PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/ PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Yohanes Guruh Utoro Aji NIM : 151314015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2020

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Yudi Hartaya dan Ibu Fransisca Rida Kristari

yang tak henti memberi motivasi, teguran, dorongan spiritual melalui novena,

serta dukungan material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma.

2. Kakek dan nenek penulis, Eyang Harto Suharjo dan Eyang Suparni yang telah

memberikan dorongan dan semangat sehingga penulis menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma.

3. Kakak penulis, Agustinus Guntur Seto Aji, Brigita Laurentia Karina

Sukmaningtyas dan Lucia Erline yang selalu memberikan motivasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Motto

“Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera”

-1 Korintus 14:33-

“Maafkanlah musuh-musuh anda akan tetapi jangan pernah anda melupakan nama

mereka”

-John F Kennedy-

“Ilmu itu bukan yang dihafal tetapi yang memberi manfaat”

-Imam Syafi’i-

“Beribadah bukanlah karena takut akan dosa tetapi beribadah berdasar hati nurani

yang tulus”

-Syekh Siti Jenar-

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Maret 2020

Penulis

Yohanes Guruh Utoro Aji

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Yohanes Guruh Utoro Aji

Nomor Mahasiswa : 151314015

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA

PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpannya, mengalihkannya dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 16 Maret 2020 Yang menyatakan

Yohanes Guruh Utoro Aji

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

Oleh : Yohanes Guruh Utoro Aji Universitas Sanata Dharma 2020

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga permasalahan pokok, yaitu: 1) Faktor penggerak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta, 2) Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta, dan 3) Dampak keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta bagi situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri . Penelitian disusun menggunakan metode sejarah, dengan tahapan: 1) Pemilihan topik, 2) Heuristik (pengumpulan sumber sejarah), 3) Verifikasi (kritik sumber), 4) Interpretasi, dan 5) Penulisan sejarah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan multidimensional yaitu historis, politik, ekonomi, dan budaya dengan model penulisan deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan, 1) Faktor Penggerak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta adalah instabilitas politik Indonesia. Instabilitas politik dan keamanan pada masa demokrasi liberal menumbuhkan rasa ketidakpuasan para perwira di daerah Sumatera dan . Amerika Serikat melihat peluang dan hambatan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingannya. 2) Amerika Serikat mengambil peran mendukung gerakan PRRI/Permesta. Tujuan utama dari dukungan tersebut adalah membendung pengaruh komunis di Indonesia. Amerika Serikat memberikan bantuan senjata dan pasukan militer untuk mendukung gerakan PRRI/Permesta. 3) Keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta mempunyai dampak bagi situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia. Bagi situasi dalam negeri dampak yang terlihat adalah terbuktinya pemberian bantuan senjata. Persenjataan para pemberontak menjadi lebih kuat sehingga mendorong pemerintah Indonesia melakukan operasi militer. Bagi hubungan luar negeri, keterlibatan Amerika mendorong arah politik Indonesia semakin condong ke arah komunis.

Kata Kunci : Amerika Serikat, PRRI/Permesta, Demokrasi Liberal

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT THE ROLE OF UNITED STATES IN PRRI/PERMESTA MOVEMENT IN LIBERAL DEMOCRACY PERIOD By : Yohanes Guruh Utoro Aji Sanata Dharma University 2020

This study aims to describe and analyze three main issues, namely: 1) Factors of the role of United States in PRRI/Permesta movement, 2) The role of United States in PRRI/Permesta movement, dan 3) Impact of the role of United States in PRRI/Permesta for domestic situations and Indonesian foreign relations. This research is structured using historical method, which include: 1) Selections of topics, 2) Heuristic (collection of historical sources), 3) Verification (source criticism), 4) Interpretation, and 5) Historiography (historical writing). The approach usaed is a multidimensional approach that is historical, politic, economy, and culture with analytical descriptive writing model. The results of this study indicate, 1) Factors of the role of United States in PRRI/Permesta movement is a instability Indonesaian politic. Instability politic and security situations in liberal defmocracy period promote a sense of the officers in Sumatera and Sulawesi. United States see a opportunities and obstacles for can be used to their interests. 2) The United States take the role of PRRI/Permesta support the movement. The main purpose of this support is stem the influence of communist in Indonesian. United states providing assistance weapons and military forces to support the PRRI/Permesta movement. 3) The role of United States in PRRI/Permesta has for domestic situations and Indonesian foreign relations. The immediate situation in the country is seen assistance weapons. Weaponry insurgents have become stronger so as to encourage the government of indonesia conduct any military operations. For foreign relations, the role of United States push the direction of political indonesia has been increasingly incline towards the right communist.

Keyword : United States, PRRI/Permesta, Liberal Democracy Period

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran

Amerika Serikat Dalam Gerakan PRRI/Permesta Pada Masa Demokrasi Liberal”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana pendidikan di JPIPS, Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Sanata

Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan peran serta pihak-pihak yang telah memberi bantuan langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Iganatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Drs. Yohanes Rasul Subakti, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memberikan

kesempatan dan terus mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Anton Haryono, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah sabar

membimbing, membantu, memberikan banyak arahan, saran, masukan,

motivasi, hingga teguran selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.

5. Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sabar membimbing, membantu, memberikan banyak arahan, saran, masukan,

motivasi, selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.

6. Hendra Kurniawan, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing dan memberikan arahan selama proses studi.

7. Seluruh dosen dan sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah

memberi dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma.

8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut membantu

dalam penyelesaiaan skripsi ini. Terima kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Yogyakarta, 16 Maret 2020

Penulis

Yohanes Guruh Utoro Aji

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI Halaman Judul ...... i Halaman Persetujuan Pembimbing ...... ii Halaman Pengesahan ...... iii Halaman Persembahan ...... iv Halaman Motto...... v Lembar Pernyataan Keaslian Karya ...... vi Pernyataan Persetujuan Publikasi ...... vii Abstrak ...... viii Abstract ...... ix Kata Pengantar ...... x Daftar Isi ...... xii Daftar Lampiran ...... xiv BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 5 C. Tujuan Penulisan ...... 6 D. Manfaat Penulisan ...... 6 E. Tinjauan Pustaka ...... 10 F. Landasan Teori ...... 12 G. Metodologi Penelitian Dan Pendekatan ...... 22 H. Sistematika Penulisan ...... 24

BAB II FAKTOR PENGGERAK PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA ...... 25 A. Gagalnya Sistem Politik di Indonesia ...... 25 1. Situasi Perpolitikan Indonesia Sebelum PRRI/Permesta ...... 25 2. Kabinet dan Kebijakan Masa Demokrasi Liberal ...... 29 B. Eksisitensi Partai Komunis Indonesia ...... 35 1. Kemunculan Kembali PKI...... 35 2. PKI Muncul Sebagai Pemenang ...... 39

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Kekacauan Dalam Tubuh Angkatan Darat ...... 43 1. Permasalahan Pusat dan Daerah ...... 43 2. Masalah Pergantian Pimpinan Angkatan Darat ...... 46

BAB III PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA ...... 50 A. Terbentuknya PRRI/Permesta ...... 50 1. Berawal Dari Dewan Banteng ...... 50 2. Menuju PRRI/Permesta ...... 55 B. Tujuan Amerika Serikat Terlibat PRRI/Permesta ...... 58 1. Membendung Komunisme ...... 58 2. Melindungi Ladang Minyak Amerika di Sumatera ...... 60 C. Menuju Kesepakatan Dengan Amerika Serikat ...... 63 1. Pertemuan di Filipina...... 63 2. Pertemuan di Singapura ...... 66 D. Bantuan Amerika Serikat Bagi PRRI/Permesta ...... 69 1. Bantuan Senjata Amerika Bagi PRRI ...... 69 2. Keterlibatan Langsung Amerika Serikat pada Pemesta ...... 72

BAB IV DAMPAK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA BAGI SITUASI DALAM NEGERI DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI INDONESIA ... 75 A. Situasi Dalam Negeri Indonesia ...... 75 1. Operasi Militer Dari ...... 75 2. Terbuktinya Keterlibatan Amerika Serikat ...... 79 B. Hubungan Luar Negeri Indonesia ...... 82 1. Ketegangan Hubungan Amerika Dengan Indonesia ...... 82 2. Arah Politik Indonesia ...... 85

BAB V KESIMPULAN ...... 89 DAFTAR PUSTAKA ...... 93

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PRRI/Permesta merupakan gerakan yang lahir seiring dengan kekacauan keadaan yang terjadi pada masa demokrasi liberal. Gerakan ini pada awalnya lahir terpisah karena lokasi PRRI dan Permesta berbeda daerah. PRRI lahir di Sumatera sedangkan Permesta di Sulawesi. Namun akhirnya dua gerakan ini bersatu, saling mendukung dan dikenal dengan sebutan gerakan PRRI/Permesta.

Indonesia saat ini tengah mengalami masalah ancaman disintegrasi bangsa, masalah yang benar-benar diperangi oleh pemerintah. Ancaman disintegrasi tampak dengan munculnya berita bohong atau hoax. Masalah disintegrasi telah muncul sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, baik ancaman dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Pada awal kemerdekaan, Indonesia mendapatkan tekanan antara lain dari negara yang pernah menjajah. Pada 29 Sepetember 1945 tentara Sekutu yang diboncengi oleh NICA datang ke Indonesia. Seperti diketahui, hasil akhir dari

Perang Dunia II adalah kemenangan pihak Sekutu. Civil Affairs Agreement, sebuah perjanjian di London, menghasilkan kesepakatan antara Belanda dan

Inggris. Berdasarkan persetujuan itu, Indonesia menjadi tanggung jawab Sekutu dan sebagian wilayahnya menjadi tanggung jawab Belanda. Kedatangan tentara

Sekutu dan NICA membawa Indonesia masuk ke dalam masa Revolusi Fisik

(1945-1950) dan beberapa perundingan diplomasi. Namun, Indonesia telah memerdekakan diri sehingga tidak ada alasan lagi untuk dikuasai oleh pihak

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

asing.

Masa Revolusi Fisik membawa dampak bagi kehidupan masyarakat di luar pulau Jawa yang sebagian besar kehidupannya bergantung dari perkebunan.

Masalah-masalah ekonomi dan sosial harus dihadapi bangsa Indonesia karena perkebunan-perkebunan dan instalasi industri rusak seiring dengan terjadinya

Revolusi Fisik. Pertumbuhan jumlah penduduk juga menjadi permasalahan bagi bangsa Indonesia pada kurun waktu tersebut.1

Berbagai perundingan yang dilakukan sempat menghasilkan keputusan bahwa Indonesia harus berbentuk Serikat atau yang lebih dikenal dengan

Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun demikian pada RIS berakhir 17 Agustus

1950. Sejak saat itu sampai 1959 Indonesia menggunakan UUDS 1950 dan pemerintahan di Indonesia menganut sistem parlementer. Pemerintahan dipimpin oleh perdana menteri dan presiden berkedudukan sebagai kepala negara. Sistem ini ternyata membuat kabinet cenderung tidak bertahan lama, pergantian kabinet begitu cepat, bahkan ada yang berusia beberapa bulan saja.

Pergantian kabinet yang amat sering terjadi tentu saja membuat situasi politik di Indonesia menjadi tidak stabil. Berbagai kebijakan terpaksa harus berhenti di tengah jalan karena kabinetnya bubar dan digantikan oleh kabinet baru yang tentu saja memiliki kebijakan baru atau berbeda.

Gejolak politik terus berlangsung dalam kurun waktu 1950-1959. Setelah pemilu 1955 kondisi Indonesia semakin tidak stabil. Berbagai kebijakan pemerintah pusat berkenaan dengan otonomi daerah dan kebijakan ekonomi

1 M. C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, Serambi Ilmu Pustaka, 2010, hlm. 494.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

memicu munculanya ketidakpuasan dari berbagai daerah di luar Jawa. Rakyat di luar Jawa merasa pemerintah pusat hanya mementingkan kelompok mereka sendiri. Seringkali kebijakan juga hanya berorientasi pada kemajuan pulau Jawa.

Pada saat itu, kebijakan pemulihan ekspor Indonesia misalnya berlangsung lambat. Minyak, penghasil devisa terbesar setelah karet, harapan yang paling besar untuk jangka panjang. Pada tahun 1957, produksi minyak meningkat dua kali lipat, akan tetapi minyak ini hanya dikonsumsi di dalam negeri. Dengan lambannya pemulihan ekonomi dan meluasnya pengeluaran pemerintah, maka tidaklah mengherankan apabila inflasi dari masa revolusi terus berlanjut. Biaya hidup masyarakat pun terus meningkat.2

Perang Dunia ke-II, seperti telah banyak dipelajari, melahirkan dua kekuatan besar dunia yaitu liberalis oleh Amerika Serikat dan komunis oleh Uni

Soviet. Rakyat di daerah mulai bertanya-tanya dengan status Soekarno sebagai presiden seorang diri tanpa wakil ketika Moh. Hatta mengundurkan diri. Pada saat itu muncul juga ketakutan perihal Soekarno yang terlalu dekat dengan pihak kiri

(komunis).

Berbagai ketakutan dan ketidakpuasan terhadap jalannya pemerintahan di

Jakarta menyebabkan lahirnya gerakan PRRI/Permesta di Sulawesi dan Sumatera.

Permesta ini bermula dari dideklrasikannya pada 2 Maret 1957 dan PRRI pada 15

Februari 1958 di . Dua gerakan ini awalnya adalah akibat dari kekacauan politik Indonesia pada saat itu.

Permasalahan tentang PRRI/Permesta bukan hanya merupakan

2 Ibid, hlm. 498.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

permasalahan internal integrasi nasional. Berdasarkan kondisi dunia pasca Perang

Dunia II, ada ketakutan besar dari bangsa Amerika Serikat mengenai potensi

Indonesia jatuh ke tangan komunis. Oleh karena itu, Amerika Serikat memanfaatkan kekacauan politik yang sedang terjadi di Indonesia saat itu dan terlibat dalam masalah gerakan PRRI/Permesta. Amerika Serikat dengan operasi

CIA-nya ikut berperan dalam berbagai permasalahan yang terjadi di negara- negara kawasan Asia, termasuk di Indonesia.3

Berdasarkan latar belakang di atas, karya tulis ini akan membahas “Peran

Amerika Serikat dalam Gerakan PRRI/Permesta Pada Masa Demokrasi Liberal”.

Ada tiga permasalahan yang akan dibahas seperti terumuskan di bawah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, skripsi tentang peran

Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta pada masa Demokrasi Liberal ini akan membahas persoalan-persoalan sebagai berikut :

1. Apa saja faktor penggerak peran Amerika Serikat dalam gerakan

PRRI/Permesta?

2. Bagaimana peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta?

3. Apa saja dampak keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta

bagi situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia?

Pada permasalahan pertama antara lain akan membicarakan tentang berbagai faktor penggerak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta.

3 Saafroedin Bahar, PRRI-Permesta: sebuah kasus keterkaitan antara masalah integrasi Nasional dan perang dingin, Jurnal Studi Amerika IV, (Januari Juli): Abstract.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Dalan hal ini yang dimaksudkan sebagai faktor penggerak peran Amerika Serikat adalah kondisi dalam negeri Indonesia. Uraian tentang kondisi dalam negeri

Indonesia adalah tentang gagalnya atau kacaunya sistem politik Indonesia.

Kondisi yang dimaksud juga adalah kondisi Indonesia pada masa Demokrasi

Liberal. Serta berbagai kondisi politik dan keamanan pada masa tersebut.

Pada permasalah kedua, akan diteliti mengenai terbentuknya atau kelahiran gerakan PRRI/Permesta. Setelah membahas tentang terbentuknya gerakan PRRI/Permesta, maka akan diteliti hubungan Amerika Serikat dengan gerakan tersebut. Uraian tentang hubungan Amerika Serikat dengan gerakan

PRRI/Permesta juga akan dilihat tentang usaha-usaha pendekatan dari tokoh- tokoh dari kedua pihak. Pada permasalahan ini juga akan diteliti mengenai bantuan-bantuan apa saja yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada gerakan

PRRI/Permesta.

Pada permasalah ketiga, akan dibahas mengenai berbagai dampak dari peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta. Dalam hal ini akan dilihat tentang bagaimana cara pemerintah Indonesia saat itu untuk menyelesaikan permasalahan PRRI/Permesta. Penyelesaian permasalahan tersebut tentu saja juga akan berkaitan dengan adanya hubungan peran Amerika Serikat. Selanjutnya, juga akan dibahas mengenai hubungan anatara Indonesia dengan Amerika Serikat pasca penyelesaian permasalahan PRRI/Permesta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

C. Tujuan

Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi penggerak bagi peran Amerika

Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta

2. Mendeskripsikan peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta

3. Mendeskripsikan dampak keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan

PRRI/Permesta bagi situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Ilmu

Pengetahuan, khususnya tentang sejarah perkembangan politik di Indonesia, berkenaan dengan peran Amerika Serikat dalam Gerakan PRRI/Permesta pada masa Demokrasi Liberal.

2. Manfaat bagi Prodi Pendidikan Sejarah

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai referensi bagi mahasiswa

Program Studi Pendidikan Sejarah. Dalam konteks sejarah perkembangan politik di Indonesia, kajian tentang Peran Amerika Serikat dalam Gerakan

PRRI/Permesta pada masa Demokrasi Liberal akan menambah wawasan bagi mahasiswa.

3. Manfaat bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan penulis tentang peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta. Selaku calon pendidik, penulis berkepentingan untuk meningkatkan kompetensi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

tulisan ini sekaligus sebagai salah satu syarat akademis pencapaian gelar sarjana.

E. Kajian Pustaka

Dalam usaha menyelesaikan penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa sumber seperti tercantum di bawah ini :

Pertama, buku Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume

XVII.4 Dalam buku ini memuat percakapan antara departemen Amerika Serikat dengan para pejabat di luar negeri. Dalam kasus PRRI/Permesta dalam buku ini menyajikan catatan percakapan berupa memo dan resume dari rapat-rapat yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Dengan buku ini maka dapat dilihat bahwa

Amerika Serikat telah berkonsentrasi untuk mendukung suatu gerakan yang akan memecah belah kesatuan Indonesia.

Kedua, buku PRRI Permesta yang ditulis oleh R.Z Leirissa.5 Dalam buku ini dijelaskan mengenai latar belakang dan cita-cita PRRI/Permesta menurut sudut pandang para pelaku. Buku ini juga menjelaskan bahwa para pemimpin

PRRI/Permesta pernah bertemu dengan agen CIA guna membuat kesepakatan.

Menurut Leirissa gerakan PRRI/Permesta merupakan gerakan yang bercita-cita untuk menyelamatkan kondisi Indonesia dari ancaman komunisme.

Dikemukakan, Partai Komunis Indonesia yang mulai terlibat dalam pemerintahan merupakan salah satu pendorong bagi lahirnya gerakan tersebut.

Ketiga, buku PRRI yang ditulis oleh Syamdani.6 Buku ini mendeskripsikan berbagai alasan tentang lahirnya dan perjuangan pergerakan

4 Buku ini diterbitkan oleh Departement of State Publication, Office of The Historian, Washington DC pada tahun 1994 5 Buku ini ditulis oleh R.Z Leirissa, diterbitkan oleh, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta pada tahun 1991 6 Buku ini ditulis oleh Syamdani, diterbitkan oleh Media Pressindo, Yogyakarta pada tahun 2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

PRRI dengan menggunakan pendekatan kedaerahan. Syamdani selaku pengarang mencoba mengkaji kondisi masyarakat Minangkabau saat itu. Menurutnya masyarakat Minangkabau menilai bahwa gerakan PRRI bukan merupakan gerakan pemberontakan. Kondisi sosial yang terjadi di Sumatera Barat saat itu memicu lahirnya kesadaran untuk membuat suatu gerakan revolusioner bagi kehidupan Indonesia.

Keempat, buku Permesta Pemberontakan Setengah Hati yang ditulis oleh Barbara Sillars Harvey.7 Dalam buku ini Barbara mencoba melihat bagaimana hubungan antara pemerintahan pusat dengan kondisi yang ada di daerah terutama di Sulawesi. Barbara mengkaji tentang kebijakan pemerintah pusat yang berdampak serius bagi kehidupan masyarakat di daerah. Barbara melihat pengaruh Soekarno, PKI dan tentara pusat dalam mendorong lahirnya suatu gerakan Perjuangan Rakyat Semesta di Sulawesi.

Kelima, buku Subversi Sebagai Politik Luar Negeri.8 Dalam buku ini

Kahin mengungkap keterlibatan Amerika Serikat (CIA) di Indonesia, terutama dalam permasalahan PRRI. Menurut Kahin permasalahan PRRI bersangkutpaut dengan permasalahan Pasca Perang Dunia II yaitu Perang Dingin. Amerika

Serikat yang anti komunis merasa takut Indonesia jatuh ke pengaruh paham komunis. Ketakutan tersebut antara lain dipicu oleh menguatnya eksistensi dan pengaruh PKI dalam percaturan politik di Indonesia.

7 Buku ini ditulis oleh Barbara S Harvey, diterbitkan oleh Grafiti Pers, Jakarta pada tahun 1984 8 Buku ini ditulis Audrey Kahin dan diterjemahkan oleh R.Z Leiriza, diterbitkan oleh Grafiti Pers, Jakarta pada tahun 1997

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

F. Kajian Teori

1. Gerakan Separatis

Separatisme artinya memisahkan diri, kelompok yang memisahkan dirinya dari wilayah, dari satu sama yang lain (atau suatu negara lain).9 Gerakan separatis mempunyai tujuan utama untuk memerdekakan diri. Gerakan separatisme merupakan gerakan untuk memisahkan diri dari suatu kelompok induknya. Gerakan separatisme juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mengganti suatu pemerintahan yang sah dan kemudian membentuk suatu pemerintahan yang baru sesuai dengan keinginan atau cita-cita dari para pemberontak. Kemungkinan lain gerakan separatisme bertujuan untuk menuntut suatu hak otonomi yang lebih luas.10

Apapun alasannya gerakan separatisme merupakan tindakan yang melanggar hukum nasional. Hukum nasional yang dimaksud adalah hukum yang berlaku di negara tempat pemberontakan tersebut terjadi. Gerakan separatisme merupakan ancaman serius bagi negara, daripadanya akan menimbulkan disintegrasi bangsa.11

Indonesia sering mengalami ancaman disintegrasi. Disintegrasi itu antara lain, dimulai dengan permasalahan pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948.

Peristiwa di Madiun didahului dengan adanya kekacauan yang terjadi di daerah

Solo pada permulaan September 1948. Pimpinan PKI pada tahun 1920-an yaitu

Muso telah kembali ke Indonesia dari Soviet. Kedatangan kembali Muso

9 John M. Echols. Kamus Bahasa Inggris. Jakarta. 2005. 10 Wayan Pratiana, Pengantar Ilmu Hukum Internasional, , Mandar Maju, 1990, hlm. 370. 11 Sefriani, Separatisme dalam Prespektif Hukum Internasional, Jurnal UNISIA No. 47. 2003, hlm. 41.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

memberikan dampak besar bagi kekuatan para buruh dan petani di daerah Solo.

PKI mulai menghimpun kekuatan untuk melakukan serangkaian demonstrasi- demonstrasi. Demonstrasi dilakukan oleh kaum buruh dan petani dengan maksud menuntut hak yang adil, seperti yang pernah terjadi di pabrik karung goni di daerah Klaten, Jawa Tengah.12 Berbagai kekacauan dan pengambilan keputusan secara sepihak dilakukan oleh PKI kala itu.

Pada permulaan September 1948 di Solo terjadi penculikan dan pembunuhan. Kejadian ini diawali dengan terbunuhnya Komandan TNI Divisi IV yaitu Kolonel Sutarto. Setelah peristiwa tersebut korban penculikan dan pembunuhan bertambah dari anggota perwira TNI. Korbannya adalah lima orang anggota perwira TNI yaitu Mayor Esmara Sugeng, Kapten Sutarto, Kapten

Supardi, Kapten Suradi dan Letnan Mulyono.

Pemerintahan Hatta saat itu merespon dengan mengamankan dua orang anggota PKI dari Solo yaitu Slamet Wijaya dan Pardiyo. Pemerintah kala itu menyatakan bahwa PKI telah menimbulkan kekacauan politik. PKI kemudian bergeser dan membentuk kekuatan di daerah Madiun yang dinamai Front

Demokrasi Rakyat.13 Front ini ternyata tidak hanya dari kalangan PKI saja tetapi juga ada dari berbagai golongan lainnya.

Situasi Madiun pada pertengahan bulan September yang semakin memanas diperparah oleh pengangkatan Supardi wakil walikota Madiun sebagai residen sementara. Keputusan ini diambil secara sepihak oleh PKI. Hatta menilai, keputusan tersebut merupakan langkah untuk merobohkan Indonesia. Oleh karena

12 M. C Ricklefs., op.cit., hlm. 480. 13 D.N Aidit. Konfrontasi Peristiwa Madiun 1948 Peristiwa Sumatera 1956, Jakarta, Yayasan Pembaruan, 1964, hlm. 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

itu pada September 1948 terjadi konflik antara PKI dengan tubuh Angkatan Darat.

Di dalam tubuh Angkatan Darat sendiri juga ada kelompok yang pro pemerintahan yang sah dan dengan kubu yang pro PKI.

Dalam permasalahan PKI Madiun, dapat dilihat bahwa gerakan atau peristiwa ini muncul karena beberapa sebab. Sebab pertama adalah kembalinya tokoh PKI tua yaitu Muso ke Indonesia. Muso ternyata telah membawa pengaruh besar bagi eskalasi semangat PKI pada saat itu. Sebab kedua adalah adanya intrik dalam tubuh TNI Angkatan Darat. Sebab ketiga adalah konflik antara PKI dengan golongan Nahdatul Ulama di Madiun.

Masalah Gerakan separatis selanjutnya adalah Republik Selatan.

Republik Maluku Selatan adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25

April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur.

Indonesia pada saat itu berupa Republik Indonesia Serikat (RIS). Oleh Pemerintah

Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, RMS ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan, Belanda.

Pada 25 April 1950 RMS hampir atau nyaris diproklamasikan oleh orang-orang bekas prajurit KNIL dan pro-Belanda yang diantaranya adalah Chr.

Soumokil bekas jaksa agung Negara Indonesia Timur yang kemudian ditunjuk sebagai Presiden, Ir. J.A. Manusama dan J.H. Manuhutu. Pemerintah Pusat yang berusaha menyelesaikan secara damai dengan mengirim tim yang diketuai Dr.

Leimena sebagai misi perdamaian ke Ambon. Misi yang terdiri dari para politikus, pendeta, dokter dan wartawan itu gagal dan pemerintah pusat memutuskan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

menumpas RMS lewat kekuatan senjata.14

Dalam permasalahan RMS, kekuatan asing yang pernah di Indonesia masih menginginkan eksistensi kekuatannya. Belanda memanfaatkan daerah jajahan dengan tentara-tentara bekas KNIL untuk membentuk suatu pemerintahan baru. Jadi dapat dilihat suatu gerakan separatis yang mengancam integrasi negara

Indonesia tidak hanya lahir atau muncul dari dalam negeri saja.

2. PRRI/Permesta

Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) merupakan suatu gagasan yang muncul sebagai respon terhadap kebijakan pemerintah pusat di Jakarta.15

Pemerintah pusat dianggap hanya mementingkan kepentingan orang-orang di

Jawa saja hingga lupa dengan daerah-daerah di luar pulau Jawa. Akhirnya, pada 2

Maret 1957, diumumkan Piagam Perjuangan Permesta. Letkol Saleh Lahade membacakan isi dari piagam tersebut, melalui Radio . Pada waktu yang bersamaan, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia bagian Timur Letnan

Kolonel Samual mengangkat diri sebagai penguasa perang daerah itu. Piagam itu menuntut agar keempat provinsi yang termasuk dalam TT VII, yaitu Sulawesi

Selatan-Tenggara, Sulawesi Utara-Tengah, Maluku, dan Kepulauan Sunda Kecil diberi otonomi keuangan yang seluas-luasnya untuk kemakmuran di daerah.

Dalam salah satu poin, Sumual menyatakan bahwa masyarakat Indonesia bagian timur waktu itu masih berada dalam taraf penyesuaian diri dengan suatu sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik dengan kebijakan yang bersifat

14 Anna Yulia Hartati. Separatisme Dalam Konteks Global (Studi Tentang Eksistensi Republik Maluku Selatan (RMS) Sebagai Gerakan Separatis Indonesia), Universitas Wahid Hasyim , 2012. 15 R.Z. Leirissa, PRRI Permesta, Yogyakarta, Grafiti, 1991, hlm. 86.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

integralistis, dengan segala arogansi kekuasaanya yang mengandungi unsur ideologis ketat. Teristimewa dalam bidang anggaran belanja, dibahas penempatan personalia dalam bidang pemerintahan sipil dan militer serta penanganan gangguan keamanan. Kesemuanya cenderung mengabaikan dan tidak memperhatikan aspirasi daerah. Oleh sebab itu, Permesta merupakan sebuah gerakan pembangunan daerah, yang dilahirkan melalui suatu pemikiran kritis mengenai hakikat pembangunan bangsa Indonesia secara menyeluruh.16

PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) dideklarasikan pada 15 Februari 1958 di Padang. diangkat sebagai perdana menteri. PRRI bermula dengan adanya dewan-dewan yaitu Dewan

Banteng, Dewan Garuda dan Dewan Gajah. Dewan yang terbentuk di Sumatera ini merupakan para kolonel TNI yang juga merasa tidak puas dengan petinggi mereka di pusat. Deklarasi berdirinya gerakan PRRI di Sumatera telah didengar oleh Permesta di Sulawesi. Permesta kemudian mendukung adanya gerakan PRRI di wilayah Sumatera.

3. Demokrasi Liberal

Demokrasi menurut Harold Crouch memiliki dua unsur penting. Unsur yang pertama adalah demokrasi merupakan suatu sistem di mana rakyat memerintah dirinya sendiri. Dalam hal ini rakyat juga memiliki peran penting dalam keikutsertaan di pemerintahan. Unsur yang kedua adalah terdapat civil liberties atau hak-hak individu.17

Demokrasi Liberal dimulai sejak kembalinya bentuk pemerintahan

16 Faishal Hilmy Maulida, “Hitam Putih PRRI-Permesta: Konvergensi Dua Kepentingan Berbeda 1956-1961”, Jurnal Universitas Indonesia 17 Harold Crouch, Demokrasi dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta, Haninda, hlm. 54.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

menjadi negara kesatuan sejak bubarnya RIS (Republik Indonesia Serikat), hingga

Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada masa ini Indonesia berupa negara dengan sistem parlementer, artinya kabinet dipimpin oleh perdana menteri yang dipilih oleh parlemen. Masa ini ditandai dengan seringnya pergantian kabinet. Komposisi parlemen pada masa ini terpecah ke dalam berbagai partai-partai politik, dengan tidak ada partai yang mendominasi. Kabinet hanya bisa dibentuk dari koalisi berbagai partai. Bila salah satu partai dalam koalisi mencabut dukungan, kabinet akan jatuh dan perdana menteri harus mengembalikan mandatnya kepada presiden. Kondisi Indonesia dengan tidak adanya partai dominan, dan pertentangan antar partai di parlemen menyebabkan kabinet tidak bisa bertahan lama.

Pergantian kabinet yang sering terjadi menyebabkan ketidakstabilan pemerintahan. Kabinet praktis tidak bisa melakukan programnya karena hanya beberapa bulan sudah jatuh. Akibatnya pembangunan tidak dapat berjalan dan kesejahteraan rakyat terbengkalai.

Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dapat diartikan sebagai suatu masa pencarian jati diri dalam kehidupan demokrasi. Indonesia terus mengalami pergolakan seperti tampak dengan adanya berbagai perang saudara. Perang saudara dimaksudkan adalah pertikaian antar anak bangsa kita sendiri, pertikaian telah menimbulkan luka yang membekas bagi perjalanan bangsa Indonesia.18

4. Amerika Serikat

Amerika Serikat adalah sebuah negara republik konstitusional federal

18 Syamdani, PRRI, Jakarta, MedPress, hlm. 56.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

yang terdiri dari lima puluh negara bagian. Negara ini terletak di bagian tengah

Amerika Utara, yang menjadi lokasi dari empat puluh delapan negara bagian yang saling bersebelahan, beserta distrik ibu kota Washington, D.C. Amerika Serikat diapit oleh Samudra Pasifik dan Atlantik di sebelah barat dan timur, berbatasan dengan Kanada di sebelah utara, dan Meksiko di sebelah selatan. Dua negara bagian lainnya, yaitu Alaska dan Hawaii, terletak terpisah dari dataran utama

Amerika Serikat. Negara bagian Alaska terletak di sebelah ujung barat laut

Amerika Utara, berbatasan dengan Kanada di sebelah timur dan Rusia di sebelah barat, yang dipisahkan oleh Selat Bering. Sedangkan negara bagian Hawaii adalah sebuah kepulauan yang berlokasi di Samudra Pasifik. Amerika Serikat juga memiliki beberapa teritori di Pasifik dan Karibia.

Amerika Serikat memiliki kecenderungan untuk tampil sebagai suatu kekuatan besar. Presiden-presiden yang pernah memimpin juga telah memberikan bekas bagi arah pandangan politik dan kehidupan Amerika. Salah satunya adalah

Presiden James Monroe, tokoh yang telah melahirkan suatu kebijakan dan doktrin bagi rakyat Amerika Serikat (Doktrin Monroe). Inti dari Doktrin Monroe adalah memberikan rasa semangat dan percaya diri bagi bangsa Amerika. Amerika

Serikat dianggap memiliki tanggungjawab yang besar bagi kehidupan dunia.

Amerika Serikat setelah Perang Dunia II berakhir semakin menunjukkan diri sebagai kekuatan besar dunia. Kekuatan besar inilah yang sering dikenal dengan istilah Super Power. Pasca Perang Dunia II keterlibatan Amerika Serikat dalam urusan negara lain semakin terlihat, termasuk di Asia.

Amerika Serikat terlibat dalam permasalahan Semenanjung Korea.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Permasalahan Semenanjung Korea sebenarnya juga merupakan suatu dampak dari kekalahan Jepang kepada Sekutu. Permasalahan di Semenanjung Korea ini dimulai dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. Wilayah semenanjung Korea dibagi oleh dua kekuatan super power yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Amerika Serikat menduduki Semenanjung Korea bagian selatan dan Uni Soviet menduduki Semenanjung Korea bagian utara. Amerika Serikat dan Uni Soviet sepakat untuk membagi wilayah Semenanjung Korea dengan tujuan agar lebih cepat melucuti kekuatan tentara Jepang dan memulangkan penduduk Jepang yang ada di Korea.19

Permasalahan Semenanjung Korea menunjukan bahwa pada saat itu antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tengah berseteru. Perseteruan yang terjadi adalah suatu perebutan eksistensi dan wilayah kekuasaan. Hal ini juga berkaitan dengan konflik ideologi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.

Keterlibatan Amerika Serikat di kawasan Asia tidak hanya pada permasalahan Semenanjung Korea saja, tetapi juga pada permasalahan di Vietnam dan China. Daerah yang paling dekat dengan wilayah Indonesia salah satunya adalah Filipina. Filipina-pun mendapat pengaruh dari Amerika Serikat. Pengaruh

Amerika Serikat di Filipina juga akan berpengaruh bagi kondisi politik di

Indonesia.

Dalam konteks permasalahan PRRI/Permesta keterlibatan Amerika

Serikat dilakukan oleh CIA (Central Intelligence Agency). CIA merupakan lembaga intelijen internasional yang tidak bertanggung jawab atas keamanan

19 Charlene Karina Lupita, Intervensi Amerika Serikat Dalam Perang Korea, Jurnal Binus, 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

dalam negeri Amerika Serikat. CIA memiliki jaringan lebih luas, peralatan, serta personil di luar negeri.

G. Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan metode sejarah, dalam metode ini penulis melewati beberapa langkah : a. Pemilihan topik

Topik sejarah yang diangkat dalam tugas akhir ini berjudul Peran

Amerika Serikat dalam Gerakan PRRI/Permesta pada masa Demokrasi Liberal.

Pemilihan topik merupakan salah satu syarat pertama dalam penelitian sejarah.

Dalam pemilihan topik yang akan diteliti akan berkaitan dengan kedekatan intelektual dan kedekatan emosional. Kedekatan intelektual adalah kemampuan penulis untuk membahas topik yang dipilih dengan mengolah data-data yang tersedia. Kedekatan emosional adalah ketertarikan penulis dengan topik yang akan diteliti.

Alasan penulis memilih topik dengan judul Peran Amerika Serikat dalam

Gerakan PRRI/Permesta pada Masa Demokrasi Liberal dikarenakan penulis memiliki ketertarikan pada perjalanan sejarah politik Indonesia. Penulis tertarik untuk mengangkat topik tersebut karena Gerakan PRRI/Permesta merupakan kelompok yang berpengaruh bagi perjalanan politik Indonesia pada masa itu.

Penulis juga semakin tertarik untuk memilih topik ini karena dalam permasalahan

PRRI/Permesta tidak hanya menyangkut permasalahan dalam negeri saja tetapi juga melibatkan peran dunia luar juga. PRRI/Permesta ternyata telah menerima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

berbagai bantuan-bantuan dari Amerika Serikat. Keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan ini membuat penulis semakin tertarik dengan topik sejarah tersebut. b. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Setelah menentukan pokok permasalahan, langkah selanjutnya dalam penelitian sejarah adalah pengumpulan sejarah (heuristik). Heuristik adalah proses pengumpulan sumber yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, baik itu berupa sumber primer maupun sumber sekunder.20 Dalam langkah ini penulis mengumpulkan atau menemukan sumber. Sumber sejarah bagi penulisan sejarah sangatlah penting. Penulisan sejarah tidak dapat terwujud apabila tidak tersedianya sumber-sumber sejarah. Dalam penulisan ini penulis melakukan studi pustaka untuk menemukan berbagai sumber yang ada. Penulis pertama kali melakukan studi pustaka di perpustakaan Sanata Dharma untuk mengumpulkan berbagai sumber yang ada dan yang berkaitan dengan tulisan yang akan dihasilkan.

Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah

Buku Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII yang menyatakan dalam operasi rahasia, CIA di Indonesia telah memberikan bantuan senjata maupun pelatihan kemiliteran kepada kelompok pejuang di Sumatera dan

Sulawesi dan catatan militer Indonesia tentang kesaksian laporan adanya pesawat bermesin empat di pangkalan militer yang dikuasai oleh PRRI sebagai bukti adanya bantuan dan keterlibatan pihak asing dalam permasalahan ini. Sumber

20 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2013, hlm. 213.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

primer lainnya yang digunakan oleh penulis adalah harian Koran yang semasa dengan peristiwa PRRI/Permesta.

Sedangkan sumber sekuder yang digunakan ialah PRRI Permesta

Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis ditulis oleh R.Z. Leirissa, PRRI ditulis oleh Syamdani, dkk., Permesta Pemberontakan Setengah Hati ditulis oleh

Barbara Sillars Harvey, Subversi Sebagai Politik Luar Negeri ditulis oleh Audrey

Kahin. c. Verifikasi (Kritik Sumber)

Kritik sumber merupakan langkah selanjutnya setelah pengumpulan sumber, yakni langkah untuk mengetahui otentisitas dan kredibilitas isi sumber.21

Penulis dalam langkah ini harus benar-benar mencermati sumber yang diperoleh agar fakta yang ditulis dan dianalisis nantinya merupakan suatu kebenaran.

Keberadaan sumber yang kredibel akan membuat tulisan sejarah nantinya juga akan dapat dipertanggungjawabkan.

Contoh dari verifikasi dalam penulisan skripsi ialah ketika penulis akan menggunakan sumber data-data yang berasal dari internet penulis membandingkan dengan data-data yang ada di buku. Misalnya pernyataan pasokan senjata dari Amerika Serikat kepada para pemberontak melalui kawasan

Filipina pada bulan April 1958, yang terdapat dalam situs internet https://www.kompasiana.com/jurnalgemini/556c4af4579373be048b4568/- connection-antara-kongres-seato-proklamasi-prri-permesta-manuver-des-alwi- dan-benigno-aquino-februari-mei-1958 diakses pada 28 Juli 2019 pukul 13.00.

21 Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 77.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Dalam artikel tersebut dinyatakan seorang pedagang muslim Filipina pada Rabu malam tanggal 2 April 1958 penyelundup dari daerah Filipina Selatan membantu menyelundupkan senjata-senjata gelap ke daerah pemberontak di Indonesia pedagang tersebut melaporkan para penyelundup menggunakan perahu cepat bernama Vinta dan disembunyikan di bawah tumpukan kopra. Untuk membuktikan kebenaran pernyataan tersebut penulis membandingkan dengan bukti yang terdapat dalam buku Permesta yang ditulis oleh Barbara Sillars

Harvey. Filipina yang berbatasan dengan Sulawesi Utara merupakan pangkalan

Amerika untuk mendukung pemberontak dengan menyokong pengadaan senjata.22

Kemudian penulis juga melihat buku Indonesia Melawan Amerika yang ditulis oleh Baskara T. Wardaya. Amerika menyokong senjata yaitu 900 pucuk pistol,

1.440 senapan submesin, dan 1,3 juta peluru berdiameter 9 mm, kepada pemberontak melalui jalur gelap.23 d. Interpretasi (Analis Data)

Penulisan sejarah tidak dapat terlepas dari sesuatu yang dinamakan sebagai intepretasi. Intepretasi merupakan tafsir yang dilakukan oleh penulisnya.

Terhadap sumber-sumber yang telah dimiliki penulis dalam mengintepretasikan sumber harus sedapat mungkin mengurangi unsur subyektivitas.24 Tulisan sejarah merupakan paparan data dan fakta. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri tulisan tersebut tercampur dengan unsur subyektivitas penulis. Hal ini juga merupakan sebab dari adanya langkah intepretasi.

22 Barbara S Harvey, Permesta Pemberontakan Setengah Hati, Jakarta, Grafiti Pers, hlm. 145. 23 Baskara T Wardaya, Indonesia Melawan Amerika, Yogyakarta, Galang Pers, hlm. 183. 24 Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 78.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Contoh dari interpretasi dalam penulisan skripsi ini adalah pembahasan faktor pendorong keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta, penulis mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai sumber. Fakta utama yang menjadikan keterlibatan Amerika Serikat adalah pembendungan pengaruh dan perkembangan komunis di Indonesia. Amerika Serikat memanfaatkan berbagai kekacauan yang tengah terjadi di Indonesia hingga seakan mencuci tangan atas permasalahan PRRI/Permesta. Penulis melakukan analisis data dan keterkaitan antara masalah yang ada dan menggunakan teori serta pendekatan guna menjelaskan sumber-sumber yang digunakan. e. Penulisan

Tahap terakhir dalam penelitan sejarah adalah penulisan sejarah. Dalam tahap ini penulis akan menulis apa yang sesuai dengan tema dan judul penelitian.

Setelah melewati berbagai langkah yaitu pengumpulan sumber, kritik sumber dan intepretasi maka penulis akan mendapatkan sumber-sumber dan berbagai analisa data yang dimiliki. Unsur terpenting dari suatu tulisan sejarah adalah aspek kronologis. Unsur kronologis dalam suatu tulisan sejarah harus sangat diperhatikan.

Dalam suatu peristiwa sejarah dikenal hukum kasualitas atau hukum sebab-akibat. Oleh karena itu penulis berusaha untuk menyampaikan sebab terjadinya peristiwa, jalannya peritiwa, dan dampak yang diakibatkan peristiwa tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2. Pendekatan

Skripsi ini menggunnakan pendekatan multidimensional. Pendekatan multidimensional merupakan suatu pendekatan yang dalam memaparkan dan menganalisa berbagai peristiwa menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial yang relevan dengan pokok-pokok kajiannya.25 Penulis menggunakan pendekatan multidimensional antara lain pendekatan historis, politik, ekonomi , dan budaya.

Pendekatan historis dalam penulisan skripsi ini digunakan untuk mengkaji peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta pada masa

Demokrasi Liberal.

Pendekatan politik digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi politik Indonesia pada masa tersebut. Dengan mengetahui kondisi politik

Indonesia maka dapat pula diketahui apa sebab kemunculan gerakan

PRRI/Permesta. Contohnya adalah ketika diketahui ketidakstabilan kondisi politik

Indonesia dengan ditandai seringnya ganti kabinet ternyata membawa pengaruh atau dampak bagi kehidupan di daerah luar Jawa. Dengan tidak harmonisnya hubungan antara pusat dengan daerah maka juga berpengaruh bagi kekuatan asing

(PRRI/Permesta) untuk dapat mempengaruhi gerakan di luar Jawa.

Pendekatan Ekonomi digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian di daerah yang berpusat pada hasil perkebunan. Kebijakan pemerintah pusat terhadap penjualan hasil perkebunan ternyata dianggap tidak

25 Moh. Natsir, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 63.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

adil oleh daerah. Maka diketahui pula adanya keinginan untuk menuntut adanya otonomi bagi daerah-daerah.

Pendekatan Budaya digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap rakyat di daerah dengan berbagai kebijakan politik oleh pemerintah pusat. Faktor kebudayaan ternyata memiliki peran bagi kemunculan gerakan PRRI/Permesta ini. Hal tersebut nampak dengan melihat gerakan ini muncul dari kesadaran rakyat di daerah untuk memberikan aksi gertakan kepada pemerintah pusat untuk memperhatikan aspirasi dan kepentingan daerah-daerah.26 Perpecahan sosok

DwiTunggal antara Soekarno dan Hatta juga perlu dilihat menggunakan pendekatan budaya. Pada tanggal 30 November 1956 wakil Presiden Mohamad

Hatta mengundurkan diri dari jabatannya. Hatta memiliki darah orang Minang.

Secara tidak langsung telah muncul suatu kekecewaan rakyat di daerah dan munculnya tanda tanya mengapa Hatta sampai mengundurkan diri. Hingga pada saat dewan-dewan militer di Sumatera berkumpul dan menghasilkan Piagam

Padang muncul beberapa tuntutan. Dari Piagam Paang inilah yang menjadi awal dari gerakan PRRI. Salah satu tuntutannya adalah kembalinya DwiTunggal

Soekarno-Hatta. Maka untuk dapat mengetahui alasan lahirnya gerakan

PRRI/Permesta juga sangat penting untuk menggunakan pendekatan Budaya.

26 Barbara S Harvey, op. cit., hlm. XII.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

H. Sistematika Penulisan

Skripsi yang berjudul Peran Amerika Serikat Dalam Gerakan

PRRI/Permesta pada Masa Demokrasi Liberal mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Berupa pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan, manfaat penulisan, kajian pustaka, kajian teori,

metode dan pendekatan penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Bab ini menyajikan uraian tentang faktor apa saja yang mendorong

peranan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta

BAB III Bab ini menyajikan uraian mengenai bagaimana peran Amerika

Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta

BAB IV Dalam bab ini akan diuraikan mengenai dampak peran Amerika

Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta

BAB V Bab ini menyajikan kesimpulan dari penelitian permasalahan yang

telah diuraikan pada bab II, III, IV

Demikianlah sistematika penulisan skripsi ini, dari uraian di atas dapat di cermati bahwa penulis ingin menyajikan tentang “Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

FAKTOR PENGGERAK PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM

GERAKAN PRRI/PERMESTA

A. Gagalnya Sistem Politik di Indonesia

1. Situasi Perpolitikan Indonesia Sebelum PRRI/Permesta

Amerika Serikat sebagai negara yang besar pastilah memiliki ambisi yang besar pula. Ambisi besar yang dimiliki tentang kondisi Indonesia berkaitan dengan sikap kebijakan Luar Negeri yang dimiliki Amerika Serikat. Perpolitikan

Indonesia pada masa sebelum PRRI/Permesta memang tengah mengalami kekacauan. Amerika Serikat terus menerus melakukan pemantauan terhadap kondisi yang tengah terjadi di Indonesia.

Sistem politik merupakan suatu fakta sosial. Fakta sosial adalah hasil dari hubungan atau relasi antar manusia. Fakta sosial yang dihasilkan tersebut dapat dirasakan dan dialami. Fakta yang terjadi adalah keterlibatan Amerika

Serikat dan kemunculan gerakan PRRI/Permesta merupakan hasil dari kegagalan sistem politik Indonesia yang sedang dicoba untuk dibangun.

Pasca kemerdekaan Indonesia, situasi politik dalam negeri dapat dikatakan belum stabil. Datangnya kembali tentara Sekutu dan NICA ke Indonesia membawa pengaruh juga bagi situasi perpolitikan Indonesia.Gejolak politik dan keamanan Indonesia pada masa pasca kemerdekaan membawa pada perjanjian dan perundingan. Berakhirnya Republik Indonesia Serikat (RIS) yang merupakan hasil dari Konfrensi Meja Bundar, membawa Indonesia untuk menerapkan UUDS

1950. Indonesia kemudian menerapkan sistem Parlementer. Dengan penerapan

25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

sistem parlementer tersebut kemudian dikenal dengan masa Demokrasi Liberal.

Indonesia pada kurun waktu tersebut tengah mengalami masa pencarian jati diri dalam sistem demokrasi. Negara Indonesia yang baru saja lahir terus menerus terbentur dengan berbagai permasalahan. Negara yang masih memiliki tingkat pendidikan rendah dan tradisi otoriter warisan penjajah. Hal tersebut membuat rakyat Indonesia terbiasa untuk bergantung pada sosok seorang pemimpin.27

Pemerintahan pada masa demokrasi liberal dipegang oleh kaum nasionalis perkotaan dan partai-partai sekuler yang berada di parlemen. Dengan melihat dari kebudayaan Indonesia yang bergantung pada sosok seorang pemimpin. Maka rakyat Indonesia pada awalnya berharap banyak kepada parlemen untuk menciptakan suatu demokrasi yang baik.

Partai-partai yang menempati parlemen adalah dari kalangan sipil. Partai yang ada seolah merupakan suatu cerminan atau wakil dari setiap golongan yang ada. Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas. Dengan wilayah yang luas ini membuat Indonesia memiliki penduduk yang beragam. Keberagaman yang ada seolah telah memiliki wakil dari setiap partai politik yang ada.

Partai Masyumi merupakan cerminan atau diisi oleh para muslim terpelajar. Partai Masyumi didukung oleh kaum Muslim yang taat, para kyai dan ulama. Partai Masyumi dianggap akan mampu mewakili kepentingan-kepentingan kelompok atau golongan Muslim.

Partai PNI merupakan cerminan dari orang-orang atau kaum nasionalis.

27 M. C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Serambi Ilmu Pustaka, 2010, hlm. 493

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Kebanyakan anggota PNI merupakan kaum terpelajar. Basis utamanya adalah di dalam birokrasi dan kalangan pegawai kantor. Golongan Muslim Abangan di daerah pedesaan juga tertarik pada partai ini. Partai PNI sering dianggap sebagai partai Soekarno, meski sebagai seorang presiden bukanlah anggota atau ketua partai tertentu. Muncul pula anggapan PNI lahir sebagai penyeimbang. PNI dianggap mampu menyeimnbangkan keinginan-keinginan dari partai bercorak

Muslim yang ada dengan politik Islam. Dengan adanya anggapan tersebut kemudian PNI mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok di luar Jawa.

Kelompok Kristen di luar Jawa dan daerah yang mayoritas beragama Hindu kemudian mendukung partai ini.

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan suatu cerminan atau mewakili kaum buruh perkotaan dan para petani di desa. Peristiwa Madiun tahun

1948 ternyata membawa dampak yang besar bagi keberlangsungan partai ini.

Pasca peristiwa Madiun terjadi penghancuran terhadap Partai Komunis Indonesia, namun yang terjadi bukanlah suatu pelarangan terhadap partai tersebut. Maka generasi baru dari PKI dapat lahir dari golongan muda mereka. Aidit, Njoto,

Lukman dan Soedisman berhasil melahirkan PKI dengan gaya baru. Mereka telah berhasil mengambil alih politbiro PKI. Menurut Aidit pandangan Marxisme-

Leninisme tidak bersifat kaku atau mengikat melainkan pandangan sebagai pedoman dalam bertindak. PKI muda kini memilih untuk eksis dengan cara tetap berada di dalam pemerintahan.

Pada masa demokrasi liberal ini ditandai dengan adanya multipartai yang berkuasa. Koalisi yang lahir dari partai politik yang ada dan dominan akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

muncul sebagai kabinet yang berkuasa. Dalam kondisi tersebut apabila ada salah satu partai yang menarik diri maka kabinet tersebut akan dibubarkan.

Konsentrasi pemerintah Indonesia pada masa awal tahun 1950-an adalah usaha kembali bersatunya wilayah Irian Barat. Pemerintah Indonesia menolak hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Konferensi ini menghasilkan keputusan Belanda berhak atas wilayah Irian Barat. Pemerintah Indonesia menilai permasalahan Irian Barat juga menjadi gangguan bagi jalannya perpolitikan di

Indonesia. Pemerintah Indonesia menilai permasalahan ini juga mendapat intervensi dari Belanda dan Amerika Serikat. Bagaimanapun juga negara Barat pasti berniat untuk mengambil keuntungan dari posisi Irian Barat.

Amerika Serikat pada awalnya saat Presiden Truman masih berkuasa tidak ingin untuk ikut intervensi pada permasalahan yang terjadi di Indonesia.

Pemerintah Indonesia membawa permasalahan ini hingga pada tingkat Persatuan

Bangsa-Bangsa. Namun Amerika Serikat tetap memilih untuk bersikap untuk tidak terlibat. Maka ketika diadakan pemungutan suara di PBB untuk menentukan kasus Irian Barat akan dimasukkan dalam agenda Majelis Umum atau tidak,

Amerika Serikat memilih untuk abstain atau tidak memberikan suaranya. Hal yang diambil oleh Amerika Serikat ini menunjukkan pemerintahan Presiden

Eisenhower secara resmi tidak terlibat ke dalam perpolitikan Indonesia hingga saat itu.

Kondisi tersebut telah berbalik berbeda seiring berjalannya waktu.

Presdien Eisenhower menjadi khawatir dengan kondisi Indonesia selanjutnya.

Kebijakan-kebijakan pemerintahan Eisenhower selanjutnya akan mendorong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

keterlibatan Amerika Serikat di Indonesia. Kebijakan pemerintah Eisenhower selanjutnya akan lebih getol lagi untuk melakukan usaha intervensi terhadap

Indonesia. Kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Eisenhower tentu saja selalu berkaitan dengan kontestasi Perang Dingin antara dua blok kekuatan yang lahir.

2. Kabinet dan Kebijakan masa Demokrasi Liberal

Pemerintahan Amerika Serikat beralih dari Presiden Truman kepada pemerintahan Presiden Eisenhower. Presiden Truman yang dianggap telah gagal dalam rangka memenangkan kontestasi Perang Dingin berhasil dikalahkan dan digantikan. Pemerintahan Truman dianggap terlalu lunak terhadap perkembangan komunisme di dunia. Sikap berbeda yang berusaha diangkat dan menjadi dasar dari pemerintahan Eisenhower.

Kondisi Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dapat dikatakan kacau.

Seringnya pergantian kabinet menjadi tanda atau ciri khas dari penerapan

Demokrasi Liberal di Indonesia. Pergantian kabinet yang terlalu sering tersebut mengakibatkan terjadinya instabilitas politik di Indonesia. Dari setiap kabinet yang pernah ada akan meluncurkan kebijakan-kebijakan baik dari bidang ekonomi, politik dan keamanan. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh kabinet di Indonesia memiliki pengaruh terhadap sikap politik Amerika Serikat.

Amerika Serikat akan memandang suatu kebijakan tersebut dapat mengganggu ataupun mendukung jalannya ambisi politiknya. Kebijakan yang mengganggu ataupun mendukung ambisi Amerika Serikat sebenarnya memiliki tujuan dan akhir yang sama yaitu adalah intervensi terhadap Indonesia. Kebijakan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

kabinet yang ada ini nantilah yang akan mendorong bagi Amerika Serikat untuk terlibat dalam situasi perpolitikan dan keamanan di Indonesia.

Ketertarikan Amerika Serikat diawali dengan kebijakan dari kabinet

Sukiman. Kabinet Sukiman adalah kabinet yang terbentuk dari dukungan partai

Masyumi dan PNI. Koalisi yang terbentuk anatara Masyumi dan PNI menghasilkan kekecewaan dari pihak PKI. PKI yang sebenarnya berusaha untuk memelihara pertikaian anatara PNI dan Masyumi untuk mengambil dukungan dari

PNI. Maka dengan kondisi tersebut peranan PKI menjadi berkurang.

Dalam kabinet Sukiman juga sempat terjadi konflik antara militer dengan pemerintah. Konflik ini disebabkan oleh kebijakan Menteri Pertahanan yaitu

Muhamad Yamin. Muhamad Yamin membebaskan sebanyak 920 orang tahanan yang berhaluan kiri. Tahanan tersebut merupakan orang-orang yang dianggap membangkang oleh pemerintah sebelumnya. Namun selang tidak lama tentara berhasil menangkapi lagi sebagian dari para tahanan yang sempat dibebaskan.

Kekuatan tentara kemudian terus mendesak pemerintah. Kondisi yang terus terjadi memaksa menteri pertahanan akhirnya mengundurkan diri, dengan demikian konflik yang terjadi dapat dikatakan telah dimenangkan oleh pihak militer.28

Amerika Serikat dengan kabinet Sukiman sempat terjalin suatu kerjasama politik. Kerjasama politik yang dilakukan oleh Perdana Menteri

Sukiman dengan pihak Amerika Serikat sebenarnya merupakan kerjasama terselubung. Hal tersebut dikarenakan Perdana Menteri Sukiman menjalin kerjasama tanpa diketahui oleh Parlemen dan Presiden. Bagaimanapun Perdana

28 Ibid., hlm. 505-508.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Menteri dan kabinetnya harus bertanggungjawab kepada Parlemen.

Kerjasama antara Sukiman dengan Amerika Serikat adalah berkaitan dengan bidang pertahanan “Free World”.29 “Free World” merupakan nama dari kubu yang pro kepada Amerika Serikat sebagai salah satu blok dalam kontestasi

Perang Dingin. Bagi Amerika hal yang dilakukan oleh Sukiman merupaan bentuk dukungan kepada Amerika Serikat dan merapatnya Indonesia ke blok mereka.

Sikap dari Sukiman ini tentu saja mendapat tetangan dari Parlemen.

Sikap Sukiman dengan merapatkan diri kepada Amerika Serikat telah diartikan sebagai kecondongan kepada salah satu blok. Hal yang dilakukan oleh Sukiman juga dikhawatirkan untuk terbukanya intervensi Amerika Serikat terhadap

Indonesia. Maka satu persatu menteri di dalam kabinet mulai mengundurkan diri.

Kabinet Sukiman ini kemudian berakhir pada Februari 1952.

Pada pemerintahan Presiden Eisenhower memang konsentrasi Amerika terhadap Indonesia menjadi ditingkatakan. Pada tahun 1953, Amerika Serikat mengutus Duta Besarnya untuk Indonesia yang pertama yaitu Hugh S. Cumming.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John F. Dulles memberikan pesan pada

Cumming untuk terus mengawasi dan memberikan laporan tentang perkembangan perpolitikan Indonesia. Menlu Dulles juga mengingatkan tidak perlu ikut berusaha untuk mempertahankan kesatuan Indonesia. Menlu Dulles juga menyampaikan keinginannya yang sesungguhnya terhadap Indonesia. Dulles menginginkan

Indonesia tidak bersatu lagi dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil. Hal ini karena Dulles tidak ingin hal yang terjadi di Cina juga terjadi di Indonesia.

29 Dumairy, Perekonomian Indonesia, Jakarta, Penerbit Erlangga,1996, hlm. 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Cina dulu dipertahankan kesatuannya namun justru jatuh ke tangan komunis.

Dengan terpecahnya Indonesia membuat komunis dapat terbendung dan tidak berkembang.30

Dengan melihat hal tersebut sebenarnya Amerika Serikat sungguh berupaya untuk membendung jalannya perkembangan komunisme di Indonesia.

Apalagi Amerika Serikat pada periode awal tahun 1950-an telah melihat gelagat untuk bangkitnya PKI di Indonesia dengan masuk ke dalam birokrasi pemerintahan dan mengganggu jalannya kabinet yang ada.

Kebijakan dari kabinet selanjutnya yang menarik perhatian Amerika

Serikat adalah berasal dari kabinet Ali Sastroamijoyo. Kabinet Ali Sastroamijoyo merupakan kabinet yang berhasil terbentuk berkat dukungan dari PNI dan memasukkan orang-orang berhaluan kiri ke dalam kabinetnya. PNI dan PKI sebenarnya telah memiliki hubungan baik sejak lama. Namun sebenarnya PKI-lah yang banyak mengambil keuntungan dari adanya kerjasama politik tersebut.

Amerika Serikat merasa terganggu dengan kebijakan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo. Perdana Menteri Ali berusaha keras untuk mengembalikan pedoman politik luar negeri Indonesia yang berasaskan

Bebas-Aktif. Perdana Menteri Ali mempunyai cita-cita Indonesia benar-benar tidak terlibat ke dalam pusaran persaingan kontestasi Perang Dingin antara

Amerika Serikat dengan Uni Soviet.

Dengan melihat hal tersebut pihak Amerika Serikat merasa kodisi

Indonesia sangat mengkhawatirkan. Menlu Dulles menilai sikap Indonesia untuk

30 Wawancara Hug S. Cumming pada 3 Desember 1966 yang dikutip dalam buku Baskara T. Wardaya, Indonesia Melawan Amerika, Yogyakarta, Galang Press, 2008, hlm. 103.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

bersikap netral terhadap konteks Perang Dingin tidak dapat diterima. Menlu

Dulles menganggap Indonesia harus memilih kemana akan berlabuh dengan melihat adanya kubu besar yang lahir antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.

Amerika Serikat menilai kebijakan yang diusahakan oleh Kabinet Ali ini hanya akan menguntungkan pihak komunis saja.

Kebijakan selanjutnya yang dirasa mengganggu ambisi dari Amerika

Serikat adalah dilaksanakan Konfrensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955.31

Indonesia oleh Perdana Menteri Ali didorong untuk muncul dan aktif serta berusaha keluar sebagai pemimpin dari Negara-negara di kawasan Asia-Afrika.

Cita-cita Perdana Menteri Ali ini tentu mendapat dukungan dari Presiden

Soekarno.

Amerika Serikat khawatir dengan kedudukan dan cita-cita yang dimiliki oleh Indonesia tersebut. Amerika Serikat menilai dalam Konfrensi tersebut hanyalah dijadikan sebagai ajang penggalangan kekuatan dari blok komunis.

Maka Amerika Serikat sungguh konsen pada Konfrensi tersebut. Usaha sabotase terhadap Konfrensi ini dilakukan pula oleh Amerika Serikat. Sabotase yang dilakukan adalah dengan meledakkan pesawat Cina yang diharapkan korbannya adalah utusan dari Cina. Namun upaya yang dilakukan Amerika Serikat ini mengalami kegagalan. Kekhawatiran Konfrensi tersebut hanya sebagai ajang dari blok komunis ternyata juga tidak terbukti. Namun pihak Amerika Serikat terus mengawasi jalannya Konfrensi tersebut.

Amerika Serikat semakin tertarik untuk terlibat di Indonesia karena

31 A. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2011, hlm. 84.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

ditambah lagi dengan sikap penolakan secara terang-terangan oleh pemerintah

Indonesia terhadap kebijakan Amerika Serikat. Pada tahun 1954, Amerika Serikat membentuk suatu pakta pertahanan di wilayah Asia. Pakta pertahanan yang dibentuk oleh Amerika Serikat adalah SEATO. Pemerintah Indonesia secara terang-terangan menolak untuk bergabung ke dalam pakta pertahanan tersebut.

Bagi Indonesia ikut terlibat dalam pakta tersebut maka dapat disimpulkan

Indonesia telah merapat ke blok Amerika Serikat.

Dengan melihat penolakan tersebut tentu saja membuat pihak Amerika

Serikat menjadi marah kepada Indonesia. Bagi Amerika Serikat dengan Indonesia tidak ikut menandatangani pakta pertahanan tersebut berarti Indonesia lebih memilih untuk bergabung ke pihak Uni Soviet.

Selanjutnya Menteri Luar Negeri John F. Dulles melihat situasi perpolitikan Indonesia semakin kacau. Menlu Dulles melihat kabinet yang ada di

Indonesia diisi oleh orang-orang yang pro terhadap komunisme. Hal tersebut didukung dengan anggapan dan keyakinan dari Presiden Soekarno yang yakin kelompok komunis dan PKI mampu dikendalikan serta dimanfaatkan untuk melayani kepentingan Indonesia.

Dengan melihat situasi tersebut sebenarnya kebijakan Amerika Serikat oleh Presiden Eisenhower terhadap Indonesia didasarkan kepada kekhawatiran- kekhawatiran. Amerika Serikat melihat situasi perpolitikan di Indonesia lama- kelamaan sedikit demi sedikit akan condong ke arah kiri atau komunis. Bahkan

Amerika Serikat khawatir Indonesia jatuh ketangan Uni Soviet-Cina. Berbagai kondisi tersebut nantinya akan menjadi pendorong bagi keterlibatan dan peran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Amerika Serikat terhadap gerakan PRRI/Permesta di daerah. Apalagi didukung

Menlu Dulles lebih menginginkan Indonesia terpecah-pecah untuk membendung komunisme masuk Indonesia.

B. Eksistensi Partai Komunis Indonesia

1. Kemunculan Kembali PKI

Amerika Serikat akan mengambil kemungkinan dan kesempatan sekecil apapun untuk menyukseskan kepentingannya. Amerika Serikat juga akan menyingkirkan segala kemungkinan yang dapat menghambat jalan kepentigan dan ambisi mereka. Di Indonesia telah lahir Partai Komunis Indonesia sejak lahirnya embrio partai pada tahun 1920. Pandangan atau haluan PKI tidak dapat dipungkiri sedikit-banyak pastilah terpengaruh oleh ajaran Komunisme Marxisme dan Lenin.

Bulan Juli tahun 1950 bersandarlah kapal di pelabuhan Tanjung Priuk.

Kapal tersebut berangkat dari Uni Soviet dengan tujuan Jakarta. Dipa Nusantara

Aidit dan M.H Lukman termasuk penumpang dalam kapal tersebut.32 Mereka berdua sebenarnya merupakan penumpanggelap di kapal tersebut. Namun berkat bantuan dari seorang teman yang dapat meloloskan mereka untuk menumpang ke kapal tersebut. Teman dari Aidit ini adalah Kamarusaman yang juga dikenal dengan nama Syam. Bantuan yang diperoleh Aidit dan Lukman juga berasal dari para pekerja buruh di pelabuhan dan kapal.

32 Dipa Nusantara Aidit sebenarnya bernama Dja’far Nawawi Aidit, dilahirkan pada tanggal 30 Juni 1923 di Bangka. Ayah tiri Aidit pernah menjabat sebagai anggota DPR. Aidit menjadi kader partai PKI dan nantinya yang akan bergerak melakukan perubahan di dalam partai PKI. M H Lukman yang lahir pada tahun 1920. Ayah Lukman adalah seorang Haji yang revolusioner. Lukman sempat dibesarkan di Boven Digul, Irian Barat tempat ayahnya dibuang semasa penjajahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Kedatangan D.N Aidit dan M.H Lukman ke Indonesia ternyata akan membawa pengaruh besar bagi perjalanan dan perkembangan PKI ke depan.

Kepergian mereka berdua ke luar negeri tentu saja bukan tanpa alas an. Mereka meninggalkan Indonesia ketika akan meletusnya Peristiwa Madiun 1948. Aidit dan Luman telah mendapatkan banyak tentang ilmu politik dari Negara-negara yang mereka kunjungi. Strategi gereliya Vietminth telah berhasil pula dipelajari.

Mereka berdua juga menghadiri Kongres Serikat Buruh Asia-Australia di Peking pada bulan Desember 1950.

Aidit dan Lukman telah menjadi kader muda dari PKI yang telah mendapat gemblengan dan berkesempatan untuk pergi ke luar negeri. Mereka telah mengunjungi beberapa Negara yang menerapkan gaya sosialis. Aidit dan

Lukman lah yang memiliki impian untuk membangun partainya sehingga menjadi semakin kuat. Dengan melihat dan belajar dari Negara-negara sosialis, mereka belajar bagaimana komunis dapat diterapkan dan mengalami kejayaan.33

Aidit muncul sebagai penyemangat baru di dalam tubuh PKI. Aidit memiliki semangat baru bagi PKI untuk melakukan perubahan yang besar. PKI gaya lama telah hancur sejak meletusnya Peristiwa Madiun 1948. Pemerintah saat itu mengambil sikap untuk tidak melakukan perlarangan terhadap PKI pasca

Peristiwa Madiun 1948. Pada saat itu pengambil kebijakan tersebut adalah

Mohamad Hatta yang kala itu menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi karena pemerintah Indonesia saat itu harus dihadapkan pada permasalahan Agresi Militer II yang dilakukan oleh sekutu dan Belanda di

33 Sekretariat Kader Katolik, Dari Madiun ke Lubang Buaya, Jakarta, 1967, hlm. 24.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Yogyakarta. Yogyakarta saat itu merupakan ibu kota Indonesia. Namun ada alasan yang lebih mendasar terkait sikap pemerintah untuk tidak melakukan perlarangan terhadap PKI. Mohamad Hatta berpikir PKI masih bisa memberikan keuntungan kepada kondisi Indonesia saat itu. Kekuatan PKI yang mendapat dukungan dari Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dapat mengganggu kepentingan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Belanda saat itu.

Sikap pemerintah terhadap PKI untuk tidak menerapkan pelarangan ternyata tetap membawa kepada kondisi partai yang kacau. Hal tersebut disebabkan karena pasca Peristiwa Madiun 1948 banyak tokoh dan kader partai yang terbunuh. Para pendukung partai seperti Laskar-laskar Merah dan kelompok- kelompok kiri yang sempat berhasil disatukan berakhir dengan terpecah belah.

Melihat kondisi partai yang tengah dalam kondisi kacau, Aidit berhasil merangkul kader muda lainnya yaitu Nyoto. Mereka berdua berhasil menduduki kursi penting dalam partai yaitu Sekretariat Agitasi dan Propaganda. Dengan kedudukan mereka, peran dan pengaruh para pimpinan lama partai dapat sedikit demi sedikit berkurang. Mereka juga berhasil untuk menerbitkan kembali media propaganda yang dimiliki oleh partai. Media propaganda tersebut adalah “Majalah

Merah”. Dalam strategi penerbitan majalah tersebut, para kader muda mulai untuk mengkritik gaya kepemimpinan golongan tua. Suatu strategi yang revolusioner ini ternyata ampuh dalam rangka menggalang dukungan dari kelompok-kelompok yang ada untuk mendukung PKI. Strategi penggalangan dukungan massa ini dilakukan karena masa partai telah merosot tajam sejak Peristiwa Madiun 1948.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Politbiro CC PKI pada 7 Januari 1951 memiliki anggota yang baru yaitu

Aidit, Nyoto, Lukman, Sudisman dan Alimin. Dari anggota-anggota politburo ini hanyalah Alimin yang merupakan sisa-sisa PKI lama. Aidit diangkat sebagai

Sekjen I dan Sudisman sebagi ketua Sekretariat Central Comitte. Dengan pengambil alihan politburo PKI ini maka telah akan dimulai PKI dengan gaya baru oleh Aidit.34

Pada bulan April 1952 Sekretariat Agitasi dan Propaganda PKI menyatakan bahwa penting adanya pembentukan organisasi-organisai yang mendukung PKI. Organisasi-organisasi massa yang dibentuk harus dibawah kepemimpinan partai sendiri. Pembentukan organisasi massa ini dimaksudkan agar PKI memiliki kubu (front) politik sendiri. Dalam front tersebut semua unsur progresif dari seluruh rakyat harus diwakili oleh organisasi-organisasi milik PKI.

Suatu hal yang menguntungkan bagi PKI karena pada saat itu sebagian besar rakyat belum terorganisir.

PKI tetap memanfaatkan kekuatan dan dukungan dari kaum buruh dan petani. Namun kini PKI tidak hanya mengandalkan dukungan dari kaum buruh dan petani saja. PKI juga membangun persahabatan antara kaum proletariat dengan para penghisapnya : majikan, pegawai pemerintah serta kaum borjuis nasional. Strategi yang baru ini kemudian dikenal dengan istilah “Kekuatan

Nasional” oleh PKI.

Pada tanggal 23 Mei 1952 PKI merayakan HUT yang ke-32 di gedung kesenian Jakarta. Aidit mengemukakan gagasan-gagasan barunya untuk partai.

34 Baskara T. Wardaya, op. Cit., hlm. 106.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Setelah melakukan peremajaan partai dan telah berhasil, Aidit terus berusaha sekuat tenaga untuk memberi wajah baru bagi partainya dan membawa kearah yang semakin kuat.

Dengan melihat situasi tersebut, Amerika Serikat tentu saja merespon dengan cepat. Partai Komunis Indonesia tentu dianggap sebagai salah satu hambatan yang muncul di Indonesia. Dengan melihat konteks ambisi Perang

Dingin Amerika Serikat pandangan atau hal apa saja yang bernuansa komunis adalah musuh.

Kebangkitan PKI dengan semangat pemimpin mudanya telah memunculkan isu ketakutan bagi Amerika Serikat. Pada sebuah rapat iternal di

Amerika Serikat pada tahun 1953, Richard Nixon35 memaparkan wilayah Asia mempunyai kesempatan akan jatuh ke pihak Komunis. Kekhawatiran Amerika

Serikat juga beralasan situasi di Indonesia akan memungkinkan ajaran komunis dapat diterima baik. Langkah-langkah PKI untuk merangkul kaum buruh dan petani adalah langkah yang terbukti efektif untuk menggalang kekuatan masa.

Dengan adanya pertemuan antara pemimpin Amerika Serikat telah menunjukkan sebuah respon terkait kondisi yang terjadi di wilayah Asia termasuk

Indonesia. Amerika Serikat telah semakin memberikan perhatian khusus kepada

Indonesia. Teori domino telah dimainkan bagi Negara-negara wilayah Asia termasuk Indonesia. Hal ini pula yang merangsang terlibatnya Amerika Serikat di dalam permasalahan PRRI/Permesta.

35 Richard Nixon adalah Wakil Presiden Amerika Serikat sebagai wakil dari Presiden Eisenhower

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

2. PKI Muncul Sebagai Pemenang

Kekhawatiran Amerika Serikat terhadap Indonesia berkaitan eksistensi

PKI sejak tahun 1953 semakin memuncak. Efek dari bergulirnya teori domino di

Asia terasa semakin mendekati titik akhir dengan melihat situasi Indoneisa pada tahun-tahun berikutnya. Indonesia merupakan salah satu kunci bagi kepentingan

Amerika Serikat di wilayah Asia.

Pemerintah Indonesia pada 29 September 1955 mengadakan pemilu anggota parlemen. Rencana untuk mengadakan pemilihan umum ini sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1953. Pemilu yang pertama kali bagi Indonesia ini dapat dikatakan telah menuai respon positif dari rakyat. Hal ini dapat dilihat dari pengguna hak pilih yang datang dan memberikan suaranya sebesar 91,5 persen dari 39 juta pemilik hak pilih. Pemilu tahun 1955 telah membawa dampak yang besar bagi sejarah perkembangan Indonesia.36

Pemilu merupakan salah satu ciri khas utama dari negara demokrasi.

Negara demokrasi yang terbentuk dari rakyat dan oleh rakyat maka dengan adanya pemilu diharapkan akan membawa pengaruh yang baik bagi kehidupan rakyat. Pemilu 1955 juga diawali dengan proses kampanye yang panjang oleh partai politik yang ada.

Pemilu tahun 1955 menghasilkan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai pemeroleh hasil suara terbanyak yang kemudian disusul oleh Masyumi,

NU dan PKI.

36 Baskara T Wardaya, op.cit, hlm. 118.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

No. Partai Presentase Perolehan Suara

1. Partai Nasional Indonesia 22,3 %

2. Masyumi 20,9 %

3. 18,4 %

Partai Komunis Indonesia 16,4 % 4.

Perolehan Suara dalam Pemilu 1955. 37

Secara mengejutkan PKI termasuk dalam empat besar pemenang pemilu tahun

1955. Partai-partai kecil lainnya yang ada hanya memperoleh kurang dari tiga persen perolehan suara bagi setiap partai yang ada. Pada pemilu yang pertama ini ditujukan untuk memilih anggota parelemen. Pada tahun yang sama juga diadakan pemilu lagi yaitu pada 15 Desember 1955. Pemilu yang kedua ini ditujukan untuk memilih anggota Majelis Konstituante. Majelis Konstituante ini memiliki tugas untuk merencanakan atau menyusun konstitusi untuk menggantikan UUDS 1950 yang berlaku.

Hasil dari pemilu bulan Desember 1955 hasilnya juga tidak jauh berbeda dari Pemilu yang dilakukan pada bulan September. Keempat partai pemenang dalam pemilu sebelumnya juga tetap keluar sebagai pemenang pemilu kali ini.

Namun, PKI justru memperoleh peningkatan perolehan suara. PKI dalam pemilu yang kedua ini memperoleh perolehan suara sebanyak 34.192 suara.

37 Ibid, hlm. 118.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Perolehan suara PKI dalam pemilu 1955 sebenarnya juga tidak mengherankan. Keberhasilan PKI dalam pemilu juga berkat dari usaha pimpinan partai yang masih muda dan memiliki semangat yang baru pula bagi partainya.

PKI telah berhasil mengorganisasi rakyat ke dalam organisasi-organisasi yang dibentuknya. Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) merupakan salah satu organisasi utama yang menjadi kunci utama kemenangan PKI dalam

PKI.

PKI yang baru kini memiliki strategi yang ampuh untuk membangun suatu propaganda di tengah kehidupan rakyat. PKI selalu memberikan harapan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat kecil yaitu buruh dan petani. Startegi ini terbukti ampuh untuk menggalang kekuatan massa yang semakin banyak.

Pembentukan organisasi massa dibawah pimpinan partai juga menjadi kunci keberhasilan PKI. Dengan dibentuknya organisasi-organisasi massa yang ada maka PKI seperti telah memiliki front atau kubu politik sendiri.

Perjuangan PKI hingga hasil yang diperoleh pada pemilu 1955 ini merupakan suatu proses kebangkitan dari keterpurukan yang terjadi di dalam partai. Semenjak peristiwa Madiun 1948 kekuatan massa PKI diperkirakan hanya tinggal 100.000 anggota saja. Maka suatu capaian yang sangat membanggakan bagi PKI dalam pemilu 1955 mampu memperoleh suara sekitar 6.000.000 suara.

Amerika Serikat melihat PKI muncul ke dalam empat besar pemenang dalam pemilu merupakan suatu ancaman. PKI telah berhasil masuk ke dalam suatu birokrasi pemerintahan di Indonesia. Amerika Serikat khawatir perlahan- lahan Indonesia akan jatuh ke tangan komunis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Reaksi Amerika terkait dengan Pemilu 1955 ini sebenarnya telah dipersiapkan. Amerika telah melihat gelagat kemenangan PKI, maka Amerika

Serikat telah memberikan bantuan dana sebesar satu juta dollar bagi Masyumi untuk berkampanye.38 Tujuan Amerika Serikat dalam hal ini tentu saja adalah untuk membendung pertumbuhan PKI. Hal tersebut menunjukka Amerika Serikat benar-benar khawitir terhadap Indonesia. Amerika Serikat khawatir ambisi dalam konteks kontestasi Perang Dinginnya akan menuai kegagalan di wilayah Asia.

Dengan melihat kondisi dan kekhawatiran Amerika Serikat tersebut juga menjadi salah satu penggerak bagi keterlibatannya dalam permasalahan

PRRI/Permesta. PKI dengan nafas komunis, bagi Amerika Serikat merupakan musuh yang dapat mengganggu kepentingannya. Dengan melihat situasi di

Indonesia muncul anggapan perpecahan daerah merupakan gerakan untuk membangun Indonesia tanpa komunis.39 Dukungan Amerika Serikat kepada

PRRI/Permesta juga tidak terlepas dari presepsi dari pemimpin gerakan ini yang meyakinkan mereka juga berusaha untuk membendung dan memusuhi komunis yang ada di Indonesia.

C. Kekacauan Dalam Tubuh Angkatan Darat

1. Permasalahan Pusat dan Daerah

Presiden Eisenhower tidak ingin mengulang kesalahan pendahulunya yaitu Presiden Truman. Presiden Eisenhower menilai strategi yang dilakukan oleh

Presiden Truman berkaitan dengan konteks Perang Dingin telah salah. Akibatnya

38 Joseph Burkholder Smith, Portrait of a Cold Warrior, New York, G.P Putanam’s Sons, 1976, hlm. 210-214. 39 R.Z Leirissa, PRRI/Permesta Membangun Indonesia tanpa Komunis, PT Pustaka Utama Grafiti, 1991, hlm. Pengantar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

adalah jatuhnya kekuatan nasionalis Cina dan jatuh ketangan komunis. Maka

Presiden Eisenhower semakin giat untuk memenangkan pengaruh dalam kontestasi Perang Dingin. Eisenhower menilai kini Perang Dingin tidak hanya sebatas konteks pengaruh ideologi dan pemulihan ekonomi saja tetapi juga harus memperhatikan persaingan kekuatan militer.

Kondisi Indonesia yang membuat Amerika Serikat tertarik adalah perpecahan di dalam tubuh TNI Angkatan Darat yang turut menambah kekacauan dalam bidang keamanan. Saling tidak cocok dan rivalitas antar pimpinan

Angkatan Darat ternyata menjadi faktor utama perpecahan. Faktor lainnya yang menjadi penyebab perpecahan adalah kebijakan dari pemerintah pusat yang dirasa tidak cocok bagi para pemimpin di daerah.

Kedudukan Jendral Sudirman sebagai Panglima Besar menunjukkan mentalitas kepemimpinan Angkatan Perang Indonesia sangat kuat. Jendral

Sudirman terus berjuang atas dualisme dengan APRIS saat masa revolusi fisik.

Kedudukan seolah telah terhapuskan setelah Jendral Sudirman wafat pada 29

Januari 1951. Kolonel T.B. Simatupang diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan

Perang (KSAP) sebagai Kordinator daripada ketiga Angkatan pada 11 Juni 1951.

Posisi Kolonel T.B. Simatupang membawahi kepala staf masing-masing angkatan.

Gabungan Kepala Staf dan KSAP inilah merupakan pucuk Pimpinan Angkatan

Perang. Kebijakan pimpinan atas Angkatan Perang dirumuskan dan ditetapkan oleh Gabungan Kepala Staf dan KSAP tersebut.40

Perkembangan perpolitikan dengan model liberal membawa pengaruh

40 Staf Angkatan Darat, Sedjarah Singkat Perdjuangan Bersendjata Bangsa Indonesia, Jakarta, Universitas Indonesia, 1964, hlm.116.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

pula bagi keadaan di dalam tubuh Angkatan Darat. Permasalahan pusat dan daerah mempunyai titik awal pada Peristiwa tanggal 17 Oktober 1952. Peristiwa tersebut merupakan aksi unjuk kekuatan di depan Istana Negara. Peristiwa ini ternyata menjadi awal terlihatnya kekacauan di dalam tubuh Angkatan Darat. Para pimpinan daerah berusaha menentang rencana pemangkasan jumlah personil dan pencopotan pimpinan daerah, maka mereka berusaha untuk menentang rencana itu. Para pemimpin daerah ini didukung pula oleh teman politik yang di Jakarta.

Tuntutan agar kepemimpinan pusat dibubarkan dan kementerian pertahanan diorganisasikan menjadi isu penting di DPR. Maka kekuatan tentara pusat menentang rencana tersebut dengan aksi unjuk kekuatan pada tanggal 17 Oktober tersebut.41

Peristiwa 17 Oktober 1952 dianggap pula sebagai tanda dimulainya konflik bersenjata dikalangan tentara. Aksi pelemparan granat kemudian dikaitkan dengan kelompok Zulkifli Lubis yang kemudian melarikan diri ke daerah

Sumatera. Sebelum adanya aksi tersebut Zulkifli Lubis ternyata telah berkonflik yang cukup lama dengan kelompok Nasution dalam konflik internal Angkatan

Darat. Perseteruan antar elit perwira Angkatan Darat telah berlangsung lama pula.

Muncul rivalitas antar perwira termasuk antara Zulkifli Lubis dengan Nasution.

Ditambah lagi kekecewaan perwira daerah terhadap pemerintah pusat dan jajaran pimpinan Angkatan Darat yang mulai dipegang kembali oleh Nasution.42

Pergolakan di dalam tubuh Angkatan Darat diikuti aksi-aksi yang dipelopori oleh para pimpinanannya. Rentetan aksi yang terjadi sebenarnya

41 Petrik Matanasi, Pemberontak Tak Selalu Salah, Yogyakarta, Indonesia Buku, 2009, hlm. 444. 42 Tempo (Majalah Berita Mingguan) edisi khusus Hari Kemerdekaan tanggal 19 Agustus 2007, hlm. 46-49.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

merupakan tantangan terang-terangan terhadap Pemerintah Pusat dengan berbagai alasan dan berbagai cara. Alasan yang dipakai oleh aksi-aksi Zulkifli Lubis dan kawan-kawan adalah untuk pembangunan daerah.43 Hal tersebut menandakan memang ada permasalahan antara Pusat dengan Daerah.

2. Masalah Pergantian Pimpinan Angkatan Darat

Peristiwa 17 Oktober 1952 telah dapat diredakan melalui “Rapat

Collegiaal” di Yogyakarta pada Februari 1955. Rapat yang dipelopori oleh para perwira muda ini telah berhasil mendamaikan pertentangan yang sempat muncul sebagai puncak aksi 17 Oktober. Rapat ini menghasilkan Piagam Keutuhan

Angkatan Darat. Dengan lahirnya Piagam Keutuhan tersebut dapat dikatakan permasalahan di dalam Angkatan Darat dapat diredakan. Meskipun demikian pemasalahan antara Angkatan Darat dan Pemerintah tetap tidak tercapai kesepakatan mengenai penyelesaian permasalahan 17 Oktober.44

Jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) saat itu diduduki oleh

Jendral Mayor Bambang Sugeng. Bambang Sugeng meletakkan jabatannya pada 1

Mei 1955. Alasan peletakkan jabatan ini adalah karena Bambang Sugeng merasa tidak mampu melaksanakan isi dari piagam Yogyakarta.

Selama jabatan KSAD belum terisi, pimpinan Angkatan Darat oleh pemerintah diserahkan kepada wakil KSAD yaitu Kolonel Zulkifli Lubis. Posisi

Kolonel Zulkifli Lubis disini hanya bersifat sementara. Dalam perjalanannya kemudian untuk mengisi kekosongan jabatan KSAD maka pemerintah kemudian mengangkat Kolonel Bambang Utoyo. Bambang Utoyo adalah Panglima Tentara

43 R. Surjo Sediono, Peristiwa Cikini, Jakarta, PT Surungan, 1958, hlm. 11. 44 Pemerintah Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka, Jakarta, Tira Pustaka, 1977, hlm. 83.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

dan Teritorium II/Sriwijaya.45

Pimpinan Angkatan Darat tidak menyetujui keputusan pemerintah tersebut. Pimpinan Angkatan Darat yang tidak menyetujuinya tentu saja adalah kolonel Zulkfli Lubis dan kalangan Angkatan Darat. Kolonel Zulkifli Lubis menginstruksikan kepada para pewira Angkatan Darat untuk tidak menghadiri upacara pelantikan Kolonel Bambang Utoyo sebagai KSAD.46 Upacara pelantikan

Kolonel Bambang Utoyo dilaksanakan pada 27 Juni 1955 yang berlangsung tanpa dihadiri oleh pewira-pewira Angkatan Darat. Kolonel Zulkifli Lubis juga menolak untuk melakukan serah terima jabatan.

Peristiwa penolakan terhadap Kolonel Bambang Utoyo ini menimbulkan pemerintah tidak lagi mendapat dukungan dari Angkatan Darat. Pemerintah tidak dapat berbuat banyak terhadap kolonel Zulkifli Lubis sehingga kewibawaan pemerintah menurun. Kondisi tersebut diperburuk dengan adanya mosi terhadap menteri pertahanan yaitu Mr. Iwa Kusuma Sumantri. Dukungan dari partai politik juga dicabut terhadap kabinet Ali dan memaksanya untuk membubarkan kabinet.

Kekacauan tentang pimpinan Angkatan Darat ini terus berlangsung hingga kabinet berganti. Kabinet selanjutnya adalah kabinet Burhanuddin

Harahap. Pada tanggal 28 Oktober 1955 kabinet memutuskan untuk mengangkat

Kolonel A.H. Nasution, salah satu dari enam orang calon yang diajukan oleh pimpinan Angkatan Darat sebagai KSAD. Pelantikan A.H. Nasution sebagai

KSAD dilakukan pada 7 November 1955. Namun pengangkatan dan kembalinya

A.H. Nasution kepanggung militer juga mendapat tentangan dari para perwira di

45 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Terminologi Sejarah, Jakarta, CV Prima Karya, hlm. 243. 46 Pemerintah Indonesia, op. cit., hlm. 85.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

daerah yang tidak menyukainya.

Amerika Serikat melihat situasi yang terjadi di dalam tubuh angkatan

Darat Indonesia yang sedang kacau. Sebenarnya pemerintahan Eisenhower menjadi kebingungan dengan kekacauan tersebut. Hal tersebut tentu saja masuk akal karena kelompok yang mampu membendung kekuatan komunis di Indonesia adalah dari kalangan militer. Kelompok militer dan komunis telah memiliki luka lama sejak peristiwa Madiun 1948. Padahal dalam tubuh militer tengah terjadi kekacauan. Maka pada tahun 1955 hingga 1956 Amerika Serikat benar-benar sempat kehilangan strategi atas kekhawatirannya terhadap Indonesia.

Pada kurun waktu bulan Desember 1956 telah bermunculan dewan- dewan militer yang dipelopori oleh para perwira pembangkang dari pemerintah pusat. Gerakan inilah yang berkembang menjadi PRRI/Permesta. Pihak Amerika

Serikat berhati-hati dengan lahirnya gerakan para perwira ini. Amerika Serikat sebenarnya melihat dengan gerakan tersebut apa mampu dan efektif untuk menguntungkan kepentingan Amerika Serikat.

Pemerintahan Eisenhower pada penghujung periode pemerintahannya terus memikirkan kekhawatiran atas kondisi Indonesia. Sementara itu, seorang pejabat CIA mengusulkan diambilnya kebijakan-kebijakan baru terhadap

Indonesia, khususnya terhadap Presiden Soekarno. Hal tersebut dikarenakan oleh sikap Presiden Soekarno yang terus menyerukan kebenciannya terhadap

Demokrasi Barat dan menyerukan kekagumannya terhadap Uni Soviet dan Cina.

Deputi Perencanaan CIA, Frank Wisner memerintahakan kepada Alfred C. Ulmer sebagai Ketua Divisi Timur Jauh CIA apabila sudah saatnya Amerika Serikat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

membuat langkah nyata untuk memperlemah Indonesia dibawah kekuasaan

Soekarno. Perintah tersebut dilanjutkan kepada pejabat CIA Cabang 5 Divisi Asia

Timur yang juga membawahi wilayah Indonesia. 47

Berdasarkan situasi yang ditimbulkan oleh kekacauan militer Indonesia.

Maka CIA dan Amerika Serikat merespon untuk mengambil langkah tegas terkait kekhawatiran yang ada. Dengan perintah dan kebijakan CIA yang didukung oleh pemerintah Eisenhower pada periode berikutnya tersebut maka Amerika Serikat akan mengambil peran dalam gerakan PRRI/Permesta di Indonesia.

47 Kenneth Conboy dan James Morrison, Feet to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia 1957-1958, Annapolis, Naval Institute Press, 1999, hlm. 15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN PRRI/PERMESTA

A. Terbentuknya PRRI/Permesta

1. Berawal Dari Dewan Banteng

Permasalahan otonomi daerah menjadi fokus utama yang diangkat ke permukaan oleh para perwira di daerah. KSAD Nasution dengan kebijakan tour of dutty-nya telah dianggap hanya akan semakin memicu perpecahan dalam kalangan militer. Kesejahteraan militer di daerah sangat dirasa diabaikan oleh pusat. Militer di daerah merasa gaji yang diberikan sangat minim dan bahkan mereka juga tidak memiliki tempat untuk satu pasukan berkumpul atau suatu asrama.48 Birokrasi yang diterapkan oleh pemerintah pusat dianggap terlalu berlebihan. Keikutsertaan partai-partai yang ada hanya menambah kekacauan. Kebijakan yang diterapkan juga dirasa hanya mementingkan kepentingan golongan mereka saja.

Para perwira daerah akhirnya memutuskan untuk segera melakukan reaksi terhadap kondisi yang terjadi di Indonesia khususnya bagi kehidupan mereka sendiri di Sumatera. Militer merasa telah ikut mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan yang sesungguhnya setelah perang kemerdekaan, dan atas dasar tersebut militer merasa memiliki tanggung jawab atas kehidupan Indonesia selanjutnya.

Militer di daerah pada umumnya dengan melihat kondisi saat itu merasa kondisi Indonesia mengkhawatirkan. Kekhawatiran yang muncul dari kalangan militer ini sebenarnya juga tidak bisa terlepas kaitannya dengan keterlibatan partai

48 R.Z Leirissa, PRRI/Permesta, Yogyakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1991, hlm. 28.

50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

komunis dalam birokrasi.

Presiden Soekarno pada akhir tahun 1956 semakin nampak menolak dan membenci penerapan demokrasi model Barat di Indonesia. Soekarno telah melakukan perjalanan ke beberapa negara. Amerika Serikat juga tidak luput dari daftar kunjungan Soekarno saat itu. Kunjungan Soekarno dinilai oleh pihak

Amerika sebagai tanda telah bersedia untuk merapat kepada mereka. Namun perjalanan Soekarno tidak berhenti di situ, Ia selanjutnya berkunjung ke Moskow dan Cina. Dari kedua lawatannya tersebut diperoleh suatu hasil kesepakatan hubungan antara kedua negara, yaitu Moscow Agreement dan Perjanjian Rahasia dengan Cina.

Sekembalinya Soekarno ke Indonesia membawa suatu hasil pemikiran apabila demokrasi gaya Barat di Indonesia harus dibubarkan. Menurutnya

Indonesia akan menerapkan suatu demokrasi dengan gaya Indonesia sendiri.

Ditambah pula partai-partai yang ada itu dihapus dan memasukkan unsur komunis ke dalam pemerintah. Sesuai dengan hasil pemilu 1955 PKI dengan unsurnya telah menduduki peringkat ke empat perolehan suara terbanyak, maka sudah seharusnya juga diikutsertakan ke dalam pemerintahan. Soekarno menamai usulannya ini sebagai “demokrasi terpimpin”. Soekarno juga menginginkan dibentuknya suatu kabinet gotong royong dimana semua unsur bisa duduk bersama diibaratkan duduk di satu meja makan bersama-sama.49

Keinginan Soekarno tersebut memicu reaksi dari pihak Amerika Serikat.

Amerika Serikat semakin yakin Soekarno telah bergeser ke kiri. Negara tersebut

49 Baskara T. Wardaya, Indonesia Melawan Amerika, Yogyakarta, Galang Press, 2008, hlm. 164.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

meyakini Soekarno semakin ke kiri semenjak perjalanan politiknya ke negara- negara komunis yang juga adalah musuh Amerika.

Anggapan para perwira di daerah keterlibatan komunis semakin jauh lagi maka Indonesia akan mengalami kehancuran. Divisi Banteng telah dibubarkan sejak berakhirnya perang kemerdekaan. Berakhirnya divisi Banteng dikarenakan adanya suatu rasioanlisasi anggota TNI di daerah termasuk Sumatera Barat serta kompromi tentang diikutsertakannya para mantan anggota KNIL dan para lascar rakyat ke dalam tubuh TNI. Pada kemudian hari divisi Banteng ini menjadi daerah

Komando Bukit Barisan (Tentara Territorial I).

Pada saat diadakan pertemuan para veteran divisi Banteng pada tahun

1955, seorang mantan perwira menyatakan kepedihan kondisi divisi Banteng masih sama seperti pada saat awal tahun 1950-an setelah pasca perang kemerdekaan.

Daerah Sumatera Tengah telah memimpin perjuangan untuk kemerdekaan di daerah Sumatera, dengan gubernur dan komandan militer pindah ke Bukittinggi, dengan semua partai politik di Bukittinggi – jadi Bukittinggi atau Sumatera Barat adalah pusat komando perjuangan. Dan ketika komando ini tidak lagi berguna untuk memimpin perjuangan melawan Belanda. Komando Bukit Barisan (Tentara Territorial I) di utara dan komando Sriwijaya di selatan (TT II), keduanya menjadikan Sumatera Barat sebagai pusat mereka – tidak dibubarkan. Ini adalah bahan bakar yang memicu konfrontasi dengan pusat dalam PRRI (permasalahan 1958)50 Letnan Kolonel Achmad Husein diangkat kembali menjadi komandan

50 Wawancara dengan sekelompok mantan perwira Divisi Banteng (Padang), pada 9 Agustus 1995 dikutip dari Soewardi Idris, Perjalanan Dalam Kelam Senarai Kisah Pemberontakan PRRI, Yogyakarta, Beranda Publishing, 2008, hlm 173

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Brigade Banteng di Sumatera Barat setelah sepulang tugas dari Jawa Barat. Tugas yang diberikan kepadanya dirasa bergulat dengan diri sendiri karena yang dilawan adalah sama-sama orang muslim yang taat dalam permasalahan Darul Islam.

Ditambah lagi dengan kondisi di daerah tempat asalnya sendiri kondisi militer di sana memperihatinkan.

Sekembalinya Letkol Achmad Husein ke Sumatera Barat, membawa pengaruh besar bagi kehidupan di sana. Ia melihat kondisi tempat dan pasukannya di sana sangat menyedihkan. Ia terus berusaha untuk mengusulkan perbaikan bagi kondisi pasukannya. Keluhannya ini juga ditujukan ke Jakarta. Pada bulan

Agustus 1956, Ia dan gubernur Roeslan berangkat ke Jakarta untuk mengusulkan perbaikan. Namun respon dari Jakarta kepadanya sangat minim dan seakan tidak mendapat respon yang serius. Jakarta tidak memberikan reaksi atas usulan Letkol

Husein tersebut.

Pada saat di Jakarta Letkol Achmad Husein bertemu dengan teman dan atasannya saat di Sumatera Barat yang sedang belajar di Akademi Hukum militer.

Para perwira tersebut diantaranya adalah Jusuf Noer, Dahlan Djambek dan Sjoeib.

Mereka inilah yang mendorongnya untuk segera mengadakan Reuni Divisi

Banteng. Pada tanggal 11 Oktober 1956 dibentuklah panitia persiapan Reuni

Divisi Banteng. Pada akhirnya tanggal 20 November hingga 24 November 1956 reuni diadakan di Padang. Pada reuni ini dihasilkan apa yang dinamakan sebagai

Dewan Banteng dan Piagam Padang.51

Piagam Padang pada intinya mengemukakan tuntutan pada pemerintah

51 R.Z. Leirissa, op.cit, hlm. 35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

pusat akan adanya kesejahteraan dan pemberian hak otonomi daerah. Dewan

Bantenglah yang akan memimpin pemerintahan Sumatera Barat. Dewan ini dibentuk sebagai pelaksana dari isi piagam Padang tersebut. Dewan Banteng pada tingkat lokal memiliki tugas memperjuangkan otonomi daerah yang lebih besar dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik, serta menghidupkan lagi Divisi

Banteng. Pada tingkat nasioanl, dewan ini memiliki tujuan untuk mengembalikan kepemimpinan dwitunggal Soekarno-Hatta, perbaikan pemerintah sipil, dan reorganisasi kepemimpinan angkatan bersenjata.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Dewan Banteng ternyata menuai keberhasilan di beberapa wilayah. Keberhasilan Dewan Banteng ditandai dengan diambil alihnya kekuasaan sipil oleh kekuatan militer. Gerakan pimpinan Letkol

Husein ini juga berhasil melakukan kegiatan barter dengan menjual sendiri hasil- hasil perkebunan yang ada ke luar negeri. Mereka bekerjasama dengan cukong dari yang bertugas menghubungkan usaha Dewan Banteng dengan para pedagang luar negeri lewat jalur Singapura. Hasil dari kegiatan tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan anggota di daerah-daerah. Salah satu kebutuhan yang mendesak adalah didirikannya asrama militer.

Keberhasilan yang dicapai oleh Dewan Banteng di Sumatera Tengah tersebut telah memicu lahirnya dewan-dewan lainnya di wilayah Sumatera lainnya. Dewan Garuda dan Dewan Gajah akhirnya mengikuti jejak Dewan

Banteng. Meski pada akhirnya kedua dewan ini banyak menghadapi jalan buntu dan mengalami kegagalan karena langsung mendapat penolakan dari pusat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

2. Menuju Gerakan PRRI/Permesta

Amerika Serikat dengan CIA-nya sejak pertengahan tahun 1957 telah memperketat operasinya terkait kondisi Indonesia. CIA merencanakan suatu propaganda untuk menjatuhkan karakter Soekarno dengan membuat film porno.

Film tersebut diperankan oleh tokoh yang menggunakan topeng Soekarno yang beradu peran dengan wanita Uni Soviet. Hal tersebut tentu saja dimaksudkan agar terbangun anggapan bahwa Soekarno memiliki hubungan dekat dengan Soviet, namun proyek tersebut dapat dinilai menuai kegagalan.52

Amerika Serikat telah merespon lahirnya gerakan-gerakan dewan di daerah-daerah. Para pejabat CIA di Indonesia melihat aksi-aksi tersebut sebagai suatu kesempatan untuk menjalankan kebijakan “memegang kaki Soekarno di atas api”. Kebijakan tersebut memiliki arti memanfaatkan situasi pergolakan di daerah untuk memperlemah kedudukan Soekarno.53 Sebuah memo dikirim kepada

Kelompok Khusus milik NSC. Memo tersebut berisi tentang tugas menjalankan operasi rahasia tersebut dengan strategi memberikan dukungan kepada para pemberontak.54 Gerakan-gerakan di daerah kemudian juga akan berlanjut seiring berjalannya waktu dengan menjadikan mereka ke dalam satu gerakan.

Gerakan PRRI/Permesta pada akhirnya akan mencapai pada konflik terbuka. Konflik terbuka tersebut juga disebabkan oleh reaksi-reaksi yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah pusat merencanakan untuk

52 William Blum, Killing Hope Military U.S and CIA Intervetions Since World War 2, London, Zed Books, 2003, hlm. 99. 53 Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII, Departement of State Publication, Office of The Historian, Washington DC, 1994, hlm. 429 54 Baskara T. Wardaya, op. cit., hlm. 171.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

mengadakan suatu Musyawarah Nasional. Musyawarah tersebut direncanakan karena melihat situasi di berbagai daerah. Musyawarah Nasional yang direncanakan dilaksankan pada 10 September hingga 14 September 1957 di

Jakarta. Musyawarah Nasional ini mengundang berbagai pihak yang memiliki kepentingan dari pusat hingga daerah. Musyawarah ini diharapkan pula mampu memulihkan kembali Dwitunggal Soekarno-Hatta. Hasil dari musyawarah ini adalah suatu pernyataan, Indonesia dengan segala kekayaannya serta masa depannya adalah milik rakyat yang dilindungi oleh .

Pemerintah pusat kemudian melaksanakan suatu Musyawarah Nasional

Pembangunan. Musyawarah ini dilaksanakan pada 25 November hingga 4

Desember 1957, memiliki tujuan utama untuk membahas usaha-usaha pembangunan sesuai dengan keinginan daerah-daerah. Musyawarah ini diharapkan pula mampu untuk mendamaikan kondisi antara pusat dengan daerah.

Para pemimpin militer daerah juga diundang untuk menghadiri musyawarah, namun Letkol Achmad Husein tidak hadir.

Musyawarah-musyawarah yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat tidak berjalan dengan baik. Musyawarah yang memiliki tujuan untuk mendengarkan dan mengatasi berbagai permasalahan di daerah tidak berhasil tercapai, penyelesaian dan titik temu tidak dapat diraih. Ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah pusat oleh pimpinan militer di daerah semakin memuncak.

Selain itu daerah yang telah melahirkan gerakan dewan-dewan militer melontarkan tuduhan terhadap politik pemerintah pusat telah condong ke arah komunisme.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Pada akhirnya, 15 Februari 1958 diproklamirkan suatu pemerintahan revolusioner terhadap pusat yaitu PRRI. Proklamasi pemerintahan tersebut merupakan puncak dari ultimatum PRRI yang ditolak dalam Sidang Dewan

Menteri pada 11 Februari 1958. PRRI pada tanggal 10 Februari 1958 mengadakan rapat di Padang yang diketuai Letkol Achmad Husein menghasilkan suatu ultimatum yang ditujukan kepada pemerintah pusat.55 Pemerintahan PRRI berkedudukan di Bukittinggi dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai pejabat presiden.

Gerakan Permesta di Sulawesi di bawah pimpinan Letkol Ventje Sumual juga memproklamirkan gerakannya. Letkol Ventje Sumual dan gerakannya telah menghasilkan Piagam Perjuangan Semesta. Permesta melihat semakin kuatnya gerakan di Sumatera serta diproklamirkan PRRI. Dengan demikian Letkol Ventje

Sumual dan Permesta akhirnya menyatakan begabung dan mendukung sepenuhnya PRRI. Pada 17 Februari 1958, Permesta menyatakan memisahkan diri dengan putus hubungan dengan pemerintah pusat. Dengan adanya dukungan dari

Permesta kepada PRRI maka gerakan ini kemudian dinamakan gerakan

PRRI/Permesta.

Proklamasi PRRI dan bergabungnya Permesta, menjadi titik awal dari perlawanan secara terbuka terhadap pemerintah pusat. Pemerintah pusat melihat ultimatum serta proklamasi PRRI sebagai permasalahan yang penting. Pemerintah pusat memutuskan untuk mengambil sikap tegas kepada gerakan tersebut. Sikap

55 Ultimatum PRRI kepada Pemerintah Pusat, 1. Dalam waktu 5 x 24 jam Kabinet Djuanda menyerahkan mandate kepada Presiden atau Presiden mencabut mandate Kabinet Djuanda, 2. Presiden menugaskan Drs. Moh Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX untuk membentuk Zaken Kabinet, 3. Meminta kepada Presiden supaya kembali kepada kedudukannya sebagai Presiden Konstitusional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

tegas yang dimaksud oleh pemerintah pusat adalah diadakannya operasi militer.

Pemerintah pusat lebih memilih jalan militer untuk mengatasi suatu permasalahan.

Gerakan PRRI/Permesta selama konflik terbuka yang terjadi dengan pemerintah pusat akan mencari bantuan pihak asing, yakni Amerika Serikat.

Amerika Serikat telah melihat proklamasi PRRI di Sumatera dan bergabungnya

Permesta di Sulawesi ke dalam satu gerakan. Amerika melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk terlibat di dalamnya. Kekhawatiran Amerika Serikat terkait komunisme di Indonesia dinilai akan segera teratasi dengan adanya

PRRI/Permesta.56 Presiden Eisenhower juga menyatakan bahwa dengan perpecahan antara pusat dengan daerah merupakan peluang emas bagi keterlibatan

Amerika Serikat di Indonesia.

B. Tujuan Amerika Serikat Terlibat PRRI/Permesta

1. Membendung Komunisme

Keikutsertaan Amerika Serikat terhadap negara-negara di kawasan Asia adalah keyakinan pemerintah untuk membentuk politik di Dunia Ketiga. Hal tersebut didukung dengan keberhasilan Amerika Serikat dalam mengusir pemimpin Iran dan Guatemala, membangun negara anti komunis yang terpisah di

Vietnam Selatan dan menempatkan utusan anti komunis di Filipina. Dengan melihat berbagai keberhasilan tersebut pemerintah Eisenhower memantapkan diri untuk melakukan operasi rahasia di Indonesia.57

Amerika Serikat terlibat dalam permasalahan di Indonesia memiliki tujuan utama yaitu mengupayakan pembendungan pengaruh komunisme. Negara

56 Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII, op. Cit., hlm. 436. 57 Audrey R. Kahin, Subversi Sebagai Politik Luar Negeri, Jakarta, Grafiti Pers, hlm. 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

ini beranggapan bahwa penyebaran komunisme akan segera meluas di wilayah

Asia dan dirasa sangat membahayakan. Hal tersebutlah yang menjadikan motif dasar dari keterlibatan Amerika Serikat untuk membantu pemberontakan

PRRI/Permesta.

Tujuan awal Amerika Serikat membantu pemberontakan PRRI/Permesta sebenarnya sebatas untuk membendung pengaruh komunis di Indonesia.

Keterlibatannya dalam gerakan PRRI/Permesta bergerak menjadi bantuan yang bersifat militeristik. Keterlibatan Amerika Serikat dapat dilihat dari prespektif kepentingan negaranya dan dilihat dari kondisi perpolitikan serta keamanan di

Indonesia. Amerika Serikat telah memiliki cita-cita untuk mengakhiri komunisme di dunia sejak masa pemerintahan Presiden Woodrow Wilson pada tahun 1917.

Namun rencana Wilson ini tidak berjalan dengan efektif dikarenakan fokus kerja intelijen yang kurang, depresi besar 1930, serta Perang Dunia I dan II yang telah menguras banyak biaya.

Pada masa pemerintahan Presiden Truman, Amerika Serikat kemudian mengeluarkan Truman Doctrine dan Marshall Plan untuk membendung penyebaran komunisme di Eropa dan Asia. Berawal dari kedua kebijakan tersebut

Amerika Serikat akhirnya mengambil peran untuk mendukung gerakan

PRRI/Permesta di Indonesia. Indonesia menjadi wilayah yang penting bagi fokus dari kebijakan Marshall Plan terkait konteks besar kontestasi Perang Dingin.

Amerika Serikat berusaha melindungi wilayah Indonesia tidak jatuh kepada komunisme.

Amerika Serikat dengan tujuan membendung pengaruh komunisme di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Indonesia akhirnya memanfaatkan lahirnya gerakan PRRI/Permesta. Amerika

Serikat pada awalnya berusaha untuk mengambil keuntungan dari lahirnya gerakan tersebut. Pemerintahan Eisenhower berusaha untuk memukul komunisme di Indonesia tetapi dengan tangan orang Indonesia sendiri. Keterlibatan dan dukungan Amerika akhirnya berujung pada berbagai bantuan senjata serta agen- agen yang ditugaskan secara khusus dan rahasia.

Sikap yang dipilih oleh pemerintahan Eisenhower yang kedua untuk terlibat dalam PRRI/Permesta sebenarnya sudah dapat dilihat sejak masa pemerintahannya yang pertama. Eisenhower dan Menlu Dulles telah merasa sakit hati dan kecewa dengan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh Soekarno. Amerika

Serikat merasa dianggap remeh oleh Soekarno. Soekarno memiliki pandangan

Soviet lebih bisa dipercaya dibanding Amerika Serikat. Soekarno memiliki semangat yang kuat untuk memperangi kolonialisme Barat. Menurutnya Uni

Soviet belum pernah menjadi negera yang menerapakan kolonialisme, sedangkan

Inggris dan Perancis yang adalah sekutu Amerika Serikat merupakan negara yang pernah menerapkan kolonialisme.58 Soekarno juga pernah menyampaikan sikap tidak setuju atas kebijakan dan cita-cita Amerika Serikat dan menolak menjadi satelit untuk negara tersebut.59

Kondisi Indonesia terpantau terus dimana Soekarno dan Indonesia telah bertentangan dengan kepentingannya. Amerika Serikat melihat jalan yang paling tepat adalah menghancurkan kekuatan komunisme di Indonesia, sekaligus

58 Hadi Soebadio, Hubungan Indonesia-Amerika : dasawarsa II tahun 1955-1965, Tangerang, Pramita Pers, 2005, hlm. 42. 59 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (edisi revisi), Jakarta, Yayasan Bung Karno, 2014, hlm. 409.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

berharap dominasi Soekarno dapat ditundukkan. Oleh karena itu, Amerika Serikat memilih untuk mendukung gerakan PRRI/Permesta di daerah. Apalagi para pendiri gerakan tersebut adalah kelompok anti komunis. Para elite politik dan ahli perekonomian akhirnya juga bergabung pada gerakan ini. Mereka bergabung karena tidak cocok dengan jalan kebijakan yang terus didengungkan oleh

Soekarno tentang komunisme.60

2. Melindungi Ladang Minyak Amerika di Sumatera

Kepentingan dan tujuan keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan

PRRI/Permesta tidak sebatas untuk membendung komunisme saja. Amerika

Serikat memiliki tujuan lain dalam rencana untuk membantu PRRI/Permesta.

Negara tersebut telah melihat dan memprediksi kekayaan alam yang dimiliki oleh

Indonesia. Amerika Serikat memendam harapan besar terhadap Indonesia, antara lain dikarenakan letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan serta tempat yang tepat bagi bertemunya negara-negara di dunia. Amerika pun memiliki harapan besar untuk dapat memperoleh kekayaan alam Indonesia.

Menteri Luar Negeri Dulles saat mengangkat duta besar Amerika untuk

Indonesia pada tahun 1957 yaitu John M. Allison juga menyatakan, jangan sampai

Soekarno lebih jauh lagi mendekat ke arah komunis. Menlu Dulles khawatir sikap

Soekarno tersebut akan membawa Indonesia semakin bertindak keras terhadap bangsa Barat dengan kolonialismenya. Ia juga berharap M. Allison dapat lakukan apa saja agar wilayah di Sumatera juga tidak jatuh ke tangan komunis.61

60 Suar Suroso, Bung Karno Korban Perang Dingin, Jakarta, Hasta Mitra, 2008, hlm. 301. 61 Barbara S. Harvey, Permesta Pemberontakan Setengah Hati, 1984, Jakarta, PT Grafiti Utama Press, hlm. 123.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Ketakutan pihak Amerika Serikat tentang jatuhnya wilayah Sumatera ke tangan komunis tentu saja tidak tanpa alasan. Wilayah Sumatera merupakan wilayah penghasil minyak yang dimiliki Indonesia. Kemudian, Amerika Serikat memiliki sumur minyak di Sumatera yaitu di wilayah Plaju. Dengan wilayah

Indonesia khususnya Sumatera jatuh ke tangan komunis maka dapat dipastikan sumur minyak yang dimiliki Amerika akan hilang. Komunis yang menjadi musuh

Amerika memiliki konsep ekonomi yang sangat berbeda dengannya. Komunis memiliki konsep kekayaan alam dan perekonomian adalah milik negara dan tidak ada campur tangan swasta apalagi dalam konteks ini adalah Amerika Serikat. Hal tersebutlah yang menjadi dasar alasan dari ketakutan dan perintah Menlu Dulles kepada Dubes John M. Allison.

Oleh karena itu, dengan adanya gerakan PRRI/Permesta, Amerika Serikat memberikan dukungannya. Dukungan dari Amerika antara lain dikarenakan mereka memiliki tujuan untuk melindungi aset kekayaan tambang di Sumatera.

Amerika Serikat menjadikan persoalan di Indonesia menjadi sangat penting dan dijadikan konsen untuk memperoleh keuntungan dari wilayah tersebut. Amerika

Serikat memiliki kekhawatiran komunisme Uni Soviet dan Cina akan mempersulit akses Amerika terhadap kekayaan alam Indonesia.

Dengan demikian kepentingan Amerika Serikat dalam gerakan

PRRI/Permesta tidak hanya untuk membendung komunisme di Indonesia tetapi juga untuk melindungi aset yang dimiliki oleh Amerika. Negara tersebut juga khawatir bahwa pengaruh komunisme yang disebarkan Soviet maupun Cina kemudian mengurangi aksesnya terhadap kekayaan alam Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

C. Menuju Kesepakatan Dengan Amerika Serikat

1. Pertemuan di Filipina

Para pemimpin PRRI/Permesta seringkali bergantian berpergian ke luar negeri dengan maksud mencari bantuan pihak asing. Mereka menyadari untuk menghadapi pemerintah pusat di Jakarta diperlukan bantuan dari pihak asing.

Amerika Serikat telah benar-benar tertarik dengan kondisi yang terjadi di

Indonesia. Perpecahan di daerah adalah suatu kesempatan yang baik. Desas-desus yang terus dilontarkan oleh para pemimpin PRRI/Permesta semakin membuat pihak Amerika Serikat yakin untuk memberikan bantuan. Mereka meyakinkan pihak asing dengan alasan yaitu untuk memusuhi komunisme di Indonesia.

Amerika Serikat memanfaatkan wilayah Filipina sebagai tempat penting untuk dukungannya terhadap PRRI/Permesta. Filipina adalah salah satu negara yang berbatasan dengan Sulawesi Utara, tempat bagi lahirnya gerakan Permesta.

Amerika Serikat memiliki pangkalan militer di Filipina yaitu Clark Field.

Letkol Ventje Sumual yang sebagai pemimpin gerakan Permesta di

Sulawesi juga giat untuk mencari dukungan ke luar negeri. Pada tanggal 14

Februari 1958, Ia telah sampai di Manila untuk melakukan orasi di depan para wartawan Filipina. Kedatangannya di Manila telah menarik perhatian para wartawan serta mahasiswa asal Indonesia. Ventje Sumual adalah nama yang sudah terdengar sebagai pemberontak atas pemerintahan yang sah di Jakarta.

Kedatangannya di sana didampingi oleh Des Alwi yaitu kawan dekatnya yang dimintanya untuk menjadi penerjemah. Letkol Ventje Sumual saat itu menyampaikan orasi akan dibentuk suatu pemerintahan revolusioner di Sumatera.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Pernyataan ini memicu kemarahan para mahasiswa asal Indonesia di sana. Des

Alwi justru menuduh mereka adalah orang komunis yang menyusup dan harus diusir keluar.

Hal tersebut merupakan contoh bahwa mereka benar-benar sedang memerangi komunisme dimanapun mereka berada. Usaha pencarian bantuan dan pemberian bantuan oleh Amerika Serikat berlangsung secara beriringan dengan perlawanan secara terbuka. Para pemberontak akan memanfaatkan berbagai bantuan yang diberikan oleh pihak asing untuk menguasai daerah-daerah dengan menghancurkan fasilitas-fasilitas yang dinilai dikuasai oleh pihak Jakarta.

Pada tanggal 11 hingga 13 Maret 1958 berlangsung pertemuan negara- negara SEATO di Manila Filipina. Para pemimpin pemberontakan di daerah beruasaha mencari bantuan lewat jalan pertemuan ini. Sebelumnya presiden PRRI

Syafrudin Prawiranegara telah menyampaikan pidatonya di Bukittingi bahwa

Soekarno telah menerima bantuan senjata dari Uni Soviet, maka Ia menyatakan akan meminta bantuan senjata dari Amerika lewat jalan pertemuan SEATO di

Filipina.

Menlu Dulles dikabarkan juga akan menghadiri pertemuan SEATO di

Manila tersebut. Pada pertemuan tanggal 11 Maret 1958 memang terjadi diskusi diantara negara-negara SEATO. Diskusi yang dilakukan membahas tentang langkah apa yang mereka perlu lakukan terkait kondisi yang terjadi di Indonesia sehubungan dengan gerakan PRRI/Permesta. Pembicaraan mengenai permasalahan itu dilakukan secara tertutup. Mendengar kabar tersebut, pihak Uni

Soviet langsung menuduh SEATO terlibat dalam permasalahan PRRI/Permesta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Dalam pidatonya dalam forum pertemuan SEATO, Menlu Dulles menyebutkan adanya kemungkinan kaum komunis merencanakan penggalangan kekuatan baru di negara-negara SEATO. Penguasa-penguasa komunis takut kalau

SEATO memblokir gerakannya. Hal yang senada juga diungkapkan Menlu

Filipina Serrano bahwa pakta pertahanan SEATO mampu menahan laju komunis.

Namun, menurutnya SEATO tidak dapat menahan keagresifan komunisme internasional.

Menlu Dulles menyatakan SEATO tidak perlu ikut campur dalam permasalahan di Indonesia tetapi Ia menyatakan keamanan SEATO terancam oleh kondisi di Indonesia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan sebenarnya Menlu

Dulles memiliki maksud terselubung. Amerika Serikat telah mendorong penggalangan dukungan dan bantuan kepada para pemberontak PRRI/Permesta.

Dalam harian Gelora Masa dinyatakan, SEATO telah mengecam segala bentuk komunisme di dunia internasional.62

Pada pertengahan April 1958 bekas utusan militer Indonesia untuk

Amerika Serikat yaitu Alex Kawilarang dinyatakan telah memihak kaum pemberontak. Pada Minggu 13 April 1948, Kawilarang diketahui berada di Manila untuk tugas yang tidak diterangkan. Kawilarang diberitakan berada dalam pesawat

American Airways bersama Jacob Warrouw dan orang Amerika yaitu Bernhard

Edison. Kawilarang dan dua pengantarnya itu disebutkan berada di Forbus Park

Manila dan mampu mendapat visa Filipina. Kedatangan Kawilarang ke Filipina ini dapat diartikan sebagai langkah untuk mencari bantuan atau menjalin

62 Harian Gelora Maesa, edisi 15 Maret 1958

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

kerjasama dengan pihak asing.

Pada kenyataannya memang sulit disangkal bahwa wilayah Filipina tidak dijadikan sebagai tempat pengiriman bantuan kepada pemberontak di daerah.

Kegiatan yang dilakukan dari Filipina ini berlangsung secara sembunyi-sembunyi, karena operasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat merupakan kegiatan operasi rahasia. Pada harian Terompet Masyarakat juga dinyatakan pihak Amerika Serikat memberikan tekanan kepada Filipina. Amerika Serikat mendesak agar pemerintah

Filipina terus memberikan jalan bagi para pemberontak. Tekanan tersebut membuat para pemberontak menjadi leluasa untuk mendirikan suatu tempat pertahanan di luar negeri.63

2. Pertemuan di Singapura

Wilayah Singapura juga dijadikan sebagai titik temu antara pihak

PRRI/Permesta dengan pihak asing. Hubungan ilegal antara Sumatera dengan

Singapura sudah terjalin sejak lama. Saat Dewan Banteng melakukan usaha barter yang menerima hasil-hasil perkebunan ilegal adalah para pedagang di Singapura.

Amerika Serikat telah menempatkan orang-orangnya di negara tersebut. Banyak agen-agen rahasia yang memiliki kantor di sana sehingga dalam perjalanan para pemimpin PRRI/Permesta ke luar negeri untuk mencari bantuan juga tidak luput untuk menuju ke Singapura. Singapura juga akan menjadi tempat pelarian para pemberontak setelah gerakannya terdesak oleh pasukan militer pemerintah pusat.

Singapura pada tahun-tahun sebelumnya telah memiliki hubungan yang baik dengan para pemberontak. Sejak didirikannya Eastern Produce Agency pada

63 Harian Terompet Masyarakat, edisi 26 April 1958

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

tahun 1956, antara pemberontak di daerah dan pedagang gelap di Singapura telah terjalin suatu kerjasama. Hasil kopra dari Sulawesi oleh pemerintah Jakarta diberikan harga murah. Para pemberontak di daerah seperti Minahasa Sulawesi melakukan kerjasama secara ilegal dengan Singapura untuk mendapat keuntungan yang lebih banyak.64

Singapura dapat dikatakan sebagai tempat pelarian bagi para pemberontak. Perjalanan mereka seringkali berpindah dengan cepat. Mereka biasanya berpindah dari Filipina ke Singapura atau sebaliknya. Pada 7 Maret 1958

Des Alwi berada di Singapura bersama dengan para tokoh Permesta seperti

Pantouw dan Walandow serta bersama juga dengan Letkol Zulkifli Lubis. Mereka ke sana untuk mencari bantuan pesawat terbang. Pantouw dan teman-temannya menilai permasalahan yang terjadi di daerah harus ditangani dengan serius.

Mereka juga menyatakan tidak akan mundur untuk kepentingan tersebut.

Sumitro Djojohadikusumo melarikan diri setelah dituduh terlibat dalam kasus korupsi sejak diberlakukannya undang-undang darurat perang. kemudian bergabung dengan para pemberontak di Sumatera. Sumitro inilah yang menjadi jembatan antara para pemberontak dengan dunia luar yaitu Amerika

Serikat. Ia sangat lihai untuk memikat hati pihak Amerika Serikat dengan cara menggunakan sentimen anti komunis. Dengan sentiment yang terus dibangun tersebut para pemberontak berhasil mendapat bantuan dari Amerika Serikat.

Alasan lain dari bergabungnya Sumitro kepada pihak PRRI/Permesta adalah ia akan memperoleh suatu keuntungan yang besar. Faktor bisnislah yang sebenarnya

64 Barbara S Harvey, op.cit., hlm. 125.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

dijadikan alasan oleh Sumitro. Sumitro memiliki jaringan yang luas dengan para pedagang-pedagang pasar gelap di Singapura maupun di Filipina.

Sumitro Djodjohadikusumo dan Pantouw pada harian Terompet

Masyarakat pada tanggal 3 April 1958 dikabarkan berada di Singapura.

Kedatangan mereka dikabarkan untuk membeli senjata dari para pedagang senjata ilegal. Namun tiba-tiba mereka menghilang dari Singapura pada saat itu.65 Ketika mereka berdua bertemu di Singapura hal yang dibahas adalah bahwa gerakan

PRRI/Permesta memerlukan bantuan dana. Mereka merencanakan untuk mendesak berbagai kilang minyak milik Amerika Serikat di Sumatera.

Perusahaan-perusahaan minyak Amerika dimintai dana untuk pembelian senjata bagi PRRI/Permesta.66 Kedua tokoh itu terus datang ke Singapura hingga akhir bulan April 1958 guna mencari bantuan senjata atau membelinya dari para pedagang gelap.67

Letkol Ventje Sumual juga menyatakan mereka memang melakukan perjalanan ke Singapura. Ketika itu Ia bersama Letkol Husein dan Sumitro berada di Singapura untuk mencari senjata. Pada situasi tersebut siapapun yang menjual atau memberikan bantuan senjata kepada pemberontak pasti akan diterima. Hal tersebut disebabkan ada pertimbangan dan anggapan Soekarno telah menerima bantuan senjata dari Uni Soviet.68 Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan untuk mereka menerima senjata dari pihak Amerika Serikat.69

65 Harian Terompet Masyarakat, edisi 3 April 1958 66 William Stevenson, Birds’ Nests in Their Beards, London, Hutchinson Publisher, 1963, hlm. 30. 67 Harian Terompet Masyarakat, edisi 28 April 1958 68 Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII, op. Cit., hlm. 11. 69 Soewardi Idris, op. Cit., hlm. 172.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

D. Bantuan Amerika Serikat Bagi PRRI/Permesta

1. Bantuan Senjata Amerika Serikat bagi PRRI

Peran Amerika Serikat di Indonesia merupakan suatu kegiatan operasi rahasia. Operasi rahasia yang dilakukan oleh Amerika Serikat merupakan suatu strategi untuk melakukan rekayasa politik. Indonesia merupakan negara yang sangat penting bagi kehidupan global. Hal tersebut dapat dilihat dari segi politik dan ekonomi Indonesia jauh melebihi negara Asia Tenggara lainnya. Indonesia dilihat dari segi ekonomi sebenarnya juga merupakan negara yang kaya dan secara letak geografis juga sangat penting. Indonesia saat itu menduduki peringkat kelima dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.70

Piihak Amerika Serikat pada akhirnya merespon kondisi di Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an. Pada bulan Agustus 1957, Kementerian Luar

Negeri mendapat tugas dari National Security Council (Dewan Keamanan

Nasional) untuk membentuk panitia rahasia Interdepartmental Ad Hoc Comitte on

Indonesia, yang beranggotakan lima orang yang menyusun suatu rahasia untuk mendesak Indonesia mempertimbangkan sungguh-sungguh bahaya komunisme.71

Rencana rahasia itu mulai dilaksanakan sejak awal 1958 melalui serangkaian operasi terselubung (covert operations) oleh satuan Angkatan Laut dan Angkatan

Udara Amerika Serikat yang berpangkalan di Pasifik.72

Keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta memanfaatkan keberadaan CIA (Central Intelegence Agent) untuk mendukung gerakan tersebut.

70 Audrey R. Kahin, op.cit, hlm. 17. 71 Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII, op. Cit., hlm. 262. 72 R.Z Leirissa, PRRI/Permesta, Jakarta, PT Pustaka Utama Grafiti, 1991, hlm. 57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Keterlibatan CIA ini merupakan operasi tertutup yang tidak dapat dilepaskan dari peran presiden Eisenhower, Menlu John F. Dulles dan direktur CIA Allan Dulles.

Pada tahun 1958 keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan

PRRI/Permesta nampak jelas. Ketelibatan Amerika Serikat nampak sejak bulan

Januari 1958. Amerika Serikat mulai memperlihatkan segala upaya untuk menghancurkan kekuatan komunis di Indonesia dengan terlibat dan mendukung

PRRI/Permesta.

Operasi yang dilakukan oleh CIA ini disebut dengan istilah operasi HAIK.

Biaya untuk operasi di Indonesia, Allen Dulles menandatangani sebuah cek senilai paling tidak sepuluh juta dollar. Pada musim gugur tahun 1957, tidak akan ada banyak perlawanan untuk memasukkan Indonesia dalam agenda CIA dan kantor itu tidak akan segan-segan mengeluarkan 10 juta dollar untuk operasi tersebut.

Allen Dulles, seperti dilaporkan, menandatangani bon itu dengan sedikit tersenyum

PRRI/Permesta dengan hasil usaha para pemimpinnya berhasil mendapatkan bantuan dan dukungan dari Amerika Serikat. Dukungan ini sebenarnya terkait dengan kesamaan tentang kebencian dan ketidakcocokan dengan kebijakan serta sikap presiden Soekarno. Dapat dikatakan kerjasama yang terjalin tersebut hanya bertujuan untuk menggantikan atau memperlemah kekuatan Soekarno. Dengan hal tersebut antara Amerika Serikat dan

PRRI/Permesta memiliki musuh yang sama.

PRRI mendapatkan bantuan persenjataan dari Amerika Serikat.

Persenjataan yang dikirimkan oleh pihak Amerika dengan diangkut menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

kapal terbang pengangkut yang dimilikinya. Persenjataan-persenjataan modern dari Amerika tersebut yaitu seperti LMG 12,7 MM, penangkis serangan udara,

Bazooka, granat-semi automatis, persenjataan infantry. Persenjataan-persenjataan tersebut diturunkan di atas hutan-hutan Sumatera. Bantuan persenjataan yang dikirimkan oleh Amerika Serikat ini digunakan untuk melengkapi persenjataan dari PRRI. Pada kemudian hari persenjataan dan perlengkapannya inilah yang digunakan untuk melawan serangan oleh pasukan APRI yang dikirim dari Jakarta untuk mengendalikan situasi Sumatera.

Persenjataan yang dikirim oleh Amerika tersebut memanfaatkan wilayah

Singapura. Singapura menjadi kantor dari para agen CIA dan dianggap sebagai wilayah yang aman bagi Amerika Serikat. Bantuan yang berhasil didapatkan ini juga berkat kontrol yang dilakukan oleh . Sumitro terus menjalin hubungan dengan para agen yang ada di Singapura.

Persenjataan yang dikirim tidak hanya dijatuhkan di atas hutan-hutan

Sumatera saja. Senjata-senjata untuk PRRI juga diselundupkan oleh kapal-kapal dari Singapura yang bersandar di pelabuhan-pelabuhan gelap, salah satunya di

Pekanbaru. Dilihat dari letak geografisnya, Singapura sangat mungkin mengirimkan senjata ke wilayah Sumatera. Singapura sangat dekat dengan

Sumatera dan saat itu masih banyak pelabuhan-pelabuhan gelap yang mampu dimanfaatkan PRRI untuk menerima bantuan senjata.

Dengan bukti-bukti yang ada, pihak Amerika Serikat sempat mengelak dari tuduhan pemerintah Indonesia akan keterlibatannya. Hal tersebut pasti terjadi karena secara operasi yang dilakukan merupakan suatu operasi rahasia. Pihak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

PRRI sendiri juga menutup pengakuan akan keterlibatan dan bantuan persenjataan pihak Amerika Serikat dalam gerakannya.

2. Keterlibatan Langsung Amerika Serikat pada Permesta

Pergerakan konsentrasi perlawanan bergeser dari wilayah Sumatera ke wilayah Sulawesi. Pada bulan Mei 1958, Sumatera berhasil dikendalikan oleh pasukan APRI dari Jakarta. Konsentrasi perlawanan dapat dikatakan tinggal di wilayah Sulawesi saja. Bantuan Amerika Serikat pada gerakan di Sumatera sebatas dengan suplai senjata kepada para pemberontak. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi di Sulawesi dengan gerakan Permesta-nya.

Letkol Ventje Sumual dan Pantouw mengakui semenjak PRRI diproklamirkan pada bulan Februari 1958, tawaran pihak asing semakin jelas nampak. Amerika Serikat menawarkan bantuan yang tidak terbatas bagi para pemberontak di daerah. Sumual dan Pantouw mengatakan mereka memperoleh bantuan pertama untuk Permesta dari Amerika Serikat di Manila dan Taipei.

Persenjataan yang diterima tersebut kemudian dibawa ke pada tanggal 23

Februari 1958.73

Segala bantuan dijalankan oleh CIA didasarkan pada kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dilakukan terhadap Indonesia. Kementerian Luar

Negeri Amerika Serikat di pertengahan April 1958 memutuskan untuk menjaga komitmennya melalui bantuan pesawat-pesawat dan personil angkatan udara ke

Sulawesi.74 Tidak hanya dukungan di angkatan udara, usaha-usaha CIA juga

73 Barbara S Harvey, op.cit., hlm. 125. 74 Andrew Roadnight, United States Policy towards Indonesia in the Truman and Eisenhower Years, , Hampshire, Palgrave Macmillan, 2002, hlm. 159.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

didukung oleh sebuah tugas kekuatan angkatan laut Amerika Serikat di lepas pantai, yaitu Armada ke-7 milik Amerika Serikat. Selain itu Angkatan Darat

Amerika Serikat juga ikut diperbantuka. CIA juga memberikan bantuan sekitar

300 pasukan yang terdiri dari orang Amerika, Filipina, dan .75

Keputusan untuk mengirim Pesawat Tempur Mustang dan pesawat pembom jenis B-26 dilakukan oleh Menlu Dulles sebagai pengambil kebijakan luar negeri. Bantuan militer dari Amerika Serikat ini terus digunakan oleh para pemberontak untuk melakukan perlawanan terbuka. Eisenhower mengambil langkah untuk menggerakkan unit-unit angkatan laut dan melepaskan the

Third Marine Division milik Amerika Serikat dari Filipina untuk memasuki area

Indonesia. Pangkalan yang dijadikan jalur masuknya pasukan Amerika adalah melalui daerah Mindanau, wilayah ini merupakan tempat yang paling dekat dengan Indonesia.

Permesta sebenarnya telah diuntungkan dengan bantuan kekuatan udara dan laut yang baru. Permesta mampu bertindak lebih agresif lagi da daerah.

Keterlibatan Amerika Serikat dalam memberikan suplai senjata itu diakui salah satu tokoh Permesta yaitu Lengkong Worang. Permesta memiliki ribuan pucuk senjata api dan senjata mesin lengkap dengan amunisi, juga memiliki sejumlah mortir 81 mm, truk pengangkut, mobil jip, dan pesawat tempur. Lengkong

Worang menyatakan di Lapangan Udara Mapanget Manando sering terparkir sejumlah pesawat tempur jenis B-26 yang dipiloti oleh orang Amerika. Ketika sedang berkeliling Ia juga melihat sedang ada kegiatan penurunan senjata dari

75 H. W. Brands, The Limits of Manipulation: How the United States did not Topple , The Journal of American History, Vol. 76, No. 3,The Organisation of Historians, 1989, hlm. 790.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

pesawat yang dilakukan oleh pasukan Permesta, sedangkan orang-orang Amerika yang membawa pesawat tersebut sedang beristirahat.

Pada harian Terompet Masyarakat juga dinyatakan dropping senjata dan bantuan pesawat terus berlangsung. Bantuan-bantuan oleh pihak Amerika Serikat ternyata terus diterima oleh para pemberontak di daerah.76

Pada tanggal 30 April 1958, Perdana Menteri Djuanda membuat pernyataan terkait pemberontak di daerah. Djuanda melihat aksi penghancuran dengan menggunakan pesawat tempur oleh para pemberontak di daerah dibantu oleh pihak asing. Hal itu berkaitan dengan serangan udara yang dilakukan kaum pemberontak di beberapa tempat tidak mungkin dilakukan sendiri oleh kaum pemberontak. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan di daerah hanya memiliki dua penerbang Indonesia dan kondisi di Manado saat itu tidak tersedia bahan bakar untuk pesawat. Kekosongan bahan bakar tersebut dikarenakan tempat untuk pengisian bahan bakar telah dirusak. Sangat tidak mungkin juga mengirim atau meminta bantuan bahan bakar dari Jawa.

Memang benar ada suatu bantuan baik pesawat tempur, pilot berserta senjata dan bahan bakar yang diterima oleh pemberontak berasal dari pihak asing.

Penerbang yang ditugasi untuk membantu pemberontak itu berbangsa Amerika

Serikat dan Taiwan. Para penerbang ini masuk ke Indonesia melalui jalur ilegal termasuk lewat Filipina. Djuanda juga memberi peringatan keterlibatan Amerika

Serikat terbukti benar adanya maka akan mempengaruhi hubungan dengan

Indonesia.

76 Harian Terompet Masyarakat, edisi 15 April 1958, hlm. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

DAMPAK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM GERAKAN

PRRI/PERMESTA BAGI SITUASI DALAM NEGERI DAN HUBUNGAN

LUAR NEGERI INDONESIA

A. Situasi Dalam Negeri Indonesia

1. Operasi Militer dari Jakarta

Pemerintah Indonesia di Jakarta telah mengambil sikap tegas terhadap permasalahan PRRI/Permesta. Sikap tegas yang diambil oleh pemerintah pusat adalah menugaskan pasukan militer dari Jawa untuk melaksanakan tugas ke

Sumatera dan Sulawesi. Kaitannya dengan peran Amerika Serikat dalam gerakan

PRRI/Permesta adalah pemberian bantuan persenjataan dan pesawat tempur.

Dengan persenjataan pemberontak yang semakin kuat maka langkah pemerintah adalah melakukan operasi militer. Meskipun ketika tidak ada keterlibatan asing dalam permasalahan ini, pemerintah juga akan melakukan langkah operasi militer juga. Namun, dengan melihat dukungan dan bantuan persenjataan dari Amerika membuat para pemberontak semakin percaya diri untuk melawan pemerintah pusat.

Operasi militer yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat mendapat pertentangan dari daerah. Isu-isu panas terus dipelihara dan digulirkan.

PRRI/Permesta menilai, operasi militer hanya akan memicu terjadinya perang saudara. Opini publik terus digiring dengan beberapa fakta terkait pemerintahan

Indonesia. Operasi militer yang akan dilakukan juga diolah sebagai tindakan yang represif terhadap rakyatnya sendiri. Isu-isu itulah yang memicu pertikaian hingga

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

puncaknya pada suatu konflik terbuka.77

Serangkaian operasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Operasi Tegas dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution. Operasi Tegas ini

memiliki tujuan tugas untuk mengamankan instansi pemerintahan dan

tempat-tempat penting di Riau. Operasi Tegas berhasil menguasai kota

Pekanbaru pada 12 Maret 1958.

2. Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kolonel . Operasi 17 Agustus

ini memiliki tujuan untuk merebut kembali dan menguasai wilayah Sumatera

Barat. Wilayah Sumatera Barat merupakan wilayah yang dijadikan pusat bagi

kekuatan pasukan dan pemerintahan PRRI. Kota penting di Sumatera Barat

bagi PRRI adalah Padang dan Bukittinggi. Operasi 17 Agustus berhasil

menguasai kota Padang pada tanggal 17 April 1958 dan kemudian juga

berhasil menguasai kota Bukittinggi pada 4 Mei 1958.

3. Operasi Saptamarga dipimpin oleh Brigjen Jatikusumo. Operasi ini memiliki

tugas mengambil alih wilayah Sumatera Utara yang telah dikuasai oleh

pasukan PRRI. Operasi ini kemudian bergerak hingga menguasai wilayah

Tapanuli.

4. Operasi Sadar, operasi ini merupakan satu-satunya misi yang tidak

menggunakan kekuatan fisik. Operasi ini lebih bersifat operasi intelejen dan

territorial. Operasi Sadar ini memiliki tujuan untuk menghapuskan sisa-sisa

77 A.H. Nasution, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4, Jakarta, Gunung Agung, 1984, hlm. 187.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

dari gerakan PRRI di Sumatera Selatan. Operasi tersebut dipimpin oleh

Letkol Dr. .78

Pemberontakan Dewan Banteng yang dipimpin oleh Ahmad Husein akhirnya dapat dipatahkan oleh Angkatan Perang Republik Indonesia yang melakukan “Operasi 17 Agustus” di bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani dalam waktu yang tidak terlalu lama, yaitu kurang lebih satu minggu. Pemberontakan

PRRI di Sumatera Barat itu, dengan sendirinya menimbulkan kekacauan, baik terhadap pemerintah daerah, maupun terhadap kehidupandalam masyarakat, setelah Ahmad Husein mengambil alih fungsi Gubernur Roeslan Muljodihardjo, yang diangkat oleh pemerintah Pusat di Jakarta. Kabinet Karya yang dipimpin Ir.

Djuanda memutuskan pengiriman misi yang dinamakan “Misi Pemerintah untuk

Normalisasi Pemerintah dan Masyarakat Sumatera Barat”.

Misi Pemerintah yang dipimpin Wakil Perdana Menteri I Hardi, SH yang anggota-anggotanya terdiri dari beberapa menteri, pejabat-pejabat tinggi dari departemen-departemen dan beberapa perwira Tentara Nasional Indonesia-

Angkatan Darat, tiba di Padang, satu hari setelah operasi militer dianggap berhasil. Berkat operasi militer yang cepat, niat luar negeri, khususnya Amerika

Serikat untuk campur tangan dalam masalah dalam negeri Indonesia secara terbuka, dapat dihindari.

Sementara itu, untuk menumpas pemberontakan Permesta dilancarkan operasi gabungan dengan nama Merdeka di bawah pimpinan Letkol Rukminto

Hendraningrat, yang terdiri dari :

78 Pusat Sejarah dan Tradisi Abri, 40 Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Jakarta, 1985, hlm. 182.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

1. Operasi Saptamarga I dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Tengah,

dipimpin oleh Letkol Sumarsono.

2. Operasi Saptamarga II dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Selatan,

dipimpin oleh Letkol Agus Prasmono.

3. Operasi Saptamarga III dengan sasaran Kepulauan Sebelah Utara Manado,

dipimpinoleh Letkol Magenda.

4. Operasi Saptamarga IV dengan sasaran Sulawesi Utara, dipimpin oleh Letkol

Rukminto Hendraningrat

Sebelum operasi pokok dilancarkan, di Sulawesi Tengah telah bergerak kesatuan-kesatuan yang tergabung dalam Operasi Insyaf. Operasi ini dikoordinasi oleh Komando Antar Daerah Indonesia Bagian Timur (Koandait). Termasuk ke dalam operasi ini gerakan yang dipimpin oleh Kapten Frans Karangan dan

Inspektur Polisi Suaeb. Operasi yang dilakukan berhasil menguasai kota Donggala dan Parigi. Operasi lainnya juga dilakukan oleh kesatuan pasukan yang dipimpin oleh yang berhasil mempersiapkan pasukan Saptamarga II di

Gorontalo.

Operasi-operasi militer yang dilakukan oleh pemerintah pusat di Indonesia bagian Timur mendapatkan perlawanan yang berat. Perlawanan yang diterima oleh APRI berbeda dengan operasi yang dilakukan di Sumatera. Kondisi geografis

Sulawesi dan ketersediaan persenjataan Permesta sangat lengkap. Persenjataan dan kekuatan militer Permesta menjadi semakin kuat karena memang adanya bantuan dari pihak Amerika Serikat.79

79 Sekretariat Negara Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka, Jakarta, 1975, hlm. 128.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Tindakan pemberontakan ini terus terjadi sampai pertengahan Mei 1958 di waktu Pemerintah Indonesia berhasil menumpas semua pemberontakan PRRI dan Permesta di pulau Sumatera dan Indonesia bagian timur dengan cara menghancurkan beberapa pesawat dan mengambil alih kontrol di daerah teritorial tersebut.80

2. Terbuktinya Keterlibatan Amerika Serikat

Bukti fisik adanya bantuan berupa peralatan militer dan personilnya adalah sebuah pesawat terbang militer AS yang ditembak jatuh di Ambon pada tanggal 18 Mei 1958 oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) dengan menggunakan meriam. Pilot yang mengemudikan pesawat terbang militer tersebut adalah seorang penerbang berkebangsaan Amerika, yaitu Allan Lawrence Pope.

Allan Pope merupakan penerbang Amerika yang disewa oleh kaum pemberontak

Permesta yang secara legal diberi izin oleh pemerintah AS untuk menerbangkan angkutan udara sipil. Pope berhak menggunakan lapangan terbang di pangkalan militer AS di dekat Manila, Filipina.

Allan Pope memiliki kemampuan melakukan serangan yang mampu membunuh 700 rakyat di Ambon dalam satu kali serangan.81 Serangan itu ditujukan ke sebuah Gereja sampai hancur dan seluruh umat di dalam kebaktian itu terbunuh. Selain itu, Pope juga berhasil menenggelamkan sebuah kapal milik

Indonesia dan semua awak kapal ini mengalami nasib yang malang. Presiden

Soekarno meyakini Pope merupakan salah satu agen CIA. Pada kenyataannya

80 Trygvie Lie, In the Cause of Peace, New York, 1954, hlm. 3. 81 Manai Sophiaan, “Campur Tangan CIA dan KGB”, diakses dari http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindia-Dokumen-Tercecer-GESTOK-1965- CAMPUR-TANGAN-CIA-DAN-KGB-MANAI-SOPHIAAN, pada tanggal 1 November 2009, pukul 13.22 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Allan Pope merupakan salah satu agen CIA yang dimanfaatkan oleh pemberontak

Permesta.82

Peralatan dan dukungan Amerika Serikat pada para pemberontak ditarik dan dihentikan pada akhir bulan Mei 1958. Tindakan itu menimbulkan kekecewaan yang sangat besar pada pihak PRRI/Permesta. Oleh karena itu, pada akhir operasi mileter dari Jakarta dilaksanakan hingga tahun-tahun berikutnya pasukan PRRI/Permesta berjuang dengan tangan sendiri tanpa bantuan pihak asing.83

Perubahan itu berkaitan dengan kebijakan Amerika Serikat pada Maret

1958. Amerika Serikat mengganti dubesnya di Indonesia dengan Howard P.

Jones. Setiba di Indonesia Ia menghubungi tokoh seperti Soekarno, Hatta,

Djuanda, Nasution. Dubes Jones telah mengambil suatu kesimpulan bahwa di

Indonesia masih ada kekuatan anti komunis. Oleh karena itu, dubes Jones menganjurkan kepada pemerintahnya untuk mencoba merangkul pemerintahan

Indonesia.

Amerika Serikat yang menghentikan bantuan dan dukungannya kepada para pemberontak sebenarnya merupakan suatu ironi. Ironi yang terjadi tersebut sebenarnya sudah dapat dihindari oleh pihak Amerika dengan melihat secara teliti kondisi yang terjadi. Jauh sebelum adanya operasi rahasia bantuan bagi

PRRI/Permesta, di Indonesia telah terjadi perlawanan pada komunisme. Upaya

PKI pada tahun 1948 telah menunjukkan aksi nyata dari kelompok komunis

Indonesia dan mendapat reaksi tegas pula dari pemerintahan Soekarno.

82 John Prados, Lost Crusader: The Secret Wars of CIA Director William Colby, Oxford, Oxford University Press, 2003, hlm. 147. 83 R.Z Leirissa, PRRI/Permesta, 1991, hlm. 194

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Soekarno sendiri telah menunjukkan sikap tegasnya terhadap komunis yaitu dengan operasi militer. Operasi militer tersebut untuk menghancurkan upaya yang terjadi di Madiun. Dengan demikian, Amerika seharusnya dapat sampai pada suatu kesimpulan yaitu Soekarno bukanlah komunis.84

Amerika Serikat memiliki ironi lain yang ternyata sudah bisa diprediksi oleh pemerintahannya. Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad

Yani menuju Sumatera Barat. Ia adalah pimpinan militer yang sangat anti pada komunisme. Ahmad Yani adalah teman baik dari Mayor George Benson, Asisten

Atase Angkatan Darat Amerika Serikat yang berkantor di Jakarta. Benson membantu Yani untuk membuat strategi penyerbuan ke Sumatera. Hal tersebut menandakan bahwa sebenarnya di Indonesia masih ada kekuatan yang anti komunis dan dekat juga dengan pihak Amerika Serikat yang akan menumpas suatu pemberontakan yang justru didukung oleh pemerintah Amerika lewat CIA.85

Berbagai keraguan yang dimiliki pemerintah Eisenhower dengan kebijakannya di

Indonesia hanya terpengaruh atas ambisi para agen CIA sendiri yang ingin mendapatkan penghormatan dan kenaikan jabatan setelah melakukan suatu operasi dan berhasil.

Ambisi yang berlebihan dari beberapa pihak tersebut membawa Amerika ke dalam situasi yang sulit. Tertembaknya pilot pesawat tempur berkebangsaan

Amerika ternyata juga turut membawa dampak besar bagi keterlibatan negara tersebut. Secara nyata keterlibatan Amerika telah terbukti dengan jatuhnya pesawat yang dipiloti oleh Allan Pope tersebut.

84 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat edisi revisi, Jakarta, Yayasan Bung Karno, 2014, hlm. 325. 85 Baskara T. Wardaya, Indonesia Melawan Amerika, Yogyakarta, Galang Press, 2008, hlm. 185.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

B. Hubungan Luar Negeri Indonesia

1. Ketegangan Hubungan Amerika dengan Indonesia

Keterlibatan Amerika Serikat dengan CIA dalam peristiwa

PRRI/Permesta pada dasarnya dilakukan secara tersembunyi di mana secara formal di depan media dan masyarakatnya, pemerintahan Amerika Serikat berusaha menunjukkan sikap netral terkait Indonesia. Presiden Eisenhower dalam kurun waktu dari Februari hingga Mei 1958 terus berpidato bahwa pemerintahannya tidak tahu-menahu tentang pemberontakan di Indonesia. Hal tersebut terus diolah untuk menggiring opini masyarakatnya dan dunia luar

Amerika. Menlu Dulles juga menyampaikan pidato dalam suatu konfrensi pers bahwa pemberontakan yang terjadi di Indonesia hanyalah sekedar luapan ekspresi kekecewaan oleh rakyat atas eksistensi komunisme di Indonesia.

Presiden Soekarno telah menduga keterlibatan Amerika Serikat memang tidak dapat disangkal lagi. Pidatonya pada tanggal 2 Mei 1958 memperingatkan kepada Amerika untuk tidak “bermain api” di Indonesia. Padahal dibalik ungkapan Soekarno tersebut, ia telah mengetahui Amerika memang sedang

“bermain api” di Indonesia. Soekarno tidak ingin dengan adanya keterlibatan pihak asing di Indonesia akan memicu perang dunia ketiga.86

Pemerintah Eisenhower menanggapi pernyataan ancaman tegas dari

Soekarno. Eisenhower menyangkal Amerika sedang “bermain api” di Indonesia.

Ia menilai, di setiap pemberontakan pasti akan lahir para serdadu bayaran. Para serdadu tersebut pada dasarnya memang mengharapkan imbalan namun bisa juga

86 Ibid., hlm. 191.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

hanya berpetualang untuk mencari medan pertemperun. Serdadu bayaran menurutnya sudah biasa akan muncul di setiap pemberontak di daerah manapun.

Oleh karena itu, hal tersebut merupakan suatu penyangkalan atas bukti di lapangan. Bukti di lapangan menunjukkan adanya tentara berkebangsaan Amerika yang membantu para pemberontak di daerah. Pernyataan Eisenhower tersebut disimpulkan, mereka hanyalah para serdadu atau tentara bayaran bukan memang resmi ditugaskan oleh Amerika untuk membantu pasukan PRRI/Permesta.

Media massa Amerika memiliki peranan untuk ikut menciptakan propaganda bagi rakyat. Sebagian besar media massa Amerika pada saat itu cenderung mendukung berbagai kebijakan yang dijalankan oleh Eisenhower dan pemerintahannya. Dalam harian New York Times edisi 9 Mei 1958, media tersebut menerbitkan editorial bahwa Amerika Serikat dan Eisenhower menyangkal tuduhan keterlibatannya dalam pemberontakan di Indonesia. Dalam berita tersebut ditulis, Amerika Serikat akan tetap berada pada posisi netral dengan melihat kondisi Indonesia saat itu. Amerika dengan tegas menyatakan mereka tidak akan memberikan bantuan kepada pemberontak untuk menggulingkan pemerintahan yang konstitusional.

Pihak Amerika melihat pemerintah Indonesia lebih mempercayai laporan-laporan palsu tentang keterlibatan Amerika di daerah. Padahal keterlibatan Amerika di lapangan telah sangat jelas nampak, apalagi didukung bukti dengan telah ditembak jatuh pilot berkebangsaan Amerika yaitu Allan Pope.

Tertembaknya Allan Pope telah membuktikan dengan jelas bahwa Amerika

Serikat memang sedang melaksanakan suatu operasi rahasia di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Pemerintah Eisenhower terus menerus melakukan penyangkalan keterlibatannya, ini justru menunjukkan memang ada keterlibatan dalam PRRI/Permesta.

Tujuan awal Amerika membantu pemberontak yaitu untuk membendung pengaruh komunisme di Indonesia. Sentimen komunisme yang didukung oleh

Amerika ternyata membawa pengaruh positif bagi komunisme di Indonesia.

Rakyat Indonesia telah mengetahui para pemberontak di daerah didukung oleh pihak asing. Rakyat telah melihat pula aksi tersebut merupakan suatu tindakan yang akan memecah Indonesia. Pada sisi lain pihak komunis dianggap sebagai pihak yang mendukung dan menjaga nasionalisme dan kesatuan Indonesia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan keterlibatan Amerika untuk membendung komunisme di Indonesia telah gagal. Keterlibatan Amerika Serikat dapat dikatakan sebagai suatu kesalahan. Kondisi Indonesia yang dianggap berpotensi jatuh ke tangan komunis sebenarnya belum terlalu mengkhawatirkan.

Tertangkapnya Allan Pope merupakan suatu bukti nyata keterlibatan

Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta. Allan Pope tertangkap karena pesawatnya tertembak jatuh oleh pasukan AURI. Ia berhasil keluar dari pesawatnya menggunakan parasut. Pope tersangkut di atas pohon kelapa dan akhirnya jatuh.

Insiden tersebut membuat tulang rusuknya patah dan pasukan TNI langsung menangkapnya.

Kesalahan dan segala akibat yang telah diperbuat oleh Pope kemudian diampuni oleh Soekarno dengan menggunakan hak prerogatifnya sebagai seorang presiden. Hal tersebut menimbulkan suatu kejanggalan dalam proses hukum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Allan Pope dirawat di rumah sakit dan dirawat oleh pasukan TNI. Kemudian ia ditahan untuk waktu yang lama hingga tahun 1961.

Soekarno dalam permasalahan Pope terkesan membiarkan ia bebas secara sembunyi-sembunyi. Pada tahun 1961 sebelum sidang keputusan dijatuhkan kepada Pope, istri dan orang tua Pope dari Amerika datang ke

Indonesia. Tujuan kedatangan mereka ke Indonesia untuk menemui Soekarno.

Mereka meminta pengampunan atas kesalahan yang diperbuat oleh Pope di

Indonesia. Soekarno yang memiliki rasa empati terhadap perempuan akhirnya luluh karena melihat mereka berdua bersimpuh dan menangis di hadapannya.87

Allan Pope akhirnya secara diam-diam dibebaskan dari Indonesia.

Soekarno berpesan kepada Pope agar kembali ke Amerika. Pope diminta agar tidak menampakkan dirinya di depan publik dan bersembunyi hingga permasalahan PRRI/Permesta benar-benar berakhir. Dengan melihat hal tersebut sebenarnya suatu ketidakadilan tengah terjadi. Pope yang telah membunuh ratusan rakyat Ambon dibebaskan tanpa syarat oleh presiden Soekarno.

2. Arah Politik Indonesia

Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta telah mengubah arah politik Indonesia. Dunia saat itu tengah berada dalam situasi Perang Dingin membuat situasi yang ada menjadi sangat sensitif. Sensitifitas dan sentimen ideologi pada kurun waktu hingga akhir tahun 1950-an memang masih menjadi permasalahan dunia. Indonesia sebagai negara yang masih sangat muda juga perlu mengambil sikap yang tegas terkait dengan politik luar negerinya.

87 Cindy Adams, op.cit., hlm. 329.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Permasalahan PRRI/Permesta merupakan masalah kedua terkait campur tangan asing di Indonesia. Masalah pertama yang sebelumnya adalah permasalahan dengan sekutu yang berusaha mengambil alih kekuasaan kembali di

Indonesia. Presiden Soekarno juga telah tegas memberikan peringatan kepada kekuatan asing yaitu Amerika Serikat terkait permasalahan PRRI/Permesta.

Setelah tuduhan yang dilontarkan oleh presiden Soekarno dan keyakinan TNI serta rakyat bahwa Amerika ikut campur tangan. Amerika juga telah dijelaskan pada bagian sebelumnya telah secara terus menerus memberikan sangkalan terkait hal tersebut. Hal tersebut tentu akan memiliki dampak bagi hubungan luar negeri

Indonesia dengan dunia luar.

Indonesia memilih langkah tegas terkait situasi di dunia saat itu. Dalam situasi Perang Dingin negara-negara yang memiliki kekuatan juga memberikan peringatan kepada pihak Amerika Serikat. Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina memperingatkan Amerika Serikat bertindak terlalu jauh, dan Indonesia dapat menjadi kancah pertarungan politik dunia interansional dengan segala akibatnya bagi persatuan Indonesia. Peringatan yang diberikan oleh negara-negara blok komunis tersebut sebenarnya sangat kental terkait dengan persaiangan dengan

Amerika Serikat.

Indonesia mencoba menerapkan langkah diplomasi terkait dugaan keterlibatan Amerika Serikat di Indonesia. Meskipun dugaan tersebut memang sudah dapat dibuktikan dengan penemuan senjata-senjata asal Amerika serta tertangkapnya pilot Amerika. Selain pidato presiden Soekarno pada tanggal 2

Mei, tudingan secara resmi oleh pemerintah Indonesia terkait keterlibatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Amerika juga hanya sedikit. Alasan sikap pemerintah Indonesia untuk tidak terlalu keras menuduh Amerika adalah terkait hubungan politik luar negeri di kemudian hari. Indonesia tidak ingin menutup pintu kerja sama diplomatik dengan

Amerika ketika berbagai permasalahan telah terselesaikan.

PRRI/Permesta sikap politik negeri Indonesia dapat dikatakan kurang konsisten. Hal tersebut dapat dilihat ketika masa demokrasi terpemimpin,

Soekarno seperti menarik ulur hubungan dengan negara luar. Dalam hal ini tentu saja berbicara tentang dua kekuatan besar yang ada yaitu Amerika Serikat dan Uni

Soviet. Indonesia dan Soekarno seolah tetap akan mengambil keuntungan dari keduanya. Maka pada saat Amerika terbukti terlibat dalam PRRI/Permesta,

Soekarno tidak ingin merusak potensi hubungan yang dapat terjadi diantara

Indonesia dan Amerika.

Amerika membangun hubungan yang baik dengan Indonesia dilatarbelakangi oleh kekhawatiran dengan kekuatan militer yang dapat dibangun

Indonesia. Kekhawatiran Amerika adalah Indonesia mampu semakin banyak mendapatkan senjata dari Uni Soviet. Kondisi tersebut akan mempersulit posisi

Amerika Serikat di kancah Perang Dingin.

Pada sisi lain Soekarno memang sedang menjalin kedekatan pula dengan pihak komunis. Hal tersebut sangat nampak ketika Soekarno dengan konsepsi dirinya menjalin kembali kedekatan dengan negara-negara komunis. Soekarno melakukan perjalanan politik. Perjalanan politik yang dilakukan tersebut pada akhirnya akan menciptakan suatu poros kekuatan komunis yang baru. Poros inilah yang menjadi kekhawatiran Amerika Serikat setelah meletusnya PRRI/Permesta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Poros tersebut adalaha natara Jakarta-Phyongyang-Peking. Pada setiap kota tersebut masing-masing memang meiliki suatu paratai dan kekuatan komunis yang cukup kuat.

Permasalahan PRRI/Permesta yang melibatkan kekuatan asing yaitu

Amerika Serikat ternyata membawa dampak besar bagi Indonesia. Indonesia di menjadi negara yang justru semakin condong dan dekat dengan pihak komunis.

Peran Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta justru membuat sentiment Soekarno terhadap dunia Barat semakin menjadi. Ia mengambil sikap yang jauh melenceng dari dasar sikap politik luar negeri Indonesia. Hal tersebut juga akan menyulut suatu kekhawatiran dan rencana baru yang disusun oleh Amerika Serikat bagi

Indonesia. Pada suatu wawancara yang dilakukan pada tahun 1963, wakil presiden

Nixon pada masa pemerintahan Eisenhower menyatakan Amerika Serikat telah membuat kesalahan dengan mendukung gerakan yang dianggapnya adalah gerakan kemerdekaan melawan Soekarno di Sumatera dan Sulawesi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari bab II hingga bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Pertama, faktor penggerak peran Amerika Serikat dalam gerakan

PRRI/Permesta pada masa demokrasi liberal adalah instabilitas politik Indonesia.

Berakhirnya Republik Indonesia Serikat setelah perjanjian Den Haag membawa pada diterapkan sistem parlementer. Penerapan tersebut telah membuat kondisi perpolitikan Indonesia menjadi goyah dan cenderung tidak stabil. Kebijakan dari kabinet-kabinet yang ada memicu ketertarikan pihak Amerika Serikat untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia. Kebijakan dan langkah dari kabinet

Sukiman, Ia telah menjalin hubungan secara terselubung dengan Amerika Serikat.

Kabinet yang selanjutnya menarik perhatian Amerika adalah kabinet Ali

Sastroamijoyo. Kabinet ini mendorong Indonesia untuk tampil sebagai pihak netral dalam Perang Dingin dan bersikap aktif untuk kawasan Asia-Afrika.

Amerika melihat hal tersebut sebagai ancaman dan dugaan akan merapatnya negara kawasan Asia-Afrika merapat kepada pihak komunis. Faktor pendorong selanjutnya adalah eksistensi PKI yang semakin diterima di Indonesia. Pendukung partai yang semakin bertambah hingga kemenangan PKI dalam Pemilu 1955. Hal tersebut semakin memunculkan kekhawatiran Amerika terhadap kondisi yang terjadi di Indonesia. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John F. Dulles menilai kondisi yang terjadi akan membahayakan bagi kepentingan Amerika Serikat.

Menlu Dulles juga menyampaikan keinginannya agar Indonesia terpecah-pecah

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

hingga terbendungnya pengaruh komunis yang ada. Faktor pendorong selanjutnya adalah konflik di dalam tubuh TNI Angkatan Darat. Para perwira di daerah merasa tidak puas dengan politik di pusat dan para pemimpinnya. Ketidakpuasan tersebutlah yang memicu lahirnya PRRI/Permesta. Kekacauan yang terjadi mendorong Amerika Serikat terlibat lebih jauh di Indonesia dengan menempatkan agen-agen rahasianya untuk mengawasi negara ini.

Kedua, Amerika Serikat selanjutnya telah mengambil peran dalam gerakan PRRI/Permesta. Pemerintah merespon ketidakpuasaan para perwira di daerah dengan mengadakan Musyawarah Nasional, namun langkah tersebut tidak mendapatkan jalan keluar atas permasalahan yang ada. Pada 10 Februari 1958, para perwira di daerah yang dipimpin oleh Letkol Achmad Husein mengirimkan ultimatum kepada pemerintah pusat. Ultimatum ini ditolak oleh rapat dewan di parlemen. Penolakan tersebut membawa pada proklamasi PRRI pada 15 Februari

1958. Menyusul proklamasi PRRI di Sumatera, Permesta di Sulawesi memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat pada tanggal 17 Februari 1958.

Berawal dari dewan Banteng hingga lahirnya PRRI/Permesta, Amerika melihat perpecahan pusat dan daerah merupakan peluang atau jalan untuk bermain api di

Indonesia. Amerika Serikat memiliki tujuan utama untuk membendung pengaruh komunisme di Indonesia. Bagi Amerika komunisme di Indonesia merupakan ancaman dalam cita-citanya pada masa Perang Dingin. Dengan melihat keterlibatan Amerika dalam PRRI/Permesta dapat disimpulkan bahwa Amerika ingin memukul komunisme di Indonesia tapi dengan memanfaatkan situasi yang terjadi. Tujuan selanjutnya adalah melindungi perusahaan-perusahaan minyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

milik Amerika di wilayah Sumatera. Wilayah Singapura dan Filipina merupakan tempat bertemunya pimpinan PRRI/Permesta dengan agen-agen CIA di luar negeri. Pimpinan PRRI/Permesta melakukan perjalanan ke Singapura dan Filipina untuk mencari bantuan senjata. Pemberitaan di surat kabar juga memberitakan jika para pimpinan PRRI/Permesta sering melakukan perjalanan ke luar negeri bahkan menghadiri pertemuan SEATO di Manila. Peran Amerika Serikat di wilayah

Sumatera yaitu memberikan bantuan-bantuan senjata pada pemberontak PRRI.

Bantuan senjata yang diberikan ini dikirim lewat jalur udara dan laut. Peran

Amerika Serikat di wilayah Sulawesi yaitu ikut terlibat secara langsung dalam perlawanan para pemberontak pada pasukan pemerintah pusat. Pada April 1958,

Amerika tetap konsisten memberikan bantuan pesawat dan armada lautnya. CIA memperbantukan pasukan sebanyak 300 orang. Bantuan pesawat Mustang dan pesawat pembom B-26 yang dimiliki Permesta membuat perlawanan di Sulawesi lebih agresif. Hal tersebut ditambah dengan bantuan pilot-pilot berkebangsaan asing yang membantu Permesta.

Ketiga, Keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta membawa dampak bagi situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia.

Bagi situasi dalam negeri, pemerintah Indonesia mengambil sikap tegas yaitu dengan menugaskan pasukan militer dari Jawa untuk melaksanakan tugas ke

Sumatera dan Sulawesi. Alasan pemerintah pusat adalah persenjataan pemberontak yang semakin kuat. Dengan melihat dukungan dan bantuan persenjataan dari Amerika membuat para pemberontak semakin percaya diri untuk melawan pemerintah pusat. Meskipun ketika tidak ada keterlibatan asing dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

permasalahan ini, pemerintah juga akan melakukan langkah operasi militer juga.

Peralatan dan dukungan Amerika Serikat pada para pemberontak ditarik dan dihentikan pada akhir bulan Mei 1958. Bagi hubungan luar negeri Indonesia, keterlibatan Amerika membawa pada ketegangan hubungan dua negara. Presiden

Eisenhower terus berpidato jika pemerintahannya tidak tahu-menahu tentang pemberontakan di Indonesia. Keterlibatan Amerika Serikat dapat dikatakan sebagai suatu kesalahan. Kondisi Indonesia yang dianggap berpotensi jatuh ke tangan komunis sebenarnya belum terlalu mengkhawatirkan. Soekarno dalam permasalahan Pope ini seakan membiarkan ia bebas secara sembunyi-sembunyi.

Allan Pope akhirnya secara diam-diam dibebaskan dari Indonesia. Arah politik

Indonesia setelah terbuktinya peran Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta adalah semakin condong pada arah komunis. Soekarno menjadi semakin anti pada politik gaya Barat yang menurutnya tidak cocok untuk diterpkan di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Adams, Cindy. 2014. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (edisi revisi). Jakarta: Yayasan Bung Karno. Blum, William. 2003. Killing Hope Military U.S and CIA Intervetions Since World War 2. London: Zed Books. Conboy, Kenneth. dan James Morrison. 1999. Feet to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia 1957-1958. Annapolis: Naval Institute Press. Crouch, Harold. Demokrasi dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Haninda. D. N Aidit. 1964. Konfrontasi Peristiwa Madiun 1948 Peristiwa Sumatera 1956. Jakarta : Yayasan Pembaruan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Terminologi Sejarah. Jakarta: CV Prima Karya. Dumairy. 1996. Perekoomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Echols, M. John. Kamus Bahasa Inggris. Jakarta. Foreign Relations of the United States (FRUS) Volume XVII. 1994. Washington DC: Departement of State Publication, Office of The Historian. Hadi Soebadio. 2005. Hubungan Indonesia-Amerika : dasawarsa II tahun 1955- 1965. Tangerang: Pramita Pers. Harvey, Barbara S., 1984. Permesta Pemberontakan Setengah Hati. Jakarta: PT Grafiti Utama Press. Kahin, R. Audrey. Subversi Sebagai Politik Luar Negeri, Jakarta: Grafiti Pers. Kardiyat Wiharyanto, A. 2011. Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Lie, Trygvie. 1954. In the Cause of Peace. New York. Mohamad Natsir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nasution, A.H., 1984. Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4. Jakarta: Gunung Agung. Pemerintah Indonesia. 1977. 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Tira Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Petrik Matanasi. 2009. Pemberontak Tak Selalu Salah. Yogyakarta: Indonesia Buku. Prados , John. 2003. Lost Crusader: The Secret Wars of CIA Director William Colby. Oxford: Oxford UniversityPress Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI. 1985. 40 Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Jakarta. R.Z. Leirissa. 1991. PRRI/Permesta. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. Ricklefs, M. C. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. PT Serambi Ilmu Pustaka. Roadnight, Andrew. 2002. United States Policy towards Indonesia in the Truman and Eisenhower Years,. Hampshire: Palgrave Macmillan. Sekretariat Kader Katolik. 1967. Dari Madiun ke Lubang Buaya. Jakarta, Sekretariat Negara Indonesia. 1975. 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta. Smith, Joseph Burkholder. 1976. Portrait of a Cold Warrior. New York: G.P Putanam’s Sons. Soewardi Idris. 2008. Perjalanan Dalam Kelam Senarai Kisah Pemberontakan PRRI. Yogyakarta: Beranda Publishing. Staf Angkatan Darat. 1964. Sedjarah Singkat Perdjuangan Bersendjata Bangsa Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia,. Stevenson, William. 1963. Birds’ Nests in Their Beards. London: Hutchinson Publisher. Suar Suroso. 2008 . “Bung Karno”, Korban Perang Dingin. Jakarta: Hasta Mitra. Surjo Sediono R. 1958. Peristiwa Cikini. Jakarta: PT Surungan. Syamdani. 2009. PRRI. Yogyakarta: MedPress. Wayan Pratiana. 1990. Pengantar Ilmu Hukum Internasional. Bandung: Mandar Maju.

Majalah dan Koran : Gelora Maesa, 15 Maret 1958 Tempo, edisi khusus Hari Kemerdekaan, 19 Agustus 2007. Terompet Masyarakat, 26 April 1958

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Terompet Masyarakat, 28 April 1958 Terompet Masyarakat, 3 April 1958 Terompet Masyarakat,15 April 1958

Jurnal : Bahar, Saafroedin, PRRI-Permesta: sebuah kasus keterkaitan antara masalah integrasi Nasional dan perang dingin Jurnal Studi Amerika IV, (Januari Juli): Abstract. Brands, H. W., The Limits of Manipulation: How the United States Didn‟t Topple Sukarno, dalam The Journal of American History, Vol. 76, No. 3, 1989,The Organisation of Historians. Hartati , Anna Yulia, Separatisme Dalam Konteks Global (Studi Tentang Eksistensi Republik Maluku Selatan (RMS) Sebagai Gerakan Separatis Indonesia). Universitas Wahid Hasyim Semarang. 2012. Lupita, Charlene Karina. Intervensi Amerika Serikat Dalam Perang Korea. Jurnal Binus. 2018. Maulida, Faishal Hilmy. Hitam Putih PRRI-Permesta: Konvergensi Dua Kepentingan Berbeda 1956-1961. Jurnal Universitas Indonesia Sefriani. Separatisme dalam Prespektif Hukum Internasional. Jurnal UNISIA No. 47. 2003.

Internet : Sophiaan, Manai, “Campur Tangan CIA dan KGB”, diakses dari http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindia-Dokumen-Tercecer- GESTOK-1965-CAMPUR-TANGAN-CIA-DAN-KGB-MANAI- SOPHIAAN, pada tanggal 1 November 2009, pukul 13.22 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SILABUS

Satuan Pendidikan : SMA Santo Mikael Mlati Sleman Kurikulum : Kurikulum 2013 Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kelas : XII AlokasiWaktu : 4 jam pelajaran/ 2 minggu Pertemuan

Kompetensi Inti : KI 3. Memahami,menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

Alokasi Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar Waktu  Faktor penggerak MENGAMATI : 4 x 45  Penilaian  Kementeria 3.1 Menganalisis n peran Amerika menit pengetahu upaya bangsa Guru mengkondisikan peserta Pendidikan Indonesia dalam Serikat dalam didik untuk siap mengikuti 2 kali an dan menghadapi ancaman pelajaran dengan hal sebagai Kebudayaa gerakan pertem meliputi disintegrasi bangsa berikut : n. 2015. antara lain: PKI PRRI/Permesta uan Soal Sejarah  Guru mempersiapkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Madiun 1948, DI/TII,  Peran Amerika gambar-gambar yang sesuai Tertulis Indonesia APRA, Andi Aziz, dengan tujuan untuk dalam RMS, PRRI, Serikat dalam pembelajaran; SMA/MA Permesta, G-30-S gerakan  Guru memperlihatkan bentuk kelas XII. Power Point tentang peran Jakarta: PRRI/Permesta soal essay Amerika Serikat dalam Kementeria 4.1 Merekonstruksi  Dampak gerakan PRRI/Permesta  Penilaian n upaya bangsa  Guru menjelaskan sedikit Pendidikan Indonesia dalam keterlibatan keterampi gambaran materi atau kata dan menghadapi ancaman Amerika Serikat kunci lan Kebudayaa disintegrasi bangsa  Guru memberi petunjuk n. antara lain: PKI dalam gerakan meliputi dan memberi kesempatan Madiun 1948, DI/TII, PRRI/Permesta bagi pada murid untuk Penugasa APRA, Andi Aziz, memperhatikan/ RMS, PRRI, situasi dalam negeri n Non Tes menganalisis gambar- Permesta, G-30-S dan dan hubungan luar gambar serta video yang dalam menyajikannya dalam diperlihatkan ; bentuk cerita sejarah negeri Indonesia bentuk MENANYA :

makalah  Guru memberikan beberapa pertanyaan berdasarkan materi yang berasal dari Powerpoint dan siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru  Guru kemudian memberikan kesempatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepada para siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut dan guru mencatat nama siswa yang menjawab pertanyaan MENGUMPULKAN INFORMASI :  Guru membagi Siswa yang dikelompokan menjadi beberapa kelompok kecil yang berisi 4 sampai 5 orang  Mengenai Guru menyampaikan  Materi yang sesuai dengan pembelajaran  Guru memamparkan hasil pertanyaan yang telah disampaikan oleh siswa dan menjelaskan materi sesuai pertanyaan yang diajukan oleh siswa tersebut  Siswa masuk kedalam kelompok yang telah dibentuk tadi untuk mendiskusikan materi yang telah disampaikan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Siswa wajib mengunakan buku dan sumber materi yang lain ( internet) dalam menjawab pertanyaan tersebut. MENGASOSIASIKAN  Siswa yang terlah dibagi menjadi beberapa kelompok kecil membahas pertanyaan yang terlah disampaikan guru didalam kelas melalui berbagaimacam sumber yang ada untuk menunjang dalam menjawab pertanyaan tersebut MENGKOMUNIKASIKAN  Salah satu perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi tentang materi pembelajaran dihadapan guru dan siswa lainnya  Guru dan siswa lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memberikan tanggapan mengenai jawab kelompok yang memaparkan hasil diskusinya  Siswa yang ada didalam kelompok kecil tersebut mencatat setiap masukan dari setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun dari siswa kelompok lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Santo Mikael Mlati Sleman Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib) Kelas/Semester : XII/Ganjil Materi Pokok : Mempertahankan Kedaulatan Indonesia Dari Ancaman Disintegrasi Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

A. KOMPETENSI INTI KI. 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI. 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR No. Kompetensi Dasar Indikator 1. 3.1 Menganalisis upaya bangsa 3.1.1. Menganalisa faktor Indonesia dalam menghadapi penggerak peran ancaman disintegrasi bangsa antara Amerika Serikat dalam lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, gerakan PRRI/Permesta APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI, 3.1.2. Menganalisa peran Permesta, G-30-S Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta 3.1.3. Menganalisa dampak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta bagi situasi dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia

2. 4.1 Merekonstruksi upaya bangsa 4.1.1. Membuat karya tulis Indonesia dalam menghadapi dengan merekonstruksi ancaman disintegrasi bangsa antara upaya bangsa Indonesia lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, dalam menghadapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI, ancaman disintegrasi Permesta, G-30-S dan bangsa menyajikannya dalam bentuk cerita PRRI/Permesta sejarah

C. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik diharapkan mampu : Mendeskripsikan faktor penggerak, peran Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta, serta dampak dari keterlibatan tersebut bagi kondisi politik dalam negeri dan hubungan luar negeri Indonesia.

D. MATERI AJAR 1. Fakta a. Lahirnya Gerakan PRRI/Permesta b. Keterlibatan Amerika Serikat Dalam Gerakan PRRI/Permesta 2. Konsep a. Menganalisis munculnya Gerakan PRRI/Permesta b. Mengidentifikasi pemerintah yang berkuasa beserta programnya c. Menganalisis Keterlibatan Amerika Serikat Dalam Gerakan PRRI/Permesta d. Mengidentiikasi Dampak Keterlibatan Amerika Serikat Dalam Gerakan PRRI/Permesta 3. Prinsip Usaha untuk menciptakan gerakan separatis guna melawan pemerintahan yang sah di Jakarta 4. Prosedur Membuat karya tulis tentang Pokok bahasan Peran Amerika Serikat Dalam Gerakan PRRI/Permesta pada Masa Demokrasi Liberal

E. MODEL PEMBELAJARAN 1. Metode Pembelajaran : Diskusi, presentasi, tanya jawab, penugasan 2. Pendekatan Pembelajaran: Saintifik 3. Model Pembelajaran : Discovery Learning

F. SUMBER BELAJAR Sumber Buku : 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

G. MEDIA PEMBELAJARAN 1. Alat : LCD, Laptop/Notebook, Speaker 2. Bahan : Power point, gambar dan video tentang Peran Amerika Serikat Dalam Gerakan PRRI/Permesta Pada Masa Demokrasi Liberal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Pertemuan Pertama (2 x 45 menit) Kegiatan Pendahuluan (15 menit) Guru : Orientasi  Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan puji syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran  Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin  Menyiapkan situasi dan kondisi kelas untuk mengawali kegiatan pembelajaran. Aperpepsi  Mengaitkan materi atau tema pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi atau tema sebelumnya yaitu materi tentang disintegrasi bangsa dengan topik Republik Maluku Selatan (RMS)  Mengingatkan kembali materi dengan bertanya pokok bahasan berkaitan dengan materi sebelumnya, yaitu: Apa yang melatarbelakangi munculnya gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)?  Mengajukan pertanyaan sebagai batu loncatan peserta didik yang ada keterkaitannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu: Topik yang selanjutnya akan kita bahas memiliki persamaan dengan topik yang sebelumnya yaitu gerakan yang muncul adalah gerakan di luar pulau Jawa, maka peserta didik diminta untuk menganalisa persamaan yang terjadi tersebut apakah kira-kira penyebab munculnya gerakan disintegrasi yang dipelopori oleh wilayah di luar pulau Jawa? Motivasi  Guru akan menyampaikan tujuan serta manfaat yang akan diperoleh peserta didik dengan mempelajari topik Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta.  Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan dan mampu menganalisa tentang materi Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta  Peserta didik nantinya juga diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai positif yang dapat dipetik dari pembelajaran tentang topik ini dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Pemberian Acuan  Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan metode dan model pembelajaran yang akan dipakai  Pembagian kelompok belajar Kegiatan Inti (60 menit) Sintak Model Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Stimulation KEGIATAN LITERASI (stimullasi/ Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk pemberian memusatkan perhatian pada topik pokok materi Peran Amerika rangsangan) Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta dengan cara :  Melihat Menayangkan peta Indonesia tentang letak geografis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

wilayah Sumatera dan Sulawesi yang merupakan wilayah pusat bagi gerakan PRRI/Permesta  Mengamati Pemberian contoh materi Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta yaitu dengan menampilkan foto berlangsungnya Konfrensi Asia-Afrika yang dilaksanakan di Bandung untuk dapat diamati oleh peserta didik  Membaca Kegiatan literasi ini dilakukan dengan membaca materi dari buku paket yang dimiliki oleh peserta didik yang berhubungan dengan Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta  Menulis Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait Problem CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK) statemen Setelah melakukan kegiatan literasi, Guru memberikan (pertanyaan/ kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi identifikasi sebanyak mungkin pertanyaan dan semua pertanyaan yang masalah) muncul tersebut ditulis didalam buku kerja yang dimiliki peserta didik. Data COLLABORATION (KERJASAMA) collection Peserta didik diminta untuk bergabung ke dalam kelompok (pengumpulan belajar masing-masing yang telah dibentuk untuk: data)  Mendiskusikan Peserta didik di dalam kelompok secara bersama-sama membahas mengenai materi Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta  Saling tukar informasi tentang materi : Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta Peserta didik di dalam kelompok diminta untuk saling berbagai pertanyaan yang berhasil diidentifikasi pada langkah pembelajaran sebelumnya, dengan demikian akan terkumpul permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan diskusi di dalam masing-masing kelompok yaitu, 1) Gagalnya sistem politik Indonesia, 2) Eksistensi Partai Komunis Indonesia, 3) Kekacauan dalam tubuh Angkatan Darat,  Mengumpulkan informasi Di dalam kelompok, peserta didik kemudian diminta untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi atau data terkait dengan permasalahan pokok yang dibahas oleh kelompok, peserta didik diharap mampu membuat resume tentang informasi-informasi yang diperoleh Data COLLABORATION (KERJASAMA) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

processing Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah (pengolahan informasi atau data yang berhasil dikumpulkan, masing-masing Data) menyampaikan pendapat terkait informasi yang diperolehnya dan secara bersama-sama dielaborasi dalam kelompok masing- masing Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK) (pembuktian) Setelah informasi atau data berhasil terkumpul menjadi satu kesatuan di dalam kelompok maka selanjutnya peserta didik diminta untuk mendiskusikan informasi tersebut dengan cara berpikir kritis terhadap informasi tersebut dengan memverifikasi data atau informasi tersebut melalui sumber buku paket ataupun sumber bacaan lain Dengan langkah ini peserta didik diharapkan akan mendapatkan pengetahuan yang seluas-luasnya, kemungkinan dengan banyak bahan bacaan akan menemui berbagai pertentangan informasi, maka kemudian peserta didik diharapkan akan muncul sikap kritis dalam berpikir saat mendapatkan suatu informasi Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI) (menarik Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan kesimpulan)  Menyampaikan hasil diskusi tentang materi berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, dengan media seperti dalam bentuk mind mapping atau powerpoint  Mempresentasikan hasil diskusi kelompok  Ketika salah satu kelompok telah mempresentasikan hasil diskusi kelompok maka kelompok yang lain akan memberekan tanggapan dapat berupa kritik terhadap suatu informasi ataupun juga dapat berupa pertanyaan CREATIVITY (KREATIVITAS)  Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi : Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta  Menjawab pertanyaan tentang materi yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.  Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta yang akan selesai dipelajari Kegiatan Penutup (15 menit)  Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point- point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang baru dilakukan. 2. Pertemuan Kedua (2 x 45 menit) Kegiatan Pendahuluan (15 menit) Guru : Orientasi  Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran  Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin  Menyiapkan situasi dan kondisi kelas untuk mengawali kegiatan pembelajaran. Aperpepsi Mengaitkan materi atau tema pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi atau tema sebelumnya yaitu submateri tentang Faktor Penggerak Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta  Mengingatkan kembali materi dengan bertanya pokok bahasan berkaitan dengan materi sebelumnya, yaitu: Apa kunci dari faktor penggerak keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta?  Mengajukan pertanyaan sebagai batu loncatan peserta didik yang ada keterkaitannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu: Topik yang selanjutnya akan kita bahas adalah tentang peran serta dampak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta, maka peserta didik diminta untuk menganalisa peran seperti apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta? Motivasi  Guru akan menyampaikan tujuan serta manfaat yang akan diperoleh peserta didik dengan melanjutkan mempelajari subtopik Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia  Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan dan mampu menganalisa tentang materi Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia  Peserta didik nantinya juga diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai positif yang dapat dipetik dari pembelajaran tentang topik ini dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Pemberian Acuan  Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan metode dan model pembelajaran yang akan dipakai  Pembagian kelompok belajar Kegiatan Inti (60 menit) Sintak Model Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Stimulation KEGIATAN LITERASI (stimullasi/ Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk pemberian memusatkan perhatian pada topik materi Peran Amerika rangsangan) Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia dengan cara :  Mengamati Pemberian contoh materi Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia yaitu dengan menampilkan foto tertangkapnya pilot berkebangsaan Amerika Serikat di wilayah Sulawesi untuk dapat diamati oleh peserta didik  Membaca  Kegiatan literasi ini dilakukan dengan membaca materi dari buku paket yang dimiliki oleh peserta didik yang berhubungan dengan Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia  Menulis Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait Problem CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK) statemen Setelah melakukan kegiatan literasi, Guru memberikan (pertanyaan/ kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi identifikasi sebanyak mungkin pertanyaan dan semua pertanyaan yang masalah) muncul tersebut ditulis didalam buku kerja yang dimiliki peserta didik. Data COLLABORATION (KERJASAMA) collection Peserta didik diminta untuk bergabung ke dalam kelompok (pengumpulan belajar masing-masing yang telah dibentuk untuk: data)  Mendiskusikan Peserta didik di dalam kelompok secara bersama-sama membahas mengenai materi Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia  Saling tukar informasi tentang materi : Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia Peserta didik di dalam kelompok diminta untuk saling berbagai pertanyaan yang berhasil diidentifikasi pada langkah pembelajaran sebelumnya, dengan demikian akan terkumpul permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan diskusi di dalam masing-masing kelompok yaitu, 1) Lahrinya gerakan PRRI/Permesta, 2) Tujuan Keterlibatan Amerika Serikat, 3) Usaha untuk memperoleh bantuan persenjataan, 4) Bantuan Amerika Serikat bagi PRRI/Permesta, 5) Dampak Bagi Situasi Indonesia, 6) Dampak Bagi Hubungan Luar Negeri Indonesia  Mengumpulkan informasi Di dalam kelompok, peserta didik kemudian diminta untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi atau data terkait dengan permasalahan pokok yang dibahas oleh kelompok, peserta didik diharap mampu membuat resume tentang informasi-informasi yang diperoleh Data COLLABORATION (KERJASAMA) processing Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah (pengolahan informasi atau data yang berhasil dikumpulkan, masing-masing Data) menyampaikan pendapat terkait informasi yang diperolehnya dan secara bersama-sama dielaborasi dalam kelompok masing- masing Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK) (pembuktian) Setelah informasi atau data berhasil terkumpul menjadi satu kesatuan di dalam kelompok maka selanjutnya peserta didik diminta untuk mendiskusikan informasi tersebut dengan cara berpikir kritis terhadap informasi tersebut dengan memverifikasi data atau informasi tersebut melalui sumber buku paket ataupun sumber bacaan lain Dengan langkah ini peserta didik diharapkan akan mendapatkan pengetahuan yang seluas-luasnya, kemungkinan dengan banyak bahan bacaan akan menemui berbagai pertentangan informasi, maka kemudian peserta didik diharapkan akan muncul sikap kritis dalam berpikir saat mendapatkan suatu informasi Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI) (menarik Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan kesimpulan)  Menyampaikan hasil diskusi tentang materi berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, dengan media seperti dalam bentuk mind mapping atau powerpoint  Mempresentasikan hasil diskusi kelompok  Ketika salah satu kelompok telah mempresentasikan hasil diskusi kelompok maka kelompok yang lain akan memberekan tanggapan dapat berupa kritik terhadap suatu informasi ataupun juga dapat berupa pertanyaan CREATIVITY (KREATIVITAS)  Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi : Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia  Menjawab pertanyaan tentang materi yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.  Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan materi Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia yang akan selesai dipelajari Kegiatan Penutup (15 menit)  Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point- point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta serta Dampak bagi Situasi dan Hubungan Luar Negeri Indonesia yang baru dilakukan.  Mengagendakan tugas dalam bentuk karya tulis makalah tentang materi pokok Peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta untuk masing- masing kelompok diskusi

I. PENILAIAN a. Pengetahuan - Tertulis Uraian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KISI – KISI SOAL Satuan Pendidikan : SMA Santo Mikael Sleman Hari/Tanggal : Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kelas / Program : XII Tahun Pelajaran : 2019-2020 Kompetensi Dasar : 3.1 Menganalisis upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S

No Materi Pokok Indikator Tingkat Bentuk Soal No Soal Soal 1 2 3 4 5 6 1 Siswa dapat menjelaskan kondisi C2 Uraian 1 perpolitikan Indonesia pada masa demokrasi liberal

2 Faktor penggerak peran Amerika Siswa dapat menjelaskan kebangkitan partai C2 Uraian 3 Serikat dalam gerakan komunis Indonesia pasca peristiwa PKI Madiun 1948 PRRI/Permesta 3 Siswa dapat menganalisis hubungan yang C4 Uraian 2 pernah terjadi antara Amerika Serikat dengan kabinet Indonesia 4 Siswa dapat menganalisis kekhawatiran C4 Uraian 4 Amerika Serikat dengan adanya Konfrensi Asia-Afrika di Indonesia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5 Siswa dapat menjelaskan tujuan keterlibatan C3 Uraian 5 Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta 6 Siswa dapat menganalisis posisi Singapura C4 Uraian 7 Peran Amerika Serikat dalam dan Filipina bagi keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta gerakan PRRI/Permesta 7 Siswa dapat menganalisis intervensi SEATO C4 Uraian 6 dan Amerika Serikat terhadap kondisi Indonesia 8 Siswa dapat menganalisis penggunaan C4 Uraian 8 bantuan senjata dari Amerika Serikat oleh gerakan PRRI/Permesta 9 Siswa dapat menganalisis dampak peran C4 Uraian 9 Dampak peran Amerika Serikat Amerika Serikat dalam gerakan dalam gerakan PRRI/Permesta PRRI/Permesta bagi situasi Indonesia 10 Siswa Dapat menganalisis dampak peran C4 Uraian 10 bagi situasi Indonesia dan Amerika Serikat dalam gerakan hubungan luar negeri Indonesia PRRI/Permesta bagi hubungan luar negeri Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Uji Kompetensi Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Hari/ Tanggal 7 Oktober 2019 Waktu 120 Menit Bentuk Soal : Uraian SOAL 1. Jelaskan kondisi perpolitikan Indonesia pada masa demokrasi liberal! 2. Analisislah hubungan yang pernah terjadi antara Amerika Serikat dengan kabinet Indonesia! 3. Jelaskan kebangkitan partai komunis Indonesia pasca peristiwa PKI Madiun 1948! 4. Analisislah kekhawatiran Amerika Serikat dengan adanya Konfrensi Asia- Afrika di Indonesia! 5. Jelaskan tujuan keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta! 6. Analisislah intervensi SEATO dan Amerika Serikat terhadap kondisi Indonesia! 7. Analisislah posisi Singapura dan Filipina bagi keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta! 8. Analisislah penggunaan bantuan senjata dari Amerika Serikat oleh gerakan PRRI/Permesta! 9. Analisislah dampak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta bagi situasi Indonesia! 10. Analisislah dampak peran Amerika Serikat dalam gerakan PRRI/Permesta bagi hubungan luar negeri Indonesia!

b. Keterampilan - Penilaian Makalah Instrumen Penilain No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25 1 Kesesuaian materi makalah 2 Struktur makalah 3 Keruntutan pembahasan masalah 4 Penggunaan tata bahasa