perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TUGAS AKHIR

DESAIN INTERIOR

“KERONCONG MUSIC CENTER”

DI SURAKARTA

( Lobby, Auditorium, Gallery, Cafe )

Dengan Pendekatan Sejarah Perkembangan (Periodisasi)

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Di Susun Oleh :

ANGGRAYNI WULAN IDHA PRATIWI

C

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

commit to user

i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.”

-Ibu R.A. Kartini-

“Berjuang untuk mendapatkan sesuatu, bukan menunggu untuk

mendapatkannya”

-Penulis-

“Banggalah pada dirimu sendiri, meski ada yang tak menyukai. Kadang mereka

membenci karena mereka tak mampu menjadi seperti dirimu.”

-Penulis-

commit to user

v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

. Allah SWT, atas segala rahmat dan

karunia kepada hamba-Nya.

. Ibu dan Bapak tercinta yang telah

mencurahkan segalanya untuk

menjadikanku anak yang berbakti bagi

agama, guru, teman dan keluarga.

. Teman-temanku dan para sahabat yang

selalu mendukungku.

commit to user

vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan karunia

dan berkah yang melimpah, sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan

Tugas Akhir ini.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada : . Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, P.hD, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta . Bapak Anung B Studyanto,S.Sn, MT, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa . Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, yang selalu memberi motivasi, senantiasa memperhatikan keadaan penulis . Bapak Drs. Ken Sunarko, M.Si selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Tugas Akhir . Bapak Andi Setiawan, S.Sn, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir

. Ibu Iik Endang S.W., S.Sn, M.Ds selaku Koordinator Tugas Akhir.

. Segenap keluarga besar Desain Interior FSSR UNS.

. Keluarga dan semua orang dekat penulis atas doa, kasih sayang, dorongan

serta perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir ini

masih terdapat kesalahan dan kekeliruan sehingga dengan sangat terbuka penulis

mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaannya.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Surakarta, Juli

commit to user Penulis

vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...... iii

PERNYATAAN ...... iv PERSEMBAHAN ...... v MOTTO ...... vi KATA PENGANTAR ...... vii DAFTAR ISI ...... viii DAFTAR GAMBAR ...... xiii DAFTAR TABEL ...... xvi DAFTAR BAGAN ...... xvii ABSTRAK ...... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan Masalah ...... 5

C. Rumusan Masalah ...... 6

D. Tujuan ...... 6

E. Sasaran ...... 7

F. Manfaat ...... 8

G. Metode Desain ...... 9

H. Sistematika Penulisan ...... 12

I. Skema Pola Pikir ...... 13

BAB II KAJIAN LITERATUR ...... 14

A. Kajian Teori ...... 14

1. Pengertian Judul ...... 14

2. Tinjauan Musik Keroncong ...... 17 a. Sejarah Musik Keroncongcommit to user...... 17

viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Evolusi dan Revolusi Musik Keroncong ...... 18

c. Alat-alat Musik Keroncong ...... 21

1. Ukulele (Cuk) ...... 22

2. Ukulele (Cak) ...... 24

3. Gitar Akustik ...... 24

4. Biola ...... 25

5. Flute ...... 26 6. Cello ...... 27 7. Kontrabass ...... 28 d. Perkembangan Musik Keroncong ...... 28 1. Masa Keroncong Tempo Dulu (1880-190) ...... 31 2. Masa Keroncong Abadi (1920-1960) ...... 33 3. Masa Keroncong Modern (1960-2000) ...... 37 4. Masa Keroncong Millenium (2000-kini) ...... 40 e. Jenis Musik Keroncong ...... 41 f. Tokoh Keroncong ...... 44 g. Eksistensi Keroncong di Surakarta ...... 45 3. Tinjauan Musik Keroncong di Kampung Tugu ...... 46 a. Kampung Tugu ...... 46 b. Keroncong Tugu ...... 52

B. Pendekatan Desain ...... 55

1. Tinjauan Umum Music Center ...... 55

a. Pengertian Music Center ...... 55

b. Status Kelembagaan ...... 55

c. Jenis Aktivitas dan Kegiatan ...... 55

2. Tinjauan Sistem Lobby / Area Resepsionis ...... 57

a. Pengertian ...... 57

b. Fungsi Lobby ...... 57

c. Fasilitas Lobby ...... 58

3. Tinjauan Sistem Area Pertunjukan / Auditorium ...... 58

a. Persyaratan Umum ...... 58

b. Aktivitas Ruang commitPertunjukan to user ...... 59

ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Bentuk Ruang Pertunjukan ...... 60

d. Auditorium ...... 66

a) Area Panggung ...... 68

b) Area Penonton ...... 71

c) Akustika Luar Ruangan ...... 73

d) Akustika Dalam Ruangan ...... 74

e) Penyelesaian Akustik Lantai, Dinding dan Ceiling ...... 75 4. Tinjauan Sistem Galeri ...... 83 5. Tinjauan Sistem Music Memorabilia ...... 86 6. Tinjauan Sistem Cafe ...... 86 7. Tinjauan Sistem Shop ...... 88 8. Organisasi Ruang ...... 93 9. Pola Sirkulasi ...... 96 10. Warna ...... 99 11. Elemen Pembentuk Ruang ...... 104 12. Interior Sistem ...... 107 a. Sistem Penghawaan ...... 107 b. Sistem Pencahayaan ...... 109 c. Sistem Akustik ...... 111

d. Sistem Keamanan ...... 112

BAB III STUDI LAPANGAN ...... 116

A. Tinjauan Umum ...... 116

1. Kota Surakarta ...... 116

2. Letak Geografis Kota Surakarta ...... 116

3. Potensi Kota Surakarta ...... 118

4. Perkembangan Potensi Kota ...... 119

5. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta ...... 120

6. Penataan Bangunan Kota Surakarta ...... 122

B. Tinjauan Khusus ...... 124

1. Studi Auditorium commit ...... to user ...... 124

x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah ...... 124

b. Auditorium RRI Surakarta ...... 128

2. Studi Sistem Galeri ...... 132

Ruang Emas Museum Nasional ...... 132

3. Studi Sistem Cafe ...... 136

a. Waroeng Djadoel ...... 136

b. Waroeng Solo ...... 140

BAB IV DESAIN INTERIOR KERONCONG MUSIC CENTER DENGAN PENDEKATAN SEJARAH PERKEMBANGAN (PERIODISASI) ...... 143 A. Definisi Proyek ...... 143 B. Asumsi Lokasi ...... 143 C. Programming ...... 145 1. Status Kelembagaan ...... 145 2. Strukstur Organisasi ...... 145 3. Program Kegiatan ...... 145 4. Alur Kegiatan ...... 148 5. Program Ruang ...... 149 6. Fasilitas dan Besaran Ruang ...... 150

7. Sistem Organisasi Ruang ...... 154

8. Sistem Sirkulasi ...... 154

9. Hubungan Antarruang ...... 155

10. Zoning dan Grouping ...... 156

D. Konsep ...... 159

1. Ide Gagasan ...... 159

2. Tema ...... 160

3. Karakter dan Suasana Ruang ...... 160

4. Pola Penataan Ruang ...... 161

5. Pembentuk Ruang ...... 161

6. Pengisi Ruang ...... 165

7. Sistem Interior ...... 169 commit to user 8. Sistem Keamanan ...... 172

xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V PENUTUP ...... 173

1. Kesimpulan ...... 173

2. Saran ...... 174

DAFTAR PUSTAKA ...... 175

GLOSARIUM ...... 177

LAMPIRAN …………………………………………………………….. .. 179

commit to user

xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Musik Ukulele Cuk ...... 22

Gambar 2.2 Alat Music Ukulele Cak ...... 24

Gambar 2.3 Alat Music Gitar Akustik ...... 25

Gambar 2.4 Alat Music Biola ...... 25

Gambar 2.5 Alat Music Flute ...... 26 Gambar 2.6 Alat Music Cello ...... 27 Gambar 2.7 Alat Music Kontrabass ...... 28 Gambar 2.8 Komedi Stamboel dengan Musik Keroncong sebagai Pengiring Pertunjukan ...... 30 Gambar 2.9 Album Keroncong Tempo Doeloe ...... 33 Gambar 2.10 Tokoh Keroncong Indonesia ...... 45 Gambar 2.11 Gereja Sion ...... 48 Gambar 2.12 Gereja Tugu ...... 49 Gambar 2.13 Lukisan karya F. Dancx (1703 M) ...... 50 Gambar 2.14 Ritual Mandi-mandi Kampung Tugu ...... 51 Gambar 2.15 Ilustrasi Orkes Keroncong Komunitas Indies di Batavia ...... 52 Gambar 2.16 Ilustrasi Orkes Keroncong Komunitas Indies di Batavia ...... 53

Gambar 2.17 Orkes Keroncong Poesaka Toegoe anno 1661 ...... 54

Gambar 2.18 Para Pemuda dan Putra Tugu ...... 54

Gambar 2.19 Ruang Pertunjukan Bentuk Segiempat ...... 60

Gambar 2.20 Ruang Pertunjukan Bentuk Kipas ...... 61

Gambar 2.21 Ruang Pertunjukan Bentuk Tapal Kuda ...... 62

Gambar 2.22 Auditorium 360o ...... 63

Gambar 2.23 Auditorium Transverse Stage ...... 64

Gambar 2.24 Auditorium 210o-220o ...... 64

Gambar 2.25 Auditorium Space Stage ...... 65

Gambar 2.26 Dinding dan Lantai Fleksibel ...... 67

Gambar 2.27 Skematik Model Panggung dalam Auditorium ...... 70

Gambar 2.28 Menentukan Lebar Panggungcommit to ...... user ...... 72

xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.29 Konstruksi Dinding Ganda dan Auditorium

Di dalam Ruang ...... 74

Gambar 2.30 Layout Dinding Panggung ...... 77

Gambar 2.31 Plafond Panggung Tinggi dan Membuka ke Arah Penonton . 78

Gambar 2.32 Bentuk Plafond Panggung disesuaikan dengan

Frekuensi Sumber Suara di Panggung ...... 78

Gambar 2.33 Lantai Area Penonton ...... 79 Gambar 2.34 Jarak Antarbaris Tempat Duduk ...... 80 Gambar 2.35 Rancangan Ceiling atau Plafond Auditorium ...... 83 Gambar 2.36 Sketsa Organisasi Ruang Terpusat ...... 93 Gambar 2.37 Sketsa Organisasi Ruang Linier ...... 94 Gambar 2.38 Sketsa Organisasi Ruang Radial ...... 95 Gambar 2.39 Sketsa Organisasi Ruang Cluster ...... 95 Gambar 2.40 Sketsa Organisasi Ruang Grid ...... 96 Gambar 2.41 Pola Sirkulasi Linier ...... 97 Gambar 2.42 Pola Sirkulasi Radial ...... 97 Gambar 2.43 Pola Sirkulasi Spiral ...... 98 Gambar 2.44 Pola Sirkulasi Grid ...... 98 Gambar 2.45 Pola Sirkulasi Network ...... 98 Gambar 2.46 Fire Estinguisher dan Hidrant Kebakaran ...... 114

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kota Surakarta ...... 117

Gambar 3.2 Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah ...... 125

Gambar 3.3 Area Duduk Penonton Teater Arena TBJT ...... 127

Gambar 3.4 Sistem Pencahayaan Teater Arena TBJT ...... 127

Gambar 3.5 Penggunaan Lantai Parket dan Semen Beton ...... 128

Gambar 3.6 Interior Lobby Auditorium RRI Surakarta ...... 129

Gambar 3.7 Furniture pada Lobby Auditorium RRI Surakarta ...... 129

Gambar 3.8 Sistem Pencahayaan Ruang Lobby Auditorium ...... 130

Gambar 3.9 Ruang Auditorium RRI Surakarta ...... 131

Gambar 3.10 Elemen Pembentuk Ruang Auditorium RRI Surakarta ...... 131

Gambar 3.11 Museum Nasional Indonesia ...... 133

Gambar 3.12 Main Entrace Ruangcommit Emas Museumto user Nasional Indonesia ...... 134

xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.13 Sistem Display Koleksi Ruang Emas

Museum Nasional Indonesia ...... 134

Gambar 3.14 Sistem Pencahayaan Ruang Emas

Museum Nasional Indonesia ...... 135

Gambar 3.15 Sistem Pencahayaan Ruang Emas

Museum Nasional Indonesia ...... 135

Gambar 3.16 Sistem Keamanan dan Pencahayaan Ruang Emas Museum Nasional Indonesia ...... 136 Gambar 3.17 Waroeng Djadoel ...... 137 Gambar 3.18 Area Makan Waroeng Djadoel ...... 138 Gambar 3.19 Area Open Kitchen Waroeng Djadoel ...... 138 Gambar 3.20 Area Kasir Waroeng Djadoel ...... 139 Gambar 3.21 Karakter dan Suasana Waroeng Djadoel ...... 140 Gambar 3.22 Waroeng Solo ...... 141 Gambar 3.23 Suasana Interior Waroeng Solo ...... 142 Gambar 4.1 Site Plan Lokasi Perancangan Keroncong Music Center ...... 144 Gambar 4.2 Sketsa Organisasi Ruang Radial ...... 154 Gambar 4.3 Pola Sirkulasi Linier ...... 155 Gambar 4.4 Zoning ...... 158 Gambar 4.5 Grouping ...... 158

Gambar 4.6 Analogi Bentuk F-Holes dengan Furniture

dan Bentuk Panggung ...... 167

Gambar 4.7 Analogi Bentuk Scroll dengan Ceiling Plan Galeri ...... 167

Gambar 4.8 Analogi Bentuk Sungai Bengawan Solo

dengan Ceiling Plan Open Cafe ...... 167

Gambar 4.9 Aspek Warna Keroncong Music Center ...... 168

Gambar 4.10 Aspek Material Keroncong Music Center ...... 168

commit to user

xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung ...... 149

Tabel 4.2 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola ...... 149

Tabel 4.3 Analisa Kegiatan dan Besaran Ruang ...... 150

Tabel 4.4 Analisa Penggunaan Material Lantai ...... 161

Tabel 4.5 Analisa Penggunaan Material Dinding ...... 163 Tabel 4.6 Analisa Penggunaan Material Ceilling ...... 164 Tabel 4.7 Analisa Sistem Pencahayaan ...... 169 Tabel 4.8 Analisa Sistem Penghawaan ...... 170 Tabel 4.9 Analisa Sistem Akustik Ruang ...... 171

commit to user

xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Keroncong Music Center ...... 145

Bagan 4.2 Pola Kegiatan Pengunjung ...... 148

Bagan 4.3 Pola Kegiatan Pengelola ...... 148

Bagan 4.4 Pola Hubungan Antarruang ...... 156

commit to user

xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DESAIN INTERIOR

KERONCONG MUSIC CENTER DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN SEJARAH PERKEMBANGAN

(PERIODISASI)

Anggrayni Wulan Idha Pratiwi1, 2 Drs. Ken Sunarko, M.Si , Andi Setiawan, SSn,M.Ds 3

ABSTRAK

Anggrayni Wulan Idha Pratiwi. C0808015 2012. Desain Interior Keroncong Music Center. Pengantar Tugas Akhir : Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. ”Desain Interior Keroncong Music Center merupakan judul dari proyek perencanaan interior ini. Suatu wadah perkembangan komunitas penggemar Keroncong di Surakarta yang mempunyai konsep edukasi dan informasi yang bersifat menghibur sekaligus komersial. Lokasi perencanaan ini berada di kota Surakarta. Desain Interior Keroncong Music Center ini dibatasi pada ruang lobby, auditorium, gallery, cafe dan fasilitas pendukung yaitu souvenir shop dan mempertimbangkan tuntutan pelaku aktivitas yang dapat diwadahi sebagai daya tarik pengunjung. Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana merancang interior Keroncong Music Center sebagai pusat musik yang mewadahi seluruh kegiatan pengguna yang sesuai dengan kebutuhannya, dan sesuai tema dengan menerapkan gaya tempo dulu sesuai konsep untuk dapat menumbuhkan minat dan

kecintaan masyarakat terhadap musik keroncong. Tujuan dari karya ini adalah merencanakan suatu comersial space yang

berada di Kota Solo dimana ditujukan bagi para penggemar musik keroncong yang sampai saat ini belum memiliki tempat khusus untuk mampu menggali ,mengupas, merumuskan dan memecahkan masalah dari perancangan interior

Keroncong Music Center untuk mengakomodir kebutuhan dari penggemar musik keroncong.

Sasaran desain dari perancangan ini adalah untuk penggemar maupun pegiat musik keroncong sebagai wadah berkumpul dan menambah ilmu mengenai musikalitas maupun sejarah dari Keroncong sebagai ikon musik tradisi Indonesia.

Desain Interior Keroncong Music Center ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk dapat memberikan wawasan, hiburan dan pengetahuan tentang

musik keroncong.

1 Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C0808015 2 Dosen Pembimbing 1 commit to user 3Dosen Pembimbing 2

xviii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KERONCONG MUSIC CENTER

INTERIOR DESIGN IN SURAKARTA

WITH DEVELOPMENT HISTORY APPROACH

(PERIODIZATION)

Anggrayni Wulan Idha Pratiwi1, 2 Drs. Ken Sunarko, M.Si , 3 Andi Setiawan, SSn, M.Ds

ABSTRACT

Anggrayni Wulan Idha Pratiwi. C0808015 2012. Keroncong Music Center Interior Design. Introduction to Final Examination : Interior Design Field of Study Literature and Arts Faculty Sebelas Maret University. Keroncong Music Center Interior Design is a title of this interior planning project. It is a place for Keroncong fans community development in Surakarta which has information and education concept that has entertain and commercial characteristics. This planning location is in Surakarta. This Keroncong Music Center Interior Design is restricted in lobby, auditorium, gallery, café, and supporting facilities such as souvenir shop and considering the activists demand which can be organized as visitor attraction. The problem statement is how to design Keroncong Music Center interior as a music center which organizes all user activities as he or she needs, and makes it appropriate with the theme which apply the old style concept in order to grow

people’s interest and affection toward keroncong music.

The purpose of this project is planning a commercial space which is located in Solo that addressed to keroncong music fans who do not have any

special place until now for digging, peeling, formulating, and solving problems

from interior design of Keroncong Music Center to accommodate the needs and fans of keroncong music.

The target of this design is for fans and keroncong musicians as a place for gathering and enhancing knowledge about musicality and history of Keroncong as

an Indonesian tradition music icon.

This Keroncong Music Center Interior Design is expected to be advantageous for people to give perception, entertainment, and knowledge about

keroncong music.

1 Student, Interior Design Field of Study NIM C0808015 2Counselor Lecturer 1 3Counselor Lecturer 2 commit to user

xix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan negara dengan berjuta ragam seni dan

kebudayaannya. Dari berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia, salah

satu di antaranya adalah kebudayaan seni dalam bermusik. Seni musik di

Indonesia pun ada bermacam-macam yang kesemuanya itu dapat dipilah menjadi

dua jenis yaitu musik tradisional dan musik modern.

Dewasa ini sedang sering dibicarakan tentang bagaimana cara yang

dianggap baik untuk mematri, nguri-uri kesenian tradisional atau kesenian daerah

yang dihayati oleh rakyat banyak atau sekelompok penduduk di daerah tertentu.

Hal ini menyangkut nilai-nilai budaya yang pernah ada dan menjadi pedoman

peniruan bagi generasi penerus yang menjadi pewaris, sesuai dengan kepribadian

yang dimiliki. Salah satu dari fokus tersebut adalah adanya gejala perkembangan

musik tradisional yang disebut keroncong. Sebuah nama yang sepintas lalu tidak

menarik perhatian, tetapi apabila sudah melintas dalam alam pikiran kita, akan

mengundang banyak pertanyaan yang tidak mudah terjawab.

Seperti yang telah disebutkan bahwa musik keroncong adalah musik milik

bangsa Indonesia, dimana perkembangannya telah disempurnakan oleh musisi-

musisi bangsa Indonesia sendiri, dan sampai saat ini pun masih selalu disenangi

dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Gemar akan musik keroncong

disebabkan beberapa hal yang memungkinkan keroncong itu tetap berdiri dan

mandiri, di antaranya adalah adanyacommit apresiasi to user-apresiasi terhadap musik keroncong

Keroncong Music Center 1

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 2

itu sendiri dalam berbagai macam kegiatan seperti berbagai lomba dalam

bermusik keroncong dan penghayatan secara terus menerus serta adanya perhatian

terhadap perkembangannya. Sebab-sebab yang terlalu banyak itulah yang

dijadikan sebagai suatu pengertian dari mana kita akan memulai berpijak demi

melestarikan dan menjadikan musik tradisi itu tetap ada dan tetap berbobot. (WS.

Nardi; Apresiasi Musik, hal. 1; Perumahan RRI Jajar 52 Solo)

Musik Keroncong dapat dikatakan sebagai musik perjuangan, karena

musik ini lahir di masa penjajahan oleh bangsa-bangsa Eropa, dan sering

diperdengarkan lewat siaran-siaran radio pada waktu itu. Menurut sejarahnya,

musik ini sempat mengalami masa kejayaan dan masa keterpurukan dalam

perjalanannya. Untuk sebagian kalangan, keroncong merupakan musik jadul atau

kuno yang keberadaannya sering tidak dipedulikan. Musik Keroncong belum

mengalami pendalaman secara maksimal oleh masyarakat Indonesia, khususnya

masyarakat Jawa, terlebih lagi jika mengingat semakin tersudutnya musik

keroncong sekarang ini akibat banyaknya berbagai jenis musik populer seperti

musik pop, rock, dangdut dan lain sebagainya yang bermunculan, seperti yang

terjadi pada awal tahun 70-an sampai awal tahun 90-an di mana musik keroncong

mengalami keterpurukan setelah masa kejayaannya di tahun 1960-an. Hanya

sedikit orang yang mengerti dan bertahan dengan musik tua ini. Menurut hasil

survei, sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui secara detail

informasi mengenai asal mula keroncong, siapa perintisnya, jenis-jenis keroncong,

dan lain-lain. Kebanyakan pula anak-anak muda jaman sekarang kurang merespon

keberadaan musik ini. Padahal masih banyak sisi menarik dari musik keroncong

yang perlu diketahui oleh masyarakat. Kebudayaan yang satu ini sebenarnya dapat commit to user dipelajari dan dipahami sebaik mungkin oleh masyarakat Indonesia terlebih untuk

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 3

para remaja, bahkan anak-anak Indonesia, sehingga musik keroncong dapat

dijadikan sebagai salah satu ikon seni yang patut dibanggakan dan diperkenalkan

pada masyarakat Indonesia bahkan sampai ke seluruh dunia.

Namun demikian, berdasarkan apa yang dikatakan oleh Waljinah, salah

satu penyanyi legendaris keroncong yang terkenal, bahwa di tengah-tengah

kemajuan teknologi modern sekarang ini, tidak sedikit pula para generasi muda

yang berkenan serta berminat untuk lebih mempelajari dan mengembangkan

kesenian keroncong. Hanya saja untuk mewadahi kegiatan berkeroncong tersebut

masih sangatlah minim. Pemusik-pemusik baru beraliran keroncong yang

bermunculan sudah selayaknya memerlukan sarana untuk mengekspresikan ide

seni mereka. Bibit-bibit baru yang mulai tumbuh memerlukan dukungan dan

dorongan untuk mengenal dunia musik keroncong itu sendiri. Hal ini semakin

menyadarkan kita akan kurangnya fasilitas pewadahan ide dan kreasi musik

khususnya untuk musik keroncong. Untuk dapat menghasilkan musik yang indah

dan bermakna perlu belajar dan berlatih. Untuk mempelajari, menambah

pengetahuan, dan mengembangkan dalam bidang musik tersebut, diperlukan

sarana untuk menimba ilmu dalam bermusik (pendidikan musik) yaitu lembaga

pendidikan musik. Lembaga pendidikan musik sebagai media pendidikan,

bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik / masyarakat

untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal.

Perkembangan musik keroncong di Indonesia saat ini berkiblat pada

musik keroncong Solo yaitu keroncong asli, oleh sebab itu Kota Solo juga

ditetapkan sebagai Kota Keroncong. Menurut Ketua HAMKRI Kota Solo, Bapak

Willy Tandio Wibowo, saat ini musik keroncong semakin berkembang pesat baik commit to user di kalangan penggiat, komunitas maupun masyarakat pada umumnya, terutama di

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 4

Kota Solo. Dilihat dari antusias masyarakat khususnya di Kota Solo terhadap

musik keroncong, komunitas grup keroncong yang semakin meningkat tiap

tahunnya, tercatat sudah ada sekitar 80 grup keroncong di Surakarta sampai saat

ini, kemudian sering diadakannya pelatihan-pelatihan keroncong, pementasan atau

konser bertajuk keroncong, pengadaan lomba-lomba, siaran keroncong di stasiun

televisi daerah TATV dan lain sebagainya. Hal tersebut didasari atas keinginan

para penggiat keroncong untuk lebih mempromosikan kembali musik keroncong

dan sebagai upaya pelestarian genre musik keroncong itu sendiri. Mengingat

musik keroncong adalah sebagian warisan seni budaya dan begitu banyaknya

kegiatan permusikan keroncong, sudah seharusnya keroncong mendapat tempat

yang layak di kancah permusikan di Indonesia. Selama ini event-event keroncong

tersebut diadakan di tempat-tempat yang sekiranya mudah dijangkau oleh

masyarakat umum Kota Solo yang ingin menyaksikannya, antara lain di THR

Sriwedari, Balai Soedjatmoko (Gramedia), Taman Budaya Surakarta, dan

Ngarsopuro. Melihat antusias masyarakat yang sangat baik tersebut sangat

disayangkan apabila acara bertemakan keroncong ini hanya digelar di tempat yang

selalu berpindah-pindah di mana tempat yang disediakan berbanding terbalik

dengan kapasitas penonton yang sebegitu banyak tak terduga. Fasilitasnya pun

dirasa sangatlah kurang memadai untuk para penikmatnya. Selain itu, untuk para

komunitas keroncong pun sedikit sulit untuk menemukan satu wadah atau tempat

untuk mendapatkan informasi seputar keroncong, tempat berkumpul, berdiskusi

dan bertukar pikiran.

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa

sangatlah diperlukan adanya suatucommit wadah to user semacam pusat musik yang dapat

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 5

menampung berbagai apresiasi para pegiat keroncong, serta dapat dijadikan

sebagai sarana informasi dan hiburan mengenai segala hal kaitannya dengan

musik Keroncong. Dari situlah tercetus ide untuk membuat karya Tugas Akhir

dengan judul Desain Interior Keroncong Music Center di Surakarta dengan

harapan musik keroncong mampu bertahan dan terus berlanjut dari generasi ke

generasi di masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

Perancangan Keroncong Music Center diasumsikan di Surakarta.

Dipilihnya kota Surakarta karena selain Surakarta ditetapkan sebagai kota

Keroncong di mana pusat perkembangan musik keroncong berada di kota ini, kota

Solo atau Surakarta juga berpotensi sebagai kawasan kota pariwisata dan budaya

tradisional, sehingga sangat pantas untuk dibangun sebuah pusat-pusat

kebudayaan seperti pusat musik keroncong.

B. BATASAN MASALAH

Kegiatan dalam Keroncong Music Center umumnya digolongkan menjadi

lima jenis, yaitu : Koleksi, Pameran, Pementasan, Informasi serta Pendidikan.

Karena jumlah kegiatan yang begitu banyak dan komplek maka jumlah ruangan

yang dibutuhkan pun beragam. Pada perencanaan interior kali ini dibatasi pada

keluasan 1200m² sampai 1500m².

Adapun konsentrasi perancangan interior terletak pada fasilitas utama

untuk kegiatan informasi, pementasan dan koleksi. Fasilitas utama tersebut

meliputi :

a) Lobby (Area Resepsionis, Lounge, Announcement Board )

b) Galeri

c) Area Pementasan Konser Keroncongcommit to(Auditorium) user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 6

d) Live music & Cafe

e) Souvenir shop

C. RUMUSAN MASALAH

Ditinjau dari latar belakang dan batasan perancangan maka desain interior

Keroncong Music Center akan dirumuskan pada masalah :

1. Bagaimana merancang interior Keroncong Music Center sebagai pusat musik

yang mewadahi seluruh kegiatan pengguna dengan fasilitas ruang lobby,

ruang pementasan, ruang koleksi, area live musik & cafe dan ruang souvenir

shop ?

2. Bagaimana menciptakan interior Keroncong Music Center yang sesuai

dengan kebutuhan pengguna akan informasi, edukasi dan entertainment

dengan ruang lingkup perancangan, pendisplayan, pengorganisasian ruang,

sistem sirkulasi ruang, dan interior sistem yang efisien dan fungsional,

sehingga tercipta suatu kenyamanan bagi pengguna ruang ?

3. Bagaimana merancang interior Keroncong Music Center yang sesuai tema

dengan menerapkan gaya tempo dulu menurut periodisasi perkembangan

musik keroncong dalam pengaplikasian interior pada bangunan ini ?

D. TUJUAN

Berkaitan dengan latar belakang dan batasan masalah yang telah

dirumuskan di atas maka perencanaan dan perancangan Keroncong Music Center

bertujuan untuk :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 7

1. Merancang interior Keroncong Music Center sebagai pusat musik yang

mewadahi seluruh kegiatan pengguna dengan fasilitas ruang lobby, ruang

pementasan, ruang koleksi, area live musik & cafe dan ruang souvenir shop

2. Menciptakan interior Keroncong Music Center yang sesuai dengan kebutuhan

pengguna akan informasi, edukasi dan entertainment dengan ruang lingkup

perancangan, pendisplayan, pengorganisasian ruang, sistem sirkulasi ruang,

dan interior sistem yang efisien dan fungsional, sehingga tercipta suatu

kenyamanan bagi pengguna ruang ?

3. Merancang interior Keroncong Music Center yang sesuai tema dengan

menerapkan gaya tempo dulu menurut periodisasi perkembangan musik

keroncong dalam pengaplikasian interior pada bangunan ini

E. SASARAN

Sasaran dari perancangan Keroncong Music Center untuk :

1. Sasaran Pengunjung

Sebagai sasaran dari Keroncong Music Center ini antara lain untuk para

praktisi seni budaya, pengamat, akademisi, pelajar/mahasiswa, pecinta musik

keroncong, komunitas keroncong, kalangan umum dari anak-anak, remaja

dan dewasa, dengan kata lain sasarannya adalah seluruh lapisan masyarakat.

2. Sasaran Desain

a. Memperhatikan dan menyelesaikan kebutuhan interior dengan

pemperhatikan kenyamanan dan keamanan baik pengunjung dan

pengelola.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 8

b. Memperhatikan dan menyelesaikan hubungan elemen estetis yang

menyangkut tema dan gaya yang tercipta dari bentuk desain Keroncong

Music Center.

F. MANFAAT

1. Bagi Penulis/ Desainer

a. Mengenal dan menambah wawasan mengenai desain interior dan musik

Keroncong.

b. Mengembangkan daya imajinatif, ide dan gagasan mengenai system

interior yang berkaitan dengan bangunan kompleks edukatif dan

entertainment.

c. Mengembangkan kreatifitas dalam perancangan interior bangunan,

desain furniture, pemanfaatan ruang kosong, dan mengolah landscape

menjadi kesatuan yang estetis dan sesuai fungsinya.

2. Bagi Dunia Akademik

a. Memberikan informasi mengenai pentingnya melestarikan musik dalam

negeri.

b. Memberikan referensi baru dalam rancangan sebuah desain.

3. Bagi Masyarakat

a. Memberikan solusi tempat rekreasi edukatif baru dengan memunculkan

sebuah pusat musik.

b. Sebagai sarana nostalgia dan tempat berkumpul bagi para penggemar

musik Keroncong.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 9

G. METODE DESAIN

Metodologi adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan masalah yang

ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasi

serta menginterpretasikan data-data. Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang

tujuannya adalah menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu

pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dengan menggunakan metode-

metode yang bersifat ilmiah.

Maka, pengertian metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk

memecahkan suatu masalah yang ada dengan cara mengumpulkan, menyusun

serta menginterpretasikan data guna menemukan, mengembangkan atau menguji

kebenaran suatu pengetahuan. Metode penelitian sangat menentukan dalam

sebuah penelitian ilmiah karena mutu dan validitas dari hasil penelitian ilmiah

sangat ditentukan oleh pemilihan metode secara tepat. (HB. Sutopo, 2002).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Metode Pengumpulan Data

Data adalah suatu fakta atau keterangan dan obyek yang diteliti. Data yang

diperlukan merupakan data yang relevan dan menunjang untuk perencanaan

dan perancangan Keroncong Music Center, adapun jenis data yaitu :

a. Data Primer

Sejumlah keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan

penelitian, melalui pihak-pihak yang terkait secara langsung. Penulis

melakukan metode wawancara langsung dengan Ibu Waljinah selaku

penyanyi legendaris musik keroncong, mengenai sejarah dan

perkembangan keroncong di Indonesia khususnya di daerah-daerah pulau commit to user Jawa. Penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Willy Tandio

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 10

Wibowo selaku ketua HAMKRI cabang Surakarta, mengenai program

kegiatan HAMKRI. Sebagai pendukung, penulis melakukan wawancara

mengenai pendapat dan saran masyarakat terhadap musik keroncong.

b. Data Sekunder

Sejumlah data yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan

penelitian, tetapi diperoleh melalui studi pustaka, majalah, internet.

Adapun metode pengumpulan data antara lain:

a. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan turun langsung ke lapangan. Dalam

perancangan interior Keroncong Music Center ini, penulis mengadakan

observasi di beberapa tempat, antara lain observasi mengenai pementasan

musik keroncong di Surakarta antara lain di THR Sriwedari dan di

Taman Budaya Jawa Tengah, observasi mengenai ruang auditorium di

Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta dan Galeri workshop alat

musik keroncong milik Bapak Tri Raharjo di Gandekan, Surakarta.

b. Studi Literatur

Mencari informasi melalui buku, majalah, artikel dan internet yang

berkaitan dengan musik keroncong, tata cahaya, tata akustik ruang,

material pendukung pembentuk ruang sesuai konsep untuk lobby, ruang

pertunjukan (auditorium), galeri, cafe.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait materi. Penulis

melakukan wawancara dengan beberapa pihak, di antaranya dengan Ibu

Waljinah, sebagai seorang penyanyi legendaris di jalur keroncong, commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 11

dengan bapak Willy Tandio Wibowo selaku ketua HAMKRI cabang

Surakarta dan beberapa grup keroncong Solo.

2. Populasi

Teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat purposive

sampling, karena sama sekali tidak membuat generalisasi hasil. Dalam hal ini,

penulis memilih informan yang dianggap mengetahui masalahnya secara

mendalam. Dalam hal ini penulis dapat mengambil keputusan sendiri saat

memiliki pemikiran tentang apa yang sedang diteliti, dengan siapa dan kapan

melakukan observasi, serta apa yang akan direview. (HB. Sutopo, 2002).

3. Metode Pembahasan

Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode

pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok yang digunakan

oleh peneliti, yaitu :

a. Data Reduksi

Proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data.

b. Data Display

Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah

kesimpulan dari penelitian yang dilakukan

c. Concludeing Drawing

Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan

pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan

proporsi-proporsi. (Sutopo HB, 1988,).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 12

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi uraian tentang pengertian latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran, manfaat, metode desain,

sistematika penulisan dan skema pola pikir.

BAB II : KAJIAN LITERATUR

Uraian tentang landasan teori yang dijadikan untuk mencapai tujuan

perancangan

BAB III : STUDI LAPANGAN

Uraian tentang data-data hasil survey lapangan yang berhubungan

dengan proyek interior yang akan dikerjakan.

BAB IV : PEMBAHASAN

Uraian tentang programming dan ide atau gagasan yang akan melatar

belakangi terciptanya karya desain interior tentang proyek terkait.

BAB V : PENUTUP

Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan

desain serta saran-saran penulis mengenai perancangan interior

Keroncong Music Center di Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

LAMPIRAN

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 13

I. SKEMA POLA PIKIR

(Sumber : Analisa Penulis)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Judul

Pengertian judul “ Desain Interior Keroncong Music Center di

Surakarta dengan Pendekatan Sejarah Perkembangan (Periodisasi) “ adalah

sebagai berikut :

Desain :

1) Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebagainya. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 1993 : 138)

2) Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan

dimanan titik beratnya adalah melihat sesuatu persoalan tidak secara

tepisah atau tersendiri melainkan sebagai suatu kesatuan di mana satu

masalah dengan lainnya saling kait mengkait. (Desain Interior, 1999 :

12)

Interior :

1) Ruang dalam suatu bangunan, yang mengungkapkan tata kehidupan

manusia melalui media ruang. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1991 :

197)

2) Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan, dsb) di

ruang dalam gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).

commit to user

Keroncong Music Center 14

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 15

Desain Interior :

Karya arsitek atau desainer yang khusus menyangkut bagian dalam dari

suatu bangunan. (Desain Interior, 1999 : 11)

Keroncong :

Nama dari instrument musik sejenis ukulele dan juga sebagai nama dari

jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrument musik

keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita. (Wikipedia Indonesia,

Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia)

Music :

Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan

hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang

mempunyai kesatuan dan kesinambungan. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia edisi III)

Center :

Pusat atau tempat berkumpul atau terhimpunya beberapa orang atau

sejumlah orang yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dan

juga kemungkinan suatu hobi atau kesenangan yang sama pula.

(John M. Echols & Hassan Shadily, 1982, hal 273).

Surakarta :

Disebut juga Solo atau Sala adalah kota yang terletak di Provinsi Jawa

Tengah Indonesia. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III)

Sejarah :

Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau

asal-usul. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2012) commit to user Sejarah mengandung 3 pengertian, yaitu : perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 16

a. Kesusasteraan lama, silsilah, dan asal usul

b. Kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau

c. Ilmu pengetahuan

(W.J.S Poerwodarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia)

Ada banyak cara untuk memilah informasi sejarah, misalnya :

a. Berdasarkan kurun waktu (kronologis)

b. Berdasarkan wilayah (geografis)

c. Berdasarkan negara (nasional)

d. Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis)

e. Berdasarkan topik/pokok bahasan (topikal)

(Syadiash, Definisi Sejarah dan Keterangannya, 2008)

Jadi pengertian Desain Interior Keroncong Music Center di Surakarta

dengan Pendekatan Sejarah Perkembangan (Periodisasi) adalah rancangan

suatu bentuk ruang dalam bangunan yang memiliki fasilitas untuk segala

aktivitas yang berkaitan dengan musik keroncong yang terletak di Surakarta

dan sebagai tolak ukur perancangannya adalah dengan menganalisa, memilih,

menseleksi segala informasi mengenai sejarah perkembangan musik keroncong

dalam hal ini secara kronologis, yang menunjukkan ciri dari perkembangan

keroncong yang merupakan hasil budaya masyarakat dalam kurun waktu yang

panjang (kronologis) . Atas dasar pemikiran inilah yang akan penulis jadikan

sebagai penentuan konsep, gaya, tema dan suasana interior yang akan

diterapkan pada pusat musik keroncong sebagai sarana informasi, dan hiburan

agar musik keroncong lebih berkembang dan diminati oleh seluruh lapisan

masyarakat. commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 17

2. Tinjauan Musik Keroncong

a. Sejarah Musik Keroncong

Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal

sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga

bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa)

masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh

para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17

di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini.

Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol,

seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini

disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Moresco, yang diiringi oleh

alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut

keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur

tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa

komponen gamelan.

Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di

banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya.

Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian

meredup akibat masuknya gelombang musik popular (musik rock yang

berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak

tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih

tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di

Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.

Nama Keroncong diambil dari bunyi crong, crong, crong yang commit to user dihasilkan oleh Ukelele. Alat tersebut dibawa masuk ke Indonesia oleh perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 18

para pedagang Portugis pada sekitar abad 16, dengan seperangkat musik

berdawai yang lain seperti bas, cello, gitar, biola, mandolin yang

dipadukan dengan sebuah seruling dan alat perkusi kecil seperti triangle

dan tambourine. Ketika seperangkat instrumen musik tersebut dibunyikan

bersama-sama, suara Ukelele yang dimainkan secara arpegio crong-crong

paling jelas terdengar, sehingga orang menyebutnya musik tersebut dengan

nama Keroncong.

(Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

b. Evolusi dan Revolusi Musik Keroncong

Kurun waktu panjang telah menjadikan perubahan dari musik

keroncong, terutama sekali pada alat musiknya dan akhirnya pada

bentuknya pula. Dimulai dengan ukulele pada saat masuknya para pelaut

Portugis dan seiring dengan masuknya agama Islam, maka alat musik

rebana juga masuk dalam golongan alat musik keroncong. Selain itu

terdapat pula alat musik mandolin. Bentuk ini bertahan hingga abad 19.

Pada dasawarsa abad ke 20, munculah berbagai orkes seperti Lief

Java yang didirikan oleh Wang Suwandi (1922), yang disusul oleh orkes

Melayang, Monte Carlo, dan Doodskoppen. Ada beberapa daerah sebagai

tempat berkembang suburnya musik keroncong, yang paling utama adalah

Solo dan juga (daerah Tugu). Pada jaman itu keroncong masih

menuju ke bentuknya. Pada tahun 1930-an mulai ada penambahan melodi

harmonika bahkan juga sempritan burung. Baru secara bertahap muncullah

biola sebagai melodi.

Pada tahun 1930-an juga, Sastrodirono mengadakan revolusi commit to user keroncong dengan mengganti rebana dengan petikan gitar. Hingga pada perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 19

tahun 1934, Tjok Shinsu menggantikan gitar dengan cello yang dipetik

secara pizzicato (thumb stick). Sapari termasuk mengadakan revolusi

dengan mengganti fungsi mandolin dengan gitar tetapi tidak membawa

melodi pokok, tetapi berupa contra point yang terus bergerak lincah dari

awal hingga akhir lagu.

Dalam hal lagu juga terjadi revolusi lagu keroncong. Semula syair

lagu keroncong berupa pantun melayu atau parikan jawa. Tetapi pada

tahun 1935 terjadi perubahan besar dalam hal syair, yaitu dengan

munculnya lagu Rindu Malam.

Pada jaman pendudukan Jepang di Indonesia, keroncong yang

semula adalah musik kelas bawah menjadi naik derajat karena pada waktu

itu segala yang berbau barat dilarang oleh pemerintah pendudukan Jepang.

Pada saat itu tak terjadi perubahan alat musik, tetapi ada perubahan dalam

cara petikan, antara lain cara petik cello yang semula seperti bunyi

kendang dalam gamelan berubah menjadi seperti sekarang ini. Lalu

ukulele yang semula hanya berfungsi sebagai rhythm menjadi bermelodi.

Dengan adanya angin segar dari penguasa pendudukan Jepang, maka

bermunculanlah seniman-seniman keroncong, antara lain Samsidi,

Gesang, Maryati, Suprapti. Pada saat itu terciptalah lagu-lagu antara

lain: Bengawan Solo (Gesang), Pulau Jawa, Swadesi (Mardjokahar/

Kamajaya).

Pada jaman kemerdekaan Indonesia, yang pada saat itu masih

terjadi perang disana-sini, maka lahirlah lagu-lagu keroncong dengan tema

perjuangan. Tokoh-tokoh keroncong pada saat itu antara lain: Kusbini, commit to user Amirah, Mardjokahar, dan Samsidi. Setelah Belanda meninggalkan perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 20

Indonesia tahun 1950, maka keroncong mendapat tempat utama diatas

musik yang lain. Munculah penyanyi-penyanyi legendaries, antara lain :

Ismanto, Waldjinah ( menjadi juara festival/ bintang radio yang diadakan

oleh RRI pada tahun 1959), S. Dharmanto, Ping Astono.

Pada tahun 1960-an, timbulah fenomena baru, dengan hadirnya

irama langgam jawa, yang dipelopori oleh Andjar Any (Yen Ing

Tawang), yang diikuti oleh S Dharmanto (Lara Branta) dan juga

Ismanto (Wuyung). Irama inilah yang kemudian mendominasi musik

keroncong. Pada saat itupun munculah kelompok Tetap Segar yang

dipimpin oleh Jendral Pirngadi yang menggunakan alat-alat musik elektrik

dalam memainkan musik keroncong. Tetapi seiring dengan berkuasanya

orde baru, akhirnya keroncong mengalami kemunduran, karena belantika

musik dikuasai oleh musik dangdut, pop, rock, dan lain-lain. Perubahan

yang ada adalah masuknya alat musik keyboard.

Baru setelah tahun 1990-an, keroncong seolah lahir kembali

dengan munculnya musik campur sari sebagai kelanjutan keroncong tetapi

dengan corak yang baru, baik dari segi alat musiknya, cara penyajiannya

maupun syairnya. Contohnya adalah lagu Stasiun Balapan yang

dinyanyikan Didi Kempot. Selain itu keroncong juga coba dipadukan

dengan berbagai jenis musik, baik pop, dangdut, rock dan sebagainya.

Contohnya keroncong dipadukan dengan musik rock dan rap oleh Bondan

Prakoso dengan Keroncong Protol-nya. (Bambang Purnomo Sigit,

Keroncong – Sebuah Sejarah Panjang Musik Khas Indonesia, 2009)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 21

c. Alat-alat Musik Keroncong

Berbicara masalah keroncong, dengan sendirinya akan mencakup

beberapa aspek, yaitu :

a. Musik Keroncong adalah salah satu bagian dari jenis seni musik yang

lain, misalnya : musik gamelan, musik angklung, musik kulintang dan

sebagainya.

b. Irama Keroncong adalah irama gedukan atau irama gendangan yang

ditimbulkan oleh beberapa instrumen secara bergantian. Irama

keroncong merupakan irama yang santai, nglaras bertempo andante

atau lambat sedang dengan sukat 4/4. Namun kadang diselingi irama

yang lincah hasil perpaduan dari cello, keroncong, banyo serta gitar

melodi yang kadang-kadang dipukul dengan irama double.

c. Orkes keroncong adalah sebuah orkes yang memainkan lagu-lagu

keroncong atau lagu-lagu lain yang cocok dan dapat diiringi dengan

irama keroncong.

Orkes keroncong paling tidak terdiri dari 7 instrumen yaitu:

1. Ukelele 5. Banyo (cak, atau cak tenor)

2. Biola 6. Cello

3. Flute (Seruling) 7. Bas

4. Gitar

Ketujuh instrumen tersebut dibakukan menjadi alat keroncong.

Dalam bentuknya yang paling awal, moresco, diiringi oleh musik

dawai, seperti biola, ukulele, serta cello. Perkusi juga kadang-kadang

dipakai. Set orkes semacamcommit ini to masih user dipakai oleh keroncong Tugu, perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 22

bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak

Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang

kemudian berkembang ke arah selatan di dan Gambir oleh

orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920).

Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan

beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa. Pem-

”pribumi”-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-

alat musik seperti : sitar India; rebab; suling bambu; gendang, kenong,

dan saron sebagai satu set gamelan; serta gong.

Saat ini, alat musik yang digunakan dalam orkes keroncong

mencakup :

1. Ukulele (Cuk)

Gambar 2.1 Alat Musik Ukulele Cuk

(Sumber : www.Google.com)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 23

Alat musik petik sejenis gitar berukuran kecil, sekitar 20 inci,

berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E, merupakan alat

musik asli Hawai ditemukan sekitar tahun 1879.

Dalam musik keroncong menjadi alat musik utama dengan

suara crong, crong, crong, sehingga musik asli Indonesia tersebut

disebut keroncong sejak 1880. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ukulele)

Secara umum, ukulele memiliki 4 ukuran yang berbeda (dari kecil

ke besar) :

a. Soprano, size ukulele yang paling kecil ini merupakan bentuk

tradisional dari ukulele lainya. Kecil, sehingga portable dan cocok

untuk dibawa kemanapun.

b. Concert, adalah model yang paling ideal di antara model lainnya,

dengan body, neck dan jumlah fret yang lebih besar atau lebih banyak

dari soprano dapat memudahkan jari untuk eksplorasi lebih jauh tanpa

meninggalkan suara asli dari ukulele.

c. Tenor, walau lebih besar sedikit dari concert di mana ukuran body dan

neck tidak jauh berbeda, tenor masih menjadi pilihan para pemain

professional karena jarak antar fret dengan lebar fretboardnya yang

lebih jauh atau besar. Suara lebih tebal sehingga cocok untuk

dimainkan solo.

d. Baritone, cocok untuk pemain gitar yang convert ke ukulele secara

instan. Karena pada umumnya ukuran ini memiliki tuning yang sama

4 senar bawah pada gitar : D-G-B-E sehingga chord yang dimainkan

sama dengan gitar. commit to user (http://www.kaskus.us) perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 24

2. Ukulele (Cak)

Gambar 2.2

Alat Musik Ukulele Cak

(Sumber : www.Google.com)

Berdawai 4 (string/baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi

ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada

tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F).

Perbedaan lainnya adalah pada lubang resonansinya, tidak berupa

satu lubang yang cukup besar, tapi berupa lubang kecil berjumlah banyak.

Mengingat kebiasaan pentas yang hanya menggunakan microphone, maka

Cak dapat dicustom dengan mengintegrasikan spull di dalamnya, sehingga

untuk kebutuhan pentas hanya cukup mencolokkan kabel saja.

3. Gitar Akustik

Fungsinya dalam keroncong sebagai gitar melodi, dimainkan

dengan gaya kontrapuntis (anti melodi). Instrumen yang penting

kontribusinya dalam perkembangan gitar adalah instrumen Cittern.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 25

Gambar 2.3

Alat Musik Gitar Akustik

(Sumber : www.Google.com)

4. Biola

Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara

digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu

sama lain dengan interval sempurna kelima.

Gambar 2.4

Alat Musik Biola

commit to user (Sumber : www.Google.com) perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 26

5. Flute

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara

suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya

dengan baik.

Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas

atau campuran keduanya, sedangkan suling untuk pelajar umumnya

terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak. Suling konser

standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari

middle C.

Gambar 2.5 Alat Musik Flute

(Sumber : www.Google.com)

Pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert (suling kayu hitam

dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java),

sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling

metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang

indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta). commit to user (Nova Vannovelly) perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 27

6. Cello

Menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh

Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam

keroncong dimainkan secara khas dipetik / pizzicato.

Gambar 2.6 Alat Musik Cello

(Sumber : www.Google.com)

Nama cello adalah singkatan dari kata dalam bahasa Italia

violoncello, yang berarti "violone kecil". Violone adalah sebuah instrumen

yang kuno, sebuah viol besar, yang mirip dengan bass modern. Cello

paling erat terkait dengan musik klasik Eropa. Ia adalah bagian dari

orkestra standar dan memberikan suara bas dalam sebuah kuartet gesek,

serta bagian dari banyak kelompok musik kamar.

Sejumlah besar concerto dan sonata telah digubah untuknya. Alat

musik ini kurang lazim dalam musik pop, namun kadang-kadang

ditampilkan dalam rekaman-rekaman pop dan rock. commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 28

7. Kontrabass

Gambar 2.7

Alat Musik Kontrabass

(Sumber : www.Google.com)

Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang

kontrapuntis dan cello yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola

berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah.

Flute mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi

yang kosong.

Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang

menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu

keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong,

dangdut, rock, polka, mars).

d. Perkembangan Musik Keroncong

Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat

yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak

tiga macam keroncong, yangcommit dapat to user dikenali dari pola progresi akordnya. perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 29

Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut.

Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.

Pada abad ke XX, musik keroncong ini berkembang di luar Jakarta.

Perkembangannya dipengaruhi oleh musik-musik tradisional setempat.

Di kota Ambon, musik keroncong dipengaruhi oleh musik hawaian

dengan penambahan instrumen gitar sebagai melodi.

Di daerah Makasar musik keroncong mendapat tambahan alat

musik tradisional yaitu Kecapi. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-

lagu daerah setempat. Sedangkan di Balikpapan alat-alat yang dipakai

dalam musik keroncong adalah : Biola mandolin yang disebut Gambus,

ukelele, banyo dan dua buah gendang. Lagu-lagunya diambil dari lagu-

lagu tradisional.

Di Jawa Tengah musik keroncong dipengaruhi oleh musik

gamelan, jenis musik yang memakai lima tangga nada atau Pentatonis.

Dengan percampuran antara ensamble keroncong tradisional Jakarta hasil

dari perkembangan intrumen musik Barat dengan musik gamelan maka

lahirlah istilah Langgam. Ada dua ciri khas langgam yaitu :

1. Teks dalam bahasa daerah (Jawa)

2. Tangga nada dan ritme diarahkan kedalam musik daerah

(gamelan).

Ada pararel yang jelas antara ensamble musik Keroncong

tradisional Jakarta dengan Gamelan antara lain : biola dengan rebab, flute

dengan suling, gitar melodi dengan siter, ukelele (keroncong) dengan

ketuk kenong, cello dengan kendang, bass dengan gong. commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 30

Lain yang ada di Jawa Timur, perkembangan musik keroncong

dimulai dengan adanya teater rakyat komedi bernama Stambul. Peranan

musik keroncong ini selain sebagai selingan juga merupakan bagian dari

pentas pertunjukan stambul. sehingga munculah tipe keroncong dengan

nama Stambul. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Gambar 2.8 Komedi Stamboel dengan Musik Keroncong sebagai Pengiring Pertunjukan

(Sumber : http://newsletterskana.wordpress.com/tag/studiklub -

teater-bandung)

Komedie Stamboel adalah teater hibrida di zaman kolonial yang

dengan kompleks menggabungkan beragam teater, kesusastraan dan

estetika Eropa dan Asia. Sebagai satu genre pertunjukan populer di

Indonesia, asal muasalnya dapat ditelusuri dari pendirian satu kelompok

teater dengan nama yang sama di tahun 1891 di Surabaya, dengan aktor

Indo (Euroasia) yang didanai kongsi Tionghoa.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 31

Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang

Portugis di Indonesia (1522) dan pemukiman para budak di daerah

Kampung Tugu tahun 1661 , dan ini merupakan masa evolusi awal musik

keroncong yang panjang (1661-1880), hampir dua abad lamanya, namun

belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan

suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik keroncong

belum lahir tahun 1661-1880. Dan akhirnya musik keroncong mengalami

masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga

tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu perkiraan

perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada

tahun 1879 , di saat penemuan ukulele di Hawai yang segera menjadi

alat musik utama dalam keroncong (suara ukulele: crong-crong-crong),

sedangkan awal keroncong millenium sudah ada tanda-tandanya, namun

belum berkembang (Bondan Prakoso).

Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah :

1) Masa tempo doeloe (1880-1920),

2) Masa keroncong abadi (1920-1960),

3) Masa keroncong modern (1960-2000),

4) Masa keroncong millenium (2000-kini)

1) Masa Keroncong Tempo Doeloe (1880-1920)

Ukulele ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, sehingga diperkirakan

pada tahun berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di

daerah Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah Kemayoran dan

Gambir (ada lagu Kemayorancommit to user dan Pasar Gambir, sekitar tahun perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 32

1913). Komedie Stamboel 1891-1903 lahir di Kota Pelabuhan Surabaya

tahun 1891, berupa Pentas Gaya Istambul, yang mengadakan

pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura dan Malaya lewat

jalur kereta api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi

Cerita 1001 Malam (Arab) dan Cerita Eropa (Opera maupun Rakyat),

termasuk Hikayat India dan Persia. Sebagai selingan antara adegan

maupun pembukaan, diperdengarkan musik mars, polka, gambus, dan

keroncong. Khusus musik keroncong dikenal pada waktu itu Stambul I,

Stambul II, dan Stambul III.

Pada waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120

untuk satu ketuk seperempat nada), di mana Warga Kampung Tugu

maupun Kusbini menyebut sebagai Keroncong Portugis,

sedangkan Gesang menyebut sebagai Keroncong Cepat, dan berbaur

dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal para musisi

Indo, dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi (rekaman Idris Sardi

main biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M.

Sagi).

Dari periode tempo doeloe ini lahir pula di Makassar bentuk

keroncong khas yang dikenal sebagai Musiq Losquin Bugis, misalnya

lagu Ongkona Arumpone yang dinyanyikan oleh Sukaenah B. Salamaki.

Irama keroncong ini tanpa seruling-biola-cello, tapi dengan melodi

guitar yang kental, mirip seperti gaya Tjoh de Fretes dari Ambon.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 33

Gambar 2.9

Album Keroncong Tempo Doeloe

(Sumber : www.Google.com)

Jika kita hubungkan kesemua ini, maka ada garis kesamaan

dengan Orkes Keroncong Cafrinho Tugu (Kr. Pasar Gambir) – Orkes

Keroncong Lief Java (Kr. Kali Brantas) – Losquin Bugis (Ongkona

Arumpone) – Orkes Hawaian Tjoh de Fretes (Pulau Ambon), yaitu

gaya era tempo doeloe dengan irama yang cepat sudah dengan

kendangan cello dan dengan guitar melodi yang kental.

2) Masa Keroncong Abadi (1920-1960)

Pada masa ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 birama,

akibat pengaruh musik pop Amerika yang melanda lantai dansa di

hotel-hotel Indonesia pada waktu itu, dengan musisi didominasi dari

Filipina (seperti Pablo, Sambayon, dll), dan berakibat juga lagu pada

waktu itu telah 32 birama juga. Lagu Indonesia Raya (1924) pada

waktu itu juga sudah 32 birama. Selanjutnya pusat perkembangan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 34

beralih ke Solo dan iramanya juga lebih lamban (sekitar 80 untuk

seperempat nada). Masa ini lahir para musisi Solo seperti Gesang.

Lagu Keroncong Abadi terdiri atas :

a. Langgam Keroncong

Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A – A – B –

A dengan pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu standar pop

: Verse A – Verse A – Bridge B – Verse A, panjang 32 birama. Beda

sedikit pada versi kedua, yakni pengulangannya langsung pada

bagian B. Meski sudah memiliki bentuk baku, namun pada

perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi

serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam lagu-

lagu non keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama,

dan kebanyakan tetap dinamakan langgam.

b. Stambul Keroncong

Stambul Keroncong berbentuk (A-B-A-B‟) x 2 = 16 birama x 2

= 32 birama, merupakan modifikasi Stambul II yang 16 birama

menjadi 32 birama (menyesuaikan standar Keroncong Abadi yang

32 birama). Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya

diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19

hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi

stambul. Nama “stambul” diambil dari Istambul di Turki.

c. Keroncong Asli

Keroncong asli memiliki bentuk lagu A – B – B‟. Lagu terdiri

atas 8 baris, 8 baris xcommit 4 birama to user = 32 birama, di mana dibuka dengan perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 35

prelude 4 birama yang dimainkan secara instrumental, kemudian

disisipi interlude standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara

instrumental juga. Keroncong asli diawali

oleh voorspel atau prelude, atau intro yang diambil dari baris 7 (B3)

mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik

melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar;

dan tussenspel atau interlude atau intermezzo di tengah-tengah

setelah modulasi/modulatie/modulation yang standar untuk semua

keroncong asli.

Kadensa Keroncong adalah suatu rangkaian harmoni sebagai

penutup pada akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa

menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup

(sementara) melodi tersebut. Pada Masa Keroncong Abadi dikenal

rangkaian penutup I7-IV-V7-I.

Kadensa dengan rangkaian V7-I disebut sebagai Kadensa

Sempurna, karena sempurna menutup rangkaian tersebut dan terasa

berhenti sempurna.

Tetapi kalau akord X-V7 menjadi akhir rangaian, maka

disebut Kadensa Tidak Sempurna atau Setengah Kadensa,

misalnya rangkaian Super Tonik – Dominan Septim.

Kalau rangkaian harmoni diakhiri pada X-VI, maka

disebut Kadensa Terputus, misalnya Doninan Septim – Submedian.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 36

Dalam rangkaian IV-I disebut Kadensa Plagal, mempunyai sifat

sendu seperti kalau kita mengucap “Amin” dalam salat.

Lagu kunci minor ditutup pada kunci mayor, disebut Tierce de

Piecardy, jadi sebenarnya bukan kadensa, namun biasanya dipakai

dalam akhir lagu.

Kadensa Keroncong, khusus dikembangkan dalam musik

keroncong, yaitu rangkaian harmoni I7-IV-V7-I

Ismail Marzuki (1914-1958) , komponis Ismail Marzuki termasuk

hidup dalam Era Keroncong Abadi, namun lagu-lagunya sangat

modern pada zamannya, misalnya Sepasang Mata Bola ditulis dalam

kunci minor sehingga dapat dinyanyikan dengan iringan keroncong

seperti keroncong beat (1958).

Gambang Keromong Gambang Keromong adalah salah satu gaya

keroncong yang dikembangkan oleh Etnis Tionghoa (gambang

adalah alat musik bilah kayu seperti marimba, sedangkan keromong

adalah istilah lain dari kempul) yang dikembangkan sekitar tahun

1922 di Kemayoran Jakarta (tanjidor), namun kemudian berkembang

di Semarang sekitar tahun 1949 (ingat lagu Gambang Semarang –

Oey Yok Siang). Sebenarnya Gambang Keromong yang lahir di

Masa Keroncong Abadi 1920-1960 adalah cikal bakal Campursari

yang lahir pada Masa Keroncong Modern.

Masa Keemasan (The Golden Age). Pada tahun 1952, Radio

Republik Indonesia (RRI) menyelenggarakan perlombaan Bintang

Radio dengan 3 jeniscommit lomba toyaitu, user Keroncong, Hiburan dan Seriosa, perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 37

juga dilombakan mencipta lagu keroncong, salah satu pemenang

adalah Musisi Kusbini dengan lagu Keroncong Pastoral. Pada masa

akhir dari Keroncong Abadi (1920-1960) ini merupakan Masa

Keemasan (Golden Age) bagi musik keroncong.

3) Masa Keroncong Modern (1960-2000)

Perkembangan keroncong masih di daerah Solo dan sekitarnya,

namun muncul berbagai gaya baru yang berbeda dengan Masa

Keroncong Abadi (termasuk musisinya), dan merupakan pembaruan

sesuai dengan lingkungannya.

Mulai masa keroncong modern (1960-2000) semua aturan

baku (pakem) musik keroncong tidak berlaku, karena mengikuti aturan

baku (pakem) musik pop yang berlaku universal, misalnya tangga

nada minor, moda pentatonis Jawa/Cina, rangkaian harmoni diatonik

dan kromatik, akord disonan, sifat politonal atau atonal (pada

campursari), tidak mengenal lagi pakem bentuk keroncong asli atau

stambul, ada irama nuansa dangdut (congdut), mulai tahun 1998 musik

rap mulai masuk (Bondan Prakoso), dlsb.

a. Langgam Jawa

Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan

dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang

dimaksud di sini. Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada

penambahan instrumen antara lain siter, kendang (bisa diwakili

dengan modifikasi permainan cello ala kendang), saron dan

adanya bawa atau sulukcommit berupa to user introduksi vokal tanpa instrumen perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 38

untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh. Tahun 1968

Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.

Umumnya mempunyai struktur lagu pop yaitu A – A – B – A

atau juga A – B – C – D dangan jumlah 32 birama. Lagu Langgam

Jawa yang terkenal di tahun 1958 adalah ciptaan Anjar Any (1936-

2008) : Yen Ing Tawang Ana Lintang (Tawang dalam Bahasa Jawa

berarti : awang-awang, langit, dan makna lain nama suatu desa di

Magetan, Kalau di Langit Ada Bintang). Langgam Jawa menjadi

terkenal oleh Waljinah yang pernah sebagai juara tingkat sekolah

SMP di RRI Solo tahun 1958.

b. Keroncong Beat

Dimulai oleh Yayasan Tetap Segar pimpinan Rudy Pirngadie, di

Jakarta pada tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat pop (mau

melangkah lebih bersifat universal). Pada waktu itu Idris Sardi ikut

tour ke New York World‟s Fair Amerika Serikat dengan biola tahun

1964 dengan maksud mau memperkenalkan lagu pop barat (I left my

heart in San Fransico, pada waktu itu tahun 1964 lagu ini

merupakan salah satu hit di dunia) dengan iringan keroncong beat,

namun dia kena denda melanggar hak cipta akibat tanpa izin.

Dengan Keroncong Beat maka berbagai lagu (bukan dengan

rangkaian harmoni keroncong, termsuk kunci Minor) dapat

dinyanyikan seperti La Paloma, Monalisa, Widuri, Mawar Berduri,

dll.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 39

c. Campur Sari

Di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun 1968 Manthous

memperkenalkan gabungan alat gamelan dan musik keroncong, yang

kemudian dikenal sebagai Campursari. Kini

daerah Solo, Sragen, Ngawi, dan sekitarnya, terkenal sebagai pusat

para artis musik campursari. Bahkan Bupati Sukoharjo ikut

meramaikan bursa campursari.

d. Keroncong Koes-Plus

Koes Plus dikenal sebagai perintis musik rock di Indonesia,

pada sekitar tahun 1974 juga berjasa dalam musik keroncong yang

rock. Keroncong Pertemuan adalah Keroncong Koes Plus dengan

struktur bentuk campuran (dalam bahasa Belanda disebut Meng-

vorm atau Inggris Combine form) antara Stambul II dan langgam

Keroncong.

Seandainya band rock Indonesia bisa mengikuti jejak Koes-Plus

untuk melestarikan budaya sendiri seperti keroncong, maka betapa

indah musik rock Indonesia dapat ngetop dengan irama kampung

halaman, berarti musik keroncong jangan mati. (ucapan Gesang).

e. Keroncong Dangdut (Congdut)

Keroncong dangdut (Congdut) adalah jawaban atas derasnya

pengaruh musik dangdut dalam musik populer di Indonesia sejak

1980-an. Seiring dengan menguatnya campur sari di pentas musik

populer etnis Jawa, sejumlah musisi, konon dimulai dari Surakarta,

memasukkan unsur beat dangdut ke dalam lagu-lagu langgam Jawa commit to user klasik maupun baru. Didi Kempot adalah tokoh utama gerakan perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 40

pembaruan ini. Lagu-lagu yang terkenal antara lain Stasiun Balapan,

Sewu Kuto.

Pada Masa Keroncong Modern adalah Masa Kejayaan Musik

Keroncong, di mana terdengar di mana-mana musik Langgam Jawa,

Keroncong Beat, Campursari, koes Plus dan terakhir dengan

Congdut dari Didi Kempot, hingga ke Suriname dan Belanda (2004-

2008). Rupa-rupanya ini merupakan puncak kejayaan Musik

Keroncong, sehingga Gesang khawatir bahwa Keroncong Akan Mati

(2008, ucapan beliau sebelum wafat).

4) Masa Keroncong Millenium (2000-kini)

Walaupun musik keroncong di era millenium (tahun 2000-an)

belum menjadi bagian dari industri musik pop Indonesia, tetapi

beberapa pihak masih mengapresiasi musik keroncong. Kelompok

musik Keroncong Merah Putih, kelompok keroncong berbasis

Bandung masih cukup aktif melakukan pertunjukan. Selain itu, Bondan

Prakoso dan grupnya Bondan Prakoso & Fade 2 Black, menciptakan

komposisi berjudul “Keroncong Prothol” yang berhasil memadukan

musik gaya rap dengan musik latar belakang irama keroncong. Di

tahun 2008 Solo International Keroncong Festival, Harmony Chinese

Music Group membuat suasana lain dengan memasukan unsur alat

musik tradisional Tionghoa dan menamainya sebagai Keroncong

Mandarin. (Wikipedia Bahasa Indonesia)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 41

e. Jenis Musik Keroncong

Lagu keroncong yang baku saat ini adalah yang disebut dengan

Keroncong Asli, Langgam Keroncong, Stambul, Lagu Ekstra dan

Langgam Jawa yang masing-masing memiliki bentuk dan ciri yang

berbeda.

1. Keroncong Asli. Diawali dengan intro (musik pembuka sebelum lagu) yang

merupakan improvisasi dari akor I, V dan berakhir di akor I. Ada

interlude/middel spell (musik penyela diantara lagu) pada birama ke

sembilan dan kesepuluh. Diakhiri dengan coda (musik akhir setelah

lagu) biasanaya merupakan iprovisasi akor I - IV - V dan kembali ke

akor I, masing-masing satu birama I.

2. Langgam Keroncong

Diawali dengan intro (musik pembuka sebelum vokal) yang

biasanya diambilkan dari empat birama terakhir. Lagu dinyanyikan

dua kali. Untuk putaran ke dua kalimat A dan A' dibawakan dengan

instrumental lagu mulai masuk pada kalimat B dan A".

Diakhiri dengan coda (musik akhir setelah vokal) yang

merupakan improvisasi akord I - IV - V dan kembali ke akor I,

masing-masing satu birama.I

3. Stambul

a. Stambul I

Jumlah birama 16 birama

Sukat 4/4 Bentuk kalimat commitA - B to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 42

Bersyair secara improvisasi

Intro merupakan improvisasi dengan peralihan dari akor tonika ke

akor Sub Dominan. Musik dan vokal saling bersautan. Dua birama

instrumental dan dua birama selanjutnya diisi oleh vokal, demikian

seterusnya sampai lagu berakhir.

b. Stambul II

Jumlah birama 32 birama

Sukat 4/4

Bentuk kalimat A - B

Bersyair secara improvisasi

Intro merupakan improvisasi dengan peralihan dari akor tonika ke

akor Sub Dominan. Biasanya diawali oleh vokal tanpa iringan. Iringan

baru dimulai setelah masuk birama ke dua yang jatuh pada akor IV.

4. Lagu Ekstra

Bentuknya bebas, tidak termasuk keroncong asli, langgam

maupun stambul. Lagu Ekstra mengutamakan suasana riang dan

jenaka.

Selain bentuk dari irama keroncong yang membedakan antara

jenis yang satu dengan jenis yang lain, dikenal pula adanya gaya.

Untuk istilah gaya keroncong ini titik beratnya mengarah pada

perbedaan irama dan peralatannya. Dari perbedaan gaya yang ada di

setiap daerah tempat keroncong hidup dan berkembang, terdapat dua

gaya yang mempunyaicommit perbedaan to user mencolok yaitu : perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 43

a) Irama keroncong gaya Jakarta

Instumen ukelele mempunyai empat tali dengan stem nada A - E -

C - G. Keempat tali tersebut dipukul secara bersama-sama sehingga

menimbulkan bunyi Kemprong-kemprong. Instrumen banyo

dimainkan dengan cara dipetik seperti ukelele gaya Surakarta,

namun juga sering dipukul bersama, satu kali dalam setiap ketukan.

Ada pula banyo gaya Jakarta ini bertali satu, dipetik satu nada dari

akor yang dimainkan.

b) Irama keroncong gaya Surakarta

Instrumen ukelele bertali tiga dengan stem nada E - B - G. Cara

memainkannya dipetik satu-persatu untuk mencari nada yang

serasi. Dan yang menjadi cirikhas gaya Surakarta ini adalah irama

Prolong. Irama yang ditimbulkan oleh bunyi ukelele dengan

mempergunakan pukulan-pukulan Trilen .

Instrumen Banyo (Cak tenor) bertali tiga dengan stem nada E

- B - G sama seperti ukelele atau dengan stem nada B - F# - D cara

memainkannya dipukul tiga tali bersama-sama untuk mendapatkan

bunyi akor lengkap. Antara ukelele dan banyo dipukul bergantian

saling mengisi sehingga ketika irama dipukul double kedua

instrumen tersebut membawa kelincahan irama yang

menggairahkan.

Selain kedua instrumen tersebut, perbedaan juga ada pada

instrumen lainnya, namun perbedaan tersebut tidaklah mencolok.

Hingga sekarang musik keroncong masih bertahan. Hidup dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 44

perkembanganya akan sangat tergantung kepada masyarakat

pendukungnya dan para pekerja seni yang menggelutinya.

(Sumber : Herjaka, Majalah Tembi)

5. Langgam Jawa

Atas instruksi presiden pada sekitar tahun 1958 yang melarang

lagu-lagu barat, maka bermunculan lagu-lagu daerah yang dikemas

dalam irama popular. Hal ini menjadikan tantangan para musisi

keroncong pada waktu itu untuk berkreasi ,maka munculah irama

langgam Jawa. Bentuk lagu dari Langgam Jawa ini ada yang

mendekati langgam keroncong dan ada pula yang mirip dengan

bentuk lagu ekstra. Yang perlu diperhatikan dalam langgam jawa

terdapat sifat ke-paralel-an dari alat musik /instrumen musik barat

terhadap instrument musik jawa (gamelan). Berikut ke-paralel-an

tersebut :

Biola – Rebab, Flute – Suling, Gitar - Celempung,gambang, Cuk

Kethuk,Bonang,Kromong, Cak – Kecapi, Cello - Kendhang

ciblon/batangan, Bas – Gong

(Buletin Tjroeng, Buletin Musik Keroncong,2 November 2008)

f. Tokoh Keroncong

Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar

dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang . Lelaki asal

kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari

pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di

sana. commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 45

Di sisi lain nama Anjar Any (Solo, pencipta Langgam Jawa lebih

dari 2000 lagu, yang meninggal tahun 2008) juga mempunyai andil dalam

keroncong untuk Langgam Jawa beserta Waldjinah (Solo), sedangkan R.

Pirngadie (Jakarta) untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung Kidul,

Yogyakarta) untuk Campursari dan KoesPlus (Solo/Jakarta) untuk

Keroncong Rock, serta Didi Kempot (Ngawi) untuk Congdut.

(Wikipedia Bahasa Indonesia)

Gambar 2.10 Tokoh Keroncong Indonesia

(Sumber : www.Google.com)

g. Eksistensi Keroncong di Surakarta

Musik keroncong mulai dikenal di Surakarta sekitar tahun 1950-an.

Jenis musik ini mulai popular setelah didirikannya sebuah perusahaan

rekaman milik pemerintah yang bernama LOKANANTA yang berlokasi di

Kota Solo. LOKANANTA memproduksi lagu-lagu daerah dan tradisional.

Hingga tahun 1964, perusahaan yang memproduksi piringan hitam ini

tidak mengalami hambatancommit yang to user berarti kecuali pasar yang lambat perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 46

berkembang. Dengan sentuhan tangan dari para seniman music seperti

Andjar Any, Gesang, Waldjinah dan sebagainya, musik keroncong

dimodifikasi dalam bentuk langgam Jawa yang mampu mengambil hati

para penggemarnya. Sekitar akhir tahun 1960-an dan permulaan dekade

1960-an keroncong murni dan langgam Jawa berjalan beriringan dan

mampu menunjukkan keeksistensinya di jagad musik Indonesia khususnya

wilayah Surakarta, dan beberapa wilayah di sekitarnya.

Gejolak politik pada tahun 1960-an tidak begitu berpengaruh pada

perkembangan musik keroncong. Kebijakan dari Presiden Soekarno yang

anti barat sehingga melarang segala sesuatu yang berbau kebarat-baratan

di Indonesia sebenarnya dapat menjadi peluang musik keroncong untuk

dapat berkembang lebih maju lagi. Dengan berbagai bentuk modernisasi

yang diterapkan pada jenis musik ini diharapkan mampu mendatangkan

profit yang besar kepada insan pelakunya. Namun pada masa

pemerintahan Soeharto, pengaruh Barat dapat masuk secara bebas ke

Indonesia sehingga muncul aliran-aliran musik baru yang menggeser

eksistensi musik keroncong. Tidak banyak orang yang tertarik meneruskan

dan mengembalikan kejayaan musik keroncong di Indonesia, khususnya di

Kota Solo yang dikenal sebagai Kota Budaya. (Memik Zunainingsih,

2009)

3. Tinjauan Musik Keroncong di Kampung Tugu

a. Kampung Tugu

Kampung Tugu berlokasi di Kelurahan Semper Barat, Kecamatan

Koja, Jakarta Utara, Propinsi Jakarta Utara. Kampung yang merupakan commit to user peninggalan sejarah Kota Batavia ini dikenal sebagai kampung yang perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 47

dihuni oleh tawanan portugis yang telah dibebaskan oleh Pemerintah

Belanda. Menurut riwayat, sejak VOC menaklukkan kekuasaan Bangsa

Portugis di Malaka pada tahun 1641 M, para tawanan dan budak Portugis

diboyong oleh Belanda ke pusat kota dagang baru di Batavia. Para budak

dan tawanan tersebut terdiri dari orang-orang Portugis dan orang-orang

dari daerah yang diduduki oleh Portugis kala itu seperti Goa, Malabar,

Bengal, dan Colomander. Rata-rata mereka beragama Katolik dan

menggunakan bahasa Portugis sebagai bahasa percakapan.

Namun semenjak berada di Batavia para budak dan tawanan

Portugis ini dimerdekakan oleh Belanda, dengan syarat berpindah agama

menjadi Protestan dan mengganti bahasa mereka dengan bahasa Belanda.

Istilah untuk menyebut para tawanan dan budak yang dimerdekakan itu

dikenal dengan nama kaum Mardjikers, yang berarti kaum yang

dimerdekakan (dekat dengan kata mardika atau merdeka). Sampai akhir

abad ke-18, Pemerintah Belanda di Batavia melarang agama Katolik

dipeluk oleh masyarakat Batavia. Baru semenjak penaklukan Perancis atas

Batavia pada masa Daendels (tahun 1808 M), Gubernur Batavia saat itu,

agama Katolik diperbolehkan.

Setelah memerdekakan para tahanan dan budak Portugis (kaum

Mardjikers), pengurus Gereja Batavia dengan persetujuan VOC

memindahkan kaum Mardjikers ke sebuah kampung yang berjarak sekitar

20 kilometer sebelah tenggara Batavia pada tahun 1661 M. Kampung

inilah yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Tugu. Tidak kurang

ada sekitar 22 kepala keluarga terdiri 150 jiwa dipindahkan ke Kampung commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 48

Tugu. Sejak itu, para Mardjikers menetap di Kampung Tugu dan

melakukan perkawinan dengan suku-suku lain yang beragama Kristen.

Ada beberapa versi tentang asal-usul nama Kampung Tugu.

Sejarawan Belanda, De Graff, menyebut nama Tugu berasal dari kata por

tugu ese (Portugis), sebutan orang Portugis yang tinggal di kampung itu.

Namun, ada juga versi lain yang mengatakan nama Tugu dikaitkan dengan

penemuan sebuah prasasti (tugu) batu bertuliskan huruf Pallawa dari masa

kekuasaan Raja Purnawarman, Kerajaan Taruma Negara, di sekitar

perkampungan tersebut. „Tugu„ sendiri berarti „tiang„, „batu bersurat„, atau

„batu peringatan„. Prasasti ini dikenal dengan nama Prasasti Tugu. Sejak

tahun 1911 M, Prasasti Tugu dipindahkan ke Museum Nasional (Museum

Sejarah Jakarta).

Gambar 2.11 Gereja Sion

(Sumber : www.Google.com)

Kampung Tugu dikenal oleh masyarakat Batavia salah satunya

karena keberadaan Gerejacommit Tugu to diuser kampung ini. Konon gereja ini perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 49

didirikan seiring dipindahkannya para Mardjikers dari Kota Batavia. Saat

di Batavia para Mardjikers biasanya beribadah di Gereja Sion dikenal

dengan sebutan gereja Portugis Luar Kota (di luar benteng Kota Batavia)

atau Gereja Portugis.

Namun semenjak pindah ke Kampung Tugu para Mardjiker

menggunakan Gereja Tugu sebagai sarana ibadahnya. Ada yang menaksir,

Gereja Tugu didirikan antara tahun 1676-1678 M bersamaan dengan

pendirian sekolah rakyat pertama kali di Hindia Belanda oleh Melchior

Leydekker, seorang doktor ilmu kedokteran dan teologi dari Belanda yang

ditempatkan di Kota Batavia.

Gambar 2.12 Gereja Tugu

(Sumber : www.Google.com)

Gereja inilah yang hingga sampai sekarang menjadi landmark

Kampung Tugu. Gereja yang dapat menampung sekitar 300 jemaat ini

terbilang unik, tidak seperti bangunan lain yang biasanya menghadap

jalan, gereja ini justru menghadap sungai . Hal Ini semakin commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 50

mengukuhkan bahwa dulu, Cakung merupakan jalur lalu lintas transportasi

air utama untuk menuju gereja. Sejak tahun 1970 daerah Kampung Tugu

berusaha dijaga kelestariannya oleh pemerintah DKI Jakarta melalui SK

Gubernur tahun 1970, yakni radius 600 meter dari Gereja Tugu.

Menyusuri serpih-serpih sejarah di Kampung Tugu seolah

membawa ke suasana Kota Batavia zaman dulu. Saat mulai masuk

perkampungan akan disuguhi suasana perkampungan dengan lanskap

bangunan-bagunan kuno, jalan, dan sungai/ kali. Kali ini oleh masyarakat

Tugu dan sekitar disebut Kali Cakung. Dulu, hingga tahun 1960 kali ini

masih dipakai untuk jalur transportasi dan masih dimanfaatkan untuk

mandi. Namun sekarang sungai ini tak lagi menjadi jalan transportasi,

karena telah mendangkal dan berlumpur. Meskipun begitu tetap saja

sungai ini memberi nuansa tersendiri bagi Kampung Tugu.

Gambar 2.13 Lukisan karya F. Dancx (1703 M), yang mengisahkan keluarga keturunan

Portugis di Kampung Tugu yang dilatarbelakangi Gereja Tugu.

(Sumber : Ensiklopedi Jakarta, Budaya & Warisan Sejarah) commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 51

Selain menikmati arsitektur gereja, di Kampung Tugu juga dapat

menikmati peringatan Ritual Mandi-mandi. Meski bernama “mandi”, tak

ada kegiatan mandi yang dilakukan dalam acara ini. Ritual Mandi-mandi

lebih merujuk pada upacara saling memaafkan di antara warga Kampung

Tugu yang dibumbui kegiatan mencorengkan bedak di antara para warga.

Ritual ini merupakan warisan kaum Mardjikers dan diselenggarakan setiap

perayaan tahun baru.

Gambar 2.14 Ritual Mandi-mandi Kampung Tugu

(Sumber : www.Google.com)

Wisatawan yang berkunjung ke Kampung Tugu juga dapat

menikmati kesenian musik khas bernama Keroncong Tugu. Kesenian ini

sering dipentaskan pada berbagai tempat dan kesempatan, seperti pesta

perkawinan, ulang tahun, peresmian, jamuan makan, menyambut tamu

asing, perayaan Natal, dan perayaan tahun baru. Konon, keroncong ini

telah dimainkan sejak tahun 1661 M, tahun kedatangan para Mardjikers di

Kampung Tugu. Pada saat itu, kesenian ini masih disebut keroncong asli, commit to user karena jenis irama yang masih dipengaruhi Keroncong Portugis. Namun, perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 52

seiring perkembangan zaman, keroncong ini telah banyak mengadopsi

beberapa elemen yang membuatnya berbeda. Hal ini misalnya dapat dilihat

pada jenis iramanya yang lebih cepat dan rancak, dikarenakan suara

ukulele yang dimainkan dengan cara menggaruk keseluruhan senar secara

cepat. Selain itu di Kampung Tugu juga masih bisa melihat beberapa

deretan rumah khas Batavia yang berusia ratusan tahun, atau juga beberapa

kuburan kuno peninggalan zaman Belanda. (Ensiklopedi Jakarta, Budaya

dan Warisan Sejarah)

Gambar 2.15 Ilustrasi Orkes Keroncong Komunitas Indies di Batavia

(Sumber : http://www.krontjongtoegoe.com/profile/28/)

b. Keroncong Tugu

Jatuhnya Malaka ke tangan Belanda mengakhiri dominasi dan

kekuasaan Portugis. Mereka (orang-orang Portugis), ditawan sebagai

tawanan perang. Kemudian orang-orang Portugis yang ditawan dibawa ke

Jawa (Batavia) dan ditempatkan disekitar Kampung Bandan. Mereka

dijadikan „budak‟ oleh bangsa Belanda. Sekitar tahun 1661, orang-orang

ini kemudian dibebaskan setelah terlebih dahulu diubah kepercayaannya

dari Katolik ke Protestan dancommit mengubah to user nama -nama mereka dengan nama perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 53

Belanda, dengan julukan sebagai mardjikers (orang-orang yang

dimerdekakan). Mereka ditempatkan di sebuah delta di tengah rawa dekat

dengan , yang sekarang dikenal dengan 'Kampung Toegoe' .

Gambar 2.16

Sketsa Orkes Keroncong Komunitas Indies di Batavia

(Sumber : http://www.krontjongtoegoe.com/profile/28/)

Untuk mengisi waktu senggang, dalam keseharian mereka bermain

musik selepas berburu, bertani atau menangkap ikan. Dalam bermusik,

lama-kelamaan mereka berkelompok, menciptakan musik yang harmoni

dari berbagai alat musik yang dimainkan, yakni Prounga (Cak), Macina

(Cuk), Jitera (seperti gitar tapi lebih kecil) dan Biola. Tidak ketinggalan

Suling dan Rebana. Dari berbagai alat musik ini, suara yang paling

dominan terdengar adalah suara 'Crong-crong-crong' dari Prounga dan

Mancina yang saling bersautan. Karenanyalah, orang-orang lebih suka

menyebutnya dengan musik 'KERONCONG'. Dari kebiasaan ini,

kemudian terbentuklah group musik yang terorganisir. Pada tahun 1920

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 54

mereka membentuk group musik "Orkes Krontjong Poesaka Moresco

Toegoe".

Gambar 2.17

Orkes Keroncong Poesaka Toegoe anno 1661

(Sumber : Dokumentasi Cafrinho)

Gambar 2.18 Para Pemuda dan Putra Tugu

(Sumber : Dokumentasi Cafrinho)

Group ini berkembang dari tahun ke tahun dan dikenal cukup luas commit to user pada masa itu, terutama dikalangan orang- orang Indo Belanda. Tetapi perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 55

pada saat Jepang datang, kegiatan bermusik menjadi terhenti dan orang-

orang Toegoe banyak keluar meninggalkan kampung halamannya.

B. PENDEKATAN DESAIN

1. Tinjauan Umum Music Center

a. Pengertian Music Center

Music Center merupakan wahana pendidikan musik, penjualan,

promosi industri musik dan pagelaran musik.

Music Center merupakan suatu tempat kegiatan terpadu yang

digunakan untuk menampung beberapa aktivitas antara lain pendidikan

atau pelatihan tentang musik, pameran dan penjualan alat-alat musik dan

pementasan musik dengan segala aktivitas pendukungnya.

b. Status Kelembagaan

Suatu keberadaan pusat musik ini adalah sebagai lembaga swasta

baik di bawah naungan pemerintahan maupun non-pemerintah yang

bergerak dalam bidang musik.

c. Jenis Aktivitas dan Kegiatan

a) Pendidikan dan Pelatihan Musik

Bentuk pendidik adalah teori musik dan praktik musik,

dikelompokkan menjadi ada dua kelompok, yaitu :

1. Kelompok anak-anak (4-9 tahun)

(a) Kursus musik anak

(b) Kursus elektone anak

(c) Bina Vokal anak commit to user 2. Kelompok umum (remaja dan dewasa) perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 56

(a) Instrument solo

(b) Ansamble

(c) Bina Vokal

b) Promosi dan Produk Industri Musik

1) KegiatanPromosi dan Penjualan

Promosi yang dilakukan adalah promosi yang bersifat pasif

(pengunjung hanya melihat barang dalam ruang pamer atau

demo oleh staf pameran) dan promosi aktif di mana pengunjung

dapat langsung mencoba dan memainkan produk yanng

ditawarkan.

2) Fasilitas Ruang Pamer

(a) Ruang pamer tetap untuk peminat promosi dalam jangka

waktu yang cukup lama.

(b) Ruang pamer temporer, untuk menampung berbagai macam

acara promosi yang bertipe real show atau musik klinik

yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

c) Pagelaran Musik

Fasilitas pagelaran musik yang disediakan dapat digunakan untuk

kepentingan pendidikan musik serta digunakan untuk melayani sebuah

kota akan gedung pagelaran. Fasilitas pagelaran musik dapat juga

digunakan untuk umum.

d) Kegiatan Pengelolaan

Kegiatan pengelolaan merupakan fasilitas untuk pengelola

mengendalikan fasilitas pusat musik, termasuk juga kegiatan commit to user pengelolaan di setiap bagian fasilitas. perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 57

Kegiatan yang dimaksud adalah :

1) Pengelolaan Administrasi

Meliputi pusat kegiatan administrasi, yaitu kegiatan pimpinan

utama, pengelolaan manajemen dan kegiatan administrasi

lainnya.

2) Pengelolaan Pendukung

Merupakan kegiatan untuk mendukung beroperasinya Music

Center beserta fasilitas di dalamnya agar dapat berfungsi dengan

optimal.

2. Tinjauan Sistem Lobby / Area Resepsionis

a. Pengertian

Reception adalah ruang untuk menerima tamu sebelum dipersilahkan

duduk di ruang tunggu. Reception berada di ruangan yang paling depan,

setelah pintu masuk.

b. Fungsi Lobby

Fungsi lobby dapat dibedakan atas fungsi umum dan khusus :

1. Fungsi umum

sebagai suatu tempat atau wadah seluruh karyawan pada kantor

dalam melaksanakan tugas mengurus serta mengelola segala macam

yang berhubungan dengan management di perusahaan tersebut.

2. Fungsi khusus

sebagai suatu wadah dari pihak perusahaan untuk penerimaan

awal pengunjung. Tempat memperoleh informasi dan melayani

segala macam keperluan dari pengunjung, tempat untuk bertemu commit to user janji. perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 58

c. Fasilitas Lobby

Di dalam area lobby terdapat fasilitas sebagai berikut :

1. Area tempat duduk, yang berfungsi sebagai ruang duduk dan ruang

tunggu

2. Area komunikasi

3. Area resepsionis

Lokasi dari resepsionis harus dapat segera dilihat oleh tamu yang

masuk dan staf resepsionis harus dapat melihat dan mengontrol arah

masuk pengunjung. (Agri Primasari, 2011)

3. Tinjauan Sistem Area Pertunjukan / Auditorium

a. Persyaratan Umum Ruang Pertunjukan / Auditorium Beberapa persyaratan peruangan yang dibutuhkan pada sebuah ruang

pertunjukan adalah :

1) Lobby

Lobby merupakan tempat di mana penonton berkumpul sebelum

pertunjukan di mulai. Lobby harus memadukan semua fungsi di

dalamnya, yakni meliputi : Foyer, Cafetaria, Ticket box, Telephone

box, Ruang penitipan barang, Lavatory (Roderick Ham, 1974 : 213)

2) Ruang Produksi

Kelompok ruang yang digunakan untuk mempersiapkan sebuah

pagelaran musik secara teknis dengan pertunjukan meliputi : ruang

kontrol, ruang tata lampu, ruang tata suara, bengkel dan gudang

(Roderick Ham, 1974 : 198)

3) Ruang Administrasi

Kelompok ruang yang digunakan untuk melakukan kegiatan commit to user pengelolaan gedung secara keseluruhan, meliputi : kantor-kantor perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 59

(manager, asisten dan sekretaris, konduktor dan komposer, pers dan

publikasi), perpustakaan dan gudang (Roderick Ham, 1974 : 169)

4) Auditorium

Merupakan panggung pertunjukan atau stage yang harus mampu

menampung dan tidak membatasi ekspresi gerak pementas, dan juga

dapat dinikmati penonton secara visual dan pendengaran yang

nyaman dan merata. Jikaa ruang pertunjukan digunakan untuk

berbagai jenis pertunjukan, maka panggung harus bersifat fleksibel

dan dapat memenuhi semua jenis kebutuhan pementasan.

b. Aktivitas Ruang Pertunjukan Terdapat tiga aktivitas pokok dalam Gedung Pertunjukan, yaitu :

1) Pihak Penyelenggara

a. Melayani pengunjung, seperti pelayanan informasi, pembelian

tiket, kebersihan, dll.

b. Mengurus Administrasi

c. Mengatur secara teknis, yaitu perbaikan dan penyimpanan alat,

pengaturan tata lampu, suara dsb.

2) Pihak Seniman, Pemain atau Pengisi Acara

a. Melakukan persiapan seperti berhias, ganti kostum dan

sebagainya

b. Melakukan koordinasi dan latihan

c. Melaksanakan pentas

3) Pihak Pengunjung / Audiens

a. Membeli tiket commit to user b. Menonton acara perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 60

c. Bentuk Ruang Pertunjukan

Bentuk auditorium dipilih berdasarkan kebutuhan jumlah

pengunjung dan kualitas akustik serta visual. Menurut Leslie L. Doelle

(1993), bentuk ruang pertunjukan (auditorium) dapat dibagi berdasarkan

sistem akustiknya. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut :

1) Segiempat

Bentuk ini merupakan bentuk yang sederhana dari ruang teater.

Perletakan panggung pertunjukan berada di salah satu sisi dan ruang

penonton berada di sisi lain. Kondidi ini menyebabkan penonton di

area samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukan kesenian

karena arah hadapnya tidak lurus ke arah panggung pertunjukan

sehingga mengurangi rasa nyaman.

Gambar 2.19 Ruang Pertunjukan Bentuk Segiempat

(Sumber : Faril, 2011)

Dapat pula panggung pertunjukan berada di tengah-tengah ruang

penonton. Kondisi ini dapat menampung lebih banyak penonton,

tetapi tetap memiliki masalah yang sama. Bentuk ini sering digunakan

sebagai ruang seminar, workshop, rapat dan sebagainya.

1) Kipas (melingkar) commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 61

Bentuk kipas menjadikan ruang penonton melingkari panggung

pertunjukan. Dengan kondisi ini, kemampuan visual penonton

terhadap pertunjukan kesenian yang berlangsung tidak terganggu

dengan posisinya (pandangan penonton lurus ke depan, tidak perlu

menoleh terlalu banyak). Fokus pandangan di semua area penonton

tertuju ke sebuah pusat, yakni panggung pertunjukan.

Gambar 2.20 Ruang Pertunjukan Bentuk Kipas

(Sumber : Faril, 2011)

Menurut Doelle, theater dengan bentuk dasar berupa kipas lebih

cocok digunakan sebagai ruang pertunjukan dengan kapasitas

penonton yang berjumlah banyak (Doelle, Leslie L dalam Akustik

Lingkungan, 1990). Kondisi theater berbentuk kipas berupa

pandangan dari ruang penonton tertuju pada satu pusat (panggung

pertunjukan). Hal tersebut dapat mengurangi gangguan visual dari

ruang penonton, ruang di sekitar panggung pertunjukan dapat

digunakan sebagai ruang penonton yang terletak melingkari panggung

pertunjukan (bisa berupa ¼ lingkaran, ½ lingkaran atau ¾ lingkaran). commit to user Dengan demikian ruang penonton dapat menampung jumlah lebih perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 62

banyak dibanding dengan theater bentuk segiempat. Bentuk ini sering

digunakan sebagai pementasan teater, orkestra, sendratari, dan

sebagainya.

2) Bentuk tapal kuda

Bentuk ruang ini akan memantulkan gelombang bunyi secara

memusat di sisi tengah ruangan (terletak di sisi fokus cekung) karena

permukaan dinding yang berbentuk cekung. Keadaan ini dapat

membuat suara lebih jelas di bagian tengah ruangan, tetapi di bagian

lain akan kurang. Jika berlebihan, suara yang terdengar di titik fokus

pantulan akan terlalu keras.

Gambar 2.21 Ruang Pertunjukan Bentuk Tapal Kuda

(Sumber : Faril, 2011)

3) Bentuk tak beraturan

Bentuk ini tercipta karena untuk memenuhi aspek kenyamanan

visual, pencahayaan dan akustik. Dinding ruangan dibuat tak

beraturan (cekung dan cembung dengan perhitungan sistematis) agar

dapat menyerap bunyi (bunyi cacat akustik) ataupun memantulkan

gelombang bunyi yang dibutuhkan dengan baik.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 63

Di dalam buku Theater Planning, Ham Roderick (1972) membagi

ruang auditorium menjadi tujuh bentuk dasar auditorium. Bentuk dasar

tersebut adalah sebagai berikut :

o 1) Auditorium 360

Panggung pertunjukan berada di tengah, dengan ruang duduk

penonton terletak mengelilingi panggung pertunjukan. Dengan begitu,

ke mana pun arah hadap pementas, maka ia akan menghadap ke arah

penonton. Jalur sirkulasi pementas melewati auditorium. Bentuk ini

sering digunakan dalam pertunjukan konser musik (terutama band)

dan pertunjukan teatrikal. Tidak sesuai untuk pertunjukan sulap.

Gambar 2.22 Auditorium 360o

(Sumber : Faril, 2011)

2) Auditorium transverse stage

Bentuk ini sangat sederhana dengan meletakkan panggung

pertunjukan dan tempat duduk penonton saling berhadapan. Bentuk

ini tidak cocok untuk jumlah penonton yang banyak karena tingkat

visual penonton terhadap panggung yang kurang sempurna.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 64

Gambar 2.23

Auditorium Transverse Stage

(Sumber : Faril, 2011)

3) Auditorium 210o – 220o

Panggung berada di sebuah titik dengan tempat duduk penonton

berada mengelilinginya, tetapi tidak penuh satu lingkaran. Arah

pandangan visual penonton lurus ke depan, tidak perlu menengok

terlalu banyak untuk dapat menikmati pertunjukan. Bentuk ini cocok

untuk digunakan dalam pementasan seni teater, drama, konser musik,

tari, sendratari dan kegiatan lain yang sejenis.

Gambar 2.24 o o Auditorium 210 – 220

(Sumber : Faril, 2011)

4) Auditorium space stage

Dengan berbentuk elips, gelombang bunyi akan memantul ke

arah seluruh ruangan. Jika dihitung dengan benar, gelombang bunyi commit to user akan terpantul dan menyebar ke seluruh area auditorium. perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 65

Gambar 2.25

Auditorium Space Stage

(Sumber : Faril, 2011)

5) Auditorium pengelilingan 180

Auditorium pengelilingan 180 telah digunakan sebagai tempat

pementasan teater sejak jaman Yunani kuno. Memiliki sifat hampir

sama dengan Auditorium 210o – 220o tetapi memiliki kapasitas

penonton lebih kecil. Bentuk ini sering digunakan sebagai tempat

pertunjukan konser musik.

6) Auditorium pengelilingan 90

Karakteristik dan sifat bentuk ini hampir sama dengan bentuk

Auditorium 210o – 220o. Hanya sudut di panggung pertunjukan lebih

kecil dan lebar tempat penonton yang juga lebih kecil. Kondisi ini

mengakibatkan arah pandang penonton menghadap ke panggung

sehingga lebih cocok untuk ruang pertunjukan. Bentuk ini lebih

dikenal dengan sebutan bentuk kipas.

7) Auditorium tanpa sudut pengelilingan

Panggung pertunjukan terletak di salah satu sisi ruang dan

tempat duduk penonton berada di sisi yang lain. Keduanya saling

berhadapan. Bentuk ini sering digunakan sebagai ruang rapat,

seminar, workshop dan kegiatan lain yang sejenis. commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 66

d. Auditorium

Auditorium berasal dari kata audiens (penonton/penikmat) dan rium

(tempat), sehingga auditorium dapat diartikan sebagai tempat

berkumpulnya penonton untuk menyaksikan suatu acara tertentu.

Berdasarkan jenis aktivitas yang dapat berlangsung di dalamnya,

maka suatu auditorium dibedakan jenisnya menjadi :

(a) Auditorium untuk pertemuan, yaitu auditorium dengan aktivitas

utama percakapan (speech), seperti untuk seminar, konferensi, rapat

besar dan lain-lain.

(b) Auditorium untuk pertunjukan seni, yaitu auditorium dengan

aktivitas utama sajian kesenian, seperti seni musik, tari, dll. Secara

akustik, auditorium ini masih dapat dibedakan lagi menjadi

auditorium yang menampung aktivitas musik saja dan yang

menampung aktivitas musik sekaligus gerak.

(c) Auditorium Multifungsi, yaitu auditorium yang tidak dirancang

secara khusus untuk fungsi percakapan atau musik, namun sengaja

dirancang untuk berbagai keperluan tersebut, termasuk pameran

produk, perhelatan pernikahan, ulang tahun dan lain-lain.

Supaya auditorium multifungsi dapat berfungsi maksimal bagi

bermacam-macam kegiatan, auditorium itu harus memiliki

penyelesaian interior yang fleksibel (dapat diubah-ubah) untuk

menyajikan waktu dengung ideal yang berbeda-beda. Bila hal ini

tidak terpenuhi, dapat dipastikan kualitas akustik pada setiap

aktivitas di dalam auditorium tidak akan maksimal. commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 67

Adapun tatanan interior fleksibel ini dapat ditempuh dengan

pelapis lantai, dinding dan plafon yang secara mudah dapat diganti

antara yang memiliki kemampuan pantul cukup tinggi dengan yang

memiliki kemampuan pantul rendah. Model yang dapat digunakan

adalah sistem geser (slidding), gulung (rolling), buka-tutup, atau

secara manual.

Demikian pula sebuah auditorium multifungsi umumnya

memerlukan penyelesaian lantai yang mendatar agar dapat

dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas. Keadaan lantai semacam ini

masih dapat berfungsi baik pada aktivitas percakapan seperti untuk

seminar, namun kurang nyaman untuk pertunjukan seni.

Gambar 2.26 Dinding dan Lantai Fleksibel

(Sumber : Christina E. Mediastika, 2005 : 92)

Pada pertunjukan seni dengan jumlah penonton cukup banyak,

diperlukan penataan lantai yang miring atau bertrap agar penonton

pada bagian belakang mendapatkan sudut pandang yang baik ke arah

panggung. Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini pemakaian commit to user lantai bertrap yang fleksibel telah dimungkinkan. Namun demikian, perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 68

dari sisi kualitas akustik dan kekuatan strukturnya, lantai bertrap

fleksibel semacam ini masih berada jauh di bawah kualitas akustik

dan kekuatan struktur lantai bertrap permanen. (Christina E.

Mediastika, 2005 : 91)

a. Area Panggung

Panggung adalah ruang yang umumnya menjadi orientasi

utama dalam sebuah auditorium. Ruangan ini dipruntukkan bagi

penyaji untuk mengekspresikan materi yang akan disajikan. Bentuk

dan dimensi panggung sangat bermacam-macam. Saat ini dikenal

pula panggung permanen dan semi permanen, yaitu panggung

dengan bentuk, peletakan dan dimensi yang dapat diubah-ubah

sesuai kebutuhan. Panggung semacam ini umumnya ditempakan

pada auditorium multifungsi. Menurut bentuk dan tingkat

komunikasinya dengan penonton, panggung dapat dibedakan

menjadi empat jenis, yaitu :

1) Panggung Proscenium

Bentuk dan peletakan panggung proscenium adalah

peletakan konvensional, yaitu penonton hanya melihat tampilan

penyaji dari arah depan saja. Komunikasi antara penyaji dan

penonton pada panggung semacam ini sangat minim.

Komunikasi yang dimaksud adalah tatapan mata, perasaan

kedekatan antara penyaji dengan penonton dan keinginan

penonton untuk secara fisik terlibat dengan materi yang

disajikan, misalnya ikut bergoyang, dsb. Panggung semacam ini commit to user lebih cocok dipergunakan untuk model sajian yang tidak perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 69

membutuhkan tingkat komunikasi yang tinggi, seperti

pertunjukan seni tari klasik atau seni musik klasik.

2) Panggung Terbuka

Masyarakat awam seringkali salah paham menganggap

bahwa semua auditorium yang tidak beratap adalah panggung

terbuka. Memang, pada auditorium tanpa atap, seringkali

panggungnya juga tidak beratap (meskipun ada juga yang

beratap, seperti misalnya panggung buatan yang diletakkan di

sebuah lapangan terbuka untuk pertunjukan tertentu dan diberi

atap, tetapi area penontonnya tidak beratap). Panggung terbuka

adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pengembangan

dari panggung proscenium yang memiliki sebagian area

panggung menjorok ke arah penonton, sehingga memungkinkan

penonton bagian depan untuk menyaksikan penyaji dari arah

samping, contohnya catwalk tempat peragaan busana.

Komunikasi antara penyaji dan penonton pada panggung

semacam ini lebih baik dan lebih terbangun. Pada panggung

terbuka ini, baik penyaji maupun penonton berada di dalam

ruangan yang beratap.

3) Panggung Arena

Panggung arena adalah panggung yang terletak di tengah-

tengah penonton, sehingga penonton dapat berada pada posisi di

depan, di samping atau bahkan di belakang penyaji. Panggung

semacam ini biasanya dibuat semipermanen dalam sebuah commit to user auditorium multifungsi. Komunikasi antara penyaji dan perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 70

penonton dapat berlangsung dengan amat baik. Panggung arena

sangat cocok untuk penampilan kelompok musik (group band)

beraliran remaja, yang mungkin menyajikan seni musik

sekaligus atraksi panggung yang aktif atau lincah. Panggung

arena seringkali dibuat dapat berputar, sehingga semua penonton

pada sisi yang berbeda dapat melihat penyaji dari semua sudut.

Bila panggungnya tidak berputar, penyaji harus berimprovisasi

agar ia secara aktif bergerak dan menghadap ke segala arah

sehingga, semua penonton mendapat kesempatan melihat dari

sudut pandang yang baik.

Gambar 2.27 Skematik Model Panggung dalam Auditorium (a) Proscenium, (b) Terbuka, (c) Arena dan (d) Extended

(Sumber : Christina E. Mediastika, 2005 : 94)

4) Panggung Extended

Bentuk panggung extended adalah pengembangan dari

panggung proscenium yang melebar ke arah samping kiri dan commit to user kanan. Bagian pelebaran atau perluasan ini tidak dibatasi dengan perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 71

dinding samping, sehingga penonton dapat menyaksikan penyaji

dari arah samping. Bentuk panggung semacam ini sangat cocok

digunakan untuk sajian acara yang terdiri dari beberapa bagian

pertunjukan seperti misalnya, penganugerahan penghargaan,

yang terdiri dari acara penganugerahannya sendiri, sajian musik

dan mungkin pula dilengkapi dengan sajian lawak/komedi.

Masing-masing bagian sajian tersebut dapat menempati sisi

panggung yang berbeda, sehingga persiapan set (dekorasi)

masing-masing panggung tidak saling mengganggu.

(Christina E. Mediastika, 2005 : 93-95)

b. Area Penonton

Bentuk area penonton idealnya juga mengikuti aspek

kenyamanan secara audio-visual tersebut. Akibat terbatasnya

kemampuan mata manusia untuk melihat obyek secara langsung,

desain area penonton yang terlalu panjang ke arah belakan tidak

dianjurkan.

Adapun jarak maksimal bagi seseorang untuk masih dapat

melihat obyek dengan jelas adalah sekitar 25 meter sampai maksimal

30 meter. Oleh karena itu, ketika auditorium dirancang untuk

menampung ratusan penonton, dengan mengikuti batasan ini,

penonton kemudian ditempatkan pada bagian samping panggung.

Namun demikian, penempatan menyamping pun memiliki batas-

batas yang harus dipenuhi agar sudut pandang penonton cukup

nyaman. Kemampuan mata manusia untuk melihat dengan jelas dan commit to user nyaman tanpa perlu memalingkan muka berada pada sudut 20o ke perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 72

arah kiri dan 20o ke arah kanan atau total 40o. Oleh karena itu,

idealnya dibuat panggung yang lebarnya tidak melebihi lebar bagian

depan lantai penonton. Selanjutnya, posisi penonton untuk melihat

o dengan jelas dan nyaman ke arah panggung adalah sekitar 100 ke

kiri dan 100o ke kanan dari ujung depan kiri-kanan panggung.

Penonton yang berada pada sudut lebih besar dari 100o akan

mendapatkan sudut pandang yang kurang nyaman ke arah panggung.

Gambar 2.28 Menentukan Lebar Panggung

(Sumber : Christina E. Mediastika, 2005 : 97)

Batasan-batasan area penonton yang diciptakan untuk

kenyamanan visual ini secara langsung juga mampu memberikan

kualitas audio yang baik, karena semakin kecil luas ruangan,

pemantulan yang tidak diperlukan dapat semakin diminimalkan.

Ketika area penonton masih dianggap belum mencukupi, dapat pula

dengan membangun lantai penonton di atas lantai pertama yang commit to user lazim disebut lantai balkon. (Christina E. Mediastika, 2005 : 96-97) perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 73

c. Akustika Luar Ruangan Auditorium (Eksterior)

Perancangan eksterior meliputi pengendalian kebisingan di

sekitar bangunan auditorium, agar kebisingan tersebut tidak masuk

atau mengganggu aktivitas di dalam auditorium. Prinsip perancangan

akustik eksterior meliputi :

1. Usaha menjauhkan bangunan dari sumber kebisingan. Hal ini

dapat diterapkan dengan meletakkan bangunan pada bagian

belakang lahan.

2. Bila kebisingan telah sedemikian tinggi, maka sebaiknya

dibangun penghalang ayau barrier dalam wujud yang tidak

mengganggu fasad bangunan secara keseluruhan. Agar

penghalang tidak terlampau tinggi, maka bisa disiasati dengan

menempatkan ruangan auditorium pada ketinggian yang lebih

rendah dari permukaan jalan.

3. Memilih konstruksi bangunan auditorium dari bahan yang

memiliki tingkat insulasi tinggi, sekaligus menempatkan model

lubang ventilasi yang mampu mengurangi kemungkinan

masuknya kebisingan ke dalam ruangan. Lubang ventilasi dapat

diletakkan pada selubung bangunan secara keseluruhan. Namun

ruang auditorium sendiri idealnya dirancang menggunakan

penghawaan buatan, sehingga peletakan lubang ventilasi tidak

perlu memiliki dimensi yang signifikan. Meski harus terlindungi

dari kebisingan, ruang auditorium tetap memerlukan lubang-

lubang yang berfungsi untuk memberikan pencahayaan dan commit to user penghawaan alami sekiranya aliran listrik terhenti. Lubang ini perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 74

dapat diletakkan pada posisi yang jauh melebihi ketinggian

manusia dengan dimensi tidak terlalu besar untuk

meminimalkan masuk keluarnya kebisingan. Bila diperlukan

sistem struktur diskontinu dan pemakaian lantai, dinding dan

plafon ganda dapat menjadi pilihan. Sistem lantai ganda (raised

floor) akan mengurangi masuknya getaran dari kebisingan di

luar bangunan ke dalam bangunan dan sebaliknya. Sistem

dinding ganda (double wall) berfungsi meningkatkan tingkat

insulasi dinding. Pemakaian dinding ganda dapat merupakan

aplikasi dari arti dinding ganda sesungguhnya atau penciptaan

ruang auditorium di dalam ruang lain. Ruang antara yang

tercipta dapat dimanfaatkan untuk ruang pendukung atau selasar

yang tidak memerlukan penyelesaian akustik yang cermat.

(Christina E. Mediastika, 2005 : 92)

Gambar 2.29

Konstruksi Dinding Ganda dan Auditorium di dalam Ruang

(Sumber : Christina E. Mediastika, 2005 : 93)

d. Akustika Dalam Ruangan Auditorium (Interior)

Secara garis besar ruang-ruang di dalam auditorium dapat commit to user dibedakan menjadi : perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 75

1. Ruang-ruang utama yang meliputi : ruang panggung dan ruang

penonton, baik ruang penonton lantai satu maupun lantai balkon

2. Ruang-ruang pendukung yang meliputi : ruang persiapan

pementasan, toilet, kafetaria, hall, ruang tiket, dll.

3. Ruang-ruang servis yang meliputi : ruang generator, ruang

pengendali udara, gudang peralatan, dll.

Keberadaan ketiga kelompok ruang tersebut saling mendukung

untuk menampung aktivitas yang terjadi dalam auditorium. Namun

demikian, hanya ruang utamalah yang membutuhkan penyelesaian

akustik secara mendalam. Meski demikian, sangat disarankan agar

ruang-ruang servis yang menghasilkan kebisingan tambahan

diletakkan terpisah atau cukup jauh dari ruang utama. Sedangkan

untuk ruang pendukung, peletakannya secara umum selalu

berdekatan dengan ruang auditorium. Kebisingan dari ruang-ruang

pendukung masih berada pada taraf yang dapat dikontrol oleh

pengelola auditorium. Oleh karenanya, peletakan yang berdekatan

dianggap tidak menimbulkan kebisingan yang berarti. Peletakan ini

juga akan sangat memudahkan penyaji dan pengunjung ketika

mereka membutuhkan ruang-ruang tersebut. (Christina E.

Mediastika, 2005 : 93)

e. Penyelesaian Akustik Lantai, Dinding dan Ceiling Auditorium

1. Area Panggung

a. Lantai

Lantai panggung biasanya dibuat lebih tinggi dari pada commit to user lantai penonton yang paling bawah. Perbedaan ketinggian ini perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 76

sebaiknya hanya berkisar setengah ketinggian badan manusia

pada umumnya, yaitu sekitar 80 – 90 cm.

Pada panggung yang terletak di dalam ruang tertutup

(berada dalam ruang) dan digunakan untuk menyajikan acara

yang menghasilkan bunyi berisik seperti pada sajian yang

sifatnya kolosal, lantai panggung sebaiknya dilapisi dengan

bahan tebal lunak yang mampu meredam bunyi, seperti karpet

tebal.

Untuk panggung di luar ruangan, dapat menggunakan

jenis lantai baik yang menyerap maupun memantulkan, sebab

efek pantul tidak akan terlalu terasa oleh karena ketiadaan

bidang-bidang batas yang akan memantulkan, seperti dinding

dan plafon permanen. (Christina E. Mediastika, Akustik

Bangunan, 2005 : 95)

b. Dinding

Pada bentuk panggung proscenium, terbuka, dan extended,

memiliki dinding pembatas, yaitu bagian belakang serta

sampingkiri dan kanan.

Dinding bagian belakang panggung sebaiknya

diselesaikan dengan bahan yang menyerap suara, agar tidak

memantulakn suara kembali ke penyaji, yang dapat

menimbulkan suara bias, begitu pula dengan penyelesaian pada

dinding samping kiri-kanan panggung.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 77

Gambar 2.30

Layout Dinding Panggung

(Sumber : Christina E. Mediastika, 2005 : 96)

Panggung yang dinding sampingnya membuka ke arah

penonton, dapat dimanfaatkan untuk memantulkan suara ke

arah penonton, sehingga memperkuat suara yang terjadi,

terutama pada penyajian tanpa bantuan peralatan listrik.

(Christina E. Mediastika, 2005 : 96)

c. Ceiling

Ketinggian plafon panggung sangat bermacam-macam dan

biasanya bergantung pada dimensi ruang auditorium secara

keseluruhan. Peletakan plafon yang terlalu rendah kurang baik

bagi lantai penonton yang dibuat bertrap.

Plafon ruang panggung sebaiknya diselesaikan dengan

bahan yang memantulkan, agar pada keadaan tanpa bantuan

alat elektronik (sound system) suara dari penyaji dapat

disebarkan ke arah penonton.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 78

Gambar 2.31

Plafond Panggung Tinggi dan Membuka ke Arah Penonton

(Sumber : Christina E. Mediastika, 2005 : 94)

Gambar 2.32 Bentuk Plafond Panggung disesuaikan dengan Frekuensi Sumber Suara di Panggung

(Sumber : Christina E. Mediastika, 2005 : 95)

Namun demikian, posisi plafon panggung yang memantul

harus diatur sedemikian rupa agar tidak ada suara yang justru commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 79

memantul kembali ke penyaji. Bila hal ini terjadi pada penyaji

yang kebetulan menggunakan bantuan mikrofon, maka justru

yang terjadi adalah bias, karena suara pantul masuk ke dalam

mikrofon sepersekian detik setelah suara asli.

(Christina E. Mediastika, 2005 : 96)

2. Area Penonton

a. Lantai

Lantai penonton dapat diselesaikan sebagai lantai

mendatar. Keuntungan dari penyelesaian lantai mendatar

adalah kemungkinan digunakannya auditorium untuk berbagai

aktivitas (kemultifungsian). Namun pada lantai semacam ini,

terutama ketika jumlah penonton cukup banyak, sebagian besar

penonton akan mendapatkan kualitas visual yang amat rendah.

Gambar 2.33 Lantai Area Penonton

(Sumber : Christina E. Mediastika, 2005 : 97)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 80

Oleh karena itu, idealnya lantai didesain sedemikian rupa

agar penonton yang berada semakin ke belakang masih dapat

melihat ke arah panggung dengan baik. Sistem penataan lantai

miring (sloped) atau bertrap (inclined) dapat membantu

menunjukkan hal ini.

Desain lantai yang lebih sering digunakan adalah lantai

bertrap atau berundak. Sebaiknya diusahakan agar perbedaan

ketinggian antar-trap sama dan umumnya dibuat setinggi 15 -

25 cm.

Gambar 2.34 Jarak Antarbaris Tempat Duduk

(Sumber : Christina E. Mediastika, 2005 : 98)

Jumlah ideal kursi penonton untuk ditata berjajar adalah

12 sampai 15 buah, dengan asumsi bahwa penonton yang

duduk di tengah-tengah tidak berjalan terlalu jauh ke arah

selasar utama. Jarak antarkursi dalam baris (depan-belakang)

standartnya adalah 86cm, namun untuk kenyamanan penonton

yang kemungkinan besar keluar masuk dari kursinya, maka

jarak dapat dibuat selebar 115cm, sehingga penonton yang

sedang duduk tidak perlu berdiri ketika ada penonton lain yang commit to user akan melewatinya. Desain kursi yang dipilih adalah yang dapat perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 81

dilipat atau terlipat secara otomatis ketika tidak digunakan,

atau kursi permanen yang tidak dapat dilipat.

Lantai area penonton sebaiknya dilapisi dengan bahan

lunak yang mampu menyerap kebisingan yang terjadi di area

penonton, seperti langkah kaki atau hentakan kaki penonton

yang hanyut dalam acara yang disajikan.

(Christina E. Mediastika, 2005 : 98)

b. Dinding

Pada auditorium yang banyak menyajikan acara tanpa

bantuan peralatan listrik atau auditorium dengan kapasitas

penonton kecil, dinding area penonton seyogyanya juga

dirancang untuk memantulakan suara dari penyaji kepada

penonton. Namun demikian, agar pemantulan yang

dikehendaki berada pada batas-batas bunyi dengung, tidak

semua bagian dinding dirancang untuk memantulkan bunyi.

Adapun bagian yang umumnya tidak memantulkan bunyi

adalah dinding yang berada di dekat area penonton bagian

belakang dan dinding bagian belakang penonton.

Pemantulan yang terjadi oleh dinding sebaiknya dapat

disebarkan secara merata sehingga ada kemungkinan desain

dinding tidak lurus atau melengkung dengan permukaan rata,

tetapi dibuat bergerigi. Posisi gerigi ini dapat diatur

sedemikian rupa agar pemantulan yang tersebar menempuh

jarak yang sama sehingga kualitas bunyi yang diterima commit to user penonton juga sama. Bagian depan gerigi yang menghadap ke perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 82

arah sumber, sebaiknya diselesaikan untuk menyerap bunyi

agar tidak memantulkan bunyi kembali ke arah panggung

sehingga tidak menghasilkan bunyi bias.

Salah satu bagian lain dari dinding yang rawan kebisingan

adalah pintu. Oleh sebab itu, idealnya pintu dirancang

sedemikian rupa agar kebisingan yang merambat dapat

diperkecil. Misalnya dengan merancang pintu rangkap yang

memiliki ruang antara di dalamnya.Ruang antara ini tidak

perlu dibuat terlalu luas, agar tidak menjadi tempat berkumpul

orang, sehingga justru menjadi sumber kebisingan. Ruang

antara yang cukup dengan lebar sekitar 80 – 150 cm pada

sebuah auditorium, akan menahan kebisingan dari luar ketika

pintu luar di buka, dan menahan kebisingan dari dalam ketika

pintu dalam dibuka.

(Christina E. Mediastika, Akustik Bangunan, 2005 : 100)

c. Ceiling

Penonton yang duduk pada jarak sekitar 12 m dari

panggung dapat mendengarkan bunyi asli / langsung dengan

baik, sedangkan yang duduknya lebih dari 12 m diperkirakan

membutuhkan bantuan pemantulan untuk dapat mendengar

bunyi asli dengan lebih jelas. Agar pemantulan yang terjadi

diterima dengan kualitas yang sama oleh penonton, baik yang

duduk di depan maupun belakang, maka sebaiknya jarak

pemantulannya dibuat sama dan merupakan bunyi dengung. commit to user Hal ini bisa diselesaikan dengan merancang letak plafond perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 83

sedemikian rupa, seperti model plafond yang membentuk

gerigi. Peletakan model gerigi ini diawali pada plafond yang

menghadap penonton (berada di atas panggung), kemudian

berlanjut pada plafond di atas penonton untuk memantulkan

bunyi ke arah penonton yang duuk pada bagian belakang.

Gambar 2.35 Rancangan Ceiling atau Plafond Auditorium

(Sumber : Christina E. Mediastika, Akustik Bangunan, 2005 : 100)

Sementara itu agar tidak terjadi pemantulan kembali ke

arah panggung yang akan membiaskan suara penyaji, pada

plafond yang dirancang dengan sistem gerigi, bagian plafond

yang menghadap ke panggung sebaiknya diselesaikan dengan

bahan yang menyerap.

(Christina E. Mediastika, Akustik Bangunan, 2005 : 98-99)

4. Tinjauan Sistem Galeri

a. Pengertian Galeri

Gallery atau galeri berasal dari kata latin galeria. Yang berarti

sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. (Ensiklopedi Nasional

Indonesia 1989).

Museum dan galeri merupakan suatu tempat yang digunakan sebagai commit to user sarana koleksi, mendokumentasi, memajang, riset, interpretasi dan perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 84

pameran terhadap obyek-obyek khusus. Karena kompleksnya aktifitas

yang dijalankan, maka sebuah galeri membutuhkan banyak bidang

keahlian dalam mengelola sebuah museum dan galeri. (Subiyantoro,

Standart Ruang Arsitektur; Museum dan Galeri, 2008)

Menurut John F Pile, 2003, gallery yang bersifat milik pribadi

untuk menjual barang seni, sebagian besar memiliki skala ruang yang lebih

kecil dari museum dan tidak disiapkan untuk menerima pengunjung dalam

jumlah besar. Dalam gallery yang harus diperhatikan adalah perencanaan

ruang, pencahayaan, dan warna harus baik sehingga mendukung obyek

yang dipamerkan.

b. Tujuan dan Fungsi Galeri

Tujuan dari sebuah pendirian galeri menurut kakanwil perdagangan

adalah memberikan informasi mengenai benda-benda dan hasil karya seni,

baik yang merupakan hasil karya para seniman maupun produk industri

terhadap para pengunjung dengan jalan memamerkan barang-barang

tersebut dalam peragaan yang sesungguhnya.

Sedangkan fungsi galeri adalah sebagai wadah komunikasi antara

konsumen dengan produsen, yang mempunyai beberapa fungsi sebagai

berikut :

1. Sebagai wadah promosi barang-barang seni.

2. Sebagai wadah pembinaan bagi para seniman dalam mengembangkan

dan memasarkan hasil karya seninya.

3. Sebagai sarana komunikasi antara pengelola dengan pengunjung di

dalam suasanan yang rekreatif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 85

c. Macam-macam Showroom

1. Vitrine

Menggunakan pelindung tertutup (vitrine) untuk benda-benda yang

berdimensi kecil maupun yang sedang. Penggunaan vitrine pada area

penjualan koleksi tetap membutuhkan perawatan yang serius.

2. Tempel dan Panil

Panil digunakan sebagai tempat memamerkan materi koleksi dan

difungsikan sebagai penyekat ruang pada area penjualan.

3. Sistem gantung

Khususnya untuk koleksi materi fashion yang bersifat „ fancy‟.

Kelemahan sistem ini ialah penataan terlihat kurang rapih.

4. Island Display

Produk-produk terbaru, sebagai point of interest dari ruang, karena

posisinya yang sentries dan lebih hidup sehingga dapat mengundang

pengunjung untuk dapat melihat langsung.

5. Table Fixture

Sebagai wadah display khususnya accessories seperti giwang, cincin,

kalung, dan sebagainya.

6. Cases Fixture

Rak terbuka atau transparan sebagai wadah display barang-barang

millineries seperti sepatu, tas dan lain-lain.

7. Panel Fixture

Penyajian khusus millineries seperti ikat penggang, dasi dan

accessories yang berukuran kecil. commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 86

8. Box Fixture

Kotak terbuka sebagai wadah display perlengkapan fashion seperti

payung, scraf dan lain sebagainya.

(Agri Primasari, 2011)

5. Tinjauan Sistem Music Memorabilia

a. Pengertian Memorabilia

Memorabilia memiliki pengertian dasar sama dengan souvenir,

sebuah benda yang mengandung unsur kenangan. Memorabilia memiliki

nilai lebih kerena berhubungan dengan sejarah, budaya maupun hiburan.

Benda-benda memorabilia dapat berbentuk apa saja, namun biasanya

berupa poster, foto dan lainnya.

b. Tujuan

Ruangan memorabilia memiliki tujuan untuk menghadirkan

kembali kenangan atau memori mengenai musisi yang memiliki barang

yang dipajang tersebut. Agar penggemarnya atau orang awampun dapat

ikut merasakandan mengenang sosok idola mereka melalui barang

peninggalannya.

c. Kegiatan

Ruangan ini berfungsi sebagai ruang pamer dimana barang-barang

yang dipajang merupakan barang yang sebelumnya merupakan milik

musisi (Keroncong). Barang-barang tersebut dapat berupa alat musik,

pakaian, aksesoris dan lainnya. (Dec Nyta W.K., 2012)

6. Tinjauan Sistem Cafe commit to user a. Pengertian Cafe perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 87

Kata “café” secara etimologi berasal dari kata “khave” dalam

bahasa Turki, yang sama halnya “coffe” dalam bahasa Inggris atau “kopi”

dalam bahasa Indonesia. Café dalam Kamus Besar Indonesia diartikan

sebagai tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan sajian

musik dan juga diartikan sebagai tempat makan dan minum (Jakarta-

Jakarta 11 Mei 1996).

Sedangkan menurut Marsum. W. A dalam bukunya Restoran dan

Pemahamannya, Café yaitu suatu restoran kecil yang mengutamakan

penjualan cakes (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi, dan teh. Pilihan

makan yang terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.

Cafe adalah usaha di bidang makanan yang dikelola secara

komersial yang menawarkan makanan/makanan kecil serta minuman

kepada para tamu dengan pelayanan dalam suasana yang tidak formal,

tanpa diikuti aturan service yang berlaku ( Sugiarta, 1996: 93).

b. Sistem Pelayanan

1. Table Service

Konsumen langsung memesan makanan pada waiters, setelah waiters

menghidangkan dan konsumen tersebut menikmati hidangan tersebut,

konsumen langsung membayar sendiri pada cashier atau melalui

waiters.

2. Counter Service

Pelaksana counter service pada counter bar, dimana konsumen

menikmati hidangan langsung dihadapan counter.

3. Tray Service commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 88

Penyajian makanan dan minuman dengan menggunakan nampan/baki,

dimana konsumen memesan langsung kepada pelayan di counter, dan

pelayan menyajikan langsung pesanannya.

c. Jenis Menu menurut waktu penyajian

1. Ala Carter Menu

Daftar hidangan terdiri dari berbagai pilihan makanan dengan harga

masing-masing. Makanan yang dipilih disajikan ke meja sesuai

dengan urutan penyajian.

2. Table D‟hote menu/Set Menu

Daftar hidangan yang terdiri dari satu paket makanan dengan harga

keseluruhan, disajikan satu demi satu.

3. Blue Plate Menu

Daftar hidangan terdiri dari satu paket makanan dengan pilihan soft

drink. Harga keseluruhan, semua disajikan di atas meja tamu.

4. Buffet Menu

Daftar beberapa paket untuk dipilih. Makanan disajikan di atas meja

panjang yang didesain semenarik mungkin, pengunjung tinggal

memilih sendiri hidangan yang akan dinikmati sesuai dengan selera

masing-masing. (Soekrisno, 1996:70-71)

(Agri Primasari, 2011)

7. Tinjauan Sistem Shop

a. Pengertian

Shop adalah suatu tempat jual beli suatu barang dimana menjual

barang-barang kusus untuk mendukung suatu bangunan dengan luas area commit to user yang tidak terlalu besar. Oleh karena itu dengan keterbatasan lahan perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 89

biasanya retail shop memilki desain interior yang ergonomis supaya para

pengunjung lebih nyaman dan dapat melakukan aktifitas belanja dengan

mudah.

b. Sistem Pelayanan

1. Self Service

Adalah sistem pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan

mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian membawanya ke

kasir untuk pembayaran.

2. Self Selection (Swa Seleksi)

Adalah jenis sitem pelayanan dimana pengunjung juga dapat memilih

dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian dengan

dibantu oleh pramuniaga, produk dibawa ke bagian kasir untuk

pemabayaran.

3. Personal

Adalah jenis sitem pelayanan tertutup dimana segala bentuk

pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam pemilihan maupun

pengambilan produk. Dalam sistem ini, dari proses pemilihan,

pengambilan sampai dengan pembayaran semua dilayani pramuniaga

sepenuhnya.

c. Sistem Display

1. Serambi Pamer

Untuk menarik perhatian, pada area penjualan biasanya dilengkapi

dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang dengan

mempertimbangkan musim atau gaya. Suatu serambi pamer dapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 90

memberikan kesan yang efektif, kesan tersebut tentu saja berhubungan

dengan berbagai ide dan harga.

2. Display Interior

Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan display

interior menjadi :

a. Merchandise Display, meliputi :

1) Open Display

Merupakan bentuk display yang memberikan kemungkinan

pada pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa

bantuan pelayan took.

2) Closed Display

Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam almari

dinding (wall case). Keuntungan utamnya adalah terjaganya

barang dagangan dari pencurian dan menjaga kondidi siap

jual.

3) Architectural Display

Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna

menunjukkan bermacam-macam barang dagangan sesuai

dengan bangunan, seperti model bangunan perumahan, dapur,

kamar mandi secara menyeluruh. Keuntungan utamanya

adalah dapat memberikan gambaran yang utuh dan nyata

lewat peragaan dalam display ini.

b. Vendor Display

Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat commit to user penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang. perpustakaan.uns.ac.id Keroncong digilib.uns.ac.idMusic Center 91

c. Store Sign and Decorations

Istilah Store Sign meliputi tanda pembayaran, kartu hadiah/harga,

hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat serupa. (

Delbert J. Duncan & Stanley D Hollander, 1977 : 468 ).

d. Perlengkapan Display

Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa

etalase dan showroom.

Macam-macam Etalase :

1. Etalase Sistem Terbuka.

Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran

sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior ruang dalamnya.

Penataan display tidak ada penghalang kasat mata dan arah pandangan

kurang terfokus.

2. Etalase Sistem tertutup

Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan ruang

pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat, dan mempunyai

pandangan visual lebih terfokus.

3. Etalase Khusus

a. Etalase Sudut

Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di persimpangan

jalan dan posisinya tepat di sudut.

b. Etalase Atas

Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari bangunan bertingkat.

Etalase ini berfungsi sebagai papan reklame. commit to user c. Benam perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 92

Merupakan Etalase yang memiliki lantai lebih rendah daripada

lantai disekitarnya.

d. Etalase bertingkat

Etalase penggabungan antara etalase atas dan etalase benam dan

lebih lagi dengan sistem etalase terbuka. Sudut pandang kurang

sesuai dengan sudut pandang pengamat.

e. Etalase Arcade

Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan yang

memanjang ke belakang dengan bagian muka yang sempit,

sehingga ada ruang yang kurang efisien.

e. Prinsip Desain Sarana Penjualan

Desain sarana penjualan harus disederhanakan dan tak dipaksakan.

Maksudnya adalah dalam mendisplay materi, jika perlengkapannya lebih

menarik perhatian ini akan mengurangi daya tarik materi koleksi dan

melemahkan penjualan. (William P. Spence, 1979 : 412)

Sistem display pada ruang pamer menyangkut beberapa hal,

diantaranya :

1. Faktor Penglihatan

Penampilan materi selain dipengaruhi faktor teknis, juga dipengaruhi

faktor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat

dilihat/dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :

a. Ukuran barang detail krisisnya

b. Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras

sekitarnya commit to user c. Penerangan dan kecerahan benda tersebut. perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 93

d. Warna cahaya yang menerangi benda tersebut

e. Waktu saat melihat. (Ahmad Natahamijaya, 1979:24)

2. Sistem Penyajian Materi Koleksi dan Penjualan

Pengelompokan benda-benda menurut jenis dan bentuknya dapat

mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang sesuai. Kelompok

yang ada misalnya : foto/lukisan, film/video kaset dan lain-lain.

Berapa banyak yang perlu untuk setiap kelompok tergantung dari

jumlah benda yang ada atau yang akan ada.

(Agri Primasari, 2011)

8. Organisasi Ruang

Berbagai macam pengorganisasian ruang menurut Francis.D.K. Ching

antara lain sebagai berikut :

a. Terpusat

Gambar 2.36 Sketsa Organisasi Ruang Terpusat

(Sumber : Ching, 2000, hal 189)

Suatu ruang dominan, dimana pengelompokan sejumlah ruang

sekunder dihadapkan. Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat

dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan

mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 94

Apabila bentuk organisasi terpusat bersifat tidak berarah, kondisi-

kondisi pencapaian dan jalan masuk harus dikhususkan menurut tapak dan

ketegasan salah satu ruang sekunder sebagai gerbang masuk.

Pola sirkulasi dan pergerakan dalam suatu organisasi terpusat mungkin

berbentuk radial, lup atau spiral. Walaupun hampir dalam setiap kasus pola

tersebut akan berakhir di dalam atau di sekeliling ruang pusat.

b. Linier

Gambar 2.37 Sketsa Organisasi Ruang Linier

(Sumber : Ching, 2000, hal 189)

Suatu urutan linier dari ruang-ruang yang berulang. Organisasi

linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat

berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan

melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.

Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang yang berulang

serupa dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi. Organisasi ini juga dapat

terdiri dari ruang linier tunggal yang menurut panjangnya mengorganisir

sederetan ruang-ruang sepanjang bentangnya yang berbeda ukuran, bentuk

atau fungsi. Dalam kedua kasus di atas, tiap-tiap ruang di sepanjang

rangkaian tersebut memiliki hubungan dengan ruang luar.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 95

c. Radial

Gambar 2.38

Sketsa Organisasi Ruang Radial

(Sumber : Ching, 2000, hal 190)

Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisai ruang yang linier

berkembang menurut bentuk jari-jari.

Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur baik organisasi

terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang

dominan di mana sejumlah organisasi linier berkembang menurut arah

jari-jarinya.

d. Cluster

Gambar 2.39

Sketsa Organisasi Ruang Cluster

(Sumber : Ching, 2000, hal 190)

Ruang-ruang dikelompokan berdasarkan adanya hubungan atau

bersama-sama memanfaatkan ciri atau hubungan visual. Ruang-ruang

kelompok atau cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk commit to user ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang rnelaluinya. Ruang-ruang perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 96

dapat jug dikelompokkan berdasarkan luas daerah atau volume ruang

tertentu. Pola ini serupa dengan organisasi terpusat, tetapi kurang dalarn

hal kepadatan dan keteraturan geometri akhirnya. Ruang-ruang suatu

organisasi kelompok dapat juga dimasukkan dalam suatu daerah atau

volume ruang yang telah dibentuk.

e. Grid

Gambar 2.40 Sketsa Organisasi Ruang Grid

(Sumber : Ching, 2000, hal 190)

Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid struktural atau grid tiga

dimensi lain. Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang

dimana posisinya dalam ruangan dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau

bidang grid tiga dimensi

Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak

lurus yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada pertemuannya.

Apabila diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola grid berubah

menjadi satu set ruang unit modular berulang.

9. Pola sirkulasi

Sirkulasi menurut Francis.D.K. Ching dalam bukunya “Bentuk Ruang

dan Susunannya”, adalah :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 97

a. Linear

Gambar 2.41

Pola Sirkulasi Linear

(Sumber : Ching, 2000, hal 221)

Semua jalan adalah linier, jalan -jalan yang lurus dapat menjadi unsur

pengorganisir yang utama untuk satu deretan ruang. Sebagai tambahan,

jalan dapat melengkung atau terdiri atas segmen-segmen, memotong jalan

lain, bercabang-cabang, membentuk kisaran.

b. Radial

Bentuk Radial memiliki jalan yang berkembang dari atau berhenti

sebuah pusat, titik bersama.

Gambar 2.42

Pola Sirkulasi Radial

Sumber : Ching, 2000, hal 221

c. Spiral

Sebuah bentuk Spiral adalah sesuatu jalan yang menerus yang berasal commit to user dari titik pusat, berputar mengelilinginya dengan jarak yang berubah. perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 98

Gambar 2.43

Pola Sirkulasi Spiral

Sumber : Ching, 2000, hal 221

d. Grid

Gambar 2.44 Pola Sirkulasi Grid

Sumber : Ching, 2000, hal 221

Bentuk Grid terdiri dari dua set jalan-jalan sejajar yang saling

berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau

kawasan-kawasan ruang segi empat.

e. Network

Gambar 2.45

Pola Sirkulasi Network

commit to user

Sumber : Ching, 2000, hal 221

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 99

Satu bentuk jaringan terdiri dari beberapa jalan yang menggabungkan

titik-titik tertentu didalam ruang.

f. Komposit

Untuk menghindarkan orientasi yang membingungkan, suatu susunan

herarkis diantara jalur-jalur jalan bisa dicapai dengan membedakan skala,

bentuk dan panjangnya.

10. Warna

Melihat warna adalah pengalaman visual yang sangat menarik. Dalam

banyak hal, warna perlu dipertimbangkan secara seksama, demikian pula

ketika menata interior, warna menjadi pertimbangan penting. Di pihak lain,

warna merupakan media yang paling mudah diterapkan bila ingin mengubah

atau menciptakan suasana ruang interior.

a. Asosiasi dan Psikologi Warna

1) Merah

Warna merah merangsang cepatnya aliran darah dan

menaikkan kecepatan detak jantung. Warna ini sangat efektif dalam

memotivasi orang untuk mengerjakan sesuatu lebih cepat secara

spontan dan mampu membuat orang memutuskan sesuatu tanpa

berpikir panjang terlebih dahulu. Tak heran apabila warna ini sering

digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan tujuan promosi dan

penjualan terutama yang bersifat impulsif, seperti brosur komersil,

interior toko retail, dan restoran cepat saji.

Positif : hidup, cerah, pemimpin, gairah, kuat

Negatif : panas, bahaya, emosi yang meledak, agresif, brutal commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 100

2) Jingga

Warna jingga diasosiasikan pada kejangatan alam, khususnya

warna khas sore pada saat matahari terbenam di iklim tropis. Dari sisi

psikologis, jingga merupakan lambang persahabatan. Warna ini dapat

memecah kekakuan dan mennciptakan rasa akrab. Pada otak manusia,

jingga mampu merangsang kreativitas dan daya cipta, sehingga cocok

diaplikasikan untuk ruang kerja bagi mereka yang berprofesi di dunia

desain dan seni.

Positif : muda, kreatif, keakraban, dinamis, persahabatan

Negatif : dominan, arogan

3) Kuning

Dalam psikologi warna, kuning dikaitkan dengan kecerdasan,

ide baru serta kepercayaan terhadap potensi diri. Warna ini adalah

warna yang sangat positif sehingga dapat dipakai untung

menghilangkan keragu-raguan, melambangkan kejujuran,

mengeliminasi pemikiran negatif dan memberi semangat. Kuning juga

sangat membantu orang dalam menghadapi rasa takut dan depresi.

Warna ini banyak digunakan pada ruang-ruang pemulihan rumah sakit

atau pusat rehabilitasi dan ruang penerimaan komersial.

Positif : segar, cepat, jujur, adil, tajam, cerdas

Negatif : sinis, murah / tidak eksklusif, kritis

4) Hijau

Warna hijau adalah warna yang langsung mengasosiasikan kita

akan pemandangan alam. Hijau muda yang cerah mengandung banyak commit to user kuning akan berkesan segar, ringan dan menyenangkan. Sedangkan perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 101

hijau tua mengandung banyak biru berkesan sejuk cenderung dingin.

Hijau tua ini identik pula dengan keberuntungan dan kesejahteraan.

Banyaknya varian warna hijau membuat warna ini cocok diterapkan

hal apa saja tergantung intensitas warnanya.

Positif : sensitif, stabil, formal, toleran, harmonis, keberuntungan

Negatif : pahit

5) Biru

Warna biru mengasosiasikan kita terhadap air dan sesuatu yang

bersifat dingin. Biru adalah warna yang paling sering digunakan untuk

hal-hal yang memerlukan ketenangan.Warna biru memiliki efek yang

mampu menurunkan tekanan darah dan detak jantung sehingga kita

bergerak lebih lambat dan berhati-hati. Dalam penerapan interior, biru

yang bersifat tenang cocok diterapkan di ruang-ruang yang

membutuhkan konsentrasi tinggi dalam jangka waktu lama.

Positif : kebenaran, kontemplatif, intelegensi tinggi, damai, meditatif

Negatif : emosional, egosentris, racun.

6) Ungu

Warna ungu tua identik dengan kemurungan dan kesedihan

yang mendalam. Penggunaan warna ini secara dominan dapat

memberikan kesan melelahkan. Di sisi lain, warna ungu terang adalah

warna yang glamor dan mewah dalam suasana pesta yang elegan

terutama jika dikombinasi dengan nuansa keemasan. Sedangkan

warna ungu muda yang mengarah ke merah jambu berkarakter lebih

feminin, ringan dan lembut. commit to user Positif : artistik, personal, mistis, spiritual perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 102

Negatif : angkuh, sombong, diktaktor

7) Pink

Warna pink identik dengan wanita atau karakter feminin.

Warna pink tua adalah warna yang dinamis, selalu dapat menjadi

pusat perhatian, memberi kesan sangat modern sekaligus

menggambarkan sensualitas.

8) Cokelat

Warna cokelat identik dengan warna tanah dan warna kayu,

sehingga penggunaan warna cokelat memberi perasaan dekat dengan

lingkungan alam seperti halnya warna hijau. Cokelat lebih memiliki

karakter yang hangat. Cokelat juga merupakan salah satu warna netral

sehingga warna ini dapat dengan mudah diterapkan untuk seluruh

ruangan, gtreutama melalui material kayu dan material alami lainnya.

Warna kecokelatan juga identik dengan produk daur ulang yang

cenderung tidak cerah, tidak bersih dan tidak steril. Namun kekhasan

kelusuhan warna serta kekasaran teksturnyalah yang justru menjadi

daya tariknya.

Cokelat juga warna yang mencerminkan tradisi dan segala

sesuatu yang berbau kebudayaan. Rempah-rempah, ukiran kayu yang

cantik, kain batik yang klasik dengan perhiasan emas dan keindahan

latar bangunan-bangunan tua adalah visualisasi lain dari warna ini.

Dalam desain interior, warna ini sering digunakan untuk mendapatkan

nuansa etnik dan eksotik.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 103

9) Putih

Secara psikologis, putih melambangkan kejujuran, ketulusan

dan keikhlasan. Warna ini juga mengasosiasikan kita terhadap rasa

bersih atau higienis dan klinis.

Positif : jujur, bersih, innocent, higienis

Negatif : monoton, kaku, tidak terkontrol

10) Hitam

Hitam menggambarkan keheningan, kematangan berpikir dan

kedalaman akal yang menghasilkan karya. Terutama karya-karya yang

bernilai seni. Hitam memiliki asosiasi yang kontradiktif. Penggunaan

warna hitam akan menciptakan fokus. Suara gemercik air dan musik

akan lebih terasa keras di dalam ruang yang hitam.

Positif : kuat, kreativitas, magis, kedalaman berpikir, idealis, fokus

Negatif : terlalu kuat, superior, merusak, menekan

b. Pembentuk Warna

Elemen arsitektur seperti dinding, lantai dan plafon adalah sumber

warna. Demikian pula dengan elemen bangunan seperti rangka pintu,

jendela dan tangga. Tentu saja elemen interior seperti furnitur, finishing

dan soft furnishings sampai ke aksesori atau pernak-pernik interior juga

merupakan elemen-elemen penting yang dapat membentuk warna dalam

ruang. Selain itu jangan melupakan sumber cahaya dan penerangan seperti

lampu dan sinar matahari.

(Imelda Akmal, 2006)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 104

11. Elemen Pembentuk Ruang

1) Lantai

Persyaratan lantai:

1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya.

2) Mudah dibersihkan

3) Kedap suara

4) Tahan terhadap kelembaban

5) Memberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya

Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu :

1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet.

Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi,

sbb:

a) Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan

bunyi.

b) Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles)

memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan

dengan tumpukan lembaran (loop piles).

c) Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam

tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan bertambah.

d) Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tinggi

penyerapan bunyi.

2) Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl, aspal

dan cor.

3) Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang commit to user dipakai sebagai bahan lantai. perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 105

4) Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif bahan

lantai yang terbuat dari kayu.

Dalam pameran, lantai berperan untuk memberi petunjuk arus lalu

lintas agar pengunjung tidak bingung dan dapat melihat seluruh stand

partision ataupun barang-barang yang sedang dipamerkan. Pada daerah

pertokoan lantai dipasang pada jalur lintas orang berjalan (hall) dengan

motif yang berbeda-beda agar member kesan adanya perbedaan antar

ruang-ruang yang ada di dalam kompleks tersebut. ( Pamudji Suptandar,

1999 )

2) Dinding

Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau

hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur yang

dipakai dalam perencanaannya (Djoko Panuwun, 1995 : 56).

Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian :

1. Struktur, misalnya :

a) Bearing wall : dinding yang dibangun untuk menahan tepi

dari tumpukan/ urugan tanah.

b) Load bearing wals : dinding untuk menyokong/ menopang balok,

lantai, atap dan sebagainya.

c) Foundation wall : dinding yang dipakai di bawah lantai,

tingkat dan untuk menopang balok-balok

lantai pertama.

2. Non struktural, misalnya : commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 106

a) Party wall : dinding pemisah antara dua bangunan yang

bersandar pada masing-masing bangunan.

b) Fire wall : dinding yang digunakan sebagai pelindung

dari pancaran kobaran api.

c) Certain or Panels wall : dinding yang digunakan sebagai pengisi

pada suatu konstruksi rangka baja atau

beton.

d) Partition wall : dinding yang digunakan sebagai pemisah

dan pembentuk ruang yang lebih kecil

didalam ruang yang besar.

( Pamudji Suptandar, 1999 : 145 )

3) Langit-langit (ceiling)

Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit adalah :

1) Fungsi langit-langit

Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga sebagai

pengatur udara dan ventilasi.

2) Penentuan ketinggian

Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi

ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling.

3) Bentuk penyelesaian

Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan fungsinya

seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan

sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999 : 72) commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 107

Dengan melajunya kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan

baru di bidang industri bahan bangunan tercipta berbagai material ceiling

yang memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang

antara lain :

a) Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan, dan

lain-lain

b) Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif

c) Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling), kain

beludru

d) Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks

(multipleks), dan berbagai jenis softboard/akustik tile

e) Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed

f) Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass sebagai

skylight, kaca timah pada gereja-gereja.

(Pamudji Suptandar, 1999 : 166)

(Ristika Maharani, 2011)

12. Interior Sistem

a. Sistem Penghawaan

1) Pengkondisian udara

Ventilasi buatan atau penghawaan buatan (Artificial

ventilation/Forced ventilation/Mechanical ventilation) adalah

penghawaan yang melibatkan peralatan mekanik. Penghawaan buatan

sering juga disebut Pengkondisian Udara (Air Conditioning) yaitu

proses perlakuan terhadap udara didalam bangunan yang meliputi commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 108

suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin, kebersihan, bau, serta

distribusinya untuk menciptakan kenyamanan bagi penghininya.

Dengan demikian, pengkondisian udara tidak hanya berarti

menurunkan suhu (Cooling), tetapi juga menaikkan suhu (Heating).

Di daerah tropis lembab yang suhu rata-ratanya tinggi, pengkondisian

udara (atau penghawaan buatan) diasosiasikan dengan penyejukan

udara oleh mesin penyejuk udara atau mesin pengkondisian udara

yang dikenal luas dengan intilah Air Conditioner (AC). Kipas angin

listrik (electric fan) tidak menurunkan udara, tetapi hanya

menggerakkan udara saja. Kipas angin listrik ada diantara

penghawaan alami dan buatan.

2) Keuntungan penggunaan AC

Penghawaan buatan dengan AC, jika dirancang dengan benar

akan memberikan banyak keuntungan, yaitu:

a) Suhu udara lebih mudah disejukkan dan diatur.

b) Kecepatan dan arah angin mudah diatur.

c) Kelembaban mudah diatur.

d) Kebersihaan udara dapat dijaga.

Karena ruang AC tertutup, maka diperoleh keuntungan sampingan

yaitu kenyamanan akustik dan ketenangan.

a) AC keluaran baru dilengkapi dengan pembangkit ion negatife

(ionizer) yang dapat membunuh bakteri, jamur, dan mengikat

biang bau, serta memberikan efek segar pada udara ruang.

b) Karena ruang tertutup, bau didalam ruang mudah diatur dan commit to user dipertahankan, misalnya dengan wewangian. perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 109

b. Sistem Pencahayaan

Secara garis besar, sumber cahaya dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Pencahayaan alami (natural light)

Sumber cahaya terbesar di bumi adalah matahari. Cahaya

matahari dalam jumlah yang cukup dapat menyehatkan fisik dan

psikis.

Ada beberapa keuntungan dan kerugiannya jika kita

menggunakan sumber cahaya ini yaitu:

a) Cahaya alam murah dan mudah didapat.

b) Memberikan efek sehat bagi tubuh kita baik secara fisik maupun

psikologis.

c) Menghasilkan penampakan obyek yang jelas dan tegas

d) Pencahayaan alami (matahari) mempunyai keterbatasan waktu.

e) Mempunyai tingkat cahaya yang berbeda tergantung dengan

musim.

f) Untuk mengurangi panas berlebih perlu dibutuhkan perangkat

penghalang.

2) Pencahayaan buatan (artificial light)

Pencahayaan buatan adalah segala bentuk cahaya yang

bersumber pada alat yang diciptakan oleh manusia seperti lampu pijar,

lilin, lampu minyak tanah, dan obor.

Fungsi utama pencahayaan buatan adalah memberikan cahaya

yang menggantikan sinar matahari ketika malam hari. Pencahayaan

buatan dapat dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan suasana commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 110

dan atmosfer tertemtu. Meski tidak ekonomis cahaya ini membarikan

beberapa keuntungan, yaitu:

a) Penerangan dapat dilakukan sepanjang hari.

b) Memberikan fleksibelitas perencanaan kebutuhan cahaya dalam

ruang.

c) Dapat memberikan efek-efek estetis pada ruang.

Sedang dilihat dari segi pengarahan cahaya, kita mengenal dua

macam arah cahaya yaitu :

1) Pencahayaan langsung (direct lighting)

Yaitu pencahayaan dengan mengarahkan sinar langsung ke

bidang kerja atau obyek.

2) Pencahayaan tak langsung (indirect lighting)

Yaitu pencahayaan dengan cara memantulkan sinar lebih dulu

(misalnya ke langit-langit atau kearh dinding). Pencahayan tak

langsung sangat baur sehingga menimbulkan suasana lembut.

Berdasarkan cakupannya dikenal istilah:

a. Pencahayaan umum (general lighting)

Yaitu pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan

dimaksudkan untuk memberikan terang merata, walau mungkin

minimal, agar tidak terlalu gelap.

b. Pencahayaan kerja (task lighting)

Yaitu pencahayaan fungsional untuk kerja visual tertentu,

biasanya disesuaikan dengan standart kebutuhan penerangan bagi

jenis kerja bersangkutan. commit to user c. Pencahayaan aksen (accent lighting) perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 111

Yaitu pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke obyek

tertentu untuk memperkuat penampilannya (fungsi estetik).

(Imelda Akmal, 2006)

c. Sistem Akustik

Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai menjawab

kebutuhannya dari salah satu faktornya adalah mengenai gangguan seperti

bsising, gema, gaung dan sebagainya. Penanganan gangguan yang terjadi

dalam ruang menjadikan menjadikan perlunya kualitas akustik yang

sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi maslah teknis yang berhubungan

langsung dengan suatu desain interior, antara lain tingkat bunyi yang

berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat kejelasan pencakupan

dengan latar belakang suara dan pengadaan suara latar yang sesuai dengan

situasi tertentu (John F. Pile, 1980, hal. 421).

Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyi yang

sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata suara agar

bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta menjaga

kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-ruang khusus yang

menghendaki sistem akustik spesifik.

Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang terdapat

3 faktor yang harus diperhatikan yaitu :

1. Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang

berjalan langsung mencapai pendengaran

2. Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang

dalam pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai commit to user bidang pantul perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 112

3. Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena

material absorbsi

(Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)

Kualitas dan kuantitas suara dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,

yaitu:

a) Permukaan pantul. Baik permukaan lantai, dinding, plafon, dan

benda-benda dalam ruang.

b) Konstruksi dan bahan bangunan.

c) Luas dan fungsi ruang.

d) Pengaruh lingkungan.

Untuk mengatasi suara yang tidak kita inginkan dapat mengunakan

peredam suara yaitu dengan cara menggunakan perangkat alat untuk

mengurangi arau menghambat getaran suara. Saat ini cara yang paling

efektif atau umum untuk meredam kebisingan adalah dengan mencegat

atau memutus perambatan bunyi. Meskipun demikian baru-baru ini telah

diketemukan teknologi baru yang meredam bunyi justru dengan

menimbulkan bunyi lain.

d. Sistem Keamanan

Sistem pengamanan terhadap kegiatan yang berlangsung

menggunakan sistem sekuriti, CCTV ( Closed Circuit Television ) dan

Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu). CCTV

(Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk

memonitor suatu ruang melalui layar televisi/monitor, yang menampilkan

gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada setiap sudut ruangan commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 113

(biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Semua

kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus.

Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa :

1) Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah :

a. Sistem pendeteksi awal

- Smoke detektor. Alat ini bekerja bila suhu mencapai 700C.

- Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada

api atau panas pada suhu 1350C - 1600C

b. Fire estinguisher

c. Sprinkler

Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan

standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler

dapat melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang 3 m.

Ada beberapa cara pemasangan sprinkler seperti dipasang di bawah

plafon atau di pasang pada dinding. Kepala sprinkler yang dipasang

dekat dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari 2,25 m

dari dinding.

d. Hidrant Kebakaran

Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan

kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 114

Gambar 2.46

Fire Estinguisher dan Hidrant Kebakaran

Sumber : www.webdesign.com

Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama

yang harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah mengalirnya

asap kemana-mana diperlukan alat-alat seperti :

a. Fire damper

Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya

asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara

otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa

tersebut.

b. Smoke & heat ventilating

Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara

luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat

mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan

terhindar dari asap-asap tersebut.

c. Vent & exhaust

Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi commit to user menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 115

pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara otomatis

berfungsi memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada

udara di dalam ruang tangga.

Macam-macam system pemadaman yaitu sebagai berikut:

a) Penguraian, yaitu memisahkan atau menjauhkan benda-benda

yang dapat terbakar.

b) Pendinginan, yaitu penyemprotan air pada benda-benda yang

terbakar.

c) Isolasi atau lokalisasi, yaitu dengan cara menyemprotkan

bahan kimia CO2.

d) Blasting affect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan

yang tinggi, misalnya dengan jalan meledakkan bahan peledak.

Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia

2) Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian)

diterapkan dengan :

a. Sistem security

b. CCTV (Close Circuit Television) dan CCTV putar

c. Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu)

d. Signal sensor

e. Infrared camera

f. Metal detector, dll.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

STUDI LAPANGAN

A. TINJAUAN UMUM

1. Kota Surakarta

Kota Surakarta adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah,

Indonesia. Kota ini juga dikenal dengan nama Solo, Sala, dan Salakarta.

Nama yang terakhir tidak dipakai lagi. Di Indonesia, Surakarta merupakan

kota peringkat kesepuluh terbesar (setelah Yogyakarta). Sisi timur kota ini

dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan

Solo.

Kota ini pernah menjadi tempat kedudukan dari residen, yang

membawahi Karesidenan Surakarta hingga tahun 1950-an. Kota Surakarta

memiliki semboyan “Berseri” yang menjadi akronim dari “Bersih, Sehat,

Rapi, dan Indah”. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Solo mengambil

slogan pariwisata Solo the Spirit of Java yang diharapkan bisa membangun

citra kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.

2. Letak Geografis Kota Surakarta

Kota Solo terletak sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km

tenggara Semarang. Lokasi kota ini berada di dataran rendah (hampir 100m di

atas permukaan laut) yang diapit Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu

di timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Di sebelah timur

mengalir Bengawan Solo dan di bagian utara mengalir Kali Pepe yang

merupakan bagian dari Daerahcommit Aliran to Sungai user Solo. Kota Surakarta terletak di

Keroncong Music Center 116

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 117

antara: 110 45’ 15”- 110 45’35” Bujur Timur, 70 36’ - 70 56’ Lintang

Selatan. Keadaan Cuaca Kota Solo yakni suhu udara maksimum 32,4 C dan

suhu udara minimum 21,6 C sedangkan tekanan udara rata-rata adalah

1008,74 mbs dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin berkisar 4

knot dengan arah angin 188 serta beriklim panas. (www.surakarta.go.id)

Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang

tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik kedua gunung api yang telah

disebutkan di atas. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang

cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk

budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau dan tebu.

Namun demikian, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata

berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk

kegiatan industri dan perumahan penduduk.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kota Surakarta

(Sumber : travel2leisure.comcommit) to user )

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 118

3. Potensi Kota Surakarta

a. Potensi Ekonomi

Kota Surakarta merupakan bagian dari 35 Dati II di Propinsi Jawa

Tengah. Persisnya, terletak di bagian Selatan. Areal wilayah merupakan

daerah penghubung antara Propinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa

Barat maupun DKI Jakarta. Persisnya, terletak di sebelah Selatan.Daerah

ini, menempati posisi letak yang sangat strategis. Jalur transportasi darat,

sebagai penghubung ibukota Dati II maupun propinsi yang lain. Jalur

Kereta Api (KA), sebagai penghubung kota besar di Pulau Jawa. Belum

lagi, posisi ini ditunjang dengan pengembangan Bandara Adi Sumarmo

ditingkatkan dari penerbangan domistik menjadi ke Internasional. Tidak

aneh, bila kota Surakarta semakin hari bertambah padat dari berbagai

aktivitas manusia. dengan jumlah penduduk 550.251 jiwa berdasar sensus

tahun 2000. Tingkat pertumbuhan 0,77% per tahun. Kepadatan rata-rata

117 jiwa per ha. Sedang tingkat kemakmuran tercermin dalam income per

kapita Rp. 2.147.830.

b. Potensi Iklim dan Cuaca

1) Suhu Udara kota

Surakarta termasuk dalam kelompok iklim tropis panas pada

0 0 daerah equator 7,5 LS, 111 BT. Perbedaan temperatur pada wilayah

equator pada umumnya berkisar antara 80 C dengan maksimal

temperatur pada siang hari berkisar 300 C dan malam hari 240 C. suhu

0 rata-rata tercatat pada tahun 1995 maksimal 32,64 C dan minimal

19,820 C. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 119

2) Curah Hujan

Curah hujan yang tejadi pada wilayah tropis equator pada

umumya antara 2000 – 5000 mm/th dengan maksimal curah hujan

sebesar 500 mm/bl pada musim penghujan, dan 50 mm/bl pada musin

kemarau . Pada tahun 1994 di Surakarta banyaknya curah hujan

maksimal adalah 2790 mm/ bulan dan minimal 30 mm/ bulan.

3) Kelembaban Udara

Kelembaban udara relatif umumnya berkisar 75 % dan dapat

terjadi antara 55 – 100 % yang relatif basah. Pada tahun 1995

kelembaban udara yang terjadi di kota surakarta adalah 74 %. wilayah

kota Surakarta adalah 44.04km2 .

4. Perkembangan Potensi Kota

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk Surakarta yang besar, bidang

perekonomian juga tumbuh pesat. Untuk mendukung pesatnya aktivitas

ekonomi tersebut, di Surakarta telah tersedia sarana dan prasarana seperti

jalan yang panjang keseluruhan mencapai 591 Km yang pada umumnya

dalam kondisi baik. Pusat-pusat perekonomian dan fasilitas komersial yang

terdapat di Surakarta dapat dikelompokkan antara lain :

a. Fasilitas Perdagangan

Meliputi fasilitas pertokoan, pasar skala kota dan supermarket.

Kegiatan ini tumbuh dan berkembang di jalur-jalur pergerakan lalulintas

kota yang kemudian berfungsi sebagai jalur ekonomi kota.

1) Pertokoan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 120

Tumbuh di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Jalan Yosudarso, Jalan

Diponegoro, Jalan Dokter Rajiman, Jalan Honggowongso, Jalan

Kapten Mulyadi, Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, kawasan Secoyudan,

pusat grosir dan perbelanjaan Beteng.

2) Pasar skala kota

Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar Kliwon, Pasar Kadipolo, Pasar

Hardjodaksimo, Pasar Legi, Pasar Gading.

3) Supermarket

Kawasan Purwasari, kawasan Secoyudan ( singosaren ), Jalan

Honggowongso, Jalan Jend. S. Parman, Jalan Gading barat.

b. Fasilitas Jasa Komersial

Meliputi fasilitas-fasilitas akomodasi ( hotel, losmen ), jasa keuangan

atau perbankan, serta perkantoran perdagangan.

c. Sarana lain yang cukup penting

Adanya terminal angkutan darat dan bandara Adi Sumarmo yang telah

mulai dipersiapkan untuk penerbangan internasional.

5. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta

Menurut Permendagri no.2 tahun 1987 yang dimaksud dengan

rencana pemanfaatan ruang kota mencakup arahan pemanfaatan ruang yang

menggambarkan lokasi intensitas tiap penggunaan, baik kegiatan fungsi

primer dan fungsi sekunder yang ada di dalam kota sampaiu akhir tahun

perencanaan. Jadi dalam hal ini mencakup materi yang berupa pengaturan

lokasi dan luas lahan yang dirinci dalam Sub Wilayah Pembangunann (SWP),

untuk kegiatan primer maupuncommit sekunder. to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 121

Dasar dan arah pemanfaatan ruang di wilayah kota Surakarta

dipertimbangkan atas kenyataan fisik, sodial, ekonomi dan budaya

masyarakat dan kotanya, agar dicapai suatu perimbangan penggunaan ruang

yang efisien, harmonis dan wajar. Secara lebih konkret, konsep rencana

pemanfaatan ruang kota akan disusun dengan mempertimbangkan potensi

setiap lokasi terhadap kegiatan yang ada sekarang dengan mengingat :

a. Ketersediaan lahan kota.

b. Keterkaitan antar kegiatan.

c. Sifat fleksibilitas suatu kegiatan.

d. Peranan dan fungsi kawasan tersebut terhadap kota.

e. Karakteristik budaya masyarakat.

f. Peninggalan budaya dan sejarah kota.

Adapun kegiatan-kegiatan yang disediakan ruangnya didalam wilayah

kota Surakarta mengacu pada pengembangan fungsi-fungsi kota Surakarta di

masa mendatang (2013), yakni :

a. Penyediaan areal pusat pariwisata.

b. Penyediaan areal pusat pengembangan kebudayaan.

c. Penyediaan areal olahraga.

d. Penyediaan areal relokasi industri.

e. Penyediaan areal perluasan dan pembangunan pendidikan.

f. Penyediaan areal pusat perdagangan, pertokoan dan perbelanjaan.

g. Penyediaan areal pusat perkantoran/pusat administrasi.

h. Penyediaan areal lingkungan perumahan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 122

Kedelapan fungsi kota yang akan dikembangkan sampai dengan tahun

2013 ini merupakan aktivitas-aktivitas primer bagi kota Surakarta.

6. Penataan Bangunan Kota Surakarta

a. Penataan Lingkungan dan Bangunan

Penataan kepadatan bangunan pada penggal jalan utama untuk tiap SWP di

kota Surakarta :

1) Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) tinggi (>75%),

untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks. 4 Lantai,

yang berfungsi komersial di daerah perdagangan.

2) Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) sedang (50 - 75%),

untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks. 8 Lantai,

yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2

Lantai untuk perumahan.

3) Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) rendah (20 - 50%),

untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) min. 9 Lantai,

yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2

Lantai untuk industri.

b. Penataan Bangunan Bertingkat banyak

1) Sangat Potensial

Sepanjang jalan Slamet Riyadi, Urip Sumoharjo, Sudirman, Yos

Sudarso, Gatot Subroto, dan Dr. Rajiman (Coyudan)

2) Potensial

Sepanjang jalan A. Yani, Kapt. Mulyadi, Gajah Mada, Sutan Syahrir,

S. Parman, Sudiarto, Veteran, Honggowongso, dan Kol. Sutarto. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 123

3) Cukup Potensial

Sepanjang jalan R.M Said, Akhmad Dahlan, Juanda Teuku umar,

Ronggowarsito, Kartini, Monginsidi, Dr. Rajiman (Laweyan), Adi

Sucipto, Dr. Moewardi, dan Katamso.

4) Kurang Potensial

Sepanjang jalan Kyai Mojo, Cokroaminoto, Suryo, Yosodipuran,

Bhayangkara, Perintis Kemerdekaan, Dr. Wahidin, Hasanuddin, MT

Haryono, Ir. Sutami, dan Sugiyono

5) Tidak Potensial

Sepanjang jalan Cipto Mangun Kusumo, Sugiyopranoto, Prof. Dr.

soeharso, Mangun Sarkoro, Adi Sumarmo, dan Ki Hajar Dewantara.

c. Penataan Perpetakan Bangunan jalan-jalan Utama

1) Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak > 5000 m2 untuk

KB min. 9 lantai.

2) Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak 2000 - 5000 m2

untuk KB max. 8 lantai.

3) Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak 1000 - 2500 m2

untuk KB max. 4 lantai.

2 4) Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak < 1000 m untuk

KB max. 2 lantai.

d. Penataan Ketinggian Bangunan

Materi atau kirteria perancangan yang diatur dalam penataan

ketinggian bangunan adalah jumlah lantai ketinggian bangunan maksimum

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 124

pada jalan-jalan utama di tiap Sub Wilayah Pengembangan Kota Surakarta

yaitu:

1) Ketinggian bangunan sangat rendah, yaitu blok dengan bangunan

tidak bertingkat maksimum 2 lantai dengan tinggi puncak dasar dan

dengan Angka Luas Lantai = 2 x Angka Lntai Dasar

2) Ketinggian Bangunan Rendah, yaitu blok dengan bangunan bertingkat

maksimim 4 lantai dengan tinggi puncak maksimum 20m dan

minimum 12m dan lantai dasar dan dengan Angka Luas Lantai

maksimum =4xAngka Lantai Dasar.

3) Ketinggian Bangunan Sedang, yaitu blok dengan bangunan bertingkat

maksimum 8 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimim 36m

dan minimum 24m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai

maksimum =8xAngka Lantai Dasar. Ketinggian Bangunan Tinggi,

yaitu blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai dengan

tinggi puncak bangunan minimum 40m dari lantai dasar dan Angka

Luas Lantai minimum=9xAngka Lantai Dasar, maksimum 20 lantai

dengan tinggi puncak bangunan maksimum 84m dari lantai dasar dan

Angka Luas Lantai =20xAngka Lantai Dasar.

B. TINJAUAN KHUSUS

1. Studi Auditorium

a. Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT)

Studi lapangan Teater Arena TBJT dilakukan untuk mengamati

sistem penataan ruang lobby, area penonton dan panggung, serta system commit to user pencahayaan yang diterapkan.

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 125

a) Lokasi

Taman Budaya Jawa Tengah yang beralamat di Jalan Ir.

Sutami No. 57 ini memiliki ruang yang terbilang komplit bagi para

pegiat seni. Teater Arena terletak di sebelah barat Pendopo Agung

Taman Budaya Jawa Tengah. Gedung pertunjukan Teater Arena

Taman Budaya Jawa Tengah menghadap ke sisi tenggara dengan

papan nama besar “TEATER ARENA” tertera di tembok lobi. Area

parkir mobil terletak di sisi selatan gedung Teater Arena Taman

Budaya Jawa Tengah di bagian yang lebih tinggi dan area parkir

motor biasanya di sebelah timur gedung atau di jalan antara Teater

Arena dan Pendopo Agung.

Gambar 3.2 Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012 ) )

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 126

b) Fasilitas Teater Arena

Di antara ruang-ruang yang tersedia dalam komplek Taman

Budaya Jawa Tengah adalah gedung pertunjukan Teater Arena Taman

Budaya Jawa Tengah.

Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah adalah satu-satunya

gedung pertunjukan di dalam komplek Taman Budaya Jawa Tengah.

Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah bisa dibilang sudah

memiliki fasilitas pendukung yang memadahi seperti area lighting dan

sound system control yang berada di atas dan berhadap-hadapan

dengan panggung. Selain itu tersedia juga di belakang panggung ruang

ganti juga ruang akses untuk properti juga toilet. Untuk pintu masuk

dan keluar penonton, semua melalui satu pintu yang berada di lobi

gedung.

Daya tampung Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah

berkisar antara 250-300-an penonton dengan kursi kayu yang terbagi

dalam tiga bagian. Panggung pertunjukan yang berada di sisi utara

menjorok hingga ke tengah-tengah bagian gedung. Sementara itu

ketiga sisi lain digunakan sebagai tempat duduk penonton. Sudut

paling enak untuk menikmati pertunjukan dalam Teater Arena Taman

Budaya Jawa Tengah adalah sudut tengah atau tempat duduk sisi

selatan dengan urutan tempat duduk dari nomor dua hingga empat.

Acara yang pernah digelar dalam Teater Arena Taman Budaya Jawa

Tengah adalah REVOLUSEE Pesta Film Solo 2012 oleh KINE Klub

FISIP UNS beberapa waktu yang lalu. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 127

Gambar 3.3

Area Duduk Penonton Teater Arena TBJT terbagi menjadi 3 bagian,

Kursi Penonton terbuat dari Kayu

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012) )

Gambar 3.4 Sistem Pencahayaan Teater Arena TBJT menggunakan Downlight Lamp dan Spotlight Lamp

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012)

) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 128

Gambar 3.5

Penggunaan Lantai Parket pada Area Penampil dan Semen Beton pada

Area Penonton

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012 ) ) b. Auditorium RRI Surakarta (Auditorium Sarsito Mangoenkoesoema)

a) Lokasi

Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta merupakan salah

satu kantor berita radio nasional atau lembaga penyiaran publik yang

terletak di Jl. Aburachman Saleh No. 51, Solo, Jawa Tengah.

b) Auditorium RRI Surakarta

Auditorium RRI Surakarta atau yang sekarang dinamakan

Auditorium Sarsito Mangoenkoesoema merupakan satu dari beberapa

fasilitas yang dimiliki oleh RRI Surakarta. Auditorium RRI Surakarta

terletak di sebelah Barat lobby utama.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 129

Gambar 3.6

Interior Lobby Auditorium RRI Surakarta

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012) ) Terdapat dua kolom beton berpadu dengan ukiran kayu.

Lantainya sudah dirombak dengan menggunakan keramik. Pada

dinding menggunakan elemen panel kayu dang terdapat ornamen

relief dari batu.

Gambar 3.7

Furniture Meja Resepsionis, Etalase Radio Kuno dan Lemari Penyimpanan Penghargaan pada Lobby Auditorium RRI Surakarta

commit to user

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012) )

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 130

Gambar 3.8

Sistem Pencahayaan Ruang Lobby Auditorium

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012) ) Sistem pencahayaan pada ruang lobby auditorium

menggunakan sistem pencahayaan alami sinar matahari pada siang

hari melalui bukaan jendela, kaca dan ventilasi ruang, serta

menggunakan sistem pencahayaan buatan berupa lampu downlight

dan lampu gantung hias.

Ruang Auditorium mampu menampung penonton sebanyak

±650 kursi, dengan sebuah panggung pertnjukan 1 meter lebih tinggi

daripada lantai paling depan area penonton. Auditorium ini berbentuk

persegi. Elemen pembentuk ruang terdiri dari lantai, dinding dan

plafond dengan penyelesaian sistem akustik di dalamnya. Pada lantai

menggunakan material tegel semen abu-abu polos ukuran 20x20cm

dengan kenaikan level lantai ber-trap setinggi 20cm. Pada dinding

menggunakan material gypsum board akustik dengan aksen panel

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 131

kayu. Untuk plafond menggunakan material gypsum board dengan

sistem ber-trap.

Gambar 3.9

Ruang Auditorium RRI Surakarta

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012) ) Gambar 3.10 Elemen Pembentuk Ruang Auditorium RRI Surakarta

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012)

) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 132

2. Studi Sistem Galeri

Ruang Emas Museum Nasional Indonesia

Studi lapangan Ruang Emas Museum Nasional Indonesia

dilakukan untuk mengamati sistem display koleksi, system pencahayaan

terhadap koleksi dan sistem keamanan koleksi.

a) Lokasi

Museum Nasional Indonesia terletak di Jl. Merdeka Barat No 12,

Jakarta Pusat.

b) Museum Nasional Indonesia

Museum Nasional Indonesia atau yang dikenal sebagai

Museum Gajah, memiliki icon patung gajah yang berada di depan

bangunan museum. Dibangun pada tahun 1862 oleh Pemerintah

Belanda, Museum ini terpelihara dengan baik hingga sekarang.

Museum Nasional dikenal sebagai Museum Gajah sejak

dihadiahkannya patung gajah perunggu oleh Raja

Chulalongkorn dari Thailand pada 1871. Tetapi pada 28 Mei 1979,

namanya resmi menjadi Museum Nasional Republik Indonesia.

Kemudian pada 17 September 1962, Lembaga Kebudayaan

Indonesia yang mengelolanya, menyerahkan Museum kepada

pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu pengelolaan museum resmi

oleh Direktorat Jendral Sejarah dan Arkeologi, di bawah Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan. Tetapi mulai tahun 2005, Museum

Nasional berada di bawah pengelolaan Kementrian Kebudayaan dan

Pariwisata. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 133

Museum Gajah banyak mengkoleksi benda-benda kuno dari

seluruh Nusantara. Antara lain yang termasuk koleksi adalah arca-arca

kuno, prasasti, benda-benda kuna lainnya dan barang-barang

kerajinan. Koleksi-koleksi tersebut dikategorisasikan ke dalam

etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik

sejarah, dan benda berharga. Sumber koleksi banyak berasal dari

penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan

pembelian. Koleksi keramik dan koleksi etnografi Indonesia di

museum ini terbanyak dan terlengkap di dunia. Museum ini

merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.

Gambar 3.11 Museum Nasional Indonesia

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) ) c) Interior Ruang Emas Museum Nasional Indonesia

Berikut adalah beberapa spot yang dapat diambil pada saat

dilakukan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 134

Gambar 3.12

Main Entrace Ruang Emas Museum Nasional Indonesia dilengkapi

dengan Metal Detector

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) )

Gambar 3.13 Sistem Display Koleksi Ruang Emas Museum Nasional Indonesia memanfaatkan Tempered Glass 10mm

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011)

)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 135

Gambar 3.14

Sistem Pencahayaan dengan menggunakan Track Lamp untuk Backdrop

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) )

Gambar 3.15 Sistem Pencahayaan Hidden Halogen Lamp pada Vitrin

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011)

)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 136

Gambar 3.16

Sistem Keamanan dan Pencahayaan pada Ceiling

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) ) 3. Studi Sistem Cafe

a. Waroeng Djadoel

a) Lokasi

Waroeng Djadoel terletak di alamat : Jl. Honggowongso No.

38, Pasar Kembang, Surakarta, dengan posisi bangunan menghadap ke

arah Timur Laut. Letaknya di sebelah kanan jalan searah dari Utara,

sehingga agak sulit bagi siapa saja yang ingin mendatangi Warung

tersebut karena harus menyeberang. Namun dalam hal ini, letak

Waroeng Djadoel yang berada di sudut jalan lantai 2 ini, menjadikan

warung ini mempunyai view yang bagus karena dari atas pengunjung

dapat melihat hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang. Selain itu

anginnya yang semakin berhembus membuat udara di sekitar ruangan

cukup sejuk tanpa adanya AC. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 137

Gambar 3.17

Waroeng Djadoel

.

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) ) b) Waktu Kegiatan

Waroeng Djadoel buka setiap hari dengan jam buka sebagai

berikut :

 Hari Senin – Jumat buka pukul : 09.00 – 22.00 WIB

 Hari Jumat ada organ tunggal

 Hari Sabtu – Minggu buka pukul : 09.00 – 23.00 WIB

c) Fasilitas

Waroeng Jadoel terdiri dari beberapa ruang dan dibagi dalam 3

lantai, yang semuanya bersifat public

a. Ruang Umum, terdiri atas area makan, dan toilet

b. Ruang Pelayanan, terdiri atas Open Kitchen, dan Kasir

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 138

Gambar 3.18

Area Makan Waroeng Djadoel

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) )

Gambar 3.19 Area Open Kitchen Waroeng Djadoel

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) )

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 139

Gambar 3.20

Area Kasir Waroeng Djadoel

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) ) d) Tema dan Gaya

Waroeng Djadoel ini berkonsep etnik Jawa gaya Tempo

Doeloe. Fasilitas yang ada di warung ini adalah ruang makan bagi

pengunjung dengan total kapasitas 120-150 orang. Furnitur, meja dan

kursi makan dengan gaya sederhana terbuat dari kayu jati utuh tertata

rapi di ruang ini. Dilengkapi dengan pajangan benda-benda antik dan

kuno serta patung-patung sebagai elemen estetisnya, sehingga

menambah aksen ruangan menjadikannya lebih indah dengan nuansa

jaman dulu.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 140

Gambar 3.21

Karakter dan Suasana Waroeng Djadoel

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) ) Waroeng Djadoel juga difasilitasi dengan adanya studio musik

di lantai atasnya, karena memang sebelumnya tempat ini hanya

digunakan untuk studio musik. Di lantai paling atas, bagian atas

bangunan (outdoor) juga dimanfaatkan sebagai area makan bagi

mereka yang ingin makan dengan sejuknya angin yang berhembus,

sambil memandangi jalan-jalan di sekitar, dari atas bangunan.

b. Waroeng Solo

a) Lokasi

Warung Solo berlokasi di Jeruk Purut, Kemang, Jakarta Selatan

b) Waktu Kegiatan

Warung Solo ini buka dari Pukul 09.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB,

dan warung ini akan memberikan alternatif menu makanan yang

berbeda dari yang lainnya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 141

c) Fasilitas

Rumah makan ini memiliki daya tampung lebih dari 50 orang.

Selain untuk tempat makan, warung ini juga dapat dijadikan tempat

perayaan ulang tahun dan arisan.

Sesuai dengan arsitektural bangunan rumah berbentuk joglo,

menu makanan serta minuman di sini pun khas Jawa. Yang pada

umumnya rasanya cenderung manis. Masakan ala Warung Solo ini

pun demikian. Tito menambahkan, yang menjadi andalan di rumah

makan ini adalah selat Solo, Gudeg, Mangut, Timlo dan Nasi Liwet.

Dari sekian banyak menu makanan, yang paling laris adalah

Nasi Liwet. Racikan nasi komplet gaya Solo ini memang bisa bikin

kangen. Nasinya pulen, rasansanya makin gurih bila disiram sambal

goreng labu. Diatasnya dilengkapi irisan telur pindang plus opor

ayam.

Gambar 3.22

Waroeng Solo

commit to user (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011) )

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 142

Selain makanan, rumah makan ini juga menyajikan minuman

tradisional seperti es kelapa muda gula merah, wedang Jahe, Gula

Asem, beras kencur, dan susu jahe.

d) Tema dan Gaya

Sepintas terlihat bangunan rumah makan ini seperti rumah

tinggal bernuansa Joglo, begitu masuk ke dalam ruangan lebih jauh,

kita akan dihadapkan sebuah suasana Jawa Tempo Dulu. Rumah

makan ini lebih mirip museum advertorial tahun 60-an. Interiornya

unik dengan berjejernya foto-foto kota Jawa tempo dulu dan sederet

poster-poster iklan vintage.

Gambar 3.23 Suasana Interior Waroeng Solo

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011)

)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keroncong Music Center adalah pusat rekreasi, informasi, edukasi dan

entertainment dengan fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi Lobby,

Auditorium, Gallery, Souvenir Shop, dan Live Music Cafe bagi para penikmat,

penggemar dan pegiat musik Keroncong yang dibalut nuansa interior tempo dulu

dengan memunculkan atmosfer interior melalui analisa sejarah perkembangan

(periodisasi) musik keroncong, dengan maksud dan tujuan agar pengunjung bisa

mengetahui alur perjalanan musik keroncong sesuai dengan jaman atau

tahapannya, serta mengajak pengunjung seolah-olah merasakan suasana pada

masa itu. Ketiga tahapan tersebut adalah Masa Keroncong Tempo Dulu (1880-

1920), Masa Keroncong Abadi (1920-1960) dan Masa Keroncong Modern (1960-

2000).

Masa Keroncong Tempo Dulu, diaplikasikan sebagai ide gagasan untuk

menciptakan atmosfer interior Lobby dan Auditorium. Masa Keroncong Abadi

diaplikasikan sebagai ide gagasan untuk menciptakan atmosfer interior Cafe dan

Souvenir Shop. Masa Keroncong Modern diaplikasikan sebagai ide gagasan untuk

menciptakan atmosfer interior Gallery. Konsep tersebut dirancang sebagai wujud

apresiasi bagi musik keroncong sebagai musik tradisional asli Indonesia.

Site plan Keroncong Music Center akan diasumsikan di Surakarta tepatnya

di sebelah Timur THR Sriwedari, Solo. Lokasi ini berada di Jl. Brig. Jend. Slamet

Riyadi. Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut karena Jalan Slamet Riyadi commit to user

Keroncong Music Center 173

perpustakaan.uns.ac.id Keroncong Musicdigilib.uns.ac.id Center 174

merupakan pusat keramaian siang dan malam maupun jalan utama kota Solo,

lokasi tersebut tidak jauh dengan kebiasaan para penggemar keroncong

berkumpul baik saat diadakan pementasan maupun tidak yaitu THR Sriwedari,

serta lokasi tersebut merupakan salah satu titik konsentrasi massa di kota Solo.

Alasan tersebut semakin diperkuat dengan keberadaan kota Surakarta

sebagai kota yang sangat berpotensi dalam meningkatkan citra sebagai kota

budaya, kota pariwisata sekaligus kota keroncong.

B. SARAN

Perlu peninjauan lebih dalam lagi mengenai sistem akustik pada

perancangan sebuah Auditorium dan sistem pendisplayan pada perancangan ruang

Galeri. Selain itu, perlu diperhatikan pula jarak antara furniture satu dengan yang

lain untuk mencapai kenyamanan dalam sistem sirkulasi ruang.

Secara umum, Desain Interior Keroncong Music Center ini diharapkan

mampu memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya serta dapat

dijadikan sebagai tolak ukur ataupun pertimbangan-pertimbangan dalam

meningkatkan perkembangan apresiasi desain interior dalam kebutuhan hidup

sehari-hari.

commit to user