ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di Kecamatan Tapaktuan, Selatan)

Kodrat Zulfi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah Email : [email protected]

ABSTRAK

Pariwisata pada era sekarang merupakan suatu kegiatan yang tidak hanya mengacu pada aktifitas wisatawan saja. Akan tetapi juga mengacu pada pembangunan yang multifungsi, yang mana mempunyai manfaat yang sangat luas dan banyak dari adanya pariwisata. Tapaktuan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan yang sangat dikenal pariwisatanya secara potensial baik di provinsi maupun nasional. Hal ini tidak terlepas kontribusi pariwisata Tapaktuan terhadap pembangunan yang mana potensi objek wisatanya terdapat 16 titik potensi wisata dari 111 titik potensi wisata yang ada di Kabupaten Aceh Selatan. Namun potensi itu tidak dioptimalkan secara serius oleh pemerinah setempat. Pemerintah daerah dalam mengembangkan objek wisata dinilai masih tidak tertata, hal ini dapat dilihat dari infrastruktur dan sarana-prasarana yang belum memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan- kebijakan pengembangan pariwisata dan faktor penghambat dalam pengembangan sektor pariwisata. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori Modernisasi Rostow, yang mengenai Proses bertahap dimana pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai masyarakat diawali bersifat tradisional atau sederhana menuju suatu tatanan masyarakat yang maju dan kompleks. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, serta selanjutnya dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian mengenai pengembangan sektor pariwisata

Corresponding Author : [email protected] 836 JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017: 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata masih belum terarah dengan baik, hal ini disebabkan oleh adanya beberapa hambatan dalam kebijakan pengembangan sektor pariwisata antara lain: interaksi antara pemerintah terhadap swasta dan masyarakat, aspek manajemen pembangunan sarana-prasarana, anggaran, aspek manajemen pemasaran dan promosi dan aspek SDM. Sehingga sangat perlu untuk mengambil upaya dan langkah professional terhadap manajemen organisasi khususnya dalam desain dan proses penyusunan strategi yang tepat dan efektif.

Kata kunci: Pariwisata, Sosiologi Spatial, Kebijakan

ABSTRACT

Nowadays, a tourism is the activity which does not only refers to the tourist's activity. However, it refers to the multifunctional development, which has the wide benefit. Tapaktuan is the government's center of South Aceh which is known with its potential tourism in province and national. This thing does not apart from the contribution of the Tapaktuan's tourism towards the development which has the potential tourism in 16 area of 111 area in South Aceh regency. However, that potential does not optimized seriously by the government in these area. The local government is still disorganized in improving the tour object, it can be proved from the inadequate infrastructure and facilities. The purpose of this study is to know the tourism development policies and the obstacle factor in the tourism sector improvement. This study uses the qualitative method in descriptive approach. In addition, this study uses the Rostow's modern theory, concerning the gradual process in which the economy growth that will be achieved by the societies are started in traditional or simple character to the progressive and complex society order. The collection of data is conducted by the interview and observation, it was analyzed in qualitative approach. The result of

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 837 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

the study is about the tourism sector development which shows that the tourism development has still not well directed. It is caused by the several obstacles in the tourism sector development policy involve the interaction between the government towards private and societies, the management aspect of the facility and infrastructure development, the budget, the management aspect of marketing and promotion, and the human resources aspects. Hence, it is needed to take the effort and professional action towards the organization management particularly in design and strategy arrangement process appropriately and effectively.

Keywords: Tourism,Spatial Sociology,Policy

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir maupun sifat perkembangan itu sendiri. Pariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Disamping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks meliputi industri-industri seperti industri kerajinan tangan, industri cinderamata, penginapan, dan transportasi. Sebagai industri jasa yang digolongkan sebagai industri ketiga, pariwisata cukup berperan penting dalam menetapkan kebijaksanaan mengenai kesempatan kerja, dengan alasan semakin mendesaknya tuntutan akan kesempatan kerja yang tetap sehubungan dengan selalu meningkatnya wisata di masa yang akan datang. Pengembangan pariwisata telah tercermin dalam rencana strategi yang dirumuskan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni: (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang pariwisata;

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 838 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

(2) mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup; (3) meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsapasar; dan (4) menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwi-sata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan, dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan (Accountable). Demikianlah pandangan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, bahwa pengembangan pariwisata Indonesia harus didahului dengan pemahaman mengenai berbagai tantangan dan hambatan yang harus dihadapi dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan pariwisata di Indonesia. Adapun beberapa faktor yang menjadi alasan kuat mengapa pemerintah berkeinginan untuk meningkatkan pariwisata antara lain: 1) Semakin menurunnya peranan minyak dan gas bumi sebagai penghasil devisa dibanding yang lalu, 2) Merosotnya nilai ekspor di sektor non minyak, 3) Prospek pariwisata memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten, 4) Potensi alam maupun budaya yang dimiliki kaitannya sebagai modal dasar dalam perkembangan pariwisata. Kondisi ini secara faktual memposisikan sektor pariwisata menjadi penting peranannya dalam pembangunan nasional. Dimana tidak ada kegiatan ekonomi yang berdimensi luas ke semua sektor, tingkatan dan kepentingan seperti Pariwisata. Oleh karena itu adalah sangat vital untuk mengintegrasikan rencana pengembangan pariwisata dengan pembangunan nasional (Sumber:Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Gowa 2006-2010). Dalam mengkaji kegiatan pariwisata, dari segi sudut pandang sosiologis kegiatan pariwisata sekurang-kurangnya mencakup tiga dimensi interaksi, yaitu: kultural, politik dan bisnis. Dalam dimensi interaksi kultural, kegiatan pariwisata memberi ajang akulturasi budaya berbagai macam etnis dan bangsa. Melalui

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 839 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

pariwisata, kebudayaan masyarakat tradisional agraris sedemikian rupa bertemu dan berpadu dengan kebudayaan modern industrial (Sunyoto Usman,2006:53). Dalam dimensi interaksi politik, kegiatan pariwisata dapat menciptakan dua kemungkinan ekstrem, yaitu:(1) persahabatan antaretnis dan antarbangsa dan (2)bentuk-bentuk penindasan, eksploitasi dan neokolonialisme. Disatu pihak melalui pariwisata, masing-masing etnis dan bangsa dapat mengetahui atau mengenal tabiat, kemauan dan kepentingan etnis dan bangsa lain. Tetapi dilain pihak, melalui pariwisata pula dapat tercipta bentuk ketergantungan suatu etnis atau bangsa kepada etnis atau bangsa lain. Misalnya meningkatnya ketergantungan pendapatan Negara berkembang kepada wisatawan dari Negara maju. Sedangkan dalam dimensi interaksi bisnis, kegiatan pariwisata terlihat menawarkan bertemunya unit-unit usaha yang menyajikan bermacam macam keperluan wisatawan. Bentuk yang disajikan unit usaha dapat berupa barang atau pun jasa (Ibid., hlm.54.) Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu daerah yang berada pesisir selatan provinsi Aceh yang sangat dikenal memiliki destinasi wisata yang menarik selain Kabupaten Aceh Tengah, Sabang dan daerah lain yang dikenal destinasi wisatanya.destinasi wisata yang ada di Kabupaten Aceh Selatan, selalu ramai dikunjungi oleh para pendatang yang berasal mayoritas dari daerah barat selatan provinsi Aceh seperti, Meulaboh, Nagan Raya, Calang, , Blangpidie dan daerah lainnya. Sebagian besar destinasi wisata yang ada di Kabupaten Aceh Selatan berpusat pada ibu kota daerahnya yaitu Tapaktuan. Kota yang berada pada pesisir ini dikenal dengan sebutan ‘’Taluak’’, yang artinya dalam bahasa Aneuk Jamee adalah teluk, sebab kota ini posisinya berada sangat dekat dengan teluk. Selain itu kota Tapaktuan sendiri, posisinya juga sangat unik dan strategis yakni dikelilingi oleh laut dan pegunungan. Kota Tapaktuan yang dikenal pantainya ini, juga sangat dikenal sejarahnya oleh para wisatawan yang menjadi asal-usul nama kota Tapaktuan yaitu Legenda Tuan Tapa. Salah satu bukti sejarah Legenda Tuan Tapa menjadi destinasi wisata favorit yang diminati oleh wisatawan. Letaknya berada

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 840 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

di garis pantai pusat kota Tapaktuan. Untuk menempuh jarak menuju objek wisata harus melewati bukit dan jalan-jalan yang cukup terjal. Destinasi wisata ini beberapa tahun terakhir masih sangat rawan dikunjungi wisatawan karena beberapa tahun terakhir juga banyak korban yang terenggut nyawanya ketika berkunjung ke wisata tersebut (http://acehselatankab.go.id/index.php/page/39/struktur-gampong-dan kecamatan/diakses 7 desember 2015) Dalam perkembangan pariwisata yang maju, mengandalkan sektor pariwisata seutuhnya tanpa mengelolanya potensinya secara manajemen tidak akan mampu meningkatkan pembangunan baik terhadap pariwisata maupun terhadap daerah itu sendiri. Seperti yang terjadinya saat ini, hingga sekarang pengembangan pariwisata yang ada di Aceh Selatan khususnya Tapaktuan masih belum mampu di optimalkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena belum adanya rencana terhadap potensi daerah Aceh Selatan tersebut selain itu masih banyaknya sarana dan prasarana yang minim dan kurang memadai pada destinasi-destinasi objek wisata. Kurang optimalnya pengembangan pariwisata yang dilakukan pemerintah daerah Aceh Selatan dibuktikan dengan belum adanya RIPPDA(Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah) sehingga sampai saat ini potensi yang melimpah ini belum bisa di optimalkan (http://aceh.antaranews.com/berita/24861/aceh-selatan-belum-miliki ripda/Diakses:7 Desember 2015). Dalam pandangan sosiologi spasial, fenomena ini seharusnya menjadi acuan bagi pemerintah untuk menunjukkan keterlibatannya dengan kepentingan serta kemauan politiknya sebagai cara memacu pertumbuhan dan sekaligus menjadi instrument perubahan kota yang mengacu pada pembangunan. Perubahan-perubahan ruang pada kota seperti dapat mempengaruhi warga serta kehadiran investor dan pengembang yang melakukan pembangunan gedung, ruang publik dan yang lainnya. Hal tersebut merupakan bentuk investasi terhadap perubahan dan tuntutan ekonomi global dengan demikian kota Tapaktuan akan maju sektor pariwisatanya (Siti Aminah,2015:59)

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 841 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan atau Development merupakan konsep yang kompleks dan sangat mendasar untuk diskusi tentang strategi dan kebijakan. Selain itu menurut Deddy T.Tikson (2005) pembangunan dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan antara lain dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang masyarakat percaya, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme, pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional. Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang membuat persamaan antara pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 842 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

perubahan, dimana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup penting, karena masing- masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005). Menurut Walt Whitman Rostow, modernisasi merupakan proses bertahap, dimana pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai oleh masyarakat, di awali dengan masa primitif dan sederhana menuju tatanan masyarakat yang maju dan kompleks (Schoorl,1980:37). Dalam kehidupan sehari-hari modernisasi dapat dilihat dari fenomena budaya tradisional yang mengalami marjinalisasi. Kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa semakin kompleks, sehingga industri dibangun secara besar- besaran untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kompleksitas kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa yang menyebabkan pembangunan industrialisasi secara tidak langsung mengakibatkan masyarakat semakin konsumtif. Masyarakat semakin tergantung pada pemenuhan kebutuhan sampingan (tersier). Salah satu bentuk kebutuhan masyarakat yang bersifat sampingan adalah tempat-tempat rekreasi. Kondisi yang demikian ini menjadikan industri pariwisata dibangun dan di kembangkan. Sebagai bagian teori modernisasi, teori pertumbuhan ekonomi mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’. Menurut Rostow, proses pertumbuhan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap berikut (Sadono,2006):

1. Tahap Masyarakat Tradisional Menurut rostow dalam suatu masyarakat tradisional tingkat produksi perkapita dan tingkat produktifitas per pekerja masih sangat terbatas oleh sebab

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 843 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

itu sebagian besar sumber daya masyarakat di gunakan untuk kegiatan sektor pertanian. 2. Tahap pra kondisi tinggal landas Rostow mendefinisikan tahap ini sebagai suatu masa transisi pada ketika di mana suatu masyarakat telah mempersiapkan dirinya, atau dipersiapkan dari luar, untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang. Menurut Rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara dinamis. 3. Tahap lepas landas Dalam tahap lepas landas pertumbuhan merupakan peristiwa yang selalu terjadi. Awal dari masa lepas landas adalah masa berlangsungnya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Jadi faktor penyebab di mulainya masa landas berbeda beda dan sebagai akibat perubahan ini secara teratur akan tercipta pembaruan–pembaruan dan peningkatan penanaman modal. 4. Tahap menuju kedewasaan Tahap menuju kedewasaan yang diartikan oleh Rostow sebagai masa dimana masyarakat sudah efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya. 5. Tahap konsumsi tinggi Tahap terakhir dalam teori pertumbuhan ekonomi Rostow adalah tahap konsumsi tinggi, yaitu masa di mana perhatian masyarakat lebih menekankan kepada masalah-masalah konsumsi dan kesejahteraan, dan bukan lagi kepada masalah produksi .

Menurut Salah Wahab (1975) Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 844 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

cinderamata, penginapan dan transportasi. Pariwisata mempunyai dua sifat yaitu umum dan teknis. Bersifat umum pariwisata diartikan keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wisatawan. Bersifat teknis berarti rangkaian kegiatan yang dilakukan manusia secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat agar dapat memenuhi keinginan wisatawan (Karyono,1997:25). Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu : 1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata. 2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata. 3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat Agar pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan, maka perlu diperhatikan kode etik pengembangan pariwisata seperti yang ditetapkan dalam konferensi pariwisata tahun 1999 yang mengatur etika global pariwisata untuk menjamin sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan kepariwisataan dan melindungi lingkungan dari dampak buruk kegiatan bisnis pariwisata ( Waluyo : 2007). Adapun kode etik dalam pengembangan pariwisata global ini, dapat dilihat seperti penjelasan dibawah ini : 1. Kewajiban Pemerintah a. Melakukan perlindungan terhadap wisatawan dan pemberian kemudahan dalam penyediaan informasi. b. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan dan secara adil menikmati keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya. c. Kebijakan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. d. Kebijakan dan kegiatan pariwisata harus diarahkan dalam rangkaian :

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 845 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

(a) penghormatan, perlindungan, pemeliharaan terhadap warisan kekayaan seni, arkeologi, budaya, monumen, tempat suci, museum, tempat bersejarah; (b) kelangsungan hidup dan berkembangnya hasil-hasil budaya,seni tradisional dan seni rakyat. e. Menjaga kelestarian lingkungan alam, dalam perspektif pertumbuhan ekonomi yang sehat berkelanjutan dan berkesinambungan. 2. Kewajiban dan hak usaha pariwisata a. Kewajiban : 1) Memberikan informasi yang objektif tentang tempat-tempat tujuan dan kondisi perjalanan pada para wisatawan. 2) Memperhatikan keamanan, keselamatan dan mengusahakan adanya sistem asuransi bagi para wisatawan. 3) Harus melakukan studi tentang dampak rencana pembangunan terhadap lingkungan hidup dan alam sekitar b. Hak : 1) Pajak-pajak dan beban-beban khusus yang memberatkan bagi industri pariwisata serta merugikan dalam persaingan harus dihapuskan atau diperbaiki secara bertahap. 2) Pengusaha dan penanam modal terutama dari kalangan perusahaan kecil dan menengah berhak mendapat kemudahan akses memasuki sektor wisata. 3. Kewajiban dan Hak Masyarakat a. Kewajiban :Harus belajar untuk mengerti dan menghormati para wisatawan yang mengunjungi mereka b. Hak : 1) Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan, dan secara adil menikmati keuntungan ekonomis, sosial dan budaya yang mereka usahakan, dalam menciptakan lapangan pekerjaan. 2) Wisata alam dan wisata eko sebagai bentuk kegiatan pariwisata dapat memperkaya dan meningkatkan penghasilan, apabila dikelola dengan menghormati lingkungan alam dan melibatkan penduduk setempat.

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 846 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Sosiologi Spasial merupakan suatu kajian dalam ilmu sosiologi yang mengkaji aspek-aspek yang berkaitan dengan ruang dalam masyarakat baik itu secara sosial maupun secara fisik(spasial). Kajian sosiologi spasial sangat erat kaitannya dengan gagasan Henry Levebvre (1991) tentang Ruang sebagai Produksi Sosial dan karya dari David Harvey (1985, 2001, 2012) dan Manuel Castell (1977). Ketiga tokoh tersebut mengeksplorasi ruang dari perspektif Marxian. Dari perspektif ruang, adanya fenomena kontestasi, negosiasi, konsensus, dan konf lik di perkotaan dapat dipahami sebagai bentuk relasi kuasa dari aktor-aktor penataan ruang yang meliputi pemerintah, masyarakat, dan pasar. Relasi tiga aktor ini memengaruhi praktik tata ruang. Pendekatan sosio-spasial memandang bahwa keterlibatan pemerintah dengan kepentingan serta kemauan politiknya sebagai cara memacu pertumbuhan dan sekaligus sebagai instrumen perubahan kota yang mengacu pada pembangunan global metropolitan (Siti Aminah,2015:60).

Hal ini Sejalan dengan gagasan Levebvre (1991) yang mengatakan bahwa ruang adalah produk politik dan instrument bagi perubahan sosial ekonomi sehingga ruang itu tidak netral dan pasif. Ruang sebagai produk politik mengakibatkan praktik tata ruang tidak pernah bebas dari keberpihakan aktor yang membuat regulasi tata ruang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan. alasan memilih lokasi penelitian tersebut dikarenakan di daerah Kabupaten Aceh Selatan terutama Tapaktuan memiliki banyak potensi di sektor pariwisata. Namun hal ini tidak menjamin Pariwisata di Tapaktuan maju, sebab pengelolaan terhadap sektor pariwisata itu sendiri masih kurang, walaupun mempunyai potensi pariwisata yang melimpah. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melihat lebih rinci mengenai Pengembangan Sektor Pariwisata Di Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan.

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 847 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sugiyono,2011). Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat tregularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman). Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya (dan sedalam mungkin) sesuai dengan variasi yang ada. Hanya dengan cara demikian, peneliti mampu mengdeskripsikan fenomena yang diteliti secara utuh (Bungin,2003: 53-54). Dalam proses mendapatkan data, peneliti melakukan wawancara pada beberapa informan, yaitu tokoh pimpinan masyarakat desa, pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga di kota Tapaktuan, Aceh Selatan dan Pihak Kecamatan Tapaktuan. Tokoh masyrakat yang di teliti oleh peneliti berasal dari 5 desa yaitu, Jambo Apha, Pasar, Batu Itam, Panjupian dan Lhok Rukam. Selama proses wawancara berlangsung peneliti juga mengambil perspektif beberapa informan yang terdiri dari 5 (lima) orang tokoh pimpinan masyarakat desa sebagai informan umum, 2(dua) orang Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan dan 1(satu) orang dari Kecamatan Tapaktuan. Alasan dipilihnya 5(lima) tokoh masyarakat sebagai informan karena tokoh masyarakat ini adalah tokoh masyarakat yang desanya memiliki objek wisata yang memiliki banyak peminat baik itu wisatawan maupun masyarakat Tapaktuan sendiri, sehingga tokoh masyarakat ini secara tidak langsung mengetahui perkembangan dan pengembangan sektor pariwisata di Tapaktuan, Aceh Selatan.

Kemudian dalam penelitian ini peneliti mengambil 2 sumber data diantaranya: 1. Data primer adalah data yang di dapat dari sumber pertama baik individu

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 848 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

maupun perseorangan seperti hasil dari wawancara, observasi maupun dokumentasi. Data yang diperoleh langsung dari 8 informan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk wawancara. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini berupa keadaan geografis, demografi, kegiatan sosial masyarakat didapat dari data atau profil gampong. Dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian didapat dari instansi terkait (Badan Pusat Statistik, Kantor Geuchik), surat kabar, dokumen, buku-buku/ studi kepustakaan (Library Research), dan internet. - Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, sumber dan pengaturan. Dalam penelitian perolehan data sangat luas serta mendalam, maka perlu diklasifikasikan upaya yag dilakukan dalam penelitian ini melalui wawancara mendalam, observasi, studi kepustakaan. Kegiatan dan penggunaan metode observasi menjadi amat penting dalam tradisi penelitian kualitatif. Melalui observasi dapat dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang mempola dari hari ke hari di tengah masyarakat. Kegiatan observasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang terlihat, tetapi juga terhadap yang di dengar (Bungin, 2003: 65-66). Menurut Bungin (2003: 67), dalam memahami suatu fenomena sosial diperlukan cara penggalian data yang handal. Disinilah terletak relevansi metode atau teknik wawancara mendalam (in depth interview). Dengan wawancara mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi di sanubari seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan. Dokumentasi adalah metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 849 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

penerangan pengetahuan serta bukti. Studi kepustakaan merupakan salah satu teknik yang melakukan penelahaan kepustakaan yang memanfaatkan dokumen yang tersedia yang berhubungan dengan objek penelitian yang akan diteliti atau dipandang relevan jika digunakan (Bungin, 2003: 78). Studi kepustakaan dilakukan di beberapa pustaka di Kota , dengan mempelajari beberapa pembahasan teori dan tulisan dari berbagai macam penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan, Aceh Selatan

Sektor pariwisata di Aceh Selatan, merupakan sektor yang sangat mempunyai prospek yang cerah dan memang sudah dikenal akan potensi pariwisatanya baik didalam provinsi Aceh maupun Indonesia. Pariwisata Aceh Selatan memang merupakan salah satu destinasi favorit, hal ini dikarenakan daerah yang berada pesisir pantai selatan provinsi Aceh ini memiliki 111 objek wisata yang berada pada Kecamatan Labuhaji Barat sampai Kecamatan Trumon Timur Kabupaten Aceh Selatan. 16 objek wisata diantaranya berada pada pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan, yaitu Tapaktuan (Sumber Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan tahun 2015). Kontribusi 16 objek wisata yang berada di Tapaktuan menjadikan Tapaktuan sebagai penyumbang objek wisata terbanyak se-Aceh Selatan. Hal ini memang sudah sewajarnya mengingat Tapaktuan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan, namun kontribusi Tapaktuan terhadap pembangunan melalui sektor pariwisatanya tidak cukup mengangkat perekonomian masyarakat Tapaktuan, sehingga secara keseluruhan membutuhkan proses yang bertahap untuk mengoptimalkan kontribusi sektor pariwisata Tapaktuan terhadap pembangunan.

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 850 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Fenomena yang terjadi pada perkembangan sektor pariwisata Tapaktuan dapat dikaji dengan analisis Walt Whitman Rostow sebagai berikut: Kemajuan suatu daerah selalu dilalui secara bertahap, dimana pada awalnya pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai masyarakat bertumpu pada sektor ekonomi yang masih bersifat tradisional serta sederhana dan kemudian bertahap menuju ekonomi yang tatanan nya bersifat lebih kompleks (Schoorl,1980:37). Timbulnya sektor pariwisata disebabkan karena adanya inisiatif masyarakat untuk mengandalkan sektor ekonomi yang lebih mumpuni dalam mengangkat pembangunan perekonomian. Munculnya sektor pariwisata merupakan salah satu bentuk tahapan modernisasi dalam kehidupan sehari-hari. Syahril S.Ag yang merupakan Anggota DPRK Aceh Selatan menyatakan Kota Tapaktuan harus di tata ulang supaya kota tua ini tidak terus tertinggal dari kabupaten/kota hasil pemekarannya, seperti Abdya dan Kota Subulussalam yang saat ini sudah berkembang pesat. Supaya Kota Tapaktuan bisa lebih berkembang, maka Pemkab harus mengarahkan tata ruang Kota Tapaktuan menjadi kota wisata. Karena jika diarahkan menjadi pusat perdagangan, menurut Syahril, sangat tidak cocok, karena lokasi yang sempit disebabkan diapit gunung dan laut. Banyak potensi wisata di Tapaktuan yang belum tertata dan dikelola secara serius. Ke depan, perlu dilengkapi fasilitas yang memadai, jalan dua jalur juga harus ditingkatkan, serta taman-taman kota dihijaukan, supaya muncul kesan Tapaktuan sebagai kota wisata (http://aceh.tribunnews.com/2014/07/07/anggota-dewan- minta-bupati-benahi-tapaktuan/diakses 7 Desember 2015). Pemerintah kota Tapaktuan masih mencari langkah untuk mengembangkan potensi pembangunannya. Dan salah satu potensi pembangunan yang menjadi alternatif dalam meningkatkan pembangunan kota Tapaktuan adalah sektor pariwisata. Sebab secara umum masyarakat Aceh Selatan perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian dan kelautan. Namun untuk Tapaktuan sendiri masyarakatnya mayoritas bertumpu pada sektor instansi pemerintahan. Di sektor Pariwisata pun Tapaktuan masih menyusun langkah dan konsep menggali lebih dalam akan potensi pariwisata. Hal ini sesuai dengan kajian Walt Whitman

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 851 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Rostow tentang tahap prasyarat tinggal landas dalam teori modernisasi yang dikembangkannya yaitu: tahap ini sebagai suatu masa transisi pada ketika di mana suatu masyarakat telah mempersiapkan dirinya, atau dipersiapkan dari luar, untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang serta terjadinya perubahan nilai-nilai dan struktur kelembagaan dalam masyarakat. Menurut Rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara dinamis (Sadono, 2006:170). Munculnya sektor pariwisata sebagai alternatif pembangunan yang berprospek cerah telah menimbulkan perubahan nilai dan struktur kelembagaan di Tapaktuan, hal inilah yang menjadi penyebab pemerintah mengembangkan instansi pemerintahan dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga menjadi Dinas Pariwisata saja. Hal ini dicanangkan agar instansi terkait tetap berfokus pada tugas dan tujuan utamanya terhadap sektor pariwisata, hal ini juga merupakan bagian kebijakan pemerintah terhadap sektor pariwisata.

Pola Pengembangan Sektor Pariwisata

Perkembangan sektor pariwisata, tidak semata-mata berkembang ataupun meningkat dengan sendirinya. Dalam hal ini tentunya untuk mengupayakan suatu pembangunan pada suatu daerah, khususnya pada sektor pariwisata sangat diperlukan langkah-langkah yang matang, terencana, dan terorganisir untuk mencapainya. Hal-hal demikian tersebut berpadu menjadi arah yang digunakan untuk Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan. Sebagaimana yang diketahui, keterlibatan Pemerintah dalam Pengembangan sektor pariwisata memang sangat dominan. Hal ini bukan tanpa sebab, karena pemerintah adalah pihak yang berwenang dan bertanggung jawab mengatur pembangunan di tiap wilayah yang dikelolanya. Melaporkan kepada pihak yang berwenang dan bertanggung jawab akan perkembangan sektor pariwisata memang sangat penting dilakukan. Sebab selain memperoleh dukungan dan bantuan untuk berkembang dari pihak pemerintah,

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 852 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

potensi objek wisata yang dilaporkan tersebut juga diawasi secara prospek ke depan dan norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam segi prospek tentunya potensi pariwisata tersebut akan terus diawasi oleh pemerintah baik apakah mampu mendongkrak pendapatan desa, maupun proyek apakah yang mampu digali kembali pada potensi pariwisata tersebut. Sedangkan dalam secara norma juga tetap diawasi oleh pemerintah. Hal ini dilakukan untuk mencegah hal- hal menyimpang seperti penyalahgunaan tempat wisata baik dilakukan oleh pengunjung maupun pihak masyarakat. Hal ini juga dilakukan untuk meminimalisir perbuatan yang meresahkan dan menjaga kenyamanan baik pengunjung maupun masyarakat lokal destinasi wisata. Dalam usaha pengembangan sektor pariwisata, pemerintah tidak berjalan sendiri dalam berkontribusi mengembangkan sektor pariwisata. Sebab dalam pengembangan sektor pariwisata butuh komponen-komponen lain untuk lebih bersinergi membangun dan mengembangkan sektor pariwisata. Hal ini tentu sangat penting untuk diterapkan seterusnya, sebab Pariwisata bukan hanya sekedar mengejar nilai keuntungan atau bisnis semata, namun juga memelihara, menjaga serta melestarikan nilai-nilai yang khas baik budaya maupun secara moral. Dalam upaya pengembangan pariwisata, pemerintah sangat bertanggung jawab mengaplikasikan Pola atau program yang dicanangkan untuk mengembangkan sektor pariwisata yang ada di Aceh Selatan, khususnya pada ibukota Aceh Selatan itu sendiri yaitu Tapaktuan, namun dalam ini terdapat kekurangan dalam penerapan upaya pengembangan sektor pariwisata di Tapaktuan. Dalam upaya pengembangan sektor pariwisata, pembenahan infrastruktur, sarana dan prasarana merupakan hal utama yang dilakukan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Sebab, walaupun kegiatan promosi dengan genjarnya dilakukan diluar tanpa melakukan pembenahan didalam, itu sama saja membuat minat wisatawan semakin menurun. Sebab selama ini infrastruktur, sarana dan prasarana yang ada masih kurang dimata wisatawan. Dengan adanya pembenahan dari dalam terlebih dahulu, maka objek-objek wisata yang ada

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 853 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

didalamnya juga berkembang. Kemudian barulah melakukan kegiatan promosi dengan basis sosial media dan basis teknologi. Kegiatan promosi yang dilakukan pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata juga masih sangat minim, salah satunya dengan acara pemilihan duta wisata Aceh Selatan. Selain itu juga pemerintah berencana membuat acara atau event budaya di luar Aceh Selatan seperti di Banda Aceh atau Medan, Namun untuk rencana yang satu ini belum terlaksana sampai sekarang. Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah daerah masih terus dilaksanakan walaupun dengan keterbatasan dana dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) belum bisa diterapkan sebagai bagian kebijakan pemerintah terhadap sektor pariwisata. Selain itu juga akibat dari kekurangan ini membuat daya tarik wisatawan terhadap sektor pariwisata dan industri yang terlibat didalamnya tidak begitu berkembang. Meskipun demikian, pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan ternyata tidak ikut mempengaruhi pendapatan yang didapat oleh pemerintah Tapaktuan dibidang Sektor Pariwisata. Hal ini memang secara potensi Kota Tapaktuan itu memang layak dikatakan sebagai kota wisata, dan kelayakan itu membuat sektor pariwisata mengalami kemajuan walaupun tidak terlalu besar. Perkembangan sektor pariwisata di Tapaktuan terus mengalami kemajuan, terutama yang terjadi pada 2 tahun belakangan ini yaitu tahun 2015 dan 2016. Dimana pendapatan yang diperoleh pemerintah dibidang sektor pariwisata mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Keuangan dan Dinas Pariwisata Aceh Selatan adalah sebesar Rp 75.307.135. Dan itu dirincikan dari pendapatan yang dihimpun oleh Dinas Pariwisata sebesar Rp 47.384.335 dan dari Dinas Keuangan senilai Rp 27.922.800. Sedangkan pada tahun 2016 berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Keuangan dan Dinas Pariwisata sebesar Rp 85.877.336. Dan dirincikan dari pendapatan yang dihimpun Dinas Pariwisata sebesar Rp 34.463.000 dan dari Dinas Keuangan Rp 51.414.336. Peningkatan pendapatan yang diperoleh dari bidang sektor pariwisata tahun 2015 dan 2016 disebabkan karena meningkatnya

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 854 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

antusiasme masyarakat dan meningkatnya komponen kegiatan industri yang mendukung kemajuan sektor pariwisata. Pengembangan sektor pariwisata di Tapaktuan telah mengalami peningkatan secara prospek yang didapat seperti pendapatan yang diperoleh di bidang sektor pariwisata. Walaupun pengembangan yang dilakukan belum digarap secara serius oleh pemerintah, namun tetap program dari pengembangan sektor pariwisata seperti pembenahan infrastruktur serta sarana dan prasana merupakan dasar yang paling penting dari kebijakan pemerintah terhadap pengembangan sektor pariwisata.

Kebijakan pemerintah terhadap sektor pariwisata yang membuat sektor pariwisata mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal ini dilihat dari perkembangan jenis wisata yang ada didalamnya yaitu: 1. Wisata Alam Jenis wisata ini merupakan jenis wisata yang paling dasar diminati oleh masyarakat maupun wisatawan yang datang berkunjung. Karena memang faktor alam yang indah yang ada di Tapaktuan sudah menjadi daya tarik wisata tersendiri dimata wisatawan. Jenis wisata ini dapat ditemui pada Panorama Hatta, Air Terjun Tingkat Tujuh, Lubuk Simerah, Pantai Pasir Setumpuk dan Ie Sijuk Panjupian. 2. Wisata Sejarah Jenis wisata ini merupakan jenis wisata yang sangat diminati oleh masyarakat maupun wisatawan yang datang berkunjung. Jenis wisata ini dapat ditemui pada objek wisata Tapak dan Tongkat Tuan Tapa, Batu Sisik Naga, Makam Tuan Tapa, Gua Kalam. 3. Wisata Religi Jenis wisata ini merupakan jenis wisata yang menjunjung tinggi nilai agama. Jenis wisata ini dapat ditemui pada Mesjid Tuo Kampung Padang dan Makam Tuan Tapa, sedangkan objek wisata religi lain yang juga diminati wisatawan adalah Makam Syeich Muda Waly yang berada di Labuhaji, Kabupaten Aceh Selatan.

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 855 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Komponen Aktor Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam pengembangan sektor pariwisata, terdapat 3(tiga) aktor penting yang menggerakkan sektor pariwisata tersebut yaitu pemerintah sebagai good governance, sektor swasta sebagai formal business unit dan masyarakat (komunitas lokal) sebagai informal business unit. Ketiga aktor ini berperan dalam menentukan berhasil tidaknya optimalisasi pengembangan sektor pariwisata. Pemerintah memang merupakan aktor yang memiliki kekuatan dalam hal manajerial birokrasi dan akses informasi, juga mempunyai kewenangan sebagai pemegang otoritas dan kebijakan otonomi daerah yang berhubungan dengan berkembangnya sektor swasta dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah memang ditempatkan sebagai pelaku utama pembangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi. Dan pemerintah juga menjadi penyandang dana terbesar. Namun seiring berkembangnya perkembangan pengetahuan, paradigma dalam pembangunan tidak hanya berpusat pada satu pelaku yaitu pemerintah, namun lebih terbuka dan sejajar secara demokratis dalam hubungan antar sektor. Pada pola seperti itu, penyelanggara jasa layanan atau fungsi pemerintahan tertentu tidak lagi didominasi oleh satu pihak. Ini berarti pula bahwa proses kemitraan dan kerjasama harus lebih digalakkan. Kebijakan kelembagaan kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta, merupakan satu sistem yang saling berinteraksi dengan batasan-batasan dan aturan aturan yang telah disepakati antar berbagai pihak yang bermitra. Dan kemitraan ini dikembangkan dalam kerangka kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki oleh pihak yang bermitra ini. Namun demikian, kebijakan ini belum dirumuskan secara lebih operasional mencakup batasan ruang lingkup kemitraan yang dapat dilakukan pemerintah, mekanisme dan kedudukan masing-masing aktor yang terlibat, serta pedoman implementasinya. Pengembangan potensi pariwisata pemerintah daerah dapat mengembangkan sebuah kerjasama atau bermitra dengan pihak lain, (swasta) dengan didasarkan sebuah pertimbangan efisiensi dan efektifitas. Kesinergian dan saling menguntungkan adalah harapan yang akan dicapai dengan mewujudkan sebuah

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 856 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

kerjasama yang mutualisme. Dalam pembangunan, ada beberapa alasan pemerintah melibatkan sektor lain, seperti yang dikemukakan oleh Widodo Tri (2004:2) yaitu: (1)Alasan politis:menciptakan pemerintah yang demokratis (egalitarian governance) serta untuk mendorong perwujudan good governance and good society (2)Alasan administratif:adanya keterbatasan sumber daya pemerintah (government resources), baik dalam hal anggaran, sumber daya manusia, asset, maupun kemampun manajemen. (3) Alasan ekonomis: mengurangi resiko salah satu sisi untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia pada masa depan adalah mewujudkan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah. Untuk melaksanakan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah diperlukan dukungan manajemen kepemerintahan daerah yang baik, salah satu untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik adalah mewujudkan kesejahteraan sosial bagi penduduk. Program dan kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial salah satu diantaranya adalah mengupayakan kehidupan yang layak dan berkeadilan bagi masyarakat di daerah.

1. Pemerintah Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan maupun Kecamatan Tapaktuan sebagai pusat pemerintahan Aceh Selatan, sama-sama berperan penting dan bertanggung jawab dalam mengembangkan sektor pariwisata. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan yang digerakkan melalui pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, sedangkan pihak Kecamatan digerakkan oleh Kecamatan Tapaktuan sendiri. Dalam penelitian ini juga dua komponen ini saling berkerja sama dalam mengembangkan sektor pariwisata. Namun kerjasama dua komponen ini tidak terlibat secara intensif. 2. Swasta Pihak swasta yang berkecimpung dalam pengembangan sektor pariwisata tidak terlalu dilibatkan dalam pengembangan pariwisata. Namun pihak swasta yang

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 857 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

ditemukan pada penelitian ini oleh peneliti adalah pihak yang mengelola bersama sektor pariwisata dalam artian pemerintah bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk mengarahkan objek-objek wisata yang ada di sektor pariwisata Tapaktuan. Sedangkan pihak swasta yang resmi seperti investor atau pengusaha lainnya, belum pernah ada yang terlibat dalam pengembangan sektor pariwisata. Hal ini karena ketatnya evaluasi dan pertimbangan yang dilakukan pemerintah terhadap pengusaha-pengusaha atau investor yang mencoba membantu memberdayakan potensi sektor pariwisata di Tapaktuan. 3.Masyarakat Lokal Masyarakat memang sangat berperan penting dalam pengembangan sektor pariwisata. yang mana masyarakat lokal sangat berinisiatif dalam meningkatkan pembangunan baik untuk desa destinasi wisata maupun untuk Tapaktuan secara menyeluruh. Hal ini bisa dilihat dimana banyaknya objek wisata buatan yang memanfaatkan potensi wisata yang ada di masing-masing desa masyarakat itu sendiri dan kemudian dibantu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Meskipun masyarakat membantu kinerja pemerintah khususnya Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga dalam mengembangkan sektor pariwisata di Tapaktuan, namun belum menghasilkan capaian optimal dalam mengembangkan sektor pariwisata. Hal ini disebabkan kurang intensifnya pengawasan dan interaksi antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam mengembangkan sektor pariwisata

Faktor Kendala dalam Pengembangan

Dalam pembangunan yang biasa dilakukan oleh daerah berkembang atau kurang maju, tentunya pengembangan merupakan suatu bentuk usaha yang mutlak dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Dalam pengembangan yang dilakukan, pada umumnya dilandasi oleh ketertinggalan atau kekurangan yang melekat pada tempat yang ingin dikembangkan kearah yang lebih baik.namun dalam upaya pengembangan, tidak semata-mata berjalan sesuai rencana dan target yang ingin dicapai.

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 858 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Tapaktuan sebuah kota pusat pemerintahan Aceh Selatan yang pada awalnya menjadi tertinggal setelah era pemekaran Kabupaten. Tapaktuan yang mayoritas bertumpu pada sektor pemerintahan, mencari alternatif lain untuk meningkatkan pembangunan. Salah satunya sektor pembangunan yang cukup mempunyai prospek cerah adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata Tapaktuan memang sangat diminati oleh wisatawan, dan pemerintah sangat menyadari potensi yang dimiliki tersebut. Meskipun potensi yang disadari pemerintah sangat baik, namun butuh upaya yang terarah untuk mengembangkannya. Dalam hal ini, memang hal yang menjadi dasar kekurangan dalam pengembangan sektor pariwisata adalah anggaran. Namun ada beberapa hal lain yang menjadi faktor penghambat dan kekurangan dalam pengembangan sektor pariwisata yaitu: - bantuan sarana dan prasarana yang kurang memadai - kurang memadainya komunitas sadar wisata - lokasi objek wisata yang terlalu jauh - kurangnya minat dan daya industri masyarakat local - Pola kebijakan yang sistematis belum siap diterapkan

Namun selain itu ada faktor kendala yang sesungguhnya sangat vital yaitu pada aktor pengembangan pariwisata itu sendiri yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat lokal. Kebijakan kerjasama dalam pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan pemerintah, swasta dan masyarakat lokal memang merupakan suatu kesatuan sistem yang saling berinteraksi. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti juga berpendapat bahwa interaksi yang terjalin antara pemerintah, swasta dan masyarakat lokal tidak terjalin secara intensif walaupun aktor pengembangan pariwisata tersebut merupakan suatu kesatuan sistem yang berinteraksi. Sehingga ini juga menjadi penyebab faktor kendala pengembangan sektor pariwisata di Tapaktuan.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil pembahasan dan Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 859 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

informasi yang telah diperoleh dari lokasi penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal mengenai pengembangan sektor pariwisata di Tapaktuan antara lain Sektor pariwisata di Tapaktuan berkembang dan muncul pada umumnya karena adanya inisiatif dan kesadaran oleh masyarakat tentang upaya untuk meningkatkan pembangunan khususnya perekonomian Tapaktuan. Kota Tapaktuan memang sangat layak dikatakan sebagai kota wisata, hal ini dikarenakan faktor alam yang menjadi modal dasar munculnya sektor pariwisata yang diinisiatifkan masyarakat. Sektor pariwisata di Tapaktuan terus mengalami perkembangan tiap tahunnya, dan perkembangan yang dialami semakin menunjukkan kemajuan seperti pada tahun 2015 dan 2016, dimana pada tahun tersebut mengalami peningkatan pendapatan di bidang sektor pariwisata walaupun belum digarap secara serius oleh pemerintah. Walaupun demikian, pemerintah tetap terus mempembaharui kebijakannya terhadap sektor pariwisata dengan pembenahan instruktur yang menjadi hal dasar.

Pengembangan sektor pariwisata di Tapaktuan belum mampu dilakukan secara optimal, hal ini memang disadari oleh pemerintah dan masyarakat Tapaktuan tentunya. Hal ini terjadi bukan tanpa sebab, penyebab belum optimalnya pengembangan sektor pariwisata di Tapaktuan bahkan Aceh selatan tidak semata- mata disebabkan oleh anggaran yang kurang memadai, melainkan ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya antara lain adalah pola kebijakan pengembangan sektor pariwisata yang sistematis berupa RIPPDA yang belum tersusun sehingga belum siap untuk diterapkan, lokasi objek wisata yang jauh dari kota, kurangnya SDM yang handal dalam mengelola pemasaran dan membangun sarana-prasarana, interaksi komponen aktor pengembangan pariwisata yang tidak terjalin intensif.

Perbedaan hukum, dan nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Aceh dengan masyarakat daerah Indonesia lain, menjadikan Aceh sangat berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan ini secara tidak langsung mempengaruhi sektor pariwisata Aceh, yang mana sebagaimana yang diketahui Aceh menegakkan syari’at islam dan secara tidak langsung hal ini berpengaruh dalam penerapan Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 860 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

pengembangan sektor pariwisata Aceh secara kebijakan. Karena tidak sembarang pariwisata dapat dibangun di Aceh dan harus tidak melanggar nilai-nilai syari’at islam dalam pembangunannya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

A.Hari Karyono.1997.Kepariwisataan.Jakarta:Grasindo

Bagong Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial.Jakarta:Prenada Media.

Bagong Suyanto & Sutinah.2008.Metode Penelitian Sosial.Bandung:Kencana Media Group

Burhan Bungin.2003.Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

Burhan Bungin.2005.Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.Edisi Pertama.Cetakan Pertama.Jakarta: Prenada Media

Deddy,T.Tikson.2005.Administrasi Pembangunan.Bandung: Alfabeta

I Gede Pitana & I ketut Surya Diarta.2009.Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta:CVAndi Offset

Irawan & M.Suparmoko.1992.Ekonomi Pembangunan.Yogyakarta: BPFE

Lexy Maleong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya.

Middleton,Victor T.C.(2001).Marketing in Travel and Tourism 3rd Edition.MPG Books Ltd,Bodmin

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 861 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Nyoman,S,Pendit.2006.Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar.Jakarta:PT.Pradnya Paramitha

Oka,A,Yoeti.1996.Anatomi Pariwisata. Bandung:Angkasa.

Riyadi & Deddy Supriadi Bratakusumah.2005.Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Rusdi Sufi,dkk.2004.Keanekaragaman Suku dan Budaya di Aceh.Banda Aceh:Balai Kajian dan Nilai Tradisional

Sadono,Sukirno.2006.Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijakan Cetakan Ketiga.Jakarta:Kencana

Salah,Wahab.1997. Pemasaran Pariwisata.Jakarta:Pradnya Paramita.

Salah Wahab.2003 Manajemen Kepariwisataan.Jakarta:Pradnya Paramita

Schoorl,J.W.1980.Modernisasi:Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara- Negara Sedang Berkembang.Jakarta:PT.Gramedia.

Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta

Sunyoto,Usman.2006.Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Yogyakarta:Pustaka Belajar

Waluyo.2007.Manajemen Public,Konsep,Aplikasi & Implementasinya dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.Bandung:Mandar Maju

Widodo,Tri.2004.Pengembangan Kerjasama Pemerintah dengan masyarakat dan swasta dalam pembangunan daerah.Pusat kajian dan Diklat Aparatur I LAN

Undang-Undang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 862 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

Tulisan Ilmiah/Jurnal

Siti,Aminah.2015.Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya Masyarakat:Jurnal Sosiologi, 20(1):59-79.

Skripsi/Dokumen

Bps Kabupaten Aceh Selatan. 2015

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan.2015

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Selatan.2016

Hamdani,dkk.2013.Pedoman Penulisan Skripsi :Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Darussalam

Jumaidil Oktria.2011.Strategi Pemerintah Kota Payakumbuh dalam Meningkatkan pada Sektor Wisata.Universitas Andalas.Padang

M.Rizki Firdaus.2016.Peranan dan Politik Anggaran Pemerintah Aceh Selatan dalam Pengenmbangan Sektor Pariwisata.Universitas Syiah Kuala

Rencana Strategis(RENSTRA) Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Gowa 2006-2010

Susi Lestari.2009.Pengembangan Desa Wisata dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Desa Kembang Arum,Sleman.Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.Yogyakarta

Internet Hendrik.2015.Aceh Selatan belum Memiliki RIPDA.http://antaranews.com/2015/05/22/Aceh Selatan Belum Memiliki Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 863 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864

ah M lmi ah Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah l I as a is n r w Volume 2, Nomor 2: 836 - 864 Mei 2017 u a J www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP

RIPDA/diakses :7 Desember 2015 http://acehselatankab.go.id/index.php/page/39/struktur-gampong-dan- kecamatan/diakses:7 Desember 2015 http://aceh.tribunnews.com/2014/07/07/anggota-dewan-minta-bupati-benahi- tapaktuan/diakses:7 Desember 2015 http://web.unair.ac.id/admin/file/f_34215_1_MJS_2015.pd//Konflik-dan- Kontestasi-Penataan-Ruang-Kota-Surabaya/ diakses: 25 Mei 2016

Pengembangan Sektor Pariwisata di Tapaktuan (Studi Analisis Sosiologi Spatial di 864 Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan) Kodrat Zulfi Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,Vol. 2, No.2, Mei 836 - 864