AKAL, WAHYU, DAN KASB MANUSIA MENURUT JABARIYAH DAN

Edi Sumanto Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat IAIN Bengkulu Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu Email: [email protected]

Abstract: Reason, Revelation, And Human Efforts According to Jabarites And Qadarites. This article describes the views of Qadarites and Jabarites about the revelation, reason, and human efforts. The method used is based on a literature library from books, magazines and articles related. The study concluded: first, for Jabarites, reasoning has no meaning, because reasoning is of no use to humans, they are more dominant subject to revelation or the provision of in their every activities, so human just only accept anything that has been given by The Creator. While according to Qadarites, Reasoning is to proportionate the provisions that God has made for man, to contribute to the act of doing, good or bad. In connection with the concept of revelation, for Jabarites that the revelation is a source of important and basic to those that must be followed, because the verses they are using is a verse to support the argument they use. While revelation in according to Qadarites is considered as to proportionate their opinion, because God disposes all human actions, but humans have a stake in it in order to try and select it.Finally, in Human efforts, for Jabarites that no efforts, because everything he does has been determined by God. There is no human power to do in doing something. however, according to Qadarites that human effort is depend on human beings themselves and the result depends according what he has done without any intervention from God. Keywords: reason, revelation, efforts, Jabarites, Qadarites

Abstrak: Akal, Wahyu dan Kasb Manusia Menurut Jabariyah Dan Qadariyah. Artikel ini mendeskripsikan pandangan aliran Jabariyah dan Qadariyah tentang wahyu, akal, dan kasb manusia. Metode penelitian yang digunakan kepustakaan dengan berdasarkan pada literatur buku, majalah, dan artikel yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menyimpulkan: pertama, bagi Jabariyah, akal tidak ada artinya, sebab akal diangap tidak ada gunanya bagi manusia, mereka lebih dominan tunduk kepada wahyu atau ketentuan Tuhan dalam segala gerak geriknya, sehingga manusia dalam kondisi menerima saja apa-apa yang telah diberikan oleh sang Pencipta. Sedang akal bagi bagi Qadariyah adalah sebagai peyeimbang terhadap ketentuan yang telah Tuhan ciptakan bagi manusia, untuk andil terhadap perbuatan yang dilakukannya, baik maupun buruk. Berkaitan dengan konsep wahyu, bagi Jabariyah bahwa wahyu merupakan sumber pokok dan dasar bagi mereka yang harus diikuti, sebab ayat-ayat yang mereka gunakan adalah ayat mendukung alasan yang mereka gunakan. Sedang wahyu bagi Qadariyah, dianggap peyeimbang bagi pendapat mereka, karena Tuhan yang menentukan segala perbuatan manusia tetapi manusia mempunyai andil di dalamnya untuk dapat berusaha dan memilihnya. Selanjutnya mengenai kasb Manusia, bagi Jabariyah bahwa tidak ada kasb, sebab segala perbuatannya telah ditentukan oleh Tuhan. Manusia tidak ada daya untuk berbuat dalam melakukan sesuatu. Sedang menurut Qadariyah bahwa kasb manusia ada pada diri manusia itu sendiri dan hasilnya tergantung sesuai apa yang telah diperbuatnya tanpa ada campur tangan dari Tuhan. Kata kunci: akal, wahyu, kasb, Jabariyah, Qadariyah

79 Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

Pendahuluan kaitannya dengan usaha manusia (kasb) dari Dalam dunia seiring perkembangan- masing-masing aliran atau golongan tersebut, nya dan perluasan pengaruhnya ke pelosok bagaimana latar belakangnya, dan apa saja seluruh negeri. Tentunya menimbulkan banyak ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin mereka. pemahaman baru dan golongan aliran-aliran Dan ini bisa diperoleh dengan mengkaji lebih baru yang mempunyai pandangan mengenai dalam mengenai sejarah dari perkembangan kajian tentang ilmu. Dari segi ilmu , golongan Jabariyah dan Qadariyah tersebut. banyak muncul golongan atau aliran yang Dengan demikian, akan diketahui sejara jelas pemahaman dan cara pandang mereka. berbeda dari segi pemahaman terkait qadho’ dan qadar manusia. Ada yang menganggap perilaku manusia merupakan kehendak Tuhan secara Metode Penelitian mutlak, namun juga ada yang beranggapan Penelitian ini adalah kepustakaan yaitu adanya kasb manusia dibalik itu semua. penelitian berdasarkan literatur buku, majalah, Berkaca dengan persoalan di atas, tentu artikel yang berhubungan dengan penelitian. tidak menilai dari segi perbedaannya saja yang Sumber data terdiri dari data primer dan mungkin akan banyak menimbulkan pertentangan sekunder. Yang dimaksud sumber data primer maupun perselisihan, tetapi harus menelaahnya dalam penelitian ini adalah data pokok yang lebih lanjut karena hal tersebut dapat menambah diperlukan oleh penulis. Data primer tersebut khasanah keilmuan di kalangan pemikiran Islam. tentang pendapat aliran Jabariyah dan Qadariyah Suatu pemikiran akan menimbulkan ide yang yaitu akal dan wahyu tentang kasb manusia cemerlang dan dapat berguna dalam menghadapi yang dikemukakan oleh aliran Jabariyah dan perkembangan zaman. Tanpa adanya suatu Qadariyah. Sedangkan sumber data sekunder pemikiran yang kritis akan mengundang dan yaitu data tambahan yang berhubungan dengan menimbulkan adanya stagnasi (kemacetan/ penelitian, seperti buku-buku pendukung yang tidak bergerak)1 pemikiran. Namun, hal tersebut penulis lakukan yang ada kaitannya dengan judul haruslah tetap berdasarkan hukum dan kaidah yang peneliti tulis. agama Islam yang terkandung dalam kitab suci. Teknik pengumpulan menggunakan library Selanjutnya adanya perbedaan pemikiran reseach (kepustakaan). Menurut M. Nazir, yang tersebut bukanlah dari hasil pemikiran akal dimaksud dengan studi kepustakaan adalah teknik semata, melainkan dalam Alquran memang pengumpulan data dengan mengadakan studi terdapat beberapa kaidah atau dalil yang dapat penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, menguatkan pemahaman mereka tersebut. catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada Seperti golongan Jabariyah dan golongan hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.2 Qadariyah yang akan penulis jelaskan, dalam Studi kepustakaan yaitu mengadakan penelitian Alquran kedua pemahaman golongan tersebut dengan cara mempelajari dan membaca terfasilitasi dengan adanya kaidah yang jelas literatur-literatur yang ada hubungannya dengan dan sama-sama kuatnya. Jadi tidak ada salahnya permasalahan yang menjadi obyek penelitian. antara pendapat atau argumen dari pemahaman Adapun langkah-langkah peneliti dalam meng- mereka tersebut. Tinggal bagaimana seseorang analisis data, meliputi koleksi data, reduksi dalam menyikapinya, apakah lebih condong pada data, display data, dan vertifikasi/penarikan satunya, atau disesuaikan dengan kondisi kesimpulan3. Kesimpulan yang dikemukakan zaman dan dinamika masyarakatnya. harus didukung oleh bukti-bukti yang valid Mencermati beberapa perbedaan prinsipil dan konsisten sehingga kesimpulan yang di- terkait pemahaman tentang aspek-aspek teologi kemukakan merupakan temuan baru yang tersebut, sementara pedoman yang digunakan bersifat kredibel (dapat dipercaya) dan dapat sama yaitu Alquran dan hadis, maka penulis menjawab permasalahan. tertarik untuk membahas dan memaparkan beberapa aspek tentang akal dan wahyu dalam 2 Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 111 1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai 3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R Pustaka, 2003), h. 201 dan D, (Bandung: Al-Fabeta, 2009), h. 338

80 Edi Sumanto: Akal, Wahyu, dan Kasb Manusia Menurut Jabariyah dan Qadariyah

Aliran Jabariyah bertempat tinggal di Khuffah, ia seorang da’i Sebelum memahami dan mengenal lebih yang fasih dan lincah (orator). Ia menjabat dalam mengenai sejarah kemunculan aliran sebagai sekretaris Harits bin Surais seorang Jabariyah ini, dipaparkan pengertian dari kata mawali yang menentang pemerintahan Bani Jabariyah itu sendiri, baik secara etimologi Umayah di Khurasan. Ia ditawan dalam pem- 7 maupun sacara terminologi. Kata Jabariyah berontakan dan dibunuh pada tahun 128H. berasal dari kata Jabara dalam bahasa Arab yang Ia dibunuh karena masalah politik dan tidak mengandung arti memaksa dan mengharuskan ada kaitannya dengan agama. Ia berasal dari melakukan sesuatu.4 Menurut Sirajuddin Abbas, Persia dan meninggal tahun 128 H dalam Jabariyah berarti tidak ada ikhtiar bagi manusia.5 suatu peperangan di Marwan dengan Bani Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas memaknai Ummayah. Pendapat-pendapatnya misalnya Jabariyah berarti terpaksa.6 1) itu adalah pengetahuan mengenai kepercayaan belaka. Oleh sebab itu, iman Dari pengertian secara etimologi di atas, itu tidak meliputi tiga oknum keimanan yakni dapat dipahami bahwa kata jabara merupakan kalbu, lisan dan karya. Maka tidaklah ada suatu paksaan di dalam melakukan setiap perbedaan antara manusia satu dengan yang sesuatu. Atau dengan kata lain ada unsur lainnya dalam bidang ini, sebab ia adalah keterpaksaan. Kata Jabara setelah berubah semata pengetahuan belaka, sedangkan menjadi Jabariyah (dengan menambah huruf pengetahuan itu tidak berbeda tingkatnya. 2) Ya nisbah) mengandung pengertian bahwa suatu Tidak memberi sifat bagi Allah yang mana sifat kelompok atau suatu aliran (isme). itu mungkin diberikan pula kepada manusia, Mengenai asal usul dan akar kemunculan sebab itu berarti menyerupai Allah dalam sifat- aliran Jabariyah ini tidak lepas dari beberapa sifat itu. Maka Allah tidak diberi sifat sebagai faktor, antara lain faktor politik dan faktor satu zat atau sesuatu yang hidpu atau alim/ geografi. Adapun tokoh yang pertama kali mem- mengetahui atau mempunyai keinginan, sebab perkenalkan faham jabariyah adalah Ja’d bin manusia memiliki sifat-sifat yang demikian itu. Dirham dan Jahm bin Shafwan. Tetapi boleh Allah disifatkan dengan Qadir/ a. Al-Ja’d bin Dirham Kuasa, Pencipta, Pelaku, Menghidupkan, dan Ia adalah seorang hamba dari bani Hakam Mematikan, sebab sifat-sifat itu hanya tertentu dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh dengan untuk Allah semata dan tidak dapat dimiliki dipancung oleh Gubernur Kufah yaitu Khalid oleh manusia. bin Abdullah al-Qasri. Ja’d adalah seorang Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi Maulana Bani Hakim, tinggal di Damaskus. Ia dua bagian, yaitu ekstrim dan moderat. Di dibesarkan di dalam lingkungan orang Kristen antara ajaran Jabariyah ekstrim adalah yang yang senang membicarakan teologi. Pendapat- berpendapat bahwa segala perbuatan manusia pendapatnya di antaranya: 1) Tidak pernah bukan merupakan perbuatan yang timbul dari Allah berbicara dengan Musa sebagaimana kemauannya sendiri, tetapi perbuatannya yang yang disebutkan oleh Alquran surat al-Nisa dipaksakan atas dirinya. ayat 164. 2) Bahwa Nabi Ibrahim tidak pernah Sebagai penganut dan penyebar paham dijadikan Allah kesayangan-Nya seperti ayat jabariyah, banyak usaha yang dilakukan Jahm 125 dari surat al-Nisa’. yang tersebar ke berbagai tempat, seperti ke b. Jahm Ibnu Shafwan Tirmidz dan Balk. Pendapat lengkapnya mengenai Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham persoalan teologi adalah sebagai berikut: a) bin Shafwan. Ia termasuk Maulana Bani Rasib, Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa, juga seorang tabi’in berasal dari Khurasan, dan ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan, 4 Abdul Razak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), b) Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang h. 45. kekal selain Tuhan, c) Iman adalah ma’rifat 5 Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahli Wal-DJama’ah, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1971), h. 266. 6 Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas, Sejarah dalam Pemikiran 7 Fuad Mohd Fahrudin, Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam, (Jakarta: Pustaka Antara,1996), h. 36. dalam Islam, (Jakarta: Yasaguna,1988), h. 155

81 Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016 atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini, sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas pendapatnya sama dengan konsep iman yang segala sesuatu” (QS.Ali Imran[3]: 165) dimajukan kaum Murji’ah, d) Kalam Tuhan Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat adalah makhluk Allah mahasuci dari segala diketahui secara pasti dan masih merupakan sifat dan keserupaan dengan manusia seperti sebuah perdebatan. Akan tetapi menurut berbicara, mendengar dan melihat. Begitu pula Ahmad Amin, ada sebagian pakar teologi yang Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali di akhirat kelak. dimunculkan oleh Ma’bad al-Juhaini dan Ghailan al-Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M. 10 Aliran Qadariyah Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya Pengertian Qadariyah secara etimologi, berasal dalam Syahr al-Ujum, aliran Qadariyah pertama dari bahasa Arab, yaitu qadara yang bemakna kali dimunculkan oleh orang Irak. 11 Pada mulanya kemampuan dan kekuatan. Adapun secara beragama Kristen, kemudian masuk Islam dan termenologi istilah adalah suatu aliran yang kembali lagi ke agama Kristen. Namanya adalah percaya bahwa segala tindakan manusia tidak Susan, demikian juga pendapat diinrvensi oleh Allah. Aliran-aliran ini berpendapat Ibnu Syu’ib. Sementara W. Montgomery Watt bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala menemukan dokumen lain yang menyatakan perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau bahwa paham Qadariyah terdapat dalam kitab meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. al-Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan oleh Hasan al-Basri sekitar tahun 700M. kekuatan manusia dalam mewujudkan perbutan- Ditinjau dari segi politik, kehadiran mazhab perbutannya. Harun Nasution menegaskan bahwa Qadariyah sebagai isyarat menentang politik Bani aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia Umayyah. Karena itu, kehadiran Qadariyah dalam mempunyai kekuatan untuk melaksanakan wilayah kekuasaanya selalu mendapat tekanan, kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahkan pada zaman Abdul Malik bin Marwan bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar pengaruh Qadariyah dapat dikatakan lenyap Tuhan. 8 tapi hanya untuk sementara saja, sebab dalam Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip perkembangan selanjutnya ajaran Qadariyah itu oleh Hadariansyah, orang-orang yang berpaham tertampung dalam Muktazilah.12 Qadariyah adalah mereka yang mengatakan Harun Nasution menjelaskan pendapat bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak Ghailan tentang ajaran Qadariyah bahwa manusia dan memiliki kemampuan dalam melakukan berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia perbuatan. Manusia mampu melakukan per- sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas buatan, mencakup semua perbuatan, yakni baik kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia 9 dan buruk. Firman Allah Swt: sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbutan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Tokoh al-Nazzham menyatakan ﰑ ﯽ ﯾ ﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan ﰅﰆ ﰇ ﰈﰉ ﰊ ﰋﰌ ﰍ ﰎﰏ ﰐ dengan daya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannya. 13 ﰒ “Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah Dengan demikian, segala tingkah laku manusia (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada mempunyai kewenangan untuk melakukan segala musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) baik maupun berbuat jahat. Oleh sebab itu, ia ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu

10 Hadariansyah, Pemikiran-pemikiran Teologi…, h. 99 8 Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran, (Jakarta: Raja Grafindo 11 Sirajudin Abas, I’tiqad…,h. 200 Persada, 1996), h. 75 12 Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah…, h. 74 9 Hadariansyah, Pemikiran-pemikiran Teologi dalam Sejarah 13 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Islam, (Banjarmasin: Antasari Press, 2008), h. 68 (Jakarta: UI-Pres, 2011), h. 31

82 Edi Sumanto: Akal, Wahyu, dan Kasb Manusia Menurut Jabariyah dan Qadariyah berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang bisnis yang dilakukannya tidak pernah usang dan dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Sifat inovatif ini akan mendorong bangkitnya Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan kembali kegairahan untuk meraih kemajuan balasan surga kelak di akhirat dan ganjaran dalam berbisnis.14 Firman Allah Swt: siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat, ﭿ ﮀ ﮁﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ,itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri bukan oleh takdir Tuhan. Karena itu, sangat “Kerjakanlah apa yang kamu kehendaki pantas orang yang berbuat akan mendapatkan sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu balasannya sesuai dengan tindakannya. perbuat”.(QS. Fusshilat: 40). Paham takdir yang dikembangkan oleh Dalam ayat lain disebutkan: ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔ ﯕ ﯖﯗ Qadariyah berbeda dengan konsep yang umum yang dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan yaitu paham yang mengatakan bahwa nasib sesuatu kaum sehingga mereka merobahnya manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut (QS. Al -Ra’d: 11) nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya. Dengan demikian, takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta Konsep Akal Menurut Jabariyah dan Qadariyah beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hukum 1. Akal Menurut Jabariyah yang dalam istilah Alquran adalah sunnatullah. Jabariyah murni atau ekstrim dibawa oleh Jahm Secara alamiah, sesungguhnya manusia bin Shafwan, paham fatalisme ini beranggapan telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah. bahwa perbuatan-perbuatan diciptakan Tuhan Manusia dalam demensi fisiknya tidak dapat di dalam diri manusia, tanpa ada kaitan sedikit berbuat lain, kecuali mengikuti hukum alam. pun dengan manusia, tidak ada kekuasaan, Misalnya manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak kemauan, dan pilihan baginya. Manusia sama seperti ikan yang mampu berenang di lautan sekali tidak mampu untuk berbuat apa-apa, dan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai tidak memiliki daya untuk berbuat. Manusia kekuatan seperti gajah yang mampu membawa bagaikan selembar bulu yang diterbangkan barang seratus kilogram. angin, mengikuti takdir yang membawanya. Sebagaimana ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah Dengan pemahaman seperti ini, tidak ada manusia tidak mempunyai kebebasan dan alasan untuk menyandarkan perbuatan kepada ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang Allah. Di antara dalil yang mereka gunakan adalah jahat, buruk atau baik semata-mata Allah yang banyak ayat-ayat Alquran yang berbicara dan menentukannya.15 mendukung paham itu. Berdasarkan keterangan beberapa hadis, dapat disebutkan bahwa manusia Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa mempunyai kekuatan atau daya dalam berbuat, akal bagi aliran Jabariyah ektstrim adalah tidak seperti berwirausaha merupakan kemampuan berfungsi, sebab mereka berpendapat segala dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Dan sesuatu yang dilakukan oleh manusia sudah kemampuan menciptakan ini memerlukan ditentukan oleh Tuhan. Sehingga mereka meng- adanya kreativitas dan inovasi. anggap dirinya bagaikan pohon yang ditiup angin tergantung ke mana arah angin bertiup. Kreatifitas adalah mampu menangkap dan menciptakan peluang-peluang usaha yang bisa Sedangkan akal menurut Jabariyah moderat dikembangkan. Di tengah persaingan bisnis yang sebagaimana dikemukakan oleh al-Najjar adalah ketat sekali pun, seorang wirausaha tetap mampu Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik itu menangkap dan menciptakan peluang baru untuk positif atau negatif, tetapi manusia mempunyai berbisnis, sehingga ia tidak pernah khawatir kehabisan lahan. Sedangkan inovasi adalah 14 H.M. Ma’ruf Abdullah, Wirausaha Berbasis Syariah, mampu melakukan pembaruan-pembaruan dalam (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), h. 7-8. menangani bisnis yang digelutinya, sehingga 15 http://fahimganteng.blogspot.com/2012/10/aliran-jabariyah. html, diakses hari Jum’at, 25 Oktober 2014

83 Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016 bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan oleh dalang. Ayat pendukung yang digunakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk oleh aliran adalah: mewujudkan perbuatannya. Manusia juga tidak ﯕ ﯖ ﯗ ﯘ dipaksa, tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan apa yang kamu perbuat itu”. (QS. Al-Shaffat: 96). yang diciptakan Tuhan. Sedangkan dalam paham Qadariyah, mereka Berdasarkan pendapat di atas, berarti akal menempatkan wahyu sebagai penghambat bagi aliran Jabariyah moderat yaitu untuk dalam ruang gerak mereka, sebab wahyu dapat 19 mengimbangi perbuatan yang diciptakan oleh membuat kemunduran. Tuhan, sebab manusia mempunyai andil dalam Berdasarkan penjelasan di atas, wahyu melakukan sesuatu yang diinginkannya, baik itu menurut Qadariyah adalah penghambat bagi bersifat positif maupun negatif. Manusia dalam manusia dalam melakukan perbuatannya, sebab posisi ini tidak terpaksa, tetapi ada bagian dari mereka dalam berpendapat tidak berdasarkan akalnya yang dapat memahami dan mengerti wahyu tetapi rasio yang diutamakannya yang tentang perbuatan yang diciptakannya. harus diikuti, karena semua perbuatannya tergantung dari usaha mansuia itu sendiri. Hal 2. Akal Menurut Qadariyah, tersebut sesuai dengan ayat yang digunakan oleh mereka yaitu firman Allah: Al-Nazzham menyatakan bahwa manusia ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔ ﯕ ﯖﯗ hidup mempunyai daya, dan dengan daya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannya. 16 “Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu Adapun ciri-ciri corak pemikiran paham Qadariyah kaum, selama mereka tidak mengubah sebab- di antaranya adalah kedudukan akal lebih tinggi, sebab kemunduran mereka.” (QS. Al-Ra’d: 11) dan dinamika dalam sikap dan berpikir.17 Dengan demikian, Qadariyah menyatakan Konsep Kasb Manusia Menurut Jabariyah dan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan Qadariyah atas kehendaknya berdasarkan daya nalar 1. Kasb Manusia menurut Jabariyah yang ada dalam pikirannya, karena manusia Dalam bahasa Arab, kasb diartikan sama mempunyai kewenangan untuk melakukan dengan ikhtiar. Kata ikhtiar berasal dari ikhtara- segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik yakhtaru-ikhtiyaaran yang berarti memilih. Ikhtiar berbuat baik maupun berbuat jahat. ini diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih.20 Adapun Konsep Wahyu Menurut Jabariyah dan corak pemikiran paham Jabariyah, menganggap Qadariyah bahwa perbuatan manusia dilakukan oleh Tuhan Wahyu bagi Jabariyah adalah sandaran dan manusia hanya menerima. Hal ini juga bagi paham mereka dalam melakukan segala dikenal dengan istilah kasb yang secara literal aktifitas yang akan dilakukannya, sebab bagi berarti usaha. Tetapi kasb di sini mengandung jabariyah segala perbuatannya bersumber dari pengertian bahwa pelaku perbuatan manusia wahyu Tuhan. Ini sesuai dengan pendapat adalah Tuhan sendiri dan usaha manusia tidaklah mereka bahwa semua perbuatan dalam keadaan efektif. Manusia hanya menerima perbuatan terpaksa, dan segala perbuatan manusia sudah bagaikan gerak tak sadar yang dialaminya.21 ditentukan oleh Tuhan. Sebagaimana pendapat Ada dua kelompok yang terdapat dalam Sirajuddin Abbas yang menyebutkan bahwa bagi Jabariyah tidak ada ikhtiar bagi manusia.18 Jadi manusia dianggap bagai wayang yang digerakkan 19 https://id-id.facebook.com/notes/helmi-nawali/wahyu- dan-akal-mungkinkah berdialog/626893740682671 , diakses, Sabtu tanggal 21 Februari 2015 20 M Kasir Ibrahim, Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: 16 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, h. 31 Apollo, t.th)., h. 9 17 Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, 21 M. Yunus Samad, Pendidikan Islam dalam Perspektif (Bandung: Mizan, 1996), Cet. ke-4, h. 112 Aliran Kalam: Qadariyah,Jabariyah, dan Asy’ariyah, (Pinrang: 18 Sirajuddin Abbas, I’tiqad..., h. 266. STAI DDI Pinrang, 2013). h.77

84 Edi Sumanto: Akal, Wahyu, dan Kasb Manusia Menurut Jabariyah dan Qadariyah paham Jabariyah, yaitu Jabariyah murni dan merupakan sumber pokok dan dasar bagi Jabariyah moderat. Jabariyah murni menolak mereka yang harus diikuti, sebab ayat-ayat adanya perbuatan yang berasal dari manusia yang mereka gunakan mendukung alasan dan memandang menusia tidak mempunyai yang mereka gunakan. Sedangkan wahyu bagi kemampuan untuk berbuat. Adapun Jabariyah Jabariyah Moderat dianggap dianggap sebagai moderat mengakui adanya perbuatan dari penyeimbang bagi pendapat mereka, karena manusia namun perbuatannya tidak membatasi.22 Tuhan yang menentukan segala perbatan manusia, tetapi manusia mempunyai andil 2. Kasb Manusia menurut Qadariyah di dalamnya untuk dapat berusaha dan memilihnya. Sedangkan kasb bagi paham Qadariyah terdapat dalam kitab Fath alMajid, Imam Nawawi 3. Kasb Manusia bagi Jabariyah dan Qadariyah. menyatakan ada empat mazhab terkait dengan Menurut Jabariyah bahwa tidak ada kasb persoalan kasb pada perbuatan manusia, di manusia, sebab segala perbuatannya telah antaranya Mu’tazilah, disebut juga Qadariyah, yang ditentukan oleh Tuhan, bagi mereka tidak ada berpendapat bahwa manusia menciptakan sendiri daya untuk berbuat dalam melakukan sesuatu. semua perbuatan yang ikhtiyari/kasb. 23 Jadi Sedangkan menurut Qadariyah bahwa kasb dalam pengertian ini, Qadariyah menyebutkan manusia ada pada diri manusia itu sendiri, bahwa kasb manusia itu diciptakan oleh manusia dan hasilnya tergantung sesuai apa yang telah itu sendiri. diperbuatnya tanpa ada campur tangan dari Tuhan. Hal di atas, menggambarkan bahwa kasb dalam aliran Qadariyah ditimbulkan oleh kemauan manusia dengan berbagai usaha yang Pustaka Acuan dilakukannya agar dapat meraih sesuatu yang Abdullah, H.M. Ma’ruf, Wirausaha Berbasis diinginkannya. Syariah, Banjarmasin: Antasari Press, 2011. Al-Syahrastani, Al-Milal wa an-Nihal, Beirut- Penutup Libanon: Dar al-Kutub al-’Ilmiyah, t.th. Asmuni, Yusran, Dirasah Islamiyah Pengantar Berdasarkan pembahasan dan analisa tentang Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan perbandingan pemahaman teologi Jabariyah Pemikiran, Jakarta: Radja Grafindo, 1996. dengan Qadariyah dalam hal kasb manusia, Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: penulis dapat menyimpulkan: Pustaka Harapan, 2006. 1. Konsep akal dari Jabariyah Ekstrim dan Moderat. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bagi Jabariah, akal tidak ada artinya sebab Jakarta: Balai Pustaka, 2003. akal diangap tidak ada gunanya bagi manusia, Fahrudin, Fuad Mohd, Sejarah Perkembangan mereka lebih dominan tunduk kepada wahyu Pemikiran dalam Islam, Jakarta: Yasaguna,1988. atau ketentukan oleh Tuhan dalam segala gerak Hadariansyah, Pemikiran-pemikiran Teologi geriknya, sehingga manusia dalam kondisi dalam Sejarah Islam, Banjarmasin: Antasari menerima apa-apa yang telah diberikan oleh Press, 2008. sang Pencipta kepadanya. Sedangkan akal Jamarah, Suryan A. dkk, Sejarah Pemikiran Dalam bagi bagi Jabariyah moderat adalah sebagai Islam, Jakarta: Pustaka Antara kerja sama peyeimbang terhadap ketentuan yang telah dengan LSIK, 1996 Tuhan ciptakan bagi manusia, untuk andil Maksum dkk, Sejarah Pemikiran Dalam Islam, terhadap perbuatan yang dilakukannya, meliputi Jakarta: Pustaka Antara kerja sama dengan perbuatan buruk maupun perbuatan baik. LSIK, 1999. 2. Konsep wahyu bagi Jabariyah dan Qadariyah. Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Bagi Jabariyah ekstrim bahwa wahyu Aspeknya, Jakarta: UI-Pres, 2011. Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI-Press, 2010. 22 Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal diterjemahkan oleh Nasution, Khairudin, Sejarah Pemikiran Islam, Asywadie Syukur,Surabaya: PT.Bina Ilmu, t.th, h. 71. 23 Muhammad Nawawi, Fath alMajid fi Sharh alDurr alFarid, Yogakarta: Academia, 2012. (Surabaya: Penerbit al-Hidayah t.t)., h. 17 Nata, Abudin, Ilmu Kalam, Filsafat dan TaSawuf,

85 Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Razak, Abdul, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Nawawi, Muhammad, Fath alMajid fi Syarh alDurr Setia, 2009. alFarid, Surabaya: Penerbit al- Hidayah, t.th. Samad, M. Yunus, Pendidikan Islam dalam Nazir, Metode Peneitian, Jakarta: Rineka Cipta, Perspektif Aliran Kalam: Qadariyah,Jabariyah, 2004. dan Asy’ariyah, Pinrang: STAI DDI Pinrang, Nurdin, Amin dan Afifi Fauzi Abbas, Sejarah 2013. dalam Pemikiran Islam, Jakarta: Pustaka Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Antara,1996. dan R dan D, Bandung: Al-Fabeta, 2011.