Tafsir Kekuasaan Menurut Gajah Mada the Commentary of Power According to Gajah Mada
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan Tafsir Kekuasaan Menurut Gajah Mada The Commentary of Power According to Gajah Mada Yusak Farchan dan Firdaus Syam Universitas Nasional Jakarta [email protected] [email protected] Abstrak Dalam perspektif membaca pemikiran politik Gajah Mada tentang kekuasaan ini, akan digunakan perangkat analisis wacana Pecheux dengan metode deskriptif kualitatif. Di sini, wacana merupakan terjemahan dari kata discourse; sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Foucault. Dalam hal ini, kekuasaan dalam pandangan Gajah Mada adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kata Kunci: Gajah Mada, Kekuasaan, analisis wacana Abstract The Perspective of political thought reading by Gajah Mada towards its power will use discourse analysis device of Pecheux with qualitative methods. Herein, discourse; a concept presented by Foucault. In this matter, the power in Gajah Mada’s thought is the ability to control someone’s behavior both direct and indirect. Keywords: Gajah Mada, Power, Discourse Analysis JURNAL POLITIK 1589 VOL. 11 No. 01. 2015 Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK Pendahuluan (Althusser, 1984). Umumnya, kajian populer terhadap Gajah Dalam konteks wacana Pecheux dan Mada, selalu terkait dengan gagasan pokoknya, ideologi model Althusser, maka pemikiran politik yakni penyatuan Nusantara. Jika kita mau Gajah Mada dapat dipandang sebagai sebuah merunut sejenak ke belakang, sejatinya, gagasan gagasan yang terdiri dari gagasan yang dihasilkan penyatuan wilayah-wilayah Nusantara telah dari proses berpikir; dan gagasan sebagai hasil muncul pada masa kerajaan Singashari --- Prabu dari berpikir itu sendiri yang kemudian disebut Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singashari ide atau ideologi yang tampak di permukaan. mulai mengupayakan terwujudnya gagasan Sementara, posisi seseorang dapat menentukan penyatuan Nusantara (Krisna Bayu Adji dan model dan tipologi ideologinya. kawan-kawan, 2013). Namun sebelum upayanya Jika kepentingan adalah masalah orienta- terwujud, Singashari mengalami kemelut politis si wacana, selanjutnya basis sosial adalah mate- yang disebabkan oleh pemberontakan Adipati Ja- rialisasi dari wacana dan ideologi seseorang atau yakatwang, yang terkena hasutan Adipati Wiraraja komunitas. Dengan demikian, maka gagasan dari Kadipaten Sumenep-Madura, sehingga meng- dapat saja muncul dari basis sosial tertentu. Sebu- akibatkan gugurnya Prabu Kertanegara. ah wacana tidak mungkin muncul secara tiba- Dalam perspektif membaca pemikiran tiba. Untuk itu, basis sosial yang harus dilacak politik Gajah Mada tentang kekuasaan, akan di- setidaknya ada dua, yaitu basis sosial kehidupan gunakan perangkat analisis wacana Pecheux. Di pemikir dan komunitas pemikir. sini, wacana merupakan terjemahan dari kata discourse, sebuah konsep yang diperkenalkan Asal Usul Gajah Mada oleh Foucault bersama beberapa konsep lain Menurut Kitab Usana Jawa atau sering yang digagasnya seperti arkeologi, genealogi, dan disebut Cerita Bali, Gajah Mada dilahirkan di Pu- seterusnya. Menurut Foucault (Pecheux, 1982), lau Bali Agung, dan pada suatu ketika berpindah discourse dimaknai sebagai sistem statement yang ke Majapahit. Di sini Gajah Mada tidak memiliki di dalamnya terdapat sebuah kata-kata atau teks ayah dan ibu, melainkan terlahir dari dalam buah dapat diketahui. Biasanya sistem ini menjadi sesu- kelapa, sebagai penjelmaan Sang Hyang Narayana atu yang masuk wilayah “unspoken” yang harus (Dewa Wisnu) ke dunia. Dengan kata lain, Gajah dibongkar dalam sebuah teks atau kata-kata. Mada terlahir atas kehendak Dewa-Dewa (Yamin, Analisis wacana yang akan digunakan di 1977). sini adalah tradisi Perancis, yang biasanya dihu- Sementara, menurut Babad Gajah Mada, ia bungkan dengan Michel Pecheux dan Althusser. adalah anak dari Patni Nari Ratih yang diperkosa Bagi Pecheux (1982), gagasan dan ideologi oleh Dewa Brahma saat ditinggal suaminya (Mpu bertemu dalam sebuah materialisasi ideologi, Sura Dharma Yogi) membuat huma di sebelah sehingga dapat dikatakan sebagai pertarungan selatan lembah Tulis. Kelahirannya diiringi oleh ideologi antar kelompok itu sendiri. Padahal, berbagai peristiwa alam, selanjutnya bayi Gajah dalam posisi pertarungan dan gagasan, maka Mada diasuh oleh Kepala Desa Mada, dan setelah posisi kelas sangat menentukan lahirnya sebuah dewasa diajak ke Majapahit untuk mengabdikan gagasan. Dengan begitu, maka fundamen- diri kepada raja. fundamen dasar menjadi perlu dilacak sebagai Menurut Babad Arung Bondan, ia adalah pembentuk teks, yang menurut penulis terdapat anak seorang Patih Majapahit, Lugender yang dalam beberapa hal, di antaranya sebuah wacana dikenal sebagai Logender dalam cerita rakyat ditentukan oleh posisi kelas yang menentukan Damarwulan-Menakjingga. Waktu itu, Logender sebuah ideologi seperti yang ada dalam gagasan menjadi Patih Ratu Majapahit yang bernama Pecheux. Selanjutnya, posisi kelas seseorang Ratu Kenya atau Kencanawungu. J.L.A. Brandes sangat menentukan ideologinya. Kalau sepakat, menyatakan; uraian dalam kisah Damarwulan- ideologi seperti dalam pandangan Althusser Menakjingga sebenarnya terjadi dalam masa dapat diterjemahkan sebagai hal positif yang pemerintahan Ratu Suhita di Majapahit. Menak- merepresentasikan sebuah gagasan dan wacana jingga yang dimaksudkan dalam cerita itu setara JURNAL POLITIK 1590 VOL. 11 No. 01. 2015 POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan dengan Bhre Wirabhumi, penguasa kedaton timur tidak mudah menyerah, setia kepada tuannya dan yang berperang melawan Majapahit. Jika tafsiran berperilaku seperti hewan gajah dalam menghalau itu diikuti, maka Gajah Mada baru ada se-telah semua penghalang. Majapahit melewati masa kejayaannya. Dengan begitu, didapat suatu prakiraan, Sementara, menurut Serat Pararaton --- bahwa Gajah Mada adalah anak Gajah Pagon, kitab berbahasa Jawa tengahan yang memuat salah seorang pahlawan Majapahit yang terluka di riwayat sejarah raja-raja Jawa Kuno, khususnya Pandakan. Tampaknya, penulis Pararaton punya sejak masa Singashari hingga Majapahit dan didu- maksud tertentu dengan mencantumkan kisah ga dibuat sekitar abad ke-16. Akan tetapi, jika di- tentang nasib Gajah Pagon, yakni untuk mengenang bandingkan dengan Nagarakrtagama, informasi jasa-jasa ayahanda Mahapatih Gajah Mada. Oleh kesejarahannya kurang akurat (Lihat penjelasan karena itu, dapat dikatakan, sebenarnya Gajah Supratikno Rahardjo dalam “Peradaban Jawa Mada berasal dari inner circle (lingkaran dalam) Dari Mataram Kuno Sampai Majapahit Akhir”, penguasa Majapahit, yakni anak dari Gajah Pagon Jakarta, 2011) --- di sini, Gajah Mada adalah anak --- pengiring setia Raden Wijaya. Gajah Pagon, salah seorang petinggi Kerajaan Majapahit dan pengikut setia Raden Wijaya, raja Karir Politik Gajah Mada pertama Kerajaan Majapahit yang memerintah Setidaknya ada tiga fase penting yang pada 1293-1309 M. Dalam pengungsian Raden terkait dengan karir politik Gajah Mada selama Wijaya ke Desa Pandakan, Madura, karena pepe- pengabdiannya di Kerajaan Majapahit, yakni rangan dengan tentara Kadiri. Saat itu, Gajah Bekel Bhayangkara, Patih, dan Mahapatih Pagon yang terluka dititipkan kepada Macan Amangkubhumi. Kuping, Kepala Desa Pandakan. Lalu, Gajah Pa- gon menikah dengan anak Macan Kuping yang 1. Bekel Pasukan Bhayangkara kemudian melahirkan Gajah Mada. Dari beberapa literatur, karir politik Gajah Seterusnya, menurut Kakawin Nagara- Mada diawali dengan menjadi Bekel atau prajurit kartagama. Di sini, tak sekalipun tertulis kapan di kesatuan khusus Bhayangkara. Perannya banyak Gajah Mada dilahirkan. Mpu Prapanca hanya disebut saat terjadi pemberontakan Ra Kuti 1319 menyebut waktu Gajah Mada mulai mengemban M pada masa pemerintahan Raja Jayanegara. tugasnya, yakni pada 1331 M ketika terlibat dalam Serat Pararaton menuliskan, saat Ra Kuti mela- menundukkan Sadeng. kukan pemberontakan, yang menjadi Bekel jaga Menurut penulis, dari beberapa sumber di Kerajaan Majapahit adalah Gajah Mada. Ia di atas, maka uraian dalam Pararaton lebih dapat bertugas pada saat yang tepat dengan menunjukkan diterima karena mengandung unsur-unsur yang loyalitas dan keberaniannya melindungi saat Raja setidaknya bisa dikaji secara lebih akademis. Jayanegara terancam jiwanya (Hadi, 2003). Cerita berbalut mitos terkait kelahiran Gajah Saat itu, Gajah Mada tidak terpengaruh Mada dalam Pararaton cukup sedikit dibanding dengan gejolak politik internal Majapahit karena dengan sumber-sumber lainnya. pemberontakan Ra Kuti, ternyata didukung oleh Pada masa awal Majapahit, orang yang elite-elite kerajaan dari kubu Gayatri dan Tri- cukup berperan dan menyandangkan kata “gajah” bhuwana Tunggadewi. Tentunya, Gajah Mada pada namanya hanyalah Gajah Pagon, sahabat sudah mendengar adanya perpecahan antara Raden Wijaya. Jika Gajah Pagon hidup dalam ma- kubu Gayatri dan Tribhuwana Tunggadewi (kubu sa Kartarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Jawa) dengan kubu Indreswari (kubu Melayu), Padahal, Gajah Mada mulai dikenal sejak masa perselisihan karena terkait dengan faktor garis pemerintahan Jayanegara, berarti ada dua generasi keturunan sebagai basis legitimasi raja yang di- raja yang berbeda. Namun, menilik sifatnya anggap paling sah. sebagaimana yang diuraikan dalam Pararaton dan Dalam menyikapi pemberontakan Ra sumber lainnya. Sesungguhnya, kedua orang yang Kuti yang didukung oleh kubu Gayatri, Gajah menyandang nama “gajah” itu adalah sama, yak- Mada bersikap netral. Baginya, kesetiaan kepada ni memiliki karakter pemberani, tahan mental, raja adalah syarat mutlak