1

HISTORY OF ZAPIN TRADITION OFFICE AT TANJUNG MEDANG SUBSCRIBES OF RUPAT UTARA OF BENGKALIS REGENCY

Suryanto *, Prof.Dr.Isjoni, M.Si **, Bunari, S.Pd, M.Si *** Email: [email protected], , [email protected], [email protected] Cp: 081268083554

History Education Studies Program Education Department of Social Sciences Faculty of Teacher Training and Education University of

Abstract: The History of the Zapin Dance of Fire, started before the Zapin Api was named Zapin Api. Dance of Fire starts from the existence of the Akit Tribe who came from Malacca to do Bele Kampong (guard the village). To integrate the four elements of life in the fire, water, soil and wind. But after the influence of Islam into the island Rupat, fire dance changed into a dance that uses Zapin music with the reason the spreaders of Islam in Rupat Island make Zapin Api dance as a medium of spreading of Islam that many mengadung puja praise of the Prophet, research method using a qualitative approach , a type of study whose findings were not obtained through statistical procedures or other forms of calculation. The type of research is field research, ie research conducted with a direct jump to explore and examine the data pertaining to the title. While the data collection technique in this research is done by using two methods, namely: interview and documentation study. The results showed that the fire zapin dance is one of the local culture of Rupat Island.

Keywords: Zapin Api, Local Culture, Rupat Utara Bengkalis

2

SEJARAH TRADISI TARI ZAPIN API DI DESA TANJUNG MEDANG KECAMATAN RUPAT UTARA KABUPATEN BENGKALIS

Suryanto *, Prof.Dr.Isjoni, M.Si **, Bunari, S.Pd, M.Si *** Email: [email protected], [email protected], [email protected] Cp: 081268083454

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

Abstrak: Sejarah adanya Tari Zapin Api, dimulai sebelum Zapin Api ini bernama Zapin Api. Tari Api bermula dari keberadaan Suku Akit yang datang dari Malaka untuk melakukan Bele Kampong (jaga kampung). Untuk memperpadukan empat unsur kehidupan didalam yaitu api, air, tanah dan angin. Namun setelah pengaruh Islam masuk ke pulau Rupat, tari api dirubah menjadi sebuah tari yang menggunakan musik berunsurkan Zapin dengan alasan para penyebar agama Islam di Pulau Rupat menjadikan tari Zapin Api sebagai media penyebaran agama Islam yang banyak mengadung puja puji Nabi, Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, sejenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Jenis penelitian yaitu penelitian lapangan, yakni penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung kelapangan untuk menggali dan meneliti data yang berkenaan dengan judul. Sementara tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu: wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari zapin api merupakan salah satu budaya lokal pulau Rupat.

Kata Kunci: Zapin Api, Budaya Lokal, Rupat Utara Bengkalis

3

PENDAHULUAN

Seni budaya tradisional adalah seni budaya yang sejak lama turun-temurun telah hidup dan berkembang pada suatu daerah tertentu, tidak dapat di sangkal bahwa kesenian tradisional sebagai salah satu unsur budaya akan tetap ada didalam masyarakat selama ia masih ada pendukungnya atau masih ada yang memelihara dan mengembangkanya. dikenal dengan keragaman suku bangsa, etnis, bahasa, menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan produk budaya. Tanpa ada kerja keras dan kemauan untuk memelihara serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan daerah akan menyebabkan hilangnya kebudayaan tersebut. Perkembangan ilmu agama dan sosial budaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemudian menjadikan masyarakat yang menjunjung tinggi akhlak, etika, moral, dan kualitas intelektual serta kecerdasan agar memiliki keperibadian yang sesuai dengan norma-norma agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa telah dilaksanakan sebagaimana mestinya namun dengan perkembangan dan kemajuan dari segala aspek kehidupan di luar bidang agama dan sosal budaya, telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan seiring perubahan zaman. Dalam kreatifitas kehidupan masyarkat selalu menghasilkan produk budaya, di Indonesia yang dikenal dengan suku bangsa, etnis, dan bahasa menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan produk budaya. Seni tradisional merupakan seni budaya bangsa yang telah banyak menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata di Indonesia.1 Dari sekian banyak provinsi yang ada di Indonesian dikenal provinsi Riau yang berbasiskan kebudayaan Melayu, produk-produknya sangat dikenal oleh bangsa Indonesia, Regional bahkan Internasional. Salah satu diantara kebudayaan tersebut dikenal dengan seni pertunjukan “Tari Zapin Api” yang hanya berada di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis. Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu Kabupaten di Provoinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian timur pulau Sumatera dan wilayah kepulauan, ibukota kabupaten ini berada di Bengkalis tepatnya berada di Pulau Bengkalis yang terpisah dari Pulau Sumatera. Kota terbesar di kabupaten ini adalah kota Duri di kecamatan Mandau. Selain itu terdapat dua kecamatan yang terpisah dari Pulau Bengkalis yaitu Kecamatan Rupat dan Kecapatan Rupat utara. Di kecamatan Rupat Utara banyak memiliki tradisi-tradisi yang tidak ada ditempat lain sperti di Desa Tanjung Medang memiliki tradisi tari Zapin Api Tari Zapin Api merupakan tarian langka suku Melayu Rupat Utara yang nyaris punah, tari Zapin Api adalah sebuah tarian kuno, dimana pemainnya tidak sadarkan diri yang menari-nari di atas bara api. Pengamat budaya daerah yang bertugas di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Riau, mengatakan, “Tari Zapin Api merupakan paduan antara Tari Api dan Zapin pada masa pra-Islam.2 Ada juga yang mengatakan berkaitan erat dengan budaya dari daerah Kubu, Rokan Hilir. Yakni adanya temuan di daerah Rokan Hilir bahwasanya ada tradisi pengobatan yang menggunakan media percikan api yakni Tari Burung Kuayang dari suku Bonai. Dengan bentuk kegiatan paham sufi di

1 Oka A. Yoeti. Pengantar Ilmu Pariwisata. (Bandung : Aksara offset 1996) hlm 2 3 http://bertuah.or.id/2016/05/tari-zapin-api-budaya-melayu-riau-yang-anti-mainstream.html.Tari Zapin Api, Budaya Melayu Riau yang Anti Mainstream oleh: Wiwik Setiawati di akses tanggal 7 Maret 2017,jam 09:24 am 4

daerah Rokan Hilir dengan membacakan syair para guru atau khalifah dan catatan mantra yang sama dengan dinyanyikan oleh khalifah tari Zapin Api di Rupat Utara. Tari Zapin Api ini memang belum dikenal luas di Riau. Hanya orang-orang yang ada di Pulau Rupat dan orang-orang yang sudah pernah ke Pulau Rupat yang tahu tentang Zapin Api. Orang luar Pulau Rupat biasanya hanya mendapat cerita bagaimana tarian tari Zapin Api itu dimainkan. Berlangsungnya perubahan didalam masyarakat yang terus menerus sehingga membawa arus perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya yang di anut masyarakat. Terjadinya berbagai perubahan-perubahan dan pergeseran nilai-nilai tentulah semakin memberi peluang di abaikan atau bahkan hilangannya beberapa unsur budaya dan Trdisi di dalam masyarakat. Keadaan ini lambat laun menyebabkan orang mulai kehilangan lambang-lambang dan makna hakiki yang di kandungnya.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu alat pendekatan ilmiah yang digunakan untuk mencari kebenaran atau untuk menemukan suatu pengetahuan yang baru, menguji teori atau untuk menjawab suatu masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini mengunakan Metode Historis. Metode ini merupakan merekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan pengumpulan data dan pengelolaanya. Dalam pengelolaan data penulis akan menulis data yang di pelajari sebagaimana adanya pada masa itu dengan konsep yang jelas dan bahan yang mudah dan dapat di pahami. Teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut : a. Teknik observasi b. Teknik wawancara c. Teknik studi kepustakaan

Data dianalisis secara pendekatan kualitatif yaitu data yang dikumpulkan dengan menggunakan catatan lapangan, dokumentasi serta rekaman. Data tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan berdasarkan urutan kejadiannya, dengan demikian semua informasi yang didapatkan dari informan dikumpulkan dan dipelajari sebagai suatu kumpulan informasi yang utuh dan selanjutnya dianalisis kemudian diambil suatu kesimpulan yang dibuat dalam penulisan deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Keberadaan Tradisi Tari Zapin Api di Desa Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara

Sejarah adanya Tari Zapin Api, dimulai sebelum Zapin Api ini bernama Zapin Api di Rupat pernah ada sebuah tari, yaitu Tari Api. Tari Api bermula dari keberadaan Suku Akit yang datang dari Malaka untuk melakukan Bele Kampong (jaga kampung). Untuk memperpadukan empat unsur kehidupan dialam yaitu api, air, tanah dan angin. Namun setelah pengaruh Islam masuk ke pulau Rupat yang dibawa oleh bangsa Aceh keturunan Arab, tari api dirubah menjadi sebuah tari yang 5

menggunakan musik berunsurkan Zapin dengan alasan para penyebar agama Islam di Pulau Rupat menjadikan tari Zapin Api sebagai media penyebaran agama Islam yang banyak mengadung puja puji Nabi, tentang sejarah Nabi dan kebesaran Allah SWT.3 Ada beberapa hal yang membuat Zapin Api di Rupat menarik, tentunya berdasarkan atraksi yang tergambar yaitu eksistensi tari Zapin Api. Tari zapin tentunya bukanlah hal yang asing bagi kita.Tari Zapin lekat dengan Melayu di mana saja di Nusantara. Bahkan tari ini banyak disukai etnis lain. Namun Zapin Api adalah sesuatu yang berbeda meskipun sama-sama mengandalkan gerakan kaki dan pengaruh dari Arab. Zapin Api dimainkan dengan mantra-mantra yang dibacakan oleh dukun atau lebih dikenal dengan sebutan pawang. Ada sebuah ritual mistis sebelum melakukan adegan tari di atas api itu. Seperti yang dikatakan salah satu informan bahwa :

Kenapa Tari Api itu disebut dengan Zapin Api sebenarnya bukan pada jenis tari, walupun namanya telah berubah menjadi Zapin Api para Khalifah Zapin Api tetap mempertahankan gerakan yang bebas sesuai dengan tari yang aslinya yaitu Tari Api, tidak memiliki gerakan khusus seperti Tari Zapin pada umumnya. Perkataan Zapin itu diambil dari musik gambus dan (sejenis alat musik kompang)4.

Dari penjelasan Abdullah Husein (Khalifah atau pemimpin Zapin Api). Dapat kita lihat Tari Api yang semulamnya tidak menggunakan musik namun setelah unsur budaya Zapin Tradisi Arab masuk dan dikolaborasikan maka disebutlah Tradisi Tari Api ini dengan sebutan Tari Zapin Api. Karena sudah memasukan musik kedalam Tari Api, namun walupun telah dimasukan musik dalam Zapin Api, hal yang tetap dipertahankan di dalam Tari Api ialah kebebasan para penarinya bergerak kesana dan kemari memaikan api yang telah dipersiapkan tanpa memiliki gerakan yang tetap atau gerakan yang sudah ada.

B. Perkembangan Tradisi Tari Zapin Api di Desa Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara

Zapin Api ini ada dua priode atau dua zaman yaitu pada masa masyarakat mempercayai animisme dan dinamisme dan Islam. Tidak dipungkiri bahwa kepercayaan animisme dan dinamisme masih banyak, sekarang Islam tetap Islam tetapi keyakinan masyarakat tetap tidak bisa kita rubah. Unsur Islamnya yaitu Zapinnya sedangkan ditambah api karna masih menggunakan kebudayaan turun temurun, sama juga dengan Tari Piring yang ada di Sumatera Barat, pelakunya yang tidak luka memijak-mijak beling atau kaca karena ada pawang atau pemimpin yang membacakan mantra-mantra dan tidak lepas dari unsur magis bahwa kita percaya adanya dukun, pawang, bomo, atau zaman

3 Balitbang Provinsi Riau, Penelitian ; Kajian Studi Zapin Api Sebagai Salah Satu Budaya Lokal Pulau Rupat Untuk Pariwisata Provinsi Riau, Pekanbaru. 2014. Hal. 1 4Wawacara, dengan bapak Abdullah Husein (Khalifah Zapin Api, Pawang tertua Zapin Api), tanggal 19 Agustus 2017 6

sekarang disebut dengan kolaborasi. Seperti yang dikatakan salah satu informan bahwa :

Ketika Islam datang dan masuk mengenalkan kebudayaannya dan kemudian kebudayaan setempat menerima dengan terbuka tetapi tidak membuang Tradisi yang sudah ada jadi mereka kawinkan agar penampilan tontonan lebih seru dan menarik penonton, penampilan Zapin Api ada waktu-waktu tertentu yaitu pada malam hari semakin malam semakin seru, karena pawang bisa berhubungan langsung dengan roh nenek moyang yang bisa mereka percayai5.

Seperti yang dikatakan Ellya Roza bahwa Zapin Api ini merupakan hasil kolaborasi antara dua zaman yaitu antara Animisme dan Dinamisme dengan Islam yang ada di Pulau Rupat. Ketika Islam datang dan masuk mengenalkan kebudayaanya dan kemudiaan kebudayaan setempat menerima dengan terbuka tetapi tidak menghilangkan tradisi kebudayaan yang sudah ada jadi mereka kawinkan agar penampilan tontonan menjadi lebih seru dan menarik penonton. Zapin Api Tidak lepas dari unsur magic bahwa masyarakat tetap menganut Islam tetapi kepercayaan Animisme masih banyak dan kepercayaan adanya Pawang, Bomo, Dukun masih dipercayai sampai saat ini. Perkembangan yang terjadi didalam tradisi Tari Zapin Api sudah dimulai sejak masuknya Isam ke Pulau Rupat. Pada awalnya tarian ini digunakan hanya untuk tolak bala atau jaga kampung, setelah Islam masuk dan menambahkan musik nama Tari Api berubah menjadi Tari Zapin Api periode pekembangan tari Zapin Api terbagi atas lima bagian yaitu :

1. Periode Awal Kemunculan 2. Periode Masuknya Islam 3. Periode Masa Keemasan 4. Periode Masa Kemunduran 5. Periode Masa Kemunculan Kembali

C. Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Tari Zapin Api

Di dalam tradisi tari Zapin Api memiliki nilai-nilai budaya tersendiri yang mencerminkan prilaku masyarakat setempat. Begitu pula dengan tradisi tari Zapin Api ini juga memiliki nilai-nilai yang tekandung didalamnya yaitu :

1. Nilai kebudayaan 2. Nilai Kegaaman 3. Nilai Pendidikan

5Wawancara dengan Ellya Roza, M.Hum., Ph.d Dosen FTK UIN SUSKA RIAU, pada 27 November 2017 7

D. Upaya Yang Dilakukan Dalam Melestarikan Tradisi Kebudayaan Tari Zapin Api

Pengembangan tradisi kesenian Zapin Api ini sangat perlu dilakukan karena sangat berpotensi dan mempunyai ciri khas tersendiri yang unik dibandingkan dengan tradisi-tradisi lainya yang berada di Pulau Rupat. Tradisi Tari Zapin Api yang sudah menjadi khasanah budaya yang ada di Pulau Rupat yang perlu dilestarikan karna mengandung nilai-nilai yang baik terhadap kehidupan masyarakat, sekarang tari Zapin Api ini menjadi salah satu objek wisata budaya bahari yang ada di Pulau Rupat dan mulai di kembangkan upaya-upaya penglestarianya. Pemerintah memang seharusnya mendukung tentang pendirian sanggar Zapin Api bantuan dari segi dana, alat musik dan perlengkapan lainnya. Pemerintah menganjurkan menampilkan Zapin Api Mulai dari acara-acara besar yang ada di Rupat. Di benahi pakaiannya mungkin dari makeupnya juga harus disesuaikan dengan kondisi para pemain6. Dalam upaya upaya penglestarianya terdapat dua unsur yang berperan besar dalam pelestarian tradisi tari Zapin Api :

1. Upaya Pemerintah Upaya pemerintah dalam mengembanggkan tradisi Zapin Api sudah terlihat jelas, ini dibuktikan dengan : a. Pemerintah memberikan bantuan dana kepada sanggar Zapin Api yang kemudian digunakan oleh pengelola untuk membeli alat-alat dan keperluan yang dibutuhkan.7

b. Pemerintah sendiri mengundang sanggar Zapin Api untuk menampilkan tradisi tari Zapin Api ini didalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan terutama kegiatan yang berhubungan dengan promosi pariwisata daerah.8

c. Pemerintah mengenalkan Tradizi Zapin Api melalui media sosial, media cetak.

2. Upaya Masyarakat Masyarakat turut aktif melestarikan tradisi tari Zapin Api ini melalui beberapa hal :

a. Masyarakt ikut membantu dalam mebangun membuat sanggar Zapin Api.

b. Para orang tua dan pemuda-pemuda setempat selalu mengikuti latihan- latihan mempermainkan alat musik Zapin Api ini.

6Wawancara, dengan ibu Dra.Ellya Roza, M.Hum., Ph.D (Budayawan Riau, Dosen FTK.UIN. Suska Riau) tanggal 27 November 2017 7 Wawancara dengan Azmi Azis, (Sekretariat Lembaga Adat Melayu Riau), tanggal 07 Desember 2017 8Wawancara dengan Drs. H.Eduar, M.Psa, M.Kom, kepala dinas pariwisata, kebudayaan, kepemudaan dan olahraga kabupaten Bengkalis, tanggal 07 Maret 2017 8

c. Dengan ada dibukanya sanggar Zapin Api ini, masyarakat yang berada di Rupat Utara terutama di desa Tanjung Medang menjadikan tradisi ini hidup kembali seperti pada masa keemasanya dulu.9

E. Kendala Yang Dihadapi Dalam Melestarikan Tradisi Kebudayaan Tari Zapin Api

Kendala-kendala yang dihadapi oleh tradisi Tari Zapin Api sebenarnya sama seperti kendala kendala yang dihadapai oleh rata-rata penglestarian budaya lokal, namun khusus untuk tradisi tari Zapin Api memiliki hal yang unik tersendiri terhadap penglestarianya. Kendala-kendala inilah yang akan menjadi kendala tersendiri tari Zapi Api ini yaitu :

1. Kendala Internal

Karena di anggap sebagian masyarakat itu berbahaya, dan juga pawang atau khalifah itu sendiri tidak menurunkan ilmunya kepada orang lain. Kemudian ada juga orang tidak mau menerima ilmunya karena penurunan ilmu itu harus bersambut, antara pemberi ilmu dan penerima atas kendala itu jadinya Zapin Api sempat mati suri dan baru beberapa tahun ini saja Zapin Api mulai dikembangkan kembali oleh masyarakat dan dinas pariwisata daerah ataupun ataupun dinas pariwisata kabupaten hingga sekarang Zapin Api ini masuk ke dalam warisan budaya tak benda.10 Faktor kendala dari internal ini biasanya berkaitan langsung kepada orang- orang yang ikut serta dalam tradisi Zapin Api ini, salah satunya yaitu susahnya mencari peran penari dalam Zapin Api ini, karena tidak semua orang bisa menjadi penari Zapin Api, para penari Zapin Api harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Begitu juga peran seorang Khalifah dalam tradisi Zapin Api, tidak semua orang bisa menjadi Khalifah, orang-orang terpilih atau keturunan tertentu yang bisa menjadi Khalifah. Kendala lainya yaitu alat-alat musik yang digunakan dalam pementasan Zapin Api ini sudah terlalu tua sehingga performa saat dimainkan tidak kuat lagi.11 Faktor inilah yang mengakibatkan tradisi tari Zapin Api sulit dikembangkan tidak seperti tari-tari yang lain yang bisa dan boleh dipelajari oleh semua golongan masyarakat, sedangkan tradisi tari Zapin Api yang menjadi penarinya harus dipilih oleh Khalifah sendiri dan memiliki syarat-syarat tertentu.

9 Wawacara dengan bapakAbdullah Husein (Khalifah Tertua Zapin Api), tanggal 19 Agustus 2017 10Wawancara, dengan ibu Dra.Ellya Roza, M.Hum., Ph.D (Budayawan Riau, Dosen FTK.UIN. Suska Riau) tanggal 27 November 2017 11Wawacara dengan bapak Abdullah Husein (Khalifah Tertua Zapin Api), tanggal 19 Agustus 2017

9

2. Kendala Eksternal

Kendala-kendala eksternal ini mencangkup tentang akses jalan, sarana dan presarana, yang belum memadai. Jarak yang ditempuh dari luar Pulau Rupat begitu jauh dengan akses jalan-jalan yang dilalui belum cukup bagus.faktor masuknya Orgen Tunggal atau hiburan lain membuat tradisi Zapin Api ini dilupakan, Kurangnya minat pemuda terhadap Zapin Api. Terkendalanya akses jalan yang belum memadai bagi wisatawan menuju Pulau Rupat dan saran prasarana yang mendukung seperti penginapan yang kurang di Pulau Rupat adalah salah satu kendala yang harus segera dibenahi oleh pemerintah.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan memaparkan panjang lebar tentang Sejarah Tradisi Tari Zapin Api di Desa Tanjung Medang, Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan : 1. Sejarah adanya Tari Zapin Api dimulai sebelum Zapin Api ini bernama Zapin Api di Rupat pernah ada sebuah tari yaitu Tari Api. Tari Api bermula dari bangsa Melayu yang datang dari Malaka untuk melakukan bele kampong (jaga kampung). Untuk memperpadukan empat unsur kehidupan dialam yaitu api, air, tanah dan angin. Namun setelah pengaruh Islam masuk ke Pulau Rupat yang dibawa oleh bangsa Aceh keturunan Arab, Tari Api dirubah menjadi sebuah tari yang menggunakan musik berunsurkan Zapin dengan alasan para penyebar agama Islam di Pulau Rupat menjadikan Tari Zapin Api sebagai media penyebaran agama Islam yang banyak mengadung puja-puji nabi, tentang sejarah nabi dan kebesaran Allah SWT.

2. Perkembangan yang terjadi didalam tradisi Tari Zapin Api sudah dimulai sejak masuknya Isam ke Pulau Rupat. Pada awalnya tarian ini digunakan hanya untuk tolak bala kampung setelah Islam masuk dan menambahkan musik nama Tari Api berubah menjadi tari Zapin Api. Periode pekembangan tari Zapin Api terbagi atas lima bagian yaitu Periode Awal kemunculan, Periode Masuknya Islam, Periode masa Keemasan, Periode masa kemuduran, dan Periode munculnya kembali.

3. Dalam tradisi tari Zapin Api memiliki nilai nilai budaya tersendiri, yang mencerminkan prilaku masyarakat setempat. Begitu pula dengan tradisi Tari Zapin Api ini juga memiliki nilai-nilai yang tekandung didalamnya yaitu Nilai kebudayaan, Nilai kegaaman, dan Nilai pendidikan.

4. Pengembangan tradisi kesenian Zapin Api ini sangat perlu dilakukan karena sangat berpotensi dan mempunyai ciri khas tersendiri yang unik dibandingkan dengan tradisi-tradisi lainya yang berada di Pulau Rupat. Tradisi Tari Zapin Api yang sudah menjadi khasanah budaya yang ada di Pulau Rupat yang perlu dilestarikan karna mengan nilai-nilai yang baik terhadap kehidupan masyarakat, sekarang tari Zapin 10

Api ini menjadi salah satu objek wisata budaya bahari yang ada di Pulau Rupat dan mulai dikembangkan upaya-upaya pelestarianya. Dalam upaya upaya pelestarianya terdapat dua unsur yang berperan besar dalam pelestarian tradisi tari Zapin Api yaitu Pemerintah, dan Masyarakat.

5. Kendala-kendala yang perlu dihadapi oleh tradisi Tari Zapin Api sebenarnya sama seperti kendala kendala yang dihadapai oleh rata-rata pelestarian budaya lokal, namun khusus untuk tradisi tari Zapin Api memiliki hal yang unik tersendiri terhadap pelestarianya. Kendala-kendala inilah yang akan menjadi kendala tersendiri tari Zapin Api ini yaitu kendala Internal dan Eksternal.

Rekomendasi

Dari uraian diatas maka penulis menyarankan :

1. Bagi masyarakat Pulau Rupat Desa Tanjung Medang tetaplah menjaga pelestarian budaya lokal ini baik itu orang Melayu ataupun suku lainya. Bagi masyarkat Pulau Rupat berusahalah memanfaaatkan kebudayaan lokal yang ada dan jangan sampai mengganggu kebudayaan lain yang ada di Pulau Rupat.

2. Untuk kedepan perlu kajian mendalam terhadap tradisi tari Zapin Api untuk sifat kesenian yang selalu berkembang di khawatirkan data-data dan hasil kajian ini tidak relevan di masa akan datang.

3. Agar kesenian tari Zapin Api tetap ada dan terus berkembang maka diharapkan dukungan penuh pemerintah untuk lebih memperhatikan seni budaya tradisional umumnya dan kesenian tradisional khususnya.

4. Tari Zapin Api adalah aset dan warisan budaya masyarakat Pulau Rupat pada umumnya dan Desa Tanjung Medang khusunya hendaklah dapat dibina dan dikembangkan lebih baik lagi

5. Bagi masyarakat penonton tari Zapin Api agar dapat mengambil pesan moral yang terdapat dalam pertunjukan tari Zapin Api sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Peran masyarakat dalam mempertahankan tari Zapin Api yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok tari Zapin Api yang baru dengan membina generasi-generasi muda.

11

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2014, Penelitian, Kajian Studi Zapin Api Sebagai Salah Satu Budaya Lokal Pulau Rupat Untuk Pariwisata Provinsi Riau, Pekanbaru Riau.

Oka A. Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Aksara offset http://bertuah.or.id/2016/05/tari-zapin-api-budaya-melayu-riau-yang-anti mainstream.htm. Tari Zapin Api, Budaya Melayu Riau yang Anti Mainstream oleh: Wiwik Setiawati di akses tanggal 26 maret 2017, jam 11:02 am.