JENIS - JENIS MAKROZOOBENTOS YANG TERDAPAT DI HUTAN MANGROVE PANTAI MALIGI KABUPATEN PASAMAN BARAT

ARTIKEL ILMIAH

MAIRITA LESTARI

NIM : 11010108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

JENIS – JENIS MAKROZOOBENTOS YANG TERDAPAT DI HUTAN MANGROVE PANTAI MALIGI KABUPATEN PASAMAN BARAT

Mairita Lestari*, Ismed Wahidi *, Abizar * * Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

Macrozoobenthos is one of group in benthic macro sized, life in the bottom waters, sessile life, crawling or digging holes. Macrozoobenthos almost was found in all types of waters including Mangroves forest. Mangroves forest are located in a few regencies, West Sumatera. One of them is Mangroves forest which is in Maligi Beach, West Pasaman. The purpose of research is to know kinds of Macrozoobenthos related chemical physical factors of Mangroves forest waters at Maligi Beach, West Pasaman. This research was done in August until September 2015 by descriptive survey method. In this research is found 11 kinds of Macrozoobenthos consist of 11 , eight Genus, three Family, three Ordo, two Class and one Filum with 295 Individuals, each species is Telescopium telescopium, Terebralia palustris, turrita, Neritina sp., Neritodryas dubia, Cerithidea cingulata, Cerithidea quadrata, Faunus ater, Nerita picea, Neritina natalensis and Polymesoda bengalensis. Chemical physical factor of waters is gotten that water temperature ranges between 28 – 30 oC, pH – 7, substance of substrate C organic ranges between 1,8 – 3,65 % and Dissolved Oxygent ranges between 6,43 – 7,11 mg/L.

Keywords : Macrozoobenthos, Mangroves

PENDAHULUAN dimakan oleh pemakan daun, dan selebihnya masuk kedalam sistem aliran energi sebagai Bentos merupakan organisme yang bahan pelapukan atau bahan organik yang mati. melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup Kemudian menurut Saparinto (2007) ketika di dasar endapan, ada yang pemakan penyaring gugur ke permukaan substrat, serasah yang (seperti kerang) dan ada yang pemakan deposit banyak mengandung unsur hara tersebut tidak (seperti siput) (Odum, 1971). Semula Bentos langsung mengalami pelapukan atau hanya digolongkan sebagai Fitobentos dan pembusukan oleh Mikroorganisme, tetapi Zoobentos, tetapi Hutchinson (1976) dalam memerlukan bantuan hewan-hewan yang Fachrul (2006) menggolongkan Bentos disebut Makrozoobentos, dalam hal ini berdasarkan ukurannya, yaitu Bentos Makrozoobentos berperan dalam mikroskopis atau dikenal dengan sebutan keberlangsungan aliran energi ekosistem hutan Mikrobentos, dan Makrobentos yang berukuran Mangrove dan penyedia hara bagi pohon- lebih besar. pohon Mangrove maupun bagi Makrozoobentos memiliki hubungan yang Makrozoobentos itu sendiri. erat dengan ekosistem hutan mangrove. Berdasarkan wawancara dengan warga Menurut Saparinto (2007) mangrove adalah sekitar hutan mangrove dan hasil observasi, vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis diketahui bahwa Kawasan hutan mangrove pasang surut, tumbuhan yang hidup diantara pantai Maligi berbatasan langsung dengan laut dan daratan, sehingga hutan mangrove pemukiman penduduk dan berada dekat dengan dinamakan juga hutan pasang. Keberadaan lahan kebun masyarakat sekitar. Penduduk biota Makrozoobentos di area hutan mangrove yang berada di kawasan ini sebagian besar memiliki peranan yang penting, yakni sebagai membuang sampah rumah tangga, bahkan pengurai serasah (daun-daun) yang menumpuk sampah kebun mereka ke kawasan hutan ini. di area hutan mangrove, karena seperti yang Sampah yang dibuang tersebut kebanyakan dikatakan oleh Anwar (1984), daun-daun yang berupa sampah anorganik seperti sampah- menumpuk tersebut kira-kira hanya 7% yang sampah plastik yang mengendap. Selain itu ada beberapa bagian hutan Mangrove yang sudah kertas pH indikator dan termometer alkohol, ditebang untuk diambil kayunya. sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Sampah anorganik yang mengendap larutan MnSo4 dan larutan NaOH (dalam KI). tersebut merupakan bahan pencemar yang Penelitian ini dilakukan dengan metode akan menimbulkan dampak negatif terhadap survey deskriptif. Pengambilan sampel pada ekosistem dan biota pesisir dan lautan termasuk masing-masing stasiun dilakukan secara di dalamnya ekosistem mangrove. Bahan purposive random sampling. Stasiun satu, pencemar akan menutupi biota pesisir dan laut yakni bagian hutan mangrove yang dekat terutama yang hidup di dasar perairan (bentos), dengan pemukiman masyarakat. Stasiun dua, Dahuri (2003) dalam Kordi (2012). Dari sini merupakan bagian hutan mangrove yang dekat dapat dilihat bahwasannya keadaan yang dengan lahan kebun warga, dan stasiun tiga seperti ini akan mempengaruhi keadaan yaitu hutan mangrove yang sudah ditebang. substrat hutan mangrove yang ada dan akan Jarak antara stasiun 1 dengan stasiun 2 adalah berpengaruh juga terhadap keberadaan hewan- ± 300 meter, sedangkan jarak antara stasiun 2 hewan Makrozoobentos, karena menurut dengan stasiun 3 adalah ± 1000 meter. Anwar (1984) penyebaran fauna makro Pengambilan sampel dilakukan dengan dipengaruhi oleh substrat. menggunakan petakan kuadrat yang terbuat Pantai Maligi memiliki wilayah laut yang dari kayu dengan ukuran 30 x 30 cm dan cukup luas dan potensi perikanan yang cukup diletakkan pada setiap stasiun sesuai dengan besar, namun saat ini informasi sumber daya zona yang telah ditentukan. Sampel di ambil kelautan di perairan pantai Maligi kabupaten dengan cara menggali substrat sedalam 15 cm Pasaman Barat sangat sedikit dan terbatas. pada saat pasang surut air laut. Kemudian Kebanyakan masyarakat kurang sampel ditampung dengan ember lalu di memperhatikan keberadaan hewan-hewan masukkan ke dalam kantung plastik dan diberi Makrozoobentos yang berada di sekitar label. Setelah itu sampel dibersihkan dan perairan ini, khususnya pada kawasan hutan dimasukkan kedalam botol sampel lalu diberi mangrove, padahal seperti yang kita ketahui alkohol 70 %. Makrozoobentos merupakan biota mangrove Identifikasi sampel dilakukan di yang saling berpengaruh dengan vegetasi hutan laboratorium Zoologi Pendidikan Biologi mangrove dan keberadaannya perlu pelestarian. STKIP PGRI Sumatera Barat. Menyadari akan hal ini dan semua uraian Pengidentifikasian dilakukan sampai kepada diatas, maka telah dilakukan penelitian tentang tingkat spesies berdasarkan bentuk morfologi jenis-jenis Makrozoobentos yang terdapat di dari Makrozoobentos dengan berpedoman hutan mangrove Pantai Maligi kabupaten kepada buku-buku literatur atau buku acuan Pasaman Barat. dan jurnal yaitu karangan Carpenter dan Niem (1998), Abbott dan Dance (2000), Roberts, BAHAN DAN METODE Soemodihardjo dan Kastoro (1982) dan Oemarjati dan Wardhana (1990). Penelitian dilaksanakan pada Agustus sampai dengan September 2015 di hutan HASIL DAN PEMBAHASAN Mangrove Pantai Maligi Kabupaten Pasaman Barat. Alat-alat yang dibutuhkan dalam Berdasarkan penelitian yang telah penelitian ini adalah meteran, petakan kuadrat dilakukan maka didapatkan jenis dari kayu, ayakan tepung, gunting, karet Makrozoobentos yang terdiri dari satu Filum gelang, kertas label, tissue, sekop, ember, Moluska, dua Kelas, tiga Ordo, tiga Familia, kantung plastik, sarung tangan, pipet tetes, delapan Genus dan 11 Spesies. Secara lebih botol sampel air, botol sampel, Caliper, baki, rinci jenis - jenis tersebut dapat dilihat pada kamera digital, buku identifikasi, alat tulis, Tabel berikut ini:

Jenis-jenis Makrozoobentos Yang Terdapat Di Hutan Mangrove Pantai Maligi Kabupaten Pasaman Barat Familia Genus Spesies Stasiun JI I II III 1. Faunus 1. Faunus ater Linnaeus 2 1 2 5 2. Telescopium 2. Telescopium telescopium Linnaeus 15 6 16 37 1. Potamididae 3. Terebralia 3. Terebralia palustris Linnaeus 9 2 2 13 4. Cerithidea 4. Cerithidea cingulata Gmelin 22 12 105 139 5. Cerithidea quadrata Sowerby 0 8 0 8 5. Neritina 6. Neritina sp. 0 1 0 1 7. Neritina turrita Gmelin 27 17 10 54 8. Neritina natalensis Reeve 0 2 0 2 2. 6. Nerita 9. Nerita picea Recluz 6 6 0 12 7. Neritodryas 10. Neritodryas dubia Gmelin 3 0 0 3 3. Curbiculidae 8. Polymesoda 11. Polymesoda bengalensis Lamarck 6 13 2 21 Jumlah 90 68 137 295 Keterangan : JI = Jumlah Individu

Hasil Pengukuran Faktor Fisika Kimia Perairan Hutan Mangrove Pantai Maligi

Stasiun Suhu pH Kandungan C D. O Air (oC) Organik Substrat (mg/L) (%) 1 28 7 3, 65 6,77 2 28 7 3,6 7,11 3 30 7 1,8 6,43

Makrozoobentos yang ditemukan palustris, Neritina turrita, Cerithidea pada ke tiga stasiun penelitian berjumlah 11 cingulata, Faunus ater, Neritina natalensis jenis, yaitu Telescopium telescopium, dan Polymesoda bengalensis, sedangkan Terebralia palustris, Neritina turrita, pada stasiun dua dan tiga juga terdapat jenis- Neritina sp., Neritodryas dubia, Cerithidea jenis tersebut, kemudian Neritodryas dubia cingulata, Cerithidea quadrata, Faunus pada stasiun dua dan tiga tidak ditemukan, ater, Nerita picea, Neritina natalensis dan sedangkan pada stasiun satu ditemukan. Polymesoda bengalensis. Jenis - jenis Kemudian Neritina sp., Cerithidea quadrata Makrozoobentos tersebut sebagian besar dan Nerita picea ditemukan pada stasiun merupakan kelas . Menurut dua, sedangkan pada stasiun satu dan stasiun Anwar (1984) pantai hutan mangrove tiga tidak ditemukan. Perbedaan tersebut dikuasai oleh Gastropoda (siput) dan diduga disebabkan oleh adanya beberapa kepiting. Penguasaan oleh siput dan kepiting spesies yang tergolong spesies pengunjung. sebagian besar di sebabkan oleh keadaan Beberapa spesies tersebut adalah Neritina hutan mangrove yang unik, dimana siput dan sp., Nerita picea, Neritina turrita dan kepiting tersebut telah menyesuaikan diri. Neritodryas dubia yang merupakan spesies Kebanyakan hewan laut yang lain tidak yang jarang ditemukan pada stasiun tahan terhadap keadaan pasang surut karena penelitian. Hal ini disebabkan oleh habitat hewan-hewan tersebut cepat mengering, spesies tersebut yang tidak tetap. Menurut tidak dapat bernafas di udara dan banyak Budiman (1991), Neritina sp., Neritina diantaranya yang hanya dapat memakan picea, Neritina turrita dan Neritodryas makanan yang terbawa air, sedangkan siput dubia merupakan kelompok Gastropoda dan kepiting memiliki kulit yang kedap air pengunjung yang mana kehadirannya dalam yang berfungsi sebagai pembatas, banyak ekosistem mangrove disebabkan oleh diantaranya yang bernafas melalui udara, terbawa arus karena ekosistem tempat kemudian banyak diantara hewan ini yang hidupnya berbatasan langsung dengan memakan bahan organik dalam tanah. ekosistem mangrove. Pada stasiun satu terdapat Dari 11 jenis spesies Makrozoobentos Telescopium telescopium, Terebralia yang ada di hutan mangrove pantai Maligi, Cerithidea cingulata merupakan spesies Cerithidea cingulata, Cerithidea quadrata, yang paling banyak ditemukan. Hal ini Faunus ater dan Polymesoda bengalensis. disebabkan oleh keadaan hutan mangrove yang berlumpur dan habitat yang seperti ini Kesimpulan merupakan habitat yang paling sesuai Spesies Makrozoobentos di hutan dengan kehidupan Cerithidea cingulata mangrove pantai Maligi kabupaten Pasaman sehingga jumlahnya berlimpah. Menurut Barat adalah : 11 spesies Makrozoobentos, Carpenter dan Niem (1998), Cerithidea yang terdiri dari delapan Genus, tiga cingulata memang banyak di temukan pada Familia, tiga Ordo, dua Kelas dan satu Filum hutan mangrove, kira-kira 500 individu per dengan jumlah individu yang didapatkan meter persegi dan biasanya hidup diatas 295. lapisan lumpur yang berair. Adanya spesies yang mendominasi ini menunjukkan bahwa Saran terdapat pengaruh pencemaran lingkungan Diharapkan dilakukan penelitian hutan mangrove terhadap jenis lanjutan mengenai komposisi jenis Makrozoobentos. Menurut Sastrawijaya Makrozoobentos yang terdapat di hutan (1991) banyaknya bahan pencemar dalam mangrove pantai Maligi kabupaten Pasaman suatu perairan dapat memberikan pengaruh Barat. terhadap organisme perairan, yaitu dapat membunuh spesies tertentu dan sebaliknya DAFTAR PUSTAKA dapat mendukung perkembangan spesies lain. Jadi bila air tercemar ada kemungkinan Abbott, R. T., Dance, S.P. 2000. terjadi pergeseran dari jumlah spesies yang Compendium Of Seasheslls. banyak dengan komposisi yang sedang Beijing: Odyssey Publishing. menjadi jumlah spesies yang sedikit tetapi Anwar, J. 1984. Ekologi Ekosistem populasinya tinggi. Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Masing – masing spesies Mada University Press. Makrozoobentos yang didapatkan memiliki Budiman, A. 1991. Penelaahan Beberapa ciri-ciri yang tidak jauh berbeda. Hal ini Gatra Ekologi Moluska Bakau terlihat dari hasil pengamatan morfologi Indonesia. Jurnal Disertasi yang didapatkan, diantaranya adalah tipe Universitas Indonesia, Vol XXII operkulum yang multispiral, ini terdapat Halaman 1. Tanggal Akses 5 pada Faunus ater, Telescopium telescopium Oktober 2015. dan Terebralia palustris. Kemudian tipe Carpenter, K.E., Niem, V.H. 1998. The operkulum paucispiral, tipe ini terdapat pada Living Marine Resources Of The spesies Neritina turrita, Neritina natalensis, Western Central Pacific. Roma : Cerithidea cingulata, Cerithidea quadrata, FAO Of The United Nations. Nerita picea, Neritina sp. dan Neritodryas Fachrul, M. F. 2006. Metode Sampling dubia. Kemudian tipe cangkang yang Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. turreted dan tipe spherical, tipe cangkang Kordi K, M.G.H. 2012. Ekosistem turreted terdapat pada spesies Faunus ater, Mangrove Potensi, Fungsi, Dan Cerithidea cingulata, Cerithidea quadrata, Pengelolaan. Jakarta: Rineka Telescopium telescopium dan Terebralia Cipta. palustris. Sedangkan tipe cangkang Odum, E.P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi spherical terdapat pada spesies Neritina Edisi Ketiga.Yogyakarta: Gajah turrita, Neritina natalensis, Neritina sp., Mada University Press. Nerita picea dan Neritodryas dubia. Oemarjati, B.S., Wardhana, W. 1990. Menurut Carpenter dan Niem Taksonomi Avertebrata Pengantar (1998), spesies Makrozoobentos ini banyak Praktikum Laboratorium. Jakarta: ditemukan di hutan mangrove yang Universitas Indonesia Press. berlumpur, dan pada umumnya di areal Roberts, D., Soemodihardjo, S., Kastoro, W. kostal air payau Indo-Pasifik barat. Beberapa 1982. Shallow Water Marine contoh terlihat pada Telescopium Molluscs Of North- West Java. telescopium, Terebralia palustris, Jakarta: Lembaga Oseonologi LIPI. Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Saparinto, C. 2007. Ekosistem Mangrove. Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. Semarang: Dahara Prize.