Quick viewing(Text Mode)

Bab Ii Kajian Teori A. Tinjauan Umum Pusat Jamu

Bab Ii Kajian Teori A. Tinjauan Umum Pusat Jamu

14

BAB II

KAJIAN TEORI

A. TINJAUAN UMUM PUSAT JAMU

1. Pengertian Obat Tradisional

Obat bahan alam yang lebih dikenal dengan obat tradisional adalah

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan sari atau galenik atau campuran dari bahan tersebut yang

secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman. Sejalan dengan tren „back to nature‟ yang berkembang pada

masyarakat saat ini, penggunaan berbagai tumbuhan serta bahan alam lainnya

sebagai altenatif obat terus berkembang semakin besar, baik untuk

pengobatan suatu penyakit maupun pemeliharaan kesehatan.

Obat tradisional telah lama digunakan dan dikenal oleh masyarakat di

Indonesia untuk tujuan pengobatan maupun perawatan kesehatan. Bentuk

ramuan-ramuan tradisional merupakan pengembangan obat tradisional yang

berkembang di masyarakat, kemudian menjadi suatu ramuan yang diyakini

memiliki khasiat tertentu bagi tubuh manusia. Sejak saat itu obat–obat

tradisional mendapatkan perhatian oleh masyarakat Indonesia

(Hendri Wasito, 2011 : 1-10).

2. Perkembangan Obat Tradisional Indonesia

Penggunaan obat tradisional atau obat herbal di tingkat global terus

meningkat, baik di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia

maupun di negara maju. Nenek moyang bangsa Indonesia telah mewariskan 15

banyak obat–obatan yang telah teruji khasiatnya dan tetap lestari hingga saat ini dengan didukung oleh pembuktian ilmiah melalui uji pra-klinik dan uji klinik. a. Penggolongan Obat Tradisional Indonesia

Menurut peraturan badan pengawasan obat dan makanan (Badan

POM) Indonesia, obat bahan alam di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah ramuan dari bahan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu sebagai warisan budaya bangsa harus tetap dilestarikan dengan fokus utama pada aspek mutu dan keamanannya (safety) dengan khasiat jamu sebagai obat tradisional didasarkan pada pengalaman empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan diuji praklinis, dan bahan bakunya telah terstandardiasi. Sedangkan fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan diuji praklinis dengan hewan percobaan dan telah melalui uji klinis pada manusia serta bahan baku dan produknya telah terstandardisasi. Sehingga dari ketiga golongan obat tradisional ini saling terkait satu sama lain, hanya beda dikelengkapan proses pembuatannya.

Pada umumnya jamu dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang diracik dari berbagai tanaman obat berkhasiat. Jumlah bahan 16

yang digunakan cukup banyak sekitar 5-10 macam tanaman bahkan lebih.

Bentuk sediaan jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai klinis, namun cukup dengan bukti empiris dari pengalaman penggunaan di masyarakat.

Gambar 2.1 Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka yang Terdapat Dalam Kemasan Obat Tradisional (Sumber: Hendri Wasito, 2011, Scan Buku “Obat Tradisional Kekayaan Indonesia”)

b. Perkembangan Penelitian Obat Tradisional Indonesia

Penelitian tentang upaya pengembangan obat tradisional banyak dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun swasta serta lembaga perguruan tinggi. Penelitian-penelitian tersebut seperti penelitian kandungan kimia tanaman yang berkhasiat sebagai obat, penelitian analisis kimia kandungan bahan aktif tanaman, penelitian farmakologi dan toksikologi, pembuatan ekstrak tanaman skala industri, standardisasi ekstrak bahan alam, formulasi ekstrak ke bentuk sediaan obat, penelitian toksisitas formulasi, dan penelitian analitis produk formulasi. c. Perkembangan Industri Obat Tradisional Indonesia

Obat tradisional pada awalnya dibuat oleh masyarakat serta tradisional untuk pengobatan tersendiri atau pada lingkungan yang terbatas, kemudian berkembang menjadi industri rumah tangga dan selanjutnya sejak 17

pertengahan abad ke-20 telah diproduksi secara massal baik oleh industri kecil obat tradisional (IKOT) maupun industri obat tradisional yang lebih modern dengan mengikut perkembangna teknologi dalam pembuatan obat tradisional. Dalam rangka pengembangan ekonomi, sosial, budaya, serta ilmu dan teknologi diperlukan penyediaan obat yang aman, benar khasiatnya, serta mempunyai mutu yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Pengembangan industri obat dapat tersebar secara luas dan terjangkau oleh masyarakat dalam jumlah maupun jenis sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan (Hendri Wasito, 2011: 11-

26).

Gambar 2.2 Arah Pengembangan Obat Tradisional Indonesia (Sumber: Hendri Wasito, 2011, Scan Buku “Obat Tradisional Kekayaan Indonesia”)

3. Jenis Bentuk Sediaan Obat Tradisional

Beberapa bentuk sediaan obat tradisional Indonesia yang banyak beredar dimasyarakat antara lain berbentuk rajangan, serbuk, pil, atau jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, cairan obat luar, sari jamu, salep atau krim, koyok, parem, pilis, dan tapel.

18

a. Sediaan Padat/ Kering Obat Tradisional

Salah satu bentuk sediaan obat tradisional yang disajikan dalam bentuk kering atau padat adalah rajangan. Bentuk sediaan rajangan adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Bentuk persediaan ini merupakan bentuk sedian yang paling sederhana dan tidak membutuhkan teknologi yang tinggi.

Gambar 2.3 Bentuk Sediaan Rajangan Obat Tradisional (Sumber: Hendri Wasito, 2011, Scan Buku “Obat Tradisional Kekayaan Indonesia”)

Bentuk sediaan kering obat tradisioanal yang banyak beredar di pasaran adalah dalam bentuk serbuk. Sediaan serbuk dapat dibuat dari bagian tumbuh–tumbuhan yang dikeringkan secara alami atau merupakan campuran dari dua atau lebih bahan dalam perbandingan tertentu. Bentuk sediaan serbuk biasanya dicampukan dengan air panas, atau dicampur dengan minuman lainnya. Kekurangan dari bentuk sediaan ini adalah apabila obat terbuat dari bahan yang pahit maka akan terasa kurang enak serta sediaannya mudah terurai karena higroskopis. Untuk mengatasinya, dapat ditambahkan bahan 19

pemanis serta dibungkus dengan pembungkus yang berkualitas tidak mudah terkena paparan udara dari luar.

Sediaan obat tradisional juga banyak kita jumpai dalam bentuk pil. Pil merupakan sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat dimana bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya. Sediaan pil biasanya digunakan secara oral atau ditelan. Pil dibuat dengan mencapurkan bahan obat tradisional dengan bahan pengisi pil yang sesuai seperti bahan pengisi dan pengikat yang cocok.

Pastiles merupakan bentuk sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih umumnya berbentuk segi empat dimana bahan bakunya campuran serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campuran keduanya. Proses pembuatannya hampir mirip dengan pembuatan pil, hanya bentuk akhirnya berupa lempengan pipih yang biasanya berbentuk segi empat. Bentuk sediaan obat tradisional yang lebih modern adalah kapsul. Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak dengan bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.

Cangkang kapsul biasanya terbuat dari campuran gelatin, gula dan air, warnanya jernih atau dengan tambahan warna yang disesuaikan dan pada dasarnya tidak memiliki rasa. 20

Gambar 2.4 Kapsul Dan Tablet, Salah Satu Alternative Bentuk Sediaan Obat Tradisional (Sumber: Hendri Wasito, 2011, Scan Buku “Obat Tradisional Kekayaan Indonesia”)

Selain bentuk sediaan obat tradisional yang berbentuk kering atau padat yang digunakan sebagai obat dalam atau diminum, terdapat bentuk sediaan lainnya yang digunakan sebagai obat luar untuk dipakai dipermukaan tubuh atau kulit. Beberapa bentuk sediaan tersebut yang banyak beredar di masyarakat adalah berupa koyok, parem, pilis, dan tapel. Bentuk sediaan pemakaian luar ini ditujukan untuk menghasilkan efek lokal atau fisik, pelindung kulit, pelincir, pelembut, atau untuk efek lokal khusus sesuai dengan bahan berkhasiat yang digunakan.

Koyok adalah sediaan obat tradisional berupa kain yang cocok dan tahan air yang dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan galenik, digunakan sebagai obat luar dan pemakaiannya ditempelkan pada kulit.

Parem, pilis, dan tapel merupakan sediaan pada obat tradisional yang bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya dan digunakan sebagai obat luar. Bahan–bahan simplisia atau bahan yang digunakan harus dicampur hingga homogen terlebih dahulu kemudian dibuat menjadi adonan dan kemudian dikeringkan untuk selanjutnya dikemas. 21

Bentuk sediaan ini biasanya digunakan dengan dibalutkan pada tempat yang hendak diobati dimana sebelumnya massa obat tersebut harus diencerkan atau dibasahi dengan air terlebih dahulu. Sediaan paem, pilis, dan tapel biasanya digunakan untuk obat luar untuk mengobati memar, nyeri otot, demam, menghaluskan kulit dan penyakit pada permukaan kulit.

Gambar 2.5 Tempat Penyimpanan Simplisia Dalam Pembuatan Obat Tradisional (Sumber: Hendri Wasito, 2011, Scan Buku “Obat Tradisional Kekayaan Indonesia”) b. Sediaan Semisolid Obat Tradisional

Sediaan obat tradisional juga dapat dibuat dalam bentuk semi padat seperti sediaan dodol atau jenang atau dalam bentuk salep maupun krim. Obat bentuk semisolid ini dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar.

Dodol atau jenang adalah sediaan padat obat tradisional bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya. Jika dibandingkan dengan bentuk sediaan kering, daya tahan sediaan padat ini cenderung lebih rendah.

Sediaan salep atau krim adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan yang bahan bakunya berupa sediaan galenik yang larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep/krim yang cocok dan umumnya digunakan sebagai obat luar. Beberapa contoh bahan dasar salep adalah 22

paraffin, salep putih atau kuning, minyak mineral, lanonin, metal paraben, polietilen, serta bahan dasar salep lainnya.

Gambar 2.6 Bentuk Sediaan Obat Tradisional Berbentuk Krim (Sumber: Hendri Wasito, 2011, Scan Buku “Obat Tradisional Kekayaan Indonesia”)

Dan pada umumnya sediaan krim lebih mudah menyebar secara merata serta krim dalam bentuk emulsi minya dalam air lebih mudah untuk dibersihkan dari pada bentuk salep. Beberapa contoh bentuk sediaan krim dalam obat tradisional biasanya digunakan sebagai kosmetik atau untuk mempercantik kulit dan wajah. c. Sediaan Cair Obat Tradisional

Obat tradisional juga banyak dipasarkan dalam bentuk sediaan obat cair, baik untuk penggunaan pemakaian obat dalam maupun sebagai obat luar. Beberapa bentuk sediaan cair seperti sirup, emulsi, suspensi, larutan, jamu cair, eliksir, dan bentuk cairan lainnya. Cairan obat dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam air yang bahan bakunya berasal dari serbuk simlisia atau sediaan galenik dan digunakan sebagai obat dalam. Sedangkan cairan obat luar adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi yang bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar. Selain itu 23

juga terdapat sediaan sari jamu yang merupakan cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung etanol.

Gambar 2.7 Jamu Gendong Merupakan Salah Satu Bentuk Sediaan Cair Obat Tradisional (Sumber: Hendri Wasito, 2011, Scan Buku “Obat Tradisional Kekayaan Indonesia”)

Untuk sediaan berbentuk larutan biasanya ditambahkan bahan yang dapat membuat rasa obat tradisional menjadi lebih enak seperti penambahan gula jawa, gula aren, atau pemanis lainnya. Untuk bahan sediaan larutan yang memiliki konsentrasi gula yang tinggi biasanya disebut sebagai sirup.

Obat tradisional yang mengandung bahan–bahan yang tidak larut dalam air biasanya dibuat menjadi bentuk suspensi. Bentuk obat suspensi mengandung bahan obat tradisional yang terbagi secara halus, disebarkan secara merata dalm pembawa berupa larutan yang bahan tersebut terlarut sebagian kecil dalam pelarut yang digunakan (Hendri Wasito, 2011 ; 27-39). 24

Gambar 2.8 Sediaan Emulsi Obat Tradisional (Sumber: Hendri Wasito, 2011, Scan Buku “Obat Tradisional Kekayaan Indonesia”)

B. TINJAUAN KHUSUS PUSAT JAMU

1. Cafe

a. Pengertian Cafe

Ada beberapa pengertian tentang cafe, antara lain Menurut Marsum

W.A dalam bukunya restoran dan segala permasalahannya, “Cafe adalah

restoran kecil yang mengutamakan penjualan cake (–kue), sandwich

(roti isi), kopi, teh. Pilihan makanan terbatas dan tidak menjual minuman

beralkohol” (Marsum W.A, 1993: 8).

Cafe berasal dari Bahasa Perancis yang secara harfiah adalah

(minuman) kopi yang kemudian menjadi tempat di mana seseorang bisa

minum-minum, tidak hanya kopi, tetapi juga minuman lainnya. Cafe

adalah sejenis restoran dimana pelayanannya juga disajikan berupa hiburan

music life show dan lain-lain. Dengan berkembangnya jaman, cafe ini

semakin luas artinya, tidak hanya tempat untuk menikmati makanan dan

minuman tetapi juga tempat bersosialisasi dan mencari teman baru dan

cafe merupakan tempat informal yang menyajikan makanan dan minumam 25

ringan. (Sabandar, Mega. 2012. Rumah Cantik Di . http://e- journal.uajy.ac.id/660/2/1TA12893.pdf (diakses tanggal 12 Juli 2015))

Jadi bisa disimpulkan cafe merupakan restoran kecil atau tempat makan dan minum yang bersifat tidak formal yang digunakan juga untuk bersosialisasi serta mencari teman baru yang mengedepankan suasana sehingga nyaman untuk dikunjungi. b. Elemen Interior Cafe

1) Lantai

Lantai pada restoran harus fungsional dan dekoratif, dan

pemilihan material lantai, mempunyai pengaruh dalam pembersihan

dan perawatannya. Penampilan adalah kebutuhan utama dalam

lounge atau restoran dimana menggambarkan kenyamanana, hangat,

dan ketenangan yang diharapkan, dalam situasi ini kebersihan

menjadi pertimbangan kedua. (Lawson, Restoran Planning &

Design, 1973).

2) Dinding

Dinding yang stabil, akurat dan simetris akan memberikan kesan

formal, yang oleh beberapa pihak dapat diperbaiki dengan

menggunakan tekstur yang halus. Sebaliknya, dinding terbentuk

tidak teratur terlihat lebih dinamis. Atau tekstur, pola, dan warnanya

keras, dinding akan semakin aktif dan dapat mengundang perhatian

kita (Ching, Ilustrasi Desain Interior, 1996).

26

3) Plafon

Material yang digunakan pada plafon adalah material yang

mudah dibersihkan. Material – material yang digunakan adalah yang

tidak mudah terbakar dan pemilihannya sesuai konsep tapi juga

memiliki jangka waktu penggunaan minimal lima tahun (Mc’

Gowan, Interior Graphic Standart, 2004).

4) Pencahayaan

Tingkat pencahayaan dapat sangat bervariasi berdasarkan jam

operasional. Pencahayaan pada area penyajian makanan seharusnya

dilengkapi dengan perlengkapan pencahayaan yang terang (Mc’

Gowan, Interior Graphic Standart, 2004).

Intensitas Cahaya Efek Psikologis Ruang

Ruang Public (Toko, Terminal, Terang Formal, Riang, Megah Dll). Ruang Anak – Anak, Kantor, Ruang Tamu. Akrab, Romantic, Hangat, Ruang Keluarga, Ruang Agak Redup Nyaman. Makan/Restoran, Taman Redup Tenang, Hening, Syahdu Ruang Tidur

Tabel 2.0. Efek Psikologis Pencahayaan (Sumber: Mc’ Gowan, 2004, Interior Graphic Standart)

5) Penghawaan

Pada tingkat rata – rata, orang lebih nyaman duduk direstoran

normalnya berada pada keadaan suhu ruang 18oc – 20oc (Lawson,

Restoran Planning & Design, 1973).

6) Perabot

Perabot yang diganakan terdiri dari beberapa macam

berdasarkan jumlah tempat duduk. 27

2. Restoran

a. Pengertian Restoran

1. Dilihat dari arti kata, restoran berasal dari kata “re-store” yang

berarti mengembalikan atau memperbaiki kondisi setelah orang

bekerja. Dengan kegiatan tersebut orang akan mengalami kehilangan

energi atau kalori untuk itu diperlukan upaya pemulihan dengan

mengkonsumsi makanan atau minuman di suatu tempat. Tempat

dimana seseorang dapat mengembalikan tenaga atau kalori dalam

tubuh dinamakan “restoration”. Restoration kemudian berubah

menjadi “Restaurant” (bahasa Inggris) dan restoran (bahasa

Indonesia).

2. Pengertian pertama Restaurant sesuai dengan kamus bahasa Inggris

online http://dictionary.reference.com yaitu an establishment where

meals are served to customers (sebuah tempat bangunan yang

manyajikan makanan kepada pelanggan).

3. Pengertian kedua restoran berasal dari kata ”Restaurer” yang berarti

restore atau restorasi yang dalam bahasa Indonesia berarti

”memperbaiki atau memulihkan, yakni memulihkan kondisi

seseorang dari suatu kondisi yang kurang baik ke kondisi yang lebih

baik.

4. Jadi restoran adalah suatu tempat yang menyediakan makanan dan

minuman untuk dikonsumsi tamu sebagai kebutuhan dalam rangka

memperbaiki/memulihkan kembali kondisi yang telah berkurang

setelah melakukan suatu kegiatan. 28

5. Dari pengertian diatas restoran didefinisikan sesuai makanan dan

minuman yang dijual serta cara penyajian dan pelayanan yang

diberikan kepada pelanggan yang datang untuk menikmati hidangan

maupun sekedar untuk bersantai. (Weebly. 2015. Pengertian

Restoran. http://hotelwisata.weebly.com/restaurant/category/all

(diakses tanggal 10 April 2015))

Restoran sama halnya dengan rumah di lingkungan keluarga.

Rumah yang menyenangkan dan mengesankan akan mempunya

watak dan ciri khas tersendiri. Tamu yang datang ke rumah kita akan

merasa senang dan terkesan dengan penerimaan kita yang ramah,

hangat, dekorasi yang sesuai dan serasi, perabotan bersih serta udara

yang segar di dalam ruangan. Di Restoran, tamu diharapkan akan

merasa senang dan terkesan dengan makanan karena hidangan yang

beraneka ragam.

Disamping pengertian di atas, ditinjau dari aspek kewirausahaan

restoran dapat berarti suatu usaha yang komersial menyediakan jasa

pelayanan makanan dan minuman bagi umum dan dikelola secara

profesional. Hotel besar maupun sedang kebanyakan memiliki lebih

dari satu restoran untuk memberi kesempatan pada para pelanggan

memilih jenis restoran maupun makanan dengan harga bervariasi

sesuai dengan kemampuan masing-masing pelanggan. b. Klasifikasi Restoran

Dilihat dari pengelolaannya dan sistem penyajian, restoran dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu: 29

1) Formal Restaurant (Restoran Formal)

Pengertian restoran formal adalah industri jasa pelayanan

makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan

profesional dengan pelayanan yang eksklusif. Ciri-ciri restoran

formal antara lain:

1. Penerimaan pelanggan dengan sistem pemesanan tempat terlebih

dahulu.

2. Para pelanggan terikat dengan menggunakan pakaian formal.

3. Menu pilihan yang disedikan adalah menu klasik atau menu-

menu populer.

4. Sistem penyajian makanan yang dipakai adalah Russian service

atau French Service dengan berbagai modifikasi antara

keduanya.

5. Disediakan ruangan coktail selain ruangan jamuan makan yang

digunakan sebagai tempat minuman beralkohol sebelum santap

makan dimulai.

6. Dibuka untuk pelayanan makan malam atau makan siang, tetapi

tidak menyediakan untuk makan pagi.

7. Menyediakan berbagai merk minuman beralkohol, seperti: wine,

champagne dari berbagai negara.

8. Penataan bangku dan kursi memiliki area yang cukup luas

sehingga dapat dilewati oleh gueridon.

9. Tenaga yang dibutuhkan relatif banyak. 30

10. Harga makanan atau minuman relatif mahal dibandingkan

dengan restoran informal.

2) Informal Restaurant (Restoran Informal)

Restoran informal adalah industri jasa pelayanan makanan dan

minumanyang dikelola secara komersial dan profesional dengan

lebih mengutamakan pada kecepatan pelayanan, kepraktisan dan

percepatan frekuensi yang silih berganti pada pelanggan.

Ciri-ciri restoran informal:

1. Harga makanan dan minuman relatif terjangkau.

2. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat.

3. Para pelanggan tidak terikat menggunakan pakaian formal.

4. Sistem penyajian makanan menggunakan american service,

self service dan bahkan counter service.

5. Penataan meja dan kursi cukup rapat antara satu dengan

lainnya.

6. Menu yang disajikan terbatas pada menu-menu yang cepat

dalam penyajian.

7. Jumlah tenaga service relatif sedikit, dengan standar

kebutuhan pramusaji satu orang pramusaji dapat melayani 20

orang pelanggan.

3) Specialities Restaurant (Restoran Spesial)

Specialities Restaurant adalah industri jasa pelayanan makanan

dan minuman yang dikelola secara komersial dan profesional dengan

menyediakan makanan khas dari suatu negara tertentu. 31

Ciri-ciri Specialities Restaurant adalah:

1. Menyediakan sistem pemesanan tempat.

2. Menyediakan menu khas suatu negara (populer atau

disenangi.

3. Sistem penyajian makanan disesuaikan dengan budaya

negara asal dan dimodifikasi dengan budaya internasional.

4. Umumya hanya dibuka untuk menyediakan makan malam

dan makan siang.

5. Jumlah tenaga service sedang.

c. Jenis-Jenis Restoran

Ditinjau dari aspek bisnis restoran dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain:

1. Automat Restoran atau Vendetarian

Suatu restoran yang memakai mesin otomatis. Seseorang dapat

mengambil makanan dan minuman sendiri dengan memasukkan

coin.

2. Bistro

Restoran kecil ala Prancis.

3. Canteen

Restoran yang menyediakan makan kecil atau refreshment. Pada

awalnya restoran ini berada dalam kampus militer.

32

4. Cafe

Restoran kecil terutama menyediakan cake, sandwiches, coffee

dan teh Pilihan makanan umumnya terbatas. Tidak menyediakan

minuman beralkohol.

5. Cafetaria

Makanan yang disediakan terbatas pilihan-pilihannya, selain

makanan yang sifatnya seperti café dan juga menyediakan makanan

siap saji (fast food). Makanan yang disajikan biasanya ditata pada

meja service dan bersifat self service. Perhitungan harga makanan

berdasarkan makanan atau minuman yang diambilnya.

6. Chop Steak atau Steak House

Restoran yang mempunyai special steak atau chop.

7. Cabaret atau nite club

Restoran yang mengadakan pertunjukan di samping menjual

makanan dan minuman.

8. Coffee Pot

Restoran kecil yang murah harganya, berada di tepi jalan

( kopi).

9. Dellicatessent

Restoran special yang menjual dellicatessent food, seperti: ham,

sausage, bacon, dan sebagainya.

10. Dinner atau Kereta Makan

Restoran di kereta api atau restoran yang berbentuk kereta.

33

11. Drive Inn

Restoran di drive in theatre mobil (teater mobil),

menghidangkan makanan di mobil, kadang-kadang hanya menjual

makanan kecil seperti hot dog, sandwich, ice cream dan lain-lain.

12. Grill

Special restoran untuk steak atau chops. Hidangan dibakar

menurut selera tamu (cook to order).

13. Inn

Hotel atau motel dimana harga kamar sudah termasuk dengan

harga makanan dan minuman. Hidangan diantar ke kamar (room

service).

14. Wagon Restaurant

Restoran dorong, biasanya menyediakan makanan kecil, seperti

, sate, mie dan sebagainya.

15. Tavern

Restoran kecil yang menjual wine dan bir.

16. Common

Menghidangkan makanan untuk orang banyak dalam satu meja

panjang. Biasanya terdapat di institusi atau kampus militer.

Dengan perkembangan jaman dan kompleksitas masyarakat penggemar beberapa makanan memberikan peluang akan terciptanya tipe, karateristik restoran dengan menggabungkan beberapa jenis restoran yang banyak dijumpai akhir-akhir ini. Komentar pelanggan tentang makanan dan pelayanan yang diperoleh secara umum akan merefleksikan sikap 34

positif dari keseluruhan pada saat makan. Pengalaman tersebut jadi benilai negatif jika makanan dan pelayanan yang diperoleh oleh pelanggan buruk, sehingga kurang memberikan kepuasan secara pribadi. d. Ruang Lingkup Usaha Restoran

Food Service Operation adalah istilah yang umum dipergunakan untuk perusahaan yang bergerak di bidang layanan makanan dan minuman. Usaha ini dapat berbentuk macam-macam sesuai karakteristik dan layanan yang diberikan. Orang sering mengartikan istilah food service operation dengan restoran. Hal ini dapat dimengerti mengingat Food

Service Operation dapat berbentuk restoran, cafeatau jasa boga lainnya.

Sementara diantara jenis-jenis tersebut restoran merupakan jenis yang paling menonjol. Selengkapnya dalam uraian ini akan membahas masalah restoran. Sesuai skala bisnis produk restoran yang meliputi layanan makanan dan minuman, namun hal itu tidak bisa terlepas dari produk- produk yang sifatnya tidak terlihat, seperti: pelayanan para tamu, kebersihan, kesehatan, keramah-tamahan, kenyamanan dan sebagainya.

Meskipun secara teori analisis produk restoran dapat dikelompok- kelompokkan namun secara kenyataan operasional masing-masing aspek tersebut saling ketergantungan dan berhubungan satu dengan yang lain.

Restoran berskala besar tentu memiliki bagian-bagian yang lebih banyak dibanding restoran dalam skala kecil. Dalam kegiatannya masing-masing bagian yang ada di restoran saling berhubungan. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi kegiatan usaha restoran, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan demikian seorang pengelola harus benar-benar 35

pandai menyesuaikan kegiatan usahanya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dan strategis dalam operasional penerapan usaha restoran. (Ekawatiningsih, Prihastuti. 2009. Ruang lingkup wirausaha makanan bidang restoran. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prihastuti- ekawatiningsih-spd-mpd/ruang-lingkup-wirausaha-makanan-bidang- restoran-pkh-2009.pdf. (diakses tanggal 18 April 2015)) e. Display

1. Sistem Display

Serambi pamer untuk merik perhatian, pada area penjualan

biasanya dilengkapi dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang

dipajang denga mempertimbangkan musim atau gaya. Suatu serambi

pamer dapat memberikan kesan yang efektif, kesan tersrbut tentu

saja berhubungan dengan berbagai ide dan harga.

2. Display Interior

Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan

display interior menjadi :

a. Merchandise display, meliputi :

1) Open Display

Merupakan bentuk display yang memeberikan

kemungkinan pada pembelian untuk mengamati barang

dagangan tanpa bantuan pelayanan toko.

36

2) Closed display

Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam

almari dinding (wall case). Keuntungan utamanya adalah

terjaganya barang dagangan dari pencurian dan menjaga

kondisi siap dijual.

3) Architectural display

Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna

menunjukkan bermacam – macam barang dagangan sesuai

dengan bangunan, seperti model bangunan perumahan,

dapur, kamar secara menyaluruh. Keuntungan

utamanya adalah tepat memberikan gambaran utuh yang

nyata lewat peragaan dalam display ini.

4) Vendor display

Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan

tempat penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak

panajng.

5) Store sign and decoration

Istilah store sign meliputi tanda pembayaran, kartu

harga/hadiah, hiasan gantung, poster, bendera, spanduk dan

alat serupa. (Delbert J Ducan & Stanley D Hollander, 1997:

468). b. Perlengkapan Display

Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya

berupa etalase dan showroom 37

Macam – macam etalase :

1) Etalasi sistem terbuka

Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan

ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat

keseluruhan interior ruang dalamnya. Tidak ada

pengahalang kasat mata dan arah pandang kurang terfokus.

2) Etalase sistem tertutup

Etalase mempunyai pembatas antara ruang display

dengan ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak

terlihat, dan mempunyai pandangan visual lebih terfokus.

3) Etalase khusus

a) Etalase sudut

Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak

dipersimpangan jalan dan posisinya tepat disudut.

b) Etalase atas

Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari

bangunan bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai papan

reklame

c) Benam

Merupakan etalase yang memiliki lantai lebih

rendah daripada lantai sekitarnya

38

d) Etalase bertingkat

Etalase penggabungan antara etalase atas dan

etalase benam dan lebih lagi dengan etalase terbuka.

Sudut pandang kurang sesuai dengan sudut pandang

pengamat.

e) Etalase arcade

Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan

yang memanjang di belakang dengan bagian muka yang

sempit, sehingga ada ruang yang kurang efisien.

3. Galeri

a. Pengertian

Galeri adalah ruangan atau gedung tempat memamerkan benda

atau karya seni dan sebagainya.(istilahkata.com)

b. Tujuan dan Fungsi Galeri :

Tujuan dari sebuah galeri menurut kakanwil perdagangan adalah

memberikan informasi mengenai benda – benda yang hasil karya seni,

baik yang merupakan hasil karya para seniman maupun produk industry

terhadap para pengunjung dengan jalan memamerkan barang – barang

tersebut dalam peragaan yang sesungguhnya.(e-journal.uajy.ac.id)

Sedangkan fungsi galeri adalah sebagai wardah komunikasi

antara konsumen dengan produsen, yang mempunyai beberapa fungsi

sebagai berikut:

39

1) Sebagai wadah promosi barang seni

2) Sebagai wadah pembinaan bagi para seniman dalam

mengembangkan dan memasarkan hasil karya seninya.

3) Sebagai sarana komunikasi antara pengelola dengan pengunjung di

dalam suasana yang rekreatif.