Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018 KAJIAN YURIDIS PENETAPAN BATAS Kata kunci: Kajian Yuridis, Penetapan Batas WILAYAH AMBALAT ANTARA INDONESIA Wilayah Ambalat, Indonesia dengan Malaysia, DENGAN MALAYSIA MENURUT HUKUM Hukum Internasional INTERNASIONAL1 Oleh: Roky Stefanus Baureh2 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ABSTRAK Tahun 60-an, slogan Ganyang Malaysia Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk adalah slogan yang sangat populer bagi mengetahui bagaimana pengaturan batas bangsa Indonesia ketika itu.Dan slogan ini wilayah laut menurut UNCLOS dan bagaimana muncul kembali di seantero Indonesia, ketika penetapan batas wilayah Ambalat antara Malaysia Mendeklarasikan kleim sepihak Indonesia dan Malaysia berdasarkan hukum terhadap blok Ambalat, berdasarkan peta internasional. Dengan menggunakan metode yang dibuatnya sendiri pada tahun 1979. penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. Pengakuan tersebut kontan ditolak Ambalat adalah blok dasar laut (landas Indonesia.Alasannya, Malaysia bukan negara kontinen) yang berlokasi di sebelah timur kepulauan dan hanya berhak atas 12 mil dari Pulau Borneo (Kalimantan). Sebagian besar garis batas pantai Pulau Sipadan dan atau seluruh Blok Ambalat berada pada jarak Ligitan.Patut diketahui, konsep Wawasan lebih dari 12 M dari garis pangkal sehingga Nusantara atau status Indonesia sebagai termasuk dalam rejim hak berdaulat bukan negara kepulauan telah diakui dalam kedaulatan. Pada kawasan ini telah terjadi Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa- proses eksplorasi dan eksploitasi sejak tahun Bangsa pada tahun 1982 (UNCLOS 1982).3 1960an namun belum ada batas maritim Hubungan Indonesia dan Malaysia kembali definitif antara Malaysia dan Indonesia. Dapat mengalami kerenggangan pada bulan dilihat bahwa Wilayah ambalat merupakan Februari 2005, setelah kedatangan Royal milik Indonesia berdasrkan Hukum Laut Dutch Shell, sebuah perusahaan minyak dari Internasional (UNCLOS), sementara Malaysia negara Inggris-Belanda, di Malaysia, yang baru menetapkan hukum laut dan mengklaim kemudian menamakan Blok Ambalat dengan kepemilikan Ambalat tahun 1979. Dengan inisial ND6 atau Blok Y dan Blok Ambalat East demikian mereka secara hukum tidak sebagai ND7 atau Blok Z.2. Melalui mempunyai hak cukup kuat sebagai bukti perusahaan minyak nasionalnya Petronas, kepemilikan Ambalat. Penentuan garis batas Malaysia memberikan konsesi eksplorasi antara kedua negara idealnya mengacu pada sumber daya minyak terhadap Shell pada UNCLOS dengan memperhatikan keberadaan tanggal 16 Februari 2005. Padahal di sisi lain, konsesi sumberdaya alam (minyak, gas) yang Indonesia yang memiliki hak atas blok sudah ada di kawasan tersebut sejak tahun Ambalat ini, telah memberikan hak atau 1960an. 2. Malaysia sebenarnya paham konsesi eksplorasi terhadap ENI, perusahaan secara hukum internasional bahwa Perairan Italia atas blok Ambalat, pada tahun 1999. Ambalat adalah milik Indonesia. Namun Sedangkan untuk daerah Ambalat Timur, setelah menangnya Malaysia atas kepemilikan Indonesia telah memberikan hak serupa Sipadan-Ligitan sehingga Malaysia lebih kepada perusahaan minyak Amerika Serikat arogan untuk meluaskan kembali wilayah yakni UNOCAL pada tahun 2004.Dalam rangka kedaulatan negaranya. Sebagai negara pantai proses perkembangan hukum biasa yang di atur dalam (UNCLOS) dinyatakan internasionalbaik hukum Internasional bahwa Malaysia hanya diperbolehkan regional maupun hukum internasional khusus menarik garis pangkal biasa atau garis pangkal (special) merupakan hal yang wajar kearah lurus. terwujudnya suatu hukum Internasional, yang bersifat universal dan berlaku bagi seluruh anggota masyarakat Internasional, apapun 1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Harold Anis, SH, M.Si, MH; Dr. Devy K. G. Sondakh, SH, MH 2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 3 https://www.liputan6.com/news/read/97004/hari-ini- 14071101646 presiden-yudhoyono-ke-ambalat 87 Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018 sistem politik ekonomi, kebangsaan dan penelitian yang menekankan pada ilmu kebudayaannya.4 hukum dan latar belakang sejarah. Pembentukan perjanjian internasional pada hakekatnya, dilakukan melalui PEMBAHASAN perundingan antar individu yang mewakili A. Pengaturan Batas Wilayah Laut negara, organisasi internasional, atau subyek Menurut(UNCLOS 1982) hukum internasionallainnya.5Saling Dahulu pertikaian lebih sering membutuhkan antara bangsa-bangsa di mengakibatkan perang, tetapi sekarang berbagai lapangankehidupan, yang tindakan seprti itu tidak sering ditempuh, dan mengakibatkan timbulnya hubungan yang biasanya pertikaian hanya mengakibatkan tetap dan terus-menerus antara bangsa- pemutusan hubungan atau hububungan bangsa, mengakibatkan pula timbulnya diplomatik. Tetapi itupun sudah buruk, karena kepentingan untuk memelihara dan mengatur pertikaian antara negara-negara dapat hubungan tersebut. mengakibatkan penderitaan-penderitaan bagi Kebutuhan bangsa-bangsa untuk hidup negara-negara lain. Maka dari itu, munculah berdampingan secara teratur ini, merupakan dasar hukum pengaturan wilayah Negara suatu keharusan kenyataan social yang tidak (khusnya) wilayah laut, pertikaian-pertikaian dapat dielakan. Hubungan yang teratur antara negara harus diselesaikan secepat demikian itu tidak semata-mata merupakan mungkin dengan cara yang wajar dan adil bagi akibat dari fakta, adanya sejumlah negara dan pihak-pihak yang bersangkutan. Karena itu kemajuan dalam berbagai perhubungan, pula, pertikaian-pertikaian itu termasuk karena kebutuhan antara bangsa-bangsa dalam bidang hukum internasional. timbal balik sifatnya, makakepentingan UNCLOS 1982 membagi laut dalam tiga memelihara dan mengatur hubungan yang bagian, yaitu: Pertama, laut yang merupakan bermanfaat demikian, merupakan suatu bagian dari wilayah kedaulatannya (yaitu laut kepentingan bersama. Masyararakat teritorial, laut pedalaman); Kedua, laut yang internasional merupakan suatu kompleks bukan merupakan wilayah kedaulatannya kehidupan bersama yang terdiri dari aneka namun negara tersebut memiliki hak-hak dan ragam masyarakat. Faktor pengikat yang yurisdiksi terhadap aktifitas tertentu (yaitu nonmaterial ialah, adanya asas kesamaan zona tambahan, zona ekonomi hukum antara bangsa-bangsa di dunia ini, eksklusif; Ketiga, laut yang bukan merupakan betapapun berlainan wujudnya hukum positif wilayah kedaulatannya dan bukan merupakan yang berlaku di tiap-tiap negara, asas hukum hak/yurisdiksi, namun negara tersebut inidikenal dengan hukum alami. memiliki kepentingan, yaitu laut bebas.6 Konvensi Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) B. RUMUSAN MASALAH adalah merupakan puncak karya dari PBB 1. Bagaimana pengaturan batas wilayah tentang hukum laut yang disetujui di Montego laut menurut UNCLOS? Bay, Jamaika tanggal 10 desember 2. Bagaimana penetapan batas wilayah 1982.7Selanjutnya dipertegas kembali dengan Ambalat antara Indonesia dan Malaysia Undang-undang no. 17 tahun 1985 tentang berdasarkan hukum internasional? pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah Negara Kepulauan. Dengan adanya C. METODE PENELITIAN Undang-undang no.17 tahun 1985, Indonesia Metode penulisan yang digunakan dalam dapat mencantumkan aturan UNCLOS ke menganalisa danmengembangkan dalam hukum nasional, yang merupakan permasalahan dalam skripsi adalah metode penelitian yuridis normatif dan historis, yaitu metode yang dapat digunakan dalam suatu 6Retno Windari. 2009. Hukum Laut, Zona-Zona Maritime Sesuai UNCLOS 1982 dan Konvensi-Konvensi Bidang Maritim. Jakarta: Badan Koordinasi Keamanan laut. 19 4Mochtar Kusumaatmadja. 1976. Pengantar Hukum 7 Chairul anwar. 1989. Hukum internasional,Horizon Baru Internasional. Bandung-Jakarta: Binacipta. 6 Hukum Laut 5Ibid. 35 Internasional. Jakarta: Djambatan. 6-7 88 Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018 payung hukum dalam menangani sengketa 1982 (UNCLOS 1982) melahirkan delapan wilayah laut. zona pengaturan hukum laut yaitu: Berikut Undang-Undang dan Peraturan 1. Perairan pedalaman (internal waters) yang telah mengacu pada Konvensi Hukum 2. Perairan kepulauan (archipelagic Laut Internasional: waters), Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang 3. Laut territorial (teritorial waters) Pengesahan atas UNCLOS 1982 4. Zona tambahan (contiguous waters), Pada tanggal 31 Desember 1985 5. Zona Ekonomi Eklusif (Exclusive pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Econimic Zone) No. 17 tahun 1985 tentang 6. Landas kontinen (continental shelf), Pengesahan United Nations Convention on the 7. Laut lepas (high seas), dan Law of the Sea(Konvensi PBB tentang Hukum 8. Kawasan dasar laut internasional Laut) untuk meratifikasi Konvensi PBB tentang (international seabed area).11 Hukum Laut pada tahun 1982. Menurut UNCLOS, Indonesia berhak untuk menetapkan B. Penetapan Batas Wilayah Ambalat Antara batas-batas terluar dari berbagai zona Indonesia dan Malaysia Menurut Hukum maritim dengan batas-batas maksimum Internasional ditetapkan sebagai berikut: Perseteruan Inonesia dan Malaysia a. Laut Teritorial sebagai bagian dari memuncak pada 2002 ketika Mahkamah wilayah negara : 12 mil-laut; Internasional memenangkan Malaysia atas b. Zona Tambahan dimana negara sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan memiliki yurisdiksi khusus : 24 mil-laut; Ligitan yang berada di perairan Ambalat. c. Zona Ekonomi Eksklusif : 200 mil-laut, Konflik Ambalat bermula sejak tahun dan 1969.Indonesia dan Malaysia d. Landas Kontinen : antara 200 – 350 mil- menandatangani Perjanjian Tapal Batas laut atau sampai dengan 100 mil-laut Landas Kontinen pada tanggal 27 Oktober dari isobath (kedalaman) 2.500 meter.8 1969.Indonesia meratifikasi perjanjian Sebagai Negara kepulauan Indonesia tersebut