<<

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Repositori Institusi Kemendikbud

Kajian Penataan Tanaman Kawasan

Study on the Vegetation Planning for Borobudur Area

Hari Setyawan dan Bambang Kasatriyanto Balai Konservasi Borobudur [email protected]

ABSTRAK

Relief cerita pada Candi Borobudur dan Candi merupakan gambaran lingkungan Jawa Kuna abad VIII–X M. Komponen lingkungan yang digambarkan pada panel dan menarik untuk dikaji, salah satunya adalah penggambaran tanaman pada relief. Tanaman merupakan salah satu elemen penting untuk menunjang kehidupan manusia pada masa lalu khususnya pada masa perkembangan Hindhu/ Buddha periode Jawa Tengah. Indentifikasi tanaman dapat dilakukan dengan pengamatan langsung. Setelah tanaman dapat diidentifikasi jenisnya maka konteks pengambaran tanaman berperan penting dalam menentukan kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh. Apabila ditarik pada masa kini, maka indentifikasi tanaman dan klasifikasi konteks penggambaran tanaman dapat bermanfaat dalam pelestarian lanskap budaya Kawasan Strategis Nasional Borobudur. Kata Kunci: relief tanaman; jawa kuno; candi borobudur; candi mendut; tanaman; kawasan borobudur.

ABSTRACT

The relief story of Borobudur and Mendut Temple is a depiction of the Old Javanese environment of the 8th-10th century CE. The environmental components depicted in the relief panels are interesting to study, one of which is the depiction of plants in relief. Plants are one of the important elements to support human life in the past, especially during the Hindu-Buddhist period of Central . Plants identification can be done by direct observation. After the plants can be identified, the context of plant propagation plays an important role in determining the environmental conditions in which the plants grow. When drawn in the present, plant identification and classification of the context of the description of plants can be useful in preserving the cultural landscape of the Borobudur National Strategic Area. Keywords: relief story; ancient java; borobudur temple; mendut temple; plants; borobudur area

PENDAHULUAN Belanda dimulai tahun 1907. Pemugaran dengan metode dan Latar Belakang peralatan modern dilakukan oleh Upaya pelestarian Candi Pemerintah bekerja sama Borobudur dimulai sejak penemuan UNESCO pada tahun 1973–1983. kembali pada tahun 1814 yang Upaya pelestarian Candi Borobudur kemudian dilanjutkan dengan dalam lingkup kawasan dilakukan pemugaran oleh Pemerintah Hindia dengan ditetapkannya Keputusan

3

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun perubahan iklim pada skala Nomor 286/M/2014 tentang Satuan mikro dan makro. Apabila dikaitkan Ruang Geografis Borobudur Sebagai dengan lanskap budaya Kawasan Kawasan Cagar Budaya Peringkat Borobudur, maka rencana penataan Nasional. Adapun untuk melakukan tanaman dapat juga dilakukan dengan perlindungan dan penataan ruang pendekatan arkeologis. Data Kawasan Cagar Budaya Borobudur, arkeologis yang dimaksud adalah Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun gambaran lingkungan alam di 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur yang dijumpai Kawasan Borobudur dan Sekitarnya, pada panel relief cerita Candi ditetapkan untuk memberikan arahan Borobudur dan Candi Mendut. dan batasan pemanfaatan ruang di Panel relief cerita yang Kawasan Strategis Nasional terpahat pada Candi Borobudur dan Borobudur. Candi Mendut adalah gambaran Penataan ruang, pengendalian lingkungan alam dan sosial budaya laju pertumbuhan permukiman dan Masyarakat Jawa Kuna pada saat infrastruktur termasuk didalamnya candi tersebut dibangun dan penataan lanskap alam dan budaya digunakan oleh pendukung merupakan salah satu upaya untuk budayanya. Seperti diketahui bahwa meningkatkan otentisitas dan panel relief cerita pada Candi integritas Candi Borobudur sebagai Borobudur dan Candi Mendut warisan budaya dunia. Salah satu adalah visualiasi dari beberapa kitab komponen penting dari lanskap alam keagamaan Buddha. Dengan dan budaya Kawasan Borobudur demikian dapat dipahami bahwa kitab adalah tanaman. Tanaman yang diacu adalah dari , namun merupakan komponen penting penggambaran adegan dan setting pendukung situs dan kawasan cagar tempat pada panel relief adalah budaya. Penataan tanaman yang baik kondisi sehari-hari di Kawasan dan terencana akan meningkatkan Borobudur. Salah satu komponen kelestarian struktur maupun lingkungan yang juga digambarkan bangunan cagar budaya di Kawasan secara jelas pada panel relief adalah Borobudur, khususnya Candi tanaman. Pada tulisan ini akan Borobudur, Candi Mendut, dan disampaikan bahwa data arkeologis Candi . mengenai tanaman dapat digunakan Penataan tanaman merupakan sebagai acuan penataan tanaman di upaya untuk meningkatkan Kawasan Borobudur. kelestarian situs dan Kawasan Cagar Kajian Penataan Tanaman Budaya Borobudur. Tanaman Kawasan Borobudur merupakan berpotensi sebagai elemen penting kajian yang akan memformulasikan yang mempunyai fungsi salah satunya Rencana Penataan Tanaman adalah mengurangi fluktuasi suhu, Kawasan Borobudur sehingga dapat kelembaban, dan gas berbahaya yang menjadi rujukan untuk dimanfaatkan akan mempercepat laju pelapukan para pengelola Kawasan Borobudur. batu struktur candi. Selain itu, Sebagai tahap permulaan, data relief penataan tanaman diharapkan candi merupakan data yang mampu mengurangi efek yang dapat digunakan untuk merekonstruksi timbul karena pencemaran udara jenis tanaman pada masa lalu di

4

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

Kawasan Borobudur. Data Kuna yang sezaman juga merupakan penggambaran tanaman pada relief data yang dapat digunakan untuk cerita, baik di Candi Borobudur analisa kontekstual dari tanaman pada maupun di Candi Mendut dalam masa Jawa Kuna. kerangka Kajian Penataan Tanaman Tahap akhir Kajian Penataan Kawasan Borobudur merupakan Tanaman Kawasan Borobudur akan salah satu petunjuk data acuan. berupa rekomendasi rencana Namun demikian, data acuan penataan tanaman dan landscaping di tersebut harus dideskripsikan dan Kawasan Borobudur. Hal ini penting diindentifikasi konteks penggambaran karena untuk menentukan lokasi tanaman tersebut secara lebih ditanamnya suatu jenis tanaman mendalam. Deskripsi juga dapat khususnya pada lingkungan situs, diperdalam dengan analisa dari data harus diketahui dan diperhatikan prasasti Jawa Kuna maupun naskah dampaknya. Tanaman yang di tanam kesusastraan yang sezaman dengan di lingkungan situs harus mempunyai pembangunan dan penggunaan Candi karakteristik yang menunjang Borobudur. pelestarian struktur candi dan Tahap selanjutnya, setelah lingkungannya. Untuk itu, perlu jenis tanaman dan konteks dipilah-pilah kembali jenis tanaman penggambarannya dapat diidentifikasi yang telah diidentifikasi pada tahap maka klasifikasi dan analisis sebelumnya. kontekstual dilakukan untuk menegaskan komponen lingkungan yang terkait didalamnya. Salah satu TINJAUAN PUSTAKA komponen lingkungan yang terkait dengan tanaman adalah gambaran Penelitian Terdahulu lahan/tempat tanaman tersebut Terkait dengan identifikasi tumbuh ataupun dibudidayakan. flora pada masa Jawa Kuna, berikut Gambaran lahan atau lanskap tempat ini adalah beberapa penelitian yang tanaman tumbuh, akan menentukan salah satu tujuan adalah melakukan fungsi penanaman suatu jenis identifikasi tanaman pada relief candi. tanaman. Setelah semua tanaman Adapun relief candi yang digunakan dapat ditentukan lanskap maupun sebagai sumber data primer adalah habitatnya maka selanjutnya adalah pada Candi Borobudur, Candi melakukan rekonstruksi kondisi , Candi , dan lingkungan Kawasan Borobudur pada Candi Mendut. Candi-candi tersebut abad VIII–X M. merupakan candi yang dibangun di Pada tahap klasifikasi dan era Kerajaan Mataram Kuna Periode analisa kontekstual data interpretasi Jawa Tengah abad VIII–X M. Selain prasasti Jawa Kuna dapat digunakan merupakan candi kerajaan yang untuk menjelaskan indikasi tempat megah, candi tersebut tentunya tumbuh tanaman beserta maknanya. memiliki penggambaran relief yang Data prasasti juga dapat digunakan naturalis, sehingga dapat dilakukan sebagai pelengkap dalam interpretasi identifikasi dan interpretasi pada jenis tanaman yang tumbuh dan setiap panelnya. dimanfaatkan pada masa Jawa Kuna. Kajian terkait identifikasi Selain itu, naskah Ramayana Jawa tanaman pada tahun 2000 dengan

5

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

judul ”Eksistensi dan Eksploitasi Borobudur. Sementara, van de Brink Sumberdaya Lingkungan Jawa Kuna, dalam artikel berjudul ”Welte Kajian Relief Candi Borobudur, Planten Vindt Men op de Mendut, dan Sojiwan” dilakukan oleh Boroboedoer Afgebeeld” mengulas Tim Balai Arkeologi . mengenai tanaman yang dikelola oleh Selain itu, walaupun tidak manusia masa lalu dari relief Candi mengidentifikasi semua Borobudur. Adapun ulasan penggambaran tanaman pada Candi mendetail mengenai jenis- Borobudur, pada tahun 2005 dan jenis/spesies tanaman yang 2006 Balai Konservasi Borobudur digambarkan pada relief Candi telah melakukan terkait dengan Borobudur ditulis oleh Steinman potensi flora. Adapun kajian pada pada tahun 1934, dengan judul ”De tahun 2005 berjudul ”Jenis dan op de Boroboedoer Afgebeelde Bentuk Pengobatan Pada Relief Plantenwereld”. Tulisan tersebut Candi Borobudur” sedangkan di dimulai dari pengamatan mengenai tahun 2006 berjudul ”Penataan relief cerita pada Candi Borobudur Tanaman Pada Zona I Untuk dan Prambanan yang kemudian Mendukung Kelestarian Candi mendeskripsikan tanaman sesuai Borobudur”. Kajian yang lebih dengan kenampakannya untuk mendetail terkait identifikasi, analisis, kemudian dikelompokkan dan interprestasi tanaman pada Candi berdasarkan spesiesnya. Prambanan dan Candi Sojiwan diselesaikan oleh penulis pada tahun Data Kesejarahan dan 2007 dengan judul ”Potensi dan Lingkungan Jawa Kuna Abad Pengelolaan Sumberdaya Alam Flora IX–X M Pada Masyarakat Jawa Kuna Abad Kerajaan Mataram Kuna IX–X M, Studi Kasus Relief Candi periode Jawa Tengah berbasis pada Prambanan dan Candi Sojiwan”. sektor pertanian. Hal ini dibuktikan Secara singkat dapat disampaikan dengan banyaknya prasasti yang bahwa kajian tersebut di atas berkaitan dengan penetapan sima merupakan kajian yang dimulai dari berupa sawah. Indikasi ini kemudian indentifikasi relief tanaman yang diperkuat dengan perpindahan pusat kemudian diinterpretasi untuk pemerintahan dari Mda ri Poh Pitu merekonstruksi lingkungan Jawa ň Kuna khususnya menyangkut (Kedu-saat ini) ke Mdaň ri Mamrati tanaman maupun budidaya tanaman. (Prambanan-saat ini) karena tanahnya Khusus mengenai studi yang subur dan cocok untuk tanaman pada relief Candi persawahan dan terletak di sekitar Borobudur telah diulas secara umum gunungapi, sehingga tanahnya oleh Cammerloher dan van de Brink mengandung unsur hara yang sangat dalam jurnal De Tropische Natuur diperlukan khususnya bagi tanaman bulan Agustus dan Oktober 1931. padi (Darmosoetopo, 2003: 37). Cammerloher dalam artikel berjudul Jabatan seperti hulu air, pejabat yang ” de Boroboedoer Den mengatur dan bertanggungjawab Natuuronderzoeker Leert” mengulas terhadap tata air pada lahan pertanian tentang jenis-jenis pohon yang (van Der Meer, 1979: 63, dalam digambarkan pada relief cerita Candi Darmosoetopo, 2003: 57) dijumpai

6

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

dalam sejumlah prasasti, antara lain Kawasan Prambanan memiliki Prasasti Jurungan (876 M), beberapa bentukan lahan, yaitu membuktikan bahwa pertanian sawah bentukan asal gunungapi, bentukan memegang peranan penting di asal struktural, bentukan Kerajaan Mataram Kuna periode denudasional, bentukan asal fluvial, Jawa Tengah. bentukan asal marin, dan bentukan Karajaan Mataram Kuna asal angin atau eolin (Mundardjito, periode Jawa Tengah agaknya 2002: 95–96). Menurut Mundardjito menitikberatkan pada sektor (2002: 95) bentuklahan seperti yang pertanian. Hal ini dibuktikan dengan disebut di atas tidak hanya didasarkan banyaknya prasasti yang berkaitan pada satu faktor geomorfologi saja, dengan penetapan sima berupa melainkan juga mempertimbangkan sawah. Indikasi ini kemudian sejumlah faktor geomorfologi secara diperkuat dengan perpindahan pusat keseluruhan dan bersama-sama. pemerintahan dari Mdaň ri Poh Pitu Faktor-faktor yang dimaksud adalah (Kedu-saat ini) ke Mdaň ri Mamrati konfigurasi permukaan bumi atau (Prambanan-saat ini) karena tanahnya topografik (morfografi), ukuran yang subur dan cocok untuk kuantitatif (morfometri); morfoproses persawahan dan terletak disekitar yang mengakibatkan perubahan gunungapi, sehingga tanahnya bentuk lahan; morfostruktur pasif; mengandung unsur hara yang sangat unsur tenaga endogen (morfostruktur diperlukan khususnya bagi tanaman aktif); tenaga eksogen padi (Darmosoetopo, 2003: 37). (morfodinamika); morfokronologi; Selain pada sektor pertanian Kerajaan dan morfoaransemen. Mataram Kuna periode Jawa Tengah juga mengandalkan penghidupannnya Relief Cerita Candi Borobudur pada sektor perdagangan. Beberapa Candi Borobudur adalah jenis barang dagangan yang disebut bangunan suci bercorak keagamaan dalam prasasti adalah ternak Buddha, sehingga tidak diragukan lagi (kambing, lembu, kerbau, itik), hasil bila Candi Borobudur merupakan pertanian (beras, garam), dan hasil suatu yang direpresentasikan kerajinan (hasil pandai besi). Di berupa tingkatan sebagai sarana antara barang dagangan yang disebut bermeditasi. Relief cerita yang adalah pakaian atau alat-alat dari dipahatkan pada dinding dan pagar tembaga, kapas, wungkudu atau langkan Candi Borobudur tak mengkudu, lga atau minyak, gula, ubahnya seperti kitab suci keagamaan wras atau beras, lawe, mayang atau yang digambarkan dalam bentuk pinang, dan bawang (Darmosoetopo, objek lingkungan kehidupan manusia 2003: 60–61). pada masa Jawa Kuna abad IX–X. Kawasan Borobudur pada Cara untuk membaca cerita relief abad IX-X M diasumsikan sebagai yang dipahatkan pada dinding salah satu pusat kerajaan Mataram maupun pagar langkan Candi Kuna periode Jawa Tengah. Wilayah Borobudur adalah dimulai dan kerajaannya yang luas meliputi, diakhiri pada pintu gerbang sisi timur seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta pada setiap tingkatannya. Hal ini dan sebagian Jawa Tengah saat ini. dapat diartikan bahwa candi menghadap ke timur meskipun pada

7

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

keempat sisinya sama. Relief simbolis lorong I, baris atas. Relief maupun relief cerita pada Candi Jataka/ menghiasi bagian Borobudur dijumpai pada bagian dinding baris bawah dan pagar kamadhatu dan rupadhatu langkan lorong I baris bawah dan atas. Panel relief cerita Candi Pada lorong diatasnya yaitu lorong II, Borobudur, kesemuanya berbentuk pada pagar langkan masih dipahatkan persegi panjang dengan ukuran yang relief cerita Jataka/Avadana, tetapi bervariasi. Panel relief yang berada pada bagian dindingnya dipahatkan pada posisi paling bawah, yaitu tingkat relief sampai dengan kamadhatu pada kaki candi adalah lorong IV. Pada lorong yang terakhir relief Karmawibhangga. Relief dari tingkat Rupadhatu, yaitu pada Karmawibhangga saat ini dapat dilihat lorong IV dihiasi oleh relief hanya pada sisi tenggara candi karena Gandavyuha, baik pada dinding sengaja dibuka. Hal ini dikarenakan maupun pada pagar langkan. Posisi, relief ini berada pada kaki candi yang jumlah, ukuran, dan tema cerita relief tertutup oleh struktur selasar dan pada Candi Borobudur dapat dilihat undag candi. di Tabel 1.

Tabel 1. Posisi, jumlah, ukuran, dan tema cerita relief pada Candi Borobudur. Ukuran Panel (m) Jumlah Tingkat Posisi Cerita Relief panjang tinggi Panel Kaki candi yang tertutup selasar 2,10 0,87 Kaki candi Karmawibhangga 160 dan undag Dinding lorong I, baris atas 1,91-2,84 0,80 a. Latitavistara 120 Dinding lorong I, baris bawah 1,91-2,84 0,80 b. jataka/avadana 120 Pagar langkan I, sisi dalam, baris Lorong I 0,84-2,56 0,63 a. jataka/avadana 372 atas Pagar langkan I, sisi dalam, baris 0,84-2,55 0,60 b. jataka/avadana 128 bawah Dinding lorong II 1,73-2,27 1,22 Gandavyuha 128 Lorong II Pagar langkan lorong II, sisi 0,50-2,04 0,60 jataka/avadana 100 dalam Dinding lorong III 1,31-3,47 1,10 Gandavyuha 88 Lorong III Pagar langkan lorong III, sisi 1,04-2,07 0,64 Gandavyuha 88 dalam Dinding lorong IV 1,26-2,72 1,05 Gandavyuha 72 Lorong IV Pagar langkan lorong IV, sisi 0,87-2,08 0,61 Gandavyuha 84 dalam Jumlah 1460 Tingkat kamadhatu Tingkat rupadhatu

Relief cerita pada tingkatan Menurut Bhikhu Aryamaitri diatasnya adalah relief Lalitavistara dalam Kendahjaya (1995: xi), Candi dan Jataka/Avadana. Relief ini Borobudur merupakan mahakarya menghiasi lorong I, yaitu pada sisi sempurna, baik dilihat dari segi dinding dan pagar langkan. Khusus estetika maupun keagamaan yang untuk relief cerita lalitavistara, relief menyampaikan ajaran Sang Buddha, ini hanya dipahatkan pada dinding yaitu Karmawibhangga, Lalitavistara

8

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

yang merupakan ajaran pelepasan Vajrasekhara-. samsara (), Jatakamala, Avadana, Gandavyuha, dan Bhadracari yang merupakan ajaran METODE Bhodisatwa (), serta ajaran yang menjelaskan Indentifikasi Tanaman garbhadhatu mandala dan bhagavat, Relief merupakan ungkapan seperti yang terdapat di dalam nyata yang dapat dilihat dari ide yang Sarvatathagata-Tattvasamgraha dan ada didalam diri seniman pembuatnya, dengan kata lain bahwa seniman (shilpin) yang akan memvisualisasikan sebuah naskah cerita dalam bentuk relief akan berpatokan kepada lingkungan alam dan manusia disekitarnya untuk mentransfer sebuah naskah cerita ke suatu bentuk seni. Dalam hal ini, ide tersebut berupa berbagai cerita yang oleh para seniman Jawa abad IX– XVI diwujudkan dalam bentuk konkret. Karena dimaksudkan sebagai penggambaran cerita, maka didalam relief terdapat susunan bentuk-bentuk tertentu oleh si seniman sedapat mungkin diusahakan mencerminkan keadaan dan peristiwa yang terjadi didalam cerita bersangkutan. Oleh karena itu didalam relief, munculnya sosok tubuh tokoh-tokoh yang disebut dalam cerita beserta bentuk-bentuk tertentu (rumah, pohon, sungai, dsb) sebagai petunjuk tentang situasi dan kondisi tempat terjadinya sebuah peristiwa adalah yang diharapkan (Kusen, 1984). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disampaikan bahwa relief sebenarnya merupakan gambaran dari lingkungan masa lalu yang

Gambar 1.Keletakan relief cerita pada diceritakan kembali melalui bentuk dinding dan pagar langkan Candi pahatan yang berdasarkan sebuah Borobudur (dok: penulis,2007). Ilustrasi karya sastra. Maka dari itu, relief irisan Candi Borobudur pada gambar tanaman yang digunakan dalam paling atas, dimodifikasi penulis dari http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur. penelitian ini adalah data dari relief Candi Borobudur dan Candi Mendut. Hal ini karena pada kedua

9

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

candi tersebut dijumpai relief cerita Cara yang dilakukan hanyalah yang diambil dari naskah kesusastraan menggunakan ciri fisik yang dominan masa lalu. Adapun pengambilan data yang dapat menjadi penanda jenisnya, relief tanaman didasarkan pada misalnya daun, batang, buah, maupun berbagai persyaratan yang seperti akar. Meskipun cara ini kurang tersebut di bawah ini: akurat, tetapi merupakan cara yang 1. Relief yang digunakan sebagai dapat dilakukan untuk data adalah relief cerita pada mengidentifikasikan jenis tanaman Candi Borobudur dan relief pada relief. Candi Mendut. Walaupun relief yang diambil 2. Merupakan relief tanaman yang sebagai data adalah relief naturalis, bergaya naturalis, bukan simbolis tetapi tanaman yang digambarkan seperti hiasan sulur-suluran, dalam relief, belum tentu sesuai kalpataru, purnakalasa, maupun dengan keadaan sesungguhnya, floral geometrical. terutama dari segi morfologi dan 3. Merupakan bagian dari relief morfometri. Sebagian besar relief cerita yang diambil dari naskah tanaman pada candi lebih kesusastraan, karena relief cerita menonjolkan anatomi daun, batang, merupakan relief yang dan buah dengan ukuran yang tidak menggambarkan sebuah aktifitas, diperhatikan. Sebagai contoh dapat perjalanan, proses, maupun suatu diamati pada relief (lihat Gambar 2), aktivitas dari satu atau beberapa bahwa penggambaran pohon kelapa, orang tokoh baik manusia atau mangga, dan durian digambarkan hewan. Diharapkan gambaran dengan tinggi yang sama dan ukuran pada relief adalah gambaran yang lebih rendah dari keadaan aslinya sesungguhnya dari suatu jenis (tanpa mempertimbangkan skala). tanaman beserta konteks penggambarannnya. 4. Menggambarkan bagian-bagian terpenting dari tanaman yang bersangkutan misalnya buah, batang, daun, maupun tulang daun atau bagian lain yang dapat Gambar 2. Relief cerita Karmawibhangga menjadi petunjuk untuk Candi Borobudur, no.39 mengidentifikasikan jenis (Sumber: Rep: van Erp)

tanaman dan konteks Untuk identifikasi jenis penggambarannya. tanaman dilakukan secara langsung Dalam melakukan identifikasi berdasarkan penanda fisik yang jenis tanaman dilakukan secara dijumpai pada penggambaran morfologis penggambarannya pada tanaman. Setelah itu, baru relief. Menurut van Steenis (2003: 12) disesuaikan dengan referensi terkait setiap tanaman mempunyai sifat jenis tanaman pada tingkat karakteristik umum yang membentuk spesies/genus/famili. Berikut ini kelompok dari divisio hingga ke adalah salah satu contoh identifikasi tingkat yang paling rendah yaitu, sub- tanaman pada relief Karmawibhangga spesies. pada kaki Candi Borobudur.

10

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

Relief Karmawibhangga membujur menjadi dua bagian. Salah nomor. 39 merupakan bagian dari satu daunnya diagambarkan cerita Karmawibhangga. Relief menggulung dengan posisi tegak tersebut menggambarkan pertunjukan diatas batang. Pada kedua jenis pohon musik yang dibawakan oleh tersebut tidak dijumpai buah. sekelompok pemusik keliling untuk Pohon dengan ciri-ciri seperti menghibur bangsawan yang duduk di pada foto 39.1 adalah pohon bodi atas singgasana bersama istrinya. (Ficus religiosus) sedangkan pada foto Pertunjukan musik tersebut BK 39.2 adalah pisang (Musa tampaknya juga disaksikan oleh warga paradisiaca) setempat. Beberapa warga desa yang menyaksikan tampak bergembira Identifikasi Konteks Penggambaran dengan menari dan bertepuk tangan. Analisis kontekstual Alat musik yang tampak diantaranya dimaksudkan untuk menghubungkan organ mulut dan sebuah kotak persegi keterkaitan antara relief dengan panjang, bergerigi yang dibunyikan artefak lainnya yang ditemukan dalam dengan pemukul berbentuk tongkat matrik atau konteks tempat relief kecil (Krom, 1927). dipahatkan. Sehingga didalam analisis kontekstual ini maka posisi relief pada bidang sangat penting karena akan menjawab fungsi penempatan relief tersebut (Puslitbang Arkenas, 2008: 108). Gambar 3. Relief cerita Karmawibhangga Pengambaran tanaman pada seri O no. 39 pada kaki Candi Borobudur relief apabila dilakukan analisis kuadran terdapat gambaran relief pohon bodi (Ficus reliegiosus) dan relief pohon kontekstual maka akan diketahui pisang (Musa paradisiaca). kondisi disekitarnya. Dengan (Sumber: Rep: van Erp) demikian juga akan dapat Relief tanaman yang diidentifikasi pada lahan apa ataupun digambarkan pada relief 39.1 pada lingkungan apa tanaman merupakan tanaman dalam bentuk tersebut dijumpai ataupun ditanam. pohon, salah satunya adalah pohon Salah satu contoh identifikasi yang besar dan rindang (gambar 3). konteks penggambaran tanaman pada Pada foto 39.1 merupakan pohon suatu bentuk lahan dapat dilihat pada dengan batang yang lurus dan relief Karmawbhangga seri O no. 123. bercabang. Daunnya lebat, Relief tersebut menggambarkan bertangkai, dengan bentuk beberapa tanaman yang berada di menyerupai jantung dan tulang daun sekitar permukiman dan dibatasi oleh yang diganbarkan dengan tegas pagar. Dengan demikian dapat membagi daun secara membujur diidentifikasi bahwa lahan yang yang menjadi dua bagian. Pada foto 39.2 ditumbuhi beberapa tanaman dan merupakan pohon dengan batang dibatasi dengan pagar merupakan yang lurus dan tidak bercabang. kebun yang dikelola oleh masyarakat Daunnya jarang, berbentuk kipas pedesaan saat itu. Kebun adalah salah tulang daunnya digambarkan dengan satu jenis lahan yang diusahakan oleh tegas membagi daun secara masyarakat Jawa Kuna, dalam prasasti disebut kbuan, kabunan, atau kubvan.

11

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

Terdapat dua asumsi mengenai PENGGAMBARAN TANAMAN definisi kebun pada masa Jawa kuna. PADA RELIEF CANDI Pertama adalah lahan untuk menanam palawija, tanaman buah, Candi Mendut herba, maupun tanaman rempah- Candi Mendut berada pada rempah yang berada dekat dengan lokasi administratif di Desa Mendut, tempat tinggal. yang kedua adalah Kecamatan Mungkid, Kabupaten kebun atau perkebunan, yaitu lahan Jawa Tengah. Candi luas yang dikelola secara besar- besaran untuk mendapatkan keuntungan dengan menanam tanaman komersial sebagai komoditas perdagangan. Definisi yang kedua dari kebun memberikan pengertian bahwa kebun adalah lahan yang ditanami berbagai tipe tanaman campuran, seperti tanaman tahunan Gambar 4.Relief kebun pada Relief Cerita (annual plant) dan tanaman ramuan Karmawibhangga seri O, no. 123, pada masak atau di samping tanaman kaki Candi Borobudur. keras berumur panjang (perennial (Sumber: Rep: van Erp) plant). Terkadang kebun lebih Mendut berada tiga kilometer sebelah diusahakan untuk satu jenis tanaman timur Candi Borobudur. Hingga perdagangan tertentu, seperti pala, tahun 1836 candi ini masih dalam lada, cengkeh, kopi, karet, tebu, dll kondisi runtuh dan tertutup oleh akar (Kartodirdjo dan Suryo, 1991: 15). dan semak-semak. Candi ini Definisi yang kedua juga dapat menghadap ke Barat dengan bentuk diidentikkan dengan istilah kbon- arsitektur klasik tua dan mempunyai ageng seperti yang disebut dalam sebuah bilik utama yang besar dengan Prasasti Kuti (840 M), yang artinya tiga buah arca Buddha dengan tinggi kebun besar atau kebun kerajaan lebih dari dua meter. (Sarkar, 1971: 84). Candi Mendut adalah candi Relief seri O, no. 123 (lihat dengan corak keagamaan Buddha Gambar 4) memberikan gambaran Mahayana yang didirikan sekitar abad kebun yang merupakan lahan yang VIII M, oleh dinasti Sailendra atau dekat dengan tempat tinggal. semasa dengan Candi Borobudur Beberapa tanaman yang ditanam di (Kempers, 1959: 37). Susunan Candi kebun adalah pisang (Musa Mendut terdiri kaki, tubuh, dan atap. paradisiaca L), gelagah (Saccharum Kaki candi dihiasi dengan ornamen- spotaneum L), pohon mangga ornamen yang dipahatkan pada (Mangifera sp), dan pohon pinang panel-panel yang berjumlah 31 buah. sirih (Areca catechu L). Salah satu Pada bilik utama Candi Mendut, jenis kebun yang diusahakan oleh dijumpai tiga buah arca Buddha. Arca masyarakat Jawa Kuna yang disebut yang menghadap ke barat adalah dalam Prasasti Watukura A (902 M) Sakyamuni dengan posisi duduk adalah tĕbuan atau kebun tebu dengan sikap tangan (Sarkar,1972). dharmacakramudra. Arca Sakyamuni melambangkan perjalanan Buddha

12

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

dalam mengajarkan ajaran duniawi di Gambar 5 adalah relief Jataka taman rusa Benares. Hal ini terlihat pada Candi Mendut. Relief tersebut pada relief dua ekor rusa dengan ternyata mempunyai kesamaan sebuah roda diantara dua dengan relief pada Candi Sojiwan rusa tersebut yang berada dibawah (Gambar 6) dari segi cerita maupun kaki arca Sakyamuni. Dua arca lainya penggambarannya. Perlu diketahui adalah Awalokiteswara bahwa Candi Sojiwan juga merupakan dan Bodhisattva Vajrapani. Candi Buddha yang akan digunakan Awalokiteswara menghadap ke sebagai sampel dalam penelitian ini. selatan dengan sikap tangan Candi Mendut mempunyai varamudra sedangkan Vajrapani penggambaran relief naturalis dengan menghadap ke Utara dengan sikap tema cerita binatang atau Tantri tangan simhakarnamudra (Moertjipto maupun Jataka (Kempers, 1959: 62). dan Prasetyo, 1993: 79–83). Relief cerita binatang adalah cerita Relief yang menarik dari yang digambarkan dalam relief Candi Mendut adalah relief cerita dengan karakter binatang sebagai Jataka yang menghiasi tubuh candi tokoh utamanya. Binatang dalam bagian bawah dekat dengan selasar. cerita ini bertingkah laku, berbuat, Releif cerita tersebut diantaranya dan bertindak sebagaimana manusia adalah relief Sumsumara Jataka. dalam masyarakat. Hal yang Sumsumara Jataka merupakan salah diceritakan adalah mengenai satu tema jataka yang menceritakan kehidupan sehari-hari dalam mengenai Bodhisattva yang menjelma masyarakat sehingga apabila binatang dalam bentuk binatang yang memberi dalam sebuah relief pada Candi pelajaran kepada manusia. Mendut diamati maka seakan-akan karakter binatang dalam relief tersebut adalah tindakan atau perbuatan manusia dalam bermasyarakat (Leach, 1949: 361). Bentuk-bentuk seperti binatang,

Gambar 5. Relief cerita Sumsumara Jataka manusia, maupun tumbuh-tumbuhan pada Candi Mendut yang digambarkan dalam relief Candi (Sumber: Penulis) Mendut sebagian besar merupakan penggambaran yang nyata atau tepat seperti gambaran pada alam sekitarnya (Sudarsono dalam Dipodjodjo, 1983: 17).

Gambar 6. Relief cerita Sumsumara Jataka pada Candi Sojiwan (Sumber: Penulis)

13

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

Relief pada Candi Mendut relief pada dinding candi. Bagian ini mendominasi bagian kaki hingga atap mempunyai relief pada sisi Utara dan candi, artinya hampir semua bagian Selatan, yakni dua panel relief Hariti dan Atavaka. Tabel 2. Jenis tanaman dan konteks penggambarannya pada relief cerita Candi Borobudur Candi Mendut. Karmawibhangga merupakan relief cerita yang menghiasi bagian No. Jenis Tanaman Konteks Tanaman paling bawah candi (kamadhatu). 1 Mangga (mangifera permukiman Relief Karmawibhangga berisi ajaran sp) hukum sebab akibat atau hukum 2 Mangga (mangifera hutan karma yang dipahatkan dalam 160 sp) panel relief. Menurut Kempers, 3 Jambu dersana pertapaan penuangan naskah Karmawibhangga (Eugenia malaccensis L) ke dalam panel relief pada Candi 4 Mangga (Mangifera permukiman Borobudur sepertinya kurang sp) lengkap, tidak seperti pada naskah 5 Mangga (mangifera permukiman aslinya, sebab hanya terdapat 23 sp) panel saja yang dapat dikembalikan 6 ketapang hutan kepada naskah aslinya. Dengan (Terminalia catappa L) demikian menurut Bernet Kempers 7 Jambu dersana pertapaan naskah Karmawibhangga yang (Eugenia dituangkan pada kaki Candi malaccensis L) Borobudur tersebut adalah naskah 8 pisang (Musa hutan ringkas saja (Kempers dan paradisiaca L) Soekmono, 1974: 29–30). 9  talas (Colocasia Permukiman sp) Pada tingkatan selanjutnya  kamboja yaitu rupadhatu, dijumpai relief cerita ( sp) Lalitvistara, Jatakamala, Jataka/Avadana, Gandavyuha, dan candi mempunyai relief baik berupa Bhadracari. Seratus dua puluh panel relief cerita maupun relief penghias relief Lalitavistara menceritakan dan pengisi bidang berupa sulur- mengenai kelahiran Sang Buddha suluran. Dalam penelitian ini relief (Pangeran Sidharta Gautama) hingga yang diambil adalah relief pada pipi mencapai pencerahan. Cerita tangga masuk candi dan beberapa Lalitavistara digambarkan pada relief pada tubuh candi. Hal ini dinding lorong pertama yang diakhiri karena relief tersebut memiliki dengan penggambaran Budha yang penggambaran relief tanaman yang menyampaikan ajarannya di Taman naturalis sehingga mampu Rusa, Benares. Relief cerita memberikan keterangan mengenai selanjutnya adalah relief tentang suatu jenis tumbuhan. ajaran-ajaran kehidupan berupa budi Pada Candi Mendut pekerti yang berlandaskan konsep pengambilan data dimulai dari pipi Buddhisme yang diajarkan oleh para tangga sebelah selatan, kemudian Dhyani Bodhisatwa. Relief tersebut dilanjutkan pada pipi tangga sebelah adalah relief Jatakamala, utara. Selanjutnya mengamati semua Jataka/Avadana, Gandavyuha, dan

14

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

Bhadracari yang merupakan cerita mengenai Dhyani Bodhisatwa , Samantabadra, dan Dhyani Bodhisatwa yang lain. Data relief tanaman pada Candi Borobudur pada kajian ini diambil dengan metode purposif sampling. Relief tanaman yang diambil adalah dari relief yang mengandung aktivitas manusia dengan setting pada suatu ruang Gambar 6. Keletakan relief karmawibhangga pada kaki candi yang masyarakat masa lalu (permukiman, tertutup struktur selasar dan undag hutan, kolam, danau, lingkungan (Sumber: Balai Konservasi Borobudur, kerajaan, taman, desa, lahan 2007) budidaya, pasar, dll). Berdasarkan hal relief yang berada pada kaki candi tersebut, dengan demikian maka yang telah tertutup oleh struktur batu relief yang akan digunakan sebagai selasar dan undag. Relief tersebut data adalah relief yang mempunyai kemudian disebut dengan relief konteks penggambaran tanaman yang Karmawibhangga. Keletakan relief berada di sekitar aktivitas manusia berada di sekeliling kaki candi dengan masa lalu. jumlah panel, 160. Setelah itu,

kemudian pada tahun 1890, kaki Relief Karmawibhangga candi yang berhias relief tersebut Pada tahun 1885, Ir. IJzerman didokumentasikan dengan yang merupakan ketua pemotretan pada tiap panelnya. Archaelogische Vereeniging secara Relief Karmawibhangga tidak sengaja menemukan kembali dipahatkan berdasarkan kitab Tabel 3. Jenis tanaman dan konteks penggambarannya pada relief cerita Karmawibhangga Candi Borobudur. No. Jenis Tanaman Konteks Tanaman 1 Ketapang (Terminalia catappa L) Permukiman, hutan 2 Keben (Baringtonia asiatica) Permukiman, hutan 3 Manggis (Garcinia mangostana) permukimanwihara 4 Teratai (Nymphaea sp) danau 5 Pisang (Musa paradisiaca) Permukiman 6 Nyamplung (Calophylum inophylum) Permukiman, wihara 7 Kamboja (Plumeria sp) permukiman 8 Keluwih (Arthocarpus comunis) permukiman 9 Jambu biji (Psidium guajava) permukiman 10 Mangga (Mangifera sp) Tempat peribadatan, hutan, permukiman 11 Pinang sirih (Areca catechu L) permukiman 12 Pohon bodi (Ficus reliegiosus) permukiman

15

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

13 Lontar (Borassus flabellifer) permukiman 14 Nangka (Artocarpus heterophyllus) permukiman 10 Biola cantik(Ficus pandurata) permukiman 11 Padi budidaya (Oryza sativa) Sawah, permukiman 12 Sukun (Arthocarpus integra) permukiman 13 Tanjung (Mimusops elengi) permukiman 14 Kelapa (Cocos nucifera L) permukiman 15 Rumput gajah (Pennisetum purpurium) hutan 16 Jambu air (Syzygium aqueum) Tempat peribadatan

Mahakarmawibhangga. Kitab ini transportasi, arsitektur bangunan, berisi tentang hubungan sebab akibat peranan wanita, senjata, payung. didalam kehidupan manusia. Setiap Informasi tersebut mengarahkan kita panel pada relief Karmawibhangga pada teknologi dan kearifan budaya selalu merupakan lukisan dari hal masyarakat Jawa Kuna terhadap tersebut. Bagian panel sebelah kanan lingkungan. merupakan sebab dan bagian kirinya adalah akibatnya. Hal tersebut dapat Relief Lalitavistara diketahui secara pasti dikarenakan Relief Lalitavistara Candi adanya inskripsi pendek berbahasa Borobudur dipahatkan pada dinding sanskerta yang merupakan panduan lorong I baris panel atas Candi bagi pemahat untuk memahat relief Borobudur. Lalitavistara pada bidang kaki candi menceritakan kehidupan Siddharta (Faizaliskandar, 1987: 3). Gautama/Sakyamuni. Dalam panel Bernet Kempers (1976) relief Lalitavistara diceritakan berpendapat bahwa relief kehidupan Sakyamuni hingga Karmawibhangga adalah gambaran mencapai pencerahan dan yang sebenarnya dari kehidupan mengajarkan dharma di Benares. sehari–hari masyarakat Jawa Kuna Cerita dimulai ketika khususnya pada abad VIII–IX. Boddhisatwa masih berada di Adegan pada panel relief tersebut kayangan yang kemudian terlahir menyimpan banyak informasi. kembali melalui rahim Maya, seorang Informasi tersebut di antaranya permisuri dari Raja Suddhodhana. mengenai flora dan fauna, lingkungan alam, bentuk pakaian dan status sosial, alat musik, alat upacara, alat Tabel 4. Jenis tanaman dan konteks penggambarannya pada relief cerita Lalitavistara Candi Borobudur. No. Jenis Tanaman Konteks Tanaman 1 Bodhi () Hutan, Istana dewa, Istana 2 keben (Baringtonia asiatica) Istana dewa, Permukiman, Istana, Hutan, Tempat peribadatan, aman 3 waru (Hibiscus tiliaceus) Istana dewa, Istana, Pertapaan, Permukiman, Hutan, sungai, aman

16

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

4 Mangga (Mangifera sp) Istana, Hutan, Istana dewa, Asrama, Pertapaan, Telaga, Sungai, Tempat peribadatan 5 Nyamplung (Calophyllum iniophyllum) Istana, Hutan, Istana dewa, taman, Sungai 6 ketapang (Terminalia catappa L) Istana, Istana dewa, Permukiman, Hutan, Pertapaan, Telaga, Sungai 7 jarak (Jatropha curcas) Permukiman, Taman, Hutan 8 pinang (Areca cathechu) Istana 9 Jambu (Psidium guajava) Istana, Taman, hutan 10 Kelapa (Cocos nucifera) permukiman 11 Asam Jawa (Tamarindus indica) taman 12 Nagasari (Mesua ferrea) Istana, hutan 13 Lontar (Borassus flabellifer) Istana, Taman 14 Durian (Durio zibethinus) Istana 15 Nangka (Arthocarpus heterophylus) Taman, Istana, Pertapaan, Hutan 16 Pisang (Musa paradisiaca) Hutan, Tempat peribadatan 17 sukun (Artocarpus integra) Hutan 18 kamboja (Plumeria sp) Hutan 19 teratai (Nymphaea sp) Telaga 20 rumput gajah (Pennisetum purpurium) Hutan, sungai, taman

teridentifikasi pada relief Jenis Tanaman pada Prasasti dan Karmawibhangga dan Lalitavistara Naskah Kesusastraan dapat dibuktikan menggunakan data Informasi mengenai tanaman yang dukung parasasti Jawa Kuna abad IX– terdapat pada masa Jawa Kuna di X M, maupun naskah kesusastraan. Kawasan Borobudur, selain diperoleh Tanaman yang teridentifikasi dari dari relief, juga diperoleh dari sumber prasasti ataupun naskah kesusastraan, tertulis berupa prasasti dan naskah juga dapat digunakan pada kajian ini kesusastraan. Data prasasti yang untuk mengetahui jenis tanaman digunakan dalam penelitian ini adalah secara lebih lengkap apabila tanaman prasasti dari masa Mataram Kuna tersebut tidak digambarkan pada periode Jawa Tengah abad IX-X M, relief. Berikut ini adalah jenis dengan asumsi bahwa Kawasan tanaman yang dijumpai pada prasasti Borobudur adalah wilayah Kerajaan Jawa Kuna. Mataram Kuna. Jenis tanaman yang

Tabel 5. Daftar jenis tanaman pada masa Jawa Kuna dari sumber prasasti Jawa Kuna abad IX-X M (Setyawan, 2007). No Jenis Tanaman Keterangan Nama Spesies Dalam Prasasti 1 asam pañjang Asem Jawa. Tamarindus indica L

2 bavang  Bawang  Allium cepa L bawang  Jenis mangga  Mangifera foetida Loer 3 bras, garas, padi beras Oryza sativa L, Oryza sativa L forma

17

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

3 bras, garas, padi beras Oryza sativa L, Oryza sativa L forma prās, vĕas, vras glutinosa, atau Oryza sativa L var. culta 4 duvĕg Duwet/ juwet. Eugenia cumini Druse 5 gagā Padi gaga. Oryza sativa L var. culta 6 galagah Tebu liar. Saccharum spontaneum L 7 gulma Rumput pengganggu. Imperata cylindrica Beauv. Var. major suket Jenis alang-alang. Hubb

8 jamvu  Jambu (air).  Eugenia aquea Burm. F  Jambu (biji).  Psidium guajava L 9 jruk, limo jeruk Citrus sp 10 kamalagi Asem Jawa. Tamarindus indica L 11 kambang bunga ? 12 kapas Kapas Jawa. Gossypium purpurascens Poir 13 kapas kapas Gossypium purpurascens Poir 14 kasumba kasumba Bixa orellana L 15 kayu ara hivang Kayu ara. Ficiscilliase blume 16 kayu hasam Kayu asem Jawa. Tamarindus indica L 17 kayu panda Kayu panda. ? 18 Kubu-kubu Kabu-kabu/ kekabu/ Ceiba pentandra Gaertn, var. indica kapuk randu. Bakh 19 limo manis Jeruk manis. Citrus sinensis Osb 20 limo susu Jeruk nipis/ jeruk obat. Citrus medica L 21 limus galuh, Mangga/ pakel. Mangifera sp limus, poh, poh dulur, poh galuh, poh ronya Daun mangga/ pakel. 22 mayang Pinang/ mayang. Areca catechu L 23 nila nila Indigofera tinctoria L 24 padma Teratai yang mekar di Gaertn siang hari. 25 phalaphali Buah-buahan. ? 26 pipikan jahe Zingiber officinale Rosc 27 pucang Buah pinang Areca catechu L 28 pudak Pandan Pandanus tectorius Park

18

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

29 ron Daun, umumnya daun lontar Borassus flabellifer L ronya yang digunakan sebagai alas untuk makan dalam upacara penetapan sima (sarkar,1972,hlm. 37). 30 sîreh sirih Piper betle L 31 skar bunga ? 32 skar campaga Bunga cempaka. Michelia champaca L 33 skar karaman Bunga karaman. ? 34 skar tahun Bunga tahun. ? 35 skar taju Bunga taju. ? 36 skar tāl Bunga lontar/ siwalan. Borassus flabellifer L 37 suradārumayī Kayu dewadaru. Mesua ferneal L (sanskerta) 38 sukun Sukun Artocarpus atilis Park. Fsb sunkun 39 tal Lontar/ siwalan. Borassus flabellifer L 40 talĕs (patalĕsan) Talas/ keladi. Colocasia esculentum Schott 41 tañjung teratai Nymphaea sp 42 vali nāgapuspa, Bunga nagasari/ dewadaru. Mesua ferneal L navagrāha 43 valu Waluh/ labu. Cucurbita moschata Duch 44 veņuvanā Hutan bambu. Bambusa sp (sanskerta) 45 vras Beras empat warna (putih, Oryza sativa L dan Oryza sativa caturvvarņna merah, hitam, kuning). forma glutinosa 46 vungkudu Mengkudu Morinda citrofolia L wuñkudu cungkudu 47 vuru Pohon wuru. Actinodaphne glomerata Nees vuru tlu vuru tunggal 48 Teratai putih. Nymphaea sp 49 Teratai biru. Nymphaea sp

19

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

Tabel 6. Daftar jenis tanaman dan istilah yang mengindikasikan pengelolaan tanaman dari sumber naskah Ramayana Jawa Kuna (Setyawan,2007). No Jenis Tanaman/ Keterangan Nama Spesies/ Indikasinya Indikasi Flora (Jawa Kuna) 1 açokâ asoka Jonesia asoka Roxb 2 ańsana angsana Pterocarpus indicus Willd 3 amĕcĕl-mĕcĕl Pecel/ gado-gado. Bermacam-macam sayuran. 4 brĕm Merupakan minuman beralkohol yang dibuat dari,  Beras,  Oryza sativa L  Beras ketan,  Oryza sativa forma glutinosa.  Jagung, atau  Zea mays L  Gadung (Haryono,1994:hlm.  Dioscorea hipsida 13). Dennst 5 câmpaka cempaka Michelia champaca L 6 candanâ Pohon cendana. Santalum album Linn 7 çri gaḍiń Sri gading. Nyctanthes arbor-tritis L 8 dâlima delima Punica granatum L 9 daluwań weḍihanya Kain daluwang dari merang atau Oryza sativa L dan batang padi maupun dari serat Ananas comosus nanas. Merr 10 draksa Anggur (grapes). Vitis vinifera (Vitaceae) 11 duhĕt Duwet/ juwet. Eugenia cumini Druse 12 durian durian Durio zibethinus Murr 13 duray kasumba Bixa orellana L 14 dwa-dwal Makanan yang diolah dari ketan Oryza sativa forma dengan dicampur gula aren juga glutinosa dan Arenga buah-buahan. pinnata Merr. 15 gaga Ladang atau tegalan untuk Oryza sativa L var. menanam padi gaga. culta

20

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

16 gaḍuń gadung Dioscorea hipsida Dennst 17 horgadiń Bambu gading Bambusa vulgaris Schrad 18 jambu  Jambu (air).  Eugenia aquea Burm. F  Jambu (biji).  Psidium gujava L 19 jĕnu Boreh dengan campuran kunyit. Curcuma longa L 20 kacapi kecapi Sandoricum koetjape Merr 21 kanari kenari Canarium commune L 22 kapuņḍuń menteng Baccauera racemosa M.A. 23 Karkolakâ cengkeh Eugenia aromatika O.K. 24 kaweni Pohon kaweni. Fam. Anacardiaceae 25 kâwi putih. Teratai/ tunjung/ seroja.(putih) Nymphaea stellata wild 26 kayu-teja Kayu teja. 27 kiňca Sirup dari buah kawista/ maja (van Feronia limonia Swingle Steenis,2005:hlm. 240). 28 kulub-kuluban Daun-daunan yang direbus. Bermacam-macam sayuran. 29 kumuda Teratai/ tunjung/ seroja.(merah) Nymphaea nouchali Burm. F 30 kurawa kurawa ? 31 lambayuń Lembayung atau daun kacang Vigna unguiculata L. Walp panjang. 32 lańsĕp duku Lansium domesticum Correa 33 limo jeruk Citrus sp 34 lumbu Keladi/ talas. Colocasia esculentum Schott 35 limus Mangga atau pakel. Mangifera sp 36 luruk-luruk Luruk-luruk. ? 37 maja kawista Feronia limonia Swingle 38 mandarâ Mandara/ dadap. Erythrina indica Lamk 39 madhuka maduka Maduca indica L 40 mamayań Pinang/ mayang. Areca catechu L 41 mańgis manggis Garcinia mangostana L 42 mâstawa Ciu (singkong). Manihot esculenta Crantz 43 mĕņḍur Melur/ melati. Jasminum multiflorum Andr 44 nâgapuşpa Nagasari/ nagakesara/ dewadaru. Mesua ferneal L 45 nańka nangka Artocarpus heterophylla Lamk

21

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

46 nĕp nep ? 47 nyû Nyiur/ kelapa. Cocos nucifera L 48 nyû-gadińń Kelapa gading. Cocos nucifera, var. eburnea 49 pacar pacar Impatiens platypetala Lindl 50 paņḍakaki Pondokaki atau mondokaki Ervatamia divarigata L. Burk (Suryowinoto,1997:hlm. 50). 51 pari Padi Oryza sativa L 52 pârijâta Parijoto atau sering disebut sri gading Nyctanthes arbor-tritis L oleh masyarakat Jawa (Suryowinoto,1997:hlm. 166). 53 pathani Persawahan atau perkebunan. 54 payańgu pajanggu ? 56 phala mûla Buah-buahan dan umbi-umbian. ? 57 pisań pisang Musa paradisiaca L 58 poh Mangga atau pakel. Mangifera sp 59 pudak pandan Pandanus tectorius Park 60 punnâga Punaga/ benaga/ nyamplung. Calophyllum inophyllum L 61 raņḍő Kapuk randu/ randu. Ceiba pentandra Gaertn, var. indica Bakh 62 sagula gula ? 63 saruni seruni Wedelia sp 64 sawah Persawahan atau lahan untuk Oryza sativa L menanam padi dengan sistem irigasi. 65 sĕkul kĕpĕ-kĕpĕ Nasi untuk sarapan. Oryza sativa L 66 setu pematang 67 sidhû Minuman keras yang dibuat dari tetes Saccharum officinarum L tebu. 68 sulasih telasih Ocimum basilicum L 69 tal Lontar/ siwalan. Borassus flabellifer L 70 tales talas Colocasia esculentum Schott 71 tambul asiń sirih Piper betle L 72 tĕbû tebu Saccharum officinarum L 73 tĕgal-tĕgal Ladang/ tegalan untuk menanam padi Padi (Oryza sativa L) dan atau palawija. jenis palawija 74 thani petani ?

22

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

75 tuṅjuń abâń Teratai/ tunjung/ seroja.(merah) Nelumbo nucifera Gaertn 76 warińin beringin Ficus benyamina L 77 wuńawari worawari Hibiscus rosa-sinensis L 78 wuń lawn rambutan Nephelium lappaceum L 79 “…pada Santosa Bersama-sama memakai pakaian kulit Hibiscus tiliaceus L atau ri kań kulit kayu. (waru atau rosella). Hibiscus sabdariffa L kayu…” 80 “…seroja Bunga seroja di telaga yang berwarna Nymphaea stellata wild dan rińtalaga… merah dan putih. Nelumbo nucifera Gaertn mabâń maputih…”

Berdasarkan sumber prasasti Berbagai jenis lahan yang disebut dan naskah Ramayana Jawa Kuna dalam prasasti, di antaranya sawah, beberapa jenis tanaman yang dikenal tegalan atau ladang, maupun kebun dan dibudidayakan pada masa Jawa juga disebut dalam naskah Kuna. Mengenai jenis tanaman yang kesusastraan. disebut terdapat persamaan dan Beberapa jenis pohon maupun perbedaan. Tanaman yang disebut tanaman, seperti nep, kurawa, luruk- dalam prasasti agaknya merupakan luruk, dan payangu adalah jenis tanaman yang dijumpai pada masa pohon yang tidak dikenal dalam itu. Jenis tanaman yang disebut dalam istilah Jawa. Tanaman tersebut naskah perlu mendapat perhatian kemungkinan hanya tumbuh di India tersendiri, karena ada beberapa atau terdapat di Jawa, tetapi dikenal tanaman yang tidak atau sulit tumbuh dengan nama lain, yang hingga kini di Jawa, seperti cendana (Santalum belum teridentifikasi. album Linn). Sementara itu, naskah Ramayana Jawa Kuna juga menyebut tanaman dengan bahasa yang asing, KLASIFIKASI DAN ANALISIS yaitu luruk-luruk, kurawa, atau KONTEKSTUAL panyagu. Keterangan mengenai Klasifikasi Tanaman Sesuai Konteks pengelolaan sumber daya flora Penggambarannya berdasarkan sumber prasasti dan naskah kesusastraan relatif sama. Tabel 7. Jenis tanaman dan konteks penggambarannya pada relief cerita Candi Mendut No. Konteks Tanaman Panel Relief Jenis Tanaman 1 Permukiman M1, M4, M5, M9  mangga (mangifera sp)  talas (Colocasia sp)  kamboja (Plumeria sp) 2 Pertapaan M3, M7  Jambu dersana (Eugenia malaccensis L) 3 Hutan M2, M6, M8  Mangga (mangifera sp)

23

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

3 Hutan M2, M6, M8  Mangga (mangifera sp)  ketapang (Terminalia catappa L)  pisang (Musa paradisiaca L)

Tabel 8. Jenis tanaman dan konteks penggambarannya pada relief cerita Karmawibhangga Candi Borobudur.

No. Konteks Tanaman Panel Relief Jenis Tanaman 1 Permukiman BK 6, BK 9, BK 13, BK  Biola cantik (Ficus pandurata) 20, BK 21, BK 24, BK  jambu biji (Psidium guajava) 34, BK 39, BK 42, BK  kamboja (Plumeria sp) 50, BK 55, BK 59, BK  keben (Baringtonia asiatica) 60, BK 61, BK 65, BK 74, BK 75, BK 76, BK  keben (Baringtonia asiatica) 79, BK 97, BK 107, K  kelapa (Cocos nucifera L) 117, BK 122  keluwih (Arthocarpus comunis)  ketapang (Terminalia catappa L)  lontar (Borassus flabellifer)  mangga (mangifera sp)  manggis (Garcinia mangostana)  nangka (Artocarpus heterophyllus)  nyamplung (Calophylum inophylum)  pohon bodi (Ficus reliegiosus)  rumput gajah (Pennisetum purpurium)  sukun (Arthocarpus integra)  tanjung (Mimusops elengi)  teratai (Nymphaea sp) 2 Permukiman BK 9  manggis (Garcinia mangostana) (danau)  teratai (Nymphaea sp) 3 Tempat BK 24, BK 124  ketapang (Terminalia catappa L) Peribadatan  mangga (Mangifera sp)  manggis (Garcinia mangostana) 4 Permukiman BK 42, BK 79  nyamplung (Calophylum inophylum) (wihara)

5 Permukiman BK 65  Padi budidaya (Oryza sativa) (sawah)

6 Hutan BK 87, BK 93, BK 105,  keben (Baringtonia asiatica) BK 118,  ketapang (Terminalia catappa L)  mangga (Mangifera sp)  pisang (Musa paradisiaca)  rumput gajah (Pennisetum purpurium)  sukun (Arthocarpus integra)

24

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

7 Permukiman BK 122, BK 123  ketapang (Terminalia catappa L) (tegalan)  mangga (Terminalia catappa L)  padi (Oryza sativa )  pisang (Musa paradisiaca)

Tabel 9. Jenis tanaman dan konteks penggambarannya pada relief cerita Lalitavistara Candi Borobudur No. Konteks Tanaman Panil Relief Jenis Tanaman 1 Hutan BL 4, BL 67, BL 69, BL  Bodhi (Ficus religiosa) 74, BL 75, BL 76, BL  jambu (Psidium guajava) 78, BL 79, BL 80, BL  Jarak (Jatropa curcas) 83, BL 88, BL 95, BL  kamboja (Plumeria sp) 100, BL 102, BL 103, BL 106, BL 108, BL 110  keben (Baringtonia asiatica)  ketapang (Terminalia catapa)  Mangga (Mangifera sp)  Nagasari (Mesua ferrea)  Nangka (Arthocarpus heterophylus)  Nyamplung (Calophyllum iniophyllum)  Pisang (Musa paradisiaca)  rumput gajah (Pennisetum purpurium)  sukun (Artocarpus integra)  Waru (Hibiscus tiliaceus) 2 Istana Dewa BL 5, BL 7,  Bodhi (Ficus religiosa)  keben (Baringtonia asiatica)  ketapang (Terminalia catappa L)  waru (Hibiscus tiliaceus) 3 Istana BL 8, BL 9, BL 13, BL  Bodhi (Ficus religiosa) 19, BL 21, BL 22, BL  Durian (Durio zibethinus) 24, BL 29, BL 30, BL  Jambu (Psidium guajava) 36, BL 41, BL 51, BL 53, BL 65  keben (Baringtonia asiatica)  ketapang (Terminalia catappa L)  Lontar (Borassus flabellifer)  Mangga (Mangifera sp)  Nagasari (Mesua ferrea)  Nangka (Arthocarpus heterophylus)  Nyamplung (Calophyllum iniophyllum)  pinang (Areca cathechu)  waru (Hibiscus tiliaceus)

25

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

4 Permukiman BL 18, BL 23, BL 58,  jarak (Jatropha curcas) BL 81  keben (Baringtonia asiatica)  Kelapa (Cocos nucifera)  Ketapang (Terminalia catappa L)  waru (hibiscus tiliaceus) 5 Taman BL 27, BL 40, BL 49,  Asam Jawa (Tamarindus indica) BL 117  Jambu (psidium guajava)  Jarak (Jatropha curcas)  keben (Baringtonia asiatica)  Lontar (Borassus flabellifer)  Nangka (Arthocarpus heterophylus)  Nyamplung (Calophyllum iniophyllum)  rumput gajah (Pennisetum purpurium)  Waru (Hibiscus tiliaceus) 6 Asrama BL 38  Mangga (mangifera sp) 7 Telaga BL 82  Mangga (Mangifera sp)  ketapang (Terminalia catapa)  teratai (Nymphaea sp) 8 Pertapaan BL 70, BL 71, BL 72  Nangka (Arthocarpus heterophylus)  Ketapang (Terminalia catapa)  Mangga (Mangifera sp)  Waru (Hibiscus tiliaceus)  Mangga (Mangifera sp) 9 Sungai BL 85, BL 115  ketapang (Terminalia catapa)  Mangga (Mangifera sp)  Nyamplung (Calophyllum iniophyllum)  rumput gajah (Pennisetum purpurium)  Waru (Hibiscus tiliaceus) 10 Tempat BL 109  keben (Baringtonia asiatica) peribadatan  mangga (Mangifera sp)  pisang (Musa paradisiaca) tersebut harus disesusaikan dengan Konsep Penataan Tanaman Pada beberapa kriteria di bawah ini. Hal ini Zona I Candi Borobudur dan Candi karena Candi Borobudur adalah Mendut merupakan warisan budaya dunia Konsep penataan tanaman dengan atribut fisik berupa struktur yang dimaksudkan adalah rencana candi dan lanskap budaya. Hal ini penanaman tamanan seperti yang berarti tanaman yang akan ditanam telah teridentifikasi dari relief, tidak boleh membahayakan struktur prasasti, maupun naskah Candi Borobudur. Berikut ini adalah kesusastraan. Rencana penanaman kriteria tanaman yang akan dapat di

26

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

tanam pada zona pelestarian pada d) mampu menjerap dan Candi Borobudur dan Candi menyerap cemaran udara; Mendut. e) tahan terhadap hama penyakit; f) berumur panjang; 1. Kriteria tanaman pada Zona I g) toleran terhadap keterbatasan Candi Borobudur dan Candi sinar matahari dan air; Mendut : h) tahan terhadap pencemaran a) Memiliki nilai sejarah dan kendaraan bermotor dan estetika; industri; b) tidak beracun, tidak berduri, i) batang dan sistem percabangan dahan tidak mudah patah, kuat; perakaran tidak mengganggu j) batang tegak kuat, tidak mudah pondasi; patah; c) tajuk cukup rindang dan k) sistem perakaran yang kuat kompak, tetapi tidak terlalu sehingga mampu mencegah gelap; terjadinya longsor; d) ketinggian tanaman bervariasi, l) seresah yang dihasilkan cukup warna hijau dengan variasi banyak dan tidak bersifat warna lain seimbang; alelopati, agar tumbuhan lain e) perawakan dan bentuk tajuk dapat tumbuh baik sebagai cukup indah; penutup tanah; f) kecepatan tumbuh sedang; m) jenis tanaman yang ditanam g) berupa habitat tanaman lokal termasuk golongan evergreen dan tanaman budidaya; bukan dari golongan tanaman h) jenis tanaman tahunan atau yang menggugurkan daun musiman; (decidous); i) jarak tanam setengah rapat n) memiliki perakaran yang dalam. sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal; 3. Kriteria tanaman untuk jalur hijau j) tahan terhadap hama penyakit dan pejalan kaki tanaman; Aspek silvikultur k) mampu menjerap dan a) berasal dari biji terseleksi sehat menyerap cemaran udara; dan bebas penyakit; l) sedapat mungkin merupakan b) memiliki pertumbuhan tanaman yang tidak sempurna baik batang maupun mengundang burung atau akar; serangga. c) perbandingan bagian pucuk dan akar seimbang; 2. Kriteria tanaman untuk Taman d) batang tegak dan keras pada Candi bagian pangkal; a) memiliki ketinggian yang e) tajuk simetris dan padat; bervariasi; f) sistim perakaran padat. b) sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang kehadiran burung; Sifat biologi c) tajuk cukup rindang dan a) tumbuh baik pada tanah padat; kompak;

27

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

b) sistem perakaran masuk Peneduh kedalam tanah, tidak merusak a) ditempatkan pada jalur tanaman konstruksi dan bangunan; (minimal 1,5 m dari tepi c) fase anakan tumbuh cepat, median); tetapi tumbuh lambat pada fase b) percabangan 2 m di atas tanah; dewasa; c) bentuk percabangan batang d) ukuran dewasa sesuai ruang tidak merunduk; yang tersedia; d) bermassa daun padat; e) batang dan sistem percabangan e) berasal dari perbanyakan biji; kuat; f) ditanam secara berbaris; f) batang tegak kuat, tidak mudah g) tidak mudah tumbang. patah dan tidak berbanir; g) perawakan dan bentuk tajuk Penyerap polusi udara cukup indah; a) terdiri dari pohon, h) tajuk cukup rindang dan perdu/semak; kompak, tetapi tidak terlalu b) memiliki kegunaan untuk gelap; menyerap udara; i) ukuran dan bentuk tajuk c) jarak tanam rapat; seimbang dengan tinggi pohon; d) bermassa daun padat. j) daun sebaiknya berukuran sempit (nanofill); Peredam kebisingan k) tidak menggugurkan daun; a) terdiri dari pohon, l) daun tidak mudah rontok perdu/semak; karena terpaan angin kencang; b) membentuk massa; m) saat berbunga/berbuah tidak c) bermassa daun rapat; mengotori jalan; d) berbagai bentuk tajuk. n) buah berukuran kecil dan tidak bisa dimakan oleh manusia secara langsung; KESIMPULAN o) sebaiknya tidak berduri atau Pada Kajian Penataan beracun; Tanaman Kawasan Borobudur telah p) mudah sembuh bila mengalami teridentifikasi jenis tanaman pada luka akibat benturan dan akibat relief Candi Borobudur dan Candi lain; Mendut. Seperti halnya telah q) tahan terhadap hama penyakit; disampaikan di awal, relief yang r) tahan terhadap pencemaran digunakan sebagai data adalah relief kendaraan bermotor dan penggambaran tanaman yang bersifat industri; naturalis. s) mampu menjerap dan Penggambaran relief tanaman menyerap cemaran udara; pada Candi Mendut telah dilakukan t) sedapat mungkin mempunyai pada kesemua panel relief cerita nilai ekonomi; bertema Jataka/Avadana pada pipi u) berumur panjang. tangga dan dinding candi. Beberapa relief tanaman yang diindetifikasi 4. Kriteria tanaman untuk zona pada Candi Mendut di antaranya, pengembangan mangga, jambu dersana, ketapang,

28

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

pisang, talas, dan kamboja. penggambaran relief tanaman yang Sedangkan konteks penggambaran dijumpai adalah pada hutan, istana, tanaman yang teridentifikasi adalah permukiman, asrama, taman, pada permukiman, pertapaan, dan pertapaan, telaga, sungai, dan tempat hutan. peribadatan. Pengambilan data Setelah melakukan identifikasi penggambaran relief tanaman pada dengan metode purposive sampling, Candi Borobudur dilakukan dengan maka melalui sumber prasasti dan cara purposive sampling. Hal ini naskah kesusastraan Jawa Kuna maka karena selain banyaknya jumlah panel eksistensi tanaman yang digambarkan relief cerita pada Candi Borobudur, pada relief tersebut dapat dipastikan. juga berulang-ulangnya penggambaran Hal ini karena pada beberapa prasasti tanaman dengan konteksnya. Terkait dijumpai istilah-istilah Jawa Kuna dengan purposive sampling tersebut yang berkaitan dengan tanaman maka relief yang digunakan sebagai ataupun pembudidayaan tanaman. data adalah relief cerita Berdasarkan identifikasi tanaman dari Karmawibhangga dan Lalitavistara. relief dengan alat interpretasi prasasti Relief Karmawibhangga dinilai dapat dan naskah kesusastraan Jawa Kuna merepresentasikan kondisi maka dapat disampaikan bahwa relief masyarakat pedesaan, sedangkan pada Candi Borobudur dan Candi relief Lalivistara dapat Mendut merupakan gambaran menggambarkan lingkungan hisup kehidupan manusia pada masa lalu. seorang manusia sejak dilahirkan Hal ini juga dapat dibuktikan dari hingga dewasa dengan setting lokasi jenis tanaman yang digambarkan pada yang berbeda-beda. relief candi, kesemuanya masih Relief penggambaran tanaman dijumpai di lingkungan Kawasan yang dapat teridentifikasi pada Candi Borobudur hingga saat ini. Borobudur khususnya pada relief Berkaitan dengan konsep Karmawibhangga adalah ketapang, penataan tanaman pada zona keben, manggis, teratai, pisang, pelestarian Candi Borobudur nyamplung, kamboja, keluwih, jambu maupun Candi Mendut, hal tersebut biji, pinang, bodhi, nangka, lontar, masih memerlukan kajian lebih lanjut padi, sukun, biola cantik, tanjung, terkait analisa. Analisa yang akan rumput gajah, kelapa, dan jambu air. dilakukan adalah dengan Adapun konteks penggambaran yang menyelaraskan jenis tanaman pada teridentifikasi adalah pada relief dengan kriteria tanaman yang permukiman, danau, sawah, hutan, telah disampaikan. Kriteria yang wihara, dan tempat peribadatan. disusun merupakan elaborasi dari Selain itu, penggambaran Pedoman Penyediaan dan tanaman yang dapat dijumpai Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau. khususnya pada relief Lalitavistara Akan tetapi untuk menetapkan adalah bodhi, nyamplung, ketapang, tanaman yang akan di tanam sesuai keben, waru, mangga, jarak, pinang, dengan kriteria di atas diperlukan kelapa, asam jawa, lontar, durian, analisa lebih lanjut terkait jenis nangka, jambu, pisang, keben, ataupun famili dari tanaman yang nagasari, sukun, kamboja, dan teridentifikasi dari relief Candi rumput gajah. Adapun untuk konteks Borobudur dan Candi Mendut.

29

Setyawan dan Kasatriyanto, Kajian Penataan Tanaman Kawasan Borobudur

DAFTAR PUSTAKA

Atmadi, Parmono. (1979). Beberapa Patokan Perancangan Bangunan Candi. Disertasi. Dalam Pelita Borobudur, Seri C, No. 2. Magelang. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. (1991). Data Ukuran Candi Borobudur. Magelang: Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Brink, van de. (1931). Welke Planten Vindt Men Op De Boroboedoer Afgebeeld De Tropische Natuur. Cammerloher. (1931). Wat De Boroboedoer Den Natuurronderzoeker Leert dalam De Tropische Natuur. Casparis, J.G. de. (1950). Prasasti Indonesia I. Bandung: A.C. Nix & Co. Darmosoetopo, Riboet. (2003). Sima dan Bangunan Keagamaan Di Jawa Abad IX- X M. Jogjakarta: Prana Pena. Jones, Antoinette M. Barrett. (1984). Early Tenth Century Java from The Inscription (A Study of Economic, Social, And Administrative Conditions in The First Quarter Of The Century). U. S. A: Dordrecht-Holland/ Cinnaminson. Kandahjaya, Hudaya. (1995). The Master Key for Reading Borobudur Simbolism. Bandung: Karaniya. Kartodirdjo, Sartono dan Suryo, Djoko. (1991). Sejarah Perkebunan Di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media. Kempers, A.J. Bernet dan Soekmono. (1974). Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur. Bandung-Jakarta: Ganaco NV. Krom, N.J. (1927). Barabudur: Archaeological Description Vol I. The Hague: Martinus Nijhoff Kusen (1984-1985). Kreativitas dan Kemandirian Seniman Jawa Dalam Mengolah Pengaruh Budaya Asing (Studi Kasus Tentang Gaya Seni Relief Candi di Jawa Abad IX-XVI). Yogyakarta: Depdikbud. Miksik, John. (1990). Borobudur: Golden Tales of the Buddhas. Berkeley – Singapore: Periplus. Munandar, Agus Aris. (1995). Arsitektur Candi-candi di Jawa Timur: Sebuah Pembahasan Ringkas. Dalam Kirana: Persembahan untuk Prof. Dr. Haryati Soebadio. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia & Intermasa. Mundardjito. (2002). Pertimbangan Ekologis Penempatan Situs Masa Hindhu- Buddha Di Daerah Yogyakarta. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Ecole Francaise d’Extreme-Orient. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. (2008). Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Puslibang Arkenas. Sarkar, Himansu Bhusan. (1971). Corpus of The Inscription of Java (Corpus Inscriptionum Javanicarum) Vol. I. Calcuta: Firma K. L. Mukhopadhyay.

30

Borobudur,Volume 13, Nomor 2, Desember 2019, hal 3–31

Setyawan, Hari. 2007. Potensi dan Pengelolaan Sumberdaya Flora Kawasan Prambanan (Studi Kasus Relief Cerita Candi Prambanan dan Sojiwan) (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM. Soekmono. (1974). Candi, Fungsi, dan Pengertiannya (Disertasi). Jakarta: Universitas Indonesia Steenis, C. G. G. J. van. (2005). Flora, Cetakan Kesepuluh. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Steinmann, A. (1934). De op de Boroboedoer Afgebeelde Plantenwereld. Dalam Tijdsschrift Voor Indische Taal-Land- En Volkenkunde. Koninklijk Bataviaasch Genootschap Van Kunsten.

31