PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

PEMERINTAHAN PRESIDEN B.J. HABIBIE (1998-1999): KEBIJAKAN POLITIK DALAM NEGERI

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: ALBERTO FERRY FIRNANDUS NIM: 101314023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

PEMERINTAHAN PRESIDEN B.J. HABIBIE (1998-1999): KEBIJAKAN POLITIK DALAM NEGERI

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: ALBERTO FERRY FIRNANDUS NIM: 101314023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

iii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Makalah ini ku persembahkan kepada:

Kedua orang tua ku yang selalu mendoakan dan mendukungku.

Teman-teman yang selalu memberikan bantuan, semangat dan doa.

Almamaterku.

iv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

HALAMAN MOTTO

Selama kita bersungguh-sungguh maka kita akan memetik buah yang manis, segala keputusan hanya ditangan kita sendiri, kita mampu untuk itu. (B.J. Habibie)

Dimanapun engkau berada selalulah menjadi yg terbaik dan berikan yang terbaik dari yg bisa kita berikan. (B.J. Habibie)

Pandanglah hari ini, kemarin sudah jadi mimpi. Dan esok hanyalah sebuah visi. Tetapi, hari ini sesungguhnya nyata, menjadikan kemarin sebagai mimpi kebahagiaan, dan setiap hari esok adalah visi harapan. (Alexander Pope)

Dan bahwa setiap pengalaman mestilah dimasukkan ke dalam kehidupan, guna memperkaya kehidupan itu sendiri. Karena tiada kata terakhir untuk belajar seperti yang juga tiada kata akhir untuk kehidupan (Annemarie S)

v

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

vi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

vii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ABSTRAK PEMERINTAHAN PRESIDEN B.J. HABIBIE (1998-1999): KEBIJAKAN POLITIK DALAM NEGERI

Oleh: Alberto Ferry Firnandus Universitas Sanata Dharma 2015

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) proses peralihan kepala pemerintahan dari Soeharto ke B.J. Habibie; (2) kebijakan dalam negeri pemerintahan B.J. Habibie; (3) akhir dari pemerintahan B.J. Habibie. Metode yang digunakan penulisan sejarah dengan langkah-langkah heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan sosial-politik. Cara penulisannya bersifat deskriptif analitis. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa: (1) krisis ekonomi tahun 1997 dan dugaan KKN serta tuntutan reformasi membuat Presiden Soeharto lengser dari jabatannya sebagai Presiden, dengan demikian Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi Presiden menggantikan Soeharto; (2) Presiden B.J. Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan, Kebijakan politik yang diambil yaitu, pembebasan tahanan politik pada masa Orde Baru, kebebasan pers, pembentukan parpol dan percepatan pemilu, penyelesaiaan masalah Timor Timur, dan pengusutan kekayaan Soeharto dan kroni-kroninya; (3) penolakan pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie serta terpilihnya dan Megawati sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik periode 1999-2004 menandai berakhirnya pemerintahan Presiden B.J. Habibie.

viii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ABSTRACT GOVERNMENT PRESIDENT B.J. HABIBIE (1998-1999): DOMESTIC POLITICAL POLICY

By: Alberto Ferry Firnandus Sanata Dharma University 2015

This paper aims to describe: (1) the process of transition from Head of the Indonesian Government Soeharto to BJ Habibie; (2) The domestic policies of BJ Habibie; (3) the end of the reign B.J. Habibie. The method used includes heuristic measures , verification , interpretation , and historiography . The approach used is a socio - political approach . The way of writing is descriptive analytical method. The results of this paper show that: (1) the economic crisis in 1997 and allegations of corruption and demands for reform led President Soeharto to step down from his position as President, thus the Vice President BJ Habibie succeeded a become president; (2) President B.J. it formed the Development Reform Cabinet, political policy are taken, namely, the release of political prisoners during the , freedom of the press, the establishment of political parties and election acceleration, Completion East Timor, and the prosecution of the wealth of Suharto and his cronies; (3) The rejection of the President's accountability and Abdurrahman Wahid and Megawati's election as President and Vice President of the Republic of Indonesia during the 1999-2004 period marked the end of President BJ Habibie.

ix

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

x

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv HALAMAN MOTTO ...... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...... vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan Penulisan ...... 6 D. Manfaat Penulisan ...... 7 E. Sistematika Penulisan ...... 8 BAB II : PROSES PERALIHAN KEKUASAAN DARI SOEHARTO KE

B.J. HABIBIE

A. Krisis Ekonomi Tahun 1997 ...... 9 B. Proses Lengsernya Presiden Soeharto ...... 13 C. B.J Habibie Menjadi Presiden ...... 21 BAB III :HASIL KEBIJAKAN POLITIK DALAM NEGERI PRESIDEN

B.J. HABIBIE

A. Penyusunan Kabinet Reformasi Pembangunan ...... 25

xi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

B. Pembebasan Tahanan Politik pada Masa Orde Baru ...... 28 C. Kebebasan Pers ...... 30 D. Penghapusan Istilah Pribumi dan Non Pribumi ...... 35 E. Pembentukan Partai Politik dan Percepatan Pemilu ...... 36 F. Penyelesaian Masalah Timor Timur ...... 39 G. Pengusutan Kekayaan Soeharto dan Kroni-kroninya ...... 41 BAB IV : AKHIR PEMERINTAHAN B.J HABIBIE A. Penolakan Pidato Pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ...... 44 B. Terbentuknya Pemerintahan Baru ...... 48 BAB V : KESIMPULAN ...... 50 DAFTAR PUSTAKA ...... 52 LAMPIRAN

xii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 3 : Ringkasan Materi

Xiii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya

perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang

lebih baik secara konstitusional. Reformasi dimaknai sebagai perubahan

sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh semua pihak. Reformasi

berkenaan dengan seluruh aspek kehidupan yang berlangsung secara perlahan

atau dalam jangka panjang, dan berproses secara alami. Dalam artian tanpa

didasarkan pada suatu rencana yang dipercepat. Dalam hal reformasi politik,

pendekatan mendekati evolusioner berlangsung pada teknis pelaksanaan

kehidupan politik. Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi

proses politik, tanpa mengubah prinsip, ketentuan dan struktur dasarnya.9

Dalam kecenderungannya untuk mendekati revolusi, Reformasi

digerakkan dan diprakarsai oleh masyarakat untuk melakukan perubahan

segenap aspek kehidupan secara mendasar, berlangsung secara cepat sehingga

tidak menghiraukan jumlah dan kualitas korban, apalagi mengingat prosesnya

yang kental diwarnai oleh kekerasan.10Tujuan reformasi sendiri adalah

terciptanya kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial

yang lebih baik dari masa sebelumnya

9Arbi Sanit,Reformasi Politik, Yogyakarta:Pustaka Belajar, 1998, hlm. 100 10Ibid., hlm. 101

1

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

2

Gerakan reformasi di Indonesia muncul sebagai jawaban atas krisis

yang melanda berbagai segi kehidupan pada masa pemerintahan Orde

Baru.Dampak krisis ekonomi di Asia terutama Asia Tenggara tahun 1997

menyebabkan stabilitas politik Indonesia menjadi goyah. Praktik-praktik

pemerintahan di masa Orde Baru hanya membawa kebahagiaan semu,

ekonomi Indonesia semakin terpuruk, sistem ekonomi menjadi kapitalistik.

Terlebih lagi merajalelanya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang

dilakukan pada hampir seluruh instansi serta lembaga pemerintahan, hal ini

membawa rakyat semakin menderita. Para wakil rakyat yang seharusnya

membawa amanat rakyat pada kenyataannya tidak berfungsi secara

demokratis.11 Krisis ekonomi tahun 1997 merupakan langkah awal

munculnya gerakan reformasi di Indonesia.

Dari segi politik, gerakan reformasi disebabkan karena pemerintahan

pada masa Orde Baru bersifat otoriter, tertutup, dan personal. Masyarakat

yang memberikan kritik mudah dituduh sebagai anti-pemerintah, menghina

kepala negara dan anti-Pancasila. Pada masa Orde Baru,Pancasila digunakan

sebagai alat legitimasi politik oleh penguasa, sehingga kedudukan Pancasila

sebagai sumber nilai dikaburkan dengan praktik kebijakan pelaksana

penguasa negara. Setiap kebijakan penguasa Orde Baru senantiasa

dilegitimasi oleh ideologi Pancasila. Konsekuensinya setiap warga negara

yang tidak mendukung kebijaksanaan tersebut dianggap bertentangan dengan

11Warsito,Pendidikan Pancasila Era Roformasi, Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2012, hlm. 245

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

3

Pancasila.12Akibatnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis

tidak pernah terwujud dan yang menjadi partai terbesar pada masa itu

diperalat oleh pemerintah Orde Baru untuk mengamankan kehendak

penguasa. Sikap pemerintah yang otoriter, tertutup, tidak demokratis, serta

merebaknya KKN menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Gejala ini

terlihat pada pemilu 1992 ketika suara Golkar berkurang cukup banyak. Sejak

1996, ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Orde Baru mulai

terbuka. Keadaan ini diperparah pada tahun 1997, tingkat inflasi semakin

parah mencapai 11,5% dan pada tahun 1998 melonjak tinggi menjadi

77,6%, Inflansi yang terjadi ini semakin memperparah keadaan Indonesia.

Para mahasiswa mulai turun ke jalan, demonstrasi menjadi lebih marak dari

hari-kehari menuntut supaya presiden mundur dengan tuduhan KKN, maka

terjadilah krisis politik yang menimpa Presiden Soeharto.13

Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru

selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan Demokrasi Pancasila. Akan

tetapi yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan

kekuasaan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Demokrasi yang

dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya,

melainkan demokrasi semu. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat

represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak

oposisi atau orang-orang yang berpikirkritis terhadap politik yang dijalankan

oleh Presiden Soeharto.

12Ibid., hlm. 256 13Tuk Setyohadi,Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia Dari Masa Ke Masa, : Rajawali Corporation,2002, hlm. 172

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

4

Menyadari bahwa masalah dasar masyarakat pada masa Orde Baru

adalah mewujudkan kebebasan, persamaan, keadilan, dan tersentralisasi,

sehingga terjerumus ke dalam wataknya yang otoriterian, maka demokratisasi

segenap aspek kehidupan dipastikan menjadi tujuan atau arah bagi reformasi

politik. Selama 3 dekade pembangunan nasional yang didasarkan pada adil

dan makmur sebagai tujuannya, terbukti kesalahan ideologi itu membawa

petaka berupa krisis rupiah, moneter, ekonomi dan politik. Hal itu terjadi

karena penafsiran konsitusi seperti itu membenarkan prioritas pembangunan,

dengan stabilitas politik sebagai syaratnya. Akibatnya terjadilah kesenjangan

pembangunan ekonomi dengan sosial-budaya dan politik. Kesenjangan itu

menyebabkan perkembangan ekonomi tidak terkontrol oleh proses politik,

sehingga Indonesia terjebak oleh berbagai kelemahan sistem ekonomi secara

mendasar.14

Krisispolitik, ekonomi, hukum, dan krisis social yang terjadi pada masa

pemerintahan Orde Baru merupakan faktor yang mendorong lahirnya

gerakan reformasi. Bahkan krisis kepercayaan telah menjadi salah satu

indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak

boleh ditawar-tawar lagi dan karena itu, hamper seluruh rakyat Indonesia

mendukung sepenuhnya gerakan reformasi tersebut. Dengan semangat

reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian kepemimpinan

nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan

makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki

14Arbi Sanit,Reformasi Politik, Yogyakarta:Pustaka Belajar, 1998, hlm. 102

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

5

kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Indonesia harus

dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan

penderitaan rakyat.

Krisis moneter disusul dengan krisis ekonomi dan berlanjut ke krisis

politik, serta gerakan reformasi yang menuntut turunnya Presiden Soeharto

semakin kuat, Hal ini menyebabkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru yang

digantikan dengan orde reformasi.15 Berakhirnya Orde Baru ditandai dengan

lengsernya Presiden Soeharto yang digantikan oleh B.J. Habibie. Masa

pemerintahannya sebagai presiden, B.J. Habibie dengan kabinet reformasi

pembangunannya dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang belum tuntas

pada masa Orde Baru. Krisis ekonomi, kekerasan sosial, krisis politik, dan

krisis kepercayaan pada pemerintah merupakan persoalan-persoalan yang

harus dihadapi oleh pemerintahan B.J. Habibie.16

Dari latar belakang tersebut, penulistertarik untuk membahas tentang

jalannya reformasi dilihat dari kebijakan-kebijakan politik pada masa

pemerintahan Presiden B.J. Habibie, dan upaya menyelesaikan persoalan-

persoalan yang terjadi masa pemerintahan Orde Baru.

15Tuk Setyohadi,Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia Dari Masa Ke Masa, Jakarta: Rajawali Corporation,2002, hlm. 221 16Ibid., hlm. 655

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yang menjadi objek penulisan ini. Adapun permasalahannya

sebagai berikut, yaitu:

1. Bagaimana proses peralihankekuasaan dari Soeharto ke B.J. Habibie?

2. Bagaimana kebijakan dalam negeripemerintahan B.J. Habibie?

3. Bagaimanaakhir dari pemerintahan B.J. Habibie?

C. TujuanPenulisan

Dari rumusan makalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam

makalah ini adalah:

a. Mendeskripsikan mengenai proses peralihan Kepala Pemerintahan dari

Soeharto ke B.J. Habibie.

b. Mendeskripsikan mengenai kebijakan dalam negeri pemerintahan B.J.

Habibie.

c. Mendeskripsikan mengenai akhir dari pemerintahan B.J. Habibie.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

7

D. Manfaat penulisan

a. Bagi Universitas

Penulisan ini diharapkan untuk menambah bahan bacaan yang

berguna bagi pembaca baik yang berada di lingkungan Universitas

Sanata Dharma maupun bagi pembaca yang berada di luar Universitas

Sanata Dharma khususnya mengenai kebijakan-kebijakan politik dalam

negeri pada masa pemerintahan B.J. Habibie.

b. Bagi Prodi PendidikanSejarah

Makalah ini diharapkan mampu menarik minat mahasiswa

Pendidikan Sejarah untuk mempelajari lebih dalam mengenai

pemerintahan Presiden B.J. Habibie (1998-1999) mengenai kebijakan

politik dalam negeri. Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan mahasiswa.

c. Bagi Masyarakat

Tulisan ini diharapkan bias menjadi referensi dan menambah

perbendaharaan dalam pengembangan sejarah khususnya tentang

kebijakan-kebijakan politik dalam negeri pada masa pemerintahan B.J.

Habibie.

d. Bagi Pemerintah

Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai refleksi bagi

pemerintahan saat ini dalam upaya membangun bangsa Indonesia

kedepan menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

8

e. Bagi Penulis

Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menulis

karya ilmiah khususnya tentang kebijakan-kebijakan politik dalam negeri

pada masa pemerintahan B.J. Habibie dan juga dapat mempertajam cara

berpikir penulis.

E. Sistematika Penulisan

Makalah yang berjudul Kebijakan-Kebijakan Politik Pada Masa

Pemerintahan Presiden B.J. Habibie ini memiliki sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah,tujuan dan manfaat penulisan dan sistematika

penulisan.

Bab II : Uraian tentang proses peralihan kekuasaan dari Soeharto ke

B.J. Habibie.

Bab III : Uraian tentang kebijakan-kebijakan politik dalam negeri masa

pemerintahan Presiden B.J. Habibie.

Bab IV : Uraian mengenai akhir dari pemerintahan B.J. Habibie.

Bab V : Kesimpulan.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

9

BAB II

PROSES PERALIHAN KEKUASAAN

DARI SOEHARTO KE B.J. HABIBIE

A. Krisis Ekonomi Tahun 1997

Pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dunia. Penyebab utama krisis

ekonomi dunia adalah perilaku para spekulen valuta asing yang telah

memborong dollar AS, lalu menjualnya dengan harga tinggi sehingga

berimbas pada nilai mata uang negara-negara ASEAN menjadi terpuruk.

Spekulan uang terbesar pada era krisis tersebut adalah George Soros.17

George Soros dituduh oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad

sebagai penyebab krisis ekonomi Asia. Negara yang paling terkena

dampaknya adalah Korea Selatan, Malaysia, Indonesia, dan Thailand, yang

menyebabkan mata uang ketiga negara tersebut menjadi rendah. Pada

perkembangannya krisis ekonomi Asia tahun 1997 berdampak sangat luas

bagi perekonomian Indonesia.

Keterpurukan ekonomi Indonesia diperburuk dengan adanya regulasi

perbankan pada bulan Oktober 1988 dengan “Pakto 1988”. Pakto 1988

merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya membuka peluang bisnis

perbankan seluas-luasnya guna memobilisasi dana masyarakat untuk

menunjang pembangunan. Pakto 1988 berisi tentang liberalisasi perbankan

yang memungkinkan pendirian bank-bank baru selain bank-bank yang telah

17 Muksalmina, George Soros, Pria yang Menghancurkan Poundsterling, Rupiah, diakses dari http://islamiyah.wordpress.com/2007/03/21/george-soros-pria-yang-menghancurkan- poundsterling-rupiah/, diakses pada tanggal 16 Desember 2014.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

10

ada. Dengan modal Rp 10 milyar maka seorang pengusaha bisa membuka

bank baru sehingga pada masa itu jumlah bank swasta di Indonesia menjadi

ratusan. Sejak adanya Pakto 1988 menyebabkan sistem manajemen

perbankan di Indonesia menjadi bermasalah. Jumlah bank swasta yang

berjumlah ratusan dengan berkapital rendah kurang terawasi oleh Bank

Sentral. Banyak bank-bank yang terkait dengan konlomerat bermasalah

dengan utang terhadap bank pemerintah, dan operasinya condong untuk

memberikan kredit kepada perusahaan miliknya sendiri tanpa memberikan

ketentuan lending limit. Pemberian kredit kepada nasabah yang terlalu mudah

tidak prudent , ditambah banyak pejabat bank yang berkolusi dengan nasabah

atau peminjam yang menimbulkan kemacetan dalam pengembaliannya.18

Sementara itu banyak perusahaan swasta Indonesia yang terlibat dalam

utang dollar AS dari luar negeri berjangka pendek, serta sebaliknya banyak

perusaahan asing dan para konglomerat Indonesia yang melarikan dollar AS-

nya keluar sebagai capital flight ditambah pula, defisit transaksi berjalan dari

neraca pembayaran semakin membesar.19

Alhasil nilai tukar rupiah tehadap US $ anjlok tanpa dapat dibendung,

Rupiah selama ini berada dalam kisaran Rp 2.500/US$, namun nilai mata

uang mulai merosot pada bulan Juli 1997. Pada bulan Agustus, nilai mata

uang rupiah sudah menurun 9%. Bank Indonesia mengakui bahwa tidak bisa

membendung rupiah terus merosot. Pada bulan Januari tahun 1998, mata

uang terpuruk hingga level sekitar Rp 10.000/US$ dan sebulan sesudahnya

18 Tuk Setyohadi, Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia Dari Masa Ke Masa, Jakarta: Rajawali Corporation, 2002, hlm. 171. 19 Idem.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

11

menjadi Rp 17.000/US$ atau kehilangan 85% nilainya. Keterpurukan ini

mengakibatkan bursa saham Jakarta hancur, dan membuat perekonomian

Indonesia semakin terpuruk. Hampir semua perusahaan modern di Indonesia

bangkrut, yang diikuti PHK pekerja-pekerjanya, sehingga menyebabkan

angka pengangguran menjadi meningkat.20

Menanggapi krisis ekonomi yang terjadi, upaya pemerintah adalah

meminta bantuan kepada International Monetary Fund (IMF) pada tanggal

31 Oktober 1997. Kerjasama Indonesia dengan IMF bertujuan untuk

memperkuat sektor finansial, pengetatan kebijakan viskal dan penyesuaian

struktural perbankan. Akan tetapi pengaruh bantuan IMF sangatlah kecil

dalam membantu krisis di Indonesia. Beberapa kebijakan seperti kebijakan

fiskal dan kebijakan likuidasi. Kebijakan fiskal bertujuan untuk

mempertahankan nilai tukar sedangkan kebijakan likuidasi bertujuan untuk

membantu bank-bank yang bemasalah. Kebijakan ini menerapkan standar

kecukupan modal dengan mengusahakan rekapitulasi perbankan. IMF

menyediakan standby loan sebesar US$ 38 milyar untuk menanggulangi

krisis moneter yang dialami Indonesia. Perjanjian dengan IMF

mengakibatkan ditutupnya 16 bank bermasalah.21

Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam upaya menangani krisis dengan

melakukan kerjasama dengan IMF tidak mampu membawa Indonesia keluar

dari krisis ekonomi. Harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi, hal ini

menyebabkan timbulnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

20 M.C. Riclefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta: Serambi, 2010, hlm. 687. 21 Tuk Setyohadi, Op. Cit., hlm.171.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

12

Masyarakat menganggap pemerintah tidak berhasil dalam melaksanakan

kebijakan-kebijakannya.

Krisis moneter yang terjadi meningkat menjadi krisis sosial-ekonomi

yang menimpa rakyat kecil dengan meningkatnya harga sembilan bahan

pokok yang tidak terkendali. Tingkat inflasi pada tahun-tahun sebelumnya

tidak pernah melampaui dua digit. Pada tahun 1997 menjadi 11,5 % dan pada

tahun 1998 melonjak dengan sangat drastis menjadi 77,6 %. Menanggapi

krisis yang terjadi, para mahasiswa mulai melakuakan gerakan dengan cara

turun ke jalan, demontrasi menjadi lebih marak dari hari-kehari menuntut

supaya presiden mundur dengan tuduhan KKN, maka terjadilah krisis politik

yang menimpa pemerintahan Soeharto.22

Krisis ekonomi yang disusul dengan krisis sosial-ekonomi terjadi

menjelang sidang Umum MPR sebagai hasil pemilu tahun 1997 dengan

kemenangan Golkar secara mutlak sebagai single majority dengan angka

perolehan sebesar 75%. Golkar kembali mencalonkan Soeharto sebagai

kandidat Presiden masa bakti 1998-2003. Sementara itu telah beredar isu

bahwa wakil Presiden yang mendampingi Soeharto adalah B.J. Habibie.

Krisis moneter tahun 1997, diperparah dengan utang luar negeri

Indonesia sebesar US $ 137 milyar. Rinciannya US $ 53,8% milyar

merupakan utang pemerintah dan US $ 83,2% merupakan utang swasta.

Utang luar negri ini merupakan utang jangka pendek, sedangkan penggunaan

biaya tersebut lebih condong untuk membiayai sektor-sektor non produktif,

22 Ibid., hlm. 172.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

13

seperti shopping mall, apartemen, hotel, perkantoran, real state, lapangan

golf, tourist resort dan lain-lain semacamnya.23

B. Proses Lengsernya Presiden Soeharto

Banyaknya persoalan yang dihadapi Indonesia sebagai akibat dari krisis

ekonomi yang berkepanjangan, serta upaya-upaya pemerintah yang dianggap

tidak serius dalam mengatasi krisis ekonomi membuat masyarakat terutama

mahasiswa tidak mempercayai pemerintahan Presiden Soeharto. Puncak

penolakan mahasiswa terhadap Pemerintahan Soeharto terlihat pada saat

diadakannya Sidang Umum MPR yang merupakan rutinitas dari mekanisme

lima tahunan ketata negaraan Orde Baru. Mahasiswa menolak pidato

pertanggungjawaban Presiden Soeharto di depan Sidang Umum MPR.

Demonstrasi yang disuarakan mahasiswa meminta pertanggungjawaban

pemerintahan Soeharto terhadap terjadinya krisis moneter dan krisis sosial-

ekonomi, mahasiswa juga melakukan kritik anti Soeharto yang ditunjukkan

pada korupsi di lingkungan keluarga Soeharto serta kedekatan keluarga

Cendana dengan para konglomerat.

Penolakan mahasiswa mengenai pertanggungjawaban Presiden

Soeharto berbanding terbalik dengan MPR. Pidato pertanggungjawaban

Presiden diterima secara penuh oleh MPR tanpa catatan, seperti yang semula

diusulkan oleh Fraksi PPP. Dalam sidang tersebut juga dipilih kembali

Soeharto sebagai Presiden RI masa bakti 1998-2003 dengan didampingi B.J.

Habibie sebagai wakil Presiden. MPR juga mengesahkan penetapan No.

23 Ibid., hlm. 173.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

14

V/MPR/ 1998 yang isinya memberikan kewenangan kepada presiden untuk

mengambil segala langkah yang diperjuangkan guna mengamankan

pembangunan. Keputusan MPR pada Sidang Umum MPR bulan Maret 1998

tersebut membuat ketegangan di masyarakat semakin bertambah, demontrasi

penolakan Soeharto dan tuntutan segera diadakannya reformasi semakin

meningkat.

Setelah terpilih kembali sebagai presiden, Soeharto menyatakan akan

memenuhi tuntutan rakyat untuk segera menanggulangi krisis moneter dan

ekonomi melalui suatu gerakan reformasi yang sesuai dengan konstitusi.

Soeharto segera membentuk kabinet. Akan tetapi kabinet yang dibentuk oleh

Soeharto dianggap mengandung muatan politik yang berbau nepotisme, dan

tidak profesional. Anggapan ini muncul karena kabinet Soeharto merupakan

kumpulan kroni-kroninya. Ditunjuknya B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden,

Siti Hardiyanti atau lebih dikenal dengan Mbak Tutut yang merupakan putri

Soeharto menjadi Menteri Sosial, Bob Hasan sebagai Menteri Perdagangan,

dan hanya sedikit yang dari golongan profesional dan tokoh ICMI yang

masuk dalam kabinet. Kabinet Soeharto mendapat kecaman keras dari

berbagai pihak di masyarakat terutama dikalangan mahasiswa, mahasiswa

menginginkan reformasi politik, dengan menuntut agar Soeharto lengser

sebagai presiden.24

Pada tanggal 15 Januari 1998 ditandatangani Persetujuan kerjasama

Indonesia dengan IMF oleh Presiden Soeharto yang disaksikan Direktur

24 M.C. Riclefs, Op. Cit., hlm. 689.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

15

Pelaksana IMF Michael Camdessus dalam upaya menangulangi krisis

moneter. Pemerintah Indonesia wajib menjalani serangkaian program dari

IMF, seperti pengurangan belanja negara, menaikkan pajak, menghapus

berbagai subsidi antara lain, kenaikan harga BBM, tarif listrik, telepon, dan

sebagainya.25 Serangkaian program yang digagas IMF tersebut sebagai upaya

menekan krisis di Indonesia. Akan tetapi, kebijakan IMF tersebut

menyebabkan terganggunya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berbagai

demonstrasi dan kerusuhan di masyarakat yang diwakili mahasiswa semakin

marak terjadi sebagai imbas dari kebijakan IMF tersebut.

Sikap mahasiswa yang menuntut turunnya Presiden Soeharto tercermin

dalam pemikiran tentang perubahan politik yang berlangsung sistematik,

seperti diungkapkan melalui pernyataan keprihatinan sivitas akademik

Universitas Indonesia di Jakarta, bulan Februari 1998, maupun tuntutan

Sepultura (sepuluh tuntutan rakyat) yang dirumuskan yang dirumuskan oleh

Amien Rais. Meningkatkan tuntutan-tuntutan tentang perubahan yang

berawal dari keprihatinan terhadap krisis moneter dan gejolak ekonomi,

sebagian besar disebabkan karena konservatif para pejabat pemerintah dan

keacuhan politik yang diperlihatkan oleh lembaga-lembaga politik terhadap

tuntutan perubahan yang bersifat reformatoris. Bahkan golkar memiliki sifat

dasar yang cenderung menolak refomasi politik.

Desakan dilakukannya refomasi politik yang dilakukan mahasiswa

akhirnya pemerintah kususnya fraksi-fraksi MPR dalam Sidang Umum

25 Tjipta Lesmana, Dari Sukarno sampai SBY. Intrik Politik dan Lobi Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, hlm. 118.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

16

menyepakati langkah reformasi politik yang berlangsung gradual. Namun

pada penerapannya yang terlibat langsung secara intensif didalam wacana

reformasi justru lembaga-lembaga pemerintah tertentu, institusi ABRI,

Organisasi Kelompok Partisan (OKP) dan kelompok-kelompok mahasiswa

serta sivitas akademika di kampus-kampus, sedangkan pemerintah sendiri

terkesan setengah hati dalam menjalankan reformasi politik.26

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang akan diselenggarakan

tanggal 20 Mei 1998 direncanakan oleh gerakan mahasiswa sebagai hari

Reformasi Nasional. Ledakan kerusuhan terjadi lebih awal dan diluar dugaan.

Pada tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti yang berlokasi di daerah

Grogol, Jakarta Barat terjadi peristiwa penembakan terhadap empat

mahasiswa Trisakti. Insiden Trisakti terjadi saat mahasiswa melakukan unjuk

rasa ke Gedung DPR/MPR, namun aparat keamanan memaksa mahasiswa

kembali ke kampus. Tiba-tiba situasi berubah menjadi kekacauan dan aparat

melepaskan tembakan yang mengakibatnya empat mahasiswa Trisakti tewas

tertembak peluru tajam aparat keamanan. Keempat mahasiswa Trisakti yang

tewas adalah Elang Mulya Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan

Herry Hertanto. Keesokan harinya tanggal 13 Mei, keempat mahasiswa

Trisakti yang tewas dimakamkan dengan diantar oleh ribuan mahasiswa serta

sanak saudara dan para simpatisan lainnya, lalu peristiwa tersebut dikenal

dengan Jakarta kelabu.

26 Anggit Noegroho, M.T Arifin, Rekaman Lensa Peristiwa Mei 1998 di Solo, Solo: PT Aksara Solopos, 1998, hlm. 2.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

17

Keesokan harinya setelah penembakan empat mahasiswa Trisakti,

suasana Indonesia semakin kacau, kerusuhan dan demontrasi terjadi di

berbagai daerah dengan Jakarta dan Surakarta sebagai yang terparah. Di

Jakarta menyerbu pertokoan dan perkantoran milik WNI keturunan Tionghoa

di kawasan Kota, kawasan Mangga Besar, kawasan Senen, Jalan Hayam

Wuruk, Jalan Gajah Mada, Jalan Daan Mogot dan lain-lain. Perusahaan para

cukong dan keluarga Soeharto merupakan sasaran utama pembakaran dan

penjarahan. Bank Central Asia (BCA) milik Liem Sioe Liong merupakan

objek serangan utama. Mereka datang dengan sangat beringas untuk

melakukan perampokan, penjarahan dan pembakaran serta mereka juga

melakukan pelecehan seksual terhadap wanita-wanita keturunan Tionghoa.

Yang paling tragis adalah pembakaran Klender Plaza yang menewaskan 200

karyawati pertokoan.27 Kepada pers, Gubernur DKI Sutiyoso mengumumkan

kerusuhan yang terjadi antara tanggal 13-15 Mei 1998 menelan sedikitnya

500 korban jiwa dan kerugian fisik bangunan mencapai Rp 2,5 triliun, belum

termasuk isinya.28

Pada tanggal 15 Mei 1998 Presiden Soeharto mendarat di Halim

Perdanakusuma, setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G-15 di Kairo

yang berlangsung 13-14 Mei 1998. Akibat meletusnya kerusuhan di tanah air,

presiden mempercepat kepulangannya. Soeharto langsung mengadakan

konsultasi dengan Menteri Hankam serta dengan Wakil Presiden B.J. Habibie

27 Tuk Setyohadi, Op. Cit., hlm. 176. 28 A. Pambudi, Kontroversi “Kudeta” Prabowo,Yogyakarta: Media Pressindo, 2007, hlm. 10.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

18

bersama keempat Menteri Koordinator. Soeharto meminta laporan

perkembangan terakhir mengenai keadaan tanah air.

Tanggal 16 Mei 1998, Presiden menerima kunjungan dari delegasi

Universitas Indonesia guna menyampaikan aspirasinya yang menuntut agar di

gelar Sidang Istimewa MPR. Pertemuan Presiden dilanjutkan dengan

pembicaraan bersama pimpinan DPR. Dalalm pertemuannya tersebut

Presiden Soeharto meminta agar semua penyelesaian disalurkan melelui

DPR. Demikian pula Presiden Soeharto menyampaikan bahwa apabila DPR

sudah tidak percaya lagi kepada Presiden, beliau bersedia mundur. Presiden

juga menyampaikan alternatif untuk mengadakan “reshuffle” kabinet dan

bersamaan waktunya juga membentuk Komite Reformasi.29

Pada hari Senin tanggal 18 Mei 1998 diadakan rapat pimpinan DPR

dengan fraksi-fraksi, dalam suasana puluhan ribu mahasiswa dari berbagai

daerah telah memasuki halaman dan gedung MPR/DPR. Dengan suara tegas

menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, Ketua MPR/DPR H.

Harmoko membacakan keterangan pers yang berbunyi “Ketua dan Wakil-

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat menyampaikan demi persatuan dan

kesatuan meminta agar Presiden Soeharto sebaiknya secara arif dan

bijaksana mengundurkan diri”. Saat itu Harmoko didampingi seluruh Wakil

Ketua DPR, yakni Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur,

dan Fatimah Achmad. Kejutan yang disambut gembira oleh ribuan

mahasiswa tidak berlangsung lama, pada pukul 23.00 WIB Menhankam/

29 Tuk Setyohadi, Op. Cit., hlm. 177.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

19

Panglima ABRI Jenderal mengemukakan, ABRI menganggap

pernyatan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu

merupakan sikap dan pendapat individual, dan tidak memiliki dasar hukum.

Menteri Dalam Negeri Hartono juga menyatakan bahwa DPR tidak bisa

menjatuhkan Presiden, sama juga Presiden tidak bisa menjatuhkan DPR.30

Pada hari yang sama, Presiden Soeharto mengeluarkan Inpres No. 16/ 1998

yang memberikan kewenangan untuk mengambil segala tindakan yang

dianggap perlu guna mengatasi kekacauan. Inpres ini diberikan kepada

Pangab Jenderal Wiranto.31

Pada tanggal 19 Mei 1998 dalam sebuah pidato nasional, presiden

Soeharto secara resmi mengumumkan pembubaran kabinet dan membentuk

kabinet baru yang dinamai Kabinet Reformasi. Di tengah-tengah rencana itu,

Amien Rais mengordinasikan protes-protes mahasiswa dan mengancam akan

menghimpun 1 juta demonstran di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1998 guna

menyuarakan pengunduran diri Presiden Soeharto. Rencana Amien Rais tidak

jadi dilaksanakan karena terdapat ancaman kekerasan terhadap demonstran,

ancaman ini dilakukan oleh militer.32

Menjelang akhir pemerintahannya, Presiden Soeharto mulai ditinggal

oleh para pengikutnya di kabinet. Para menterinya, yang dipimpin oleh

Ginandjar Kartasasmita, mengadakan rapat dan menyatakan bahwa mereka

tidak bersedia menjabat dalam kabinet reformasi serta mendesak Presiden

30 Abun Sanda, Warisan (daripada)Soeharto,Jakarta: Kompas, 2008, hlm. 301 31 A. Pambudi, Op .Cit., hlm. 15. 32 R.P. Soejono, R.Z. Leirissa, Sejarah Nasional Indonesia VI zaman Jepang dan Zaman Republik, Jakarta: Balai Pustaka, 2011, hlm.672.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

20

Soeharto untuk turun. Selain itu beberapa tokoh yang diminta Presiden

Soeharto untuk duduk dalam Komite Reformasi antara lain Nurcholis Madjid,

Gus Dur, Amien Rais dan Malik Fajar menolak.33

Pada pertemuan di malam yang sama, Panglima ABRI Jenderal TNI

Wiranto menyatakan bahwa demi kepentingan bangsa, solusi terbaik adalah

mengalihkan kekuasaan secara konstitusional dari Presiden kepada Wakil

Presiden. Semakin keras desakan yang menginginkan agar Soeharto mundur

sebagai Presiden, menyebabkan semakin lemahnya kekuatan Soeharto dalam

pemerintahan. Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1998 pukul 23.00 WIB

Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Yusril Ihza Mahendra,

Mensesneg Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI Jenderal Wiranto. Dalam

pertemuan tersebut Presiden Soeharto memutuskan untuk turun sebagai

Presiden Republik Indonesia dan menyerahkan kekuasaannya kepada Wakil

Presiden B.J Habibie sebagai Presiden.

Pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB sesuai dengan

ketentuan dalam TAP MPR No. VII tahun 1973 di hadapan Mahkamah

Agung dilaksanakan penyerahan jabatan presiden berdasarkan pasal 8 UUD

1945. Selain penyerahan kekuasaan presiden, pada saat itu juga sekaligus

mengangkat Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi Presiden menggantikan

Soeharto.34 Dalam pidato pengunduran dirinya, Soeharto berkata “saudara-

saudara sekarang saya bukan presiden lagi kerena sesuai pasal 8 UUD 1945

dan saran dari Dewan Perwakilan Rakyat, saya telah berhenti. Saya harap

33 Tuk Setyohadi, Op. Cit., hlm. 178. 34 Op. Cit., hlm. 179.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

21

saudara-saudara menjaga keselamatan negara dan bangsa, terima kasih”.

Pidato tersebut mengakhiri jabatan Soeharto sebagai Presiden dan mengakhiri

era Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun.

C. B.J Habibie Menjadi Presiden

Hari kamis tanggal 21 Mei 1998 merupakan hari bersejarah bagi Bangsa

Indonesia. Pada tanggal tersebut Soeharto secara resmi mengundurkan diri

sebagai Presiden Republik Indonesia setelah berkuasa selama 32 tahun.

Berhentinya presiden sebelum masa jabatan berakhir, maka sesuai dengan

pasal 8 UUD 1945 yang berbunyi “bila presiden mangkat, berhenti atau tidak

dapat melakukan kewajibannya, ia diganti oleh wakil presiden sampai batas

masa waktunya”. Pada saat itu juga tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.10, B.J.

Habibie mengucapkan sumpah sebagai Presiden Republik Indonesia yang

disaksikan oleh Mahkamah Agung, Ketua DPR, Wakil-Wakil Ketua DPR

yang juga dihadiri oleh mantan Presiden Soeharto.

Kerusuhan Mei 1998 yang berujung pada runtuhnya rezim Orde Baru

berakibat pula pada rusaknya hubungan antara Soeharto dengan B.J Habibie.

Soeharto menganggap seharusnya sebagai Wakil Presiden, B.J Habibie yang

didukung penuh ABRI seharusnya bisa mengambil langkah yang diperlukan

untuk mencegah dan mengatasi aksi-aksi anarkis yang menjurus pada upaya

menjatuhkan Soeharto sebagai Presiden. Fakta bahwa ibukota cepat sekali

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

22

memburuk begitu Soeharto meninggalkan tanah Air tentu menimbulkan

prasangka buruk dalam benak Soeharto terhadap Habibie.35

Secara konstitusional, Soeharto memang harus menyerahkan

kekuasaannya sebagai Presiden kepada Wakil Presiden B.J Habibie setelah

mengundurkan diri. Sejak awal Soeharto ragu apakah Habibie mampu

mengatasi situasi. Saat menyampaikan pengunduran diri, wajah Soeharto

tampak dingin. Ia menyadari betul bahwa dirinya benar-benar dipermalukan

di depan seluruh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat luar negeri.

Soeharto berusaha terlihat tegar ketika mengumumkan pengunduran dirinya

sebagai Presiden. Mulai saat itu hubungan Soeharto dengan Habibie tidak

terjalin dengan baik lagi. Jabat tangan antara Soeharto dan Habibie saat

pelantikan Habibie sebagai Presiden merupakan jabat tangan terakhir yang

diterima Habibie dari Soeharto. 36

Beberapa hari setelah B.J. Habibie menjadi presiden, B.J. Habibie

mengutus Letjen Ary Mardjono untuk menemui Pak Harto, untuk

menanyakan perihal sulitnya B.J. Habibie bertemu Pak Harto. Pertemuan

berlangsung selama 30 menit, Letjen Ary Mardjono menanyakan apakah

beliau marah kepada B.J. Habibie sehingga sulit bagi B.J. Habibie untuk

bertemu? Pak Harto menjawab, ”Saya justru menjaga nama baik Habibie.

Apa komentar orang kalau presiden baru sering bertemu dengan mantan

35 Tjipta Lesmana, Op. Cit., hlm. 123 36 Idem.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

23

presiden, sehingga presiden baru terkesan berada di bawah bayang-bayang

mantan presiden”.37

Reformasi telah membawa B.J Habibie ke kursi presiden. Akan tetapi

tuntutan reformasi oleh masyarakat Indonesia tidak berakhir setelah Soeharto

turun sebagai Presiden. Naiknya B.J Habibie sebagai presiden baru

merupakan langkah awal mewujudkan refomasi, bukan merupakan akhir dari

reformasi total yang dikehendaki oleh masyarakat melalui mahasiswa.38

Pada masa pemerintahannya sebagai Presiden, B.J Habibie dihadapkan

oleh persoalan-persoalan negara yang belum terselesaikan pada masa

pemerintahan Soeharto. Termasuk mengenai pro dan kontra tentang

keabsahan jabatan presiden yang kini dipegangnya. Persoalan ini muncul di

kalangan para ahli hukum sebagian ahli menganggap naiknya B.J Habibie

sebagai Presiden sudah sesuai dengan konstitusi, pendapat ini diperkuat

dengan Pasal 8 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Bila Presiden mangkat,

berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya, ia diganti oleh Wakil

Presiden sampai habis waktunya”. Sedangkan beberapa ahli yang

berpendapat bahwa naiknya B.J Habibie yang dianggap tidak konstitusional

berpegang pada ketentuan Pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa

“Sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan

sumpah atau janji di depan MPR atau DPR”. Melihat situasi saat itu, tidak

memungkinkan MPR/DPR untuk bersidang karena Gedung DPR/MPR

diduduki oleh puluhan ribu mahasiswa, maka sumpah dan janji yang

37 Arissetyanto Nugroho, Donna Sita. I, Pak Harto the Untold Stories, Jakarta: PT Gramedia, 2011, hlm. 184 38 Tim Redaksi LP3ES, Politik Editorial Indonesia,Jakarta: Pustaka LP3ES, 2003, hlm. 31.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

24

diucapkan B.J. Habibie di depan Mahkamah Agung dan di depan personil

MPR dan DPR dianggap sah dan sudah sesuai dengan Konstitusi.

Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dihadapkan pada kondisi ekonomi

Indonesia yang sangat memprihatinkan. Pada pertengahan tahun 1998 tingkat

inflasi mencapai 65,0 ditambah pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan

sebesar 13,6 persen di tahun 1998. Permasalahan ini muncul sebagai imbas

krisis ekonomi yang menimpa Indonesia yang belum teratasi. Rupiah

mengalami penurunan nilai tukar hingga mencapai Rp 10.000/US$ dan

bahkan mencapai Rp 15.000 sampai Rp 17.000/US$ yang berdampak

banyaknya perusahaan-perusahaan yang mengalami kebangkrutan yang

mengakibatkan banyak pengangguran. Dampak krisis ekonomi menyebabkan

sekitar 113 juta rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, phk besar-

besaran, krisis sosial dalam masyarakat.39

39 M.C. Ricklefs, Op. Cit., hlm. 695

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

25

BAB III

HASIL KEBIJAKAN POLITIK DALAM NEGERI

PRESIDEN B.J. HABIBIE

A. Penyusunan Kabinet Reformasi Pembangunan

B.J. Habibie menjabat sebagai Presiden Indonesia yang ketiga

menggantikan Presiden Soeharto yang lengser dari jabatan sebelum masa

baktinya selesai. Dalam waktu yang terbilang singkat, kurang dari 24 jam

setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie mengumumkan kabinet yang

dipimpinnya dengan diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan.

Tabel 1.

Kabinet Reformasi Pembangunan

No Jabatan Nama

1 Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid.

2 Menteri Luar Negeri Ali Alatas

3 Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Wiranto

4 Menteri Kehakiman Muladi

5 Menteri Penerangan Yunus Yosfiah

6 Menteri Keuangan Bambang Subianto

7 Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rahardi Ramelan

8 Menteri Pertanian Soleh Solahudin Kuntoro 9 Menteri Pertambangan dan Energi Mangkusubroto Muslimin 10 Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nasution Rachmadi 11 Menteri Pekerjaan Umum Bambang

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

26

Sumadhijo Giri Suseno 12 Menteri Perhubungan Hadihardjono 13 Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Marzuki Usman.

14 Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Adi Sasono

15 Menteri Tenaga Kerja Fahmi Idris. 16 Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah AM Hutan Hendropriyono Faried Anfasa 17 Menteri Kesehatan Moeloek Juwono 18 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Soedarsono 19 Menteri Agama Malik Fajar

20 Menteri Sosial Justika Baharsjah

21 Menteri Negara Sekretaris Negara . Menteri Negara Perencanaan Pembangunan 22 Boediono Nasional/Kepala Bappenas 23 Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPT Muhammad Zuhal Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha 24 Tanri Abeng Milik Negara/Kepala Badan Pengelola BUMN 25 Menteri Negara Pangan dan Holtikultura A.M. Saefuddin

26 Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN Ida Bagus Oka

27 Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM Hamzah Haz

28 Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Hasan Basri Durin Theo L. 29 Menteri Negara Perumahan Pemukiman Sambuaga. 30 Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal Panangian Siregar

31 Menteri Negara Peranan Wanita Tuti Alawiyah

32 Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Agung Laksono. Menteri Negara Koordinator Bidang Politik dan 33 Feisal Tanjung Keamanan 34 Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Ginandjar Keuangan, dan Industri Kartasasmita. 35 Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Hartarto Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Sastrosoenarto

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

27

Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan 36 Haryono Suyono Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kabinet_Reformasi_Pembangunan.

(Diakses pada tanggal 19 Maret 2015)40

Permasalahan-permasalahan negara yang dihadapi Pemerintahan B.J.

Habibie tidak hanya mengenai krisis ekonomi yang belum terselesaikan, akan

tetapi juga mengenai permasalahan politik dalam negeri. Pemerintahan B.J.

Habibie dengan Kabinet Reformasi Pembangunan dihadapkan dengan 6

tuntutan reformasi. Keenam tuntutan reformasi antara lain (1) Penegakan

supremasi hukum, (2) Pemberantasan KKN, (3) Mengadili mantan Presiden

Soeharto dan kroni-kroninya, (4) Amandemen Konstitusi (5) Pencabutan Dwi

Fungsi Abri, (6) Pemberian otonomi daerah seluas-luasnya. Presiden Habibie

mengawali pemerintahannya dengan sebuah reputasi yang membuatnya tidak

dipercaya oleh kalangan aktivis dan mahasiswa, militer, fraksi-fraksi partai

besar, pemerintah asing, para investor luar negeri, dan berbagai badan

internasional.

Ada berbagai langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan pada masa

pemerintahan Presiden B.J. Habibie setelah terbentuknya Kabinet Reformasi

Pembangunan. Kebijakan politik yang diambil yaitu: dengan dibebaskannya

para tahanan politik pada masa Orde Baru, peningkatan kebebasan pers,

pembentukan parpol dan percepatan Pemilu dari tahun 2003 ke tahun 1999,

40 http://id.wikipedia.org/wiki/Kabinet_Reformasi_Pembangunan, diakses pada tanggal 19 Maret 2015.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

28

penyelesaian masalah Timor Timur, pengusutan kekayaan Soeharto dan

kroni-kroninya, pemberian gelar Pahlawan Reformasi bagi korban Trisakti.

B. Pembebasan Tahanan Politik pada Masa Orde Baru

Dalam upaya menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintah dan upaya mengatasi tekanan dan tuntutan dari masyarakat,

Presiden B.J Habibie membuat kebijakan melepaskan seluruh tahanan politik

pada masa Pemerintahan Orde Baru. Tindakan yang dilakukan Presiden B.J

Habibie untuk membebaskan tahanan politik pada masa Pemerintahan Orde

Baru ini meningkatkan legitimasi Presiden B.J Habibie di dalam negeri

maupun luar negeri. Kebijakan B.J Habibie ini pula sebagai upaya Habibie

dalam menjalankan reformasi yang dikehendaki masyarakat dan sebagai

upaya menepis anggapan mengenai dirinya di kalangan aktivis reformasi dan

masyarakat sebagai anak emas Soeharto.

Legitimasi Presiden B.J Habibie terlihat pada kebijakan yang

dikeluarkannya dengan diberikannya amnesti dan abolisi yang merupakan

langkah penting menuju keterbukaan dan rekonsiliasi. Di antara yang

dibebaskan tahanan politik kaum separatis dan tokoh-tokoh tua mantan

PKI, yang telah ditahan lebih dari 30 tahun. Amnesti diberikan kepada H.

Mohammad Sanusi dan tokoh-tokoh lain yang ditahan setelah Insiden

Tanjung Priok tahun 1984. Selain tokoh-tokoh tua mantan PKI, Amnesti

diberikan pula pada tokoh-tokoh aktivis petisi 50, merupakan kelompok yang

sebagian besar terdiri dari mantan jendral salah satunya adalah kepala staf

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

29

Angkatan bersenjata Jendral Abdul Haris Nasution yang menuduh Soeharto

melanggar perinsip Pancasila dan Dwi Fungsi ABRI. Pada bulan November

1998, Presiden B.J. Habibie mengumumkan almarhum Mohammad Natsir

sebagai pemimpin bangsa, hal ini menyisaratkan bahwa pemberontakan PRRI

pun dimaafkan. ABRI membebaskan beberapa aktivis mahasiswa yang telah

menghilang sejak kampanye pemilu 1997, akan tetapi masih banyak

mahasiswa yang hilang yang telah dibunuh. Wiranto mengumumkan bahwa

militer bisa menyelidiki orang-orang termasuk Prabowo, yang diduga telah

menculik para aktivis reformasi.41

Selain membebaskan tahanan politik masa Orde Baru, Presiden B.J

Habibie juga membebaskan tahanan Mahasiswa dan aktivis reformasi. Di

antara mereka yang dibebaskan adalah Dr. Sri Bintang Pamungkas, Ketua

PUDI dan Dr. Mochtar Pakpahan, Ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia

(SBSI). Presiden juga mencabut UU Subversi dan menyatakan dukungan

budaya oposisi serta melakukan pendekatan kepada mereka yang selama ini

menentang Rezim Orde Baru, diantaranya adalah K.H. Abdurrahman Wahid

dan para tokoh-tokoh aktivis petisi 50 yaitu kelompok yang sebagian besar

terdiri dari mantan-mantan jenderal yang menuduh Soeharto melanggar

prinsip dari Pancasila dan Dwi Fungsi ABRI.42

Selain membebaskan tahanan politik masa Orde Baru, Presiden B.J.

Habibie juga memberi gelar Pahlawan Reformasi kepada 4 korban mahasiswa

Trisakti yang menuntut lengsernya Soeharto pada tanggal 12 Mei 1998.

41 M.C. Ricklefs, ibid, hlm. 665 42 Tuk Setyohadi, Op. Cit, hlm. 184

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

30

Pemberian gelar pahlawan reformasi merupakan hal positif yang

dianugerahkan oleh pemerintahan Presiden B.J Habibie, penghargaan ini

mampu melegitimasi Habibie sebagai bentuk penghormatan kepada

perjuangan dan pengorbanan mahasiswa sebagai pelopor gerakan Reformasi.

Pemberian gelar pahlawan kepada korban trisakti juga sebagai upaya

pemerintah menjalankan reformasi yang dikehendaki oleh rakyat, selain itu

sebagai upaya yang dilakukan oleh Presiden B.J Habibie untuk mengambil

simpati dan kepercayaan rakyat yang kurang mempercayai dirinya dalam

menjalankan reformasi.

C. Kebebasan Pers

Dalam permasalahan ini, pemerintahan Presiden B.J Habibe

mengeluarkan kebijakan mengenai kebebasan pers di Indonesia. Pada masa

Pemerintahan Orde Baru pergerakan pers sangat dibatasi dan hanya

digunakan sebagai alat pemerintahan untuk menyelenggarakan

kepentingannya. Pers pada masa Orde Baru adalah sarat dengan muatan

berbagai kepentingan. Kebebasan pers sangat dibatasi, kebebasan pers

ditekan dan dikuasai oleh negara, bahkan wartawan bisa dibeli. Pers yang bisa

dibreidel sewaktu-waktu oleh pemerintah bila berita yang ditulis tidak sesuai

dengan yang diharapkan oleh pemerintah. Pembreidelan pers pada masa Orde

Baru terjadi pada surat kabar tempo,kompas dan detik.

Pembereidelan Tempo terjadi Pada 12 April 1982, di usia yang ke-12

tahun, Tempo dibreidel oleh Departemen Penerangan melalui surat yang

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

31

dikeluarkan oleh Ali Moertopo (Menteri Penerangan). Tempo dianggap telah

melanggar kode etik pers. Ide pembreidelan itu sendiri datang dari Persatuan

Wartawan Indonesia (PWI) yang saat itu dipimpin oleh Harmoko, wartawan

harian Pos Kota. Diduga, pembreidelan tersebut terjadi karena Tempo meliput

kampanye partai Golkar di Lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh.

Presiden Soeharto, yang notabene motor partai Golkar, tidak suka dengan

berita tersebut. Pembreidelan kedua terjadi Pada 21 Juni 1994, Tempo

kembali dibredel bersama saudara tirinya yaitu Editor Detik. Kali ini

penyebabnya adalah berita Tempo terkait pembelian pesawat tempur eks

Jerman Timur oleh BJ Habibie. Berita tersebut tidak menyenangkan para

pejabat militer karena merasa otoritasnya dilangkahi. Namun, diduga,

penyebab dasarnya adalah karena Presiden Soeharto tidak suka Tempo dari

dulu; berita BJ Habibie hanyalah alasan pembenaran.43

Selain pembreidelan terhadap media masa, pembreidelan dan larangan

penerbitan buku-buku juga dilakuakan masa Orde Baru. Antara lain Di

Bawah Lentera Merah yang merupakan tesis sarjana muda Soe Hok Gie pada

Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Juga buku Tan

Malaka yang merupakan disertasi doktor ahli sejarah Harrye Poeze yang kini

menjabat sebagai Direktur KITLV di Belanda. Militer dan Politik di

Indonesia karya Harold Crouch. Kapitalisme Semu karya Yoshihara Kunio.

Sang Pemula karya Pramoedya Ananta Toer. Theologi Pembebasan, Sejarah,

Metode, Praksis dan Isinya yang merupakan skripsi Frater Wahono

43 Winarso, http://jejaksejarah.weebly.com/jejak-sejarah/jejak-sejarah-di-balik-pembredelan-pers- konflik-dan-pembredelan-majalah-tempo, diakses pada 19 Maret 2015.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

32

Nitiprawiro. Amir Sjarifoeddin Pergumulan Imannya dalam Perjuangan

Kemerdekaan yang merupakan tesis Frederick Djara Wellem. Indonesia the

Rise of Capital karya Richard Robison yang masih belum diterbitkan dalam

edisi Indonesia. Alasan pelarangan itu nyaris seragam: merupakan tulisan

yang menyesatkan, memutarbalikkan sejarah, merendahkan pemerintah Orde

Baru dan pimpinan nasional. Sayangnya suatu proses peradilan yang bersifat

akademis tak pernah digelar. Demikian juga para guru besar atau dosen

pembimbing dan pejabat kampus tak ada satu pun yang memberikan reaksi.44

Kehidupan pers di Indonesia pada masa Pemerintahan Orde Baru sangat

mengkhawatirkan. Turut campurnya pemerintah dalam pers, membuat pers

dikontrol oleh pemerintah, sehingga tidak adanya kebebasan bagi pers.

Terdapatnya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) tidak membawa

perubahan yang signifikan bagi kehidupan pers. PWI yang seharusnya

memperjuangkan kehidupan pers di Indonesia justru dijadikam media bagi

Pemerintah Orde Baru. Hal ini terlihat ketika terjadi pembredelan beberapa

media nasional oleh pemerintah, PWI yang seharusnya membela pers dan

melakukan tuntutan terhadap pembreidelan tersebut justru memberikan

pernyataan dapat memahami dan menyetujui tindakan pemerintah tersebut.

Kontrol pemerintah terhadap pers tidak dapat diragukan lagi, begitu

juga dengan pengaruhnya. Kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah orde baru sangat tidak mendukung keberadaan pers. Salah satu

contohnya adalah kebijakan SIUPP, yakni Surat Izin untuk Penerbitan Pers,

44 Stanley, http://tempo.co.id/ang/min/01/29/kolom3.htm, diakses pada 19 Maret 2015

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

33

yang mana sangat tidak pro-pers. Pers mengalami kesulitan saat dituntut

untuk melasanakan fungsi–fungsi yang secara alamiah melekat padanya,

khususnya fungsi mereka bagi masyarakat. Fungsi pers bagi masyarakat

adalah menampilkan informasi yang berdimensi politik lebih banyak

dibandingkan dengan ekonomi, dengan didominasi subyek negara serta

kecenderungan pers untuk lebih berat ke sisi negara harus dilakukan dengan

cara lebih memilih realitas psikologis dibanding dengan realitas sosiologis.45

Setelah berakhirnya Pemerintahan Orde baru, Presiden B.J Habibie

membuat kebijakan mengenai kebebasan pers di Indonesia. Pers pada masa

pemerintahan B.J Habibie diberikan perlindungan hukum yang berkaitan

dengan media dan bahan-bahan yang dipublikasikan seperti

menyebarluaskan, pencetakan dan penerbitan surat kabar, majalah, buku atau

material lainnya tanpa adanya campur tangan atau perlakuan sensor dari

pemerintah. Kebebasan pers masa pemerintahan Presiden B.J Habibie diikuti

pula dengan kebebasan berasosiasi organisasi pers, sehingga banyak

bermunculan organisasi-organisasi pers alternatif.

Selama pemerintahan Presiden B.J Habibie tidak didapati

pembreidelan-pembreidelan media masa seperti saat masa Orde Baru. Pers

bebas memberitakan mengenai segi potif dan negatif kinerja pemerintah yang

menyangkut kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam rangka melaksanakan

kebebasan pers, B.J Habibie mencabut ketentuan pembatalan SIUPP (Surat

Izin Usaha Penerbitan Pers) yang selama ini menghantui wartawan terhadap

45 Putra, A, https://andhikafrancisco.wordpress.com/2013/06/21/makalah-perbandingan- kebebasan-pers-pada-masa-orde-baru-dan-masa-reformasi-di-indonesia/, diakses pada tanggal 27 Maret 2015

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

34

pemberedelan surat kabar dan majalah.46 Akibat kemudahan memperoleh

SIUPP tersebut, jumlah pemohon SIUPP membengkak lebih dari sepuluh kali

lipat dibandingkan dengan masa Orde Baru.

Euforia kebebasan berdampak luas bagi perkembangan di Indonesia,

dampak kebebasan pers tidak hanya berdamak positif akan tetapi juga dapat

berdampak negatif. Dampak positif kebebasan pers antara lain adalah (1)

Pemberitaan bebas mengulas suatu masalah Ilmu pengetahuan dan tehnologi

serta pengetahuan dan informasi lainnya sehingga semua orang berhak tahu

dan mengerti apa yang sedang terjadi sekarang ini dari berita ilmu

pengetahuan, politik/pemerintah dan lain-lain yang akan membuat individu

menjadi maju cara berpikirnya. (2) Tiap-tiap individu secara bebas dapat

menyampaikan pendapatnya melalui media masa sehingga membantu dan

memicu tiap individu untuk berkreasi menyampaikan pendapat dengan

adanya kolom kontak pembaca, serta setiap wartawan mengulas suatu

masalah yang beraneka ragam. (3) Memberikan kesempatan tiap individu

untuk mencoba berani bagi yang ingin mencoba bisnis dalam mass media

terbukti munculnya produksi media baru Terbit, Adil dan lain-lain serta

membuka lapangan pekerjaan.

Dampak negatif kebebasan pers antara lain: (1) Gambar kekerasan yang

ditampilkan baik dalam media massa cetak maupun dalam audio visual dalam

menyampaikan berita dengan makin berani dan gamblang misalnya kegiatan

demonstrasi yang brutal dan lain-lain. (2) Penampilan gambar setengah porno

46 Tuk Setyohadi, Op. Cit, hlm. 184

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

35

dalam media cetak yang menampilkan foto-foto wanita yang berpakaian

amat minim dengan pose yang sangat merangsang seperti pada isi

gambar Tabloid lipstik. (3) Berita yang mengulas suatu masalah yang belum

tentu benar. (4) Berita yang dapat menimbulkan pemahaman tertentu,

menghasut ataupun mengadu domba. (5) Mengkritik tanpa etika.

D. Penghapusan Istilah Pribumi dan Non Pribumi

Sejumlah amandemen UUD 1945 yang beberapa kali dilakukan oleh

MPR ternyata tidak berhasil membersihkan pasal-pasal yang berbau rasial.

Demikian pula RUU Kewarganegaraan yang telah disiapkan Departemen

Kehakiman dan HAM masih mengandung beberapa poin diskriminatif baik

terhadap perempuan (gender) maupun warga negara keturunan asing.

Contohnya, pasal 30 RRU menyebutkan bahwa kehilangan kewarganegaraan

Indonesia bagi seorang suami berlaku pula bagi istri kecuali istri menolak

atau istri mempunyai dua kewarganegaraan. Selain itu pasal 39 RRU tersebut

menyatakan setiap orang yang perlu membuktikan kewarganegaraan

Republik Indonesia dan tidak mempunyai surat bukti untuk itu dapat

mengajukan permohonan kepada menteri atau pejabat untuk memperolehnya.

Pasal ini diduga mengukuhkan kembali Surat Bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia atau biasa disingkat SBKRI bagi orang Indonesia

keturunan asing termasuk Tionghoa.

Permasalahan pribumi dan non pribumi, ditanggapi oleh pemerintahan

B.J. Habibie. Pada 16 September 1998, Presiden B.J. Habibie mengeluarkan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

36

Inpres N0. 26/1998 yang menghapuskan istilah pribumi dan non pribumi.

Presiden B.J. Habibie juga mengeluarkan Inpres 4/1999 tentang penghapusan

Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI), dan

diperbolehkannya pelajaran Bahasa Mandarin.47

E. Pembentukan Partai Politik dan Percepatan Pemilu

Presiden B.J Habibie membuat kebijakan untuk membuat perubahan

dalam bidang politik lainnya antara lain mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999

tentang Partai Politik, UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu, UU No. 4

Tahun 1999 tentang MPR dan DPR.

Pemilihan umum pada masa pemerintahan yang sangat singkat dari

Presiden B.J Habibie, diselenggarakan pada tanggal 7 Juni 1999 dengan

diikuti oleh 48 partai, walapun pada saat itu terdaftar terdapat hampir 150

partai politik, akan tetapi yang memenuhi persyaratan hanya 48 partai politik.

Pemilihan umum Tahun 1998 dilaksanakan secara LUBER yaitu langsung,

umum, bebas dan rahasia dan JURDIL yaitu jujur dan adil yang diakui oleh

semua pihak termasuk oleh oleh luar negeri melalui pemantauan secara

langsung oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter.48 Selanjutnya

tanggal 7 Juni 1999 diselenggarakan Pemilihan Umum Multipartai.

Dari 48 partai yang mengikuti pemilihan umum Tahun 1998, terdapat 5

partai besar yang mendapat dukungan besar dari masyarakat. Amien Rais

mendirikan PAN (Partai Amanat Nasional) dengan dukungan dari

47 Muh Kholid, Mengakhiri Diskriminasi Tionghoa, http://lkassurabaya.blogspot.com/2007/07/ mengakhiri-diskriminasi-tionghoa.html, diakses pada tanggal 12 Juli 2015. 48 M.C. Ricklefs, Op. Cit, hlm. 685.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

37

Muhammadiyah, akan tetapi dengan ideologi sekularisme yang demokratis

dan kapitalis. Abdurahman Wahid dengan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)

dengan dukungan NU, lebih mengedepankan toleransi, pluralisme, dan gaya

demokrasi non religius. Megawati dengan PDI (Partai Demokrasi Indonesia)

mendapat dukungan dari Wiranto dan ABRI. Beberapa pemimpin Islam

menanggapi popularitas Megawati yang besar menyatakan bahwa Islam tidak

memperbolehkan seorang perempuan menjadi pemimpin, tetapi tidak dengan

Abdurrahman Wahid. Golkar yang masih mempunyai dukungan masyarakat

yang masih kuat mencoba untuk membersihkan diri dari warisan Soeharto

dengan cara meminta maaf untuk berbagai kesalahan masa lalunya dan

menggambarkan dirinya sebagai Golkar baru. Fraksi dominannya mendukung

Habibie hampir sampai akhir masa jabatannya. PPP juga mampu bertahan

sebagai sebuah partai politik.49

Pemilihan umum kedelapan dalam sejarah Indonesia ini dilaksanakan

pada hari Senin, 7 Juni 1999. Empat puluh delapan partai yang mengikuti

pemilu ini memperebutkan 462 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Republik Indonesia. Setelah pemilihan umum ini selesai dilaksanakan, lebih

dari 50% partai ternyata tidak mendapatkan kursi. Dengan demikian, jumlah

kursi di DPR dibagi kepada 21 partai saja.50 Pemilihan umum tahun 1999

melahirkan pemenang baru yaitu PDI Perjuangan. Meskipun hanya

menguasai 11 provinsi, sedangkan Golkar menang di 13 Provinsi, namun

suara PDI Perjuangan lebih besar yaitu sebanyak 33,7 %.

49 Op. Cit., hlm. 706. 50 Daniel Dhakidae, dkk, Wajah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Pemilihan Umum 1999, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2002, hlm. vii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

38

Kemenangan PDI Perjuangan pada pemilu 1999 terjadi karena PDIP

yang diketuai oleh Megawati Soekarno Putri merupakan salah satu tokoh

yang memperjuangkan reformasi sehingga banyak masyarakat yang pro

terhadap reformasi berbalik mendukung PDI Perjuangan. Sedangkan Golkar

masih mampu menempati posisi ke dua pada pemilu 1999 setelah lengsernya

Soeharto sebagai presiden hal ini terjadi karena Partai Golkar sudah berakar

kuat di hati rakyat, hal ini dapat dilihat dari sejarah panjang kemenangan

partai Golkar dari tahun 1955 hingga pemilu tahun 1997. Untuk pemilu tahun

1999 bisa dikatakan tidak ada partai yang menang secara meyakinkan, sama

seperti pemilu tahun 1955.51

Tabel 2

Sepuluh partai pemenang pemilihan umum tahun 1999 antara lain:

NO PARTAI POLITIK JUMLAH KURSI 1 PDI Perjuangan 153 kursi 2 Partai Golkar 120 kursi 3 PPP 58 kursi 4 PKB 51 kursi 5 PAN 34 kursi 6 PBB 13 kursi 7 Partai Keadilan 7 kursi 8 Partai Demokrasi Kasih Bangsa 5 kursi 9 Partai Nahdatul Ulama 5 kursi 10 Partai Keadilan dan Persatuan 4 kursi

Sumber : Daniel Dhakidae, Peta Politik Pemilihan Umum 1998-2004,

Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2004. 52

51 Daniel Dhakidae, Peta Politik Pemilihan Umum 1998-2004, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2004, hlm. 3 52 Daniel Dhakidae, Op. Cit., hlm. vii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

39

F. Penyelesaian Masalah Timor Timur

Permasalahan Timor Timur yang ingin merdeka dan lepas dari

Indonesia menjadi salah satu permasalahan besar yang harus dihadapi Bangsa

Indonesia. Setelah berakhirnya masa Orde Baru, dan naiknya B.J Habibie

menjadi Presiden, Presiden B.J Habibie membuat kebijakan untuk

memberikan kemerdekaan bagi Timor Timur. Bagi Presiden B.J Habibie,

Timor Timur dianggap sebagai masalah yang merepotkan. Hal ini tertuang

pada pernyataan Presiden B.J Habibie yang mengatakan bahwa masalah

Timor Timur bagaikan kerikil dalam sepatu. Selain itu permasalahan Timor

Timur dirasa mengganggu kinerja Kabinet Reformasi Pembangunan yang

dipimpinnya dalam menghadapi berbagai macam persoalan reformasi.53

Upaya yang dilakukan Presiden B.J Habibie sebelum memutuskan

untuk memberikan kemerdekaan bagi Timor Timur salah satunya adalah

membebaskan tawanan politik asal Timor Timur dan menjanjikan suatu status

istimewa bagi Timor Timur. Akan tetapi status istimewa yang dijanjikan

Presiden B.J. Habibie tidak disetujui oleh Ramos-Horta dan para tokoh-tokoh

yang menginginkan Timor Timur merdeka. Pada bulan Juni 1998 terjadi

demonstran besar-besaran di Timor Timur yang menuntut diadakannya

referendum yang menawarkan pilihan kemerdekaan dan menolak status

istimewa dalam lingkup Negara Republik Indonesia. Untuk mendapatkan

53 Tuk Setyohadi, Op. Cit., hlm. 185

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

40

dukungan yang kuat tentang referendum, Belo meminta dukungan PBB untuk

mensponsori referendum tersebut54

Melihat situasi di Timor Timur Presiden B.J Habibie mengambil sikap

pro-aktif dengan menawarkan dua pilihan bagi penyelesaiaan Timor Timur

yaitu dengan memberikan otonomi khusus atau memisahkan diri dari

Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ali Alatas

pada bulan Januari 1999 yang mengumumkan bahwa, jika usulan otonomi

khusus untuk Timor Timur ternyata ditolak, wilayah tersebut akan diberi

kemerdekaan. Otonomi luas berarti diberikannya wewenang atas berbagai

bidang politik, ekonomi, budaya dan lain-lain, kecuali dalam hubungan luar

negeri, pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiksal. Sedangkan

memisahkan diri berarti secara demokratis dan konstitusional, serta secara

terhormat dan damai, lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Habibie tidak mendapatkan banyak dukunagn dari kekuatan-kekuatan

politik besar mengenai kebijakannya terhadap Timor Timur. Pada bulan

Februari 1998, Megawati Sukarnoputri mengatakan di depan pendukungnya

bahwa Timor Timur adalah bagian dari Indonesia dan bahwa ia tidak akan

menerima pemisahan diri wilayah tersebut dari Republik Indonesia.

Pandangan yang sama disampaikan oleh Abdurrahman Wahid. Meskipun

demikian, ABRI memiliki pemikiran yang berbeda. Para petinggi ABRI telah

memutuskan bahwa, jika suatu referendum menghasilkan suara untuk

54 M.C. Ricklefs, Op. Cit., hlm. 700

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

41

memisahkan diri, mereka akan menggerakkan sebuah aksi bumi hangus di

Timor Timur.55

Referendum dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999. Hasilnya

adalah sebanyak 446.953 suara masuk, merepresentasikan 98,6% dari seluruh

pemilih. Dari 438.968 suara sah, 78,5 % menginginkan kemerdekaan, dan

21,5% sisanya menghendaki otonomi dalam lingkup negara Republik

Indonesia.56 Dengan hasil ini menunjukkan bahwa penduduk Timor Timur

ternyata menghendaki kemerdekaan. Presiden B.J. Habibie menagaggapi

hasil referendum ini dengan menyatakan bahwa Indonesia mulai 1 Januari

2000 akan memusatkan perhatian pada 26 propinsi dan tidak diganggu lagi

dengan masalah Timor Timur.

G. Pengusutan Kekayaan Soeharto dan Kroni-kroninya

Salah satu tuntutan reformasi yang dikehendaki rakyat lewat mahasiswa

dan aktifis reformasi adalah pengusutan kekayaan Soeharto dan kroni-

kroninya. Mengenai masalah KKN, terutama yang melibatkan Mantan

Presiden Soeharto, pemerintah B.J Habibie dinilai tidak serius menanganinya

karena proses untuk mengadili Soeharto berjalan sangat lambat. Lambatnya

pengusutan kekayaan Soeharto dan kroni-kroninya menimbulkan

ketidakpuasan yang besar diantara pendukung gerakan reformasi. Presiden

B.J. Habibie - dengan Instruksi Presiden No. 30/1998 tanggal 2 Desember

1998 – telah mengintruksikan Jaksa Agung Baru, Andi Ghalib segera

55 M.C. Ricklefs, ibid, hlm. 701 56 ibid, hlm. 702

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

42

mengambil tindakan hukum memeriksa Mantan Presiden Soeharto yang

diduga telah melakukan praktik KKN.

Kasus dugaan KKN Soeharto menyangkut penggunaan uang negara

oleh 7 buah yayasan yang diketuainya, yaitu Yayasan Dana Sejahtera

Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais),

Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim

Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora.

Pada 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun

1995. Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen

dari keuntungannya untuk Yayasan Dana Mandiri. Hasil penyidikan kasus

tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman.

Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut

ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk

Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999.

Uang negara 400 miliar mengalir ke Yayasan Dana Mandiri antara

tahun 1996 dan 1998. Asalnya dari pos Dana Reboisasi Departemen

Kehutanan dan pos bantuan presiden. Dalam berkas kasus Soeharto,

terungkap bahwa Haryono Suyono, yang saat itu Menteri Negara

Kependudukan dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,

mengalihkan dana itu untuk yayasan. Ketika itu, dia masih menjadi wakil

ketua di Dana Mandiri. Bambang Trihatmodjo, yang menjadi bendahara

yayasan ini, bersama Haryono, ternyata mengalirkan lagi dana Rp 400 miliar

yang telah masuk ke yayasan itu ke dua bank miliknya, Bank Alfa dan Bank

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

43

Andromeda, pada 1996-1997, dalam bentuk deposito. Dari data dalam berkas

Soeharto, Bob Hasan paling besar merugikan keuangan negara, diduga

mencapai Rp 3,3 triliun. Hal ini juga terungkap dari pengakuan Ali Affandi,

Sekretaris Yayasan Supersemar, ketika diperiksa sebagai saksi kasus

Soeharto. Dia membeberkan, Yayasan Supersemar, Dakab, dan Dharmais

memiliki saham di 27 perusahaan Grup Nusamba milik Bob Hasan. Sebagian

saham itu masih atas nama Bob Hasan pribadi, bukan yayasan.57

Pemeriksaan terhadap Soeharto pernah dilakukan terkait tuduhan KKN

kepada dirinya, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Pada tanggal 11

Oktober 1999, pejabat Jaksa Agung Ismudjoko mengeluarkan SP3, yang

menyatakan bahwa penyidikan terhadap Soeharto yang berkaitan dengan

masalah dana yayasan dihentikan. Alasannya, Kejagung tidak menemukan

cukup bukti untuk melanjutkan penyidikan, kecuali menemukan bukti-bukti

baru. Demikian pula dengan kasus lainnya juga tidak ada kejelasan.58

57 http://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_dugaan_korupsi_Soeharto, diakses pada tanggal 01 April 2015 58 M.C. Ricklefs, ibid, hlm. 695

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

44

BAB IV

AKHIR PEMERINTAHAN B.J HABIBIE

A. Penolakan Pidato Pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie

Dengan mundurnya Presiden Soeharto dari jabatannya sebagai presiden

pada tanggal 21 Mei 1998, sesuai UU yang ada maka sebagai wakil presiden

B.J. Habibie menggantikan kedudukan Soeharto sebagai presiden hingga masa

jabatan presiden selesai. Naiknya B.J. Habibie sebagai Presiden menggantikan

Soeharto mendapatkan reaksi dari masyarakat Indonesia, yaitu memunculkan

reaksi pro dan kontra terhadap B.J. Habibie sebagai presiden. Terdapatnya pro

dan kontra terhadap B.J. Habibie ini menunjukkan legitimasi pemerintahan

B.J. Habibie lemah. Munculnya kontra terhadap pemerintahan Presiden B.J.

Habibie karena mereka menganggap bahwa Habibie masih terkait dengan

kelompok Soeharto, sehingga banyak yang beranggapan bahwa B.J. Habibie

tidak akan bisa melaksanakan reformasi secara penuh seperti yang

dikehendaki oleh rakyat Indonesia. Hal lain yang melemahkan legitimasi

Habibie dalam memimpin pemerintahan ialah ia tidak dipilih secara luber dan

jurdil sebagai presiden dan merupakan satu paket pemilihan pola musyawarah

mufakat dengan Soeharto.

Naiknya B.J. Habibie sebagai presiden mendapat tanggapan yang

beragam para tokoh-tokoh politik. beberapa tokoh memberi komentar

pemerintahan Habibie sebagai ”pemerintahan transisi” (Nurcholis Majid).

”Belum lepas dari bayang-bayang Soeharto” (Amien Rais), ”Melakukan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

45

reformasi hanya pada kulitnya saja” dan ”perpanjangan rezim mantan Presiden

Soeharto” (Megawati). Komentar-komentar tersebut makin melemahkan

legitimasi Habibie sebagai presiden.

Meskipun banyak mengalami keberhasilan dan kemajuan dalam

kebijakan-kebijakan politik yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden B.J.

Habibei sebagai upaya menjalankan tuntutan reformasi yang dikehendaki

oleh rakyat. Sejak Kabinet Reformasi Pembangunan dibentuk, kemajuan dan

keberhasilan telah dicapai antara lain penyelenggaraan Sidang Istimewa MPR,

kebebasan pers, penyelenggaraan pemilu dan reformasi di bidang politik,

sosial, hukum, dan ekonomi mengalami kemajuan dan keberhasilan seperti

yang rakyat kehendaki lewat reformasi. Akan tetapi di tengah-tengah upaya

pemerintahan Habibie memenuhi tuntutan reformasi, Presiden B.J. Habibie

dituduh melakukan tindakan yang bertentangan dengan kesepakatan MPR

mengenai masalah Timor Timur. Pemerintah dianggap tidak berkonsultasi

terlebih dahulu dengan DPR/MPR sebelum menawarkan opsi kedua kepada

masyarakat Timor Timur yaitu memberikan kemerdekaan bila otonomi kusus

yang diberikan pemerintah Indonesia ditolak.

Pada Januari 1999, Presiden B.J. Habibie mengumumkan keputusannya

tentang nasib Timor Timur. Timor Timur bisa melepaskan diri dari Indonesia

sekiranya mereka menolak tawaran otonomi secara luas. Padahal tawaran

otonomi secara luas kepada Timor Timur baru diumumkan pada bulan Juni

1998 dan belum mendapatkan tanggapan yang pasti dalam forum PBB tentang

pelaksanaan otonomi tersebut. Dengan diumumkannya mengenai dua opsi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

46

tersebut oleh Presiden B.J. Habibie, PBB secara sigap mempersiapkan jejak

pendapat 1999 yang ternyata mendapatkan hasil mayoritas masyarakat Timor

Timur memilih merdeka dan lepas dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia.59

Kebijakan B.J. Habibie yang memberikan opsi ke dua kepada Timor

Timur merupakan blunder besar bagi pemerintahannya. Justru opsi kedua

itulah, antara lain, yang diikuti dengan desakan PBB untuk melakukan

referendum di Timor Timur sebelum SU-MPR 1999 berlangsung, yang telah

mendorong pembumi hangusan Timor Timur dan pelanggaran HAM yang

serius di Timor Timur pasca referendum bulan Agustus 1999.60 Masalah itu

tidak berhenti dengan lepasnya Timor Timur, setelah itu muncul tuntutan dari

dunia Internasional mengenai masalah pelanggaran HAM yang meminta

pertanggungjawaban militer Indonesia sebagai penanggung jawab keamanan

pasca jajak pendapat. Hal ini mencoreng Indonesia di Dunia Internasional.

Bulan Juni 1999 diadakan pemilihan umum yang merupakan pemilu

pertama setelah masa Orde Baru dilaksanakan secara demokratis, tanpa

dipengaruhi oleh adanya tindak kekerasan yang berarti, serta tanpa adanya

penekanan dari salah satu kontestan yang dominan. Pemilu tersebut

diselenggarakan dengan prinsip luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia)

dan jurdil (jujur dan adil). hasilnya ada lima besar partai yang berhasil meraih

suara-suara terbanyak, yaitu : PDIP, Golkar, PPP, PKB, dan PAN. Hasil

59 Sri-Bintang Pamungkas, Dari Orde Baru ke Indonesia Baru Lewat Reformasi Total, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001, hlm. 195. 60 ibid, hlm. 196.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

47

perolehan suara dari masing-masing partai politik ini mencerminkan jumlah

kursi yang menjadi haknya di dalam MPR/DPR.

Setelah melaksanakan pemilu, diadakan Sidang istimewa MPR

diselenggarakan pada tanggal 1-21 Oktober 1999 dengan beberapa agenda

sebagai berikut :

1. Mengangkat Amien Rais sebagai ketua MPR dan Akbar Tanjung sebagai

ketua DPR untuk periode 1999 - 2004.

2. Pembacaan pidato pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie.

3. Pemilihan presiden Republik Indonesia yang baru.

4. Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilaksanakan pemilihan wakil presiden

dengan calonnya Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz.

Sebagai salah satu agenda sidang umum, pada tanggal 14 Oktober 1999

Presiden B.J. Habibie menyampaikan pidato pertanggungjawabannya di depan

sidang dan terjadi penolakan terhadap pertanggungjawaban presiden sebagai

Mandataris MPR lewat Fraksi PDI-Perjuangan, Fraksi Partai Kebangkitan

Bangsa, Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia dan Fraksi Demokrasi Kasih

Bangsa. Pada umumnya, masalah-masalah yang dipersoalkan oleh Fraksi-

fraksi tersebut adalah masalah Timor Timur, KKN, termasuk pengusutan

kekayaan Soeharto, dan masalah HAM. Sementara itu, di luar Gedung

DPR/MPR yang sedang bersidang, mahasiswa dan rakyat yang anti Habibie

bentrok dengan aparat keamanan. Mereka menolak pertanggungjawaban B.J.

Habibie, karena B.J. Habibie dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dari Rezim Orba.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

48

Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais

menutup Rapat Paripurna sambil mengatakan, ”dengan demikian

pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ditolak”. Pada hari yang sama

Presiden habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari

pencalonan presiden. B.J. Habibie juga iklas terhadap penolakan

pertanggungjawabannya oleh MPR.

B. Terbentuknya Pemerintahan Baru

Dengan kemenangan PDIP pada pemilu, Megawati memperkirakan

akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun,

PDI-P tidak memiliki mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan

PKB. Pada Juli, Amien Rais membentuk Poros Tengah, koalisi partai-partai

Muslim. Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga

pada pemilihan presiden lan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah.

Gus Dur terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia keempat dan dilantik

dengan Ketetapan MPR No. VII/MPR/1999 untuk masa bakti 1999-2004.

Pada 7 Oktober 1999, Amien Dan Poros Tengah secara resmi

menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden. Pada 19 Oktober

1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie Dan ia mundur dari

pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar

Dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan

mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul Dan

mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

49

Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313

suara.

Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan,

pendukung Megawati mengamuk lan Gus Dur menyadari bahwa Megawati

harus terpilih sebagai wakil presiden. Setelah meyakinkan

jendral Wiranto untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden lan

membuat PKB mendukung Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan

Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam

pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz.

Tanggal 21 Oktober 1999 Megawati terpilih menjadi Wakil Presiden RI

dengan Ketetapan MPR No. VIII/MPR/1999 mendampingi Presiden

Abdurrahman Wahid. Terpilihnya Abdurrahman Wahid dan Megawati sebagai

Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 1999-2004 menjadi

akhir pemerintahan Presiden Habibie dengan TAP MPR No. III/MPR/1999

tentang Pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie.61

61 Tuk Setyohadi, Op. Cit, hlm. 187

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

50

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Proses peralihan kekuasaan dari presiden Soeharto ke B.J. Habibie diawali

dari persoalan yang dihadapi Indonesia sebagai akibat dari krisis

ekonomitahun 1997 yang berkepanjangan, serta upaya-upaya pemerintah yang

dianggap tidak serius dalam mengatasi krisis ekonomi membuat masyarakat

terutama mahasiswa tidak mempercayai pemerintahan Presiden Soeharto.

Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah terlihat pada tuntutan

masyarakat untuk mengadakan reformasi dan menuntut Presiden Soeharto

untuk lengser.Pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 Pukul 09.00 WIB sesuai

dengan ketentuan dalam TAP MPR No. VII tahun 1973 di hadapan

Mahkamah Agung dilaksanakan penyerahan jabatan. Selain penyerahan

kekuasaan Presiden Soeharto, pada saat itu tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.10,

sekaligus mengangkat Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi Presiden

menggantikan Soeharto.

2. Terdapat berbagai kebijakan-kebijakan politik dalam negeri yang diterapkan

oleh pemerintahan Presiden B.J. Habibie setelah terbentuknya Kabinet

Reformasi Pembangunan. Kebijakan politik dalam negeri yang diambil yaitu:

(1) pembebasan tahanan politik pada masa Orde Baru, (2) kebebasan pers, (3)

penghapusanistilahpribumidan non pribumi, (4) pembentukan parpol dan

percepatan pemilu, (5) penyelesaiaan masalah Timor Timur, dan (6)

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

51

pengusutan kekayaan Soeharto dan kroni-kroninya.Di tengah-tengah upaya

pemerintahan Habibie memenuhi tuntutan reformasi, pemerintah Habibie

dituduh melakukan tindakan yang bertentangan dengan kesepakatan MPR

mengenai masalah Timor Timur.

3. Berakhirnya pemerintahan B.J. Habibie ditandai dengan ditolaknya pidato

pertanggungjawaban presiden B.J. Habibie yang disampaikan pada tanggal 14

Oktober 1999 di depan Sidang Umum MPRkarena Pemerintahan B.J. Habibie

dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rezim Orde Baru, dan

kebijkan B.J. Habibie mengenai kemerdekaa Timor Timur. Kemudian pada

tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup Rapat Paripurna

sambil mengatakan, ”dengan demikian pertanggungjawaban Presiden B.J.

Habibie ditolak”. Pada hari yang sama Presiden habibie mengatakan bahwa

dirinya mengundurkan diri dari pencalonan presiden. Terpilihnya

Abdurrahman Wahid dan Megawati sebagai Presiden dan Wakil Presiden

Republik Indonesia periode 1999-2004 menandai berakhirnya pemerintahan

B.J. Habibie.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

52

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku Abun Sanda. 2008. Warisan (daripada) Soeharto. Jakarta: Kompas. Anggit Noegroho dan MT Arifin. 1998. Rekaman Lensa Peristiwa Mei 1998 di Solo. Solo: PT Aksara Solopos. Arbi Sanit. 1998. Reformasi Politik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Arissetyanto Nugroho dan Donna Sita. I. 2011. Pak Harto the Untold Stories. Jakarta: PT Gramedia. Daniel Dhakidae. 2002. Wajah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Pemilihan Umum 1999. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. ______. 2004. Peta Politik Pemilihan Umum 1998-2004. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Pambudi, A. 2007. Kontroversi “Kudeta” Prabowo. Yogyakarta: Media Pressindo. Riclefs, M.C 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. Soejono, R.P. dan R.Z. Leirissa. 2011. Sejarah Nasional Indonesia VI zaman Jepang dan Zaman Republik. Jakarta: Balai Pustaka. Sri-Bintang Pamungkas. 2001. Dari Orde Baru ke Indonesia Baru Lewat Reformasi Total. Jakarta: Penerbit Erlangga. Tjipta Lesmana. 2009. Dari Sukarno Sampai SBY Intrik Politik dan Lobi Politik dari Penguasa. Jakara: PT Gramedia Pustaka Utama. Tim Redaksi LP3E3S. 2003. Politik Editorial Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES. Tuk Setyohadi. 2002. Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jakarta: CV. Rajawali Corporation. Warsito H.R. 2012. Pendidikan Pancasila Era Reformasi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

53

Sumber Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Kabinet_Reformasi_Pembangunan. (diakses pada tanggal 19 Maret 2015) http://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_dugaan_korupsi_Soeharto. (diakses pada tanggal 01 Maret 2015) Muh Kholid. 2007. Mengakhiri Diskriminasi Tionghoa. http: //lkassurabaya.blogspot.com/2007/07/mengakhiri-diskriminasi- tionghoa.html. (diakses pada tanggal 12 Juli 2015) Muksalmina. 2012. George Soros, Pria yang Menghancurkan Poundsterling, Rupiah, http://islamiyah.wordpress.com/2007/03/21/george-soros-pria- yang-menghancurkan-poundsterling-rupiah/. (diakses tanggal 16 Desember 2014). Putra, A. 2008. https://andhikafrancisco.wordpress.com/2013/06/21/makalah- perbandingan-kebebasan-pers-pada-masa-orde-baru-dan-masa-reformasi- di-indonesia/. (diakses tanggal 27 Maret 2015). Stanley. http://tempo.co.id/ang/min/01/29/kolom3.htm. (diakses pada 19 Maret 2015). Winarso. 2013. http://jejaksejarah.weebly.com/jejak-sejarah/jejak-sejarah-di- balik-pembredelan-pers-konflik-dan-pembredelan-majalah-tempo. (diakses pada 19 Maret 2015) PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

LAMPIRAN PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Lampiran 1 SILABUS

Nama Sekolah : SMA N 1 Depok Yogyakarta Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Jenjang : SMA Mata Pelajaran : Sejarah Kelas /Semester : XII /2

Standar Kompetensi: 2. Menganalisis Perjuangan sejak Orde Baru sampai dengan Masa Reformasi

Kompetensi Dasar Materi Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber/Bahan Pembelajaran Pembelajaran Pencapaian Jenis Bentuk Contoh Instrumen Waktu /Alat Tagihan Instrumen 2.3. Menganalisis Pemerintahan Dengan mengkaji 2 JP Sumber: Perkembangan Politik Presiden B.J. buku, melakukan dan Ekonomi serta Habibie (1998- diskusi, presentasi, Riclefs M.C Perubahan Masyarakat 1999): kebijakan dan tanya jawab 2010. Sejarah di Indonesia pada politik dalam diharapkan siswa Indonesia Modern Masa Reformasi negeri. dapat: 1200-2008. Jakarta: Serambi.  Mendeskripsika  Mendeskripsikan  Tertulis 1. Tes essai 1. jelaskan tentang proses peralihan proses peralihan n proses Tuk Setyohadi. Kepala Kepala peralihan Kepala 2002. Sejarah Pemerintahan dari Pemerintahan dari Pemerintahan Perjalanan Soeharto ke B.J. Soeharto ke B.J. dari Soeharto ke Bangsa Indonesia B.J. Habibie Habibie Habibie? Dari Masa Ke

2. jelaskan kebijakan Masa. Jakarta:  Mendeskripsika  Mendeskripsikan kebijakan dalam CV. Rajawali n mengenai mengenai kebijakan dalam negeri negeri pada masa PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

kebijakan dalam pemerintahan B.J. pemerintahan B.J. Corporation. negeri Habibie Habibie? Anggit Noegroho, pemerintahan B.J. Habibie MT Arifin. 1998. Rekaman Lensa

Peristiwa Mei  Mendeskripsika  Mendeskripsikan 3. Deskripsikan proses 1998 di Solo. n mengenai mengenai akhir dari lengsengnya Solo: PT. Aksara akhir dari pemerintahan B.J. Presiden B.J. Solopos. pemerintahan Habibie Habibie? B.J. Habibie

 Menganalisis  Menganalisis salah 2. Makalah  Portofolio Buatlah makalah tentang salah satu satu kebijakan dalam kebijakan dalam salah satu kebijakan Alat: negeri B.J. Habibie negeri B.J. dalam negeri B.J. Habibie dengan membuat LCD, Komputer, Habibie dengan karya ilmiah dalam dan papan tulis membuat karya bentuk makalah

ilmiah dalam bentuk makalah Media: Power Point  Menunjukkan  Menunjukkan sikap 3. Skala nilai sikap tanggung tanggung jawab serta jawab serta mampu bekerja sama mampu bekerja dalam kelompok sama dalam kelompok

Mengetahui, Kepala Sekolah21 Agustus 2015 Guru Mata Pelajaran Sejarah

Robertus Suroso Alberto Ferry Firnandus

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMAN 1 Depok, Yogyakarta Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : XI/2 Materi Pokok : Pemerintahan Presiden B.J. Habibie (1998-1999): kebijakan politik dalam negeri. Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

1. Standar Kompetensi 2. Menganalisis Perjuangan sejak Orde Baru sampai dengan Masa Reformasi.

2. Kompetensi Dasar 2.3. Menganalisis Perkembangan Politik dan Ekonomi serta Perubahan Masyarakat di Indonesia pada Masa Reformasi.

3. Indikator  Mendeskripsikan proses peralihan Kepala Pemerintahan dari Soeharto ke B.J. Habibie.  Mendeskripsikan kebijakan dalam negeri pemerintahan B.J. Habibie.  Mendeskripsikan akhir dari pemerintahan B.j. Habibie.  Menganalisis salah satu kebijakan dalam negeri B.J. Habibie dengan membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah.  Menunjukkan sikap tanggung jawab serta mampu bekerja sama dalam kelompok.

4. Tujuan Pembelajaran  Siswa dapat mendeskripsikan proses peralihan Kepala Pemerintahan dari Soeharto ke B.J. Habibie. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

 Siswa dapat mendeskripsikan kebijakan dalam negeri pemerintahan B.J. Habibie.  Siswa dapat mendeskripsikan akhir dari pemerintahan B.J. Habibie.  Siswa dapat menganalisis salah satu kebijakan dalam negeri B.J. Habibie dengan membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah.  Siswa dapat menunjukkan sikap tanggung jawab serta mampu bekerja sama dalam kelompok.

5. Materi Pembelajaran a. Proses peralihan kekuasaan dari Suharto eke B.J. Habibie. 1) Krisis ekonomi tahun 1997 2) Proses lengsernya Presiden Soeharto 3) B.J Habibie Menjadi Presiden b. Hasil kebijakan politik dalam negeri Presiden B.J. Habibie 1) Penyusunan kabinet reformasi pembangunan 2) Pembebasan tahanan politik pada masa Orde Baru 3) Kebebasan pers 4) Penghapusan istilah pribumi dan non pribumi 5) Pembentukan partai politik dan percepatan pemilu 6) Penyelesaiaan masalah Timor Timur 7) Pengusutan kekayaan soeharto dan kroni-kroninya c. Akhir pemerintahan B.J. Habibie 1) Penolakan pidato pertanggungjawaban presiden B.J. Habibie 2) Terbentuknya pemerintahan baru

6. Model dan Metode Pembelajaran a. Model Pembelajaran : kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) b. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi kelompok, presentasi, tanya jawab dan penugasan.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

7. Kegiatan Pembelajaran Alokasi No Deskripsi Waktu 1 Kegiatan awal a. Apersepsi  Salam pembuka oleh guru, Doa sebelum proses pembelajaran dimulai  Guru menjelaskan SK, KD, dan tujuan pembelajaran tentang materi politik dalam 15 menit negeri masa pemerintahan B.J. Habibie. b. Motivasi  Guru mengingatkan pelajaran minggu lalu. c. Orientasi  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2 Kegiatan Inti a. Eksplorasi  Guru menjelaskan secara singkat tentang materi pemerintahan Presiden B.J. Habibie (1998- 1999): Kebijakan politik dalam negeri.  Guru menjelaskan teknik pembelajaran hari ini

yaitu menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) yaitu sistem belajar

kelompok yang didalamnya siswa dibentuk ke 60 menit dalam kelompok kecil secara heterogen. b. Elaborasi  Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Kelompok dibagi secara heterogen yang terdiri dari siswa dengan beragam latar belakang, misalnya dari segi: PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

prestasi dan jenis kelamin.  Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan latihan dan membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Disini anggota kelompok harus bekerja sama.  Guru mempersilakan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian di depan kelas.  Setelah kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas, siswa lain diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum di mengerti yang telah disampaikan oleh presenter. c. Konfirmasi  Guru mengkonfirmasi jawaban siswa yang salah dan menambahkan materi yang belum lengkap dari proses presentasi yang dilakukan siswa didepan kelas.  Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. 3 Penutup a. Merangkum  Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas. b. Refleksi 15 menit  Guru dan peserta didik bersama-sama melakukan refleksi tentang materi yang sudah didapat dan nilai-nilai yang mereka dapat setelah mempelajari materi tersebut.  PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

c. Tindak Lanjut  Guru menyampaikan tugas yang harus dipersiapkan dipertemuan berikutnya.  Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa

8. Alat/Media/Sumber Belajar a. Alat : LCD, Komputer, dan papan tulis b. Media : Power Point c. Sumber Pembelajaran :  Badrika, Wayan I. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.  Riclefs M.C 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.  Tuk Setyohadi. 2002. Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jakarta: CV. Rajawali Corporation.

9. Penilaian a. Penilaian Kognitif : Terlampir  Produk: Alat: Tes Bentuk: Essai  Proses: Alat: Portofolio Bentuk: Makalah

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

b. Penilaian Afektif : Terlampir  Alat: Observasi  Bentuk: Skala nilai

Mengetahui. Yogyakarta, 21 Agustus 2015 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Robertus Suroso Alberto Ferry Firnandus

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Lampiran Penilaian

Penilaian Kognitif A. Format Penilaian Tes Essai  Soal Essai 1. Jelaskan proses beralihnya kekuasaan dari Soeharto ke B.J. Habibie? 2. Jelaskan kebijakan Presiden B.J. Habibie tentang permasalahan pers di Indonesia? 3. Deskripsikan kebijakan Presiden B.J. Habibie terkait permasalahan Timor Timur? 4. Jelaskan mengenai proses berakhirnya pemerintahan B.J. Habibie?

 Kunci Jawaban Soal Essai: 1. Banyaknya persoalan yang dihadapi Indonesia sebagai akibat dari krisis ekonomi tahun 1997 yang berkepanjangan, serta upaya-upaya pemerintah yang dianggap tidak serius dalam mengatasi krisis ekonomi membuat masyarakat terutama mahasiswa tidak mempercayai pemerintahan Presiden Soeharto. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah terlihat pada tuntutan masyarakat untuk mengadakan reformasi dan menuntut Presiden Soeharto untuk lengser.Pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 Pukul 09.00 WIB sesuai dengan ketentuan dalam TAP MPR No. VII tahun 1973 di hadapan Mahkamah Agung dilaksanakan penyerahan jabatan. Selain penyerahan kekuasaan Presiden Soeharto, pada saat itu tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.10, sekaligus mengangkat Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi Presiden menggantikan Soeharto. 2. Sejak terjadinya insident Santa Cruz, dunia Internasional memberikan tekanan berat kepada Indonesia dalam masalah hak asasi manusia di Tim-Tim. Bagi Habibie Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu yang merepotkan pemerintahannya, sehingga Habibie mengambil sikap pro aktif dengan menawarkan dua pilihan bagi penyelesaian PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Timor-Timur yaitu di satu pihak memberikan setatus khusus dengan otonomi luas dan dilain pihak memisahkan diri dari RI. Otonomi luas berarti diberikan kewenangan atas berbagai bidang seperti : politik ekonomi budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan luar negeri, pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiskal. Sedangkan memisahkan diri berarti secara demokratis dan konstitusional serta secara terhorman dan damai lepas dari NKRI. 3. Sebulan menjabat sebagai Presiden habibie telah membebaskan tahanan politik Timor-Timur, seperti Xanana Gusmao dan Ramos Horta.Sementara itu di Dili pada tanggal 21 April 1999, kelompok pro kemerdekaan dan pro intergrasi menandatangani kesepakatan damai yang disaksikan oleh Panglima TNI Wiranto, Wakil Ketua Komnas HAM Djoko Soegianto dan Uskup Baucau Mgr. Basilio do Nascimento. Tanggal 5 Mei 1999 di New York Menlu Ali Alatas dan Menlu Portugal Jaime Gama disaksikan oleh Sekjen PBB Kofi Annan menandatangani kesepakan melaksanakan penentuan pendapat di Timor-Timur untuk mengetahui sikap rakyat Timor-Timur dalam memilih kedua opsi di atas. Tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur berlangsung aman. Namun keesokan harinya suasana tidak menentu, kerusuhan dimana-mana. Suasana semakin bertambah buruk setelah hasil penentuan pendapat diumumkan pada tanggal 4 September 1999 yang menyebutkan bahwa sekitar 78,5 % rakyat Timor-Timur memilih merdeka. Pada awalnya Presiden Habibie berkeyakinan bahwa rakyat Timor-Timur lebih memilih opsi pertama, namun kenyataannya keyakinan itu salah, dimana sejarah mencatat bahwa sebagian besar rakyat Timor-Timur memilih lepas dari NKRI. Lepasnya Timor-Timur dari NKRI berdampak pada daerah lain yang juga ingin melepaskan diri dari NKRI seperti tuntutan dari GAM di Aceh dan OPM di Irian Jaya, selain itu Pemerintah RI harus menanggung gelombang pengungsi Timor-Timur yang pro Indonesia di daerah perbatasan yaitu di PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Atambua. Masalah Timor-Timur tidaklah sesederhana seperti yang diperkirakan Habibie karena adanya bentrokan senjata antara kelompok pro dan kontra kemerdekaan di mana kelompok kontra ini masuk ke dalam kelompok militan yang melakukan teror pembunuhan dan pembakaran pada warga sipil. Tiga pastor yang tewas adalah pastor Hilario, Fransisco, dan dewanto. Situasi yang tidak aman di Tim-Tim memaksa ribuan penduduk mengungsi ke Timor Barat, ketidak mampuan Indonesia mencegah teror, menciptakan keamanan mendorong Indonesia harus menerima pasukan internasional. Dalam hal ini, pemerintah memberikan kebebasan bagi pers di dalam pemberitaannya, sehingga semasa pemerintahan Habibie ini, banyak sekali bermunculan media massa. Demikian pula kebebasan pers ini dilengkapi pula oleh kebebasan berasosiasi organisasi pers sehingga organisasi alternatif seperti AJI (Asosiasi Jurnalis Independen) dapat melakukan kegiatannya. Sejauh ini tidak ada pembredelan-pembredelan terhadap media tidak seperti pada masa Orde Baru. Pers Indonesia dalam era pasca-Soeharto memang memperoleh kebebasan yang amat lebar, pemberitaan yang menyangkut sisi positif dan negatif kebijakan pemerintah sudah tidak lagi hal yang dianggap tabu, yang seringkali sulit ditemukan batasannya. Bahkan seorang pengamat Indonesia dari Ohio State University, William Liddle mengaku sempat shock menyaksikan isi berita televisi baik swasta maupun pemerintah dan membaca isi koran di Jakarta, yang kesemuanya seolah-olah menampilkan kebebasan dalam penyampaian berita, dimana hal seperti ini tidak pernah dijumpai sebelumnya pada saat kekuasaan Orde Baru. Cara Habibie memberikan kebebasan pada Pers adalah dengan mencabut SIUPP. 4. Di tengah-tengah upaya pemerintahan Habibie memenuhi tuntutan reformasi, pemerintah Habibie dituduh melakukan tindakan yang bertentangan dengan kesepakatan MPR mengenai masalah Timor Timur. Pada tanggal 14 Oktober 1999 Presiden Habibie PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

menyampaikan pidato pertanggungjawabannya di depan Sidang Umum MPR namun terjadi penolakan terhadap pertanggungjawaban. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup Rapat Paripurna sambil mengatakan, ”dengan demikian pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ditolak”. Pada hari yang sama Presiden habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari pencalonan presiden. Terpilihnya Abdurrahman Wahid dan Megawati sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 1999-2004.

Rambu-rambu Penilaian Rambu-rambu Skor Skor

Jawaban lengkap berikut alasan yang tepat 25

Jawaban berdasarkan buku paket dengan alas an seadanya 20

Jawaban sesuai buku paket 15

Jawaban kurang lengkap 10

Jawaban tidak sesuai dengan soal yang ditanyakan 5

Keterangan: Soal uraian no 1 – 4 sekor maksimal 25

Nilai Akhir = Jumlah Skor Essai

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

B. Format Penilaian Portofolio  Soal Buatlah makalah tentang salah satu kebijakan dalam negeri pemerintahan Presiden B.J. Habibie (1998-1999):  penilaian

Nilai Nilai Indikator Deskripsi Kualitatif Kuantitatif Pengantar Menunjukkan dengan tepat isi makalah/laporan penelitian, kesimpulan maupun rangkuman. skema, dan mempersiapkan bahan-bahan. Isi Kesesuaian antara judul dengan isi dan materi. Menguraikan hasil makalah, kesimpulan. Penutup Memberikan kesimpulan makalah/hasil tulisan Struktur/lo Penggambaran dengan jelas gika metode yang dipakai dalam penulisan makalah. Orisinalita Karangan/penelitian, s karangan kesimpulan, rangkuman, merupakan hasil sendiri Penyajian, Bahasa yang digunakan sesuai bahasan EYD dan komunikatif dan bahasa Jumlah

Kriteria Penilaian :

Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif 80-100 Memuaskan 4 70-79 Baik 3 60-69 Cukup 2 45-59 Kurang cukup 1

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Penilaian Afektif  Petunjuk Pengisisan: Beri tanda Chek List/ centang pada kolom yang sesuai dengan perilaku siswa dalam proses pembelajaran berlangsung PENILAIAN SIKAP NO PERNYATAAN SS S R TS STS 1 Percaya diri dan bertanggung jawab jujur dan kritis dalam menyampaikan 2 pendapat menghormati pendapat teman yang 3 berbeda kelompok menerima keputusan dengan lapang 4 dada dalam kelompok 5 menghargai pendapat teman

Keterangan: SS : Sangat setuju S : Setuju R : Ragu ragu TS : Tidak Setuju STS : Sangat tidak setuju

 NA= Jumlah Perolehan x 100 Skor Maksimal

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Nilai Akhir= 70% Kognitif + 30% Afektif

Tindak lanjut penilaian:

a. Siswa dinyatakan berhasil apabila tingkat pencapaiannya mencapai KKM 70 b. Memberikan remedi untuk siswa yang tidak mencapai KKM c. Memberikan program pengayaan untuk siswa yang mencapai atau lebih Lampirandari KKM 3

Mengetahui. Yogyakarta, 21 Agustus 2015 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Robertus Suroso Alberto Ferry Firnandus

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Lampiran 3

Pemerintahan Presiden B.J. Habibie :

Kebijakan Dalam Negeri

Proses Pengalihan Kepala Pemerintahan dari Soeharto ke B.J. Habibie

Berawal dari dampak krisis ekonomi di tahun 1997 yang melanda Kawasan

Asia dan berdampak sangat luas bagi perekonomian di Indonesia. Nilai tukar rupiah yang merosot tajam pada bulan Juli 1997, membuat rupiah semakin terpuruk. Sebagai dampaknya hampir semua perusahaan modern di Indonesia bangkrut, yang diikuti PHK pekerja-pekerjanya, sehingga angka pengangguran menjadi meningkat.

Krisis ini juga berimbas langsung pada sektor moneter, terutama melalui penutupan beberapa bank yang mengalami kredit bermasalah dan krisis likuiditas, sehingga perbankan nasional menjadi berantakan. Hal inilah yang memunculkan krisis kepercayaan dari investor, serta pelarian modal ke luar negeri.

Kenaikan angka kemiskinan yang melonjak pesat, merupakan dampak krisis ekonomi di Indonesia, daya beli masyarakat desa maupun kota semakin menurun, sehingga memicu rawan pangan dan kekurangan gizi. Di sektor kesehatan, melemahnya nilai tukar rupiah menyebabkan kenaikan biaya medis, baik harga obat-obatan, vaksin, fasilitas kesehatan yang berakibat keadaan masyarakat semakin terjepit.

Didorong oleh kondisi yang makin parah, pada bulan Oktober 1997 pemerintah meminta bantuan IMF (International Monetary Fund) untuk

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

memperkuat sektor finansial, pengetatan kebijakan viskal dan penyesuaian struktural perbankan. Akan tetapi, pengaruh bantuan IMF sangatlah kecil dalam membantu krisis di Indonesia. Beberapa kebijakan seperti kebijakan fiskal dan kebijakan likuidasi. Dimana kebijakan fiskal bertujuan untuk mempertahankan nilai tukar sedangkan kebijakan likuidasi bertujuan untuk membantu bank-bank yang bemasalah. Kebijakan ini menerapkan standar kecukupan modal dengan mengusahakan rekapitulasi perbankan. Namun pada kenyataannya kebijakan- kebijakan ini dilakukan tanpa hasil yang berarti, malah IMF-lah yang disalahkan karena justru membuat pekonomian Indonesia lebih parah selama krisis.

Kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk mengatasi krisis yang dilakukan oleh pemerintah ternyata tidak mampu memulihkan perekonomian, dimana harga- harga bahan kebutuhan pokok tetap mengalami peningkatan. Karena itulah masyarakat menilai pemerintah tidak berhasil dalam melaksanakan kebijakan- kebijakan yang dibuat. Hal inilah yang membuat melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Rasa ketidakpercayaan ini berakibat pada aksi demo mahasiswa di awal Maret 1998 yang menuntut pemerintah menurunkan harga-harga barang dan menindaklanjuti pelaku-pelaku yang menimbun sembako.

Banyaknya permasalahan besar yang dihadapi bangsa sebagai akibat krisis ekonomi yang berlarut-larut, mahasiswa melihat bahwa upaya penaggulangan tidak dilakukan dengan serius. Hal ini tampak dari penolakan mahasiswa terhadap pidato pertanggung jawaban Presiden Soeharto di depan Sidang DPR/MPR 1998, dimana presiden sama sekali tidak memperlihatkan rasa tanggung jawab atas musibah yang menimpa tanah air. Kemudian mahasiswa melontarkan isu atau

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

tuntutan mengenai pembubaran Kabinet Pembangunan VII yang dinilai pengangkatan menterinya tidak profesional dan penuh dengan muatan politik yang berbau Nepotisme dan Koncoisme, seperti penunjukan Putri Pak Harto, Ny.

Siti Hardianto Rukmana (Tutut) sebagai Menteri Sosial, kehadiran Bob Hasan dalam kabinet menunjukkan ketidakprofesionalan kabinet, dan penunjukan

Wiranto Arismunanjar sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sangat mengecewakan mahasiswa serta beberapa nama menteri yang dinilai dekat dengan

Tutut.

Puncak dari tuntutan mahasiswa agar Presiden Soeharto turun dari jabatan terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 di Kampus Trisakti yang dikenal dengan Insiden Trisakti. Berawal dari aksi keprihatinan atas musibah bangsa dan mahasiswa berusaha secara damai keluar kampus menuju Gedung DPR/MPR untuk menyampaikan aspirasinya tetapi niat itu ditolak aparat keamanan dan memaksa mereka kembali ke kampus. Tiba-tiba situasi berubah menjadi kekacauan dan aparat melepaskan tembakan. Akibatnya empat mahasiswa Trisakti tewas tertembak peluru tajam aparat keamanan. Keesokan harinya, 13 Mei 1998 mahasiswa di kampus-kampus menggelar aksi keprihatinan. Pada hari yang sama, siang harinya terjadi kerusuhan massal berupa aksi pengerusakan dan pembakaran fasilitas umum dengan disertai aksi penjarahan, perampokan dan pelecehan seksual terhadap wanita etnis tertentu di Jakarta dan sekitarnya. Aksi kerusuhan berlangsung sampai tanggal 15 Mei 1998, yang memakan korban meninggal samapi 1218 orang, itupun belum secara keseluruhan.

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Pada tanggal 18 Mei 1998 sampai 22 Mei 1998 ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR dengan tuntutan mengadakan Sidang Istimewa dengan agenda mengganti Soeharto. Upaya Presiden Soeharto untuk meredam tuntutan mahasiswa dan masyarakat adalah dengan membentuk Komite

Reformasi. Dimana Komite ini bertugas melaksanakan dan menyerap aspirasi masyarakat untuk melaksanakan Reformasi. Akan tetapi terjadi penolakan 14

Menteri yang tidak bersedia untuk duduk dalam susunan jabatan Komite

Reformasi hasil Reshuffle Kabinet Pembangunan VII, dengan penolakan itu, membuat posisi presiden terpojok secara politik disamping sebelumnya ada desakan Ketua DPR Harmoko agar Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden.

Situasi ini membuat Soeharto memutuskan untuk berhenti karena desakan masyarakat yang menuntut beliau mundur sangatlah besar dan secara politik dukungan sudah tidak ada.

Pada pagi harinya, tanggal 21 Mei 1998 di Istana Merdeka Jakarta,

Presiden Soeharto menyatakan dirinya berhenti dari jabatan Presiden RI, lewat pidatonya dihadapan wartawan dalam dan luar negeri.

Usai Presiden Soeharto mengucapkan pidatonya, Wapres B.J. Habibie langsung diangkat sumpahnya menjadi Presiden RI ketiga dihadapan Pimpinan

Mahkamah Agung, yang disaksikan oleh Ketua DPR dan Wakil-Wakil Ketua

DPR. Teriakan-teriakan kemenangan atas peristiwa bersejarah itu disambut dengan haru-biru para mahasiswa di Gedung DPR/MPR. Suasana kemenangan itu sempat mendinginkan suasana yang sebelumnya panas dengan hujatan dan

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

makian lengsernya Soeharto, akan tetapi tuntutan agar Soeharto mengembalikan uang rakyat mulai berkumandang.

Naiknya B.J. Habibie menggantikan Soeharto sebagai Presiden RI ketiga mengundang perdebatan hukum dan kontroversial, karena Mantan Presiden

Soeharto menyerahkan secara sepihak kekuasaan kepada Habibie. Dikalangan mahasiswa sikap atas pelantikan Habibie sebagai presiden terbagi atas tiga kelompok, yaitu: pertama, menolak Habibie karena merupakan produk Orde

Baru; kedua, bersikap netral karena pada saat itu tidak ada pemimpin negara yang diterima semua kalangan sementara jabatan presiden tidak boleh kosong; ketiga, mahasiswa berpendapat bahwa pengalihan kekuasaan ke Habibie adalah sah dan konstitusional.

Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden B.J. Habibie mengumumkan susunan kabinet baru, yaitu Kabinet Reformasi Pembangunan, dimana seiring dengan diumumkannya susunan kabinet yang baru, berarti presiden harus membubarkan

Kabinet Pembangunan VII. Akhirnya gerakan Reformasi yang dipelopori mahasiswa mampu menumbangkan kekuasaan Orde Baru dan Era Reformasi mulai berjalan di Indonesia.

Habibie memulai jabatannya dengan kepercayaan rendah dari aktivis mahasiswa, militer, sayap politik utama, investor luar negeri dan perusahaan internasional. Kondisi saat Habibie memimpin perekonomian sedang dalam keadaan terpuruk, inflansi ditargetkan 80% untuk satu tahun berjalan. Indonesia sedang memasuki kekurangan panen akibat badai El NiH’o. Perusahaan besar seperti Simpati Air, PT Astra Internasional tidak beroperasi lagi. Nilai tukar

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

rupiah berada di bawah Rp.10000/$ bahkan mencapai lepel Rp 15000-17000/$,

113 juta orang Indonesia ( 56% dari penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan).

Kebijakan-Kebijakan Pada Masa Pemerintahan B.J. Habibie di Era

Reformasi

Setelah Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden

Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998, maka pada pagi itu juga, Wakil

Presiden B.J. Habibie dilantik dihadapan pimpinan Mahkamah Agung menjadi

Presiden Republik Indonesia ketiga di Istana Negara. Dengan berhentinya

Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, maka sejak saat itu Kabinet

Pembangunan VII dinyatakan demisioner (tidak aktif).

Selanjutnya tanggal 22 Mei 1998 pukul 10.30 WIB, kesempatan pertama

Habibie untuk meningkatkan legitimasinya yaitu dengan mengumumkan susunan kabinet baru yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan (berdasarkan

Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 122 / M Tahun 1998) di Istana

Merdeka. Dengan Keputusan Presiden tersebut di atas, Presiden Habibie memberhentikan dengan hormat para Menteri Negara pada Kabinet Pembangunan

VII. Kabinet Reformasi Pembangunan ini terdiri dari 36 Menteri yaitu 4 Menteri

Negara dengan tugas sebagai Menteri Koordinator, 20 Menteri Negara yang memimpin Departemen, 12 Menteri Negara yang bertugas menangani bidang tertentu. Sebanyak 20 Menteri diantaranya adalah muka lama dari Kabinet

Pembangunan VII, dan hanya 16 Menteri baru, yaitu Syarwan Hamid, Yunus

Yosfiah, Bambang Subianto, Soleh Solahuddin, Muslimin Nasution, Marzuki

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Usman, Adi Sasono, Fahmi Idris, Malik Fajar, Boediono, Zuhal, A.M.

Syaefuddin, Ida Bagus Oka, Hamzah Haz, Hasan Basri Durin, dan Panangian

Siregar.

Kabinet ini mencerminkan suatu sinergi dari semua unsur-unsur kekuatan bangsa yang terdiri dari berbagai unsur kekuatan sosial politik dalam masyarakat.

Hal yang berbeda dari sebelumnya, jabatan Gubernur Bank Indonesia tidak lagi dimasukkan di dalam susunan Kabinet. Karena Bank Indonesia, kata Presiden harus mempunyai kedudukan yang khusus dalam perekonomian, bebas dari pengaruh pemerintah dan pihak manapun berdasarkan Undang-Undang.

Pada tanggal 23 Mei 1998 pagi, Presiden Habibie melantik menteri-menteri

Kabinet Reformasi Pembangunan. Presiden Habibie mengatakan bahwa Kabinet

Reformasi Pembangunan disusun untuk melaksanakan tugas pokok reformasi total terhadap kehidupan ekonomi, politik dan hukum. Kabinet dalam waktu yang sesingkat-singkatnya akan mengambil kebijakan dan langkah-langkah pro aktif untuk mengembalikan roda pembangunan yang dalam beberapa bidang telah mengalami hambatan yang merugikan rakyat.

Kebijakan-kebijakan pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie

Pada bidang politik

Ada berbagai langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie setelah terbentuknya Kabinet Reformasi

Pembangunan. Kebijakan politik yang diambil yaitu: dengan dibebaskannya para tahanan politik pada masa Orde Baru, peningkatan kebebasan pers, pembentukan parpol dan percepatan Pemilu dari tahun 2003 ke tahun 1999, penyelesaian

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

masalah Tomor-Timur, pengusutan kekayaan Soeharto dan kroni-kroninya, pemberian gelar Pahlawan Reformasi bagi korban Trisakti.

Pembebasan Tahanan Politik

Secara umum tindakan pembebasan tahanan politik meningkatkan legitimasi Habibie baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini terlihat dengan diberikannya amnesti dan abolisi yang merupakan langkah penting menuju keterbukaan dan rekonsiliasi. Diantara yang dibebaskan tahanan politik kaum separatis dan tokoh-tokoh tua mantan PKI, yang telah ditahan lebih dari 30 tahun. Amnesti diberikan kepada Mohammad Sanusi dan orang-orang lain yang ditahan setelah Insiden Tanjung Priok.

Selain tokoh itu tokoh aktivis petisi 50 (kelompok yang sebagian besar terdiri dari mantan jendral yang menuduh Soeharto melanggar perinsip Pancasila dan Dwi Fungsi ABRI).

Dr Sri Bintang Pamungkas, ketua Partai PUDI dan Dr Mochatar Pakpahan ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan K. H Abdurrahman Wahid merupakan segelintir dari tokoh-tokoh yang dibebaskan Habibie. Selain itu

Habibie mencabut Undang-Undang Subversi dan menyatakan mendukung budaya oposisi serta melakukan pendekatan kepada mereka yang selama ini menentang

Orde Baru.

Kebebasan Pers

Dalam hal ini, pemerintah memberikan kebebasan bagi pers di dalam pemberitaannya, sehingga semasa pemerintahan Habibie ini, banyak sekali

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

bermunculan media massa. Demikian pula kebebasan pers ini dilengkapi pula oleh kebebasan berasosiasi organisasi pers sehingga organisasi alternatif seperti

AJI (Asosiasi Jurnalis Independen) dapat melakukan kegiatannya. Sejauh ini tidak ada pembredelan-pembredelan terhadap media tidak seperti pada masa Orde Baru.

Pers Indonesia dalam era pasca-Soeharto memang memperoleh kebebasan yang amat lebar, pemberitaan yang menyangkut sisi positif dan negatif kebijakan pemerintah sudah tidak lagi hal yang dianggap tabu, yang seringkali sulit ditemukan batasannya. Bahkan seorang pengamat Indonesia dari Ohio State

University, William Liddle mengaku sempat shock menyaksikan isi berita televisi baik swasta maupun pemerintah dan membaca isi koran di Jakarta, yang kesemuanya seolah-olah menampilkan kebebasan dalam penyampaian berita, dimana hal seperti ini tidak pernah dijumpai sebelumnya pada saat kekuasaan

Orde Baru. Cara Habibie memberikan kebebasan pada Pers adalah dengan mencabut SIUPP.

Pembentukan Parpol dan Percepatan pemilu dari tahun 2003 ke tahun 1999

Presiden RI ketiga ini melakukan perubahan dibidang politik lainnya diantaranya mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3

Tahun 1999 tentang Pemilu, UU No. 4 Tahun 1999 tentang MPR dan DPR.

Itulah sebabnya setahun setelah reformasi Pemilihan Umum dilaksanakan bahkan menjelang Pemilu 1999, Partai Politik yang terdaftar mencapai 141 dan setelah diverifikasi oleh Tim 11 Komisi Pemilihan Umum menjadi sebanyak 98 partai, namun yang memenuhi syarat mengikuti Pemilu hanya 48 Parpol saja.

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Selanjutnya tanggal 7 Juni 1999, diselenggarakan Pemilihan Umum Multipartai.

Dalam pemilihan ini, yang hasilnya disahkan pada tanggal 3 Agustus 1999.

Penyelesaian Masalah Timor Timur

Sejak terjadinya insident Santa Cruz, dunia Internasional memberikan tekanan berat kepada Indonesia dalam masalah hak asasi manusia di Tim-Tim.

Bagi Habibie Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu yang merepotkan pemerintahannya, sehingga Habibie mengambil sikap pro aktif dengan menawarkan dua pilihan bagi penyelesaian Timor-Timur yaitu di satu pihak memberikan setatus khusus dengan otonomi luas dan dilain pihak memisahkan diri dari RI. Otonomi luas berarti diberikan kewenangan atas berbagai bidang seperti : politik ekonomi budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan luar negeri, pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiskal. Sedangkan memisahkan diri berarti secara demokratis dan konstitusional serta secara terhorman dan damai lepas dari NKRI.

Sebulan menjabat sebagai Presiden habibie telah membebaskan tahanan politik Timor-Timur, seperti Xanana Gusmao dan Ramos Horta. Sementara itu di

Dili pada tanggal 21 April 1999, kelompok pro kemerdekaan dan pro intergrasi menandatangani kesepakatan damai yang disaksikan oleh Panglima TNI Wiranto,

Wakil Ketua Komnas HAM Djoko Soegianto dan Uskup Baucau Mgr. Basilio do

Nascimento. Tanggal 5 Mei 1999 di New York Menlu Ali Alatas dan Menlu

Portugal Jaime Gama disaksikan oleh Sekjen PBB Kofi Annan menandatangani

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

kesepakan melaksanakan penentuan pendapat di Timor-Timur untuk mengetahui sikap rakyat Timor-Timur dalam memilih kedua opsi di atas. Tanggal 30 Agustus

1999 pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur berlangsung aman. Namun keesokan harinya suasana tidak menentu, kerusuhan dimana-mana. Suasana semakin bertambah buruk setelah hasil penentuan pendapat diumumkan pada tanggal 4 September 1999 yang menyebutkan bahwa sekitar 78,5 % rakyat Timor-

Timur memilih merdeka. Pada awalnya Presiden Habibie berkeyakinan bahwa rakyat Timor-Timur lebih memilih opsi pertama, namun kenyataannya keyakinan itu salah, dimana sejarah mencatat bahwa sebagian besar rakyat Timor-Timur memilih lepas dari NKRI. Lepasnya Timor-Timur dari NKRI berdampak pada daerah lain yang juga ingin melepaskan diri dari NKRI seperti tuntutan dari GAM di Aceh dan OPM di Irian Jaya, selain itu Pemerintah RI harus menanggung gelombang pengungsi Timor-Timur yang pro Indonesia di daerah perbatasan yaitu di Atambua. Masalah Timor-Timur tidaklah sesederhana seperti yang diperkirakan Habibie karena adanya bentrokan senjata antara kelompok pro dan kontra kemerdekaan di mana kelompok kontra ini masuk ke dalam kelompok militan yang melakukan teror pembunuhan dan pembakaran pada warga sipil.

Tiga pastor yang tewas adalah pastor Hilario, Fransisco, dan dewanto. Situasi yang tidak aman di Tim-Tim memaksa ribuan penduduk mengungsi ke Timor

Barat, ketidak mampuan Indonesia mencegah teror, menciptakan keamanan mendorong Indonesia harus menerima pasukan internasional.

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Pengusutan Kekayaan Soeharto dan Kroni-kroninya

Mengenai masalah KKN, terutama yang melibatkan Mantan Presiden

Soeharto pemerintah dinilai tidak serius menanganinya dimana proses untuk mengadili Soeharto berjalan sangat lambat. Bahkan, pemerintah dianggap gagal dalam melaksanakan Tap MPR No. XI / MPR / 1998 tentang Penyelenggara

Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, terutama mengenai pengusutan kekayaan Mantan Presiden Soeharto, keluarga dan kroni- kroninya. Padahal mengenai hal ini, Presiden Habibie - dengan Instruksi Presiden

No. 30 / 1998 tanggal 2 Desember 1998 – telah mengintruksikan Jaksa Agung

Baru, Andi Ghalib segera mengambil tindakan hukum memeriksa Mantan

Presiden Soeharto yang diduga telah melakukan praktik KKN. Namun hasilnya tidak memuaskan karena pada tanggal 11 Oktober 1999, pejabat Jaksa Agung

Ismudjoko mengeluarkan SP3, yang menyatakan bahwa penyidikan terhadap

Soeharto yang berkaitan dengan masalah dana yayasan dihentikan. Alasannya,

Kejagung tidak menemukan cukup bukti untuk melanjutkan penyidikan, kecuali menemukan bukti-bukti baru. Sedangkan dengan kasus lainnya tidak ada kejelasan.

Bersumber dari masalah di atas, yaitu pemerintah dinilai gagal dalam melaksanakan agenda Reformasi untuk memeriksa harta Soeharto dan mengadilinya. Hal ini berdampak pada aksi demontrasi saat Sidang Istimewa

MPR tanggal 10-13 Nopember 1998, dan aksi ini mengakibatkan bentrokan antara mahasiswa dengan aparat. Parahnya pada saat penutupan Sidang Istimewa MPR,

Jumat (13/11/1998) malam. Rangkaian penembakan membabi-buta berlangsung

50

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

sejak pukul 15.45 WIB sampai tengah malam. Darah berceceran di kawasan

Semanggi, yang jaraknya hanya satu kilometer dari tempat wakil rakyat bersidang. Sampai sabtu dini hari, tercatat lima mahasiswa tewas dan 253 mahasiswa luka-luka. Karena banyaknya korban akibat bentrokan di kawasan

Semanggi maka bentrokan ini diberi nama ”Semanggi Berdarah” atau ”Tragedi

Semanggi”.

Pemberian Gelar Pahlawan Reformasi bagi Korban Trisakti

Pemberian gelar Pahlawan Reformasi pada para mahasiswa korban Trisakti yang menuntut lengsernya Soeharto pada tanggal 12 Mei 1998 merupakan hal positif yang dianugrahkan oleh pemerintahan Habibie, dimana penghargaan ini mampu melegitimasi Habibie sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan dan pengorbanan mahasiswa sebagai pelopor gerakan Reformasi.

50