JURNAL ILMU BUDAYA ISSN 2354 -7294 Volume 2, Nomor 1, Juni 2014
Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan berupa hasil penelitian (lapangan atau kepustakaan), gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori mengenai kebudayaan.
Ketua Dewan Redaksi Muhammad Hasyim
Wakil Ketua Dewan Redaksi Hasbullah
Penyunting Pelaksana Sumarwati Kramadibrata Poli Mardi Adi Armin Wahyuddin Fierenziana Getruida Junus Ade Yolanda Prasuri Kuswarini Andi Faisal Masdiana
Pelaksana Tata Usaha Ester Rombe Shinta Ayu Pratiwi
Alamat Penerbit/Redaksi : Jurusan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan km 10 Tamalanrea Makassar 90245. http://sastraprancis.unhas.ac.id email : [email protected]
Jurnal Ilmu Budaya menerima sumbangan tulisan mengenai kebudayaan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah disusun berdasarkan format yang ada pada halaman belakang. (Petunjuk untuk penulis). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah isinya.
JURNAL ILMU BUDAYA ISSN 2354-7294
Volume 2, Nomor 1, Juni 2014, hlm 161 - 342
DAFTAR ISI
Proses Finalisasi Perbatasan Hindia-Belanda - North Borneo (Sabah): 161 – 169 Sebuah Catatan Atas Marjinalisasi Akhir Kesultanan Sulu Di Pesisir Timur-Laut Kalimantan Dave Lumenta, Dept. Antropologi, FISIP Universitas Indonesia
Sabah Di Tengah Proses Dekolonisasi Di Asia Tenggara (1957-1968) 170 – 193 Dias Pradadimara Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin
Kewarganegaraan Dan Dilema Minoritas Pasca Kolonial Bercermin Kasus Sabah 194 – 210 Dan Kesultanan Sulu Ahmad Suaedy AW Centre-Universitas Indonesia
Lembaga Pasca-Konflik Dan Proses Perdamaian Di Filipina Selatan 211 – 232 Lambang Trijono, Fisipol dan PSKP, UGM dan Peace and Development Initiative Indonesian Institute
“Sabah” Dalam Perspektif Hukum Internasional: Milik Filipina Atau Malaysia? 233 – 251 Rina Shahriyani Shahrullah, Universitas Internasional Batam
The Teaching Of Language 252 – 266 Suhartina. R, STKIP – YAPIM Maros
Correlation Between Learning Styles And Students‟ Academic Achievement In 267 – 280 Speaking Skill In English Department At Hasanuddin University Zul Astri English Language Study Program Postgraduate Program Hasanuddin University
Explicit And Implicit Meanings In Elong „Buang Tassanra Mua‟ 281 – 292 Sudarmin Harun, Faculty of Cultural Sciences, The University of Hasanuddin, Makassar
The Social Criticism Of Indian In The Novel The Pearl By John Steinbeck 293 – 307 Abbas, A Lecturer of Cultural Studies, Hasanuddin University
Semiotika Iklan “Kekhawatiran”: Solusi Keluar Dari Masalah Kehidupan 308 – 326 Muhammad Hasyim, Universitas Hasanuddin
Kajian Kritik Terhadap Novel “The Satanic Verses” Karya Salman Rushdi 327 - 342 Najamuddin H.Abd. Safa, Jurusan Sastra Asia Barat
161 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
PROSES FINALISASI PERBATASAN HINDIA-BELANDA - NORTH BORNEO (SABAH): SEBUAH CATATAN ATAS MARJINALISASI AKHIR KESULTANAN SULU DI PESISIR TIMUR-LAUT KALIMANTAN
Dave Lumenta Dept. Antropologi, FISIP Universitas Indonesia Email: [email protected]
Abstract: Finalizing the Borders between the Netherlands East Indies and North Borneo (Sabah): A Note on the Marginalization of the Sultanate of Sulu on the Northeast Coast of Kalimantan
This article is aimed to reveal the process through which the role of the Sultanate of Sulu over the northeast coast of Borneo was ended. This process is significant to understand why the claim of the Sultanate of Sulu over Sabah no longer included Tidung and Bulungan areas even though in the past they had. The most controversial claim by the Dutch was that the Sultan of Bulungan had signed a treaty with them in 1850 which mentioned that the territory of Bulungan inculded Batu Tinagat, Sungai Tawau, Nunukan Island, Sebatik Island, and Tarakan Island. Using historical sources such as the Resolution of the Governor General of the Netherlands Indies (1846), Memorandum of the North Borneo Cession (1882-1884) and others, this article is an attempt to reveal the process through which the borders of the Sultanate of Sulu on the Northcoast of Borneo/ Kalimantan in ciolonial times was negotiated.
Keywords: Sabah, Sulu Sultanate, borders, colonia, history
Abstrak : Proses Finalisasi Perbatasan Hindia-Belanda - North Borneo (Sabah): Sebuah Catatan Atas Marjinalisasi Akhir Kesultanan Sulu Di Pesisir Timur-Laut Kalimantan.
Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap proses diakhirinya peran Kesultanan Sulu di pesisir timur laut Pulau Borneo. Proses ini cukup signifikan untuk memahami mengapa klaim Kesultanan Sulu atas Sabah tidak lagi mencakup wilayah Tidung dan Bulungan yang di masa lalu juga berada dalam cakupan klaim Kesultanan Sulu. Klaim Belanda yang dianggap paling kontroversial adalah klaim bahwa Sultan Bulungan Khaharuddin telah menandatangani sebuah ―Perjanjian Sobat‖ kedua dengan Belanda pada November 1850 yang memuat klaim bahwa wilayah Bulungan juga mencakup Batu Tinagat, Sungai Tawau, Pulau Nunukan, Pulau Sebatik dan Pulau Tarakan. Dengan menggunakan fakta-fakta sejarah yang terkandung dalam sumber-sumber kolonial seperti Resolution of the Governor-General of the Netherlands Indies (1846), Memorandum on the North Borneo Cession (1882-1884) dan lain-lain, tulisan ini mencoba mengungkap proses kesejarahan penentuan batas-batas wilayah Kesultan Sulu di Pesisir Tmur Laut Pulau Borneo/ Kalimantan yang di masa kolonial penuh dengan negosiasi.
Kata kunci: Sabah, Kesultanan Sulu perbatasan, masa colonial, sejarah
162 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
PENGANTAR
Tulisan ini memberi catatan (beeswax) dan sarang burung Walet, berasal
pelengkap untuk mengungkap proses dari hulu Sungai Sesayap dan Sembakung di
diakhirinya peran Kesultanan Sulu di pesisir pedalaman Kalimantan. Suplai komoditas ini
timur-laut Pulau Borneo. Proses ini cukup dijamin oleh kesultanan-kesultanan pesisir
signifikan untuk memahami mengapa klaim Kalimantan dengan imbalan suplai budak
Kesultanan Sulu atas Sabah tidak lagi dan proteksi yang diberikan oleh Kesultanan
mencakup wilayah Tidung dan Bulungan Sulu. Namun, di awal abad ke-19, pengaruh
yang di masa lalu juga berada dalam Sulu atas perdagangan di wilayah pesisir ini
cakupan klaim Kesultanan Sulu. Selain itu, mulai berkurang akibat ekspansi pedagang-
tulisan ini juga ingin mengungkap proses pedagang Bugis di pesisir timur Kalimantan
kesejarahan penentuan batas di masa (Warren 2007).
kolonial yang penuh dengan negosiasi. EKSPANIS BELANDA DI PESISIR
PENGARUH SULU DI PANTAI TIMUR KALIMANTAN
TIMUR-LAUT KALIMANTAN Sesudah ditaklukkan oleh Belanda
Wilayah pesisir pulau Kalimantan, pada tahun 1817, Kesultanan Banjarmasin di
terutama wilayah Tirun (dalam bahasa Sulu, bawah Sultan Adam Alwassikh Billah pada
atau sering disebut sebagai Tidung Lands/ tahun 1826 menandatangani kontrak dengan
Tidung Landen/ Tanah-Tanah Tidung dalam Belanda yang berimplikasi pada perluasan
korespondensi kolonial) dan Bulungan klaim teritorial Belanda atas pesisir timur
berperan besar dalam perekonomian Sulu. Pulau Kalimantan. Dalam kontrak ini,
Beberapa komoditas ekspor penting bagi Kesultanan Banjarmasin menyerahkan
Kesultanan Sulu seperti lilin madu wilayah-wilayah vassal-nya seperti 163 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Kesultanan Sambaliung, Gunung Tabur dan States of the Sultan of Bruni or Borneo proper, extending from Tanjong Datu on the Berau di bawah kontrol dan penguasaan west to the River Kemanis on the east, situated on the north-west coast. b) The State Belanda (Eisenberger 1936). of the Sultan of the Sulu Islands, having for boundaries on the west the River Kemanis, Cakupan klaim Belanda kemudian the north and north-east coasts as far as 3 degrees north latitude, where it is bounded diperluas dengan ditandatanganinya by the River Atas, forming the extreme frontier towards the north with the State of ―Perjanjian Sobat‖ antara Sultan Bulungan Berou dependent on the Netherlands.”
dengan Pemerintah Kolonial Belanda pada (Jan-Jacob Rochussen, Governor-General of the Dutch Indies, 1846)1 tahun 1834. Berdasarkan perjanjian ini, Perluasan klaim Belanda ini menyimpan klaim teritorial Belanda ditarik hingga sebuah ambiguitas. Dimasukkannya Sungai Sungai Atas di dekat muara Sungai Sesayap, Atas dalam penetapan teritori Kolonial yang secara tradisional masuk ke wilayah Belanda secara langsung berbenturan dengan Tanah-Tanah Tidung. Penetapan batas klaim klaim Sultan Sulu atas wilayah Tanah-Tanah ini kemudian diperkukuh dalam dokumen Tidung. Namun, ambiguitas ini nampaknya ―Resolusi atas Borneo‖ yang ditandatangani dibiarkan hingga 1878 ketika Gustavus pada tahun 1846 oleh Gubernur Jenderal Baron de Overbeck mendapatkan konsesi Belanda J.J. Rochussen. Dalam resolusi ini, dari Sultan Sulu yang juga mencakup wilayah di sebelah utara Sungai Atas masih sebagian dari wilayah Tanah-Tanah Tidung. dianggap sebagai milik Kesultanan Sulu.
―Considering that the general knowledge of the geographical and political concerns of Borneo,...affords the means of defining the 1 territorial division of the island, which will “Resolution of the Governor-General of prevent any uncertainty concerning the Netherlands India regarding the Dutch Possessions in judicial territory to which the inhabitants of Borneo, dated Buitenzorg-Batavia, February 28, 1846”, lampiran dalam “Correspondence respecting Borneo belong...” the Question of the Limits of the Netherlands ―The parts of Borneo on which Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882- does not exercise any influence are: a) The 84”, CO 874-191. 164 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
KONSESI SULTAN SULU PADA Whereas we have seen lit to grant unto our trusty and well-moved friends Gustavus BARON DE OVERBECK Baron de Overbeck and Alfred Dent Esquire certain portions of the dominions Alfred Dent dan Gustavus Baron de owned by us comprising all the lands on the north and east coast of the Island of Borneo Overbeck, sepasang rekanan dagang, mulai from the Pandassan River on the north-west to the Sibuco River on the east coast tertarik untuk mengembangkan usaha including amongst others the states of Paitan, Sugut, Bangaya, Labuk, Sandakan, perkebunan di Borneo utara (wilayah Sabah Kina Batangan, and Mumiang and all the lands and territories in Darvel Bay as far sekarang). Pada saat itu Borneo utara sama- as the Sibuco River together with all the lands belonging thereto for a certain sama diklaim sebagai milik Sultan Brunei consideration between us agreed.2
(dari Sungai Kimanis hingga Marudu di Pada tahun 1882, hak konsesi atas sebelah barat) dan milik Sultan Sulu North Borneo secara resmi diserahkan oleh (wilayah Marudu hingga Sungai Sebuku/ Overbeck dan Dent kepada North Borneo Sibuco di sebelah timur). Demi memperkuat Chartered Company (NBCC). Penegasan keabsahan konsesi, Dent dan Overbeck perbatasan konsesi di wilayah Sungai berhasil mendapat surat perjanjian konsesi Sebuku termuat dalam Akta (Charter) baik dari Sultan Brunei (ditandatangani pada Pendirian NBCC. Selain itu, sebagai subyek tahun 1877), maupun Sultan Sulu Kerajaan Inggris, semua persoalan teritorial (ditandatangani pada tahun 1878, tanpa yang dihadapi NBCC menjadi Alfred Dent yang mengundurkan diri tanggungjawab dan kewenangan dari sebagai rekan dagang). Salah satu kutipan Kerajaan Inggris. dari perjanjian konsesi yang diperoleh
Overbeck dari Sultan Sulu menyebut batas
2 “Commission From The Sultan Of Sulu Appointing selatan dari wilayah konsesi yang diberikan: Baron De Overbeck Datu Bandahara and Rajah of Sandakan, Dated 22nd of January 1878” dalam Philippine Claim to North Borneo Vol. I. 165 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sungai Sebuku (Sibuco) pada saat itu yang diberikan Sultan Sulu, konsesi pada
merupakan bagian dari wilayah Tanah- Overbeck mencakup keseluruhan sisi kiri-
Tanah Tidung. Wilayah ini pada saat itu kanan Sungai Sebuku.4 Dengan kata lain,
merupakan kumpulan pemukiman kelompok dalam praksis teritorial Sulu, konsep sungai
etnis Tidung yang dipimpin oleh seorang sebagai garis batas tidak dikenal. Dalam
Sultan.3 Kenyataan bahwa Sultan Tidung praksis ini, batas teritorial ditentukan oleh
membayar upeti dan pajak pada Sultan subyek penduduk yang membayar pajak, dan
Brunei, Sultan Sulu dan Sultan Bulungan dalam hal ini, cakupan konsesi pada
secara bersamaan menambah kerumitan Overbeck di wilayah Sungai Sebuku menjadi
penentuan keabsahan klaim yang ingin elastis.5 Ambiguitas teritorialitas inilah yang
diperjelas oleh para pemangku kepentingan menjadi faktor pendorong bagi pemerintah
Eropa di wilayah tersebut. kolonial Belanda untuk bereaksi.
Overbeck nampaknya sadar bahwa klaim REAKSI PEMERINTAH KOLONIAL
Belanda berdasarkan Resolusi 1846 hanya HINDIA BELANDA
berhenti sampai Sungai Atas (di sekitar Pada tahun 1879, W.B. Pryer, yang
Sungai Sesayap), dan karena itu, meski ditunjuk oleh Overbeck menjadi Residen
Sungai Sesayap berada dalam wilayah untuk wilayah Sandakan, melaporkan bahwa
Tanah-Tanah Tidung, Overbeck meminta bendera Belanda secara sepihak dikibarkan
agar konsesi hanya dibatasi sampai Sungai di Batu Tinagat (di dekat Tawau) yang
Sebuku di wilayah utara Tanah-Tanah
4 Tidung. Dalam praksis teritorialitas lokal Lihat “Inclosure in No. 5 - Memorandum respecting the River Siboehoe” dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the 3 “Correspondence respecting the Question of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Limits of the Netherlands Territory on the North-East Borneo: 1882-84”, CO 874-191. 5 Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. Lihat CO 874-191. 166 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menghadap ke Teluk Sebuku. Ini terjadi Klaim Belanda yang dianggap paling
tidak lama setelah kunjungan dua kapal kontroversial adalah klaim bahwa Sultan
perang Belanda ke Sandakan.6 Bulungan Khaharoedin telah
Belanda tidak memberi jawaban menandatangani sebuah ―Perjanjian sobat‖
langsung atas protes Residen Pryer yang kedua dengan Belanda pada November 1850
disampaikan kepada kapten kapal Belanda yang memuat klaim bahwa wilayah
H.O. Wickers yang berpatroli di Teluk Bulungan juga mencakup Batu Tinagat,
Sebuku. Namun, dalam dokumen rencana Sungai Tawau, Pulau Nunukan, Pulau
anggaran keuangan untuk Hindia-Belanda Sebatik dan Pulau Tarakan. Ini menjadi
yang dikeluarkan oleh lembaga Staaten- dasar bagi Belanda untuk menganggap
Generaal Belanda pada 1880, Belanda keseluruhan Teluk Sebuku garis batas
berencana menempatkan kapal-kapal cruiser Hindia-Belanda yang baru. Di samping itu,
di Batu Tinagat. Salah satu alasan yang dalam berbagai korespondensi diplomatik,
diutarakan di balik rencana ini adalah bahwa Belanda juga mengklaim bahwa ―Vassalage
ini merupakan permintaan dari Sultan Contract‖ yang konon ditandatangani
Bulungan yang mengklaim bahwa Batu dengan Sultan Bulungan pada Februari 1877
Tinagat (termasuk Sebuku dan Tawau) menyatakan bahwa penduduk di wilayah
merupakan wilayah klaim kekuasaannya.78 Sebuku ―hanya membayar pajak kepada
Sultan Bulungan‖. Dalam rangkaian 6 Lihat “Inclosure 1 in No. 2 - Memorandum on the North Borneo Cessions” dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO Borneo: 1882-84”, CO 874-191. 874-191. 7 8 Lihat “Estimates for Netherlands-India for the “Correspondence respecting the Question of the Financial Year 1880, by the States-General Second Limits of the Netherlands Territory on the North-East Chamber” dalam “Correspondence respecting the Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. Question of the Limits of the Netherlands Territory 167 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
korespondensi yang sama, Belanda merujuk tim ke Sultan Bulungan untuk menyelidiki
pada klaim Sultan Bulungan bahwa ―para kebenaran klaim-klaim Belanda tersebut.
Sultan Tidung masih berkeluarga dengan Berdasarkan perbincangan mereka, Sultan
Sultan Bulungan, dan sebagai penguasa- Bulungan hanya tahu tentang satu kontrak
penguasa vassal yang tunduk pada perjanjian sobat dengan Belanda, yang
Bulungan, wilayah mereka masuk dalam ditandatangani oleh ayahnya pada tahun
wilayah kekuasaan Sultan Bulungan‖.9 1834, dan bahwa sejak itu, tidak pernah ada
Hal yang membuat para pejabat lagi perjanjian atau kontrak apa pun yang
Inggris (yang mewakili kepentingan ditanda tangani dengan Belanda.
Overbeck, dan selanjutnya NBCC) terkejut Berdasarkan kunjungan ini, Inggris dan para
adalah bahwa klaim-klaim Belanda ini baru pejabat NBCC menyimpulkan bahwa
dikomunikasikan sesudah 1878, ketika Dent Belanda memang ―menginvensi‖ klaim-
dan Overbeck mendapat konsesi dari Sultan klaim barunya sebagai reaksi atas konsesi
Brunei dan Sulu, dan tidak sebelumnya. yang diberikan oleh Sultan Brunei dan Sulu
Kecurigaan muncul bahwa klaim-klaim kepada Dent & Overbeck (& NBCC).10
Belanda hanyalah merupakan pembohongan FINALISASI PERBATASAN
untuk mencegah konsolidasi wilayah Hal yang menarik adalah bahwa
Overbeck (dan NBCC) atas wilayah Sebuku. Belanda menggunakan linearitas vassalage
Pada tahun 1883, Gubernur NBCC A. sebagai dasar untuk meluaskan klaim
Treacher mengorganisir kunjungan sebuah teritorial koloninya, yang dimulai sejak
10 9 Lihat “Memo: Re visit to Balangan [sic]” dalam Lihat rangkaian korespondensi dalam “Correspondence respecting the Question of the “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. 168 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
kekalahan Kesultanan Banjarmasin. Dengan urusan klaim Sulu atas pesisir timur pulau
logika ini, Belanda sengaja mengabaikan Borneo.
fakta bahwa baik Sultan Bulungan maupun Perselisihan atas Teluk Sebuku
Sultan Tidung pernah merupakan vassalage antara Belanda dengan Inggris/NBCC
dari Kesultanan Sulu, dan secara selektif berhasil dirundingkan lebih lanjut. Melalui
memilih jalur hubungan vassalage yang berbagai proses negosiasi antara 1889
berujung pada kekuasaan Kesultanan hingga 1891, kesepakatan dicapai untuk
Banjarmasin. Disregarding multiple vassal sekali lagi mengubah batas antara Belanda
relationships, and favouring a singular / dengan NBCC. Dalam kesepakatan ini,
linear hierarchy of suzerain relations as basis Inggris menyerahkan seluruh Sungai Sebuku
for territorial expansion (Banjarmasin => dan Sungai Sembakung pada Belanda, dan
Berau => Bulungan => Tidung Lands), sebaliknya Belanda menyerahkan sebagian
enabling the exclusion of Sulu (& Spanish besar dari Teluk Sebuku (termasuk Tawau
overlords after 1885) altogether from its dan Batu Tinagat) pada Inggris/NBCC.
treaties. Dalam rangkaian perundingan terakhir,
Di samping itu, kemunduran relevansi Kesultanan Sulu sebagai penguasa
pengaruh Sulu, baik dalam hegemoni di pantai timur Borneo berhasil
dagang, maupun sebagai entitas politik yang disingkirkan.11
pada akhirnya tunduk pada Spanyol
(kemudian Amerika Serikat sejak 1899),
menguntungkan baik Belanda maupun 11 Lihat rangkaian korespondensi dalam CO 874-191, NBCC (dan Inggris) karena Spanyol CO 874-499 (tentang perundingan mengenai status Sungai Sembakung) dan CO 874-500 (tentang demarkasi di Sebuku dan Pulau Sebatik). memutuskan untuk ―lepas tangan‖ dalam 169 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
Eisenberger, J., Kroniek der Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo. Bandjermasin: Drukkerij Liem Hwat Sing, 1936
Warren, J.F., The Sulu Zone 1768-1898: The Dynamics of External Trade, Slavery, and Ethnicity in the Transformation of a Southeast Asian Maritime State. Singapore: NUS Press, 2007
Dokumen:
Colonial Office (CO) documents tentang korespondensi demarkasi perbatasan antara North Borneo dan Belanda. CO tersimpan di Public Record Office, London dan merupakan bagian dari Colonial Office Records CO 874-191
CO 874-499
CO 874-500
170 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
SABAH DI TENGAH PROSES DEKOLONISASI DI ASIA TENGGARA (1957-1968)
Dias Pradadimara Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin Email: [email protected]
Abstract: Sabah and Decolonization Processes in Southeast Asia (1957-1968) This paper is a review on the ways in which the issue of Sabah‘s status was being raised at the same time as the birth of Malaysia and the objection of the Philippines over the inclusion of Sabah into the newly born nation-state, and how Indonesia with their own territorial problems especially over West Irian/ Papua was dragged in it. The dispute over Sabah (which until 1963 was called as North Borneo) was part of the birth of the Malaysian Federation. The ―Sabah Question‖ has indeed not been resolved. This issues seems to be deliberately forgotten both by Malaysia and by the Philippines, elthough for different reasons. What happened on February 2013 in Sabah seems to force both sides to remember the past to find a way out.
Keywords: Sabah—decolonization—Southeast Asia—dispute—history
Abstrak: Sabah Di Tengah Proses Dekolonisasi di Asia Tenggara (1957-1968)
Tulisan ini adalah satu tinjauan tentang bagaimana masalah Sabah dimunculkan bersamaan dengan proses lahirnya Malaysia dan keberatan Filipina atas akan dimasukkannya Sabah ke dalam negara yang baru lahir ini, serta bagaimana Indonesia dengan permasalahan teritorialnya sendiri utamanya yang berkaitan dengan wilayah Irian Barat/ Papua-dilibatkan di dalamnya. Sengketa soal status Sabah (yang hingga 1963 disebut Borneo Utara) adalah bagian dari proses lahirnya Federasi Malaysia ini. Masalah status Sabah memang belum pernah terpecahkan. Masalah ini seolah sama sengaja dilupakan, baik oleh Malaysia maupun Filipina, meski dengan alasan yang berbeda. Apa yang terjadi sejak bulan Februari 2013 di Sabah seolah memaksa keduanya untuk kembali mengingat masalah ini untuk menemukan jalan keluar.
Kata kunci: Sabah—dekolonisasi—Asia Tenggara—pertikaian—sejarah
171 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
PENGANTAR di Asia. Proses dekolonisasi dan kesadaaran
Ketika sekumpulan pasukan teritorial yang berkait dengan proses tersebut
bersenjata yang mengaku berasal dari tampaknya tak sempat membereskan
Kesultanan Sulu di Filipina masuk ke Sabah pertanyaan mengenai Sabah. Tulisan ini
pada bulan Febuari 2013 dan mencoba untuk adalah satu tinjauan tentang bagaimana
mengambil kembali daerah yang masalah Sabah dimunculkan bersamaan
dianggapnya sebagai bagian yang sah dari dengan proses lahirnya Malaysia dan
kesultanannya, tidak pelak lagi akan muncul keberatan Filipina atas akan dimasukkannya
pertanyaan mengapa proses perebutan Sabah ke dalam negara yang baru lahir ini,
wilayah belum selesai dengan berakhirnya serta bagaimana Indonesia—dengan
proses dekolonisasi di Asia Tenggara dan permasalahan teritorialnya sendiri utamanya
lahirnya negara-bangsa di wilayah ini? yang berkaitan dengan wilayah Irian Barat/
Bagaimana bisa wilayah seluas Sabah masih Papua—dilibatkan di dalamnya.
diperebutkan lebih dari 40 tahun sesudah LAHIRNYA MALAYSIA DAN
persengketaan antara Malaysia dengan MASALAH TERITORIAL
Filipina mengenai wilayah yang sangat luas Lahirnya Federasi Malaysia bisa
ini dihentikan? Sabah bagaimanapun juga dikatakan sebagai saat kemerdekaan yang
bukanlah daerah kecil seperti Pulau Sipadan paling belakang terjadi dalam era
dan Ligitan, dan Sabah jelas jauh lebih luas dekolonisasi di Asia Tenggara, dan proses
dari Kepulauan Spratley—semua daerah- diperolehnya kemerdekaan serta
daerah yang pernah atau sedang permasalahan teritorial yang dihadapinya
dipersengketakan oleh beberapa negara juga cukup rumit. Federasi tersebut diawali
anggota ASEAN dan juga negara-negara lain dengan lahirnya Federasi Malaya kemudian 172 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
diperluas beberapa tahun kemudian menjadi Union—satu skema baru untuk
Federasi Malaysia dengan mengikut sertakan mengendalikan keseluruhan daerah di Asia
wilayah-wilayah di bagian utara pulau Tenggara yang sebelumnya merupakan
Kalimantan. Sebelum federasi tersebut koloni Inggris. Dalam skema baru ini maka
diumumkan Brunei sudah memilih untuk ke semua daerah tersebut dikuasai sebagai
tidak ikut, sedangkan Singapura kemudian satu kesatuan administratif dan bukannya
keluar sesudah diumumkan—panjangnya dalam berbagai sistem pemerintahan yang
proses ini membuat terbukanya peluang bagi dilandaskan pada pengalaman historis
tekanan dan counter-claim dari negara- sebelum pendudukan Jepang (Liow 2005:
negara di sekitarnya. Sengketa soal status 68). Ada beberapa pengecualian dalam
Sabah (yang hingga 1963 disebut Borneo rencana ini, di antaranya adalah Singapura
Utara) adalah bagian dari proses lahirnya yang dianggap berbeda oleh pemerintah
Federasi Malaysia ini. Inggris, dan juga Borneo Utara yang masih
Ada berbagai hal yang membentuk berada di bawah pengelolaan perusahaan
munculnya Malaya sebagai satu negara- swasta North Borneo Chartered Company
bangsa di tahun 1957: kebijakan pemerintah (NBCC).
Inggris untuk Malaya pasca pendudukan Tentangan terhadap rencana Inggris
Jepang, militannya kelompok keturunan ini segera muncul dari berbagai kelompok
Cina, dan lemahnya organisasi pan-Melayu. masyarakat, tidak terkecuali para sultan yang
Sudah sejak 1944 (atau sebelum Jepang dalam skema baru ini akan lebih diperlemah
berhasil dikalahkan di Asia Tenggara), lagi posisinya. Berbagai kelompok Melayu
pemerintah Inggris sudah menyiapkan satu yang sebelumnya tidak terlalu menonjol dan
kebijakan baru untuk membentuk Malayan tidak terlalu aktif, juga bereaksi keras dan 173 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
segera mengadakan serangkai pertemuan keturunan Cina yang jumlahnya sedikit lebih
untuk menolak rencana ini. Di bulan Maret banyak (Lau 1989: 218).
1946 lebih dari seratus organisasi Melayu Tentangan paling kuat datang dari
berkumpul dan membentuk United Malays kelompok keturunan Cina, bukan hanya
National Organization (UMNO) yang berdasar jumlah penduduk tapi juga
kemudian diresmikan beberapa bulan berdasarkan alasan historis. Sepanjang masa
kemudian. UMNO dan para sultan menolak pendudukan Jepang, perlawanan paling gigih
Malayan Union dan merundingkan format terhadap balatentara Jepang dilakukan oleh
baru yang lebih bisa mereka terima dengan Malayan Peoples Anti-Japanese Army
pemerintah Inggris. Di tahun 1948 (MPAJA) yang kebanyakan anggotanya
disepakati format baru yakni Federasi adalah keturunan Cina. Lebih jauh lagi,
Malaya. Dalam format ini sistem kesultanan kebanyakan keturunan Cina berafiliasi
masih mendapat tempat, dan keturunan dengan Malayan Communist Party (MCP).
Melayu mendapat hak yang lebih. Format ini Perlawanan sepanjang pendudukan membuat
tentu saja mendapat dukungan dari militansi serta kemampuan organisasi
masyarakat keturunan Melayu, namun mereka sangat baik, jauh lebih baik dari
mengkhawatirkan masyarakat keturunan lain organisasi manapun di semenanjung (Cheah
yang jumlahnya tidak sedikit. Sebagai 1979). Berdasarkan ini semua mereka
catatan, setahun sebelum pendudukan merasa merekalah sesungguhnya pejuang
Jepang penduduk keturunan Melayu hanya anti-pendudukan Jepang, dan tindakan
berjumlah sekitar 40% dari keseluruhan pemerintah Inggris untuk merundingkan
penduduk di semenanjung, yang artinya Federasi Malaya dengan para sultan dan
tidak berbeda banyak dari penduduk kelompok Melayu—yang banyak di 174 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
antaranya berkolaborasi dengan Jepang Federasi Malaya cenderung ke Melayu –
sewaktu pendudukan—mereka anggap sesuatu yang tidak mudah diterima di
sebagai pengkhianatan atas ―kesetiaan‖ Singapura ataupun di wilayah-wilayah di
mereka. Segera sesudah Jepang kalah, Kalimantan bagian utara dimana masyarakat
kelompok ini mampu membangun serikat keturunan Melayu lebih sedikit. Di tengah
buruh, termasuk serikat buruh di perkebunan masa Emergency ini Federasi Malaya
yang adalah sumber ekonomi utama memperoleh kemerdekaannya di tahun 1957.
semenanjung. Ketika buruh mulai memberi Kondisi yang berbeda terjadi di
tekanan hebat kepada para pemilik Borneo Utara. Minyak yang ditemukan dan
perkebunan, pemerintah Inggris merubah dieksploitasi di Borneo Utara tidak pelak
kebijakannya terhadap MCP dan lagi adalah salah satu alasan terpenting
menyatakan Keadaan Darurat (sering disebut kenapa Jepang menyerang dan menduduki
sebagai Emergency) di tahun 1948 sekitar 4 daerah ini (Ooi 2011: 53). Dan usaha untuk
bulan sesudah dibentuknya Federasi Malaya. menormalisasi keadaan demi menjamin
Tidak cukup ruang dalam tulisan ini produksi dan suplai minyak segera
untuk membicarakan masa Emergency di dijalankan oleh pasukan pendudukan.
semenanjung, namun yang penting di sini Kebijakan dan tekanan pasukan pendudukan
adalah munculnya Federasi Malaya yang terhadap penduduk dan masyarakat di
dirundingkan oleh tokoh-tokoh Melayu dan Borneo Utara sama seperti yang dilakukan di
dideklarasikannya Emergency yang tempat lain seperti di semenanjung, namun
ditujukan untuk memadamkan kerusuhan intensitasnya berbeda. Masyarakat keturunan
yang dimotori oleh kelompok keturunan Melayu dan Iban diberi peranan penting
Cina membuat permasalahan identitas dalam dalam mobilisasi masyarakat dan tekanan 175 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
terhadap masyarakat keturunan Cina juga Inggris. Dua minggu sebelumnya hal yang
dilakukan meski tidak sebrutal yang terjadi sama, meski dengan alasan berbeda, terjadi
di semenanjung. Namun ketika di tahun juga dengan Sarawak (Ooi 2011: 139).
1943 sekelompok masyarakat keturunan Setelah dibicarakan secara tidak
Cina dengan didukung masyarakat lainnya resmi dalam forum-forum terbatas di tahun
melakukan pemberontakan, mereka 1960 hingga awal 1961, akhirnya Tunku
kemudian dihabisi secara brutal setelah Abdul Rahman menyampaikan ke Perdana
menyerah akibat kekurangan senjata (Ooi Menteri Inggris Harold Macmillan rencana
2011: 98-99). Perkembangan yang terjadi pembentukkan Greater Malaysia di bulan
semasa pendudukan ini memperlemah Juni 1961, dan untuk itu dia mengusulkan
kemampuan masyarakat untuk kelak dapat dibentuknya satu komisi untuk
membangun pemerintahan sendiri ketika melaksanakan hal ini secara lebih
pasukan Jepang menyerah. menyeluruh. Salah satu tugas komisi ini
Di tengah kehancuran akibat adalah untuk dapat memahami aspirasi
kemerosotan ekonomi selama pendudukan masyarakat di daerah-daerah di pulau
dan diikuti pemboman ketika pasukan sekutu Kalimantan bagian utara, termasuk di
merebut kembali Borneo Utara, perusahaan Borneo Utara. Baru di akhir tahun 1961
swasta NBCC yang selama masa kolonial disepakati oleh Malaya dan Inggris
menguasai Borneo Utara takluk kepada dibentuknya komisi tersebut yang dipimpin
sulitnya keadaan dan memilih untuk oleh Lord Cobbold, mantan Direktur Bank of
menyerahkan Borneo Utara kepada England (bank sentral) (Jones 2001: 80).
pemerintah Inggris. Di pertengahan bulan Usaha untuk memahami aspirasi masyarakat
Juli 1946 Borneo Utara menjadi koloni dilakukan oleh komisi ini tidak dengan 176 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
referendum namun dengan melakukan Kalau seperti dikatakan sebelumnya bahwa
kunjungan yang ekstensif ke berbagai daerah pembentukan Federasi Malaya di
di wilayah yang akan bergabung dalam semenanjung yang memberi hak-hak lebih
Federasi Malaya dan melakukan pada masyarakat Melayu tidak sepenuhnya
pembicaraan dengan tokoh-tokohnya. Tidak dapat diterima oleh masyarakat Cina yang
mengherankan bahwa komisi ini segera jumlahnya tidak beda banyak dengan
mendapat tiga opini yang berbeda yang masyarakat Melayu, kondisinya lebih rumit
hampir seimbang kekuatannya, pertama di daerah-daerah di Kalimantan bagian utara
yang menginginkan segera bergabung, kedua dimana masyarakat Melayu benar-benar
yang menolak sama sekali, dan ketiga yang minoritas. Di Sarawak di tahun 1960,
menginginkan kelanjutan sebagai koloni misalnya, masyarakat keturunan Melayu
Inggris karena takut akan dominasi Melayu hanya 20% dari keseluruhan penduduk,
ataupun Cina. Opini yang ketiga ini kelak sementara hampir 30% adalah keturunan
akan dapat diyakinkan untuk menerima Cina dan sisanya berbagai kelompok Dayak.
penggabungan dalam Malaysia dengan Di Borneo Utara, penduduk Melayu lebih
sederetan syarat yang diharapkan dapat kecil lagi proporsinya, di tengah-tengah
memberi masyarakat Kadazan hak-hak lebih keturunan Cina dan Kadazan (Jones 2001:
dan melindunginya dari dominasi Melayu 62). Dengan proporsi penduduk semacam itu
(Jones 2001: 83-85). dapat dipahami bahwa pemikiran
Jelas kiranya bahwa ide Federasi dibangunnya Federasi Malaysia yang
Malaysia mau tidak mau harus memasukkan daerah-daerah di pulau
mempertimbangkan aspek etnisitas yang Kalimantan termasuk juga Borneo Utara dan
lebih rumit dibanding Federasi Malaya. dimana tidak pelak lagi peranan Federasi 177 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Malaya yang didominasi politisi Melayu kajian mengenai status Borneo Utara.
akan sangat besar, harus dibicarakan dengan Namun keberatan-keberatan tersebut lebih
hati-hati dengan para pemimpin Borneo merupakan pernyataan pendapat beberapa
Utara. Pemimpin dan masyarakat Borneo pejabat tanpa diikuti oleh kebijakan
Utara harus diyakinkan untuk bergabung pemerintahan. Baru kelak di masa
tanpa merasa terancam. Macapagal menjabat sebagai Presiden
KEBERATAN DAN KLAIM FILIPINA Filipina (1961-1965) pemerintahnya secara
Secara terbuka, pemerintah Filipina resmi mengajukan keberatan atas
tidak pernah mempermasalahkan penguasaan Federasi Malaya atas Borneo
kepemilikan Borneo Utara hingga 1962. Utara.
Meskipun demikian hal ini tidak berarti Reaksi pemerintah Filipina atas
tidak ada perhatian sama sekali. Ketika status Borneo Utara bermula dengan mulai
sesudah pendudukan Jepang perusahaan didorongnya wacana dimasukkannya daerah-
NBCC mengalihkan klaimnya kepada daerah di Pulau Kalimantan yang
pemerintah kolonial Inggris yang sebelumnya merupakan bagian dari koloni
menjadikan wilayah Borneo Utara sebagai Inggris ke dalam Federasi Malaysia yang
bagian dari koloni Inggris, pejabat merupakan perluasan dari Federasi Malaya
Amerika—kala itu Filipina masih resmi yang sudah memperoleh kemerdekaannya di
dijajah Amerika Serikat—sudah menyatakan tahun 1957. Seperti yang sudah disebut di
keberatannya atas alih-status Borneo Utara atas, Tunku Abdul Rahman, Perdana
(Fernandez 2007: 54). Di masa itu juga Menteri Federasi Malaya mulai
Diosdado Macapagal sebagai staf pada mewacanakan hal ini di akhir tahun 1961,
Kementerian Luar Negeri sudah melakukan atau beberapa bulan sesudah Macapagal 178 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dilantik menjadi Presiden Filipina. Bentuk (ASA) di Kuala Lumpur. Perlu diketahui
reaksi pemerintah Filipina juga berkembang bahwa sejak tahun 1959 Tunku Abdul
menjadi lebih serius (formal) akibat Rahman sudah mendorong dibentuknya
serangkaian kejadian yang bisa dikatakan organisasi regional negara-negara di Asia
kebetulan. Tenggara yang dapat membebaskan diri dari
Di awal April 1962, dalam tekanan negara-negara besar, dan ide ini
wawancara dengan koran lokal wakil mendapat dukungan kuat dari Filipina.
Menteri Luar Negeri Filipina mengatakan di Sebaliknya, negara-negara lain berpendapat
Manila bahwa jika Filipina melakukan ide organisasi semacam tersebut perlu
klaimnya atas Borneo Utara di pengadilan dibicarakan lebih lanjut sebelum dicoba
internasional, posisi Filipina akan sangat untuk diwujudkan. Indonesia, lebih jauh
kuat dan karenanya sudah seharusnya lagi, berpendapat bahwa selain sudah ada
diadakan perundingan antara pemerintah Konferensi Asia Afrika di Bandung di tahun
Filipina dengan pemerintah Inggris sebagai 1955 yang bertujuan sama dan memiliki
penguasa kolonial atas Borneo Utara keanggotaan yang lebih luas, Malaya dan
sebelum wilayah tersebut dimasukkan ke Filipina dalam kacamata Indonesia terlalu
dalam Federasi Malaysia (Leifer 1968: 17). dekat dengan mantan penguasa kolonialnya
Pernyataan ini penting (dan ―menyulitkan‖ (Inggris dan Amerika Serikat) untuk dapat
semua pihak) karena dikeluarkan oleh menjadi pelopor pembebasan dari negara-
seorang pejabat pemerintah Filipina di saat negara besar. Belum lagi, nada anti-komunis
Wakil Presiden Filipina sedang memimpin yang ditiup-tiupkan oleh kedua negara
delegasi Filipina untuk pembicaraan pengusul ini membuat organisasi ini dapat
pembentukan Asociation of Southeast Asia menjadi gerakan melawan komunisme—satu 179 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
posisi yang tidak dapat diterima oleh Inggris mengirimkan aide-memoire kepada
Indonesia baik di dalam politik dalam negeri pemerintah Filipina melalui Kedutaan
maupun di dalam kerangka ―Semangat Besarnya di London. Di dalamnya
Bandung.‖ Namun di bulan Juni 1961, pemerintah Inggris menyatakan kedaulatan
Malaysia dan Filipina dapat membujuk penuhnya atas Borneo Utara, dan bahwa
Thailand untuk bergabung sehingga di saat daerah tersebut akan menjadi bagian dari
tersebut segera diumumkan dibentuknya Federasi Malaysia yang akan dibentuk, serta
ASA dengan ketiga negara tersebut sebagai penghargaannya kepada pemerintah Filipina
anggota (Tarling 2007: 9). Dalam situasi atas sikapnya yang tidak mendukung usul-
seperti ini, ada tekanan besar pada usul yang muncul di pelbagai kalangan di
pemerintah Malaya dan pemerintah Filipina Filipina atas klaim atas Borneo Utara (Leifer
untuk menghindari potensi konflik (seperti 1968: 21). Karena sifat komunikasinya yang
masalah Borneo Utara) yang kiranya dapat resmi, maka mau tak mau pemerintah
mengancam soliditas mereka dalam usaha Filipina harus membalasnya dengan resmi
mempertahankan organisasi regional yang dimana isi balasannya tentu saja bertolak
baru saja mereka sepakati. Tetapi kejadian belakang dari apa yang diinginkan
lain memaksa pembicaraan status Borneo pemerintah Inggris. Dalam balasannya
menjadi lebih ―resmi.‖ sebulan kemudian, pemerintah Filipina
Tidak pelak lagi, setelah mendapat menegaskan adanya persengketaan antara
laporan dari perwakilannya di Manila pemerintah Filipina dengan pemerintah
mengenai dorongan bagi klaim Filipina atas Inggris mengenai status Borneo Utara.
Borneo Utara yang muncul di media-media Setidaknya ada 2 hal yang penting
lokal, di tanggal 24 Mei 1962, pemerintah dari komunikasi antara pemerintah Filipina 180 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dan pemerintah Inggris. Yang pertama, maka usaha Macapagal dan Tunku Abdul
karena bentuk komunikasinya, menjadi Rahman untuk membangun ASA dengan
resmi pula pengakuan adanya perbedaan Filipina dan Malaya sebagai pendorong
pendapat atau bahkan sengketa (dispute) utamanya dapat diteruskan dengan
antara kedua pemerintah mengenai status menghindari masalah Borneo Utara,
Borneo Utara. Satu masalah yang setidaknya untuk saat ini.
sebelumnya lebih merupakan pendapat Reaksi pemerintah Inggris tentu
pejabat atau kelompok masyarakat, sudah dapat diduga: mereka segera menolak
meningkat menjadi sengketa yang resmi. klaim Filipina. Di pihak lain, merasa ASA
Sengketa semacam ini tentu tak bisa tidak akan terancam oleh pertikaian Filipina-
dikesampingkan begitu saja dan mau tak Inggris, Macapagal bertindak lebih jauh
mau menuntut adanya pemecahan atau dengan menghidupkan usul Konfederasi
setidaknya jalan keluar yang resmi pula. Melayu Raya yang diterjemahkannya dari
Kedua, komunikasi yang ada adalah antara ide Jose Rizal, bapak bangsa Filipina, yang
Manila dengan London mengenai Borneo berpandangan bahwa Filipina merupakan
Utara dan bukan antara Manila dan Kuala bagian dari dunia Melayu (Aguilar 2005).
Lumpur—satu bentuk komunikasi yang Namun dalam konsepsi awal yang
merefleksikan persepsi kedua belah pihak dilontarkan oleh Macapagal, konfederasi ini
tentang siapa yang dianggap sebagai hanya memasukkan Filipina, Malaya, dan
pengambil keputusan terpenting dimana daerah-daerah di Borneo Utara tanpa
Federasi Malaya, setidaknya di tahap ini, memasukkan Indonesia (Leifer 1968). Ada
tidak dianggap memainkan peranan tersebut. kesan bahwa konsepsi ini belum
Hal ini penting karena dengan persepsi ini dipertimbangkan dengan masak ketika 181 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dilontarkan, serta, yang lebih penting lagi, Baik Menteri Luar Negeri Subandrio
konsepsi ini hanya dilontarkan sebagai maupun Presiden Sukarno menyatakan
strategi untuk menandingi atau setidaknya dukungannya terhadap posisi Filipina (Leifer
membendung konsepsi Federasi Malaysia 1968: 38). Berbekal dukungan ini,
yang didorong oleh Kuala Lumpur dan Macapagal mendorong agar masalah ini
memasukkan Borneo Utara sebagai dibicarakan di sidang PBB. Semua usaha
bagiannya. Flipina bisa dikatakan berhasil ketika
Indonesia baru mulai menjadi bagian perkembangan ini akhirnya mendorong
yang penting dalam pertikaian Filipina- dilakukannya pembicaraan di London di
Inggris diparuh kedua tahun 1962. Pada saat awal tahun 1963—sebuah proses yang
itu pertikaian Indonesia-Belanda untuk sebenarnya diabaikan dan bahkan
memperebutkan Irian Barat sedang sebelumnya ditolak oleh Pemerintah Inggris.
memuncak, dan ini menentukan sikap Meskipun pembicaraan awal antara
Indonesia dalam setiap pertikaian yang Filipina dengan Inggris sudah dilakukan di
melibatkan negara mantan penguasa London di bulan Januari 1963, namun
kolonial. Sikap anti-kolonial inilah yang nampak bahwa jalan masih sangat jauh
juga menentukan keberpihakan Indonesia untuk dicapainya kesepakatan. Filipina
terhadap Filipina dalam kasus Borneo Utara melanjutkan usahanya, kali ini dengan
meskipun Indonesia mengetahui kedekatan melibatkan Indonesia ke dalam pembicaraan
Filipina pada Amerika Serikat dan juga mengenai Konfederasi Malaya dimana jika
peranan aktif Filipina dalam membantu para sebelumnya dalam konsepsi yang
pemberontak di Sumatra dan Sulawesi dibayangkan Macapagal Indonesia tidak
beberapa tahun sebelumnya (Kahin 1999). dimasukkan, namun kini menjadi bagian 182 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
yang penting. Di bulan April Indonesia (Maphilindo) sebagai satu format
diselenggarakan pertemuan ketiga pihak organisasi regional di luar ASA diusulkan
yakni Malaya dan Indonesia dengan Filipina dan dipertimbangkan. Dan yang paling
sebagai tuan rumah. Malaya sendiri bersedia penting bagi masalah Borneo Utara adalah
bergabung dalam pertemuan ini untuk disetujuinya oleh Malaya untuk diserahkan
memelihara harapan bahwa Indonesia dan kepada PBB untuk menjaring aspirasi di
Filipina akan mengakui keberadaan baik kalangan masyarakat di Borneo Utara
Federasi Malaya maupun Federasi Malaysia sebelum keputusan mengenai status wilayah-
kelak. Sedang Indonesia dan Filipina wilayah tersebut—dan Federasi Malaysia—
bersekutu untuk mendorong adanya format akan diambil. Inggris sebenarnya
baru dalam situasi politik di Asia Tenggara berkeberatan dengan keputusan di atas
sesudah proses dekolonisasi (Armstrong karena mereka berpendapat bahwa Komisi
1963: 675). Perlu diingat bahwa sudah sejak Cobbold sudah melakukan hal tersebut,
awal 1963 Indonesia melancarkan apa yang namun akhirnya setuju karena tekanan
disebut politik Konfrontasi terhadap akan Amerika Serikat supaya Tunku Abdul
dibentuknya Malaysia meski politik ini Rahman diberi ruang untuk dapat
nampaknya coba diredakan sendiri oleh menyenangkan Macapagal dan terutama
Soekarno di bulan Juni 1963 (Liow 2005: Sukarno (Jones 2001: 176-179).
100). Hasil pertemuan tingkat tinggi di
Pertemuan antar menteri segera Manila dimentahkan ketika sebulan
disusul dengan pertemuan tingkat tinggi juga kemudian Malaya menyatakan akan segera
di Manila di bulan Juli. Dalam pertemuan mendeklarasikan Federasi Malaysia di bulan
inilah konsepsi Malaya-Philippines- September 1963 yang memasukkan wilayah- 183 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
wilayah di pulau Kalimantan bagian utara, kembali maka pertemuan tingkat tinggi di
meskipun hasil jajak pendapat oleh PBB di Manila di bulan Agustus 1963 bisa dinilai
daerah tersebut belum diketahui. Keputusan sebagai puncak dari keberhasilan usaha
ini mendorong Indonesia untuk Filipina untuk mengklaim Borneo Utara, dan
meningkatkan intensitas Konfrontasi dengan sesudah itu tingkat keberhasilannya merosot
Malaya dengan meningkatkan infiltrasi terus.
pasukan Indonesia ke daerah-daerah yang Semakin bergeraknya posisi
akan menjadi Malaysia. Bahkan di akhir Indonesia dalam kebijakan luar negerinya ke
tahun pasukan Indonesia menyerang Tawau arah kubu komunis yang mendekatkannya ke
di Borneo Utara (yang saat itu sudah disebut Cina dan Korea Utara membuat Filipina
Sabah) (Fowler 2006: 11, Mackie 1974: mempertimbangkan ulang persekutuannya
210). Posisi Filipina jauh lebih sulit. Dengan dengan Indonesia. Filipina semakin menjauh
dideklarasikannya Federasi Malaysia di dari Indonesia ketika kelompok yang pro-
tanggal 16 September 1963, Sabah sudah Indonesia di Kementerian Luar Negeri
secara de facto berada di bawah kedaulatan Filipina disingkirkan oleh Macapagal
Federasi Malaysia. Meskipun Filipina, setahun sebelum dia mengikuti pemilihan
bersama-sama dengan Indonesia, menolak presiden (Leifer 1968: 57). Ketika
untuk segera mengakui Federasi Malaysia, Macapagal dikalahkan oleh Ferdinand
namun posisi tawar Filipina atas klaim Marcos dalam pemilihan presiden di tahun
Borneo Utara sudah menjadi sangat lemah. 1965, pertikaian Filipina dengan Malaysia
Di saat itu disadari oleh Pemerintah Filipina menunjukkan prospek mereda, karena meski
bahwa ruang yang tersisa adalah Marcos tetap menjamin untuk melanjutkan
International Court of Justice. Bila dilihat klaim atas Borneo Utara—suatu jaminan 184 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
yang lebih merupakan kampanye politik Maphilindo, dan nantinya Association of
daripada kesungguhan usaha –dia secara Southeast Asian Nations (ASEAN).
terbuka menyatakan akan segera mengakui Ketika Federasi Malaya
Federasi Malaya begitu dia dipilih. mendeklarasikan kemerdekaannya untuk
POSISI INDONESIA wilayah-wilayah yang berada di
Sikap pemerintah Indonesia baik semenanjung di tahun 1957, Pemerintah
terhadap berdirinya Federasi Malaya di Indonesia sedang disibukkan dengan
tahun 1957 ataupun terhadap berbagai berbagai perkembangan politik dan militer
―masalah‖ yang muncul sebagai akibat yang menyita perhatian. Penting diingat
berdirinya federasi tersebut—termasuk bahwa hal-hal yang berkaitan dengan
dalam hal ini soal Borneo Utara—tidaklah masalah teritorial—masalah yang meski
statis sejak tahun tersebut hingga jatuhnya berbeda konteks dan permasalahannya
Soekarno di tahun 1966, melainkan berubah- namun tidak jauh berbeda dengan masalah
ubah sesuai dengan perkembangan yang ada teritorial antara Filipina dan Malaya—
di dalam negeri dan perkembangan yang ada menduduki posisi sentral dalam
di daerah tetangganya. Demikian pula posisi perkembangan politik dalam negeri. Masih
Malaya/ Malaysia dan Filipina terhadap belum diserahkannya oleh Belanda daerah
Indonesia juga berubah-ubah bersamaan yang saat itu disebut Irian Barat menjadi
dengan berkembangnya pertikaian soal bara yang terus memperkeras retorika anti-
Borneo Utara dan dalam waktu yang kolonial para pemimpin Indonesia sejak
bersamaan menguatnya dorongan untuk 1950 dan kemudian mendorong mobilisasi
membentuk organisasi regional dari ASA, massa di berbagai kalangan utamanya di
akhir tahun 1950an. Pertanyaan mengenai 185 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
integritas teritorial menjadi lebih (KMB). Pemerintah Belanda masih berkeras
mengemuka ketika sejak 1956 beberapa untuk mempertahankan penguasaannya atas
pimpinan tentara di Sumatera dan Sulawesi daerah tersebut dan berkeras bahwa proses
dengan dukungan tokoh-tokoh sipil penentuan nasib harus ditentukan sendiri
menyatakan pembangkangan terhadap oleh masyarakat di sana, sebaliknya
pemerintah pusat, dan menyulut Pemerintah Indonesia menuntut wilayah
pemberontakan di daerah-daerah tersebut. tesebut diserahkan kepada Indonesia
Dekatnya daerah-daerah yang dikuasai oleh selambatnya bulan Juni 1951 (Penders 2002:
para pemberontak ini (Sumatera yang 284). Permasalahan teritorial yang tak segera
berbatasan dengan Malaysia, Sulawesi diselesaikan ini terbukti menjadi bara yang
bagian utara yang berbatasan dengan akhirnya dengan cepat memperburuk
Malaysia dan Filipina) serta hubungan antara Indonesia dan Belanda.
dimanfaatkannya daerah-daerah tetangga ini Situasi politik di Indonesia yang
sebagai sumber dana dan senjata baik secara sangat dinamis sejak pengakuan kedaulatan
langsung mapun tak langsung membentuk sampai berlangsungnya Pemilihan Umum
sikap pemerintah Indonesia dengan tahun 1955 dan diakhiri dengan
tetangganya dan sebaliknya. ditetapkannya Demokrasi Terpimpin di
Ketika Belanda secara resmi tahun 1957 membuat tidak jelasnya lembaga
mengakui kedaulatan Pemerintah Indonesia di dalam pemerintah Indonesia yang
atas wilayah yang sebelumnya dikuasainya menangani masalah Irian Barat. Di pihak
di akhir tahun 1949, pertanyaan mengenai lain, Pemerintah Belanda, yang juga
kedaulatan atas Irian Barat belum dijawab disibukkan dengan urusan dalam negerinya,
secara tuntas dalam Konferensi Meja Bundar membiarkan terus masalah ini dalam status 186 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
quo. Namun setiap kali perundingan antara Irian Barat. Di akhir tahun 1956 Dewan
Indonesia dengan Belanda yang merupakan Banteng dan Dewan Gajah mengambil alih
lanjutan dari KMB dilakukan dan dimana kendali militer masing-masing di Sumatera
masalah Irian Barat tetap tak berkeputusan, Barat dan Sumatera Utara. Di awal tahun
setiap kali itu pula semangat anti- 1957 Dewan Garuda melakukan hal yang
kolonialisme (dan bahkan anti-barat) terus sama di Sumatera Selatan dan kemudian di
berkobar dan nantinya berujung pada bulan Maret Permesta dideklarasikan di
nasionalisasi perusahaan-perusahaan Makassar (Kahin 1999: 182-187). Meskipun
Belanda di Indonesia di tahun 1958. ada usaha untuk menunjukkan keterlibatan
Dengan diterapkannya Konsepsi yang luas tokoh-tokoh sipil dalam dewan-
Soekarno di tahun 1957 yang secara dewan ini, namun tidak diragukan lagi
dramatis mengurangi peranan partai-partai peranan pimpinan-pimpinan tentara di
politik sesuai hasil Pemilihan Umum 2 tahun daerah sangat besar. Pelbagai gerakan ini
sebelumnya dan menguatnya posisi kemudian berubah menjadi pemberontakan
Soekarno dan Angkatan Darat, maka di awal tahun 1958 di Padang dengan
pertarungan politik di pusat juga berkurang dideklarasikannya Pemerintah Revolusioner
intensitasnya (Reeve 1985). Namun pada Republik Indonesia (PRRI) dimana para
saat yang bersamaan, pembangkangan para menteri dan kabinetnya diambilkan dari
pemimpin tentara di luar Jawa seolah berbagai tokoh yang dari awal dilibatkan
memindahkan pertarungan politik dari pusat dalam dewan dan dalam Permesta.
ke tepian wilayah republik ini untuk Di tengah hingar-bingar di dalam
menambahkan permasalahan teritorial lain negeri, tidak mengherankan bahwa reaksi
yang belum terselesaikan yakni masalah terhadap kemerdekaan yang dideklarasikan 187 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
oleh Federasi Malaya bagi wilayah-wilayah berbeda sekali, kalau tidak bisa disebut
yang berada di semenanjung belum begitu berlawanan, dengan apa yang terjadi di
menonjol. Tidak nampaknya reaksi yang Indonesia di saat yang bersamaan.
keras dari Pemerintah Indonesia mungkin Hubungan Indonesia dengan Malaya
juga muncul dari diragukannya kesungguhan yang memang berada di atas dasar yang
akan makna kemerdekaan Malaya sendiri rapuh kemudian perlahan memburuk ketika
mengingat federasi ini sangat khawatir pada pemerintah Indonesia merasa bahwa banyak
kuatnya komunisme di semenanjung anggota PRRI yang bebas bergerak di
(pernyataan kemerdekaan dilakukan di Malaya dan lebih jauh lagi di daerah di
tengah Masa Darurat/ Emergency yang semenanjung Malaya utamanya yang
adalah kebijakan kolonial Inggris untuk berbatasan dengan Thailand yang adalah
memadamkan perlawanan anti kolonial daerah perolehan senjata yang kemudian
dimana perlawanan ini dilakukan oleh dapat diselundupkan ke wilayah Indonesia
tokoh-tokoh komunis yang kebanyakan yang dikuasai pemberontak. Dan meskipun
keturunan Cina di Malaya) dan ditanda pemerintah Malaya segera menyatakan
tanganinya Perjanjian Pertahanan Anglo- kebijakannya untuk tidak ikut campur soal
Malaya (Anglo-Malayan Defence PRRI, namun tidak mudah untuk menghapus
Agreement/ AMDA) dua bulan sesudah kecurigaan dari pemerintah Indonesia
deklarasi kemerdekaan (Mackie 1974: 32). mengingat kebanyakan tokoh PRRI berasal
Kedua hal ini membuat Federasi Malaya dari Sumatera yang memang memiliki
dilihat tidak sungguh-sungguh ingin kedekatan historis dan etnis dengan tetangga
merdeka karena sepenuhnya berpihak pada Melayunya (Liow 2005: 89, Mackie 1974:
kubu barat dan anti komunis—sesuatu yang 29-30). 188 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Kecurigaan pemerintah Indonesia kolonialisme‖ oleh Inggris dengan dukungan
terhadap Federasi Malaya di akhir tahun para pemimpin Melayu.
1950an sebenarnya bukan merupakan Ajakan pemerintah Filipina sejak
penolakan secara keseluruhan. Bahkan bulan September 1962 kepada pemerintah
ketika di bulan Januari tahun 1961 pimpinan Indonesia untuk mendukungnya dalam usaha
Federasi Malaya Tunku Abdul Rahman mengklaim Borneo Utara cocok dengan
secara terbuka mengusulkan dibentuknya kerangka perjuangan anti-kolonialisme yang
Federasi Malaysia yang meliputi juga sedang dikobarkan oleh Indonesia.
daerah-daerah di Pulau Kalimantan, pada Dilupakan oleh Indonesia untuk beberapa
awalnya pemerintah Indonesia tidak saat tindakan Filipina yang secara aktif
menyatakan keberatannya (Liow 2005: 98, membantu para pemberontak PRRI dan
Mackie 1974: 103). Reaksi Indonesia Permesta di Sumatera dan Sulawesi demi
terhadap rencana Federasi Malaysia secara misi anti-kolonialisme (Kahin 1995: 168).
perlahan mengeras sejalan juga dengan Meski posisi Indonesia tidak berubah hingga
mengerasnya retorika anti-Belanda dalam jatuhnya Soekarno, namun seperti yang
usaha merebut Irian. Di tahun 1958 Front dijelaskan sebelumnya, usaha Filipina dan
Nasional Pembebasan Irian Barat dibentuk persekutuannya dengan Indonesialah yang
dengan sokongan Angkatan Darat (Reeve berubah.
1985: 120). Dalam suasana dan kerangka KRISIS FILIPINA BAGIAN SELATAN
berpikir ini maka rencana Federasi Malaysia DAN “LUPA” STATUS SABAH
tidak dilihat sebagai proses de-kolonisasi Tarik menarik politik dalam
tetapi merupakan bagian dari ―neo- menentukan status Borneo Utara/ Sabah
perlahan-lahan berubah sejak 189 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dideklarasikannya Federasi Malaysia dan Sejak masa kampanye hingga ketika
terutama sejak digantinya Presiden menjabat, Marcos terkesan memainkan
Macapagal di Filipina di tahun 1965 dan politik dua muka ketika berurusan dengan
Presiden Soekarno setahun kemudian. Kalau status Sabah. Ke luar, utamanya ke ASEAN,
sebelumnya suasana perang dingin antara Marcos dalam beberapa kesempatan sudah
blok komunis dan blok anti-komunis begitu mengatakan keinginannya untuk mengakhiri
menentukan tarik menarik politik di masa klaim Filipina atas Sabah, namun pada saat
dekolonisasi di Asia Tenggara, sesudah 1965 yang sama ke dalam negeri menjamin akan
suasananya berubah dengan munculnya terus mempertahankan klaim atas wilayah
rezim penguasa yang sepenuhnya anti- tersebut meski lewat jalur diplomatik
komunis di Jakarta, Manila dan Kuala (Fernandez 2007: 56). Keadaaan menjadi
Lumpur. Namun demikian ―masalah‖ Sabah rumit, tidak hanya bagi Marcos, tapi juga
terus menjadi ganjalan, utamanya bagi bagi hubungan Filipina dengan Malaysia
hubungan Malaysia dengan Filipina meski ketika terungkap adanya tragedi
dengan dimensi yang sama sekali berbeda. Pembantaian Jabidah pada tanggal 17 Maret
Untuk memperkuat posisinya di wilayah ini, 1968, tidak sampai setahun sejak ASEAN
Malaysia mendesak pemerintah Indonesia dibentuk. Tragedi tersebut adalah
yang baru untuk mengakui kedaulatan pembantaian 64 orang Muslim dari Filipina
Malaysia atas Sabah sebagai trade-off bagian selatan yang direkrut secara rahasia
dukungan Malaysia terhadap peranan dan dilatih secara militer untuk apa yang
Indonesia dalam pendirian ASEAN (yang disebut ―Operasi Merdeka‖ yang
menggantikan ASA dimana Indonesia sama direncanakan untuk merebut Sabah dari
sekali tidak berperan) (Liow 2001: 113). Malaysia. Gambaran rinci yang 190 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sesungguhnya terjadi termasuk kenapa pemerintah Filipina di kalangan Muslim di
mereka yang direkrut kemudian dibantai Filipina bagian selatan dan di kalangan
oleh para pelatihnya sendiri mungkin tidak mahasiswa yang berasal dari sana. Di
akan pernah diketahui, sedangkan gambaran tambah lagi, di masa tersebut ribuan migran
sepintas mengenai tragedi tersebut diperoleh dari pulau-pulau di tengah Filipina masuk ke
dari seorang korban yang meski ditembak pulau Mindanao dan mengambil alih
namun tidak tewas dan akhirnya dapat penguasaan atas tanah yang sangat luas
menceritakan nasibnya dan nasib rekan- untuk keperluan perkebunan. Di tahun 1968
rekannya. Marcos menolak tuduhan bahwa organisasi Muslim Filipina bagian selatan
dia merencanakan dan karenanya Muslim Independence Movement (MIM)
bertanggung jawab atas seluruh peristiwa didirikan oleh seorang gubernur setempat
tersebut, namun seorang mayor angkatan dan di tahun 1969 Moro National Liberation
darat Filipina yang dianggap bertanggung Front (MNLF) dibentuk oleh sekelompok
jawab (Salah Jubair 1999: 132). Peristiwa mahasiswa yang tadinya bersekolah di
tersebut tentu saja menimbulkan krisis luar Manila dan sekelompok lain yang
biasa tidak hanya di dalam negeri Filipina bersekolah di Kairo (Mesir). Setahun
namun juga dalam hubungannya dengan kemudian eskalasi kekerasan di pulau
Malaysia. Pemerintah Malaysia mencurigai Mindanao antara pendatang yang
bahwa Marcos masih merencanakan untuk kebanyakan beragama Kristen dan Katolik
melakukan klaim atas Sabah tidak hanya dengan masyarakat Mindanao yang
secara diplomatik. beragama Islam memuncak dengan
Di Filipina, tragedi tersebut memicu kelompok yang disebut terakhir terus
munculnya ketidak percayaan terhadap 191 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
didesak (Salah Jubair 1999: 135-143, 149- ini tinggal dan diserap dalam sektor
157). Krisis Filipina bagian selatan dimulai . perkebunan di Sabah untuk bertahun-tahun
Sejak munculnya krisis Filipina lamanya. ―Masalah‖ Sabah karenanya bukan
bagian selatan maka ―masalah‖ Sabah (hanya) masalah status tetapi juga menjadi
memiliki makna yang berbeda, setidaknya bagian masalah yang lebih besar bagi
bagi pemerintah Filipina. Sabah menjadi Filipina khususnya dan bagi negara-negara
daerah dimana para pejuang MNLF (dan yang mayoritas penduduknya Muslim di
nantinya juga MILF) menggunakan Sabah sekitarnya, pada umumnya.
sebagai daerah aman untuk menyiapkan diri Masalah status Sabah memang belum
serta memperoleh dukungan logistik (Che pernah terpecahkan. Masalah ini seolah
Man 1990: 79, 139-140). Secara sosial, sejak sama-sama sengaja dilupakan baik oleh
meningkatnya pertempuran dan Malaysia maupun Filipina meski dengan
memburuknya situasi keamanan di pulau alasan yang berbeda. Apa yang terjadi sejak
Mindanao Sabah menjadi tujuan migrasi bulan Februari 2013 di Sabah seolah
bagi ribuan warga masyarakat Filipina memaksa keduanya untuk kembali
bagian selatan yang mencari peluang bekerja mengingat masalah ini, dan mungkin kali ini
yang lebih baik daripada apa yang tersedia di untuk menemukan jalan keluarnya.
kampung halamannya. Dan ribuan migran
192 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
Aguilar Jr., Filomeno V., ―Tracing Origins: ―Ilustrado Nationalism‖ and the Racial Science of Migration Waves,‖ Journal of Asian Studies, 64, 3, 2005
Armstrong, Hamilton Fish, ―The Troubled Birth of Malaysia,‖ Foreign Affairs, 41, 4, 1963
Che Man, W. K., Muslim Separatism: The Moros of Southern Philippines and the Malays of Southern Thailand., Singapore: Oxford University Press, 1990
Cheah Boon Keng, ―The Japanese Occupation of Malaya,‖ Indonesia, 28, 1979
Fernandez, Erwin S., ―Philippine-Malaysia Dispute over Sabah,‖ Asia-Pacific Social Science Review, 7, 1, 2007
Fowler, Will, Britain‟s Secret War. The Indonesian Confrontation 1962-1966., Oxford: Osprey Publishing, 2006
Jones, Matthew, Conflict and Confrontation in South East Asia, 1961-1965. Britain, the United States and the Creation of Malaysia., Cambridge: Cambridge University Press, 2002
Jubair, Salah, Bangsamoro. A Nation under Endless Tyrany (3rd Ed.)., Kuala Lumpur: IQ Marin, 1999
Kahin, Audrey, Rebellion to Integration. West Sumatra and the Indonesian Polity., Amsterdam: Amsterdam University Press, 1999
Kahin, Audrey R., dan Kahin, George McT., Subversion as Foreign Policy. The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia., Seattle: University of Washington Press, 1995
Lau, Albert, ―Malayan Union Citizenship,‖ Journal of Southeast Asian Studies, 20, 2, 1989
Leifer, Michael, The Philippine Claim to Sabah., Hull: CSEAS University of Hull, 1968
Liow, Joseph Chinyong, The Politics of Indonesia-Malaysia Relations., Oxon: RoutledgeCurzon, 2005
Mackie, JAC, Konfrontasi. The Indonesian-Malaysia Dispute 1963-1966., Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1974
Ooi Keat Gin, The Japanese Occupation of Borneo 1941-1945., London: Routledge 2011
Penders, C.L.M., The West New Guinea Debacle., Adelaide: Crawford House Publishing, 2002
193 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Reeve, David, Golkar of Indonesia., Singapore: Oxford University Press, 1985
Tarling, Nicholas, ―From SEAFET and ASA: Precursors of ASEAN,‖ International Journal of Asia-Pacific Studies, 3, 1, 2007
194 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
KEWARGANEGARAAN DAN DILEMA MINORITAS PASCA KOLONIAL
BERCERMIN KASUS SABAH DAN KESULTANAN SULU
Ahmad Suaedy AW Centre-Universitas Indonesia Email: [email protected]
Abstract: Citizenship and Post Colonial Minority Dilema in Southeast Asia: A Reflection of the Issue of Sabah and the Sultanate of Sulu
This paper is aimed to understand the issue of citizenship and the post colonial minority dilema by looking ath the issue of Sabah and the Sultanate of Sulu. Unlike western countries whose states were formed based on their established historical territories, the formation of states in the east or non-western areas in general inherited complicated religious, ethnic, traditional rules and familial relations. Non-western post-colonial states should developed different conceptions of state-borders by considering traditional cutural realities, multicultural and plural ethnicities, languages and religions and family connections within each state or among several states. This re-defintion should not eliminate individual ownership but also to promote a vision of common welfare.
Keywords: Citizenship, Minority, Sabah, Sulu Sultanate
Abstrak: Kewarganegaraan dan Dilema Minoritas Pasca Kolonial, Bercermin Kasus Sabah dan Kesultanan Sulu
Tulisan ini bertujuan untuk memahami persoalan kewarganegaraan dan dilema minoritas pasca kolonial, bercermin pada kasus Sabah dan Kesultanan Sulu. Berbeda dengan negara barat yang dalam proses terbentuknya negara-bangsa didasarkan pada pembagian wilayah teritori yang bersifat historis dan mapan, negara di Timur atau non-Barat pada umumnya, batas-batas negara bangsa didasarkan pada pembagian wilayah jajahan atau koloni dan meninggalkan komplikasi hubungan agama, etnis, kekuasaan tradisional dan bahkan keluarga yang serius. Negara-negara non-Barat pasca kolonial selayaknya membangun sendiri definisi batas-batas itu yang berbasis pada realitas kulturan tradisional, multikultural dan pluralis etnis, bahasa dan agama, serta hubungan persaudaraan dan keluarga, baik dalam negara itu sendiri dan antar negara. Redefinisi itu tentu saja dengan tidak menghilangkan hak milik masing-masing tetapi justru untuk suatu visi distribusi kemakmuran bersama.
Kata kunci: Kewarganegaraan, Minoritas, Sabah, Kesultanan Sulu
195 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
PENDAHULUAN: terbentuknya negara-bangsa didasarkan pada
PROBLEM KEWARGANEGARAAN pembagian wilayah teritori yang bersifat
DAN MINORITAS historis dan mapan. Sedangkan di Timur
Bagai geledek di siang bolong. atau non-Barat pada umumnya, batas-batas
Beberapa waktu lalu, tiba-tiba sepasukan negara-bangsa didasarkan pada pembagian
kesultanan Sulu di bawah komando Raja wilayah jajahan atau koloni dan
Muda Agbimuddin Kiram adik dari Sultan meninggalkan komplikasi hubungan agama,
Jamalul Kiram III dari kesultanan Sulu yang etnis, kekuasaan tradisional dan bahkan
kini merupakan bagian dari wilayah negara keluarga yang serius.
Republik Filipina menduduki sebuah daerah Ada wilayah yang semula mayoritas
di Sabah yang merupakan negara bagian dari dan berkuasa tiba-tiba menjadi minoritas dan
Federasi Malaysia. Banyak orang subordinatif seperti terjadi pada Kesultanan
terperanjat, ada apa dan apa latar Sulu dan posisi Sabah. Hal yang sama terjadi
belakangnya. pada Kesultanan Patani di Thailand Selatan,
Tetapi kalau kita merefleksikan misalnya. Dua wilayah itu hanya contoh dari
problematik batas wilayah (territorial banyak kasus di banyak negara pasca-
integrity) dalam konsep negara-bangsa kolonial. Di sisi lain, kewarganegaraan
(nation-state) di negara-negara non-Barat dalam negara-bangsa didasarkan pada
maka tidak terlalu heran. Berbeda paham individualistik konvensional
keadaannya dengan di Barat, nasionalisme sebagaimana karakter khas Barat yang
dan terbentuknya negara-bangsa di Timur cenderung homogen dengan mengabaikan
atau negara-negara bekas koloni cenderung hak kolektif (kymlcika 1995: 57-58).
meninggalkan bom waktu. Di Barat, Sementara karakter bangsa Timur pada 196 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
umumnya adalah komunitarian yang cenderung dihegemoni oleh mayoritas
memiliki hubungan kolektif yang sangat dalam masalah-masalah krusial seperti hak
kuat dan dalam setiap wilayah selalu budaya, bahasa, etnis dan agama. Kasus
cenderung plural dan multikultural pendudukan Kesultanan Sulu atas Sabah
(Kymlicka 2001). Problem mendasar di yang sesungguhnya sangat mustahil dan naif
negara-negara Timur pasca-kolonial adalah bisa terjadi, tampaknya bukan satu-satunya
bagaimana memperlakukan komunitas- kasus melainkan masih banyak ketegangan
komunitas warganegara minoritas yang dan konflik warisan yang bermula dari
memiliki perbedaan mendasar budaya, terbentuknya negara-bangsa yang belum
bahasa, agama dan etnis dari mayoritas selesai.
seperti terjadi di Mindanao Filipina dan Tuntutan reformulasi batas-batas
Patani Thailand, dan juga sebagian wilayah wilayah yang kini hanya berbasis pada batas
bagian timur Indonesia. teritorial yang menimbulkan banyak
Globalisasi dan demokratisasi telah problem dan tuntutan dihormatinya posisi
mendorong makin menguatnya tuntutan minoritas tersebut merupakan trend baru
minoritas di berbagai negara, bukan hanya gerakan pasca liberalisme berupa gerakan
minoritas migran tetapi juga minoritas multikulturalisme dalam nasionalisme dan
pribumi yang selama ini tertindas dalam negara-bangsa. Bahkan hal ini juga terjadi di
negara-banga tersebut. Bukan hanya Barat sendiri seperti pada kasus bangsa
disebabkan karena ketidakadilan dan Skotlandia atas Inggris raya dan posisi
terabaikannya hak-hak individu, melainkan minoritas Quebec di Kanada. Penyerangan
juga hak-hak kolektif mereka sebagai Kesultanan Sulu ke Sabah merupakan kasus
minoritas (Kymlicka 1995). Demokrasi menarik untuk didiskusikan sebagai trend 197 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
baru tersebut dan mungkin peringatan bagi Spanyol menduduki wilayah Filipina
negara-negara non-Barat pasca-kolonial tersebut.
tentang berbagai problem yang mungkin Karena itulah, Kesultanan Sulu yang
muncul di masa depan. berpusat di pulau Sulu beribukota Jolo,
LATAR BELAKANG SEJARAH berjarak semalam naik boat dari pulau induk
Kesultanan Sulu berdiri pada Mindanao, tidak pernah merasa tunduk dan
pertengahan abad ke-15 setelah sekitar dua dijajah oleh Spanyol. Tetapi ketika Spanyol
abad sebelumnya Islam masuk dan kalah perang dari Amerika Serikat dalam
diperkenalkan di wilayah itu. Seabad memperebutkan wilayah jajahan, dalam
kemudian, pertengahan abad ke-16, pasukan perjanjian penyerahan daerah jajahan di
kerajaan Spanyol mendarat di wilayah yang Paris 1898, Spanyol memasukkan
sekarang disebut Filipina untuk menjajah keseluruhan Mindanao, termasuk Kesultanan
wilayah itu. Dakwah Islam sendiri waktu itu Sulu, sebagai bagian dari wilayah Filipina
sudah sampai ke Manila di utara, ibu kota yang diserahkan. Maka masyarakat dan
Filipina sekarang, meskipun masih sangat Kesultanan Sulu marah dan menentangnya
minoritas. Dalam waktu empat abad Spanyol dan mereka menyebut penyerahan itu
sukses bukan hanya menjajah tetapi sebagai perampokan. Mereka mengklaim
melakukan Katolik-isasi hampir seluruh melanjutkan perang sepanjang setengah abad
wilayah tersebut, kecuali kepulauan di bawah penjajahan Amerika. Calakanya,
Mindanao yang mayoritas beragama Islam. pada penyerahan kemerdekaan oleh AS
Orang-orang Mindanao mengatakan, mereka kepada Filipina 1947, wilayah Mindanao
berperang sepanjang empat abad penjajahan termasuk Kesultanan Sulu, juga masuk di
dalamnya (Tauzon 2008, Yegar 2002). 198 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sultan Sulu ketika itu mengirim surat Sabah disewakan kepada perusahaan yang di
kepada Presiden dan Kongres AS untuk bawah penjajahan Inggris milik Von
tidak ikut dalam kemerdekaan Filipina dan Overbeck dan Dent, ditandatangi 1878
ingin tetap di bawah penjajahan AS, tetapi tersebut.
diabaikan. Sekali lagi masyarakat Sulu Model konsesi yang sama terhadap
meneruskan perjuangan kemerdekaan di Inggris terjadi pada wilayah kesultanan
bawah pemerintahan Filipina yang merdeka. Patani yang ketika itu di bawah kontrol
Dalam pikiran orang Sulu atau Mindanao, kerajaan Siam, seperti Perlis dan Kelantan --
jika Kesultanan Sulu tidak ikut Filipina sekarang juga menjadi negara bagian
maka akan menjadi negara merdeka sendiri Federasi Malaysia. Penggabungan Sabah dan
seperti Brunei Darussalam sekarang. Sebuah juga Sarawak ke dalam Federasi Malaysia
negara kecil yang sangat kaya minyak di 1963 sama sekali mengabaikan perjanjian
tengah-tengah negara besar. sewa antara Kesultanan Sulu dan perusahaan
SABAH: INGGRIS VERSUS Inggris tersebut. Sehingga Kesultanan Sulu
KESULTANAN SULU sampai sekarang masih mengklaim pemilik
Ketika itu Borneo Utara yang sah wilayah Sabah dan hanya disewa oleh
sekarang Sabah dan Sarawak adalah wilayah Inggris yang kemudian dialihkan kepada
Kesultanan Sulu setidaknya sampai 1878, Federasi Malaysia.
dalam waktu yang sama Inggris sedang KEBIJAKAN MIGRASI AMERIKA
menjajah wilayah daratan yang SERIKAT-FILIPINA DAN
berseberangan dengan Borneo dibatasi oleh PENGALIHAN HAK TANAH
luat. Untuk menghindari konfrontasi dan Selama penjajahan atas Filipina, Amerika
pencaplokan oleh Inggris maka wilayah memberlakukan kebijakan migrasi guna 199 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
membangun perkebunan dan pertanian di fasilitas Gereja dan pendidikan umat
wilayah Mindanao yang waktu itu masih Katolik. Sementara pusat-pusat perkebunan
kosong dan jarang penduduknya. Para menerima pekerja para migran dan sekolah
migran itu adalah penduduk Filipina Tengah yang terbaik menerima anak-anak mereka,
dan Utara yang miskin dan mayoritas maka penduduk asli yang sebagian besar
Katolik. Selama 1898-1947 penduduk Muslim terpinggirkan baik sebagai pekerja
Mindanao yang semula lebih dari 80 persen maupun akses pendidikan terbaik (Wilson
Muslim dan selebihnya sedikit Katolik dan 2009). Penduduk asli Muslim umumnya
indeggenous people atau di Mindanao resisten terhadap sekolah Katolik dan juga
disebut Lumad, tinggal 50 persen karena sekolah sekuler pemerintah. Jadilah proses
besarnya migrasi. Program migrasi itu marjinalisasi dan bahkan seorang professor
dilanjutkan oleh pemerintah Filipina pasca di Mindanao State University, Iligan City,
kemerdekaan dengan angka yang lebih B.R. Rodil menyebutnya sebagai terjadinya
fantastis. Tahun 1947-1970an penduduk proses minoritinization (Rodil 1994, 2003).
Muslim di Mindanao tinggal 17 persen dan Pada tahun 1968 terjadi pembantaian
10 persen Lumad, selebihnya migran terhadap sejumlah calon tentara –ada yang
beragama Katolik (Tauzon 2008). menyebut 60an orang dan ada pula yang
Problemnya kemudian bukan hanya menyebut 30an orang—yang seluruhnya
karena kedatangan dan jumlah migran yang berasal dari Sulu karena direkrut untuk
besar melainkan dalam waktu yang sama kepentingan khusus oleh Angkatan Perang
terjadinya pengalihan kepemilikan tanah Filipina. Yaitu, untuk membebaskan Sabah
secara besar-besaran, dengan cara sah dari Federasi Malaysia dan dikembalikan ke
maupun tidak sah, serta berdirinya berbagai pangkuan Filipina karena wilayah itu 200 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dianggap milik Kesultanan Sulu dan dengan melakukan apa yang menjadi tugas mereka
sendirinya adalah milik Filipina. sebagai tentara maka mereka dibantai
Setelah di-kamp beberapa bulan dan seluruhnya yang kemudian terkenal dengan
dilatih oleh Angkatan Perang Filipina di ―Jabidah massacre.‖ Tetapi, ada satu orang
bawah komandan seorang Katolik, tiba yang melarikan diri dan selamat dan
saatnya diterjunkan untuk membebaskan mengadukan kasusnya kepada media:
Sabah. Ternyata, mereka seluruhnya Terbongkar! (Yegar 2002).
menolak untuk menyerbu Sabah karena TUNTUTAN MERDEKA
mereka menganggap bahwa penduduk Sabah Terbongkarnya pembantaian Jabidah
adalah saudara mereka, memiliki hubungan membangkitkan nasionalisme Mindanao
keluarga, historis, sesama etnis Melayu, untuk merdeka dan berpisah dari Filipina.
Muslim dan di bawah Kesultanan Sulu. Muncul tokoh pemersatu yang ketika itu
Mereka lebih dekat dalam semua aspek seorang profesor di Islamic Studies
dengan penduduk Sabah ketimbang dengan University of the Philippines, yaitu Nur
Filipina Tengah dan Utara bahkan dengan Misuari dengan wakilnya Hasyim Salamat
pemerintah pusat. Karena itu tidak mungkin yang merupakan alumni Al-Azhar, Mesir.
mereka bermusuhan dengan saudaranya Berdirilah organisasi modern Moro National
sendiri. Perlu diketahui bahwa pulau Sulu Liberation Front (MNLF) untuk menuntut
dan Tawi-Tawi yang bersebelahan lebih kemerdekaan Mindanao. Julukan ―Moro‖
dekat dengan Sabah ketimbang dengan yang ketika itu merupakan penghinaan
Filipina Tengah dan Utara dan bahkan terhadap orang Muslim yang berasal dari
dengan penduduk pulau induk Mindanao. bahasa Spanyol, kemudian dikukuhkan
Akibatnya, karena mereka menolak untuk 201 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menjadi simbol kebanggaan dan perjuangan: Filipina akan memberikan otonomi wilayah
Bangsa Moro. mayoritas Muslim di Mindanao kepada
Tetapi, presiden Ferdinand Marcos MNLF sebagai representasi Moro, maka
tidak mau kehilangan muka dengan MNLF menarik tuntutan merdeka dengan
memberlakukan UU Darurat 1970 yang beralih pada tuntutan otonomi dengan batas-
memungkinkan untuk mengerahkan seluruh batas wilayah yang telah disepakati yang
kekuatan untuk memberantas yang dianggap realisasinya akan dibicarakan lebih lanjut.
sebagai separatis. Menurut sebagian orang Kesepakatan itu rupanya tidak bulat,
Mindanao, sepanjang perang lima abad sejak sehingga dengan dipimpin oleh Hasyim
masuknya Spanyol, belum pernah Mindanao Salamat, wakil Nur Misuari sendiri di
serusak ketika masa UU Darurat tersebut. MNLF, mereka pecah dan hampir separo
Karena, tentara Filipina tidak hanya jumlah pendukung dan pasukan MNLF
menyerang pasukan MNLF, tetapi juga berpindah ke organisasi pecahan yaitu Moro
rakyat sipil, masjid dan madrasah. Islamic Liberation Front (MILF). Malaysia
Meskipun korban berjatuhan di diduga terlibat dalam berdirinya MILF
kedua belah pihak tetapi akhirnya mencapai karena Nur Misuari telah mengagendakan,
suatu perjanjian damai MoA (Memorandum jika MNLF merdeka atau otonomi akan
of Agreement) pada tahun 1979 antara mengembalikan Sabah ke pangkuan Sulu
MNLF dan pemerintah Filipina yang atau Mindanao. Sedangkan MILF menolak
difasilitasi oleh Libya di bawah presiden kompromi dan tetap menuntut merdeka serta
Mohamad Khoadafi yang ketika itu Ketua tidak mau ikut dalam struktur pemerintahan
OKI di Tripoli. Dalam perjanjian itu apapun (Tauzon 2008). Di lain sisi, MoA itu
disepakati bahwa sementara pemerintah sendiri gagal diimplementasikan setidaknya 202 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
karena tiga hal: pertama, karena Marcos implementasi atas MoA yang gagal di bawah
mengeluarkan kebijakan baru tentang Marcos. Namun, lagi-lagi kesepakatan itu
pembagian regional seluruh Filipina dimana gagal direalisasikan karena pemerintah pusat
Mindanao dibagi menjadi dua region. Fakta kembali mensyaratkan adanya referendum
ini mengacaukan klaim MNLF atas otonomi yang juga ditolak oleh MNLF, namun
wilayah di Mindanao yang telah disebut plebisit tetap dipaksakan berjalan dan di
secara jelas dalam MoA Tripoli. Kedua, bawah suatu institusi otonomi berdasarkan
pemerintah pusat mensyaratkan realisasi UU yang dikeluarkan oleh Kongres, yaitu
otonomi itu melalui referendum berbasis ARMM (Autonomous Region in Muslim
kabupaten/ kota yang tidak ada di dalam Mindanao).
MoA. Ketiga, Marcos juga menggunakan Referendum ARMM yang berbasis
kepala-kepala adat untuk memecah belah pada kabupaten/kota membuat wilayah
kepemimpinan Misuari di MNLF di samping ARMM sungguh rumit. Ada propinsi yang
berdirinya MILF. Meski demikian, bergabung ke dalam ARMM tetapi sejumlah
implementasi otonomi melalui referendum kabupaten dan kota dan bahkan ibukota
tersebut dipaksakan oleh Marcos dengan propinsi itu sendiri tidak ikut di dalamnya.
mengabaikan protes baik MNLF maupun Hal ini seperti terjadi pada Kotabato sebagai
MILF. ibukota propinsi Magindanao dan Isabela
Ketegangan dan perang kembali sebagai salah satu kota di bawah propinsi
tidak terelakkan, tetapi Presiden Corazon Sulu (kini ibukota propinsi Basilan).
Aquino menarik mereka kembali ke meja Sementara propinsi Magindanao ikut dalam
perundingan. Dengan difasilitasi Indonesia, ARMM maka Kotabato sebagai ibukota
terjadilah kesepakatan tahun 1989 tentang propinsi tidak ikut. Anehnya ibukota 203 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
ARMM sendiri berada di Kotabato yang sehingga Misuari tidak bisa melakukan
notabene bukan merupakan wilayah ARMM. pembangunan apapun selain biaya rutin
Dari hasil referendum itu memang bisa seperti gaji dan operasional pemerintahan.
ditebak bahwa kabupaten/kota yang Banyak penulis mengkritik Misuari sebagai
penduduknya fifty-fifty atau lebih sedikit gubernur yang nepotis dan korupsi, namun
Islam atau Katolik umumnya tidak kenyataannya bahwa dengan berbagai alasan
bergabung dengan ARMM, hanya daerah antara lain karena krisis moneter Asia 1997
yang mayoritas Muslim maka mereka ikut dan karena budget secara nasional sudah
ke dalamnya. Kerumitan itu juga terjadi pada ditetapkan sebelumnya sehingga tidak
penyelenggaraan pemilihan umum yang mungkin mengabulkan seluruh permintaan
berbeda jadwal dengan pemilihan umum ARMM di bawah Misuari, budget ARMM
nasional (Yegar 2002). tidak didukung sepenuhnya. Misuari
Meski demikian, kira-kira tujuh kehilangan kesabaran sehinga terjadi
tahun kemudian Presiden Fidel Ramos kekerasan yang dalam penyelidikan intelejen
berhasil membawa Nur Misuari ke pangkuan mengarah kepada keterlibatan Misuari
ARMM dengan janji dikembalikannya klaim sebagai gubernur. Misuari akhirnya
wilayah otonomi yang tercantum di dalam dipenjara karena itu (Yegar 2002).
MoA Tripoli 1979 dan didukung untuk Sesunggunya pemerintah pusat
menjadi gubernur dalam pemilu ARMM. Filipina tidak memutus hubungan dengan
Namun, bulan madu Ramos dengan MNLF- MILF. Pada tahun 2003 dengan kembali
Misuari tidak berlangsung lama karena difasilitasi oleh Libya terjadi penandatangan
ternyata budget ARMM yang diajukan MoA di Tripoli antara pemerintah Filipina di
gubernur Misuari hanya dikabulkan sebagian bawah presiden Gloria Macapagal dengan 204 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
MILF. Isinya antara lain adalah bahwa mengatakan akan ikut siapa saja yang akan
MILF menarik tuntutan merdeka dan beralih memperoleh hak lebih luas untuk
ke otonomi serta melanjutkan perundingan kepentingan Moro. Ibrahim menyatakan
bentuk otonomi yang kemudian disebut bahwa MoA-AD ini adalah sikap paling
sebagai MoA-AD (Memorandum of reformis dari MILF dan tidak bisa lebih
Agreement on Ancestral Domain) (Tumirez reformis lagi. Pilihan lainnya adalah kembali
2007; Williams 2010). Perundingan MoA- ke separatis atau medan perang. Sementara
AD gagal di tahun 2009 tetapi kemudian pihak oposisi Ibrahim menolak kompromi
direvisi dan disepakari pada Oktober 2012 karena kemerdekaan adalah harga mati.
atas fasilitasi Malaysia dan organisasi- Dua kali juga penulis bertemu
organisasi civil society di dunia. dengan Nur Misuari sebelum ditandatangani
Pada awal tahun 2010, saya bertemu MoA MILF-pemerintah Filipina 2012 dan
baik pemimpin tertinggi MNLF Nur Misuari dua kali pula pasca penandatangan itu, di
dan kelompok MNLF oposisi Misuari, Jakarta dan di Manila. Pada dua kali
Muslimin Semma yang tinggal dan suku pertemuan sebelum pendatangan MoA itu,
Magindanao maupun pemimpin tertinggi tampaknya Misuari masih berharap bahwa
MILF Ir. Ibrahim Murod pengganti Hasyim MNLF bisa menguasai lagi ARMM dan
Salamat di Camp Abu Bakar yang dijaga bahkan Misuari menyatakan bahwa draf
ketat. Saya juga bertemu dengan pemimpin RUU tengah dibahas di Kongres untuk
oposisi terhadap Ibrahim Murod di MILF memperbaharui eksistensi ARMM. Namun
yang bersuku Tausug. Nur Misuari ketika itu dua kali bertemu paska MoA 2012, Nur
masih berharap bisa memperoleh kembali Misuari tampak frustasi dan tidak punya
kekuasaan di ARMM, sedangkan oposisinya pilihan lain kecuali mungkin akan bersikap 205 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
frontal karena ARMM praktis telah diambil ADA APA DENGAN MNLF DAN MILF?
alih oleh MILF. Sesungguhnya perbedaan MNLF dan
Dalam MoA 2012 tersebut, ARMM MILF bukan hanya dalam organisasi dan
memang dilebur menjadi bagian dari ideologi tetapi juga berbeda dalam basis
wilayah otonomi vesi MILF. Praktis terjadi etnis dan legitimasi serta pusat konsolidasi.
pengalihan penguasaan otonomi dari MNLF Baik MNLF maupun MILF semula adalah
ke MILF tanpa mengikutkan pembicaraan organisasi modern yang dipimpin oleh para
MNLF di dalamnya. Pada akhir November terdidik dan bersifat meritokrasi sebagai
2012 saya berkesempatan ke Manila dan kritik terhadap kepemimpin tradisional di
Mindanao termasuk Basilan: baik Nur Mindanao yang feodal dan dinastik. Tetapi
Misuari dan para pendukungnya mengaku ketika keduanya terdesak oleh realitas arus
tidak pernah diajak bicara tentang politik maka mereka mencari legitimasi
pembicaraan dan negosiasi dalam MoA tradisionalnya masing-masing, yaitu basis
MILF yang ditandatangani Oktober 2012 etnis dan kesultanan. Sementara MNLF
tersebut. Sedangkan oposisinya menyatakan berbasis di Sulu dengan etnis Tausug dan
akan bergabung dengan MoA tersebut. Hal kesultanan Sulu, maka MILF berbasis pada
yang patut dipertanyakan adalah peran etnis Magindanao di pulau induk Mindanao
pemerintah Indonesia karena Indonesia yang berbasis pada kesulatanan Magindanao.
adalah mediator realisasi ARMM, sementara Dengan demikian, kini MNLF dan MILF
kini diambil alih oleh Malaysia melalui berhadapan bukan hanya dalam ideologi dan
MILF. agenda melainkan juga dalam perbedaan
etnis, legitimasi kesultanan dan pusat
konsolidasi yang berbeda. Secara geografis 206 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
letak kesultanan Magindanao lebih dekat Serangan ke Sabah, dengan
dengan pemerintah pusat tetapi secara demikian, boleh jadi adalah outlet dari
historis Sulu lebih terhormat dan tua karena frustasi ini. Targetnya mungkin bukan ingin
kesultanan Magindanao baru berdiri di abad menguasai Sabah apalagi merebut dari
ke-19. Malaysia saat ini, tetapi tidak lebih dari
Dengan akomodasi pemerintah pusat mencuri perhatian dunia dari ketertindasan
Filipina terhadap MILF-suku Magindanao- dan minoritisasi oleh pemerintah pusat
kesultanan Magindanao dan memasukkan Filipina, pengabaian dalam otonomi
ARMM yang notabene ―milik‖ MNLF-suku Mindanao dalam MoA 2012 dan
Tausug-kesultanan Sulu tanpa konsultasi dan keterasingan dari dunia luar.
pelibatan mereka dalam pembicaraan maka ANALISIS: PERLUNYA PERUBAHAN
praktis etnis Tausug yang juga MNLF dan RADIKAL
masyarakat serta kesultanan Sulu kehilangan Nasionalisme dalam negara-bangsa
harapan dalam arti keseluruhan, termasuk yang mengagungkan territorial integrity
kans-nya untuk bisa merebut kembali Sabah sebagai satu-satunya definisi batas wilayah
suatu ketika. Sementara pemerintah pusat adalah warisan kolonial yang menipulaitf,
mengabaikan, baik dalam pembangunan diciptakan dalam rangka keserakahan
maupun peningkatan kesejahteraan rakyat kolonial yang menabrak batas-batas
dan kehormatan keluarga Kesultanan Sulu. persaudaraan serumpun sesama etnis,
Mereka bukan hanya minoritas agama dan agama, keluarga dan kekuasaan tradisional
etnis di negerinya sendiri Filipina tetapi juga yang historis. Sementara pluralitas anggota
sangat jauh dari pusat dalam arti segalanya, warganegara di dalamnya dipaksakan
jarak, pembangunan dan pemanusiaan. penyeragaman sebagai satu kesatuan dalam 207 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
suatu sistem asimiliasi dengan dalam negara-bangsa pasca kolonial maka
menghilangkan perbedaan dan keragaman. mereka harus menanggung jarak
Kesultanan Sulu, dan tentu saja kesejahteraan hidup yang begitu mencolok
bangsa Moro di Mindanao pada umumnya, dengan saudaranya serumpun sesama etnis,
adalah salah satu tradisi lokal yang seagama, pengalaman historis yang panjang
termarginalisiasi dan terminoritisasi bukan dan bahkan keluarga di Sabah dan Brunei.
saja karena jarak yang jauh dari pusat, tetapi Harapan yang punah, pengabaian eksistensi
juga terabaikan tentang kehidupan ekonomi dalam membangun MoA 2012 atas nasib
dan kehangatan hubungan sebagai sesama mereka di masa depan yang sangat panjang,
bangsa Republik Filipina. Sementara mereka serta keacuhan terhadap kemiskinan dan
tertutup untuk berhubungan secara sejajar jarak distribusi ekonomi di wilayah di
dan hangat dengan saudara serumpun negaranya, membuat frustasi tidak
sesama etnis, agama, sejarah kekuasaan terbendung.
tradisional dan keluarga serta kedekatan Dengan latar belakang semacam itu
wilayah baik dengan Sabah maupun Brunei. rasanya tak pantas negara semakmur seperti
Kedekatan hubungan mereka dalam hampir Malaysia alih-alih membantu membangun
semua hal sedekat hubungan penduduk di kepercayaan diri untuk terhindar dari frustasi
perbatasan Timor Leste-Indonesia di pulau dan memediasi untuk bisa meraih hak-hak
Timor yang sesama Katolik, etnis Timor, mereka secara wajar, dengan entengnya
hubungan keluarga dan tradisi lokal yang justru mengusulkan mereka sebagai teroris
kuat. hanya karena ada ideologi batas wilayah
Hanya karena mereka tergabung negara di situ. Rasanya harus ada perubahan
secara terpaksa dengan bangsa yang berbeda visi yang radikal atas konsep negara-bangsa 208 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pasca kolonial di negara-negara non-Barat Meskipun Ben Anderson memuji setinggi
setidaknya di Asia Tenggara, jika diinginkan langit nasionalisme Indonesia dan Asia
terbangun suatu kesejahteraan yang merata Tenggara, misalnya, yang plural dan
dan terciptanya kawasan yang damai. Tidak multikultural sebagai imagined communities,
hanya dalam wilayah serumpun Melayu yaitu meskipun terdiri dari berbagai suku,
tetapi juga serumpun sesama penghuni bahasa, agama dan kepulauan tetapi berhasil
kawasan Asia Tenggara itu sendiri, termasuk membangun suatu kesatuan bangsa. Tetapi
di mainland Indochina seperti Thailand- tidak bisa melupakan tentang otoritarianisme
Kamboja yang sempat bentrok di perbatasan. Orde Baru Indonesia sebagai bagian dari
REKOMENDASI hegemoni kolonial dan Barat, dan juga
Negara-negara non-Barat pasca otoritarianisme yang sama di negara-negara
kolonial selayaknya membangun sendiri Asia Tenggara atas rakyatnya, yang
definisi batas-batas itu yang berbasis pada memaksakan keseragaman dengan
realitas kultural tradisional, multikultural mengabaikan dan bahkan penghilangan ciri-
dan pluralitas etnis, bahasa dan agama, serta ciri khas lokal serta egoisme sektoral
hubungan persaudaraan dan keluarga, baik masing-masing negara. Kini ciri-ciri itu
ke dalam negara itu sendiri dan antar negara. mulai muncul berupa ketegangan yang laten
Redefinisi itu tentu saja dengan tidak di banyak wilayah, seperti terjadi pada kasus
menghilangkan hak milik masing-masing Keistimewaan Yogyakarta. Maka perlu
tetapi justru untuk suatu visi distribusi pengaturan yang berbasis pada realitas plural
kemakmuran bersama. dan multikultural bangsa itu sendiri dan juga
dalam kawasan Asia Tenggara, bukannya 209 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pemaksaan dengan penyeragaman dan terhadap eksistensi bangsa itu sendiri. Lebih
mengikuti doktrin kolonial tanpa reserve. dari itu adalah adanya ancaman kepunahan
Peringatan keras harus diberikan tradisi budaya pribumi dan dengan itu
kepada kebijakan pemerintah, khususnya sebuah bangsa akan kehilangan tradisi dan
Indonesia, yang lebih mengakomodasi kultur peradabannya sendiri.
dan ideologi yang datang dari luar dan Dalam demokrasi negara-bangsa
bahkan dengan membiarkan munculnya yang melandaskan pada hak-hak individu
cara-cara kekerasan dan penyerangan yang berlebihan selalu terjadi hegemoni oleh
ketimbang memberdayakan dan mayoritas. Penghormatan terhadap hak-hak
perlindungan terhadap budaya dan tradisi budaya dan tradisi sebagai hak kolektif,
lokal yang tertindas. Pada titik tertentu, dengan demikian, harus menjadi arah baru
pembiaran ini di samping akan menggilas konsep kewarganegaraan dalam demokrasi
tradisi-tradisi lokal yang khas juga akan pasca kolonial di negara-negara non-Barat
menimbulkan tradisi kebencian antar sebagai strategi perdamaian dan pemerataan
kelompok bangsa dan itu berarti ancaman kemakmuran.
210 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
Kymlicka, Will, Multicultural Citizenship: Liberal Theory of Minority Rights. Oxford: Oxford University Press, 1995
Kymlicka, Will et al. ed., Can Liberal Pluralism be Exported? Western Political Theory and Ethnic Relations in Eastern Europé. New York: Oxford University Press, 2001
Rodil, B. R., The Minoritization of the Indigenous Communities of the Mindanao and The Sulu Archipelago, Davao City, AFRM, 1994
Rodil, B. R., A Story of Mindanao and Sulu in Question and Answer, Davao City, Mincode, 2003
Tauzon, Bobby M., The Moro Reader: History and Contemporary Struggles of the Bangsamoro People, Quezon City Manila, Policy Study Publication and Advocacy (PSPA)-Center for People Empowerment in Governance (CenPEG), 2008
Tuminez, Astrid S., ―The Land is Our Land: Moro Ancestral Domain and its Implications for Peace and Development in the Southern Philippines,‖ SAIS Review, 27, 2, Summer-Fall 2007: 77-91.
Williams, Timothy, ―The MoA-AD Debacle – An Analysis of Individuals Voices, Provincial Propaganda and National Interest,‖ Journal of Current Southeast Asia Affairs, 1, 2010:121- 144.
Wilson Jr., MAJ Thomas G., Extending Autonomous Region In Muslim Mindanao to the Moro Islamic Liberation Front a Catalyst for Peace: Monograph, Kansas, School of Advance Military Studies US Army Command and General Staff College Fort Leavenworth, 2009
Yegar, Moshe, Between Integration and Secession: The Muslim Communities of the Southern Philippines, Southern Thailand, and Western Burma/Myanmar, Maryland: Lexington Books, 2002
211 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
LEMBAGA PASCA-KONFLIK DAN PROSES PERDAMAIAN DI FILIPINA SELATAN
Lambang Trijono Fisipol dan PSKP, UGM dan Peace and Development Initiative Indonesian Institute [email protected]
Abstract: Post Conflict Institution and Peace Process in Southern Philippines
This writing is an attempt to understand the roles of post conflict insititution and the peace process in Southern Philippines. Strengthening post conflict institution that was the outcome of previous peace agreement is crucial to push for integration and further peace process. The dynamics between conflict and peace in Mindanao show the close connectin between coflict and peace process. When peace process gathered its peace, conflict subsided. And in contrary, when peace process stalled, conflict emerged and violence tookplace which threatened human security. This writing deals with four aspects. One, a review of corrent conflict and peace process in Mindanao. Second, the weakening of the peace process and the rising threat to human security. Third, humanitarian efforts thus far conducted and lessons learned of such efforts. And finally, this paper will see the conncetion between conflict and peace process in Mindanao and the Sabah-Sulu incident. Based on the discussions, this paper will suggest a recommendation to push forward the peace process and the resolve the Sabah-Sulu problem on ASEAN Comunity level.
Keywords: Post-conflict institutions, Peace process, Souther Philippines, Human security
Abstrak: Lembaga Pasca-Konflik dan Proses Perdamaian di Filipina Selatan
Tulisan ini mencoba untuk memahami tentang bagaimana peran lembaga pasca konflik dan proses perdamaian di Filipina Selatan. Penguatan lembaga pasca konflik sebagai lembaga dihasilkan perjanjian damai di masa lalu sangat diperlukan untuk mendorong reintegrasi dan proses perdamaian. Dinamika konflik dan perdamaian di Mindanao selama ini menunjukkan kaitan erat antara proses perundingan dan dinamika konflik. Ketika proses perundingan menguat, maka konflik kemudian mengalami penurunan. Sebaliknya, kemerosotan proses perundingan mendorong dinamika konflik meningkat, sehingga terjadi kekerasan yang mengakibatkan ketidakamanan manusia semakin meningkat. Tulisan ini terdiri dari empat bahagian yang pertama tentang tinjaun terkini tentang situasi terakhir dinamika konflik dan perdamaian Mindanao. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang kemerosotan proses perundingan dan dampaknya terhadap keamanan manusia. Selanjutnya, dipaparkan penanganan kemanusiaan yang telah dilakukan selama ini dan pelajaran yang bisa dipetik untuk mendukung proses perdamaian. Sesuadah itu, dibahas kaitan dinamika konflik dan proses perdamaian di Mindanao dengan peristiwa Sabah-Sulu. Berdasarkan itu, terakhir kemudian dikemukakan rekomendasi untuk mendorong proses perdamaian dn mengatasi masalah Sabah-Sulu dalam level komunitas Asean. Kata kunci: Lembaga pasca-konflik—proses perdamaian—Filipina Selatan—keamanan manusia 212 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
PENGANTAR dan karena itu perlu segera mendapat solusi
Meningkatkan kepedulian publik pemecahan.
terhadap masalah keamanan manusia yang Paparan ini mengangkat masalah
ditimbulkan oleh konflik akan sangat merosotnya proses perdamaian di Filipina
membantu mendorong proses perdamaian. Selatan untuk mencegah dampak buruk
Hal itu sangat diperlukan dalam kasus ditimbulkan terhadap keamanan manusia
konflik di Filipina Selatan. Daerah tersebut dan bagaimana memperkuat proses
bukan hanya mengalami konflik yang sangat perundingan damai. Berdasar hasil penelitian
serius, tetapi juga perdamaian yang berlarut- tentang dukungan lembaga pasca-konflik di
larut hingga kini belum mencapai Mindanao, ditambah dengan pengamatan
kesepakatan damai. Dalam situasi demikian, terakhir terhadap konflik Sulu-Sabah, paper
bukan hanya dinamika konflik saja yang ini berpendapat bahwa penguatan lembaga
harus menjadi perhatian. Tetapi, juga pasca-konflik sebagai lembaga dihasilkan
dinamika perdamaian, terutama perjanjian damai di masa lalu sangat
kecenderungan merosotnya proses diperlukan untuk mendorong reintegrasi dan
perdamaian dan dampaknya terhadap proses perdamaian.
keamanan manusia. Terlebih setelah konflik Paparan berikut ini secara berturut-
Sulu-Sabah pecah belakangan ini, sebagai turut menyajikan, pertama-tama, tinjauan
sebuah transgresi konflik yang meluber ke terkini tentang situasi terakhir dinamika
luar batas-batas negara, hal itu telah konflik dan perdamaian di Mindanao.
mengakibatkan proses perdamaian di Kemudian, dilanjutkan dengan diskusi
Filipina Selatan yang selama ini difasilitasi tentang kemerosotan proses perundingan dan
pemerintah Malaysia menghadapi hambatan dampaknya terhadap keamanan manusia. 213 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Selanjutnya, dipaparkan penanganan disebut ―rido‖ atau pertikaian antar klan
kemanusiaan yang telah dilakukan selama (Abinales 2004: 47-48), tetapi juga konflik
ini dan pelajaran bisa dipetik untuk vertikal penentuan nasib sendiri (Ferrer
mendukung proses perdamaian. Sesudah itu, 2005: 7-15). Namun, dibalik konflik sedang
dibahas kaitan dinamika konflik dan proses berlangsung itu, selama ini berbagai
perdamaian di Mindanao dengan peristiwa prakarsa dan upaya perdamaian juga sedang
Sabah-Sulu. Berdasarkan itu, terakhir dilangsungkan (Lee 2005: 121-123),
kemudian dikemukakan rekomendasi untuk terutama proses perundingan antara
mendorong proses perdamaian dan pemerintah Filipina dengan pemberontak
mengatasi masalah Sabah-Sulu dalam level MILF (Lingga 2005).
komunitas ASEAN. Dinamika konflik dan perdamaian di
SITUASI TERKINI Mindanao selama ini dapat dipahami dari
Meninjau ulang pembahasan tentang aksi pemberontakan di kalangan bangsa
Mindanao selama ini, kita menemukan Moro dan reaksi terhadap pemberontakan
terlalu banyak perhatian diberikan pengamat dilakukan pemerintah Filipina. Di pihak
terhadap proses konflik sedang berlangsung. pemberontakan bangsa Moro, terdapat dua
Tetapi, sangat sedikit perhatian diberikan pihak yang memberontak, yaitu MNLF
terhadap proses perundingan damai sedang (Mindanao National Liberation Front) dan
berlangsung. Memang, konflik menandai MILF (Mindanao Islamic Liberation Front
daerah ini dan sangat mempengaruhi kondisi (Santos 2005: 4-8). MILF merupakan
kehidupan masyarakat di Mindanao. Konflik pecahan dari MNLF karena tidak puas
sedang berlangsung bukan hanya konflik terhadap pelaksanaan perjanjian Damai
bersifat horisontal antar komunitas, atau Tripoli I. 214 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Dari sisi pemerintah Filipina, Konflik bersenjata di Mindanao
terdapat tiga posisi kebijakan dalam dalam dunia modern terjadi mulai sejak
merespon pemberontakan, yaitu: pendekatan tahun 1972, yaitu ketika MNLF
keamanan atau militer, pasifikasi dan mendeklarasikan kemerdekaan Mindanao
demobilisasi, dan pendekatan kelembagaan dari Filipina. Pemberontakan itu kemudian
politik (Oquist 2002, Brillantes 2005). direspon pemerintah Filipina dibawah
Pendekatan militer merupakan posisi militer Presiden Marcos dengan mobilisasi militer
dan sebagian politisi di Manila yang melihat dan perundingan damai mencari solusi
kemenangan militer sebagai satu-satunya politik. Perundingan damai antara MNLF
jalan dan pilihan yang dianggap bisa dan pemerintah Filipina pertama kali
mengakhiri konflik. Sementara, pendekatan berlangsung pada tahun 1976 dalam
pasifikasi dan demobilisasi berpendapat perjanjian Tripoli. Perundingan itu
perdamaian bisa dicapai melalui menghasilkan kesepakatan pemberian
pembangunan ekonomi dan redistribusi otonomi politik untuk Mindanao. Namun,
kesejahteraan. Sedangkan, pendekatan beberapa anggota MNLF dari kalangan
kelembagaan politik lebih memilih solusi pergerakan Islam tidak puas dengan
politik untuk mencapai perdamaian. Dalam pelaksanaan hasil perundingan damai itu,
saling keterhubungan antara aksi dan kemudian keluar dari MNLF dan
pemberontakan dan reaksi pemerintah membentuk front perlawanan baru dalam
Filipina dalam ketiga posisi itulah dinamika wadah MILF.
konflik dan perdamaian di Mindanao bisa Sesudah Presiden Marcos jatuh,
dipahami. Presiden Cory Aquino mengaktifkan
kembali negosiasi dengan MNLF dan MILF 215 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dengan melakukan pembaharuan total‖ (all-out-war) terhadap MILF.
pelaksanaan otonomi untuk Mindanao. Pertempuran antara tentara Filipina dan
Proses perdamaian itu berlanjut hingga MILF tak terhindarkan terus berlangsung
priode pemerintahan berikutnya dibawah dibawah pemerintahan Estrada. Dalam kasus
Fidel Ramos dengan memperluas penyerangan terhadap kamp Abubakar,
desentralisasi politik dan otonomi lebih misalnya, MILF kehilangan basis
besar untuk Mindanao. Untuk mendukung kekuatannya di kamp terbesar dimiliki
pelaksanaan kebijakan itu, dibentuk lembaga (Ferrer 2005: 6).
pasca-konflik yaitu SPCDC (Southern Pertempuran bersenjata surut
Phillipine Council for Peace and kemudian setelah Presiden Gloria
Development) bertujuan untuk mendorong Macapagal-Arroyo dan pemimpin MILF
proses reintegrasi, rehabilitasi dan melakukan negosiasi pada perundingan
rekonstruksi pasca-konflik. Namun, MILF Tripoli kedua pada tahun 2001. Tiga
masih tetap belum menerima kebijakan itu, kesepakatan damai dihasilkan dari
karena meminggirkan posisi mereka dalam perundingan ini, yaitu: gencatan senjata,
pembagian kekuasaan dengan lebih rekonstruksi dan rehabilitasi dan pemberian
memberikan posisi pada pemimpin wilayah otonom baru terhadap MILF atau
tradisional dan pengikut MNLF. yang dikenal dengan ancestral
Situasi menjadi semakin memburuk domain.Untuk mendukung pelaksanaan
di bawah Presiden Joseph Estrada yang lebih perjanjian damai tersebut, dibentuk tiga
mengedepankan pendekatan militer daripada lembaga pasca-konflik, yaitu IMT
perundingan damai. Hal itu dilakukan (International Monitoring Team), dan BDA
dengan mengeluarkan keputusan ―perang (Bangsamoro Development Agencies) serta 216 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
BLMI (Bangsamoro Leadership and pertemuan rahasia dengan pemimpin MILF
Management Institute). di Tokyo pada tanggal 4 Agustus 2011,
Pelaksanaan elemen kesepakatan dengan harapan sebuah solusi politik
pertama dan kedua dinilai cukup berhasil. demokratis bisa dihasilkan melalui
Keberadaan IMT berhasil menurunkan perundingan.
kekerasan secara drastis. Sementara, BDA KEMEROSOTAN PERUNDINGAN
cukup berhasil menjalankan mandatnya Pelajaran terpenting bisa diambil dari
melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi dinamika konflik dan perdamaian selama ini
komunitas, meskipun untuk BLMI baru adalah bahwa terdapat kecenderungan ketika
diaktifkan kemudian dibawah pemerintahan proses perundingan mengalami penurunan,
Presiden Aquino Jr. Namun, untuk maka hal itu segera disusul meningkatnya
pelaksanaan kesepakatan ketiga, tentang ketegangan, polarisasi,dan konflik di
ancestral domain, menemui kendala politik Mindanao sehingga menimbulkan masalah
karena tidak didukung Senat dan Kongres, keamanan manusia. Di masa pemerintahan
hingga akhirnya setelah melalui perdebatan Estrada, misalnya, setelah perundingan
politik dicabut karena dinilai tidak mengalami kemerosotan dan kemudian
konstitusional. diikuti dengan keputusan ―perang total‖
Penolakan ancestral domain itu terhadap MILF pada tahun 2000, hal itu
membuat situasi Mindanao kembali bergolak mengakibatkan kekerasan dan menimbulkan
dan pertempuran antara tentara pemerintah korban sipil. Diperkirakan, akibat dari
Filipina dan MILF kembali pecah. Situasi kebijakan ―perang total‖ tersebut sekitar satu
krisis itu kemudian berhenti setelah Presiden juta orang menjadi pengungsi (PHSR,
baru terpilih Aquino Jr. mengadakan UNDP 2005: 4). 217 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Kasus serupa terjadi pada tahun 2003 dari 288 peristiwa pada awal
ketika Presiden Arroyo mengeluarkan pemerintahannya menjadi hampir nol persen
kebijakan penyerangan terhadap kamp di akhir pemerintahan. Level nol persen itu
―Buliok‖, yang mengakibatkan hampir berlangsung hingga pemerintahan Presiden
setengah juta orang mengungsi. Pertempuran Ramos yang memanfaatkan momen untuk
bersenjata terjadi lagi setelah ancestral perbaikan kondisi di Mindanao itu dengan
domain ditolak pemerintah Manila yang melancarkan kebijakan desentralisasi politik
mengakibatkan kurang lebih 700.000 orang dan otonomi lebih besar.
menjadi pengungsi dan sekitar 500 orang Namun, sebaliknya, selama
meninggal, disertai kerusakan serius sarana pemerintahan Estrada jumlah peristiwa
publik, seperti rumah tinggal, sekolahan, kekerasan meningkat mencapai titik 114
sawah, ladang, perkebunan dan lainnya sesudah ia mengeluarkan keputusan ―perang
(PHSR, UNDP 2005: 4). total‖ terhadap MILF pada tahun 2000. Hal
Kecenderungan ini juga dapat dilihat itu berlangsung terus meningkat hingga
pada potret besar kecenderungan dinamika mencapai titik tertinggi pada level 316
konflik dan perdamaian di Mindanao. peristiwa pada tahun 2008, setelah Presiden
Dilihat dari jumlah peristiwa kekerasan Arroyo mengeluarkan keputusan ―perang
terjadi, jumlah korban kekerasan menurun total‖ terhadap MILF sesudah ancestral
drastis keika proses perundingan kembali domain ditolak Senat and Kongres (PHSR,
menemukan momentum politik (PHSR, UNDP 2005: 3-5).
UNDP 2005). Keputusan Presiden Corazon Sebaliknya, arah berbeda terjadi
Aquino untuk memperluas otonomi ketika proses perundingan menguat dan
Mindanao, misalnya, menurunkan kekerasan mendapatkan momentum politik. 218 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Berlanjutnya proses perundingan telah antara pemberontakan dengan konflik
membuka peluang bagi kebanyakan ―Rido‖, namun dampak dari konflik
pengungsi untuk kembali ke tempat asal komunal itu tidak ada bedanya dengan
melalui berbagai pelayanan penanganan konflik bersenjata antara pemberontak
kemanusiaan dan program perdamaian dengan pemerintah. Misalnya, pertikaian
komunitas. Pemberlakuan kembali gencatan antara pemimpin komunal di Datu Piang,
senjata dengan MILF pada pertengahan Maguindanao, pada bulan Agustus 2011,
tahun 2003, dengan pengawasan IMT, terkait sengketa lahan antara komandan
misalnya, dan berlanjutnya situasi relatif tentara Abunawas (pengikut Kato) dan
damai pada tahun 2004, telah komandan tentara Azmi dari MILF, telah
memungkinkan ribuan orang kembali ke mengakibatkan 14 tentara sipil bersenjata
tempat asal mereka (PHSR, UNDP 2005: 5- meninggal dan lebih dari 3500 penduduk
6). mengungsi (Mindanao Cross 20 Agusus
Namun, dengan gencatan senjata itu 2011).
bukan berarti rakyat Mindanao terbebas dari Kemerosotan proses perundingan
ketakutan, kerentanan dan kekerasan. Begitu disusul dengan meningkatnya ketegangan
proses perundingan berlanjut, dan dan konflik merupakan faktor utama
pendekatan militer surut ke belakang, atau terjadinya ketidakamanan manusia yang
menyimpan energi mereka, konflik dalam semakin meningkat. Konflik yang berlarut-
bentuk lain antar pemimpin komunitas larut dan proses perundingan yang terus
bersenjata, atau ―Rido‖, justru meningkat, merosot menyebabkan konflik berulang.
mengambil kesempatan situasi lemahnya Dalam situasi demikian, tiga posisi
negara. Meski tidak ada kaitan langsung kebijakan, yaitu antara pendekatan militer, 219 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pasifikasi dan mobilisasi, dan kelembagaan SPCDC, IMT, BDA dan organisasi
politik itu menciptakan dinamika konflik dan masyarakat sipil serta agensi pembangunan,
perdamaian tersendiri. Pendekatan militer sangat strategis untuk mendorong proses
cenderung menciptakan polarisasi konflik perdamaian. Sebagai lembaga dihasilkan
semakin menguat. Sementara, pendekatan dari proses perundingan dan sebagai
pasifikasi dan demobilisasi cenderung lembaga perantara, mereka dapat menjadi
menciptakan fragmentasi sipil (Oquist 2002, jembatan perdamaian.
Abinales 2004). Untuk mencegah dampak Pemerintah pusat dalam menjalankan
ketidakamanan manusia, konsolidasi kebijakan selalu ingin menjangkau
perdamaian harus didorong di tingkat komunitas melalui perantara pemerintah
nasional. Pembukaan kembali dialog politik otonom dan membangun kedekatan
antara pemerintah Aquino Jr dengan hubungan dengan elit lokal dan masyarakat
pemimpin MILF baru-baru ini, misalnya, sipil. Demikian pula, pemerintah dan
membuat pendekatan kelembagaan politik pemberontak juga berupaya membangun
kembali menguat dalam proses perundingan. kedekatan hubungan dengan organisasi
PENANGANAN KEAMANAN masyarakat sipil dan komunitas untuk
MANUSIA mendapatkan dukungan dan legitimasi
Menciptakan keamanan manusia politik. Selain itu, untuk mencapai
membutuhkan kerjasama berbagai pihak, komunitas dalam memberikan bantuan,
khususnya kelompok-kelompok strategis di agensi pembangunan dalam menjalankannya
Mindanao. Dalam hal ini, keberadaan selalu melalui perantara atau dengan
lembaga pasca-konflik dan lembaga sipil, sepengetahuan atau persetujuan pemerintah
seperti pemerintahan otonomi Mindanao, atau pemberontak di wilayah mereka. Dalam 220 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
potensinya sebagai lembaga mediasi itu, pembangunan dan demokratisasi (Boutros
kolaborasi diantara lembaga dan agensi itu Gali 1996).
sangat strategis mendorong proses Pemerintah otonomi Mindanao,
perdamaian. misalnya, telah memberikan banyak bantuan
Namun demkian, juga terdapat kemanusiaan dan pembangunan, khususnya
banyak kendala dihadapi lembaga-lembaga dalam situasi krisis. Program Pamana,
tersebut dalam mendorong proses misalnya, merupakan program kemanusiaan
perdamaian. Kebanyakan dari mereka, terbesar dilakukan (Mindanao Cross 20
sayangnya, dalam melakukan intervensi Agustus 2011, Mindanao Cross 24
kemanusiaan masih menggunakan September 2011, Manila Bulettin 29
pendekatan satu dimensi. Belum Oktober 2011). Namun, program ini
menggunakan pendekatan terpadu yang seringkali menemui banyak kendala untuk
memadukan intervensi kemanusiaan dengan memasuki wilayah diduduki MILF. Selain
pembangunan perdamaian. Kebanyakan itu, dalam melaksanakan program, seringkali
hanya bekerja di sekitar konflik, atau hanya menemui penolakan dan bahkan
dalam wilayah konflik, dan bukan mengena pertentangan antar warga komunitas terkait
pada konflik itu sendiri (Gaigals dan penempatan pengungsi. Misalnya, timbul
Leonhartd 2001). Kecuali beberapa lembaga, persoalan, apakah pengungsi harus
seperti BDA, Katuntaya Foundation dan dikembalikan ke daerah asalnya yang
CBCS (Consortium of the Bangsamoro Civil diduduki MILF, ataukah ditempatkan di
Society), kebanyakan lembaga masyarakat tempat lain. Pemerintah mendukung
sipil tidak menggunakan pendekatan ditempatkan di tempat lain, sementara MILF
terpadu,memadukan perdamaian, meminta dikembalikan ke daerah asal. 221 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Selain itu, lembaga lain yang Karena itu, mereka mudah akses untuk
memiliki akses luas terhadap komunitas masuk ke dalam komunitas, baik yang
adalah agensi pembangunan. CSFI dikontrol oleh pemerintah maupun MILF
(Community Services and Family Initiative), (wawancara dengan kepala BDA 25 Agustus
misalnya, memiliki banyak program 2011).
kemanusiaan dan pembangunan komunitas Selain itu, terdapat pula lembaga-
dibantu lembaga internasional, seperti Bank lembaga lain yang memiliki akses luas ke
Dunia dan UNDP, dengan melibatkan komunitas dan memiliki pendekatan terpadu
banyak pemangku, baik dari komunitas, intervensi kemanusiaan dan pembangunan
kalangan pemberontak maupun pemerintah. perdamaian, yaitu Katuntaya Foundation
Namun, program mereka kebanyakan belum (KFI) dan CBCS. Didirikan oleh konsorsium
memadukan program kemanusiaan dan lembaga swadaya masyarakat Mindanao,
pembangunan perdamaian. KFI secara serentak melakukan
Lembaga lain sangat berpotensi pengorganisasian komunitas untuk kerja
menjadi pendorong perdamaian adalah kemanusiaan, pembangunan komunitas dan
lembaga pasca-konflik, seperti SPCDC, IMT perdamaian (wawancara dengan kepala KFI
dan BDA, yang dibentuk sebagai hasil 19 Oktober 2011). Selain itu, bekerjasama
perjanjian damai Tripoli I dan II, dan secara dengan CBCS mereka melakukan diplomasi
khusus memang memiliki mandat untuk itu. perdamaian tingkat tinggi dengan
Sebagai lembaga dihasilkan perjanjian pemerintahan di Manila dan pemimpin
damai, mereka mendapat dukungan dari MILF dan MNLF untuk mencari solusi
berbagai pihak, baik pemerintah, politik (wawancara dengan kepala CBCS
pemberontak maupun warga komunitas. yang juga sekaligus pengelola KFI 19 222 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Oktober 2011). Karena sifatnya yang LEMBAGA PASCA KONFLIK
inklusif, mereka bekerjasama dengan Sejak ancestral domain ditolak
lembaga pasca-konflik seperti IMT dan pemerintah, proses perdamaian di Mindanao
BDA, dan didukung banyak pihak, baik relatif terhenti. Namun, proses perdamaian
kalangan pemerintah otonomi, pemimpin kemudian mendapatkan momentum politik
MILF, MNLF, pemimpin komunitas, yang baru sejak Presiden Aquino Jr
pemimpin agama, pemimpin adat, dan membuka kembali proses perundingan
organisasi masyarakat sipil dan organisasi dengan pemimpin MILF pada tanggal 4
berbasis komunitas. Agustus 2011. Proses perdamaian itu
Kelima lembaga mediasi tersebut sekarang berlangsung dalam konteks politik
menunjukkan keberadaan lembaga lokal khusus, yaitu dilakukan pemerintah dan
berpotensi mendorong perdamaian. MILF yang sekarang relatif lebih terbuka
Kerjasama diantara mereka membantu dan didukung masyarakat sipil. Karena
dalam memberikan dukungan terhadap sifatnya demikian, maka hal itu membuka
proses perdamaian. Terlebih kerjasama peluang dicapainya kesepakatan politik.
lembaga pasca-konflik, seperti IMT dan Selain itu, juga terdapat banyak
BDA, dan CBCS yang memiliki kedekatan kendala untuk mencapai negosiasi politik
dan banyak pendukung dari berbagai pihak, itu. Terutama, karena masih tingginya
dengan agenda perdamaian dan diplomasi pertentangan pendapat, khususnya antara
politik tingkat tinggi. Sebagai lembaga pendekatan militer dan solusi politik baik di
mediasi, mereka bisa diharapkan mendorong dalam pemerintah maupun di kubu MILF.
proses perundingan untuk mencapai solusi Masih banyak pemimpin yang masih
politik. menggunakan pendekatan militer, dibanding 223 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
melakukan transformasi dari pendekatan tetap berunding masih tetap berlangsung
militer ke solusi politik. Hal itu menjadi karena kedua belah pihak masih sepakat
tantangan dan kendala tersendiri untuk dengan prinsip dan etik perdamaian untuk
mencapai solusi politik. mencapai solusi politik (Arguillas 2011,
Masalah lain yang masih menganjal Coronel-Ferrer 2011).
adalah tingginya ketegangan dan debat Seperti terjadi di masa lalu, ketika
antara delegasi perundingan di pihak proses perundingan mengalami kemerosotan
pemerintah dan MILF. Seperti berlangsung hal itu kemudian disusul dengan konflik
dalam proses perundingan di Kuala Lumpur meningkat. Hal itu juga terjadi dalam proses
akhir-akhir ini, difasilitasi pemerintah perundingan terakhir di Kuala Lumpur.
Malaysia, terjadi debat antara delegasi Ketika proses perundingan berjalan alot dan
pemerintah dan MILF tentang proposal berlarut-latut tidak mencapai kesepakatan
―sub-state” atau pembentukan negara kecil berarti, konflik di Mindanao meningkat,
otonom di Mindanao di bawah negara seperti terjadi dalam kasus kontak senjata di
Filipina yang diajukan MILF. Proposal itu Al-Barka dan Payao, Zambuanga, Sibugay,
ditolak pemerintah Manila dengan provinsi Basilan baru-baru ini. Konflik itu
mengajukan proposal baru paket otonomi menimbulkan korban 19 tentara Filipina
terpadu untuk Mindanao. Proposal paket meninggal dan ribuan orang mengungsi (The
otonomi terpadu itu kemudian ditolak MILF. Inquirer 26 Oktober 2011, The Philippine
Maka, berlangsunglah kemudian posisi Star 29 Oktober 2011). Peristiwa itu
―penolakan atas penolakan‖ sehingga saling mendorong pendekatan militer maju ke
merugikan kedua belah pihak dan juga depan, dan akhirnya memaksa Presiden
proses perundingan. Namun, kemauan untuk Aquino Jr mengeluarkan keputusan 224 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
―keadilan total‖ (all-out justice), yang depan harus mampu menyajikan pilihan-
kemudian sedikit banyak meredakan konflik pilihan solusi politik demokratik untuk
sedang berlangsung. Berbeda dengan berlangsungnya transformasi konflik.
keputusan ―perang total‖ dari kepala Disini, imajinasi demokratik
pemerintahan sebelumnya ketika barangkali bisa membantu untuk memvisi ke
menghadapi konflik meningkat, keputusan depan mencapai kemungkinan tercapainya
―keadilan total‖ lebih mengedepankan solusi politik demokratik di Mindanao.
penegakan hukum dan tertib sipil daripada Melalui imajinasi demokrasi itu, bisa dilihat
perang. kemungkinan skenario transformasi konflik
Mindanao saat ini membutuhkan ke depan, bagaimana melakukan
proses perdamaian yang visioner ke depan transformasi pemberontakan organisasi baru
untuk mengatasi kemerosotan perundingan pasca-konflik yang demokratis,
dan menemukan solusi politik. Sepanjang memperjuangkan kepentingan mereka secara
keamanan manusia menjadi kepedulian politik, entah dalam bentuk partai politik
bersama, maka penguatan proses atau lainnya, dalam kerangka bekerjanya
perundingan bisa dicapai dengan politik demokrasi.
mengendepankan proses perundingan baru Imajinasi demokrasi ini bisa
yang lebih visioner ke depan. Tetapi, karena membantu pihak-pihak berkonflik
dalam konteks Mindanao keamanan manusia menemukan jalan demoktais untuk mencapai
hanya bisa diraih jika berlangsung perdamaian. Selain, di satu sisi, keberadaan
konsolidasi politik, demiliterisasi politik dan lembaga pasca-konflik, IMT, BDA, BLMI,
demobilisasi pemberontakan, maka proses perlu semakin diberdayakan, di sisi lain
perdamaian yang baru lebih visioner ke bagaimana ke depan melakukan transformasi 225 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pemberontakan menjadi organisasi pasca- dipertanyakan haknya dalam berpendapat,
konflik yang baru dalam kerangka politik karena keberadaanya diakui secara sah dari
demokrasi menjadi tantangan utama dalam demokrasi (Mouffe 2005). Melalui imajinasi
proses perundingan (Kovacs 2008). demokrasi seperti itu, perdamaian di
Skenario ini sangat menjanjikan bagi Mindanao diharapkan bisa dicapai dengan
terciptanya perdamaian di Mindanao. Hanya menjadikan demokrasi sebagai landasan etik
saja, hambatan utama terletak pada masih politik, dengan keyakinan bahwa tidak ada
kuatnya konservatisme menggunakan konflik yang tidak bisa diatasi ketika
pendekatan militer dalam menyelesaikan kemanan manusia menjadi tujuan utama dan
konflik daripada memenangkan hati demokrasi dijadikan jalan menuju kesana.
pemberontakdan warga masyarakat melalui TRANSGRESI KONFLIK SABAH
negosiasi politik. Selain itu, tantangan juga Sementara proses perundingan terus
barangkali datang dari mereka-mereka yang berlangsung antara pemerintah Filipina dan
belum bisa menerima sepenuhnya solusi MILF, dan bahkan semakin mendekati
politik sebagai jalan terbaik. Belum kenyataan menuju tercapainya perdamaian,--
mempercayai bahwa transformasi konflik ketika dalam sejarah pertama kali sekitar
bisa dilakukan dengan mengubah hubungan 100 pemimpin MILF bertemu dengan
antagonistik, atau menjadikan pihak lawan Presiden Aquino di Istana Malacanang--,
sebagai musuh (enemy) yang harus tiba-tiba kasus peristiwa Sabah-Sulu
dienyahkan, menuju hubungan agonistis, mencuat ke permukaan. Sejumlah pengikut
dimana pihak musuh dipandang sebagai Sultan Sulu, Abdullah Kiram III, dari
lawan (adversary), yaitu mereka dilawan Kepulauan Sulu, Filipina Selatan, dengan
pendapatnya tetapi tidak pernah membawa senjata memasuki wilayah Sabah, 226 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Malaysia, mengklaim bahwa wilayah Sabah hubungan emosional, tempat tinggal,
merupakan bagian dari Kesultanan Sulu dan sejarah, budaya, sosial ekonomi, tidak
mereka meminta pemerintah Malaysia mudah begitu saja dibatasi oleh batas-batas
mengembalikan ke pangkuan Kesultanan wilayah negara, sehingga membutuhkan
Sulu. penanganan tersendiri.
Klaim itu tentu saja ditolak Sebagian lain melihat, bahwa kasus
pemerintah Malaysia, dimana wilayah Sabah itu merupakan percikan pertikaian politik
selama ini telah menjadi bagian dari wilayah ditengah Malaysia sedang menghadapi
dalam juridiksi kedaulatan Malaysia. Pemilu, bulan April 2013. Menurut versi ini,
Pemerintah Malaysia memberikan ultimatum peristiwa itu, terjadi karena provokasi politik
kepada para ―penyusup‖ itu untuk keluar terhadap Sultan Sulu untuk mengklaim
dari wilayah Sabah kembali ke Kepulauan Sabah, sebagai upaya mendelegitimasi
Sulu. Sementara, ―pengklaim sejarah‖ dari pemerintahan berkuasa di Malaysia.
pengikut Kesultanan Sulu itu menolak Sebagian lain lagi melihat, dari sisi yang
ultimatum itu, sehingga tidak terhindarkan lebih luas, bahwa peristiwa itu merupakan
terjadi kekerasan bersenjata di Sabah. sabotase proses perdamaian sedang
Berbagai spekulasi muncul terkait berlangsung antara pemerintah Filipina
peristiwa itu. Sebagian melihat, bahwa kasus dengan MILF, yang difasilitasi pemerintah
itu merupakan akibat benturan tak Malaysia, yang bersumber dari situasi terkini
terhindarkan antara cara pandang kedaulatan konflik di Laut Cina Selatan yang semakin
dan cara pandang komunitas. Bahwa ikatan memanas. Dalam versi ini, ketegangan di
hubungan saling ketergantungan dan Laut Cina Selatan ikut memicu terjadinya
pergerakan manusia karena kedekatan peristiwa Sabah. 227 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Spekulasi itu mungkin saja benar wilayah seringkali muncul karena
terkait peristiwa Sabah-Sulu, meski pada romantisme sejarah masa lalu yang didorong
level konteks. Namun, spekulasi itu karena krisis posisi atau krisis identitas.
mengandung kelemahan serius dan Persoalan ini menjadi semakin jelas
mengabaikan fakta empiris yang lain yang ketika kita letakkan dalam konteks dinamika
telah ada selama ini; mengapa klaim sejarah konflik dan perdamaian serta perubahan-
atas wilayah Sabah itu tiba-tiba muncul perubahan terkini berlangsung di Mindanao,
sekarang dilakukan Sultan Sulu dan khususnya terkait proses perundingan
pengikutnya setelah sekian lama menerima pemerintah Filipina dan MILF, difasilitasi
Sabah sebagai bagian dari Malaysia? pemerintah Malaysia, sebagaimana
Apakah ada sesuatu perubahan tertentu atau dipaparkan di atas. Penulis berpendapat,
krisis politik terjadi di Kepulauan Sulu persoalan ini merupakan bagian dari apa
sehingga klaim atas Sabah muncul? yang disebut persoalan ―intra-state spill
Pertanyaan ini diajukan karena overed‖, yaitu limpahan ekses atau
Kepulauan Sulu selama ini menjadi bagian transgresi konflik domestik/ intra-negara ke
tidak terpisahkan dari proses politik negara sekitar.
berlangsung di Mindanao. Namun, selama Transgresi konflik itu berlangsung
ini keberadaan Sultan Sulu, dan juga karena dua sebab. Pertama, dislokasi politik
pengikut MNLF yang berada di Sulu, relatif atau krisis posisi dan identitas terjadi di
terabaikan tidak dilibatkan dalam proses Kepulauan Sulu terkait proses perundingan
perundingan antara pemerintah Filipina dan berlangsung antara pemerintah Filipina dan
MILF. Sementara, di sisi lain, pergerakan MILF di Mindanao. Kedua, bangkitnya
politik atau klaim historis atas sesuatu romantisme sejarah di masa lalu dan 228 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pergerakan politik terkait krisis posisi dan Dislokasi politik dan krisis identitas
identitas terjadi dimana kepulauan Sulu dan itu kemudian membangkitkan romantisme
Sultan Sulu serta pengikutnya terpinggirkan sejarah dan kejayaan masa lalu, terkait
dari proses perundingan di Mindanao dan kebesaran Kesultanan Sulu. Di tengah krisis
transgresi konflik ke Sabah terjadi karena yang sedang terjadi, muncul kemudian
Sabah di masa lalu merupakan bagian dari fantasi tentang kekuasaan menyatu antara
Kesultanan Sulu. Sultan dan rakyat atau pengikutnya dan
Dislokasi politik, krisis posisi dan kemudian mencari bentuk organ politiknya
krisis identitas terjadi karena selama ini yang baru, melakukan penguatan
Kepulauan Sulu dan Sultan Sulu dan penempatan atas wilayahnya termasuk
pengikutnya terpingirkan dari proses Sabah yang dulu menjadi bagian dari
perundingan di Mindanao, sehingga wilayah Kesultanan Sulu.
menimbulkan ketidaknyamanan dan Interpretasi semacam itu, selain
ketidakpastian akan masa depan Sulu. kontekstual berdasar dinamika politik di
Kesepakatan pemerintah Filipina dan MILF, Kepulauan Sulu dan proses perundingan
yang difasilitasi pemerintah Malaysia, yang damai berlangsung di Mindanao, juga
secara langsung memperkuat posisi MILF di memberikan tempat secara objektif kaitan
wilayah Mindanao dan Kepulauan Sulu, antara subjek politik dan institusi politik. Di
mengancam posisi Sultan Sulu dan tengah dislokasi politik, krisis posisi dan
pengikutnya karena selama ini tidak menjadi krisis identitas sedang berlangsung, subyek
bagian dan tidak mendapatkan penguatan politik berusaha mencari identitas politiknya
posisi dari proses perundingan. yang baru, dengan membangkitkan
romantisme lama, tumbuh fantasi politik 229 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
baru untuk mengembalikan kejayaan politik Kepulauan Sulu dan Sultan Sulu serta
masa lalu, dengan segala akibat ditimbulkan pengikutnya sebagai bagian dari proses
terjadinya pergerakan politik dan transgresi perundingan, sehingga Kepulauan Sulu
konflik ke Sabah. mendapatkan posisi politik semakin kuat.
Fantasi politik dan transgresi konflik Masalahnya, proses perundingan yang
ke Sabah itu jelas tidak realistis, karena semula difasilitasi pemerintah Malaysia itu
berbenturan dengan realitas politik sekarang ini terhenti akibat terjadi peristiwa
kedaulatan negara dimana Sabah kini telah Sabah. Karena itu, dukungan dan
menjadi bagian dari Malaysia, sehingga keterlibatan komunitas ASEAN dan Asia
menimbulkan pertumpahan darah. Namun, sebagai pihak ketiga menjadi sangat
interpretasi semacam itu membawa diperlukan untuk mendorong proses
implikasi bahwa selain lebih dalam perundingan, dengan menjadikan pemecahan
memahami persoalan, juga berusaha masalah Sabah-Sulu dan penguatan posisi
menemukan sumber persoalan pada subjek politik kepulauan Sulu sebagai salah satu
politik dan bagaimana mengatasinya melalui agenda dalam proses perundingan.
institusi politik. PENUTUP
Krisis di Sulu dan tragedi di Sabah Paparan ini menekankan pentingnya
itu mendorong berbagai pihak untuk mengatasi kemerosotan proses perundingan
memberi dukungan terhadap penguatan damai agar tidak menimbulkan dampak
proses perundingan di Mindanao, antara meningkatnya konflik dan ketidakamanan
pemerintah Filipina dengan faksi-faksi manusia. Berdasarkan penelitian dilakukan
pergerakan politik di Mindanao, MILF, di Mindanao dan Kepulauan Sulu, paparan
MNLF, dengan melibatkan kepentingan ini menekankan pentingnya proses 230 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
perundingan damai yang visioner ke depan dihasilkan perjanjian damai disini sangat
untuk menemukan solusi politik secara ditekankan untuk mendorong proses
demokratis terhadap konflik berlangsung di perundingan untuk mencapai solusi politik.
Filipina Selatan.
Dinamika konflik dan perdamaian di Lemahnya proses perundingan
Mindanao selama menunjukkan kaitan erat sedang berlangsung di Mindanao tidak
antara proses perundingan dan dinamika hanya berakibat pada dinamika konflik di
konflik. Ketika proses perundingan menguat, Mindanao yang semakin meningkat. Tetapi,
maka konflik kemudian mengalami juga krisis politik terjadi di Kepulauan Sulu,
penurunan. Sebaliknya, kemerosotan proses ketika Kepulauan Sulu dan Sultan Sulu serta
perundingan mendorong dinamika konflik pengikutnya terpinggirkan dari proses
meningkat sehingga terjadi kekerasan yang perdamaian antara pemerintah Filipina dan
mengakibatkan ketidakamanan manusia MILF. Hal itu mendorong terjadinya
semakin meningkat. Dalam konteks konflik transgresi konflik ke wilayah Sabah,
yang sudah begitu akut dan proses sehingga terjadi krisis Sabah-Sulu.
perdamaian yang berlarut-larut, proses Proses perundingan antara
perundingan di sini tidak harus diartikan pemerintah Filipina dan MILF selama ini
secara terbatas sebagai reaksi sesaat atas difasilitasi oleh pemerintah Malaysia.
konflik yang sedang terjadi, melainkan lebih Sehingga, ketika terjadi krisis Sabah-Sulu
luas dari itu harus ditempatkan sebagai perundingan itu mengalami kemandegan.
bagian dari upaya pencegahan konflik dan Karena itu, penguatan proses perundingan
ketidakamanan manusia. Peran lembaga- antara pemerintah Filipina dengan faksi-
lembaga pasca-konflik sebagai lembaga faksi pergerakan politik di Filipina Selatan 231 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
harus dilakukan dengan melibatkan dalam proses perundingan yang akan datang
dukungan peran pihak ketiga lainnya dari penting untuk memasukkan masalah krisis
komunitas ASEAN dan Asia. Selain politik di kepulauan Sulu dan krisis Sabah-
menekankan pentingnya proses perundingan Sulu sebagai bagian dari agenda
yang visioner untuk mencari solusi politik perundingan.
secara demokratis, seperti disebutkan di atas,
232 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
Abinales, Patricio O., Making Mindanao, Cotabato and Davao in the Formation of the Philippine Nation-State., Manila: Ateneo De Manila Press, 2004.
Arguilles, Carolyn O., ―The GPH and MILF Peace Panel‘s Proposals: Their 11-points Summaries‖, August 23, 2011.
Boutros-Boutros Gali, An Agenda for Peace., New York, 1996.
Brillantes, Alex. B., ―Institutional and Politico-Administrative Responses on Armed Conflict‖, A background paper, the Philippine Human development Report, Manila, 2005.
Coronel-Ferrer, Miriam, ―The Philippine State and Moro Resistance: Dynamics of A Persistent Conflict‖, in Kamarulzaman Askandar and Ayesah Abubakar (ed), The Mindanao Conflict, SECSN, Penang, 2005.
Coronel-Ferrer, Miriam, ―A Comprehensive Package for Autonomy‖, Philippine Daily Inquirer, August 29, 2011.
Gaigals, Cynthia and Manuela Leonhartd, ―Conflict-Sensitive Approach to Development: A Review of Practices‖, London: International Alert, 2001.
ICG, ―The Philippine, the Collapse of Peace in Mindanao‖, Asia Briefing No. 83, 23 October, 2008.
ICG, ―The Philippine, Back to the Table, Warily, in Mindanao‖, Asia Briefing No. 119, 24 March, 2011.
Mouffe, Chantal, On the Political., London: Routledge, 2005.
Oquist, Paul, ―Mindanao and Beyond, Competing Policies, Protracted Conflict and Human Security. 5th Peace Assessment Mission,‖ Philippine Report, UNDP, Manila, 2002.
PHSR, UNDP, ―Human Development Report,‖ The Philippine, UNDP, Manila, 2005.
Santos, Soliman M., ―Evolution of the Armed Conflict on the Moro Fronts‖, A background paper, the Philippine Human Development Report, Manila, 2005.
Soderberg, Mimmi Kovac, ―When Rebels Change Their Stripes; Armed Insurgency in Post-War Politics, in Anna K. Jarstad and Timoty D. Sisk (ed), From War to Peace, Dilema of Peacebuilding. Cambridge, Cambridge University Press, 2008.
233 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
“SABAH” DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL: MILIK FILIPINA ATAU MALAYSIA?
Rina Shahriyani Shahrullah Universitas Internasional Batam [email protected]
Abstract: „Sabah‟ in the Perspective of International Law: Belong to the Philippines or to Malaysia?
This writing is an attempt to understand the Sabah case based on the perspective of International Law. The disputes over claims of certain areas among members of ASEAN seem to be continued. After the case of Sipadan dan Ligitan which involved Indonesia and Malaysi, followed by the case of Batu Puteth (Pedra Branca) between Singapore and Malaysia, the case of Sabah betwen the Philippines and Malaysia came to the surface. This issue has to be included as an important agenda for ASEAN because ASEAN should play important role as a mediator to resolve disputes among its members. Unfortunately, thus far ASEAN has not played signifinact role in resolving the Sipadan-Ligitan case and the Batu Puteh (Pedra Branca) case which led to the trial of the cases by the International Court of Justice. Has the Sabah case to be ended in ICJ?
Keywords: Sabah, dispute, international law, ASEAN
Abstrak: „Sabah‟ Dalam Perspektif Hukum International: Milik Filipina Atau Malaysia?
Tulisan ini mencoba untuk memahami kasus Sabah berdasarkan perspektif Hukum International. Persoalan klaim atas wilayah di antara negara-negara Asean tampaknya tidak akan berakhir. Setelah kasus Sipadan dan Ligitan yang melibatkan Indonesia dan Malaysia dilanjutkan dengan kasus Batu Puteh (Pedra Branca) antara Singapura dan Malaysia, kasus Sabah antara Filipina dan Malaysia mencuat kepermukaan. Apakah persoalan klaim atas wilayah akan menjadi sandungan bagi Asean Community? Persoalan ini haruslah menjadi suatu agenda penting bagi Asean karena Asean dapat berperan penting sebagai penengah dalam sengketa-sengketa yang melibatkan negara anggotanya. Namun, sangat disayangkan, Asean tidak dapat berperang besar dalam menangani kasus Sipadan-Ligitan dan Kasus Batu Puteh (Pedra Branca) sehingga kedua kasus ini harus ditangani oleh Mahkamah International (ICJ). Apakah kasus Sabah juga pada akhirnya harus berakhir di tangan ICJ?
Kata kunci: Sabah, pertikaian, hukum internasional, ASEAN
234 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
PENDAHULUAN bersenjata yang berasal dari Kesultanan Sulu
Persoalan klaim terhadap wilayah di Filipina Selatan ke Sabah. Sultan Jamalul
nampaknya akan tetap menjadi perseteruan Kiram III dari Kesultanan Sulu menuntut
di antara negara-negara ASEAN. Pada tahun Malaysia mengembalikan Sabah ke dalam
2002, persoalan klaim Indonesia dan wilayah Filipina. Tuntutan dari Sultan
Malaysia terhadap Pulau Sipadan dan Pulau Jamalul Kiram III dari Kesultanan Sulu
Ligitan telah diputuskan oleh Mahkamah merupakan bukti bahwa klaim atas wilayah
Internasional (International Court of Justice/ Sabah antara Filipina dan Malaysia belum
ICJ). Dalam kasus Sipadan-Ligitan, ICJ ―selesai‖ (Jawa Pos National Network 20
memutuskan bahwa Malaysia yang berhak Maret 2013).
atas wilayah Pulau Sipadan dan Pulau Sengketa antara Filipina dan
Ligitan. Pada tahun 2008, ICJ dalam kasus Malaysia terhadap Sabah merupakan suatu
Batu Puteh (Pedra Branca) yang melibatkan kajian yang sangat menarik dalam hukum
Singapura dan Malaysia memutuskan bahwa internasional. Meskipun kasus ini belum
kepemilikan Pulau Batu Puteh (Pedra diajukan ke ICJ oleh kedua negara yang
Branca) berada di tangan Singapura. Pada bersengketa, kasus ini dapat dianalisis
tahun 2013, sengketa wilayah antara negara dengan menggunakan pendekatan hukum
anggota ASEAN kembali mencuat. Kali ini internasional untuk mengetahui apakah
klaim diajukan oleh Filipina dan Malaysia Filipina atau Malaysia yang berhak atas
terhadap wilayah Sabah. Masalah Sabah wilayah Sabah. Dalam mengkaji kasus ini,
mencuat kepermukaan dan menjadi topic kasus Sipadan-Ligitan dan kasus Batu Puteh
pemberitaan di media massa di Filipina dan (Pedra Branca) dapat dijadikan suatu
Malaysia, setelah masuknya kelompok perbandingan untuk mengetahui pendekatan 235 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
yang mungkin digunakan oleh ICJ dalam Charter of the United Nations,Declaration
memutu kasus Sabah tersebut. on Principles of International Law
PENYELESAIAN SENGKETA concerning Friendly Relations and Co-
INTERNASIONAL operation among States in accordance with
Penyelesaian sengketa internasional umum the Charter of the United Nations,The
dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu: Manila Declaration on the Peaceful
a. Penyelesaian sengketa secara damai Settlement of International Disputes.
Metode penyelesaian sengketa ini Penyelesaian sengketa internasional secara
dilakukan oleh para pihak yang bersengketa damai menggunakan prinsip-prinsip di
dengan melakukan kesepakatan untuk bawah ini (Mauna 2005, 1994):
menemukan suatu solusi yang bersahabat. 1. Prinsip bahwa negara tidak akan
Penyelesaian sengketa secara damai menggunakan kekerasan yang bersifat
pada mulanya tercantum pada The Hague mengancam integritas teritorial atau
Convention for the Pacific Settlement of kebebasan politik suatu negara, atau
International Disputes yang ditandatangani menggunakan cara-cara lainnya yang
pada tanggal 18 Oktober 1907 di Den Haag, tidak sesuai dengan tujuan-tujuan
Belanda.12 Metode penyelesaian secara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);
damai selanjutnya dicantumkan juga pada 2. Prinsip non-intervensi dalam urusan
berbagai dokumen internasional, antara lain: dalam negeri dan luar negeri suatu
negara; 12 Article 1 of 1907 The Hague Convention for the Pacific Settlement of International Disputes: ‘With a 3. Prinsip persamaan hak dan menentukan view to obviating as far as possible recourse to force in the relations between States, the Contracting nasib sendiri bagi setiap bangsa; Powers agree to use their best efforts to ensure the pacific settlement of international differences’. 4. Prinsip persamaan kedaulatan negara; 236 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
5. Prinsip hukum internasional mengenai konflik bersenjata non-perang seperti
kemerdekaan, kedaulatan danintegritas retorasi (retorsion), tindakan-tindakan
teritorial suatu negara; pembalasan (reprisals), blokade secara
6. Prinsip itikad baik dalam hubungan damai (pacific blockade), dan intervensi
internasional; (intervention) (judicial settlement)
7. Prinsip keadilan dan hukum internasional. (‗Inspirasi Hukum, http://inspirasihukum.
Penyelesaian sengketa secara damai blogspot.com/2011/04/penyelesaian-seng-
dibedakan atas penyelesaian sengketa secara keta internasional.html).
politik yang terdiri dari perundingan Terkait sengketa antara Malaysia dan
(negotiation), jasa-jasa baik (good-offices), Filipina dalam kasus Sabah, kedua negara
penyelidikan (inquiry), penengahan sebaiknya menyelesaikan sengketa tersebut
(mediation) dan konsiliasi (conciliation) secara damai. Malaysia dapat melakukan
serta penyelesaian sengketa secara hukum perundingan (negotiation) yang melibatkan
yang meliputi arbitrase (arbitration) dan pihak Kesultanan Sulu dan Pemerintah
penyelesaian hukum (judicial Filipina. Namun, nampaknya perundingan
settlement)(―inspirasi(‗InspirasiHukum:http:/ antara kedua negara telah mengalami
/inspirasihukum.blogspot.com/2011/04/peny kebuntuan (deadlock), terlebih lagi dengan
elesaian-sengketa internasional.html.) adanya pernyataan dari Juru Bicara Presiden
b. Penyelesaian sengketa secara paksa atau Filipina Benigno Aquino III, Edwin
dengan kekerasan Lacierda yang menyatakan, ―Presiden
Metode penyelesaian sengketa ini Aquino telah menugaskan Sekretaris Negara
dilakukan oleh para pihak yang bersengketa Paquito Ochoa Jr, Menteri Luar Negeri
melalui kekerasan melalui perang dan Albert del Rosario, Menteri Hukum Leila de 237 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Lima untuk mempelajari sengketa Sabah‖. mempunyai dua opsi, yaitu ―menang atau
Bila mereka menemukan dasar yang kuat kalah‖.
atas klaim Sulu ke Sabah, maka masalah ini Sebelum kasus Sabah diajukan ke
ke Mahkamah Internasional (ICJ) (Philstar ICJ, baik Malaysia maupun Filipina dapat
20 Maret 2013). menggunakan metode ―jasa-jasa baik (good-
Penyelesaian secara hukum (judicial offices) maupun penengahan (mediation)”
settlement) melalui Mahkamah Internasional dengan melibatkan ASEAN. ASEAN
(International Court of Justice/ ICJ) sebagai organisasi regional di Asia Tenggara
dianggap oleh Juru Bicara Presiden Filipina yang anggotanya termasuk Malaysia dan
Benigno Aquino III, Edwin Lacierda sebagai Filipina dapat menjembatani dialog antara
solusi yang menguntungkan kedua belah kedua negara. Namun, pertanyaan lain yang
pihak (“win-win solution”) serta merupakan muncul, sejauh mana ASEAN dapat
salah satu cara untuk meredam konflik menangani kasus sensitif seperti ini.
antara kedua negara. Pertanyaannya adalah Meskipun keterlibatan ASEAN penting
apakah penyelesaian secara hukum akan dalam kasus Sabah, ASEAN harus tetap
menghasilkan “win-win solution”. Istilah bersikap ekstra ―hati-hati‖ agar pendekatan
“win-win solution” sama sekali tidak ASEAN terhadap kasus sengketa wilayah
dikenal dalam penyelesaian secara hukum. tetap dalam ranah ―netral‖.
Sebaliknya, cara penyelesaian ini hanya PENYELESAIAN SENGKETA
mengenal kata “win or lose”. Seandainya INTERNASIONAL MELALUI
pihak Filipina tetap bersikukuh mengajukan MAHKAMAH INTERNASIONAL
kasus Sabah ke ICJ, pihak Filipina hanya (INTERNATIONAL COURT OF
JUSTICE/ ICJ) 238 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Mahkamah Internasional anggota dari Statuta Mahkamah
(International Court of Justice/ ICJ) Internasional dan anggota PBB.
merupakan badan PBB yang berkedudukan b. Ratione Materiae
di Den Haag (Belanda) yang dibentuk pada Terkait jenis sengketa hukum
tahun 1945. ICJ merupakan penerus dari internasional apa saja yang dapat
Permanent Court of International Justice diajukan ke ICJ. Berdasarkan Pasal 36 (1)
(PCIJ) yang dahulu didirikan oleh Liga Statuta Mahkamah Internasional, ICJ
Bangsa-Bangsa (LBB) pada tahun 1921. menerima semua perkara yang diajukan
Kewenangan ICJ diatur dalam Bab II Statuta pihak-pihak yang bersengketa (negara)
Mahkamah Internasional (ICJ Statute). kepada ICJ sepanjang sengketa tersebut
Kewenangan tersebut terbagi atas: terkait dengan piagam PBB atau
a. Ratione Personae perjanjian-perjanjian dan konvensi-
Terkait subyek hukum internasional mana konvensi internasional yang berlaku.
saja yang dapat mengajukan perkara ke Pasal 36 (1) Statuta Mahkamah
ICJ. Hanya negara yang mempunyai Internasional tidak membedakan antara
akses mengajukan suatu sengketa sengketa hukum dan politik. Namun
internasional untuk diputuskan oleh ICJ, dalam praktiknya, ICJ selalu menolak
sehingga subyek hukum internasional memeriksa perkara-perkara yang tidak
lainnya seperti organisasi internasional bersifat hukum.
maupun individu tidak dapat menjadi Filipina maupun Malaysia sebagai
pihak dalam persidangan ICJ. Selain itu, negara yang berdaulat telah memenuhi unsur
ICJ hanya terbuka bagi negara-negara ratione personae, sehingga kedua negara
dapat beracara di ICJ. Namun, sebelum 239 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
beracara di ICJ kedua negara wajib untuk dalam Pasal 94 Piagam PBB (Charter of the
membuat suatu Perjanjian Khusus (Special United Nations):
Agreement) tentang penundukan (Consent to a. Tiap-tiap negara anggota PBB harus
be Bound) kepada juridiksi ICJ. Penundukan melaksanakan keputusan Mahkamah
ini didasarkan pada prinsip kedaulatan Internasional dalam sengketa.
negara (State Soverignty). Berdasarkan b. Jika negara yang bersengketa tidak
aspek ratione materiae, kasus Sabah melaksanakan kewajiban-kewajiban
merupakan suatu sengketa wilayah yang yang dibebankan oleh Mahkamah
digolongkan ke dalam kategori sengketa Internasional kepadanya, negara pihak
hukum, sehingga secara substansi kasus ini lain dapat mengajukan persoalannya
masuk dalam kewenangan ICJ. Sehingga, kepada Dewan Keamanan (Security
apabila Filipina dan Malaysia sepakat untuk Council). Jika dianggap perlu, Dewan
mengajukan kasus Sabah ke ICJ, sangat Keamanan dapat membuat
kecil kemungkinan ICJ akan menolak rekomendasi-rekomendasi atau
menyidangkan kasus tersebut. Seandainya memutuskan tindakan-tindakan yang
kasus Sabah disidangkan oleh ICJ dan ICJ akan diambil supaya keputusan
telah mengeluarkan suatu putusan, maka tersebut dilaksanakan.
pihak yang dikalahkan wajib untuk tunduk KLAIM SEJARAH (HISTORICAL
dan menjalankan putusan tersebut. Dengan CLAIM) DAN PENGUASAAN EFEKTIF
kata lain, putusan yang dikeluarkan oleh ICJ (EFFECTIVE OCCUPATION)
terkait kasus Sabah mempunyai kekuatan Klaim atas wilayah dapat dibagi
mengikat bagi para pihak yang bersengketa menjadi 9 (sembilan) kategori. Kategori
(Filipina dan Malaysia). Hal ini ditegaskan tersebut juga diterapkan oleh ICJ dalam 240 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menentukan negara mana yang berhak atas lamanya suatu negara memiliki wilayah
wilayah yang dipersengketakan. Kesembilan yang dipersengketakan(length of possession)
kategori tersebut didasarkan atas: perjanjian (Burghardt 1973). Klaim berdasarkan
(treaties), geografi (geography),ekonomi sejarah berkaitan erat dengan klaim
(economy), budaya (culture),penguasaan berdasarkan budaya (cultural claim). Klaim
efektif (effective occupation), sejarah berdasarkan sejarah semakin kuat apabila
(history), uti possidetis, elitism, dan ideology rakyat yang menempati daerah yang
(ideology) (Burghardt 1973). Namun, dari dipersengketakan dapat membuktikan
kesembilan kategori tersebut, ICJ umumnya kedekatan budaya dari satu negara yang
menerapkan penguasaan efektif dari wilayah bersengketa (Sumner 2004, 1779, 1786).
yang dipersengketakan (effective occupation Penggunaaan klaim sejarah
of the disputed territory), hak sejarah, uti (historical claim) atas Sabah yang mungkin
possidetis, geografi, penjanjian dan dikemukakan oleh pihak Filipina didasarkan
keseragaman budaya (cultural homogeneity) pada Konstitusi Filipina tahun 1935 yang
dalam mengkaji negara mana yang berhak menyatakan bahwa wilayah nasional Filipina
atas wilayah yang dipersengketakan. antara lain, "semua daerah lain yang
Dalam kasus Sabah, baik pihak termasuk ke Filipina atas dasar hak sejarah
Filipina maupun pihak Malaysia nampaknya atau tuntutan hukum". Berdasarkan klaim
akan mendasarkan klaim mereka pada klaim sejarah, Filipina dapat menyatakan bahwa
sejarah (historical claim). Klaim sejarah pada tahun 1944-1945 peta Filipina telah
didasarkan pada negara mana yang pertama menampilkan Sabah dianeksasi ke Filipina.
kali memiliki wilayah yang Peta tersebut menggambarkan wilayah
dipersengketakan (first possession) atau Filipina sebelum masuknya Inggris dan 241 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sebelum aneksasi secara illegal oleh Kuala tahun 1963 bersama-sama dengan
Lumpur di Semenanjung Malaya pada tahun Singapura, Sarawak dan negara bagian
1963. Pihak Filipina dapat berargumentasi Malaya. Pada tahun 2004, Kedutaan
bahwa Sabah masih dikendalikan oleh Besar Malaysia di Filipina telah
Perusahaan Borneo Utara (North Borneo membayar penyerahan/ uang sewa
Chartered Company (NBCC) sampai dengan sebesar US$ 1.500 per tahun (sekitar
1946. Sampai saat itu, hak kedaulatan atas 6.300 ringgit Malaysia) kepada ahli
Sabah tetap berada pada Kesultanan Sulu waris Kesultanan Sulu.
dan Borneo Utara (Viva News 20 April c. Pada tahun 1906 dan 1920 Amerika
2013). Serikat secara resmi mengingatkan
Argumentasi lain yang dapat Britania Raya bahwa Sabah masih
diajukan Filipina dengan menggunakan menjadi bagian dari Kesultanan Sulu.
klaim sejarah atas Sabah antara lain: Spanyol tidak pernah memperoleh
a. Kesultanan Sulu yang sekarang kedaulatan atas Borneo Utara untuk
merupakan bagian integral dari mentransfer semua klaim kedaulatan
Filipina hanya menyewakan Sabah atas Borneo Utara ke Inggris pada
kepada Perusahaan Borneo Utara pada Protokol Madrid tahun 1885.
tahun 1878. Kedaulatan Kesultanan Sama halnya dengan Filipina, pihak
Sulu atas Sabah tidak pernah Malaysia pun dapat mengajukan sanggahan
dilepaskan. (counter argument) terhadap argumentasi
b. Tahun 1878 pembayaran sewa Filipina dengan menggunakan klaim sejarah
dilanjutkan sampai kemerdekaan dan (historical claim). Sanggahan yang dapat
pembentukan Federasi Malaysia pada diajukan oleh pihak Malaysia antara lain: 242 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
a. Kesultanan Sulu dianggap telah c. Pada 16 September 1963 sesuai
berakhir sejak Sultan Jamalul Kiram II dengan Resolusi 1514 Majelis Umum
menandatangani Perjanjian Carpenter PBB. Dalam proses dekolonialisasi,
pada tanggal 22 Maret 1915, yang Singapura, Sarawak, dan Borneo Utara
menyerahkan segala kuasa politik (Sabah) berubah menjadi negara
Sultan Sulu kepada Amerika Serikat. bagian dari federasi baru yang
Kesultanan Sulu telah menjadi bagian bernama Malaysia.
dari Filipina (modern). Kesultanan d. Sekretaris Jenderal PBB, U Thant
Sulu bukan suatu negara sehingga melaporkan pada 1963 bahwa
tidak memiliki dasar hukum untuk penduduk Sabah "ingin mengakhiri
mengklaim Sabah. status ketergantungan mereka dan
b. Pada 1885, Inggris, Spanyol, dan merealisasikan kemerdekaan mereka
Jerman, menandatangani Protokol melalui penyekutuan yang dipilih
Madrid yang mengakui kedaulatan secara bebas dengan bangsa lain dalam
Spanyol di Kepulauan Sulu. kawasan mereka".
Pengakuan ini ditukar dengan Ketika klaim sejarah yang
pelepasan Spanyol atas segala dikemukakan kedua belah pihak tidak
klaimnya di Borneo Utara atau Sabah menemukan titik temu karena perbedaan
untuk mendukung Ingris. Pada 1888, pandangan dan interpretasi, ICJ dapat
Sabah resmi menjadi protektorat mempertimbangkan kategori ―penguasaan
Inggris--yang kemudian menduduki efektif (effective occupation)‖ untuk
Malaysia sebagai jajahan. menentukan negara mana yang berhak atas 243 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
suatu wilayah yang sedang argumentasi berdasarkan penguasaan efektif,
dipersengketakan. mengingat Filipina baik secara de facto
Penguasaan efektif (effective maupun de jure tidak melakukan tindakan
occupation) didasarkan penerapan apapun di wilayah Sabah.
kekuasaan administrasi pada suatu wilayah REFLEKSI KASUS SIPADAN-LIGITAN
sengketa (uncontested administration of the DAN KASUS BATU PUTEH (PEDRA
land and its resident population) (Shaw BRANCA)
1982: 82). Para ahli hukum internasional Kasus Sabah yang melibatkan
bahkan mengangap bahwa ―penguasaaan Filipina dan Malaysia, sedikit banyaknya
efektif merupakan suatu klaim wilayah yang mengingatkan pada kasus Sipadan-Ligitan
kuat‖ (Blum 1965). Dalam kasus Sabah, yang melibatkan Indonesia-Malaysia serta
pihak Malaysia dapat mengajukan kasus Batu Puteh (Pedra Branca) yang
argumentasi bahwa Malaysia telah melibatkan Singapura-Malaysia. Kedua
mengambil tanggung jawab untuk kasus tersebut menarik untuk dibahas untuk
mengembangkan prasarana untuk fasilitas membandingkannya dengan kasus Sabah.
para penduduk Sabah sejak 1963 tanpa Kasus Sipadan-Ligitan telah diputuskan oleh
bantahan Kesultanan Sulu maupun ICJ pada tanggal 17 Desember 2002 dimana
Pemerintah Filipina. Selain itu, secara de Malaysia merupakan pihak yang
facto dan de jure, Sabah telah menjadi memenangkan sengketa tersebut.
bagian dari Malaysia pada tanggal 16 Secara singkat kasus Sipadan-Ligitan
September 1963 berdasarkan Resolusi 1514 bermula ketika Delegasi Indonesia dan
Majelis Umum PBB. Pihak Filipina Malaysia mengadakan pertemuan untuk
nampaknya akan kesulitan untuk membuat menetapkan batas landas kontinen antara 244 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
kedua negara di Kuala Lumpur pada tanggal adanya status quo terhadap kedua pulau
22 September 1969. Pada waktu tersebut berarti kedua pulau tersebut tidak
pembicaraan landas kontinen di Laut boleh ditempati, diduduki maupun
Sulawesi, kedua delegasi sama-sama dimanfaatkan baik oleh Indonesia maupun
mengklaim Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan Malaysia. Namun, sejak tahun 1979
sebagai miliknya. Baik Indonesia maupun Malaysia mengambil langkah-langkah secara
Malaysia memiliki kelemahan dalam unilateral dengan menerbitkan peta-peta
mengklaim Pulau Sipadan dan Ligitan. yang menunjukkan kedua pulau sebagai
Kelemahan Indonesia adalah kedua pulau bagian dari Malaysia. Selain itu, Malaysia
tersebut tidak tercantum dalam Peraturan memberikan sejumlah izin kepada sejumlah
Pemerintah Pengganti Undang-Undang perusahaan swastanya untuk
(Perpu) No. 4 tahun 1960 tentang Perairan menyelenggarakan kegiatan pariwisata di
Indonesia (Mauna 2005: 280). Kelemahan Pulau Sipadan dan mendirikan instalansi-
Malaysia adalah peta yang diterbitkan oleh instalansi listrik di pulau tersebut. Pada
Malaysia hingga tahun 1970-an tidak pernah tanggal 31 Mei 1997 kedua negara sepakat
mencantumkan kedua pulau tersebut. untuk mengajukan kasus Sipadan-Ligitan ke
Sehubungan dengan adanya klaim ICJ.
Indonesia dan Malaysia atas Pulau Sipadan Dalam kasus Sipadan-Ligitan, baik
dan Pulau Ligitan, maka Indonesia dan Indonesia maupun Malaysia menggunakan
Malaysia pada tanggal 22 September 1969 klaim sejarah (historical claim) untuk
menyetujui Memorandum of Understanding membuktikan kepada ICJ kepemilikan
(MOU) untuk menetapkan Pulau Sipadan masing-masing negara tersebut atas Pulau
dan Pulau Ligitan dalam status quo. Dengan Sipadan dan Pulau Ligitan. ICJ menolak 245 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
argumentasi kedua negara yang didasarkan allocation line dan berlanjut terus ke arah
atas klaim sejarah (historical claim) dengan timur hingga menyentuh kedua pulau
alasan: sengketa juga tidak dapat diterima oleh
a. ICJ menolak argumentasi Malaysia ICJ. Selain itu, Peraturan Pemerintah
bahwa kedua pulau sengketa pernah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 4
menjadi bagian dari wilayah yang tahun 1960 tentang Perairan Indonesia
diperoleh Malaysia berdasarkan kontrak juga tidak memasukkan Sipadan-Ligitan
pengelolaan privat Sultan Sulu dengan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Dent-Overbeck/ BNBC/ Inggris/ Republik Indonesia.
Malaysia. ICJ juga menolak ICJ lebih tertarik untuk
argumentasitasi Malaysia bahwa kedua mempergunakan penguasaan efektif
pulau termasuk dalam wilayah Sulu/ (effective occupation) dalam menentukan
Spanyol/ AS/ Inggris yang kemudian apakah Indonesia dan Malaysia yang berhak
diserahkan kepada Malaysia berdasarkan atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Kedua
terori rantai kepemilikan (Chain of Title negara mengajukan argumentasi berdasarkan
Theory). penguasaan efektif (effective occupation)
b. ICJ menolak argumentasi Indonesia sebagai berikut:
bahwa kedua pulau sengketa merupakan a. Indonesia menyatakan bahwa di Pulau
wilayah berada di bawah kekuasaan Sipadan dan Pulau Ligitan telah menjadi
Belanda berdasarkan penafsiran atas pasal tempat kegiatan perikanan nelayan
IV Konvensi 1891. Penafsiran Indonesia Indonesia. ICJ berpendapat bahwa
terhadap garis batas 4° 10′ LU yang kegiatan tersebut bukan bagian dari
memotong Pulau Sebatik sebagai pelaksanaan suatu perundang-undangan 246 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Indonesia atau di bawah otoritas Pulau Sipadan sebagai cagar burung pada
Pemerintah Indonesia. Oleh karena itu tahun 1933, dan pembangunan dan
ICJ menyimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan mercusuar sejak tahun 1962
perikanan nelayan Indonesia tidak bisa di Pulau Sipadan dan di Pulau Ligitan
dijadikan dasar sebagai adanya effective pada tahun 1963. Nampaknya ICJ
occupation. ICJ menegaskan bahwa menerima argumentasi dan bukti-bukti
kegiatan individu tidak dapat dianggap yang diajukan oleh Malaysia dan
penguasaan efektif, jika kegiatan tersebut berpendapat bahwa fungsi legislatif atas
tidak berdasarkan pada peraturan resmi kedua pulau tersebut oleh Inggris yang
atau otoritas pemerintah. kemudian diteruskan pada Malaysia
b. Malaysia mengajukan argumentasi termasuk dalam kategori penguasaan
berdasarkan pengusaan efektif (effective efektif (effective occupation).
occupation) dengan mengajukan bukti- Jika dianalisis, nampak bahwa kasus
bukti bahwa sejak tahun 1917 telah Sipadan-Ligitan mempunyai beberapa
dilakukan fungsi legislatif atas kedua persamaan dengan kasus Sabah, antara lain:
pulau tersebut oleh Inggris yang a. Negara–negara yang bersengketa dalam
kemudian diteruskan pada Malaysia. kasus Sabah (Filipina dan Malaysia),
Contohnya, pengutipan pajak terhadap serta Indonesia dan Malaysia dalam kasus
kegiatan penangkapan penyu dan Sipadan dan Ligitan mendasarkan
pengumpulan telur penyu sejak 1917; argumentasi pada klaim sejarah
penyelesaian sengketa dalam kegiatan (historical claim).
pengumpulan telur penyu di Pulau b. Penguasaan efektif (effective occupation)
Sipadan pada tahun 1930-an; penetapan digunakan oleh Indonesia dan Malaysia 247 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dalam kasus Sipadan-Ligitan. Dalam South Ledge dalam gugatannya pada bulan
kasus Sabah, Malaysia kemungkinan Februari 1993. Setelah melalui serangkaian
besar menggunakan pengusaan efektif negosiasi bilateral antara tahun 1993 dan
untuk memenangkan kasus Sabah. tahun 1994 yang tidak membuahkan hasil,
Selain kasus Sipadan-Ligitan, kasus kedua negara sepakat untuk menyerahkan
Batu Puteh (Pedra Branca) juga memiliki sengketa atas ketiga pulau karang tersebut
kemiripan dengan kasus Sabah. Kasus Batu kepada Mahkamah Internasional (ICJ) pada
Puteh (Pedra Branca) bermula ketika pada tanggal 24 Juli 2003.
tahun 1979 ketika Pemerintah Malaysia Dalam kasus Batu Puteh (Pedra
menerbitkan sebuah peta untuk ―Wilayah Branca), Malaysia maupun Singapura
Perairan dan Batas Landas Kontinen mengajukan argumentasi berdasarkan klaim
Malaysia‖ dengan memasukkan Pulau Batu sejarah (historical claim)sebagai berikut:
Puteh (Pedra Branca) dalam wilayah a. Pulau Batu Puteh (Pedra Branca)
kedaulatan Malaysia. Malaysia menyebut merupakan bagian dari Kerajaan Johor
pulau yang dipersengketakan sebagai ‗Pulau (Koran Tempo 26 Mei 2008) dan nelayan
Batu Puteh‘, sedangkan Singapura Malaysia telah melakukan kegiatan
menyebutnya dengan nama ‗Pedra Branca‘. perikanan di wilayah tersebut.
Pada tanggal 15 Februari 1980 Singapura b. Singapura membenarkan klaim sejarah
menolak klaim Malaysia atas Pulau Pedra Malaysia bahwa pada mulanya Pulau
Branca dan meminta Malaysia mengakui Batu Puteh (Pedra Branca) milik
kedaulatan Singapura atas pulau tersebut. Kesultanan Johor, namun kemudian
Singapura kemudian memperluas klaimnya sepucuk surat yang dikirim oleh Pejabat
dengan memasukkan Middle Rocks dan 248 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sekretaris Negara Johor tidak mengklaim 2008 memutuskan bahwa kepemilikan Pulau
kepemilikan atas pulau tersebut. Batu Puteh (Pedra Branca) berada di tangan
ICJ menolak argumentasi Malaysia Singapura.
yang berdasarkan klaim sejarah dan Terdapat beberapa persamaan antara
menerima argumentasi Singapura. Selain kasus Batu Puteh (Pedra Branca) dengan
klaim sejarah, Singapura juga memperkuat kasus Sabah, di antaranya:
klaimnya atas Pulau Batu Puteh (Pedra a. Pihak yang bersengketa (Singapura dan
Branca) dengan menggunakan argumentasi Malaysia) pada kasus Batu Puteh (Pedra
berdasarkan ―penguasaan efektif (effective Branca) keduanya mengajukan klaim
occupation)‖. Singapura menyatakan bahwa sejarah (historical claim) sebagai
pada tahun 1851 ketika Inggris masih pembenaran atas klaim mereka.Dalam
berkuasa di Pulau Batu Puteh (Pedra Branca) kasus Sabah, pihak bersengketa (Filipina
telah dibangun Mercusuar Horsburgh oleh dan Malaysia) juga menggunakan klaim
Singapura. Malaysia menolak argumentasi sejarah (historical claim)untuk
Singapura dengan menyatakan bahwa membuktikan bahwa kedua negara berhak
pendirian mercusuar di pulau tersebut adalah atas kepemilikan Sabah.
atas ijin dari Malaysia (Kesultanan Johor) b. Singapura dalam kasus Batu Puteh (Pedra
sebagai pemilik pulau tersebut. Dalam kasus Branca) menggunakan ―penguasaan
ini ICJ menerima argumentasi Singapura efektif (effective occupation)” sebagai
yang didasarkan pada ―penguasaan efektif penguatan argumentasinya dalam
(effective occupation)” yang dibuktikan melakukan klaim terhadap Pulau Batu
dengan pembangunan Mercusuar Horsburgh Puteh (Pedra Branca). Penguasaan efektif
oleh Singapura. ICJ pada tanggal 23 Mei (effective occupation) kemungkinan besar 249 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
akan digunakan oleh Malaysia dalam Internasional (ICJ).Apakah kasus Sabah juga
membuktikan klaimnya atas Sabah. pada akhirnya harus berakhir di tangan ICJ?
PENUTUP Pertanyaan yang mendasar adalah
Persoalan klaim atas wilayah di seandainya kasus Sabah antara Filipina dan
antara negara-negara ASEAN tampaknya Malaysia harus diajukan ke ICJ, pihak mana
tidak akan berakhir. Setelah kasus Sipadan- yang akan dimenangkan oleh ICJ?
Ligitan yang melibatkan Indonesia dan Berdasarkan pendekatan dari dua kasus
Malaysia dilanjutkan dengan kasus Batu terdahulu (kasus Sipadan-Ligitan dan kasus
Puteh (Pedra Branca) antara Singapura dan Batu Puteh/ Pedra Branca) yang diputuskan
Malaysia, kasus Sabah antara Filipina dan oleh ICJ, nampaknya ICJ akan menekankan
Malaysia mencuat kepermukaan. Apakah pada pendekatan yang menggunakan
persoalan klaim atas wilayah akan menjadi penguasaan efektif (effective control)
sandungan bagi ASEAN Community? seandainya klaim sejarah (historical claim)
Persoalan ini haruslah menjadi suatu agenda dari kedua pihak yang bersengketa sangat
penting bagi ASEAN karena ASEAN dapat sulit untuk dibuktikan secara hukum.
berperan penting sebagai penengah dalam Berdasarkan kasus Sipadan-Ligitan,
sengketa-sengketa yang melibatkan negara kasus Batu Puteh (Pedra Branca) dan saat ini
anggotanya. Namun sangat disayangkan, kasus Sabah, terdapat beberapa
ASEAN tidak dapat berperan besar dalam pembelajaran penting bagi negara-negara
menengahi kasus Sipadan-Ligitan dan kasus ASEAN khususnya negara yang mempunyai
Batu Puteh (Pedra Branca) sehingga kedua wilayah yang luas seperti Indonesia antara
kasus ini harus ditangani oleh Mahkamah lain: 250 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
a. Perlunya untuk mendata kembali penguatan atas klaim wilayah
dengan seksama semua wilayahnya berdasarkan ―penguasaan efektif
termasuk pulau-pulau terdepannya, (effective occupation)”.
kemudian menuangkannya dalam c. Mendekatkan rakyat di pulau-pulau
dokumen hukum serta memberlakukan terdepan secara budaya dan emosional
hukum nasional atas wilayah tersebut. dengan wilayah induk (main territory),
Hal ini sangat penting sebagai bukti dari sehingga dukungan dari rakyat dapat
―penguasaan efektif (effective diperoleh apabila timbul sengketa klaim
occupation)”. atas suatu wilayah. Kedekatan
b. Memperhatikan pulau-pulau terdepan emosional dan keseragaman budaya
yang berbatasan dengan negara tetangga (cultural homogeneity) merupakan salah
melalui pembangunan sarana dan satu kategori yang dapat digunakan
prasarana yang dibutuhkan oleh rakyat dalam membuktikan klaim atas suatu
setempat. Hal ini dapat dijadikan wilayah.
251 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal
Blum, Y. Z., Historic Titles in International Law, Dordrecht: M.Nijhoff, 1965
Burghardt, A., ―The Bases of Territorial Claims,‖ Geographical Rev, 63, 1973
Mauna, B., Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam era Dinamika Global. Bandung: Almuni, 2005
Shaw, M. N., ―Territory in International Law,‖ NETH. Y.B. INT‟L L., 13, 61, 1982
Sumner,B.T., ―Territorial Disputes at the International Court of Justice,‖ Duke Law Journal, 53, 2004
Koran dan Internet
Inspirasi Hukum. Retrieved 26 April 2013 from http://inspirasihukum.blogspot.com/2011/04/penyelesaian-sengketa internasional.html
Jawa Pos National Network, 20 Maret 2013. Retrieved 26 April 2013 fromhttp://www.jpnn.com/read/2013/03/20/163520/Perang-Sabah-dan-Perang-Politik- Dalam-Negeri-Malaysia-
Koran Tempo, ―Singapura dapat pulau, Malaysia karang‖, 26 Mei 2008.Retrieved 26 April 2013 fromhttp://koran.tempo.co/kanal/2008/05/27/11/Internasional
Philstar, 20 Maret 2013
Viva News, 20 April 2013.Retrieved 26 April 2013 fromhttp://dunia.news.viva.co.id/news/read/391441-kenapa-kesultanan-filipina-ngotot- rebut-sabah-dari-malaysia
252 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
THE TEACHING OF LANGUAGE
Suhartina. R STKIP – YAPIM Maros Email: [email protected]
Abstract: The Teaching of Language
In general, language teaching shifted from old method to modern one. The old method tended to place more emphasis on the mastery of the rules of language or grammar rather than to the function of language as the primary means of communication for mankind. The implications of the method and / or the old approach was the birth of a second language learner or a foreign language that is very capable in using the rules of the language but lacking even incompetent in terms of communicating using the language. This reality motivated language teaching experts to switch to a more functional approach thus was born the so-called communicative approach, the approach in language teaching that requires students to use the language to the maximum during the learning process, although the rules of the language tend to 'negligible'. Real form of the communicative approach is the interaction established during the learning process by using the language being studied. The interaction was not only between teachers and students (two way communication) but also between teachers and students and among students (multi-directional).
Only the implementation of this approach is not without drawbacks, namely the birth of language learners who are able to communicate verbally very eloquent invitation but is hampered when dealing with tasks that require them created especially writing scholarly writings.
Both of the above realities spawned the emergence approach called integrated approach, namely the teaching of grammar rules of a language by using the language communicatively - interactive during the learning process. Although this approach is also not free from the possibility of the birth of various constraints, such as the design of instructional materials that require special expertise and impeccable, setting and classroom management is also one of the considerations that can not be ruled out. Key words: Teaching English, communicative interactions.
253 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Abstrak: Pengajaran Bahasa
Secara umum pengajaran bahasa bergeser dari metode lama ke metode modern. Metode lama cenderung lebih menekankan pada penguasaan aturan-aturan bahasa atau grammar daripada ke fungsi bahasa sebagai alat komunikasi utama bagi umat manusia. Implikasi dari metode dan/atau pendekatan lama tersebut adalah lahirnya pelajar bahasa kedua atau bahasa asing yang sangat mumpuni dalam menggunakan aturan-aturan bahasa tetapi kurang bahkan tidak cakap dalam hal berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tersebut. Realitas ini memotivasi para pakar pengajaran bahasa untuk beralih ke pendekatan yang lebih fungsional sehingga lahirlah apa yang dinamakan pendekatan komunikatif, yaitu pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menuntut pelajar menggunakan bahasa tersebut secara maksimal selama proses pembelajaran, meskipun kaidah-kaidah bahasa cenderung ‗diabaikan‘. Wujud nyata pendekatan komunikatif tersebut adalah interaksi yang terbangun selama PBM dengan menggunakan bahasa yang sedang dipelajari. Interaksi itu bukan hanya antara guru dengan pelajar (komunikasi dua arah) tetapi juga antara guru dan pelajar serta antara sesama pelajar (multi arah).
Hanya saja implementasi pendekatan ini bukan tanpa kelemahan, yakni lahirnya pelajar bahasa yang mampu berkomunikasi secara lisan dangan sangat fasih tetapi terkendala ketika berhadapan dengan tugas-tugas yang menuntut mereka menciptakan tulisan terutama tulisan-tulisan ilmiah.
Kedua realitas di atas melahirkan munculnya pendekatan yang dinamakan pendekatan terintegrasi, yakni pengajaran tata aturan bahasa dengan menggunakan bahasa itu secara komunikatif – interaktif selama berlangsungnya PBM. Meskipun pendekatan ini juga tidak terlepas dari kemungkinan lahirnya berbagai kendala, seperti perancangan bahan ajar yang menuntut keahlian khusus dan sempurna, pengaturan dan pengelolaan kelas juga menjadi salah satu pertimbangan yang tidak dapat dikesampingkan.
Key words : Pengajaran Bahasa, Interaksi komunikatif. 254 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
THE TEACHING OF LANGUAGE stages of language learning, but make only
In general, the teaching of language very limited use of mere stimulus-response
especially in terms of approaches, methods, situations. According to Wallwork (1980:
as well as techniques of teaching 149) such teaching techniques are based on
implemented during the face to face the belief that foreign languages are best
interaction in the classroom, whether taught through active speech, taught in a
between teacher and students or among carefully selected and graded progression of
students themselves, most are discussed in structures, but always set in as realistic
English and the references of most language situation as possible. Such a method is a
teachings are the teaching of English combination of the oral, structural, and
whether American or British English situational approaches which is popularly
especially in relation to the fact that English known as the grammar-translation method.
has being regarded world language by most Childern taught through grammar-
people in the reality of the cosmos. Due to translation method (GTM) usually learn the
this reality, the discussion of this writing rules of the grammar, including numbers of
will also much be influenced by the teaching paradigms, and have to translate into and
of English whether as a second or foreign from written forms of the foreign language.
language. This is because, books, papers, Through GTM, oral work may play a minor
and other references available are mostly role, being allotted say, 10 or 15 percent or
written in the language. less marks in some terminal examination,
In the past, foreign language and attention paid to it will reflect this
teaching techniques tend to recognize the proportion. Materials for translation usually
element of habit formation at the earlier came from a very limited range of registers, 255 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
the bulk of it most probably being of a to this notion, many people will say that the
literary nature. In modern teaching of nearer foreign language teaching can
language, such translation is likely to come approach to the way in which the mother
at some point much nearer the end of the tongue is acquired, the more effective it is
course, and instruction in translaltion is likely to be.
likely to be regarded as a separate activity By the structural approach is meant
from that of learning to use the language that the patterns of the language being taught
creatively. are carefully analysed, selected and graded,
By oral approach (aural-oral and are then taught methodically. To some
approach) is meant that these skills are extent, of course, this is a counsel of
taught first; listening then speaking. Reading perfection if not impossibility. To analyse,
and writing in the foreign language come select and grade the structures of a language
later, even considerably later. To this extent, presupposes an adequate description of that
speech is a more complete expression of language. Unfortunately, as stated by
language than writing. That is to say, anyone Wallwork (1980: 150) that it is not yet
who can speak a language fluently will have available in full measure for any language.
less trouble, it is believed, in learning to read Nevertheless, it is not necessary to await
and write it, than will a person who has to such full description. Inventories, for
learn to speak a language which he has first example, English sentence patterns for the
mastered in print or written only. It also purpose of teaching English abroad were
accords with the way in which the mother made as early as 1934 by Palmer, and more
tongue or native language is learnt, where recently by Fries and Hornby.
speech certainly comes before writing. Due 256 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Most of modern language courses materials all in English, except on some
now produced, including audio-visual or items that cannot be grasped by students
audio-lingual courses, claim to use ‗graded without explaining them in their native
structure‘, although the principles on which language. Wehantouw (1988: 3) outlines that
the grading is done may be very different at the Senior High Schools as well as at the
from one course to another. But they have in Institutes of Higher Learning, the language
common the approach which selects a of instruction in the teaching of English is
particular gramatical pattern – which is then recommended English in conformity with
presented, and drilled, until the learner is the principle ―one learn to use/speak a
thought to have absorbed the pattern. foreign language by using/speaking it‖. As a
Special to Indonesia, the teaching of matter of fact as stated by Wehantouw
English and other foreign languages in (1988: 1) in the teaching of English as a
general which are also taught whether foreign language, teachers often resort to
optionally or convulsarily, including at the using Bahasa Indonesia to facilitate its
university level, these four language skills teaching and learning. Consequently, the
cannot be gained simultaneously, depend objectives to achieve as assigned by the
and determined by certain factors such as CBC are mostly result in failure rather than
learning habits, experiences, and teaching in the opposite.
techniques implemented by teachers in the Another phenomenon related to the
classroom. Techniques of teaching English teaching of English in Indonesia as a foreign
suggested Indonesian English teachers as language is the mastery imbalance between
indicated in the Curriculum Based one skill and another, mainly between the
Competence (CBC) to deliver learning mastery of grammatical rules of English at 257 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
one side and the speaking proficiency at learners learned much about English, not the
another. There are students who are able to English language itself functionally. Lado
comprehend and implement the grammatical (1988: 102) states that native speakers use
rules of the English language but are not functional grammar whether or not they can
adequately smart in speaking. Some are state the rules or describe the patterns they
completely fluent in speaking but drop use, and many second language students can
deeply when asked to create writing explain the grammar of the second language
especially scientific ones. Some others, even even though they are not able to use it
though not great in number are lack on the functionally. This fact is the basis of the
two aspects mentioned previously. This linguistic approach dictum to ―teach the
notion seems to be closely related to the language, not about the language,‖ meaning
English teaching approaches, methods, as to teach functional rather than reflective
well as teaching techniques implemented in grammar.
the past. It was just later on, the orientation of
It has been generally known that in teaching English departed from the old
the past as outlined above, the teaching of approaches focusing on the teaching of
English as well as other foreign languages grammar to new approaches stressing on the
tended to be of grammar oriented through communicative function. These phenomena
which learners learned rules much more than can be proved through the teaching
the function of the English language. approaches as well as teaching methods
Consequently, the learners became smart in emerged in the past compared with those of
the grammatical rules of the English but less today which are mostly communicative
of fluency in speaking. In other words, oriented. Grammar Translation Method, is 258 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
one of the teaching approach stressing on rationalist. Other methods coming later are
grammar mastery. Lado (1998: 12) asserts (the grammar translation method, (b) the
that an activity characteristic of the T-G direct method, (c) the reform method, (d) the
approach is the translation of sentences into audiolingual method, (e) the audiovisual
the foreign language. The objective of the method, and (f) the structure global
activity is not to produce good translation or audiovisual method.
develop translation skills as practiced by These phenomena have actually been
professionals, but to learn grammar. The realized by Indonesian experts on teaching
Pragmatic and Communicative approaches foreign as well as second languages, but as
such Communicative Language Teaching previously stated the realization of the
and Interactive Teaching, on the other hand consciousness is still far from the
tend to be functional oriented through which expectation of many Indonesian people.
students are required to actively According to Manurung (2006: 193) the
communicate using the language being most popular issues related to the teaching of
learned during the process of learning. English in Indonesian universities is the low
Els (1984: 146-156) describes the competency of the gradation in the four
development of methods implemented in skills of English language. Grow in Noni
teaching English as a foreign language, (2003) theorizes that is basically initiated by
namely (a) formal vs functional methods, (b) the failure of teaching at the Senior High
formalists vs activists, (c) integrated School focusing more deeply on the
methods, (d) analytic vs synthetic, (e) direct grammatical and reading comprehension
vs indirect, (f) mechanistic vs mentalistic, aspects than on the communicative function
(g) inductive vs deductive, (h) empiricist vs of the language. Zain (2006) in one of his 259 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
research found that in general university on language teaching in Indonesia,
students find difficulties in terms of applying especially English as the first foreign
interrogatives expressions both in and language.
outside the classroom. In line with teachers‘ role in the
Much foreign language teaching teaching of any language, Christopher N.
has in the past been concerned only with the Candlin and Neil Mercer in (E-Book) state
language of literature. Wallwork (1980: 151) that where ever they are and whatever they
states that there are many reasons why this are teaching, teachers in schools and other
should be changing, among others are (1) the educational institutions are likely to face
war in many parts of the world that has some similar practical tasks. They have to
given a great impetus to the learning of other organize activities to occupy classes of
languages for practical purposes; (2) people disparate individuals, learners who may vary
travel more freely and feel the need for a considerably in their aims, abilities and
mastery of language in registers other than motivations. They have to control unruly
the literary; (3) businessmen are increasingly behaviour. They are expected to teach a
conscious of the need for what might be specific curriculum, a body of knowledge
called ‗day-to-day‘ language. The and skills which their students would not
tremendeus growth that has taken place in normally encounter in their out-of-school
the teaching of English in many parts of the lives. And they have to monitor and assess
world, where the status of English as a worl the educational progress the students make.
language has stimulated demand for the All these aspects of teachers‘ responsibilities
teaching of English for a variety of purposes, are reflected in their use of language as the
has also been very influential in its effects principal tool of their responsibilities. 260 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
A teacher as stated by Amin (2005: various modes of teaching delivery that can
8) is person charged with the responsibilities encourage students to practice and use the
of helping others to team and to behave in target language they are learning. In other
new and different ways. In line with Amin‘s words, the modes of deliveries should
definition, a teacher as stated by Anderson correspond the learners‘ preferences on the
and Burns (1989: 1) is (a) a person teaching.
employed in an official capacity for the However, many teachers are not fully
purposes of guiding and directing the aware if their students do not prefer their
learning experiences of pupils or students in teaching modes. The primary roles of
an educational institution, whether public or teachers are instructional and managerial.
private, (b) a person who because of rich or Learners, too, have reciprocal managerial
unusual experience or education or in a and learning roles (Wright, 1988: 125). In
given field is able to contribute to the growth conjunction with this notion, Underwood
and development of other persons who come (1989: 22) asserts that success breeds
in contact with him, (c) a person who has success, and students who feel they are
completed a professional curriculum in a succeeding will be encouraged to go on
teacher education institution and whose trying. Teachers‘ job in this is to provide
training has been recognized by the award of experiences and activities in which students
an appropriate teaching certificate, and (d) a can be successful. Wright (1990: 2) asserts
person who instruct others. Ideally, the that it is not enough for students to have a
teacher should possess adequate competence competent ability in a language if they
in delivering his/her teaching. In this sense, cannot develop a conversation or discussion.
he/she should be able to offer and perform In this sense, language teachers have a role 261 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
as communication teachers and, indeed, as class. Teachers should know their students‘
teachers in the broadest sense. Hamachek in interaction mode preferences. It should be
al-Adabi (volume 5, 2010: 182) outlines four well known that some students prefer to
dimensions of teachers‘ effectivenees in learn individually, some others prefer to
teaching, namely; (1) effective teachers have work with a partner or in a small group. Any
a sense of humor, fair, empathetic, of the interaction modes can best facilitate
democratic, and able to relate easily and the students to achieve the learning
naturally to students on either a one-to-one objectives if the learning environment suits
or a group basis, (2) effective teachers have the students‘ preferences. Above all,
knowledge of subject matter and related teachers should devote their attention to
areas, (3) effective teachers see themselves organize their class in such a way so as to
as identified with others, and (4) effective promote better development of the students‘
teachers have positive views of others target language. In other words, teachers
students, colleagues, and administrators. should vary their teaching delivery so as to
Jester and Miller in Noni (2003) state accommodate their students‘ learning style.
that it is of important factor that teachers be As a result, the learning environment can be
aware of the nature of their students‘ in all students‘ favor, even though they have
learning style. Once the teachers know their different styles. In line with the above
students‘ learning style, they could match it notions, Anderson and Burns (1989: 8)
with the instructional environment of the assert that it is the teaching, not the teacher,
class. It is then expected that the teachers that is the key to the learning of students.
find ways to adapt their teaching with the That is, it is not what teachers are like but
style to ensure their students‘ success in the what they do in interacting with their 262 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
students that determines what students learn systematically. Others claim the opposite
and how they feel about the learning and that the absence of the systematic approach
about themselves. to teaching about language has contributed
In relation to the teaching of English to continued disadvantage for already
in Indonesia, it has been generally known linguistically marginalized groups of
that there are two main problems which are students.
now still being debated, that is, the teaching However, the teaching of this subject
English or any language and the teaching is still dominated by the Teacher Centered-
about English or about any language. The Approach. Therefore, the teaching of
first refers to the teaching of language as a English grammar is still being debated
medium of communication or language among linguists up to these recent days.
function, whereas the second refers to the Some experts such as Terry (1988: 42) and
rules of language. But the problem of Wu (2007: 6) consider the need for teaching
teaching English grammar goes beyond grammar explicitly. On the other hand,
teachers‘ confidence in their own knowledge Krashen (1983: 74) states that
about language as a source. Many teachers, communicative ability is the ultimate goal of
as stated by Macken-Horarik (Australian learning any language. Krashen makes the
Journal of Language and Literacy, Feb. function of the language as the initial focus
2011: 12) are unsure about the role of which emphasizes fluency as being than
grammar in English teaching itself. Some accuracy. Littlewood (1983) pays attention
argue that while grammar has always been to the functional aspects as well as the
part of core business in English, it should be structural aspects of language which become
taught at the point of need rather than the purpose of communication. He starts by 263 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
understanding the structure in the context learning practices that apply to learners from
that begins with controlled exercises until it the age of two to twenty one or twenty five,
reaches natural communication activities. learners in preschool through secondary or
These two diverse points of view can post secondary school. Iwon (1992 in Sturn
be bridged by promoting learning English and Bogner (International Journal of Science
grammar communicatively in order to Education, 2008: 942) found higher
achieve the goal of language learning by the achievement scores for students in learner-
learners with fluency and accuracy on the centered lessons compared with teacher
one hand, and having English grammatical centered lessons. Beside cognitive effects,
knowledge on the other. In addition to this many studies also demonstrate affective
notion, it is perceived that teaching through outcomes of student-oriented learning
Teacher-Centered Approach may provide environment. Additionally, social skills and
learners with good English grammar social competences were more easily trained
knowledge but contributes little in student-oriented lessons than cooperative
communication skill to the learners. In learning environment. Student-oriented
contrast to this notion, Sturn and Bogner approaches give learners a central focus and
(International Journal of Science Education, thus are the acting force. Nevertheless, many
2008: 941) states that student-centered comparison studies of teacher-centered
teaching at school is very often given versus student-oriented learning
priority by teachers in contrast to more environments have produced controversial
teacher-centered lessons. McCombs and results with no consistency in the
Whisler (1997: 4) state that child or student explanation of effects of different learning
centered refers to the use of schooling and 264 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
environments with regard to achievement academic and general purposes that are
and motivation scores. designed to strengthen the four major skills,
The theoretical foundation for i.e., listening, speaking, reading, and writing
interactive learning as stated by Brown an integrated technique seems to be the
(2001: 48) lies in what Long (1988, 1993) best option. This is in line with Rasyid‘s
describes as the interaction hypothesis of notion (1992: 19) that integrating skills in
second language acquisition, going beyond English language teaching (ELT) is a must,
Krashen‘s concept of comprehensible input. that is, if the purpose of the ELT is to enable
Long and others point out the importance of students to use the language in real life
input and output or receptive and productive communication where more than one skill in
skills in the development of language. As involved at a time. Integrated manner of
learners interact with other through oral and teaching is believed to be an activity which
written discourse, their communication may provide class with various interactions,
abilities are enhanced. Vygotsky (1978) not only one way (from teacher to students)
perceives that social interaction, mainly in or two way interaction (from teacher to
terms of language learning, is the primary students and vice versa) but multiple ways as
source of developing cognition and well, that is, interaction among students in
behavior. the class.
In conjunction with the objectives of
teaching English in Indonesia both for
265 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
REFERENCES
Amin, Radhiah Mardhiah. 2005. The Preferred Combination of Classroom Interactions Patterns in English Language Teaching by the English Education Students of FPBS UNM. Graduate Program , State University of Makassar.
Anderson, Lorin W. & Burns, Robert B. 1989. Research in Classrooms: The Study of Teachers, Teaching,and Instruction. Oxford: Pergamon Press.
Brown, Douglas H. 2001. Teaching by Principles: an Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Longman.
Candlin, Christopher N. (ed.). 1983. The Communicative Teaching of English; Principles and Exercise Typology. Essex: Longman.
Fries, Charles C. 1945. Teaching and Learning English as a Foreign Language. Ann Arbor: University of Michigan Press.
Hamacheck. 2010. Jurnal: Al Adabi. Ilmu Bahasa dan Kesusastraan; Vol V Edisi ke 3 Nopember. Bahasa dan Kebudayaan.
Krashen, Steven D. 1983. Principles and Practice in Second Language Acquisition. London: Prentice Hall International English Language Teaching.
Lado, Robert. 1988. Teaching English Across Cultures: an Introduction for Teachers of English to S peakers of Other Languages. New York: McGraw-Hill.
Long, Michael., and Richards, Jack C. 1988. Methodology in TESOL: a Book of Reading. Newbury House, New York.
Mc. Combs, Barbara L & Jo Sue Whisler. 1997. The Learner-Centered Classroom and School. Jossey-Blass Publishers. San Fransisco.
Macken, Horaric, et al. 2011. Australian Jurnal of Language and Literacy Vol.34 No.1; A Gramatic „Good Enough‟ for School English in the 21st Century: Four Challenges in Realising the Potential
Manurung, Konder. 2006. Budaya Belajar Mandiri dan Pembelajaran Bahasa Inggris. Linguistik Indonesia 24/2, 193-200.
Noni, Nurdin. 2004. A Hybrid of Face to Face Teaching and Computer Assisted Language Learning (CALL) to Improve Students‟ English Achievements Based on Individual Learning Differences. (Unpublished Disertation). Post Graduate Studies Programme. Hasanuddin University. 266 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Palmer, F. R. 1976. Semantics: A new outline. Cambridge: Cambridge University Press
Rasyid, Muhammad Amin. 1992. Developing Communicative Competence Through Topic of Interest and Learning Styles Using the Integrated Skills Approach. (Unpublished Disertation). Pascasarjana UNHAS.
Sturm, Heike & Franz X. Bogner. 2008. International Journal of Science Education, Vol. 30 no.7; Student Oriented Versus Teacher Centred: The Effect of Learning at Work stations About Birds and Bird Flight on Cognitive Achievement and Motivation.
Wehantouw, O.J. 1988. The Native Language in The Teaching of English as a Foreign Language. Badan Penerbit IKIP Ujung Pandang. Wright, Andrew. 1990. Pictures for Language Learning. Cambridge: Cambridge University Press
Wright, Tony. (1988). Roles of Teachers and Learners. In C N Candlin and H G Widdowson, Language Teaching: A Scheme for Teacher Education. Oxford: Oxford University Press.
Vygotsky, Lev. 1978. Thought and Language. Cambridge: The MIT Press.
267 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
CORRELATION BETWEEN LEARNING STYLES AND STUDENTS‟
ACADEMIC ACHIEVEMENT IN SPEAKING SKILL IN ENGLISH
DEPARTMENT AT HASANUDDIN UNIVERSITY
Zul Astri English Language Study Program Postgraduate Program Hasanuddin University Email: [email protected]
Abstract: Correlation Between Learning Styles And Students‟ Academic Achievement In Speaking Skill In English Department At Hasanuddin University
Students are individuals with individual needs, interests and methods of processing information. This research aims to elaborate the correlation between learning styles and students‘ academic achievement in speaking skill and explains how well the teaching material and classroom activities fulfill the needs of students with different learning styles. The respondents of this study are 30 students of English Department students of academic year 2009/2010. The researcher conducted One-Group Pretest-Posttest design where there is only one group experiment that is given pre-test and post-test. In gathering the data, questionnaire, classroom observation, pre, and post tests are applied. Questionnaire is to know their basic learning style in general. Next, classroom observation is to see and find out students‘ attitude, classroom activities and classroom participations. Pre-test is to see their basic speaking skill before the class started and they are given learning activities. In addition, post-test is to measure students‘ speaking skill after they are given learning activities by teacher. The result of the research shows that 36, 8 % visual learners can improve their skill after learning activities are given. Moreover, auditory learners are clearly seen that they are sophisticated speakers and listeners so in this speaking class they can show their ability and it is proved from the data that 83, 3 % auditory learners have increased speaking skill. Furthermore, the learning activities also appropriate for tactile and visual- auditory learners because 100 % of tactile and visual auditory learners can improve their speaking skill after learning activities are conducted in the classroom. Keywords: Learning style, Material, and English Speaking Skill.
268 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Abstrak: Korelasi Antara Gaya Belajar Dan Prestasi Akademik Mahasiswa Dalam Keterampilan Berbicara Di Jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin
Siswa adalah individu yang memiliki kebutuhan individu, memiliki minat dan cara tersendiri dalam memproses informasi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan hubungan antara gaya belajar dan prestasi akademik mahasiswa dalam keterampilan berbicara dan untuk menjelaskan seberapa baik materi pengajaran dan aktivitas kelas memenuhi kebutuhan mahasiswa dengan gaya belajar yang berbeda. Responden pada penelitian ini adalah 30 mahasiswa sastra Inggris tahun akademik 2009/2010. Peneliti melakukan desain One-Group Pretest-Posttest dimana hanya ada satu kelompok eksperimen diberi pre-tes dan pos-tes. Dalam pengumpulan data, kuesioner, observasi kelas, pre dan post test diterapkan. Kuesioner diterapkan untuk mengetahui dasar gaya belajar mereka secara umum. Selanjutnya, observasi kelas adalah untuk melihat serta mengetahui sikap siswa, kegiatan kelas dan partisipasi kelas. Pre-test untuk melihat kemampuan dasar berbicara sebelum kelas dimulai dan sebelum mereka diberikan aktivitas belajar. Selain itu, post-test untuk mengukur kemampuan berbicara mahasiswa setelah mereka diberikan aktivitas belajar oleh dosen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 36, 8% pembelajar visual dapat meningkatkan keterampilan berbicara mereka setelah aktivitas-aktivitas belajar diberikan. Selain itu, jelas terlihat bahwa pembelajar Auditori adalah pembicara dan pendengar yang hebat sehingga dalam kelas ―Speaking‖ ini mereka dapat memperlihatkan kemampuan mereka dan hal ini terbukti dari data yang menunjukkan bahwa 83, 3% pembelajar Auditori memiliki kemampuan keterampilan berbicara yang meningkat. Lebih lanjut, aktivitas belajar yang diberikan juga cocok untuk pembelajar Tactile dan Visual-Auditori karena 100% dari kedua pembelajar tersebut dapat meningkatkan keterampilan berbicara mereka setelah aktivitas- aktivitas belajar dilaksanakan di ruang kelas. Kata Kunci: Gaya Belajar, Materi, dan Keterampilan berbicara bahasa Inggris.
269 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
INTRODUCTION provide a good learning condition to
Students are individuals with motivate the learning process and at the end
individual needs, interests and methods of it will improve the students‘ achievement.
processing information (Deporter & Gilakjani & Ahmadi (2011) supported that
Hernacki, 2004). Some learner variables in analyzing one‘s own particular learning style
language learning such as motivation, age, can be very helpful and beneficial to the
learning style, personality, gender, students to make them more focused on
strategies, metacognitive, autonomy, beliefs, attentive learners.
culture and aptitude (Griffiths, 2008) cannot In this research, researcher tries to
be avoided as natural factors by teachers. find out the correlation between learning
Teachers may possibly consider these styles and speaking skills in English. English
variables as references to present the is very important to be mastered by all
materials to students so that knowledge, people to express their ideas and feeling in
skills, and attitudes can be accepted well. order to communicate with other people
Learning style is one of students‘ using oral or written form. Students as
different characteristics that has not been second language learners and university
paid more attention yet. Most of teachers use level are required not only to be able to
their own teaching style to teach their listen, write, and read but also to speak.
students rather than considering the students‘ Speaking ability is an ability to explore the
learning styles. In this matter, teaching words in utterance to communicate with
material can be included as a factor which other people to carry out a conversation.
influences students‘ performance. In fact, the Speaking English is one of important things
students will learn effectively if teachers that we really need in this global era. If we 270 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
can speak English meaning that we can Despite Husain‘s claim that there is no
communicate with all people all over the significant difference in students‘ academic
world. Therefore, the researcher tries to achievement for all groups of learning style,
focus on Speaking Skills. In addition, as a study on the relation between learning
what the researcher has got in some styles and academic achievement of
references that the characteristics of those secondary school students conducted by
three learning styles (visual, auditory and Vaishnav (2013) reveals otherwise. The
tactile) are different from speaking. Based kinesthetic learning style is found to be more
on all of explanation above about the prevalent than visual and auditory learning
important of speaking skill and types of styles among secondary school students. The
learning styles, the researcher conducts findings also show that the main effects of
research to see the correlation between the three variables - visual, auditory and
learning styles and academic achievement in kinesthetic are significant on academic
speaking skill in English Department at achievement.
Hasanuddin University. Rasyid (1992) investigates the match
There have been some studies that and mismatch between the teachers‘
applied method. One of them is Husain teaching styles and students‘ learning styles.
(1999), conducts a study which focused on Teaching and learning activity will be more
students‘ learning and personality styles in effective by using Integrated Skills approach
second language acquisition and their in the foreign language of instructional
relation to students‘ academic achievement program that is possibly changing the
and found that all groups have no significant students‘ learning styles from the previously
differences in their achievement (post-test). preferred to dispreferred one. The different 271 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
between Rasyid and researcher is in the the correlation between learning styles and
focus of research. Rasyid focuses his students‘ academic achievement in speaking
research in communication competence skill.
which is divided in two kinds of RESEARCH METHODOLOGY
competence, oral and written English Skills. Research Design
In this research, researcher focuses in This research applies pre-
speaking skill. experimental design to investigate the
Dunn and Dunn (1978) in De Porter correlation between learning styles and
and Hernacki (2004) claims that by learning students‘ academic achievements in
style identification, students can identify speaking English of fourth semester students
their preferred learning styles, but they also in English Department at Hasanuddin
get score higher on tests, have better University. There is only one group
attitudes, and be more efficient if they are experiment involved in this research so there
taught in such a way to which they are easy is no control group.
to relate. The different between Dunn and Procedures of Data Collection
Dunn and researcher is also in the focus of The instruments used in this study are
research. Dunn and Dunn make a general questionnaire, classroom observation and
conclusion for all of skills and researcher speaking test. The questionnaire consisting
only focuses in speaking skill. of 24 items of questions from Barsch‘s LSI
The researcher can conclude that the is used to identify the students‘ learning
difference between this research and the styles. It is categorized into 5 scales: always,
previous researches is in the focus of usually, sometimes, seldom and never. The
researcher namely the researcher examines classroom observation is used to find out the 272 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
classroom activities and students‘ (Sudjana, 1992) as cited in
participation toward the given material. The Sirajuddin (2010)
last instrument, speaking test, which consists Then, students are grouped based on
of pre-test which is intended to see the their preferred learning style and their result
students‘ prior knowledge in speaking of their pre-test and post test in speaking
English and post-test which is aimed to see English. The researcher describes the match
students‘ speaking ability after they between students‘ learning styles and
experience the given material. students‘ speaking skill after experiencing
Data Analysis the material given.
Data are analyzed chronologically as These data on students‘ learning
follows. First, data from questionnaire is style, classroom observation and speaking
analyzed by tabulating the students learning test are triangulated to see how effective the
style results and differentiating them based material for different learning styles in the
on their preferred learning style. The classroom. Firstly, the researcher matches
Learning Style inventory is calculated into the score of speaking test with the data in the
number to find out students learning style classroom observation. This is to see
percentage using the following formula; whether students who experienced an
P= f x 100 % increase in speaking test are really active or
N just being passive in the classroom. Then,
Where: students‘ learning style data, the result of
P = Percentage of data speaking test and the classroom observation
Fq = Number of Frequency data are integrated before to find out whether
N = Total Sample 273 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
the material works effectively to which However, for the learners who have
kinds of learning style in speaking class. combination learning styles, only visual
RESEARCH FINDINGS auditory learners who show their speaking
The description of collected data skill improvement. All (2) visual-auditory
through questionnaire find out the students‘ learners (100 %) can increase their speaking
learning styles from 30 students; there are 19 skill after learning activities given. The rest
visual learners (63.33 %), 6 auditory learners of learner cannot show their improvement
(20 %), 1 kinesthetic learner (3.33 %), 2 those three learning activities are given (see
visual auditory learners (6.67 %), 1 visual- table 2)
kinesthetic learner (3.33 %) and 1 visual- DISCUSSION
auditory-kinesthetic learner (3.33 %). There Regarding the domain of style
are 86.67 % students had tendency to be inventory this study reveals that respondents
single learning style learners and 13.33 % taking part in the study are mostly inclined
students had tendency to be combination towards being visual and auditory learning
learning style learners. styles while kinesthetic and the three
The finding also reveals that after combination learning styles are only a few.
giving materials (see table 1) some students The process of identifying learning
shows speaking improvement. There are 7 styles in this study indicates that teachers
out of 19 visual learners (36, 8%) and there become aware of the importance of
are 5 out of 6 auditory learners (83, 3%) who identifying students in the classroom so that
showing improvement after learning the teacher provides materials using methods
activities given. In addition, all (1) tactile that can cover all learning styles in the
learner (100%) also shows his improvement. classroom. For this current study, basically 274 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
the teacher who taught the participant using that academic achievement of students can
some materials from the textbook has not be better than the results of this study.
been fully aware of the importance of Knowledge of an individual's
identifying students' learning styles. learning style is also very important for
As we know, the class has students students. The individuals should know their
with diverse learning styles. Knowing from own learning styles are and what
beginning about the importance of characteristics this style has and they should
identifying learning styles, the teacher may thereby behave according to this style. In
ask students who have visual learning style this way, the individual can acquire the
to sit in the front row of seat or in some front constantly changing and increasing amount
corner of the class so they can clearly see of information without the assistance of
when teacher explains material so they can others. However, in this study, the students
be free from visual obstruction. Researcher are not aware of their learning style and how
does not adjust the seating of students they should act with knowledge of the
because the school is state school and learning styles. This may be important for
researcher found the class naturally and future researchers who want to conduct the
where the researcher in this case simply same study, in which they should consider to
acted as an observer rather than as the provide knowledge about the importance of
experimenter. To a certain extent, this makes knowing the individual learning style
some visual learners got visual obstruction because when the individual knows his/her
and it is one of the limitations of this study. learning style, s/he will integrate it in the
For further research, the class should be set process of learning so s/he will learn more
based on the learning styles of students so 275 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
easily and fast and will hopefully be preferences are not identified. They know
successful (Gilakjani, 2012). what they want to learn and ―how.‖ This
It is clear that, learning style awareness will modify their perspectives on
identification will be useful for both of learning something new (Fidan, 1986) in
students and teacher. Teacher will prepare Gilakjani (2012).
material based on students‘ learning style in Based on the data, the finding of this
the classroom so the method given can cover study reveals that after giving materials
all of styles in the classroom as stated by some students showed speaking
Renou (2008) that it seems reasonable if improvement. Researcher can state that the
teachers teach in the three sensory modes— theory of De porter and Hernacki (2004) can
auditory, visual and tactile that would help be seen in this research. Visual learner
students to retain and retrieve more far cannot show their performance based on
information than they would if teachers material given in speaking class because
exposed them to only one sensory mode of only 36, 8 % learners who can improve their
learning. Students‘ preferred learning styles skill but auditory learners is clearly seen that
can help or hinder the success and have they are sophisticated speaker and listener so
positive effect on their academic in this speaking class they can show their
performance. Moreover, students who aware ability and it is proved from the data that 83,
of their learning style will search answer to 3 % auditory learners have an increased
the problem and benefit from their unique speaking skill. It means that the materials
performance and preferences in their which are given by the teacher are
learning style. Those learners will recognize appropriate with auditory learners. They
their goals, unlike those whose learning style learn best through verbal lectures, 276 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
discussions and listening to what others have the materials given because he can show his
said. Auditory learners interpret the improvement in post-test after learning
underlying meanings of speech through activities are given.
listening to tone of voice, pitch, speed and CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS
other nuances. Moreover, the materials also The researcher finds that there is a
appropriate for visual auditory learners positive correlation between learning style to
because 100 % visual auditory learners can students‘ academic achievement in speaking
improve their speaking skill after materials skill based on Theory of De Porter and
are given. There some advantages of visual Hernacky and the result of the research that
auditory learner. The combination of their can be seen by using pre-test and post test
learning style can make them learn by using after learning activities are given. Moreover,
the two learning styles. They can follow the the study also reveals that based on the
lectures well by using their visual sensory material given, 83, 3 % of auditory learners
and auditory sensory. They will learn best as have good scores from speaking
the way of visual learner like learn from measurement which is conducted. In
visual displays including: diagrams, addition, tactile and visual auditory learners
illustrated text books, overhead (100 %) also have good scores from
transparencies, videos, flipcharts or hand- speaking measurement after materials given.
outs and learn best as the way of auditory Visual learners do not show their
learners like they learn best through verbal performance based on material given in
lectures, discussions and listening to what speaking class because only 36, 8 % learners
others have said. In addition, the only one who can improve their skill but auditory
tactile learner also can adapt himself with learners is clearly seen that they are 277 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sophisticated speaker and listener so in this Based on the result of this research,
speaking class they can show their ability the teacher is expected to be aware of
and it is proved from the data that 83, 3 % students‘ different learning styles which are
auditory learners can improve their scores particularly important in second or foreign
after post-test conducted. Moreover, the language acquisition, and to identify these as
materials are also appropriate for tactile and early as possible before starting teaching in
visual auditory learners because 100 % of the classroom. Then, teacher is expected to
tactile and visual-auditory learners can provide various teaching material that can
improve their post-test scores after materials suit all students‘ learning styles and fulfill
are given. students‘ needs.
278 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
BIBLIOGRAPHY
Deporter, Bobbi and Hernacki Mike. (2004). Quantum Learning. Bandung: Mizan Pustaka.
Gilakjani, Abbas. (2012). Visual, Auditory, Kinesthetic Learning Styles and Their Impacts on English Language Teaching. Journal of studies in Education. ISSN 2162-6952 2012, Vol.2, No.1.
Gilakjani & Ahmadi. (2011). The Effect of Visual, Auditory, and Kinesthetic Learning Styles on Language Teaching. International Conference On Social Science and Humanity. IPEDR Vol.5.
Griffiths Carol. (2008). Lesson from Good Language Learner. Cambridge: Cambridge University Press.
Husain, Djamiah. (1999). Learning and Personality Styles in Second Language Acquisition . Unpublished Thesis. Hasanuddin University
Heaton,J.B. 1988. Writing English Language Test. London : Longman
Rasyid, Muhammad Amin. 1992. Developing Communicative Competence through Topic of Interest and Learning Styles Using the Integrated Skills Approach. Makassar: Pascasarjana UNHAS.
Renou, Janet. 2008. A Study of Perceptual Learning Styles and Achievement in a University- level Foreign Language Course. In the internet http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet15/mcloughlin.html retrived on 27th November 2009. Mayagüez; Universidad Puerto Rico..
Sirajuddin, Andi. (2010). Improving speaking ability by using Total Physical Response Strategy at SMA Negeri 1 Samarinda. Unpublished Thesis. Hasanuddin University.
Vaishnav, Rajshree. (2013). Learning Style and Academic Achievement of Secondary School Students. Voice of research Vol. 1 Issue 4, March 2013.
279 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Table 1
Materials and Learning Activities
Hot seat brief personal Persuasive Group Making Group Discussion opinion Presentation on “ Visiting Places”
15 minutes spontaneous Group work presentation Group discussion
personal opinion talk 4-5 people 4-5 people
Given topic 10-15 minutes 10-15 minutes
Table 2 Student Individual Test Performance
Speaking measurement by J.B. Heaton (1988)
Types of Pre-Test Post-Test Subjects‟ code Learner S1 Visual 2(Enough) 3 (Fair) S2 Visual 4(Good) 4 (Good) S3 Visual 4(Good) 4 (Good) S4 Visual 5(Very Good) 6(Excellent) S5 Auditory 3(Fair) 3(Fair) S6 Visual Auditory 3(Fair) 4(Good) S7 Auditory 3(Fair) 4(Good) Visual-Auditory- S8 2(Enough) 2(Enough) Tactile S9 Auditory 4(Good) 5(Very Good) S10 Visual 3(Fair) 3(Fair) 280 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
S11 Auditory 3(Fair) 4(Good) S12 Visual 3(Fair) 4(Good) S13 Visual 4(Good) 4(Good) S14 Tactile 3(Fair) 4(Good) S15 Visual 3(Fair) 3(Fair) S16 Visual 3(Fair) 3(Fair) S17 Visual 3(Fair) 4(Good) S18 Visual 3(Fair) 4(Good) S19 Visual 2(Enough) 3(Fair) S20 Auditory 3(Fair) 4(Good) S21 Visual 4(Good) 5(Very Good) S22 Visual Auditory 2(Enough) 3(Fair) S23 Auditory 4(Good) 5(Very Good) S24 Visual 3(Fair) 3(Fair) S25 Visual 3(Fair) 3(Fair) S26 Auditory 3(Fair) 3(Fair) S27 Visual Tactile 3(Fair) 3(Fair) S28 Visual 3(Fair) 3(Fair) S29 Visual 3(Fair) 3(Fair) S30 Visual 3(Fair) 3(Fair)
Note:
a. 6 = Excellent
b. 5 = Very Good
c. 4 = Good
d. 3 = Fair
e. 2 = Enough
f. 1 = Poor 281 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
EXPLICIT AND IMPLICIT MEANINGS IN ELONG „BUANG TASSANRA MUA‟
Sudarmin Harun Faculty of Cultural Sciences The University of Hasanuddin, Makassar [email protected]
Abstract : Explicit And Implicit Meanings In Elong „Buang Tassanra Mua‟
This writing aims to transfer Buginese Elong ‗song‘ into English and to reveal the meanings that contained in buginese traditional song entitles Buang Tassanra Mua ‗Fall down but Safe‘. This song is very interesting to be analyzed and to reveal deeply either its explicit or implicit meanings because it has many meanings that must be known not only buginese but also the other ethnics in Indonesia and abroad, even also all generations outside or at schools and university.
By revealing the meanings explicitly or implicitly of the song, a person could aware that the ancestor‘s advices are very important to implement in his/her daily life. All generations should know, keep, and put them in their mind in order to become a guidance to do good things and to avoid to do bad actions such as breaking the buginese ade ‗customs‘, bicara ‗laws‘, rapang ‗ruls‘ and wari‟ ‗etics‘.
The objective of Elong ‗song‘ is as not only a medium of entertainment solely but it could also be a medium of conveying some advices and it could be a medium of teaching language and lingua franca as well as teaching literature. Lectures and teachers have a must to transfer the buginese songs into English with the goal the foreigners could read and know the buginese local language and literature, especially buginese pappaseng ‗local wisdom‘ that contained in this song – buginese language and literature.
Key words: Buginese Elong, language, and literature.
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mentransfer Elong Ugi ke Bahasa Inggris dan menyingkap makna yang terkandung dalam lagu tradisi orang bugis yang berjudul Buang Tassanra Mua. Lagu ini sangat menarik untuk dianalizah dan diungkap secara mendalam maknya baik yang tersurat maupun yang tersirat karena lagu tersebut memiliki banyak makna yang harus diketahui bukan hanya orang bugis akan tetapi juga suku-suku lainnya yang ada di Indonesia dan luar negeri, begitu pulah semua generasi yang ada di luar atau di dalam sekolah dan universitas. Dengan menyingkap makna lagu secara tersurat atau tesirat, seseorang dapat menyadari bahwa nasehat- nasehat leluhur sangat penting untuk mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Semua generasi seharusnya mengetahui, menyimpang, dan menaruh dalam ingatannya agar 282 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
supaya menjadi petunjuk untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat seperti melanggar adat-istiadat, bicara, rapang, dan wari suku bugis.
Tujuan lagu ‗Elong‘ bukan hanya sebagai media hiburan semata akan tetapi dapat juga menjadi media untuk menyampaikan nasehat dan dapat menjadi media pembelajaran bahasa dan lingua franca beserta pembelajaran sastra. Dosen dan guru memiliki keharusan mentransfer lagu-lagu bugis ke dalam Bahasa Inggris dengan tujuan orang asing dapat membaca dan mengetahui bahasa dan sastra bugis, terutama pesan-pesan atau kearifan lokal suku bugis yang terkandung dalam lagu tersebut-bahasa dan sastra bugis.
Kata kunci: Elong, bahasa, dan sastra bugis.
INTRODUCTION White‘ using galigo-pattern that has eight,
Three years ago, exactly in 2012, I seven, and six syllables for each verse while
did a research about Kecapi Songs ‗lute Buang Tassanra Mua ‗Fall down but Safe‘
songs‘ in Sidrap Regency, South Sulawesi, using non-galigo like a traditional poetry
Indonesia. This regency is situated near pattern uses pun in each verse. Pun is the
Danau Sidenreng and Danau Tempē ‗Lake humorous use of words that are formed or
of Sidenreng and Lake of Tempē‟ sounded alike.
approximately 200 kilometers away from Buang Tassanra Mua is a product of
Makassar and 50 kilometers away from the culture. Putra (2001: 24) emphasizes that
municipality of Pare-pare. This regency is there are three relationships between
the regency where kecapi and the kecapi- language and culture and summarized as
songs were born between 1930s and 1940s follows: language that is used by a
(Harun, 2012). At the early period, the song community is the reflection of the culture of
is a traditional one using ‗Galigo-pattern‟ or the community; language is part of the
‗None-galigo‟. Galigo Period is VII and X culture; and language is the condition of the
Century (Huzain, 2009:22) In the location of culture. Christomy (2003: ix) formulates that
the research, I found Putē Sassā ‗Pure language is a system of arbitrary vocal 283 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
symbols by which members of a social The theme of this song is advice. Therefore,
group cooperate and interact. this traditional song functions not only to
Buang Tassanra Mua consists of entertain but also imply five local wisdoms
Elong Pappaseng in Buginese literature. as mentioned above. This song has four
This song does not apply Galigo pattern but stanzas. Each stanza has certain significance;
it applies non-galigo pattern. Among the it can be seen through the song lyrics and
poetic/traditional Buginese songs, this song translation.
has five ―pappaseng”, the deepest ones. The FINDINGS
explicit local wisdoms of the song are: (1) Buang Tassanra Mua
aja‟ nacaccaki ade‟ aja‟to natunaiki‟ Fall Down but Safe
bicara; (2) aja‟ naujaki‟ rapang aja‟to Hasan Pulu
nicawaiki‟ wari‟; (3) alitutui warie 1. tabe taengkalingai
pannennungeng toi rapangnge; (4) # tabe + ta + engkaliŋa + i #
ulawengngi mammekkoe salakai mettee; and excuse p1pl listen imp
(5) mette‟kki‟ nasitinaja, tongeppi naripuada excuse me and listen to
(the translation, see the next page!). If these 2. adanna toriolota
―pappaseng‖ are implemented in the daily # ada + na + to + riolo + ta #
life of someone ―buang tassanra mua, mau utterance p3pl person past p1pl pos
mali rappe mua”. Metaphorically, it means our ancestor‟s message
that although someone got or fallen into an 3. aja‟ nacaccaki ade‟
accident he/she will be safe. For the # aja‘ + na + cacca + ki
complete meanings, look at the next lyrics of + adə‘ #
the song and the translation. 284 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
neg pref dislike p1pl hon # rapaŋ + e + ri +
customs pan ənnuŋəŋ #
the customs dislike you rule pref pref obeyed
4. natunaiki‟ bicara constantly
# natunai + ki + bicara # the rule must be obeyed constantly
degrade p1pl hon laws 9. ulawengngi mammekkoe
the laws degrade you # ulawəŋ + i + ma + məkko
5. aja‟ naujaki rapang + e #
# aja‘ + na + uja + ki + gold dem pref silent
rapaŋ # def
neg pref ridicule p1pl hon be silent is the best
rule 10. salakai mette‟e
the rule does not ridicule you # salaka + i + mətte + e #
6. nicawaiki‟ wari‟ silver dem talk def
# ni + cawai + ki + wari # to talk is better
pref laugh p1pl hon ethic 11. mettekki‟ nasitinaja
the ethic laughs you # mətte + ki + na +
7. wari‟ riyalitutui sitinaja #
# wari + ri + yalitutu + i # talk p2pl hon pref properly
ethic prep kept well imp talk only properly!
the ethic must be kept well 12. tongeppi naripuada
8. rapangnge ripannennungeng # toŋəp + i + naripu + ada #
true dem pref say 285 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
say only the true! song that has deep meanings. This song is
13. rekkua taengkalingai talking about ancestor‘s messages. Among
# rekkua + ta + eŋkaliŋa + i # of them are customs, laws, rules, and ethics.
if p1pl listen to def This traditional song instructs the audiences
if you listen to to say only the right utterance.
14. paseng toriolota The title of this traditional song is
# pasəŋ + to + riolo + ta # Buang Tassanra Mua „Fall Down but Safe‘.
advice person past p1pl hon This title is a symbol and metaphor. A
our ancestor‟s advice symbol refers to a convention that means
15. buang tassanra mua although someone gets a problem, of course,
fall down stumble over still later there will be a solution or he/she will be
although you are fallen down, you are still safe. It is a metaphor of its theme, namely: a
safe metaphor of safety.
16. mau mali rappe mua Lyrics (1), (2), (3), and (4) have two
when wash away wash ashore still cultural symbols. They are ―ade‘‖ and
when you wash away, you are eventually ―bicara‖. Lyrics (1) and (2) warn the
safe audiences to listen carefully to the ancestor‘s
DISCUSSION message. Lyrics (3) and (4) advice the
Buang Tassanra Mua is an advice audience, using polite sentence or honorific
song. It refers to a local wisdom of Buginese utterance, by saying ―aja‟ nacaccaki ade‟
that warns the audiences to implement those natunaiki bicara”. ―ade‘ is a symbol of rule
five messages or local wisdoms. This song of life, customs and traditions. ―Bicara” is a
consists of ―Elong maliung bettuanna‖ the 286 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
symbol of laws, laws of life. Buginese must symbol that means be silent is the best. Gold
understand and obey them. is adornment goods that have the best
Lyrics (5), (6), (7), and (8) have two quality, everyone likes it. Therefore, the
cultural symbols. They are ―rapang‖ and morpheme ―mammekkoe” is associated with
―wari‘‖. Lyrics (5) and (6) are advice that the quality of gold. In lyric (10) ―Salaka‖ is
addressed to the audience; the utterance is a cultural symbol that conventionally
―aja‟ naujaki rapang nicawaiki wari‟”. It symbolizes the better attitude or behavior of
means, the rule ridicules you and the ethic someone. The phrase ―salakai mette‟e” is
laughs you. Lyric (7) and (8) are symbols; also a symbol that means talking is also
because the word ―wari” in lyric (7) better if what we will convey is true. This is
conventionally means ―ethic‖ and the word a metaphor because the word ―salakai”
―rapangnge” in lyric (8) conventionally means silver. Silver quality is one level
means ―rule‖. Therefore, these lyrics also under gold quality. Both of them are
advise us that the ethic must be kept well adornment goods, which have different
and the rule must be obeyed constantly. quality. So the morpheme ―mette‟e” is also
Lyrics (9), (10), (11), and (12) have associated with the quality of silver. In lyric
two cultural symbols. They are ―ulaweng‖ (11) ―mettekki nasitinaja” and in lyric (12)
and ―salaka‖. Let us elaborate one by one ―tongeppi naripuada” are both local wisdom
based upon the message or advice of the that mean talking only needed and tell only
ancestor. In lyric (9) ―ulaweng” is a cultural the right. Both lyrics are symbols because
symbol that conventionally symbolizes the lyrics (11) and (12) are advice addressed to
best attitude or behavior of someone. The audiences by using honorific utterance
phrase ―ulawengngi mammekkoe” is a 287 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
saying ―mettekki nasitinaja tongeppi Buang Tassanra Mua is Buginese
naripuada”. It means do not tell lies. traditional song. This song is full of
In lyrics (13), (14), (15), and (16) significance meanings, which are
have two cultural symbols. They are symbolized by conventional symbols.
―tassanra” and ―rappe‖. These lyrics Symbols that found in this song are
contain Buginese ancestral message. The ―ulaweng‖–gold and ―salaka‖ –silver. These
repetition of word ―mua‖ in this last stanza symbols are not only become the symbols at
clearly suggests the audiences to listen or to all but also the cultural symbols of Buginese
implement the ancestor‘s pappaseng. If you that have profuse meanings.
obey it, you will be safe. The local wisdom in ―Buang
Euphemism is used to imply the Tassanra Mua” is in the context of advice
message politely as ―ulawengngi for the audiences of a ceremony in order that
mammekkoe” means be silent is the best. they are safe in undertaking his/her daily
The impolite utterance is ―aja‟ mu kapau- works or position in the office. The explicit
pau” means do not talk too much in false local wisdom ―pappaseng‖ that contained in
utterance (lying). this song are: (1) aja‟ nacaccaki ade‟ aja‟to
The next is also euphemism is used natunaiki bicara; (2) aja‟ naujaki‟ rapang
to imply the message politely like ―Mettekki aja‟to nicawaiki‟ wari‟; (3) alitutui warie
nasitinaja tongeppi naripuada” means pannennungeng toi rapangnge; (4)
talking only needed, tell only the right. The ulawengngi mammekkoe salakai mette‟e;
impolite utterance is ―aja‟ mabbelle” in and (5) mettekki nasitinaja tongeppi
Buginese means do not tell a lie! naripuada, if these ―pappaseng‖ are
implemented in the daily life of someone, 288 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Insya Allah–God willing, ―Buang tassanra “mettekki‟ nasitinaja tongeppi naripuada”
mua Mau mali rappe mua”. Metaphorically, stated in symbol that means ―talking only
it means that although someone gets or falls needed and telling only the right!‖ The
into an accident he/she will be safe. author quotes these local wisdoms from
Furthermore, “pappaseng” that contained in Lontara Pappaseng (Pulu in Berbagai
this song is euphemism with the aim to Kumpulan lagu Bugis, 2009: 40).
emphasize the meaning of song politely to Besides explicit pappaseng in this
the audiences: (1) “aja‟ nacaccaki ade‟ song, it also has implicit pappaseng. Those
aja‟to natunaiki‟ bicara” stated in symbol are ―don‘t ever act against bicara-adat-law,
that means ―don‘t violate the rule and rapang-rule, and wari-ethic. Obey the rule,
ethic!‖; (2) “aja‟ naujaki‟ rapang aja‟to adat-law, and ethic constantly! Say the right
nicawaiki‟ wari‟” stated in symbol that is right, false is false! If you obeyed them,
means ―don‘t violate the customs and the whatever happened to you, you will be safe.‖
laws!‖; (3) “alitutui warie pannennungeng That is Buginese‘s ancestral local wisdom. It
toi rapangng” stated in symbol that means can be an obstacle and eradication all
the ethic must be kept well and the rule must negative actions by the implementation of
be obeyed constantly; (4) “ulawengngi rule, adat-law, and ethic. There is no
mammekkoe salakai mette‟e” stated in exception. All people are equal before the
symbol that means ―be silent is the best!‖, if laws.
we don‘t know the problem or what we will Ironically, in Buginese regions,
say is not true, ―salakai mette‟e” means Buginese has ―pappaseng” but it is ignored.
talking is better if we know well the problem It is proved, graft and falsehood still
or what we will say is true. Moreover, (5) occurred everywhere and some of the actors 289 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
are Buginese. Let us build our nation and true-person if he/she is ―malempu or jujur‖.
country by the virtue of local wisdom. Let us Its icon (similarity) is ―kebenaran”–
create a civilized, prosperous, safe, and rightness. ―Kebenaran‖ is something that
peaceful society; South Sulawesi in has high value and quality in society. Its
particular and Indonesia in general. Let us index (causal) is ―jujur‖–honest.
obey ade‟ ‗custom‘, opposing it the risk is ―Kejujuran‖ is caused by the rightness and
epalumpangi tanah ‗thrown out‘ of the reflected by the true remarks and deeds of
country by Ade‟ Holders. someone. Its symbol (convention or rule of
METAFORICAL SYMBOLS FOUND agreement) is ―kejujuran‖–honesty.
“Ulaweng” is a cultural symbol of Therefore, ―ulaweng‖ as Buginese cultural
Sidrap Buginese that has a significant symbol, is a metaphor or symbol of
meaning of life of Buginese in conveying the “kejujuran”–honesty. In philosophy of life
true utterance. ―Ulaweng” is a sign. Its of Buginese, if someone does not know the
ground of idea or concept is a metaphor of rightness of something, it is better to be quiet
“ulawengngi mammekoe‖–be silent is the ―ulawengngi mamekkoe‖ as the object, the
best. It is based on the value of gold. Gold is concept, and idea of poetic song (symbol),
finery or thing that has high quality in the ―true is true‖ and ―false is false‖.
life of people, so, ―mammekkoe‖ is an “Salaka” is a cultural symbol of
analogy of ―ulaweng‖. The ground functions Sidrap Buginese that has a significant
refer to the object, which creates the best meaning of life of Buginese in conveying the
attitude and the character building of true utterance. ―Salaka” is a sign. Its ground
Buginese as a powerful life principle and of idea or concept is a metaphor of “salakai
philosophy of life of Buginese. He/she is a mette‟e‖–talk only properly and say only the 290 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
truth. It is based on the value of silver. Silver life of Buginese, if someone does not know
is finery or thing that has higher quality than the rightness of something, it is better to be
others do in the life of people, so, ―mette‟e‖ quiet, as a poetical and aesthetical concept
is an analogy of ―salaka‖. The ground of, ―ulawengngi mamekkoe salakai mette‟e”
functions refer to the object, which creates as the object and the concept of poetical
better attitude than others and the character song (symbol), ―conveying the true is true‖.
building of Buginese as a powerful life MESSAGES
principle and philosophy of life of Buginese. Based on the results of findings and
He/she is a true-person if he/she said ―the discussion, Elong Buang Tassanra Mua has
true is true and the false is false.. Its icon two messages. They are: (1) it is better to
(similarity) is ―kebenaran”–rightness. avoid bad-action, like tell a lie, steal,
―Kebenaran‖ is something that has higher damage, deceive, lazy, do not do his/her
value and quality than others do in society. duty well, do graft or corruption; and (2) it is
Its index (causal) is ―jujur demi kebenaran‖– better to do good-action, like be honest,
conveying the rightness. ―Kejujuran‖ is diligent for working, charity, and so on. If
caused by the rightness and reflected by the someone does these messages and does not
true remarks and deeds of someone. Its ignore them of course the customs, ade‘,
symbol (convention or rule of agreement) is rules, and ethics do not punish him/her. In
―kejujuran‖–honesty. Therefore, ―salakai buginese, if someone breaks the customs and
mette‟e‖–to talk is better if we know the true culture the communities and Ade‘-holders
of something, ―salaka‖ as Buginese cultural will punish him/her.
symbol is a metaphor or symbol of “ada-
tongeng”–true utterance. In philosophy of 291 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
CONCLUSION mua, mau mali rappe mua”.
1. Buang Tassanra Mua consists of Elong Metaphorically, it means that although
Pappaseng in Buginese literature. This someone got or fallen into an accident
song does not apply Galigo pattern but it he/she will be safe.
applies non-galigo pattern. 5. In philosophy of life of Buginese, if
2. This traditional Elong ‗Song‘ has five someone does not know the rightness of
―pappaseng”, ‗local wisdom‘. something, it is better to be quiet
3. The explicit and implicit meanings of the ―ulawengngi mamekkoe‖ as the object,
song become ―pappaseng‖ are: the concept, and idea of poetic song
(a) aja‟ nacaccaki ade‟ aja‟to natunaiki‟ (symbol), ―true is true‖ and ―false is
bicara, false‖.
(b) aja‟ naujaki‟ rapang aja‟to nicawaiki‟ 6. In philosophy of life of Buginese, if
wari‟, someone does not know the rightness of
(c) alitutui warie pannennungeng toi something, it is better to be quiet, as a
rapangnge, poetical and aesthetical concept of,
(d) ulawengngi mammekkoe salakai ―ulawengngi mamekkoe salakai mette‟e”
mettee, and as the object and the concept of poetical
(e) mette‟kki‟ nasitinaja, tongeppi song (symbol), ―conveying the true is
naripuada. true‖.
4. If these ―pappaseng‖ are implemented in 7. The message of this Elong is: do good-
the daily life of someone ―buang tassanra actions and don‘t do (avoid) bad-actions.
292 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
REFERENCES
Berbagai Pencipta Lagu Bugis. 2009. Kumpulan Lagu-Lagu Bugis. Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten Sidenreng Rappang Propinsi Sul-Sel.
Christomy dan Yuwono. 2003. Semiotika Budaya. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyrakat Universitas Indonesia. Depok Jakarta. Harun, Sudarmin. 2012. Cultural Values in Balinese Traditional.Dissertatio. Makassar. Pascasarjana Unhas.
Huzain, M. and Rajab, H. 2009. Ade‟ Sipakatau Menyelamatkan Generas Bangsa Ardana Media, Yogyakarta. Putra Heddy Shri Ahimsa. 2001. Strukturalisme Levy Strauss Mitos dan Kary Sastra. Galang Press, Yogyakarta.
293 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
THE SOCIAL CRITICISM OF INDIAN IN THE NOVEL THE PEARL BY
JOHN STEINBECK
A b b a s A Lecturer of Cultural Studies, Hasanuddin University Email: [email protected]
Abstract: The Social Criticism Of Indian In The Novel The Pearl By John Steinbeck
The Social Criticism of Indian in the Novel The Pearl by John Steinbeck is concerned with social criticism on the disruption of the Indians‘ life in Southern America 1940s. They were found to have been unjustly treated and pressed by the European immigrants. This writing addresses criticisms on the social inequalities that emerge as a result of the presence of the immigrants. It is an attempt to address the Indians‘ struggle against the existing immigrants to overcome the economics of social conditions. Data were mainly obtained from related references as the secondary data and the novel The Pearl as its primary data. Other supporting documents were also taken to base the analysis. In doing so, the Structural Genetics approach that is the combination between fictional intrinsic elements such as the plot, character, setting, theme and the external aspect such as the author‘s social background and social reality of people was used. The result of this writing appears that the appearances of structural elements in the novel The Pearl depict the social, political, and economical conditions of Southern America in Mexico. John Steinbeck as the novel‘s author seemed to suggest the awakening of the Indians‘ struggle against social disruption due to the emergence of European immigrants. He insisted the Indians on organizing their struggle for better life.
Key Words: Social criticism, Inequalities, Indians‟ struggle, Structural Genetic Approach Abstrak: Kritik Sosial Orang-Orang Indian dalam Novel The Pearl Karya John Steinbeck
Kritik sosial orang-orang Indian pada novel The Pearl karya John Steinbeck merupakan kritik sosial terhadap penderitaan orang-orang Indian di Amerika Selatan sekitar tahun 1940an. Mereka diperlakukan tidak adil dan ditekan oleh orang-orang imigran Eropah. Tulisan ini mengkritik ketidakadilan sosial yangditimubklan oleh kehadiran para imigran. Hal ini mendorong orang- orang Indian bangkit berjuang melawan kesewenang-wenangan para imigran guna memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi mereka. Data utama ditekankan pada berbagai referensi relevan yang dijadikan sebagai sumber data sekunder dan novel The Pearl merupakan data primer. Selain itu juga sejumlah dokumen digunakan guna mendukung analisis ini. Dalam analisis ini turut digunakan Pendekatan Strukturalisme Genetik yang memadukan antara unsur-unsur intrinsik sastra, diantaranya plot, 294 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
tokoh, setting, dan tema dengan aspek-aspek ekstrinsik seperti latar belakang sosial pengarang dan realitas sosial masyarakat. Tulisan ini menunjukkan bahwa kehadiran unsur-unsur struktural pada novel The Pearl menggambarkan kondisi perekonomian di Amerika Selatan, khususnya di Meksiko. John Steinbeck selaku penulis novel ini nampaknya turut mendorong kebangkitan perjuangan orang- orang Indian melawan kesewenang-wenangan para imigran Eropah. Dia menghimbau agar orang- orang Indian menata perjuangannya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Kata Kunci: Kritik sosial, Ketidakadilan, Perjuangan orang-orang Indian, Pendekatan Strukturalisme Genetik PENDAHULUAN masyarakat tertentu dan dalam kurun waktu
Kritik sosial dalam kajian ilmu sastra tertentu. The Pearl sebagai novel yang
antara lain merupakan sorotan terhadap dipengaruhi oleh setting Amerika wilayah
realita yang terjadi dalam kehidupan selatan sangat jelas merefleksikan kondisi
masyarakat. Pengarang sebagai bagian dari orang-orang di wilayah tersebut. Orang-
interaksi masyarakat tidak bisa melepaskan orang Indian yang miskin dan terbelakang
dirinya dari realita sosial dalam membuat tidak memperoleh perhatian sebagaimana
sebuah karya sastra. John Steinbeck mestinya sehingga menderita di tanah airnya
misalnya, dalam novel The Pearl yang sendiri. Mereka dipandang sebagai
dikarang sekitar tahun 1945 merefleksikan kelompok strata sosial bawah yang tidak
kondisi sosial orang-orang Indian di wilayah memperoleh kesejahteraan malah
Amerika Selatan yang masih dipelakukan diperlakukan tidak adil dari kelompok
tidak adil oleh orang-orang kulit putih masyarakat lainnya sebagaimana termuat
turunan imigran Eropah. dalam kutipan novel tersebut: ”The doctor
Karya sastra sebagai produk sosial never comes to the cluster of brush houses.
terkait dengan keadaan dan kondisi di He could do to take are of rich people who
sekitarnya sebagai refleksi kehidupan 295 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
lived in the stone and plaster houses of the sebagaimana terefleksi dalam novel The
town” (1962:9). Pearl, maka penulis menganalisis kritik
Keadaan sosial orang-orang Indian sosial dalam karya sastra tersebut dengan
direfleksikan oleh sejumlah tokoh fiksi menggunakan Pendekatan Strukturalisme
seperti Kino, Juana Tomas, Coyotito, dan Genetik. Suatu teori pengkajian sastra yang
lain-lain. John Steinbeck menempatkan menekankan keterkaitan antara karya sastra,
tokoh-tokoh ini bukan sekedar individu fiksi pengarang, dan realitas masyarakat.
belaka, tetapi memuat kenyataan sosial TEORI PENDEKATAN
masyarakat tertentu di Amerika wilayah STRUKTURALISME GENETIK
selatan hingga tahun 1940-an. Pengarang Strukturalisme Genetik lahir sebagai
dengan cermat memaparkan keinginan reaksi terhadap pendekatan sastra yang telah
orang-orang Indian sebagaimana terungkap berkembang sebelumnya, yakni
dari penuturan tokoh fiksi Kino, ”My son Strukturalisme Murni. Teori Strukturalisme
will read and open books, and my son will Genetik dicetuskan pertama kali oleh ahli
write and will know writing. And myson will sastra Perancis bernama Lucian Goldman
make numbers, and these things will make yang pandangan dasarnya adalah karya
numbers, and these things will make us free sastra bukan sesuatu yang berdiri sendiri,
...” (1962:33). melainkan ada unsur masyarakat yang
Dengan menelaah keadaan orang- melatarbelakanginya sehingga tinjauan
orang Indian yang terbelakang dan sosiologis perlu dilibatkan dalam pengkajian
diperlakukan tidak semestinya, kemudian karya sastra. Iswanto mengomentari
dari keadaan ini timbul perjuangan untuk pandangan ini bahwa, ”Jika karya sastra
mengubah nasib mereka menjadi lebih baik hanya dipahami dari unsur intrinsiknya 296 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
saja, maka karya sastra dianggap lepas dari sekitarnya yang dituangkan ke dalam bentuk
konteks sosialnya. Padahal pada karya sastra. Memang karya sastra bukan
hakekeatnya tidak demikian, melainkan merupakan rangkaian peristiwa nyata secara
selalu berkaitan dengan masyarakat dan langsung dalam masyarakat sebab lahir dari
sejarah yang melingkupi penciptaan sastra” sebuah imajinasi, tetapi memuat
(1994:80). perumpamaan dari kondisi yang sedang
Pandangan Goldman merupakan berlangsung. Melalui tokoh-tokoh fiksi,
upaya memadukan antara unsur struktural seorang pengarang berupaya menyuarakan
(aspek-aspek intrinsik) dan unsur sosiologis kelompok masyarakat tertentu. Jadi
(aspek-aspek ekstrinsik). Dalam teori meskipun karya itu fiksi, tetapi mewakili
Strukturalisme Genetik, Goldman antara lain keterkaitan dengan kelompok masyarakat di
mengatakan: mana karya itu dilahirkan sebagai
‖Pandangan dunia yang ditampilkan genetiknya. Guerin dalam Genetic pengarang lewat problematic hero merupakan suatu struktur global yang Approaches mengungkapkan, ”We might bermakna. Pandangan dunia ini bukan semata-mata fakta empiris yang bersifat call the aproach genetic because it is the langsung, tetapi merupakan suatu gagasan, aspirasi, dan perasaan yang dapat word sometimes use when a work is mempersatukan kelompok sosial masyarakat. Pandangan dunia ini considered in terms of its ”origin”. We memeperoleh bentuk kongkret di dalam karya sastra. Pandangan dunia bukan fakta. could find the term appropriate in studying Pandangan dunia tidak memiliki eksistensi obyektif, tetapi merupakan ekspresi teoritis the growth and development of the work, its dari kondisi dan kepentingan suatu golongan masyarakat tertentu‖ (Damono, 1979: 5). genesis, as form its source” (1979:278).
Konsep Strukturalisme Genetik yang Seorang pengarang mewakili sejumlah diterapkan dalam tulisan ini mengacu pada harapan dan keinginan masyarakat di perangkat Laure dan Swinge yang diurai dari 297 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pemikiran Goldman (Iswanto, 1994:84). Keadaan masyarakat dihadirkan sebagai
Konsep ini terurai dalam bagan berikut: kondisi ekstrinsik yang mempengaruhi
muatan karya sastra tersebut. Pada akhirnya
diperoleh gambaran mengenai kenyataan
yang diemban oleh karya sastra itu.
PEMBAHASAN
Hasil analisis keterkaitan antara
aspek struktural, pengarang, dan realita
sosial masyarakat pada novel The Pearl
Karya sastra sebagaimana perangkat dibahas lebih lanjut dengan menggunakan
di atas mula-mula diteliti aspek intrinsiknya. kaidah-kaidah Teori Strukturalisme Genetik.
Keseluruhan aspek intrinsik dianggap satu DESKRIPSI STRUKTUR NOVEL THE
jalinan yang saling terkait guna memperoleh PEARL
makna pada diri karya sastra itu sendiri. Tokoh utama adalah sepasang suami
Selanjutnya, latar belakang pengarang dikaji istri dari keluarga orang Indian, yakni Kino
sebagai bagian dalam kelompok sosial dan Juana serta puteranya Coyotito, yang
tertentu. Kehidupan dan sikap pengarang sekaligus menempati peran antagonis.
dianggap mewakili masyarakat di mana ia Mereka didukung oleh tokoh pembantu yang
berada. Pengarang dianggap sebagai juga merupakan saudara dan ipar Kino,
perantara antara karya sastra dengan realitas yakni Juan Tomas dan Apolonia. Pemeran
masyarakat. Langkah berikutnya adalah tokoh antagonis adalah seorang dokter
menganalisis aspek sosiologis yang keturunan imigran Perancis yang dikenal
mengkondisikan saat karya sastra itu ditulis. dengan panggilan Doctor. 298 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Alur cerita atau plot berlangsung houses came a sound so soft that it might
secara konvensional, artinya cerita tersusun have been simply a thought, a little furtive
secara kronologis menurut hubungan sebab movement, a touch of a foot on earth, the
akibat dari awal hingga akhir cerita yang almost inaudible purr of controlled
meliputi eksposisi, komplikasi, klimaks, breathing” (TP, 1962:48).
resolusi, dan konklusi. Eksposisi Tahap Klimaks terjadi pada saat
menggambarkan sekelompok orang Indian rumah Kino dibakar dan dirinya berhasil
di daerah pemukiman kumuh sekitar pantai membunuh salah seorang yang hendak
Tanjung California yang hidup dalam mencuri mutiaranya. Teror ini tidak
keadaan sangat miskin dan hidupnya sangat menyurutkan semangat Kino yang bersikeras
jauh berbeda dengan orang-orang kulit putih ingin mewujudkan impiannya menjadi orang
di kota yang hidup sejahtera. Suatu ketika kaya yang mampu menyekolahkan
dokter menolak mengobati seorang bayi puteranya kelak dan mengubah orang-orang
bernama Coyotito karena alasan berasal dari Indian menjadi sejahtera. Dia memutuskan
keluarga Indian miskin. Cerita mulai membawa keluarganya secara sembunyi-
meningkat ke tahap Komplikasi ketika Kino sembunyi ke wilayah utara sekaligus
menemukan sebuah mutiara Pearl bernilai mencari pembeli mutiara, ”To north,‟said
tinggi. Sejak saat itu dokter datang Kino. I have heard there are cities in the
menawarkan jasanya ingin mengobati north” (TP, 1962:86).
Coyotito dengan maksud licik ingin Kepergian Kino berserta keluarganya
memiliki mutiara tersebut. Sejak saat itu ke utara ternyata dibuntuti 3 orang
teror yang menimpa keluarga Kino terus bersenapan yang hendak merampas
berlangsung, ”Then from the corner of the mutiaranya. Kino berhasil membunuh 299 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
ketiganya sekaligus mengantar cerita pada memprihatinkan. Latar ini mengacu pada
tahap Resolusi, namun pada saat bersamaan beberapa tempat yang muncul dalam cerita,
Coyotito juga meninggal di tempat diantaranya Kota La Paz, Kota Loreto, Santa
persembunyian dalam pangkuan ibunya, Rosalina, Virgin Station, dan United States.
Juana. Akhirnya Konklusi cerita yang James D. Hart memperkuat penelusuran latar
menentukan nasib akhir semua tokoh utama ini dengan mengatakan, ”... marine research
berlangsung ketika Kino dan Juana in the Gulf of California and containing
memutuskan kembali ke kampung Steinbeck‟s reflection on life; and The Pearl
halamannya dalam keadaan menyedihkan, (1945) a short parable about a Mexican
namun semua orang di La Paz senantiasa fisherman who finds a great pearl”
mengenang kegigihan keluarga ini, (1986:382).
”Everyone in La Paz remembers the return Menelusuri sikap dokter turunan
the family” (TP, 1962:114). imigran Perancis terhadap orang-orang
Latar fisik berlangsung di sebuah Indian yang diskriminatif, lalu Kino
daratan yang mencolok ke selatan berupa berjuang menebus perlakukan dokter ini.
tanjung yang dinamakan Tanjung California. Selanjutnya dia ingin mewujudkan sejumlah
Tanjung ini merupakan wilayah perbatasan harapan mulia memperbaiki nasib orang
antara selatan Amerika Serikat dengan utara Indian melalui pendidikan, kesejahteraan,
Meksiko yang dikelilingi oleh Samudera dan keadilan, serta mengacu pada pandangan
Pasifik. Wilayah ini merupakan daerah Robert Carlsen (1985:604-605) yang
pesisir yang banyak dihuni oleh orang-orang mengatakan, ”Of Steinbeck‟s other
Indian yang bermata pencaharian sebagai significant stories, his beautiful short novel
nelayan dengan tingkat kesejahteraan The Pearl (1945), an allegorical story in 300 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
which the Mexican hero, Kino, and his dia menghabiskan masa mudanya sebelum
wife...,” maka penulis menyimpulkan tema berkelana ke Eropah dan kembali ke
cerita fiksi ini adalah Perjuangan orang- California.
orang Indian dalam menuntut perbaikan Setting kehidupan Steinbeck
nasib dan persamaan hak dari orang-orang umumnya berkisar di sekitar wilayah
kulit putih. Tanjung California yang membentang
LATAR BELAKANG DAN sekitar 50 mil dari selatan ke utara dan 30
PANDANGAN JOHN STEINBECK mil dari timur ke barat. Wilayah ini berada
John Steinbeck merupakan nama di antara darerah barat daya Amerika Serikat
kakek dan nenek dari pihak ayahnya dimana dengan Meksiko utara bagian barat.
kakeknya bernama John dan neneknya Steinbeck banyak mengetahui kondisi sosial
bernama Grossteinbeck. Keluarga dari pihak di daerah tersebut. Dia prihatin menyaksikan
ayahnya berasal dari Jerman turunan Yahudi orang-orang Indian tersingkir ke daerah-
Yerusalem yang datang ke daratan Amerika daerah kumuh pinggiran kota karena
sekitar pertengahan abad ke-19. Ibunya yang tindakan para imigran Eropah yang
bernama Olive Hemilton berasal dari merampas tanah mereka, lalu membangun
Irlandia Utara yang merupakan keluarga taat tambang-tambang emas dan pabrik di
beragama. Keluarga Hemilton tiba di atasnya. Keprihatinan Steinbeck
Amerika sekitar tahun 1850. John Steinbeck diungkapkan melalaui penuturan Michael
dilahirkan di sebuah kota kecil, Salinas Pearson (1994:306) berikut:
Tanjung California pada tahun 1902. Kota ‖Di barat timbul kepanikan ketika para imigran berbondong-bondong memenuhi Salinas merupakan daerah penyangga antara jalan raya. Para putera daerah (pribumi) ketakutan tanah milik mereka menyusut, Meksiko dengan Amerika Serikat di mana orang-orang yang sampai saat itu tidak 301 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pernah lapar menatap mata mereka yang menyoroti masalah sosial guna perbaikan lapar. Orang-orang yang saat itu tidak pernah menginginkan sesuatu terlalu banyak nasib kehidupan orang-orang Indian. Melalui melihat gelora keinginan di mata para pendatang. Dan penduduk kota itu dan imajinasinya terungkap dunia sosial yang orang-orang pinggir kota yang lembut berkumpul untuk mempertahankan diri nyata sehingga dirinya dikategorikan sebagai mereka sendiri; dan mereka menentramkan hati sendiri bahwa mereka orang baik dan satu diantara sekian penulis realis dan para pendatang yang menyerbu itu jahat...‖ romantis Amerika. Penghujung tahun 1968
Menyaksikan kemewahan para tepatnya tanggal 30 Desember, John
turunan imigran yang hampir melupakan Steinbeck terkena serangan jantung dan
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta asal- dimakamkan di kota kelahirannya, Salinas
usulnya, maka Steinbeck memilih hidup dengan meninggalkan dua orang putera,
sederhana. Menurutnya bahwa harta yakni Tom dan John.
kekayaan dan penghargaan hanya akan KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT
membelenggu kebebasan sosialnya. Bahkan AMERIKA DI WILAYAH SELATAN
ketika menerima Hadiah Nobel Bidang Babak awal kolonialisasi di daratan
Kesusastraan tahun 1962, dia dengan rendah Amerika dimulai ketika Christopher
hati antara lain berujar, ”Di dalam hatiku Colombus membawa petualang Spanyol
terbersit keraguan bahwa aku lebih patut mendarat di San Salvador tahun 1492. Satu
mendapat Hadiah Nobel ini daripada persatu suku di Amerika Selatan
kalangan sastrawan lainnya yang kuhormati ditaklukkan, yakni Suku Astek dan Maya
dan memang terhormat...” (1994:335). tahun 1519, Suku Indian tahun 1522, dan
John Steinbeck sebagaimana diakui Suku Inca tahun 1533. Hingga tahun 1600,
oleh James D. Hart (1986:383) bahwa dia Spanyol telah memiliki daerah koloni yang
adalah salah seorang sastrawan yang terbentang dari Chili di selatan membujur 302 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
hingga Meksiko di utara dengan pusat Guadelupe di Vera Cruz tanggal 2 Pebruari
pemerintahan kolonial berada di Meksiko 1848. Adapun New Meksiko diserahkan
City dan Lima Peru. Petualangan Spanyol kepada Amerika Serikat sebagai
berakhir setelah beberapa koloni di Amerika konsekuensi dari kekalahan Presiden
Selatan menyatakan kemerdekaan melalui Carranza dalam konflik politik tahun 1914.
perjuangan yang dipelopori oleh orang- Wilayah California yang meliputi Tanjung
orang Indian dan turunan hybrid Indian- California dengan Kota La Paz menjadi
Spanyol, diantaranya Koloni Cili tanggal 12 setting utama novel The Pearl yang ditulis
Pebruari 1818, Venezuela tahun 1819, Peru tahun 1945.
tanggal 28 Juli 1821, Guatemala tanggal 15 Hingga tahun 1940-an sektor
September 1821, dan Meksiko tanggal 10 pertanian dan perkebunan belum mampu
Oktober 1824. mengubah kehidupan orang-orang Indian
Wilayah teritorial Meksiko ketika menjadi lebih baik malah 74 juta hektar
merdeka meliputi perbatasan Guatemala di tanah petani di wilayah California, Texas,
selatan, Samudera Pasifik di sebelah barat, dan New Mexico diambil alih oleh
Samudera Atlantik di timur, di utara meliputi pemerintah Amerika Serikat, meskipun
wilayah California, New Mexico, dan Texas kemudian ditebus dengan pembayaran
dimana ketiga wilayah ini berbatasan dengan kompensasi tahun 1940. Sebanyak 2 juta
Amerika Serikat. Perang Meksiko – orang Indian yang telah kehilangan tanah
Amerika Serikat tahun 1845 hingga 1848 kemudian mengadu nasib pada industri-
memaksa Meksiko menyerahkan wilayahnya industri batu bara dan gas di kota-kota.
yang meliputi Texas dan California kepada Mereka tinggal pada gubuk dengan tingkat
Amerika Serikat melalui perjanjian Treaty of kesejahteraan yang jauh dari memadai. 303 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sebagaimana mereka yang hidup sebagai sebagai kelompok masyarakat yang kasar,
buruh industri, orang Indian di daerah pesisir kolot, terpencar, memiliki heterogenitas
California yang hidup dari sektor perikanan tinggi, dan masih didominasi oleh pikiran
keadaannya juga tidak lebih baik. Keadaan mistik. Hal ini didukung oleh pernyataan
ini berimbas pada kehilangan akses mereka Dana Gardner Munro yang antara lain
pada sektor pendidikan dimana pendidikan mengemukakan, ”The problem was more
didominasi oleh orang-orang kaya dan difficult because so large a part of the rural
terpusat di daerah perkotaan. Keadaan makin population lives in small, isolated
diperparah ketika pemerintah setempat sejak communities speaking a great number of
tahun 1917 mengambil alih pelaksanaan differentIndian languages” (1950:425).
pendidikan dengan memungut keuntungan Dalam perkembangannya, orang-
sebesar-besarnya. orang Indian cenderung mengisolasi diri ke
Orang-orang Indian merupakan daerah-daerah pinggiran kota untuk
penduduk mayoritas di wilayah selatan yang mempertahankan nlai-nilai hidup yang
diperkirakan mencapai 70 %, sedangkan dipegang teguh. Mereka ingin hidup dalam
turunan imigran Eropah hanya berkisar 15 kebersamaan, tenang, dan tenteram yang
%, dan sisanya adalah orang-orang Negro bebeda dengan para turunan imigran di kota
dan etnis lainnya. Meskipun mayoritas, yang memperebutkan kekuasaan,
kehidupan mereka masih terbelakang dan individualistik, dan materialis. Demikianlah
miskin dibandingkan turunan imigran mereka berada dalam suatu dilema antara
Eropah yang minoritas. Hambatan utama keinginan untuk memperbaiki hidupnya
mengubah kehidupan orang-orang Indian yang bebas dari kemiskinan,
menjadi lebih baik karena mereka dipandang keterbelakangan, dan ketertindasan, ataukah 304 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
terus mengisolasi diri dengan memandang ‖They came to the place where the brush houses stoppped and the city of stone and kota sebagai tempat para penindas, penipu, palster began, the city of harsh outer walls and inner cool gardens where a little water dan perampok. palyed and the bougenvillae crusted the walls with purple and brick-red and white. SITUASI SOSIAL ORANG-ORANG They heard from the secret gardens the singing of caged birds and heard the splash INDIAN DI AMERIKA SELATAN of cooling water on hot flagstone‖ (TP, 1962:10-11). YANG TEREFLEKSI DALAM NOVEL
THE PEARL Reformasi pemerintah guna
Permasalahan sosial dalam novel The memperbaiki kondisi orang-orang Indian
Pearl secara umum merupakan suatu kondisi dititikberatkan pada sektor industri,
yang tercipta melalui proses perjalanan pertanian, dan perkebunan, sedangkan
sejarah yang cukup lama ketika Spanyol perikanan belum tersentuh. Kondisi ini
mulai menancapkan kolonialisasi di kawasan membuat mereka yang tinggal di Tanjung
Amerika Selatan. Sekelompok orang Indian California sebagai nelayan senantiasa
yang bermukim di daerah kumuh merupakan berjuang guna memperbaiki kondisinya
refleksi kesenjangan antara mereka dengan dimana tujuan awal mereka adalah perbaikan
para keturunan imigran di kota. Di dalam di sektor ekonomi sebagaimana dicita-
kota berkumpul orang-orang berpendidikan, citakan tokoh fiksi Kino dan Juana (TP,
kaya, dan berkedudukan, sedangkan di 1962:20). Mereka percaya kalau
pinggiran kota bermukim sekelompok orang kesejahteraan bisa diperbaiki, maka tujuan
miskin, tidak berpendidikan, dan lainnya seperti pendidikan juga bisa
terbelakang. Gambaran kehidupan mereka dipenuhi sehingga mereka bukan lagi
yang di kota terungkap dalam novel sebagai menjadi kelompok masyarakat yang
berikut: terbelakang dan tertindas. 305 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Konflik politik yang berkepanjangan mengadu nasib bekerja pada pembangunan
di Meksiko membuat orang-orang Indian di infrastruktur seperti rel kereta api, gedung-
Tanjung California ragu perjuangannya bisa gediung, dan lain-lain. Memasuki tahun
berhasil sehingga mereka lebih menaruh 1942, mereka kehilangan pekerjaan karena
harapan pada Amerika Serikat di utara. pembangunan infrastruktur dihentikan
Kebijakan Presiden Amerika Franklin D. sebagai imbas dari keterlibatan Amerika
Roosevelt tahun 1940 yang mengganti rugi Serikat dalam Perang Dunia II. Ketika novel
tanah Indian merupakan suatu berita ini ditulis, negara-negara Amerika Latin
menggembirakan. Orang-orang Indian di mengalami krisis ekonomi sebagai imbas
Tanjung California seperti Kino dan Juana dari akhir Perang Dunia tahun 1945, orang-
mengimpikan kota-kota besar di wilayah orang Indian kembali ke Tanjung California
utara sebagai tempat memperbaiki nasibya dalam keadaan menyedihkan yang juga
seperti Kota San Francisco, Los Angelos, direfleksikan oleh Kino dan Juana ketika
Virgins City, dan lain-lain (TP, 1962:89-90). kembali ke pemukiman kumuhnya brush
Kegigihan perjuangan orang-orang houses, ”Her face was hard and lined and
Indian yang dikenal sebagai semangat leathery with fatigue and with the tightness
Mexican Hero pada akhirnya mendorong with which she fought fatigue. And her eyes
mereka memasuki daerah-daerah utara yang stared inward on herdelf...Kino‟s lip where
merupakan kawasan wilayah selatan thin and his jaw tight, and people say that he
Amerika Serikat untuk mencari penghidupan carried fear with him that he was as
yang lebih baik. Pada tahun 1940 tercatat dangerous as a rising storm” (1962:116).
sekitar 100.000 orang Meksiko memasuki Demikianlah berangkat dari kondisi
wilayah selatan Amerika Serikat untuk sosial orang-orang Indian lalu mereka 306 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
bangkit memperjuangkan nasibnya, mekipun Kondisi sosial orang-orang Indian
pada akhirnya gagal mewujudkan cita-sita yang memprihatinkan merupakan imbas dari
dan impiannya, merupakan refleksi produk kolonialisasi bangsa Eropah sejak
kehidupan yang melatari penciptaan novel abad ke-16. Hal ini berlanjut hingga bangsa-
The Pearl tahun 1945. Untuk bangsa di selatan Amerika memperoleh
menyelamatkan nasib orang-orang Indian kemerdekaan karena selalu diliputi oleh
ini, maka Pemerintah Amerika Serikat kekacauan politik yang berimbas pada krisis
sesudah Perang Dunia II mengizinkan masuk ekonomi dan diskriminasi antara turunan
ke wilayah California dan New Meksiko imigran dengan orang-orang pribumi.
untuk menggarap tanah di sana sebagai Orang-orang Indian kemudian bangkit
petani penggarap yang berstatus sebagai berjuang guna memperbaiki keadaannya
peminjam lahan. yang dikenal sebagai semangat Mexican
PENUTUP Hero. Novel The Pearl yang dikarang John
Unsur struktural novel The Pearl Steinbeck tahun 1945 merefleksikan
memiliki keterkaitan dengan kondisi sosial kesenjangan sosial antara orang-orang
orang-orang Indian di wilayah selatan Indian yang tinggal di pinggiran kota dengan
Amerika Serikat, khususnya di Tanjung turunan imigran yang bermukim di kota.
California yang dulunya merupakan daerah Pesan umum yang termuat pada novel ini
Meksiko. Pendekatan Strukturalisme adalah perjuangan orang-orang Indian dalam
Genetik yang berupaya mengaitkan karya menuntut perbaikan nasib dan persamaan
sastra dengan realita sosial masyarakat hak dengan orang-orang turunan imigran
digunakan guna mengungkap realitas sosial Eropah.
orang-orang Indian dalam novel The Pearl. 307 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
D. Hart, James. 1986. The Concise Oxford Companion To American Literature. New York: Oxford University Press. G. Robert, Carlsen. 1979. American Literature, A Chronological Approach. New York: McGraw-Hill. Goldman, Lucian. 1964. Towards A Sociology of The Novel. Dialihbahasakan oleh Roman Selden. New York: Longman. Guerin, Wilfred L, et al. 1979. A Handbook of Critical Approaches To Literature. New York: Harper & Row Publisher. Munro, Dana Gardner. 1950. The Latin American Republics A History. New York: Appleton- Century-Crofts. Pearson, Michael. 1994. Tempat-Tempat Imajiner. Perlawatan ke Dunia Sastra Amerika. Dialihbahasakan oleh Sori Siregar dkk. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Staf Pengajar UGM, IKIP Negeri Yokyakarta, et al. 1994. Teori Penelitian Sastra. Yokyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia. Steinbeck, John. 1962. The Pearl (18th Printing). New York: Bantam Book.
308 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
SEMIOTIKA IKLAN “KEKHAWATIRAN”: SOLUSI KELUAR DARI MASALAH KEHIDUPAN
Muhammad Hasyim Program Studi Sastra Prancis FIB Universitas Hasanuddin Makassar [email protected]
Abstrak: Semiotika Iklan Kekhawatiran: Solusi keluar dari Masalah Kehidupan Seringkali orang membeli suatu produk hanya khawatir. Karena khawatir tulang akan keropos di usia muda (khususnya perempuan), maka orang mengkonsumsi susu tinggi kalsium; karena khawatir badan gemuk karena lemak menumpuk, maka orang memberli susu diet, teh pelangsing (sleaming tea), dsb. Atas dasar fenomena tersebut, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi makna ‗kekhawatiran‘ pada produk komersial dalam media iklan. ‗Kekhawatiran‘ dipandang sebagi tanda, yang direpresentasikan dalam bahasa verbal dan nonverbal (gambar video), yang kemudian makna kekhawatiran ditransferkan ke dalam iklan-iklan komersial. Tulisan ini menggunaan tinjauan semiotika sebagai metode untuk menganalisis makna kekhawatiran sebagai realitas tanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kekhawatiran yang dilakukan oleh pengiklan merupakan cara persuasif untuk menggiring konsumen agar menggunakan produk yang dipromosikan, sehingga fungsi iklan yang dilakukan oleh produsen tidak menekankan pada fungsi atau kegunaan produk tetapi fungsi sosial (kekhawatiran). Media iklan memanfaatkan kelemahan manusia, dengan menjual tanda ―kekhawatiran‖, dan membeli produk adalah solusi untuk keluar dari kekhawatiran. Key words: semiotika, iklan, kekhawatiran, fungsi sosial iklan Abstract: Advertising Semiotic of Worried: Problem Solving of Life Often people buy a product just worried. Fearing that the bone loss at a young age (especially women), people consume high-calcium milk; for fear of body fat because fat accumulates, then people buy milk diet, slimming tea (tea sleaming), etc. On the basis of this phenomenon, this paper aims to analyze the construction of the meaning of 'concern' at the commercial products into advertising media. 'Concern' is seen as a sign, which is represented in the verbal and nonverbal language (video), which are then transferred into the meaning of concern commercial advertisements. This paper uses a review of semiotics as a method to analyze the meaning of a concern as the reality of the sign. The results showed that the meaning of concern made by advertisers is persuasive way to lead consumers to use the product being promoted, so that the function of advertising done by the manufacturer does not emphasize on functionality or usability of the product but a social function (concerns). Television advertising medium utilizing human weaknesses, by selling a "concern", and buy products is the solution to get out of a concern. Keywords: semiotics, advertising, anxiety, social functioning ad 309 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
A. PENDAHULUAN tersimpan dalam memori dan menjadi apa
Setiap harinya, kita diserbu oleh yang disebut ‗stock of knowledge
jutaan informasi setiap menitnya. Pesan itu (perbendaharaan pengetahuan tentang
bisa datang dari mana saja, media massa produk).
pada umumnya menjadi rujukan utama Di dalam era globalisasi informasi
informasi. Salah satu bentuk pesan itu adalah melalui teknologi media sekarang ini, iklan
iklan dengan bentuk yang bervariasi mulai berperan besar dalam membentuk budaya
dari iklan cetak, iklan televisi, iklan luar citra dan budaya cita rasa, melalui gempuran
ruang hingga iklan internet. iklan yang menawarkan gaya hidup (life
Serbuan informasi periklanan tanpa style) (Chaney, 2011: 19). Iklan memainkan
mengenal waktu dan ruang, membuat kita peran untuk mengkonstruksi makna dengan
tidak dapat terhindar dari penawaran memasukkan nilai pada suatu produk. Iklan
produk-produk melalui berbagai media mengatur, mengorganisir, dan
(surat kabar, majalah, televisi, dan mengendalikan makna ke dalam tanda-tanda
sebagainya) dan tanpa kita sadari, kita telah yang dapat dimasukkan ke dalam produk.
bergantung pada produk-produk tertentu dan Dengan cara ini, iklan merupakan sistem
secara rutin digunakan atau dikonsumsi produksi tanda komoditas (produk) yang
setiap saat. Tanpa kita ingin menonton dirancang untuk memberikan nilai dengan
televisi, membaca surat kabar dan menjelahi melakukan diferensiasi makna yang sesuai
internet, iklan masih tampak di depan mata dengan masing-masing produk.
kita, Dengan sendirinya iklan-iklan produk Fungsi iklan adalah menjual sesuatu
yang dipromosikan dari berbagai media yang (produk) kepada kita, dengan
kita saksikan akan masuk di kepala kita dan mempromosikan manfaat produk. Namun, 310 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
fungsi lainnya adalah menjual gagasan atau strategi persuasi untuk meyakinkan
kepada kita, yaitu selera, kebutuhan, konsumen dengan menghilangkan keraguan-
harapan, dan solusi, di mana gagasan keraguan tentang produk yang
tersebut menjadi sistem referen produk. dipromosikan. Maka, dalam melakukan
Penggunaan bahasa verbal dan nonverbal strateginya, pengiklan tidak hanya sekadar
untuk membuat pesan yang persuasif menjual manfaat sebuah produk, tetapi lebih
mendorong dan mempengaruhi sikap, dan dari itu, iklan menjual sesuatu yang lain,
perilaku gaya hidup dengan tanpa disadari yaitu sebuah sistem ide (gagasan), sebagai
menganjurkan bagaimana kita memuaskan suatu cara mengkonstruksi realitas atas
dorongan dan aspirasi melalui kegiatan produk yang dipromosikan. Menurut
konsumsi. Strategi persuasi yang diciptakan Baudrillard, iklan menciptakan makna-
oleh pengiklan adalah bagaimana manusia makna tertentu atas realitas produk yang
dikaitkan dengan produk yang memiliki dibentuk:”Si nous consommons le produit
kekuatan ideologis, sebagai sesuatu yang dans le produit, nous consommons son sens
bermakna dan berharga dalam kehidupan dans la publicité (ketika kita mengkonsumsi
manusia. Iklan bekerja untuk menghidupkan produk sebagai produk, maka kita telah
nilai guna (use value) benda-benda material mengonsumsi maknanya melalui iklan,
(produk) dengan memberikan makna-makna 1968: 252). Konsumsi makna yang
yang manusiawi. dimaksud tidak lain adalah adanya
Perkembangan periklanan televisi pandagan-pandangan umum yang diciptakan
dewasa ini, kegiatan maju dan pesatnya pengiklan. Myers mengemukakan bahwa
persaingan tak terelakkan sehingga produsen iklan tidak sekadar membentuk merek dan
sebagai pengiklan melakukan berbagai cara menginformasikan manfaat produk, tetapi 311 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sebuah produk harus bermakna sesuatu kekhawatiran dapat disampaikan dalam
(2012: 85). Penekanan dalam iklan adalah bentuk bahasa verbal danverbal (gambar).
bagaimana produk merupakan segala sesuatu Misalnya, orang-orang akan menghindari
yang dipandang sebagai tanda yang dan mencela karena tidak menggunakan
bermakna bagi kita. deodoran tertentu; seorang perempuan muda
Satu hal yang dilakukan oleh kurang percaya diri karena kultinya tidak
pengiklan dewasa ini adalah bagaimana putih berkilau, tidak mau bergail karena
iklan memanfaatkan konsep ‗kekhawatiran‘, badannya kurus, tidak langsing, dsb.
yang merupakan salah satu karakter atau Dalam kamus KBBI, kata khawatir
sifat yang dimiliki manusia dalam berarti: takut (gelisah, cemas) terhadap suatu
mempromosikan produk komersial melalui hal yg belum diketahui dengan pasti.
media iklan. Iklan mencoba menghubungkan Kemudian makna kata kekhawatiran adalah
produk diiklankan dengan karakter atau sifat perasaan khawatir; kecemasan. Misalnya
manusia, perasaan khawatir dan kemudian dalam kalimat: timbul kekhawatiran dalam
pun memberikan solusi untuk keluar dari dirinya, kalau-kalau ia tidak lulus ujian
masalah kehidupan (kekhawatiran). Media (http://kbbi.web.id/khawatir).
iklan menyampaikan wacana yang membuat Craske dalam Indriarto (2012: 18)
orang cemas, khawatir, sedih, takut dan memandang kekhawatiran sebagai bagian
ketidakpastian. dari proses seseorang dalam menghadapi
Rasa kekhawatiran digunakan dalam ancaman dari luar dan terkait dengan respon
iklan untuk memotivasi khalayak, fight or flight. Dalam kondisi adanya
melibatkan mereka dengan pesan sehingga ancaman potensial, seseorang merasa
mendorong diterimanya pesan. Wacana khawatir sehingga ia melakukan persiapan 312 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dan menyiapkan segala sesuatu (topik) dengan sesuatu yang lain melalui
mengantisipasi segala ancaman yang akan perbandingan dan/atau persamaan. Cara
terjadi. kerja metafora adalah menghubungkan dua
Dalam semiotika metafora, tanda. Tanda pertama berfungsi sebagai
kekhawatiran merupakan proses semiotik sumber (topik) dan tanda kedua berfungsi
dengan menghubungkan dua tanda, di mana sebagai sasaran (kendaraan). Relasi
tanda pertama sesuatu yang dirujuk dan keduanya menghasilkan makna baru
memberikan solusi atas tanda kedua yang (grounds).
bermakna kekhawatiran. Semiotika metafora Topik adalah makna metaforis yang
mengkaji dengan membandingkan atau dimaksudkan penulis, bukan makna harfiah.
menghubungkan dua tanda yang Kendaraan (vehicle) adalah kata atau frase
menekankan makna tanda yang satu lebih yang memiliki makna metaforis. Grounds
baik daripada tanda kedua, tanda pertama adalah hubungan antara makna harfiah
memberikan solusi untuk keluar dari dengan makna metaforis. Melalui grounds
masalah (tanda kedua). dapat diketahui makna apa yang ingin
Tulisan ini akan menganalisis secara disampaikan dan prototipe seperti apa yang
semiotik metafora ‗kekhawatiran‘ dalam ingin dialihkan ke topic, terkait dengan
media iklan (cetak). Iklan yang akan dikaji makna harfiah dari vehicle atau metaforanya
adalah produk kesehatan, kecantikan dan (Danesi, 2010: 59).
asuransi. Pada dasarnya pembentukan makna
B. METAFORA KONSEPTUAL metafora diambil dari tanda verbal yang
Secara semiologis, metafora adalah sudah ada di masyarakat, yang kemudian
cara mengkonsepsualisasikan suatu tanda tanda tersebut yang dapat berupa nilai-nilai 313 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sosial/budaya ditransferkan ke tanda yang Ranah sumber lebih bersifat konkret,
menjadi target (sasaran) yang mengahasilkan sedangkan ranah sasaran bersifat abstrak.
makna baru. Dengan demikian metafora Metafora mengorganisasi hubungan antar
adalah proses semiologis dalam membentuk objek dan menciptakan pemahaman
tanda mitos. mengenai objek tertentu melalui pemahaman
Seperti yang dijelaskan oleh Lakoff mengenai objek lain. Dengan kata lain,
dan Johnson (1980:3) bahwa, ―...metaphor is ranah sumber (source domain) digunakan
pervasive in everday life, not just in manusia untuk memahami konsep abstrak
language but in thought and action. Our dalam ranah sasaran (target domain).
ordinary conceptual system, in terms of Selanjutnya, Lakoff dan Johnson
which we both think and act, is menyatakan bahwa “The essence of
fundamentally methaporical in nature”. metaphor is understanding and experiencing
Lakoff dan Johnson memberikan isitiah one kind of thing in terms of another” (1980:
metafora konseptual. 5). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
Dalam metafora konseptual dari dikatakan bahwa seseorang dapat memahami
Lakoff dan Johnson, terdapat dua ranah sesuatu hal melalui proses pemahamannya
konseptual, yaitu ranah sumber dan ranah akan hal lain yang telah dikenal dan
sasaran. Ranah sumber digunakan manusia dipahami sebelummya. Pendapat tentang
untuk memahami konsep abstrak dalam Lakoff ini mengisyarakatkan bahwa
ranah sasaran. Ranah sumber umumnya metafora bukan sekadar dalam kata-kata
berupa hal-hal yang biasa ditemukan dalam yang kita gunakan tetapi lebih dari itu,
kehidupan sehari-hari. bahwa ini merupakan fakta bahwa proses
berpikir manusia dan sistem pemahamannya 314 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sebagian adalah metaforis. Lebih lanjut, Dengan demikian, metafora merupakan
Lakoff dan Johnson mengatakan bahwa sesuatu tanda yang dibentuk dari tanda yang
metafora meruapakn hal umum dalam kompleks, yang dapat membentuk struktur:
kehidupan sehari-sehari, tidak hanya dalam Tanda1 + Tanda2 = Metafora
bahasa, melainkan juga dalam pemikiran dan Tanda pertama dibentuk dari relasi
tindakan. Jadi, kita dapat mengetahui cara penanda dan petanda. Secara terpisah, tanda
berpikir dan tindakan seseorang melalui kedua juga dibentuk dari relasi penanda
metofora yang digunakan. petanda. Relasi dua tanda tersebut
Sebagaimana telah dikemukakan menciptakan tanda (makna baru).
tadi, secara semiotik metafora dibangun atas C. IKLAN AIR MINUM “AQUA” VERSI
dua tanda sebagai referen, yang saling „ADA AQUA‟
berhubungan satu sama lain. Tanda pertama Iklan air minum kemasa merek
disebut topic dari metafora tersebut. ―Aqua‖ dengan versih ―Ada Aqua‖
Kemudian tanda kedua merupakan sarana menyampaikan pesan kekhawatiran kepada
dari metafora tersebut, yang dipilih untuk manusia bahwa kekurangan cairan (air
menyatakan sesuatu sebagai topik. minum) dapat menurunkan konsentrasi dan
Hubungan di antara kedua tanda tersebut produktivitas. Iklan Aqua memberikan
menciptakan tanda (makna baru), yang kesadaran kepada kita pentingnya minum
disebut dengan dasar yang memiliki makna Aqua untuk meningkatkan konsentrasi dan
lebih dari sekadar gabungan sederhana tanda produktivitas.
pertama (topik) dan tanda kedua (sarana) Iklan Aqua mengisahkan seorang
atau target. perempuan mendapat tugas dari majikannya
untuk presentasi. Lalu, seorang teman kerja 315 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menawarkan Aqua untuk diminum sebelum
melakukan presentasi. Namun, perempuan
tersebut menolak tawarannya dengan alas an
belum haus. Perempuan, kemudian Seorang teman kerja menawarkan Aqua sebelum perempuan tersebut melakukan berangkat menujut ruang majikannya. presentasi.
Ruangan itu berdinding dan menggunakan
pintu kaca sehingga tampak terlihat dengan
jalan jika seseorang hendak masuk ke ruang
majikan tersebut. Ketika perempuan tersebut
masuk, dia lupa bahwa pintu itu dibuka Namun Dia menolak karena belum haus.
dengan cara digeser. Seorang ibu di dalam
ruangan (mungkin Majikan/Manager)
memberikan kode bahwa pintu itu harus
digeser. Namun, perempuan muda tidak
memahami maksud kose tersebut. Sang ibu Perempuan muda itu lupa bahwa pintu itu dibuka dengan cara digeser. Kemudian datang untuk membukakan pintu sambil Seorang ibu memberikan kode bahwa pintu dibuka dengan cara digeser berkata dengan nada kesal,‖pintunya
digeser!‖. Lalu, perempuan itu langsung
mengingat Aqua dan secara spontan dia
berkata: ―Ada Aqua‖.
Karena perempuan muda tidak mengerti maksud kode yang diberikan dari dalam 316 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
ruang. Seorang ibu membukakan pintu satunya adalah ajang dikusi tentang dengan mengatakan: „Pintunya digeser‟ pentingnya minum Aqua untuk mencegah
dehidrasi ringan yang dapat menurunkan
produktivitas dan konsentrasi, yang
merupakan hasil penelitan yang dilakukan
tim peneliti dari Perusahaan Aqua: Kemudian, tampak pesan kekhawatiran pada iklan Aqua: „kurang minum menurunkan Penelitian THIRST: 1 dari 2 orang konsentrasi dan fokus‟ Indonesia mengalami dehidrasi ringan yang
dapat menurunkan produktivitas. Kegiatan
diksusi sebagai bentuk promosi Aqua telah
dilakukan pada tanggal 23 Mei 2014.
Perempuan ini langsung mengingat Aqua Media breifing atau lebih tepatnya yang dapat meningkatkan konsentrasi dan focus dengan mengatakan: “ada aqua‟. diskusi ini mengambil tema pentingnya
mengetahui gejala dan dampak dehidras
ringan sebab masalah dehidrasi ini masih
kerap diabaikan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Dalam diskusi ini
Tagline iklan: ―Ada Aqua‖ dibahas hasil penelitian yang dilakukan
Dalam mengkampanye Aqua dengan Danone AQUA dengan tiga universitas
pesan kurang minum menurunkan ternama yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB),
konsentrasi dan focus, Perusahaan Aqua Universitas Hasanudin, dan Universitas
melakukan berbagai kegiatan promosi. Salah Airlangga yaitu The Indonesian Hydration
Regional Study (THIRST) tahun 2010 317 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
mengungkapkan bahwa 46,1% subyek yang (objek), produk Aqua yang dapat
diteliti mengalami kurang air atau dehidrasi meningkatkan produktifitas yang
ringan. Kejadian ini lebih tinggi pada remaja dibandingkan dengan orang yang tidak
(49,5%) dibanding pada orang dewasa minum Aqua yang menyebabkan penurunan
(42,5%). Faktor terjadinya dehidrasi ringan
ini adalah ketidaktahuan dan kesulitan akses
secara fisik dan ekonomi dalam memperoleh
air minum. THIRST dilakukan dengan
pemeriksaan berat jenis urin (urine specific
gravity) terhadap 1200 sampel di Jakarta,
Lembang, Surabaya, Malang, Makassar, dan konsentrasi dan focus. Tagline ‗Ada Aqua‘
Malino. sebagaimana yang ditanyakan langsung oleh
D. METAHORA KONSEPTUAL perempuan menjadi sistem referen bahwa
„KEKHAWATIRAN‟ IKLAN AIR Aqua memberikan solusi masalah
MINUM „AQUA‟ menurunnya konsentrasi dan focus.
Cara kerja metafora adalah Metafora konseptual ‗kekhawatiran‘
menghubungkan dua tanda, sebagai sumber yang disampaikan pada iklan Aqua adalah
atau topik dan sarana atau kendaraan yang bahwa bahwa orang yang tidak minum
menghasilkan makna baru. Metafora adalah ‗Aqua‘, tidak memiliki konsentrasi dan
proses semiologis dalam membentuk tanda focus yang bagus daripada yang minum
(makna baru). Aqua. Iklann tersebut memberikan pesan
Metafora dengan konsep untuk menghilangkan rasa khawatir
‗kekhawatiran‘ adalah benda konsumsi menurunnya produktivitas dalam bekerja 318 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
(menurunnya konstenstrasi dan focus), tanpa ada tindakan tak aka nada artinya. Sejatinya, kecintaan suami bukan hanya dengan mengkonsumsi air minum kemasan dalam bentuk apresiasi yang diberikan, tapi bagaimana bertanggung jawab dan ‗Aqua‘. melindingi pasangan dan keluarganya. Iklan tersebut memperlihatkan orang Untuk memastikan bahwa orang yang yang tidak minum Aqua yang menyebabkan dicintai tetap aman dan terlindungi masa depannya, hal yang bida dilakukan seorang konsentrasi menurun, seorang perempuan suami melindungi mereka dengan asuransi. Asuransi bukan hanya surat cinta terindah muda yang akan melakukan konsentrasi, dan dan hadiah yang terbaik bagi keluarga, tapi seorang lelaki muda, yang selalu juga bukti cinta secara nyata untuk orang- orang yang anda sayangi. Asuransi bisa menyiapkan Aqua dalam melakukan setiap memberikan perlindungan menyeluruh dari risiko-risiko yang mungkin terjadi, aktifitvasnya dengan tujuan mencegah kematian, sakit, kecelakaan dan musibah lainnya. menurunnya konsentrasi.
E. IKLAN ASURANSI ZURICH Jika hal yang tidak diinginkan terjadi, maka asuransi akan menjaga orang-orang yang Teks Iklan Zurich: dicintai agar tercukupi kebutuhan hidupnya. Seyogyanya memilih polis asuransi jiwa Apakah Bukti Cinta Abadimu? disesuai dengan kebutuhan masing-masing. Banyak bukti cinta abadi di dunia, salah Kecermatan dalam memilih jenis polis satunya adalah kecintaan Raja Shah Jahan asuransi akan menentukan maksimalnya di Agra India yang membangung Taj Mahal, proteksi yang didapat di kemudia hari. makam yang sangat megah berlapis emas yang didedikasikan untuk Mumtaz Mahal, Zurich Life mengerti betul kebutuhan Anda nama kecil Arjumand Bano Begum, istri dari dan keluarga. Maka dari itu, Zurich Shah Jahan. Sebelum meninggal, sang istri menghadirkan asuransi jiwa yang meminta Shah untuk membuatkan makam memberikan perlindungan lengkap yang terindah sebagai bukti cinta abadinya. komprehensif dengan manfaat yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan di setiap Sebagai seorang suami bagaimana Anda tahapan kehidupan Anda. Mulailah renakan membuktikan cinta pada istri dan keluarga? hidup Anda dan keluarga untuk mempunyai Cinta itu tak harus selalu diucapkan tapi masa depan yang cerah. dibuktikan dengan perbuatan. Perkataan 319 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
(Sumber: Majalah Marketing, Edisi mengubungkan dua tanda, yaitu tanda November 2014: 6) pertama Makam megah Taj Mahal sebagai
F. METAFORAN KONSEPTUAL symbol dan Produk asuransi dengan simbol
KEKHAWATIRAN PADA IKLAN cinta sebagai cara menghilangkan
ASURANSI ZURICH ‗kekhawatiran‘ akan masa depan keluarga
Metafora dengan konsep dengan membeli produk asuransi Zurich.
‗kekhawatiran‘ dalam iklan asuransi Zurich
adalah produk asuransi Zurich dihubungkan
dengan dengan Makam megah Taj Mahal
yang dibangun oleh Shah sebagai bentuk
kecintaannya pada istrinya. Iklan Zuric
menjual konsep ‗cinta‘ sebagai cara untuk
menghilangkan kekhawatiran akan G. KESIMPULAN kecerahan masa depan orang dan keluarga Adalah sifatnya ada di mana-mana yang dicintai. iklan telah menjadi bagian budaya Makam Taj Mahal adalah symbol kehidupan sehari-hari manusia, sehingga kecintaan Raja kepada istri. Kemudian, melalui struktur-struktur makna yang konsep metaforis ini dihubungkan dengan terbangun iklan telah menjadi pedoman dan produk asuransi sebagai bentuk kecintaan tuntunan bagi manusia dalam mendapatkan seorang suami demi masa depan keluarganya informasi terhadap produk-produk yang kelak. Iklan Zurich dengan metafora dibutuhkan dan diinginkan. Itu lah mengapa kekhawatiran dilakukan dengan di samping iklan menjuak produk-produk 320 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
komersil, iklan sebagai tanda menjual atau karaktar manusia tersebut dengan
kepada kita sesuatu yang lain, menggunakan produk. iklan menyuguhi kita
‗kekhawatiran‘ salah satu sifat atau karakter sebuah struktur makna dimana kita
yang dimiliki. Iklan memanfaatkan dipertukarkan dengan produk-produk
kekurangan manusia, yaitu karakter-karakter tersebut: sifat kekhawatiran ditukar dengan
manusia pada umumnya, yang kemudian produk. Dengan demikian iklan menciptakan
memberikan solusi untuk mengatasi sifat pandangan-pandangan umum di masyarakat.
321 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
Althusser, Louis. 2008. Tentang Ideologi: Strukturalisme Marxis, Psikoanalisis, Cultural Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Barker, Chris. 2005. Cultural Studies. Theory and Practice. London: Sage Publication.
Barthes, Roland. 1957. Mythologies. Paris: Editions de Suil.
______. 1968. Elements of Semiology. New York: Hill and Wang ______. 1976. The Pleasure of the Text. London: Jonathan Cape
______. 1977. Image Music Text. (Essays selected and translated by Stepehen Heath). London: Fontana Press Baudrillard, Jean P. 1968. Le Système des objets. Paris: Gallimard. ______. 2001. Simulacra and Simulations. Selected Writing (Editor: Mrks Poster). California: Standford University Press. ______. 2004. Masyarakat Konsumsi. (Diterjemahkan oleh Wahyunto). Yogayakarta: Kreasi Wacana Berger, Peter L. and Thomas Luckmann, The Social Construction of Reality A Treatise in the Sociology of Knowledge, (New York: 1966) Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Chaney, David.2011. Lifestyles, Sebuah Pengantar Konrehensif (Diterjemahkan oleh Nuraeni). Yogyakarta: Jalasutra. Danesi, Marcel. 2004. Messages, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and Communication Theory. Canada: Canadian Scholars‘ Press Inc. _____. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. (Diterjemahkan oleh A. Gunawan Admiranto). Jakarta: Jalasutra. Eagleton, Erry. 1991. Ideology An Introduction. New York: Verso. Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotics (Advances in Semiotics). Bloomington: Indiana University Press.
322 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Engels Frederick. 2007. Tentang Das Kapital Marx (ebook). Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara
Fiske, John. 1987. Television Culture. London: Routledge. ______, 1990. Cultural and Coomunication Studies. London: Routledge.
Hall. Stuart. 1993. Encoding, Decoding dalam ‗The Cultural Studies Reader‘. Simon During (ed.). New York: Routledge.
Hasyim,Muhammad. 2008. Seksualitas dalam Iklan Media Televisi. ‗Tesis‘. Universitas Hasanuddin Makassar.
Hasyim, Muhammad. 2014. Konstruksi Mitos dan Ideologi dalam Iklan Komersial Televisi, Suatu Tinjauan Semiologi. ‗Disertasi‘. Universitas Hasanuddin Makassar.
Hoed, Benny. 2011. Semiotik dan Dinamika Kehidupan Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu
Indriarto, Fidelis. 2012. Worry Marketing. Strategi Pemasaran berbasis Kekhawatiran. Yogyakarta: Jalasutra. Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media. Yogyakarta: Jalasutra. Kramsch, Claire. 2009. Language and Culture. New York: Oxford University Press. McLuhan, Marshall. 1964. Understanding Media. The Extension of Man. London: Routledge & Kegan Paul. Morissan. 2008. Media Penyiaran. Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Perkasa.
Noth, W. 1990. Handbook of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press. Peirce, Charle Sander. 1966. Philosophical Writings of Peirce. (Justus Buchler., Ed.) New York: Dover Publications. Piliang, Yasraf Amir. 2010. Semiotika dan Hipersemiotika. Kode, Gaya dan Matinya Makna. Bandung: Matahari
323 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
______, 2010. Dunia yang Dilipat. Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Matahari. Roman, Jacobson. 1980. The Framework of Language. Michigan Studies in the Humanities. Saussure, Ferdinand de. 1967. Cours de Linguistique Générale. Paris: Payot Sebeok, Thomas A. 1994. An Introduction to Semiotics. Canada: Toronto Univerity Press.
Schutz, Alfred & Luckmann, Thomas. 1993. The structure of the life – world. New York: Northwestern University press Sebeok, Thomas A. 1994. An Introduction to Semiotics. Canada: Toronto Univerity Press. Shäffner, Christina (ed). 1996. Discourse and Ideology. Great Britain: Short Run Press. Storey, John. 2004. Teori Budaya dan Budaya Pop Memetakan Lanskap Konseptual Cultural Studies. Yogyakarta: Qalam.
Sudaryat, Yayat.2009. Makna dalam Wacana. Bandung: CV Yrama Widya. Sunardi, ST. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Bukubaik. Thwaites, Tony, Davis, Lloyd & Warwick Mules. 2002. Introducing Cultural and Media Studies: A Semiotic Approach. Canada: Palgrav Macmillan Publisher. Walton, Paul & Davis, Howard. 2010. Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta: Jalasutra. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Williamson, Judith. 1978. Decoding Advertisements. Amerika: Marion Boyars Publishers Inc. Internet:
http://www.blogdokter.net/2014/06/16/mari-mencegah-dehidrasi-ringan-bersama-aqua/
https://www.youtube.com/watch?v=ZQu_dHyp6oI
Majalah:
Marketing, edisi November 2014. Jakarta: Info Caha Hero.
324 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
KAJIAN KRITIK TERHADAP NOVEL
“THE SATANIC VERSES” KARYA SALMAN RUSHDI
Najamuddin H.Abd. Safa Jurusan Sastra Asia Barat Email: [email protected]
Abstract: Critical Review on Novel "The Satanic Verses" by Salman Rushdie
This article studies the novel "The Satanic Verves" by Salman Rushdie. The approach used in this study is literary criticism in general and Islamic literary in particular. In studies, the writer describes contents and purpose of the novel. Actually, Islam accepts all forms of art and literature to advance human life, to strengthen the Islamic faith, and consequently to support the true methodology of the art. Based on these methodologies and principles, this novel cannot be considered as a literary, since the novel only insults Islam and its followers, even contempt followers of other religions and mankind as a whole Keywords:
Abstrak: Kajian Kritik Terhadap Novel “The Satanic Verses” Karya Salman Rushdi
Makalah ini mengkaji novel ―The Satanic Verves‖ karya Salman Rushdi dengan pendekatan kritik sastra pada umummnya dan sastra Islam pada khususnya. Dengan kajian seperti ini penulis dapat memberikan gambaran mengenai isi dan tujuan novel tersebut ditulis oleh penulisnya. Islam menerima segala bentuk seni dan sastra yang bertujuan memajukan kehidupan manusia, mengokohkan aqidah Islam dan konsekwen terhadap manhaj seni yang benar. Berdasarkan prinsip tersebut, maka novel ini tidak akan dianggap sebagai karya sastra sebenarnya, karena isinya hanya penghinaan terhadap Islam dan umatnya, bahkan penghinaan terhadap penganut agama-agama lain dan umat manusia secara keseluruhan. Kata Kunci:
PENDAHULUAN suatu hukum atau penilaian dari aspek kajian
Memahami suatu karya sastra dengan sastra, karena untuk menilai karya sastra
pembacaan secara sepintas lalu, suatu seseorang penyair atau novalis, tidak
perkara yang tidak mudah. Apatah lagi kalau mungkin dan tidak wajar kecuali dengan
pembacaan itu bertujuan untuk memberikan kaedah dan tolak ukur dari cabang sastra 325 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
yang dihasilkan itu sendiri, seperti seorang waqi‟y yang kemungkinan akan terjadi dan
novalis menulis sebuah kisah atau roman dari dasar inilah kita harus menilai dan
yang menggambarkan adanya makhluk ajaib mengkajinya.
yang akan menilai dan mengukurnya dengan Dalam makalah ini penulis akan
ukuran kenyataan ilmiah yang obyektif, mencoba mengkaji novel ―The Satanic
karena hingga sekarang belum ada Verves‖ karya Salman Rushdi dengan
penemuan dan kajian ilmiah atau hasil missi pendekatan kritik sastra pada umummnya
angkasa luar yang memastikan adanya dan sastra Islam pada khususnya. Mudah-
makhluk ajaib yang hidup di alam ini. mudahan dengan kajian seperti ini penulis
Kalau kita memberikan hukum atau dapat memberikan gambaran atau bayangan
penialian ketidakbenaran isi karya sastra itu, mengenai isi dan tujuan novel tersebut
maka kita mengevaluasi karya sastra tersebut ditulis oleh penulisnya.
dari luar, maksudnya dengan kenyataan SELAYANG PANDANG TENTANG
ilmiah, bukan dari aspek sastra. Penilaian PRIBADI SALMAN RUSDHI
seperti ini merupakan kajian yang tidak Salaman Rusdhi dilahirkan di
wajar, karena penulis karya sastra tersebut ia Bombay pada bulan Juni 1947. Ayahnya
menulisnya berdasarkan dengan ‗Kisah bernama Anis Rushdi berkebangsaan India,
Khayali Ilmiyah‘(Qisas al-Khayali al- dia berasal dari Khasmir, seorang pengusaha
„Ilmiyah). Semua karya sastra tidak tertakluk yang kaya. Bahasa yang dipakai di kalangan
kepada alam kenyataan (‗Adil Darwish 1989 keluarganya adalah bahasa Inggris dan
: 168). Jadi kisah yang berdasarkan al- bahasa Urdu. Pada mulanya dia penganut
khayali al-„ilmi bukanlah waqi‟y, akan tetapi agama Islam, kemudian menjadi murtad.
dia adalah khaya>ly yang diumpamakan Anis Rushdi sejak kanak-kanaknya 326 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dipengaruhi perasaan kebencian terhadap Diantara yang berhijrah ke London ialah
Islam, Nabi Muhammad saw dan ragu keluarga Salman Rushdi, walaupun ia baru
terhadap kebenaran al-Qur‟an al-Karim. berusia 13 tahun. Kemudian di London ia
Hal ini tidak mengherankan, karena melanjutkan sekolahnya di sekolah Rajbi,
Anis Rushdi petama-tama dia menuntut ilmu selanjutnya ke Universiti Camridge dalam
di sekolah missionaris. Inilah yang bidang sejarah pada tahun 1965-1968 (al-
menjadikan perasaan kebencian pada diri Madrasi 1409 : 95).
Salman Rushdi ikut tumbuh juga. Sejak Setalah menamatkan pendidikan
kanak-kanak ia diliputi lumut-lumut tingginya ia bekerja di Televisi Pakistan
zandaqah yang ditanamkan dalam hatinya hingga dihentikan dari jawatannya, karena
oleh ayahnya, disamping pelajaran yang kritikan dan penghinaannya terdap Islam.
diperolehnya dari sekolah menumbuhkan Setelah itu ia kembali ke London dengan
kekejian kemuakannya terhadap Islam. perasaan yang hina dan kecewa. Dengan
Demikianlah keadaan Salman Rushdi pemecatannya itu, maka kebenciannya
semasa kecilnya, si ayah di rumah dan guru terhadap Islam semakin memuncak. Selepas
di sekolah, kedua-duanya berlomba itu ia kembali menetap di London dengan
membentuk pribadi Salman Rusdhi menjadi menekuni pekerjaan penulisan novel dan
zindik antarbangsa. bejaya menerbitkan lima buah novelnya
Setelah terjadi perang antara India yaitu:
dengan Pakistan, maka India mengalami 1. Grimus (1975)
krisis ekomoni menyebabkan ramai orang 2. Midnights Children (1981)
India berpindah ke luar negeri mencari 3. Shame (1983)
pekerjaan dan kehidupan yang senang. 4. Jaguar Smile, Dan 327 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
5. The Satanic Verses (1988) kreatifiti sastra yang sebenarnya. Dengan
Keberhasilannya dalam penulisan dasar itu Salman Rushdi menulis novelnya
novel diperoleh setelah kawin dua kali, itu dalam uslub yang seakan-akan
pertama dengan perempuan Inggris menghilangkan perbedaan antara karya
―Clarisma Loward‖ dan yang kedua seorang novel dengan karya sejarah (al-Madrasi 1409
penulis novel berkebangsaan Amerika : 87).
bernama ―Maria Wignez‖ (al-Fasi 1997 : 22- Gaya penceritaan Salman Rusdhi
23). ialah dengan menggunakan gaya surrealism
SINOPSIS ISI NOVEL “ THE SATANIC dimana ia memberi nama kepada tokoh-
VERSES” KARYA SALMAN RUSHDI tokoh atau sesuatu yang diceritakan dalam
Besar duaan kita bahwa dengan novelnya dengan nama-nama yang
membaca saja judul novel ― The Satanic meragukan, alur penceritaannya tidak
Verses‖ sudah boleh memberikan gambar menentu dan tidak memberikan kepastian.
mengenai isi novel ini, walaupun isi yang Olehnya itu Salman Rushdi diselimuti
terkadang di dalamnya lebih kejam daripada perasaan keragu-raguan. Disamping itu juga
judulnya. Salma Rushdi menulis novelnya dia banyak mempergunakan ungkapan-
ini terdiri daripada 547 halaman dan 250 ungkapan bahasa Arab, bahasa India dan
ribu perkataan, diterbitkan oleh ―Penguin bahasa Inggris kolokial yang kadang-kadang
Viking‖ dengan menggunakan pendekatan dalam bentuk bahasa yang menyakiti dan al-waqi‟iyyah al-usthuriyyah (Mugic menjijikkan. Realisme) dimana ia mencampurkan antara Tokoh utama dalam novel “The
unsur imaginasi dengan unsur realiti tanpa Satanic Verses”terdiri dari :
didasari suatu pikiran, pengetahuan dan 1) Gibreel Farishta 328 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
2) Saladin Chamcha, dan Peristiwa yang dicerminkan dalam
3) Mahound. novel ini dimulai dengan pertemuan antara
Perkataan Mahound sinonim dengan Gibreel Farishta dengan Saladin Chamcha
perkataan Iblis yang digunakan Salman dengan penerbangan salah satu kapal terbang
Rushdi untuk mengisyaratkan kepada milik Air India yang mengalami tragedi
seorang nabi di salah satu kota di padang pembajakan dan peristiwa pembajakan ini
pasir yang dia namakan ―Jahiliyah‖ dan diakhiri dengan diledakkannya oleh si
menurut dia perkataan ini merupakan tempat pembajak di atas kanal Inggris dan seluruh
para pedagang. penumpangnya menjadi korban. Sedangkan
Sedangkan tokoh-tokoh kedua Gibreel dan Saladin dibangkitkan kembali
(pembantu) dalam novel ini terdiri dari dengan jalan tanasukhi al-arwah
beberapa orang antara lain: (reincarnation).
1) Salman Selanjutnya novel ini
2) Khalid menggambarkan perubahan rohani dan
3) Bilal jasmani yang terjadi pada diri Gibreel dan
4) Abu Simbel Saladin. Gibreel melihat hal yang
5) Ismail mengherankan dengan nur yang
6) Hagar memancarkan sinar disekeliling kepalanya.
7) Hindon Sedangkan Saladin melihat ada tanduk yang
8) Nasrin tumbuh dikepalanya, ekor dibagian
9) Bilal belakangnya dan seluruh badannya penuh
10) Aishah dengan rambut yang tebal, melihat dirinya
seperti seekor kambing liar. 329 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Salman Rushdi dalam novelnya ini umat Islam dengan menggunakan perkataan-
menceritakan juga mimpi Gibreel yang perkataan yang paling rendah dan hina
melihat kelahiran agama Islam yang terhadap nabi Ibrahim a.s, Nabi Ismail a.s,
memasuki salah satu kota yang terletak di Nabi Muhammad saw, malaikat, beberapa
tengah-tengah padang pasir, nama kota itu sahabat r.a dan istri-istri Rasulullah saw (al-
ialah ―Jahiliyah‖ di mana kota ini penuh Fasi 1997 : 27-28).
dengan kerusakan, karena banyaknya Salman Rushdi mengecam Nabi
pencuri dan wanita-wanita pelacur dan Muhammad saw dengan berbagai tuduhan
penyembahan berhala yang menarik para dan makian yang keji bodoh. Cemuhan itu
pedagang untuk datang ke kota ini. Di kota diungkapkan dengan kata-kata yang
ini susah mendapatkan air dan penjual air menitiskan dendam dan dengki yang hitam,
karena kota ini berada di daerah padang karena penanya dicelupkan dalam tinta
pasir. kebatilan, kesesatan cerita ajaib dan
Setalah Gibreel menjelma menjadi kepalsuan. Lalu ia mencampur-adukkan
malaikat Gibreel, dia menceritakan zaman jahiliyah dengan zaman kenabian. Ia
permulaan datangnya dakwah dengan mengumpat para sahabat nabi sebagai
menggunakan ungkapan-ungkapan yang pemabuk dan penagih minuman keras di
menyakiti dan dalam keadaan ragu dengan zaman jahiliyah (al-Fasi 1997 : 35).
bentuk pertanyaan secara berterusan KAJIAN KRITIK TERHADAP NOVEL
mengenai masa depan dakwah tersebut. “THE SATANIC VERSE”
Sebenarnya novel “The Satanic Untuk mengadakan analisis atau
Verses” berisikan peryataan-peryataan yang kajian kritik terhadap suatu karya sastra
menyerang semua yang dipandang suci oleh yang berbentuk novel, maka kita harus 330 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
meninjau aspek unsur-unsur yang harus Tema menentukan segala sesuatu dalam
dipenuhi suatu karya novel atau roman. cerita, itulah arahnya atau maksud dan
Ketut Ginarsa dalam bukunya ―Struktul tujuannya. Selanjutnya, beliau berkata
Novel dan Sastra Bali Modern‖ (1985: XI) bahwa setiap cerita yang baik dibentuk oleh
menyebutkan bahwa unsur-unsur struktur tema yang menentukan arah. Tema yang
yang harus dipenuhi sebuah karya novel atau menentukan arah ini memilih dan mengatur
cerpen ialah tema, alur, penokohan, latar, semua unsur yang dimasukkan ke dalam
teknik, dan gaya bahasa. cerita, misalnya tokoh-tokohnya, aksinya,
Dalam pendahuluan makalah ini pemecahan konfliknya yang oleh pengarang
penulis telah kemukakan bahwa untuk digunakan untuk menghidupkan jalan cerita
menilai sebuah hasil karya sastra seorang (Ketut Ginarsa 1895: 10).
penyair atau novelis tidak mungkin dan tidak Dalam novel “The Sanatic Verses”
wajar kecuali dengan kaedah dan tolak ukur karya Salman Rushdi kita tidak dapat
dari cabang sastra yang dihasilkan, maka mengambil suatu tema yang jelas. Walau
dalam makalah ini penulis akan mengadakan bagaimanapun banyak penulis menjelaskan
kajian kritik sastra terhadap novel “The dalam tema yang sebenarnya dalam novel
Sanatic Verses” karya Salman Rushdi tersebut. Penulis yang dimaksud antara lain
berdasarkan unsur-unsur struktur novel yang Dr. Syamsuddin al-Fasi dalam bukunya
telah disebutkan diatas. Unsur-unsur yang “Jawapan Sanatic Verses”, Prof. Dr. Ala‘ul
dimaksud ialah: Deen Kharrufah dalam bukunya “The
TEMA Judgment of Islam Crimes of Salman
Tema ialah makna karya sastra Rushdi”, Hadi al-Madrasi dalam bukunya “
secara keseluruhan (Ketut Ginarsa 1895: 9). al-Raddu „Ala al-Ayati al-Shaitaniyah”, 331 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
‗Adil Darwish dalam bukunya “al-Ayatu al- imigran yang berasal dari India ke London,
Shaitaniyah Baina al-Qalami Wa al-Saifi” mengenai cinta dan kematian, London dan
dan Ahmad Deedat dalam bukunya Bombay. Selanjutnya ia mengatakan
“Shaitaniyah al-Ayati al-Shaitaniyah Wa novelnya tidak membincangkan seorang
Kaifa Khada‟a Salman Rushdi al-Garba”. nabi yang bernama Muhammad. Peristiwa
Mereka sepakat bahwa tema novel “The yang dibincangkan dalam novelnya adalah
Sanatic Verses” karya Salman Rusdhi ialah pandangan imaginasi dalam imaginasi
― Penghinaan terhadap agama Islam, seseorang yang berusaha mengemukakan
Kristian, dan Yahudi‖. Ahmad Deedat pandangan mengenai munculnya seorang
(1990: 90) menambahkan bahwa novel nabi dan kelahiran sebuah agama dan
tersebut penghinaan juga terhadap agama pandangan ini merupakan pandangan
hindu, orang-orang berkulit hitam, orang- seorang atheis ( al-Madrasi 1409: 97).
orang berkulit putih dan terhadap umat ALUR
manusia secara keseluruhan. Pengarang mengkomunikasikan
Akan tetapi penjelasan mengenai sesuatu dengan tokoh-tokohnya. Tokoh-
tema di atas dibantu oleh Salman Rusdhi tokoh ini melaksanakan peran masing-
sendiri dalam suratnya yang dikirim ke masing sehingga timbul situasi konflik yang
Perdana Menteri India setelah beliau dinamakan alur. Adanya alur disebabkan
melarang beredar novel ―The Sanatic oleh terbenturnya kekuatan-kekuatan yang
Verses‖. Dalam suratnya Salaman Rushdi terjadi karena adanya problem yang perlu
antara lain mengatakan bahwa novelnya itu diselesaikan ( Ketut Ginarsa 1985: 11).
tidak berbicara tentang agama Islam, akan Didalam alur terdapat konflik dan
tetapi ia berbicara mengenai orang-orang ketegangan. Menurut Resenthal dalam Ketut 332 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Ginarsa (1985: 11) ada tiga macam konflik sejarah atau dengan kata lain memalsukan
yaitu: sejarah. Menurut ‗Aidil Darwish (1989 :
a. Antara manusia dengan kekuatan alam 168) seorang novelis sering dihadapkan
atau masyarakat. dengan konflik antara al-Sideq al-Fanny
b. Antara individu yang satu dan individu (kebenaran seni) dengan al-Sideq al-Waqi‟y
lainnya. al-Tarikhy (kebenaran kenyataan sejarah).
c. Antara kekuatan-kekuatan yang Salman Rushdi sendiri menyatakan bahwa
bergumul di dalam individu. segala peristiwa yang diceritakan dalam
Dalam novel “The Satanic Verses” novelnya itu hanyalah berdasarkan kepada
Salman Rushdi dapat mengkomunikasikan pandangan imaginasi dari seseorang yang
beberapa konflik melalui tokoh-tokoh yang berimaginasi (al-Madrasi 1409 : 97).
dipilih dalam novelnya itu, sepert konflik PENOKOHAN
yang terjadi pada diri Gibreel Farishta, Dalam sebuah novel atau cerpen
Saladin Chamcha. Begitu juga Salman karakter berfungsi memberikan substansi
Rushdi dapat mengkomunikasikan beberapa pada fiksi. Penilaian terhadap cerita
konflik pada tokoh-tokoh kedua (pembantu) merupakan ukuran tentang berhasil atau
dalam novelnya, seperti konflik yang tidaknya pengarang mengisi cerita itu
dialami Nabi Ibrahim a.s dengan Istrinya dengan karakter-karakter yang
Hajar dan anaknya. menggambarkan manusia sebenarnya supaya
Konflik-konflik yang dikemukakan pembaca dapat mengalami ide dan emosi
Salman Rushdi dengan novelnya itu hanya (Ketut Ginarsa 1985: 12).
berdasarkan khayalan belaka dan Kalau tukang sulap dapat membuat
bertentangan dengan kenyataan-kenyataan orang yang ada seolah-olah lenyap. 333 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sebaliknya, seorang pengarang dia dapat Dengan demikian, maka timbullah respon
membuat orang yang tidak ada menjadi ada. dan reaksi yang menentang penceritaan
Disinilah letak kemampuan pokok dasar dalam novelnya. Ini disalah satu segi
penulis, yaitu kemampuan meyakinkan membuktikan ketidakmampuannya
pembaca bahwa tokoh khayalan dalam meyakinkan pembaca.
ceritanya merupakan tokoh hidup yang dapat Sebagai contoh kepalsuan sejarah
dipahami, dihayati, dan masuk akal. yang dikemukakan Salman Rushdi dalam
Dalam membaca dan mengkaji novel novelnya, dia berpendapat bahwa di kota
“The Sanatic Verses”dapat kita melihat Jahiliyah ada seorang pedagang muncul
kemampuan Salman Rushdi membentuk sebagai nabi bernama Mahound, dialah
karakter-karakter, sama halnya sebagai mendirikan suatu agama terbesar di dunia.
tokoh utama maupun tokoh pembantu untuk Dalam novelnya ia berkata:
meyakinkan pembaca kepada ide yang ingin “ In This city, the businessman-turned- prophet, Mahound is founding one of the dikomunikasikan. Akan tetapi, kalau kita world‟s great religions” (Rushdi 1988 : 95).
melihat dari aspek lain, Salman Rushdi tidak Perkataan ―Mohound‖ dalam kutipan berjaya dalam pemilihan karakter-karakter tersebut dimaksudkan dengan Nabi atau penokohan dalam novelnya itu, karena Muhammad saw. Sedangkan perkataan ia memilih tokoh-tokoh yang cukup terkenal ―Mohound‖ sinonim dengan perkataan dan masyhur dalam sejarah, kemudian ―Iblis‖ dan istilah inilah yang digunakan memaparkan peranan setiap tokoh yang para missionaris kristiani pada abad bertentangan dengan kenyataan sejarah, pertengahan untuk menunjukkan kepada bahkan nampak ada usaha yang sengaja oleh Rasulullah saw. Salman Rushdi untuk memalsukan sejarah. 334 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
LATAR Dalam novel “The Sanatic Verses” Salaman
Latar memberikan penjelasan tentang Rushdi memilih kapal terbang, Bombany,
tempat dan waktu terjadinya aksi. Dalam London, kota Jahiliyah yang berada
cerita tokoh-tokonya mungkin bertindak di ditengah-tengah padang pasir, zaman
dalam kamar, diantara perabot, di jalan, pada jahiliyah, waktu berlalu, sekarang, waktu
waktu siang atau malam, dalam keadaan dalam khayalan sebagai latar ceritanya.
panas atau dingin. Penjelasan mengenai TEKNIK DAN GAYA BAHASA
segala aksi yang dilakukan para tokoh ini Menurut Rosenthal dalam Ketut
dapt dinamakan latar ( Ketut Ginarsa 1985 : Ginarsa (1985 : 17 ) gaya bahasa ialah
16). hubungan antara penguasaan bentuk pada
Kedudukan latar penting karena ia satu pihak dengan isi intelektual dan emosi
menentukan aksi tokoh-tokoh. Latar yang dimiliki pengarang. Sedangkan
menunjukkan hubungan tokoh dengan Daiches dalam Ketut Ginarsa ( 1895 : 17 )
lingkungannya. Kadang-kadang suasana mengatakan gaya bahasa adalah susunan
dipergunakan sebagai latar cerita atau kata yang merupakan ciri khas seseorang
lingkungan fisik di tempat kejadian penulis. Susunan kata ini ada yang kolokial,
berlangsung dapat pula dipakai sebagai latar resmi, singkat, panjang lebar, berwarna,
cerita. Latar dapat berupa tempat yang diam lancar, sopan dan kedaerahan.
atau bergerak. Secara umum teknik dan gaya bahasa
Novel yang baik ialah novel yang yang digunakan Salman Rushdi dalam
mempunyai latar, dimana ia mampu novelnya itu adalah teknik dan gaya bahasa
memberikan keyakinan bagi pembaca yang kurang jelas dan susah dipaham.
sebagai hal yang nyata atau masuk akal. Apakah ia menulis novelnya dengan tujuan 335 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menghasilkan karya sastra saja? Atau ada banyak menggunakan ungkapan-ungkapan
tujuan tertentu, seperti untuk menghina umat bahasa Arab, India dan bahasa Inggris
Islam atau ada tujuan lain?. kolokial, yang kadang-kadang dalam bentuk
Novel “The Sanatic Verses” menyakiti dan menjijikkan.
merupakan karya sastra yang berdasarkan Ungkapan yang menyakiti dan
fantasi dan khayal (‗Aidil Darwisy 1989 : menjijikkan dapat kita lihat dalam novelnya
28). Sedangkan al-Madrasi (1409 : 87) halaman 461, dia mengatakan “ Negger eat
mengatakan Salman Rushdi menulis white man‟s shit “(orang Negro memakan
novelnya dengan pendekatan al-Waqi‟iyyah kotoran orang putih). Sedangkan Ahmad
al-Usturiyyah (kenyataan legendaris) Deedat ( 1990 : 20 ) mengatakan Salman
dimana dia mencampurkan antara unsur Rushdi telah belajar dari guru-gurunya di
khayal dengan unsur kenyataan tanpa London The Art of Staccato Sentences atau
didasari suatu bentuk pikiran, ilmu dan Fann al-Jumal al-Tarakumiyyah (seni
kreativitas karya sastra yang benar, sehingga menyusun ayat), sehingga dia mempunyai
uslubnya tidak dapat membedakan antara kemampuan menyusun suatu kalimat
novel dengan sejarah. Selanjutnya beliau dengan mengandung beberapa makna atau
mengatakan gaya bahasa Salman Rushdi pengertian. Akan tetapi dengan memiliki
adalah surrealism, dia tidak memberikan kemampuan seperti itu menyebabkan banyak
nama sebenarnya yang seharusnya diberi perkataan-perkataan dan kalimat-kalimat
nama, akan tetapi memberi nama lain. yang tidak sopan dipergunakan dalam
Diskriftif bagi Salman Rushdi tidak tetap, novelnya.
sehingga diselimuti perasaan keragu-raguan
dalam penceritaannya. Di samping itu juga 336 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
NOVEL“THE SANATIC VERSES” menghasilkan karya sastra. Allah SWT
MENURUT PERSPEKTIF SASTRA berfirman dalam surah al-Taubah ayat 105 :
ISLAM Wa quli ‘maluu fasayallaahu ‘amalakum wa rasuuluhuu wa al- wa Salah satu bentuk aktivitas manusia mu’minuuna, saturadduuna ilaa ‘aalimi al-gaibi wa al- yang mendapat perhatian besar dalam Islam syahaadati fayunabbiukum bimaa kuntum ta’maluun. ialah al- - (karya sastra), „Amalu al Ibda‟iyu (Dan katakanlah : Bekerjalah kamu, maka karena wujud bentuk aktivitas ini tidak Allah dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan secara spontan, akan tetapi berdasarkan atas kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu kemauan dua unsur asasi yaitu unsur irada ( ) diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan). dan unsur al-wa‟yu (kesadaran). Kalau wujud
Selanjutnya Al-Qur‘an memberikan krativitas sastra itu berdasarkan atas kedua arahan khusus dalam usaha menghasilkan unsur tersebut, maka ia harus tertakluk karya sastra, terutamanya karya sastra puisi. kepada taujih ( arahan ) Islam agar supaya ia Dalam surah Al-Syu‘araa ayat 224 – 227 dapat berjalan dan berkembang dengan Allah SWT berfirman: benar. Dengan demkian, akan teralisasi Wa al-syu‟araau yattabi‟uhumu al- keharmonisasian dalam kehidupan manusia, ghaawuun, alam tara annahum fii kulli waadin yahiimun, wa annahum yaquuluuna baik dalam kehidupan individu maupun maa laa yaf‟aluun, illa al-laziina aamanuu wa „amiluu al-shalihaati wa zakaruu al- dalam kehidupan masyarakat (Ahmad 1991: laaha katsiran wan tasharuu min ba‟di maa dhulimuu wa saya‟lamu al-laziina dhalamuu 30-31). ayya munqalabin yangqalibuun.
Oleh karena itu, Islam memberikan (Dan penyiar-penyiar itu diikuti oleh orang- orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat perhatian dan arahan kepada seluruh bentuk bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka aktivitas manusia, termasuk aktivitas dalam mengatakan apa yang mereka sendiri tidak 337 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
mengerjakannya. Kecuali orang-orang Bahkan sebahagian hadits (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mengandung anjuran Rasulullah saw untuk mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu menghasilkan karya sastra, terutama karya kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali ). puisi, antara lain hadits yang diriwayatkan
‗Ammar bin Yasir dalam Ahmad Mohd. Ali Islam mempunyai sikap yang jelas (1991: 33 ) : terhadap seni pada umumnya dan sastra pada Lamma hajaanaa al-musyrikuun, qaala khusunya. Islam tidak menolak segala lanaa rasuulullahi shallalaahu alaihi wa sallama: quuluu lahum kamaa yaquuluuna bentuk karya sastra kecuali terdapat padanya lakum.
kejahatan atau ia mengajak kepada (Taakkala orang-orang musyrikin mencacimaki kita. Rasulullah saw berkata kejahatan. Rasulullah saw mencelah syair kepada kita : Katakanlah kepada mereka sebagaimana mereka mengatakan kepada yang membangkitkan fitnah dan iri hati atau kalian). Maksudnya kalau orang-orang musyrikin menghija‘ kalian dengan syairnya, karya sastra yang mengajak kepada maka hija‘lah juga mereka melalui syair.
kejahatan, cacimakian, mengabaikan agama. Demikian sikap Islam, tidak Sebaliknya, beliau menghormati dan membiarkan aktivitas dalam bidang mengagumi karya sastra yang baik atau syair kreativitas sastra berjalan dan berkembang yang indah, mengandung didikan akhlak, tanpa ada arahan dan panduan agar supaya ia mengajak kepada sifat-sifat yang mulia dan akan menjadi salah satu bentuk amal saleh mengandung hikmah dan mau‘idhah. yang akan diberi pahala oleh Allah SWT. Rasulullah saw bersabda: Islam akan menerima segala bentuk seni dan Inna mina al-syi‟ri lahikmah ( sastra yang mempunyai tujuan ( al-adab al- Sesungguhnya sebahagian dari syiar hadif )yang akan berkhidmad untuk mengandung hikmah). memajukan kehidupan manusia, 338 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
mengokohkan aqidah agama Islam dan dikalangan umat Islam yang setia terhadap
konsekwen terhadap manhaj seni yang benar agamanya. Sistem yang ditempuh Salman
( al-‗Uwaishik 1970 : 110 ). Jadi sastra Islam Rushdi dalam membangkitkan kemarahan
yang sebenarnya yaitu sastra yang tetap umat Islam, itulah sebenarnya yang
memelihara dan berpegang kepada prinsip- menyebabkan buku yang tidak ada nilainya
prinsip yang telah disebutkan di atas. sampai kepada senarai buku yang terjual
Kalau prinsip-prinsip tersebut kita banyak di dunia. Akan tetapi menurut saya
jadikan sebagai tolak ukur dalam mengkaji cara seperti ini adalah cara yang paling hina
novel “The Sanatic Verses” karya Salaman untuk mencapai matlamat tersebut dan
Rushdi, maka novel ini tidak akan dianggap Salman Rushdi adalah orang intihazi yang
sebagai karya sastra sebenarnya, karena paling berbahaya‖ (Ahmad Deedat 1990 :
kandungan novel tersebut hanya penghinaan 24).
kepada agama Islam dan umatnya, bahkan KESIMPULAN
penghinaan kepada penganut agama-agama Berdasarkan uraian di atas dapat
lain dan umat manusia secara keseluruhan. diambil kesimpulan sebagai berikut:
Olehnya itu, Roald Dahl (Seorang penilis 1. Salman Rushdi menggambarkan
Inggris terkenal) menyatakan pendapatnya kehidupan seorang kanak-kanak dari
mengenai novel “The Sanatic Verses”pada 1 negara-negara yang terjajah dan
Mac 1989 sebagai berikut : ― Sesungguhnya mengalami penderitaan dan penghinaan
Salaman Rushdi lebih tahu mengenai agama dari pihak penjajah. Dia salah seorang
Islam dan penganutnya. Seharusnya dia dari Imigran yang hidup di tengah-
mengerti betul perasaan yang menyala-nyala tengah masyarakat Inggris yang tidak
yang akan ditimbulkan novelnya itu dihiraukan, bahkan terbuang dari 339 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
masyarakat disebabkan oleh faktor kulit, hubungan dengan timur. Kemudian dia
asal dan kewarganegaraannya yang berusaha mengikuti dan meniru cara
berbeda dengan orang tempatan. Oleh hidup barat.
karena dia tidak mempelajari budaya 4. Salman Rushdi mengalami keanehan
bangsanya, meninggalkan kampung pikiran, disamping dia mengalami
halaman, keluarga dan agamanya, maka keanehan aqidah, seperti keberaniannya
dia selamanya berusaha melakukan mengartikan perkataan dan ayat-ayat
sesuatu yang membolehkan dia akan yang bukan artinya, seumpamanya
diterima oleh masyarakat barat. mengartikan perkataan ― al-hijaab
2. Salman Rushdi dia hidup dalam keadaan "(menutup aurat) dengan ― bait al- penuh kontroversial dalam dirinya yang di‟aarah ― ( tempat pelacuran ) dan lain- kadangkala diungkapkan dalam bentuk lainnya. Dia juga sengaja mencari-cari surrealism atau melalui aqidah tanasukh, riwayat sejarah yang tidak benar. karena dia menganggap bahwa 5. Berdasarkan masalah-masalah yang kegoncangan yang dialami bersumber disebutkan di atas, maka Salman Rusdhi dari asal dan keturunannya. Disamping merupakan orang yang intihaazi itu, dia menganggap bahwa Islam (menggunakan kesempatan untuk merupakan dugaan yang harus dijauhkan memperoleh keuntungan), seperti dia dari dirinya dengan cara apapun yang menulis novel-novelnya dengan tujuan memungkinkan. mendapatkan keuntungan dari penjualan 3. Salman Rushdi sebagai orang timur, karya tulisnya dan agar didengar maka dia berusaha meninggalkan segala suaranya di tengah-tengah orang banyak yang berbau timur atau yang mempunyai 340 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dan dapat dikenal, sekalipun dengan yang sebenarnya menurut perspektif
jalan mengorbankan orang lain, karena karya Islam, karena novel tersebut tidak
dengan jalan seperti itu dapat dibaca konsekwen dengan manhaj seni yang
tulisannya atau diletakkan potonya di benar dan tidak mempunyai tujuan
media massa. untuk memberikan pelayanan dan
6. Novel “The Sanatic Verses” suatu karya didikan kepada umat manusia.
tulis yang tidak mempunyai nilai sastra
341 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
‗Aly,Ah}mad Muh}ammad. 1991. Al-Adab al-Isla>mi> D}aru>rah. al-T{ab‘ah al-U>la>. Al- Qa>hirah: Da>r al-S}ah}wah.
Appignanesi, Lisa and Sara Maitland. 1989. The Rushdi File. First Pubblished. Britain : Fourt Estate Limited.
al-Busta>ni>, Mah}mu>d. 1409. al-Isla>m wa al-Fann. al-T{ab‘ah al-U>la>.Mashhad (I>ra>n): Majma‘ al-Buh}u>ts al-Isla>miyyah. Bu>rzuwaynah, ‗Abd al-H}ami>d. 1990. Naz}riyyat al-Adab fi> D}aui al-Isla>m (al-Qism al- Awwal
Al-Naz}riyyah al-„Ammah li al-Adab) . al-T{ab‘ah al-U>>
------, ‗Abd al-H}ami>d. 1990. Naz}riyyat al-Adab fi> D}aui al-Isla>m (al-Qism al- Tsa>lits
Al-Adab wa al-Madha>hib al-Adabiyyah) . al-T{ab‘ah al-U>>
Darwi>sh, ‗A>dil wa ‗Ima>d ‗Abd al-Ra>ziq. 1989 . al-A>ya>t al-Shayt}a>niyyah bayn al- Qalam wa al-Sayf. Bari>t}a>niyya> : Great Britain.
De>da>t, Ah}mad. 1990. Shayt}a>niyyat al-A>ya>t al-Shayt}a>niyyah wa Kayfa Khada‟a Salma>n Rushdi> al-„Arab. Naqalahu> ila> al-‗Arabiyyah wa Qaddama lahu> ‗Aly al- Jauhari> al-Qa>hirah: Da>r al-Fad}i>lah .
al-Fasi, Syamsuddin. 1997. Jawapan „Satanic Verses‟. Terj. Drs. Ahmad Rafaal bin Ayudin. Edisi Semakan. Kuala Lumpur : Penerbitan Ar-Ramadhan.
al-Ha>shimi>, Muh}ammad ‗A
H}ija>zi>, Muh}ammad ‗Abd al-Wa>h}id. 1984. Al-Ih}sa>s bi al-Jama>l fi> D}au al- Qur‟a>n al-Kari>m. Silsilah Shahriyyah Tas}duru ‗An Kita>b al-Hila>l. al- Qa>hirah: Da>r Hila>l.
Ketut Ginarsa, dkk. 1985. Struktur Novel dan Cerpen Sastra Bali Modern. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Khali>l, ‗Ima>duddi>n . 1987 . Madkhal Ila> Naz}riyyat al-Adab al-Islami> . al-T{ab‘ah al- U>>
342 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Kharroufah, Ala‘ul Deen. t.t. The Judgment Of Islam On The Crimes Of Salman Rushdi. Kuala Lumpur : Percetakan Sentosa.
al-Madrisi>, Ha>di> . 1409 . al-Radd „ala> al-A>ya>t al-Shait}a>niyyah. al-T{ab‘ah al- U>>
Mustafa Haji Daud. 1992. Tamadun Islam. Cet. 1. Kuala Lumpur : Percetakan Sumber.
Lubis, Haji Muhammad Bukhari. 1997. Kesusasteraan Islam Sehimpun Bahan Rujukan. Bandar Baru Bangi : Taj Fikriyah Reprints.
Teeuw, A. 1995. Sastera dan Ilmu Sastera : Pengantar Teori Sastera. Cet. 1. Kuala Terengganu : Percetakan Yayasan Islam Terengganu.
Tulaymah, ‗Abd al-Mun‘im. 1979. Muqaddimah fi> Naz}riyyat al-Adab . al-T}ab‘ah al- Tsa>niyah. Bayru>t: Da>r al-‗Audah.
Rushdi, Salman. 1988. The Satanic Verses. U.S.A : Viking Penguin Inc.
Sa>‘i>, Ah}mad Bassa>m. 1985. al-Wa>qi‟iyyah al-Isla>miyyah fi> al-Adab wa al-Naqd. al- T{ab‘ah al-U>>
Salla>m, Muhammad Zaglu>l. 1972 . Dira>sah fi> al-Qissah al-„Arabiyyah al-H{adi>tsah : Usu>luha>, Ittija>ha>tiha>, A‟la>muha> . al-Iskandariyyah : Manshaat al-Ma‘a>rif.
al-Qard}a>wi>, Yu>suf . 1996 . al-Isla>m wa al-Fann . T}ab‘ah al-Furqa>n al-U>la> . ‗Amma>n (al-Urdun) : Da>r al-Rurqa>n.
Qulaylah, ‗Abduh ‗Abd al-‗Az z. 1972. Al-Naqd al-Adabī fī al-„Aşr al-Mamlūkī. al-T{ab‘ah al- U>>
al-‗Uwayshiq, ‗Abdullah H}amd . 1970. al-Adab fi> Khidmat al-H}aya>t wa al-Aqi>dah. al- T{ab‘ah al-U>>
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur‘an. 1988 : Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Kuala Lumpur : Penerbit Pustaka Antara.
PETUNJUK BAGI PENULIS
1. Naskah yang dikirimkan belum pernah diterbitkan oleh media cetak lain dibuktikan dengan surat pernyataan dari penulis. 2. Tulisan berupa hasil penelitian (lapangan atau kepustakaan), gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori. 3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau dalam bahasa Prancis. Naskah diserahkan dalam bentuk cetak dan maupun file softcopy dengan jumlah maksimal 20 halaman kuarto termasuk tabel, gambar, dan daftar pustaka. Huruf Times New Roman ukuran 12 point, ketikan spasi tunggal dengan margin atas dan bawah 3 cm serta margin kiri dan kanan 2,5 cm. 4. Sistematika penulisan disusun dengan urutan sebagai berikut: a) Judul dituliskan dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau bahasa Prancis . b) Nama lengkap penulis dengan institusi asal penulis dan alamat lengkap (termasuk e-mail) penulis untuk korespondensi. c) Abstrak dituliskan dalam bahasa Perancis atau Inggris dan bahasa Indonesia yang memuat secara ringkas tujuan, metode penelitian, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan. Abstrak dibuat dalam alinea tersendiri dan jumlah maksimum sebanyak 150 kata. Dilengkapi dengan kata kunci atau key words dengan jumlah maksimum lima kata. d) Pendahuluan memuat latar belakang pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, serta ulasan penelitian sebelumnya, dipaparkan secara terintegrasi dalam paragraf-paragraf dengan panjang 15-20% total panjang artikel. e) Metode Penelitian mengandung sistematika penelitian yang mencakup metode dan prosedur penelitian. Pada kajian yang bersifat konseptual, bagian metode dapat ditiadakan bila dianggap perlu. Bagian ini panjangnya 10-15% dari total panjang artikel. f) Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian yang dapat dilengkapi dengan ilustrasi berupa tabel, grafik, gambar dan foto (jika perlu). g) Kesimpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian atau berupa intisari hasil pembahasan dan disajikan dalam bentuk paragraf. h) Daftar Pustaka. Daftar pustaka hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumber yang dirujuk harus tercantum dalam daftar pustaka. 5. Sumber rujukan minimal 80% berupa pustaka terbitan 10 tahun terakhir. 6. Sitasi kepustakaan dilakukan dengan sistem nama tahun, contoh: ... (Andre Maures 2007) Menurut Husen (2008), ... Menurut Vigostky dalam Reigosa & Jimenez-Aleixander (2008) Dimungkinkan pula menggunakan sistem catatan akhir (endnote) dengan diberi angka untuk memberi penjelasan tambahan. 7. Pustaka disusun secara alfabetis dan kronologis. Buku : Hoed, Beny. 2006. Penerjemahan dan kebudayaan. Jakarta : Pustaka Jaya Buku kumpulan Artikel : Finegan, E. Dan J.Rickford (eds.).2004. Language in the USA. Cambridge : Cambridge Uiversity Press. Artikel dalam Kumpulan artikel Zuengler, J. & Cole K. (2005). “Language socialization and second language learner“. Dalam E. Hinkel (ed.) Handbook of research in second language teaching and learning (h.301-316). Mahwah, NJ : Lawrence Erlbaum Associates Artikel dalam jurnal dan majalah : Banús, E. 2007. Intercultural Dialogue: A Chalenge for the European Union at the Begining of the 21st Century. Jurnal Kajian Wilayah Eropa, vol.VIII, No.3 (22-35) Karya terjemahan : Rahimi, Atiq. 2008. Batu Kesabaran – Singge Sabur. (Feybe I. Mokoginta-penerj). Yogyakarta : Jalasutra. (Buku asli Singué Sabour – Pierre de Patience). Dokumen Resmi : Division des Politiques Linguistiques, Conseil de l’Europe. 2001 Cadre Européen commun de référence pour les langues (CECR). Paris : Didier. Situs Internet: Sieber, Tina. 2009. 15 Popular codes for smiley faces and their meaning. http://www.makeusof.com/tag/15 popular- codes-for-smiles-faces &their-meaning. diunduh pada tanggal 2 Oktober 2011 jam 19.59. 8. Dalam hal tata nama (nomenklatur) dan tata istilah, penulis harus mengikuti cara penulisan yang baku untuk bidang keilmuan masing-masing.