Metamorfosa Pendidikan Islam Nusantara

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Metamorfosa Pendidikan Islam Nusantara METAMORFOSA PENDIDIKAN ISLAM NUSANTARA Suyadi Sekolah Tinggi Pendidikan Islam Bina Insan Mulia Yogyakarta email: [email protected] Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini adalah menawarkan gagasan segar mengenai terjadinya metamorfosa pendidikan Islam di nunsantara. Metamorfosa tersebut terjadi dalam dua aspek pendidikan Islam, yakni kelembagaan dan pembelajaran. Metamorfosa kelemabagaan pendidikan Islam merupakan kajian terhadap dinamika perkembangan pesantren, madrsah sekolah, hingga Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam di Indonesia. Sedangkan metamorfosa pembelajaran terjadi pada tiga ranah, yakni exsperimental science, integrasi ulama dan ilmuwan, serta menggagas manajemen pendidikan Islam yang otentik. Kata kunci: metamorfosa, pendidikan Islam, Nusantara Abstract: The purpose of writing this article is to offer fresh ideas about the metamorphosis of Islamic education in nunsantara. The metamorphosis occurs in two aspects of Islamic education, namely institutional and learning. Metamorphosis of Islamic education institutions, we study the dynamics of the development of schools, madrassa schools, until the Islamic Religious Higher Education in Indonesia. While learning metamorphosis occurs in three areas, namely exsperimental science, the integration of scholars and scientists, as well as initiate an authentic Islamic education management. Keywords: metamorphosis, Islamic education, the archipelago Pendahuluan pesantren tidak?3 Berdirinya Universitas Hasyim Fenomena mencuatnya model-model baru Asyari yang mempunyai tonggak sejarah pesantren lembaga pendidikan Islam di Indonesia dalam Tebu Ireng Jombang Jawa Timur, merupakan dasa warsa terakhir ini menarik untuk dicermati. tanda-tanda bangkitnya pendidikan Islam Indonesia Mulai dari pesatnya perkembangan Sekolah Islam sebagaimana yang terjadi di Amerika ketika itu. Terpadu (khususnya SIT),1 melejitnya kualitas Melihat fenomena yang berkembang ke- madrasah (khususnya Insan Cindekia), merebaknya lembagaan pendidikan Islam tersebut, disadari boarding school (terutama Muhammadiyah atau tidak, secara internal teah terjadio perubahan Boarding School [MBS]), hingga berdirinya seklah paradigma pembelajaran seacara besar-besaran. dan madrasah bahkan Perguruan Tinggi di dalam Perubahan paradigma pembelajaran tersebut pesantren.2 Fenomena ini seakan menjawab kritik setidaknya mencakup tiga hal. Pertama, pentingnya Yudian Wahyudi yang mempertanyakan, Mengapa experimen science. Penyebab utama mundurnya seminari (semacam gereja) di amerika bisa pendidikan Islam saat adalah hilangnya tradisi tumbuh berkembang menjadi Harvard, sedangkan penelitian berbasis eksperimen sebagaimana masa kejayaan Islam abad XIII. Kedua, menginterpretasi ulang tafsir Ulama dan Ilmuwan atau Doktor sebagai pewaris para nabi. Salah satu rukun 1 Suyatno, Sekolah Islam Terpadu; Genealogi, Idiologi dan Sistem Pendidikan (Disertasi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Iman adalah mempercayai minimal 25 Nabi dan Yogyakarta, 2013). 2 Suyadi, “Evolusi Pendidikan Islam; Dinamika Perubahan Pesantren, Madrsah dan Sekolah” Jurnal Muqoddimah Vol. 2 No. 3 Yudian Wahyudi, Jihadi Ilmiah dari Tremas ke Harvard 4 (2013). (Yogyakarta: Pesantren Nawesia Press, 2009). NUANSA Vol. VIII, No. 1, Juni 2015 9 Suyadi: Metamorfosa Pendidikan Islam Nusantara 10 Rasul dengan ilmu masing-masing. Nabi Isa AS, menginspirasi lahirnya Sekolah Islam Terpadu, Full misalnya, dianugerahi ilmu kedokteran yang di- Day School dan terlebih lagi Boarding School.8 Ketiga tandai dengan kemukjizatan menyembuhkan bentuk lembaga pendidikan Islam yang disebutkan orang sakit. Atas dasar ini, seharusnya ada sebagin terakhir itu merupakan titik balik perkembangan ulama dan ilmuwan muslim yang menjadi pewaris Pesantren. Disebut titik balik karena pada dasarnya ilmu nabi Isa tersebut, yakni ulama kedokteran. sekolah Islam terpadu adalah sekolah umum yang Demikian pula dengan ilmu para Nabi dan Rasul memperbanyak muatan pelajaran agamanya, lainnya. Ketiga, perlunya menggagas manajemen sedangkan Pesantren adalah pendidikan agama pendidikan Islam yang otentik. yang dimasuki pelajaran umum. Dalam artikel ini, dinamika perkembangan Lembaga pendidikan Islam pertama kali adalah kelembagaan pendidikan Islam di Indonesia dan rumah sahabat tertentu yang paling terkenal adalah perubahan paradigma pembelajaran secara mendasar Dâr al Arqâm. Setelah masyarakat Islam terbentuk, disebut dengan itilah “metamofosa pendidikan Islam barulah pendidikan Islam dilaksanakan di masjid.9 nusantara.” Artinya, metamorfosa pendidikan Islam Oleh karenanya Tibawi mengatakan bahwa the nusantara merupakan perubahan secara evolutif, baik mosques, became the first scools in Islam.10 Para dari aspek kelembagaan maupun aspek pembelajaran peneliti sejarah pendidikan Islam menyebutkan pendidikan Islam di Indonesia yang secara indigenius bahwa pendidikan Islam formal mulai terbentuk merespon peradaban modern tanpa meninggalkan bersamaan dengan lahirnya madrasah. Fazlur nilai-nilai tradisi. Dengan demikian, metamorfosa Rahman meyebutkan lembaga-lembaga pendidikan pendidikan islam nusantara adalah kajian tentang Islam sebelum madrasah adalah kuttab, halaqah, dinamika dan perubahan pendidikan Islam secara perpustakaan dan baitul hikmah.11 evolutif, dari pesantran madrasan dan sekolah, hingga Pesantren adalah salah satu lembaga Perguruan Tinggi Agama Islam, termasuk universitas pendidikan Islam yang lahir sesuai dengan kultur di dalam psanrtren, yang kemudian berimplikasi masyarakat khas Indonesia. Pola perkembangan pada perubahan paradigma pembelajaran secara pesantren sama persis dengan pola masukknya besar-besaran. Islam ke nusantara, yakni bermula dari kuttab, halaqah, masjid, hingga pesantren. Namun Metamorfosa Kelembagaan Pendidikan Islam demikian, hingga saat ini para sejarawan belum Nusantara menyepakati kapan lahirnya pesantren di 12 Sebagaimana disinggung di atas, bahwa Indonesia. Tolkhah Hasan dan Barizi menjelaskan metamorfosa kelembagaan pendidkan islam adanya dua pendapat yang berbeda. Pertama, nusantara merupakan perkembangan pesantren pesantren muncul pada abad XVI M dengan di- yang membuka madrasah, sekolah, bahkan tandai karya-karya jawa klasik, seperti Serat Cebolek Pendidikan Tinggi. Kajian ini sebagian besar diambil maupun Serat Centini. Kedua, pesantren muncul dari ekstrak artikel penulis yang dipublikasikan pada abad XVIII M dengan ditandai munculnya 13 pada Jurnal Muqodimah.4 Dinamika sosial budaya desa “perdikan” . Polemik tersebut menjadi salah di Indonesia telah membawa pesantren mengalami perubahan yang signifikan tanpa meninggalkan nilai- 8 Penulis mengadopsi karya Steenbrink dalam kontek 5 pesantren modern akhir abad XX dan awal abad XXI nilai luhur (inti ajaran Islam) yang dianutnya . Karel 9 Lihat Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan A. Steenbrink mengajukan tesis bahwa Pesantren Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.vii 6 akan berubah menjadi Madrasah dan Sekolah . 10 A.L. Tibawi, Islamic Education Its Traditions and Sampai di sini, eksistensi pesantren sebagai lembaga Modernization into the Arab Nasional Sytems, (London: Luzac & Company LTD), hlm. 24 7 pendidikan tradisional tetap eksis di zaman modern. 11 Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Perkembangan mutakhir menunjukan bahwa Pustaka, 1994, hlm.263-267. Syalabi menyebutkan lembaga pendidikan Islam sebelum berkembangnya madrasah adalah pesantren mengalami “metamorfosa” sekaligus al Kuttâb untuk belajar membaca dan menulis, al Kuttâb untuk belajar al Qur’an dan dasar-dasar agama, Istana, pasar-pasar dan toko buku, rumah-rumah ulama, solun sastra, badiyah dan 4 Suyadi, “Evolusi...” masjid. Lihat, Ahmad Syalabi, Târîkh al Tarbiyah al Islâmiyyah, 5 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi (al Qâhirah: al Maktabah al Anjilu, 1960,) hlm.34-94 Menuju Milineum Baru, (Bandung: Mizan), hlm. 85 12 Khojir, Pendidikan di Pesantren, Antara Mempertahankan 6 Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Tradisi dan Kebutuhan Modernisasi, (Yogyakarta: Journal Ilmiah (Jakarta: LP3ES, 1986) Manhaj, Vol IV No. 1 Mei 211), hlm. 139 7 Mujamil Qomar, Dari Transformasi Metodologi Menuju 13 Desa “perdikan” adalah desa yang dibebaskan dari pajak Demokratisasi Institusi, (Jakarta, Erlangga, 2007), hlm. 16. oleh pemerintah karena terdapat makam keramat di dalamnya Suyadi: Metamorfosa Pendidikan Islam Nusantara 11 satu fokus kajian makalah ini sekaligus sebagai ini dipelajari santri di bawah bimbingan langsung pengantar masuk ke pesantren modern. Kyai melalui sistem wetonan dan bandongan, tetapi Menurut Zamachsyari Dhofier, sejak akhir tidak ditentukan batasan waktunya secara jelas dan 20 abad ke-15 Islam telah menggantikan Hinduisme, pasti . Elemen terakhir, masjid merupakan tempat bahkan pada abad ke-16 Jawa prakxis di-Islam- ibadah bersama, tetapi juga sering digunakan kan dengan berdirinya kerajaan Demak. Di bawah sebagai tempat santri belajar termasuk praktik- pengaruh Islam, sistem pendidikan Agama Jawa praktik ‘tarqiat’ di dalamnya. diambil alih dan digantikan dengan nilai dan ajaran Dalam konteks pesantren modern, elemen Islam14. Ketika itu, sistem pendidikan Agama Jawa pesantren lainnya adalah materi pelajaran, adalah Pawiyatan. Sumber lain menyebut sistem kurikulum dan manajemen pesantren, di samping ini dengan istilah Padepokan. Kedua istilah ini ada pergeseran peran21 terhadap keempat elemen mempunyai makna yang sama, yakni Paguron di atas. Materi pelajaran atau kurikulum di (perguruan). Lembaga ini berbentuk asrama pesantren modern tidak hanya kitab kuning,
Recommended publications
  • Pandangan Front Pembela Islam ( Fpi) Terhadap Islam Nusantara
    PANDANGAN FRONT PEMBELA ISLAM ( FPI) TERHADAP ISLAM NUSANTARA SKRIPSI Diajukan unttuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) Disusun Oleh: Riza Adi Putra 11150321000020 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Riza Adi Putra NIM : 11150321000020 Prodi : Studi Agama-Agama Fakultas : Ushuluddin Judul Skripsi :PANDANGAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) TERHADAP ISLAM NUSANTARA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarrif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. ii iii iv ABSTRAK Riza Adi Putra Judul Skripsi: Pandangan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Islam Nusantara Islam Nusantara atau yang biasa disebut dengan Islam di Indonesia merupakan hasil dari dialog antara ajaran Islam dengan budaya lokal. Dengan demikian, hal tersebut akan menghasilkan budaya yang Islami, sehingga Islam Nusantara dipandang sebagai Islam dengan kearifan lokal. Di samping itu Islam Nusantara merupakan sebuah keberhasilan dari para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya Islam di Indonesia lahir beberapa gerakan Islam dengan karakternya masing-masing. Seperti Nahdlatul Ulama dengan karakternya yang tradisional, Muhammadiyah dengan Modernis dan Front Pembela Islam (FPI) dengan gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
    [Show full text]
  • ISLAM NUSANTARA and PROGRESSIVE ISLAM: Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah's View on Relationship of Religion and Culture PJAEE, 17 (3) (2020)
    ISLAM NUSANTARA AND PROGRESSIVE ISLAM: Nahdlatul Ulama (NU) And Muhammadiyah's View on Relationship of Religion and Culture PJAEE, 17 (3) (2020) ISLAM NUSANTARA AND PROGRESSIVE ISLAM: Nahdlatul Ulama (NU) And Muhammadiyah's View on Relationship of Religion and Culture Lutfi Hadi Aminuddin [email protected] Lutfi Hadi Aminuddin. ISLAM NUSANTARA AND PROGRESSIVE ISLAM: Nahdlatul Ulama (NU) And Muhammadiyah's View on Relationship of Religion and Culture-- Palarch’s Journal Of Archaralogy Of Egypt/Egyptogy 17(3), 515-528. ISSN 1567-214x Keywords: tajdid, wasathiyah, al-maqasid al-sharia, culture, ijtihad. ABSTRACT This study will focus on the differences between the Nahdlatul Ulama (NU) concept of Islam Nusantara and the Muhammadiyah concept of Progressive Islam and what the epistemological differences in the characteristics of both are. This is qualitative research using content analysis. The researcher found that there are differences between the concept and the characteristics of Islam Nusantara and Progressive Islam. Islam Nusantara refers to the teachings of Islam practised in Indonesia to articulate the teachings of the Qur'an and Sunnah with local tradition. While Muhammadiyah with the concept of Progressive Islam wants to present al-Qur'an and al-Sunnah as universal teachings, which not only contains commands and prohibitions but also contains values of progress to realize enlightened human life. The differences from the epistemological characteristics reveal that NU is more accommodating to local culture. At the same time, Muhammadiyah with the concept of al-ruju (back) to al-Qur'an and al-Sunnah is very strict in accommodating local culture. The different characteristics have an impact on the assessment of whether culture/tradition should be accepted or not.
    [Show full text]
  • ( Surau, Meunasah, Pesantren Dan Madrasah ) Oleh
    SEJARAH LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM NUSANTARA ( Surau, Meunasah, Pesantren dan Madrasah ) Oleh : Abdul Mukhlis Dosen Tetap STAI Pancawahana Bangil Kabupaten Pasuruan ABSTRAK Lembaga-lembaga pendidikan islam ada seiring dengan penyebaran Islam itu sendiri, lembaga semisal Pondok Pesantren di Jawa, Surau di Sumatera ( Minangkabau ), Meunasah di Aceh dan Madrasah Islam modern yang menyebar di seluruh nusantara merupakan suatu fenomena- fenomena yang meniscayakan adanya dinamika lembaga-lembaga pendidikan Islam yang pada suatu kurun waktu tertentu menjadi suatu lembaga pendidikan yang menjadi menjadi primadona di masanya, akankah lembaga-lembaga Islam semisal Pondok Pesantren dan Madrasah menjadi lembaga pendidikan Islam yang tetap bereksistensi ataukah ada model lembaga pendidikan lain yang lebih mengakomodasi peradaban dan kebudayaan dunia Islam. Kata Kunci : Pesantren, Surau, Meunasah dan Madrasah A. PENDAHULUAN tersebut tidak akan terserabut dari akar Perkembangan pendidikan Islam di kulturnya secara radikal. Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, B. SEJARAH DAN DINAMIKA mulai dari yang amat sederhana, sampai LEMBAGA-LEMBAGA dengan tahap-tahap yang sudah terhitung PENDIDIKAN DI NUSANTARA modern dan lengkap. Lembaga pendidikan 1. Surau Islam telah memainkan fungsi dan perannya Pembahasan tentang surau sebagai sesuai dengan tuntntan masyarakat dan lembaga Pendidikan Islam di Minang-kabau, zamannya. Perkembangan lembaga-lembaga hanya dipaparkan sekitar awal pertumbuhan pendidikan tersebut telah menarik perhatian surau sampai dengan meredupnya pamor para ahli baik dari dalam maupun luar negeri surau. Kondisi ini dilatarbelakangi dengan untuk melakukan studi ilmiah secara lahirnya gerakan pembaruan di Minangkabau konfrehensif. Kini sudah banyak hasil karya yang ditandai dengan berdirinya madrasah penelitian para ahli yang menginformasikan sebagai pendidikan alternatif. tentang pertumbuhan dan perkembangan Istilah surau di Minangkabau sudah lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut.
    [Show full text]
  • Indonesian Schools: Shaping the Future of Islam and Democracy in a Democratic Muslim Country
    Journal of International Education and Leadership Volume 5 Issue 1 Spring 2015 http://www.jielusa.org/ ISSN: 2161-7252 Indonesian Schools: Shaping the Future of Islam and Democracy in a Democratic Muslim Country Kathleen E. Woodward University of North Georgia This paper examines the role of schools in slowly Islamizing Indonesian society and politics. Why is this Islamization happening and what does it portend for the future of democracy in Indonesia? The research is mostly qualitative and done through field experience, interviews, and data collection. It is concluded that radical madrasahs are not the main generators of Islamization, but instead the widespread prevalence of moderate Islamic schools are Islamizing Indonesian society and politics. The government began the “mainstreaming” of Islamic elementary and secondary schools, most of which are private, in 1975. This has continued and grown, making them popular options for education today. The government has more recently been increasing the role of state run Islamic universities by expanding their degree offerings to include many non- Islamic disciplines. The use of Islamic schools to educate Indonesians is due to the lack of development of secular public schools and high informal fees charged for the public schools. By making Islamic schools an attractive option that prepares students for success, society has been Islamized slowly as the number of alumni increases and as these alumni play leadership roles in society, business, and government. This Islamization is not of a radical nature, but it is resulting in more Islamic focused public discourse and governing policy, and low levels of tolerance for other faiths and variant Muslim practices.
    [Show full text]
  • Attachment File.Pdf
    I II Volume I, Number I, July 2020 E-ISSN 2722-8975 Journal for Study of Islamic History and Culture Pengantar Nomor Perdana - Nahdlatul Islam Nusantara Ahmad Suaedy Anatomy of the Islam Nusantara Program and the Necessity for a “Critical” Islam Nusantara Study Okamoto Masaaki Artikulasi Islam Nusantara dalam Perjuangan Agraria Mohamad Shohibuddin Menuju Sosiologi Nusantara: Analisa Sosiologis Ajaran Ki Ageng Suryomentaram dan Amanat Galunggung Ngatawi El-Zastrouw Traditional Islam and Global Religious Connectivity: Nahdlatul Ulama in The Netherlands Amin Mudzakkir Lasem: Harmoni dan Kontestasi Masyarakat Bineka Syamsul Hadi Traces of Māturīdīsm in the ‘Ulamā’s Works in Nusantara in the Seventeenth Until Nineteenth Centuries Muhamad Bindaniji Book Review Islam Dibawa Masuk oleh Orang Nusantara: Dari Data Terserak Buzurgh Al-Ramahurmuzi, ‘Ajaibul Hind: Kisah-Kisah Ajaib di Daratan dan Lautan Hindi Idris Masudi III IV V Journal for Study of Islamic History and Culture Volume I, Number I, July 2020 EDITOR-IN-CHIEF Ahmad Suaedy, (Scopus ID: 56419869500) Faculty of Islam Nusantara UNUSIA Jakarta MANAGING EDITOR Ngatawi El-Zastrow, Faculty of Islam Nusantara UNUSIA Jakarta INTERNATIONAL EDITORIAL BOARD Said Aqil Siradj, Faculty of Islam Nusantara UNUSIA Jakarta Robert W. Hefner, (Scopus ID: 36856758800) Boston University, Boston USA Okamoto Masaaki, (Scopus ID: 57191206120), Kyoto University, Kyoto Japan Dien Madjid, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Endang Turmudzi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Alwi A. Shihab,
    [Show full text]
  • BAB 13 Menghargai Tradisi Islam Di Nusantara INFOGRAFIS
    BAB 13 Menghargai Tradisi Islam di Nusantara INFOGRAFIS 330 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ْ ّٰ َّ ْ ٰ َّ ْ ِبس ِ م ِالل الرحم ِن الر ِحي ِم Sudahkah kalian mengetahui bahwa di Indonesia terdapat beragam tradisi Islam yang berkembang dari tahun ke tahun? Umat Islam berusaha untuk menjaga tradisi itu agar tidak punah ditelan kemajuan zaman. Kenapa umat Islam bersusah payah untuk melestarikanya? Apa dampak positif bagi umat Islam itu sendiri? Perlu diketahui bahwa setiap tradisi Islam di Nusantara disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, tentu upaya pelestariannya tidak boleh bertentangan dengan dasar-dasar agama Islam. Tidak hanya itu saja, ternyata tradisi Islam ini membawa banyak manfaat bagi kehidupan umat Islam dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nah, sampai sejauh mana kalian sudah mengenal tradisi Islam yang ada di Nusantara tercinta ini? Ingat lho, hampir tiap daerah atau provinsi biasanya mempunyai tradisi Islam yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan kekhasan daerah atau provinsi itu masing-masing. Namun, pada prinsipnya tradisi itu tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Wahai generasi Islam yang hebat, coba kalian perhatikan tradisi yang sudah berkembang dan dipertahankan di daerahmu masing-masing. Apakah tradisi itu sama dengan tradisi daerah lain? Untuk memahami tradisi itu, kalian harus mengetahui seluk beluk perkembangan suatu tradisi pada daerah tertentu. Yang perlu diperhatikan adalah tidak diperkenankan untuk menghina atau menghancurkan tradisi Islam yang sudah dilestasrikan sejak lama. Oleh karena kalian adalah generasi yang saleh yang mempunyai tugas untuk tetap melestarikanya jika sesuai dengan ajaran agama Islam. Jika kurang sesuai, hendaknya pembenahannya dilakukan dengan cara yang baik dan tidak merusak tradisi tersebut.
    [Show full text]
  • ROBOHNYA LEMBAGA PENDIDIKAN SURAU Yusutria, Rina Febriana
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Universitas Yapis Papua - Publikasi Jurnal Yusutria, Rina Febriana, Robohnya Lembaga Pendidikan Surau 118 ROBOHNYA LEMBAGA PENDIDIKAN SURAU Yusutria, Rina Febriana STKIP PGRI SUMATERA BARAT [email protected], [email protected] Abstrak Surau sebagai lembaga pendidikan yang pernah terlaksana di Sumatera Barat, merupakan lembaga pendidikan merupakan sarana yang strategis bagi proses terjadinya transformasi nilai dan budaya pada komunitas sosial serta mengalami akulturasi dengan budaya lokal (adat). Namun dalam perjalanannya peranan Surau yang manjalankan fungsi adat dan fungsi agama, telah mengalami pergeseran sehingga kehilangan momentumnya pada saat sekarang ini. Metode penelitian yang dipakai metode historis melalui telaah pustaka, baik dalam bentuk buku maupun produk kebijakan berupa regulasi tentang pendidikan Islam sepanjang sejarah. Penyebab roboh lembaga pendidikan Surau disebabkan 2 macam baik internal diantaranya: 1). Hilangnya suritauladan karena pendiri telah meninggal dunia. 2). Pengaruh sistem pendidikan modern dari pemerintah kolonial Belanda. 3). Permen Kemenag dan Kemdik tahun 1970. 4). Semangat nasionalisme dan patriotisme dari umat Islam sebagai akibat kolonialisasi Belanda. 5). Ketidakpuasan terhadap institusi (tradisional). 6). Mengkombinasikan pendidikan umum ke dalam lembaga yang baru. 7). Adanya pengalihan tanggung jawab terhadap anak-anak dari mamak kepada ayah ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap kehidupan
    [Show full text]
  • Melacak Akar Sejarah Pendidikan Surau: Asal-Usul, Karakteristik, Materi Dan Literatur Keagamaan
    Melacak Akar Sejarah Pendidikan Surau: Asal-Usul, Karakteristik, Materi dan Literatur Keagamaan Mujtahid Pendahuluan Selain sebagai tempat ibadah, dakwah dan media umat berkumpul, surau disinyalir sebagai salah satu institusi pendidikan Islam pertama di Minangkabau Sumatera Barat. Dari hasil penelurusan sejarah, surau telah menjadi sarana (institusi) penting dalam rangka ikut melakukan pencerdasan dan kemajuan masyarakat, khususnya pembelajaran keagamaan dan penanaman nilai-nilai moral. Bahkan lebih dari itu, pendidikan surau mempunyai reputasi yang cukup besar terhadap penyebaran agama Islam ke berbagai daerah dan wilayah sekitar. Sebagai sebuah sarana pendidikan agama, surau tetap dapat kita jumpai sampai sekarang, walaupun eksistensinya kemungkinan tidak lagi sebagaimana peran di masa lalu, yakni kembali pada fungsi semula sebagai tempat shalat, i`tikaf dan dzikir. Sebutan surau biasanya dikonotasikan (disama artikan) dengan istilah langgar atau mushalla. Meskipun secara substantif term tersebut tidak sepenuhnya bisa disamakan begitu saja. Karena dari segi kelahiran, surau muncul jauh sebelum langgar atau mushalla berdiri, dan istilah surau itu merupakan warisan dari agama Hindu-Budha atau para leluhur mereka yang menganut animisme, dinamisme ataupun politeisme. Penggunaan istilah langgar biasanya digunakan shalat dan mengaji bagi kaum muslim di Jawa. Setelah melaksanakan ibadah shalat, para jama’ah melanjutkan dengan membaca Al- Qur’an bersama yang dipimpin imam (guru) yang ditunjuk sebagai pendidik di surau. Sedangkan istilah mushalla, merupakan term mutakhir yang masih sangat baru. Sebagai sebuah istilah baru, karena ia muncul bersamaan dengan adanya percepatan pembangunan di sektor publik. Biasanya, sebagian institusi (lembaga), baik milik negara maupun swasta, menyediakan tempat khusus, yakni mushalla. Tempat ini digunakan oleh karyawan atau staf pegawai Muslim untuk menunaikan shalat. Di setiap institusi-institusi, sengaja menyisakan satu ruang/kamar yang khusus digunakan tempat ibadah.
    [Show full text]
  • Sufisme-Persia Dan Pengaruhnya Terhadap Ekspresi Budaya Islam Nusantara
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Kalijaga, Yogyakarta: E-Journal Fakultas... , Vol 17, No. 1, April 2016 ISSN: 1411-3775 E-ISSN: 2548-4729 http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia SUFISME-PERSIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI BUDAYA ISLAM NUSANTARA Fahruddin Faiz UIN Sunan Kalijaga [email protected] Abstract There are numerous religious and cultural ethnic groups worldwide, many of which have mutual interactions with each other. For hundreds of years, Persian as well as Shi‘a communities have been known as minority groups with considerable influence on some Eastern and Western societies. The following article try to uncover modes of Indonesian Islamic culture, which have influenced by Persian Sufism, along with its Syi’ah tendencies. The purpose of this essay is to display the influence of Persian Sufism in the cultural expressions of Moslems in Indonesia in early Islam era. With this purpose in mind, a comprehensive bibliography of works published related to the issues is presented. An attempt is also made to present the influence of Persian Sufism figures and elements on the historical and modern Indonesian Islam. Keywords: Persia, Syi’ah, Sufism, Archipelago. Abstrak Terdapat beragam kelompok religius dan etnis yang tersebar di berbagai belahan dunia yang memiliki interaksi timbal balik satu sama lain. Selama ratusan tahun, Bangsa Persia, sebagaimana halnya komunitas Syi’ah, telah dikenal sebagai kelompok minoritas yang memiliki pengaruh yang patut diperhitungkan bagi masyarakat dunia, baik di belahan Barat maupun Timur. Artikel berikut ini mencoba untuk mengungkap modus budaya Islam Indonesia yang telah terpengaruh oleh sufisme Persia bersamaan dengan kecenderungan Syi’ah.
    [Show full text]
  • Islam Nusantara Discourse in New Media
    Adv. Sci. Lett. 22, 2179-2183, 2016 RESEARCH ARTICLE Copyright © 2016 American Scientific Publishers Advanced Science Letters All rights reserved Vol. 22, Number 9 (September 2016) Printed in the United States of America Islam Nusantara Discourse In New Media 1 Dini Safitri 1Faculty of Social Science, Jakarta State University, Jakarta 13220, Indonesia Islam Nusantara discourse, became a trending topic in new media, after the opening speech by President Joko Widodo in the national congress NU scholars, before NU congress to 33. Before the Congress, NU make a lot of rhetoric on Islam Nusantara. Unfortunately, the Islam Nusantara rhetoric, not be interpreted positively by other Islamic organizations. HTI is one of the Islamic organizations who reject the rhetoric of Islam Nusantara. The research methods are rhetorical situation, and Toulmin model of argument. The results showed that the differences in perspectives, generate differences in speech acts, and the way of rhetoric in new media. Keywords: Discourse Analysis, Rhetorical Situation, Toulmin Model of Argument, Speech Act, New Media. 1. INTRODUCTION position that the practice of rhetoric against Islam After Joko Widodo speech, at the opening of the Nusantara version Jokowi Government, as it is national conference Nahdlatul Ulama (NU) at the Istiqlal considered a controversy with the values of Islam that Mosque, Islam Nusantara rhetoric become discourse, they understand. Therefore, the HTI also made a number that is discussed in the new media. In his speech, Jokowi of rhetorical, why reject Islam Nusantara. openly expressed, support on the model of Islam Here are interesting to be explored further, how Nusantara. Jokowi support, many reap the pros and cons.
    [Show full text]
  • Laskar Jihad Islam, Militancy and the Quest for Identity in Post-New Order Indonesia
    LASKAR JIHAD ISLAM, MILITANCY AND THE QUEST FOR IDENTITY IN POST-NEW ORDER INDONESIA Laskar Jihad Islam, strijdvaardig activisme en de zoektocht naar identiteit in het Indonesië na de val van de Nieuwe Orde (met een samenvatting in het Nederlands) Proefschrift ter verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit Utrecht op gezag van de Rector Magnificus, Prof. Dr. W.H. Gispen, ingevolge het besluit van het College voor Promoties in het openbaar te verdedigen op dinsdag 14 juni 2005 des ochtends te 10.30 uur door Noorhaidi geboren op 7 december 1971 te Amuntai, Indonesië Promotor : Prof. Dr. M.M. van Bruinessen (Universiteit Utrecht, Faculteit der Letteren en International Institute for the Study of Islam in the Modern World) Het onderzoek voor deze dissertatie werd verricht in het kader van het KNAW prioriteitsprogramma "The Dissemination of Religious Authority in Twentieth-Century Indonesia", dat wordt uitgevoerd aan het IIAS. Dit promotieonderzoek werd mede mogelijk gemaakt door aanvullende financiële steun van het CNWS en het ISIM. LASKAR JIHAD ISLAM, MILITANCY AND THE QUEST FOR IDENTITY IN POST-NEW ORDER INDONESIA Noorhaidi Cover page design: Noorhaidi Photo: Gatra 24:7 (5 May 2001) v ABSTRACT This study analyses the intellectual and political history of Laskar Jihad, the most spectacular Muslim paramilitary group that emerged in Indonesia in the aftermath of the collapse of the New Order regime in May 1998. Using an interpretive framework derived from social movement theory and identity politics, this study exposes the roots of the group and its transformation into a militant, jihadist movement. Based on extensive fieldwork, numerous interviews and a study of the movement’s literature, this study demonstrates that the very existence of Laskar Jihad cannot be dissociated from Saudi Arabia’s immensely ambitious global campaign for the Wahhabization of the Muslim umma.
    [Show full text]
  • Indonesian Islam Beyond Habib Rizieq Shihab: Deconstructing Islamism and Populism
    ISSUE: 2021 No. 21 ISSN 2335-6677 RESEARCHERS AT ISEAS – YUSOF ISHAK INSTITUTE ANALYSE CURRENT EVENTS Singapore | 2 March 2021 Indonesian Islam beyond Habib Rizieq Shihab: Deconstructing Islamism and Populism A’an Suryana and Nur Syafiqah Binte Mohd Taufek* This picture taken on December 12, 2020, shows Indonesian Muslim cleric Rizieq Shihab (centre) surrounded by his supporters upon arrival at the police headquarters in Jakarta, before he was arrested on December 13 over allegations of breaching coronavirus restrictions. Habib Rizieq is currently the most controversial ulama in Indonesia. Islam in Indonesia, however, is not monolithic and has numerous strands – some of which are moderate and serve as a bulwark aGainst radical ideas. Photo: Jenaya, AFP. *A’an Suryana is Visiting Fellow at ISEAS Yusof – Ishak Institute. Nur Syafiqah Binte Mohd Taufek is a Research Officer at the same institute. We thank Norshahril Saat and Aninda Dewayanti for their useful feedback on this article. 1 ISSUE: 2021 No. 21 ISSN 2335-6677 EXECUTIVE SUMMARY • The radical Salafi ideology of Muhammad Rizieq Shihab or Habib Rizieq, and the Islamic Defender’s Front (FPI) have been at the centre of media attention and scholastic study for quite a while. Islam in Indonesia, however, is not monolithic and has numerous strands – some of which are moderate and serve as a bulwark against radical ideas. These diverse orientations are nevertheless understudied due to the prevailing discussion on Habib Rizieq as a key figure of religious populism and Islamism. • This article presents some key thoughts of established and emerging religious thinkers, who subscribe to moderate views of Islam.
    [Show full text]