Jurnal HAM KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Jurnal HAM KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Editorial JURNAL HAM KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Diterbitkan oleh: KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA ©2014 Jurnal HAM • Vol. 11 • Tahun 2014 i Editorial Dafart Isi JURNAL HAM KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Dewan Penasihat : Semua Komisioner & Sekretaris Jenderal Komnas HAM Penanggungjawab : M. Imdadun Rahmat Dewan Penyunting : Dianto Bachriadi; Muhammad Nurkhoiron, Sandrayati Moniaga; Roichatul Aswidah; Nur Kholis;Ansori Sinungan; Natalius Pigai; Manager Nasution; Siane Indriani; Otto Nur Abdullah; Siti Noor Laila, Hafid Abbas, Penyunting Penyelia : Rusman Widodo, Penyunting Pelaksana : Adoniati Meyria Widaningtias, Yuli Asmini, Eka Christiningsih, Kurniasari Novita Dewi, Roni Giandono, Sri Rahayu, Banu Abdillah Administrasi dan Keuangan : Sudibyanto (Koordinator); Iman Supandi; Adrianus Abiyoga; Sri Rahayu Distribusi : Banu Abdillah Penerbit : Komnas HAM Alamat Redaksi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Jalan Latuharhary No. 4B Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telepon (021) 392 5230, Faksimili (021) 391 2026 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan ISBN: 978-979-26-1438-1 Jurnal HAM Komnas HAM Jakarta: Jurnal HAM Komnas HAM, 2014, xviii + 244 Hal; 210 mm x 297 mm Penerbitan ini dibagikan secara gratis, tidak diperjualbelikan. Penggandaan penerbitan ini untuk kepentingan penyebarluasan nilai-nilai HAM harus mendapat persetujuan tertulis dari Komnas HAM. Gambar Cover: Colorful water rings wallpaper. Sumber: http://www.superbwallpapers.com/abstract/colorful-water-rings-20350/ Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi jurnal ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Kutipan Pasal 72, Ayat 1 dan 2, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pi- dana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ii Jurnal HAM • Vol. 11 • Tahun 2014 Editorial Dafart Isi Daftar Isi Editorial Rusman Widodo ........................................................................................................................................... v Jaminan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia M. Imdadun Rahmat................................................................................................................................. 1 Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan dan Problem Pendirian Rumah Ibadah di Indonesia M. Subhi Azhari............................................................................................................................................. 35 Jaminan Kebebasan Beragama: Norma Ideal, Praktik dan Lokalitas Muhammad Hafiz........................................................................................................................................ 63 UU Nomor 1/PNPS/1965 dan Tafsir Pembatasan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan di Indonesia Halili........................................................................................................................................................................... 95 Islamisasi dan Kristenisasi: Isu-Isu Krusial di Seputar Proselitisme dan Hak Kebebasan Beragama Alamsyah M. Djafar................................................................................................................................... 115 Belajar dari Pemolisian yang Baik: Menangani Konflik Anti- Ahmadiyah di Manis Lor (Jawa Barat) dan Cikeusik (Banten) Ihsan Ali-Fauzi, Irsyad Rafsadi, Siswo Mulyartono................................................ 139 Pernikahan Beda Agama dan Jaminan Kebebasan Beragama di Indonesia Ahmad Nurcholish...................................................................................................................................... 165 Kebebasan Beragama dan Negara Zuly Qodir............................................................................................................................................................ 221 Aturan Penulisan Naskah JURNAL HAM Komnas HAM......................... 243 Jurnal HAM • Vol. 11 • Tahun 2014 iii Editorial Rusman Widodo Editorial Rusman Widodo ersoalan hak asasi tujuan, fungsi, keanggotaan, asas, manusia (HAM) di kelengkapan, serta tugas dan Indonesia telah menjadi wewenang Komnas HAM. Di era tema utama dalam per- reformasi muncul perubahan bincanganP kehidupan bernegara mendasar terhadap UUD 1945 dan bermasyarakat. Embrio HAM (konstitusi). Tercatat konstitusi di Indonesia sudah tersemai sejak mengalami empat kali amandemen Orde Baru masih berkuasa. Pada yang memasukkan prinsip-prinsip tahun 1993, Presiden Soeharto dan nilai-nilai HAM yang berlaku mengeluarkan Keputusan Presiden universal. Indonesia juga melakukan Nomor 50 Tahun 1993 tentang sejumlah ratifikasi konvensi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia internasional seperti Konvensi tanggal 7 Juni 1993. Pada awal Penghapusan Diskriminasi Ras keberadaannya, Komnas HAM dan Etnis, Konvensi Penghapusan telah berani melakukan sejumlah Diskriminasi terhadap Perempuan, gebrakan yang luar biasa. Konvensi Hak Sipil dan Politik, Senafas dengan berakhirnya Konvensi Hak Anak, Konvensi kekuasaan Orde Baru pada 1998 Hak Ekosob dan lain-lain. Pada dan lahirnya era reformasi, posisi level masyarakat, HAM juga mulai Komnas HAM semakin menguat diperkenalkan melalui lembaga- setelah keluar Undang-undang lembaga pendidikan, media massa, Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. organisasi kemasyarakatan dan UU ini menetapkan keberadaan, sebagainya. Berbagai upaya ter- Jurnal HAM • Vol. 11 • Tahun 2014 v Editorial sebut telah menjadikan HAM warga negaranya untuk memeluk sebagai rezim baru dalam sistem agama dan kepercayaannya masing- ketatanegaraan Indonesia. masing. Dan, masih banyak lagi HAM yang terpenting, salah peraturan yang menjamin warga satunya, di dalam kehidupan ber- negara Indonesia untuk bebas bangsa dan bernegara di Indonesia memeluk agama atau keyakinan adalah hak atas kebebasan ber- tertentu. agama dan berkeyakinan (KBB). Meskipun demikian, dalam Kebebasan beragama sejak saat kehidupan nyata sehari-hari di itu sampai kini terus menjadi masyarakat persoalan KBB masih perdebatan yang dinamis. terus bermunculan. Banyak tema Perdebatan muncul karena bagi dalam ruang lingkup KBB yang sebagian kelompok HAM dianggap masih terus diperdebatkan, seperti: berwatak liberal yang cenderung kebebasan memeluk agama; mengedepankan hak-hak individu kebebasan berpindah agama; hak daripada hak kelompok. Watak mendirikan rumah ibadah; hak seperti itu bagi sebagian kelompok melakukan ibadah atau ekspresi dinilai tidak sesuai dengan budaya keagamaan; hak mendirikan dan nilai-nilai budaya Timur yang organisasi keagamaan; hak menikah kolektif. Tapi, sebagian masyarakat beda agama; hak untuk mendapat yang lan menilai ide KBB dalam pendidikan keagamaan; hak konteks HAM adalah tepat untuk untuk melakukan penyiaran dan diterapkan di Indonesia yang penyebaran agama. masyarakatnya memiliki agama dan Pada kenyataaan di lapangan, kepercayaan yang beragam. HAM tema-tema itu sering memunculkan dinilai dapat membantu mencegah gesekan antar pemeluk agama. terjadinya tindakan represif dari Bahkan sering terjadi tindakan kelompok agama dan berkeyakinan kekerasan yang mengakibatkan yang mayoritas kepada yang kerugian jiwa, harta, dan kerugian minoritas. materi yang tidak sedikit nilainya. Sejatinya perdebatan tentang Gesekan atau konflik muncul karena tepat tidaknya penerapan KBB adanya perbedaan cara pandang di Indonesia sudah harus selesai antar satu kelompok dengan ketika Indonesia telah meratifikasi kelompok lainnya yang kebanyakan Kovenan Internasional tentang Hak tidak terjembatani dengan baik oleh Sipil dan Politik, dan juga Kovenan negara. Internasional tentang Hak Ekonomi, Itu artinya kerukunan kehi-dupan Sosial dan Budaya. Apalagi konstitusi beragama dan berkeyakinan di Indonesia telah menjamin setiap Indonesia belum terjamin dengan vi Jurnal HAM • Vol. 11 • Tahun 2014 Editorial baik. Sampai saat ini di Indonesia atas hak tersebut. masih sering terjadi beragam Pengertian agama dalam Pasal 18 bentuk pelanggaran HAM terkait Kovenan Hak Sipil dan Politik pun hak atas KBB. Sejak tahun 1998 sangat luas, termasuk kepercayaan- sampai 2009 Komisi Nasional Hak kepercayaan teistik, non-teistik, Asasi Manusia (Komnas HAM) telah dan ateisme, serta hak untuk tidak menerima ratusan pengaduan menganut agama atau kepercayaan terkait kasus pelanggaran hak apa pun. Cakupan hak kebebasan atas kebebasan beragama dan beragama dan berkeyakinan berkeyakinan. Kasusnya, antara merujuk pada Komentar Umum lain, pelarangan pendirian tempat yang dikeluarkan oleh Komite ibadah, perusakan tempat tinggal Hak Asasi Manusia PBB berkaitan umat, pelarangan beribadat dan dengan Pasal 18 Kovenan Hak Sipil penutupan tempat ibadat, tindakan dan Politik, yaitu Komentar Umum diskriminasi terhadap umat tertentu, Komite HAM No. 22. penganiayaan, penghancuran Komentar Umum No. 22 tempat-tempat ibadah dan lain-lain. menyatakan bahwa ”Hak atas Sebenarnya
Recommended publications
  • Etos Gerakan Dan Strategi Aksi Muhammadiyah Menyambut Muktamar Ke 48 Di Solo, Jawa Tengah
    Etos Gerakan dan Strategi Aks Muhammadiyah Menyambut Muktamar Ke-48 di Solo, Jawa Tengah ETOS GERAKAN DAN STRATEGI AKSI MUHAMMADIYAH MENYAMBUT MUKTAMAR KE 48 DI SOLO, JAWA TENGAH Nurbani Yusuf Abstrak Semarak Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan diselenggarakan di Kota Solo seolah menjadi wahana untuk para kader berlomba-lomba memberikan kontribusinya guna kemajuan umat dan bangsa. Tulisan ini merupakan sebuah upaya konkrit yang dilakukan oleh penulis untuk meningkatkan etos gerakan dan strategi aksi Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan zaman. Muhammadiyah bukan saja gerakan pemikiran tapi juga sekaligus gerakan amal, yang dikemas dalam satu pergerakan yang dinamis dan utuh dengan tidak meninggalkan watak ke-Islamannya, Carl Whiterington menyebut bahwa sebagai sebuah harakah pemikiran, Muhammadiyah menawarkan gagasan modernisasi, purifikasi dan moderasi yang komplet. Kata Kunci: Etos Gerakan, Strategi Aksi, Muhammadiyah, Muktamar Ke-48 Muhammadiyah Tajdid Al Harakah Muhammadiyah menabalkan dirinya sebagai pergerakan Islam paling menginspirasi selama satu abad terakhir, ‘perkoempoelan’ yang digagas oleh Kyai Ahmad Dahlan ini bahkan telah melampaui pergerakan Islam yang duluan lahir di negeri Timur Tengah, Mesir, Pakistan dan pesisir India dan 30 MAARIF Vol. 14, No. 2 — Desember 2019 Nurbani Yusuf Yaman. Sebut saja Pan Islamisme Syaikh Afghan, gerakan purifikasi Syaikh Abdul Wahab, Ali Jinah, Iqbal atau al Maoudodi di India dan Pakistan, atau gerakan salafi Syaikh Abduh dan muridnya Syaikh Rasyid Ridha di Mesir, atau gerakan-gerakan politik. Ikhwan-nya Syaikh al Banna, HT-nya Syaikh Taqiyuddin an Nabhani, atau gerakan kultural sufiistik semisal Syaikh at Tijani, Syaikh Naqsabandy, hampir semua yang saya sebut tidak pernah menjadi besar di negerinya sendiri bahkan ada yang kemudian diusir karena tidak sejalan, dengan tidak bermaksud saling merendahkan satu sama lainnya semata hanya semacam komparasi dengan berbagai tipologi dan karakter pergerakan.
    [Show full text]
  • Bhinneka Tunggal Ika” in Forming Harmony of Multicultural Society
    Unconsidered Ancient Treasure, Struggling the Relevance of Fundamental Indonesia Nation Philosophie “Bhinneka Tunggal Ika” in Forming Harmony of Multicultural Society Fithriyah Inda Nur Abida, State University of Surabaya, Indonesia Dewi Mayangsari, Trunojoyo University, Indonesia Syafiuddin Ridwan, Airlangga University, Indonesia The Asian Conference on Cultural Studies Official Conference Proceedings 0139 Abstract Indonesia is a multicultural country consists of hundreds of distinct native ethnic, racist, and religion. Historically, the Nation was built because of the unitary spirit of its components, which was firmly united and integrated to make up the victory of the Nation. The plurality become advantageous when it reach harmony as reflected in the National motto “Bhinneka Tunggal Ika”. However, plurality also issues social conflict easily. Ever since its independence, the scent of disintegration has already occurred. However, in the last decade, social conflicts with a variety of backgrounds are intensely happened, especially which is based on religious tensions. The conflict arises from differences in the interests of various actors both individuals and groups. It is emerged as a fractional between the groups in the society or a single group who wants to have a radically changes based on their own spiritual perspective. Pluralism is not a cause of conflict, but the orientation which is owned by each of the components that determine how they’re viewing themselves psychologically in front of others. “Bhinneka Tunggal Ika” is an Old Javanese phrase of the book “Sutasoma” written by Mpu Tantular during the reign of the Majapahit sometime in the 14th century, which literally means “Diverse, yet united” or perhaps more poetically in English: Unity in Diversity.
    [Show full text]
  • Soekarno Dan Kemerdekaan Republik Indonesia
    SOEKARNO DAN PERJUANGAN DALAM MEWUJUDKAN KEMERDEKAAN RI (1942-1945) SKRIPSI Robby Chairil 103022027521 FAKULTAS ADAB HUMANIORA JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 / 1431 H ABSTRAKSI Robby Chairi Perjuangan Soekarno Dalam Mewujudkan Kemerdekaan RI (1942-1945) Perjuangan Soekarno dimulaii pada saat beliau mendirika Partai Nasional Indoonesia (PNI) tahun 1927, dan dijadikannya sebagai kendaraan poliitiknya. Atas aktivitasnya di PNI yang selalu menujuu kearah kemerdekaan Indonesia, ditambah lagi dengan pemikiran dan sikapnya yang anti Kolonialliisme dan Imperialisme, dan selalu menentang selalu menentang Kapitalisme-Imperialisme. Dengan perjuangan Soekarno bersama teman-temannya pada waktu itu dan bantuan Tentara Jepang, penjajahan Belanda dapat diusir dari Indonesia. Atas bantuan Jepang mengusir Belanda dari Indonesia, maka timbulah penjajah baru di Indonesia yaitu Jepang pada tahun 1942. Kedatangan tentara Jepang ke Indonesia bermula ingin mencari minyak dan karet, dan disambut dengan gembira oleh rakyat Indonesia yang dianggap akan membantu rakyat Indonesia mewuudkan kemakmuran bagi bangsa-bangsa Asia. Bahkan, pada waktu kekuuasaan Jepang di Indonesia, Soekarno dengan tterpaksa turut serta bekerja sama dengan Jepang dan ikut ambil bagian dalam organisassi buatan Jepang yaitu, Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyyat (PUTERA), Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Terjalinnya kerjasama dengan Jepang, membawa dampak yang sangat besar baginya yaitu, Soekarno dijulukii sebagai Kolaborator dan penjahat perang, Soekarno memanfaatkan kerjasama itu dengan menciptakan suatu pergerakan menuju Indonesia merdeka. Dengan pemikiran, sikap dan ucapan Sokarno yang selalu menentang Kolonialisme, Kapitaisme, Imperialisme, dan bantuan teman seperjuangan Soekarno pada waktu itu, akhirnya dapat mendeklarasikan teks Proklamasi di rumah Soekarno, di Jalan Pengangsaan Timur No. 56, pada harri Jumat tanggal 17 Agustus 1945.
    [Show full text]
  • The Challenge to Religious Tolerance: Fundamentalist Resistance to a Non-Muslim Leader in Indonesia
    Comparative Civilizations Review Volume 77 Article 8 Number 77 Fall 2017 11-8-2017 The hC allenge to Religious Tolerance: Fundamentalist Resistance to a Non-Muslim Leader in Indonesia Hisanori Kato [email protected] Follow this and additional works at: https://scholarsarchive.byu.edu/ccr Part of the Comparative Literature Commons, History Commons, International and Area Studies Commons, Political Science Commons, and the Sociology Commons Recommended Citation Kato, Hisanori (2017) "The hC allenge to Religious Tolerance: Fundamentalist Resistance to a Non-Muslim Leader in Indonesia," Comparative Civilizations Review: Vol. 77 : No. 77 , Article 8. Available at: https://scholarsarchive.byu.edu/ccr/vol77/iss77/8 This Article is brought to you for free and open access by the All Journals at BYU ScholarsArchive. It has been accepted for inclusion in Comparative Civilizations Review by an authorized editor of BYU ScholarsArchive. For more information, please contact [email protected], [email protected]. Kato: The Challenge to Religious Tolerance: Fundamentalist Resistance t Comparative Civilizations Review 77 The Challenge to Religious Tolerance: Fundamentalists’ Resistance to a Non-Muslim Leader in Indonesia Hisanori Kato Introduction The largest mosque in Southeast Asia, called Istiqlal, stands across the street from a Catholic cathedral in the center of the Indonesian capital, Jakarta. These two major religious buildings in Indonesia stand in a rather peaceful setting. In addition, Candi Borobudur, which is located in Central Java, is the largest and oldest single Buddhist monument in the world, with more than a 1,200-year-long history. Despite the fact that Indonesia is the most populous Muslim nation in the world,1 Indonesia has boasted of its religious tolerance for centuries.
    [Show full text]
  • Perdebatan Tentang Dasar Negara Pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (Bpupk) 29 Mei—17 Juli 1945
    PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI—17 JULI 1945 WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 1 PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI–17 JULI 1945 Skripsi diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora Oleh WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 Program Studi Ilmu Sejarah FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang sungguh hanya karena rahmat dan kasih sayang-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ditengah berbagai kendala yang dihadapi. Ucapan terima kasih dan salam takzim penulis haturkan kepada kedua orang tua, yang telah dengan sabar tetap mendukung putrinya, walaupun putrinya ini sempat melalaikan amanah yang diberikan dalam menyelesaikan masa studinya. Semoga Allah membalas dengan balasan yang jauh lebih baik. Kepada bapak Abdurrakhman M. Hum selaku pembimbing, yang tetap sabar membimbing penulis dan memberikan semangat di saat penulis mendapatkan kendala dalam penulisan. Kepada Ibu Dwi Mulyatari M. A., sebagai pembaca yang telah memberikan banyak saran untuk penulis, sehingga kekurangan-kekurangan dalam penulisan dapat diperbaiki. Kepada Ibu Siswantari M. Hum selaku koordinator skripsi dan bapak Muhammad Iskandar M. Hum selaku ketua Program Studi Sejarah yang juga telah memberikan banyak saran untuk penulisan skripsi ini. Kepada seluruh pengajar Program Studi Sejarah, penulis ucapakan terima kasih untuk bimbingan dan ilmu-ilmu yang telah diberikan. Kepada Bapak RM. A. B.
    [Show full text]
  • Indonesia Thailand
    INDONESIA THAILAND CAMBODIA MALAYSIA BRUNEI MALAYSIA SINGAPORE SUMATRA ALIMANTAN SULAWESI JAARTA INDONESIA : JAVA BALI BHINNEKA TUNGGAL IKA YOGYAARTA KOMODO / FLORES UNITY IN DIVERSITY LOMBO A vast archipelago stretching for over 5,000 kilometres and BALI encompassing more than 17,000 islands, Indonesia is diverse and fascinating. Its appeal includes traditional cultures, rich Bali Barat National Park volcanic beauty, tropical beaches and imaginative arts and Amlapura Negara architecture. Ubud Denpasar Seminyak Bali’s beaches, easygoing air and warm hospitality have long Denpasar International Airport Kuta Nusa Dua made it a delightful holiday destination. Its interior is lush and Uluwatu green with vast terraced rice fields. Its strong artistic heritage is evidenced by exquisite batik paintings and intricate wood Sumatra’s wild volcanic landscape offers plenty of carvings. Lombok is less well-known and unique in its Sasak options for trekking while its vast crater lake, Lake Toba, heritage and culture. provides a spectacular backdrop for a few days’ relaxing on the island of Palau Samosir. Java plays host not only to the famous Borobudur Temple, an architectural wonder and UNESCO World Heritage Site, but Kalimantan is Indonesia’s portion of the island of also highland retreats, tea plantations, volcanoes and scenic Borneo. Orangutans and proboscis monkeys may be mountain passes. viewed from traditional boats weaving through the waters of the Tanjung Puting National Park. Komodo Sulawesi’s forested heart protects the regency of Tana Toraja dragons are the stars on Komodo and Rinca, two of the where hanging graves and cliffs displaying ancestral sculptures very few islands where these massive lizards live in the are a vital element of the death-venerating culture.
    [Show full text]
  • The Condition of Freedom of Religion/ Belief in Indonesia 2011
    EDITOR: Ismail Hasani The ConditionBonar Tigor Naipospos of Freedom of Religion/ Belief in Indonesia 2011 POLITIK DISKRIMINASI REZIM SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan di Indonesia 2011 Pustaka Masyarakat Setara The Condition of Freedom of Religion/ Belief in Indonesia 2011 Jakarta, January 2012 155 mm x 230 mm vi + 134 pages ISBN: 978-602-18668-0-1 Writers Agnes Dwi R (Jakarta) Akhol Firdaus (Jawa Timur) Apridon Zaini (Sulawesi Utara) Azhari Aiyub (Aceh) Dewi Nova (Banten) Indra Listiantara (Jakarta) M. Bahrun (NTB) M. Irfan (Jawa Barat) Rochmond Onasis (Kalimantan Tengah) Syarif Abadi (Lampung) Editor Ismail Hasani Bonar Tigor Naipospos Layout Titikoma-Jakarta Cover source www.matanews.com Diterbitkan oleh Pustaka Masyarakat Setara The Condition of Freedom of Religion/ Belief in Indonesia 2011 Foreword The freedom of religion / belief condition report in Indonesia in 2011 was presented to the public on December 19, 2011. However, due to various resource constraints this report has just been published in February 2012. As a monitoring report, this publication is intended in order to expand the spectrum of readers and the expansion of Setara community constituency to jointly advocate the freedom of religion / belief in Indonesia. The report titled Discrimination Politics in the Regime of Soesilo Bambang Yudhoyono, is the fifth report since 2007 SETARA Institute publishes an annual report. As written in previous reports, the events of freedom of religion / belief violations reported by using the standard method and recording. Regular modifications made​​for the current themes which becomes the tendency in the particular recent years. This time, the report contains nine kinds of topics of discrimination and violence targeting religious groups / beliefs, and spread in different areas.
    [Show full text]
  • Bhineka Tunggal Ika As a Source of Politics and the Identity of Indonesian Culture in the Formation of Law
    International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net Volume 13, Issue 7, 2020 Bhineka Tunggal Ika as a Source of Politics and the Identity of Indonesian Culture in the Formation of Law Gede Marhaendra Wija Atmajaa, aFaculty of Law, Udayana University, Email: [email protected], [email protected] The purpose of this study is to analyse Bhineka Tunggal Ika as a source of politics and cultural identity in the formation of law in Indonesia. In general, no one knows or even uses Bhineka Tunggal Ika as the source of legal formation. However, often the formation of law in Indonesia refers to the philosophical meaning of Bhineka Tunggal Ika. The research problems are as follows : 1) What are the markers of Bhineka Tunggal Ika in legal formation? 2) Why is Bhineka Tunggal Ika so important? 3) Does Bhineka Tunggal Ika contribute to the formation of customary law? This research was completed using qualitative methods. All data was collected directly or indirectly. Data acquisition was optimised through a literature study. All data was analysed qualitatively. The results showed that: 1) Bhineka Tunggal Ika can be a marker of Indonesian cultural identity in legal pluralism; 2) Bhineka Tunggal Ika, in the formation of state law, is considered relevant as a political source to accommodate customary law and religious law into state law; 3) Bhineka Tunggal Ika, as it relates to the identity of Indonesian national culture, has contributed to the formation of customary law in the midst of modern times. Key words: Politics, Identity of Indonesian Culture, Law, Indonesia. Introduction Cultural identity is a reflection of social security (Pradana, 2019).
    [Show full text]
  • The Contested State of Sufism in Islamic Modernism: the Case of the Muhammadiyah Movement in Twentieth-Century Indonesia
    journal of Sufi studies 3 (�0�4) �83–��9 brill.com/jss The Contested State of Sufism in Islamic Modernism: The Case of the Muhammadiyah Movement in Twentieth-Century Indonesia Herman L. Beck Tilburg University (The Netherlands) Abstract The Muhammadiyah in Indonesia is commonly known not to be very sympathetic towards mysticism in terms of its manifestations in mystical religious fraternities and pantheistic identity mysticism. Although its stance versus these religious phenomena seems to be very clear, many of its members are struggling to determine their attitude towards the issue. The continuing uncertainty about its legitimacy is evident from the questions Muhammadiyah members send to the Suara Muhammadiyah regarding this topic. In this article I focus on the Muhammadiyah’s ‘official’ vision through its first hundred years of existence. My thesis is that its rigidness in rejecting ‘mystical and spiritual’ manifestations is not only caused by its fear of unbelief and heresy, but also closely related to the political and social circumstances in which it is confronted with these ‘mystical and spiritual’ manifestations in the first place. Résumé La Muhammadiyah en Indonésie est bien connue pour ne pas être sympathique vers le mysticisme, soit sous la forme de confréries religieuses-mystiques ou sous la forme de mysticisme panthéiste. Bien que son opposition à ces phénomènes religieux semble être très clair beaucoup de ses membres ont du mal à déterminer leur attitude à l’égard de la question. L’incertitude persistante quant à la légitimité de la mystique est évidente dans les questions des membres de la Muhammadiyah envoyées à la Suara Muhammadiyah concernant le sujet.
    [Show full text]
  • Datar Isi Bab I
    DATAR ISI BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 23 BAB II : LATAR HISTORIS MTA DI . …. .. 24 BAB III : WAHABISME DAN GERAKAN PURIFIKASI DI PEDESAAN JAWA … …. 55 BAB IV : RESPONS ISLAM MAINSTREAM INDONESIA PADA MTA …….. 110 BAB V : KEBANGKITAN ISLAM POLITIK PADA PEMILU 2014 DI INDONESIA .. …160 BAB VI : PENUTUP …. …… 205 BAB I PENDAHULUAN Di awal abad ke-21, pasca runtuhnya Orde Baru, kesempatan politik semakin terbuka yang dimotori oleh gerakan reformasi Indonesia. Hal tersebut juga mendorong gerakan mobilisasi massa secara transparan dalam ruang publik. Hal ini menimbulkan munculnya berbagai macam gerakan sosial secara massif di Indonesia. Perubahan iklim politik pada Orde Reformasi tersebut, berpengaruh juga terhadap perkembangan kehidupan keagamaan masyarakat Islam di Indonesia. Pengaruh ini dapat dilihat dengan semakin menguatnya identitas dan gerakan kelompok keagamaan di luar mainstream kelompok keagamaan. Dalam perkembangan gerakan sosial keagamaan tersebut, terdapat tiga aspek yang menonjol, yaitu pertama, aspek yang didorong oleh orientasi politis, kedua orientasi keagamaan yang kuat, dan ketiga orientasi kebangkitan kultural rakyat Indonesia.1 Adapun dalam pendekatannya, kaum agamawan dan gerakan keagamaan, menurut AS Hikam, menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan “menegara” dan pendekatan “masyarakat”.2 Terdapat beberapa faktor yang secara bersamaan menggerakkan orang untuk membangun sebuah bangsa yang bersatu. Faktor-faktor tersebut tidak terbatas pada adanya kesamaan pengalaman masa lalu seperti ras, bahasa, dan
    [Show full text]
  • 46 Mohammad Imam Farisi Bhinneka Tunggal Ika [Unity in Diversity]
    Journal of Social Science Education ©JSSE 2014 DOI 10.2390/jsse.v14.i1.1261 Volume 13, Number 1, Spring 2014 ISSN 1618–5293 Mohammad Imam Farisi Bhinneka Tunggal Ika [Unity in Diversity]: From Dynastic Policy to Classroom Practice The purpose of this article is to discuss the concept of Bhinneka Tunggal Ika, in its narrowest sense, a policy on religious tolerance, as it is operationalized in social studies textbooks and in classroom practice in Indonesia. The focus of the research is on six electronic textbooks used by students aged 7‐12 years, in Indonesian elementary schools which are further considered in the context of Indonesian teachers’ actual experience of the operationalization of Bhinneka Tunggal Ika in a classroom setting. The study shows that the textbooks and classroom practice are able to describe and transform a concept such as Bhinneka Tunggal Ika into a real and meaningful concept or practice for students as practiced in the family, the school, the wider community and at a national level as well as in religious ceremonies, architecture, and gotong‐royong (or reciprocal) activities. However, the state also has a political goal and this concept should also be viewed as underlying cultural policy designed to build a character and civilization appropriate to a pluralistic Indonesian nation. Keywords: Bhinneka tunggal ika, dynastic policy, textbook, social Bhinneka Tunggal Ika is a concept dating back to the studies, elementary school third century which was central to the religious politics of 1 the ruling dynasty . It was later adopted by the Indonesian government as a motto of national unity.
    [Show full text]
  • Evolusi Pemikiran Hadji Oemar Said Tjokroaminoto Tahun
    EVOLUSI PEMIKIRAN HADJI OEMAR SAID TJOKROAMINOTO TAHUN 1924-1928: DARI SOSIALISME ISLAM MENUJU ISLAM MAKRIFAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Oleh: Miftakhus Sifa’ Bahrul Ulumiyah NIM: A92216131 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019 ii PERNYATAAN KEASLIAN iii PERSETUJUAN PEMBIMBING iv PENGESAHAN TIM PENGUJI PERSETUJUAN PUBLIKASI vi ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Evolusi Pemikiran Hadji Oemar Said Tjokroaminoto Tahun 1924 – 1928: dari Sosialisme Islam menuju Islam Makrifat” dengan meneliti tiga permasalahan: (1) bagaimana biografi H.O.S Tjokroaminoto; (2) bagaimana sosialisme Islam dan Islam makrifat menurut H.O.S Tjokroaminoto, dan (3) bagaimana perubahan pemikiran H.O.S Tjokroaminoto tahun 1924-1928. Tiga permasalahan tersebut penulis teliti dengan menggunakan dua pendekatan historis-hermeneutik dan historis-sosiologis-psikologis. Pendekatan ini digunakan karena skripsi ini masuk dalam kategori sejarah pemikiran sub tema evolusi pemikiran yang dalam metodologinya meneliti teks dan juga konteks. Pendekatan historis-hermenutik merujuk pada pembahasan teks, sedangkan historis-sosiologis-psikologis merujuk pada konteks. Teori yang digunakan dalam penilitian ini ada empat yang semuanya digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam tiap pembahasan bab. Empat teori tersebut adalah teori Ibnu Khaldun tentang perkembangan akal budi, teori Herbert Spencer tentang evolusi umum, teori arkeologi pengetahuan Michael Foucault, dan teori hermeneutik Hans-George Gadamer. Metode yang penulis gunakan adalah metode sejarah dengan empat tahapan yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: pertama, H.O.S Tjokroaminoto lahir di Madiun tanggal 16 Agustus 1882 dan meninggal di Yogyakarta pada 17 Desember 1934.
    [Show full text]