Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

CONSUMER INSIGHT REMAJA PADA SEATING AREA 7-ELEVEN

Jusuf Fadilah Program Studi Periklanan Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Jl. Kayu Jati 5 No.2, Pemuda, Rawamangun, Timur [email protected]

Abstract This study sought to determine consumer insight teenage consumers in seating area 7-Eleven conve-nience stores. While the research object is the 10 consumer teenagers hanging out at the 7-Eleven convenience stores. This study used a descriptive research design with qualitative approach, which is characterized by ac- tivities of collecting data and interpreting descriptive data about the situation experienced in order to explain the meaning corresponding to the phenomenon under study, through observation and interview approaches that focus on adolescent consumers who hang out at convenience stores 7-Eleven. Based on the findings ob- tained by the authors, this study found four categories of consumers teenagers who hang out at the 7-Eleven convenience stores, namely: Sevelgadget, Sevelita, Sevelholic and Sevelmix, where these categories represent of teenager who love to hang out in seating area 7-Eleven convenience stores. This research provides advice to consumers teenager who likes to hang out at the 7 -Eleven convenience stores to spend their time more wisely, also suggestions for the seating area providers, to better maintain and improve facilities and infrastructure seating area so consumers, especially consumers adolescents feel comfortable to spend time there.

Keywords : Consumer Insight, Seating Area, Convenience Store 7-Eleven

I. PENDAHULUAN layanan, kebersihan dan kerapihan store, keramahan pelayan serta suasana store yang Di , khususnya kota besar, meny-enangkan. Pelanggannya juga berbeda, mini-market tumbuh dengan pesat. Jaringan mini- minimarket biasanya didatangi oleh ibu rumah market seperti dan Alfamart, menu-rut tangga middle low untuk belanja keperluan data Nielsen, terus bertumbuh dan makin hari seminggu, namun conve-nience store didatangi semakin meningkat jumlah pelanggannya. Di sisi oleh karyawan dan mahasiswa middle up untuk lain, convenience store selain 7-Eleven seperti berbelanja kebutuhan saat itu. Karena fungsi dan , dan bertumbangan. 7- pelanggan yang berbeda, pada umumnya desain Eleven menjadi satu-satunya jaringan toko juga berbeda. Convenience store memiliki convenience store yang bertahan hingga saat ini, desain modern yang atraktif dengan pewarnaan dan terus tumbuh. Conve-nience store sendiri ruan-gan dan cahaya yang diatur dan pengaturan diposisikan berbeda dengan mini-market. Produk rak den-gan tinggi yang cukup agar terkesan luas, yang disediakan oleh convenience store lebih sementara minimarket dengan desain standar. sedikit dibandingkan dengan minimarket, Pada intinya, ke-nyamanan di convenience store walaupun luas toko pada umumnya hampir sama menjadi faktor utama. dengan minimarket. Pelanggan biasanya Convenience store 7-Eleven tidak pernah mendatan-gi convenience store untuk membeli sepi pengunjung, convenience store tersebut buka barang-barang yang segera digunakan. selama 24 jam sehari. Pengunjung mulai dari Convenience store juga buka 24 jam 365 hari anak sekolah, mahasiswa, karyawan, dan orang dalam setahun. Minimarket biasanya tidak buka dewasa yang sekedar bekumpul reuni bersama 24 jam sehari 365 hari setahun, dan ba-rang- temannya, melakukan meeting atau bahkan barang yang disediakan biasanya untuk dibawa sekedar sarapan. Salah satu konsumen yang pulang. Banyak perbedaan lain yang terdapat sering berkunjung ke convenience store 7-Eleven. antara convenience store dan minimarket. Jika adalah remaja. Rema-ja merupakan salah satu kebanyakan minimarket memiliki harga murah tahapan pertumbuhan dan perkembangan dalam dan menyediakan beragam produk, maka siklus kehidupan manusia. Remaja adalah masa convenience store memaksi-malkan kepuasan transisi, artinya masa perali-han diantara periode pelanggan dengan mengutamakan kecepatan anak – anak dan dewasa. Masa remaja adalah

2579-3292 1 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

masa peralihan dari ketidakmatangan pada masa nongkrong di kedai kopi. Berbeda dengan di kota- anak- anak menuju kematangan pada masa kota besar seperti Jakarta. Bu-daya nongkrong, dewasa. Masa remaja merupakan periode tran-sisi khususnya bagi anak muda merupa-kan gaya yang meliputi segi – segi biologis, fisiologis, hidup dan pelepasan dari kepenatan rutinitas. social, dan ekonomis yang didahului oleh perubah-an fisik (bentuk tubuh dan proporsi II. KAJIAN PUSTAKA tubuh) maupun fungsi fisiologis (kematangan organ – organ seksual). 2.1. Consumer Insight Convenience store 7-Eleven menjadi Definisi insight menurut the freed iction- tujuan saat pulang sekolah bagi masyarakat untuk ary.com adalah kemampuan untuk melihat secara berkum-pul, bahkan mereka tidak hanya sebentar jelas atau mendalam suatu sifat yang alami. menghabis-kan waktu mereka disana terutama Menu-rut Ha-milton (2007:26), consumer insight pada saat malam minggu. Karena kalah dalam adalah sebuah aspek yang sangat luas, bukan bersaing saat ini be-berapa convenience store hanya meli-puti bagaimana cara konsumen Circle k sudah tutup, tentu saja karena letaknya menggunakan sebuah produk atau jasa, tetapi juga yang hanya berjarak 50 me-ter. Dan setiap bagaimana mereka meng-gunakan sebuah media, harinya sejak ada convenience store karena khususnya media digital. Saat ini, konsumen tidak letaknya yang hanya berjarak 50 meter. Dan hanya sekedar meli-hat sebuah advertising atau setiap harinya sejak ada convenience store 7- “marketing mes-sage” sebagai sebuah hal untuk Eleven, Circle k, dan Lawson selalu sepi didengar dan dibaca saja (one-way broadcast pengunjung. Loka-si convenience store yang model), tetapi mereka juga memberikan feedback, berada di posisi strategis, pembangunan yang masukan dan in-formasi, melalui beragam jenis memakan waktu sangat singkat, kilauan lampu media seperti : blog, social network, youtube neon yang terang benderang serta kumpulan videos dan text messaging (two-way broadcast orang-orang di seating area menjadi pe- model). Dari media –media itulah perusahaan mandangan khas tiap convenience store 7-Eleven. mendapatkan “insight” baru dari mereka. Budaya nongkrong saat ini melekat kuat di diri Dunia bisnis saat ini sering kali dihadapi anak muda Indonesia, khususnya mereka yang di den-gan kebutuhan untuk mengetahui insight dari Jakarta. Convenience store seperti 7-Eleven, kon-sumennya secara detail dan dapat dijadikan Cirkle K sebagai jaringan toko kelontong 24 jam, acuan bagi bisnis untuk mendapatkan competitive dan kedai kopi macam Starbucks, Excelso dan advantage diantara pesaingnya. Consumer insight Olala makin ramai saja dikun-jungi para anak merupakan pendekatan yang sangat baik apabila muda kita sebagai arena sosial mereka. ingin mendap-atkan pemahaman yang dalam Dari sejarah masyarakat Melayu, budaya terhadap kehidupan, tingkah laku, dan sikap non-gkrong, berkumpul dan berbincang sembari konsumen. Ritual dari studi ini akan menyelam menyeru-put kopi di area kota maupun pasar lebih dalam terhadap konsumen yang memiliki kerap kali dilaku-kan dari anak muda hingga suatu spesifik target bagi peneliti dida-lam area dewasa, yang notabenenya dilakukan oleh para tingkah laku tertentu. nelayan. Sama halnya dengan di daerah Jawa Tujuannya untuk mengkaji lebih jauh dan dengan tempat yang disebut "angkringan" yang lebih mendalam lagi, apa yang sebenarnya selain kopi juga menyediakan makanan. Alih-alih diperlukan dan ada dalam “consumer insight”, sehingga akan didapatkan suatu tujuan yang sebagai kedai kopi, justru fungsinya melebar se- sebenar-benarnya diinginkan oleh konsumen. bagai tempat sosialisasi. Budaya ini juga Seperti juga yang dikatakan S.Rachmander sebenarnya tidak berbeda dengan apa yang (2000:61), bahwa consumer insight erat kaitannya dialami di Jakarta hari ini dari kemunculan Cirkle dengan mar-keting insight, dimana untuk bisa K, 7-Eleven, Excelso dan Starbucks dalam bentuk mencapai tujuan sebuah marketing insight, sangat waralaba dan kafe-kafe. Awalnya budaya penting adanya un-tuk “mendengarkan nongkrong kedai kopi setiap pagi hari konon konsumen” dimana saja mereka berada, mencari menjadi kebiasaan yang sudah turun-menurun tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan, khususnya bagi para masyarakat Melayu, yang mereka cium dan mereka sentuh. pada saat itu kebanyakan adalah para nelayan, sesuai dengan pola kerja mereka. Ketika menjelang dini hari para nelayan sudah berangkat 2.2. Motif kerja untuk melaut dan pagi harinya mereka Motif adalah dorongan yang sudah pulang ke darat dan sambil istirahat mereka menggerakan seseorang bertingkah laku

2 2579-3292 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

dikarenakan adanya kebu-tuhan – kebutuhan yang 2. Faktor Sosial ingin dipenuhi oleh manusia. Motif juga dapat Faktor sosial merupakan bagian masyarakat yang dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan relatif homogen dan permanen yang tersusun di dalam subjek untuk melakukan ak-tivitas- secara hierarkis dan yang anggotanya menganut aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. (Sardiman, 2007:73). Faktor sosial terdiri dari kelompok, keluarga serta Menurut J.P.Chaplin, motif adalah satu peran dan status. Dalam beberapa sistem sosial, ke-satuan dalam diri individu yang melahirkan, anggota dari kelas yang ber-beda memelihara me-melihara, dan mengarahkan perilaku kepada peran tertentu dan tidak dapat men-gubah posisi suatu tujuan. Menurut Sigmund Freud, motif sosial mereka. Tingkah laku konsumen juga merupakan energi dasar (instink) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu: a) mendorong tingkah laku individu. Menurut Abin Kelompok, adalah dua orang atau lebih yang Syamsudin Makmun, motif ialah suatu keadaan berinter-aksi untuk mencapai sasaran individu yang kompleks (a complex state) dalam diri individu untuk bergerak (to move, motion, motive) atau bersama. Beberapa merupakan kelompok ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun primer yang mempu-nyai interaksi reguler tapi tidak disadari. informal-seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja. Beberapa meru-pakan kelompok 2.3. Perilaku Konsumen sekunder, yang mempunyai inter-aksi lebih Menurut Assael (1998:23) model formal dan kurang reguler. Ini mencakup perilaku konsumen sederhana, dimana pada organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi akhirnya respon konsumen menentukan apakah pro-fesional dan serikat pekerja. b) Keluarga, mereka akan kembali membeli produk atau adalah organisasi pembelian konsumen yang menolak produk tertentu. Faktor-faktor yang paling penting dalam masyarakat dan telah diteli- mempengaruhi perilaku konsumen. Menurut ti secara mendalam, pemasar tertarik dalam peran Kotler (2001:144), faktor-faktor yang dan pengaruh suami, istri dan anak-anak pada mempengaruhi perilaku konsumen adalah pembelian berbagai produk dan jasa. c) Peran dan kebudayaan, faktor sosial, pribadi, psikologis. status, terdiri dari aktivitas yang diharapkan Sebagian faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang oleh pemasar tetapi sebenarnya harus ada disekitarnya. Setiap peran membawa status diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh yang mencerminkan peng-hargaan yang diberikan faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mem- oleh masyarakat. Orang ser-ingkali memilih pengaruhi pembelian konsumen. produk yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat.

1. Faktor Budaya Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas 3. Faktor pribadi dan mendalam pada perilaku konsumen. Pe-masar Faktor pribadi didefinisikan sebagai karak-teristik harus memahami peran yang dimainkan oleh psikologis seseorang yang berbeda dengan orang budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan. Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh seseorang yang paling dasar. Perilaku manusia karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur dipelajari secara luas. Pemasar selalu berusaha hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya menemukan perubahan budaya untuk menemukan hidup serta kepribadian dan konsep Pada usia dan produk baru yang mung-kin diinginkan orang. 1) tahap siklus hidup Orang mengubah barang dan Budaya, adalah kumpulan nilai-nilai dasar, jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. persepsi, keinginan dan tingkah laku yang Selera akan makanan, pakaian, perabot dan dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. keluarga dan lembaga penting lainnya. 2) Sub Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup budaya, adalah sekelompok orang dengan sistem kelu-arga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh nilai terpisah berdasarkan pengalaman dan situasi keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar kehidupan yang umum. Sub budaya termasuk se-ringkali menentukan sasaran pasar dalam nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan geografis. 3) Kelas sosial Kelas sosial adalah produk yang sesuai serta rencana pemasaran divisi masyarakat yang relatif per-manen dan untuk setiap tahap. teratur dengan para anggotanya menganut nilai- nilai, minat dan tingkah laku yang serupa. 4. Faktor Psikologis

2579-3292 3 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

Faktor psikologis sebagai bagian dari Anna Freud (dalam Harlock, 1990:26) pen-garuh lingkungan dimana ia tinggal dan berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan proses perubahan perkembangan meli-puti pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada perubahan-perubahan yang berhubungan dengan waktu yang akan da-tang. Selanjutnya pilihan perkembangan psikoseksual dan juga terjadi pembelian seseorang dipen-garuhi oleh 4 faktor peruba-han dalam hubungan dengan orang tua utama yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta dan cita-cita mereka dimana pembentukan cita- keyakinan dan juga sikap, yakni: (1) Motivasi, cita merupakan proses pembentukan orientasi keinginan yang cukup untuk mengarahkan masa depan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa seseorang mencari cara untuk memuaskan anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan kebutuhan. (2) Persepsi, adalah proses yang adanya perubahan fisik, kognisi dan kepribadian dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan serta sosial dalam diri individu pada usia berkisar dan mengintepretasi-kan informasi guna antara 13 sampai 23 tahun. membentuk gambaran yang be-rarti mengenai Menurut Hurlock (dalam Mukhtar, dunia. (3) Pengetahuan, pembelajaran 2003:15) masa remaja mempunyai beberapa ciri menggambarkan perubahan dalam tingkah laku dan karak-teristik, antara lain: (1). Masa remaja indi-vidual yang muncul dari pengalaman. (4) sebagai peri-ode yang penting. Disebutkan Keyakinan dan sikap. Melalui tindakan dan sebagai periode yang penting dalam kehidupan, pembelajaran, orang mendapatkan keyakinan dan karena pada masa remaja terjadi perubahan- sikap. Keduanya ini, pada waktunya perubahan fisik dan psikis yang akan sangat mempengaruhi tingkah laku membeli. Keyakinan mempengaruhi perkembangan jiwa dan karakter adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki dari remaja tersebut. Perubahan dan perkem- seseorang mengenai sesuatu. bangan tersebut menimbulkan perlunya penyesua- ian mental dan perlunya membentuk sikap nilai dan minat baru. (2). Masa remaja sebagai periode peralihan. Terjadinya peralihan pola psikologis dan karakter dari seorang anak-anak, tetapi belum 2.4. Definisi Remaja sampai terjadi kebingungan dari sang remaja, Menurut Turner dan Helms (dalam akibat pen-carian dan pematangan jati dirinya. Mukhtar, 2003:42) menyatakan bahwa masa (3). Masa remaja sebagai periode perubahan remaja se-bagai suatu masa dimana terjadi Terjadinya perubahan yang bersamaan denga perubahan be-sar yang memberikan suatu fisik, psikis, perilaku dan pe-rubahan tersebut tantangan pada indi-vidu remaja untuk dapat mempunyai hubungan yang sangat erat, apabila menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya dan fisiknya berkembang dengan baik dan pesat, mampu mengatasi pe-rubahan fisik dan seksual yang sedang dialamin-nya, juga sedang maka perilaku dan psikisnya pun akan menga- mengalami apa yang di namakan proses pencarian lami peningkatan, begitu juga sebaliknya. (4). identitas diri dan berusaha mem-bangun suatu Masa remaja sebagai masa mencari identitas hubungan interaksi yang sifatnya baru. Sedangkan remaja ada-lah manusia biasa yang merupakan menurut Piaget (dalam Mukhtar, 2003) mahluk sosial, maka mereka akan berusaha untuk mendefinisikan remaja secara psikologis adalah mencari identitas dirinya, apakah dalam usia dimana anak merasa pada tingkatan yang kelompok, lingkungan atau mengidolakan sama den-gan orang-orang yang lebih tua. seseorang.(5). Masa remaja adalah usia yang Menurut Dradjat (dalam Willis, 1994:66) menimbulkan ketakutan. Terjadinya ban-yak rem-aja adalah usia transisi. Seorang individu perubahan terutama dalam bentuk fisik, mengaki- telah men-inggalkan usia kanak-kanak yang batkan mereka “memaksa” untuk dianggap lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi sebagai seorang dewasa. Mereka ingin belum mampu ke usia yang kuat dan penuh menentukan sendiri apa yang mereka inginkan. tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun Mereka merasa sudah -kup mengetaui tentang terhadap masyarakat. Masa remaja berkisar antara kehidupan, sehingga mereka tidak membutuhkan usia 13-21 tahun, sedangkan menurut Hall (dalam adanya bimbingan dari orang tua yang berlebihan. Willis, 1994:67) masa remaja berkisar dari usia (6). Masa remaja sebagai masa yang tidak 15 tahun sampai 23 tahun. realistik Pada masa remaja, mereka me-mandang, Papilia dan Olds (2001:34) berpendapat melihat dan memutuskan segala sesuatu bah-wa masa remaja merupakan masa antara berlandaskan pada “kaca mata” mereka saja, kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan menurut mereka sangat suit menerima informasi dari orang

4 2579-3292 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

lain kecua-li berasal dari “geng” nya (kelompok). 2.6. Convenience Store Remaja cend-erung memiliki kecerdasan emosi yang rendah, sikap empati mereka sangat kecil. Convenience store merupakan bagian (7). Masa remaja sebagai ambang masa dewasa dari daya tarik penjualan uniknya adalah Dengan semakin mendekatnya usia kematangan kenyamanan yang di-tawarkan kepada yang sah, para remaja menjadi geli-sah untuk pembelanja dengan buka non stop. Hal ini meningkatkan image belasan tahun dan un-tuk berpengaruh pada jam buka dan lokasi toko. memberikan kesan kepada mereka sudah hamper Harganya berada di atas rata-rata dan jenis dewasa. Mereka akan menempatkan dirinya merchan-disenya terbatas, selain itu berfokus sebagai orang dewasa, maka mereka akan pada barang isi ulang. Konsumen tentu saja mengikuti perilaku keseharian orang dewasa. membeli dan membayar kenyamanan itu. Transaksi penjualan kecil, namun frekuensi 2.5. Aspek Perkembangan Remaja pembeliannya tinggi. (Vibizmanagement Research Team, 2012:54). 1. Perkembangan fisik Yang dimaksud dengan perkembangan 2.7. Seating Area fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, ka-pasitas sensoris dan keterampilan “An area that includes places where motorik (Papalia several people can sit”, daerah yang meliputi & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh di tandai tempat di mana beberapa orang dapat duduk den-gan pertambahan tinggi dan berat tubuh (English dictionary). pertumbu-han tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh 2.8. Teori Hierarki Kebutuhan remaja mulai beralih dari tubuh anak-anak yang cirinya adalah kematan-gan perubahan fisik otak Teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow sehingga strukturya semakin sempurna mengatakan bahwa manusia memiliki lima hirarki meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan Papalia & Olds, 2001:23). keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Lima 2. Perkembangan Kognisi kebutuhan manusia tersebut membentuk hirarki Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001:32) atau tangga dan masing-masing kebutuhan itu seorang remaja termotivasi untuk memahami hanya akan aktif apabila kebutuhan yang lebih dunia karena perilaku adaptasi secara biologis rendah telah terpenuhi. Jika tiap kebutuhan secara mereka. Da-lam pandangan Piaget, remaja secara sub stansial terpuaskan, maka kebutuhan aktif memban-gun dunia kognitif mereka, dimana berikutnya akan menjadi dominan. Manusia informasi yang di dapat tidak langsung di terima mendaki hirarki kebutuhan. Dari sudut pan-dang ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah motivasi bahwa teori hirarki kebutuhan Abra-ham mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide Maslow mengatakan bahwa walaupun tidak ada tersebut. Seorang remaja tidak saja kebutuhan yang benar-benar terpuaskan, mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, kebutuhan yang secara substansial terpuaskan tetapi remaja mampu mengolah cara berfikir tidak lagi memo-tivasi seorang manusia. mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Jika ingin memotivasi seorang manusia maka perlu memahami di tingkat mana 3. Perkembangan kepribadian dan social keberadaan manusia itu dalam hirarki kebutuhan Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara dan perlu berfokus pada pemuasan kebutuhan individu berhubungan dengan dunia dan menya- pada tingkat kebutuhan itu atau di atas tingkat takan emosi secara unik, sedangkan kebutuhan itu. Pemerintah, pengusaha, dan perkembangan sosial berarti perubahan dalam manajer yang menerima teori hirarki kebutuhan hubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, Abraham Maslow akan mengelola organisasi 2001:33) perkembangan kepribadian yang penting yang dapat memuaskan kebutuhan manusia pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. (Robbins dan Coulter, 2005 : 92 — 93 ; Dessler, Yang dimaksud dengan pen-carian identitas diri 1986 : 330 - 332). Teori hirarki kebutuhan adalah proses menjadi seorang yang unik dengan Abraham Maslow mengata-kan bahwa pada diri peran yang penting dalam hidup (Erikson, dalam setiap manusia terdapat lima hi-rarki kebutuhan Papalia & Olds, 2001). yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan,

2579-3292 5 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan merupakan pusat dari perilaku individu. Safarino kebutuhan aktualisasi diri menjelaskan bahwa konsep diri adalah pemikiran seseorang tentang cirri khasnya sendiri yang me- 2.9. Konsep Diri liputi ciri-ciri fisik, jenis kelamin, kecenderun-gan tingkah laku, watak emosional dan cita-cita. Konsep diri merupakan seperangkat Calhaun mengungkapkan konsep diri adalah instru-ment pengendali mental dan karenanya pandangan diri sendiri yang melipu-ti tiga mempengar-uhi kemampuan berfikir seseorang. dimensi yakni pengetahuan tentang diri sendiri, Konsep diri ini mulai berkembang sejak masa harapan tentang diri sendiri, dan pe-nilain tentang bayi dan akan terus berkembang sejalan dengan diri sendiri (James, 1990:67). Konsep diri perkembangan individu dan melakukan berbagai merupakan gambaran mental yang diben-tuk macam penyesuaian. Dasar dari penyesuaian diri tentang dirinya mempunyai tiga sisi, yang bagi individu adalah kesadaran akan diri dan pertama, khusus tentang ide yang diambil dari lingkungannya. Kesadaran diri akan mengacu kemampuan dan kemungkinanya, boleh jadi pada gambaran tentang diri dan penila-ian pada diri sendiri, sedangkan kesadaran terhadap gambaran tentang dirinya sebagai orang yang lingkungan ini mengacu ada persepsi individu dan mempunyai tempat yang memiliki kemampuan lingkunganya, baik lingkungan sosial, fisik untuk belajar, dan mempunyai kekuatan jasmani. maupun psikologis. Gambaran pada penilaian Dengan kata lain, ia mampu mencapai ke- terhadap diri dan lingkungan ini disebut dengan berhasilan. Sisi yang kedua yaitu pengertian konsep diri. pribadi hubunganya dengan orang lain, karena Konsep diri dapat diartikan gambaran yang sangat mempengaruhi pandangan hidup men-tal seseorang terhadap dirinya sendiri. Dan tentang dirinya. Sisi yang ketiga adalah menge-nai definisi tentang konsep diri ini banyak pandangan yang sehar-usnya terhadap dirinya, ilmuwan psikologi yang menuturkan semakin kecil beda gam-baran orang tentang pendapatnya. Samuel Soeitoe dalam bukunya dirinya secara nyata dengan pandangan atau psikologi pendidikan menga-takan bahwa konsep gambaran ideal diangan-angank-an, maka akan diri adalah: serangkaian kesim-pulan yang diambil seseorang tentang dirinya sendiri baik semakin bertambah kematangan dan semakin secara langsung ataupun tidak langsung (Soei-toe, cepat tercapai keinginanya tersebut. Dengan 1982:62). demikian konsep diri adalah pandangan dan Kumpulan kesimpulan-kesimpulan yang di-ambil perasaan tentang diri sendiri yang dapat bersifat adalah berdasarkan observasi diri sendiri da-lam sosial, fisik, maupun psikologi yang diperoleh situasi yang berbeda-beda. Kesimpulan-kesimp- dari pengala-man berinteraksi dengan orang lain. ulan itu adalah uraian tentang pola tingkah Konsep diri ini me-liputi empat aspek yaitu: lakunya lakunya yang khas, uaian tersebut dapat bagaimana orang mengamati dirinya sendiri, bersifat obyektif dan orang lain dapat mempunyai bagaimana orang berfikir tentang di-rinya sendiri, gambaran yang berbeda-beda tentang diri bagaimana orang menilai dirinya sendiri, seseorang dari pan-dangan yang bersangkutan bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara terhadap dirinya sendiri. Ada juga yang untuk menyempurnakan dan mempertahankan di- mengatakan bahwa konsep diri ada-lah: persepsi rinya sendiri. keseluruhan yang dimiliki seserang mengenai dirinya sendiri (Slameto, 2003:182). William D. III. METODE PENELITIAN Brooks mendefinisikan konsep diri se-bagai

“those physical, social, psychological percep-tion Penelitian yang digunakan adalah of our selves that we have derived from experi- deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Whitney ences and our interaction with other” Jadi, dalam Nazir (2003:63), mengatakan bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita metode deskriptif ini merupakan pencarian fakta tentang diri kita sendiri. Persepsi tentang diri ini dengan interpretasi yang tepat. Selanjutnya boleh bersi-fat psikologis, sosial, dan fisik Irawan (2006:13) mengemukakan tujuan dari (Rahmad, 2007:99). Konsep diri bukan hanya penelitian deskriftif adalah “menjelaskan satu sekedar gambaran deskriptif objek secara relatif mendalam dan terfokus pada tetapijugapenilaiantentangdirikita.Jadikonsepdirii objek kajian yang terbatas (Menjawab pertanyaan ni what is). meliputiapayangkitafikirkandanapayangkitarasaka Nazir (2003:63) mengemukakan n. Peranan konsep diri bagi individu dalam peri- pendapatnya berkaitan dengan metode kuali-tatif laku tidak dapat diragukan lagi, sebab konsep diri yang bersifat deskriftif sebagi berikut: “Metode

6 2579-3292 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

deskriftif adalah suatu metode dalam me-neliti Selanjutnya dari segi citra yang ingin status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set dita-mpilkan oleh konsumen remaja saat kondisi, suatu sistem pemikiran maupun sistem nongkrong di convenience store 7-Eleven, masih peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari pene- sama seperti pem-bahasan sebelumnya, penulis litian ini adalah untuk membuat deskripsi, mem- akan membuat sebuah bagan untuk membagi buat gambaran atau lukisan secara sistematis, fak- jawaban-jawaban yang diberi-kan oleh tual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat narasumber untuk kemudian dirangkum kedalam serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”. beberapa elemen yang menjelaskan tentang Citra apa yang ingin ditampilkan oleh konsumen rem- IV. PEMBAHASAN aja saat nongkrong di convenience store 7-Eleven. Setelah jawaban-jawaban tersebut dibagi 4.1. Motif Konsumen menjadi beberapa elemen, kemudian penulis akan memasukan jawaban-jawaban yang diberikan Dari segi motif konsumen remaja oleh narasumber kedalam kategori-kategori nongkrong di convenience store 7-Eleven, masih Terdapat em-pat kriteria berdasarkan citra yang sama seperti pembahasan sebelumnya, penulis ingin ditampilkan oleh remaja itu sendiri saat akan membuat sebuah bagan untuk membagi nongkrong di Conve-nience Store 7-Eleven, yaitu jawaban-jawaban yang diberikan oleh narasumber : GDS (Gaya Di Sevel), AGS (Anak Gaul Sevel), untuk kemudian dirang-kum kedalam beberapa BS (Bocah Sevel), Camp’s. elemen yang menjelaskan tentang motif 1. GDS adalah konsumen remaja yang datang konsumen remaja nongkrong di Conve-nience ke convenience store 7-Eleven dengan Store 7-Eleven. mengharap-kan citra yang dibangun olehnya Dari hasil proses wawancara tentang agar terlihat gaya bila dipandang orang lain. motif konsumen remaja nongkrong di 2. AGS adalah konsumen remaja yang datang Convenience Store 7-Eleven dapat dielemenkan ke convenience store 7-Eleven dengan menjadi 7 elemen, yaitu mengharap-kan citra yang dibangun olehnya : sebagai tempat mejeng, untuk cari jodoh, agar terlihat Gaul dan muda. mengakses wifi gratis, tempat COD, mencari 3. BS adalah konsumen remaja yang datang ke tempat yang nya-man/enak untuk hangout, tempat con-venience store 7-Eleven dengan ngumpul dan ngo-brol dengan teman, dan juga mengharapkan citra yang dibangun olehnya sebagai penghilang bad-mood atau jenuh. Dari ulasan tentang motif konsumen agar terlihat elegan, kekinian, dan mengikuti muncul empat kriteria, berdasarkan motif remaja perkembangan jaman. itu sendiri untuk nongkrong di di Convenience Camp’s adalah konsumen remaja yang datang ke Store 7-Eleven , yaitu: mafia wifi, mafia S.A convenience store 7-Eleven dengan berbagai citra (Seating Area), mafia sevel, mafia camp’s, mafia campuran yang ingin dibangun olehnya. Bi- itu sendiri adalah istilah yang penulis buat dari asanya mereka ini lebih mudah untuk berpindah singkatan manusia motif. ke kategori lain . Karena mereka tidak memiliki kotivasi yang kuat. 1. Mafia Wifi adalah konsumen remaja yang

datang ke convenience store 7-Eleven dengan 4.3. Keinginan Konsumen Remaja Nongkrong motif untuk mencari akses Free Wifi. di Convenience Store 7-Eleven 2. Mafia S.A adalah konsumen remaja yang datang ke Convenience Store 7-Eleven Dari segi keinginan remaja pada dengan motif un-tuk Cari jodoh, Tempat Convenience Store 7-Eleven, masih sama seperti mejeng, COD, dan Ngo-brol dengan teman. 3. Mafia Sevel adalah konsumen remaja yang pembahasan sebe-lumnya, penulis akan membuat da-tang ke Convenience Store 7-Eleven sebuah bagan untuk membagi jawaban-jawaban dengan motif untuk mencari tempat yang yang diberikan oleh nara-sumber untuk kemudian nyaman untuk hang-out, dan Menghilangkan dirangkum kedalam bebera-pa elemen yang jenuh. menjelaskan tentang keinginan rem-aja pada 4. Mafia Camp’s adalah konsumen remaja yang convenience store 7-Eleven, sebagai berikut: da-tang ke convenience store 7-Eleven mereka berharap adanya taman bermain untuk dengan berba-gai motif campuran. anak, meja dan bangku agar lebih diperbanyak lagi, harga yang lebih terjangkau untuk produk- 4.2. Citra Konsumen Remaja Nongkrong di produk yang di-jual, kebersihan tempat yang Con-venience Store 7-Eleven lebih terjaga, akses un-tuk menggunakan wifi/internet dipercepat dan mudah, penataan seating area yang lebih rapih, pengadaan

2579-3292 7 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

stopkontak yang diperbanyak lagi untuk charge Kedua, kebutuhan keamanan (safety HP/ laptop, parkir gratis, bangunan yang needs). Kebutuhan keamanan (safety needs) diperluas, seat-ing area yang dibuat lebih nyaman terdiri dari (1) kebutuhan keamanan (security) (2) lagi, tidak menjual minuman keras, adanya kebutuhan per-lindungan (protection) dari security yang standby, diada-kannya event nonton gangguan fisik (3) kebu-tuhan perlindungan bareng untuk acara-acara ter-tentu, pengadaan TV (protection) dari gangguan emosi di seating area, pelayanan yang lebih (4) kebutuhan kepastian terus terpenuhi ditingkatkan, cabang yang diperbanyak agar kebutuhan fisiologis. Kebutuhan inipun masih akses mudah ditemui dimana saja, kapasitas berlaku, karena adanya responden yang seating area diperbesar, pengadaan mushola, dan menginginkan adanya pihak keamanan yang siaga 24 jam pada saat mereka nong-krong di pengadaan toilet bersih. Dari ulasan tentang keinginan konsumen convenience store 7-Eleven, agar keamanan serta berdasarkan keinginan yang konsumen mereka lebih terjamin. remaja harap-kan pada convenience store 7- Ketiga, kebutuhan sosial (social needs). Eleven , yaitu : An-get (Anak Gadget Banget), Ke-butuhan sosial (social needs) terdiri dari kebutuhan kasih sayang (affection), kebutuhan Roompies, Cozylic, The Camp’s. 1. Anget adalah konsumen remaja yang datang menjadi bagian dari kelompoknya ke Convenience Store 7-Eleven dengan (belongingness), kebutuhan diter-ima oleh teman- teman (acceptance), dan kebutuhan persahabatan keinginan Akses Wifi dipercepat, Stopkontak (friendship). Hal inipun masih berlaku, karena diperbanyak, Pelayanan lebih ditingkatkan, responden biasanya nongkrong di convenience Cabang diperban-yak, Harga yang lebih store 7-Eleven bersama dengan teman-temannya, terjangkau, dan Parkir gratis. baik teman sekolah, kuliah ataupun kerja. Mereka 2. Roompies adalah konsumen remaja yang berala-san nongkrong di convenience store 7- datang ke Convenience Store 7-Eleven Eleven salah satunya yaitu sebagai tempat dengan keinginan Kapasitas seating area kumpul dengan teman atau pacar. diperbesar, Ditambah TV, Diadakan event Keempat, kebutuhan harga diri (esteem nobar, Dibuat taman bermain anak, needs). Ada dua kebutuhan harga diri (esteem Mejadanbangkudiperbanyak,Tempatlebihbers needs) yaitu kebutuhan harga diri internal ih, Seating area lebih rapih, dan bangunan (internal esteem needs) dan kebutuhan harga diri eksternal (external esteem needs). Kebutuhan diperluas. 3. Cozylic adalah konsumen remaja yang harga diri internal (inter-nal esteem needs) terdiri dari (1) kebutuhan peng-hargaan diri (self- datang ke Convenience Store 7-Eleven respect) (2) kebutuhan otonomi dengan keingi-nan Tempat dibuat lebih (3) kebutuhan pencapaian prestasi (achievement) nyaman, Tidak menjual Miras, Security (4) kebutuhan ilmu pengetahuan (science) (5) stanby, Mushola, dan Toilet bersih. kebutuhan agama (6) kebutuhan percaya diri. 4. The Camp’s adalah konsumen remaja Kebutuhan harga diri eksternal (external esteem yang datang ke Convenience Store 7-Eleven needs) atau kebutuhan reputasi terdiri dari (1) dengan berbagai keinginan campuran. kebutuhan status (2) kebutu-han pengakuan

(diorangkan). (3) kebutuhan perhatian

Dalam penelitian ini menggunakan teori Hirar-ki kebutuhan penghormatan dari orang lain. Kebu- kebutuhan untuk membahas. Pertama, kebu-tuhan tuhan inipun masih berlaku, terbukti dari jawaban fisiologis (physiological needs). Kebutu-han yang diberikan oleh responden tentang citra apa fisiologis terdiri dari (1) kebutuhaan makan yang ingin mereka buat saat berada di kebutuhan minum (2) kebutuhan pakaian (3) convenience store 7-Eleven, mereka butuh untuk kebutuhan perumahan (4) kebutuhan berkeluarga diakui agar terlihat el-egan, muda, gaul, kekinian, (5) kebutuhan istirahat (6) kebutuhan kesehatan mengikuti perkembangan jaman, dan juga gaya. (7) ke-butuhan rekreasi (8) kebutuhan olah raga, Kelima, kebutuhan aktualisasi diri yang terdiri dari (1) kebutuhan pertumbuhan (growth) (2) kebutuhan ini masih berlaku pada saat ini, kebutuhan pencapaian potensi seseorang terbukti dari proses wawancara yang peneliti (achieving one's poten-tial) (3) kebutuhan lakukan, responden be-ralasan saat mereka pemenuhan diri sendiri (self-ful-fillment) (4) nongkrong di convenience store 7-Eleven mereka kebutuhan dorongan untuk menjadi apa yang dia datang untuk memenuhi kebutuhan akan makan, mampu capai. Kebutuhan ini juga masih ada minum, istirahat dan juga rekreasi untuk pelepas dengan adanya kebutuhan pertumbahan, apalagi penat dan jenuh. yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah para remaja yang masih dalam masa

8 2579-3292 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

peralihan diantara pe-riode anak – anak dan nongkrong di convenience store 7-Eleven, alasan dewasa. mereka datang lebih untuk menikma-ti fasilitas Namun yang menarik dari wawancara gratis yang disediakan disana, khususnya wifi yang peneliti lakukan adalah adanya kebutuhan dengan menggunakan gadget yang mereka bawa baru yang tercipta saat ini sebagai pengembangan seperti smartphone atau laptop. dari teori hi-erarki kebutuhan, yaitu kebutuhan Consumer insight utama dari kategori akan internet. Kar-ena seiring dengan sevel-gadget yaitu mereka menginginkan Akses perkembangan teknologi yang pesat, kebutuhan wifi yang cepat dan mudah, juga memperbanyak akan internet pun tak terhindarkan. Banyaknya jumlah stop-kontak yang ada saat ini untuk fasilitas yang dapat digunakan menjadi-kan alasan charge batrei gadget yang mereka gunakan mengapa Internet sangat dibutuhkan di tengah apabila baterai sudah hampir habis. Selain dua hal kaum masyarakat. Dari anak-anak sampai orang tersebut, kategori sevelgadget juga menginginkan dewasa semuanya sudah mengenal internet dan sebuah pelayanan yang lebih dit-ingkatkan, sudah tahu bagaimana menjalankannya. Tidak diperbanyaknya cabang convenience store 7- perlu kaya atau miskin semuanya dapat Eleven, menjual produk-produk dengan harga menggunakan in-ternet dengan adanya hotspot yang lebih terjangkau baik makanan dan yang tersebar di segala penjuru daerah. Tak heran minuman, juga parkir gratis. internet dari sebelumnya merupakan kebutuhan 2. Sevelita, adalah para konsumen remaja yang sekunder atau kebutuhan tam-bahan dalam artian non-gkrong di convenience store 7-Eleven untuk masih bisa hidup walaupun tidak ada internet. sekedar bertemu, berkumpul, ngobrol dengan Akan tetapi, sekarang internet telah men-jadi teman-teman-nya dan interaksi sosial lainnya. kebutuhan primer seiring dengan jalannya waktu Istilah ini penulis gunakan dari kata 7-Eleven di mana hampir setiap hari masyarakat (Sevel) dan sosialita, ini adalah kategori kedua mengguna-kan internet. Khususnya para yang peneliti buat untuk kon-sumen remaja yang konsumen remaja yang mengakses internet nongkrong di convenience store 7-Eleven, alasan dengan fasilitas free wifi di seat-ing area mereka datang lebih untuk berkum-pul dan convenience store 7-Eleven. menghabiskan waktu untuk ngobrol dengan Manusia di zaman modern ini banyak teman-temannya atau pacar. Para Sevelita ber-gantung pada teknologi sehingga berpengaruh menghabis-kan sebagian banyak dari waktunya pada kehidupan sosialnya. Dengan anggapan untuk menghibur diri sekaligus mendapatkan teknologi da-pat mempermudah dan hiburan untuk melepas-kan penat/badmood. mempercepat langkah dalam beraktivitas Namun terkadang ada juga para sevelita yang membuat manusia menjadi malas untuk menghabiskan waktunya hanya untuk sekedar berinteraksi langsung dengan individu lain. mejeng, untuk mencari jodoh dan juga tem-pat Internet menyimpan banyak data dan COD (janjian bertemu penjual dan pembeli untuk infor-masi yang bermanfaat bagi manusia, semua bertransaksi). hal yang ada di dunia ini bisa disajikan secara Consumer insight utama dari kategori audio maupun visual di internet, akibatnya evelita yaitu mereka menginginkan kapasitas dari seseorang tidak perlu lagi merasa tidak percaya seating area agar lebih diperbesar, meja dan diri ataupun merasa terbe-lakang karena tidak bangku diper-banyak, tempat untuk seating area tahu suatu informasi. Ia bisa saja langsung yang lebih bersih, lebih rapih, juga bangunan ‘bertanya’ pada internet. Hal ini membuat convenience store 7-Elev-en yang diperluas. seorang individu merasa tidak butuh orang lain, Selain hal-hal tersebut, kategori sevelita juga seke-dar bertanya ataupun basa-basi, karena menginginkan sebuah fasilitasbaru den-gan semua yang diperlukannya dimiliki oleh internet. penambahan TV di seating area, lalu diadakan Ada juga hal yang menarik dan dapat dijadi-kan event nonton bareng untuk event-event tertentu, garis besar dari bahasan ini. Terungkapnya, kat- dan juga dibuat taman bermain untuk anak. egorisasi remaja yang berada di convenience store Sevelholic, adalah para konsumen remaja yang 7 eleven yakni sevelgadget, sevelita, sevelholic nongkrong di convenience store 7-Eleven tidak dan sevelmix. hanya untuk mencari tempat yang nyaman untuk 1. Sevelgadget, adalah para konsumen remaja ber-kumpul, tapi juga untuk mencoba berbagai yang nongkrong di convenience store 7-Eleven produk varian makanan dan minuman yang dengan membawa gadgetnya untuk mengakses diperjualbelikan di convenience store 7-Eleven fasilitas yang ada di convenience store 7-Eleven. dan juga sangat nyan-du dengan segala hal yang Istilah ini penulis gunakan dari kata 7-Eleven berhubungan dengan con-venience store 7-Eleven (Sevel) dan gadget, ini adalah kategori pertama dan sekaligus melepas penat. Termasuk dalam yang penulis buat untuk kon-sumen remaja yang kategori sevelholic adalah para kon-sumen remaja

2579-3292 9 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

yang sanggat nyandu dengan produk-produk yang ringan, saling curhat, membicarakan trend dijualbelikan di convenience store 7-Eleven dan terbaru, sharing ide-ide, tukar menukar info dan intensitas nongkrong yang lebih banyak dan juga pengalaman, bahkan bergosip membicarakan lama di convenience store 7-Eleven. seseorang yang berada diluar forum tersebut. Consumer insight utama dari kategori Namun juga tidak menutup kemungkinan sevel-holic yaitu mereka menginginkan sebuah kegiatan ini juga memiliki topik-topik seating area yang dibuat lebih nyaman. Selain hal pembicaraan yang tergolong ‘berat’, memasuki tersebut, kate-gori sevelholic juga menginginkan ranah politik, bis-nis, ekonomi, hingga agama. adanya sebuah se-curity yang standby 24 jam untuk menjaga keamanan mereka saat berada V. PENUTUP lama-lama di convenience store 7-Eleven, mushola untuk tempat melaksanakan iba-dah, dan penelitian ini menemukan empat kategori juga kamar mandi yag dijaga kebersihan-nya. konsumen remaja yang nongkrong di convenience Selain itu juga para sevelholic menginginkan agar store 7-Eleven, yaitu : Sevelgadget, Sevelita, pihak convenience store 7-Eleven tidak menjual Sevel-holic dan Sevelmix, dimana kategori- produk-produk minuman keras, karena banyak kategori terse-but mewakili dari anak-anak remaja dian-tara konsumen convenience store 7-Eleven yang senang untuk nongkrong di seating area adalah para remaja yang masih labil, sehingga Convenience store 7-Eleven. dalam penelitian ini ditakutkan apabila pihak convenience store 7- pula ditemukan kebu-tuhan lain diluar lima Eleven menjual minuman keras akan kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. sebagai pengembangan teori tersebut, yaitu 4. Sevelmix, yaitu campuran antara kategori kebutuhan akan internet. Tidak dapat dipung-kiri Sevel-gadget, sevelita dan juga sevelholic. bahwa internet sudah menjadi kebutuhan bagi Sevelmix adalah gabungan dari kategori sebagian masyarakat, khususnya anak-anak sebeliumnya. Kategori keem-pat ini dibuat untuk remaja di kota-kota besar. Karena rata-rata para konsumen remaja conve-nience store 7- konsumen remaja di kota-kota besar Eleven yang memiliki aktivitas lebih dari satu menggunakan internet dalam banyak kegiatan kategori yang dibuat. Alasan mereka datang ke dikesehariannya, seperti pada saat mereka convenience store 7-Eleven selain untuk mencari bekerja, berbisnis, belajar atau bahkan hanya akses wifi gratis, mereka juga ingin ngobrol untuk bersosialisasi dengan kawan-kawan di dengan teman-temannya sambil menikmati dunia maya. produk-produk yang diperjualbelikan di convenience store 7-Eleven. Consumer insight dari kategori ini pun merupakan campuran dari DAFTAR PUSTAKA ketiga kategori sebelumnya yaitu sevelgadget, sevelita dan sevelholic, dalam kategori sevelmix Ahmad, Raditia Zafir. 2012. Analisis Pengaruh konsumen remaja berharap, meja dan bang-ku Kual-itas Pelayanan Terhadap Kepuasan agar lebih diperbanyak lagi, harga yang lebih ter- Pelanggan Dan Dampaknya Pada Word Of jangkau untuk produk-produk yang dijual, Mouth (Studi Kasus: PT. Modern Putra kebersihan tempat yang lebih terjaga, akses untuk Indonesia 7-Eleven Senayan). (5 Juli 2012) menggunakan wifi/internet dipercepat dan mudah, A. M, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi penataan seating area yang lebih rapih, pengadaan Bela-jar Mengajar. Jakarta. Rajawali Press. stopkontak yang diperbanyak lagi untuk charge Andriyati. 2013. Loyalitas Pelanggan HP/laptop, parkir gra-tis, seating area yang dibuat Convenience Store 7-Eleven di Jakarta. lebih nyaman lagi, tidak menjual minuman keras, Yogyakarta: Universi-tas Gadjah Mada. (5 adanya security yang stand-by, diadakannya event Juli 2012) nonton bareng untuk acara-acara tertentu, Aristianto, Hengki. 2011. Faktor-Faktor Yang pengadaan TV di seating area, cabang yang Mem-pengaruhi Remaja Pada Pembelian diperbanyak agar akses mudah ditemui dimana Produk Ra-mah Lingkungan. Jogjakarta : saja, kapasitas seating area diperbesar, pengadaan UAJY. (20 Desem-ber 2013) Assael. 1998. Pemasaran. Edisi Kedua. Alih mushola, dan pengadaan toilet bersih. Bahasa Tjiptono. Jakarta. Salemba Momen nongkrong memang biasanya Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian dilakukan oleh dua orang atau lebih, atau sekadar Sosial. Surabaya . Universitas Airlangga mengisi kegiatan dengan kumpul-kumpul antar ------, Burhan. 2003. Analisa Data Penelitian teman di kala senggang. Di ajang nongkrong, Kualitatif. Jakarta. Rajawali Pers topik pembi-caraan berkisar pada obrolan-obrolan Burn, R.B. 1993. Konsep Diri, Teori Pengukuran,

10 2579-3292 Jurnal Komunikasi, Volume VII Nomor 2, September 2016

Perkembangan, dan Perilaku, alih bahasa: Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran, Eddy. Jakarta. Arcan (edi-si millennium, jilid 1 & 2). Jakarta ; Chaulanissa, Cyndia. 2011. Analisis Faktor- Prentice Hall. Faktor Yang Memengaruhi Keputusan Miller, Katherine.2005. Communications Pembelian Pada Convenience Store 7 Theories: Perspective, Processes, and Eleven. (5 Juli 2012) Contexts. Second Editio. Singapore: Mc Chernev, Alexander. 2007. Ryan Hamilton and Graw Hill. Jiewen Hong. Perceptual Focus Effects in Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Kualitatif. Choice. Jour-nal of Consumer Research. (20 Ban-dung. PT. Remaja Rosdakarya. Mukhtar. (2003). Konsep Diri Remaja Menuju Desember 2013) Rema-ja Pribadi. Jakarta: PT. Rakasta Dimyati, Mohammad. 2000. Penelitian Kualitatif: Samasta Paradigma, Epistemologi. Pendekatan, Metode, dan Terapan. Malang. IPTI dan Neuman, Lawrence W. 2000. Social Research Meth-ods. London : Allyn and Bacon. UNM Djajasudarman, T. Fatimah. 2006. Metode Papalia, D.E, Olds, S. W., & Feldman, D. 2001. Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Hu-man development (8th ed). Boston. McGraw-Hill Kajian. Band-ung. PT. Eresco. Elizabeth B, Hurlock. 2008. Perkembangan Anak Sarwiji dan Hermaya. Jakarta. PT Indeks Kel-ompok Gramedia. Jilid 2. Jakarta. Erlangga. Erwin, Kim. 2011. Consumer Insight Maps: Te Rahmad, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Map as Story Platform in the Design Bandung: Remaja Rosda Karya. Process. Parsons Journal For Information Robbins, Stephen P dan Coulter, Mary. 2005. Mapping And Parsons Institute For Mana-jemen, Edisi ketujuh, Jilid 2. Information Mapping. (20 Desem-ber 2013) Terjemahan Guba, Egon. G, 1990. The Paradigm Dialog. Santrock, J. W. 2001. Adolescence (8th ed). North Sage Books. New York : America. McGraw-Hill. Gunawan, Adi W. 2007. Genius Learning trategy. Schut, Russel K. 2006. Investigating The Social Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. World-Process and Practice Of Research. Nugroho, Sarlinto Adi. 2009. Memahami Cali-fornia. Sage Publication. Consumer Insight Audiens Potensial Harian Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Sindo Jateng-DIY. Semarang. (20 Desember Mempengaruhinya. Jakarta. Rieneka Cipta. 2013) Soeitoe, Samuel. 1982. Psikologi Pendidikan. James, Calhaun. 1990. Psikologi tentang Jakar-ta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Penyesua-ian dan Hubungan Willis, S. S. 1994. Problem Remaja dan Kemanusiaan, penerjemah: Satmoko. Pemecahan-nya. Bandung. Angkasa. Semarang: IKIP Semarang Vibizmanagement research. 2011. Kunci James F. Engel, Roger d.Blackwell, Paul Keberhasi-lan Pasar gerai 7-Eleven di W.Miniard.1995. Perilaku Konsumen. Jakarta. (5 Juli 2012) Edisi enam jilid 2. Jakarta. Binarupa Angkasa.

2579-3292 11