Ekonomi Politik Pemberitaan Konflik Persepakbolaan

Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan Universitas Gadjah Mada Jl. Teknika Utara, Pogung, Sleman, Yogyakarta, 55281 Email: [email protected]

Abstract: This study reveals the interests behind football conflicts news in three newspapers in Indonesia: Kompas, Bola, and Seputar Indonesia. The analysis is based on the political economy of media theory developed by Vincent Mosco, Graham Murdock, and Peter Golding. Using critical paradigm with Norman Fairclough’s model of Critical Discourse Analysis (CDA) method, the findings show that the conflicts in Indonesian football have been produced as issues that legitimate the strategic position of the football elite power. The media and journalists were drag into the creation or the legitimation of football elite domination.

Keywords: critical discourse analysis, football, political economy of media

Abstrak: Penelitian ini mengungkap kepentingan di balik pemberitaan konflik persepakbolaan Indonesia di tiga media cetak, yakni Kompas, Bola dan Seputar Indonesia. Analisis didasarkan pada teori ekonomi politik media yang dikembangkan oleh Vincent Mosco, Graham Murdock, dan Peter Golding. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan metode Critical Discourse Analysis (CDA) model Norman Fairclough. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa konflik persepakbolaan Indonesia diproduksi menjadi isu yang melegitimasi posisi strategis kekuasaan elit persepakbolaan. Media dan wartawan terseret dalam penciptaan atau pengukuhan kekuasaan dominasi elit persepakbolaan tersebut.

Kata Kunci: analisis wacana kritis, ekonomi politik media, sepak bola

Konflik antara Persatuan Sepak Bola anggota Komek tersebut selalu membantah Seluruh Indonesia (PSSI) dengan Komite dan menanggapi miring keputusan Djohar Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) Arifin (Yosia, 2012). bermula saat Ketua Umum PSSI, Djohar Akibat perlawanan itu, PSSI menindak Arifin, memutuskan LPI sebagai kompetisi tegas keempat anggota Komek tersebut. resmi PSSI menggantikan Indonesia Super Mereka dinyatakan melanggar Kode Etik League (ISL) pada tahun 2012. Keputusan PSSI dan dipecat sebagai anggota Komek itu tidak didukung bulat oleh semua PSSI. Pelanggaran mereka antara lain, anggota Komite Eksekutif (Komek) PSSI. memprovokasi klub dan Pengurus Provinsi Empat dari sembilan anggota Komek yang (Pengprov) PSSI untuk melakukan menolak keputusan itu, yakni La Nyalla pertemuan di , berkirim surat ke Mattalitti, Toni Apriliani, Erwin Dwi Asian Football Confederation (AFC) dan Budiawan, dan Roberto Rouw. Keempat Fédération Internationale de Football

213 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Association (FIFA) terkait kepemilikan 99% pembinaan, serta kursus-kursus lainnya, saham PSSI di PT Liga Indonesia (PT LI) yang mengakibatkan setiap anggota Komek tanpa izin dari Ketua Umum PSSI, Djohar mengambil langkah masing-masing. Arifin, dan menyelenggarakan forum KPSI terus menyuarakan tuntutan Pengprov PSSI yang mereka sebut sebagai KLB. Sebagai langkah menuju KLB, KPSI Rapat Akbar Sepak Bola Nasional pada 18 menggalang gerakan mosi tidak percaya ke Desember 2011 di Hotel Pullman . Ketua Umum PSSI Djohar Arifin. Gerakan Rapat itu sekaligus deklarasi pembentukan mosi tidak percaya itu ditandatangani 452 KPSI dan memilih Toni Apriliani sebagai anggota PSSI. Pada saat itu KPSI berencana ketua sementara (Jasri, 2012). menggelar KLB paling lambat 30 Maret Setelah terbentuk, KPSI segera 2012. mendesak PSSI menggelar Kongres Luar Selain KLB, KPSI juga berambisi Biasa (KLB) guna melengserkan Ketua mengambil alih peran PSSI. Ambisi itu Umum PSSI Djohar Arifin. Menurut KPSI, membuat KPSI membentuk Komite Disiplin Djohar Arifin telah mengambil kebijakan dan Komite Banding. Tak hanya itu, KPSI yang bertentangan dengan keputusan juga bermaksud merebut kantor PSSI yang Kongres Tahunan PSSI di Denpansar, Bali, berlokasi di Kompleks Gelora Bung Karno, pada Januari 2011. Senayan, Jakarta. Pengambilalihan kantor Pelanggaran Djohar Arifin di mata tersebut bertujuan untuk memperlancar KPSI antara lain, pertama, melakukan kegiatan administrasi KPSI. perubahan format kompetisi. Kedua, tidak Menanggapi usulan KLB itu, PSSI taat asas kepada keputusan Kongres Bali membentuk tim verifikasi yang bertugas yang menunjuk PT LI sebagai penyelenggara meneliti keabsahan berkas-berkas KLB kompetisi. Ketiga, Ketua Umum PSSI yang diterima PSSI. Ketua verifikasi Djohar Arifin selalu mengambil keputusan sekaligus Sekretaris Jenderal PSSI, Tri tanpa melalui mekanisme organisasi, yaitu Goetoro, mengumumkan hasil verifikasi rapat Komek, seperti pemecatan Alfred pada 10 Januari 2012. Hasilnya, 11 dari 460 Riedel dari jabatan pelatih Tim Nasional surat yang masuk isinya ganda dan tersisa (Timnas) senior, mengangkat manajemen tinggal 449 suara. Setelah dicocokkan Timnas, yaitu Bernhard Limbong dan Arya dengan jumlah anggota PSSI, dari 449 Abhiseka, serta merehabilitasi hukuman suara tersebut, 80 di antaranya berstatus klub (Persema Malang, PSM Makassar, dan bukan anggota dan masih calon anggota, Persibo Bojonegoro) yang dihukum turun sehingga jumlahnya menjadi 369 suara. ke Divisi Utama karena pindah ke LPI, pada Menurut Tri Goetoro, PSSI memiliki surat Januari 2011. Keempat, ketidakmampuan pakta integritas dari klub Divisi I dan II tata kelola organisasi PSSI dengan indikator berjumlah 49 klub. Oleh karenanya jumlah tidak adanya kepastian implementasi dukungan yang sah untuk KLB hanya 320 terhadap kompetisi profesional, amatir, dan suara atau hanya 54,5% jumlah anggota

214 Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

PSSI. Jumlah tersebut belum memenuhi Sementara itu, PSSI pimpinan Djohar kuorum untuk menggelar KLB (Kongres Arifin juga menggelar Kongres PSSI di Tahunan PSSI, 2012). Palangkaraya, bersamaan dengan kongres Upaya KPSI merebut kantor PSSI KPSI. Hasil kongres itu antara lain tidak terlaksana. Sekretariat Negara, selaku menyepakati penguatan skorsing bagi 32 pengelola kompleks olah raga Gelora klub yang mengikuti kompetisi di bawah Bung Karno, Senayan, Jakarta, menolak PT LI. Namun klub-klub tersebut tetap permohonan KPSI. Usaha melaksanakan berkesempatan untuk kembali ke pangkuan KLB juga tidak disetujui oleh Menteri PSSI melalui pengajuan permohonan Pemuda dan Olahraga (Menpora) waktu kepada PSSI dan terpublikasi di media itu, Andi Mallarangeng. Menurut Andi massa. Langkah masing-masing kubu yang Mallarangeng, KLB yang diajukan KPSI berseteru tersebut memperkeruh suasana terlalu prematur untuk menyelesaikan konflik. permasalahan. Andi Mallarangeng Perhatian media massa terhadap konflik mengusulkan masing-masing pihak yang PSSI dan KPSI itu, pada kurun waktu 2011- berkonflik menyelesaikan masalahnya di 2012, cukup serius. Hampir semua media arbitrase olahraga. memberitakan persoalan-persoalan tersebut melalui perspektif masing-masing. Kompas, Perseteruan makin panjang dan berliku misalnya, setiap hari, antara Januari- karena masing-masing pihak menyatakan Desember 2011, menurunkan berita terkait diri sebagai organisasi sah federasi sepak PSSI dan KPSI (Tabel 1). Demikian pula bola Indonesia. KPSI mengaku didukung dengan Bola dan Sindo. oleh 452 anggota PSSI. Sebaliknya, kubu Djohar Arifin mengaku masih sah karena Konflik sepak bola di Indonesia dipilih oleh kongres PSSI di Solo pada memang sarat kepentingan ekonomi dan Juli 2011. Pemerintah juga tetap mengakui politik, serta tali-temali dengan industri Djohar Arifin sebagai Ketua Umum PSSI. media. Keinginan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyelenggarakan Pada 18 Maret 2012, KPSI Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) menyelenggarakan kongres di Hotel pada Maret 2010, misalnya, pertama kali Mercure Ancol, Jakarta. Kongres ini bagi diungkapkan saat bertemu dengan pengurus KPSI disebut sebagai KLB PSSI versi KPSI. Pada spanduk yang dipasang di Tabel 1 Pemberitaan Konflik Kepengurusan Sepak Bola Indonesia Januari-Juni 2011 belakang panggung utama kongres tertulis “PSSI-KPSI Extraordinary Congress”. Hasil Media Jumlah Berita Kompas 136 kongres tersebut menetapkan La Nyalla Sindo 118 Mattalitti sebagai Ketua KPSI, Rahim Bola 479 Soekasah sebagai wakil ketua, dan Hinca Sumber: Diolah dari Kumpulan Kliping Berita PSSI dan Panjaitan sebagai sekretaris jenderal. LPI di Kompas, Sindo, dan Bola

215 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Oktavianus, seorang wartawan Kompas, di Istana Negara, 27 Januari 2010. Pada adalah pengurus LPI. PSSI menilai Bola pertemuan tersebut, SBY meminta PWI memiliki konflik kepentingan dengan membantu pemerintah menggelar KSN pemberitaan LPI (Detik.com, 2011). pada 29-30 Maret 2010. Pendukung Nurdin Sampai konflik ini berakhir, Dewan Pers Halid menilai PWI memiliki kepentingan belum pernah mengklarifikasi kasus dengan KSN karena sejatinya organisasi tersebut. para wartawan itu tidak mengurusi sepak MNC Group, korporasi yang menaungi bola. Pendukung Nurdin Halid menilai Sindo, dinilai memiliki konflik kepentingan PWI berkeinginan menjatuhkan Nurdin terkait hak siar LPI pada 2011-2012. Halid (Bangun, 2010). Sindo dinilai mendiskreditkan ISL dan Konflik kepentingan lain terkait laga mencitrapositifkan LPI. Demikian juga Timnas senior PSSI di Piala AFF 2010. TV dengan Viva Group, salah satu anak One berkesempatan satu pesawat dengan perusahaan Bakrie yang menaungi TV One, Timnas yang akan bertanding pada putaran ANTV, dan Vivanews.com. Berita-berita di final laga pertama melawan Malaysia. Kru kelompok Viva dianggap mendiskreditkan TV One secara eksklusif mewawancarai LPI dan mencitrapositifkan ISL karena hak sejumlah pemain di dalam pesawat. siar ISL dipegang oleh TV One dan ANTV. Perlakuan istimewa itu ternyata diperoleh Di samping itu, Nirwan D. Bakrie, pengurus dengan melalui koneksi Nirwan D. Bakrie, PSSI periode 2007-2011, adalah salah satu Wakil Ketua Umum PSSI periode 2007- pemilik usaha Bakrie Group. Viva Group 2011, adik kandung Aburizal Bakrie, memiliki kepentingan komersial dengan salah satu pemilik TV One yang juga ISL. Ketua Umum Partai . Tak hanya Konflik kepentingan terjadi bila itu, saat Timnas Indonesia maju ke final media memiliki kepentingan dengan AFF, setelah mengalahkan Filipina di semi peristiwa yang diberitakannya. final, Timnas PSSI menghadiri undangan Kepentingan itu berupa ekonomi atau Aburizal Bakrie guna bersantap malam. politik. Kepentingan ekonomi bisa Peristiwa itu menjadi sorotan kritik karena diterjemahkan dalam rangka meraih dianggap sebagai ajang pencitraan Partai keuntungan di balik pemberitaan Golkar dan Nurdin Halid. tersebut. Sedangkan kepentingan politik Gejala konflik kepentingan pada dapat bermakna bila ada kepentingan pemberitaan isu tersebut pernah yang berelasi dengan kekuasaan (Black, dituduhkan PSSI kepada Bola. Direktur 1993, h. 79). Satu hal yang menjadi Media PSSI, Barry Sihotang, mengadu perhatian penting di balik konflik itu ke Dewan Pers pada 9 Februari 2011. adalah perebutan hak siar liga sepak Sihotang menilai pemberitaan Bola bola di Indonesia. Sejak 2008, hak bias LPI. PSSI juga menuduh Yesayas siar pertandingan ISL dimonopoli oleh

216 Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

Viva Group melalui ANTV dan TV One. informasi yang salah, maka opini publik Dualisme liga sepak bola, yakni ISL dan yang timbul adalah opini yang salah LPI, membuka kesempatan bagi media pula. lain, selain ANTV dan TV One, untuk Berangkat dari persoalan di atas, mendapatkan hak siar pula. tulisan ini mendiskusikan konstruksi Menurut kaidah jurnalistik, konflik ketiga media cetak, yakni Kompas, Bola, kepentingan sering kali memicu lahirnya dan Sindo dalam konflik PSSI dan KPSI, bias pemberitaan. Bentuk bias tersebut termasuk di dalamnya kepentingan ekonomi bisa terwujud pada berita yang memihak politik yang diperjuangkan masing-masing kelompok tertentu yang berkonflik media dalam memberitakan konflik PSSI (imbalance), melakukan stigmatisasi dan KPSI. Tulisan ini dibuat berdasarkan (prejudice), dan memperoleh keuntungan pada penelitian yang mengelaborasikan pribadi/kelompok atas pemberitaan teori-teori ekonomi politik media dengan yang dibuatnya. Konflik kepentingan Critical Discourse Analysis (CDA). pemilik media terkadang membuatnya Gee (1999, h. 95) menjelaskan wacana mengintervensi kebijakan redaksional (discourse) melalui dua aspek. Pertama, dan menghilangkan independensi para discourse dengan ‘d’ kecil yang merujuk redaktur (Wilson, 1996, h. 166). pada bahasa yang digunakan dalam Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers berkomunikasi. Kedua, discourse dengan dengan tegas menyebutkan larangan konflik “D” besar yang diartikan sebagai praktik kepentingan. Larangan itu tercantum pada penggunaan bahasa yang digabungkan Pasal 1 yang menyatakan “Wartawan dengan praktik sosial keseharian, seperti Indonesia bersikap independen, menghasilkan cara perpikir, tingkah laku, sikap, nilai- berita yang akurat, berimbang, dan tidak nilai, dan kebiasaan sang pengguna bahasa. beritikad buruk”. Tafsir Dewan Pers atas Oleh karena itu, menurut Gee (1999, h. pasal ini menyatakan “Independen berarti 95), wacana bukan persoalan linguistik memberitakan peristiwa atau fakta sesuai semata, tetapi juga menggabungkan unsur- dengan suara hati nurani tanpa campur unsur non-linguistik. Teori-teori wacana tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain yang berkembang tidak bisa dilepaskan termasuk pemilik perusahaan pers”. dari pengaruh Michel Foucault. Menurut Dilema yang timbul dari praktik Foucault (dalam Aur, 2005, h. 145), wacana konflik kepentingan tersebut yakni dipahami sebagai penjelasan, pendefinisian, terabaikannya hak publik untuk pengklarifikasian, dan pemikiran tentang mengetahui infomasi yang benar orang, pengetahuan, serta sistem-sistem (neglecting the public interest) dan abstrak. Wacana tidak lepas dari relasi mencederai keberagaman (Croteau & kekuasaan. Hoynes, 2006, h. 156). Bila informasi Penelitian tentang topik sepak bola yang diterima oleh publik adalah pernah dilakukan oleh David Kennedy dan

217 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Peter Kennedy pada 2011. Penelitian yang Sementara itu, Grant (2007) melakukan berjudul “Toward a Marxist Political Economy kajian ekonomi politik sepak bola Inggris of Football Supporters” tersebut mengamati dengan judul “An Analytical Framework kasus pendukung klub sepak bola Liga for a Political Economy of Football”. Inggris, Everton, melalui pendekatan ekonomi Grant menemukan bahwa ekonomi politik politik Marxis. Kedua peneliti menyoroti sepak bola menjadi lebih esensial semenjak rencana perpindahan markas Everton dari terkooptasi oleh elemem-elemen bisnis. Goodison Park ke stadion Kirkby yang Muncul perdebatan antara paradigma yang digulirkan sejak 2006. Pewujudan rencana memahami sepak bola sebagai sebuah tersebut dilakukan manajemen Everton institusi bisnis dan paradigma sepak bola dengan menggandeng pengembang Tesco sebagai gerakan kultural dan aktivitas Plc. Di dalam proposalnya, Tesco berencana demokrasi. Perdebatan tersebut diwakili membangun supermarket raksasa yang buka oleh industri media yang melihat sepak bola 24 jam, restoran, bar, taman bermain, dan sebagai komoditas, suporter yang melihat hotel berbintang dalam kompleks stadion sepak bola sebagai kegiatan kesenangan Kirkby. Rencana itu menuai pro dan kontra (pleasure) dan praktik identitas, serta dari pendukung fanatik Everton. pemerintah yang berusaha menciptakan Pendukung yang setuju kepindahan ruang regulasi tentang sepak bola dan itu dianggap telah terjebak propaganda dijadikan ajang promosi gaya hidup sehat. komersialisasi klub. Suporter Everton Grant (2007) menyimpulkan bahwa sepak dijadikan sebagai “komoditas palsu” bola membutuhkan kebijakan politik yang (fictitious commodity) oleh pengembang. lebih “canggih” untuk memastikan bahwa Sebaliknya, mereka yang menolak sepak bola bukan sekadar komoditas. kepindahan tersebut dianggap sebagai kaum Meskipun peran pemerintah diperlukan, tradisional. Kaum tradisional berargumen namun tetap berhati-hati agar tidak bahwa antara pendukung dan klub terdapat mencederai semangat kompetisi. ikatan emosional. Kepindahan stadion Penelitian Gustavo Madeiro (2007) seakan-akan memisahkan jiwa klub dengan yang berjudul “Sport and Power: pendukungnya. Meskipun Goodison Park Globalization and Merchandizing in the merupakan stadion tua, mulai digunakan Soccer World” menemukan bahwa pola sejak tahun 1892, tetapi di stadion itulah transfer pemain tak berbeda dengan teori klub jatuh bangun untuk menegakkan center-periphery. Klub-klub kaya Eropa reputasi di kancah persepakbolaan Inggris. membeli pemain bertalenta dari klub- Kedua peneliti tidak mengingkari bahwa klub miskin Amerika Latin dengan harga sepak bola Inggris saat ini bersifat sangat murah. Setelah pemain tersebut mengantar kapitalistik, sehingga suporter dijadikan klubnya berjaya di liga masing-masing, ladang pemujaan komoditas (fetishism of mereka dijual dengan harga selangit. commodity) (Kennedy & Kennedy, 2007). Fenomena ini, menurut Madeiro, sesuai

218 Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik... dengan model center-periphery. Teori Sementara itu, Vincet Mosco (2010) center-periphery diperkenalkan oleh melihat ekonomi politik media dari dua Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin sudut pandang, yakni yang khusus (sempit) dan Karibia (CEPAL) pada 1960. Teori ini dan yang luas (general). Menurut sudut menyatakan bahwa Negara-negara Utara pandang sempit, ekonomi politik media yang kaya dianggap sebagai pusat atau Inti diartikan sebagai studi tentang relasi Kapitalisme dan negara-negara Selatan sosial, khususnya relasi kekuasaan yang yang miskin merupakan pinggiran. Melalui saling berkaitan dalam sistem produksi, penaklukan imperial, berbagai tatanan distribusi, dan konsumsi sumber daya perekonomian pinggiran disedot ke dalam komunikasi. Sedangkan menurut sudut kapitalisme di atas pijakan yang tidak adil. pandang yang lebih luas, ekonomi Madeiro (2007) juga mengkritik FIFA politik adalah studi tentang kontrol dan yang terlalu mengakomodasi kepentingan kelangsungan hidup dalam kehidupan kapitalisme sepak bola, sehingga posisi sosial. Makna kontrol tersebut adalah manajemen klub (pemilik media), pemain, pengaturan individu dalam sebuah dan penonton tidak setara. organisasi sebagai anggota kelompok. Menggunakan konsep ekonomi politik Kelangsungan hidup berhubungan dengan Dennis McQuail (2005, h. 99-100), tulisan cara orang memproduksi dan menghasilkan ini berfokus pada hubungan antara struktur kebutuhannya. Maknanya secara ekonomi, dinamika industri media, dan khusus mengacu pada cara masyarakat konten ideologi media. Mengikuti sudut mengorganisasi diri, mengelola urusan, dan pandang McQuail, lembaga media dianggap menyesuaikan atau gagal untuk beradaptasi sebagai bagian dari sistem ekonomi yang dengan perubahan yang tak terelakkan. berhubungan erat dengan sistem politik. Menurut Golding dan Murdock (1997), Konsekuensinya terlihat dari berkurangnya pendekatan ekonomi politik mempunyai sumber media yang independen, tiga karakteristik penting. Pertama, holistik, konsentrasi kepada khalayak yang lebih yang melihat hubungan saling terkait antara besar, menghindari risiko, dan mengurangi berbagai faktor sosial, ekonomi, politik, dan penanaman modal pada media yang kurang budaya di sekitar media dan berusaha melihat menguntungkan. Menurut McQuail (2005, berbagai pengaruh dari beragam faktor. h. 99-100), karakteristik ekonomi politik Kedua, historis, yang mengaitkan posisi media media adalah sebagai berikut: dengan lingkungan global dan kapitalisme, di First, economic control and logic are determinant. Second, media structure mana proses perubahan dan perkembangan tends towards concentration. Third, global konstelasi ekonomi merupakan hal terpenting integration of media develops. Fourth, contents and audience are comodified. untuk diamati. Ketiga, studi ekonomi politik Fifth, diversity decreases. Sixth, position juga berpegang pada falsafah materialisme and alternative voices are marginalized. Seventh, public interest in communication is yang mengacu pada hal-hal nyata dalam subordinated to private interest. realitas kehidupan media.

219 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Golding dan Murdock (1997) kebebasan bagi para konsumen media berpendapat bahwa perspektif ekonomi untuk memilih dan menyaring informasi. politik media berbeda dengan arus Konsepsi komunikasi, dalam terminologi utama ilmu ekonomi dalam hal holisme, ekonomi politik menurut Mosco (2010), keseimbangan antara usaha kapitalis dengan ialah desentralisasi komunikasi oleh media intervensi publik, dan keterkaitan dengan (decentering of media communication). persoalan-persoalan moralitas, seperti Artinya, media dilihat sebagai bagian integral masalah keadilan, kesamaan, dan barang- mendasar dari proses ekonomi, politik, sosial, barang publik (public goods). Golding & dan budaya dalam masyarakat. Hal tersebut Murdock (1997, h. xvi) menyatakannya menempatkan media dalam kerangka proses demikian “The political economy approach produksi dan reproduksi. Oleh karena itu, was holistic: it did not abstract the economic media dilihat sebagai sarana akumulasi or the political from social relations, but modal. Menurut pandangan ini, media sebagai examined in full interrelation of social and unit ekonomi, politik, sosial, dan budaya juga cultural dynamics”. selaras dengan aspek pendidikan, keluarga, Holistik berarti menunjukkan adanya dan agama. saling pengaruh antara organisasi ekonomi Intinya, menurut Mosco (2010), dan kehidupan politik, sosial, dan kultural. pendekatan ekonomi politik menempatkan Analisisnya bersifat historis dan secara subjek komunikasi dalam totalitas sosial moral menunjukkan keterkaitan dengan yang lebih luas dan cenderung menghindari persoalan public goods. Aspek historis esensialisme dalam penelitian komunikasi. dalam sifat holisme dalam perspektif Mosco (2010) juga menambahkan bahwa ekonomi politik media berpusat pada komunikasi diartikan sebagai suatu proses analisis pertumbuhan media, perluasan pertukaran sosial yang produknya adalah jaringan dan jangkauan perusahaan media, tanda atau perwujudannya dari hubungan komodifikasi, serta peran negara. sosial (communication is a social process Analisis ekonomi politik media of exchange, whose product is the mark memerhatikan perluasan “dominasi” or embodiment of a social relationship). perusahaan media melalui peningkatan Maknanya, ekonomi politik merupakan kuantitas dan kualitas produksi budaya analisis kelembagaan. Titik fokusnya, yang langsung dilindungi oleh pemilik misalnya, berkonsentrasi pada bagaimana modal. Ekstensifikasi dominasi media komunikasi dikonstruksi secara sosial, dikontrol melalui dominasi produksi isi bagaimana kekuatan sosial berkontribusi media yang sejalan dengan preferensi terhadap pembentukan saluran komunikasi, pemilik modal. Proses komodifikasi dan rangkaian pesan apa yang ditransmisikan media massa memperlihatkan dominasi melalui saluran tertentu. Komunikasi bukan peran kekuatan pasar. Proses komodifikasi hanya transmisi informasi, melainkan juga justru menunjukkan menyempitnya ruang konstruksi sosial makna.

220 Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

Hal ini telah memberikan kontribusi Wacana, dalam CDA, tidak dipahami penting pada bangunan penelitian sebagai studi bahasa semata. Bahasa ekonomi politik tentang bagaimana bisnis digunakan untuk melihat ketimpangan (produsen), pemerintah, dan aspek lainnya kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat. sebagai kekuatan struktural, berpengaruh Menurut Faiclough (2010, h. 28), dalam setiap pada praktik komunikasi. wacana terdapat power relation (relasi kuasa), class relation (relasi kelas), social struggle METODE (perjuangan sosial), dan hidden agendas Metode penelitian studi ini adalah (agenda tersembunyi). Critical Discourse Analysis (CDA) model Norman Fairclough yang didukung HASIL dengan wawancara mendalam dan studi Analisis Teks kepustakaan. Fairclough membangun suatu Pada isu perseteruan KPSI dan model yang mengintegrasikan analisis PSSI, Sindo menyikapi langkah-langkah wacana yang didasarkan pada linguistik KPSI dengan nada sinis. Sindo juga dan pemikiran sosial dan politik, serta menilai kehadiran KPSI hanya membawa pada perubahan sosial. Penulis berasumsi kepentingan barisan status quo yang bahwa pemberitaan media seputar konflik sebelumnya tersingkir dari PSSI. Sindo persepakbolaan di Indonesia sarat konflik setidaknya melibatkan dua elemen kepentingan dan kekuasaan. Oleh karena narasumber, yakni KPSI yang direlasikan itu, CDA model Fairclough tepat untuk sebagai kelompok ilegal serta pengacau, dan digunakan. Salah satu kelebihan CDA PSSI yang direlasikan sebagai konfederasi model Fairclough adalah kontribusinya sepak bola yang legal serta diakui oleh dalam analisis sosial dan budaya, serta pemerintah dan FIFA. Pilihan kata dan mengombinasikan tradisi analisis teks dalam kalimat yang digunakan Sindo antara lain, konteks masyarakat yang lebih luas. Fokus “Niat KPSI hanya untuk mengganggu utama Fairclough adalah bahasa sebagai kinerja kepengurusan PSSI”, “Ancaman praktik kekuasaan. Fairclough membagi KPSI diabaikan”, “KPSI bukan anggota analisis wacana dalam tiga dimensi, yaitu dari PSSI”, dan “KPSI tidak dikenal FIFA teks, praktik wacana, dan praktik sosial- dan AFC maupun lembaga sepak bola kultural (Fairclough, 2001). Analisis Wacana manapun”. Kritis yang diperkenalkan Fairclough adalah Ketika memberitakan isu KPSI dan suatu pendekatan interdisipliner untuk PSSI, Sindo mengidentikkan diri ke PSSI mempelajari wacana yang memandang (identitas). Hal tersebut bisa dilihat dari bahasa sebagai bentuk praktik sosial dan cara Sindo menyusun teks-teks beritanya berfokus pada cara dominasi sosial dan yang selalu mendahulukan kutipan dari politik yang direproduksi secara tekstual kelompok PSSI. Di samping itu, pendapat- maupun lisan. pendapat KPSI juga senantiasa diminorkan.

221 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Pendapat KPSI selalu ditempatkan dalam Bola memosisikan narasumber berita paragraf-paragraf terakhir. Jumlah kutipan mereka saling berhadap-hadapan (diametral). dari KPSI juga selalu lebih sedikit daripada KPSI diposisikan sebagai penyelamat sepak kutipan dari PSSI. Hampir seluruh bola Indonesia, oposan PSSI. Sementara, berita yang dibuat Sindo tentang KPSI PSSI sering diposisikan sebagai pelanggar mendahulukan kutipan narasumber PSSI. statuta, pelaku politik balas budi ke Arifin Sudut pandang berita (news angle) selalu Panigoro, dan organisasi yang tidak eligible. berangkat dari sisi PSSI, sehingga semua Ketika memberitakan perseteruan yang menyangkut KPSI selalu “salah” di KPSI dan PSSI, Bola senantiasa melibatkan mata Sindo. elemen narasumber, antara lain pihak KPSI Sindo memuji langkah MNC Group yang seringkali diwakili oleh Toni Apriliani, membeli hak siar kompetisi LPI pada 2012. La Nyalla Mattalitti, dan Hinca Panjaitan Sindo hanya memberitakan hasil-hasil serta pihak PSSI yang sering diwakili oleh pertandingan LPI. Bagi Sindo, LPI adalah Djohar Arifin, Tri Goestoro, dan Farid kompetisi masa depan Indonesia yang akan Rahman. melahirkan talenta-talenta terbaik sepak KPSI direlasikan sebagai penyelamat bola Indonesia. sepak bola Indonesia dari tangan-tangan Sebaliknya, Bola menyikapi terbentuk­­ Arifin Panigoro dan kawan-kawannya nya KPSI dengan positif. Bola menyebut yang dinilai melanggar statuta PSSI KPSI terbentuk karena PSSI melakukan karena mengabaikan hasil Kongres PSSI pelanggaran statuta dan peraturan di Denpasar, Januari 2011, yang menunjuk organisasi, sehingga membuat mayoritas PT LI sebagai penyelenggara kompetisi anggota PSSI jengah. Bola menempatkan dengan format kompetisi ISL. Selain aktor-aktor (KPSI dan PSSI) pada posisi itu, PSSI, di mata KPSI, telah menodai berhadap-hadapan. KPSI direlasikan semangat sportivitas karena memberikan sebagai penyelamat sepak bola Indonesia promosi gratis kepada enam klub untuk dari sergapan Arifin Panigoro dan kawan- berlaga di level tertinggi kompetisi, padahal kawannya. PSSI direlasikan sebagai sebelumnya mereka terkena hukuman dan organisasi pelanggar statuta dan Djohar terdegradasi ke Divisi Utama. Arifin dianggap melakukan politik balas Bola menyikapi kehadiran LPI dengan budi ke Arifin Panigoro. Pilihan kata nada sinis. Tabloid ini terus-menerus dan kalimat yang digunakan Bola untuk mengkritik keberadaan LPI yang dinilai merepresentasikan konflik KPSI dan LPI tidak profesional karena tidak mampu antara lain, “KPSI menempuh jalan benar”, mempertahankan jumlah klub yang berlaga “KPSI merupakan amanah 2/3 anggota di LPI. Selain mengkritik LPI, Bola juga PSSI, amanah anggota untuk KLB” dan senantiasa kritis terhadap kebijakan- “Mereka (PSSI Djohar) tidak eligible untuk kebijakan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin. terus menjalankan roda organisasi”. Pilihan kata yang digunakan Bola untuk

222 Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik... merepresentasikan LPI antara lain, “Jadwal rekonsiliasi menunjukkan bahwa Kompas LPI bermasalah”, “Klub mendapat jadwal lebih mendorong pencarian solusi atas neraka”, “Kontestan LPI menyusut”, “LPI konflik tersebut daripada masuk menjadi jalan tanpa sponsor”, dan “LPI semrawut”. bagian pusaran konflik. Meskipun Sebaliknya, PSSI menilai KPSI demikian, Kompas lebih mengidentikkan sebagai organisasi ilegal karena empat diri ke LPI dan PSSI daripada KPSI dan orang pentolannya sudah terkena sanksi. ISL. Hal tersebut terlihat dari cara Kompas Mereka memprovokasi klub-klub ISL untuk menyusun teks-teks berita berkenaan dengan LPI. Pada minggu awal LPI bergulir, tidak ikut bermain di LPI dan membentuk Kompas senantiasa menempatkan laporan forum Pengprov tanpa sepengetahuan Ketua hasil pertandingan LPI dan ISL dalam satu Umum PSSI. berita. Namun, hasil pertandingan LPI Bola mengembangkan strategi selalu ditempatkan pada paragraf awal. identitas dengan mengidentikkan diri ke Jumlah paragraf LPI pun lebih banyak kelompok KPSI. Hal tersebut terlihat dari dibanding ISL. cara Bola menyusun teks-teks beritanya. Praktik Wacana Bola menyusun teks berita dengan Tiga media cetak tersebut senantiasa menempatkan KPSI sebagai menempatkan Nurdin Halid sebagai point of view berita. Bola dengan senantiasa biang konflik persepakbolaan Indonesia. mendahulukan kutipan-kutipan KPSI Penggambaran Nurdin Halid di tiga media dengan posisi dominan dan menempatkan tersebut pada umumnya bersifat negatif. kutipan PSSI di akhir teks berita dengan Pilihan kata yang digunakan mengandung posisi subordinat. nada mencemooh dan menyalahkan Nurdin Sementara itu, Kompas tidak Halid. Oleh karena itu ketiga media cetak mengumbar konflik-konflik tersebut. tersebut menjadikan Nurdin Halid sebagai Kompas bahkan mendorong terwujudnya common enemy. Sikap media tersebut bisa rekonsiliasi. Kompas nampaknya dipahami karena wacana dominan yang menghindari pemberitaan masuk ke berkembang adalah kuatnya keinginan pusaran konflik. Oleh karena itu, berita- publik untuk memberantas korupsi. berita Kompas tentang PSSI dan KPSI, Pemberantasan korupsi menjadi grand serta ISL dan LPI, lebih fokus pada hasil- narrative (narasi besar) sejak reformasi hasil pertandingan liga LPI. Pilihan-pilihan digulirkan pada 1998. Narasi besar kata yang digunakan Kompas antara lain, merupakan narasi utama yang menjadi “Rekonsiliasi lebih memberikan harapan”, dasar dan berkarakter universal karena “Surat FIFA momentum rekonsiliasi”, dan dapat dipakai sebagai standar untuk “Segera memulai proses rekonsiliasi”. mengukur dan menilai narasi yang lain. Cara Kompas mengambil sudut Narasi besar berada pada posisi determinan pandang (news angel) berita pada terhadap narasi-narasi lain.

223 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Tiga media cetak tersebut menjadikan Salah satu sintesis dari kuasa dirinya sebagai “arena pertarungan” wacana simbolik itu adalah instrumen pengetahuan sekaligus ikut bertarung dalam arena konflik. dan komunikasi, kekuasaan simbolik Kelompok status quo (PSSI Nurdin Halid) menstrukturkan dan distrukturkan mendefinisikan kelompoknya sebagai kekuasaan. Kekuasaan simbolik merupakan kelompok paling sah di mata FIFA dan berhak kuasa untuk mengonstruksi realitas. mengurus sepak bola di Indonesia. Sedangkan Media nampaknya tidak menyadari bahwa kelompok reformis (LPI Arifin Panigoro) cara mereka menempatkan subjek yang dianggap sebagai kelompok yang bersifat lain berkonflik secara binary melahirkan (the other) karena ditentang oleh FIFA. FIFA kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik dijadikan sebagai senjata untuk melegitimasi merupakan bentuk kekerasan halus dan kelompok dominan. Kompas dan Bola tak tampak serta tersembunyi di balik menunjukkan warna pemberitaan berbeda, pemaksaan dominasi. meskipun berada pada induk korporasi Kompas, Bola, dan Sindo, sebagai yang sama, Kompas-Gramedia. Mereka industri media, berusaha memproduksi seolah-olah “bermusuhan” karena kebijakan teks-teks pemberitaan konflik sepak bola di redaksional yang berbeda. Indonesia dalam rangka menjaga institusi Kedua media tersebut menggambarkan bisnis mereka. Ketiga media tersebut aktor-aktor yang berkonflik dalam struktur terlihat tunduk pada kepentingan pasar oposisi biner, seperti Nurdin Halid (koruptor) dan kepentingan elit sepak bola nasional. >< Arifin Panigoro (pembaru), LPI (kompetisi Oleh karena itu, ketiga media tersebut menjanjikan) >< ISL (pengekang), dan KPSI menyajikan berita konflik persepakbolaan (Penyelamat Sepak Bola) >< PSSI (tidak di Indonesia dalam metafora pertarungan. eligible). Praktik oposisi biner yang dilakukan Dua kelompok yang berbeda kepentingan oleh Kompas dan Bola menunjukkan tersebut dibingkai dalam tajuk pertarungan. bekerjanya kuasa simbolik sebagaimana Satu kelompok dilabeli status quo, yaitu digambarkan oleh Bourdieu, yakni bahasa/ mereka yang berada dalam gerbong wacana merupakan bagian dari aktivitas di kepengurusan PSSI Nurdin Halid, dan mana sebagian orang mendominasi yang lain. kelompok lain dijuluki reformis, yaitu bagi Pelaku sosial yang mampu mengakumulasi mereka yang berada dalam kubu George modal linguistiknya mempunyai kendali atas Toisuta dan Arifin Panigoro. mereka yang terbatas modal linguistiknya. Ketiga media tersebut, pada tingkatan Oleh karena itu, bahasa/wacana berperan bisnis, berusaha untuk tetap bertahan. Oleh penting untuk mendefenisikan suatu karena itu, masing-masing media berusaha kelompok, memberikan otoritas bagi pelaku mengemas berita konflik persepakbolaan sosial, serta menghadirkan kekuasaan untuk dengan mengungkapkan commonsense berbicara atas nama kelompok itu (Bourdieu, publik yang bisa dipahami oleh imaji 1991, h. 166). khalayak, misalnya commonsense publik

224 Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik... tentang wacana LPI versus Nurdin Halid liput. Fakta menunjukkan bahwa masing- dan KPSI versus PSSI yang dibuat dalam masing media tidak mengindahkan rambu nuansa dikotomi salah dan benar. Masing- tersebut. Wartawan dari masing-masing masing media terjebak dalam perdebatan media menjadi bagian dari konflik tersebut. dikotomi, sesuai atau tidaknya kedua pihak Misalnya, Yesayas Octavianus (Kompas) dengan statuta FIFA dan Undang-Undang yang memiliki kedekatan khusus dengan Sistem Keolahragaan Nasional. Arifin Panigoro (Inisiator LPI), dan Sindo, Di dalam dimensi ekonomi dan secara institusi, dekat dengan pengurus politik, peristiwa konflik persepakbolaan PSSI, Djohar Arifin, karena membeli hak Indonesia diproduksi menjadi isu yang siar LPI. Inilah yang mendorong munculnya melegitimasi posisi strategis kekuasaan konflik kepentingan pada pemberitaan elit persepakbolaan. Media dan wartawan konflik persepakbolaan tersebut. terhanyut dalam penciptaan atau Di balik cara pemberitaan media pengukuhan kekuasaan dominasi elit yang berbeda-beda itu, tampaknya muara persepakbolaan. Peristiwa itu dikemas dari itu semua adalah perebutan hak siar dalam teks sedemikian rupa, sehingga pertandingan sepak bola di Indonesia. menarik bagi publik. Salah satu hal yang Hak siar adalah kepentingan tersembunyi sering dilakukan oleh media adalah memberi yang dipendam oleh Kompas-Gramedia kesan dramatis atas suatu peristiwa. dan MNC Group. Hal tersebut terlihat Media dan wartawan sering terhanyut saat Kompas TV, bersama MNC Group, dalam praktik pemberian kesan bombastis menyiarkan pertandingan play off LPI pada kepada khalayak dengan pemberitaan Oktober 2013. Pada 2014, K-Vision (divisi yang mengarah pada penciptaan atau TV berbayar Kompas-Gramedia) dan MNC pengukuhan stereotip. Group menjadi pemegang hak siar ISL. Cara media memberitakan konflik Untuk memuluskan langkah-langkah tersebut menunjukkan rapuhnya meraih keuntungan dari sepak bola, CEO independensi media. Untuk menjaga MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, “rela” netralitas, media dituntut tidak memihak menjadi Ketua Umum Asosiasi Futsal kepada salah satu kelompok yang bertikai. Indonesia (AFI). AFI adalah salah satu Namun, dalam kasus konflik kepengurusan divisi di bawah naungan PSSI. Padahal, sepak bola Indonesia, media menabrak dalam rekam jejaknya, Hari Tanoesoedibjo rambu-rambu tersebut. Media membela belum pernah bersinggungan dengan sepak mati-matian suatu isu bila hal itu menyangkut bola. kepentingannya dan membiarkannya bila MNC Group menempuh strategi tidak berkenaan dengan kepentingannya. sinergi antarmedia. Strategi ini menciptakan Semua ditentukan berdasarkan prinsip efisiensi yang membawa pengaruh pada pragmatisme. Wartawan dituntut tidak biaya yang dikeluarkan dan profit yang menjadi bagian dari peristiwa yang mereka diperoleh. Guna mendongkrak keuntungan,

225 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Sindo tanpa segan-segan melakukan praktik LPI. Sementara yang ada di ISL tidak ditulis. diskriminatif terhadap ISL. Kompetisi Padahal, Persija LPI itu tidak bermarkas di tandingan dari LPI ini tidak diberitakan Jakarta. Mereka keliling, kadang-kadang sama sekali. di Madiun” (Wawancara dengan Decky Menurut Decky Irawan Jasri, Irawan Jasri, 14 Desember 2014). wartawan Sindo, sejak saat itu warna Konflik tersebut juga menjadi pemberitaan Sindo mengenai konflik momentum untuk mengakhiri dominasi PSSI berubah drastis. Sindo yang awalnya kelompok Bakrie (ANTV & TV One) terhadap bersikap netral berubah menjadi pembela pengelolaan hak siar pertandingan ISL PSSI dan LPI. KPSI dan ISL dikecilkan, sejak 2008. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan tidak diberitakan. Produksi teks pertarungan memperebutkan tayangan ISL selalu mengutamakan narasumber PSSI memasuki babak baru dengan munculnya dan LPI. Pendapat narasumber dari pihak Kompas-Gramedia (K-Vision). Namun, pada KPSI, seperti La Nyalla dan Toni Apriliani, sisi lain, sekaligus menunjukkan terjadinya jarang dikutip. “Keputusan induk usaha praktik oligopoli dalam penentuan hak siar membeli hak siar LPI membuat semua tersebut. Komisi Pengawasan Persaingan media di bawah MNC Group mendukung Usaha (KPPU) menengarai terjadi persaingan keputusan induk. Kita yang di koran juga usaha tidak sehat pada penayangan kompetisi harus seirama dengan grup” (Wawancara sepak bola nasional itu. dengan Decky Irawan Jasri, 14 Desember Tingginya animo masyarakat untuk 2014). menonton pertandingan sepak bola Hattrick, halaman olahraga Sindo, membuat semua yang berkaitan dengan dipenuhi pemberitaan seputar LPI, seperti sepak bola menjadi objek komodifikasi. prediksi pertandingan LPI, ulasan hasil Hak siar memiliki nilai jual yang tinggi. pertandingan LPI dan profil klub atau Oleh karena itu, pemilik media berusaha pemain LPI. Sindo tidak memberitakan memperolehnya. Keberpihakan MNC prediksi atau hasil pertandingan di ISL. terhadap LPI tidak lepas dari kebijakan Menurut Decky, keputusan MNC grup media tersebut membeli hak siar membeli hak siar LPI menjadi dilema bagi LPI. Pembelian hak siar LPI tersebut Sindo karena kenyataannya kompetisi ISL melancarkan jalan memiliki hak siar seluruh jauh lebih baik daripada LPI. Klub-klub pertandingan tim nasional Indonesia. yang berlaga di ISL adalah klub-klub papan Praktik Sosial Kultural atas Indonesia. Pengelolaan PT LI juga Berita sepak bola tidak bisa lagi lebih profesional dibanding PT Liga Primer dianggap sebagai wacana pinggiran yang Indonesia Sportindo (PT LPIS). Basis bersifat remeh-temeh. Berita sepak bola penonton ISL juga lebih banyak dibanding telah sejajar dengan berita-berita lain. Tahun LPI. “Kita dilematis saat itu. Saya, selama 2005 menjadi titik balik industri media satu musim, hanya menulis Persija yang di cetak di Indonesia. Industri ini mengalami

226 Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik... titik jenuh yang ditandai dengan terus membeli tabloid. Sedangkan pembaca tergerusnya jumlah pembaca yang beralih tabloid berjenis kelamin perempuan ke media online. Namun, pemain-pemain menjadikan berita sepak bola sebagai alasan besar dan berpengalaman terus melakukan terbesar ketujuh untuk membeli tabloid. konsentrasi kepemilikan, misalnya praktik Berita sepak bola di tabloid juga menjadi yang dilakukan oleh dua perusahaan besar pilihan semua kalangan. media, yakni Kompas-Gramedia dan Jawa Maka, media cetak umum kemudian Pos. Kompas-Gramedia berkembang berbenah diri dengan cara menempatkan melalui Tribun Media, sedangkan Jawa berita olahraga sebagai sajian utama mereka Pos melalui Radar. dan memberi nama halaman olahraga Permintaan pembaca tentang berita- mereka identik dengan sepak bola, seperti berita olah raga justru berkembang Sindo yang menamakan halaman olahraga- signifikan. Data Persatuan Perusahaan nya dengan Hattrick. Hattrick diambil Periklanan Indonesia (PPPI), pada 2010, dari istilah dalam sepak bola yang berarti menunjukkan bahwa minat mengikuti seorang pemain mencetak tiga gol dalam berita sepak bola menjadi alasan kelima satu laga. Berita sepak bola menempati 80% terbesar konsumen laki-laki dan perempuan sajian olahraga dalam Hattrick, termasuk pembaca surat kabar. berita mengenai sepak bola Eropa, yakni Jika dilihat dari sisi status sosial Liga Inggris, Liga Spanyol, dan Liga Italia. ekonomi (SES), golongan AB menempatkan Hattrick menyediakan satu halaman penuh berita sepak bola pada urutan ketujuh untuk laporan sepak bola nasional. Pada alasan mereka membaca koran, golongan awal Sindo terbit, 2010, Hattrick muncul C kelima, dan DE keenam. Umur 20-29 delapan halaman. Namun, kemudian turun tahun adalah kelompok usia yang paling menjadi empat halaman. menggemari berita sepak bola. Di Jakarta, Menurut Decky Irawan Jasri, berita misalnya, pada 2010 harian olahraga Top olahraga identik dengan berita sepak bola, Skor menempati peringkat ketiga koran sehingga hampir semua media olahraga, harian terbesar dengan oplah 250 ribu baik yang terbit khusus sebagai koran eksemplar setiap hari. Top Skor hanya harian olahraga maupun sisipan di media kalah dari Pos Kota dan Kompas. Bahkan, induknya, menjadikan berita sepak bola Top Skor mengalahkan media-media besar, sebagai sajian utama (Wawancara dengan seperti Media Indonesia, Republika, dan Decky Irawan Jasri, 14 Desember 2014). Suara Pembaruan. Top Skor adalah harian olahraga pertama di Indonesia dengan berita PEMBAHASAN sepak bola sebagai sajian berita terbanyak. Pengelola media menyadari bahwa Sementara itu, pembaca tabloid berjenis sepak bola merupakan olahraga terpopuler kelamin laki-laki menempatkan berita di Indonesia, sehingga berita-berita yang sepak bola di urutan pertama alasan mereka berkaitan dengan sepak bola selalu menarik

227 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232 bagi konsumen. Terlepas dari keberpihakan Kompas-Gramedia, tahu betul profit masing-masing media kepada pihak-pihak bisnis media. Keduanya membuktikan yang berkonflik, konflik tersebut telah bahwa bisnis media bisa menjadi industri dikomodifikasi sedemikian rupa guna yang menguntungkan. Majalah The Globe menghasilkan sejumlah profit. Asia, pada 2012, menempatkan Harry Pengelola media menyusun berbagai Tanoesodibjo menjadi orang terkaya ke-26 macam strategi dalam mengemas teks- di Indonesia dengan akumulasi kekayaan teks berita tersebut sehingga menarik bagi sebesar US$ 980 juta. Sedangkan Jakob pembaca. Salah satu strategi yang ditempuh Oetama, orang terkaya urutan ke-48 dengan media yakni objek-objek pemberitaan dikemas akumulasi kekayaan sebesar US$ 670 juta. dalam posisi yang saling berhadap-hadapan, Menurut Douglas Kellner (2009), sehingga menimbulkan kesan dramatis. pendekatan ekonomi politik melihat kaum Dramatisasi ini diharapkan menimbulkan kapitalis bekerja melalui mode produksi curiosity effect, sehingga pembaca tertarik yang dominan menurut logika komodifikasi mengikuti pemberitaan-pemberitaan tersebut. dan akumulasi modal. Budaya produksi dan Kemudian, teks-teks berita media tidak lagi distribusi diatur menurut sistem keuntungan menjadi sarana penyadaran dan pencerahan dan orientasi pasar. pemikiran publik, namun tak lebih sekadar Praktik penguasaan oligopoli ini, sebagai hiburan. menurut Herbert Schiller, seperti dikutip oleh Strategi Kompas-Gramedia dengan Downing (2011), disebut sebagai aparatus membelah keberpihakan (Bola mendukung budaya informasional untuk memproduksi KPSI dan Kompas memilih tidak kebudayaan seturut kehendak kapital. Media memberitakan) menunjukkan bahwa strategi massa merupakan alat yang ampuh untuk tersebut dipilih untuk melayani kepentingan membentuk, merawat, serta mereproduksi konsumen mereka. Hal tersebut bukanlah kebudayaan dan selera masyarakat. Media suatu kebetulan, namun sebuah grand design massa tidak memberikan pilihan-pilihan yang dibuat supaya kepentingan profit tetap individual kepada penontonnya, namun terjaga. melakukan distribusi informasi yang bersifat Demikian pula dengan Sindo yang massal karena aspek massal itu membangun memilih mendukung PSSI. Hal tersebut selera yang mendukung aktivitas jual beli merupakan grand strategy korporasi MNC produk dalam kapitalisme. dalam melipatgandakan keuntungan. Akumulasi keuntungan masyarakat Keputusan MNC membeli hak siar LPI jilid satu produk dibeli oleh banyak II membuat Sindo tidak memiliki pilihan konsumen. Publik tidak merasa bahwa lain karena harus mengikuti kebijakan kesadaran mereka sedang direkayasa dan induk usaha yang menaunginya. dibentuk preferensi estetikanya untuk Hary Tanoesoedibjo, pemilik MNC melanggengkan kapitalisme. Efek lain Group, dan Jakob Oetama, pemilik dari situasi ini adalah adanya cultural

228 Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik... domination karena hanya corak kebudayaan Fenomena konglomerasi membawa yang sesuai dengan kehendak kapital lah potensi bahaya yang tidak dapat diremehkan. yang diakomodasi dan dikembangkan Pertama, arus informasi ke publik menjadi di media massa. Media massa tidak lagi monolitik. Terpusatnya kepemilikan mengakomodasi kepentingan kebudayaan media tidak memenuhi kaidah keragaman di luar corak tersebut. kepemilikan yang berakibat pada sedikitnya Peristiwa konflik persepakbolaan keberagaman isi. Kedua, terabaikannya agenda di Indonesia, dalam dimensi ekonomi publik. Sesuatu yang ditampilkan dalam dan politik, diproduksi menjadi isu yang media disesuaikan dengan alur kepentingan melegitimasi posisi strategis kekuasaan pemilik modal. Ketiga, terjadi migrasi peran elit persepakbolaan. Media dan wartawan warga negara yang direduksi semata-mata hanyut dalam penciptaan atau pengukuhan menjadi konsumen. Sebagai konsumen, kekuasaan tersebut. Peristiwa itu dikemas masyarakat tidak memiliki hak berpartisipasi menarik dalam teks untuk konsumsi dalam menentukan informasi yang publik. Salah satu hal yang sering diberitakan di media. Keempat, merosotnya dilakukan oleh media adalah memberi mutu jurnalisme yang dipraktikkan media. kesan keliru atas suatu peristiwa. Media Kekuatan pasar mendominasi logika produksi ataupun wartawan sering terhanyut dalam karena alokasi dana liputan dialihkan untuk praktik pemberian kesan keliru tersebut strategi pemasaran. Kelima, konglomerasi dengan pemberitaan yang mengarah pada membuat pemilik media menjadi tiran dalam penciptaan atau pengukuhan stereotip. dirinya sendiri (Utomo, 2013). Media mengukuhkan atau memperkuat Michel Foucault mengutarakan kepercayaan, sikap, nilai, dan opini itu. bahwa kekuasaan tertentu ditegakkan dan Pesan yang dianggap mengubah sikap, dilaksanakan melalui wacana dan sebuah sering kali hanya merupakan pengukuhan kekuasaan jelas memiliki pengaruh. Suatu sikap yang sudah ada. dominasi tertentu menggunakan wacana Sindo adalah contoh betapa kepentingan sebagai elemen taktis untuk memengaruhi pemilik media sangat menentukan isi media. pola pikir masyarakat. Hal ini terkait Di awal konflik persepakbolaan, pada 2011, dengan pembangunan sebuah dominasi Sindo bersikap netral terhadap konflik atau pelanggengan kekuasaan. Menurut tersebut. Sindo seakan-akan tidak ingin Foucault, seperti yang dikutip Aditjondro masuk dalam pusaran konflik. Namun, setelah (1994, h. 58-59), ciri utama diskursus induk usaha yang menaunginya membeli adalah kemampuannya untuk menjadi suatu hak siar LPI jilid II, netralitas itu lenyap. himpunan diskursus yang berbeda satu Sindo memberikan ruang yang luas untuk sama lain. Namun, kekuasaan memilih dan pemberitaan mengenai PSSI Djohar Arifin mendukung diskursus tertentu, sehingga dan eksponen LPI. Bahkan, berita-berita diskursus tersebut menjadi dominan, mengenai ISL sama sekali tidak diturunkan. sedangkan diskursus lainnya terpinggirkan.

229 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

Menurut Foucault, seperti dikutip DAFTAR RUJUKAN Barker (2004), pandangan kita tentang suatu Aditjondro, G. J. (1994). Pengetahuan-pengetahuan objek dibentuk dalam batas-batas yang telah lokal yang tertindas: Menoropong gerakan ditentukan oleh struktur diskursif tersebut. lingkungan di Indonesia melalui konsep kuasa/ pengetahuan Faucault. Jurnal Kalam, No. 1. Diskursus dicirikan oleh batas bidang Aur, A. (2005). Pascastrukturalisme Michel Foucault dari objek, yakni definisi dari perspektif dan gerbang menuju dialog antarperadaban. yang paling dipercaya dan dipandang Dalam Mudji Sutrisno & Hendar Putranto benar. Persepsi kita tentang suatu objek (eds.), Teori-teori kebudayaan. Yogyakarta, dibentuk dan dibatasi oleh pandangan yang Indonesia: Penerbit Kanisius. mendefinisikan sesuatu bahwa yang ini Bangun, H. Ch. (2010, Februari 4). PWI- KONI lakukan kongres sepak bola. benar dan yang lain tidak. Diskursus tertentu Kompas.com. menghayati itu sebagai sesuatu yang benar. Barker, C. (2004). Cultural studies: Teori & praktek (terjemahan). Yogyakarta, Indonesia: Kreasi SIMPULAN Wacana. Black, J., at all. (1993). Doing ethic in journalism: Kompas, Bola, dan Sindo adalah A handbook with case studies. Birmingham, media massa yang merupakan bagian UK: Greencastle. dari dua rantai konglomerasi media di Bourdieu, P. (1991). Language and symbolic Indonesia. Kompas dan Bola dikendalikan power. Ketiga media tersebut belum mampu Croteau, D. & Hoynes, W. (2006). The business of media: Corporate media and the public menjadi kekuatan kontrol atas proses interest. California, USA: Pine Forge Press politik yang berlangsung. Media-media (an Imprint Sage Publication Inc). tersebut justru menjadi corong bagi elit- Detik.com (2011, Februari 9). PSSI tunggu dewan pers elit yang berkonflik. Media massa nyaris panggil dua media massa. pers pun hanya dipahami sebagai bebas Downing, J. D. H. (2011). Media ownership, concetration and control: The evolution dari intervensi negara dan aparat militer, debate. Dalam Janet Wasko, Graham Murdock namun belum dipahami sebagai bebas dan Helena Sousa, The handbook of political dari intervensi kepentingan pemilik dan economy of communication, (eds.). Oxford, tekanan pasar. Sementara itu, para pekerja UK: Wiley-Blackwell. media terjebak pada pelayanan terhadap Fairclough, N. (2001). Languange and power. kepentingan pemodal dan pasar, sehingga Edinburgh, Scotland: Pearson Education Limited. tidak dapat bebas mempraktikkan aturan- Gee, J. P. (1999). An introduction to discourse analysis: Theory and method. New York, aturan dan etika profesi. USA: Routledge.

230 Afdal Makkuraga Putra, Heru Nugroho, Budiawan. Ekonomi Politik...

Golding, P. & Murdock, G. (1997). The political economy of media. Cheltenham, UK: Edward Elgar Publishing Ltd. Grant, W. (2007). An analytical framework for a political economy of football. Palgrave Journal, Vol 2. Jasri, D. I. (2012, Januari 1). PSSI Tidak Gentar KPSI. Seputar Indonesia. Kellner, D. (2009). Media industry, political economy and media/cultural studies. Dalam Jennifer Holt dan Alisa Perren (eds.), Media industry: History, theory and method. West Sussex, UK: Wiley Blackwell. Kennedy, D. & Kennedy, P. (2007). Toward a marxist political economy of football supporters. Capital & Class Journal. Kongres Tahunan PSSI, verifikasi diabaikan. (2012, Januari 12-13). Tabloid Bola. Madeiro, G. (2007). Sport and power: Globalization and merchandizing in the soccer world. Society and Business Review, Vol. No. 3, 287- 298. McQuail, D. (2005). McQuails mass communication theory. London, UK: Sage Publication. Mosco, V. (2010). The political economy of communication (2nd ed). London, UK: Sage Publication. Utomo, W. P. (2013, September 27). Media kooperasi, alternatif di era konglomerasi media?. Harian Indoprogres. Wilson, J. (1996). Understanding journalism: A guide to isuues. New York, USA: Routledge. Yosia, A. (2011, Desember 15-16). Djohar Arifin Husin: Saya tidak melanggar statuta! Tabloid Bola. Yosia, A. (2012, Maret 19-21). KLB KPSI “penggulingan” di Ancol. Tabloid Bola.

231 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 13, NOMOR 2, Desember 2016: 213-232

232