AMOUREUX KUJANG (Pengembangan Desain Liontin Pernikahan Adaptasi Dari Simbol Kujang)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

AMOUREUX KUJANG (Pengembangan Desain Liontin Pernikahan Adaptasi Dari Simbol Kujang) ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.1 April 2020 | Page 419 AMOUREUX KUJANG (Pengembangan Desain Liontin Pernikahan Adaptasi Dari Simbol Kujang) Muharomi Suwandi1, Asep Sufyan2, Edwin Buyung3 1Industrial Design, Fakultas Industri Kreatif, Telkom University, Bandung, Indonesia 2 Industrial Design, Fakultas Industri Kreatif, Telkom University, Bandung, Indonesia 3 Industrial Design, Fakultas Industri Kreatif , Telkom University, Bandung, Indonesia [email protected] (Muharomi Suwandi), [email protected] (Asep Suyan M.A, S.D.s, M.D.s), [email protected] (Edwin Buyung Syarif, S.T, M.S.n) Abstrak: Pengguna perhiasan di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang signifikan, terutama liontin perhiasan dalam bentuk senjata Kujang, tetapi sekarang budaya senjata Sunda sebagai bagian dari budaya Sunda di Indonesia sudah mulai terkikis akibat efek globalisasi. Tujuan indikatif dari senjata golok sebagai inspirasi untuk merancang liontin pernikahan adalah salah satu strategi untuk meningkatkan budaya Sunda. Penelitian ini menggunakan metode perancang melalui observasi, literatur, wawancara, dan dokumentasi. Studi kasus digunakan sebagai perancang analitik. Hasil dari desain produk ini dapat menambah pengetahuan sambil memperkenalkan kujang tidak hanya pada senjata tetapi juga pada produk perhiasan. Kata Kunci : Perhiasan, Pernikahan, Sunda, Senjata Kujang, Liontin Abstract: Jewelry users in Indonesia are experiencing significant developments, especially jewelery pendants in the form of Kujang weapons, but now Sundanese weapon culture as part of Sundanese culture in Indonesia has begun to erode due to effect of globalization. The indicative purpose of the cleaver weapon as an inspiration for designing wedding pendants is one of the strategies for improving Sundanese culture. This study uses designer methods through observations, literatures, interviews, and documentations. Cases study is used as analytical designer. The result of this product design can increase knowledge while introducing kujang not only in weapons but in jewelry products. Keywords : Jewelry, Wedding, Sundanese, Kujang weapons, Pendant pernikahan terdapat banyak perbedaan berdasarkan 1. Pendahuluan suku, agama, dan budaya. Selain maraknya barang- barang asing yang beredar di Indonesia yang lebih Pernikahan merupakan peresmian ikatan diminati masyarakat lokal dibanding barang- perkawinan baik secara sosial maupun hukum dan barang serupa yang mengandung unsur budaya di Pernikahan biasanya disahkan dalam dokumen dalamnya dan Pernikahan sendiri merupakan tertulis yang berarti bahwa pasangan telah resmi peresmian ikatan perkawinan baik secara sosial menjadi suami-istri dan dokumen tersebut ditanda maupun hukum. Disebutkan dalam Undang- tangani oleh kedua belah pihak (Menurut Maya, Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang 2013:12) menyatakan bahwa Pelaksanakan proses Perkawinan Bab I pasal I yang berbunyi, ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.1 April 2020 | Page 420 “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara terinspirasi oleh desain-desain yang berasal dari seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami- luar negeri terutama negara barat, dibuktikan isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah dengan banyaknya desain perhiasan yang tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan mempunyai bentuk sangat sederhana. Desain Ketuhanan Yang Maha Esa.” Mahar/mas kawin perhiasan liontin juga memiliki beragam jenis sendiri merupakan barang yang menjadi simbol bentuk dan jenis material yang berbeda mulai dari atau tanda bahwa mempelai pria sangat perhiasan yang terbuat dari tembaga, sambungan bersungguh-sungguh untuk menikahi mempelai berlian, emas dan perak. wanita yang selanjutnya mas kawin tersebut Kujang merupakan senjata budaya Sunda dijadikan hak milik mempelai wanita secara penuh. yang berasal dari Jawa Barat yang diakui oleh Mas kawin dalam pernikahan di Indonesia banyak kebudayaan Nusantara. Secara umum, kujang yang berupa perhiasan/emas, perhiasan atau emas memiliki pengertian sebagai pusaka yang memiliki tersebut diwujudkan dalam bentuk cincin dan kekuatan tertentu dari para dewa dan sebagai liontin pernikahan yang akan diberikan kepada sebuah senjata yang digunakan sebagai penolak wanita. Perhiasan merupakan benda untuk bala seperti penyakit dan menghalau dari serangan mempercantik seseorang yaitu wanita, aksesoris musuh. Menurut Suryadi (2010:12) menjelaskan, dan produk-produk pendukung lainnya dan banyak “Kujang merupakan senjata tajam seperti keris aksesoris pernikahan yang digunakan oleh para atau parang. wanita dan Liontin merupakan salah satunya benda Kujang sering dijadikan simbol suatu produk, atau perhiasan yang melingkar di leher dan dada. oleh karena itu kajian yang digunakan penulis salah Liontin dapat dipakai oleh perempuan dan secara satunya yaitu melalui teori visual dan bentuk. tradisional maupun modern dan liontin terbuat dari Dharsono Sony Kartika mengatakan bahwa “visual logam; seperti emas, perak. Logam lainnya seperti adalah merupakan salah satu indra yang dapat baja antikarat, besi, sepuh emas, dan tembaga yang dilihat dari penglihat (mata) berdasarkan juga lazim digunakan. Liontin dapat berbentuk penglihatan. Contoh (Garis, Bidang/Bentuk, polos, ber geometris atau bertabur intan dengan Warna). campuran berlian. Liontin merupakan bentuk Sehingga dengan menggunakan teori visual perhiasan yang tergantung longgarnya, pada dapat dihasilkan produk yang mewakili simbol- umumnya dilampirkan oleh lingkaran kecil ke simbol dan tanda-tanda yang berkaitan dengan kalung, yang mungkin dikenal sebagai "pendant". kujang. Sejauh ini desain liontin dapat dimasukkan ke Selain maraknya barang-barang asing yang dalam perhiasan kalung secara keseluruhan dan beredar di Indonesia yang lebih diminati membuatnya tidak selalu akurat untuk masyarakat lokal dibanding barang-barang serupa memperlakukan mereka sebagai barang yang yang mengandung unsur budaya di dalamnya. terpisah. Selain itu dengan masuknya era globalisasi yang Pengguna perhiasan di setiap acara tertentu ditandai dengan banyaknya pengguna sosial media memiliki simbol pernikahan ada yang disebut di Indonesia yang telah menduduki posisi pertama mahar pernikahan berupa emas, perak. Tujuan sebagai negara dengan jumlah pengguna sosial perancangan ini mendesain mahar pernikahan media terbanyak sekaligus memudahkan budaya berupa liontin terbuat dari emas dan pengguna asing masuk ke dalam Indonesia. Namun perhiasan di Indonesia yang sedang bertahap Berdasarkan permasalahan tersebut, alasan penulis perkembangan secara keseluruhan dan signifikan. melakukan perancangan desain Kujang sebagai Hal ini dibuktikan dengan mulai bertambahnya landasan inspirasi dari Senjata Kujang untuk desain jumlah pengguna perhiasan dari berbagai kalangan liontin pernikahan di Budaya Sunda sebagai usia baik kalangan remaja sampai usia dewasa. strategi untuk menanamkan nilai-nilai budaya yang Pemakaian perhiasan juga mempunyai tujuan yang ada di perhiasan terutama Liontin pernikahan. berbeda-beda, ada perhiasan yang digunakan pada Dengan hal ini juga membuktikan bahwa Indonesia saat upacara adat dan atau diacara tertentu. mampu memasukan nilai-nilai budaya ke dalam Beberapa kondisi, perhiasan dapat digambarkan produk yang digunakan sehari-hari sekaligus sebagai simbol pernikahan. Akan tetapi, desain mampu menarik minat masyarakat Indonesia untuk perhiasan yang beredar di seluruh indonesia sudah ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.1 April 2020 | Page 421 membeli produk lokal yang tidak kalah bagus 2. Bidang/Bentuk dengan produk buatan luar negeri atau asing. Bentuk merupakan suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh 2. Teori adanya warna yang berbeda atau oleh 2.1 Perhiasan gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. Di dalam karya seni, Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia bentuk digunakan sebagai simbol Perhiasan pernikahan merupakan sebuah benda perasaan seniman di dalam yang digunakan untuk merias atau menggambarkan objek hasil subject mempercantik diri. Perhiasan biasanya terbuat matter, maka tidaklah mengherankan dari emas ataupun perak dan terdiri dari apabila seseorang kurang dapat berbagai macam bentuk mulai dari kalung, menangkap atau mengetahui secara pasti liontin, gelang, cincin dan lain-lain. Biasanya tentang objek hasil pengolahannya. perhiasan diberikan untuk hadiah. Perhiasan Berdasarkan Bidang/Bentuk diatas mempunyai bentuk beragam mulai dari bulat, disimpulkan ada beberapa pengertian hati, kotak,dan lain lain. Perhiasan biasanya bagian yaitu Stilisasi, Distorsi, berasal dari bahan tambang. Tapi seiring dengan Deformasi, dan Transformasi. berjalannya waktu, perhiasan tidak harus menggunakan bahan tambang, bahan-bahan lain a) Stilisasi pun dapat digunakan sebagai material dari Stilisasi merupakan cara perhiasan. penggambaran untuk mencapai 2.2 Visual bentuk keindahan dengan cara Menurut kamus besar Bahasa Indonesia menggayakan objek atau benda visual merupakan salah satu indra yang dapat yang digambarkan, yaitu dilihat dari penglihat (mata) berdasarkan menggayakan setiap kontur penglihatan. Contoh (Garis, Bidang/Bentuk, pada objek atau benda tersebut. Warna) Contoh: karya seni yang banyak Seperti yang dijelaskan Dharsono Sony Kartika digunakan bentuk stilisasi yaitu (2017:37-50) bahwa unsur desain terdiri dari : penggambaran ornament untuk; 1. Garis motif batik, tatah sungging Garis merupakan dua titik yang kulit, lukisan tradisional Bali, dihubungkan. Pada dunia seni rupa
Recommended publications
  • Rules and Options
    Rules and Options The author has attempted to draw as much as possible from the guidelines provided in the 5th edition Players Handbooks and Dungeon Master's Guide. Statistics for weapons listed in the Dungeon Master's Guide were used to develop the damage scales used in this book. Interestingly, these scales correspond fairly well with the values listed in the d20 Modern books. Game masters should feel free to modify any of the statistics or optional rules in this book as necessary. It is important to remember that Dungeons and Dragons abstracts combat to a degree, and does so more than many other game systems, in the name of playability. For this reason, the subtle differences that exist between many firearms will often drop below what might be called a "horizon of granularity." In D&D, for example, two pistols that real world shooters could spend hours discussing, debating how a few extra ounces of weight or different barrel lengths might affect accuracy, or how different kinds of ammunition (soft-nosed, armor-piercing, etc.) might affect damage, may be, in game terms, almost identical. This is neither good nor bad; it is just the way Dungeons and Dragons handles such things. Who can use firearms? Firearms are assumed to be martial ranged weapons. Characters from worlds where firearms are common and who can use martial ranged weapons will be proficient in them. Anyone else will have to train to gain proficiency— the specifics are left to individual game masters. Optionally, the game master may also allow characters with individual weapon proficiencies to trade one proficiency for an equivalent one at the time of character creation (e.g., monks can trade shortswords for one specific martial melee weapon like a war scythe, rogues can trade hand crossbows for one kind of firearm like a Glock 17 pistol, etc.).
    [Show full text]
  • Tenaga Dalam Volume 2 - August 1999
    Tenaga Dalam Volume 2 - August 1999 The Voice of the Indonesian Pencak Silat Governing Board - USA Branch Welcome to the August issue of Tenaga Dalam. A lot has occurred since May issue. Pendekar Sanders had a very successful seminar in Ireland with Guru Liam McDonald on May 15-16, a very large and successful seminar at Guru Besar Jeff Davidson’s school on June 5-6 and he just returned from a seminar in England. The seminar at Guru Besar Jeff Davidson’s was video taped and the 2 volume set can be purchased through Raja Naga. Tape 1 consists of blakok (crane) training and Tape 2 has about 15 minutes more of blakok training followed by a very intense training session in various animal possessions including the very rare Raja Naga possession. Guru Besar Davidson and his students should be commended on their excellent portrayal of the art. Tape 1 is available to the general public, but due to the intense nature of tape 2 you must be a student. It is with great sadness that I must report that Guru William F. Birge passed away. William was a long time personal student of Pendekar Sanders and he will be missed by all of the people that he came into contact with. 1 Tribute to Guru William F. Birge Your Memory Will Live On In Our Hearts. 2 DJAKARTA aeroplane is a lead-coloured line of sand beaten by EX ‘PEARL OF THE EAST’ waves seeping into a land as flat as Holland. The Dutch settlers who came here in 1618 and founded The following is a passage from the wonderful Batavia must have thought it strangely like their book Magic and Mystics of Java by Nina Epton, homeland.
    [Show full text]
  • ABSTRAK Etnik Bajau Merupakan Etnik Kedua Terbesar Di Kota Belud
    IKONOGRAFI MOTIF PADA SENJATA TRADISIONAL GAYANG ETNIK BAJAU SAMA DI KOTA BELUD Mohd Farit Azamuddin bin Musa Humin Jusilin Universiti Malaysia Sabah [email protected] ABSTRAK Etnik Bajau merupakan etnik kedua terbesar di Kota Belud. DI daerah ini, sebahagian petaninya menjalankan kegiatan pertanian dan penternakan untuk meneruskan kelangsungan hidup. Bagi kaum lelaki, senjata amat penting dalam kehidupan seharian kerana kegunaannya sebagai alat untuk memburu, bercucuk tanam dan utiliti harian. Jenis senjata yang dihasilkan ialah pida’ (parang pendek), guk (parang), lading (pisau), keris, kagayan (parang panjang), beladau (parang jenis sabit) dan gayang (pedang). Fungsi pida’, guk beladau dan lading lazimnya digunakan untuk aktiviti harian seperti bercucuk tanam dan memburu. Karis, kagayan, dan gayang pula digunakan sebagai alat untuk mempertahankan diri. Setiap senjata memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Walaupun begitu, setiap senjata yang ditempa boleh dimanipulasi sebagai senjata untuk melindungi diri daripada ancaman bahaya terutamanya daripada haiwan buas dan berbisa. Pelbagai jenis motif dan hiasan pada senjata melalui olahan idea yang diambil daripada persekitaran mereka. Tujuan kajian ini dihasilkan adalah untuk meneliti bentuk dan motif pada senjata tradisional dari segi visual dan istilahnya. Kajian lapangan (fieldwork) dijalankan di daerah Kota Belud khususnya di Kampung Siasai Jaya, Kampung Siasai Dundau, Kampung Siasai Kumpang, dan Kampung Tengkurus. Data yang diperolehi adalah berbentuk kualitatif dengan mengaplikasi indikator teori ikonografi daripada Panofsky (1939). Penelitian tentang data kajian melalui tiga peringkat iaitu identifikasi, analisis formalistik dan interpretasi makna. Motif yang dikenal pasti terbahagi kepada dua kategori iaitu bersifat organik dan geometri yang merangkumi motif flora, fauna, dan alam sekitar. Pengkaji juga melakukan pengesahan data bersama beberapa informan.
    [Show full text]
  • Perencanaan Tata Guna Lahan Desa Balaroa Pewunu
    Perencanaan Tata Guna Lahan Desa Balaroa Pewunu Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Desa Balaroa Pewunu merupakan desa baru yang memisahkan diri dari desa induk Pewunu pada tahun 2012, berdirinya desa ditetapkan pada 20 november 2012 melaui Perda Kabupaten Sigi Nomor 41 tahun 2012 tentang Pemekaran Desa Balaroa Pewunu Kecamatan Dolo Barat Sigi Sulawesi Tengah. Secara geografis, desa Balaroa Pewunu berada di sebelah barat ibu kota kabupaten Sigi dengan melalui jalan poros Palu-Kulawi, untuk kedudukan atronomisnya terdapat pada titik koordinat S 1 °01’37" Lintang Selatan dan E 119°51'37 Bujur Timur. Luas desa Balaroa Pewunu (indikatif) 217,57 Ha berdasarkan hasil pemetaan partisipatif yang dilakukan oleh warga pada tahun 2019 dengan topografi atau rupa bumi umumnya dalam bentuk daratan yang kepadatan penduduk mencapai 374 jiwa/Km² pada tahun 2019. Berdasarkan perhitungan Indeks Desa Membangun 2019 (IDM)1 yang dikeluarkan oleh kementrian desa dengan nilai total 0,5987 maka desa Balaroa Pewunu dapat dikategorikan sebagai desa tertinggal atau bisa disebut sebagai desa pra-madya, Desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum, atau kurang mengelolanya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya. Seperti pada umumnya desa di Dolo Barat, komoditas tanaman padi sawah selain sebagai pemenuhan kebutuhan pangan juga merupakan tumpuhan petani dalam menambah pendapatan keluarga, varitas padi sawah (irigasi) yang dibudidayakan petani antara lain 1http://idm.kemendesa.go.id/idm_data?id_prov=72&id_kabupaten=7210&id_kecamatan=721011&id_desa=7210112011&tahu n=2019, Rumusan IDM berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No 2 tahun 2016 Tentang Indek Desa Membangun.
    [Show full text]
  • Parang Ilang Sebagai Interpretasi Falsafah Alam Takambang Jadi Guru Dalam Budaya Masyarakat Iban
    ASIAN PEOPLE JOURNAL 2020, VOL 3(1), 1-18 e-ISSN: 2600-8971 ASIAN PEOPLE JOURNAL, 2020, VOL 3(1), 1-18 https://doi.org/10.37231/apj.2020.3.1.118 https://journal.unisza.edu.my/apj PARANG ILANG SEBAGAI INTERPRETASI FALSAFAH ALAM TAKAMBANG JADI GURU DALAM BUDAYA MASYARAKAT IBAN (Parang Ilang As An Interpretation Of Alam Takambang Jadi Guru Philosophy In Iban’s Culture) Adilawati Asri1*, Noria Tugang1 1Fakulti Seni Gunaan dan Kreatif, Universiti Malaysia Sarawak, 94300 Kota Samarahan, Sarawak, Malaysia *Corresponding author: [email protected] Received: 5 September 2019 • Accepted: 25 November 2019 • Published: 30 April 2020 Abstract This research explores the craft and creativity of the art of Ilang as an interpretation of the philosophy of ‘Being a Teacher’ in the life of the Iban community. Symbolism towards the elements of nature is often used to express various ideas and meanings about their practices, culture, and life. This research uses a qualitative approach as a whole. Data obtained through qualitative approach using observations and interviews. Overall research has found that the human mind is made up of natural properties. Humans learn from nature and create the aesthetics they learn from it. Nature is made as a 'teacher', a human mind built from nature. This means that the developing world teaches humans to think creatively and to create something using natural resources, such as parang Ilang. Every event that happens around human life may not be separated from nature. The Iban people live in a natural environment. For them, nature is a ‘teacher’ to solve all the problems that occur in their lives.
    [Show full text]
  • Catalogue Going to Print
    CARVELL’S AUCTIONS New Zealand’s Specialist Firearms Auction House AUCTION 44 SUNDAY 11th November 2012 TO BE HELD AT THE HOLIDAY INN HOTEL AUCKLAND AIRPORT Viewing 8.00am - 10.00am Auction Commencing 10.00am MAJOR J.A WALLINGFORD (1872-1944) Jesse Wallingford, one of New Zealand’s greatest War heroes, was born in Kent, England in 1872. He was educated in Military schools and entered the Army at age 13. He specialised in musketry and was appointed an instructor at the Hythe Mus- ketry School. He was 17 times a member of the British team at Bisley Championship and a champion with both the rifle and revolver many times over. In 1908 he won a Bronze medal at the London Olympics in the teams Free Pistol event. In 1911 Wallingford was brought to NZ by Sir Joseph Ward (Prime Minister and Minister of Defence) to head up the School of Musketry in Auckland. He was re- sponsible for training the Expeditionary Force in rifle practice. While famous throughout the British Empire prior to The Great War, it was his exploits at Gallipoli that would earn him the nickname ‘Human Machine Gun’ and the title ‘Hero of ANZAC’. Wallingford was put in charge of the NZ machine guns and snipers and was awarded the Military Cross during operations near Gaba Tepe on the 25th April. Widely renowned as the best shot in the British Military he was regularly used to dispatch Turkish snipers. Not counting the machine gun, he shot over 700 Turks in the 5 months he was at Gallipoli.
    [Show full text]
  • List of Prohibited and Controlled Items by Police Licensing & Regulatory Department/Singapore Police Force
    Police Licensing & Regulatory Department 391, New Bridge Road, #02 701 Police Cantonment Complex Block D Singapore 088762 Tel No: +65 68350000 Fax No: +65 62234704 www.police.gov.sg LIST OF PROHIBITED AND CONTROLLED ITEMS BY POLICE LICENSING & REGULATORY DEPARTMENT/SINGAPORE POLICE FORCE PROHIBITED ITEMS 1. A prohibited item is defined as an item of which the possession may contravenes existing laws in Singapore. Please refer to Annex A1 for the list of such items. CONTROLLED ITEMS 2. A controlled item is defined as one that requires approval from PLRD before the item can be brought into Singapore. The approval can be in the form of an import licence, permit, authorisation, or approval letter from PLRD/SPF. Please refer to Annex A2 for the list of such items. ITEMS THAT DO NOT REQUIRE LICENCE / PERMIT / AUTHORISATION OR APPROVAL FROM SPF 3. Items with legitimate uses and are not prohibited nor controlled under current legislations, may be brought into Singapore without the need for a licence, permit, authorisation or approval from SPF. However, some of these items may be deemed as offensive weapons depending on the circumstances they are found. If the person carrying the item is unable to provide a reasonable explanation, then he may have committed an offence under the Corrosive and Explosives Substances and Offensive Weapons Act (CESOW) or the Miscellaneous Offences (Public Order & Nuisance) Act (MOA). Please refer to Annex A3 for examples of such items which are commonly brought in by travelers. 4. The list of examples in Annex A1 to A3 are not meant to be exhaustive.
    [Show full text]
  • Golok Walahir Sebagai Identitas Budaya Masyarakat Desa Sindangkerta Kabupaten Tasikmalaya
    d͘ƵůŬĂƌŶĂŝŶDƵƩĂƋŝĞŶ GOLOK WALAHIR SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT DESA SINDANGKERTA KABUPATEN TASIKMALAYA T. Zulkarnain Muttaqien Universitas Telkom Jalan Telekomunikasi No. 01, Terusan Buahbatu, Bandung 40257 e-mail: [email protected] ABSTRACT Golok is an Indonesian traditional knife resembling a machete that functions as an implement in gardening or a weapon in a combat. As it serves different purposes such as slashing, splitting, cutting and hewing, golok has slightly different shapes. In some regions in Indonesia, a golok is even considered as a representation of regional identity. Thus, golok is still made and used up to now. Golok Walahir originated from Walahir village in Sindangkerta, Tasikmalaya Regency. Unlike golok originated from other areas that are still produced and become regional icon, golok Walahir is no longer made due to the absence of its blacksmith. A number of efforts must be done to preserve golok Walahir, such as by studying the possibility of remaking the golok and blacksmith generation that will preserve the golok Walahir as an iconic identity of Sindangkerta from generation to generation. Steps taken in the study were identifying the golok Walahir shapes available at present, classifying them, and making replicas of each shape. The study focused on shapes, materials and production process. Keywords: Golok Walahir, Replica, Process, Conserve, Identity ABSTRAK Golok merupakan salah satu alat bantu tradisional untuk melakukan kegiatan berkebun, berladang, dan pada masa lalu digunakan juga untuk bertarung dan bertempur. Bagi sebagian masyarakat di Indonesia golok memiliki fungsi lain, selain sebagai alat bantu kerja, golok dapat dimaknai sebagai wakil dari identitas bagi sebuah daerah atau masyarakat.
    [Show full text]
  • Confidence in Hand® Contents
    CONFIDENCE IN HAND® CONTENTS DEADBOLT .....................................................................................................................® 3-4 KINEMATIC ™....................................................................................................................5-6 RUGER ............................................................................................................................7 FORGED BY WAR ®..........................................................................................................8 INNOVATIONS & TECHNOLOGY ..................................................................................9 SAFETY & ACTUATION .................................................................................................10 DESIGNERS ...................................................................................................................11-16 NEW PRODUCTS .................................................................................................17-35 DEALER WORKBOOK ...................................................................................................36 EVERYDAY CARRY ...............................................................................................36-70 HUNT & FISH .......................................................................................................71-73 OUTDOOR .............................................................................................................74-79 SURVIVAL .............................................................................................................80-82
    [Show full text]
  • Professional Regulation Commission MANILA
    Page 1 Professional Regulation Commission M A N I L A Licensure Examination for TEACHERS - ELEMENTARY March 26, 2017 School : ARAULLO HIGH SCHOOL Building : KALAW BLDG Address : U.N. AVENUE, ERMITA MANILA Floor : Room / Grp No. : 221 Seat School Attended NO. Last Name First Name Middle Name 1 AALA MAE ANN CRISTAL CABILLO TANAUAN INST. 2 ABABA RACHEL RENALES OL OF FATIMA-QC 3 ABAD CAMILLE ABIGAIL BRIONES R.MAGSAYSAY T.U-CASTILLEJOS 4 ABAD FRIDA BATAIN U OF RIZAL SYS.-PILILLA 5 ABAD JAN RAYL LERIOS R.MAGSAYSAY T.U-IBA 6 ABAD JESUSA LUFAMIA IMUS INSTITUTE 7 ABAD JILL MARIE BACOLOD WESTERN COLL.-CAVITE 8 ABAD JOHN MELO BIONGAN U OF ANTIQUE-SIBALOM 9 ABAD LEONA DRIZ N. T. C. 10 ABAD MELODY . REGIS MARIE COLLEGE 11 ABAD NECY FERNANDO P.L. MUNTINLUPA 12 ABADIES CARLA MAE MACABUTAS CITY OF MALABON UNIV. 13 ABADIES JEANCY AGOSTO WMSU-MALANGAS, ZDS 14 ABADIEZ LINA PACHOCO SAMAR COLLEGE 15 ABAIGAR MA. FE ABANTAO SAMAR STATE UNIV. 16 ABALAJEN GERALDINE ABADIANO SAMAR STATE UNIV. 17 ABALAJEN GISSELLE GRACE ABADIANO SAMAR COLLEGE 18 ABALLE JONALYN CORRALEJO NORTHWEST SAMAR STATE U-SN 19 ABALOS CRISELDA CELIS BULACAN S.U-MALOLOS 20 ABALOS GERALDINE DE OCAMPO CAVITE S.U.-INDANG 21 ABALOS KENNETH ASUNCION BESTLINK COLLEGE OF THE 22 ABANILLA MARISSA VILLANUEVA MINSCAT-BONGABONG(for.BCF) 23 ABANTAS ROHAIMAH ZAMAN MARAWI CAPITOL FDTN.COLL. 24 ABANTE CHARRIE VILLARALVO MARY THE QUEEN C.S.T.-QC REMARKS : USE SAME NAME IN ALL EXAMINATION FORMS. IF THERE IS AN ERROR IN SPELLING, DATE OF BIRTH, SCHOOL NAME, APPLIC NO.
    [Show full text]
  • The Gods & the Forge
    ificah International Foundation of Indonesian Culture and Asian Heritage The Gods & the Forge Balinese Ceremonial Blades The Gods & the Forge in a Cultural Context This publication is the companion volume for the exhibition of the same name at the IFICAH Museum of Asian Culture in Hollenstedt-Wohlesbostel, Germany December 2015 to October 2016. Title number IFICAH V01E © IFICAH, International Foundation of Indonesian Culture and Asian Heritage Text: Dr. Achim Weihrauch, Efringen-Kirchen, Germany Dr. Udo Kloubert, Erkrath, Germany Adni Aljunied, Singapore Photography: Günther Heckmann, Hollenstedt, Germany Printing: Digital Repro Druck GmbH, Ostfildern, Germany Layout: S&K Kommunikation, Osnabrück, Germany Editing: Kerstin Thierschmidt, Düsseldorf, Germany Image editing: Concept 33, Ostfildern, Germany Exhibition design: IFICAH Display cases: Glaserei Ahlgrim, Zeven, Germany "Tradition is not holding onto the ashes, Metallbau Stamer, Grauen, Germany Conservation care: but the passing on of the flame." Daniela Heckmann, Hollenstedt, Germany Thomas Moore (1477–1535) Translation: Comlogos, Fellbach, Germany 04 05 Foreword Summer 2015. Ketut, a native of Bali, picks me Years earlier, the fishermen had sold the land up on an ancient motorcycle. With our feet bordering the beach to Western estate agents, clad in nothing more resilient than sandals, we which meant however that they can now no ride along streets barely worthy of the name longer access the sea with their boats ... to the hinterland. We meet people from dif- ferent generations who live in impoverished It is precisely these experiences that underline conditions by western standards and who wel- the urgency of the work carried out by IFICAH – come the "giants from the West" with typi- International Foundation of Indonesian Culture cal Balinese warmth.
    [Show full text]
  • 20 Analisis Assembly Line Balancing Untuk Mengoptimalkan Produksi
    Jurnal REKOMEN (Riset Ekonomi Manajemen) Vol 3 No 1 2019 Analisis Assembly Line Balancing Untuk Mengoptimalkan Produksi Pisau di Perusahaan T. Kardin Pisau Indonesia Alkadri Kusalendra Siharis a, Imelda Junita b, Budi Rahardjo c aUniversitas Tidar, bUniversitas Kristen Maranatha, cUniversitas Tidar [email protected] ABSTRAK. Perusahaan T. Kardin Pisau Indonesia adalah perusahaan yang memproduksi pisau buatan tangan dengan karya an yang terspesialisasi pada pekerjaannya. Perusahaan ini berusaha untuk mengoptimalkan produksi pisau buatannya dengan meminimalkan aktu menganggur yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas karya an. Adanya tingkat kesulitan pengerjaan yang berbeda-beda menyebabkan ketidakseimbangan aktu pengerjaan tugas antar karya an. Tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran peranan strategi penyeimbangan lini untuk mengoptimalkan produksi pisau di perusahaan Pisau Indonesia. Strategi yang digunakan adalah setiap karya an mengerjakan pekerjaan yang berbeda hingga selesai dan kemudian membantu pekerjaan karya an lain yang belum selesai. Metode penyeimbangan lini adalah kegiatan yang bertujuan untuk memindahkan satu tugas dari satu orang ke orang lainnya yang pada akhirnya menciptakan keseimbangan aktu antara pekerja di suatu stasiun dan pekerja di stasiun lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bah a dengan menggunakan strategi ini diperoleh tingkat efisiensi produksi sebesar 79.02% untuk proses 1 dan .79.4.% untuk proses 2. Kata kunci/ line balancing 0 stasiun kerja0 efisiensi ABSTRACT. T. Kardin Pisau Indonesia Company is a company that produces handmade knives with employees who specialize in their work. The company is trying to optimize the production of its knives by minimizing idle time which will ultimately increase employee productivity. The existence of different levels of difficulty in the workmanship causes an imbalance of work time between employees.
    [Show full text]