PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SAPAAN DALAM BAHASA DAYAK TOMUN DI DESA SEKOBAN,

KECAMATAN LAMANDAU, KABUPATEN LAMANDAU,

PROVINSI TENGAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Nicki Pratama

NIM : 144114005

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

MEI 2018 - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI I l

Skripsi

SAPAATI DALAM BAHASA DAYAK TOMUN DI DESA SEKOBAI\,

KECAMATAI\I LAMANDAU KABT]PATf,,N LAMANDA,U,

PROYINSI KALIMANTAIY TENGAH

v . I. kaptomo Baryadi, M.Hum. tanggal30 April2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,

Nicki Pratama

IV PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nicki Pratama NIM :144114005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Sapaan Dalam Bahasa Dayak Tomun

Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan'dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan loyality kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

”Nyatakan segala hal keinginanmu kepada Tuhan dalam doa dan ucapan syukur

tanpa perlu khawatir sebab Ia pasti akan menolongmu.”

(Filipi 4:6)

Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus dan orang-orang

terkasih dalam hidup saya :

Bapak Artiananti dan Ibu Irmawati.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Jalani, tekuni dan syukuri”

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas berkat dan rahmat yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi yang berjudul “Sapaan Dalam Bahasa Dayak Tomun di

Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi

Kalimantan Tengah” dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penulis menyadari tidak bisa menyelesaikan skripsi tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis dalam proses menyusun skripsi ini.

Pertama-tama penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, yaitu Bapak Artiananti dan Ibu Irmawati yang selalu berjuang, mendukung dan mendoakan penulis. Kedua, penulis mengucapan terima kasih kepada Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku dosen pembimbing akademik angkatan 2014 dan dosen pembimbing skripsi yang selalu memotivasi dan membimbing penulis selama menyusun skripsi. Ketiga, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum. selaku ketua Program

Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Keempat, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen-dosen Program

Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dhrama Yogyakarta,

Bapak Dr. Ari Subagyo, M.Hum. (alm), Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.,

Bapak Drs. A. Herry Antono, M.Hum. (alm), Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum.,

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bapak Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A., dan Ibu Maria Magdalena Sinta

Wardani, S.S., M.A. serta semua dosen pengampu mata kuliah di Prorgam Studi

Sastra Indonesia yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Kelima, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Paulus Redan dan Ibu Mariana

Rose selaku bapak dan ibu demang masyarakat Dayak Tomun di Kecamatan

Lamandau yang telah bersedia menjadi narasumber pengumpulan data dalam skripsi ini.

Keenam, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf sekretariat Fakultas Sastra dan staf pengurus Biro Administrasi Akademik

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu penulis melancarkan urusan perkuliahan. Ketujuh, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf perpustakaan yang telah membantu menyediakan buku-buku refrensi yang penulis perlukan. Ketujuh Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Antonius Bryan Adhi Wicaksono, Christofora Ray Makin, Frizcha

Zhilvia, Maria Frederica, Dhyaning Hariyadi Putri, Maria Andriani, Debora

Sumakut, Munica Tri Lestari, Gabriella Makin, Iksana Murib, Martin Boy

Tafonao, Yudha Sivanus, Febe Meiliana dan Pascalia Dwi Amora yang selalu mendukung, memotivasi dan mendoakan penulis. Terakhir, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman di Prodi Sastra Indonesia, khususnya angkatan 2014.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Meskipun mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, segala bentuk kekurangan dalam skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.

Yogyakarta, 31 April 2018

Nicki Pratama

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Pratama, Nicki. 2018. “Sapaan dalam Bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini membahas sapaan dalam Bahasa Dayak Tomun dengan fokus masyarakat Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Tujuan dalam penelitian ini adalah (i) mendeskripsikan keadaan geografis, bahasa dan budaya suku Dayak Tomun di Desa Sekoban, (ii) mendeskripsikan jenis-jenis sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, dan (iii) mendeskripsikan konteks penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan di penelitian ini adalah pendekatan sosiolinguistik. Salah satu teori yang digunakan adalah teori sapaan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap dan simak. Metode yang digunakan pada tahap analisis data adalah metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode yang digunakan pada tahap penyajian hasil analisis data adalah metode formal dan informal. Hasil penelitian ini adalah (i) uraian tentang keadaan geografis, bahasa dan budaya Dayak Tomun di Desa Sekoban (ii) Jenis-jenis Sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu sapaan kekerabatan dan sapaan nonkekerabatan. Sapaan kekerabatan dibedakan berdasarkan pertalian langsung (hubungan darah) dan pertalian tidak langsung (hubungan perkawinan) yang dapat dikelompokan menjadi tujuh jenis sapaan. Sapaan nonkekerabatan dikelompokan menjadi lima jenis sapaan, yaitu (1) sapaan berdasarkan pekerjaan, (2) sapaan berdasarkan jasa dan pengaruh (3) sapaan berdasarkan usia, (4) sapaan berdasarkan keakraban, (5) sapaan berdasarkan kemahiran dalam bidang tertentu, (iii) konteks penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban dibagi menjadi enam konteks yaitu (1) konteks epistemis berdasarkan pengetahuan tradisi penutur dan lawan tutur, (2) konteks sosial, (3) konteks fisik dan sosial, (4) konteks kekerabatan, (5) konteks keakraban dan (6) konteks usia.

Kata kunci : sapaan, jenis sapaan, konteks penggunaan sapaan, sosiolinguitik, masyarakat Dayak Tomun, Desa Sekoban.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Pratama, Nicki. 2018. " Greeting in Dayak Tomun Language in Sekoban Village, Lamandau Sub-district, Lamandau , Central Borneo Province". Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This research discusses about greeting in Dayak Tomun with the focus of Dayak Tomun community in Sekoban Village, Lamandau Sub-district, Lamandau Regency, Province. The objective of this research is (i) to describe the geographical, language and culture conditions of Dayak Tomun tribe in Sekoban Village, (ii) to describe the types of greeting in Dayak Tomun in Sekoban Village, and (iii) to describe the context of the use of the greeting in Dayak Tomun in Sekoban Village. This type of research was descriptive research with sociolinguistic approach. One of the theories used was the greeting theory. Data collection methods used in this study was a method of cakap and simak. Phase referral and pragmatic reference methods were used for the data analysis. The method used in the presentation stage of the data analysis was the formal and informal methods. The results of this study are as follows (i) description of the geographical situation, language and culture of Dayak Tomun in Sekoban Village. (ii) the types of Greeting in the Dayak Tomun language in Sekoban Village was divided into two, namely greeting kinship and non-kinship greeting. The greeting of kinship was distinguished by direct relation (blood relation) and indirect linkage (marital relationship) which can be grouped into seven types of greeting. Non-kinship greeting can be grouped into five types of greeting, namely (1) job-based greeting, (2) greeting based on services and influences, (3) greeting based on age, (4) greeting based on familiarity, (5) greeting based on proficiency in a particular field, (iii) the context of the use of greeting in the Dayak Tomun language in Sekoban Village was divided into six contexts, namely (1) an epistemic context based on the traditions knowledge of the speakers' and interlocutors', (2) the social context, (3) the physical and social context, (4) the kinship context, (5) the context of intimacy and (6) the age context.

Keywords: greeting, type of greeting, greeting usage context, sociolinguistic, Dayak Tomun community, Sekoban village.

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...... vi MOTO ...... vii KATA PENGANTAR ...... viii ABSTRAK ...... xi ABSTRACK ...... xii DAFTAR ISI ...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xvi DAFTAR TABEL ...... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 6 1.3 Tujuan Penelitian ...... 7 1.4 Manfaat Penelitian ...... 7 1.5 Tinjauan Pustaka ...... 8 1.6 Landasan Teori ...... 10 1.6.1 Sapaan ...... 10 1.6.2 Jenis Sapaan ...... 11 1.6.3 Konteks ...... 12 1.6.4 Jenis-Jenis Konteks ...... 12 1.6.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sapaan ...... 14 1.7 Metode Penelitian...... 15 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...... 15 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ...... 17 1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis ...... 18 1.8 Sistematika Penyajian ...... 18

BAB II KEADAAN GEOGRAFIS, PENDUDUK, BAHASA, DAN BUDAYA MASYARAKAT DAYAK TOMUN DI DESA SEKOBAN, KECAMATAN LAMANDAU, KABUPATEN LAMANDAU, PROVINSI KALIMANTAN TEMAH 2.1 Keadaan Geografis Desa Sekoban ...... 20 2.2 Keadaan Penduduk ...... 22 2.3 Keadaan Bahasa ...... 24 2.4 Keadaan Budaya...... 25 2.4.1 Ritual Babukuk ...... 26 2.4.2 Tradisi Bagonak-Bagoduk Panai-Panaki ...... 27 2.4.2.1. Tradisi Baigal ...... 27

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.4.2.1 Tradisi Notak Garung Pantat ...... 28 2.4.3 Tradisi Bacoluk ...... 28 2.4.4 Tradisi Basolap...... 29 2.4.5 Tradisi Bakata Adat ...... 30 2.4.6 Tradisi Pemberian Golar (Gelar) atau Sapaan ...... 30

BAB III JENIS-JENIS SAPAAN BAHASA DAYAK TOMUN DI DESA SEKOBAN, KECAMATAN LAMANDAU, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 3.1 Pengantar ...... 32 3.2 Sapaan Kekerabatan ...... 32 3.2.1 Sapaaan Kekerabatan Pertalian Langsung (PL) untuk Perempuan ...... 34 3.2.2 Sapaan Kekerabatan PL untuk Laki-Laki ...... 35 3.2.3 Sapaan Kekerabatan PL untuk Laki-Laki dan Perempuan ...... 35 3.2.4 Sapaan Kekerabatan Pertalian Tidak Langsung (PTL) untuk Perempuan ...... 36 3.2.5 Sapaan Kekerabatan PTL untuk Laki-Laki ...... 37 3.2.6 Sapaan Kekerabatan PTL untuk Laki-Laki dan Perempuan ...... 37 3.2.7 Sapaan Kekerabatan PL dan TL untuk Perempuan...... 38 3.2.8 Sapaan Kekerabatan PL dan PTL untuk Laki-Laki ...... 40 3.2.9 Sapaan Kekerabatan PL dan PTL untuk Laki-Laki dan Perempuan ...... 41 3.3 Sapaan Nonkekerabatan ...... 42 3.3.1 Sapaan Berdasarkan Pekerjaan ...... 42 3.3.1.1 Sapaan Berdasarkan Pekerjaan (BP) untuk Perempuan ...... 43 3.3.1.2 Sapaan BP untuk Laki-Laki ...... 44 3.3.1.3 Sapaan BP untuk Laki-Laki dan Perempuan ...... 45 3.3.2 Sapaan Berdasarkan Jasa dan Pengaruh Lawan Tutur ...... 45 3.3.2.1 Sapaan Berdasarkan Jasa dan Pengaruh (BJDP) untuk Laki-Laki ...... 46 3.3.2.2 Sapaan BJDP untuk Laki-Laki dan Perempuan ...... 48 3.3.3 Sapaan Berdasarkan Usia ...... 48 3.3.3.1 Sapaan Berdasarkan Usia untuk Laki-Laki ...... 49 3.3.3.2 Sapaan Berdasarkan Usia untuk Perempuan ...... 49 3.3.3.3 Sapaan Berdasarkan Usia untuk Laki-Laki dan Perempuan ...... 50 3.3.4 Sapaan Berdasarkan Keakraban untuk Perempuan dan Laki-Laki ...... 51 3.3.5 Sapaan Berdasarkan Kemahiran untuk Laki-Laki ...... 52

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV KONTEKS PENGGUNAAN SAPAAN DALAM BAHASA DAYAK TOMUN DI DESA SEKOBAN KECAMATAN LAMANDAU, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 4.1 Pengantar ...... 55 4.2 Konteks Epistemis ...... 55 4.2.1 Latar Belakang Pengetahuan Tradisi ...... 56 4.3 Konteks Sosial ...... 59 4.4 Konteks Fisik dan Sosial ...... 66 4.5 Konteks Kekerabatan ...... 70 4.6 Konteks Keakraban ...... 74 4.7 Konteks Usia ...... 78

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ...... 81 5.2 Saran ...... 83 DAFTAR PUSTAKA ...... 84 LAMPIRAN I DAFTAR SAPAAN DALAM BAHASA DAYAK TOMUN...... 86 LAMPIRAN II KONTEKS-KONTEKS SAPAAN DALAM BAHASA DAYAK TOMUN ...... 91 LAMPIRAN III DATA-DATA YANG DIGUNAKAN ...... 103

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Peta Wilayah Adminitrasi Kabupaten Lamandau...... 18

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas Wilayah Kabupaten Lamandau...... 18

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Lamandau Menurut Kecamatan dan Jenis

Kelamin Tahun

2016...... 18

Tabel 2.3 jumlah Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja

berdasarkan lapangan usaha (jiwa) di Kapubaten Lamandau...... 23

Tabel 2.4 Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru (SMA)

menurut kecamatan di Kabupaten Lamandau ...... 24

Tabel 4.1. Bentuk-Bentuk Sapaan untuk Menyapa Saudara

Tertua Ayah atau Ibu berdasarkan Tradisi Dayak Tomun ...... 54

Tabel 4.2. Bentuk-Bentuk Sapaan untuk Menyapa Saudara Tengah, Sepupu

dan Ipar Ayah dan Ibu Berdasarkan Tradisi Dayak Tomun ...... 55

Tabel 4.3 Bentuk-Bentuk Sapaan untuk Menyapa Saudara Bungsu

Ayah dan Ibu Berdasarkan Tradisi Dayak Tomun ...... 56

Tabel 4.4 Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Sosial ...... 58

Tabel 4.5 Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Fisik dan Sosial ...... 64

Tabel 4.6 Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Kekerabatan ...... 68

Tabel 4.7 Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Keakraban ...... 72

Tabel 4.8 Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Usia ...... 76

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hal yang dibahas dalam skripsi ini adalah sapaan dalam bahasa

Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten

Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Sapaan adalah sistem yang

mempertautkan seperangkat kata atau ungkapan-ungkapan yang dipakai

untuk menyebut atau memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa

bahasa (Kridalaksana, 1982:14). Berikut ini beberapa contoh kata sapaan

dalam Bahasa Dayak Tomun.

(1) Acik honak ka muna? ‘Kakak mau ke mana?’ (2) Jadi makat bolup Adik? ‘Sudah makan belum, Adik?’ (3) Pambokal kabila rapat tay? ‘Bapak atau Ibu Kepala Desa kapan rapatnya?’ (4) Begawat honak ka muna duat nan? ‘Pak mau ke mana?’

Sapaan Acik (1) dalam kalimat “Acik honak ka muna?” ‘Kakak

mau ke mana?’, Adik (2) dalam kalimat “Jadi makat bolup Dik? ‘Sudah

makan belum Dik?’ , Pambokal (3) dalam kalimat “Pambokal, kabila

rapat tay?” ‘Bapak atau Ibu kepala desa, kapan rapatnya?’, dan sapaan

Begawat (4) dalam contoh kalimat “Begawat, honak ka muna duat nan?”

‘Pak, mau ke mana?’ merupakan contoh sapaan dalam bahasa Dayak

Tomun. Sapaan-sapaan tersebut digunakan penutur untuk memanggil

atau menyapa para pelaku dalam peristiwa bahasa. Menurut jenisnya,

1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

sapaan Acik ‘Kakak’ (1) dan Adik ‘Adik’ (2) merupakan bentuk sapaan

kekerabatan, karena sapaan tersebut digunakan untuk menyapa lawan

tutur yang memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur. Hubungan

kekerabatan tersebut ialah hubungan darah (pertalian langsung) dan

hubungan perkawinan (pertalian tidak langsung). Sapaan Pambokal ‘Ibu

atau Bapak kepala desa’ (3) dan sapaan Begawat ‘Bapak’ (4) merupakan

bentuk sapaan yang terjadi di luar hubungan kekerabatan. Sapaan (3)

digunakan penutur untuk menunjukan rasa hormat kepada seseorang

yang berprofesi sebagai kepala desa. Sapaan Begawat ‘Pak’ (4)

merupakan sapaan nonkekerabatan yang digunakan penutur untuk

menunjukan rasa hormat kepada lawan tutur berdasarkan jasa dan

pengaruh lawan tutur.

Sapaan dalam bahasa Dayak Tomun dipilih sebagai topik

penelitian berdasarkan alasan berikut. Pertama, peneliti menemukan

adanya kekhasan dan keunikan sapaan dalam bahasa Dayak Tomun.

Misalnya pada contoh berikut.

(5) Acik, didodau umak! ‘Kakak, dipanggil Ibu!’ (6) Uwak, muna hayapku tay? ‘Kakak, di mana mainanku?’

Sapaan Acik ‘Kakak’ (5) dan Uwak ‘Kakak’ (6) merupakan

bentuk sapaan yang digunakan penutur untuk menyapa seorang kakak

kandung maupun kakak sepupu. Namun, kedua sapaan tersebut memiliki

perbedaan fungsi dalam penggunaannya. Sapaan Acik ‘Kakak’ (5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

digunakan untuk menyapa saudara kandung (kakak) tertua atau kakak

sepupu yang memiliki status sebagai anak tertua dalam sebuah keluarga

inti. Sapaan Uwak ‘Kakak’ (6) merupaan bentuk sapaan yang digunakan

penutur untuk menyapa seorang kakak kandung (tengah/terakhir) atau

kakak sepupu yang memiliki status sebagai anak tengah atau anak

terakhir dalam sebuah keluarga inti. Kekhasan penggunaan sapaan seperti

pada contoh di atas tidak hanya berlaku untuk memanggil seorang kakak,

tetapi juga berlaku untuk menyapa anggota keluarga lainnya seperti bibi

dan paman.

Kedua, peneliti tertarik meneliti sapaan dalam bahasa Dayak

Tomun di Desa Sekoban karena masyarakat Dayak Tomun menjadikan

sapaan sebagai bentuk penghargaan kepada setiap masyarakat yang

berjasa pada desa setempat. Oleh karena itu, masyarakat Dayak Tomun

di Desa Sekoban memiliki tradisi pemberian gelar atau sapaan kepada

setiap orang yang telah berjasa pada desa setempat. Ketiga, sapaan dalam

bahasa Dayak Tomun belum pernah dijadikan objek penelitian, sehingga

sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan

Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah belum

diketahui oleh banyak orang.

Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah keadaan

geografis, bahasa dan budaya suku Dayak Tomun di Desa Sekoban. Hal

ini meliputi letak geografis, jumlah penduduk, keadaan bahasa dan

budaya Dayak Tomun. Suku Dayak Tomun adalah salah satu suku yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

mendiami wilayah Kalimantan Tengah, khususnya di Desa Sekoban,

Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau. Suku Dayak Tomun

adalah salah satu sub suku Dayak yang memiliki bahasa dan budaya

yang sangat beragam. Sapaan merupakan sistem bahasa yang menjadi

alat komunikasi dan alat pemersatu antar masyarakat Dayak Tomun di

Desa Sekoban. Dengan demikian, keadaan geografis, bahasa dan

penduduk masyarakat Dayak Tomun, di Desa Sekoban, Kecamatan

Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah dibahas

pertama-tama dalam skripsi ini. Hal kedua yang dibahas dalam skripsi ini

adalah jenis-jenis sapaan dalam bahasa Dayak Tomun. Berikut contoh

jenis-jenis sapaan dalam bahasa Dayak Tomun.

(7) Umak, muna apak? ‘Ibu, Bapak di mana?’ (8) Minak, manik ka sungai atau ka sumur ? ‘Bibi, mau mandi ke sungai atau ke sumur?

Sapaan Umak ‘Ibu’ pada contoh (7) Umak, muna apak? ‘Ibu,

ayah di mana?’ dan Minak ‘Bibi’ pada contoh (8) Minak, manik ka

sungai atau ka sumur? ‘Bibi, mandi ke sungai atau ke sumur?’ adalah

jenis sapaan yang berbeda. Sapaan Umak ‘Ibu’ adalah jenis sapaan

penunjuk kekerabatan karena sapaan tersebut hanya dapat digunakan

apabila penutur dan lawan tutur memiliki hubungan kekerabatan

pertalian lansung (hubungan darah). Sapaan Minak ‘Bibi’ adalah jenis

sapaan yang dapat terjadi berdasarkan hubungan nonkekerabatan maupun

kekerabatan. Sapaan Minak ‘Bibi’ digunakan untuk menyapa lawan tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

perempuan yang memiliki usia sebaya dengan ibu penutur. Hal ketiga

yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah konteks penggunaan sapaan

bahasa Dayak Tomun. Berikut contoh konteks penggunaan sapaan dalam

bahasa Dayak Tomun.

(9) Uwak lagi di muna sekarak? ‘Kakak, lagi di mana sekarang?’ (10) Aci’ ami ba bajuku nan! ‘Kakak ambil bajuku dong!’ (11) Begawat, ka muna acara sarian ni? ‘Pak, ke mana acara hari’?

Sapaan Uwak ‘Kakak’ dalam contoh (9) Uwak lagi di muna

sekarak? ‘Kakak lagi di mana sekarang?’ digunakan untuk menyapa

saudara tengah atau saudara terakhir. Sapaan Acik ‘Kakak’ digunakan

untuk menyapa saudara tertua. Kedua sapaan tersebut terjadi karena

konteks latar belakang budaya. Pembedaan penggunaan sapaan Uwak

‘Kakak’ (9) dan Acik ‘Kakak’ (10) terjadi karena tradisi turun-temurun

dalam konteks budaya masyarakat Dayak Tomun. Sapaan Begawat

‘Bapak’ pada contoh (11) merupakan sapaan yang digunakan untuk

menyapa seorang laki-laki yang sudah tua dan memiliki jasa yang sangat

besar pada desa setempat (mantan pemerintahan desa dan pengurus adat).

Lawan tutur tersebut sangat berpengaruh bagi masyarakat dan desa

tersebut. Sapaan Begawat ‘Bapak’ (11) terjadi karena konteks sosial

masyarakat Dayak Tomun di Desa Sekoban.

Berdasarkan uraian tentang sapaan Uwak ‘Kakak’ (9), Acik

‘Kakak’ (10), dan Begawat ‘Bapak’ (11) membuktikan bahwa sapaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

yang digunakan masyarakat Dayak Tomun di Desa Sekoban terjadi

karena konteks yang berbeda-beda.

Oleh sebab itu, konteks penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak

Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau,

Provinsi Kalimantan Tegah menjadi pokok permasalahan yang ketiga

dalam skripsi ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keadaan geografis, penduduk, bahasa dan budaya suku

Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten

Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah?

2. Apa saja jenis sapaan yang terdapat dalam bahasa Dayak Tomun di

Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi

Kalimantan Tengah?

3. Bagaimana konteks penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak Tomun

di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau,

Provinsi Kalimantan Tengah?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini ialah untuk memberikan

deskripsi tentang konteks penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak

Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau,

Provinsi Kalimantan Tengah.

1. Mendeskripsikan keadaan geografis, bahasa dan budaya suku Dayak

Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten

Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.

2. Mendeskripsikan jenis-jenis sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di

Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau,

Provinsi Kalimantan Tengah.

3. Mendeskripsikan konteks penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak

Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten

Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian berupa deskripsi tentang keadaan geografis,

bahasa dan budaya, jenis-jenis sapaan serta konteks penggunaan sapaan

dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau,

Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil penelitian ini

memberikan sumbangan teoretis dan sumbangan praktis.

Deskripsi tentang keadaan geografis, bahasa dan budaya Dayak

Tomun memberikan sumbangan teoretis dalam bidang sosiolinguistik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

yaitu memperkaya teori tentang konteks penggunaan bahasa. Deskripsi

tentang jenis-jenis sapaan dalam bahasa Dayak Tomun memberikan

sumbangan teoretis dalam bidang sintaksis, yaitu memperkaya teori

tentang kalimat sapaan. Deskripsi tentang konteks-konteks penggunaan

sapaan memberikan sumbangan teoritis dalam bidang pragmatik, yaitu

memperkaya teori tentang konteks yang mempengaruhi tindak tutur.

Hasil penelitian ini juga memberikan manfaat praktis, yaitu

untuk pendokumentasian bahasa daerah yang sudah hampir punah. Selain

itu, hasil penelitian ini juga sebagai bentuk penggalian kearifan lokal

yang terwujud dalam penggunaan bahasa daerah.

1.5 Tinjauan Pustaka

Topik tentang sapaan sudah pernah diteliti sebelumnya, tetapi

penelitian tetang sapaan tersebut berasal dari bahasa dan mempunyai

pembahasan yang berbeda-beda. Peneliti yang sudah pernah membahas

sapaan antara lain, Syafyahya dkk. (2000), Ate (2017) dan Ketrin

(2017).

Syafyahya, dkk (2000) dengan penelitiannya yang berjudul Kata

Sapaan Bahasa Minangkabau di Kabupaten Agam. Penelitian tersebut

membahas tentang sistem gambaran umum kata sapaan bahasa

Minangkabau dan jenis-jenis serta faktor yang memengaruhi kata sapaan

bahasa Minangkabau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

Ate (2017) dengan penelitiannya yang berjudul Sapaan Dalam

Bahasa Weejea di Kabupaten Sumba Barat Daya Nusa Timur. Penelitian

tersebut membahas tentang jenis-jenis sapaan yang terdapat dalam

bahasa Weejewa di Kabupaten Sumba Barat Daya dan faktor-faktor yang

memengaruhi penggunaan sapaan dalam bahasa Weejewa di Kabupaten

Sumba Barat Daya.

Ketrin (2017) dengan penelitiannya yang berjudul Sapaan Dalam

Bahasa Dayak Long Ilu di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan,

Kalimantan Utara. Dalam penelitiannya, peneliti membahas tentang

keadaan bahasa Dayak Long Ilu di Kecamatan Krayan, Kabupaten

Nunukan, Kalimantan Utara, jenis-jenis sapaan dalam bahasa Dayak

Long Ilu berdasarkan referennya serta deskripsi tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak Long Ilu.

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan peneliti, belum

ada penelitian yang pernah membahas sapaan dalam bahasa Dayak

Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau,

Provinsi Kalimantan Tengah.. Oleh sebab itu, penelitian yang berjudul

Sapaan Dalam Bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan

Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah, layak

dilakukan karena belum pernah diteliti sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

1.6 Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan

dalam penelitian tentang Sapaan Dalam Bahasa Dayak Tomun di Desa

Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi

Kalimantan Tengah memaparkan pengertian tentang sapaan, jenis

sapaan, faktor-faktor yang mempengaruhi sapaan, konteks dan jenis-jenis

konteks penggunaan bahasa.

1.6.1 Sapaan

Sapaan adalah sistem yang mempertautkan seperangkat kata

atau ungkapan-ungkapan yang dipakai untuk menyebut atau memanggil

para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa (Kridalaksana, 1982:14).

Menurut Crystal dalam Syafyahya dkk. (2000: 3) sapaan adalah cara

mengacu seseorang di dalam interaksi linguistik yang dilakukan secara

langsung.

Dalam interaksi orang menggunakan pilihan bentuk linguistik

berdasarkan hubungan antara pembicara dan mitra bicara berdasarkan

rasional (Brown dan Ford dalam Syafyahya dkk, 1991:14). Sapaan

merupakan sebuah kata atau frasa untuk seseorang yang sedang diajak

bicara atau disebutkan dalam tulisan. Pemilihan istilah sapaan pembicara

adalah sebuah upaya untuk menciptakan solidaritas misalnya, berada

dalam status sosial yang sama maupun berbeda (Yule, 2015 : 413).

Sapaan yang digunakan oleh sekelompok masyarakat, tentu berbeda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

dengan sekelompok masyarakat lainnya. Sistem sapaan yang berlaku

dalam sekelompok masyarakat merupakan cerminan budaya dan struktur

sosial masyarakat itu sendiri. Sistem sapaan tersebut mampu

membedakan sekelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat yang

lainnya. Penelitian tentang sapaan merupakan penelitian tentang bahasa

yang digunakan oleh masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, sosiolinguistik

memegang peranan penting terhadap penelitian tentang sapaan.

Sosiolinguitik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan

bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam

bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial)

(Nababan, 1991:2).

1.6.2 Jenis Sapaan

Jenis sapaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis-

jenis sapaan berdasarkan referen. Menurut Wijana dan Rohmadi ( 2011:

4) referen adalah sesuatu yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang

bersangkutan. Referen merupakan sesuatu atau hal yang berada di luar

bahasa. Dalam penelitian ini jenis-jenis sapaan diklasifikasikan menurut

referen yang diacu. Misalnya sapaan kekerabatan perempuan Umak ‘Ibu’

diklasifikasikan menjadi sapaan kekerabatan pertalian langsung untuk

perempuan, karena menurut referen atau acuannya, sapaan tersebut

digunakan penutur untuk menyapa lawan tutur yang merupakan orang tua

perempuan ‘Ibu’ kandung penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

1.6.3 Konteks

Istilah “konteks” didefinisikan Mey dalam Nadar (2009: 03)

sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta

pertuturan untuk dapat berinteraksi dan yang membuat ujaran mereka

dapat dipahami. Konteks adalah (1) aspek-aspek lingkungan fisik atau

sosial yang kait-mengait dengan ujaran tertentu. (2) pengetahuan yang

sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham

apa yang dimaksud pembicara (Kridalaksana 2011: 134).

Menurut Joan Cutting dalam Baryadi (2015: 32) konteks adalah

pengetahuan tentang dunia fisik dan sosial, faktor-faktor sosial-

psikologis, dan pengetahuan tentang waktu dan tempat yang terdapat

dalam perkataan yang mereka tuturkan atau tuliskan.

1.6.4 Jenis-Jenis Konteks

Konteks situasi (context of situation) adalah susunan ciri-ciri

medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode) yang menentukan

register teks. Menurut Halliday dan Hassan (dalam Baryadi 2015: 21)

konsep-konsep tersebut digunakan untuk menafsirkan konteks sosial dari

suatu text (the social context of text), yaitu lingkungan terjadinya

pertukaran makna.

Konteks situasional (the situational context) meyangkut hal yang

diketahui pembicara tentang apa yang mereka lihat di sekitar mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Konteks pengetahuan latar belakang (the Background knowledge

context) meliputi pengetahuan umum kultural yang dimiliki kebanyakan

orang dalam pikirannya dan pengetahuan interpersonal, yaitu

pengetahuan khusus atau pribadi tentang sejarah pembicara itu sendiri

(Cutting dalam Baryadi 2015: 32).

Konteks budaya adalah latar belakang kelembagaan dan ideologis

yang memberi nilai pada teks dan mendayakan (constrain) penafsirannya

(Halliday dan Hasan dalam Baryadi 2015: 23).

Ada empat faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa

menurut Blundell dkk (dalam Baryadi 2015: 32) yaitu, (i) latar (the

setting) (waktu dan tempat), (ii) topik pembicaraan (the topic). (iii)

hubungan sosial (social relationship), (iv) suasana batin (psichological

attitude). Keempat faktor tersebut merupakan faktor nonkebahasaan yang

memengaruhi bentuk penggunaan sapaan oleh sekelompok masyarakat

tertentu.

Empat jenis konteks pemakaian bahasa menurut ( Syafi’e 1990 :126).

1. Konteks Linguistik yaitu kalimat-kalimat di dalam percakapan .

2. Konteks Epistemis adalah latar belakang pengetahuan yang sama-

sama diketahui oleh partisipan.

3. Konteks Fisik adalah konteks yang meliputi tempat terjadinya

percakapan, objek yang disajikan di dalam percakapan dan

tindakan para partisipan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

4. Konteks Sosial yaitu relasi sosio-kultural yang melengkapi

hubungan antarpelaku atau partisipan dalam percakapan.

1.6.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Sapaan

Menurut Brown dan Gilman dalam Mahmud dkk. (2003: 4-5)

pemilihan sapaan dipengaruhi tujuh faktor, yaitu :

1. Perbedaan kerabat, yakni apakah kawan bicara masih mempunyai

hubungan darah dengan pembicara;

2. Perbedaan umur, yakni apakah umur kawan bicara lebih tua,

sebaya, atau lebih muda daripada pembicara;

3. Perbedaan jabatan, yaitu apakah jabatan kawan bicara lebih tinggi,

sama, atau lebih rendah daripada pembicara;

4. Perbedaan situasi, yakni situasi yang ada pada saat terjadinya

peristiwa tutur, baik sangat formal maupun tidak formal;

5. Perbedaan status sosial, yakni perbedaan tingkat sosial partisipan

tutur;

6. Hubungan keakraban, yaitu apakah pembicara telah mengenal

dengan baik kawan bicaranya, baik yang bersifat akrab maupun

tidak akrab;

7. Tujuan pembicaraan, yakni maksud atau kehendak pembicara

melakukan pembicaraan dengan kawan bicara.

Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan sapaan menurut

Brown dan Gilman digunakan dalam penelitian ini, karena faktor-faktor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

tersebut berkaitan dengan penentuan konteks terjadinya sebuah sapaan,

misalnya faktor perbedaan umur dan hubungan keakraban yang

menentukan jenis konteks usia dan konteks keakraban.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yakni (i)

pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Di

bawah ini telah diuraikan masing-masing tahap penelitian terkait sapaan

yang ada dalam Bahasa Dayak Tomun.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Hal yang diteliti dalam penelitian ini adalah sapaan dalam

bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau,

Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Objek ini berada

dalam data yang berupa kalimat. Data diperoleh melalui wawancara

kepada narasumber yang merupakan demang masyarakat Dayak Tomun

di Kecamatan Lamandau, yaitu Bapak Paulus Redan (54). Data tersebut

berupa data bahasa lisan.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian

adalah metode simak (observasi) dan metode cakap (wawancara).

Metode simak (observasi) adalah metode untuk memperoleh data dengan

melakukan penyimakan terhadap penggunaan bahasa. Dalam metode

simak (observasi) peneliti menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

simak libat cakap. Teknik simak libat cakap dilakukan peneliti dengan

cara berpatipasi sambil menyimak, berpatisipasi dalam pembicaraan, dan

menyimak para informan, dalam hal ini peneliti terlibat langsung dalam

dialog (Mahsun dalam Muhammad 2016: 194). Penamaan metode cakap

disebabkan karena cara yang ditempuh peneliti dalam pengumpulan data

ini adalah berupa percakapan antara peneliti dengan informan (Mahsun

2006: 93). Dalam pengumpulan data dengan metode cakap (wawancara),

peneliti menjalin kontak langsung dengan narasumber (wawancara

langsung). Dalam metode ini, peneliti menggunakan teknik pancing.

Peneliti memancing narasumber di antaranya dengan daftar pertanyaan

inti sebagai berikut. (1) Apa bahasa asli yang digunakan masyarakat

Dayak Tomun?, (2) bagaimana keadaan adat dan tradisi masyarakat

Dayak Tomun di Desa Sekoban?, (3) apakah Anda mengetahui sistem

sapaan masyarakat asli Dayak Tomun di Desa Sekoban?, (4) apa sajakah

jenis-jenis sapaan yang digunakan masyarakat Dayak Tomun di Desa

Sekoban?, (5) mengapa masyarakat Dayak Tomun menggunakan

sapaan?, dan (6) seberapa pentingkah sapaan menurut tradisi masyarakat

Dayak Tomun?.

Peneliti menggunakan alat perekam (HP) untuk merekam data

yang diberikan oleh narasumber yang berupa jawaban dari pertanyaan

yang telah diajukan peneliti. Jawaban tersebut berupa data bahasa lisan.

Data bahasa lisan yang sudah direkam kemudian ditranskrip dan

diklasifikasikan menurut jenis berdasarkan referennya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Langkah kedua adalah menganalisis data yang sudah ditranskip

dan diklasifikasikan. Data dianalisis menggunakan metode padan.

Metode padan atau metode identitas adalah metode analisis data yang

alat penentunya berada di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari

bahasa (langue) yang diteliti (Sudaryanto 1993: 13). Alat penentu dalam

metode padan yang digunakan peneliti adalah metode padan referensial

dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial yang alat

penentunya berupa referen bahasa itu sendiri. Misalnya untuk

menganalisis jenis sapaan pada contoh kalimat berikut ini.

(12) Umak, jadi basuman bolup? ‘Ibu, sudah masak nasi belum? (13) Pambokal honak ka muna? ‘Bapak/Ibu kepala desa, mau pergi ke mana?’

Sapaan Umak ‘Ibu’ (12) dan Pambokal ‘Bapak atau Ibu Kepala

Desa’ (13) menurut referennya merupakan bentuk sapaan kekerabatan

pertalian langsung dan sapaan nonkekerabatan. Kedua sapaan tersebut

digunakan untuk menyapa lawan tutur dalam peristiwa tutur. Sapaan

Umak ‘Ibu’ (12) menurut referennya merupakan sapaan kekerabatan

pertalian langsung untuk perempuan karena digunakan untuk menyapa

ibu kandung penutur. Sapaan Pambokal ‘Bapak atau Ibu Kepala Desa’

(12) menurut referennya merupakan bentuk sapaan nonkekerabatan

berdasarkan pekerjaan lawan tutur karena sapaan tersebut digunakan

penutur untuk menyapa lawan tutur yang sedang menjabat sebagai kepala

desa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Metode padan pragmatis adalah yang alat penentunya

merupakan mitra bicara karena sapaan melibatkan penutur dan mitra

tutur. Dalam hal ini orang yang diajak bicara dengan segala reaksi atau

tanggapannya menjadi penentu identitas atau satuan lingual tertentu

(Sudaryanto 2015: 18). Dalam penelitian ini, metode padan pragmatis

digunakan untuk menentukan konteks-konteks penggunaan sapaan yang

digunakan penutur untuk menyapa lawan tutur, misalnya penggunaan

sapaan yang terjadi berdasarkan usia yang dimiliki lawan tutur.

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data

Langkah ketiga yang dilakukan oleh peneliti adalah menyajikan

data yang sudah dianalisis. Hasil penelitian ini berupa jenis-jenis dan

konteks penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak Tomun yang disajikan

dengan menggunakan metode Informal dan metode formal. Hasil analisis

data peneliti sajikan dalam bentuk kalimat dan metode visual dengan

menggunakan tabel dan gambar.

1.8 Sistematika Penyajian

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi latar belakang yang

berisi uraian tentang hal-hal yang berkenaan dengan topik penelitian

beserta permasalahan dan alasan-alasan yang mendasari penelitian.

Kemudian, dilanjutkan dengan penjelasan manfaat hasil penelitian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sumber data, dan

sistematika penyajian.

Bab II berisi paparan tentang bagaimana keadaan geografis,

bahasa dan budaya suku Dayak Tomun di Desa Sekoban. Bab III berisi

deskripsi tentang jenis-jenis sapaan dalam bahasa Dayak Tomun. Bab IV

berisi deskripsi tentang konteks-konteks penggunaan sapaan dalam

bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban. Bab V merupakan bagian akhir

yang berisi kesimpulan. Setelah bab IV terdapat daftar pustaka yang

berisi refrensi atau sumber bacaan peneliti saat menganalisis data

penelitian dan lampiran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KEADAAN GEOGRAFIS, PENDUDUK, BAHASA, DAN BUDAYA SUKU DAYAK TOMUN DI DESA SEKOBAN, KECAMATAN LAMANDAU, KABUPATEN LAMANDAU, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

2.1 Keadaan Geografis Desa Sekoban Desa Sekoban adalah salah satu desa yang terletak di wilayah

Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau. Kabupaten Lamandau

merupakan salah satu kabupaten dari 14 kabupaten di Provinsi

Kalimantan Tengah. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada

1°9' - 3°36'Lintang Selatandan 110°25' - 112°50' Bujur Timur.

Kabupaten Lamandau memiliki luas wilayah 6.414 km² yang terbagi

menjadi delapan kecamatan, tiga kelurahan dan 85 desa dengan batas-

batas wilayah sebagai berikut (Sumber:BPSkabupatenlamandau).

Tabel 2.1 Batas Wilayah Kabupaten Lamandau

Utara Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Seruyan Hulu, Kabupaten Seruyan, dan Arut Utara, Kotawaringin Barat. Selatan Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat. Timur Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kecamatan Balai Riam, Kabupaten Sukamara. Selatan Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Sumber : lamandaukab.go.id

Kecamatan Lamandau memiliki jumlah penduduk sebanyak

6.195 jiwa dan luas wilayah 1.333,00 Km2 . Terdapat delapan kecamatan

di Kabupaten Lamandau, yakni Kecamatan Bulik, Kecamatan Delang,

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu

Jaya, Kecamatan Belantikan Raya, Kecamatan Batangkawa dan

Kecamatan Lamandau. Kecamatan Lamandau terdiri dari 10 desa, yaitu

Desa Bakonsu, Desa Cuhai, Desa Karang Taba, Desa Kawa, Desa

Penopa, Desa Tanjung Beringin, Desa Tapin Bini, Desa Sungai Tuat,

Desa Suja, dan Desa Sekoban. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lamandau.

Gambar 2.1. Gambar Peta Wilayah Administrasi Kabupaten

Lamandau

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lamandau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2.2 Keadaan Penduduk

Kabupaten Lamandau memiliki jumlah penduduk 76.160 jiwa.

Terdapat 35.509 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan dan 40.651 jiwa berjenis kelamin laki-laki. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin, lapangan usaha dan pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.2, 2.3, dan 2.4 berikut.

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Lamandau Menurut

Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016

2016 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan (Jiwa) Kecamatan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Bulik 14 322 12 454 26 776 Sematu 5 707 4 906 10 613 Jaya Mentobi 5 919 5 019 10 938 Raya Bulik 4 198 3 677 7 875 Timur Lamandau 3 270 2 925 6 195 Belantikan 2 593 2 316 4 909 Raya Delang 3 154 2 771 5 925 Batangkawa 1 488 1 441 2 929 Kabupaten 40 651 35 509 76 160 Lamandau

Sumber: BPS Kapubaten Lamandau 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Tabel 2.3. jumlah Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja

berdasarkan lapangan usaha (jiwa) di Kapubaten

Lamandau

2016

Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang Kecamatan bekerja berdasarkan lapangan usaha (jiwa) Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Pertanian 15 808 4 984 20 792 Pertambangan dan 486 - 486 Penggalian Industri Pengelolahan 197 185 382 Listrik gas dan air minum 69 - 69 Bangunan/Konstruksi 1 496 - 1 496 Perdagangan, rumah 1 354 2 282 3 636 makan, dan jasa akomodasi perdagangan, rumah makan, dan jasa perusahaan Pengangkutan, 401 45 446 pergudangan dan komunikasi Lembaga Keuangan, Real 277 - 277 Estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan Jasa kemasyarakatan, 3 429 2 208 5 637 sosial dan perorangan Jumlah 23 517 9 704 33 221 Sumber: BPS Kapubaten Lamandau 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Tabel 2.4 Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru

(SMA) menurut kecamatan di Kabupaten Lamandau

KECAMATAN Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru (SMA)

Rasio murid Guru Murid Sekolah dan guru 2015 2015 2015 2015 Bulik 14.10 59 832 3 Sematu Jaya 20.62 21 433 1 Mentobi Raya 15.22 18 274 1 Bulik Timur 3.30 10 33 1 Lamandau 5.54 28 155 2 Belantikan Raya 4.13 15 62 1 Delang 12 11 132 1 Batangkawa 3.09 11 34 1 Kabupaten Lamandau 11.30 173 1.955 11 Sumber: BPS Kapubaten Lamandau 2016

2.3 Keadaan Bahasa Bahasa yang digunakan oleh suku Dayak Tomun di Desa

Sekoban adalah Bahasa Dayak Tomun. Sampai saat ini bahasa tersebut masih digunakan untuk berkomunikasi di Desa Sekoban walaupun saat ini bahasa Dayak Tomun sudah banyak mengalami perubahan. Bahasa

Dayak Tomun digunakan di sekitar wilayah Kecamatan Lamandau,

Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya di Desa

Sekoban. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Bahasa Dayak Tomun memiliki satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa Dayak Malayik. Walaupun demikan, bahasa Dayak Tomun yang digunakan di Desa Sekoban memiliki perbedaan dengan bahasa

Dayak Tomun di desa lainnya, perbedaan tersebut dapat berupa dialek, logat, intonasi bahkan kata yang digunakan (Sumber: https://oncik.blogspot.co.id/2013/07/lamandau- ataulamanaukarakteristik.html?m=1)

2.4 Keadaan Budaya Suku Dayak adalah salah satu suku yang sangat terkenal karena kekayaan budayanya yang unik. Terdapat sekitar 400 sub suku dayak dengan budaya dan tradisinya masing-masing, salah satunya suku Dayak

Tomun. Suku Dayak Tomun tinggal di sekitar wilayah Kabupaten

Lamandau lebih tepatnya di Desa Sekoban. Kebudayaan dan masyarakat

Suku Dayak Tomun yang tinggal di Desa Sekoban merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bagi masyarakat Dayak Tomun kebudayaan merupakan sebuah landasan untuk berpikir bahkan melakukan sesuatu.

Beberapa tradisi warisan leluhur masih sering dijalankan walaupun tidak sepenuhnya. Hal tersebut karena adanya pengaruh kemajuan zaman. Selain itu, beberapa kebudayaan Dayak Tomun dianggap bertentangan dengan norma-norma hidup lainnya, misalnya tradisi Kayau (tradisi potong kepala) sudah tidak seutuhnya dijalankan.

Tradisi Kayau sudah mengalami banyak perubahan, misalnya pada saat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

ritual pemotongan kepala. Kepala yang dipotong bukan kepala manusia melainkan kepala hewan. Walaupun demikian, masih banyak kebudayaan suku Dayak Tomun di Desa Sekoban yang dijalankan sesuai dengan nilai aslinya. Berikut ini beberapa kebudayaan dan tradisi suku Dayak Tomun yang ada di Desa Sekoban. (Sumber : Buku Pembinaan Dan

Pengembangan Adat dan Budaya Suku Dayak Tomun )

2.4.1 Ritual Babukuk

Babukuk merupakan sebuah tarian sakral yang hanya dapat dilakukan jika ada masyarakat suku Dayak Tomun meninggal dunia, khususnya masyarakat yang memiliki kepercayaan Hindu Kaharingan.

Ritual ini dianggap sebagai bentuk penghargaan kepada orang yang telah meninggal dunia. Selain itu, ritual ini bertujuan untuk menghibur keluarga yang sedang berduka. Para penari yang melakukan tarian

Babukuk disebut Bukuk. Para bukuk wajib berpenampilan seperti makhluk gaib dengan menggunakan topeng yang berbentuk mengerikan.

Babukuk hanya dapat diiringi dengan musik tradisional yang di sebut musik Batipak. Para bukuk menari sambil membawa Panamurau

(persembahan) seperti minuman tradisional Dayak Tomun (tuak),beras, tebu dan hewan peliharaan seperti ayam dan babi. Persembahan tersebut merupakan bentuk bantuan untuk keluarga yang ditinggalkan. Ritual ini dapat dilakukan siapa saja selain keluarga inti yang sedang berduka.

Ritual ini dapat berlangsung selama satu sampai empat minggu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

tergantung lamanya jenazah ditahan. (Sumber : BukuPembinaan Dan

Pengembangan Adat dan Budaya Suku Dayak Tomun ).

2.4.2 Tradisi Bagonak-Bagoduk Pana’i Panaki

Tradisi Bagonak-Bagoduk Pana’i Panaki adalah salah satu bentuk tradisi yang dilakukan untuk ritual penyambutan tamu. Tamu tersebut dapat berupa para pejabat yang datang ke desa atau tamu yang datang ke pesta pernikahan masyarakat Dayak Tomun. Tradisi bertujuan untuk menghargai tamu yang bersedia datang ke pesta adat yang telah dilaksanakan. Tradisi ini juga merupakan bentuk kekeluargaan, bahwa tamu yang sudah datang tersebut sudah diterima dengan baik oleh masyarakat Dayak Tomun. Tradisi ini terdiri dari beberapa tradisi minor yang lainnya, seperti Tradisi Baigal, dan Tradisi Nota Garung

Pantat.(Sumber : Buku Pembinaan dan Pengembangan Adat dan Budaya

Suku Dayak Tomun ).

2.4.2.1 Tradisi Baigal

Baigal merupakan sebuah tarian khas suku Dayak Tomun.

Tarian ini ditarikan ketika ada penerimaan tamu, pesta pernikahan dan pesta panen. Tarian ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur atas segala pencapaian yang diperoleh. Baigal menjadi tarian tradisi turun- temurun yang harus dilakukan jika masyarakat Dayak Tomun mengadakan pesta adat, terutama pesta pernikahan. Tarian Baigal dapat ditarikan empat orang atau lebih yang saling berpasangan. Baigal harus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

diiringi musik khas suku Dayak Tomun yang disebut musik

Bagonak.(Https://www.borneonews.co.id/berita/43053-tradisi-baigal- sajian-penutup-acara-penggolaran-15-tokoh)

2.4.2.2 Tradisi Notak Garung Pantat

Ritual Notak Garung Pantat dilakukan pada saat penerimaan tamu-tamu besar seperti pejabat. Selain itu, ritual ini dapat dilakukan juga dalam ritual Ayah (ritual kematian). Tradisi Notak Garung Pantat

(memotong pohon pantan) dilakukan di tengah jalan dengan beberapa susunan ritual, di antaranya ketua adat menanyakan beberapa pertanyaan kepada tamu, seperti asal dan maksud kedatangan tamu tersebut

(menggunakan bahasa asli Dayak Tomun). Setelah itu, ketua adat memberikan mandau (senjata tradisional suku Dayak Tomun) kepada tamu untuk memotong pohon pantan yang sudah dibentangkan secara horizontal. Tradisi ini merupakan bentuk penerimaan masyarakat setempat atas kedatangan tamu tersebut. Dengan diadakan ritual ini, masyarakat suku Dayak Tomun yakin bahwa tamu tersebut akan terhindar dari marabahaya. (Sumber : Buku Pembinaan dan

Pengembangan Adat dan Budaya Suku Dayak Tomun )

2.4.3 Tradisi Bacoluk

Tradisi Bacoluk adalah salah satu tradisi yang berfungsi untuk mengetahui pihak yang benar jika ada dua belah pihak yang sedang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

bertikai. Tradisi ini dilakukan dengan cara memasukan uang logam ke dalam air mendidih yang terdapat di dalam kuali besar. Kedua belah pihak yang sedang bertikai dipersilakan untuk mengambil logam secara bersamaan. Biasanya, jika salah satu pihak tidak besalah, maka air yang ada di dalam kuali seolah-olah kering dan orang tersebut dapat mengambil logam. Namun sebaliknya, jika orang tersebut bersalah maka dia tidak bisa mengambil logam tersebut dan tangannya akan melepuh seketika. Tradisi ini sudah jarang diselenggarakan karena dianggap kurang manusiawi oleh masyarakat setempat. (Sumber : Buku Adat

Lambat, Cara Manah Dayak Lamandau)

2.4.4 Tradisi Basolap

Tradisi Basolap adalah salah satu tradisi yang fungsinya sama dengan tradisi Bacoluk. Tradisi ini dilakukan dengan cara menyelam bersama-sama di sebuah sungai yang pasang. Namun, sebelum melakukan tradisi Basolam kedua belah pihak harus menentukan nganggadai (barang atau uang taruhan) dengan satu ekor ayam jago yang diserahkan kepada ketua adat setempat. Pihak yang terlebih dahulu muncul ke permukaan air adalah pihak yang kalah. Pihak tersebut harus mengakui kesalahannya kepada pihak yang benar. Tradisi ini sering digunakan oleh masyarakat setempat, jika ada kedua belah pihak yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

sedang bertikai.(Sumber : Buku Adat Lambat, Cara Manah Dayak

Lamandau)

2.4.5 Tradisi Bakata Adat

Bakata adat adalah salah satu ritual wajib jika ingin melakukan ritual lainnya. Ritual ini semacam mengucapkan mantra sebelum memulai ritual-ritual lainnnya. Misalnya sebelum melakukan ritual pernikahan, kematian dan sebagainya, ketua adat setempat wajib mengucapkan mantra (bakata adat) dalam bahasa asli Dayak Tomun agar ritual tersebut dapat berjalan sesuai rencana. Tradisi ini selalu dilakukan ketika masyarakat Dayak Tomun ingin menyelenggarakan ritual di desa setempat.

2.4.6 Tradisi Pemberian Golar (gelar) atau Sapaan

Tradisi Pemberian Gelar atau Sapaan adalah salah satu tradisi turun-temurun suku Dayak Tomun yang saat ini masih ada di Desa

Sekoban. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan berdasarkan jasa, profesi, keahlian dan usia seseorang. Penyelenggaraan tradisi pemberian gelar harus dilakukan dengan ritual khusus yang hanya dapat dilakukan ketua adat setempat. Terdapat tiga tingkatan gelar atau sapaan, yaitu sapaan tingkat atas, misalnya sapaan Begawat, sapaan tingkat menengah misalnya sapaan Mas Prabu dan sapaan tingkat bawah misalnya sapaan Mangku. Ketiga sapaan tersebut hanya dapat diberikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

untuk seseorang yang memiliki keistimewaan khusus misalnya memiliki jasa dan pengaruh yang sangat besar terhadap sebuah desa dan tentunya telah diakui oleh masyarakat umum (biasanya laki-laki). (Sumber : Buku

Pembinaan Dan Pengembangan Adat dan Budaya Suku Dayak Tomun )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

JENIS-JENIS SAPAAN DALAM BAHASA DAYAK TOMUN DI DESA SEKOBAN, KECAMATAN LAMANDAU, KABUPATEN LAMANDAU, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

3.1. Pengantar

Pada bab III, peneliti akan menguraikan jenis-jenis sapaan

yang terdapat dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan

Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan data yang telah diklasifikasikan peneliti, terdapat dua jenis

sapaan, yaitu (i) sapaan kekerabatan dan (ii) sapaan nonkekerabatan.

3.2. Sapaan Kekerabatan

Setiap daerah memiliki sistem bahasa yang berbeda-beda.

Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya

karena perbedaan budaya dan perbedaan letak geografis, misalnya

perbedaan istilah-istilah sapaan dan sistem kekerabatan yang berlaku

dalam suatu masyarakat. Masyarakat suku Dayak Tomun di Desa

Sekoban memiliki sistem kekerabatan Parental/Bilateral, yaitu menarik

garis keturunan dari pihak ayah dan ibu, sehingga sistem pewarisan tidak

membedakan anak laki-laki dan perempuan. Menurut budaya masyarakat

Dayak Tomun seseorang dan orang lainnya disebut berkerabat apabila

keduanya memiliki hubungan darah (pertalian langsung) atau hubungan

32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

melalui pertalian perkawinan (tidak langsung). Pertalian tersebut terjadi karena adanya pertalian darah berdasarkan keturunan dan berdasarkan hubungan perkawinan yang berasal dari diri sendiri maupun perkawinan dari salah satu keluarga penutur.

Menurut masyarakat Dayak Tomun, seseorang tetap disebut keluarga walaupun hanya memiliki sedikit hubungan darah dengan si penutur. Ada dua kategori keluarga dalam budaya masyarakat Dayak

Tomun, yaitu keluarga luas dan keluarga inti. Keluarga luas merupakan semua kerabat yang memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur.

Hubungan tersebut dapat berupa hubungan kekerabatan langsung maupun hubungan kekerabatan tidak langsung, di antaranya adalah saudara perempuan penutur, saudara laki-laki penutur, ayah penutur, saudara laki-laki ayah, saudara perempuan ayah, ibu penutur, saudara perempuan ibu, saudara laki-laki ibu, kakek, saudara kakek, nenek, saudara nenek, ibu dari kakek, saudara dari ibu kakek, bapak dari kakek, saudara dari bapak kakek, ibu dari nenek, saudara dari ibu nenek, bapak dari nenek dan saudara dari bapak nenek. Sedangkan keluarga inti terdiri dari penutur, saudara penutur, ayah dan ibu penutur. Terdapat berbagai bentuk istilah sapaan kekerabatan dalam bahasa Dayak Tomun. Menurut

(Medan melalui Syafyahya dkk, 2000: 7) Istilah-istilah kekerabatan (Kim tems) dalam bahasa tertentu timbul karena keperluan untuk menyatakan kedudukan diri seseorang secara komunikatif dalam suatu keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Seseorang disebut berkerabat dengan orang lain apabila mereka memiliki hubungan darah (pertalian langsung) dan pertalian perkawinan

(pertalian tidak langsung). Dengan demikian, penutur akan menggunakan istilah kekerabatan yang berbeda-beda pada saat menyapa lawan tutur yang masih memiliki hubungan kekerabatan maupun tidak.

Dari cara pemakaian sapaan, terdapat dua istilah kekerabatan yang digunakan, yaitu istilah menyapa dan menyebut. Istilah menyapa digunakan untuk memanggil seseorang apabila berhadapan langsung.

Sebaliknya, istilah menyebut digunakan untuk memanggil seseorang apabila berhadapan dengan orang lain atau berbicara tentang orang ketiga

(Koentjaraningrat dalam Syafyahya, 2000: 7). Dapat dilihat pada contoh berikut.

(14) Umak, honak ka muna? ‘Ibu, mau ke mana?’ (15) Ka muna Umak tay ci? ‘Ke mana Ibu kak?’

Sapaan Umak (14) pada contoh kalimat “Umak, honak ka muna?” ‘Ibu, mau ke mana?’ merupakan contoh kalimat yang dituturkan oleh seorang anak kepada ibunya saat berhadapan langsung. Contoh penggunaan sapaan dalam kalimat tersebut merupakan salah satu contoh istilah menyapa, karena sapaan Umak pada contoh (14) dituturkan langsung oleh seorang anak, ketika menanyai ibunya. Sedangkan penggunaan sapaan Umak (15) pada contoh kalimat “Ka muna Umak tay

Ci?” ‘Ke mana ibu Kak? Merupakan salah satu contoh penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

istilah menyebut karena sapaan Umak dalam tuturan tersebut tidak dituturkan penutur secara langsung kepada ibunya, melainkan dituturkan oleh penutur kepada saudaranya (kakak) dengan tujuan menanyakan keberadaan ibunya.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak membahas bagaimana sapaan digunakan untuk menyebut (term of reference) melainkan, bagaimana sapaan digunakan untuk menyapa (term of address).

Berdasarkan data yang sudah diklasifikasi, sapaan kekerabatan dibagi menjadi tiga yaitu, (a) sapaan kekerabatan langsung (hubungan darah),

(b) sapaan kekerabatan tidak langsung (pertalian perkawinan), dan (c) sapaan kekerabatan berdasarkan pertalian langsung (hubungan darah) dan tidak langsung (pertalian perkawinan). Sapaan kekerabatan langsung

(hubungan darah), sapaan kekerabatan tidak langsung hubungan perkawinan), dan sapaan kekerabatan langsung dan tidak langsung dibagi lagi berdasarkan jenis kelamin lawan tutur. Sapaan kekerabatan langsung

(hubungan darah) dibagi menjadi tiga, yakni (1) sapaan kekerabatan pertalian langsung untuk perempuan, (2) sapaan kekerabatan pertalian langsung untuk laki-laki, dan (3) sapaan kekerabatan untuk laki-laki dan perempuan.

Sapaan kekerabatan tidak langsung juga dibagi menjadi tiga, yakni (1) sapaan kekerabatan pertalian tidak langsung untuk perempuan,

(2) sapaan kekerabatan pertalian tidak langsung untuk laki-laki, dan (3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

sapaan kekerabatan tidak langsung untuk laki-laki dan perempuan.

Sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung dibagi menjadi tiga, yakni (1) Sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung untuk perempuan, (2) Sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung untuk laki-laki, (3) sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung untuk laki-laki dan perempuan.

3.2.1 Sapaan kekerabatan Pertalian Langsung (PL) untuk

Perempuan

Sapaan kekerabatan pertalian langsung untuk perempuan adalah sapaan yang digunakan oleh penutur yang memiliki jenis kelamin laki- laki maupun perempuan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan. Lawan tutur tersebut harus memiliki hubungan darah (pertalian langsung) dengan si penutur. Terdapat bentuk sapaan kekerabatan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan. Dapat dilihat pada contoh berikut.

(16) Umak atau Inak, jadi bemansa’ bolup? ‘Ibu, sudah memasak?’

Sapaan Umak atau Inak (16) pada contoh di atas merupakan jenis sapaan kekerabatan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan, yaitu ibu kandung penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

3.2.2 Sapaan Kekerabatan PL untuk Laki-Laki

Sapaan kekerabatan pertalian langsung untuk laki-laki adalah sapaan yang digunakan oleh penutur untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki. Lawan tutur tersebut harus memiliki hubungan darah (pertalian langsung) dengan si penutur. Terdapat bentuk sapaan kekerabatan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki. Dapat dilihat pada contoh berikut ini.

(17) Apak nak ka huma bay? ‘Ayah mau ke ladang?’

Sapaan Apak (17) merupakan bentuk sapaan kekerabatan

(pertalian langsung) yang digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu ayah kandung penutur.

3.2.3 Sapaan Kekerabatan Pertalian Langsung untuk Laki-Laki dan

Perempuan

Sapaan kekerabatan pertalian langsung untuk perempuan dan laki-laki adalah bentuk sapaan yang tidak membedakan jenis kelamin.

Bentuk sapaan ini dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Namun, penutur dan lawan tutur harus memiliki hubungan darah (pertalian langsung).

Terdapat beberapa bentuk sapaan kekerabatan yang digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-lakin atau pun

perempuan. Dapat dilihat pada contoh berikut ini :

(18) Copat tam Ajunt’! ‘Ayo, cepat Sayang!’

Sapaan Ajunt (18) merupakan bentuk sapaan yang dapat

digunakan penutur untuk menyapa anak kandung penutur yang berjenis

kelamin laki-laki maupun perempuan.

3.2.4 Sapaan Kekerabatan Pertalian Tidak Langsung untuk

Perempuan

Sapaan kekerabatan pertalian tidak langsung untuk

perempuan adalah bentuk sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa

lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan. Lawan tutur tersebut

memiliki hubungan tidak langsung (pertalian perkawinan) dengan si

penutur. Terdapat beberapa bentuk sapaan kekerabatan pertalian tidak

langsung untuk perempuan. Dapat dilihat pada data berikut.

(19) Uya Puhutan Batinak, di muna sa ongah nan? ‘Ibu Mertua, di mana mereka?’ (20) Ongah Puhutan Batinak, jadi mandiam bay? ‘Ibu Mertua, sudah mandi apa belum?’

Bentuk sapaan Uya Puhutan Batinak (19) dan Ongah Puhutan

Batinak (20), merupakan sapaan kekerabatan pertalian tidak langsung

(pertalian perkawinan) untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin

perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

3.2.5 Sapaan Kekerabatan Pertalian Tidak Langsung untuk Laki-

Laki

Sapaan kekerabatan pertalian tidak langsung (pertalian

perkawinan) untuk laki-laki adalah sapaan yang digunakan penutur untuk

menyapa lawan tutur yang memiliki hubungan kekerabatan secara tidak

langsung (pertalian perkawinan) dengan si penutur. Terdapat bentuk

sapaan kekerabatan pertalian tidak langsung (pertalian perkawinan) untuk

laki-laki. Dapat dilihat pada data berikut.

(21) Uya Puhutan Lalaki, honak minum kopi bay? ‘Bapak mertua, mau minum kopi?’ (22) Ongah Puhutan Lalaki, makat tam! ‘Bapak Mertua, mari makan!’

Sapaan Uya Puhutan lalaki (21) dan Ongah Puhutan Lalaki (22)

merupakan bentuk sapaan kekerabatan pertalian tidak langsung (pertalian

perkawinan). Bentuk sapaan tersebut digunakan penutur untuk menyapa

lawan tutur laki-laki yang memiliki hubungan kekerabatan tidak

langsung (pertalian perkawinan) dengan si penutur.

3.2.6 Sapaan Kekerabatan Tidak Langsung untuk Laki-Laki dan

Perempuan

Sapaan kekerabatan tidak langsung untuk laki-laki dan

perempuan adalah sapaan yang tidak terikat jenis kelamin. Bentuk sapaan

berikut digunakan penutur berdasarkan hubungan kekerabatan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

langsung (pertalian perkawinan) dengan lawan tutur. Terdapat beberapa bentuk sapaan kekerabatan tidak langsung untuk laki-laki dan perempuan. Dapat dilihat pada contoh berikut.

(23) Uya Puhutan, muna jala ni? ‘Ibu Mertua atau Bapak Mertua di mana jaring kita?’ (24) Ongah Puhutan, jadi nyoga am bay? ‘Bapak Mertua atau Ibu Mertua sudah sarapan?’ (25) Nantu, goreng ba lauk kita tay! ‘Nak, tolong goreng ikannya!’

Sapaan Uya Puhutan (23), Ongah Puhutan (24), dan Nantu (25) merupakan sapaan kekerabatan tidak langsung (pertalian perkawinan) untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

3.2.7 Sapaan Kekerabatan Pertalian Langsung dan Tidak Langsung

untuk Perempuan

Sapaan kekerabatan pertalian langsung (SKPL) dan sapaan pertalian tidak langsung (SPTL) untuk perempuan adalah bentuk sapaan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan. Lawan tutur tersebut dapat memiliki hubungan kekerabatan langsung maupun tidak langsung dengan si penutur. Terdapat beberapa bentuk SKPL dan SPTL untuk perempuan dalam bahasa Dayak Tomun, dapat dilihat pada data berikut.

(26) Pupui Batinak, honak ka muna? ‘Nenek Buyut mau ke mana?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

(27) Lalam Batinak, Lalam Mudak, Dalap Batinak, Dalap Mudak, atau Dalap Kocet jadi makat bolup?” ‘Nenek sudah makan belum?’ (28) Surunt ka muna abu’ tay? ‘Nenek, kakek ke mana?’ (29) Apih muna papinangan duat ni? ‘Nenek, di mana tempat pinangnya? (30) Mak Tuha, tam ngasa ka ulak! Bibi, ayo jalan ke sana! (31) Keke, di muna ember tay? ‘Bibi, embernya di mana?’ (32) Yaya, tam kita merobuk ‘Bibi, ayo kita mencari rebung!’ (33) Ingking honak moli babi cada? ‘Bibi, mau membeli babi tidak?’ (34) Gonuk, tam bejalat! ‘Bibi, Ayo jalan!’ (35) Itam, muna ladik ni? ‘Bibi, mana pisaunya?’ (36) Bunsu/Usu, muna pemakatan ni? Bibi, di mana makanannya? (37) Dara, tam marobuk! ‘Bibi, ayo cari rebung!’ (38) Mak Kocet, pulakam bay? ‘Bibi sudah pulang?’

Sapaan Pupui Batina (26), Lalam Batina, Lalam Muda, Dalap

Batina, Dalap Mudak atau Dalap Kocet (27), Surunt (28), Apih (29),

Mak Tuha (30), Keke (31), Yaya (32), Ingking (33), Gonuk (34), Itam

(35), Bunsu/Usu (36), Dara (37), dan Mak Kocet (38) merupakan bentuk sapaan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan. Lawan tutur tersebut dapat memiliki hubungan kekerabatan pertalian langsung maupun tidak langsung dengan si penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

3.2.8 Sapaan Kekerabatan Pertalian Langsung dan Tidak Langsung

untuk Laki-Laki

Sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung untuk laki-laki merupakan sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki. Lawan tutur tersebut dapat memiliki hubungan kekerabatan langsung (hubungan darah) maupun tidak langsung (pertalian perkawinan) dengan si penutur. Dapat dilihat pada data berikut ini.

(39) Pupui Lalaki nak ka muna? ‘Kakek buyut, ke mana?’ (40) Lalam Lalaki, Lalam Tuha, Dalap Lalaki, Dalap Tuha, atau Dalap Bosar bila duat mejorat pa bay? ‘Kakek, tidak mejerat babi?’ (41) Abo honak ka huma bay? ‘Kakek mau ke sawah?’ (42) Pak Tuha, muna abo nan? ‘Paman, kakek di mana?’ (43) Rengkek, jadi bemansa bolup mina nan? ‘Paman, bibi sudah masak?’ (44) Bujak, baikam bay? ‘Paman, sudah sembuh?’ (45) Pak Kocet, honak manjala cada? ‘Paman, mau jaring ikan gak?’

Sapaan Pupui Lalaki (39), Lalam Lalaki, Lalam Tuha, Dalap

Lalaki, Dalap Tuha, atau Dalap Bosar (40), Abo (41), Pak Tuha (42),

Rengkek (43), Bujak (44) dan Pak Kocet (45) merupakan sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki. Lawan tutur tersebut dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

memiliki hubungan kekerabatan pertalian langsung maupun tidak langsung (pertalian perkawinan) dengan si penutur.

3.2.9 Sapaan Kekerabatan Pertalian Langsung dan Tidak Langsung

untuk Laki-Laki dan Perempuan

Sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung

(pertalian perkawinan) untuk laki-laki dan perempuan merupakan sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Lawan tutur tersebut dapat memiliki hubungan kekerabatan pertalian langsung maupun tidak langsung dengan si penutur. Terdapat beberapa bentuk sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung (pertalian perkawinan). Dapat dilihat pada data berikut.

(46) Ongah dapat lau’ cada? ‘Paman atau Bibi dapat ikan gak?’ (47) Uwa, jadi ku gasa’ i am pirik tay!’ ‘Paman atau Bibi, piringnya sudah saya cuci!’ (48) Uyak, tam makat! ‘Paman atau Bibi ayo makan!’ (49) Oco, muna sida tay? ‘Paman atau Bibi, di mana mereka?’ (50) Kat sopa kolai tay Nakat? ‘Sama siapa kamu Nak?’ (51) Acik, muna uma nan? ‘Kakak, di mana Ibu?’ (52) Adik, kabila kap ka huma? Adik, kapan kalian ka pasar?’ (53) Muna sa umak nan Tuha? “Di mana Ibu, kakak atau adek? (54) Kunsu, jadi makat bolup? ‘Adik, sudah makan apa belum?’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Sapaan Ongah (46), Uwa (47), Uyak (48), Oco (49), Nakat (50),

Acik (51), Adik (52), Tuha (53) dan Kunsu (54) merupakan sapaan kekerabatan pertalian langsung (hubungan darah) dan tidak langsung

(pertalian perkawinan) untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Lawan tutur tersebut dapat memiliki hubungan kekerabatan pertalian langsung (hubungan darah) maupun tidak langsung (pertalian perkawinan) dengan si penutur.

3.3. Sapaan Nonkekerabatan

Sapaan nonkekerabatan adalah sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur yang tidak harus memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur. Sapaan nonkekerabatan dalam Bahasa

Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten

Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah dapat dibagi menjadi lima, yaitu

(I) sapaan berdasarkan pekerjaan, (II) sapaan berdasarkan jasa dan pengaruh lawan tutur, (III) sapaan berdasarkan usia, (IV) sapaan berdasarkan keakraban, dan (V) sapaan berdasarkan kemahiran dalam bidang tertentu. Sapaan-sapaan nonkekerabatan tersebut dibagi lagi berdasarkan jenis kelamin lawan tutur.

3.3.1 Sapaan Berdasarkan Pekerjaan

Sapaan nonkekerabatan berdasarkan pekerjaan merupakan sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

pekerjaan atau jabatan dalam bidang tertentu. Lawan tutur yang memiliki pekerjaan tersebut tidak harus memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur. Terdapat beberapa jenis sapaan nonkekerabatan berdasarkan pekerjaan dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, yaitu sapaan berdasarkan pekerjaan untuk perempuan, sapaan berdasarkan pekerjaan untuk laki-laki dan sapaan berdasarkan pekerjaan untuk perempuan dan laki-laki.

3.3.1.1 Sapaan Berdasarkan Pekerjaan untuk Perempuan

Sapaan nonkekerabatan berdasarkan pekerjaan untuk perempuan merupakan sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur berjenis kelamin perempuan yang memiliki pekerjaan atau jabatan tertentu. Lawan tutur tidak harus memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur. Terdapat beberapa bentuk sapaan nonkekerabatan berdasarkan pekerjaan. Dapat dilihat pada data berikut.

(55) Ibu Camat, honak ka muna? ‘Ibu Camat mau ke mana?’ (56) Hiba kabar duat Ibu Lurah? ‘Apa kabar Ibu Lurah?’ (57) Ibu Kades jam bropa pambagian raskin tay? ‘Ibu Kepala Desa, jam berapa pembagian raskinnya? (58) Ibu Sekdes di muna pambokal ni? ‘Ibu Sekretaris Desa, di mana ibu atau bapak kades?’ (59) Ibu Guru, jadiam bay pegawi tay? ‘Ibu Guru, sudah belum perkejaannya?’ (60) Apa penyakint ku tay Bidat? ‘Saya sakit apa Bu Bidan?’ (61) Moli ubat ba Ibu Mantri! ‘Ibu Mantri, saya mau beli obat!’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Sapaan Ibu camat (55), Ibu Lurah (56), Ibu Kades (57), Ibu

Sekdes (58), Ibu Guru (59), Bidat (60) dan Mantri (61) merupakan bentuk sapaan nonkekerabatan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan berdasarkan pekerjaannya.

3.3.1.2 Sapaan Berdasarkan Pekerjaan untuk Laki-Laki

Sapaan nonkekerabatan berdasarkan pekerjaan untuk laki-laki merupakan sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur berjenis kelamin laki-laki yang memiliki pekerjaan atau jabatan tertentu.

Lawan tutur yang memiliki pekerjaan tersebut tidak harus memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur. Terdapat beberapa bentuk sapaan nonkekerabatan berdasarkan pekerjaan. Dapat dilihat pada data berikut.

(62) Pak Camat, jadi makatam bay? ‘Pak Camat, sudah makan kah?’ (63) Pak Lurah jam bropa mulai acaranya tay? ‘Pak Lurah, jam berapa acaranya dimulai?’ (64) Pak Kades, hiba jolu kita salapan tay? ‘Pak Kepala Desa, bagaimana urusan kita yang kemarin?’ (65) Pak Sekdes, jadi bolup acara tay? ‘Pak Sekretaris Desa,sudah selesai belum acaranya?’ (66) Pak Guru, dikumpul kabila PR ni? ‘Pak Guru, dikumpul kapan PRnya?’ (67) Pak Mantri, ubati anakku ba! ‘Pak Perawat, obati anakku!’

Sapaan Pak Camat (62), Pak Lurah (63), Pak Kades (64), Pak

Sekdes (65), Pak Guru (66) dan Pak Mantri (67) merupakan bentuk sapaan nonkekerabatan dalam bahasa Indonesia yang digunakan di Desa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Sekoban untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki

berdasarkan pekerjaannya.

3.3.1.3 Sapaan Berdasarkan Pekerjaan untuk Perempuan dan Laki-

Laki

Sapaan nonkekerabatan berdasarkan pekerjaan untuk laki-laki

dan perempuan merupakan sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa

lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang

memiliki pekerjaan atau jabatan tertentu. Lawan tutur yang memiliki

pekerjaan tersebut tidak harus memiliki hubungan kekerabatan dengan si

penutur. Terdapat beberapa bentuk sapaan nonkekerabatan berdasarkan

pekerjaan. Dapat dilihat pada data berikut.

(68) Muna ubat tay mantri! ‘mana obatnya perawat?’ (69) hiba pakara urak tay mantir adat ? ‘Bagaimana perkaranya ketua adat?’ (70) Pambokal kabila rapat tay? ‘Ba(Pak) Kades, kapan rapatnya?’ Sapaan Mantri (68), Mantir Adat (69) dan Pambokal (70)

merupakan sapaan nonkekerabatan untuk menyapa lawan tutur yang

berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan berdasarkan pekerjaannya.

3.3.2 Sapaan Berdasarkan Jasa dan Pengaruh Lawan Tutur

Sapaan nonkekerabatan berdasarkan jasa dan pengaruh Lawan

Tutur merupakan sapaan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur

yang telah memberikan jasanya kepada desa atau daerah tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Misalnya seseorang yang pernah menjadi peemerintahan desa. Seseorang tersebut juga mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat dalam suatu desa. Lawan tutur yang berjasa dan berpengaruh tersebut tidak harus memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur. Terdapat beberapa jenis sapaan nonkekerabatan berdasarkan jasa dan pengaruh dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, yaitu sapaan berdasarkan jasa dan pengaruh untuk laki-laki dan sapaan berdasarkan jasa untuk perempuan dan laki-laki.

3.3.2.1 Sapaan Berdasarkan Jasa dan Pengaruh untuk Laki-Laki

Sapaan nonkekerabatan berdasarkan jasa dan pengaruh untuk laki-laki merupakan sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur berjenis kelamin laki-laki yang telah berjasa dalam suatu daerah atau desa suatu tertentu, bahkan orang tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar untuk masyarakat. Lawan tutur yang memiliki jasa dan pengaruh tersebut tidak harus memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur. Terdapat beberapa bentuk sapaan nonkekerabatan berdasarkan jasa dan pengaruh. Dapat dilihat pada data berikut.

(71) Kamuna Abu Mantan? ‘mau ke mana, Kakek Mantan Kepala desa?’ (72) Jadi makat bolup Pak Mantan? ‘Sudah makan belum Bapak Mantan Kepala Desa?’ (73) Tam usi’ an kami Begawat! ‘Ayo ke rumah kami Pak!’ (74) Tam makat ke rumah kami Mas Patih! ‘Ayo makan ke rumah kami, Pak!’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

(75) Luapa pegawi kita ni, Mas Radet? ‘Apa kerjaan kita sekarang Pak? (76) Tam kita nyoga Mas prabu! ‘Ayo kita sarapan Pak!’ (77) Honak ngasa ka muna Bosar? Mau jalan-jalan ke mana Pak?’ (78) Patingi/Mas Patingi , tuluk pinyapi kami duit ba! Pak, tolong pinjamkan kami uang!’ (79) Abu Patingi, honak ka muna duat nan! ‘Kakek, mau ke mana?’ (80) Apa acara dikap nan Mas Jayak? ‘Apa kegiatannya hari ini, Pak? (81) Honak ngasa ka muna, Macat Muda? ‘Mau jalan ke mana Pak?’ (82) Hiba urusan duat tay, Mas Tamonguk? ‘Gimana urusannya Pak? (83) Jadiam pagawi dikap tay, Tatali? ‘Sudah selesai acaranya Pak? (84) Tam makat ke kamian, Mangku! ‘Mari Pak, makan di rumah kami!’ (85) Honak minum kopi bay Patih Anum? ‘Bapak Mau minum kopi?’ (86) Ka muna kolai tai Jayang Suka? ‘Tadi ke mana Pak?’ (87) Di muna urak bajual tuak nan Mas Gamalak? ‘Di mana orang menjual tuak Pak?’ (88) Luapa kabar duat nan Mas Labihi? ‘Bagaimana kabarnya Pak? (89) Mahanyi bolup kap tay Mas Kanuruhan? ‘Panen belum ladangnya Pak?’

Sapaan Abu Mantan (71), Pak Mantan (72), Begawat (73), Mas

Patih (74), Mas Radet (75), Mas Prabu (76), Bosar (77), Patingi/ Mas

Patingi (78), Abu Patingi (79) Mas Jayak (80), Macat Muda (81), Mas

Tamonguk, (82) Tatali (83), Mangku (84), Patih Anum (85), Jayang Suka

(86), Mas Gamalak (87), Mas Labihi (88), dan Mas Kanuruhan (89) merupakan sapaan nonkekerabatan untuk menyapa lawan tutur yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

berjenis kelamin laki-laki berdasarkan jasa dan pengaruh dalam suatu desa tertentu.

3.3.2.2 Sapaan Berdasarkan Jasa dan Pengaruh untuk Perempuan

dan Laki-Laki

Sapaan nonkekerabatan untuk laki-laki dan perempuan berdasarkan jasa dan pengaruh merupakan sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur berjenis kelamin lakI-laki maupun perempuan yang telah memeberikan jasa untuk suatu daerah atau desa tertentu, bahkan orang tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar untuk masyarakat. Lawan tutur yang memiliki jasa dan pengaruh tersebut tidak harus memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur. Terdapat beberapa bentuk sapaan nonkekerabatan berdasarkan jasa dan pengaruh.

Dapat dilihat pada data berikut.

(90) Sopa kawal nan Mantan? ‘Sama siapa Ibu atau Bapak?’

Sapaan Mantan (90) merupakan bentuk sapaan nonkekerabatan untuk laki-laki dan perempuan berdasarkan jasa dan pengaruh seseorang dalam suatu desa.

3.3.3 Sapaan Berdasarkan Usia

Sapaan berdasarkan usia merupakan sapaan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur berdasarkan usia yang dimiliki penutur dan lawan tutur, baik usia yang lebih tua maupun usia yang lebih muda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Sapaan berdasarkan usia dalam bahasa Dayak Tomun, di Desa Sekoban

dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (i) sapaan untuk laki-laki berdasarkan

usia, (ii) sapaan untuk perempuan berdasarkan perempuan dan (iii)

sapaan untuk laki-laki dan perempuan berdasarkan usia.

3.3.3.1 Sapaan Berdasarkan Usia untuk Laki-Laki

Sapaan berdasarkan usia untuk laki-laki merupakan sapaan

nonkekerabatan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur yang

berjenis kelamin laki-laki berdasarkan usia lawan tutur. Usia dapat

lebih tua mau pun lebih muda dari si penutur. Terdapat beberapa

bentuk sapaan nonkekerabatan untuk laki-laki berdasarkan usia.

Dapat dilihat pada data berikut.

(91) Abu nak bakayuh ka mun? ‘Kakek, mau mendayung ke mana?’ (92) Om, honak mudik bay? ‘Paman, mau mudik ya?’ (93) Bujang, ka muna sa apak kolai nan? ‘Nak, ke mana Bapakmu?’

Sapaan Abu (91), Om (92), dan Bujang (93) merupakan sapaan

nonkekerabatan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-

laki berdasarkan usia penutur dan lawan tutur.

3.3.3.2 Sapaan Berdasarkan Usia untuk Perempuan

Sapaan berdasarkan usia untuk Perempuan merupakan sapaan nonkekerabatan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan berdasarkan usianya. Usia dapat lebih tua mau pun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

lebih muda dari si penutur. Terdapat beberapa bentuk sapaan nonkekerabatan untuk perepuan berdasarkan usia dalam bahasa Dayak

Tomun di Desa Sekoban. Dapat dilihat pada data berikut.

(94) Ninik ada sirih bila? ‘Nenek ada daun sirih gak?’ (95) Minak na ka muna duat nan? ‘Bibi, mau ke mana?’ (96) Galuh, tam kita nona’ am! ‘Nak, ayo kita tidur!’

Sapaan Nenek (94), Minak (95), dan Galuh (96) merupakan

sapaan nonkekerabatan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis

kelamin perempuan berdasarkan usia penutur dan lawan tutur.

3.3.3.3 Sapaan Berdasarkan Usia untuk Perempuan dan Laki-laki

Sapaan berdasarkan usia untuk perempuan dan laki-laki

merupakan sapaan nonkekerabatan yang digunakan untuk menyapa

lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki,

berdasarkan usia yang dimiliki oleh lawan tutur. Usia lawan tutur dapat

lebih tua mau pun lebih muda dari si penutur. Terdapat bentuk sapaan

nonkekerabatan untuk perempuan dan laki-laki berdasarkan usia dalam

bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban. Dapat dilihat pada data berikut.

(97) Pupui honak teh atau kopi? ‘Kakek atau Nenek, mau teh atau kopi?’

Sapaan Pupui (97) merupakan sapaan nonkekerabatan yang

digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin perempuan

atau pun laki-laki berdasarkan usia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

3.3.4. Sapaan Berdasarkan Keakraban untuk Perempuan dan Laki-

Laki

Sapaan berdasarkan keakraban merupakan sapaan yang timbul karena penutur dan lawan tutur telah memiliki hubungan yang akrab.

Terdapat bentuk sapaan berdasarkan keakraban dalam bahasa Dayak

Tomun di Desa Sekoban. Dapat Dilihat pada data berikut.

(98) We, tam kita ngasa! ‘Teman, ayo kita jalan-jalan! (99) Au ba kiha! ‘Iya Kiha!’ (100) Jam bropa kita mosat tay Uma/apak Nikki? ‘Ibu/Bapak Nikki (nama anak tertua) jam berapa kita nyari ikannya?’ (101) Honak ka muna lagi Duhau! Mau ke mana lagi Duhau! (102) Jolu apa kolai makat nan Kotis? ‘Apa yang kamu makan Kotis?’ (103) Langkis, tam ngasa! ‘Langkis, ayok jalan!’ (104) Kek, tam minum tuak! ‘Kek Ayok kita minum Tuak!’

Sapaan We (98), Kiha (99), Uma/Apak Nikki (Nama anak tertua)

(100), Duhau (101), Kotis (102), Langkis (103), dan Kek (104) merupakan bentuk sapaan nonkekerabatan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Bentuk sapaan ini digunakan penutur apabila memiliki hubungan yang akrab dengan lawan tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

3.3.5 Sapaan Berdasarkan Kemahiran Lawan Tutur Laki-Laki

Sapaan untuk laki-laki berdasarkan kemahiran lawan tutur merupakan sapaan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berjenis kelamin laki-laki. Lawan tutur tersebut memiliki kemahiran dalam bidang tertentu, khususnya dalam bidang seni ukir dan pahat.

Terdapat beberapa bentuk sapaan untuk laki-laki dalam bidang tertentu dalam bahasa Dayak Tomun. Dapat dilihat pada data berikut.

(105) Mas Patih Karang Diawat, maukir perahu bay? ‘Pak, apakah sedang mengukir sampan?’ (106) Mas Tamonguk Patar, nak ka muna ? ‘Pak, mau ke mana?’

Sapaan Mas Patih Karang Diawat (105) dan Mas Pamonguk

Patar (106) merupakan bentuk sapaan untuk lawan tutur laki-laki berdasarkan kemahirannya dalam bidang tertentu yaitu dalam bidang seni ukir dan pahat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

KONTEKS-KONTEKS PENGGUNAAN SAPAAN DALAM BAHASA DAYAK TOMUN DI DESA SEKOBAN, KECAMATAN LAMANDAU, KABUPATEN LAMANDAU, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

4.1. Pengantar

Konteks adalah pengetahuan tentang dunia fisik dan sosial, faktor-faktor sosial psikologis, dan pengetahuan tentang waktu dan tempat yang terdapat dalam perkataan yang mereka tuturkan atau tuliskan (Joan Cutting dalam Praptomo 2015: 32). Setiap penggunaan sapaan yang digunakan masyarakat suku Dayak Tomun di Desa Sekoban disebabkan konteks yang berbeda-beda. Pada bab IV, peneliti akan menguraikan konteks penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak Tomun. Konteks-konteks penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban dapat dibagi menjadi enam konteks, yaitu (i) konteks Epistemis berdasarkan latar belakang pengetahuan tradisi, (ii) konteks sosial, (iii) konteks Fisik dan sosial, (iv) konteks kekerabatan dan (v) konteks keakraban dan (iv) Konteks Usia.

4.2. Konteks Epistemis

Menurut Syafi’ie (1990: 126), konteks epistemis merupakan latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh penutur dan lawan tutur.

4.2.1. Latar Belakang Pengetahuan Tradisi

Latar belakang pengetahuan tradisi merupakan salah satu situasi tutur berdasarkan pengetahuan penutur dan lawan tutur mengenai latar

55 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

belakang tradisi, adat-istiadat maupun kebiasaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat. Situasi tutur mengenai latar belakang tradisi dan adat istiadat tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan penggunaan bentuk-bentuk sapaan. Penggunaan sapaan tersebut dapat dipahami apabila penutur dan lawan tutur sama-sama mengetahui tradisi budaya daerah tersebut. Berikut ini beberapa bentuk sapaan dalam bahasa Dayak Tomun yang terjadi karena konteks episdemis, yaitu berdasarkan latar belakang pengetahuan tradisi penutur dan lawan tutur. Perhatikan data tabel berikut.

4.1. Bentuk-Bentuk Sapaan untuk Menyapa Saudara Tertua Ayah atau Ibu berdasarkan Tradisi Dayak Tomun

No Sapaan Lawan Tutur Contoh Penggunaan Keterangan Sapaan Dalam Kalimat 107 Mak Saudara laki- Mak tuha/ Pak Tuha Bibi/Paman Tuha/ Pak laki dan muna sasapu nan? tertua Tuha perempuan ‘Paman atau Bibi, tertua ayah mana sapu?’ atau ibu. 108 Keke Saudara Keke, di muna ember Bibi tertua perempuan tay? tertua ibu atau ‘Bibi, embernya di ayah. mana?’ 109 Uwa Saudara laki- Uwa, jadi ku gasa’i Bibi/ Paman laki dan am pirik tay!’ tertua perempuan ‘Paman atau Bibi, tertua ayah dan piringnya sudah saya ibu. cuci!’

Sapaan Mak Tuha (107), Keke (108), dan Uwa (109) ‘Bibi’ merupakan sapaan yang digunakan untuk menyapa saudara tertua ayah atau ibu. Sapaan tersebut tidak boleh digunakan selain untuk menyapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

saudara tertua ayah atau ibu. sapaan tersebut dapat digunakan penutur apabila mempunyai hubungan kekerabatan langsung maupun tidak langsung. Namun, sapaan tersebut lebih cenderung digunakan penutur, apabila mempunyai hubungan kekerabatan langsung.

Tabel 4.2.Bentuk-Bentuk Sapaan untuk Menyapa Saudara Tengah, Sepupu dan Ipar Ayah atau Ibu Berdasarkan Tradisi Dayak Tomun

No Sapaan Lawan Tutur Contoh Penggunaan Keterangan Sapaan Dalam Kalimat 110 Ingking/ Saudara perempuan Ingking honak moli Bibi Yaya tengah dari ayah atau babi cada? ibu penutur. ‘Bibi, mau membeli babi tidak?’ 111 Gonuk Saudara Perempuan Gonuk, tam bejalat! Bibi tengah dari ayah atau ‘Bibi, Ayo jalan!’ ibu penutur. 112 Mina Saudara, sepupu atau Mina na ka muna Bibi ipar dari ibu atau duat nan? ayah. ‘Bibi, mau ke mana?’ 113 Mak Saudara, sepupu atau Mak Kocet, pulakam Bibi Kocet ipar dari ibu atau bay? ayah penutur. ‘Bibi sudah pulang?

Sapaan Ingking/Yaya (110), Gonuk (111), Minak (112) dan Mak

Kocet (113) ‘Bibi’ merupakan bentuk sapaan yang digunakan untuk menyapa selain saudara tertua dan bungsu dari ayah atau ibu, misalnya saudara tengah ibu atau ayah atau sepupu ibu atau ayah. Selain itu, sapaan Minak (112) dapat digunakan penutur untuk menyapa lawan tutur yang bukan saudara ayah atau ibu. Sapaan tersebut dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur yang memiliki umur sebaya dengan ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

penutur. Lawan tersebut dapat memiliki hubungan kekerabatan maupun nonkekerabatan.

Tabel 4.3. Bentuk-Bentuk Sapaan untuk Menyapa Saudara Bungsu

Ayah atau Ibu berdasarkan Tradisi Dayak Tomun

No Sapaan Lawan Tutur Contoh Penggunaan Keterangan Sapaan Dalam Kalimat 114 Bunsu Saudara Bunsu mansa apa? Bibi perempuan ‘Bibi masak apa? terakhir dari ayah atau ibu penutur. 115 Oco Saudara Oco tam makat! Bibi atau paman Perempuan atau ‘Bibi, Ayo makan!’ laki-laki terakhir dari ayah atau ibu penutur.

Sapaan Bunsu (114) dan Oco (115) merupakan sapaan yang dapat digunakan untuk menyapa saudara bungsu ayah dan ibu penutur.

Sapaan- sapaan pada data (107) sampai (115) merupakan sapaan yang timbul karena konteks latar belakang tradisi masyarakat Dayak Tomun di

Desa Sekoban. Sapaan Mak Tuha ‘Bibi’ atau Pak Tuha ‘Paman’ (107),

Keke ‘Bibi’ (108), dan Uwa (109) merupakan sapaan untuk menyapa saudara tertua dari ayah atau ibu.

Sapaan Ingking/Yaya ‘Bibi’(110), Gonuk ‘Bibi’ (111), Minak

‘Bibi’ (112), dan Mak Kocet ‘Bibi’ (113) merupakan sapaan yang digunakan untuk menyapa selain saudara tertua dan saudara bungsu dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

ayah dan ibu. Sapaan Bunsu (114) merupakan sapaan untuk menyapa saudara bungsu dari ayah atau ibu. Bentuk-bentuk sapaan di atas hanya dapat digunakan sesuai tradisi yang berlaku. Misalnya sapaan Mak Tuha

(107) hanya dapat digunakan untuk meyapa saudara tertua ibu dan ayah.

Sapaan Bunsu ‘Bibi’ (114) dan Oco ‘Bibi/Paman’ (115) hanya boleh digunakan untuk menyapa saudara bungsu ayah atau ibu. Perbedaan penggunaan bentuk-bentuk sapaan di atas disebabkan oleh budaya masyarakat Dayak Tomun yang sudah menjadi tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Sapaan-sapaan tersebut hanya dapat dipahami, apabila penutur dan lawan tutur mengetahui tradisi masyarakat yang sama.

4.3. Konteks Sosial

Konteks sosial merupakan relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan (Syafi’e 1990

:126). Hubungan yang dimaksud ialah hubungan antarpelaku dalam masyarakat umum. Hubungan antarpelaku tutur tersebut dapat memengaruhi penggunaan sapaan yang berbeda-beda oleh masyarakat

Dayak Tomun. Beberapa penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak

Tomun di Desa Sekoban timbul karena adanya konteks sosial.

Umumnya, sapaan yang muncul karena konteks sosial merupakan bentuk sapaan yang digunakan masyarakat berdasarkan pekerjaan, usia,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

kemahiran, serta jasa dan pengaruh yang dimiliki lawan tutur. Misalnya pada data dalam tabel berikut.

Tabel 4.4. Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Sosial

No Sapaan Lawan Tutur Contoh Sapaan Arti dalam Kalimat Sapaan 118 I(Bu)/ Seorang Ibu/Bapak Camat, Ibu/Bapak Ba(Pak) perempuan atau honak ka muna? Camat Camat laki-laki yang ‘Ibu/ Bapak camat sedang menjabat mau ke mana?’ sebagai seorang camat atau seorang istri/suami camat. 119 I(Bu)/ perempuan atau Hiba kabar duat Ibu Ibu/ Bapak Ba(Pak)Lurah laki-laki yang Lurah? Lurah/ Istri sedang menjabat ‘Apa kabar Ibu Bapak sebagai lurah atau Lurah?’ lurah/ suami istri/suami ibu lurah seorang lurah. Pak Lurah jam bropa mulai acaranya tay? ‘Pak Lurah, jam berapa acaranya dimulai?’ 120 I(Bu) Kades/ Seorang Ibu kades, ka muna Ibu Ba(Pak) perempuan atau bla patugas desa ni kades/istri Kades laki-laki yang bi? bapak kades sedang menjabat ‘Ibu Kades, Bapak sebagai seorang petugas-petugas kades/suami kepala desa atau desa ke mana ya?’ ibu kades istri/suami Pak Kades, hiba jolu seorang kepala kita salapan tay? desa. ‘Pak Kepala Desa, bagaimana urusan kita yang kemarin?’ 121 Pambokal Seorang Pambokal kabila Bapak/Ibu perempuan atau rapat tay? laki-laki yang ‘Pak Kades, kapan sedang menjabat rapatnya’ sebagai kepala desa setempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

122 Mantir Adat Seorang Hiba pakara urak Ibu/Bapak perempuan atau tay Mantir Adat ? laki-laki yang ‘Bagaimana sedang menjabat perkaranya ketua sebagai pengurus adat?’ adat desa. 123 Begawat Seseorang laki- Tam usi’an kami Bapak laki sesepuh Bagawat! yangmempunyai ‘Ayo ke rumah kami pengaruh besar Pak!’ terhadap desa melalui jasa- jasanya. 124 Mantan Seorang Ka muna Mantan? Ibu/Bapak perempuan atau ‘ke mana I(Bu) atau laki-laki yang Ba(Pak) Mantan pernah menjabat Kepala Desa?’ sebagai kepala desa. 125 Jayang Suka Seorang laki-laki Ka muna kolai tai Bapak yang pernah Jayang Suka? menjabat sebagai ‘Tadi ke mana pemerintahan Pak?’ desa dan selalu membantu menemukan sebuah inovasi baru dalam sebuah permasalahan desa. 126 Tatali Seorang laki-laki Jadiam pagawi dikap Bapak yang mempunyai tay, Tatali? keahlian ‘Sudah selesai menyambung acaranya Pak? kata-kata atau cerita dalam tradisi besangan (dongeng). 127 Mangku Seorang laki-laki Tam makat ke Bapak yang masih muda kamian, Mangku! tetapi sudah ‘Mari Pak, makan di mempunyai rumah kami!’ banyak jabatan pekerjaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

128 Patih Anum Seorang laki-laki Honak minum kopi Bapak muda yang bay Patih Anum? mempunyai Bapak Mau minum wibawa dan kopi?’ berjasa dalam sebuah desa (pemerintahan desa) 129 Macat Muda Seorang laki-laki Honak ngasa ka Bapak yang masih muda muna, Macat Muda? dan sudah pernah ‘Mau jalan ke mana atau sedang Pak? menjabat sebagai pemerintahan desa. 130 Patih/ Mas Seorang laki-laki Tam makat ke rumah Bapak Patih yang mempunyai kami mas patih! prestasi(mantan ‘Ayo makan ke pemerintahan rumah kami, Pak!’ desa) dan menjadi panutan dalam desa setempat. 131 Mas Jayak Seorang laki-laki Apa acara dikap Bapak yang sudah nanMasJayak? menikah. Lawan ‘Apa kegiatannya tutur tersebut hari ini, Pak? telah berjasa dalam sebuah desa, misalnya mantan pemerintahan desa. 132 Mas Seorang laki-laki Hiba urusan duat Bapak Tamonguk yang sudah tay, MasTamonguk? menikah. Lawan ‘Gimana urusannya tutur tersebut Pak? telah berjasa dalam sebuah desa, misalnya mantan pemerintahan desa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

133 Mas Gamalak Seorang laki-laki Di muna urak bajual Bapak yang sudah tuak nan Mas menikah dan Gamalak? mempunyai ‘Di mana orang banyak menjual tuak Pak?’ pengalaman kerja. 134 Mas Seorang laki-laki Mahanyi bolup kap Bapak Kanuruhan yang sudah tay Mas menikah dan Kanuruhan? berjasa dalam ‘Panen belum sebuah desa serta ladangnya Pak?’ memiliki banyak pengalaman. 135 Mas Labihi Seorang laki-laki Luapa kabar duat Bapak sesepuh yang nan Mas Labihi? memiliki banyak ‘Bagaimana pengalaman dan kabarnya Pak? sangat dihargai dalam sebuah desa. 136 Mas Radet Seorang laki-laki Luapa pegawi kita Bapak tua yang ni, mas radet! mempunyai ‘Apa kerjaan kita prestasi/jasa sekarang Pak!’ dalam sebuah desa misalnya dalam bidang keagamaan. 137 Mas Prabu Seorang laki-laki Tam kita nyogamas Bapak yang sudah prabu! menikah dan ‘Ayo kita sarapan pernah menjabat pak!’ sebagai pemerintahan desa. 138 Bosar Seorang laki-laki Honak ngasa ka Bapak tua yang muna Bosar? mempunyai Mau jalan-jalan ke wibawa tinggi mana Pak?’ (mantan pemerintahan desa setempat)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

139 Mas Patih Seorang laki-laki Mas patih karang Bapak Karang yang memiliki diawat, maukir Diawat prestasi/jasa dan perahu bay? kemahiran ‘Pak, apakah sedang mengukir perahu mengukir sampan?’ dalam tingkat bawah. 140 Mas Tamoguk Seorang laki-laki Mas tamonguk Bapak Patar yang memiliki patar, nak ka muna ? prestasi/jasa dan ‘(Ba)Pak, mau ke memiliki mana?’ kemahiran dalam megukir. 141 Mas Patingi Seorang laki-laki Mas Patingi, honak Bapak yang memiliki kamuna? kekayaan dan ‘Ba(Pak) mau ke kepintaran. mana?’ Lawan tutur harus sebaya dengan si penutur. 142 Ongah Patingi Seorang laki-laki Ongah Patingi, Paman yang memiliki honak kamuna? kekayaan dan ‘Paman, mau ke kepintaran. mana?’ Lawan tutur tersebut sebaya dengan si Ayah penutur. 143 Abu Patingi Seorang laki-laki Abu Patingi, honak Kakek yang memiliki kamuna? kekayaan dan ‘Kakek mau ke kepintaran. mana?’ Lawan tutur tersebut sebaya dengan si kakek penutur.

Bentuk sapaan yang terdapat dalam tabel di atas merupakan bentuk sapaan yang timbul karena konteks sosial. Bentuk sapaan pada data (118), (119), (120), (121), (122), (123), (124), (125), (126), (127),

(128), (129), (130), (131), (132), (133) , (134), (135), (136), (137),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

(138), (139), (140), (141), (142) dan (143) tersebut muncul karena status sosial yang dimiliki penutur dan lawan tutur dalam sebuah masyarakat.

Sapaan Bapak/Ibu Kades (120) dan Pambokal ‘Kepala desa’

(121) merupakan salah satu bentuk sapaan yang digunakan untuk menyapa lawan tutur yang mempunyai status sosial dalam masyarakat

Dayak Tomun, yaitu seorang kepala desa.

Sapaan Bagawat ‘Bapak’ (123) merupakan bentuk sapaan yang digunakan untuk menyapa seseorang laki-laki yang sudah tua dan memiliki status sosial yang tinggi dalam suatu desa. Lawan tutur tersebut dianggap oleh masyarakat mempunyai pengaruh besar terhadap desa setempat, misalnya dalam usia mudanya lawan tutur tersebut menjadi pemerintahan desa dan banyak membantu menjaga adat-istiadat desa setempat.

Sapaan Mas Patih Karang diawat ‘Bapak’ (139) merupakan bentuk sapaan yang digunakan untuk menyapa seorang laki-laki yang memiki prestasi atau jasa dan memiliki kemahiran mengukir perahu.

Sapaan tersebut timbul karena status sosial yang dimiliki lawan tutur dalam desa setempat dan sudah diakui oleh masyarakat setempat.

4.4 Konteks Fisik dan Sosial

Konteks fisik adalah konteks yang meliputi tempat terjadinya percakapan. Sedangkan, konteks sosial merupakan relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

percakapan (Syafi’e 1990 :126). Hubungan yang dimaksud ialah hubungan antarpelaku dalam masyarakat umum.Tempat dan situasi maupun hubungan antar partisipan tutur dalam situasi tutur dapat memengaruhi penggunaan sapaan oleh masyarakat Dayak Tomun. Dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.5. Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Fisik dan

Sosial

No Sapaan Lawan Tutur Contoh sapaan Tempat dan dalam kalimat waktu penggunaan sapaan 144 Ba(Pak)/ Seorang laki- Bapak/ Ibu Di Tempat I(Bu) Guru laki atau Guru, ulih pulak formal dan perempuan yang bolup kita ni? waktu jam kerja berprofesi guru ‘Bapak/Ibu (Misalnya Guru, sudah bisa Sekolah). pulang belum ? 145 Bidat Seorang Bidat, kabila aku Di tempat perempuan yang melahiran ni? formal dan berprofesi waktu jam kerja sebagai bidan ‘Bu Bidan kapan (Misalnya atau bidan saya akan Klinik). kampung. melahirkan?’ 146 Mantri Seorang Muna ubat tay Di tempat perempuan atau Mantri! formal dan laki-laki yang ‘mana obatnya waktu jam kerja memiliki profesi I(Bu) /Ba(Pak)?’ (Misalnya dalam bidang Klinik). kesehatan. 147 Parawat Seorang Muna ubatku tay Di tempat perempuan atau Parawat? formal dan laki-laki yang waktu jam kerja berprofesi ‘Mana obatnya (Misalnya sebagai seorang I(Bu)/(Ba/Pak) Klinik). perawat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

148 Ibu/Bapak Seorang Honak perjalanan Di tempat Camat perempuan atau dinas ka muna formal dan laki-laki yang I(Bu)/Ba(Pak) waktu jam kerja berprofesi Camat? (Misalnya di sebagai seorang kantor) camat ‘Mau perjalanan dinaske mana I(Bu)/(Ba(Pak) Camat?’ 149 Pambokal Seorang Honak ka muna Di tempat tidak perempuan atau Pambokal? formal dan laki-laki yang bukan waktu menjabat ‘Mau ke mana jam kerja sebagai kepala Pak/ Ibu (Misalnya di desa. Keapala Desa?’ jalan atau bukan di tempat formal) 150 Ba(Pak) Seorang I(Bu)/Ba(Pak) Di tempat /Ibu Kades perempuan atau Kades, ka muna formal dan laki-laki yang bla patugas desa waktu jam kerja menjabat ni bi? (Misalnya di sebagai kepala I(Bu)/Ba(Pak) kantor desa) desa. Kades, petugas- petugas desa ke mana ya? 151 I(Bu)/Ba(P Seorang I(Bu)/(Ba(Pak) Di tempat ak) Sekdes perempuan atau Sekdes di muna formal dan laki-laki yang pambokal ni? waktu jam kerja menjabat ‘I(Bu)/Ba(Pak) (Misalnya di sebagai sekretaris desa, kantor desa) sekertaris desa. di mana ibu atau bapak kades?’

Bentuk sapaan (144), (145), (146), (147), (148), (149), (150), dan (151) merupakan bentuk-bentuk sapaan yang terjadi karena konteks fisik dan sosial. Konteks fisik ialah konteks terjadinya sapaan, misalnya tempat dan waktu terjadinya sapaan. Konteks sosial adalah bagaimana status sosial penutur dan lawan tutur dalam masyarakat umum. Sapaan

I(Bu)/Ba(Pak) Guru (144) adalah bentuk sapaan untuk menyapa lawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

tutur yang berprofesi sebagai seorang guru. Sapaan pada data (144) digunakan apabila penutur dan lawan tutur berada dalam konteks fisik yang formal, misalnya di sekolahan. Dalam konteks sosial lawan tutur adalah seorang yang berprofesi sebagai seorang guru dan penutur adalah seorang siswa/i. Penutur dapat menggunakan sapaan tersebut pada konteks fisik dan sosial yang tepat. Penutur harus menggunakan sapaan

(144) untuk menyapa lawan tutur jika sedang berada pada konteks fisik yang formal, namun sebaliknya, jika berada dalam konteks fisik yang tidak formal penutur dapat menyapa menggunakan sapaan yang seharusnya digunakan. Misalnya lawan tutur seorang guru yang mengajar si penutur di sekolah, tetapi lawan tutur juga memiliki hubungan kekerabatan, yaitu saudara kakek penutur, maka di tempat yang tidak formal lawan tutur dapat menggunakan sapaan kekerabatan yang sudah seharusnya digunakan. Berikut contoh penggunaan dua sapaan untuk memanggil lawan tutur yang berprofesi sebagai guru dan juga memiliki hubungan kekerabatan dengan lawan tutur. Perhatikan contoh percakapan

(151) dan (152) berikut.

(151) Pak Guru, pulak bolup? ‘Pak Guru, sudah pulang belum? (152) Abo, sakolah cada kita hobu ni? ‘Kakek, besok kita sekolah nggak?’

Sapaan Pak Guru (151), dan Abo ‘Kakek’ (152), merupakan bentuk-bentuk sapaan berdasarkan tempat di mana penutur dan lawan tutur melakukan percakapan. Sapaan (151) digunakan untuk menyapa lawan tutur yang berprofesi sebagai guru. Sapaan ini terjadi karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

adanya situasi formal dan keberadaan tempat khusus yaitu sekolahan.

Sebaliknya, jika penutur dan lawan tutur dalam situasi dan tempat yang tidak formal, misalnya di jalan atau di rumah, penutur dapat menggunakan sapaan kekerabatan Abo ‘Kakek’(152) karena lawan tutur merupakan saudara dari kakek penutur.

(153) Pak kades, jadi makatam bay? ‘Pak kepala desa, sudah makan kah?’ (154) Pambokal nak ka muna? ‘Pak Kades mau ke mana?’ (155) Ongah, tam makat! ‘Paman, ayok makan’

Sapaan (153), (154) dan (155) merupakan bentuk sapaan yang digunakan untuk memanggil seorang kepala desa. Sapaan (153) digunakan penutur dalam situasi dan tempat yang formal misalnya kantor desa. Sapaan (154) digunakan pada saat situasi dan tempat yang tidak formal misalnya menyapa di jalan atau di rumah. Sedangkan sapaan

(155) digunakan penutur apabila berada dalam konteks fisik yang tidak formal, misalnya dalam konteks sosial lawan tutur berprofesi sebagai seorang kepala desa tetapi juga memiliki hubungan kekerabatan dengan si penutur, yaitu saudara dari ayah penutur, maka di tempat yang tidak formal, misalnya di rumah penutur dapat menggunakan sapaan kekerabatan seperti pada data (155) karena lawan tutur merupakan paman si penutur. Selain karena konteks fisik, kedua sapaan tersebut juga timbul karena adanya hubungan sosial antar partisipan tutur, yaitu perbedaan status sosial dan perbedaan usia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

4.5 Konteks Kekerabatan

Konteks kekerabatan merupakan situasi tutur yang timbul

berdasarkan hubungan pertalian langsung (hubungan darah) maupun

tidak langsung (perkawinan) antara penutur dan lawan tutur. Sapaan ini

timbul karena penutur dan lawan tutur berkerabat atau dalam konteks

kekerabatan. Terdapat beberapa bentuk sapaan yang timbul berdasarkan

konteks kekerabatan. Dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Kekerabatan

No Bentuk Lawan tutur Contoh penggunaan Keterangan Sapaan sapaan dalam kalimat 156 Upui Ibu dari nenek Upui Batinak muna Nenek buyut Batinak atau kakek buah pinang ni? kandung penutur ‘Nenek Buyut di mana buah pinangnya?’ 157 Upui Bapak dari nenek Upui Lalaki jadi Kakek buyut Lalaki atau kakek makat bolup? kandung penutur ‘Kakek Buyut sudah makan belum?’ 158 Lalam Ibu dari orang tua Lalam batinak, honak Nenek Batinak penutur sirih cada? ‘Nenek ada sirih gak?’ 159 Lalam Ayah dari orang Lalam lalaki minta Kakek Lalaki tua penutur duit ba! ‘Kakek minta duit!’ 160 Abu Saudara kakek Abu tam kita ke Saudara atau atau nenek huma! sepupu penutur ‘Kakek ayok ke kakek/nenek ladang!’ penutur. 161 Umak Orang tua Umak, mansa apa Ibu Penutur. perempuan duat tay? penutur ‘Ibu, masak apa?’ 162 Apak Orang tua laki- Apak tam kita Ayah Penutur. laki penutur manjala! ‘Ayah, mari kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

mencari ikan!’ 163 Uyak Mertua Uyak puhutan honak Mertua atau Puhutan/M perempuan atau kopi atau teh? saudara mertua antuha laki-laki penutur ‘Ibu atau Ayah laki-laki atau Mertua, mau kopi perempuan atau teh?’ penutur. 164 Ongah Mertua Ongah puhutan di Mertua atau puhutan perempuan atau muna adik tay? saudara mertua laki-laki penutur ‘Ibu atau Ayah laki-laki atau Mertua di mana perempuan adik?’ penutur. 165 Surunt Saudara Surunt di muna abu Saudara atau perempuan kakek nan? sepupu nenek/ atau nenek ‘Nenek di mana kakek penutur. penutur kakek?’ 166 Apih Sepupu Apih, jadi makat Sepupu nenek perempuan nenek bolup? atau kakek atau kakek ‘Nenek sudah makan penutur. penutur belum?’ 167 Mak Tuha/ Saudara Mak/Pak Tuha di Saudara Pak Tuha perempuan atau muna aci nan? perempuan/ laki- laki-laki tertua ‘Bibi/Paman di mana laki tertua dari ayah atau ibu kakak?’ ayah atau ibu penutur penutur. 168 Keke Saudara Keke tam mancik! Saudara perempuan tertua ‘Bibi ayok mancing!’ perempuan tertua ayah atau ibu dari ayah atau ibu penutur penutur. 169 Uwa Saudara Uwa, bejual apa duat Saudara perempuan atau nan? perempuan atau laki-laki tertua Bibi sedang menjual laki-laki tertua ayah atau ibu apa? dari ayah atau ibu. 170 Yaya Saudara Yaya, makat apa duat Saudara tengah perempuan tengah nan? perempuan dari ayah atau ibu ‘Bibi sedang makan ayah atau ibu penutur apa?’ penutur 171 Ing(King) Saudara tengah Ingking di muna Saudara tengah perempuan dari ongah tay? perempuan dari ayah atau ibu ‘Bibi, di muna om ibu atau ayah penutur tay? penutur. 172 Gonuk Saudara tengah Gonuk, tam bejalat! Saudara tengah perempuan dari ‘Bibi, Ayo jalan!’ perempuan dari ayah atau ibu ayah atau ibu penutur penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

173 Itam Sepupu atau Itam, muna ladik ni? Saudara atau saudara tengah Bibi di mana pisau?’ sepupu tengah dari Ibu atau ayah perempuan dari penutur ayah atau ibu penutur. 174 Bunsu/ Saudara Bunsu honak ka muna Saudara bungsu Usu perempuan kap nan? perempuan dari bungsu dari Ibu ‘Bibi, mau ke mana ayah atau ibu atau Ayah kalian?’ penutur. penutur 175 Dara Sepupu Dara tam merobuk! Saudara atau perempuan dari ‘Bibi ayok cari sepupu dari ayah ibu atau ayah rebung!’ atau ibu penutur. penutur yang belum menikah 176 Oco Saudara atau Oco muna sandal ku Saudara sepupu tay? perempuan atau perempuan dan ‘Bibi mana sandalku?’ laki-laki ayah laki-laki dari ayah atau ibu penutur. atau ibu 177 Uyak Saudara atau Uyak tam nyambal! Sepupu permpuan sepupu tengah ‘Bibi/Paman ayok atau laki-laki dari dari ayah atau ibu ngerujak!’ ayah atau ibu penutur penutur. 178 Mak Ipar atau sepupu Mak Kocet jadi makat Saudara kandung, Kocet/Ocet perempuan dari bolup? ipar atau sepupu ayah atau ibu ‘Bibi, sudah makan ayah atau ibu penutur belum?’ penutur. 179 Aci Kakak kandung Aci, ka muna ontai Saudara kandung atau kakak tay? atau sepupu sepupu tertua Kakak, tadi pergi ke perempuan atau penutur mana?’ laki-laki tertua penutur. 180 Adik Adik kandung, Adik, tam makat! Adik adik sepupu, dan Adik, ayok makan! kandung,sepupu adik ipar penutur. atau ipar laki-laki atau perempuan penutur. 181 Kunsu Adik bungsu Kunsu, ami kain lap Keponakan penutur ba! perempuan atau ‘Sayang, tolong ambil laki-laki. kain pel di sana!’ 182 Nantu Suami/Istri dari Ka muna laki kolai Suami atau istri anak atau tay, Nantu? dari anak atau keponakan ‘Ke mana suamimu keponakan penutur Nak?’ penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

183 Ajunt Anak laki-laki Copat tam Ajunt! Anak kandung dan perempuan ‘Ayo, cepat Sayang!’ penutur

Sapaan (156) – (183) yang terdapat dalam tabel di atas

merupakan sapaan yang timbul karena konteks kekerabatan. Sapaan

tersebut timbul karena penutur dan lawan tutur memiliki hubungan

kekerabatan langsung maupun tidak langsung. Misalnya sapaan Mak

Tuha (167) digunakan untuk menyapa saudara perempuan tertua dari

ayah atau ibu penutur. Sapaan Mak Tuha (167) digunakan dalam konteks

kekerabatan, penutur tidak boleh menggunakan bentuk sapaan tersebut,

apabila penutur tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan lawan

tutur. Dapat dilihat pada contoh berikut.

(184) Mak Tuha, mansa apa duat tay? ‘Bibi masak apa tdai?’ (185) Bunsu, Mansa bolup nasi tay? Bibi, nasinya sudah masak belum? (186) Ingking, apa gawi duat nan? ‘Bibi, sedang buat apa?’

Bentuk sapaan Mak Tuha ‘Bibi’ (184) dan Bunsu ‘Bibi’ (185)

dan Ingking (186) merupakan bentuk sapaan yang hanya dapat

digunakan, apabila penutur dan lawan tutur memiliki hubungan

kekerabatan atau berada dalam konteks “berkerabat” baik hubungan

kekerabatan langsung atau pun tidak langsung. Bentuk sapaan Mak Tuha

‘Bibi’ (184) digunakan penutur untuk menyapa saudara perempuan ayah

dan ibu penutur. Sapaan Bunsu ‘Bibi’ (185) digunakan untuk menyapa

saudara bungsu ibu dan ayah penutur. sapaan Ingking ‘Bibi’ (186)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

digunakan untuk menyapa saudara tengah atau sepupu ibu dan ayah penutur. Ketiga sapaan di atas hanya terjadi karena konteks kekerabatan, baik hubungan kekerabatan langsung maupun tidak langsung.

4.6 Konteks Keakraban

Konteks keakraban merupakan situasi tutur yang mendasari sebuah penggunaan sapaan. Keakraban yang dimaksud ialah hubungan akrab atau tidak akrabnya antara penutur dan lawan tutur. Terdapat beberapa sapaan yang timbul karena konteks keakraban partisipan tutur.

Dapat dilihat pada contoh berikut.

Tabel 4.7. Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Keakraban

No Sapaan Lawan Tutur Contoh pengunaan Keterangan sapaan dalam kalimat 187 We Seorang laki-laki Ka koni ba We’! Teman atau perempuan ‘Ayo ke sini Kawan!’ yang memiliki usia sebaya dengan penutur 188 Abu Seorang laki-laki Awu ba Abu ai! Teman yang memiliki usia ‘Iya Kakek!’ masih muda tetapi memilki sikap yang bijaksana 189 Kiha Seorang laki-laki Jolu apa lagi Kiha? Teman atau perempuan ‘Mau apa lagi Kiha?’ yang sebaya dengan penutur 190 Duhau Seorang laki-laki Ka muna lagi Duhau! Teman atau perempuan ‘Ke mana lagi yang sebaya dengan Duhau!’ penutur 191 Kotis Seorang laki-laki Makat apa kolai nan, Teman atau perempuan Kotis!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

yang sebaya dengan ‘Sedang makan apa, penutur Anak stress!’ 192 Langkis Seorang laki-laki Langkis, tam ngasa! Teman atau perempuan ‘Langkis, ayok jalan!’ yang memiliki dahi yang tinggi dan sebaya dengan si penutur. 193 Pelai Seorang laki-laki Pelai lu apa kahonak Teman atau perempuan kolai ni! yang memiliki kaki ‘Apa yang kamu mau yang berbentuk X Pelai?’ dan sebaya dengan si penutur. 194 Tuha Seorang perempuan Tam mancik Tuha! Teman atau laki-laki yang ‘Ayok, mancing memiliki usia sebaya Tuha!’ dengan si penutur 195 Kek Seorang perempuan Tam, minum tuak kek! Teman atau laki-laki yang ‘Ayo minum tuak memiliki usia sebaya Teman!’ dengan si penutur

Sapaan (187)-(195) merupakan bentuk-bentuk sapaan yang muncul karena penutur dan lawan tutur memiliki hubungan pertemanan yang akrab. Sapaan We ‘Teman’ (187) digunakan penutur untuk menyapa seorang teman dekat, baik laki-laki maupun perempuan. Sapaan

(187) hanya digunakan penutur apabila penutur dan lawan tutur memiliki hubungan yang akrab. Sebaliknya, jika penutur dan lawan tutur tidak begitu akrab maka sapaan (186) tidak akan muncul. Berikut adalah salah satu contoh penggunaan sapaan (187) di dalam percakapan dua sahabat yang sedang ingin bermain gasing.

(196) A : We, tam main gansik! ‘Teman, ayo kita main gasing!’ B : Ayoam We, Tapi main di muna? ‘Ayok Teman, tapi kita main di mana ya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Sapaan We (187) pada contoh (196) muncul karena konteks A berteman akrab dengan B. A dan B memiliki usia sebaya, jika keduanya tidak akrab maka sapaan (187) tidak akan muncul. Dalam konteks keakraban, sapaan We (187) tidak boleh digunakan penutur untuk menyapa lawan tutur yang usianya lebih tua mau pun lebih muda.

Namun, jika sapaan We (187) digunakan penutur yang berusia lebih tua dibandingkan lawan tuturnya, maka penutur mempunyai maksud dari penggunaan sapaan (187) tersebut. Misalnya pada contoh percakapan ibu dan anak berikut.

(197) Ibu : Amik ba We sesapu di sodu nan! ‘Teman, tolong ambilkan ibu sapu di belakang!’ Anak: Awu We! ‘Iya Teman!’

Penggunaan sapaan We (187) pada contoh (197) pada dialog si ibu, sapaan We (187) digunakan penutur yang memiliki usia yang lebih tua, yaitu seorang ibu yang sedang berusaha merayu anaknya untuk mengambil sapu di dapur. Sedangkan pada contoh (197) sapaan We (187) pada dialog si anak, digunakan lawan tutur yaitu seorang anak yang usianya lebih muda. Dalam konteks tersebut si anak bermaksud untuk mengejek penutur, karena si anak mengetahui penutur sedang berusaha merayunya.

Sapaan Abu’ ‘Kakek’ (188) dalam konteks sosial untuk menyapa lawan tutur yang usianya lebih tua, namun dalam konteks keakraban sapaan Abu ‘Kakek’ juga dapat digunakan untuk mengejek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

seorang teman laki-laki yang gaya bicaranya bijaksana seperti orang tua. misalnya pada contoh percakapan dua orang sahabat berikut.

(198) A :We, tam kita ngasa! ‘Teman, ayok jalan!’ B : We kita nan jangan hala ngasa, mendingan kita belajar pake kita naik kelas. ‘Teman, kita jangan terlau sering jalan, mending kita belajar supaya naik kelas. A : Awu ba Abu ai! ‘Iya Kakek!’

Pada contoh (198) A sedang mengajak lawan tutur B untuk jalan-jalan tetapi si B menolak ajakan A dan malah menceramahi si A.

Penutur A merasa jengkel dan menggunakan sapaan Abu (188) untuk mengekspresikan kekesalan dan mengejek si B menggunakan sapaan Abu karena si B bersikap bijaksana seperti orang tua.

Sapaan Kiha (189), Duhau (190), Kotis (191), Langkis (192) dan

Pelai (193) digunakan penutur apabila seorang teman dekat berbuat sesuatu mengesalkan, misalnya penutur dan lawan tutur sedang berdebat maka penutur akan menggunakan sapaan-sapaan tersebut. Misalnya pada contoh percakapan berikut.

(199) A : Kiha, main gotah nan jangan curak! ‘Kiha, kalau main karet jangan curang!’ B : Kolai nan curang nan Langkis! ‘Kamu yang curang Langkis!

Pada contoh percakapan (199) di atas, penutur A menggunakan sapaan Kiha (189) karena merasa kesal kepada si B yang curang saat bermain karet. Si B merasa jengkel dan tidak terima dengan omongan si

A. Si B membalas perkataan si A dengan menggunakan sapaan Langkis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

(192) karena dalam kenyataannya si B teman dekat A yang sudah akrab

dan si B memiliki dahi yang lebar.

4.7 Konteks Usia

Konteks usia merupakan salah satu konteks yang mendasari

sebuah tuturan dan penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di

Desa Sekoban. Beberapa sapaan akan muncul dalam konteks usia

penutur dan lawan tutur. Terdapat beberapa sapaan yang muncul karena

konteks usia penutur dan lawan tutur. Perhatikan tabel berikut.

Tabel 4.8. Bentuk-Bentuk Sapaan Berdasarkan Konteks Usia

No Sapaan Lawan Tutur Contoh penggunaan Keterangan sapaan dalam kalimat 200 Pupui Seorang laki-laki atau Pupui, honak bakayuh Kakek/Nenek perempuan yang sebaya ka muna? Buyut dengan kakek/nenek buyut ‘Kakek Buyut, mau penutur. mendayung ke mana?’ 201 Nenek Seorang perempuan yang Nenek numpak makan Nenek memiliki usia sebaya pinang bay? dengan nenek penutur. ‘Nenek, permisi saya numpang nginang ya?’ 202 Abu Seorang laki-laki yang Honak ka muna Abu? Kakek memiliki usia sebaya ‘Mau ke mana, dengan kakek penutur. Kakek?’ 203 Om Seorang laki-laki yang Om, pinjam ba pancis Paman memiliki usia sebaya nan! dengan ayah penutur. ‘Paman, saya pinjam korek!’ 204 Minak Seorang perempuan yang Minak, moli minyak Bibi memiliki usia sebaya goreng ba! dengan ibu penutur. ‘Bibi, beli minyak goreng!’ 205 Galuh Seorang anak perempuan Amik ba Galuh ember Nak yang lebih muda dari nan! penutur. ‘Tolong ambilkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

ember itu, Nak! 206 Bujang Seorang anak laki-laki yang Bujang, dodau ba Nak usianya lebih muda dari apak kolai tay! penutur. ‘Nak, tolong panggilkan ayahmu!’

Bentuk-Bentuk sapaan 200-206 muncul karena konteks usia.

Usia penutur maupun lawan tutur memengaruhi penggunaan sapaan yang

digunakan. Sapaan pada tabel di atas dapat digunakan penutur untuk

menyapa lawan tutur dalam masyarakat umum yang tidak memiliki

hubungan kekerabatan dengan si penutur. Misalnya pada contoh berikut.

(207) Pupui, honak bakayuh ka muna? ‘Kakek Buyut, mau mendayung ke mana?’

Contoh penggunaan sapaan Pupui (200) pada contoh kalimat

(207) digunakan penutur saat penutur mandi di sungai dan tidak sengaja

menjumpai lawan tutur yang sedang mendayung perahu kayuh. Penutur

dapat menyapa lawan tutur menggunakan sapaan Pupui (200) karena usia

penutur lebih muda dan lawan tutur sebaya dengan kakek buyut penutur.

(208) Minak, moli minyak goreng ba! ‘Bibi, beli minyak goreng!’

Sapaan Minak (204) dalam contoh kalimat (208) merupakan

salah satu bentuk sapaan yang digunakan penutur untuk menyapa seorang

perempuan yang memiliki usia sebaya dengan ibu penutur. Dalam contoh

tersebut penutur sedang membeli minyak goreng di sebuah warung dan

ternyata pemilik warung tersebut merupakan seorang perempuan yang

usianya sebaya dengan ibu penutur, kemudian penutur menggunakan

sapaan (204) untuk menyapa lawan tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

(209) Amik ba Galuh ember nan! ‘Tolong ambilkan ember itu, Nak!

Sapaan Galuh (205) dalam contoh (209) digunakan penutur yang usianya lebih tua dari lawan tutur. Dalam contoh tersebut penutur meminta lawan tutur untuk mengambilkan ember di dapur dalam konteks tersebut penutur tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan lawan tutur tetapi lawan tutur adalah seorang gadis yang usianya lebih muda dari penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil analisis yang telah peneliti lakukan pada bab III

dan Bab IV mengenai jenis-jenis sapaan dan konteks penggunaan sapaan

dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban, Kecamatan Lamandau,

Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Secara garis besar

jenis sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di Desa Sekoban dapat

dikelompokan menjadi dua sapaan, yaitu sapaan kekerabatan dan sapaan

nonkekerabatan.

Sapaan kekerabatan dikembangkan lagi berdasarkan pertalian

langsung (hubungan darah) dan pertalian tidak langsung (hubungan

perkawinan) yang dapat dikelompokan menjadi sembilan jenis sapaan,

yaitu (1) sapaan kekerabatan pertalian langsung untuk perempuan, (2)

sapaan kekerabatan pertalian langsung untuk laki-laki, (3) sapaan

kekerabatan pertalian langsung untuk perempuan dan laki-laki (4) sapaan

kekerabatan pertalian tidak langsung untuk perempuan, (5) sapaan

kekerabatan pertalian tidak langsung untuk laki-laki, (6) sapaan

kekerabatan pertalian tidak langsung untuk perempuan dan laki-laki (7)

sapaan pertalian langsung dan tidak langsung untuk perempuan, (8)

sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung untuk laki-

81 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

laki, (9) sapaan kekerabatan pertalian langsung dan tidak langsung untuk

perempuan dan laki-laki.

Jenis sapaan kedua ialah sapaan nonkekerabatan, sapaan

nonkekerabatan ialah sapaan yang digunakan oleh masyarakat Dayak

Tomun di Desa Sekoban untuk menyapa lawan tutur tanpa berdasarkan

hubungan darah maupun hubungan perkawinan. Sapaan nonkekerabatan

dapat dikelompokan menjadi lima jenis sapaan, yaitu (1) sapaan

berdasarkan Pekerjaan yang dikembangkan lagi menjadi (a) sapaan

berdasarkan pekerjaan untuk perempuan (b) sapaan berdasarkan

pekerjaan untuk laki-laki (c) sapaan berdasarkan pekerjaan untuk laki-

laki dan perempuan, (2) sapaan berdasarkan jasa dan pengaruh yang

dikembangkan lagi menjadi (a) sapaan berdasarkan jasa dan pengaruh

untuk laki-laki, (b) sapaan berdasarkan jasa dan pengaruh untuk

perempuan dan laki-laki, (3) sapaan berdasarkan usia, yang

dikembangkan lagi menjadi (a) sapaan berdasarkan usia untuk laki-laki

(b) sapaan berdasarkan usiauntuk perempuan (c) sapaan berdasarkan usia

untuk laki-laki dan perempuan, (4) sapaan berdasarkan keakraban untuk

laki-laki dan perempuan , (5) sapaan berdasarkan kemahiran dalam

bidang tertentuuntuk laki-laki.

Jenis-jenis sapaan yang digunakan oleh masyarakat Dayak

Tomun di Desa Sekoban terikat konteks. Artinya konteks sangat

menentukan penggunaan sapaan oleh masyarakat Dayak Tomun di Desa

Sekoban. Pada Bab IV peneliti membahas tentang konteks-konteks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

penggunaan sapaan dalam bahasa Dayak Tomun, di Desa Sekoban,

Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan

Tengah yang dapat memengaruhi penggunaan sapaan. Konteks-konteks

tersebut dapat dikelompokan menjadi enam konteks, yaitu (1) konteks

epistemis berdasarkan pengetahuan tradisi penutur dan lawan tutur, (2)

konteks sosial, (3) konteks fisik dan sosial, (4) konteks kekerabatan, (5)

konteks keakraban dan (6) konteks usia.

5.2 Saran

Penelitian tentang sapaan dalam bahasa Dayak Tomun di Desa

Sekoban, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi

Kalimantan Tengah masih terbatas pada jenis-jenis dan konteks

penggunaan sapaan. Masih ada masalah-masalah lain yang dapat diteliti

dari sapaan dalam bahasa Dayak Tomun, yaitu (1) keterkaitan sapaan

dengan hubungan antar masyarakat, (2) keterkaitan sapaan dengan

budaya, dan (3) Keterkaitan sapaan dengan struktur sosial masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

DAFTAR PUSTAKA

Angsang, Yunus. Keputusan Musyawarah Adat dan Budaya ke-2 Kecamatan Lamandau Tahun 2011”.2011.

Baryadi, I. Praptomo. 2011. Morfologi Dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

-----. 2015. Teori-Teori Linguistik Pascastruktural Memasuki Abad Ke- 21. Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.

-----. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.

Cumings, Louise. 2007. Pragmatik. Sebuah Perspsektif Multidispliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Holmes, Janet. 2013. An Introduction to Sociolinguistics: Fourth Edition: London and New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan BahasaIndonesia. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

Kridalaksana, Harimurti.1982. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende- Flores: Penerbit Nusa Indah.

----. 1989. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Kusuma, Trimastoyo Jati. (2007). Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks.

Lubis, A. Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa

Mahsun, M.S, Dr. 2006. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Nababan P.W.J. 1991. Sosiolinguistik (Suatu Pengantar). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nadar, FX. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurfalah, Hendi. 2016. “Tradisi Baigal Sajian Penutup Acara Penggolaran 15 Tokoh”. Stable URL (https://www.borneonews.co.id/berita/43053-tradisi-baigal-sajian- penutup-acara-penggolaran-15-tokoh. 26/02/2018, 13.00.

Oncik. 2013. “Lamandau atau Lamanau, Karakteristik Bahasa Dayak Tomun”. Stable URL: https://oncik.blogspot.co.id/2013/07/lamandau- atau lamanaukarakteristik.html?m=1. Diunduh: 25/02/2018, 12.21.

“Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lamandau”, Sable URL: https://dpulamandau.wordpress.com/2012/03/29/peta-administrasi kabupaten-lamandau/. Diunduh : 22/02/2018, 19.32.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma Anggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia).

Syafyahya, L, Aslinda, Noviatri, dan Efriyades. 2000. Kata Sapaan Bahasa Minangkabau di Kabupaten Agam. 3 Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidkan Nasional. Usith, Thedan.2000. “Buku Adat Lambat, Cara Manah Dayak Lamandau”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Verhaar, Prof. Dr. J. M.W. 1978. Pengantar Linguistik. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wardhaugh, Ronald.2010. An Introduction to Sociolinguistics: Wiley- Blackwell.

Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Yule, George. 2015. Kajian Bahasa. Terjemahan Astry Fajria. Edisi kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

LAMPIRAN 1

DAFTAR SAPAAN DALAM BAHASA DAYAK TOMUN

SAPAAN KEKERABATAN PERTALIAN LANGSUNG NO SAPAAN LAWAN TUTUR 1 Umak atau Inak Ibu kandung 2 Apak Ayah kandung 3 Ajunt Anak kandung laki-laki dan perempuan SAPAAN KEKERABATAN PERTALIAN TIDAK LANGSUNG 4 Uyak Puhutan Batinak Ibu mertua 5 Ongah Puhutan Batinak Ibu mertua 6 Uya Puhutan Lalaki Ayah mertua 7 Ongah Puhutan Lalaki Ayah mertua 8 Uya Puhutan Ibu dan ayah mertua 9 Ongah Puhutan Ibu dan ayah mertua 10 Nantu Menantu laki-laki dan perempuan SAPAAN KEKERABATAN PERTALIAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG UNTUK PEREMPUAN 11 Pupui Batinak Nenek buyut 12 Lalam Batina/Lalam Nenek kandung muda/Dalap Batina, Dalap Muda dan Dalap Kocet 13 Surunt Saudara atau sepupu perempuan nenek dan kakek 14 Apih Saudara atau sepupu perempuan nenek dan kakek 15 Mak Tuha Saudara perempuan tertua ibu dan ayah 16 Keke Saudara perempuan tertua ibu dan ayah 17 Yaya Saudara perempuan tengah ibu dan ayah 18 Ingking Saudara perempuan tengah ibu dan ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

19 Gonuk Saudara perempuan tengah ibu dan ayah 20 Bunsu/Usu Saudara bungsu ibu dan ayah 21 Dara Saudara atau sepupu ibu dan ayah 22 Itam Saudara atau sepupu ibu dan ayah 23 Mak Kocet/Ocet Saudara atau sepupu ibu atau ayah SAPAAN PERTALIAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG UNTUK LAKI-LAKI 24 Pupui Lalaki Kakek buyut 25 Lalam lalaki/Lalam Kakek kandung Tuha/Dalap Lalaki/Dalap Tuha dan Dalap Bosar 26 Abo Kakek atau saudara kakek dan nenek 27 Pak Tuha Saudara tertua ibu dan ayah 28 Rengkek Saudara laki-laki ibu dan ayah 29 Bujak Saudara laki-laki ibu dan ayah yang belum menikah 31 Pak Kocet Saudara atau sepupu laki-laki ibu dan ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

SAPAAN KEKERABATAN PERTALIAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG UNTUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN NO SAPAAN LAWAN TUTUR 32 Ongah Saudara atau sepupu tengah ibu dan ayah 33 Uwa Saudara tertua ibu dan ayah 34 Uyak Sepupu ayah dan ibu 35 Oco Saudara bungsu ibu dan ayah 36 Kunsu Saudara bungsu 37 Nakat Keponakan 38 Aci Kakak kandung atau sepupu tertua 39 Uwak Saudara atau sepupu tengah 40 Tuha Sepupu 41 Adik Adik kandung atau adik sepupu SAPAAN NONKEKERABATAN BERDASARKAN PEKERJAAN LAWAN TUTUR NO SAPAAN LAWAN TUTUR 42 Ibu Camat Seorang perempuan yang menjabat sebagai camat atau istri seorang camat. 43 Ibu Lurah Seorang perempuan yang menjabat sebagai lurah atau istri lurah. 44 Ibu Sekdes Seorang perempuan yang menjabat sebagai sekdes atau istri sekdes. 45 Ibu Guru Seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru. 46 Ibu Mantri Seorang perempuan yang berprofesi sebagai perawat atau dokter. 47 Ba(Pak) Camat) Seorang laki-laki yang menjabat sebagai camat atau suami camat. 48 Ba(Pak) Lurah Seorang laki-laki yang menjabat sebagai lurah atau suami lurah 49 Ba(Pak) Sekdes Seorang laki-laki yang menjabat sebagai Sekdes atau suami sekdes.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

50 Ba(Pak) Guru Seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru 51 (Ba(Pak) Seorang laki-laki yang berprofesi sebagai perawat dan Mantri dokter. 52 Mantri Seorang laki-laki dan perempuan yang berprofesi sebagai dokter dan perawat. 53 Mantir Adat Pengurus adat 54 Pambokal Kepala desa

SAPAAN NONKEKERABATAN BERDASARKAN JASA DAN PENGARUH LAWAN TUTUR NO SAPAAN LAWAN TUTUR 55 Abu Mantan Seorang laki-laki yang pernah menjabat sebagai kepala desa dan usianya sebaya dengan kakek penutur. 56 Ba(Pak) Seorang laki-laki atau perempuan yang pernah menjabat Mantan sebagai kepala desa dan memiliki usia sebaya dengan ayah penutur. 57 Mantan Laki-laki atau perempuan yang pernah menjabat sebagai kepala desa. 58 Patih Anum Seorang laki-laki muda yang mempunyai wibawa dan berjasa dalam sebuah desa (pemerintahan desa) 59 Jayang Suka Seorang laki-laki yang pernah menjabat sebagai pemerintahan desa dan selalu membantu menemukan sebuah inovasi baru dalam sebuah permasalahan desa. 60 Macat Muda Seorang laki-laki yang masih muda dan sudah pernah atau sedang menjabat sebagai pemerintahan desa. 61 Tatali Seorang laki-laki yang mempunyai keahlian menyambung kata-kata atau cerita dalam tradisi besangan (dongeng). 62 Mangku Seorang laki-laki yang masih muda tetapi sudah mempunyai banyak jabatan. 63 Begawat Seseorang laki-laki sesepuh yang mempunyai pengaruh besar terhadap desa melalui jasa-jasanya. 64 Labihi Seorang laki-laki sesepuh yang memiliki banyak pengalaman dan sangat dihargai dalam sebuah desa. 65 Mas Seorang laki-laki yang sudah menikah dan berjasa Kanuruhan dalam sebuah desa serta memiliki banyak pengalaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

66 Mas Patih Seorang laki-laki yang mempunyai prestasi (mantan pemerintahan desa) dan menjadi panutan dalam desa setempat. 67 Mas Radet Seorang laki-laki tua yang mempunyai prestasi/jasa dalam sebuah desa, misalnya dalam bidang keagamaan. 68 Mas Prabu Seorang laki-laki yang suda menikah dan pernah menjabat sebagai pemerintahan desa. 69 Mas Gamala Seorang laki-laki yang sudah menikah dan mempunyai banyak pengalaman kerja. 70 Mas Jayak Seorang laki-laki yang sudah menikah. Lawan tutur tersebut telah berjasa dalam sebuah desa, misalnya mantan pemerintahan desa. 71 Mas Tamonguk Seorang laki-laki yang sudah menikah. Lawan tutur tersebut telah berjasa dalam sebuah desa, misalnya mantan pemerintahan desa. 72 Mas Patingi Seorang laki-laki yang memiliki kekayaan dan kepintaran. Lawan tutur harus sebaya dengan si penutur. 73 Abu Patingi Seorang laki-laki yang memiliki kekayaan dan kepintaran. Lawan tutur tersebut sebaya dengan kakek penutur. 74 Bosar Seorang laki-laki tua yang mempunyai wibawa tinggi (mantan pemerintahan desa setempat) 75 Abu Bosar Seorang laki-laki tua yang memiliki usia sebaya dengan kakek penutur. Lawan tutur tersebut mempunyai wibawa tinggi (mantan pemerintahan desa setempat). SAPAAN NONKEKERABATAN BERDASARKAN USIA PENUTUR DAN LAWAN TUTUR NO SAPAAN LAWAN TUTUR 76 Abu Seorang laki-laki yang memiliki usia sebaya dengan kakek penutur. 77 Om Seorang laki-laki yang memiliki usia sebaya dengan ayah penutur. 78 Bujang Seorang anak laki-laki yang usianya lebih muda dari penutur. 79 Ninik Seorang perempuan yang memiliki usia sebaya dengan nenek penutur. 80 MinaK Seorang perempuan yang memiliki usia sebaya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

ibu penutur. 81 Galuh Seorang anak perempuan yang lebih muda dari penutur. 82 Pupui Seorang laki-laki atau perempuan yang sebaya dengan kakek/nenek buyut penutur.

SAPAAN NONKEKERABATAN BERDASARKAN KEAKRABAN PENUTUR DAN LAWAN TUTUR NO SAPAAN LAWAN TUTUR 83 We Seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki usia sebaya dengan penutur 84 Abu Seorang laki-laki yang memiliki usia masih muda tetapi memilki sikap yang bijaksana 85 Kiha Seorang laki-laki atau perempuan yang sebaya dengan penutur 86 Umak/Bapak Nikki Seorang laki-laki atau perempuan yang sudah (Nama anak tertua menikah dan memiliki usia sebaya dengan si penutur) penutur. 87 Duhau Seorang laki-laki atau perempuan yang sebaya dengan penutur 88 Kotis Seorang laki-laki atau perempuan yang sebaya 89 Langkis Seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki dahi yang tinggi dan sebaya dengan si penutur 90 Pelai Seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kaki yang berbentuk X dan sebaya dengan si penutur. 91 Kek Seorang perempuan atau laki-laki yang memiliki usia sebaya dengan si penutur SAPAAN NONKEKERABATAN BERDASARKAN KEMAHIRAN LAWAN TUTUR DALAM BIDANG TERTENTU No SAPAAN LAWAN TUTUR 92 Mas Patih Karang Seorang laki-laki yang meiliki prestasi/jasa dan Diawat kemahiran mengukir perahu dalam tingkat bawah. 93 Mas Tamonguk Patar Seorang laki-laki yang memiliki prestasi/jasa dan memiliki kemahiran dalam megukir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

LAMPIRAN II

KONTEKS-KONTEKS PENGGUNAAN SAPAAN DALAM BAHASA DAYAK TOMUN DI DESA SEKOBAN

PENGGUNAAN SAPAAN BERDASARKAN KONTEKS LATAR BELAKANG PENGETAHUAN TRADISI PENUTUR DAN LAWAN TUTUR No Sapaan Lawan Tutur Contoh Penggunaan Keterangan Sapaan Dalam Kalimat

107 Mak Tuha/ Saudara laki-laki dan Mak tuha/ Pak Tuha Bibi/Paman Pak Tuha perempuan tertua muna sasapu nan? tertua ayah atau ibu. ‘Paman atau Bibi, mana sapu?’

108 Keke Saudara perempuan Keke, di muna ember Bibi tertua tertua ibu atau ayah. tay? ‘Bibi, embernya di mana?’ 109 Uwa Saudara laki-laki dan Uwa, jadi ku gasa’i am Bibi/ Paman perempuan tertua pirik tay!’ tertua ayah dan ibu. ‘Paman atau Bibi, piringnya sudah saya cuci!’ 110 Ingking/Yaya Saudara perempuan Ingking honak moli babi Bibi tengah dari ayah cada? atau ibu penutur. ‘Bibi, mau membeli babi tidak?’ 111 Gonuk Saudara Perempuan Gonuk, tam bejalat! Bibi tengah dari ayah ‘Bibi, ayo jalan!’ atau ibu penutur. 112 Mina Saudara, sepupu atau Mina na ka muna duat Bibi ipar dari ibu atau nan? ayah. ‘Bibi, mau ke mana?’ 113 Mak Kocet Saudara, sepupu atau Mak Kocet, pulakam Bibi ipar dari ibu atau bay? ayah penutur. ‘Bibi sudah pulang? 114 Bunsu Saudara perempuan Bunsu mansa apa? Bibi terakhir dari ayah ‘Bibi masak apa? atau ibu penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

115 Oco Saudara perempuan Oco tam makat! Bibi atau atau laki-laki ‘Bibi, Ayo makan!’ paman terakhir dari ayah atau ibu penutur. PENGGUNAAN SAPAAN BERDASARKAN KONTEKS SOSIAL No Sapaan Lawan Tutur Contoh Sapaan dalam Arti Sapaan Kalimat 118 I(Bu)/ Seorang perempuan Ibu/Bapak Camat, Ibu/Bapak Ba(Pak) atau laki-laki yang honak ka muna? Camat Camat sedang menjabat ‘Ibu/ Bapak Camat sebagai seorang mau ke mana?’ camat atau seorang istri/suami camat. 119 I(Bu)/ perempuan atau laki- Hiba kabar duat Ibu Ibu/ Bapak Ba(Pak)Lurah laki yang sedang Lurah? Lurah/ Istri menjabat sebagai ‘Apa kabar Ibu Lurah?’ Bapak lurah/ lurah atau istri/suami suami ibu seorang lurah. Pak Lurah jam bropa lurah mulai acaranya tay? ‘Pak Lurah, jam berapa acaranya dimulai?’ 120 I(Bu) Kades/ Seorang perempuan Ibu kades, ka muna bla Ibu Ba(Pak) Kades atau laki-laki yang patugas desa ni bi? kades/istri sedang menjabat ‘Ibu Kades, petugas- bapak kades sebagai seorang petugas desa ke mana Bapak kepala desa atau ya?’ kades/suami istri/suami seorang Pak Kades, hiba jolu kita ibu kades kepala desa. salapan tay? ‘Pak Kepala Desa, bagaimana urusan kita yang kemarin?’ 121 Pambokal Seorang perempuan Pambokal kabila rapat Bapak/Ibu atau laki-laki yang tay? sedang menjabat ‘Pak Kades, kapan sebagai kepala desa rapatnya’ setempat 122 Mantir Adat Seorang perempuan hiba pakara urak tay Ibu/Bapak atau laki-laki yang mantir adat ? sedang menjabat ‘Bagaimana perkaranya sebagai pengurus ketua adat?’ adat desa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

123 Begawat Seseorang laki-laki Tam usi’ an kami Bapak sesepuh Bagawat! yangmempunyai ‘Ayo ke rumah kami pengaruh besar Pak!’ terhadap desa melaui jasa-jasanya. 124 Mantan Seorang perempuan Ka muna Mantan? Ibu/Bapak atau laki-laki yang ‘ke mana I(Bu) atau pernah menjabat Ba(Pak) Mantan sebagai kepala desa. Kepala Desa?’ 125 Jayang Suka Seorang laki-laki Ka muna kolai Bapak yang pernah taiJayang Suka? menjabat sebagai ‘Tadi ke mana Pak?’ pemerintahan desa dan selalu membantu menemukan sebuah inovasi baru dalam sebuah permasalahan desa. 126 Tatali Seorang laki-laki Jadiam pagawi dikap tay, Bapak yang mempunyai Tatali? keahlian ‘Sudah selesai acaranya menyambung kata- Pak? kata atau cerita dalam tradisi besangan (dongeng). 127 Mangku Seorang laki-laki Tam makat ke kamian, Bapak yang masih muda Mangku! tetapi sudah ‘Mari Pak, makan di mempunyai banyak rumah kami!’ jabatan. 128 Patih Anum Seorang laki-laki Honak minum kopi bay Bapak muda yang Patih Anum? mempunyai wibawa Bapak Mau minum dan berjasa dalam kopi?’ sebua desa (pemerintahan desa) 129 Macat Muda Seorang laki-laki Honak ngasa ka muna, Bapak yang masih muda Macat Muda? dan sudah pernah ‘Mau jalan ke mana atau sedang Pak? menjabat sebagai pemerintahan desa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

130 Patih/ Mas Seorang laki-laki Tam makat ke rumah Bapak Patih yang mempunyai kami mas patih! prestasi(mantan ‘Ayo makan ke rumah pemerintahan desa) kami, Pak!’ dan menjadi panutan dalam desa setempat. 131 Mas Jayak Seorang laki-laki Apa acara dikap Bapak yang sudah menikah. nanMasJayak? Lawan tutur tersebut ‘Apa kegiatannya hari telah berjasa dalam ini, Pak? sebuah desa, misalnya mantan pemerintahan desa.

132 Mas Seorang laki-laki Hiba urusan duat tay, Bapak Tamonguk yang sudah menikah. MasTamonguk? Lawan tutur tersebut ‘Gimana urusannya telah berjasa dalam Pak? sebuah desa, misalnya mantan pemerintahan desa. 133 Mas Gamala Seorang laki-laki Di muna urak bajual Bapak yang sudah menikah tuak nan Mas Gamalak? dan mempunyai ‘Di mana orang menjual banyak pengalaman tuak Pak?’ kerja. 134 Mas Seorang laki-laki Mahanyi bolup kap tay Bapak Kanuruhan yang sudah menikah Mas Kanuruhan? dan berjasa dalam ‘Panen belum ladangnya sebuah desa serta Pak?’ memiliki banyak pengalaman. 135 Mas Labihi Seorang laki-laki Luapa kabar duat nan Bapak sesepuh yang Mas Labihi? memiliki banyak ‘Bagaimana kabarnya pengalaman dan Pak? sangat dihargai dalam sebuah desa. 136 Mas Radet Seorang laki-laki tua Luapa pegawi kita ni, Bapak yang mempunyai Mas Radet! prestasi/jasa dalam ‘Apa kerjaan kita sebuah desa sekarang Pak!’ misalnya dalam bidang keagamaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

137 Mas Prabu Seorang laki-laki Tam kita nyoga Mas Bapak yang sudah menikah Prabu! dan pernah menjabat ‘Ayo kita sarapan pak!’ sebagai pemerintahan desa. 138 Bosar Seorang laki-laki tua Honak ngasa ka muna Bapak yang mempunyai Bosar? wibawa tinggi Mau jalan-jalan ke mana (mantan Pak?’ pemerintahan desa setempat) Mas patih Seorang laki-laki Mas patih karang Bapak karang diawat yang meiliki diawat, maukir perahu 139 prestasi/jasa dan bay? kemahiran mengukir ‘Pak, apakah sedang perahu dalam tingkat mengukir sampan?’ bawah. Mas tamoguk Seorang laki-laki Mas tamonguk patar, Bapak 140 patar yang memiliki nak ka muna ? prestasi/jasa dan ‘(Ba)Pak, mau ke memiliki kemahiran mana?’ dalam megukir. 141 Mas Patingi Seorang laki-laki Mas Patingi, honak Bapak yang memiliki kamuna? kekayaan dan ‘Ba(Pak) mau ke mana?’ kepintaran. Lawan tutur harus sebaya dengan si penutur. 142 Ongah Patingi Seorang laki-laki Ongah Patingi, honak Paman yang memiliki kamuna? kekayaan dan ‘Paman, mau ke mana?’ kepintaran. Lawan tutur tersebut sebaya dengan si Ayah penutur. 143 Abu Patingi Seorang laki-laki Abu Patingi, honak Kakek yang memiliki kamuna? kekayaan dan ‘Kakek mau ke mana?’ kepintaran. Lawan tutur tersebut sebaya dengan si kakek penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

PENGGUNAAN SAPAAN BERDASARKAN KONTEKS FISIK DAN SOSIAL No Sapaan Lawan Tutur Contoh sapaan Tempat dan dalam kalimat waktu penggunaan sapaan 144 Ba(Pak)/ Seorang laki-laki atau Bapak/ Ibu Guru, Di Tempat formal I(Bu) guru perempuan yang ulih pulak bolup kita dan waktu jam berprofesi guru. ni? kerja (Misalnya ‘Bapak/Ibu Guru, Sekolah). sudah bisa pulang belum ? 145 Bidat Seorang perempuan Bidat, kabila aku Di tempat formal yang berprofesi melahiran ni? dan waktu jam sebagai bidan atau kerja (Misalnya bidan kampung. ‘Bu Bidan kapan Klinik). saya akan melahirkan?’ 146 Mantri Seorang perempuan Muna ubat tay Di tempat formal atau laki-laki yang Mantri! dan waktu jam memiliki profesi ‘mana obatnya I(Bu) kerja (Misalnya dalam bidang /Ba(Pak)?’ Klinik). kesehatan. 147 Parawat Seorang perempuan Muna ubatku tay Di tempat formal atau laki-laki yang Parawat? dan waktu jam berprofesi sebagai kerja (Misalnya seorang perawat. ‘Mana obatnya Klinik). I(Bu)/(Ba/Pak)?’ 148 Ibu/Bapak Seorang perempuan Honak perjalanan Di tempat formal Camat atau laki-laki yang dinas ka muna dan waktu jam berprofesi sebagai I(Bu)/Ba(Pak) kerja (Misalnya di seorang camat Camat? kantor) ‘Mau perjalanan dinaske mana I(Bu)/(Ba(Pak) Camat?’ 149 Pambokal Seorang perempuan Honak ka muna Di tempat tidak atau laki-laki yang Pambokal? formal dan bukan menjabat sebagai waktu jam kerja kepala desa. ‘Mau ke mana Pak?’ (Misalnya di jalan atau bukan di tempat formal)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

150 Ba(Pak) /Ibu Seorang perempuan I(Bu)/Ba(Pak) Di tempat formal Kades atau laki-laki yang Kades, ka muna bla dan waktu jam menjabat sebagai patugas desa ni bi? kerja (Misalnya di kepala desa. I(Bu)/Ba(Pak) kantor desa) Kades, petugas- petugas desa ke mana ya? 151 I(Bu)/Ba(Pa Seorang perempuan I(Bu)/(Ba(Pak) Di tempat formal k) Sekdes atau laki-laki yang Sekdes di muna dan waktu jam menjabat sebagai pambokal ni? kerja (Misalnya di sekertaris desa. ‘I(Bu)/Ba(Pak) kantor desa) sekretaris desa, di mana ibu atau bapak kades?’ PENGGUNAAN SAPAAN BERDASARKAN KONTEKS KEKERABATAN No Bentuk Lawan tutur Contoh penggunaan Keteranga Sapaan sapaan dalam kalimat n 156 Upui Batinak Ibu dari nenek atau Upui Batinak muna buah Nenek kakek kandung pinang ni? buyut penutur ‘Nenek Buyut di mana buah pinangnya?’ 157 Upui lalaki Ayah dari nenek atau Upui Lalaki jadi makat Kakek kakek kandung bolup? buyut penutur ‘Kakek Buyut sudah makan belum?’ 158 Lalam Ibu dari orang tua Lalam Batinak, honak Nenek Batinak penutur sirih cada? ‘Nenek ada sirih gak?’ 159 Lalam lalaki Ayah dari orang tua Lalam Lalaki minta duit Kakek penutur ba! ‘Kakek minta duit!’ 160 Abu Saudara kakek atau Abu tam kita ke huma! Saudara nenek penutur ‘Kakek ayok ke ladang!’ atau sepupu kakek/nene k penutur. 161 Umak Orang tua perempuan Umak, mansa apa duat Ibu Penutur. penutur tay? ‘Ibu, masak apa?’ 162 Apak Orang tua laki-laki Apak tam kita manjala! Ayah penutur ‘Ayah, ayo kita mencari Penutur. ikan!’ 163 Uyak Mertua perempuan Uyak Puhutan honak Mertua atau puhutan/ma atau laki-laki penutur kopi atau teh? saudara ntuha ‘Ibu atau Ayah Mertua, mertua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

mau kopi atau teh?’ laki—laki atau perempuan penutur. 164 Ongah Mertua perempuan Ongah Puhutan di muna Mertua atau puhutan atau laki-laki penutur adik tay? saudara ‘Ibu atau Ayah mertua mertua laki- di mana adik?’ laki atau perempuan penutur. 165 Surunt Saudara perempuan Surunt di muna abu Saudara kakek atau nenek nan? atau sepupu penutur ‘Nenek di mana kakek?’ nenek/ kakek penutur. 166 Apih Sepupu perempuan Apih, jadi makat bolup? Sepupu nenek atau kakek ‘Nenek sudah makan nenek atau penutur belum?’ kakek penutur. 167 Mak Tuha/ Saudara perempuan Mak/Pak Tuha di muna Saudara Pak Tuha atau laki-laki tertua aci nan? perempuan/ ayah atau ibu penutur ‘Bibi/Paman di mana laki-laki kakak?’ tertua dari ayah atau ibu penutur. 168 Keke Saudara perempuan Keke tam mancik! Saudara tertua ayah atau ibu ‘Bibi ayok mancing!’ perempuan penutur tertua dari ayah atau ibu penutur. 169 Uwa Saudara perempuan Uwa, bejual apa duat Saudara atau laki-laki tertua nan? perempuan ayah atau ibu Bibi sedang menjual atau laki- apa? laki tertua dari ayah atau ibu. 170 Yaya Saudara perempuan Yaya, makat apa duat Saudara tengah ayah atau ibu nan? tengah penutur ‘Bibi sedang makan perempuan apa?’ dari ayah atau ibu penutur 171 Ing(King) Saudara tengah Ingking di muna ongah Saudara perempuan dari ayah tay? tengah atau ibu penutur ‘Bibi, di muna om tay? perempuan dari ibu atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

ayah penutur. 172 Gonuk Saudara tengah Gonuk, tam bejalat! Saudara perempuan dari ayah ‘Bibi, Ayo jalan!’ tengah atau ibu penutur perempuan dari ayah atau ibu penutur. 173 Itam Sepupu atau saudara Itam, muna ladik ni? Saudara tengah dari Ibu atau Bibi di mana pisau?’ atau sepupu ayah penutur tengah perempuan dari ayah atau ibu penutur. 174 Bunsu/ Usu Saudara perempuan Bunsu honak ka muna Saudara bungsu dari Ibu atau kap nan? bungsu Ayah penutur ‘Bibi, mau ke mana perempuan kalian?’ dari ayah atau ibu penutur. 175 Dara Sepupu perempuan Dara tam merobuk! Saudara dari ibu atau ayah ‘Bibi ayok cari rebung!’ atau sepupu penutur yang belum dari ayah menikah atau ibu penutur. 176 Oco Saudara atau sepupu Oco muna sandal ku tay? Saudara perempuan dan laki- ‘Bibi mana sandalku?’ perempuan laki dari ayah atau ibu atau laki- laki ayah atau ibu penutur. 177 Uyak Saudara atau sepupu Uyak tam nyambal! Sepupu tengah dari ayah atau ‘Bibi/Paman ayok permpuan ibu penutur ngerujak!’ atau laki- laki dari ayah atau ibu penutur. 178 Mak Ipar atau sepupu Mak kocet jadi makat Saudara kocet/Ocet perempuan dari ayah bolup? kandung, atau ibu penutur ‘Bibi, sudah makan ipar atau belum?’ sepupu ayah atau ibu penutur. 179 Aci Kakak kandung atau Aci, ka muna ontai tay? Saudara kakak sepupu tertua Kakak, tadi pergi ke kandung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

penutur mana?’ atau sepupu perempuan atau laki- laki tertua penutur. Adik kandung, adik Adik, tam makat! Adik 180 Adik sepupu, dan adik ipar Adik, ayok makan! kandung,se penutur. pupu atau ipar laki- laki atau perempuan penutur.

181 Kunsu Adik bungsu penutur Kunsu, ami kain lap ba! Keponakan ‘Sayang, tolong ambil perempuan kain pel di sana!’ atau laki- laki. 182 Nantu Suami/Istri dari anak Ka muna laki kolai tay, Suami atau atau keponakan Nantu? istri dari penutur ‘Ke mana suamimu anak atau Nak?’ keponakan penutur. 183 Ajunt Anak laki-laki dan Copat tam Ajunt! Anak perempuan penutur ‘Ayo, cepat Sayang!’ kandung

PENGGUNAAN SAPAAN BERDASARKAN KONTEKS KEAKRABAN No Sapaan Lawan Tutur Contoh Keterangan pengunaan sapaan dalam kalimat 187 We Seorang laki-laki atau Ka koni ba we’! Teman perempuan yang ‘Ayo ke sini memiliki usia sebaya kawan!’ dengan penutur

188 Abu Seorang laki-laki yang Awu ba Abu ai! Teman memiliki usia masih ‘Iya kakek!’ muda tetapi memilki sikap yang bijaksana

189 Kiha Seorang laki-laki atau Jolu apa lagi Teman perempuan yang sebaya Kiha? dengan penutur ‘Mau apa lagi Kiha?’ 190 Duhau Seorang laki-laki atau Ka muna Teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

perempuan yang sebaya lagiDuhau! dengan penutur ‘Ke mana lagi Duhau!’ 191 Kotis Seorang laki-laki atau ‘Makat apa kolai Teman perempuan yang sebaya nan, Kotis! dengan penutur ‘Sedang makan apa, anak stress!’ 192 Langkis Seorang laki-laki atau Langkis, tam Teman perempuan yang ngasa! memiliki dahi yang ‘Langkis, ayok tinggi dan sebaya jalan!’ dengan si penutur.

193 Pelai Seorang laki-laki atau Pelai lu apa Teman perempuan yang kahonak kolai ni! memiliki kaki yang ‘Apa yang kamu berbentuk X dan sebaya mau Pelai?’ dengan si penutur. 194 Tuha Seorang perempuan Tam mancik Tuha! Teman atau laki-laki yang ‘Ayok, mancing memiliki usia sebaya Tuha!’ dengan si penutur 195 Kek Seorang perempuan Tam, minum tuak Teman atau laki-laki yang kek! memiliki usia sebaya ‘Ayo minum tuak dengan si penutur Teman!’

PENGGUNAAN SAPAAN BERDASARKAN KONTEKS USIA No Sapaan Lawan Tutur Contoh Keterangan penggunaan sapaan dalam kalimat 200 Pupui Seorang laki-laki atau Pupui, honak Kakek/Nenek perempuan yang sebaya bakayuh ka muna? Buyut dengan kakek/nenek ‘Kakek Buyut, mau buyut penutur. mendayung ke mana?’ 201 Nenek Seorang perempuan Nenek numpak Nenek yang memiliki usia makan pinang bay? sebaya dengan nenek ‘Nenek, permisi penutur. saya numpang nginang ya?’ 202 Abu Seorang laki-laki yang Honak ka muna Kakek memiliki usia sebaya Abu? dengan kakek penutur. ‘Mau ke mana, Kakek?’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

203 Om Seorang laki-laki yang Om, pinjam ba Paman memiliki usia sebaya pancis nan! dengan ayah penutur. ‘Paman, saya pinjam korek!’ 204 Minak Seorang perempuan Minak, moli minyak Bibi yang memiliki usia goreng ba! sebaya dengan ibu ‘Bibi, beli minyak penutur. goreng!’ 205 Galuh Seorang anak Amik ba Galuh Anak perempuan yang lebih ember nan! perempuan muda dari penutur. ‘Tolong ambilkan ember itu, Nak!

206 Bujang Seorang anak laki-laki Bujang, dodau ba Anak laki-laki yang usianya lebih apak kolai tay! muda dari penutur. ‘Nak, tolong panggilkan ayahmu!’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

LAMPIRAN III DATA-DATA YANG DIGUNAKAN

NO DATA YANG DIGUNAKAN 1 Acik honak ka muna? ‘Kakak mau ke mana?’ 2 Jadi makat bolup Adik? ‘Sudah makan belum, Adik?’ 3 Pambokal kabila rapat tay? ‘ Bapak atau Ibu Kepala Desa kapan rapatnya?’ 4 Begawat honak ka muna duat nan? ‘Pak mau ke mana?’ 5 Aci, didodau uma! ‘Kakak, dipanggil Ibu!’ 6 Uwa, muna hayapku tay? ‘Kakak, di mana mainanku?’ 7 Umak, muna apak? ‘Ibu, Bapak di mana?’ 8 Mina’, manik ka sungai atau ka sumur ? ‘Bibi, mau mandi ke sungai atau ke sumur? 9 Uwak lagi di muna sekarak? ‘Kakak, lagi di mana sekarang?’ 10 Aci’ ami ba bajuku nan! ‘Kakak ambil bajuku dong!’ 11 Begawat, ka muna acara sarian ni? ‘Pak, ke mana acara hari’? 12 Uma, jadi basuman bolup? ‘Ibu, sudah masak nasi belum? 13 Pambokal honak ka muna? ‘Bapak/Ibu kepala desa, mau pergi ke mana?’ 14 Umak, honak ka muna? ‘Ibu, mau ke mana?’ 15 ‘Ka muna Umak tay ci? ‘Ke mana Ibu kak?’ 16 Umak atau Inak, jadi bemansa’ bolup? ‘Ibu, sudah memasak?’ 17 Apak nak ka huma bay? ‘Ayah mau ke ladang?’ 18 Copat tam Ajunt’! ‘Ayo, cepat Sayang!’ 19 Uya Puhutan Batinak, di muna sa ongah nan? ‘Ibu Mertua, di mana mereka?’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

20 Ongah Puhutan Batinak, jadi mandiam bay? ‘IbuMertua, sudah mandi apa belum?’ 21 Uya Puhutan Lalaki, honak minum kopi bay? ‘Bapak mertua, mau minum kopi?’ 22 Ongah Puhutan Lalaki, makat tam! ‘Bapak Mertua, mari makan!’ 23 Uya Puhutan, muna jala ni? ‘Ibu Mertua atau Bapak Mertua di mana jaring kita?’ 24 Ongah Puhutan, jadi nyoga am bay? ‘Bapak Mertua atau Ibu Mertuasudah sarapan?’ 25 Nantu, goreng ba lauk kita tay! ‘Nak, tolong goreng ikannya!’ 26 Pupui Batina’, honak ka muna? ‘Nenek Buyut mau ke mana? 27Lal Lalam Batina’, Lalam Muda’, Dalap Batina, Dalap Muda’, atau Dalap Kocet jadi makat bolup?” ‘Nenek sudah makan belum?’ 28 Surunt ka muna abu’ tay? ‘Nenek, kakek ke mana?’ 29 Apihmuna papinangan duat ni? ‘Nenek, di mana tempat pinangnya? 30 Mak Tuha, tam ngasa ka ula’! ‘Bibi, ayo jalan ke sana! 31 Keke, di muna ember tay? ‘Bibi, embernya di mana?’ 32 Yaya, tam kita merobuk ‘Bibi, ayo kita mencari rebung!’ 33 Ingking honak moli babi cada? ‘Bibi, mau membeli babi tidak?’ 34 Gonuk, tam bejalat! ‘Bibi, Ayo jalan!’ 35 Itam, muna ladik ni? ‘Bibi, mana pisaunya?’ 36 Bunsu/Usu, muna pemakatan ni? Bibi, di mana makanannya? 37 Dara, tam marobuk! ‘Bibi, ayo cari rebung!’ 38 Mak Kocet, pulakam bay? ‘Bibi sudah pulang?’ 39 Pupui Lalaki nan ka muna? ‘Kakek buyut ke mana?’ 40Lal Lalam lalaki, lalam Tuha, Dalap lalaki, Dalap Tuha, atau Dalap Bosar bila duat mejorat pa bay? ‘Kakek, gak mejerat babi?’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

41 Abo honak ka huma bay? ‘Kakek mau ke sawah?’ 42 Pak Tuha, muna abo nan? ‘Paman, kakek di mana?’ 43 Rengkek, jadi bemansa bolup mina nan? ‘Paman, bibi sudah masak?’ 44 Bujak, baikam bay? ‘Paman, sudah sembuh?’ 45 Pak kocet, honak manjala cada? ‘Paman, mau jaring ikan gak?’ 46 Ongah dapat lau’ cada? ‘Paman atau Bibi dapat ikan gak?’ 47 ’ Uwa, jadi ku gasa’i am pirik tay!’ ‘Paman atau Bibi, piringnya sudah saya cuci!’ 48 Oco, muna sida tay? ‘Paman atau Bibi, di mana mereka?’ 49 Kat sopa kolai tay Nakat? ‘Sama siapa kamu Nak?’ 50 Acik, muna uma nan? ‘Kakak, di mana Ibu?’ 51 Adik, kabila kap ka huma? Adik, kapan kalian ka pasar?’ 52 Muna sa umak nan Tuha? ‘di mana Ibu, kakak atau adek?’ 53 Kunsu, jadi makat bolup? ‘Adik, sudah makan apa belum?’ 54 Ibu Camat, honak ka muna? ‘Ibu camat mau ke mana?’ 55 Hiba kabar duat Ibu Lurah? ‘Apa kabar Ibu Lurah?’ 56 Ibu Kades jam bropa pambagian raskin tay? ‘Ibu Kepala Desa, jam berapa pembagian beras raskinya? 57 Ibu Sekdes di muna pambokal ni? ‘Ibu sekretaris desa, di mana ibu atau bapak kades?’ 58 Ibu Guru, jadiam bay pegawi tay? ‘Ibu Guru, sudah belum perkejaannya?’ 59 Apa penyakint ku tay bidat? ‘Saya sakit apa bu bidan?’ 60 Moli ubat ba ibu mantri! ‘Ibu Mantri, saya mau beli obat!’ 61 Pak Camat, jadi makatam bay? ‘Pak Camat, sudah makan kah?’ 62 Pak Lurah jam bropa mulai acaranya tay? ‘Pak Lurah, jam berapa acaranya dimulai?’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

63 Pak Kades, hiba jolu kita salapan tay? ‘Pak Kepala Desa, bagaimana urusan kita yang kemarin?’ 64 Pak Sekdes, jadi bolup acara tay? ‘Pak Sekretaris Desa,sudah selesai belum acaranya?’ 65 Pak Guru, dikumpul kabila PR ni? ‘Pak Guru, dikumpul kapan PRnya?’ 66 Pak Mantri, ubati anakku ba! ‘Pak Mantri, obati anakku!’ 67 Muna ubat tay Mantri! ‘mana obatnya perawat?’ 68 hiba pakara urak tay Mantir Adat ? ‘Bagaimana perkaranya Ketua Adat?’ 69 Pambokal kabila rapat tay? ‘Pak Kades, kapan rapatnya?’ 70 Kamuna Abu mMantan? ‘mau ke mana, Kakek Mantan Kepala Desa?’ 71 Jadi makat bolup Pak Mantan? ‘Sudah makan belum Bapak Mantan Kepala Desa?’ 72 Tam usi’ an kami Begawat! ‘Ayo ke rumah kami Pak!’ 73 Tam makat ke rumah kami Mas Patih! ‘Ayo makan ke rumah kami, Pak!’ 74 Luapa pegawi kita ni, Mas Radet! ‘Apa kerjaan kita sekarang Pak! 75 Tam kita nyoga Mas Prabu! ‘Ayo kita sarapan pak!’ 76 Honak ngasa ka muna Bosar? Mau jalan-jalan ke mana Pak?’ 77 Patingi/Mas Patingi , tuluk pinyapi kami duit ba! Pak, tolong pinjamkan kami uang!’ 78 Abu Patingi, honak ka muna duat nan! ‘Kakek, mau ke mana?’ 79 Apa acara dikap nan Mas Jayak? ‘Apa kegiatannya hari ini, Pak? 80 Honak ngasa ka muna, Macat Muda? ‘Mau jalan ke mana Pak?’ 81 Hiba urusan duat tay, Mas Tamonguk? ‘Gimana urusannya Pak? 82 Jadiam pagawi dikap tay, Tatali? ‘Sudah selesai acaranya Pak? 83 Tam makat ke kamian, Mangku! ‘Mari Pak, makan di rumah kami!’ 84 Honak minum kopi bay Patih Anum? ‘Bapak Mau minum kopi?’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

85 Ka muna kolai tai Jayang Suka? ‘Tadi ke mana Pak?’ 86 Di muna urak bajual tuak nan Mas Gamalak? ‘Di mana orang menjual tuak Pak?’ 87 Luapa kabar duat nan Mas Labihi? ‘Bagaimana kabarnya Pak? 88 Mahanyi bolup kap tay Mas Kanuruhan? ‘Panen belum ladangnya Pak?’ 89 Sopa kawal nan Mantan? ‘Sama siapa Ibu atau Bapak?’ 90 Abu nak bakayuh ka mun? ‘Kakek, mau mendayung ke mana?’ 91 Om, honak mudik bay? ‘Paman, mau mudik ya?’ 92 Bujang, ka muna sa apak kolai nan? ‘Nak, ke mana Bapakmu?’ 93 Ninik ada sirih bila? ‘Nenek ada daun sirih gak?’ 94 Mina’ na ka muna duat nan? ‘Bibi, mau ke mana?’ 95 Galuh, tam kita nona’ am! ‘Nak, ayo kita tidur!’ 96 Pupui honak teh atau kopi? ‘Kakek atau Nenek, mau teh atau susu?’ 97 We, tam kita ngasa! ‘Teman, ayo kita jalan-jalan! 98 Au ba kiha! ‘Iya Kiha!’ 99 Jam bropa kita mosat tay Uma/apak Nikki? ‘Ibu/Ayah Niki jam berapa kita nyari ikannya?’ 100 Honak ka muna lagi Duhau! Mau ke mana lagi Duhau! 101 ’Jolu apa kolai makat nan Kotis? ‘Apa yang kamu makan Kotis?’ 102 Langkis, tam ngasa! ‘Langkis, ayok jalan!’ 103 Kek, tam minum tuak! ‘Kek Ayok kita minum Tuak!’ 104 Mas Patih Karang Diawat, maukir perahu bay? ‘Pak, apakah sedang mengukir sampan?’ 105 Mas Tamonguk Patar, nak ka muna ? ‘Pak, mau ke mana?’ 106 Ingking honak moli babi cada? ‘Bibi, mau membeli babi tidak?’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

107 Gonuk, tam bejalat! ‘Bibi, Ayo jalan!’ 108 Mina na ka muna duat nan? ‘Bibi, mau ke mana?’ 109 Mak Kocet, pulakam bay? ‘Bibi sudah pulang? 110 Bunsu mansa apa? ‘Bibi masak apa? 111 Oco tam makat! ‘Bibi, Ayo makan!’ 112 Ibu/Bapak Camat, honak ka muna? ‘Ibu/ Bapak camat mau ke mana?’ 113 Hiba kabar duat Ibu Lurah? ‘Apa kabar Ibu Lurah?’ Pak Lurah jam bropa mulai acaranya tay? ‘Pak Lurah, jam berapa acaranya dimulai?’ 114 Ibu kades, ka muna bla patugas desa ni bi? ‘Ibu Kades, petugas-petugas desa ke mana ya?’ Pak Kades, hiba jolu kita salapan tay? ‘Pak Kepala Desa, bagaimana urusan kita yang kemarin?’ 115 Pambokal kabila rapat tay? ‘Pak Kades, kapan rapatnya’ 116 hiba pakara urak tay Mantir Adat ? ‘Bagaimana perkaranya Ketua Adat?’ 117 Tam usi’an kami Bagawat! ‘Ayo ke rumah kami Pak!’ 118 Ka muna Mantan? ‘ke mana I(Bu) atau Ba(Pak) Mantan Kepala Desa?’ 119 Ka muna kolai taiJayang Suka? ‘Tadi ke mana Pak?’ 120 Jadiam pagawi dikap tay, Tatali? ‘Sudah selesai acaranya Pak? 121 Tam makat ke kamian, Mangku! ‘Mari Pak, makan di rumah kami!’ 122 Honak minum kopi bay Patih Anum? Bapak Mau minum kopi?’ 123 Honak ngasa ka muna, Macat Muda? ‘Mau jalan ke mana Pak? 124 Tam makat ke rumah kami Mas Patih! ‘Ayo makan ke rumah kami, Pak!’ 125 Apa acara dikap nan Mas Jayak? ‘Apa kegiatannya hari ini, Pak? 126 Hiba urusan duat tay, Mas Tamonguk? ‘Gimana urusannya Pak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

127 Di muna urak bajual tuak nan Mas Gamalak? ‘Di mana orang menjual tuak Pak?’ 128 Mahanyi bolup kap tay Mas Kanuruhan? ‘Panen belum ladangnya Pak?’ 129 Luapa kabar duat nan Mas Labihi? ‘Bagaimana kabarnya Pak? 130 Luapa pegawi kita ni, Mas radet! ‘Apa kerjaan kita sekarang Pak!’ 131 Tam kita nyoga Mas prabu! ‘Ayo kita sarapan pak!’ 132 Honak ngasa ka muna Bosar? Mau jalan-jalan ke mana Pak?’ 133 Mas Patih Karang Diawat, maukir perahu bay? ‘Pak, apakah sedang mengukir sampan?’ 134 Mas Tamonguk Patar, nak ka muna ? ‘(Ba)Pak, mau ke mana?’ 135 Mas Patingi, honak kamuna? ‘Ba(Pak) mau ke mana?’ 136 Ongah Patingi, honak kamuna? ‘Paman, mau ke mana?’ 137 Abu Patingi, honak kamuna? ‘Kakek mau ke mana?’ 138 Bapak/ Ibu Guru, ulih pulak bolup kita ni? ‘Bapak/Ibu Guru, sudah bisa pulang belum ? 139 Bidat, kabila aku melahiran ni? ‘Bu Bidan kapan saya akan melahirkan?’ 140 Muna ubat tay Mantri! ‘mana obatnya I(Bu) /Ba(Pak)?’ 141 Muna ubatku tay Parawat? ‘Mana obatnya I(Bu)/(Ba/Pak) 142 Honak perjalanan dinas ka muna I(Bu)/Ba(Pak) Camat? ‘Mau perjalanan dinaske mana I(Bu)/(Ba(Pak) camat?’ 143 Honak ka muna Pambokal? ‘Mau ke mana Pak?’ 144 I(Bu)/Ba(Pak) Kades, ka muna bla patugas desa ni bi? I(Bu)/Ba(Pak) Kades, petugas-petugas desa ke mana ya? 145 I(Bu)/(Ba(Pak) Sekdesdi muna pambokal ni? ‘I(Bu)/Ba(Pak) Sekretaris Desa, di mana ibu atau bapak kades?’ 146 Pak Guru, pulak bolup? ‘Pak Guru, sudah pulang belum? 147 Abo, sakolah cada kita hobu ni? ‘Kakek, besok kita sekolah nggak?’ Pak Kades, jadi makatam bay? ‘Pak Kepala Desa, sudah makan kah?’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

148 Pambokal nak ka muna? ‘Pak Kades mau ke mana?’ 149 Ongah, tam makat! ‘Paman, ayok makan’ 150 Upui Batinak muna buah pinang ni? ‘Nenek Buyut di mana buah pinangnya?’ 151 Upui Lalaki jadi makat bolup? ‘Kakek Buyut sudah makan belum?’ 152 Lalam batinak, honak sirih cada? ‘Nenek ada sirih gak?’ 153 Lalam lalaki minta duit ba! ‘Kakek minta duit!’ 154 Abu tam kita ke huma! ‘Kakek ayok ke ladang!’ 155 Umak, mansa apa duat tay? ‘Ibu, masak apa?’ 156 Apak tam kita manjala! ‘Ayah, mari kita mencari ikan!’ 157 Uyak puhutan honak kopi atau teh? ‘Ibu atau ayah mertua, mau kopi atau teh?’ 158 Ongah puhutan di muna adik tay? ‘Ibu atau Ayah mertua di mana adik?’ 159 Surunt di muna abu nan? ‘Nenek di mana kakek?’ 160 Apih, jadi makat bolup? ‘Nenek sudah makan belum?’ 161 Mak/Pak Tuha di muna aci nan? ‘Bibi/Paman di mana kakak?’ 162 Keke tam mancik! ‘Bibi ayok mancing!’ 163 Uwa, bejual apa duat nan? Bibi sedang menjual apa? 164 Yaya, makat apa duat nan? ‘Bibi sedang makan apa?’ 165 Ingking di muna ongah tay? ‘Bibi, di muna om tay? 167 Gonuk, tam bejalat! ‘Bibi, Ayo jalan!’ 168 Itam, muna ladik ni? Bibi di mana pisau?’ 169 Bunsu honak ka muna kap nan? ‘Bibi, mau ke mana kalian?’ 170 Dara tam merobuk! ‘Bibi ayok cari rebung!’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

171 Oco muna sandal ku tay? ‘Bibi mana sandalku?’ 172 Uyak tam nyambal! ‘Bibi/Paman ayok ngerujak!’ 173 Mak kocet jadi makat bolup? ‘Bibi, sudah makan belum?’ 174 Acik, ka muna ontai tay? Kakak, tadi pergi ke mana?’ 175 Adik, tam makat! Adik ayok makan! 176 Kunsu, ami kain lap ba! ‘Sayang, tolong ambil kain pel di sana!’ 177 Ka muna laki kolai tay, Nantu? ‘Ke mana suamimu Nak?’ 178 Copat tam Ajunt! ‘Ayo, cepat Sayang!’ 179 Mak Tuha, mansa apa duat tay? ‘Bibi masak apa tdai?’ 180 Bunsu, Mansa bolup nasi tay? Bibi, nasinya sudah masak belum? 181 Ingking, apa gawi duat nan? ‘Bibi, sedang buat apa 182 Ka koni ba we’! ‘Ayo ke sini kawan!’ 183 Awu ba Abu ai! ‘Iya kakek!’ 184 Jolu apa lagi Kiha? ‘Mau apa lagi Kiha?’ 185 Ka muna lagi Duhau! ‘Ke mana lagi Duhau!’ 186 ‘Makat apa kolai nan, Kotis! ‘Sedang makan apa, anak stress!’ 187 Langkis, tam ngasa! ‘Langkis, ayok jalan!’ 188 Pelai lu apa kahonak kolai ni! ‘Apa yang kamu mau Pelai?’ 189 Tam mancik Tuha! ‘Ayok, mancing Tuha!’ 200 Tam, minum tuak kek! ‘Ayo minum tuak Teman!’ 201 A : We, tam main gansik! ‘Teman, ayo kita main gasing!’ B : Ayoam We, Tapi main di muna? ‘Ayok Teman, tapi kita main di mana ya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

202 Ibu : Amik ba We sesapu di sodu nan! ‘Teman, tolong ambilkan ibu sapu di belakang!’ Anak: Awu We! ‘Iya Teman!’ 203 A :We, tam kita ngasa! ‘Teman, ayok jalan!’ B : We kita nan jangan hala ngasa, mendingan kita belajarpake kita naik kelas. ‘Teman, kita jangan terlau sering jalan, mending kita belajar supaya naik kelas. A : Awu ba Abu ai! ‘Iya Kakek!’ 204 A : Kiha, main gotah nan jangan curak! ‘Kiha, kalau main karet jangan curang!’ B : Kolai nan curang nan Langkis! ‘Kamu yang curang Langkis! 205 Pupui, honak bakayuh ka muna? ‘Kakek Buyut, mau mendayung ke mana?’ 206 Nenek numpak makan pinang bay? ‘Nenek, permisi saya numpang nginang ya?’ 207 Honak ka muna Abu? ‘Mau ke mana, Kakek?’ 208 Om, pinjam ba pancis nan! ‘Paman, saya pinjam korek!’ 209 Minak, moli minyak goreng ba! ‘Bibi, beli minyak goreng!’ 210 Minak, moli minyak goreng ba! ‘Bibi, beli minyak goreng!’ 211 Bujang, dodau ba apak kolai tay! ‘Nak, tolong panggilkan ayahmu!’ 212 Pupui, honak bakayuh ka muna? ‘Kakek Buyut, mau mendayung ke mana?’ 213 Amik ba Galuh ember nan! ‘Tolong ambilkan ember itu, Nak!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Nicki Pratama dilahirkan pada

tanggal 9 maret 1996, di Desa Sekoban, Kecamatan

Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan

Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara yang dilahirkan dari pasangan bapak

Artiananti dan ibu Irma Wati. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di

SDN 1 Sekoban pada tahun 2002 sampai 2007. Setelah lulus sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama di SMPN 1

Lamandau pada tahun 2008 sampai 2011. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Bulik pada tahun 2011 sampai 2014. Setelah lulus dari SMA, penulis melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta dengan memilih Program Studi Sastra

Indonesia, Fakultas Sastra di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun

2014 sampai 2018.