JURNAL ILMU BUDAYA ISSN 2354 -7294 Volume 2, Nomor 1, Juni 2014

Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan berupa hasil penelitian (lapangan atau kepustakaan), gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori mengenai kebudayaan.

Ketua Dewan Redaksi Muhammad Hasyim

Wakil Ketua Dewan Redaksi Hasbullah

Penyunting Pelaksana Sumarwati Kramadibrata Poli Mardi Adi Armin Wahyuddin Fierenziana Getruida Junus Ade Yolanda Prasuri Kuswarini Andi Faisal Masdiana

Pelaksana Tata Usaha Ester Rombe Shinta Ayu Pratiwi

Alamat Penerbit/Redaksi : Jurusan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan km 10 Tamalanrea 90245. http://sastraprancis.unhas.ac.id email : [email protected]

Jurnal Ilmu Budaya menerima sumbangan tulisan mengenai kebudayaan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah disusun berdasarkan format yang ada pada halaman belakang. (Petunjuk untuk penulis). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah isinya.

JURNAL ILMU BUDAYA ISSN 2354-7294

Volume 2, Nomor 1, Juni 2014, hlm 161 - 342

DAFTAR ISI

Proses Finalisasi Perbatasan Hindia-Belanda - North (): 161 – 169 Sebuah Catatan Atas Marjinalisasi Akhir Kesultanan Di Pesisir Timur-Laut Kalimantan Dave Lumenta, Dept. Antropologi, FISIP Universitas

Sabah Di Tengah Proses Dekolonisasi Di Asia Tenggara (1957-1968) 170 – 193 Dias Pradadimara Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin

Kewarganegaraan Dan Dilema Minoritas Pasca Kolonial Bercermin Kasus Sabah 194 – 210 Dan Kesultanan Sulu Ahmad Suaedy AW Centre-Universitas Indonesia

Lembaga Pasca-Konflik Dan Proses Perdamaian Di Filipina Selatan 211 – 232 Lambang Trijono, Fisipol dan PSKP, UGM dan Peace and Development Initiative Indonesian Institute

“Sabah” Dalam Perspektif Hukum Internasional: Milik Filipina Atau ? 233 – 251 Rina Shahriyani Shahrullah, Universitas Internasional Batam

The Teaching Of Language 252 – 266 Suhartina. R, STKIP – YAPIM Maros

Correlation Between Learning Styles And Students‟ Academic Achievement In 267 – 280 Speaking Skill In English Department At Hasanuddin University Zul Astri Study Program Postgraduate Program Hasanuddin University

Explicit And Implicit Meanings In Elong „Buang Tassanra Mua‟ 281 – 292 Sudarmin Harun, Faculty of Cultural Sciences, The University of Hasanuddin, Makassar

The Social Criticism Of Indian In The Novel The Pearl By John Steinbeck 293 – 307 Abbas, A Lecturer of Cultural Studies, Hasanuddin University

Semiotika Iklan “Kekhawatiran”: Solusi Keluar Dari Masalah Kehidupan 308 – 326 Muhammad Hasyim, Universitas Hasanuddin

Kajian Kritik Terhadap Novel “The Satanic Verses” Karya Salman Rushdi 327 - 342 Najamuddin H.Abd. Safa, Jurusan Sastra Asia Barat

161 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

PROSES FINALISASI PERBATASAN HINDIA-BELANDA - NORTH BORNEO (SABAH): SEBUAH CATATAN ATAS MARJINALISASI AKHIR KESULTANAN SULU DI PESISIR TIMUR-LAUT KALIMANTAN

Dave Lumenta Dept. Antropologi, FISIP Universitas Indonesia Email: [email protected]

Abstract: Finalizing the Borders between the East Indies and North Borneo (Sabah): A Note on the Marginalization of the on the Northeast Coast of Kalimantan

This article is aimed to reveal the process through which the role of the Sultanate of Sulu over the northeast coast of Borneo was ended. This process is significant to understand why the claim of the Sultanate of Sulu over Sabah no longer included Tidung and Bulungan areas even though in the past they had. The most controversial claim by the Dutch was that the of Bulungan had signed a treaty with them in 1850 which mentioned that the territory of Bulungan inculded Batu Tinagat, Sungai Tawau, Nunukan Island, Sebatik Island, and Tarakan Island. Using historical sources such as the Resolution of the Governor General of the Netherlands Indies (1846), Memorandum of the North Borneo Cession (1882-1884) and others, this article is an attempt to reveal the process through which the borders of the Sultanate of Sulu on the Northcoast of Borneo/ Kalimantan in ciolonial times was negotiated.

Keywords: Sabah, Sulu Sultanate, borders, colonia, history

Abstrak : Proses Finalisasi Perbatasan Hindia-Belanda - North Borneo (Sabah): Sebuah Catatan Atas Marjinalisasi Akhir Kesultanan Sulu Di Pesisir Timur-Laut Kalimantan.

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap proses diakhirinya peran Kesultanan Sulu di pesisir timur laut Pulau Borneo. Proses ini cukup signifikan untuk memahami mengapa klaim Kesultanan Sulu atas Sabah tidak lagi mencakup wilayah Tidung dan Bulungan yang di masa lalu juga berada dalam cakupan klaim Kesultanan Sulu. Klaim Belanda yang dianggap paling kontroversial adalah klaim bahwa Sultan Bulungan Khaharuddin telah menandatangani sebuah ―Perjanjian Sobat‖ kedua dengan Belanda pada November 1850 yang memuat klaim bahwa wilayah Bulungan juga mencakup Batu Tinagat, Sungai Tawau, Pulau Nunukan, Pulau Sebatik dan Pulau Tarakan. Dengan menggunakan fakta-fakta sejarah yang terkandung dalam sumber-sumber kolonial seperti Resolution of the Governor-General of the Netherlands Indies (1846), Memorandum on the North Borneo Cession (1882-1884) dan lain-lain, tulisan ini mencoba mengungkap proses kesejarahan penentuan batas-batas wilayah Kesultan Sulu di Pesisir Tmur Laut Pulau Borneo/ Kalimantan yang di masa kolonial penuh dengan negosiasi.

Kata kunci: Sabah, Kesultanan Sulu perbatasan, masa colonial, sejarah

162 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

PENGANTAR

Tulisan ini memberi catatan (beeswax) dan sarang burung Walet, berasal

pelengkap untuk mengungkap proses dari hulu Sungai Sesayap dan Sembakung di

diakhirinya peran Kesultanan Sulu di pesisir pedalaman Kalimantan. Suplai komoditas ini

timur-laut Pulau Borneo. Proses ini cukup dijamin oleh kesultanan-kesultanan pesisir

signifikan untuk memahami mengapa klaim Kalimantan dengan imbalan suplai budak

Kesultanan Sulu atas Sabah tidak lagi dan proteksi yang diberikan oleh Kesultanan

mencakup wilayah Tidung dan Bulungan Sulu. Namun, di awal abad ke-19, pengaruh

yang di masa lalu juga berada dalam Sulu atas perdagangan di wilayah pesisir ini

cakupan klaim Kesultanan Sulu. Selain itu, mulai berkurang akibat ekspansi pedagang-

tulisan ini juga ingin mengungkap proses pedagang Bugis di pesisir timur Kalimantan

kesejarahan penentuan batas di masa (Warren 2007).

kolonial yang penuh dengan negosiasi. EKSPANIS BELANDA DI PESISIR

PENGARUH SULU DI PANTAI TIMUR KALIMANTAN

TIMUR-LAUT KALIMANTAN Sesudah ditaklukkan oleh Belanda

Wilayah pesisir pulau Kalimantan, pada tahun 1817, Kesultanan Banjarmasin di

terutama wilayah Tirun (dalam bahasa Sulu, bawah Sultan Adam Alwassikh Billah pada

atau sering disebut sebagai Tidung Lands/ tahun 1826 menandatangani kontrak dengan

Tidung Landen/ Tanah-Tanah Tidung dalam Belanda yang berimplikasi pada perluasan

korespondensi kolonial) dan Bulungan klaim teritorial Belanda atas pesisir timur

berperan besar dalam perekonomian Sulu. Pulau Kalimantan. Dalam kontrak ini,

Beberapa komoditas ekspor penting bagi Kesultanan Banjarmasin menyerahkan

Kesultanan Sulu seperti lilin madu wilayah-wilayah vassal-nya seperti 163 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Kesultanan Sambaliung, Gunung Tabur dan States of the Sultan of Bruni or Borneo proper, extending from Tanjong on the Berau di bawah kontrol dan penguasaan west to the River Kemanis on the east, situated on the north-west coast. b) The State Belanda (Eisenberger 1936). of the Sultan of the Sulu Islands, having for boundaries on the west the River Kemanis, Cakupan klaim Belanda kemudian the north and north-east coasts as far as 3 degrees north latitude, where it is bounded diperluas dengan ditandatanganinya by the River Atas, forming the extreme frontier towards the north with the State of ―Perjanjian Sobat‖ antara Sultan Bulungan Berou dependent on the Netherlands.”

dengan Pemerintah Kolonial Belanda pada (Jan-Jacob Rochussen, Governor-General of the Dutch Indies, 1846)1 tahun 1834. Berdasarkan perjanjian ini, Perluasan klaim Belanda ini menyimpan klaim teritorial Belanda ditarik hingga sebuah ambiguitas. Dimasukkannya Sungai Sungai Atas di dekat muara Sungai Sesayap, Atas dalam penetapan teritori Kolonial yang secara tradisional masuk ke wilayah Belanda secara langsung berbenturan dengan Tanah-Tanah Tidung. Penetapan batas klaim klaim Sultan Sulu atas wilayah Tanah-Tanah ini kemudian diperkukuh dalam dokumen Tidung. Namun, ambiguitas ini nampaknya ―Resolusi atas Borneo‖ yang ditandatangani dibiarkan hingga 1878 ketika Gustavus pada tahun 1846 oleh Gubernur Jenderal Baron de Overbeck mendapatkan konsesi Belanda J.J. Rochussen. Dalam resolusi ini, dari Sultan Sulu yang juga mencakup wilayah di sebelah utara Sungai Atas masih sebagian dari wilayah Tanah-Tanah Tidung. dianggap sebagai milik Kesultanan Sulu.

―Considering that the general knowledge of the geographical and political concerns of Borneo,...affords the means of defining the 1 territorial division of the island, which will “Resolution of the Governor-General of prevent any uncertainty concerning the Netherlands regarding the Dutch Possessions in judicial territory to which the inhabitants of Borneo, dated Buitenzorg-Batavia, February 28, 1846”, lampiran dalam “Correspondence respecting Borneo belong...” the Question of the Limits of the Netherlands ―The parts of Borneo on which Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882- does not exercise any influence are: a) The 84”, CO 874-191. 164 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

KONSESI SULTAN SULU PADA Whereas we have seen lit to grant unto our trusty and well-moved friends Gustavus BARON DE OVERBECK Baron de Overbeck and Alfred Dent Esquire certain portions of the dominions Alfred Dent dan Gustavus Baron de owned by us comprising all the lands on the north and east coast of the Island of Borneo Overbeck, sepasang rekanan dagang, mulai from the Pandassan River on the north-west to the Sibuco River on the east coast tertarik untuk mengembangkan usaha including amongst others the states of Paitan, Sugut, Bangaya, Labuk, Sandakan, perkebunan di Borneo utara (wilayah Sabah Kina Batangan, and Mumiang and all the lands and territories in Darvel Bay as far sekarang). Pada saat itu Borneo utara sama- as the Sibuco River together with all the lands belonging thereto for a certain sama diklaim sebagai milik Sultan consideration between us agreed.2

(dari Sungai Kimanis hingga Marudu di Pada tahun 1882, hak konsesi atas sebelah barat) dan milik Sultan Sulu North Borneo secara resmi diserahkan oleh (wilayah Marudu hingga Sungai Sebuku/ Overbeck dan Dent kepada North Borneo Sibuco di sebelah timur). Demi memperkuat Chartered Company (NBCC). Penegasan keabsahan konsesi, Dent dan Overbeck perbatasan konsesi di wilayah Sungai berhasil mendapat surat perjanjian konsesi Sebuku termuat dalam Akta (Charter) baik dari Sultan Brunei (ditandatangani pada Pendirian NBCC. Selain itu, sebagai subyek tahun 1877), maupun Sultan Sulu Kerajaan Inggris, semua persoalan teritorial (ditandatangani pada tahun 1878, tanpa yang dihadapi NBCC menjadi Alfred Dent yang mengundurkan diri tanggungjawab dan kewenangan dari sebagai rekan dagang). Salah satu kutipan Kerajaan Inggris. dari perjanjian konsesi yang diperoleh

Overbeck dari Sultan Sulu menyebut batas

2 “Commission From The Sultan Of Sulu Appointing selatan dari wilayah konsesi yang diberikan: Baron De Overbeck Datu Bandahara and Rajah of Sandakan, Dated 22nd of January 1878” dalam Philippine Claim to North Borneo Vol. I. 165 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Sungai Sebuku (Sibuco) pada saat itu yang diberikan Sultan Sulu, konsesi pada

merupakan bagian dari wilayah Tanah- Overbeck mencakup keseluruhan sisi kiri-

Tanah Tidung. Wilayah ini pada saat itu kanan Sungai Sebuku.4 Dengan kata lain,

merupakan kumpulan pemukiman kelompok dalam praksis teritorial Sulu, konsep sungai

etnis Tidung yang dipimpin oleh seorang sebagai garis batas tidak dikenal. Dalam

Sultan.3 Kenyataan bahwa Sultan Tidung praksis ini, batas teritorial ditentukan oleh

membayar upeti dan pajak pada Sultan subyek penduduk yang membayar pajak, dan

Brunei, Sultan Sulu dan Sultan Bulungan dalam hal ini, cakupan konsesi pada

secara bersamaan menambah kerumitan Overbeck di wilayah Sungai Sebuku menjadi

penentuan keabsahan klaim yang ingin elastis.5 Ambiguitas teritorialitas inilah yang

diperjelas oleh para pemangku kepentingan menjadi faktor pendorong bagi pemerintah

Eropa di wilayah tersebut. kolonial Belanda untuk bereaksi.

Overbeck nampaknya sadar bahwa klaim REAKSI PEMERINTAH KOLONIAL

Belanda berdasarkan Resolusi 1846 hanya HINDIA BELANDA

berhenti sampai Sungai Atas (di sekitar Pada tahun 1879, W.B. Pryer, yang

Sungai Sesayap), dan karena itu, meski ditunjuk oleh Overbeck menjadi Residen

Sungai Sesayap berada dalam wilayah untuk wilayah Sandakan, melaporkan bahwa

Tanah-Tanah Tidung, Overbeck meminta bendera Belanda secara sepihak dikibarkan

agar konsesi hanya dibatasi sampai Sungai di Batu Tinagat (di dekat Tawau) yang

Sebuku di wilayah utara Tanah-Tanah

4 Tidung. Dalam praksis teritorialitas lokal Lihat “Inclosure in No. 5 - Memorandum respecting the River Siboehoe” dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the 3 “Correspondence respecting the Question of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Limits of the Netherlands Territory on the North-East Borneo: 1882-84”, CO 874-191. 5 Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. Lihat CO 874-191. 166 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

menghadap ke Teluk Sebuku. Ini terjadi Klaim Belanda yang dianggap paling

tidak lama setelah kunjungan dua kapal kontroversial adalah klaim bahwa Sultan

perang Belanda ke Sandakan.6 Bulungan Khaharoedin telah

Belanda tidak memberi jawaban menandatangani sebuah ―Perjanjian sobat‖

langsung atas protes Residen Pryer yang kedua dengan Belanda pada November 1850

disampaikan kepada kapten kapal Belanda yang memuat klaim bahwa wilayah

H.O. Wickers yang berpatroli di Teluk Bulungan juga mencakup Batu Tinagat,

Sebuku. Namun, dalam dokumen rencana Sungai Tawau, Pulau Nunukan, Pulau

anggaran keuangan untuk Hindia-Belanda Sebatik dan Pulau Tarakan. Ini menjadi

yang dikeluarkan oleh lembaga Staaten- dasar bagi Belanda untuk menganggap

Generaal Belanda pada 1880, Belanda keseluruhan Teluk Sebuku garis batas

berencana menempatkan kapal-kapal cruiser Hindia-Belanda yang baru. Di samping itu,

di Batu Tinagat. Salah satu alasan yang dalam berbagai korespondensi diplomatik,

diutarakan di balik rencana ini adalah bahwa Belanda juga mengklaim bahwa ―Vassalage

ini merupakan permintaan dari Sultan Contract‖ yang konon ditandatangani

Bulungan yang mengklaim bahwa Batu dengan Sultan Bulungan pada Februari 1877

Tinagat (termasuk Sebuku dan Tawau) menyatakan bahwa penduduk di wilayah

merupakan wilayah klaim kekuasaannya.78 Sebuku ―hanya membayar pajak kepada

Sultan Bulungan‖. Dalam rangkaian 6 Lihat “Inclosure 1 in No. 2 - Memorandum on the North Borneo Cessions” dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO Borneo: 1882-84”, CO 874-191. 874-191. 7 8 Lihat “Estimates for Netherlands-India for the “Correspondence respecting the Question of the Financial Year 1880, by the States-General Second Limits of the Netherlands Territory on the North-East Chamber” dalam “Correspondence respecting the Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. Question of the Limits of the Netherlands Territory 167 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

korespondensi yang sama, Belanda merujuk tim ke Sultan Bulungan untuk menyelidiki

pada klaim Sultan Bulungan bahwa ―para kebenaran klaim-klaim Belanda tersebut.

Sultan Tidung masih berkeluarga dengan Berdasarkan perbincangan mereka, Sultan

Sultan Bulungan, dan sebagai penguasa- Bulungan hanya tahu tentang satu kontrak

penguasa vassal yang tunduk pada perjanjian sobat dengan Belanda, yang

Bulungan, wilayah mereka masuk dalam ditandatangani oleh ayahnya pada tahun

wilayah kekuasaan Sultan Bulungan‖.9 1834, dan bahwa sejak itu, tidak pernah ada

Hal yang membuat para pejabat lagi perjanjian atau kontrak apa pun yang

Inggris (yang mewakili kepentingan ditanda tangani dengan Belanda.

Overbeck, dan selanjutnya NBCC) terkejut Berdasarkan kunjungan ini, Inggris dan para

adalah bahwa klaim-klaim Belanda ini baru pejabat NBCC menyimpulkan bahwa

dikomunikasikan sesudah 1878, ketika Dent Belanda memang ―menginvensi‖ klaim-

dan Overbeck mendapat konsesi dari Sultan klaim barunya sebagai reaksi atas konsesi

Brunei dan Sulu, dan tidak sebelumnya. yang diberikan oleh Sultan Brunei dan Sulu

Kecurigaan muncul bahwa klaim-klaim kepada Dent & Overbeck (& NBCC).10

Belanda hanyalah merupakan pembohongan FINALISASI PERBATASAN

untuk mencegah konsolidasi wilayah Hal yang menarik adalah bahwa

Overbeck (dan NBCC) atas wilayah Sebuku. Belanda menggunakan linearitas vassalage

Pada tahun 1883, Gubernur NBCC A. sebagai dasar untuk meluaskan klaim

Treacher mengorganisir kunjungan sebuah teritorial koloninya, yang dimulai sejak

10 9 Lihat “Memo: Re visit to Balangan [sic]” dalam Lihat rangkaian korespondensi dalam “Correspondence respecting the Question of the “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. 168 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

kekalahan Kesultanan Banjarmasin. Dengan urusan klaim Sulu atas pesisir timur pulau

logika ini, Belanda sengaja mengabaikan Borneo.

fakta bahwa baik Sultan Bulungan maupun Perselisihan atas Teluk Sebuku

Sultan Tidung pernah merupakan vassalage antara Belanda dengan Inggris/NBCC

dari Kesultanan Sulu, dan secara selektif berhasil dirundingkan lebih lanjut. Melalui

memilih jalur hubungan vassalage yang berbagai proses negosiasi antara 1889

berujung pada kekuasaan Kesultanan hingga 1891, kesepakatan dicapai untuk

Banjarmasin. Disregarding multiple vassal sekali lagi mengubah batas antara Belanda

relationships, and favouring a singular / dengan NBCC. Dalam kesepakatan ini,

linear hierarchy of suzerain relations as basis Inggris menyerahkan seluruh Sungai Sebuku

for territorial expansion (Banjarmasin => dan Sungai Sembakung pada Belanda, dan

Berau => Bulungan => Tidung Lands), sebaliknya Belanda menyerahkan sebagian

enabling the exclusion of Sulu (& Spanish besar dari Teluk Sebuku (termasuk Tawau

overlords after 1885) altogether from its dan Batu Tinagat) pada Inggris/NBCC.

treaties. Dalam rangkaian perundingan terakhir,

Di samping itu, kemunduran relevansi Kesultanan Sulu sebagai penguasa

pengaruh Sulu, baik dalam hegemoni di pantai timur Borneo berhasil

dagang, maupun sebagai entitas politik yang disingkirkan.11

pada akhirnya tunduk pada Spanyol

(kemudian Amerika Serikat sejak 1899),

menguntungkan baik Belanda maupun 11 Lihat rangkaian korespondensi dalam CO 874-191, NBCC (dan Inggris) karena Spanyol CO 874-499 (tentang perundingan mengenai status Sungai Sembakung) dan CO 874-500 (tentang demarkasi di Sebuku dan Pulau Sebatik). memutuskan untuk ―lepas tangan‖ dalam 169 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

Eisenberger, J., Kroniek der Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo. Bandjermasin: Drukkerij Liem Hwat Sing, 1936

Warren, J.F., The Sulu Zone 1768-1898: The Dynamics of External Trade, Slavery, and Ethnicity in the Transformation of a Southeast Asian Maritime State. Singapore: NUS Press, 2007

Dokumen:

Colonial Office (CO) documents tentang korespondensi demarkasi perbatasan antara North Borneo dan Belanda. CO tersimpan di Public Record Office, London dan merupakan bagian dari Colonial Office Records CO 874-191

CO 874-499

CO 874-500

170 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

SABAH DI TENGAH PROSES DEKOLONISASI DI ASIA TENGGARA (1957-1968)

Dias Pradadimara Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin Email: [email protected]

Abstract: Sabah and Decolonization Processes in (1957-1968) This paper is a review on the ways in which the issue of Sabah‘s status was being raised at the same time as the birth of Malaysia and the objection of the over the inclusion of Sabah into the newly born nation-state, and how Indonesia with their own territorial problems especially over West Irian/ was dragged in it. The dispute over Sabah (which until 1963 was called as North Borneo) was part of the birth of the Malaysian Federation. The ―Sabah Question‖ has indeed not been resolved. This issues seems to be deliberately forgotten both by Malaysia and by the Philippines, elthough for different reasons. What happened on February 2013 in Sabah seems to force both sides to remember the past to find a way out.

Keywords: Sabah—decolonization—Southeast Asia—dispute—history

Abstrak: Sabah Di Tengah Proses Dekolonisasi di Asia Tenggara (1957-1968)

Tulisan ini adalah satu tinjauan tentang bagaimana masalah Sabah dimunculkan bersamaan dengan proses lahirnya Malaysia dan keberatan Filipina atas akan dimasukkannya Sabah ke dalam negara yang baru lahir ini, serta bagaimana Indonesia dengan permasalahan teritorialnya sendiri utamanya yang berkaitan dengan wilayah Irian Barat/ Papua-dilibatkan di dalamnya. Sengketa soal status Sabah (yang hingga 1963 disebut Borneo Utara) adalah bagian dari proses lahirnya Federasi Malaysia ini. Masalah status Sabah memang belum pernah terpecahkan. Masalah ini seolah sama sengaja dilupakan, baik oleh Malaysia maupun Filipina, meski dengan alasan yang berbeda. Apa yang terjadi sejak bulan Februari 2013 di Sabah seolah memaksa keduanya untuk kembali mengingat masalah ini untuk menemukan jalan keluar.

Kata kunci: Sabah—dekolonisasi—Asia Tenggara—pertikaian—sejarah

171 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

PENGANTAR di Asia. Proses dekolonisasi dan kesadaaran

Ketika sekumpulan pasukan teritorial yang berkait dengan proses tersebut

bersenjata yang mengaku berasal dari tampaknya tak sempat membereskan

Kesultanan Sulu di Filipina masuk ke Sabah pertanyaan mengenai Sabah. Tulisan ini

pada bulan Febuari 2013 dan mencoba untuk adalah satu tinjauan tentang bagaimana

mengambil kembali daerah yang masalah Sabah dimunculkan bersamaan

dianggapnya sebagai bagian yang sah dari dengan proses lahirnya Malaysia dan

kesultanannya, tidak pelak lagi akan muncul keberatan Filipina atas akan dimasukkannya

pertanyaan mengapa proses perebutan Sabah ke dalam negara yang baru lahir ini,

wilayah belum selesai dengan berakhirnya serta bagaimana Indonesia—dengan

proses dekolonisasi di Asia Tenggara dan permasalahan teritorialnya sendiri utamanya

lahirnya negara-bangsa di wilayah ini? yang berkaitan dengan wilayah Irian Barat/

Bagaimana bisa wilayah seluas Sabah masih Papua—dilibatkan di dalamnya.

diperebutkan lebih dari 40 tahun sesudah LAHIRNYA MALAYSIA DAN

persengketaan antara Malaysia dengan MASALAH TERITORIAL

Filipina mengenai wilayah yang sangat luas Lahirnya Federasi Malaysia bisa

ini dihentikan? Sabah bagaimanapun juga dikatakan sebagai saat kemerdekaan yang

bukanlah daerah kecil seperti Pulau Sipadan paling belakang terjadi dalam era

dan Ligitan, dan Sabah jelas jauh lebih luas dekolonisasi di Asia Tenggara, dan proses

dari Kepulauan Spratley—semua daerah- diperolehnya kemerdekaan serta

daerah yang pernah atau sedang permasalahan teritorial yang dihadapinya

dipersengketakan oleh beberapa negara juga cukup rumit. Federasi tersebut diawali

anggota ASEAN dan juga negara-negara lain dengan lahirnya Federasi Malaya kemudian 172 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

diperluas beberapa tahun kemudian menjadi Union—satu skema baru untuk

Federasi Malaysia dengan mengikut sertakan mengendalikan keseluruhan daerah di Asia

wilayah-wilayah di bagian utara pulau Tenggara yang sebelumnya merupakan

Kalimantan. Sebelum federasi tersebut koloni Inggris. Dalam skema baru ini maka

diumumkan Brunei sudah memilih untuk ke semua daerah tersebut dikuasai sebagai

tidak ikut, sedangkan Singapura kemudian satu kesatuan administratif dan bukannya

keluar sesudah diumumkan—panjangnya dalam berbagai sistem pemerintahan yang

proses ini membuat terbukanya peluang bagi dilandaskan pada pengalaman historis

tekanan dan counter-claim dari negara- sebelum pendudukan Jepang (Liow 2005:

negara di sekitarnya. Sengketa soal status 68). Ada beberapa pengecualian dalam

Sabah (yang hingga 1963 disebut Borneo rencana ini, di antaranya adalah Singapura

Utara) adalah bagian dari proses lahirnya yang dianggap berbeda oleh pemerintah

Federasi Malaysia ini. Inggris, dan juga Borneo Utara yang masih

Ada berbagai hal yang membentuk berada di bawah pengelolaan perusahaan

munculnya Malaya sebagai satu negara- swasta North Borneo Chartered Company

bangsa di tahun 1957: kebijakan pemerintah (NBCC).

Inggris untuk Malaya pasca pendudukan Tentangan terhadap rencana Inggris

Jepang, militannya kelompok keturunan ini segera muncul dari berbagai kelompok

Cina, dan lemahnya organisasi pan-Melayu. masyarakat, tidak terkecuali para sultan yang

Sudah sejak 1944 (atau sebelum Jepang dalam skema baru ini akan lebih diperlemah

berhasil dikalahkan di Asia Tenggara), lagi posisinya. Berbagai kelompok Melayu

pemerintah Inggris sudah menyiapkan satu yang sebelumnya tidak terlalu menonjol dan

kebijakan baru untuk membentuk Malayan tidak terlalu aktif, juga bereaksi keras dan 173 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

segera mengadakan serangkai pertemuan keturunan Cina yang jumlahnya sedikit lebih

untuk menolak rencana ini. Di bulan Maret banyak (Lau 1989: 218).

1946 lebih dari seratus organisasi Melayu Tentangan paling kuat datang dari

berkumpul dan membentuk United Malays kelompok keturunan Cina, bukan hanya

National Organization (UMNO) yang berdasar jumlah penduduk tapi juga

kemudian diresmikan beberapa bulan berdasarkan alasan historis. Sepanjang masa

kemudian. UMNO dan para sultan menolak pendudukan Jepang, perlawanan paling gigih

Malayan Union dan merundingkan format terhadap balatentara Jepang dilakukan oleh

baru yang lebih bisa mereka terima dengan Malayan Peoples Anti-Japanese Army

pemerintah Inggris. Di tahun 1948 (MPAJA) yang kebanyakan anggotanya

disepakati format baru yakni Federasi adalah keturunan Cina. Lebih jauh lagi,

Malaya. Dalam format ini sistem kesultanan kebanyakan keturunan Cina berafiliasi

masih mendapat tempat, dan keturunan dengan Malayan Communist Party (MCP).

Melayu mendapat hak yang lebih. Format ini Perlawanan sepanjang pendudukan membuat

tentu saja mendapat dukungan dari militansi serta kemampuan organisasi

masyarakat keturunan Melayu, namun mereka sangat baik, jauh lebih baik dari

mengkhawatirkan masyarakat keturunan lain organisasi manapun di semenanjung (Cheah

yang jumlahnya tidak sedikit. Sebagai 1979). Berdasarkan ini semua mereka

catatan, setahun sebelum pendudukan merasa merekalah sesungguhnya pejuang

Jepang penduduk keturunan Melayu hanya anti-pendudukan Jepang, dan tindakan

berjumlah sekitar 40% dari keseluruhan pemerintah Inggris untuk merundingkan

penduduk di semenanjung, yang artinya Federasi Malaya dengan para sultan dan

tidak berbeda banyak dari penduduk kelompok Melayu—yang banyak di 174 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

antaranya berkolaborasi dengan Jepang Federasi Malaya cenderung ke Melayu –

sewaktu pendudukan—mereka anggap sesuatu yang tidak mudah diterima di

sebagai pengkhianatan atas ―kesetiaan‖ Singapura ataupun di wilayah-wilayah di

mereka. Segera sesudah Jepang kalah, Kalimantan bagian utara dimana masyarakat

kelompok ini mampu membangun serikat keturunan Melayu lebih sedikit. Di tengah

buruh, termasuk serikat buruh di perkebunan masa Emergency ini Federasi Malaya

yang adalah sumber ekonomi utama memperoleh kemerdekaannya di tahun 1957.

semenanjung. Ketika buruh mulai memberi Kondisi yang berbeda terjadi di

tekanan hebat kepada para pemilik Borneo Utara. Minyak yang ditemukan dan

perkebunan, pemerintah Inggris merubah dieksploitasi di Borneo Utara tidak pelak

kebijakannya terhadap MCP dan lagi adalah salah satu alasan terpenting

menyatakan Keadaan Darurat (sering disebut kenapa Jepang menyerang dan menduduki

sebagai Emergency) di tahun 1948 sekitar 4 daerah ini (Ooi 2011: 53). Dan usaha untuk

bulan sesudah dibentuknya Federasi Malaya. menormalisasi keadaan demi menjamin

Tidak cukup ruang dalam tulisan ini produksi dan suplai minyak segera

untuk membicarakan masa Emergency di dijalankan oleh pasukan pendudukan.

semenanjung, namun yang penting di sini Kebijakan dan tekanan pasukan pendudukan

adalah munculnya Federasi Malaya yang terhadap penduduk dan masyarakat di

dirundingkan oleh tokoh-tokoh Melayu dan Borneo Utara sama seperti yang dilakukan di

dideklarasikannya Emergency yang tempat lain seperti di semenanjung, namun

ditujukan untuk memadamkan kerusuhan intensitasnya berbeda. Masyarakat keturunan

yang dimotori oleh kelompok keturunan Melayu dan Iban diberi peranan penting

Cina membuat permasalahan identitas dalam dalam mobilisasi masyarakat dan tekanan 175 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

terhadap masyarakat keturunan Cina juga Inggris. Dua minggu sebelumnya hal yang

dilakukan meski tidak sebrutal yang terjadi sama, meski dengan alasan berbeda, terjadi

di semenanjung. Namun ketika di tahun juga dengan Sarawak (Ooi 2011: 139).

1943 sekelompok masyarakat keturunan Setelah dibicarakan secara tidak

Cina dengan didukung masyarakat lainnya resmi dalam forum-forum terbatas di tahun

melakukan pemberontakan, mereka 1960 hingga awal 1961, akhirnya Tunku

kemudian dihabisi secara brutal setelah Abdul Rahman menyampaikan ke Perdana

menyerah akibat kekurangan senjata (Ooi Menteri Inggris Harold Macmillan rencana

2011: 98-99). Perkembangan yang terjadi pembentukkan Greater Malaysia di bulan

semasa pendudukan ini memperlemah Juni 1961, dan untuk itu dia mengusulkan

kemampuan masyarakat untuk kelak dapat dibentuknya satu komisi untuk

membangun pemerintahan sendiri ketika melaksanakan hal ini secara lebih

pasukan Jepang menyerah. menyeluruh. Salah satu tugas komisi ini

Di tengah kehancuran akibat adalah untuk dapat memahami aspirasi

kemerosotan ekonomi selama pendudukan masyarakat di daerah-daerah di pulau

dan diikuti pemboman ketika pasukan sekutu Kalimantan bagian utara, termasuk di

merebut kembali Borneo Utara, perusahaan Borneo Utara. Baru di akhir tahun 1961

swasta NBCC yang selama masa kolonial disepakati oleh Malaya dan Inggris

menguasai Borneo Utara takluk kepada dibentuknya komisi tersebut yang dipimpin

sulitnya keadaan dan memilih untuk oleh Lord Cobbold, mantan Direktur Bank of

menyerahkan Borneo Utara kepada England (bank sentral) (Jones 2001: 80).

pemerintah Inggris. Di pertengahan bulan Usaha untuk memahami aspirasi masyarakat

Juli 1946 Borneo Utara menjadi koloni dilakukan oleh komisi ini tidak dengan 176 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

referendum namun dengan melakukan Kalau seperti dikatakan sebelumnya bahwa

kunjungan yang ekstensif ke berbagai daerah pembentukan Federasi Malaya di

di wilayah yang akan bergabung dalam semenanjung yang memberi hak-hak lebih

Federasi Malaya dan melakukan pada masyarakat Melayu tidak sepenuhnya

pembicaraan dengan tokoh-tokohnya. Tidak dapat diterima oleh masyarakat Cina yang

mengherankan bahwa komisi ini segera jumlahnya tidak beda banyak dengan

mendapat tiga opini yang berbeda yang masyarakat Melayu, kondisinya lebih rumit

hampir seimbang kekuatannya, pertama di daerah-daerah di Kalimantan bagian utara

yang menginginkan segera bergabung, kedua dimana masyarakat Melayu benar-benar

yang menolak sama sekali, dan ketiga yang minoritas. Di Sarawak di tahun 1960,

menginginkan kelanjutan sebagai koloni misalnya, masyarakat keturunan Melayu

Inggris karena takut akan dominasi Melayu hanya 20% dari keseluruhan penduduk,

ataupun Cina. Opini yang ketiga ini kelak sementara hampir 30% adalah keturunan

akan dapat diyakinkan untuk menerima Cina dan sisanya berbagai kelompok Dayak.

penggabungan dalam Malaysia dengan Di Borneo Utara, penduduk Melayu lebih

sederetan syarat yang diharapkan dapat kecil lagi proporsinya, di tengah-tengah

memberi masyarakat Kadazan hak-hak lebih keturunan Cina dan Kadazan (Jones 2001:

dan melindunginya dari dominasi Melayu 62). Dengan proporsi penduduk semacam itu

(Jones 2001: 83-85). dapat dipahami bahwa pemikiran

Jelas kiranya bahwa ide Federasi dibangunnya Federasi Malaysia yang

Malaysia mau tidak mau harus memasukkan daerah-daerah di pulau

mempertimbangkan aspek etnisitas yang Kalimantan termasuk juga Borneo Utara dan

lebih rumit dibanding Federasi Malaya. dimana tidak pelak lagi peranan Federasi 177 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Malaya yang didominasi politisi Melayu kajian mengenai status Borneo Utara.

akan sangat besar, harus dibicarakan dengan Namun keberatan-keberatan tersebut lebih

hati-hati dengan para pemimpin Borneo merupakan pernyataan pendapat beberapa

Utara. Pemimpin dan masyarakat Borneo pejabat tanpa diikuti oleh kebijakan

Utara harus diyakinkan untuk bergabung pemerintahan. Baru kelak di masa

tanpa merasa terancam. Macapagal menjabat sebagai Presiden

KEBERATAN DAN KLAIM FILIPINA Filipina (1961-1965) pemerintahnya secara

Secara terbuka, pemerintah Filipina resmi mengajukan keberatan atas

tidak pernah mempermasalahkan penguasaan Federasi Malaya atas Borneo

kepemilikan Borneo Utara hingga 1962. Utara.

Meskipun demikian hal ini tidak berarti Reaksi pemerintah Filipina atas

tidak ada perhatian sama sekali. Ketika status Borneo Utara bermula dengan mulai

sesudah pendudukan Jepang perusahaan didorongnya wacana dimasukkannya daerah-

NBCC mengalihkan klaimnya kepada daerah di Pulau Kalimantan yang

pemerintah kolonial Inggris yang sebelumnya merupakan bagian dari koloni

menjadikan wilayah Borneo Utara sebagai Inggris ke dalam Federasi Malaysia yang

bagian dari koloni Inggris, pejabat merupakan perluasan dari Federasi Malaya

Amerika—kala itu Filipina masih resmi yang sudah memperoleh kemerdekaannya di

dijajah Amerika Serikat—sudah menyatakan tahun 1957. Seperti yang sudah disebut di

keberatannya atas alih-status Borneo Utara atas, Tunku Abdul Rahman, Perdana

(Fernandez 2007: 54). Di masa itu juga Menteri Federasi Malaya mulai

Diosdado Macapagal sebagai staf pada mewacanakan hal ini di akhir tahun 1961,

Kementerian Luar Negeri sudah melakukan atau beberapa bulan sesudah Macapagal 178 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dilantik menjadi Presiden Filipina. Bentuk (ASA) di Kuala Lumpur. Perlu diketahui

reaksi pemerintah Filipina juga berkembang bahwa sejak tahun 1959 Tunku Abdul

menjadi lebih serius (formal) akibat Rahman sudah mendorong dibentuknya

serangkaian kejadian yang bisa dikatakan organisasi regional negara-negara di Asia

kebetulan. Tenggara yang dapat membebaskan diri dari

Di awal April 1962, dalam tekanan negara-negara besar, dan ide ini

wawancara dengan koran lokal wakil mendapat dukungan kuat dari Filipina.

Menteri Luar Negeri Filipina mengatakan di Sebaliknya, negara-negara lain berpendapat

Manila bahwa jika Filipina melakukan ide organisasi semacam tersebut perlu

klaimnya atas Borneo Utara di pengadilan dibicarakan lebih lanjut sebelum dicoba

internasional, posisi Filipina akan sangat untuk diwujudkan. Indonesia, lebih jauh

kuat dan karenanya sudah seharusnya lagi, berpendapat bahwa selain sudah ada

diadakan perundingan antara pemerintah Konferensi Asia Afrika di Bandung di tahun

Filipina dengan pemerintah Inggris sebagai 1955 yang bertujuan sama dan memiliki

penguasa kolonial atas Borneo Utara keanggotaan yang lebih luas, Malaya dan

sebelum wilayah tersebut dimasukkan ke Filipina dalam kacamata Indonesia terlalu

dalam Federasi Malaysia (Leifer 1968: 17). dekat dengan mantan penguasa kolonialnya

Pernyataan ini penting (dan ―menyulitkan‖ (Inggris dan Amerika Serikat) untuk dapat

semua pihak) karena dikeluarkan oleh menjadi pelopor pembebasan dari negara-

seorang pejabat pemerintah Filipina di saat negara besar. Belum lagi, nada anti-komunis

Wakil Presiden Filipina sedang memimpin yang ditiup-tiupkan oleh kedua negara

delegasi Filipina untuk pembicaraan pengusul ini membuat organisasi ini dapat

pembentukan Asociation of Southeast Asia menjadi gerakan melawan komunisme—satu 179 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

posisi yang tidak dapat diterima oleh Inggris mengirimkan aide-memoire kepada

Indonesia baik di dalam politik dalam negeri pemerintah Filipina melalui Kedutaan

maupun di dalam kerangka ―Semangat Besarnya di London. Di dalamnya

Bandung.‖ Namun di bulan Juni 1961, pemerintah Inggris menyatakan kedaulatan

Malaysia dan Filipina dapat membujuk penuhnya atas Borneo Utara, dan bahwa

Thailand untuk bergabung sehingga di saat daerah tersebut akan menjadi bagian dari

tersebut segera diumumkan dibentuknya Federasi Malaysia yang akan dibentuk, serta

ASA dengan ketiga negara tersebut sebagai penghargaannya kepada pemerintah Filipina

anggota (Tarling 2007: 9). Dalam situasi atas sikapnya yang tidak mendukung usul-

seperti ini, ada tekanan besar pada usul yang muncul di pelbagai kalangan di

pemerintah Malaya dan pemerintah Filipina Filipina atas klaim atas Borneo Utara (Leifer

untuk menghindari potensi konflik (seperti 1968: 21). Karena sifat komunikasinya yang

masalah Borneo Utara) yang kiranya dapat resmi, maka mau tak mau pemerintah

mengancam soliditas mereka dalam usaha Filipina harus membalasnya dengan resmi

mempertahankan organisasi regional yang dimana isi balasannya tentu saja bertolak

baru saja mereka sepakati. Tetapi kejadian belakang dari apa yang diinginkan

lain memaksa pembicaraan status Borneo pemerintah Inggris. Dalam balasannya

menjadi lebih ―resmi.‖ sebulan kemudian, pemerintah Filipina

Tidak pelak lagi, setelah mendapat menegaskan adanya persengketaan antara

laporan dari perwakilannya di Manila pemerintah Filipina dengan pemerintah

mengenai dorongan bagi klaim Filipina atas Inggris mengenai status Borneo Utara.

Borneo Utara yang muncul di media-media Setidaknya ada 2 hal yang penting

lokal, di tanggal 24 Mei 1962, pemerintah dari komunikasi antara pemerintah Filipina 180 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dan pemerintah Inggris. Yang pertama, maka usaha Macapagal dan Tunku Abdul

karena bentuk komunikasinya, menjadi Rahman untuk membangun ASA dengan

resmi pula pengakuan adanya perbedaan Filipina dan Malaya sebagai pendorong

pendapat atau bahkan sengketa (dispute) utamanya dapat diteruskan dengan

antara kedua pemerintah mengenai status menghindari masalah Borneo Utara,

Borneo Utara. Satu masalah yang setidaknya untuk saat ini.

sebelumnya lebih merupakan pendapat Reaksi pemerintah Inggris tentu

pejabat atau kelompok masyarakat, sudah dapat diduga: mereka segera menolak

meningkat menjadi sengketa yang resmi. klaim Filipina. Di pihak lain, merasa ASA

Sengketa semacam ini tentu tak bisa tidak akan terancam oleh pertikaian Filipina-

dikesampingkan begitu saja dan mau tak Inggris, Macapagal bertindak lebih jauh

mau menuntut adanya pemecahan atau dengan menghidupkan usul Konfederasi

setidaknya jalan keluar yang resmi pula. Melayu Raya yang diterjemahkannya dari

Kedua, komunikasi yang ada adalah antara ide Jose Rizal, bapak bangsa Filipina, yang

Manila dengan London mengenai Borneo berpandangan bahwa Filipina merupakan

Utara dan bukan antara Manila dan Kuala bagian dari dunia Melayu (Aguilar 2005).

Lumpur—satu bentuk komunikasi yang Namun dalam konsepsi awal yang

merefleksikan persepsi kedua belah pihak dilontarkan oleh Macapagal, konfederasi ini

tentang siapa yang dianggap sebagai hanya memasukkan Filipina, Malaya, dan

pengambil keputusan terpenting dimana daerah-daerah di Borneo Utara tanpa

Federasi Malaya, setidaknya di tahap ini, memasukkan Indonesia (Leifer 1968). Ada

tidak dianggap memainkan peranan tersebut. kesan bahwa konsepsi ini belum

Hal ini penting karena dengan persepsi ini dipertimbangkan dengan masak ketika 181 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dilontarkan, serta, yang lebih penting lagi, Baik Menteri Luar Negeri Subandrio

konsepsi ini hanya dilontarkan sebagai maupun Presiden Sukarno menyatakan

strategi untuk menandingi atau setidaknya dukungannya terhadap posisi Filipina (Leifer

membendung konsepsi Federasi Malaysia 1968: 38). Berbekal dukungan ini,

yang didorong oleh Kuala Lumpur dan Macapagal mendorong agar masalah ini

memasukkan Borneo Utara sebagai dibicarakan di sidang PBB. Semua usaha

bagiannya. Flipina bisa dikatakan berhasil ketika

Indonesia baru mulai menjadi bagian perkembangan ini akhirnya mendorong

yang penting dalam pertikaian Filipina- dilakukannya pembicaraan di London di

Inggris diparuh kedua tahun 1962. Pada saat awal tahun 1963—sebuah proses yang

itu pertikaian Indonesia-Belanda untuk sebenarnya diabaikan dan bahkan

memperebutkan Irian Barat sedang sebelumnya ditolak oleh Pemerintah Inggris.

memuncak, dan ini menentukan sikap Meskipun pembicaraan awal antara

Indonesia dalam setiap pertikaian yang Filipina dengan Inggris sudah dilakukan di

melibatkan negara mantan penguasa London di bulan Januari 1963, namun

kolonial. Sikap anti-kolonial inilah yang nampak bahwa jalan masih sangat jauh

juga menentukan keberpihakan Indonesia untuk dicapainya kesepakatan. Filipina

terhadap Filipina dalam kasus Borneo Utara melanjutkan usahanya, kali ini dengan

meskipun Indonesia mengetahui kedekatan melibatkan Indonesia ke dalam pembicaraan

Filipina pada Amerika Serikat dan juga mengenai Konfederasi Malaya dimana jika

peranan aktif Filipina dalam membantu para sebelumnya dalam konsepsi yang

pemberontak di dan dibayangkan Macapagal Indonesia tidak

beberapa tahun sebelumnya (Kahin 1999). dimasukkan, namun kini menjadi bagian 182 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

yang penting. Di bulan April Indonesia (Maphilindo) sebagai satu format

diselenggarakan pertemuan ketiga pihak organisasi regional di luar ASA diusulkan

yakni Malaya dan Indonesia dengan Filipina dan dipertimbangkan. Dan yang paling

sebagai tuan rumah. Malaya sendiri bersedia penting bagi masalah Borneo Utara adalah

bergabung dalam pertemuan ini untuk disetujuinya oleh Malaya untuk diserahkan

memelihara harapan bahwa Indonesia dan kepada PBB untuk menjaring aspirasi di

Filipina akan mengakui keberadaan baik kalangan masyarakat di Borneo Utara

Federasi Malaya maupun Federasi Malaysia sebelum keputusan mengenai status wilayah-

kelak. Sedang Indonesia dan Filipina wilayah tersebut—dan Federasi Malaysia—

bersekutu untuk mendorong adanya format akan diambil. Inggris sebenarnya

baru dalam situasi politik di Asia Tenggara berkeberatan dengan keputusan di atas

sesudah proses dekolonisasi (Armstrong karena mereka berpendapat bahwa Komisi

1963: 675). Perlu diingat bahwa sudah sejak Cobbold sudah melakukan hal tersebut,

awal 1963 Indonesia melancarkan apa yang namun akhirnya setuju karena tekanan

disebut politik Konfrontasi terhadap akan Amerika Serikat supaya Tunku Abdul

dibentuknya Malaysia meski politik ini Rahman diberi ruang untuk dapat

nampaknya coba diredakan sendiri oleh menyenangkan Macapagal dan terutama

Soekarno di bulan Juni 1963 (Liow 2005: Sukarno (Jones 2001: 176-179).

100). Hasil pertemuan tingkat tinggi di

Pertemuan antar menteri segera Manila dimentahkan ketika sebulan

disusul dengan pertemuan tingkat tinggi juga kemudian Malaya menyatakan akan segera

di Manila di bulan Juli. Dalam pertemuan mendeklarasikan Federasi Malaysia di bulan

inilah konsepsi Malaya-Philippines- September 1963 yang memasukkan wilayah- 183 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

wilayah di pulau Kalimantan bagian utara, kembali maka pertemuan tingkat tinggi di

meskipun hasil jajak pendapat oleh PBB di Manila di bulan Agustus 1963 bisa dinilai

daerah tersebut belum diketahui. Keputusan sebagai puncak dari keberhasilan usaha

ini mendorong Indonesia untuk Filipina untuk mengklaim Borneo Utara, dan

meningkatkan intensitas Konfrontasi dengan sesudah itu tingkat keberhasilannya merosot

Malaya dengan meningkatkan infiltrasi terus.

pasukan Indonesia ke daerah-daerah yang Semakin bergeraknya posisi

akan menjadi Malaysia. Bahkan di akhir Indonesia dalam kebijakan luar negerinya ke

tahun pasukan Indonesia menyerang Tawau arah kubu komunis yang mendekatkannya ke

di Borneo Utara (yang saat itu sudah disebut Cina dan Korea Utara membuat Filipina

Sabah) (Fowler 2006: 11, Mackie 1974: mempertimbangkan ulang persekutuannya

210). Posisi Filipina jauh lebih sulit. Dengan dengan Indonesia. Filipina semakin menjauh

dideklarasikannya Federasi Malaysia di dari Indonesia ketika kelompok yang pro-

tanggal 16 September 1963, Sabah sudah Indonesia di Kementerian Luar Negeri

secara de facto berada di bawah kedaulatan Filipina disingkirkan oleh Macapagal

Federasi Malaysia. Meskipun Filipina, setahun sebelum dia mengikuti pemilihan

bersama-sama dengan Indonesia, menolak presiden (Leifer 1968: 57). Ketika

untuk segera mengakui Federasi Malaysia, Macapagal dikalahkan oleh Ferdinand

namun posisi tawar Filipina atas klaim Marcos dalam pemilihan presiden di tahun

Borneo Utara sudah menjadi sangat lemah. 1965, pertikaian Filipina dengan Malaysia

Di saat itu disadari oleh Pemerintah Filipina menunjukkan prospek mereda, karena meski

bahwa ruang yang tersisa adalah Marcos tetap menjamin untuk melanjutkan

International Court of Justice. Bila dilihat klaim atas Borneo Utara—suatu jaminan 184 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

yang lebih merupakan kampanye politik Maphilindo, dan nantinya Association of

daripada kesungguhan usaha –dia secara Southeast Asian Nations (ASEAN).

terbuka menyatakan akan segera mengakui Ketika Federasi Malaya

Federasi Malaya begitu dia dipilih. mendeklarasikan kemerdekaannya untuk

POSISI INDONESIA wilayah-wilayah yang berada di

Sikap pemerintah Indonesia baik semenanjung di tahun 1957, Pemerintah

terhadap berdirinya Federasi Malaya di Indonesia sedang disibukkan dengan

tahun 1957 ataupun terhadap berbagai berbagai perkembangan politik dan militer

―masalah‖ yang muncul sebagai akibat yang menyita perhatian. Penting diingat

berdirinya federasi tersebut—termasuk bahwa hal-hal yang berkaitan dengan

dalam hal ini soal Borneo Utara—tidaklah masalah teritorial—masalah yang meski

statis sejak tahun tersebut hingga jatuhnya berbeda konteks dan permasalahannya

Soekarno di tahun 1966, melainkan berubah- namun tidak jauh berbeda dengan masalah

ubah sesuai dengan perkembangan yang ada teritorial antara Filipina dan Malaya—

di dalam negeri dan perkembangan yang ada menduduki posisi sentral dalam

di daerah tetangganya. Demikian pula posisi perkembangan politik dalam negeri. Masih

Malaya/ Malaysia dan Filipina terhadap belum diserahkannya oleh Belanda daerah

Indonesia juga berubah-ubah bersamaan yang saat itu disebut Irian Barat menjadi

dengan berkembangnya pertikaian soal bara yang terus memperkeras retorika anti-

Borneo Utara dan dalam waktu yang kolonial para pemimpin Indonesia sejak

bersamaan menguatnya dorongan untuk 1950 dan kemudian mendorong mobilisasi

membentuk organisasi regional dari ASA, massa di berbagai kalangan utamanya di

akhir tahun 1950an. Pertanyaan mengenai 185 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

integritas teritorial menjadi lebih (KMB). Pemerintah Belanda masih berkeras

mengemuka ketika sejak 1956 beberapa untuk mempertahankan penguasaannya atas

pimpinan tentara di Sumatera dan Sulawesi daerah tersebut dan berkeras bahwa proses

dengan dukungan tokoh-tokoh sipil penentuan nasib harus ditentukan sendiri

menyatakan pembangkangan terhadap oleh masyarakat di sana, sebaliknya

pemerintah pusat, dan menyulut Pemerintah Indonesia menuntut wilayah

pemberontakan di daerah-daerah tersebut. tesebut diserahkan kepada Indonesia

Dekatnya daerah-daerah yang dikuasai oleh selambatnya bulan Juni 1951 (Penders 2002:

para pemberontak ini (Sumatera yang 284). Permasalahan teritorial yang tak segera

berbatasan dengan Malaysia, Sulawesi diselesaikan ini terbukti menjadi bara yang

bagian utara yang berbatasan dengan akhirnya dengan cepat memperburuk

Malaysia dan Filipina) serta hubungan antara Indonesia dan Belanda.

dimanfaatkannya daerah-daerah tetangga ini Situasi politik di Indonesia yang

sebagai sumber dana dan senjata baik secara sangat dinamis sejak pengakuan kedaulatan

langsung mapun tak langsung membentuk sampai berlangsungnya Pemilihan Umum

sikap pemerintah Indonesia dengan tahun 1955 dan diakhiri dengan

tetangganya dan sebaliknya. ditetapkannya Demokrasi Terpimpin di

Ketika Belanda secara resmi tahun 1957 membuat tidak jelasnya lembaga

mengakui kedaulatan Pemerintah Indonesia di dalam pemerintah Indonesia yang

atas wilayah yang sebelumnya dikuasainya menangani masalah Irian Barat. Di pihak

di akhir tahun 1949, pertanyaan mengenai lain, Pemerintah Belanda, yang juga

kedaulatan atas Irian Barat belum dijawab disibukkan dengan urusan dalam negerinya,

secara tuntas dalam Konferensi Meja Bundar membiarkan terus masalah ini dalam status 186 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

quo. Namun setiap kali perundingan antara Irian Barat. Di akhir tahun 1956 Dewan

Indonesia dengan Belanda yang merupakan Banteng dan Dewan Gajah mengambil alih

lanjutan dari KMB dilakukan dan dimana kendali militer masing-masing di Sumatera

masalah Irian Barat tetap tak berkeputusan, Barat dan Sumatera Utara. Di awal tahun

setiap kali itu pula semangat anti- 1957 Dewan Garuda melakukan hal yang

kolonialisme (dan bahkan anti-barat) terus sama di Sumatera Selatan dan kemudian di

berkobar dan nantinya berujung pada bulan Maret Permesta dideklarasikan di

nasionalisasi perusahaan-perusahaan Makassar (Kahin 1999: 182-187). Meskipun

Belanda di Indonesia di tahun 1958. ada usaha untuk menunjukkan keterlibatan

Dengan diterapkannya Konsepsi yang luas tokoh-tokoh sipil dalam dewan-

Soekarno di tahun 1957 yang secara dewan ini, namun tidak diragukan lagi

dramatis mengurangi peranan partai-partai peranan pimpinan-pimpinan tentara di

politik sesuai hasil Pemilihan Umum 2 tahun daerah sangat besar. Pelbagai gerakan ini

sebelumnya dan menguatnya posisi kemudian berubah menjadi pemberontakan

Soekarno dan Angkatan Darat, maka di awal tahun 1958 di Padang dengan

pertarungan politik di pusat juga berkurang dideklarasikannya Pemerintah Revolusioner

intensitasnya (Reeve 1985). Namun pada Republik Indonesia (PRRI) dimana para

saat yang bersamaan, pembangkangan para menteri dan kabinetnya diambilkan dari

pemimpin tentara di luar Jawa seolah berbagai tokoh yang dari awal dilibatkan

memindahkan pertarungan politik dari pusat dalam dewan dan dalam Permesta.

ke tepian wilayah republik ini untuk Di tengah hingar-bingar di dalam

menambahkan permasalahan teritorial lain negeri, tidak mengherankan bahwa reaksi

yang belum terselesaikan yakni masalah terhadap kemerdekaan yang dideklarasikan 187 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

oleh Federasi Malaya bagi wilayah-wilayah berbeda sekali, kalau tidak bisa disebut

yang berada di semenanjung belum begitu berlawanan, dengan apa yang terjadi di

menonjol. Tidak nampaknya reaksi yang Indonesia di saat yang bersamaan.

keras dari Pemerintah Indonesia mungkin Hubungan Indonesia dengan Malaya

juga muncul dari diragukannya kesungguhan yang memang berada di atas dasar yang

akan makna kemerdekaan Malaya sendiri rapuh kemudian perlahan memburuk ketika

mengingat federasi ini sangat khawatir pada pemerintah Indonesia merasa bahwa banyak

kuatnya komunisme di semenanjung anggota PRRI yang bebas bergerak di

(pernyataan kemerdekaan dilakukan di Malaya dan lebih jauh lagi di daerah di

tengah Masa Darurat/ Emergency yang semenanjung Malaya utamanya yang

adalah kebijakan kolonial Inggris untuk berbatasan dengan Thailand yang adalah

memadamkan perlawanan anti kolonial daerah perolehan senjata yang kemudian

dimana perlawanan ini dilakukan oleh dapat diselundupkan ke wilayah Indonesia

tokoh-tokoh komunis yang kebanyakan yang dikuasai pemberontak. Dan meskipun

keturunan Cina di Malaya) dan ditanda pemerintah Malaya segera menyatakan

tanganinya Perjanjian Pertahanan Anglo- kebijakannya untuk tidak ikut campur soal

Malaya (Anglo-Malayan Defence PRRI, namun tidak mudah untuk menghapus

Agreement/ AMDA) dua bulan sesudah kecurigaan dari pemerintah Indonesia

deklarasi kemerdekaan (Mackie 1974: 32). mengingat kebanyakan tokoh PRRI berasal

Kedua hal ini membuat Federasi Malaya dari Sumatera yang memang memiliki

dilihat tidak sungguh-sungguh ingin kedekatan historis dan etnis dengan tetangga

merdeka karena sepenuhnya berpihak pada Melayunya (Liow 2005: 89, Mackie 1974:

kubu barat dan anti komunis—sesuatu yang 29-30). 188 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Kecurigaan pemerintah Indonesia kolonialisme‖ oleh Inggris dengan dukungan

terhadap Federasi Malaya di akhir tahun para pemimpin Melayu.

1950an sebenarnya bukan merupakan Ajakan pemerintah Filipina sejak

penolakan secara keseluruhan. Bahkan bulan September 1962 kepada pemerintah

ketika di bulan Januari tahun 1961 pimpinan Indonesia untuk mendukungnya dalam usaha

Federasi Malaya Tunku Abdul Rahman mengklaim Borneo Utara cocok dengan

secara terbuka mengusulkan dibentuknya kerangka perjuangan anti-kolonialisme yang

Federasi Malaysia yang meliputi juga sedang dikobarkan oleh Indonesia.

daerah-daerah di Pulau Kalimantan, pada Dilupakan oleh Indonesia untuk beberapa

awalnya pemerintah Indonesia tidak saat tindakan Filipina yang secara aktif

menyatakan keberatannya (Liow 2005: 98, membantu para pemberontak PRRI dan

Mackie 1974: 103). Reaksi Indonesia Permesta di Sumatera dan Sulawesi demi

terhadap rencana Federasi Malaysia secara misi anti-kolonialisme (Kahin 1995: 168).

perlahan mengeras sejalan juga dengan Meski posisi Indonesia tidak berubah hingga

mengerasnya retorika anti-Belanda dalam jatuhnya Soekarno, namun seperti yang

usaha merebut Irian. Di tahun 1958 Front dijelaskan sebelumnya, usaha Filipina dan

Nasional Pembebasan Irian Barat dibentuk persekutuannya dengan Indonesialah yang

dengan sokongan Angkatan Darat (Reeve berubah.

1985: 120). Dalam suasana dan kerangka KRISIS FILIPINA BAGIAN SELATAN

berpikir ini maka rencana Federasi Malaysia DAN “LUPA” STATUS SABAH

tidak dilihat sebagai proses de-kolonisasi Tarik menarik politik dalam

tetapi merupakan bagian dari ―neo- menentukan status Borneo Utara/ Sabah

perlahan-lahan berubah sejak 189 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dideklarasikannya Federasi Malaysia dan Sejak masa kampanye hingga ketika

terutama sejak digantinya Presiden menjabat, Marcos terkesan memainkan

Macapagal di Filipina di tahun 1965 dan politik dua muka ketika berurusan dengan

Presiden Soekarno setahun kemudian. Kalau status Sabah. Ke luar, utamanya ke ASEAN,

sebelumnya suasana perang dingin antara Marcos dalam beberapa kesempatan sudah

blok komunis dan blok anti-komunis begitu mengatakan keinginannya untuk mengakhiri

menentukan tarik menarik politik di masa klaim Filipina atas Sabah, namun pada saat

dekolonisasi di Asia Tenggara, sesudah 1965 yang sama ke dalam negeri menjamin akan

suasananya berubah dengan munculnya terus mempertahankan klaim atas wilayah

rezim penguasa yang sepenuhnya anti- tersebut meski lewat jalur diplomatik

komunis di Jakarta, Manila dan Kuala (Fernandez 2007: 56). Keadaaan menjadi

Lumpur. Namun demikian ―masalah‖ Sabah rumit, tidak hanya bagi Marcos, tapi juga

terus menjadi ganjalan, utamanya bagi bagi hubungan Filipina dengan Malaysia

hubungan Malaysia dengan Filipina meski ketika terungkap adanya tragedi

dengan dimensi yang sama sekali berbeda. Pembantaian Jabidah pada tanggal 17 Maret

Untuk memperkuat posisinya di wilayah ini, 1968, tidak sampai setahun sejak ASEAN

Malaysia mendesak pemerintah Indonesia dibentuk. Tragedi tersebut adalah

yang baru untuk mengakui kedaulatan pembantaian 64 orang Muslim dari Filipina

Malaysia atas Sabah sebagai trade-off bagian selatan yang direkrut secara rahasia

dukungan Malaysia terhadap peranan dan dilatih secara militer untuk apa yang

Indonesia dalam pendirian ASEAN (yang disebut ―Operasi Merdeka‖ yang

menggantikan ASA dimana Indonesia sama direncanakan untuk merebut Sabah dari

sekali tidak berperan) (Liow 2001: 113). Malaysia. Gambaran rinci yang 190 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

sesungguhnya terjadi termasuk kenapa pemerintah Filipina di kalangan Muslim di

mereka yang direkrut kemudian dibantai Filipina bagian selatan dan di kalangan

oleh para pelatihnya sendiri mungkin tidak mahasiswa yang berasal dari sana. Di

akan pernah diketahui, sedangkan gambaran tambah lagi, di masa tersebut ribuan migran

sepintas mengenai tragedi tersebut diperoleh dari pulau-pulau di tengah Filipina masuk ke

dari seorang korban yang meski ditembak pulau Mindanao dan mengambil alih

namun tidak tewas dan akhirnya dapat penguasaan atas tanah yang sangat luas

menceritakan nasibnya dan nasib rekan- untuk keperluan perkebunan. Di tahun 1968

rekannya. Marcos menolak tuduhan bahwa organisasi Muslim Filipina bagian selatan

dia merencanakan dan karenanya Muslim Independence Movement (MIM)

bertanggung jawab atas seluruh peristiwa didirikan oleh seorang gubernur setempat

tersebut, namun seorang mayor angkatan dan di tahun 1969 Moro National Liberation

darat Filipina yang dianggap bertanggung Front (MNLF) dibentuk oleh sekelompok

jawab (Salah Jubair 1999: 132). Peristiwa mahasiswa yang tadinya bersekolah di

tersebut tentu saja menimbulkan krisis luar Manila dan sekelompok lain yang

biasa tidak hanya di dalam negeri Filipina bersekolah di Kairo (Mesir). Setahun

namun juga dalam hubungannya dengan kemudian eskalasi kekerasan di pulau

Malaysia. Pemerintah Malaysia mencurigai Mindanao antara pendatang yang

bahwa Marcos masih merencanakan untuk kebanyakan beragama Kristen dan Katolik

melakukan klaim atas Sabah tidak hanya dengan masyarakat Mindanao yang

secara diplomatik. beragama Islam memuncak dengan

Di Filipina, tragedi tersebut memicu kelompok yang disebut terakhir terus

munculnya ketidak percayaan terhadap 191 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

didesak (Salah Jubair 1999: 135-143, 149- ini tinggal dan diserap dalam sektor

157). Krisis Filipina bagian selatan dimulai . perkebunan di Sabah untuk bertahun-tahun

Sejak munculnya krisis Filipina lamanya. ―Masalah‖ Sabah karenanya bukan

bagian selatan maka ―masalah‖ Sabah (hanya) masalah status tetapi juga menjadi

memiliki makna yang berbeda, setidaknya bagian masalah yang lebih besar bagi

bagi pemerintah Filipina. Sabah menjadi Filipina khususnya dan bagi negara-negara

daerah dimana para pejuang MNLF (dan yang mayoritas penduduknya Muslim di

nantinya juga MILF) menggunakan Sabah sekitarnya, pada umumnya.

sebagai daerah aman untuk menyiapkan diri Masalah status Sabah memang belum

serta memperoleh dukungan logistik (Che pernah terpecahkan. Masalah ini seolah

Man 1990: 79, 139-140). Secara sosial, sejak sama-sama sengaja dilupakan baik oleh

meningkatnya pertempuran dan Malaysia maupun Filipina meski dengan

memburuknya situasi keamanan di pulau alasan yang berbeda. Apa yang terjadi sejak

Mindanao Sabah menjadi tujuan migrasi bulan Februari 2013 di Sabah seolah

bagi ribuan warga masyarakat Filipina memaksa keduanya untuk kembali

bagian selatan yang mencari peluang bekerja mengingat masalah ini, dan mungkin kali ini

yang lebih baik daripada apa yang tersedia di untuk menemukan jalan keluarnya.

kampung halamannya. Dan ribuan migran

192 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

Aguilar Jr., Filomeno V., ―Tracing Origins: ―Ilustrado Nationalism‖ and the Racial Science of Migration Waves,‖ Journal of Asian Studies, 64, 3, 2005

Armstrong, Hamilton Fish, ―The Troubled Birth of Malaysia,‖ Foreign Affairs, 41, 4, 1963

Che Man, W. K., Muslim Separatism: The Moros of Southern Philippines and the Malays of Southern Thailand., Singapore: Oxford University Press, 1990

Cheah Boon Keng, ―The Japanese Occupation of Malaya,‖ Indonesia, 28, 1979

Fernandez, Erwin S., ―Philippine-Malaysia Dispute over Sabah,‖ Asia-Pacific Social Science Review, 7, 1, 2007

Fowler, Will, Britain‟s Secret War. The Indonesian Confrontation 1962-1966., Oxford: Osprey Publishing, 2006

Jones, Matthew, Conflict and Confrontation in South East Asia, 1961-1965. Britain, the United States and the Creation of Malaysia., Cambridge: Cambridge University Press, 2002

Jubair, Salah, Bangsamoro. A Nation under Endless Tyrany (3rd Ed.)., Kuala Lumpur: IQ Marin, 1999

Kahin, Audrey, Rebellion to Integration. West Sumatra and the Indonesian Polity., Amsterdam: Amsterdam University Press, 1999

Kahin, Audrey R., dan Kahin, George McT., Subversion as Foreign Policy. The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia., Seattle: University of Washington Press, 1995

Lau, Albert, ―Malayan Union Citizenship,‖ Journal of Southeast Asian Studies, 20, 2, 1989

Leifer, Michael, The Philippine Claim to Sabah., Hull: CSEAS University of Hull, 1968

Liow, Joseph Chinyong, The Politics of Indonesia-Malaysia Relations., Oxon: RoutledgeCurzon, 2005

Mackie, JAC, Konfrontasi. The Indonesian-Malaysia Dispute 1963-1966., Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1974

Ooi Keat Gin, The Japanese Occupation of Borneo 1941-1945., London: Routledge 2011

Penders, C.L.M., The West New Guinea Debacle., Adelaide: Crawford House Publishing, 2002

193 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Reeve, David, Golkar of Indonesia., Singapore: Oxford University Press, 1985

Tarling, Nicholas, ―From SEAFET and ASA: Precursors of ASEAN,‖ International Journal of Asia-Pacific Studies, 3, 1, 2007

194 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

KEWARGANEGARAAN DAN DILEMA MINORITAS PASCA KOLONIAL

BERCERMIN KASUS SABAH DAN KESULTANAN SULU

Ahmad Suaedy AW Centre-Universitas Indonesia Email: [email protected]

Abstract: Citizenship and Post Colonial Minority Dilema in Southeast Asia: A Reflection of the Issue of Sabah and the Sultanate of Sulu

This paper is aimed to understand the issue of citizenship and the post colonial minority dilema by looking ath the issue of Sabah and the Sultanate of Sulu. Unlike western countries whose states were formed based on their established historical territories, the formation of states in the east or non-western areas in general inherited complicated religious, ethnic, traditional rules and familial relations. Non-western post-colonial states should developed different conceptions of state-borders by considering traditional cutural realities, multicultural and plural ethnicities, languages and religions and family connections within each state or among several states. This re-defintion should not eliminate individual ownership but also to promote a vision of common welfare.

Keywords: Citizenship, Minority, Sabah, Sulu Sultanate

Abstrak: Kewarganegaraan dan Dilema Minoritas Pasca Kolonial, Bercermin Kasus Sabah dan Kesultanan Sulu

Tulisan ini bertujuan untuk memahami persoalan kewarganegaraan dan dilema minoritas pasca kolonial, bercermin pada kasus Sabah dan Kesultanan Sulu. Berbeda dengan negara barat yang dalam proses terbentuknya negara-bangsa didasarkan pada pembagian wilayah teritori yang bersifat historis dan mapan, negara di Timur atau non-Barat pada umumnya, batas-batas negara bangsa didasarkan pada pembagian wilayah jajahan atau koloni dan meninggalkan komplikasi hubungan agama, etnis, kekuasaan tradisional dan bahkan keluarga yang serius. Negara-negara non-Barat pasca kolonial selayaknya membangun sendiri definisi batas-batas itu yang berbasis pada realitas kulturan tradisional, multikultural dan pluralis etnis, bahasa dan agama, serta hubungan persaudaraan dan keluarga, baik dalam negara itu sendiri dan antar negara. Redefinisi itu tentu saja dengan tidak menghilangkan hak milik masing-masing tetapi justru untuk suatu visi distribusi kemakmuran bersama.

Kata kunci: Kewarganegaraan, Minoritas, Sabah, Kesultanan Sulu

195 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

PENDAHULUAN: terbentuknya negara-bangsa didasarkan pada

PROBLEM KEWARGANEGARAAN pembagian wilayah teritori yang bersifat

DAN MINORITAS historis dan mapan. Sedangkan di Timur

Bagai geledek di siang bolong. atau non-Barat pada umumnya, batas-batas

Beberapa waktu lalu, tiba-tiba sepasukan negara-bangsa didasarkan pada pembagian

kesultanan Sulu di bawah komando Raja wilayah jajahan atau koloni dan

Muda Agbimuddin Kiram adik dari Sultan meninggalkan komplikasi hubungan agama,

Jamalul Kiram III dari kesultanan Sulu yang etnis, kekuasaan tradisional dan bahkan

kini merupakan bagian dari wilayah negara keluarga yang serius.

Republik Filipina menduduki sebuah daerah Ada wilayah yang semula mayoritas

di Sabah yang merupakan negara bagian dari dan berkuasa tiba-tiba menjadi minoritas dan

Federasi Malaysia. Banyak orang subordinatif seperti terjadi pada Kesultanan

terperanjat, ada apa dan apa latar Sulu dan posisi Sabah. Hal yang sama terjadi

belakangnya. pada Kesultanan Patani di Thailand Selatan,

Tetapi kalau kita merefleksikan misalnya. Dua wilayah itu hanya contoh dari

problematik batas wilayah (territorial banyak kasus di banyak negara pasca-

integrity) dalam konsep negara-bangsa kolonial. Di sisi lain, kewarganegaraan

(nation-state) di negara-negara non-Barat dalam negara-bangsa didasarkan pada

maka tidak terlalu heran. Berbeda paham individualistik konvensional

keadaannya dengan di Barat, nasionalisme sebagaimana karakter khas Barat yang

dan terbentuknya negara-bangsa di Timur cenderung homogen dengan mengabaikan

atau negara-negara bekas koloni cenderung hak kolektif (kymlcika 1995: 57-58).

meninggalkan bom waktu. Di Barat, Sementara karakter bangsa Timur pada 196 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

umumnya adalah komunitarian yang cenderung dihegemoni oleh mayoritas

memiliki hubungan kolektif yang sangat dalam masalah-masalah krusial seperti hak

kuat dan dalam setiap wilayah selalu budaya, bahasa, etnis dan agama. Kasus

cenderung plural dan multikultural pendudukan Kesultanan Sulu atas Sabah

(Kymlicka 2001). Problem mendasar di yang sesungguhnya sangat mustahil dan naif

negara-negara Timur pasca-kolonial adalah bisa terjadi, tampaknya bukan satu-satunya

bagaimana memperlakukan komunitas- kasus melainkan masih banyak ketegangan

komunitas warganegara minoritas yang dan konflik warisan yang bermula dari

memiliki perbedaan mendasar budaya, terbentuknya negara-bangsa yang belum

bahasa, agama dan etnis dari mayoritas selesai.

seperti terjadi di Mindanao Filipina dan Tuntutan reformulasi batas-batas

Patani Thailand, dan juga sebagian wilayah wilayah yang kini hanya berbasis pada batas

bagian timur Indonesia. teritorial yang menimbulkan banyak

Globalisasi dan demokratisasi telah problem dan tuntutan dihormatinya posisi

mendorong makin menguatnya tuntutan minoritas tersebut merupakan trend baru

minoritas di berbagai negara, bukan hanya gerakan pasca liberalisme berupa gerakan

minoritas migran tetapi juga minoritas multikulturalisme dalam nasionalisme dan

pribumi yang selama ini tertindas dalam negara-bangsa. Bahkan hal ini juga terjadi di

negara-banga tersebut. Bukan hanya Barat sendiri seperti pada kasus bangsa

disebabkan karena ketidakadilan dan Skotlandia atas Inggris raya dan posisi

terabaikannya hak-hak individu, melainkan minoritas Quebec di Kanada. Penyerangan

juga hak-hak kolektif mereka sebagai Kesultanan Sulu ke Sabah merupakan kasus

minoritas (Kymlicka 1995). Demokrasi menarik untuk didiskusikan sebagai trend 197 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

baru tersebut dan mungkin peringatan bagi Spanyol menduduki wilayah Filipina

negara-negara non-Barat pasca-kolonial tersebut.

tentang berbagai problem yang mungkin Karena itulah, Kesultanan Sulu yang

muncul di masa depan. berpusat di pulau Sulu beribukota Jolo,

LATAR BELAKANG SEJARAH berjarak semalam naik boat dari pulau induk

Kesultanan Sulu berdiri pada Mindanao, tidak pernah merasa tunduk dan

pertengahan abad ke-15 setelah sekitar dua dijajah oleh Spanyol. Tetapi ketika Spanyol

abad sebelumnya Islam masuk dan kalah perang dari Amerika Serikat dalam

diperkenalkan di wilayah itu. Seabad memperebutkan wilayah jajahan, dalam

kemudian, pertengahan abad ke-16, pasukan perjanjian penyerahan daerah jajahan di

kerajaan Spanyol mendarat di wilayah yang Paris 1898, Spanyol memasukkan

sekarang disebut Filipina untuk menjajah keseluruhan Mindanao, termasuk Kesultanan

wilayah itu. Dakwah Islam sendiri waktu itu Sulu, sebagai bagian dari wilayah Filipina

sudah sampai ke Manila di utara, ibu kota yang diserahkan. Maka masyarakat dan

Filipina sekarang, meskipun masih sangat Kesultanan Sulu marah dan menentangnya

minoritas. Dalam waktu empat abad Spanyol dan mereka menyebut penyerahan itu

sukses bukan hanya menjajah tetapi sebagai perampokan. Mereka mengklaim

melakukan Katolik-isasi hampir seluruh melanjutkan perang sepanjang setengah abad

wilayah tersebut, kecuali kepulauan di bawah penjajahan Amerika. Calakanya,

Mindanao yang mayoritas beragama Islam. pada penyerahan kemerdekaan oleh AS

Orang-orang Mindanao mengatakan, mereka kepada Filipina 1947, wilayah Mindanao

berperang sepanjang empat abad penjajahan termasuk Kesultanan Sulu, juga masuk di

dalamnya (Tauzon 2008, Yegar 2002). 198 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Sultan Sulu ketika itu mengirim surat Sabah disewakan kepada perusahaan yang di

kepada Presiden dan Kongres AS untuk bawah penjajahan Inggris milik Von

tidak ikut dalam kemerdekaan Filipina dan Overbeck dan Dent, ditandatangi 1878

ingin tetap di bawah penjajahan AS, tetapi tersebut.

diabaikan. Sekali lagi masyarakat Sulu Model konsesi yang sama terhadap

meneruskan perjuangan kemerdekaan di Inggris terjadi pada wilayah kesultanan

bawah pemerintahan Filipina yang merdeka. Patani yang ketika itu di bawah kontrol

Dalam pikiran orang Sulu atau Mindanao, kerajaan Siam, seperti Perlis dan Kelantan --

jika Kesultanan Sulu tidak ikut Filipina sekarang juga menjadi negara bagian

maka akan menjadi negara merdeka sendiri Federasi Malaysia. Penggabungan Sabah dan

seperti Brunei Darussalam sekarang. Sebuah juga Sarawak ke dalam Federasi Malaysia

negara kecil yang sangat kaya minyak di 1963 sama sekali mengabaikan perjanjian

tengah-tengah negara besar. sewa antara Kesultanan Sulu dan perusahaan

SABAH: INGGRIS VERSUS Inggris tersebut. Sehingga Kesultanan Sulu

KESULTANAN SULU sampai sekarang masih mengklaim pemilik

Ketika itu Borneo Utara yang sah wilayah Sabah dan hanya disewa oleh

sekarang Sabah dan Sarawak adalah wilayah Inggris yang kemudian dialihkan kepada

Kesultanan Sulu setidaknya sampai 1878, Federasi Malaysia.

dalam waktu yang sama Inggris sedang KEBIJAKAN MIGRASI AMERIKA

menjajah wilayah daratan yang SERIKAT-FILIPINA DAN

berseberangan dengan Borneo dibatasi oleh PENGALIHAN HAK TANAH

luat. Untuk menghindari konfrontasi dan Selama penjajahan atas Filipina, Amerika

pencaplokan oleh Inggris maka wilayah memberlakukan kebijakan migrasi guna 199 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

membangun perkebunan dan pertanian di fasilitas Gereja dan pendidikan umat

wilayah Mindanao yang waktu itu masih Katolik. Sementara pusat-pusat perkebunan

kosong dan jarang penduduknya. Para menerima pekerja para migran dan sekolah

migran itu adalah penduduk Filipina Tengah yang terbaik menerima anak-anak mereka,

dan Utara yang miskin dan mayoritas maka penduduk asli yang sebagian besar

Katolik. Selama 1898-1947 penduduk Muslim terpinggirkan baik sebagai pekerja

Mindanao yang semula lebih dari 80 persen maupun akses pendidikan terbaik (Wilson

Muslim dan selebihnya sedikit Katolik dan 2009). Penduduk asli Muslim umumnya

indeggenous people atau di Mindanao resisten terhadap sekolah Katolik dan juga

disebut Lumad, tinggal 50 persen karena sekolah sekuler pemerintah. Jadilah proses

besarnya migrasi. Program migrasi itu marjinalisasi dan bahkan seorang professor

dilanjutkan oleh pemerintah Filipina pasca di Mindanao State University, Iligan City,

kemerdekaan dengan angka yang lebih B.R. Rodil menyebutnya sebagai terjadinya

fantastis. Tahun 1947-1970an penduduk proses minoritinization (Rodil 1994, 2003).

Muslim di Mindanao tinggal 17 persen dan Pada tahun 1968 terjadi pembantaian

10 persen Lumad, selebihnya migran terhadap sejumlah calon tentara –ada yang

beragama Katolik (Tauzon 2008). menyebut 60an orang dan ada pula yang

Problemnya kemudian bukan hanya menyebut 30an orang—yang seluruhnya

karena kedatangan dan jumlah migran yang berasal dari Sulu karena direkrut untuk

besar melainkan dalam waktu yang sama kepentingan khusus oleh Angkatan Perang

terjadinya pengalihan kepemilikan tanah Filipina. Yaitu, untuk membebaskan Sabah

secara besar-besaran, dengan cara sah dari Federasi Malaysia dan dikembalikan ke

maupun tidak sah, serta berdirinya berbagai pangkuan Filipina karena wilayah itu 200 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dianggap milik Kesultanan Sulu dan dengan melakukan apa yang menjadi tugas mereka

sendirinya adalah milik Filipina. sebagai tentara maka mereka dibantai

Setelah di-kamp beberapa bulan dan seluruhnya yang kemudian terkenal dengan

dilatih oleh Angkatan Perang Filipina di ―.‖ Tetapi, ada satu orang

bawah komandan seorang Katolik, tiba yang melarikan diri dan selamat dan

saatnya diterjunkan untuk membebaskan mengadukan kasusnya kepada media:

Sabah. Ternyata, mereka seluruhnya Terbongkar! (Yegar 2002).

menolak untuk menyerbu Sabah karena TUNTUTAN MERDEKA

mereka menganggap bahwa penduduk Sabah Terbongkarnya pembantaian Jabidah

adalah saudara mereka, memiliki hubungan membangkitkan nasionalisme Mindanao

keluarga, historis, sesama etnis Melayu, untuk merdeka dan berpisah dari Filipina.

Muslim dan di bawah Kesultanan Sulu. Muncul tokoh pemersatu yang ketika itu

Mereka lebih dekat dalam semua aspek seorang profesor di Islamic Studies

dengan penduduk Sabah ketimbang dengan University of the Philippines, yaitu Nur

Filipina Tengah dan Utara bahkan dengan Misuari dengan wakilnya Hasyim Salamat

pemerintah pusat. Karena itu tidak mungkin yang merupakan alumni Al-Azhar, Mesir.

mereka bermusuhan dengan saudaranya Berdirilah organisasi modern Moro National

sendiri. Perlu diketahui bahwa pulau Sulu Liberation Front (MNLF) untuk menuntut

dan Tawi-Tawi yang bersebelahan lebih kemerdekaan Mindanao. Julukan ―Moro‖

dekat dengan Sabah ketimbang dengan yang ketika itu merupakan penghinaan

Filipina Tengah dan Utara dan bahkan terhadap orang Muslim yang berasal dari

dengan penduduk pulau induk Mindanao. bahasa Spanyol, kemudian dikukuhkan

Akibatnya, karena mereka menolak untuk 201 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

menjadi simbol kebanggaan dan perjuangan: Filipina akan memberikan otonomi wilayah

Bangsa Moro. mayoritas Muslim di Mindanao kepada

Tetapi, presiden Ferdinand Marcos MNLF sebagai representasi Moro, maka

tidak mau kehilangan muka dengan MNLF menarik tuntutan merdeka dengan

memberlakukan UU Darurat 1970 yang beralih pada tuntutan otonomi dengan batas-

memungkinkan untuk mengerahkan seluruh batas wilayah yang telah disepakati yang

kekuatan untuk memberantas yang dianggap realisasinya akan dibicarakan lebih lanjut.

sebagai separatis. Menurut sebagian orang Kesepakatan itu rupanya tidak bulat,

Mindanao, sepanjang perang lima abad sejak sehingga dengan dipimpin oleh Hasyim

masuknya Spanyol, belum pernah Mindanao Salamat, wakil sendiri di

serusak ketika masa UU Darurat tersebut. MNLF, mereka pecah dan hampir separo

Karena, tentara Filipina tidak hanya jumlah pendukung dan pasukan MNLF

menyerang pasukan MNLF, tetapi juga berpindah ke organisasi pecahan yaitu Moro

rakyat sipil, masjid dan madrasah. Islamic Liberation Front (MILF). Malaysia

Meskipun korban berjatuhan di diduga terlibat dalam berdirinya MILF

kedua belah pihak tetapi akhirnya mencapai karena Nur Misuari telah mengagendakan,

suatu perjanjian damai MoA (Memorandum jika MNLF merdeka atau otonomi akan

of Agreement) pada tahun 1979 antara mengembalikan Sabah ke pangkuan Sulu

MNLF dan pemerintah Filipina yang atau Mindanao. Sedangkan MILF menolak

difasilitasi oleh Libya di bawah presiden kompromi dan tetap menuntut merdeka serta

Mohamad Khoadafi yang ketika itu Ketua tidak mau ikut dalam struktur pemerintahan

OKI di Tripoli. Dalam perjanjian itu apapun (Tauzon 2008). Di lain sisi, MoA itu

disepakati bahwa sementara pemerintah sendiri gagal diimplementasikan setidaknya 202 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

karena tiga hal: pertama, karena Marcos implementasi atas MoA yang gagal di bawah

mengeluarkan kebijakan baru tentang Marcos. Namun, lagi-lagi kesepakatan itu

pembagian regional seluruh Filipina dimana gagal direalisasikan karena pemerintah pusat

Mindanao dibagi menjadi dua region. Fakta kembali mensyaratkan adanya referendum

ini mengacaukan klaim MNLF atas otonomi yang juga ditolak oleh MNLF, namun

wilayah di Mindanao yang telah disebut plebisit tetap dipaksakan berjalan dan di

secara jelas dalam MoA Tripoli. Kedua, bawah suatu institusi otonomi berdasarkan

pemerintah pusat mensyaratkan realisasi UU yang dikeluarkan oleh Kongres, yaitu

otonomi itu melalui referendum berbasis ARMM (Autonomous Region in Muslim

kabupaten/ kota yang tidak ada di dalam Mindanao).

MoA. Ketiga, Marcos juga menggunakan Referendum ARMM yang berbasis

kepala-kepala adat untuk memecah belah pada kabupaten/kota membuat wilayah

kepemimpinan Misuari di MNLF di samping ARMM sungguh rumit. Ada propinsi yang

berdirinya MILF. Meski demikian, bergabung ke dalam ARMM tetapi sejumlah

implementasi otonomi melalui referendum kabupaten dan kota dan bahkan ibukota

tersebut dipaksakan oleh Marcos dengan propinsi itu sendiri tidak ikut di dalamnya.

mengabaikan protes baik MNLF maupun Hal ini seperti terjadi pada Kotabato sebagai

MILF. ibukota propinsi Magindanao dan Isabela

Ketegangan dan perang kembali sebagai salah satu kota di bawah propinsi

tidak terelakkan, tetapi Presiden Corazon Sulu (kini ibukota propinsi ).

Aquino menarik mereka kembali ke meja Sementara propinsi Magindanao ikut dalam

perundingan. Dengan difasilitasi Indonesia, ARMM maka Kotabato sebagai ibukota

terjadilah kesepakatan tahun 1989 tentang propinsi tidak ikut. Anehnya ibukota 203 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

ARMM sendiri berada di Kotabato yang sehingga Misuari tidak bisa melakukan

notabene bukan merupakan wilayah ARMM. pembangunan apapun selain biaya rutin

Dari hasil referendum itu memang bisa seperti gaji dan operasional pemerintahan.

ditebak bahwa kabupaten/kota yang Banyak penulis mengkritik Misuari sebagai

penduduknya fifty-fifty atau lebih sedikit gubernur yang nepotis dan korupsi, namun

Islam atau Katolik umumnya tidak kenyataannya bahwa dengan berbagai alasan

bergabung dengan ARMM, hanya daerah antara lain karena krisis moneter Asia 1997

yang mayoritas Muslim maka mereka ikut dan karena budget secara nasional sudah

ke dalamnya. Kerumitan itu juga terjadi pada ditetapkan sebelumnya sehingga tidak

penyelenggaraan pemilihan umum yang mungkin mengabulkan seluruh permintaan

berbeda jadwal dengan pemilihan umum ARMM di bawah Misuari, budget ARMM

nasional (Yegar 2002). tidak didukung sepenuhnya. Misuari

Meski demikian, kira-kira tujuh kehilangan kesabaran sehinga terjadi

tahun kemudian Presiden Fidel Ramos kekerasan yang dalam penyelidikan intelejen

berhasil membawa Nur Misuari ke pangkuan mengarah kepada keterlibatan Misuari

ARMM dengan janji dikembalikannya klaim sebagai gubernur. Misuari akhirnya

wilayah otonomi yang tercantum di dalam dipenjara karena itu (Yegar 2002).

MoA Tripoli 1979 dan didukung untuk Sesunggunya pemerintah pusat

menjadi gubernur dalam pemilu ARMM. Filipina tidak memutus hubungan dengan

Namun, bulan madu Ramos dengan MNLF- MILF. Pada tahun 2003 dengan kembali

Misuari tidak berlangsung lama karena difasilitasi oleh Libya terjadi penandatangan

ternyata budget ARMM yang diajukan MoA di Tripoli antara pemerintah Filipina di

gubernur Misuari hanya dikabulkan sebagian bawah presiden Gloria Macapagal dengan 204 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

MILF. Isinya antara lain adalah bahwa mengatakan akan ikut siapa saja yang akan

MILF menarik tuntutan merdeka dan beralih memperoleh hak lebih luas untuk

ke otonomi serta melanjutkan perundingan kepentingan Moro. Ibrahim menyatakan

bentuk otonomi yang kemudian disebut bahwa MoA-AD ini adalah sikap paling

sebagai MoA-AD (Memorandum of reformis dari MILF dan tidak bisa lebih

Agreement on Ancestral Domain) (Tumirez reformis lagi. Pilihan lainnya adalah kembali

2007; Williams 2010). Perundingan MoA- ke separatis atau medan perang. Sementara

AD gagal di tahun 2009 tetapi kemudian pihak oposisi Ibrahim menolak kompromi

direvisi dan disepakari pada Oktober 2012 karena kemerdekaan adalah harga mati.

atas fasilitasi Malaysia dan organisasi- Dua kali juga penulis bertemu

organisasi civil society di dunia. dengan Nur Misuari sebelum ditandatangani

Pada awal tahun 2010, saya bertemu MoA MILF-pemerintah Filipina 2012 dan

baik pemimpin tertinggi MNLF Nur Misuari dua kali pula pasca penandatangan itu, di

dan kelompok MNLF oposisi Misuari, Jakarta dan di Manila. Pada dua kali

Muslimin Semma yang tinggal dan suku pertemuan sebelum pendatangan MoA itu,

Magindanao maupun pemimpin tertinggi tampaknya Misuari masih berharap bahwa

MILF Ir. Ibrahim Murod pengganti Hasyim MNLF bisa menguasai lagi ARMM dan

Salamat di Camp Abu Bakar yang dijaga bahkan Misuari menyatakan bahwa draf

ketat. Saya juga bertemu dengan pemimpin RUU tengah dibahas di Kongres untuk

oposisi terhadap Ibrahim Murod di MILF memperbaharui eksistensi ARMM. Namun

yang bersuku Tausug. Nur Misuari ketika itu dua kali bertemu paska MoA 2012, Nur

masih berharap bisa memperoleh kembali Misuari tampak frustasi dan tidak punya

kekuasaan di ARMM, sedangkan oposisinya pilihan lain kecuali mungkin akan bersikap 205 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

frontal karena ARMM praktis telah diambil ADA APA DENGAN MNLF DAN MILF?

alih oleh MILF. Sesungguhnya perbedaan MNLF dan

Dalam MoA 2012 tersebut, ARMM MILF bukan hanya dalam organisasi dan

memang dilebur menjadi bagian dari ideologi tetapi juga berbeda dalam basis

wilayah otonomi vesi MILF. Praktis terjadi etnis dan legitimasi serta pusat konsolidasi.

pengalihan penguasaan otonomi dari MNLF Baik MNLF maupun MILF semula adalah

ke MILF tanpa mengikutkan pembicaraan organisasi modern yang dipimpin oleh para

MNLF di dalamnya. Pada akhir November terdidik dan bersifat meritokrasi sebagai

2012 saya berkesempatan ke Manila dan kritik terhadap kepemimpin tradisional di

Mindanao termasuk Basilan: baik Nur Mindanao yang feodal dan dinastik. Tetapi

Misuari dan para pendukungnya mengaku ketika keduanya terdesak oleh realitas arus

tidak pernah diajak bicara tentang politik maka mereka mencari legitimasi

pembicaraan dan negosiasi dalam MoA tradisionalnya masing-masing, yaitu basis

MILF yang ditandatangani Oktober 2012 etnis dan kesultanan. Sementara MNLF

tersebut. Sedangkan oposisinya menyatakan berbasis di Sulu dengan etnis Tausug dan

akan bergabung dengan MoA tersebut. Hal kesultanan Sulu, maka MILF berbasis pada

yang patut dipertanyakan adalah peran etnis Magindanao di pulau induk Mindanao

pemerintah Indonesia karena Indonesia yang berbasis pada kesulatanan Magindanao.

adalah mediator realisasi ARMM, sementara Dengan demikian, kini MNLF dan MILF

kini diambil alih oleh Malaysia melalui berhadapan bukan hanya dalam ideologi dan

MILF. agenda melainkan juga dalam perbedaan

etnis, legitimasi kesultanan dan pusat

konsolidasi yang berbeda. Secara geografis 206 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

letak kesultanan Magindanao lebih dekat Serangan ke Sabah, dengan

dengan pemerintah pusat tetapi secara demikian, boleh jadi adalah outlet dari

historis Sulu lebih terhormat dan tua karena frustasi ini. Targetnya mungkin bukan ingin

kesultanan Magindanao baru berdiri di abad menguasai Sabah apalagi merebut dari

ke-19. Malaysia saat ini, tetapi tidak lebih dari

Dengan akomodasi pemerintah pusat mencuri perhatian dunia dari ketertindasan

Filipina terhadap MILF-suku Magindanao- dan minoritisasi oleh pemerintah pusat

kesultanan Magindanao dan memasukkan Filipina, pengabaian dalam otonomi

ARMM yang notabene ―milik‖ MNLF-suku Mindanao dalam MoA 2012 dan

Tausug-kesultanan Sulu tanpa konsultasi dan keterasingan dari dunia luar.

pelibatan mereka dalam pembicaraan maka ANALISIS: PERLUNYA PERUBAHAN

praktis etnis Tausug yang juga MNLF dan RADIKAL

masyarakat serta kesultanan Sulu kehilangan Nasionalisme dalam negara-bangsa

harapan dalam arti keseluruhan, termasuk yang mengagungkan territorial integrity

kans-nya untuk bisa merebut kembali Sabah sebagai satu-satunya definisi batas wilayah

suatu ketika. Sementara pemerintah pusat adalah warisan kolonial yang menipulaitf,

mengabaikan, baik dalam pembangunan diciptakan dalam rangka keserakahan

maupun peningkatan kesejahteraan rakyat kolonial yang menabrak batas-batas

dan kehormatan keluarga Kesultanan Sulu. persaudaraan serumpun sesama etnis,

Mereka bukan hanya minoritas agama dan agama, keluarga dan kekuasaan tradisional

etnis di negerinya sendiri Filipina tetapi juga yang historis. Sementara pluralitas anggota

sangat jauh dari pusat dalam arti segalanya, warganegara di dalamnya dipaksakan

jarak, pembangunan dan pemanusiaan. penyeragaman sebagai satu kesatuan dalam 207 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

suatu sistem asimiliasi dengan dalam negara-bangsa pasca kolonial maka

menghilangkan perbedaan dan keragaman. mereka harus menanggung jarak

Kesultanan Sulu, dan tentu saja kesejahteraan hidup yang begitu mencolok

bangsa Moro di Mindanao pada umumnya, dengan saudaranya serumpun sesama etnis,

adalah salah satu tradisi lokal yang seagama, pengalaman historis yang panjang

termarginalisiasi dan terminoritisasi bukan dan bahkan keluarga di Sabah dan Brunei.

saja karena jarak yang jauh dari pusat, tetapi Harapan yang punah, pengabaian eksistensi

juga terabaikan tentang kehidupan ekonomi dalam membangun MoA 2012 atas nasib

dan kehangatan hubungan sebagai sesama mereka di masa depan yang sangat panjang,

bangsa Republik Filipina. Sementara mereka serta keacuhan terhadap kemiskinan dan

tertutup untuk berhubungan secara sejajar jarak distribusi ekonomi di wilayah di

dan hangat dengan saudara serumpun negaranya, membuat frustasi tidak

sesama etnis, agama, sejarah kekuasaan terbendung.

tradisional dan keluarga serta kedekatan Dengan latar belakang semacam itu

wilayah baik dengan Sabah maupun Brunei. rasanya tak pantas negara semakmur seperti

Kedekatan hubungan mereka dalam hampir Malaysia alih-alih membantu membangun

semua hal sedekat hubungan penduduk di kepercayaan diri untuk terhindar dari frustasi

perbatasan Timor Leste-Indonesia di pulau dan memediasi untuk bisa meraih hak-hak

Timor yang sesama Katolik, etnis Timor, mereka secara wajar, dengan entengnya

hubungan keluarga dan tradisi lokal yang justru mengusulkan mereka sebagai teroris

kuat. hanya karena ada ideologi batas wilayah

Hanya karena mereka tergabung negara di situ. Rasanya harus ada perubahan

secara terpaksa dengan bangsa yang berbeda visi yang radikal atas konsep negara-bangsa 208 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

pasca kolonial di negara-negara non-Barat Meskipun Ben Anderson memuji setinggi

setidaknya di Asia Tenggara, jika diinginkan langit nasionalisme Indonesia dan Asia

terbangun suatu kesejahteraan yang merata Tenggara, misalnya, yang plural dan

dan terciptanya kawasan yang damai. Tidak multikultural sebagai imagined communities,

hanya dalam wilayah serumpun Melayu yaitu meskipun terdiri dari berbagai suku,

tetapi juga serumpun sesama penghuni bahasa, agama dan kepulauan tetapi berhasil

kawasan Asia Tenggara itu sendiri, termasuk membangun suatu kesatuan bangsa. Tetapi

di mainland Indochina seperti Thailand- tidak bisa melupakan tentang otoritarianisme

Kamboja yang sempat bentrok di perbatasan. Orde Baru Indonesia sebagai bagian dari

REKOMENDASI hegemoni kolonial dan Barat, dan juga

Negara-negara non-Barat pasca otoritarianisme yang sama di negara-negara

kolonial selayaknya membangun sendiri Asia Tenggara atas rakyatnya, yang

definisi batas-batas itu yang berbasis pada memaksakan keseragaman dengan

realitas kultural tradisional, multikultural mengabaikan dan bahkan penghilangan ciri-

dan pluralitas etnis, bahasa dan agama, serta ciri khas lokal serta egoisme sektoral

hubungan persaudaraan dan keluarga, baik masing-masing negara. Kini ciri-ciri itu

ke dalam negara itu sendiri dan antar negara. mulai muncul berupa ketegangan yang laten

Redefinisi itu tentu saja dengan tidak di banyak wilayah, seperti terjadi pada kasus

menghilangkan hak milik masing-masing Keistimewaan Yogyakarta. Maka perlu

tetapi justru untuk suatu visi distribusi pengaturan yang berbasis pada realitas plural

kemakmuran bersama. dan multikultural bangsa itu sendiri dan juga

dalam kawasan Asia Tenggara, bukannya 209 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

pemaksaan dengan penyeragaman dan terhadap eksistensi bangsa itu sendiri. Lebih

mengikuti doktrin kolonial tanpa reserve. dari itu adalah adanya ancaman kepunahan

Peringatan keras harus diberikan tradisi budaya pribumi dan dengan itu

kepada kebijakan pemerintah, khususnya sebuah bangsa akan kehilangan tradisi dan

Indonesia, yang lebih mengakomodasi kultur peradabannya sendiri.

dan ideologi yang datang dari luar dan Dalam demokrasi negara-bangsa

bahkan dengan membiarkan munculnya yang melandaskan pada hak-hak individu

cara-cara kekerasan dan penyerangan yang berlebihan selalu terjadi hegemoni oleh

ketimbang memberdayakan dan mayoritas. Penghormatan terhadap hak-hak

perlindungan terhadap budaya dan tradisi budaya dan tradisi sebagai hak kolektif,

lokal yang tertindas. Pada titik tertentu, dengan demikian, harus menjadi arah baru

pembiaran ini di samping akan menggilas konsep kewarganegaraan dalam demokrasi

tradisi-tradisi lokal yang khas juga akan pasca kolonial di negara-negara non-Barat

menimbulkan tradisi kebencian antar sebagai strategi perdamaian dan pemerataan

kelompok bangsa dan itu berarti ancaman kemakmuran.

210 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

Kymlicka, Will, Multicultural Citizenship: Liberal Theory of Minority Rights. Oxford: Oxford University Press, 1995

Kymlicka, Will et al. ed., Can Liberal Pluralism be Exported? Western Political Theory and Ethnic Relations in Eastern Europé. New York: Oxford University Press, 2001

Rodil, B. R., The Minoritization of the Indigenous Communities of the Mindanao and The Sulu Archipelago, Davao City, AFRM, 1994

Rodil, B. R., A Story of Mindanao and Sulu in Question and Answer, Davao City, Mincode, 2003

Tauzon, Bobby M., The Moro Reader: History and Contemporary Struggles of the Bangsamoro People, Manila, Policy Study Publication and Advocacy (PSPA)-Center for People Empowerment in Governance (CenPEG), 2008

Tuminez, Astrid S., ―The Land is Our Land: Moro Ancestral Domain and its Implications for Peace and Development in the Southern Philippines,‖ SAIS Review, 27, 2, Summer-Fall 2007: 77-91.

Williams, Timothy, ―The MoA-AD Debacle – An Analysis of Individuals Voices, Provincial Propaganda and National Interest,‖ Journal of Current Southeast Asia Affairs, 1, 2010:121- 144.

Wilson Jr., MAJ Thomas G., Extending Autonomous Region In Muslim Mindanao to the Moro Islamic Liberation Front a Catalyst for Peace: Monograph, Kansas, School of Advance Military Studies US Army Command and General Staff College Fort Leavenworth, 2009

Yegar, Moshe, Between Integration and Secession: The Muslim Communities of the Southern Philippines, Southern Thailand, and Western Burma/Myanmar, Maryland: Lexington Books, 2002

211 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

LEMBAGA PASCA-KONFLIK DAN PROSES PERDAMAIAN DI FILIPINA SELATAN

Lambang Trijono Fisipol dan PSKP, UGM dan Peace and Development Initiative Indonesian Institute [email protected]

Abstract: Post Conflict Institution and Peace Process in Southern Philippines

This writing is an attempt to understand the roles of post conflict insititution and the peace process in Southern Philippines. Strengthening post conflict institution that was the outcome of previous peace agreement is crucial to push for integration and further peace process. The dynamics between conflict and peace in Mindanao show the close connectin between coflict and peace process. When peace process gathered its peace, conflict subsided. And in contrary, when peace process stalled, conflict emerged and violence tookplace which threatened human security. This writing deals with four aspects. One, a review of corrent conflict and peace process in Mindanao. Second, the weakening of the peace process and the rising threat to human security. Third, humanitarian efforts thus far conducted and lessons learned of such efforts. And finally, this paper will see the conncetion between conflict and peace process in Mindanao and the Sabah-Sulu incident. Based on the discussions, this paper will suggest a recommendation to push forward the peace process and the resolve the Sabah-Sulu problem on ASEAN Comunity level.

Keywords: Post-conflict institutions, Peace process, Souther Philippines, Human security

Abstrak: Lembaga Pasca-Konflik dan Proses Perdamaian di Filipina Selatan

Tulisan ini mencoba untuk memahami tentang bagaimana peran lembaga pasca konflik dan proses perdamaian di Filipina Selatan. Penguatan lembaga pasca konflik sebagai lembaga dihasilkan perjanjian damai di masa lalu sangat diperlukan untuk mendorong reintegrasi dan proses perdamaian. Dinamika konflik dan perdamaian di Mindanao selama ini menunjukkan kaitan erat antara proses perundingan dan dinamika konflik. Ketika proses perundingan menguat, maka konflik kemudian mengalami penurunan. Sebaliknya, kemerosotan proses perundingan mendorong dinamika konflik meningkat, sehingga terjadi kekerasan yang mengakibatkan ketidakamanan manusia semakin meningkat. Tulisan ini terdiri dari empat bahagian yang pertama tentang tinjaun terkini tentang situasi terakhir dinamika konflik dan perdamaian Mindanao. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang kemerosotan proses perundingan dan dampaknya terhadap keamanan manusia. Selanjutnya, dipaparkan penanganan kemanusiaan yang telah dilakukan selama ini dan pelajaran yang bisa dipetik untuk mendukung proses perdamaian. Sesuadah itu, dibahas kaitan dinamika konflik dan proses perdamaian di Mindanao dengan peristiwa Sabah-Sulu. Berdasarkan itu, terakhir kemudian dikemukakan rekomendasi untuk mendorong proses perdamaian dn mengatasi masalah Sabah-Sulu dalam level komunitas Asean. Kata kunci: Lembaga pasca-konflik—proses perdamaian—Filipina Selatan—keamanan manusia 212 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

PENGANTAR dan karena itu perlu segera mendapat solusi

Meningkatkan kepedulian publik pemecahan.

terhadap masalah keamanan manusia yang Paparan ini mengangkat masalah

ditimbulkan oleh konflik akan sangat merosotnya proses perdamaian di Filipina

membantu mendorong proses perdamaian. Selatan untuk mencegah dampak buruk

Hal itu sangat diperlukan dalam kasus ditimbulkan terhadap keamanan manusia

konflik di Filipina Selatan. Daerah tersebut dan bagaimana memperkuat proses

bukan hanya mengalami konflik yang sangat perundingan damai. Berdasar hasil penelitian

serius, tetapi juga perdamaian yang berlarut- tentang dukungan lembaga pasca-konflik di

larut hingga kini belum mencapai Mindanao, ditambah dengan pengamatan

kesepakatan damai. Dalam situasi demikian, terakhir terhadap konflik Sulu-Sabah, paper

bukan hanya dinamika konflik saja yang ini berpendapat bahwa penguatan lembaga

harus menjadi perhatian. Tetapi, juga pasca-konflik sebagai lembaga dihasilkan

dinamika perdamaian, terutama perjanjian damai di masa lalu sangat

kecenderungan merosotnya proses diperlukan untuk mendorong reintegrasi dan

perdamaian dan dampaknya terhadap proses perdamaian.

keamanan manusia. Terlebih setelah konflik Paparan berikut ini secara berturut-

Sulu-Sabah pecah belakangan ini, sebagai turut menyajikan, pertama-tama, tinjauan

sebuah transgresi konflik yang meluber ke terkini tentang situasi terakhir dinamika

luar batas-batas negara, hal itu telah konflik dan perdamaian di Mindanao.

mengakibatkan proses perdamaian di Kemudian, dilanjutkan dengan diskusi

Filipina Selatan yang selama ini difasilitasi tentang kemerosotan proses perundingan dan

pemerintah Malaysia menghadapi hambatan dampaknya terhadap keamanan manusia. 213 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Selanjutnya, dipaparkan penanganan disebut ―rido‖ atau pertikaian antar klan

kemanusiaan yang telah dilakukan selama (Abinales 2004: 47-48), tetapi juga konflik

ini dan pelajaran bisa dipetik untuk vertikal penentuan nasib sendiri (Ferrer

mendukung proses perdamaian. Sesudah itu, 2005: 7-15). Namun, dibalik konflik sedang

dibahas kaitan dinamika konflik dan proses berlangsung itu, selama ini berbagai

perdamaian di Mindanao dengan peristiwa prakarsa dan upaya perdamaian juga sedang

Sabah-Sulu. Berdasarkan itu, terakhir dilangsungkan (Lee 2005: 121-123),

kemudian dikemukakan rekomendasi untuk terutama proses perundingan antara

mendorong proses perdamaian dan pemerintah Filipina dengan pemberontak

mengatasi masalah Sabah-Sulu dalam level MILF (Lingga 2005).

komunitas ASEAN. Dinamika konflik dan perdamaian di

SITUASI TERKINI Mindanao selama ini dapat dipahami dari

Meninjau ulang pembahasan tentang aksi pemberontakan di kalangan bangsa

Mindanao selama ini, kita menemukan Moro dan reaksi terhadap pemberontakan

terlalu banyak perhatian diberikan pengamat dilakukan pemerintah Filipina. Di pihak

terhadap proses konflik sedang berlangsung. pemberontakan bangsa Moro, terdapat dua

Tetapi, sangat sedikit perhatian diberikan pihak yang memberontak, yaitu MNLF

terhadap proses perundingan damai sedang (Mindanao National Liberation Front) dan

berlangsung. Memang, konflik menandai MILF (Mindanao Islamic Liberation Front

daerah ini dan sangat mempengaruhi kondisi (Santos 2005: 4-8). MILF merupakan

kehidupan masyarakat di Mindanao. Konflik pecahan dari MNLF karena tidak puas

sedang berlangsung bukan hanya konflik terhadap pelaksanaan perjanjian Damai

bersifat horisontal antar komunitas, atau Tripoli I. 214 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Dari sisi pemerintah Filipina, Konflik bersenjata di Mindanao

terdapat tiga posisi kebijakan dalam dalam dunia modern terjadi mulai sejak

merespon pemberontakan, yaitu: pendekatan tahun 1972, yaitu ketika MNLF

keamanan atau militer, pasifikasi dan mendeklarasikan kemerdekaan Mindanao

demobilisasi, dan pendekatan kelembagaan dari Filipina. Pemberontakan itu kemudian

politik (Oquist 2002, Brillantes 2005). direspon pemerintah Filipina dibawah

Pendekatan militer merupakan posisi militer Presiden Marcos dengan mobilisasi militer

dan sebagian politisi di Manila yang melihat dan perundingan damai mencari solusi

kemenangan militer sebagai satu-satunya politik. Perundingan damai antara MNLF

jalan dan pilihan yang dianggap bisa dan pemerintah Filipina pertama kali

mengakhiri konflik. Sementara, pendekatan berlangsung pada tahun 1976 dalam

pasifikasi dan demobilisasi berpendapat perjanjian Tripoli. Perundingan itu

perdamaian bisa dicapai melalui menghasilkan kesepakatan pemberian

pembangunan ekonomi dan redistribusi otonomi politik untuk Mindanao. Namun,

kesejahteraan. Sedangkan, pendekatan beberapa anggota MNLF dari kalangan

kelembagaan politik lebih memilih solusi pergerakan Islam tidak puas dengan

politik untuk mencapai perdamaian. Dalam pelaksanaan hasil perundingan damai itu,

saling keterhubungan antara aksi dan kemudian keluar dari MNLF dan

pemberontakan dan reaksi pemerintah membentuk front perlawanan baru dalam

Filipina dalam ketiga posisi itulah dinamika wadah MILF.

konflik dan perdamaian di Mindanao bisa Sesudah Presiden Marcos jatuh,

dipahami. Presiden Cory Aquino mengaktifkan

kembali negosiasi dengan MNLF dan MILF 215 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dengan melakukan pembaharuan total‖ (all-out-war) terhadap MILF.

pelaksanaan otonomi untuk Mindanao. Pertempuran antara tentara Filipina dan

Proses perdamaian itu berlanjut hingga MILF tak terhindarkan terus berlangsung

priode pemerintahan berikutnya dibawah dibawah pemerintahan Estrada. Dalam kasus

Fidel Ramos dengan memperluas penyerangan terhadap kamp Abubakar,

desentralisasi politik dan otonomi lebih misalnya, MILF kehilangan basis

besar untuk Mindanao. Untuk mendukung kekuatannya di kamp terbesar dimiliki

pelaksanaan kebijakan itu, dibentuk lembaga (Ferrer 2005: 6).

pasca-konflik yaitu SPCDC (Southern Pertempuran bersenjata surut

Phillipine Council for Peace and kemudian setelah Presiden Gloria

Development) bertujuan untuk mendorong Macapagal-Arroyo dan pemimpin MILF

proses reintegrasi, rehabilitasi dan melakukan negosiasi pada perundingan

rekonstruksi pasca-konflik. Namun, MILF Tripoli kedua pada tahun 2001. Tiga

masih tetap belum menerima kebijakan itu, kesepakatan damai dihasilkan dari

karena meminggirkan posisi mereka dalam perundingan ini, yaitu: gencatan senjata,

pembagian kekuasaan dengan lebih rekonstruksi dan rehabilitasi dan pemberian

memberikan posisi pada pemimpin wilayah otonom baru terhadap MILF atau

tradisional dan pengikut MNLF. yang dikenal dengan ancestral

Situasi menjadi semakin memburuk domain.Untuk mendukung pelaksanaan

di bawah Presiden Joseph Estrada yang lebih perjanjian damai tersebut, dibentuk tiga

mengedepankan pendekatan militer daripada lembaga pasca-konflik, yaitu IMT

perundingan damai. Hal itu dilakukan (International Monitoring Team), dan BDA

dengan mengeluarkan keputusan ―perang (Bangsamoro Development Agencies) serta 216 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

BLMI (Bangsamoro Leadership and pertemuan rahasia dengan pemimpin MILF

Management Institute). di Tokyo pada tanggal 4 Agustus 2011,

Pelaksanaan elemen kesepakatan dengan harapan sebuah solusi politik

pertama dan kedua dinilai cukup berhasil. demokratis bisa dihasilkan melalui

Keberadaan IMT berhasil menurunkan perundingan.

kekerasan secara drastis. Sementara, BDA KEMEROSOTAN PERUNDINGAN

cukup berhasil menjalankan mandatnya Pelajaran terpenting bisa diambil dari

melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi dinamika konflik dan perdamaian selama ini

komunitas, meskipun untuk BLMI baru adalah bahwa terdapat kecenderungan ketika

diaktifkan kemudian dibawah pemerintahan proses perundingan mengalami penurunan,

Presiden Aquino Jr. Namun, untuk maka hal itu segera disusul meningkatnya

pelaksanaan kesepakatan ketiga, tentang ketegangan, polarisasi,dan konflik di

ancestral domain, menemui kendala politik Mindanao sehingga menimbulkan masalah

karena tidak didukung Senat dan Kongres, keamanan manusia. Di masa pemerintahan

hingga akhirnya setelah melalui perdebatan Estrada, misalnya, setelah perundingan

politik dicabut karena dinilai tidak mengalami kemerosotan dan kemudian

konstitusional. diikuti dengan keputusan ―perang total‖

Penolakan ancestral domain itu terhadap MILF pada tahun 2000, hal itu

membuat situasi Mindanao kembali bergolak mengakibatkan kekerasan dan menimbulkan

dan pertempuran antara tentara pemerintah korban sipil. Diperkirakan, akibat dari

Filipina dan MILF kembali pecah. Situasi kebijakan ―perang total‖ tersebut sekitar satu

krisis itu kemudian berhenti setelah Presiden juta orang menjadi pengungsi (PHSR,

baru terpilih Aquino Jr. mengadakan UNDP 2005: 4). 217 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Kasus serupa terjadi pada tahun 2003 dari 288 peristiwa pada awal

ketika Presiden Arroyo mengeluarkan pemerintahannya menjadi hampir nol persen

kebijakan penyerangan terhadap kamp di akhir pemerintahan. Level nol persen itu

―Buliok‖, yang mengakibatkan hampir berlangsung hingga pemerintahan Presiden

setengah juta orang mengungsi. Pertempuran Ramos yang memanfaatkan momen untuk

bersenjata terjadi lagi setelah ancestral perbaikan kondisi di Mindanao itu dengan

domain ditolak pemerintah Manila yang melancarkan kebijakan desentralisasi politik

mengakibatkan kurang lebih 700.000 orang dan otonomi lebih besar.

menjadi pengungsi dan sekitar 500 orang Namun, sebaliknya, selama

meninggal, disertai kerusakan serius sarana pemerintahan Estrada jumlah peristiwa

publik, seperti rumah tinggal, sekolahan, kekerasan meningkat mencapai titik 114

sawah, ladang, perkebunan dan lainnya sesudah ia mengeluarkan keputusan ―perang

(PHSR, UNDP 2005: 4). total‖ terhadap MILF pada tahun 2000. Hal

Kecenderungan ini juga dapat dilihat itu berlangsung terus meningkat hingga

pada potret besar kecenderungan dinamika mencapai titik tertinggi pada level 316

konflik dan perdamaian di Mindanao. peristiwa pada tahun 2008, setelah Presiden

Dilihat dari jumlah peristiwa kekerasan Arroyo mengeluarkan keputusan ―perang

terjadi, jumlah korban kekerasan menurun total‖ terhadap MILF sesudah ancestral

drastis keika proses perundingan kembali domain ditolak Senat and Kongres (PHSR,

menemukan momentum politik (PHSR, UNDP 2005: 3-5).

UNDP 2005). Keputusan Presiden Corazon Sebaliknya, arah berbeda terjadi

Aquino untuk memperluas otonomi ketika proses perundingan menguat dan

Mindanao, misalnya, menurunkan kekerasan mendapatkan momentum politik. 218 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Berlanjutnya proses perundingan telah antara pemberontakan dengan konflik

membuka peluang bagi kebanyakan ―Rido‖, namun dampak dari konflik

pengungsi untuk kembali ke tempat asal komunal itu tidak ada bedanya dengan

melalui berbagai pelayanan penanganan konflik bersenjata antara pemberontak

kemanusiaan dan program perdamaian dengan pemerintah. Misalnya, pertikaian

komunitas. Pemberlakuan kembali gencatan antara pemimpin komunal di Datu Piang,

senjata dengan MILF pada pertengahan , pada bulan Agustus 2011,

tahun 2003, dengan pengawasan IMT, terkait sengketa lahan antara komandan

misalnya, dan berlanjutnya situasi relatif tentara Abunawas (pengikut Kato) dan

damai pada tahun 2004, telah komandan tentara Azmi dari MILF, telah

memungkinkan ribuan orang kembali ke mengakibatkan 14 tentara sipil bersenjata

tempat asal mereka (PHSR, UNDP 2005: 5- meninggal dan lebih dari 3500 penduduk

6). mengungsi (Mindanao Cross 20 Agusus

Namun, dengan gencatan senjata itu 2011).

bukan berarti rakyat Mindanao terbebas dari Kemerosotan proses perundingan

ketakutan, kerentanan dan kekerasan. Begitu disusul dengan meningkatnya ketegangan

proses perundingan berlanjut, dan dan konflik merupakan faktor utama

pendekatan militer surut ke belakang, atau terjadinya ketidakamanan manusia yang

menyimpan energi mereka, konflik dalam semakin meningkat. Konflik yang berlarut-

bentuk lain antar pemimpin komunitas larut dan proses perundingan yang terus

bersenjata, atau ―Rido‖, justru meningkat, merosot menyebabkan konflik berulang.

mengambil kesempatan situasi lemahnya Dalam situasi demikian, tiga posisi

negara. Meski tidak ada kaitan langsung kebijakan, yaitu antara pendekatan militer, 219 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

pasifikasi dan mobilisasi, dan kelembagaan SPCDC, IMT, BDA dan organisasi

politik itu menciptakan dinamika konflik dan masyarakat sipil serta agensi pembangunan,

perdamaian tersendiri. Pendekatan militer sangat strategis untuk mendorong proses

cenderung menciptakan polarisasi konflik perdamaian. Sebagai lembaga dihasilkan

semakin menguat. Sementara, pendekatan dari proses perundingan dan sebagai

pasifikasi dan demobilisasi cenderung lembaga perantara, mereka dapat menjadi

menciptakan fragmentasi sipil (Oquist 2002, jembatan perdamaian.

Abinales 2004). Untuk mencegah dampak Pemerintah pusat dalam menjalankan

ketidakamanan manusia, konsolidasi kebijakan selalu ingin menjangkau

perdamaian harus didorong di tingkat komunitas melalui perantara pemerintah

nasional. Pembukaan kembali dialog politik otonom dan membangun kedekatan

antara pemerintah Aquino Jr dengan hubungan dengan elit lokal dan masyarakat

pemimpin MILF baru-baru ini, misalnya, sipil. Demikian pula, pemerintah dan

membuat pendekatan kelembagaan politik pemberontak juga berupaya membangun

kembali menguat dalam proses perundingan. kedekatan hubungan dengan organisasi

PENANGANAN KEAMANAN masyarakat sipil dan komunitas untuk

MANUSIA mendapatkan dukungan dan legitimasi

Menciptakan keamanan manusia politik. Selain itu, untuk mencapai

membutuhkan kerjasama berbagai pihak, komunitas dalam memberikan bantuan,

khususnya kelompok-kelompok strategis di agensi pembangunan dalam menjalankannya

Mindanao. Dalam hal ini, keberadaan selalu melalui perantara atau dengan

lembaga pasca-konflik dan lembaga sipil, sepengetahuan atau persetujuan pemerintah

seperti pemerintahan otonomi Mindanao, atau pemberontak di wilayah mereka. Dalam 220 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

potensinya sebagai lembaga mediasi itu, pembangunan dan demokratisasi (Boutros

kolaborasi diantara lembaga dan agensi itu Gali 1996).

sangat strategis mendorong proses Pemerintah otonomi Mindanao,

perdamaian. misalnya, telah memberikan banyak bantuan

Namun demkian, juga terdapat kemanusiaan dan pembangunan, khususnya

banyak kendala dihadapi lembaga-lembaga dalam situasi krisis. Program Pamana,

tersebut dalam mendorong proses misalnya, merupakan program kemanusiaan

perdamaian. Kebanyakan dari mereka, terbesar dilakukan (Mindanao Cross 20

sayangnya, dalam melakukan intervensi Agustus 2011, Mindanao Cross 24

kemanusiaan masih menggunakan September 2011, Manila Bulettin 29

pendekatan satu dimensi. Belum Oktober 2011). Namun, program ini

menggunakan pendekatan terpadu yang seringkali menemui banyak kendala untuk

memadukan intervensi kemanusiaan dengan memasuki wilayah diduduki MILF. Selain

pembangunan perdamaian. Kebanyakan itu, dalam melaksanakan program, seringkali

hanya bekerja di sekitar konflik, atau hanya menemui penolakan dan bahkan

dalam wilayah konflik, dan bukan mengena pertentangan antar warga komunitas terkait

pada konflik itu sendiri (Gaigals dan penempatan pengungsi. Misalnya, timbul

Leonhartd 2001). Kecuali beberapa lembaga, persoalan, apakah pengungsi harus

seperti BDA, Katuntaya Foundation dan dikembalikan ke daerah asalnya yang

CBCS (Consortium of the Bangsamoro Civil diduduki MILF, ataukah ditempatkan di

Society), kebanyakan lembaga masyarakat tempat lain. Pemerintah mendukung

sipil tidak menggunakan pendekatan ditempatkan di tempat lain, sementara MILF

terpadu,memadukan perdamaian, meminta dikembalikan ke daerah asal. 221 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Selain itu, lembaga lain yang Karena itu, mereka mudah akses untuk

memiliki akses luas terhadap komunitas masuk ke dalam komunitas, baik yang

adalah agensi pembangunan. CSFI dikontrol oleh pemerintah maupun MILF

(Community Services and Family Initiative), (wawancara dengan kepala BDA 25 Agustus

misalnya, memiliki banyak program 2011).

kemanusiaan dan pembangunan komunitas Selain itu, terdapat pula lembaga-

dibantu lembaga internasional, seperti Bank lembaga lain yang memiliki akses luas ke

Dunia dan UNDP, dengan melibatkan komunitas dan memiliki pendekatan terpadu

banyak pemangku, baik dari komunitas, intervensi kemanusiaan dan pembangunan

kalangan pemberontak maupun pemerintah. perdamaian, yaitu Katuntaya Foundation

Namun, program mereka kebanyakan belum (KFI) dan CBCS. Didirikan oleh konsorsium

memadukan program kemanusiaan dan lembaga swadaya masyarakat Mindanao,

pembangunan perdamaian. KFI secara serentak melakukan

Lembaga lain sangat berpotensi pengorganisasian komunitas untuk kerja

menjadi pendorong perdamaian adalah kemanusiaan, pembangunan komunitas dan

lembaga pasca-konflik, seperti SPCDC, IMT perdamaian (wawancara dengan kepala KFI

dan BDA, yang dibentuk sebagai hasil 19 Oktober 2011). Selain itu, bekerjasama

perjanjian damai Tripoli I dan II, dan secara dengan CBCS mereka melakukan diplomasi

khusus memang memiliki mandat untuk itu. perdamaian tingkat tinggi dengan

Sebagai lembaga dihasilkan perjanjian pemerintahan di Manila dan pemimpin

damai, mereka mendapat dukungan dari MILF dan MNLF untuk mencari solusi

berbagai pihak, baik pemerintah, politik (wawancara dengan kepala CBCS

pemberontak maupun warga komunitas. yang juga sekaligus pengelola KFI 19 222 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Oktober 2011). Karena sifatnya yang LEMBAGA PASCA KONFLIK

inklusif, mereka bekerjasama dengan Sejak ancestral domain ditolak

lembaga pasca-konflik seperti IMT dan pemerintah, proses perdamaian di Mindanao

BDA, dan didukung banyak pihak, baik relatif terhenti. Namun, proses perdamaian

kalangan pemerintah otonomi, pemimpin kemudian mendapatkan momentum politik

MILF, MNLF, pemimpin komunitas, yang baru sejak Presiden Aquino Jr

pemimpin agama, pemimpin adat, dan membuka kembali proses perundingan

organisasi masyarakat sipil dan organisasi dengan pemimpin MILF pada tanggal 4

berbasis komunitas. Agustus 2011. Proses perdamaian itu

Kelima lembaga mediasi tersebut sekarang berlangsung dalam konteks politik

menunjukkan keberadaan lembaga lokal khusus, yaitu dilakukan pemerintah dan

berpotensi mendorong perdamaian. MILF yang sekarang relatif lebih terbuka

Kerjasama diantara mereka membantu dan didukung masyarakat sipil. Karena

dalam memberikan dukungan terhadap sifatnya demikian, maka hal itu membuka

proses perdamaian. Terlebih kerjasama peluang dicapainya kesepakatan politik.

lembaga pasca-konflik, seperti IMT dan Selain itu, juga terdapat banyak

BDA, dan CBCS yang memiliki kedekatan kendala untuk mencapai negosiasi politik

dan banyak pendukung dari berbagai pihak, itu. Terutama, karena masih tingginya

dengan agenda perdamaian dan diplomasi pertentangan pendapat, khususnya antara

politik tingkat tinggi. Sebagai lembaga pendekatan militer dan solusi politik baik di

mediasi, mereka bisa diharapkan mendorong dalam pemerintah maupun di kubu MILF.

proses perundingan untuk mencapai solusi Masih banyak pemimpin yang masih

politik. menggunakan pendekatan militer, dibanding 223 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

melakukan transformasi dari pendekatan tetap berunding masih tetap berlangsung

militer ke solusi politik. Hal itu menjadi karena kedua belah pihak masih sepakat

tantangan dan kendala tersendiri untuk dengan prinsip dan etik perdamaian untuk

mencapai solusi politik. mencapai solusi politik (Arguillas 2011,

Masalah lain yang masih menganjal Coronel-Ferrer 2011).

adalah tingginya ketegangan dan debat Seperti terjadi di masa lalu, ketika

antara delegasi perundingan di pihak proses perundingan mengalami kemerosotan

pemerintah dan MILF. Seperti berlangsung hal itu kemudian disusul dengan konflik

dalam proses perundingan di Kuala Lumpur meningkat. Hal itu juga terjadi dalam proses

akhir-akhir ini, difasilitasi pemerintah perundingan terakhir di Kuala Lumpur.

Malaysia, terjadi debat antara delegasi Ketika proses perundingan berjalan alot dan

pemerintah dan MILF tentang proposal berlarut-latut tidak mencapai kesepakatan

―sub-state” atau pembentukan negara kecil berarti, konflik di Mindanao meningkat,

otonom di Mindanao di bawah negara seperti terjadi dalam kasus kontak senjata di

Filipina yang diajukan MILF. Proposal itu Al-Barka dan Payao, Zambuanga, Sibugay,

ditolak pemerintah Manila dengan provinsi Basilan baru-baru ini. Konflik itu

mengajukan proposal baru paket otonomi menimbulkan korban 19 tentara Filipina

terpadu untuk Mindanao. Proposal paket meninggal dan ribuan orang mengungsi (The

otonomi terpadu itu kemudian ditolak MILF. Inquirer 26 Oktober 2011, The Philippine

Maka, berlangsunglah kemudian posisi Star 29 Oktober 2011). Peristiwa itu

―penolakan atas penolakan‖ sehingga saling mendorong pendekatan militer maju ke

merugikan kedua belah pihak dan juga depan, dan akhirnya memaksa Presiden

proses perundingan. Namun, kemauan untuk Aquino Jr mengeluarkan keputusan 224 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

―keadilan total‖ (all-out justice), yang depan harus mampu menyajikan pilihan-

kemudian sedikit banyak meredakan konflik pilihan solusi politik demokratik untuk

sedang berlangsung. Berbeda dengan berlangsungnya transformasi konflik.

keputusan ―perang total‖ dari kepala Disini, imajinasi demokratik

pemerintahan sebelumnya ketika barangkali bisa membantu untuk memvisi ke

menghadapi konflik meningkat, keputusan depan mencapai kemungkinan tercapainya

―keadilan total‖ lebih mengedepankan solusi politik demokratik di Mindanao.

penegakan hukum dan tertib sipil daripada Melalui imajinasi demokrasi itu, bisa dilihat

perang. kemungkinan skenario transformasi konflik

Mindanao saat ini membutuhkan ke depan, bagaimana melakukan

proses perdamaian yang visioner ke depan transformasi pemberontakan organisasi baru

untuk mengatasi kemerosotan perundingan pasca-konflik yang demokratis,

dan menemukan solusi politik. Sepanjang memperjuangkan kepentingan mereka secara

keamanan manusia menjadi kepedulian politik, entah dalam bentuk partai politik

bersama, maka penguatan proses atau lainnya, dalam kerangka bekerjanya

perundingan bisa dicapai dengan politik demokrasi.

mengendepankan proses perundingan baru Imajinasi demokrasi ini bisa

yang lebih visioner ke depan. Tetapi, karena membantu pihak-pihak berkonflik

dalam konteks Mindanao keamanan manusia menemukan jalan demoktais untuk mencapai

hanya bisa diraih jika berlangsung perdamaian. Selain, di satu sisi, keberadaan

konsolidasi politik, demiliterisasi politik dan lembaga pasca-konflik, IMT, BDA, BLMI,

demobilisasi pemberontakan, maka proses perlu semakin diberdayakan, di sisi lain

perdamaian yang baru lebih visioner ke bagaimana ke depan melakukan transformasi 225 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

pemberontakan menjadi organisasi pasca- dipertanyakan haknya dalam berpendapat,

konflik yang baru dalam kerangka politik karena keberadaanya diakui secara sah dari

demokrasi menjadi tantangan utama dalam demokrasi (Mouffe 2005). Melalui imajinasi

proses perundingan (Kovacs 2008). demokrasi seperti itu, perdamaian di

Skenario ini sangat menjanjikan bagi Mindanao diharapkan bisa dicapai dengan

terciptanya perdamaian di Mindanao. Hanya menjadikan demokrasi sebagai landasan etik

saja, hambatan utama terletak pada masih politik, dengan keyakinan bahwa tidak ada

kuatnya konservatisme menggunakan konflik yang tidak bisa diatasi ketika

pendekatan militer dalam menyelesaikan kemanan manusia menjadi tujuan utama dan

konflik daripada memenangkan hati demokrasi dijadikan jalan menuju kesana.

pemberontakdan warga masyarakat melalui TRANSGRESI KONFLIK SABAH

negosiasi politik. Selain itu, tantangan juga Sementara proses perundingan terus

barangkali datang dari mereka-mereka yang berlangsung antara pemerintah Filipina dan

belum bisa menerima sepenuhnya solusi MILF, dan bahkan semakin mendekati

politik sebagai jalan terbaik. Belum kenyataan menuju tercapainya perdamaian,--

mempercayai bahwa transformasi konflik ketika dalam sejarah pertama kali sekitar

bisa dilakukan dengan mengubah hubungan 100 pemimpin MILF bertemu dengan

antagonistik, atau menjadikan pihak lawan Presiden Aquino di Istana Malacanang--,

sebagai musuh (enemy) yang harus tiba-tiba kasus peristiwa Sabah-Sulu

dienyahkan, menuju hubungan agonistis, mencuat ke permukaan. Sejumlah pengikut

dimana pihak musuh dipandang sebagai Sultan Sulu, Abdullah Kiram III, dari

lawan (adversary), yaitu mereka dilawan Kepulauan Sulu, Filipina Selatan, dengan

pendapatnya tetapi tidak pernah membawa senjata memasuki wilayah Sabah, 226 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Malaysia, mengklaim bahwa wilayah Sabah hubungan emosional, tempat tinggal,

merupakan bagian dari Kesultanan Sulu dan sejarah, budaya, sosial ekonomi, tidak

mereka meminta pemerintah Malaysia mudah begitu saja dibatasi oleh batas-batas

mengembalikan ke pangkuan Kesultanan wilayah negara, sehingga membutuhkan

Sulu. penanganan tersendiri.

Klaim itu tentu saja ditolak Sebagian lain melihat, bahwa kasus

pemerintah Malaysia, dimana wilayah Sabah itu merupakan percikan pertikaian politik

selama ini telah menjadi bagian dari wilayah ditengah Malaysia sedang menghadapi

dalam juridiksi kedaulatan Malaysia. Pemilu, bulan April 2013. Menurut versi ini,

Pemerintah Malaysia memberikan ultimatum peristiwa itu, terjadi karena provokasi politik

kepada para ―penyusup‖ itu untuk keluar terhadap Sultan Sulu untuk mengklaim

dari wilayah Sabah kembali ke Kepulauan Sabah, sebagai upaya mendelegitimasi

Sulu. Sementara, ―pengklaim sejarah‖ dari pemerintahan berkuasa di Malaysia.

pengikut Kesultanan Sulu itu menolak Sebagian lain lagi melihat, dari sisi yang

ultimatum itu, sehingga tidak terhindarkan lebih luas, bahwa peristiwa itu merupakan

terjadi kekerasan bersenjata di Sabah. sabotase proses perdamaian sedang

Berbagai spekulasi muncul terkait berlangsung antara pemerintah Filipina

peristiwa itu. Sebagian melihat, bahwa kasus dengan MILF, yang difasilitasi pemerintah

itu merupakan akibat benturan tak Malaysia, yang bersumber dari situasi terkini

terhindarkan antara cara pandang kedaulatan konflik di Laut Cina Selatan yang semakin

dan cara pandang komunitas. Bahwa ikatan memanas. Dalam versi ini, ketegangan di

hubungan saling ketergantungan dan Laut Cina Selatan ikut memicu terjadinya

pergerakan manusia karena kedekatan peristiwa Sabah. 227 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Spekulasi itu mungkin saja benar wilayah seringkali muncul karena

terkait peristiwa Sabah-Sulu, meski pada romantisme sejarah masa lalu yang didorong

level konteks. Namun, spekulasi itu karena krisis posisi atau krisis identitas.

mengandung kelemahan serius dan Persoalan ini menjadi semakin jelas

mengabaikan fakta empiris yang lain yang ketika kita letakkan dalam konteks dinamika

telah ada selama ini; mengapa klaim sejarah konflik dan perdamaian serta perubahan-

atas wilayah Sabah itu tiba-tiba muncul perubahan terkini berlangsung di Mindanao,

sekarang dilakukan Sultan Sulu dan khususnya terkait proses perundingan

pengikutnya setelah sekian lama menerima pemerintah Filipina dan MILF, difasilitasi

Sabah sebagai bagian dari Malaysia? pemerintah Malaysia, sebagaimana

Apakah ada sesuatu perubahan tertentu atau dipaparkan di atas. Penulis berpendapat,

krisis politik terjadi di Kepulauan Sulu persoalan ini merupakan bagian dari apa

sehingga klaim atas Sabah muncul? yang disebut persoalan ―intra-state spill

Pertanyaan ini diajukan karena overed‖, yaitu limpahan ekses atau

Kepulauan Sulu selama ini menjadi bagian transgresi konflik domestik/ intra-negara ke

tidak terpisahkan dari proses politik negara sekitar.

berlangsung di Mindanao. Namun, selama Transgresi konflik itu berlangsung

ini keberadaan Sultan Sulu, dan juga karena dua sebab. Pertama, dislokasi politik

pengikut MNLF yang berada di Sulu, relatif atau krisis posisi dan identitas terjadi di

terabaikan tidak dilibatkan dalam proses Kepulauan Sulu terkait proses perundingan

perundingan antara pemerintah Filipina dan berlangsung antara pemerintah Filipina dan

MILF. Sementara, di sisi lain, pergerakan MILF di Mindanao. Kedua, bangkitnya

politik atau klaim historis atas sesuatu romantisme sejarah di masa lalu dan 228 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

pergerakan politik terkait krisis posisi dan Dislokasi politik dan krisis identitas

identitas terjadi dimana kepulauan Sulu dan itu kemudian membangkitkan romantisme

Sultan Sulu serta pengikutnya terpinggirkan sejarah dan kejayaan masa lalu, terkait

dari proses perundingan di Mindanao dan kebesaran Kesultanan Sulu. Di tengah krisis

transgresi konflik ke Sabah terjadi karena yang sedang terjadi, muncul kemudian

Sabah di masa lalu merupakan bagian dari fantasi tentang kekuasaan menyatu antara

Kesultanan Sulu. Sultan dan rakyat atau pengikutnya dan

Dislokasi politik, krisis posisi dan kemudian mencari bentuk organ politiknya

krisis identitas terjadi karena selama ini yang baru, melakukan penguatan

Kepulauan Sulu dan Sultan Sulu dan penempatan atas wilayahnya termasuk

pengikutnya terpingirkan dari proses Sabah yang dulu menjadi bagian dari

perundingan di Mindanao, sehingga wilayah Kesultanan Sulu.

menimbulkan ketidaknyamanan dan Interpretasi semacam itu, selain

ketidakpastian akan masa depan Sulu. kontekstual berdasar dinamika politik di

Kesepakatan pemerintah Filipina dan MILF, Kepulauan Sulu dan proses perundingan

yang difasilitasi pemerintah Malaysia, yang damai berlangsung di Mindanao, juga

secara langsung memperkuat posisi MILF di memberikan tempat secara objektif kaitan

wilayah Mindanao dan Kepulauan Sulu, antara subjek politik dan institusi politik. Di

mengancam posisi Sultan Sulu dan tengah dislokasi politik, krisis posisi dan

pengikutnya karena selama ini tidak menjadi krisis identitas sedang berlangsung, subyek

bagian dan tidak mendapatkan penguatan politik berusaha mencari identitas politiknya

posisi dari proses perundingan. yang baru, dengan membangkitkan

romantisme lama, tumbuh fantasi politik 229 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

baru untuk mengembalikan kejayaan politik Kepulauan Sulu dan Sultan Sulu serta

masa lalu, dengan segala akibat ditimbulkan pengikutnya sebagai bagian dari proses

terjadinya pergerakan politik dan transgresi perundingan, sehingga Kepulauan Sulu

konflik ke Sabah. mendapatkan posisi politik semakin kuat.

Fantasi politik dan transgresi konflik Masalahnya, proses perundingan yang

ke Sabah itu jelas tidak realistis, karena semula difasilitasi pemerintah Malaysia itu

berbenturan dengan realitas politik sekarang ini terhenti akibat terjadi peristiwa

kedaulatan negara dimana Sabah kini telah Sabah. Karena itu, dukungan dan

menjadi bagian dari Malaysia, sehingga keterlibatan komunitas ASEAN dan Asia

menimbulkan pertumpahan darah. Namun, sebagai pihak ketiga menjadi sangat

interpretasi semacam itu membawa diperlukan untuk mendorong proses

implikasi bahwa selain lebih dalam perundingan, dengan menjadikan pemecahan

memahami persoalan, juga berusaha masalah Sabah-Sulu dan penguatan posisi

menemukan sumber persoalan pada subjek politik kepulauan Sulu sebagai salah satu

politik dan bagaimana mengatasinya melalui agenda dalam proses perundingan.

institusi politik. PENUTUP

Krisis di Sulu dan tragedi di Sabah Paparan ini menekankan pentingnya

itu mendorong berbagai pihak untuk mengatasi kemerosotan proses perundingan

memberi dukungan terhadap penguatan damai agar tidak menimbulkan dampak

proses perundingan di Mindanao, antara meningkatnya konflik dan ketidakamanan

pemerintah Filipina dengan faksi-faksi manusia. Berdasarkan penelitian dilakukan

pergerakan politik di Mindanao, MILF, di Mindanao dan Kepulauan Sulu, paparan

MNLF, dengan melibatkan kepentingan ini menekankan pentingnya proses 230 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

perundingan damai yang visioner ke depan dihasilkan perjanjian damai disini sangat

untuk menemukan solusi politik secara ditekankan untuk mendorong proses

demokratis terhadap konflik berlangsung di perundingan untuk mencapai solusi politik.

Filipina Selatan.

Dinamika konflik dan perdamaian di Lemahnya proses perundingan

Mindanao selama menunjukkan kaitan erat sedang berlangsung di Mindanao tidak

antara proses perundingan dan dinamika hanya berakibat pada dinamika konflik di

konflik. Ketika proses perundingan menguat, Mindanao yang semakin meningkat. Tetapi,

maka konflik kemudian mengalami juga krisis politik terjadi di Kepulauan Sulu,

penurunan. Sebaliknya, kemerosotan proses ketika Kepulauan Sulu dan Sultan Sulu serta

perundingan mendorong dinamika konflik pengikutnya terpinggirkan dari proses

meningkat sehingga terjadi kekerasan yang perdamaian antara pemerintah Filipina dan

mengakibatkan ketidakamanan manusia MILF. Hal itu mendorong terjadinya

semakin meningkat. Dalam konteks konflik transgresi konflik ke wilayah Sabah,

yang sudah begitu akut dan proses sehingga terjadi krisis Sabah-Sulu.

perdamaian yang berlarut-larut, proses Proses perundingan antara

perundingan di sini tidak harus diartikan pemerintah Filipina dan MILF selama ini

secara terbatas sebagai reaksi sesaat atas difasilitasi oleh pemerintah Malaysia.

konflik yang sedang terjadi, melainkan lebih Sehingga, ketika terjadi krisis Sabah-Sulu

luas dari itu harus ditempatkan sebagai perundingan itu mengalami kemandegan.

bagian dari upaya pencegahan konflik dan Karena itu, penguatan proses perundingan

ketidakamanan manusia. Peran lembaga- antara pemerintah Filipina dengan faksi-

lembaga pasca-konflik sebagai lembaga faksi pergerakan politik di Filipina Selatan 231 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

harus dilakukan dengan melibatkan dalam proses perundingan yang akan datang

dukungan peran pihak ketiga lainnya dari penting untuk memasukkan masalah krisis

komunitas ASEAN dan Asia. Selain politik di kepulauan Sulu dan krisis Sabah-

menekankan pentingnya proses perundingan Sulu sebagai bagian dari agenda

yang visioner untuk mencari solusi politik perundingan.

secara demokratis, seperti disebutkan di atas,

232 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abinales, Patricio O., Making Mindanao, Cotabato and Davao in the Formation of the Philippine Nation-State., Manila: Ateneo De Manila Press, 2004.

Arguilles, Carolyn O., ―The GPH and MILF Peace Panel‘s Proposals: Their 11-points Summaries‖, August 23, 2011.

Boutros-Boutros Gali, An Agenda for Peace., New York, 1996.

Brillantes, Alex. B., ―Institutional and Politico-Administrative Responses on Armed Conflict‖, A background paper, the Philippine Human development Report, Manila, 2005.

Coronel-Ferrer, Miriam, ―The Philippine State and Moro Resistance: Dynamics of A Persistent Conflict‖, in Kamarulzaman Askandar and Ayesah Abubakar (ed), The Mindanao Conflict, SECSN, Penang, 2005.

Coronel-Ferrer, Miriam, ―A Comprehensive Package for Autonomy‖, Philippine Daily Inquirer, August 29, 2011.

Gaigals, Cynthia and Manuela Leonhartd, ―Conflict-Sensitive Approach to Development: A Review of Practices‖, London: International Alert, 2001.

ICG, ―The Philippine, the Collapse of Peace in Mindanao‖, Asia Briefing No. 83, 23 October, 2008.

ICG, ―The Philippine, Back to the Table, Warily, in Mindanao‖, Asia Briefing No. 119, 24 March, 2011.

Mouffe, Chantal, On the Political., London: Routledge, 2005.

Oquist, Paul, ―Mindanao and Beyond, Competing Policies, Protracted Conflict and Human Security. 5th Peace Assessment Mission,‖ Philippine Report, UNDP, Manila, 2002.

PHSR, UNDP, ―Human Development Report,‖ The Philippine, UNDP, Manila, 2005.

Santos, Soliman M., ―Evolution of the Armed Conflict on the Moro Fronts‖, A background paper, the Philippine Human Development Report, Manila, 2005.

Soderberg, Mimmi Kovac, ―When Rebels Change Their Stripes; Armed Insurgency in Post-War Politics, in Anna K. Jarstad and Timoty D. Sisk (ed), From War to Peace, Dilema of Peacebuilding. Cambridge, Cambridge University Press, 2008.

233 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

“SABAH” DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL: MILIK FILIPINA ATAU MALAYSIA?

Rina Shahriyani Shahrullah Universitas Internasional Batam [email protected]

Abstract: „Sabah‟ in the Perspective of International Law: Belong to the Philippines or to Malaysia?

This writing is an attempt to understand the Sabah case based on the perspective of International Law. The disputes over claims of certain areas among members of ASEAN seem to be continued. After the case of Sipadan dan Ligitan which involved Indonesia and Malaysi, followed by the case of Batu Puteth (Pedra Branca) between Singapore and Malaysia, the case of Sabah betwen the Philippines and Malaysia came to the surface. This issue has to be included as an important agenda for ASEAN because ASEAN should play important role as a mediator to resolve disputes among its members. Unfortunately, thus far ASEAN has not played signifinact role in resolving the Sipadan-Ligitan case and the Batu Puteh (Pedra Branca) case which led to the trial of the cases by the International Court of Justice. Has the Sabah case to be ended in ICJ?

Keywords: Sabah, dispute, international law, ASEAN

Abstrak: „Sabah‟ Dalam Perspektif Hukum International: Milik Filipina Atau Malaysia?

Tulisan ini mencoba untuk memahami kasus Sabah berdasarkan perspektif Hukum International. Persoalan klaim atas wilayah di antara negara-negara Asean tampaknya tidak akan berakhir. Setelah kasus Sipadan dan Ligitan yang melibatkan Indonesia dan Malaysia dilanjutkan dengan kasus Batu Puteh (Pedra Branca) antara Singapura dan Malaysia, kasus Sabah antara Filipina dan Malaysia mencuat kepermukaan. Apakah persoalan klaim atas wilayah akan menjadi sandungan bagi Asean Community? Persoalan ini haruslah menjadi suatu agenda penting bagi Asean karena Asean dapat berperan penting sebagai penengah dalam sengketa-sengketa yang melibatkan negara anggotanya. Namun, sangat disayangkan, Asean tidak dapat berperang besar dalam menangani kasus Sipadan-Ligitan dan Kasus Batu Puteh (Pedra Branca) sehingga kedua kasus ini harus ditangani oleh Mahkamah International (ICJ). Apakah kasus Sabah juga pada akhirnya harus berakhir di tangan ICJ?

Kata kunci: Sabah, pertikaian, hukum internasional, ASEAN

234 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

PENDAHULUAN bersenjata yang berasal dari Kesultanan Sulu

Persoalan klaim terhadap wilayah di Filipina Selatan ke Sabah. Sultan Jamalul

nampaknya akan tetap menjadi perseteruan Kiram III dari Kesultanan Sulu menuntut

di antara negara-negara ASEAN. Pada tahun Malaysia mengembalikan Sabah ke dalam

2002, persoalan klaim Indonesia dan wilayah Filipina. Tuntutan dari Sultan

Malaysia terhadap Pulau Sipadan dan Pulau Jamalul Kiram III dari Kesultanan Sulu

Ligitan telah diputuskan oleh Mahkamah merupakan bukti bahwa klaim atas wilayah

Internasional (International Court of Justice/ Sabah antara Filipina dan Malaysia belum

ICJ). Dalam kasus Sipadan-Ligitan, ICJ ―selesai‖ (Jawa Pos National Network 20

memutuskan bahwa Malaysia yang berhak Maret 2013).

atas wilayah Pulau Sipadan dan Pulau Sengketa antara Filipina dan

Ligitan. Pada tahun 2008, ICJ dalam kasus Malaysia terhadap Sabah merupakan suatu

Batu Puteh (Pedra Branca) yang melibatkan kajian yang sangat menarik dalam hukum

Singapura dan Malaysia memutuskan bahwa internasional. Meskipun kasus ini belum

kepemilikan Pulau Batu Puteh (Pedra diajukan ke ICJ oleh kedua negara yang

Branca) berada di tangan Singapura. Pada bersengketa, kasus ini dapat dianalisis

tahun 2013, sengketa wilayah antara negara dengan menggunakan pendekatan hukum

anggota ASEAN kembali mencuat. Kali ini internasional untuk mengetahui apakah

klaim diajukan oleh Filipina dan Malaysia Filipina atau Malaysia yang berhak atas

terhadap wilayah Sabah. Masalah Sabah wilayah Sabah. Dalam mengkaji kasus ini,

mencuat kepermukaan dan menjadi topic kasus Sipadan-Ligitan dan kasus Batu Puteh

pemberitaan di media massa di Filipina dan (Pedra Branca) dapat dijadikan suatu

Malaysia, setelah masuknya kelompok perbandingan untuk mengetahui pendekatan 235 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

yang mungkin digunakan oleh ICJ dalam Charter of the United Nations,Declaration

memutu kasus Sabah tersebut. on Principles of International Law

PENYELESAIAN SENGKETA concerning Friendly Relations and Co-

INTERNASIONAL operation among States in accordance with

Penyelesaian sengketa internasional umum the Charter of the United Nations,The

dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu: Manila Declaration on the Peaceful

a. Penyelesaian sengketa secara damai Settlement of International Disputes.

Metode penyelesaian sengketa ini Penyelesaian sengketa internasional secara

dilakukan oleh para pihak yang bersengketa damai menggunakan prinsip-prinsip di

dengan melakukan kesepakatan untuk bawah ini (Mauna 2005, 1994):

menemukan suatu solusi yang bersahabat. 1. Prinsip bahwa negara tidak akan

Penyelesaian sengketa secara damai menggunakan kekerasan yang bersifat

pada mulanya tercantum pada The Hague mengancam integritas teritorial atau

Convention for the Pacific Settlement of kebebasan politik suatu negara, atau

International Disputes yang ditandatangani menggunakan cara-cara lainnya yang

pada tanggal 18 Oktober 1907 di Den Haag, tidak sesuai dengan tujuan-tujuan

Belanda.12 Metode penyelesaian secara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);

damai selanjutnya dicantumkan juga pada 2. Prinsip non-intervensi dalam urusan

berbagai dokumen internasional, antara lain: dalam negeri dan luar negeri suatu

negara; 12 Article 1 of 1907 The Hague Convention for the Pacific Settlement of International Disputes: ‘With a 3. Prinsip persamaan hak dan menentukan view to obviating as far as possible recourse to force in the relations between States, the Contracting nasib sendiri bagi setiap bangsa; Powers agree to use their best efforts to ensure the pacific settlement of international differences’. 4. Prinsip persamaan kedaulatan negara; 236 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

5. Prinsip hukum internasional mengenai konflik bersenjata non-perang seperti

kemerdekaan, kedaulatan danintegritas retorasi (retorsion), tindakan-tindakan

teritorial suatu negara; pembalasan (reprisals), blokade secara

6. Prinsip itikad baik dalam hubungan damai (pacific blockade), dan intervensi

internasional; (intervention) (judicial settlement)

7. Prinsip keadilan dan hukum internasional. (‗Inspirasi Hukum, http://inspirasihukum.

Penyelesaian sengketa secara damai blogspot.com/2011/04/penyelesaian-seng-

dibedakan atas penyelesaian sengketa secara keta internasional.html).

politik yang terdiri dari perundingan Terkait sengketa antara Malaysia dan

(negotiation), jasa-jasa baik (good-offices), Filipina dalam kasus Sabah, kedua negara

penyelidikan (inquiry), penengahan sebaiknya menyelesaikan sengketa tersebut

(mediation) dan konsiliasi (conciliation) secara damai. Malaysia dapat melakukan

serta penyelesaian sengketa secara hukum perundingan (negotiation) yang melibatkan

yang meliputi arbitrase (arbitration) dan pihak Kesultanan Sulu dan Pemerintah

penyelesaian hukum (judicial Filipina. Namun, nampaknya perundingan

settlement)(―inspirasi(‗InspirasiHukum:http:/ antara kedua negara telah mengalami

/inspirasihukum.blogspot.com/2011/04/peny kebuntuan (deadlock), terlebih lagi dengan

elesaian-sengketa internasional.html.) adanya pernyataan dari Juru Bicara Presiden

b. Penyelesaian sengketa secara paksa atau Filipina Benigno Aquino III, Edwin

dengan kekerasan Lacierda yang menyatakan, ―Presiden

Metode penyelesaian sengketa ini Aquino telah menugaskan Sekretaris Negara

dilakukan oleh para pihak yang bersengketa Paquito Ochoa Jr, Menteri Luar Negeri

melalui kekerasan melalui perang dan Albert del Rosario, Menteri Hukum Leila de 237 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Lima untuk mempelajari sengketa Sabah‖. mempunyai dua opsi, yaitu ―menang atau

Bila mereka menemukan dasar yang kuat kalah‖.

atas klaim Sulu ke Sabah, maka masalah ini Sebelum kasus Sabah diajukan ke

ke Mahkamah Internasional (ICJ) (Philstar ICJ, baik Malaysia maupun Filipina dapat

20 Maret 2013). menggunakan metode ―jasa-jasa baik (good-

Penyelesaian secara hukum (judicial offices) maupun penengahan (mediation)”

settlement) melalui Mahkamah Internasional dengan melibatkan ASEAN. ASEAN

(International Court of Justice/ ICJ) sebagai organisasi regional di Asia Tenggara

dianggap oleh Juru Bicara Presiden Filipina yang anggotanya termasuk Malaysia dan

Benigno Aquino III, Edwin Lacierda sebagai Filipina dapat menjembatani dialog antara

solusi yang menguntungkan kedua belah kedua negara. Namun, pertanyaan lain yang

pihak (“win-win solution”) serta merupakan muncul, sejauh mana ASEAN dapat

salah satu cara untuk meredam konflik menangani kasus sensitif seperti ini.

antara kedua negara. Pertanyaannya adalah Meskipun keterlibatan ASEAN penting

apakah penyelesaian secara hukum akan dalam kasus Sabah, ASEAN harus tetap

menghasilkan “win-win solution”. Istilah bersikap ekstra ―hati-hati‖ agar pendekatan

“win-win solution” sama sekali tidak ASEAN terhadap kasus sengketa wilayah

dikenal dalam penyelesaian secara hukum. tetap dalam ranah ―netral‖.

Sebaliknya, cara penyelesaian ini hanya PENYELESAIAN SENGKETA

mengenal kata “win or lose”. Seandainya INTERNASIONAL MELALUI

pihak Filipina tetap bersikukuh mengajukan MAHKAMAH INTERNASIONAL

kasus Sabah ke ICJ, pihak Filipina hanya (INTERNATIONAL COURT OF

JUSTICE/ ICJ) 238 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Mahkamah Internasional anggota dari Statuta Mahkamah

(International Court of Justice/ ICJ) Internasional dan anggota PBB.

merupakan badan PBB yang berkedudukan b. Ratione Materiae

di Den Haag (Belanda) yang dibentuk pada Terkait jenis sengketa hukum

tahun 1945. ICJ merupakan penerus dari internasional apa saja yang dapat

Permanent Court of International Justice diajukan ke ICJ. Berdasarkan Pasal 36 (1)

(PCIJ) yang dahulu didirikan oleh Liga Statuta Mahkamah Internasional, ICJ

Bangsa-Bangsa (LBB) pada tahun 1921. menerima semua perkara yang diajukan

Kewenangan ICJ diatur dalam Bab II Statuta pihak-pihak yang bersengketa (negara)

Mahkamah Internasional (ICJ Statute). kepada ICJ sepanjang sengketa tersebut

Kewenangan tersebut terbagi atas: terkait dengan piagam PBB atau

a. Ratione Personae perjanjian-perjanjian dan konvensi-

Terkait subyek hukum internasional mana konvensi internasional yang berlaku.

saja yang dapat mengajukan perkara ke Pasal 36 (1) Statuta Mahkamah

ICJ. Hanya negara yang mempunyai Internasional tidak membedakan antara

akses mengajukan suatu sengketa sengketa hukum dan politik. Namun

internasional untuk diputuskan oleh ICJ, dalam praktiknya, ICJ selalu menolak

sehingga subyek hukum internasional memeriksa perkara-perkara yang tidak

lainnya seperti organisasi internasional bersifat hukum.

maupun individu tidak dapat menjadi Filipina maupun Malaysia sebagai

pihak dalam persidangan ICJ. Selain itu, negara yang berdaulat telah memenuhi unsur

ICJ hanya terbuka bagi negara-negara ratione personae, sehingga kedua negara

dapat beracara di ICJ. Namun, sebelum 239 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

beracara di ICJ kedua negara wajib untuk dalam Pasal 94 Piagam PBB (Charter of the

membuat suatu Perjanjian Khusus (Special United Nations):

Agreement) tentang penundukan (Consent to a. Tiap-tiap negara anggota PBB harus

be Bound) kepada juridiksi ICJ. Penundukan melaksanakan keputusan Mahkamah

ini didasarkan pada prinsip kedaulatan Internasional dalam sengketa.

negara (State Soverignty). Berdasarkan b. Jika negara yang bersengketa tidak

aspek ratione materiae, kasus Sabah melaksanakan kewajiban-kewajiban

merupakan suatu sengketa wilayah yang yang dibebankan oleh Mahkamah

digolongkan ke dalam kategori sengketa Internasional kepadanya, negara pihak

hukum, sehingga secara substansi kasus ini lain dapat mengajukan persoalannya

masuk dalam kewenangan ICJ. Sehingga, kepada Dewan Keamanan (Security

apabila Filipina dan Malaysia sepakat untuk Council). Jika dianggap perlu, Dewan

mengajukan kasus Sabah ke ICJ, sangat Keamanan dapat membuat

kecil kemungkinan ICJ akan menolak rekomendasi-rekomendasi atau

menyidangkan kasus tersebut. Seandainya memutuskan tindakan-tindakan yang

kasus Sabah disidangkan oleh ICJ dan ICJ akan diambil supaya keputusan

telah mengeluarkan suatu putusan, maka tersebut dilaksanakan.

pihak yang dikalahkan wajib untuk tunduk KLAIM SEJARAH (HISTORICAL

dan menjalankan putusan tersebut. Dengan CLAIM) DAN PENGUASAAN EFEKTIF

kata lain, putusan yang dikeluarkan oleh ICJ (EFFECTIVE OCCUPATION)

terkait kasus Sabah mempunyai kekuatan Klaim atas wilayah dapat dibagi

mengikat bagi para pihak yang bersengketa menjadi 9 (sembilan) kategori. Kategori

(Filipina dan Malaysia). Hal ini ditegaskan tersebut juga diterapkan oleh ICJ dalam 240 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

menentukan negara mana yang berhak atas lamanya suatu negara memiliki wilayah

wilayah yang dipersengketakan. Kesembilan yang dipersengketakan(length of possession)

kategori tersebut didasarkan atas: perjanjian (Burghardt 1973). Klaim berdasarkan

(treaties), geografi (geography),ekonomi sejarah berkaitan erat dengan klaim

(economy), budaya (culture),penguasaan berdasarkan budaya (cultural claim). Klaim

efektif (effective occupation), sejarah berdasarkan sejarah semakin kuat apabila

(history), uti possidetis, elitism, dan ideology rakyat yang menempati daerah yang

(ideology) (Burghardt 1973). Namun, dari dipersengketakan dapat membuktikan

kesembilan kategori tersebut, ICJ umumnya kedekatan budaya dari satu negara yang

menerapkan penguasaan efektif dari wilayah bersengketa (Sumner 2004, 1779, 1786).

yang dipersengketakan (effective occupation Penggunaaan klaim sejarah

of the disputed territory), hak sejarah, uti (historical claim) atas Sabah yang mungkin

possidetis, geografi, penjanjian dan dikemukakan oleh pihak Filipina didasarkan

keseragaman budaya (cultural homogeneity) pada Konstitusi Filipina tahun 1935 yang

dalam mengkaji negara mana yang berhak menyatakan bahwa wilayah nasional Filipina

atas wilayah yang dipersengketakan. antara lain, "semua daerah lain yang

Dalam kasus Sabah, baik pihak termasuk ke Filipina atas dasar hak sejarah

Filipina maupun pihak Malaysia nampaknya atau tuntutan hukum". Berdasarkan klaim

akan mendasarkan klaim mereka pada klaim sejarah, Filipina dapat menyatakan bahwa

sejarah (historical claim). Klaim sejarah pada tahun 1944-1945 peta Filipina telah

didasarkan pada negara mana yang pertama menampilkan Sabah dianeksasi ke Filipina.

kali memiliki wilayah yang Peta tersebut menggambarkan wilayah

dipersengketakan (first possession) atau Filipina sebelum masuknya Inggris dan 241 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

sebelum aneksasi secara illegal oleh Kuala tahun 1963 bersama-sama dengan

Lumpur di Semenanjung Malaya pada tahun Singapura, Sarawak dan negara bagian

1963. Pihak Filipina dapat berargumentasi Malaya. Pada tahun 2004, Kedutaan

bahwa Sabah masih dikendalikan oleh Besar Malaysia di Filipina telah

Perusahaan Borneo Utara (North Borneo membayar penyerahan/ uang sewa

Chartered Company (NBCC) sampai dengan sebesar US$ 1.500 per tahun (sekitar

1946. Sampai saat itu, hak kedaulatan atas 6.300 ringgit Malaysia) kepada ahli

Sabah tetap berada pada Kesultanan Sulu waris Kesultanan Sulu.

dan Borneo Utara (Viva News 20 April c. Pada tahun 1906 dan 1920 Amerika

2013). Serikat secara resmi mengingatkan

Argumentasi lain yang dapat Britania Raya bahwa Sabah masih

diajukan Filipina dengan menggunakan menjadi bagian dari Kesultanan Sulu.

klaim sejarah atas Sabah antara lain: Spanyol tidak pernah memperoleh

a. Kesultanan Sulu yang sekarang kedaulatan atas Borneo Utara untuk

merupakan bagian integral dari mentransfer semua klaim kedaulatan

Filipina hanya menyewakan Sabah atas Borneo Utara ke Inggris pada

kepada Perusahaan Borneo Utara pada Protokol Madrid tahun 1885.

tahun 1878. Kedaulatan Kesultanan Sama halnya dengan Filipina, pihak

Sulu atas Sabah tidak pernah Malaysia pun dapat mengajukan sanggahan

dilepaskan. (counter argument) terhadap argumentasi

b. Tahun 1878 pembayaran sewa Filipina dengan menggunakan klaim sejarah

dilanjutkan sampai kemerdekaan dan (historical claim). Sanggahan yang dapat

pembentukan Federasi Malaysia pada diajukan oleh pihak Malaysia antara lain: 242 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

a. Kesultanan Sulu dianggap telah c. Pada 16 September 1963 sesuai

berakhir sejak Sultan Jamalul Kiram II dengan Resolusi 1514 Majelis Umum

menandatangani Perjanjian Carpenter PBB. Dalam proses dekolonialisasi,

pada tanggal 22 Maret 1915, yang Singapura, Sarawak, dan Borneo Utara

menyerahkan segala kuasa politik (Sabah) berubah menjadi negara

Sultan Sulu kepada Amerika Serikat. bagian dari federasi baru yang

Kesultanan Sulu telah menjadi bagian Malaysia.

dari Filipina (modern). Kesultanan d. Sekretaris Jenderal PBB, U Thant

Sulu bukan suatu negara sehingga melaporkan pada 1963 bahwa

tidak memiliki dasar hukum untuk penduduk Sabah "ingin mengakhiri

mengklaim Sabah. status ketergantungan mereka dan

b. Pada 1885, Inggris, Spanyol, dan merealisasikan kemerdekaan mereka

Jerman, menandatangani Protokol melalui penyekutuan yang dipilih

Madrid yang mengakui kedaulatan secara bebas dengan bangsa lain dalam

Spanyol di Kepulauan Sulu. kawasan mereka".

Pengakuan ini ditukar dengan Ketika klaim sejarah yang

pelepasan Spanyol atas segala dikemukakan kedua belah pihak tidak

klaimnya di Borneo Utara atau Sabah menemukan titik temu karena perbedaan

untuk mendukung Ingris. Pada 1888, pandangan dan interpretasi, ICJ dapat

Sabah resmi menjadi protektorat mempertimbangkan kategori ―penguasaan

Inggris--yang kemudian menduduki efektif (effective occupation)‖ untuk

Malaysia sebagai jajahan. menentukan negara mana yang berhak atas 243 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

suatu wilayah yang sedang argumentasi berdasarkan penguasaan efektif,

dipersengketakan. mengingat Filipina baik secara de facto

Penguasaan efektif (effective maupun de jure tidak melakukan tindakan

occupation) didasarkan penerapan apapun di wilayah Sabah.

kekuasaan administrasi pada suatu wilayah REFLEKSI KASUS SIPADAN-LIGITAN

sengketa (uncontested administration of the DAN KASUS BATU PUTEH (PEDRA

land and its resident population) (Shaw BRANCA)

1982: 82). Para ahli hukum internasional Kasus Sabah yang melibatkan

bahkan mengangap bahwa ―penguasaaan Filipina dan Malaysia, sedikit banyaknya

efektif merupakan suatu klaim wilayah yang mengingatkan pada kasus Sipadan-Ligitan

kuat‖ (Blum 1965). Dalam kasus Sabah, yang melibatkan Indonesia-Malaysia serta

pihak Malaysia dapat mengajukan kasus Batu Puteh (Pedra Branca) yang

argumentasi bahwa Malaysia telah melibatkan Singapura-Malaysia. Kedua

mengambil tanggung jawab untuk kasus tersebut menarik untuk dibahas untuk

mengembangkan prasarana untuk fasilitas membandingkannya dengan kasus Sabah.

para penduduk Sabah sejak 1963 tanpa Kasus Sipadan-Ligitan telah diputuskan oleh

bantahan Kesultanan Sulu maupun ICJ pada tanggal 17 Desember 2002 dimana

Pemerintah Filipina. Selain itu, secara de Malaysia merupakan pihak yang

facto dan de jure, Sabah telah menjadi memenangkan sengketa tersebut.

bagian dari Malaysia pada tanggal 16 Secara singkat kasus Sipadan-Ligitan

September 1963 berdasarkan Resolusi 1514 bermula ketika Delegasi Indonesia dan

Majelis Umum PBB. Pihak Filipina Malaysia mengadakan pertemuan untuk

nampaknya akan kesulitan untuk membuat menetapkan batas landas kontinen antara 244 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

kedua negara di Kuala Lumpur pada tanggal adanya status quo terhadap kedua pulau

22 September 1969. Pada waktu tersebut berarti kedua pulau tersebut tidak

pembicaraan landas kontinen di Laut boleh ditempati, diduduki maupun

Sulawesi, kedua delegasi sama-sama dimanfaatkan baik oleh Indonesia maupun

mengklaim Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan Malaysia. Namun, sejak tahun 1979

sebagai miliknya. Baik Indonesia maupun Malaysia mengambil langkah-langkah secara

Malaysia memiliki kelemahan dalam unilateral dengan menerbitkan peta-peta

mengklaim Pulau Sipadan dan Ligitan. yang menunjukkan kedua pulau sebagai

Kelemahan Indonesia adalah kedua pulau bagian dari Malaysia. Selain itu, Malaysia

tersebut tidak tercantum dalam Peraturan memberikan sejumlah izin kepada sejumlah

Pemerintah Pengganti Undang-Undang perusahaan swastanya untuk

(Perpu) No. 4 tahun 1960 tentang Perairan menyelenggarakan kegiatan pariwisata di

Indonesia (Mauna 2005: 280). Kelemahan Pulau Sipadan dan mendirikan instalansi-

Malaysia adalah peta yang diterbitkan oleh instalansi listrik di pulau tersebut. Pada

Malaysia hingga tahun 1970-an tidak pernah tanggal 31 Mei 1997 kedua negara sepakat

mencantumkan kedua pulau tersebut. untuk mengajukan kasus Sipadan-Ligitan ke

Sehubungan dengan adanya klaim ICJ.

Indonesia dan Malaysia atas Pulau Sipadan Dalam kasus Sipadan-Ligitan, baik

dan Pulau Ligitan, maka Indonesia dan Indonesia maupun Malaysia menggunakan

Malaysia pada tanggal 22 September 1969 klaim sejarah (historical claim) untuk

menyetujui Memorandum of Understanding membuktikan kepada ICJ kepemilikan

(MOU) untuk menetapkan Pulau Sipadan masing-masing negara tersebut atas Pulau

dan Pulau Ligitan dalam status quo. Dengan Sipadan dan Pulau Ligitan. ICJ menolak 245 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

argumentasi kedua negara yang didasarkan allocation line dan berlanjut terus ke arah

atas klaim sejarah (historical claim) dengan timur hingga menyentuh kedua pulau

alasan: sengketa juga tidak dapat diterima oleh

a. ICJ menolak argumentasi Malaysia ICJ. Selain itu, Peraturan Pemerintah

bahwa kedua pulau sengketa pernah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 4

menjadi bagian dari wilayah yang tahun 1960 tentang Perairan Indonesia

diperoleh Malaysia berdasarkan kontrak juga tidak memasukkan Sipadan-Ligitan

pengelolaan privat Sultan Sulu dengan ke dalam wilayah Negara Kesatuan

Dent-Overbeck/ BNBC/ Inggris/ Republik Indonesia.

Malaysia. ICJ juga menolak ICJ lebih tertarik untuk

argumentasitasi Malaysia bahwa kedua mempergunakan penguasaan efektif

pulau termasuk dalam wilayah Sulu/ (effective occupation) dalam menentukan

Spanyol/ AS/ Inggris yang kemudian apakah Indonesia dan Malaysia yang berhak

diserahkan kepada Malaysia berdasarkan atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Kedua

terori rantai kepemilikan (Chain of Title negara mengajukan argumentasi berdasarkan

Theory). penguasaan efektif (effective occupation)

b. ICJ menolak argumentasi Indonesia sebagai berikut:

bahwa kedua pulau sengketa merupakan a. Indonesia menyatakan bahwa di Pulau

wilayah berada di bawah kekuasaan Sipadan dan Pulau Ligitan telah menjadi

Belanda berdasarkan penafsiran atas pasal tempat kegiatan perikanan nelayan

IV Konvensi 1891. Penafsiran Indonesia Indonesia. ICJ berpendapat bahwa

terhadap garis batas 4° 10′ LU yang kegiatan tersebut bukan bagian dari

memotong Pulau Sebatik sebagai pelaksanaan suatu perundang-undangan 246 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Indonesia atau di bawah otoritas Pulau Sipadan sebagai cagar burung pada

Pemerintah Indonesia. Oleh karena itu tahun 1933, dan pembangunan dan

ICJ menyimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan mercusuar sejak tahun 1962

perikanan nelayan Indonesia tidak bisa di Pulau Sipadan dan di Pulau Ligitan

dijadikan dasar sebagai adanya effective pada tahun 1963. Nampaknya ICJ

occupation. ICJ menegaskan bahwa menerima argumentasi dan bukti-bukti

kegiatan individu tidak dapat dianggap yang diajukan oleh Malaysia dan

penguasaan efektif, jika kegiatan tersebut berpendapat bahwa fungsi legislatif atas

tidak berdasarkan pada peraturan resmi kedua pulau tersebut oleh Inggris yang

atau otoritas pemerintah. kemudian diteruskan pada Malaysia

b. Malaysia mengajukan argumentasi termasuk dalam kategori penguasaan

berdasarkan pengusaan efektif (effective efektif (effective occupation).

occupation) dengan mengajukan bukti- Jika dianalisis, nampak bahwa kasus

bukti bahwa sejak tahun 1917 telah Sipadan-Ligitan mempunyai beberapa

dilakukan fungsi legislatif atas kedua persamaan dengan kasus Sabah, antara lain:

pulau tersebut oleh Inggris yang a. Negara–negara yang bersengketa dalam

kemudian diteruskan pada Malaysia. kasus Sabah (Filipina dan Malaysia),

Contohnya, pengutipan pajak terhadap serta Indonesia dan Malaysia dalam kasus

kegiatan penangkapan penyu dan Sipadan dan Ligitan mendasarkan

pengumpulan telur penyu sejak 1917; argumentasi pada klaim sejarah

penyelesaian sengketa dalam kegiatan (historical claim).

pengumpulan telur penyu di Pulau b. Penguasaan efektif (effective occupation)

Sipadan pada tahun 1930-an; penetapan digunakan oleh Indonesia dan Malaysia 247 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dalam kasus Sipadan-Ligitan. Dalam South Ledge dalam gugatannya pada bulan

kasus Sabah, Malaysia kemungkinan Februari 1993. Setelah melalui serangkaian

besar menggunakan pengusaan efektif negosiasi bilateral antara tahun 1993 dan

untuk memenangkan kasus Sabah. tahun 1994 yang tidak membuahkan hasil,

Selain kasus Sipadan-Ligitan, kasus kedua negara sepakat untuk menyerahkan

Batu Puteh (Pedra Branca) juga memiliki sengketa atas ketiga pulau karang tersebut

kemiripan dengan kasus Sabah. Kasus Batu kepada Mahkamah Internasional (ICJ) pada

Puteh (Pedra Branca) bermula ketika pada tanggal 24 Juli 2003.

tahun 1979 ketika Pemerintah Malaysia Dalam kasus Batu Puteh (Pedra

menerbitkan sebuah peta untuk ―Wilayah Branca), Malaysia maupun Singapura

Perairan dan Batas Landas Kontinen mengajukan argumentasi berdasarkan klaim

Malaysia‖ dengan memasukkan Pulau Batu sejarah (historical claim)sebagai berikut:

Puteh (Pedra Branca) dalam wilayah a. Pulau Batu Puteh (Pedra Branca)

kedaulatan Malaysia. Malaysia menyebut merupakan bagian dari Kerajaan Johor

pulau yang dipersengketakan sebagai ‗Pulau (Koran Tempo 26 Mei 2008) dan nelayan

Batu Puteh‘, sedangkan Singapura Malaysia telah melakukan kegiatan

menyebutnya dengan nama ‗Pedra Branca‘. perikanan di wilayah tersebut.

Pada tanggal 15 Februari 1980 Singapura b. Singapura membenarkan klaim sejarah

menolak klaim Malaysia atas Pulau Pedra Malaysia bahwa pada mulanya Pulau

Branca dan meminta Malaysia mengakui Batu Puteh (Pedra Branca) milik

kedaulatan Singapura atas pulau tersebut. Kesultanan Johor, namun kemudian

Singapura kemudian memperluas klaimnya sepucuk surat yang dikirim oleh Pejabat

dengan memasukkan Middle Rocks dan 248 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Sekretaris Negara Johor tidak mengklaim 2008 memutuskan bahwa kepemilikan Pulau

kepemilikan atas pulau tersebut. Batu Puteh (Pedra Branca) berada di tangan

ICJ menolak argumentasi Malaysia Singapura.

yang berdasarkan klaim sejarah dan Terdapat beberapa persamaan antara

menerima argumentasi Singapura. Selain kasus Batu Puteh (Pedra Branca) dengan

klaim sejarah, Singapura juga memperkuat kasus Sabah, di antaranya:

klaimnya atas Pulau Batu Puteh (Pedra a. Pihak yang bersengketa (Singapura dan

Branca) dengan menggunakan argumentasi Malaysia) pada kasus Batu Puteh (Pedra

berdasarkan ―penguasaan efektif (effective Branca) keduanya mengajukan klaim

occupation)‖. Singapura menyatakan bahwa sejarah (historical claim) sebagai

pada tahun 1851 ketika Inggris masih pembenaran atas klaim mereka.Dalam

berkuasa di Pulau Batu Puteh (Pedra Branca) kasus Sabah, pihak bersengketa (Filipina

telah dibangun Mercusuar Horsburgh oleh dan Malaysia) juga menggunakan klaim

Singapura. Malaysia menolak argumentasi sejarah (historical claim)untuk

Singapura dengan menyatakan bahwa membuktikan bahwa kedua negara berhak

pendirian mercusuar di pulau tersebut adalah atas kepemilikan Sabah.

atas ijin dari Malaysia (Kesultanan Johor) b. Singapura dalam kasus Batu Puteh (Pedra

sebagai pemilik pulau tersebut. Dalam kasus Branca) menggunakan ―penguasaan

ini ICJ menerima argumentasi Singapura efektif (effective occupation)” sebagai

yang didasarkan pada ―penguasaan efektif penguatan argumentasinya dalam

(effective occupation)” yang dibuktikan melakukan klaim terhadap Pulau Batu

dengan pembangunan Mercusuar Horsburgh Puteh (Pedra Branca). Penguasaan efektif

oleh Singapura. ICJ pada tanggal 23 Mei (effective occupation) kemungkinan besar 249 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

akan digunakan oleh Malaysia dalam Internasional (ICJ).Apakah kasus Sabah juga

membuktikan klaimnya atas Sabah. pada akhirnya harus berakhir di tangan ICJ?

PENUTUP Pertanyaan yang mendasar adalah

Persoalan klaim atas wilayah di seandainya kasus Sabah antara Filipina dan

antara negara-negara ASEAN tampaknya Malaysia harus diajukan ke ICJ, pihak mana

tidak akan berakhir. Setelah kasus Sipadan- yang akan dimenangkan oleh ICJ?

Ligitan yang melibatkan Indonesia dan Berdasarkan pendekatan dari dua kasus

Malaysia dilanjutkan dengan kasus Batu terdahulu (kasus Sipadan-Ligitan dan kasus

Puteh (Pedra Branca) antara Singapura dan Batu Puteh/ Pedra Branca) yang diputuskan

Malaysia, kasus Sabah antara Filipina dan oleh ICJ, nampaknya ICJ akan menekankan

Malaysia mencuat kepermukaan. Apakah pada pendekatan yang menggunakan

persoalan klaim atas wilayah akan menjadi penguasaan efektif (effective control)

sandungan bagi ASEAN Community? seandainya klaim sejarah (historical claim)

Persoalan ini haruslah menjadi suatu agenda dari kedua pihak yang bersengketa sangat

penting bagi ASEAN karena ASEAN dapat sulit untuk dibuktikan secara hukum.

berperan penting sebagai penengah dalam Berdasarkan kasus Sipadan-Ligitan,

sengketa-sengketa yang melibatkan negara kasus Batu Puteh (Pedra Branca) dan saat ini

anggotanya. Namun sangat disayangkan, kasus Sabah, terdapat beberapa

ASEAN tidak dapat berperan besar dalam pembelajaran penting bagi negara-negara

menengahi kasus Sipadan-Ligitan dan kasus ASEAN khususnya negara yang mempunyai

Batu Puteh (Pedra Branca) sehingga kedua wilayah yang luas seperti Indonesia antara

kasus ini harus ditangani oleh Mahkamah lain: 250 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

a. Perlunya untuk mendata kembali penguatan atas klaim wilayah

dengan seksama semua wilayahnya berdasarkan ―penguasaan efektif

termasuk pulau-pulau terdepannya, (effective occupation)”.

kemudian menuangkannya dalam c. Mendekatkan rakyat di pulau-pulau

dokumen hukum serta memberlakukan terdepan secara budaya dan emosional

hukum nasional atas wilayah tersebut. dengan wilayah induk (main territory),

Hal ini sangat penting sebagai bukti dari sehingga dukungan dari rakyat dapat

―penguasaan efektif (effective diperoleh apabila timbul sengketa klaim

occupation)”. atas suatu wilayah. Kedekatan

b. Memperhatikan pulau-pulau terdepan emosional dan keseragaman budaya

yang berbatasan dengan negara tetangga (cultural homogeneity) merupakan salah

melalui pembangunan sarana dan satu kategori yang dapat digunakan

prasarana yang dibutuhkan oleh rakyat dalam membuktikan klaim atas suatu

setempat. Hal ini dapat dijadikan wilayah.

251 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Blum, Y. Z., Historic Titles in International Law, Dordrecht: M.Nijhoff, 1965

Burghardt, A., ―The Bases of Territorial Claims,‖ Geographical Rev, 63, 1973

Mauna, B., Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam era Dinamika Global. Bandung: Almuni, 2005

Shaw, M. N., ―Territory in International Law,‖ NETH. Y.B. INT‟L L., 13, 61, 1982

Sumner,B.T., ―Territorial Disputes at the International Court of Justice,‖ Duke Law Journal, 53, 2004

Koran dan Internet

Inspirasi Hukum. Retrieved 26 April 2013 from http://inspirasihukum.blogspot.com/2011/04/penyelesaian-sengketa internasional.html

Jawa Pos National Network, 20 Maret 2013. Retrieved 26 April 2013 fromhttp://www.jpnn.com/read/2013/03/20/163520/Perang-Sabah-dan-Perang-Politik- Dalam-Negeri-Malaysia-

Koran Tempo, ―Singapura dapat pulau, Malaysia karang‖, 26 Mei 2008.Retrieved 26 April 2013 fromhttp://koran.tempo.co/kanal/2008/05/27/11/Internasional

Philstar, 20 Maret 2013

Viva News, 20 April 2013.Retrieved 26 April 2013 fromhttp://dunia.news.viva.co.id/news/read/391441-kenapa-kesultanan-filipina-ngotot- rebut-sabah-dari-malaysia

252 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

THE TEACHING OF LANGUAGE

Suhartina. R STKIP – YAPIM Maros Email: [email protected]

Abstract: The Teaching of Language

In general, language teaching shifted from old method to modern one. The old method tended to place more emphasis on the mastery of the rules of language or grammar rather than to the function of language as the primary means of communication for mankind. The implications of the method and / or the old approach was the birth of a second language learner or a foreign language that is very capable in using the rules of the language but lacking even incompetent in terms of communicating using the language. This reality motivated language teaching experts to switch to a more functional approach thus was born the so-called communicative approach, the approach in language teaching that requires students to use the language to the maximum during the learning process, although the rules of the language tend to 'negligible'. Real form of the communicative approach is the interaction established during the learning process by using the language being studied. The interaction was not only between teachers and students (two way communication) but also between teachers and students and among students (multi-directional).

Only the implementation of this approach is not without drawbacks, namely the birth of language learners who are able to communicate verbally very eloquent invitation but is hampered when dealing with tasks that require them created especially writing scholarly writings.

Both of the above realities spawned the emergence approach called integrated approach, namely the teaching of grammar rules of a language by using the language communicatively - interactive during the learning process. Although this approach is also not free from the possibility of the birth of various constraints, such as the design of instructional materials that require special expertise and impeccable, setting and classroom management is also one of the considerations that can not be ruled out. Key words: Teaching English, communicative interactions.

253 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Abstrak: Pengajaran Bahasa

Secara umum pengajaran bahasa bergeser dari metode lama ke metode modern. Metode lama cenderung lebih menekankan pada penguasaan aturan-aturan bahasa atau grammar daripada ke fungsi bahasa sebagai alat komunikasi utama bagi umat manusia. Implikasi dari metode dan/atau pendekatan lama tersebut adalah lahirnya pelajar bahasa kedua atau bahasa asing yang sangat mumpuni dalam menggunakan aturan-aturan bahasa tetapi kurang bahkan tidak cakap dalam hal berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tersebut. Realitas ini memotivasi para pakar pengajaran bahasa untuk beralih ke pendekatan yang lebih fungsional sehingga lahirlah apa yang dinamakan pendekatan komunikatif, yaitu pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menuntut pelajar menggunakan bahasa tersebut secara maksimal selama proses pembelajaran, meskipun kaidah-kaidah bahasa cenderung ‗diabaikan‘. Wujud nyata pendekatan komunikatif tersebut adalah interaksi yang terbangun selama PBM dengan menggunakan bahasa yang sedang dipelajari. Interaksi itu bukan hanya antara guru dengan pelajar (komunikasi dua arah) tetapi juga antara guru dan pelajar serta antara sesama pelajar (multi arah).

Hanya saja implementasi pendekatan ini bukan tanpa kelemahan, yakni lahirnya pelajar bahasa yang mampu berkomunikasi secara lisan dangan sangat fasih tetapi terkendala ketika berhadapan dengan tugas-tugas yang menuntut mereka menciptakan tulisan terutama tulisan-tulisan ilmiah.

Kedua realitas di atas melahirkan munculnya pendekatan yang dinamakan pendekatan terintegrasi, yakni pengajaran tata aturan bahasa dengan menggunakan bahasa itu secara komunikatif – interaktif selama berlangsungnya PBM. Meskipun pendekatan ini juga tidak terlepas dari kemungkinan lahirnya berbagai kendala, seperti perancangan bahan ajar yang menuntut keahlian khusus dan sempurna, pengaturan dan pengelolaan kelas juga menjadi salah satu pertimbangan yang tidak dapat dikesampingkan.

Key words : Pengajaran Bahasa, Interaksi komunikatif. 254 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

THE TEACHING OF LANGUAGE stages of language learning, but make only

In general, the teaching of language very limited use of mere stimulus-response

especially in terms of approaches, methods, situations. According to Wallwork (1980:

as well as techniques of teaching 149) such teaching techniques are based on

implemented during the face to face the belief that foreign languages are best

interaction in the classroom, whether taught through active speech, taught in a

between teacher and students or among carefully selected and graded progression of

students themselves, most are discussed in structures, but always set in as realistic

English and the references of most language situation as possible. Such a method is a

teachings are the teaching of English combination of the oral, structural, and

whether American or British English situational approaches which is popularly

especially in relation to the fact that English known as the grammar-translation method.

has being regarded world language by most Childern taught through grammar-

people in the reality of the cosmos. Due to translation method (GTM) usually learn the

this reality, the discussion of this writing rules of the grammar, including numbers of

will also much be influenced by the teaching paradigms, and have to translate into and

of English whether as a second or foreign from written forms of the foreign language.

language. This is because, books, papers, Through GTM, oral work may play a minor

and other references available are mostly role, being allotted say, 10 or 15 percent or

written in the language. less marks in some terminal examination,

In the past, foreign language and attention paid to it will reflect this

teaching techniques tend to recognize the proportion. Materials for translation usually

element of habit formation at the earlier came from a very limited range of registers, 255 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

the bulk of it most probably being of a to this notion, many people will say that the

literary nature. In modern teaching of nearer foreign language teaching can

language, such translation is likely to come approach to the way in which the mother

at some point much nearer the end of the tongue is acquired, the more effective it is

course, and instruction in translaltion is likely to be.

likely to be regarded as a separate activity By the structural approach is meant

from that of learning to use the language that the patterns of the language being taught

creatively. are carefully analysed, selected and graded,

By oral approach (aural-oral and are then taught methodically. To some

approach) is meant that these skills are extent, of course, this is a counsel of

taught first; listening then speaking. Reading perfection if not impossibility. To analyse,

and writing in the foreign language come select and grade the structures of a language

later, even considerably later. To this extent, presupposes an adequate description of that

speech is a more complete expression of language. Unfortunately, as stated by

language than writing. That is to say, anyone Wallwork (1980: 150) that it is not yet

who can speak a language fluently will have available in full measure for any language.

less trouble, it is believed, in learning to read Nevertheless, it is not necessary to await

and write it, than will a person who has to such full description. Inventories, for

learn to speak a language which he has first example, English sentence patterns for the

mastered in print or written only. It also purpose of teaching English abroad were

accords with the way in which the mother made as early as 1934 by Palmer, and more

tongue or native language is learnt, where recently by Fries and Hornby.

speech certainly comes before writing. Due 256 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Most of modern language courses materials all in English, except on some

now produced, including audio-visual or items that cannot be grasped by students

audio-lingual courses, claim to use ‗graded without explaining them in their native

structure‘, although the principles on which language. Wehantouw (1988: 3) outlines that

the grading is done may be very different at the Senior High Schools as well as at the

from one course to another. But they have in Institutes of Higher Learning, the language

common the approach which selects a of instruction in the teaching of English is

particular gramatical pattern – which is then recommended English in conformity with

presented, and drilled, until the learner is the principle ―one learn to use/speak a

thought to have absorbed the pattern. foreign language by using/speaking it‖. As a

Special to Indonesia, the teaching of matter of fact as stated by Wehantouw

English and other foreign languages in (1988: 1) in the teaching of English as a

general which are also taught whether foreign language, teachers often resort to

optionally or convulsarily, including at the using Bahasa Indonesia to facilitate its

university level, these four language skills teaching and learning. Consequently, the

cannot be gained simultaneously, depend objectives to achieve as assigned by the

and determined by certain factors such as CBC are mostly result in failure rather than

learning habits, experiences, and teaching in the opposite.

techniques implemented by teachers in the Another phenomenon related to the

classroom. Techniques of teaching English teaching of English in Indonesia as a foreign

suggested Indonesian English teachers is the mastery imbalance between

indicated in the Curriculum Based one skill and another, mainly between the

Competence (CBC) to deliver learning mastery of grammatical rules of English at 257 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

one side and the speaking proficiency at learners learned much about English, not the

another. There are students who are able to English language itself functionally. Lado

comprehend and implement the grammatical (1988: 102) states that native speakers use

rules of the English language but are not functional grammar whether or not they can

adequately smart in speaking. Some are state the rules or describe the patterns they

completely fluent in speaking but drop use, and many second language students can

deeply when asked to create writing explain the grammar of the second language

especially scientific ones. Some others, even even though they are not able to use it

though not great in number are lack on the functionally. This fact is the basis of the

two aspects mentioned previously. This linguistic approach dictum to ―teach the

notion seems to be closely related to the language, not about the language,‖ meaning

English teaching approaches, methods, as to teach functional rather than reflective

well as teaching techniques implemented in grammar.

the past. It was just later on, the orientation of

It has been generally known that in teaching English departed from the old

the past as outlined above, the teaching of approaches focusing on the teaching of

English as well as other foreign languages grammar to new approaches stressing on the

tended to be of grammar oriented through communicative function. These phenomena

which learners learned rules much more than can be proved through the teaching

the function of the English language. approaches as well as teaching methods

Consequently, the learners became smart in emerged in the past compared with those of

the grammatical rules of the English but less today which are mostly communicative

of fluency in speaking. In other words, oriented. Grammar Translation Method, is 258 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

one of the teaching approach stressing on rationalist. Other methods coming later are

grammar mastery. Lado (1998: 12) asserts (the grammar translation method, (b) the

that an activity characteristic of the T-G direct method, (c) the reform method, (d) the

approach is the translation of sentences into audiolingual method, (e) the audiovisual

the foreign language. The objective of the method, and (f) the structure global

activity is not to produce good translation or audiovisual method.

develop translation skills as practiced by These phenomena have actually been

professionals, but to learn grammar. The realized by Indonesian experts on teaching

Pragmatic and Communicative approaches foreign as well as second languages, but as

such Communicative Language Teaching previously stated the realization of the

and Interactive Teaching, on the other hand consciousness is still far from the

tend to be functional oriented through which expectation of many Indonesian people.

students are required to actively According to Manurung (2006: 193) the

communicate using the language being most popular issues related to the teaching of

learned during the process of learning. English in Indonesian universities is the low

Els (1984: 146-156) describes the competency of the gradation in the four

development of methods implemented in skills of English language. Grow in Noni

teaching English as a foreign language, (2003) theorizes that is basically initiated by

namely (a) formal vs functional methods, (b) the failure of teaching at the Senior High

formalists vs activists, (c) integrated School focusing more deeply on the

methods, (d) analytic vs synthetic, (e) direct grammatical and reading comprehension

vs indirect, (f) mechanistic vs mentalistic, aspects than on the communicative function

(g) inductive vs deductive, (h) empiricist vs of the language. Zain (2006) in one of his 259 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

research found that in general university on language teaching in Indonesia,

students find difficulties in terms of applying especially English as the first foreign

interrogatives expressions both in and language.

outside the classroom. In line with teachers‘ role in the

Much foreign language teaching teaching of any language, Christopher N.

has in the past been concerned only with the Candlin and Neil Mercer in (E-Book) state

language of literature. Wallwork (1980: 151) that where ever they are and whatever they

states that there are many reasons why this are teaching, teachers in schools and other

should be changing, among others are (1) the educational institutions are likely to face

war in many parts of the world that has some similar practical tasks. They have to

given a great impetus to the learning of other organize activities to occupy classes of

languages for practical purposes; (2) people disparate individuals, learners who may vary

travel more freely and feel the need for a considerably in their aims, abilities and

mastery of language in registers other than motivations. They have to control unruly

the literary; (3) businessmen are increasingly behaviour. They are expected to teach a

conscious of the need for what might be specific curriculum, a body of knowledge

called ‗day-to-day‘ language. The and skills which their students would not

tremendeus growth that has taken place in normally encounter in their out-of-school

the teaching of English in many parts of the lives. And they have to monitor and assess

world, where the status of English as a worl the educational progress the students make.

language has stimulated demand for the All these aspects of teachers‘ responsibilities

teaching of English for a variety of purposes, are reflected in their use of language as the

has also been very influential in its effects principal tool of their responsibilities. 260 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

A teacher as stated by Amin (2005: various modes of teaching delivery that can

8) is person charged with the responsibilities encourage students to practice and use the

of helping others to team and to behave in target language they are learning. In other

new and different ways. In line with Amin‘s words, the modes of deliveries should

definition, a teacher as stated by Anderson correspond the learners‘ preferences on the

and Burns (1989: 1) is (a) a person teaching.

employed in an official capacity for the However, many teachers are not fully

purposes of guiding and directing the aware if their students do not prefer their

learning experiences of pupils or students in teaching modes. The primary roles of

an educational institution, whether public or teachers are instructional and managerial.

private, (b) a person who because of rich or Learners, too, have reciprocal managerial

unusual experience or education or in a and learning roles (Wright, 1988: 125). In

given field is able to contribute to the growth conjunction with this notion, Underwood

and development of other persons who come (1989: 22) asserts that success breeds

in contact with him, (c) a person who has success, and students who feel they are

completed a professional curriculum in a succeeding will be encouraged to go on

teacher education institution and whose trying. Teachers‘ job in this is to provide

training has been recognized by the award of experiences and activities in which students

an appropriate teaching certificate, and (d) a can be successful. Wright (1990: 2) asserts

person who instruct others. Ideally, the that it is not enough for students to have a

teacher should possess adequate competence competent ability in a language if they

in delivering his/her teaching. In this sense, cannot develop a conversation or discussion.

he/she should be able to offer and perform In this sense, language teachers have a role 261 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

as communication teachers and, indeed, as class. Teachers should know their students‘

teachers in the broadest sense. Hamachek in interaction mode preferences. It should be

al-Adabi (volume 5, 2010: 182) outlines four well known that some students prefer to

dimensions of teachers‘ effectivenees in learn individually, some others prefer to

teaching, namely; (1) effective teachers have work with a partner or in a small group. Any

a sense of humor, fair, empathetic, of the interaction modes can best facilitate

democratic, and able to relate easily and the students to achieve the learning

naturally to students on either a one-to-one objectives if the learning environment suits

or a group basis, (2) effective teachers have the students‘ preferences. Above all,

knowledge of subject matter and related teachers should devote their attention to

areas, (3) effective teachers see themselves organize their class in such a way so as to

as identified with others, and (4) effective promote better development of the students‘

teachers have positive views of others target language. In other words, teachers

students, colleagues, and administrators. should vary their teaching delivery so as to

Jester and Miller in Noni (2003) state accommodate their students‘ learning style.

that it is of important factor that teachers be As a result, the learning environment can be

aware of the nature of their students‘ in all students‘ favor, even though they have

learning style. Once the teachers know their different styles. In line with the above

students‘ learning style, they could match it notions, Anderson and Burns (1989: 8)

with the instructional environment of the assert that it is the teaching, not the teacher,

class. It is then expected that the teachers that is the key to the learning of students.

find ways to adapt their teaching with the That is, it is not what teachers are like but

style to ensure their students‘ success in the what they do in interacting with their 262 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

students that determines what students learn systematically. Others claim the opposite

and how they feel about the learning and that the absence of the systematic approach

about themselves. to teaching about language has contributed

In relation to the teaching of English to continued disadvantage for already

in Indonesia, it has been generally known linguistically marginalized groups of

that there are two main problems which are students.

now still being debated, that is, the teaching However, the teaching of this subject

English or any language and the teaching is still dominated by the Teacher Centered-

about English or about any language. The Approach. Therefore, the teaching of

first refers to the teaching of language as a English grammar is still being debated

medium of communication or language among linguists up to these recent days.

function, whereas the second refers to the Some experts such as Terry (1988: 42) and

rules of language. But the problem of Wu (2007: 6) consider the need for teaching

teaching English grammar goes beyond grammar explicitly. On the other hand,

teachers‘ confidence in their own knowledge Krashen (1983: 74) states that

about language as a source. Many teachers, communicative ability is the ultimate goal of

as stated by Macken-Horarik (Australian learning any language. Krashen makes the

Journal of Language and Literacy, Feb. function of the language as the initial focus

2011: 12) are unsure about the role of which emphasizes fluency as being than

grammar in English teaching itself. Some accuracy. Littlewood (1983) pays attention

argue that while grammar has always been to the functional aspects as well as the

part of core business in English, it should be structural aspects of language which become

taught at the point of need rather than the purpose of communication. He starts by 263 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

understanding the structure in the context learning practices that apply to learners from

that begins with controlled exercises until it the age of two to twenty one or twenty five,

reaches natural communication activities. learners in preschool through secondary or

These two diverse points of view can post secondary school. Iwon (1992 in Sturn

be bridged by promoting learning English and Bogner (International Journal of Science

grammar communicatively in order to Education, 2008: 942) found higher

achieve the goal of language learning by the achievement scores for students in learner-

learners with fluency and accuracy on the centered lessons compared with teacher

one hand, and having English grammatical centered lessons. Beside cognitive effects,

knowledge on the other. In addition to this many studies also demonstrate affective

notion, it is perceived that teaching through outcomes of student-oriented learning

Teacher-Centered Approach may provide environment. Additionally, social skills and

learners with good English grammar social competences were more easily trained

knowledge but contributes little in student-oriented lessons than cooperative

communication skill to the learners. In learning environment. Student-oriented

contrast to this notion, Sturn and Bogner approaches give learners a central focus and

(International Journal of Science Education, thus are the acting force. Nevertheless, many

2008: 941) states that student-centered comparison studies of teacher-centered

teaching at school is very often given versus student-oriented learning

priority by teachers in contrast to more environments have produced controversial

teacher-centered lessons. McCombs and results with no consistency in the

Whisler (1997: 4) state that child or student explanation of effects of different learning

centered refers to the use of schooling and 264 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

environments with regard to achievement academic and general purposes that are

and motivation scores. designed to strengthen the four major skills,

The theoretical foundation for i.e., listening, speaking, reading, and writing

interactive learning as stated by Brown an integrated technique seems to be the

(2001: 48) lies in what Long (1988, 1993) best option. This is in line with Rasyid‘s

describes as the interaction hypothesis of notion (1992: 19) that integrating skills in

second language acquisition, going beyond English language teaching (ELT) is a must,

Krashen‘s concept of comprehensible input. that is, if the purpose of the ELT is to enable

Long and others point out the importance of students to use the language in real life

input and output or receptive and productive communication where more than one skill in

skills in the development of language. As involved at a time. Integrated manner of

learners interact with other through oral and teaching is believed to be an activity which

written discourse, their communication may provide class with various interactions,

abilities are enhanced. Vygotsky (1978) not only one way (from teacher to students)

perceives that social interaction, mainly in or two way interaction (from teacher to

terms of language learning, is the primary students and vice versa) but multiple ways as

source of developing cognition and well, that is, interaction among students in

behavior. the class.

In conjunction with the objectives of

teaching English in Indonesia both for

265 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

REFERENCES

Amin, Radhiah Mardhiah. 2005. The Preferred Combination of Classroom Interactions Patterns in English Language Teaching by the English Education Students of FPBS UNM. Graduate Program , State University of Makassar.

Anderson, Lorin W. & Burns, Robert B. 1989. Research in Classrooms: The Study of Teachers, Teaching,and Instruction. Oxford: Pergamon Press.

Brown, Douglas H. 2001. Teaching by Principles: an Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Longman.

Candlin, Christopher N. (ed.). 1983. The Communicative Teaching of English; Principles and Exercise Typology. Essex: Longman.

Fries, Charles C. 1945. Teaching and Learning English as a Foreign Language. Ann Arbor: University of Michigan Press.

Hamacheck. 2010. Jurnal: Al Adabi. Ilmu Bahasa dan Kesusastraan; Vol V Edisi ke 3 Nopember. Bahasa dan Kebudayaan.

Krashen, Steven D. 1983. Principles and Practice in Second Language Acquisition. London: Prentice Hall International English Language Teaching.

Lado, Robert. 1988. Teaching English Across Cultures: an Introduction for Teachers of English to S peakers of Other Languages. New York: McGraw-Hill.

Long, Michael., and Richards, Jack C. 1988. Methodology in TESOL: a Book of Reading. Newbury House, New York.

Mc. Combs, Barbara L & Jo Sue Whisler. 1997. The Learner-Centered Classroom and School. Jossey-Blass Publishers. San Fransisco.

Macken, Horaric, et al. 2011. Australian Jurnal of Language and Literacy Vol.34 No.1; A Gramatic „Good Enough‟ for School English in the 21st Century: Four Challenges in Realising the Potential

Manurung, Konder. 2006. Budaya Belajar Mandiri dan Pembelajaran Bahasa Inggris. Linguistik Indonesia 24/2, 193-200.

Noni, Nurdin. 2004. A Hybrid of Face to Face Teaching and Computer Assisted Language Learning (CALL) to Improve Students‟ English Achievements Based on Individual Learning Differences. (Unpublished Disertation). Post Graduate Studies Programme. Hasanuddin University. 266 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Palmer, F. R. 1976. Semantics: A new outline. Cambridge: Cambridge University Press

Rasyid, Muhammad Amin. 1992. Developing Communicative Competence Through Topic of Interest and Learning Styles Using the Integrated Skills Approach. (Unpublished Disertation). Pascasarjana UNHAS.

Sturm, Heike & Franz X. Bogner. 2008. International Journal of Science Education, Vol. 30 no.7; Student Oriented Versus Teacher Centred: The Effect of Learning at Work stations About Birds and Bird Flight on Cognitive Achievement and Motivation.

Wehantouw, O.J. 1988. The Native Language in The Teaching of English as a Foreign Language. Badan Penerbit IKIP Ujung Pandang. Wright, Andrew. 1990. Pictures for Language Learning. Cambridge: Cambridge University Press

Wright, Tony. (1988). Roles of Teachers and Learners. In C N Candlin and H G Widdowson, Language Teaching: A Scheme for Teacher Education. Oxford: Oxford University Press.

Vygotsky, Lev. 1978. Thought and Language. Cambridge: The MIT Press.

267 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

CORRELATION BETWEEN LEARNING STYLES AND STUDENTS‟

ACADEMIC ACHIEVEMENT IN SPEAKING SKILL IN ENGLISH

DEPARTMENT AT HASANUDDIN UNIVERSITY

Zul Astri English Language Study Program Postgraduate Program Hasanuddin University Email: [email protected]

Abstract: Correlation Between Learning Styles And Students‟ Academic Achievement In Speaking Skill In English Department At Hasanuddin University

Students are individuals with individual needs, interests and methods of processing information. This research aims to elaborate the correlation between learning styles and students‘ academic achievement in speaking skill and explains how well the teaching material and classroom activities fulfill the needs of students with different learning styles. The respondents of this study are 30 students of English Department students of academic year 2009/2010. The researcher conducted One-Group Pretest-Posttest design where there is only one group experiment that is given pre-test and post-test. In gathering the data, questionnaire, classroom observation, pre, and post tests are applied. Questionnaire is to know their basic learning style in general. Next, classroom observation is to see and find out students‘ attitude, classroom activities and classroom participations. Pre-test is to see their basic speaking skill before the class started and they are given learning activities. In addition, post-test is to measure students‘ speaking skill after they are given learning activities by teacher. The result of the research shows that 36, 8 % visual learners can improve their skill after learning activities are given. Moreover, auditory learners are clearly seen that they are sophisticated speakers and listeners so in this speaking class they can show their ability and it is proved from the data that 83, 3 % auditory learners have increased speaking skill. Furthermore, the learning activities also appropriate for tactile and visual- auditory learners because 100 % of tactile and visual auditory learners can improve their speaking skill after learning activities are conducted in the classroom. Keywords: Learning style, Material, and English Speaking Skill.

268 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Abstrak: Korelasi Antara Gaya Belajar Dan Prestasi Akademik Mahasiswa Dalam Keterampilan Berbicara Di Jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin

Siswa adalah individu yang memiliki kebutuhan individu, memiliki minat dan cara tersendiri dalam memproses informasi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan hubungan antara gaya belajar dan prestasi akademik mahasiswa dalam keterampilan berbicara dan untuk menjelaskan seberapa baik materi pengajaran dan aktivitas kelas memenuhi kebutuhan mahasiswa dengan gaya belajar yang berbeda. Responden pada penelitian ini adalah 30 mahasiswa sastra Inggris tahun akademik 2009/2010. Peneliti melakukan desain One-Group Pretest-Posttest dimana hanya ada satu kelompok eksperimen diberi pre-tes dan pos-tes. Dalam pengumpulan data, kuesioner, observasi kelas, pre dan post test diterapkan. Kuesioner diterapkan untuk mengetahui dasar gaya belajar mereka secara umum. Selanjutnya, observasi kelas adalah untuk melihat serta mengetahui sikap siswa, kegiatan kelas dan partisipasi kelas. Pre-test untuk melihat kemampuan dasar berbicara sebelum kelas dimulai dan sebelum mereka diberikan aktivitas belajar. Selain itu, post-test untuk mengukur kemampuan berbicara mahasiswa setelah mereka diberikan aktivitas belajar oleh dosen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 36, 8% pembelajar visual dapat meningkatkan keterampilan berbicara mereka setelah aktivitas-aktivitas belajar diberikan. Selain itu, jelas terlihat bahwa pembelajar Auditori adalah pembicara dan pendengar yang hebat sehingga dalam kelas ―Speaking‖ ini mereka dapat memperlihatkan kemampuan mereka dan hal ini terbukti dari data yang menunjukkan bahwa 83, 3% pembelajar Auditori memiliki kemampuan keterampilan berbicara yang meningkat. Lebih lanjut, aktivitas belajar yang diberikan juga cocok untuk pembelajar Tactile dan Visual-Auditori karena 100% dari kedua pembelajar tersebut dapat meningkatkan keterampilan berbicara mereka setelah aktivitas- aktivitas belajar dilaksanakan di ruang kelas. Kata Kunci: Gaya Belajar, Materi, dan Keterampilan berbicara bahasa Inggris.

269 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

INTRODUCTION provide a good learning condition to

Students are individuals with motivate the learning process and at the end

individual needs, interests and methods of it will improve the students‘ achievement.

processing information (Deporter & Gilakjani & Ahmadi (2011) supported that

Hernacki, 2004). Some learner variables in analyzing one‘s own particular learning style

language learning such as motivation, age, can be very helpful and beneficial to the

learning style, personality, gender, students to make them more focused on

strategies, metacognitive, autonomy, beliefs, attentive learners.

culture and aptitude (Griffiths, 2008) cannot In this research, researcher tries to

be avoided as natural factors by teachers. find out the correlation between learning

Teachers may possibly consider these styles and speaking skills in English. English

variables as references to present the is very important to be mastered by all

materials to students so that knowledge, people to express their ideas and feeling in

skills, and attitudes can be accepted well. order to communicate with other people

Learning style is one of students‘ using oral or written form. Students as

different characteristics that has not been second language learners and university

paid more attention yet. Most of teachers use level are required not only to be able to

their own teaching style to teach their listen, write, and read but also to speak.

students rather than considering the students‘ Speaking ability is an ability to explore the

learning styles. In this matter, teaching words in utterance to communicate with

material can be included as a factor which other people to carry out a conversation.

influences students‘ performance. In fact, the Speaking English is one of important things

students will learn effectively if teachers that we really need in this global era. If we 270 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

can speak English meaning that we can Despite Husain‘s claim that there is no

communicate with all people all over the significant difference in students‘ academic

world. Therefore, the researcher tries to achievement for all groups of learning style,

focus on Speaking Skills. In addition, as a study on the relation between learning

what the researcher has got in some styles and academic achievement of

references that the characteristics of those secondary school students conducted by

three learning styles (visual, auditory and Vaishnav (2013) reveals otherwise. The

tactile) are different from speaking. Based kinesthetic learning style is found to be more

on all of explanation above about the prevalent than visual and auditory learning

important of speaking skill and types of styles among secondary school students. The

learning styles, the researcher conducts findings also show that the main effects of

research to see the correlation between the three variables - visual, auditory and

learning styles and academic achievement in kinesthetic are significant on academic

speaking skill in English Department at achievement.

Hasanuddin University. Rasyid (1992) investigates the match

There have been some studies that and mismatch between the teachers‘

applied method. One of them is Husain teaching styles and students‘ learning styles.

(1999), conducts a study which focused on Teaching and learning activity will be more

students‘ learning and personality styles in effective by using Integrated Skills approach

second language acquisition and their in the foreign language of instructional

relation to students‘ academic achievement program that is possibly changing the

and found that all groups have no significant students‘ learning styles from the previously

differences in their achievement (post-test). preferred to dispreferred one. The different 271 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

between Rasyid and researcher is in the the correlation between learning styles and

focus of research. Rasyid focuses his students‘ academic achievement in speaking

research in communication competence skill.

which is divided in two kinds of RESEARCH METHODOLOGY

competence, oral and written English Skills. Research Design

In this research, researcher focuses in This research applies pre-

speaking skill. experimental design to investigate the

Dunn and Dunn (1978) in De Porter correlation between learning styles and

and Hernacki (2004) claims that by learning students‘ academic achievements in

style identification, students can identify speaking English of fourth semester students

their preferred learning styles, but they also in English Department at Hasanuddin

get score higher on tests, have better University. There is only one group

attitudes, and be more efficient if they are experiment involved in this research so there

taught in such a way to which they are easy is no control group.

to relate. The different between Dunn and Procedures of Data Collection

Dunn and researcher is also in the focus of The instruments used in this study are

research. Dunn and Dunn make a general questionnaire, classroom observation and

conclusion for all of skills and researcher speaking test. The questionnaire consisting

only focuses in speaking skill. of 24 items of questions from Barsch‘s LSI

The researcher can conclude that the is used to identify the students‘ learning

difference between this research and the styles. It is categorized into 5 scales: always,

previous researches is in the focus of usually, sometimes, seldom and never. The

researcher namely the researcher examines classroom observation is used to find out the 272 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

classroom activities and students‘ (Sudjana, 1992) as cited in

participation toward the given material. The Sirajuddin (2010)

last instrument, speaking test, which consists Then, students are grouped based on

of pre-test which is intended to see the their preferred learning style and their result

students‘ prior knowledge in speaking of their pre-test and post test in speaking

English and post-test which is aimed to see English. The researcher describes the match

students‘ speaking ability after they between students‘ learning styles and

experience the given material. students‘ speaking skill after experiencing

Data Analysis the material given.

Data are analyzed chronologically as These data on students‘ learning

follows. First, data from questionnaire is style, classroom observation and speaking

analyzed by tabulating the students learning test are triangulated to see how effective the

style results and differentiating them based material for different learning styles in the

on their preferred learning style. The classroom. Firstly, the researcher matches

Learning Style inventory is calculated into the score of speaking test with the data in the

number to find out students learning style classroom observation. This is to see

percentage using the following formula; whether students who experienced an

P= f x 100 % increase in speaking test are really active or

N just being passive in the classroom. Then,

Where: students‘ learning style data, the result of

P = Percentage of data speaking test and the classroom observation

Fq = Number of Frequency data are integrated before to find out whether

N = Total Sample 273 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

the material works effectively to which However, for the learners who have

kinds of learning style in speaking class. combination learning styles, only visual

RESEARCH FINDINGS auditory learners who show their speaking

The description of collected data skill improvement. All (2) visual-auditory

through questionnaire find out the students‘ learners (100 %) can increase their speaking

learning styles from 30 students; there are 19 skill after learning activities given. The rest

visual learners (63.33 %), 6 auditory learners of learner cannot show their improvement

(20 %), 1 kinesthetic learner (3.33 %), 2 those three learning activities are given (see

visual auditory learners (6.67 %), 1 visual- table 2)

kinesthetic learner (3.33 %) and 1 visual- DISCUSSION

auditory-kinesthetic learner (3.33 %). There Regarding the domain of style

are 86.67 % students had tendency to be inventory this study reveals that respondents

single learning style learners and 13.33 % taking part in the study are mostly inclined

students had tendency to be combination towards being visual and auditory learning

learning style learners. styles while kinesthetic and the three

The finding also reveals that after combination learning styles are only a few.

giving materials (see table 1) some students The process of identifying learning

shows speaking improvement. There are 7 styles in this study indicates that teachers

out of 19 visual learners (36, 8%) and there become aware of the importance of

are 5 out of 6 auditory learners (83, 3%) who identifying students in the classroom so that

showing improvement after learning the teacher provides materials using methods

activities given. In addition, all (1) tactile that can cover all learning styles in the

learner (100%) also shows his improvement. classroom. For this current study, basically 274 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

the teacher who taught the participant using that academic achievement of students can

some materials from the textbook has not be better than the results of this study.

been fully aware of the importance of Knowledge of an individual's

identifying students' learning styles. learning style is also very important for

As we know, the class has students students. The individuals should know their

with diverse learning styles. Knowing from own learning styles are and what

beginning about the importance of characteristics this style has and they should

identifying learning styles, the teacher may thereby behave according to this style. In

ask students who have visual learning style this way, the individual can acquire the

to sit in the front row of seat or in some front constantly changing and increasing amount

corner of the class so they can clearly see of information without the assistance of

when teacher explains material so they can others. However, in this study, the students

be free from visual obstruction. Researcher are not aware of their learning style and how

does not adjust the seating of students they should act with knowledge of the

because the school is state school and learning styles. This may be important for

researcher found the class naturally and future researchers who want to conduct the

where the researcher in this case simply same study, in which they should consider to

acted as an observer rather than as the provide knowledge about the importance of

experimenter. To a certain extent, this makes knowing the individual learning style

some visual learners got visual obstruction because when the individual knows his/her

and it is one of the limitations of this study. learning style, s/he will integrate it in the

For further research, the class should be set process of learning so s/he will learn more

based on the learning styles of students so 275 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

easily and fast and will hopefully be preferences are not identified. They know

successful (Gilakjani, 2012). what they want to learn and ―how.‖ This

It is clear that, learning style awareness will modify their perspectives on

identification will be useful for both of learning something new (Fidan, 1986) in

students and teacher. Teacher will prepare Gilakjani (2012).

material based on students‘ learning style in Based on the data, the finding of this

the classroom so the method given can cover study reveals that after giving materials

all of styles in the classroom as stated by some students showed speaking

Renou (2008) that it seems reasonable if improvement. Researcher can state that the

teachers teach in the three sensory modes— theory of De porter and Hernacki (2004) can

auditory, visual and tactile that would help be seen in this research. Visual learner

students to retain and retrieve more far cannot show their performance based on

information than they would if teachers material given in speaking class because

exposed them to only one sensory mode of only 36, 8 % learners who can improve their

learning. Students‘ preferred learning styles skill but auditory learners is clearly seen that

can help or hinder the success and have they are sophisticated speaker and listener so

positive effect on their academic in this speaking class they can show their

performance. Moreover, students who aware ability and it is proved from the data that 83,

of their learning style will search answer to 3 % auditory learners have an increased

the problem and benefit from their unique speaking skill. It means that the materials

performance and preferences in their which are given by the teacher are

learning style. Those learners will recognize appropriate with auditory learners. They

their goals, unlike those whose learning style learn best through verbal lectures, 276 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

discussions and listening to what others have the materials given because he can show his

said. Auditory learners interpret the improvement in post-test after learning

underlying meanings of speech through activities are given.

listening to tone of , pitch, speed and CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS

other nuances. Moreover, the materials also The researcher finds that there is a

appropriate for visual auditory learners positive correlation between learning style to

because 100 % visual auditory learners can students‘ academic achievement in speaking

improve their speaking skill after materials skill based on Theory of De Porter and

are given. There some advantages of visual Hernacky and the result of the research that

auditory learner. The combination of their can be seen by using pre-test and post test

learning style can make them learn by using after learning activities are given. Moreover,

the two learning styles. They can follow the the study also reveals that based on the

lectures well by using their visual sensory material given, 83, 3 % of auditory learners

and auditory sensory. They will learn best as have good scores from speaking

the way of visual learner like learn from measurement which is conducted. In

visual displays including: diagrams, addition, tactile and visual auditory learners

illustrated text books, overhead (100 %) also have good scores from

transparencies, videos, flipcharts or hand- speaking measurement after materials given.

outs and learn best as the way of auditory Visual learners do not show their

learners like they learn best through verbal performance based on material given in

lectures, discussions and listening to what speaking class because only 36, 8 % learners

others have said. In addition, the only one who can improve their skill but auditory

tactile learner also can adapt himself with learners is clearly seen that they are 277 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

sophisticated speaker and listener so in this Based on the result of this research,

speaking class they can show their ability the teacher is expected to be aware of

and it is proved from the data that 83, 3 % students‘ different learning styles which are

auditory learners can improve their scores particularly important in second or foreign

after post-test conducted. Moreover, the language acquisition, and to identify these as

materials are also appropriate for tactile and early as possible before starting teaching in

visual auditory learners because 100 % of the classroom. Then, teacher is expected to

tactile and visual-auditory learners can provide various teaching material that can

improve their post-test scores after materials suit all students‘ learning styles and fulfill

are given. students‘ needs.

278 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

BIBLIOGRAPHY

Deporter, Bobbi and Hernacki Mike. (2004). Quantum Learning. Bandung: Mizan Pustaka.

Gilakjani, Abbas. (2012). Visual, Auditory, Kinesthetic Learning Styles and Their Impacts on English Language Teaching. Journal of studies in Education. ISSN 2162-6952 2012, Vol.2, No.1.

Gilakjani & Ahmadi. (2011). The Effect of Visual, Auditory, and Kinesthetic Learning Styles on Language Teaching. International Conference On Social Science and Humanity. IPEDR Vol.5.

Griffiths Carol. (2008). Lesson from Good Language Learner. Cambridge: Cambridge University Press.

Husain, Djamiah. (1999). Learning and Personality Styles in Second Language Acquisition . Unpublished Thesis. Hasanuddin University

Heaton,J.B. 1988. Writing English Language Test. London : Longman

Rasyid, Muhammad Amin. 1992. Developing Communicative Competence through Topic of Interest and Learning Styles Using the Integrated Skills Approach. Makassar: Pascasarjana UNHAS.

Renou, Janet. 2008. A Study of Perceptual Learning Styles and Achievement in a University- level Foreign Language Course. In the internet http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet15/mcloughlin.html retrived on 27th November 2009. Mayagüez; Universidad Puerto Rico..

Sirajuddin, Andi. (2010). Improving speaking ability by using Total Physical Response Strategy at SMA Negeri 1 . Unpublished Thesis. Hasanuddin University.

Vaishnav, Rajshree. (2013). Learning Style and Academic Achievement of Secondary School Students. Voice of research Vol. 1 Issue 4, March 2013.

279 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Table 1

Materials and Learning Activities

Hot seat brief personal Persuasive Group Making Group Discussion opinion Presentation on “ Visiting Places”

 15 minutes spontaneous  Group work presentation  Group discussion

personal opinion talk  4-5 people  4-5 people

 Given topic  10-15 minutes  10-15 minutes

Table 2 Student Individual Test Performance

Speaking measurement by J.B. Heaton (1988)

Types of Pre-Test Post-Test Subjects‟ code Learner S1 Visual 2(Enough) 3 (Fair) S2 Visual 4(Good) 4 (Good) S3 Visual 4(Good) 4 (Good) S4 Visual 5(Very Good) 6(Excellent) S5 Auditory 3(Fair) 3(Fair) S6 Visual Auditory 3(Fair) 4(Good) S7 Auditory 3(Fair) 4(Good) Visual-Auditory- S8 2(Enough) 2(Enough) Tactile S9 Auditory 4(Good) 5(Very Good) S10 Visual 3(Fair) 3(Fair) 280 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

S11 Auditory 3(Fair) 4(Good) S12 Visual 3(Fair) 4(Good) S13 Visual 4(Good) 4(Good) S14 Tactile 3(Fair) 4(Good) S15 Visual 3(Fair) 3(Fair) S16 Visual 3(Fair) 3(Fair) S17 Visual 3(Fair) 4(Good) S18 Visual 3(Fair) 4(Good) S19 Visual 2(Enough) 3(Fair) S20 Auditory 3(Fair) 4(Good) S21 Visual 4(Good) 5(Very Good) S22 Visual Auditory 2(Enough) 3(Fair) S23 Auditory 4(Good) 5(Very Good) S24 Visual 3(Fair) 3(Fair) S25 Visual 3(Fair) 3(Fair) S26 Auditory 3(Fair) 3(Fair) S27 Visual Tactile 3(Fair) 3(Fair) S28 Visual 3(Fair) 3(Fair) S29 Visual 3(Fair) 3(Fair) S30 Visual 3(Fair) 3(Fair)

Note:

a. 6 = Excellent

b. 5 = Very Good

c. 4 = Good

d. 3 = Fair

e. 2 = Enough

f. 1 = Poor 281 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

EXPLICIT AND IMPLICIT MEANINGS IN ELONG „BUANG TASSANRA MUA‟

Sudarmin Harun Faculty of Cultural Sciences The University of Hasanuddin, Makassar [email protected]

Abstract : Explicit And Implicit Meanings In Elong „Buang Tassanra Mua‟

This writing aims to transfer Buginese Elong ‗song‘ into English and to reveal the meanings that contained in buginese traditional song entitles Buang Tassanra Mua ‗Fall down but Safe‘. This song is very interesting to be analyzed and to reveal deeply either its explicit or implicit meanings because it has many meanings that must be known not only buginese but also the other ethnics in Indonesia and abroad, even also all generations outside or at schools and university.

By revealing the meanings explicitly or implicitly of the song, a person could aware that the ancestor‘s advices are very important to implement in his/her daily life. All generations should know, keep, and put them in their mind in order to become a guidance to do good things and to avoid to do bad actions such as breaking the buginese ade ‗customs‘, bicara ‗laws‘, rapang ‗ruls‘ and wari‟ ‗etics‘.

The objective of Elong ‗song‘ is as not only a medium of entertainment solely but it could also be a medium of conveying some advices and it could be a medium of teaching language and lingua franca as well as teaching literature. Lectures and teachers have a must to transfer the buginese songs into English with the goal the foreigners could read and know the buginese local language and literature, especially buginese pappaseng ‗local wisdom‘ that contained in this song – buginese language and literature.

Key words: Buginese Elong, language, and literature.

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk mentransfer Elong Ugi ke Bahasa Inggris dan menyingkap makna yang terkandung dalam lagu tradisi orang bugis yang berjudul Buang Tassanra Mua. Lagu ini sangat menarik untuk dianalizah dan diungkap secara mendalam maknya baik yang tersurat maupun yang tersirat karena lagu tersebut memiliki banyak makna yang harus diketahui bukan hanya orang bugis akan tetapi juga suku-suku lainnya yang ada di Indonesia dan luar negeri, begitu pulah semua generasi yang ada di luar atau di dalam sekolah dan universitas. Dengan menyingkap makna lagu secara tersurat atau tesirat, seseorang dapat menyadari bahwa nasehat- nasehat leluhur sangat penting untuk mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Semua generasi seharusnya mengetahui, menyimpang, dan menaruh dalam ingatannya agar 282 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

supaya menjadi petunjuk untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat seperti melanggar adat-istiadat, bicara, rapang, dan wari suku bugis.

Tujuan lagu ‗Elong‘ bukan hanya sebagai media hiburan semata akan tetapi dapat juga menjadi media untuk menyampaikan nasehat dan dapat menjadi media pembelajaran bahasa dan lingua franca beserta pembelajaran sastra. Dosen dan guru memiliki keharusan mentransfer lagu-lagu bugis ke dalam Bahasa Inggris dengan tujuan orang asing dapat membaca dan mengetahui bahasa dan sastra bugis, terutama pesan-pesan atau kearifan lokal suku bugis yang terkandung dalam lagu tersebut-bahasa dan sastra bugis.

Kata kunci: Elong, bahasa, dan sastra bugis.

INTRODUCTION White‘ using galigo-pattern that has eight,

Three years ago, exactly in 2012, I seven, and six syllables for each verse while

did a research about Kecapi Songs ‗lute Buang Tassanra Mua ‗Fall down but Safe‘

songs‘ in Sidrap Regency, , using non-galigo like a traditional poetry

Indonesia. This regency is situated near pattern uses pun in each verse. Pun is the

Danau Sidenreng and Danau Tempē ‗Lake humorous use of words that are formed or

of Sidenreng and Lake of Tempē‟ sounded alike.

approximately 200 kilometers away from Buang Tassanra Mua is a product of

Makassar and 50 kilometers away from the culture. Putra (2001: 24) emphasizes that

municipality of Pare-pare. This regency is there are three relationships between

the regency where kecapi and the kecapi- language and culture and summarized as

songs were born between 1930s and 1940s follows: language that is used by a

(Harun, 2012). At the early period, the song community is the reflection of the culture of

is a traditional one using ‗Galigo-pattern‟ or the community; language is part of the

‗None-galigo‟. Galigo Period is VII and X culture; and language is the condition of the

Century (Huzain, 2009:22) In the location of culture. Christomy (2003: ix) formulates that

the research, I found Putē Sassā ‗Pure language is a system of arbitrary vocal 283 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

symbols by which members of a social The theme of this song is advice. Therefore,

group cooperate and interact. this traditional song functions not only to

Buang Tassanra Mua consists of entertain but also imply five local wisdoms

Elong Pappaseng in Buginese literature. as mentioned above. This song has four

This song does not apply Galigo pattern but stanzas. Each stanza has certain significance;

it applies non-galigo pattern. Among the it can be seen through the song lyrics and

poetic/traditional Buginese songs, this song translation.

has five ―pappaseng”, the deepest ones. The FINDINGS

explicit local wisdoms of the song are: (1) Buang Tassanra Mua

aja‟ nacaccaki ade‟ aja‟to natunaiki‟ Fall Down but Safe

bicara; (2) aja‟ naujaki‟ rapang aja‟to Hasan Pulu

nicawaiki‟ wari‟; (3) alitutui warie 1. tabe taengkalingai

pannennungeng toi rapangnge; (4) # tabe + ta + engkaliŋa + i #

ulawengngi mammekkoe salakai mettee; and excuse p1pl listen imp

(5) mette‟kki‟ nasitinaja, tongeppi naripuada excuse me and listen to

(the translation, see the next page!). If these 2. adanna toriolota

―pappaseng‖ are implemented in the daily # ada + na + to + riolo + ta #

life of someone ―buang tassanra mua, mau utterance p3pl person past p1pl pos

mali rappe mua”. Metaphorically, it means our ancestor‟s message

that although someone got or fallen into an 3. aja‟ nacaccaki ade‟

accident he/she will be safe. For the # aja‘ + na + cacca + ki

complete meanings, look at the next lyrics of + adə‘ #

the song and the translation. 284 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

neg pref dislike p1pl hon # rapaŋ + e + ri +

customs pan ənnuŋəŋ #

the customs dislike you rule pref pref obeyed

4. natunaiki‟ bicara constantly

# natunai + ki + bicara # the rule must be obeyed constantly

degrade p1pl hon laws 9. ulawengngi mammekkoe

the laws degrade you # ulawəŋ + i + ma + məkko

5. aja‟ naujaki rapang + e #

# aja‘ + na + uja + ki + gold dem pref silent

rapaŋ # def

neg pref ridicule p1pl hon be silent is the best

rule 10. salakai mette‟e

the rule does not ridicule you # salaka + i + mətte + e #

6. nicawaiki‟ wari‟ silver dem talk def

# ni + cawai + ki + wari # to talk is better

pref laugh p1pl hon ethic 11. mettekki‟ nasitinaja

the ethic laughs you # mətte + ki + na +

7. wari‟ riyalitutui sitinaja #

# wari + ri + yalitutu + i # talk p2pl hon pref properly

ethic prep kept well imp talk only properly!

the ethic must be kept well 12. tongeppi naripuada

8. rapangnge ripannennungeng # toŋəp + i + naripu + ada #

true dem pref say 285 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

say only the true! song that has deep meanings. This song is

13. rekkua taengkalingai talking about ancestor‘s messages. Among

# rekkua + ta + eŋkaliŋa + i # of them are customs, laws, rules, and ethics.

if p1pl listen to def This traditional song instructs the audiences

if you listen to to say only the right utterance.

14. paseng toriolota The title of this traditional song is

# pasəŋ + to + riolo + ta # Buang Tassanra Mua „Fall Down but Safe‘.

advice person past p1pl hon This title is a symbol and metaphor. A

our ancestor‟s advice symbol refers to a convention that means

15. buang tassanra mua although someone gets a problem, of course,

fall down stumble over still later there will be a solution or he/she will be

although you are fallen down, you are still safe. It is a metaphor of its theme, namely: a

safe metaphor of safety.

16. mau mali rappe mua Lyrics (1), (2), (3), and (4) have two

when wash away wash ashore still cultural symbols. They are ―ade‘‖ and

when you wash away, you are eventually ―bicara‖. Lyrics (1) and (2) warn the

safe audiences to listen carefully to the ancestor‘s

DISCUSSION message. Lyrics (3) and (4) advice the

Buang Tassanra Mua is an advice audience, using polite sentence or honorific

song. It refers to a local wisdom of Buginese utterance, by saying ―aja‟ nacaccaki ade‟

that warns the audiences to implement those natunaiki bicara”. ―ade‘ is a symbol of rule

five messages or local wisdoms. This song of life, customs and traditions. ―Bicara” is a

consists of ―Elong maliung bettuanna‖ the 286 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

symbol of laws, laws of life. Buginese must symbol that means be silent is the best. Gold

understand and obey them. is adornment goods that have the best

Lyrics (5), (6), (7), and (8) have two quality, everyone likes it. Therefore, the

cultural symbols. They are ―rapang‖ and morpheme ―mammekkoe” is associated with

―wari‘‖. Lyrics (5) and (6) are advice that the quality of gold. In lyric (10) ―Salaka‖ is

addressed to the audience; the utterance is a cultural symbol that conventionally

―aja‟ naujaki rapang nicawaiki wari‟”. It symbolizes the better attitude or behavior of

means, the rule ridicules you and the ethic someone. The phrase ―salakai mette‟e” is

laughs you. Lyric (7) and (8) are symbols; also a symbol that means talking is also

because the word ―wari” in lyric (7) better if what we will convey is true. This is

conventionally means ―ethic‖ and the word a metaphor because the word ―salakai”

―rapangnge” in lyric (8) conventionally means silver. Silver quality is one level

means ―rule‖. Therefore, these lyrics also under gold quality. Both of them are

advise us that the ethic must be kept well adornment goods, which have different

and the rule must be obeyed constantly. quality. So the morpheme ―mette‟e” is also

Lyrics (9), (10), (11), and (12) have associated with the quality of silver. In lyric

two cultural symbols. They are ―ulaweng‖ (11) ―mettekki nasitinaja” and in lyric (12)

and ―salaka‖. Let us elaborate one by one ―tongeppi naripuada” are both local wisdom

based upon the message or advice of the that mean talking only needed and tell only

ancestor. In lyric (9) ―ulaweng” is a cultural the right. Both lyrics are symbols because

symbol that conventionally symbolizes the lyrics (11) and (12) are advice addressed to

best attitude or behavior of someone. The audiences by using honorific utterance

phrase ―ulawengngi mammekkoe” is a 287 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

saying ―mettekki nasitinaja tongeppi Buang Tassanra Mua is Buginese

naripuada”. It means do not tell lies. traditional song. This song is full of

In lyrics (13), (14), (15), and (16) significance meanings, which are

have two cultural symbols. They are symbolized by conventional symbols.

―tassanra” and ―rappe‖. These lyrics Symbols that found in this song are

contain Buginese ancestral message. The ―ulaweng‖–gold and ―salaka‖ –silver. These

repetition of word ―mua‖ in this last stanza symbols are not only become the symbols at

clearly suggests the audiences to listen or to all but also the cultural symbols of Buginese

implement the ancestor‘s pappaseng. If you that have profuse meanings.

obey it, you will be safe. The local wisdom in ―Buang

Euphemism is used to imply the Tassanra Mua” is in the context of advice

message politely as ―ulawengngi for the audiences of a ceremony in order that

mammekkoe” means be silent is the best. they are safe in undertaking his/her daily

The impolite utterance is ―aja‟ mu kapau- works or position in the office. The explicit

pau” means do not talk too much in false local wisdom ―pappaseng‖ that contained in

utterance (lying). this song are: (1) aja‟ nacaccaki ade‟ aja‟to

The next is also euphemism is used natunaiki bicara; (2) aja‟ naujaki‟ rapang

to imply the message politely like ―Mettekki aja‟to nicawaiki‟ wari‟; (3) alitutui warie

nasitinaja tongeppi naripuada” means pannennungeng toi rapangnge; (4)

talking only needed, tell only the right. The ulawengngi mammekkoe salakai mette‟e;

impolite utterance is ―aja‟ mabbelle” in and (5) mettekki nasitinaja tongeppi

Buginese means do not tell a lie! naripuada, if these ―pappaseng‖ are

implemented in the daily life of someone, 288 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Insya Allah–God willing, ―Buang tassanra “mettekki‟ nasitinaja tongeppi naripuada”

mua Mau mali rappe mua”. Metaphorically, stated in symbol that means ―talking only

it means that although someone gets or falls needed and telling only the right!‖ The

into an accident he/she will be safe. author quotes these local wisdoms from

Furthermore, “pappaseng” that contained in Lontara Pappaseng (Pulu in Berbagai

this song is euphemism with the aim to Kumpulan lagu Bugis, 2009: 40).

emphasize the meaning of song politely to Besides explicit pappaseng in this

the audiences: (1) “aja‟ nacaccaki ade‟ song, it also has implicit pappaseng. Those

aja‟to natunaiki‟ bicara” stated in symbol are ―don‘t ever act against bicara-adat-law,

that means ―don‘t violate the rule and rapang-rule, and wari-ethic. Obey the rule,

ethic!‖; (2) “aja‟ naujaki‟ rapang aja‟to adat-law, and ethic constantly! Say the right

nicawaiki‟ wari‟” stated in symbol that is right, false is false! If you obeyed them,

means ―don‘t violate the customs and the whatever happened to you, you will be safe.‖

laws!‖; (3) “alitutui warie pannennungeng That is Buginese‘s ancestral local wisdom. It

toi rapangng” stated in symbol that means can be an obstacle and eradication all

the ethic must be kept well and the rule must negative actions by the implementation of

be obeyed constantly; (4) “ulawengngi rule, adat-law, and ethic. There is no

mammekkoe salakai mette‟e” stated in exception. All people are equal before the

symbol that means ―be silent is the best!‖, if laws.

we don‘t know the problem or what we will Ironically, in Buginese regions,

say is not true, ―salakai mette‟e” means Buginese has ―pappaseng” but it is ignored.

talking is better if we know well the problem It is proved, graft and falsehood still

or what we will say is true. Moreover, (5) occurred everywhere and some of the actors 289 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

are Buginese. Let us build our nation and true-person if he/she is ―malempu or jujur‖.

country by the virtue of local wisdom. Let us Its icon (similarity) is ―kebenaran”–

create a civilized, prosperous, safe, and rightness. ―Kebenaran‖ is something that

peaceful society; South Sulawesi in has high value and quality in society. Its

particular and Indonesia in general. Let us index (causal) is ―jujur‖–honest.

obey ade‟ ‗custom‘, opposing it the risk is ―Kejujuran‖ is caused by the rightness and

epalumpangi tanah ‗thrown out‘ of the reflected by the true remarks and deeds of

country by Ade‟ Holders. someone. Its symbol (convention or rule of

METAFORICAL SYMBOLS FOUND agreement) is ―kejujuran‖–honesty.

“Ulaweng” is a cultural symbol of Therefore, ―ulaweng‖ as Buginese cultural

Sidrap Buginese that has a significant symbol, is a metaphor or symbol of

meaning of life of Buginese in conveying the “kejujuran”–honesty. In philosophy of life

true utterance. ―Ulaweng” is a sign. Its of Buginese, if someone does not know the

ground of idea or concept is a metaphor of rightness of something, it is better to be quiet

“ulawengngi mammekoe‖–be silent is the ―ulawengngi mamekkoe‖ as the object, the

best. It is based on the value of gold. Gold is concept, and idea of poetic song (symbol),

finery or thing that has high quality in the ―true is true‖ and ―false is false‖.

life of people, so, ―mammekkoe‖ is an “Salaka” is a cultural symbol of

analogy of ―ulaweng‖. The ground functions Sidrap Buginese that has a significant

refer to the object, which creates the best meaning of life of Buginese in conveying the

attitude and the character building of true utterance. ―Salaka” is a sign. Its ground

Buginese as a powerful life principle and of idea or concept is a metaphor of “salakai

philosophy of life of Buginese. He/she is a mette‟e‖–talk only properly and say only the 290 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

truth. It is based on the value of silver. Silver life of Buginese, if someone does not know

is finery or thing that has higher quality than the rightness of something, it is better to be

others do in the life of people, so, ―mette‟e‖ quiet, as a poetical and aesthetical concept

is an analogy of ―salaka‖. The ground of, ―ulawengngi mamekkoe salakai mette‟e”

functions refer to the object, which creates as the object and the concept of poetical

better attitude than others and the character song (symbol), ―conveying the true is true‖.

building of Buginese as a powerful life MESSAGES

principle and philosophy of life of Buginese. Based on the results of findings and

He/she is a true-person if he/she said ―the discussion, Elong Buang Tassanra Mua has

true is true and the false is false.. Its icon two messages. They are: (1) it is better to

(similarity) is ―kebenaran”–rightness. avoid bad-action, like tell a lie, steal,

―Kebenaran‖ is something that has higher damage, deceive, lazy, do not do his/her

value and quality than others do in society. duty well, do graft or corruption; and (2) it is

Its index (causal) is ―jujur demi kebenaran‖– better to do good-action, like be honest,

conveying the rightness. ―Kejujuran‖ is diligent for working, charity, and so on. If

caused by the rightness and reflected by the someone does these messages and does not

true remarks and deeds of someone. Its ignore them of course the customs, ade‘,

symbol (convention or rule of agreement) is rules, and ethics do not punish him/her. In

―kejujuran‖–honesty. Therefore, ―salakai buginese, if someone breaks the customs and

mette‟e‖–to talk is better if we know the true culture the communities and Ade‘-holders

of something, ―salaka‖ as Buginese cultural will punish him/her.

symbol is a metaphor or symbol of “ada-

tongeng”–true utterance. In philosophy of 291 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

CONCLUSION mua, mau mali rappe mua”.

1. Buang Tassanra Mua consists of Elong Metaphorically, it means that although

Pappaseng in Buginese literature. This someone got or fallen into an accident

song does not apply Galigo pattern but it he/she will be safe.

applies non-galigo pattern. 5. In philosophy of life of Buginese, if

2. This traditional Elong ‗Song‘ has five someone does not know the rightness of

―pappaseng”, ‗local wisdom‘. something, it is better to be quiet

3. The explicit and implicit meanings of the ―ulawengngi mamekkoe‖ as the object,

song become ―pappaseng‖ are: the concept, and idea of poetic song

(a) aja‟ nacaccaki ade‟ aja‟to natunaiki‟ (symbol), ―true is true‖ and ―false is

bicara, false‖.

(b) aja‟ naujaki‟ rapang aja‟to nicawaiki‟ 6. In philosophy of life of Buginese, if

wari‟, someone does not know the rightness of

(c) alitutui warie pannennungeng toi something, it is better to be quiet, as a

rapangnge, poetical and aesthetical concept of,

(d) ulawengngi mammekkoe salakai ―ulawengngi mamekkoe salakai mette‟e”

mettee, and as the object and the concept of poetical

(e) mette‟kki‟ nasitinaja, tongeppi song (symbol), ―conveying the true is

naripuada. true‖.

4. If these ―pappaseng‖ are implemented in 7. The message of this Elong is: do good-

the daily life of someone ―buang tassanra actions and don‘t do (avoid) bad-actions.

292 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

REFERENCES

Berbagai Pencipta Lagu Bugis. 2009. Kumpulan Lagu-Lagu Bugis. Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten Sidenreng Rappang Propinsi Sul-Sel.

Christomy dan Yuwono. 2003. Semiotika Budaya. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyrakat Universitas Indonesia. Depok Jakarta. Harun, Sudarmin. 2012. Cultural Values in Balinese Traditional.Dissertatio. Makassar. Pascasarjana Unhas.

Huzain, M. and Rajab, H. 2009. Ade‟ Sipakatau Menyelamatkan Generas Bangsa Ardana Media, Yogyakarta. Putra Heddy Shri Ahimsa. 2001. Strukturalisme Levy Strauss Mitos dan Kary Sastra. Galang Press, Yogyakarta.

293 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

THE SOCIAL CRITICISM OF INDIAN IN THE NOVEL THE PEARL BY

JOHN STEINBECK

A b b a s A Lecturer of Cultural Studies, Hasanuddin University Email: [email protected]

Abstract: The Social Criticism Of Indian In The Novel The Pearl By John Steinbeck

The Social Criticism of Indian in the Novel The Pearl by John Steinbeck is concerned with social criticism on the disruption of the Indians‘ life in Southern America 1940s. They were found to have been unjustly treated and pressed by the European immigrants. This writing addresses criticisms on the social inequalities that emerge as a result of the presence of the immigrants. It is an attempt to address the Indians‘ struggle against the existing immigrants to overcome the economics of social conditions. Data were mainly obtained from related references as the secondary data and the novel The Pearl as its primary data. Other supporting documents were also taken to base the analysis. In doing so, the Structural Genetics approach that is the combination between fictional intrinsic elements such as the plot, character, setting, theme and the external aspect such as the author‘s social background and social reality of people was used. The result of this writing appears that the appearances of structural elements in the novel The Pearl depict the social, political, and economical conditions of Southern America in Mexico. John Steinbeck as the novel‘s author seemed to suggest the awakening of the Indians‘ struggle against social disruption due to the emergence of European immigrants. He insisted the Indians on organizing their struggle for better life.

Key Words: Social criticism, Inequalities, Indians‟ struggle, Structural Genetic Approach Abstrak: Kritik Sosial Orang-Orang Indian dalam Novel The Pearl Karya John Steinbeck

Kritik sosial orang-orang Indian pada novel The Pearl karya John Steinbeck merupakan kritik sosial terhadap penderitaan orang-orang Indian di Amerika Selatan sekitar tahun 1940an. Mereka diperlakukan tidak adil dan ditekan oleh orang-orang imigran Eropah. Tulisan ini mengkritik ketidakadilan sosial yangditimubklan oleh kehadiran para imigran. Hal ini mendorong orang- orang Indian bangkit berjuang melawan kesewenang-wenangan para imigran guna memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi mereka. Data utama ditekankan pada berbagai referensi relevan yang dijadikan sebagai sumber data sekunder dan novel The Pearl merupakan data primer. Selain itu juga sejumlah dokumen digunakan guna mendukung analisis ini. Dalam analisis ini turut digunakan Pendekatan Strukturalisme Genetik yang memadukan antara unsur-unsur intrinsik sastra, diantaranya plot, 294 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

tokoh, setting, dan tema dengan aspek-aspek ekstrinsik seperti latar belakang sosial pengarang dan realitas sosial masyarakat. Tulisan ini menunjukkan bahwa kehadiran unsur-unsur struktural pada novel The Pearl menggambarkan kondisi perekonomian di Amerika Selatan, khususnya di Meksiko. John Steinbeck selaku penulis novel ini nampaknya turut mendorong kebangkitan perjuangan orang- orang Indian melawan kesewenang-wenangan para imigran Eropah. Dia menghimbau agar orang- orang Indian menata perjuangannya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Kata Kunci: Kritik sosial, Ketidakadilan, Perjuangan orang-orang Indian, Pendekatan Strukturalisme Genetik PENDAHULUAN masyarakat tertentu dan dalam kurun waktu

Kritik sosial dalam kajian ilmu sastra tertentu. The Pearl sebagai novel yang

antara lain merupakan sorotan terhadap dipengaruhi oleh setting Amerika wilayah

realita yang terjadi dalam kehidupan selatan sangat jelas merefleksikan kondisi

masyarakat. Pengarang sebagai bagian dari orang-orang di wilayah tersebut. Orang-

interaksi masyarakat tidak bisa melepaskan orang Indian yang miskin dan terbelakang

dirinya dari realita sosial dalam membuat tidak memperoleh perhatian sebagaimana

sebuah karya sastra. John Steinbeck mestinya sehingga menderita di tanah airnya

misalnya, dalam novel The Pearl yang sendiri. Mereka dipandang sebagai

dikarang sekitar tahun 1945 merefleksikan kelompok strata sosial bawah yang tidak

kondisi sosial orang-orang Indian di wilayah memperoleh kesejahteraan malah

Amerika Selatan yang masih dipelakukan diperlakukan tidak adil dari kelompok

tidak adil oleh orang-orang kulit putih masyarakat lainnya sebagaimana termuat

turunan imigran Eropah. dalam kutipan novel tersebut: ”The doctor

Karya sastra sebagai produk sosial never comes to the cluster of brush houses.

terkait dengan keadaan dan kondisi di He could do to take are of rich people who

sekitarnya sebagai refleksi kehidupan 295 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

lived in the stone and plaster houses of the sebagaimana terefleksi dalam novel The

town” (1962:9). Pearl, maka penulis menganalisis kritik

Keadaan sosial orang-orang Indian sosial dalam karya sastra tersebut dengan

direfleksikan oleh sejumlah tokoh fiksi menggunakan Pendekatan Strukturalisme

seperti Kino, Juana Tomas, Coyotito, dan Genetik. Suatu teori pengkajian sastra yang

lain-lain. John Steinbeck menempatkan menekankan keterkaitan antara karya sastra,

tokoh-tokoh ini bukan sekedar individu fiksi pengarang, dan realitas masyarakat.

belaka, tetapi memuat kenyataan sosial TEORI PENDEKATAN

masyarakat tertentu di Amerika wilayah STRUKTURALISME GENETIK

selatan hingga tahun 1940-an. Pengarang Strukturalisme Genetik lahir sebagai

dengan cermat memaparkan keinginan reaksi terhadap pendekatan sastra yang telah

orang-orang Indian sebagaimana terungkap berkembang sebelumnya, yakni

dari penuturan tokoh fiksi Kino, ”My son Strukturalisme Murni. Teori Strukturalisme

will read and open books, and my son will Genetik dicetuskan pertama kali oleh ahli

write and will know writing. And myson will sastra Perancis bernama Lucian Goldman

make numbers, and these things will make yang pandangan dasarnya adalah karya

numbers, and these things will make us free sastra bukan sesuatu yang berdiri sendiri,

...” (1962:33). melainkan ada unsur masyarakat yang

Dengan menelaah keadaan orang- melatarbelakanginya sehingga tinjauan

orang Indian yang terbelakang dan sosiologis perlu dilibatkan dalam pengkajian

diperlakukan tidak semestinya, kemudian karya sastra. Iswanto mengomentari

dari keadaan ini timbul perjuangan untuk pandangan ini bahwa, ”Jika karya sastra

mengubah nasib mereka menjadi lebih baik hanya dipahami dari unsur intrinsiknya 296 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

saja, maka karya sastra dianggap lepas dari sekitarnya yang dituangkan ke dalam bentuk

konteks sosialnya. Padahal pada karya sastra. Memang karya sastra bukan

hakekeatnya tidak demikian, melainkan merupakan rangkaian peristiwa nyata secara

selalu berkaitan dengan masyarakat dan langsung dalam masyarakat sebab lahir dari

sejarah yang melingkupi penciptaan sastra” sebuah imajinasi, tetapi memuat

(1994:80). perumpamaan dari kondisi yang sedang

Pandangan Goldman merupakan berlangsung. Melalui tokoh-tokoh fiksi,

upaya memadukan antara unsur struktural seorang pengarang berupaya menyuarakan

(aspek-aspek intrinsik) dan unsur sosiologis kelompok masyarakat tertentu. Jadi

(aspek-aspek ekstrinsik). Dalam teori meskipun karya itu fiksi, tetapi mewakili

Strukturalisme Genetik, Goldman antara lain keterkaitan dengan kelompok masyarakat di

mengatakan: mana karya itu dilahirkan sebagai

‖Pandangan dunia yang ditampilkan genetiknya. Guerin dalam Genetic pengarang lewat problematic hero merupakan suatu struktur global yang Approaches mengungkapkan, ”We might bermakna. Pandangan dunia ini bukan semata-mata fakta empiris yang bersifat call the aproach genetic because it is the langsung, tetapi merupakan suatu gagasan, aspirasi, dan perasaan yang dapat word sometimes use when a work is mempersatukan kelompok sosial masyarakat. Pandangan dunia ini considered in terms of its ”origin”. We memeperoleh bentuk kongkret di dalam karya sastra. Pandangan dunia bukan fakta. could find the term appropriate in studying Pandangan dunia tidak memiliki eksistensi obyektif, tetapi merupakan ekspresi teoritis the growth and development of the work, its dari kondisi dan kepentingan suatu golongan masyarakat tertentu‖ (Damono, 1979: 5). genesis, as form its source” (1979:278).

Konsep Strukturalisme Genetik yang Seorang pengarang mewakili sejumlah diterapkan dalam tulisan ini mengacu pada harapan dan keinginan masyarakat di perangkat Laure dan Swinge yang diurai dari 297 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

pemikiran Goldman (Iswanto, 1994:84). Keadaan masyarakat dihadirkan sebagai

Konsep ini terurai dalam bagan berikut: kondisi ekstrinsik yang mempengaruhi

muatan karya sastra tersebut. Pada akhirnya

diperoleh gambaran mengenai kenyataan

yang diemban oleh karya sastra itu.

PEMBAHASAN

Hasil analisis keterkaitan antara

aspek struktural, pengarang, dan realita

sosial masyarakat pada novel The Pearl

Karya sastra sebagaimana perangkat dibahas lebih lanjut dengan menggunakan

di atas mula-mula diteliti aspek intrinsiknya. kaidah-kaidah Teori Strukturalisme Genetik.

Keseluruhan aspek intrinsik dianggap satu DESKRIPSI STRUKTUR NOVEL THE

jalinan yang saling terkait guna memperoleh PEARL

makna pada diri karya sastra itu sendiri. Tokoh utama adalah sepasang suami

Selanjutnya, latar belakang pengarang dikaji istri dari keluarga orang Indian, yakni Kino

sebagai bagian dalam kelompok sosial dan Juana serta puteranya Coyotito, yang

tertentu. Kehidupan dan sikap pengarang sekaligus menempati peran antagonis.

dianggap mewakili masyarakat di mana ia Mereka didukung oleh tokoh pembantu yang

berada. Pengarang dianggap sebagai juga merupakan saudara dan ipar Kino,

perantara antara karya sastra dengan realitas yakni Juan Tomas dan Apolonia. Pemeran

masyarakat. Langkah berikutnya adalah tokoh antagonis adalah seorang dokter

menganalisis aspek sosiologis yang keturunan imigran Perancis yang dikenal

mengkondisikan saat karya sastra itu ditulis. dengan panggilan Doctor. 298 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Alur cerita atau plot berlangsung houses came a sound so soft that it might

secara konvensional, artinya cerita tersusun have been simply a thought, a little furtive

secara kronologis menurut hubungan sebab movement, a touch of a foot on earth, the

akibat dari awal hingga akhir cerita yang almost inaudible purr of controlled

meliputi eksposisi, komplikasi, klimaks, breathing” (TP, 1962:48).

resolusi, dan konklusi. Eksposisi Tahap Klimaks terjadi pada saat

menggambarkan sekelompok orang Indian rumah Kino dibakar dan dirinya berhasil

di daerah pemukiman kumuh sekitar pantai membunuh salah seorang yang hendak

Tanjung California yang hidup dalam mencuri mutiaranya. Teror ini tidak

keadaan sangat miskin dan hidupnya sangat menyurutkan semangat Kino yang bersikeras

jauh berbeda dengan orang-orang kulit putih ingin mewujudkan impiannya menjadi orang

di kota yang hidup sejahtera. Suatu ketika kaya yang mampu menyekolahkan

dokter menolak mengobati seorang bayi puteranya kelak dan mengubah orang-orang

bernama Coyotito karena alasan berasal dari Indian menjadi sejahtera. Dia memutuskan

keluarga Indian miskin. Cerita mulai membawa keluarganya secara sembunyi-

meningkat ke tahap Komplikasi ketika Kino sembunyi ke wilayah utara sekaligus

menemukan sebuah mutiara Pearl bernilai mencari pembeli mutiara, ”To north,‟said

tinggi. Sejak saat itu dokter datang Kino. I have heard there are cities in the

menawarkan jasanya ingin mengobati north” (TP, 1962:86).

Coyotito dengan maksud licik ingin Kepergian Kino berserta keluarganya

memiliki mutiara tersebut. Sejak saat itu ke utara ternyata dibuntuti 3 orang

teror yang menimpa keluarga Kino terus bersenapan yang hendak merampas

berlangsung, ”Then from the corner of the mutiaranya. Kino berhasil membunuh 299 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

ketiganya sekaligus mengantar cerita pada memprihatinkan. Latar ini mengacu pada

tahap Resolusi, namun pada saat bersamaan beberapa tempat yang muncul dalam cerita,

Coyotito juga meninggal di tempat diantaranya Kota La Paz, Kota Loreto, Santa

persembunyian dalam pangkuan ibunya, Rosalina, Virgin Station, dan United States.

Juana. Akhirnya Konklusi cerita yang James D. Hart memperkuat penelusuran latar

menentukan nasib akhir semua tokoh utama ini dengan mengatakan, ”... marine research

berlangsung ketika Kino dan Juana in the Gulf of California and containing

memutuskan kembali ke kampung Steinbeck‟s reflection on life; and The Pearl

halamannya dalam keadaan menyedihkan, (1945) a short parable about a Mexican

namun semua orang di La Paz senantiasa fisherman who finds a great pearl”

mengenang kegigihan keluarga ini, (1986:382).

”Everyone in La Paz remembers the return Menelusuri sikap dokter turunan

the family” (TP, 1962:114). imigran Perancis terhadap orang-orang

Latar fisik berlangsung di sebuah Indian yang diskriminatif, lalu Kino

daratan yang mencolok ke selatan berupa berjuang menebus perlakukan dokter ini.

tanjung yang dinamakan Tanjung California. Selanjutnya dia ingin mewujudkan sejumlah

Tanjung ini merupakan wilayah perbatasan harapan mulia memperbaiki nasib orang

antara selatan Amerika Serikat dengan utara Indian melalui pendidikan, kesejahteraan,

Meksiko yang dikelilingi oleh Samudera dan keadilan, serta mengacu pada pandangan

Pasifik. Wilayah ini merupakan daerah Robert Carlsen (1985:604-605) yang

pesisir yang banyak dihuni oleh orang-orang mengatakan, ”Of Steinbeck‟s other

Indian yang bermata pencaharian sebagai significant stories, his beautiful short novel

nelayan dengan tingkat kesejahteraan The Pearl (1945), an allegorical story in 300 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

which the Mexican hero, Kino, and his dia menghabiskan masa mudanya sebelum

wife...,” maka penulis menyimpulkan tema berkelana ke Eropah dan kembali ke

cerita fiksi ini adalah Perjuangan orang- California.

orang Indian dalam menuntut perbaikan Setting kehidupan Steinbeck

nasib dan persamaan hak dari orang-orang umumnya berkisar di sekitar wilayah

kulit putih. Tanjung California yang membentang

LATAR BELAKANG DAN sekitar 50 mil dari selatan ke utara dan 30

PANDANGAN JOHN STEINBECK mil dari timur ke barat. Wilayah ini berada

John Steinbeck merupakan nama di antara darerah barat daya Amerika Serikat

kakek dan nenek dari pihak ayahnya dimana dengan Meksiko utara bagian barat.

kakeknya bernama John dan neneknya Steinbeck banyak mengetahui kondisi sosial

bernama Grossteinbeck. Keluarga dari pihak di daerah tersebut. Dia prihatin menyaksikan

ayahnya berasal dari Jerman turunan Yahudi orang-orang Indian tersingkir ke daerah-

Yerusalem yang datang ke daratan Amerika daerah kumuh pinggiran kota karena

sekitar pertengahan abad ke-19. Ibunya yang tindakan para imigran Eropah yang

bernama Olive Hemilton berasal dari merampas tanah mereka, lalu membangun

Irlandia Utara yang merupakan keluarga taat tambang-tambang emas dan pabrik di

beragama. Keluarga Hemilton tiba di atasnya. Keprihatinan Steinbeck

Amerika sekitar tahun 1850. John Steinbeck diungkapkan melalaui penuturan Michael

dilahirkan di sebuah kota kecil, Salinas Pearson (1994:306) berikut:

Tanjung California pada tahun 1902. Kota ‖Di barat timbul kepanikan ketika para imigran berbondong-bondong memenuhi Salinas merupakan daerah penyangga antara jalan raya. Para putera daerah (pribumi) ketakutan tanah milik mereka menyusut, Meksiko dengan Amerika Serikat di mana orang-orang yang sampai saat itu tidak 301 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

pernah lapar menatap mata mereka yang menyoroti masalah sosial guna perbaikan lapar. Orang-orang yang saat itu tidak pernah menginginkan sesuatu terlalu banyak nasib kehidupan orang-orang Indian. Melalui melihat gelora keinginan di mata para pendatang. Dan penduduk kota itu dan imajinasinya terungkap dunia sosial yang orang-orang pinggir kota yang lembut berkumpul untuk mempertahankan diri nyata sehingga dirinya dikategorikan sebagai mereka sendiri; dan mereka menentramkan hati sendiri bahwa mereka orang baik dan satu diantara sekian penulis realis dan para pendatang yang menyerbu itu jahat...‖ romantis Amerika. Penghujung tahun 1968

Menyaksikan kemewahan para tepatnya tanggal 30 Desember, John

turunan imigran yang hampir melupakan Steinbeck terkena serangan jantung dan

nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta asal- dimakamkan di kota kelahirannya, Salinas

usulnya, maka Steinbeck memilih hidup dengan meninggalkan dua orang putera,

sederhana. Menurutnya bahwa harta yakni Tom dan John.

kekayaan dan penghargaan hanya akan KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT

membelenggu kebebasan sosialnya. Bahkan AMERIKA DI WILAYAH SELATAN

ketika menerima Hadiah Nobel Bidang Babak awal kolonialisasi di daratan

Kesusastraan tahun 1962, dia dengan rendah Amerika dimulai ketika Christopher

hati antara lain berujar, ”Di dalam hatiku Colombus membawa petualang Spanyol

terbersit keraguan bahwa aku lebih patut mendarat di San Salvador tahun 1492. Satu

mendapat Hadiah Nobel ini daripada persatu suku di Amerika Selatan

kalangan sastrawan lainnya yang kuhormati ditaklukkan, yakni Suku Astek dan Maya

dan memang terhormat...” (1994:335). tahun 1519, Suku Indian tahun 1522, dan

John Steinbeck sebagaimana diakui Suku Inca tahun 1533. Hingga tahun 1600,

oleh James D. Hart (1986:383) bahwa dia Spanyol telah memiliki daerah koloni yang

adalah salah seorang sastrawan yang terbentang dari Chili di selatan membujur 302 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

hingga Meksiko di utara dengan pusat Guadelupe di Vera Cruz tanggal 2 Pebruari

pemerintahan kolonial berada di Meksiko 1848. Adapun New Meksiko diserahkan

City dan Lima Peru. Petualangan Spanyol kepada Amerika Serikat sebagai

berakhir setelah beberapa koloni di Amerika konsekuensi dari kekalahan Presiden

Selatan menyatakan kemerdekaan melalui Carranza dalam konflik politik tahun 1914.

perjuangan yang dipelopori oleh orang- Wilayah California yang meliputi Tanjung

orang Indian dan turunan hybrid Indian- California dengan Kota La Paz menjadi

Spanyol, diantaranya Koloni Cili tanggal 12 setting utama novel The Pearl yang ditulis

Pebruari 1818, Venezuela tahun 1819, Peru tahun 1945.

tanggal 28 Juli 1821, Guatemala tanggal 15 Hingga tahun 1940-an sektor

September 1821, dan Meksiko tanggal 10 pertanian dan perkebunan belum mampu

Oktober 1824. mengubah kehidupan orang-orang Indian

Wilayah teritorial Meksiko ketika menjadi lebih baik malah 74 juta hektar

merdeka meliputi perbatasan Guatemala di tanah petani di wilayah California, Texas,

selatan, Samudera Pasifik di sebelah barat, dan New Mexico diambil alih oleh

Samudera Atlantik di timur, di utara meliputi pemerintah Amerika Serikat, meskipun

wilayah California, New Mexico, dan Texas kemudian ditebus dengan pembayaran

dimana ketiga wilayah ini berbatasan dengan kompensasi tahun 1940. Sebanyak 2 juta

Amerika Serikat. Perang Meksiko – orang Indian yang telah kehilangan tanah

Amerika Serikat tahun 1845 hingga 1848 kemudian mengadu nasib pada industri-

memaksa Meksiko menyerahkan wilayahnya industri batu bara dan gas di kota-kota.

yang meliputi Texas dan California kepada Mereka tinggal pada gubuk dengan tingkat

Amerika Serikat melalui perjanjian Treaty of kesejahteraan yang jauh dari memadai. 303 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Sebagaimana mereka yang hidup sebagai sebagai kelompok masyarakat yang kasar,

buruh industri, orang Indian di daerah pesisir kolot, terpencar, memiliki heterogenitas

California yang hidup dari sektor perikanan tinggi, dan masih didominasi oleh pikiran

keadaannya juga tidak lebih baik. Keadaan mistik. Hal ini didukung oleh pernyataan

ini berimbas pada kehilangan akses mereka Dana Gardner Munro yang antara lain

pada sektor pendidikan dimana pendidikan mengemukakan, ”The problem was more

didominasi oleh orang-orang kaya dan difficult because so large a part of the rural

terpusat di daerah perkotaan. Keadaan makin population lives in small, isolated

diperparah ketika pemerintah setempat sejak communities speaking a great number of

tahun 1917 mengambil alih pelaksanaan differentIndian languages” (1950:425).

pendidikan dengan memungut keuntungan Dalam perkembangannya, orang-

sebesar-besarnya. orang Indian cenderung mengisolasi diri ke

Orang-orang Indian merupakan daerah-daerah pinggiran kota untuk

penduduk mayoritas di wilayah selatan yang mempertahankan nlai-nilai hidup yang

diperkirakan mencapai 70 %, sedangkan dipegang teguh. Mereka ingin hidup dalam

turunan imigran Eropah hanya berkisar 15 kebersamaan, tenang, dan tenteram yang

%, dan sisanya adalah orang-orang Negro bebeda dengan para turunan imigran di kota

dan etnis lainnya. Meskipun mayoritas, yang memperebutkan kekuasaan,

kehidupan mereka masih terbelakang dan individualistik, dan materialis. Demikianlah

miskin dibandingkan turunan imigran mereka berada dalam suatu dilema antara

Eropah yang minoritas. Hambatan utama keinginan untuk memperbaiki hidupnya

mengubah kehidupan orang-orang Indian yang bebas dari kemiskinan,

menjadi lebih baik karena mereka dipandang keterbelakangan, dan ketertindasan, ataukah 304 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

terus mengisolasi diri dengan memandang ‖They came to the place where the brush houses stoppped and the city of stone and kota sebagai tempat para penindas, penipu, palster began, the city of harsh outer walls and inner cool gardens where a little water dan perampok. palyed and the bougenvillae crusted the walls with purple and brick-red and white. SITUASI SOSIAL ORANG-ORANG They heard from the secret gardens the singing of caged birds and heard the splash INDIAN DI AMERIKA SELATAN of cooling water on hot flagstone‖ (TP, 1962:10-11). YANG TEREFLEKSI DALAM NOVEL

THE PEARL Reformasi pemerintah guna

Permasalahan sosial dalam novel The memperbaiki kondisi orang-orang Indian

Pearl secara umum merupakan suatu kondisi dititikberatkan pada sektor industri,

yang tercipta melalui proses perjalanan pertanian, dan perkebunan, sedangkan

sejarah yang cukup lama ketika Spanyol perikanan belum tersentuh. Kondisi ini

mulai menancapkan kolonialisasi di kawasan membuat mereka yang tinggal di Tanjung

Amerika Selatan. Sekelompok orang Indian California sebagai nelayan senantiasa

yang bermukim di daerah kumuh merupakan berjuang guna memperbaiki kondisinya

refleksi kesenjangan antara mereka dengan dimana tujuan awal mereka adalah perbaikan

para keturunan imigran di kota. Di dalam di sektor ekonomi sebagaimana dicita-

kota berkumpul orang-orang berpendidikan, citakan tokoh fiksi Kino dan Juana (TP,

kaya, dan berkedudukan, sedangkan di 1962:20). Mereka percaya kalau

pinggiran kota bermukim sekelompok orang kesejahteraan bisa diperbaiki, maka tujuan

miskin, tidak berpendidikan, dan lainnya seperti pendidikan juga bisa

terbelakang. Gambaran kehidupan mereka dipenuhi sehingga mereka bukan lagi

yang di kota terungkap dalam novel sebagai menjadi kelompok masyarakat yang

berikut: terbelakang dan tertindas. 305 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Konflik politik yang berkepanjangan mengadu nasib bekerja pada pembangunan

di Meksiko membuat orang-orang Indian di infrastruktur seperti rel kereta api, gedung-

Tanjung California ragu perjuangannya bisa gediung, dan lain-lain. Memasuki tahun

berhasil sehingga mereka lebih menaruh 1942, mereka kehilangan pekerjaan karena

harapan pada Amerika Serikat di utara. pembangunan infrastruktur dihentikan

Kebijakan Presiden Amerika Franklin D. sebagai imbas dari keterlibatan Amerika

Roosevelt tahun 1940 yang mengganti rugi Serikat dalam Perang Dunia II. Ketika novel

tanah Indian merupakan suatu berita ini ditulis, negara-negara Amerika Latin

menggembirakan. Orang-orang Indian di mengalami krisis ekonomi sebagai imbas

Tanjung California seperti Kino dan Juana dari akhir Perang Dunia tahun 1945, orang-

mengimpikan kota-kota besar di wilayah orang Indian kembali ke Tanjung California

utara sebagai tempat memperbaiki nasibya dalam keadaan menyedihkan yang juga

seperti Kota San Francisco, Los Angelos, direfleksikan oleh Kino dan Juana ketika

Virgins City, dan lain-lain (TP, 1962:89-90). kembali ke pemukiman kumuhnya brush

Kegigihan perjuangan orang-orang houses, ”Her face was hard and lined and

Indian yang dikenal sebagai semangat leathery with fatigue and with the tightness

Mexican Hero pada akhirnya mendorong with which she fought fatigue. And her eyes

mereka memasuki daerah-daerah utara yang stared inward on herdelf...Kino‟s lip where

merupakan kawasan wilayah selatan thin and his jaw tight, and people say that he

Amerika Serikat untuk mencari penghidupan carried fear with him that he was as

yang lebih baik. Pada tahun 1940 tercatat dangerous as a rising storm” (1962:116).

sekitar 100.000 orang Meksiko memasuki Demikianlah berangkat dari kondisi

wilayah selatan Amerika Serikat untuk sosial orang-orang Indian lalu mereka 306 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

bangkit memperjuangkan nasibnya, mekipun Kondisi sosial orang-orang Indian

pada akhirnya gagal mewujudkan cita-sita yang memprihatinkan merupakan imbas dari

dan impiannya, merupakan refleksi produk kolonialisasi bangsa Eropah sejak

kehidupan yang melatari penciptaan novel abad ke-16. Hal ini berlanjut hingga bangsa-

The Pearl tahun 1945. Untuk bangsa di selatan Amerika memperoleh

menyelamatkan nasib orang-orang Indian kemerdekaan karena selalu diliputi oleh

ini, maka Pemerintah Amerika Serikat kekacauan politik yang berimbas pada krisis

sesudah Perang Dunia II mengizinkan masuk ekonomi dan diskriminasi antara turunan

ke wilayah California dan New Meksiko imigran dengan orang-orang pribumi.

untuk menggarap tanah di sana sebagai Orang-orang Indian kemudian bangkit

petani penggarap yang berstatus sebagai berjuang guna memperbaiki keadaannya

peminjam lahan. yang dikenal sebagai semangat Mexican

PENUTUP Hero. Novel The Pearl yang dikarang John

Unsur struktural novel The Pearl Steinbeck tahun 1945 merefleksikan

memiliki keterkaitan dengan kondisi sosial kesenjangan sosial antara orang-orang

orang-orang Indian di wilayah selatan Indian yang tinggal di pinggiran kota dengan

Amerika Serikat, khususnya di Tanjung turunan imigran yang bermukim di kota.

California yang dulunya merupakan daerah Pesan umum yang termuat pada novel ini

Meksiko. Pendekatan Strukturalisme adalah perjuangan orang-orang Indian dalam

Genetik yang berupaya mengaitkan karya menuntut perbaikan nasib dan persamaan

sastra dengan realita sosial masyarakat hak dengan orang-orang turunan imigran

digunakan guna mengungkap realitas sosial Eropah.

orang-orang Indian dalam novel The Pearl. 307 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

D. Hart, James. 1986. The Concise Oxford Companion To American Literature. New York: Oxford University Press. G. Robert, Carlsen. 1979. American Literature, A Chronological Approach. New York: McGraw-Hill. Goldman, Lucian. 1964. Towards A Sociology of The Novel. Dialihbahasakan oleh Roman Selden. New York: Longman. Guerin, Wilfred L, et al. 1979. A Handbook of Critical Approaches To Literature. New York: Harper & Row Publisher. Munro, Dana Gardner. 1950. The Latin American Republics A History. New York: Appleton- Century-Crofts. Pearson, Michael. 1994. Tempat-Tempat Imajiner. Perlawatan ke Dunia Sastra Amerika. Dialihbahasakan oleh Sori Siregar dkk. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Staf Pengajar UGM, IKIP Negeri Yokyakarta, et al. 1994. Teori Penelitian Sastra. Yokyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia. Steinbeck, John. 1962. The Pearl (18th Printing). New York: Bantam Book.

308 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

SEMIOTIKA IKLAN “KEKHAWATIRAN”: SOLUSI KELUAR DARI MASALAH KEHIDUPAN

Muhammad Hasyim Program Studi Sastra Prancis FIB Universitas Hasanuddin Makassar [email protected]

Abstrak: Semiotika Iklan Kekhawatiran: Solusi keluar dari Masalah Kehidupan Seringkali orang membeli suatu produk hanya khawatir. Karena khawatir tulang akan keropos di usia muda (khususnya perempuan), maka orang mengkonsumsi susu tinggi kalsium; karena khawatir badan gemuk karena lemak menumpuk, maka orang memberli susu diet, teh pelangsing (sleaming tea), dsb. Atas dasar fenomena tersebut, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi makna ‗kekhawatiran‘ pada produk komersial dalam media iklan. ‗Kekhawatiran‘ dipandang sebagi tanda, yang direpresentasikan dalam bahasa verbal dan nonverbal (gambar video), yang kemudian makna kekhawatiran ditransferkan ke dalam iklan-iklan komersial. Tulisan ini menggunaan tinjauan semiotika sebagai metode untuk menganalisis makna kekhawatiran sebagai realitas tanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kekhawatiran yang dilakukan oleh pengiklan merupakan cara persuasif untuk menggiring konsumen agar menggunakan produk yang dipromosikan, sehingga fungsi iklan yang dilakukan oleh produsen tidak menekankan pada fungsi atau kegunaan produk tetapi fungsi sosial (kekhawatiran). Media iklan memanfaatkan kelemahan manusia, dengan menjual tanda ―kekhawatiran‖, dan membeli produk adalah solusi untuk keluar dari kekhawatiran. Key words: semiotika, iklan, kekhawatiran, fungsi sosial iklan Abstract: Advertising Semiotic of Worried: Problem Solving of Life Often people buy a product just worried. Fearing that the bone loss at a young age (especially women), people consume high-calcium milk; for fear of body fat because fat accumulates, then people buy milk diet, slimming tea (tea sleaming), etc. On the basis of this phenomenon, this paper aims to analyze the construction of the meaning of 'concern' at the commercial products into advertising media. 'Concern' is seen as a sign, which is represented in the verbal and nonverbal language (video), which are then transferred into the meaning of concern commercial advertisements. This paper uses a review of semiotics as a method to analyze the meaning of a concern as the reality of the sign. The results showed that the meaning of concern made by advertisers is persuasive way to lead consumers to use the product being promoted, so that the function of advertising done by the manufacturer does not emphasize on functionality or usability of the product but a social function (concerns). Television advertising medium utilizing human weaknesses, by selling a "concern", and buy products is the solution to get out of a concern. Keywords: semiotics, advertising, anxiety, social functioning ad 309 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

A. PENDAHULUAN tersimpan dalam memori dan menjadi apa

Setiap harinya, kita diserbu oleh yang disebut ‗stock of knowledge

jutaan informasi setiap menitnya. Pesan itu (perbendaharaan pengetahuan tentang

bisa datang dari mana saja, media massa produk).

pada umumnya menjadi rujukan utama Di dalam era globalisasi informasi

informasi. Salah satu bentuk pesan itu adalah melalui teknologi media sekarang ini, iklan

iklan dengan bentuk yang bervariasi mulai berperan besar dalam membentuk budaya

dari iklan cetak, iklan televisi, iklan luar citra dan budaya cita rasa, melalui gempuran

ruang hingga iklan internet. iklan yang menawarkan gaya hidup (life

Serbuan informasi periklanan tanpa style) (Chaney, 2011: 19). Iklan memainkan

mengenal waktu dan ruang, membuat kita peran untuk mengkonstruksi makna dengan

tidak dapat terhindar dari penawaran memasukkan nilai pada suatu produk. Iklan

produk-produk melalui berbagai media mengatur, mengorganisir, dan

(surat kabar, majalah, televisi, dan mengendalikan makna ke dalam tanda-tanda

sebagainya) dan tanpa kita sadari, kita telah yang dapat dimasukkan ke dalam produk.

bergantung pada produk-produk tertentu dan Dengan cara ini, iklan merupakan sistem

secara rutin digunakan atau dikonsumsi produksi tanda komoditas (produk) yang

setiap saat. Tanpa kita ingin menonton dirancang untuk memberikan nilai dengan

televisi, membaca surat kabar dan menjelahi melakukan diferensiasi makna yang sesuai

internet, iklan masih tampak di depan mata dengan masing-masing produk.

kita, Dengan sendirinya iklan-iklan produk Fungsi iklan adalah menjual sesuatu

yang dipromosikan dari berbagai media yang (produk) kepada kita, dengan

kita saksikan akan masuk di kepala kita dan mempromosikan manfaat produk. Namun, 310 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

fungsi lainnya adalah menjual gagasan atau strategi persuasi untuk meyakinkan

kepada kita, yaitu selera, kebutuhan, konsumen dengan menghilangkan keraguan-

harapan, dan solusi, di mana gagasan keraguan tentang produk yang

tersebut menjadi sistem referen produk. dipromosikan. Maka, dalam melakukan

Penggunaan bahasa verbal dan nonverbal strateginya, pengiklan tidak hanya sekadar

untuk membuat pesan yang persuasif menjual manfaat sebuah produk, tetapi lebih

mendorong dan mempengaruhi sikap, dan dari itu, iklan menjual sesuatu yang lain,

perilaku gaya hidup dengan tanpa disadari yaitu sebuah sistem ide (gagasan), sebagai

menganjurkan bagaimana kita memuaskan suatu cara mengkonstruksi realitas atas

dorongan dan aspirasi melalui kegiatan produk yang dipromosikan. Menurut

konsumsi. Strategi persuasi yang diciptakan Baudrillard, iklan menciptakan makna-

oleh pengiklan adalah bagaimana manusia makna tertentu atas realitas produk yang

dikaitkan dengan produk yang memiliki dibentuk:”Si nous consommons le produit

kekuatan ideologis, sebagai sesuatu yang dans le produit, nous consommons son sens

bermakna dan berharga dalam kehidupan dans la publicité (ketika kita mengkonsumsi

manusia. Iklan bekerja untuk menghidupkan produk sebagai produk, maka kita telah

nilai guna (use value) benda-benda material mengonsumsi maknanya melalui iklan,

(produk) dengan memberikan makna-makna 1968: 252). Konsumsi makna yang

yang manusiawi. dimaksud tidak lain adalah adanya

Perkembangan periklanan televisi pandagan-pandangan umum yang diciptakan

dewasa ini, kegiatan maju dan pesatnya pengiklan. Myers mengemukakan bahwa

persaingan tak terelakkan sehingga produsen iklan tidak sekadar membentuk merek dan

sebagai pengiklan melakukan berbagai cara menginformasikan manfaat produk, tetapi 311 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

sebuah produk harus bermakna sesuatu kekhawatiran dapat disampaikan dalam

(2012: 85). Penekanan dalam iklan adalah bentuk bahasa verbal danverbal (gambar).

bagaimana produk merupakan segala sesuatu Misalnya, orang-orang akan menghindari

yang dipandang sebagai tanda yang dan mencela karena tidak menggunakan

bermakna bagi kita. deodoran tertentu; seorang perempuan muda

Satu hal yang dilakukan oleh kurang percaya diri karena kultinya tidak

pengiklan dewasa ini adalah bagaimana putih berkilau, tidak mau bergail karena

iklan memanfaatkan konsep ‗kekhawatiran‘, badannya kurus, tidak langsing, dsb.

yang merupakan salah satu karakter atau Dalam kamus KBBI, kata khawatir

sifat yang dimiliki manusia dalam berarti: takut (gelisah, cemas) terhadap suatu

mempromosikan produk komersial melalui hal yg belum diketahui dengan pasti.

media iklan. Iklan mencoba menghubungkan Kemudian makna kata kekhawatiran adalah

produk diiklankan dengan karakter atau sifat perasaan khawatir; kecemasan. Misalnya

manusia, perasaan khawatir dan kemudian dalam kalimat: timbul kekhawatiran dalam

pun memberikan solusi untuk keluar dari dirinya, kalau-kalau ia tidak lulus ujian

masalah kehidupan (kekhawatiran). Media (http://kbbi.web.id/khawatir).

iklan menyampaikan wacana yang membuat Craske dalam Indriarto (2012: 18)

orang cemas, khawatir, sedih, takut dan memandang kekhawatiran sebagai bagian

ketidakpastian. dari proses seseorang dalam menghadapi

Rasa kekhawatiran digunakan dalam ancaman dari luar dan terkait dengan respon

iklan untuk memotivasi khalayak, fight or flight. Dalam kondisi adanya

melibatkan mereka dengan pesan sehingga ancaman potensial, seseorang merasa

mendorong diterimanya pesan. Wacana khawatir sehingga ia melakukan persiapan 312 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dan menyiapkan segala sesuatu (topik) dengan sesuatu yang lain melalui

mengantisipasi segala ancaman yang akan perbandingan dan/atau persamaan. Cara

terjadi. kerja metafora adalah menghubungkan dua

Dalam semiotika metafora, tanda. Tanda pertama berfungsi sebagai

kekhawatiran merupakan proses semiotik sumber (topik) dan tanda kedua berfungsi

dengan menghubungkan dua tanda, di mana sebagai sasaran (kendaraan). Relasi

tanda pertama sesuatu yang dirujuk dan keduanya menghasilkan makna baru

memberikan solusi atas tanda kedua yang (grounds).

bermakna kekhawatiran. Semiotika metafora Topik adalah makna metaforis yang

mengkaji dengan membandingkan atau dimaksudkan penulis, bukan makna harfiah.

menghubungkan dua tanda yang Kendaraan (vehicle) adalah kata atau frase

menekankan makna tanda yang satu lebih yang memiliki makna metaforis. Grounds

baik daripada tanda kedua, tanda pertama adalah hubungan antara makna harfiah

memberikan solusi untuk keluar dari dengan makna metaforis. Melalui grounds

masalah (tanda kedua). dapat diketahui makna apa yang ingin

Tulisan ini akan menganalisis secara disampaikan dan prototipe seperti apa yang

semiotik metafora ‗kekhawatiran‘ dalam ingin dialihkan ke topic, terkait dengan

media iklan (cetak). Iklan yang akan dikaji makna harfiah dari vehicle atau metaforanya

adalah produk kesehatan, kecantikan dan (Danesi, 2010: 59).

asuransi. Pada dasarnya pembentukan makna

B. METAFORA KONSEPTUAL metafora diambil dari tanda verbal yang

Secara semiologis, metafora adalah sudah ada di masyarakat, yang kemudian

cara mengkonsepsualisasikan suatu tanda tanda tersebut yang dapat berupa nilai-nilai 313 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

sosial/budaya ditransferkan ke tanda yang Ranah sumber lebih bersifat konkret,

menjadi target (sasaran) yang mengahasilkan sedangkan ranah sasaran bersifat abstrak.

makna baru. Dengan demikian metafora Metafora mengorganisasi hubungan antar

adalah proses semiologis dalam membentuk objek dan menciptakan pemahaman

tanda mitos. mengenai objek tertentu melalui pemahaman

Seperti yang dijelaskan oleh Lakoff mengenai objek lain. Dengan kata lain,

dan Johnson (1980:3) bahwa, ―...metaphor is ranah sumber (source domain) digunakan

pervasive in everday life, not just in manusia untuk memahami konsep abstrak

language but in thought and action. Our dalam ranah sasaran (target domain).

ordinary conceptual system, in terms of Selanjutnya, Lakoff dan Johnson

which we both think and act, is menyatakan bahwa “The essence of

fundamentally methaporical in nature”. metaphor is understanding and experiencing

Lakoff dan Johnson memberikan isitiah one kind of thing in terms of another” (1980:

metafora konseptual. 5). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat

Dalam metafora konseptual dari dikatakan bahwa seseorang dapat memahami

Lakoff dan Johnson, terdapat dua ranah sesuatu hal melalui proses pemahamannya

konseptual, yaitu ranah sumber dan ranah akan hal lain yang telah dikenal dan

sasaran. Ranah sumber digunakan manusia dipahami sebelummya. Pendapat tentang

untuk memahami konsep abstrak dalam Lakoff ini mengisyarakatkan bahwa

ranah sasaran. Ranah sumber umumnya metafora bukan sekadar dalam kata-kata

berupa hal-hal yang biasa ditemukan dalam yang kita gunakan tetapi lebih dari itu,

kehidupan sehari-hari. bahwa ini merupakan fakta bahwa proses

berpikir manusia dan sistem pemahamannya 314 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

sebagian adalah metaforis. Lebih lanjut, Dengan demikian, metafora merupakan

Lakoff dan Johnson mengatakan bahwa sesuatu tanda yang dibentuk dari tanda yang

metafora meruapakn hal umum dalam kompleks, yang dapat membentuk struktur:

kehidupan sehari-sehari, tidak hanya dalam Tanda1 + Tanda2 = Metafora

bahasa, melainkan juga dalam pemikiran dan Tanda pertama dibentuk dari relasi

tindakan. Jadi, kita dapat mengetahui cara penanda dan petanda. Secara terpisah, tanda

berpikir dan tindakan seseorang melalui kedua juga dibentuk dari relasi penanda

metofora yang digunakan. petanda. Relasi dua tanda tersebut

Sebagaimana telah dikemukakan menciptakan tanda (makna baru).

tadi, secara semiotik metafora dibangun atas C. IKLAN AIR MINUM “AQUA” VERSI

dua tanda sebagai referen, yang saling „ADA AQUA‟

berhubungan satu sama lain. Tanda pertama Iklan air minum kemasa merek

disebut topic dari metafora tersebut. ―Aqua‖ dengan versih ―Ada Aqua‖

Kemudian tanda kedua merupakan sarana menyampaikan pesan kekhawatiran kepada

dari metafora tersebut, yang dipilih untuk manusia bahwa kekurangan cairan (air

menyatakan sesuatu sebagai topik. minum) dapat menurunkan konsentrasi dan

Hubungan di antara kedua tanda tersebut produktivitas. Iklan Aqua memberikan

menciptakan tanda (makna baru), yang kesadaran kepada kita pentingnya minum

disebut dengan dasar yang memiliki makna Aqua untuk meningkatkan konsentrasi dan

lebih dari sekadar gabungan sederhana tanda produktivitas.

pertama (topik) dan tanda kedua (sarana) Iklan Aqua mengisahkan seorang

atau target. perempuan mendapat tugas dari majikannya

untuk presentasi. Lalu, seorang teman kerja 315 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

menawarkan Aqua untuk diminum sebelum

melakukan presentasi. Namun, perempuan

tersebut menolak tawarannya dengan alas an

belum haus. Perempuan, kemudian Seorang teman kerja menawarkan Aqua sebelum perempuan tersebut melakukan berangkat menujut ruang majikannya. presentasi.

Ruangan itu berdinding dan menggunakan

pintu kaca sehingga tampak terlihat dengan

jalan jika seseorang hendak masuk ke ruang

majikan tersebut. Ketika perempuan tersebut

masuk, dia lupa bahwa pintu itu dibuka Namun Dia menolak karena belum haus.

dengan cara digeser. Seorang ibu di dalam

ruangan (mungkin Majikan/Manager)

memberikan kode bahwa pintu itu harus

digeser. Namun, perempuan muda tidak

memahami maksud kose tersebut. Sang ibu Perempuan muda itu lupa bahwa pintu itu dibuka dengan cara digeser. Kemudian datang untuk membukakan pintu sambil Seorang ibu memberikan kode bahwa pintu dibuka dengan cara digeser berkata dengan nada kesal,‖pintunya

digeser!‖. Lalu, perempuan itu langsung

mengingat Aqua dan secara spontan dia

berkata: ―Ada Aqua‖.

Karena perempuan muda tidak mengerti maksud kode yang diberikan dari dalam 316 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

ruang. Seorang ibu membukakan pintu satunya adalah ajang dikusi tentang dengan mengatakan: „Pintunya digeser‟ pentingnya minum Aqua untuk mencegah

dehidrasi ringan yang dapat menurunkan

produktivitas dan konsentrasi, yang

merupakan hasil penelitan yang dilakukan

tim peneliti dari Perusahaan Aqua: Kemudian, tampak pesan kekhawatiran pada iklan Aqua: „kurang minum menurunkan Penelitian THIRST: 1 dari 2 orang konsentrasi dan fokus‟ Indonesia mengalami dehidrasi ringan yang

dapat menurunkan produktivitas. Kegiatan

diksusi sebagai bentuk promosi Aqua telah

dilakukan pada tanggal 23 Mei 2014.

Perempuan ini langsung mengingat Aqua Media breifing atau lebih tepatnya yang dapat meningkatkan konsentrasi dan focus dengan mengatakan: “ada aqua‟. diskusi ini mengambil tema pentingnya

mengetahui gejala dan dampak dehidras

ringan sebab masalah dehidrasi ini masih

kerap diabaikan oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia. Dalam diskusi ini

Tagline iklan: ―Ada Aqua‖ dibahas hasil penelitian yang dilakukan

Dalam mengkampanye Aqua dengan Danone AQUA dengan tiga universitas

pesan kurang minum menurunkan ternama yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB),

konsentrasi dan focus, Perusahaan Aqua Universitas Hasanudin, dan Universitas

melakukan berbagai kegiatan promosi. Salah Airlangga yaitu The Indonesian Hydration

Regional Study (THIRST) tahun 2010 317 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

mengungkapkan bahwa 46,1% subyek yang (objek), produk Aqua yang dapat

diteliti mengalami kurang air atau dehidrasi meningkatkan produktifitas yang

ringan. Kejadian ini lebih tinggi pada remaja dibandingkan dengan orang yang tidak

(49,5%) dibanding pada orang dewasa minum Aqua yang menyebabkan penurunan

(42,5%). Faktor terjadinya dehidrasi ringan

ini adalah ketidaktahuan dan kesulitan akses

secara fisik dan ekonomi dalam memperoleh

air minum. THIRST dilakukan dengan

pemeriksaan berat jenis urin (urine specific

gravity) terhadap 1200 sampel di Jakarta,

Lembang, Surabaya, Malang, Makassar, dan konsentrasi dan focus. Tagline ‗Ada Aqua‘

Malino. sebagaimana yang ditanyakan langsung oleh

D. METAHORA KONSEPTUAL perempuan menjadi sistem referen bahwa

„KEKHAWATIRAN‟ IKLAN AIR Aqua memberikan solusi masalah

MINUM „AQUA‟ menurunnya konsentrasi dan focus.

Cara kerja metafora adalah Metafora konseptual ‗kekhawatiran‘

menghubungkan dua tanda, sebagai sumber yang disampaikan pada iklan Aqua adalah

atau topik dan sarana atau kendaraan yang bahwa bahwa orang yang tidak minum

menghasilkan makna baru. Metafora adalah ‗Aqua‘, tidak memiliki konsentrasi dan

proses semiologis dalam membentuk tanda focus yang bagus daripada yang minum

(makna baru). Aqua. Iklann tersebut memberikan pesan

Metafora dengan konsep untuk menghilangkan rasa khawatir

‗kekhawatiran‘ adalah benda konsumsi menurunnya produktivitas dalam bekerja 318 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

(menurunnya konstenstrasi dan focus), tanpa ada tindakan tak aka nada artinya. Sejatinya, kecintaan suami bukan hanya dengan mengkonsumsi air minum kemasan dalam bentuk apresiasi yang diberikan, tapi bagaimana bertanggung jawab dan ‗Aqua‘. melindingi pasangan dan keluarganya. Iklan tersebut memperlihatkan orang Untuk memastikan bahwa orang yang yang tidak minum Aqua yang menyebabkan dicintai tetap aman dan terlindungi masa depannya, hal yang bida dilakukan seorang konsentrasi menurun, seorang perempuan suami melindungi mereka dengan asuransi. Asuransi bukan hanya surat cinta terindah muda yang akan melakukan konsentrasi, dan dan hadiah yang terbaik bagi keluarga, tapi seorang lelaki muda, yang selalu juga bukti cinta secara nyata untuk orang- orang yang anda sayangi. Asuransi bisa menyiapkan Aqua dalam melakukan setiap memberikan perlindungan menyeluruh dari risiko-risiko yang mungkin terjadi, aktifitvasnya dengan tujuan mencegah kematian, sakit, kecelakaan dan musibah lainnya. menurunnya konsentrasi.

E. IKLAN ASURANSI ZURICH Jika hal yang tidak diinginkan terjadi, maka asuransi akan menjaga orang-orang yang Teks Iklan Zurich: dicintai agar tercukupi kebutuhan hidupnya. Seyogyanya memilih polis asuransi jiwa Apakah Bukti Cinta Abadimu? disesuai dengan kebutuhan masing-masing. Banyak bukti cinta abadi di dunia, salah Kecermatan dalam memilih jenis polis satunya adalah kecintaan Raja Shah Jahan asuransi akan menentukan maksimalnya di Agra India yang membangung Taj Mahal, proteksi yang didapat di kemudia hari. makam yang sangat megah berlapis emas yang didedikasikan untuk Mumtaz Mahal, Zurich Life mengerti betul kebutuhan Anda nama kecil Arjumand Bano Begum, istri dari dan keluarga. Maka dari itu, Zurich Shah Jahan. Sebelum meninggal, sang istri menghadirkan asuransi jiwa yang meminta Shah untuk membuatkan makam memberikan perlindungan lengkap yang terindah sebagai bukti cinta abadinya. komprehensif dengan manfaat yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan di setiap Sebagai seorang suami bagaimana Anda tahapan kehidupan Anda. Mulailah renakan membuktikan cinta pada istri dan keluarga? hidup Anda dan keluarga untuk mempunyai Cinta itu tak harus selalu diucapkan tapi masa depan yang cerah. dibuktikan dengan perbuatan. Perkataan 319 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

(Sumber: Majalah Marketing, Edisi mengubungkan dua tanda, yaitu tanda November 2014: 6) pertama Makam megah Taj Mahal sebagai

F. METAFORAN KONSEPTUAL symbol dan Produk asuransi dengan simbol

KEKHAWATIRAN PADA IKLAN cinta sebagai cara menghilangkan

ASURANSI ZURICH ‗kekhawatiran‘ akan masa depan keluarga

Metafora dengan konsep dengan membeli produk asuransi Zurich.

‗kekhawatiran‘ dalam iklan asuransi Zurich

adalah produk asuransi Zurich dihubungkan

dengan dengan Makam megah Taj Mahal

yang dibangun oleh Shah sebagai bentuk

kecintaannya pada istrinya. Iklan Zuric

menjual konsep ‗cinta‘ sebagai cara untuk

menghilangkan kekhawatiran akan G. KESIMPULAN kecerahan masa depan orang dan keluarga Adalah sifatnya ada di mana-mana yang dicintai. iklan telah menjadi bagian budaya Makam Taj Mahal adalah symbol kehidupan sehari-hari manusia, sehingga kecintaan Raja kepada istri. Kemudian, melalui struktur-struktur makna yang konsep metaforis ini dihubungkan dengan terbangun iklan telah menjadi pedoman dan produk asuransi sebagai bentuk kecintaan tuntunan bagi manusia dalam mendapatkan seorang suami demi masa depan keluarganya informasi terhadap produk-produk yang kelak. Iklan Zurich dengan metafora dibutuhkan dan diinginkan. Itu lah mengapa kekhawatiran dilakukan dengan di samping iklan menjuak produk-produk 320 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

komersil, iklan sebagai tanda menjual atau karaktar manusia tersebut dengan

kepada kita sesuatu yang lain, menggunakan produk. iklan menyuguhi kita

‗kekhawatiran‘ salah satu sifat atau karakter sebuah struktur makna dimana kita

yang dimiliki. Iklan memanfaatkan dipertukarkan dengan produk-produk

kekurangan manusia, yaitu karakter-karakter tersebut: sifat kekhawatiran ditukar dengan

manusia pada umumnya, yang kemudian produk. Dengan demikian iklan menciptakan

memberikan solusi untuk mengatasi sifat pandangan-pandangan umum di masyarakat.

321 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

Althusser, Louis. 2008. Tentang Ideologi: Strukturalisme Marxis, Psikoanalisis, Cultural Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Barker, Chris. 2005. Cultural Studies. Theory and Practice. London: Sage Publication.

Barthes, Roland. 1957. Mythologies. Paris: Editions de Suil.

______. 1968. Elements of Semiology. New York: Hill and Wang ______. 1976. The Pleasure of the Text. London: Jonathan Cape

______. 1977. Image Music Text. (Essays selected and translated by Stepehen Heath). London: Fontana Press Baudrillard, Jean P. 1968. Le Système des objets. Paris: Gallimard. ______. 2001. Simulacra and Simulations. Selected Writing (Editor: Mrks Poster). California: Standford University Press. ______. 2004. Masyarakat Konsumsi. (Diterjemahkan oleh Wahyunto). Yogayakarta: Kreasi Wacana Berger, Peter L. and Thomas Luckmann, The Social Construction of Reality A Treatise in the Sociology of Knowledge, (New York: 1966) Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Chaney, David.2011. Lifestyles, Sebuah Pengantar Konrehensif (Diterjemahkan oleh Nuraeni). Yogyakarta: Jalasutra. Danesi, Marcel. 2004. Messages, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and Communication Theory. Canada: Canadian Scholars‘ Press Inc. _____. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. (Diterjemahkan oleh A. Gunawan Admiranto). Jakarta: Jalasutra. Eagleton, Erry. 1991. Ideology An Introduction. New York: Verso. Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotics (Advances in Semiotics). Bloomington: Indiana University Press.

322 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Engels Frederick. 2007. Tentang Das Kapital Marx (ebook). Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara

Fiske, John. 1987. Television Culture. London: Routledge. ______, 1990. Cultural and Coomunication Studies. London: Routledge.

Hall. Stuart. 1993. Encoding, Decoding dalam ‗The Cultural Studies Reader‘. Simon During (ed.). New York: Routledge.

Hasyim,Muhammad. 2008. Seksualitas dalam Iklan Media Televisi. ‗Tesis‘. Universitas Hasanuddin Makassar.

Hasyim, Muhammad. 2014. Konstruksi Mitos dan Ideologi dalam Iklan Komersial Televisi, Suatu Tinjauan Semiologi. ‗Disertasi‘. Universitas Hasanuddin Makassar.

Hoed, Benny. 2011. Semiotik dan Dinamika Kehidupan Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu

Indriarto, Fidelis. 2012. Worry Marketing. Strategi Pemasaran berbasis Kekhawatiran. Yogyakarta: Jalasutra. Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media. Yogyakarta: Jalasutra. Kramsch, Claire. 2009. Language and Culture. New York: Oxford University Press. McLuhan, Marshall. 1964. Understanding Media. The Extension of Man. London: Routledge & Kegan Paul. Morissan. 2008. Media Penyiaran. Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Perkasa.

Noth, W. 1990. Handbook of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press. Peirce, Charle Sander. 1966. Philosophical Writings of Peirce. (Justus Buchler., Ed.) New York: Dover Publications. Piliang, Yasraf Amir. 2010. Semiotika dan Hipersemiotika. Kode, Gaya dan Matinya Makna. Bandung: Matahari

323 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

______, 2010. Dunia yang Dilipat. Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Matahari. Roman, Jacobson. 1980. The Framework of Language. Michigan Studies in the Humanities. Saussure, Ferdinand de. 1967. Cours de Linguistique Générale. Paris: Payot Sebeok, Thomas A. 1994. An Introduction to Semiotics. Canada: Toronto Univerity Press.

Schutz, Alfred & Luckmann, Thomas. 1993. The structure of the life – world. New York: Northwestern University press Sebeok, Thomas A. 1994. An Introduction to Semiotics. Canada: Toronto Univerity Press. Shäffner, Christina (ed). 1996. Discourse and Ideology. Great Britain: Short Run Press. Storey, John. 2004. Teori Budaya dan Budaya Pop Memetakan Lanskap Konseptual Cultural Studies. Yogyakarta: Qalam.

Sudaryat, Yayat.2009. Makna dalam Wacana. Bandung: CV Yrama Widya. Sunardi, ST. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Bukubaik. Thwaites, Tony, Davis, Lloyd & Warwick Mules. 2002. Introducing Cultural and Media Studies: A Semiotic Approach. Canada: Palgrav Macmillan Publisher. Walton, Paul & Davis, Howard. 2010. Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta: Jalasutra. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Williamson, Judith. 1978. Decoding Advertisements. Amerika: Marion Boyars Publishers Inc. Internet:

http://www.blogdokter.net/2014/06/16/mari-mencegah-dehidrasi-ringan-bersama-aqua/

https://www.youtube.com/watch?v=ZQu_dHyp6oI

Majalah:

Marketing, edisi November 2014. Jakarta: Info Caha Hero.

324 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

KAJIAN KRITIK TERHADAP NOVEL

“THE SATANIC VERSES” KARYA SALMAN RUSHDI

Najamuddin H.Abd. Safa Jurusan Sastra Asia Barat Email: [email protected]

Abstract: Critical Review on Novel "The Satanic Verses" by Salman Rushdie

This article studies the novel "The Satanic Verves" by Salman Rushdie. The approach used in this study is literary criticism in general and Islamic literary in particular. In studies, the writer describes contents and purpose of the novel. Actually, Islam accepts all forms of art and literature to advance human life, to strengthen the Islamic faith, and consequently to support the true methodology of the art. Based on these methodologies and principles, this novel cannot be considered as a literary, since the novel only insults Islam and its followers, even contempt followers of other religions and mankind as a whole Keywords:

Abstrak: Kajian Kritik Terhadap Novel “The Satanic Verses” Karya Salman Rushdi

Makalah ini mengkaji novel ―The Satanic Verves‖ karya Salman Rushdi dengan pendekatan kritik sastra pada umummnya dan sastra Islam pada khususnya. Dengan kajian seperti ini penulis dapat memberikan gambaran mengenai isi dan tujuan novel tersebut ditulis oleh penulisnya. Islam menerima segala bentuk seni dan sastra yang bertujuan memajukan kehidupan manusia, mengokohkan aqidah Islam dan konsekwen terhadap manhaj seni yang benar. Berdasarkan prinsip tersebut, maka novel ini tidak akan dianggap sebagai karya sastra sebenarnya, karena isinya hanya penghinaan terhadap Islam dan umatnya, bahkan penghinaan terhadap penganut agama-agama lain dan umat manusia secara keseluruhan. Kata Kunci:

PENDAHULUAN suatu hukum atau penilaian dari aspek kajian

Memahami suatu karya sastra dengan sastra, karena untuk menilai karya sastra

pembacaan secara sepintas lalu, suatu seseorang penyair atau novalis, tidak

perkara yang tidak mudah. Apatah lagi kalau mungkin dan tidak wajar kecuali dengan

pembacaan itu bertujuan untuk memberikan kaedah dan tolak ukur dari cabang sastra 325 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

yang dihasilkan itu sendiri, seperti seorang waqi‟y yang kemungkinan akan terjadi dan

novalis menulis sebuah kisah atau roman dari dasar inilah kita harus menilai dan

yang menggambarkan adanya makhluk ajaib mengkajinya.

yang akan menilai dan mengukurnya dengan Dalam makalah ini penulis akan

ukuran kenyataan ilmiah yang obyektif, mencoba mengkaji novel ―The Satanic

karena hingga sekarang belum ada Verves‖ karya Salman Rushdi dengan

penemuan dan kajian ilmiah atau hasil missi pendekatan kritik sastra pada umummnya

angkasa luar yang memastikan adanya dan sastra Islam pada khususnya. Mudah-

makhluk ajaib yang hidup di alam ini. mudahan dengan kajian seperti ini penulis

Kalau kita memberikan hukum atau dapat memberikan gambaran atau bayangan

penialian ketidakbenaran isi karya sastra itu, mengenai isi dan tujuan novel tersebut

maka kita mengevaluasi karya sastra tersebut ditulis oleh penulisnya.

dari luar, maksudnya dengan kenyataan SELAYANG PANDANG TENTANG

ilmiah, bukan dari aspek sastra. Penilaian PRIBADI SALMAN RUSDHI

seperti ini merupakan kajian yang tidak Salaman Rusdhi dilahirkan di

wajar, karena penulis karya sastra tersebut ia Bombay pada bulan Juni 1947. Ayahnya

menulisnya berdasarkan dengan ‗Kisah bernama Anis Rushdi berkebangsaan India,

Khayali Ilmiyah‘(Qisas al-Khayali al- dia berasal dari Khasmir, seorang pengusaha

„Ilmiyah). Semua karya sastra tidak tertakluk yang kaya. Bahasa yang dipakai di kalangan

kepada alam kenyataan (‗Adil Darwish 1989 keluarganya adalah bahasa Inggris dan

: 168). Jadi kisah yang berdasarkan al- bahasa . Pada mulanya dia penganut

khayali al-„ilmi bukanlah waqi‟y, akan tetapi agama Islam, kemudian menjadi murtad.

dia adalah khaya>ly yang diumpamakan Anis Rushdi sejak kanak-kanaknya 326 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dipengaruhi perasaan kebencian terhadap Diantara yang berhijrah ke London ialah

Islam, Nabi Muhammad saw dan ragu keluarga Salman Rushdi, walaupun ia baru

terhadap kebenaran al-Qur‟an al-Karim. berusia 13 tahun. Kemudian di London ia

Hal ini tidak mengherankan, karena melanjutkan sekolahnya di sekolah Rajbi,

Anis Rushdi petama-tama dia menuntut ilmu selanjutnya ke Universiti Camridge dalam

di sekolah missionaris. Inilah yang bidang sejarah pada tahun 1965-1968 (al-

menjadikan perasaan kebencian pada diri Madrasi 1409 : 95).

Salman Rushdi ikut tumbuh juga. Sejak Setalah menamatkan pendidikan

kanak-kanak ia diliputi lumut-lumut tingginya ia bekerja di Televisi Pakistan

zandaqah yang ditanamkan dalam hatinya hingga dihentikan dari jawatannya, karena

oleh ayahnya, disamping pelajaran yang kritikan dan penghinaannya terdap Islam.

diperolehnya dari sekolah menumbuhkan Setelah itu ia kembali ke London dengan

kekejian kemuakannya terhadap Islam. perasaan yang hina dan kecewa. Dengan

Demikianlah keadaan Salman Rushdi pemecatannya itu, maka kebenciannya

semasa kecilnya, si ayah di rumah dan guru terhadap Islam semakin memuncak. Selepas

di sekolah, kedua-duanya berlomba itu ia kembali menetap di London dengan

membentuk pribadi Salman Rusdhi menjadi menekuni pekerjaan penulisan novel dan

zindik antarbangsa. bejaya menerbitkan lima buah novelnya

Setelah terjadi perang antara India yaitu:

dengan Pakistan, maka India mengalami 1. Grimus (1975)

krisis ekomoni menyebabkan ramai orang 2. Midnights Children (1981)

India berpindah ke luar negeri mencari 3. Shame (1983)

pekerjaan dan kehidupan yang senang. 4. Jaguar Smile, Dan 327 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

5. The Satanic Verses (1988) kreatifiti sastra yang sebenarnya. Dengan

Keberhasilannya dalam penulisan dasar itu Salman Rushdi menulis novelnya

novel diperoleh setelah kawin dua kali, itu dalam uslub yang seakan-akan

pertama dengan perempuan Inggris menghilangkan perbedaan antara karya

―Clarisma Loward‖ dan yang kedua seorang novel dengan karya sejarah (al-Madrasi 1409

penulis novel berkebangsaan Amerika : 87).

bernama ―Maria Wignez‖ (al-Fasi 1997 : 22- Gaya penceritaan Salman Rusdhi

23). ialah dengan menggunakan gaya surrealism

SINOPSIS ISI NOVEL “ THE SATANIC dimana ia memberi nama kepada tokoh-

VERSES” KARYA SALMAN RUSHDI tokoh atau sesuatu yang diceritakan dalam

Besar duaan kita bahwa dengan novelnya dengan nama-nama yang

membaca saja judul novel ― The Satanic meragukan, alur penceritaannya tidak

Verses‖ sudah boleh memberikan gambar menentu dan tidak memberikan kepastian.

mengenai isi novel ini, walaupun isi yang Olehnya itu Salman Rushdi diselimuti

terkadang di dalamnya lebih kejam daripada perasaan keragu-raguan. Disamping itu juga

judulnya. Salma Rushdi menulis novelnya dia banyak mempergunakan ungkapan-

ini terdiri daripada 547 halaman dan 250 ungkapan bahasa Arab, bahasa India dan

ribu perkataan, diterbitkan oleh ―Penguin bahasa Inggris kolokial yang kadang-kadang

Viking‖ dengan menggunakan pendekatan dalam bentuk bahasa yang menyakiti dan al-waqi‟iyyah al-usthuriyyah (Mugic menjijikkan. Realisme) dimana ia mencampurkan antara Tokoh utama dalam novel “The

unsur imaginasi dengan unsur realiti tanpa Satanic Verses”terdiri dari :

didasari suatu pikiran, pengetahuan dan 1) Gibreel Farishta 328 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

2) Saladin Chamcha, dan Peristiwa yang dicerminkan dalam

3) Mahound. novel ini dimulai dengan pertemuan antara

Perkataan Mahound sinonim dengan Gibreel Farishta dengan Saladin Chamcha

perkataan Iblis yang digunakan Salman dengan penerbangan salah satu kapal terbang

Rushdi untuk mengisyaratkan kepada milik Air India yang mengalami tragedi

seorang nabi di salah satu kota di padang pembajakan dan peristiwa pembajakan ini

pasir yang dia namakan ―Jahiliyah‖ dan diakhiri dengan diledakkannya oleh si

menurut dia perkataan ini merupakan tempat pembajak di atas kanal Inggris dan seluruh

para pedagang. penumpangnya menjadi korban. Sedangkan

Sedangkan tokoh-tokoh kedua Gibreel dan Saladin dibangkitkan kembali

(pembantu) dalam novel ini terdiri dari dengan jalan tanasukhi al-arwah

beberapa orang antara lain: (reincarnation).

1) Salman Selanjutnya novel ini

2) Khalid menggambarkan perubahan rohani dan

3) Bilal jasmani yang terjadi pada diri Gibreel dan

4) Abu Simbel Saladin. Gibreel melihat hal yang

5) Ismail mengherankan dengan nur yang

6) Hagar memancarkan sinar disekeliling kepalanya.

7) Hindon Sedangkan Saladin melihat ada tanduk yang

8) Nasrin tumbuh dikepalanya, ekor dibagian

9) Bilal belakangnya dan seluruh badannya penuh

10) Aishah dengan rambut yang tebal, melihat dirinya

seperti seekor kambing liar. 329 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Salman Rushdi dalam novelnya ini umat Islam dengan menggunakan perkataan-

menceritakan juga mimpi Gibreel yang perkataan yang paling rendah dan hina

melihat kelahiran agama Islam yang terhadap nabi Ibrahim a.s, Nabi Ismail a.s,

memasuki salah satu kota yang terletak di Nabi Muhammad saw, malaikat, beberapa

tengah-tengah padang pasir, nama kota itu sahabat r.a dan istri-istri Rasulullah saw (al-

ialah ―Jahiliyah‖ di mana kota ini penuh Fasi 1997 : 27-28).

dengan kerusakan, karena banyaknya Salman Rushdi mengecam Nabi

pencuri dan wanita-wanita pelacur dan Muhammad saw dengan berbagai tuduhan

penyembahan berhala yang menarik para dan makian yang keji bodoh. Cemuhan itu

pedagang untuk datang ke kota ini. Di kota diungkapkan dengan kata-kata yang

ini susah mendapatkan air dan penjual air menitiskan dendam dan dengki yang hitam,

karena kota ini berada di daerah padang karena penanya dicelupkan dalam tinta

pasir. kebatilan, kesesatan cerita ajaib dan

Setalah Gibreel menjelma menjadi kepalsuan. Lalu ia mencampur-adukkan

malaikat Gibreel, dia menceritakan zaman jahiliyah dengan zaman kenabian. Ia

permulaan datangnya dakwah dengan mengumpat para sahabat nabi sebagai

menggunakan ungkapan-ungkapan yang pemabuk dan penagih minuman keras di

menyakiti dan dalam keadaan ragu dengan zaman jahiliyah (al-Fasi 1997 : 35).

bentuk pertanyaan secara berterusan KAJIAN KRITIK TERHADAP NOVEL

mengenai masa depan dakwah tersebut. “THE SATANIC VERSE”

Sebenarnya novel “The Satanic Untuk mengadakan analisis atau

Verses” berisikan peryataan-peryataan yang kajian kritik terhadap suatu karya sastra

menyerang semua yang dipandang suci oleh yang berbentuk novel, maka kita harus 330 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

meninjau aspek unsur-unsur yang harus Tema menentukan segala sesuatu dalam

dipenuhi suatu karya novel atau roman. cerita, itulah arahnya atau maksud dan

Ketut Ginarsa dalam bukunya ―Struktul tujuannya. Selanjutnya, beliau berkata

Novel dan Sastra Bali Modern‖ (1985: XI) bahwa setiap cerita yang baik dibentuk oleh

menyebutkan bahwa unsur-unsur struktur tema yang menentukan arah. Tema yang

yang harus dipenuhi sebuah karya novel atau menentukan arah ini memilih dan mengatur

cerpen ialah tema, alur, penokohan, latar, semua unsur yang dimasukkan ke dalam

teknik, dan gaya bahasa. cerita, misalnya tokoh-tokohnya, aksinya,

Dalam pendahuluan makalah ini pemecahan konfliknya yang oleh pengarang

penulis telah kemukakan bahwa untuk digunakan untuk menghidupkan jalan cerita

menilai sebuah hasil karya sastra seorang (Ketut Ginarsa 1895: 10).

penyair atau novelis tidak mungkin dan tidak Dalam novel “The Sanatic Verses”

wajar kecuali dengan kaedah dan tolak ukur karya Salman Rushdi kita tidak dapat

dari cabang sastra yang dihasilkan, maka mengambil suatu tema yang jelas. Walau

dalam makalah ini penulis akan mengadakan bagaimanapun banyak penulis menjelaskan

kajian kritik sastra terhadap novel “The dalam tema yang sebenarnya dalam novel

Sanatic Verses” karya Salman Rushdi tersebut. Penulis yang dimaksud antara lain

berdasarkan unsur-unsur struktur novel yang Dr. Syamsuddin al-Fasi dalam bukunya

telah disebutkan diatas. Unsur-unsur yang “Jawapan Sanatic Verses”, Prof. Dr. Ala‘ul

dimaksud ialah: Deen Kharrufah dalam bukunya “The

TEMA Judgment of Islam Crimes of Salman

Tema ialah makna karya sastra Rushdi”, Hadi al-Madrasi dalam bukunya “

secara keseluruhan (Ketut Ginarsa 1895: 9). al-Raddu „Ala al-Ayati al-Shaitaniyah”, 331 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

‗Adil Darwish dalam bukunya “al-Ayatu al- imigran yang berasal dari India ke London,

Shaitaniyah Baina al-Qalami Wa al-Saifi” mengenai cinta dan kematian, London dan

dan Ahmad Deedat dalam bukunya Bombay. Selanjutnya ia mengatakan

“Shaitaniyah al-Ayati al-Shaitaniyah Wa novelnya tidak membincangkan seorang

Kaifa Khada‟a Salman Rushdi al-Garba”. nabi yang bernama Muhammad. Peristiwa

Mereka sepakat bahwa tema novel “The yang dibincangkan dalam novelnya adalah

Sanatic Verses” karya Salman Rusdhi ialah pandangan imaginasi dalam imaginasi

― Penghinaan terhadap agama Islam, seseorang yang berusaha mengemukakan

Kristian, dan Yahudi‖. Ahmad Deedat pandangan mengenai munculnya seorang

(1990: 90) menambahkan bahwa novel nabi dan kelahiran sebuah agama dan

tersebut penghinaan juga terhadap agama pandangan ini merupakan pandangan

hindu, orang-orang berkulit hitam, orang- seorang atheis ( al-Madrasi 1409: 97).

orang berkulit putih dan terhadap umat ALUR

manusia secara keseluruhan. Pengarang mengkomunikasikan

Akan tetapi penjelasan mengenai sesuatu dengan tokoh-tokohnya. Tokoh-

tema di atas dibantu oleh Salman Rusdhi tokoh ini melaksanakan peran masing-

sendiri dalam suratnya yang dikirim ke masing sehingga timbul situasi konflik yang

Perdana Menteri India setelah beliau dinamakan alur. Adanya alur disebabkan

melarang beredar novel ―The Sanatic oleh terbenturnya kekuatan-kekuatan yang

Verses‖. Dalam suratnya Salaman Rushdi terjadi karena adanya problem yang perlu

antara lain mengatakan bahwa novelnya itu diselesaikan ( Ketut Ginarsa 1985: 11).

tidak berbicara tentang agama Islam, akan Didalam alur terdapat konflik dan

tetapi ia berbicara mengenai orang-orang ketegangan. Menurut Resenthal dalam Ketut 332 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Ginarsa (1985: 11) ada tiga macam konflik sejarah atau dengan kata lain memalsukan

yaitu: sejarah. Menurut ‗Aidil Darwish (1989 :

a. Antara manusia dengan kekuatan alam 168) seorang novelis sering dihadapkan

atau masyarakat. dengan konflik antara al-Sideq al-Fanny

b. Antara individu yang satu dan individu (kebenaran seni) dengan al-Sideq al-Waqi‟y

lainnya. al-Tarikhy (kebenaran kenyataan sejarah).

c. Antara kekuatan-kekuatan yang Salman Rushdi sendiri menyatakan bahwa

bergumul di dalam individu. segala peristiwa yang diceritakan dalam

Dalam novel “The Satanic Verses” novelnya itu hanyalah berdasarkan kepada

Salman Rushdi dapat mengkomunikasikan pandangan imaginasi dari seseorang yang

beberapa konflik melalui tokoh-tokoh yang berimaginasi (al-Madrasi 1409 : 97).

dipilih dalam novelnya itu, sepert konflik PENOKOHAN

yang terjadi pada diri Gibreel Farishta, Dalam sebuah novel atau cerpen

Saladin Chamcha. Begitu juga Salman karakter berfungsi memberikan substansi

Rushdi dapat mengkomunikasikan beberapa pada fiksi. Penilaian terhadap cerita

konflik pada tokoh-tokoh kedua (pembantu) merupakan ukuran tentang berhasil atau

dalam novelnya, seperti konflik yang tidaknya pengarang mengisi cerita itu

dialami Nabi Ibrahim a.s dengan Istrinya dengan karakter-karakter yang

Hajar dan anaknya. menggambarkan manusia sebenarnya supaya

Konflik-konflik yang dikemukakan pembaca dapat mengalami ide dan emosi

Salman Rushdi dengan novelnya itu hanya (Ketut Ginarsa 1985: 12).

berdasarkan khayalan belaka dan Kalau tukang sulap dapat membuat

bertentangan dengan kenyataan-kenyataan orang yang ada seolah-olah lenyap. 333 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Sebaliknya, seorang pengarang dia dapat Dengan demikian, maka timbullah respon

membuat orang yang tidak ada menjadi ada. dan reaksi yang menentang penceritaan

Disinilah letak kemampuan pokok dasar dalam novelnya. Ini disalah satu segi

penulis, yaitu kemampuan meyakinkan membuktikan ketidakmampuannya

pembaca bahwa tokoh khayalan dalam meyakinkan pembaca.

ceritanya merupakan tokoh hidup yang dapat Sebagai contoh kepalsuan sejarah

dipahami, dihayati, dan masuk akal. yang dikemukakan Salman Rushdi dalam

Dalam membaca dan mengkaji novel novelnya, dia berpendapat bahwa di kota

“The Sanatic Verses”dapat kita melihat Jahiliyah ada seorang pedagang muncul

kemampuan Salman Rushdi membentuk sebagai nabi bernama Mahound, dialah

karakter-karakter, sama halnya sebagai mendirikan suatu agama terbesar di dunia.

tokoh utama maupun tokoh pembantu untuk Dalam novelnya ia berkata:

meyakinkan pembaca kepada ide yang ingin “ In This city, the businessman-turned- prophet, Mahound is founding one of the dikomunikasikan. Akan tetapi, kalau kita world‟s great religions” (Rushdi 1988 : 95).

melihat dari aspek lain, Salman Rushdi tidak Perkataan ―Mohound‖ dalam kutipan berjaya dalam pemilihan karakter-karakter tersebut dimaksudkan dengan Nabi atau penokohan dalam novelnya itu, karena Muhammad saw. Sedangkan perkataan ia memilih tokoh-tokoh yang cukup terkenal ―Mohound‖ sinonim dengan perkataan dan masyhur dalam sejarah, kemudian ―Iblis‖ dan istilah inilah yang digunakan memaparkan peranan setiap tokoh yang para missionaris kristiani pada abad bertentangan dengan kenyataan sejarah, pertengahan untuk menunjukkan kepada bahkan nampak ada usaha yang sengaja oleh Rasulullah saw. Salman Rushdi untuk memalsukan sejarah. 334 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

LATAR Dalam novel “The Sanatic Verses” Salaman

Latar memberikan penjelasan tentang Rushdi memilih kapal terbang, Bombany,

tempat dan waktu terjadinya aksi. Dalam London, kota Jahiliyah yang berada

cerita tokoh-tokonya mungkin bertindak di ditengah-tengah padang pasir, zaman

dalam kamar, diantara perabot, di jalan, pada jahiliyah, waktu berlalu, sekarang, waktu

waktu siang atau malam, dalam keadaan dalam khayalan sebagai latar ceritanya.

panas atau dingin. Penjelasan mengenai TEKNIK DAN GAYA BAHASA

segala aksi yang dilakukan para tokoh ini Menurut Rosenthal dalam Ketut

dapt dinamakan latar ( Ketut Ginarsa 1985 : Ginarsa (1985 : 17 ) gaya bahasa ialah

16). hubungan antara penguasaan bentuk pada

Kedudukan latar penting karena ia satu pihak dengan isi intelektual dan emosi

menentukan aksi tokoh-tokoh. Latar yang dimiliki pengarang. Sedangkan

menunjukkan hubungan tokoh dengan Daiches dalam Ketut Ginarsa ( 1895 : 17 )

lingkungannya. Kadang-kadang suasana mengatakan gaya bahasa adalah susunan

dipergunakan sebagai latar cerita atau kata yang merupakan ciri khas seseorang

lingkungan fisik di tempat kejadian penulis. Susunan kata ini ada yang kolokial,

berlangsung dapat pula dipakai sebagai latar resmi, singkat, panjang lebar, berwarna,

cerita. Latar dapat berupa tempat yang diam lancar, sopan dan kedaerahan.

atau bergerak. Secara umum teknik dan gaya bahasa

Novel yang baik ialah novel yang yang digunakan Salman Rushdi dalam

mempunyai latar, dimana ia mampu novelnya itu adalah teknik dan gaya bahasa

memberikan keyakinan bagi pembaca yang kurang jelas dan susah dipaham.

sebagai hal yang nyata atau masuk akal. Apakah ia menulis novelnya dengan tujuan 335 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

menghasilkan karya sastra saja? Atau ada banyak menggunakan ungkapan-ungkapan

tujuan tertentu, seperti untuk menghina umat bahasa Arab, India dan bahasa Inggris

Islam atau ada tujuan lain?. kolokial, yang kadang-kadang dalam bentuk

Novel “The Sanatic Verses” menyakiti dan menjijikkan.

merupakan karya sastra yang berdasarkan Ungkapan yang menyakiti dan

fantasi dan khayal (‗Aidil Darwisy 1989 : menjijikkan dapat kita lihat dalam novelnya

28). Sedangkan al-Madrasi (1409 : 87) halaman 461, dia mengatakan “ Negger eat

mengatakan Salman Rushdi menulis white man‟s shit “(orang Negro memakan

novelnya dengan pendekatan al-Waqi‟iyyah kotoran orang putih). Sedangkan Ahmad

al-Usturiyyah (kenyataan legendaris) Deedat ( 1990 : 20 ) mengatakan Salman

dimana dia mencampurkan antara unsur Rushdi telah belajar dari guru-gurunya di

khayal dengan unsur kenyataan tanpa London The Art of Staccato Sentences atau

didasari suatu bentuk pikiran, ilmu dan Fann al-Jumal al-Tarakumiyyah (seni

kreativitas karya sastra yang benar, sehingga menyusun ayat), sehingga dia mempunyai

uslubnya tidak dapat membedakan antara kemampuan menyusun suatu kalimat

novel dengan sejarah. Selanjutnya beliau dengan mengandung beberapa makna atau

mengatakan gaya bahasa Salman Rushdi pengertian. Akan tetapi dengan memiliki

adalah surrealism, dia tidak memberikan kemampuan seperti itu menyebabkan banyak

nama sebenarnya yang seharusnya diberi perkataan-perkataan dan kalimat-kalimat

nama, akan tetapi memberi nama lain. yang tidak sopan dipergunakan dalam

Diskriftif bagi Salman Rushdi tidak tetap, novelnya.

sehingga diselimuti perasaan keragu-raguan

dalam penceritaannya. Di samping itu juga 336 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

NOVEL“THE SANATIC VERSES” menghasilkan karya sastra. Allah SWT

MENURUT PERSPEKTIF SASTRA berfirman dalam surah al-Taubah ayat 105 :

ISLAM Wa quli ‘maluu fasayallaahu ‘amalakum wa rasuuluhuu wa al- wa Salah satu bentuk aktivitas manusia mu’minuuna, saturadduuna ilaa ‘aalimi al-gaibi wa al- yang mendapat perhatian besar dalam Islam syahaadati fayunabbiukum bimaa kuntum ta’maluun. ialah al- - (karya sastra), „Amalu al Ibda‟iyu (Dan katakanlah : Bekerjalah kamu, maka karena wujud bentuk aktivitas ini tidak Allah dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan secara spontan, akan tetapi berdasarkan atas kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu kemauan dua unsur asasi yaitu unsur irada ( ) diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan). dan unsur al-wa‟yu (kesadaran). Kalau wujud

Selanjutnya Al-Qur‘an memberikan krativitas sastra itu berdasarkan atas kedua arahan khusus dalam usaha menghasilkan unsur tersebut, maka ia harus tertakluk karya sastra, terutamanya karya sastra puisi. kepada taujih ( arahan ) Islam agar supaya ia Dalam surah Al-Syu‘araa ayat 224 – 227 dapat berjalan dan berkembang dengan Allah SWT berfirman: benar. Dengan demkian, akan teralisasi Wa al-syu‟araau yattabi‟uhumu al- keharmonisasian dalam kehidupan manusia, ghaawuun, alam tara annahum fii kulli waadin yahiimun, wa annahum yaquuluuna baik dalam kehidupan individu maupun maa laa yaf‟aluun, illa al-laziina aamanuu wa „amiluu al-shalihaati wa zakaruu al- dalam kehidupan masyarakat (Ahmad 1991: laaha katsiran wan tasharuu min ba‟di maa dhulimuu wa saya‟lamu al-laziina dhalamuu 30-31). ayya munqalabin yangqalibuun.

Oleh karena itu, Islam memberikan (Dan penyiar-penyiar itu diikuti oleh orang- orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat perhatian dan arahan kepada seluruh bentuk bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka aktivitas manusia, termasuk aktivitas dalam mengatakan apa yang mereka sendiri tidak 337 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

mengerjakannya. Kecuali orang-orang Bahkan sebahagian hadits (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mengandung anjuran Rasulullah saw untuk mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu menghasilkan karya sastra, terutama karya kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali ). puisi, antara lain hadits yang diriwayatkan

‗Ammar bin Yasir dalam Ahmad Mohd. Ali Islam mempunyai sikap yang jelas (1991: 33 ) : terhadap seni pada umumnya dan sastra pada Lamma hajaanaa al-musyrikuun, qaala khusunya. Islam tidak menolak segala lanaa rasuulullahi shallalaahu alaihi wa sallama: quuluu lahum kamaa yaquuluuna bentuk karya sastra kecuali terdapat padanya lakum.

kejahatan atau ia mengajak kepada (Taakkala orang-orang musyrikin mencacimaki kita. Rasulullah saw berkata kejahatan. Rasulullah saw mencelah syair kepada kita : Katakanlah kepada mereka sebagaimana mereka mengatakan kepada yang membangkitkan fitnah dan iri hati atau kalian). Maksudnya kalau orang-orang musyrikin menghija‘ kalian dengan syairnya, karya sastra yang mengajak kepada maka hija‘lah juga mereka melalui syair.

kejahatan, cacimakian, mengabaikan agama. Demikian sikap Islam, tidak Sebaliknya, beliau menghormati dan membiarkan aktivitas dalam bidang mengagumi karya sastra yang baik atau syair kreativitas sastra berjalan dan berkembang yang indah, mengandung didikan akhlak, tanpa ada arahan dan panduan agar supaya ia mengajak kepada sifat-sifat yang mulia dan akan menjadi salah satu bentuk amal saleh mengandung hikmah dan mau‘idhah. yang akan diberi pahala oleh Allah SWT. Rasulullah saw bersabda: Islam akan menerima segala bentuk seni dan Inna mina al-syi‟ri lahikmah ( sastra yang mempunyai tujuan ( al-adab al- Sesungguhnya sebahagian dari syiar hadif )yang akan berkhidmad untuk mengandung hikmah). memajukan kehidupan manusia, 338 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

mengokohkan aqidah agama Islam dan dikalangan umat Islam yang setia terhadap

konsekwen terhadap manhaj seni yang benar agamanya. Sistem yang ditempuh Salman

( al-‗Uwaishik 1970 : 110 ). Jadi sastra Islam Rushdi dalam membangkitkan kemarahan

yang sebenarnya yaitu sastra yang tetap umat Islam, itulah sebenarnya yang

memelihara dan berpegang kepada prinsip- menyebabkan buku yang tidak ada nilainya

prinsip yang telah disebutkan di atas. sampai kepada senarai buku yang terjual

Kalau prinsip-prinsip tersebut kita banyak di dunia. Akan tetapi menurut saya

jadikan sebagai tolak ukur dalam mengkaji cara seperti ini adalah cara yang paling hina

novel “The Sanatic Verses” karya Salaman untuk mencapai matlamat tersebut dan

Rushdi, maka novel ini tidak akan dianggap Salman Rushdi adalah orang intihazi yang

sebagai karya sastra sebenarnya, karena paling berbahaya‖ (Ahmad Deedat 1990 :

kandungan novel tersebut hanya penghinaan 24).

kepada agama Islam dan umatnya, bahkan KESIMPULAN

penghinaan kepada penganut agama-agama Berdasarkan uraian di atas dapat

lain dan umat manusia secara keseluruhan. diambil kesimpulan sebagai berikut:

Olehnya itu, Roald Dahl (Seorang penilis 1. Salman Rushdi menggambarkan

Inggris terkenal) menyatakan pendapatnya kehidupan seorang kanak-kanak dari

mengenai novel “The Sanatic Verses”pada 1 negara-negara yang terjajah dan

Mac 1989 sebagai berikut : ― Sesungguhnya mengalami penderitaan dan penghinaan

Salaman Rushdi lebih tahu mengenai agama dari pihak penjajah. Dia salah seorang

Islam dan penganutnya. Seharusnya dia dari Imigran yang hidup di tengah-

mengerti betul perasaan yang menyala-nyala tengah masyarakat Inggris yang tidak

yang akan ditimbulkan novelnya itu dihiraukan, bahkan terbuang dari 339 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

masyarakat disebabkan oleh faktor kulit, hubungan dengan timur. Kemudian dia

asal dan kewarganegaraannya yang berusaha mengikuti dan meniru cara

berbeda dengan orang tempatan. Oleh hidup barat.

karena dia tidak mempelajari budaya 4. Salman Rushdi mengalami keanehan

bangsanya, meninggalkan kampung pikiran, disamping dia mengalami

halaman, keluarga dan agamanya, maka keanehan aqidah, seperti keberaniannya

dia selamanya berusaha melakukan mengartikan perkataan dan ayat-ayat

sesuatu yang membolehkan dia akan yang bukan artinya, seumpamanya

diterima oleh masyarakat barat. mengartikan perkataan ― al-hijaab

2. Salman Rushdi dia hidup dalam keadaan "(menutup aurat) dengan ― bait al- penuh kontroversial dalam dirinya yang di‟aarah ― ( tempat pelacuran ) dan lain- kadangkala diungkapkan dalam bentuk lainnya. Dia juga sengaja mencari-cari surrealism atau melalui aqidah tanasukh, riwayat sejarah yang tidak benar. karena dia menganggap bahwa 5. Berdasarkan masalah-masalah yang kegoncangan yang dialami bersumber disebutkan di atas, maka Salman Rusdhi dari asal dan keturunannya. Disamping merupakan orang yang intihaazi itu, dia menganggap bahwa Islam (menggunakan kesempatan untuk merupakan dugaan yang harus dijauhkan memperoleh keuntungan), seperti dia dari dirinya dengan cara apapun yang menulis novel-novelnya dengan tujuan memungkinkan. mendapatkan keuntungan dari penjualan 3. Salman Rushdi sebagai orang timur, karya tulisnya dan agar didengar maka dia berusaha meninggalkan segala suaranya di tengah-tengah orang banyak yang berbau timur atau yang mempunyai 340 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

dan dapat dikenal, sekalipun dengan yang sebenarnya menurut perspektif

jalan mengorbankan orang lain, karena karya Islam, karena novel tersebut tidak

dengan jalan seperti itu dapat dibaca konsekwen dengan manhaj seni yang

tulisannya atau diletakkan potonya di benar dan tidak mempunyai tujuan

media massa. untuk memberikan pelayanan dan

6. Novel “The Sanatic Verses” suatu karya didikan kepada umat manusia.

tulis yang tidak mempunyai nilai sastra

341 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

‗Aly,Ah}mad Muh}ammad. 1991. Al-Adab al-Isla>mi> D}aru>rah. al-T{ab‘ah al-U>la>. Al- Qa>hirah: Da>r al-S}ah}wah.

Appignanesi, Lisa and Sara Maitland. 1989. The Rushdi File. First Pubblished. Britain : Fourt Estate Limited.

al-Busta>ni>, Mah}mu>d. 1409. al-Isla>m wa al-Fann. al-T{ab‘ah al-U>la>.Mashhad (I>ra>n): Majma‘ al-Buh}u>ts al-Isla>miyyah. Bu>rzuwaynah, ‗Abd al-H}ami>d. 1990. Naz}riyyat al-Adab fi> D}aui al-Isla>m (al-Qism al- Awwal

Al-Naz}riyyah al-„Ammah li al-Adab) . al-T{ab‘ah al-U>>n (al- Urdun): Da>r al-Bashi>r.

------, ‗Abd al-H}ami>d. 1990. Naz}riyyat al-Adab fi> D}aui al-Isla>m (al-Qism al- Tsa>lits

Al-Adab wa al-Madha>hib al-Adabiyyah) . al-T{ab‘ah al-U>>n (al- Urdun): Da>r al-Bashi>r.

Darwi>sh, ‗A>dil wa ‗Ima>d ‗Abd al-Ra>ziq. 1989 . al-A>ya>t al-Shayt}a>niyyah bayn al- Qalam wa al-Sayf. Bari>t}a>niyya> : Great Britain.

De>da>t, Ah}mad. 1990. Shayt}a>niyyat al-A>ya>t al-Shayt}a>niyyah wa Kayfa Khada‟a Salma>n Rushdi> al-„Arab. Naqalahu> ila> al-‗Arabiyyah wa Qaddama lahu> ‗Aly al- Jauhari> al-Qa>hirah: Da>r al-Fad}i>lah .

al-Fasi, Syamsuddin. 1997. Jawapan „Satanic Verses‟. Terj. Drs. Ahmad Rafaal bin Ayudin. Edisi Semakan. Kuala Lumpur : Penerbitan Ar-Ramadhan.

al-Ha>shimi>, Muh}ammad ‗A al-Adab al-Isla>mi> : Taja>rub wa Mawa>qif . al-T{ab‘ah al-U>>r al-Qalam.

H}ija>zi>, Muh}ammad ‗Abd al-Wa>h}id. 1984. Al-Ih}sa>s bi al-Jama>l fi> D}au al- Qur‟a>n al-Kari>m. Silsilah Shahriyyah Tas}duru ‗An Kita>b al-Hila>l. al- Qa>hirah: Da>r Hila>l.

Ketut Ginarsa, dkk. 1985. Struktur Novel dan Cerpen Sastra Bali Modern. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Khali>l, ‗Ima>duddi>n . 1987 . Madkhal Ila> Naz}riyyat al-Adab al-Islami> . al-T{ab‘ah al- U>>t: Muassasat al-Risa>lah.

342 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014

Kharroufah, Ala‘ul Deen. t.t. The Judgment Of Islam On The Crimes Of Salman Rushdi. Kuala Lumpur : Percetakan Sentosa.

al-Madrisi>, Ha>di> . 1409 . al-Radd „ala> al-A>ya>t al-Shait}a>niyyah. al-T{ab‘ah al- U>> . Mashhad (Ira>n) : Majma‘ al-Buhu>ts al-Isla>miyyah.

Mustafa Haji Daud. 1992. Tamadun Islam. Cet. 1. Kuala Lumpur : Percetakan Sumber.

Lubis, Haji Muhammad Bukhari. 1997. Kesusasteraan Islam Sehimpun Bahan Rujukan. Bandar Baru Bangi : Taj Fikriyah Reprints.

Teeuw, A. 1995. Sastera dan Ilmu Sastera : Pengantar Teori Sastera. Cet. 1. Kuala Terengganu : Percetakan Yayasan Islam Terengganu.

Tulaymah, ‗Abd al-Mun‘im. 1979. Muqaddimah fi> Naz}riyyat al-Adab . al-T}ab‘ah al- Tsa>niyah. Bayru>t: Da>r al-‗Audah.

Rushdi, Salman. 1988. The Satanic Verses. U.S.A : Viking Penguin Inc.

Sa>‘i>, Ah}mad Bassa>m. 1985. al-Wa>qi‟iyyah al-Isla>miyyah fi> al-Adab wa al-Naqd. al- T{ab‘ah al-U>>r al-Mana>r.

Salla>m, Muhammad Zaglu>l. 1972 . Dira>sah fi> al-Qissah al-„Arabiyyah al-H{adi>tsah : Usu>luha>, Ittija>ha>tiha>, A‟la>muha> . al-Iskandariyyah : Manshaat al-Ma‘a>rif.

al-Qard}a>wi>, Yu>suf . 1996 . al-Isla>m wa al-Fann . T}ab‘ah al-Furqa>n al-U>la> . ‗Amma>n (al-Urdun) : Da>r al-Rurqa>n.

Qulaylah, ‗Abduh ‗Abd al-‗Az z. 1972. Al-Naqd al-Adabī fī al-„Aşr al-Mamlūkī. al-T{ab‘ah al- U>> . al-Qa>hirah: Maktabah al-Anjlu> al-Mis}riyyah.

al-‗Uwayshiq, ‗Abdullah H}amd . 1970. al-Adab fi> Khidmat al-H}aya>t wa al-Aqi>dah. al- T{ab‘ah al-U>> .Bayru>t: Da>r al-‗Arabiyyah.

Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur‘an. 1988 : Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Kuala Lumpur : Penerbit Pustaka Antara.

PETUNJUK BAGI PENULIS

1. Naskah yang dikirimkan belum pernah diterbitkan oleh media cetak lain dibuktikan dengan surat pernyataan dari penulis. 2. Tulisan berupa hasil penelitian (lapangan atau kepustakaan), gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori. 3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau dalam bahasa Prancis. Naskah diserahkan dalam bentuk cetak dan maupun file softcopy dengan jumlah maksimal 20 halaman kuarto termasuk tabel, gambar, dan daftar pustaka. Huruf Times New Roman ukuran 12 point, ketikan spasi tunggal dengan margin atas dan bawah 3 cm serta margin kiri dan kanan 2,5 cm. 4. Sistematika penulisan disusun dengan urutan sebagai berikut: a) Judul dituliskan dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau bahasa Prancis . b) Nama lengkap penulis dengan institusi asal penulis dan alamat lengkap (termasuk e-mail) penulis untuk korespondensi. c) Abstrak dituliskan dalam bahasa Perancis atau Inggris dan bahasa Indonesia yang memuat secara ringkas tujuan, metode penelitian, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan. Abstrak dibuat dalam alinea tersendiri dan jumlah maksimum sebanyak 150 kata. Dilengkapi dengan kata kunci atau key words dengan jumlah maksimum lima kata. d) Pendahuluan memuat latar belakang pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, serta ulasan penelitian sebelumnya, dipaparkan secara terintegrasi dalam paragraf-paragraf dengan panjang 15-20% total panjang artikel. e) Metode Penelitian mengandung sistematika penelitian yang mencakup metode dan prosedur penelitian. Pada kajian yang bersifat konseptual, bagian metode dapat ditiadakan bila dianggap perlu. Bagian ini panjangnya 10-15% dari total panjang artikel. f) Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian yang dapat dilengkapi dengan ilustrasi berupa tabel, grafik, gambar dan foto (jika perlu). g) Kesimpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian atau berupa intisari hasil pembahasan dan disajikan dalam bentuk paragraf. h) Daftar Pustaka. Daftar pustaka hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumber yang dirujuk harus tercantum dalam daftar pustaka. 5. Sumber rujukan minimal 80% berupa pustaka terbitan 10 tahun terakhir. 6. Sitasi kepustakaan dilakukan dengan sistem nama tahun, contoh: ... (Andre Maures 2007) Menurut Husen (2008), ... Menurut Vigostky dalam Reigosa & Jimenez-Aleixander (2008) Dimungkinkan pula menggunakan sistem catatan akhir (endnote) dengan diberi angka untuk memberi penjelasan tambahan. 7. Pustaka disusun secara alfabetis dan kronologis. Buku : Hoed, Beny. 2006. Penerjemahan dan kebudayaan. Jakarta : Pustaka Jaya Buku kumpulan Artikel : Finegan, E. Dan J.Rickford (eds.).2004. Language in the USA. Cambridge : Cambridge Uiversity Press. Artikel dalam Kumpulan artikel Zuengler, J. & Cole K. (2005). “Language socialization and second language learner“. Dalam E. Hinkel (ed.) Handbook of research in second language teaching and learning (h.301-316). Mahwah, NJ : Lawrence Erlbaum Associates Artikel dalam jurnal dan majalah : Banús, E. 2007. Intercultural Dialogue: A Chalenge for the European Union at the Begining of the 21st Century. Jurnal Kajian Wilayah Eropa, vol.VIII, No.3 (22-35) Karya terjemahan : Rahimi, Atiq. 2008. Batu Kesabaran – Singge Sabur. (Feybe I. Mokoginta-penerj). Yogyakarta : Jalasutra. (Buku asli Singué Sabour – Pierre de Patience). Dokumen Resmi : Division des Politiques Linguistiques, Conseil de l’Europe. 2001 Cadre Européen commun de référence pour les langues (CECR). Paris : Didier. Situs Internet: Sieber, Tina. 2009. 15 Popular codes for smiley faces and their meaning. http://www.makeusof.com/tag/15 popular- codes-for-smiles-faces &their-meaning. diunduh pada tanggal 2 Oktober 2011 jam 19.59. 8. Dalam hal tata nama (nomenklatur) dan tata istilah, penulis harus mengikuti cara penulisan yang baku untuk bidang keilmuan masing-masing.