Tesis PEMBENTUKAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR PROVINSI TENGGARA

THE ESTABLISHMENT OF EAST AREA IN THE PROVINCE OF

Oleh : SYAHRIAL DARMAWAN P4300211009

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Syahrial Darmawan

Nomor Pokok mahasiswa : P4300211009

Program Studi : Ilmu Politik

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terdapat sebagian ataupun keseluruhan dalam tesis ini terbukti hasil karya orang lain, saya bersedia menerima atas perbuatan tersebut.

Makassar, 3 Januari 2014

Yang menyatakan

Syahrial Darmawan

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat sarjana S-2 Program Studi

Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar. Untuk penulisan tesis ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. Muhammad Kausar Baylusy, MA dan DR. Muhammad

Saad,MA selaku dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan

bimbingan dan masukan dalam penulisan tesis ini.

2. Bapak Prof. DR Armin, M.Si, DR. Gustiana A. Kambo, M.Si dan DR.

Hj.Rabina Yunus, MA selaku dosen Penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan arahan kepada penulis untuk mendapatkan hasil yang lebih

baik.

3. Pemerintah daerah Kabupaten Kolaka yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk dapat melanjutkan pendidikan S-2 Program studi Magister

Ilmu Politik.

4. Bapak/Ibu para dosen pengajar Program Studi Magister Ilmu Politik yang

telah banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman mereka untuk

bekal dalam melaksanakan tugas;

5. Rekan-rekan Magister Ilmu Politik angkatan 1 yang selalu memberikan

semangat, canda, rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan diantara

banyaknya tugas kuliah yang dihadapi;

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang membantu

dalam kelancaran penulisan tesis ini. Sungguh, penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tesis ini yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran dan komentar yang tulus penulis harapkan dari semua pihak demi penyempurnaan tesis ini dan untuk itu penulis ucapkan terima kasih. Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi kita semua,

Amin.

Makassar, Desember 2013

Penulis ABSTRAK

SYAHRIAL DARMAWAN, Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur provinsi Sulawesi Tenggara (dibimbing oleh Muhammad Kausar Bailusy dan Muhammad Saad).

Penelitian ini bertujuan mengetahui proses pemekaran daerah yang ditinjau dari pemenuhan persyaratan administratif, teknis dan fisik kewilayahan dalam pembentukan daerah Kabupaten Kolaka Timur. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kolaka sebagai daerah induk dan Kabupaten Kolaka Timur sebagai daerah otonomi baru. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan Model pendekatan kualitatif. Penetapan narasumber/informan melalui purposive. Pengumpulan data melalui metode wawancara mendalam dan studi dokumentasi dengan teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur, tidak sepenuhnya untuk mengembangkan daerah namun diduga didasari oleh kepentingan elit dan institusi politik, kepentingan bupati jelang pemilukada, Gubernur, elit-elit partai Golkar dan PAN yang ingin merusak dominasi PPP sebagai Upaya penguatan basis politik di Kabupaten Kolaka, DPR terkesan memaksakan perampungan Pembentukan daerah otonomi baru yang diduga untuk meningkatkan elektabilitas politikus tertentu, Kinerja DPOD kurang maksimal karena waktu kunjungan yang singkat dan adanya bentuk suap secara halus dalam bentuk pelayanan di daerah. Selanjutnya ditinjau dari persyaratan administratif, dan fisik kewilayahan Kabupaten Kolaka Timur telah layak untuk dibentuk, namun syarat teknis terutama mengenai kemampuan keuangan daerah tersebut belum layak.

Kata Kunci : Otonomi Daerah, Proses Politik, daerah otonomi baru

ABSTRACT

SYAHRIAL DARMAWAN. The establishment of area in the province of southeast sulawesi (supervised Muhammad Kausar Bailusy and Muhammad Saad)

The study aims to describe the region establishment process viewed from the administrative, physical and technical requirements. The study was carried out in Kolaka Regency as the main region and the new eastern Kolaka Regency. The study uses qualitative approach. The informants were selected by means of purposive sampling technique and the data were gathered through in-depth interviews and documentary study which were later analysed with interactive data analysis model. The study indicates that the establishment of the east Kolaka regency is not fully based on the sole purpose to be autonomous but also on the elite’s and the political institustion’s interest; the regency leader and the two political parties (GOLKAR and PAN) aiming at upsetting the dominant influance of PPP political party and strengthening the political base of the two parties in the region. The Parliament insisting on quick establishment of new autonomous region implies an agenda to increase the electability of certain politicians in the coming election. Insufficient performance of regional autonomy advisory council (DPOD) is due to the limited time available for visiting the region and the existing of subtle type of bribery in the form of services in the area. In terms of administrative and physical territorial requirements of this eastern area, the area is feasible to become a new regency, but technical requirements particularly financial capabilities are insufficient.

Keywords : regional autonomy, political process, new autonomous region

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PENGESAHAN ...... ii PERNYATAAN KEASLIAN TESIS...... iii KATA PENGANTAR ...... iv ABSTRAK ...... v ABSTRACT ...... vi DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR TABEL ...... viii DAFTAR GAMBAR ...... ix DAFTAR LAMPIRAN ...... x BAB I PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 13 C. Tujuan Penelitian ...... 15 D. Manfaat Penelitian ...... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 17

2.1. Proses Politik ...... 17 2.2. Aktor dalam proses Kebijakan ...... 22 2.3. Desentralisasi ...... 24 2.4. Kebijakan Pembentukan Daerah (Kelayakan Pemekaran daerah ) ...... 27 2.5. Kerangka pemikiran ...... 32

BAB III METODE PENELITIAN ...... 33

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...... 33 B. Lokasi penelitian ...... 34 C. Sumber data ...... 34 D. Teknik Pengumpulan data ...... 36 E. Teknik Analisis data ...... 37 F. Jadwal penelitian ...... 39

x

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...... 40

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Kolaka (Sebelum Pemekaran) ...... 40 4.1.1 Kondisi wilayah ...... 40 4.1.2 Pemerintahan ...... 44 4.1.3 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk ...... 45 4.1.4 Sosial ...... 46 4.2. Kabupaten Kolaka Timur ...... 50 4.2.1. Sejarah singkat Kolaka Timur ...... 50 4.2.2. Kondisi Alam ...... 52 4.2.3. Administrasi Pemerintahan ...... 54 4.2.4. Sosial ...... 55 4.2.5. Pertanian ...... 56 4.2.6. Peternakan dan Perikanan ...... 56 4.2.7. Kehutanan ...... 57 4.2.8. Pertambangan ...... 57

BAB V PEMBAHASAN ...... 58

5.1 Proses Politik Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur ..... 58 5.1.1 Fase awal pembentukan Kolaka Timur ...... 58 5.1.2 Terbitnya Keputusan Bupati dan DPRD Kolaka ...... 62 5.1.3 Dukungan Gubernur dan DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara ...... 66 5.1.4 Proses ditingkat Pusat ...... 71 5.1.5 Kunjungan Tim Teknis DPOD ...... 87 5.1.6 Terbentuknya secara resmi Kabupaten Kolaka Timur ...... 89 5.2.Syarat Administratif ...... 94 5.3.Syarat Teknis ...... 96 5.3.1 Faktor, Konsep / definisi, Indikator, & tata cara penghitungan dalam rangka pembentukan daerah otonom baru ...... 96 5.3.2 Rekapitulasi Syarat teknis (Faktor & Indikator) dalam rangka pembentukan Kabupaten Kolaka Timur ...... 104

x

5.3.3 Deskripsi dan Analisis hasil kajian ...... 105 1) Kependudukan ...... 105 2) Kemampuan Ekonomi ...... 108 3) Kemampuan Keuangan ...... 118 5.4 Syarat Fisik Kewilayahan ...... 128 5.5 Analisis Kualitatif Kelayakan Kabupaten Kolaka

Timur menjadi daerah otonomi baru ...... 130

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...... 135

DAFTAR PUSTAKA ...... 140

LAMPIRAN ...... 144

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kecamatan di wilayah Kabupaten Kolaka ...... 45

Tabel 2. Rekapitulasi syarat teknis ...... 104

Tabel 3 Jumlah penduduk ...... 105

Tabel 4. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kolaka tahun 2003-2006 ...... 106

Tabel 5. Proyeksi jumlah penduduk selama kurun waktu 10

Tahun yang akan datang ...... 106

Tabel 6 Kepadatan Penduduk ...... 107

Tabel 7. Skor kependudukan calon Kabupaten Kolaka Timur ...... 107

Tabel 8. Skor kependudukan Kabupaten induk Kolaka ...... 108

Tabel 9. PDRB perkapita ADHB seluruh kabupaten diprovinsi Sulawesi Tenggara tahun 2002 s/d 2006 ...... 109

Tabel 10 Pertumbuhan PDRB perkapita ADHB seluruh kabupaten di Sulawesi Tenggara 2002 s/d 2006 ...... 110

Tabel 11. Proyeksi jumlah PDRB perkapita selama kurun waktu 10 tahun yang akan datang ...... 110

Tabel 12. PDRB non migas perkapita ...... 111

Tabel 13 PDRB seluruh kabupaten di Sulawesi Tenggara atas dasar harga konstan tahun 2002 s/d 2006 ...... 112

Tabel 14. Kontribusi PDRB seluruh Kabupaten di Sulawesi Tenggara atas dasar harga konstan 2002 s/d 2006 ...... 113

Tabel 15. Pertumbuhan PDRB seluruh Kabupaten di Sulawesi Tenggara atas dasar harga konstan 2002 s/d 2006 ...... 113

x

Tabel 16 Proyeksi jumlah PDRB perkapita selama kurun waktu 10 tahun yang akan datang ...... 114

Tabel 17 Pertumbuhan Ekonomi ...... 115

Tabel18 Kontribusi PDRB ADHB Sulawesi Tenggara tahun 2006 ...... 116

Tabel 19 Kontribusi PDRB non migas ...... 117

Tabel 20 Skor kemampuan Ekonomi calon Kabupaten Kolaka Timur ...... 117

Tabel 21 Skor kemampuan Ekonomi Kabupaten induk Kolaka ...... 118

Tabel 22 Jumlah PDS (Pendapatan Daerah Sendiri) ...... 118

Tabel 23 APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007 ...... 119

Tabel 24 Realisasi PAD seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara tahun 2006 ...... 123

Tabel 25 Rasio PDS terhadap jumlah penduduk ...... 124

Tabel 26 Rasio PDS terhadap PDRB non migas ...... 124

Tabel 27 Skor kemampuan Keuangan calon Kabupaten Kolaka Timur ...... 125

Tabel 28 Skor kemampuan keuangan Kabupaten Induk Kolaka ...... 125

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran ...... 32

Gambar 2 Jadwal Penelitian ...... 39

Gambar 3. Peta Kabupaten Kolaka sebelum pemekaran...... 43

Gambar 4. Kabupaten Kolaka Pasca Pemekaran ...... 49

Gambar 5 Peta Kabupaten Kolaka Timur ...... 53

Gambar 6. Kontribusi masing-masing pendapatan pada APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007 ...... 120

Gambar 7. Kontribusi penyumbang dana perimbangan APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007 ...... 120

Gambar 8. Anggaran belanja tidak langsung pada APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007 ...... 121

Gambar 9. Anggaran belanja langsung pada APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007 ...... 122

Gambar 10.Anggaran belanja tidak langsung pada APBD Kabupaten

Kolaka tahun 2007 ...... 123

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1. Undang-Undang nomor 8 tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur di Sulawesi ...... 145

x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dampak reformasi yang terjadi di , ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan, adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintah pusat ke arah sistem pemerintahan yang desentralistik (local democracy) di pemerintah daerah. Sistem pemerintahan seperti ini memberikan keleluasaan kepada daerah dalam wujud “Otonomi Daerah” yang luas dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta, prakarsa dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar pemerataan dan keadilan serta sesuai dengan kondisi, potensi dan keragaman daerah (Koswara, 1998).

Seiring dengan dinamika perkembangan masyarakat di era reformasi muncul fenomena keinginan elit-elit lokal pada berbagai wilayah untuk membentuk suatu daerah otonom baru, baik daerah provinsi maupun kabupaten dan kota. Keinginan seperti itu didasari oleh berbagai dinamika yang terjadi di daerah baik dinamika politik, ekonomi sosial maupun budaya.

Dengan pembentukan daerah otonom baru, daerah otonom tersebut diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang lebih besar dalam mengurus dirinya sendiri, terutama berkaitan dengan pengelolaan sumber- sumber pendapatan asli daerah, sumber daya alam dan pengelolaan bantuan pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat setempat yang lebih baik.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 1 Desentralisasi merupakan suatu refleksi proses reformasi politik, sosial, budaya dan ekonomi. Perubahan politik dan sosial budaya di

Indonesia dengan kecenderungan pergeseran pelayanan publik dari wewenang pemerintah pusat beralih menjadi wewenang tingkat pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi daerah sebagai wujud pelaksanaan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang digulirkan oleh pemerintah sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat, pada hakekatnya merupakan penerapan konsep division of power yang membagi kekuasaan negara secara vertikal (Budiardjo,2010; 286).

Dinamika perkembangan wilayah menjadi otonom seperti itu disikapi pemerintah pusat dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah sejak

Januari 2001. Dalam hubungannya dengan pembentukan daerah otonom,

Pasal 18 UUD 1945 antara lain menyatakan bahwa pembagian daerah

Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi dalam daerah kabupaten dan daerah kota

Untuk mendukung implementasi kebijakan otonomi daerah, pemerintah pusat telah melakukan berbagai kebijakan, antara lain dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Yang kemudian undang-undang nomor 22 tahun 1999 tersebut diperbaharui dengan lahirnya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan daerah yang dalam pasal 2 menyatakan : (1)Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah. (2)Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 2 ayat (1) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. (3)Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. (4)Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan pemerintahan daerah lainnya. (5)Hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka dapat dijelaskan bahwa keinginan masyarakat daerah untuk membentuk daerah otonom baru memang dimungkinkan oleh paraturan perundangan yang berlaku.

Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia dapat dilacak dalam kerangka konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Otonomi daerah merupakan tema lama yang tampaknya selalu menemukan aktualitas dan relevansinya. Dikatakan tema lama karena Undang-Undang Dasar 1945 telah memberikan landasan yuridis yang jelas tentang eksistensi otonomi daerah.

Seiring dengan ditetapkannya UUD 1945, sejak itu pengaturan tentang pemerintahan daerah dalam perundang-undangan sebagai penjabaran pasal

18 mulai ramai diperdebatkan. Hal ini tampak dari kehadiran Undang- undang Nomor 1 Tahun 1945 yang mengatur tentang otonomi daerah.

Kajian terhadap isi undang-undang yang pernah dipergunakan untuk mengatur pemerintahan daerah tetap saja menarik perhatian berbagai kalangan serta membuka peluang terjadinya perdebatan. Sampai saat ini sudah tujuh kali diadakan perubahan dan penyempurnaan, terakhir dengan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 3 undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang sekarang sedang diimplementasikan. Materi perdebatan dalam Undang- undang pemerintahan daerah berada pada segi yang esensial, yaitu mengenai seberapa besar pemerintah pusat menyerahkan kewenangannya kepada daerah otonom.

Dengan demikian maka pembentukan daerah otonom dalam rangka desentralisasi di Indonesia menurut Suwandi (2002) memiliki ciri-ciri:(1) daerah otonom tidak memiliki kedaulatan atau semi kedaulatan layaknya di negara federal, (2) desentralisasi dimanifestasikan dalam bentuk penyerahan atau pengakuan atas urusan pemerintahan, (3) penyerahan atau pengakuan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada angka 2 tersebut di atas utamanya terkait dengan pengaturan dan pengurusan kepentingan masyarakat setempat (lokalitas) sesuai dengan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Sejalan dengan banyaknya keinginan untuk pembentukan daerah otonom baru, baik yang berupa pemekaran maupun peningkatan status, khususnya di daerah kabupaten dan daerah kota sesuai dengan mekanisme pembentukan daerah otonom maka pemerintah telah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah, yang isinya menyebutkan mengenai tata cara atau persyaratan, kriteria, prosedur, pembiayaan pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah.

“Sejak reformasi bergulir, pemerintah telah melakukan 205 pemekaran daerah, sehingga jumlah daerah di tanah air semakin banyak, yakni 33 provinsi dan 491 kabupaten/kota yang menjadi daerah-daerah otonom. Dan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 4 saat ini, sudah ada 181 usulan pemekaran lagi," Gamawan Fauzi (regional kompas.com).

Khusus Kabupaten Kolaka Timur resmi dibentuk melalui undang- undang nomor 8 tahun 2013 tentang pembentukan Kabupaten Kolaka Timur

Provinsi Sulawesi Tenggara. Bersamaan dengan dibentuknya Kabupaten

Kolaka Timur, dibentuk pula 18 daerah otonom baru lainnya di Indonesia sehingga jumlah daerah otonomi baru yang dibentuk adalah 19 daerah dengan rincian satu provinsi baru serta 18 daerah tingkat kabupaten.

Mayoritas daerah otonom baru yang dibentuk berada di Indonesia timur,

Adapun ke-19 daerah yang lolos yaitu :

1) Provinsi Kalimantan Utara (Tarakan, Nunukan, Tana Tidung, Bulungan, Malinau) 2) Kabupaten Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur (pemekaran Kabupaten Kukar) 3) Kabupaten Musi Rawas Utara Provinsi Sumatera Selatan 4) Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Provinsi Sumatera Selatan 5) Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur 6) Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat 7) Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku Utara 8) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung, 9) Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat 10) Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah 11) Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah, 12) Kabupaten Konawe Kepulauan Provinsi Sulawesi Tenggara, 13) Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara 14) Kabupaten Buton Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara 15) Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara 16) Kabupaten Muna Barat Provinsi Sulawesi tenggara 17) Kota Raha Provinsi Sulawesi Tenggara 18) Kabupaten Manokwari Selatan Provinsi Papua Barat 19) Kabupaten Pegunungan Arfak Provinsi Papua Barat

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 5 Ada realitas menarik yang terjadi, bahwa pembentukan satu daerah kabupaten, biasanya dapat lagi menghasilkan paling kurang satu kabupaten atau kota baru. Banyak terjadi kabupaten yang sebenarnya baru dibentuk yang secara beruntun dimekarkan lagi menjadi kabupaten baru dalam kurun waktu hanya beberapa tahun saja. Misalnya pembentukan awal Kabupaten

Minahasa selatan yang resmi terjadi tanggal 25 Februari 2003(tanggal pengesahan undang-undangnya). Namun tiga tahun kemudian kabupaten yang baru terbentuk ini beranak pinak menjadi kabupaten Minahasa tenggara yang diresmikan tepatnya 2 januari 2007. Hal yang sama terjadi pada kabupaten Luwu utara yang dibentuk tahun 1999 dari hasil pemekaran kabupaten Luwu. Namun baru berumur 4 tahun malah kabupaten Luwu

Utara sudah menghasilkan pemekaran kabupaten Luwu Timur (tahun

2003).(Makagansa,2008:161)

Pemekaran menjadi kabupaten atau kota baru terjadi terkait dengan espektasi-ekspektasi dan keluhan-keluhan ditingkat lokal. Baik ekspektasi yang ada dikalangan masyarakat maupun pemerintah daerahnya. Pemekaran sebagai intervensi pusat untuk memberikan solusi atas ketegangan hubungan pusat dan daerah. Ekspektasi lokal yang dimaksud diatas adalah kemauan dan kemampuan daerah membentuk struktur pemerintahan baru dan memfungsikannya dalam rangka mewujudkan efektivitas pemerintahan yang lebih baik.

Fenomena tersebut sebenarnya telah menimbulkan sikap pro dan kontra di berbagai kalangan politisi, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan di antara para pakar. Mereka memperdebatkan manfaat ataupun kerugian yang timbul dari banyaknya wilayah yang dimekarkan. Berbagai

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 6 pandangan dan opini disampaikan untuk mendukung sikap masing-masing pihak.

Dimulai dari beberapa permasalahan pembentukan daerah tersebut,

Hasil studi Bank Dunia menyimpulkan ada empat faktor utama pendorong maraknya pembentukan daerah-daerah otonomi baru di masa reformasi yaitu

(Ratnawati,2009:15) :

1) Motif untuk efektivitas/efisiensi administrasi pemerintahan mengingat wilayah yang begitu luas, penduduk yang menyebar dan ketertinggalan pembangunan; 2) Kecendrungan untuk homogenitas (etnis, bahasa, agama, urban-rural, tingkat pendapatan dan lain-lain); 3) Adanya kemanjaan fiskal yang dijamin oleh undang-undang (disediakannya dana alokasi umum(DAU), bagi hasil sumber daya alam, disediakannya sumber-sumber pendapatan asli daerah/PAD ; 4) Motif pemburu rente (bureaucratic and political rent – seeking) para elit, yakni kesempatan untuk memperoleh keuntungan dana, baik dari pemerintah pusat maupun dari penerimaan daerah sendiri.

Disamping keempat motif tersebut, masih ada satu motif “tersembunyi” dari pemekaran daerah, yang oleh ikrar nusa bakti disebut sebagai “Gerrymander” yaitu usaha pembelahan/pemekaran daerah untuk kepentingan partai politik tertentu. Contohnya adalah kasus pemekaran Papua oleh pemerintahan

Megawati (PDIP) dengan tujuan untuk memecah suara partai “lawan”(ibid).

Di sisi lain, banyak pula argumen yang diajukan untuk mendukung pembentukan daerah-daerah otonomi baru, yaitu antara lain adanya kebutuhan untuk mengatasi jauhnya jarak rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, serta memberi kesempatan pada daerah untuk melakukan percepatan pemerataan pembangunan dikarenakan masih banyaknya daerah-daerah yang belum tersentuh pembangunan (terisolir)

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 7 sehingga dibutuhkan perhatian yang ekstra dalam membangun sarana dan prasarana wilayah tertinggal. Alasan lainnya adalah diupayakannya pengembangan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan pada tingkat yang lebih kecil.

Cerita-cerita sukses pemekaran daerah memang cenderung kurang bila dibandingkan dengan realita banyaknya permasalahan yang terjadi didaerah-daerah otonomi baru. Beberapa contoh permasalahan itu adalah(pamungkas dalam Tri Ratnawati, 2009;16-17) :

1. Konflik dengan kekerasan

Salah satu contoh kasusnya adalah yang terjadi di Kabupaten Polewali-

Mamasa yang dimekarkan pada tahun 2002 menjadi Kabupaten Polewali

Mandar dan Kabupaten Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat. Konflik

terjadi di Kecamatan Aralle, Tebilahan dan Mambi (ATM). Ketiga

kecamatan ini menolak bergabung dengan kabupaten Mamasa. Konflik

dan kekerasan juga terjadi dalam pembentukan provinsi Irian Jaya Barat.

2. Menurunnya jumlah penduduk dan PAD secara drastis.

Contoh : Kasus Kabupaten Aceh Utara sebelum pemekaran penduduknya

berjumlah 970.000 jiwa. Setelah pemekaran (menjadi Kota Bireun, Kota

Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara) penduduknya tinggal 420.000

jiwa. Pembentukan Kota Singkawang menyebabkan Kabupaten

Bengkayang banyak kehilangan penduduknya karena berimigrasi ke Kota

Singkawang. Selain itu Bengkayang juga menderita karena menurunnya

secara drastis PAD daerah tersebut pasca ditinggalkan oleh Singkawang.

3. Menyempitnya Luas wilayah dan beban daerah induk.

Kabupaten Halmahera Barat yang setelah pemekaran wilayahnya

menyempit secara drastis, saat ini dibebani oleh pembiayaan daerah-

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 8 daerah baru di Kabupaten Halmahera Utara, Halmahera Selatan dan

Kepulauan Sula.

4. Perebutan Wilayah dan masalah ibukota Pemekaran.

Kasus ini terjadi misalnya antara Pemerintah daerah Kampar dan

Pemerintah Daerah Rokan Hulu yang memperebutkan tiga desa yaitu

Tandun, Aliantan dan Kabun. Konflik mengenai penentuan ibukota dari

daerah-daerah yang baru dibentuk juga terjadi di Kabupaten Banggai

(Sulawesi Tengah).

5. Perebutan aset.

Kasus ini pernah terjadi di Kabupaten Nunukan yang dibentuk pada

tahun 1999 yang kemudian berebut gedung dan peralatan dengan

Kabupaten induknya (Kabupaten Bulungan). Masalah ini juga terjadi

antara Kota Lhokseumawe yang baru dibentuk dengan Kabupaten

Lhoksukon di Aceh (daerah induk).

Permasalahan maraknya pemekaran daerah saat ini bagaikan Bom waktu yang kapan saja bisa meledak dan tentu saja mempengaruhi kondisi keuangan dan perekonomian Negara apabila terus-terusan terjadi dan tidak ditemukan solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan ini. Kita semua mengetahui bahwa tujuan akhir dari pemekaran daerah yaitu untuk menciptakan kemandirian daerah dalam proses pemenuhan kebutuhan dan pelayanan bagi seluruh elemen masyarakat didaerah. Namun dengan gambaran kondisi sebagian besar daerah yang masih sangat bergantung dengan DAU dan DAK, yang diperparah dengan sangat minimnya sumber- sumber Pendapatan asli daerah, kiranya tujuan akhir tersebut masih jauh dari harapan. Melihat dari sudut pandang yang lain, semakin maraknya desakan-desakan dari masyarakat di daerah-daerah, khususnya sebagian

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 9 besar daerah tertinggal yang mungkin bisa kita sebutkan berada di wilayah

Indonesia Timur tidak dapat pula kita salahkan begitu saja. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan Pemerintah pusat belum benar-benar ikhlas dalam dalam mendistribusikan anggaran Negara yang nyata dirasakan oleh masyarakat Indonesia bahwasanya anggaran negara sebagian besar dialokasikan di pulau jawa. Kalimat ”terciptanya Pemeratan pembangunan” masih sebatas mimpi bagi masyarakat diluar pulau jawa. Pemerintah kiranya perlu segera menemukan solusi dari permasalahan ini yang tentu saja saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal tersebut diperparah dengan pemerintah daerah yang dalam menyalurkan dana APBDnya kurang memperhatikan skala prioritas suatu daerah yang membutuhkan. Untuk kegiatan pembangunan terkadang alokasi anggaran masih didasari oleh kepentingan politik penguasa. Anggaran dialokasikan pada daerah tertentu untuk meningkatkan citra politik penguasa tanpa memperhitungkan kelayakannya.

Pembentukan daerah Kabupaten kolaka timur dapat dipandang sebagai proses interaksi berbagai kelompok kepentingan dalam proses politik, melibatkan sejumlah aktor dan dipengaruhi oleh kepentingan yang melekat pada kelompok ataupun aktor tersebut. Proses lahirnya kebijakan publik dalam hal suatu rangkaian kegiatan atau langkah tindakan para aktor

(stakeholders). Jones(1994:44-45) menjelaskan tentang proses kebijakan sebagai sebuah rangkaian tindakan yang secara definitif berkaitan dengan tujuan. Selanjutnya dijelaskan bahwa proses kebijakan difokuskan pada proses-proses kelompok. Pendekatan seperti ini selain mempelajari peranan kelompok kepentingan juga menyidik kelompok dalam lembaga-lembaga politik. Dalam studi proses kelompok juga harus mengemukakan bahwa

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 10 keputusan sebenarnya dibuat oleh kelompok-kelompok kecil yang dikenal dengan elite. Dalam pandangan ini proses kelompok dipandang sebagai sebuah proses elite.

Berdasarkan pemahaman di atas maka desakan stakeholders dan tindakan pemerintah membentuk daerah Kabupaten kolaka timur dapat dilihat sebagai suatu proses kelompok dan pengambilan keputusan dalam proses tersebut dapat dipandang sebagai kehendak dari elit-elit lokal maupun pusat. Adapun Elit-elit ditingkat lokal yang berperan terhadap pembentukan

Kabupaten Kolaka timur ini dimulai dari elit-elit partai Golkar di provinsi antara lain diawali DR. Hino Biohanis (Ketua DPRD Provinsi Sulawesi tenggara periode 1999-2004), Drs. H. Adel Berty Anggota DPRD Provinsi

Sulawesi tenggara dan juga mantan Bupati Kolaka 2 periode masa jabatan,

Ali Masi SH (Gubernur Sulawesi Tenggara 2003-2008), H. Nur Alam, SE

Gubernur Sulawesi Tenggara saat ini, Para elit-elit lokal tersebut dengan power relation yang dimiliki melakukan pendekatan-pendekatan pada elit-elit ditingkat pusat yang dimulai dari fraksi mereka masing-masing di DPR khususnya komisi II yang diawali oleh Partai Golkar dan kemudian dilanjutkan Partai Amanat Nasional (PAN). Kemudian ada pula Para pengurus Forum Percepatan pembentukan Kabupaten Kolaka Timur yang berperan aktif dalam memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan antara lain dengan membuat kajian-kajian teknis yang mendalam perihal pembentukan Kabupaten Kolaka Timur antara lain Mustakim Darwis, H.

Nakean Beddu. dan masih banyak lagi tokoh-tokoh masyarakat Kolaka timur yang berperan aktif dalam mengendalikan masyarakat sampai pada mencegah konflik ditingkat Lokal. Oleh karena itu maka pembentukan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 11 daerah Kabupaten kolaka timur merupakan proses interaksi berbagai kelompok dan elit beserta dengan kepentingan mereka masing-masing.

Pembentukan suatu Daerah otonomi baru harus mempertimbangkan

Mengenai berbagai kriteria kelayakan pembentukan kabupaten, yang diatur dalam PP nomor 78 tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah, yang meliputi 3 unsur utama yaitu administrasi, teknis (kependudukan, kemampuan ekonomi, potensi daerah, kemampuan keuangan, sosial budaya, sosial politik, luas daerah, pertahanan, keamanan, tingkat kesejahteraan masyarakat sampai rentang kendali/span of control), dan fisik kewilayahan. Berbagai kriteria persyaratan tersebut wajib dipenuhi calon daerah otonomi baru, berbagai persyaratan diatas dalam proses pemenuhannya banyak dipengaruhi oleh berbagai kepentingan politik dari berbagai kalangan yang tentu saja dapat memicu konflik ditingkat lokal karena perbedaan kepentingan. Pemerintah sadar bahwa dengan semakin tidak terkendalinya pembentukan daerah otonomi baru di Indonesia maka hal tersebut akan semakin mempengaruhi postur

APBN. Sehingga pemerintah ingin menutup pintu pembentukan Daerah otonomi baru untuk sementara waktu. Namun hal tersebut kurang mendapat respon yang baik dari DPR. Fungsi pemerintah dalam mengelola dan menetukan daerah otonomi baru sepertinya telah diambil alih DPR. Dengan dalih kepentingan konstituen dan mencegah konflik, DPR dengan Hak inisiatif yang dimiliki dalam membuat Undang-undang seolah-olah tidak terhentikan langkahnya. Sulit memang jika seorang wasit merangkap sebagai pemain dalam suatu pertandingan. sehingga dalam kenyataanya, pemerintah lebih berperan sebagai mentor ataupun yang memberi pedoman dan petunjuk teknis dalam melengkapi persyaratan yang ada. Pemerintah tidak

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 12 dapat berbuat banyak untuk mencegahnya karena terbentur UU nomor 12 tahun 2011.

B. Rumusan masalah

Permasalahan besar yang menghadang pembentukan Kabupaten

Kolaka Timur sebagai daerah otonom adalah masalah kemandirian keuangan daerah, kurangnya potensi daerah, pertumbuhan ekonomi dan terbatasnya infrastruktur yang ada. Namun kuatnya aspirasi masyarakat Kolaka Timur untuk mengangkat Kolaka timur menjadi suatu daerah yang otonom telah menjadi alasan utama bagi pemerintah untuk mewujudkan daerah

Kabupaten kolaka timur. Hal ini tercermin dari upaya Pemerintah Kabupaten

Kolaka dan Panitia Percepatan Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur yang terus memperjuangkan dalam agenda pembahasan Pemerintah dan DPR RI agar Kolaka Timur dapat disahkan menjadi Kabupaten baru.

Pertanyaan yang kini timbul adalah mengapa dan bagaimana sehingga

Kolaka Timur dapat disahkan sehingga menjadi suatu daerah Otonomi Baru,

Kepentingan politik yang mempengaruhi Proses pemenuhan persyaratan

Administratif, teknis dan fisik kewilayahan sesuai dengan PP nomor 78 tahun

2007 tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah.

Apabila dilihat sekilas, dari segi persyaratan kemampuan ekonomi dan finansial seperti diuraikan sebelumnya, nampaknya Kolaka Timur belum layak untuk menjadi suatu daerah otonom, tetapi mengapa Kolaka Timur

“lulus ujian” dan kemudian “diundangkan” sebagai suatu daerah Kabupaten baru yang memiliki status otonom?. Penjelasannya mungkin harus dicari melalui sudut pandang politik yang menghendaki agar Kolaka Timur dapat ditetapkan menjadi daerah otonom (Kabupaten kolaka timur). Hal ini tidak dapat dilepaskan dari dukungan berbagai stakeholders. Bahwa dengan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 13 terbentuknya Kabupaten kolaka timur maka akan membuka peluang bagi stakeholders tertentu untuk duduk dalam jabatan-jabatan politis tertentu.

Hal yang menimbulkan masalah jikalau pembentukan Kabupaten Kolaka

Timur ternyata tidak diikuti oleh semakin baiknya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dikhawatirkan justru pelayanan akan semakin mahal karena Pemerintah Kabupaten kolaka timur dituntut untuk dapat menghimpun pendapatan asli daerah (PAD) sebanyak-banyaknya.

Dengan kondisi saat ini, dapat diperkirakan bahwa kemampuan ekonomi dan finansial daerah masih sangat minim. Upaya pendanaan yang diharapkan untuk membantu pembiayaan pembangunan Kabupaten kolaka timur yaitu berasal dari bantuan pemerintah pusat dalam berbagai bentuknya. Hal inilah yang kemudian menjadi ujung tombak penyelenggaraan pemerintahan di daerah Kabupaten Kolaka Timur untuk menutupi berbagai kekurangan dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat. Konsekuensinya adalah makin menipisnya biaya untuk melakukan investasi dan pembangunan prasarana lainnya.

Dalam penelitian ini dibahas mengenai bagaimana keseluruhan alur proses pemenuhan persyaratan yang diupayakan oleh para pejuang pembentukan daerah Kabupaten Kolaka Timur dimulai sejak diusulkan masyarakat yang umumnya dipenuhi dengan lobi-lobi informal, lahirnya rekomendasi peraturan daerah sampai pada ditetapkan menjadi daerah otonom baru, dalam prosesnya bagaimana pertarungan kepentingan sampai lobi-lobi politik para elit daerah dan ditingkat pusat, sampai pada power relationship para stakeholder. Pada banyak kasus, proses politiklah yang akan menentukan nasib dari usulan pemekaran. Pemekaran daerah

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 14 dijadikan bargaining politik seorang politisi atau partai politik tertentu pada masyarakat daerah yang mengusulkan pemekaran.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka pertanyaan penelitian yang muncul adalah:

“Bagaimana pembentukan Kabupaten Kolaka Timur ditinjau dari pemenuhan persyaratan administratif, teknis dan fisik kewilayahan?”

C. Tujuan Penelitian

Seiring dengan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

“Untuk menganalisis dan menggambarkan pembentukan kabupaten Kolaka

Timur dalam memenuhi persyaratan administratif, teknis dan fisik kewilayahan”

D. Manfaat Penelitian

Informasi yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara akademis maupun praktis.

1. Melalui penelitian ini, diharapkan akan memberi manfaat bagi penulis

maupun orang yang membaca tulisan ini, berupa penyajian informasi dan

analisis mengenai proses pembentukan daerah kabupaten Kolaka Timur

yang sangat kondisional. Kondisionalitas pemenuhan persyaratan

administratif, teknis dan fisik kewilayahan berdasarkan Undang-Undang

nomor 32 Tahun 2004 serta Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2007.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 15 2. Penulisan tesis ini diharapkan dapat menjadi media pemahaman dan

solusi pemekaran daerah di Indonesia dengan memperhatikan aspek-aspek

yang berkaitan dengan kelayakan pembentukan suatu daerah otonom.

3. Diharapkan pula, penelitian ini dapat memperkaya khasanah pustaka

tentang proses Pemekaran daerah di Indonesia yang bermanfaat bagi

daerah-daerah lain di Indonesia dengan permasalahan serupa.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses politik

Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau membuat kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya(Joyce mitchel, 1969;4-5).

Sehingga sangat jelas bahwa politik itu sudah menjadi aktivitas untuk mengambil keputusan yang menyangkut pada kepentingan umum yang dilahirkan dalam bentuk suatu kebijakan umum. Politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan. Sedangkan politik pada bentuk yang paling buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, kekayaan untuk kepentingan diri sendiri

(Politics at its worst is a selfish grab for power, glory and riches). (Peter Merkl,

1967;13). Kemudian menurut (Rod Hague et al,1998:3) Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara angota-anggotanya.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha- usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis. Beralih ke pengertian yang lebih luas, Sistem Politik adalah “suatu sistem yang mempunyai ruang lingkup dibidang politik, yang meliputi bagian atau lembaga yang berfungsi dibidang politik, kegiatannya berhubungan dengan kenegaraan atau pemerintah” yaitu semua kegiatan yang meliputi penentuan suatu kebijakan umum (public policy) dan bagaimana kebijakan itu dilaksanakan. Politik dalam suatu negara (state)

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 17 berkaitan dengan masalah kekuasaan (power) pengambilan keputusan

(decision making), kebijakan publik (public policy) dan alokasi atau distribusi

(allocation or distribution).(Budiardjo,2010:14)

Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan publik (public policies) yang menyangkut pengaturan dan alokasi (allocation) dari sumber daya alam, perlu dimiliki kekuasaan (power) serta wewenang (authority). Kekuasaan ini diperlukan baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakainya dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan

(coercion). Tanpa unsur paksaan, kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent) belaka. (ibid:15). Sehingga dapat disimpulkan proses politik adalah suatu interaksi (saling pengaruh mempengaruhi) antara bentuk struktur ataupun lembaga dalam masyarakat yang keseluruhannya (supra dan infrastruktur) yang merupakan struktur politik yang melaksanakan fungsinya masing-masing.

Proses politik dalam pemekaran wilayah, biasanya diawali oleh suara rakyat yang diolah ke wacana umum menjadi opini publik. Opini rakyat tentang masalah apapun merupakan jumlah ungkapan individual; jadi opini rakyat mencakup distribusi jumlah seluruh dan atau persentase yang mendukung atau menentang pendirian (Nimmo,2001:56). Asal mula opini tentang kebanyakan masalah terletak dalam perselisihan atau perbantahan yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi isu yang akan menangkap perhatian banyak orang(ibid:20). Namun hubungannya dengan konsep pemekaran wilayah, apakah opini yang berkembang murni demi kesejahtraan masyarakat tanpa ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan elit politik, dengan kata lain bisnis kelompok elit yang mengejar kekuasaan? Kiranya hal

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 18 tersebut membutuhkan analisa yang lebih mendalam. Indikasi tersebut, kiranya sejalan dengan teorisasi yang penulis gunakan menjadi landasan dalam skema sistematika teori dalam penulisan sebagai Grand Theory yaitu

“Teori Elit Politik” Lasswell yang dikutip (SP.Varma,2001:200) yang percaya bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada kekuasaan sosial dan politik yang penuh. Bagi Lasswell, Ilmu politik adalah ilmu tentang kekuasaan. Kekuasaan itu memiliki bentuk dan pola nilai dalam masyarakat, yang mana nilai-nilai utamanya adalah keamanan, pendapatan dan martabat. Segelintir orang yang mendapat sebagian besar nilai tersebut adalah “Elit” yang mana Posisi itu mereka jaga dengan cara memanipulasi simbol-simbol, mengendalikan saluran(sumber-sumber daya) bahkan dengan menggunakan kekerasan(ibid:257).

Pareto(ibid:200) membagi masyarakat menjadi dua kelas: (1) Lapisan atas yaitu elit, yang terbagi kedalam elit yang memerintah (Governing elit) dan elit yang tidak memerintah(non-governing elit), (2)Lapisan yang lebih rendah yaitu non elit. Pareto sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah yang menurut dia berkuasa Karena bisa menggabungkan kekuasaan dan kelicikan. Jadi ada indikasi, ide-ide pemekaran wilayah yang dilaksanakan merupakan ide-ide para elit politik baik pusat maupun lokal yang menyelundupkan ambisi kekuasaan mereka yang dikemas dengan niat-niat suci dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat kecil (lapisan non-elit).

Gaetano Mosca yang lebih jauh mengembangkan teori elit politik seperti halnya konsep mengenai pergantian elit, berpendapat dalam semua masyarakat dari yang paling giat mengembangkan diri serta telah mencapai

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 19 fajar peradaban hingga pada masyarakat yang paling maju dan kuat selalu muncul dua kelas dalam masyarakat yaitu: 1)kelas yang memerintah, dan

2)kelas yang diperintah. Kelas pertama yang biasanya jumlahnya lebih sedikit, memegang semua fungsi politik, monopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan-keuntungan yang didapatnya dari kekuasaan. Sementara kelas yang kedua yang jumlahnya lebih besar, diatur dan dikontrol oleh yang pertama.(Mosca,1939:50). Lebih lanjut Mosca berpendapat, Penguasaan minoritas atas mayoritas dilakukan dengan cara yang terorganisasi, yang menempatkan mayoritas tetap berdiri saja dibelakang, apalagi kelompok minoritas biasanya terdiri dari individu-individu yang superior.

Karl Mannheim dalam bukunya “ideology and Utopia: an introduction to the sociology of Knowledge” menghubungkan teori-teori elit dengan fasisme dan anti intelektualisme. Mannheim membenarkan teori Pareto tentang kekuasaan selalu dijalankan oleh minoritas (elit). Pembentukan kebijakan sebetulnya berada ditangan para elit; tetapi hal ini bukan berarti masyarakat tidak demokratis. Menurut Mannheim bahwa dalam negara demokrasi maka masyarakat secara individual terbuka kesempatan untuk menjalankan pemerintahan, paling tidak individu dapat menyalurkan aspirasinya. Hal ini mengandung makna bahwa kelompok bawah dapat menggeser elit berkuasa selama mendapat dukungan masyarakat. Kelompok ini akan merupakan elit baru yang memegang puncak kekuasaan.(Harun dan Sumarno, 2006:22)

Kemudian, dalam penulisan ini middle Theory yang penulis gunakan adalah Teori institusionalisme baru. Teori Institusionalisme baru ini terbagi kedalam 7 cabang, yang mana penulis menggunakan cabang institusionalisme normatif yang menyatakan bahwa institusi politik mempengaruhi perilaku aktor dengan membentuk nilai, norma, kepentingan,

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 20 identitas dan keyakinan mereka(March dan Olsen dalam David Marsh dan

Gary stoker, 2010;113). Institusionalisme normatif menyatakan bahwa aturan dan struktur yang terlihat netral sebenarnya mengandung nilai (dan hubungan kekuasaan), dan menentukan perilaku yang ‘tepat’ dalam setting tertentu. Institusi “menyederhanakan” kehidupan politik dengan memastikan bahwa “beberapa hal dianggap sebagaimana adanya dalam memutuskan hal- hal lain”(ibid). Sedangkan untuk Application Teory, penulis menggunakan pendekatan Teori Kebijakan Publik. Berkaitan dengan definisi Kebijakan

Publik, terdapat banyak batasan dan definisi yang bisa didapatkan dari literaratur-literatur ilmu politik maupun administrasi. Namun banyaknya pendapat tersebut tidaklah berarti telah memberikan makna yang simpang siur atau pertentangan persepsi tentang Kebijakan Publik. Perbedaan justru terjadi hanya pada kedalaman analisis di dalam merumuskan batasan- batasan Kebijakan Publik itu sendiri. Kendati pada kenyataannya bahwa definisi atau batasan sedemikian banyaknya, namun untuk keperluan analisis didalam tulisan ini akan dikemukakan beberapa saja dari pendapat- pendapat para ahli tersebut. Menurut Thoha(2003,59-60), Dalam arti yang luas policy mempunyai dua aspek pokok antara lain : (1) Policy merupakan praktika sosial, ia bukan event yang tunggal atau terisolir. Dengan demikian sesuatu yang dihasilkan pemerintah berasal dari segala kejadian dalam masyarakat.(2) Policy adalah suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh baik untuk mendamaikan klaim dari pihak-pihak yang konflik atau untuk menciptakan insentif bagi tindakan bersama bagi pihak-pihak yang ikut menetapkan tujuan akan tetapi mendapatkan perlakuan yang tidak rasional dalam usaha bersama tersebut. Dengan demikian, jika ada pihak-pihak yang konflik maka usaha untuk mengatasinya antara lain dihasilkan suatu policy.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 21 Dari dua aspek pokok tersebut dapat disimpulkan, bahwa policy disatu pihak dapat berbentuk suatu usaha yang komplek dari masyarakat untuk kepentingan masyarakat. Dilain pihak, policy merupakan suatu tehnik untuk mengatasi konflik dan menimbulkan insentif.

Konsep kebijakan publik menurut Anderson (Winarno, 2002:14), kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor

(misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Definisi lain tentang kebijakan publik seperti dikemukakan Thomas R.Dye dalam Thoha (2003:62) adalah “apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan ataupun tidak dilakukan.” Dalam pengertian seperti ini, maka pusat perhatian dari kebijakan publik meliputi apa yang dilakukan dan tidak dilakukan pemerintah. Mengapa demikian? Karena kedua hal tersebut memiliki dampak yang sama besarnya dalam masyarakat. Sehingga dibutuhkan analisis yang tepat dari pemerintah apakah harus mengambil kebijakan, ataukah tidak berbuat apa-apa sama sekali.

Dari berbagai definisi tentang kebijakan publik maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kebijakan publik merupakan suatu rangkaian keputusan dan tindakan didalamnya terdapat serangkaian tahapan yang saling bergantung yang diatur menurut waktu.

2.2 Aktor dalam proses kebijakan

Aktor merupakan pelaku yang terlibat dalam proses kebijakan. Aktor yang paling dominan dalam proses kebijakan disebut policy maker, sementara itu aktor yang mempunyai kualifikasi atau karakteristik lain

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 22 dengan tuntutan ekstern dikenal sebagai kelompok-kelompok kepentingan, partai politik dan elit profesi.

Keterlibatan aktor dalam proses kebijakan publik dijelaskan oleh

William D. Coplin dan Michael K.O’Leary (Keban,1995), dengan mengembangkan suatu metode analisis politik untuk dapat diterapkan dalam proses kebijakan yang disebut PRINCE, yaitu Probe artinya menggambarkan siapa yang merupakan aktor terpenting dalam kaitannya dengan alternatif kebijakan tertentu, Interact artinya mencari keinginan

(preferensi) dan pengaruh masing-masing aktor tersebut dalam pengambilan keputusan, Calculate, artinya melakukan perkiraan atau perhitungan terhadap keinginan dan pengaruh aktor-aktor tersebut, Execute, artinya melaksanakan sesuai dengan hasil perhitungan tersebut.

Untuk melakukan analisis, disusun terlebih dahulu beberapa kriteria penting (Keban,1995) yaitu:

“(1) issue position, yaitu menilai sampai berapa jauh seorang aktor mendukung, menentang atau netral terhadap suatu alternatif, (2) salince, yaitu menilai sampai seberapa jauh suatu alternatif itu penting bagi masing- masing aktor, (3) power, yaitu menilai sampai seberapa jauh seorang aktor mampu memblok atau sebaliknya merealisasikan keputusan tentang alternatif tertentu (4) friendship-neutrality-hostility, yaitu menilai sampai seberapa jauh hubungan antar aktor, apakah saling mendukung, atau malah bertentangan atau bermusuhan sehingga dapat mempengaruhi adopsi atau implementasi suatu kebijakan tertentu”.

Aktor-aktor atau pemeran serta dalam proses kebijakan dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yakni para pemeran serta resmi dan para pemeran serta tidak resmi (Winarno,2002:84). Pemeran serta resmi adalah agen-agen

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 23 pemerintah (birokrasi), presiden (eksekutif), legislatif dan yudikatif, sedangkan yang termasuk dalam kelompok pemeran serta tidak resmi meliputi kelompok-kelompok kepentingan, partai politik dan warga negara individu.

2.3 Desentralisasi

Desentralisasi merupakan suatu alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara yaitu memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan yang lebih demokratis. Hal pokok tentang desentralisasi tersebut adalah berhasil atau gagal pemerintah untuk meningkatkan efisiensi dan kadar responsivitas publik terhadap kepentingan politis dan sosial masyarakatnya. Tekanan demokratisasi dunia sekarang ini menunjuk pada trend baru yaitu isu pemerintahan daerah.

Alasannya bahwa tidak ada satu pemerintah dari suatu negara yang luas akan mampu secara efektif membuat public policies di segala bidang ataupun mampu melaksanakan kebijakan-kebijakan secara efektif dan efisien di seluruh wilayah negara itu. Demikian halnya di dalam manajemen penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pola-pola penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang sentralistik menjadi kurang aktual, sehingga perlu pendekatan desentralistik.

Desentralisasi menurut Rondinelli (Sidik, 2001:2) dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu :

1) Desentralisasi politik (political decentralization), yaitu pemberian hak

kepada warga negara melalui perwakilan yang dipilih suatu kekuasaan

yang kuat untuk mengambil keputusan publik.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 24 2) Desentralisasi Administratif (Administrative Decentralization), yaitu

pelimpahan wewenang yang dimaksudkan untuk mendistribusikan

kewenangan, tanggung jawab dan sumber-sumber keuangan untuk

menyediakan pelayanan publik. Desentralisasi administratif pada

dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu :

a. Dekonsentrasi (deconcentration), yaitu pelimpahan wewenang dari

pemerintah pusat kepada pejabat yang berada dalam garis hirarki

dengan pemerintah pusat di daerah.

b. Pendelegasian (delegation), yaitu pelimpahan wewenang untuk tugas

tertentu kepada organisasi yang berada di luar struktur birokrasi

reguler yang dikontrol secara tidak langsung oleh pemerintah pusat.

Pendelegasian wewenang ini biasanya diatur dengan ketentuan

perundangan. Pihak yang menerima wewenang mempunyai

keleluasaan (dicreation) dalam penyelenggaraan pendelegasian

tersebut, walaupun wewenang terakhir tetap pada pihak pemberi

wewenang (sovereign-authority)

c. Devolusi (devolution), yaitu pelimpahan wewenang kepada tingkat

pemerintahan yang lebih rendah dalam bidang keuangan atau tugas

pemerintahan dan pihak pemerintah daerah mendapat discreation

yang tidak dikontrol oleh pemerintah pusat.

3) Desentralisasi fiskal (fiscale decentralization), merupakan komponen

utama dari desentralisasi. Apabila pemerintah daerah melaksanakan

fungsinya secara efektif, maka mereka harus didukung sumber-sumber

keuangan yang memadai baik yang berasal dari pendapatan asli daerah,

bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman maupun subsidi atau

bantuan dari pemerintah pusat.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 25 4) Desentralisasi ekonomi (economic or market decentralization), intinya

berkaitan dengan kebijakan pelimpahan fungsi-fungsi pelayanan kepada

masyarakat dari pemerintah kepada sektor swasta sejalan dengan

kebijakan liberalisasi dan ekonomi pasar.

5) Desentralisasi dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 merupakan

salah satu asas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diartikan

sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.United Nations

memberikan pengertian tentang desentralisasi sebagai :

“the transfer of authority away from the national capital wether by deconcentration to field offices or by devolution to local authorities or local bodies. Batasan ini menggariskan tentang bagaimana proses kewenangan itu diserahkan dari pusat kepada lembaga pemerintah di daerah, baik melalui dekonsentrasi, maupun devolusi” (Koswara, 1998:152).

Pemberian otonomi kepada daerah merupakan konsekuensi kebijakan desentralisasi teritorial. Wujudnya berupa hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Manifestasinya berupa penyerahan sebagian urusan pemerintahan dan sumber-sumber pembiayaan kepada pemerintah daerah yang pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah sepenuhnya. Ini berarti bahwa prakarsa dan penentuan prioritas serta pengambilan keputusan sepenuhnya menjadi hak, wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah.

Menurut Bryant (1987:213-214), desentralisasi dalam kenyataan mengambil dua bentuk, yaitu yang bersifat administratif dan yang bersifat politik. Desentralisasi administratif biasanya disebut dekonsentrasi yang berarti delegasi wewenang pelaksanaan kepada tingkat-tingkat lokal. Para

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 26 pejabat tingkat lokal bekerja dalam batas rencana dan sumber-sumber anggaran, namun mereka memiliki elemen kebijakan dan kekuasaan serta tanggung jawab dalam hal sifat hakikat jasa dan pelayanan pada tingkat lokal. Desentralisasi politik (devolusi) berarti bahwa wewenang pembuatan keputusan dan kontrol tertentu terhadap sumber-sumber daya diberikan pada pejabat-pejabat regional dan lokal. Pikiran ini sejalan dengan Rondinelli

(Koswara,1998:153) yang menyatakan: “decentralization is the transfer of planning, decision making, or administrative authority from central government to its fields organization, local administrative units, semi-autonomous and parastatal organizations, local government, or nongovernment organization”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna utama desentralisasi terletak pada kewenangan pemerintah daerah untuk menentukan kebijakannya sendiri sesuai dengan kondisi dan aspirasi masyarakat setempat.

2.4. Kebijakan pembentukan daerah (Kelayakan pemekaran daerah)

Sistem pemerintahan dan pembangunan yang sentralistik telah menyebabkan melemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas secara otonom. Strategi pelaksanaan pembangunan yang tidak terdesentralisasi telah menyebabkan kegiatan pelayanan masyarakat menjadi tidak responsif dan ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi antar daerah.

Pada bagian lain, pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan selama ini yang lebih menekankan pada pendekatan sektoral dan cenderung terpusat menyebabkan pemerintah daerah kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kapasitas

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 27 dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat secara optimal. Kapasitas pemerintah daerah yang tidak optimal disebabkan oleh kuatnya kendali pemerintah pusat dalam proses pengambilan keputusan melalui berbagai pedoman dan petunjuk pelaksanaan yang sangat rinci dan kaku. Hal tersebut diperparah oleh adanya keengganan beberapa instansi pemerintah pusat untuk mendelegasikan kewenangan, penyerahan tugas dan fungsi pelayanan, pengaturan perizinan dan pengelolaan sumber daya keuangan kepada pemerintah daerah. Kuatnya kendali pemerintah pusat yang semakin tinggi terhadap pemerintah daerah pada waktu yang lalu telah menyebabkan hilangnya pula motivasi, inovasi dan kreativitas aparat daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya.Pemerintah kemudian menyadari bahwa kebijakan pembangunan yang terlalu sentralistik mengandung banyak kelemahan.

Kebijakan pembentukan daerah Kabupaten Kolaka timur merupakan salah satu perwujudan dari pengembangan otonomi daerah. Oleh karena itu maka dalam rangka perencanaan pembangunan daerah di Indonesia, terdapat beberapa hal yang ingin dicapai (Rasyid, 1998): “pertama, menyebar ratakan pembangunan sehingga dapat dihindarkan adanya pemusatan kegiatan pembangunan yang berlebihan di daerah tertentu, kedua, menjamin keserasian dan koordinasi antara berbagai kegiatan pembangunan yang ada di tiap-tiap daerah, ketiga, memberikan pengarahan kegiatan pembangunan, bukan saja pada aparatur pemerintah, tetapi juga kepada masyarakat’’.

Secara administratif, lingkungan kerja pemerintahan berkaitan dengan batas-batas wilayah hukum suatu daerah atau juga disebut sebagai rumah tangga daerah. Dalam rangka pembentukan daerah baru, pemberian status

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 28 pada wilayah tertentu mengandung makna sebagai adanya daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang bisa merupakan pemekaran dari daerah induk. Secara teoritis, untuk menjalankan fungsinya secara optimal, sedikitnya ada tujuh elemen utama yang membentuk suatu pemerintah daerah otonom (Suwandi, 2002), yaitu: (1) Adanya urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Urusan tersebut merupakan isi otonomi yang menjadi dasar bagi kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. (2) Adanya kelembagaan yang merupakan pewadahan dari otonomi yang diserahkan kepada daerah. (3) Adanya personil yaitu pegawai yang mempunyai tugas untuk menjalankan urusan otonomi yang menjadi isi rumah tangga daerah yang bersangkutan. (4) Adanya sumber-sumber keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah. (5)

Adanya unsur perwakilan yang merupakan perwujudan dari wakil-wakil rakyat yang telah mendapatkan legitimasi untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah. (6) Adanya manajemen pelayanan publik agar dapat berjalan secara efisien, efektif, ekonomi dan akuntabel. (7)Adanya pengawasan, supervisi, monitoring dan evaluasi yang efektif / efisien.

Gagasan pemekaran wilayah dan pembentukan daerah otonom memiliki dasar hukum yang cukup kuat. Secara yuridis landasan yang memuat persoalan pembentukan daerah terdapat dalam pasal 18 UUD 1945 yang intinya, bahwa membagi daerah Indonesia atas daerah besar (provinsi) dan daerah provinsi akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil. Selanjutnya dalam UU no. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberi peluang pembentukan daerah otonom baru tercantum pada pasal 5 ayat 1 yang berbunyi Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Adapun

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 29 syarat administratif,teknis dan fisik kewilayahan dijelaskan pada pasal berikutnya (ayat 2,3,4, dan 5). Kemudian pasal 6 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa : (1) Daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain apabila daerah yang bersangkutan tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah.

(2) Penghapusan dan penggabungan daerah otonom dilakukan setelah melalui proses evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Adapun syarat-syarat pembentukan daerah (kabupaten/kota) menurut PP no.78 tahun 2007 tercantum pada pasal 4 ayat (2) Pembentukan daerah kabupaten/kota berupa pemekaran kabupaten/kota dan penggabungan beberapa kecamatan yang bersandingan pada wilayah kabupaten/kota yang berbeda harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan kemudian dijelaskan secara rinci pada pasal 5, 6 dan 7 PP no. 78 tahun 2007 yang berbunyi :

 Pasal 5 ayat (2) Syarat administratif pembentukan daerah kabupaten/kota

meliputi: Keputusan DPRD kabupaten/kota, Keputusan bupati/walikota

induk, Keputusan DPRD provinsi, Keputusan gubernur, dan Rekomendasi

Menteri.

 Pasal 6 ayat (1) Syarat teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

meliputi faktor kemampuan ekonomi,potensi daerah, sosial budaya, sosial

politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan

keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

 Pasal 7 Syarat fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana

pemerintahan.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 30 Sementara itu, prosedur pembentukan daerah menurut pasal 16, 17 dan 18, 19 dan 20 Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2007 dapat dijelaskan sebagai berikut :

(1)ada kemauan politik dari masyarakat dan pemerintah daerah yang bersangkutan. (2)adanya studi awal oleh pemda untuk kemudian menjadi dasar bupati/walikota untuk mengusulkan kepada gubernur yang disertai dengan dokumen aspirasi masyarakat, hasil kajian daerah, peta wilayah calon kabupaten kota, dan keputusan DPRD kabupaten kota serta keputusan bupati/walikota. (3)Gubernur dan DPRD provinsi memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan tersebut. (4)Dalam hal gubernur menyetujui usulan tersebut, kemudian Gubernur mengusulkan kepada Presiden melalui

Mentri. (5)Mentri melakukan penelitian terhadap usulan yang dimaksud dengan membentuk tim, untuk kemudian menyampaikan rekomendasi usulan pembentukan daerah kepada DPOD(Dewan pertimbangan Otonomi daerah). (6)DPOD menugaskan Tim Teknis DPOD untuk melakukan klarifikasi dan penelitian. Kemudian DPOD bersidang untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden mengenai usulan pembentukan daerah. (7)Apabila Presiden menyetujui, maka Rancangan Undang-undang dapat disampaikan kepada DPR RI untuk mendapat persetujuan.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 31 2.5 Kerangka Pemikiran

Gambar 1(Proses Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur)

Pengkajian Pengesahan Pengesahan Kelayakan oleh DPRD oleh DPRD Presentase oleh Pembentukan dan Bupati dan Gubernur Lobby dan daerah persiapan Tim Teknis dialog politik dan induk Pengajuan Pengajuan Penjaringan usulan ke Usulan ke aspirasi provinsi Pemerintah

Daerah Persiapan Daerah Induk Provinsi Syarat Administratif

Rekomendasi

RUU Daerah DPOD Syarat Teknis Otonomi Baru

Tidak Disetujui Syarat Fisik Kewilayahan

STOP

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 32 BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi, menganalisis dan menggambarkan tujuan dari pemekaran daerah, ditinjau dari proses pemenuhan persyaratan administratif, teknis dan fisik kewilayahan sesuai dengan kepentingan stakeholder (masyarakat dan elit politik lokal). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode Deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1991). Metode deskriptif dapat pula diartikan sebagai pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat (Nazir, 2003).

Adapun model pendekatan yang digunakan peneliti adalah model pendekatan kualitatif. Model pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati atau fenomena yang terjadi

(Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2006). Melalui metode deskriptif kualitatif ini, penulis berusaha memahami bagaimana kebijakan pembentukan daerah diambil dengan memenuhi persyaratan-persyaratan seperti yang telah diamanahkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 dan

Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2007. Sehingga dapat memberikan kesimpulan kualitatif atas keseluruhan data dan informasi dengan cara membandingkan data dan informasi yang didapat dengan teori yang ada.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 33

B. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang telah disebutkan, maka lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kolaka Timur (Kabupaten Baru) dan

Juga Kabupaten Kolaka selaku Kabupaten induk. Kolaka Timur dipilih karena :

1) Penulis telah mengetahui karakteristik wilayah dan masyarakatnya yang

multi etnis dikarenakan wilayah Kolaka timur dulunya merupakan daerah

transmigrasi etnis bali, sunda, dan jawa selain suku pribumi (Tolaki)

Bugis dan mandar. Bagaimana stategi elit Lokal untuk meredam konflik

dan mengatasi perbedaan etnis tersebut.

2) Kabupaten Kolaka timur juga dalam proses pembentukannya banyak

dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan politik baik itu ditingkat lokal

maupun pusat.

3) Kolaka Timur dianggap sebagai salah satu daerah otonomi yang terbaru

sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan

terkiniperihal yang diteliti.

C. Sumber Data

Penetapan narasumber/informan dalam penelitian ini menggunakan purposive yaitu peneliti menetapkan narasumber/informan berdasarkan anggapan bahwa narasumber/informan dapat memberikan informasi yang diinginkan penelitian sesuai dengan permasalahan penelitian. Dengan kata lain narasumber/informan yang dipilih adalah narasumber/informan kunci

(key informan) yang baik pengetahuan ataupun keterlibatan mereka dengan permasalahan yang akan diteliti tidak diragukan lagi (Sugiyono, 2010).

Adapun informan kunci dalam penelitian ini yaitu Mustakim Darwis yang

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 34 mana beliau adalah Sekretaris Forum Percepatan Pembentukan Kabupaten

Kolaka Timur, Sekaligus merupakan Kepala Bagian Pemerintahan pada

Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur saat ini. Informan kunci memiliki data yang lengkap mengenai data-data yang dibutuhkan penulis. Sehingga peran informan lainnya adalah sebagai data pembanding untuk memperkuat data awal yang telah penulis peroleh yang berasal dari informan kunci. Mustakim darwis cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan yang penulis ajukan, walaupun ada beberapa jawaban dari pertanyaan yang diajukan diminta untuk tidak dipublikasikan dikarenakan menghormati berbagai tokoh-tokoh elit yang banyak berperan penting dalam lahirnya Kabupaten Kolaka Timur.

Salah satu kendala yang ditemui adalah, key informan yang berdomisili diluar kota dan juga memiliki kegiatan yang cukup padat, sehingga harus mencocokkan perihal waktu dan tempat pertemuan yang harus disepakati sebelumnya.

Adapun informan lainnya adalah : H. Sainal Amrin, SE, MH (Mantan

Ketua DPRD Kabupaten Kolaka), Akbar, S.Sos (Kepala Bagian Pemerintahan

Kabupaten Kolaka), Syahrin Ramadhan, S,STP (Kasubag Otonomi Daerah

Kabupaten Kolaka), Samin Samad, S.Sos (Camat Lalolae sekaligus tokoh masyarakat kabupaten Kolaka Timur), Drs.Ahmad rivai (Tokoh pemuda

Kabupaten Kolaka Timur), dalam memperoleh data dari informan pendukung, penulis tidak menemui kendala berarti dikarenakan penulis memiliki hubungan yang dekat dengan para informan yang mana beberapa merupakan rekan kerja penulis di Kabupaten Kolaka.

Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 35 sekunder berupa dokumen-dokumen dan data primer berupa informasi- informasi.

1. Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari instansi terkait,

literatur dan bahan referensi lainnya.

2. Data primer diperoleh melalui informasi-informasi yang diperoleh dari

para narasumber/informan dengan melakukan wawancara mendalam.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Patton (Danim, 2000:186) ada beberapa cara penelitian kualitatif untuk mencari data primer yaitu melalui kelompok diskusi terfokus, wawancara dan studi dokumentasi. Sehubungan dengan penelitian ini maka pengumpulan data yang dilakukan melalui:

1. metode wawancara mendalam (indepth interview) yang bersifat terbuka

(open interview), (Bungin, 2011:100-101) atau yang disebut pula oleh

Singarimbun dan Effendi (1995:8) sebagai wawancara bebas. Teknik

wawancara itu sendiri merupakan tanya jawab lisan antara peneliti dan

informan kunci maupun informan pendukung secara langsung. Peneliti

mengeksplorasi data dari informan untuk memperoleh informasi atau

data yang diperlukan berkaitan dengan masalah yang diteliti.Dalam

melakukan wawancara, peneliti mendatangi langsung tempat informan

yang dituju dengan membuat janji terlebih dahulu dikarenakan informan

yang semuanya merupakan orang-orang yang memiliki kegiatan yang

banyak sehingga penulis harus menyesuaikan perihal waktu dan tempat

yang disepakati.

2. Studi dokumentasi dilakukan sehingga penulis memperoleh data tertulis

dari berbagai sumber terutama dokumen pemerintah yang berhubungan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 36 dengan masalah yang diteliti antara lain, seperti undang-undang,

peraturan pemerintah, laporan akhir kajian pembentukan Kabupaten

Kolaka Timur, Laporan akhir analisis hasil kajian pemilihan lokasi calon

ibukota Kabupaten Kolaka Timur, majalah, surat kabar dan laporan

penelitian. Berkaitan dengan dokumentasi. Riswandha Imawan (2000:1)

mengatakan bahwa dalam banyak kasus, penelitian harus lebih

mengandalkan dokumentasi daripada survai. Orientasi teoritis serta

perspektif yang diambil oleh seorang peneliti yang membentuk satu

permasalahan, sering mengharuskannya melakukan eksplorasi terhadap

catatan-catatan masa lalu sebagai upaya untuk menghubungkannya

dengan subjek yang diteliti maupun objek penelitian itu sendiri. Data

dokumentasi mengatasi kendala ruang dan waktu suatu penelitian,

umumnya berbentuk verbal, yakni data dalam bentuk tulisan, catatan

ataupun uraian tentang suatu hal.

E. Teknik Analisis Data

Proses analisis data merupakan tindak lanjut setelah melakukan pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan mengikuti model interaktif (Huberman dan Miles, 1992 dalam Salim, 2001), yaitu bergerak diantara perolehan data, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Artinya data-data yang diperoleh baik dari informan kunci maupun pendukung dalam bentuk deskripsi dan uraiannya adalah data yang dikumpulkan, kemudian disusun pengertian dengan pemahaman arti yang disebut reduksi data, kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis yang terdapat pada pembahasan, dari

Pembahasan kemudian ditarik kesimpulan dengan verifikasinya berdasarkan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 37 semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data untuk menjawab fokus penelitian.

Pengecekan Validitas temuan/kesimpulan

Salah satu tahapan penting dalam penelitian kualitatif sebelum

masuk pada pembahasan dan penyimpulan hasil penelitian, tahap

pengujian validitas hasil penelitian harus dilakukan. Teknik dalam

pengujian validitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif: (a)Triangulasi sumber, triangulasi ini dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber/informan.

Yang mana setelah penulis mendapatkan data pokok dari key informan,

penulis kemudian membandingkan data tersebut dengan data yang berasal

dari informan pendudukung untuk kemudian dianalisis oleh peneliti

sehingga menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya dikonfirmasikan

kembali pada sumber-sumber tersebut. (b)Melakukan member check,

member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan member check ini adalah untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data

berarti data tersebut dapat dinyatakan valid sehingga dapat semakin

kredibel. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkonfirmasikan hasil

kesimpulan data yang telah diterima dari nara sumber terkait.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 38 F. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2 Jadwal Penelitian

Tahun 2013 No Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop 1 Penyusunan UP Bimbingan & seminar 2 UP 3 Penelitian

4 Pengolahan data

5 Penyusunan tesis

6 Bimbingan tesis Sidang tesis dan 7 perbaikan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 39 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran umum Kabupaten Kolaka (Sebelum Pemekaran)

4.1.1 Kondisi Wilayah

(Geografi)

Daerah Kabupaten Kolaka di jazirah tenggara pulau Sulawesi dan secara geografis terletak pada bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara memanjang dari utara ke selatan berada diantara 2º00’-5º00’ Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 120º45’- 124º06’ Bujur Timur.

Batas daerah Kabupaten Kolaka adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka utara yang

merupakan pecahan dari kabupaten Kolaka.

 Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone.

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bombana.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan Konawe

Selatan.

Hidrologi

Kabupaten Kolaka memiliki beberapa sungai yang tersebar pada 14

Kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga dan pariwisata serta kebutuhan irigasi yaitu irigasi pertanian teknis, setengah teknis maupun irigasi sederhana.

Oceanografi

Kabupaten Kolaka dipandang dari sudut oceanografi memiliki perairan

(laut) yang sangat luas yaitu diperkirakan mencapai ± 15.000km2.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 40 Dengan luas perairan tersebut maka Kabupaten Kolaka memiliki sumber kekayaan laut yang melimpah, sehingga Kabupaten Kolaka dapat memaksimalkan pendapatan terutama yang berasal dari hasil laut, jika

Kabupaten Kolaka mampu memaksimalkan potensi terutama dari hasil kelautan maka akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan masyarakat Kabupaten

Kolaka selain dari hasil penangkapan ikan diperairan laut juga diperoleh dari hasil tambak dan kolam serta penangkapan diperairan umum

Topografi

Keadaan permukaan wilayah Kabupaten Kolaka pada umumnya tediri dari gunung dan bukit yang memanjang dari utara ke selatan. Diantara gunung dan bukit terbentang dataran - dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian dengan tingkat kemiringan sebagai berikut:

 Antara 0 - 2 % seluas 102.493 Ha (9,94% dari luas daratan.

 Antara 2 - 15 % seluas 88.051 Ha (8,84% dari luas daratan).

 Antara 15 - 40 % seluas 206.068 Ha (19,99% dari luas wilayah daratan).

 Antara 40% keatas seluas 634.388 Ha (61,23% dari luas daratan).

Geologis

Dari luas wilayah tersebut menurut jenis tanah terdiri dari 7 (tujuh) jenis tanah. Dan dari urutan yang terluas adalah tanah podzolik merah kuning seluas 167.235 Ha (24,17%), tanah lithosol 131.145 Ha (18,96%), tanah tanah mediteran merah 127,519 Ha (18,43%), dan yang paling terkecil luasnya adalah tanah regosol seluas 40.193 Ha (5,81%).

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 41 Keadaan Iklim

Keadaan musim di daerah ini umumnya sama seperti di daerah lainnya di Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi antara bulan Nopember dan Maret di mana pada bulan tersebut angin Barat yang bertiup dari Asia dan samudera pasifik mengandung banyak uap air.

Musim kemarau terjadi antara bulan Mei dan Oktober di mana antara bulan tersebut angin timur yang bertiup dari Australia sifatnya kering dan kurang mengandung uap air. Khusus pada bulan April arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Curah hujan di wilayah ini umumnya tidak merata, hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah kering.

Wilayah daerah basah dengan curah hujan lebih dari 2.000 mm per tahun berada pada wilayah sebelah utara jalur Kolaka meliputi Kecamatan

Kolaka, Kecamatan Latambaga, Kecamatan Wolo, Kecamatan Samaturu,

Kecamatan Mowewe, Kecamatan Uluiwoi, dan Kecamatan Tinondo dengan bulan basah sekitar 5 sampai 9 bulan dalam setahun. Wilayah daerah kering dengan curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun meliputi wilayah sebelah selatan dan Timur meliputi Kecamatan Watubangga, Kecamatan

Toari, Kecamatan Polinggona, Kecamatan Tanggetada, Kecamatan Pomalaa,

Kecamatan Baula, Kecamatan Wundulako, Kecamatan Ladongi, Kecamatan

Lambandia, Kecamatan Poli-Polia, Kecamatan Lalolae, Kecamatan Loea dan

Kecamatan Tirawuta yang memiliki bulan basah antara 3 sampai 4 bulan dalam setahun.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 42 Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat dari permukaan laut. Makin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah suhu udaranya dan sebaliknya. Oleh karena itu wilayah daratan Kabupaten Kolaka mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis.

Suhu udara minimum sekitar 10ºC dan maksimum 31ºC atau rata- rataantara 24ºC – 28ºC. Gambar 3 Peta Kabupaten Kolaka sebelum pemekaran

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 43 4.1.2 Pemerintahan

Kabupaten Kolaka mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang memiliki wilayah daratan seluas ± 6.918,38 km² dan wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas ± 15.000 km². Dari luas wilayah tersebut Kabupaten

Kolaka dibagi dalam 20 kecamatan yaitu; Kecamatan Watubangga,

Kecamatan Pomalaa, Kecamatan Wundulako, Kecamatan ladongi, Kecamatan

Tirawuta, Kecamatan Kolaka, Kecamatan Wolo, Kecamatan Mowewe, dan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2001 tanggal 20 Juli 2001 terbentuk Kecamatan Tanggetada (pecahan Kecamatan Watubangga),

Kecamatan Baula (pecahan Kecamatan Wundulako), Kecamatan Lambandia

(pecahan Kecamatan Ladongi), Kecamatan Latambaga (pecahan Kecamatan

Kolaka), Kecamatan Samaturu (pecahan Kecamatan Wolo) dan Kecamatan

Uluiwoi (pecahan Kecamatan Mowewe) kemudian pada tahun 2007 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2007 tanggal 7 April 2007 terjadi pemekaran kecamatan sebanyak 3 kecamatan yaitu Kecamatan

Tinondo (pecahan dari Kecamatan Mowewe), Kecamatan Poli-Polia (pecahan

Kecamatan Ladongi), dan Kecamatan Lalolae (pecahan Kecamatan Tirawuta).

Dan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007 tanggal 18

Agustus 2007 terjadi pemekaran kecamatan sebanyak 3 kecamatan yaitu

Kecamatan Toari dan Kecamatan Polinggona (pecahan dari Kecamatan

Watubangga), dan Kecamatan Loea (pecahan Kecamatan Tirawuta).

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 44 Tabel 1 (Kecamatan di wilayah Kabupaten Kolaka) NO Kecamatan Ibukota Desa Kelurahan UPT Jumlah 1 Watubangga Watubangga 9 3 0 12 2 Tanggetada Anaiwoi 12 1 0 13 3 Pomalaa Tonggoni 8 4 1 13 4 Wundulako Kowioha 6 5 0 11 5 Baula Puundoho 8 1 0 9 6 Ladongi Atula 9 4 0 13 7 Lambandia Penanggo jaya 19 1 0 20 8 Tirawuta Rate-rate 12 1 0 13 9 Kolaka Lamokato 0 7 0 7 10 Latambaga Mangolo 0 7 0 7 11 Wolo Wolo 17 2 0 19 12 Samaturu Tosiba 13 2 0 5 13 Mowewe Inebenggi 5 3 0 8 14 Uluiwoi Sanggona 12 1 0 13 15 Tinondo Tinondo 8 0 0 8 16 Lalolae Lalolae 4 1 0 5 17 Poli-Polia Poli-Polia 8 0 0 8 18 Toari Ranomentaa 6 0 0 6 19 Polinggona Polinggona 6 0 0 6 20 Loea Loea 6 2 0 8 Kolaka 2009 168 45 1 214 Sumber :BPMPD Kabupaten Kolaka

4.1.3 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Pada tahun 1990 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka telah berjumlah

239.731 jiwa. Sepuluh tahun kemudian yaitu pada tahun 2000 meningkat menjadi 323.329 jiwa. Setelah terpisah Kabupaten Kolaka dengan Kabupaten

Kolaka Utara tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka 266.317 jiwa dan berdasarkan hasil proyeksi penduduk Supas 2005 penduduk Kabupaten

Kolaka Tahun 2009 bertambah menjadi 287.246 jiwa. Laju pertumbuhan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 45 penduduk menurut kecamatan pada kurunwaktu 2008 - 2009 tercatat sebesar 2,06 %.

4.1.4 Sosial

Dalam pelaksanaan pembangunan sosial. pemerintah telah mengupayakan agar terciptanya kesejahteraan masyarakat di bidang sosial yang lebih baik. Usaha tersebut antara lain meliputi kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, agama, keamanan dan ketertiban masyarakat serta sosial lainnya.

 Pendidikan

Pembangunan fasilitas pendidikan di Kabupaten Kolaka, senantiasa dilakukan guna mencetak sumber daya manusia yang handal. Untuk data tahun 2010, fasilitas pendidikan di Kolaka untuk sekolah dasar sebanyak

315 unit, SMP 81 Unit, SMU 36 Unit.

 Kesehatan

Pelayanan kesehatan bukan hanya ditinjau dari berapa banyak pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit dan dokter tapi bagaimana mutu pelayanan itu sendiri berjalan. Jika masyarakat sudah memiliki kesadaran yang tinggi untuk berobat ke dokter tapi pelayanan yang diberikan mengecewakan, pasien tentu akan mencari alternatif lain yang dia yakini akan bisa menyembuhkan penyakitnya. Sering terdengar keluhan masyarakat akan mahalnya biaya perawatan di rumah sakit sehingga pasien enggan untuk berobat ke rumah sakit. Selain itu perlu pula dilaksanakan pelayanan yang adil dan merata tanpa memandang asal si pasien apakah berasal dari keluarga mampu atau tidak mampu. Adapun jumlah tenaga kesehatan yang berada di Kabupaten Kolaka menunjukkan adanya peningkatan dimana tenaga kesehatan pada tahun 2008 sebanyak 943 orang

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 46 menjadi 1.033 orang pada tahun 2009. Walaupun begitu tenaga kesehatan yang tersedia masih belum mencukupi untuk menangani pasien yang ada.

 Agama

Pembangunan di bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa diarahkan untuk menciptakan keselarasan dan kerukunan hubungan antar umat beragama, keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan penciptanya serta dengan alam sekitarnya.

Kehidupan umat beragama di Kabupaten Kolaka berlangsung sangat harmonis, para umat beragama hidup berdampingan, saling toleran dan menghormati serta bersama bersatu membangun Kolaka.

 Pertanian

Potensi dan peluang pengembangan tanaman pangan dan hortikultura didaerah ini masih sangat memungkinkan dengan memperluas areal dan pengembangan tanaman setelah dimekarkan menjadi 2 Kabupaten. Komoditi unggulan pada sektor ini yang telah memperoleh pengakuan masyarakat dan telah terbukti memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat adalah : padi sawah, padi lading, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedele, kacang tanah, kacang hijau, durian, rambutan, dan jeruk.

 Tanaman Perkebunan

Sektor perkebunan di Kabupaten Kolaka telah menunjukan perkembangan yang cukup pesat baik dari luas areal maupun produksi.

Bentuk pengusahaan perkebunan pada umumnya kurang lebih 95% adalah berupa perkebunan rakyat dan hanya sebagian kecil dikisaran 5% dalam bentuk perkebunan besar. Adapun Komoditi perkebunan di Kabupaten

Kolaka antara lain : kelapa, kopi, kapuk, lada, pala, cengkeh, jamu, mete, kemiri, kakao, enau, pinang, panili dan sagu.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 47  Peternakan

Jenis Populasi ternak yang dikembangkan dikabupaten Kolaka terdiri dari ternak besar yaitu Sapi, Kerbau, dan Kuda. Sedangkan ternak kecil adalah kambing dan babi. Serta ternak unggas seperti ayam kampung, ayam ras dan itik.

 Perikanan

Wilayah Kabupaten Kolaka yang berbatasan dengan laut dengan pulau-pulau kecilnya menyebabkan banyak penduduk bermata pencaharian menjadi nelayan. Adapun komoditas unggulan sektor perikanan di

Kabupaten Kolaka adalah : rumput laut, udang windu, bandeng, kerapu, mutiara, teripang. potensi budidaya laut seluas 7000 Ha, tingkat pemanfaatannya baru mencapai 1.743 Ha (24,9%)

 Kehutanan

Kabupaten Kolaka memiliki potensi sumber daya hutan yang besar.

Total luas kawasan hutan yang dimiliki oleh daerah ini adalah 420.460 Ha yang terdiri dari berbagai jenis kayu dan rotan. Kawasan hutan Kabupaten

Kolaka terbagi dalam berbagai status kawasan :

- Hutan Produksi biasa (HPB) luas 124.158 Ha

- Hutan produksi terbatas (HPT) luas 50.189 Ha

- Hutan Lindung (HL) luas 126.471 Ha

- Hutan suaka alam dengan luas 74.603 Ha.

- Hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 45.039 Ha.

 Pertambangan

Kabupaten Kolaka memiliki potensi pertambangan yang cukup signifikan baik tambang golongan B maupun C. Tambang golongan B yaitu nikel yang tersebar diberbagai kecamatan antara lain, Kecamatan Pomalaa

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 48 yang depositnya sebesar 1.577.602 ton biji nikel, Kecamatan Ladongi dengan luas 1.600 km². dan kecamatan Lambandia dengan luas 2.000 km2 (wilayah kabupaten Kolaka Timur).

Gambar 4 Kabupaten Kolaka Pasca Pemekaran

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 49 4. 2 Kabupaten Kolaka Timur

4.2.1 Sejarah singkat Kolaka Timur

Berdasarkan fakta sejarah Kolaka timur dari berbagai versi dan sumber, Kolaka timur mulai didiami orang secara berkelompok yakni pada sekitar abad XV. Dimana pada abad berikutnya abad XVI wilayah Kolaka

Timur yang dikenal Tirawuta berada dibawah kekuasaan raja Mekongga dan raja Konawe. Selanjutnya pada zaman penjajahan Belanda sekitar tahun

1911 – 1933 dimana pemerintahan Hindia Belanda membagi wilayah menjadi beberapa distrik dalam onder afdeling Kolaka yang membagi wilayah onder distrik mambulo dan rate-rate meliputi kampung rate-rate dan sekitarnya, kampung Aere/Poli-polia, Kampung Wonuambuteo dan kampung Tokai dan andowengga. Kampung inilah yang menjadi cikal bakal wilayah Kolaka

Timur. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda ini, pada tahun 1919 melalui missi zending (organisasi Kristen) di ibukota Onder distrik didirikan satu sekolah rakyat di Mowewe dengan nama Zending school.

Dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan, masyarakat

Kolaka Timur tidak ketinggalan turut serta dalam pertempuran yang tergabung dalam laskar pembela kemerdekaan yang ada di Kolaka. Dimana salah satu pertempuran dalam melawan tentara Nica terjadi diwilayah kampung Rate-Rate dan sekitarnya. Perkembangan selanjutnya pada periode

1947-1953, sistem pemerintahan mulai ditata dengan melakukan pembagian wilayah pemerintahan yang disebut onder distrik. Dimana pada awalnya wilayah Kolaka timur, Onder distrik yang pertama adalah Onder distrik Rate- rate yang terdiri dari beberapa kampung, yakni : Kampung Rate-rate, Woiha,

Loea, Ladongi, Ra-ra, Poli-polia, Lokai, Andowengga dan kampung

Wonuambuteo.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 50 Namun dengan reorganisasi pemerintahan dalam daerah kewedenan

Kolaka dibawah pemerintahan Nica, maka rate-rate dimasukkan dalam daerah distrik Solewatu yang berpusat di Mowewe. Pada tahun 1947, diwilayah Kolaka Timur telah didirikan 2 Sekolah Rakyat (SR) yaitu SR

Ladongi dan SR Loea. Kehadiran sekolah tersebut sangat penting terhadap perkembangan pendidikan diwilayah Kolaka Timur, karena pada tahun 1947 sebagian penduduk sudah mulai mengenal sekolah, dibandingkan daerah lain yang belum memiliki sekolah.

Selanjutnya, setelah berlaku undang-Undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan, menyusul peraturan daerah pemerintah kabupaten tingkat II Kolaka, maka wilayah Kolaka dibagi dalam 6 kecamatan yaitu :

1. Kolaka Timur, terdiri dari Kecamatan Tirawuta dan Mowewe

2. Kolaka Barat, terdiri dari Kecamatan Wundulako dan Kolaka

3. Kolaka Utara terdiri dari Kecamatan Pakue dan Lasusua (cikal bakal

daerah Kabupaten Kolaka Utara)

Oleh karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat yang tersebar di wilayah Kolaka Timur, maka pada tahun 1982 kecamatan Tirawuta dimekarkan menjadi 2 perwakilan kecamatan yakni perwakilan Kecamatan ladongi yang didefinitifkan menjadi kecamatan ladongi pada tahun 1985.

Dan pada tahun 2003, Kecamatan ladongi dimekarkan satu kecamatan lagi yaitu Kecamatan lambandia. Sementara pada tahun 2004, Kecamatan

Mowewe dimekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Ulu iwoi.

Penduduk Kolaka timur terdiri dari beberapa suku bangsa yakni

Bugis-Makassar, Tolaki, Toraja, Sunda, Jawa, dan Bali yang telah berbaur satu sama lain dalam suasana kekeluargaan. Dari segi Ekonomi, mata

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 51 pencarian penduduk kabupaten Kolaka Timur pada umumnya adalah sebagai petani sesuai dengan potensi wilayah Kolaka Timur. Adapula yang berprofesi sebagai pedagang, bergerak pada sektor jasa dan juga Pegawai negeri sipil.

Pada tahun 2003 yang kemudian diperbaharui tahun 2006, dibentuk

Forum percepatan Kabupaten Kolaka Timur. Saat itu, mulailah digagas pembentukan Kabupaten Kolaka timur berdasarkan kriteria pemekaran daerah/pembentukan daerah otonomi baru yang syarat-syaratnya wajib dipenuhi berdasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan juga peraturan pemerintah nomor 78 tahun 2007.

4.2.2 Kondisi Alam

Letak Geografis

Kolaka timur memiliki luas wilayah 3.643,74 km² dengan jumlah penduduk di kisaran 108.442 jiwa di tahun 2011.Secara Geografis,

Kabupaten Kolaka Timur terletak dibagian timur Kabupaten Kolaka, daerah ini terletak pada 03’15º - 04’30º lintang selatan dan membujur dari barat ke

Tenggara 121’15º - 122º bujur timur yang memanjang dari utara keselatan dengan sedikit mengalami lengkungan pada bagian tengahnya. Kabupaten

Kolaka timur mempunyai batas-batas wilayah :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan lasusua kabupaten Kolaka

Utara;

 Sebelah timur berbatasan dengan desa Onembute, Kecamatan Onembute,

dan kecaman Lambuya Kabupaten Konawe. Kecamatan Tinanggea

kabupaten Konawe Selatan;

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Raka dua Kabupaten

Bombana; dan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 52  Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Tanggetada, kecamatan

Pomalaa, kecamatan Baula Kabupaten Kolaka.

Gambar 5 Peta Kabupaten Kolaka Timur

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 53 Lingkungan Alam

Dari segi aksesibilitas daerah ini terhadap daerah lainnya cukup baik.

Calon Kabupaten Kolaka Timur terletak didaerah Pertigaan yang menghubungkan 3 Kabupaten yakni Konawe, Konawe Selatan dan

Kabupaten Kolaka. Lingkungan alam daerah ini terdiri dari dataran rendah, lembah, daerah berbukit dan daerah pegunungan. Daerah dataran rendah dimanfaatkan sebagai lokasi pemukiman penduduk disamping sebagai areal pertanian dan perkebunan rakyat, begitu pula dengan daerah lembah.

Sementara itu, daerah berbukit sebagian dijadikan sebagai daerah perkebunan dan pemukiman disamping ditumbuhi dengan hutan semak belukar. Sedangkan pada daerah pegunungan merupakan kawasan hutan tropis.

4.2.3 Administrasi Pemerintahan

Kabupaten Kolaka timur terdiri dari 9 Kecamatan yakni :

1) Kecamatan Tirawuta wilayahnya meliputi : Kelurahan rate-rate, desa

Simbune, desa tumbudadio, desa Tawainalu, desa Tirawuta, desa Poni-

poniki, desa Tasahea, desa Lalingato, desa Orawa, Desa Lara, Desa Woiha,

desa Roko-roko dan desa Loka.

2) Kecamatan Loeawilayahnya meliputi : Kelurahan Simbalai, Kelurahan

Loea, desa Lamoare, desa Iwoikondo, desa Peatoa, desa Lalowura, desa

Mataiwoi dan desa Teposua.

3) Kecamatan Ladongiwilayahnya meliputi : Kelurahan Atula, Kelurahan

Ladongi, kelurahan Welala, kelurahan Raraa, desa Putemata, desa

Gunung jaya, desa Wunggolaka, desa Dangia, desa Lembah Subur, desa

Wande, Desa Lalowosula, desa anggoloosi dan desa Pombetoha.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 54 4) Kecamatan Poli-poliawilayahnya meliputi : Desa Poli-Polia, desa

Andowengga, desa Wia-wia, desa Pangi-pangi, desa Tokai, desa Toasu,

desa polenga jaya dan desa Polemaju jaya.

5) Kecamatan Lambandia wilayahnya meliputi : Kelurahan Penanggo jaya,

desa Wanuambuteo, desa Aere, desa Mokupa, desa Aladadio, desa Lowa,

desa Penanggoosi, desa Atulano, desa Toare, desa Pokorea, desa Lalorera,

desa Inotu, desa Pomburea, desa Awlu, Desa Lere jaya, desa Bou, desa

Lambandia, desa Wonuambuteo, desa Tinete dan desa Iwoimenggura.

6) Kecamatan Uluiwoi wilayahnya meliputi : Desa Perabua, desa

Likuwalanapo, desa Tawanga, desa Tondowatu, desa Uete, desa Pehanggo,

desa Undolo, desa Ueesi, desa Lalombai, desa Wesinggote, desa Ahilulu,

desa Alaaha, dan Kelurahan Sanggona.

7) Kecamatan Mowewe wilayahnya meliputi : Desa Puosu, desa Watupute,

desa Nelombu, desa Ulumowewe, desa Lapangisi, kelurahan Horodopi,

kelurahan Inebenggi, dan Kelurahan Woitombo.

8) Kecamatan Tinondo wilayahnya meliputi : Desa Tinondo, desa Lamunde,

desa Tawarombadaka, desa Ambapa, desa Ameroro, desa Solewatu, desa

Talata dan desa Weamo.

9) Kecamatan Lalolae wilayahnya meliputi : Desa Wesalo, desa Keisio, desa

Lalosingi, desa Talado dan kelurahan Lalolae.

4.2.4 Sosial

1. Pendidikan

Jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Kolaka timur, Sekolah dasar

sebanyak 102 unit SD, 13 unit SLTP, dan 5 unit SLTA. Hal tersebut

menggambarkan betapa sektor pendidikan di kabupaten Kolaka timur

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 55 membutuhkan perhatian lebih dengan masih minimnya fasilitas

pendidikan bagi masyarakat setempat.

2. Kesehatan

Dalam bidang Kesehatan, daerah ini juga perlu mendapat perhatian lebih

mengingat sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki masih sangat

minim. Belum terdapat Rumah sakit, tenaga medis hanya sebanyak 137

orang.

3. Peribadatan

Penduduk Kabupaten Kolaka Timur mayoritas beragama Islam yang

diperkirakan sebesar 93% dari jumlah penduduk. Selain Islam, adapula

agama Kristen Protestan 2%, Katolik 0,23%, Hindu dan Budha 4,6%

4.2.5 Pertanian

1. Tanaman pangan yang ada di Kabupaten Kolaka Timur adalah tanaman

jenis padi Sawah, Padi Ladang, Jagung, Ubi kayu, Ubi jalar, Kacang

tanah, kacang kedelai, kacang hijau dll.

2. Produksi Perkebunan (Kelapa 1.539,35 ton, kopi 1.344,49 ton, kapuk 34,

76 ton, lada 1.317 ton, pala 0,22 ton, cengkeh 6,71 ton, jambu mete

381,52 ton, kemiri 235,61 ton, kakao 31.818,41 ton, enau 28,8 ton, asam

jawa, pinang 0,21 ton, panili 2,58 ton dan sagu.

4.2.6 Peternakan dan Perikanan

Sektor peternakan Kabupaten Kolaka Timur termasuk potensial khususnya pada beberapa jenis unggas dan sapi. Kedua jenis ternak ini memiliki populasi dan produksi yang jauh melebihi jenis ternak lainnya.

Sedangkan untuk sektor perikanan, kabupaten Kolaka timur hanya mengusahakan sektor perikanan darat sebab di daerah ini tidak ada laut.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 56 4.2.7 Kehutanan

Kabupaten Kolaka timur memiliki potensi sumber daya hutan yang besar. Total luas kawasan hutan yang dimiliki 145.626 Ha yang terdiri dari berbagai jenis kayu dan rotan. Kawasan Hutan Kabupaten kolaka timur terbagi dalam berbagai status kawasan :

- Hutan Produksi biasa (HPB) luas 43.434 Ha

- Hutan produksi terbatas (HPT) luas 17.017 Ha

- Hutan Lindung (HL) luas 44.261 Ha

- Hutan suaka alam dengan luas 25.736 Ha.

- Hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 15.178 Ha.

4.2.8 Pertambangan

Kabupaten Kolaka Timur memiliki potensi pertambangan yang cukup melimpah baik dari tambang golongan B dan golongan C. Tambang golongan

B yaitu Nikel yang terdapat di kecamatan Ladongi diperkirakan memiliki deposit hingga puluhan juta ton. Sedangkan tambang golongan C meliputi batu (Marmer) dan pasir yang terletak di kecamatan Mowewe dan ulu iwoi.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 57 BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Proses Politik Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur

5.1.1 Fase awal pembentukan Kabupaten Kolaka Timur

Fase-fase awal pembentukan suatu Kabupaten biasanya dan mungkin bisa menjadi suatu keharusan diawali oleh keinginan masyarakat setempat terhadap pelaksanaan pembangunan yang terjadi di daerahnya. Pada fase- fase awal inilah dimulainya lobi-lobi dan dialog-dialog politik untuk mencari celah demi memuluskan rencana yang diinginkan. Fase ini sangat menentukan berhasil tidaknya pembentukan daerah otonomi baru yang di inginkan. Kolaka Timur pada mulanya digagas oleh sesepuh dan tokoh masyarakat Kolaka Timur yang ada di Kota (ibukota Provinsi

Sulawesi Tenggara) pada tahun 2004 melalui pertemuan pada tanggal 8

Januari 2004 kira-kira pukul 14.15 wita. Tindak lanjut dari pertemuan tersebut tanggal 4 Februari diadakan rapat persiapan di aula BPD Sultra yang diikuti oleh elemen masyarakat dari 5 (lima) Kecamatan pada saat itu,

Beberapa waktu setelah itu dilakukan deklarasi dilapangan sepakbola

Latamoro. Diantara tokoh-tokoh dan sesepuh yang memberi dukungan adalah : Jacob Silondae, Andrey Jufri, Pendeta Armyn Rere, Mursalim Kasri,

Edison dayoh, dan Hino Biohanis. Dengan susunan kepengurusan para penggagas pembentukan Kabupaten Kolaka Timur pada saat itu, Ketua umum : Mursalim Kasri, Ketua Pelaksana : Sumardi Pallatje, dengan beranggotakan beberapa pengurus diantaranya Poitu Murtopo, Yosmartono,

Samiun Sanggo, Nasrul yakin Sanggo, dan lainnya. Namun penggagas ini tidak mendapatkan rekomendasi dari pemerintah kabupaten Kolaka saat itu.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 58 Pertimbangan penolakan yang diberikan salah satunya terbatasnya anggaran yang dimiliki. Namun, diduga ada kepentingan politik yang mendasari keputusan penolakan itu, ada indikasi daerah dan penduduk

Kabupaten Kolaka Timur ingin dijadikan obyek ataupun basis politik karena merupakan salah satu daerah prioritas kantung-kantung suara oleh Bupati pada saat itu dalam memperoleh dukungan dalam pemilukada khususnya dalam menghadapi pemilukada untuk periode kedua masa jabatanya. Beliau memiliki basis massa sangat besar yang terdiri dari berbagai etnis di Kolaka

Timur yang tersebar dihampir seluruh kecamatan. sehingga sangat beresiko apabila memberikan ataupun menyetujui usulan pembentukan daerah yang dimaksud pada saat itu.

Setelah mendapat penolakan dari Bupati Kolaka pada 2004 dan seakan terhenti untuk sementara waktu, perjuangan membentuk Kabupaten

Kolaka Timur kembali digulirkan bulan Desember tahun 2006, bermula dari reses DPRD Kabupaten Kolaka di Kecamatan Tirawuta, yang mana jabatan

Camat Tirawuta pada saat itu dijabat oleh H. Syahrir Ahmad, SE, bersama- sama anggota DPRD Kabupaten Kolaka yakni Abdul Kadir dan Tasbah bin

Tayeb bertekad melanjutkan perjuangan Kolaka Timur dengan langkah awal membentuk Forum Percepatan Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur, dengan Ketua H. Nakean Beddu (pengusaha), Sekretaris Mustakim darwis

(Sekarang menjabat Kepala bagian Pemerintahan Kabupaten Kolaka Timur), dengan beberapa pengurus aktif : Abdul Kadir (anggota DPRD), Tasbah bin

Tayeb (anggota DPRD), Tokoh masyarakat antara lain : H. Buddu, Maryono,

H. Muin, AP. Taolo, Paulus, (tokoh pemuda) Abbas Hamid, Arisman, serta didukung para camat, Sekretaris camat, Kepala desa dan Lurah se-Kolaka

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 59 Timur dan semua Forum/organisasi kemasyarakatan diwilayah Kolaka timur yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Para pengurus inti dari Forum percepatan pembentukan Kabupaten

Kolaka Timur sebelum masa deklarasi pembentukan forum, bekerja keras dalam mengumpulkan dukungan dari segenap tokoh-tokoh/elit-elit lokal di wilayah Kolaka timur, Khususnya para Kepala desa dan lurah yang disadari sebagai ujung tombak pemerintahan ditingkat lokal. Dikarenakan Kepala desa dan Lurah memiliki posisi yang yang sangat strategis diwilayah tugasnya masing-masing karena selain dapat meredam konflik bagi pihak yang tidak setuju, juga dapat mengarahkan masyarakatnya untuk bergerak dan mendukung perjuangan pembentukan Kolaka Timur.Dalam mengarahkan masyarakat di Kolaka timur, pada dasarnya Kepala desa memegang peranan yang paling dominan. Hal ini dikarenakan jabatan Kepala desa dan Lurah masih sangat dihargai oleh penduduk di wilayah Kolaka

Timur yang kebanyakan masih bercirikan masyarakat tradisional. Sehingga dengan dukungan dari seluruh Kepala Desa dan Lurah di wilayah ini, diyakini hal tersebut berarti dapat mewakili dukungan dari segenap masyarakat di Kolaka Timur.

Dengan perjuangan yang cukup panjang, pada tanggal 17 Januari

2007, Calon Kabupaten Kolaka timur resmi terdaftar di Kementrian dalam negeri yang pada saat itu dipimpin langsung oleh ketua DPRD Provinsi

Sulawesi Tenggara Dr. Hino Biohanis yang di dampingi sesepuh Kabupaten

Kolaka yakni Dr. H.adel Berty (pernah menjabat Bupati Kolaka selama 2 periode) yang pada saat itu beliau adalah anggota DPRD Provinsi Sulawesi

Tenggara. Bersama anggota DPRD dan Pemerintah Kabupaten Kolaka, serta

Forum Percepatan Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur, melakukan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 60 pertemuan dengan DPD, DPR RI dan direktur Jendral Otonomi Daerah

(Dirjen Otoda) Kementrian dalam negeri yang salah satu hasil keputusan pertemuannya mewajibkan Calon Kabupaten Kolaka Timur mempersiapkan/melengkapi berkas pembentukan daerah Otonomi baru berdasarkan PP 129 tahun 2004 diantaranya adalah :

1) Rekomendasi Bupati dan DPRD Kabupaten Kolaka,

2) Rekomendasi Gubernur dan DPRD Provinsi,

3) Kajian/kriteria Pembentukan daerah, yaitu :

(-)Kemampuan ekonomi (Produk domestik regional Bruto/PDRB). (-)

Potensi daerah (penerimaan daerah sendiri, Lembaga keuangan, Sarana

dan prasarana ekonomi, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana

transportasi dan komunikasi, sarana pariwisata, ketenagakerjaan).

(-)Sosial budaya ( tempat/kegiatan institusi sosial, sarana olah raga).

(-)Sosial politik (partisipasi masyarakat dalam berpolitik). (-)Jumlah

penduduk dan jumlah Organisasi kemasyarakatan. (-) Luas daerah,

(-)Lain-lain (Keamanan dan ketertiban, ketersediaan sarana dan

prasarana pemerintahan, rentang kendali.

4) Peta Dasar calon daerah otonomi baru.

Moment inilah saat pertama kalinya usulan pembentukan Daerah

otonomi baru Kabupaten Kolaka Timur terdaftar di Kementrian Dalam

Negeri.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 61 5.1.2 Terbitnya Keputusan Bupati dan DPRD Kabupaten Kolaka

Diawali dengan dikeluarkannya keputusan DPRD Kabupaten Kolaka nomor 21/DPRD/2007 tentang persetujuan Pemekaran Kabupaten Kolaka /

Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur. Yang mana Fraksi-fraksi di DPRD

Kabupaten Kolaka termasuk Ketua DPRD Kabupaten Kolaka Saat itu H.

Sainal Amrin, SE, MH yang juga merupakan ketua DPP Partai Golkar

Kabupaten Kolaka, pada dasarnya setuju dengan tuntutan masyarakat perihal pembentukan Kabupaten Kolaka Timur dengan dasar pertimbangan keputusan : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat yang berkembang

diwilayah timur Kabupaten Kolaka untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat dibidang pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan. Wilayah Timur Kabupaten Kolaka perlu dimekarkan

menjadi satu Kabupaten. b. Bahwa berdasarkan usulan fraksi-fraksi di DPRD Kabupaten Kolaka,

dapat menyetujui Kabupaten Kolaka dimekarkan untuk membentuk

Kabupaten Kolaka Timur. c. Bahwa untuk maksud sebagaimana huruf (b), perlu ditetapkan dengan

Keputusan DPRD Kabupaten Kolaka.

Dasar pertimbangan keputusan tersebut diambil dengan memperhatikan pemandangan fraksi-fraksi DPRD Kabupaten Kolaka dan juga hasil keputusan dalam rapat paripurna DPRD Kabupaten Kolaka pada tanggal 21 Juni 2007. Adapun hasil keputusan tersebut : (1)Persetujuan nama calon Kabupaten, Persetujuan lokasi calon ibukota Kabupaten Kolaka

Timur, (3)Persetujuan pelepasan kecamatan yang menjadi cakupan wilayah calon Kabupaten Kolaka timur, (4)Persetujuan pemberian hibah Pemda

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 62 Otonom baru sebesar Rp 6 milyar selama 2 tahun berturut-turut sejak tanggal peresmian kabupaten, (5)persetujuan pemberian dukungan dana untuk pertama kali dalam pemilukada sebesar Rp 2 Milyar (ada rincian dari

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kolaka).

Sebelum terbitnya keputusan tersebut, dalam rapat paripurna materi yang banyak diperdebatkan adalah penolakan Kecamatan Mowewe untuk masuk dalam wilayah Kabupaten Kolaka Timur dengan alasan jarak ibukota

Kabupaten Kolaka yang lebih dekat jika dibandingkan dengan jarak calon ibukota Kabupaten Kolaka Timur yang terletak di Kecamatan Tirawuta.

Pertimbangan lain adalah, Kabupaten Kolaka telah lebih dulu mapan dan berpengalaman dalam urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sehingga tidak menyulitkan wilayah mereka kedepannya.

Akan tetapi dengan desakan dari berbagai pihak yang tidak ingin polemik penolakan Kecamatan Mowewe ini menghambat proses, sehingga Kecamatan

Mowewe tetap dimasukkan dalam cakupan wilayah calon Kabupaten Kolaka timur berdasarkan keputusan DPRD tersebut. Lahirnya keputusan DPRD

Kabupaten Kolaka Nomor 21/DPRD/2007 ini kemudian diperkuat

/disempurnakan lagi dengan Keputusan DPRD Kabupaten Kolaka nomor

10/DPRD/2010 tertanggal 2 Juni 2010 tentang penyempurnaan atas keputusan DPRD Kabupaten Kolaka nomor 21/DPRD/2007 dengan dasar pertimbangan perlunya menyebutkan jumlah cakupan wilayah kecamatan dengan menyebutkan nama desa, kelurahan, luas wilayah dan juga batas- wilayah. Setelah mendapatkan rekomendasi dari DPRD Kabupaten Kolaka, selanjutnya, Forum percepatan pembentukan Kabupaten Kolaka Timur tidak lagi mau gagal dalam usaha memperoleh rekomendasi Bupati Kolaka.

Berdasarkan hasil wawancara penulis, informan kunci mengatakan “pada

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 63 saat itu terjadi demonstrasi besar-besaran selama 3 hari berturut-turut melibatkan semua elemen masyarakat dan mahasiswa yang berasal dari wilayah Kolaka Timur untuk mendesak Bupati Kolaka pada saat itu DR. H.

Buhari Matta M.Si agar menyetujui dan memberikan rekomendasi pembentukan Kabupaten Kolaka Timur”. Hal ini mungkin menggambarkan bagaimana pihak-pihak pemegang otoritas berada dibawah tekanan dan dipaksa oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan “aspirasi rakyat” untuk menyetujui ataupun memberi rekomendasi usulan proses pemekaran daerah.

Namun di sisi yang lain tubrukan perbedaan kepentingan politik terindikasi terlihat juga di masa ini, indikasi tokoh-tokoh elit yang selama ini menjadi pencetus dan juga pendukung dari tingkat provinsi, seakan-akan ingin merusak dominasi politik Partai Persatuan Pembangunan di Kabupaten

Kolaka yang menjadi besar dan kuat karena di ketuai langsung oleh Bupati

Kolaka DR. H. Buhari Matta M.Si. Sehingga dengan mendorong pembentukan

Kabupaten Kolaka Timur, Artinya Gubernur dapat menempatkan kader- kadernya baik itu yang berasal dari provinsi maupun elit-elit lokal Kolaka

Timur untuk menduduki jabatan-jabatan strategis di tingkat birokrasi dan

DPRD Kabupaten Kolaka Timur. Selain itu ingin lepas dari himpitan penindasan kelompok tertentu, ingin lebih menikmati kue-kue pembangunan, yang bisa dikatakan hanya dinikmati oleh segelintir elit-elit yang dekat dengan penguasa. Gambaran proses politik yang terjadi, yang oleh pengamat politik Ikrar Nusa Bakti menyebutnya dengan istilah

“GarryMander” atau usaha pembelahan/pemekaran daerah untuk keuntungan kelompok/partai tertentu. Bagaimana kesatuan dari kelompok berkuasa sengaja dirusak untuk melemahkan pengaruh elit yang berkuasa terhadap masyarakat. Di sisi yang berbeda, kepentingan tersebut melawan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 64 kepentingan Bupati incumbent dengan pemilukada periode keduanya yang mengharapkan wilayah Kolaka timur menjadi Lumbung penghasil suaranya pada saat pemilukada berikutnya di tahun 2008.

Mobilisasi massa dan demonstrasi yang dilakukan dengan kekuatan yang lebih besar dari semua unsur masyarakat dan pemerintah lini terdepan, tampaknya terbukti ampuh dalam usaha mendapatkan rekomendasi Bupati

Kolaka, dengan sedikit tekanan dan mungkin juga karena tidak ingin kehilangan simpati dari segenap masyarakat Kolaka Timur, akhirnya dikeluarkanlah keputusan Bupati Kolaka nomor 195 tahun 2007 tentang persetujuan pemekaran wilayah kabupaten Kolaka menjadi daerah bagian

Kolaka Timur. Adapun beberapa alasan yang mendasari lahirnya keputusan

Bupati Kolaka untuk mendukung pembentukan daerah otonomi baru adalah: pertama, peraturan perundang-undangan mengenai pemerintahan daerah yang berlaku saat ini (UU No. 32 Tahun 2004 dan PP 78 Tahun 2007) memberikan kemungkinan untuk dilakukannya pemekaran satu daerah otonom menjadi beberapa daerah otonom baru. Kedua, pemekaran

Kabupaten Kolaka menjadi beberapa daerah otonom baru yakni Kabupaten

Induk (Kolaka), Kabupaten Kolaka Utara (dimekarkan pada tahun 2005) serta

Kabupaten kolaka timur yang baru saja ditetapkan menjadi DOB (daerah otonomi baru) pada Desember 2012 , yang dalam proses pembahasan, dipandang akan membawa berbagai keuntungan bagi masyarakat, seperti

Percepatan Pembangunan, peningkatan fasilitas sosial, ekonomi dan finansial untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat pada masa depan. Ketiga, tuntutan masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang lebih baik, dengan dengan memperpendek rentang kendali (span of Control) pemerintah dalam memberikan jasa pelayanan publik. Keempat, keinginan masyarakat dan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 65 pemerintah daerah untuk mengelola sendiri sumber daya dan potensi daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kolaka Timur.

Dikeluarkannya keputusan Bupati pada saat itu, tepatnya tahun 2007 sebenarnya jika dianalisa dapat memberikan win-win solution bagi kedua pihak. Dipihak pejuang pembentukan Kolaka timur, hal itu berarti terpenuhinya salah satu persyaratan yang dibutuhkan, dan indikasi di pihak yang lain dengan dikeluarkannya rekomendasi Bupati di tahun 2007, artinya hal tersebut tidak akan menghilangkan ataupun mempengaruhi basis massa/pendukung/kantung-kantung suaranya pada saat pemilukada di tahun 2008 yang dikarenakan proses yang sangat panjang dari pemenuhan persyaratan pembentukan daerah otonomi baru tersebut sehingga masyarakat Kolaka timur masih dapat berpartisipasi dalam pemilukada yang dimaksud. Dan terbukti pada saat pemilukada tahun 2008, Kolaka timur menjadi penentu kemenangan beliau pada saat itu, Dr. H. Buhari Matta, M.Si yang berpasangan dengan Dr. H. Amir Sahaka, S.Pd, MS (mantan Kepala dinas Pendidikan, pemuda dan olah raga Kabupaten Kolaka) memperoleh kemenangan hampir di seluruh kecamatan diwilayah Kolaka Timur yang mana dari 9 Kecamatan, 7 Kecamatan berhasil dimenangkan antara lain

Kecamatan Mowewe, Kecamatan Lalolae, Ladongi, Lambandia, Poli-polia,

Loea dan Tinondo .

5.1.3 Dukungan DPRD Provinsi dan Gubernur Sulawesi Tenggara

Berselang beberapa saat terbitnya Keputusan Bupati dan DPRD

Kabupaten Kolaka, DPRD provinsi kemudian mengeluarkan keputusan DPRD provinsi Sulawesi Tenggara nomor 10 tahun 2007 tentang persetujuan pembentukan daerah otonom baru kabupaten Kolaka Timur, yang ditanda

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 66 tangani wakil ketua DPRD Provinsi Sulawesi tenggara H. Nur Alam, SE.

Keputusan tersebut kemudian mengalami penyempurnaan melalui keputusan DPRD provinsi Sulawesi Tenggara nomor 4 tahun 2009 yang ditanda tangani oleh ibu Masyura Ladamay (Wakil ketua DPRD Provinsi).

Rekomendasi tersebut diberikan dengan pertimbangan fraksi-fraksi di DPRD provinsi yang memberikan rekomendasi pembentukan kabupaten Kolaka

Timur untuk dibahas lebih lanjut pada tingkat pusat karena telah dianggap layak dan memenuhi syarat pembentukannya yakni 11 faktor dan 35 indikator berdasarkan PP 78 tahun 2007.

Pada saat itu rekomendasi awalnya didukung oleh Ketua DPRD

Provinsi Dr. Hino Biohanis dan wakil ketua DPRD Provinsi Sultra, H. Nur

Alam SE yang kemudian diikuti oleh seluruh fraksi-fraksi pada DPRD provinsi Sulawesi Tenggara. H. Nur Alam, SE kemudian dalam perjalanan karirnya berhasil menjabat Gubernur Sulawesi tenggara hingga saat ini (2 periode jabatan). Beliau pada masa itu juga sedang gencar-gencarnya mengumpulkan dukungan dari berbagai pihak untuk maju menjadi

Gubernur Sulawesi Tenggara menggantikan Ali Masi SH. Sehingga dapat memberikan dampak negatif terhadap pencitraan beliau apabila menolak usulan pembentukan Kabupaten Kolaka Timur karena dapat mengurangi respek dan juga simpati dari segenap masyarakat yang mendukung sehingga dapat mengurangi elektabilitas beliau pada masa Pemilihan Gubernur

Sulawesi Tenggara nantinya. Dalam usaha untuk mendapatkan rekomendasi

DPRD provinsi, selain H. Nur Alam, SE Forum Percepatan pembentukan

Kabupaten Kolaka Timur kala itu banyak berkonsultasi dan juga dibantu oleh Dr. Hino Biohanis (Ketua DPRD Provinsi/Golkar), Sabaruddin Labamba

(Anggota DPRD Provinsi/PAN), Drs. H. Adel Berty (mantan Bupati Kolaka dan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 67 anggota DPRD Provinsi/Golkar), H. Djalil (anggota DPRD Provinsi), Nur Aeny

(anggota DPRD Provinsi) dan Andry Djufry (Anggota DPRD Provinsi dan mantan Bupati kendari periode 1983-1988) tokoh-tokoh tersebut banyak membantu termasuk melobi fraksi-fraksi dan anggota DPRD yang lain di tingkat provinsi kala itu. Keluarnya Keputusan DPRD Provinsi, kemudian diikuti dengan Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara (Ali Masi, SH) nomor

730 tahun 2008 tentang persetujuan pembentukan daerah otonomi

Kabupaten kolaka Timur, yang kemudian dalam perjalanannya diperbaharui kembali dengan keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara (H. Nur Alam, SE) nomor 357 tahun 2010 tentang perubahan kedua atas peraturan Gubernur nomor 730 tahun 2007 tentang persetujuan pembentukan daerah otonomi

Kabupaten Kolaka Timur. Dengan bunyi keputusan : (1)Menyetujui pembentukan daerah otonomi Kabupaten Kolaka Timur dengan cakupan 9 wilayah kecamatan. (2)Menyetujui pemberian bantuan dana penyelenggaraan pemerintahan sebesar Rp 4 Milyar pertahun selama 2 tahun berturut-turut terhitung sejak persemian Kabupaten Kolaka Timur.

Awal dari dikeluarkannya keputusan gubernur, DR. Hino Biohanis dan anggota DPRD yang lain banyak membantu Forum Percepatan

Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur dalam meyakinkan Gubernur untuk segera mengeluarkan rekomendasi dukungan terhadap Kolaka Timur. Hal ini dimungkinkan karena DR. Hino Biohanis berada dalam partai yang sama dengan Ali Masi, SH kala itu yakni partai Golongan Karya. Partai Golkar dan

Partai Amanat Nasional merupakan partai yang paling aktif dan pro terhadap perjuangan rakyat Kolaka Timur.

Manuver-manuver politik para elit-elit menggambarkan perebutan kekuasaan yang terjadi, bagaimana kelompok minoritas menjadikan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 68 kelompok mayoritas sebagai alat untuk memuluskan langkah dalam memperoleh kekuasaan politik yang diinginkan. Hal ini kiranya sejalan dengan teori elit politik “Lasswell” yang percaya bahwa setiap masyarakat diperintah oleh kelompok minoritas. Lebih lanjut Gaetano Mosca berpendapat bahwa penguasaan minoritas terhadap mayoritas dilakukan dengan cara yang terorganisasi, yang menempatkan mayoritas tetap berdiri dibelakang.

Kemudian bagaimana kepentingan institusi politik dalam hal ini partai politik mempengaruhi perilaku aktor dengan membentuk nilai, kepentingan, identitas dari para aktor/elit-elit yang dimaksud. Kepentingan partai politik dapat dianggap sebagai kewajiban yang harus dipenuhi bagi mereka yang tetap ingin berkarir dalam dunia politik dan tentunya tetap menjadi bagian dari partai politik yang dimaksud. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka kepentingan institusi yang menaunginya wajib untuk dilaksanakan

(institusionalisme Normatif).

Dalam kasus pemekaran daerah ini sebenarnya beban pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten induk bertambah dengan adanya keharusan membantu dalam proses pendanaan pembentukan kabupaten.

Sebaliknya beban pemerintah pusat berkurang karena APBN tidak lagi ikut mendanai pembentukan provinsi maupun Kabupaten/kota yang baru.

Namun insentif bagi daerah daerah baru berupa dana perimbangan secara jelas diatur dalam pasal 27 PP no.78 tahun 2007 yang berbunyi : (1)Dana perimbangan bagi daerah otonom baru diperhitungkan setelah undang- undang pembentukannya ditetapkan. (2)Perhitungan dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelahdata kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah otonom baru tersedia secara lengkap sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3)Apabila data sebagaimana

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 69 dimaksud pada ayat (2) belum tersedia, besaran dana perimbangan diperhitungkan secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, dan belanja pegawai dari daerah induk.

Sumber dana selama masa pemenuhan persyaratan Pembentukan

Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu tantangan yang sangat besar dan krusial untuk dipersiapkan baik itu untuk biaya operasional maupun biaya lain-lain yang tidak terduga. Sehingga dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari semua pihak untuk mengatasinya. Pemerintah

Kabupaten Kolaka merupakan salah satu pihak yang sangat kooperatif dan berperan besar dalam memberikan dukungan baik itu dalam bentuk dana maupun kelengkapan berkas yang dibutuhkan. Sumber dana yang didapatkan dari pemerintah kabupaten Kolaka (kabupaten induk) dalam bentuk dana bantuan tanpa penganggaran dan proses sidang di DPRD.

Bantuannya dapat berupa biaya perjalanan yang diambil dari pos anggaran yang lain, dan pertanggung jawabannya tidak mencantumkan alasan pembentukan Kabupaten Kolaka Timur melainkan kegiatan lain yang sah dan dapat dipertanggung jawabkan pada inspektorat maupun BPK (Badan

Pemeriksa Keuangan). Walaupun hal ini melanggar aturan, namun kiranya sangat sulit untuk dihindari, bahwa hal-hal seperti inilah yang salah satunya memang harus dilakukan dikarenakan terbatasnya dana yang dimiliki untuk merealisasikan pembentukan daerah otonomi baru yang dimaksud. Selain bersumber dari pemerintah Kabupaten Kolaka, sumber dana juga berasal dari swadaya masyarakat terutama pengusaha-pengusaha di wilayah Kolaka timur, salah satunya ketua forum percepatan Kabupaten Kolaka Timur

(H.Nakean Beddu). Beliau merupakan pengusaha minyak di wilayah Kolaka

Timur sehingga menggratiskan pembelian BBM bagi siapa saja yang tim yang

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 70 bermaksud melakukan perjalanan untuk mengurusi pembentukan

Kabupaten kolaka timur dan masih banyak lagi sumber-sumber yang lain.

5.1.4 Proses ditingkat Pusat

6 Bulan berselang setelah terbitnya PP nomor 78 tahun 2007, pada tanggal 16 Juni 2008, ketua DPR RI mengajukan 17 RUU pembentukan kabupaten dan 17 RUU calon daerah yang dibahas melalui rapat paripurna

DPR RI termasuk RUU pembentukan Kabupaten Kolaka Timur. RUU pembentukan daerah baru walaupun masuk dalam daftar prolegnas (Program legislasi nasional), namun sebenarnya tidak termasuk dalam daftar prioritas

RUU yang dibahas DPR, DPD, dan pemerintah. Artinya masih banyak RUU lain yang lebih penting dibahas ketimbang RUU pembentukan daerah baru misalnya RUU perbatasan negara, RUU kepresidenan dan lain-lain.

Jika ditelusuri, sebagian besar undang-undang pembentukan daerah baru berasal dari RUU inisiatif DPR. Pada umumnya daerah-daerah yang bermasalah adalah daerah-daerah yang dimekarkan lewat pintu DPR. DPR memberikan waktu yang sangat sempit bagi pemerintah (kemendagri dan

DPOD) untuk melakukan kajian lapangan. Dan seharusnya DPR, sebelum mengajukan RUU hendaknya telah memiliki kajian khusus dan mendalam perihal potensi – potensi daerah yang diusulkan dan akan dibentuk. Sumber permasalahan tersebut adalah amandemen IV UUD 1945 yang memberikan wewenang penuh kepada DPR/legislatif (selain pemerintah /Eksekutif) untuk membuat undang-undang. UUD 1945 amandemen IV yang disahkan

10 Agustus 2002 di masa pemerintahan Megawati, pada pasal 20 (ayat 1) menyatakan :”DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang”.

Kemudian, kekuasaan DPR tersebut dipertegas oleh UU nomor 10 tahun

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 71 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan (disahkan

Megawati 22 juni 2004). Pasal 17 UU ini menyatakan bahwa RUU, baik yang berasal dari DPR, Presiden maupun DPD disusun berdasarkan Program legislasi nasional/prolegnas (instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara berencana, terpadu dan sistematis).

RUU yang dapat diajukan oleh DPR antara lain berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah, pembentukan, penggabungan serta pemekaran daerah, pengelolaan Sumber daya alam, sumber daya ekonomi serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan. Yang dalam perjalanannya undang-undang nomor 10 tahun 2004 tersebut kemudian direvisi untuk menghadirkan undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan yang menurut penulis hanya mengalami revisi minor jika melihat salah satu penyebab dari tidak terkendalinya laju pembentukan daerah-daerah baru di Indonesia yang bersumber dari hak inisiatif DPR. Yang mana dalam Undang-undang nomor

10 tahun 2004 pasal 38 ayat 2 menyatakan :”Dalam hal RUU yang telah disetujui bersama (dengan DPR) tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu

30 hari semenjak RUU tersebut disetujui, RUU tersebut sah menjadi Undang-

Undang dan wajib diundangkannya”. Dan pada Undang-Undang nomor 12 tahun 2011, bunyi dari pasal 38 ayat 2 tersebut tidak berubah sama sekali, namun hanya letak pasal yang menjadi pasal 73 ayat 2. Klausul tersebut sebaiknya harus ditinjau kembali untuk memberikan ruang dan waktu bagi presiden untuk melakukan ‘’veto’’ atau peninjauan ulang atas RUU usulan

DPR. Lahirnya sebuah produk undang-undang haruslah disetujui bersama baik pemerintah maupun DPR. Sehingga, dalam hal sebuah RUU telah disetujui namun Presiden tidak ikut mensahkan RUU tersebut, maka RUU

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 72 tersebut seharusnya dinyatakan gugur (tidak sah) dan otomatis tidak dapat diundangkan ataupun diakui untuk diberlakukan. Masalah pemekaran daerah bisa dikatakan merupakan domain eksekutif (berhubungan dengan operasional pemerintahan daerah), sehingga jalur pemekaran daerah sebaiknya hanya melalui kementrian dalam negeri saja. DPR dan DPD cukup mengawasi kebijakan pemerintah perihal pemekaran daerah. Mungkin juga

DPR dan DPD bisa menjalin kesepakatan untuk tidak menggunakan hak inisiatifnya khusus untuk pengusulan RUU pembentukan daerah baru. DPR dan DPD hanya sebagai wasit tanpa harus ikut terlibat untuk menjadi pemain.

Selanjutnya, tanggal 9 Februari 2009 forum percepatan pembentukan

Kabupaten Kolaka Timur menghadiri rapat antara 12 calon daerah otonom baru dengan kementerian dalam negeri di hotel Mercury Jakarta tentang penyesuaian berkas masing-masing calon daerah otonomi baru. Setelah pertemuan di hotel Mercury, sekitar 1 bulan berselang tepatnya di bulan

Maret 2009 Kementerian dalam negeri menegaskan agar calon daerah otonom baru kembali melengkapi persyaratan, yang dikarenakan masih banyaknya kekurangan pada berkas-berkas yang dibutuhkan sesuai dengan petunjuk PP nomor 78 tahun 2007. Sehingga forum percepatan pembentukan Kabupaten

Kolaka Timur kembali bekerja melengkapi berkas dengan melampirkan :

(1) Provinsi dalam angka, (2) Kabupaten dalam angka, (3) PDRB Kabupaten

Se-Sulawesi Tenggara, (4) Statistik potensi desa, (5) Monografi tiap kecamatan se-Kolaka Timur, (6) Peraturan daerah pembentukan kecamatan, (7) Risalah rapat paripurna DPRD kabupaten dan Provinsi, (8) Surat kepemilikan lahan persiapan sarana perkantoran, (9) Ringkasan APBD kabupaten kota se- sulawesi tenggara, (10) Profil kabupaten se-sulawesi tenggara, (11) Tambahan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 73 Lembaran Negara tentang pembentukan Kab. Kolaka, (12) Format isian calon

Daerah Otonomi Baru (DOB) dengan lampiran form B.

Forum Percepatan Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur bersama pemerintah Kabupaten Kolaka telah berhasil melengkapi berkas sesuai permintaan Kementerian dalam negeri dengan nomor surat : 135/552 tanggal

17 Maret 2009. Semua persyaratan tersebut dipenuhi dan tertuang dalam berita acara tertanggal 19 Maret 2009 oleh pemerintah Kabupaten Kolaka dan Kasubdit pemekaran wilayah III kementerian dalam negeri Republik

Indonesia.

Pasca penandatanganan berita acara kelengkapan berkas, kemudian melalui surat dengan nomor : 125/692 tanggal 30 Maret 2009, Bupati Kolaka menyurat kepada pimpinan komisi II DPR RI, tim teknis DPOD dan

Kementerian dalam negeri untuk melakukan kunjungan diwilayah Kolaka

Timur. Hal ini ditindak lanjuti oleh komisi II DPR RI dengan melakukan kunjungan ke wilayah Sulawesi tenggara, khusus Kolaka Timur pertemuan dilakukan di Hotel Horison Kendari. Komisi II DPR RI dipimpin oleh ketua panja Pemekaran : Ganjar Pranowo dan pemerintah Kabupaten Kolaka diwakili oleh wakil Bupati Kolaka DR.H. Amir Sahaka, S,Pd, MS. Namun sebenarnya cukup disayangkan bahwasanya Komisi II DPR RI tidak berkunjung langsung dan melakukan pertemuan di Calon daerah Kabupaten

Kolaka timur. Hal ini menggambarkan kurang efektifnya para wakil rakyat khususnya komisi II DPR RI dalam menyeleksi kelayakan usulan daerah otonomi baru. Kesan yang timbul, pertemuan tersebut hanya sebatas formalitas untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan. Padahal, jika anggota komisi II DPR RI melakukan kunjungan langsung, setidaknya bisa mendapatkan gambaran yang lebih nyata dan obyektif tentang kondisi Kolaka

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 74 Timur yang sebenarnya dibandingkan sekedar mendengar informasi dari wakil pemerintah daerah yang tentu saja memberikan laporan yang baik-baik dengan menutupi kelemahan-kelemahan yang dapat menghambat proses pembentukan Kabupaten Kolaka Timur. Nuansa dan lobi-lobi politik sangat mungkin terjadi pada masa ini terlebih melihat kenyataan yang terjadi.

Setidaknya gambaran kejadian tersebut bisa jadi terjadi juga di calon daerah otonomi baru yang lain.

Setelah Kunjungan ketua panja pemekaran DPR RI Ganjar Pranowo

(saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah)di Sulawesi Tenggara, 2 bulan kemudian tepatnya Tanggal 5 Juni 2009, ketua DPR RI mengirimkan

20 usulan pembentukan kabupaten/Kota kepada Presiden termasuk

Kabupaten Kolaka Timur, dengan nomor surat : LG.01.01/3345/DPR

RI/VI/2009. Dan pada 1 Juli 2009, Presiden menjawab surat ketua DPR RI melalui surat bernomor : R-36 / pres / 07 / 2009. dengan isi : Usul pembentukan kabupaten dan kota akan diajukan dengan tetap memperhatikan dan memperhitungkan secara cermat terhadap setiap pentahapan penyelenggaraan Pemilu. Pemilu yang sudah didepan mata dipandang sebagai agenda utama sehingga dirasa perlu untuk menunda segala hal yang dapat mengganggu proses pemilihan Umum karena menyangkut kepentingan nasional.

Pada tanggal 10 Agustus 2009, ketua DPR RI yang baru Marzuki ali kembali menyurat kepada Presiden dan menegaskan untuk segera menunjuk wakil pemerintah dalam pembahasan 20 RUU tentang pembentukan kabupaten/kota melalui surat dengan nomor : LG.01.01/4830/DPR

RI/VIII/2009. DPR kembali mendesak Pemerintah untuk segera melaksanakan tahapan-tahapan pembentukan daerah otonomi baru. DPR

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 75 benar-benar menjadi pabrik tunggal pembentukan daerah, mengingat ketatnya syarat yang diberikan pemerintah pusat sehingga bagi daerah- daerah yang mengajukan diri untuk menjadi daerah otonomi baru, melalui jalur DPR RI merupakan jalan yang lebih logis dan mudah ketimbang harus melalui jalur pemerintah pusat. Kenyataan yang terjadi, keran pembentukan daerah melalui jalur pemerintah pusat pada masa ini ditutup sambil menunggu Grand Desain pemekaran daerah yang sementara di kaji. Sehingga mereka memilih mendesak pemerintah melalui jalur legislatif untuk segera mensahkan pembentukan daerah tersebut. Bagi DPR sendiri menyikapi desakan pembentukan daerah baru, pilihan politiknya lebih condong pada mendukung pembentukan daerah baru tersebut.Dengan begitu mereka bisa mendistribusikan kader politik ke kursi jabatan politik di daerah otonomi baru tersebut, selain tentunya mendapat simpati terutama pada daerah pemilihannya masing-masing.

Menyikapi Surat Ketua DPR RI tersebut, kemudian Pada 17 september 2009, Presiden menyurat kepada ketua DPR RI perihal 20 RUU pembentukan kabupaten/kota dengan isi “Mengharapkan agar usul inisiatif

DPR RI mengenai RUU pembentukan diajukan kembali setelah seluruh tahapan pemilu 2009 selesai dilaksanakan.Dengan alasan keamanan dan stabilitas nasional, presiden meminta menunda usul inisiatif DPR tersebut.”

Presiden meminta waktu untuk setidaknya RUU pembentukan daerah otonomi baru ditunda sementara waktu agar tidak mengganggu tahapan pemilihan Umum Presiden dan Wakil karena karena memandang perlunya berkonsentrasi penuh untuk menyukseskan tahapan-tahapan Pemilu terlebih dahulu dan menunda segala hal yang dipandang dapat memicu terjadinya konflik di tingkat lokal salah satunya pembentukan daerah otonomi baru.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 76 Semua pihak diminta bersabar sampai selesainya pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009.

Menganalisa kondisi yang terjadi, pada dasarnya Pemerintah

/eksekutif tidak menyetujui untuk sementara waktu pembentukan daerah otonomi baru khususnya pembentukan Kabupaten/kota, Mungkin saja ceritanya akan berbeda jika pembentukan provinsi baru yang diusulkan.

Namun dikarenakan desakan dan hak yang dimiliki DPR atas membuat inisiatif Undang-undang menurut Undang-undang nomor 12 tahun 2011, sehingga pemerintah melalui kementrian dalam negeri, hanya memberi petunjuk/bimbingan bagi para calon daerah otonomi baru dalam melengkapi persyaratan untuk kemudian disahkan melalui hak inisiatif DPR. Pada momen ini, pemerintah juga sebenarnya terjebak yang pada awalnya hanya mendukung dan meloloskan Kalimantan utara (Kaltar) sebagai provinsi baru, dimana kabupaten/kota yang mengusulkan untuk menjadi daerah otonomi baru melihat celah untuk terus mendesak kementerian dalam negeri untuk disama-ratakan/di satu paketkan dengan usulan pembentukan provinsi

Kalimantan Utara (Kaltar).

Selanjutnya pada 10 Mei 2010, sekjen DPR RI mengirim surat kepada pemerintah daerah dan forum pembentukan kabupaten agar melengkapi persyaratan administrasi usul pembentukan kabupaten termasuk kabupaten

Kolaka timur, nomor surat : LG.01,01/3458/DPR RI/V/2010 dengan isi :

Melampirkan risalah paripurna DPRD, Estimasi anggaran pilkada awal,

Penyempurnaan surat keputusan Bupati, DPRD, Gubernur dan DPRD

Provinsi, Jumlah Definitif desa dan Kelurahan, Bantuan awal operasional pemerintahan, Bantuan dana pemilukada awal, Penyerahan kekayaan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 77 daerah, membuat peta Bakosurtanal pusat 1 : 100.000 yang ditandatangani para bupati yang berbatasan.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya pada tanggal 20 Juni 2010,

Kementerian dalam negeri Republik Indonesia mengeluarkan desain besar/Grand desain penataan daerah di Indonesia untuk tahun 2010-

2025.Grand design yang diberi judul Desain Besar Penataan Daerah

(Desartada) ini mencakup empat elemen dasar, yakni:

1) Pembentukan daerah persiapan sebagai tahap awal sebelum ditetapkan

sebagai daerah otonom;

Elemen pertama Desain Besar Penataan Daerah ini pada dasarnya

merupakan upaya untuk menata daerah secara lebih sistematis melalui

penerapkan model pembentukan daerah otonom secara bertahap.

Tahapan tersebut dilakukan melalui pembentukan Daerah Persiapan

(DP) terlebih dahulu dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebagai masa

transisi. Dalam format ini, pembentukan daerah otonom baru, baik

provinsi, kabupaten maupun kota dipersyaratkan melalui masa transisi

tahap pembentukan daerah persiapan, sebagai wilayah

administratifnya daerah induk (provinsi, kabupaten, atau kota).

Pemberlakuan masa transisi dengan pembentukan daerah

persiapan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi

sebuah calon daerah otonom untuk mempersiapkan diri dengan lebih

baik. Persiapan tersebut meliputi pemenuhan semua aspek yang

dibutuhkan untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan

daerah, antara lain: sarana dan prasarana pemerintahan, pengalihan

P3D (personel, perlengkapan pembiayaan, dan dokumen), pembentukan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 78 kelembagaan dan pengisian jabatan yang dapat dilakukan secara

bertahap.

Elemen 1 Desartada ini dilaksanakan dengan strategi dasar yaitu :

 Mengembangkan Parameter Pembentukan Daerah Persiapan

Berdasarkan Parameter Geografis, Demografis, dan Sistem

 Membentuk Daerah Otonom Baru melalui Pembentukan Daerah

Persiapan dengan dasar Peraturan Pemerintah (PP) untuk Jangka

Waktu 3 (tiga) Tahun.

 Menyediakan Fasilitasi dan Pendampingan Profesional

Penyelenggaraan Pemerintahan bagi Setiap Daerah Persiapan

selama dalam Masa Transisi

 Mengembangkan Sistem Evaluasi Daerah Persiapan untuk dasar

penetapan perubahan status menjadi daerah otonom definitif.

2) Penghapusan, Penggabungan dan penyesuaian daerah otonom;

Penghapusan dan penggabungan daerah otonom dalam rangka

mendudukkan kembali daerah otonom agar berkembang secara sehat,

dilaksanakan dengan strategi dasar sebagai berikut:

 Mengembangkan pola evaluasi daerah otonom dan fasilitasi

penggabungan daerah otonom

 Menerapkan pola insentif dan fasilitasi khusus bagi penghapusan

dan penggabungan daerah otonom berdasarkan hasil evaluasi

kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah.

 Menyesuaikan cakupan fisik wilayah, penegasan batas wilayah,

dan penetapan ibukota daerah otonom sesuai dengan parameter

daerah otonom yang maju mandiri.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 79  Menyiapkan alternatif pemekaran daerah otonom kabupaten/kota

dengan penguatan kecamatan sebagai pusat pelayanan publik dan

pengendalian kualitas proses pembentukan kecamatan secara

lebih ketat.

3) Pengaturan daerah otonom/kawasan yang memiliki karakteristik

khusus;

4) Penetapan estimasi jumlah maksimal daerah otonom (provinsi,

kabupaten, dan kota) di Indonesia tahun 2010-2025.

Estimasi jumlah maksimal daerah otonom di Indonesia dan

penambahannya dengan pembentukan daerah otonom baru,

diperhitungkan dalam desain besar ini dari tahun 2010-2025,

menyesuaikan dengan periode Pembangunan Jangka Panjang (PJP)

yang berakhir tahun 2025. Untuk mewujudkan gambaran estimasi

sebagaimana dimaksudkan dalam desain ini, dilakukan dengan dua

strategi berdasarkan parameter yang ditetapkan.

 Memberi titik berat prioritas pembentukan daerah otonom provinsi

yang lebih diutamakan dari pada pembentukan daerah otonom

kabupaten, terutama di wilayah perbatasan antar negara dan

daerah-daerah yang secara geografis-wilayahnya sangat luas atau

rentang kendali tergolong besar (>30 kab/kota).

 Menetapkan estimasi jumlah maksimum daerah otonom provinsi

dan jumlah maksimum daerah otonom kabupaten/kota hingga

tahun 2025 berdasarkan pendekatan kombinasi yang rasional

(dengan parameter geografis, demografis, dan Sistem) dan realistis

(mempertimbangkan aspirasi yang sedang berkembang)

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 80  Membuat Estimasi Jumlah Maksimum Daerah Otonom Provinsi,

Kabupaten, dan Kota Tahun 2010 – 2025

Estimasi jumlah maksimum daerah otonom hingga tahun 2025

dilakukan pendekatan kombinasi: pertama, dengan menggunakan

perhitungan berdasarkan parameter geografis, demografis, dan

Sistem sesuai kerangka pikir dalam pembentukan daerah otonom

baru dan; kedua, menggunakan pertimbangan realita aspirasi

yang ditarik dari dinamika usulan pembentukan daerah otonom

yang berkembang hingga saat ini.

Berdasarkan pendekatan di atas dan setelah melalui proses

pembahasan yang panjang, maka hingga tahun 2025 di Indonesia

diestimasi penambahan jumlah maksimum daerah otonom di

Indonesia sebanyak 11 (sebelas) provinsi dan 54 (lima puluh empat)

daerah otonom kabupaten/kota.

Lahirnya Grand Desain/desain besar penataan daerah di Indonesia ini diharapkan dapat dijadikan tonggak awal ataupun titik balik proses pembenahan dari segala macam permasalahan yang dihadapi negara khususnya dalam hal semakin tidak terkendalinya laju pembentukan daerah- daerah otonomi baru di Indonesia. Kesiapan daerah induk sebelum memekarkan suatu daerah baru menjadi salah satu poin penting yang termuat, disamping ketentuan-ketentuan yang lain. Dengan membentuk

Daerah Persiapan (DP) terlebih dahulu dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebagai masa transisi. Calon daerah otonomi baru berfungsi sebagai wilayah administratif daerah induk (provinsi, kabupaten, atau kota).

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 81 Selanjutnya, Pada tanggal 3 Agustus 2010 DPD RI melakukan sidang paripurna persetujuan atas RUU pembentukan 5 kabupaten di Sulawesi

Tenggara termasuk Kabupaten Kolaka Timur. Sebelum dilaksanakannya sidang paripurna DPD RI, Dalam masa transisi dan proses pemenuhan persyaratan, Pejuang pembentukan Kabupaten Kolaka Timur banyak berkonsultasi dan meminta petunjuk dari anggota DPD yang berasal dari

Provinsi Sulawesi Tenggara diantaranya Dr. La Ode Ida (Wakil Ketua DPD RI) dan juga Drs. H. Kamaruddin. Kedua Tokoh masyarakat Sulawesi tenggara ini menurut informan kunci penulis, banyak memberikan masukan perihal langkah-langkah strategis yang sebaiknya ditempuh dalam memuluskan upaya pembentukan Kabupaten Kolaka Timur, termasuk bagaimana melobi anggota DPD yang lain.

Setelah sidang paripurna DPD RI, berselang 9 bulan kemudian dilakukan pertemuan-pertemuan / konsultasi tepatnya pada tanggal 10 Mei

2011 antara forum percepatan pembentukan kabupaten Kolaka Timur dengan Kasubdit wilayah I Kementerian Dalam Negeri yang juga dihadiri oleh unsur pimpinan DPRD kabupaten Kolaka yakni Drs. Tajuddin Nur dari partai

Demokrat. Sehari kemudian tanggal 11 Mei 2011, seluruh calon daerah otonom di Indonesia yang berjumlah 11 daerah tersebut melakukan pertemuan untuk membahas langkah-langkah selanjutnya guna mempressure/menekan komisi II DPR RI dan kementerian dalam negeri.

Selain melakukan pertemuan dengan calon daerah-daerah otonomi baru yang lain, Forum juga banyak berkonsultasi dan meminta petunjuk pada anggota

DPR RI perihal langkah-langkah yang sebaiknya diambil untuk memuluskan laju pembentukan Kabupaten Kolaka timur. Khusus dari daerah pemilihan

Sulawesi tenggara antara lain : Andi Rahmat (komisi 11/Demokrat), Wa ode

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 82 Nurhayati (Komisi 7/partai amanat Nasional) kedua anggota DPR RI tersebut walaupun tidak berasal dari komisi II DPR RI tetapi cukup banyak memberikan masukan dan juga upaya dalam menjalin komunikasi dengan anggota komisi II dari partai masing-masing untuk membantu Kolaka Timur sehingga dapat disahkan menjadi daerah otonomi baru disamping dukungan moril yang diberikan tentunya.

25 Oktober 2011 forum percepatan pembentukan Kabupaten kolaka

Timur bersama pemerintah Kabupaten kolaka yang dipimpin sekretaris daerah dan didampingi kepala badan perencanaan dan pembangunan daerah

(Bappeda) Kabupaten Kolaka melakukan pertemuan terkait seleksi 33 daerah menjadi 17 yang layak menjadi daerah otonom. Pertemuan ini membahas tentang perkembangan terakhir Kabupaten Kolaka timur dalam pembahasannya di Komisi II DPR RI. Pertemuan ini juga dimaksudkan sebagai bahan evaluasi dari proses panjang yang telah dilalui dalam upaya pembentukan Kabupaten Kolaka Timur yang mana hasil pertemuan ini selanjutnya akan menjadi bahan laporan sekretaris Daerah Kabupaten

Kolaka kepada Bupati Kolaka.

Sebulan berselang, tepatnya Tanggal 24 November 2011 pada pukul

09.00 Wib, bertempat diruang rapat komisi II DPR RI dilakukan pembahasan sistematika dan rumusan rancangan undang-undang tentang pembentukan daerah otonom baru yang dihadiri 14 orang anggota komisi II DPR RI. Terjadi pembahasan yang sangat alot terkait daerah-daerah mana saja yang layak untuk menjadi kandidat daerah Otonomi baru. Dikarenakan terjadi perdebatan yang panjang terkait daerah yang layak dibentuk, sehingga rapat pada hari itu belum menghasilkan suatu keputusan yang diinginkan.

Namun untuk Kabupaten Kolaka timur, menurut data yang diperoleh bahwa

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 83 mayoritas anggota komisi II DPR RI yang hadir pada saat itu menyetujui pembentukan Kabupaten Kolaka Timur, hanya saja jumlah daerah yang akan dibentuk belum disepakati sehingga keputusannya ditunda untuk sementara waktu.

Selanjutnya tanggal 9-11 Desember 2011, komisi II DPR RI melalui panitia kerja pembentukan daerah otonom baru kembali memverifikasi persyaratan usul pembentukan daerah otonom baru, dan dinyatakan ada 13 calon daerah otonom yang telah sesuai verifikasi termasuk calon kabupaten

Kolaka Timur. Hasil dari verifikasi calon daerah otonomi baru ini kemudian ditindak lanjuti oleh panitia kerja Pemekaran daerah komisi II DPR RI pada bulan Maret 2012 dengan melakukan rapat pleno dan menetapkan 13 daerah untuk diharmonisasi di badan legislatif dalam rangka penyusunan RUU

Daerah Otonom Baru (DOB), yang akhirnya bertambah menjadi 19 calon daerah otonom baru.

Akhirnya seluruh fraksi DPR RI menyetujui pembentukan 19 daerah otonom baru pada hari Rabu tanggal 4 April 2012 yang untuk selanjutnya diteruskan dalam rapat paripurna dan ditetapkan dengan keputusan DPR menjadi RUU inisiatif DPR. Persetujuan ini disampaikan masing-masing juru bicara fraksi pada rapat pleno badan legislatif (Baleg) DPR yang dipimpin ketua badan Legislatif Ignatius Mulyono. Dalam kesempatan tersebut, ketua panja pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi RUU pembentukan daerah otonom baru, H. Sunardi Ayub, melaporkan: mengingat jumlah yang begitu banyak (19 daerah otonom) maka badan legislatif membentuk dua (2) panja untuk menanganinya, RUU pembentukan daerah otonom baru ini telah dibicarakan secara intensif oleh panja dengan mengundang pengusul (komisi II DPR) dan telah melakukan konsinyering

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 84 (rapat intensif untuk menyelesaikan pekerjaan yang sifatnya mendesak).

Pendapat yang mengemuka selama rapat panja berlangsung diantaranya adalah RUU pembentukan daerah otonom baru sebaiknya tidak mengatur mengenai larangan pejabat kepala daerah untuk dicalonkan menjadi kepala daerah. Karena hal tersebut telah diatur dalam pasal 58 huruf p, Undang-

Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Pendapat lain yang mengemuka adalah teknis penyusunan RUU pembentukan daerah otonom harus disesuaikan dengan Undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.

Dari pendapat mini fraksi yang disampaikan masing-masing juru bicara menekankan pembentukan daerah otonom baru diharapkan tidak menimbulkan permasalahan baru daerah tersebut. Karena dari 205 daerah otonom baru yang dibentuk, 80% dianggap belum berhasil. Pembentukan daerah otonom baru harus didasarkan pada kebutuhan dan kemampuan daerah untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi daerah otonom yang mandiri dan maju dan bukan hanya didasarkan pada keinginan sesaat. Oleh karena itu dalam pembahasan pembentukan daerah otonom baru selain mengacu pada peraturan perundang-undangan yang ada, juga harus secara obyektif melihat potensi dan kemampuan daerah tersebut untuk bisa berkembang dan menjadi daerah yang lebih maju. Untuk itu dalam pembahasannya diperlukan kajian yang sangat mendalam dan nyata dengan mengunjungi daerah yang dimaksud dan menggali berbagai informasi yang dibutuhkan dari berbagai unsur masyarakat setempat, sehingga daerah yang akan dibentuk benar-benar sudah memenuhi berbagai persyaratan dan memang sudah sepantasnya diberikan status sebagai daerah otonom baru.

Sementara Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Fraksi Partai

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 85 Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam pendapat mini fraksinya mengatakan, masih terdapat catatan penting tentang kelengkapan secara teknis yang masih perlu dikaji dan diuji secara mendalam oleh instansi terkait maupun pejabat yang berwenang.

Pada tanggal 11 April 2012, DPR RI kembali menyampaikan usul inisiatif komisi II DPR RI tentang 19 Daerah Otonomi Baru (DOB) melalui surat dengan nomor : LG.01.01/03890/DPR RI/IV/2012 termasuk didalamnya kabupaten Kolaka Timur. Selanjutnya sebulan kemudian, pada tanggal 11 Mei 2012 Presiden Republik Indonesia mengeluarkan surat bernomor : R-46/pres/05/2012 perihal penunjukan wakil untuk membahas

19 RUU tentang pembentukan daerah otonom baru, termasuk Kabupaten

Kolaka timur.

Verifikasi terhadap berkas kelengkapan calon daerah otonomi baru kembali dilaksanakan tanggal 2 Juli 2012 yang mana dihadiri oleh semua

Bupati induk termasuk Bupati Kolaka, Direktur Jendral Otonomi daerah,

Direktur Jendral Pemerintahan umum, direktur jendral keuangan dan

Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait di kantor kementrian dalam negeri

Republik Indonesia. Dalam pertemuan tersebut Mentri dalam negeri Republik

Indonesia menyampaikan laporan atas hasil kajian terhadap 19 rancangan undang-undang tentang pembentukan daerah otonom baru yang dalam laporan tersebut Kolaka Timur dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat.

Laporan dari Menteri dalam negeri menjadi angin segar dan mendapat sambutan positif dari mayoritas masyarakat Kabupaten Kolaka Timur yang memang telah lama menantikan kaberhasilan Kolaka Timur menjadi daerah

Otonomi baru. 2 bulan setelah disampaikannya laporan menteri dalam negeri, kemudian Tanggal 28 September 2012 Pemerintah Kabupaten Kolaka

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 86 melakukan rapat guna membahas klarifikasi data 19 Rancangan Undang- undang di ruang rapat Bupati Kolaka yang dihadiri oleh SKPD dan forum percepatan pembentukan Kabupaten Kolaka Timur. Dalam rapat tersebut dibahas pula mengenai persiapan yang dibutuhkan dalam menyambut dan meyakinkan Tim teknis Dewan Pertimbangan Otonomi daerah yang rencananya akan berkunjung langsung ke wilayah calon Kabupaten Kolaka

Timur pada bulan November 2012 sekaligus mengklarifikasi berbagai kelengkapan data yang telah lebih dulu diterima dan dibahas selama ini.

Bupati Kolaka menekankan kerja sama semua pihak dimulai dari satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Kolaka, para Kepala desa/lurah, camat, tokoh masyarakat di wilayah Kolaka Timur untuk bekerjasama dalam meyakinkan tim DPOD, dengan proses yang hampir rampung, Bupati Kolaka tidak ingin terjadi kesalahan selama masa kunjungan tim DPOD yang dapat mempengaruhi hasil verifikasi sehingga dapat membatalkan terbentuknya

Kabupaten Kolaka Timur.

5.1.5 Kunjungan Tim teknis Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD)

Pada 22-23 November 2012 Tim Teknis Dewan pertimbangan otonomi daerah (DPOD) melakukan kunjungan penilaian kelayakan teknis calon daerah otonom baru Kolaka Timur. Tim DPOD berada di calon Kabupaten

Kolaka Timur hanya selama 2 hari. Kedatangan tim teknis DPOD ini disertai oleh para pejabat provinsi dan kabupaten setempat. Kunjungan lapangan dilakukan tim teknis DPOD tanggal 22-23 November 2012 yang didahului oleh tim advance (petugas sekretariat DPOD) pada tanggal 21 November. Dan pada tanggal 22 November 2012, tim advance melakukan pengumpulan data dalam rangka penilaian tentang persyaratan teknis, administrasi dan fisik

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 87 kewilayahan sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2007.

Adapun lokasi yang dikunjungi tim teknis Dewan Pertimbangan Otonomi

Daerah selama berada di kabupaten Kolaka Timur yaitu: (1) Calon Lokasi

Kantor Bupati Kolaka Timur, (2) Lokasi pusat Pemerintahan di desa Orawa dan desa Lara (3) Lokasi pusat pengembangan ekonomi dan wilayah di

Kecamatan Ladongi dan Loea.

Jika melihat masa kunjungan tim teknis DPOD yang relatif singkat, bisa dikatakan bahwa tim teknis belum optimal dalam melakukan penelitian lapangan. Tim ini lebih banyak melakukan penelitian dokumen dan temu- muka dengan masyarakat dan dalam waktu yang sangat singkat. Belum lagi pelayanan yang diberikan oleh daerah pada umumnya terkesan berlebihan

(suap secara halus) yang mempengaruhi tim teknis sehingga tidak bisa bekerja secara objektif dan maksimal karena adanya kesan sungkan terhadap pelayanan yang diterima apalagi bila disertai amplop. Walaupun informan dilapangan enggan menyebutkan adanya amplop yang beredar, namun indikasi tersebut tetap memungkinkan jika melihat kinerja tim teknis yang yang kurang optimal dan terkesan datar-datar saja. Adapun berdasarkan hasil kunjungan dan kajian Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD),

Kabupaten Kolaka Timur dinyatakan layak menjadi daerah otonomi baru.

Adapun isi berita acara hasil observasi lapangan tim teknis DPOD yaitu :

klarifikasi data jumlah penduduk, luas wilayah,nama cakupan wilayah dan

batas wilayah yang sudah disesuaikan dengan kaidah pemetaan badan

koordinasi survey dan pemetaan nasional (BAKOSURTANAL) / Badan

Informasi Geospasial (BIG) yaitu :

 Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai luas wilayah keseluruhan

±148.140 km² dan jumlah penduduk ± 2.518.253 jiwa pada tahun 2010

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 88  Kabupaten Kolaka memiliki luas wilayah keseluruhan ±6.918,33 km²,

dengan jumlah penduduk ±321.506 pada tahun 2011.

 Kabupaten Kolaka Timur memiliki luas wilayah keseluruhan ±3.634,74 km², dan jumlah penduduk ±108.442 jiwa ditahun 2011.

Untuk cakupan dan batas batas wilayah telah disebutkan pada bagian

sebelumnya dalam tulisan ini.

5.1.6 Terbentuknya secara resmi Kabupaten Kolaka Timur

Setelah Kolaka Timur memperoleh rekomendasi dari tim DPOD, selanjutnya Tanggal 5 Desember 2012 dilaksanakan rapat panitia kerja pemekaran daerah di komisi II DPR RI yang dihadiri oleh Gubernur, DPRD

Provinsi Sulawesi Tenggara, Bupati dan Ketua DPRD Kabupaten Kolaka. Dan

5 hari berselang, yakni 10 Desember 2012 rencananya akan dilakukan pengambilan keputusan tingkat I antara DPR dan Pemerintah sekaligus penandatanganan berita acara pengesahan RUU, namun gagal karena belum ada kesepakatan mengenai jumlah daerah yang dinyatakan layak. Baru pada

13 Desember 2012 pukul 19.30 komisi II DPR RI kembali melakukan pleno komisi dan menyatakan Kolaka Timur menjadi Kabupaten beserta 6 daerah lainnya di Indonesia. Jadilah Tanggal 14 Desember 2012 sebagai moment bersejarah bagi masyarakat Kabupaten Kolaka Timur dan forum Percepatan

Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur yang telah berhasil membawa Kolaka

Timur pada sidang paripurna DPR RI yang dihadiri oleh menteri dalam negeri, dirjen Otonomi daerah mengesahkan undang-undang pembentukan daerah Otonomi baru Kabupaten Kolaka Timur diwilayah Sulawesi Tenggara.

Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan Gubernur dan DPRD Provinsi

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 89 Sulawesi Tenggara, Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Kolaka, serta tokoh-tokoh dan segenap masyarakat Kolaka Timur.

Peristiwa ini juga menandakan keberhasilan para elit-elit politik lokal didaerah dalam memperjuangkan kepentingan politiknya masing-masing.Hal ini dapat berarti dimulainya era baru, lahirnya kelompok minoritas baru yang bisa dikatakan selama ini terpinggirkan dan berada dibawah tekanan para elit politik lokal di Kabupaten Kolaka yang berkuasa dan telah mapan terlebih dahulu. Karena bagi mereka, untuk mendobrak dominasi yang lebih mapan tersebut sangatlah sulit dikarenakan terbatasnya ruang gerak sebagai akibat dari terbatasnya kewenangan yang diberikan. Selain itu, terbentuknya

Kabupaten Kolaka Timur dapat menjadi angin segar bagi Partai Amanat

Nasional (PAN) untuk lebih mengokohkan diri sebagai partai penguasa di

Sulawesi Tenggara, dimana sebelumnya di Kabupaten Kolaka, Partai Amanat nasional selalu berada di bawah bayang-bayang Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) yang mana dipimpin langsung oleh Bupati Kolaka sebagai Ketua Umum. Gubernur,yang sekaligus merupakan Ketua DPW PAN

Sulawesi Tenggara periode 2010-2015 dapat menempatkan wakil-wakilnya dalam bidang pemerintahan di wilayah Kabupaten Kolaka timur dimulai dari pelaksana tugas (Plt) Bupati Kolaka Timur sampai pada jajarannya kebawah untuk memperkuat dominasi politiknya. Peristiwa yang terjadi identik dan sejalan dengan teori elit politik yang diutarakan Karl Mannhem (dalam Harun dan Sumarno,2006:22) yang mengatakan kelompok bawah dapat menggeser dominasi elit berkuasa selama mendapat dukungan masyarakat.

Selain itu geliat ataupun manuver politik partai Golongan Karya dan

Partai Amanat Nasional di Kabupaten Kolaka dapat menggambarkan bagaimana Kepentingan Partai politik (institusi Politik) dapat membentuk

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 90 perilaku, menggerakkan individu-individu maupun aktor-aktor politik baik itu atas dasar suka ataupun tidak suka Hal tersebut menjadi wajib untuk dilaksanakan oleh kader-kader politiknya. Kepentingan Partai Politik menjadi kepentingan utama. Partai Politik seolah mendidik para kadernya untuk menjadi loyalis Partai bukannya menjadi seorang negarawan. Hal ini sejalan dengan teori Institusionalisme Normatif (March dan Olsen dalam David Marsh dan Gary Stoker, 2010:13) yang menyatakan bahwa Institusi Politik mempengaruhi perilaku aktor dengan membentuk nilai, norma, kepentingan, identitas dan keyakinan mereka. Aturan-aturan yang terlihat netral sebenarnya mengandung nilai (hubungannya dengan kekuasaan).

Pada tanggal 28 Februari 2013 diserahkan undang-undang nomor :

08 tahun 2013 tentang pembentukan Kabupaten Kolaka Timur yang dihadiri oleh sekretaris Provinsi Sulawesi Tenggara, kepala biro pemerintahan

Provinsi, Asisten 1 sekretariat daerah Kolaka dan Kepala Kesbangpol

Kabupaten Kolaka. 2 bulan kemudian tepatnya Tanggal 22 April 2013 dilakukan peresmian Kabupaten Kolaka Timur di Kantor Kementrian dalam negeri sekaligus pelantikan Pelaksana tugas (Plt) Bupati Kolaka Timur :Drs.

Tony Herbiansyah, M.Si yang merupakan salah satu orang terdekat dan juga kader politik Nur Alam (Gubernur Sulawesi Tenggara).

Kabupaten Kolaka Timur sebagai daerah otonomi yang baru, akan mulai memperoleh DAU pada Januari 2014, sementara untuk Anggota DPRD yang akan menduduki kursi legislatif sebanyak 25 orang yang kemungkinan dibagi dalam 3 daerah pemilihan. Dan untuk pemilukada di Kabupaten

Kolaka timur rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2015 sambil menunggu kelengkapan perangkat daerah ataupun semua aspek yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan daerah,

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 91 antara lain: sarana dan prasarana pemerintahan, pengalihan P3D (personel, perlengkapan pembiayaan, dan dokumen), pembentukan kelembagaan dan pengisian jabatan Struktural ditingkat birokrasi. Wilayah Kabupaten Kolaka

Timur juga masih mengikuti Pemilukada yang dilaksanakan 20 Oktober 2013 yang ditandai dengan surat edaran KPU Pusat.

Menganalisa dari persyaratan pembentukan Daerah otonomi baru yang diatur dalam PP nomor 78 tahun 2007, terbentuknya Kabupaten Kolaka

Timur telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hanya saja yang menjadi permasalahan adalah dengan terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur beserta dengan daerah-daerah otonomi baru yang lain hal tersebut berarti semakin menambah beban fiskal dengan harus menyediakan Dana alokasi Umum

(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), yang harus disediakan pemerintah kepada daerah-daerah otonomi baru tersebut. Pemerintah seakan limbung dengan tidak terkendalinya laju pembentukan daerah-daerah otonomi baru yang tentu saja mempengaruhi Postur APBN. Pemerintah tidak dapat berbuat banyak untuk menghentikan proses pembentukan daerah yang berlangsung, dikarenakan lemahnya instrument regulasi yang ditandai dengan longgarnya persyaratan yang ditetapkan untuk pembentukan daerah otonom. Selain itu manuver DPR dengan terus menggunakan hak inisiatifnya dalam membuat undang-undang pembentukan daerah otonomi baru membuat pemerintah seolah-olah hanya menjadi tempat berkonsultasi dan memberi informasi perihal persyaratan yang harus dipenuhi calon daerah otonomi baru tanpa mampu membendung karena tidak memiliki dasar hukum. Moratorium pemekaran daerah oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak tahun

2006 yang kemudian ditegaskan ulang dalam rapat paripurna DPR tanggal

16 Agustus 2007 hilang tak berbekas. Saat itu Presiden telah dengan tegas

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 92 menjelaskan kalau permasalahan pelaksanaan pemekaran daerah telah memberatkan keuangan pemerintah pusat. Banyak dana yang ditransfer ke daerah untuk membiayai daerah otonomi baru sementara evaluasi dari hasil penggunaan dana tersebut sepertinya tidak ada. DPR yang akhir-akhir ini menjadi pemeran utama dan juga Pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa terhadap daerah-daerah baru yang hampir 80% telah dianggap gagal dalam mewujudkan tujuan utama dari pembentukan daerah otonomi baru tersebut.

Sejak 2007, pemerintah telah secara rutin mewacanakan moratorium pemekaran daerah. Namun secara rutin pula DPR mengesahkan undang- undang pembentukan daerah otonomi baru. DPR memang tak bisa membendung usulan dari daerah karena belum pernah adanya aturan moratorium pemekaran daerah. Tidak pernah pula ada konsensus bersama antara Pemerintah dan DPR perihal moratorium, melainkan hanya wacana yang tidak berujung. Di sisi yang lain, sejumlah politikus terus memanfaatkan moment ini untuk semakin aktif memberikan janji-janji dalam membantu proses pembentukan daerah otonomi baru jika terpilih sebagai

Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/wakil bupati dalam Pemilukada.

Begitupun dengan para calon anggota legislatif menjelang pemilu.

Wakil ketua komisi II DPR Arif wibowo mengatakan, DPR berpijak pada undang-undang dalam menerima dan meneruskan aspirasi pembentukan DOB.” DPR sulit menolak aspirasi pemekaran karena undang- undang tidak melarang, undang-undang justru memberikan ruang untuk usulan pemekaran daerah”. Arif Wibowo menantang pemerintah untuk mempercepat revisi undang-undang jika moratorium pemekaran merupakan sesuatu yang mendesak bagi pemerintah. Tanpa adanya Revisi UU nomor 32 tahun 2004 dan juga PP nomor 78 tahun tahun 2007, maka DPR maupun

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 93 pemerintah akan melanggar undang-undang jika tidak menjalankan aspirasi pemekaran daerah. Lahirnya Grand desain/Desain besar penataan daerah

(Desertada) di Indonesia yang didalamnya mengatur soal pemekaran daerah dari tahun 2010 hingga 2025 diharapkan seleksi pemekaran daerah akan lebih ketat. Namun Desertada tersebut belum memberikan dampak yang sesuai harapan dikarenakan revisi undang-undangnya belum ada.

Banyak dari Daerah Otonomi baru yang berstatus kurang baik ataupun buruk yang telah masuk dalam catatan Kemendagri, Namun sayangnya sekalipun dinilai buruk, Kemendagri enggan menggabungkan

DOB dengan Kabupaten/Kota induk. Ketidak beranian pemerintah tersebut diduga banyak dimanfaatkan oleh sejumlah elit politik baik di pusat maupun daerah. Pemerintah seolah-olah dikangkangi DPR karena ketidakmampuan melawan tekanan politik kepentingan, selain karena di dalam tubuh pemerintah juga terdapat politikus-politikus yang memanfaatkan arus pemekaran daerah untuk mendapatkan simpati masyarakat. Pemekaran dijadikan permainan para elit politik, dengan memanfaatkan daerah otonomi baru menjadi ajang korupsi baru dengan mengeruk APBN namun dengan bantuan fasilitas undang-undang. Kiranya revisi undang-undang nomor 32 tahun 2004 dan PP nomor 78 tahun 2007 menjadi hal penting dan mendesak yang harus segera dilaksanakan.

5.2 Syarat Aministratif

Proses politik panjang yang telah dijelaskan sebelumnya, menggambarkan Pembentukan Kabupaten kolaka Timur secara administratif telah memenuhi persyaratan yakni dengan adanya (1)Keputusan DPRD

Kabupaten Kolaka nomor 21/DPRD/2007 tentang persetujuan pemekaran kabupaten Kolaka/pembentukan kabupaten Kolaka Timur, yang kemudian

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 94 disempurnakan lagi dengan keputusan DPRD nomor 10/DPRD/2010.

(2)Keputusan Bupati Kolaka nomor 195 tahun 2007 tentang persetujuan pemekaran wilayah Kabupaten Kolaka menjadi daerah Kolaka bagian Timur.

Selanjutnya (3)Keputusan DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara nomor

10/DPRD/2007 yang diperbaharui dengan keputusan nomor 4 tahun 2009 tentang persetujuan pembentukan daerah otonom baru Kabupaten Kolaka

Timur. (4)Keputusan Gubernur Sulawesi tenggara nomor 730 tahun 2008 yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Gubernur nomor 357 tahun

2010 persetujuan pembentukan daerah otonomi Kabupaten Kolaka timur.

Kemudian adanya rekomendasi dari hasil kajian tim teknis DPOD yang dijadikan dasar rekomendasi menteri dalam negeri tentang persetujuan pembentukan Kabupaten Kolaka Timur sehingga dapat diproses lebih lanjut sampai pada pembahasan akhir dalam rapat pleno komisi II DPR RI tanggal

13 desember 2012 yang menyatakan Kolaka Timur sah menjadi Kabupaten yang ditandai dengan lahirnya Undang-undang nomor 8 tahun 2013 tentang pembentukan Kabupaten Kolaka Timur.

Dengan telah terpenuhinya semua syarat administratif, sehingga

Kabupaten Kolaka Timur telah sah terbentuk walaupun dalam prosesnya banyak terindikasi dipengaruhi oleh kepentingan elit-elit politik serta semakin memberatkan beban APBN yang harus dialokasikan pemerintah, namun hal tersebut tidak dapat dihentikan karena dapat melanggar undang- undang. Moratorium yang telah berkali-kali diungkapkan pemerintah belum dapat dijadikan pedoman dikarenakan belum pernah adanya aturan moratorium pemekaran daerah serta adanya konsensus bersama antara DPR dan pemerintah perihal moratorium.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 95 5.3 Syarat teknis

5.3.1 Faktor, konsep/definisi, indikator serta tata cara penghitungan dalam rangka pembentukan daerah otonom baru

1) Faktor-Faktor

A. Faktor Kependudukan meliputi

1 Jumlah penduduk Jumlah semua orang yang berdomisili disuatu daerah selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap 2 Kepadatan penduduk Jumlah penduduk dibagi luas wilayah efektif

B. Faktor Kemampuan ekonomi meliputi

3 PDRB Non migas Nilai PDRB non migas atas harga berlaku perkapita dibagi jumlah penduduk 4 Pertumbuhan Ekonomi Nilai besaran PDRB non migas atas dasar harga konstan tahun ke-t dikurangi nilai PDRB non migas atas dasar harga konstan tahun ke t-1 dibagi nilai PDRB non migas atas dasar harga konstan tahun ke t-1 dikalikan 100 5 Kontribusi PDRB non Untuk Provinsi adalah nilai PDRB non migas migas provinsi atas dasar harga berlaku suatu daerah dibagi PDRB non migas nasional atas dasar harga berlaku dikalikan 100. Untuk Kabupaten/Kota adalah nilai PDRB non migas Kabupaten atas dasar harga berlaku suatu daerah dibagi PDRB non migas provinsi atas harga berlaku dikalikan 100.

C. Faktor Potensi Daerah Meliputi :

6 Rasio Bank dan lembaga Jumlah bank dibagi jumlah penduduk dikali keuangan non bank per 10.000 10.000 penduduk 7 Rasio Kelompok Jumlah kelompok pertokoan/toko dibagi pertokoan/toko /10.000 jumlah penduduk dikali 10.000 penduduk 8 Rasio pasar per 10.000 Jumlah pasar dibagi jumlah penduduk dikali penduduk 10.000 9 Rasio sekolah SD per Jumlah SD dibagi jumlah penduduk usia 7- penduduk usia SD 12 tahun

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 96 10 Rasio SLTP per penduduk Jumlah SLTP dibagi jumlah penduduk usia usia SLTP 13-15 tahun 11 Rasio SLTA per penduduk Jumlah SD dibagi jumlah penduduk usia 6- usia SLTA 18 tahun 12 Rasio fasilitas kesehatan Jumlah Rumah sakit, Rumah bersalin, per 10.000 penduduk poliklinik baik negeri maupun swasta dibagi jumlah penduduk dikali 10.000 13 Rasio tenaga medis per Jumlah dokter, perawat, mantra kesehatan 10.000 penduduk dibagi jumlah penduduk dikali 10.000 14 Persentase rumah tangga Jumlah rumah tangga yang mempunyai yang mempunyai kendaraan bermotor/perahu/perahu kendaraan motor/kapal motor dibagi dengan jumlah bermotor/perahu/perahu rumah tangga dikali 100. motor/kapal motor 15 Persentase pelanggan Jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik terhadap jumlah listrik PLN dan non PLN dibagi jumlah rumah rumah tangga tangga dikali 100 16 Rasio panjang jalan Jumlah panjang jalan dibagi jumlah terhadap jumlah kendaraan bermotor kendaraan bermotor 17 Persentase pekerja yang Jumlah pekerja yang berpendidikan SLTA berpendidikan minimal keatas dibagi jumlah penduduk usia 18 SLTA terhadap penduduk tahun dikali 100 usia 18 tahun keatas 18 Persentase pekerja yang Jumlah pekerja yang berpendidikan S-1 berpendidikan minimal S- keatas dibagi jumlah penduduk usia 25 1 terhadap penduduk tahun dikali 100 usia 25 tahun keatas 19 Rasio pegawai negeri sipil Jumlah PNS Golongan I/II/III/IV dibagi terhadap penduduk jumlah penduduk dikalikan 10.000

D. Faktor Kemampuan Keuangan

20 Jumlah PDS (Pendapatan Jumlah seluruh penerimaan daerah yang daerah sendiri) berasal dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak, bagi hasil sumber daya alam dan penerimaan dari bagi hasil provinsi (untuk pembentukan kabupaten/kota) 21 Rasio PDS terhadap Jumlah PDS dibagi dengan jumlah penduduk jumlah penduduk 22 Rasio PDS terhadap Jumlah PDS dibagi dengan jumlah PDRB non PDRB non migas migas

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 97 2) Konsep dan definisi

Indikator adalah suatu parameter ataupun nilai yang diturunkan dari faktor yang memberikan informasi tentang keadaan dari suatu fenomena/lingkungan/wilayah, dan dari indikator tersebut berhubungan secara langsung dengan nilai parameter. Indikator ini dihitung untuk penyusunan indeks komposit pembentukan/pengahapusan dan penggabungan daerah otonom yang harus memenuhi persyaratan : 1)data yang tersedia, 2)mudah dihitung, 3)relevan, terukur dan reliable

Jumlah penduduk adalah penduduk warga negara Indonesia dan orang

asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

Kepadatan penduduk adalah rasio antara jumlah penduduk dengan luas

wilayah yang efektif.

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto seluruh sektor kegiatan

ekonomi yang terjadi/muncul disuatu daerah pada periode tertentu.

PDRB non migas perkapitaadalah nilai PDRB non migas atas dasar harga

berlaku dibagi jumlah penduduk disuatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan nilai PDRB non migas atas

harga konstan dari suatu periode/tahun terhadap periode/tahun

sebelumnya.

Kontribusi PDRB non migas adalah persentase non migas provinsi dan

atau persentase PDRB non migas Provinsi terhadap PDB nasional.

Potensi daerah adalah potensi fisik dan non fisik dari suatu

daerah/wilayah seperti penduduk, sumber daya buatan dan sumber

daya sosial. Untuk keperluan otonomi daerah, hanya potensi daerah

yang dapat diukur saja yang dimasukkan dalam indikator tersedia.

Sedangkan potensi daerah yang sulit diukur dimasukkan dalam

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 98 indikator prospek, seperti sumber daya yang baru terbukti dan belum

dilakukan pemanfaatannya secara ekonomis.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Lembaga keuangan non Bank adalah badan usaha selain bank yang

meliputi Asuransi, Pegadaian dan Koperasi.

Kelompok Pertokoan adalah sejumlah toko yang terdiri dari paling sedikit

10 toko dan berkelompok. Dalam satu kelompok pertokoan, bangunan

fisiknya lebih dari satu.

Pasar adalah prasarana fisik yang khusus dibangun untuk tempat

pertemuan antara penjual dan pembeli barang/jasa, yang biasanya

aktivitas rutinnya dilakukan setiap hari.

Fasilitas Kesehatan adalah tempat pemeriksaan dan perawatan

kesehatan, berada dibawah pengawasan dokter/tenaga medis, yang

biasanya dilengkapi dengan fasilitas rawat inap dan klinik.

Tenaga Medis adalah Dokter, mantri kesehatan/perawat dan sejenisnya.

Tidak termasuk bidan yang dapat memberikan pengobatan baik yang

buka praktek maupun tidak.

Kendaraan bermotor/perahu/perahu motor/kapal motor adalah alat

untuk mengangkut orang seperti bemo, bajaj dan motor, parahu baik

yang menggunakan tenaga penggerak motor tempel atau tidak. Perahu

motor menggunakan motor penggerak dipasang tidak permanen

maupun kapal yang menggunakan motor sebagai tenaga penggerak,

motor dipasangkan secara permanen didalamya.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 99 Pelanggan Listrik adalah rumah tangga yang menggunakan listrik PLN

dan non PLN sebagai alat penerangan rumah.

Pengguna air bersih adalah rumah tangga yang menggunakan air bersih

khususnya untuk kebutuhan air minum.

Penerimaan Daerah sendiri (PDS) adalah seluruh penerimaan daerah

yang berasal dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak, bagi sumber

daya alam dan penerimaan dari bagi hasil provinsi (untuk pembentukan

Kabupaten/kota).

Sarana Peribadatan adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat

melakukan peribadatan sesuai dengan agama yang dianut.

Fasilitas lapangan olah raga adalah tempat (fasilitas) yang digunakan

untuk melakukan aktivitas olah raga baik diruangan terbuka maupun

ruangan tertutup

Balai pertemuan adalah tempat (gedung) yang digunakan untuk

pertemuan masyarakat melakukan berbagai kegiatan interaksi sosial.

Penduduk yang ikut Pemilu adalah penduduk yang menggunakan hak

pilihnya sesuai dengan Undang-Undang pemilu

Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi masyarakat yang

mempunyai tujuan tertentu di bidang sosial dan kemasyarakatan.

Luas Daerah/wilayah keseluruhana dalah luas daratan ditambah luas 4

mil laut dari pantai untuk kabupaten/kota atau sampai dengan 12 mil

laut dari pantai provinsi.

Wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan adalah wilayah yang dapat

digunakan untuk kawasan budi daya diluar kawasan lindung.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 100 Personil aparat pertahanan adalah anggota TNI AD-AL-AU dalam wilayah

calon daerah otonom.

Karakteristik wilayah adalah ciri wilayah yang ditunjukkan oleh

hamparan permukaan fisik calon daerah otonom (berupa daratan,

pantai/laut atau kepulauan) dan posisi calon daerah otonom

(berbatasan dengan negara lain atau tidak)

Rentang kendali adalah jarak rata-rata kabupaten/kota atau kecamatan

ke pusat pemerintahan (ibukota provinsi/kabupaten), dan rata-rata

lama waktu perjalanan ke pusat pemerintahan

Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah merupakan indeks komposit

yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk melihat taraf

hidup/kemajuan masyarakat.

3) Bobot Penilaian

Setiap faktor dan indikator mempunyai bobot yang berbeda-beda

sesuai dengan perannya dalam pembentukan daerah otonom. Adapun bobot

untuk masing-masing faktor dan indikator adalah :

No Faktor dan Indikator Bobot 1 Kependudukan 20 1. Jumlah Penduduk 15 2. Kepadatan Penduduk 5 2 Kemampuan ekonomi 15 1. PDRB non migas perkapita 5 2. Pertumbuhan ekonomi 5 3. Kontribusi PDRB non migas 5 3 Potensi Daerah 15 1. Rasio bank dan lembaga keuangan non bank per 10.000 2 penduduk 2. Rasio kelompok pertokoan per 10.000 penduduk 1 3. Rasio pasar per 10.000 penduduk 1 4. Rasio Sekolah SD per penduduk usia SD 1 5. Rasio Sekolah SLTP per penduduk usia SLTP 1 6. Rasio Sekolah SLTA per penduduk usia SLTA 1 7. Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk 1 8. Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk 1

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 101 9. Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan 1 bermotor/perahu/perahu motor/kapal motor 10. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga 1 11. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor 1 12. Persentase pekerja yang berpendidikan minimal SLTA 1 terhadap penduduk usia 18 tahun keatas 13. Persentase pekerja yang berpendidikan minimal S-1 1 terhadap penduduk usia 25 tahun keatas 14. Rasio pegawai negeri sipil terhadap penduduk 1 4 Kemampuan Keuangan 15 1. Jumlah PDS 5 2. Rasio PDS terhadap jumlah penduduk 5 3. Rasio PDS terhadap daerah sendiri 5 5 Sosial budaya 5 1. Rasio sarana peribadatan per 10.000 penduduk 2 2. Rasio fasilitas lapangan olahraga per 10.000 penduduk 2 3. Jumlah balai pertemuan 1 6 Sosial Politik 5 1. Rasio penduduk yang ikut pemilu legislatif penduduk yang 3 mempunyai hak pilih 2. Jumlah organisasi kemasyarakatan 2 7 Luas Daerah 5 1. Luas wilayah keseluruhan 2 2. Luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan 3 8 Pertahanan 5 1. Rasio jumlah personil aparat pertahanan terhadap luas 3 wilayah 2. Karakteristik wilayah, dilihat dari sudut pandang 2 pertahanan 9 Keamanan 5 1. Rasio jumlah personil aparat keamanan terhadap jumlah 5 penduduk 10 Tingkat kesejahteraan masyarakat 5 1. Indeks pembangunan manusia 5 11 Rentang kendali 5 1. Rata-rata jarak kabupaten/kota atau kecamatan ke pusat 2 pemerintahan (ibukota provinsi atau ibukota kabupaten) 2. Rata-rata waktu perjalanan kabupaten/kota atau 3 kecamatan ke pusat pemerintahan (ibukota provinsi atau ibukota Kabupaten) J u m l a h 100

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 102 4) Nilai Indikator

Adalah hasil perkalian skor dan bobot masing-masing indikator.

Kelulusan ditentukan oleh total nilai seluruh indikator dengan kategori :

Kategori Total nilai seluruh indikator Keterangan Sangat mampu 420 s/d 500 Rekomendasi Mampu 340 s/d 419 Rekomendasi Kurang mampu 260 s/d 339 Ditolak Tidak mampu 180 s/d 259 Ditolak Sangat tidak mampu 100 s/d 179 Ditolak

Kriteria kelulusan suatu daerah otonom sebagaimana ditetapkan oleh

Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2007 pada lampiran dinyatakan bahwa suatu calon daerah otonom baru apabila calon daerah otonom dan induknya (setelah pemekaran) mempunyai total nilai seluruh indikator dengan kategori sangat mampu (420-500) atau mampu (340-419). Sebaliknya usulan pembentukan daerah otonom baru ditolak apabila calon daerah induknya (setelah pemekaran) mempunyai total nilai seluruh indikator dengan kategori kurang mampu, tidak mampu dan sangat tidak mampu dalam menyelenggarakan otonomi daerah, atau perolehan total nilai faktor kependudukan kurang dari 80, atau faktor kemampuan ekonomi kurang dari

60, atau faktor potensi daerah kurang dari 60, ataupun faktor kemampuan keuangan kurang dari 60.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 103 5.3.2 Rekapitulasi Syarat teknis (Faktor dan Indikator) dalam rangka pembentukan Kabupaten Kolaka Timur

Tabel 2

JUMLAH DARI INDIKATOR PEROLEHAN NILAI FAKTOR INDIKATOR DAERAH DAERAH CALON CALON DOB INDUK INDUK DOB 1.Jumlah penduduk 178.976 jiwa 94.142 jiwa 1.Kependudukan 100 85 2.Kepadatan penduduk 55 jiwa/km² 26jiwa/km² 3.PDRB non migas per kapita 6.309.934,18 6.660.843,37 2.Kemampuan 4.Pertumbuhan ekonomi 10,54% 10,54% 70 70 ekonomi 5.Kontribusi PDRB non migas 14,90% 8,27% 6.Rasio bank dan lembaga keuangan non 19,947 4,671 bank per 10.000 penduduk 7.Rasio kelompok pertokoan per 10.000 1,844 1,699 penduduk 8.Rasio pasar per 10.000 penduduk 2,291 2,017 9.Rasio SD per penduduk usia SD 0,0053 0,0067 10.Rasio SLTP per penduduk usia SLTP 0,0032 0,0039 11.Rasio SLTA per penduduk usia SLTA 0,0024 0,0026 12.Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 2,794 2,866 penduduk 13.Rasio tenaga medis per 10.000 18,353 14,494 3.Potensi daerah penduduk 64 62 14.Persentase rmh tangga yg mempunyai 38,56 11,98 kendaraan bermotor/perahu/kapal motor 15.Persentase pelanggan listrik terhadap 56,66 29,43 jumlah rumah tangga 16.Rasio panjang jalan terhadap jumlah 0,048 0,147 kendaraan bermotor. 17.presentase pekerja yg berpendidikan minimal 18,93 24,52 SLTA terhadap penduduk usia 18 tahun keatas 18.presentase pekerja yg berpendidikan minimal 2,41 2,34 S-1 terhadap penduduk usia 25 tahun keatas 19.Rasio PNS terhadap penduduk 0,020 0,022 20.Jumlah pendapatan daerah sendiri 12,261,76(jt 6.812,01 (jt 4.Kemampuan (PDS) Rp) Rp) 75 75 Keuangan 21.Rasio PDA terhadap jumlah penduduk 0,069 0,072 22.Rasio PDS terhadap PDRB non migas 0,005 0,005 23.Rasio sarana peribadatan per10.000 16,836 18,652 penduduk 5.Sosial Budaya 24.Rasio Fasilitas lapangan olahraga per 24 19 6,9 3,6 10.000 penduduk 25.Jumlah balai pertemuan 56 31 26.Rasio penduduk yg ikut pemilu 0,810 0,780 6.Sosial politik legislatif (yang mempunyai hak pilih) 23 21 27.Jumlah organisasi kemasyarakatan 13 10 28.Luas wilayah keseluruhan 3.283,64 km² 3.634,74km² 7.Luas daerah 29.Luas wilayah efektif yang dapat 23 23 2.461,54 km² 3.192,13km² dimanfaatkan 30.Rasio jumlah personil aparat NA NA pertahanan terhadap luas wilayah 8.Pertahanan 5 5 31.Karakteristik wilayah, dilihat dari sudut E E pandang pertahanan 32.Rasio jumlah personil aparat keamanan 9.Keamanan 0,0065 0,0067 15 15 terhadap jumlah penduduk 10.Tingkat ke- 33.Indeks pembangunan Manusia (IPM) 69,60 69,60 25 25 sejahteraan masy 34.Rata-rata jarak kabupaten/kota atau kecamatan ke pusat pemerintahan 73,54 km 66,87 km 11.Rentang (provinsi atau kabupaten/kota) 20 20 Kendali 35.Rata-rata waktu perjalanan dari kabupaten/kota atau kecamatan kepusat 82,10 menit 81,14 menit pemerintahan (provinsi atau kab./kota) TOTAL KESELURUHAN NILAI 444 420

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 104 CATATAN : RENTANG NILAI YANG DIREKOMENDASIKAN  KEPENDUDUKAN : 80 – 100  KEMAMPUAN EKONOMI : 60 – 75  POTENSI DAERAH : 60 – 75  KEMAMPUAN KEUANGAN : 60 – 70 TOTAL KESELURUHAN : 340 - 500

5.3.3 Deskripsi dan Analisis Hasil kajian

1) Kependudukan

Tabel 3 Jumlah penduduk

Jumlah Jumlah Rata-rata NO Keterangan (Kabupaten/kota) penduduk(jiwa) kecamatan Jumlah penduduk 1 Kabupaten Buton 271.657 21 12.936 2 Kabupaten Muna*) 290.358 29 10.012 3 Kabupaten Konawe**) 265.646 30 8.855 4 Kabupaten Kolaka 273.168 14 19.512 5 Kabupaten Konawe Selatan 234.400 22 10.655 6 Kabupaten Bombana 107.294 16 6.706 7 Kabupaten Wakatobi 98.180 7 14.026 8 Kabupaten Kolaka Utara 94.190 12 7.849 9 Kota Kendari 244.586 10 24.459 10 Kota Bau-Bau 122.339 6 20.390 Rata-rata Kabupaten 1.634.893 151 10.827 Kuota Jumlah penduduk 54.136 Kab. Induk Kolaka (Sisa) 178.879 Calon Kab. Kolaka timur 94.192 *)Termasuk Kab.Buton Utara, **)termasuk Kab. Konawe Utara Sumber : Provinsi dan Kab/Kota se-Sulawesi Tenggara dalam angka 2006-2007, diolah kembali

Berdasarkan PP nomor 78 tahun 2007, bahwa kuota jumlah penduduk

kabupaten untuk pembentukan kabupaten adalah 5 kali rata-rata jumlah

penduduk kecamatan seluruh kabupaten di provinsi yang bersangkutan.

Dengan demikian, berdasarkan tabel 3 diatas terlihat bahwa rata-rata

kabupaten per kecamatan jumlah penduduk provinsi Sulawesi Tenggara

mencapai 10.827 jiwa, dengan demikian kuota jumlah penduduk kabupaten

untuk tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara adalah 5 kali jumlah penduduk

kecamatan atau sebanyak 54.136 jiwa. Penduduk kabupaten Kolaka sebelum

dimekarkan berjumlah 273.168 jiwa. Pembagian jumlah penduduk di

kabupaten Kolaka yang membentuk 2 kabupaten sekaligus, yaitu diwilayah

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 105 calon kabupaten Kolaka Timur diketahui jumlah penduduk sebesar 94.192 jiwa yang tersebar di lima (5) wilayah kecamatan, sedangkan untuk kabupaten induk Kolaka setelah di tinggal menjadi 178.976 jiwa yang berasal dari sembilan (9) kecamatan wilayah cakupannya. Dari jumlah penduduk tersebut dibandingkan dengan kuota jumlah penduduk, maka calon kabupaten Kolaka Timur maupun kabupaten Kolaka sebagai kabupaten induk masih memiliki jumlah penduduk diatas kuota yang telah ditentukan.

Selanjutnya untuk melihat perkembangan jumlah penduduk di wilayah ini, dapat dilakukan dengan menganalisa laju pertumbuhan penduduk.

Tabel 4 Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk kabupaten Kolaka tahun 2003-2006 Tahun 2003 2004 2005 2006 Jumlah Penduduk 259.363 263.677 269.211 273.168 Laju Pertumbuhan 0,00% 1,66% 2,1% 1,47% Rata-rata 1,74%

1,74% adalah rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahunnya, dengan demikian bila diproyeksikan jumlah penduduk 10 tahun kedepan dengan asumsi laju pertumbuhan tersebut diperoleh angka :

Tabel 5 Proyeksi jumlah penduduk selama kurun waktu 10 tahun yang akan datang

Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010 Kab. Kolaka induk 178.976 182.097 185.273 188.504 191.792 Kab. Kolaka Timur 94.192 95.835 97.506 99.207 100.937 Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015 Kab. Kolaka induk 195.136 198.540 202.002 205.525 209.109 Kab. Kolaka Timur 102.697 104.488 106.310 108.164 110.051

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 106 Tabel 6 Kepadatan Penduduk Jumlah Luas wilayah Kepadatan No Keterangan penduduk (Km²) Penduduk/Km² Kabupaten/Kota 1 Kab. Buton 271.657 2.675,25 102 2 Kab. Muna 290.358 4.887,00 59 3 Kab. Konawe 265.646 11.669,91 23 4 Kab. Kolaka 273.168 6.918,38 39 5 Kab.Konawe selatan 234.400 4.514,20 52 6 Kab. Bombana 107.294 3.056,08 35 7 Kab. Wakatobi 98.180 425,97 230 8 Kab. Kolaka Utara 94.190 3.391,62 28 9 Kota Kendari 244.586 295,89 827 10 Kota Bau-Bau 122.339 305,70 400 Rata-rata Kabupaten 1.536.713 37.112,44 41 Kab. Induk Kolaka (sisa) 178.976 3.283,64 55 Calon Kab. Kolaka Timur 94.142 3.634,74 26

Sumber : Provinsi dan Kab/Kota se-Sulawesi Tenggara dalam angka 2006-2007, diolah kembali

Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat kita ketahui bahwa rata-rata

tingkat kepadatan hunian penduduk setiap 1Km² di Provinsi Sulawesi

Tenggara mencapai 41 jiwa. Sementara di kabupaten induk Kolaka mencapai

55 Jiwa/km² dan untuk calon kabupaten Kolaka Timur mencapai 26

jiwa/km². Dengan demikian tingkat kepadatan penduduk di kabupaten

Kolaka berada diatas rata-rata kabupaten se-provinsi Sulawesi Tenggara,

sedangkan calon kabupaten Kolaka Timur belum.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya mengenai tata cara

perhitungan skor berdasarkan data tersebut maka diperoleh skor pada faktor

kependudukan dengan indikator jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

untuk calon kabupaten Kolaka Timur maupun kabupaten induk (Kolaka) :

Tabel 7 Skor kependudukan calon Kabupaten Kolaka Timur No Faktor dan indikator Skor bobot jumlah 1 Kependudukan 1. Jumlah penduduk 5 15 75 2. Kepadatan Penduduk 2 5 10 Total skor kependudukan 7 85

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 107 Tabel 8 Skor kependudukan Kabupaten induk Kolaka No Faktor dan indikator Skor bobot jumlah 1 Kependudukan 1. Jumlah penduduk 5 15 75 2. Kepadatan Penduduk 5 5 25 Total skor kependudukan 10 100

Dari skor tersebut, mengindikasikan bahwa dari faktor kependudukan yang dinilai berdasarkan indikator jumlah penduduk dan indikator kepadatan penduduk, maka Kabupaten Kolaka sebagai Kabupaten Induk yang akan memekarkan calon Kabupaten Kolaka Timur telah memenuhi persyaratan, karena telah memiliki skor diatas skor minimal yang dipersyaratkan sebesar 80, sementara Kabupaten Kolaka (induk) memperoleh skor 100, sedangkan calon Kabupaten Kolaka Timur memperoleh skor 85.

2. Kemampuan Ekonomi

2.1) PDRB perkapita

PDRB perkapita merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya. PDRB perkapita dapat diperoleh dengan membagi besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun yang bersangkutan. Jadi besaran PDRB perkapita sangat tergantung dari besaran PDRB yang terbentuk dengan jumlah penduduk pada satu tahun.

Angka PDRB sebenarnya hanya menunjukan besaran ekonomi secara keseluruhan untuk suatu wilayah dan tidak mampu mencerminkan tingkat perekonomian penduduknya. Suatu daerah dengan PDRB yang rendah mungkin saja rata-rata pendapatan penduduknya tinggi, yaitu jika jumlah penduduk di daerah tersebut juga rendah. Sebaliknya disuatu daerah dengan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 108 PDRB tinggi dan jumlah penduduk banyak rata-rata penduduknya bisa saja

sangat rendah. Berdasarkan kenyataan inilah maka dilakukan penghitungan

angka-angka per kapita.

PDRB perkapita atas dasar harga berlaku (ADHB) Provinsi Sulawesi

Tenggara menurut Kabupaten pada umumnya menunjukkan kenaikan yang

bervariatif. Selain itu, angka-angka tersebut juga mencerminkan

pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Tabel 9 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Seluruh Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2002 s/d 2006 Tahun NO Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 1 Buton 2.682.846,24 2.466.330,31 2.463.152,93 3.233.285,02 3.762.608,07 2 Kota Bau-Bau 4.400.607,94 5.240.190,28 6.035.279,44 7.467.259,62 8.652.543,56 3 Bambana - - 3.662.262,29 4.878.304,90 5.641.298,56 4 Wakatobi - - 2.518.594,42 3.706.151,07 4.244.020,98 5 Muna 3.732.672,12 3.940.580,32 4.390.987,01 5.717.789,95 6.010.764,82 6 Buton Utara - - - - 9.726.384,40 7 Konawe 3.311.872,40 4.063.897,89 5.405.481,73 6.385.696,03 6.241.550,56 8 Konawe Selatan - - 3.953.716,49 4.816.693,16 5.488.729,32 9 Konawe Utara - - - - 12.367.855,79 10 Kolaka 6.704.945,72 8.470.852,16 9.671.640,01 11.115.642,79 12.970.777,55 11 Kolaka Utara - - 9.398.685,02 10.889.909,98 11.969.978,47 12 Kota Kendari 5.610.930,02 6.089.877,15 7.090.266,50 8.394.620,52 9.733.457,68 Rata-rata 4.407.312 5.045.288 5.459.007 6.660.535 8.067.497 Kabupaten/Kota Rata-rata Kabupaten 4.108.084 4.735.415 5.183.065 6.342.934 7.842.397 (tanpa Kota)

Sumber: Produk domestic regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2002-2006, diolah kembali.

Secara garis besar, angka PDRB perkapita atas dasar harga berlaku di

Kabupaten Kolaka antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 mampu

melampaui angka rata-rata PDRB perkapita, baik angka rata-rata

Kabupaten/kota maupun angka rata-rata kabupaten (tanpa kota) diprovinsi

Sulawesi tenggara.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 109 Tabel 10 Pertumbuhan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Seluruh Kabupaten di Sulawesi Tenggara tahun 2002 s/d 2006 Tahun Rata- No Provinsi 2003 2004 2005 2006 rata 1 Buton (8,07) (0,13) 31,27 16,37 9,86 2 Kota Bau-Bau 19.08 15,17 23,73 15,87 18,46 3 Bambana - - 33,20 15,64 24,42 4 Wakatobi - - 47,15 14,51 30,83 5 Muna 5,57 11,43 30,22 5,12 13,09 6 Buton Utara - - - - - 7 Konawe 22,71 33,01 18,13 (2,26) 17,90 8 Konawe Selatan - - 21,83 13,95 17,89 9 Konawe Utara - - - - - 10 Kolaka 26,34 14,18 14,93 16,69 18,03 11 Kolaka Utara - - 15,87 9,92 12,89 12 Kota Kendari 8,54 16,43 18,40 15,95 14,83 Rata-rata Kabupaten/kota 12,36 15,01 25,47 12,18 16,26 Rata-rata Kabupaten (tanpa kota) 11,64 14,62 26,57 11,24 16,02

Sumber: Produk domestic regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2002-2006, diolah kembali.

Secara keseluruhan jika dirata-ratakan perkembangan PDRB

perkapita ADHB Kabupaten Kolaka selama kurun waktu antara tahun 2002

sampai dengan tahun 2006 sebesar 18,03% pertahun yang berada diatas

rata-rata kabupaten/kota sebesar 16,26% pertahun maupun rata-rata

kabupaten (tanpa kota) sebesar 16,02% pertahun.

Berdasarkan data tersebut, maka untuk prediksi PDRB perkapita kabupaten Kolaka atas dasar harga berlaku dalam jangka waktu 10 tahun kedepan Tabel 11 Proyeksi jumlah PDRB perkapita selama kurun waktu 10 tahun yang akan datang Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010

Kab. Induk Kolaka 12.970.777,55 15.286.061 18.014.623 21.230.234 25.019.830

Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Induk Kolaka 29.485.870 34.749.098 40.951.812 48.261.710 56.876.425

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 110 Tabel 12 PDRB Non migas perkapita No Keterangan Jumlah (Rupiah)

1 Buton 3.762.608,07 2 Muna 6.010.764,82 3 Konawe 6.241.550,56 4 Kolaka 12.970.777,55 5 Konawe Selatan 5.488.729,32 6 Bambana 5.641.298,56 7 Wakatobi 4.244.020,98 8 Kolaka Utara 11.969.978,47 9 Buton Utara 9.726.384,40 10 Konawe Utara 12.367.855,79 11 Kota Kendari 9.733.457,68 12 Kota Bau-Bau 8.652.543,56

Rata-rata Kabupaten 7.842.396,85 Kab. Induk Kolaka (sisa) 6.309.934,18 Calon Kabupaten Kolaka timur 6.660.843,37

Sumber : 1)Provinsi & Kabupaten/kota se-Sulawesi tanggara dalam angka,2006-2007 diolah kembali 2)PDRB Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2002-2006, diolah kembali

2.2) Laju pertumbuhan ekonomi

Salah satu indikator penting untuk mengamati hasil-hasil pembangunan terutama pembangunan ekonomi disuatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan output dalam suatu perekonomian. Selain itu indikator ini sesungguhnya memberikan indikasi tentang sampai sejauh mana aktifitas perekonomian selama periode tertentu telah menghasilkan tambahan pendapatan bagi masyarakat.

Indikasi tersebut terkait dalam rangka pertumbuhan output, karena pada dasarnya aktifitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor- faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (output) pada gilirannya, proses ini tentunya juga akan menghasilkan aliran balas jasa faktor-faktor produksi yang dikuasai oleh masyarakat. Dengan demikian

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 111 adanya pertumbuhan ekonomi diharapkan pendapatan masyarakat yang

menguasai faktor-faktor produksi juga meningkat.

Proses pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh kombinasi yang

kompleks dari faktor-faktor ekonomi, sosial (termasuk pendidikan dan faktor

lainnya. Didalam teori pertumbuhan ekonomi, faktor-faktor yang

mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah bisa

dikelompokkan menjadi faktor dari sisi penawaran (supply-growth factors)

dan faktor dari sisi permintaan (demand growth factors)(Urata,1987). Faktor-

faktor dari sisi penawaran mencakup kemajuan teknologi, peningkatan SDM,

penemuan bahan-bahan (material) baru, barang modal, dan perubahan

produktivitas dari faktor-faktor produksi. Faktor-faktor dari sisi permintaan

meliputi peningkatan pendapatan dan selera konsumen. Semuanya ini terkait

dengan (1) pola pembangunan jangka panjang, (2) potensi ekonomi jangka

panjang, dan (3) alur pertumbuhan.(akita,1992)

Tabel 13 PDRB seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi tenggara Atas dasar harga Konstan tahun 2002 s/d 2006 Tahun No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 1 Buton 815.154,26 817.033,40 446.279,77 481.080,45 511.264,22 2 Kota Bau-Bau 426.875,86 437.688,42 469.388,76 506.601,08 543.827,41 3 Bambana - - 272.427,71 290.988,29 311.233,70 4 Wakatobi - - 161.433,20 174.158,95 184.662,65 5 Muna 861.545,32 921.791,65 977.518,79 1.042.905,53 840.242,23 6 Buton Utara - - - - 267.669,78 7 Konawe 1.277.703,79 1.356.759,58 841.107,33 896.762,34 683.529,08 8 Konawe Selatan - - 632.029,93 674.777,57 718.816,70 9 Konawe Utara - - - - 260.924,57 10 Kolaka 2.173.221,68 2.425.696,00 1.962.489,18 2.079.456,39 2.298.589,05 11 Kolaka Utara - - 611.680,24 653.102,42 689.940,50 12 Kota Kendari 1.000.603,71 1.066.985,13 1.164.965,17 1.269.262,37 1.372.821,23 Total 6.555.105 7.025.954,18 7.539.320,08 8.069.125,39 8.683.521,12 Rata-rata Kab/kota 1.092.517 1.170.992 753.932 806.913 723.627 Rata-rata kab.(tanpa 1.281.906 1.380.320 738.121 786.658 676.687 kota) Rata-rata Standar 876.377 920.052 432.207 463.451 501.211

Sumber: Produk domestic regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2002-2006, diolah kembali.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 112 Tabel 14 Kontribusi PDRB seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi tenggara Atas dasar harga Konstan tahun 2002 s/d 2006 Tahun Rata-rata No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 1 Buton 12,44 11,63 5,92 5,96 5,89 8,37 2 Kota Bau-Bau 6,51 6,23 6,23 6,28 6,26 6,30 3 Bambana - - 3,61 3,61 3,58 3,60 4 Wakatobi - - 2,14 2,16 2,13 1,29 5 Muna 13,14 13,12 12,97 12,92 9,68 12,37 6 Buton Utara - - - - 3,08 3,08 7 Konawe 19,49 19,31 11,16 11,11 7,87 13,79 8 Konawe Selatan - - 8,38 8,36 8,28 8,34 9 Konawe Utara - - - - 3,00 3,00 10 Kolaka 33,15 34,52 26,03 25,77 26,47 29,19 11 Kolaka Utara - - 8,11 8,09 7,95 8,05 12 Kota Kendari 15,26 15,19 15,45 15,73 15,81 15,49 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Rata-rata Kab/kota 16,67 16,67 10,00 10,00 8,33 12,33 Rata-rata kab.(tanpa kota) 19,56 19,65 9,79 9,75 7,79 13,31 Rata-rata Standar 13,37 13,10 5,73 5,74 5,77 8,74

Sumber: Produk domestic regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2002-2006, diolah kembali.

Selama kurun waktu 5 tahun antara tahun 2002-2006, rata-rata

kontribusi PDRB ADHK Kabupaten Kolaka mencapai 29,19% pertahun.

Kontribusi PDRB ADHK Kabupaten Kolaka berada diatas rata-rata,baik rata-

rata Kabupaten/Kota sebesar 12,33 pertahun, rata-rata Kabupaten (tanpa

kota) 13,31% pertahun maupun rata-rata standar sebesar 8,74% pertahun.

Tabel 15 Pertumbuhan PDRB seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi tenggara Atas dasar harga Konstan tahun 2002 s/d 2006 Tahun Rata-rata No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 1 Buton 6,25 0,23 (45,38) 7,80 6,27 (4,97) 2 Kota Bau-Bau - 2,53 7,24 7,93 7,35 6,26 3 Bambana - - - 6,81 6,96 6,89 4 Wakatobi - - - 7,88 6,03 6,96 5 Muna 6,15 6,99 6,05 6,69 (19,43) 1,29 6 Buton Utara ------7 Konawe 7,53 6,19 (38,01) 6,62 (23,78) (8,29) 8 Konawe Selatan - - - 6,76 6,53 6,65 9 Konawe Utara ------10 Kolaka 12,76 11,62 (19,10) 5,96 10,54 4,36 11 Kolaka Utara - - - 6,77 5,64 6,21 12 Kota Kendari 2,09 6,63 9,18 8,95 8,16 7,00 Rata-rata Kab/kota 6,96 5,70 (13,33) 7,22 1,43 1,59 Rata-rata kab. (tanpa kota) 8,17 6,26 (24,11) 6,91 (0,16) (0,58)

Sumber: Produk domestic regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2002-2006, diolah kembali. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) merupakan salah satu ukuran

keberhasilan pembangunan ekonomi. Angka pertumbuhan ekonomi ini

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 113 menggambarkan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi di wilayah calon kabupaten Kolaka Timur dan kabupaten

Induk Kolaka. Pada tahun 2002 LPE kabupaten Kolaka sebesar 12,76% namun pada tahun 2003 sedikit mengalami penurunan menjadi 11,62%. tahun 2004 LPE Kabupaten Kolaka mengalami penurunan menjadi minus

(19,10) hal ini dipengaruhi masa transisi dari pembentukan Kabupaten

Kolaka Utara. Akan tetapi, ditahun 2005 meningkat 5,96% dan 2006 10,54%.

Dan jika dirata-ratakan sebesar 4,36% pertahun.

Tabel 16 Proyeksi jumlah PDRB perkapita Selama kurun waktu 10 tahun yang akan datang Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010

Kab. Induk Kolaka 2.298.589,05 2.398.716 2.503.204 2.612.243 2.726.033

Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Induk Kolaka 2.844.778 2.968.697 3.098.013 3.232.963 3.373.791

Dengan melihat angka-angka tersebut, dimana setiap tahun terjadi pertumbuhan ekonomi, dapat dikatakan bahwa pembentukan calon kabupaten Kolaka Timur memiliki basis pertumbuhan ekonomi yang memadai untuk menunjang pembangunan berkelanjutan di masa depan.

Angka laju pertumbuhan ekonomi (LPE) yang menunjukkan kenaikan ini mengindikasikan bahwa pemekaran Kabupaten Kolaka menjadi 2 Kabupaten secara nyata dianggap memiliki basis kemampuan ekonomi untuk melaksanakan hakikat dari otonomi daerah itu sendiri, terutama ketika pertumbuhan ekonomi berkembang positif pada skala makro. Dengan kebijakan melalui pengintegrasian berbagai sektor ekonomi dapat membuat keduanya makin kuat, bahkan ikut memperkuat pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 114 Kondisi tersebut memberi indikasi bahwa wilayah Kolaka Timur akan dapat lebih dikembangkan lagi apabila berdiri sebagai kabupaten sendiri.

Dengan kata lain, tingkat perkembangan ekonomi dan kesejahteraan yang telah dicapai selama ini dapat lebih ditingkatkan dibandingkan jika hanya dikembangkan dalam wilayah Kabupaten Kolaka.

Tabel 17 Pertumbuhan Ekonomi No Keterangan Jumlah

1 Buton 6,27 2 Muna *) 6,23 3 Konawe**) 5,31 4 Kolaka 10,54 5 Konawe Selatan 6,53 6 Bambana 6,96 7 Wakatobi 6,03 8 Kolaka Utara 5,64 9 Kota Kendari 8,16 10 Kota Bau-Bau 7,35

Rata-rata Kabupaten 6,69 Kabupaten Induk Kolaka (sisa) 10,54 Calon Kabupaten Kolaka Timur 10,54

*)Termasuk Kab. Buton Utara, **) termasuk Kab. Konawe Utara Sumber : 1)Provinsi & Kabupaten/kota se-Sulawesi tanggara dalam angka,2006-2007 diolah kembali 2)PDRB Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2002-2006, diolah kembali

2.3) Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota terhadap PDRB total

Struktur perekonomian suatu daerah dapat diketahui dengan melihat komposisi PDRB suatu daerah menurut lapangan Usaha. Dari komposisi ini dapat dilihat bagaimana peranan masing-masing sektor terhadap pembentukan total PDRB daerah tersebut selama kurun waktu tertentu.

Dimana semakin besar peranan suatu sektor terhadap total PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan perekonomian daerah tersebut.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 115 Tabel 18 Kontribusi PDRB ADHB Sulawesi Tenggara tahun 2006 ADHB ADHK 2000 No Provinsi PDRB (juta) % PDRB (Juta) % 1 Buton 1.022.138,82 6,68 511.264,22 5,89 2 Kota Bau-Bau 1.058.543,53 6,92 543.827,41 6,26 3 Bambana 605.277,49 3,96 311.233,70 3,58 4 Wakatobi 416.677,98 2,72 184.662,65 2,13 5 Muna 1.456.865,13 9,53 840.242,23 9,68 6 Buton Utara 466.691,38 3,05 267.669,78 3,08 7 Konawe 1.381.610,91 9,03 683.529,08 7,87 8 Konawe Selatan 1.286.558,15 8,41 718.816,70 8,28 9 Konawe Utara 547.759,96 3,58 260.924,57 3,00 10 Kolaka 3.543.201,36 23,17 2.298.589,05 26,47 11 Kolaka Utara 1.127.452.27 7,37 689.940,50 7,95 12 Kota Kendari 2.380.667,48 15,57 1.372.821,23 15,81 Total 15.293.444,46 100,00 8.683.521,12 100,00 Rata-rata Kabupaten/Kota 1.274.453,71 8,33 723.626,76 8,33 Rata-rata Kab.(tanpa kota) 1.185.423,35 7,75 676.687,25 7,79 Rata-rata standar 936.958 6,13 501.211 5,77

Sumber: Produk domestic regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2002-2006,diolah kembali. Peranan kontribusi PDRB Kabupaten Kolaka dalam membentuk PDRB

Sulawesi tenggara atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2006 mencapai

26,47% atau berada pada posisi tertinggi sebagai pemberi kontribusi dalam

pembentukan PDRB provinsi Sulawesi tenggara. Sedangkan PDRB kabupaten

Kolaka atas dasar harga berlaku pada tahun 2006 tidak jauh berbeda yaitu

sebesar 23,17%. Hal ini menunjukkan bahwa ditinjau dari kontribusi

pembentukan PDRB terhadap PDRB total, dengan adanya pemekaran

kabupaten Kolaka dalam membentuk kabupaten Kolaka Timur diharapkan

akan meningkatkan kondisi perekonomian di kedua wilayah tersebut pada

masa yang akan datang.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 116 Tabel 19 Kontribusi PDRB non migas No Keterangan Jumlah% Kabupaten/Kota 1 Buton 6,68 2 Muna 9,53 3 Konawe 9,03 4 Kolaka 23,17 5 Konawe Selatan 8,41 6 Bambana 3,96 7 Wakatobi 2,72 8 Kolaka Utara 7,37 9 Buton Utara 3,05 10 Konawe Utara 3,58 11 Kota Kendari 15,57 12 Kota Bau-Bau 6,92

Rata-rata Kabupaten 6,04 Kab. Induk Kolaka (sisa) 14,90 Calon Kab. Kolaka timur 8,27

Sumber : 1)Provinsi & Kabupaten/kota se-Sulawesi tanggara dalam angka,2006-2007 diolah kembali 2)PDRB Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2002-2006,diolah kembali

Data menunjukkan bahwa angka kontribusi PDRB calon Kabupaten

Kolaka timur terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 8,27%, dan angka kontribusi PDRB kabupaten Kolaka terhadap PDRB Sulawesi

Tenggara sebesar 14,90%. Sedangkan rata-rata kontribusi kabupaten adalah

6,04%. Dengan demikian sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tentang metode dan tata cara penghitungan skor, berdasarkan data tersebut maka diperoleh skor pada indikator kemampuan ekonomi untuk calon Kabupaten

Kolaka Timur maupun Kabupaten Induk (Kolaka):

Tabel 20 Skor kemampuan Ekonomi calon Kabupaten Kolaka Timur No Faktor dan indikator Skor bobot jumlah 2 Kemampuan Ekonomi 1. PDRB Non migas perkapita 4 5 20 2. Pertumbuhan Ekonomi 5 5 25 3. Kontribusi PDRB non migas 5 5 25 Total skor kemampuan ekonomi 15 70

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 117 Tabel 21 Skor kemampuan Ekonomi Kabupaten induk Kolaka No Faktor dan indicator Skor bobot jumlah 2 Kemampuan Ekonomi 1. PDRB Non migas perkapita 4 5 20 2. Pertumbuhan Ekonomi 5 5 25 3. Kontribusi PDRB non migas 5 5 25 Total skor kemampuan ekonomi 15 70

Dengan perolehan skor tersebut, mengindikasikan bahwa dari faktor kemampuan ekonomi maka Kabupaten Kolaka sebagai Kabupaten Induk yang akan memekarkan kabupaten Kolaka Timur masih memenuhi persyaratan. Karena skor minimal yang dipersyaratkan sebesar 60, sementara perolehan skor kabupaten induk Kolaka maupun calon kabupaten

Kolaka timur adalah 70.

3. Kemampuan Keuangan

3.1) Jumlah Pendapatan Daerah sendiri (PDS)

Tabel 22 Jumlah PDS (Pendapatan daerah sendiri) No Keterangan Jumlah PDS (juta Rupiah) 1 Kab. Buton 8.833,80 2 Kab. Muna *) 16.564,10 3 Kab. Konawe**) 12.767,71 4 Kab. Kolaka 19.073,77 5 Kab.Konawe selatan 7.556,25 6 Kab. Bombana 4.950,00 7 Kab. Wakatobi 5.184,74 8 Kab. Kolaka Utara 3.942,60 9 Kota Kendari 21.000,00 10 Kota Bau-bau 11.460,67 Rata-rata Kabupaten 9.859,12 Kab. Induk Kolaka (sisa) 12.261,76 Calon Kab. Kolaka Timur 6.812,01 *)Termasuk Kab. Buton Utara, **) termasuk Kab. Konawe Utara Sumber : 1)Provinsi & Kabupaten/kota se-Sulawesi tanggara dalam angka,2006-2007 diolah kembali 2)Form isian Forum percepatan Pembentukan Ka. Kolaka Timur (FPPKKT) 3)Website Kementrian Keuangan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 118 Rasio penerimaan daerah sendiri terhadap pengeluaran rutin, Salah

satu indikator yang menilai kemampuan ini adalah rasio kontribusi PDS

terhadap jumlah penduduk.

Tabel 23 APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007

NILAI KODE DESKRIPSI (dlm juta rupiah) 1 PENDAPATAN DAERAH 462.556.60 1.1 Pendapatan asli Daerah 19.073,77 1.1.1 Pajak Daerah 4.822,85 1.1.2 Retribusi daerah 8.591,59 1.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 2.073,39 1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 3.585,94 1.2 Dana Perimbangan 418.332,83 1.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 30.785,83 1.2.2 Dana alokasi umum 339.571,00 1.2.3 Dana alokasi Khusus 47.976,00 1.2.4 Lain-lain 0 1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 25.150,00 1.3.1 Hibah 6.900,00 1.3.2 Dana Darurat 0 1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan pemda lainnya 4.250 1.3.4 Dana Penyesuaian dan otonomi khusus 14.000,00 1.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lainnya 0 1.3.6 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 0 2 BELANJA DAERAH 475.453,02 2.1 Belanja tidak langsung 202.126,60 2.1.1 Belanja Pegawai 178.489,48 2.1.2 Belanja bunga 0 2.1.3 Belanja Subsidi 1.300,00 2.1.4 Belanja hibah 1.124,55 2.1.5 Belanja Bantuan sosial 7.315,37 2.1.6 Belanja bagi hasil kpd provinsi/Kab/kota dan desa 0 2.1.7 Belanja bantuan keuangan kpd prov/Kab./Kota dan desa 12.897,20 2.1.8 Belanja tidak terduga 1.000,00 2.1.9 Lain-lain 0 2.2 Belanja Langsung 273.326,42 2.2.1 Belanja Pegawai 38.643,66 2.2.2 Belanja barang dan jasa 84.629,06 2.2.3 Belanja modal 150.053,70 Surplus/(Defisit) -12.896,42 3 PEMBIAYAAN DAERAH 12.896,41 3.1 Penerimaan pembiayaan 30.167,00 3.2 Pengeluaran pembiayaan 17.270,59

Sumber : Ringkasan buku APBD

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 119 Gambar 6 Kontribusi masing-masing pendapatan pada APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007 0% 5,44% 4,12%

90,44%

Dana perimbangan Pendapatan asli daerah Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa orientasi pemerintah daerah masih sangat bergantung pada dana perimbangan yaitu sebesar

90,44% mengharapkan pendanaan dari dana perimbangan, sedangkan dari pendapatan asli daerah (PAD) murni hanya 4,21 %.

Gambar 7 Kontribusi penyumbang dana Perimbangan 0% APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007

11,47% 7,36%

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak Dana Alokasi Umum (DAU)

81,17% Dana Alokasi Khusus (DAK)

Gambar diatas menunjukkan tinjauan lebih dalam perihal dana perimbangan, terlihat bahwa dana alokasi umum merupakan sumber yang paling utama. Dana Alokasi umum merupakan pos yang terbesar yaitu sebesar 81,17% dari total dana perimbangan yang diperoleh. Hal ini

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 120 menunjukkan bahwa ketergantungan daerah terhadap pemerintah Pusat masih cukup besar.

Gambar 8 Anggaran Belanja tidak Langsung pada APBD Kabupaten Kolaka tahun2007

3,62% 0,49% Belanja pegawai 0,56% 6,38% 0,64% Belanja Subsidi

Belanja Hibah

Belanja bantuan sosial 88,31%

Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan desa Belanja tidak terduga

Berdasarkan gambar, menunjukkan bahwa dari total anggaran belanja tidak langsung pada APBD kabupaten Kolaka tahun 2007, anggaran belanja pegawai menyedot jumlah yang cukup besar yakni sebanyak 88,31% (belanja pegawai dalam kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada PNS), yang diikuti anggaran belanja bantuan keuangan sebesar 6,38%, serta anggaran belanja bantuan sosial sebesar 3,62%.

Menurut tim perumus pembentukan kabupaten Kolaka Timur, Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran yang dilakukan pemerintah daerah lebih didominasi pada bagaimana meningkatkan kinerja para pegawai negeri sipil di daerah dalam melayani masyarakat.

Akan tetapi menurut penulis, angka ini menunjukkan hal yang negatif dikarenakan belanja rutin dan belanja pegawai hampir mencapai 50%, yang artinya menghambat anggaran yang harus dialokasikan untuk

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 121 pembangunan. Idealnya komposisi APBD yaitu 70% untuk pembangunan, dan 30% untuk belanja rutin dan gaji pegawai. Kendala untuk mencapai komposisi ideal tersebut adalah dikarenakan terlampau kecilnya jumlah

APBD Kabupaten Kolaka tiap tahunnya, dengan jumlah pendapatan asli daerah yang relatif kecil, yang seharusnya pendapatan asli daerah termasuk penopang utama dari sumber-sumber keuangan daerah. serta dana perimbangan yang tidak seberapa, tentu saja mempengaruhi alokasi anggaran untuk pembangunan. Di sisi yang lain, Pemerintah daerah juga tidak dapat melupakan tingkat kesejahteraan pegawainya di daerah.

Gambar 9 Anggaran belanja langsung pada APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007

0% 14,14%

Belanja Pegawai 54,90% 30,96% Belanja Barang dan jasa Belanja Modal

 Belanja Modal (pengeluaran yang digunakan dalam rangka pengadaan

aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan

untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan).

 Belanja pegawai (pengeluaran untuk honorarium/upah dalam

pelaksanaan kegiatan pemerintahan).

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 122 Gambar 10 Perbandingan pendapatan daerah dengan belanja daerah pada APBD Kabupaten Kolaka tahun 2007

0% 0%

49,31% 50,69% Pendapatan Daerah Belanja Daerah

Angka ini menunjukkan Kabupaten Kolaka mengalami surplus/defisit anggaran sebesar -12.896,42 Miliar

Tabel 24 Realisasi pendapatan Asli daerah (PAD) Seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara tahun 2006 No Provinsi Nilai (dalam juta rupiah) 1 Kab. Buton 7.694,26 2 Kota Bau-Bau 10.819,35 3 Kab. Bombana 9.752,33 4 Kab. Wakatobi 3.710,19 5 Kab. Muna 16.549,73 6 Kab. Konawe 6.720,38 7 Kab. Konawe Selatan 20.618,42 8 Kab. Kolaka 18.287,13 9 Kab. Kolaka Utara 4.964,84 10 Kota Kendari 20.146,39 Rata-rata Kabupaten / Kota 11.926,30 Rata-rata Kabupaten (Tanpa Kota) 11.037,16 Rata-rata standar 9.812,28 Sumber : Ringkasan buku APBD, diolah kembali

Tabel diatas menunjukkan pendapatan asli daerah Kabupaten Kolaka tahun 2006 merupakan yang terbesar ketiga di Sulawesi tenggara. Namun sebenarnya hal tersebut masih tergolong sangat kecil untuk dapat diharapkan menjadi sektor utama memperbesar jumlah pendapatan asli daerah (PAD) ditahun berikutnya.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 123 3.2) Rasio PDS terhadap jumlah penduduk

Tabel 25 Rasio PDS terhadap jumlah penduduk Jumlah Jumlah PDS No Keterangan Rasio penduduk(jiwa) (juta Rupiah) Kabupaten/Kota 1 Kab. Buton 271.657 8.833,80 0,033 2 Kab. Muna*) 290.358 16.564,10 0,057 3 Kab. Konawe**) 265.646 12.767,71 0,048 4 Kab. Kolaka 273.168 19.073,77 0,070 5 Kab. Konawe Selatan 234.400 7.556,25 0,032 6 Kab. Bombana 107.294 4.950,00 0,046 7 Kab. Wakatobi 98.180 5.184,74 0,053 8 Kab. Kolaka Utara 94.190 3.942,60 0,042 9 Kota Kendari 244.586 21.000,00 0,086 10 Kota Bau-Bau 122.339 11.460,67 0,094

Rata – rata Kabupaten 1.634.893 78.872,97 0,048 Kabupaten induk Kolaka (sisa) 178.976 12.261,76 0,069 Calon Kab. Kolaka Timur 94.192 6.812,01 0,072 *)Termasuk Kab. Buton Utara, **) termasuk Kab. Konawe Utara Sumber : 1)Provinsi & Kabupaten/kota se-Sulawesi tanggara dalam angka, 2006-2007 diolah kembali 2)Form isian Forum percepatan Pembentukan Ka. Kolaka Timur (FPPKKT) 3)Website Kementrian Keuangan

3.3) Rasio Penerimaan Daerah Sendiri terhadap PDRB Tabel 26 Rasio PDS terhadap PDRB non migas Jumlah PDRB non Jumlah PDS No. Keterangan Rasio migas (juta Rupiah) (Juta Rupiah) Kabupaten/Kota 1 Kab. Buton 1.022.138,82 8.833,80 0,009 2 Kab. Muna*) 1.456.865.13 16.564,10 0,011 3 Kab. Konawe**) 1.381.610,91 12.767,71 0,009 4 Kab. Kolaka 3.543.201,36 19.073,77 0,005 5 Kab. Konawe Selatan 1.286.558,15 7.556,25 0,006 6 Kab. Bombana 605.277,49 4.950,00 0,008 7 Kab. Wakatobi 416.677,98 5.184,74 0,012 8 Kab. Kolaka Utara 1.127.452,27 3.942,60 0,003 9 Kab. Buton Utara 466.691,38 - - 10 Kab. Konawe Utara 547,759,96 - - 11 Kota Kendari 2.380.667,48 21.000,00 0,009 12 Kota Bau-Bau 1.058.543.53 11.460,67 0,011

Rata-rata Kabupaten 11.854.233,45 78.872,97 0,007 Kab. Induk Kolaka 2.277.773,86 12.261,76 0,005 Calon Kab. Kolaka Timur 1.265.427,50 6.812,01 0,005 *)Termasuk Kab. Buton Utara, **) termasuk Kab. Konawe Utara Sumber : 1)Provinsi & Kabupaten/kota se-Sulawesi tanggara dalam angka, 2006-2007 diolah kembali 2)Form isian Forum percepatan Pembentukan Ka. Kolaka Timur (FPPKKT) 3)Website Kementrian Keuangan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 124 Berdasarkan data-data yang telah di jelaskan sebelumnya, maka diperoleh skor pada indikator kemampuan keuangan untuk Calon

Kabupaten Kolaka Timur dan Kabupaten Kolaka Induk sebagai berikut

Tabel 27 Skor kemampuan Keuangan calon Kabupaten Kolaka Timur No Faktor dan indikator Skor bobot Jumlah 4 Kemampuan Keuangan 1. Jumlah PDS 4 5 20 2. PDS/jumlah Penduduk 5 5 25 3. PDS/PDRB 5 5 25 Total skor kemampuan Keuangan 14 70

Tabel 28 Skor kemampuan Keuangan Kabupaten induk Kolaka No Faktor dan indikator Skor bobot Jumlah 4 Kemampuan Keuangan 1. Jumlah PDS 5 5 25 2. PDS/Jumlah Penduduk 5 5 25 3. PDS/PDRB 5 5 25 Total skor kependudukan 15 75

Apabila melihat skor yang diperoleh dari hasil kajian potensi kemampuan keuangan, maka Perolehan skor tersebut mengindikasikan bahwa dari faktor kemampuan keuangan, Kabupaten Kolaka sebagai

Kabupaten induk telah memenuhi persyaratan untuk dimekarkan dengan membentuk kabupaten Kolaka Timur.

Rasionalkah angka-angka tersebut dalam menjamin hakekat dan tujuan utama dari Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur itu sendiri sebagai daerah otonom yang baru? Menjadi daerah yang mapan, mampu mandiri dan tidak tergantung dari dana perimbangan pemerintah pusat kedepannya?

Untuk skor keseluruhan dari kemampuan keuangan, kabupaten Kolaka nampaknya layak untuk dimekarkan dengan dibentuknya kabupaten Kolaka

Timur. Tapi menurut penulis, bila melihat dari kemampuan keuangan daerah kabupaten Kolaka, nampaknya masih membutuhkan peningkatan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 125 kemampuan sektor keuangan untuk dapat dikategorikan layak untuk di mekarkan. Mengapa demikian?

Dengan menganalisa APBD kabupaten Kolaka seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yang mengalami surplus/defisit anggaran yang mana jumlah belanja daerah lebih besar dibandingkan dengan pendapatan daerah.

Kiranya hal itu sangat menghawatirkan, ditambah lagi dengan jumlah pendapatan asli daerah yang hanya berjumlah 4,12% dari total pendapatan daerah, sehingga tidaklah salah jika kabupaten Kolaka kita kategorikan sebagai salah satu kabupaten yang sangat bergantung pada dana perimbangan dari pemerintah pusat. Dana Perimbangan menduduki porsi yang sangat besar terhadap kontribusi pendapatan daerah kabupaten Kolaka yang mana mencapai 90,44% dari total pendapatan daerah. Apa jadinya bila

Pemerintah menghentikan dana perimbangan tersebut? Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Dengan jumlah pendapatan daerah yang sangat kecil, tentu saja tidak akan dapat membiayai seluruh kegiatan pemerintahan di daerah. Jangankan untuk melaksanakan pembangunan, untuk membayar gaji pegawai negeri sipil di Kabupaten Kolaka pun rasanya PAD tersebut tidak akan mencukupi. Permasalahan tersebut belum lagi ditambah dengan masih terlalu besarnya porsi belanja pegawai pada sektor belanja tidak langsung yang mencapai 88,31%. Porsi belanja pegawai tersebut sebenarnya akan terasa kecil bila kabupaten Kolaka memiliki dana APBD besar yang tentunya didukung oleh dana Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan yang diterima lebih besar. Akan tetapi dengan Dana APBD yang terbatas tersebut,

Tentunya Hal ini akan membuat laju pembangunan di Kabupaten Kolaka berjalan lebih lambat dari yang diharapkan. Fakta yang terjadi mungkin saja

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 126 tidak bisa dihindari, dengan jumlah APBD yang sangat minim, Pemerintah daerah tetap dituntut untuk mengakomodir semua sektor.

Kita semua mengetahui bagaimana begitu terusiknya pemerintah pusat dengan semakin maraknya fenomena pembentukan-pembentukan daerah baru di Indonesia. Yang hal tersebut tentu saja mengharuskan pemerintah pusat untuk mengalokasikan dana perimbangan yang lebih banyak sesuai dengan jumlah daerah otonom di Indonesia, begitu tingginya tingkat ketergantungan pemerintah kabupaten Kolaka terhadap dana perimbangan dari pemerintah pusat, menggambarkan bagaimana kabupaten

Kolaka belum mampu mandiri dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri melalui sumber-sumber lain yang sah selain dana Perimbangan.

Dengan dibentuknya kabupaten Kolaka Timur, tentu saja hal ini akan semakin menambah beban keuangan pemerintah pusat itu sendiri. Sehingga apabila kita melihat dari hakikat pemekaran daerah itu sendiri yang mana melahirkan daerah yang mandiri secara finansial kiranya Kabupaten Kolaka belum layak untuk dimekarkan.

Namun, semakin terbebaninya pemerintah pusat dengan maraknya pembentukan daerah baru yang mungkin saja belum benar-benar layak untuk dibentuk, dapat berbanding terbalik dengan impact/dampak pembentukan daerah baru itu sendiri bagi masyarakat salah satunya masyarakat kabupaten kolaka Timur. Dengan dibentuknya kabupaten Kolaka

Timur, Hal ini berarti, Kolaka Timur memiliki APBD sendiri yang terpisah dari

Kabupaten Kolaka (kabupaten induk) dan tentunya dengan porsi yang lebih besar apabila dibandingkan dengan masih menjadi bagian dari kabupaten

Kolaka. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah tersebut dapat digunakan untuk membenahi ketertinggalan dari berbagai sektor di wilayah Kabupaten

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 127 Kolaka Timur. Ketertinggalan pembangunan yang selama ini dirasakan masyarakat Kolaka Timur sedikit demi sedikit akan teratasi dengan menggunakan dana APBD Kabupaten Kolaka Timur itu sendiri walaupun akan sangat bergantung terhadap dana perimbangan dari pemerintah pusat.

Masyarakat di daerah tertinggal tentu saja tidak terlalu memikirkan bagaimana terbebaninya pemerintah pusat dengan maraknya pembentukan daerah otonomi baru di Indonesia. Masyarakat di daerah tentu saja lebih mengharapkan ataupun memperdulikan bagaimana daerah mereka berkembang dengan lebih baik, terbukanya lapangan kerja yang lebih layak, perbaikan ekonomi masyarakat, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan kualitas keamanan dan masih banyak lagi hal-hal positif yang dirasakan masyarakat. Sikap tersebut merupakan wujud kekecewaan dari ketimpangan pembangunan yang terjadi di Indonesia.

5.4 Syarat fisik kewilayahan.

Sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2007 menjelaskan bahwaSyarat fisik kewilayahan meliputi cakupan wilayah, lokasicalon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan. Yang kemudian dijelaskan lebih rinci dalam lampiran penjelasan PP.78 tahun 2007 ayat 2 (b):

1. Persetujuan nama calon kabupaten/kota;

2. Persetujuan lokasi calon ibukota;

3. Persetujuan pelepasan kecamatan menjadi cakupan wilayah calon

kabupaten/kota;

4. Persetujuan pemberian hibah untuk mendukung penyelenggaraan

pemerintahan calon kabupaten/kota untuk jangka waktu. paling kurang 2

tahun berturut-turut terhitung sejak peresmian sebagai daerah otonom;

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 128 5. Persetujuan pemberian dukungan dana dalam rangka membiayai

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah untuk pertama kali di daerah

otonom baru.

6. Persetujuan penyerahan kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai

berupa barang bergerak dan tidak bergerak, personil, dokumen dan hutang

piutang kabupaten/kota, yang akan dimanfaatkan oleh calon

kabupaten/kota.

Aset kabupaten/kota berupa barang yang tidak bergerak dan lokasinya

berada dalam cakupan wilayah calon kabupaten/kota, wajib diserahkan

seluruhnya kepada calon kabupaten/kota, sedangkan aset yang bergerak

disesuaikan dengan kebutuhan calon kabupaten/kota.

Dokumen adalah bukti kepemilikan aset kabupaten/kota induk yang

bergerak dan tidak bergerak yang akan diserahkan kepada calon

kabupaten/kota.

Hutang dan piutang yang berhubungan dengan penyerahan kekayaan

kabupaten/kota induk yang akan dimanfaatkan oleh calon

kabupaten/kota menjadi tanggung jawab calon kabupaten/kota.

7. Penetapan lokasi ibukota kabupaten induk yang baru apabila lokasi

ibukota kabupaten induk menjadi cakupan wilayah yang akan dibentuk;

Khusus untuk cakupan wilayah beserta penentuan tapal batas ditentukan

oleh pemerintah pusat melalui Badan Koordinasi pusat Pemetaan Nasional

yang ditandai dengan diterbitkannya peta wilayah, disetujui dan

ditandatangani oleh seluruh Bupati yang berbatasan sehingga dapat

mencegah konflik batas wilayah masing-masing.

Lokasi calon ibukota ditentukan melalui hasil analisis pemilihan lokasi

calon ibukota yang sesuai dengan PP. 78 tahun 2007. Sedangkan Sarana

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 129 dan prasarana Pemerintahan yang dibutuhkan telah disepakati seiring

dengan diterbitkannya Keputusan DPRD Kabupaten Kolaka, Keputusan

Bupati Kolaka, Keputusan DPRD Provinsi, Keputusan Gubernur.

5.5 Analisis Kualitatif Kelayakan Kabupaten Kolaka Timur menjadi

Daerah Otonomi Baru.

1. Pemekaran Kabupaten Kolaka untuk membentuk Kabupaten Kolaka

Timur telah memenuhi usia minimal penyelenggaraan pemerintahan,

karena Kabupaten Kolaka telah berumur lebih dari 7 tahun (Kabupaten

Kolaka resmi berdiri sebagai daerah otonom pada tanggal 29 Februari

1960) artinya Usianya telah mencapai 53 tahun. Selanjutnya cakupan

wilayah yang dipersyaratkan telah memenuhi syarat fisik kewilayahan

yang mana dalam ketentuan PP 78 tahun 2007 adalah minimal 5

kecamatan. Sedangkan Kabupaten Kolaka Timur terdiri dari 9

Kecamatan yaitu Kecamatan Tirawuta, Kecamatan loea, Kecamatan

ladongi, Kecamatan Poli-Polia, Kecamatan Lambandia, Kecamatan

Uluiwoi, Kecamatan Mowewe, Kecamatan Tinondo dan kecamatan

Lalolae. Sedangkan Kabupaten induk Kolaka yang ditinggal masih

memiliki 11 Kecamatan yaitu Kecamatan Wundulako, Kecamatan Kolaka,

Kecamatan Pomalaa, Kecamatan Watubangga, Kecamatan Wolo,

Kecamatan Baula, Kecamatan Latambaga, Kecamatan Tanggetada,

Kecamatan Samaturu, Kecamatan Toari, dan Kecamatan Polinggona.

2. Pembentukan daerah otonomi baru Kabupaten Kolaka Timur ini

didukung oleh potensi pertanian yang cukup besar, khususnya sebagai

penghasil sentra kakao, lada dan padi seperti di kecamatan ladongi yang

memberikan kontribusi PDRB cukup besar. Kabupaten Kolaka memiliki

PDRB yang terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara, dan memberikan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 130 kontribusi diatas 20% PDRB di Provinsi, menunjukan wilayah ini

memiliki potensi yang diperkirakan akan dapat menopang menjadi

daerah otonom yang mandiri.

3. Secara Historis, pada awalnya Kabupaten Kolaka hanya memiliki 3

kecamatan besar, yaitu Kecamatan Tirawuta, kecamatan Kolaka, dan

kecamatan Kolaka Utara. Dalam perjalanannya, ketiga kecamatan ini

telah berkembang dan memekarkan beberapa kecamatan baru.

Kecamatan Kolaka menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kolaka,

sementara kecamatan Kolaka Utara berkembang menjadi Kabupaten

Kolaka utara. Dan Kemudian disusul kecamatan Tirawuta menjadi

Kabupaten Kolaka Timur.

4. Keberhasilan program transmigrasi diwilayah ini (khususnya dari jawa

dan Bali), menjadikan daerah ini sangat potensial untuk berkembang,

sebagaimana umumnya dengan wilayah yang heterogen akan memacu

wilayah tersebut cepat berkembang.

5. Dilihat dari sisi pengembangan wilayah, pemekaran akan menciptakan

banyaknya pusat dan wilayah pertumbuhan ekonomi yang berfungsi

sebagai pusat akumulasi, distribusi, industri dan perdagangan sehingga

gairah ekonomi dipusat dan wilayah pertumbuhan akan terus tumbuh

hingga menjangkau daerah-daerah terbelakang, sehingga akselerasi

(percepatan) pembangunan ekonomi akan terwujud dalam kurun waktu

yang tidak terlalu lama.

6. Dampak Politik dari adanya pemekaran, maka akan dapat meningkatkan

pelayanan dan juga pemberdayaan masyarakat. Hal ini logis karena

biasanya dengan pemekaran suatu wilayah, akan disertai dengan

keharusan membangun berbagai sarana dan prasarana pemerintah,

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 131 perekonomian dan kemasyarakatan. Langkah-langkah ini diharapkan

membawa efek ganda yang sangat luas terhadap nilai-nilai dan perilaku

masyarakat. Dalam keadaan ini, pemerintah masih berperan sebagai

pemberi motivasi dan lokomotif pembangunan bagi daerah-daerah yang

akan berkembang.

7. Berkurangnya cakupan wilayah Kabupaten Kolaka diharapkan dapat

memberikan dampak positif dalam hal fokus pembangunan, karena

cakupan wilayah yang berkurang sekaligus berkurangnya juga daerah

yang akan dibangun oleh pemerintah kabupaten.

8. Terpilihnya Tirawuta menjadi lokasi ibukota Kabupaten Kolaka Timur,

menjadikan rentang kendali yang sangat pendek, karena masing-masing

wilayah di Kabupaten Kolaka Timur memiliki akses yang dekat ke

Tirawuta. Dengan demikian, pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih

baik khususnya dari tingkat pemerintah kabupaten.

9. Adanya keputusan BPD dari masing-masing desa menunjukan tingginya

aspirasi masyarakat dalam pembentukan Kabupaten Kolaka Timur.

10. Dari persyaratan administratif, dan fisik kewilayahan kabupaten Kolaka

Timur telah layak untuk dibentuk, kemudian syarat teknis antara lain

dari faktor Kependudukan, kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial

budaya, sosial politik, luas daerah, pertahanan, keamanan, tingkat

kesejahteraan masyarakat dan rentang kendali, kabupaten Kolaka Timur

telah memenuhi persyaratan. Akan tetapi dalam sektor kemampuan

keuangan, Penulis memiliki pendapat yang berbeda dibandingkan dengan

kajian yang dihasilkan dalam proses pembentukan kabupaten Kolaka

Timur sehingga memperoleh nilai kelayakan dari sektor kemampuan

keuangan.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 132 Penulis berpendapat, kemampuan keuangan daerah perlu lebih

ditingkatkan terlebih dahulu untuk dapat dikatakan layak terutama dari

sektor pendapatan asli daerah untuk setidaknya dapat mengimbangi

jumlah dana perimbangan sehingga pendapatan daerah dapat mengalami

peningkatan yang signifikan. Permasalahan kecilnya jumlah pendapatan

asli daerah ini walaupun juga dialami oleh sebagian besar daerah di

Indonesia, tidak terkecuali daerah yang telah lama terbentuk, bukan

berarti daerah yang baru terbentuk dapat dibenarkan apabila mengalami

hal yang serupa. seharusnya pemerintah lebih ketat dalam menetapkan

standarisasi dan persyaratan pembentukan daerah otonomi baru, salah

satunya dengan menetapkan rata-rata jumlah minimal pendapatan asli

daerah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir berbanding jumlah dana

perimbangan yang diterima daerah induk (daerah yang akan

dimekarkan). Kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) minimal 50% atau

bahkan lebih dari jumlah total pendapatan daerah selama 5 tahun

terakhir. Hal tersebut menandakan bahwa daerah induk yang akan

dimekarkan memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk tidak

terlalu tergantung pada dana perimbangan pemerintah pusat

kedepannya. Menganalisa hal tersebut, Kabupaten Kolaka dengan rata-

rata PAD sebesar 5% tiap tahunnya dari total Pendapatan daerah

rasanya belum benar-benar layak untuk dimekarkan. Kabupaten Kolaka

sebenarnya adalah daerah yang kaya dan bahkan dapat menghasilkan

pendapatan asli daerah yang sangat banyak tiap tahunnya bahkan

melebihi dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat. Kabupaten

Kolaka memiliki Potensi pertambangan yang sangat tinggi, khususnya

nikel dan marmer. Namun penghasilan dari hasil pertambangan tersebut

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 133 terkendala oleh Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang

memberikan “lorong gelap” merugikan daerah penghasil Minyak, Gas

(Migas) dan tambang. Bagaimana tidak, Dengan hasil pengolahan

kekayaan yang begitu besar dari sektor tersebut, daerah penghasil

selama ini hanya mendapatkan 5% dana bagi hasil (DBH) sama dengan

daerah-daerah yang lain yang bukan merupakan daerah penghasil. Tentu

saja hal ini sangat merugikan daerah penghasil minyak gas dan tambang

salah satunya Kabupaten Kolaka. Biaya perbaikan akibat kerusakan

yang ditimbulkan dari eksploitasi kekayaan alam yang dimiliki daerah

jauh lebih besar dari dana bagi hasil (DBH) yang diberikan pemerintah

pusat selama ini.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 134 BAB VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur merupakan puncak dari bentuk ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah pusat yang tidak adil dalam menjalankan roda pembangunan. Pembagian anggaran yang tidak adil menyebabkan ketertinggalan pembangunan, susahnya lapangan kerja dan berbagai permasalahan lain, terus memicu masyarakat didaerah tertinggal untuk semakin berontak dan ingin membentuk daerah otonomi yang baru.

Selain itu dari proses yang terjadi dalam pembentukan Kabupaten Kolaka

Timur, indikasi beberapa politikus/elit-elit politik lokal memanfaatkan moment ini untuk semakin aktif memberikan janji-janji dalam membantu proses pembentukan daerah otonomi baru jika terpilih sebagai

Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/wakil bupati dalam Pemilukada.

Begitupun dengan para calon anggota legislatif menjelang pemilu. Beberapa indikasi kepentingan politik turut berpartisipasi dalam proses pembentukan

Kabupaten Kolaka Timur, ditandai dengan :

1. Terdaftarnya calon Kabupaten Kolaka Timur di Kementerian Dalam

negeri tanpa disertai rekomendasi Bupati melainkan dipimpin Ketua

DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang berasal dari partai golkar.

2. Dengan berbagai alasan Bupati Kolaka menolak memberikan rekomendasi

dan terkesan mengulur-ngulur waktu, ada indikasi hal ini untuk

kepentingan Pemilukada yang akan diikuti pada tahun 2008.

3. Pemerintah provinsi terus mendukung pembentukan di Kabupaten Kolaka

timur, Hal ini terindikasi adanya motif “Garyymander” (usaha

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 135 pembelahan/pemekaran daerah untuk kepentingan partai politik tertentu)

untuk merusak dominasi PPP di Kabupaten Kolaka.

4. Dukungan elit-elit di tingkat provinsi juga meninggalkan kesan adanya

politik pencitraan sebagai upaya meningkatkan elektabilitas dalam meraih

simpati masyarakat Kolaka Timur menjelang pemilihan Umum.

5. Terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur dapat berarti menguatkan basis

partai Amanat nasional di wilayah Kolaka Timur karena bisa

mendistribusikan kader politik ke kursi jabatan politik melalui Gubernur.

6. DPR terkesan memaksakan diri untuk segera merampungkan proses

pembentukan daerah otonomi baru berupa desakan kepada Pemerintah

dengan alasan kepentingan Konstituen dan menggunakan hak inisiatif

DPR dalam membentuk Undang-Undang. Hal ini diduga untuk

meningkatkan elektabilitas elit-elit politik di DPR menjelang Pemilu.

7. Kurang maksimalnya kinerja Dewan pertimbangan Otonomi daerah dalam

memverifikasi kelayakan teknis calon daerah otonom dikarenakan

singkatnya waktu kunjungan yang bersinergi dengan pelayanan didaerah

seakan-akan memperlambat kinerja tim teknis (suap secara halus).

Selanjutnya, Berdasarkan Regulasi Pembentukan Daerah Otonomi baru yang meliputi persyaratan administratif, dan fisik kewilayahan Kabupaten

Kolaka Timur telah layak untuk dibentuk, kemudian syarat teknis antara lain dari Faktor Kependudukan, Kemampuan Ekonomi, Potensi daerah,

Sosial budaya, sosial politik, luas daerah, pertahanan, keamanan, tingkat kesejahteraan masyarakat dan rentang kendali, Kabupaten Kolaka timur telah memenuhi persyaratan. Akan tetapi dalam sektor kemampuan keuangan, Penulis memiliki pendapat yang berbeda dibandingkan dengan kajian yang dihasilkan.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 136 Kemampuan Keuangan daerah perlu lebih ditingkatkan terlebih dahulu untuk dapat dikatakan layak terutama dari sektor pendapatan asli daerah untuk setidaknya dapat mengimbangi jumlah dana perimbangan sehingga Pendapatan Daerah dapat mengalami peningkatan yang signifikan. seharusnya Pemerintah lebih ketat dalam mentapkan standarisasi dan persyaratan Pembentukan daerah otonomi baru, salah satunya dengan menetapkan rata-rata jumlah minimal Pendapatan asli daerah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir berbanding jumlah dana perimbangan yang diterima daerah induk (daerah yang akan dimekarkan). Kontribusi Pendapatan asli daerah (PAD) minimal 50% atau bahkan lebih dari jumlah Total pendapatan

Daerah daerah selama 5 tahun terakhir. Menganalisa hal tersebut,sehingga

Kabupaten Kolaka dengan rata-rata PAD sebesar 5% tiap tahunnya dari total

Pendapatan daerah rasanya belum benar-benar layak untuk dimekarkan.

B. Saran

Semakin tidak terkendalinya laju Pembentukan Daerah-daerah baru di

Indonesia memberikan masalah besar bagi Pemerintah yang sesegera mungkin harus ditemukan jalan keluarnya. Dari analisa berbagai permasalahan pemekaran daerah yang terjadi, saran-saran penulis antara lain :

1. Penguatan Instrumen regulasi pembentukan DOB

Selain karena besarnya dorongan kelompok-kelompok masyarakat

ditingkat lokal, terus terjadinya pemekaran daerah dalam skala yang

besar juga dimungkinkan karena instrumen regulasi yang sangat lemah.

Kelemahan pada desain regulasi antara lain ditandai dengan longgarnya

persyaratan yang ditetapkan untuk pembentukan daerah otonom. Revisi

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 137 Undang-Undang nomor 32 tentang pemerintahan daerah dan PP nomor

78 tahun 2007 tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan

daerah harus segera dilaksanakan.

2. Menggabungkan Pola Pendekatan Bottom Up dan pendekatan Top down

dalam Pembentukan DOB

Dengan menggabungkan pola pendekatan tersebut, proses pemekaran

daerah yang selama ini menempatkan aktor lokal sebagai variable utama

dapat dihindari. Karena dalam praktiknya pola regulasi tunggal (Bottom

Up) memunculkan kecenderungan terjadinya politik uang, politik identitas

dan free rider dalam proses pemekaran yang pada akhirnya menjauhkan

pemekaran dari tujuan-tujuan normatifnya. Prinsip bottom up (dari bawah

ke atas) ini menjadi problematis ketika pemekaran hanya menjadi agenda

daerah dan cenderung mengabaikan kepentingan strategis nasional.

Daerah dan elit lokal berusaha melakukan segala cara untuk

menunjukkan kuatnya dukungan masyarakat terhadap proses

pemekaran, termasuk membangkitkan semangat kedaerahan

(primordialisme) dan semangat etnis (ethno-politics).

3. “Menutup” tiga pintu pemekaran (DPR, Pemerintah dan DPD) menjadi

hanya satu pintu yaitu pemerintah. Hal ini karena pemerintah/eksekutif

memiliki data yang cukup serta sumber daya yang memadai (birokrasi,

personil, dana, keahlian) dibandingkan DPR dan DPD. Sebaiknya ada

kesepakatan bersama antara DPR-DPD-Pemerintah yang intinya adalah

DPR dan DPD sepakat untuk tidak menggunakan hak inisiatifnya

mengusulkan RUU pembentukan daerah baru. Sehingga khusus

mengenai pemekaran wilayah, fungsi pengawasan DPR dan DPD terhadap

pemerintah harus lebih diutamakan. Hal ini penting agar check and

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 138 balances antara eksekutif dan legislatif dalam kebijakan pemekaran

daerah lebih terpelihara. Sulit bila seorang ’wasit’ merangkap jadi

pemainnya. Bila kesepakatan ini terjadi paling tidak DPR dan DPD telah

ikut menyelamatkan anggaran negara.

4. Reformasi Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD)

DPOD dan tim teknisnya yang sekarang ini banyak diisi oleh para pejabat,

perlu segera direformasi. Digantikan oleh para pakar dan peneliti ahli

yang kredibel. Hasil kajian DPOD harus mengikat secara hukum, baik

kepada DPR maupun DPD (kata Pertimbangan dalam DPOD mungkin

perlu dihapus)

5. Perlunya Amandemen UUD 1945 yang meningkatkan peran DPD sehingga

dapat setara dengan DPR untuk dapat memperjuangkan aspirasi

masyarakat di daerah secara lebih optimal.

6. Pembentukan Kecamatan-kecamatan baru oleh daerah yang hanya

berdasarkan peraturan daerah harus dibatalkan oleh pemerintah pusat.

Akal-akalan daerah dengan memecah kecamatan sebagai persiapan

pembentukan kabupaten/kota yang baru adalah bentuk penyimpangan.

Pembentukan kecamatan minimal berdasarkan rekomendasi Mentri

dalam negeri bahkan Keputusan Presiden jika dibutuhkan. Kepada elit-

elit lokal perlu lebih memperhitungkan kalkulasi Rasional ketimbang

motif-motif emosional kedaerahan dan motif-motif pribadi dalam

pemekaran wilayah.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 139 DAFTAR PUSTAKA

Akita, Takahiro, 1992, Sources of regional economics growth in japan: A case of Hokkaido prefecture between 1970-1985, journal of input output analysis, no.1

Bryant, Coralie dan Louise G. White, 1987, Manajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang, LP3ES, Jakarta.

Budiardjo, Miriam, 2010, Dasar-dasar Ilmu politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Bungin, Burhan, 2011, Metodologi penelitian Kualitatif, Raja grafindo persada, Jakarta.

Danim, Sudarwan, 2000, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Bumi Aksara, Jakarta.

Dunn, William N, 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, UGM Press, Yogyakarta.

E. Herman Halim, 2002, Menangkap momentum otonomi daerah. Pekanbaru; UNRI press.

Hague et al, Rod.,1998, Comparative Government and Politics, Macmillan press, London.

Harun, Rochajat dan Sumarno, 2006, Komunikasi Politik sebagai suatu pengantar, Mandar Maju, Bandung.

Imawan, Riswandha, 2000, Metode Penelitian Sosial, Program Studi Ilmu Politik, Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah UGM, Yogyakarta.

Jones, Charles O, 1994, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Rajawali Press, Jakarta.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 140 Keban, Yeremias T, 1995, Analisis Peran Dalam Seleksi Alternatif Kebijakan, Makalah disampaikan pada Pelatihan Analisis Kebijakan Sosial, Pusat Penelitian Kependudukan UGM Yogyakarta.

Koswara, E, 1998, Kebijaksanaan Desentralisasi Dalam Rangka Menunjang Pembangunan Daerah, dalam Pembangunan Administrasi Indonesia, LP3ES, Jakarta.

Makagansa, H.R. 2008, Tantangan Pemekaran Daerah, Fuspad, Yogyakarata

Marsh, David dan Gerry Stoker, 2010 Teori dan Metode dalam Ilmu Politik, Nusa Media, Bandung

Merkl, Peter. 1967, Continuity and Change, Harper and Row, New York.

Mitchell, Joyce M dan William C. Michell. 1969, Political analysis and Public policy : an introduction to political science, Rand Mc.Nally, Chicago.

Moleong, Lexy J., 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cet. XXII, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Mosca, Gaetano. 1939, The Ruling Class, Hamah D. Kahn, penerjemah Arthur livingstone, New York, McGraw Hill.

Nawawi, Hadari, 1991, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University press

Nazir, Moh., 2003, Metode Penelitian (Cetakan kelima), Ghalia Indonesia, Jakarta

Nimmo, Dan, 1989 Political Communication and public opinion and America, Jalaluddin Rakhmat, 2001 Komunikasi politik, remaja Rosdakarya offset, Bandung.

Nugroho, Riant. 2012, Public Policy, Gramedia, Jakarta.

Pamungkas, Cahyo. 2007, Pemekaran Wilayah, Otonomi daerah, dan Desentralisasi Politik di Indonesia. Paper, Jakarta

Putra, Fadillah, 2001, Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 141 Rasyid, Ryaas, 1998, Desentralisasi Dalam Rangka Menunjang Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Administrasi Indonesia, LP3ES, Jakarta.

Ratnawati, Tri, 2009, Pemekaran daerah (Politik Lokal dan beberapa isu terseleksi), Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Salim, Agus, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif (edisi kedua, Agustus 2006), Tiara Wacana, Yogyakarta

Sidik, Machfud, 2001, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam proses Otonomi Daerah, Siaga-UGM, Yogyakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung

Suparlan, Parsudi, 1991, Kemiskinan Perkotaan, Sinar Harapan Jakarta.

Suwandi, Made, 2002, Otonomi Daerah dan Revisi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Makalah disampaikan pada Forum Kebijakan MAP UGM, Yogyakarta

Thoha, Miftah, 2003, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Suatu Pendekatan Perilaku, Edisi 9, Raja Grafindo persada, Jakarta.

Urata, S, 1987, Sources of economic Growth and structural change in China 1951-1981, Journal of Comparative Economics, no.11. 1997

Varma, SP, 2001, Teori Politik Modern, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Winarno, Budi, 2002, Teori dan Proses Kebijakan Publik, MedPress, Yogyakarta.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 142 Peraturan Perundangan dan Dokumen Resmi Pemerintah

Undang-Undang Nomor 8 tahun 2013 tentang pembentukan Kabupaten

Kolaka Timur di Provinsi Sulawesi Tenggara

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah.

Manual/Pedoman pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerahotonom, Jakarta : Kerjasama Kementerian dalam negeri, Badan pusat statistik, Direktorat jendral Otonomi daerah, Bappenas, dan Kementrian Keuangan.

Produk domestik regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia 2002-2006, Jakarta (Badan pusat statistik) 2007

Kabupaten Kolaka dalam angka, 2007 dan 2010 (kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kolaka dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka)

Sulawesi Tenggara dalam angka, 2007, (Badan pusat statistik provinsi Sulawesi Tenggara)

Desain Besar Penataan Daerah Di Indonesia tahun 2010 – 2025.

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 143 Sumber Website

 http://.depdagri.go.id/news/2012/03/26/mendagrimoratorium- pemekaran-daerah-hingga-akhir-2012  Regional.kompas.com/read/2010/07/21/03073975/pemekaran.daera h.membebani.keuangan

Pembentukan Daerah Kabupaten Kolaka Timur 144