PENEGAKAN HUKUM KESELAMATAN KERJA SEKTOR PERUSAHAAN BRIKET BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PROVINSI BANTEN

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

SITI JULAEHA 11140480000110

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1439 H/ 2018 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRPISI

Skripsi yang berjudul “PENEGAKAN HUKUM KESELAMATAN KERJA SEKTOR PERUSAHAAN BRIKET BERDSARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DIPROVINSI BANTEN” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada (2 Agustus 2018). Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, September 2018 Mengesahkan Dekan,

Dr. Asep Saepudin Jahar, MA NIP. 19691216 199603 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1 Ketua : Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H.,M.H. (…..…....) NIP. 196911211994031001

2 Sekretaris : Drs. Abu Thamrin, S. H.,M.Hum. (…..…....) NIP. 196509081995031001

3 Pembimbing I : Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H, M.H. (…..…....) NIP. 195912311986091003

5 Penguji I : Dr. Burhanuddin Yusuf, M.M.,M.A. (…..…....) NIP. 1954406181981031005

6 Penguji II : Faris Satria Alam, S.H.I, M.H. (…..…....)

iii

iv

ABSTRAK

Siti Julaeha. NIM 11140480000110. “PENEGAKAN HUKUM KESELAMATAN SEKTOR PERUSAHAAN BRIKET BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DIPROVINSI BANTEN”. Program studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018M. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan Penegakan Hukum Keselamatan Kerja Sektor Perusahaan Briket Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian normative empiris. Penelitian yang dilakukan selain melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan jurnal (library research) yang berhubungan dengan skripsi ini, peneliti juga melakukan penelitian langsung kelapangan dengan cara observasi dan wawancara kepada pihak yang berhubungan, yaitu Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten. Selain itu peneliti juga mencoba mengaitkan data yang berasal dari dinas dengan pendapat serikat pekerja/serikat buruh yang ada diprovinsi Banten. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih ada perusahaan diProvinsi Banten tidak melaksanakan beberapa pasal pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja serta Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 yang menjelaskan tentang keselamatan dan kesehatan kerja serta masih kurang banyaknya pengawas Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten untuk mengawasi Perusahaan diProvinsi Banten untuk melakasanakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Kata Kunci: Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pembimbing: Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H, M.H Daftar Pustaka: 1981-2017

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan berkah dan nikmat kesehatan sehingga skripsi yang berjudul; Mekanisme dan Lembaga Pemakzulan di dan Korea Selatan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan pada Rasulullah Muhammad Saw. beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada para pihak yang telah membantu dan mendukung proses penulisan skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta. 2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum, dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum, Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H, M.H, dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu serta memberikan bimbingan dan dukungan dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi. 4. Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Devisi Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten, Serikat Pekerja Nasional Bapak Maksudi, serta karyawan PT Gooyang SW yang telah banyak membantu dalam mengumpulkan data peneliti sehingga dapat diselesaikannya skripsi. 5. Kepala Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Kepala Perpustakaan Universitas Indonesia yang telah mengadakan bahan-bahan pustaka untuk kelancaran penulisan skripsi.

vi

6. Teruntuk kedua orangtua penulis, Tasma Sutisna (Bapak) dan Marfu’ah (Ibu), serta adik Isma Wati dan Kaka Humaedullah Irfan, yang telah memberikan semangat dan dukungan demi kelancaran penulisan skripsi ini. 7. Teruntuk sahabat-sahabat tercinta, Ruslan Abdul Gani, Wardah Nasika, Retno Ambar Wati Utami, Sayyidah Syuhur, Nindya Nopriyanti P, Ummu Hafidzoh, Shella Gustiawati Hidayat, dan Helmi Faridatul, atas seluruh dukungan moral dan selalu mendampingi penulis dalam segala hal.

Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan dan perbaikan. Namun, peneliti tetap berharap agar karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan karua ilmiah ini di masa mendatang. Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 02 Agustus 2018

Peneliti,

Siti Julaeha

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...... iii LEMBAR PERNYATAAN ...... iv ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... viii DAFTAR TABEL ...... x BAB I I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ...... 4 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...... 5 D. Metode Penelitian...... 6 E. Sistematika Penelitian ...... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 9 A. Kerangka Konseptual ...... 9 B. Kerangka Teori...... 28 C. Tinjauan Kajian (Review) Terdahulu ...... 31 BAB III DINAS TENAGA KERJA DALAM PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA A. Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten . 33 1. Visi dan Misi dari Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten ...... 33 2. Tujuan dan Sasaran Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten ...... 34 B. Bidang Pengawas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten ...... 35 C. Perusahaan Briket...... 44

viii

BAB IV IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEKTOR USAHA BRIKET ...... 46 A. Analisis Pelaksanaan Keselamatan Kerja di Provinsi Banten ...... 46 B. Analisis Fungsi Kontrol Pengawas Tenaga Kerja di Provinsi Banten ...... 58 BAB V PENUTUP ...... 66 A. Kesimpulan ...... 66 B. Rekomendasi ...... 67 DAFTAR PUSTAKA ...... 69 LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang 1 ...... 35

Tabel 3.2 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang II ...... 37

Tabel 3.3 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Serang 1 ...... 39

Tabel 3.4 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Serang II ...... 42

Tabel 3.5 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Khusus ...... 43

x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan, manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan yang diusahakan sendiri maksudnya adalah bekerja atas usaha modal dan tanggung jawab sendiri. Sedangkan bekerja pada orang lain maksudnya adalah bekerja dengan bergantung pada orang lain, yang memberi perintah dan mengutusnya, karena ia harus tunduk dan patuh pada orang lain yang memberikan pekerjaan tersebut. 1 Ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di samping itu, ketenagakerjaan diarahkan pada peningkatan harkat, martabat, dan kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, dan makmur, baik materiil maupun spiritual. Persaingan industri semakin pesat baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Dan kekuatan yang ada dalam suatu perusahaan terletak pada orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Salah satu di antaranya adalah tenaga kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 mendefinisikan Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat (Pasal 1 angka 2 Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan)

1 Zainal Asikin, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Raja Wali Pres, Jakarta 2010, h.1

1 2

Pada saat pertama kali karyawan diterima kerja maka mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena syarat-syarat kerja diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Setelah karyawan diterima bekerja maka kedua belah pihak (perusahaan dan karyawan) tunduk pada Undang-Undang Ketenagakerjaan. Pada saat karyawan mulai diterima bekerja dan saat bekerja tidak lepas dari hubungannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Untuk melindungi tenaga kerja, maka diberikan alat pelindung diri, perlindungan tersebut seperti masker, sarung tangan, topi dan sepatu both. Ketenagakerjaan tersebut yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang ada hubungannya terkait dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja yang sangat erat kaitannya dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja apabila terjadi kecelakaan kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Dalam peraturan perusahaan terdapat pada Perjanjian Kerja Bersama antara lain mengatur peraturan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosialnya. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.2 Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu keselamatan dan kesehatan kerja saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para tenaga kerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain, pada saat ini keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap tenaga kerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.3

2 Interview Pribadi dengan Winarno Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten, Tanggal 17 Januari 2018 3 http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-8937-6507040611-Chapter1.pdf akses 17 Desember 2017 Pkl. 21.08

3

Menurut data dari Institution of Occupational Safety and Health (IOSH), ancaman kecelakaan di tempat kerja di negara berkembang masih sangat tinggi. Sedangkan data dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja dan pada tahun 2017 Angka Kecelakaan Kerja RI Meningkat ke 123 Ribu Kasus. Sementara menurut data Internasional Labour Organization(ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja.4 Perusahaan briket yang berada di Kecamatan Walataka, Kota Serang diduga menyalahi aturan dalam proses pendiriannya. Izin yang dikeluarkan oleh pihak kelurahan adalah pengelolaan limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya). Sementara izin dari Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Serang adalah produksi briket. Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) Kota Serang Zaenudin mengatakan bahwa berdasarkan penelusuran perusahaan Briket melanggar sejumlah aturan yang ada, Selain melanggar aturan karena tidak membayar upah sesuai UMK, perusahaan milik warga negara Korea tersebut juga melanggar perizinan.5 Ketua DPRD kota serang berusaha menutup perusahaan yang memproduksi briket tersebut, karena merasa dikelabui pihak perusahaan Briket. Selain itu, pihak DPRD menemukan pegawai tidak menggunakan alat pelindung diri saat beroperasi kerja. Berkaitan dengan masalah tersebut maka peneliti kemudian menyusun dalam bentuk skripsi dengan judul Penegakan Hukum Keselamatan Kerja Sektor Perusahaan Briket Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi Banten.

4 http://www.beritasatu.com/nasional/143234-ancaman-kecelakaan-kerja-diindonesia- masih-tinggi.html akses 17 Desember 2017 . Pkl. 21.18

5 http://bantenraya.com/metropolis/13193-pengawasan-pemkot-serang-lemah Akses 18 Desember 2017 Pkl. 09.18

4

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dalam peneletian tentang Penegakan Hukum Keselamatan Kerja Sektor Perusahaan Briket Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi Banten, mencakup permasalahan yang sangat kompleks, yakni dapat peneliti rinci pokok permasalahannya: a. Prosedur izin usaha mendirikan bangunan perusahaan. b. Tanggung jawab perusahaan terhadap penggunaan Bahan Beracun Berbahaya. c. implementasi Keselamatan dan kesehatan kerja pada Perusahaan Briket. d. Sistem pengupahan sesuai UMK e. fungsi kontrol pengawas tenaga kerja pada Perusahaan Briket. f. Perusahaan harus/wajib memberikan jaminan sosial terhadap pekerja/ buruh. 2. Pembatasan Masalah Karena luasnya masalah-masalah tersebut agar penelitian ini dapat focus membahas lebih tuntas, serta dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, penelitian ini lebih memfokuskan kepada Penegakan Hukum Keselamatan Kerja Sektor Perusahaan Briket Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi Banten. Peneliti mencoba mengkaitkan antara pendapat atau data dari Pekerja/ Buruh yang bekerja di Perusahaan Briket, kemudian Badan Pengawas Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten. 3. Perumusan Masalah Masalah utama yang menjadi fokus dalam penelitian ini terkait dengan pembahasan Penegakan Hukum Keselamatan Kerja Sektor Perusahaan Briket Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970

5

Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi Banten, untuk mempertegas arah pembahasan dari masalah utama yang telah diuraikan di atas, maka dibuat rincian perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan riset sebagai berikut: a. Bagaimana implementasi Keselamatan Kerja pada Perusahaan Briket di Provinsi Banten? b. Bagaimana fungsi control pengawas tenaga kerja pada Perusahaan Briket di Provinsi Banten?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh bagaimana Penegakan Hukum Keselamatan Kerja Sektor Perusahaan Briket Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi Banten. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. b. Untuk mengetahui penyebab banyaknya perusahaan melalaikan keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut: a. Bagi Peneliti 1. Untuk memperdalam penegetahuan peneliti khususnya di bidang hukum bisnis dan hukum ketenagakerjaan dan ilmu hukum lainnya. 2. Sebagai implementasi teori yang telah didapat atau diketahui dan menambah wawasan penelitian akan kasus nyata dalam hukum bisnis dan hukum ketenagakerjaan.

6

3. Bagi akademik dan pihak lain a. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan hukum bisnis pada umumnya, dan hukum ketenagakerjaan pada khususnya. b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi dan literature sebagai acuan untuk melakukan penulisan sejenis selanjutnya. c. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti dan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada dinas tenaga kerja dan transmigrasi Provinsi Banten.

D. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Normatif Empiris, merupakan pendekatan penelitian yang memiliki objek pada norma atau aturan yang berlaku, kemudian penelitian juga menggunakan pendekatan empiris yang merupakan penelitian diperoleh langsung dari objek penelitian. Hal ini yang menjadi objek normatif empiris yaitu keselamatan dan kesehatan kerja dan terjun langsung atau observasi ke Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Banten, buruh/pekerja yang berkerja di Perusahaan Briket. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan peneliti yaitu: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer juga disebut sebagai data yang asli memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkan secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti mengumpulkan data primer antara lain observasi dan wawancara kepada pihak Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Banten kemudian pekerja/buruh yang berkerja di Perusahaan Briket.

7

b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti peraturan perundang-undangan, putusan mahkamah konstitusi, buku, laporan, jurnal, dan yang lainnya berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah: a. Undang-Undang 1945 b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja d. Jurnal yang berkaitan dengan penelitian 3. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari penulisan kepustakaan maupun dari penelitian lapangan akan diolah berdasarkan analisis Normatif, kualitatif. Normatif karena peneliti bertitik tolak dari peraturan yang ada sebagai norma hukum positive, sedangkan kualitatif yang dimaksud yaitu analisis yang bertitik tolak pada usaha penemuan informasi yang bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus dari responden. Memahami kebanaran yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pertanyaan kepada sejumlah responden baik secara lisan maupun secara tertulis selama dalam melakukan penelitian. 6 4. Teknik Analisis Data Karena pendekatan data utama penelitian ini adalah Empiris, maka akan dilakukan dengan wawancara. Teknik wawancara ini diawali percakapan antara pe-riset seseorang yang berharap mendapatkan informasi, dan informasi seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang sesuatu objek. Wawancara merupakan metode pengumpulan data pengumpulan data yang digunakan untuk mewawancarai pihak yang ahli pada bidang sosial terkait dengan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja.

6 Fakultas Syariah Dan Hukum, pedoman penulisan skripsi, (Jakarta: FSH, 2017), h.233

8

5. Teknik Penulisan Dalam teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku pedoman “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullh Jakarta Tahun 2017”

E. Rancangan Sistematika Penelitian Agar dapat memberikan penjelasan menyeluruh mengenai isi skripsi ini, oleh karena itu dibuatlah sistematika penelitian skripsi yang terangkum sebagai berikut: BAB I: adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan rancangan sistematika penelitian BAB II: adalah kajian pustaka yang berisi kerangka teori dan kerangka konsep yang menjabarkan Penegakan Hukum Keselamatan Kerja Sektor Perusahaan Briket Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi Banten dan kajian (review) penelitian terdahulu. BAB III: adalah membahas secara umum mengenai profil perusahaan pembiayaan yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini, yaitu profil Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten dan Perusahaan Briket. BAB IV: adalah analisis implementasi keselamatan kerja sektor perusahaan briket berdasarkan undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja di provinsi banten dan fungsi kontrol pengawas tenaga kerja di provinsi banten. BAB V: adalah penutupan, bab ini yang berisikan kesimpulan dan rekomendasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual 1. Istilah dan pengertian Hukum Ketenagakerjaan Sebelum membahas mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan kita perlu mengetahui terlebih dahulu bagaimana istilah-istilah dan pengertian yang digunakan dan/atau terdapat dalam Peraturan Perundang-Undangan mengenai ketenagakerjaan, karena dalam sebuah pengertian memuat substansi, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu keadaan mempunyai, berbuat. Seperti Aristoteles “Berfikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian suatu benda”1 Hukum Ketenagakerjaan semula dikenal dengan Hukum Perburuhan yang merupakan terjemahan dari arbeidsrechts. Apabila ditelaah dari pengertian istilah, Hukum Ketenagakerjaan terdiri atas dua kata, yaitu Hukum dan Ketenagakerjaan. Hukum dapat diartikan sebagai Norma Hukum, yakni norma yang dibuat boleh pemegang kekuasaan yang berwenang, baik berupa hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan telah merumuskan pengertian istilah Ketenagakerjaan sebagai segala yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.2 Hukum Ketenagakerjaan mengatur hubungan kerja antara pekerja. Buruh dan pengusaha yang berarti mengatur kepetingan orang perorangan, atas dasar tersebut hukum ketenagakerjaan bersifat privat (Perdata). Di samping itu, dalam pelaksanaan hubungan kerja untuk masalah-masalah

1 Fajlurrahman jurdi, Logika Hukum, (Jakarta: PT. Karisma Putra Utama, 2017), h. 5-6

2 Agusmidah, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010)h.5.

9 10

tertentu diperlukan campur tangan Pemerintah. Campur tangan ini menjadikan Hukum Ketenagakerjaan bersifat Publik.3 Jika kita melihat kedudukan Hukum Ketenagake rjaan didalam tata Hukum Indonesia terletak dibidang Hukum Administrasi/ tata Negara, Hukum Perdata dan Hukum Pidana. Kedudukan tersebut membawa konsekuensi yuridis bahwa ketentuan Peraturan-peraturan Hukum Ketenagakerjaan haruslah mendasarkan pada teori hukum yang menelaah bidang tersebut. Namun, dalam praktiknya harus dijalankan secara berhubungan dan saling berkesinambugan satu sama lain dalam artian bahwa dalam pelaksanaannya tidak boleh dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lain. Berikut adalah kedudukan hukum ketenagakerjaan di dalam tata hukum Indonesia yaitu: 4 a. Kedudukan hukum ketenagakerjaan di bidang hukum perdata Kedudukan hukum ketenagakerjaan di bidang hukum perdata pada hakikatnya yang memegang peranan penting di dalam hubungan industrial adalah pihak-pihaknya yaitu pekerja dan pengusaha saja. Hubungan antara pengusaha dan pekerja didasarkan pada hubungan hukum privat. Hubungan itu didasarkan pada hukum perikatan yang menjadi bagian dari hukum perdata. Pemerintah hanya berlaku sebagai pengawas atau lebih tepatnya menjalankan fungsi fasilitator apabila ternyata dalam pelaksanaan muncul suatu perselisihan yang tidak dapat para pihak selesaikan. b. Kedudukan hukum ketenagakerjaan di bidang hukum administrasi Kedudukan hukum ketenagakerjaan di dalam hukum administrasi yang perlu disoroti ada dua hal, yaitu subjek hukum dalam penyelenggaraan negara dan bagaimana peranannya. Subjek hukum dalam penyelenggaraan negara menyangkut tiga hal yaitu pejabat, lembaga, dan warga negara. Pejabat dalam hal ini adalah pejabat negara yang tunduk pada ketentuan hukum administrasi. Peranannya berkaitan dengan menjalankan fungsi negara di dalam pembuatan peraturan atau pemberian izin (bestuur),

3 Imam , Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta:Djambatan, 1995), h. 1-2 4 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.16 11

bagaimana negara melakukan pencegahan terhadap sesuatu hal yang dapat terjadi (politie) dan bagaimana upaya hukumnya (rechtspraak). c. Kedudukan hukum ketenagakerjaan di bidang hukum pidana Kedudukan hukum ketenagakerjaan dalam hukum pidana adalah pentingnya penerapan sanksi pidana bagi pelanggar peraturan perundang- undangan. Terdapat asas legalitas dalam hukum pidana, yaitu suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan melanggar hukum apabila perbuatan tersebut sudah dituangkan dalam suatu undang-undang. Penerapan sanksi pidana harus mendasarkan pada ada atau tidaknya kesalahan yang dibuktikan dengan adanya hubungan kausalitas antara perbuatan dengan akibat yang terjadi. 2. Istilah dan Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah sebuah ilmu untuk mengantisipasi, merekognisi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang muncul dari tempat kerja yang dapat merusak kesehatan serta kesejahteraan para pekerja, masyarakat sekitar dan lingkungan secara umum. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan kepanjangan dari k3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mengatur dengan jelas tentang kewajiban perusahaan untuk menyediakan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan terlindungi dalam keselamatan kerjanya. Dalam peraturan perusahaan yang berupa Perjanjian Kerja Bersama (PKB) telah mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Namun, seringkali dalam pelaksanaan di lapangan diketahui masih ada beberapa pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri berupa masker, kacamata las dan earplug diluar sepengetahuan atasannya. 12

Berdasarkan Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Setiap pekerja di Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, dijelaskan bahwa dengan majunya industrialisasi, mekanisme, modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung pula peningkatan intensitas kerja operasional para pekerja, mesin-mesin, alat-alat, dan sebagainya serba pelik banyak dipakai sekarang ini, bahan-bahan teknis baru banyak diolah dan dipergunakan, bahan-bahan yang mengandung racun, serta cara-cara kerja yang buruk, kekurangan keterampilan dan latihan kerja, tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan sumber-sumber bahaya dan penyakit-penyakit akibat kerja. Seringnya tenaga kerja yang melanggar peraturan keselamatan dan kesehatan kerja, disebabkan kurang berhati-hati dalam melakukan pekerjaan dan tidak memakai peralatan perlindungan. Maka dapatlah dipahami perlu adanya pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja yang maju dan tepat. a. Keselamatan Kerja Dalam Pasal 86 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan bahkan juga harus melindungi perlakuan yang sesuai dengan harkat martabat manusia serta nilai-nilai agama. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tersebut dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja, sebagai pengganti peraturan perundangan dibidang Keselamatan Kerja 13

yang telah ada sebelumnya yaitu Veilegheids Reghlement Stbl. No. 406 Tahun 1910, yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan dan perkembangan masalah ketenagakerjaan.5 Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertahan dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.6 Asas keselamatan kerja tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan ketentuan yang mewajibkan majikan untuk mengatur dan memelihara ruangan, alat dan perkakas, dimana ia menyuruh melakukan pekerjaan mengadakan aturan-aturan serta memberi petunjuk sedemikian rupa hingga buruh terlindung dari bahaya yang mengancam badan, kehormatan dan harta bendanya.7 Menurut Bangun Wilson Keselamatan Kerja adalah perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaan.8 Menurut Bangun Wilson terdapat tiga alasan keselamatan kerja merupakan keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya, antara lain alasan moral, hukum, dan ekonomi.9 1) Moral Manusia merupakan makhluk termulia di dunia, oleh karena itu sepatutnya manusia memperoleh perlakuan yang terhormat dalam organisasi. Manusia memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai- nilai agama (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun

5 Lalu Husni, “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h.137

6 Abdul Rahman Budiono, “Hukum Perburuhan di Indonesia” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), cet ke-3,h.227

7 Nandang Mulya Santoso, ”Tanya Jawab Pengantar Hukum Perburuhan”, (: Armico, 1981), h.40

8 Bangun, Wilson,” Manajemen Sumber Daya Manusia” (Jakarta: Erlangga, 2012) h. 377

9 Bangun, Wilson,” Manajemen Sumber Daya Manusia,,, h. 379 14

2003 tentang Ketenagankerjaan). Para pemberi kerja melaksanakan itu untuk membantu dan meringankan beban Pederitaan atas musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan keluarga. 2) Hukum Undang-Undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja untuk menghadapi resiko kerja yang dihadapi yang ditimbulkan pekerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam melindungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat hukuman yang setimpal yang sesuai dengan Undang-undang ketenagakerjaan. Sedangkan yang tertera pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi para pekerja pada segala lingkungan kerja baik di darat, dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 3) Ekonomi Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena mengeluarkan biaya-biaya yang tidak sedikit jumlahnya akibat kecelakaan kerja yang dialami pekerja. Kebanyakan perusahaan membebankan kerugian kecelakaan kerja yang dialami karyawan kepada pihak asuransi. Kerugian tersebut bukan hanya berkaitan dengan biaya pengobatan dan pertanggungan lainnnya, tetapi banyak faktor lain yang menjadi perhitungan akibat kecelakaan kerja yang diderita para pekerja. Strategi untuk mengatasi beban kerugian kecelakaan terhadap karyawan pada pihak asuransi seperti jaminan sosial tenaga kerja atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan merupakan badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Penyelenggara program jaminan sosial merupakan 15

salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat Indonesia, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan social yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat disektor formal.10 b. Kesehatan Kerja Perlindungan Buruh atau arbeidsbescherming, dewasa ini lazim disebut kesehatan kerja, peraturan kesehatan kerja adalah aturan-aturan dan usaha untuk menjaga buruh dari kejadian atau kedaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan dan kesesuaian seseorang untuk melakukan atau oleh karena itu melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja. Menurut imam soepomo, yang dimaksud dengan kesehatan kerja adalah aturan-aturan dan usaha-usaha untuk menjaga buruh dari kejadian atau dari keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan atau kesusilaan dalam seseorang itu melakukan atau karena ia melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja.11 Kesehatan kerja meliputi segala upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja dan penyakit lainnya pada tenaga kerja. Sedangkan tujuan kesehatan kerja adalah agar tenaga kerja ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan mentalnya, sehingga setiap tenaga kerja berada dalam keadaan sehat dan sejahtera pada saat ia mulai bekerja sampai selesai masa baktinya. Upaya kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerja atau buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. Dengan demikian tujuan kesehatan kerja adalah:

10 www.jamsostek.co.id, Pada hari kamis tanggal 16 Agustus 2018 11 Iman soepomo, “Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja (Perlindungan Buruh)”, (Jakarta: Paradhya, 1981), cet. Ke-4, h.7 16

1) Melindungi pekerja dari resiko kesehatan kerja. 2) Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja atau buruh. 3) Agar pekerja atau buruh dan orang-orang disekitarnya terjamin kesehatannya. 4) Menjamin agar produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan berdaya guna. Kesehatan kerja ini merupakan cara agar buruh melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan dan tidak hanya ditujukan terhadap majikan yang hendak memeras tenaga buruh, tetapi juga ditujukan terhadap pihak buruh itu sendiri. c. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.12 Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Kerja merupakan salah satu kegiatan penting bagi kehidupan manusia bahkan terkadang menjadi sangat dominan dibandingkan dengan aktifitas-aktifitas lainnya terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Kerja dapat diartikan secara umum maupun khusus, secara umum kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan oleh manusia, baik dalam mencari materi maupun non material, intelektual atau fisik, maupun hal- hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan maupun keakhiratan.13 Tenaga kerja meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri maupun anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah atau

12 Subijanto, Peran Negara Dalam Hubungan Tenaga Kerja Indonesia, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan ( vol 17 no 6, 2011), hal 708

13 M.B. Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam, (: Ekonisia UII, 2003), h. 222 17

mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja.14 Jadi tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja.15 Pengertian tenaga kerja menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Pekerja/buruh adalah setiap orang yangbekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.16 Pandangan ekonomi islam pada tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas. Pekerja adalah tiap orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun diluar hubungan kerja biasanya disebut buruh bebas. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja disebutkan “Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”17 Buruh adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan dalam pabrik, tempat kerja atau instalasi perusahaan, kecuali pemilik, anak-anaknya dan orang tuanya yang bertempat tinggal dalam rumahnya yang melakukan pekerjaan dalam pabrik, tempt kerja atau instalasi perusahaan tersebut.18 d. Perundang-undangan yang Mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1) Peraturan Perundang-undangan Tentang Keselamatan Kerja

14 Sonny Sumarsono,Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia & Ketenagakerjaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003),h. 4

15 M.B. Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam, (Yogyakarta: Ekonisia UII, 2003), h. 4 16 Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,(Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 21

17 Imam Supomo, “Hukum Perburuhan Undang-undang dan Peraturan-peraturan”, (Jakarta:; Djambatan, 2001), cet. Ke-8, h.569

18 Sofyan Effendi, ”Hukum Perburuhan diIndonesia”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), Jilid 1. h.413 18

Undang-Undang Keselamatan Kerja diundangkan Pada Tahun 1970 dan mengganti Viligheids Reghlement tahun 1910. Undang- Undang tersebut memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, tehnik dan teknologi dalam rangka pembinaan norma-norma keselamatan kerja sesuai dengan Undang- Undang tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja yang diatur oleh Undang-Undang tersebut ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, di dalam air maupun diudara, yang berada didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.19 Upaya perlindungan tenaga kerja perlu terus ditingkatkan melalui perbaikan syarat kerja termasuk upah, gaji , dan jaminan, sosial, kondisi kerja, termasuk kesehatan, keselamatan, dan lingkungan kerja. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 merupakan Undang-Undang yang mengatur materi keselamatan kerja secara lengkap dan berlaku disetiap tempat kerja.20 Inti dari undang-undang tersebut adalah keharusan untuk melakukan usaha pencegahan kecelakaan guna perlindungan dan keselamatan kerja dari para pekerja, sekaligus berguna sebagai pengaman sumber-sumber produksi lainnya agar tercapai peningkatan produktifitas perus ahaan. Satu lagi Undang-Undang yang mengatur Keselamatan Kerja yaitu Undang-Undang Kecelakaan yang diundangkan pada tahun 1947 dan dinyatakan berlaku pada tahun 1951. Undang-Undang kecelakaan menentukan kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja, maka dari itu nama undang-undangnya adalah undang-undang Kompensasi Pekerja (Workmen Compensation Law). Undang-Undang kecelakaan perlu ditinjau kembali, apabila dilihat

19 Suma’mur, “Higene Perusahaan dan kesehatan kerja”, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1984), cet ke-4, h.37 20 Cecep Dani Sucipto, “Keselamatan dan Kesehatan Kerja”, (Tangerang, Gosyen Publishing, 2014), h. 4 19

dari sudut besarnya kompensasi yang tidak mencukupi, dan sebagai penilaian hebat tidaknya suatu cacat tidaklah cukup faktor-faktor anatomis dan fatal saja, melainkan harus diperhatikan pula faktor- faktor psikologis, sosial dan ekonomis. 2) Peraturan Perundang-undangan tentang Kesehatan Kerja Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang ini memnyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksa kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ketempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD). Kesehatan kerja yang pertama diatur dalam Maatregelenter Beperking Van de Kinderarrbeid en de nachtarbeid van de Vrouwen (Peraturan Tentang Pembatasan Pekerjaan Anak dan Pekerjaan Wanita Pada Malam Hari, ordinansi tanggal 17 Maret 1925 nomor 647, mulai berlaku tanggal 1 maret 1926). Dalam bidang kesehatan kerja kita sudah memiliki undang- undang nasional secara khusus, yaitu undang-undang nomor 12 tahun 1948 dan diberlakukan untuk seluruh Indonesia pada tanggal 6 januari 1951. Sedangkan dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tertera “Pemerintah membina Perlindungan Kerja dan mencakup: 1) Norma Keselamatan Kerja 2) Norma Kesehatan Kerja dan hygiene perusahaan 3) Norma Kerja 4) Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitas dalam hal kecelakaan kerja. 20

Perataturan keselamatan kerja dapat dikatakan lebih lengkap dan memadai. Hal ini disebabkan paling tidak dua alasan. Pertama, apabila peraturan bidang kesehatan kerja tidak diprioritaskan, maka banyak peraturan dibidang lainnya akan kehilangan atau kekurangan maknanya. Kedua, peraturan bidang kesehatan kerja merupakan peraturan yang langsung mena mpakan perlindungannya terhadap buruh dengan cara meletakan kewajiban-kewajiban pada pengusaha. Tujuan kesehatan kerja adalah meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial, mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja, menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas kerja.21 e. Bentuk Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1) Jaminan Keselamatan Kerja Perencanaan yang baik penting sekali bagi keselamatan kerja sebagaimana dalam produksi. Dan masalah ini harus benar-benar diperhatikan pada saat perencanaan dan bukan baru dipikirkan kemudian sesudah perusahaan telah mulai beroperasi, perencanaan tetap penting untuk mencapai standar keselamatan yang setinggi- tingginya atau efisiensi selanjutnya. Didalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja diadakan usaha prefentif baik dalam bentuk pendidikan maupun penyuluhan guna melakukan tindakan- tindakan untuk mencegah manusia dari gaya penyakit, kecelakaan kerja dan upaya untuk memperpanjang umur manusia dengan meningkatkan lingkungan hidup serta mencegah timbulnya peristiwa dan sebab yang mengakibatkan stress.22

21Lalu Husni, ”Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 146 22 Suma’mur P.K., “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan”., (Jakarta: Haji Masagung, 1981). h.293 21

(a) Ketatarumahtanggaan yang baik dan keteraturan Pemeliharaan tata rumah tangga yang baik dan keteraturan adalah sangat penting bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Jika segala sesuatu disediakan tempat dan segala sesuatunya berada ditempat yang diperuntukan baginya, kecelakaan-kecelakaan cenderung menghilang. Keteraturan juga berarti penyimpanan barang-barang secara rapih dan pembuangan sampah-sampah industry secara baik. Diantara syarat-syarat keselamatan kerja dalam undang- undang nomor 1 tahun 1970, antara lain: (1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan (2) Memberi pertolongan pada kecelakaan (3) Memberi alat pelindung (b) Pakaian Kerja Pakaian kerja termasuk sepatu, seringkali tidak memadai untuk melakukan pekerjaan. Kadang tenaga kerja berpakaian dengan pakaian yang tua yang sudah usang atau yang sudah tidak layak pakai. Keadaan ini selain merugikan dilihat dari keselamatan juga menunjukan suatu mutu kehidupan yang rendah. Pakaian kerja biasa, tidak bisa melindungi tenaga kerja terhadap logam panas, asam-asam dan aneka resiko lainnya. (c) Peralatan Pelindungan Diri Cara pencegahan kecelakaan yang baik adalah peniadaan bahaya. Namun jika hal tersebut tidak mungkin, perlu diberikan perlindungan diri kepada tenaga kerja, adapun aneka alat-alat perlindungan diri, antara lain: (d) Kaca Mata Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan yang menimpa mata. Kebanyakan orang tidak terbiasa dengan memakai kaca mata ketika sedang bekerja dengan alasan 22

mengganggu pelaksanaan kerja dan mengurangi kenikmatan kerja. (e) Sepatu Pengaman Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan yang disebabkan oleh beban-beban berat yang menimpa kaki. (f) Sarung Tangan Harus diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan agar jari-jari akan bebas dan leluasa serta tidak menghambat kerja. (g) Topi Pengaman atau Helm Topi pengaman harus dipakai oleh tenaga kerja yang memungkinkan tertimpa pada kepala oleh benda-benda yang jatuh. (h) Perlindungan Telinga Jika perlu, telinga harus dilindungi dengan alat perlindungan terhadap kebisingan. (i) Peringatan dan Tanda-tanda Peringatan dan tanda-tanda juga dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan diantaranya untuk membawa pesan instruksi, peringatan atau memberi keterangan secara umum. Misalnya “Awas Tegangan Tinggi”. (j) Penerangan Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yang tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan mengakibatkan produksi yang maksimal dan ketidak efesienan yang minimal, dan dengan begitu secara tidak langsung membantu mengurangi terjadinya kecelakaan.

23

(k) Kebisingan Kebisingan mempengaruhi konsentrasi dan dapat membantu terjadinya kecelakaan. Kebisingan membuat orang malas bekerja dan mempengaruhi faktor produksi. 2) Jaminan Kesehatan Kerja Hukum perburuhan bermaksud melindungi buruh. Keseluruhan norma-norma hukum perburuhan dimaksud untuk melindungi buruh. Oleh karena itu, tidak tepat menyebut perlindungan buruh atau arbeidsdescherming, dewasa ini lazim disebut kesehatan kerja. a. Tempat Kerja Tempat kerja dan perumahan buruh yang disediakan oleh majikan harus memenuhi syarat kesehatan dan kebersihan (Pasal 16 (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948).23 Tempat kerja ialah setiap tempat kerja, terbuka atau tertutup, yang lazimnya digunakan atau dapat digunakan atau dapat diduga akan digunakan untuk melakukan pekerjaan, baik tetap maupun sementara. Pada peraturan menteri perburuhan nomor 7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, diatur secara rinci syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu: “Halaman tempat kerja baik halaman depan maupun belakang terpelihara dengan bersih, teratur, rata dan tidak becek serta tidak berdebu”. Untuk keperluan pengaliran air harus cukup saluran yang kuat dan bersih. Saluran yang melintasi halaman harus tertutup. Pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1986 mengatur “Gedung harus kuat buatannya dan tidak boleh ada bagian yang mungkin roboh dan terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar”.

23 Imam Supomo, “Hukum Perburuhan Undang-Undang dan Peraturan-peraturan”, (Jakarta: Djambatan, 1994), Cet. Ke-8, h.329 24

Sedangkan peraturan yang mengatur ruangan kerja diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1986 yaitu: “Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa sehingga setiap orang yang melakukan pekerjaan diruangan itu mendapat ruangan udara”. Luas ruangan kerja harus sedemikian rupa sehingga setiap pekerjaan dapat tempat yang cukup untuk bergerak secara bebas. Lantai didalam ruangan kerja harus dibuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan kimia yang merusak, dasar dan tidak liat. Pasal 10 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1986 mengatur tentang cahaya siang dan penerangan buatan yaitu: “ Jarak antara gedung dan bangunan lainnya harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu masuknya cahaya siang ketempat kerja”. Setiap tempat kerja harus mendapat penerangan yang cukup untuk melakukan pekerjaan. Jendela, lubang atau dinding gelas yang dimaksudkan untuk memasukan cahaya harus selalu bersih dan luas seluruhnya harus 1/6 dari luas lantai tempat kerja. Pada Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1986 mengatur tentang tata letak ruang dapur dan kamar makan “Dimana diadakan dapur dan kamar makan, dan alat keperluan makan harus selalu bersih dan rapi”. Dapur dan kamar makan tidak boleh berhubungan langsung dengan ruang kerja dan harus mendapatkan penerangan yang baik. Pasal 9 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1986 mengatur tentang alat perlengkapan yaitu: “untuk buruh yang bekerja sambil duduk harus disediakan tempat duduk yang harus memenuhi syarat ketentuan”. Tempat duduk harus memenuhi ukuran yang sesuai dengan tubuh orang Indonesia pada umumnya. Tempat duduk harus memberi kesenangan duduk dan menghindarkan ketegangan otot serta harus memudahkan gerak- gerik untuk bekerja juga harus mempunyai sandaran. 25

Sedangkan Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1986 mengatur tentang letak tempat mandi dan kakus yaitu: “Ditempat cuci muka dan tangan, tempat ludah dan tempat pakaian menurut kepentingan masing-masing”. Untuk kaum buruh harus disediakan kakus, kakus harus dibuat dari bahan yang kuat dan harus terpisah pria dan wanita, sehingga tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesusilaan. Kakus tidak boleh berhubungan langsung dengan ruangan kerja. 24 b. Perumahan Buruh Sebagaimana telah disebutkan diatas, undang-undang ketenagakerjaan memuat ketentuan bahwa selain tempat kerja juga perumahan buruh yang disediakan oleh majikan atau pengusaha harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kebersihan. Pengusaha atau majikan yang sepenuhnya bertanggung jawab atas tersedianya perumahan tenaga kerja yang pantas dan layak, terpelihara tempat tinggal buruh dalam keadaan baik dan bersih. Sejak paska kemerdekaan, para pegawai negeri, yang bekerja dipemerintah mendapat tempat tinggal yang cukup memadai, baik dari segi kebersihan, maupun kelayakan huni untuk dia dan keluarga. Sekarangpun demikian, bukan hanya pegawai negeri, pihak swasta pun menyediakan perumahan untuk para karyawan untuk mengurangi beban hidupnya. Biasanya jarak antara tempat kerja atau kantor dan perumahannya tidak berjauhan untuk menghemat waktu. Tunjangan perlindungan kesehatan bagi tenaga kerja sudah merupakan kebutuhan mendasar. Hal ini dapat dimaklumi mengingat biaya dokter dan biaya obat-obatan semakin mahal serta biaya rawat inap dirumah sakit, dikota-kota besar hampir

24 Imam supomo, “Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja”., (Perlindungan Buruh), (Jakarta: Pradnya Paramita), cet. Ke-4, h.109-117 26

menyamai ongkos menginap di kamar hotel berbintang, belum lagi untuk jaminan lainnya. Adapun alasan masalah pemeliharaan telah menjadi perhatian yang serius bagi tenaga kerja dan pengusaha. Sebab kebanyakan karyawan akan merasa aman secara psikologis bila perusahaannya sudah mempunyai program tunjangan dan pemeliharaan kesehatan. Departemen Tenaga kerja menerapkan sistem audit untuk penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Ada dua alasan Depnaker menerapkan sistem audit, Pertama untuk menjawab tuntutan pasar global atas produk dan industri yang memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. Kedua, adanya kecenderungan menjadikan isu keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu hambatan non tarif. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat berpengaruh terhadap program pengembangan sumber daya manusia (SDM) kualitas hidup pekerjaan akan lebih baik melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Sebab akan tercipta situasi kerja yang aman, tentram dan sehat yang pada gilirannya mendorong pekerja bekerja lebih produktif.25 c. Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja diIndonesia 1. Visi dan Misi Lahirnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada zaman penjajahan Belanda, beberapa rakyat Indonesia berstatus sebagai budak. Mereka dilindungi oleh Regerings Reglement (RR) tahun 1818 pada pasal 115 memerintahkan supaya diadakan peraturan-peraturan mengenai perlakuan terhadap keluarga budak. Beberapa peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja pada zaman penjajahan Belanda antara lain adalah: a. Maatregelen ter Beperking van de Kindearrbied en de Nachtarbeid van de Vroewen, yaitu peraturan tentang

25 Depnaker Terapkan Sudit k3, Republika, (Jakarta), 17 Januari 1997, h.13 27

pembatasan pekerjaan anak dan wanita pada malam hari, yang dikeluarkan dengan ordonantie No.647 Tahun 1925, mulai berlaku tanggal 1 maret 1926. b. Bepalingen Betreffende de Arbeit van Kinderen en Jeugdige Persoonen ann Boord van Scepen, yaitu peraturan tentang pekerjaan anak dan pemuda di kapal. Mulai berlaku 1 mei 1926. c. Mijn Politie Reglement, Stb No.341 tahun 1931 (peraturan tentang pengawasan tambang). d. Voorschriften omtrent de dienst en rushtijden van bestuur der an motorrijtuigen (tentang waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengemudi kendaraan bermotor). Setelah kemerdekaan, regulasi-regulasi tersebut tidak berlaku lagi mengingat diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945. Maka beberapa peraturan termasuk peraturan keselamatan kerja yang pada saat itu berlaku yaitu veiligheids reglement telah dicabut dan diganti dengan Undang-undang Keselamatan Kerja Nomor 1 Tahun 1970. Perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia boleh dibilang harus lebih ditingkatkan lagi mengingat setelah Undang-Undang Keselamatan Kerja Nomor 1 Tahun 1970, tidak ada lagi breakthrough dalam catatan dunia Keselamatan dan Kesehatan Kerja Indonesia kecuali diisi oleh beberapa peraturan. Salah satu peraturan yang penting adalah Undang-undangn Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor dilapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor 28

manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.26 d. Tujuan Pengaturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Adapun yang menjadi tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu: 1) mempertahankan dan mempromosikan kesehatan dan kapasitas pekerja; 2) Peningkatan lingkungan kerja dan bekerja untuk menjadi lebih kondusif dalam arti keselamatan dan kesehatan kerja; 3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja dalam arah yang mendukung prinsip keselamatan dan kesehatan kerja sehingga dapat mewujudkan iklim sosial yang positif dan meningkatkan produktifitas.27 Keselamatan dan kesehatan kerja memegang peranan penting dalam memastikan pekerja dapat kembali ke rumah dengan selamat dan bahkan lebih baik dari kondisi ketika dia berangkat bekerja. Selain itu, prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dapat juga digunakan untuk melindungi aset-aset penting perusahaan seperti bangunan, alur produksi, serta aset lain sehingga terbebas dari resiko kerugian akibat kecelakaan kerja.

B. Kerangka Konseptual Adapun yang menjadi kerangka konseptual dari peneliti adalah sebagai berikut: 1. Keselamatan Kerja Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja, sebagai pengganti peraturan perundangan dibidang Keselamatan Kerja yang telah ada sebelumnya yaitu Veilegheids Reghlement Stbl. No. 406

26 Cecep Dani Sucipto, “Keselamatan dan Kesehatan Kerja”, (Tangerang, Gosyen Publishing, 2014), h. 1 27 Cecep Dani Sucipto, “Keselamatan dan Kesehatan Kerja”, (Tangerang, Gosyen Publishing, 2014), h. 3

29

Tahun 1910, yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan dan perkembangan masalah ketenagakerjaan.28 Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertahan dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.29 2. Kesehatan Kerja Menurut imam soepomo, yang dimaksud dengan kesehatan kerja adalah aturan-aturan dan usaha-usaha untuk menjaga buruh dari kejadian atau dari keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan atau kesusilaan dalam seseorang itu melakukan atau karena ia melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja.30 Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja merupakan salah satu aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian serius, karena apabila hal tersebut diabaikan maka kecelakaan yang dialami oleh para pekerja akan berakibat pada turunnya kualitas kerja yang dilakukan oleh para pekerja itu sendiri, sehingga segala bentuk kegiatan yang dilakukan akan mengalami gangguan seperti tenaga kerja yang diperlukan menjadi berkurang. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Adapun di Negara kita, Undang-undang Dasar 1945 yang mengisyaratkan bahwa setiap warga Negara Republik Indonesia berhak mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kemanusian. Dan pekerjaan baru memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan apabila keselamatan tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaan terjamin (Pasal 27 UUD1945).

28 Lalu Husni, “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h.137 29 Abdul Rahman Budiono, “Hukum Perburuhan di Indonesia” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), cet ke-3,h.227 30 Imam soepomo, “Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja (Perlindungan Buruh)”, (Jakarta: Paradhya, 1981), cet. Ke-4, h.7 30

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral tenaga kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang membahas mengenai keselamatan dan kesehatan buruh atau pekerja terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 86 dan Pasal 87. Pada Pasal 86, Undang-Undang tersebut terdiri atas 3 ayat. Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menjelaskan bahwa setiap buruh mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, terutama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan mendapatkan perlakuan yang sesuai. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan kerja bersifat preventif dan ruang lingkupnya sangat luas yaitu mencakup keselamatan kerja baik di darat, didalam tanah, dipermukaan air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan Republik Indonesia Dalam Pasal 27 Ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 ”Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” Untuk diketahui Seluruh Bangsa,Rakyat dan Warga Negara Indonesia, bahwa sesungguhnya Negara menjamin setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan Pekerjaan dan Penghidupan yang layak bagi Kemanusiaan tanpa syarat. Pasal ini berbicara tentang perlindungan dan hak Warga negara Indonesia dalam hal pekerjaan dan keseluruhan penunjang kehidupan, dengan ukuran kriterianya adalah layak bagi kemanusiaan.

31

C. Tinjauan Kajian (Review) Terdahulu Dari literature yang telah di telaah dalam rangka penulisan penelitian ini, terdapat beberapa karya tulis dan buku yang dijadikan acuan untuk penulisan penelitian. 1. Nama : Iis Afatiah31 Institusi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun : 2006 Judul Skripsi : Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam Skripsi ini membahas mengenai pandangan hukum positif dan hukum islam tentang jaminan keselamatan dan kesehatan kerja dan batas- batas hubungan hak dan kewajiban pengusahan dan tenga kerja. Sedangkan skripsi yang saya buat adalah lebih ke Implementasi Undang- Undang keselamatan kerja nomor 1 tahun 1970. 2. Nama : Prof. Iman Soepomo Judul Buku : Pengantar Hukum Perburuhan Buku membahas mengenai Hukum Ketenagakerjaan. Buku tersebut berisikan mengenai ketenagakerjaan diantaranya, pengertian keselamatan dan kesehatan kerja dan jaminan sosial dan lainnya yang digunakan sebagai bahan penulisan skripsi. Skripsi ini lebih spesifik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Nama : Andi Maddeppungeng, Irma Suryani, Dwi Novi Setiawati dan Asep Rudiyanto Judul Jurnal : Studi Lingkungan Kerja dan Kesehatan keselamatan kerja Terhadap Kinerja Perusahaan Konstruksi dalam Lingkup Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Sumber Daya Air Provinsi Banten

31 Iis Afatiah, “Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam”, (Diakses melalui Repositori UIN) 32

Dalam perkembangan dunia konstruksi khususnya di Indonesia maka peranan perusahaan sangat penting dalam menunjang kesuksesan pembangunan dimana pada kenyataannya pembangunan merupakan prioritas utama masyarakat dalam menghadapi era globalisasi. Dalam dunia konstruksi dikenal dua jenis perusahaan yaitu kontraktor dan konsultan. Dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana kesehatan keselamatan kerja dan kinerja perusahaan konstruksi berupa kontraktor yang berada dalam lingkup Dinas cipta karya, bina marga, dan sumber daya air provinsi banten. Konsep penelitian ini, mengembangkan variable kesehatan keselamatan kerja, variabel lingkungan kerja, dan variabel kinerja perusahaan Serta menguji pengaruh K3 dan lingkungan terhadap kinerja perusahaan kostruksi dalam dinas pekerjaan umum.

BAB III DINAS KETENAGAKERJAAN DALAM PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi yang menjadi salah satu subjek penelitian dalam skripsi ini yang beralamat di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) di Jl. Syeh Nawawi Al-Bantani Palima Kota Serang memiliki 63 pegawai dan Bapak Alhamidi sebagai Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data yang berasal dari bagian pengawas ketenagakerjaan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten yang hasil analisis data tersebut akan dibahas dalam bab selanjutnya. 1. Visi dan Misi dari Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten, adalah sebagai berikut: a. Visi Terwujudnya produktifitas tenaga kerja dan kualitas hidup masyarakat b. Misi 1) Mengembangkan akses tenaga kerja; 2) Memperkuat mekanisme penanganan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan oleh masyarakat bersama sama pemerintah kabupaten / kota; 3) Meningkatkan pemahaman, tanggung jawab dan peran aktif masyarakat dan dunia usaha bersama sama pemerintah kabupaten/kota dalam pembangunan kesejahteraan dan ketenagakerjaan; 4) Mendorong perluasan lapangan kerja, penempatan tenaga kerja dan pemasaran tenaga kerja dalam dan luar negeri yang didukung oleh sistem perlindungan dan jaminan kepastian hukum serta pengawasan tenaga kerja professional;

33 34

5) Meningkatkan kepastian manajemen pelayanan kesejahteraan melalui peningkatan kapasitas unit pelaksana teknis, peningkatan kompetensi tenaga kerja secara terpadu dan berkesinambungan. 2. Tujuan dan sasaran Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten a. Terwujudnya tenaga kerja yang memiliki kompetensi untuk mengisi kesempatan kerja Dalam dan Luar Negeri; b. Terwujudnya perluasan jejaring informasi lowongan kerja di berbagai media; c. Terwujudnya penempatan tenaga kerja di Dalam dan ke Luar Negeri; d. Terwujudnya pengembangan kesempatan kerja usaha mandiri dan padat karya produktif; e. Terwujudnya hubungan industrial yang harmonis dan perbaikan syarat kerja; f. Terwujudnya peningkatan perlindungan hak-hak dasar pekerja/buruh dan khususnya bagi pekerja perempuan dan anak; g. Terwujudnya peningkatan kerjasama fungsional dalam penyediaan informasi dan perencanaan tenaga kerja di Daerah; h. Terwujudnya pengembangan kemampuan Aparatur Ketenagakerjaan di Propinsi dan Kabupaten / Kota; i. Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana pelayanan ketenagakerjaan pada UPT BLKI; j. Terwujudnya kemandirian dan integrasi transmigran dan masyarakat sekitarnya melalui tahap penyesuaian, pemantapan dan pengembangan di permukiman transmigrasi yang layak huni, layak usaha, layak berkembang dan layak lingkungan.1

1 Dinas Ketenagakerjaan dan Tranmigrasi Provinsi Bnaten, Visi Dan Misi Disnakertrans Provinsi Banten 35

B. Bidang Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi Banten 1. Data Pengawas Ketenagakerjaan Pengawasan ketenagakerjaan adalah fungsi publik dari administrasi ketenagakerjaan yang memastikan penerapan perundang-undangan ketenagakerjaan di tempat kerja.2 Peran utamanya adalah untuk meyakinkan mitra sosial atas kebutuhan untuk mematuhi undang-undang di tempat kerja dan kepentingan bersama mereka terkait dengan hal ini, melalui langkah-langkah pencegahan dan edukasi, dan jika diperlukan penegakan hukum. Misi utama dari setiap sistem pengawasan ketenagakerjaan adalah untuk memastikan kepatuhan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berarti serangkaian standar nasional yang dirancang untuk melindungi seluruh pekerja dan bila mungkin, keluarga pekerja. Pencegahan dalam konteks pengawasan ketenagakerjaan berarti upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu pekerja dan pengusaha untuk menghindari atau menghapuskan risiko-risiko kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja, perselisihaan perburuhan, konflik dan perlakuan yang tidak adil kepada pekerja, dan lain-lain. Tabel 3.1 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang 1 NO NAMA JABATAN PANGKAT GOL KET Wilayah Tagerang 1 1 Marihot Marbun, Koordinator Pembina IV/a SE, M.Si Wilayah 2 Riduan Sirait, SH, Pelaksana Pembina IV/a M.Si 3 Drs. Stanislaus Pengawas Pembina IV/b

2 Organisasi Perburuhan Internasional, Pengawas Ketenagakerjaan: Apa dan Bagaiman, h.9 36

Raya, M.Kes Ketenagakerj Tk.I aan Madya 4 Parlindungan, S H Pengawas Penata III/c Ketenagakerj aan Pertama 5 , SH, Pengawas Penata Tk.I III/d M.Si Ketenagakerj aan Pertama 6 Tunggul Hutapea, Pengawas Penata Tk.I III/d SH Ketenagakerj aan Pertama 7 Drs. Rekot Pengawas Penata Tk.I III/d Lumbantaroan Ketenagakerj aan Pertama 8 Banguntua Sinaga, Pengawas Penata Tk.I III/d SE Ketenagakerj aan Muda 9 Wilis Wulan Ayu, Pengawas Penata Tk.I III/d SE Ketenagakerj aan Madya 10 Yuli Kustarto, ST Pengawas Penata Tk.I III/d Ketenagakerj aan Muda 11 Rohman, S.IP Pengawas Penata Tk.I III/d Ketenagakerj aan Muda 12 Mansur, SE Pengawas Penata Tk.I III/d Ketenagakerj aan Muda

37

Koordinator Wilayah Serang Satu merupakan pengawasan Dinas Tenaga Kerja yang berkerja hanya mengawasi daerah tertentu yang ada di Provinsi Banten yaitu: Kabupaten Tangerang. Jumlah perusahaan yang ada di Kabupaten serang sebanyak 4.472 dengan bentuk klasifikasi perusahaan berbeda-beda, perusahaan kecil, sedang dan besar. Perusahaan kecil sebanyak 1.877, perusahaan sedang sebanyak 1.851 dan perusahaan besar sebanyak 744. Tabel 3.2 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang II NO NAMA JABATAN PANGKAT GOL KET Wilayah Tangerang II 1 R. Pitoyo, SH, Koordinator Pembina IV/a M.Si Wilayah 2 Aprida Arimurti Pelaksana Penata Tk.I III/d A., S.ST 3 Endang Suhendar, Pengawas Penata Tk.I III/d SH Ketenagakerjaan Muda 4 Hadi Supeno, Pengawas Penata Tk.I III/d S.Kom Ketenagakerjaan Muda 5 Erman, S.Pd Pengawas Penata Tk.I III/d Ketenagakerjaan 6 Gusti Made Pengawas Penata III/c Baskara, ST Ketenagakerjaan Muda 7 Iskandar, SE, ME Pengawas Penata III/c Ketenagakerjaan Muda 8 Oki Faudzi Halim, Pengawas Penata III/c 38

SH Ketenagakerjaan Muda 9 Salman Farid, ST Pengawas Penata III/c Ketenagakerjaan Muda 10 Yuli Rosydah, SE Fungsional Penata III/b Umum Muda T.Ki 11 Sandy Budyawan, Pengawas Penata III/c ST, MM Ketenagakerjaan Muda 12 Rasyi Harjanto, Pelaksana Penata III/b SH Muda T.kI 13 Teti Fatimah, Pengawas Penata T.Ki III/d S.Sos Ketenagakerjaan 14 Tua Rusli, ST, Pelaksana Pembina III/a MM 15 Tb. Agus Dani, SE Pengawas Penata III/c Ketenagakerjaan Pertama 16 Syaiful Bachrum, Pengawas Penata III/c SE Ketenagakerjaan Pertama 17 Imawan Yuni Fungsional Penata III/c Azhar, SE Umum 18 Abdul Basit, S. IP Pengawas Penata III/c Ketenagakerjaan 19 Oney Rahmawati, Pengawas Penata III/b S.IP Ketenagakerjaan Muda T.kI Pertama 20 Devina Amelinda, Pengawas Penata III/a 39

S.IP Ketenagakerjaan Muda Pertama 21 Aisa Citrabella, Pengawas Penata III/a SH Ketenagakerjaan 46Muda 22 Denty Pengawas Penata III/a Munikartiningsih Ketenagakerjaan Muda Ahnas Putri, SE Pertama 23 Isti Nur’aini, SH Pengawas Penata III/a Ketenagakerjaan Muda Pertama

Koordinator Wilayah Tangerang Dua merupakan pengawasan Dinas Tenaga Kerja yang berkerja hanya mengawasi daerah tertentu yang ada di Provinsi Banten yaitu diantaranya: Kota Tangerang dan Tangerang Selatan. Jumlah perusahaan yang ada di Kota Tangerang sebanyak 4.169 dengan bentuk klasifikasi perusahaan berbeda-beda, perusahaan kecil, sedang dan besar. Perusahaan kecil sebanyak 1.131, perusahaan sedang sebanyak 1.879 dan perusahaan besar sebanyak 1.159. Jumlah perusahaan yang ada di Tangerang Selatan sebanyak 2.827. dengan bentuk klasifikasi peusahaan berbeda-beda, perusahaan kecil sebanyak 1.422, perusahaan sedang 1.019 dan perusahaan besar di Tangerang Selatan sebanyak 386. Tabel 3.3 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Serang 1 NO NAMA JABATAN PANGKAT GOL KET Wilayah Serang I 1 Ruli Rianto, ST, M.Si Koordinator Wilayah Penata T.Ki III/d 2 Ir. Tuti Rindawati, MM Pelaksana Pelaksana IV/a 3 Karyadi, S.Sos provinsi banten 4 Drs. Agus Sawiji provinsi banten 5 Yudhi Marsidi, Pengawas Penata III/c 40

SKM Ketenagakerjaan Muda 6 Stephani Fatimah, Pengawas Penata III/b SKM Ketenagakerjaan Muda T.Ki Pertama 7 Tirta Prawitateja, Pengawas Penata III/b ST, M, Si Ketenagakerjaan Muda T.kI Pertama 8 Ade Hidayatullag, Pengawas Penata III/b SE Ketenagakerjaan Muda T.kI Pertama 9 Syahdi, S.Sos, M.Si Pengawas Penata III/b Ketenagakerjaan Muda T.kI Pertama 10 Lilis Muklis, SH provinsi banten 11 Tri Budi Winarsih, Pengawas Pembina III/b SH Ketenagakerjaan T.kI Madya 12 Agus Sitio, SE, MM Pengawas Penata T.kI III/d Ketenagakerjaan Madya 13 Yani Ida Suryani, Pengawas Penata III/b SE Ketenagakerjaan Muda T.kI Muda 14 Aditya Chandra B., Pengawas Penata III/b ST Ketenagakerjaan Muda T.kI Pertama 15 Lucky A. Rizal, ST, provinsi MM banten 41

16 Kayubi, SE Fungsional Umum Penata III/b Muda T.kI 17 Triyono Hadi Pengawas Penata T.kI III/d Sapoetra, SE Ketenagakerjaan 18 Hendra Permana, Pengawas Penata III/b ST Ketenagakerjaan Muda T.Ki Ahli Pertama 19 Nila Maya Saru, ST Pengawas Penata III/a Ketenagakerjaan Muda Pertama 20 Kevin Prasetya Pengawas Penata III/a Fanny, SE Ketenagakerjaan Muda Pertama 21 Teguh Iskandar Zul Pengawas Penata III/a Ketenagakerjaan Muda Pertama

Koordinator Wilayah Serang Satu merupakan pengawasan Dinas Tenaga Kerja yang berkerja hanya mengawasi daerah tertentu yang ada di Provinsi Banten yaitu diantaranya: Kopasus, Kabupaten Serang dan Cilegon. Jumlah perusahaan yang ada diKabupaten serang sebanyak 1.182 dengan bentuk klasifikasi perusahaan berbeda-beda, perusahaan kecil, sedang dan besar. Perusahaan kecil sebanyak 281, perusahaan sedang sebanyak 334 dan perusahaan besar sebanyak 567. Jumlah perusahaan yang ada di Cilegon sebanyak 1.716 dengan bentuk klasifikasi peusahaan berbeda-beda, perusahaan kecil sebanyak 856, perusahaan sedang 639 dan perusahaan besar di Cilegon sebanyak 221.

42

Tabel 3.4 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Serang II NO NAMA JABATAN PANGKAT GOL KET Wilayah Serang II 1 Dudus Maman, S.Sos Koordinator Wilayah Pembina T.kI IV/b 2 Winarno, SE Pelaksana Penata T.kI III/d 3 Kacu Sudi Prihatno, SE Pelaksana Penata T.kI III/d 4 Hermawandi, ST, M.Si Pelaksana Penata III/c 5 Joyo Sucipto, S.Sos Fungsional Umum Penata Muda T.Ki III/b 6 Erwan Setiawan S.Sos Pengelola Administrasi Penata Muda T.Ki III/b 7 Dewi Yulinda Sari, Pelaksana Penata Muda III/a S.ST 8 Imam Bachtiar, ST Taknis/ Administari Penata Muda III/a Lainnya 9 Iswan Wahyudi Taknis/ Administari Pengatur Muda II/a Lainnya 10 M. Dian Rosdiawan Fungsional Umum Pengatur Muda T.Ki II/b

Koordinator Wilayah Serang Dua merupakan pengawasan Dinas Tenaga Kerja yang berkerja hanya mengawasi daerah tertentu yang ada di Provinsi Banten yaitu diantaranya: Kota Serang, Lebak dan pandeglang. Jumlah perusahaan yang ada dikota serang sebanyak 901 dengan bentuk klasifikasi perusahaan berbeda- beda, perusahaan kecil, sedang dan besar. Perusahaan kecil sebanyak 646, perusahaan sedang sebanyak 215 dan perusahaan besar sebanyak 40. Jumlah perusahaan yang ada di Kabupaten Lebak sebanyak 374 dengan bentuk klasifikasi peusahaan berbeda-beda, perusahaan kecil sebanyak 245, perusahaan sedang 68 dan perusahaan besar dikabupaten lebak sebanyak 61. Jumlah perusahaan yang ada di Pandeglang sebanyak 304 dengan bentuk klasifikasi perusahaan yang berbeda, perusaahaan besar sebanyak 10, perusahaan kecil sebanyak 235 dan perusahaan sedang sebanyak 59.3

3 Data jumlah pengawas dan calon pengawas, dokumen dalam bentuk hard file yang diberikan oleh bagian pengawas ketenagakerjaan Provinsi Banten, tanggal 17 Januari 2018 43

Tabel 3.5 Pegawai Pengawas Koordinator Wilayah Khusus No NAMA JABATAN PANGKAT GOL KET Wilayah Kerja Khusus 1 Mustahal, SKM Pengawas Pembina IV/a Ketenagakerjaan Madya 2 H. Diniarti, SH, Pengawas Penata Tk.I III/d MM Ketenagakerjaan Muda 3 Rachmatullah, SH Pengawas Penata III/c Ketenagakerjaan Muda 4 Jarman Setiadi, ST Pelaksana Penata III/b Muda Tk.I 5 Hozanna, ST Pelaksana Penata III/b Muda Tk.I 6 Deden Andrie Pelaksana Penata III/b Supriadi Rukman, Muda Tk.I ST Sumber: Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten

2. Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan dan pengawasan kesehatan dan norma keselamatan kerja b. Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan penelitian terhadap penggunaan mesin uap, bejana tekan, mekanik, listrik, kebakaran, konstruksi bangunan serta alat-alat kerja lainnya dan memproses ijin penggunaannya c. Melaksanakan pengawasan pemeriksa dan penelitian terhadap penggunaan pesawat uap, bejana tekan, mekanik, listrik kebakaran, 44

kontruksi bangunan serta alat-alat kerja lainnya dan memproses ijin pembangunannya. d. Membantu pelaksanaan tugas komisi keselamatan dan kesehatan kerja daerah e. Menyusun dan menyiapkan bahan serta rencana kerja pegawai pengawas kesehatan dan keselamatan kerja f. Melakukan penyuluhan dan pembinaan terhadap panitia Pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) C. Perusahaan Briket Perusahaan Briket merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri sebagai pemanfaatan dan pengelolaan Limbah Berbahaya Beracun (B3) yang berdiri berdasarkan Akte Notaris No. 7 Tanggal 19 April Tahun 2013 oleh Notaris Al-Furqon. SH. Mkn di Bekasi dan perubahannya terakhir oleh Notaris H. Warman. SH. No. 67, tanggal 25 November 2015 di Jakarta Timur. Awal beroperasi perusahaan bulan Januari 2014 hingga bulan April 2014 memiliki tenaga kerja 52 orang pekerja dengan sistem upah harian lepas kepada pekerja mengingat pada waktu itu perusahaan sedang membangun dan produksinya masih dalam uji coba. PT. Gooyang Sam Won terletak di alamat Kp. Ciwuni, Desa Pabuaran, Kecamatan Walantaka, Kota Serang-Banten.4 Pada tahun 2018 Perusahaan Briket berjumlah 95 orang tenaga kerja dengan 53 wanita dan 42 laki-laki tenaga kerja. Pembagian tenaga kerja terdiri dari pengolahan bahan, pencetakan dan penjemuran dan tenaga kerja perempuan dibagian penjemuran sedangkan laki-laki dibagian pengolahan dan pencetakan.5 Briket adalah bahan bakar alternatif berupa blok padat yang biasanya terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Bahan pembuat briket harus

4Pengadilan Tata Usaha Negara,Putusan Perkara Nomor:26/G/2016/PTUN-SRG, h.5

5 Rahmat, Wawancara, pekerja PT. Gooyang Sam Won, Pada hari selasa tanggal 1 Mei 2018 45

memiliki kadar air yang rendah untuk menghasilkan nilai kalor tinggi. Kandungan volatil juga ikut mempengaruhi laju pembakaran, jadi briket tidak bisa dibuat dari sembarang bahan. Ada empat bahan utama yang sering digunakan untuk membuat briket, yaitu batu bara, arang kayu, gambut, dan biomassa. Dalam proses pembuatannya, diperlukan juga beberapa bahan pendukung seperti batu kapur, natrium nitrat, serta malam/lilin yang berfungsi sebagai pengikat sekaligus penyala api. BAB IV PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN FUNGSI PENGAWAS TENAGA KERJA DI PROVINSI BANTEN

A. Analisis Pelaksanaan Keselamatan Kerja di Provinsi Banten Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan (K3) merupakan hal yang seharusnya menjadi perhatian utama bagi perusahaan. Adanya sistem K3 yang baik akan menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, tenaga kerja yang sehat dan produktif, sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan analisis untuk mengetahui keadaan K3 di sector usaha briket yang terletak di provinsi banten. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja adalah program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diterapkan oleh perusahaan.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Menurut Suma’mur keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.2 Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja dapat memberikan perasaan yang aman sehingga tenaga kerja dapat bekerja tanpa adanya perasaaan tertekan dengan kondisi atau keadaan disekitarnya. Sebagai upaya dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dengan memberikan perlindungan bagi para tenaga kerja sehingga mereka dapat terhindar dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan

1 Cecep Dani Sucipto, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, (Tangerang: Gosyen Publishing, 2014), h.2

2 Suma’mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, (Jakarta:Gunung Agung, 1985), h.2

46 47

operasional perusahaan. Kondisi riil yang terjadi di lapangan saat ini masih banyak perusahaan yang belum menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Didalam Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu keharusan untuk menjaga kelancaran dalam bekerja, disebutkan dalam QS. AL-Qoshos (28): 77 dan QS. AR Ra’du (13): 11 yang berbunyi: 1. QS. Al-Qoshosh ayat (28): 77

Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa manusia tidak boleh berbuat kerusakan di muka bumi. Ini berarti bahwa manusia diutus untuk menjaga lingkungan, tidak mencemarinya, berbuat dan berperilaku sehat. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang merusak alam ciptaannya. Sama halnya dalam bekerja di perusahaan berarti perlu adanya kesehatan dan keselamatan kerja agar dapat dipelajari hal-hal apa saja yang dapat merusak lingkungan untuk kemudian dihindari sehingga tercipta lingkunga yang aman dan pekerja dapat terhindar dari resiko bahaya yang ditimbulkan.

2. QS. Ar ra'du ayat (13): 11

48

Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka taka da yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain dia.

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan manusia kecuali mereka mau merubah keadaan mereka sendiri, hal ini berarti jika ingin maju dan sukses maka manusia harus mau bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Allah tidak akan memberikan rejeki secara cuma-cuma, Allah tidak akan memberi kesuksesan tanpa usaha. Kemudian pada kalimat selanjutnya disebutkan bahwa manusia tidak memiliki pelindung terhadap keburukan yang dikehendaki Allah, artinya bahwa manusia tidak bisa menghindar dari keburukan yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk terjadi dalam hidup manusia. Tapi manusia berhak untuk menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari ancaman yang terjadi dalam pekerjaannya, manusia harus tetap berusaha untuk menyelamatkan diri dari berbagai bahaya yang mengintai di lingkungan sekitarnya. Masalah selamat atau tidak, hal itulah yang kemudian menjadi kuasa Allah untuk menentukan garis hidup manusia. Yang perlu digaris bawahi dari ayat ini adalah manusia harus mau berusaha untuk merubah keadaannya.

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja dan dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat kebahagian hidup berupa rezeki di dunia, disamping tidak melupakan kehidupan hari akhirat. Kerana itu dalam Islam hendaklah menjadikan kerja sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang diperolehnya, lebih-lebih lagi sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi.

Dalam Pasal 27 Ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 ”Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” Untuk diketahui Seluruh Bangsa,Rakyat dan Warga Negara Indonesia, bahwa sesungguhnya Negara menjamin setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan Pekerjaan dan Penghidupan yang layak bagi Kemanusiaan tanpa syarat. Pasal ini berbicara tentang perlindungan dan hak Warga negara Indonesia dalam hal pekerjaan dan keseluruhan penunjang kehidupan, dengan ukuran kriterianya adalah layak bagi kemanusiaan. Pasal ini sangat penting 49

bagi kelangsungan hidup dan kehidupan bagi setiap warga negara secara layak sebagai tanggung jawab Negara terhadap Warga Negaranya. Pasal 86 Paragraf 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, menjelaskan tentang keselamatan dan kesehatan kerja: a. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Moral dan kesusilaan, dan 3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama b. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggrakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja c. Perlindungan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) wajib untuk dilaksanakan Pasal 87 Paragraf 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, menjelaskan: a. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. b. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang membahas mengenai keselamatan dan kesehatan buruh atau pekerja terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 86 dan Pasal 87. Pada Pasal 86, Undang-Undang tersebut terdiri atas 3 ayat. UU No 13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 menjelaskan bahwa setiap buruh mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, terutama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan mendapatkan perlakuan yang sesuai. 50

Pada ayat kedua disebutkan bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan sangatlah diperlukan untuk melindungi kesehatan buruh dan meningkatkan produktivitas. Adapun Ayat ketiga dari Pasal 86 ini menjelaskan bahwa peraturan yang terdapat dalam Ayat 1dan 2 harus dilaksanakan sesuai dengan undang undang yang berlaku. Masih dalam undang-undang yang sama, Pasal 87 juga memuat hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan kerja yang dibagi menjadi dua ayat. Ayat pertama menjelaskan bahwa setiap perusahaan wajib membentuk suatu menajemen kesehatan kerja yang terintegrasi dengan menajemen perusahaan yang pelaksanaannya kemudian diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2015 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 86 dan 87 mengatur penjaminan kesehatan dan keselamatan buruh dalam menjalankan pekerjaan mereka. Setiap perusahaan wajib memenuhi aturan-aturan tersebut sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan kerja bersifat preventif dan ruang lingkupnya sangat luas yaitu mencakup keselamatan kerja baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air maupun diudara yang berada diwilayah kekuasaan republik Indonesia. Sementara kajian ataupun tinjauan mengenai penegakan hukum keselamatan pada sektor briket pelaksanaannya sampai saat ini belum sepenuhnya dilakukan Undang- Undang tersebut. Maka dari itu dilakukannya analisis terhadap penegakan hukum keselamatan kerja pada Perusahaan sektor briket terhadap Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Tenaga kerja menyadari bahwa kecelakaan kerja tidak pernah kita duga, tenaga kerja juga tidak pernah menginginkan untuk kecelakaan terjadi, karenanya sebagai tenaga kerja harus selalu berhati-hati untuk menekan resiko kecelakaan kerja untuk menghindari setiap bentuk kecelakaan sekecil apapun. Disamping itu juga pentingnya kewaspadaan terhadap bahaya yang timbul akibat adanya pemakaian alat–alat teknologi yang canggih serta diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, ketangkasan 51

didalam penggunaan alat–alat yang modern, dengan demikian kerugian yang ditimbulkan oleh resiko kerja dapat dicegah dan dapat dikendalikan. Kelalaian tenaga kerja yang terjadi di Perusahaan Briket yang menimpa tenaga kerja dikarenakan keteledoran tenaga kerja yang tidak taat pada anjuran perusahaan untuk memakai peralatan kerja dan tidak berhati–hati dalam melakukan pekerjaan yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja. Ketidakpatuhan dan keengganan sebagian tenaga kerja diperusahaan untuk memakai peralatan pelindung diri didasarkan pada berbagai alasan, misalnya kewajiban bagi tenaga kerja untuk memakai masker atau alat penutup hidung dan mulut, kewajiban oleh tenaga kerja ini kadang–kadang dilaksanakan dengan alasan pemakaian masker atau alat pelindung lainnya dirasakan tidak enak dan tidak nyaman karena sulit bernafas serta kurangnya kebebasan dalam melakukan pekerjaan sehingga tidak sesuai dan tidak dapat berbicara satu dengan yang lainnya. Perusahaan Briket dalam rangka untuk menciptakan agar tidak terjadi kecelakaan kerja terhadap tenaga kerja untuk melakukan upaya–upaya yaitu penyediaan alat–alat pelindung diri berupa alat penutup hidung dan mulut (masker), sepatu both, sarung tangan alat penutup diri berupa pakaian kerja. Sayangnya Perusahaan Briket belum pernah mengadakan penyuluhan, pembinaan, dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang berkenaan dengan pekerjaannya sebagaimana diataur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.3 Banyak upaya–upaya lain yang belum ditempuh oleh Perusahaan Briket agar tidak terjadi kecelakaan kerja yaitu berupa pembinaan dan penyuluhan terhadap semua buruh yang dilakukan oleh pihak perusahaan pada waktu sebelum memulai pekerjaannya, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 dan 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang 1970 Tentang Keselamatan Kerja bahwa didalamnya menjelaskan Penerapan dan Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan kerja diantaranya:

3 Interview Pribadi dengan Aliyah Tenaga Kerja PT Gooyang Sam Won, Selasa Tanggal 8 Mei 2018 52

1. Arah dan sasaran yang akan dicapai melalui syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Pengembangan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja diluar ayat (1) 3. Penerapan syarat-syarat K3 (Sejak tahap penerapan sampai dengan pemeliharaan 4. Mengatur prinsip-prinsip teknis tentang bahan dan produksi teknis Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja arah dan sasarannya merupakan pencegahan kecelakaan (kecelakaan, peledakan,pencemaran) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) serta penyediaan sarana pengendalian sumber bahaya. Dalam perusahaan Briket proses produksi dilaksanakan 12 jam dalam setiap harinya, karena pihak pengusaha dapat melaksanakannya dengan baik asal segala ketentuan yang telah ada dan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan mereka yang belum mencapai usia kerja, diperhatikannya benar-benar. Untuk menangani pekerjaan selama 12 jam sehari itu, pihak pengusaha tidak mengadakan shifting atau pengelompokan tenaga kerja, seperti kelompok pekerja yang bekerja pagi sampai siang hari, kelompok pekerja yang bekerja siang sampai sore dan kelompok pekerja yang bekerja malam sampai subuh. Perusahaan Briket yang berproduksi menghasilkan Briket mempekerjakan perempuan dibagian penjemuran dan pembungkusan untuk siap dikirim seharusnya pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja perempuan dalam bidang usaha atau perusahaannya hendaknya dalam pemberian tugas atau penempatannya dalam jenis-jenis pekerjaan tertentu selalu memakai pertimbangan-pertimbangan yang sebijaksana mungkin, mengingat: 1. Para perempuan umumnya bertenaga lemah, halus tetapi tekun. 2. Norma-norma susila harus diutamakan agar tenaga-tenaga kerja perempuan tersebut tidak terpengaruh oleh perbuatan-perbuatan negatif 53

dari tenaga kerja lawan jenisnya, terutama kalau dikerjakan pada malam hari. 3. Para tenaga kerja perempuan itu umumnya mengerjakan pekerjaan- pekerjaan halus yang sesuai dengan kehalusan sifat dan tenaganya. 4. Para tenaga kerja perempuan itu ada yang masih gadis dan ada pula yang telah bersuami atau berkeluarga yang dengan sendirinya mempunyai beban-beban rumah tangga yang harus dilaksanakannya pula. Penetapan upah, diperusahaan Briket menggunakan Sistem upah jangka waktu. Menurut sistem pengupahan ini upah ditetapkan menurut jangka waktu buruh melakukan pekerjaan untuk tiap jam diberi upah jam- jaman, untuk sehari bekerja diberi upah harian, untuk seminggu bekerja diberi upah mingguan, untuk sebulan bekerja diberi upah bulanan dan sebagainya.4 Pada umumnya, dengan terpadunya peranan pengusaha dan peranan Organisasi Buruh sehingga keduanya dapat melakukan musyawarah dan mufakat, maka upah yang diberikan kepada para buruh telah dapat dikatakan upah yang wajar. Menentukan upah yang wajar kedua belah pihak dalam musyawarah dan mufakat telah berhasil mempertemukan pertimbangan- pertimbangannya, sehingga terwujud suatu kesepakatan mengenai upah yang wajar tersebut. Sejalan dengan perkembangan industri dan teknologi dalam proses produksi baik barang maupun jasa, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kelancaran proses produksi tersebut. Hal ini mengingat: a. Dengan dioperasikannya mesin-mesin serta peralatan-peralatan besar akan membawa risiko terhadap jiwa orang yang bekerja. b. Penggunaan beberapa jenis bahan baku dengan skala tinggi serta mempunyai sifat dan kadar kontaminan yang berlainan akan berpengaruh terhadap kesehatan kerja maupun masyarakat sekitar. c. Adanya peningkatan produktivitas jika tercapai keelamatan kerja.

4Interview Pribadi dengan Tuah Tenaga Kerja PT Gooyang Sam Won, Selasa Tanggal 8 Mei 2018 54

d. Berbagai keadaan lingkungan kerja yang ditimbulkan, baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja antara lain berupa bising, panas, dan lain-lain yang berpengaruh terhadap tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Perusahaan Briket memberikan perlindungan keselamatan kerja bagi tenaga kerjanya dengan tujuan untuk: 1. Melindungi tenaga kerja di tempat kerja supaya selalu terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas kerja. 2. Melindungi bahan dan peralatan produksi supaya dapat dicapai secara aman dan efisien. 3. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan, dan penyakit akibat kerja. 4. Menciptakan lingkungan kerja dan tempat kerja yang aman, nyaman, dan sehat. Dalam melaksanakan perlindungan keselamatan kerja terhadap tenaga kerja di Perusahaan Briket, perusahaan melihat ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 sebagai dasar hukum dari perlindungan keselamatan kerja. Berbagai program atau sarana kesejahteraan yang dilaksanakan sebagai upaya perlindungan tenaga kerja tersebut antara lain dilakukan dengan meningkatkan dan memperbaiki syarat- syarat kerja termasuk upah atau gaji, jaminan sosial, kondisi kerja termasuk kesehatan, keselamatan, dan lingkungan kerja. Sebagai usaha untuk mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja, Perusahaan Briket harus dan wajib melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, antara lain: a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan Untuk mencegah dan mengurangi adanya kecelakaan kerja, Perusahaan Briket memberikan fasilitas- fasilitas pengaman pada setiap tenaga kerja yang bekerja langsung menangani proses produksi. Fasilitas-fasilitas pengaman tersebut berupa 55

alat-alat perlindungan diri dan pemadam kebakaran. Selain itu PT. Gooyang Sam Won juga perlu mengadakan pelatihan-pelatihan dan pengarahan-pengarahan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran Langkah-langkah yang diambil dan dilakukan Perusahaan Briket dalam rangka pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah sebagai berikut: 1) Mengadakan pengamanan terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar. 2) Memberikan pengarahan dan menanamkan kesadaran kepada setiap tenaga kerja tentang bahaya kebakaran. 3) Mengadakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap alat-alat yang mampu menimbulkan kebakaran, contohnya: listrik. 4) Mengeluarkan peraturan yang tercantum dalam tata tertib perusahaan seperti: Contoh: Dilarang merokok, tanpa seijin atasan, dilarang membakar sampah di sembarang tempat. Menyediakan dalam ruangan pabrik peralatan pemadam kebakaran. c. Memberikan pertolongan pada kecelakaan Perusahaan Briket menyediakan alat-alat P3K disetiap bagian dalam pabrik untuk memberikan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan kerja. Selain itu juga disediakan poliklinik perusahaan yang berfungsi untuk memberikan perawatan terhadap tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja. d. Memberi alat-alat perlindungan diri pada tenaga kerja Dalam rangka memberikan rasa aman kepada setiap tenaga kerja dalam bekerja, maka Perusahaan Briket memberikan alat-alat perlindungan diri. Alat-alat tersebut dibuat untuk melindungi bagian-bagian tubuh dari para tenaga kerja, Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik secara fisik maupun psikis , peracunan, infeksi dan penularan. Dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai pembinaan, Perusahaan Briket belum menunjuk atau tidak adanya pengurus sebagai pihak yang berkewajiban melakukan pembinaan kepada para tenaga kerjanya. Seharusnya Perusahaan Briket harus mengadakan kegiatan 56

pembinaan tersebut seperti memberikan pengarahan kepada para tenaga kerja tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang meliputi: a. Bahaya kecelakaan kerja dan kebakaran. b. Cara menggunakan peralatan kerja. c. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat kerja. d. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. e. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. f. Mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah syaratsyarat kerja yang telah ditentukan. g. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja dalam pencegahan pemberantasan kebakaran, serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja.5 Syarat-syarat keselamatan kerja adalah sangat penting dan perlu ditaati menurut ketentuan Undang-Undang supaya tenaga kerja bekerja dengan selamat dan produktif, terhindar dari risiko kecelakaan kerja. Mengenai penerimaan dan penempatan tenaga kerja baru, seperti yang diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, sayangnya Perusahaan Briket dalam hal ini pengurus belum melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya, melalui berbagai tes yang dilakuan baik secara lisan (wawancara) maupun tertulis. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja sebagaimana ditetapkan juga belum sepenuhnya dilakukan tenaga kerja di Perusahaan Briket dimana kewajiban dan hak tenaga kerja tersebut antara lain: a. Tidak memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. b. Tidak Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

5 Interview Pribadi dengan Muhammad Hasbi Wibowo Tenaga Kerja PT Gooyang Sam Won, Selasa Tanggal 8 Mei 2018 57

c. Tidak meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Kewajiban pengurus sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja juga belum sepenuhnya dilaksanakan dan diterapkan di lingkungan kerja Perusahaan Briket, hal itu dibuktikan dengan: a. Belum tersedianya semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada para tenagakerja dan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut dengan petunjuk-petunjuknya. b. Belum adanya gambar-gambar, poster-poster dan slogan tentang keselamatan kerja di lingkungan atau ruangan kerja. c. Tidak ada penempelan secara tertulis semua peraturan tata tertib dan syarat syarat keselamatan kerja yang diwajibkan mengenai pelaksanaan jaminan kerja sebagai upaya perlindungan bagi tenaga kerja di Perusahaan Briket, dapat dilihat dari praktek kesehariannya. Penyediaan alat-alat perlindungan diri merupakan kewajiban perusahaan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 14 sub c Undang-Undang Keselamatan Kerja. Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya. Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Mengenai pengadaan fasilitas atau sarana perlindungan diri di Perusahaan Briket belum memenuhi kewajibannya dengan melengkapi peralatan perlindungan diri yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan para tenaga kerjanya. Pada Perusahaan Briket pengadaan fasilitas perlindungan diri yang belum lengkap tersedia di tempat kerja, antara lain: 1. Alat pelindung kepala (topi pengaman) Topi biasa, untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran atau benda lain atau Tutup kepala, untuk melindungi rambut dari putaran mesin, menghindari kotor dan sebagainya. 2. Alat pelindung pernafasan (Respirator) Masker, untuk melindungi pernafasan atau mulut dari debu anorganik dengan kadar rendah dan tidak membahayakan, biasanya terbuat dari kain katun. 58

3. Alat pelindung tangan Kaus tangan, bahan dari katun, melindungi tangan terhadap goresan-goresan benda tajam, kasar, keras, melindungi kotor dan sebagainya. 4. Alat pelindung kaki Sepatu biasa, sepatu kain beralas karet seperti yang dipakai waktu kerja sehari-hari atau sepatu karet, untuk melindungi kaki terhadap berbagai zat kimia atau zat cair yang bersifat korosif, juga terhadap bakteri atau jamur yang biasa terdapat dalam air.

Jenis alat perlindungan diri yang tersedia belum cukup memadai dan belum lengkap dengan jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan. Penggunaan peralatan perlindungan diri tersebut merupakan upaya preventif untuk menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan.

B. Analisis Fungsi Kontrol Pengawas Tenaga Kerja di Provinsi Banten Tugas kantor tenaga kerja dan transmigrasi berkaitan dengan perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja adalah merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi kantor tenaga kerja dan transmigrasi. Kesehatan kerja ini merupakan penjagaan agar buruh melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan dan tidak hanya ditujukan terhadap pihak perusahaan yang tidak memperhatikan kesehatan tenaga kerjanya. Misalnya untuk mendapatkan tenaga yang terlalu murah, memperkerjakan anak dan wanita untuk pekerjaan yang berat dan untuk waktu yang diluar kewajaran. Selama ini perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Apabila terjadi kasus hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, maka pihak–pihak yang terkait adalah kantor tenaga kerja dan transmigrasi, perusahaan, badan penyelenggara asuransi bertindak sesuai dengan ketentuan yang ada. Dalam Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja disebutkan dalam ayat (3), adanya syarat–syarat keselamatan kerja, yaitu : 59

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan b. Memberi pertolongan pada kecelakaan c. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup d. Memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban e. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. f. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai g. Memberi alat pelindung diri kepada para pekerja Peran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam menyikapi adanya pelanggaran terhadap perlindungan tenaga kerja pada perusahaan, apabila ada pelanggaran, maka dilakukannya dengan langkah – langkah sebagai berikut : a. Diadakan penelitian atas kebenaran tindak pelanggaran tersebut b. Meminta keterangan dan barang bukti c. Melakukan pemeriksaan dan jika dipandang perlu memdapatkan penyitaan barang bukti Adapun dalam rangka hubungan kerja dalam kantor tenaga kerja mempunyai 2 (dua) fungsi, sebagai berikut : 1. Fungsi Pengawasan Kantor tenaga kerja yang pro aktif dalam rangka menegakkan hak- hak pekerja yang sesuai dengan ketentuan Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003, apabila ada pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan maka petugas PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) bisa melakukan pengecekan dan memberikan surat peringatan ke I dan ke II, sedangkan apabila sudah sampai 3 (tiga) masih tetap saja tidak mengindahkan adanya surat peringatan sebelumnya tersebut, maka kantor tenaga kerja dan transmigrasi melakukan penyidikan. Setiap penyidikan harus dan perlu didahului dengan penyelidikan guna mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana untuk menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana untuk mencari serta 60

mengumpulkan bukti, dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan permasalahannya. Setiap kejadian kecelakaan kerja wajib dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja setempat selambat – lambatnya 2 (dua) kali 24 Jam sesuai amanah Undang–Undang Nomor 3 Tahun 1992 dan Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003. Mengingat bahwa kecelakaan kerja merupakan disfunsi sistem suatu unit dengan demikian obyek analisis tidak hanya pada unsur manusia / pekerja dan lingkungan namun harus menelusuri.6 2. Fungsi Hubungan Industrial Apabila ada pengaduan dari pekerja yang menyangkut tentang perselisihan, pelanggaran terhadap Undang–Undang nomor 13 Tahun 2003 bisa melakukan mediasi yaitu mempertemukan kedua belah pihak dalam rangka upaya pelaksanaan penyelesaian perselisihan. Dalam Pasal 4 ayat (1) Undang–Undang Nomor 7 tahun 1981 Tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan, bahwa pengusaha atau pengurus wajib melaporkan secar a tertulis setiap mendirikan, menghentikan, menjalankan kembali, memindahkan atau membubarkan perusahaan kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk, maka laporan yang sebagaimana dimaksud harus memuat keterangan sebagai berikut : a. Identitas perusahaan b. Hubungan ketenagakerjaan c. Perlindungan tenaga kerja d. Kesempatan kerja Untuk dapat melaksanakan kebijaksanaan tersebut pemerintah memerlukan ketenagakerjaan dari semua perusahaan yang mencakup semua sektor melalui wajib lapor ketenagakerjaan secara berkala. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang materinya, meliputi : 1. Kewajiban melaporkan keadaan ketenagakerjaan bagi semua pihak

6 Interview Pribadi dengan Winarno Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten, Tnggal 17 Januari 2018 61

2. Kewajiban melaporkan tidak dilakukan hanya sekali tetapi dilakukan secara berkala/setiap tahunnya, sehingga dapat diperoleh data keadaan tenaga kerja secara terus menerus. 3. Data yang wajib dilaporkan yang lebih diperluas antara lain mengenai identitas perusahaan, hubungan ketenagakerjaan, perlindungan tenaga kerja dan kesempatan kerja 4. Peningkatan sanksi pidana baik secara kuantitatif, yaitu jumlah denda maupun kualitatif yaitu penerapan pidana kurungan. Perusahaan sebelum memiliki ijin mendirikan harus ada perijinan penanaman modal dan juga ijin amdal yang berkaitan dengan lingkungan hidup, setelah itu Dinas tenaga Kerja memiliki peran untuk masuk yang bertujuan melindungi tenaga kerja dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja. Dinas Tenaga Kerja hanya fokus terhadap tenaga kerja dan hanya keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pengawasan industry. Pengawas Dinas Tenaga Kerja yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja memperhatikan keadaan tenaga kerja apakah tenaga kerja ditempatkan berkerja di tempat yang aman. Pengawas Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten harus memperhatikan perusahaan yang ada di Provinsi Banten dengan jumlah yang sangat banyak dibandingkan jumlah pengawasnya. Jumlah perusahaan di Provinsi Banten sebanyak 15.945, sedangkan pengawas dengan jumlah 73 orang.7 Dengan jumlah pengawas 72 orang yang harus menyusun rencana kerja sebanyak 15 ribu lebih perusahaan yang ada di provinsi banten, dalam satu bulan, satu orang harus melakukan pemeriksaan di lima perushaan. Pengawas tenaga kerja Provinsi Banten tidak hanya melakukan pemeriksaan di setiap perusahaan, ada penambahan kerja seperti pembinaan dimana setiap orang harus melakukan 8 kali minimal. Dapat diartikan dengan jumlah 73 pengawas dengan target 4500 perusahaan dari 1500 perusahaan diprovinsi banten merupakan tugas rutin yang sudah direncanakan untuk melakukan pembinaan.

7 Data Jumlah Pengawas, dokumen dalam bentuk hard file yang diberikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi Banten, 17 Januari 2018 62

Ada juga tugas pengawas yang sifatnya tidak terencana atau diluar dugaan seperti semacam pengaduan dari tenaga kerja atau semacam kecelakaan kerja yang sifatnya tidak terduga itu sudah kewajiban dimana pihak Dinas Tenaga Kerja harus turun dan menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan. Pembagian pengawas dari 72 orang dibagi menjadi beberapa bagian, pengawas wilayah khusus yang hanya bergerak dibagian pusat provinsi, selanjutnya koordinator wilayah Serang satu yang hanya bergerak dan mengawasi kabupaten serang dan cilegon yang diketuai Bapak Ruli. Koordinator wilayah 2 yang meliputi Kota Serang, Pandegang dan Kabupaten Lebak yang diketuai dengan Bapak Dudus. Koordinator wilayah Tangerang 1 meliputi Kabupaten tangerang dan Koordinator wilayah yang terakhir adalah koordinator wilayah tangerang 2 yang meliputi Kota Tangerang dan Tangerang Selatan. Syarat untuk pengawas harus mengikuti diklat kalaupun belum melakukan diklat hanya disebut sebagai pendamping, yang berhak untuk pemeriksaan yaitu pengawas. Pengawas yang sebelumnya sudah mengikuti diklat selama 4 bulan. Banyak kasus yang terjadi di Provinsi Banten merupakan salah satu kejadian yang diluar rencana pengawas tenaga kerja Provinsi Banten atau kejadian diluar agenda seperti Kasus yang terjadi di Perusahaan Briket adalah banyaknya karyawan yang melalaikan bahkan tidak memperhatikan keselamatan diri yaitu adanya karyawan yang tidak memakai Alat Pelindung Diri sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan briket sangatlah berbahaya, bisa menyebabkan sakit kepala dan gangguan pernapasan. Sedikitnya Pengawas Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dari 15 ribu perusahaan agar pintar mengatur dan mengawas banyaknya perusahaan dikarenakan butuh 5 tahun agar terselesaikan pengawasan disetiap perusahan yang ada di provinsi Banten, dan bisa terjadi penambahan perusahaan bisa bertambah jumlahnya. Data 15 ribu mulai dari jumlah tenaga kerja 10 orang sudah terkena Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang 63

ketenagkerjaan, baik curriculum vite atupun operasi ini bicara ketenagakerjaan. 8 Banyak juga pelanggaran yang terjadi di provinsi banten diantaranya perusahaan yang terletak di Kosambi, masyarakat menyebut pabrik mercon yang letaknya di kosambi pihak Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten sudah eksekusi ke lapangan dari pihak Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten mempunyai norma ketenagakerjaan yang bersifat rutin ada juga norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diawasi oleh pengwas spesialis, proses pengawas spesialis yaitu setelah mengikuti diklat maka bisa disebut pengawas spesialis. Dari pengawas spesialis dibagi menjadi beberapa bagian yaitu pengawas spesialis kebakaran, pengawas sesialis angkat angkut, spesialis listrik, spesialis bejana tekan pegawai spesialis ini ada di Keselamtan dan Kesehatan Kerja. Pegawai spesialis merupakan bagian dari 72 orang pengawas dan rangkap. Berawal dari kasus salah satu perusahaan di Kosambi sudah memuat pemetaan seperti daerah mana saja yang harus dipantau dan diwaspadai. Perusahaan di Kosambi setelah pemeriksaan ternyata Keselamatan dan kesehatan kerjanya tidak berjalan. Perusahaan yang dikatakan bagus merupakan perusahaan yang ada dizona kawasan industry seperti cilegon, moderline, kayu manis yang terletak ditangerang apabila di zona industri itu aman dan terjadi kebakaran dikarnakan sudah tersedia sistem integral sudah ada alarm dan keluar air. Perusaahaan yang bermasalah apabila suatu perusahaan yang lokasinya bukan di zona kawasan industri, seperti di pendesaan dan di tengah tengah bahkan berdampingan dengan masyarakat itu yang jadi masalah seperti Perusahaan Mercon yang terletak ditengah-tengah pemukiman masyarakat. Setelah terjadinya kecelakaan kerja akhirnya pihak Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten melakukan sosialisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dikosambi. Didalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 dijelaskan keselamatan dan kesehatan kerja dan

8 Interview Pribad I dengan Edi Pengawas Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, Tanggal 17 Januari 2018 64

keputusan tenaga kerja Nomor 186 dan 187 Tentang penanggulangan bahan kimia dan kebakaran ditempat kerja. Undang-Undang Nomor 1 Tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa Perusahaan harus dan mewajibkan menyediakan ahli Keselamatan dan Kesehatan kerja dari pihak tenaga kerja yang dididik dan dilatih tengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pihak Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten setiap tahun mengadakan penilaian Zero Accident dengan sistem Triwulan yang dihitung dari tahun 2017 sampai akhir Desember 2018, perusahaan yang tidak pernah terjadi kecelakaan sekecil apapun akan mendapatkan Reward tingkat gubernur bahkan tingkat internasional. Salah satu syarat untuk mendirikan perusahaan merupakan harus mempunyai ahli K3 seperti orang-orang karyawan yang sudah dididik dilatih tentang k3 itu wajib hukumnya. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMk3) dimana setiap tahun kita sering mengadakan semacam penilaian Zero Accident (tidak adanya kecelakaan), misalkan bulan januari sampai maret 2018 adalah bulan k3 mulai menilinya dari tahun kemaren sampai desember 2017, perusahaan yang sama sekali tidak terjadi kecelakaan yang diawasi langsung dengan pengawas penghargaan akan ditarik sampai tingkat gubernur bisa jadi apabila terus bagus akan di tarik sampai tingkat nasional ada timnya dari kita setiap pengawas ada setiap dari tugas rutin ada yang berkewajiban untuk penilaian Zero Accident selama setahun tapi bisa juga ada rekayasa dari pihak perusahaan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten mengatur bahwa setiap perusahaan harus terpacu dan tunduk pada undang-undang nomor 7 thun 1981 tentang wajib lapor bahwa setiap perusahan harus melaporkan keberadaan ke Dinas Tenaga Kerja seperti bagaimana sistem k3 di perusahaannya, dimana harus menyerahkan laporan setiap 3 bulan sekali harus melporkan ke Dinas Tenaga Kerja. Seperti PT. Panca Buana dimana pengawas yang setiap memeriksa bahwa kawasan pergudangan awal ijin masih dikabupaten sekrang sudah ke Provinsi dan sudah turun rekomendasi seharusnya dari dinas penanaman modal dan amdal memberikan rekomendasi ke Dinas Tenaga Kerja 65

Kabupaten Tangerang bahwa dinyatakan salah satu prasyarat untuk ijin mendirikan perusahaan, sempat ada saling melempar antara Kabupaten dan Provinsi.9 Prinsip Pengawas Ketenagakerjaan merupakan fungsi Negara, berorentasi pada pendekatan pencegahan.

9Interview Pribadi dengan Winarno Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten, Tanggal 17 Januari 2018 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan ysng sudah dikemukakan di bab-bab sebelumnya, dengan ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Implementasi Keselamatan Kerja pada Perusahaan Briket di Provinsi Banten. Undang-Undang Nomor 1 Tahun1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur mengenai perlindugan tenaga kerja dalam memperoleh jaminan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 86 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dengan tegas mengatur bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Sehingga setiap tenaga kerja yang berkerja bersinggungan dengan potensi bahaya harus dijamin keselamatan dan kesehatan kerja (K3Perusahaan sektor briket belum sepenuhnya menerapkan kebijakan dalam perlindungan tenaga kerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, pengendalian potensi bahaya yang dilakukan perusahaan sektor briket ini seharusnya menggunakan alat pelindung diri saat bekerja seperti topi, masker dan alat lainnya, tetapi pada lapangan para tenaga kerja tidak memakai masker saat penjemuran briket. 2. Fungsi kontrol pengawas tenaga kerja pada Perusahaan Briket di Provinsi Banten Pengawas Dinas Tenagakerja Provinsi Banten melakukan pengecekan sebagai pejabat fungsional. jumlah pengawas 72 orang yang harus menyusun rencana kerja sebanyak 15 ribu lebih perusahaan yang ada di provinsi banten, dalam satu bulan, satu orang harus melakukan pemeriksaan di lima perushaan. Pengawas tenaga kerja Provinsi Banten tidak hanya melakukan pemeriksaan di setiap perusahaan, ada penambahan kerja seperti pembinaan dimana setiap orang harus

66 67

melakukan 8 kali minimal. Dapat diartikan dengan jumlah 73 pengawas dengan target 4500 perusahaan dari 1500 perusahaan diprovinsi banten merupakan tugas rutin yang sudah direncanakan untuk melakukan pembinaan. B. Rekomendasi Keselamatan dan kesehatan kerja adalah tanggung jawab bersama antara karyawan dan perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak akan terwujud tanpa didukung oleh semua pihak dan dari hasil penelitian dengan judul Penegakan Hukum Keselamatan Kerja Sektor Perusahaan Briket Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi Banten, maka penelitian memberikan beberapa saran dalam rangka penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan sektor briket diantaranya: 1. Implementasi Keselamatan Kerja pada Perusahaan Briket di Provinsi Banten. a. Perusahaan hendaknya memberikan sosialisasi ataupun pelatihan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada seluruh karyawan khususnya pada karyawan yang bekerja dilokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi, pemberian sanksi tegas terhadap karywan yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri, pemasangan poster atau slogan tentang keselamtan dan kesehatan kerja untuk penggunaan Alat Pelindung Diri. 2. Fungsi kontrol pengawas tenaga kerja pada Perusahaan Briket di Provinsi Banten Pengawasan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten untuk meningkatkan pengawasan Keselamatan dan kesehatan kerja terhadap perusahaan yang berada di Provinsi Banten agar terkurangnya kecelakaan kerja yang terjadi. Peran kantor tenaga kerja dan transmigrasi dalam menyikapi adanya pelanggaran terhadap perlindungan tenaga kerja pada perusahaan, apabila ada pelanggaran, maka dilakukannya dengan langkah – langkah sebagai berikut: 68

a. Diadakan penelitian atas kebenaran tindak pelanggaran tersebut Meminta keterangan dan barang bukti b. Melakukan pemeriksaan dan jika di pandang perlu memdapatkan penyitaan barang bukti. c. Perusahaan hendaknya di relokasi, dikarenakan mengganggu aktivitas masyarakat. Pada dasarnya pendirian perusahaan harusnya dikawasan industri bukan di tengah-tengah lingkungan masyarakat. d. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan kerja sebagai rujukan utama regulasi-regulasi terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja harus di revisi karena sudah berumur 47 tahun, harus adanya penyesuaian dengan perkembangan industri.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU ATAU JURNAL Agusmidah, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) Asiki Zainal, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta:Raja Wali Pres, 2010) Afatiah Iis, “Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam”, (Diakses melalui RepositoriUIN) Darwin Prints, Hukum Ketenaga Kerjaan Indonesia Buku (Pegangan Kerja Untuk Mempertahankan Hak-haknya), Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994 Data Jumlah Pengawas, dokumen dalam bentuk hard file yang diberikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi Banten, 17 Januari 2018 Dinas Ketenagakerjaan dan Tranmigrasi Provinsi Bnaten, Visi Dan Misi Disnakertrans Provinsi Banten Fakultas Syariah Dan Hukum, pedoman penulisan skripsi, (Jakarta: FSH, 2017) Husni Lalu, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007) Interview Pribadi dengan Winarno Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten, Tanggal 17 Januari 2018 Interview Pribad I dengan Edi Pengawas Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, Tanggal 17 Januari 2018 Interview Pribadi dengan Muhammad Hasbi Wibowo Tenaga Kerja PT Gooyang Sam Won, Selasa Tanggal 8 Mei 2018 Interview Pribadi dengan Tuah Tenaga Kerja PT Gooyang Sam Won, Selasa Tanggal 8 Mei 2018 Interview Pribadi dengan Aliyah Tenaga Kerja PT Gooyang Sam Won, Selasa Tanggal 8 Mei 2018 Jurdi Fajlurrahman, Logika Hukum, (Jakarta: PT. Karisma Putra Utama, 2017). Kriyantono Rachmat, Teknik Peraktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media, 2009) Mulya Nandang Santoso, ”Tanya Jawab Pengantar Hukum Perburuhan”, (Bandung: Armico, 1981). Manulang Sedjun, Pokok-pokok Ketenagakerjaan Indonesia, Penerbit Rinek Cipta, Jakarta, 1987

69 70

M. Syamsudi, Operasionalisasi Penelitian Hukum (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2007) Pramono Hari, Hubungan Kerja Antara Majikan dan Buruh, Cetakan Pertama, Penerbit Bina Aksara, jakrta 1987 Rahman Abdul Budiono, “Hukum Perburuhan di Indonesia” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), cet ke-3. Supomo Imam, “Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja”., (Perlindungan Buruh), (Jakarta: Pradnya Paramita), cet. Ke-4 Supomo Imam, “Hukum Perburuhan Undang-undang dan Peraturan- peraturan”, (Jakarta: Djambatan, 1994) Soepomo Iman, Pengantr Hukum Perburuhan. Mendalami Hukum Perburuhan Soekanto,Soerjono Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2014) Sugiyono, metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2005) Suma’mur, “Higene Perusahaan dan kesehatan kerja”, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1984), cet ke-4. Suma’mur , “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan”., (Jakarta: Haji Masagung, 1981) Sunggono Bambang, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012) Wahab Agusfian, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Wali Press, 2010) Wijayanti Asri, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013). Wilson Bangun, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

INTERNET ATAU WEBSITE http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-8937-6507040611- Chapter1.pdf akses 17 Desember 2017 Pkl. 21.08 http://www.beritasatu.com/nasional/143234-ancaman-kecelakaan-kerja- diindonesia-masih-tinggi.html akses 17 Desember 2017 . Pkl. 21.18 http://bantenraya.com/metropolis/13193-pengawasan-pemkot-serang-lemah Akses 18 Desember 2017 Pkl. 09.18 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar.1; Briket

Gambar.2.”: Pemisahan

Gambar.3.: Alat Pelindung Diri

Gambar.4.: Pengeringan

Gambar.5.: Penjemuran

Gambar.5: Pembungkusan