Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta THE RIVERFRONT SEBAGAI DESTINASI POPULER DI

Roseline Nanda Alviana 16.1960

Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta

Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Asiatique The Riverfront Sebagai Destinasi Populer di Thailand.

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki peran besar terhadap peningkatan perekonomian suatu negara. Dalam mendukung kegiatan pariwisata, pemerintah akan memberikan fasilitas dan infrastruktur yang dibutuhkan dan memiliki daya tarik bagi para wisatawan. Tempat belanja merupakan salah satu tujuan utama yang tidak akan terlewatkan untuk dikunjungi para wisatawan. Para wisatawan akan lebih memilih barang yang murah dan unik untuk dijadikan buah tangan. Selain itu, barang yang memiliki nilai seni khas dari negara teresebut akan menjadi nilai tambah untuk menarik wisatawan berbelanja. Daya tarik yang dapat menarik wisatawan untuk terus menerus mengunjungi suatu negara adalah tempat belanja. merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Asia Tenggara yang memiliki sejarah dan memiliki percampuran bangsa, agama, dan budaya yang tinggal secara harmonis. Jurnal Foreign Case Study atau biasa disingkat FCS disusun oleh penulis sebagai syarat untuk memenuhi kompetensi di STIPRAM, materi dari jurnal ini diperoleh penulis dari kegiatan yang penulis lakukan selama FCS berlangsung. FCS adalah kegiatan melakukan perjalanan ke luar negeri yang diselenggarakan oleh kampus. Dalam ranga kegiatan Foreign Case Study ini dan penulisan jurnal ilmiah, penulis melakukan kegiatan studi banding langsung di Bangkok, Thailand. Penulis melakukan perjalanan studi banding dengan 17 mahasiswa STIPRAM dan didampingi oleh Bapak Syamsu dan dilakukan selama 5 hari. Tepatnya pada tanggal 18-22 November 2017 [1]. Di Thailand, penulis banyak sekali mendapat pengalaman baru di negeri orang, sehingga penulis memutuskan untuk mengambil tema Tourism Destination yang ada di wilayah Bangkok. Penulis tidak hanya mengunjungi sekitaran wilayah Bangkok melainkan penulis juga mengunjungi daerah pesisir Teluk Thailand yaitu Pattaya. Pada hari pertama penulis mengunjungi Arun, , China Town, Chatuchak Market. Pada hari kedua penulis menuju ke Pattaya untuk mengunjungi Big Bee Farm, Silver Lake, Laser Budha, dan Pattaya Beach. Pada hari ketiga penulis mengunjungi pusat ole-oleh dan perbelanjaan yaitu Market, dan juga mengunjungi mall yang ada di tepi sungai yaitu Asiatique The Riverfront. Dalam menyelesaikan penulisan laporan Foreign Case Study, penulis sangat tertarik dengan wisata belanja yang ada di negara Thailand. Oleh karena itu penulis menyusun

1 jurnal Foreign Case Study dengan judul “Asiatique The Riverfront Sebagai Destinasi Populer Di Thailand” Dipilihnya destinasi wisata tersebut, karena penulis sangat tertarik dengan perpaduan suasana tradisional dan modern yang tidak lepas ketika penulis berada disana. Dan juga “Asiatique The Riverfront” merupakan salah satu surga belanja bagi wisatawan yang unik, karena terletak di tepi sungai dan memiliki suasana yang sangat khas dan syahdu. B. Tujuan Kegiatan studi banding ke luar negeri memiliki tujuan bagi mahasiswa pariwisata, antara lain : 1. Bisa melihat perbandingan kualitas destinasi wisata yang ada di Indonesia dengan di Thailand. 2. Bisa mendapatkan dan mempelajari hal baru di Thailand dan mengambil hal positif untuk diterapkan di Indonesia. 3. Ingin mengetahui seluk-beluk destinasi wisata yang ada di Thailand. 4. Untuk memenuhi kegiatan wajib Foreign Case Study (FCS) mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pariwisata program studi strata satu jurusan Pariwisata.

2. PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah [2]. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan [3]. Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan [4]. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi [5]. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah [6]. Pada hakikatnya berwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya [7]. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun lainnya seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman baru [8]. Besarnya kegiatan pariwisata, terutama tingkat internasional, ditambah dengan situasi di mana batas antar negara semakin hilang, telah menjadikan pariwisata sebagai suatu kegiatan penting yang turut mempengaruhi hubungan internasional [9]. Banyak negara di dunia sekarang ini yang menganggap pariwisata sebagai sebuah aspek penting dari strategi pengembangan negara. Berikut merupakan pengertian pariwisata menurut beberapa ahli : 1. Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta “pari” yang berarti banyak atau berkeliling dan “wisata” yang berarti pergi atau bepergian. Jadi pariwisata adalah

2 perjalanan yang dilakukan secara berulang – ulang dan berpindah – pindah. 2. Gejala – gejala yang disebabkan oleh perjalanan dan pendiaman orang – orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu. Sektor pariwisata memberikan keuntungan ekonomi terhadap negara yang bersangkutan [10]. Bangkok adalah ibu kota dan kota terbesar di Thailand. Kota ini terletak di tepi barat Sungai Chao Phraya, dekat Teluk Thailand. Bangkok adalah salah satu kota dengan perkembangan terpesat, dengan ekonomi yang dinamis dan kemasyarakatan yang progresif di Asia Tenggara. Kota ini sedang berkembang menjadi pusat regional yang dapat menyaingi Singapura dan Hong Kong. Bangkok telah lama menjadi pintu masuk bagi penanam modal asing yang ingin mencari pasar baru di Asia. Kota ini juga mencatat sebagai salah satu kota di dengan laju penambahan konstruksi gedung pencakar langit tercepat. Kaya akan situs-situs budaya membuat Bangkok sebagai salah satu tujuan wisata terpopuler di dunia. Tidak hanya situs budaya yang ramai pengunjung, Bangkok juga menjadi salah satu negara tujuan favorit bagi mereka yang menggeluti dunia kecantikan, fashion, dan juga kuliner. A. Regulation Sebelum penulis berangkat menuju Thailand, penulis mempersiapkan segala dokumen yang dibutuhkan untuk ke luar negeri, salah satunya adalah paspor. Paspor bisa di ibaratkan sebagai salah satu nyawa wisatawan. Mengapa? Karena dengan paspor kita dapat mengakses segala hal yang akan kita lakukan di Negara tersebut. Cara membuat paspor pada saat ini sudah dibilang sangat mudah, kita hanya menyiapkan dokumen seperti, KTP yang masih berlaku, Kartu Keluarga (KK), Akta kelahiran atau surat baptis, Akta perkawinan atau buku nikah dan ijazah. Setelah semua persyaratan terpenuhi dan sudah disiapkan, langkah berikutnya yang perlu di lakukan adalah mengunjungi website resmi imigrasi. Setelah berhasil masuk di halaman utaman website, pilih opsi Layanan Publik-Layanan Online, lalu pilih Layanan Paspor Online. Selanjutnya memilih opsi Pra Permohonan Personal di bagian tersebut langsung diarahkan untuk mengisi formulir data diri. Setelah semua data terisi dengan lengkap dan benar, maka kemudian diharuskan membayar biaya administrasi sesuai dengan tarif yang diberlakukan oleh pihak imigrasi. Setelah melakukan pembayaran, jangan lupa untuk melakukan konfirmasi pembayaran. Setelah semua proses permohonan paspor online telah dilakukan lewat website imigrasi, langkah berikutnya adalah pergi ke kantor imigrasi untuk verifikasi berkas dan melakukan wawancara. Biasanya untuk wawancara, yang sering ditanyakan adalah mengenai tujuan membuat paspor. Setelah semua proses selesai, pihak imigrasi akan memberikan konfirmasi berapa lama paspor tersebut dibuat dan informasi pengambilan paspor. Setelah paspor jadi, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan segala kebutuhan yang akan dibawa selama berada di luar negeri. Yang utama adalah menukar mata uang. Penukaran mata uang tersebut dapat dilakukan di money changer yang memiliki harga kurs beli murah. Penulis juga melakukan penukaran mata uang di salah satu money changer yang ada di Kota Yogyakarta. Penulis menukar dua mata uang yaitu Ringgit dan Bath. Mengapa menukar dua mata uang? Karena penerbangan menuju Thailand ada jeda waktu untuk transit di Kuala Lumpur sehingga membutuhkan Ringgit untuk makan siang. Peraturan di Negara Thailand sebenarnya hampir sama dengan Indonesia, perbedaannya tidak begitu terlihat jelas. Berikut adalah aturan-aturan yang ada di Thailand : Dilarang meludah sembarangan, dilarang membuang sampah sembarangan, dan dilarang merusak mata uang Thailand. Ketiga hal tersebut sebenarnya sama dengan aturan yang ada di

3 Indonesia, namun di Thailand aturan tersebut diperketat, sehingga disekitar trotoar jalan rapi dan bersih. Walaupun hanya sedikit aturan yang ada, namun Negara tersebut mengeluarkan aturan aneh yang mungkin sering kita lakukan seperti, : dilarang menyentuh kepala, keluar rumah wajib menggunakan pakaian dalam, wajib mengucapkan “wai”, memperhatikan tata cara duduk, dan aturan befoto di depan patung Buddha, Dilarang menghina yang ada sangkut pautnya dengan kerajaan, Dilarang mengemudi tanpa menggunakan baju, Dilarang menggunakan pakaian mini ketika berkunjun ke kuil. Walaupun terlihat sedikit konyol dan tidak masuk akal, namun aturan tersebut sangat dijunjung masyarakat Thailand. Namun ada juga memang aturan yang sangat diketatkan untuk para turis yang akan berkunjung ke kuil. Tidak hanya itu, bagi turis asing yang akan mengunjungi Thailand juga diwajibkan untuk mengunjungi 1 atau 2 tempat yang merupakan tempat kerajinan atau industri khas Thailand. B. Culture Budaya Thailand sebenarnya menggabungkan kepercayaan budaya dan karakteristik asli daerah yang dikenal sebagai hari modern Thailand ditambah dengan banyak pengaruh dari India kuno, Cina, Kamboja, bersama dengan tetangga budaya pra-sejarah Asia Tenggara. Hal ini dipengaruhi terutama oleh Animisme, Hindu, Budha, serta oleh migrasi kemudian dari Cina, dan India selatan. Seni visual Thailand yang tradisional terutama Buddha. Thailand Buddha gambar dari periode yang berbeda memiliki sejumlah gaya yang khas. Thai seni dan arsitektur candi berevolusi dari sejumlah sumber, salah satunya adalah arsitektur Khmer. Seni kontemporer Thailand sering mengkombinasikan unsur-unsur tradisional Thailand dengan teknik modern. Sastra di Thailand sangat dipengaruhi oleh budaya Hindu India. Karya-karya sastra yang paling menonjol Thailand adalah versi dari Ramayana, epik agama Hindu, yang disebut Ramakien, yang ditulis sebagian oleh Raja Rama I dan Rama II, dan puisi Sunthorn Phu. Tidak ada tradisi drama diucapkan di Thailand, peran, bukan diisi oleh tarian Thailand. Ini dibagi menjadi tiga kategori lakhon-khon, dan likay-khon yang paling rumit dan likay yang paling populer. Nang drama, bentuk wayang, ditemukan di selatan. Musik Thailand termasuk tradisi musik klasik dan rakyat serta string atau musik pop. Kuliner dan masakan khas Thailand, terkenal dengan campuran dari empat rasa dasar, yaitu : Manis (gula, buah), Pedas panas (cabai), Asam (jeruk nipis, asam), dan Asin (kecap ikan, kecap). Sebagian besar hidangan dalam masakan Thailand mencoba untuk menggabungkan bumbu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan sejumlah bumbu, rempah-rempah dan buah, termasuk: cabe, bawang putih lengkuas, daun jeruk, kemangi, selasih, jeruk nipis, serai, ketumbar, merica, kunyit, dan bawang merah. Sama halnya dengan masakan orang Indonesia, masakan khas Thailand juga menggunakan rempah yang kuat, perbedaannya hanya terletak pada cara memasaknya. Thailand, seperti halnya negara–negara lain di Indonesia telah lama dihuni oleh berbagai suku dan bangsa, di mana masing-masing dari mereka memiliki tradisi sendiri, kebiasaan, keyakinan, dan, tentu saja, pakaian dengan latarbelakang gaya pribadi di mana masing– masing bisa dikelompokkan ke dalam grup bahasa, baik itu Thailand atau Mon, menggunakan dua jenis utama berupa pakaian meriah dan santai. Yang terakhir dikenakan dengan kombinasi yang tidak biasa dari bahan denim dan sutra halus, terlihat sangat ideal untuk iklim panas dikombinasikan dengan warna cerah dengan cara pengolahan berupa dijahit dengan mesin untuk menentukan pakaian tradisional khas Thailand yang ada sebagian kecil berupa dijarit tangan (disulam dan yang lainnya). Bagian yang paling akrab dan populer terhadap pakaian tradisional Thailand adalah rok panjang seperti kemben dan sangat ketat (yang populer disebut pha dosa). Ini terdiri dari

4 tiga bagian: bagian utama (atas, disebut hua sin), bagian tengah (perut, disebut tua dosa) dan bagian bawah (frill, disebut timah dosa). Masing–masing bagian terbuat dari bahan yang sama, namun lebih suka menggunakan dua atau tiga bagian yang berbeda dalam warna dan pola yang cerah dan bergaya muda. Bagian atas rok tradisional terbuat dari kapas yaitu kain yang cerah. Di perut tampak seperti barang belt ukuran luas dihiasi ornamen dan gambar menarik. Pada bagian bawah ditandai dengan pola yang kompleks dengan lukisan kemerahan. Untuk kelompok pria tidak terlalu sulit memilih untuk mengenakan pakaian tradisional mereka. Menurut catatan sejarah, ternyata pakaian tradisional untuk pria tidak serumit di tekstur, sebagai perempuan, dan pada umumnya mirip dengan busana yang berbau etnis dari negara lain. C. Behavior Perilaku masyarakat Thailand sangatlah tertib, jika di bandingkan dengan masyarakat Indonesia sangatlah berbeda. Dilihat dari hal yang sangat mudah adalah kebiasaan membuang sampah. Masyarakat Thailand sangat tertib dalam hal membuang sampah, sekalipun ada di sebuah pasar, sampah yang ada sudah berada pada tempatnya. Sebagai contoh pada saat penulis melakulan perjalan ke Pattaya, jika sedang berada dimobil, sampah diletakkan di plastik kemudian dibuang di tempat sampah yang disediakan. Sangatlah jarang menemukan sampah berserakan, apalagi di jalan. Kebiasaan membuang sampah di Thailand dibiasakan sejak anak-anak masih duduk di tingkat TK (Taman Kanak-kanak) karena pada saat perjalanan penulis melihat langsung anak usia dini membuang sampah pada tempatnya, sehingga sangat wajar Thailand begitu bersih. Selain dari itu perilaku orang Thailand tidak beda jauh dengan orang Indonesia. Mereka sangat ramah terhadap siapapun dan tidak memandang umur untuk saling menyapa dan bersendau gurau. Orang Thailand menurut penulis sangat welcome dengan wisatawan. Mengapa? Kebanyaan orang disana tidak bisa berbahasa Inggris sehingga dengan logat yang lucu mereka berusaha untuk menyapa wisatawan. Penduduk Thailand juga memiliki aturan yang mewajibkan untuk saling menyapa satu sama lain. Hal itu sangat ditegakkan karena keramah-tamahan merupakan hal yang sangat penting bagi mereka. Jika dilihat secara langsung mereka sangat peduli dengan sesame, walaupun mereka tidak saling kenal. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan mereka setiap harinya untuk bertegur sapa maupun hanya sekedar menebar senyum jika berpapasan. Pengalaman yang lucu juga dialami penulis pada saat belanja di Pratunam, pada saat itu penulis sedang mencoba jaket, penjual toko tersebut kebetulan adalah seorang Ladyboy, penulis berdiskusi apakah bagus dan cocok untuk dibeli dengan seorang teman. Lalu teman penulis berkata “cocok kokk beli aja”, setelah itu penjual tersebut mengikuti perkataan yang dikatakan oleh teman penulis, Ia mengatakan “cocok, bagusss”. Walaupun lucu, kejadian tersebut bisa menggambarkan bahwa orang Thailand itu juga mau belajar dan terbuka dengan hal baru tetapi tidak meninggalkan kekhas-an mereka. D. Lifestyle Untuk pertama kalinya penulis mengunjungi Bangkok, Thailand. Penulis kagum dengan cara hidup masyarakat disana. Orang Thai telah mengangkat kesenangan menjadi sebuah etos, cara hidup – satu hal, jujur saja, secara tidak langusung semua dengan bijak akan menirunya. Setiap budaya memiliki sebuah kata yang berarti senang, tetapi bahasa Thailand, sanuk, memiliki muatan arti lebih banyak, lebih hormat, dari kata yang lain. Sanuk bukanlah kesenangan yang artinya hiburan atau kesembronoan; itu merupakan kesenangan pada hakikatnya sebagai sebuah aktivitas yang berharga. Masyarakat Thailand sangat ramah satu sama lain walaupun mungkin para pengunjung mengira mereka tidak akan bertegur sapa, namun pada kenyataan yang penulis lihat, masyarakat disana sangatlah ramah. Walaupun tidak pernah mengenal satu sama lain, mereka berusaha untuk bertegur sapa dan juga untuk memberikan sedikit canda.

5 Tidak hanya pada saat di jalan atau pada saat berpapasan, cara orang Thailand di kantor juga menyisipkan istilah sanuk yang mungkin diherankan adalah walaupun para pekerja tampak bercanda namun pada akhirnya pekerjaan mereka selesai tepat waktu. Mereka tetap melakukan kewajibannya untuk menyelesaikan pekerjaannya dan menyeimbangkan kesenangan jiwa dan batin mereka. Hal tersebut bisa di contoh oleh orang Indonesia, agar para pekerja juga tidak jenuh untuk berada di kantor. Penduduk asli Thailand merupakan orang yang rendah hati dan easy going. Kedua hal tersebut menjadi salah satu ciri khas dari penduduk disana. Jika dilihat secara langsung kedua hal tersebut sangat mencerminkan lifestyle penduduk Thailand. Selain itu, gaya hidup orang Thailand juga hampir sama dengan orang Indonesia. Hanya perbedaannya adalah mereka sangat tertib dan taat pada aturan yang telah ada. Terlihat sekali pada penataan kota yang rapi bersih dari sampah. Sekalipun itu berada di tempat yang mungkin sedikit sempit dan terlihat kumuh, namun di sekitarnya tidak terlihat sampah sedikitpun. Itu sangat menunjukkan bahwa penduduk Thailand juga patuh dalam menaati aturan dan memiliki kesadaran diri yang tinggi. E. Destination Asal Mula Asiatique The Riverfront adalah mal terbuka besar di Bangkok, Thailand. Ini menempati bekas dermaga East Asiatic Company, dan menghadapi Sungai Chao Phraya dan Jalan Charoen Krung. Kompleks ini dibuka pada tahun 2012 setelah renovasi besar-besaran situs. Sejarah sebagai Asiatique The Riverfront dahulu merupakan sebuah perusahaan Asiatik Timur yang berbasis di Denmark didirikan pada tahun 1897 dan merupakan salah satu dari beberapa perusahaan Barat yang melakukan perdagangan dengan Siam pada saat itu. Perusahaan memiliki fasilitas pelabuhan di Chao Phraya, yang termasuk beberapa gudang, bangunan tertua yang masih ada sejak tahun 1907. Pelabuhan berhenti beroperasi pada tahun 1947, dan fasilitas yang ada kemudian rusak dan jatuh sehingga tidak digunakan. Pada Mei 2011, perusahaan real estate TCC Land mengumumkan rencananya untuk merenovasi dan mengembangkan situs tersebut menjadi kompleks ritel / hiburan yang dikenal sebagai Asiatique The Riverfront. Asiatique The Riverfront juga termasuk tempat wisata baru di Bangkok, Thailand. Pasar malam modern ini terinspirasi oleh jalur perdagangan di Sungai Chao Praya pada masa pemerintahan King Rama V, tahun 1868-1910 silam, sebuah tempat wisata dibangun di tepian sungainya. Beberapa bangunan berusia lebih dari 100 tahun ikut dipertahankan, dikelola sedemikian rupa hingga menjadi Asiatique, sebuah kawasan wisata terpadu yang mencakup empat zona. Asiatique The Riverfront Asiatique The Riverfront merupakan sebuah mall besar yang terbuka di Bangkok, Thailand. Asiatique The Riverfront yang berada di 2194 Charoenkrung Road, Wat Prayakai, Bangkoleam (jalan raya tertua di Bangkok). Asiatique sendiri berada persis di tepi sungai Chao Phraya, dan baru dibuka sebagai tempat wisata pada bulan April 2012. Asiatique sering disebut sebagai night market karena dilihat dari jam bukanya adalah mulai dari jam 17.00-24.00. Pusat perbelanjaan ini berada di bangunan terbuka yang besar. Tidak hanya sebagai pusat perbelanjaan fashion ataupun makeup, di sana juga bisa untuk berwisata kuliner. Salah satu kuliner yang digemari oleh wisatawan adalah Mango Sticky Rice dan Thai Tea. Selain itu pusat perbelanjaan ini dilengkapi dengan berbagai macam restoran dan café modern yang juga menyediakan live music atau dansa. Di pusat perbelanjaan tersebut juga ada beberapa titik yang terdapat ornamen dimana ornament tersebut menjadi ciri khas negara Thailand, seperti mobil kereta (tuk tuk), patung tukang becak dan pekerja dermaga yang sedang mengangkat karung beras. Spot-

6 spot ini sering dijadikan objek foto. Selain spot foto, disana juga dilengkapi banyak wahana bermain bagi anak-anak atau remaja. Asiatique merupakan tempat hangout dan belanja yang unik, jika ingin berkunjung ke sana, sebaiknya datang menjelang petang, sekitar pukul 17.00. Sembari menunggu toko dan resto yang ada di sana buka, kita bisa menikmati pemandangan tepian sungai Chao Phraya saat langit masih terang benderang. Untuk bisa kesana bisa menggunakan shuttle boat gratis Asiatique yang sudah beroperasi dari dermaga Sothorn/Central yang ada di dekat stasiun BTS Saphan Taksin, mulai pukul 16.00- 23.30. Waktu yang ditempuh dari dermaga sampai ke Asiatique sekitar 15-20 menit. Jika musim liburan tiba antrian di dermaga bisa sangat panjang, namun hebatnya shuttle boat gratis yang disediakan selalu datang tepat waktu dan muat untuk 300 orang atau lebih. Perjalanan air yang sangat menyenangkan dan sensasi berbeda dapat dirasakan, karena dari kejauhan sudah tampak yang dihiasi oleh lampu warna-warni. Sehingga menjadi salah satu ketertarikan sendiri bagi para pengunjung sebelum sampai ke tempat. Tidak hanya itu, yang membedakan lagi adalah sungai disana juga memiliki ombak kecil. Ombak yang timbul dikarenakan banyaknya perahu besar yang datang silih berganti untuk menjemput wisatawan yang akan menyebrang. Bagi para pengunjung dari berbagai macam negara, Asiatique merupakan tempat belanja yang asyik. Dikarenakan suasana yang ada disana disajikan secara berbeda oleh pihak pengelola. Setiap harinya Asiatique tidak pernah sepi pengunjung, karena pengunjung selalu ingin kembali kesana untuk menikmati keindahan malam jika berada disana. Selain sebagai tempat belanja murah, juga sering disebut sebagai surga kuliner. Pengemasan tempat wisata modern yang masih mengusung suasana tradisional ini sangatlah rapi. Karena pengelola mampu mengemas segala unsur yang ada menjadikan Asiatique tempat rekreasi yang asyik dan juga tidak membosankan.

Menikmati suasana malam di Asiatique The Riverfront Pada hari terakhir penulis bersama dengan peserta lain mengunjungi kawasan Pratunam. Setelah mengunjungi Pratunam, penulis bersama peserta lain menuju ke stasiun untuk menaiki BTS (kereta ekspres) menuju Asiatique. Perjalanan yang ditempuh menggunakan BTS kurang lebih 5 menit, setelah itu turun di stasiun yang terdekat. Dari stasiun penulis berjalan kaki menuju sebuah dermaga kecil. Di dermaga tersebut letaknya berada di atas sungai Chao Praya. Penulis mengantri dan menunggu giliran untuk menaiki sebuah kapal kapastitas sedang untuk menuju ke Asiatique The Riverfront. Kapal yang penulis naiki disediakan secara gratis oleh pengelola Asiatique. Perjalanan air yang ditempuh agar sampai kesana kurang lebih 10 menit. Selama perjalanan penulis disuguhkan pemandangan gemerlap lampu-lampu dari gedung pencakar langit yang berada disekitar sungai Chao Praya dan juga disuguhkan betapa indahnya bianglala besar yang ada di Asiatique, yaitu Ferris Wheel. Ketika sampai di Asiatique, penulis melakukan swafoto bersama peserta lain dan juga mengamati beberapa tempat yang mungkin jarang ada di Indonesia. Di Asiatique penulis sangat kagum dengan suasananya, karena Asiatique merupakan salah satu pasar malam modern terbesar di Thailand yang jauh dari kata sampah. Walaupun di dalam banyak toko-toko kecil dan banyak ruas jalan kecil sama sekali tidak terlihat sampah yang berserakan. Hal tersebut membuat penulis sangat kagum dengan lingkungan disana. Selain melakukan swafoto dan mengamati suasana disana, penulis juga berbelanja beberapa barang dan juga mencoba makanan dan minuman yang terkenal disana, yang menjadi favorit penulis adalah Mango Sticky Rice dan Thai Tea. Kedua kuliner tersebut menjadi salah satu favorit pengunjung pada masa sekarang. Sambil menikmati makanan

7 khas Thailand, penulis juga bersempat untuk berduduk santai, menikmati suasana malam di pinggir Sungai Chao Praya. Tepat pukul 23.00, penulis berkumpul di dekat dermaga untuk mengantri kapal. Setelah penulis menaiki kapal dan tiba di dermaga dekat stasiun, penulis bersama peserta lain membeli tiket BTS untuk kembali ke hotel. Setelah selesai membeli tiket, penulis dengan 17 peserta lainnya dilepas Bapak Syamsu untuk kembali ke hotel secara mandiri. Pada saat itu juga penulis merasakan kebersamaan dengan peserta lain. Malam terakhir di Thailand pun juga terasa sangat berharga.

3. PENUTUP A. Simpulan Bangkok adalah ibu kota dan kota terbesar di Thailand. Kota ini terletak di tepi barat Sungai Chao Phraya, dekat Teluk Thailand. Bangkok adalah salah satu kota dengan perkembangan terpesat, dengan ekonomi yang dinamis dan kemasyarakatan yang progresif di Asia Tenggara. Kota ini sedang berkembang menjadi pusat regional yang dapat menyaingi Singapura dan Hong Kong. Bangkok telah lama menjadi pintu masuk bagi penanam modal asing yang ingin mencari pasar baru di Asia. Kota ini juga mencatat sebagai salah satu kota di dengan laju penambahan konstruksi gedung pencakar langit tercepat. Kaya akan situs-situs budaya membuat Bangkok sebagai salah satu tujuan wisata terpopuler di dunia. Tidak hanya situs budaya yang ramai pengunjung, Bangkok juga menjadi salah satu negara tujuan favorit bagi mereka yang menggeluti dunia kecantikan, fashion, dan juga kuliner. Sebagai salah satu contohnya adalah Asiatique The Riverfront yang merupakan sebuah mall besar yang terbuka di Bangkok, Thailand. Asiatique The Riverfront yang berada di 2194 Charoenkrung Road, Wat Prayakai, Bangkoleam (jalan raya tertua di Bangkok). Asiatique sendiri berada persis di tepi sungai Chao Phraya, dan baru dibuka sebagai tempat wisata pada bulan April 2012. Asiatique sering disebut sebagai night market karena dilihat dari jam bukanya adalah mulai dari jam 17.00-24.00. Pusat perbelanjaan ini berada di bangunan terbuka yang besar. B. Saran Asiatique The Riverfront merupakan sebuah mall besar yang terbuka di Bangkok, Thailand. Yang juga sering disebut sebagai pasar malam modern terbesar di Thailand. Selama penulis berkunjung ada beberapa hal yang mungkin kurang disediakan oleh pihak pengelola. Antara lain adalah kurangnya tempat duduk untuk bersantai. Selain itu kurangnya sirkulasi udara yang ada, sehingga jika kita sedikit masuk ke dalam ada salah satu tempat atau kios yang kurang udara, sehingga terasa pengap apalagi jika banyak orang yang berada disitu.

References [1] Data Foreign Case Study, 18 November 2017 - 22 November 2017 di Bangkok-Pattaya [2] Suryadana., & Octavia, Vanny. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata.Bandung: Alfabeta. [3] Haruna, K., Akmar Ismail, M., Suhendroyono, S., Damiasih, D., Pierewan, A. C., Chiroma, H., & Herawan, T. (2017). Context-Aware Recommender System: A Review of Recent Developmental Process and Future Research Direction. Applied Sciences, 7(12), 1211. [4] Isdarmanto, I. (2016). The advantage collaboration program of Tourism Education based on Entrepreneurship in Culinary Products both Thailand and Indonesian countries. International Journal of Tourism and Hospitality Study, 1(1).

8 [5] Suwantoro, Gamal. (2009). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi. [6] Henny, Ni Luh. (2014). Manajemen Pemasaran Pariwisata.Yogyakarta: Graha Ilmu. [7] Wisnumurti, A. (2013). THE PRIVILEDGES OF YOGYAKARTA SPECIAL REGION AND THE DEVELOPMENT OF THE LOCAL TOURISM POTENTIALS. Jurnal Kepariwisataan, 7(2), 75-85. [8] Isdarmanto, I. (2015). Structuring Malioboro Yogyakarta Environmentally Friendly Refers To The Tourism Behavior. Jurnal Kepariwisataan, 9(2), 89-97. [9] Wibisono, H. K. (2013). PARIWISATA DALAM PERSPEKTIF ILMU FILSAFAT (Sumbangannya bagi Pengembangan Ilmu Pariwisata di Indonesia) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). [10] Prabasmara, P. G., Subroto, Y. W., & Roychansyah, M. S. (2011). The Concept of Livability As a Base In Optimizing Public Space Case Study: Solo City Walk-Jalan Slamet Riyadi, Solo.

LAMPIRAN

Don Mueang International Airport (Penulis pada saat sampai di Bangkok, Thailand)

9 Suasana Malam di Asiatique The RIverfront

Sisi lain dari Asiatique, pemandangan gedung pencakar langit dekat dengan Sungai Chao Praya

10 Ferris Wheel

11