BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kereta Api Merupakan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kereta Api Merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kereta api merupakan moda transportasi yang banyak diminati banyak kalangan karena daya angkutnya yang memliki kapasitas besar, hemat energi dan juga ramah lingkungan sehingga suatu keharusan untuk dipertahankan tentunya dengan perawatan serta peningkatan pelayanan publik yang baik dan benar. Kereta api tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Kereta api perlu dikembangkan potensinya serta ditingkatkan peranannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tentunya dalam menikmati moda transportasi kereta api tersebut haruslah dikenakan tarif. Pedoman perhitungan dan penetapan tarif kereta api telah diatur dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Dan Peraturan Menteri. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Bab XI Bagian Keenam mengatur tentang tarif angkutan kereta api sebagai angkutan masal terkait dengan tarif angkutan orang yaitu : (1) Pasal 151 ayat (2) menyatakan bahwa pedoman tarif angkutan orang dan tarif angkutan barang ditetapkan oleh Pemerintah. 1 (2) Pasal 151 ayat (3) menyatakan bahwa pedoman penetapan tarif angkutan berdasarkan perhitungan modal, biaya operasi, biaya perawatan, dan keuntungan. (3) Pasal 152 (1) menyatakan bahwa Tarif angkutan orang ditetapkan oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dengan memperhatikan pedoman tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (2). (4) Pasal 152 ayat (2) menyatakan bahwa tarif angkutan orang dapat ditetapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah untuk : a. Angkutan pelayanan kelas ekonomi; dan b. Angkutan perintis. (5) Pasal 153 ayat (1) menyatakan bahwa untuk pelayanan kelas ekonomi, dalam hal tarif angkutan yang ditetapkan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152 ayat (2) huruf a lebih rendah daripada tarif yang dihitung oleh penyelenggara sarana perkeretaapian berdasarkan pedoman penetapan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah, selisihnya menjadi tanggung jawab Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam bentuk kewajiban pelayanan publik. Penetapan tarif kereta api yang demikian harus bedasarkan oleh Asas- Asas dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 sebagaimana diterangkan dalam pasal 2 yang memuat diantaranya Asas Keseimbangan dan Asas Keadilan. Asas Hukum tersebut merupakan bagian penting dalam menjalankan perintah Undang-Undang, sebab Asas masuk dalam staat fundamental norm daripada Undang-Undang tersebut. Seperti halnya yang 2 diungkapan oleh The Liang Gie “Asas Hukum merupakan suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum tanpa menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaannya, yang diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu”.1 Kemudian dari fungsi asas hukum dalam hukum adalah mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan) serta mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.2 Dalam Penetapan tarif oleh PT. KAI terdapat berbagai jenis klasifikasi yaitu tarif untuk jenis ekonomi, bisnis, eksekutif namun yang menjadi fokus penulis adalah jenis kereta api lokal ekonomi di stasion Malang kota Baru untuk KA DHOHO PENATARAN jurusan Malang-Tulungang atau Tulungagung-Malang. sebelumnya perlu diketahu bahwa jalur Kereta Api Dhoho adalah Surabaya, Sepanjang, Krian, Mojokerto, Jombang, Kertosono, Kediri, Tulungagung dan terakhir Blitar. Pada nomor kereta api 419, 421 dan 423 setelah sampai Stasiun Blitar menjadi kereta api Penataran. Karena rutenya dari Blitar ke Surabaya lewat Malang.3 yang mana harga Tiket Kereta Api Dhoho dibagi menjadi 3 tarif, pertama Surabaya Mojokerto 10.000, Surabaya Kertosono 12.000, Surabaya Blitar 15.000. Misalkan dari Surabaya ke Jombang berarti tarifnya 12.000. Dari Surabaya ke Kediri Rp 15.000 tarif 1 Mgid, Pengertian, Fungsi dan Macam Macam Asas Hukum, http://pengertian pakar.com, akses 23/03/2018 2 Ibid. 3 Indonesia railway, harga tiket dan jadwal kerata api, Http://Hargatiket.web.id, diakses tanggal 20/01/2018 3 berlaku juga sebaliknya.4 harga tersebut harus dibayar pas kepada penikmat jasa atau konsumen kereta api dalam keadaan bertempat duduk maupun tidak bertempat duduk. Berdasarkan nilai atau tarif dari harga tiket merupakan harga yang cukup murah bagi pengguna kerata api dalam kelas ekonomi, namun yang menjadi permasalahan adalah harga yang diberikan oleh PT. KAI untuk yang tidak bertempat duduk. pasalnya tidak ada ketentuan lain yang mengkhususkan penikamat jasa kereta api yang tidak bertempat duduk harus membayar kurang dari harga yang sudah ditentukan diatas tidak kurang dan tidak lebih, artinya harga yang sama namun berbeda fasilitas yang dinikmati, sebut saja tiket Kerata Api Dhoho-Penataran tujuan Malang-Tulungagung dan sebaliknya untuk harga tiket adalah Rp. 15.000 (lima belas ribu rupiah) untuk sekali jalan. harga demikian harus dibayar penuh oleh pengguna moda transportasi kerta api yang nantinya mendapatkan tempat duduk maupun tidak bertempat duduk. meskipun juga pembelian tiket kerata api dimunculkan informasi oleh petugas loket bahwa jam sekian untuk pemberangkatan ke tujuan kota ini tidak ada kursi duduk. demikian ini bertentangan dua Asas yaitu Asas Keadilan Dan Asas Keseimbangan yang ada dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. Asas keadilan dalam Perkertapian menyebutkan bahwa Perkeretaapian harus dapat memberi pelayanan kepada segenap lapisan masyarakat dengan 4 Ibid. 4 biaya yang terjangkau serta memberi kesempatan berusaha dan perlindungan yang sama kepada semua pihak yang terlibat dalam perkeretaapian. dalam penjelasan Asas tersebut mengisyaratkan secara implisit bahwa harus terdapat keadilan dalam memberlakukan tarif yang mana tarif tersebut harus terjangkau oleh masyarakat, dan dilanjutkan dengan perlindungan yang sama oleh semua pihak yang terlibat dalam pereketaapian dalam hal ini tidak dijelaskan secara mendetail siapa yang dimaksudkan pihak, namun secara implisit pula masyakat merupakan bagian dari pihak yang dimaksudkan dalam Asas keadilan tersebut manakala masyaratkat itu berstatus penikmat jasa yang mengikatkan diri untuk menikmati jasa keretapai tersebut. Pemberian tiket namun tidak disertai tempat duduk bukan merupakan bagian dalam Asas Keadilan mengingat tarif yang belaku adalah sama, sehingga berkenaan dengan jasa transpoartasi kereta api ini seharusnya menggunakan keadilan seperti yang rumuskan oleh aristoteles yaitu keadilan Destributif yaitu keadilan dengan melihat dan menimbang antara hak dan kewajiban. Selain bertentangan dengan Asas keadilan penentuan tarif juga menciderai Asas keseimbangan. Asas keseimbangan dalam pasal 2 Undang- Undang Perkeretaapian menjelaskan bawah “Perkeretaapian harus diselenggarakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana, kepentingan pengguna jasa dan penyelenggara, kebutuhan dan ketersediaan, kepentingan individu dan masyarakat, antardaerah dan antarwilayah, serta antara kepentingan nasional dan internasional”. Keseimbangan dalam hal ini paling menjadi sorotan adalah kepentingan pengguna jasa dan penyelenggara 5 serta kebutuhan maupun ketersedian menjadi sorotan kedua ketika kepentingan pengguna jasa dengan penyelenggara tersebut tidak mendapatkan keseimbangan pemberlakuan tarif apabila harus dipatok dengan harga yang sama namun berbeda pelayanan, selain itu dalam hal kebutuhan dan ketersedian seorang penikmat jasa membutuhkan tempat duduk dengan tarif harus dibayarkan sama dengan yang lain namun karena dengan alasan ketersedian tempat duduk sudah habis maka penikmat jasa terpaksa harus berdiri selama perjalanan yang menjadi bahaya pula adalah mereka yang tidak bertempat duduk kebanyakan berdiri diantara pintu gerbong yang sangat menggangu penikmat jasa transportasi yang lain. Sehingga penulis berdasarakan latarbelakang diatas membuat tertarik untuk mengkaji dan membahas lebih lanjut serta mengangkat kajian ini dalam suatu bentuk karya ilmiah dengan judul “Implementasi Penetapan Tarif Kereta Api Lokal Ekonomi Kepada Penumpang Tidak Bertempat Duduk Ditinjau Dari Asas Keseimbangan Dan Asas Keadilan Pasal 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian”. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem penetapan tarif kereta api lokal ekonomi ditinjau dari asas keseimbangan dan asas keadilan pasal 2 UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretapian ? 2. Bagaimana implimentasi asas keseimbangan dan keadilan dalam pemenuhan hak-hak penumpang sebagai pengguna jasa tranportasi kereta api yang tidak bertempat duduk ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan tentunya memiliki tujuan-tujuan tertentu. Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Menganalisa dan mengetahui sistem penetapan tarif kereta api lokal ekonomi ditinjau dari asas keseimbangan dan asas keadilan pasal 2 UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretapian 2. Menganalisa dan mengetahui implementasi asas keseimbangan dan asas keadilan dalam pemenuhan hak penumpang sebagai penikmat jasa transportasi kereta api yang tidak bertempat duduk untuk rute Malang- Tulungagung. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis 7 Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baik kalangan akademis
Recommended publications
  • Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir
    PEMANFAATAN CANDI GUNUNG GANGSIR: UPAYA MENUMBUHKAN KESADARAN SEJARAH SISWA SMAN 1 PURWOSARI MELALUI METODE OUTDOOR LEARNING (UTILIZATION OF GANGSIR MOUNTAIN TEMPLE: EFFORTS TO GROW HISTORY AWARENESS OF SMAN 1 PURWOSARI STUDENTS THROUGH OUTDOOR LEARNING METHOD) Akhmad Fajar Ma’rufin STMIK Yadika Bangil Shela Dwi Utari Universitas Negeri Malang [email protected] ABSTRACT Theresearch aims to analyze: (1) the history of Gangsir Mountain Temple, (2) the architectural form of Gangsir Mountain Temple, and (3) efforts to growhistory awareness ofSMAN 1 Purwosari students through outdoor learning method using of cultural preservation of Gangsir Mountain Temple. The method of this research is qualitative. The footage used in this research is purposive sampling with criterion selection. Data collection is done by direct observations, interviews, and recording documents. Data validation is done by triangulation. The used data analysis is an interactive analysis model, namely collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the research concluded that (1) Gangsir Mountain Temple is one of the cultural heritage remains of Medang KamulanKingdom, a continuation of the Ancient Mataram. The temple is located in Beji, Pasuruan, (2) the temple architecture can be concluded as a combination of Central and East Javanese styles but the Gangsir Mountain Temple is more inclined to the Ancient Mataram style. Ancient Mataram style can be seen from the reliefs on the temple walls of Gangsir Mountain and supported by the parama
    [Show full text]
  • Mahkamah Agu Mahkamah Agung
    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id P U T U S A N Nomor 173/Pdt.Bth/2019/PN Mlg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah AgungPengadilan Negeri Republik Malang yang memeriksa dan Indonesia memutus perkara perdata pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara perlawanan antara : -------------------------------------------------------- 1. YUDHA SISWANA, NIK 3507252509600002, lahir di Surabaya pada tanggal 25-September-1960, Agama Islam, Kebangsaan Indonesia, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl. Sumber Wuni No. 151 RT.001/RW.005 Kalirejo – Lawang – Malang ; ------------------------- Selanjutnya mohon disebut sebagai ...................................PELAWAN I ; 2. MARIA WIDYAWATI, NIK 350725660359003, lahir di Malang pada tanggal 26-Maret-1959, Agama Islam, Kebangsaan Indonesia, Agama Islam, Kebangsaan Indonesia, pekerjaan mengurus rumah tangga, alamat Jl. Sumber Wuni No. 151 RT.001/RW.005 Kalirejo – Lawang - Malang ; ----------------------------------------------------------- Selanjutnya mohon disebut sebagai………………………...PELAWAN II ; Atau kesemuanya disebut sebagai……………………PARA PELAWAN ; Mahkamah AgungDalam hal ini Para Republik Pelawan memberikan kuasa kepadaIndonesia ANDIKA HENDRAWANTO, SH,MH, AHMAD FITRAH WIJAYA, SH, UMAR FARUK, SH, SUMANTO, SH, kesemuanya Advokat dan Penasehat Hukum, yang dalam hal ini memilih kedudukan hukum pada kantor Team Pembela TEMPAT PENDIDIKAN AL-QUR’AN yang berkantor di Sekretariat FKPQ (Forum Komunikasi Pendidikan Al-Qur’an)
    [Show full text]
  • Indonesia-11-Contents.Pdf
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd Indonesia Sumatra Kalimantan p490 p586 Sulawesi Maluku p636 p407 Papua p450 Java p48 Nusa Tenggara p302 Bali p197 THIS EDITION WRITTEN AND RESEARCHED BY Loren Bell, Stuart Butler, Trent Holden, Anna Kaminski, Hugh McNaughtan, Adam Skolnick, Iain Stewart, Ryan Ver Berkmoes PLAN YOUR TRIP ON THE ROAD Welcome to Indonesia . 6 JAVA . 48 Imogiri . 127 Indonesia Map . 8 Jakarta . 52 Gunung Merapi . 127 Solo (Surakarta) . 133 Indonesia’s Top 20 . 10 Thousand Islands . 73 West Java . 74 Gunung Lawu . 141 Need to Know . 20 Banten . 74 Semarang . 144 What’s New . 22 Gunung Krakatau . 77 Karimunjawa Islands . 154 If You Like… . 23 Bogor . 79 East Java . 158 Cimaja . 83 Surabaya . 158 Month by Month . 26 Cibodas . 85 Pulau Madura . 166 Itineraries . 28 Cianjur . 86 Sumenep . 168 Outdoor Adventures . 32 Bandung . 87 Malang . 169 Probolinggo . 182 Travel with Children . 43 Pangandaran . 96 Central Java . 102 Ijen Plateau . 188 Regions at a Glance . 45 Borobudur . 106 Meru Betiri National Park . 191 Yogyakarta . 111 PETE SEAWARD/GETTY IMAGES © IMAGES SEAWARD/GETTY PETE Contents BALI . 197 Candidasa . 276 MALUKU . 407 South Bali . 206 Central Mountains . 283 North Maluku . 409 Kuta & Legian . 206 Gunung Batur . 284 Pulau Ternate . 410 Seminyak & Danau Bratan . 287 Pulau Tidore . 417 Kerobokan . 216 North Bali . 290 Pulau Halmahera . 418 Canggu & Around . .. 225 Lovina . .. 292 Pulau Ambon . .. 423 Bukit Peninsula . .229 Pemuteran . .. 295 Kota Ambon . 424 Sanur . 234 Gilimanuk . 298 Lease Islands . 431 Denpasar . 238 West Bali . 298 Pulau Saparua . 431 Nusa Lembongan & Pura Tanah Lot . 298 Pulau Molana . 433 Islands . 242 Jembrana Coast . 301 Pulau Seram .
    [Show full text]
  • Domestic Tourists Preferences Toward Water Transportation
    Advances in Economics, Business and Management Research, volume 111 1st International Conference One Belt, One Road, One Tourism (ICOBOROT 2018) Domestic Tourists Preferences Toward Water Transportation Endang Komesty Sinaga Adi Hendraningrum Nastiti Rahmadiani Tours and Travel Department Tours and Travel Department Tours and Travel Department Bandung Institute of Tourism Bandung Institute of Tourism Bandung Institute of Tourism Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia [email protected] [email protected] [email protected] Abstract—This research intended to notice domestic tourists’ passengers and goods for trade matters. Basically, preferences in choosing water transportation at Kepulauan these ships are fishing boats used by local fishers for Seribu based on their psychographic profile by considering fishing, making it less feasible as a tourist boat, seven travel attributes (cost, duration, accessibility in whereas the majority of passengers from this ship are obtaining the transportation, frequency, service level, security, local tourists or domestic tourists. The safety and and departure schedule). This research applied descriptive comfort aspects that exist for tourists need attention. quantitative with data collection technique used distribution of Nevertheless, the price is affordable. questionnaire and observation by questionnaire and checklist, descriptive statistics as the data analysis technique with SPSS Currently, there is no reliable transportation that can as the data analysis tool, and 168 samples. The results showed run regularly and fast with low-cost. Fast boats are that speedboat became the most chosen vehicle among the generally only owned by resort islands, while three vehicles. The majority of domestic tourists at Kepulauan longboat passenger ships only depart on weekends Seribu came from Jabodetabek, Java, and its surroundings, with minimum passenger conditions.
    [Show full text]
  • Statistical Mobility Pattern of Solo-Yogyakarta Commuter Workers by Prambanan Express Train
    INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH VOLUME 8, ISSUE 09, SEPTEMBER 2019 ISSN 2277-8616 Statistical Mobility Pattern Of Solo-Yogyakarta Commuter Workers By Prambanan Express Train Priyono, Choirul Amin, Umrotun, Afiotria Intan Wulansari, Suliadi Sufahani Abstract: This research was done in two cities; Solo and Yogyakarta which is connected by Prambanan Express (Prameks) Train. The objectives of this research are as follows: (1) Reviewing the characteristic of Solo-Yogyakarta Prameks Train users, (2) Reviewing the mobility pattern of Solo-Yogyakarta Prameks Train users. The character of workers that are being reviewed are based on age, education background, job status, income, and the number of family dependents, while the worker‘s mobility pattern that will be studied are: the usage intensity of the Prameks, transportation modes used to go to the departure station and work office, departure and arrival station, the worker‘s reason in choosing the departure and arrival station, origin and destination area of the worker. Questionnaire is used as a survey method in this study. Purposive Proportional Quota Sampling is also used as the sampling technique to gathered samples. Respondent are limited to 100 workers and divided into two categories; 50 men and 50 women and assumed capable to represent the workers‘ characteristic. The research results show that the workers are still in a productive age that are dominated by 21-25-year-old worker, bachelor degree as the highest education level, permanent employees with salary around 3-6 million Rupiah per month, and do not have any family dependent. Most of respondent‘s origin area are Laweyan, Kartosuro, and Banjarsari district, where the locations are closer to the Purwosari and Solobalapan station.
    [Show full text]
  • Emergency and Humanitarian Action (EHA), WHO Indonesia Tornado
    Emergency Situation Report ESR (1) 27 January 2012 Emergency and Humanitarian Action (EHA), WHO Indonesia Tornado, Thousand Islands, DKI Jakarta Province, Republic of Indonesia HIGHLIGHTS On 25 January 2012 at 12:00 PM a 30-minutes strong tornado hit four islands in the Thousand Islands: Kelapa, Kelapa Dua, Pramuka and Harapan Islands, DKI Jakarta province. Two meter height tidal wave was also reported in the Thousand Islands Sea. Although needs assessments are ongoing, preliminary reports indicated that 468 houses were severely damaged and 2,300 people were affected. The number of casualties and damages reported by Center for Health Crisis MOH are 34 people with major injury and 450 damaged houses. In addition to the data from MOH, BNPB reported 459 damaged houses, 4 damaged schools, 1 police office, 1 damaged mosque, 3 damaged buildings and 1 damaged puskesmas. National Agency for Meteorological, Climatology and Geophysics/BMKG reported tropical storm Iggy affects strong wind with more than 36 km/hour speed and 4-6 meter tidal wave in Indonesian sea. The rapid response team from BPBD Jakarta and Social Office have not distributed the relief assistance due to logistic constraints. Thousand Islands District Health Office has established health post and provided medical service to the victims. Thousand Islands District Health Office, Jakarta Provincial Health Office, and Center for Health Crisis MOH are monitoring the situation closely. WHO is in close contact with MOH in monitoring the situation through Center for Health Crisis MOH. In case the situation warrant, WHO will provide any assistance needed. Affected Areas and Incident Site Mapping 1 Emergency Situation Report ESR (1) 27 January 2012 Caption: one damaged house.
    [Show full text]
  • INDO 16 0 1107129329 39 80.Pdf (6.209Mb)
    Roadside village between Malang and Selecta NOTES ON CONTEMPORARY INDONESIAN POLITICAL COMMUNICATION Benedict R. OfG. Anderson With the appearance in 1970 of Indonesian Political Thinking, students of Indonesian society and politics were for the first time presented with a wide-ranging collection of writings and speeches by important Indonesian politicians and intellectuals in the post-1945 period.1 The timing of its publication was not fortuitous: it clearly reflected a steadily growing scholarly interest in Indonesian ideology and political discourse.2 Recent work by Dahm, Weatherbee, Legge and Mortimer has been devoted to pioneering analysis of important segments of Indonesian political thought.3 Their writings show not only how rich this field of enquiry is, but also how much m m m research still needs to be done. At the same time it is useful to recognize that the materials used in this genre of research haewsssa specialized represent a particular type of political communication. In general, they take the form of more or less studied, quasi-literary and printed 1. Herbert Feith and Lance Castles, eds., Indonesian Political Thinking, 1945-1965 (Ithaca, N.Y.: Cornell University Press, 1970). For a useful critique, see Alfian, "Indonesian Political Thinking’: A Review," Indonesia, 11 (April 1971), pp. 193-200. 2. In addition, a number of translations of important individual texts by Indonesian political leaders have been published. These include: Sutan Sjahrir, Out of Exile, trans. Charles Wolf, Jr. (New York: John Day, 1949); Mohammad Hatta, Past and Future (Ithaca, N.Y.: Cornell Modern Indonesia Project, 1960); Sukarno, Mar- haen and Proletarian, trans.
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Economics, Business and Management Research, volume 154 Proceedings of the 2nd Annual International Conference on Business and Public Administration (AICoBPA 2019) Local Tourism Diversification Through Cultural Heritage (A Research on Tourism Development in Malang City) Supriono*, Dahlan Fanani, Achmad Husaini Department of Business Administration Universitas Brawijaya Malang, Indonesia *[email protected], Abstract—As stated in the Tribina Cita of Malang City, management, Tourism Sector can be the major contributor in tourism sector is a potential sector that can be developed as the generating Local Revenue for its enormous potential. identity of Malang City. Malang has been known as the city of industry and education, yet it has not yet been known as a Optimal Development of Cultural Tourism should be tourism city. Therefore, the government of Malang has started to conducted by the government of Malang City. The cultural- focus its development on tourism activities. This city used to only heritage that is very diverse, and attractive can be used as the have MICE tourism, but at present, the government starts to main attractions as done in other regions in Indonesia, such as have tourism diversification in the form of Cultural-Heritage Yogyakarta and Bali. These cultural assets include dances, tourism. This descriptive qualitative research was conducted to cultural values, historical heritage, old buildings, museums, evaluate the tourism diversification program in Malang City. cultural villages, art halls, etc. Research data were collected through in-depth interviews with relevant informants including the ones from Disbudpar II. RELATED WORK (Department of Culture and Tourism), art and cultural workers in Malang City, as well as tourists visiting this city.
    [Show full text]
  • Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi Sukuh Temple As a Place of Activities for the Rsi
    CANDI SUKUH SEBAGAI TEMPAT KEGIATAN KAUM RSI SUKUH TEMPLE AS A PLACE OF ACTIVITIES FOR THE RSI Heri Purwanto Mahasiswa Jurusan Arkeologi Universitas Udayana [email protected] ABSTRACT A lot of studies about temple Sukuh has been conducted before, but not to the extent in which it existed as the place for kaum Rsi. Sukuh Temple is a holy place located at the slope of Lawu Mountain, away from the cities. This definitely is an absolute requirement for a holy place for kaum Rsi. Many old heritages at Candi Sukuh complex support the argument that this temple was built by the Rsis or hermits. Based on that explanation, the research questions of this study are about what factors that indicate Sukuh Temple as the place for the Rsis, and in what kind of Karsyan. The methodology used in this study was conducted in two steps; that is data collection and analysis. The data collection was including observation and literature review. The data analysis was using qualitative analysis with symbol theory. The result of this study showed that based from the old heritages it was indicated that the Karsyan of Mandala Kedewaguruan. The life of the Rsi at Sukuh Temple was related to foods and drinks. They utilized the surrounding area for farming. The harvests are eggplants, coconuts, paddies, and vegetables. In addition, in religious context, the Rsi also did some teaching and learning activities. Keyword : Temple Sukuh, Karsyan, Rsi, Activities. ABSTRAK Kajian tentang Candi Sukuh cukup banyak dilakukan, namun hingga saat ini belum menyentuh pada eksistensinya sebagai tempat kegiatan kaum Rsi.
    [Show full text]
  • Summer Adventures
    TRAVEL | SUMMER ADVENTURES 100 | TRAVELITE TRAVEL | SUMMER ADVENTURES ELEMENTS OF ASIA With adrenaline-pumping adventures set in mind-blowing locations, these thrilling journeys are well beyond your usual tours. So leave your inhibitions behind and discover the wild side of the world – and yours too – as you become one with the elements. WORDS BY TIM RUSSELL TRAVELITE | 99 TRAVEL | SUMMER ADVENTURES EARTH The landlocked Himalayan kingdom of Bhutan is one of Asia’s most mysterious and quirky destinations, and one that is fully determined to hang on to its unique character – progress is measured in Gross National Happiness rather than GDP; there’s an annual limit on the number of tourist visitors; and the locals wear national dress out of habit rather than for show. It’s a truly charming country. You can, of course, view Bhutan’s spectacular scenery and welcoming towns from the comfort of a private car, but to truly immerse yourself in the country’s landscapes, there’s no better way than to strap on your walking boots and get trekking. Ultra-luxe tour operator Remote Lands makes this easy with a wide range of programmes, including the six-day Druk Path Trek. On the one hand, it’s pretty tough going – you’ll be trekking up to 11 mi a day at altitudes reaching 12,700 You’ll finish off in the friendly capital Thimphu, before ft – so you’ll need to be physically fit. But all that effort heading to Paro Airport, making it easy to extend your trip is well worth it when you consider the sights that lie in by visiting connecting countries such as India or Thailand.
    [Show full text]
  • Gambaran Umum Dan Kondisi Wilayah Kabupaten Malang
    Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) KABUPATEN MALANG 2011-2015 Bab 6 Gambaran Umum dan Kondisi Wilayah Kabupaten Malang 6.1. Profil Geografi 6.1.1. Posisi Geografis Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan koordinat 112° 17’ 10,9” - 112° 57’ 0,0” Bujur Timur dan 7° 44” 55,11” - 8° 26’ 35,45” Lintang selatan. Luas wilayah Kabupaten Malang adalah 334.787 Ha, terdiri dari 33 Kecamatan yang tersebar pada wilayah perkotaan dan perdesaan. Kabupaten Malang terletak antara 0 - 2000 m dpl. Wilayah datar sebagian besar terletak di Kecamatan Bululawang, Godanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran dan Pakisaji, serta sebagian Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis, Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo, Bantur, Ngajum dan Gedangan. Wilayah bergelombang terletak diwilayah Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Daerah yang terjal atau perbukitan sebagian besar terletak di Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon, Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading, dan Tirtoyudo, sedangkan secara administrasi batas-batas wilayah Kabupaten Malang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Jombang, Mojokerto, dan Pasuruan Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo dan Lumajang Sebelah Selatan : Samudra Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kediri 6.1.2. Kondisi Topografis Kabupaten Malang berada didaerah pegunungan yang kondisi topografinya dipengaruhi oleh Pegunungan Tengger yang berada disebelah timur, Gunung Kawi dan Kelud berada disebelah barat serta Gunung Arjuna dan Welirang dibagian utara. Bagian wilayah kabupaten yang berada pada wilayah pinggiran, topografinya dipengaruhi oleh pegunungan. Keadaan topografi tersebut dapat digambarkan melalui kelerengan beberapa wilayah, diantaranya adalah : BAB.2-1 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) KABUPATEN MALANG 2011-2015 1. Kecamatan Tajinan, Turen, Bululawang, Gondanglegi, Pakisaji, Kepanjen dan Pagelaran dengan luas 52.607,78 Ha (15,71 %) dari luas Kabupaten Malang seluruhnya, merupakan wilayah yang memiliki kelerengan 0 - 2 %.
    [Show full text]
  • Final Report: Baseline Survey for Waste- To-Energy Pilot in Malang City
    June 8 Final Report: Baseline Survey for Waste- to-Energy Pilot in Malang City Member of Indonesia Solid Waste Association Dini Tr t h Dir e G e d u n g I S P l a z a , 5 F l o o r – R o o m 5 0 4 J L P r a m u k a R a y a K a v 1 5 0 , J a k a r t a T i m u r 1 3 1 2 0 T : + 6 2 2 1 2 9 6 1 3 9 3 3 F : + 6 2 2 1 2 9 6 1 3 9 8 1 s w i @ s w - i n d o . c o m , w w w . s w - i n d o . c o m Hp : 0817867032 Email : dtrisyanti@sustainab Website : sustainablewaste.co. Office : Jl. Angkasa I No: 7 Halim Per Table of Contents List of Abbreviation................................................................................................ i Introduction ......................................................................................................... ii Part I – Context and Background ........................................................................... 1 1.1 City Profile........................................................................................................1 1.2 Municipal Waste Collection Method ...............................................................3 1.3 Formal Waste Collection: Organizational Waste Collection: Organizational and Structure ...................................................................................................5 1.4 Waste Collection Tools ....................................................................................6 1.5 Waste Treatment Facilities ..............................................................................7 1.6 Existing Waste Separation Practices and
    [Show full text]