!Stakaaf^^.Sst, a Ierpbstakaa^ ,SAST?*^ ^ PGB •Ingetahuanbudayaj^
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
- I •, <r''. !STAKAAf^^.sSt, A iERPBSTAKAA^ ,SAST?*^ ^ PGB •IngetahuanbudayaJ^ . iQ51f ARTl BAHASA,PIKIRAN DAN KEBUDAYAAN DALAM HUBUNGAN SUMPAH PEMUDA 1928 r4'\ - G * H' f # Pidato Sambutan Sutan Takdir Alisjahbana pada upacara Penyerahan gelar Doctor Honoris Causa pada tanggal 27 Oktober 1979 oleh f5< Unlversitas Indonesia .f\r^ lan FIB U! Universitas Indonesia Jakarta, 1979 Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979 % hoA^ S^ I F^ULTAS iLMU PENQETAHUAN BUDAYA UNiVERSITAS INDONESIA Tanggal Nomor :£dL9J£.?l?:E. ?VT ^e. ^^M£> ^ 63 Rahayu SudiartiArti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979 Percetakan Negara IV/I. A Jakarta — Pusat PJERPUSTAlf•' ^AKVLTASSASTJ-' Yang terhormat Tuan2 anggota Dewan Kurator, Tuan Rektor dan para Guru Besar dan Dosen. Puan Promotor. Para Puan2 dan Tuan2 Pembesar Indonesia dan bukan Indonesia. Puan2 dan Tuan2 mahasiswa. Hadirin sekalian yang saya hormati. Dalam sejarah kebangkitan bangsa Indonesia sebagai suatu kesa- tuan pada permulaan abad ke-20 ini makin lama makin nyata besamya arti Snmpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang tahun lalu kita peringati 50 tahun atau setengah abad usianya. Dari ketiga keputusan yang dimmuskan oleh Sumpah Pemuda itu, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu dan menjunjung bahasa yang satu, sekaliannya dinamakan Indonesia, pada hakekatnya keputusan yang pertama dan kedua telah tercapai dengan terben- tuknya negara Indonesia dengan penduduknya warga negara Indo nesia seperti dirumuskan dalam Undang2 Dasar 1945. Tentang keputusan yang ketiga, yaitu mengenai bahasa Indonesia, kita malahan telah maju selangkah lagi dengan rumusan Undang2 Dasar 1945 yang terus terang mengatakan, bahwa bahasa Indone sia adalah bahasa Negara Indonesia. Disini kelihatan kepada kita, bagaimana rumusan Sumpah Pemuda Kami Putera dan Puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia diubah menjadi rumusan yang lebih tegas dan tidak me-ragu2kan Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia, (Bab XV, pasal 36). Pada kesempatan ini saya ingin berbicara tentang arti bahasa, pikiran dan kebudayaan dalam kehidupan sesuatu masyarakat atau bangsa agar dapat kita menyadari arti Sumpah Pemuda dan ."umusan Undang2 Dasar 1945 itu se-luas2nya dan se-dalam2nya dan dengan demikian sadar akan tugas yang besar dan luas y^g diletakkannya atas bahu kita sekalian. Untuk memahamkan hal mi tak boleh tidak kita harus merenungkan kembali, apakah seben^- nya arti bahasa dalam kehidupan manusia sebagai makhluk berbudi. Dalam kehidupan se-hari2 sering dikatakan, bahwa budilah yang membedakan manusia daripada hewan. Sedangkan pada hewan peroses dan arah kelakuan hidupnya tersimpul ddam dnye atau doronganhidup dan inseting, pada manusia diatas drive dan inseting itu tumbuh suatu kesanggupan yang baru yang dinamakan budi Arti Bahasa, PERPUSTAKAANPikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979 fakultas ilmu pengetahuan budaya w dan yang membuat manusia itu menjadi bukan saja lebih bebas terhadap drive dan insetingnya, tetapi juga lebih bebas terhadap alam sekltarnya, malahan membuatnya mendapat kemungkinan nntuk menganalisis, mengubah dan menguasai alam sekitamya. Dengan kesanggupan budinya itulah manusia dapat menciptakan suatu lingkungan hidup yang bam yang nyata berbeda dari ling- kungan hidup makhluk2 yang lain dan yang dinamakan lingkungan hidup kebudayaan. Dalam bahasa Indonesia hal ini temcapkan jelas sekali, jauh lebih jelas dari dalam bahasa mana sekalipun. Oleh budinya manusia mengatasi alam dan hidup dalam budi-daya atau kebudayaan, yang diciptakan oleh budi itu sendiri. Malahan alampun menjadi suatu pengertian kebudayaan yang penting kedu- dukannya dalam keselumhan setruktur pengertian kebudayaan. Dalam bahasa Inggeris boleh dikatakan tak ad a perhubungan antara mind dan culture. Dalam ilmu manusia dilingkungan Anglo- Sakson ditekankan, bahwa kebudayaan itu adalah hasil masyara- kat dan dengan demikian dalam bahasa Inggeris segala ilmu ten- tang kelakuan manusia sebagai makhluk yang berbudi dan bersifat kelakuan kebudayaan disebut social sciences atau ilmu2 masyara- kat, sedangkan semestinya cultural sciences atau ilmu2 kebudaya an. Sebab hewanpun mempunyai masyarakat dan hidup dalam masyarakat; hanya manusia yang berbudi yang hidup dalam kebu dayaan.-Dalam bahasa Jerman perhubungan antara budi dan kebu dayaan lebih rapat, sehingga umum dihubungkan orang Geist dan Kultur, malahan Geisteswissenschaften dan Kulturwissenschaften sebagai sinonim. Dalam hubungan ini bahasa itu adalah penjelmaan budi manusia yang paling jelas, temtama sekali berhubung dengan kesanggupan untuk berpikir yang diberikannya kepada manusia, sehingga se- sungguhnya sering dikemukakan orang pertanyaan, apakah yang tumbuh lebih dahulu dalam evolusi manusia: kecakapan manusia berpikirkah atau kecakapan manusia berbahasa? Dalarri hubungan pembentukan istilah2 nyata, bahwa perhubungan itu bersifat dialektik. Tiap2 kemajuan berpikir membentuk konsep yang baru menghendaki kata yang baru. Sementara itu tiap2 kata atau istilah yang bam memberi "pijakan" kepada pikiran untuk terns mencip takan konsep bam yang menghendaki kata yang bam pula. Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979 Dari kehidupan budi yang amat kaya itu adalah kehidupan pi- kiran bagian yang terpenting kedudukannya, oleh karena dengan pikirannya manusia itu dapat mengidentitas benda2 dan peristiwa2 di alam sekitamya dan dengan demikian mengetahui hukum2 dan tenaga2 dalam peroses alam. Dalam pengertian alam disirii terma- suk juga manusia sendiii. Dengan pengetahuannya itu dapatlah ia memakai kemungkinan2 alam, mengubah dan menguasai alam, malahan mengetahui kedudukannya di-tengah2 alam itu. Kita tahu, bahwa pikiran dalam arti yang se-luas2nya se-mata2 berlaku dengan bahasa dan dalam bahasa, oleh karena tiap2 konsep yang terbentuk oleh pikiran itu dilambangkan oleh kata, sedang- kan susunan konsep2 yang merupakan buah pikiran selalu tersusun dalam kalimat atau susunan kata yang berarti, yaitu yang mengan- dung pikiran. Apabila kita hendak mengetahui, apakah arti bahasa itu bagi manusia hendaklah kita mengikuti perkembangan bahasa itu pada kanak2. Jika seorang anak hampir mencapai usia dua tahun keli- hatan kepada kita se-olah2 ia keranjingan akan kata2, yaitu nama2 benda dan peristiwa disekitamya. Bukan saja ia terus-menerus bertanya nama2 benda dan peristiwa, tetapi sering juga kelihatan ia se-olah2 memperagakan nama2 benda yang telah diketahuinya kepada orang lain. Kehausan anak itu akan kata2 bukan se-kali2 keranjingan mengafalkan kata2, tetapi adalah penjelmaan suatu peroses yang lebih dalam dan luas. Ia sedang menumbuhkan budi- nya dengan membentuk konsep2 dengan pancaindera dan akalnya dan dengan demikian lambat-laun mendapat otientasi yang objek- tif tentang sekitamya. Dengan kata yang lain, dengan menambah- kan kata2 yang mempakan nama2 benda dan peristiwa ia menam- bah konsep2nya dan dengan menyusun konsep2 itu dalam kalimat ia menumbuhkan pikirannya yang lambat-laun membawanya ke pada pendirian yang objektif terhadap sekitamya yang melingkungi juga dirinya. Perkembangan pikiran ber-sama2 dengan bertambahnya jumlah kata2 seorang anak serta bertambahnya kecakapannya menyusun kalimat tentu akan jelas benar kelihatan, apabila kita mengikuti dengan teliti pertumbuhan bahasa pada seseorang anak, seperti dilakukan oleh suami-isteri Stem yang dilukiskan mereka dalam Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979 buku Die Kindersprache^^ yang amat terkenal itu. Lebih menarik hati lagi adalah penyelidikan yang dilakukan oleh A. Nanninga Boon, seorang doktor perempuan Belanda yang melahirkan seorang anak laki2 yang tuli-bisu Dalam bukunya Het denken van het ioofstomme kind^), yang menjadi disertasinya mencapai gelar doctor, Ibu yang malang itu berexperimen dengan anaknya itu. Diusahakannya selangkah demi selangkah mengajar anaknya itu memakai bahasa dengan jalan mengajarkan kepadanya kata2 dan cara menyusun kata2 yang dipilihnya dengan teliti. Dengan usahanya merangsang perkembangan pikiran anaknya itu dengan mengembangkan jumlah kata2 dan susunan kata2 yang diajarkannya dengan teratur, dapatlah ia mengikuti perhubungan antara perkembangan pikiran dengan bertambahnya kata serta kecakapannya menyusunnya. Tentang hal ini sangat penting pengalaman Helen Keller yang lahir bukan hanya buta, tetapi juga tuli-bisu, sehingga ia tak dapat berhubungan dengan manusia yang lain dengan perantaraan baha sa. Dalam riwayat hidupnya diceritakan, bagaimiana baginya terbu- ka dunia baru, ketika pada suatu hari ia tiba pada kesadaran, bah- wa segala sesuatu mempunyai nama yang dapat dituUskan dan bahwa dengan mengetahui nama2 untuk segala sesuatu itu manusia dapat berhubungan dengan orang disekitamya.^) Benda2 dan peristiwa2 yang kita hadapi terikat dalam keadaan- nya didalam ruang dan waktu, tetapi dengan kata2 yang melam- bangkan konsep2nya, terbebaslah sekaliannya dari waktu dan ruang, yaitu mendapat kedinamisan dalam pikiran maupun dalam perbuatan kita. Karena kedinamisan konsep2 yang berlambangkan kata2 itu dalam pikiran, tanggapan dan perbuatan manusialah, maka dengan perantaraan konsep2 yang ada padanya manusia dapat menciptakan konsep2 yang baru, yang pada hakekatnya tidak ada benda atau peristiwanya selain dari dalam pikiran atau tanggapan manusia. Dengan demikian manusia dengan pikiran dan tanggapannya dapat mengatasi dunia yang nyata dengan membuat 1) Clara und William Stem, Die Kindersprache, Leipzig, 1928. 2) Dr. A. Nanninga-Boon, Het Denken van het Doofstomme Kind, Groningen-Den Haag-Batavia, 1934. 3) Helen Keller, The