Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Merupakan Sayuran Yang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
TEKNIK PELAKSANAAN PERCOBAAN PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN BLANCHING TERHADAP MUTU ACAR BUNCIS Sri Mulia Astuti1 uncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang sehingga kadar gula dalam larutan meningkat. Selanjutnya Bberpotensi ekonomi tinggi karena mempunyai peluang terjadi fermentasi gula oleh bakteri asam laktat yang meng- pasar yang cukup luas, baik di dalam maupun di luar negeri. hasilkan asam laktat. Buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang diperlukan murah dan mudah dikembangkan, serta mengandung vi- dalam fermentasi sayuran. Bakteri ini secara alami terdapat tamin, mineral, dan serat yang sangat berguna bagi perkem- pada sayuran itu sendiri. Pemanfaatan bakteri ini yang bangan tubuh manusia (Rismunandar 1982). Polong buncis dikombinasikan dengan pemberian garam dan suhu yang yang masih muda biasanya dibuat sayur seperti sayur sop, tepat akan menghasilkan produk fermentasi yang bermutu sayur asem, cap cay, ditumis atau sebagai lalab matang atau baik. mentah. Bakteri asam laktat memerlukan suhu optimal yang Buncis tergolong komoditas yang mudah rusak. Umur berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Jenis bakteri ini simpan buncis berkisar antara 7-10 hari pada suhu kamar. sangat peka terhadap suhu dan tumbuh baik pada suhu 25- Untuk mengurangi kehilangan hasil karena rusak atau busuk, 30°C. Jika konsentrasi asam yang diinginkan sudah tercapai buncis perlu diolah atau diawetkan (Rahmat 1996). Salah satu maka fermentasi dapat dihentikan dengan jalan menaikkan cara pengawetan buncis yaitu dibuat acar sehingga dapat suhu di atas suhu maksimalnya (Saripah 1983). disimpan lebih lama. Blanching adalah perlakuan panas pada bahan dengan Acar adalah sayuran atau buah-buahan yang diawetkan cara merendam bahan dalam air panas atau memberikan uap dalam larutan garam yang kemudian dilakukan fermentasi panas. Blanching bertujuan untuk menonaktifkan enzim asam laktat. Asam laktat dapat berasal dari fermentasi cairan terutama katalase dan peroksidase, melembekkan bahan, dan buah atau sayuran itu sendiri atau ditambahkan dalam bentuk menghilangkan gas-gas yang ada dalam sel serta jaringan cuka makan. Hampir semua jenis sayuran dapat difermentasi sehingga kualitas akhir bahan meningkat. Blanching juga secara alami oleh bakteri asam laktat, karena sayuran mengan- menyebabkan bahan menjadi bersih, mengurangi populasi dung gula yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri bakteri, serta mempertajam aroma dan warna. Biasanya aroma tersebut (Apandi 1984). bahan yang tidak disukai dapat dihilangkan dan warna asli Proses penting dalam pembuatan acar adalah peng- bahan dan sayuran yang berwarna hijau dan kuning akan garaman. Garam berfungsi sebagai bahan untuk menarik air tampak lebih tajam (Sukmaji 1988). Percobaan ini bertujuan dan zat gizi dari jaringan bahan yang difermentasi untuk untuk mengetahui pengaruh pemberian garam dan lama pertumbuhan bakteri pembentuk asam laktat (Apriyanto blanching terhadap proses fermentasi dan mutu acar 1984). buncis. Proses fermentasi sayuran dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi anaerobik, konsentrasi garam, suhu, BAHAN DAN METODE dan adanya bakteri asam laktat (Buckle et al. 1985). Fermentasi mula-mula terjadi dalam larutan tanpa gula, tetapi Percobaan dilaksanakan di laboratorium pascapanen Balai karena adanya tekanan osmosis dari garam ke dalam bahan, Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang pada bulan maka gula yang ada dalam bahan akan merembes ke larutan April hingga Mei 2005. Bahan yang digunakan adalah buncis muda varietas lokal dari kebun petani di Lembang, garam dapur (NaCl), dan bahan kimia untuk analisis yakni NaOH 0,1 N, larutan indikator fenolftalin, asam oksalat anhidrat, 1Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Sayuran, AgNO3 0,1 N, KCl, K2CrO4, larutan Luff Schoorl, H2SO4 0,1 Jalan Tangkuban Perahu No. 517 Lembang 40391, Telp. (022) 2786425, N, larutan amilum 1%, HI 20%, HCl 25%, NaOH 20%, NaOH Faks. (022) 2786416 Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 2, 2006 59 HASIL DAN PEMBAHASAN 10%, NaOH 30%, K2SO4, n Heksan, Na2SO4 anhidrat, H2SO4 pekat, CuSO4, serbuk seng, HCl 0,1 N, media lactobacillus selective agar (LSA), dan akuades. Alat yang diperlukan Nilai pH Cairan Acar Buncis dalam pembuatan acar adalah botol bekas selai, termometer, Data pH cairan acar buncis selama 15 hari fermentasi pisau, spatula, baskom plastik, otoklaf, timbangan, corong, disajikan pada Tabel 1. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kertas saring, inkubator, panci, gelas ukur, penetrometer, pH cairan pada perlakuan konsentrasi garam yang rendah erlenmeyer, dan hand refractometer. akan lebih cepat turun dan nilainya lebih kecil dari perlakuan Proses pembuatan acar buncis adalah sebagai berikut: konsentrasi garam lebih tinggi. Hal ini terlihat pada perlakuan tanpa blanching. Konsentrasi garam yang terlalu tinggi • Buncis yang digunakan adalah yang masih muda dengan dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Konsentrasi garam umur 60 hari setelah tanam (HST), sehat dan segar. Bagian 12,5% dan 15% merupakan perlakuan terbaik terutama pada gagang dan pangkal buncis dibuang kemudian sisanya fermentasi 10-12 hari. Pada umumnya pH bahan pangan dipotong dengan ukuran 5 cm, lalu dicuci. berkisar 3-8. • Buncis yang telah bersih selanjutnya di-blanching dengan Pada fermentasi 11 hari tanpa blanching, pH cairan cara mencelupkannya ke dalam air yang bersuhu 100°C mencapai nilai terendah yaitu 3,17 (konsentrasi garam 12,5%) selama 3 menit. Selama proses berlangsung, suhu air dan 3,21 (konsentrasi garam 15%), lebih rendah dibanding dipertahankan dan seluruh bagian buncis terendam dalam perlakuan konsentrasi garam 17,5% yakni 4,08. Selanjutnya air. Sebagai kontrol adalah tanpa perlakuan blanching. pH meningkat kemudian turun lagi. • Buncis yang telah di-blanching dan yang tidak di- Makin lama waktu fermentasi maka nilai pH cairan cende- blanching masing-masing dimasukkan ke dalam botol rung makin turun. Hal ini disebabkan adanya bakteri hetero- steril hingga penuh dengan posisi berdiri. Botol diste- fermentatif yang dapat menghasilkan asam laktat dan asam rilisasi dalam otoklaf dengan suhu 121°C selama 15 menit. asetat (Saripah 1983). Pada awal proses fermentasi, pH cairan • Larutan garam yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam sekitar 5,34-5,57 karena asam laktat belum terbentuk. Fermen- botol yang berisi buncis hingga seluruh buncis terendam. tasi asam laktat terjadi karena adanya aktivitas bakteri asam Larutan garam dibuat dengan cara melarutkan garam dapur laktat yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Setelah dalam air kemudian dipanaskan sampai suhu 60°C hingga seluruh garam larut, lalu disaring. Konsentrasi garam yang dibuat adalah 12,5%, 15%, dan 17,5%. Tabel 1. Nilai pH cairan acar buncis pada perlakuan konsentrasi garam (A) dan blanching (B), laboratorium Balitsa, Lembang, • Fermentasi dilakukan dengan cara menyimpan buncis 2005. dalam ruangan bersuhu 27°C selama 15 hari. Untuk menge- Nilai pH pada perlakuan Hari tahui perubahan buncis selama proses fermentasi, setiap A1B1 A2B1 A3B1 A1B2 A2B2 A3B2 hari dilakukan pengamatan terhadap pH cairan, total asam 0 5,34 5,38 5,43 5,44 5,51 5,57 padatan, dan total bakteri pada acar buncis. 1 5,26 5,30 5,34 5,23 5,47 5,52 2 5,02 5,25 5,12 5,10 5,13 5,38 Selama proses fermentasi dilakukan analisis kimia dan 3 4,50 5,08 5,01 4,97 4,92 5,26 uji mikrobiologis, serta dilanjutkan dengan uji organoleptik 4 4,25 4,87 4,83 4,72 4,63 5,10 dan analisis nutrisi pada akhir fermentasi. Analisis kimia 5 3,99 4,36 4,62 4,54 4,38 5,01 yang dilakukan meliputi derajat keasaman (pH), diukur 6 3,83 4,25 4,59 4,43 4,28 4,82 7 3,74 4,03 4,36 4,19 4,07 4,64 dengan pH-meter, total asam dengan metode titrasi asam 8 3,50 3,71 4,21 3,78 3,93 4,37 basa, dan total padatan terlarut dengan hand refractometer. 9 3,36 3,54 4,18 3,52 3,82 4,20 Uji mikrobiologis yang dilakukan meliputi penentuan total 10 3,27 3,39 4,08* 3,39 3,78 4,13 bakteri dengan metode Standard Plate Count pada media 11 3,17* 3,21* 4,12 3,17* 3,51 4,10* LSA. Uji organoleptik terhadap acar buncis hasil fermentasi 12 3,20 3,40 4,09 3,20 3,42* 4,15 13 3,25 3,32 4,21 3,54 4,03 4,20 meliputi warna, aroma, penampakan, dan tekstur. Pengujian 14 3,18 3,42 4,40 3,75 4,18 4,10 menggunakan skala hedonik oleh 15 orang panelis dengan uji 15 3,31 3,59 4,37 3,92 4,22 4,02 peringkat dengan nilai 1 = sangat disenangi, 2 = disenangi, Keterangan: A1 = konsentrasi garam 12,5%, A2 = konsentrasi garam 3 = agak disenangi, 4 = netral, 5 = agak tidak disenangi, 6 = 15%, A3 = konsentrasi garam 17,5%, B1 = tanpa tidak disenangi, dan 7 = sangat tidak disenangi. blanching, B2 = blanching, * = pH terendah 60 Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 2, 2006 proses fermentasi berlangsung, yang ditandai dengan akan diikuti dengan meningkatnya gas yang terbentuk timbulnya gas, jumlah asam laktat meningkat yang diikuti (Buckle et al. 1985). dengan penurunan pH (Buckle et al. 1985). Total asam dalam acar selama 2 minggu meningkat 0,5- 1%, dan secara bertahap akan berkurang karena dikonsumsi Total Asam Padatan Acar Buncis oleh bakteri (Munajini 1988). Kandungan asam akan menurun bila fermentasi berlangsung lebih cepat atau kurang dari 14 Data total asam padatan acar buncis selama 15 hari hari. Pada kondisi asam yang rendah, bakteri yang resisten pengamatan disajikan pada Tabel 2. Pada fermentasi 0-15 hari terhadap kandungan asam rendah dan suhu tinggi akan aktif terjadi kenaikan total asam untuk semua perlakuan, namun kembali, karena pada kondisi ini beberapa jenis bakteri akan peningkatannya yang lebih tinggi terdapat pada perlakuan memproduksi asam dari gula sehingga keasaman meningkat tanpa blanching. Hal ini disebabkan dalam buncis sebelum (Djunjung dan Ansory 1992). maupun setelah di-blanching, asam yang ada sebagian telah masuk ke dalam cairan asam yang ada pada perlakuan kon- Nilai rata-rata total asam terendah ditunjukkan perlakuan sentrasi garam yang lebih rendah. konsentrasi garam 17,5% dan tidak di-blanching yakni 0,27%.