Pendidikan Antikorupsi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI Edisi Revisi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 : 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72 : 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). PENDIDIKAN ANTIKORUPSI Edisi Revisi Dr. Eko Handoyo, M.Si. www.penerbitombak.com 2013 PENDIDIKAN ANTIKORUPSI Copyright©Dr. Eko Handoyo, M.Si., 2013 Cetakan I: Fakultas Ilmu Sosial UNNES dan Widya Karya, Semarang, 2009 Diterbitkan kembali oleh Penerbit Ombak (Anggota IKAPI), 2013 Perumahan Nogotirto III, Jl. Progo B-15, Yogyakarta 55292 Tlp. (0274) 7019945; Fax. (0274) 620606 e-mail: [email protected] facebook: Penerbit Ombak Dua website: www.penerbitombak.com PO.***.**.’13 Penulis: Dr. Eko Handoyo, M.Si. Tata letak: Nanjar Tri Mukti Sampul: Dian Qamajaya Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PENDIDIKAN ANTIKORUPSI Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013 ** + *** hlm.; 14,5 x 21 cm ISBN: 978-602-258-***-* DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAN GAMBAR KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PERLUKAH? BAB II KORUPSI, ANTIKORUPSI, DAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI A. Pengertian dan Ciri-Ciri Korupsi B. Penyakit Korupsi C. Pengertian Antikorupsi D. Nilai-Nilai Antikorupsi 1. Kejujuran 2. Tanggung Jawab 3. Keberanian 4. Keadilan 5. Keterbukaan 6. Kedisiplinan 7. Kesederhanaan 8. Kerja keras 9. Kepedulian E. Pendidikan Antikorupsi v vi Dr. Eko Handoyo, M.Si. F. Sekolah dan Perguruan Tinggi sebagai Agen G. Metode Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Antikorupsi 1. Diskusi di dalam Kelas (In-Class Discussion) 2. Studi Kasus (Case Study) 3. Skenario Sistem Pengembangan (Improvement System Scenario) 4. Kuliah Umum (Generale Lecture) 5. Diskusi Film (Film Discussion) 6. Laporan Investigasi (Investigative Report) 7. Eksplorasi Tematik (Thematic Exploration) 8. Prototipe (Prototype) 9. Pembuktian Kebijakan Pemerintah (Prove The Government Policy) 10. Alat-Alat Pendidikan (Education Tools) 11. Pembelajaran Keterampilan Menulis Terpadu (Integrated Writing) 12. Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah Sosial (Social Problem Solving) H. Rangkuman BAB III BENTUK DAN JENIS-JENIS KORUPSI A. Bentuk Korupsi B. Jenis-Jenis Korupsi C. Rangkuman BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK KORUPSI A. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi Pendidikan Antikorupsi vii B. Dampak Korupsi C. Rangkuman BAB V LEMBAGA-LEMBAGA ANTIKORUPSI DI INDONESIA A. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) B. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) C. Indonesian Corruption Watch (ICW) D. Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) E. Transparency International Indonesia (TII) F. Rangkuman BAB VI PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA DALAM LINTASAN SEJARAH A. Pemberantasan Korupsi Pada Masa Orde Lama B. Pemberantasan Korupsi Pada Masa Orde Baru C. Pemberantasan Korupsi Pada Masa Reformasi D. Rangkuman BAB VII STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI DI BERBAGAI NEGARA A. Pemberantasan Korupsi di Australia B. Pemberantasan Korupsi di Finlandia C. Pemberantasan Korupsi di China D. Pemberantasan Korupsi di Hongkong E. Pemberantasan Korupsi di Malaysia F. Pemberantasan Korupsi di Singapura G. Pemberantasan Korupsi di Thailand H. Rangkuman viii Dr. Eko Handoyo, M.Si. BAB VIII PERAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI A. Visi, Misi dan Strategi KPK B. Kedudukan, Tugas, Wewenang, dan Kewajiban KPK C. Susunan Organisasi KPK D. Kode Etik Pimpinan KPK E. Sekilas Keberhasilan KPK 1. Mulyana Wira Kusuma (anggota KPU periode 1999- 2004) 2. Said Agil Husin Al Munawar 3. Ahmad Sujudi 4. Wafid Muharam 5. Abdullah Puteh 6. Bambang Guritno 7. Taufik Hidayat, Sjamsul Arifin, Sjamsul Qamar, Mahyani Diris, Hayatus Solohin, dan Sayuti Enggok 8. Probosutedjo 9. Harini Wijoso 10. Roesdihardjo dan Arihken Tarigan 11. Rokhmin Dahuri 12. Hendy Boedoro 13. Miranda Goeltom 14. Satono 15. Mochtar Mohammad 16. M. Yaeni 17. Soemarmo 18. Wa Ode Nurhayati 19. Muhamad Nazaruddin Pendidikan Antikorupsi ix 20. Angelina Sondakh 21. Lukman Abas F. Rangkuman BAB IX PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI A. Hak dan Tanggung Jawab Masyarakat B. Pemberian Penghargaan C. Rangkuman BAB X BELAJAR DARI ORANG-ORANG BERSIH A. Joko Widodo (Jokowi) B. Tri Rismaharini C. Yusuf Wally D. La Tinro La Tunrung E. Amran Nur F. Muda Mahendrawan G. Abdul Kholiq Arif H. Herman Sutrisno I. Rangkuman DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM DAFTAR TABEL DAN GAMBAR DAFTAR TABEL 1. Jenis-jenis Korupsi 2. Potensi Kerugian Negara karena Kasus Korupsi 3. Peringkat Korupsi di Asia Pasifik Tahun 2010 4. Faktor-faktor Pemicu Keberhasilan dan Kegagalan Lembaga Antikorupsi 5. Data Korupsi Pejabat Versi Depdagri (2004-2006) 6. Bidang dan Subbidang dalam KPK 7. Laporan Masyarakat dan Gratifikasi yang ditindaklanjuti oleh KPK DAFTAR GAMBAR 1. Segitiga Kecurangan 2. Penanganan Pengaduan Masyarakat 3. Penanganan Kasus/Perkara TPK 4. Perkara TPK Yang Berkekuatan Hukum Tetap (Inkracht) 5. Uang Negara Yang Berhasil Dikembalikan x KATA PENGANTAR orupsi merupakan perbuatan amoral yang dilakukan oleh Ksiapa pun, kapanpun, dan di manapun yang menyalahguna- kan wewenang atau kekuasaan dan menyimpang dari aturan yang berlaku yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, orang lain, atau kelompok. Banyak yang mengatakan bahwa kemiskinan menjadi biang keladi bagi tumbuhnya perilaku korupsi, tetapi pendapat tersebut terbantahkan karena banyak juga korupsi terjadi di negara-negara yang masyarakatnya sudah makmur. Bahkan tidak jarang korupsi yang mereka lakukan lebih rapi dan sistematis, sehingga seolah-olah yang dilakukan bukan perbuatan korupsi, apalagi jika hasilnya dibagi-bagikan kepada semua pihak. Dampak korupsi sungguh luar biasa. Ia bisa membuat orang mati kelaparan gara-gara akses dan aset dikuasai oleh koruptor. Kriminalitas merajalela, karena sumber-sumber formal tertutup bagi orang-orang yang kalah (looser), sehingga apapun caranya, termasuk mencuri dan merampok sekalipun mereka lakukan. Kinerja perekonomian merosot demikian pula keuangan negara tergerogoti gara-gara ulah para koruptor. Gara-gara korupsi, tanah-tanah beralih fungsinya sehingga tidak mampu mendukung keseimbangan ekosistem. Demikian pula, hutan-hutan digunduli dan rusak karenanya, sehingga menghilangkan devisa negara. Penduduk hutan yang biasanya menyambung hidup dari kebaikan xi xii Dr. Eko Handoyo, M.Si. alam, tergeser, terpinggirkan, dan cukup banyak di antaranya yang mati. Pendek kata, korupsi telah merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Ulasan singkat di atas merupakan ringkasan kecil dari isi buku yang berjudul Pendidikan Antikorupsi (Edisi Revisi). Buku yang tidak banyak halamannya ini, menyediakan pembaca untuk memahami seluk beluk korupsi yang terjadi di Indonesia, mulai dari konsep tentang korupsi, antikorupsi, pendidikan antikorupsi, bentuk- bentuk korupsi, sebab-sebab dan dampak korupsi, lembaga- lembaga antikorupsi, sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia, strategi pemberantasan korupsi di berbagai negara, peran KPK dalam pemberantasan korupsi, hingga partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Selain menyajikan data-data tentang korupsi, baik dari nilai rupiahnya maupun pelakunya, juga diuraikan analisis secukupnya tentang fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia. Jika sebagian besar isi buku lebih banyak mengetengahkan informasi tentang persoalan korupsi dan bahayanya, maka dalam edisi revisi ini ditambahkan materi pada bab terakhir tentang sepak terjang para kepala daerah terpilih yang memberi inspirasi bagi siapa pun dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan tentu yang lebih penting adalah komitmen mereka untuk membuat kebijakan yang jauh dari unsur korupsi. Itu semua memberi pelajaran bahwa di negeri ini masih banyak individu dan tokoh politik yang pro rakyat sekaligus antikorupsi, yang dapat menjadi teladan bagi generasi muda untuk mengelola kehidupannya lebih baik demi kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan Antikorupsi xiii Perspektif hukum lebih banyak mewarnai analisis tentang berlangsungnya perbuatan korupsi, sehingga tidak heran jika dalam buku ini banyak disajikan undang-undang, peraturan- peraturan, pasal-pasal, dan ayat-ayat yang mungkin membosankan bagi pembaca yang tidak biasa membaca naskah buku berbasis hukum. Penggunaan perspektif hukum ini, hendak meyakinkan pembaca bahwa perbuatan korupsi benar-benar bertentangan dengan hukum. Selain itu, ada misi suci, yakni mengajak semua orang untuk berkata “tidak” terhadap korupsi dan melawannya. Buku ini lebih banyak ditujukan kepada generasi muda, khususnya mahasiswa, karena merekalah calon pemimpin bangsa di masa depan yang harus pertama kali mengerti dan memahami bahwa korupsi adalah musuh