<<

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central

IDENTIFICATION OF JATAKA STORIES IN THE BUDDHIST’S CANDIS OF (A Semiotic Study of Reliefs in the Candi , , and )

Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Prodi Acarya, STAB Kertarajasa E-mail: [email protected]; [email protected]; [email protected]

Abstract: The story of the past life of Buddha Gotama has become one of the most important discussions in . The stories of his life are recorded in the Pāli Canon mainly in the Jātaka texts (birth stories of the Buddha). Jataka stories have obtained popularity in ancient times in Buddhist countries such as , , , and even . Its reputation appeared from many Jātaka stories are being put into and architecture. In Indonesia, Jataka stories are found among reliefs on the walls of Candi Buddhist, such as Candi Sojiwan, Mendut and Borobudur. However, at present time there is no books that tries to discuss Jātaka story carved on the walls of these thoroughly and systematically. This research tries to identify reliefs of Jātaka found in three Candi that are located in Central Java namely Candi Sojiwan, Mendut and Borobudur. The theory used in this research is Semiotics theory of Charles Shanders Pierce. This theory is used to interpret the signs contained in the reliefs of the Candi by using triangle of meaning ie., interpretan (researchers), objects (reliefs on the three Candi) and signs. Within the sign there are three things being analized namely icons, indexes and symbols. In relation to icon, the researcher identifies the images on the as they are. Then, in indexes, the researcher interpret images that have been identified in accordance with the existing context. For example, the icon that reveals the images of humans, crowns, and jewelry shows that someone who wore the crown and jewelry was identified as a high standing one or even a king. Because these three Candi are Buddhist temples, the symbols given is ofcourse tend to Buddhist context. When certain reliefs are identified to have represented certain Jātaka stories, they are considered objects that symbolize the Jātaka story. In this research there are 109 panel reliefs from three Candi that have been successfully studied. Among 109 panel reliefs there are 38 panels indentified as representing Jātaka stories. In Candi Sojiwan there are found 20 panel reliefs but only 8 panels have been identified telling the story of Jātaka. From 45 panels, 15 panel reliefs in Candi Mendut have been found to represent the Jātaka story. Meanwhile, 230 panel reliefs in Borobudur were then reduced to 44 panels and 15 are successfully identified to have links to Jātaka stories. Keywords: Jātaka, Candi, Semiotic Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 1

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

IDENTIFIKASI KISAH-KISAH JĀTAKA DI CANDI-CANDI BUDDHIS JAWA TENGAH (Sebuah Kajian Semiotika pada Relief di Candi Sojiwan, Mendut, dan Borobudur)

Abstrak: Kisah kehidupan lampau Buddha Gotama telah menjadi salah satu pembahasan penting dalam filsafat agama Buddha. Kisah-kisah kehidupan beliau tercatat di dalam Kanon Pāli terutama dalam teks Jātaka (birth stories of the Buddha). Kisah-kisah Jātaka telah mengalami popularitas pada zaman kuno di negara-negara Buddhis seperti India, Sri Lanka, Myanmar, Thailand dan bahkan Indonesia. Reputasinya tampak dari banyaknya cerita Jātaka yang dituangkan dalam seni dan arsitektur Buddhis. Di Indonesia sendiri kisah-kisah Jātaka tertuang pada relief di dinding candi-candi Buddhis, seperti candi Sojiwan, Mendut, dan Borobudur. Namun demikian, saat ini tidak ada buku yang telah mencoba membahas kisah Jātaka yang terpahat pada dinding candi-candi ini secara menyeluruh dan sistematis. Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi kisah-kisah Jātaka pada relief di tiga candi yang berlokasi di Jawa Tengah yakni Sojiwan, Mendut, dan Borobudur. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Semiotika Charles Shanders Pierce. Teori ini digunakan untuk menafsirkan tanda-tanda yang terdapat pada relief di candi-candi tersebut dengan menggunakan segitiga makna (triangle of meaning) yakni interpretan (peneliti), objek (relief-relief pada tiga candi) dan tanda. Dalam tanda terdapat tiga hal yang dikaji yakni ikon, indeks dan simbol. Berhubungan dengan ikon peneliti mengidentifikasi gambar-gambar di relief sebagaimana adanya. Selanjutnya dalam indeks gambar-gambar yang sudah teridentifikasi dimaknai oleh peneliti sesuai dengan konteks yang ada. Misalnya, ikon yang menampakkan ada gambar manusia, mahkota, dan perhiasan menunjukkan bahwa seseorang yang mengenakan mahkota dan perhiasan tersebut diidentifikasi sebagai seorang bangsawan atau bahkan seorang raja. Disebabkan tiga candi ini merupakan candi Buddhis, simbol yang diberikan tentunya cenderung pada konteks Buddhis. Apabila pada relief tertentu teridentifikasi telah merepresentasikan kisah Jātaka tertentu, maka relief tersebut dianggap sebagai objek yang menyimbolkan kisah Jātaka. Dalam penelitian ini terdapat 109 panel relief tiga candi yang telah berhasil dikaji. Dari 109 panel relief tersebut terdapat 38 panel yang teridentifikasi merepresentasikan kisah-kisah jātaka. Pada candi Sojiwan terdapat 20 panel relief namun hanya 8 panel relief yang teridentifikasi telah mengisahkan cerita Jātaka. Dari 45 panel, 15 panel relief yang terdapat di candi Mendut ditemukan telah merepresentasikan kisah Jātaka. Sementara itu, 230 panel relief di candi Borobudur yang kemudian direduksi menjadi 44 panel dan berhasil diidentifikasi 15 panel relief yang memiliki hubungan dengan kisah-kisah Jātaka. Kata kunci: Jātaka, Candi, Semiotika. Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 2

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

PENDAHULUAN Kisah-kisah Jātaka tampaknya Secara harfiah, seperti yang pernah mengalami popularitas disebutkan dalam kamus yang pada zaman kuno di negara-negara disusun oleh Rhys David dan Buddhis seperti India, Sri Lanka, William Stede (1997:281) “Pāli- Myanmar, Thailand dan bahkan English Dictionary”, istilah Indonesia. Kisah-kisah Jātaka “jātaka‟ diartikan sebagai telah digunakan sebagai media “belonging to what has been untuk pembabaran ajaran Buddha born” yang dapat diterjemahkan terutama kepada masyarakat “hal yang berhubungan dengan umum baik kaum intelektual apa yang telah dilahirkan”. Arti maupun non-intelektual. Hal ini pernyataan ini merujuk kepada terlihat pada fakta di mana kisah- kisah-kisah kelahiran. Ini mengacu kisah Jātaka merupakan cerita- kepada kisah-kisah kelahiran cerita Buddhis yang paling sering lampau Bodhisatta. Agama ditemukan di dalam seni dan Buddha sekte Theravāda sendiri arsitektur Buddhis. Biasanya, memiliki kitab yang bernama mereka tertuang dalam bentuk Jātaka. Kitab ini berisi syair-syair pahatan-pahatan di relief-relief yang dipercaya diucapkan oleh bangunan Buddhis baik di dinding Sang Buddha. Kisah-kisah , candi, maupun di gapura kelahiran lampau Bodhisatta tidak dan juga tertuang dalam bentuk diceritakan dalam kitab Jātaka ini, gambar (paintings). Sebagai namun justru di kitab komentarnya contoh, di India kisah-kisah Jātaka (Jātaka Atthakathā). Seperti yang ditemukan di stupa-stupa terkenal ditemukan di kitab ini, terdapat seperti Bhārhut, Sañci dan 547 kisah kelahiran lampau Amarāvatī (Seckel dalam Bodhisatta (Cowell, 2003:305). Encyclopedia of Vol. Dalam kisah-kisah ini, tidak hanya III, 1971: 487). Bahkan, dikatakan Bodhisatta terlahir sebagai bahwa kisah-kisah Jātaka yang manusia dalam kelahiran- dipahatkan di stupa Bhārhut kelahiran yang lampau, tetapi masing-masing memiliki judul terkadang terlahir sebagai dewa, kisahnya (Kulasuriya dalam brahma, bahkan sebagai binatang. Encyclopaedia of Buddhism Vol. Kitab Buddhis lain yang VI, 1996:8). Sementara itu, kisah- menceritakan kisah-kisah kisah Jātaka yang tertuang dalam kelahiran lampau Bodhisatta bentuk gambar ditemukan dalam adalah Jātakamala. Buku ini jumlah masif di gua-gua Ajanta di ditulis dalam bahasa Sansekerta, India (Sivaramamurti dalam dan dipercaya disusun oleh Arya Encylopaedia of Buddhism Vol. I, Sura (Speyer, 1895:xvi). Terdapat 1965:300-11). 34 kisah kelahiran lampau Popularitas kisah-kisah Jātaka Bodhisatta dalam buku ini. sebagai media pembabaran ajaran Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 3

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Buddha melalui seni dan pada candi-candi Buddhis di Jawa arsitektur Buddhis barangkali Tengah. Namun demikian, disebabkan karena pesan-pesan pemaparan yang dituangkan yang tertuang dalam kisah- biasanya diberikan secara umum, kisahnya mudah dipahami oleh karena memang bukan tema yang semua kalangan. Hal ini berbeda difokuskan. Artinya, buku-buku halnya apabila ajaran Buddha ini pada umumnya hanya menguak diberikan melalui pendekatan keberadaan kisah-kisah Jātaka filsafat yang mendalam. Dalam pada relief di candi-candi ini, sejarah agama Buddha di tanpa misalnya menunjukkan Indonesia sekitar abad ketujuh kisah-kisah Jātaka melalui gambar pada masa kejayaan Dinasti langsung yang didapat dari relief- Syailendra, pembabaran ajaran relief yang ada. Di samping itu, Buddha tampaknya juga dalam buku tertentu misalnya, menggunakan pendekatan yang meskipun kisah-kisah Jātaka telah sama, yakni dengan menuangkan disinggung, tidak semua kisahnya kisah-kisah Jātaka pada relief disebutkan. Sebagai contoh, candi-candi Buddhis di Jawa Soekmono (1976) dalam bukunya Tengah, seperti Borobudur, yang berjudul “Chandi Borobudur Mendut, Sojiwan. A of Mankind” Permasalahan yang dihadapi menjelaskan keberadaan kisah- saat ini adalah kisah-kisah Jātaka kisah Jātaka yang terdapat pada yang terpahat di dinding candi- relief di Candi Borobudur, namun candi Buddhis di Jawa Tengah di buku ini pun, hanya beberapa hingga saat ini belum kisah Jātaka yang disebutkan. terdokumentasi secara menyeluruh Pemaparannya juga dijelaskan dan sistematis dalam bentuk secara singkat. Salah satu kisah penelitian, kajian maupun buku- Jātaka yangterkenal di banyak buku populer. Memang tidak bangunan Buddhis di dunia yang dapat dipungkiri bahwa beberapa juga tampak di salah satu dinding buku mengenai candi-candi Candi Borobudur yakni Buddhis di Jawa Tengah telah Mahākapijātaka tidak disebutkan ditulis oleh beberapa sarjana. sama sekali di buku ini. Miksic Namun demikian, kajian secara dalam bukunya “Borobudur khusus dalam bentuk penulisan Golden Tales of the Buddha” juga ilmiah yang fokus mengakui bahwa beberapa kisah- mengidentifikasi dan membahas kisah pada relief di Candi kisah-kisah Jātaka yang terdapat di Borobudur belum teridentifikasi candi-candi ini belum pernah (1997:71). Selain itu, dalam dilakukan. Memang dalam buku- sebuah buku yang berjudul buku tersebut telah dibahas “Kraton – A Javanese beberapa kisah Jātaka yang ada Site of Enigmatic Beauty”, buku Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 4

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

yang disusun oleh banyak pihak mengkaji penelitian ini di candi dan dicetak oleh The Government Sojiwan, Mendut, dan Borobudur of the Republic of Indonesia yang terletak di provinsi Jawa hanya menyebutkan keberadaan Tengah. beberapa kisah Jātaka di Candi Teori yang digunakan pada Sojiwan tanpa penelitian ini adalah teori mengidentifikasikannya secara Semiotika Charles Shanders jelas meskipun candi ini juga Pierce (Kriyantono, 2009: 264). menjadi salah satu topik Semiotika merupakan sebentuk pembahasan di buku ini hermeneutika yakni nama klasik (2015:120-23). Padahal, diketahui untuk studi mengenai penafsiran bahwa di candi ini terdapat banyak sastra (Stokes, 2007:76). Secara relief yang menggambarkan kisah- harfiah semiotika berarti ilmu kisah Jātaka. mengenai tanda. Ferdinand De Dengan demikian penelitian Saussure (1983) meyakini bahwa ini dilakukan untuk memberikan semiotika dapat digunakan untuk sumbangan literatur kisah-kisah menganalisis sebagian besar jātaka yang lebih komprehensif “sistem tanda”dan bahwa tidak berdasarkan relief candi-candi ada alasan untuk tidak dapat tersebut di atas. Terdapat beberapa diterapkan pada bentuk media masalah yang diangkat, sesuai atau bentuk kultural apapun dengan fokus yang telah (Stokes, 2007: 76). Stokes juga dirumuskan pada latar belakang menjelaskan bahwa analisis masalah penelitian ini yakni (1) semiotika dapat dikombinasikan Bagaimana keragaman kisah-kisah dengan analisis isi. Kaitannya Jātaka yang termuat di relief candi dengan penelitian ini, teori Sojiwan, Mendut, dan analisis semiotika dapat Borobudur?; (2) Bagaimana digunakan untuk menafsirkan identifikasi kisah-kisah Jātaka tanda-tanda yang terdapat pada yang termuat di relief candi relief candi-candi Buddhis di Jawa Sojiwan, Mendut, dan Borobudur? Tengah sehingga kisah-kisah Masalah pada penelitian ini Jātaka dapat teridentifikasi secara perlu untuk dibatasi sehingga menyeluruh. kajian ini akan lebih fokus pada Pada teori Semiotika Pierce permasalahan yang telah dikenal segitiga makna yang dikemukakan. Oleh karena itu, seringkali disebut sebagai triangle peneliti memberikan batasan of meaning. Segitiga makna ini masalah yakni (1) batasan tema; digunakan untuk mengupas difokuskan pada keragaman kisah- bagaimana makna muncul ketika kisah Jātaka yang terdapat pada sebuah tanda digunakan seseorang relief candi Sojiwan, Mendut, dan untuk berkomunikasi (Kriyantono, Borobudur; (2) batasan lokus; 2009: 265). Di bawah ini Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 5

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

merupakan segitiga makna antara sebab dan akibat yang dari Pierce: punya kedekatan eksistensi. SIGN/TANDA Simbol meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan obyek yang maknanya disepakati bersama. Berikut merupakan bagan ikon, indeks, dan simbol INTEPRETAN OBJEK tersebut: ICON Gambar 1. Triangle of Meaning Pierce (Kriyantono, 2009: 265)

Sign/tanda merupakan fisik yang dapat ditangkap oleh panca SYMBOL INDEX indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain di Gambar 2. Icon, Index, Symbol luar tanda itu sendiri. Object/objek Pierce (John Fiske, 1990) merupakan konteks sosial yang menjadi referensi tanda atau Berdasarkan hal tersebut, sesuatu yang dirujuk tanda. pada penelitian ini setiap relief Sedangkan Intepretan adalah yang ada dikategorikan sebagai orang yang menggunakan tanda ikon yang memuat unsur-unsur dan menurunkannya ke suatu fisik sebenarnya. Indeks berfungsi makna yang ada dalam benak untuk menangkap sinyal yang seseorang tentang objek yang diperoleh dari ikon. Misalnya dirujuk sebuah tanda (Sobur, dalam ikon ada gambar seekor 2006: 42). buaya, monyet, dan sungai. Dalam Berdasarkan obyeknya, Pierce hal ini indeksnya adalah bahwa membagi tanda menjadi tiga yakni monyet yang duduk di atas Ikon (Icon), Indeks (Index), dan punggung buaya tengah Simbol (Symbol) (Sobur 2006: mengelabui buaya tersebut agar ia 42). Ikon adalah suatu benda fisik dapat menyeberangi sungai. yang menyerupai apa yang Sementara itu simbol digunakan direpresantasikannya (bisa dua untuk mengetahui keseluruhan atau tiga dimensi). Misalnya cerita yang digambarkan pada adalah patung yang merupakan relief. Sebagai contoh dalam relief obyek tiga dimensi. Indeks adalah yang menunjukkan ada gambar suatu tanda yang secara alamiah monyet, buaya, dan sungai merepresentasikan objek lainnya. merepresentasikan atau Indeks disebut juga sinyal (signal) menyimbolkan bahwa ini adalah atau gejala (symptom). Indeks kisah jātaka khususnya muncul berdasarkan hubungan Sumsumārajātaka. Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 6

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

METODE menggunakan sumber data yakni Penelitian ini menggunakan tipe pertama, data primer (data utama): penelitian deskriptif dengan data utama dari penelitian ini pendekatan kualitatif. Deskriptif adalah melalui hasil observasi menurut Furchan (2007: 39) yang berkenaan dengan apa yang merupakan bentuk dalam diteliti. Observasi merupakan melukiskan dan menafsirkan kegiatan pengamatan dan keadaan yang ada. Penelitian pencatatan secara sistematis deskriptif berkenaan dengan terhadap objek yang diselidiki beberapa hal yakni kondisi atau yakni relief pada candi Sojiwan, hubungan yang ada; praktek- Mendut, dan Borobudur yang praktek yang sedang berlaku; merupakan candi-candi Buddhis di keyakinan, sudut pandang, atau Jawa Tengah. Kedua data sikap yang dimiliki; proses-proses sekunder (data pendukung) yang yang sedang berlangsung; merupakan sebuah data pengaruh-pengaruh yang sedang pendukung yang ada pada dirasakan; atau kecenderungan- penelitian. Data pendukung pada kecenderungan yang sedang penelitian ini didapatkan melalui berkembang. teknik dokumentasi terhadap Paradigma yang digunakan buku-buku jātaka (volume I s.d. pada penelitian ini adalah VI). Selain itu didapatkan juga paradigma intepretatif sehingga melalui dokumen berupa foto serta tidak digunakan untuk mengukur kepustakaan, buku-buku kecenderungan melainkan untuk pendukung, maupun media online. menganalisis fenomena sosial atau Teknik analisis data ini budaya secara menyeluruh menggunakan pendekatan (Suryadi, 2010: 429). Lokus pada semiotika Pierce, yang hasil penelitian ini berlokasi di Candi datanya diperkuat melalui Sojiwan, Mendut dan Borobudur observasi maupun teknik di Jawa Tengah. Proses dokumentasi. Selanjutnya dikaji pengumpulan data pada penelitian dan dianalisis dengan ini dilakukan selama dua bulan menggunakan teknik analisis data terhitung sejak proposal ini model Miles and Huberman disetujui untuk dilanjutkan dalam melalui langkah-langkah yakni (1) proses penelitian. Pada penelitian Reduksi data; (2) Penyajian Data; kualitatif sumber data yang (3) Verifikasi data digunakan merujuk pada data deskriptif, dokumen pribadi atau resmi lembaga, catatan lapangan, HASIL DAN PEMBAHASAN pernyataan seseorang, gambar dan Hasil pengumpulan data telah foto-foto. (Ruslan 2003: 245). didapatkan melalui teknik Dalam hal ini penelitian ini observasi dan dokumentasi. Data Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 7

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

mentah yang telah diperoleh di merepresentasikan kisah-kisah lapangan telah direduksi, jātaka. Serta 12 panel yang tidak disajikan, dan dianalisis dalam merepresentasikan kisah-kisah bentuk tabel. Selanjutnya jātaka namun terdapat pada dilakukan verifikasi terhadap hasil sumber lainnya seperti pada papan analisis data tersebut. Perlu dicatat informasi candi, , bahwa proses identifikasi terhadap Hitopadesha, dan Tantri relief-relief yang terkumpul juga Kāmandaka. mengalami beberapa kesulitan. Kedua, pada candi Mendut Kesulitan pertama disebabkan terdapat total 45 panel relief yang beberapa relief telah mengalami telah diidentifikasi. Diantara panel kerusakan. Kesulitan kedua, tersebut terdapat 15 panel relief beberapa relief hanya yang teridentifikasi memperlihatkan objek tunggal merepresentasikan kisah-kisah sehingga sulit diidentifikasi jātaka. Serta 30 panel yang tidak sebagai sebuah cerita. Kesulitan merepresentasikan kisah-kisah yang ketiga adalah tidak sedikit jātaka namun terdapat pada gambar yang ada pada relief-relief sumber lainnya seperti pada khususnya di candi Borobudur Panchatantra, dan Tantri menampilkan aktivitas-aktivitas Kāmandaka. sekelompok manusia yang Ketiga, pada candi Borobudur cenderung dapat menimbulkan terdapat 230 panel relief yang multi interpretasi. Namun kemudian direduksi menjadi 44 demikian melalui pembandingan panel. Namun demikian dari 44 beberapa relief terhadap kisah- panel tersebut terdapat rangkaian kisah Jātaka yang termuat pada cerita yang tidak bisa dipisahkan, teks Jātaka telah ditemukan kisah- sehingga berdasarkan rangkaian kisah Jātaka. ceritanya pada candi Borobudur Melalui analisis data yang ini diklasifikasikan menjadi 16 telah dilakukan terhadap candi panel relief yang telah Sojiwan, Mendut, dan Borobudur diidentifikasi. Diantara panel dengan menggunakan analisis tersebut terdapat 15 panel relief Semiotika Pierce yang terdiri dari yang teridentifikasi ikon, indeks, dan simbol maka merepresentasikan kisah-kisah pada sub bab ini akan disajikan jātaka. Serta 1 diantaranya yang hasil identifikasi dari ketiga candi tidak merepresentasikan kisah tersebut. jātaka namun terdapat pada Pertama, pada candi sumber lainnya yakni pada Sojiwan terdapat total 20 panel . relief yang telah diidentifikasi. Untuk memperjelas uraian di Diantara panel tersebut terdapat 8 atas, maka disajikan tabel hasil panel relief yang teridentifikasi identifikasi kisah-kisah jātaka Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 8

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

pada candi Sojiwan, Mendut, dan no 38). Borobudur sebagai berikut: 21. 41 Mendut Sumsumārajātaka (Jātaka no. 208). Tabel 1. 22. 42 Mendut Naccajātaka (Jātaka Hasil identifikasi kisah-kisah no 32). jātaka pada candi Sojiwan, 23. 43 Mendut Mahāsuvarājājātaka Mendut, dan Borobudur (Jātaka no. 429). No. 24. 1 Borobudur Sivijātaka (Jātaka No. Candi Hasil Identifikasi Relief no. 499). 1. 3 Sojiwan Kacchapajātaka 25. 2 Borobudur Kummasāpiṇḍijātak (Jātaka no. 178) a (Jātaka no. 415). 2. 5 Sojiwan Sumsumārajātaka 26. 3 Borobudur Khadiraṅgārajātaka (Jātaka no. 208). (Jātaka no. 40). 3. 9 Sojiwan Nakulajātaka 27. 4 Borobudur Sasapaṇditajātaka (Jātaka no. 165) (Jātaka no. 316). 4. 10 Sojiwan Cūladhanuggahajāt 28. 5 Borobudur Macchajātaka aka (Jātaka no. (Jātaka no. 75). 374). 29. 6 Borobudur Vaṭṭakajātaka 5. 12 Sojiwan Suvanakakkaṭakajāt (Jātaka no. 35). aka (Jātaka no. 30. 7 Borobudur Mahāhaṃsajātaka 389). (Jātaka no. 534). 6. 14 Sojiwan Kākajātaka (Jātaka 31. 8 Borobudur Mahākapijātaka no. 140). (Jātaka no. 516). 7. 18 Sojiwan Candakinnarījātaka 32. 9 Borobudur Rurumigarājajātaka (Jātaka no. 485). (Jātaka no. 482). 8. 19 Sojiwan Candakinnarījātaka 33. 10 Borobudur Sarabhamigajātaka (Jātaka no. 485). (Jātaka no. 483). 9. 4 Mendut Suvaṇṇakakkaṭajāta 34. 11 Borobudur Mahākapijātaka ka (Jātaka no. 389). (Jātaka no. 407). 10. 6 Mendut Kaḷāyamuṭṭhijātaka 35. 12 Borobudur Mahiṃsarājājātaka (Jātaka no. 176). (Jātaka no. 278). 11. 8 Mendut Kacchapajātaka 36. 13 Borobudur Javasakuṇajātaka (Jātaka no. 215). (Jātaka no. 308). 12. 9 Mendut Nakulajātaka 37. 15 Borobudur Visayhajātaka (Jātaka no. 165). (Jātaka no. 340). 13. 11 Mendut Manikanthakajātaka 38. 16 Borobudur Akittijātaka (Jātaka (Jātaka no. 253). no. 480). 14. 14 Mendut Nakulajātaka (Jātaka no. 165). Berdasarkan tabel di atas, 15. 20 Mendut Mahāsukajātaka telah diketahui bahwa secara (Jātaka no 429). keseluruhan terdapat 38 panel 16. 21 Mendut Kuṭidūsakajātaka (Jātaka no 321). relief yang ada di ketiga candi 17. 26 Mendut Nakulajātaka tersebut dan teridentifikasi (jātaka no. 165). merepresentasikan kisah-kisah 18. 38 Mendut Rurumigarājajātaka jātaka. Beberapa di antara panel (Jātaka no 482). tersebut merepresentasikan kisah 19. 39 Mendut Biḷarajātaka (jātaka no. 128). jātaka yang sama. Misalnya 20. 40 Mendut Bakajātaka (Jātaka seperti kisah Kacchapajātaka Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 9

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

(jātaka no. 178) yang terdapat Tantri Kāmandaka, dan avadana. pada panel nomor 3 di candi Namun demikian ada beberapa Sojiwan dan nomor 8 di candi kisah yang teridentifikasi sebagai Mendut. Kisah Nakulajātaka kisah Jātaka, di saat yang sama (jātaka no. 165) terdapat pada juga ditemukan di dalam panel relief nomor 9 di candi Panchatantra. Beberapa di Sojiwan serta nomor 9, 14, dan 26 antaranya adalah pada candi Mendut. Kemudian Sumsumārajātaka (Jātaka no. kisah Sumsumārajātaka (jātaka no. 208), dan Bakajātaka (Jātaka no 208) yang terdapat pada panel 38). relief nomor 5 di candi Sojiwan serta nomor 41 di candi Mendut. PENUTUP Selanjutnya kisah Terdapat total 109 panel relief Candakinnarījātaka (jātaka no. pada candi Sojiwan, Mendut, dan 485) pada panel nomor 18 dan 19 Borobudur yang telah di candi Sojiwan. Lalu diidentifikasi. Dari 109 panel Rurumigarājajātaka (jātaka No. relief tersebut terdapat 38 panel 482) yang terdapat pada panel yang teridentifikasi nomor 38 di candi Mendut dan merepresentasikan kisah-kisah nomor 9 di candi Borobudur. Di jātaka. Selanjutnya dari 38 panel Borobudur terdapat kisah dengan yang merepresentasikan kisah- nama yang sama yakni kisah jātaka, memuat 29 kisah Mahākapijātaka tetapi jātaka dengan judul yang berbeda. menceritakan kisah yang berbeda. Kisah-kisah jātaka yang termuat Pada panel nomor 8 menuangkan pada relief candi Sojiwan, kisah Mahākapijātaka yang Mendut, dan Borobudur tersebut terdapat pada Jātaka nomor 516, memiliki keragaman. Hal ini sedangkan pada panel nomor 11 ditunjukkan dengan adanya 29 mengisahkan kisah kisah jātaka dengan judul yang Mahākapijātaka yang terdapat berbeda di 38 panel tersebut. Panel pada Jātaka nomor 407. relief lainnya yang tidak Kemudian kisah merepresentasikan kisah-kisah Suvanakakkaṭakajātaka (jātaka no. jātaka ditemukan dalam sumber 389) terdapat pada panel nomor 12 lain seperti Panchatantra, di candi Sojiwan dan nomor 4 di Hitopadesha, Tantri Kāmandaka, candi Mendut. dan avadana, serta pada papan Perlu dicatat bahwa ada informasi candi. beberapa relief yang tidak Penelitian yang telah teridentifikasi sebagai kisah Jātaka dilakukan ini diharapkan dapat namun ditemukan kisahnya dalam memperkaya sumber literatur sumber-sumber lain seperti Buddhis terutama yang Panchatantra, Hitopadesha, berhubungan dengan kisah-kisah Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 10

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Jātaka. Selain itu, dengan telah Bibliothek. teridentifikasinya relief-relief pada E.W. Cowel. (1895). The Stories tiga candi yang dimaksud, hal ini of the Buddha Former Births dapat digunakan sebagai referensi (Jātaka), Vol. I. New Delhi: bagi para pengunjung tiga candi Asian Educational Services. tersebut untuk lebih memahami pesan moral yang terkandung pada E.W. Cowel. (1895). The Stories relief-relief tersebut. of the Buddha Former Births Dengan adanya relief-relief (Jātaka), Vol. II. New Delhi: yang belum teridentifikasi karena Asian Educational Services. beberapa kendala yang telah disebutkan di atas, diharapkan ada E.W. Cowel. (1897). The Stories peneliti selanjutnya yang tertarik of the Buddha Former Births untuk melakukan penelitian yang (Jātaka), Vol. III. New Delhi: sejenis agar makna maupun pesan Asian Educational Services. moral pada seluruh relief-relief di candi Sojiwan, Mendut dan E.W. Cowel. (1901). The Stories Borobudur dapat teridentifikasi. of the Buddha Former Births (Jātaka), Vol. IV. New Delhi: UCAPAN TERIMA KASIH Asian Educational Services, Terima kasih disampaikan kepada 1901. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian E.W. Cowel. (1905). The Stories Agama RI yang telah memberikan of the Buddha Former Births dana bantuan penelitian. Terima (Jātaka), Vol. V. New Delhi: kasih juga diucapkan pada Bapak Asian Educational Services. Sukodoyo, S.Ag., M.Si., dan Reviewer Jurnal Pencerahan yang E.W. Cowel and W.H.D Rouse. telah memberikan saran dan (1970). The Stories of the masukan perbaikan artikel ini. Buddha Former Births Semoga artikel penelitian ini (Jātaka), Vol. VI. New Delhi: memberikan kontribusi bagi Asian Educational Services. masyarakat luas, dan khususnya bagi umat Buddha serta akademisi Fiske, John. (Tanpa Tahun). Buddhis di Indonesia. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar DAFTAR ACUAN Paling Komprehensif. Bandung : Jalasutra. Daigo, Cihara. (1996). Hindu- in Horner, I. B. (1963). The Book of South East Asia. Leiden, New the Discipline Volume V York: Die Deutsche (Cullavagga). : Luzac Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 11

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

& Company Ltd. The Government of Sri J.S. Speyer. (1895). Garland of Lanka. Birth Stories (Gatakamala). London: Oxford University Mark Long. (2009). Candi Press. Mendut-Womb of the Tathāgata. New Delhi: Aditya Jacques Dumarcay. (1991). Prakashan. Borobudur. New York: Oxford University Press. Ñānamoli, dan Bhikkhu Bodhi. (1995). The Middle Jan J. Boeles. (1989). The Secret Length Discourses of the of Borobudur – According to Buddha (Majjhimanikāya). the Lotus of the True Law or Sri Lanka: Buddhist the Saddharmapundarika. Publication Society. Bangkok: Jan J. Boeles. Penyusun. (2009). Barabudur John Miksic. (1997). Borobudur Tinjauan Arkeologi I. Golden Tales of the Buddha. Indonesia: Gyan Publisher. Singapore: Periplus Editions (HK) Ltd,. Penyusun. (2015). Kraton Ratu Boko – A Javanese Site of John N. Miksic, dll. (2010). Enigmatic Beauty. Borobudur Majestic : PT. Persero Mysterious Magnificient. Taman Wisata Candi Yogyakarta: PT. (Persero) Borobudur dan Taman Wisata Borobudur. Ratu Boko.

Jordan, Amy B.et al. (2009). Ruslan, Rosady. (2003). Metode Media Messages and Public Penelitian Public Relations Health: A Decicions dan Komunikasi. Jakarta: PT Approach to Content Rajagrafindo Persada. Analysis. United Kingdom:Routledge Taylor Seckel. (1971). Encyclopaedia of and Francis Group. Buddhism Vol. III. Ceylon: The Government of Sri Kriyantono, Rachmat. (1996). Lanka. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Sivaramamurti. (1965). Kencana. Encyclopaedia of Buddhism Vol. I. Ceylon: The Kulasuriya. (1996). Encylopaedia Government of Sri Lanka. of Buddhism Vol. IV. Ceylon: Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 12

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Sejarah Kebudayaan Media: Suatu Pengantar Indonesia 2. Yogyakarta: untuk Analisis Wacana, Penerbit Kanisius. Analisis Semiotik, dan Analisis Framming. Bandung: Speyer, J. S. (1990). Garland of Remaja Rosdakarya. Birth Stories (Gātakamālā). Delhi: Motilal Banarsidass Soekmono. (1990). Borobudur Publishers. Prayer in Stone. Singapore: Archipelago Press. Stokes, Jane. (2007). How To Do Media and Cultural Studies: Soekmono. (1976). Chandi Panduan untuk Melaksanakan Borobudur – A Monument of Penelitian dalam Kajian Mankind. : The Unesco Media dan Budaya. Press. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka. Soekmono. (1995). The Javanese Candi: Function and T.W. Rhys David dan William Meaning. Leiden, Netherland: Stede. (1997). -English Die Deutche Bibliothek. Dictionary. New Delhi: Asian Educational Service. Soekmono. (1973). Pengantar

Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 13

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Lampiran Analisis Semiotika Pierce Analisis Semiotika Pierce No. Gambar (Tiga kategori tanda) Ikon Indeks Simbol 1. Ikon Relief 1. Pada panel Relief ini pada Panel pertama, merepresentasikan kisah Pertama: ikan yang dalam Macchajātaka 1. Sekelompok paling besar (Jātaka no. 75). ikan menunjukka Diceritakan Bodhisatta 2. Burung n bahwa ia terlahir sebagai pemimpin 3. Air adalah ikan-ikan dan binatang 4. Dua orang pemimpin yang ada di sebuah kolam. 5. Awan sekelompok Pada saat, terjadi 6. Perhiasan ikan di kekeringan, kura-kura 7. Bunga tempat berada di lumpur tersebut. Air sementara ikan-ikan lain Ikon Relief menunjukka dimangsa burung-burung. pada Panel n bahwa Karena kasihan, ia Kedua: mereka melakukan pernyataan 1. Sekelompok berada di kebenaran kepada Dewa ikan sebuah Pajjuna (Dewa Hujan) agar 2. Kura-kura kolam. menurunkan hujan. Ia 3. Air Kolam mengatakan bahwa meski 4. Empat tersebut terlahir sebagai ikan besar orang kering ia tidak pernah melukai 5. Awan dengan apalagi memakan binatang 6. Benda di ditunjukkan lain. Dengan kekuatan tangan seekor kebenarannya, dewa hujan burung pun menurunkan hujan. seperti tengah memangsa ikan yang ada di kolam itu. Sementara dua orang yang salah satunya membawa jar dimungkink an para dewa. Ini ditunjukkan mereka dengan posisi terbang di Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 14

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

atas awan dengan perhiasan yang dikenakan dan bunga yang ada di tangan.

2. Pada panel kedua, empat orang dengan posisi terbang di atas awan yang adalah para dewa tengah memberikan sesuatu kepada ikan-ikan dan juga kura-kura di kolam di mana binatang- binatang ini tinggal.

Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 15

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

Analisis Semiotika Pierce No. Gambar (Tiga kategori tanda) Ikon Indeks Simbol 2. Ikon Relief pada 1. Dua orang Relief ini Panel Pertama: pada panel merepresentasikan kisah 1. Seorang pertama jātaka dalam wanita tampak akan Khadiraṅgārajātaka 2. Seorang bersiap (Jātaka No. 40). Dalam pria memberikan kisah ini, Bodhisatta 3. Mangkok dana terlahir sebagai seorang 4. Makanan makanan. Ini bendahara kerajaan yang 5. Perhiasan terlihat dari kaya dan dermawan. 6. Baju mereka Suatu saat ia kedatangan 7. Gedung membawa seorang pertapa suci di mangkok istananya. Saat ia ingin Ikon Relief pada yang di mempersembahkan Panel Kedua: dalamnya makanan kepada pertapa 1. Sekumpula seperti ada tersebut, (Makhluk n orang makanan Jahat) menghalang- 2. Teratai yang sudah halangi dengan besar dipersiapkan. menciptakan penampakan 3. Bejana Dari baju neraka di depan pertapa 4. Api dan suci tersebut. Namun 5. Jubah perhiasan dengan kekuatan 6. Aura mewah yang keyakinannya, keajaiban 7. Makanan dikenakan, muncul. Teratai besar mereka mengangkat tubuhnya dan berasal dari ia dapat melewati keluarga penampakan neraka bangsawan. sehingga dapat Gedung yang mempersembahkan megah juga makanan. menunjukka n mereka berasal dari keluarga kaya. 2. Pada panel kedua, seseorang yang duduk di atas teratai besar sedang terbang dan tampak sedang memberikan persembahan kepada orang yang berdiri Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 16

Jurnal Pencerahan STAB Syailendra Santacitto Sentot, Aryanto Firnadi, Rakay Indramayapanna Identification Of Jataka Stories In The Buddhist’s Candis Of Central Java

di sebelah kanan yang adalah seorang pertapa suci. Disebut pertapa karena ia mengenakan jubah dan membawa mangkok. Ia suci disebabkan oleh cahaya aura yang tampak di sekitar kepala. Sementara itu, beberapa orang yang berada di bejana besar adalah orang-orang yang tengah disiksa dengan merebusnya di atas api. Api terlihat di bawah bejana tersebut.

Jurnal Pencerahan Volume 10 No. 10 2018 ISSN 9 772087 92201 17