Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I B E N G K A L I S, Menimbang : a. bahwa dalam usaha meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna perlu penataan kembali Pembentukan Organisasi Kecamatan ; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas penataan pembentukan Organisasi Kecamatan perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25) ; 2. Undang - undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok - pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890) ; 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1995 tentang Pembentukan 13 (tiga belas) Kecamatan di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu dan Kampar dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 56) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 165) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 193) ; 8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70) ; Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BENGKALIS M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Bengkalis; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bengkalis; c. Kepala Daerah adalah Bupati Bengkalis ; d. Kecamatan adalah Wilayah Kerja Camat sebagai Perangkat Daerah; e. Camat adalah Kepala Kecamatan; f Kelompok Jabatan Fungsional adalah Pegawai Negeri Sipil pada Kecamatan yang diberi hak dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. - 2 - BAB II PEMBENTUKAN, BATAS WILAYAH DAN IBUKOTA KECAMATAN Pasal 2 (1) Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Kecamatan yaitu : 1. Kecamatan Rupat Utara. 2. Kecamatan Tebing Tinggi Barat. 3. Kecamatan Rangsang Barat. (2) Dengan dibentuknya Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka wilayah administratif Kabupaten Bengkalis menjadi 11 (sebelas) Kecamatan, yaitu : 1. Kecamatan Bengkalis 2. Kecamatan Bantan 3. Kecamatan Bukit Batu 4. Kecamatan Mandau 5. Kecamatan Merbau 6. Kecamatan Rupat 7. Kecamatan Tebing Tinggi 8. Kecamatan Rangsang 9. Kecamatan Rupat Utara 10. Kecamatan Tebing Tinggi Barat 11. Kecamatan Rangsang Barat Pasal 3 Kecamatan Rupat Utara berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Rupat, yang terdiri atas : 1. Desa Tanjung Medang. 2. Desa Teluk Rhu. 3. Desa Tanjung Punak. 4. Desa Kadur. 5. Desa Titi Akar. Pasal 4 Kecamatan Tebing Tinggi Barat berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Tebing Tinggi, yang terdiri atas : 1. Desa Alai. 2. Desa Tenan. 3. Desa Insit. 4. Desa Tanjung. 5. Desa Tanjung Peranap. - 3 - Pasal 5 Kecamatan Rangsang Barat berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Rangsang yang terdiri atas : 1. Desa Segomeng. 2. Desa Bantar. 3. Desa Anak Setatah. 4. Desa Sungai Cina. 5. Desa Lemang. 6. Desa Bokor. 7. Desa Melai. 8. Desa Kedabu Rapat. 9. Desa Kayu Ara. 10. Desa Sonde. Pasal 6 (1) Kecamatan Rupat Utara mempunyai batas wilayah : 1. Sebelah Utara dengan Selat Malaka. 2. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Rupat. 3. Sebelah Timur dengan Selat Malaka. 4. Sebelah Barat dengan Selat Malaka. (2) Kecamatan Tebing Tinggi Barat mempunyai batas wilayah : 1. Sebelah Utara dengan Selat Air Hitam dan Kecamatan Merbau. 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Siak. 3. Sebelah Timur dengan Kecamatan Tebing Tinggi. 4. Sebelah Barat dengan Kecamatan Merbau dan Kabupaten Siak. (3) Kecamatan Rangsang Barat mempunyai batas wilayah : 1. Sebelah Utara dengan Selat Malaka. 2. Sebelah Selatan dengan Selat Air Hitam. 3. Sebelah Timur dengan Kecamatan Rangsang. 4. Sebelah Barat dengan Kecamatan Merbau. (1) Ibukota Kecamatan Rupat Utara berkedudukan di Tanjung Medang. (2) Ibukota Kecamatan Tebing Tinggi Barat berkedudukan di Alai. (3) Ibukota Kecamatan Rangsang Barat berkedudukan di Segomeng. Pasal 8 (1) Dengan dibentuknya Kecamatan Rupat Utara sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, wilayah Kecamatan Rupat dikurangi dengan wilayah Kecamatan Rupat Utara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan Daerah ini. (2) Dengan dibentuknya Kecamatan Tebing Tinggi Barat sebagaimana - 4 - dimaksud pada Pasal 2, wilayah Kecamatan Tebing Tinggi dikurangi dengan wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Barat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Peraturan Daerah ini. (3) Dengan dibentuknya Kecamatan Rangsang Barat sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, wilayah Kecamatan Rangsang dikurangi dengan wilayah Kecamatan Rangsang Barat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Daerah ini. (4) Setelah Perda disyahkan Pemda Menetapkan tapal batas Wilayah Kecamatan dan Desa. BAB III KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI Pasal 9 Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Pasal 10 Camat mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan Pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan. Pasal 11 Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 10, Camat mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Kepala Daerah. b. Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan umum, kependudukan dan pembinaan keagrariaan serta pembinaan politik dalam negeri. c. Pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah. d. Pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan sosial budaya dan lingkungan hidup. BAB IV SUSUNAN ORGANISASI Pasal 12 (1) Susunan Organisasi Kecamatan terdiri dari : a. Camat ; b. Sekretaris Kecamatan ; - 5 - c. Seksi Pemerintahan ; d. Seksi Ketentraman dan Ketertiban ; e. Seksi Pembangunan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial dan Budaya; f. Seksi Pelayanan ; g. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Bagan Susunan Organisasi Kecamatan sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan Daerah ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan. SEKRETARIS KECAMATAN Pasal 13 Sekretaris Kecamatan mempunyai tugas melakukan pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan administratif kepada seluruh satuan organisasi Kecamatan. Pasal 14 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada Pasal 13, Sekretaris Kecamatan mempunyai fungsi : a. penyusunan rencana, pengendalian dan mengevaluasi pelaksanaannya; b. penyelenggaraan administrasi keuangan ; c. pengelolaan urusan umum meliputi, ketatausahaan, administrasi kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga. SEKSI PEMERINTAHAN Pasal 15 Seksi Pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan umum, kependudukan, pembinaan pemerintahan Desa/ Kelurahan, pembinaan keagrariaan dan pembinaan wilayah kecamatan. Pasal 16 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada Pasal 16, Seksi Pemerintahan mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan urusan pemerintahan umum, kependudukan dan pembinaan Desa / Kelurahan; b. penyelenggaraan pembinaan keagrariaan; c. penyelenggaraan pembinaan politik dalam negeri. - 6 - SEKSI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN Pasal 17 Seksi Ketentraman dan Ketertiban mempunyai tugas melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah serta membantu pelaksanaan pembinaan polisi pamong praja. Pasal 18 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada Pasal 19, Seksi Ketentraman dan Ketertiban mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum; b. penyelenggaraan pembinaan polisi pamong praja. SEKSI PEMBANGUNAN MASYARAKAT, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN BUDAYA Pasal 19 Seksi Pembangunan Masyarakat , Kesejahteraan Sosial dan Budaya mempunyai tugas melakukan pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi serta mengkoordinasikan program pembinaan kesejahteraan sosial dan lingkungan hidup. Pasal 20 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada Pasal 22, Seksi Pembangunan Masyarakat , Kesejahteraan Sosial dan Budaya mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan pembinaan perekonomian masyarakat, produksi dan distribusi; b. pelaksanaan pembinaan lingkungan hidup; c. pelaksanaan pembinaan pelayanan dan bantuan sosial, pembinaan kepemudaan, peranan wanita dan oleh raga; d. penyelenggaraan pembinaan kehidupan keagamaan, pendidikan, kebudayaan
Recommended publications
  • A Study on By-Catch and Discard of Filter Nets (Gombang) During West and North Season in Bengkalis Waters, Indonesia 1Alit H
    A study on by-catch and discard of filter nets (gombang) during West and North season in Bengkalis waters, Indonesia 1Alit H. Yani, 1Irwan Effendi, 1Windarti, 2Ramses, 1Nofrizal 1 Marine Science Post Graduate Study, Faculty of Fisheries and Marine Science, Riau University, Kampus Bina Widya, Km. 12.5, Simpang Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia; 2 Riau Kepulauan University, Jalan Pahlawan No. 99, Bukit Tempayan, Batu Aji, Batam, Indonesia. Corresponding author: Nofrizal, [email protected] Abstract. The purpose of the study is to evaluate the composition and proportion of the main catch, by- catch and discard of the fishing gear, particularly gombang, during the west (October-December 2018) and north (January-March 2019) seasons, in Bengkalis waters, Indonesia. A series of survey activities were conducted in the field, in order to identify and assess the species of fish caught using this fishing gear. During the West season, 33 species were identified, encompassing 6 species (18.2%) as the main catch, 24 (72.8%) as by-catch and 3 (9.1%) as discarded catch, while the North season had 37 species, characterized by 6 (16.3%), 29 (78.4%) and 2 species (5.4%) as the main, by-catch, and discarded. The variety that was mostly caught include pepay shrimp, while the average rate per unit and effort was 20,346.7±15,702.1; 19,416.0±14,021.2 shrimp for Sergetes similis, and 331.7±518.6; 101.2±362.1 for fish, respectively for the West and North season. In addition, most of the by-catch and discard were observed to be below the maturity size (first maturity), therefore indicating the non-selective nature of the fishing gear on the size and species of fish.
    [Show full text]
  • Peat Swamp Forest and Community Livelihoods Threatened by Planned
    www.eyesontheforest.or.id Peat swamp forest and community livelihoods threatened by planned natural forest clearing by PT Lestari Unggul Makmur, a pulpwood plantation company, associated to Asian Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL) and Raja Garuda Mas (RMG), in Pulau Tebing Tinggi, Riau of central Sumatra Picture 1. Banner reading refusal by community of Sungai Tohor village against planned natural forest conversion by PT Lestari Unggul Makmur, a pulpwood company. Photo by EoF, 2009. Investigative Report Eyes on the Forest September – Oktober 2009 Investigation Published in February 2010 Eyes on the Forest (EoF) is a coalition of environmental NGOs in Riau, Sumatra: Friends of the Earth Riau Office, Jikalahari "Riau Forest Rescue Network" and WWF-Indonesia, Riau Program. EoF monitors the status of the remaining natural forests in Sumatra's Province of Riau and disseminates the information worldwide. More news on Eyes on the Forest, go to: http://www.eyesontheforest.or.id Email: [email protected] www.eyesontheforest.or.id Peat swamp forest and community livelihoods threatened by planned natural forest clearing by PT Lestari Unggul Makmur, a pulpwood plantation company, associated to Asian Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL) and Raja Garuda Mas (RMG), in Pulau Tebing Tinggi, Riau of central Sumatra Eyes on the Forest February 2010 Executive Summary PT Lestari Unggul Makmur (LUM) is a pulpwood plantation company associated to Asian Pacific Resources International Holding Limited (APRIL). Investigators team of Eyes on the Forest (EoF) have found PT LUM digging canals over 10 kilometers length, 12 meter width and 5 meter depth (see pic. 1).
    [Show full text]
  • Combination of a Coastal Vulnerability Index (CVI) and Social Economic Approaches in Prioritizing the Development of Riau Coastlines, Indonesia
    MATEC Web of Conferences 276, 02006 (2019) https://doi.org/10.1051/matecconf /201927602006 ICAnCEE 2018 Combination of a Coastal Vulnerability Index (CVI) and social economic approaches in prioritizing the development of Riau Coastlines, Indonesia Ari Sandhyavitri1*, Ferry Fatnanta1, Rizki Ramadhan Husaini1, and Imam Suprayogi1 1Department of Civil Engineering, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia Abstract. The length of Riau coastlines, Indonesia were approximately 900 km long. Hence, there has been difficulty in prioritizing managing various locations of the coastline damages based on a systematic approach. The objectives of this paper are to apply the state of art in the identification of 16 major coastlines vulnerability index in Riau, and to prioritizing which coastlines should be managed in terms of 4 main aspects such as; technical aspect, economic, environmental, and strategic one. The methodology applied in this paper utilized the combination of the Coastal Vulnerability Index (CVI) and social economic approaches using a Likert’s scale of 1 (low) to 5 (very high). This study has recommended a priority in managing the coastlines in Riau was as follow; Pambang Pesisir, Bengkalis and Tanah Merah, Meranti Islands. These coastlines were calculated as the very high level of vulnerability indexes of 75.3 and 74.9 respectively. This study also simulated the use of shoreline protection structure by Genesis software utilizing a revetment construction. The results showed that the construction of revetment structure in Pambang pesisir beach may reduce the shore erosion rate from 10 m/14 year to 0 m /14 year. 1 Introduction Indonesia is the largest archipelagic country in the world consisting of 17,508 islands with a coastline of 81,000 km, and this condition appointed Indonesia coastline as the second longest coastline in the world after Canada [1].
    [Show full text]
  • Community-Based Mangrove Forest Management Action in Rangsang Region, District of Kepulauan Meranti, Riau
    MOJ Ecology & Environmental Sciences Research Article Open Access Community-based mangrove forest management action in Rangsang region, district of Kepulauan Meranti, Riau Abstract Volume 3 Issue 6 - 2018 One of the coastal ecosystems that have experienced a high level of degradation due to 1 2 its utilization pattern which tends not to pay attention to its sustainability aspects is the Abu Hanifah, Kamaruddin Eddiwan mangrove forest in Rangsang District, Meranti Islands Regency, and Riau, Indonesia. 1Environmental Agency of Kepulauan Meranti Regency, Indonesia Seeing the symptoms of mangrove forest destruction for various purposes, it is necessary 2Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau, to manage mangrove forests sustainably. To be able to carry out sustainable management Indonesia of mangrove forests, management efforts are needed ber of strategic value and right. Management of community-based marine resources is one management strategy that can Correspondence: Kamaruddin Eddiwan, Aquatic Biology improve efficiency and fairness in the utilization and management of natural resources. Laboratory. Faculty of Fisheries and Marine Affairs, Riau The research aims to identify and analyze the condition of mangrove forests, reviewing University, Binawidya Campus Jln HR Soebrantas Km 12.5 Kec. Tampan, Kota Pekanbaru, Riau, 28293, Indonesia, mangrove forest management, and the development of community-based mangrove Email forest in the district of stimuli. The approach used in this study is an analytical descriptive approach
    [Show full text]
  • Deskripsi Kabupaten Bengkalis
    DESKRIPSI KABUPATEN BENGKALIS 3.1. Geografis Daerah dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Bengkalis serta Luas Wilayah Kabupaten Bengkalis dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah dengan luas wilayah 30.646,843 Km2 dan pada awal pembentukannya, Kabupaten Bengkalis terdiri dari 19 kecamatan. Selanjutnya dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 16 tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai dan Undang - Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Ba tam, rnaka luas wilayah Kabupaten Bengkalis menyusut menjadi 11.481,77 Km2 dengan jumlah kecamatan setelah pemekaran sebanyak 8 kecamatan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 6 Tahun 2001 yang mengatur tentang pembentukan Kecamatan Rupat Utara, Kecamatan Tebing Tinggi Barat dan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 1 Tahun 2003 yang mengatur pembentukan Kecamatan Pinggir dan Kecamatan Siak Kecil, rnaka kemudian jurnlah kecamatan dalam lingkungan Kabupaten Bengkalis menjadi 13 kecamatan dengan luas masing-rnasing kecamatan sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1 berikut ini : 22 Menggagas Kebijakan Insentif Tabel 4.1 Nama dan Luas Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bengkalis Luas Wilayah Kecamatan Ibukota Km2 l.Bengkalis Bengkalis 514,00 2. Bantan Selat Baru 424,40 3. Bukit Batu i Sungai Pakning 1.128,00 4. Mandau I Duri 937,47 5. Merbau [ Teluk Belitung 1.348,91 6. Rupat I Batu Panjang 896,35 7. T ebing Tinggi I Selat Panjang 849,50 8. Rangsang ! Tanjung Samak 681,00 9. Rupat Utara Tanjung Medang 628,50 10.
    [Show full text]
  • Conference Series: Earth and Environmental Science
    IOP Conference Series: Earth and Environmental Science PAPER • OPEN ACCESS Akit’s house: identification of vernacular coastal architecture in Meranti Island To cite this article: G Faisal and R Amanati 2018 IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 126 012011 View the article online for updates and enhancements. This content was downloaded from IP address 125.162.64.24 on 02/07/2019 at 14:34 Friendly City 4 ‘From Research to Implementation For Better Sustainability’ IOP Publishing IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 126 (2018) 012011 doi:10.1088/1755-1315/126/1/012011 Akit’s house: identification of vernacular coastal architecture in Meranti Island G Faisal and R Amanati Department Architecture Universitas Riau, Pekanbaru Indonesia, 28293 Email: [email protected] Abstract. Akit people can be found on Meranti islands near east coast Sumatra. Their houses made mainly by wood construction as stilt type house. The roof of the house was made by leaves, and bark of the tree was used on house wall. Nowadays, some changes have occurred on this vernacular house. The changes are not only as responding to the environment, environment but also are affecting by way of their life. In turn, this changing becomes an interesting phenomenon, particular comparing to the house on other islands. This research has conducted in qualitative research approach to identify how the changes of the house. Field data gathered by a range of methods such as observation, story-telling, and documentation. The data are analyzed and interpreted within an iterative process to expand understanding of the house’s changing.
    [Show full text]
  • LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No
    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 72, 2020 PEMERINTAHAN. Perbatasan Negara. Provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau. Rencana Tata Ruang. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI RIAU DAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 2020, No. 72 -2- 3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI RIAU DAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1.
    [Show full text]
  • Analisis Potensi Bahaya Kebakaran Lahan Gambut Di Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau
    Nana Sudiana: Analisis Potensi Bahaya Kebakaran Lahan Gambut Di Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau ANALISIS POTENSI BAHAYA KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DI PULAU BENGKALIS, KABUPATEN BENGKALIS, PROVINSI RIAU ANALYSIS OF POTENTIAL HAZARDS OF PEATLAND FIRE IN BENGKALIS ISLAND, BENGKALIS DISTRICT, RIAU PROVINCE Nana Sudiana1 Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jl. M. H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340 email: [email protected] ABSTRACT Indonesia has the largest area of tropical peatlands in the world, between 13.5-26.5 million ha (an average of 20 million ha). Peatland in Bengkalis Regency is 800,017.67 ha (69.68% of the total area of the district plains). Forest and peatland fires are a concern of all parties nationally because they cause harm to the community. To develop efforts to mitigate forest and peatland fire disasters, it is necessary to complete data and information on areas prone to forest and land fire hazards. The results of the analysis of the potential of land and peat fire prone areas in Bengkalis Regency showed that in general the study sites had scores of potential fire hazard levels ranging from low to high. Low levels of potential fire hazards include the PBK-09 sample point in Ketam Putih Village, Bengkalis District. Moderate levels of potential fire hazards include PBK-08 sample points in Sukamaju Village, Bantan District, PBK-10 in Ketam Putih Village, Bengkalis District, PBK-11, and PBK-12 in Kelemantan Village, Bengkalis District. High levels of potential fire hazards include the PBK-01 to PBK-07 sample points located in Ketam Putih Village, Damai Village, Bengkalis District.
    [Show full text]
  • This Thesis Has Been Submitted in Fulfilment of the Requirements for a Postgraduate Degree (E.G
    This thesis has been submitted in fulfilment of the requirements for a postgraduate degree (e.g. PhD, MPhil, DClinPsychol) at the University of Edinburgh. Please note the following terms and conditions of use: This work is protected by copyright and other intellectual property rights, which are retained by the thesis author, unless otherwise stated. A copy can be downloaded for personal non-commercial research or study, without prior permission or charge. This thesis cannot be reproduced or quoted extensively from without first obtaining permission in writing from the author. The content must not be changed in any way or sold commercially in any format or medium without the formal permission of the author. When referring to this work, full bibliographic details including the author, title, awarding institution and date of the thesis must be given. At the Edge of Mangrove Forest: The Suku Asli and the Quest for Indigeneity, Ethnicity and Development Takamasa Osawa PhD in Social Anthropology University of Edinburgh 2016 Declaration Page This is to certify that this thesis has been composed by me and is completely my work. No part of this thesis has been submitted for any other degree or professional qualification. 30th January 2016 Takamasa Osawa PhD Candidate School of Social & Political Science University of Edinburgh ii Abstract This thesis explores the emergence of indigeneity among a group of post-foragers living on the eastern coast of Sumatra. In the past, despite the lack of definite ethnic boundaries and the fluidity of their identity, they were known as Utan (‘Forest’) or Orang Utan (‘Forest People’).
    [Show full text]
  • Industri Galangan Kapal Tradisional Di Bagansiapiapi
    :hwb![ t9wLY!b!b!b 5!b Y9>hd!b /^^E ìôñï-óòìó INDUSTRI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL DI BAGANSIA3IA3, Traditional Dockyard ,ndustry in Bagansiapiapi Oleh Nofrizal*, Muchtar Ahmad dan Syaifuddin 3eneliti M33E, -urusan pemanfaatan SumEerdaya 3erikanan Fakultas 3erikanan dan ,lmu Kelautan, Universitas Riau *aan_fish#yahoo.com Diterima (08 Januari 2014) dan disetujui (20 Mei 2014) ABSTRACT Base on the survey and field visiting at the industry location, the state of traditional dockyard industry in Bagansiapiapi is reported. Traditional dockyards use wood as raw materials for Euilding small Eoat of less than 5 GT for cargo or passenger as well as fishing Eoats. The location of dockyard is Euilt open on the EanN of riverine in the coastal area without any covered Euilding. Even facilities in the traditional dockyard as well as the way to the location are almost no any infrastructure to support it. The dockyard persists on the wetland environment, swampy area, and unhealthy worNing condition. The management of the dockyard is family wise as it Eelong to the one core family, Eut the Eoat craftmen mostly extent family. :hile the technology used mostly is not deliberately heritage from their ancient or otherwise from the long experiences worNing in the dockyard for many years. The main proElem of the traditional dockyard is the raw wood materials are scare so that difficul to get with high costly price, whilst capital to secure matereials stocN unavailable. The consequence, three of four traditional dockyart surveyed have already or stopping to product a new Eoat and frustrating to pace the future. The proEaEle effective idea way out of the situation is to use alterentive Eoat suEstitute material such as FR3.
    [Show full text]
  • Sediment Transport Model from Dumai River Estuary to the Rupat Strait, Riau Province, Indonesia Rifardi, Mubarak, Elizal, Ahmad Nurhuda, Fiona Aristi
    Sediment transport model from Dumai River estuary to the Rupat Strait, Riau Province, Indonesia Rifardi, Mubarak, Elizal, Ahmad Nurhuda, Fiona Aristi Department of Marine Sciences, Faculty of Fishery and Marine Sciences, Riau University, Riau, Indonesia. Corresponding author: Rifardi, [email protected] Abstract. The main purpose of this study was to describe a suspended sediment transport model from the Dumai River to the Rupat Strait, east coast of Sumatra Island, Riau Province, Indonesia. Suspended sediment samples were taken from 10 sampling points at 3 different depths (0.2, 0.6 and 0.8 m), in the Dumai River estuary, during low and high tides in August 2020. The suspended sediment transport was simulated using the Mud Transport model. The sediments from the Dumai River Estuary were distributed as far 4.24 km toward the western part of Rupat Strait during the low tide and the concentration of sediments ranged from 8 to 120 mg m-3. Conversely, during the high tide, the sediments were distributed toward the eastern part of the strait as far as 4.40 km from the estuary, with a sediment concentration range of 8 to 112 mg m-3. The sediment deposition can be recognized around Pelelangan Ikan (TPI) Port of Dumai City, which is located at the western part during the low tide. The hydrodynamic models play important role in the suspended sediment transport model in the strait. Key Words: suspended sediment, current system, hydrodynamic model, tidal currents. Introduction. The Rupat Strait is separated from the Malacca Strait by Rupat Island, located at the eastern coast of Sumatera Island, Riau Province, Indonesia.
    [Show full text]
  • Perlindungan Hukum Kopi Liberika Rangsang Meranti Sebagai Indikasi Geografis Di Kabupaten Kepulauan Meranti
    PERLINDUNGAN HUKUM KOPI LIBERIKA RANGSANG MERANTI SEBAGAI INDIKASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI Ibnu Rizal Universitas Riau, Indonesia, [email protected] Abstract The aim of this research is to find out the current form of legal protection against liberica excitatory coffee plants produced by Riau Meranti Islands Regency and to know the ideal form of ideas or concepts that are intended for protection Geographical indications of Meranti stimulated liberika coffee. The research of this paper is empirical normative research which in its research examines the implementation of existing regulations on legal provisions and factually looks at facts that occur in the community in order to achieve the intended purpose, the application of the results of this study creates an understanding of the implementation of the provisions whether it has run properly or not, whereas when viewed from the nature of this research writing is descriptive analytical because it provides a description of the situation that occurs completely and clearly systematically and studies the legal protection of liberika coffee Meranti's excitement in the Meranti Islands Regency of Riau with the location of the study was carried out in the capital city of the Meranti Islands regency in Selatpanjang, because the farming community that proposed Geographical Indication was located in Selatpanjang City, and also because of the Meranti Islands Regency government in Selatpanjang. Key Word : Protection, Implementation, Geographical Indication Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum pada saat ini terhadap tanaman kopi liberika rangsang yang dihasilkan oleh Kabupaten Kepulauan Meranti Riau dan mengetahui bentuk gagasan atau konsep ideal yang dicita-citakan bagi perlindungan Indikasi geografis kopi liberika rangsang Meranti.
    [Show full text]