Perancangan Buku Ilustrasi Tentang Seni Tari Tradisional —Caci“ Di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI TENTANG SENI TARI TRADISIONAL —CACI“ DI KABU3ATEN MANGGARAI, PULAU FLORES James William Utomo, Heru Dwi Waluyanto, Aznar Zacky Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 8, Surabaya Email: [email protected] ABSTRAK Ilustrasi Perancangan Buku Ilustrasi Tentang Seni Tari Tradisional Caci di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores Buku Ilustrasi ini dibuat kepada para masyarakat yang belum pahan dan mengetahui apa itu tari caci, terutama yang masih berusia remaja, agar ikut turut serta melestarikan budaya bangsa Indonesia yang kerap diadakan pada tanggal dan situasi tertentu. Kata Kunci: Ilustrasi, Tradisional, Caci ABSTRACT Illustration Design Illustration Book About Traditional Dance Caci in Manggarai regency, Flores Island Illustration Book is made to the people who do not know what it pahan and dance abuse, especially teenage, in order to participate in preserving national culture of Indonesia frequently held on a date and specific circumstances. Keywords: Illustrations, Traditional, Caci Pendahuluan khususnya kalangan remaja kurang mengetahui dan memahami akan tarian ini. Tarian Indonesia mencerminkan Hal ini sebenarnya terjadi karena tarian ini kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa sangat jarang dilakukan karena kemajuan dan budaya Indonesia. Perbedaan kebudayaan teknologi yang telah menyebar pada jaman ini membuat Indonesia dikagumi oleh negara sekarang dan biaya untuk tarian ini sangat luar. Salah satu dari kebudayaan Indonesia mahal serta tidak sembarang orang boleh ikut adalah seni tari tradisional di berbagai macam menjadi peserta tarian ini( memiliki bakat daerah. Seni tari tradisional dapat dikatakan tertentu). Sekarang saat mereka mengadakan sebagai lambang dari peradaban dari masing- pesta kawin, tahun baru, dan peresmian rumah masing daerah. Seni tari sangat diperlukan pembuatan rumah adat jarang sekali di pada saat penyambutan calon-calon pemimpin temukan menggunakan upacara adat seperti tari caci ini, mereka lebih suka membuat pesta di berbagai daerah. Tari tradisional juga dilakukan pada saat pesta rakyat di berbagai dengan di iringi lagu dari teknologi masa kini. daerah. Namun kesenian tari tradisional Tari Caci adalah tari perang sekaligus lambat laun semakin memudar atau kurang permainan rakyat antara sepasang penari laki- diketahui oleh masyarakat dikarenakan laki yang bertarung dengan cambukdan perisai semakin majunya perkembangan teknologi di di Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Indonesia. Salah satu seni tari yang kurang Penari yang bersenjatakan cambuk (pecut) diketahui dan dipandang yaitu seni tari caci bertindak sebagai penyerang dan seorang yang berasal dari Manggarai, Flores, Nusa lainnya bertahan dengan menggunakan perisai Tenggara Timur (NTT). Seni tari ini tidak (tameng). Tari ini dimainkan saat syukuran banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia, musim panen (hang woja) dan ritual tahun bahkan masyarakat Maggarai sendiri baru (penti) , upacara pembukaan lahan atau upacara adat besar lainnya, serta dipentaskan pertunjukan caci. Penari caci tidak hanya untuk menyambut tamu penting.Tari caci ini menari namun juga melecutkan cambuk ke biasanya dimainkan oleh masyarakat lawan sembari berpantun dan bernyanyi. manggarai dengan kisaran umur 25-50 tahun. Lokasi pertandingan caci biasanya di halaman Seorang laki-laki yang berperan sebagai rumah adat. Bila pukulan lawan dapat pemukul (paki) berusaha memecut lawan ditangkis, maka pecutan tidak akan mengenai dengan pecut yang dibuat dari kulit badan. Kalau pecutan tidak dapat ditangkis, kerbau/sapi yang dikeringkan. Pegangan pecut pemain akan menderita luka. Jika mata terkena juga dibuat dari lilitan kulit kerbau. Di ujung cambukan, maka pemain itu langsung pecut dipasang kulit kerbau tipis yang sudah dinyatakan kalah (beke), dan kedua pemain kering dan keras yang disebut lempa atau lidi segera diganti. Pertarungan berlangsung enau yang masih hijau (pori). Laki-laki yang dengan diiringi bunyi pukulan gendang dan berperan sebagai penangkis (disebut ta‘ang), gong, serta nyanyian (nenggo atau dere) para menangkis lecutan pecut lawan dengan perisai pendukung. yang disebut nggiling dan busur dari bambu Karena tari caci ini sangat jarang berjalin rotan yang disebut agang atau tereng. dilakukan, masyarakat Manggarai khususnya Perisai berbentuk bundar, berlapis kulit kerbau para remaja mempunyai pengetahuan yang yang sudah dikeringkan. Perisai dipegang sangat minim akan tari caci ini dan juga dengan sebelah tangan, sementara sebelah dikarenkan teknologi( handphone, radio , tangan lainnya memegang busur penangkis. televisi, digital player, dan lain-lain) sudah Tarian ini dimainkan oleh 2 orang laki-laki, mulai banyak beredar di desa itu. Dengan satu lawan satu, namun memukul dilakukan perancangan buku ini di harapkan hal di atas secara bergantian. Para pemain dibagi menjadi dapat terealisasikan dan adanya upaya dua kelompok yang secara bergantian bertukar pelestarian budaya tradisional lokal. Dengan posisi sebagai kelompok penyerang dan perancangan berupa buku ilustrasi ini lebih kelompok bertahan. Caci selalu dimainkan mendorong masyarakat Manggarai untuk oleh kelompok tuan rumah (ata one) dan melihat dan memahaminya, karena orang kelompok pendatang dari desa lain (ata pe‘ang Manggarai sendiri sangat senang bila budaya atau disebut meka landang yang berarti tamu mereka diperhatikan oleh masyarakat luar penantang). Tarian Danding atau tandak pulau. Manggarai ditarikan sebagai pembuka Konsep Perancangan tersebut. Judul ini sebenarnya merupakan inti dari makna tarian caci itu sendiri. Pada tarian Buku Ilustrasi yang dirancang menyajikan caci diadakan atau sedang berlangsung, para informasi tentang tarian tradisional caci asal pemainnya tidak diperbolehkan menyimpan Manggarai. Buku ini tidak mengandung teks dendam pada pemain lain sehingga peraturan yang berat, melainkan hanya sebagai yang dibuat adalah setelah pasangan selesai pelengkap atau penjelas dari gambar yang melakukan pukulan maupun sebagai ditampilkan. Buku ilustrasi ini juga sebagian penangkis dalam jumlah yang ditentukan besar memuat gambar sehingga memudahkan mereka akan segera berganti pasangan. Bila pembaca dalam memahami apa itu tari caci. salah terjadi emosi mereka dapat melampiaskannya pada pasangan lain dengan memenangkan pertarungan jadi tidak terjadi Judul Buku dendam. Sebelum dan sesudah pertarungan juga mereka harus saling menghormati antar —3erang tanpa dendam“ Mudul ini dipilih pasangan. Narena Eila menulisNan Mudul seperti —tarian tradisional caci“ sudah termasuN Eiasa Metode Perancangan dikalangan masyarakat dan membuat mereka kurang berminat untuk melihatnya, sehingga Metode perancangan yang digunakan adalah —Mudul perang tanpa dendam“ dipilih untuN sebagai berikut : membuat pembacanya menjadi penasaran dan ingin melihat apa inti dari maksud judul Metode Analisis Tujuan Kreatif Metode yang digunakan adalah metode ” mampu menambah wawasan dan kualitatif. Dengan metode ini, dapat pengetahuan serta pengertian akan menghasilkan data yang akurat dan berguna budaya tarian caci untuk perancangan buku ini. Metode kualitatif ” meningkatkan esistensi dari tarian digunakan saat ingin mengetahui pendapat caci ini orang tersebut akan tarian ini. Metode ini juga ” meningkatkan kesadaran dari diri menerapkan metode 5W+1H. masyarakat manggarai demi peningkatan mutu budaya ini Metode Pengumpulan Data ” memperkecil angka minim pengetahuan akan budaya lokal caci serta meningkatkan pelestarian Metode pengumpulan data yang di terapkan budaya ini adalah dengan study pustaka beberapa artikel- artikel tentang seni tari Caci dan riset lapangan dengan survey dan mewawancarai masyarakat daerah kabupaten Manggarai. Strategi Kreatif Target Audience Perancangan buku Ilustrasi ini dibuat Demografis dengan ukuran 21x25 Dengan jumlah 40 x Remaja berusia 16-20 tahun halaman. Cover menggunakan hard cover x Pria atau wanita dengan lapisan doff agar warna yang x Pelajar atau penduduk dihasilkan gambar dapat nampak dengan jelas. Geografis Pada bagian isi buku menggunakan kertas art x Tinggal di daerah pedesaan maupun paper laminasi doff .Agar warna, visual, dan perkotaan, wilayah kecamatan atau informasi dapat dilihat dengan jelas.Konsep kota kabupaten. cover depan manggunakan ornamen-ornamen Psikologis yang terdapat pada kain khas masyarakat x Tidak suka maupun tidak bisa Manggarai yaitu kain songke. Sesuai dengan membaca atribut yang berada pada kain songke yang x Kurang pengetahuan tentang budaya menampilkan warna-warna dasar berupa tari caci kuning, merah, hitam, ijo, dan putih. ada x Putus sekolah penggunaan dua halaman untuk satu bidang gambar ( landscape) dengan tujuan agar tampilan layout terlihat lebih menarik. Isi Buku Penjelasan tentang atribut yang dikenakan pada tari caci serta alat musik yang biasanya Isi buku diawali dengan kata pengantar digunakan dalam permainan. kemudian dilanjutkan dengan daftar isi. Bab 4 : Karakter Setelah itu baru memasuki: Berisi tentang penjelasan-penjelasan peserta Bab 1 : Tempat/Lokasi yang terdapat dalam permainan Berisi tentang daerah-daerah pelaksanaan tari Bab 5 : Pelaksanaan dan rumah adat Berisi tentang kegiatan-kegiatan serta adegan Bab 2 : Ritual Pembuka tarung dan menari dalam permainan tari caci Berisi tentang tari-tari atau ritual pembukaan sebelum memulai/masuk pada tari caci Bab 3 : Atribut dan Alat Musik Konsep Dasar gaya Desain CMYK. Pada pembuatan buku ini jenis warna yang dipakai adalah CMYK agar tidak Gaya gambar yang dipakai dalam pembuatan kesulitan dalam