang cerita, dan sumber daya dapat dikatakan sebagai sebuah inovasi manusia, dalam rangka pengembangan baru, hal tersebut sebagai dampak dari budaya dan potensi daerah setempat. perkembangan teknologi informasi dan Di Jawa Barat sendiri televisi komunikasi, serta telekomunikasi. Untuk berkembang pesat, bahkan di antara memahami dampak dari teknologi baru provinsi-provinsi lainnya, Jawa Barat tersebut bisa dilihat dari teori Difusi Inovasi merupakan provinsi yang paling banyak dari Everett M. Rogers. Dikatakan bahwa memiliki televisi lokal. Saat ini minimal ada difusi sebagai proses di mana suatu inovasi 34 televisi lokal yang sudah bersiaran di dikomunikasikan melalui saluran tertentu Jawa Barat, belum lagi televisi-televisi dalam jangka waktu tertentu di antara lokal yang sedang menunggu proses para anggota suatu sistem sosial. Difusi perizinan. Nama televisi lokal yang sudah adalah suatu jenis khusus komunikasi yang bersiaran di Jawa Barat seperti terlihat berkaitan dengan penyebaran pesan - pada tabel 3. pesan sebagai ide baru (Ardianto, dkk, Data pada tabel 3 memperlihatkan 2007). Sementara itu Roger mendefinisikan betapa industri penyiaran merupakan inovasi (innovation) sebagai “gagasan, bisnis yang banyak dilirik oleh para pemilik praktik, atau objek yang dipandang baru modal, karena merupakan bisnis yang oleh individu atau unit adopsi yang lain” cukup menjanjikan. Bagaimanapun (Severin, Werner J dan James W. Tankard, informasi dan hiburan merupakan 2007). komoditas yang akan terus dicari oleh Ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh manusia. Sementara televisi merupakan para anggota suatu sistem sosial akan media yang mampu menyediakan informasi menentukan tingkat adopsi : (a) relative dan hiburan, secara audiovisual, sehingga advantage (keuntungan relatif), yakni suatu

36 Prosiding Tahun 2013 derajat di mana inovasi dirasakan lebih baik daripada ide lain yang mengganti- kannya. Tabel 3 Nama Stasiun Televisi Lokal di Jawa Barat

No. Televisi Jaringan Kabupaten/Kota 1. TVRI Jawa Barat 40 UHF Bandung 2. BCTV Bandung 21 UHF Bandung 3. IMTV 22 UHF SINDO TV Bandung 4. Garuda Vision 24 UHF Emtek – Bandung 5. I Channel 26 UHF Bandung 6. PJTV (Parijz Van Java TV) 28 UHF JPMC – Bandung 7. NET. Bandung 30 UHF NET. – Bandung 8. TV Inovasi 32 UHF 9. STV Bandung 34 UHF Kompas TV – Bandung 10. CT. Channel 36 UHF B-Channel – Bandung 11. Bandung TV 38 UHF Indonesia Network – Bandung 12. MQTV 60 UHF Bandung 13. SUPER TV 56 UHF Nusantara TV - Bekasi & sebgn Jabodetabek 14. CB Channel 23 UHF Depok 15. Depok TV 62 UHF Depok 16. Green TV IPB 5 VHF 17. Dian TV 32 UHF Nusantara TV - Bogor dan Sukabumi 18. TV Plus! Bogor 25 UHF Bogor 19. Jatiluhur TV 59 UHF Purwakarta 20. Purwakarta TV 61 UHF B-channel – Purwakarta 21. Radar Tasikmalaya TV -- JPMC – Tasikmalaya 22. Priangan TV 50 UHF SINDO TV - Tasikmalaya 23. Taz TV 52 UHF Tasikmalaya 24. RTV Tasikmalaya -- Tasikmalaya 25. Radar Cirebon TV (RCTV) 25 UHF JPMC Cirebon 26. Dian TV 31 UHF SINDO TV – Cirebon 27. Terangi TV 44 UHF B-Channel – Cirebon 28. Bekasi TV 24 UHF Bekasi 29. TVN 61 UHF B-Channel – Cikarang 30. ATV Sukabumi 30 UHF Sukabumi 31. SUBI TV Sukabumi 60 UHF Sukabumi 32. Sembilan TV Garut 26 UHF Garut 33. SPENSA TV Garut -- Garut 34. ParTV Sumedang 23 UHF Sumedang

Sumber : Supriyono (2013) dalam http://informasi-daftar.com/2013/07/nama-nama-stasiun-tv-lokal-di-dki.html

37 Penyiaran Digital : Tantangan Masa Depan Televisi Lokal C. Suprapti Dwi Takariani

Derajat keuntungan relatif tersebut adalah orang-orang yang berpengaruh di dapat diukur secara ekonomis, tetapi sekelilingnya dan merupakan orang-orang faktor prestasi sosial, kenyamanan, dan ke- yang lebih maju dibandingkan dengan puasan juga merupakan unsur penting. (b) orang-orang di sekitarnya. (3) Mayoritas Compatibility adalah suatu derajat di mana dini, adalah orang-orang yang menerima inovasi dirasakan ajeg atau konsisten suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari dengan nilai-nilai yang berlaku, pengala- orang lain. (4) Mayoritas belakangan, ada- man, dan kebutuhan mereka yang melak- lah orang-orang yang baru bersedia ukan adopsi. (c) Complexity adalah mutu menerima suatu inovasi apabila menurut derajat di mana inovasi dirasakan sukar penilaiannya semua orang di sekelilingnya untuk dimengerti dan dipergunakan. sudah menerimanya. (5) Laggards, adalah (d) Trialability adalah suatu derajat di lapisan yang paling akhir dalam menerima mana inovasi dapat disaksikan oleh orang suatu inovasi. lain. (Severin, Werner J dan James W. Komunikasi sebagai salah satu cara Tankard, 2007). untuk menyampaikan pesan dan menarik Pada masyarakat, penyebarluasan simpati agar sebuah inovasi baru dapat di- inovasi terjadi secara terus-menerus. Difusi terima oleh masyarakat. Seperti yang inovasi sebagai gejala kemasyarakatan dikatakan oleh Rogers (1981) bahwa yang berlangsung bersamaan dengan komunikasi tetap dianggap sebagai perubahan sosial yang terjadi dapat perpanjangan tangan para perencana menimbulkan hubungan sebab akibat. peme-rintah, fungsi utamanya adalah untuk Penyebarluasan inovasi menyebabkan mendapatkan dukungan masyarakat dan masyarakat menjadi berubah dan peru- partisipasi mereka dalam pelaksanaan bahan sosialpun merangsang orang untuk rencana-rencana pembangunan. Oleh ka- menemukan dan menyebarkan hal-hal yang renanya perlu diperhatikan strategi apa baru. Namun, tidak semua inovasi bisa di- yang bisa digunakan untuk menyampaikan terima oleh masyarakat. Penyiaran secara pesan sehingga efek yang diharapkan digital yang akan diterapkan di Indonesia sesuai dengan harapan. tidak luput dari adanya pro dan kontra. Penyiaran digital merupakan sebuah Meskipun sebenarnya inovasi di bidang ide atau inovasi baru, yang tentunya mem- penyiaran tersebut memberikan manfaat berikan beberapa manfaat bagi bagi masyarakat, namun penerimaannya masyarakat. Inovasi tersebut telah dise- akan berbeda-beda tergantung dari barkan ke masyarakat melalui berbagai kesiapan dan pengetahuan masing-masing. media, seperti televisi, surat kabar, baliho, Rogers dan Schoemaker (1977) dalam Sit- dan lain-lain. Seperti telah dikemukakan ompul (2002) telah mengelompokkan pada uraian terdahulu, ada beberapa masyarakat berdasarkan penerimaan ter- manfaat yang bisa dirasakan dalam penyi- hadap inovasi, yaitu: (1) Innovator, adalah aran secara digital. Manfaatnya tidak saja mereka yang pada dasarnya sudah bagi masyarakat sebagai penonton televisi, menyenangi hal-hal yang baru dan sering namun juga bagi pemerintah, lembaga melakukan percobaan. (2) Penerima dini, penyiaran, dan industri kreatif. Meskipun

38 Prosiding Tahun 2013 pada awalnya penyiaran digital tersebut bersamaan oleh masyarakat dengan akan terasa berat dirasakan terutama perangkat penerima siaran (Mahanani, bagi masyarakat dan lembaga penyiaran 2012). Sementara itu dalam UU Penyiaran (televisi lokal). Bagi masyarakat, misalnya No. 32 Tahun 2012, penyiaran diartikan harus mengeluarkan biaya untuk mengganti sebagai pesan atau rangkaian pesan pesawat televisinya dengan televisi digital dalam bentuk suara, gambar, atau suara atau dengan menambah perangkat, yakni dan gambar atau yang berbentuk grafis, set top box agar bisa menikmati siaran karakter, baik yang bersifat interaktif televisi secara digital. maupun tidak, yang dapat diterima melalui Pemerintah berharap bahwa inovasi perangkat penerima siaran. di bidang penyiaran tersebut dapat dite- Kegiatan penyiaran tidak dapat rima oleh masyarakat (baik pengelola tele- dilepaskan dari spektrum frekuensi radio visi dan masyarakat sebagai penonton) dan orbit satelit geostasioner. Spektrum meskipun perlu waktu. frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang jumlahnya sangat terbatas. Sementara itu seiring dengan pertumbuhan Penyiaran Digital : Tantangan Masa stasiun televisi baik nasional maupun lokal Depan Televisi Lokal yang cukup pesat akan menambah juga Perkembangan TIK telah melahirkan penggunaan spektrum frekuensi radio. suatu masyarakat yang menempatkan Kondisi ini akan sangat berpengaruh bagi informasi sebagai bagian penting dalam kualitas siaran televisi. Teknologi analog kehidupan sehari-hari. Informasi telah akan semakin mahal pengoperasiannya menjadi kebutuhan dan komoditas penting dan secara bertahap menjadi usang. dalam kehidupan di masyarakat. Migrasi siaran televisi analog ke siaran Kenyataan tersebut akan berdampak pula televisi digital menjadi hal yang tidak pada dunia penyiaran di Indonesia. terelakan lagi. Dunia penyiaran saat ini mempunyai Penyiaran digital merupakan sebuah peranan yang cukup strategis, sebagai tuntutan global, di mana negara-negara di penyalur informasi. Penyiaran yang kata seluruh dunia telah dan sedang melakukan dasarnya adalah siaran merupakan migrasi dari sistem penyiaran analog ke padanan dari kata broadcast dalam penyiaran digital. Digitalisasi penyiaran bahasa Inggris. Sementara penyiaran merupakan terminologi untuk menjelaskan sendiri memiliki arti sebagai kegiatan proses alih format media dari bentuk pemancarluasan siaran melalui sarana analog menjadi bentuk digital. Secara pemancaran dan/atau sarana transmisi di teknis, digitalisasi adalah proses darat, di laut, atau di antariksa dengan perubahan segala bentuk informasi (angka, menggunakan spektrum frekuensi radio kata, gambar, suara, data, dan gerak) (sinyal radio) yang berbentuk gelombang dikodekan ke dalam bentuk bit (binary elektromagnetik yang merambat melalui digit) sehingga dimungkinkan adanya udara, kabel, dan atau media lainnya manipulasi dan transformasi data untuk dapat diterima secara serentak dan (bitstreaming), termasuk penggandaan,

39 Penyiaran Digital : Tantangan Masa Depan Televisi Lokal C. Suprapti Dwi Takariani pengurangan, maupun penambahan. menjadi solusi untuk mengatasi Sementara itu kata “digital” mengacu keterbatasan dan ketidakefisienan pada pada suatu entitas fisik yang dikuantisasi sistem penyiaran analog. Proses teknologi dan diwakili oleh karakter biner. Digital dilakukan untuk mendapatkan efisiensi dan berasal dari kata “digit” atau “digitus” optimalisasi dalam berbagai hal, termasuk (dalam bahasa Latin) yang artinya dalam teknologi penyiaran. Efisiensi dan berhubungan dengan angka-angka dan optimalisasi yang paling nyata dalam penomoran. Dalam sistem penyiaran televisi penyiaran di antaranya adalah kanal digital dikenal penggunaan angka 1= siaran dan infrastruktur penyiaran, seperti terima, angka 0= tidak. Ini merupakan menara pemancar, antena, dan saluran sebuah proses di mana sinyal data/audio/ transmisi. Di sisi lain, karena format digital video dikirim dari studio produksi hingga kaya akan transformasi data dalam waktu dapat diterima perangkat televisi yang bersamaan, maka digitalisasi televisi dapat ada di rumah-rumah (Kominfo, 2012). Ada meningkatkan resolusi gambar dan suara lima karakteristik informasi dalam format yang lebih stabil, sehingga kualitas digital, yang menurut Feldman (1997) bisa penerimaan oleh pemirsa akan lebih baik. dikategorikan sebagai berikut : (1) Dengan kata lain, teknologi penyiaran Manipulable adalah informasi digital berbasis digital menjanjikan tampilan mudah diubah dan disesuaikan gambar lebih bersih dan suara yang lebih (diadaptasikan) di semua tahap jernih. penciptaan, penyimpanan, penyebaran, Siaran televisi digital dapat dan penggunaannya. (2) Networkable menggunakan frekuensi VHF/UHF seperti adalah informasi digital, bisa digunakan halnya penyiaran analog, namun dengan bersama oleh banyak pengguna secara konten digital yang dipancarkan melalui simultan, tanpa dibatasi oleh jarak. (3) pemancar digital. Dalam penyiaran televisi Dense adalah informasi digital dalam analog apabila antena receiver semakin jumlah yang sangat besar bisa disimpan di jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal dalam media yang sangat kecil secara yang akan diterima akan melemah fisik. (4) Compressible adalah informasi sehingga penerimaan gambar suara digital, yang bisa dikompresi untuk menjadi buruk dan berbayang atau menghemat tempat dan waktu. Kemudian berbintik-bintik. Sedangkan penyiaran didekompresi kembali ketika siap untuk televisi akan terus menerima gambar atau digunakan. (5) Impartial adalah informasi suara dengan jernih sampai pada titik di digital yang disebarkan melalui suatu jari- mana sinyal tidak dapat diterima lagi. ngan tidak bisa dibeda-bedakan Perbedaan penyiaran secara analog berdasarkan bentuk yang diwakilinya, dengan secara digital dapat digambarkan siapa pemilik atau penciptanya, dan sebagai berikut: bagaimana informasi itu digunakan. Dalam praktiknya, digitalisasi

40 Prosiding Tahun 2013

Analog Penyedia infrastruktur & program siaran dilakukan oleh satu lembaga penyiaran untuk menyalurkan satu program siaran

Digital DVB-T2 Penyedia infrastruktur oleh satu lembaga penyiaran bisa menyalurkan sampai dengan 12 program siaran

Gambar 1 Perbedaan Penyiaran secara Analog dengan secara Digital Sumber: Teguh Usis (2012).

Untuk memayungi migrasi penyiaran dan Informatika Nomor 5 Tahun 2012 televisi analog ke televisi digital tentang Standar Penyiaran Televisi Digital Kemkominfo telah mengeluarkan beberapa Terestrial Penerimaan Tetap Tidak regulasi, yakni: (1) Peraturan Menteri Berbayar (free-to-air). Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Rencana digitalisasi penyiaran di Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Indonesia sendiri dilakukan melalui Penyiaran Televisi Digital Terestrial beberapa tahapan. Ada tiga tahapan Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (free-to- yang direncanakan oleh pemerintah dalam air). (2) Peraturan Menteri Komunikasi dan hal ini Kemkominfo berkaitan dengan hal Informatika Nomor 23 Tahun 2011 tentang tersebut, seperti terlihat pada tabel Rencana Induk (Masterplan) Frekuensi Radio berikut: untuk Keperluan Televisi Siaran Digital Terestrial pada Pita Frekuensi Radio 478- 694 MHz. (3) Peraturan Menteri Komunikasi

Tabel 4 Roadmap Penyiaran Digital di Indonesia

Tahap I Tahap II Tahap III Tahun 2009 - 2013 Tahun 2014 - 2017 Tahun 2018 – Uji coba lapangan minimal 1 tahun - Penghentian (cut off) - Penghentian TV (2009) operasional analog di seluruh – Perizinan baru untuk TV digital - TV analog di kota-kota besar Indonesia (fully digital) (2010) (Daerah Ekonomi Maju/DEM) – Moratorium izin baru TV analog - Percepatan izin baru TV digital (2009 - 2010) di Daerah Ekonomi Kurang Maju – Awal periode simulcast (DEKM) (2010 - 2017) - Periode simulcast lanjutan (2010- – Dukungan industri dalam negeri 2017) untuk DEKM untuk set top box (STB)

Sumber : Ditjen PPI Kominfo (2012) Bila dilihat roadmap penyiaran Digitalisasi penyiaran (digital broadcasting) secara digital, tampaknya pemerintah menjadi tantangan yang harus dihadapi memang telah serius untuk melakukan terutama oleh stasiun televisi lokal di migrasi penyiaran televisi secara analog ke Indonesia. penyiaran televisi secara digital. Sebagai salah satu dari

41 Penyiaran Digital : Tantangan Masa Depan Televisi Lokal C. Suprapti Dwi Takariani perkembangan teknologi, digitalisasi sisi Sumber Daya Manusianya (SDM), masih penyiaran di satu sisi memberikan banyak televisi-televisi lokal yang SDMnya keuntungan dengan berbagai kelebihan belum memadai. Seperti terungkap dari dan manfaat yang ditawarkannya. Namun, wawancara penulis dengan Radi Nur di sisi lain juga menjadi beban bagi pihak- Cahya, General Manager TV Radar pihak (televisi lokal) yang belum siap Tasikmalaya Jawa Barat, bahwa pada bermigrasi. Hal tersebut terlihat dari dasarnya mereka siap untuk bermigrasi kondisi beberapa televisi lokal di Indonesia dari penyiaran secara analog ke khususnya yang baru mulai bersiaran. Pada penyiaran secara digital, namun perlu umumnya televisi lokal baru mulai berdiri waktu untuk menyiapkan infrastruktur ketika UU Penyiaran diberlakukan secara termasuk SDMnya. Format siaran secara resmi oleh pemerintah. Bahkan ada banyak digital membutuhkan pula SDM yang televisi lokal yang baru mulai berdiri mumpuni untuk menjalankan infrastruktur setahun atau dua tahun lalu. Mereka juga baru tersebut. Belum lagi persaingannya mulai membangun infrastruktur baru, dengan televisi nasional yang jika dilihat sebagai sarana untuk melakukan siaran. dari sisi permodalan memang sudah sangat Bagi lembaga pengelola penyiaran, kuat. Jika dilihat dari data survei AC dalam jangka pendek, digitalisasi Nielsen pada bulan Apil 2011, mengakibatkan kerugian secara teknis. menunjukkan, perolehan kue share pemirsa Kerugian infrastruktur/pemancar lama televisi lokal di antara televisi nasional yang tidak dapat digunakan lagi. Hal ini tahun 2010 menurun dibandingkan tahun berkaitan dengan kondisi pascamigrasi 2009, yakni dari 2,6% menjadi 2,5%. digital, seluruh materi siaran akan Berdasarkan data kepemirsaan AGB dipancarkan oleh lembaga penyiaran Nielsen Media Research yang mencakup 10 multipleksing. Alhasil, pemancar televisi kota besar di Indonesia dan memantau lokal otomatis tidak digunakan lagi. pemirsa usia 5 tahun ke atas, jika Bambang Santosa, Ketua ATVJSI, dibandingkan dengan kue share pemirsa mengatakan, bahwa televisi lokal dan sebesar 97,5% yang diraih oleh televisi- jaringan akan menanggung kerugian jika televisi nasional, perolehan tersebut migrasi dilaksanakan. ATVJSI kini memiliki tentunya sangatlah kecil (Rinowati, 2012). anggota 143 stasiun televisi. Usia Dampak dari perkembangan tekno- operasional stasiun televisi beragam, mulai logi memang membutuhkan pengorbanan dari 5 tahun hingga 8 tahun. (Harian Bisnis dan mau tidak mau televisi lokal ke depan Indonesia, Selasa, 10/04/2012 dalam harus mengikuti perkembangan tersebut, Yusuf, 2012). Meskipun pemerintah telah meskipun perlu waktu. Bagaimanapun tele- memberikan kelonggaran dengan tidak visi lokal masih menjadi salah satu andalan perlunya televisi lokal membangun atau masyarakat, karena program-program memiliki infrastruktur sendiri. Televisi lokal siaran yang bersifat lokal serta bisa menyewa dari Lembaga Penyiaran mengangkat potensi dan budaya lokal. Penyelenggara Penyiaran Multipleksing Menurut pengajar Ilmu Komunikasi Uni- (LP3M) sebagai penyedia infrastruktur. Dari versitas Islam Bandung, Atie Rachmiatie,

42 Prosiding Tahun 2013 masyarakat daerah bisa menaruh harapan pengelola televisi lokal diharapkan mampu banyak kepada televisi lokal untuk mengemas acara-acara yang memiliki mendapatkan hiburan dan informasi yang kedekatan dengan masyarakat di mendidik. Ini tidak terlepas dari masih daerahnya, sehingga masyarakat merasa buruknya kualitas siaran mayoritas televisi menjadi bagian dari siaran yang dita- swasta nasional saat ini. ”Isi siaran televisi yangkan tersebut. di Jakarta hanya menghabiskan emosi, Pengamatan yang penulis lakukan tetapi tidak ada nilai pendidikannya,” terhadap stasiun televisi “Bandung TV” tuturnya (Rachmiatie, 2009). misalnya, banyak menyajikan acara-acara Sebagai sebuah industri, penyiaran yang bernuansa Sunda. Hal ini tentu men- memang memerlukan dana untuk keber- jadi daya tarik tersendiri bagi penonton langsungan hidupnya. Sumber pendapatan yang berada di Bandung khususnya. Dalam yang paling potensial bagi televisi lokal visi dan misinya serta motonya juga terlihat adalah iklan. Untuk mendapatkan iklan, mengedepankan budaya-budaya Sunda, diperlukan kreativitas dari pengelola tele- dan ini akan diaktualisasikan dalam setiap visi, dengan cara membuat konten-konten susunan acara. Program acara “Bandung yang berkualitas, dengan cara menggali TV” yang mencerminkan lokalitas di potensi dan budaya setempat. Para antaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Program Acara “Bandung TV”

Program / acara

• Hiburan • Midang • Wayang Golek • Golempang • Warung Tumaritis • Bentang Parahyangan • Mandalawangi • DalingdingAsih

• Pemberitaan • Seputar Bandung Raya • Tangara Pasundan • Bandung Akhir Pekan • Ngopi Euy • Galeri Bandung • Balik Bandung

• Dialog dalam bahasa Sunda • Golempang

• Program lainnya • Saha Eta

Sumber: diolah dari beberapa sumber

43 Penyiaran Digital : Tantangan Masa Depan Televisi Lokal C. Suprapti Dwi Takariani

Hal-hal seperti inilah yang nantinya televisi-televisi lokal di berbagai wilayah di akan menjadi kunci sukses bagi sebuah seluruh Indonesia. Jawa Barat menjadi stasiun televisi lokal agar tetap eksis provinsi yang paling banyak memiliki menghadapi segala tantangan. Seperti stasiun televisi lokal. Namun, dalam yang dikatakan oleh Fardiah (2012), perjalanannya masih banyak televisi lokal bahwa kunci kesuksesan media televisi lokal yang mengalami kesulitan terutama dari adalah kemampuan menyinergikan sisi finansial dan SDM. Kebhinekaan Tunggal Ika dengan cara Penyiaran digital sebenarnya memperluas dan meningkatkan ideologi merupakan sebuah inovasi, dan jika media lokal, baik sektor pendidikan, diadopsi akan memberikan berbagai perekonomian dan pariwisata masing- keuntungan, tidak saja pemerintah yang masing daerah. Namun juga tidak menutup mendapat keuntungan dengan migrasi dari mata bahwa masih banyak pula stasiun analog ke digital tetapi juga masyarakat, televisi lokal yang masih menyajikan acara- lembaga penyiaran, industri kreatif, dan acara yang diimpor dari luar dan masih juga industri perangkat. belum mengedepankan acara-acara lokal. Keluarnya regulasi di bidang Dengan finansial yang kuat tentunya penyiaran dari Kemkominfo berkaitan stasiun televisi tidak akan cemas dalam dengan migrasi dari penyiaran secara menghadapi era penyiaran digital. analog ke penyiaran secara digital, Manfaat yang didapat ketika bermigrasi menjadi tantangan tersendiri bagi ke siaran digital tidak saja kualitas siaran pengelola stasiun televisi lokal. Regulasi yang bagus, namun juga tentunya jumlah tersebut ternyata menjadi beban bagi penonton yang terus bertambah, karena stasiun televisi lokal, bagi yang baru kualitas gambar dan kontennya. didirikan, terutama dari sisi finansial dan SDM, meskipun pengelolanya tetap siap untuk bermigrasi, namun diperlukan tenggang waktu untuk mempersiapkan PENUTUP infrastruktur dan SDMnya. Kesempatan televisi lokal untuk tetap Kemajuan teknologi informasi dan eksis di era penyiaran digital sebenarnya komunikasi telah berdampak pada masih terbuka lebar, karena kerinduan perkembangan pertelevisian di Indonesia masyarakat di daerah terhadap konten- baik dari sisi teknologi maupun medianya. konten lokal yang tidak didapatkan dari Hal tersebut tandai dengan bertambahnya stasiun televisi nasional. jumlah stasiun televisi swasta nasional yang Televisi lokal masih menjadi andalan berpusat di Jakarta. sebagai media yang dapat memberikan Disahkannya UU No. 32 Tahun 2002 informasi dan hiburan bernuansa lokal, tentang Penyiaran membuka peluang bagi untuk itu diperlukan kreativitas dari para daerah untuk mendirikan stasiun televisi pengelola stasiun televisi lokal untuk lokal. Dan saat ini telah banyak berdiri mengemas program-program televisi lokal agar lebih menarik sehingga tidak

44 Prosiding Tahun 2013 ditinggalkan penontonnya. Kencana Prenada Media Group. Asosiasi televisi lokal perlu memberi bantuan pada televisi-televisi lokal yang Nugroho,Y, Putri, DA, Laksmi, S. (2012). memang dari sisi finansial masih sangat Memetakan Lansekap Industri Media terbatas, sehingga mereka bisa ikut Kontemporer di Indonesia (Edisi bersaing, baik dengan televisi-televisi lokal Bahasa Indonesia). Laporan. lainnya maupun televisi nasional, terutama Bermedia, Memberdayakan Masya- dalam menghadapi persaingan di era rakat: Memahami Kebijakan dan penyiaran digital. Tatakelola Media di Indonesia melalui kacamata hak warga Negara. Riset kerjasama antara Centre for Innovation Policy and DAFTAR PUSTAKA Governance dan HIVOS Kantor Regional Asia Tenggara, didanai oleh Ford Foundation. Jakarta: CIPG dan Buku : HIVOS. Ardianto, E, Lukiati K, Siti K. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar Rogers, Everett, M dan Shoemaker, F Floyd. Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa (1981). Memasyarakatkan Ide-ide Rekatama Media. Baru. : Usaha Nasional.

Fidler, Roger. (2003). Mediamorfosis: Severin, Werner J dan James W. Tankard, Memahami Media Baru. Terjemahan Jr. (2007). Teori Komunikasi Sejarah, Hartono Hadikusumo. : Metode, dan Terapan di Dalam Media Bentang Budaya. Massa, Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Feldman, T. (1997). An Introduction to Digital Media, London: Routledge. Sudibyo, Agus. (2004). Ekonomi Politik Media Penyiaran. Jakarta dan Kemkominfo. (2012). ICT White paper Yogyakarta: ISAI dan LKIS. bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Litbang SDM Kominfo Jurnal : Fardiah, Dedeh. (2012). Peluang dan Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Tantangan Membangun Media Massa Media Televisi: Sebuah Analisis Penyiaran Berbasis Kearifan Lokal di Isi Pesan Media Televisi. Jakarta: Jawa Barat. Prosiding Seminar Rineka Cipta. Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal. Editor: Sugito, Toto. Morissan. (2009). Manajemen Media Sultan, Muh. Widjarnako, Wisnu. Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Purwokerto: Unsoed. Televisi Cetakan ke-2. Jakarta:

45 Penyiaran Digital : Tantangan Masa Depan Televisi Lokal C. Suprapti Dwi Takariani

Priyowidodo, Gatut. (2008). Menakar Diakses tanggal 11 Oktober 2013. Kekuatan dan Keunggulan Industri Televisi Lokal di Era Otonomi Daerah. Mahanani, A Fauzan. (2012). Pengertian Jurnal SCRIPTURA Vol. 2 No. 1 Januari Siaran dan Penyiaran. Tersedia dalam 2008, hal. 58. . Diakses tanggal 16 Rinowati. (2012). Eksistensi Televisi Lokal Oktober 2012. (Kasus : Eksistensi TVKU dalam Kompetisi Industri Penyiaran). Jurusan Rachmiatie, Atie. (2009). Tersedia dalam Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial http://nasional.kompas.com/read/20 dan Ilmu Politik Universitas 09/09/29/0353533/twitter.com.dia Diponegoro, . kses tanggal 18 Oktober 2013.

Sitompul, Mukti. (2002). Konsep-konsep Internet : Komunikasi Pembangunan. Tersedia Anonim. (2008). Televisi Lokal Sebagai dalam Jawaban Otonomi Daerah. Tersedia http://repository.usu.ac.id/bitstream/ dalam 123456789/3778/1/komunikasi- http://www.atvli.com/index.php/hom mukti.pdf. Diakses tanggal 24 e/detil_berita/53.Diakses tanggal 7 Oktober 2013. Oktober 2013. Usis, Teguh. TV Lokal vs TV Digital. Anonim. (2011). http://thesis.binus.ac.id/ Workshop di Aditv Yogyakarta. doc/Bab1/2011-2-00439-mc Tersedia dalam . diakses tanggal 17 enyongsong-era-televisi-lokal/ . Oktober 2013. Diakses tanggal 7 Oktober 2013.

Istanto, Freddy. H. (2004). Peran Televisi Yusus, Iwan Awaluddin. (2012). Kelemahan dalam Masyarakat Citraan Dewasa Digitalisasi Penyiaran. Tersedia dalam Ini. Sejarah, Perkembangan dan http://bincangmedia.wordpress.com/t Pengaruhnya. Tersedia dalam http:// ag/digitalisasi-penyiaran-di- puslit.petra.ac.id/journals/design. indonesia/. Diakses tanggal 17 Oktober 2013.

46