Peredupan Rasa Keminangan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PEREDUPAN RASA KEMINANGAN i Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2. 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu bulan) dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, menge- dar kan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ii Peredupan Rasa Keminangan Prof. Dr. H. Musril Zahari, M.Pd. PEREDUPAN RASA KEMINANGAN Jakarta, 2021 iiiiii PEREDUPAN RASA KEMINANGAN xxii + 372 hlm, 15 x 22 cm Penulis: Prof. Dr. H. Musril Zahari, M.Pd. Penyunting Bahasa: Hj. Rahmi Hanom, S.Pd. Perancang Sampul/ Penata Letak Junaidi Cetakan ke I, Januari 2021 Penerbit/ Pencetak/Distributor Citra Hasta Prima Isi di luar tanggung jawab percetakan Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Penerbitan (KDP) Hak Cipta ©2021 pada Penulis ISBN: 978-602-9194-46-3 Dilarang menerbitkan sebagian atau seluruh buku ini, mengarsipkan, atau menyiarkan dalam bentuk apa pun, baik melalui media elektronik, mekanik, photocopy, rekaman atau yang lain tanpa izin tertulis dari penulis. Namun, diizinkan mengutip untuk kepentingan akademik. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. iviv Peredupan Rasa Keminangan DAFTAR ISI Daftar Isi ..................................................................... v Kata Sambutan; Rasa Keminangan: Suatu Keniscayaan ........................ vii Kata Pengantar .................................................................... xvii BAB I: PENDAHULUAN ............................................. 1 BAB II: PEREDUPAN RASA KEMINANGAN: Suatu Tantangan ............................................ 29 A. Pergolakan PRRI ................................... 36 B. Peristiwa G-30-S 1965 ...................... 51 C. Globalisasi dan Westernisasi .......... 59 D. Keabaian Orang Tua ........................... 68 E. Memudarnya Kepemimpinan Mamak ..................................................... 80 F. Materi Ukuran Keberhasilan .......... 85 G. ABS-SBK yang Terabaikan ............... 90 H. Surau Tidak Bertuanku ..................... 95 I. Melunturnya Bahasa Minang .......... 109 J. Penutup ................................................... 114 BAB III: UANG JEMPUTAN: PRAKTIK KONTROVERSIAL DI PIAMAN .................... 117 A. Gelar di Piaman .................................... 122 Daftar Isi v B. Uang Jemputan .................................................. 131 C. Uang Hilang ........................................................ 154 D. Penutup ............................................................... 167 BAB IV: KATA SAPAAN DAN NAMA DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU ........................... 169 A. Kata Sapaan dan Nama .................................. 174 B. Kebarat-baratan .............................................. 193 C. Nama Islami........................................................ 202 D. Penutup ............................................................... 218 BAB V: HARTA PUSAKA TINGGI: Milik Bersama dan Pendistorsiannya ....................................................... 221 A. Harta Pusaka Tinggi ........................................ 224 B. Asal Usul Harta Pusaka Tinggi .................... 244 C. Harta Pusaka Tinggi dan Mamak ............... 259 D. Penutup ................................................................ 271 BAB VI: KONTRIBUSI PERANTAU UNTUK PEMBANGUNAN RANAH .......................................... 273 A. Motivasi Merantau ................................................ 279 B. Partisipasi Perantau ............................................ 284 C. Pengertian Merantau ............................................ 301 D. Alasan Merantau .................................................... 327 E. Dorongan Berpartisipasi ..................................... 338 F. Penutup ...................................................................... 353 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 357 INDEKS ................................................................................................ 366 vi Peredupan Rasa Keminangan KATA SAMBUTAN Rasa Keminangan: Suatu Keniscayaan aya selalu menyambut dengan hati gembira dan rasa bahagia setiap ada usaha dari siapa pun yang Sdapat memberikan kontribusi untuk mencerahkan bagi sesama. Karena ajaran Islam menggariskan bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Oleh karena itu, permintaan untuk memberikan sambutan pada tulisan Prof. Dr. H. Musril Zahari, M.Pd. ini, merupakan penghormatan kepada sa- ya sebagai bentuk dukungan kepada Beliau untuk tetap menghasilkan karya yang bermanfaat untuk sesama, Saya sangat mengapresiasi usaha penerbitan buku meskipun secara finansial tidak menguntungkan. ini yang isinya dapat mengingatkan kita bah wa me mang ada hal-hal yang harus kita perbaiki dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Sumatra Barat yang hampir mencakup semua wilayah budaya Minangkabau, seka- rang memang terasa agak melambat perkembangannya ketika bersaing dengan daerah lain dalam membangun Kata Sambutan Rasa Keminangan: Suatu Keniscayaan vii Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bagi Prof. Dr. Musril Zahari, Minangkabau adalah negeri yang beradat dan bersyarak sebagaimana yang diajarkan dalam falsafah hidup suku bangsa ini dan mutlak diperlukan serta secara prinsip tidak boleh diubah untuk disesuaikan perkembangan zaman atau dengan dalih apa pun. Hal ini ditulisnya dalam buku yang berjudul, “Kekeliruan Pemahaman Hubungan Adat dengan Syarak di Minangkabau” yang diter- bitkan tahun 2015 halaman 143. Orang Minangkabau akan menerima segala bentuk perubahan sepanjang tidak berten- tangan dengan Alquran dan Hadits Rasulullah SAW. Syarat utama bagi seseorang untuk dapat disebut sebagai orang Minangkabau adalah beragama Islam. Seseorang tidak akan pernah dapat diterima sebagai orang Minangkabau bilamana dia tidak beragama Islam meskipun ayah ibunya beragama Islam dan juga jelas asal usulnya sebagai orang Minangkabau. Hal ini adalah konsekuensi dari falsafah hidup yang disepa- kati sejak berabad-abad yang lalu dan dalam kehidupan sehari-hari falsafah ini dikatakan tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan. Wilayah budaya Minangkabau diakui atau tidak telah banyak melahirkan putra-putra terbaik untuk bangsa dan negara ini. Sebagian dari mereka disebut sebagai founding fathers, bapak pendiri bangsa. Mereka adalah tokoh-tokoh bangsa dan negara yang membanggakan tidak hanya bagi suku bangsa Minangkabau, tetapi juga oleh berbagai suku bangsa lainnya di Indonesia dan negara-negara tetangga. Para tokoh bangsa ini telah melakukan pengorbanan untuk bang- sa dan negara dengan penuh pengabdian. Berbagai tulisan telah mengungkapkan darma bakti putra Minangkabau yang seringkali diulas dalam berbagai kesempatan oleh para ahli viii Peredupan Rasa Keminangan dalam membuktikan peran mereka untuk negara kesatuan ini. Dalam buku ini, dinyatakan juga bahwa ada penerbitan tulisan seri pahlawan yang berupa buku dan penerbitannya diinisiasi oleh majalah Tempo. Beberapa buku itu jelas- jelas memperlihatkan bagaimana pentingnya peran Orang Minang kabau di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Um pamanya buku dengan judul “Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil” mengemukakan bahwa “...dalam sejarah republik tiga serangkai itu tidak pernah lengkap tanpa Tan Malaka” (Zul- Soekarno, Drs. H. Moehammad Hatta, dan Sutan Sjahrir yang kif li, 2010:xi). Tiga serangkai yang dimaksud adalah Ir. H. tidak akan pernah lengkap tanpa menyebutkan nama Tan Malaka. Dia (Tan Malaka) mendirikan Persatuan Perjuangan dan dialah orang yang mengumandangkan pengakuan ke mer- dekaan Indonesia 100%. Begitu juga di buku seri lainnya yang berjudul, “Natsir: Politik Santun di antara Dua Rezim”, diuraikan peran Moham mad Natsir dengan Mosi Integralnya 3 April 1950. Mosi integral ini kemudian dibacakan oleh Soekarno yang berbentuk Piagam Pembentukan Negara Kesatuan dalam sidang bersama parlemen dan senat Republik Indonesia tanggal 15 Agustus 1950. Pada tanggal 17 Agustus 1950 Soekarno mengumumkan lahirnya Negara Kesatuan Repu- blik Indonesia. Pembacaan mosi integral tanggal 17 Agustus 1950 ini disebutkan bagaikan proklamasi kedua bagi negara Indonesia setelah proklamasi pertama pada 17 Agustus 1945. Secara tegas, kita dapat menyebutkannya sebagai proklama si kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia yang semula adalah Negara Serikat. Ide yang brilian Mohammad Natsir sungguh win-win solution yang mengajak semua negara Kata Sambutan Rasa Keminangan: Suatu Keniscayaan ix bagian secara bersama-sama mendirikan negara kesatuan. Hal ini membuat semua negara bagian memiliki kedudukan sama dalam negara kesatuan dan tidak ada yang lebih tinggi antara satu negara bagian dengan bagian lainnya sehingga terciptalah Negara Kesatuan Republik