perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A. Identifikasi Wedangan

1. Pengertian Wedangan

Wedangan berasal dari sebuah kata berbahasa Jawa “wedang”

yang berarti minuman. Wedangan sendiri dapat berarti suatu tempat

makan sederhana yang buka pada malam hari dimana kita bisa menikmati

berbagai macam makanan dan minuman sambil duduk bersantai untuk

sekedar menikmati suasana yang ada atau bahkan bersosialisasi kepada

sesama warga. Wedangan atau angkringan atau HIK (Hidangan Istimewa

ala Kampung) sangat familiar dan populer di Jawa Tengah khususnya di

Yogya dan Solo.

Wedangan pada umumnya adalah sebuah gerobak dorong yang

menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasa terdapat di

setiap pinggir ruas jalan di Solo. Gerobak wedangan biasa ditutupi dengan

kain terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8-10 oramg pembeli.

Walaupun sekarang, wedangan sudah mulai berkembang dengan

menambahkan tikar-tikar di sekitar gerobak untuk menambah kapasitas

pengunjung. Wedangan mulai buka dari sore hari sampai dini hari. Salah

satu ciri khas dari wedangan adalah penggunaan alat penerangan

tradisional yaitu senthir atau teplok. Selain itu, penerangan wedangan juga

dibantu oleh terangnya lampucommit jalan. to user

55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 36. Bentuk wedangan pada umumnya di Solo

Sumber : amk-solothespiritofjava.blogspot.com

Wedangan mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumennya,

yaitu harga yang terjangkau dan suasana yang penuh dengan keakraban.

Hal ini disebabkan karena wedangan merupakan tempat yang egaliter

karena variasi konsumen yang datang tanpa membeda-bedakan strata

sosial atau SARA. Pertukaran informasi dan proses komunikasi pun dapat

terus berjalan meskipun tak saling kenal. Hal itulah yang membuat

wedangan menjadi tempat yang populer di kehidupan masyarakat Solo

sebagai tempat persinggahan untuk mengusir lapar atau sekedar melepas

lelah.

2. Sejarah Wedangan

Wedangan atau sering disebut HIK di Solo, mempunyai sejarah

panjang yang tak bisa dilepaskan dari sejarah angkringan di .

Hal itu disebabkan wedangan di Solo merupakan salah satu bentuk

perkembangan dari angkricommitngan di toYogyakarta. user

56 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sejarah angkringan di Yogya adalah sebuah cerminan dari

perjuangan salah seorang masyarakat dalam menaklukan kemiskinan.

di Yogya dipelopori oleh seorang pendatang dari Cawas, Angkringan

Klaten pada tahun 1950an. Cawas yang secara administratif termasuk ke

dalam wilayah Klaten, Jawa Tengah merupakan daerah tandus terutama di

musim kemarau. Tidak adanya lahan subur yang bisa diandalkan untuk

menyambung hidup, membuat Mbah Pairo mengadu nasib ke kota,

tepatnya kota Yogyakarta.

Berbeda dengan angkringan saat ini yang memakai grobak, diawal

kemunculannya angkringan menggunakan pikulan. Bertempat di

emplasemen Stasiun Tugu Yogyakarta, Mbah Pairo menggelar

dagangannya. Pada masa Mbah Pairo berjualan, angkringan dikenal

dengan sebutan ting-ting HIK. Hal ini disebabkan karena cara Mbah Pairo

yang berteriak “Hiiiik..iyeek” saat menjajakan dagangannya. Istilah HIK

sering diartikan sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Sebutan HIK

sendiri masih bisa ditemui di Solo hingga saat ini, sedangkan untuk di

Yogya istilah angkringan lebih populer dikalangan masyarakatnya.

(ikiangkringan.blogspot.com).

3. Menu yang Umum Terdapat di Wedangan

Wedangan pada umumnya mempunyai beberapa jenis sajian menu

yang sama antara satu dan yang lainnya. Jenis menu itulah yang menjadi

ciri khas dari sebuah wedangan. Di bawah ini adalah beberapa menu yang

umum terdapat di wedangan : commit to user

57 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Nasi Bungkus.

Menu ini mungkin lebih populer di kalangan masyarakat dengan

sebutan atau nasi kucing. Ini adalah menu yang “sega kucing”

paling umum ditemui di wedangan. Karena disajikan dalam porsi

yang (sangat) sedikit, seperti menu untuk pakan kucing, maka

menu ini disebut sega kucing. Nasi bungkus ini terdiri dari jenis

lauk (yang ada di dalamnya) yang bermacam-macam, seperti :

bandeng dan , oseng-oseng, teri dan daging terik.

Gambar 37. Nasi kucing yang paling populer di wedangan

Sumber : allaboutinude.blogspot.com

b. Sate Usus

Sate usus terbuat dari usus ayam. Merupakan salah satu lauk

pendamping nasi yang cukup difavoritkan di wedangan. Hal itu

dikarenakan sate usus mempunyai rasa yang unik, yaitu gurih dan

terasa sedikit manis.

commit to user

58 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 38. Sate usus

Sumber : diahdidi.blogspot.com c. Sate Telur Puyuh

Salah satu menu pendamping nasi yang disukai oleh banyak orang.

Terbuat dari telur burung puyuh yang telah dipindang dan ditusuk

seperti sate. Biasanya terdapat 4-5 butir telur puyuh dalam satu

tusukan.

Gambar 39. Sate telur puyuh

Sumber : warungkagetan.blogspot.com

commit to user

59 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Sate Uritan

Sate uritan terbuat dari bakal telur ayam yang belum jadi. Rasanya

yang gurih dan khas menjadikan menu pendamping nasi ini sebagai

yang terfavorit dan selalu ada di setiap wedangan.

Gambar 40. Sate uritan

Sumber : foodspoting.com e. Sate Babat

Sesuai dengan namanya, sate ini terbuat dari babat. Babat sendiri

adalah daging yang berasal dari lambung hewan, biasanya sapi,

yang diolah sebagai lauk atau sebagai bagian dari masakan lain.

Gambar 41. Sate babat

commitSumber to : userdokumentasi pribadi

60 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Sate Kikil

Sate kikil adalah makanan berbentuk sate yang terbuat dari bagian

kulit binatang yang direbus dalam waktu yang lama sehingga

menjadi berbentuk gel. Mempunyai tekstur yang kenyal dan rasa

yang gurih.

Gambar 42. Sate kikil

Sumber : eatilldrop.blogspot.com g. Burung Puyuh Bakar

Di dalam wedangan, menu yang satu ini dianggap sebagai

pengganti ayam. Burung puyuh, tak hanya dimanfaakan telurnya

saja. Daging burung puyuh yang telah dibumbui dan dibakar juga

menjadi salah satu menu andalan di wedangan.

Gambar 43. Burung puyuh bakar commit to user Sumber : wisata.kompasiana.com

61 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

h. Gorengan

Gorengan menjadi salah satu menu yang wajib ada di wedangan

sebagai salah satu pendamping untuk menyantap sega kucing.

Gorengan disini terdiri dari banyak jenis, antara lain yang umum

terdapat di wedangan adalah tempe , tahu isi, ,

martabak dan tempe gembus.

Gambar 44. Gorengan di wedangan

Sumber : warungwedangan.com

i. Tahu dan Tempe Bacem

Tahu dan tempe bacem adalah salah satu olahan tempe dan tahu

yang cukup populer di kalangan masyarakat. Tahu dan tempe

bacem sangat digemari karena mempunyai rasa manis dan gurih

yang sangat khas.

Gambar 45. Tahu dan tempe bacem commit to user Sumber : daftarmasakan.blogspot.com

62 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

j. Es atau Wedang Teh

Minuman yang satu ini adalah minuman yang biasa disajikan di

. Teh telah menjadi kesukaan masyarakat sejak dulu kala. wedangan

Teh bisa menjadi suatu ciri khas tersendiri bagi sebuah wedangan.

Ramuan teh yang ginasthel (legi panas lan kentel) adalah favorit

konsumen.

Gambar 46. Wedang teh

Sumber : kulinerkuliner.com

k. Wedang Jahe

Ciri khas wedangan yang lain adalah wedang jahe. Wedang yang

beraroma jahe ini mampu menghangatkan tubuh. Tak jarang

banyak konsumen wedangan yang datang hanya untuk menikmati

kekhasan wedang jahe ini.

Gambar 47. Wedang jahe

commitSumber to :user wedhanguwuh.com

63 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Identifikasi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya

1. Sejarah berdirinya Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

Kota Surakarta selama ini dikenal sebagai salah satu kota

pariwisata dan budaya. Hal tersebut tak lepas dari banyaknya obyek-obyek wisata yang di dalamnya terdapat peninggalan sejarah dan kebudayaan

tradisional yang masih bertahan hingga sekarang. Untuk melestarikan

kebudayaan tradisional, peninggalan sejarah dan obyek-obyek wisata yang

ada, Pemda (Pemerintah daerah) dalam Rencana Induk Kota (RUK)

masterplan 20 tahun Kodya Dati II Surakarta ditetapkan Perda No.5 tahun

1975 dan disahkan dengan Keputusan Mendagri No.412/1997, Kota

Surakarta diarahkan menjadi Kota Budaya dan Pariwisata.

Dalam rangka pengelolaan peninggalan sejarah dan obyek-obyek

wisata di Surakarta, Dinas Pariwisata dengan keputusan Walikotamadya

Dati II tanggal 31 Maret 1976 No.439/Kep. I/KP-76, yang untuk

pengembangannya telah disempurnakan dengan keputusan

Walikotamadya tanggal 31 Agustus 1980 No. 061.1/129/I/1980.

Selanjutnya, dalam rangka persiapan penyerahan sebagian urusan

Pemda Dati I Jawa Tengah dalam bidang pariwisata kepada Pemda Dati II

berdasarkan Surat Gubernur kepala Dati I Jawa Tengah tanggal 9 Juli

1982 No. 556/13306 telah disempurnakan lagi pembentukan, susunan

organisasi dan tata kerja Dinas Pariwisata Kodya Dati II Surakarta yang

commit to user

64 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

telah dituangkan dalam Keputusan Walikotamadya Dati II Surakarta

tanggal 22 Januari 1983 No. 061.1/8/I/1983.

Guna memberikan landasan bagi Pemda dalam mengelola urusan

kepariwisataan, berdasarkan Perda Dati I Jawa Tengah No. 7/1984 tentang

penyerahan sebagian urusan Pemda Dati I Jawa Tengah dalam bidang

kepariwisataan dimaksud dalam sidang pleno DPRD Kodya Dati II

Surakarta tanggal 17 September 1986 yang meliputi urusan-urusan obyek

wisata, pariwisata khusus, rumah makan, penginapan, rekreasi, hiburan

dan promosi pariwisata.

Sebagai realisasi penerimaan penyerahan sebagian urusan Pemda

Dati I Jawa Tengah di atas, maka dalam rangka meningkatkan kelancaran

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara berdaya

guna dan berhasil guna, khususnya bidang pariwisata dipandang perlu

kembali meninjau dan menetapkan kembali pembentukan, susunan dan

tata kerja Dinas Pariwisata Kodya Dati II Surakarta.

Untuk dimaksud di atas, maka sesuai dengan pasal 49 UU No. 5

tahun 1974 jelas Keputusan Mendagri No. 363/1977 dan Keputusan

Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 556/83 perlu penetapan pembentukan,

susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pariwisata Kodya Dati II Surakarta

dengan Perda No. 2/1987 yang ditinjau kembali dengan Perda No. 2/1995

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Kodya II Surakarta.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka Dinas Kepariwisataan kota

Surakarta berusaha mengusahakan tugas dan fungsinya di bidang commit to user

65 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kepariwisataan. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta

No. 6/2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Kota Surakarta, nama Dinas Pariwisata diubah menjadi Dinas Pariwisata

Seni dan Budaya Kota Surakarta.

2. Visi dan Misi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

a. Visi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

Terwujudnya Kota Surakarta sebagai kota tujuan wisata berbasis

budaya.

b. Misi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

1) Mendorong pelestarian dan pengembangan obyek dan daya tarik

wisata unggulan.

2) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam bidang

pariwisata dan budaya serta memberdayakan masyarakat dan dunia

usaha dengan daya saing global.

3) Menyediakan data yang lengkap dan akurat dibidang base

pariwisata dan kebudayaan yang berbasis teknologi informasi.

4) Meningkatkan kerjasama/kemitraan antar daerah dan antar pelaku

wisata dalam pengelolaan obyek dan daya tarik serta promosi

pariwisata.

3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

a. Kedudukan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta adalah unsur pelaksanaan

pemerintahan derah bidang pariwisata yang dipimpin oleh seorang commit to user

66 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Walikota.

b. Tugas Pokok Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta mempunyai tugas pokok

menyelenggarakan urusan pemerintah daerah bidang pariwisata, seni,

sejarah, kebudayaan dan purbakala.

c. Fungsi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya, Dinas Pariwisata Seni dan

Budaya Surakarta mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan kesekretariatan daerah.

2) Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan

pelaporan.

3) Penyelenggaran dan pembinaan usaha akomodasi wisata, rekreasi

dan hiburan umum.

4) Pembinaan dan pengembangan kesenian, bahasa dan budaya.

5) Pelestarian nilai-nilai sejarah dan kepurbakalaan.

6) Pembinaan pelaku wisata.

7) Pengendalian dan pengembangan aset wisata, kesenian dan

kebudayaan.

8) Pameran wisata.

9) Penyelenggaraan sosialisasi.

10) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya. commit to user

67 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11) Pembinaan jabatan fungsional

12) Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

4. Susunan Organisasi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

Berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta No. 16/2008 tentang

Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Seni

dan Budaya Kota Surakarta, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

mempunyai susunan organisasi sebagai berikut :

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat.

c. Bidang Sarana Wisata.

d. Bidang Seni, Budaya, Sejarah dan Purbakala.

e. Bidang Pelestarian, Promosi dan Kerjasama.

f. Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD).

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Susunan organisasi tersebut dapat digambarkan dalam suatu bagan

struktur organisasi sebagai berikut :

commit to user

68 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 48. Bagan Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta

commit to user

69 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Komparasi

1. Komik Tiga Manula Jalan-Jalan ke Pantura

a. Deskripsi Umum

Gambar 49. Komik Tiga Manula Jalan-Jalan ke Pantura

Sumber : www.gramedia.com

Judul : Tiga Manula Jalan-Jalan ke Pantura

Pengarang : Benny Rachmadi

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Terbit : 17 November 2012

Pages : 104

Dimensi (mm) : 245 x 170

Sinopsis :

Tiga manula yanga terdiri dari 3 karakter utama yaitu, Liem, Sanip

dan Waluyo melakukan sebuah perjalanan menuju kampung halaman

Waluyo yaitu Desa Tingal. Desa Tingal konon terletak di daerah commit to user

70 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kawasan Utara dari Pulau Jawa. Untuk itulah ketiga manula tersebut

melakukan perjalanan dengan menyusuri kawasan Pantura. Beragam

kisah konyol dan menggelikan terjadi selama perjalanan. Sanip yang

sok tahu, Waluyo yang super lugu dan Liem yang sabar namun selalu

kena getah dari ulah kedua temannya itu harus bahu-membahu

menyusuri Pantura untuk menemukan keberadaan Desa Tingal.

b. Target Audience

1) Geografis : Seluruh

2) Demografis : usia 17-30 tahun, baik pria maupun wanita, tidak

membedakan latar belakang agama, berasal dari lingkup ekonomi

menengah.

3) Psikografis : masyarakat yang gemar membaca komik yang

berisi guyonan dan humor, serta masyarakat yang ingin lebih tahu

lagi tentang kawasan Pantura.

c. Isi Komik

commit to user

71 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 50. Beberapa isi komik Tiga Manula Jalan-Jalan ke Pantura

Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Komik 101% Love Indonesia

a. Deskripsi Umum

Gambar 51. Komik 101% Love Indonesia

Sumber : www.gramedia.com

Judul : 101% Love Indonesia

Pengarang : Vbi Djenggoten

Penerbit : Cendana Art Media

Terbit : Agustus 2012

Pages : 136

Dimensi (mm) : 140commit x 210 to user

72 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sinopsis :

Komik ini menceritakan tentang segala hal yang menarik dan

konyol di sekitar kita. Lucunya lagi hal konyol itu mungkin hanya ada

dan hanya terjadi di negara tercinta ini, Indonesia. Buku ini berisikan

kumpulan komik pendek yang akan membuat kita tersenyum simpul

hingga tertawa terbahak-bahak jika membacanya.

b. Target Audience

1) Geografis : Seluruh Indonesia

2) Demografis : usia 17-30 tahun, baik pria maupun wanita, tidak

membedakan latar belakang agama, berasal dari lingkup ekonomi

menengah.

3) Psikografis : masyarakat yang gemar membaca komik yang

berisi hiburan dan kekonyolan yang terjadi di lingkungan

sekitarnya dan hanya ada di Indonesia.

c. Isi Komik

Gambar 52. Beberapa isi komik 101% Love Indonesia commit to user Sumber : dokumentasi pribadi

73 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluangdan ancamandalam suatu proyek atau

suatu spekulasi. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT

(Strenghts, Weaknesses, Oppertunities, dan Threats). Analisis SWOT dapat

diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang

mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar

matrik atau tabel SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan

(strenght) mampu mengambil keuntungan dari peluang (opportunities) yang ada,

bagaimana mengatasi kelemahan (weakness) yang mencegah keuntungan dari

peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strenghts)

mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada dan yang terakhir adalah

bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness) yang mampu membuat ancaman

(threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

Dalam bukunya yang berjudul History of SWOT Analysis, Tim Friesner

menjelaskan bahwa teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin

proyek riset Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an.

Berikut adalah tabel analisi SWOT dari Komik Wedangan terhadap Komik

Tiga Manula Jalan-Jalan ke Pantura dan Komik 101% Love Indonesia sebagai

komparator.

commit to user

74 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SWOT KOMIK GINASTHEL TIGA MANULA 100% LOVE KE PANTURA INDONESIA

Strenght • Komik ini • Mengangkat • Mengangkat mengangkat tema tema perjalanan tema yang kuliner Solo yang cukup sangat lucu khusunya unik yaitu tentang

wedangan yang perjalanan beberapa belum pernah menyusuri kejadian yang diangakat menjadi Pantura dengan hanya terjadi di tema komik segala macam Indonesia sebelumnya kebudayaannya • Kejadian yang • Menggambarkan • Familiarnya diangkat sangat tiap jenis kuliner istilah Pantura ringan dan dan interaksi sosial di telinga familiar bagi yang terjadi di masyarakat masyarkat wedangan Solo Weakness • Tidak semua orang • Tidak semua • Pembahasan tahu dan suka kuliner yang tentang kuliner terhadap wedangan berasal dari yang ada Pantura masuk sangatlah ke dalam cerita minim di dalam komik cerita

Opportunity • Masyarakat yang • Masyarakat • Masyarakat membutuhkan yang yang suatu media membutuhkan membutuhkan hiburan yang suatu media suatu media mudah diakses hiburan yang hiburan yang • Makin tingginya mudah diakses mudah diakses rasa keingintahuan • Rasa penasaran • Rasa penasaran

masyarakat masyarakat dri masyarakat

terhadap kota Solo terhadap tema tentang pasca Jokowi Pantura yang kejadian lucu terpilih menjadi diangkat yang hanya ada Gubernur menjadi sebuah di Indonesia

komik Threat • Tingkat kesadaran • Tingkat • Tingkat membaca kesadaran kesadaran masyarakat yang membaca membaca

masih rendah masyarakat masyarakat • Anggapan bahwa yang masih yang masih komik adalah rendah rendah

bacaan tak • Anggapan • Anggapan bermutu bahwa komik bahwa komik adalah bacaan adalah bacaan tak bermutu tak bermutu

Tabel 1. Tabel analisis SWOT

commit to user

75 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Strategi USP

Unique Selling Preposition (USP) adalah hal yang membedakan produk atau

jasa antara yang satu dengan yang lainnya, hal yang menjadikan suatu produk

menjadi spesial. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Rosser Reeves dan

pernah menjadi strategi andalan dalam periklanan pada awal tahun 1940-an.

Strategi Unique Selling Preposition (USP) ini berorientasi pada keunggulan atau

kelebihan produk yang tidak dimiliki oleh produk pesaing ataupun

pembandingnya. Unique Selling Preposition (USP) dari Komik Wedangan yaitu

Komik Wedangan merupakan komik yang pertama kali mengangkat tema berupa

wedangan di Kota Solo. Selain itu, komik ini juga memadukan unsur budaya

modern dengan budaya lokal Kota Solo serta adanya proses sosialisasi masyarakat

yang sesuai dengan realita yang ada.

F. Strategi Positioning

Strategi Positioning pertama kali dikemukakan oleh Jack Trout & Al Rise

sebagai dasar pemasaran. Strategi Positioning adalah suatu proses

menempatkan suatu produk, merk, perusahaan, individu atau apa saja dalam

alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya

(Rhenald Khasali, 1995 : 155). Strategi Positioning untuk Komik Wedangan

adalah memposisikan Komik Wedangan sebagai komik pertama yang

mengambil tema kehidupan wedangan khas Solo.

commit to user

76