BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kereta Api Merupakan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kereta api merupakan moda transportasi yang banyak diminati banyak kalangan karena daya angkutnya yang memliki kapasitas besar, hemat energi dan juga ramah lingkungan sehingga suatu keharusan untuk dipertahankan tentunya dengan perawatan serta peningkatan pelayanan publik yang baik dan benar. Kereta api tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Kereta api perlu dikembangkan potensinya serta ditingkatkan peranannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tentunya dalam menikmati moda transportasi kereta api tersebut haruslah dikenakan tarif. Pedoman perhitungan dan penetapan tarif kereta api telah diatur dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Dan Peraturan Menteri. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Bab XI Bagian Keenam mengatur tentang tarif angkutan kereta api sebagai angkutan masal terkait dengan tarif angkutan orang yaitu : (1) Pasal 151 ayat (2) menyatakan bahwa pedoman tarif angkutan orang dan tarif angkutan barang ditetapkan oleh Pemerintah. 1 (2) Pasal 151 ayat (3) menyatakan bahwa pedoman penetapan tarif angkutan berdasarkan perhitungan modal, biaya operasi, biaya perawatan, dan keuntungan. (3) Pasal 152 (1) menyatakan bahwa Tarif angkutan orang ditetapkan oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dengan memperhatikan pedoman tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (2). (4) Pasal 152 ayat (2) menyatakan bahwa tarif angkutan orang dapat ditetapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah untuk : a. Angkutan pelayanan kelas ekonomi; dan b. Angkutan perintis. (5) Pasal 153 ayat (1) menyatakan bahwa untuk pelayanan kelas ekonomi, dalam hal tarif angkutan yang ditetapkan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152 ayat (2) huruf a lebih rendah daripada tarif yang dihitung oleh penyelenggara sarana perkeretaapian berdasarkan pedoman penetapan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah, selisihnya menjadi tanggung jawab Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam bentuk kewajiban pelayanan publik. Penetapan tarif kereta api yang demikian harus bedasarkan oleh Asas- Asas dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 sebagaimana diterangkan dalam pasal 2 yang memuat diantaranya Asas Keseimbangan dan Asas Keadilan. Asas Hukum tersebut merupakan bagian penting dalam menjalankan perintah Undang-Undang, sebab Asas masuk dalam staat fundamental norm daripada Undang-Undang tersebut. Seperti halnya yang 2 diungkapan oleh The Liang Gie “Asas Hukum merupakan suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum tanpa menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaannya, yang diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu”.1 Kemudian dari fungsi asas hukum dalam hukum adalah mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan) serta mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.2 Dalam Penetapan tarif oleh PT. KAI terdapat berbagai jenis klasifikasi yaitu tarif untuk jenis ekonomi, bisnis, eksekutif namun yang menjadi fokus penulis adalah jenis kereta api lokal ekonomi di stasion Malang kota Baru untuk KA DHOHO PENATARAN jurusan Malang-Tulungang atau Tulungagung-Malang. sebelumnya perlu diketahu bahwa jalur Kereta Api Dhoho adalah Surabaya, Sepanjang, Krian, Mojokerto, Jombang, Kertosono, Kediri, Tulungagung dan terakhir Blitar. Pada nomor kereta api 419, 421 dan 423 setelah sampai Stasiun Blitar menjadi kereta api Penataran. Karena rutenya dari Blitar ke Surabaya lewat Malang.3 yang mana harga Tiket Kereta Api Dhoho dibagi menjadi 3 tarif, pertama Surabaya Mojokerto 10.000, Surabaya Kertosono 12.000, Surabaya Blitar 15.000. Misalkan dari Surabaya ke Jombang berarti tarifnya 12.000. Dari Surabaya ke Kediri Rp 15.000 tarif 1 Mgid, Pengertian, Fungsi dan Macam Macam Asas Hukum, http://pengertian pakar.com, akses 23/03/2018 2 Ibid. 3 Indonesia railway, harga tiket dan jadwal kerata api, Http://Hargatiket.web.id, diakses tanggal 20/01/2018 3 berlaku juga sebaliknya.4 harga tersebut harus dibayar pas kepada penikmat jasa atau konsumen kereta api dalam keadaan bertempat duduk maupun tidak bertempat duduk. Berdasarkan nilai atau tarif dari harga tiket merupakan harga yang cukup murah bagi pengguna kerata api dalam kelas ekonomi, namun yang menjadi permasalahan adalah harga yang diberikan oleh PT. KAI untuk yang tidak bertempat duduk. pasalnya tidak ada ketentuan lain yang mengkhususkan penikamat jasa kereta api yang tidak bertempat duduk harus membayar kurang dari harga yang sudah ditentukan diatas tidak kurang dan tidak lebih, artinya harga yang sama namun berbeda fasilitas yang dinikmati, sebut saja tiket Kerata Api Dhoho-Penataran tujuan Malang-Tulungagung dan sebaliknya untuk harga tiket adalah Rp. 15.000 (lima belas ribu rupiah) untuk sekali jalan. harga demikian harus dibayar penuh oleh pengguna moda transportasi kerta api yang nantinya mendapatkan tempat duduk maupun tidak bertempat duduk. meskipun juga pembelian tiket kerata api dimunculkan informasi oleh petugas loket bahwa jam sekian untuk pemberangkatan ke tujuan kota ini tidak ada kursi duduk. demikian ini bertentangan dua Asas yaitu Asas Keadilan Dan Asas Keseimbangan yang ada dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. Asas keadilan dalam Perkertapian menyebutkan bahwa Perkeretaapian harus dapat memberi pelayanan kepada segenap lapisan masyarakat dengan 4 Ibid. 4 biaya yang terjangkau serta memberi kesempatan berusaha dan perlindungan yang sama kepada semua pihak yang terlibat dalam perkeretaapian. dalam penjelasan Asas tersebut mengisyaratkan secara implisit bahwa harus terdapat keadilan dalam memberlakukan tarif yang mana tarif tersebut harus terjangkau oleh masyarakat, dan dilanjutkan dengan perlindungan yang sama oleh semua pihak yang terlibat dalam pereketaapian dalam hal ini tidak dijelaskan secara mendetail siapa yang dimaksudkan pihak, namun secara implisit pula masyakat merupakan bagian dari pihak yang dimaksudkan dalam Asas keadilan tersebut manakala masyaratkat itu berstatus penikmat jasa yang mengikatkan diri untuk menikmati jasa keretapai tersebut. Pemberian tiket namun tidak disertai tempat duduk bukan merupakan bagian dalam Asas Keadilan mengingat tarif yang belaku adalah sama, sehingga berkenaan dengan jasa transpoartasi kereta api ini seharusnya menggunakan keadilan seperti yang rumuskan oleh aristoteles yaitu keadilan Destributif yaitu keadilan dengan melihat dan menimbang antara hak dan kewajiban. Selain bertentangan dengan Asas keadilan penentuan tarif juga menciderai Asas keseimbangan. Asas keseimbangan dalam pasal 2 Undang- Undang Perkeretaapian menjelaskan bawah “Perkeretaapian harus diselenggarakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana, kepentingan pengguna jasa dan penyelenggara, kebutuhan dan ketersediaan, kepentingan individu dan masyarakat, antardaerah dan antarwilayah, serta antara kepentingan nasional dan internasional”. Keseimbangan dalam hal ini paling menjadi sorotan adalah kepentingan pengguna jasa dan penyelenggara 5 serta kebutuhan maupun ketersedian menjadi sorotan kedua ketika kepentingan pengguna jasa dengan penyelenggara tersebut tidak mendapatkan keseimbangan pemberlakuan tarif apabila harus dipatok dengan harga yang sama namun berbeda pelayanan, selain itu dalam hal kebutuhan dan ketersedian seorang penikmat jasa membutuhkan tempat duduk dengan tarif harus dibayarkan sama dengan yang lain namun karena dengan alasan ketersedian tempat duduk sudah habis maka penikmat jasa terpaksa harus berdiri selama perjalanan yang menjadi bahaya pula adalah mereka yang tidak bertempat duduk kebanyakan berdiri diantara pintu gerbong yang sangat menggangu penikmat jasa transportasi yang lain. Sehingga penulis berdasarakan latarbelakang diatas membuat tertarik untuk mengkaji dan membahas lebih lanjut serta mengangkat kajian ini dalam suatu bentuk karya ilmiah dengan judul “Implementasi Penetapan Tarif Kereta Api Lokal Ekonomi Kepada Penumpang Tidak Bertempat Duduk Ditinjau Dari Asas Keseimbangan Dan Asas Keadilan Pasal 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian”. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem penetapan tarif kereta api lokal ekonomi ditinjau dari asas keseimbangan dan asas keadilan pasal 2 UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretapian ? 2. Bagaimana implimentasi asas keseimbangan dan keadilan dalam pemenuhan hak-hak penumpang sebagai pengguna jasa tranportasi kereta api yang tidak bertempat duduk ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan tentunya memiliki tujuan-tujuan tertentu. Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Menganalisa dan mengetahui sistem penetapan tarif kereta api lokal ekonomi ditinjau dari asas keseimbangan dan asas keadilan pasal 2 UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretapian 2. Menganalisa dan mengetahui implementasi asas keseimbangan dan asas keadilan dalam pemenuhan hak penumpang sebagai penikmat jasa transportasi kereta api yang tidak bertempat duduk untuk rute Malang- Tulungagung. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis 7 Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baik kalangan akademis