Vol. 6 No. 2 November 2019 (pp. 127-141) DOI: 10.17509/t.v6i2. 20211 ISSN : 2580-6181 (Print), 2599-2481 (Online) Available online at: https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/index

IMPLEMENTASI KHAZANAH TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM MODERN

Alfurqan *, Zainurni Zein, Abdul Salam

Universitas Negeri , Padang *E-mail: [email protected]

Abstract. This research is motivated by looking at the contribution of the mosque to modern Islamic education. Surau is the first Islamic educational institution that is present in Minangkabau. In addition to Islamic education, surau also teaches traditional knowledge and martial arts in the form of silat. But over time and the development of times and technology, the existence of surau began to erode with the advent of Modern Islamic education such as Thawalib, Adabiyah and so forth in the early 20th century. Even, the madrasa on the basis of surau have also changed from the halaqah system to the classical system. Through this research, researchers want to know the extent of these changes. Are the values of surau education still applied in modern Islamic education ?. This research uses the field reaserch method with a qualitative descriptive approach. From this study, it was concluded that the values of surau education were still implemented in modern Islamic education namely madrasa and . This can be seen from the references used by madrassas and pesantren which are not much different from the references used in the surau educational institution. Keywords: Surau Education, Surau System Implementation, Modern Islamic Education

Abstrak. Penelitian ini dilatar belakangi dengan melihat kontribusi surau terhadap pendidikan Islam modern. Surau merupakan lembaga pendidikan Islam pertama yang hadir di Minangkabau. Selain pendidikan Islam, surau juga mengajarkan pengetahuan dan beladiri berupa silat. Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman dan teknologi, eksistensi surau mulai terkikis dengan munculnya pendidikan Islam Modern seperti Thawalib, Adabiyah, dan lain sebagainya pada awala abad ke-20. Bahkan madrasah dengan basis surau juga ikut berubah dari sistem halaqah kepada sistem klasikal. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui sejauhmana perubahan ini terjadi. Apakah nilai-nilai pendidikan surau masih diterapkan dalam pendidikan Islam modern?. Penelitian ini menggunakan metode field reaserch (studi lapangan) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan surau masih terimplementasikan dalam pendidikan Islam modern yakni madrasah dan pesantren. Hal ini dapat dilihat dari referensi-referensi yang digunakan oleh madrasah dan pesantren yang tidak jauh berbeda dari referensi yang digunakan pada lembaga pendidikan surau. Kata kunci : Pendidikan Surau, Implementasi Khazanah Surau, Pendidikan Islam Modern

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 127 Implementasi Khazanah Surau Terhadap Pendidikan Islam Modern

PENDAHULUAN khususnya ke Timur Tengah (,1982, hlm. 271). Saat ini terdapat dua bentuk lembaga Selain sebagai media pendidikan keislaman tingkat menengah pengembangan nilai-nilai keagamaan, di Sumatera Barat, sebagaimana juga pada masa dimaksud, surau juga pada umumnya di berbagai daerah lain difungsikan sebagai sarana penguatan d Indonesia, yaitu: Madrasah dan karakter nilai-nilai primordial Pesantren. Dalam konteks masyarakat Minang, guna menyiapkan Minangkabau, keduanya merupakan generasi muda ‘bertarung’ di dunia nyata. lembaga pendidikan yang mewarisi Agama dan adat mengkristal dalam diri pendidikan keislaman pada masa lalu, pemuda Minang tempo dulu berkat yang dikenal dengan Surau, yang penggemblengan Surau. Namun pada menjadi ujung tombak bagi akhirnya, Surau harus ‘tahu diri’ dan pembangunan intelektual, mental dan segera mengalah kepada perubahan spiritual generasi muda Minang. Pada besar dalam berbagai aspek kehidupan awal abad XX, Surau kehilangan masyarakat Minangkabau. Surau tidak lagi dianggap mampu menyiapkan momentum dalam kiprah semacam ini generasi muda di gelanggang kehidupan. akibat tekanan politik dan ekonomi dari Surau mesti memberi jalan pada kolonial Belanda serta gema modernisasi pendidikan. Maka, pembaharuan di dunia Islam, selain Madrasah pada awal abad XX dan kultur dominan dan politik kekuasaan kemudian diikuti oleh pesantren pada pasca kolonial zaman Orde Lama dan dekade 80-an dianggap lebih selaras Orde Baru. (Azra, 2003, hlm. 138) dengan tuntutan zaman dimaksud. Meskipun demikian, nilai-nilai Dalam spirit demikian, Madrasah pendidikan surau masih dan Pesantren diasumsikan terimplementasikan dalam pendidikan mereprentasikan model modern dari Islam modern, hal tersebut dapat dilihat Surau. Baik Pesantren dengan dari referensi kurikulum yang digunakan background Jawa-nya, dan Madrasah dan pendidikan kemandirian dalam dengan nuansa Arab-nya, diharapkan lembaga pendidikan Islam modern. mampu “mambangkik batang tarandam” guna melahirkan sebagaimana Dari latar belakang peneliti di terjadi pada abad ke-17 hingga abad ke- atas, telah ada sejumlah kajian yang 20, ketika Surau mempersembahkan membahas masalah ini. Sejauh banyak tokoh Ulama, mulai dari Syekh penelusuran yang telah dilakukan, Burhanuddin (w. 1704), Syekh Ahmad maka ditemukan sejumlah kajian yang Khatib al -Minangkabawi (w.1916), relevan, antara lain : Syekh Taher Jalaluddin, Syekh Tulisan Izul Herman dalam Jurnal Sulaiman al- Rasuli, Syekh Abdul Cendekia: Jurnal Studi Keislaman Karim Amrullah (Inyiak DR) dan anak Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 kandungnya Buya Hamka, yang mulai tentang Revitalisasi Peran Pesantren mengaji dan menggembleng diri di Dalam Pengembangan Sumber Daya Surau, sebelum akhirnya melanjutkan Umat Di Era Globalisasi Dan pendidikan ke tempat-tempat lain, Modernisasi. Pesantren dengan pengembangan teknologi membangun

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 128 Alfurqan, Zainurni Zein, Abdul Salam kesiapan dalam membangun pendidikan Islam modern, karena globalisasi, sementara riset ini berfokus pendidikan Islam surau merupakan pada implementasi khazanah surau dalam sebuah pendidikan Islam murni yang pendidikan Islam modern. Demikian pula belum terkontaminasi oleh pengetahuan dengan tulisan Moh. Mukhlas dalam modern yang dikembangkan oleh Cendikia Vol. 11 No. 1 Juni 2016 kolonial di Minangkabau, sehingga tentang Revitalisasi Kurikulum berefek terhadap dualisme pendidikan Pesantren Kasus di Pondok Pesantren dalam lembaga pendidikan Islam Al-Iman Putri Babadan, Ponorogo. modern. Kemudian Fitria Nita Witanti METODE PENELITIAN dalam Jurnal Tarbiyatuna, Vol. 7 No. 1 Ditinjau dari objeknya, penelitian ini Juni, 2016 tentang Revitalisasi termasuk penelitian lapangan (field Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Research), karena data-data yang Integratif-alternatif, Penelitian ingin diperlukan untuk menyusun karya mengatakan bahwa madrasah adalah ilmiah ini diperoleh dari lapangan yaitu sebuah lembaga tempat meramu di Madrasah dan Pesantren Sumatera integrasi ilmu-ilmu keislaman yang tidak Barat. menyinggung masalah pengembangan kurikulum berbasis bermuatan lokal. Sedangkan sifat penelitian ini Sementara penelitian ini bertujuan untuk adalah deskriptif Kualitatif yaitu menjelaskan bahwa kurikulum madrasah penelitian yang bertujuan dan pesantren juga menyerap kurikulum mendeskripsikan secara sistematis yang digunakan pada surau-surau masa mengenai fakta-fakta yang ditemukan silam. dilapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa Selanjutnya Elfa Tsuroyya angka-angka. (Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam vol. 2 No. 2, November 2017) Adapun teknik pengumpulan data Manajemen Kurikulum Pesantren dalam penelitian ini menggunakan Berbasis Madrasah Di Man 3 Sleman beberapa metode yaitu: Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan a. Wawancara untuk mengetahui manajemen kurikulum Interview atau wawancara adalah di pesantren yang berbasis madrasah. percakapan dengan maksud tertentu. Penelitian ini berfokus pada faktor- Percakapan itu dilakukan oleh dua faktor yang membatasi dan mendukung pihak, yaitu pewawancara (interviewee) dalam mengembangkan kurikulum yang mengajukan pertanyaan dan pesantren, serta pada pemecahan terwawancara (interviewee) yang masalahnya, sedangkan kajian kita ingin memeberikan jawaban atas pertanyaan menjelaskan kurikulum madrasah itu (Moleong, 2002: 135). Metode ini pesentren yang ada di se-Sumatera Barat digunakan untuk mendapatkan yang juga mengadopsi nilai-nilai informasi tentang sejarah berdiri, pendidikan surau. struktur organisasi, saran prasarana, Penelitian ini bertujuan agar keadaan warga belajar dan problem- khazanah pendidikan surau dapat problem yang dihadapi serta solusinya. terimplementasi secara ideal dalam

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 129 Implementasi Khazanah Surau Terhadap Pendidikan Islam Modern b. Observasi dari benda-benda tertulis, peraturan- Di samping wawancara, dalam peraturan, catatan harian, naskah-naskah pengumpulan data penelitian ini juga kuno, teks ceramah dan lain-lain. dilakukan dengan melakukan observasi Peneliti dapat langsung memotret atau pengamatan. Pelaksanaan observasi kegiatan yang sedang berlangsung di adalah kemampuan seorang peneliti Madrasah, Pesantren dan Surau di untuk menggunakan kemampuan Minangkabau. pengamatannya melalui hasil pancaindra mata serta dibantu oleh HASIL PENELITIAN DAN pancaindra yang lain. PEMBAHASAN Metode ini penulis gunakan 1. Sejarah Surau di Minangkabau untuk mengamati, mendengarkan dan Banyak pendapat tentang sejarah mencatat langsung keadaan atau kondisi perkembangan surau, terutama tentang Madrasah dan Pesantren serta Surau- asal kata surau, kapan surau itu mulai Surau berkenaan dengan bahan-bahan dikenal, dan bagaimana bentuk, isi ajar, praktek pengajaran, sistem nilai dan peranan surau. Dengan demikian, dan suasana pendidikan di ketiga lokus. pembicaraan tentang surau hari ini akan Observasi dilakukan untuk lebih mengalami berbagai persepsi dari setiap mendalami data yang diperoleh dari orang. Bagi masyarakat tradisi hasil wawanca ra dan atau lebih Minangkabau, surau adalah sebuah memahami konteks hasil wawancara bangunan sederhana namun cukup besar, yang dilkakukan. Observasi yang terletak agak jauh dari rumah gadang, dilakukan adalah observasi terhadap biasanya terletak ditepi sungai atau subjek, prilaku subjek selama kolam. Bangunan tersebut milik kaum wawancara, interaksi subjek dengan atau suku. (Ridhwan,2019,hlm. 241) peneliti dan hal-hal yang dianggap Istilah surau sudah dikenal di relevan sehingga dapat memberikan Minangkabau jauh sebelum kedatangan data tambahan terhadap hasil Islam. Surau merupakan tempat wawancara. berkumpulnya anak laki-laki yang sudah c. Dokumentasi akil baligh untuk tidur di malam Dokumentasi adalah mencari hari dan menekuni bermacam ilmu dan data mengenai hal-hal atau variable keterampilan. Fungsi ini tidak berubah yang berupa catatan lapangan, naskah- setelah kedatangan Islam, tetapi naskah kuno, surat-surat, dokumen- diperluas menjadi tempat ibadah dan dokumen, memori kolektif masyarakat, penyebaran ilmu keislaman.(Dobbin, struktur sosial- intelektual Surau dan 1971, hlm. 120) lain-lain yang dianggap penting bagi Menurut RA. Karn sebagaimana eksplanasi penelitian ini. yang dikutip oleh Menurut Guba dan Lincoln mengatakan bahwa istilah “surau” (Maleong, 2002,hlm.161) Dokumen kadang-kadang dibaca suro telah tersebar adalah setiap bahan tertulis dan seluruh luas di Asia Tenggara. Istilah tersebut dokumentasi yang dapat menjelaskan telah sejak lama berkembang di daerah objek penelitian. Dengan demikian, Minangkabau, Batak, Sumatera Tengah, dokumen dalam penelitian ini diperoleh Sumatera Selatan, demikian juga di

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 130 Alfurqan, Zainurni Zein, Abdul Salam

Semenanjung Malaysia dan Petani menyebarkankannya tidak mengadakan Thailand Selatan. Kata “surau” menurut perubahan secara drastis terhadap bahasa Melayu, berarti “Tempat”, atau bangunan kudus yang sudah ada (Surau, tempat untuk beribadah.(Azra,2003, Langgar, Meunasah dan sejenisnya), hlm.9) Sebagai taktik dakwah hal ini ternyata bijaksana. Fungsi dan makna bangunan Sidi Gazalba mengatakan bahwa kudus ini di tambah dengan fungsi dan surau atau langgar pada mulanya makna Mesjid (dalam Islam). Di merupakan unsur kebudayaan asli beberapa daerah sering juga terdapat suku Melayu dan berkaitan dengan Mesjid yang dibangun di dekat surau, keyakinan yang di anut. Setelah Islam atau dua duanya sengaja di bangun masuk ke Nusantara, Surau menjadi berdekatan. dengan demikian surau bangunan Islam. Dahulu Surau adalah mengalami proses Islamisasi, yaitu tempat bertemu, berkumpul, dan selain tempat bermalam para pemuda tempat tidur bagi pemuda pemuda dan dan kegiatan lainnya, juga berfungsi lelaki yang sudah tua terutama duda. untuk tempat shalat lima waktu, tempat Selain di Minangkabau bangunan sejenis mengaji dan belajar agama, tempat terdapat juga di Mentawai, dan upacara keagamaan, tempat suluk, dan disebut Uma, di Toraja Timur lain lainya. Bukti peninggalan sejarah dinamakan Lobo, di Aceh dinamakan tentang adanya bangunan masjid dekat Meunasah, dan di Jawa disebut Langgar surau terdapat di Batusangkar atau (Gazalba, 1989, hlm. 314-315). Surau tepatnya di Kenagarian Pariangan di menurut pola Adat Minangkabau sana juga terdapat air panas dan sebuah adalah kepunyaan kaum atau Indu gambar peta Minangkabau yang diukir bagian dari suku, dan Indu merupakan di atas batu sebagai peninggalan sejarah sedangkan Surau adalah pelengkap keberadaan Minangkabau. rumah gadang, namun tidak setiap rumah gadang memilikinya, karena Di Minangkabau surau dimiliki surau yang telah ada masih dapat oleh setiap suku (paling sedikit terdapat menumpang para pemuda. Selain itu 4 macam suku dalam setiap nagari Surau juga berfungsi tempat bermalam yaitu piliang, chaniago, melayu, dan bagi para musafir dan para pedagang, indomo) (Latief, 1988, hlm.33). Bila mereka melewati suatu desa dan Biasanya surau di kelola oleh seorang kemalaman dalam perjalanan. Dengan pejabat suku yang bertugas dalam demikian para pemuda yang tinggal dan bidang keagamaan, yang disebut Malin bermalam di Surau dapat mengetahui (‘alim). Ia adalah salah satu dari ke berbagai informasi yang terjadi di luar empat orang pemimpin suku, yaitu desa mereka serta situasi kehidupan di disebut Orang Empat Jenis. rantau. Jadi Surau mempunyai multi Jika yang mengelola surau itu fungsi, karena ia juga pusat informasi seorang ‘alim besar, maka surau tersebut dan tempat terjadinya proses sosialisasi akan berkembang, tidak saja sebagai para pemuda. tempat mengaji al-Qurân tetapi juga Setelah ajaran Islam mulai meluas menjadi pusat pendidikan agama yang di Nusantara sekitar paruh ke dua Abad mengajarkan berbagai cabang ilmu ke XVII, maka. para ulama dalam Islam sampai ke tingkat yang lebih

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 131 Implementasi Khazanah Surau Terhadap Pendidikan Islam Modern tinggi. Surau semacam ini telah ada di 2. Bentuk Implementasi Khazanah Minangkabau sejak akhir abad ke-17 Surau dalam Pendidikan Islam seperti surau Burhanuddin di Ulakan Modern Pariaman, kemudian surau tersebut menjadi pusat pengembangan Islam dan a. Kurikulum ajaran tasawuf. Hingga saat ini kurikulum yang digunakan di surau terutama bahan Mahmud Yunus dalam bukunya ajarnya belum dapat dilacak secara pasti, menyatakan bahwa surau yang didirikan karena memang surau masa silam belum Burhanuddin di Ulakan merupakan mempunyai kurikulum yang sistematis cikal bakal sebuah lembaga seperti madrasah dan pesantren. Namun pendidikan Islam pertama semacam kitab-kitab yang digunakan di surau- pesantren di Pulau Jawa. Walaupun surau di Minangkabau pada masa silam belum di temukan dalam sejarah dapat dilihat melalui manuskrip- bagaimana sistem dan metode manuskrip yang tersebar di surau-surau pendidikan yang di pakai serta literatur- di Minangkabau seperti Surau Pondok di literatur yang digunakan di surau Ulakan, Surau Lubuak Ipuah di tersebut, namun yang jelas tokoh ini Pariaman, Surau Bintungan Tinggi di telah merintis suatu sistem pendidikan Pariaman, Surau Paseban di Padang, Islam melalui surau secara lebih Surau Lubuk Landur, Surau Latiah di teratur.(Yunus, 1986, hlm.19). Kota Solok, Surau Calau di Sijunjung Surau Burhanuddin sangat dan Surau Simaung Sijunjung, dari sini berkembang, terlihat dari dapat diklasifikasikan kitab-kitab yang perkembangan dan jumlah muridnya. digunakan untuk pelajaran di surau-surau Mereka yang telah menamatkan di Minangkabau sebagai berikut : pelajaran di surau Ulakkan kembali Tabel 1. kekampung masing masing, dan mendirikan pula surau (Syatariyah) Kitab-Kitab yang Digunakan di Surau- sebagai tempat mengajar sesuai dengan Surau Di Minangkabau disiplin keahlian yang dimilki. Dengan Keil- Pengarang/ No Judul Kitab demikian surau hanya mengajarkan muan Penyalin suatu mata pelajaran tertentu, sehingga 1 Minhâj al-Thâlibin. Fiqih Imam Nawawi. para murid harus berganti surau jika Hâdi al-Muhtâ fî Muhammad bin 2 Fiqih ingin menambah pelajaran lain. Syarh al-Minhâj. Abdurrahman. Kepopuleran Surau Syekh Burhanuddin Tuhfah al-Muhtâj ila Ibnu Hajar al- 3 Fiqih masih terlihat sampai sekarang. Hal ini Syarh al-Minhâj. Haitamy. terbukti dengan banyaknya para Faqih di Limau 5 Minhâj al-A’immah Fiqih peziarah yang mengunjungi makamnya Manis setiap tahun pada bulan safar yang Fath al-Qarîb al- Abu Abdillah terkenal dengan istilah basafa (bersafar). 6 Mujîb atau al-Qaul Fiqih Muhammad Ibn al-Mukhtâr. Qâsim al-Syafii. Pada kesempatan itu dilakukan semacam Ta‘lîqûn praktek praktek ritual seperti zikir. Haji Abdul Musytamilûn ‘ala al- 7 Fiqih Manan Kajai Nikâh wa mâ Yahtaj Talu Pasaman. Ilaihi.

8 Al-Jurumiyah. Nahwu Imam Shanhaji.

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 132 Alfurqan, Zainurni Zein, Abdul Salam

9 Al-‘Awâmil. Nahwu Imam al-Jurjani. Maliki al-Makki.

Tasa- 10 Tarkîb al-‘Awâmil. Nahwu Anonimus. 31 Al-Hikam Ibnu Athaillah. wuf 11 Tarkîb al-Jurumiyah. Nahwu Anonimus. Tasa- Imam al- 32 Minhâj al-‘Abdîn Syekh Abi wuf Ghazali. ‘AbdillahJamâl Bayân al-Sirr al- al-Dîn Ghâ’ibwaal- Yusuf Ibnu 12 Qathr al-Nadâ. Nahwu Muhammad ibn Tasa- 33 yahâdatmin al-Kasyf Muhammad al- Yusuf ibn wuf al-Asrârak Makki. Hisyâm al- rububiyyah. Anshârî. Tasa- Syekh Abdurrauf Muhammad bin 37 Kifâyat al-Muhtajîn wuf Singkel. 13 Alfiyah. Nahwu. Abdullah bin Malik ath-Tha’i. Sirah Imam 45 Syarâf al-Anâm Nabawi Abdurrahman Muhammad bin . bin Muhammad. 14 Al-Kafiyah. Nahwu. Abdullah bin Malik ath-Tha’i. Sirah Imam Jakfar al- 46 Maulid Barzanjî Nabawi Imam Zainuddin Barzanji. . Khalid bin 15 Syarh al-Jurumiyah. Nahwu. Abdullah al- 50 Hadîts al-Fadhâ’il Hadis Anonimus. Azhari.

16 Kafiyah fi al-Nahwi. Nahwu. Syekh bin Hajib.

Syekh Khâlid bin ‘Abdullâh Dari kurikulum kitab-kitab yang 17 I‘râb Matan Kafiyah. Nahwu. Ibn Abî Bakr al- pernah digunakan untuk pendidikan Azharî. masa silam di atas lahir juga karya-karya 18 Binâ’ wa Tashrîf. Sharaf Anonimus. lokal dari ulama Minangkabau seperti; Logika Syekh kitab Ta lîqûn Musytamilûn ala al-Nikâh Sulam al- ‘ ‘ 19 /Manti Aburrahman al- Munawaraq. wa mâ Yahtaj Ilaihi yang ditulis oleh Syekh q. Akhdari. Abdul Manan kajai yang berisikan kajian Logika Imam Jalaluddin 20 Waraqat. /Ushul fiqih tematik tentang nikah yang Mahalli. Fiqih. dihimpun oleh Syekh Abdul Manan dari Logika beberapa kitab fiqih di antaranya Minhâj Al-Durar al- 21 /Ushul Anonimus. Mawsûmah. al-Thâlibîn, Fath al-Wahâb, Tuhfah dan Fiqih. Nihayah, selain itu Faqih di Limau Manis Jalaluddin juga menulis karya fiqih berbahasa Arab Mahali dan 22 Tafsir Jalalain Tafsir. Jalaluddin dengan judul Minhâj al-A’immah sebuah Suyuti. manuskrip satu-satunya yang baru Sayid Abu ditemukan yang membahas fiqih 4 ‘Abdillâh 24 Ummul-Bahrain Tauhid Muhammad ibn mazhab. Kemudian Syekh Burhanuddin Yusuf al-Sanûsî. juga melahirkan sebuah karya yang ‘Abdullâh merupakan sarah dari kitab al-Hikam Muhammad Syarh Ummul- karya Ibnu Athailah dengan judul 27 Tauhid Ibnu ‘Umar Bahrain IbnuIbrâhîm al- Tadzkîr al-Ghabî. Untuk persoalan Talmisânî. wujudiyah yang tergolong kepada AbdussalamIbnu tasawuf falsafi lahir pula karya Tuhfat al- 28 Jawharat al-Tauhîd Tauhid Ibrahim al- Maliki al-Laqani. Ahbâb dan Jawâ’ib al-Musykilah yang ditulis oleh Syekh Abdurrahman Bawan. 29 ‘Aqîdat al-‘Awwâm Tauhid Syekh Ahmad al- Marzuqi al-

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 133 Implementasi Khazanah Surau Terhadap Pendidikan Islam Modern

Berdasarkan hal di atas dapat menyerahkan pengelolaan Surau dilihat kurikulum pendidikan di surau di Jembatan besi kepada dua bersaudara ini Minangkabau yang secara umum dan pindah ke Padang untuk menggunakan kitab-kitab Timur Tengah mewujudkan pemikirannya yang lain telah berhasil melahirkan ulama-ulama yang terealisasi dalam Adabiyah School. yang dapat mereinterpretasikan dan Pada tahun 1912 M Abdul Lathif mereformulasikan kitab-kitab Timur meninggal dunia, kemudian Syekh Daud Tengah tersebut kepada kajian yang Rasyidi meminta sederhana dengan bahasa Jawi. memimpin sekaligus membina Surau Jembatan Besi (Daya,1995,hlm.82-85). Munculnya pendidikan modern Surau Jembatan Besi ini kemudian dalam dunia Islam disebabkan oleh diberinama dengan Thuwalib, begitu juga pembaharuan pemikirian dan teknologi menyusul surau di Parabek dengan nama dunia barat yang mempengaruhi dunia Thuwalib. Penamaan ini merupakan Islam pada awal abad ke- inisiatif dari para murid Jembatan Besi 19.(Nasution,1975, hlm.11). dan Parabek, kemudian nama ini Pembaharuan ini semakin menemukan disatukan menjadi Sumatra Thawalib. titiknya pada awal abad ke-20 yang Berdasarkan hal ini dapat diketahui dianggap sebagai kebangkitan bahwa Sumatra Thawalib merupakan pembaharuan dan pencerahan wujud dari Surau Jembatan Besi dan (renaissance) (Steenbrink , 1986, hlm. 26). Surau Parabek. Pendidikan Islam yang mulanya Sebelum berubah nama menjadi bersifat tradisional mulai direformasi , Surau Jembatan Besi kepada pendidikan yang bersifat modern dikenal dengan nama madrasah Adabiah. yang sesuai dengan perkembangan Adabiah didirikan atas usulan Thaher zaman dan perekembangan ilmu Jalaludin ketika Abdullah Ahmad belajar pengetahuan. Paham-paham lama yang di Mekkah dan Kairo selama 4 (empat) dianggap tidak rasional, adat-istiada, dan tahun. Usulan ini diberikan Thaher institusi-institusi dan lain sebagainya Jallaludin ketika Abdullah Ahmad ke berusaha disesuaikan dengan kemajuan Singapura pada tahun 1906 M.(Yudha, ilmu pengetahuan dan teknologi modern. 2015, hlm.44). Sistem yang diterapkan Kemunculan ideologi ini membuat pada sekolah Adabiyah ini berbeda sebagian masyarakat mendukung sistem dengan sistem pendidikan di surau. dualisme pendidikan yakni umum Adabiah menerapkan sistem kalasikal (kolonial) dan agama (surau) (Mursal, yang dilaksanakan secara konsekuen 2018, hlm. 100-115). dengan menggunakan bangku, meja, Pembaharuan pendidikan di papan tulis dan buku-buku. Materi Minangkabau awalnya diprakarsai oleh pelajaran yang digunakan tidak berbeda Abdullah Ahmad di suraunya sendiri dengan pelajaran agama Islam di surau- yakni Surau Jembatan Besi di Padang surau, akan tetapi di Adabiah ditambahi Panjang pada tahun 1907. Berdirinya pengetahuan umum seperti membaca Surau Jembatan Besi ini juga atas huruf Latin serta berhitung (Steenbrink bantuan dari Syekh Daud Rasyidi dan 1986, hlm.38). kakaknya Abdul Lathif Rasyidi. Sebelum Adabiah School / Madrasah tahun 1912 M Abdullah Ahmad Adabiyah sekolah agama yang pertama

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 134 Alfurqan, Zainurni Zein, Abdul Salam didirikan oleh Abdullah Ahmad Pada kehilangan substansinya sebagai sekolah tahun 1907 M di Padang Panjang. agama modern dan menjadi sekolah yang Adabiah didirikan atas usulan Thaher tidak jauh berbeda dengan sekolah- Jalaludin ketika Abdullah Ahmad belajar sekolah yang didirikan oleh Belanda yang di Mekkah dan Kairo selama 4 (empat) mengutamakan materi umum dan tidak tahun. Usulan ini diberikan Thaher mengajarkan pendidikan Agama, namun Jallaludin ketika Abdullah Ahmad ke sekolah Adabiah tetap mempertahankan Singapura pada tahun 1906 M. Sistem nilai-nilai ajaran Islam seperti al-Quran yang diterapkan pada sekolah Adabiyah dan Hadis meskipun materi umum lebih ini berbeda dengan sistem pendidikan di mendominasi (Rahman, 2015, hlm. 179). surau. Adabiah menerapkan sistem Sehingga Adabiah dianggap sebagai kalasikal yang dilaksanakan secara pelopor pola pendidikan nasional di konsekuen dengan menggunakan bangku, Indonesia yang pertama kali memadukan meja, papan tulis dan buku-buku. Materi pendidikan umum plus agama dan pelajaran yang digunakan tidak berbeda sebagai pendidikan agama plus umum. dengan pelajaran agama Islam di surau- Pada Sumatera Thawalib yang surau, akan tetapi di Adabiah ditambahi telah merobah sistem pendidikan dari pengetahuan umum seperti membaca halaqah kepada klasikal juga telah huruf Latin serta berhitung. memperkenalkan tingkatan-tingkatan Sekolah Adabiah tidak bertahan kelas dan diploma-diploma yang dimulai lama, dua tahun dari waktu berdirinya pada tahun 1920-an (Abdullah, 1971, sekolah ini di Padang Panjang tepatnya hlm.45). Tidak hanya Thawalib, Adabiah Surau Jembatan Besi, pendidikan juga membentuk model sistem modern ini kemudian dipindahkan ke pendidikan yang sama dengan Thawalib Padang, hal ini disebabkan banyaknya yaitu klasikal dan sistem tingkat-tingkat reaksi dan tantangan dari masyarakat hierarkis berdasarkan kepada usia anak, sehingga Abdullah Ahmad mendapat bukan berdasarkan perkiraan tingkat kesulitan dalam melanjutkan kemampuan belajar mereka. Buku teks perkembangannya. formal pertama Abdullah Ahmad dengan judul ‘Titian Kesoerga” adalah upaya Pada tahun 1909 M sekolah pertama orang Minangkabau untuk pendidikan modern yang sebelumnya menghasilkan suatu karya yang telah dimulai di Padang Panjang mengikuti prinsip-prinsip reformis Islam didirikan kembali di Padang dalam dan kemajuan. Kombinasi pedagogi bentuk madrasah yang menjadikan reformis Timur Tengah dan pendidikan ilmu Agama sebagai materi progresivisme kemajuan pengaruh Eropa pokoknya. Hal ini berlangsung hingga menghasilkan apa yang disebut dengan tahun 1914 dengan nama yang sama modernisme Islam (Hadler, 2010, hlm. yaitu Adabiah. Kemudian, pada tahun 169). 1915 Adabiah menerima subsidi dana dari pemerintah kolonia dan berubah Melihat perkembangan pendi- menjadi HIS dengan nama Hollandsh dikan dengan sistem modern yang begitu Malaiche School Adabiyah (Noer, 1996, pesat, maka ulama-ulama tradisional hlm.52-53). Ketika sekolah Adabiah yang mengjar dengan sistem tradisional berubah menjadi HIS, maka sekolah ini ikut mengubah sistem pendidikan

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 135 Implementasi Khazanah Surau Terhadap Pendidikan Islam Modern mereka kepada klasikal, akan tetapi tetap 10 Alfiyah Nahwu mempertahankan kurikulum surau. 11 Qathrun Nada Nahwu

Inilah salah satu faktor munculnya 12 Awamil Nahwu pendidikan modern berbasis tradisional yaitu Madrasah Tarbiyah Islamiyah di 13 Qawaidul I’rab Nahwu Sumatera Barat pada tahun 1928 14 Nahwu Wadhih Nahwu (Saharman, 2007, hlm.23-24). 15 Qawaidul Lughah Nahwu Pendidikan modern yang dimulai 16 Jawhar al-Maknun Balaghah sejak awal abad ke-20 di Minangkabau 17 Uqudul Juman Balaghah setidaknya memiliki dua bentuk, pertama 18 Sulam al-Munawaraq Mantiq sekolah-sekolah umum model Belanda 19 Idhahul Mubham Mantiq tetapi diberi muatan Islam. Kedua, madrasah-madrasah modern yang secara 20 Fath al-Mu’in Fiqih terbatas mengadopsi substansi 21 I’anat al-Thalibin Fiqih metodologi pendidikan modern Belanda 22 Taqrib Fiqih

(Siregar, 2018, hlm. 16-27). Untuk 23 Fath al-Qarib Fiqih contoh yang pertama seperti sekolah 24 Minhaj al-Thalibin Fiqih Adabiah dan sekolah-sekolah metode Quran yang didirikan Belanda. Sedang 25 Mahalli Fiqih contoh yang kedua seperti sekolah 26 Fath al-Wahab Fiqih Thawalib dan Diniyah yang didirikan 27 Minhaj al-Qawim Fiqih oleh Labai el-Yunusi (Azra,2002, hlm. 28 Waraqat/Syarah Waraqat Ushul Fiqih 98-99). 29 Lathaif al-Isyarah Ushul Fiqih

Untuk kitab-kitab yang digunakan 30 Jam’ul Jawami’ Ushul Fiqih di madrasah dan pesantren Bruinessen 31 Al-Luma’ Ushul Fiqih telah mengklasifikasinya sebagati berikut (Bruinessen, 1995, hlm.149-158) : 32 Al-Asybah wa Al-Nazha’ir Ushul Fiqih 33 Umm al-Barahin Akidah Tabel 2. 34 Sanusi Akidah

Kitab-Kitab Yang Digunakan di 35 Dasuqi Akidah

Madrasah dan Pesantren 36 Syarqawi Akidah

No. Judul Kitab Objek Kajian 37 Kifayat al-Awam Akidah

1 Kailani/Syarah Kailani Sharaf 39 Aqidat al-Awam Akidah

2 Maqshud / Syarah Maksud Sharaf 40 Jauharat Tauhid Akidah

3 Amsilatut Tashrifiyah Sharaf 41 Tuhfat al-Murid Akidah

4 Bina’ Sharaf 42 Fath al-Majid Akidah

5 Matan Jurumiyah Nahwu 43 Aqidat al-Islamiyah Akidah

6 Syarah Jurumiyah Nahwu 44 Jalalain Tafsir 45 Khazain Tafsir 7 Mutammimah Jurumiyah Nahwu 46 Tafsir Ibnu Khatsir Tafsir 8 Imrithi/Syarah Imrithi Nahwu 47 Jami’ al-Bayan Tafsir 9 Asymawi Nahwu

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 136 Alfurqan, Zainurni Zein, Abdul Salam

48 Tafsir Baidhawi Tafsir 6. Qalyubi wa al-‘Amirah Nahwu

49 Maraghi Tafsir 7. Matan al-Jurumiyah Nahwu

50 Bulugh al-Maram Hadis 8. Mukhtasar Jiddan Nahwu

51 Subulus Salam Hadis 9. Al-Azhari Nahwu

52 Riyadh al-Shalihin Hadis 10. Qathr al-Nida Nahwu

53 Mukhtar al-Ahadisiyah Hadis 11. Al-Khudhari Akidah 54 Durrat al-Nasihin Hadis 12. Al-Aqwal al-Mardiyah Akidah 55 Arbain Nawawi Hadis 13. Al-Jawahir al-Kalamiyah Akidah 56 Taklim al-Muta’alim Akhlak 14. Fath al-Majid Akidah 57 Akhlaq li al-Banat Akhlak 15. Kifayat al-Awam Akidah 58 Akhlaq li al-Banin Akhlak 16. Al-Dasuki Sharaf 59 Irsyad al-Ibad Akhlak 17. Matan al-Bina wa al-Asas Sharaf 60 Ihya Ulumuddin Tasawuf 18. Al-Khailani Sharaf 61 Bidayat al-Hidayah Tasawuf 19. Al-Amtsilah al-Tashrifiyah Akhlak/Tasawuf 62 Minhaj al-‘Abidin Tasawuf 20. Al-Akhlaq al-Banin Akhlak/Tasawuf 63 Al-Hikam Tasawuf 21. Muraq al-Ubudiyah Akhlak/Tasawuf 64 Hidayat al-Salikin Tasawuf. 22. Minhaj al-‘Abidin Akhlak/Tasawuf 65 Nurul Yaqin Sirah 23. Syarah al-Hikam Tafsir 66 Barzanji Sirah 24. Jalalain Tafsir 67 Dardir Sirah 25. Khazain Hadis

26. Matn al-Arba’in Hadis Kitab-kitab di atas adalah kitab- 27. Mukhtarat al-Hadits Hadis kitab yang secara umum digunakan pada pesantren dan madrasah di Indonesia, 28. Al-Syanawaniy Ushul Fiqih sedangkan untuk kitab yang digunakan 29. Bidayat al-Ushul Ushul Fiqih pada Madrasah Tarbiyah Islamiyah 30. Al-Waraqat Ushul Fiqih

Canduang sebagai berikut : 31. Lathaif al-Isyarah Ushul Fiqh Tabel 3. 32. Matn al-Jam’u al-Jawami’ Ushul Fiqih. 33. Al-Asybah wa al-Nazha’ir Balagah Kitab yang Digunakan di Madrasah 34. Bidayat al-Balaghah Balagah Tarbiyah Islamiyah Canduang 35. Jawahir al-Maknun Mantiq

No Judul Kitab Objek Kajian 36. Idhah al-Mubham Mantiq

1. Matan al-Gayah wa al-Taqrib Fiqih Sulam al-Malawiy 2. Fath al-Qarib al-Mujib Fiqih 3. I’anat al-Thalibin Fiqih Dari kurikulum kitab-kitab yang 4. Bidayat al-Mujtahid wa al- Fiqih Maqshud digunakan pada madrasah dan pesantren 5. Fiqih di atas dalam era modernisasi ini, dapat

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 137 Implementasi Khazanah Surau Terhadap Pendidikan Islam Modern dilihat bahwa kitab-kitab yang digunakan Selain pendidikan sosial, surau juga di surau-surau masa silam masih menanamkan nilai-nilai kemandirian digunakan pada madrasah dan pesantren kepada para muridnya. Nilai-nilai saat sekarang ini, seperti; Matan al- kemandirian ini tidak hanya mengurus Jurumiyah, al-Hikam, Ghayah wa al- kehidupan mereka sehari-hari seperti, Taqrib, Jalalain dan lain sebagainya. mencuci pakaian, memasak nasi dan Namun banyak juga kitab-kitab yang mempersiapkan perlengkapan- digunakan di surau-surau masa silam perlengkapan belajar secara mandiri. tidak digunakan lagi saat sekarang ini Surau juga mengajarkan mereka untuk seperti; Minhaj al-Thalibin, Tuhfah al- mampu membiayai kebutuhan mereka Muhtaj, Alfiyah dan lain sebagainya. disaat mereka dalam masa menuntut ilmu. Oleh sebab itu, surau memberikan b. Pendidikan Sosial dan Nilai-Nilai hari libur kepada para murid untuk Kemandirian. mencari nafkah agar tidak menyulitkan Surau sebagai lembaga pendi-dikan orang tua pada masa-masa menuntut Islam pertama di Minangkabau tidak ilmu dengan cara mamaqiah yaitu murid menghilangkan sepenuhnya fungsi dari akan pergi keluar surau dan datang ke surau yang telah lahir sebelum Islam pasar-pasar dan rumah-rumah penduduk berkembang di Minangkabau. Murid- untuk meminta sumbangan baik itu murid yang belajar di surau berupa beras dan uang. diperbolehkan untuk memanfaatkan Hasil mamaqiah tersebut bisa surau sebagai tempat tinggal dan istirahat mereka manfaatkan untuk menafkahi diri di masa-masa pembelajaran, bisa mereka dan bertahan hidup selama masa dikatakan surau menjadi asrama bagi pendidikan. Selain bertujuan untuk para murid yang sedang menuntut ilmu. mandiri, mamaqiah juga melatih mental Selain mengajarkan agama Islam, surau para murid agar murah berbaur dan juga mengajarkan kepada muridnya bersosialisasi dengan masyarakat yang untuk bersosialisasi kepada masyarakat baru mereka kenal dan singgahi. Hasil lewat kegiatan-kegiatan keagamaan. dari mamaqiah itu sedikit banyaknya juga Prototype dari pendidikan sosial mereka sumbangkan kepada guru yang yang diberikan oleh surau yang bertahan mengajar mereka sebagai bentuk terima hingga saat sekarang ini dapat dilihat kasih mereka atas ilmu yang diberikan pada Surau Simaung di Sijunjung. Pada guru kepada mereka tanpa menarik biaya surau tersebut murid-murid diajarkan pengajaran. untuk menghafal doa-doa yang Dilihat dari penyebaran madrasah berhubungan dengan tradisi keagamaan dan pesantren di Minangkabau, yang berkembang seperti; doa kematian, setidaknya ada dua bentuk; pertama, selamatan, dan akikah. Hal ini bertujuan madrasah dan pesantren yang mendidik agar murid-murid tersebut bisa muridnya secara kompleks dengan memimpin doa saat kegiatan keagamaan menyediakan asrama atau pemondokan tersebut diadakan pada masyarakat dan mewajibkan anak didiknya untuk sekitar surau, selain itu mereka juga tinggal di madrasah atau pesantren dapat berguna secara sosial di daerah asal tersebut hingga mereka menyelesaikan mereka ketika selesai belajar menuntut pendidikannya, seperti pesantren ilmu agama. Thawalib, Hamka dan banyak pesantren

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 138 Alfurqan, Zainurni Zein, Abdul Salam modern lainnya. Kedua madrasah dan yang orang tuanya mampu dan pesantren yang hanya menyediakan berkehidupan cukup. Ada juga pesantren sarana belajar mengajar dan tidak modern yang berbasis tradisional, selain menyediakan pemondokan atau asrama mengajrakan kemandirian untuk mampu untuk murid-muridnya, bagi mereka mengurus diri sendiri pada jadwal libur yang dekat bisa menggunakan kendaraan mereka sehari dalam seminggu mereka sedangkan mereka yang jauh bisa tinggal boleh memanfaatkan waktu liburnya itu di tempat-tempat yang sengaja dibangun untuk mencari materi yang mampu masyarakat setempat untuk para murid membantu kehidupan mereka, salah yang jauh, seperti MTI Canduang, MTI satunya adalah mamakiah, seperti di Jaho, Pesantren Ashabul Yamin di Lasi pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Empat Angkat dan lain sebagainya. dan kebanyakan pesantren lainnya di Pariaman. Tujuan dari madrasah dan pesantren-pesantren yang membangun Mamakiah merupakan warisan dari fasilitas asrama di dalam pesantren dan tradisi surau untuk memberikan waktu mewajibkan anak didiknya untuk tinggal bagi murid yang tidak mampu untuk bisa di sana dan jauh dari orang tua dan mencari nafkah yang dapat membantu lingkungan rumahnya salah satunya mereka bertahan hidup selama adalah untuk mengajarkan kemandirian pendidikan mereka. Secara ideal kepada mereka untuk bisa mengurus diri pendidikan kemandirian yang diterapkan sendiri. Dalam masa pendidikan tersebut oleh surau-surau masa silam dan para murid harus bisa mencuci pakai pesantren modern berbasis tradisional mereka sendiri, menyusun pakaian ke lebih kompleks dibandingakan dalam lemari dan mempersiapkan pendidikan kemandirian yang diterapkan peralatan pelajarannya. Namun untuk di pesantren-pesantren modern non konsumsi atau kebutuhan makan mereka tradisional. Selain bisa mengurus diri disediakan oleh pesantren dan biayanya sendiri para murid juga didik untuk dapat sudah dibayarkan oleh orang tua mereka mencari nafkah sendiri untuk kepada pesantren tiap bulannya. Ada meringankan beban orang tua mereka di juga pesantren yang tidak menyediakan masa pendidikan mereka, karena tidak jasa penyedian konsumsi tersebut, akan semua anak yang bercita-cita tinggi tetapi hal yang berkaitan dengan menuntut ilmu keluarganya mampu makanan disediakan oleh masyarakat secara materi. setempat, sehingga para murid dapat Selain pendidikan kemandirian membeli makanan untuk kebutuhan pesantren modern juga mengajarkan pokok mereka di sanan. pendidikan sosial kepada murid- Kemandirian yang diajarkan oleh muridnya. Pendidikan sosial bertujuan mayoritas pesantren modern di era agar mereka bisa bersosialisasi dengan modern ini lebih kepada untuk dapat masyarakat dengan cara berdakwah. mengurus pribadi sendiri, namun untuk Untuk merealisasikan pendidikan sosial konsumsi para murid tidak perlu mencari ini, biasanya beberapa murid dibawa oleh dan memikirkannya karena telah dibiayai gurunya ke mesjid-mesjid dan musala- oleh orang tua. Sistem pendidikan seperti musala, kemudian mereka disuruh untuk ini lebih mengutamakan murid-murid memberikan ceramaah keagamaan

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 139 Implementasi Khazanah Surau Terhadap Pendidikan Islam Modern kepada masyarakat. Hal ini lebih sering Abdullah, Taufik. 1971. Schools and dilakukan pada bulan Ramadhan, untuk Politics: The Kaum Muda Movement menghadiri acara-acara keagamaan yang in West Sumatera (1927-1933). dilakukan oleh masyarakat, murid-murid CMIP Monograph Series. Ithaca: di pesantren modern sangat minim Cornell SEAP. peranannya. Azra, Azyumardi. 2003. Surau, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi. Jakarta: Logos Wacana. KESIMPULAN ______. 2002. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modrenisasi Islamisasi di Minangkabau memberikan Menuju Milenium Baru. Jakarta: banyak dampak positif, salah satu dari Logos Wacana Ilmu. dampak positif itu adalah lahirnya Bruinessen, Martin Van. 1995. Kitab lembaga pendidikan Islam berbentuk Kuning; Pesantren dan Tarekat. surau. Lembaga pendidikan surau Bandung : Mizan. diprakarsai oleh Syekh Burhanuddin Daya, Burhanuddin. 1995. Gerakan Ulakan, dari suraulah muncul genealogi Pembaharuan Pemikiran Islam : pendidikan Islam di Minangkabau lewat Kasus Sumatra Thawalib. ulama yang lahir oleh surau. Namun, Yogyakarta : Tiara Wacana eksistensi surau sebagai lembaga Yogya. pendidikan Islam mulai memudar akibat Dobbin, Cristine (1971). Islam Revivalism perkembangan zaman dan ideologi In Minangkabau At The Turn Of pembaharuan. Munculnya madrasah dan The 19th Century. Cambrage pesantren sebagai wujud dari university Press. perkembangan zaman dan ideologi Gazalba,Sidi. 1989. Mesjid Pusat Ibadat pembaharuan membuat surau terkubur dan Kebudayaan Islam. Jakarta: dalam dunia pendidikan. Pustaka al-Husna. Meskipun demikian, ruh dari nilai- HAMKA. 1982. Ayahku, Riwayat Hidup nilai pendidikan surau masih Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan terimplementasikan dalam pendidikan Perjuangan Kaum Agama di Islam modern yakni madrasah dan Sumatera. Jakarta: Uminda. pesantren. Hal ini dapat dilihat dari Hadler, Jeffrey. 2010. Sengketa Tiada referensi-referensi yang digunakan oleh Putus: Matriarkat, Reformisme madrasah dan pesantren tidak jauh Agama, dan Kolonialisme di berbeda dari referensi yang digunakan Minangkabau. Jakarta: Freedom pada lembaga pendidikan surau, begitu Institute. juga dalam pendidikan sosial dan Ilyas, Ahmad Fauzi. “Syekh Ahmad Khatib kemandrian pendidikan Islam modern Minangkabau dan Polemik Tarekat juga mewarisi pendidikan sosial dan Naqasyabandiyah di Nusantara”, kemandirian yang diciptakan oleh surau dalam Journal of Contemporary Islam seperti; mengurus diri sendiri, berbaur dan Muslim Societies, Vol 1, No. 1 dengan masyarakat setempat dan tahun 2017 sebahagiannya mandiri dalam hal mencari materi untuk membantu Latief, M. Sanusi. 1988. “Gerakan Kaum kebutuhan selama pendidikannya. Tua di Minangkabau”, Disertasi. Jakarta: Perpustakaan IAIN “syarif hidayatullah. REFERENSI

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 140 Alfurqan, Zainurni Zein, Abdul Salam

Mursal, Irhas Fansuri. “Surau dan Sekolah; Dualisme Pendidikan Di Bukittinggi 1901-1942 Titian ,” Jurnal Ilmu Humaniora, Volume 2, No. 1, Juni 2018. Nasutian, Harun. 1975. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES. Nurhisam, Luqman. “Bitcoin: Islamic Law Perspective,” QIJIS (Qudus International Journal of Islamic Studies) 5, no. 2 (26 Agustus 2017), https://doi.org/10.21043/qijis.v 5i2.2413. Rahman, Rini. “Modernisasi Pendidikan Islam Awal Abad 20 (Studi Kasus di Sumatera Barat)”, Jurnal Humanus, Vol. XIV, No. 2 Th. 2015. Ridhwan, Development Of Tasawuf In South Sulawesi, QIJIS (Qudus

International Journal of Islamic Studies),” diakses 10 Juli 2019. Rusli, Baharuddin. 1978. Ayah Kita. Stensilan. Saharman. 2007 Pemikiran Ulama PERTI: Tentang Masalah Khilafiyah dalam Ibadah, Sosial dan Politik. Padang: IAIN IB Press. Siregar, Muammar Kadafi. “Pondok Pesantren Antara Misi Melahirkan Ulama dan Tarikan Modernisasi”, Jurnal al-Thariqah Vol. 3, No 2, Juli-Desember 2018. Steenbrink, Kareel A. 1986. Pesantren, Madrasah, Sekolah : Pendidikan Dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES. Yudha, “Pengaruh Haji Terhadap Politik Islam di Indonesia (Tahun 1900- 1945)”, Jurnal Thaqafiyyat, Vol. 16. No 1. Juni 2015. Yunus, Mahmud. 1986. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. DEPAG RI, Jakarta

TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 2 (2019) | 141