LAMPIRAN.Pdf
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP LAMPIRAN A (AKADEMIK) Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 LAMPIRAN B (PROTOKOL CODING, LEMBAR CODING, HASIL PENELITIAN) Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 PROTOKOL PENGISIAN LEMBAR CODING OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN RUU PENYIARAN DI OKEZONE.COM DAN TEMPO.CO Pengantar Analisis ini bertujuan untuk mengetahui objektivitas dua media daring yaitu Okezone.com dan Tempo.co dalam pemberitaan RUU Penyiaran. Dengan mengambil unit analisis dari skema Whestersthal yang ditulis ulang oleh Eriyanto (2011), maka terdapat 11 unit analisis yang akan diteliti. Mohon untuk dibaca secara seksama petunjuk pengisian lembar coding ini dalam mengisi lembar coding sebagai panduan Anda. Berita Peneliti hanya akan menyertakan berita. Penelitian ini tidak menyertakan iklan atau advertorial (iklan yang ditulis sebagai informasi, seperti suatu berita). Berita di sini didefinisikan sebagai semua produk yang dimuat di media daring (Okezone.com dan Tempo.co) selain iklan, dan dibuat oleh wartawan media daring. Dalam media daring, berita ini dapat ditemukan di halaman pencarian berita. Namun, berita di sini tidak memasukkan editorial (tajuk rencana), opini/kolom) (baik yang dibuat oleh wartawan atau oleh penulis luar), dan surat pembaca dan semacamnya. Isu RUU Penyiaran Penelitian ini hanya akan menyertakan berita mengenai RUU Penyiaran. Berita lain di luar RUU Penyiaran tidak disertakan dalam penelitian ini. Peneliti akan menyertakan seluruh berita mengenai RUU Penyiaran yang telah dicari melalui halaman media Okezone.com dan Tempo.co. Prosedur Bacalah berita dari media daring dengan teliti. Bacalah juga petunjuk pengisian ini agar Anda dapat menempatkan berita dalam kategori yang tepat. Setelah itu, isilah lembar coding dengan angka pada bidang yang telah disediakan. Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Q1: Faktualitas 1. Berita yang dilaporkan berupa fakta yang tidak dicampur dengan opini. Fakta dibagi menjadi dua kategori, yaitu fakta sosiologis (fakta yang diambil dari kejadian sebenarnya) dan fakta psikologis (fakta yang diambil dari pendapat atau opini seseorang mengenai kejadian/peristiwa tersebut). Adapun kombinasi, bila dalam sebuah berita memiliki fakta sosiologis dan fakta psikologis. 1 = Berita mengandung fakta sosiologis saja. 2 = Berita mengandung fakta psikologis saja. 3 = Berita mengandung kombinasi fakta (sosiologis dan psikologis). Q2: Akurasi 2. Kecermatan penulis berita dalam menulis ejaan nama, angka, tanggal, dan usia. 1 = Berita akurat. 2 = Berita tidak akurat. Q3: Lengkap 3. Berita yang diberitakan memiliki unsur 5W + 1H (what, who, where, when, why, how). 1 = Berita memiliki unsur 5W + 1H 2 = Berita tidak memiliki unsur 5W + 1H Q4: Relevansi 4. Berita dilaporkan sesuai dengan relevansi jurnalistik yaitu news value. Terdapat sembilan nilai berita yaitu konflik, kemajuan dan bencana, konsekuensi, kemahsyuran dan terkemuka, saat yang tepat dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai. 1 = Berita memiliki nilai berita 2 = Berita tidak memiliki nilai berita Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Q5: Dua sisi (Cover Both Side) 5. Isi dari berita memiliki dua sisi yang berlawanan secara berimbang. Berita dilaporkan dalam dua sisi (Cover both side). 1 = Berita diberitakan dua sisi. 2 = Berita hanya diberitakan satu sisi. Q6: Proporsional 6. Masing-masing pihak dan sisi dalam isu telah diberikan kesempatan (ruang) yang sama dalam setiap pemberitaan. 1 = Isi berita dilaporkan secara proporsional. 2 = Isi berita dilaporkan tidak proporsional. Q7: Non-evaluatif 7. Berita yang dilaporkan tidak menyalahkan sebuah isu. Pemisahan fakta dan opini, penggunaan kata menilai, nampaknya, agaknya, rupanya, kabarnya/dikabarkan adalah opini. 1 = Berita tidak mengevaluasi sebuah isu/kejadian. 2= Berita mengevaluasi sebuah isu/kejadian. Q8: Non-sensasional 8. Berita yang dilaporkan tidak menggunakan bahasa yang hiperbola (berlebihan) untuk memberitakan sebuah kejadian. 1 = Berita tidak menggunakan bahasa yang berlebihan. 2 = Berita menggunakan bahasa yang berlebihan. Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 LAMPIRAN C (BERITA OKEZONE.COM) Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Bamsoet: RUU Penyiaran Menjadi RUU Prioritas DPR Bayu Septianto, Jurnalis · Selasa 17 April 2018 15:28 WIB JAKARTA - Pastikan Rancangan Undang-undang (RUU) Penyiaran masih berproses, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo menyatakan, akan segera memanggil Menkominfo Rudiantara untuk duduk bersama menjelaskan konsep hybrid multiplexing dalam RUU Penyiaran. Politisi Golkar dengan panggilan akrab Bamsoet ini meyakinkan DPR bersama pemerintah akan mencari jalan keluar terbaik bagi semua pihak. “RUU Penyiaran menjadi RUU prioritas DPR. Kita harapkan draft RUU Penyiaran bisa segera diajukan ke rapat paripurna untuk disetujui menjadi RUU inisatif DPR,” kata Bamsoet saat menerima Asosiasi Televisi Siaran Digital Indonesia (ATSDI) di ruang kerja Ketua DPR, Jakarta, Selasa (17/4/2018). Dijelaskannya, perdebatan antara penggunaan sistem single mux dan multi mux sudah hampir selesai. Pada sistem single mux penguasaan frekuensi dan infrastruktur digital dipegang sepenuhnya oleh Lembaga Penyiaran Publik Radio Televisi Republik Indonesia (LPP RTRI). Sementara, pada sistem multi mux, penguasaan frekuensi dipegang banyak pemegang lisensi yang terdiri dari perusahaan-perusahaan penyiaran swasta dan pihak pemerintah. “Pemerintah dan DPR memiliki semangat yang sama. Yakni menginginkan RUU Penyiaran ini bisa segera dituntaskan,” papar Bamsoet. Bamsoet mengemukakan, sebelumnya pimpinan dewan telah menginisiasi pertemuan informal antara Menkominfo dengan para pimpinan fraksi DPR RI. Saat itu, Menkominfo mengusulkan jalan tengah dengan memakai sistem hybrid multiplexing. Sistem tersebut merupakan campuran antara sistem single mux dan multi mux. Dengan sistem ini, berbagai kebaikan yang ada di sistem single mux dan multi mux akan diambil dan dikombinasikan. Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 “Pimpinan DPR akan segera memanggil Menkominfo untuk duduk bersama menjelaskan konsep hybrid multiplexing untuk sistem apa dipakai dalam RUU Penyiaran,” papar Bamsoet. Menanggapi penjelasan Ketua DPR, Bambang Harymurti mewakili ATSDI berharap revisi UU Penyiaran No. 32 tahun 2002 bisa segera dituntaskan. Pasalnya, terhambatnya pembahasan RUU Penyiaran menimbulkan kerugian negara yang tidak sedikit. Salah satu contoh disebutkan Bambang Harymurti, kerugian pendapatan negara bukan pajak (PNBP) akibat terlambatnya peralihan TV analog switch off ke TV digital diperkirakan mencapai Rp2,8 triliun per tahun. “ATSDI tidak ingin terjebak dalam perbedatan sistem single mux atau multi mux. Terpenting, sistem yang dipilih tidak merugikan negara dan bertujuan untuk kemakmuran rakyat,” ujar Bambang Harymurti. “Pemerintah juga harus segera melaksanakan analog switch off agar kerugian negara tidak semakin besar dan pendapatan negara sebesar Rp2,8 triliun per tahun bisa terpenuhi, serta terbukanya lapangan kerja yang sangat signifikan,” tukasnya. Sumber: https://news.okezone.com/read/2018/04/17/337/1887741/bamsoet-ruu- penyiaran-menjadi-ruu-prioritas-dpr Objektivitas Pemberitaan RUU..., Devin Yiulianto, FIKOM UMN, 2018 Ketua DPR: RUU Penyiaran Menggunakan Sistem Hybrid Multiplexing Bayu Septianto, Jurnalis · Selasa 13 Februari 2018 20:01 WIB JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah sepakat menggunakan sistem Hybrid Multiplexing dalam RUU Penyiaran. Hal itu menjadi pembahasan dalam pertemuan informal yang diadakan Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo bersama Menkominfo Rudiantara dan para pimpinan Fraksi di DPR. Bamsoet, panggilan akrab politisi Golkar ini menyebutkan pembahasan RUU Penyiaran sebelumnya masih terhambat pembahasan antara penggunaan sistem Single Mux dan Multi Mux. "Saya kira kita perlu mencari jalan keluarnya, sehingga RUU Penyiaran bisa segera diselesaikan dengan bijaksana," kata Bamsoet di pertemuan yang berlangsung di ruang kerja Ketua DPR, Selasa (13/2/2018). Setelah melalui berbagai pertimbangan dan pembahasan, DPR RI dan pemerintah yang diwakili Menkominfo sepakat mencari jalan tengah dengan penggunaan Sistem Hybrid Multiplexing. Bamsoet menilai, sistem Hybrid Multiplexing merupakan campuran antara sistem Single Mux dan Multi Mux. Dengan sistem ini, berbagai kebaikan yang ada di sistem Single Mux dan Multi Mux akan diambil