Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

Analisa Tingkat Kenyamanan Pejalan Kaki Di Kota

Denny Maxim Abraham Mamuaja 1, Semuel J R Rompis 2, James A Timboeleng 3

1) Mahasiswa Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat 2),3)Staf Pengajar Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat e-mail: [email protected]

ABSTRACT Tomohon City is one of the cities in Province, . Before 2003 was one of the sub- districts in Minahasa District. In his development, Tomohon experienced a lot of progress, so there is aspiration of its citizens to improve the status of Tomohon into a city. Tomohon became an autonomous region (city) with the enactment of Law Number 10 Year 2003 regarding the Establishment of South and Tomohon City in North Sulawesi Province by DPR RI, but the inauguration was only on August 4, 2003. To support the activity and development of Tomohon City needed infrastructure physically and non-physically available so as not to inhibit the process. Physical infrastructure that includes facilities and infrastructure, use, design, etc. and non-physical include social relations, economic activity, etc. The need for physical infrastructure is essential to support the accessibility of urban activities and developments. The pedestrian lanes should be used only for pedestrian activity, not other activities such as vehicle activity and vehicle parking, trade because it can endanger safety and reduce the comfort of pedestrian circulation. Planning for pedestrian track requirements should be well planned in accordance with the rules and regulations of pedestrian path planning by considering and prioritizing safety and comfort aspects of pedestrians. Another factor that is often added as a support for comfort is physical comfort. Physical comfort is closely related to the aspect of the suitability of the shape and the design of the objects or elements built into the surrounding environment, such as the suitability of park benches, garden lights, pedestrian paths, billboards and other infrastructure. Physical comfort is often associated with the concept of "ergonomic", ie objects or structures built dimensional and structural to follow the needs of human gestures users. It is intended that the object or structure built can be optimal and convenient for use by pedestrian pedestrian pedestrian users. In addition to increasing knowledge and understanding the comfort level of pedestrian, the aims of this research are to . know the existing condition and supporting facilities of the pedestrian lane in the Tomohon Central Area is related to the convenience aspect of the users, to analize the perceptions and preferences of pedestrian lane users on the convenience of the pedestrian lane in the Tomohon Central Area, and to prepatre some recommendations for improving the quality of services to function effectively and comfortably for pedestrian lane users and also expected to be applied to other pedestrian routes.Method used in this study are data sampling and stastistical analysis. Results revealed that the dimension of the pedestrian lane in the Tomohon Central Area has met the minimum standard of a pedestrian track in urban areas, the calculation of the analysis of the main priority of the pedestrian line function in Tomohon City Centerregarding the priority choice of function of pedestrian special path is quite good. From the description can be drawn the average conclusion that the perception of pedestrian pedestrian users, especially pedestrians generally feel quite comfortable in the utilization of pedestrian paths in Tomohon Central Area. Current conditions in the pedestrian path in the Tomohon City Center area in terms of convenience according to the theory of comfort as in the aspect of convenience itself is: the sun, the scenery in the pedestrian path, the clarity of circulation between pedestrians and other users, vehicle noise, aroma the safety of the Aspects expected by respondents in terms to improve the convenience of pedestrian paths in the Tomohon City Center that is added shade trees to reduce the blazing sun.

Keywords: comfort level of pedestrian, physical comfort, quality service, padestrianlane, special path

1132

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

PENDAHULUAN yang kita tahu karena saat ini banyak jalur pedestrian yang tidak digunakan sebagaimana Latar Belakang fungsi utamanya, jalur pedestrian yang Kota Tomohon adalah salah satu kota di seharusnya untuk memberi kenyamanan pejalan Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Sebelum kaki beralih fungsinya menjadi area parkir dan tahun 2003 merupakan salah satu kecamatan di kegiatan berjualan pedagang kaki lima dll. Kabupaten Minahasa. Dalam Sehingga pengguna utama jalur pedestrian yaitu perkembangannya, Tomohon mengalami pejalan kaki merasa terganggu dan kurang banyak sekali kemajuan, sehingga ada aspirasi nyaman ketika melintasi jalur pedestrian. SNI dari warganya untuk meningkatkan status 03-2443-1999 menegaskan fungsi utama Tomohon menjadi sebuah kota. Tomohon pedestrian adalah memberikan pelayanan yang menjadi daerah otonom (kota) dengan optimal kepada pejalan kaki baik dari segi disahkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun keamanan dan kenyamanan. Kenyamanan jalur 2003 tentang Pembentukan Kabupaten pedestrian harus dijadikan prioritas dalam Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di perencanaan transportasi perkotaan. Provinsi Sulawesi Utara oleh DPR RI, namun Pembangunan jalur pedestrian yang baik peresmiannya baru pada tanggal 4 Agustus sesuai perencanaan jalur pejalan kaki pada jalur 2003. Untuk mendukung kegiatan dan umum akan meningkatkan kenyamanan dan perkembangan Kota Tomohon dibutuhkan kuantitas pejalan kaki dan kualitas lingkungan infrastruktur fisik dan non fisik yang tersedia perkotaan yang berdampak pada penurunan dengan baik agar tidak menghambat proses emisi gas rumah kaca, polusi udara, dan tersebut. Infrastruktur fisik itu meliputi sarana konsumsi energi. Selain itu jalur pedestrian juga dan prasarana, tata guna, desain, dll dan non dapat meningkatkan kesehatan pejalan kaki dan fisik meliputi hubungan sosial, aktivitas kualitas lingkungan perkotaan. Edi Darmawan perekonomian, dll. (2003) terdapat 3 unsur penting yang harus dijaga dalam kondisi hubungan yang harmonis, Kebutuhan akan infrastruktur fisik sangat seimbang dan lestari terhadap perencanaan esensial untuk menunjang kemudahan suatu kawasan yaitu manusia dengan aksesibilitas kegiatan dan perkembangan di aktifitasnya, lingkungan alam sebagai tempat perkotaan. Infrastruktur fisik itu misalnya dan pemanfaatan jalur oleh manusia di adalah jalan. Jalur pedestrian merupakan salah lingkungan alam tersebut. satu prasarana infrastruktur fisik berupa jalan Oleh karena itu, salah satu hal penting yang yang diperuntukan bagi aktifitas pejalan kaki. harus dianalisa adalah aspek kenyamanan jalur Pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pedestrian tersebut. Menurut Marsh (1991), jalan khusus untuk aktifitas berjalan kaki yang kenyamanan dapat dibentuk melalui 2 hal, yaitu berupa jalur pedestrian, tempat penyeberangan, kenyamanan klimatik dan kenyamanan visual. dan fasilitas lain (UU No.22 Tahun 2009 pasal Kenyamanan klimatik dihubungkan dengan 131). Sudah selayaknya jalur pedestrian kesesuaian faktor-faktor iklim mikro dalam hanya digunakan untuk beraktifitas pejalan mempengaruhi temperatur kulit dan persepsi kaki bukan aktifitas lain seperti aktifitas manusia terhadap panas dan dingin, yaitu kendaraan dan parkir kendaraan, berdagang meliputi radiasi matahari, temperatur udara, karena dapat membahayakan keselamatan dan angin dan kelembaban. Kenyamanan visual mengurangi kenyamanan sirkulasi pejalan kaki. berhubungan dengan aspek kesesuaian Perencanaan akan kebutuhan jalur pedestrian pemandangan yang ditangkap oleh mata harus direncakan dengan baik sesuai ketentuan pengamat dengan lingkungannya melalui dan standar aturan perencanaan jalur pedestrian persepsi dan dengan mempertimbangkan dan mengutamakan preferensi. aspek keselamatan dan kenyamanan pejalan Faktor lain yang sering ditambahkan sebagai kaki. Dibutuhkan peratuan yang tegas dan jelas penunjang kenyamanan yaitu kenyamanan fisik. mengenai peraturan tentang jalur pedestrian, Kenyamanan fisik berkaitan erat dengan aspek 1133

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

kesesuaian bentuk dan disain objek atau jangkau yang sangat dipengaruhi oleh kondisi elemen-elemen yang dibangun terhadap fisik jarak 0,5 km merupakan jarak yang lingkungan sekitarnya, misalnya kesesuaian berjalan kaki yang paling nyaman, namun lebih bangku taman, lampu-lampu taman, jalur dari itu orang akan memilih menggunakan pedestrian, papan reklame dan infrastruktur transportasi ketimbang berjalan kaki. Menurut lainnya. Kenyamanan fisik ini sering dikaitkan Bromley dan Thomas (1993), ada dua dengan konsep “ergonomis”, yaitu objek atau karakteristik pejalan kaki yang perlu stuktur yang dibangun secara dimensional dan diperhatikan jika dikaitkan dengan pola strukturalnya mengikuti kebutuhan gerak tubuh perilaku pejalan kaki, yaitu : manusia penggunanya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat Secara Fisik optimal dan nyaman untuk digunakan oleh pengguna jalur pedestrian yaitu pejalan kaki. Dipahami sebagai dimensi manusia dan daya gerak, keduanya mempunyai pengaruh Pejalan kaki yang cukup besar terhadap penggunaan ruang pribadi dan penting untuk memahami Pengertian Berjalan kaki kebutuhan-kebutuhan pejalan kaki.

Dalam UU No. 22 Tahun 2009 definisi dari Secara Psikis pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan. Berjalan merupakan Karakteristik ini berupa preferensi psikologi salah satu jenis transportasi non-kendaraan yang diperlukan untuk memahami keinginan yang menyehatkan. Menurut Giovanny (1977), pejalan kaki ketika melakukan aktivitas berlalu berjalan merupakan salah satu sarana lintas. Kebutuhan ini berkaitan dengan transportasi yang dapat menghubungkan antara berkembangnya kebutuhan pejalan kaki pada satu fungsi di suatu kawasan dengan fungsi kawasan yang tidak hanya untuk berbelanja, lainnya. Sedangkan menurut Fruin (1979), tetapi juga sebagai kegiatan rekreasi, sehingga berjalan kaki merupakan alat untuk pergerakan harus mempunyai persyaratan mendasar yang internal kota, satu – satunya alat untuk dimiliki kawasan yaitu maximum visibility, memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka accessibility dan security. Pejalan kaki lebih yang ada didalam aktivitas komersial dan suka menghindari kontak fisik dengan pejalan kultural di lingkungan kehidupan kota. kaki lainnya dan biasanya akan menjadi ruang Berjalan kaki merupakan alat penghubung pribadi yang lebih luas. Dari teori diatas antara moda–moda angkutan yang lain. dapat diartikan bahwa berjalan kaki merupakan Sedangkan Rusmawan (1999) mengemukakan aktifitas bergerak dari satu tempat ke tempat bahwa, dalam hal berjalan termasuk juga di lainnya dan diharapkan bisa menikmati suasana dalamnya dengan menggunakan alat bantu di sepanjang jalan yang dilalui serta merupakan pergerakan seperti tongkat maupun tuna netra salah satu sarana untuk bersosialisasi dengan termasuk kelompok pejalan kaki. Menurut sesama para pejalan kaki, sehingga berjalan Gideon (1977), berjalan kaki merupakan kaki menjadi suatu aktifitas yang sarana transportasi yang menghubungkan menyenangkan. Untuk melakukan aktifitas antara fungsi kawasan satu dengan yang lain tersebut maka diperlukan jalur khusus untuk terutama kawasan perdagangan, kawasan berjalan kaki yang aman dan nyaman serta budaya, dan kawasan permukiman, dengan suasana yang akrab dengan para pejalan kaki. berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi lebih manusiawi. Spreiregen (1965) Tujuan Kegiatan Berjalan menyebutkan bahwa pejalan kaki tetap Menurut Rubenstein (1987), tujuan kegiatan merupakan sistem transportasi yang paling berjalan kaki dapat dikelompokkan sebagai baik meskipun memiliki keterbatasan berikut : kecepatan rata-rata 3–4 km/jam serta daya 1134

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

1. Berjalan kaki untuk ke tempat kerja 3. Pejalan kaki pemakai kendaraan umum atau perjalanan fungsional, jalur dan kendaraan pribadi, merupakan pedestrian dirancang untuk tujuan mereka yang menggunakan moda jalan tertentu seperti untuk melakukan kaki sebagai moda antara, dari tempat pekerjaan bisnis, makan/minum, pulang parkir kendaraan pribadi ke tempat dan pergi dari dan ke tempat kerja. kendaraan umum, dan dari tempat parkir kendaraan umum ke tempat 2. Berjalan kaki untuk belanja dan tidak tujuan akhir perjalanan. terikat waktu, dapat dilakukan dengan perjalanan santai dan biasanya 4. Pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi kecepatan berjalan lebih rendah, penuh, merupakan mereka yang dibanding dengan orang berjalan menggunakan moda jalan kaki sebagai untuk menuju tempat kerja atau moda antara dari tempat parkir perjalanan fungsional. Jarak rata-rata kendaraan pribadi ke tempat tujuan lebih panjang dan sering tidak di sadari bepergian yang hanya ditempuh dengan panajang perjalanan yang ditempuh berjalan kaki. karena daya tarik kawasan. 2.1.5. Fasilitas Pejalan Kaki 3. Berjalan kaki untuk keperluan rekreasi, dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan Didalam UU No. 22 Tahun 2009 santai. Untuk mewadahi kegiatan tentang Lalu Lintas Jalan mewajibkan setiap tersebut diperlukan fasilitas pendukung jalan yang digunakan untuk lalulintas umum yang bersifat rekreatif seperti : tempat wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berkumpul, bercakap-cakap, menikmati salah satunya berupa fasilitas pejalan kaki. pemandangan disekitarnya dan Fasilitas pejalan kaki tsb yang dimaksudkan klengkapan antara lain tempat duduk, yaitu fasilitas berupa jalur khusus yang terpisah lampu penerangan, bak bunga dan dengan kendaraan. Misalnya yaitu jalur sebagainya. pedestrian. Sesuai amanat UU tersebut sudah selayaknya pejalan kaki menikmati fasilitas berjalan mereka berupa jalur pedestrian yang Pejalan kaki menurut saran perjalanan aman, nyaman, dan menyenangkan. Selain itu Menurut Rubenstein (1987), terdapat beberapa pentingnya jalur pedestrian di perkotaan sebagai kategori pejalan kaki, daya tarik kawasan serta sebagai ruang terbuka hijau untuk berkumpul serta bersosialisasi Menurut sarana perjalanannya : masyarakat di perkotaan. Jalur pedestrian 1. Pejalan kaki penuh, merupakan mereka yangmerupakan menggunakan fasilitas modapublik jalan yang kakimanusiawi dan sebagai moda utama, jalan kaki digunakan sepenuhnyamenghidupkan dari aktifitas tempat dikawasanasal sampai perkotaan. ke tempat tujuan. 2. Pejalan kaki pemakai kendaraan umum, Jalur Pedestrian merupakan pejalan kaki yang menggunakan moda jalan kaki sebagai Pengertian Jalur Pedestrian moda antara. Biasanya dilakukan dari tempat asal ke tempat kendaraan Jalur pedestrian atau yang dalam bahasa umum, atau pada jalur perpindahan rute inggris yaitu pedestrian way berasal dari kata kendaraan umum, atau tempat pedos bahasa Yunani yang berarti kaki dan way pemberhentian kendaraan umum dalam bahasa Inggis yang berarti jalan. ketempat tujuan akhir. Sehingga jalur pedestrian dapat diartikan sebagai jalur pejalan kaki. Jalur pedestrian juga diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi atau

1135

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

perpindahan orang atau manusia dari satu dan terletak di tepi jalan raya. Pejalan tempat ke titik asal (origin) ketempat lain kaki melakukan kegiatan berjalan kaki sebagai tujuan (destination) dengan berjalan sebagai sarana angkutan yang akan kaki (Rubenstein, 1992). Jalur pejalan kaki/Jalur menghubungkan tempat tujuan. pedestrian merupakan daerah yang menarik 2. Jalur pejalan kaki yang digunakan untuk kegiatan sosial, perkembangan jiwa dan sebagai jalur menyeberang untuk spiritual, misalnya untuk bernostalgia, mengatasi/menghindari konflik dengan pertemuan mendadak, berekreasi, bertegur sapa moda angkutan lain, yaitu jalur dan sebagainya. Jadi jalur pedestrian adalah penyeberangan jalan, jembatan tempat atau jalur khusus bagi orang berjalan penyeberangan atau jalur kaki. Jalur pedestrian pada saat sekarang dapat penyeberangan bawah tanah. Untuk berupa jalur pedestrian , pavement, sidewalk, aktivitas ini diperlukan fasilitas berupa pathway, plaza dan mall. zebra cross, skyway, dan subway. Jalur pedestrian di ruang kota, misalnya di kawasan perdagangan di sebelah kanan dan 3. Jalur pejalan kaki yang bersifat kiri jalur pedestrian dan terdapat deretan toko rekreatif dan mengisi waktu luang yang dan di ujung jalur tersebut terdapat penguatan terpisah sama sekali dari jalur berupa plaza terbuka dan merupakan lintasan kendaraan bermotor dan biasanya dapat untuk umum (Rubenstein, 1987). Menurut dinikmati secara santai tanpa terganggu Shirvanni (1985), bahwa jalur pedestrian harus kendaraan bermotor. Pejalan kaki dapat dipertimbangkan sebagai salah satu elemen berhenti dan beristirahat pada bangku– perencanaan kota. System pedestrian yang baik bangku yang disediakan, fasilitas ini bagi kota khususnya kawasan perdagangan berupa plaza pada taman–taman kota dapat memberi dampak yang baik dan merangsang aktifitas perdagangan, mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan dan 4. Jalur pejalan kaki yang digunakan meningkatkan kualitas lingkungan dan udara, untuk berbagai aktivitas, untuk karena berkurangnya polusi kendaraan. berjualan, duduk santai, dan sekaligus berjalan sambil melihat etalase Menurut Utterman (1984) untuk pertokoan yang biasa disebut mall. mendapatkan jalur pedestrian yang baik, jalur pedestrian harus mempunyai beberapa kriteria 5. Footpath atau jalan setapak, jalan penting, yaitu keamanan, menyenangkan, khusus pejalan kaki yang cukup sempit kenyamanan dan daya tarik. dan hanya cukup untuk satu pejalan kaki. Jenis Jalur Pedestrian

Menurut Utermann (1984) mendefinisikan 6. Alleyways atau pathways (gang) adalah berbagai macam jalur pejalan kaki diruang luar jalur yang relatif sempit di belakang bangunan menurut fungsi dan bentuk. Menurut jalan utama, yang terbentuk oleh fungsi adalah kepadatan bangunan, khusus pejalan kaki karena tidak dapat dimasuki sebagai berikut: kendaraan. 1. Jalur pejalan kaki yang terpisah dari jalur kendaraan umum (Sidewalk atau Sedangkan menurut bentuk adalah trotoar) biasanya terletak bersebelahan sebagai berikut: atau berdekatan sehingga diperlukan fasilitas yang aman terhadap bahaya 1. Arkade atau selasar, suatu jalur pejalan kendaraan bermotor dan mempunyai kaki yang beratap tanpa dinding permukaan rata, berupa jalur pedestrian pembatas disalah satu sisisnya. 1136

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

2. Gallery, berupa selasar yang lebar dan dikemas untuk mengenal digunakan untuk kegiatan tertentu lingkungan lebih dekat lagi.

3. Jalan pejalan kaki tidak Fasilitas Jalur Pedestrian terlindungi/tidak beratap. Fasilitas Jalur Pedestrian yang terlindung, dibedakan menjadi dua yaitu : Menurut Carr (1992) dan Rubeinstein (1992) membedakan tipe pedestrian sebagai Fasilitas jalur pedestrian yang terlindung di berikut: dalam bangunan, misalnya :

a. Pedestrian sisi jalan. Bagian ruang - Fasilitas jalur pedestrian arah vertikal, publik kota yang banyak dilalui orang yaitu fasilitas jalur pedestrian yang yang sedang berjalan kaki menuju jalan menghubungkan lantai bawah dan yang satu yang yang saling lantai diatasnya dalam bangunan berhubungan dengan jalan lain. ataugedung bertingkat, seperti tangga, Letaknya berada di kiri dan kanan ramps, dan sebagainya jalan. - Fasilitas jalur pedestrian b. Mal Pedestrian. Suatu jalan yang arah horizontal, seperti ditutup bagi kendaraan bermotor, dan koridor, hall, dan diperuntukkan khusus bagi pejalan sebagainya. kaki. Fasilitas tersebut biasanya dilengkapi dengari asesoris kota seperti Fasilitas Jalur Pedestrian yang terlindung di luar pagar, tanaman, dan berlokasi dijalan bangunan, misalnya: utama pusat kota. - Arcade, yaitu merupakan selasar yang c. Mal Transit. Pengembangan terbentuk oleh sederetan kolom kolom pencapaian transit untuk kendaraan yang menyangga atap yang berbentuk umum pada penggal jalan tertentu yang lengkunganlengkungan busur dapat telah dikembangkan sebagai pedestrian merupakan bagian luar dari bangunan area. atau berdiri sendiri.Gallery, yaitu lorong yang lebar, umumnya terdapat d. Jalur Lambat. Jalan yang digunakan pada lantai teratas. sebagai ruang terbuka dan diolah - Covered Walk atau selasar, yaitu dengan desain pedestrian agar lalu merupakan fasilitas pedestrian yang lintas kendaraan terpaksa berjalan pada umumnya terdapat di rumah sakit lamban, disamping dihiasi dengan atau asrama yang menghubungkan tanaman sepanjang jalan tersebut atau bagian bangunan yang satu dengan jalur jalan sepanjang jalan utama yang bangunan yang lainnya. khusus untuk pejalan kaki dan kendaraan bukan bermotor. - Shopping mall, merupakan fasilitas pedestrian yang sangat luas yang e. Gang Kecil. Gang-gang kecil ini terletak di dalam bangunan dimana merupakan bagian jaringan jalan yang orang berlalulalang sambil berbelanja menghubungkan ke berbagai elemen langsung di tempat itu. kota satu dengan yang lain yang sangat kompak. Ruang publik ini direncanakan

1137

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

Fasilitas jalur pedestrian yang tidak beberapa tipe lampu yang merupakan terlindung / terbuka, yang terdiri dari : elemen pendukung perancangan kota (chearra, 1978), yaitu : - Trotoir / sidewalk, yaitu fasilitas jalur pedestrian dengan lantai perkerasan a. Lampu tingkat rendah, yaitu yang terletak di kanan-kiri fasilitas ketinggian dibawah pandangan jalan kendaraan bermotor. mata dan berpola terbatas dengan daya kerja rendah. - Foot path / jalan setapak, yaitu fasilitas jalur pedestrian seperti ganggang di b. Lampu mall dan jalur pedestrian lingkungan permukiman kampung. yaitu ketinggian 1-1,5 m, serba guna berpola pencahayaan dan - Plaza, yaitu tempat terbuka dengan berkemampuan daya kerja cukup. lantai perkerasan, berfungsi sebagai c. Lampu dengan maksud khusus, pengikat massa bangunan, dapat pula yaitu mempunyai ketinggian rata- sebagai pengikat-pengikat kegiatan. rata 2-3 m, yang digunakan untuk daerah rekreasi, komersial perumahan dan industry. - Pedestrian mall, yaitu jalur pedestrian yang cukup luas, disamping digunakan untuk sirkulasi pejalan kaki juga d. Lampu parkir dan jalan raya, yaitu dapat dimanfaatkan untuk kontak mempunyai ketinggian 3-5 m, komunikasi atau interaksi sosial. digunakan untuk daerah rekreasi, industry dan komersial jalan raya. - Zebra cross, yaitu fasilitas jalur pedestrian sebagai fasilitas untuk e. Lampu dengan tiang tinggi, yaitu menyeberang jalan kendaraan mempunyai ketinggian antara 6-10 bermotor. m, digunakan untuk penerangan bagi daerah yang luas, parker, rekreasi dan jalan layang. Elemen Jalur Pedestrian

Menurut rubenstein (1992) elemen 3. Sign, merupakan rambu-rambu yang pedestrian antara lain : sifatnya untuk memberikan suatu identitas, informasi maupun larangan. 1. Paving, adalah trotoer atau nagahn hamparan yang rata (Echols, J.M, 4. Sculpture, rambu-rambu yang sifatnya 1983). Dalam hal ini, sangat perlu untuk memberikan suatu identitas, untuk memperhatikan skala pola, informasi maupun larangan, atau warna, tekstur dan daya serap air menarik perhatian mata (vocal point), larian. Material paving meliputi : biasanya terletak di tengan maupun di beton, batu bata, dan aspal. Pemilihan depan plasa. ukururan, ola, warna dan tekstur yang tepat akan mendukung suksenya sebuah desain suatu jalur pedestrian di 5. Bollards, adalah pembatas antara jalur kawasan perdagangan maupun plasa pedestrian dengan jalur kendaraan. (Rubenstein, 1992) Biasanya digunakan bersamaan dengan peletakkan lampu. 2. Lampu, yang akan digunakan sebagai penerangan di waktu malam hari. Ada 1138

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

6. Bangku, untuk member ruang istirahat tetap bersih. Sehingga kenyamanan bila lelah berjalan, dan member waktu pejalan kaki tetap terjaga. bagi pejalan kaki untuk menikmati suasana lingkungan sekitarnya. Bangku 11. Halte, Harris dan Dinnes (1988) dapat terbuat dari logam, kayu, beton, mengemukakan bahwa persyaratan atau batu. untuk halte bus adalah memiliki kebebasan pendangan ke arah 7. Tanaman peneduh, untuk pelindung kedatanagn baik dalam kondisi berdiri dan penyejuk pedestrian. Menurut maupun duduk di halte dan zona Rustam Hakim (1987), criteria tanaman perhentian bus harus merupakan yang diperlukan untuk jalur pedestrian bagian dari jaringan akses pejalan adalah : kaki . Didalam kepmen perhubungan no. 65 tahun 1993 juga disebytkan a. Memiliki ketahanan terhadap bahwa fasilitas halte harus dibangun pengaruh udara maupun cuaca. sedekat mungkin dengan fasilitas penyebrangan pejalan kaki. Halte ddapat ditemptkan diatas jalur b. Bermasa daun padat pedestrian atau bahu jalan dengan jarak c. Jenis dan bentuk pohon berupa bagian paling depan dari halte angsana, akasia besar, bougenville, sekurang-kurangnya 1 meter dari tepi dan the tehan pangkas. jalur lalu lintas. Persyaratan struktur bangunan memiliki lebar minimal 2 8. Telepon, biasanya disediakan bagi meter, panjang 4 meter, dan tinggi pejalan kaki jika ingin berkomunikasi bagian atap paling bawah minimal 2,5 dan sedapat mungkin didesain untuk meter. menarik perhatian pejalan kaki . 12. Utilitas, elemen yang termasuk dalam 9. Kios, shelter, dan kanopi, utilitas meliputi hidran, boks kabel keberadaannya dapat untuk telepon maupun listrik, penutup menghidupkan suasana pada jalur saluran bawah grill penutup pohon dll. pedestrian sehingga tidak monoton. Khususnya kios untuk aktifitas jual Vegestasi Pada Jalur Pedestrian beli, bila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pejalan kaki . Shelter dibangun Carpenter et. al. (1975), mengemukakan bahwa dengan tujuan melindungi terhadap kehadiran tanaman di lingkungan perkotaan cuaca, angin dan sinar matahari. memberikan suasana alami. Tanaman Kanopi digunakan untuk mempengaruhi penampakan visual yang kita mempercantik wajah bangunan dan lihat. Secara umum di dalam lanskap, pohon dapat memberikan perlindungan merupakan sebuah elemen utama. Secara terhadap cuaca. individual maupun berkelompok, pohon-pohon dapat memberikan kesan yang berbeda-beda jika dilihat dari jarak yang berbeda-beda pula. 10. Jam, tempat sampah. Jam sebagai Pada jarak dekat, daun, batang pohon dan petunjuk waktu, bila dilettakkan di cabang-cabang dapat dilihat secara jelas. Jika ruang kota harus memperhatikan dilihat dari jarak menengah puncak-puncak penempatannya. Karena jam dapat pohon terlihat membentuk seperti garis. Jarak sebagai focus atau landmark, ini merupakan bagian yang penting dalam sedangkan tempat sampah dilettakkan lanskap karena memberkan kesan kedalaman di jalur pedestrian agar jalur tersebut yang kuat, perubahan secara halus dalam

1139

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

pencahayaan dan perspektif. Bila dilihat dari jarak jauh, perbedaan ketinggian dari puncak- puncak pohon tidak dapat dinikmati, biasanya dari jarak ini pohon digunakan sebagai latar belakang.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam Tabel 4.3. Persepsi Responden Berdasarkan penelitian ini adalah deskriptif persentase. Kondisi Jalur Medote ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Pengguna di jalur pedestrian di Kawasan Pusat Kota Tomohon terdiri dari berbagai aktifitas didalamnya yaitu pejalan kaki itu sendiri sebagai pengguna utama jalur pedestrian juga aktifitas non-pejalan kaki yang juga menggunakan jalur tersebut untuk melakukan Preferensi Responden aktifitas lain diantaranya area pengamen, asongan, tempat berjualan non-permanen Preferensi atau keinginan pejalan kaki asongan penjual rokok dan minuman seduh, dll. dijalur pedestrian.di Kawasan Pusat Kota Pengguna di jalur pedestrian ini mempunyai Tomohon dapat dirangkum dalam tabel 4.4. karakteristik yang berbeda-beda karakteristik berikut ini. tersebut yaitu diantaranya yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Tabel 4.4. Jumlah Preferensi Responden Dari 8 fungsi jalur pedestrian yaitu jalur khusus pejalan kaki, ruang menunggu kendaraan, ruang bersosialisasi, ruang berteduh, ruang keindahan kota, ruang olahraga, ruang rekreasi, ruang untuk pkl dan parkir , yang menjadi pilihan untuk dipilih pengguna disajikan dalam tabel berikut, tabel 4.2. Tabel 4.2. Fungsi Jalur Pedestrian menurut Responden

1140

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

Berdasarkan tabel 4.4. pengguna jalur pedestrian Jl.di Kawasan Pusat Kota Tomohon pedestrian Jl.di Kawasan Pusat Kota Tomohon masih belum begitu terasa dikarenakan pohon- menginginkan jalur hanya difungsikan sebagai pohon baru tersebut belum mempunyai daun jalur khusus pejalan kaki dengan 33 responden. yang lebat sehingga hal ini dapat dimaklumi Dalam hal meningkatkan pemanfaatan jalur kalau fungsi peneduh dijalur ini belum efektif. pedestrian Jl.di Kawasan Pusat Kota Tomohon Dari hasil penelitian pada tabel 4.2. responden mengharapkan beberapa hal guna mengenai fungsi jalur pedetrian di Jalan meningkatkan kenyamanan jalur pedestrian Kawasan Pusat Kota Tomohon, sebanyak 33 diantaranya yaitui, Penertiban pengamen responden menjadikan prioritas utama fungsi maupun asongan yang berada dijalur jalur pedestrian di Kawasan Pusat Kota pedestrian,Selain hal diatas penambahan Tomohon diperuntukan sebagai jalur khusus fasilitas diperlukan untuk meningkatkan pejalan kaki. persepsi tersebut mengenai fungsi kenyamanan jalur pedestrian yaitu peneduh, utama prioritas jalur pedestrian sudah sesuai halte, rambu-rambu khusus menyebrang, dan tujuan perancangan jalur pedestrian yaitu fasilitas pendukung kenyamanan lainnya. sebagai jalur khusus transportasi bagi pejalan Dimensi jalur pedestrian di Kawasan Pusat kaki di perkotaan. Kota Tomohon menurut standar minimal yang Persepsi kondisi yang ada sekarang di jalur dipersyaratkan dalam standar perancangan pedestrian Kawasan Pusat Kota Tomohon dari jalur pedestrian dirjen bina marga dirjen hasil penelitian dalam kuesioner yang telah pembinaan jalan kota sudah sesuai, dimana diperoleh, diketahui bahwa persepsi para dalam standar tersebut mensyaratkan lebar pejalan kaki mengenai tingkat kenyamanan minimal jalur pedestrian diperkotaan adalah 2 secara keseluruhan terdapat 4 aspek meter. Dan dimensi di jalur pedestrian di kenyamanan yang termasuk kriteria tidak Kawasan Pusat Kota Tomohon adalah 2 meter. nyaman. Meskipun aspek lain dalam kuesioner ( Gambar 4.6 ) ini berada dalam kategori cukup nyaman. Tetapi masih terdapat 4 aspek kenyamanan yang berada dalam kondisi tidak nyaman. Sehinggaa perlu ditingkatkan kondisi jalur pedestrian dengan harapan kondisi paling tidak dalam rentang nyaman bahkan sangat nyaman. Sehingga masyarakat lebih senang menggunakan jalur pedestrian sebagai transportasi jalan kaki yang ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor yang menambah polusi perkotaan. Tabel 4.7. Kondisi Jalur Pedestrian

Meskipun elemen pelengkap dan elemen street di jalur pedestrian ini belum lengkap setidaknya sudah tersedia beberapa elemen pelengkap jalur pedestrian meskipun fungsi elemen-elemen tersebut belum efektif. Dikarenakan berbagai hal, penempatan dan ukuran yang tidak sesuai. Contohnya : Peneduh, menurut Rustam Hakim (1987) salah satu kriteria peneduh yang baik adalah berdaun padat. Fungsi pohon sebagai peneduh di jalur 1141

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

mengeluarkan bau tidak sedap karena sampah yang tertampung belum sempat diangkat dan Tidak Nyaman. dibuangan . ( Gambar 4.9 ) Iklim Mikro, Padatnya kendaraan bermotor yang melintasi pusat Kota Tomohon sangat berpengaru pada suhu sekitar jalur pedestrian pada saat siang hari, sedangkan pada waktu sore hingga malam hari kelembapan udara yang sangat rendah kerena keadaan geografis Kota Tomohon yang berada di ketinggian sangat terasa dingin Kelengkapan Elemen Pendukung, Kurang berfungsinya secara maksimal penerangan lampu jalan, kurangnya rambu rambu penunjuk arah, fasilitas tempat teduh ( Gambar 4.10 ) fasilitas tempat duduk,( Gambar 4.11 ), yang sudah tidak bisa dimanfaatkan membuat pejalan kaki tidak merasa nyaman dalam memanfaatkan jalur pedestrian.

.

Kebisingan Kendaraan, Banyaknya kendaraan yang menggunakan jalan di pusat Kota Tomohon sebagai lahan parkir sehingga memperkecil volume untuk kendaraan yang lewat dan mengakibatkan kemacetan di pusat kota sangat terasa kebissingan kendaraan yang membuat pejalan kaki merasa tidak nyaman. ( Gambar 4.8)

Aroma Tidak Sedap, Masih beroperasinya transportasi tradisional ( bendi ) di Kota KESIMPULAN Tomohon yang melintasi Jalan Pusat Kota Tomohon sering tercium aroma kotoran Kesimpulan binatang ( kuda ). Bau sampah yang tertampung di tempat tempat sampah sepanjang jalur 1. Dimensi jalur pedestrian di Kawasan Pusat pedestrian yang menurut responden sering Kota Tomohon sudah memenuhi standar 1142

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1132-1143) ISSN: 2087-9334

minimun sebuah jalur pedestrian di 4. Kondisi saat ini di jalur pedestrian di perkotaan. Kawasan Pusat Kota Tomohon ditinjau dari aspek kenyamanan menurut teori tentang 2. Hasil perhitungan analisis mengenai kenyamanan sebagaimana dalam aspek prioritas utama fungsi jalur pedestrian di kenyamanan itu sendiri adalah : terik Kawasan Pusat Kota Tomohon sebanyak 33 matahari, pemandangan di jalur pedestrian, responden memberikan pilihan prioritas kejelasan sirkulasi antara pejalan kaki dan fungsi jalur khusus pejalan kaki. pengguna lain, kebisingan kendaraan, aroma tidak sedap, bentuk & kualitas jalur pedestrian, keamanan dari tindakan 3. Hasil perhitungan analisis deskriptif kejahatan & kriminal, keamanan dari jalur Persentase yang telah diperoleh, pedestrian itu sendiri (kelandaian, licin,, memberikan keterangan bahwa dari jumlah dll), responden sebanyak 50 responden yaitu pengguna jalur mengenai kondisi selama penelitian berlangsung adalah tergolong dalam kriteria tingkat kenyamanan yang cukup baik. Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan rata-rata bahwa persepsi pengguna jalur pedestrian terutama pejalan kaki umumnya merasa cukup nyaman dalam pemanfataan jalur pedestrian di Kawasan Pusat Kota Tomohon.

1143