Bab Iii Identifikasi Data
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Wedangan 1. Pengertian Wedangan Wedangan berasal dari sebuah kata berbahasa Jawa “wedang” yang berarti minuman. Wedangan sendiri dapat berarti suatu tempat makan sederhana yang buka pada malam hari dimana kita bisa menikmati berbagai macam makanan dan minuman sambil duduk bersantai untuk sekedar menikmati suasana yang ada atau bahkan bersosialisasi kepada sesama warga. Wedangan atau angkringan atau HIK (Hidangan Istimewa ala Kampung) sangat familiar dan populer di Jawa Tengah khususnya di Yogya dan Solo. Wedangan pada umumnya adalah sebuah gerobak dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasa terdapat di setiap pinggir ruas jalan di Solo. Gerobak wedangan biasa ditutupi dengan kain terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8-10 oramg pembeli. Walaupun sekarang, wedangan sudah mulai berkembang dengan menambahkan tikar-tikar di sekitar gerobak untuk menambah kapasitas pengunjung. Wedangan mulai buka dari sore hari sampai dini hari. Salah satu ciri khas dari wedangan adalah penggunaan alat penerangan tradisional yaitu senthir atau teplok. Selain itu, penerangan wedangan juga dibantu oleh terangnya lampucommit jalan. to user 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 36. Bentuk wedangan pada umumnya di Solo Sumber : amk-solothespiritofjava.blogspot.com Wedangan mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumennya, yaitu harga yang terjangkau dan suasana yang penuh dengan keakraban. Hal ini disebabkan karena wedangan merupakan tempat yang egaliter karena variasi konsumen yang datang tanpa membeda-bedakan strata sosial atau SARA. Pertukaran informasi dan proses komunikasi pun dapat terus berjalan meskipun tak saling kenal. Hal itulah yang membuat wedangan menjadi tempat yang populer di kehidupan masyarakat Solo sebagai tempat persinggahan untuk mengusir lapar atau sekedar melepas lelah. 2. Sejarah Wedangan Wedangan atau sering disebut HIK di Solo, mempunyai sejarah panjang yang tak bisa dilepaskan dari sejarah angkringan di Yogyakarta. Hal itu disebabkan wedangan di Solo merupakan salah satu bentuk perkembangan dari angkricommitngan di toYogyakarta. user 56 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sejarah angkringan di Yogya adalah sebuah cerminan dari perjuangan salah seorang masyarakat dalam menaklukan kemiskinan. di Yogya dipelopori oleh seorang pendatang dari Cawas, Angkringan Klaten pada tahun 1950an. Cawas yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Klaten, Jawa Tengah merupakan daerah tandus terutama di musim kemarau. Tidak adanya lahan subur yang bisa diandalkan untuk menyambung hidup, membuat Mbah Pairo mengadu nasib ke kota, tepatnya kota Yogyakarta. Berbeda dengan angkringan saat ini yang memakai grobak, diawal kemunculannya angkringan menggunakan pikulan. Bertempat di emplasemen Stasiun Tugu Yogyakarta, Mbah Pairo menggelar dagangannya. Pada masa Mbah Pairo berjualan, angkringan dikenal dengan sebutan ting-ting HIK. Hal ini disebabkan karena cara Mbah Pairo yang berteriak “Hiiiik..iyeek” saat menjajakan dagangannya. Istilah HIK sering diartikan sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Sebutan HIK sendiri masih bisa ditemui di Solo hingga saat ini, sedangkan untuk di Yogya istilah angkringan lebih populer dikalangan masyarakatnya. (ikiangkringan.blogspot.com). 3. Menu yang Umum Terdapat di Wedangan Wedangan pada umumnya mempunyai beberapa jenis sajian menu yang sama antara satu dan yang lainnya. Jenis menu itulah yang menjadi ciri khas dari sebuah wedangan. Di bawah ini adalah beberapa menu yang umum terdapat di wedangan : commit to user 57 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Nasi Bungkus. Menu ini mungkin lebih populer di kalangan masyarakat dengan sebutan atau nasi kucing. Ini adalah menu yang “sega kucing” paling umum ditemui di wedangan. Karena disajikan dalam porsi yang (sangat) sedikit, seperti menu untuk pakan kucing, maka menu ini disebut sega kucing. Nasi bungkus ini terdiri dari jenis lauk (yang ada di dalamnya) yang bermacam-macam, seperti : bandeng dan sambal, oseng-oseng, teri dan daging terik. Gambar 37. Nasi kucing yang paling populer di wedangan Sumber : allaboutinude.blogspot.com b. Sate Usus Sate usus terbuat dari usus ayam. Merupakan salah satu lauk pendamping nasi yang cukup difavoritkan di wedangan. Hal itu dikarenakan sate usus mempunyai rasa yang unik, yaitu gurih dan terasa sedikit manis. commit to user 58 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 38. Sate usus Sumber : diahdidi.blogspot.com c. Sate Telur Puyuh Salah satu menu pendamping nasi yang disukai oleh banyak orang. Terbuat dari telur burung puyuh yang telah dipindang dan ditusuk seperti sate. Biasanya terdapat 4-5 butir telur puyuh dalam satu tusukan. Gambar 39. Sate telur puyuh Sumber : warungkagetan.blogspot.com commit to user 59 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Sate Uritan Sate uritan terbuat dari bakal telur ayam yang belum jadi. Rasanya yang gurih dan khas menjadikan menu pendamping nasi ini sebagai yang terfavorit dan selalu ada di setiap wedangan. Gambar 40. Sate uritan Sumber : foodspoting.com e. Sate Babat Sesuai dengan namanya, sate ini terbuat dari babat. Babat sendiri adalah daging yang berasal dari lambung hewan, biasanya sapi, yang diolah sebagai lauk atau sebagai bagian dari masakan lain. Gambar 41. Sate babat commitSumber to : userdokumentasi pribadi 60 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id f. Sate Kikil Sate kikil adalah makanan berbentuk sate yang terbuat dari bagian kulit binatang yang direbus dalam waktu yang lama sehingga menjadi berbentuk gel. Mempunyai tekstur yang kenyal dan rasa yang gurih. Gambar 42. Sate kikil Sumber : eatilldrop.blogspot.com g. Burung Puyuh Bakar Di dalam wedangan, menu yang satu ini dianggap sebagai pengganti ayam. Burung puyuh, tak hanya dimanfaakan telurnya saja. Daging burung puyuh yang telah dibumbui dan dibakar juga menjadi salah satu menu andalan di wedangan. Gambar 43. Burung puyuh bakar commit to user Sumber : wisata.kompasiana.com 61 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id h. Gorengan Gorengan menjadi salah satu menu yang wajib ada di wedangan sebagai salah satu pendamping untuk menyantap sega kucing. Gorengan disini terdiri dari banyak jenis, antara lain yang umum terdapat di wedangan adalah tempe mendoan, tahu isi, bakwan, martabak dan tempe gembus. Gambar 44. Gorengan di wedangan Sumber : warungwedangan.com i. Tahu dan Tempe Bacem Tahu dan tempe bacem adalah salah satu olahan tempe dan tahu yang cukup populer di kalangan masyarakat. Tahu dan tempe bacem sangat digemari karena mempunyai rasa manis dan gurih yang sangat khas. Gambar 45. Tahu dan tempe bacem commit to user Sumber : daftarmasakan.blogspot.com 62 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id j. Es atau Wedang Teh Minuman yang satu ini adalah minuman yang biasa disajikan di . Teh telah menjadi kesukaan masyarakat sejak dulu kala. wedangan Teh bisa menjadi suatu ciri khas tersendiri bagi sebuah wedangan. Ramuan teh yang ginasthel (legi panas lan kentel) adalah favorit konsumen. Gambar 46. Wedang teh Sumber : kulinerkuliner.com k. Wedang Jahe Ciri khas wedangan yang lain adalah wedang jahe. Wedang yang beraroma jahe ini mampu menghangatkan tubuh. Tak jarang banyak konsumen wedangan yang datang hanya untuk menikmati kekhasan wedang jahe ini. Gambar 47. Wedang jahe commitSumber to :user wedhanguwuh.com 63 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Identifikasi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta 1. Sejarah berdirinya Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta Kota Surakarta selama ini dikenal sebagai salah satu kota pariwisata dan budaya. Hal tersebut tak lepas dari banyaknya obyek-obyek wisata yang di dalamnya terdapat peninggalan sejarah dan kebudayaan tradisional yang masih bertahan hingga sekarang. Untuk melestarikan kebudayaan tradisional, peninggalan sejarah dan obyek-obyek wisata yang ada, Pemda (Pemerintah daerah) dalam Rencana Induk Kota (RUK) masterplan 20 tahun Kodya Dati II Surakarta ditetapkan Perda No.5 tahun 1975 dan disahkan dengan Keputusan Mendagri No.412/1997, Kota Surakarta diarahkan menjadi Kota Budaya dan Pariwisata. Dalam rangka pengelolaan peninggalan sejarah dan obyek-obyek wisata di Surakarta, Dinas Pariwisata dengan keputusan Walikotamadya Dati II tanggal 31 Maret 1976 No.439/Kep. I/KP-76, yang untuk pengembangannya telah disempurnakan dengan keputusan Walikotamadya tanggal 31 Agustus 1980 No. 061.1/129/I/1980. Selanjutnya, dalam rangka persiapan penyerahan sebagian urusan Pemda Dati I Jawa Tengah dalam bidang pariwisata kepada Pemda Dati II berdasarkan Surat Gubernur kepala Dati I Jawa Tengah tanggal 9 Juli 1982 No. 556/13306 telah disempurnakan lagi pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pariwisata Kodya Dati II Surakarta yang commit to user 64 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id telah dituangkan dalam Keputusan Walikotamadya Dati II Surakarta tanggal 22 Januari 1983 No. 061.1/8/I/1983. Guna memberikan landasan bagi Pemda dalam mengelola urusan kepariwisataan, berdasarkan Perda Dati I Jawa Tengah No. 7/1984 tentang penyerahan sebagian urusan Pemda Dati I Jawa Tengah dalam bidang kepariwisataan dimaksud dalam sidang pleno DPRD Kodya Dati II Surakarta tanggal 17 September 1986 yang meliputi urusan-urusan obyek wisata, pariwisata khusus, rumah makan, penginapan, rekreasi, hiburan dan promosi pariwisata. Sebagai realisasi penerimaan penyerahan sebagian urusan Pemda Dati I Jawa Tengah di atas, maka dalam rangka meningkatkan kelancaran dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna, khususnya bidang