Bab 3 Waruga Dalam Budaya Minahasa, Pembangunan Dan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab 3 Waruga Dalam Budaya Minahasa, Pembangunan Dan BAB 3 WARUGA DALAM BUDAYA MINAHASA, PEMBANGUNAN DAN PERLAWANAN SOSIAL DI SULAWESI UTARA Dalam bab ini penulis akan membahas tentang temuan hasil penelitian terkait dengan resistensi masyarakat Minahasa terhadap desakralisasi situs suci Waruga atas nama pembangunan di Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Deskripsi hasil penelitian ini akan diawali dengan uraian gambaran umum Desa Kawangkoan dan Desa Kuwil serta sejarah dan tradisi Waruga di Minahasa. 3.1 Gambaran Umum Desa Kawangkoan 3.1.1 Sejarah Singkat Desa Kawangkoan1 Berdasarkan penelitian, ada dua versi terkait dengan sejarah Desa Kawangkoan. Versi pertama, secara historis, ada sepasang suami dan istri yang berasal dari Walantakan Kembuan (Tonsea Lama) hendak mencari tempat untuk dijadikan pemukiman. Dalam perjalanan, mereka harus menyusuri tepi aliran sungai Tondano dan harus mendaki pegunungan yang bernama kero-kero. Ketika sampai puncak, mereka melihat suatu tanah datar yang sangat luas. Kemudian, mereka membuat sebuah patung batu di tepi tanah datar itu sebagai tanda serta tempat itu diberi nama Kina'engkoan yang artinya setelah melihat tanah datar. Lalu, sepasang suami dan istri tinggal di tempat tersebut. Berpuluh-puluh tahun lamanya, semakin banyak penduduk yang menempati kampung Kina'engkoan. Adapun seorang yang pandai dalam kampung tersebut bernama Makalow sekaligus juga adalah Kepala Balak atau yang sekarang ini disebut sebagai Kepala Distrik. Daerah kepemimpinannya yakni dari seluruh Kalawat sampai ke Lekepan 1 Arsip Desa Kawangkoan, diambil di Kantor Pemerintahan Desa Kawangkoan, Minahasa Utara. 44 (Likupang). Dalam masa kepemimpinannya, nama Kina'engkoan menjadi Kinawangkoan yang berarti kampung yang kecil telah terbit seorang pandai yang menjadi besar (wangke). Pada tahun 1845 terjadi peristiwa kebakaran besar di perkampungan tua sehingga penduduk harus berpindah ke tempat yang sekarang ini. Peristiwa tersebut terjadi pada zaman kepemimpinan Kepala Desa (Hukum Tua) yang bernama Paulus Rotinsulu. Kepindahan penduduk meninggalkan kubur Opo Makalow yang kemudian dipugar oleh Gubernur Muda Drs. H. R. Ticoalu pada tahun 1966. Penghidupan masyarakat saat itu bercocok tanah jagung, padi dan kelapa.2 Adapun versi kedua, para leluhur telah membangun Waruga sekaligus juga memberi nama tempat itu, yaitu Wanua ure Kina-angko‟an dan Wanua Ure Pinandeian.3 Tempat itu diyakini bukan hanya sekedar tempat pemukiman, tetapi tempat bagi para leluhur melakukan ritual ungkapan syukur karena telah berjuang dan memenangkan peperangan dari penjajahan. Nama „Kina-angko'an‟ terkait dengan kisah para leluhur dahulu ketika menemukan pemukiman tersebut. Nama itu jika dieja dalam bahasa Melayu Manado adalah sesampainya terlihat (pe tahoba kasana). Kata Kina-angko‟an yang kemudian menjadi Kawangkoan terkait dengan kisah tentang para leluhur yang mencari hunian baru. Menurut informan, perjalanan para leluhur untuk mendapatkan pemukiman tidaklah mudah. Mereka harus menyusuri sungai dan lembah, mendaki bukit dan melewati jurang. Ketika sampai puncak, para leluhur melihat tanah yang rata, lalu mereka memutuskan untuk menjadikan tempat itu sebagai pemukiman. Ungkapan Kina-angko‟an 2 Rignolda Djamaluddin, Kabupaten Minahasa Utara: Profil: Sejarah dan Potensi Unggulan Desa, (Manado: Pusat Pengelolaan dan Pengembangan Kuliah Kerja Nyata Terpadu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unsrat, 2016) 157 3 Wanua berarti kampung atau negeri, sedangkan ure berarti tua. 45 mengekspresikan pandangan bahagia dan teriakan sukacita para leluhur karena telah menemukan tempat tersebut. Dataran itu tidak hanya rata tetapi memungkinkan bagi kelanjutannya sebagai sebuah pemukiman yang layak bagi suatu negeri. Ungkapan ini juga menandai persetujuan Tuhan Semesta Alam (Empung Wailan Wangko)4 oleh para leluhur melalui tanda “Kuwil” dari bilangan “Manguni”. Itulah kawasan Wanua ure Kina-angko‟an, tempat puluhan Waruga berada.5 Selain itu terkait dengan penelitian, perlu juga dijelaskan mengenai Pinandeian karena bukit itu berada di wilayah Desa Kawangkoan dan tempat adanya Waruga. Pinandeian yang berarti tempat para orangtua yang cerdas (tempat jadi pande atau pintar). Pinandeian juga adalah tempat masyarakat dididik ketika hendak berperang.6 3.1.2 Keadaan Geografis Desa Kawangkoan adalah salah satu desa dari wilayah Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara yang terletak 1 km ke arah Timur dari kota Kecamatan. Desa Kawangkoan mempunyai luas wilayah seluas ± 270 hektar. Desa Kawangkoan berbatasan dengan: - Sebelah Utara : Desa Kolongan; - Sebelah Selatan : Desa Kolongan Suwaan dan Sukur; - Sebelah Timur : Kali Tondano, Desa Kuwil, Kaleosan; - Sebelah Barat : Desa Kalawat, Kawangkoan Baru.7 4 Istilah Empung Wailan Wangko merupakan istilah yang lama. Istilah ini kemudian mengalami transformasi, yakni dengan istilah Opo Empung. Kedua istilah itu memiliki esensi yang sama. 5 Hasil Wawancara dengan Freddy Wowor (Budayawan Minahasa), 11 Juli 2019, pukul 18:18 WITA, di Sonder, Minahasa. 6 Hasil Wawancara dengan Jan Wurangian (Ketua Lembaga Adat Kewalakan Tonsea Lawat), 10 Juli 2019, pukul 12:18 WITA, di Watutumou, Minahasa Utara 7 Arsip Desa Kawangkoan, diambil di Kantor Pemerintahan Desa Kawangkoan, Minahasa Utara. 46 Tabel 1. Pola Tata Guna Lahan Desa Kawangkoan No. Lahan Luas (ha) 1. Bangunan/Pekarangan 55 ha 2. Ladang Pekuburan 1 ha 3. Sawah 25 ha 4. Hutan8 - 5. Perkebunan 315 ha 6. Perkantoran 56 m² Sumber: Arsip dari Kantor Desa Kawangkoan, Minahasa Utara. 3.1.3 Kependudukan Berdasarkan Data Pemerintah Desa, jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi berjumlah 1.815 jiwa tahun 2019. Secara rinci jumlah penduduk pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Jumlah Penduduk JUMLAH JIWA JUMLAH JAGA L P Total KK 1 130 132 262 79 2 117 130 247 80 3 163 156 319 85 4 181 193 374 102 5 123 128 251 85 6 172 193 365 89 Sumber: Arsip dari Kantor Desa Kawangkoan, Minahasa Utara. 3.1.4 Mata Pencaharian Secara umum kondisi perekonomian Desa Kawangkoan ditopang oleh beberapa mata pencaharian warga masyarakat dan dapat teridentifikasi ke dalam beberapa bidang mata pencaharian, seperti petani, buruh, PNS/TNI/Polri, karyawan swasta, pedagang, wirausaha, pensiunan, buruh bangunan/tukang, 8 Hutan yang ada di Desa Kawangkoan sedang diratakan karena proses pembangunan Waduk dan Jalan Tol sehingga pemerintah Desa Kawangkoan belum bisa memastikan luas hutan yang tersisa atau bahkan sudah tidak ada hutan sama sekali di Desa ini nantinya. 47 peternak, dan lain-lain. Secara khusus di bidang pertanian, masyarakat belum memakai alat teknologi yang memadai untuk membantu dalam proses menanam sehingga masih secara manual. Tabel 3. Perkembangan Jumlah Penduduk Desa Kawangkoan Menurut Mata Pencaharian. No. Pekerjaan Jumlah 1. Petani 159 2. Buruh Tani 129 3. Peternak 4 4. Pedagang 26 5. Perawat 2 6. Wirausaha 11 7. Karyawan Swasta 67 8. PNS 44 9. TNI/POLRI 2 10. Pensiunan 2 11. Tukang Bangunan 11 12. Sopir/Ojek 13 Sumber: Arsip dari Kantor Desa Kawangkoan, Minahasa Utara. Selain itu, lahan kebun di Desa Kawangkoan banyak ditanami pisang dan palawija. Kedua komoditi pertanian tersebut masih menjadi andalan petani di desa ini, dan dapat dikembangkan. Selain kedua komoditi tersebut, pepaya banyak dihasilkan dari perkebunan di desa ini. Potensi lain yang dimiliki oleh Desa Kawangkoan berupa pabrik minyak kelapa. 3.1.5 Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan masyarakat Desa Kawangkoan dapat dijabarkan sebagaimana tabel di bawah ini: 48 Tabel 4. Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah TK/PAUD 39 orang Sekolah Dasar (SD) 208 orang Sekolah Menengah Pertama 84 orang (SMP/SLTP) SMA/SMK 67 orang D2 – D4 2 orang S1 – S3 29 orang Tidak Sekolah9 161 orang Sumber: Arsip dari Kantor Desa Kawangkoan, Minahasa Utara. 3.1.6 Sistem Pemerintahan Berikut ini nama-nama Kepala Desa (Hukum Tua10) yang telah bertugas dalam pemerintahan Desa Kawangkoan, Minahasa Utara: 9 Di Desa ini banyak anak-anak (seumuran SD) yang tidak sekolah disebabkan karena tingkat perekonomian dari keluarga yang rendah dan anak-anak memilih untuk membantu orangtua mereka di Kebun. Namun ada juga keluarga yang memiliki tingkat perekonomian yang baik, namun anak-anak mereka tidak berminat untuk sekolah – Hasil Wawancara dengan Anggreifi Manikome (Masyarakat Lokal Desa Kawangkoan), 05 Agustus 2019, pukul 14:30 WITA, di Desa Kawangkoan. 10 Sebutan Hukum Tua digunakan pada abad ke-18 dan awal abad ke-19 di samping sebutan Walak. Sejak tahun 1825, sebutan Hukum Tua adalah sebutan resmi untuk seorang Kepala desa atau Kepala kampung – lih. F. S. Watuseke, Sejarah Minahasa, (Manado: Yayasan Penerbitan Merdeka, 1962) 65 49 Tabel 5. Nama-nama Kepala Desa Kawangkoan No. Nama Kepala Desa Masa Jabatan 1. Paulus Rotinsulu - 2. Pontororing Wagiu 1845 – 1869 3. Bastianus Mandey - 4. Manuel Wariki 1869 – 1911 5. Hermanus Sumeisey 1911 – 1927 6. Alexander Andries Ticoalu 1927 – 1950 7. Samuel Hein Ticoalu 1950 – 1952 8. Bastian E. T. Gerung 1953 – 1959 9. Herling M. Rotinsulu 1959 – 1962 10. Frederik M. Pangemanan 1962 – 1964 11. Tayu Wellem Korah 1964 – 1965 12. Hendrik D. Rotinsulu 1981 - 1983 13. Petrus Dumanauw 1972 – 1976 14 Alex R. Wagiu 1976 – 1981 15. Hendrik D. Rotinsulu 1981 – 1983 16. Jopie Ticoalu 1983 – 1996 17. Tinneke Dumanauw 1996 – 2006 18. Franky Sigarlaki 2006 – 2013 19. Paulus Kodong 2013 – Sekarang Sumber: Arsip dari Kantor Desa Kawangkoan, Minahasa Utara. 3.1.7 Kehidupan Sosial, Budaya dan Agama Dalam kehidupan sosial di Desa Kawangkoan, masyarakat biasanya berbahasa Tonsea, Manado, Sangihe, serta bahasa Indonesia. Kebanyakan masyarakat didominasi oleh masyarakat yang berasal dari
Recommended publications
  • Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Utara Nomor 01 Tahun 2013
    PERATURAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA UTARA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN 2013-2033 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MINAHASA UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Minahasa Utara dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan memelihara ketahanan nasional, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Utara merupakan arahan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi pembangunan yang akan dilaksanakan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; dan d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Utara dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perubahan kedua; 2. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Utara di Provinsi Sulawesi Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4343); 3. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4.
    [Show full text]
  • Masyarakat Kesenian Di Indonesia
    MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Muhammad Takari Frida Deliana Harahap Fadlin Torang Naiborhu Arifni Netriroza Heristina Dewi Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara 2008 1 Cetakan pertama, Juni 2008 MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Oleh: Muhammad Takari, Frida Deliana, Fadlin, Torang Naiborhu, Arifni Netriroza, dan Heristina Dewi Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Dilarang memperbanyak buku ini Sebahagian atau seluruhnya Dalam bentuk apapun juga Tanpa izin tertulis dari penerbit Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ISSN1412-8586 Dicetak di Medan, Indonesia 2 KATA PENGANTAR Terlebih dahulu kami tim penulis buku Masyarakat Kesenian di Indonesia, mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini pada tahun 2008. Adapun cita-cita menulis buku ini, telah lama kami canangkan, sekitar tahun 2005 yang lalu. Namun karena sulitnya mengumpulkan materi-materi yang akan diajangkau, yakni begitu ekstensif dan luasnya bahan yang mesti dicapai, juga materi yang dikaji di bidang kesenian meliputi seni-seni: musik, tari, teater baik yang tradisional. Sementara latar belakang keilmuan kami pun, baik di strata satu dan dua, umumnya adalah terkonsentasi di bidang etnomusikologi dan kajian seni pertunjukan yang juga dengan minat utama musik etnik. Hanya seorang saja yang berlatar belakang akademik antropologi tari. Selain itu, tim kami ini ada dua orang yang berlatar belakang pendidikan strata dua antropologi dan sosiologi. Oleh karenanya latar belakang keilmuan ini, sangat mewarnai apa yang kami tulis dalam buku ini. Adapun materi dalam buku ini memuat tentang konsep apa itu masyarakat, kesenian, dan Indonesia—serta terminologi-terminologi yang berkaitan dengannya seperti: kebudayaan, pranata sosial, dan kelompok sosial.
    [Show full text]
  • POTENTIALS and INVESTMENT OPPORTUNITIES GOVERNOR VICE GOVERNOR OLLY DONDOKAMBEY, SE Drs
    GOVERNMENT OF NORTH SULAWESI PROVINCE POTENTIALS AND INVESTMENT OPPORTUNITIES GOVERNOR VICE GOVERNOR OLLY DONDOKAMBEY, SE Drs. S. O. KANDOW NORTH SULAWESI IN THE WORLD MAP GENERAL INFORMATION 1. Geography The Province of North Sulawesi is located in Northern Peninsula of Sulawesi Island, and constitutes one of the three (3) Provinces in Indonesia which located in Northern part of Khatulistiwa Line (equator line), Two other Provinces are; South Sulawesi Province and Aceh Province. On the geographical position perspective, North Sulawesi Province is located between 0.300 – 4.300 North Latitude and 1210-1270 East Longitude. Barang ALKI I ALKI II ALKI III 2. Territory Length and Division 15,272.44 km2 area is spacious, has 4 cities and 11 regancies. Most of the land area consists of mountains, hills and valleys. Height from sea level is varied 0 - > 1,000 meters. Barang Bukit Doa, Tomohon 3. Climate North Sulawesi is a tropical area that is affected by the wind muzon. In November to April the West wind blows that brought rain on the north coast , while in May to October there is a change of dry southerly winds. The average rainfall ranges from 2000-3000 mm per year, and the number of rainy days between 90-139 days. Temperatures range from 20 0C - 32 0C. Barang Mount Lokon , Tomohon Pulau Bunaken 4. Demography Total population of 2.54725 million people, scattered in the regancy/city as follows : REGANCIES/CITIES POPULATION KOTA MANADO 484.744 KOTA BITUNG 223.980 KOTA TOMOHON 97.775 KOTA KOTAMOBAGU 123.623 KAB. MINAHASA UTARA 222.062 KAB.
    [Show full text]
  • Risk and Policy in Indonesian Toll Road Development: from the Perception of Public and Private Sector Study Case of Pandaan – Malang & Manado - Bitung
    Risk and Policy in Indonesian Toll Road Development: from the Perception of Public and Private Sector Study Case of Pandaan – Malang & Manado - Bitung A Research Paper presented by: Fadil Arif Nadia (Indonesia) in partial fulfilment of the requirements for obtaining the degree of MASTER OF ARTS IN DEVELOPMENT STUDIES Major: Governance, Policy and Political Economy (GPPE) Specialization: (delete if not applicable) Public Policy and Management Members of the Examining Committee: Dr. Sunil Tankha (Supervisor) Dr. Joop de Wit (Reader) The Hague, The Netherlands December 2016 ii iii Contents List of Tables vi List of Figures vi List of Maps vi List of Appendices vi List of Acronyms vii Acknowledgements viii Abstract ix Chapter 1 Introduction 1 A. Backgrounds 1 B. Problem Statement 2 C. Objectives of the study 3 D. Research question 4 E. Methodology 4 F. Scope and Limitation 5 Chapter 2 Literature Review and Analytical Framework 7 A. Public Private Partnership 7 B. Risk 9 Concept of Risk 9 Risk Allocations 10 Risk in Toll Road 11 C. Government Guarantee 13 D. Institutions 14 Chapter 3 Toll Road Development in Indonesia 15 A. Toll Road in Indonesia 15 B. Toll Road Policy Reform in Indonesia 16 C. Toll Road Company (PT. Jasamarga) 18 Chapter 4 Government Guarantee of Toll Road in Indonesia 21 A. Government Guarantee in Indonesia 21 B. Mechanism and Implementation of Toll Road Government Guarantee 22 C. Stakeholders Mapping 25 Rules-in-use 26 The Action Arena 26 iv D. Case Study 31 4.2.1 Pandaan Malang 31 4.2.2 Manado Bitung 32 Chapter 5 Findings & Analysis 34 A.
    [Show full text]
  • JM Update FY 2016
    Jasa Marga Update FY 2016 1 List of Content 3 Company in Brief 9 Toll Road Industry in Indonesia 12 Jasa Marga’s Strategic Projects 18 Funding Strategy 22 Financial Highlights 2 I COMPANY IN BRIEF Proven Track Record in Indonesian Toll Road Business Leading toll road operator in Indonesia with 38 years of experience. Start 1978 1983 1984 1986 1987 1988 1990 1991 1998 2001 2003 2009 2011 2013 2014 2015 2016 Operation BORR (Section 2 & 3)(2) Jagorawi Cipularang JORR W2 North Surabaya- Padaleunyi Palikanci (4) (Section 1-4)(2) Gempol- Gempol (2) Jakarta- Surabaya- Pasuruan Ulujami- Bogor Outer Semarang Cikampek Ring Road Mojokerto Pondok Aren (Section 4)(2) Semarang- Belmera BORR Semarang-Solo Solo(2) Jakarta Outer (Section 1)(2) (Section 2)(2) Ring Road Cengkareng- Jakarta-Tangerang (2) (JORR) Gempol- Kunciran (2) Surabaya-Mojokerto Pandaan Kunciran-Serpong(2) Prof. Dr. Ir. (Section 1A)(2) Sedyatmo Jakarta Inner Surabaya-Mojokerto(2) Ring Road (JIRR) Toll Road (1) Semarang-Solo BORR Medan-Kualanamu- Concessions (2) Tebing Tinggi(2) (Section 1)(2) (Section 2A) Solo-Ngawi(2) Ngawi-Kertosono(2) Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa(2) Cinere-Serpong(2) Semarang-Batang(2) Pandaan-Malang(2) Balikpapan-Samarinda(2) Manado-Bitung(2) Jakarta-Cikampek II Elevated(2) Number of 1 2 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18 19 19 31 Concessions Total Length (km) under Corresponding 59 84 131 223 246 329 394 437 463 469 527 531 544 554 576 590 593 1.260 Concessions(3) Note: (1) Jakarta Inner Ring Road (JIRR) is comprised of the Cawang-Tomang-Pluit concession granted to Jasa Marga and Cawang-Tanjung Priok-Pluit concession granted to CMNP.
    [Show full text]
  • KAJIAN DENSITAS DAN POLA PERGERAKAN DI KECAMATAN AIRMADIDI Rionald Jourdan Katuuk1, Sonny Tilaar², & Ingerid L
    Jurnal Spasial Vol 5. No. 2, 2018 ISSN 2442 3262 KAJIAN DENSITAS DAN POLA PERGERAKAN DI KECAMATAN AIRMADIDI Rionald Jourdan Katuuk1, Sonny Tilaar², & Ingerid L. Moniaga3 1Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado 2 & 3Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak. Kabupaten Minahasa Utara memiliki posisi Geostrategi yang cukup baik, karena terletak di antara Kota Manado dan Kota Bitung sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan wilayah Kabupaten Minahasa Utara, Airmadidi mengalami perkembangan yang relatif cepat bila dibandingkan dengan daerah - daerah di sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi densitas kepadatan dan pola pergerakan di Kecamatan Airmadidi dan menganalisis densitas kepadatan dan pergerakan harian masyarakat di Kecamatan Airmadidi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian, kelurahan dengan densitas kepadatan tinggi yaitu Kelurahan Tanggari (120 Jiwa/ha) dan Kelurahan Sampiri (114 Jiwa/ha). Kelurahan dengan kepadatan sedang yaitu Kelurahan Sawangan (75 Jiwa/Ha), Kelurahan Airmadidi Atas (51 Jiwa/Ha), Kelurahan Rap – Rap (54 Jiwa/Ha), Kelurahan Sarongsong Satu (65 Jiwa/Ha) dan Kelurahan Sarongsong Dua (74 Jiwa/Ha). Sedangkan Kelurahan dengan kepadatan rendah Kelurahan Airmadidi Bawah (49 Jiwa/Ha) dan Kelurahan Sukur (25 Jiwa/Ha) sedangkan Pola pergerakan harian masyarakat Kecamatan Airmadidi rata - rata yaitu melakukan perjalanan ke tempat kerja. Lokasi tempat kerja rata – rata radius berada pada Kecamatan Airmadidi namun ada juga yang bekerja di Kota Manado dan Kota Bitung. Tidak hanya bekerja namun masyarakat juga ada yang pergi berbelanja. Lokasi tempat berbelanja yaitu di Pasar yang berlokasi di Kelurahan Sarongsong I. Namun ada 1 desa yang memilih berbelanja di Pasar Tondano dikarenakan lokasi desa yang berjarak ± 12 kilometer dari Pasar Sarongsong I yaitu Desa Tanggari.
    [Show full text]
  • Menteri Basuki Instruksikan Konstruksi Tol Manado-Bitung Dikebut
    Rilis PUPR #1 15 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/559 Menteri Basuki Instruksikan Konstruksi Tol Manado-Bitung Dikebut Manado–Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menginstruksikan agar kontraktor pembangunan Jalan Tol Manado-Bitung sepanjang 39 km menambah peralatan dan tenaga kerja serta memaksimalkan pekerjaan pada lahan yang sudah bebas karena progres pembebasan lahan secara keseluruhan sudah mencapai 75,86 persen. Menurutnya konstruksi ruas tol ini juga dapat selesai lebih cepat mengingat kondisi tanahnya tidak membutuhkan penanganan khusus seperti pada beberapa ruas tol di Trans Sumatera dan Trans Jawa. Tol Manado-Bitung merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meningkatkan konektivitas sehingga akan menurunkan biaya logistik. Tol ini ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2019. Kehadiran Tol Manado-Bitung yang menghubungkan Kota Manado ke Pelabuhan Internasional Bitung sudah sangat ditunggu masyarakat karena lalu lintas di jalan arteri nasional kerap terjadi kemacetan dan rawan kecelakaan lalu lintas. Kemacetan mengakibatkan waktu tempuh meningkat tajam terutama pada jam sibuk. Bila beberapa tahun sebelumnya, waktu tempuh Manado - Bitung dan sebaliknya sekitar 45 menit, namun saat ini membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam. "Kehadiran Tol Manado-Bitung meningkatkan kelancaran akses Pelabuhan Internasional Bitung sebagai salah satu pintu ekspor impor bagi kawasan Indonesia bagian timur. Hal ini akan mempersingkat lalu lintas barang dan jasa yang sebelumnya harus melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Ini juga akan mendukung perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung,” kata Menteri Basuki saat melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Sulawesi Utara dimana salah satunya meninjau pembangunan Tol Manado-Bitung, Selasa (14/11/2017).
    [Show full text]
  • Studi Kasus: Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Dan Kota Kotamobagu)
    Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018 : 241 - 246 KAJIAN BATAS PENGARUH KOTA TERHADAP WILAYAH SEKITARNYA (STUDI KASUS: KOTA MANADO, KOTA BITUNG, KOTA TOMOHON, DAN KOTA KOTAMOBAGU) Anna Maria Watung Supit O. Esry H. Laoh Melissa L. G. Tarore ABSTRACT This study aims to find out how far the limits of city influence on the surrounding area (case study: Manado City, Bitung City, Tomohon City, and Kotamobagu City). The data used in this research is secondary data. The variables measured in this study include population (soul) and distance (km). In this research the analysis used is Breaking Point. The study took place from October to April starting from preparation, data collection, to the production of research results. The location of the research was conducted in Manado City. The results showed that the development of City Region (BWK) of Manado City, Bitung, Tomohon, and Kotamobagu, has different influence limits. BWK Manado City Center has a stronger boundary of influence over Airmadidi, Tondano Utara, Bitung and Amurang areas. BWK Bitung City Center has stronger limits of influence, especially on Kauditan and Airmadidi areas. While the area of Manado has lower influence limits. The limits of influence of BWK Tomohon City Center have a stronger boundary effect on North Tondano and Sonder areas. While the area of Manado has lower influence limits. Similarly, the Influence Limits of BWK Kotamobagu City Center has a stronger influence limit on the Amurang and Tutuyan areas. Then the relationship of the four cities shows that Manado City has more influence than Bitung, Tomohon and Kotamobagu.
    [Show full text]
  • Jasa Marga Update 2Q 2017
    Jasa Marga Update 2Q 2017 As of 30 June 2017 List of Content 3 Company in Brief 9 Toll Road Industry in Indonesia 12 Jasa Marga’s Strategic Projects 18 Funding Strategy 22 Financial Highlights 2 I COMPANY IN BRIEF Proven Track Record in Indonesian Toll Road Business Leading toll road operator in Indonesia with 39 years of experience. Start 1978 1983 1984 1986 1987 1988 1990 1991 1998 2001 2003 2009 2011 2013 2014 2015 2016 2017 Operation BORR (Section 2 & 3)(2) Jagorawi Surabaya- Cipularang JORR W2 North Padaleunyi Palikanci (2) Semarang- (4) (Section 1-4) Gempol (2) Jakarta- Surabaya- Solo Ulujami- Bogor Outer Mojokerto Semarang Cikampek Gempol-Pasuruan(2) Pondok Aren Ring Road (Section 4)(2) Belmera Semarang-Solo BORR Gempol- Cengkareng- Jakarta Outer (2) (Section 2)(2) (Section 1) (2) (2) Ring Road Pasuruan Kunciran Jakarta-Tangerang (Section: (JORR) (2) Gempol- Bagil-Rembang) Kunciran-Serpong Surabaya-Mojokerto Pandaan(2) Surabaya-Mojokerto(2) Prof. Dr. Ir. (Section 1A)(2) Jakarta Inner Sedyatmo Medan-Kualanamu- Ring Road (JIRR) (2) Toll Road (1) Tebing Tinggi Semarang-Solo BORR Concessions (2) (Section 1)(2) (Section 2A) Solo-Ngawi(2) Ngawi-Kertosono(2) Nusa Dua-Ngurah Cinere-Serpong(2) Rai-Benoa(2) Semarang-Batang(2) Pandaan-Malang(2) Balikpapan-Samarinda(2) Manado-Bitung(2) Jakarta-Cikampek II Elevated(2) Number of 1 2 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18 19 19 20 31 Concessions Total Length (km) under Corresponding 59 84 131 223 246 329 394 437 463 469 527 531 544 554 576 590 593 600 1.260 Concessions(3) Note: (1) Jakarta Inner Ring Road (JIRR) is comprised of the Cawang-Tomang-Pluit concession granted to Jasa Marga and Cawang-Tanjung Priok-Pluit concession granted to CMNP.
    [Show full text]
  • 107 the Art on Megalitical Relics of Waruga in North
    THE ART ON MEGALITICAL RELICS OF WARUGA IN NORTH MINAHASA Seni Hias Tinggalan Megalitik Waruga di Minahasa Utara Ipak Fahriani Balai Arkeologi Sulut Jalan Pingkan Matindas no. 92, Manado, Sulawesi Utara Email: [email protected] Abstrak Wilayah Minahasa merupakan daerah yang cukup potensial memiliki tinggalan budaya megalitik, salah satunya adalah wadah kubur batu “waruga”, yang tersebar di hampir seluruh bagian wilayah Minahasa. Salah satu keunikan kubur batu waruga ini terletak pada Ragam hias yang terdapat pada bagian wadah dan tutup waruga. Penggambaran ragam hias pada obyek tersebut ternyata memiliki berbagai fungsi, sehingga menarik untuk dikaji bagaimana perkembangan budaya Minahasa melalui ragam hias yang ada di Waruga. Pengumpulan data dalam tulisan ini bersifat deskriptif yang diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap situs Waruga di Minahasa Utara. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, ternyata dapat diperkirakan adanya pengetahuan tentang kepercayaan dan seni yang berkembang pada masa berlangsungnya budaya Megalitik di wilayah ini, sehingga dapat diperoleh gambaran tentang berbagai aktivitas yang pernah terjadi di wilayah Minahasa pada masa lampau. Kata Kunci: Waruga, ragam hias, simbol dan kepercayaan, estetika. I. Introduction North Sulawesi, particularly in I.1 Background Minahasa called "waruga". A prehistoric site showing human The results from data collection migration and cultural spread in North and data description on the megalithic Sulawesi is common. Generally, there site that were found in Minahasa in are settlement sites form that have general indicate the existence of pattern paleolytic-neolithic and megalithic that was spread the potential megalithic characteristics, as well as sites that sites. Research on this object has have neolithic-paleometallic charac- yielded quite diverse information of teristic, including sites that was found various activities in the region at the in Minahasa.
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 383 2nd International Conference on Social Science (ICSS 2019) Community-Based Tourism Development in North Minahasa, North Sulawesi Indonesia 2 3 1Kalvin Salindeho Andaria Recky H. E. Sendouw Erick Lobja Geography Department State Administration Program Departement of Geography Education Faculty of Social Sciences, Universitas Univeristas Negeri Manado Universitas Negeri Manado Negeri Manado Tondano, Indonesia Tondano, Indonesia [email protected] [email protected] Manado, Indonesia [email protected] Abstrak- This study aims to analyze the root of the problem threat of exploitation of coastal and terrestrial resources that of the community’s low participation in tourism activities on threaten the existence of the islands and the inhabitants. Small Bangka Island, East Likupang Sub-District, North island development is thus directed to foster an Minahasa Regency, North Sulawesi Province, Indonesia. environmentally friendly and sustainable industry to maintain This study was a descriptive study using a qualitative the integrity of ecological systems and physical structures to approach. The research method used was a Case Study avoid damage and extinction of the islands. conducted on Bangka Island of East Likupang Sub-District. One of the islands that have the potential for tourism The study was conducted from July to December 2011. The development is Bangka Island, located in Likupang Timur Primary data were obtained by observation, interview, and Sub-District, North Minahasa Regency, North Sulawesi Focus Group Discussion (FGD) techniques, while secondary Province. Physiographically, Bangka Island is a coastal area data were obtained by collecting documents through that has a coastal landscape, the sea with biodiversity and the institutional surveys.
    [Show full text]
  • Working Papers Series No
    Michael Jacobsen Tightening the Unitary State: The Inner Workings of Indonesian Regional Autonomy Working Papers Series No. 46 May 2003 The Southeast Asia Research Centre (SEARC) of the City University of Hong Kong publishes SEARC Working Papers Series electronically. ©Copyright is held by the author or authors of each Working Paper. SEARC Working Papers cannot be republished, reprinted, or reproduced in any format without the permission of the paper's author or authors. Note: The views expressed in each paper are those of the author or authors of the paper. They do not represent the views of the Southeast Asia Research Centre, its Management Committee, or the City University of Hong Kong. Southeast Asia Research Centre Management Committee Professor Kevin Hewison, Director Professor Joseph Y.S. Cheng Dr Vivienne Wee, Programme Coordinator Dr Graeme Lang Dr Zang Xiaowei Editor of the SEARC Working Paper Series Professor Kevin Hewison Southeast Asia Research Centre The City University of Hong Kong 83 Tat Chee Avenue Kowloon Tong, Hong Kong SAR Tel: (852) 2194 2352 Fax: (852) 2194 2353 http://www.cityu.edu.hk/searc email: [email protected] TIGHTENING THE UNITARY STATE: THE INNER WORKINGS OF INDONESIAN REGIONAL AUTONOMY1 Michael Jacobsen Southeast Asia Research Centre City University of Hong Kong [email protected] As a consequence of the Asian financial crisis in mid 1997 and the toppling of President Suharto in May 1998, Indonesia has been transformed from a relatively stable centralised and authoritarian society to one that is highly volatile. Unlike the situation of five years ago, Indonesia’s territorial integrity is now uncertain.
    [Show full text]