Bedulu Village
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BEDULU VILLAGE Mitos dan Legenda BAB I PENDAHULUAN Bali sebagai daerah tujuan wisata utama memiliki banyak obyek wisata. Budaya, alam dan atraksi wisata yang disuguhkan dengan cipta, rasa karsa . Melihat secara phisik kita akan segera tahu; mendengar cerita dibalik obyek kita mengerti. Mendapatkan service dan hospitality kita senang dan berkesan. Ibarat orang nonton Wayang kulit, sekali sekali indah juga nonton yang ada dibalik layar . Pada umumnya obyek wisata di Bali baik berupa act maupun artefact terkait dengan sejarah masa lalu. Sebelum masuknya agama hindu ke Bali, keadaan Bali masih kosong dalam artian Spiritualitas. Orang Bali Mula ( Bali Asli) masih menganut sistem kepercayaan animisme, menyembah roh .Banyak diketemukan Tugu batu, Punden berundag, arca batu, dan altar altar pemujaan nenek moyang. Berdasarkan temuan arkeologis , disebut masa Kapak Genggam, Pithecontropus Erektus Temuan perbakala sejenis juga didapati di Pacitan Jawa Timur oleh Koeningswald. Peninggalan purbakala sejaman juga didapati di Cina ( Sinantropus Pekinensis . Para ahli memperkirakan masa Bali kosong ini terjadi satu juta tahun sebelum masehi pada saat pulau jawa, Bali dan Sumatera masih menyatu dengan nama Dataran Sunda. Fase kedua manusia Bali hidup dalam goa goa. Dibuktikan dengan temuan peralatan dari kulit dan kerang sisa makanan indikasi bahwa Bali mengalami masa mesolitikum papua melanesia. Orang Bali diduga berasal dari Tonkin ( Cina, India belakang dan sekitar lautan teduh ( Sukmono). Fase ketiga, jaman Bali sudah mengenal budaya bercocok tanam akibat interaksi dengan budaya jawa. Bahasa yang dipergunakan adalah Melayu Polinesia atau Austronesia . Dengan alat transfortasi perahu bercadik nenek moyang orang Bali berdatangan dan menetap sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Masa ini disebut masa “perundagian”, alat dan benda benda perunggu sudah dikenal. Terbukti dari diketemukannya Nakara Perunggu terbesar di Indonesia yang sekarang disimpan di Pura Penataran Sasih di desa Pejeng ( Made Taro, Bulan Pejeng Bali : 2004), yang berbatasan dengan desa Bedulu. Banyak Sarkofagus disimpan di Museum Gedung Arca Bedulu sebagai pertanda bahwa orang Bali sudah mengenal pemakaman jenazah orang yang di utamakan, dihormati. Bagi orang kebanyakan cukup dikubur tanpa memakai peti batu ( sarkofagus). Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh Hindu sudah masuk ke Bali. Banyak tempat pertapaan, vihara, pesantian kuno diketemukan. Seperti Yeh Pulu, Gunung Kawi, dll. Rsi Markandya Orang suci yang melakukan pencerahan agama Hindu ke Bali adalah Rsi Markendya. Beliau berangkat dari dataran tinggi Dieng menuju ketimur, berhenti beberapa saat di Gunung Raung, lalu kemudian meneruskan misi suci ke Bali dengan menuju daerah disekitar Gunung Agung Karangasem, sekarang dikenal dengan Pura Besakih ( Besuki yang berarti selamat). Kedatangan Rsi Markandya dengan 800 orang pengikut nya kurang berhasil karena banyak yang meninggal terserang penyakit. Perjalanan kedua dengan 400 orang pengikut baru berhasil selamat ( besuki) setelah melakukan upacara Panca datu di Besakih. Dipilihnya para brahmana dalam menyebarkan suatu keyakinan, di karenakan kewibawaan beliau. Kewibawaan itu juga merupakan sarana ampuh memelihara ketaatan kawula membayat pajak ( upeti) kepada raja. Setelah agak tenang rombongan Rsi Markandya menuju kearah Barat, didesa Purwakan. Rombongan Rsi Markandya berhasil mengajarkan penduduk Bali asli sistem bercocok tanam, sehingga Desa Sarwada ( semua serba ada) penduduknya sejahtera.. Sekarang lebih dikenal dengan desa Taro, atau kayu yang maksudnya kayun artinya kehendak. yakni semua kesuksesan berkat kayun ( kehendak manusia menyatu dengankehendak Tuhan ). Disini kearifan Illahi bersemayam juga dalam diri manusia. Sejak keberhasilan perjalanan suci Rsi Markandya maka dari generasi ke generasi terjalin hubungan erat antara Jawa dan Bali. Baik hubungan formal kerajaan, kebudayaan, keagamaan maupun hubungan perkawinan. Termasuk konflik yang ada di Jawa ikut terbawa. Misalnya, konflik antara dinasti Sanjaya dengan Warmadewa terrefleksi juga di Bali. Konflik agama Hindu dan Budha Mahayana tercermin juga di Bali. Salah satu kerajaan Bali kuno yaitu Singamandawa, sebagai kelanjutan dinasti Sanjaya, ada benang merahnya dengan Kerajaan Kalingga ( Holing) di Jawa Barat, bahkan ada keterkaitan dengan Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah. Persaingan antara Dinasti Warmadewa dengan Dinasti Senjaya baru reda, setelah Kerajaan Singamandawa dapat ditaklukan oleh Kerajaan Singadwala yang berpusat di Besakih ( Wangsa Warmadewa). Walaupun dinasti sanjaya ditaklukan, para petingi nya masih diakomodasi dalam struktur kekuasaan. Ki Pasung Grigis diangkat jadi Perdana Menteri di Tengkulak; Ki Kebo Iwa diangkat menjadi Maha Patih di Blahbatuh, dan sembilan tangan kanan Ugrasena lainnya. Tirtha Empul yang diceritakan dapat menangkal racun Mayadenawa, erat kaitannya dengan eksistensi raja Candrabaya Singa warmadewa yang memerintah tahun 956- 974 masehi . Sebab beliaulah yang menggantikan Sri Kesari Warmadewa (913 masehi). Pada jaman beliaulah Tirtha Empul dibangun. Juga cerita tentang Maha Patih Kebo Iwa akan terkait erat dengan sejarah kelanjutan kekuasaan dinasti Warmadewa di Bali mulai dari Sri Kesari Warmadewa, Chandrabaya Singawarmadewa, Wijaya Mahadewi, Udayana Warmadewa, yang beristrikan anak Mpu Sendok dari Jawa Timur . Kedatangan para Rsi/Mpu Hindu ke Bali dalam rombongan sangat besar adalah pada waktu pemerintahan Udayana bersama istrinya Mahendradatta guna priya dharmapatni. Mpu Peradah membawa pesan sponsor Air langga agar anaknya Jayasabha diterima jadi raja di Bali. Permintaan tersebut ditolak Mpu Kuturan bahwa yang akan jadi raja adalah Anak Wungsu, yang tak lain adalah adik Airlangga sendiri. Harga yang harus dibayar adalah kerajaan Kahuripan terpaksa dipecah jadi Kerajaan Kediri (jayabaya) dan Kerajaan Jenggala ( Jayasabha). Konflik di Bali menjadi carut marut ditambah oleh unsur ketiga, yakni unsur Bali Aga ( Bali asli); serta banyaknya sekte atau aliran keagamaan di Bali waktu itu. Disinilah peran besar Mpu Kuturan memprakarsai kerukunan kehidupan keagamaan ( rekonsiliasi damai) yang dilaksanakan di Desa Bedulu dengan membuat sebuah Pura peringatan yang bernama Pura Samuan Tiga. BAB II OBYEK WISATA DISEKITAR BEDULU A. KERAJAAN BALI KUNO Dalam Kitab Nagarakrtagama karangan Prapanca tahun 1365 Masehi Desa atau kerajaan Badahulu sudah disebutkan sebagai bagian dari negara Majapahit.( Suksmono, 1973: 118). Bahkan dalam penyusunan naskah persiapan kemerdekaan RI khusus tentang luas wilayah negara RI pun Muhamad Yamin menyinggungnya lagi. dengan mengutif Syair 14 Negarakertagama sbb: " Sawetan ikanang tanah jawa muwah ya-warnnanen ri Balli tang Badahulu mwang Lwa gajah....." Banyak sekali penemuan benda benda purbakala di sekitar desa ini. Patung Raksasa menginjak kerbau ( Kebo Edan) tak jauh dari lokasi Goa Gajah mengindikasikan bahwa dulu pernah dianut Agama Siwa Budha. Relief kuno Yeh Pulu,menandakan bahwa Desa ini merupakan desa kuno. Pura Samuan Tiga, merupakan simbul pengakhiran konflik antar sekte atau aliran agama yang ada di Bali. Candi padas Tegalinggah, Pura Santian ( pesantren atau wihara), Pura Pusering jagat ( tempat ditemukannya Nakara terbesar ) dll. Kantor pusat Suaka peninggalan purbakala yang membawahi wilayah tiga propinsi ( Bali, NTB dan NTT) di pilih didesa ini.Banyak ahli arkeologi bangsa Belanda dan Indonesia pernah menetap disini. Seperti Tuan Krisman, Dr. Suksmono, Sudiman, Suyono, Sukarto. Pelukis Dulah lama tinggal di desa Bedulu. Maestro Seni lukis kelas dunia seperti Gusti Nyoman Lempad berasal dari desa Bedulu. Han Snell pelukis berdarah Belanda yang kemudian membuka studio di Ubud beristrikan orang Bedulu.Wayan Limbak perintis Tari Kecak berasal dari desa ini. Juga Ni Ciglek, penari legong keraton Lasem lahir, besar dan meninggal di desa ini. Bahkan Sekehe Gong Ganda Manik pentas keliling Eropa berasal dari desa ini.Bila anda membaca peta pulau Bali di pesawat terbang atau di folder promosi pariwisata, nama Goa Gajah atau Desa Bedulu pasti tertera. Dulu di toko toko buku banyak dijual post card bergambar Goa Gajah, tapi sekarang hilang dari peredaran. Karena kurang di promosikan maka orang lebih banyak mengenal Pantai Kuta, Pasar Seni Sukawati. Desa Sejarah Bagi wisatawan yang sedang berada di Bali kami sarankan mengunjungi desa Bedulu, banyak keunikan yang tidak dapat anda jumpai di tempat lain. Seperti pembuatan gerabah di banjar lebah; pemahat, pelukis, pengrajin anyaman lontar, sampai kursus tari bali di banjar banjar. Fasilitas yang dibutuhkanpun tersedia. Banyak akomodasi dari Home Stay sampai hotel ada disana. Restaurant mulai dari Warung Muslim sampai restaurant bertaraf internasional tersedia. Wartel dan warnet banyak. Puskesmas, Dokter praktek, bidan ada. Pom bensinpun tersedia.Kalau mau yang lebih “wah” pusat wisata Ubud dapat ditempuh dalam waktu setengah jam lewat darat ( motor, Mobil) dari desa Bedulu. Transfortasi darat banyak tersedia. Mulai dari penyewaan sepeda, sepeda motor, persewaan mobil ( rent car) sampai angkutan umum . Sekarang terserah anda kapan mau ke desa Bedulu. Mau nginap di sana atau ditempat lain. Mau naik mobil sendiri atau sewaan.Kalau orang asing sudah menetap disana, masak kita pemilik negeri indah ini belum menyempatkan diri kesana. B. SAMUAN TIGA PURA REKONSILIASI BERBAGAI ALIRAN Di desa Bedulu terdapat Pura kuno yang sarat dengan nilai sejarah; namanya Pura Samuan Tiga. Pura ini terdiri dari Pura Induk dan pesanakannya seperti Pura Bukit, Pura Melanting, Pura Telangu, Pura Dalem Puri, Pura Marga