View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE

provided by Journal IKIP PGRI Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695

Strategi Politik Menaklukan Kerajaan Bali 1352- 1380 M

Majapahit Political Strategy to Conquer the Kingdom of Bali 1352-1380

Dewa Made Alit

Prodi Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP PGRI Bali Jl. Seroja Tonja-Denpasar Utara, Bali (80239) *Pos-el: [email protected]

Abstrak. Penelitian ini bertujuan mengetahui strategi politik yang diterapkan oleh Kerajaan Majapahit agar bisa menguasai Bali mengingat banyak dan masifnya perlawanan rakyat Bali Aga terhadap dinasti baru yang ditempatkan di Bali.Rakyat Bali belum bias menerima penaklukan yang dilakukan oleh Gajah Mada terhadap raja Sri astasura Ratna Bumi Banten. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah sehingga prosedur kerjanya mengikuti urutan-urutan penelitian sejarah meliputi heuristic, kritik, interpretasi dan historiografi. Data dikumpulkan dengan studi pustaka. Data yang terkumpul dikritik dengan kritik sejarah baik kritik ekstern maupun intern untuk mendapatkan fakta yang diperlukan dalam penyusunan cerita sejarah. Fakta yang ada kemudian diinterpretasikan untuk melihat kesalinghubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya serta kedudukan fakta itu dalam kontek cerita sejarah. Berdasarkan hasil interpretasi data tersebut kemudian disusun sebuah cerita sejarah dengan mengikuti prinsip serialisasi, kronologi dan kausalitas. Hasil analisis menemukan bahwa adanya kekosongan kekuasaan di Bali setelah Majapahit berhasil mengalahkan Dalem Bedahulu (Sri Astasura Ratna Bumi Banten sebagai raja bali kuno yang terakhir) maka yang dipilih adalah Sri Kresna Kepakisan yang masih memiliki darah Bali yakni keturunan Daha (Kediri) yang masih memiliki hubungan langsung dengan Airlangga. Airlangga merupakan anak tertua dari pasangan Udayana (Bali) dengan Mahendra data atau Gunapria Dharma Patni (Sindok).Penempatan Sri Kresna Kepakisan sebagai dinasti baru di Bali tetap mendapat penolakan dari masyarakat Bali.Dalam menjalankan pemerintahannya, Sri Kresna kepakisan juga merangkul masyarakat Bali dan mengangkat para arya menjadi pejabat kerajaan. Menghadapi perlawanan dari masyarakat Bali Aga, Sri Kresna kepakisan menggunakan jalur diplomasi. Tuntutan masyarakat Bali Aga agar raja mengubah pandangan dan perlakuannya terhadap masyarakat Bali serta bersedia menjaga kahyangan yang menjadi pusat keyakinan masyarakat Bali aga, maka Balipun bersedia menerima pemerintahan dalem Sri Kresna Kepakisan.

Kata Kunci : strategi, Majapahit, , Kerajaan Bali

Abstract. This study aims to determine the political strategy adopted by the Majapahit Kingdom in order to gain control of Bali given the many and massive resistance of the Balinese Aga against new dynasties placed in Bali. The people of Bali have not been able to accept the conquest by Gajah Mada against the king of Sri astasura Ratna Bumi Banten. This research is a historical research so that the work procedure follows the sequences of historical research including heuristics, criticism, interpretation and historiography. Data collected by literature study. The collected data is criticized with historical criticism both external and internal criticism to obtain the facts needed in the preparation of historical stories. The existing facts are then interpreted to see the interrelationship between one fact and the other facts and the position of the facts in the context of historical stories. Based on the results of the interpretation of the data then a historical story is prepared by following the principles of serialization, chronology and causality. The results of the analysis found that there Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 was a power vacuum in Bali after Majapahit defeated the Dalem Bedahulu (Sri Astasura Ratna Bumi Banten as the last ancient Balinese king) then chosen was Sri Kresna Kepakisan who still had the blood of Bali namely the descendants of Daha (Kediri) who still had a relationship directly with Airlangga. Airlangga is the eldest son of a Udayana (Balinese) couple with Mahendra Data or Gunapria Dharma Patni (Sindok). Placement of Sri Krishna Krishna as a new dynasty in Bali still received rejection from the Balinese people. In running his government, Sri Krishna also embraced Balinese society and raised the Balinese people the Aryans became royal officials. Facing resistance from the people of Bali Aga, Sri Kresna was concerned using diplomacy. The Bali Aga community demanded that the king change his views and treatment of the Balinese people and be willing to preserve the heaven that became the center of belief in the Balinese people, so Balipun was willing to accept the government of Sri Kresna Kepakisan. Keywords: strategy, Majapahit,Kingdom of Bali

PENDAHULUAN Bali sebelum ditaklukan oleh Ide dasar kemaharajaan bagi kerajaan- Gajah Mada, di Bali sudah berdiri kerajaan kerajaan tradisional di telah yang pada awalnya berasal dari dinasti muncul sejak zaman Sriwijaya yang secara Warmadewa sesuai denga nisi prasasti fisik wilayah-wilayah pengaruhnya dapat Blanjong (914). Raja Bali Kuno yang dilacak. Pada masa Singosari peranannya terakhir adalah Sri Astasura Ratna Bhumi dalam percaturan politik global telah Banten yang disebut dalam prasasti cukup mapan, sedikit banyak Patapan Langgahan tahun 1337 M. Beliau menguntungkan Majapahit yang mengangkat seorang mangkubumi yang mengklaim sebagai penerusnya. Ekspedisi gagah perkasa bernama Ki Pasunggrigis, pamalayu telah menginspirasi gajah Mada yang bertempat tinggal di Desa Tengkulak mengumandangkan Sumpah Palapanya dekat istana Bedahulu dimana Raja dalam konsep yang sama yaitu Astasura bersemayam. Sebagai kemaharajaan atau persatuan wilayah. pembantunya diangkat Ki Kebo Iwa Kolonisasi baik langsung maupun tidak (Mirsha, 1986 : 119).Sri Baginda Raja telah mentransfer hal-hal yang berbau Astasura, yang sangat bijaksana dan adil Majapahit dengan wilayah-wilayah lain mengendalikan memerintahnnya serta taat dalam berbagai bidang (Wahyudi, 2013 : melakukan agamanya. Karena sangat 91) eloknya beliau dianggap penjelmaan “Lamun buwus kalah Nusantara, isun Sanghyang Asmaradewa” (Ginarsa, 1994 : amukti . Lamun buwus kalah Ring 17),tetapi Negarakertagama gubahan Gurun, Ring Seram, Ring Tanjungpura, Prapanca menyebut raja bali kuno ini Ring Haru, Ring Pabang,Dempo, Bali, adalah raja yang hina. Dalam Sunda, , Tumasik, samana isun Negarakertagama Nyanyian 49, bait 4 amukti palapa. (Selama aku belum lewat gubahannya Prapanca menyatukan Nusantara, aku tidak akan menulis :Muwah ring sekabdesu masaksi menikmati palapa) (Ilahi, 2009 :70), begitu nabi Ikang Bali nathanya dussila sumpah yang diucapkan oleh Gajah Mada, nicchaDinon ing bala bhrasta telah mendorong Gajah Mada untuk sakwehNasa ars salwiri dusta mangdoh merealisasikan sumpahnya. Salah satu wisastha. Artinya :Selanjutnya pada tahun daerah yang menjadi sasarannya adalah Saka 1265 raja Bali yang jahat dan nista Bali, pulau kecil yang berada di sebelah diperangi oleh tentara Majapahit dan timur Jawa. Faerah kekuasaan Majapahit semua binasa. Takutlah semua pendurhaka sangat luas, selain Jawa juga sampai pergi menjauh (Mirsha, 1986 : 120).Sikap Sumatera, Semenanjung Malaya, Prapanca ini mungkin disebabkan karena , hingga timur. Raja Sri Astasura merasa tidak mau Namun wilayah kerajaan Majapahit yang tunduk lagi dibawah pemerintahan Raja sangat luas tersebut masih diperdebatkan putri Tribhuana Tunggadewi, dikarenakan hingga kini. mengingat Bali sudah dari dahulu berada dibawah perlindungan Kerajaan Daha. Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 Perhubungan Raja Bali dengan kerajaan Ki Pasung Grigis sendiri wafat pada tahun Daha sudah berlangsung sejakzamanRaja 1357 di Sumbawa dalam tugas menumpas Gunapriyadharmapadmi dan Dharma pemberontakan Raja Dedela Nata terhadap Udayana Warmadewa yang memerintah di Majapahit. Oleh karena Pasung Grigis Bali dari tahun 989- 1001 M (Mirsha, tidak dapat bertahan lagi maka sejak itu 1986 : 119). terjadi kekosongan pemerintahan di daerah Sikap raja Bali yang tidak mau Bali. Memang sebagian dari tentara tunduk kepada Majapahit, membuat ekspedisi Majapahit ditempatkan di Bali Majapahit mengambil langkah tegas namun mereka tidak mampu menjaga dengan mengutus Gajah Mada ke Bali. ketertiban sepenuhnya dan sering terjadi Tetapi sebelumnya Majapahit telah pemberontakan- pemberontakan kecil di melakukan tipu daya untuk melemahkan berbagai Wilayah di Bali. Banyak terjadi kekuatan raja bali dengan menyingkirkan perselisihan antara orang- orang Bali Aga orang kuat, ahli strategi meliter kerajaan dengan pasukan Majapahit yang ada di Bali yakni Kebo Iwo. Sebagai batu Bali. Kekalahan raja bali dan sikap sandungan politik ekspansinya, gajah masyarakat Bali aga terhadap dinasti baru Mada menghadap raja Bali untuk ini menarik untuk dikaji. Ada beberapa menawarkan jalan perdamaian. Ia pertanyaan yang muncul diantaranya mengundang kebo Iwa untuk dating ke bagaimana strategi politik Majapahit Majapahit dan dinikahkan dengan seorang menghadapi perlawanan rakayat Bali aga, putri dari Lemah Tulis, sebagai tanda bagaimana kebijakan Sri Kresna persahabatan kedua kerajaan. Kebo Iwa Kepakisan agar pemerintahannya bias dibunuh, gugurnya Kebo Iwa diterima oleh masyarakat Bali aga. mempermudah ekspedisi Gajah Mada ke Masalah-masalah itulah yang akan dikaji Bali. dalam penelitian ini. Ekspedisi Majapahit ke Bali dipimpin langsung oleh Gajah Mada yang METODE PENELITIAN didampingi oleh panglima perang Arya Penelitian ini merupakan penelitian damar, Arya kenceng, Areya Belog dan sejarah sehingga prosedur kerjanya arya Sentong. Bali diserang dari empat mengikuti urutan-urutan penelitian sejarah penjuru. Ki Arya Damar, mengepung Bali meliputi heuristic, kritik, interpretasi dan dari utara beserta : Kyai Sentong, Ki historiografi. Data dikumpulkan dengan Kula Wandiran, Ki Beleteng. Kyai studi pustaka, baik yang berupa buku, Kenceng mengepung Bali dari selatan jurnal maupun hasil-hasil penelitian yang bersama :Ki Belog, Ki Pengalasan, berkaitan dengan tema yang sedang dikaji. Ki Kenuruhan. Patih Gajah Mada Data yang terkumpul dikritik dengan kritik mengepung Bali dari timur beserta, Kyahi sejarah baik kritik ekstern maupun intern Patih Kulawayasa. Pada pertempuran yang untuk mendapatkan fakta yang diperlukan terjadi pada tahun 1343 di Tengkulak Raja dalam penyusunan cerita sejarah. Fakta Sri Astasura bersama hulubalangnya yaitu yang ada kemudian diinterpretasikan : Kebo Waruya dan I Udug Basur tewas untuk melihat kesalinghubungan antara dalam pertempuran. Amangkubhumi fakta yang satu dengan fakta yang lainnya Pasung Grigis berhasil ditangkap dan serta kedudukan fakta itu dalam kontek dipenjarakan. Namun pada akhirnya cerita sejarah. Berdasarkan hasil Pasung Grigis menyatakan setia kepada interpretasi data tersebut kemudian Raja Majapahit dan beliau dilepas dan disusun sebuah cerita sejarah dengan menjadi pembantu Patih Gajah Mada mengikuti prinsip serialisasi, kronologi (Agung, 1985 : 2). dan kausalitas. Setelah jatuhnya Kerajaan Bedahulu Patih Gajah Mada dan Panglima PEMBAHASAN perang Arya Damar pulang kembali ke Majapahit, Pemerintahan Bali sementara Sri Astasura Ratna Bumi Banten Raja dipegang oleh Ki Pasung Grigis. Namun Bali Kono Terakhir Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 Pandangan majapahit terhadap raja Bali (tahun 1259 Caka) dan Rajapurana, Ida Kuno bias ditelusuri dari kitab Bagus Sapta Jaya berpendapat bahwa raja Negarakertagama gubahan Mpu Prapanca. Astasura Ratna Bumi Bantenlah yang Kitab Negarakertagama sargah 49.4 antara dapat ditaklukan oleh Majapahit pada 1265 lain menyebutkan bahwa “ikang bali Caka. Karena Cri Astasura Ratna Bumi nathanya duccila niccaha” artinya raja Banten merupakan raja Bali yang terakhir, pulau Bali sangat jahat dan hina. (Pigeaud, maka Goris menduga bahwa raja ini 1960 : 36). Siapa sebenarnya yang mungkin dapat disamakan dengan raja dimaksud oleh Prapanca, raja pulau Bali Bedaulu (Bedulu) yang bernama jahat dan hina tidak lain dari raja Cri Mayadanawa seperti tersebut pada lontar Astasura Ratna Bumi Banten sebagai raja Usana Bali. Selain disamakan dengan Bedahulu. (Ginarsa, 1956 : 26-28). Gelar Mayadenawa, raja Asta Sura Ratna Bumi raja ini terbaca dalam prasasti nomor 814 Banten sama dengan Cri Tapolung atau (nomor lama 811) Langgahan = D. 63 lebih dikenal dengan raja Bedahulu. Hal yang bertahun 1259 Caka dan dalam itu diketahui dari Rajapurana raja Bali prasasti nomor 810 Gunung Panulisan E = sebelum diserang Gajah Mada bernama D.67. Pada jaman pemerintahan baginda Cri Tapolung. Dijelaskan dalam juga dibuat undang-undang yang ditatah Rajapurana Pupuh I.8-17 disebutkan diatas perunggu yang isinya disesuaikan bahwa yang menjadi raja di pulau Bali dengan isi prasasti-prasasti yang telah ada. sebelum serangan Gajah Mada tahun 1343 Semua keputusan-keputusan biasanya Masehi bernama Cri Tapolung. Dalam diputuskan di dalam sidang yang Rajapurana disebutkan bahwa sebelum didasarkan atas permusyawaratan biasanya kedatangan Ekspedisi Gajah Mada yang dilakukan di balai pendapa yang ada di menjadi raja di pulau Bali bernama Cri istana. Para pendeta Ciwa, Budha dan Resi Tapolung putra raja Masula-Masuli. Mahabrahmana serta pemuka-pemuka Mengenai nama Cri Tapolung ini dapat yang ada di desa sangat dihargai oleh diuraikan yaitu Cri berarti bahagia; baginda di samping pejabat-pejabat resmi keindahan; Tapolung terdiri dua kata yaitu di pusat. Pemerintahan Cri Astasura Ratna tapa dan ulung; tapa (bahasa Sanskerta) Bumi Banten sangat bijaksana dan sangat berarti „tapa, pertapa dan pendeta. taat melakukan adat-adat upacara di pura. ( Pigeaud, 1960 : 419 ; Wojowasito, 1973 : 325). dan ulung (sakti) berarti sakti. Berkaitan dengan penyerangan Dengan demikian maka Cri Tapolung pulau Bali oleh Majapahit, Berg mengandung pengertian yaitu gelar berpendapat bahwa pada jaman itu, terjadi seorang raja pertapa yang sakti dan ada suatu peperangan yang terjadi antara tahun hubungannya dengan pertapaan. 1331 dan tahun 1343 Masehi, yaitu peperangan terhadap kerajaan di pulau Kalau dikaitkan dengan sumber Bali yang dikenal dengan sebutan “Perang pasasti Langgahan dan Raja Purana di atas, Sadeng”. Pendapat Berg ini ditanggapi dimana dalam prasasti Langgahan oleh Krom antara lain dikatakan bahwa disebutkan bahwa raja Cri Astasura Ratna perang Sadeng itu adalah pemberontakan Bhumi Banten menetapkan pertapaan yang terjadi di timur pulau Jawa terhadap Langgaran dengan segala peraturannya kerajaan Majapahit yang terjadi di timur dan di dalam raja purana disebutkan pulau Jawa terhadap kerajaan Majapahit bahwa seorang raja yang ada hubungannya pada 1331 Masehi. Sedangkan perang dengan pertapaan (pertapa). Lebih lanjut terhadap kerajaan di pulau Bali dapat dikatakan bahwa raja Cri Astasura diselesaikan oleh kerajaan Majapahit pada Ratna Bhumi Banten sama dengan Cri 1343 Masehi. (Utrecht, 1962 : 81-89). Tapolung. Dengan membandingkan pendapat Dalam Rajapurana juga disebutkan Berg dan Krom serta dikaitkan dengan bahwa setelah raja pulau Bali berbeda keterangan dalam prasasti Langgahan dengan pusat (Majapahit) raja bergelar Cri Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 Beda Muka, Cri Beda Murdi atau Dalem bertahan lagi. Kerajaan Bali akhirnya Bedaulu. Mengenai nama (gelar) raja ini dapat dikalahkan dan Raja Astasura Ratna dapat diuraikan yaitu Cri Beda Muka, Cri Bhumi Banten akhirnya gugur bersama berarti bahagia, keindahan, dan kebesaran, hulubalangnya di medan tempur Beda berarti berbeda. Muka berarti muka, (Soebandi, 2003 : 164). kepala, (Wojowasito, 1973 : 226). Cri Beda Murdi, Cri dan Beda sama artinya Sri Kresna Kepakisan dan Arya seperti disebutkan diatas, sedang murdi Kepakisan: Kebijakan Politik (berasal dari bahasa Sanskerta mardda) Berdasarkan Keturunan berarti kepala. (Wojowasito, 1973 : 227). Dalem Bedahulu berasala dari dua kata, Setelah pulau Bali ditundukkan pada tahun yaitu Dalem berarti istana, gelar seorang 1265 Caka berselang beberapa tahun raja. (Pigeaud, 1969 : 58). Bedahulu kemudian, kira-kira tahun 1272 Caka di berarti berbeda kepala. Dengan demikian Majapahit diadakan persidangan yang ketiga gelar raja yang disebutkan di muka, dipimpin oleh Gajah Mada dengan dihadiri yakni beda muka, beda murdi dan oleh para menteri dan arya. Tujuannya Bedahulu adalah mengandung pengertian untuk membicarakan tentang kekosongan yang sama, yakni seorang raja atau gelar pemerintahan di pulau Bali. Dalam seorang raja yang berbeda kepala dengan persidangan itu, dimintakan pula pengertian bahwa raja berbeda dengan pertimbangan kepada Ki Pasung Gerigis kepala (pusat), yaitu (Majapahit). Dapat yang saat itu berada di Majapahit yang ditambahkan bahwa Raja Asta Sura Ratna desa-desa mana yang patut ditempati oleh Bumi Banten bergelar raja Cri Beda Muka, para Arya dan pengiringnya. Berdasarkan Beda Murdi atau Dalem Bedahulu dan Cri musyawarah dalampersidangan itu, Tapolung. ditetapkan desa-desa yang menjadi kedudukan para Arya dan pengiringnya. Raja Astasura Ratna Bhumi Banten Pemberian (hadiah) kedudukan kepada yang tidak mau tunduk dan tidak mau para Arya itu adalah merupakan imbalan menyerah di bawah kekuasaan Majapahit, dari jasa-jasa mereka pada waktu maka beliau diberi julukan Raja Bedahulu peperangan dahulu. Kekuasaan Pulau Bali yang berarti beda pendapat dengan untuk sementara dipegang oleh para Arya. atasannya, dalam hal ini Raja Majapahit. Dimana para Arya ini ditempatkan dan Raja Bali Astasura Ratna Bhumi Banten ditugaskan mengontrol daerah Bali serta menginginkan Bali lepas dari kekuasaan pasukan Majapahit yang ditinggalkan di Majapahit (Suhardana, 2006 : 6). Raja pulau Bali. Keberadaan para Arya ini Putri Tribuwana Tunggadewi yang merasa belum dapat diterima keberadaanya oleh sangat marah mendengar berita orang- orang Bali Aga. Tahun 1343, I pembangkangan dari Raja Bali tersebut, Gusti Agung Pasek Gelgel ditunjuk lalu memerintahkan Mahapatih Gajah sebagai pemegang tapuk kepemimpinan, Mada untuk menyerang Pulau Bali. selama terjadi kekosongan kepemimpinan Serangan pertama Majapahit mengalami di Pulau Bali. Dalam situasi yang belum kegagalan, dikarenakan kuatnya benteng stabil, dimana orang- orang Bali Aga pertahanan rakyat Bali. Gagalnya serangan masih melakukan perlawanan, maka pertama, membuat kerajaan Majapahit diutuslah rombongan untuk menemui Raja kembali mengatur siasat untuk menyerang Majapahit untuk memohon agar Bali. Tahun 1343 untuk kedua kalinya ditempatkan seorang Raja di Bali Majapahit menyerang Pulau Bali, dimana (Suhardana, 2006 : 7). pada serangan kali ini pasukan Majapahit dipimpin langsung oleh Mahapatih Gajah Patih Ulung bekas menteri pada Mada yang dibantu oleh Arya Damar masa pemerintahan Raja Sri Astasura beserta para Arya lainnya. Dengan Ratna Bhumi Banten, yang tidak sampai serangan besar- besaran dari penjuru Bali hati melihat keadaan pulau Bali yang pora- membuat kerajaan Bedahulu tidak mampu poranda akibat terjadinya peperangan. Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 Setelah dirundingkan maka Patih Ulung Pamancangah dengan putra yang keempat akhirnya bertekad untuk pergi ke adalah raja Cri Kresna Kapakisan. Pada Majapahit untuk menghadap Baginda waktu baginda memerintah masih ada Raja, bersama sanak saudaranya Ki desa-desa Baliaga yang ingin Pamacekan, Ki Kapesekan, dan Ki Padang memberontak terhadap kekuasaan Baginda Subadra.Setelah tiba di Majapahit, Patih misalnya desa Campaga, Songan, Kedisan, Ulung kemudian mengadakan Abang, Pingan, Munti, Benoh, Tarebayan, pembicaraan dengan Raja Majapahit yang Serahi (Serai), Sukawana, Panrajon, didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada. Kintamani, Pludu, kawan, Manikalyu, Raja Majapahit memutuskan menyerahkan (manikliu), di sebelah timur seperti desa kekuasaan atas pulau Bali kepada Patih Culik, Tista, Margatiga, Mantig, Got, Ulung. Sebelum Raja Majapahit berhasil Garbhawana, Lokasana, Juntal, Garinten, mengangkat seorang Adipati untuk Bali Sekulkuning, Puhan, Wulakan, Simbatan, selama itulah Ki Patih Ulung masih Asti, Watuwayang, Kadampal, Paselatan, berkuasa. Beberapa tahun berselang Patih Bantas, Datah,Watudawa, dan katabayan. Ulung kembali menghadap Raja (Berg, 1929 : 10). Majapahit, dan setibanya kembali di Majapahit, mereka diijinkan langsung Penempatan Cri Kresna Kepakisan untuk menghadap Baginda Raja yang saat bukanlah tanpa pertimbangan yang itu sedang melakukan pertemuan dengan matang, selain loyalitasnya terhadap catur tanda mantri di Balairung. Majapahit juga karena Cri Kresna Rombongan tersebut lalu menghadap Kepakisan masih memiliki hubungan Baginda Raja Putri dan Mahapatih Gajah darah dengan Daha (Kediri) yang memiliki Mada, Patih Ulung sekali lagi ikatan darah dengan Bali. Sampai sekarang menyampaikan maksud kedatangannya. dalam pementasan seni arja dan drama Setelah dirundingkan dengan Raja Putri gong di Bali, masih memilih seting lakon diangkatlah Sri Aji Kresna Kepakisan, kerajaan Daha, Kediri. Singkatnya Putra bungsu dari Danghyang Soma Keputusan Gajah Mada mempercayakan Kepakisan. Beliau diberi kedudukan di Cri Kresna Kapakisan untuk memelihara Samprangan. Sebagai Perdana Menteri ketentraman dan perdamaian di pulau Bali atau Patih Agung yang mendampingi Raja kalau ditinjau dari sudut politik memang ditunjuk Arya Kepakisan pada tahun 1352 merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat (Suhardana, 2006 : 7). untuk mengembalikan citra orang Bali Jati diri Cri Kresna Kapakisan, agar berpacu pada Kediri. dalam Pamancangah antara lain disebutkan Berkaitan dengan Cri Kresna bahwa pada jaman Gajah Mada di Jawa Kepakisan, Pamancangah Pupuh I-27 tinggal seorang suci dan sakti yang (Berg, 1929 : 10) menuturkan : bernama Mpu Kapakisan dan berkat “….kunang cri kapakisan, brahmangca kesaktiannya telah menciptakan seorang mulanyang (ng) ani dadi ksatria dene putra dari sebuah batu yang kemudian dikawinkan dengan bidadari. Dari rakryan apatih…” Artinya :“…..Adapun perkawinan ini lahir empat orang anak Cri Kresna Kapakisan asalnya dari (kasta) yaitu tiga laki-laki dan seorang putri. Brahmana dahulu dijadikan (kasta) Ksatria Waktu itu Gajah Mada mengajukan oleh Rakryan Patih (Gajah Mada)…” permintaan kehadapan Mpu Kapakisan Beliau berasal dari keluarga Bagawanta supaya anak-anak itu diserahkan Kediri yang selalu membantu Kerajaan kepadanya, dan permintaan itu dikabulkan. Kediri. Dalam hal ini dipilihlah putra- Putra yang tertua dijadikan raja di putri dari Danghyang Kepakisan untuk Belambangan, yang kedua dijadikan raja mengisi jabatan Adipati tidak hanya di di Pasuruan, yang ketiga (putri) Bali tapi juga di daerah- daerah yang dikawinkan dengan raja Sumbawa dan menjadi taklukan Majapahit, yaitu :Putra yang keempat dijadikan raja di Bali. yang pertama bernama Ida Wayan Mungkin yang dimaksud dalam Kepakisan menjadi Adipati di Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 Blambangan.Putra kedua bernama Ida Kepakisan (Mpu yang menunjukkan Bagus Made Kepakisan menjadi Adipati di Brahmana) berubah menjadi Sri Kresna Pasuruan.Seorang putri bernama Istri Datu Kepakisan (Sri yang menunjukkan Muter menjadi Adipati di Sumbawa.Putra Ksatria). Diberinya nama Kepakisan, pakis keempat bernama Dalem Ketut Kresna yang berarti paku kemudian dipakukan Kepakisan menjadi Adipati di Bali menjadi Raja, Yang dimaksud dengan (Suhardana, 2006 : 45). dipakukan disini adalah ditunjuknya Kresna Kepakisan menjadi Raja. Karena Diangkatnya Kresna Kepakisan hakikatnya keluarga bangsawan adalah menjadi Adipati di Bali dipertimbangkan dari keturunan Wisnu, tidak ada Ksatria karenakan beliau merupakan keturunan yang berasal dari keturunan Brahmana, orang Daha (Kediri) yang masih memiliki maka dari itulah Raja Bali yang baru hubungan dengan Bali. Dimana Raja- raja ditunjuk dinamakan Sri Kresna Kepakisan. Bali memiliki hubungan yang baik dengan Sri yang berarti Raja, Kresna berarti Raja- raja Daha mulai sejak masa Raja Wisnu, Kepakisan dipakukan menjadi Dharma Udayana Warmadewa. Maka dari bangsawan. Perubahan nama ini itu dipilihlah Sri Kresna Kepakisan menegaskan perubahan status beliau dari Menjadi Raja, supaya mendapat simpati Brahmana menjadi Ksatria. Demikian atas dan kepercayaan masyarakat Bali. Terlebih kebijaksanaan Mahapatih Gajah Mada, lagi dengan ditunjuknya Arya Kepakisan itulah sebabnya Sri Kresna Kepakisan menjadi Patih Agung, Arya Kepakisan beserta Arya Kepakisan terutama para sendiri bukan orang asing karena Beliau wesia dari Jawa bersama- sama pergi ke memiliki darah Bali. Arya Kepakisan ini Bali atas perintah Patih Gajah Mada yang adalah keturunan dari Maha Raja Dharma dilambangkan sebagai penjelmaan Wisnu Udayana dan Raja- raja Kediri : Sri yang menjadi menteri dan paham akan Airlangga – Sri Semarawijaya – Sri Kretayuga, saat pertama kali menjadi Kamesawara – Sri Kamesawara II – Sri manusia, yakni menjadi Sri Rama Jayasabha – Sri Sastrajaya” (Suhardana, keturunan Dasarata, pada saat peralihan 2005 : 10) . Arya Kepakisan juga kerabat Kreta dengan Dwapara menjadi Raja di dari Sri Kresna Kepakisan dikarenakan Dwarawati, yakni Sri Kresna putra dari berasal dari daerah yang sama. Basudewa (Arnita, 1998 : 9). Pengangkatan Sri Kresna Silsilah Sri Kresna Kepakisan Kepakisan menjadi Raja, membuat diketahui berasal dari Mpu Dharma, terjadinya perubahan nama Kresna dimana beliau berputra tiga orang yaitu : Kepakisan dan Mpu menjadi Sri yang Mpu Lampita, Mpu Adnyana, dan Mpu menunjukkan kasta Ksatria. Terjadinya Pastika. Dimana Mpu Pastika berputrakan perubahan nama Sri Kresna Kepakisan dua orang yaitu Mpu Kuturan dan Mpu terjadi dikarenakan adanya faktor politik Baradah yang menetap di Daha serta yang membuat nama Kresna Kepakisan menjadi pendeta Kerajaaan Airlangga. dari Mpu turun menjadi Sri yang Mpu Baradah kemudian berputrakan menunjukkan Ksatria. Faktor politik yang seorang yang bernama Mpu Bahula yang dimaksud adalah keinginan dari Raja kemudian kawin dengan Ratnamangali. Majapahit dan Mahapatih Gajah Mada Dari perkawinan tersebut lahirlah untuk menjadikan Kresna Kepakisan beberapa putra yaitu Mpu Panasiwakan, menjadi Raja Bali guna memuluskan Mpu Asmaranatha, Mpu Soma Kepakisan usaha Majapahit untuk berkuasa di Pulau dan Mpu Sidimantra. Lalu Mpu Soma Bali. Adanya sebutan Kepakisan pada Kepakisan berputra- putrikan empat orang nama beliau itu berasal dari kata “pakis” dan yang paling bungsu bernama Mpu yang berarti “paku”. Dengan Kresna Kepakisan yang berubah menjadi pengangkatan itu status ke Sri Kresna Kepakisan (Mirsha, 1986 : Brahmanaannya dirubah menjadi Ksatria, 123). seperti yang terlihat pada perubahan Ditunjuk Sri Kresna Kepakisan namanya dari bernama Mpu Kresna menjadi Raja di Bali selain karena adanya Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 faktor loyalitas juga tidak terlepas dari sebagai Raja.Seperti yang dikisahkan faktor keturunan beliau, dimana selain dalam Tarukan, Sri Kresna kerena beliau adalah keturunan Brahmana Kepakisan pernah tinggal di lingkungan sehingga akan dihormati oleh masyarakat para Patih Majapahit. Dimana tingkah laku Bali, juga karena leluhur beliau masih beliau telah diamati oleh Mahapatih Gajah memiliki hubungan baik dengan Bali Mada. Mahapatih Gajah Mada sangat sehingga beliau akan mendapat sayang pada beliau karena kecerdasanya kepercayaan dari kalangan orang Bali. dan berniat menjadikan beliau menjadi Majapahit menyadari kalau menunjuk Raja di Bali (Pulasari, 2009 : 15). seseorang dari kalangan Kerajaan Setelah diangkat sebagai pemimpin Majapahit menjadi Raja tentu akan di Bali, Beliau bergelar Dalem Ketut mendapat penolakan dari orang- orang Kresna Kapakisan, bertahta dan Bali, karena tidak memiliki hubungan memerintah pulau Bali pada tahun Caka dengan Bali dan melihatnya sebagai benar- 1274 atau 1352 Masehi. Dalem yang benar suatu penjajahan. Dengan menunjuk berarti Raja, adalah sebutan yang sudah orang yang dipercaya oleh masyarakat biasa digunakan di kalangan Kerajaan- Bali tentu itu akan memuluskan usaha kerajaan Jawa. Sebagai seorang Raja Sri Majapahit untuk berkuasa di Bali. Setelah Kresna Kepakisan dianggap sebagai mengangkat Sri Kresna Kepakisan yang penjelmaan Dewa Wisnu, Dalem Ketut juga merupakan seorang keturunan dari Kresna Kepakisan sangat dihormati dan golongan Brahmana menjadi Raja, disegani. Apa bila dikaitkan dengan Majapahit tentu berharap supaya konsep Dewa Raja, seorang Raja dianggap masyarakat Bali hormat dan tunduk penjelmaan Dewa merupakan sebuah dibawah Dalem yang baru ditunjuk, pemusatan kekuasaan dalam diri Raja. dikarenakan dalam Agama Hindu Oleh Maha Patih Gajah Mada beliau kalangan Brahmana memiliki kedudukan dianugrahkan istana lengkap dengan yang dihormati oleh masyarakat Hindu. sarana dan pakaian kebesaran. Dalam Dipilihnya Sri Kresna Kepakisan memimpin Bali baginda didampingi oleh sebagai Adipati di Bali pada tahun 1274 para arya, yaitu Arya Kanuruh, Arya Wang Caka (1352 M) juga karena beliau Bang, Arya Demung, Arya Kapakisan, memiliki suatu Keterampilan, berkarisma, Arya Tumenggung, Arya Kenceng, Arya dermawan, berwibawa, dan berbudi luhur Dalancang, Arya Belog, Arya Manguri, yang dianggap dapat menyelesaikan Arya Pangalasan, dan Arya Kutawaringin. permasalahan yang terjadi di Bali. Yang menjabat Maha Patih dan penasehat Kecerdasan beliau dapat dilihat oleh Raja ialah Arya Kepakisan, keturunan Mahapatih Gajah Mada karena Kresna Kediri cucu dari Sri Jayasaba (Putra, Kepakisan sudah cukup lama tinggal di 1991 : 10-11).Sri Kresna Kepakisan, rumah Patih Gajah Mada dan Patih Gajah Mulai memimpin pemerintahan Bali pada Mada Menyaksikan sendiri kecerdasan tahun 1352 M. Penduduk Bali menyebut beliau, dan bertekatlah Patih Gajah Mada beliau sebagai Dalem Wawu Rawuh atau untuk menobatkan Kresna Kepakisan Dalem Tegal Besung (Mirsha, 1986 : 123).

Merangkul Masyarakat Bali Aga Mada yang mendengar laporan tentang adanya perlawanan orang- orang Bali Aga Dengan aksi perlawanan yang dilakukan lalu mengerahkan bala bantuan pasukan Desa- desa Bali Aga yang belum dapat yang berasal dari Majapahit. Kini diredam dan tidak sampai menjadi perlawanan Orang- orang Bali Aga perlawanan- perlawanan terbuka yang menghadapi pasukan Majapahit, yang mengancam ketentraman negeri yang baru diperintahakan oleh Mahapatih Gajah memiliki pengusa. Aksi- aksi perlawanan Mada untuk meredakan pemberontakan. Desa- desa tersebut semakin meresahkan Pasukan bantuan itu berada di bawah para pejabat kerajaan dan sangat pimpinan Arya Gajah Para dan Adiknya mengkawatirkan Dalem. Mahapatih Gajah Yaitu Arya Getas, yang mendaratkan Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 pasukannya di Tianyar pada tahun 1362. petunjuk agar mengadakan konsultasi dan Desa- desa yang memberontak dapat kerja sama dengan Ki Gusti Agung Pasek diredam, dimana dalam penyerangan ke Gelgel dan sanak saudaranya. Mahapatih desa- desa tersebut Arya Gajah Para dan Gajah Mada menganggap Ki Pasek Gelgel Arya Getas mendapat bantuan dari Si Tan adalah seorang tokoh yang masih Kober, Si Tan Mundur, dan Si Tan Kawur dihormati oleh orang- orang Bali Aga. yang menyerang dari arah barat bersama Apabila Dalem mau melaksanakan strategi pasukannya masing- masing (Agung, 1985 tersebut, Mahapatih Gajah Mada yakin, : 6). bahwa orang- orang Bali Aga akan tunduk Dipihak Dalem, dengan banyaknya dibawah pemerintahan Dalem Sri Kresna kericuhan- kericuhan seperti itu membuat Kepakisan (Soebandi. 2003 : 168-169). Pulau Bali yang berada di bawah Sesudah diberikannya beberapa pemerintahan Dalem Sri Kresna petuah yang penting berkenaan dengan Kepakisan berada dalam keadaan yang pemerintahan. Utusan tersebut lalu tidak aman. Ketidakamanan Pulau Bali itu bertolak dari Majapahit menuju Pulau menyebabkan Dalem menjadi putus asa. Bali. Sesampainya di kota Samprangan Dalem Sri Kresna Kepakisan merasa harus utusan tersebut segera menghadap Dalem meletakkan jabatannya dan kembali ke Sri Kresna Kepakisan untuk Majapahit, Namun sebelum mengambil menyampaikan segala amanat dan keputusan itu, beliau mengirim utusan ke pemberian dari Mahapatih Gajah Mada Majapahit untuk melaporkan situasi yang (Agung, 1985 : 7). terjadi di Bali yang sangat kacau balau. Sri Kresna Kepakisan sangat Utusan Dalem tersebut terdiri atas Patih senang menerima anugrah yang diberikan Ulung, Arya Pemacekan, Arya Kepasekan, Raja Majapahit dan membaca surat yang dan Ki Padang Subadra, yang diutus untuk dikirimkan oleh Mahapatih Gajah Mada. bertemu dengan Baginda Raja Majapahit Sesegera mungkin beliau mengadakan dan Mahapatih Gajah Mada. Melalui pasamuan untuk mendengarkan aspirasi utusan tersebut Dalem Kresna Kepakisan dari orang- orang Bali Aga. Dalam bermaksud menyampaikan niatnya untuk pasamuan itu hadir Patih Ulung bersama I mundur dan turun tahta dari jabatannya Gusti Agung Pasek Gelgel, Pasek Tohjiwa, sebagai pemimpin atau Raja Bali. Raja I Gusti Pasek Padang Subadra, I Gusti Majapahit yang didampingi Mahapatih Bandesa dan sanak saudaranya yang lain. Gajah Mada, menerima utusan tersebut Dalam rapat yang dipimpin langsung oleh dengan baik, namun niat Dalem Sri Dalem Sri Kresna Kepakisan tersebut Kresna Kepakisan untuk mundur di tolak memutuskan untuk mengirim utusan oleh Baginda Raja. Kerajaan Majapahit perdamaian ke Tampurtahyang Batur meminta agar Dalem Sri Kresna menemui Ki Kayuselem yang menjadi Kepakisan tetap menduduki jabatannya. pemimpin masyarakat Bali Aga. Setelah Melihat realita yang terjadi Mahapatih disepakati untuk mengirim utusan Gajah Mada memandang, mungkin ada perdamaian ke pemimpin- pemimpin sesuatu yang kurang tepat, yang dilakukan pemberontakan yang berpusat di Batur. oleh Dalem Samprangan, sehingga rakyat Utusan tersebut segera berangkat menuju tidak mendukungnya. Melalui utusan yang Tampurtahyang, Desa Batur untuk dipimpin oleh Patih Ulung, Raja menemui Ki Kayuselem. Utusan tersebut Majapahit menganugrahkan Dalem membawa pesan perdamaian serta Samprangan seperangkat pakaian permintaan kepada Ki Kayuselem untuk kebesaran, pending emas, keris Ki Ganja menghentikan pemberontakan dari orang- Dungkul dan satu keropak lontar orang Bali Aga. Utusan tersebut terdiri Sasananing Nithi Praja (pedoman atas Ki Pasek Gelgel, Patih Ulung dan kepemimpinan terhadap rakyat). dibantu oleh Ki Pasek Tohjiwa. Mahapatih Gajah Mada juga mengirimkan Menunjukan mereka dilakukan mengingat sepucuk surat yang berisi pesan untuk ketiga tokoh tersebut masih sangat Dalem Sri Kresna Kepakisan, yang berisi disegani oleh orang- orang Bali Aga. Pada Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 saat utusan tersebut tiba di Tampurtahyang perdamaian, Ki Pasek Gelgel dan Patih Batur, masyarakat Bali Aga pada saat itu Ulung mengirimkan utusan ke sedang melangsungkan pasamuan yang Samprangan untuk melaporkan peristiwa dihadiri utusan dari desa Tenganan tersebut kepada Dalem Sri Kresna Pegeringsingan, Seraya, Taro, dan lain- Kepakisan. Sedangkan rombongan yang lainnya. Hadir juga dalam pasamuan itu terdiri dari Ki Pasek Gelgel bersama para pemuka orang- orang Bali Aga seperti aggota utusan yang lain, memutuskan Ki Taruhulu, Ki Kayuselem, Ki Wreksa, untuk tetap tinggal di Tampurtahyang Ki Tarunyan, Ki Badengan, Ki Pasek Batur. Peristiwa ini terjadi pada tahun Sukalwih dan lain- lainnya. Ketika mereka 1352 Masehi (1274 Caka). Dan pada tahun sedang asik berdialog, datanglah Ki Gusti 1355 M tokoh- tokoh masyarakat Bali Aga Agung Pasek Gelgel beserta utusan. ikut bersama rombongan utusan kembali Kedatangan utusan dari Dalem ke Samprangan, tokoh- tokoh yang ikut Samprangan tersebut diterima dengan baik diantaranya Ki Kayuselem, dan Ki Pasek oleh Ki Kayuselem. Para pemuka Bali. Sesampainya di istana Samprangan Masyarakat Bali Aga tersebut mereka diterima dengan senang hati oleh mendengarkan apa yang disampaikan oleh Dalem Samprangan Sri Kresna Kepakisan. Ki Gusti Agung Pasek Gelgel bersama I Rombongan tersebut menyatakan di Gusti Pangeran Tohjiwa. Para peserta hadapan Dalem bahwa mereka telah pasamuan diberi tahukan maksud dari menghentikan perlawanannya kepada Dalem Kresna Kepakisan, dimana pemerintahan Dalem Samprangan. Para diutarakan Dalem sudah menyadari pimpinan masyarakat Bali Aga tersebut kekeliruan yang pernah dilakukan didalam juga mengajukan permohonan kepada menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Dalem untuk untuk mengubah sikapnya Bali. Utusan itu juga memberikan mengenai keberadaan orang- orang Bali penjelasan- penjelasan yang panjang lebar. Aga. Permohonan tersebut diterima Mendengar penjelasan dari utusan dengan senang hati dan Dalem Sri Kresna tersebut, maka mengertilah tokoh- tokoh Kepakisan menyatakan akan mengubah Bali terhadap maksud dari Dalem sikapnya dan tindakannya yang diakui Samplangan tersebut. Tokoh- tokoh keliru (Soebandi. 2003 : 170-171). Masyarakat Bali Aga tersebut kemudian Sesuai dengan janjinya pada menyampaikan rasa tidak senang mereka masyarakat Bali Aga, Dalem Sri Kresna terhadap pemimpin Bali tersebut. mereka Kepakisan bermaksud memperbaiki menentang Adipati Bali tersebut bukan kahyangan- kahyangan yang ada di Bali. karena tidak senang kepada Dalem Sri Dalem lalu memerintahkan untuk Kresna Kepakisan, akan tetapi mereka memanggil para pemimpin Pasek, salah tersinggung terhadap sikap Dalem dalam satunya Ki Pasek Gelgel untuk menghadap memperlakukan orang- orang Bali Aga. Ki ke Samprangan. Dalem memerintahkan Kayuselem meminta agar Dalem golongan golongan Pasek untuk memugar Samprangan mau mempedulikan semua Sad Kahyangan, terutama di keberadaan kahyangan- kahyangan suci di Besakih. Pasek Lurah Gelgel diwajibkan Bali seperti kahyangan Tiga, Sad untuk mengatur segala pengeluaran biaya Kahyangan terutama Pura Besakih, dalam pemugaran kahyangan tempat Silayukti, Lempuyang, Gelgel, dan pemujaan, dan Dalem memberikan sawah kahyangan lainnya (Soebandi. 2003 : 169 - bukti berbibit 750 kg kepada Pasek Lurah 170). Gelgel. Dalem juga Memerintahkan Pasek Tokoh- tokoh Masyarakat Bali Aga Padang Subadra untuk menjadi pemangku kemudian menyepakati sebuah Sad Kahyangan dengan menyelenggarakan perdamaian dengan utusan Dalem pujawali di semua Kahyangan- kahyangan. Samprangan tersebut. Orang- orang Bali Pasek Tatar diperintahkan untuk menata Aga kemudian bersedia untuk desa- desa yang mempunyai baleagung. menghentikan perlawannya terhadap Pasek Kubakal diberi tugas untuk Dalem Samprangan. Adanya kesepakatan merancang pembagian tanah di Besakih Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695 serta merencanakan pembagian batas- batasnya. Pasek Salahin dan Pasek DAFTAR PUSTAKA Kubayan ditugaskan untuk mengatur Bale Agung. Oleh Delem Pasek Tohjiwa Agung, Cokorda Gede. 1985. Sejarah diperintahkan untuk memangku jabatan Dinasti Kresna Wangbang Kepakisan sebagai tabeng dada (bayangkari) bersama Berkuasa di Bali Dwipa dan Pertama Pasek Kadangkan dan Pasek Ngukuhin Beristana di Samprangan Kemudian yang menjadi pemimpin laskar Dulang Beralih ke Gelgel, Gianyar : Puri Manggap dan Pasek Gaduh sebagai Tegalalang, , Dikutip Dari Gedung pengatur siasat perang (Putra, 1997 : 15) Kirtya Singaraja.

SIMPULAN DAN SARAN Arnita, I Gusti Ayu Rai, 1998. Babad Untuk mengatasi kekakacauan yang terjadi Kepakisan. Denpasar : Kantor akibat adanya kekosongan kepemimpinan Dokumentasi Budaya Bali Daerah di Bali pasca kalahnya kerajaan Bedahulu Tinggkat I Propinsi Bali terhadap Majapahit, maka dipilihlah Seorang tokoh yang dianggap memiliki Ginarsa, I Ketut. 1986. Ekspedisi Gajah hubungan yang baik dengan Bali. Mada ke Bali : Berdasarkan Prasasti Dipilihannya Sri Kresna kepakisan sebagai dan Rajapurana, Denpasar, Kayumas. Raja Bali juga mempertimbangkan faktor Ilahi, Muhamad Takdir. 2009. Gelegar bahwa beliau merupakan keturunan Daha Sumpah Gajah Mada, , (Kediri) yang memiliki hubungan baik Garailmu. dengan Raja- raja Bali dari mulai sejak masa Raja Dharma Udayana Warmadewa Mirsha, I Gusti Ngurah Rai. 1986. Sejarah dengan harapan agar mendapat simpati Bali, Denpasar, Proyek Penyusunan dan kepercayaan masyarakat Bali. Terlebih Sejarah Bali Pemda TK. I Bali. lagi dengan ditunjuknya Arya Kepakisan menjadi Patih Agung,yang masih memiliki Slamet Mulyana, 1979. Negara darah Bali. Arya Kepakisan ini adalah Kertagama Dan Tafsir Sejarahnya. keturunan dari Maha Raja Dharma Jakarta : Bharata Karya Udayana dan Raja- raja Kediri, Sri Aksara. Airlangga. ______, 1983. Pemugaran Menghadapi perlawanan dari Persada Sejarah Leluhur Majapahit. masyarakat Bali Aga yang belum bias Jakarta : PT. menerima pemerintahan Sri Kresna Idayu Press. Kepakisan, maka konflik ini diselesaikan Pulasari, Mangku. 2009. Babad Tarukan. melalui meja diplomasi. Tuntutan Surabaya : Paramita. masyarakat Bali Aga agar raja mengubah pandangan dan perlakuannya terhadap Putra, Ida Bagus Rai. 1997. Babad Dalem. masyarakat Bali serta bersedia menjaga Denpasar : Upada Sastra. kahyangan yang menjadi pusat keyakinan Suhardana, K. M. 2005. Babad Nyuhaya. masyarakat Bali aga, maka Balipun Surabaya : Paramita. bersedia menerima pemerintahan dalem Sri Kresna Kepakisan. Suhardana, K. M. 2006. Sejarah dan Babad Keloping. Surabaya : Paramita. Vol. 07. NO. 1 Pebruari 2019

ISSN 2301-4695